IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA...

170
IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA NIKAH SEBAGAI PUBLIC SERVICES (Studi Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Baru) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: ARISA DYKAWRESA NIM : 1111044100070 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H ) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2015 M

Transcript of IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA...

Page 1: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014

TENTANG BIAYA NIKAH SEBAGAI

PUBLIC SERVICES (Studi Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Baru)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

ARISA DYKAWRESA

NIM : 1111044100070

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2015 M

Page 2: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

i

IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014

TENTANG BIAYA NIKAH SEBAGAI

PUBLIC SERVICES (Studi Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Baru)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

ARISA DYKAWRESA

NIM : 1111044100070

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2015 M

Page 3: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA NIKAH SEBAGAI PUBLIC SERVICES

(Studi Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Barn)

Skripsi Diajukankepada Fakultas Syariah dan Hukmn untuk Memenuhi Salah Satn Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Ansa Dykawresa NIM : 1111044100070

Di Bawah Bimbingan

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA {

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF mDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

ii

Page 4: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul "Implementasi PP No. 48 Tabun 2014 Tentang Biaya

Nikah Sebagai Public Services (StIidi Pada Kantor Urusan Agama

Kecamatan Kebayoran Baru)" telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8

Oktober 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (SI) pada Program Studi Hukum Keluarga

(Ahwal al-Syakhsiyyah).

Jakarta, 8 Oktober 2015

Mengesahkan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

1-­

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Ketua : Dr. H. Abdul Halim. M.Ag NIP: 19670608 199403 1 005

Sekretaris : Arip Purkon, 1\'IA NIP: 19790427 200312 1 002

Pembimbing : Dr. H. Yavan Sopvan, SH., M.Ag ~

NIP: 19681014 199603 1 002 ( ~ )

Pcnguji I • Drs. Djawahir Hejazziey, SO., MA -.C)­ 'tAlA .b~~'~LiVl-v,r' v-/ ___

\lIP 19551015 197903 I 002 ( :-......)

PCllguii II • Dra. Hi ..\Jash:ufa. ~J.-\ ~~ \[P: I L)('6UiU':; 1'19-103 :2 002 I~~<-=>I

iii

Page 5: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

1

· j ~

!

i I

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

I. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Strata Satu (S-I) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penuJisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif H idayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

H idayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 September 20 I 5

ArlSa DykawTesa

I\i

Page 6: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Implementasi PP No. 48 Tahun 2014 Tentang Biaya Nikah

Sebagai Public Services (Studi Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan

Kebayoran Baru)” telah diujikan dalam sidang munaqashah Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 Oktober 2015. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)

pada Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhsiyyah).

Jakarta, 8 Oktober 2015

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. Asep Saepudin Jahar, MA.

NIP. 19691216 199603 1 001

PANITIA UJIAN MUNAQASHAH

Ketua : Dr. H. Abdul Halim, M.Ag (.................................)

NIP. 19670608 199403 1 005

Sekertaris : Arip Purkon, MA (.................................)

NIP. 19790427 200312 1 002

Pembimbing : Dr. H. Yayan Sopyan, SH., M.Ag (.................................)

NIP. 19681014 199603 1 002

Penguji I : Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA (.................................)

NIP. 19551015 197903 1 002

Penguji II : Dra. Hj. Maskufa, MA (.................................)

NIP. 19680703 199403 2 002

Page 7: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 September 2015

Arisa Dykawresa

Page 8: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

v

ABSTRAK

Arisa Dykawresa. NIM 1111044100070. Implementasi PP No. 48

Tahun 2014 Tentang Biaya Nikah Sebagai Public Services (Studi Pada

Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Baru). Konsentrasi Peradilan

Agama Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H / 2015 M. x + 88

halaman + 47 halaman lampiran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja KUA Kecamatan

Kebayoran Baru dalam menerapkan peraturan pemerintah tentang biaya nikah

berdasarkan PP No. 48 Tahun 2014. Dalam hal ini penulis mengurai tentang

adanya deviasi yang terjadi pada saat mengurus pernikahan oleh calon pengantin

dalam melangsungkan pernikahannya di KUA Kecamatan Kebayoran Baru.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Metode kualitatif adalah keseluruhan data yang diperoleh dari hasil wawancara

masyarakat yang telah melakukan pernikahan di KUA Kecamatan Kebayoran

Baru.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa penulis menemukan

adanya deviasi dalam administrasi pembiayaan nikah. Deviasi tersebut terdapat di

sektor RT calon pengantin yang akan mendaftarkan pernikahannya melalui

bantuan pihak RT untuk mengurus persyaratan pelaksanaan pernikahan. Hal ini

yang menjadi PP No. 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah belum sepenuhnya

diterapkan dalam lingkup masyarakat.

Kata Kunci : Good Government. Public Services.

Biaya Nikah. KUA Kecamatan Kebayoran Baru.

Pembimbing : Dr. H. Yayan Sopyan, SH., M.Ag

Daftar Pustaka : Tahun 1980 s/d Tahun 2013

Page 9: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

vi

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas diucapkan dalam kesempatan ini selain

persembahan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan

pertolongan-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW

beserta Keluarga dan para sahabat yang setia dalam suka dan duka.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta,

Ayahanda Drs. H. Deddy Indjumpono Putro dan Ibunda Dra. Hj. Otisia

Arinindyah, MM yang tiada lelah dan bosan memberikan motivasi, bimbingan,

kasih sayang serta do’a bagi keempat putra putrinya. Semoga Allah SWT

senantiasa memberikan yang terbaik untuk mereka.

Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang

penulis hadapi, akan tetapi syukur Alhamdulillah berkat rahmat dari Allah SWT,

kesungguhan, serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung

maupun tidak langsung segala hambatan dapat diatasi, sehingga pada akhirnya

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, sudah sepantasnya

pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Halim, M. Ag., dan Bapak Arip Purkon, MA., selaku

Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga

Page 10: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

vii

Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Yayan Sopyan, SH., M.Ag., selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama membimbing penulis.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar pada lingkungan

Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama duduk di bangku

perkuliahan.

5. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik Perpustakaan Fakultas

Syariah dan Hukum serta Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam

pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

6. Bapak TB. Zamroni, S.Ag., selaku Kepala Kantor Urusan Agama (KUA)

Kebayoran Baru beserta seluruh stafnya yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis dalam mencari data-data sebagai bahan

rujukan skripsi.

7. Do’a dan harapan penulis panjatkan teruntuk adik-adik; Bashith Edryanto,

Chenandito Litus Dyputro, dan Detisya Caeliusa Dyputri yang senantiasa

memberikan semangat, cinta dan kasihnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi.

Page 11: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

viii

8. Bude Ir. Hj. Mutia Okecahani dan Bude Lismiyati yang telah banyak

membantu meringankan mengurus adik dan pekerjaan rumah hingga

menyelesaikan skripsi.

9. Terimakasih atas segala bantuannya kepada Burhanatut Dyana, S.Sy.,

Nur Azizah, Fauzan Hakim, Om Tawabuddin, Andhira Ramadhan Utama,

B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi.

10. Dan tak lupa untuk semua teman-teman Peradilan Agama 2011 kelas B

dan A yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan

yang berlipat ganda.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun senantiasa penulis harapkan untuk kesempurnaan

skripsi ini.

Jakarta, 8 September 2015

Penulis

Page 12: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 10

E. Studi Review Terdahulu ............................................................... 11

F. Metode Penelitian .......................................................................... 13

G. Sistematika Penulisan ................................................................... 17

BAB II PRINSIP ADMINISTRASI PERKAWINAN DALAM

MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA

A. Good Governance ........................................................................ 18

B. Public Services ............................................................................. 24

Page 13: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

x

C. Tujuan Pencatatan Perkawinan ..................................................... 34

D. Administrasi Pembiayaan Nikah di Indonesia ............................. 44

BAB III PENERAPAN PUBLIC SERVICES TERHADAP PP NO. 48

TAHUN 2014 TENTANG BIAYA NIKAH DI KUA KECAMATAN

KEBAYORAN BARU

A. Kondisi Objektif Penelitian .......................................................... 55

B. Proses Pembiayaan Pengurusan Nikah ......................................... 64

C. Analisis Penulis ............................................................................ 71

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 82

B. Saran ............................................................................................. 84

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85

LAMPIRAN

1. Surat Mohon Kesediaan Pembimbing Skripsi

2. Surat Permohonan Data/Wawancara di KUA Kecamatan

Kebayoran Baru

3. Surat Keterangan Riset dari KUA Kecamatan Kebayoran Baru

4. Hasil Wawancara dengan Kepala KUA Kecamatan Kebayoran

Baru

5. Hasil Wawancara dengan Tigapuluh (30) Responden

6. Dokumentasi

Page 14: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

v

ABSTRAK

Arisa Dykawresa. NIM 1111044100070. Implementasi PP No. 48

Tahun 2014 Tentang Biaya Nikah Sebagai Public Services (Studi Pada

Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Baru). Konsentrasi Peradilan

Agama Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H / 2015 M. x + 88

halaman + 47 halaman lampiran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja KUA Kecamatan

Kebayoran Baru dalam menerapkan peraturan pemerintah tentang biaya nikah

berdasarkan PP No. 48 Tahun 2014. Dalam hal ini penulis mengurai tentang

adanya deviasi yang terjadi pada saat mengurus pernikahan oleh calon pengantin

dalam melangsungkan pernikahannya di KUA Kecamatan Kebayoran Baru.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Metode kualitatif adalah keseluruhan data yang diperoleh dari hasil wawancara

masyarakat yang telah melakukan pernikahan di KUA Kecamatan Kebayoran

Baru.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa penulis menemukan

adanya deviasi dalam administrasi pembiayaan nikah. Deviasi tersebut terdapat di

sektor RT calon pengantin yang akan mendaftarkan pernikahannya melalui

bantuan pihak RT untuk mengurus persyaratan pelaksanaan pernikahan. Hal ini

yang menjadi PP No. 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah belum sepenuhnya

diterapkan dalam lingkup masyarakat.

Kata Kunci : Good Government. Public Services.

Biaya Nikah. KUA Kecamatan Kebayoran Baru.

Pembimbing : Dr. H. Yayan Sopyan, SH., M.Ag

Daftar Pustaka : Tahun 1980 s/d Tahun 2013

Page 15: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

vi

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas diucapkan dalam kesempatan ini selain

persembahan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan

pertolongan-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW

beserta Keluarga dan para sahabat yang setia dalam suka dan duka.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta,

Ayahanda Drs. H. Deddy Indjumpono Putro dan Ibunda Dra. Hj. Otisia

Arinindyah, MM yang tiada lelah dan bosan memberikan motivasi, bimbingan,

kasih sayang serta do’a bagi keempat putra putrinya. Semoga Allah SWT

senantiasa memberikan yang terbaik untuk mereka.

Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang

penulis hadapi, akan tetapi syukur Alhamdulillah berkat rahmat dari Allah SWT,

kesungguhan, serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung

maupun tidak langsung segala hambatan dapat diatasi, sehingga pada akhirnya

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, sudah sepantasnya

pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Halim, M. Ag., dan Bapak Arip Purkon, MA., selaku

Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga

Page 16: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

vii

Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Yayan Sopyan, SH., M.Ag., selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama membimbing penulis.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar pada lingkungan

Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama duduk di bangku

perkuliahan.

5. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik Perpustakaan Fakultas

Syariah dan Hukum serta Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam

pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

6. Bapak TB. Zamroni, S.Ag., selaku Kepala Kantor Urusan Agama (KUA)

Kebayoran Baru beserta seluruh stafnya yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis dalam mencari data-data sebagai bahan

rujukan skripsi.

7. Do’a dan harapan penulis panjatkan teruntuk adik-adik; Bashith Edryanto,

Chenandito Litus Dyputro, dan Detisya Caeliusa Dyputri yang senantiasa

memberikan semangat, cinta dan kasihnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi.

Page 17: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

viii

8. Bude Ir. Hj. Mutia Okecahani dan Bude Lismiyati yang telah banyak

membantu meringankan mengurus adik dan pekerjaan rumah hingga

menyelesaikan skripsi.

9. Terimakasih atas segala bantuannya kepada Burhanatut Dyana, S.Sy.,

Nur Azizah, Fauzan Hakim, Om Tawabuddin, Andhira Ramadhan Utama,

B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi.

10. Dan tak lupa untuk semua teman-teman Peradilan Agama 2011 kelas B

dan A yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan

yang berlipat ganda.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun senantiasa penulis harapkan untuk kesempurnaan

skripsi ini.

Jakarta, 8 September 2015

Penulis

Page 18: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 10

E. Studi Review Terdahulu ............................................................... 11

F. Metode Penelitian .......................................................................... 13

G. Sistematika Penulisan ................................................................... 17

BAB II PRINSIP ADMINISTRASI PERKAWINAN DALAM

MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA

A. Good Governance ........................................................................ 18

B. Public Services ............................................................................. 24

Page 19: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

x

C. Tujuan Pencatatan Perkawinan ..................................................... 34

D. Administrasi Pembiayaan Nikah di Indonesia ............................. 44

BAB III PENERAPAN PUBLIC SERVICES TERHADAP PP NO. 48

TAHUN 2014 TENTANG BIAYA NIKAH DI KUA KECAMATAN

KEBAYORAN BARU

A. Kondisi Objektif Penelitian .......................................................... 55

B. Proses Pembiayaan Pengurusan Nikah ......................................... 64

C. Analisis Penulis ............................................................................ 71

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 82

B. Saran ............................................................................................. 84

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85

LAMPIRAN

1. Surat Mohon Kesediaan Pembimbing Skripsi

2. Surat Permohonan Data/Wawancara di KUA Kecamatan

Kebayoran Baru

3. Surat Keterangan Riset dari KUA Kecamatan Kebayoran Baru

4. Hasil Wawancara dengan Kepala KUA Kecamatan Kebayoran

Baru

5. Hasil Wawancara dengan Tigapuluh (30) Responden

6. Dokumentasi

Page 20: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam menganjurkan kepada setiap umatnya untuk memiliki pasangan

hidup dan membentuk sebuah keluarga yang tentram, damai, penuh kasih

sayang, dan berkualitas. Perkawinan merupakan fitrah kemanusiaan, karena

itu Islam menganjurkan umatnya untuk menikah karena ini merupakan naluri

kemanusiaan. Naluri ini juga harus dipenuhi dengan jalan yang sah, yaitu

perkawinan.

Islam memandang ikatan perkawinan sebagai ikatan yang kuat

(mitsaqan ghalizhan), ikatan yang suci transenden artinya suatu perjanjian

yang mengandung makna magis, suatu ikatan bukan saja hubungan atau

kontrak keperdataan biasa, tetapi juga hubungan menghalalkan terjadinya

hubungan badan antara suami istri sebagai penyalur libido seksual manusia

yang terhormat, oleh karena itu hubungan tersebut dipandang sebagai ibadah.1

Definisi perkawinan juga melihat peraturan perundang-undangan yang

berlaku di Indonesia dalam kaitan ini Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, dan Instruksi Presiden Nomor 1

Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam yang merumuskan demikian:

“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

1 Yayan Sopyan, Islam-Negara (Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional), (Jakarta: RMBooks, 2012), cet-II, h. 127

Page 21: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

2

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

Masyarakat dan pribadi saat ini rupanya telah menganggap bahwa

perkawinan merupakan masalah yang serius dan sakral yang harus dilakukan

didepan pegawai pencatat nikah agar dapat diakui oleh negara dan sah di

mata negara serta terpenuhinya syarat dan rukun seperti yang telah ditentukan

oleh agama agar sah di mata agama.

Dengan demikian salah satu bentuk pembaharuan hukum

kekeluargaan Islam adalah dimuatnya pencatatan perkawinan sebagai salah

satu ketentuan perkawinan yang harus dipenuhi. Di katakan pembaharuan

hukum Islam karena masalah tersebut tidak ditemukan di dalam kitab-kitab

fikih ataupun fakwa-fatwa ulama.3

Perkawinan merupakan hal yang sangat penting dan sakral serta

mempunyai dampak yang luas, baik dalam hubungan kekeluargaan

khususnya, maupun pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara pada

umumnya. Perkawinan ini merupakan masalah yang sangat serius dan tidak

boleh dilakukan dengan main-main, maka untuk mendukung keseriusan itu,

ada hal yang penting sebagai keniscayaan zaman dan kebutuhan legalitas

hukum adalah dengan adanya pencatatan perkawinan.4

2 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2004), h. 46

3 Amiur Nuruddin, dkk., Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Krisis Perkembangan

Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI), (Jakarta: Kencana, 2006), h., 121-122

4 Yayan Sopyan, Islam-Negara, h. 129

Page 22: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

3

Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan disebutkan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan

menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaan. Kemudian pada

Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

disebutkan juga bahwa setiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan

yang berlaku. Peraturan yang dimaksud adalah Undang-undang Nomor 22

Tahun 1946 dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1954, sedangkan

kewajiban Pegawai Pencatatan Nikah diatur dalam Peraturan Menteri Agama

RI Nomor 1 Tahun 1955 dan Nomor 2 Tahun 1954.5

Pencatatan nikah pada dasarnya tidak disyari’atkan dalam agama

Islam. Namun, dilihat dari segi manfaatnya, pencatatan nikah sangat

diperlukan.6 Pencatatan nikah dilakukan oleh Petugas Pencatat Nikah.

Pencatatan pernikahan bertujuan untuk mewujudkan ketertiban dalam

masyarakat. Ini merupakan suatu upaya yang diatur melalui undang-undang

untuk melindungi martabat dan kesucian pernikahan. Pencatatan nikah

asalnya hanya sebuah kebutuhan administrasi negara. Namun, fungsi dari

pencatatan nikah itu sangat penting khususnya bagi perempuan. Karena di

antara manfaat dari pencatatan nikah adalah memberikan status hukum yang

jelas terhadap pernikahan yang diselenggarakan. Tujuan pencatatan nikah

5 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2006), h. 47-48

6 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta: Siraja, 2003), h.

123

Page 23: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

4

adalah untuk menghindarkan teraniayanya pihak perempuan (istri) oleh

suami.7

Dalam ketentuan umum pada Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

1975 dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan undang-undang adalah

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, sedangkan yang

dimaksud dengan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) adalah pegawai pencatat

perkawinan dan perceraian pada KUA kecamatan bagi umat Islam dan

catatan sipil bagi nonmuslim.8

Pegawai Pencatatan Nikah hanya bertugas mengawasi terlaksananya

perkawinan agar perkawinan berlangsung menurut ketentuan-ketentuan

agama Islam. Pegawai pencatatan ditentukan pegawai yang berkedudukan

Penghulu, Kadhi atau wakilnya atau Naib.9

Peran utama Kantor Urusan Agama (KUA) adalah pelaksanaan

pencatatan nikah. Dalam hal ini pihak KUA telah berusaha semaksimal

mungkin agar seluruh perkawinan di wilayah kerjanya dapat dilakukan

melalui pencatatan dan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.10

Realisasi pencatatan itu, melahirkan Akta Nikah yang masing-masing

dimiliki oleh istri dan suami salinannya. Akta tersebut, dapat digunakan oleh

7 Sri Mulyati, Relasi Suami Istri dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW), 2004),

h. 9 8 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 13-14

9 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI-

Press), 1986), h. 71 10

Alimin, Potret Administrasi Keperdataan Islam di Indonesia, (Tangerang Selatan:

Orbit Publishing, 2013), h. 85-86

Page 24: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

5

masing-masing pihak bila ada yang merasa dirugikan dari adanya ikatan

perkawinan itu untuk mendapatkan haknya.11

Pemerintah juga telah mengatur masalah biaya pernikahan yang

dilakukan di jam kerja KUA dan di luar KUA dan jam kerja, yakni terdapat

pada Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014 yang sebelumnya adalah

perubahan dari Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2004. Peraturan tersebut

diubah dan diganti agar KUA menjadi lebih berintegritas dan terbebas dari

gratifikasi serta memperjelas keuangan yang harus dibayar oleh masyarakat

untuk biaya pernikahan.

Perubahan yang ditetapkan di dalam PP No. 48 Tahun 2014 di

antaranya yaitu adanya multi tarif yang dikenakan kepada masyarakat yang

akan menikah. Di dalam PP No. 48 Tahun 2014 disebutkan pada Pasal 6:

(1) Setiap warga negara yang melaksanakan nikah atau rujuk di Kantor

Urusan Agama Kecamatan atau di luar Kantor Urusan Agama

Kecamatan tidak dikenakan biaya pencatatan nikah atau rujuk;

(2) Dalam hal nikah atau rujuk dilaksanakan di luar Kantor Urusan Agama

Kecamatan dikenakan biaya transportasi dan jasa profesi sebagai

penerimaan dari Kantor Urusan Agama Kecamatan;

(3) Terhadap warga negara yang tidak mampu secara ekonomi dan/atau

korban bencana yang melaksanakan nikah atau rujuk di luar Kantor

Urusan Agama Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

dikenakan tarif Rp. 0,00 (nol rupiah);

11

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 26

Page 25: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

6

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara untuk dapat

dikenakan tarif Rp. 0,00 (nol rupiah) kepada warga negara yang tidak

mampu secara ekonomi dan/atau korban bencana yang melaksanakan

nikah atau rujuk di luar Kantor Urusan Agama Kecamatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri Agama setelah

berkoordinasi dengan Menteri Keuangan;

Ketentuan dalam Lampiran angka II mengenai Penerimaan negara dari

Kantor Urusan Agama Kecamatan diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Tabel I

JENIS PENERIMAAN

NEGARA BUKAN PAJAK

SATUAN

TARIF (Rp.)

