IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf ·...

40
1 IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA PERIKLANAN TERHADAP KONSUMEN Oleh: VINA PUTRI YUSLIANAWATI NIM: 617110169 SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MATARAM 2021

Transcript of IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf ·...

Page 1: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

1

IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA

PERIKLANAN TERHADAP KONSUMEN

Oleh:

VINA PUTRI YUSLIANAWATI

NIM: 617110169

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Mataram

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

MATARAM

2021

Page 2: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

2

ii

Page 3: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

3

iii

Page 4: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

4

iv

Page 5: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

5

v

Page 6: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

6

vi

Page 7: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

7

vii

Page 8: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

8

viii

Page 9: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

9

ix

Page 10: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

10

ABSTRAK

IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA

PERIKLANAN TERGADAP KONSUMEN

Era globalisasi hanya pelaku usaha yang mampu menghasilkan barang dan atau jasa

yang mempunyai daya saing tinggi dan memenangkan persaingan baik di dalam

maupun luar negeri. Disisi lain perdagangan bebas cendurung mengakibatkan

barang dan atau jasa yang beredar belum tentu menjamin keamanan, keselamatan

dan kesehatan konsumen.Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui

bagaimana tanggung jawab dari pelaku usaha terkait dengan iklan dalam

mempromosikan produknya sesuai dengan prosedur yang telah diterima oleh

pelaku usaha sebelum melakukan periklanan tersebut. Metode penelitian ini

digunakan adalah penelitian Normatif-Empiris. Terhadap kasus susu kental manis

dimana pelaku usaha melakukan periklanan yang menyesatkan dan berbahaya bagi

konsumen. Pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab untuk

memberikan ganti rugi atas apa yang telah di iklankan, bentuk tanggung jawab yang

harus di penuhi oleh pelaku usaha seperti, memberikan perawatan kesehatan kepada

konsumen yang telah mengalami kerugian misalnya, diare, batuk, kerusakan gigi,

ketentuan dalam “Pasal 62” UUPK, tentang tindak pidana dalam iklan

menyesatkan. Pelaku usaha memberikan tanggung jawab lain seperti memberikan

santunan dan sosialisasi kesehatan kepada konsumen yang merasa

dirugikan.Penerapan sanksi hukum terhadap pelaku usaha yang mengiklankan iklan

sesat, berdasarkan pada “Pasal 62 (1)” UUPK, pelaku usaha menerima sanksi

pidana. Ada juga aturan Peraturan Pemerintah Bab V Pasal 61 Nomor 69 Tahun

1999 Tentang Label dan Iklan Pangan menerapkan sanski administratif.

Kata Kunci: Perlindungan Konsumen, Pelaku Usaha, Tanggung Jawab, Iklan.

x

Page 11: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

11

xi

Page 12: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

12

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...................................... v

SURAT PERNYATAAN PERSETUUAN PBLIKASI .................................. vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

ABSTRAC .......................................................................................................... x

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tanggung Jawab Pelaku Usaha ........................................ 7

2.2 Pengertian Pelaku Usaha .................................................................... 8

2.3 Pengertian Konsumen ......................................................................... 14

xii

Page 13: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

13

2.4 Pengertian Iklan ................................................................................. 19

2.5 Badan Perlindungan Konsumen ......................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN

1.1 Jenis Penelitian ................................................................................... 27

1.2 Pendekatan Penelitian ......................................................................... 27

1.3 Bahan Hukum / Data .......................................................................... 27

1.4 Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum / Data .................................... 28

1.5 Pengelola Dan Analisis Bahan Hukum / Data .................................... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Bagaimana Bentuk Tanggung Jawab Pelaku Usaha Periklanan

Terhadap Konsumen? ............................................................................... 29

4.2 Bagaimana Penerapan Sanksi Hukum Trhadap Iklan Yang

Menyesatkan Konsumen? .......................................................................... 33

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 52

5.2 Saran ................................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii

Page 14: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan jaman yang makin pesat mengakibatkan munculnya

berbagai macam produk yang semakin kompetitif di mata konsumen, selain

dengan terus meningkatkan kualitas produknya, pelaku usaha haruslah

memiliki sistem pemasaran yang baik. Salah satunya dengan melalui iklan.

