IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

25
KEMENTERIAN DALAM NEGERI IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014 PEMBAGIAN PERAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT, PROVINSI, DAN KABUPATEN/KOTA

Transcript of IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

Page 1: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014 PEMBAGIAN PERAN ANTARA

PEMERINTAH PUSAT, PROVINSI, DAN KABUPATEN/KOTA

Page 2: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

RPJMN 4 (2020-2024)

RPJMN 1 (2005-2009)

Menata kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

RPJMN 2 (2010-2014)

Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan iptek, memperkuat daya saing perekonomian

RPJMN 3 (2015-2019)

Memantapkan pem-bangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan iptek

Mewujudkan masya-rakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.

Tahapan RPJPN 2005-2025

Prinsip Pembangunan Perdesaan : 1.Pemberdayaan dan pengembangan kapasitas

masyarakat, yang berorientasi kepada karakteristik & kebutuhan serta aspirasi lokal.

2.Pembangunan yang partisipatif; Kepemimpinan lokal dan kelembagaan perdesaan berperan penting dalam proses menuju keberlanjutan pembangunan.

3.Pembangunan berkelanjutan

Page 3: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

1) Perluasan perlindungan sosial dan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin

2) Percepatan pengurangan kemiskinan dan peningkatan pemerataan

Sasaran tingkat kemiskinan pada RPJMN 2015-2019 : 6,5 – 8 persen

Sasaran tingkat kemiskinan pada RKP 2015 : 9 – 10 persen

Pelambatan penurunan kemiskinan ini disebabkan oleh :

(a) kondisi sosial budaya yang kurang mendukung produktivitas masyarakat,

(b) keterbatasan sumber daya dan keterisolasian,

(c) rendahnya taraf pendidikan dan derajat perawatan kesehatan,

(d) terbatasnya lapangan kerja, dan

(e) ketidakberdayaan masyarakat dalam mengikuti ekonomi pasar.

ISU RPJMN 2015-2019

SASARAN

ISU STRATEGIS

Page 4: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

Target Dan Capaian Persentase Penduduk Miskin

• Tahun 2006-2013, jumlah maupun persentase penduduk miskin nasional terus menurun.

• Percepatan penanggulangan kemiskinan diperlukan untuk mencapai target 8-10 % tahun 2014

28.55

Des 2013

11.47

18,48 juta orang (62,2 %) tinggal di pedesaan serta sebagian besar adalah petani dan buruh tani

Page 5: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

GINI RATIO INDONESIA

Page 6: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

Perluasan perlindungan sosial dan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin Perluasan perlindungan sosial

Proses perluasan kepesertaan jaminan sosial pada sektor informal;

Integrasi program jaminan sosial yang saat ini diselenggarakan oleh pemerintah

daerah atau pihak swasta ke dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN);

Membangun sistem monev terpadu untuk pelaksanaan SJSN;

Membangun rambu-rambu kesinambungan keuangan Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS);

Meningkatkan komprehensivitas program jaminan sosial dalam lingkup SJSN.

Pelayanan dasar Peningkatan ketersediaan infrastruktur dan sarana pelayanan publik;

Peningkatan penjangkauan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan

rentan.

Percepatan pengurangan kemiskinan dan peningkatan pemerataan

Pengembangan penghidupan berkelanjutan;

Peningkatan pemerataan.

ARAH KEBIJAKAN RPJMN 2015 - 2019

Page 7: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

UU 22 / 1999 Dominan Destr

UU 32 /’04 mencari keseimbangan

UU 5 / 1974 Dominan Sentrl

UU 18 / 1965 Dominan Desentr

Penetapan Presiden 6 / 1959 Dominan sentrl

UU 1 / 1957 Dominan Desentralisasi

UU 22 / 1948 Dominan Desentralisasi

UU 1 / 1945 Dominan Sentralisasi

DESENTRALISATIE WET 1903 Dominan Sentralisasi

KEBIJAKAN DESENTRALISASI

Page 8: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

KEKUASAAN PEMERINTAHAN

KEMENTERIAN/LPNK

PRESIDEN

KEMENDAGRI

PEMERINTAHAN DAERAH

Koordinasi Koordinasi Sebagian Urusan

Pasal 17 UUD 1945

Pemegang Kekuasaan Pemerintahan – Pasal 4 (1)