II. Penerimaan dari Kantor

Urusan Agama Kecamatan

per peristiwa

nikah atau rujuk

600.000,00

Sumber data diperoleh dari Bimas Islam Kementerian Agama RI

Dari perubahan pasal ini dapat diketahui bahwa penerimaan negara

dari masyarakat untuk biaya pernikahan berubah, yang tadinya Rp. 30.000,-

untuk biaya pencatatan nikah dan rujuk menjadi Rp. 600.000,- untuk biaya

nikah dan rujuk.12

Berdasarkan sumber yang penulis dapatkan dari Republika.co.id,

terdapat artikel yang menyatakan bahwa pada praktiknya ada pihak yang

12

Khoirul Anwar, “PP 48 2014 dan PMA 24 2014, Menuju KUA Berintegritas”, artikel

ini diakses pada 31 Maret 2015 pukul 08.31WIB dari http://bimasislam.kemenag.go.id

Page 26: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

7

memanfaatkan ketidaktahuan keluarga pasangan pengantin mengenai

pengurusan pembayaran yang diwakilkan kepada petugas kelurahan atau

pihak lainnya. Oknum tersebut kemudian meminta pembayaran di atas tarif

resmi antara Rp. 800.000,- atau lebih.13

Sedangkan dalam PP No. 48 Tahun 2014 yang mengatur bahwa biaya

pernikahan hanya terbagi menjadi dua, yaitu pertama gratis atau nol rupiah

jika proses nikah dilakukan pada jam kerja di KUA; dan kedua dikenakan

biaya enam ratus ribu rupiah jika nikah dilakukan di luar KUA dan atau di

luar hari dan jam kerja.

Terkait upaya menghindari gratifikasi tersebut, Ditjen Bimas Islam

mengeluarkan penjelasan tentang alur pelayanan nikah sesuai dengan yang

diatur dalam PP No. 48 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 47 Tahun 2004 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP).14

Dalam hal ini penulis tertarik untuk menjadikan KUA Kecamatan

Kebayoran Baru sebagai objek penelitian. Ketertarikan penulis tersebut

berdasarkan pada letak geografis, keadaan ekonomi dan sosial masyarakat

Kecamatan Kebayoran Baru. Warga Kebayoran Baru merupakan golongan

menengah keatas, sehingga wajar saja jika mereka tidak mempermasalahkan

berapun jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk melangsungkan

pernikahan.

13

Citra Listya Rini, “Kemenag: Tidak Ada Biaya Tambahan untuk Nikah”, artikel ini

diakses pada 30 Maret 2015 pukul 16.04 WIB dari http://m.republika.co.id 14

Citra Listya Rini, “Kemenag: Tidak Ada Biaya Tambahan untuk Nikah”

Page 27: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

8

Berawal dari fenomena diatas, kemudian mendorong penulis untuk

mengkaji, meneliti, serta mencermati lebih jauh dalam bentuk skripsi yang

mungkin akan memberikan implikasi bagi kehidupan masyarakat mendatang.

Adapun judul yang penulis angkat adalah: “Implementasi PP No. 48 Tahun

2014 Tentang Biaya Nikah Sebagai Public Services (Studi Pada Kantor

Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Baru)”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan suatu permasalahan yang terkait

dengan judul yang sedang dibahas. Masalah-masalah yang sudah tertuang

pada latar belakang diatas, maka dari itu penulis memaparkan beberapa

permasalahan yang ditemukan sesuai dengan bagian latar belakang penelitian

ini, diantaranya adalah:

1. Bagaimana prosedur pelaksanaan pernikahan di KUA Kecamatan

Kebayoran Baru?

2. Siapa saja yang terlibat dalam birokrasi pelaksanaan pernikahan?

3. Adakah penyimpangan tentang PP No. 48 Tahun 2014 tentang biaya

nikah?

4. Dampak yang terjadi apabila biaya nikah tidak diatur dalam PP No. 48

Tahun 2014?

5. Adakah kelebihan dan kekurangan dari berlakunya PP No. 48 Tahun

2014?

Page 28: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

9

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam pembahasan skripsi ini penulis memilih KUA Kecamatan

Kebayoran Baru sebagai obyek penelitian. Mengingat banyaknya

kewenangan oleh KUA tersebut, maka penulis melakukan pembatasan

hanya pada pelayanan KUA Kecamatan Kebayoran Baru dalam hal

administrasi pembiayaan nikah yang sesuai dengan PP No. 48 Tahun 2014.

Menarik untuk diteliti, namun perlu adanya pembatasan masalah

dalam skripsi ini sehingga nantinya tidak meluas atau keluar dari pokok

bahasan. Adapun dalam hal ini penulis membatasi penelitian hanya

mencakup tiga strata dalam masyarakat, yaitu Masyarakat Atas,

Masyarakat Menengah, dan Masyarakat Bawah dengan alasan ketiga strata

tersebut dapat mewakili jawaban masyarakat yang melakukan pernikahan

di KUA Kecamatan Kebayoran Baru sejak berlakunya PP No. 48 Tahun

2014 tentang biaya nikah.

2. Perumusan Masalah

Untuk memperjelas masalah dalam pembahasan ini maka

dirumuskan masalahnya sebagai berikut. “Sesuai dengan peraturan

Perundang-undangan yang berlaku bahwa pernikahan yang dilakukan

langsung di Kantor Urusan Agama (KUA) tidak dikenakan biaya atau Rp.

0,- akan tetapi realita yang terjadi belakangan ini masih ada beraneka

ragam tarif biaya nikah.

Page 29: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

10

Agar lebih spesifik, rumusan tersebut penulis rinci dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut:

a. Apakah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran Baru

sudah menetapkan biaya nikah yang sesuai dengan ketentuan PP No.

48 Tahun 2014?

b. Apakah ada deviasi antara ketetapan dan pelaksanaan PP No. 48

Tahun 2014 tentang biaya nikah oleh Kantor Urusan Agama (KUA)

Kecamatan Kebayoran Baru?

c. Apabila terjadi deviasi, terdapat di sektor manakah deviasi dilakukan?

d. Bagaimana respon dan tanggapan masyarakat tentang biaya nikah yang

terdapat dalam Peraturan Pemerintah?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam melakukan suatu kegiatan pada dasarnya memiliki tujuan

tertentu. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

penulis uraikan diatas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui biaya nikah sudah sesuai tidak dengan ketentuan

PP No. 48 Tahun 2014 sudah diterapkan oleh KUA Kecamatan

Kebayoran Baru.

b. Untuk mengetahui ada atau tidak deviasi antara ketetapan dan

pelaksanaan terhadap PP No. 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah oleh

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran Baru.

Page 30: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

11

c. Untuk mengetahui apabila terjadi deviasi yang terdapat di sektor mana

serta bagaimana respon dan tanggapan masyarakat tentang biaya nikah

yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam melaksanakan penelitian ini adalah:

a. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan bermanfaat menambah

wawasan dan pengetahuan dalam bidang Administrasi Keperdataan

Islam.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangsih pemikiran yang bermanfaat dalam praktik pernikahan

yang terjadi di masyarakat.

E. Studi Review Terdahulu

Dalam review studi terdahulu penulis meringkas skripsi yang ada

kaitannya dengan biaya nikah diantaranya adalah:

No.

Identitas Penulis

Substansi

Perbedaan

1. Andhika Kharis Ahmadi,

NIM 109044200001,

tahun 2013.

Respon Penghulu KUA

Kec. Pamulang Tentang

Pembebasan Biaya

Administrasi Nikah dan

Rujuk.

Dalam skripsi ini

membahas tentang

respon penghulu

Kantor Urusan Agama

(KUA) Kecamatan

Pamulang mengenai

pembebasan biaya

administrasi nikah dan

rujuk yang akan

dicanangkan oleh

Kementerian Agama.

Adapun respon

penghulu mengenai

Yang membedakan

skripsi terdahulu

dengan skripsi penulis

adalah pihak yang

dijadikan informan.

Jika dalam skripsi

terdahulu yang

dijadikan informan

hanya penghulu dan

masyarakat di daerah

Kecamatan Pamulang

saja, sedangkan dalam

skripsi penulis yang

Page 31: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

12

pembebasan biaya

administrasi nikah dan

rujuk tersebut akan

memberikan dampak

positif bagi kedua

belah pihak yang akan

melakukan pernikahan

atau rujuk. Selain itu

dampak positif

tersebut juga akan

merubah pandangan

negatif masyarakat

terhadap penghulu

atas adanya biaya

administrasi nikah dan

rujuk.

menjadi informan

adalah Ketua Kantor

Urusan Agama

(KUA) Kecamatan

Kebayoran Baru, 10

(sepuluh) Masyarakat

Strata Atas, 10

(sepuluh) Masyarakat

Strata Menengah, dan

10 (sepuluh)

Masyarakat Strata

Bawah. Selain itu

penulis juga

mendeskripsikan

tentang PP No. 48

Tahun 2014 yang

telah diterapkan oleh

Kantor Urusan

Agama (KUA)

Kecamatan

Kebayoran Baru.

2. Imam Zakiyudin,

NIM 1110044100059,

tahun 2014.

Faktor Penyebab Biaya

Administrasi Pencatatan

Pernikahan Menjadi

Tinggi (Studi pada

Kantor Urusan Agama

(KUA) Kecamatan

Bumijawa Kabupaten

Tegal Tahun 2009-2013)

Dalam skripsi ini

membahas tentang

faktor-faktor yang

menyebabkan

tingginya biaya

administrasi

pencatatan pernikahan

di Kantor Urusan

Agama (KUA)

Kecamatan Bumijawa.

Faktor-faktor tersebut

berupa ketidaktahuan

masyarakat tentang

berapa kisaran biaya

pencatatan pernikahan

yang mengacu pada

PP No. 47 Tahun

2004 sebesar Rp.

30.000. Selain itu

Yang membedakan

skripsi terdahulu

dengan skripsi penulis

adalah Peraturan

Pemerintah (PP) yang

dijadikan acuan.

Dalam skripsi

terdahulu

menggunakan PP No.

47 Tahun 2004 yang

didalamnya

menyatakan

bahwasannya biaya

administrasi

pencatatan

perkawinan sebesar

Rp. 30.000.

Sedangkan dalam

skripsi penulis

Page 32: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

13

adanya kebiasaan

masyarakat yang

selalu meminta pihak

ketiga atau penguna

jasa untuk mengurus

administrasi

pencatatan pernikahan

di KUA. Sehingga

masyarakat harus

memberikan imbalan

lebih dari standar

ketentuan

administrasi. Selain

itu juga tidak adanya

sosialisasi tentang

biaya administrasi

pencatatan pernikahan

yang diatur oleh

Peraturan Pemerintah

yang dilakukan oleh

lembaga Kantor

Urusan Agama (KUA)

kepada masyarakat

diwilayah Kecamatan

Bumijawa.

menggunakan PP No.

48 Tahun 2014 yang

menyatakan bahwa

biaya administrasi

pencatatan

perkawinan yang

dilakukan didalam

jam kerja dan di

Kantor Urusan

Agama (KUA)

sebesar Rp. 0,-

sedangkan apabila

dilakukan diluar KUA

dikenakan biaya

sebesar Rp. 600.000.

F. Metode Penelitian

1. Metode Kualitatif

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Metode kualitatif merupakan data yang dihasilkan dari cara

pandang yang menekankan pada obyek yang bersangkutan dan cara

prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian

dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan

dengan mengadakan penelitian terhadap data primer di KUA Kecamatan

Page 33: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

14

Kebayoran Baru mengenai biaya perkawinan berdasarkan PP No. 48

Tahun 2014.

2. Sumber Data

a. Data Primer adalah data-data yang didapat langsung dari lapangan yakni

dengan cara mencari fakta-fakta yang ada di lapangan tersebut,

melakukan observasi, mengumpulkan data-data yang bersumber dari

KUA Kecamatan Kebayoran Baru berupa hasil wawancara dengan

Kepala KUA Kecamatan Kebayoran Baru, beserta masyarakat yang

telah melakukan pernikahan di KUA Kecamatan Kebayoran Baru

mengenai PP No. 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah.

b. Data Sekunder dalam penelitian ini terdiri dari penelitian hukum

normatif (penelitian hukum kepustakaan) dan penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yaitu bahan yang

dihasilkan dari bahan hukum terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 48

Tahun 2014 tentang biaya nikah dan bahan hukum lainnya seperti

buku-buku yang mendukung dan memperjelas bahan hukum tersebut.

3. Jenis Penelitian

Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode

deskriptif analisis, yaitu penelitian yang memaparkan suatu karakteristik

tertentu dari suatu fenomena. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

dan memaparkan karakteristik dari beberapa variable dalam suatu situasi.

Page 34: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

15

Cara tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

secara mendalam tentang Implementasi PP No. 48 Tahun 2014 di Kantor

Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran Baru.

4. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Urusan Agama (KUA)

Kecamatan Kebayoran Baru. Adapun yang menjadi bahan penelitian

dalam penulisan skripsi ini adalah Peraturan Pemerintah tentang biaya

nikah yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014. Sehubungan

dengan hal tersebut maka yang menjadi respondennya adalah Kepala KUA

Kecamatan Kebayoran Baru dan masyarakat yang telah melakukan

pernikahan di KUA Kecamatan Kebayoran Baru.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Bila

dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data menggunakan:

a. Survey

Untuk mendapatkan data tentang KUA Kecamatan Kebayoran

Baru. Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan skripsi ini, penulis

melakukan survey atau pengamatan langsung ke objek penelitian yang

dituju untuk mengetahui kebenaran secara langsung mengenai

implementasi PP No. 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah di KUA

Kecamatan Kebayoran Baru.

Page 35: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

16

b. Interview / Wawancara

Teknik disini digunakan oleh penulis agar dalam penelitian

didapatkan hasil yang alami dan mendalam, tetapi tetap memakai

pedoman sebagai petunjuk wawancara untuk menjadikan wawancara

lebih teratur dan terarah. Wawancara dilakukan agar penelitian ini

mendapatkan data yang benar-benar akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan. Wawancara dilakukan dengan pihak Kepala

KUA Kecamatan Kebayoran Baru beserta masyarakat yang telah

melakukan pernikahan di KUA Kecamatan Kebayoran Baru mengenai

PP No. 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah. Dalam hal ini penulis

mengambil informasi dengan mengkualifikasikan responden dalam

Masyarakat Strata Atas dan Masyarakat Strata Menengah dengan rata-

rata pendidikan terakhir adalah S-1, serta Masyarakat Strata Bawah

dengan rata-rata pendidikan terakhir adalah SMA.

c. Studi Dokumentasi

Penulis melakukan pengumpulan dan penganalisaan terhadap

dokumen-dokumen yang meliputi arsip-arsip resmi dari KUA

Kecamatan Kebayoran Baru dan masyarakat yang telah melakukan

pernikahan di KUA Kecamatan Kebayoran Baru. Setelah data-data

penelitian tersebut didapatkan, kemudian penulis mengolah data dan

diuraikan dengan cara kualitatif.

Page 36: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

17

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian skripsi ini berpedoman kepada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatulah Jakarta Tahun 2012. Adapun sistematika

penulisan adalah sebagai berikut:

Bab Pertama, terdiri dari Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang

Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Penelitian, Studi Review Terdahulu, Metode Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

Bab Kedua, memuat tentang Good Governance, Public Services,

Tujuan Pencatatan Perkawinan, dan Administrasi Pembiayaan Nikah di

Indonesia.

Bab Ketiga, berisi tentang Kondisi Objektif Penelitian, Proses

Pembiayaan Pengurusan Nikah, dan dilanjutkan dengan Analisis Penulis

yaitu penerapan PP No. 48 Tahun 2014 tentang biaya pernikahan di KUA

Kecamatan Kebayoran Baru serta pandangan masyarakat Kebayoran Baru.

Bab Keempat, adalah penutup yang berisi kesimpulan serta saran-

saran. Dalam bab penutup ini penulis menyimpulkan semua yang telah

dibahas dalam skripsi ini.

Page 37: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

18

BAB II

PRINSIP ADMINISTRASI PERKAWINAN DALAM MEWUJUDKAN

PELAYANAN PRIMA

A. Good Governance

Di Indonesia, substansi wacana good governance dapat dipadankan

dengan istilah pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa. Pemerintahan

yang baik adalah sikap di mana kekuasaan dilakukan oleh masyarakat yang

diatur oleh berbagai tingkatan pemerintah negara yang berkaitan dengan

sumber-sumber sosial, budaya, politik, serta ekonomi. Dalam praktiknya

pemerintahan yang bersih (clean government), adalah model pemerintahan

yang efektif, efisien, jujur, transparan, dan bertanggung jawab.1

Atas nama “Good Governance”, Indonesia telah melakukan beberapa

perubahan terkait sistem hukum yang secara khusus menekankan pada

pengaturan masalah-masalah keluarga. Hukum di Indonesia, diletakkan dalam

atau di bawah dua wadah sumber; hukum Islam dan hukum Indonesia.

Terkait dengan pengadopsian hukum Islam, pemerintah lebih banyak

mengatur hukum keluarga. Hukum Islam yang diadopsi kemudian ditinjau

kembali untuk disesuaikan dengan kondisi di Indonesia saat ini. Yang

1 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civid Education)

Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2010), h. 160.

Page 38: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

19

kemudian aturan-aturan tersebut diperbaharui agar pemerintah dapat

mengontrol, dan melakukan tata kelola pemerintahan dengan baik.2

Secara terminologis governance yaitu sebagai kepemerintahan

sehingga masih banyak yang beranggapan bahwa governance adalah sinonim

government. Interpretasi dari praktek-praktek governance selama ini memang

lebih banyak mengacu pada perilaku dan kapasitas pemerintah, sehingga

good governance seolah-olah otomatis akan tecapai apabila ada good

government. Berdasarkan sejarah, ketika istilah governance pertama kali

diadopsi oleh para praktisi di lembaga pembangunan internasional, konotasi

governance yang digunakan memang sangat sempit dan bersifat teknokratis

di seputar kinerja pemerintah yang efektif; utamanya yang terkait dengan

manajemen publik dan korupsi. Oleh karena itu, banyak kegiatan atau

program bantuan yang masuk dalam katagori governance tidak lebih dari

bantuan teknis yang diarahkan untuk meningkatakan kapasitas pemerintah

dalam menjalankan kebijakan publik dan mendorong adanya pemerintahan

yang bersih (menghilangkan korupsi).3

Adapun terdapat perbedaan antara government dan governance

adalah:4

2 Alimin dan Euis Nurlaelawati, Potret Administrasi Keperdataan Islam di Indonesia,

(Ciputat: Orbit Publishing, 2013), h. 16.

3 Hetifah SJ Sumarto, Inovasi-Partisipasi dan Good Governance, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2003), h. 2.

4 Bambang Istianto, Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif Pelayanan Publik,

(Jakarta: Mitra Wicana Media, 2011), h. 101.

Page 39: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

20

No. Unsur Perbandingan Kata Government Kata Governance

1. Pengertian Badan/lembaga atau

fungsi yang

dijalankan oleh suatu

organ tertinggi

dalam suatu negara.

Cara penggunan

atau pelaksanaan.

2. Sifat Hubungan Hirearchis. Heterakhis dalam

arti ada kesetaraan

kedudukan dan

hanya fungsi.

3. Komponen yang

Terlibat

Sebagai subyek yang

hanya ada satu yaitu

instusi pemerintah.

Ada tiga

komponen yang

terlibat yaitu:

sektor publik;

sektor swasta;

masyarakat.

4. Pemegang Peran

Dominan

Sektor pemerintah. Semua memegang

peran sesuai

dengan fungsi

masing-masing.

5 Efek yang Diharapkan Kepatuhan warga

negara.

Partisipasi warga

negara.

6. Hasil Akhir yang

Diharapkan

Pencapaian tujuan

negara melalui

kepatuhan warga

negara.

Pencapaian tujuan

negara dan tujuan

masyarakat

sebagai warga

negara maupun

sebagai warga

masyarakat.

Dalam pembahasan mengenai good governance terdapat prinsip-

prinsip yang menunjukan bahwa suatu pemerintahan memenuhi kriteria good

governance, yaitu:5

1. Penegakan Hukum, artinya mewujudkan adanya penegakan hukum yang

adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM, dan

memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Penegakan

5 Bambang Istianto, Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif Pelayanan Publik, h. 93-

95.

Page 40: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

21

hukum juga merupakan faktor kunci kesuksesan penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih, tertib, teratur, efisien, dan efektif.

2. Transparansi, artinya menciptakan kepercayaan timbal balik antara

pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin

kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

3. Kesetaraan, artinya memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota

masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.

4. Daya Tanggap, artinya meningkatkan kepekaan para penyelenggara

pemerintahan terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali. Daya tanggap

atau responsif merupakan tuntutan yang disuarakan berbagai kalangan

supaya pemerintah melakukan dengan cepat tindakan yang seharusnya

dilakukan.

5. Akuntabilitas, artinya meningkatkan akuntabilitas publik para pengambil

keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan

masyarakat luas. Akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban

pemerintah terhadap rakyatnya, yakni apa yang dikerjakan dan apa yang

tidak dikerjakan oleh pemerintah dalam rangka memenuhi janji terhadap

mandat yang diberikan oleh rakyat melalui konstitusi negara.

6. Pengawasan, artinya meningkatkan upaya pengawasan terhadap

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan

ketertiban swasta dan masyarakat luas. Pengawasan juga sebagai salah

satu fungsi manajemen yang merupakan pilar utama kesuksesan dalam

menjalankan kegiatan pemerintahan.

Page 41: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

22

7. Efisien dan Efektif, artinya menjamin terselenggaranya pelayanan kepada

masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara

optimal dan bertanggung jawab. Dengan adanya paradigma tersebut hasil

yang dicapai pemerintah akan memiliki efek yang berganda yakni

terwujudnya masyarakat yang sejahtera serta adil dan makmur.

8. Profesionalisme, artinya meningkatkan kemampuan dan moral

penyelenggara pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang

mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau.

Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas

prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini maka didapatkan

tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa

dinilai bila ia telah bersinanggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip

good governance tersebut.6

Secara keseluruhan, prinsip-prinsip good governance pada dasarnya

mengandung nilai yang bersifat objektif dan universal yang menjadi acuan

dalam menentukan tolak ukur atau indikator dan ciri-ciri/karakteristik

penyelenggaraan pemerintahan negara yang baik. Karena pada akhirnya,

pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang dapat melindungi dan

mengedepankan kepentingan publik.7

Sejatinya konsep good governance harus dipahami sebagai suatu

proses, bukan struktur atau institusi. Governance juga menunjukkan

6 Nico Andrianto, Good e-Government: Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui e-

Government, (Malang: Bayumedia, 2007), h. 24.

7 Abidarin Rosidi, Reinventing Government: Demokrasi dan Reformasi Pelayanan

Publik, (Yogyakarta: ANDI, 2013), h. 25.