Agar produk yang ditawarkan oleh pelaku usaha memiliki nilai jual yang

tinggi terkadang pelaku usaha menghalalkan segala cara. Salah satunya

adalah melalui iklan yang memuat janji muluk-muluk mengenai kegunaan

dan manfaat produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Namun pada

kenyataannya produk tersebut memiliki kegunaan dan manfaat yang tidak

sesuai dengan janji yang ditawarkan.Sehingga iklan telah membohongi

konsumen.1

Untuk itu konsumen perlu diberikan perlindungan terhadap iklan-

iklan yang menyesatkan. Peraturan yang mengatur perlindungan konsumen

diperlukan karena lemahnya posisi konsumen dibandingkan posisi pelaku

usaha, kelemahan tersebut dikarenakan tidak adanya campur tangan

konsumen pada proses produksi barang atau jasa yang di iklankan. Iklan

yang baik haruslah memuat mengenai informasi yang benar, jujur, apa

1Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung. Citra Aditya Bakti,

2006, Hlm 245

Page 15: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

2

adanya, atau sesuai dengan kenyataan sebab mendapatkan informasi yang

benar dan jujur adalah hak konsumen.2

Era globalisasi hanya pelaku usaha yang mampu menghasilkan barang

dan atau jasa yang mempunyai daya saing tinggi dan memenangkan

persaingan baik di dalam maupun luar negeri. Disisi lain perdagangan bebas

cendurung mengakibatkan barang dan atau jasa yang beredar belum tentu

menjamin keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumen. 3

Pelaku usaha mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi, sesuai

dengan amanat dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen.Dalam Pasal 6 Ayat (5), (6), (7), yang berbunyi :

a. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

perbaikan, dan pemeliharaan;

b. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskrimatif;

c. Menjamin mutu barang dan atau jasa yang di produksi dan atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau jasa

yang berlaku.

Dalam kasus susu kenal manis (SKM) yang berbahaya bagi anak

dibawah umur, dijelaskan oleh Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan

Cendikia Indonesia (YAICI), Arif Hidayat, mengatakan kandungan susu

pada susu kental manis (SKM) hanya satu persen, sisanya justru memiliki

kandungan gula dan karamel, karena itu berbahaya bagi anak di bawahumur

12 tahun. Peneliti menjelaskan, dari satu abad belakangan tepatnya sejak

tahun 1920, masyarakat sudah direcoki susu kental manis yang dinilai setara

2 Janus Sidabalok, Ibid 3Aulia Muthiah, Tanggung Jawab Pelaku Usaha Kepada Konsumen Tentang Keamanan Pangan

Dalam Persfektif Hukum Perlindungan Konsumen, 2018, Hlm 1

Page 16: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

3

dengan susu dari iklan di televisi. Padahal dalam penelitian, justru susu

kental manis lebih banyak mengandung gula.4

Pemerintah melalui balai pengawas obat dan makanan telah

memberikan empat larangan terhadap iklan susu kental manis. Larangan

tersebut yakni iklan atau produk dilarang menampilkan anak usia di bawah

lima tahun, dilarang menggunakan visualisasi susu kental manis setara susu

lain atau pelengkap zat gizi, dilarang menggunakan visualisasi susu dalam

gelas yang diseduh dan iklan dilarang ditayangkan pada jam acara anak-

anak.Ketua Harian Yayasan mengatakan, susu kenal manis sangat

berbahaya jika dikonsumsi dengan cara diseduh (dicampur air panas),

karena kadar gula sangat banyak dan melebihi batas konsumsi gula harian.

Seharusnya, lanjut dia, susu kental manis digunakan sebagai topping bukan

sebagai minuman.

Arif Hidayat Ketua Harian Yayasan mengatakan, meskipun

dikeluarkan larangan namun pihak susu kental manis justru mengiklankan

produk mereka langsung ke masyarakat. Selain menyebabkan gizi buruk,

mengkonsumsi susu pada anak juga dinilai menyebabkan diabetes. Namun

meskipun memiliki bahaya, susu kental manis dapat dijumpai di

supermarket yang justru ditaruh pada rak khusus susu. Susu kental manis

diketahui hanya pelengkap makanan, bukan merupakan susu.

4Nurhandini Eka Dewi, YAICI: Susu Kental Manis Berbahaya Bagi Anak, AntaraNews.com,

Diakses Tanggal 7 Desember 2020, Jam 12.00 WITA

Page 17: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

4

Sehingga sangat berbahaya jika masyarakat luas meyakini susu kental

manis adalah susu.5

Sehingga iklan telah membohongi konsumen. Untuk itu konsumen

perlu diberikan perlindungan terhadap iklan-iklan yang menyesatkan.

Peraturan yang mengatur perlindungan konsumen diperlukan karena

lemahnya posisi konsumen dibandingkan posisi pelaku usaha, kelemahan

tersebut dikarenakan tidak adanya campur tangan konsumen pada proses

produksi barang atau jasa yang di iklankan. Iklan yang baik haruslah

memuat mengenai informasi yang benar, jujur, apa adanya, atau sesuai

dengan kenyataan sebab mendapatkan informasi yang benar dan jujur

adalah hak konsumen.

Sesuai dengan studi konsentrasi peneliti yakni, Hukum Perdata.

Selanjutnya peneliti menyusun penelitian ini dengan judul Implementasi

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Periklanan Terhadap Konsumen.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana bentuk tanggung jawab pelaku usaha periklanan tehadap

konsumen ?

2) Penerapan sanksi hukum terhadap pelaku usaha yang mengiklankan

iklan sesat?

5Ibid

Page 18: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

5

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai disini mengenai :

1) Untuk mengetahui bentuk tanggung jawab pelaku usaha periklanan

tehadap konsumen.