UUD 1945

PUSAT

DAERAH

Tanggung Jawab Otonomi Seluas-luasnya Pasal 18 (5) UUD’45

Pasal 5

Page 9: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

1.Urusan pemerintahan absolut adalah Urusan

Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan

Pemerintah Pusat.

2.Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan

Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan

Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Urusan

pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah

menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.

3.Urusan pemerintahan umum adalah Urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden

sebagai kepala pemerintahan

KLASIFIKASI URUSAN PEMERINTAHAN PASAL 9 – UU 23/2014

Page 10: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

ABSOLUT

PILIHAN WAJIB

PELAYANAN DASAR

(urusan wajib yang

sebagian substansinya

merupakan pelayanan dasar (6) URUSAN

NON

PELAYANAN

DASAR (18) URUSAN

S P M

URUSAN PEMERINTAHAN

KONKUREN

1. PERTAHANAN

2. KEAMANAN

3. AGAMA

4. YUSTISI

5. POLITIK LUAR

NEGERI

6. MONETER &

FISKAL

URUSAN

PEMERINTAHAN

UMUM

PANCASILA, UUD 45,

BHINEKA TUNGGAL IKA,

NKRI, KESATUAN

BANGSA,

KETERTIBAN, DLL…

Page 11: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN

PILIHAN

1. Kelautan dan perikanan; 2. Pariwisata; 3. Pertanian; 4. kehutanan; 5. Energi dan sumber daya

mineral; 6. Perdagangan; 7. Perindustrian; dan 8. Tansmigrasi.

WAJIB

Non pelayanan dasar pelayanan dasar Potensi, penyerapan tenaga kerja dan pemanfaatan lahan

1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. PU & PR 4. Sosial 5. Perumahan rakyat

dan kawasan pemukiman

6. Ketentraman, Ketertiban umum dan perlindungan masyarakat

1. Tenaga kerja 2. PP & PA 3. Pangan 4. Pertanahan 5. Lingkungan hidup 6. Adm. Kependdkan dan

pencatatan sipil; 7. PMD 8. Pengendalaian penduduk

dan KB; 9. Perhubungan 10. Kominfo 11. Koperasi dan UKM; 12. Penanaman modal 13. Kepemudaan dan olahraga 14. Statistik 15. Persandian 16. Kebudayaan 17. Perpustakaan dan 18. Arsip

Urusan berbasis ekosistem

Kehutanan; ESDM; kelautan

dan perikanan.

Provinsi Kab/Kota

Dapat bagi

hasil

Page 12: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

AKUNTABILITAS EFISIENSI EKSTERNALITAS STRATEGIS NASIONAL

Penanggungjawabnya berdasarkan kedekatannya dengan luas, besaran, dan jangkauan dampak yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan suatu Urusan Pemerintahan.

Perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh.

Luas, besaran, dan jangkauan dampak yang timbul akibat penyelenggaraan suatu Urusan Pemerintahan.

Dalam rangka menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa, kedaulatan Negara, implementasi hubungan luar negeri, pencapaian program strategis nasional dan pertimbangan lain.

PRINSIP PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN (PASAL 13)

Page 13: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KAB/KOTA

1. lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

2. penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

3. manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

4. penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Pemerintah Pusat; dan/atau;

5. peranannya Strategis bagi kepentingan nasional.

1. lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota;

2. penggunanya lintas Daerah kabupaten/kota;

3. manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah kabupaten/kota; dan/atau

4. penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah Provinsi.