Page 42: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

23

inklusitivitas. Kalau government dilihat sebagai “mereka” maka governance

adalah “kita”. Government mengandung pengertian seolah hanya politisi dan

pemerintahan yang mengatur, melakukan sesuatu, memberikan pelayanan,

sementara sisa dari “kita” adalah penerima yang pasif. Sementara

Governance meleburkan perbedaan antara “pemerintah” dan “yang

diperintah” karena kita semua adalah bagian dari proses governance.8

Didalam Good Governance juga terdapat fungsi penyelenggaraan

nagara agar terwujudnya Negara Kesejahteraan (Welfare State) yang

kemudian dikenal juga sebagai Negara Administrasi (Administrative State).

Fungsi pemerintah beserta aparaturnya terhadap masyarakat adalah melayani

(service function) dan mengatur (regulating function). Kedua fungsi tersebut

dijalankan untuk dapat mensejahterakan rakyat. Pemerintah berupaya

memenuhi dan melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat, sehingga

pemerintah berperan sebagai produsen dan layanan yang diperlukan oleh

masyarakat agar tertib dan teratur sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh

pemerintah. Dalam hal ini, fungsi aparatur negara pada Negara yang sedang

berkembang adalah melayani masyarakat, mengayomi masyarakat, dan

menumbuhkembangkan prakarsa dan peranserta masyarakat dalam

pembangunan.

Fungsi yang ketiga tersebut sebenarnya justru harus menjadi muara

bagi kedua fungsi yang lain, artinya pelayanan dan pengayoman harus

8 Hetifah SJ Sumarto, Inovasi-Partisipasi dan Good Governance, h. 2.

Page 43: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

24

sekaligus diarahkan agar masyarakat mampu berprakasa dan berperan serta

dengan baik dalam pembangunan. Fungsi yang ketiga ini sebenarnya sejalan

pula dengan paradigma baru dalam administrasi Negara, yaitu fungsi

pemberdayaan (empowering). Paradigma baru dalam administrasi Negara

menekankan bahwa pemerintah sekaligus diarahkan agar masyarakat mampu

berprakarsa dan berperan serta dengan baik dalam pembangunan tidak lagi

harus menjadi produsen dan layanan yang diperlukan masyarakat, tetapi

pemerintah harus lebih berperan sebagai fasilitator dan regulator, sehingga

masyarakat mampu dengan baik memenuhi kebutuhannya sendiri.9

B. Public Services

Setiap warga negara selalu berhubungan dengan aktivitas birokrasi

pemerintahan. Tidak henti-hentinya orang harus berurusan dengan birokrasi,

sejak berada dalam kandungan sampai meninggal dunia. Dalam setiap sendi

kehidupan kalau seseorang tinggal di sebuah tempat dan melakukan interaksi

sosial dengan orang lain serta merasakan hidup bernegara.10

Terkait dengan pembahasan Good Governance juga telah membangun

kolerasi antara kepemimpinan pemerintah dengan pelayanan publik secara

positif. Jika semua fungsi berjalan dengan efisien dan efektif maka akan

mendorong pemerintah untuk lebih tertib, tepat, teratur, sistematis, dan cepat

dalam memberikan pelayanan publik.

9 http://fakultashukum-universitaspanjisakti.com Diakses pada tanggal 10 Juni 2015

pukul 18:30 WIB.

10 Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2008), h. 155.

Page 44: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

25

Terminologi pelayanan publik dapat di jumpai di tengah masyarakat

(media cetak, televisi, dan internet) secara beragam. Dalam berbagai media

tersebut terkadang mereka menggunakan istilah/terminologi pelayanan

publik, pelayanan masyarakat, ataupun pelayanan umum secara bergantian

dan memang pada kenyataannya konsep dan definisinya boleh dikatakan

relatif sama dan tidak ada konsep yang baku mengenai terminologi dalam

istilah ini. Kalau dalam bahasa Inggris, terminologi tersebut disebut sebagai

public service.11

Pelayanan umum atau pelayanan publik adalah pemberian jasa baik

oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta

kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi

kebutuhan dan/atau kepentingan masyarakat.12

Namun, sejak reformasi bergulir di awal 2000-an, ada perubahan

pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal pengelolaan keuangan

lembaga/instansi (satuan kerja/satker) milik pemerintah. Terutama

satker/lembaga yang memberikan pelayanan kepada masyarakat di satu sisi,

tetapi di sisi lain masyarakat harus juga membayar biaya atas layanan

tersebut. Pergeseran pendekatan dalam pengelolaan satker pemerintah yang

menghasilkan layanan sekaligus membebankan biaya kepada masyarakat

11

Mediya Lukman, Badan Layanan Umum dari Birokrasi Menuju Korporasi, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2013), h. 15.

12 Alimin dan Euis Nurlaelawati, Potret Administrasi Keperdataan Islam di Indonesia, h.

170.

Page 45: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

26

(service and cost) ini berawal dengan adanya pemisahan kategori pelayanan

publik ke dalam dua bentuk pelayanan (dari sisi pembiayaan).13

Pertama, pelayanan publik yang bebas biaya. Pelayanan publik dalam

kategori ini merupakan pelayanan dasar (basic service) bagi semua warga

negara. Semua bentuk pelayanan yang disediakan oleh pemerintah dan

seharusnya tidak dikenakan biaya. Contoh pelayanan publik pada kategori ini

adalah penyediaan layanan untuk memperoleh pendidikan dasar dan

menengah bagi masyarakat serta pelayanan kepada semua warga untuk

mendapatkan tanda pengenal seperti Kartu Tanda Penduduk/KTP.14

Kedua, pelayanan publik yang dapat dikenakan biaya. Pelayanan

publik kategori ini memerlukan peran dan partisipasi masyarakat, terutama

dalam hal pembiayaan. Artinya, ada sharing cost antara pengguna dengan

pemerintah bagi satuan kerja milik pemerintah yang menyediakan layanan

publik ini. Oleh karena itu, terhadap pengguna atau warga masyarakat yang

membutuhkan layanan ini dikenakan biaya yang telah ditetapkan oleh

pemerintah. Peran yang paling krusial bagi pemerintah dalam layanan ini

adalah mengontrol biaya layanan yang akan dibebankan oleh penyedia jasa

agar tidak memberatkan warga dan terjangkau oleh segala lapisan masyarakat

(terutama golongan masyarakat tidak mampu). Selain itu, pelayanan

masyarakat diberikan atas dasar kesempatan yang sama (equal access) bagi

semua lapisan masyarakat dan layanan yang diberikan tanpa mengutamakan

13

Mediya Lukman, Badan Layanan Umum dari Birokrasi Menuju Korporasi, h. 12.

14 Mediya Lukman, Badan Layanan Umum dari Birokrasi Menuju Korporasi.

Page 46: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

27

pencarian keuntungan (not-for-profit).15

Dan contoh pelayanan publik yang

dapat dikenakan biaya adalah pencatatan nikah, yaitu pencatatan nikah yang

dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) melalui Kantor Urusan Agama

(KUA) untuk kedua calon mempelai yang ingin menikah. Baik perkawinan

yang dilakukan di dalam jam kerja KUA maupun di luar jam kerja KUA yang

sesuai dengan tarif Peraturan Pemerintah yang berlaku.

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan

secara ekstrem dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan

dengan kehidupan manusia. Masyarakat setiap waktu akan selalu menuntut

pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan itu

seringkali tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, karena secara empiris

pelayanan publik yang terjadi selama ini masih menampilkan ciri-ciri yakni

berbelit-belit, lambat, mahal dan melelahkan.

Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih

diposisikan sebagai pihak yang “melayani” bukan yang “dilayani”. Oleh

karena itu pada dasarnya dibutuhkan suatu perubahan dalam bidang

pelayanan publik dengan mengembalikan dan mendudukkan pelayanan dan

yang dilayani pada pengertian yang sesungguhnya. Pelayanan yang

seharusnya ditujukan pada masyarakat umum kadang dibalik menjadi

pelayanan masyarakat terhadap negara, meskipun negara berdiri

sesungguhnya adalah untuk kepentingan masyarakat yang mendirikannya.

15

Mediya Lukman, Badan Layanan Umum dari Birokrasi Menuju Korporasi, h. 13.

Page 47: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

28

Artinya, birokrat sesungguhnya haruslah memberikan pelayanan terbaik

kepada masyarakat.16

Dalam tatalaksana pelayanan umum (Yanum), pada hakekatnya

merupakan penerapan prinsip-prinsip pokok sebagai dasar yang menjadi

pedoman dalam perumusan tatalaksana dan penyelenggaraan kegiatan

Yanum. Sesuai dengan Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum yang

ditetapkan dengan Keputusan Menpan Nomor 81 Tahun 1993, maka sendi-

sendi atau prinsip-prinsip tersebut dapat dipahami dengan penjelasan sebagai

berikut:17

1. Kesederhanaan, yaitu prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit,

mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan, yakni memuat tentang:

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik.

b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa

dalam pelaksanaan pelayanan publik.

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

3. Kepastian Waktu, di mana dalam pelaksanaan pelayanan publik dapat

diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi, di mana produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat,

dan sah.

16 Juniarso Ridwan, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik,

(Bandung: Nuansa, 2012), h. 17-18.

17 Bambang Istianto, Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif Pelayanan Publik, h.

111-117.

Page 48: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

29

5. Keamanan, proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman

dan kepastian hukum.

6. Tanggungjawab, pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat

yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan

penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan

publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana, yaitu tersedianya sarana dan

prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai

termasuk penyediaan sarana teknologi komunikasi dan informatika

(telematika).

8. Kemudahan akses, di mana tempat dan lokasi serta sarana pelayanan

yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat

memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.

9. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan, di mana pemberi pelayanan

harus bersikap disiplin, sopan, dan santun, ramah, serta memberikan

pelayanan dengan ikhlas.

10. Kenyamanan, yaitu lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan

ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan

sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti

parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain.18

Sesuai dengan jenis dan sifat pelayanan, serta dengan pertimbangan

agar dapat melaksanakan prinsip-prinsip pelayanan umum secara efektif,

18

Juniarso Ridwan, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, h.

101-102.

Page 49: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

30

maka dalam Penyelenggaraan Pelayanan Umum, sesuai dengan

KEPMENPAN (Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara) Nomor

63 Tahun 2003, dapat dilaksanakan dengan pola-pola pelayanan sebagai

berikut:19

1. Pola Fungsional, yaitu pola pelayanan publik yang diberikan oleh

penyelenggara pelayanan, sesuai dengan tugas, fungsi, dan

kewenangannya.

2. Pola Terpusat, yaitu pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh

penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari

penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan.

3. Pola Terpadu, terdapat dalam dua bentuk yaitu:

a. Pola Terpadu Satu Atap, yaitu pola pelayanan terpadu satu atap

diselenggarakan dalam satu tempat yang meliputi berbagai jenis

pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani

melalui beberapa pintu. Terhadap jenis pelayanan yang sudah dekat

dengan masyarakat tidak perlu untuk disatu-atapkan.

b. Pola Terpadu Satu Pintu, yaitu pola pelayanan terpadu satu pintu

diselenggarakan pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis

pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui

satu pintu.

19

Bambang Istianto, Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif Pelayanan Publik, h

110.

Page 50: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

31

4. Pola Gugus Tugas, yaitu petugas pelayanan publik secara perorangan

atau dalam bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi pemberi

pelayanan dan lokasi pemberian pelayanan tertentu.

Selain terdapat pola-pola pelayanan publik yang sesuai dengan

KEPMENPAN (Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara) Nomor

63 Tahun 2003, terdapat juga faktor-faktor yang mendukung peningkatan

pelayanan publik agar dapat berjalan secara tertib dan teratur, yaitu:20

1. Faktor Hukum

Hukum akan mudah ditegakkan, jika aturan atau undang-undangnya

sebagai sumber hukum mendukung untuk terciptanya penegakan hukum.

Artinya, peraturan perundang-undangannya sesuai dengan kebutuhan

untuk terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik.

2. Faktor Aparatur Pemerintah

Aparatur pemerintah merupakan salah satu faktor dalam terciptanya

peningkatan pelayanan publik. Oleh karena aparat pemerintah merupakan

unsur yang bekerja di dalam praktik untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Maka secara sosiologis aparat pemerintah

mempunyai kedudukan atau peranan dalam terciptanya suatu pelayanan

publik yang maksimal.

3. Faktor Sarana

Penyelenggaraan pelayanan publik tidak akan berlangsung dengan lancar

dan tertib (baik) jika tanpa adanya suatu sarana atau fasilitas yang

20

Juniarso Ridwan, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, h. 22-

24.

Page 51: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

32

mendukungnya. Sarana itu mencakup tenaga manusia yang

berpendidikan, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, dan

keuangan yang cukup.

4. Faktor Masyarakat

Pada intinya penyelenggaraan pelayanan diperuntukkan untuk

masyarakat, dan oleh karenanya masyarakatlah yang memerlukan

berbagai pelayanan dari pemerintah sebagai penguasa pemerintahan.

Dengan kata lain masyarakat memiliki eksistensi dalam pelayanan,

karena dalam konteks kemasyarakatan pelayanan publik berasal dari

masyarakat (publik) di mana tujuan utamanya adalah untuk terciptanya

kesejahteraan masyarakat seutuhnya.

5. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor yang hampir sama dengan faktor

masyarakat. Jika melihat dari sistem sosial budaya, negara Indonesia

sendiri memiliki masyarakat yang majemuk dengan berbagai macam

karakteristik. Faktor kebudayaan dalam terciptanya penyelenggaraan

pelayanan yang baik pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari

hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi abstrak

mengenai apa yang baik, layak dan buruk.

Pelayanan publik juga mempunyai maksud dan tujuan agar dapat

menciptakan pelayanan yang tertib, teratur, dan memudahkan masyarakat

pengguna jasa yang telah disediakan oleh pemerintah. Maksud dan tujuan dari

Page 52: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

33

pelayanan publik telah diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yaitu:21

Pasal 2

Undang-undang tentang Pelayanan Publik dimaksudkan untuk

memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan

penyelenggara dalam pelayanan publik.

Pasal 3

Tujuan Undang-undang tentang Pelayanan Publik adalah:

a. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak,

tanggungjawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang

terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik;

b. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak

sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang

baik;

c. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan

peraturan Perundang-undangan;

d. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat

dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

Dengan adanya pelayanan publik yang telah disediakan oleh

pemerintah, akan menjadikan pergumulan yang sangat intensif antara

pemerintah dengan warga, dan baik atau buruknya dalam pelayanan publik

yang sangat dirasakan oleh masyarakat. Ini sekaligus membuktikan, bahwa

21

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Page 53: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

34

jika terjadi perubahan signifikan dalam pelayanan publik dengan sendirinya

manfaat itu dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Keberhasilan

dalam mewujudkan praktik good governance dalam pelayanan publik mampu

membangkitkan dukungan dan kepercayaan masyarakat.22

C. Tujuan Pencatatan Perkawinan

Perkawinan merupakan hal yang sangat penting dan sakral serta

mempunyai dampak yang luas, baik dalam hubungan kekeluargaan

khususnya, maupun pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara pada

umumnya. Perkawinan ini merupakan masalah yang sangat serius dan tidak

boleh dilakukan dengan main-main, maka untuk mendukung keseriusan itu,

dibutuhkannya legalitas hukum adalah dengan adanya pencatatan

perkawinan.

Pencatatan perkawinan merupakan pembaharuan dalam hukum

keluarga di dunia Islam. Hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan modern

yang mana perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilakukan secara

agama dan negara serta dapat dibuktikan dengan adanya akta otentik

perkawinan berupa buku nikah. Masyarakat saat ini rupanya telah

menganggap bahwa perkawinan merupakan masalah yang serius dan sakral

yang harus dilakukan didepan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) agar dapat

diakui oleh negara dan sah di mata negara serta terpenuhinya syarat dan

rukun seperti yang telah ditentukan oleh agama agar sah di mata agama.

Pencatatan perkawinan ini dianggap penting karena hal ini ditujukan sebagai

22

Juniarso Ridwan, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, h. 83.

Page 54: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

35

upaya untuk mewujudkan ketertiban perkawinan dalam masyarakat,

melindungi kesucian perkawinan sebagai sebuah nilai dan ikatan yang sakral

dan secara khusus ditujukan untuk melindungi kaum perempuan dalam rumah

tangga.23

Pada zaman dahulu Al-Qur’an dan Al-Hadis tidak mengatur secara

rinci mengenai pencatatan perkawinan, bahkan jika kita telusuri secara

ekplisit tidak ada ketentuan hukum dari pencatatan perkawinan ini. Ada

beberapa faktor mengapa pada zaman dahulu perkawinan tidak dicatat:24

1. Budaya tulis-baca, khususnya dikalangan orang Arab Jahiliyah masih

jarang. Oleh karena itu, orang Arab mengandalkan pada daya ingatannya

(hafalan) ketimbang tulisan.

2. Perkawinan bukan syariat baru dalam Islam. Ia merupakan syariat nabi-

nabi terdahulu secara terus menerus di turunkan.

3. Pada masyarakat jaman dahulu, nilai-nilai kejujuran dan ketulusan dalam

menjalankan kehidupan masih sangat kuat sehingga sikap saling percaya

dan tidak saling mencurigai menjadi fundamen kehidupan masyarakat.

Cukup dengan di saksikannya perkawinan tersebut oleh dua orang saksi

dan masyarakat sekitar sudah cukup membutikan bahwa pasangan suami

istri tersebut telah melakukan perkawinan yang sah dan tidak dianggap

kumpul kebo.

23

http://prodipps.unsyiah.ac.id, Diakses pada tanggal 12 Juni 2015 pukul 15:07 WIB.

24Yayan Sopyan, Islam Negara: Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional, h. 129

Page 55: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

36

4. Problematika hidup pada jaman dahulu masih sederhana, belum

sekompleks dan serumit jaman sekarang ini.

Seiring berkembangnya jaman, maka berubahlah pola pikir dan

perilaku masyarakat. Dalam perkawinan, pencatatan mutlak diperlukan.

Adapun fungsi dan kegunaannya adalah untuk memberikan jaminan hukum

terhadap perkawinan yang dilakukan terutama untuk melindungi harkat dan

martabat perempuan. Karena ketika perkawinan tersebut telah halal di mata

agama akan tetapi jika tidak dilakukan secara prosedur negara tetap saja

perkawinan tersebut dianggap ilegal oleh negara. UU Perkawinan di

Indonesia mengatur dengan kewenangan tertentu agar terwujudnya

ketertiban, bahwa perkawinan selain sah menurut agama maka pernikahan

harus dicatat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yakni

di Kantor Urusan Agama (KUA) bagi umat Islam dan Kantor Catatan Sipil

(KCS) untuk non Muslim.25

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan satu-satunya lembaga yang

menangani masalah pencatatan perkawinan ini. Menurut KMA (Keputusan

Menteri Agama) No. 517 Tahun 2001 yaitu Kantor Urusan Agama (KUA)

merupakan lembaga pemerintah yang berkedudukan di wilayah kecamatan

yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Departemen

Agama Kabupaten/Kotamadya di bidang urusan agama Islam dalam wilayah

25

http://prodipps.unsyiah.ac.id Diakses pada tanggal 12 Juni 2015 pukul 15:15 WIB.

Page 56: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

37

kecamatan.26

Adapun fungsi Kantor Urusan Agama (KUA) itu sendiri

diantaranya adalah pelayanan administrasi perkawinan dan rujuk

(kepenghuluan), pembinaan perkawinan dan keluarga sakinah, pembinaan

kemasjidan, pembinaan zakat, wakaf, ibadah sosial dan Baitu Mal.

Untuk sahnya suatu perkawinan yang ditinjau dari sudut keperdataan

adalah bilamana perkawinan tersebut sudah dicatat atau didaftarkan pada

Kantor Urusan Agama (KUA) atau Kantor Catatan Sipil (KCS) sesuai dengan

agama yang dianutnya.27

Selama perkawinan belum terdaftar maka

perkawinan itu masih belum dianggap sah menurut ketentuan hukum negara

sekalipun mereka sudah memenuhi prosedur dan tata cara menurut ketentuan

agama. Sedangkan bilamana yang ditinjau sebagai suatu perbuatan

keagamaan maka pencatatan perkawinan hanyalah sekedar memenuhi

administrasi perkawinan saja yang tidak menentukan sah atau tidaknya suatu

perkawinan.28

Pencatatan nikah sangat penting dilaksanakan oleh pasangan

mempelai, dengan adanya pencacatan nikah maka akan menghasilkan buku

nikah yang merupakan bukti autentik tentang keabsahan pernikahan baik

secara agama maupun negara. Sebuah catatan aksiologi menyatakan

26

LAPORAN PENELITIAN. Respon Masyarakat DKI Jakarta Terhadap Optimalisasi

Fungsi Kantor Urusan Agama (KUA). Oleh Jaenal Aripin, M.Ag, Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag

dan Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Sc. 2004.

27 Pasal 2 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang

No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta:

UI Press, 1986), cet. Ke-5, h. 175.

28 Syaharani, Masalah-Masalah Hukum Perkawinan di Indonesia, (Bandung: Alumni,tth),

h.10.

Page 57: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

38

bahwasanya manfaat dari pencatatan pernikahan diantaranya adalah mendapat

perlindungan hukum terutama bagi istri jika terjadi penyelewengan dari pihak

suami, memudahkan urusan perbuatan hukum lain yang terkait dengan

pernikahan seperti halnya hendak melaksanakan ibadah haji dan asuransi

kesehatan, legalitas formal pernikahan di hadapan hukum serta terjaminnya

keamanan dari kemungkinan terjadinya pemalsuan dan kecurangan lainnya.

Pentingnya sebuah pencatatan dalam suatu masalah yang berkaitan

dengan individu yang lain atau dalam masalah mu’amalah. Islam sebagai

agama yang sempurna telah terlebih dahulu memerintahkan kepada para

pemeluknya untuk mencatatkan setiap peristiwa yang berkenaan dengan

individu yang lain. Hal ini dilakukan untuk menghindari sifat lupa akan

terjadinya sesuatu dan madharat-madharat yang lain, sehingga untuk

mengantisipasi permasalahan tersebut sangatlah penting untuk dicatat. Hal ini

didasari oleh Firman Allah dalam Surah al-Baqarah ayat 282 sebagai berikut.