2) Untuk mengetahui penerapan sanksi hukum terhadap iklan yang

menyesatkan konsumen

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

akademis, teoritis dan praktis, sebagai berikut:

a. Manfaat Akademisi

Untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai derajat S1 Program

Studi Ilmu Hukum pada fakultas Hukum Universitas Muhamadiah

Mataram. Dan hasil yang diharapkan juga mampu dijadikan sebagai

referensi bagi para pihak yang membutuhkan serta berminat untuk

mengembangkanya dalam tahap lebih lanjut.

b. Manfaat Teroitis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau

sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum pada

umumnya, khususnya hukum perdata.

c. Manfaat Praktis

Yakni, Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi masyarakat, pemerintah, legislatif, praktisi hukum dan aparat

Page 19: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

6

hukum yang berkaitan dengan pelaku usaha periklanan terhadap

konsumen.

Sesuai dengan studi konsentrasi penulis yakni, Hukum Perdata.

Selanjutnya penulis menyusun penelitian ini dengan judul “Implementasi

Tanggung JawabPelaku Usaha Periklanan Terhadap Konsumen”

Page 20: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanggung Jawab Pelaku Usaha

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen pasal 19 ayat (1), (2), (4), yang berbunyi:

a. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas

kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat

mengonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau

diperdagangkan.

b. Ganti rugi sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dapat berupa

pengembalian uang atau penggantian barang dan atau jasa yang sejenis

atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan atau pemberian

santunan yang sesuai dengan ketentuan dan atau pemberian santunan

yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

c. Pemberian ganti rugi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana

berdasarkan pembuktian leboh lanjut mengenai adanya unsur

kesalahan.

Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah

keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung

jawab menurut kamus bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung,

memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab

Page 21: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

8

dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia

akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di

sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan

kesadaran akan kewajibannya. Prinsip tanggung jawab merupakan perihal

yang sangat penting di dalam hukum perlindungan konsumen. Dalam kasus

pelanggaran hak konsumen, diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis

siapa yang harus bertanggungjawab dan seberapa jauh tanggungjawab dapat

dibebankan kepada pihak-pihak terkait.6

B. Pengertian Pelaku Usaha

Dalam definisi pelaku usaha yang dimaksudkan dalam Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1

ayat (3) sama dengan cakupan yang diklaim oleh negara-negara Eropa

khususnya Belanda, karena pelaku usaha dapat berupa badan hukum atau

orang-perorangan. Dalam Pasal 3 Directive product liability directive

(selanjutnya disebut Directive) sebagai pedoman bagi negara Masyarakat

Ekonomi Eropa (MEE) mendefenisikan pelaku usaha produsen.7

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen bagian kedua Pasal 6 yang dimaksud denganhak

dan kewajiban pelaku usaha adalah:

6 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Grasindo, 2000), Hlm 59 7Usman Munir, Baiq Rara Charina Sizi, Hukum Perlindungan Konsumen, Cetakan pertama,

Yogyakarta, 2020, Hlm 45

Page 22: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

9

1. Hak Pelaku Usaha

a) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang

diperdagangkan;

b) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen

yang beritikad tidak baik;

c) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen;

d) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak di akibatkan oleh barang dan atau jasa yang

diperdagangkan;

e) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya;

2. Kewajiban Pelaku Usaha

a) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian

atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan

keselamatan;

b) Beritikan baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau

jasa;

c) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang di sepakati;

d) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut;

e) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi

danjaminan barang dan atau jasa serta memberi penjelasan

penggunaan,perbaikan dan pemeliharaan;

f) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskrimatif;

g) Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan atau di

perdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau jasa

yang berlaku;

Menurut Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen larangan bagi pelaku usaha dalam

memperdagangkan suatu barang danatau jasa yaitu:

Page 23: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

10

1. Pelaku usaha dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang

danatau jasa yang:

a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang

dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto, dan jumlah

dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket

barang tersebut;

c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam

hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau

kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau

keterangan barang danatau jasa tersebut;

e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolaan,

gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagimana dinyatakan dalam

label atau keterangan barang danatau jasa tersebut;

f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,

keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang dan atau jasa

tersebut;

g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu

penggunaan pemanfaatan yang paling baik atas barang tersebut;

h. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana

pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label;

i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat

nama barang, ukuran, beratisi, bersih atau netto, komposisi, aturan

pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku

usaha, serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut

ketentuan harus dipasangdibuat;8

Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dalam kegiatan pemasaran

dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang perlindungan

konsmen adalah:

1. Pelaku usaha dilarang menawarkan, memproduksikan, mengiklankan

suatu barang dan atau jasa secara tidak benar, danatau seolah-olah:

a. Barang tersebut telah memenuhi danatau memiliki potongan

harga,harga khusus,standar mutu tertentu,gaya atau mode

tertentu,karakteristik tertentu,sejarah atau guna tertentu;

b. Barang tersebut dalam keadaan baik danatau baru;

