IMPLEMENTASI SIKAP EMPATI DAN KEPEDULIAN SOSIAL...
Transcript of IMPLEMENTASI SIKAP EMPATI DAN KEPEDULIAN SOSIAL...
i
IMPLEMENTASI SIKAP EMPATI DAN KEPEDULIAN SOSIAL
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN AKADEMIK
2019/2020
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
OLEH:
FENI ISNAENI
NIM 23010160043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2020
ii
iii
IMPLEMENTASI SIKAP EMPATI DAN KEPEDULIAN SOSIAL
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN AKADEMIK
2019/2020
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH:
FENI ISNAENI
NIM 23010160043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2020
iv
v
vi
vii
MOTTO
“Baik atau Buruk itu Relatif, yang Terpenting adalah Bermanfaat untuk Sesama”
خيرالناسأنفعهمللناس
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”
(HR. Ahmad, ath Thabrani, ad Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al
Albani didalam Shahihul Jami’ no: 3289).
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi
ini penulis persembahkan untuk:
1. Mama saya yang sangat saya sayangi, yang telah berkorban untuk hidup dan
pencapaian saya sampai saat ini.
2. Pak’e yang telah bekerja keras dan menyayangi dengan ikhlas
3. Embah kakung dan embah putri yang selalu mendoakan saya yang terbaik
4. Adik saya serta keluarga besar, terima kasih atas segala doa dan
dukungannya.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, saya panjatkan kepada Allah
Swt yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada
saya sehinggap dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Implementasi Sikap
Empati dan Kepedulian Sosial Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama
Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga Tahun Akademik 2019/2020.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung
Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang selalu setia
dan menjadikannya suri tauladan terbaik. Yang mana beliaulah yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh penerangan ilmu
pengetahuan.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag
3. Ketua Program Studi PAI, Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
4. Dosen pembimbing akademik saya, Muhammad Aji Nugroho, LC., M. Pd. I.
Yang selalu memberikan motivasi dan arahan agar menjadi lebih baik lagi.
5. Dosen Pembimbing skripsi saya, Ibu Aprilian Ria Adisti, M.Pd. yang selalu
ikhlas saya repotkan dan dengan segenap hati, penuh kesabaran telah
membimbing saya dari awal sampai akhir hingga selesai skripsi ini.
6. Segenap jajaran Dosen dan Staf Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan,
khususnya prodi PAI.
x
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR ........................................................................................ i
LOGO IAIN SALATIGA ........................................................................... ii
SAMPUL DALAM..................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iv
DEKLARASI ............................................................................................. v
MOTTO...................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
ABSTRAK ................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Fokus Penelitian .............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Manfaat penelitian ........................................................................... 5
E. Penegasan Istilah ............................................................................. 6
F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori ................................................................................ 12
1. Sikap Empati ......................................................................... 12
a. Pengertian sikap empati ................................................... 12
xii
b. Ciri-ciri Empati ............................................................... 19
c. faktor-faktor yang mempengaruhi empati ……………… 20
2. Kepedulian Sosial ................................................................... 21
a. Pengertian Kepedulian Sosial........................................... 21
b. Faktor-faktor yang menyebabkan turunnya rasa kepedulian
sosial .............................................................................. 25
c. Pengaruh penggunaan situs jejaring sosial terhadap kepedulian
sosial ……………………………………………………. 27
d. Implementasi kepedulian sosial mahasiswa program studi
Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga ………………… 28
B. Kajian Pustaka................................................................................. 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 39
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ........................................... 39
C. Sumber Data.................................................................................... 40
D. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ 40
E. Analisis Data ................................................................................... 42
F. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................... 42
BAB IV DISKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data ................................................................................... 44
1. Sejarah Singkat IAIN Salatiga ................................................ 44
2. Visi, Misi dan Tujuan IAIN Salatiga ....................................... 45
3. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan .................................... 47
B. Hasil Penelitian ............................................................................... 49
1. Persepsi mahasiswa Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga
tentang kepedulian sosial dan sikap empati …………………. 49
2. Implementasi kepedulian sosial dan sikap empati dalam kehidupan
sehari-hari …………………………………………………… 52
xiii
3. Faktor-faktor yang menghambat dan mendorong implementasi
kepedulian sosial dan sikap empati …………………………… 60
C. Analisis Data ................................................................................... 63
1. Persepsi mahasiswa tentang kepedulian sosial dan sikap empati 63
a. Pendapat mahasiswa PAI tentang sikap empati ………… 63
b. Pendapat mahasiswa tentang kepedulian sosial ………… 64
2. Implementasi kepedulian sosial dan sikap empati dalam kehidupan
sehari-hari ............................................................................. 65
a. Implementasi sikap empati dan kepedulian sosial dalam
lingkungan kampus ……………………………………… 65
b. Implementasi sikap empati dan kepedulian sosial dalam
lingkungan masyarakat …………………………………… 66
3. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung implementasi
kepedulian sosial dan sikap empati ........................................ 67
a. Faktor pendukung ……………………………………….. 67
b. Faktor penghambat ……………………………………… 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 69
B. Saran ............................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Pedoman Wawancara
2. Lampiran Hasil Transkip Wawancara
3. Lampiran Dokumentasi
4. Lampiran Surat Pembimbing Skripsi
5. Lampiran Lembar Konsultasi Penelitian
6. Lampiran Daftar Nilai SKK
7. Lampiran Daftar Riwayat Hidup
xv
ABSTRAK
Isnaeni, Feni. 2020. Implementasi Sikap Empati dan Kepedulian Sosial
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam
Negeri Salatiga Tahun Akademik 2019/2020. Skripsi, Salatiga: Jurusan
Pendidikan Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Aprilian Ria
Adisti, M.Pd.
Kata Kunci: Sikap Empati, Kepedulian Sosial, Mahasiswa.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui persepsi mahasiswa Pendidikan Agama Islam tentang sikap empati
dan kepedulian sosial serta bagaimana implementasi atau penerapan sikap empati
mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga dalam kehidupan
sehari-hari baik lingkungan kampus maupun lingkungan masyarakat.
Jenis penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian lapangan (field
research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini
meliputi sumber primer yakni hasil wawancara mahasiswa Pendidikan Agama
Islam (PAI) dan sumber sekunder yang dapat berupa foto penerapan sikap empati
dan kepedulian sosial pada mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI).
Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengadakan wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, berdasarkan hasil
wawancara dengan beberapa mahasiswa Pendidikan Agama Islam, menunjukkan
bahwa sebagian besar dari mereka telah mengetahui makna dari sikap empati serta
kepedulian sosial, menurut pendapat mereka sikap empati adalah sebuah perasaan
yang mendalam ketika melihat kesusahan orang lain, serta ada rasa ingin
membantu meringankan beban orang lain. Sedangkan menurut mereka,
kepedulian sosial adalah tindakan yang dilakukan ketika melihat kesusahan orang
lain, kepedulian sosial adalah membantu kesulitan orang lain namun tidak ikut
campur dengan urusan. Kedua, penerapan sikap empati dan kepedulian sosial
mahasiswa Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga sudah berjalan dengan baik.
Hal ini ditunjukkan dengan beberapa perilaku mahasiswa yang sudah menerapkan
sikap empati dan kepedulian sosial dalam lingkungan kampus dari interaksi
sehari-hari. Selain itu, sikap empati dan kepedulian sosial mahasiswa juga
ditunjukkan dengan adanya prinsip “perlakukan orang lain seperti kamu ingin
diperlakukan” karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa
bantuan orang lain.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari segala
kesibukan. Karena selama masih hidup setiap manusia pasti memiliki pekerjaan
atau kewajiban yang harus diselesaikan, dan yang mereka lakukan pasti memiliki
tujuan masing-masing. Dalam menjalankan pekerjaan atau kewajiban pasti
membutuhkan bantuan dari orang lain, karena pada dasarnya manusia itu makhluk
sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Dan sebagai mahasiswa yang
memiliki kewajiban menuntut ilmu, menggali informasi dan mencari pengalaman
baru yang setiap harinya pergi ke kampus untuk belajar. Tentu membutuhkan
bantuan orang lain, misalnya meminta tolong untuk membantu menjelaskan ketika
ada tugas dari dosen yang belum bisa dipahami. Seperti firman Allah SWT:
وأحسنكماأحسناللهإليك
Artinya:
“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu” (Al-Qashas: 77)
Pada dasarnya manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan individu lainnya untuk dapat bertahan dan melangsungkan
kehidupannya. Keadaan sosial tersebut menuntut manusia untuk hidup
berdampingan dengan orang lain sehingga tercipta sebuah kondisi masyarakat
yang saling ketergantungan, maka seyogyanya kita juga sukarela menolong atau
2
memberikan bantuan terhadap orang lain, perilaku ini biasa disebut perilaku
kepedulian sosial (Setiawan, dkk. 2017: 89). Allah SWT berfirman:
هرايرشةرذالقثمالمعينمو°هرايريفمنيعملمثقالذرةخ
Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah pun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (Q.S. Al- Zalzalah:7-8)
Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial, artinya manusia itu tidak bisa
hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain untuk
membantunya. Allah SWT menciptakan manusia dengan kemampuan, keahlian,
dan keterampilan yang berbeda-beda itu bertujuan agar sesama manusia bisa
saling melengkapi dan saling menolong. Dalam pandangan Islam seorang muslim
sudah seharusnya menyayangi sesamanya seperti menyayangi dirinya sendiri.
Meskipun makhluk sosial, namun setiap manusia berhak memiliki privasi dalam
hidupnya. Tidak semua masalah dan tidak semua persoalan harus diketahui
lingkungannya. Kehidupan sosial itu membutuhkan bantuan orang lain, tapi setiap
individu berhak memiliki privasi dan apa yang menjadi privasi tidak boleh
disebarluaskan. Setiap manusia hidup berdampingan dan saling membantu,
apabila ada privasi atau aib yang diketahui namun yang bersangkutan hanya
memberitahu kepada orang yang dipecaya, maka seharusnya yang dilakukan
orang yang dipecaya adalah merahasiakan dan tidak membicarakan kepada orang
lain.
3
Sedangkan manusia disebut makhluk individu karena manusia itu tercipta
dengan kepribadian, keunikan, kekurangan dan kelebihan masing-masing sangat
berbeda satu dengan yang lainnya. Selain itu, manusia disebut makhluk individu
karena manusia itu memiliki pola pikir, kehendak, kemauan sendiri-sendiri, yang
sering kali bertentangan dengan orang lain. Kalau seorang individu memiliki ciri
fisik dan karakter atau sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan
karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan
ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah
lingkungan merujuk pada lingkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya, baik
itu lingkungan buatan seperti tempat tinggal (rumah) dan lingkungan. Sedangkan
lingkungan yang bukan buatan seperti kondisi alam geografis dan iklimnya.
(Suratman, dkk, 2015: 131-132). Tetapi karena banyaknya jumlah manusia,
seringkali ada kesamaan tujuan, keinginan, minat dan lain-lain, yang akhirnya
membentuk sebuah kelompok atau organisasi.
Namun, perbedaan yang ada tidak seharusnya menjadi jarak atau pembeda.
Karena Allah SWT menciptakan perbedaan agar saling melengkapi. Sebenarnya
Allah SWT bisa menciptakan manusia sama semua, tanpa perbedaan. Akan tetapi
Allah SWT menciptakan beragam dan berbeda agar setiap manusia bisa lebih
memahami dan mengerti sesamanya, perbedaan itu fitrah dari Allah SWT. Tugas
manusia adalah memahami dan toleransi terhadap perbedaan. Sebagai mahasiswa
sudah seharusnya bisa lebih peduli terhadap sesama dan sikap empati lebih tinggi.
Di era modern seperti sekarang ini, mahasiswa yang disebut dengan orang
cendekiawan dan agen perubahan seharusnya bisa lebih mengamalkan nilai-nilai
4
sosial. Tetapi kesibukan dan diera modern seperti sekarang ini, yang segala
sesuatunya tersambung internet membuat komunikasi antar mahasiswa semakin
terbatasi, sehingga kepedulian sosial bisa dikatakan kurang. Terkadang kuliah satu
kelaspun tidak mengenal nama, sehingga ketika “misal” teman satu kelas sakit
rasa pedulinya kurang dan hanya sekedar ucapan atau bahkan terkadang tidak
mengucapkan kepeduliannya karena tidak tahu kalau yang sakit adalah teman satu
kelasnya.
Berdasarkan hasil pengamatan dikampus terhadap mahasiswa Pendidikan
Agama Islam terlihat bahwa mahasiswa cenderung lebih fokus terhadap
smartphone masing-masing daripada interaksi dengan orang-orang disekitarnya.
Ketika dalam forum organisasi sedang mengadakan rapat, evaluasi atau sekedar
berkumpul banyak dari mereka yang sibuk dengan dunia maya. Bahkan ketika
dosen sedang sibuk menjelaskan tentang materi atau teman sedang presentasi,
tidak sedikit pula yang sibuk dengan smartphone nya. Itulah yang menyebabkan
komunikasi antar mahasiswa menjadi berkurang, sehingga satu sama lain tidak
saling akrab dan tidak saling mengenal yang pada akhirnya menyebabkan rasa
peduli dan empati menjadi berkurang.
Berdasarkan uraian diatas, maka saya tertarik untuk mengadakan
penelitian kualitatif dengan judul “IMPLEMENTASI SIKAP EMPATI DAN
KEPEDULIAN SOSIAL MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN
AKADEMIK 2019/2020”
5
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini difokuskan pada
“IMPLEMENTASI SIKAP EMPATI DAN KEPEDULIAN SOSIAL
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN AKADEMIK
2019/2020”
Dari fokus penelitian diatas, maka penelitian ini terfokus pada :
1. Bagaimana implementasi kepedulian sosial dan sikap empati mahasiswa
Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri
Salatiga Tahun Akademik 2019/2020?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian sosial dan sikap empati
mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam
Negeri Salatiga Tahun Akademik 2019/2020?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui implementasi kepedulian sosial dan sikap empati
mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam
Negeri Salatiga Tahun Akademik 2019/2020.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian sosial dan
sikap empati mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Negeri
Salatiga Tahun Akademik 2019/2020.
3. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
6
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk
mengembangkan khazanah dalam pelaksanaan kepedulian sosial dan
sikap empati mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam Institut
Agama Islam Negeri Salatiga Tahun Akademik 2019/2020 agar lebih
meningkatkan kepedulian sosial dan sikap empati.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk
mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam bahwa
kepedulian sosial dan sikap empati sangat diperlukan untuk bekal
terjun dilingkungan masyarakat.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk
membentuk generasi yang lebih tinggi sikap kepedulian sosial dan
sikap empati, sehingga dapat dengan mudah terjun dilingkungan
masyarakat.
4. Penegasan Istilah
1. Sikap Empati
Empati merupakan arti dari kata “einfulung” yang dipakai oleh
para psikolog Jerman. Secara harfiah ia berarti “merasakan ke dalam”.
Empati berasal dari kata Yunani “phatos”, yang berarti perasaan yang
mendalam dan kuat yang mendekati penderitaan dan kemudian diberi
awalan “in”. kata ini parallel dengan kata “simpati”. Tetapi diantara
keduanya terdapat perbedaan. Bila simpati berarti “merasakan bersama”
maka empati mengacu pada keadaan identifikasi kepribadian yang lebih
7
mendalam kepada seseorang, sehingga seseorang yang berempati sesaat
melupakan atau kehilangan dirinya sendiri (Indriasari, 2016: 191).