2 /282) )

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak

secara tunai untuk waktu yang belum ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar.”

(Al-Baqarah [2] : 282)

Berdasarkan terjemahan diatas, para pemikir hukum Islam (faqih)

dahulu tidak ada yang menjadikan dasar pertimbangan dalam perkawinan

mengenai pencatatan dan aktanya, sehingga mereka menganggap bahwa hal

itu tidak penting. Namun, bila diperhatikan perkembangan ilmu hukum saat

Page 58: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

39

ini pencatatan perkawinan dan aktanya mempunyai kemaslahatan serta

sejalan dengan kaidah fikih.

Sejak diundangkannya Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan merupakan era baru bagi kepentingan umat Islam khususnya dan

masyarakat Indonesia umumnya. UU ini merupakan hasil dari kodifikasi dan

unifikasi hukum perkawinan, yang bersifat nasional yang menempatkan

hukum Islam dalam tempat yang paling terhormat. Pencatatan perkawinan

seperti yang diatur dalam Pasal 2 ayat 2 di katakana bahwa “Tiap-tiap

perkawinan di catat menurut peraturan per-UU-an yang berlaku”.29

Pasal

tersebut adalah satu-satunya ayat yang mengatur tentang pencatatan

perkawinan. Di dalam penjelasannya tidak ada uraian yang lebih rinci kecuali

yang dimuat di dalam PP No.9 Tahun 1975. Ini berbeda dengan ayat 1 yang

di dalam penjelasannya dikatakan (i) tidak ada perkawinan di luar hukum

agama dan (ii) maksud hukum agama termasuk ketentuan Perundang-

undangan yang berlaku.30

Di dalam PP No.9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang

Perkawinan Pasal 3 dinyatakan31

:

29

Syaharani, Masalah-Masalah Hukum Perkawinan di Indonesia, h. 132

30Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana,

2004), h.122.

31 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.

122-123.

Page 59: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

40

(1) Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan

kehendaknya kepada Pegawai Pencatat di tempat perkawinan akan

dilangsungkan.

(2) Pemberitahuan tersebut dalam ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya 10

hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan.

(3) Pengecualian terhadap jangka waktu tersebut dalam ayat 2 disebabkan

sesuatu alasan yang penting, diberikan oleh Camat (atas nama) Bupati

Kepala Daerah.

Dengan demikian, pencatatan perkawinan ini walaupun di dalam UUP

hanya diatur oleh satu ayat, namun sebenarnya masalah pencatatan ini sangat

dominan. Ini akan tampak dengan jelas menyangkut tata cara perkawinan itu

sendri yang kesemuanya berhubungan dengan pencatatan. Sehingga ada

sebagian pakar hukum yang menempatkannya sebagai syarat administratif

yang juga menentukan sah tidaknya sebuah perkawinan.

Adapun di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), pencatatan

perkawinan ini di atur dalam Pasal 5 yang berbunyi sebagai berikut:

(1) Agar terjaminnya ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam, setiap

perkawinan harus di catat.

(2) Pencatatan perkawinan tersebut pada ayat (1) dilakukan oleh Pegawai

Pencatat Nikah (PPN) sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang

No.22 Tahun 1946 jo. Undang-undang Nomor 32 Tahun 1954.

Selanjutnya pada Pasal 6 dijelaskan:

Page 60: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

41

(1) Untuk memenuhi ketentuan dalam Pasal 5, setiap perkawinan harus

dilangsungkan di hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat

Nikah (PPN).

(2) Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah

(PPN) tidak mempunyai kekuatan hukum.

Selain itu, pencatatan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan

ketertiban perkawinan dalam masyarakat, baik perkawinan yang dilaksanakan

berdasarkan hukum Islam maupun perkawinan yang dilaksanakan oleh

masyarakat yang tidak berdasarkan hukum Islam. Pencatatan perkawinan

merupakan upaya untuk menjaga kesucian (mitsaqan galidzan) aspek hukum

yang timbul dari ikatan perkawinan.32

Ini merupakan suatu upaya yang diatur melalui perundang-undangan

untuk melindungi martabat dan kesucian perkawinan dan khususnya bagi

perempuan dalam kehidupan rumah tangga. Melalui pencatatan perkawinan

yang dibuktikan oleh akta, apabila terjadi perselisihan diantara suami istri

maka salah satu diantaranya dapat melakuakan upaya hukum guna

mempertahankan atau memperoleh hak masing-masing. Karena dengan akta

tersebut, suami istri memiliki bukti autentik atas perbuatan hukum yang telah

mereka lakukan.33

32

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.

26.

33Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h.

107

Page 61: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

42

Dengan adanya pencatatan ini, maka perkawinan ini akan dianggap

sah baik dimata hukum negara maupun agama. Adapun dampak dari tidak

dicatatkannya perkawinan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Terhadap Istri

Perkawinan bawah tangan berdampak sangat merugikan bagi istri

dan perempuan umumnya, baik secara hukum maupun sosial. Secara

hukum, istri tidak dianggap sebagai istri yang sah, istri tidak berhak atas

nafkah dan warisan dari suami jika ia meninggal dunia, istri tidak berhak

atas harta gono-gini jika terjadi perpisahan, karena secara hukum

perkawinan istri dianggap tidak pernah terjadi. Secara sosial, istri akan

sulit bersosialisasi karena perempuan yang melakukan perkawinan bawah

tangan sering dianggap telah tinggal serumah dengan laki-laki tanpa

ikatan perkawinan (alias kumpul kebo) atau istri dianggap menjadi istri

simpanan.

b. Terhadap Anak

Untuk anak, sahnya perkawinan dibawah tangan menurut hukum

Negara memiliki dampak negatif bagi status anak yang dilahirkan di

mata hukum. Status anak yang dilahirkan dianggap sebagai anak tidak

sah. Dengan kata lain sang anak tidak mempunyai hubungan hukum

terhadap ayahnya. Dalam akta kelahirannya pun statusnya dianggap

sebagai anak luar nikah. Akibatnya, hanya dicantumkan nama ibu yang

melahirkannya. Keterangan status sebagai anak diluar nikah dan tidak

tercantumnya nama si ayah akan berdampak sangat mendalam secara

sosial dan psikologis bagi si anak dan ibunya. Tidak jelas status anak di

Page 62: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

43

mata hukum mengakibatkan hubungan antara ayah dan anak tidak kuat.

Sehingga, bisa saja suatu waktu ayahnya menyangkal bahwa anak

tersebut adalah bukan anak kandungnya. Namun, yang jelas-jelas

merugikan adalah si anak tidak berhak atas biaya kehidupan, pendidikan,

nafkah dan warisan dari ayahnya.34

c. Terhadap Laki-laki atau Suami

Hampir tidak ada dampak mengkhawatirkan atau merugikan bagi

diri laki-laki atau suami yang menikah bawah tangan dengan seorang

perempuan. Yang terjadi justru menguntungkannya, karena suami bebas

untuk menikah lagi, karena perkawinan sebelumnya yang dibawah

tangan dianggap tidak sah dimata hukum. Suami bisa saja menghindar

dari kewajibannya memberikan nafkah, baik kepada istri maupun kepada

anak-anaknya dan tidak dipusingkan dengan pembagian harta gono-gini,

warisan dan lain-lain.35

Dengan demikian, pelaksanaan peraturan pemerintah yang mengatur

tentang pencatatan dan pembuktian perkawinan dengan akta nikah merupakan

tuntutan dari perkembangan hukum dalam mewujudkan kemaslahatan umum

(maslahat mursalah) di negara Republik Indonesia.36

Dan pencatatan

perkawinan menjadi hal yang wajib hukumnya untuk dilakukan oleh seluruh

masyarakat yang hendak melangsungkan pernikahannya. Karena kehidupan

34

http://matapenadunia.com Nur Alfiah, “Untung Rugi Nikah Di Bawah Tangan”,

Artikel ini diakses pada tanggal 15 Juni 2015 pukul 10.30 WIB.

35http://solusihukum.com Diakses pada tanggal 15 Juni 2015 pukul 11.22 WIB.

36Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 30.

Page 63: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

44

yang modern saat ini menuntut adanya ketertiban dalam berbagai hal, antara

lain masalah pencatatan perkawinan. Sehingga pasangan yang hendak

menikah diwajibkan melakukan pencatatan perkawinan di KUA dan

pencatatan perkawinan ini juga sebagai bagian dari public services yang

diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yang hendak melakukan

pernikahan. Apabila hal ini tidak mendapat perhatian, kemungkinan besar

akan timbul kekacauan dalam kehidupan masyarakat, mengingat jumlah

manusia sudah sangat banyak dan permasalahan hidup pun semakin

kompleks.

D. Administrasi Pembiayaan Nikah di Indonesia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, administrasi adalah usaha

dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara

penyelenggaraan pembinaan organisasi; usaha dan kegiatan yang berkaitan

dengan penyelenggaraan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan; kegiatan yang

berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan; kegiatan kantor dan tata

usaha.37

Secara terminologi yang disebut “Administrasi” adalah mengurus,

mengatur, mengelola. Mengurus dan pengurusan diarahkan pada penciptaan

keteraturan sebab pengurusan yang teratur menghasilkan pencapaian tujuan

yang tepat atau pada tujuan yang diinginkan. Mengatur dan pengaturan

37

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), h. 7.

Page 64: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

45

tentunya diarahkan pada penciptaan keteraturan.38

Administrasi pemerintah

juga termasuk dalam kategori pelayanan publik yang diwajibkan oleh negara

dan diatur dalam perundang-undangan dalam rangka mewujudkan

perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, dan harta benda.39

Kegiatan pelayanan publik administrasi yang dilakukan oleh instansi

pemerintah adalah layanan yang menyediakan dokumen penting atau surat-

surat bernilai kepada masyarakat untuk memberikan perlindungan terhadap

hak-hak masyarakat. Contohnya adalah layanan dalam bidang penerbitan akta

kelahiran, kartu tanda penduduk, izin mendirikan bangunan, sertifikat tanah,

surat nikah, dan sebagainya. Kegiatan layanan dalam bentu ini biasanya

bersifat monolpoli dan mandatori, artinya diselenggarakan oleh hanya satu

instansi pemerintah dan tidak bisa dilakukan oleh instansi

nonpemerintah/swasta, terutama layanan penerbitan surat nikah, akta

kelahiran, dan sertifikat tanah.40

Administrasi atau dalam hal ini pencatatan perkawinan diberlakukan

di hampir semua negara muslim di dunia, meskipun berbeda satu sama lain

dalam penekanannya. Menurut Khoiruddin Nasution, aturan pencatatan

perkawinan di negara-negara muslim dapat dibagi menjadi tiga kelompok.

Pertama, kelompok negara yang mengaruskan pencatatan dan memberikan

sanksi (akibat hukum) bagi mereka yang melanggar, seperti halnya di Brunei

38

Faried Ali, Teori dan Konsep Administrasi Dari Pemikiran Paradigmatik Menuju

Redefinisi, (Jakarta, Rajawali Pers, 2011), h. 19-20.

39 Mediya Lukman, Badan Layanan Umum dari Birokrasi Menuju Korporasi, h. 16.

40 Mediya Lukman, Badan Layanan Umum dari Birokrasi Menuju Korporasi, h. 17.

Page 65: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

46

Darussalam, Singapura, Iran, India, Pakistan, Yordania, dan Republik Yaman.

Sementara yang kedua, negara-negara yang menjadikan pencatatan hanya

sebagai syarat administrasi dan tidak memberlakukan sanksi atau denda bagi

yang melanggar, seperti Filipina, Lebanon, Maroko, dan Libya. Ketiga,

negara yang mengharuskan pencatatan tetapi tetap mengakui adanya

perkawinan yang tidak dicatatkan. Hal ini hanya terjadi di Syiria.41

Jika kembali ke kitab-kitab fikih klasik, maka tidak akan ditemukan

adanya kewajiban pasangan suami istri untuk mencatatkan perkawinannya

pada pejabat negara. Dalam tradisi umat Islam terdahulu, perkawinan sudah

dianggap sah bila telah terpenuhi syarat dan rukun-rukunnya. Hal ini berbeda

dengan perkara muamalah, yang dengan tegas Alquran memerintahkan untuk

mencatatkannya. Dengan demikian, ketentuan mengenai pencatatan

perkawinan dapat dikatakan baru diterapkan dalam masyarakat Islam ketika

terjadinya pembaruan hukum perkawinan.42

Lembaga pencatatan perkawinan bukan saja merupakan syarat

administrasi yang substansinya bertujuan untuk mewujudkan ketertiban

umum, namun juga mempunyai cakupan manfaat yang besar bagi

kepentingan dan kelangsungan suatu perkawinan.43

Lembaga yang resmi

menangani pencatatan pernikahan di Indonesia adalah Kantor Urusan Agama

(KUA). Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan instusi yang secara

41

Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.

182. 42

Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, h. 182

43 Yayan Sopyan, Islam-Negara; Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 134.

Page 66: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

47

langsung bersentuhan dengan masyarakat di tingkat kecamatan yang berada

di bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia.44

Selain itu

Kantor Urusan Agama diberi kewenangan dan tugas untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat terkait dengan masalah-masalah keagamaan.

Salah satu pelayanan yang diberikan oleh Kantor Urusan Agama

(KUA) kepada masyarakat adalah tata cara perkawinan. Di samping itu,

Penasehat Perkawinan juga harus menguasai perihal tata cara perkawinan

yang telah di atur dalam peraturan perundang-undangan tata cara perkawinan

Bab III Pasal 10 dan 11 Peraturan Pemerintah (PP) No. 9 Tahun 1975. Dalam

Pasal 10 disebutkan:45

(1). Perkawinan dilangsungkan setelah hari kesepuluh sejak pengumuman

kehendak perkawinan oleh Pegawai Pencatat (bagi yang beragama Islam

yang dimaksud adalah PPN).

(2). Tata cara perkawinan dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu.

(3). Dengan mengindahkan tata cara perkawinan menurut masing-masing

hukum agamanya dan kepercayaannya, perkawinan dilaksanakan

dihadapan Pegawai Pencatat dan dihadiri oleh dua orang saksi.

Dan dalam Pasal 11 disebutkan:

44

Departemen Agama RI, Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Teladan 2002 &

2003, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2003), h. 81.

45 Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman

Konselor Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2001), h. 21-25.

Page 67: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

48

(1). Sesaat sesudah dilangsungkannya perkawinan sesuai dengan ketentuan

Pasal 10 PP No. 9 Tahun 1975, kedua mempelai menandatangani akta

perkawinan yang telah disiapkan oleh Pegawai Pencatat berdasarkan

ketentuan yang berlaku.

(2). Akta perkawinan yang telah ditandatangani oleh mempelai, selanjutnya

ditandatangani oleh dua saksi dan Pegawai Pencatat yang menghadiri

perkawinan dan bagi yang melangsungkan perkawinan menurut agama

Islam ditandatangani pula oleh wali atau yang mewakilinya.

(3). Dengan penandatanganan akta perkawinan, maka perkawinan telah

tercatat secara resmi.

Untuk memenuhi kedua ketentuan yang telah tertera dalam PP No. 9

Tahun 1975 Pasal 10 dan 11, maka proses perkawinan adalah sebagai berikut:

1) Pemberitahuan Kehendak Nikah

Pemberitahuan kehendak nikah dapat dilakukan oleh calon

mempelai atau orang tua atau wakilnya dengan membawa surat-surat

yang diperlukan, yaitu:

a. Surat persetujuan kedua calon mempelai.

b. Akte kelahiran atau surat kenal lahir atau surat keterangan asal-usul.

c. Surat keterangan mengenai orang tua.

d. Surat keterangan untuk kawin dari Kepala Desa yang mewilayahi

tempat tinggal yang bersangkutan.

e. Surat izin kawin dari pejabat yang ditunjuk oleh

MENHANKAM/PANGAB bagi calon mempelai anggota ABRI.

Page 68: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

49

f. Surat Kutipan Buku Pendaftaran Talak/Cerai atau surat talak/cerai jika

calon mempelai seorang janda atau duda.

g. Surat keterangan kematian suami/istri dari Kepala Desa yang

mewilayahi tempat tinggal atau tempat matinya suami/isteri.

h. Surat izin dan atau dispensasi bagi calon mempelai yang belum

mencapai umur menurut ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 Pasal 6 ayat 2 s/d Pasal 7 ayat 2.

i. Surat dispensasi camat bagi perkawinan yang akan dilangsungkan

kurang dari sepuluh hari kerja sejak pengumuman.

j. Surat izin poligami dari Pengadilan Agama bagi calon suami yang

hendak beristeri lebih dari seorang.

k. Surat keterangan tidak mampu dari Kepala Desa bagi mereka yang

tidak mampu.

l. Surat kuasa yang disahkan oleh Pegawai Pencatat Nikah, apabila salah

seorang calon mempelai atau keduanya tidak dapat hadir sendiri

karena sesuatu alsan yang penting, sehingga mewakilkan kepada

orang lain.

2) Pemeriksaan Nikah

a. Tata Cara Pemeriksaan

Pegawai Pencatat Nikah/Wakil PPN/Pembantu PPN yang

menerima pemberitahuan kehendak nikah meneliti dan memeriksa

calon suami, calon isteri dan wali nikah tentang ada atau tidaknya

halangan pernikahan, baik dari segi hukum munakahat maupun dari

segi peraturan perundang-undangan tentang perkawinan.

Page 69: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

50

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan bersama-sama, tetapi tidak

ada halangan apabila dilakukan sendiri-sendiri. Bahkan dalam

keadaan yang meragukan, perlu dilakukan pemeriksaan sendiri-

sendiri.

b. Materi Pemeriksaan46

Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui apakah yang

bersangkutan memenuhi segala persyaratan dan tidak ada halangan

perkawinan baik menurut hukum agama maupun peraturan

perundang-undangan.

3) Pengumuman Kehendak Nikah47

Kehendak nikah diumumkan oleh PPN/Pembantu PPN atau

pemberitahuan yang diterimanya setelah segala persyaratan/ketentuan

dipenuhi dengan menempelkan surat pengumuman (model Ne).

Pengumuman dilakukan:

a. Di kantor pencatatan pernikahan yang mewilayahi tempat akan

dilangsungkannya pernikahan.

b. Di kantor/kantor-kantor pencatatan pernikahan yang

mewilayahi tempat tinggal masing-masing calon mempelai.

PPN/Wakil PPN/Pembantu PPN tidak boleh meluluskan akad

nikah sebelum lampau sepuluh hari kerja sejak pengumuman, kecuali

46 Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman

Konselor Keluarga Sakinah, h. 28.

47 Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman

Konselor Keluarga Sakinah, h. 54-56.

Page 70: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

51

seperti apa yang diatur dalam PP No. 9 Tahun 1975 Pasal 3 ayat 3.

Dalam kesempatan waktu sepuluh hari ini, calon suami isteri seyogianya

mendapat nasehat perkawinan dari BP4 setempat.

4) Akad Nikah dan Pencatatannya

Nikah yang dilangsungkan di bawah pengawasan atau dihadapan

PPN/Wakil PPN/Pembantu PPN dicatat dalam Akta Nikah dan kepada

masing-masing suami isteri diberikan Kutipan Akta Nikah. Dengan

adanya kutipan akta nikah ini, maka terkait semua pihak untuk

mengakuinya, dan pemerintah berkewajiban untuk melindungi secara

hukum, termasuk segala hak dan kewajiban yang timbul dari perkawinan

itu.

Sebaliknya, perkawinan yang dilangsungkan tidak dihadapan

PPN/Wakil PPN/Pembantu PPN, walaupun mungkin sah menurut hukum

agama, tetapi tidak mengikat orang lain untuk mengakuinya dan tidak

pula memperoleh pengakuan dan perlindungan hukum dari pemerintah.

5) Penolakan Kehendak Nikah

Apabila setelah diadakan pemeriksaan nikah, ternyata tidak

memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan baik

persyaratan menurut hukum munakahat maupun persyaratan menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku maka PPN atau Pembantu

PPN harus menolak pelaksanaan pernikahan itu. Dengan cara

Page 71: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

52

memberikan surat penolakan kepada yang bersangkutan serta alasan-

alasan penolakannya menurut contoh model P3.

Setelah menerima penolakan itu dan berdasarkan penolakan itu

yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan terhadap penolakan itu

kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggalnya. Setelah

memeriksa penolakan itu dengan acara singkat (sumir), Pengadilan

Agama memberikan ketetapan menguatkan penolakan, atau

memerintahkan agar pernikahan itu dilangsungkan dan PPN/Pembantu

PPN harus melangsungkan pernikahan itu.

Disamping perihal tentang tata cara perkawinan, pemerintah juga

telah mengatur dan menetapkan masalah biaya pernikahan yang

dilakukan di jam kerja KUA dan di luar KUA dan jam kerja KUA, yakni

terdapat pada Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014 yang sebelumnya

adalah perubahan dari Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2004 Pasal 6.

Pada PP No. 47 Tahun 2004 Pasal 6 menyatakan bahwa; (1) Kepada

warga negara yang tidak mampu dapat dibebaskan dari kewajiban

pembayaran tarif Biaya Pencatatan Nikah dan Rujuk. (2) Ketentuan lebih

lanjut mengenai kriteria warga negara yang tidak mampu sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Agama setelah

mendapat persetujuan Menteri Keuangan.48

Hal ini menjadi polemik terhadap KUA terutama penghulu yang

dituduh telah menerima gratifikasi dari calon pengantin atas tarif biaya

48

http://anggaran.depkeu.go.id Diakses pada tanggal 7 April 2015 pukul 09:20 WIB.

Page 72: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

53

nikah yang harus dikeluarkan oleh calon pengantin karena kurangnya

info lebih rinci mengenai biaya nikah. Berawal dari hal tersebut inilah

Kementerian Agama merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47

Tahun 2004 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang berlaku pada Departemen Agama. Dalam PP No. 47 Tahn 2004 ini,

diatur bahwa biaya pencatatan nikah hanyalah Rp. 30.000,-. Namun

belum cukup untuk menyelesaikan polemik yang terjadi dalam KUA.

Karena KUA juga harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan Peraturan

Menteri Agama (PMA) No 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah.

