IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN TAHUN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity...PKH...
Embed Size (px)
Transcript of IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN TAHUN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity...PKH...

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN TAHUN 2016
DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DI KELURAHAN KAWAL KECAMATAN GUNUNG KIJANG
KABUPATEN BINTAN
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
RISMALA WATY
NIM: 130563201078
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG 2017

1
IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN TAHUN 2016
DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DI KELURAHAN KAWAL KECAMATAN GUNUNG KIJANG
KABUPATEN BINTAN
RISMALA WATY
Program Studi Ilmu Admnistrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
PKH (Program Keluarga Harapan) merupakan program perlindungan
sosial melalui pemberian bantuan tunai bersyarat kepada rumah tangga sangat
miskin dimaksudkan sebagai upaya, meningkatkan kualitas hidup melalui
perubahan perilaku terhadap pendidikan dan kesehatan serta mendukung
tercapainya kesejahteraan sosial. Implementasi PKH di Kelurahan Kawal mulai
dilaksanakan pada tahun 2015.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi
PKH Tahun 2016 di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten
Bintan, serta faktor Penghambat implementasi PKH Tahun 2016 di Kelurahan
Kawal Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Penelitian ini menggunakan
Teori Van Meter dan Van Horn. Dimana menurut Van Meter dan Van Horn
proses implementasi kebijakan itu dilakukan untuk meraih kinerja dari
implementasi kebijakan (penilaian terhadap pencapaian standar dan sasaran
kebijakan) yang telah ditetapkan diawal. Teori ini akan digunakan untuk melihat
bagaimana implementasi PKH di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Teknik Pengumpulan
data dengan melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan dalam
penelitian ini, yaitu Kasubag Penyusun Program di Dinas Sosial Kabupaten
Bintan, Koordinator PKH Kabupaten Bintan, Pendamping PKH Kecamatan
Gunung Kijang, Lurah Kelurahan Kawal, serta Peserta PKH.
Adapun hasil penelitian dari wawancara tersebut menunjukkan bahwa
Dimensi standard dan sasaran kebijakan PKH sudah jelas dan terukur. Dimensi
sumber daya sudah mencukupi mulai dari SDM, Fasilitas dan Anggaran. Dimensi
Hubungan Antarorganisasi, dari segi sosialisasi PKH masih kurang maksimal.

2
Dimensi Karakteristik Agen pelaksana juga sudah memiliki struktur birokrasi dan
SOP yang jelas. Dimensi Kondisi sosial, ekonomi, politik sudah mendukung
untuk pelaksanaan PKH di Kelurahan Kawal, namun dari lingkungan politik
kurang, karena kebijakan PKH tidak berkaitan dengan politik. Dimensi Disposisi
masih kurang mendukung implementasi PKH di Kelurahan Kawal.
Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi PKH
tahun 2016 di Kelurahan Kawal belum berjalan dengan lancar sesuai harapan.
Diharapkan kepada Dinas Sosial Kabupaten Bintan selaku pelaksana PKH di
Kabupaten dalam implementasi PKH untuk lebih meningkatkan monitoring dan
evaluasi dari setiap proses pelaksanaan PKH, salah satu caranya yaitu dengan
menambah sarana sosialisasi secara maksimal, dan menerapkan sanksi yang tegas
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Kata Kunci: Implementasi, PKH (Program Keluarga Harapan)
ABSTRACT
Family Hope Program (PKH) is a social protection program through
conditional cash transfers to very poor households as an effort, improving the
quality of life through behavioral changes to education and health and supporting
the achievement of social welfare. Implementation of PKH in Kawal Village
began in 2015.
The purpose of this study is to know how the implementation of PKH in
2016 in Kawal Village, Gunung Kijang Sub district of Bintan Regency, and the
Impedement factor of PKH implementation in 2016 in Kawal Village, Gunung
Kijang Sub-district, Bintan Regency. This research uses Van Meter Theory and
Van Horn. Where according to Van Meter and Van Horn policy implementation
process was done to achieve the performance of policy implementation
(assessment of the achievement of standards and policy goals) that have been set
at the beginning. This theory will be used to see how the implementation of PKH
in Kawal Village, Gunung Kijang District, Bintan Regency. The method used in
this research is descriptive research method with Qualitative approach.
Techniques Data collection by conducting interviews, observation, and
documentation. Informant in this research, Kasubag Program Component in
Social Service of Bintan Regency, PKH Coordinator of Bintan Regency, PKH
Participant of Gunung Kijang Sub district, Village Head of Kawal Village, and
PKH Participant.
The result of the research from the interview shows that the standard
dimension and the target of PKH policy are clear and measurable. The resource
dimensions are sufficient starting from HR, Facilities and Budget. Dimensions of
Inter-organizational Relations, in terms of PKH socialization is still less than the
maximum. Dimensional Characteristics Implementing agencies also have a clear
bureaucratic and SOP structure. Dimensions Social, economic, political
conditions have been supportive for the implementation of PKH in Kawal Village,

3
but from the political environment is lacking, because the PKH policy is not
related to politics. Dimension Disposition is still less support the implementation
of PKH in Kawal Village.
The conclusion in this research shows that the implementation of PKH
in 2016 in Kawal Village has not run smoothly as expected. It is expected that the
Social Agency of Bintan Regency as PKH implementer in the District in
implementing PKH to further improve the monitoring and evaluation of each
process of PKH implementation, one of the ways is by increasing the means of
socialization maximally, and applying strict sanctions in accordance with
established rules.
Keywords: Implementation, PKH (Family Hope Program)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di setiap Negara pasti akan melakukan yang namanya pembangunan.
Pembangunan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dalam proses pengembangan dan pembangunan tersebut, tidak bisa
dipungkiri akan ada permasalahan yang muncul. Salah satu permasalahan yang
terus terjadi di Indonesia ialah permasalahan kemiskinan. Masalah kemiskinan di
Indonesia menurut Suharto (2009 : 131) merupakan masalah sosial yang
senantiasa relevan untuk dikaji terus-menerus. .
Berdasarkan Peraturan Presiden RI no 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan, kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang
mendesak dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang
sistematik, terpadu dan menyeluruh, dalam rangka mengurangi beban dan
memenuhi hak-hak dasar warga negara secara layak melalui pembangunan
inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan untuk mewujudkan kehidupan yang
bermartabat.