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada
situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain. Salah satu prasyarat utama
dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan
atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh
orang lain. Komunikasi empatik dilakukan dengan memahami dan
mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan
dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau
sinergi dengan orang lain (Aw, 2010: 195).
Empati adalah keadaan psikologis yang mendalam, seseorang
menempatkan pikiran dan perasaan diri sendiri ke dalam pikiran dan
perasaan orang lain yang dikenal maupun orang yang tidak dikenal
(Hasyim, dkk, 2012: 502). Keprihatinan empatik adalah tindakan simpati
dan kepedulian terhadap orang lain yang mengalami kesulitan. Distress
pribadi adalah respon emosional yang berfokus pada diri terhadap keadaan
atau kondisi orang lain, seperti ketidaknyamanan atau kecemasan, menurut
Davis dalam jurnal (Hasyim, dkk, 2012: 502).
Empati merupakan kemampuan dengan perpaduan dimensi kognitif
dan afektif, dengan tidak dapat meninggalkan ranah perilaku yang
menjadikan kemampuan tersebut nyata. Tanggung jawab pribadi untuk
melakukan sesuatu bagi individu lain, akan berfungsi efektif bila
diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Perpaduan dalam kemampuan
8
empati akan membantu individu tepat dan proporsional melihat masalah
yang dihadapinya (Fauziah, 2014: 87)
Kemampuan empati akan mendorong kita mampu melihat
permasalahan dengan lebih jernih dan menempatkan objektivitas dalam
memecahkan masalah. Banyak alternatif yang memungkinkan dapat
diambil manakala kita dapat berempati dengan orang lain dalam
menghadapi masalah. Tanpa adanya empati sulit rasanya kita tahu apa
yang sedang dihadapi seseorang karena kita tidak dapat memasuki
perasaannya dan memahami kondisi yang sedang dialami. Dengan
demikian penekanan empati tersebut menyatakan bahwa kemampuan
menyelami perasaan orang lain tersebut tidak membuat kita tenggelam dan
larut dalam situasi perasaannya tetapi kita mampu memahami perasaan
negatif atau positif seolah-olah emosi itu kita alami sendiri (resonansi
perasaan). Kemampuan berempati akan mampu menjadi kunci dalam
keberhasilan bergaul dan bersosialisasi di masyarakat (indriasari, 2016:
191-192).
Menurut keterangan para ahli diatas, maka dalam penulisan ini
dapat disimpulkan bahwa empati adalah rasa yang sangat mendalam.
Ketika ada yang merasakan kesedihan atau mengalami kesusahan, maka
dapat ikut merasakannya. Bukan ikut larut dalam kesedihan, tetapi dapat
memahami bagaimana rasanya jika yang menimpa orang lain itu sedang
terjadi dalam dirinya.
9
2. Kepedulian Sosial
Manusia hidup didunia ini pasti membutuhkan manusia lain untuk
melangsungkan kehidupannya, karena pada dasarnya manusia merupakan
makhluk sosial. Makhluk sosial berarti bahwa hidup menyendiri tetapi
sebagian besar hidupnya saling ketergantungan, yang pada akhirnya akan
tercapai keseimbangan relatif. Maka dari itu, seharusnya manusia memiliki
kepedulian sosial terhadap sesama agar tercipta keseimbangan dalam
kehidupan, menurut Buchari Alma, dkk dalam jurnal (Tabi’in, 2017: 43).
Peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan menurut
Darmiyati Zuchdi dalam jurnal (Tabi’in, 2017: 43). Berbicara masalah
kepedulian sosial maka tidak lepas dari dari kesadaran sosial. Kesadaran
sosial merupakan kemampuan untuk memahami arti dari situasi sosial. Hal
tersebut sangat tergantung dari bagaimana empati terhadap orang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat yang tertera diatas dapat disimpulkan
bahwa kepedulian sosial merupakan sikap selalu ingin membantu orang
lain yang membutuhkan dan dilandasi oleh rasa kesadaran, menurut Malik
dalam jurnal (Tabi’in, 2017: 43).
Kepedulian sosial yang dimaksud bukanlah untuk mencampuri
urusan orang lain, tetapi lebih pada membantu menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi orang lain dengan tujuan kebaikan dan
perdamaian (H, Utami, dkk, 2019: 21). Peduli sosial adalah sikap dan
tindakan yang yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan
10
masyarakat yang membutuhkan. Peduli sosial merupakan bagian dari nilai-
nilai yang ada dalam karakter, sehingga sikap, tindakan dan pelaksanaan
peduli sosial sesuai dengan perkembangan dalam pengertian karakter itu
sendiri. Indikator yang dapat digunakan mendeskripsikan karakter peduli
sosial yaitu: tolong menolong, tenggang rasa, toleransi, aksi sosial,
berakhlak mulia menurut Darmiyatun dalam jurnal (H, Utami, dkk, 2019:
21).
Dengan jiwa sosial yang tinggi, mereka akan lebih mudah
bersosialisasi serta akan lebih dihargai. Bayangkan bila setiap orang telah
luntur jiwa sosialnya. Kehidupan akan kacau, berlaku hukum rimba, kaum
tertindas makin tertindas, semua orang mengedepankan ego masing-
masing dan keadilan pun akan menjadi hal yang sangat mahal, menurut
Hamid dalam jurnal (Tabi’in, 2017: 55)
Dari keterangan para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepedulian sosial itu bukan mencampuri urusan orang lain, Tetapi
membantu permasalahan orang lain. Akan selalu berusaha membantu
setiap orang yang membutuhkan pertolongan, dan membantu orang lain
bukan karena ingin dipuji tetapi atas dasar kesadaran. Sadar bahwa setiap
manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, dan selalu merasa
bahwa hidupnya akan selalu membutuhkan orang lain sehingga tidak
pernah merasa keberatan untuk selalu membantu meringankan kesusahan
yang menimpa orang lain.
11
5. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran menyeluruh maka penulisan ini dibagi
menjadi dalam beberapa bab, sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, batasan operasional, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori berisi: kajian pustaka yang berisi tentang
landasan teori (telaah teoritik terhadap pokok permasalahan atau variabel
penelitian) dan kajian pustaka (kajian penelitian terdahulu)
BAB III Metode penelitian yang berisi tentang: jenis penelitian, lokasi
dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data
dan pengecekan keabsahan data.
BAB IV adalah paparan dan analisis data yang berisi tentang paparan
data dan analisis data dari hasil penelitian.
BAB V adalah penutup yang berisi simpulan dan saran. Bagian ketiga
atau akhir memuat daftar pustaka, lampiran dan daftar riwayat hidup.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Implementasi
Secara umum implementasi menurut KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) adalah pelaksanaan atau penerapan. Sedangkan
secara umum adalah suatu tindakan atau pelakasanaan. Implemtasi
atau penerapan pengetahuan harus tercermin dari pola pikir yang
selalu mendahulukan kepentingan sosial daripada kepentingan
individu. Deskripsi sederhana tentang konsep implementasi
dikemukakan oleh lane bahwa implementasi sebagai konsep dapat
dibagi kedalam dua bagian yakni implementasi merupakan
persamaan fungsi dari maksud, output dan outcome (Akib, 2010:
2).
Berdasarkan deskripsi tersebut, formula implementasi
merupakan fungsi yang terdiri dari maksud dan tujuan, hasil
sebagai produk, dan hasil sebagai akibat. Selanjutnya,
implementasi merupakan persamaan fungsi dari kebijakan,
formator, implementor, inisiator dan waktu, menurut Sabatier
dalam jurnal (Akib, 2010: 2). Penekanan utama kedua fungsi ini
adalah kepada kebijakan itu sendiri, kemudian hasil yang dicapai
dan dilaksanakan oleh implementor dalam kurun waktu tersebut
(Akib, 2010: 2).
13
Menurut Guntur setiawan, implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan
dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan
pelaksana, birokrasi yang efektif (Setiawan, 2004:39).
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari
pemahaman seseorang tentang sesuatu. Seseorang yang
mengetahui suatu hal akan menerapkan sesuatu yang telah
diketahui yang menurutnya baik. Nurdin Usman berpendapat
bahwa implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi,
tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi
bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana
untuk mencapai tujuan kegiatan (Usman, 2002:70). sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.
Impelemtasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah
dianggap sempurna.
Sehingga dapat disimpulkan, impelentasi adalah suatu
tindakan menerapkan sesuatu. Ketika seseorang mengetahui
sesuatu dan menganggap itu baik, maka akan berusaha
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal penerapan
juga dipengaruhi beberapa hal, contohnya mengetahui hal baik dan
melihat kesusahan orang lain yang kemudian ada dorongan untuk
menerapkan kebaikan yang telah diketahui, dorongan tersebut
yang dinamakan sikap empati dan kepedulian sosial.
14
2. Sikap Empati
a. Pengertian Sikap Empati
Empati merupakan arti dari kata “einfulung” yang dipakai
oleh para psikolog Jerman. Secara harfiah ia berarti “merasakan
ke dalam”. Empati berasal dari bahasa Yunani yaitu “phatos”,
berarti perasaan yang mendalam dan kuat yang mendekati
penderitaan dan kemudian diberi awalan “in”. kata ini parallel
dengan kata “simpati”. Tetapi diantara keduanya terdapat
perbedaan. Bila simpati berarti “merasakan bersama” maka
empati mengacu pada keadaan identifikasi kepribadian yang lebih
mendalam kepada seseorang, sehingga seseorang yang berempati
sesaat melupakan tanpa kehilangan dirinya sendiri (Indriasari,
2016: 191).
Menurut Rogers dalam (Andayani, 2012: 38)
mengungkapkan bahwa empati adalah kemampuan seseorang
memahami orang lain dengan cara seolah-olah masuk ke dalam
diri orang lain sehingga dapat merasakan dan mengalami perasaan
dan pengalaman orang lain tersebut tanpa harus kehilangan
identitas sendiri.
Dalam Islam disebutkan perintah tentang empati
dijelaskan oleh Allah SWT didalam Al-Qur’an. Ketika sesama
manusia saling empati saat ada yang sedang kesusahan, maka
kehidupan sosial akan sejahtera. Menurut Ismail (2015: 45)
15
konsep kesejahteraan atau al-falah yang ditawarkan Al-Qur’an
kepada manusia memiliki dua dimensi yang berpasangan kokoh,
selaras, serasi dan Simponi serta bernilai fundamental dalam
kehidupan orang-orang yang beriman kepada Al-Qur’an, yakni
dimensi lahir bathin dan dimensi dunia akhirat. Kesejahteraan
yang dibangun Al-Qur’an berdiri diatas lima pilar utama, yaitu
terpenuhinya kebutuhan fisik - biologis, kebutuhan intelektual,
kebutuhan emosi, kebutuhan spiritual dan kebutuhan sosial.
Kelima kebutuhan ini sebagaimana disebutkan diatas
memiliki dimensi lahir dan batin serta berpijak pada realitas
kehidupan yang menjadi landasan, motif dan perjuangan untuk
mengembangkan kualitas kehidupan dunia, tetapi tidak berhenti
pada pemenuhan kebutuhan fisik-biologis atau kehidupan
kebendaan yang berhenti pada dimensi waktu dan tempat, kini,
disini, ditempat ini. Kualitas hidup yang menjadi indikator tingkat
kesejahteraan yang ditawarkan Al-Qur’an tercermin pada doa
sapu jagat sebagai berikut:
ومنهممنيقولربنااتنافيالدنياحسنةوفيالاخرةحسنةوقناعذاب
النار
Artinya:
Dan diantara mereka ada orang yang berdoa “Ya Tuhan
kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di Akhirat,
dan lindungilah kami dari azab neraka”. (Q.S Al-Baqarah/2: 201).
16
Sesama manusia sudah seharusnya saling mengerti dan
memahami keadaan dilingkungannya, ketika ada yang ditimpa
kesusahan sudah seharusnya mengerti dan memahami. Menurut
Goleman dalam (Andayani, 2012:38) Empati adalah kemampuan
membaca emosi dari sudut pandang orang lain dan peka terhadap
perasaan orang lain. Sedangkan menurut Borba empati
merupakan dasar dari kepedulian terhadap kebutuhan dan
perasaan orang lain yang berbeda-beda.
Sedangkan menurut Davis dalam (Andayani, 2012:38)
menjelaskan bahwa empati meliputi kapasitas afektif untuk
merasakan perasaan dengan orang lain dan kapasitas kognitif
untuk memahami sudut pandang orang lain. Senada dengan
pendapat tersebut Greenspan et al dalam (Andayani, 2012:28)
menyatakan bahwa empati adalah kemampuan untuk
mengidentifikasikan dan memahami perasaan orang lain,
mengambil sudut pandang orang lain dan terbangkitnya segi
emosional terhadap situasi yang dihadapi orang lain. Mengacu
dari pendapat davis, Litvack-Miller mendefinisikan empati
sebagai kemampuan menyadari dan memahami perasaan orang
lain yang meliputi kapasitas kognitif dan afektif.
Menurut Andayani (2012: 48) empati merupakan suatu
kondisi ketika seseorang mampu memahami sudut pandang orang
17
lain (Aspek kognitif) dan merasakan apa yang dirasakan orang
lain (Aspek afektif).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gerdes dan Segal
dalam jurnal (Selviana, 2016: 146) Empati adalah alat penting
untuk intervensi terapeutik yang positif. Klien mengalami empati
melalui cara-cara yang diajarkan dengan melakukan kebaikan
kepada orang lain, menolong orang lain dan memberi sesuatu
sebagai tanda terima kasih yang dapat menghambat agresi
terhadap orang lain dan mendorong pengembangan pribadi yang
sehat. Kurangnya empati berkorelasi dengan perilaku agresif,
kejahatan, kekerasan dan masalah seksual. Dengan demikian,
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa empati berkaitan
berkaitan dengan perilaku moral.
Empati berperan dengan adanya interaksi sosial untuk
meningkatkan informasi dan pengetahuan, Dengan kata lain,
seseorang akan lebih mampu menunjukkan rasa empati bila ada
orang-orang yang saling berinteraksi, menunjukkan kepedulian
untuk saling bertukar informasi dan pengetahuan, berdasarkan
hasil penelitian Miller dan Wallis dalam jurnal (Selviana, 2016:
146).
Menurut Hoffan dalam (Umayah, dkk 2017:75) Empati
seseorang dapat berkembang jika dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti mood dan feeling yang akan mempengaruhi sebuah
18
respon yang muncul ketika berinteraksi dengan orang lain, respon
empati yang muncul juga akan berbeda jika dihadapkan pada
situasi atau tempat tertentu.
Empati berarti bereaksi terhadap perasaan orang lain
dengan respons emosional yang sama dengan orang tersebut.
Dengan kata lain, seseorang yang memiliki empati terhadap orang
lain adalah seseorang yang tidak hanya mementingkan dirinya
sendiri, tetapi berupaya menunjukkan kepeduliannya terhadap
orang lain, khususnya yang sedang ditimpa kemalangan,
kesedihan maupun permasalahan. Dalam hal ini, empati tersebut
ditunjukkan dalam perilaku-perilaku yang membuatnya dapat
menyesuaikan diri terhadap kondisi yang dialami orang lain,
sekaligus menunjukkan kepeduliannya lewat perilaku-perilaku
yang positif, seperti memberi perhatian dan bantuan menurut
Santrock dalam jurnal (Selviana, 2016:153).