Dalam PMA tersebut di atur bahwa pernikahan bisa dilakukan dalam dua

opsi: di kantor (KUA) atau di luar kantor.

Pernikahan yang dilakukan di luar kantor, selain atas permintaan

calon pengantin, juga harus atas persetujuan Pegawai Pencatat Nikah

(PPN).49

Inilah yang membuat biaya nikah melebihi peraturan pemerintah

yang telah dibuat oleh pemerintah. Maka pemerintah membuat PP No. 48

Tahun 2014 yang mengatur khusus tentang biaya nikah agar

meminimalisir kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat terhadap

biaya yang harus dikeluarkan untuk menikah. Di dalam PP No. 48 Tahun

2014 disebutkan pada Pasal 6:

(1) Setiap warga negara yang melaksanakan nikah atau rujuk di Kantor

Urusan Agama Kecamatan atau di luar Kantor Urusan Agama

Kecamatan tidak dikenakan biaya pencatatan nikah atau rujuk;

49

http://kemenag.go.id Diakses pada tanggal 7 April 2015 pukul 15:15 WIB.

Page 73: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

54

(2) Dalam hal nikah atau rujuk dilaksanakan di luar Kantor Urusan

Agama Kecamatan dikenakan biaya transportasi dan jasa profesi

sebagai penerimaan dari Kantor Urusan Agama Kecamatan;

(3) Terhadap warga negara yang tidak mampu secara ekonomi dan/atau

korban bencana yang melaksanakan nikah atau rujuk di luar Kantor

Urusan Agama Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dapat dikenakan tarif Rp. 0,00 (nol rupiah);

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara untuk dapat

dikenakan tarif Rp. 0,00 (nol rupiah) kepada warga negara yang

tidak mampu secara ekonomi dan/atau korban bencana yang

melaksanakan nikah atau rujuk di luar Kantor Urusan Agama

Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan

Peraturan Menteri Agama setelah berkoordinasi dengan Menteri

Keuangan;

Ketentuan dalam Lampiran angka II mengenai Penerimaan negara dari

Kantor Urusan Agama Kecamatan diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

JENIS PENERIMAAN

NEGARA BUKAN PAJAK

SATUAN

TARIF (Rp.)

II. Penerimaan dari Kantor

Urusan Agama Kecamatan

per peristiwa

nikah atau rujuk

600.000,00

Sumber data diperoleh dari Bimas Islam Kementerian Agama RI

Page 74: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

55

Dari perubahan pasal ini dapat diketahui bahwa penerimaan negara

dari masyarakat untuk biaya pernikahan berubah, yang tadinya Rp. 30.000,-

untuk biaya pencatatan nikah dan rujuk menjadi Rp. 600.000,- untuk biaya

nikah dan rujuk.50

50

Khoirul Anwar, “PP 48 2014 dan PMA 24 2014, Menuju KUA Berintegritas”, artikel

ini diakses pada tanggal 31 Maret 2015 pukul 08:31 WIB dari http://bimasislam.kemenag.go.id

Page 75: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

55

BAB III

PENERAPAN PUBLIC SERVICES TERHADAP PP NO. 48 TAHUN 2014

TENTANG BIAYA NIKAH DI KUA KECAMATAN KEBAYORAN BARU

A. Kondisi Objektif Penelitian

1. Sejarah KUA Kecamatan Kebayoran Baru

Pada tahun 1952 sampai dengan tahun 1964 Kantor Urusan Agama

(KUA) Kecamatan Kebayoran Baru bertempat di Kantor Kelurahan

Gunung, tepat di Jalan Hang Lekir I No. 5 Kel. Gunung. Di tahun 1964

sampai tahun 1967 Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran

Baru pindah ke Kantor Kawedanaan Kebayoran Baru, di Jalan Barito

Kebayoran Baru. Sementara di tahun 1967 sampai dengan 1972 pindah

kantor ke Blok O, yang menempati salah satu ruangan Masjid Syarif

Hidayatullah di Jalan Iskandar Syah Kelurahan Senayan. Selanjutnya di

tahun 1972, Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran Baru

pindah menempati gedung baru yang berlantai satu yang disediakan oleh

PEMDA DKI di Jalan Singgalang No. 20 Kelurahan Gunung.1

Pada tahun 1986 gedung tersebut dibangun menjadi dua lantai oleh

PEMDA DKI dengan luas tanah kurang lebih 450 m2. Selama

pembangunan, karyawan dan karyawati menempati kantor milik

Pendidikan Agama Islam di Jalan Praja Kebayoran Lama. Setelah selesai

dibangun tahun 1987 dan diresmikan oleh Walikota Jakarta Selatan oleh

1 Arsip Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran Baru

Page 76: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

56

Bapak H. Muhtar Zakaria, karyawan dan kayawati kembali menempati

gedung Kantor Urusan Agama (KUA) yang berada di Jalan Singgalang

No. 20 yang sekarang bernama Jalan Kerinci Raya No. 20 Blok E

Kelurahan Gunung, dan masih ditempati hingga sekarang.

2. Letak Geografis KUA Kecamatan Kebayoran Baru

Kecamatan Kebayoran Baru adalah sebuah kecamatan yang

terletak di Kota Jakarta Selatan. Kecamatan ini sebagian besar

merupakan daerah pemukiman, meskipun beberapa bagian juga

merupakan daerah pertokoan (Blok M) dan pusat bisnis (Sudirman

Business District, SBD). Di Kecamatan Kebayoran Baru terdapat Bursa

Efek Indonesia dan memiliki satu terminal bus dalam kota di Jakarta

(Terminal Blok M), serta berdiri gedung balaikota Jakarta Selatan,

markas Kepolisian Resor Jakarta Selatan, gedung pusat Kejaksaan Agung

Republik Indonesia, dan gedung Sekretariat Jendral ASEAN (Assosiation

of South East Asian Nation).

Gambar 1

Kecamatan Kebayoran Baru

Page 77: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

57

Kecamatan Kebayoran Baru juga memiliki batas-batas wilayah,

yaitu di sebelah Utara Kebayoran Baru berbatasan dengan Kecamatan

Tanah Abang dan Setiabudi. Sebagian kecil Jalan Hang Lekir dan Jalan

Jendral Sudirman serta Jalan Gatot Soebroto adalah batas Utara

Kecamatan Kebayoran Baru. Di sebelah Barat terdapat Kali Grogol yang

memisahkan Kebayoran Baru dengan Kecamatan Kebayoran Lama. Kali

Krukut juga membatasi di sebelah Timur dengan Kecamatan Mampang

Prapatan, sedangkan di sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan

Cilandak dengan batasnya adalah Jalan Margaguna dan Jalan Haji Nawi

Raya. Dan Kecamatan Kebayoran Baru memiliki luas 12,58 km² dan

jumlah penduduk 155.201 jiwa.

Gambar 2

Letak Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran Baru

Page 78: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

58

Kantor Urusan Agama (KUA) Kebayoran Baru berada di Provinsi

DKI Jakarta Kota Jakarta Selatan yang terdiri dari 10 Desa / Kelurahan

yaitu Kelurahan Selong, Kelurahan Gunung, Kelurahan Kramat Pela,

Kelurahan Gandaria Utara, Kelurahan Cipete Utara, Kelurahan Pulo,

Kelurahan Melawai, Kelurahan Petogogan, Kelurahan Rawa Barat,

Kelurahan Senayan.2

3. Tugas dan Fungsi KUA Kecamatan Kebayoran Baru

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 517 Tahun

2001 Tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan,

bahwa tugas Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan adalah

melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama

Kota/Kabupaten di Bidang Urusan Agama Islam di Wilayah Kecamatan.3

Dan dalam melaksanakan tugasnya Kantor Urusan Agama (KUA)

Kecamatan Kebayoran Baru melaksanakan fungsi:

a. Melaksanakan Tata Usaha Kantor Urusan Agama Kecamatan

Kebayoran Baru.

b. Melaksanakan Tata Usaha Keuangan Kantor Urusan Agama

Kecamatan Kebayoran Baru.

c. Melaksanakan Urusan Rumah Tangga Kantor Urusan Agama

Kecamatan Kebayoran Baru.

2 Arsip Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran Baru

3 http://kuakebayoranbaru.com Diakses pada tanggal 25 Juni 2015 pukul 16:25 WIB

Page 79: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

59

d. Melaksanakan Pengurusan Perlengkapan Kantor Urusan Agama

Kecamatan Kebayoran Baru.

e. Mengumpulkan, Mengolah, Data dan Statistik serta Dekomentasi di

Bidang Nikah dan Rujuk, Pembinaan Perkawinan, Kemasjidan, Zakat,

Wakaf dan Ibadah Sosial.

f. Melaksanakan Pencatatan Nikah dan Rujuk, Mengurus dan Membina

Masjid, Zakat, Wakaf, Baitul Maal, Ibadah Sosial, Kependudukan,

dan Pengembangan Keluarga Sakinah.

g. Ikut berperan dalam melaksanakan Pembinaan Kerukunan Hidup

Umat Beragama dan Pembinaan Produk Halal di Wilayah Kecamatan

Kebayoran Baru.

h. Menyusun program kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan

Kebayoran Baru dan membuat laporan pelaksanaannya.

i. Memberikan bimbingan kepada pegawai, dalam melaksanakan tugas.

j. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Kantor

Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan.

k. Memberikan saran pertimbangan kepada Kepala Kantor Kementerian

Agama Kota Jakarta Selatan yang berkenaan dengan tugas KUA

Kecamatan Kebayoran Baru.

Page 80: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

60

4. Motto, Visi dan Misi KUA Kecamatan Kebayoran Baru

Adapun Motto Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

Kebayoran Baru adalah melayani dengan “PUAS” (Professional, Utility,

Accountable, Smile). Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

Kebayoran Baru juga memiliki visi dan misi agar terciptanya kelancaran

dalam birokrasi Kantor Urusan Agama (KUA) yang berintergritas.4

VISI

“Terwujudnya pelayanan yang profesional penuh kesunguhan dan

akuntabel menuju masyarakat Kebayoran Baru yang religius, rukun, dan

mandiri”

MISI

1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Nikah dan Rujuk (NR);

2. Meningkatkan Pelayanan Keluarga Sakinah;

3. Meningkatkan Pelayanan Ibadah Sosial;

4. Meningkatkan Pelayanan Produk Halal;

5. Miningkatkan Pelayanan Perwakafan;

6. Meningkatkan Pelayanan Kemitraan Umat Islam;

7. Meningkatkan Pelayanan Konsultasi dan Bimbingan Manasik Haji;

8. Meningkatkan Pelayanan Kemesjidan.

4 Arsip Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran Baru

Page 81: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

61

5. Struktur Organisasi KUA Kecamatan Kebayoran Baru

PENGAWAS

Fitrima Suarni, S.Pd. I

Drs. H. Muslich Kamal, M. Pd

PENYULUH

Dra. Hj. Nina Kurniasih, MA

Dra. Siti Jubaedah

JFT PENGHULU

H. Hadholi Efendi, S.Ag

Drs. Ruknuddin

H. Nahrowi, S.Ag

Drs. H. Khairulloh

JFU PENYUSUN

BAHAN

Nozy Nainita R, S.P.Si

Nita Rochman, SE

Siti Rahmah, S.Sos. I

JFU PENGOLAH

DATA

Hj. Nelita, BA

KEPALA

H. TB. Zamroni, S.Ag

Suartini

Praherawati

Wirmaiyetti

Tunggono

Wijoyo

Agung Nugroho

Sugianto

Ratu Ina Sopiah

J

F

U

P

E

N

Y

A

J

I

D

A

T

A

Page 82: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

62

6. Data Nikah Rujuk dan Data Pembinaan Pra-Nikah di Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran Lama

a. Presentase Nikah dan Rujuk Tahun 2011-2014

Tabel 1

Sumber data diperoleh langsung dari arsip KUA Kecamatan Kebayoran

Baru.

Tabel 2

Tahun

Nikah Campuran

Wali

Hakim

Adhol

Wali

Hakim

Ghoir

Adhol

Nasab Jumlah

Nasab Hakim

2011 2 12 0 33 1297 1330

Nikah Campuran

Wali Hakim AdholWali Hakim Ghoir…

NasabJumlah

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

2011 2012 2013 2014

14 10 21 21

0 0 0 1

33 27 25 44

1297 1258

1118 1169

1330 1285

1143 1214 Nikah Campuran

Wali Hakim Adhol

Wali Hakim Ghoir

Adhol

Nasab

Jumlah

Page 83: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

63

2012 2 8 0 27 1258 1285

2013 15 6 0 25 1118 1143

2014 20 1 1 44 1169 1214

Sumber data diperoleh langsung dari arsip KUA Kecamatan Kebayoran

Baru.

b. Presentase Pembinaan Pra-Nikah (Suscatin - Kursus Calon Pengantin)

Tahun 2011-2014

Tabel 3

Sumber data diperoleh langsung dari arsip KUA Kecamatan Kebayoran

Baru.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

2011 2012 2013 2014

173 154

286

910

1157 1131

857

304

1330 1285

1143 1214

Perseorangan

Kelompok

Jumlah

Page 84: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

64

Tabel 4

Tahun

Per-Orangan Kelompok

Jumlah

Nikah Presentase Pasangan

Nikah

Presentase Pasangan

Nikah

2011 13% 173 87% 1157 1330

2012 12% 154 88% 1131 1285

2013 25% 286 75% 857 1143

2014 75% 910 25% 304 1214

Sumber data diperoleh langsung dari arsip KUA Kecamatan Kebayoran

Baru.

B. Proses Pembiayaan Pengurusan Nikah

Dalam proses pembiayaan pengurusan nikah yang terjadi di KUA

(Kantor Urusan Agama) Kecamatan Kebayoran Baru, penulis telah membuat

coding atau pengodean data yang dapat mempermudah mengidentifikasi data.

Dari hasil wawancara yang telah penulis laksanakan, penulis mengambil 2

(dua) kriteria biaya pengurusan nikah, yaitu langsung mengurus sendiri di

KUA Kecamatan Kebayoran Baru dan melalui bantuan (pihak RT calon

pengantin).

Page 85: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

65

Penulis juga melakukan wawancara kepada 3 (tiga) strata masyarakat,

yaitu masyarakat atas sebanyak 10 (sepuluh) responden dengan latar belakang

pendidikan sarjana strata 2 (dua) pada usia calon pengantin 25 tahun sampai

usia 28 tahun bagi laki-laki dan usia calon pengantin 22 tahun sampai 25

tahun bagi perempuan, masyarakat menengah sebanyak 10 (sepuluh)

responden dengan latar belakang pendidikan sarjana strata 1 (satu) pada usia

calon pengantin 25 tahun sampai 27 tahun bagi laki-laki dan usia calon

pengantin 23 tahun sampai 25 tahun bagi perempuan, dan masyarakat bawah

sebanyak 10 (sepuluh) responden dengan latar belakang pendidikan SMA

(Sekolah Menengah Atas) pada usia calon pengantin 21 tahun sampai 23

tahun dan usia calon pengantin 19 tahun sampai 21 tahun bagi perempuan.

Dan jumlah responden yang menjadi sampel penelitian seluruhnya berjumlah

30 (tiga puluh) responden, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang

sudah menikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran Baru.

1. Pembiayaan Nikah Langsung Melalui KUA Kecamatan Kebayoran Baru

Tabel 5

Prosedur

Keterangan

Masyarakat

Atas

Masyarakat

Menengah

Masyarakat

Bawah

1. Biaya Nikah Rp. 600.000,- Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-

dan yang tidak

mampu Rp. 0,-.

Dan menunjukkan

Page 86: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

66

Surat Keterangan

Tidak Mampu

(SKTM) dari RT

Sumber data diperoleh langsung dari wawancara dengan Kepala KUA

Kecamatan Kebayoran Baru, Rabu 24 Juni 2015 dan responden pada Juli

hingga Agustus 2015.

2. Pembiayaan Nikah Melalui Bantuan (Pihak RT dari Calon Pengantin)

Tabel 6

Prosedur

Keterangan

Masyarakat

Atas

Masyarakat

Menengah

Masyarakat

Bawah

1. Biaya Nikah Rp. 2.000.000,-

=>

Rp. 3.000.000,-

Rp. 1.200.000,-

=>

Rp. 1.800.000,-

Rp. 600.000,-

=>

Rp. 1.200.000,-

Sumber data diperoleh langsung dari wawancara dengan responden Juli

hingga Agustus 2015

Selain pembiayaan nikah yang telah dilakukan oleh masyarakat,

penulis juga memasukkan Prinsip-Prinsip Good Governance dan Prinsip-

Prinsip Public Services dalam kinerja KUA Kecamatan Kebayoran Baru.

Dalam prinsip-prinsip Good Governance, terdapat 8 (delapan) prinsip yang

sebagian dari prinsip tersebut telah memasuki kriteria Good Governance di

KUA Kecamatan Kebayoran Baru.

Yaitu, dalam hal penegakan hukum, KUA Kecamatan Kebayoran

Baru telah melaksananakan PP No. 48 Tahun 2014 sesuai dengan peraturan

pemerintah yang berlaku, yaitu biaya nikah yang dilakukan pada jam kerja

Page 87: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

67

KUA atau diluar jam kerja KUA adalah sebesar Rp. 600.000,-. KUA

Kecamatan Kebayoran Baru juga telah menyamaratakan biaya nikah bagi

semua strata, yaitu dengan biaya nikah sebesar Rp. 600.000,- dan biaya nikah

Rp. 0,- untuk masyarakat yang tidak mampu. Akan tetapi setelah melakukan

penelitian di lapangan, penulis menemukan kesenjangan atau tidak sesuainya

antara teori dengan praktek. Dan dalam hal ini penulis dapat

mengklasifikasikan biaya nikah yang kepengurusannya melalui bantuan

(pihak RT) dalam 3 (tiga) starata masyarakat, yaitu Strata Masyarakat Atas,

Strata Masyarakat Menengah, dan Strata Masyarakat Bawah.

. KUA Kecamatan Kebayoran Baru tanggap dalam menampung

aspirasi masyarakat tanpa kecuali. Yaitu apabila ada pasangan calon

pengantin yang kesulitan atau belum mengetahui syarat-syarat pelaksanaan

dalam kepengurusan pernikahan, pihak KUA Kecamatan Kebayoran Baru

siap membantu.5 Pihak KUA Kecamatan Kebayoran Baru juga

mempermudah proses berjalannya pernikahan, dengan cara menyanggupi

untuk melangsungkan akad nikah diluar jak kerja KUA tanpa ada biaya

tambahan. Hal ini KUA Kecamatan Kebayoran Baru sangat efisien dan

efektif dalam melaksanakan tugasnya untuk melayani calon pengantin yang

hendak melangsungkan pernikahan.

Tetapi, pihak KUA Kecamatan Kebayoran Baru belum sepenuhnya

transparan. Karena dari data yang penulis peroleh dari responden, pihak KUA

5 Wawancara pribadi dengan TB. Zamroni, S.Ag., Kepala KUA Kecamatan Kebayoran

Baru pada Rabu, 24 Juni 2015 pukul 09.05 WIB

Page 88: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

68

meminta sumbangan berupa 2 (dua) kitab suci Al-Qur’an. Sedangkan dalam

PP No. 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah, tidak ada ketentuan calon

pengantin menyumbangkan 2 (dua) kitab suci Al-Qur’an.6 Padahal dari segi

akuntabiltas, KUA Kecamatan Kebayoran Baru yang secara tidak langsung

adalah bagian dari pemerintahan juga belum sepenuhnya bertanggungjawab

atas mandat yang diberikan oleh pemerintah, yaitu masih ada sumbangan

berupa Al-Qur’an. Dan tarif yang berlaku diluar KUA Kecamatan Kebayoran

Baru yang kepengurusannya melalui bantuan (pihak RT) melebihi biaya

nikah yang sesuai dengan PP No. 48 Tahun 2014 sebesar Rp. 600.000,-. Tarif

tinggi yang diberikan pihak RT kepada calon pengantin belum diketahui oleh

KUA Kecamatan Kebayoran Baru.

Dari hal tersebut maka KUA Kecamatan Kebayoran Baru belum

melakukan pengawasan lebih lanjut mengenai biaya nikah yang sudah

diterapkan oleh pihak RT calon pengantin.Dan dari segi profesionalisme,

KUA Kecamatan Kebayoran Baru belum memenuhi prinsip ini. Karena

masih ada responden yang mengeluhkan kalau proses mendaftarkan ke KUA

harus 2 (dua) bulan sebelum melangsungkan perkawinan.7 Padahal tata cara

perkawinan dalam peraturan perundang-undangan pada BAB III Pasal 10 ayat

1 PP No. 9 Tahun 1975 disebutkan bahwa “Perkawinan dilangsungkan

6 Wawancara pribadi dengan Mas Dian selaku responden dalam strata masyarakat

menengah pada Jum’at 31 Juli 2015 pukul 18.45 WIB

7 Wawancara pribadi dengan Anandia Bella selaku responden dalam strata masyarakat

atas pada Rabu, 12 Agustus 2015 pukul 16.15 WIB

Page 89: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

69

setelah hari kesepuluh sejak pengumuman kehendak perkawinan oleh

Pegawai Pencatat Nikah”8

Sedangkan dalam prinsip-prinsip Public Services, terdapat 10

(sepuluh) prinsip yang sebagian dari prinsip tersebut telah memasuki kriteria

pelayanan prima di KUA Kecamatan Kebayoran Baru. Diantaranya adalah

prosedur pelayanan publik yang telah dilakukan oleh KUA Kecamatan

Kebayoran Baru tidak berbelit-belit serta mudah dipahami dan dilaksanakan

oleh calon pengantin. Hal ini menunjukkan bahwa KUA Kecamatan

Kebayoran Baru telah memenuhi prinsip public services dalam hal

kesederhanaan. Kejelasan dalam hal pesyaratan teknis, administrasif

pelayanan publik, dan rincian biaya yang dilaksanakan oleh unit kerja atau

pejabat yang berwenang di KUA Kecamatan Kebayoran Baru pun sudah

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-undang dalam tata cara

perkawinan dan PP No. 48 Tahun 2014.9

Dalam hal akurasi, yaitu dimana pelayanan publik dapat diterima

dengan benar, tepat, dan sah.10

Sistem yang dibuat oleh KUA Kecamatan

Kebayoran Baru sudah diterima dengan benar dan tepat oleh dalam hal biaya

nikah yaitu pada PP No. 48 Tahun 2014 sebesar Rp. 600.000,- dan Rp. 0,-

untuk calon pengantin yang tidak mampu dengan menunjukkan Surat

8 PP No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun

1974

9 Wawancara pribadi dengan Zara Maydinaselaku responden dalam strata masyarakat atas

pada Senin, 6 Juli 2015 pukul 10.00 WIB

10 Bambang Istianto, Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif Pelayanan Publik,

(Jakarta: Mitra Wicana Media, 2011), h. 111

Page 90: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

70

Keterangan Tidak Mampu (SKTM). KUA Kecamatan Kebayoran Baru juga

sudah memenuhi prinsip keamanan. Karena dengan adanya PP No. 48 Tahun

2014 tentang biaya nikah, calon pengantin yang akan menikah di KUA

Kecamatan Kebayoran Baru akan merasa aman dalam kepastian hukum

tentang biaya nikah yang akan dikeluarkan untuk mendaftarkan pernikahan.11

Dan pihak KUA Kecamatan Kebayoran Baru sudah bertanggungjawab atas

penyelenggaraan pelayanan publik, seperti terlaksananya proses perkawinan

pada saat akad nikah.