4
Kemiskinan sering kali dipandang sebagai masalah dari aspek ekonominya
saja atau kondisi ketidakmampuan seseorang untuk mencukupi kebutuhan
material dasar. Pada saat ini, dapat dikatakan semua pihak yang berkepentingan
dengan persoalan kemiskinan telah sepakat bahwa kemiskinan adalah persoalan
yang bersifat multidimensi. Di dalamnya, antara lain mencakup dimensi tidak
adanya jaminan masa depan, ketidakmampuan menyalurkan aspirasi dan
rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan.
Kemiskinan terus menjadi perhatian oleh pemerintah. Banyak alternatif
yang telah dilakukan untuk menanggulangi permasalahan ini. Salah satu kebijakan
dan program yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan Kesejahteraan
sosial masyarakat yaitu Program Keluarga Harapan (PKH). Program Keluarga
Harapan merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk
memberikan perlindungan sosial dan juga kesejahteraan sosial bagi Keluarga
Miskin (KM) melalui Kementrian Sosial, dan menjadi tanggung jawab Dinas
Sosial sebagai pelaksana.
Program PKH mempunyai prinsip dengan memberikan bantuan tunai
bersyarat kepada pesertanya. Dimana anggota Keluarga Miskin harus mengikuti
ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan. Program Keluarga Harapan salah
satu program yang sampai saat ini banyak diadopsi oleh banyak negara sebagai
strategi program bantuan sosial, karena karakteristik program ini ialah
mengharuskan atau mengutamakan perilaku yang harus dilakukan oleh penerima
bantuan PKH.

5
Program Keluarga Harapan di Indonesia sudah dilaksanakan sejak tahun
2007 oleh pemerintah dengan 7 provinsi Kemudian program tersebut terus
diperluas dan berkembang sampai pada tahun 2016 dengan 34 provinsi. Jika
sebelumnya komponen penerima PKH hanya ada 2, yaitu komponen kesehatan
dan pendidikan, sekarang diperluas lagi dengan komponen kesejahteraan sosial
yang terdiri dari penyandang Disabilitas dan Lansia 70 tahun ke atas. Dalam
jangka pendek PKH diharapkan mampu mengurangi beban konsumsi peserta
PKH dan dalam jangka panjang PKH diharapakan mampu memutus rantai
kemiskinan (Pedoman Umum PKH 2016).
Peserta PKH ( Program Keluarga Harapan ) setiap tahunnya selalu
meningkat. Pelaksanaan PKH pada tahun 2015 sebanyak 3,5 juta keluarga miskin
dengan anggaran Rp 6,4 Triliun. Hingga pada tahun 2016 target pelaksanaan
sebanyak 6 juta keluarga miskin di 514 Kabupaten/kota dengan anggaran ± Rp 10
Triliun. Ini membuktikan bahwa setiap tahun bahkan setiap hari jumlah keluarga
miskin di Indonesia terus meningkat (Pedoman Umum PKH 2016).
Kelurahan Kawal merupakan satu-satunya kelurahan yang terletak di
Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Kawal merupakan ibu kota
kecamatan Gunung Kijang dengan jumlah KK 1385 KK. Kabupaten Bintan mulai
melaksanakan program PKH dari tahun 2010 dengan jumlah KPM (Keluarga
Penerima Manfaat) sebanyak 2. 257 KPM, namun pada Kecamatan Gunung
Kijang alokasi PKH mulai masuk tahun 2015, ini artinya program PKH mulai
dilaksanakan di Kelurahan Kawal pada tahun 2015 (Humas Bintan, 23 april
2016). Tingkat kemiskinan di Kabupaten Bintan mengalami penurunan walaupun

6
tidak signifikan. Berikut data tingkat kemiskinan di Kabupaten Bintan lima tahun
terakhir:
Tabel I.1
Tingkat kemiskinan di Kabupaten Bintan
No Tahun Garis
Kemiskinan
(Rp/kap/bln)
Persentase
Penduduk
Miskin
Jumlah
Penduduk
Miskin
(Ribuan)
1. 2011 286.007 6,04 % 9,307
2. 2012 290.994 6,29 % 9,290
3. 2013 298.916 6,23 % 9,325
4. 2014 301.829 6,09 % 9,270
5. 2015 313.277 6,07 % 9,250
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan Tahun 2016
Dari tabel diatas, tingkat kemiskinan di kabupaten Bintan dari tahun 2011-
2015 terus mengalami penurunan, walaupun tidak signifikat dan pada tahun 2012
tingkat kemiskinan di Kabupaten Bintan mengalami kenaikan 6,29 % karena
kenaikan BBM, hingga akhirnya turun menjadi 6,07 %. Ini berarti program
pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Bintan bisa dikatakan
cukup berhasil. Data penerima PKH di Kecamatan Gunung Kijang dapat dilihat
pada tabel berikut ini
Tabel I.2
Data penerima PKH Di Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan
NO Kelurahan/Desa
Jumlah KPM Total
(KPM) 2015 2016
1 Kelurahan Kawal 74 KPM 93 KPM 167