Dapat disimpulkan bahwa empati adalah dapat merasakan
apa yang dirasakan orang lain, dapat menempatkan diri,
memahami serta memaklumi orang yang sedang terpuruk. Setiap
manusia pasti memiliki cara yang berbeda-beda dalam
menunjukkan rasa empati kepada orang lain. Empati hampir sama
dengan simpati, hanya saja empati memiliki arti yang lebih
mendalam. Jika simpati lebih menunjukkan atau menggambarkan
belas kasihan atau rasa iba terhadap sesuatu, maka empati adalah
19
perasaan dimana seseorang dapat memposisikan diri terhadap
kejadian yang dialami oleh orang lain, dapat memahami dan
memaklumi serta dapat memposisikan diri tanpa harus kehilangan
identitas diri.
Ketika sesama manusia bisa melakukan apa yang
seharusnya dia lakukan, tanpa harus di suruh, peka terhadap
sesama, mengerti keadaan sekitar dan dapat memposisikan diri
saat ada yang ditimpa kesusahan, maka kehidupan bermasyarakat
akan damai dan sejahtera, karena setiap perbuatan yang dilakukan
akan mendapat balasannya. Menurut Ismail (2015: 46) Didalam
Al-Qur’an masyarakat sejahtera dinamakan al-muflihun, yang
secara harfiah berarti orang-orang yang beruntung. Masyarakat
sejahtera yang ditawarkan Al-Qur’an yang menjadi cita-cita dan
perjuangan orang-orang beriman, tercermin dalam Al-Qur’an
sebagai berikut:
ولوأنأهلالقرىامنواواتقوالفتحناعليهمبركاتمنالسماءوالأرض
نويكسبونولكنكذبوافأخذناهمبماكا
Artinya:
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa,
pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit
dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami),
maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka
kerjakan. (Q.S Al-A’raf/7: 96).
20
Perjuangan untuk mewujudkan masyarakat al-muflihun
dibangun diatas landasan iman dan takwa. Dengan iman,
seseorang memiliki lima kekuatan pada dirinya, yaitu: (1) tajwih
al-hayat, orientasi hidup yang jelas, mencari ridho Allah (2)
tanwir al-hayat, hidup yang tercerahkan sehingga pola fikirnya
terbuka, sikapnya terhadap kehidupan positif dan tingkah lakunya
dinamis (3) tahrik al-hayat, hidup yang bergerak dinamis,
melahirkan ethos kerja yang sabar (ulet dan memiliki daya tahan)
serta berjuang memperbaiki nasib dengan tidak mengenal lelah
karena memprbaiki nasib adalah ibadah sosial yang berharga (4)
istiqamah al-hayat, hidup yang ajeg memiliki prinsip yang
melahirkan mental yang stabil bersabar ketika gagal dan
bersyukur. Ketika meraih sukses tidak kehilangan jati diri dan
kepribadian (5) istifta’ al-hayat, hidup yang terinspirasi untuk
sukses dan memberikan inspirasi untuk maju bersama (Ismail,
2015:46-47).
b. Ciri-ciri Empati
Menurut Mehrabian & Epstein dalam Taufik (Solekhah,
dkk, 2018: 88) menyatakan Empati merupakan bagian dari
perasaan seseorang yang mempengaruhi emosi. Menurut
Solekhah, dkk (2018:87) menyatakan empati merupakan
kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain dan mencoba
21
untuk menyelesaikan masalah dengan sikap yang tepat secara
emosional.
Menurut Baron Cohen dalam David Howe (Solekhah,
dkk, 2018: 88) menyatakan bahwa empati merupakan
kemampuan untuk dapat merasakan atau memikirkan apa yang
dialami oleh orang lain sehingga mempengaruhi sikap kita.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa
empati merupakan kemampuan untuk merasakan perasaan orang
lain dan mencoba menyelesaikan masalah dengan sikap yang
tepat secara emosional.
Menurut Goelman dalam Astuti (Solekhah, dkk, 2018:88)
Menyatakan ciri-ciri orang yang mempunyai empati tinggi yaitu:
1) Mempunyai kemampuan untuk memahami dan mengerti perasaan
orang lain sehingga dapat merasakan apa yang dialami oleh orang
lain.
2) Mampu memahami diri sendiri, sebelum memahami orang lain
maka kita harus memahami diri sendiri terlebih dahulu.
3) Emosi seseorang dapat dilihat dari Bahasa isyarat, oleh sebab itu
kita harus memahami Bahasa isyarat.
4) Orang yang mempunyai empati dapat dilihat dari peran yang
dilakukan oleh seseorang karena empati akan mewujudkan suatu
tindakan.
22
5) Orang yang mempunyai empati bukan berarti larut dalam masalah
yang dialami oleh orang lain.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi empati
Menurut Hoffan dalam Goleman (dalam Solekhah, dkk,
2018:88) faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menerima
dan memberi empati adalah sebagai berikut:
1) Sosialisasi, untuk membentuk suatu perilaku dapat dilakukan
dengan cara memberikan informasi tentang pengertian atau
pentingnya dari perilaku tersebut.
2) Mood dan Feeling, Seseorang dapat berinteraksi dengan baik
apabila mempunyai perasaan yang baik.
3) Perilaku dapat terbentuk melalui proses belajar salah satunya
meniru perilaku orang tua.
4) Situasi dan Tempat, ketika seseorang dalam situasi yang sibuk
atau tergesa-gesa maka kemungkinan orang tersebut tidak
mempunyai waktu untuk berempati dan apabila seseorang sedang
berada di tempat yang ramai maka akan mempengaruhi perilaku
empeti seseorang.
5) Komunikasi dan Bahasa, seseorang dapat mengungkapkan atau
menerima empati melalui komunikasi atau Bahasa.
6) Pengasuhan, pola asuh orang tua akan mempengaruhi perilaku
anak. Apabila orang tua mengajarkan atau menanamkan empati
sejak kecil maka akan membentuk empati anak ketika dewasa.
23
3. Kepedulian Sosial
a. Pengertian Kepedulian Sosial
Peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan
menurut Darmiyati Zuchdi dalam jurnal (Tabi’in, 2017: 43).
Berbicara masalah kepedulian sosial maka tidak lepas dari dari
kesadaran sosial. Kesadaran sosial merupakan kemampuan untuk
memahami arti dari situasi sosial. Hal tersebut sangat tergantung
dari bagaimana empati terhadap orang lain. Berdasarkan beberapa
pendapat yang tertera diatas dapat disimpulkan bahwa kepedulian
sosial merupakan sikap selalu ingin membantu orang lain yang
membutuhkan dan dilandasi oleh rasa kesadaran, menurut Malik
dalam jurnal (Tabi’in, 2017: 43).
Peduli sosial adalah sikap dan perbuatan mencerminkan
kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang
membutuhkan. Kepedulian sosial adalah suatu nilai penting yang
harus dimiliki seseorang karena terkait dengan nilai kejujuran,
kasih sayang, kerendahan hati, keramahan, kebaikan dan lain
sebagainya (Suyadi, 2013:9).
Dalam Al-Qur’an telah disebutkan tentang kepedulian sosial
dibeberapa ayatnya dan tentang perintah untuk bersikap baik
kepada sesama. Menurut Al mizan (2017: 72) Bagi seorang
muslim, sikap mental maju pada hakikatnya merupakan
24
konsekuensi dari tauhid dan buah dari kemuslimannya dalam
seluruh aktivitas kesehariannya. Identitas itu tampak pada
kepribadian seorang muslim yakni pada pola berpikir dan pola
bersikapnya yang dilandaskan pada aqidah Islam. Bahwa sikap
mental maju sesungguhnya adalah buah dari pola sikap yang
didorong secara produktif oleh pola pikir Islami. Allah SWT
berfirman dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:
نأمنواإلاالذي°ثمرددناهأسفلسافلين°لقدخلقناالانسانفيأحسنتقويم
وعملواالصالحاتفلهمأجرغيرممنون
Artinya:
“Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian, Kami kembalikan dia ke
tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, maka bagi mereka
pahala yang tiadaputus-putusnya” (Q.S At-Tiin: 4-6).
Allah SWT menciptakan manusia dengan berbagai anugerah
potensi memungkinkan manusia secara fitrahnya mengharuskan
adanya kerjasama antara manusia satu dengan yang lainnya dalam
karya untuk mencapai tujuan kebaikan bersama.
Kehidupan bermasyarakat mengharuskan setiap manusia
lebih peka, tidak hanya sebatas tahu kesusahan yang menimpa
sekitar, tetapi melakukan hal sekecil apapun untuk membantu
meringankan kesusahan orang lain. Menurut Kurniawan dalam
(Admizal, dkk 2018:165) Mengatakan kepedulian sosial adalah
25
tindakan, bukan hanya sebatas pemikiran atau perasaan. Tindakan
peduli tidak hanya tahu tentang sesuatu yang salah atau benar,
tapi ada kemauan melakukan gerakan sekecil apapun.
Kepedulian sosial yang dimaksud bukanlah untuk
mencampuri urusan orang lain, tetapi lebih pada membantu
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi orang lain dengan
tujuan kebaikan dan perdamaian (H, Utami, dkk, 2019: 21).
Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang yang selalu
ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan. Peduli sosial merupakan bagian dari nilai-nilai
yang ada dalam karakter, sehingga sikap, tindakan dan
pelaksanaan peduli sosial sesuai dengan perkembangan dalam
pengertian karakter itu sendiri. Indikator yang dapat digunakan
mendeskripsikan karakter peduli sosial yaitu: tolong menolong,
tenggang rasa, toleransi, aksi sosial, berakhlak mulia menurut
Darmiyatun dalam jurnal (H, Utami, dkk, 2019: 21).
Sehingga dapat disimpulkan, kepedulian sosial adalah
keinginan membantu orang lain yang sedang tertimpa kesusahan
dengan dilandasi oleh rasa kesadaran. Membantu orang lain
bukan berarti ingin mencampuri urusan orang lain, tetapi hanya
membantu kesusahan tanpa harus mencampuri urusan pribadi
orang lain. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, sebagai
berikut:
26
والتقوىولاتعاونواعلىالإثموالعدونواتقواللهإنالله وتعاونواعلىالبر
شديدالعقاب
Artinya:
“Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan
kebajikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran” (Q.S Al-Maidah: 2).
b. Faktor-faktor yang menyebabkan turunnya rasa kepedulian sosial
Menurut Buchari Alma dalam jurnal (Tabi’in, 2017:50),
faktor yang menyebabkan turunnya kepedulian sosial adalah
karena kemajuan teknologi. Teknologi tersebut diantaranya:
1) Bermain Internet
Dunia maya yang sangat transparan dalam mencari suatu
informasi malah menjadi sarana yang menyebabkan lunturnya
kepedulian sosial. Manusia menjadi lupa waktu karena terlalu
asyik menjelajah dunia maya. Tanpa disadari mereka lupa dan
tidak menghiraukan lingkungan masyarakat sekitar, sehingga rasa
peduli terhadap lingkungan sekitar kalah oleh sikap
individualisme yang terbentuk dari kegiatan tersebut.
2) Sarana Hiburan (Game)
Seiring dengan kemajuan teknologi maka dunia hiburan
akan turut berkembang. Dampak tersebut berpengaruh dalam
kehidupan, salah satunya game. Game sudah menjadi kegemaran
dari anak-anak hingga dewasa. Ketika terlalu lama bermain game
27
akan mempengaruhi kepeduliannya terhadap sesama, karena
bermain game memakan waktu yang lama. Terkadang ada yang
rela hingga berjam-jam bermain game online bahkan hingga
berhari-hari, mereka tidak berhubungan langsung dengan
sesamanya.
3) Tayangan TV
Televisi merupakan salah satu sarana untuk mencari
hiburan dan memperoleh informasi yang up to date, namun
sekarang ini banyak tayangan yang kurang mendidik. Diantaranya
acara gosip dan sinetron. Secara tidak langsung penonton diajari
berbohong, memfitnah orang lain, menghardik orang tua, dan
tayangannya jauh dari realita kehidupan masyarakat Indonesia
pada umumnya.
4) Masuknya Budaya Barat
Pengaruh budaya barat yang bersifat immaterial dan
cenderung berseberangan dengan budaya timur akan
mengakibatkan norma-norma dan tata nilai kepedulian yang
semakin berkurang. Masyarakat yang kehilangan rasa kepedulian
akan menjadi tidak peka terhadap lingkungan sosialnya, dan
akhirnya dapat menghasilkan sistem sosial yang apatis.
c. Pengaruh Penggunaan Situs Jejaring Sosial Terhadap Kepedulian
Sosial.
28
Penggunaan situs jejaring sosial meliputi Facebook dan
Twitter yang merupakan dua situs jejaring sosial dengan
pengguna terbanyak khususnya remaja. Kedua situs ini bila
dimanfaatkan secara positif maka dapat digunakan untuk
membantu orang lain, memperluas jaringan relasi dan sarana
untuk saling bertukar informasi yang sangat bermanfaat (perilaku
prososial). Selain itu, hal ini juga memungkinkan para
penggunanya untuk dapat menyesuaikan diri (perilaku fleksibel)
dengan para pengguna facebook dan twitter lainnya, sehingga
dapat memunculkan hal-hal positif melalui dunia maya yang
dapat berdampak dalam dunia nyata (Selviana, 2016: 148).
Aktivitas jejaring sosial seperti facebook dan twitter
memberikan pengaruh dalam kehidupan dunia nyata pada remaja,
baik secara prososial maupun anti sosial. Secara prososial, remaja
menggunakan situs jejaring sosial sebagai media pertemanan,
bertukar informasi, memperluas wawasan, bahkan bisnis online
yang dapat memberikan keuntungan secara materi. Sedangkan
secara antisosial, tidak jarang ditemukan adanya pertengkaran
yang terjadi di situs jejaring sosial, menyebarkan foto-foto atau
tautan yang tidak pantas, status-status yang tidak membangun dan
lain sebagainya. Ketika seseorang terpapar dengan media digital
dan internet dalam kurun waktu yang lama, hal tersebut akan
menimbulkan cara baru untuk bersosialisasi, berinteraksi, berpikir
29
dan berperilaku menurut Tapscott dalam jurnal (Selviana, 2016:
148).
Para mahasiswa setidaknya memiliki satu jenis situs jejaring
sosial sebagai sarana untuk membangun komunikasi dan bergaul
dengan orang lain yang kurang lebih berpengaruh dalam
kehidupannya sehari-hari. Dari uraian diatas, dapat dikatakan
bahwa situs jejaring sosial, khususnya facebook dan twitter yang
saat ini kian merebak dikalangan remaja, dapat mempengaruhi
perilakunya dalam kehidupan nyata berdasarkan penelitian
Sponcil dan Gitimu dalam jurnal (Selviana, 2016:148).
d. Implementasi kepedulian sosial mahasiswa Program Studi
Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri Salatiga
Peran aktif mahasiswa dalam berbagai kegiatan ini
mendorong mahasiswa agar lebih mengenal berbagai persoalan
sosial dilingkungan kampus dan masyarakat, menghargai segala
perbedaan yang ada dimasyarakat, belajar bekerjasama dalam
sebuah tim, dan belajar beradaptasi dengan lingkungan. Selain itu
mahasiswa dituntut untuk memberikan solusi terhadap setiap
persoalan sosial yang terjadi dikampus dan dimasyarakat sebagai
salah satu wujud kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan
kampus dan kehidupan sosial dimasyarakat (Anwar, 2018:2).