8 Usman Munir, Baiq Rara Charina Sizi, Ibid, Hlm 53-54

Page 24: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

11

c. Barang danatau jasa tersebut telah mendapatkan danatau memiliki

sponsor,persetujuan,perlengkapan tertentu,keuntungan

tertentu,ciri-ciri kerja atau aksesori tertentu;

d. Barang danatau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang

mempunyai sponsor,persetujuan atau afiliasi;

e. Barang danataujasa tersebut tersedia

f. Barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi;

g. Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu;

h. Barang tersebut berasal dari daerah tertentu;

i. Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan atau

jasa;

j. Menggunakan kata-kata berlebihan,seperti aman,tidak

berbahaya,tidak mengandung risiko atau efek sampingan tanpa

keterangan yang lengkap;

k. Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti;

2. Barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang

untuk diperdagangkan.

3. Pelaku usaha melakukan pelanggaran terhadap ayat (1) dilarang

melanjutkan penawaran,promosi,dan periklanan barang danatau jasa

tersebut.9

Menurut BAB VI tentang tanggung jawab pelaku usaha Pasal 19

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

adalah:

1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas

kerusakan,pencemaran,danatau keruigian konsumen akibat

mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau

diperdagangkan.

2. Ganti rugi sebagaima dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

pengembalian uang atau penggantian barang danatau jasa yang sejenis

atau setaranilainya,atau perawatan kesehatan danatau pemberian

santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh)

hari setelah tanggal transaksi.

9Ibid, Hlm, 56-57

Page 25: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

12

4. Pemberian ganti rugi sebagimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

dan tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana

berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur

kesalahan.

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak

berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut

merupakan kesalahan konsumen. Dalam Undang-Undang Perlindungan

Konsumen, Masalah periklanan diatur secara umum pada pasal 8 sampai

pasal 16 dan secara khusus pada pasal 17 UUPK, yang mengatur perbuatan-

perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha.

Pasal 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen menentukan bahwa pelaku usaha periklanan

dilarang memproduksi iklan yang:

a) Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan,

dan harga barang danatau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan

barang dan atau jasa;

b) Mengelabui jaminan atau garansi terhadap barang danatau jasa;

c) Memuat informasi yang keliru,salah atau tidak tepat mengenai barang

danatau jasa;

d) Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang danatau

jasa;

e) Mengeksploitasi kejadian danatau seseorang tanpa seijin yang

berwenang atau persetujuan yang bersangkutan;

f) Melanggar etika dan atau ketentuan peraturan-peraturan perundang-

undangan mengenai periklanan;

Sanksi bagi pelaku usaha yang dijatuhkan hukuman pidana oleh

hakim dengan vonis kepada orang yang telah melanggar undang-undang

hukum pidana. Sedangkan dalam hukum perdata, bentuk sanski hukumnya

suatu keadaan hukum, yang diikuti dengan terciptanya suatu keadaan

hukum baru. Sedangkan untuk sanksi administrasi atau administratif, adalah

sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaraan administrasi atau ketentuan

Page 26: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

13

undang-undang yang bersifat administratif berubah denda, pembekuan,

hingga pencabutan sertifikat danatau ijin, pengehentian sementara

pelayanan administrasi hingga pengurangan jatah produksi.10

Jika pelaku usaha melanggar ketentuan-ketentuan tersebut, ada

ancaman pidana yang dapat dikenakan yakni dipidana dengan pidana

penjara 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak

Rp.2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) (Pasal 62 Ayat (1) dalam Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen). Pada

dasarnya, yang dipidana jika terbukti melanggar ketentuan-ketentuan

tersebut diatas adalah pelaku usaha memang di mungkinkan dalam praktik,

pelaku usaha menggunakan jasa orang lain untuk menyebarkan brosur. Jika

pelaku usaha kemudian menggunakan jasa orang lain untuk menyebarkan

brosur tersebut, tetapi pelaku usaha lah yang harus bertanggung jawab

sebagai pihak yang memperdagangkan barang danatau jasa dan

mengiklankan nya secara tidak benar.

Jadi, Jika seorang pelaku usaha mengiklankan produknya (barang atau

jasa) secara tidak benar yang kemudian menimbulkan kerugian bagi

konsumen karna barang dan/atau jasa tidak sesuai dengan yang diiklankan,

perbuatan tersebut termaksud tindakan pidana dan dapat dipidana

berdasarkan Pasal 62 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen.

10 Usman Munir, Baiq Rara Charina Sizi, Ibid, Hlm 47

Page 27: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

14

Secara umum, tuntutan ganti rugi kerugian atas kerugian yang dialami

oleh konsumen sebagian akibat penggunaan produk, baik yang berupa

kerugian materi, fisik maupun jiwa, dapat didasarkan pada beberapa

ketentuan yang telah disebutkan, yang secara garis besarnya hanya ada dua

kategori, yaitu tuntutan ganti kerugian berdasarkan wanprestasi dan

tuntutanganti kerugian yang berdasarkan perbuatan melanggar hukum.