7
2 Desa Teluk Bakau 24 KPM 13 KPM 37
3 Desa Malang Rapat 26 KPM 47 KPM 73
4 Desa Gunung Kijang 10 KPM 43 KPM 53
Total 134 KPM 196 KPM 330
Sumber: Pendamping PKH di Kecamatan Gunung Kijang Tahun 2016
Jumlah penerima bantuan PKH pada tahun 2015 di Kelurahan Kawal
sebanyak 74 KPM (Keluarga Penerima Manfaat) jumlah ini meningkat sampai
pada tahun 2016 dengan jumlah KPM sebanyak 93 KPM. Ini terbukti bahwa
Kelurahan Kawal menerima bantuan PKH lebih banyak dari desa lainnya.
Program Keluarga Harapan selama ini terbukti bisa mengurangi beban
pengeluaran Rumah Tangga Masyarakat. Tetapi masih ada hambatan dan
permasalahan yang muncul dalam pelaksanaannya.
Seperti di Kelurahan Kawal, Pendataan pesertanya masih mengikuti BDT
tahun 2011, sementara PKH mulai dilaksanakan pada tahun 2015. Ada yang
mengeluh tentang pendataan peserta tersebut. Karena adanya perubahan status
sosial ekonomi calon peserta PKH, adanya KPM yang memiliki komponen PKH
dan sudah mampu tetapi masih terdaftar sebagai KPM, sementara mereka yang
termasuk kedalam komponen penerima PKH dan kurang mampu justru tidak
terdaftar ; masih ada masyarakat miskin atau KPM yang belum mengetahui atau
memahami tentang PKH secara jelas; dalam pelaksanaannya sering terjadi double
KPM banyak KPM yang tidak memenuhi komitmennya di fasilitas kesehatan dan
fasilitas pendidikan. Berdasarkan uraian dan permasalahan diatas, penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Implementasi Program Keluarga

8
Harapan tahun 2016 dalam meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan
Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan”.
Perumusan Masalah
Dari Latar Belakang diatas, maka yang jadi pokok masalah dari penelitian
ini, yaitu: “Bagaimanakah Implementasi Program Keluarga Harapan tahun 2016
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Kawal, Kecamatan
Gunung Kijang, Kabupaten Bintan?”
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini, yaitu Untuk
Mengetahui implementasi Program Keluarga Harapan tahun 2016 dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Kawal, Kecamatan Gunung
Kijang, Kabupaten Bintan dan untuk mengetahui faktor penghambat implementasi
PKH tahun 2016 dalam menngkatkan kesejahteraan masyarakat di Kelurahan
Kawal Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Oleh karena itu data yang diperoleh dari lapangan
dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi diolah berdasarkan analisis
yang dikemukakan oleh peneliti.
Sugiyono (2012: 11), Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau

9
lebih (indenpenden) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan
antara variabel satu dengan variabel lain.
Data yang dianalisis adalah data yang didapatkan selama penelitian dari
hasil wawancara kepada informan yang terlibat kedalam implementasi Program
Keluarga Harapan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan alat pedoman wawancara,
daftar ceklis serta dokumen-dokumen atau arsip-arsip sebagai bukti autentik yang
akan memberikan kekuatan nyata dan empiris.
LANDASAN TEORI
Kebijakan Publik
Istilah kebijakan publik merupakan terjemahan istilah bahasa inggris, yaitu
Public Policy. Kata Policy ada yang menerjemahkan menjadi “kebijakan”
(Anggara, 2014: 35) dan ada juga yang menerjemahkan menjadi “kebijaksanaan”.
Meskipun belum ada kesepakatan bahwa policy diterjemahkan menjadi
“kebijakan” atau “kebijaksanaan”, kecendrungan untuk policy digunakan istilah
kebijakan. Oleh karena itu, public policy diterjemahkan menjadi kebijakan publik.
Menurut Thomas Dye (Subarsono, 2010: 2) kebijakan publik mengandung
makna bahwa: (1) Kebijakan Publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan
organisasi swasta; (2) Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan
atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah.
Quade dalam (Yudiatmaja, 2016: 10) mendefinisikan Kebijakan Publik
sebagai berikut:

10
“keputusan yang dibuat oleh lembaga pemerintah (eksekutif dan legislatif)
yang memiliki dampak terhadap masyarakat, sehngga masyarakat harus
dilibatkan dalam proses perumusan penyusunannya”.
Selanjutnya, David Easton (Anggara, 2014: 35) mendefinisikan kebijakan
publik, sebagai berikut:
“Public Policy is the authoritative allocation of values for the society”
(Kebijakan Publik adalah pengalokasian nilai-nilai secara sah kepada seluruh
anggota masyarakat).
Berdasarkan beberapa pandangan para ahli tersebut, pada hakikatnya
kebijakan publik dibuat oleh pemerintah berupa tindakan-tindakan pemerintah.
Kebijakan publik, baik untuk melakukan maupun tidak melakukan sesuatu
mempunyai tujuan tertentu. Kebijakan publik ditujukan untuk kepentingan rakyat
(Anggara, 2014: 35).
Implementasi Kebijakan
Menurut Lane dalam (Yudiatmaja, 2016: 12) konsep „Implementasi‟
mengandung dua aspek, yaitu aspek statis dan dinamis. Dalam arti statis,
implementasi didefinisikan sebagai outcomes dan hubungan diantara variabel
kebijakan. Sedangkan dalam arti dinamis, implementasi mengacu kepada proses
pelaksanaan kebijakan, yaitu bagaimana isi dan tujuan direalisasikan dalam
lingkungan kebijakan.
Dalam mengimplementasikan kebijakan, seorang implementor akan berpikir
bagaimana cara melaksanakan atau menerapkan kebijakan agar tujuan dan sasaran
kebijakan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Dengan kata lain,
impelemntasi kebijakan berarti suatu proses yang dilakukan untuk mengkonversi

11
isi kebijakan menjadi tujuan kebijakan melalu serangkaian aktivitas (Yudiatmaja,
2016: 13).
Makna implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier
dalam Wahab (2014: 135) yaitu:
“memahami apa yang terjadi sesudah program itu dinyatakan berlaku atau
dirumuskan yang merupakan fokus perhatian implementasi yaitu kejadian
dan kegiatan yang timbul sesudah disahkannya peraturan yang mencakup,
baik usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan
akibat atau dampak nyata pada masyarakat”.
Tachjan, (2006: 25) mendefinisikan implementasi kebijakan publik, sebagai
berikut:
“proses kegiatan administratif yang dilakukan setelah kebijakan
ditetapkan/disetujui dan kegiatan ini terletak diantara perumusan kebijakan
dan evaluasi kebijakan.
Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang
kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi
berbagai kepentingan. Implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu: (1)
adanya tujuan dan sasaran kebijakan; (2) adanya aktivitas atau kegiatan
pencapaian tujuan; dan (3) adanya hasil kegiatan (Leo Agustino, 2014: 139).
Model pendekatan implementasi menurut Van Meter dan Van Horn disebut
dengan istilah a model of the policy implementation process (model proses
implementasi kebijakan). Proses implementasi itu merupakan sebuah abstraksi
atau performansi suatu implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja
dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi yang
berlangsung dalam hubungan berbagai variabel. Selanjutnya, Van Meter dan Van