Nilai-nilai sosial terdiri atas beberapa sub nilai (Zubaidi,
2006: 13). Antara lain:
30
1) Kasih sayang
a) Pengabdian
Memilih diantara dua alternatif yaitu merefleksikan
sifat-sifat Tuhan yang mengarah menjadi pengabdi pihak
lain (ar-rahman dan ar-rahim) atau pengabdian diri sendiri.
Pengabdian pihak lain, bukan berarti tidak ada perhatian
sama sekali terhadap diri sendiri, sehingga mendzolimi
diri seperti tidak makan dan tidak berpakaian. Tapi
senantiasa berusaha mencintai orang lain seperti mencintai
dirinya sendiri. Perhatiannya sama besar baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain. Apa yang patut diperlakukan
terhadap orang lain. Senantiasa memberi dengan kecintaan
tanpa pamrih dan membalas kebaikan pihak lain dengan
lebih baik hanya karena kecintaan. Senantiasa melakukan
yang tersirat dalam tafsir al-fatihah.
b) Tolong menolong
Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Maidah:2. Yang
artinya: “dan tolong menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah SWT sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya. Ayat ini secara eksplisit
menegaskan bahwa setiap individu mempunyai kewajiban
31
saling tolong menolong dalam melaksanakan kebaikan dan
dilarang tolong menolong dalam berbuat kejelekan dan
dosa. Dalam ayat ini Allah memerintahkan seluruh
manusia saling memberikan semangat untuk
melaksanakan apa yang telah Allah perintahkan.
c) Kekeluargaan
Kekeluargaan dalam rumah atau keluarga memang
lebih terasa atau mudah dirasakan, tetapi ketika sudah
berada diluar lingkup keluarga rasa tersebut sulit
didapatkan. Akan tetapi rasa kekeluargaan sangat
dibutuhkan bagi setiap individu, dengan terjalinnya
hubungan kekeluargaan orang akan merasakan kedamaian
dan kebahagiaan.
d) Kesetiaan
Firman Allah SWT dalam Q.S Al-An’am: 162-163,
yang artinya ”Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku
dan matiku hanyalah untuk Allah SWT, Tuhan semesta
alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.
Rangkaian kata-kata dalam ayat diatas seringkali
diucapkan langsung kepada Allah dalam setiap sholat.
Sebagai bukti kesetiaan dan kepasrahan diri seutuhnya
32
kepada Allah. Setia dan rela hanya Allah lah Tuhan
pencipta alam semesta. Dengan mendaklarisikan
kepasrahan dan keputusan segalanya untuk Allah SWT.
Shalat, ibadah, hidup bahkan mati pun hanya untuk Allah
SWT semata. Ini mendeskripsikan betapa setianya
makhluk kepada Tuhannya sehingga setiap waktu
diucapkan.
Kesetiaan yang sekaligus perwujudan kepasrahan
kepada Allah SWT. Sebagai muslim yang berusaha untuk
taat dan taqwa, setiap orang senantiasa dituntut untuk
berbuat benar.
e) Kepedulian
Kepedulian sosial dalam Islam terdapat dalam bidang
aqidah dan keimanan, tertuang dalam syariat serta menjadi
tolak ukur dalam akhlak seorang muslim. Konsep
kepedulian sosial dalam Islam sungguh cukup jelas dan
tegas. Bila diperhatiakan dengan seksama, sangat mudah
ditemui masalah kepedulian sosial dalam Islam terdapat
dalam bidang aqidah dan keimanan, tertuang jelas dalam
syari’ah serta tolak ukur dalam akhlak seorang muslim.
33
2) Tanggung Jawab
a) Nilai rasa memiliki
Sopan santun, mampu menghargai diri sendiri dan orang lain,
bersikap hormat terhadap keluhuran martabat orang lain.
b) Disiplin
Ada tiga unsur dalam kedisiplinan, yaitu: hukum atau
peraturan yang berfungsi sebagai pedoman penilaian, sanksi atau
hukuman bagi yang melanggar aturan, hadiah untuk perilaku yang
baik.
c) Empati
Adalah kemampuan individu dalam menyelami perasaan
orang lain tanpa harus tenggelam didalamnya. Empati adalah
kemampuan individu dalam merasakan perasaan orang lain tanpa
harus larut. Empati adalah kemampuan dalam merespon
keinginan orang lain yang tidak verbalistik. Kemampuan ini di
pandang sebagai kunci menaikkan intensitas dan kedalaman
hubungan dengan orang lain.
3) Keserasian hidup
a) Nilai keadilan
Keadilan adalah memberikan sesuatu sesuai dengan
kebutuhannya atau memberikan hak dan perlakuan yang
sama kepada orang-orang atau kelompok. Keadilan dapat
diartikan memberikan hak seimbang dengan kewajiban atau
34
memberi seseorang sesuai dengan kebutuhannya (Ilyas,
2007:235). Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang
keadilan antara lain Q.S Al-A’raf: 29 yang artinya:
“katakanlah, Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”.
b) Toleransi
Toleransi artinya menahan diri, bersikap sabar,
membiarkan orang berpendapat yang berbeda dengannya, dan
berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat
yang berbeda, sikap toleransi tidak berarti membenarkan
pendangan yang dibiarkan tersebut, tetapi mengakui
kebebasan serta hak asasi.
c) Kerjasama
Jangan melakukan aktivitas-aktivitas yang mendorong
adanya semangat kompetisi. Tetapi gunakan bentuk-bentuk
aktivitas yang saling membantu. Tunjukkan bahwa usaha
setiap kerjasama tidak menganggap diri lebih dominan dan
menganggap paling unggul.
d) Demokrasi
Adalah komunitas warga yang menghirup udara
kebebasan dan bersifat egalitarian, sebuah masyarakat
dimana individu begitu dihargai dan diakui oleh suatu
masyarakat dengan tidak memandang pada perbedaan
keturunan, kekayaan, atau bahkan kekuasaan tertinggi
35
(Muhammad, 2006: 106). Salah satu ciri akan pentingnya
demokrasi sejati adalah adanya jaminan terhadap hak
memilih dan kebebasan menentukan pilihan.
B. Kajian Pustaka
Kajian pustaka berisi tentang telaah terhadap hasil penelitian
terdahulu yang relevan dengan variabel dan permasalahan yang diteliti.
Tujuan dari kajian pustaka adalah untuk menunjukkan originalitas
penelitian dan untuk membedakan hasil penelitian orang lain. Penulis telah
membaca beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan Implementasi
Sikap Empati dan Kepedulian Sosial, Beberapa penelitian yang berkaitan
dengan tema tersebut antara lain:
1. Eva Ning Tyas pada tahun 2017 yang berjudul “Pengaruh Empati
Terhadap Kepedulian Sosial Pada Remaja” Universitas Muhammadiyah
Malang. Skripsi ini menjelaskan tentang kepedulian sosial dikalangan
remaja tingkat SMA. Dalam skripsi ini juga membahas tentang empati,
yang mana disebutkan bahwa empati juga mempengaruhi remaja untuk
melakukan kepedulian sosial di SMA Negeri 1 Garum.
Persamaan kedua skripsi ini terletak pada objek penelitian, kedua skripsi
ini sama-sama meneliti tentang kepedulian sosial. Namun pada skripsi
Eva Ning Tyas menjelaskan pengaruh empati dalam melakukan
kepedulian sosial sedangkan dalam skripsi ini menjelaskan implementasi
sikap empati dan kepedulian sosial. Dalam skripsi Eva Ning Tyas
36
meneliti remaja kelas XI (Sebelas) di SMA Negeri 1 Garum, sedangkan
dalam skripsi ini meneliti mahasiswa di Kampus IAIN Salatiga.
2. Cahyo Waskito Adi pada tahun 2016 yang berjudul “Penanaman
Kepedulian Sosial di MTs Satu Atap Hidayatul Mubtadi’in Kalitapen
Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas” IAIN Purwokerto. Skripsi
ini menjelaskan tentang kepedulian sosial dikalangan remaja tingkat MTs
yang mulai memudar. Dalam skripsi ini juga menjelaskan beberapa cara
penanaman kepedulian dikalangan remaja.
Persamaan kedua skripsi ini terletak pada objek penelitian yaitu
kepedulian sosial. Namun pada skripsi karya Cahyo Waskito Adi meneliti
remaja di MTs Satu Atap Hidayatul Mubtadi’in Kalitapen, sedangkan
dalam skripsi ini meneliti mahasiswa di Kampus IAIN Salatiga.
3. Cahya Janwardi pada tahun 2018 yang berjudul “Internalisasi nilai-nilai
Pendidikan sosial dalam menumbuhkan kepedulian sosial siswa MTs
Negeri Turen” Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Skripsi ini menjelaskan pentingnya Pendidikan untuk menumbuhkan rasa
peduli sosial, karena dalam proses Pendidikan terjadi interaksi sosial antar
manusia. Karena Pendidikan telah memberikan pengajaran tentang baik
dan buruk, secara tidak langsung Pendidikan dituntut untuk lebih dekat
dengan realitas dan permasalahan hidup yang ada dimasyarakat.
Dalam skripsi Cahya Janwardi menjelaskan tentang proses Pendidikan
yang akan menumbuhkan rasa kepedulian sosial terhadap sesama, karena
dalam proses Pendidikan terjadi interaksi sosial antara guru dengan murid
37
ataupun murid dengan murid lainnya. Penelitian ini dilakukan di MTs
Negeri Turen. Sedangkan dalam skripsi ini menjelaskan tentang
penerapan sikap empati dan kepedulian sosial antar mahasiswa baik
dilingkungan kampus ataupun dalam aktifitas keseharian. Penelitian ini
dilakukan di IAIN Salatiga. Akan tetapi kedua skripsi ini mempunyai
kesamaan, yaitu sama-sama meneliti tentang kepedulian sosial.
4. Suyatman pada tahun 2016 yang berjudul “Sikap dan Perilaku Peduli
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang”
Universitas Negeri Semarang. Skripsi ini membahas tentang pentingnya
Pendidikan karakter untuk membentuk generasi yang berakhlak mulia,
karena akhlak mulia merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan. Dijelaskan juga bahwa kecerdasan moral juga penting untuk
menumbuhkan rasa empati sehingga dapat timbul rasa peduli sosial.
Terdapat persamaan antara skripsi karya Suyatman dan skripsi ini, yaitu
sama-sama meneliti tentang kepedulian sosial di ranah mahasiswa.
Namun dalam skripsi suyatman lebih fokus tentang penanaman
Pendidikan karakter untuk menumbuhkan rasa peduli sosial, sedangkan
dalam skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana cara menerapkan sikap
empati serta kepedulian sosial. Perbedaan lainnya adalah tempat
penelitian, skripsi karya suyatman dilakukan di Universitas Negeri
Semarang sedangkan skripsi ini dilakukan di IAIN Salatiga.
5. Dini Destina Sari pada tahun 2016 yang berjudul “Peranan Karang
Taruna Dalam Meningkatkan Kepedulian Sosial Pemuda Kelurahan
38
Margodadi Kecamatan Metro Selatan Kota Metro” Universitas Lampung.
Skripsi ini menjelaskan tentang organisasi kepemudaan yang ada hampir
ada diseluruh Desa, pemuda memiliki arti penting dalam keberlangsungan
hidup. Adanya karang taruna diharapkan dapat menampung aspirasi
masyarakat sekitar, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan sosial
dan kemasyarakatan. Sehingga tiap pemuda wajib memiliki rasa empati
sehingga timbul rasa kepedulian sosial.
Antara skripsi Dini Destina Sari dan skripsi ini memiliki kesamaan yaitu,
sama-sama membahas tentang kepedulian sosial. Namun dalam skripsi
dini Destina Sari membahas pentingnya kepedulian sosial di karang
taruna kelurahan Margodadi sedangkan skripsi ini membahas tentang
kepedulian sosial di kalangan mahasiswa IAIN Salatiga.
Perbedaan antara lima skripsi diatas dengan skripsi ini adalah,
skripsi ini lebih fokus membahas tentang penerapan kepedulian sosial dan
sikap empati, sasarannya adalah mahasiswa IAIN Salatiga. Sedangkan ke
lima skripsi atas ada yang fokus meneliti tentang pengaruh dari empati
dalam melakukan kepedulian sosial, ada yang hanya fokus menjelaskan
tentang kepedulian sosial, ada yang fokus menjelaskan proses Pendidikan
yang lama-lama menumbuhkan rasa peduli pada sesama, ada yang fokus
menjelaskan tentang pentingnya Pendidikan karakter untuk berakhlak
mulia serta kecerdasan moral untuk menumbuhkan rasa empati yang
akhirnya menumbuhkan peduli sosial, ada yang fokus menjelaskan
tentang organisasi kepemudaan yang ada disuatu daerah. Sasarannya juga
39
bermacam-macam, ada yang masyarakat, siswa, ada juga mahasiswa
namun bukan di IAIN Salatiga.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan (field
research) dengan teknik analisis deskriptif yaitu memaparkan secara detail
selengkap mungkin mengenai realitas yang dikaji (Ibrahim, 2015: 11).
Metode kualitatif dilakukan pada kondisi yang dialami langsung kepada
sumber dan peneliti sebagai kunci. Penelitian kualitatif lebih bersifat
deskriptif, sehingga data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar,
tidak menekankan pada angka. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada
proses daripada produk atau outcome (Sugiyono, 2016: 13).
Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif, karena
memperhatikan kejadian-kejadian di lapangan secara langsung kemudian
mencatat yang terjadi di lapangan selanjutnya membuat analisis. Kemudian
menguraikan dan menafsirkan kejadian atau peristiwa yang dialami dengan
bentuk kata-kata.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di IAIN Salatiga yang merupakan salah
satu kampus terbesar di Kota Salatiga. Dalam mendapatkan data informasi
penulis membutuhkan objek mahasiswa yang berada dalam Program Studi
Pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2016. Program Studi PAI berada di
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan (FTIK) yang mana program studi ini
adalah salah satu prodi yang paling banyak peminatnya. Jumlah mahasiswa
41
IAIN Salatiga hari ini telah mencapai 1.874 mahasiswa, sedangkan
mahasiswa PAI angkatan 2016 berjumlah 420 mahasiswa. Penelitian ini
dilaksanakan selama satu bulan dari April - Mei 2020.
C. Sumber Data
Penelitian ini mempunyai dua sumber data yang digunakan, yaitu:
1. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data utama yang dapat
memberikan informasi, fakta dan gambaran peristiwa yang diinginkan
dalam penelitian. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam
pengambilan sampel. Sumber data yang didapatkan yaitu dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan mahasiswa PAI angkatan
2016 yaitu: Amelia Rosa Afriana, Choirul Muna, Umi Kholisna,
Munawaroh, Atikah Ainur Rahmah, Milatun Naila, Jelita Raudya T.S, Siti
Fatjriyah, Nur Hayati, M. Syamsudin Syafi’i, Lailiyati Dzikriyah, Fajar
Timur, Umi Sa’adatul M. Ke 13 mahasiswa tersebut telah mengambil mata
kuliah lebih dari 80 sks atau dengan kata lain mahasiswa semester 8
(delapan) Tahun 2019/2020 sebagai data informasi utama dalam penelitian
ini.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder atau tambahan adalah segala bentuk
dokumen, baik dalam bentuk tulisan maupun foto (Ibrahim, 2015: 70).