Dari segi prinsip kemudahan akses, KUA Kecamatan Kebayoran Baru

telah memenuhi kriteria. Karena tempat dan lokasi KUA Kecamatan

Kebayoran Baru mudah dijangkau oleh calon pengantin sehingga

memudahkan para calon pengantin untuk mendaftarkan perkawinan.

Pelayanan di KUA Kecamatan Kebayoran Baru sudah melaksanakan

pelayanan secara sopan, santun, ramah, serta memberikan pelayanannya

dengan ikhlas.12

Di KUA Kecamatan Kebayoran Baru telah melengkapi sarana dan

prasarana yang memadai untuk menunjang terlaksananya perkawinan, seperti

ruangan-ruangan yang dipakai oleh calon pengantin untuk kursus calon

pengantin dan melakukan pernikahan di KUA. Lingkungan pelayanan di

KUA Kecamatan Kebayoran Baru sudah tertib, teratur, dan ruang tunggu

yang nyaman, bersih, rapi, serta dilengkapi fasilitas pendukung lainnya

11

Wawancara pribadi dengan Dewi Pertiwi selaku responden dalam strata masyarakat

bawah pada Kamis, 27 Agustus 2015 pukul 13.00 WIB 12

Wawancara pribadi dengan Suparyadi selaku responden dalam strata masayarakat

bawah pada Selasa, 4 Agustus 2015 pukul 17.00 WIB

Page 91: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

71

seperti parkir, dan toilet. Hal ini yang membuat calon pengantin nyaman

dengan kondisi KUA Kecamatan Kebayoran Baru.13

Tetapi KUA Kecamatan Kebayoran Baru kurang disiplin tentang

ketentuan pendaftaran perkawinan yang dilaksanakan 2 (dua) bulan sebelum

menikah. Hal ini juga berdampak dalam hal kepastian waktu. KUA

Kecamatan Kebayoran Baru belum bisa menerapkan dengan baik sistem

pembagian waktu. Karena menurut responden, ketika calon pengantin akan

mendaftarkan diri untuk menikah di KUA Kecamatan Kebayoran Baru, calon

pengantin mendaftarkan 2 (dua) bulan sebelum tanggal melangsungkan

perkawinan.14

Padahal tata cara perkawinan dalam peraturan perundang-

undangan pada BAB III Pasal 10 ayat 1 PP No. 9 Tahun 1975 disebutkan

bahwa “Perkawinan dilangsungkan setelah hari kesepuluh sejak

pengumuman kehendak perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah”.15

C. Analisis Penulis

Berdasarkan PP No. 48 Tahun 2014 Tentang Biaya Nikah bahwa tarif

biaya nikah / rujuk adalah sebesar Rp. 600.000,- dan KUA Kecamatan

Kebayoran Baru sudah menetapkan biaya nikah yang sesuai dengan ketentuan

PP No. 48 Tahun 2014. Dari hasil wawancara yang penulis laksanakan pada

bulan Juli sampai Agustus, masyarakat yang melakukan pernikahan langsung

13

Hasil pengamatan langsung oleh penulis di KUA Kecamatan Kebayoran Baru pada

Rabu, 26 Agustus 2015 pukul 09.00 WIB

14 Wawancara pribadi dengan Anandia Bella selaku responden dalam strata masyarakat

atas pada Rabu, 12 Agustus 2015 pukul 16.15 WIB

15 PP No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun

1974

Page 92: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

72

melalui KUA Kecamatan Kebayoran tanpa melalui bantuan sebanyak 10

(sepuluh) responden dari 30 (tiga puluh) responden.

Tabel 7

Strata Responden Biaya

1. Masyarakat Atas II dan IV Rp. 600.000,-

2. Masyarakat

Menengah

I, V, dan IX Rp. 600.000,-

3. Masyarakat Bawah III, IV, VI. VII, dan

VIII

Rp. 600.000,-

Sumber data diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan responden

Juli hingga Agustus 2015

Dari strata masyarakat atas sebanyak 2 (dua) responden, masyarakat

menengah sebanyak 3 (tiga) responden, dan masyarakat bawah sebanyak 5

(lima) responden. Dan tarif biaya nikah sesuai dengan PP No. 48 Tahun 2014

sebesar Rp. 600.000,- dengan cara setor melalui setoran tunai ke Bank BTN,

Bank BRI, Bank BNI, atau Bank Mandiri atas nama Bendahara Penerima

Penerimaan Negara Bukan Pajak Nikah / Rujuk (PNBP NR) Kementerian

Agama Republik Indonesia.16

Tetapi berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis

dengan responden masyarakat menengah, terjadi deviasi antara ketetapan dan

pelaksanaan terhadap PP No. 48 Tahun 2014 yaitu deviasi yang dilakukan

16

Wawancara pribadi dengan TB. Zamroni, S.Ag., Kepala KUA Kecamatan Kebayoran

Baru pada Rabu, 24 Juni 2015 pukul 09:05 WIB.

Page 93: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

73

oleh pihak KUA Kecamatan Kebayoran Baru adalah kedua calon pengantin

dimintai menyumbangkan 2 (dua) kitab suci Al-Qur’an dengan alasan satu

dari pihak calon pengantin laki-laki dan satu dari pihak calon pengantin

perempuan.17

Sedangkan didalam PP No. 48 Tahun 2014 tidak ada ketentuan

bagi calon pengantin yang menikah menyumbangkan Al-Qur’an.

Sementara itu, dari hasil wawancara yang penulis laksanakan pada

masyarakat bawah yang melakukan pernikahan melalui bantuan pihak RT

calon pengantin sebanyak 5 (lima) responden. Dari kelima responden, biaya

yang dikeluarkan pun berbeda-beda.

Tabel 8

Strata Masyarakat Bawah

Responden Biaya

I, II, dan V Rp. 1.000.000,-

IX dan X Rp. 1.200.000,-

Sumber data diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan responden

Juli hingga Agustus 2015

Dan dari masyarakat menengah, terdapat 7 (tujuh) responden yang

melakukan pernikahan melalui bantuan pihak RT calon pengantin. Tarif yang

ditawarkan oleh pihak RTpun berbeda.

17

Wawancara pribadi dengan Mas Dian selaku responden dalam strata masyarakat

menengah pada Jum’at, 31 Juli 2015 pukul 18:45 WIB.

Page 94: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

74

Tabel 9

Strata Masyarakat Menengah

Responden Biaya

II dan VIII Rp. 1.200.000,-

III, VI, VII, dan X Rp. 1.500.000,-

IV Rp. 1.800.000,-

Sumber data diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan responden

Juli hingga Agustus 2015

Sedangkan dalam strata masyarakat atas tarif yang diberikan oleh

pihak RT lebih tinggi.

Tabel 10

Strata Masyarakat Atas

Responden Biaya

I, V, VI, dan IX Rp. 2.000.000,-

III dan VII Rp. 2.500.000,-

VIII dan X Rp. 3.000.000,-

Sumber data diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan responden

Juli hingga Agustus 2015

Alasan masing-masing RT mengenai tarif yang tidak sesuai dengan

ketentuan PP No. 48 Tahun 2014 adalah karena terbentur oleh biaya proses

pembawaan berkas-berkas calon pengantin hingga sampai di KUA

Page 95: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

75

Kecamatan Kebayoran Baru. Bahkan ada responden yang menyatakan bahwa

pihak RT tahu kalau acara pernikahan yang akan dilaksanakan oleh calon

pengantin atas biaya pribadi, orang tua calon pengantin, atau dibiayai oleh

sponsor.18

Hal inilah yang menguatkan penulis bahwa telah terjadi deviasi

terhadap pembiayaan nikah yang terjadi pada sektor pihak RT calon

pengantin.

Deviasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penyimpangan

(dari peraturan).19

Jika ditelurusi dalam isi kandungan al-Qur’an, maka

terdapat ayat yang menyinggung tentang perbuatan deviasi dalam

Surat Asy-Syu’araa ayat 183 yang berbunyi sebagai berikut:

Artinya: “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan

janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.”

(Asy-Syu`araa [26] : 183)

Di dalam ayat tersebut memang tidak menjelaskan secara jelas tentang

perbuatan deviasi, tetapi deviasi adalah termasuk perbuatan yang merugikan

sesama manusia serta telah menghilangkan hak-hak manusia untuk

mendapatkan hak yang sama antar sesama manusia. Deviasi bisa disebabkan

karena ada celah untuk melakukan tindakan yang tidak selaras dalam

peraturan yang telah berlaku. Hal ini termasuk dalam kategori korupsi yang

dilakukan oleh sumber daya manusia. Pelaku perilaku deviasi adalah pihak

18

Wawancara pribadi dengan Andhita Lestari selaku responden dalam strata masayarakat

atas pada Selasa, 14 Juli 2015 pukul 10:15 WIB.

19 http://kbbi.web.id Diakses pada tanggal 30 Agustus 2015 pukul 19:30 WIB

Page 96: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

76

administrasi yang mengurus hal-hal yang mengenai proses-proses tertentu

yang berhubungan dengan biaya dan tarif yang sebelumnya telah ditetapkan

oleh peraturan yang telah dibuat, baik dalam pemerintah maupun lembaga.

Ketaatan terhadap pemerintah maupun lembaga dalam hal peraturan-

peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah dan seharusnya yang

menjalankannyapun harus tunduk dengan peraturan yang telah dibuat oleh

pemerintah. Di al-Qur’an juga telah disebutkan dalam Surat An-Nisa ayat 59

yang bebunyi sebagai berikut:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat

tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari

kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya.” (An-Nisa [4] : 59)

Dalam hal biaya nikah yang telah penulis analisis di KUA Kecamatan

Kebayoran Baru, deviasi yang terjadi terdapat dalam sektor RT (Rukun

Tetangga) calon pengantin. Karena pihak RT telah membuat tarif prosedur

pernikahan yang tidak sesuai dengan ketentuan PP No. 48 Tahun 2014

tentang biaya nikah. Didalam PP No. 48 Tahun 2014 telah jelas menyatakan

bahwa pasangan calon pengantin yang hendak menikah di Kantor Urusan

Agama (KUA) pada di luar jam kerja KUA dikenakan biaya nikah

Page 97: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

77

Rp. 600.000,-, sedangkan pasangan calon pengantin yang hendak menikah di

jam kerja KUA dikenakan biaya Rp. 0,-.

Yang dimaksud dengan biaya nikah Rp. 0,- untuk calon pengantin

yang tidak mampu secara ekonomi dan dengan menunjukkan Surat

Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari RT tempat kedua calon pengantin.

Dan biaya nikah sebesar Rp. 600.000,- dikenakan untuk biaya transportasi

dan jasa profesi sebagai penerimaan dari Kantor Urusan Agama Kecamatan.20

Tetapi hal ini tidak sesuai dengan ketentuan telah dibuat oleh

pemerintah. Dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan 30

(tiga puluh) responden pengantin dalam konteks tarif biaya nikah, maka

penulis memakai 3 (tiga) variabel untuk setiap masing-masing strata

masyarakat.

Tabel 11

Variabel Pertama

Strata Masyarakat Atas

2 (dua)

responden

Mengurus proses pembiayaan nikah tanpa

bantuan (sendiri)

Biaya Nikah

Rp. 600.000,-

8 (delapan)

Mengurus proses pembiayaan nikah melalui

bantuan (pihak RT)

Biaya Nikah

4 (empat) responden Rp. 2.000.000,-

20

PP No. 48 Tahun 2014 Pasal 6

Page 98: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

78

responden 2 (dua) responden Rp. 2.500.000,-

2 (dua) responden Rp. 3.000.000,-

Sumber data diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan responden

Juli hingga Agustus 2015

Dari keterangan tabel diatas pada variabel Pertama maka penulis

menganalisis pembiayaan nikah melalui bantuan pihak RT adalah sebesar Rp.

2.000.000,-. Hal ini dikarenakan tarif tersebut lebih dominan di strata

masyarakat atas.

Tabel 12

Variabel Kedua

Strata Masyarakat Menengah

3 (tiga)

responden

Mengurus proses pembiayaan nikah tanpa

bantuan (sendiri)

Biaya Nikah

Rp. 600.000,-

7 (tujuh)

responden

Kepengurusan pernikahannya melalui bantuan

(pihak RT)

Biaya Nikah

2 (dua) responden Rp. 1.200.000,-

4 (empat) responden Rp. 1.500.000,-

1 (satu) responden Rp. 1.800.000,-

Sumber data diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan responden

Juli hingga Agustus 2015

Page 99: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

79

Sedangkan dari keterangan tabel diatas pada variabel Kedua maka

penulis menganalisis pembiayaan nikah melalui bantuan pihak RT adalah

sebesar Rp. 1.500.000,-. Hal ini dikarenakan tarif tersebut lebih dominan di

strata masyarakat menengah.

Tabel 13

Variabel Ketiga

Strata Masyarakat Bawah

5 (lima)

responden

Mengurus proses pembiayaan nikah tanpa

bantuan (sendiri)

Biaya Nikah

Rp. 600.000,-

5 (lima)

responden

Kepengurusan pernikahannya melalui bantuan

(pihak RT)

Biaya Nikah

3 (tiga) responden Rp. 1.000.000,-

2 (dua) responden Rp. 1.200.000,-

Sumber data diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan responden

Juli hingga Agustus 2015

Dan dari keterangan tabel diatas pada variabel Ketiga maka penulis

menganalisis pembiayaan nikah melalui bantuan pihak RT adalah sebesar Rp.

1.000.000,-. Hal ini dikarenakan tarif tersebut lebih dominan di strata

masyarakat bawah.

Page 100: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

80

Tentunya, ketiga variabel tersebut tidak sesuai dengan PP No. 48

Tahun 2014 karena dengan adanya tarif-tarif tertentu, pihak RT calon

pengantin bisa mengambil kesempatan dalam mengambil keuntungan dalam

menjalankan pelayanan umum untuk masyarakat. Pekerjaan yang dilakukan

oleh pihak RT termasuk dalam korupsi. Karena di dalam al-Qur’an Surat Al-

Infithaar ayat 10-12 telah tercantum dengan jelas mengenai pekerjaan yang

dilakukan oleh manusia walaupun pekerjaan tersebut tidak diketahui oleh

pihak yang berwenang. Ayat tersebut berbunyi:

Artinya: “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang

mengawasi pekerjaanmu).” (Al-Infithaar [82] : 10)

Artinya: “Yang mulia (disisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaan

mu itu).” (Al-Infithaar [82] : 11)

Artinya: “Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

(Al-Infithaar [82] : 12)

Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengawasan dari KUA

Kecamatan Kebayoran Baru dalam pembiayaan proses pernikahan atas tarif

yang sesuai dengan PP No. 48 Tahun 2014. Dari isi kandungan al-Qur’an

dalam Surat Adz-Dzaariyaat ayat 55 yang berbunyi:

Artinya: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya

peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.”

(Adz-Dzaariyaat [51] : 55)

Page 101: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

81

Menurut penulis, sebaiknya pihak KUA Kecamatan Kebayoran Baru

melakukan penyelidikan ke pihak RT yang melakukan tarif-tarif tertentu

mengenai proses pembiayaan nikah. Dan apabila pihak RT membenarkan

adanya tarif-tarif proses pembiayaan nikah, maka pihak KUA Kecamatan

Kebayoran Baru memberikan pengarahan untuk tidak memberikan tarif-tarif

tertentu dalam proses pembiayaan nikah kepada semua strata masyarakat.

Agar tidak terjadi deviasi yang dilakukan oleh pihak RT calon pengantin

dalam membantu KUA Kecamatan Kebayoran Baru untuk dapat memenuhi

prinsip-prinsip good governance dan public services dari berbagai sektor

yang membantu kinerja KUA Kecamatan Kebayoran Baru dalam proses

pembiayaan nikah.

Page 102: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

82

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dari bab I sampai bab III, pada akhirnya

penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran Baru sudah

menetapkan biaya nikah yang sesuai dengan ketentuan PP No. 48 Tahun

2014, yang didalam PP tersebut menyatakan bahwa calon pengantin yang

hendak menikah di jam kerja KUA sebesar Rp. 0,- dan yang dimaksud

tarif di jam kantor KUA dengan biaya sebesar Rp. 0,- ini adalah untuk

calon pengantin yang tidak mampu secara ekonomi dan menunjukkan

Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari RT tempat kedua calon

pengantin. Sedangkan, biaya nikah di luar jam kerja KUA adalah sebesar

Rp. 600.000,- yang dikenakan untuk biaya transportasi dan jasa profesi

sebagai penerimaan dari Kantor Urusan Agama Kecamatan.

2. Di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran Baru telah

terjadi deviasi antara ketetapan dan pelaksanaan terhadap PP No. 48

Tahun 2014 tentang biaya nikah. Deviasi yang terjadi adalah berbedanya

tarif biaya nikah yang harus calon pengantin bayarkan. Dan biaya yang

dikeluarkan oleh setiap calon pengantin pun berbeda-beda. Tarif yang

dikenakan menunjukkan strata calon pengantin berdasarkan kemampuan

ekonomi setiap calon pengantin. Dalam variabel Pertama pada strata

masyarakat atas dikenakan tarif sebesar Rp. 2.000.000,-, variabel Kedua

Page 103: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

83

pada strata masyarakat menengah sebesar Rp. 1.500.000,-, dan variabel

Ketiga pada strata masyarakat bawah adalah sebesar Rp. 1.000.000,-.

3. Deviasi ini terjadi bukan pada sektor Kantor Urusan Agama (KUA)

Kecamatan Kebayoran Baru, tetapi pada sektor RT tempat calon

pengantin. Pihak RT memasang tarif lebih tinggi dari ketentuan PP No.

48 Tahun 2014 adalah dengan alasan untuk biaya pengurusan data-data

calon pengantin ke Kantor Urusan Agama. Dan cepat atau tidaknya

kepengurusan yang dilaksanakan oleh RT tergantung pada tinggi atau

rendahnya biaya yang dikeluarkan oleh calon pengantin. Semakin besar

biaya yang dikeluarkan oleh calon pengantin, maka semakain cepat juga

proses yang dilakukan oleh pihak RT.

4. Respon dan tanggapan masyarakat pun tidak keberatan dengan tarif yang

diberlakukan RT. Karena bagi semua strata, baik itu masyarakat atas,

masyarakat menengah, dan masyarakat bawah tentang tarif berbeda yang

dilakukan oleh dari pihak RT sesuai dengan kinerja RT yang telah

mengurus proses pernikahan calon pengantin.

Page 104: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

84

B. Saran

Bagi pihak Kantor Urusan Agama (KUA) Kebayoran Baru sebaiknya

melakukan penelurusan ke RT yang memberlakukan tarif tinggi terhadap

biaya nikah pada PP No. 48 Tahun 2014 dan memberikan pengarahan agar

tidak terjadi deviasi dalam pelaksanaan PP No. 48 Tahun 2014 agar dapat

terciptanya pelayanan publik yang jujur dan bersih.

Page 105: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

85

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Faried. Teori dan Konsep Administrasi dari Pemikiran Paradigmatik Menuju

Redefinisi. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Alimin. Potret Administrasi Keperdataan Islam di Indonesia. Tangerang Selatan:

Orbit Publishing, 2013.

Andrianto, Nico. Good e-Government: Transparansi dan Akuntabilitas Publik

Melalui e-Government. Malang: Bayumedia, 2007.

Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya.

Aripin, Jaenal. LAPORAN PENELITIAN. Respon Masyarakat DKI Jakarta

Terhadap Optimalisasi Fungsi Kantor Urusan Agama (KUA). 2004.

Departemen Agama RI. Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Teladan 2002

& 2003. Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2003.

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji.

Pedoman Konselor Keluarga Sakinah. Jakarta: Departemen Agama RI,

2001.

Hasan, M. Ali. Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam. Jakarta: Siraja,

2003.

Istianto, Bambang. Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif Pelayanan

Publik. Jakarta: Mitra Wicana Media, 2011.

Kharlie, Ahmad Tholabi. Hukum Keluarga Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika,

2013.

Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: 1997.

Kumorotomo, Wahyudi. Etika Administrasi Negara. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2008.

Lukman, Mediya. Badan Layanan Umum dari Birokrasi Menuju Korporasi.

Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Manan, Abdul. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta:

Kencana, 2006.

Marbun, B.N. Konsep Manajemen Indonesia, Jakarta: Lembaga Pendidikan dan

Pembinaan Manajemen, 1980.

Page 106: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

86

Mulyati, Sri. Relasi Suami Istri dalam Islam, Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW),

2004.

Nuruddin, Amiur, dkk. Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Krisis

Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI).

Jakarta: Kencana, 2006.

Ridwan, Juniarso. Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik.

Bandung: Nuansa, 2012.

Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2003.

Rosidi, Abidarin. Reinventing Government: Demokrasi dan Reformasi Pelayanan

Publik. Yogyakarta: ANDI, 2013.

Sopyan, Yayan. Islam-Negara (Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam

Hukum Nasional). Jakarta: RMBooks, 2012. cet-II.