Kedua dasar tuntutan ganti kerugian ini dibahas secara khusus dibawah ini:

a) Tuntutan Berdasarkan Wanprestasi

Apabila tuntuan ganti kerugian didasarkan pada wanprestasi, maka

terlebih dahulu tergugat dengan penggugat (produsen dengan konsumen)

terikat suatu perjanjian. Dengan demikian, pihak ketiga (bukan sebagai

pihak dalam perjanjian) yang dirugikan tidak dapat menuntut ganti

kerugian dengan alasan wanprestasi.11

b) Tuntutan Berdasarkan Perbuatan Melanggar Hukum

Berbeda dengan tuntutan ganti kerugian yang didasarkan pada perikatan

yang lahir dari perjanjian (karena terjadinya wanprestasi), tuntutan ganti

kerugian yang didasarkan pada perbuatan melanggar hukum tidak perlu

didahului dengan perjanjian antara produsen dengan konsumen, sehingga

tuntutan ganti kerugian dapat dilakukanoleh setiap pihak yang dirugikan,

11Purwahid Patrik, Dasar-dasar Hukum Perikatan (Perikatan yang lahir dari perjanjian dan dari

undang-undang), Mandar Maju, Bandung 1994, hlm 11

Page 28: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

15

walaupun tidak pernah terdapat hubungan perjanjian antara produsen dan

konsumen.12

C. Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen merupakan suatu yang harus dilakukan

karena berkaitan dengan upaya mensejahterakan masyarakat dalam kaitan

dengan semakin berkembang nya transaksi perdagangan pada zaman modern

saat ini. Dengan berbagai transaksi online akan memberikan peluang bagi

pelaku usaha untuk berbuat penyimpangan,untuk itumemberikan perhatian

terhadap konsumen sudah menjadi kewajiban pemerintah.13

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen Pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa pelaku usaha adalah setiap

orang-perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum

maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau

melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik

sendiri mauapun bersama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan

pelaku usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Pengertian konsumen dalam Undang-Undang Perlindungan

Konsumen(UUPK) diatas lebih luas bila dibandingkan dengan 2 (dua)

rancangan undang-undang perlindungan konsumenn lainnya, yaitu dalam

12J.M, van Dunne dan van der Burght, Perbuatan Melawan Hukum, terjemahan KPH Hapsoro

Jayaningprang, Dewan Kerja Sama Ilmu Hukum Belanda dengan Indonesia-Proyek Hukum

Perdata, Ujung Pandang, 1988, hlm 63-64 13Az.Nasution,Hukum Perlindungan Konsumen, Diadit Media, Jakarta, 2007, Hlm 21

Page 29: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

16

rancangan undang-undang perlindungan konsumen yang diajukan oleh

yayasan lembaga konsumen Indonesia, yang menentukan bahwa:14

“Konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,

bagai kepentingan diri sendiri atau keluarga nya atau orang lain yang tidak

untuk diperdagangkan kembali.”

Sedangkan yang kedua dalam naskah final rancangan akademik

undang-undang tentang perlindungan konsumen (selanjutnya disebut

rancangan akademik) yang disusunoleh fakultas hukum universitas Indonesia

bekerja sama dengan badan penelitian dan pengembangan perdagangan

Departemen Perdagangan Republik Indonesia menentukan bahwa,

konsumen.15

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

perlindungan konsumen Bagian Pertama Bab III Pasal 4 yang dimaksud

dengan hak konsumen adalah:

1. Hak atas kekayaan,keamanan,dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang danatau jasa;

2. Hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang

danjasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan;

3. Hak atas informasi yang benar,jelas,dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan atau jasa;

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa

uang digunakan;

5. Hak untuk mendapatkan advokasi,perlindungan,dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut;

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

14Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen,RajaGrafindo Persada,

2005, Hlm 5 15Ibid, Hlm 6

Page 30: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

17

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi,ganti rugi danatau

penggantian,apabila barang danatau jasa yang di terima tidak sesuai

dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya;16

Sedangkan Menurut Bab III Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen tentang Kewajiban Konsumen

adalah:

a) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian

atau pemanfaatan barang dan atau jasa, demi keamanan dan

keselamatan;

b) Beritikan baik dalam melakukan transaksipembelian barang dan atau

jasa;

c) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang di sepakati;

d) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut;

Tujuan perlindungan konsumen adalah untuk memberikan kepastian

dan keseimbangan hukum antara produsen dan konsumen menjadikan

terwujud nya suatu perekonomian yang sehat dan dinamis sehingga tecipta

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan tujuan perlindungan konsumen berdasarkan pasal 3

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, antara lain yaitu:

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri;

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarinya dari ekses negatif pemakaian barang dan atau jasa;

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk

mendapatkan informasi;

16H. Syahruddin Nawi, Hak dan Kewajiban Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang perlindungan Konsumen, 2018, Hlm 3