Sumber data didapat dari sumber bacaan seperti buku, jurnal, modul yang
digunakan untuk memperkuat informasi dari hasil penelitian.
42
D. Prosedur Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab. Wawancara merupakan prosedur
pengumpulan data yang utama. Wawancara ini dilakukan dengan
mahasiswa PAI yang telah mengambil mata kuliah lebih dari 80 sks atau
dengan kata lain mahasiswa angkatan 2016 Tahun 2019/2020. Teknik
yang digunakan yaitu teknik wawancara semi terstruktur untuk menggali
berbagai informasi secara jelas.
2. Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan sebagai penunjang dalam
pengumpulan data. Observasi dilakukan secara terus terang dengan
menjadi partisipasi pasif untuk melihat secara nyata mengenai
implementasi sikap empati dan kepedulian sosial dalam praktik Hablun
Minal An-nas pada mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Penulis
melakukan pengamatan konsep dan proses berlangsungnya implementasi
sikap empati serta kepedulian sosial, sehingga peneliti mendapatkan hasil
nyata mengenai implementasi sikap empati dan kepedulian sosial dalam
interaksi sosial.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berupa catatan atau data yang didapatkan untuk
melengkapi hasil dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan. Baik
berupa foto-foto kegiatan selama observasi, wawancara dan data-data
43
profil IAIN Salatiga khusunya Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK).
E. Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Patton (dalam Ibrahim, 2015: 105)
adalah suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
suatu pola dan satuan uraian dasar, hingga proses penafsirasn. Dalam konteks
analisis penafsiran dimaksud untuk memberikan arti yang signifikan terhadap
analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-
dimensi uraian. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu
analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi
hipotesis (Sugiyono, 2016: 345)
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan tiga langkah.
Pertama, menghimpun data sebanyak mungkin yang dari mahasiswa yang
bersangkutan tentang sikap empati dan kepedulian dalam hubungan sosial di
kampus. Kedua, data-data yang sudah terkumpul diklasifikasikan sesuai
dengan aspek kajian dalam penelitian yaitu Implementasi sikap empati dan
kepedulian sosial mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam. Ketiga,
data-data yang sudah diklasifikasi dalam aspek penelitian ditafsirkan dan
dimaknai sebagai kesimpulan akhir penelitian.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian
yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk
menguji data yang diperoleh. Pengecekan data yang digunakan dalam
44
penelitian ini yaitu metode triangulasi. Wiliam Wiersma (1986) mengatakan
triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu
(Sugiyono, 2016:273).
1. Triangulasi Sumber
Pengujian kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah didapatkan dari beberapa sumber dari pertanyaan yang sama.
Data tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dan
dimintakan kesepakatan dengan sumber-sumber tersebut.
2. Triangulasi Teknik
Pengujian kredibilitas daata dilakukan dengan pengecekan kepada
sumber data yang sama melalui teknik yang berbeda, diantaranya yaitu
seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi (Sugiyono, 2016:274).
45
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Sejarah Singkat IAIN Salatiga
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga berlokasi di Jalan
Tentara Pelajar Nomor 2 Salatiga, Jawa Tengah. Pada awalnya Lembaga
Pendidikan ini merupakan lembaga swasta yang dinegerikan serta
menjadi bagian dari IAIN Walisongo Semarang. Penegerian Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga tersebut berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Agama Nomor 30 tahun 1970 tanggal 16 April 1970.
Pada tahun 1997, Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Walisongo Semarang yang ada di Salatiga diubah menjadi
Sekolah Tinggi Agama Islam negeri (STAIN) Salatiga, dan secara sah
berdiri secara Independen atau berdiri sendiri di bawah Kementerian
Agama RI. Peralihan status tersebut berdasarkan keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997, tanggal 21 Maret 1997.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga beralih
status menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga berdasarkan
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 143 Tahun 2014 tentang
Perubahan Sekolah Tinggi Salatiga menjadi Institut Agama Islam Negeri
Salatiga tanggal 17 Oktober 2014.
46
Peralihan status menjadi IAIN ini telah membawa berbagai
peningkatan, baik dari segi fisik maupun nonfisik. Sampai saat ini IAIN
Salatiga memiliki tiga lokasi kampus, yaitu Kampun I berlokasi di Jl
Tentara Pelajar No. 2, Kampus II berlokasi di Jl. Nakula Sadewa VA
Nomor 09 Kembang Arum Salatiga, dan Kampus III berlokasi di Jl.
Lingkar Salatiga Pulutan Salatiga. Hal ini sejalan dengan harapan
lembaga untuk nantinya dapat meningkatkan status kelembagaan,
sehingga dapat menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga.
2. Visi, Misi dan Tujuan IAIN Salatiga
1. Visi
Visi lembaga dirumuskan dalam kalimat pendek sebagai berikut:
“Tahun 2030 Menjadi Rujukan Studi Islam-Indonesia bagi
Terwujudnya Masyarakat Damai Bermartabat”
2. Misi
Sejalan dengan Visi diatas, maka Misi IAIN Salatiga diuraikan
sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu
keislaman berbasis pada nilai-nilai keindonesiaan.
2) Menyelenggarakan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu
keislaman bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan.
3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berbasis riset
bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan.
47
4) Mengembangkan budaya masyarakat kampus yang
mencerminkan nilai-nilai Islam-Indonesia.
5) Menyelenggarakan pengelolaan pendidikan tinggi yang
profesional dan akuntabel (Sumber: diambil dari buku OPAK
IAIN Salatiga tahun 2015).
3. Tujuan
Adapun tujuan penyelenggaraan pendidikan IAIN Salatiga adalah:
1) Mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil,
kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa;
2) Menghasilkan lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan
dan atau Teknologi yang berbasis ilmu keislaman untuk memenuhi
kepentingan nasional dan peningkatan daya saing Bangsa;
3) Menghasilkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian
yang memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai keislaman agar
bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan
kesejahteraan umat manusia;
4) Mewujudkan Pengabdian kepada Masyarakat berbasis ilmu
keislaman dan karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dalam
rangka mewujudkan masyarakat damai bermartabat (Buku
Panduan OPAK IAIN Salatiga 2016).
48
3. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan berfungsi untuk
menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional. Tujuannya
adalah untuk membentuk sarjana pendidikan islam, yang memiliki
keahlian dalam pendidikan dan pengajaran Islam dengan keahlian khusus
dalam bidangnya serta berkewenangan menjadi guru atau mengajar
dalam bidang studinya. Adapun gelar sarjana yang diterimanya untuk
alumni strata satu adalah S.Pd.I. atau sesuai peraturan yang berlaku.
Jumlah mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di IAIN
Salatiga paling banyak dibandingkan Fakultas lainnya. Selain karena
usianya yang paling tua di IAIN Salatiga, juga karena minat masyarakat
untuk masuk ke Pendidikan guru masih tergolong tinggi. Tingginya
minat masyarakat untuk mengikuti Pendidikan keguruan tentunya
dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya apresiasi Negara kepada
para pendidik yang tergolong bagus.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) dan melaksanakan
tugas dan fungsinya memiliki visi dan misi yang menjadi pedoman
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi memiliki visi dan misi
sebagai berikut:
49
a. Visi FTIK
Unggul dalam pengembangan pendidikan berbasis nilai-nilai
keislaman dan keindonesiaan.
b. Misi FTIK
1) Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pengajaran berbasis
teknologi, nilai keislaman, dan keindonesiaan
2) Melaksanakan penelitian guna mendorong upaya peningkatan
mutu pendidikan Islam di Indonesia
3) Meningkatkan peran serta Fakultas dalam pengembangan
pendidikan, kebudayaan dan peradaban Islam di Indonesia
4) Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak dalam
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, terutama dalam
bidang pendidikan.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang meliputi 8 Program Studi
dan satu Program Khusus Kelas Internasional (PKKI) dengan rincian
sebagai berikut:
1) Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
2) Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA)
3) Program Studi Tadris Bahasa Inggris (TBI)
4) Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
5) Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
6) Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Alam
50
7) Program Studi Tadris Matematika
8) Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI)
9) Program Khusus Kelas Internasional (PKKI)
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, maka akan
dipaparkan beberapa hasil wawancara dangan narasumber terkait sikap
empati dan kepedulian sosial serta beberapa hal terkait faktor pendorong
dan penghambat. Dan untuk menjaga privasi narasumber, maka penulis
akan menggunakan inisial untuk memaparkan hasil wawancara,
diantaranya: CM, MN, UK, JRTS, ARA, SF, NH, M, MSS, LD, FT, AAR,
USM. Semua mahasiswa tersebut semester 8.
1. Persepsi Mahasiswa Tentang Kepedulian Sosial dan Sikap Empati
Beberapa hasil wawancara yang telah dilakukan kepada beberapa
mahasiswa semester 8 jurusan Pendidikan Agama Islam tentang sikap
empati dan kepedulian sosial. Wawancara ini terfokus pada persepsi
mahasiswa dan implementasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
lingkungan kampus maupun lingkungan masyarakat serta beberapa
faktor yang mendorong dan menghambat.
Kepedulian sosial adalah rasa peduli kepada sesama, membantu
apabila ada orang yang kesusahan, akan membantu orang yang
kesusahan karena sadar jika manusia tidak bisa hidup tanpa saling
tolong menolong, membantu bukan berarti ingin mencampuri urusan
51
orang lain tetapi hanya ingin meringankan beban yang dirasakan
orang lain. Seperti yang dikatakan oleh ARA:
Kepedulian sosial adalah ketertarikan seseorang untuk
meringankan beban orang lain, memiliki keinginan untuk
membantu kesusahan yang menimpa orang lain. Misalnya
seperti tolong menolong, saling membantu saudara kita yang
membutuhkan pertolongan baik secara materi, tenaga atau
yang lainnya. (wawancara 20 April 2020 pukul 09.38 via
WhatsApp)
Berdasarkan wawancara dengan UK, mahasiswa semester 8
program studi PAI Menyatakan jika “kepedulian sosial adalah sebuah
perasaan yang timbul untuk direalisasikan dalam bentuk fisik ataupun
non-fisik yang diberikan pada seseorang atau sekelompok orang yang
membutuhkan pertolongan yang masih bersifat umum. Atau dapat
disimpulkan dengan -membantu sesama berupa materi ataupun non-
materi untuk kemaslahatan masyarakat- “(wawancara 20 April 2020
pukul 17.05 via WhatsApp). Sedangkan menurut SF menyatakan
bawha “kepedulian sosial adalah rasa peduli kepada sesama mahkluk
hidup karena sadar jika manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang
lain, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial”
(Wawancara 20 April 2020 pukul 13.56 via WhatsApp). Seperti yang
dikatakan AAR mahasiswa semester 8 Program Studi PAI,
Menyatakan:
Kepedulian sosial adalah peduli kepada sesama, membantu tanpa
membedakan golongsn, ras, suku, budaya. Jadi ketika membantu
tidak harus memandang perbedaan, karena setiap manusia pasti
memiliki perbedaan. Dan Indonesia perbedaan ras, suku bangsa,
Bahasa, budaya itu sudah menjadi hal yang wajar, karena memang
52
di Indonesia terdapat banyak keragaman, entah itu budaya, Bahasa,
agama dan masih banyak lagi. Terkadang dalam satu komplek
perkampungan pun terdapat berbedaan Bahasa karena mungkin ada
orang perantau atau pendatang. Sehingga jika membantu tapi
dengan membedakan itu sangat tidak benar, karena sesame
tetangga harus saling rukun. Serta memperhatikan lingkungan
sekitar dan siap membantu semampunya jika ada yang kesusahan”
(wawancara 20 April 2020 pukul 13.44 via WhatsApp).
Berdasarkan wawancara kepada NH mahasiswa semester 8
program studi PAI menyatakan: “Kepedulian sosial adalah bagaimana
kita bisa peduli kepada sesama dan sadar terhadap apa yang terjadi
dilingkungan sekitarnya” (wawancara 20 April 2020 pukul 14.44 via
WhatsApp). Wawancara selanjutnya dengan SM mahasiswa semester
8 Program studi PAI Menyatakan bahwa “kepedulian sosial adalah
rasa ingin membantu atau rasa ingin melakukan kebaikan kepada
sesama tanpa melihat kasta atau status sosial” (Wawancara 20 April
2020 pukul 14.47 via WhatsApp). Sedangkan menurut USM
mahasiswa semester 8 Jurusan PAI Menyatakan bahwa “kepedulian
sosial adalah rasa keinginan membantu orang lain, karena manusia
adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain,
dan saling ketergatungan” (wawancara 20 April 2020 pukul 13.43 via
WhatsApp).
Sedangkan empati adalah perasaan mendalam atau dapat
merasakan penderitaan yang dirasakan orang lain. Dengan kata lain
dapat memposisikan diri seakan-akan apa yang menimpa orang lain
itu menimpa dirinya, sehingga ada keinginan untuk membantu
53
seseorang agar tidak kesusahan. Seperti wawancara yang dilakukan
dengan UK, menyatakan bahwa:
“Sikap Empati adalah sebuah kemampuan seseorang untuk
memahami orang lain dengan memposisikan diri sebagai orang
lain, ketika orang lain ditimpa kesusahan maka dia akan memiliki
rasa belas kasihan yang mendalam sehingga timbul rasa ingin
membantunya. Berawal dari rasa peduli yang sangat mendalam
akan menimbulkan rasa ingin membantu” (wawancara 20 April
2020 Pukul 17.05 via WhatsApp).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ARA
Menegaskan bahwa: “empati adalah kemampuan memahami
orang lain berdasarkan kondisi serta ikut merasakan apa yang
orang lain rasakan, misalnya: sedang tertimpa musibah kita juga
turut merasakan duka cita” (wawancara 20 April 2020 pukul
09.38 via WhatsApp). Sedangkan M menyatakan bahwa “empati
adalah ketika melihat kesusahan orang lain, maka hatinya itu
bergetar serta tergerak hatinya untuk membantu dan menolong
seseorang agar tidak kesusahan” (wawancara 20 April pukul
14.47 via WhatsApp).
2. Implementasi Kepedulian Sosial dan Sikap Empati dalam
kehidupan sehari-hari
Setiap manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa
lepas dari bantuan orang lain, termasuk mahasiswa. Mahasisiwa
dalam kehidupan sehari-hari pasti membutuhkan bantuan orang
lain, baik itu dilingkungan kampus maupun dilingkungan
54
masyarakat tempat tinggalnya. Seperti wawancara yang dilakukan
kepada ARA menyayatakan bahwa:
Dalam kehidupan seharihari perlu sekali menerapkan rasa
kepedulian sosial serta sikap empati karena sebagai
makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan orang
lain karena hidup di dunia ini tidak sendiri dan harus
bermasyarakat serta saling ketergantungan satu sama lain.
Dalam kehidupan bermasyarakat pasti ada perbedaan
pendapat sikap yang harus dicerminkan adalah
mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.