Suma, Muhammad Amin. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2004.

Sumarto, Hetifah SJ. Inovasi-Partisipasi dan Good Governance. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2003.

Syaharani. Masalah-Masalah Hukum Perkawinan di Indonesia. Bandung:

Alumni, tth.

Thalib, Sayuti. Hukum Kekeluargaan Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia

(UI-Press), 1986.

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ubaedillah, A. Pendidikan Kewarganegaraan (Civil Education) Demokrasi Hak

Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2010.

Page 107: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

87

Undang-undang

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1955 tentang

Kewajiban Pegawai Pencatatan Nikah

Peraturan Menteri Agama (PMA) Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007

tentang Pencatatan Nikah

Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 517 Tahun 2001 tentang Fungsi

Kantor Urusan Agama (KUA)

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (KEPMENPAN) Nomor 63

Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Umum

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan

Nikah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan

Nikah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik

Hasil Penelitian

Wawancara Pribadi dengan TB. Zamroni, S. Ag. Jakarta, 24 Juni 2015

Wawancara Pribadi dengan 10 (sepuluh) responden Masyarakat Atas. Juli hingga

Agustus 2015

Wawancara Pribadi dengan 10 (sepuluh) responden Masyarakat Menengah. Juli

hingga Agustus 2015

Wawancara Pribadi dengan 10 (sepuluh) responden Masyarakat Bawah. Juli

hingga Agustus 2015

Page 108: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

88

Dokumen Elektronik dari Internet

Alifah, Nur. “Untung Rugi Nikah di Bawah Tangan”. Artikel diakses pada

tanggal 15 Juni 2015 dari http://matapenadunia.com

Anwar, Khoirul. “PP 48 2014 dan PMA 24 2014, Menuju KUA Berintegritas”.

Artikel diakses pada 31 Maret 2015 dari http://bimasislam.kemenag.go.id

http://id.m.wikipedia.org Diakses pada tanggal 25 Juni 2015

http://www.fakultashukum-universitaspanjisakti.com Diakses pada tanggal 10

Juni 2015

http://www.kbbi.web.id Diakses pada tanggal 30 Agustus 2015

http://www.kemenag.go.id Diakses pada tanggal 7 April 2015

http://www.kuakebayoranbaru.com Diakses pada tanggal 25 Juni 2015

http://www.solusihukum.com Diakses pada tanggal 15 Juni 2015

Rini, Citra Listya. “Kemenag: Tidak Ada Biaya Tambahan untuk Nikah”.

Artikel diakses pada 30 Maret 2015 dari http://m.republika.co.id

Page 109: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ......

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM\.1111 Telp. (62-21) 74711537.7401925 Fax. (62-21) 7491821

_H. Juanda No. 95 Clpulat Jakarta 15412. Indonesia Website: www.ulnjkt.ac.id E-mail ;[email protected]

Nomor :Un.01/F4/PP.00.9/1053/2015 Jakarta, 06 Mei 2015Lampiran Perihal : Mohon Kesediaan Menjadi

Pembimbing Skripsi

Kepada Yang Terhormat, Dr. 1I. Yayan Sofyan, M.Ag (Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta) Di-

JAKARTA

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Pimpinan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengharapkan kesediaan Saudara lJntuk menjadi pembimbing skripsi mahasiswa :

Nama : Arisa Dykawresa . NIM : 1111044100070 ProdilKonsentrasi : Peradilan Agama

Judul Skripsi : Implementasi PP No. 48 Tahun 2014 Tentang Biaya Nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebayoran Baru

Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut : 1. Topik bahasan dan outline bila dianggap perlu dapat dilakukan perubahan dan

penyempurnaan. 2. Tehnik penulisan agar merujuk kepada buku "Pedoman Karya IImiah di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta"

Demikian atas kesediaan saudara karni ucapkan terima kasih

Wassalamu'alaikum W. W.

An. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum ~:-....

,::'/ t:. R14 ~ . . :~~~%~~fh H urn arga"'~' s S D_>. 'J ". __

..'.::/-.:...,,?- ~ .• ::o:ii.~--'-1,-.'\.:?;:;..

:2!~;' .. ':.7j 'u-- ~~=....:..:..:..=~ '\p, , 2 . -241998031003 \./::; KJl,~'TA./ . ...

~, ,/:''''----... '\Tembusa n : ...'..::\....L·:~~~t::5·

1. Kasubag Akademik &kemahas{swa'an Fa~ultas Syariah dan Hukum 2. Sekretaris Program Studi Ahwal al Syakhshiyah 3. Arsip

Page 110: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

Jln. Ir. H. Juanda No. 95 Clputat Jakarta 15412 Indonesia Telp. (62-21) 74711537,7401925 Fax. (62-21) 7491821 Webslle : www.ulnJkl.ac.ld E-mail: syar [email protected]<

Nomor : UN.01/F4/KM.01.03/980/2015 Jakarta, 18 April 2015

lampiran

Hal : 'Permohonan DatalWawancara

Kepada

Yth. Kepala KUA Kecamatan Kebayoran Baru 'KUA Kecamatan Kebayoran Baru

di Tempat

Assa/ammu'a/aikum, Wr. Wb. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UfN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan

bahwa:

Nama ARISA DYKAWRESA TempaVTanggal Jakarta /19 September 1993 NIM 1111044100070 Semester 8 Program Studi Akhwal Syakhsiyyah (Hukum Keluarga Islam) Alamat Rempoa Permai No.9 RT. 004/011 Bintaro, Pesanggrahan,

Jakarta Selatan 12330 Telp/Hp 08988236713

Adalah benar yang bersangkutan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul:

IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA NIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMA TAN KEBA YORAN BARU .

Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya Bapakllbu li.lapat menerima yang bersangkutan untuk wawancara serta memperoleh data guna penulisan skripsi dimaksud. Atas kerjasama dan bantuannya. kami ucapkan terima kasih.

Tembusan 1. Dekan Fakultas Syanah dan Hukum UIN Syarlf H1dayalullah Jakarla 2 Ka/Sekprodi Akhwal Syakhslyyah (Hukum Keluarga Islam) I Peradlian Agama

Page 111: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

KEMENTERIAN AGAMA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN KEBAYORAN BARU

JI. Kerina Raya Blok E No.20 Kebayoran Barn Jakarta Selatan Telp. 7393335 Website: www.kuaJcebayoranbaru.com

SURAT KETERANGAN No. KK.09.1.4/PW.01l1135/ VIII / 2015

Menindaklanjuti Surat dari Kementerian Agama Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum Nomor

UN.OIIF4/KM.Ol.03/980/2015 tanggal 18 April 2015, Kepala Kantor Urusan Agama

(KUA) Kecamatan Kebayoran Barn Kota Jakarta Selatan Provinsi DK! Jakarta dengan

ini menerangkan bahwa :

Nama : ARISA DYKAWRESA

NIM : 1111044100070

Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 19 September 1993

Semester : IX ( Serribilan )

Program studi : Akhwal Syakhsiyyah (Hukum Keluarga Islam)

Alamat : Rempoa Pennai No.9 Rt. 004/011

Kel. Bintaro Kec. Pesanggrahan Kota Jakarta Selatan.

Telah melakukan wawancara pada tanggal 24 Juni 2015 M bertepatan dengan

tanggal 07 Ramadhan 1436 H mengenai Implimentasi Peraturan Pemerintah Nomor 48

Tahun 2004 tentang Biaya Nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Kebayoran Baru .

Demikian keterangan IIII dibuat, agar dapat diketahui dan dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Zamroni S.A P. 197005011997031 002

Page 112: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

HASIL WAWANCARA

DENGAN KEPALA KUA KECAMATAN KEBAYORAN BARU

Narasumber : H. TB. Zamroni, S.Ag

Hari / Tanggal : Rabu, 24 Juni 2015

Waktu : 09.05 WIB s/d selesai

Tempat : KUA Kecamatan Kebayoran Baru

1. Apakah PP No. 48 Tahun 2014 sudah diterapkan dan disosialisasikan di KUA

Kecamatan Kebayoran Baru?

Jawab : PP No. 48 Tahun 2014 sudah kami terapkan dan sudah

disosialisasikan sesuai dengan peraturan yang berlaku sejak 30 hari

terhitung dari tanggal yang telah diundangkan yaitu pada kisaran

bulan Juli 2014 hingga bulan April 2015. Bahkan saat ini sudah

dibuat PP baru yaitu PP No. 19 Tahun 2015 yang pada dasarnya isi

dan ketentuan yang berlaku di PP No. 19 Tahun 2015 sama dengan

PP No. 48 Tahun 2015 yaitu tentang Tarif atas Jenis Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP).

2. Apakah bapak menemukan kendala setelah menerapkan PP No. 48 Tahun

2014? Kalaupun ada bagaimana solusinya?

Jawab : Sejauh ini bagus dan tidak ada masalah dengan PP No. 48 Tahun

2014 kalaupun ada kendala seperti calon pengantin tidak mampu

maka harus mengajukan Surat Keterangan Tidak Mampu dari RT

tempat calon pengantin tinggal agar biaya yang dikeluarkan

menjadi Rp. 0,00.

Page 113: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

3. Bagaimana antusiasme masyarakat terhadap prosedur pernikahan di KUA dan

PP No. 48 Tahun 2014?

Jawab : Antusiasme masyarakat dalam prosedur pernikahan sangat tinggi.

Karena ini bagian dari kelangsungan hidup mereka masing-masing.

Ada masyarakat yang mengurus proses pernikahannya sendiri dan

ada yang diwakilkan oleh pihak keluarga calon pengantin.

Kalaupun ada yang belum mengetahui runtutan prosedur

pendaftaran menikah, ya kami bimbing dan beritahu bagaimana

prosedur pendaftaran menikah.

4. Apakah di KUA Kecamatan Kebayoran Baru mengadakan kursus calon

pengantin?

Jawab : Ya, ada. Kami mengadakan kursus calon pengantin 1 (satu) bulan 2

(dua) kali dan antusiasme masyarakat disini tinggi untuk ingin

mengikuti kursus calon pengantin tetapi karena terhambat oleh

pekerjaan yang susah dapat izin dari kantor tempat mereka bekerja

jadi tidak memungkinkan untuk hadir dan mengikuti kursus calon

pengantin.

5. Pada umumnya, masyarakat disini melangsungkan pernikahannya lebih

banyak dilakukan di luar jam KUA atau di dalam jam KUA?

Jawab : Sejauh ini lebih banyak yang melangsungkan pernikahan di luar

jam KUA. Masyarakat disini hanya ya sekitar 10-15% saja yang

menikah didalam KUA (Kantor Urusan Agama) dan dilakukan

pada jam kerja KUA. Karena ya itu tadi, terhambat oleh pekerjaan

calon pengantin masing-masing. Itulah dedikasi kami terhadap

pelayanan masyarakat agar dapat mempermudah segala urusan.

Page 114: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

6. Bagaimana proses pembayaran pernikahan?

Jawab : Proses pembayaran pelaksanaan pernikahan apabila seluruh

dokumen calon pengantin sudah memenuhi syarat sesuai dengan

ketentuan Syariat Islam dan peraturan yang berlaku, dengan cara

setor melui setoran tunai ke Bank atas nama Bendahara Penerima

Penerimaan Negara Bukan Pajak Nikah / Rujuk (PNBP NR)

Kementerian Agama Republik Indonesia sebesar Rp. 600.000,-.

Adapun nama Bank nya antara lain:

a. Bank BTN : 00001-01-30-555666-7;

b. Bank BRI : 0230-01-002788-30-4;

c. Bank BNI : 034-613808-3;

d. Bank Mandiri : 103-000622674-6;

KUA Kecamatan Kebayoran Baru

Kepala

TB. Zamroni, S.Ag

NIP. 19700501 199703 1 002

Page 115: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

A. HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT ATAS

RESPONDEN 1

Narasumber : Andhita Lestari

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Hari / Tanggal : Selasa, 14 Juli 2015

Waktu : 10.15 WIB s/d selesai

Tempat : Tempat tinggal narasumber di Gandaria, Jakarta Selatan

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Waktu itu saya melangsungkan pernikahan di Gedung PTIK pada

13 Desember 2014.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Pada saat saya menikah kepengurusannya saya serahkan ke RT

karna pada saat itu saya masih bekerja dan suami bekerja juga. Jadi

sepertinya tidak memungkinkan untuk melakukan pengurusan

sendiri. Karna izin dari kantor saya dan suami pun susah.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Kepengurusannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku kok dan

juga terstruktur dengan baik sih. Kalau PP No. 48 Tahun 2014 itu

saya diberitahu dari RT bahwa biaya nikah saat ini Rp. 600.000,-

dan itu hanya untuk administrasi di KUA saja. Jadi belum yang

lainnya.

Page 116: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada, dari pihak RT saya diminta biaya sebesar Rp. 2.000.000,-

untuk kepengurusannya hingga berlangsungnya pernikahan.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Kalau saya bilang sih sesuai lah dengan runtutan yang harus

dilaksanakan oleh RT, karna waktu dan tenaga juga ya. Jadi

menurut saya tidak ada masalah dengan biaya, asalkan prosesnya

tepat waktu.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Tidak ada pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak

KUA maupun dari RT. Dari RT hanya disuruh isi form kesehatan

kedua calon pengantin. Tapi ya tidak saya isi, karna saya dan suami

sudah sama-sama percaya kalau sama-sama sehat. Dari pihak KUA

hanya konfirmasi tentang tanggal dan tempat pernikahan yang akan

berlangsung.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Pihak KUA datang tepat waktu. Sempat saya tanya pada saat saya

dapat konfirmasi dari KUA, apa dari pihak KUA butuh dijemput?

Dan mereka bilang, tidak perlu.

Narasumber

Andhita Lestari

Page 117: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 2

Narasumber : Zara Maydiana

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hari / Tanggal : Senin, 6 Juli 2015

Waktu : 10.00 WIB s/d selesai

Tempat : MINISTOP Barito

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya menikah tanggal 14 Desember 2014 di Gedung Pekerjaan

Umum (PU).

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Saya melakukan sendiri kepengerusannya sampai di KUA

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sesuai kok dengan yang diberlakukan di KUA Kebayoran Baru.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Tidak ada sih. Hanya biaya nikah itu saja Rp. 600.000,-.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak lah, malah mungkin terbilang murah ya dengan harga segitu.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada, saya dan suami dateng tentang pengarahan calon pengantin.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Ya tepat waktu kok dengan jam yang saya minta di KUA.

Page 118: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 3

Narasumber : Yuli Astuti

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Hari / Tanggal : Kamis, 20 Agustus 2015

Waktu : 14.30 WIB s/d selesai

Tempat : Taman Ayodia, Gandaria, Jakarta Selatan

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya waktu itu menikah di Masjid Agung Al-Azhar pas tanggal 11

April 2015.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Waktu itu sih keluarga saya minta tolong ke RT sih, karna kami

belum paham ya cara-cara kalo mau nikah gitu.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sepertinya sih sesuai dengan ketentuan pemerintah ya yang saya

juga baru dapet info dari RT.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada. Waktu itu harganya Rp. 3.000.000,- nah kan beda jauh banget

sih sama tarif resmi Rp. 600.000,-. Lalu saya nego jadi Rp.

2.500.000,- tapi prosesnya lama.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Sebenernya sih gak juga ya. Kalo kita mau cepet dan waktunya

mepet ya wajar lah lebih mahal.

Page 119: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada kok, cuma waktu itu saya gak bisa hadir karna gak bisa

ninggalin kantor.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Alhamdulillah sih tepat waktu ya, info yang saya berikan ke RT

tentang jam berapa saya mau menikah sesuai dengan kedatangan

penghulunya.

Narasumber

Yuli Astuti

Page 120: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 4

Narasumber : Tiara Yuliandini

Pekerjaan : Pengusaha

Hari / Tanggal : Jum’at, 10 Juli 2015

Waktu : 12.30 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara memalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya dan suami menikah pada 25 Januari 2015 di Graha Purnawira.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Kemarin saya menyuruh teman saya. Jadi gak sendiri dan bukan

dari KUA tapi bukan dari RT juga. Intinya sendiri sih ngurusnya.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sistemnya seuai kok dari pemberkasannya sampai biaya.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Gak ada sih.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak kok, sesuai dengan kesanggupan masyarakat.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada, cuma waktu itu saya dan suami tidak bisa hadir.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : KUA datang tepat waktu kok.

Page 121: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 5

Narasumber : Swita Dwi Natasya

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Hari / Tanggal : Rabu, 12 Agustus 2015

Waktu : 15.00 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya dan suami menikah pada 28 September 2014 di Gedung Polda

Metro Jaya.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Gak keduanya. Suami mengurusnya melalui bantuan pihak RT.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sesuai kok. Pihak RT yang menginfokan tentang PP tersebut.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada, kena tarif Rp. 2.000.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak berat sih. Karna memang pengurusannya butuh waktukan.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada kok. Tapi saya dan suami tidak hadir.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Pihak KUA tepat waktu datengnya.

Page 122: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 6

Narasumber : Marina Sari

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Hari / Tanggal : Rabu, 12 Agustus 2015

Waktu : 15.30 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya menikah di Hotel Dharmawangsa tanggal 11 Januari 2015.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Saya melalui pihak RT tempat saya tinggal.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Kalo persyaratannya sih sesuai, tapi pas biaya kok gak sesuai yaa...

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Nah itu. Saya diminta dari RT Rp. 2.000.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Berat sih engak, cuma kok jauh banget dari tarif KUA

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada, tapi saya gak dateng hehe.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Ya, tepat waktu kok.

Page 123: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 7

Narasumber : Anandia Bella

Pekerjaan : Pengusaha

Hari / Tanggal : Rabu, 12 Agustus 2015

Waktu : 16.15 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Kami menikah di Hotel Ritz Carlton tanggal 10 April 2015.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Melalui bantuan RT

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sesuai sih kayanya. Saya gak begitu merhatiin sih.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada, biaya nikahnya kata RT jadi Rp. 2.500.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak lah, karna kan diurusin RT. Kecuali kalo ngurus sendiri.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada kok

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Mereka datang tepat waktu kok.

Page 124: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 8

Narasumber : Hana Farhana

Pekerjaan : Mahasiswi

Hari / Tanggal : Rabu, 5 Agustus 2015

Waktu : 11.00 WIB s/d selesai

Tempat : Tempat tinggal narasumber di Jalan Wijaya

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Dirumah ini, di Jalan Wijaya pas tanggal 20 Februari 2015.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Keluargaku sih minta tolong RT karna biar cepet.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Kalo surat-surat iya, sesuai tapi kalo masalah biaya, enggak sama

sekali.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada, RT minta Rp. 3.000.000,-.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Berat sih sebenernya tapi yaudahlah orang butuh cepet.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada, waktu itu sih saya aja yang dateng, penasaran pengen tau kaya

apa sih, hehehe.

Page 125: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Amat sangat tepat waktu. Saya malah mikirnya molor-molor gitu

datengnya. Eh ternyata pas.

Narasumber

Hana Farhana

Page 126: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 9

Narasumber : Agung Hermansyah

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Hari / Tanggal : Rabu, 5 Agustus 2015

Waktu : 14.00 WIB s/d selesai

Tempat : Pondok Indah Office Tower

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya dan istri menikah pada tanggal 19 September 2014 di Masjid

Agung Al-Azhar.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Saya melalui bantuan RT.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Pengurusannya sesuai kok dengan ketentuan dari KUA tetapi

biayanya tidak sesuai.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada, RT mintanya Rp. 2.000.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak lah karna kan ada tenaga dan waktu yang diluangkan pihak RT

untuk mengurus pernikahan saya. Jadi secara tidak langsung saya

membayar tenaga dan waktu orang RT lah.

Page 127: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada kok, dan waktu itu saya dan istri dateng ke KUA untuk kursus

calon pengantin itu. 2x kalo gak salah.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Pihak KUA tepat waktu kok pas saya menikah kemarin.

Narasumber

Agung Hermansyah

Page 128: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 10

Narasumber : Nandya Ananda

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Hari / Tanggal : Jum’at 10 Juli 2015

Waktu : 13.00 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya nikah tanggal 15 November 2014 di Hotel Dharmawangsa.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Orangtua saya sih yang mengurus dan sepertinya melalui pihak RT.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Kayanya sih sesuai

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada. Orangtua saya bayar sebesar Rp. 3.000.000,- ke RT.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak sih, kan diurusin sama RT

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada, Cuma saya gak bisa dateng.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Tepat waktu kok.

Page 129: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

A. HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT ATAS

RESPONDEN 1

Narasumber : Andhita Lestari

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Hari / Tanggal : Selasa, 14 Juli 2015

Waktu : 10.15 WIB s/d selesai

Tempat : Tempat tinggal narasumber di Gandaria, Jakarta Selatan

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Waktu itu saya melangsungkan pernikahan di Gedung PTIK pada

13 Desember 2014.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Pada saat saya menikah kepengurusannya saya serahkan ke RT

karna pada saat itu saya masih bekerja dan suami bekerja juga. Jadi

sepertinya tidak memungkinkan untuk melakukan pengurusan

sendiri. Karna izin dari kantor saya dan suami pun susah.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Kepengurusannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku kok dan

juga terstruktur dengan baik sih. Kalau PP No. 48 Tahun 2014 itu

saya diberitahu dari RT bahwa biaya nikah saat ini Rp. 600.000,-

dan itu hanya untuk administrasi di KUA saja. Jadi belum yang

lainnya.

Page 130: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada, dari pihak RT saya diminta biaya sebesar Rp. 2.000.000,-

untuk kepengurusannya hingga berlangsungnya pernikahan.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Kalau saya bilang sih sesuai lah dengan runtutan yang harus

dilaksanakan oleh RT, karna waktu dan tenaga juga ya. Jadi

menurut saya tidak ada masalah dengan biaya, asalkan prosesnya

tepat waktu.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Tidak ada pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak

KUA maupun dari RT. Dari RT hanya disuruh isi form kesehatan

kedua calon pengantin. Tapi ya tidak saya isi, karna saya dan suami

sudah sama-sama percaya kalau sama-sama sehat. Dari pihak KUA

hanya konfirmasi tentang tanggal dan tempat pernikahan yang akan

berlangsung.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Pihak KUA datang tepat waktu. Sempat saya tanya pada saat saya

dapat konfirmasi dari KUA, apa dari pihak KUA butuh dijemput?