Page 31: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

18

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha;

f. Meningkatkan kualitas barang dan atau jasa uang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen;

Asas-asas perlindungan konsumen dalam penegakan hukum

perlindungan harus diberlakukan asas-asas yang mempunyai fungsi sebagai

landasan penegakan hukum. Asas perlindungan kosumen diatur dalam Pasal

2 Undang-UndangNomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

asas tersebut antara lain:

a. Asas Kemanfaatan

Semua usaha yang dijalankan dalam menyelenggarakan

perlindungan konsumen harus bermanfaat besar, untuk konsumen dan

pelaku usaha secara menyeluruh. Dengan bahasa lain, tidak hanya salah

satu pihak saja yang memperoleh manfaat sedangkan pihak lain

memperoleh kerugian.

b. Asas Keadilan

Tidak selamanya sengketa konsumen dikarenakan dari kesalahan

pelaku usaha, tetapi juga disebabkan oleh kesalahan konsumen yang

kadang tidak mengetahui akan kewajibannya. Konsumen dan produsen

atau pelaku usaha dapat berlaku adil melalui peroleh hak dan kewajiban

secara seimbang.

c. Asas Keseimbangan

Asas ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan antara hak

dan kewajiban produsen dan konsumen. Ini menghendaki konsumen,

produsen dan pemerintah memperoleh manfaat yang seimbang dari

peraturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen.

d. Asas Keamanan dan Keselamatan

Asas ini mempunyai tujuan untuk memberikan jaminan hukum

bahwa konsumen akan memperoleh manfaat dari produk yang

dikonsumsinya dan sebaliknya, bahwa produk tersebut tidak akan

mengancam ketentraman dan keselamatan jiwa dan harta benda.

e. Asas Kepastian Hukum

Asas ini memiliki tujuan untuk memberikan kepastian hukum

supaya produsen dan juga konsumen menaati hukum dan menjalankan

yang menjadi hak dan kewajibannya tanpa harus membebankan tanggung

jawab di salah satu pihak dan juga negara menjamin kepastian hukum.17

17H. Syahruddin Nawi, Op. Cit, Hlm 2

Page 32: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

19

Kondisi konsumen yang banyak dirugikan, memerlukan peningkatan

upaya untuk melindungi sehingga hak-hak konsumen dapat ditegakan.

Namun sebaliknya perlu diperhatikan pula bahwa dalam memberikan

perlindungan kepada konsumen, tidak boleh justru mamatikan usaha pelaku

usaha, karena keberadaan pelaku usaha merupakan suatu hal yang juga

esensial dalam perekonomian kepada negara. Oleh karena itu, ketentuan yang

memberikan perlindungan kepada konsumen harus juga diimbangi dengan

ketentuan yang memberikan perlindungan kepada pelaku usaha, sehingga

perlindungan konsumen tidak membalik kedudukan konsumen dari

kedudukan yang lemah menjadi yang lebih kuat, dan sebaliknya produsen

atau pelaku usaha yang menjadi lemah. Disamping itu juga untuk melindungi

diri dari kerugian akibat adanya tuntutan dari konsumen, pelaku usaha juga

dapat mengansuransikan tanggung gugatannya terhadap konsumen.18

D. Pengertian Iklan

Iklan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem ekonomi dan

sosial masyarakat modern. Dewasa ini, iklan sudah berkembang menjadi

sistem komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen barang dan

jasa tetapi juga bagi konsumen. Kemampuan iklan dalam menyampaikan

pesan kepada konsumen menjadikan kedua bidang tersebut memegang

peran sangat penting bagi keberhasilan perusahaan. Berbagai bentuk usaha,

mulai dari usaha eceran hingga perusahaan multinasional, mengandalkan

iklan untuk membantu mereka memasarkan barang dan jasa. Pada sistem

18 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op. Cit, Hlm 4

Page 33: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

20

ekonomi yang berlandasan pada pasar, konsumen semakin mengandalkan

iklan untuk mendapatkan informasi yang akan mereka gunakan untuk

membuat keputusan apakah akan membeli suatu produk ataukah tidak.19

Iklan di identikan sebagai media dan pengenalan bagi produk yang

akan di produksi atau di jual ke masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam

ketentuan Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen yang menyebutkan bahwa. Tanpa iklan mungkin