Menurut saya cara menerapkan sikap empati dan
kepedulian sosial di lingkungan kampus adalah dengan
cara membantu apabila ada teman yang kesusahan saat
menjawab pertanyaan presentasi, atau apabila ada teman
yang lupa membawa mukena ketika akan melakukan
sholat dan kita meminjamkan. Dan cara menerapkan
dalam lingkungan masyarakat adalah dengan cara
menerapkan hal-hal kecil dalam lingkungan sekitar yang
dimulai dari diri kita sendiri. Misalnya ada teman yang
membutuhkan pertolongan untuk mengambilkan barang
dirumahnya, selagi kita bisa membantu mengambilkan
maka ya dilakukan” (wawancara 20 April 2020 pukul
09.38 via WhatsApp)
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada UK
Menjelaskan bahwa: “manusia adalah makhluk yang selalu
membutuhkan pertolongan orang lain. Dan apabila ada orang
yang berbeda pendapat dengan dirinya maka harus tetap
menghargai dan tidak langsung menyalahkan pendapatnya, saling
bertukar pendapat dan mencari jalan keluar terbaik. Menurutnya
cara menerapkan kepedulian sosial dan sikap empati dalam
lingkungan kampus adalah dengan cara membantu teman yang
sedang terkena musibah menguatkan serta memberi semangat
ketika ada teman yang mempunyai masalah berat, meringankan
55
bebannya walau tidak seberapa dan menanggapi dengan baik
apabila ada teman yang sedang menceritakan keluh kesahnya.
Dan cara menerapkan kepedulian dan sikap empati dalam
lingkungan masyarakat adalah dengan cara melatih serta
membiasakan diri bersikap peduli dan empati, serta turut
merasakan kesedihan yang dirasakan oleh orang sekitar yang
sedang tertimpa musibah, pandai menerapkan diri terhadap apa
yang sedang terjadi disekitar dan berkontribusi dengan apa yang
sedang terjadi” (wawancara 20 April 2020 pukul 17.05 via
WhatsApp).
Sedangkan menurut CM menjelaskan bahwa: “dalam
kehidupan perlu sekali menerapkan kepedulian sosial dan sikap
empati serta bisa menghargai dan menerima perbedaan. Cara
menerapkan sikap empati dan peduli sosial dalam lingkungan
kampus adalah dengan menolong teman dalam pembelajaran,
apabila ada yang bingung dengan tugas dosen atau kebingungan
dalam menjawab soal maka selama bisa membantu, harus
membantu. Cara menerapkan dalam kehidupan masyarakat adalah
dengan cara menerapkan sikap gotong royong serta saling
membantu” (wawancara 20 April 2020 pukul 16.47 via
WhatsApp).
Dalam kehidupan bermasyarakat, penting sekali
menerapkan hal-hal kecil yang bisa membantu permasalahan
56
sekitar, menurut MN menjelaskan bahwa: “perlu sekali
menerapakan hal-hal yang bersifat sosial serta dapat memahami
setiap perbedaan. Cara menerapkan kepedulian sosial dan sikap
empati dilingkungan kampus salah satunya dengan bersosialisasi
dengan baik serta mencari teman yang baik agar selalu terbawa ke
hal-hal baik. Cara menerapkan dalam lingkungan kemasyarakatan
adalah dengan cara bersikap baik kepada semua orang”
(wawancara 20 April 2020 pukul 14.18 via WhatsApp). Menurut
JTRS Memaparkan bahwa “dalam kehidupan sehari-hari penting
sekali menerapkan kepedulian dan sikap empati dan apabila ada
perbedaan pendapat pendapat itu suatu hal yang wajar terjadi dan
tidak perlu dipermasalahkan, karena dengan adanya perbedaan
pendapat kita lebih tahu tentang hal yang sebelumnya kita belum
tahu. Dan cara menerapkan kepedulian sosial serta sikap empati
dalam lingkungan kampus dan lingkungan masyarakat adalah
dengan menolong teman yang kesusahan dan ikut berempati”
(wawancara 20 April 2020 pukul 15.50 via WhatsApp). Menurut
wawancara yang dilakukan dengan LD menjelaskan bahwa:
Dalam kehidupan bersosial perlu sekali menerapkan
kepedulian dan sikap empati, sebab manusia merupakan
makhluk sosial, karena jika ada rasa peduli dan sikap
empati, manusia akan mementingkan dirinya sendiri. Dan
apabila ada perbedaan pendapat maka harus menghargai
setiap pendapat orang lain. Karena setiap manusia
memiliki sudut pandang yang berbeda, sehingga
kemungkinan terjadinya perbedaan pendapat juga besar.
Sedangkan cara menerapkan kepedulian dan sikap empati
dilingkngan kampus adalah dengan berpartisipasi dalam
57
kegiatan jum’at berbagi serta membantu teman yang
sedang kesusahan. Dan cara menerapkan sikap empati dan
pedul sosial dalam kehidupan sehari-hari adalah
membantu siapa saja yang mengalami kesulitan sesuai
dengan kemampuan yang kita miliki” wawancara 20 April
2020 pukul 14.41 via WhatsApp).
Berdasarkan hasil wawancara dengan AAR menjelaskan
bahwa: “manusia harus memiliki sikap empati dan kepedulian
sosial karena kita kita hidup sebagai makhluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain, mulai dari hal kecil dalam
kehidupan sehari-hari, karena kita tidak bisa hidup sendiri. Dan
apabila ada yang berbeda pendapat, itu adalah hal yang wajar
terjadi, karena kita juga hidup dinegara yang majemuk dengan
berbagai keanekaragaman, kita hanya perlu saling menghormati
dan menghargai perbedaan pendapat. Dan cara menerapkan sikap
empati dan kepedulian sosial dalam lingkungan kampus adalah
dengan cara membantu atau menolong teman saat kesulitan dalam
mengerjakan tugas. Dan cara menerapkan kepedulian dan sikap
empati dalam kehidupan bermasyarkat adalah dengan cara peduli
kepada sesama antar tetangga yang sedang membutuhkan
pertolongan atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial
lingkungan sekitar”. (wawancara 20 April 2020 pukul 13.43 via
WhatsApp).
Sedangkan menurut FT Menjelaskan bahwa: “dalam
kehidupan sehari-hari perlu adanya sikap empati dan kepedulian
sosial dan sikap kita terhadap orang yang berbeda pendapat
58
adalah menerima perbedaan. Cara menerapkan sikap empati dan
kepedulian sosial dalam lingkungan kampus adalah dengan
mengajak untuk tidak membuang sampah sembarangan,
sedangkan dilingkungan masyarakat adalah dengan ikut serta
dalam acara kemasyarakatan. Dan menurut SF menjelaskan
bahwa: “hidup bersosial itu harus saling membantu karena
manusia tidak bisa hidup sendiri dan apabila ada yang berbeda
pendapat hendaknya menghargai. Cara mengamalkan sikap
emapati dan kepedulian sosial adalah dengan saling menghargai
sedangkan dalam lingkungan masyarakat adalah dengan
membantu apapun selagi kita bisa dan mampu” (wawancara 20
April 2020 pukul 13.56 via WhatsApp).
Hendaknya sesama manusia memang saling tolong
menolong karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan pasti
membutuhkan pertolongan orang lain, membantu sebisanya dan
semampunya. Menurut NH dalam wawancara yang telah
dilakukan, menjelaskan bahwa: “dalam kehidupan sehari-hari
perlu sekali menerapkan sikap empati dan kepedulian sosial
karena ketika bisa menerapkan maka kesadaran akan
meringankan beban orang lain akan muncul. Apabila ada yang
berbeda pendapat maka hendaknya menghargai pendapat orang
lain, karena setiap manusia berhak berpendapat. Cara menerapkan
sikap empati dan kepedulian sosial dalam lingkungan kampus
59
adalah dengan tidak egois dan apatis, sedangakan dalam
lingkungan masyarakat adalah dengan cara peka terhadap situasi
dilingkungan, tidak cuek dan mau bertanya, saling bertegur sapa”
(wawancara 20 April 2020 pukul 14.44 via WhatsApp).
Berbeda hal nya dengan MSS yang menjelaskan bahwa
“dalam kehidupan sehari-hari tidak perlu menerapkan sikap
empati dan kepedulian sosial karena setiap manusia itu berbeda
dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Jika ada yang
berbeda pendapat cukup diterima dan didengarkan serta dihargai
karena pemikiran setiap manusia itu berbeda. Cara menerapkan
sikap empati dan kepedulian sosial dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara membantu orang tua” (wawancara 20 April 2020
pukul 14.50 via WhatsApp)
Menurut M menjelaskan bahwa: “sikap empati dan
kepedulian sosial itu sangan perlu karena kita diciptakan sebagai
makhluk sosial dimana harus saling tolong menolong sesama, dan
apabila ada yang berbeda pendapat maka sudah seharusnya kita
saling menghargai, karena setiap manusia diciptakan berbeda-
beda, termasuk jalan pikirannya. Cara menerapkan sikap empati
dan kepedulian sosial dalam lingkungan kampus adalah jika ada
teman berusaha selalu ramah dan menyapa, jika ada teman yang
kesulitan karena tidak mendapatkan angkot saya
memboncengkannya sampai kekampus, jika ada yang pulang
60
searah juga diajak pulang bareng, jika ada yang minta tolong
sebisa mungkin membantu. Dan cara menerapkan dalam
lingkungan masyarakat adalah dengan tolong menolong, ikut
andil dalam kegiatan-kegiatan dirumah, beres-beres dan
membantu orang tua, ikut momong ponakkan yang ditinggal kerja
mencari nafkah.” (wawancara 20 April 2020 pukul 14.47 via
WhatsApp).
Dan menurut USM dalam wawacara yang sudah dilakukan
berpendapat bahwa: “dalam kehidupan sehari-hari itu perlu
melakukan kepedulian sosial dan sikap empati sekiranya kita bisa
membantu, misal dilingkup sekitar timbul rasa peduli sehingga
selalu siap membantu ketika ada orang kesusahan. Jika ada teman
yang berbeda pendapat maka kita harus menghargai apa yang
menjadi pendapat mereka, tetapi apabila pendapatnya kurang
tepat maka kita berhak membenarkan, namun ketika kita sudah
berusaha membenarkan namun mereka tidak menerima itu tidak
masalah yang penting kita sudah mengingatkan. Contoh sikap
empati dan kepedulian sosial dalam lingkungan kampus ketika
ada teman yang akan berangkat kuliah tidak ada boncengan dan
tidak ada motor dan tidak bisa naik motor maka sudah
sepantasnya kita membantu dangan cara mengantarkan atau misal
kebetulan sama-sama kuliah maka sudah seharusnya dibantu.
Cara melakukan kepedulian sosial dan sikap empati dalam
61
lingkungan masyarakat yaitu dengan saling mengingatkan apabila
ada kekeliruan” (wawancara 20 April 2020 pukul 13.43 via
WhatsApp).
3. Faktor-faktor yang Menghambat dan Mendukung dalam
Implementasi Kepedulian Sosial dan Sikap Empati
Dalam melakukan penerapan kepedulian sosial dan sikap
empati dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan
kampus atau lingkungan masyarakat. Pasti ada faktor yang
menghambat maupun faktor yang mendukung, berdasarkan hasil
wawancara dengan beberapa mahasiswa maka dapat disimpulkan
tiap individu memiliki faktor yang berbeda. Baik faktor
pendukung maupun faktor penghambat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan CM, Menyatakan
bahwa: “faktor pendorong yang membuat saya melakukan sikap
empati dan kepedulian sosial itu, karena saya juga butuh sikap
empati dari orang lain. Sedangkan faktor penghambat dalam
melakukan sikap empati dan kepedulian sosial adalah kurangnya
rasa menghargai dari teman” (Wawancara 20 April 2020 pukul
16.47 via WhatsApp). Sependapat dengan AAR yang
menjelaskan bahwa: “dalam melakukan sikap empati dan
kepedulian sosial ada faktor yang mendorong untuk melakukan,
yaitu karena kita hidup juga membutuhkan empati dan kepedulian
orang lain. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya
62
rasa kepedulian, egois atau mungkin karena memang benar-benar
tidak bisa membantu” (Wawancara 20 April 2020 pukul via
WhatsApp).
Dan menurut MN menyebutkan bahwa: “faktor pendorong
dalam melakukan sikap empati dan kepedulian adalah karena saya
yakin kebaikan akan dibalas kebaikan. Sedangkan faktor
penghambatnya adalah sikap bodo amat dari setiap individu”
(Wawancara 20 April 2020 pukul 14.18 via WhatsApp).
Sedangakan menurut UK menyebutkan bahwa: “ada beberapa
faktor yang dapat mendorong untuk melakukan sikap empati dan
kepedulian sosial, yaitu faktor internal: dorongan hati nurani dan
pikiran, sedangkan faktor eksternal: “lingkungan yang
membutuhkan uluran tangan. Sedangkan faktor yang
menghambat untuk melakukan sikap empati dan kepedulian sosial
adalah faktor ruang, waktu serta materi dan non-materi”
(Wawancara 20 April 2020 pukul 17.05 via WhatsApp).
Sedangkan menurut ARA menjelaskan bahwa:
“Dalam melakukan sikap empati dan kepedulian sosial ada
faktor pendorongnya yaitu karena sadar sebagai makhluk
sosial yang hidup selalu membutuhkan bantuan orang lain
dan tidak bisa hidup sendiri. Kemudian jika kita berbuat
baik yakin saja pasti ada balasannya untuk kebaikan kita
dan pahala. Sedangkan faktor penghambat dalam
melakukan sikap empati dan kepedulian sosial yaitu
mungkin kondisi dan situasi kita tidak sesuai dengan
keadaannya. Materi juga tidak bisa membantu dengan uang
yang lebih karena kita juga dalam keadaan kekurangan”
(wawancara 20 April 2020 pukul 09.38 via WhatsApp).
63
Menurut JRTS menyebutkan bahwa: “faktor pendorong
melakukan sikap empati dan kepedulian sosial itu karena
persamaan nasib. Sedangkan faktor penghambatnya adalah sikap
cuek dan acuh tak acuh” (wawancara 20 April 2020 pukul 15.50
via WhatsApp). Sedangkan menurut SF menjelaskan bahwa:
“faktor pendorong melakukan sikap empati dan kepedulian sosial
adalah karena manusia tidak bisa hidup sendiri. Sedangkan faktor
penghambatnya terkadang ada rasa enggan untuk melakukannya”
(wawancara 20 April 2020 pukul 13.56 via WhatsApp). Dan
menurut NH menyebutkan “faktor pendorong melakukan sikap
empati dan kepedulian sosial adalah rasa kemanusiaan dan rasa
iba. Kita sesama manusia harus saling menolong” (wawancara 20
April 2020 pukul 14.44 via WhatsApp). Menurut M berpendapat
bahwa:
“faktor pendorong untuk melakukan sikap empati dan
kepedulian sosial adalah karena saya berpegang pada
prinsip [perlakukanlah orang lain seperti kamu ingin
diperlakukan. Karena apa yang dialami orang lain tidak
menutup kemungkinan akan kita alami juga. Bayangkan
ketika kita diposisi mereka]. Sedangkan faktor
penghambatnya adalah terkadang ingin sedekah tetapi
kadang tidak punya uang” (wawancara 20 April 2020
pukul 14.47 via WhatsApp).
Sama seperti yang dijelaskan LD bahwa: “saya selalu
berfikiran bahwa siapa tahu suatu saat saya akan berada
diposisinya, sehingga sikap empati dan peduli sosial dalam diri
saya sedikit demi sedikit akan muncul. Sedangkan faktor
64
penghambatnya yaitu ekonomi, sebab saya belum bisa
menghasilkan uang sehingga saya membantu berupa jasa”
(wawancara 20 April 2020 pukul 14.41 via WhatsApp).