1. lokasinya dalam Daerah kabupaten/kota;

2. penggunanya dalam Daerah kabupaten/kota;

3. manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam Daerah kabupaten/kota; dan/atau;

4. penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah kabupaten/kota.

KRITERIA KEWENANGAN

Page 14: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

PEMERINTAH PUSAT DAERAH

1. menetapkan NSPK, paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak peraturan pemerintah mengenai pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren diundangkan serta melaksanakan pembinaan dan pengawasan;

2. membatalkan kebijakan Daerah yang tidak berpedoman pada NSPK;

3. menetapkan SPM.

1. menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah berpedoman pada NSPK;

2. dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, Pusat belum menetapkan NSPK, Pemda melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah;

3. memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar berpedoman pada SPM.

KEWENANGAN PUSAT DAN DAERAH (PASAL 16, 17, 18)

Page 15: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KAB/KOTA

1. sendiri oleh Pemerintah Pusat 2. melimpahkan kepada gubernur

sebagai wakil Pemerintah Pusat atau kepada Instansi Vertikal yang ada di Daerah berdasarkan asas Dekonsentrasi; atau

3. menugasi Daerah berdasarkan asas Tugas Pembantuan.

4. penugasan kepada Daerah ditetapkan dengan peraturan menteri/kepala lembaga pemerintah nonkementerian berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.

1. sendiri oleh Daerah provinsi; 2. menugasi Daerah kabupaten/kota

berdasarkan asas Tugas Pembantuan; atau

3. menugasi Desa. 4. penugasan kepada Daerah

kabupaten/kota dan Desa, ditetapkan dengan peraturan gubernur

1. sendiri oleh Daerah kabupaten/kota atau dapat ditugaskan sebagian pelaksanaannya kepada Desa

2. penugasan kepada Desa ditetapkan dengan peraturan bupati/wali kota .

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN (PASAL 19, 20, 22)

Page 16: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

Versi UU No 32 Tahun 2004

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada Instansi Vertikal di wilayah tertentu.

Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

Versi UU No 23 Tahun 2014

Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.

Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.

PENGERTIAN DEKONSENTRASI DAN TP VERSI UU-32/2004 DAN UU-23/2014

Page 17: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

OTONOMI DAERAH

DESENTRALISASI

URUSAN WAJIB & PILIHAN

PP NO. 38 TAHUN 2007

17

UU NO. 32 TAHUN

2004

Pendidikan

Kesehatan Pekerjaan Umum

Perumahan Penataan Ruang

Perencanaan Pembangunan Perhubungan

Lingkungan Hidup Pertanahan

Kependudukan dan Catatan Sipil Pemberdayaan Perempuan

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Sosial

Tenaga Kerja Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Penanaman Modal Kebudayaan

Pemuda dan Olah Raga Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

OTDA, PUM, AKD, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian

Ketahanan Pangan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Statistik Kearsipan

Komunikasi dan Informatika

Pertanian Kehutanan

Energi dan Sumberdaya Mineral Pariwisata

Kelautan dan Perikanan Perdagangan Perindustrian Transmigrasi

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI DAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA

PELAYANAN KESEHATAN

Page 18: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

• Urusan kesehatan merupakan urusan pemerintahan konkuren yang dibagi antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi, dan Daerah Kab/Kota

• Urusan kesehatan merupakan urusan pemerintahan wajib yang bersifat pelayanan dasar

• Pemerintah daerah harus mengalokasikan anggaran urusan kesehatan minimal 10% dari total belanja APBD diluar gaji (UU Kesehatan).

URUSAN KESEHATAN

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN TERINCI PADA:

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Page 19: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

Merupakan standard minimum pelayanan

publik yang WAJIB disediakan oleh Pemda

kepada masyarakat serta ampu menjamin

terwujudnya hak-hak individu thd akses

masy mendapat pelayanan dasara sesuai

ukuran yg ditetapkan oleh Pemerintah.