konsumen tidak akan pernah mengenal suatu barang maupun jasa sehingga

iklan benar-benar berfungsi sebagai sumber informasi dan pendidikan yang

tentu saja dengan catatan iklan tersebut jujur, sehat dan tidak bohong.20

Peraturan yang mengatur perlindungan konsumen diperlukan karena

lemahnya posisi konsumen dibandingkan posisi pelaku usaha, kelemahan

tersebut dikarenakan tidak adanya campur tangan konsumen pada proses

produksi barang atau jasa yang di iklankan. Iklan yang baik haruslah memuat

mengenai informasi yang benar, jujur, apa adanya, atau sesuai dengan

kenyataan sebab mendapatkan informasi yang benar dan jujur adalah hak

konsumen.21

19 Morissan. M. A, Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jakarta, Prenadamedia Group,

2010, Hlm 1 20Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju,

Bandung, 2000, Hlm 36 21Janus Sidabalok, Op. Cit, Hlm 245

Page 34: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

21

Pada dasarnya periklanan adalah bagian dari kehidupan industri

modern, dan hanya bisa ditemukan di negara-negara maju atau negara-negara

yang tengah mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Kehidupan

dunia modern kita saat ini sangat tergantung pada iklan. Tanpa iklan para

produsen dan distributor tidak akan dapat menjual barangnya, sedangkan di

sisi lain para pembeli tidak akan memiliki informasi yang memadai mengenai

produk-produk barang dan jasa yang tersedia di pasar. Jika itu terjadi maka

dunia industri dan perekonomian modern pasti akan lumpuh. Jika sebuah

perusahaan ingin mempertahankan tingkatkeuntungannya, maka ia harus

melangsungkan kegiatan-kegiatan periklanan secara memadai dan terus-

menerus. Produksi massal menuntut adanya suatu tingkat konsumsi yang juga

bersifat massal dan prosesnya mau tidak mau harus melibatkan berbagai

kegiatan periklanan melalui media massa yang diarahkan ke pasar-pasar yang

juga bersifat massal.

Periklanan dengan menggunakan media televisi memiliki beberapa

keuntungan atau kelebihan antara lain:22

1. Masyarakat lebih tanggap, karena iklan-iklan di televisi disiarkan di

rumah-rumah dalam suasana yang serba santai atau rekreatif, maka

masyarakat lebih siap untuk memberikan perhatian dibandingkan dengan

iklan poster yang dipasang di pinggir jalan. Perhatian terhadap iklan

televisi akan semakin besar, jika materinya dibuat dengan standar teknis

22Indra Santoso, Fungsi Periklanan Dalam Hubungan Atau transaksi Antara Pelaku Usaha

Dengan Konsumen, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2010, Hlm 5

Page 35: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

22

yang tinggi, dan atau menggunakan tokoh-tokoh ternama (artis) sebagai

pemerannya.

2. RepetisiatauPengulangan. Iklan di televisi bisa ditayangkan hingga

beberapa kali dalam sehari yang memungkin masyarakat untuk

menyaksikannya. Pada dewasa ini, pelaku usaha periklanan tidak lagi

menggunakan waktu yang panjang untuk mengiklankan suatu produk

tetapi sebaliknya para pelaku usaha periklanan membuat iklan dengan

sesingkat dan semenarik mungkin, agar ketika ditayangkan berulang-

ulang, para permisa tidak menjadi bosan karena menontonnya berulang-

ulang.

3. Adanya pemilahan area siaran (zoning) dan jaringan kerja (networking)

yang mengefektifkan penjangkauan masyarakat. Pelaku usaha periklanan

dapat menggunakan satu atau kombinasi banyak stasiun televisi sekaligus

untuk membuat iklannya, bahkan pelaku usaha periklanan bisa saja

membuat jaringan kerja dengan semua stasiun televisi, sehingga iklannya

akan ditayangkan oleh semua stasiun TV secara serentak.

4. Ideal bagi para pedagang eceran. Iklan televisi juga dapat menjangkau

kalangan pedagang eceran sehingga dapat membantu usaha mereka karena

dengan adanya pengiklanan suatu produk di televisi membuat permintaan

konsumen terhadap produk tersebut menjadi meningkat sehingga

dagangan mereka dapat dengan cepat terjual.

5. Terkait erat dengan media lain. Tayangan iklan televisi mungkin dapat

terlupakan dengan begitu cepat, tetapi ada berbagai cara untuk mengatasi

Page 36: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

23

nya yaitu dengan memadukan iklan televisi dengan iklan di majalah-

majalah atau surat kabar.

Iklan merupakan salah satu jenis dari media massa. Pengertian Media

massa ini makin luas penggunaannya sehubungan dengan lahirnya percetakan

oleh guttenberg di abad pertengahan dan disusul oleh penemuan radio yang

melintasi lautan atlantik pada 1920, terakhir dengan perkembangan jaringan

radio, televisi, meluasnya sirkulasi surat kabar dan majalah serta internet yang

berhubungan dengan massa. Lantaran adanya masyarakat massa dengan

budaya massa itulah media massa sering mengabaikan keberadaan individu

dalam masyarakat yang dianggap hanya sebagai “atomisasi” yang tidak

mempunyai koneksi sosial di antara anggota massa. Kelompok mengambang

inilah yang tak mempunyai karakter tertentu sehingga mudah dijadikan

sebagai sasaran tembak media massa modern melalui teknik periklanan dan

propaganda.23

Media massa menampilkan kepandaian, bakat dan prestasi-prestasi

tertentu dari individu sehingga memperoleh perhatian dan apresiasi dari

khalayak. Mereka dikenal luas di kalangan masyarakat karena bantuan media.