Sedangkan menurut FT menjelaskan bahwa “faktor pendorong
untuk melakukan sikap empati dan kepedulian sosial adalah
kebutuhan akan bersosialisasi sedangkan faktor penghambatnya
adalah rasa malas dan acuh tak acuh” (wawancara 20 April 2020
pukul 14.39 via WhatsApp).
C. Analisis Data
1. Persepsi Mahasiswa Tentang Kepedulian Sosial dan Sikap Empati
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, mahasiswa
Pendidikan Agama Islam telah melakukan sikap empati serta
kepedulian sosial dalam lingkungan kampus maupun lingkungan
masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa mahasiswa
yang aktif diorganisasi kampus dan aktif dikarang taruna desa. Yang
mana hal tersebut merupakan salah satu bukti kesadaran terhadap
sesama, karena dengan mengikuti organisasi maka akan aktif
diberbagai kegiatan sosial. Misal dikampus aktif diorganisasi sehingga
ketika ada yang sedang tertimpa musibah ikut mengumpulkan dana
untuk meringankan beban, hal tersebut dilakukan karena adanya rasa
empati yang akhirnya memunculkan ide untuk meringankan beban.
Serta mahasiswa yang aktif dikarang taruna desa ketika ada desa lain
yang sedang tertimpa musibah akan membantu, misal ada pohon besar
65
tumbang ikut berbondong-bondong menyingkirkan pohon atau
bencana lain, misal ada orang meninggal atau ada orang hajatan ikut
membantu bersama-sama.
Menurut hasil analisis saya berdasarkan hasil wawancara dan
kontak sosial sehari-hari, mahasiswa Pendidikan Agama Islam
memiliki sikap empati yang baik terhadap sesama dan juga memiliki
kepedulian terhadap sesama dan lingkungan, dibuktikan dengan
aktifnya mengikuti kegiatan sosial, baik dikampus maupun
dimasyarakat. Karena kesadaran sosial itu muncul ketika seseorang
dapat ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, yang
akhirnya akan tumbuh kepedulian terhadap sesama. Kehidupan
bersosial tidak bisa lepas dari bantuan orang lain, ketika kita berbuat
baik terhadap orang lain, berarti kita sedang berbuat baik terhadap diri
kita sendiri. Memiliki rasa empati dan peduli sosial tumbuh dari
didikan orang tua atau pernah mengalami hal yang sama, banyak
faktor yang mempengaruhi. Membantu meringankan beban orang lain
itu artinya membantu semampu kita, membantu tidak ikut campur
dalam urusan orang lain. Membantu orang lain tidak boleh
menanyakan hal sesnsitif tetapi cukup menenangkan dan menghibur,
menolong itu atas dasar belas kasihan bukan atas dasar rasa ingin tahu
dan mengorek masalah lalu menceritakan keburukkan didepan umum.
Ketika berniat membantu, membantulah atas dasar kemanusiaan bukan
keinginan mendapat pujian. Berdasarkan hasil analisis saya, maka
66
dapat disimpulkan bahwa Implementasi Sikap Empati dan Kepedulian
Sosial Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam
Negeri secara garis besar sudah berjalan dengan sangat baik. Sesuai
dengan indikator pendapat mahasiswa PAI tentang sikap empati dan
kepedulian sosial, maka dapat di jelaskan sebagai berikut:
a. Pendapat Mahasiswa PAI tentang sikap empati
Mengacu dari hasil wawancara yang telah dilakukan
kepada 13 mahasiswa Pendidikan Agama Islam semester 8. Sudah
mengetahui secara umum makna dari sikap empati. Banyak dari
mereka yang memiliki persamaan pendapat dan beberapa
mahasiswa berbeda pendapat namun masih dalam satu haluan.
Tidak ada pertentangan pendapat, mereka menjelaskan makna
sikap empati dengan baik.
Pengetahuan makna sikap empati oleh beberapa
mahasiswa, telah membuktikan bahwa apa yang sudah diketahui
selanjutnya diamalkan dalam kehidupan dilingkungan kampus
maupun lingkungan masyarakat. Menurut mereka sikap empati
adalah rasa yang akan timbul ketika melihat kesusahan orang lain,
yang dari perasaan itu akan timbul keinginan untuk saling tolong
menolong. Empati itu berarti bisa merasakan penderitaan orang
lain, dan dapat memposisikan diri dalam penderitaan tersebut (rasa
yang mendalam).
67
b. Pendapat Mahasiswa tentang kepedulian sosial
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 13
mahasiswa PAI semester 8, diperoleh hasil yang baik. Sebagian
besar dari mereka dapat menjelaskan dengan baik makna dari
kepedulian sosial. Tidak ada pertentangan pendapat dari hasil
wawancara, mereka mengetahui makna kepedulian sosial.
Walaupun memiliki jawaban yang beragam, namun makna tersirat
dari apa yang dijelaskan mereka adalah sama.
Mereka menjelaskan jika kepedulian sosial itu sebuah rasa
yang timbul untuk membatu sesama baik secara materi maupun
non-materi. Kepedulian sosial itu sangat penting, karena setiap
manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Dan pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu
membutuhkan bantuan orang lain, jadi ketika kita berbuat baik
kepada orang lain berarti kita sedang berbuat baik pada diri kita
sendiri.
2. Implementasi Kepedulian Sosial dan Sikap Empati dalam
kehidupan sehari-hari
Setalah mengetahui berbagai pendapat yang telah dihasilkan dari
wawancara kepada mahasiswa PAI semester 8, mereka sudah mengerti
makna dari sikap empati dan kepedulian sosial. Setelah mengetahui
makna alangkah lebih baik jika dapat mengamalkan sikap empati dan
68
kepedulian sosial baik dalam lingkungan kampus atau lingkungan
masyarakat, maka telah diperoleh simpulan sebagai berikut:
a. Implementasi Sikap Empati dan Kepedulian Sosial dalam
lingkungan kampus
Setiap manusia tidak bisa lepas dari bantuan orang lain,
dalam setiap kegiatan selalu membutuhkan bantuan termasuk
ketika dikampus. Seorang mahasiwa sudah seharusnya dapat
mengamalkan apa yang telah diketahui, mulai dari hal kecil agar
ketika terjun ke masyarakat bisa bersosial dengan baik.
Contoh kecil adalah membantu menjawab pertanyaan
ketika ada teman yang sedang prsentasi, membantu teman apabila
ada yang kesusahan, mengajak untuk membuah sampah pada
tempatnya, membantu mengantar teman apabila ada yang mau
kekampus tapi tidak ada motor dan tidak bisa naik motor,
mengajak teman berangkat bareng apabila ada yang kesusahan
mendapat angkot untuk berangkat ke kampus, membantu
menjelaskan tugas dari dosen apabila ada teman yang masih
bingung dengan tugas saling menghargai pendapat orang lain,
meminjamkan mukena kepada teman yang mau sholat dan lupa
tidak membawa mukena, ikut serta dalam kegiatan jumat berbagi.
69
b. Implementasi Sikap Empati dan Kepedulian Sosial dalam
lingkungan masyarakat
Seorang mahasiswa pada akhirnya akan terjun
kemasyarakat, dalam kehidupan bersosial ini sangat perlu sekali
menerapkan sikap empati dan kepdulian sosial. Mulai menerapkan
hal kecil yang dimulai dari diri sendiri. Karena seperti apapun
Pendidikan muara terakhir adalah kembali ke keluarga dan
masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara kepada 13 mahasiswa
PAI semester 8, maka diperoleh beragam cara untuk menerapkan
sikap empati dan kepedulian sosial.
Beberapa cara mahasiswa PAI untuk mengimplementasikan
sikap empati dan kepedulian sosial adalah dengan menerapkan
sikap gotong royong, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan,
bersikap baik kepada lingkungan, senang menyapa, membantu
orang yang kesusahan sebisa dan semampu kita, membantu orang
tua, saling menghargai dan toleransi.
3. Faktor-faktor yang Menghambat dan Mendukung Implementasi
Kepedulian Sosial dan Sikap Empati
Dalam menerapkan sikap empati dan kepedulian sosial, baik dalam
lingkup kampus maupun lingkungan masyarakat tentu ada beberapa
faktor yang mendorong serta menghambat, berikut beberapa
penjabarannya:
70
a. Faktor Pendorong
Dalam melakukan kebaikan tentu ada faktor yang
mendorong, berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa PAI
semester 8 beberapa mahasiswa menjelaskan bahwa, setiap
manusia ingin diperlakukan baik dengan orang lain, sehingga
sudah sepantasnya untuk berbuat baik dulu kepada orang lain,
dorongan dari hati nurani, pikiran, kebaikan akan dibalas dengan
kebaikan, melatih diri menjadi lebih baik, belajar menghargai.
b. Faktor Penghambat
Hasil dari wawancara dengan beberapa mahasiwa PAI
semester 8 maka diperoleh beberapa faktor penghambat dalam
menerapkan sikap empati dan kepedulian sosial, diantaranya:
kurangnya rasa saling menghargai, kondisi yang tidak sesuai,
tingginya egois, belum sadar akan kewajiban, ingin membantu
teman yang butuh secara mter namun belum bekerja sehingga tidak
bisa membantu, kurangnya kesadaran atau males berbuat baik,
sedekatnya kita dengan seseorang kalau dalam diri kita tidak
timbul kesadaran.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan baik secara
teoritik atau empirik sebagai berikut:
1. Pengetahuan mahasiswa tentang sikap empati dan kepedulian sosial
sudah sangat baik, sebagian besar dari mereka memiliki pendapat yang
sama. Walaupun menjelaskan dengan Bahasa yang bebeda, namun
memiliki arti yang sama. Setelah mengetahui makna dari sikap empati
dan kepedulian sosial, mahasiswa diharapkan bisa mengamalkan apa
yang sudah diketahui. Mereka berpendapat bahwa sikap empati adalah
rasa yang mendalam terhadap sesuatu, ketika melihat kesusahan orang
lain maka bisa memposisikan diri seakan-akan dia pun mengalami
kesulitan tersebut. Sikap empati adalah rasa mengerti dan peduli
terhadap sesama, dan sadar terhadap kesulitan yang menimpa orang
lain. Sikap empati sangat penting dimiliki oleh setiap orang, karena
dari rasa empati maka akan timbul rasa ingin membantu meringankan
beban orang lain. Sedangkan menurut mereka, kepedulian sosial
adalah tindakan yang dilakukan setelah timbul rasa empati. Kepedulian
sosial sangat penting dilakukan karena setiap manusia tidak bisa hidup
tanpa bantuan orang lain, karena pada dasarnya manusia adalah
makhluk sosial yang akan membutuhkan bantuan orang lain. Maka
ketika ada yang kesusahan sudah seharusnya membantu, agar ketika
72
mengalami kesulitan ada yang membantu. Karena pasti akan ada rasa
timbal balik, kebaikan akan dibalas kebaikan. Karena ketika kita
berbuat baik kepada orang lain, maka sama saja kita sedang berbuat
baik kepada diri kita sendiri. Membantu bisa dengan bentuk apa saja,
selama kita membantu maka usahakan membantu.
2. Implementasi sikap empati dan kepedulian sosial
Setelah mengetahui makna dari sikap empati dan kepedulian sosial,
berikut beberapa cara untuk mengimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari:
a. Membantu orang lain sebisanya, semampunya
b. Memiliki rasa peka
c. Membantu teman menjawab pertanyaan ketika sedang
presentasi
d. Meminjamkan mukena kepada teman yang lupa membawa
mukena
e. Membantu teman yang sedang tertimpa musibah
f. Menguatkan serta memberi semangat ketika ada teman yang
mempunyai masalah berat
g. Menanggapi dengan baik apabila ada teman yang sedang
menceritakan keluh kesahnya
h. Membiasakan diri bersikap empati dan peduli
i. Turut merasakan kesedihan yang sedang dirasakan orang lain
j. Pandai memposisikan diri serta berkontribusi
73
k. Menghargai serta menerima perbedaan
l. Menolong teman dalam pembelajaran
m. Menjelaskan tugas yang diberikan dosen ketika teman
mengalami kebingungan
n. Gotong royong dan toleransi
o. Bersosialisasi dengan baik serta mencari teman yang baik agar
selalu terbawa dalam hal yang baik
p. Bersikap baik kepada semua orang
q. Mengajak agar tidak membuang sampah sembarangan
r. Ikut dalam acara kemasyarakatan
s. Tidak egois dan apatis
t. Tidak cuek dan saling tegur sapa
u. Menghargai perbedaan pendapat karena setiap manusia berhak
berpendapat, karena setiap manusia diciptakan berbeda-beda
termasuk jalan pikirnya
v. Memboncengkan teman yang tidak mendapatkan angkot
w. Ketika ada teman yang rumahnya searah dan tidak bisa naik
motor, membantu dengan cara memboncengkannya
x. Ikut aktif dalam kegiatan kesosialan didesa
y. Mengingatkan teman apabila ada kekeliruan.
74
B. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, peneliti memberikan saran:
1. Bagi mahasiswa: sebagian besar mahasiswa telah mengetahui
makna dari sikap empati dan kepedulian sosial, diharapkan bisa
melakukan penerapan dalam kehidupan sehari-hari baik dikampus
maupun lingkungan masyarakat.
2. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian mengenai penerapan
sikap empati dan kepedulian sosial serta faktor-faktor lain yang
mendukung perilaku sikap empati dan kepedulian sosial.
75
DAFTAR PUSTAKA
Admizal, dkk. Pendidikan nilai kepedulian sosial pada siswa kelas V di Sekolah
Dasar. Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Vol 3 No 1. Tahun 2018.
Akib, Haedar. Implementasi kebijakan. Jurnal Administrasi Publik, Vol 1 No. 1.
Tahun 2010.
Almizan. Meningkatkan etos kerja berkualitas dan kepedulian sosial. Jurnal
ekonomi dan bisnis Islam. Vol 2 No 1. Tahun 2017.
Andayani, Tri Rejeki. Studi meta-analisis: empati dan bullying. Buletin Psikologi.
Vol 20 No 1-2. Tahun 2012.
Anwar, Harry. Peran perguruan tinggi dalam pengembangan kepedulian sosial
mahasiswa. Jurnal Sosiohumanitas Vol. XX Edisi. 1. Tahun 2018.
Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Fauziah, Nailul. Empati, persahabatan, dan kecerdasan adversitas pada
mahasiswa yang sedang skripsi. Jurnal Psikologi UNDIP Vol. 13 No.
1. Tahun 2014.
H, Utami, dkk. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap sikap peduli sosial
siswa di SMP Negeri 1 Palembang. Jurnal Bhineka Tunggal Ika Vol.
6 No. 1. 2019.
Hasyim, Muchlish, Muhammad. Cerita bertema moral dan empati remaja awal.
Jurnal Psikologi Vol. 7 No. 1. Tahun 2012.
Ibrahim, 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif Panduan Penelitian Beserta
Contoh Proposal Kualitatif. Bandung: Alfa Beta.
76
Ilyas, Yunahar.2007. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Lembaga pengkajian dan
pengalaman Islam.
Indriasari, Emi. Meningkatkan rasa empati siswa melalui layanan konseling
kelompok dengan Teknik sosiodrama pada siswa kelas XI IPS 3 SMA
2 Kudus Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal Konseling Gusjigang Vol. 2.
No. 2. Tahun 2016.
Ismail, Asep Usman. Kesejahteraan sosial perspektif Al-Qur’an. Jurnal Ilmu
Kesejahteraan Sosial. Vol 4 No 1. Tahun 2015.