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Page 20: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

• Penyelenggara pemerintah Daerah memprioritaskan pelaksanaan Urusan pemrintahan Wajib yg berkaitan dengan pelayanan Dasar

• Pelaksanaan pelayanan dasar pada urusan pemerintahan Wajib yg berkaitan dengan pelayanan dasar berpedoman pada Standard Pelayanan Minimal yg ditetapkan pemerintah Pusat

• Ketentuan lebih lanjut mengenai SPM diatur dengan peraturan pemerintah.

Dengan berlakunya UU no 23/2014 ttg Pemerintahan Daerah maka sesuai pasal 18 :

Page 21: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

SPM PROVINSI:

• Persentase Satuan Pendidikan Menengah dan Satuan Pendidikan Khusus Mendapatkan Promosi Kesehatan

• Persentase Promosi Kesehatan Melalui Media Massa

• Persentase Satuan Pendidikan Menengah dan Satuan Pendidikan Khusus Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Lingkungan

PADA SAAT INI KEMENKES BERSAMA ADINKES, TIM KONSULTAN

TELAH MERUMUSKAN DRAFT SPM , MELIPUTI :

Page 22: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

• Persentase Satuan Pendidikan Dasar mendapatkan Promosi Kesehatan

• Persentase Puskesmas dan Pustu Melaksanakan Promosi Kesehatan

• Persentase Puskesmas yang melakukan Promosi Kesehatan untuk Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan

• Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Pelayanan Antenatal Sesuai Standar di Puskesmas dan Jaringannya

• Persentase Ibu Bersalin Mendapatkan Pelayanan Persalinan Sesuai Standar di Puskesmas dan jaringannya

• Persentase Bayi Baru Lahir Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar di Puskesmas dan Jaringannya

• Persentase Usia Bawah Lima Tahun (Balita) Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar di Puskesmas dan Jaringannya

• Persentase Siswa Satuan Pendidikan Dasar Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar

• Persentase Usia 15 – 19 tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar di Puskesmas dan Jaringannya

• Persentase Usia 20 – 59 tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Sesuai Standar di Puskesmas dan Jaringannya

• Persentase Usia 60 tahun Keatas Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar di Puskesmas

• Persentase terduga Tuberkulosis Mendapatkan Pemeriksaan Tuberkulosis Sesuai Standar di Puskesmas dan RSUD

• Persentase Terduga HIV dan AIDS Mendapatkan Pemeriksaan HIV-AIDS Sesuai Standar di Puskesmas dan RSUD

• Persentase Satuan Pendidikan Dasar Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Lingkungan

• Persentase Pasar Rakyat Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Lingkungan

• Persentase Respons Verifikasi terhadap SKDR dalam Waktu Kurang dari 24 Jam

SPM KABUPATEN DAN KOTA

Page 23: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

Indeks Risiko Kesehatan - HDR China 2002

Menilai propinsi menurut eksposur masyarakat terhadap risiko kesehatan lingkungan hidup.

Indeks ini memakai indikator, seperti:

1) Eksposur potensial terhadap polusi udara dalam-ruang dan luar-ruang

2) Eksposur terhadap air tercemar, tingkat gizi, dan kapasitas layanan kesehatan.

Indeks Kebahagiaan

(Happiness Index) - Raja Bhutan Jigme Singye Wangchuck pada 1972.

Komponen yang dipertimbangkan

untuk Indeks Kebahagiaan menurut Bhutan:

1) Kepuasan atas hubungan pribadi;

2) Pekerjaan;

3) Makna dalam tujuan hidup; dan

4) Sejauh mana teknologi meningkatkan standar hidup.

MENGUKUR INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN

DEVELOPMENT)

Page 24: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

CAPAIAN INDEKS KEBAHAGIAAN DI INDONESIA TAHUN 2013 DAN 2014

Indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek tersebut secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan yang meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan, 3) pekerjaan, 4) pendapatan rumah tangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersediaan waktu luang, 7) hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset, 9) keadaan lingkungan, dan 10) Kondisi keamanan.

Page 25: IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014