12
Horn menyatakan bahwa ada enam variabel, yang mempengaruhi kinerja
kebijakan publik tersebut, adalah:
1. Standard dan sasaran kebijakan
2. Sumber daya
3. Hubungan antarorganisasi
4. Karakteristik agen pelaksana
5. Kondis sosial, ekonomi, politik
6. Disposisi
Program Keluarga Harapan (PKH)
1. Pengertian Program keluarga harapan (PKH)
PKH merupakan program perlindungan sosial melaui pemberian bantuan
tunai bersyarat (Conditional Cash Transfer/CCT) kepada rumah tangga sangat
miskin. PKH mulai dilaksanakan tahun 2007 dan dimaksudkan sebagai upaya
membangun sistem perlindungan sosial kepada KM, meningkatkan kualitas hidup
melalui perubahan perilaku terhadap pendidikan dan kesehatan serta mendukung
tercapainya kesejahteraan sosial.
2. Kriteria peserta PKH
Kriteria peserta PKH adalah keluarga miskin yang minimal memiliki salah
satu syarat dibawah ini:
1. Memiliki komponen kesehatan, yakni anak dengan usia dibawah 6 tahun, ibu
hamil/menyusui, termasuk anak penyandang disabilitas ringan/sedang.
2. Memiliki komponen pendidikan, yaitu anak usia sekolah 6 hingga 21 tahun
untuk peserta pendidikan SD/MI sederajat, SMP/MTS sederajat, SMA/MA
sederajat, termasuk anak penyandang disabilitas ringan/sedang.
3. Memiliki komponen kesejahteraan sosial, yaitu penyandang disabilitas berat
dan lanjut usia 70 tahum keatas.

13
PKH dijalankan berdasarkan peraturan atau landasan hukum, yaitu:
1. UU no. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
2. UU no. 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial.
3. UU no. 13 tahun 2011 tentang penangan fakir miskin.
4. Inpres no 3 tahun 2010 tentang program pembangunan yang
berkeadilan poin lampiran ke 1 tentang penyempurnaan
pelaksanaan program keluarga harapan.
5. Inpres no 1 tahun 2013 tentang pencegahan dan pemberantasan
korupsi lampiran ke 46 tentang pelaksanaan transparansi
penyaluran Bantuan Langsung Tunai Bersyarat bagi keluarga
sangat mskin ( KSM) sebagai peserta PKH.
6. Perpres no 15 tahun 2010 tentang percepatan penanggulangan
kemiskinan.
PEMBAHASAN
PKH mulai diimplementasikan di Kelurahan Kawal pada tahun 2015, karena
alokasi PKH baru masuk di Kecamatan Gunung Kijang pada tahun 2015. Dalam
Implementasi PKH di Kelurahan Kawal, jumlah peserta PKH selalu bertambah
pesertanya, yang awalnya ada 74 KPM (Keluarga Penerima Manfaat) pada tahun
2016 bertambah menjadi 93 KPM, dan ini berarti bahwa masyarakat miskin di
Kelurahan Kawal selalu bertambah. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
salah satu dari teori model implementasi yang memiliki variabel yang saling
berkaitan, yaitu teori model dari Van Meter dan Van Horn tahun 1975 dimana ada
6 variabel yang mempengaruhi implementasi berdasarkan Dimensi standard dan
sasaran kebijakan, Dimensi sumber daya, Dimensi hubungan antarorganisasi,
Dimensi karakteristik agen pelaksana, Dimensi kondisi sosial, ekonomi, politik
dan Dimensi Disposisi. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

14
1. Standard dan Sasaran Kebijakan
Dalam implementasi Program Keluarga Harapan tahun 2016 di Kelurahan
Kawal sudah memiliki standard dan sasaran yang jelas, sasaran dan tujuan yang
ingin dicapai sudah sesuai dengan standard dari penerima PKH, walaupun dalam
proses pelaksanaan terdapat kekurangan, seperti Inclusif eror dan exklusif eror
yang disebabkan karena data yang digunakan untuk penetapan sasaran PKH masih
menggunakan data lama berdasarkan PPLS (Pendataan Program Perlndungan
sosial) tahun 2011. Dimana kondisi ekonomi masyarakat tentu sudah mengalami
perubahan. Tujuan umum yang ingin dicapai dari Program Keluarga Harapan
yaitu untuk mengurangi beban konsumsi peserta PKH, dalam jangka menengah
PKH bertujuan untuk menciptakan perubahan perilaku peserta PKH dalam
mengakses layanan di Faskes dan Fasdik dan dalam jangka panjang PKH
diharapkan mampu memutus rantai kemiskinan.
Adapun tujuan Khusus PKH, yaitu
1. Meningkatkan taraf pendidikan peserta PKH.
2. Meningkatkan taraf kesehatan ibu hamil/menyusui dan anak dibawah usia 6
tahun peserta PKH.
3. Meningkatkan kondisi ekonomi peserta PKH
Sasaran PKH adalah Keluarga Miskin, yang memenuhi standard yang sudah
ditetapkan oleh pelaksana kebijakan PKH, yaitu yang memiliki komponen
Kesehatan, Komponen pendidikan dan Komponen Kesejahteraan Sosial.
Komponen Kesehatan terdiri dari ibu hamil/nifas dan anak usia dibawah 6 tahun,
Komponen Pendidikan terdiri dari Anak Sekolah (SD, SMP,SMA), serta