Muhammad, Ahsin sakho. 2006. Ensiklopedi Al-qur’an. Jakarta: Batara Offset.
Selviana. Empati dan penggunaan situs jejaring sosial sebagai faktor dalam
membentuk moral remaja. Jurnal Psikologi Ulayat, Vol 3 No. 2.
Tahun 2016.
Setiawan, Auliya, Muh, dkk. Penerapan model analisis dilema moral terhadap
sikap peduli sosial siswa pada kompetensi dasar menampilkan sikap
positif berpancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Jurnal
penelitian Pendidikan Vol 20 No. 1. Tahun 2017.
Setiawan, Guntur. 2004. Implementasi dalam birokrasi pembangunan. Jakarta:
Balai Pustaka.
Solekhah, Anna Mudarisatus, dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Empati terhadap prilaku prososial pada anak sekolah dasar. Tahun
2018.
Sugiyono. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfa Beta.
77
Suratman, dkk. 2015. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Malang: Intimedia.
Suyadi. 2013. Strategi pembelajaran Pendidikan karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Tabi’in, Ahmad. Menumbuhkan sikap peduli pada anak melalui interaksi
kegiatan sosial. Jurnal Ijtimaiya_Vol. 1 No. 1. Tahun 2017.
Umayah, dkk. Pengaruh Empati Emosional Terhadap Perilaku prososial yang
dimoderasi oleh jenis kelamin pada mahasiswa. Jurnal Psikologi
Sosial. Vol 15 No 02. Tahun 2017.
Usman, Nurdin. 2002. Konteks implementasi berbasis kurikulum. Jakarta:
Grasindo.
Zubaidi. 2006. Pendidikan berbasis masyarakat. Yogyakarta: pustaka pelajar.
78
Instrumen Penelitian
1. Apa yang anda ketahui tentang kepedulian sosial?
2. Apa yang anda ketahui tentang sikap empati?
3. Menurut anda, perlukah dalam kehidupan sehari-hari menerapkan
kepedulian sosial dan sikap empati?
4. Bagaimana sika panda jika ada teman yang berbeda pendapat dengan
anda?
5. Bagaimana cara anda menerapkan kepedulian sosial dan sikap empati
dilingkungan kampus?
6. Bagaimana cara anda menerapkan kepedulian sosial dan sikap empati
dalam kehidupan sehari-hari?
7. Faktor apa yang mendorong anda menerapkan kepedulian sosial dan sikap
empati dalam kehidupan sehari-hari?
8. Faktor apa yang menghambat anda menerapkan kepedulian sosial dan
sikap empati dalam kehidupan sehari-hari?
79
Nama: Amelia Rosa Afriana
Jurusan: PAI
Semester: 8
1. Menurut pendapat saya, kepedulian sosial adalah ketertarikan
seseorang untuk meringankan beban orang lain. Seperti, saling tolong
menolong, saling membantu saudara kita yang membutuhkan baik
materi, tenaga ataupun yang lainnya.
2. Empati adalah kemampuan memahami orang lain dan kondisi ikut
merasakan apa yang orang lain rasakan, misalnya sedang ditimpa
musibah kita juga turut berduka cita.
3. Perlu, kerena kita sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bantuan
orang lain kita hidup di dunia ini tidak sendiri dan harus bermasyarakat
serta saling ketergantungan antara satu orang dengan yang lainnya,
4. Mendengarkan dan menghargai pendapatnya
5. Dengan car ajika teman kita kesusahan seperti contohnya tidak bisa
menjawab pertanyaan saat presentasi kita membantu menjawab jika
kita bisa. Contoh lain jika teman kita lupa tidak membawa mukena saat
sholat kita meminjamkan mukena kepada orang tersebut.
6. Dengan cara diterapkan dari hal-hal terkecil di lingkungan sekitar kita
dahulu, misalnya ada teman kita meminta tolong mengambilkan
sesuatu selagi kita bisa kita lakukan
80
7. Karena kita sebagai makhluk sosial yang hidup selalu membutuhkan
bantuan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri. Kemudian jika kita
berbuat baik, yakin saja pasti ada balasannya buat kita kebaikan dan
pahala,
8. Mungkin kondisi dan situasi kita tidak sesuai dengan keadaannya,
materi juga tidak bisa membantu dengan uang yang lebih karena kita
juga dalam keadaan kekurangan.
Nama: Choirul Muna
Jurusan: PAI
Semester: 8
1. Kepedulian sosial adalah saling membantu, gotong royong dan peduli
kepada sesama
2. Empati adalah mengerti sesamanya, memahami kesedihan yang
dirasakan orang lain
3. Perlu sekali, karena kita makhluk sosial yang akan membutuhkan
kepedulian orang lain juga
4. Menghargai serta menerima perbedaan, karena itu hal yang wajar
5. Menolong teman dalam pembelajaran
6. Menerapkan sikap gotong royong dan saling membantu
7. Karena saya juga butuh sikap empati dari orang lain
8. Kurangnya rasa saling menghargai
81
Nama: Umi Kholisna
Jurusan: PAI
Semester: 8
1. Sebuah rasa yang timbul untuk direalisasikan dalam bentuk fisik
ataupun non-fisik yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok
orang yang membutuhkan dan bersifat umum. Atau diartikan dengan
“membantu sesama berupa materiil dan non-materiil untuk
kemaslahatan masyarakat.
2. Yaitu sebuah kemampuan seseorang untuk memahami orang lain
dengan memposisikan diri sebagai orang yang terkena musibah
3. Perlu, karena kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa
bantuan orang lain.
4. Menghargainya atau tidak langsung menyalahkan pendapatnya, saling
bertukar pendapat dan mencari jalan keluar yang terbaik
5. Apabila ada teman yang sedang tertimpa musibah dibantu, menguatkan
dan memberi semangat ketika ada teman yang mempunyai masalah
berat, meringankan bebannya walau tidak seberapa dan menanggapi
dengan baik apabila ada seorang teman yang sedang berkeluh kesah
6. Melatih diri atau membiasakan diri bersikap peduli dan empati, turut
merasakan apa yang sedang terjadi dan berkontribusi dengan bak apa
yang ada didepannya
7. Faktor internal: dorongan hati nurani dan pikiran. Faktor eksternal:
lingkungan yang membutuhkan uluran tangan
82
8. Faktor ruang, waktu dan materiil atau non-materiil
Nama: Munawaroh
Jurusan: PAI
Semester: 8
1. Menurut saya, kepedulian sosial adalah rasa ingin membantu atau rasa
ingin melakukan kebaikan terhadap orang lain tanpa pandang bulu
2. Empati menurut saya itu jiwa kita ikut bergetar mendengar atau melihat
seseorang yang sedang tertimpa musibah, dan kita tergerak untuk
menolongnya tanpa meminta balasan.
3. Sangat perlu, karena kita diciptakan sebagai makhluk sosial dimana kita
harus saling tolong menolong sesama.
4. Menghargai, mungkin memang jalan pikirannya berbeda. Karena
manusia diciptakan berbeda-beda, tidak ada yang sama
5. Cara menerapkannya: jika ada teman berusaha selalu ramah dan
menyapa, jika ada teman yang kesulitan karena tidak mendapatkan
angkot saya memboncengkannya sampai ke kampus
6. Tolong menolong, ikut andil dalam kegiatan-kegiatan dirumah beres-
beres membantu orang tua, ikut momong ponakkan yang ditinggal kerja
mencari nafkah
7. Karena saya berprinsip “perlakukanlah orang lain seperti kamu ingin
diperlakukan” karena apa yang dialami orang lain tidak menutup
kemungkinan akan kita alami juga, bayangkan ketika kita diposisi
mereka.
83
8. Ingin bersedekah tapi kadang tidak punya uang
Nama: Atikah Ainur Rahmah
Jurusan: PAI
Semester: 8
1. Peduli ke sesama, tanpa membeda-bedakan golongan, agama, ras, suku,
budaya memperhatikan lingkungan sekitar dan saling membantu
2. Keinginan untuk menolong sesama karena mengetahui keadaan mereka
3. Perlu, karena kita hidup sebagai makhluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain, mulai dari hal kecil dalam kehidupan
sehari-hari karena kita tidak bisa hidup sendiri
4. Berbeda pendapat itu wajar, karena kita juga hidup dinegara yang
majemuk dengan berbagai keanekaragaman, kita hanya perlu saling
menghormati dan menghargai perbedaan pendapat
5. Membantu atau menolong teman saat kesulitan mengerjakan tugas
6. Peduli kepada sesama, antar tetangga yang sedang membutuhkan
pertolongan atau ikut partisipasi dalam kegiatan sosial lingkungan
sekitar
7. Karena kita hidup juga membutuhkan empati dan kepedulian orang lain
8. Kurangnya rasa kepedulian, egois atau memang benar-benar tidak bisa
membantu
Nama: Milatun Naila
Jurusan: PAI
Semester: 8
84
1. Tindakan yang dilakukan apabila melihat orang yang sedang tertimpa
musibah
2. Sikap yang ditunjukkan, serta memposisikan diri dalam kondisi
kesusahan yang sedang dirasakan orang lain
3. Perlu sekali, karena kita makhluk sosial
4. Memahami perbedaan, karena tiap orang berhak berpendapat
5. Bersosial dengan baik dan mencari teman yang baik agar kita terbawa
ke hal yang baik
6. Bersikap baik kepada sesama manusia dikehidupan sehari-hari
7. Karena kebaikan akan dibalas kebaikan
8. Sikap bodo amat
Nama: Jelita Raudya
Jurusan: PAI
Semester: 8
1. Kepedulian sosial itu ketika melihat keadaan sosial ikut merasakan
suasana yang ada disana
2. Empati itu ketika kita bisa merasakan sesuatu dari orang lain dan
tergerak untuk membantunya
3. Perlu sekai, karena kita adalah makhluk sosial
4. Perbedaan pendapat itu suatu hal yang wajar dan tidak perlu
dipermasalahkan karena dengan adanya perbedaan pendapat kita lebih
tahu tentang hal yang tadinya belum kita tahu
85
5. Menolong teman yang kesusahan, ikut berempati kepada mereka yang
sedang terkena musibah
6. Ikut berempati ketika melihat kesulitan orang lain
7. Karena pernah merasakan kesulitan yang diraskan orang lain
8. Sikap cuek dan acuh tak acuh
Nama: Siti Fatjriyah
Jurusan: PAI
Semester: 8
1. Suatu hal yang dilakukan seseorang kepada orang lain karena ingin
membantu meringankan kesuliatan orang lain
2. Rasa peduli dari seseorang kepada orang lain sebagai makhluk yang
tidak bisa hidup sendiri
3. Perlu, karena manusia tidak bisa hidup sendiri
4. Menghargai pendapat teman
5. Saling menghargai
6. Membantu apa yang perlu dibantu dan semampu kita
7. Karena manusia tidak bisa hidup sendiri
8. Terkadang ada rasa enggan untuk membantu
Nama: Nur Hayati
Jurusan: PAI
Semester: 8
1. Menurut saya, kepedulian sosial adalah bagaimana kita peduli atau peka
terhadap situasi disekitar kita atau lingkungan
86
2. Peduli terhadap sesuatu dan seolah-olah kita yang mengalami hal itu
3. Perlu, karena ketika kita menerapan hal itu maka kepekaan akan
muncul
4. Menghargai pendapatnya, karena setiap orang punya hak untuk
berpendapat
5. Intinya ketika ada sesuatu kita ikut terbawa, seolah-olah merasakan hal
tersebut, tidak egois dan tidak cuek
6. Peka terhadap situasi di lingkungan, tidak cuek dan mau bertanya
7. Rasa kemanusiaan, rasa iba. Kita manusia harus saling tolong menolong
8. Terkadang rasa cuek, egois muncul sehingga sikap sosial dan empati
tersebut kadang kalah dengan rasa cuek tadi
Nama: M. Syamsudin Syafi’I
Jurusan: PAI
Semester:8
1. Seseorang membantu orang lain
2. Merasakan apa yang dirasakan orang lain
3. Perlu, namun tidak harus. Karena tiap manusia itu beda-beda dan tidak
bisa disamakan
4. Diterima dengan baik dan dihargai karena tiap manusia punya pikiran
yang berbeda
5. Menghormati teman
6. Membantu orang tua
7. Karena kasihan melihat penderitaan orang lain
87
8. Karena rasa malas
Nama: Lailiyati Dzikriyah
Jurusan: PAI
Semester: 8
1. Kepedulian terhadap sesama makhluk hidup
2. Sikap empati merupakan sikap yang kita tunjukkan sebagai rasa
kepedulian kita terhadap orang lain
3. Sangat diperlukan sekali, sebab manusia merupakan merupakan
makhluk sosial, jika tidak ada sikap empati maka manusia hanya akan
mementingkan diri sendiri
4. Menghargai setiap pendapatnya, karena kita memiliki sudut pandang
yang berbeda, maka dari itu kemungkinan beda pendapat juga sangat
besar
5. Ikut berpatisipasi dalam kegiatan jum’at berbagi, membantu teman
yang sedang dalam kesusahan
6. Membantu siapa saja yang sedang dalam kesusahan sesuai kemampuan
yang saya miliki
7. Saya selalu berpikiran bahwa siapa tahu suatu saat saya akan berada
diposisinya. Sehingga sikap sosial dan empati dalam diri saya sedikit
demi sedikit muncul
8. Faktor ekonomi. Sebab saya belum bekerja dan belum menghasilkan
uang. Jadi saya hanya bisa membantu non-materi
Nama: Fajar Timur
88
Jurusan: PAI
Semester: 8
1. Peduli sosial berarti memiliki rasa peduli terhadap masyarakat sekitar,
entah tetangga atau keluarga
2. Sikap empati itu rasa peduli terhadap sesama
3. Perlu
4. Menerima perbedaan
5. Contoh mengajak untuk tidak membuang sampah sembarangan
6. Ikut serta dalam acara kemasyarakatan
7. Kebutuhan akan bersosialisasi
8. Rasa malas dan mungkin acuh tak acuh
Nama: Umi Sa’adatul. M
Jurusan: PAI
Semester: 8
1. Ketertarikan kita untuk membantu orang lain, karena manusia itu
makhluk sosial sehingga tidak bisa hidup sendiri. Manusia itu saling
tolong menolong
2. Empati itu merasakan keadaan yang menimpa orang lain, ketika ada
yang tertimpa musibah atau butuh pertolongan kita langsung timbul
rasa ingin membantu karena ada rasa belas kasihan
3. Perlu, karena ketika kita melihat orang membutuhkan pertolongan
dan sekiranya bisa membantu ya kita bantu, intinya ketika ada yang
membutuhkan pertolongan kita tanggap membantu
89
4. Tetap menghargai pendapat orang lain, dan ketika pendapatnya
keliru kita boleh mengingatkan. Masalah diterima atau tidak itu
bukan lagi hak kita
5. Ketika ada teman yang tidak bisa naik motor dan tidak membawa
motor, kita membantu mengantarnya sampai kampus
6. Menerapkan hal-ahal kecil, menegur kekeliruan dengan halus
karena baik menurut kita belum tentu baik menurut orang lain
7. Faktor yang mendorong itu karena didikan sejak kecil, tapi ketika
sudah besar bisa saja tidak sesuai didikan karena manusia itu bisa
berubah
8. Rasa malas, sedekat-dekatnya seorang teman tetap kita engga
membantu ketika kita tidak ada rasa belas kasihan kepada orang
lain.
90
Daftar Gambar
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105