Para pekerja seni (entertainer) lahir dari peran serta media massa dalam

meliput dan menampilkannya. Demikian pula dengan profesi atau ajang yang

menunjukkan talenta lainnya. Keberadaan media semakin memberikan

dampak yang sangat besar bagi khalayak. Bukan hanya melalui televisi, sosial

media seperti instagram dan youtube saat ini juga menjadi lahan orang-orang

23Alo Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011), Hlm 872

Page 37: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

24

yang ingin menarik perhatian khalayak. Yang sebelumnya merangkak untuk

terkenal, akan menjadi fenomenal setelah adanya sentuhan media massa.24

Sebenarnya media massa merupakan istilah yang digunakan untuk

mempertegas kehadiran suatu kelas, seksi media yang dirancang sedemikian

rupa agar dapat mencapai audiens yang sangat besar dan luas (yang

dimaksudkan besar dan luas adalah seluruh penduduk dari suatu bangsa /

negara). 25

E. Badan Perlindungan Konsumen

Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat (LPKSM)

mempunyai kedudukan sebagai mitra masyarakat dan pemerintah (bahkan

mitra pelaku usaha), dalam upaya melindungi hak-hak konsumen. Dikatakan

sebagai mitra masyarakat, karena LPKSM memang didirikan secara swadaya

oleh masyarakat (sekalipun ada yang di subsidi juga oleh pemerintah daerah)

dan fungsi mengupayakan penguatan hak-hak konsumen. Untuk menjalankan

fungsi ini, LPKSM bertugas menampung keluhan konsumen, menjembatani

komunikasi antara konsumen, pelaku usaha dan atau pemerintah, melakukan

kajian-kajian kritis, menyelenggarakan advokasi, sampai kepada mengajukan

gugatan ke pengadilan. 26

Tugas lembaga perlindungan konsumen swadaya Pasal 44 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

meliputi kegiatan:

24Qudratullah, Peran Dan Fungsi Komunikasi Massa, fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2016,

hlm 42 25Alo Liliweri, Op. Cit

26Shidarta, Pemetaan Kelembagaan Perlindungan Konsumen, Bandung, 2006, Hlm 73

Page 38: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

25

a. Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak

dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang

danatau jasa;

b. Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya;

c. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan

perlindungan konsumen;

d. Membantu konsumen dalam memperjuangkan hak nya, termasuk

menerima keluhan atau pengaduan konsumen;

e. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terdahap

pelaksanaan perlindungan konsumen;

Page 39: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini mempergunakan metode yuridis normatif, yaitu

suatu penelitian yang mengungkapkan suatu masalah, keadaan dan atau

suatu peristiwa dengan memberikan suatu penelitian secara menyeluruh,

luas dan mendalam dari sudut pandang ilmu hukum, yaitu dengan meneliti

asas-asas hukum, kaidah-kaidah hukum, sistematik hukum yang kemudian

digunakan untuk mengkaji mengenai “Implementasi Tanggung Jawab

Pelaku Usaha Periklanan Terhadap Konsumen.”

B. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian adalah

pendekatan secara undang-undang dan pendekatan secara konseptual.

C. Bahan Hukum / Data

a. Bahan Hukum Primer

Yaitu, bahan-bahan yang mengikat terdiri dari norma-norma

atau kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan yurisprudensi, traktat,

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi Dan Transaksi Elektronik, Peraturan Pemerintah Nomor 69

Tahn 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan.

Page 40: IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …repository.ummat.ac.id/1955/1/01 COVER-BAB III.pdf · 2021. 3. 10. · BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... benar dan jujur adalah

27

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu, bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, seperti buku-buku, jurnal, literatur, makalah,

dokumen resmi yang relefan dengan permasalahan yang akan diteliti.

c. Bahan Hukum Tersier

Yaitu, adalah bahan hukum yang dapat menunjang keterangan

ataupun data yang terdapat dalam bahan-bahan hukum primer

maupun sekunder, seperti kamus hukum, kamus besar bahasa

Indonesia dan kamus bahasa Inggris.

D. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum / Data

a. Wawancara, adalah jalan untuk mendapatkan informasi dengan cara

langsung bertanya kepada responden.

b. Studi pustaka, yang dimana pengumpulan data dengan mengadakan

studi terhadap buku-buku, literatur, jurnal dan laporan yang

berhubungan dengan masalah yang akan dipecahkan.

E. Pengelola Dan Analisis Bahan Hukum / Data

Data yang telah dikumpulkan dari penelitian kepustakaan

selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu metode analisis

dengan cara menggambarkan keadaan sebenarnya di lapangan. Kualitatif

yaitu metode analisis data dengan cara mengelompokan dan menseleksi

data yang diperoleh dari penelitian menurut kualitas dan kebenaranya,

karena dihubungkan dengan terori-teori dari studi kepustakaan sehingga

diperoleh jawaban atas permasalahan dalam penelitian.