15
Kesejahteraan Sosial terdiri dari Lanjut Usia (Lansia) 70 tahun keatas dan
Penyandang Disabilitas/cacat permanen.
2. Sumber Daya
Keberhasilan dari sebuah kebijakan tentu sangat tergantung dengan sumber
daya yang dimiliki, baik sumber daya manusia (staff), sumber daya finansial
(anggaran), dan fasilitas..
a. SDM
Dalam PKH untuk SDM di Kabupaten Bintan, ada 10 pendamping, 1
operator, dan 1 pendamping. Jadi untuk 1 kecamatan, termasuk Kelurahan Kawal
memliki 1 pendamping PKH, hanya di Tambelan saja yang memiliki 2
pendamping, karena melihat kondisi dari pulau tambelan yang cukup jauh. Dari
segi pemahaman dan kemampuan SDM benar-benar diseleksi, mereka yang
terpilih akan diberikan bimbingan untuk lebih meningkatkan kemampuan dan
pemahaman mereka terhadap program. SDM di Kelurahan Kawal jika dilihat dari
segi jumlah sudah memadai dan mencukupi, karena melihat kondisi geografis
Kelurahan Kawal yang mudah di jangkau.
SDM untuk di Kelurahan Kawal adalah pendamping PKH, karena
pendamping yang akan bersentuhan langsung dengan peserta PKH, mulai dari
pertemuan awal dan validasi, penyaluran bantuan, pemuktahiran data dan
verifikasi komitmen di fasilitas kesehatan dan pendidikan, pertemuan kelompok
bulanan dengan peserta PKH hingga melakukan penanganan pengaduan
semuanya adalah tugas pendamping PKH.

16
Dalam implementasi PKH di Kelurahan Kawal, SDM yang ada sudah
memiliki kemampuan, pemahaman dan pengetahuan sesuai bidang kerjanya,
karena sebelum direkrut menjadi pendamping PKH, mereka mengikuti tes seleksi
dan mengikuti workshop sebagai bekal pelaksana PKH terkait dengan Kebijakan
PKH serta beberapa bimbingan yang bertujuan diperolehnya SDM yang
mempunyai pengetahuan, kemampuan teknis, dan pemahaman terhadap peran,
tugas dan fungsi pendampingan PKH dilapangan.
b. Fasilitas
Dalam implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Kawal, pihak
kelurahan saling kerja sama dan komunikasi agar pelaksanaan PKH di Kelurahan
Kawal berjalan lancar. fasilitas yang biasa di berikan, biasanya berupa tempat,
bangku ataupun snack-snack setiap ada kegiatan sosial, seperti pada saat
pertemuan awal dengan peserta baru. Kadang tempat yang disediakan, di Kantor
Kelurahan Kawal, Kantor Kecamatan Gunung Kijang dan GOR (Gedung
Olahraga).
Van Meter dan Van Horn mengungkapkan bahwa Jika SDM yang kompeten
dan berkualitas sudah dimiliki, itu saja tidak cukup untuk meraih keberhasilan
dalam proses implementasi yang lancar sesuai harapan. Sumber daya lain yang
patut diperhitungkan adalah Fasilitas sarana dan prasarana yang akan
memudahkan mereka dalam bekerja.
Untuk Implementasi PKH di Kelurahan Kawal, fasilitas yang ada memadai
dan membantu pendamping dalam menjalankan tugasnya begitu juga dengan

17
peserta PKH. Peserta PKH merasakan fasilitas yang ada sudah cukup mendukung.
Untuk pertemuan kelompok bulanan, biasanya fasilitas yang tersedia yaitu berupa
tempat berkumpul di rumah salah satu kelompok peserta PKH.
Fasilitas Tempat untuk penyaluran bantuan di laksanakan di Kantor Pos,
sehingga peserta PKH yang ingin mengambil bantuannya harus langsung ke
Kantor Pos dengan membawa Kartu PKH dan tidak dapat di wakilkan. Untuk
fasilitas sarana dan prasana di Kelurahan Kawal juga menjadi tanggung jawab dari
pihak Kelurahan, karena program ini dilaksanakan di Kelurahannya.
c. Anggaran
Pemerintah Daerah juga memberikan dukungannya berupa anggaran.
Anggaran dari pemerintah daerah, digunakan untuk membiayai operasional
pelaksana PKH dan juga segala kegiatan PKH mulai dari sosalisasi sampai
pendampingan dan pembinaan peserta PKH.
Dalam Pelaksanaan PKH di Kelurahan Kawal Jika ada kegiatan PKH di
Kelurahan Kawal, pihak Kelurahan saling bekerja sama dan komunikasi dengan
pelaksana PKH yang ada di Kelurahan Kawal, baik itu mengenai fasilitas ataupun
anggaran, terkadang anggaran itu bisa dari pelaksana PKH dan bisa juga dari
pihak Kelurahan. Anggaran atau juga bantuan tunai yang diberikan langsung dari
pemerintah pusat untuk peserta PKH setiap tahun nominalnya bisa berubah
tergantung anggaran pada tahun tersebut.
Bantuan tunai yang diberikan oleh pemerintah digunakan untuk
membantu peserta PKH dalam memenuhi hak nya untuk mendapatkan fasilitas

18
kesehatan dan pendidikan yang layak untuk anak mereka. Berdasarakan teori Van
Meter dan Van Horn (Agustino, 2014: 142) Sumber daya keuangan (anggaran)
adalah hal yang sangat penting. Karena mau tidak mau ketika SDM yang
kompeten telah tersedia sedangkan kucuran dana melalui anggaran tidak tersedia,
maka menjadi persoalan pelik untuk merealisasikan apa yang hendak dituju oleh
tujuan Kebijakan.
Tabel IV.1
Indeks dan komponen bantuan PKH TA 2016
No Komponen bantuan Indeks Bantuan
1. Bantuan tetap 500.000
2. Bantuan ibu hamil/menyusui 1.200.000
3. Bantuan anak usia dibawah 6 tahun 1.200.000
4. Bantuan peserta pendidikan setara SD/MI atau
sederajat
450.000
5. Bantuan peserta pendidikan SMP/MTS atau sederajat 750.000
6. Bantuan peserta pendidikan SMA/MA atau sederajat 1.000.000
7. Bantuan penyandang disabilitas berat 3.100.000
8. Bantuan lanjut usia 70 tahun keatas 1.900.000
Sumber: pedoman umum pelaksanaan PKH tahun 2016
3. Hubungan antarorganisasi
a. Koordinasi dan kerja sama antarorganisasi
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi
kebijakan. Semakin baik koordinasi komunikasi yang terjalin antar pihak-pihak

19
yang terlibat dalam proses implementasi, maka peluang kesalahan-kesalahan akan
sangat kecil untuk terjadi. PKH sebagai program perlindungan sosial yang
melibatkan banyak Kementrian/lembaga, saling berkomunikasi dan bekerja sama,
agar implementasi PKH berjalan lancar.
Sebagai program Lintas Kementrian, PKH yang pelaksana Kabupaten/Kota,
yaitu Dinas Sosial, bukan hanya bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan
Dinas Kesehatan dimana yang menjadi komponen PKH dibidang Kesehatan dan
Pendidikan tetapi juga Bappeda, yang memfasilitasi pengalokasian dana sharing
APBD untuk PKH tingkat Kabupaten, Kanwil Kemenag, BPS, BPJS juga PT
POS, yang mengkoordinasikan penyaluran bantuan kepada PT Pos Kab/Kota.
Setiap Dinas yang terkait dan berkoordinasi dalam PKH memiliki perannya
masing-masing dan saling bekerja sama seperti Dinas Sosial berperan sebagai
pelaksana PKH di Kabupaten/kota, koordinasi teknis pelaksanaan PKH dengan
pihak Kecamatan, melakukan monitoring dan evaluasi (monev) pelaksanaan PKH,
penguatan kapasitas Tim pelaksana PKH. Dinas Pendidikan juga memberikan
bentuk kerja samanya dalam bentuk dukungan dalam program pendidikan gratis,
koordinasi teknis dengan Dindikbud Kabupaten Bintan, Bantuan Siswa Miskin
bagi peserta PKH, dan Bantuan siswa berprestasi. Selain berkoordinasi dengan
Dinas Pendidikan, Dinas Sosial juga bekerja sama dengan Dinas Kesehatan. Dinas
kesehatan berperan dalam pemberian program kesehatan gratis, dan koordinasi
teknis dengan Dinkes Kabupaten (Profil PKH Kabupaten Bintan Tahun 2016).

20
Dalam implementasi PKH di Kelurahan Kawal, ketika ada pelaksanaan PKH
atau kegiatan sosial lainnya, pendamping PKH saling berkomunikasi baik dengan
pihak Kelurahan atau pun dengan Pihak Kecamatan, seperti dalam penyediaan
tempat dan pendataan peserta PKH. dalam implementasi PKH di Kelurahan
Kawal juga saling bekerja sama dengan RT dan RW setempat, yaitu pada saat
pengantaran SUPA (surat undangan pertemuan awal) pendamping dibantu oleh
RT dan RW dalam mengantarkan surat undangan ke KPM
b. Pengawasan
Pengawasan dilakukan secara berjenjang mulai dari pusat, kemudian provinsi,
dan Dinas Sosial dilakukan secara rutin dan biasa disebut dengan monitoring.
Untuk pengawasan atau pemantauan terhadap penyaluran bantuan pihak dinas
langsung turun untuk memantau, pengawasan pemanfaatan juga, tapi tidak semua
daerah bisa dijangkau untuk pemantauan secara langsung. Tapi setiap kecamatan
untuk penyaluran dan pemanfaatan pasti di lakukan pemantauan.
Dalam Implementasi PKH di Kelurahan Kawal, pendamping PKH juga
berperan sebagai pihak yang melakukan pengawasan kepada peserta PKH karena
yang paling dekat dengan peserta PKH. Pendamping merupakan pihak kunci yang
menjembatani penerima manfaat dengan pihak-pihak lain yang terlibat di tingkat
Kecamatan dan Kabupaten. Tugas pendamping termasuk dalam melakukan
sosialisasi PKH, mengawasi, mendampingi dan memantau bantuan yang diberikan
kepada Peserta PKH atau penerima manfaat untuk memastikan bahwa yang

21
terjadi di lapangan sesuai dengan yang diharapkan dan mendampingi penerima
manfaaat dalam memenuhi komitmennya.
c. Sosialisasi
Di Kelurahan Kawal sosialisasi Program Keluarga Harapan biasa di
laksanakan di GOR (Gedung Olahraga), Kantor camat, dan Kantor Kelurahan.
Sosialisasi dilakukan pada saat proses pertemuan awal dan validasi. Pertemuan
awal merupakan kegiatan sosialisasi tentang program kepada calon peserta PKH,
sedangkan validasi adalah kegiatan mencocokkan data awal hasil pendataan PPLS
dengan kondisi terkini calon peserta PKH.
Dalam PKH ada pertemuan kelompok setiap bulan yang disebut P2K2
(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) merupakan sebuah intervensi
perubahan perilaku yang diberikan bagi peserta PKH Dimana melalui pertemuan
kelompok tersebut, pendamping memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai
PKH dan mengingatkan masyarakat untuk memenuhi komitmennya di Faskes,
Fasdik dan juga Kesejahteraan sosial dan bisa disebut sebagai sosialisasi lanjutan.
Namun sosialisasi yang dilakukan baik dari pihak pusat dan pendamping
belum begitu maksimal, karena masih ada sebagian dari masyarakat dan peserta
PKH lupa atau tidak ingat kapan sosialisasi pertama kali dilakukan dan rata-rata
mereka masih belum memahami tentang PKH. sosialisasi secara langsung
sebelum terbentuk kelompok bulanan, hanya dilakukan diawal saja saat pendataan
menjadi peserta PKH dan ketika program ini mulai dilaksanakan di Kelurahan
Kawal.

22
4. Karakteristik agen Pelaksana
Karakteristik agen pelaksana mencakup struktur birokrasi, dan juga pola-pola
hubungan yang terjadi dalam birokrasi. Struktur Birokrasi PKH sudah di atur
langsung dari pusat, yaitu Kementrian Sosial, mengingat program ini merupakan
program perlindungan sosial di bawah Kementrian sosial. Dimana ketua dari Tim
koordinasi nasional PKH di pusat, yaitu Mentri Sosial dan pelaksana PKH nya,
yaitu Direktorat Jaminan sosial Keluarga Direktorat Jenderal perlindungan dan
jaminan sosial Kementrian Sosial Republik Indonesia. Sedangkan untuk
pelaksana PKH di daerah, yaitu Dinas/instansi sosial yang membidangi urusan
perlindungan dan jaminan sosial. PKH memiliki Pedoman Pelaksanaan PKH,
dimana di dalam pedoman tersebut, sudah dijelaskan secara rinci mengenai PKH,
beserta kelembagaan yang terlibat hingga struktur dan pembagian tugas untuk
setiap implementor.
Setiap tugas yang dijalankan oleh implementor PKH di Kelurahan Kawal,
mempunyai SOP (standard operating procedures) yang berbeda, tergantung
dengan tugas dan juga kegiatan yang dilakukan. Dalam setiap proses pelaksanaan
PKH juga memiliki SOP yang berbeda-beda. Misalnya, dalam kegiatan Validasi
ada SOP nya, dalam penyaluran bantuan ada SOP nya. Aturan masing-masing
kegiatan sangat berbeda. Tapi SOP nya sangat jelas, karena strukturnya dari pusat
ke daerah juga sudah jelas dan tercantum didalam Pedoman Umum Pelaksanaan
PKH tahun 2016.

23
5. Kondisi sosial, ekonomi politik
Program Keluarga Harapan mendapatkan respon yang sangat baik dari
masyarakat, karena mereka mengetahui bahwa dengan adanya program ini bisa
membantu meringankan kehidupan sosial mereka dan mengangkat perekonomian
mereka. Tokoh-tokoh masyarakat juga memberi dukungannya dalam membantu
penambahan peserta yang berhak mendapatkan PKH. Namun dari segi politik,
PKH kurang mendapat dukungan karena Program Keluarga Harapan merupakan
Program sosial dari Kementrian Sosial, tidak ada kaitan dan hubungannya dengan
elit-elit politik, mereka juga sangat dilarang keras untuk ikut berpolitik.
Dengan adanya program seperti ini bisa membantu meringankan beban KPM
baik dibidang kesehatan dan juga pendidikan untuk anak sekolah. Tetapi, PKH di
Kelurahan Kawal bisa berhasil ketika antusias yang tinggi juga diringi dengan
tingkat kepatuhan dan kesadaran yang tinggi dari peserta PKH. Namun yang
terjadi dilapangan, bahwa kesadaran yang dimiliki oleh peserta PKH untuk
mengakses layanan kesehatan dan pendidikan, masih rendah. Masih ada dari
mereka yang tidak mau atau malas membawa anaknya keposyandu dan tidak
masuk kesekolah atau alpha.
6. Disposisi
Jika dilihat dari segi pemahaman dan kemampuan yang dimliki pendamping
PKH selaku implementor PKH di Kecamatan, mereka sudah memiliki
pengetahuan dan pemahamn yang baik, ini terlihat bahwa dalam penyampaian
informasi, ketika sosialisasi atau pertemuan awal, banyak peserta PKH yang
mengajukan pertanyaan kepada pendamping PKH dan pendamping bisa

24
menjawab sesuai pengetahuannya. Namun tidak dengan komitmen yang dimiliki
oleh pelaksana, komitmen yang dimiliki oleh pelaksana PKH masih rendah.
Pendamping belum sepenuhnya memenuhi komitmennya, ketika pertemuan rutin
bulanan pendamping jarang ikut kumpul bersama peserta dampingannya untuk
menanyakan sekilas tentang bantuan yang diterima dan juga memberikan
penjelasan lebih lanjut tentang PKH, agar pengetahuan KPM terhadap PKH.
sehingga komunikasi yang terjalin antara KPM dan pendamping itu kurang baik.
Rendahnya komitmen dan komunikasi yang terjalin juga erat kaitannya
dengan semangat dan motivasi yang dimiliki oleh pendamping dalam
menjalankan tugasnya. Terkadang motivasi dan semangat kerja yang dimiliki oleh
pendamping menurun dan lemah, sehingga untuk menjalin komunikasi dan
memenuhi komitmennya pun kurang baik, dan tentu akan mengahambat proses
implementasi PKH
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh dilapangan berkitan dengan judul
penelitian yaitu Implementasi PKH Tahun 2016 di Kelurahan Kawal Kecamatan
Gunung Kijang Kabupaten Bintan, dapat disimpulkan bahwa Implementasi PKH
di Kelurahan Kawal belum berjalan dengan lancar sesuai yang diharapkan. Masih
terdapat kekurangan-kekurangan dan hambatan dalam pelaksanaannya. Hal ni
dapat dilihat dari beberapa dimensi-dimensi yang mempengaruhi implementasi,
yaitu:

25
1. Standard dan sasaran kebijakan, setelah melakukan penelitian, bahwa
menjadi standard dan sasaran kebijakan PKH sudah tercapai dan jelas,
namun dalam pelaksanaannya masih terjadi inclusif eror dan exklusif eror.
Di karenakan data yang ada masih berdasarkan data lama.
2. Sumber daya. Sumber daya sudah memadai dan mencukupi, baik dari segi
SDM, Fasilitas dan Anggaran semua sudah cukup mendukung dalam
pelaksanaan PKH.
3. Hubungan antarorganisasi. Koordinasi dan kerja sama yang terjalin antar
instansi yang terkait dengan PKH sudah berjalan lancar, diaman PKH
bukan hanya saling komunikasi dengan intansi lain yang berkaitan dengan
PKH, tetapi juga pihak Kelurahan, hingga RT dan RW. Namun sosialisasi
yang dilakukan masih kuran atau belum maksimal. Karena masih ada
masyarakat/peserta PKH yang tidak mengerti dengan PKH ini.
4. Karakteristik Agen Pelaksana. PKH sudah memiliki struktur birokrasi
yang jelas yang ditetapkan langsung oleh pusat, dan setiap pelaksanaannya
sudah memiliki SOP masing-masing, sehingga kegiatan yang dilakukan
sudah jelas dan sistematis.
5. Kondisi sosial, ekonomi, politik. Kondisi sosial ekonomi masyarakat di
Kelurahan Kawal sudah mendukung untuk dilaksanakannya program ini,
mereka sangat antusias dengan PKH. namun dari sisi politik PKH tidak
boleh ada kaitannya dengan lingkungan politik.
6. Disposisi. Disposisi/sikap pelaksana PKH di Kelurahan Kawal
menunjukkan sikap yang tidak sesuai dengan ketentuan PKH, karena

26
komitmen dan semangat yang dimiliki pelaksana masih kurang dan sering
melemah. Pelaksana belum sepenuhnya komitmen dengan tugas yang
menjadi tanggungjawabnya.
7. Faktor penghambat implementasi PKH di Kelurahan Kawal Kecamatan
Gunung Kijang Kabupaten Bintan adalah:
a. Pendamping PKH kesulitan menghubungi peserta PKH pada saat
penyaluran bantuan, dikarenakan kontak yang peserta PKH berikan
pada saat pertemuan awal sudah tidak aktif.
b. Rendahnya kesadaran KPM akan pentingnya kesehatan dan
pendidikan, masih ada sebagian yang tidak perduli, dikarenakan pola
pikir mereka yang belum ada kemajuan.
c. Adanya KPM yang tidak hadir pada saat pertemuan awal karena
pindah alamat dan tidak di ketahui oleh pihak kelurahan, sehingga
menyulitkan pendamping dilapangan.
d. Rendahnya komitmen serta semangat kerja yang dimiliki oleh
pelaksana PKH di Kelurahan Kawal untuk mendampingi peserta
PKH .
e. Sosialisasi yang pernah dilakukan oleh Pihak Dinas Sosial dan
Pendamping masih lemah.
Saran
Diharapakan Pemerintah dan juga Dinas Sosial selaku pelaksana PKH di
Kabupaten untuk meningkatkan monitoring dan evaluasi terhadap setiap proses
pelaksanaan PKH agar implementasi PKH di setiap daerah khususnya di

27
Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang berjalan dengan lancar. oleh karena
itu maka perlu disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Mulai menggunakan data baru yang sesuai dengan kondisi sosial masyarakat
dimana PKH itu dilaksanakan, agar sasaran dan tujuan yang tercapai sesuai
dengan standard yang sudah ditetapkan dengan mensinkronkan data dari
pusat dengan data RT dan RW.
2. Meningkatkan dan menambahkan jumlah SDM dalam implementasi PKH,
agar implementasi PKH di setiap daerah terutama daerah yang kondisinya
susah dijangkau dan memiliki peserta PKH banyak, berjalan lancar.
3. Sosialisasi PKH harus dilakukan secara maksimal sampai kepada sasaran
penerima PKH, dengan menambah sarana sosialisasi, seperti penyuluhan dan
pemasangan spanduk di setiap fasilitas kesehtan dan pendidikan,
membagikan brosur terkait PKH dan juga setiap ketua kelompok PKH di
berikan buku pegangan PKH. agar ketika ada yang mereka kurang paham dan
lupa, peserta PKH bisa melihat buku pegangan dan juga brosur tersebut.
4. Keterlibatan unsur politik dalam pelaksanaan PKH memang seharusnya
ditiadakan, karena ini merupakan program perlindungan sosial, yang
merupakan program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan menciptakan perubahan perilaku masyarakat miskin agar
lebih peduli terhadap kesehatan dan pendidikan. jika pelaksanaannya
bergantung dan berkaitan dengan unsur politik, tentu akan sangat
mempengaruhi kelancaran pelaksanaan PKH.

28
5. Melalui rapat Koordinasi bulanan, Pihak Dinas Sosial selaku pelaksana PKH
di Kabupaten harus berusaha lebih optimal lagi, dengan cara terus
membangkitkan dan mengingatkan para pendamping dengan apa yang
menjadi tanggujawabnya untuk mendampingi peserta PKH dalam pertemuan
kelompok bulanan. Jika ada yang tidak menjalankan tugasnya sanksi yang
ada harus diberikan bukan hanya berupa teguran lisan, tapi juga bisa dengan
pemotongan uang honor atau insentif. Serta melakukan monitoring dan
evaluasi setiap tahun untuk melihat perkembangan peserta PKH dalam
pemanfaatan bantuan.

29
Daftar Pustaka
Abdul Wahab, Solichin. 2005. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijakan Negara, Jakarta: Bumi Aksara.
Agustino, Leo. 2014. Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta
Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Tachjan, 2006. Implementasi Kebijakan Publik, Bandung: AIPI
Yudiatmaja, Wayu Eko. 2016. Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Publik,
TanjungPinang: UMRAH PERS
Peraturan Undang-Undang
Keputusan Mentri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku ketua Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, No: 31/KEP/MENKO/-
KESRA/IX/2007 tentang “Tim Pengendali Program Keluarga
Harapan
Peraturan presiden RI No. 15 Tahun 2010 tentang percepatan penanggulangan
kemiskinan.
Undang-Undang No 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Nasional
Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
Jurnal
Racham Aulia, Galih. 2015, Respon Masyarakat terhadap implementasi Program
Keluarga Harapan (PKH) Di Dusun Bulurejo Desa Mongol
Kecamatan Saptosari Kabupaten GunungKidul Yogyakarta
Riyadi, Slamet. 2016, Analisis Implementasi Program Keluarag Harapan (PKH)
Terhadap Keluarga Sangat Miskin (KSM) Penerima Bantuan di
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah.
Syamsir, Nurfahira. 2014, Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH)
Bidang Pendidikan di Kecamatan Tamalate Kota Makasar

30
Wibowo, Santoso. 2011, Kajian Implementasi Program Keluarga Harapan
(PKH) sebagai salah satu Program Peningkatan Derajat
Kesejahteraan masyarakat miskin di Kabupaten Ngawi.
Dokumen-dokumen
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji, 2011.
Pedoman Teknik Penulisan Usulan Penelitian dam Skripsi Serta
ujuan Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang..
Kementrian Sosial RI, 2016. Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan. Jakarta: Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan
Sosial.
Lain-Lain
https://kertyawitaradya.wordpress.com/2010/04/13/implementasi-kebijakan-
publik-model-van-meter-van-horn-the-policy-implementation-
process/
http://www.idsalim.com/2016/08/pedoman-umum-program-keluarga
harapan.html
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-kemampuan-menurut-
definisi.html