Dan mereka bilang, tidak perlu.

Narasumber

Andhita Lestari

Page 131: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 2

Narasumber : Zara Maydiana

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hari / Tanggal : Senin, 6 Juli 2015

Waktu : 10.00 WIB s/d selesai

Tempat : MINISTOP Barito

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya menikah tanggal 14 Desember 2014 di Gedung Pekerjaan

Umum (PU).

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Saya melakukan sendiri kepengerusannya sampai di KUA

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sesuai kok dengan yang diberlakukan di KUA Kebayoran Baru.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Tidak ada sih. Hanya biaya nikah itu saja Rp. 600.000,-.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak lah, malah mungkin terbilang murah ya dengan harga segitu.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada, saya dan suami dateng tentang pengarahan calon pengantin.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Ya tepat waktu kok dengan jam yang saya minta di KUA.

Page 132: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 3

Narasumber : Yuli Astuti

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Hari / Tanggal : Kamis, 20 Agustus 2015

Waktu : 14.30 WIB s/d selesai

Tempat : Taman Ayodia, Gandaria, Jakarta Selatan

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya waktu itu menikah di Masjid Agung Al-Azhar pas tanggal 11

April 2015.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Waktu itu sih keluarga saya minta tolong ke RT sih, karna kami

belum paham ya cara-cara kalo mau nikah gitu.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sepertinya sih sesuai dengan ketentuan pemerintah ya yang saya

juga baru dapet info dari RT.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada. Waktu itu harganya Rp. 3.000.000,- nah kan beda jauh banget

sih sama tarif resmi Rp. 600.000,-. Lalu saya nego jadi Rp.

2.500.000,- tapi prosesnya lama.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Sebenernya sih gak juga ya. Kalo kita mau cepet dan waktunya

mepet ya wajar lah lebih mahal.

Page 133: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada kok, cuma waktu itu saya gak bisa hadir karna gak bisa

ninggalin kantor.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Alhamdulillah sih tepat waktu ya, info yang saya berikan ke RT

tentang jam berapa saya mau menikah sesuai dengan kedatangan

penghulunya.

Narasumber

Yuli Astuti

Page 134: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 4

Narasumber : Tiara Yuliandini

Pekerjaan : Pengusaha

Hari / Tanggal : Jum’at, 10 Juli 2015

Waktu : 12.30 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara memalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya dan suami menikah pada 25 Januari 2015 di Graha Purnawira.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Kemarin saya menyuruh teman saya. Jadi gak sendiri dan bukan

dari KUA tapi bukan dari RT juga. Intinya sendiri sih ngurusnya.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sistemnya seuai kok dari pemberkasannya sampai biaya.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Gak ada sih.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak kok, sesuai dengan kesanggupan masyarakat.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada, cuma waktu itu saya dan suami tidak bisa hadir.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : KUA datang tepat waktu kok.

Page 135: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 5

Narasumber : Swita Dwi Natasya

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Hari / Tanggal : Rabu, 12 Agustus 2015

Waktu : 15.00 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya dan suami menikah pada 28 September 2014 di Gedung Polda

Metro Jaya.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Gak keduanya. Suami mengurusnya melalui bantuan pihak RT.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sesuai kok. Pihak RT yang menginfokan tentang PP tersebut.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada, kena tarif Rp. 2.000.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak berat sih. Karna memang pengurusannya butuh waktukan.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada kok. Tapi saya dan suami tidak hadir.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Pihak KUA tepat waktu datengnya.

Page 136: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 6

Narasumber : Marina Sari

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Hari / Tanggal : Rabu, 12 Agustus 2015

Waktu : 15.30 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya menikah di Hotel Dharmawangsa tanggal 11 Januari 2015.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Saya melalui pihak RT tempat saya tinggal.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Kalo persyaratannya sih sesuai, tapi pas biaya kok gak sesuai yaa...

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Nah itu. Saya diminta dari RT Rp. 2.000.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Berat sih engak, cuma kok jauh banget dari tarif KUA

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada, tapi saya gak dateng hehe.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Ya, tepat waktu kok.

Page 137: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 7

Narasumber : Anandia Bella

Pekerjaan : Pengusaha

Hari / Tanggal : Rabu, 12 Agustus 2015

Waktu : 16.15 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Kami menikah di Hotel Ritz Carlton tanggal 10 April 2015.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Melalui bantuan RT

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sesuai sih kayanya. Saya gak begitu merhatiin sih.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada, biaya nikahnya kata RT jadi Rp. 2.500.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak lah, karna kan diurusin RT. Kecuali kalo ngurus sendiri.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada kok

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Mereka datang tepat waktu kok.

Page 138: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 8

Narasumber : Hana Farhana

Pekerjaan : Mahasiswi

Hari / Tanggal : Rabu, 5 Agustus 2015

Waktu : 11.00 WIB s/d selesai

Tempat : Tempat tinggal narasumber di Jalan Wijaya

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Dirumah ini, di Jalan Wijaya pas tanggal 20 Februari 2015.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Keluargaku sih minta tolong RT karna biar cepet.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Kalo surat-surat iya, sesuai tapi kalo masalah biaya, enggak sama

sekali.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada, RT minta Rp. 3.000.000,-.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Berat sih sebenernya tapi yaudahlah orang butuh cepet.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada, waktu itu sih saya aja yang dateng, penasaran pengen tau kaya

apa sih, hehehe.

Page 139: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Amat sangat tepat waktu. Saya malah mikirnya molor-molor gitu

datengnya. Eh ternyata pas.

Narasumber

Hana Farhana

Page 140: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 9

Narasumber : Agung Hermansyah

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Hari / Tanggal : Rabu, 5 Agustus 2015

Waktu : 14.00 WIB s/d selesai

Tempat : Pondok Indah Office Tower

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya dan istri menikah pada tanggal 19 September 2014 di Masjid

Agung Al-Azhar.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Saya melalui bantuan RT.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Pengurusannya sesuai kok dengan ketentuan dari KUA tetapi

biayanya tidak sesuai.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada, RT mintanya Rp. 2.000.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak lah karna kan ada tenaga dan waktu yang diluangkan pihak RT

untuk mengurus pernikahan saya. Jadi secara tidak langsung saya

membayar tenaga dan waktu orang RT lah.

Page 141: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada kok, dan waktu itu saya dan istri dateng ke KUA untuk kursus

calon pengantin itu. 2x kalo gak salah.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Pihak KUA tepat waktu kok pas saya menikah kemarin.

Narasumber

Agung Hermansyah

Page 142: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 10

Narasumber : Nandya Ananda

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Hari / Tanggal : Jum’at 10 Juli 2015

Waktu : 13.00 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya nikah tanggal 15 November 2014 di Hotel Dharmawangsa.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Orangtua saya sih yang mengurus dan sepertinya melalui pihak RT.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Kayanya sih sesuai

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada. Orangtua saya bayar sebesar Rp. 3.000.000,- ke RT.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak sih, kan diurusin sama RT

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada, Cuma saya gak bisa dateng.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Tepat waktu kok.

Page 143: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

C. HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT BAWAH

RESPONDEN 1

Narasumber : Pipin Rizki (Kiki)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hari / Tanggal : Selasa, 14 Juli 2015

Waktu : 15.05 WIB s/d selesai

Tempat : Masjid Nurul Iman, Blok M Square, Jakarta Selatan

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya menikah dirumah saya sendiri di daerah Cipete hari Sabtu 11

Oktober 2014.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Suami saya minta tolong ke pak RT sih biar gampang, cepet, dan

gak ribet wara-wiri. Soalnya kalo ngurus sendiri kan harus ke RT,

RW, Lurah baru deh KUA. Jadi gak efektif waktu aja.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Iya sesuai kok sama PP itu. Dan dikasih tau tentang PP itu ya pas

bilang ke RTnya kalo sekarang biaya nikah tuh Rp. 600.000,-

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada, dimintain sama RTnya tuh Rp. 1.000.000,- agak heran sih kok

segitu. Dan sempet nego juga biar Rp. 800.000,- tapi dari RTnya

Page 144: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

tetep Rp. 1.000.000,- alesannya sih karna emang biasanya segitu

dan harus wara-wiri.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak sih. Biasa aja. Wajarlah kalo emang segitu. Yang penting mah

bisa nikah

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Gak ada sih. Dari RTnya juga gak ada info-info tentang kursus

calon pengantin gitu.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Enggak.... Dari pihak KUA lama banget datengnya. Kan akad

dirumah saya mulai jam 8 pagi, eh ditunggu-tunggu ampe sejam

penghulunya belom dateng-dateng juga. Ya udah akhirnya saya

dinikahkan secara agama dulu sama Ustad yang jadi tamu saya.

Jadi nanti pas orang KUAnya dateng baru deh dicatet secara resmi.

Orang KUAnya juga baru dateng jam 11an.

Narasumber

Pipin Rizki

Page 145: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 2

Narasumber : Rizky Fadillah

Pekerjaan : Pengusaha

Hari / Tanggal : Rabu, 8 Juli 2015

Waktu : 12.00 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya dan istri menikah Di Masjid Nurul Iman tanggal 16 Mei 2015

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Minta tolong diurus ke RT sih.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sepertinya telah sesuai dengan ketentuan.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada sih kemarin bayar Rp. 1.000.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak lah.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada dan kami dateng ke kursus calon pengantin.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Pihak KUA tepat waktu kok sesuai jamnya.

Page 146: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 3

Narasumber : Dewi Pertiwi

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hari / Tanggal : Kamis, 27 Agustus 2015

Waktu : 13.00 WIB s/d selesai

Tempat : 7Eleven Taman Puring

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Kemaren saya nikah di KUA ajalah biar gampang dan pas tanggal

11 Oktober 2014.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Sendiri kok ngurusnya ke KUA, deket rumah juga soalnya.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Ya sesuai dengan ketentuan di PP 48. Baik kelengkapan surat-surat

yang dibutuhin KUA sampe biaya nikah.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Gak ada sama sekali. Jadi cuma Rp. 600.000,- itu yang buat

administrasi di KUA.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak juga sih dari pada yang sebelum ada PP malah lebih gak jelas

berapanya harus bayar buat nikah. Kaya buat tarif sendiri dan

ngasal gitu jatohnya.

Page 147: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada dan saya juga hadir biar tau nanti kedepannya gimana hehehe.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Ya karena saya dan suami yang dateng ke KUA nya juga pas jadi

ya pas saya dateng langsung ke penghulu buat nikah.

Narasumber

Dewi Pertiwi

Page 148: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 4

Narasumber : Ade Wardana

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Hari / Tanggal : Senin, 3 Agustus 2015

Waktu : 10.30 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya dan istri nikah di SDN 05 Cipete Utara tanggal 7 Maret 2015.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Saya urus sendiri aja lah. Berdua istri sih hehe.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sesuai kok dengan ketentuan yang diomongin orang KUA.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Tidak ada kok. Ya Rp. 600.000,- itu aja.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Awalnya kaget cuma pas dijelasin kenapa segini ya sesuai lah.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada, tapi cuma istri yang dateng. Saya kerja soalnya hehe.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : KUA tepat waktu kok datengnya.

Page 149: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 5

Narasumber : Putri Isnaeni

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hari / Tanggal : Senin, 3 Agustus 2015

Waktu : 15.30 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Nikah kemaren sih tanggal 15 Januari 2015 di rumah saya sendiri.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Minta tolong pak RT, tetanggaan soalnya sih.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Kayanya sih iya ya.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada. Rp. 1.000.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak lah orang sesama orang deket ini.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada, dikasih tau pak RT dan saya juga hadir kok.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Gak kok, pas jam 9 pagi.

Page 150: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 6

Narasumber : Dimas Putranto

Pekerjaan : Wiraswasta

Hari / Tanggal : Rabu, 26 Agustus 2015

Waktu : 13.30 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya menikah di Gedung PTIK tanggal 8 Maret 2015.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Saya dan istri yang mengurus pernikahan ini.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Dari penjelasan KUA ya saya rasa sudah sesuai.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Tidak ada.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak berat kok ternyata karna saya pikir bakalan mahal.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada kok dan saya bersama istri juga hadir.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Pihak KUA datang tepat waktu sesuai permintaan saya dan istri.

Page 151: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 7

Narasumber : Azizah Fajariyah

Pekerjaan : Guru SD

Hari / Tanggal : Jum’at, 21 Agustus 2015

Waktu : 12.20 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya menikah tanggal 18 Januari 2015 di rumah suami.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Suami sih yang ngurusin nikah.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Ya sepertinya sesuai.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Tidak ada biaya apapun lagi dari pihak KUA.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak berat sih tapi sesuai dengan mayoritas masyarakat.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada tapi saya dan suami tidak bisa datang.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Ya, tepat waktu kok.

Page 152: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 8

Narasumber : Suparyadi

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Hari / Tanggal : Selasa, 4 Agustus 2015

Waktu : 17.00 WIB s/d selesai

Tempat : Masjid Agung Al-Azhar

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Waktu itu saya dan istri nikah tanggal 3 Oktober 2014 di KUA

Kebayoran Baru.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Saya lakukan sendiri sih soalnya kata orang-orang sekarang

gampang. Dan ternyata memang gampang dan cepat.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Nah, itu juga sesuai dengan PP yang ada di KUA. Dipasang juga

kok infonya di kantornya.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Gak ada lah, kan udah jelas-jelas cuma Rp. 600.000,- kalo lebih

mah bisa dipermasalahin tuh.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak sih, gak berat. Wajarlah kalo segitu buat ngurus

administrasinya.

Page 153: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada, dan saya serta istri juga dateng. Dan ternyata bagus juga sih

kalo ada kursus gini, biar yang belum nikah tuh ngerti gitu tentang

rumah tangga entar itu kaya gimana.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Ya kan saya yang dateng ya, ya jelas lah tepat waktu. Orang

penghulunya juga ada kok di KUA.

Narasumber

Suparyadi

Page 154: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 9

Narasumber : Alfian Riansyah

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Hari / Tanggal : Kamis, 27 Agustus 2015

Waktu : 14.30 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya menikah dirumah istri tanggal 2 Maret 2015.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : RT sih yang ngurusin semuanya.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Ketentuannya sesuai kok dengan yang saya jalankan kemarin.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada sih Rp. 1.200.000,- jadi ketentuannya yang gak sesuai emang

dibiayanya aja

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak lah, itung-itung bagi-bagi rezeki.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada tapi saya dan istri gak dateng.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Mereka tepat waktu kok datengnya.

Page 155: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 10

Narasumber : Anggraini

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Hari / Tanggal : Jum’at, 28 Agustus 2015

Waktu : 12.30 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Suami dan saya nikah di Masjid Nurul Hidayah 22 Februari 2015

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Papa saya sih yang ngurus dan papa saya juga melalui pihak RT

untuk ke KUAnya.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Agak gak sesuai sih sama biayanya.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada. Kemaren RT minta Rp. 1.200.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Cukup berat sih, udah nawar Rp. 1.000.000 eh gak dikasih.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada kok tapi cuma suami saya aja yang dateng.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Datengnya tepat waktu kok mereka.

Page 156: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

B. HASIL WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT MENENGAH

RESPONDEN 1

Narasumber : Mas Dianto

Pekerjaan : Pegawai Negri Sipil

Hari / Tanggal : Jum‟at, 31 Juli 2015

Waktu : 18.45 WIB s/d selesai

Tempat : Tempat tinggal narasumber di Kebayoran Baru,

Jakarta Selatan

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Pada waktu itu saya menikah di Gedung Pustada Kementerian

Pekerjaan Umum (PU) tanggal 21 Maret 2015.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Karna pada saat itu saya dan istri sama-sama bekerja, jadi yang

mengurus surat-surat ke KUA ya ibu saya. Jadi jatuhnya

kepengurusannya dilakukan sendiri.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Ya sesuai sih dengan PP No. 48 Tahun 2014. Tetapi kok disuruh

menyumbangkan dua kitab suci Al-Qur‟an. Padahal di PP tersebut

tidak tercantum. Alasan menyumbangkan 2 (dua) kitab suci Al-

Qur‟an itu mengibaratkan kalau Qur‟an yang satu dari pihak laki-

laki dan yang satu lagi dari pihak perempuan.

Page 157: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Tidak ada. Sampai selesai menikahpun juga tidak ada. Cuma

memang dari kami pribadi setelah akad dilaksanakan, kami

memberikan uang transport untuk pihak KUA sebesar Rp.

300.000,- sebagai ucapan terima kasih kami.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Tidak berat lah karna memang itu sudah tercantum dalam undang-

undang. Jadi menurut saya sesuai lah dengan sistem dan kinerja

KUA.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada, KUA membuat „kelas‟ kursus calon pengantin. Dan pada saat

itu saya dan istri juga menghadiri kursus tersebut.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : KUA tepat waktu kok pada saat berlangsungnya akad. Dan

memang mereka bekerjanya seperti keburu-buru dengan waktu ya,

karna kan harus bisa membagi waktu dengan calon-calon pengantin

yang lain. Ya walaupun terburu-buru tetapi mereka tetap

profesional dalam bekerja.

Narasumber

Mas Dianto

Page 158: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 2

Narasumber : Habibah Riani

Pekerjaan : Wirausaha

Hari / Tanggal : Selasa, 7 Juli 2015

Waktu : 09.00 WIB s/d selesai

Tempat : Pasar Mayestik

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya dan suami saya nikah 4 Januari 2015 di Masjid Al-Istiqomah.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Minta tolong ke RT.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Dari surat-surat yang diminta sama RT sesuai kayanya dengan PP.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada mbak, saya bayar ke RT Rp. 1.200.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Agak berat sih, saya nawar ke RT Rp. 1.000.000,- gak dikasih

yaudah deh dealnya Rp. 1.200.000,-

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada. Dan saya juga hadir soalnya deket sih hehe

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Tepat waktu kok penghulunya dateng ke Masjid.

Page 159: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 3

Narasumber : Syarifudin

Pekerjaan : Pegawai Negri Sipil

Hari / Tanggal : Kamis, 30 Juli 2015

Waktu : 16.00 WIB s/d selesai

Tempat : SMPN 11 Jakarta

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya dan istri menikah di rumah orang tua dari pihak istri saya

pada hari Minggu 1 Februari 2015.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Ya gak sendiri dan gak KUA, jadi minta tolong ke RT buat ngurus-

ngurus pra nikah.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sepertinya sistem pengurusannya sesuai kok dengan PP No. 48

Tahun 2014, terutama dalam hal persyaratan-persyaratan kalau mau

menikah.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada, jadi pas itu saya disuruh bayar dari pihak RT sebesar Rp.

1.500.000,- ya dengan alasan karena dia juga nyuruh orang untuk

ngurus ke KUAnya.

Page 160: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Agak berat sih dan kaget karna bisa beda banget dengan ketentuan

dari pemerintah. Tapi karna memang kata RTnya biasa dengan tarif

segitu dan saya juga dibantu oleh RT jadi ya udah saya ikutin aja.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ya, ada. Cuma waktu itu saya gak bisa hadir karna harus ngajar,

jadi istri saya saja yang bisa hadir.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Agak telat 30 menit lah dari yang sudah dijadwalkan, pas tanya ke

RT kenapa telat penghulunya karna pas daftar juga yang mau nikah

dihari yang sama dengan saya juga banyak. Jadi mungkin “waiting

list” lah, hehe.

Narasumber

Syarifudin

Page 161: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 4

Narasumber : Eggie Herdianto

Pekerjaan : Wiraswasta

Hari / Tanggal : Kamis, 9 Juli 2015

Waktu : 10.30 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Ya sekitar 7 bulan yang lalu lah saya nikah di Gedung Auditorium

PTIK pas tanggal 28 Desember 2014.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Gak pake bantuan KUA, tapi saya pake bantuan RT saya.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Hmm sesuai sih sepertinya.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ya adalah, orang minta tolong RT dan kenanya Rp. 1.800.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak lah kan udah diurusin tuh sama RT.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Kayanya gak ada deh, apa RTnya yang gak infoin kali ya.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Tepat waktu kok.

Page 162: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 5

Narasumber : Rena Octara

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Hari / Tanggal : Kamis, 6 Agustus 2015

Waktu : 16.00 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Tanggal 16 Januari 2015 di Grand Mahakam.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Saya lakukan sendiri sih.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sesuai kok dan pihak KUA menjelaskannya juga cukup jelas.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Tidak ada. Hanya biaya nikah saja.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Tidak, malah lebih jelas dan terbuka dengan adanya PP ini.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada kok tapi saya tidak bisa hadir jadi suami saya saja yang hadir.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Ya kok tepat waktu ssuai yang saya minta di KUA.

Page 163: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 6

Narasumber : Aidi Nelli

Pekerjaan : Marketing

Hari / Tanggal : Selasa, 11 Agustus 2015

Waktu : 09.00 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Januari kemarin sih tanggal 4 di Gedung RRI Radio Dalam.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Kepengerusannya saya serahkan ke RT saya.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sesuai, teapi tetap saja ada biaya yang lain.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada, sebesar Rp. 1.500.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Ya lumayan sih cuma karna ini diurusin orang lain kan jadi gak

masalah lah.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada kok dan saya juga hadir.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Ya, tepat waktu sesuai jadwal.

Page 164: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 7

Narasumber : Dini Annisa

Pekerjaan : Wirausaha

Hari / Tanggal : Senin, 24 Agustus 2015

Waktu : 14.00 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Saya nikah di Gedung PTIK tanggal 2 Mei 2015.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : RT sih yang bantuin surat-surat buat ke KUA.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sesuai lah pasti, namanya juga informasi untuk masyarakat.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada. Tarif nikah saya kemarin sebesar Rp. 1.500.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Iya sih sebenernya Cuma ya itung-itung ucapan terimakasih lah ke

RT udah ngurusin sampe ke KUA.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada kok.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Ya, penghulunya tepat waktu.

Page 165: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 8

Narasumber : Abdi Fajrin

Pekerjaan : Mahasiswa

Hari / Tanggal : Jum‟at, 7 Agustus 2015

Waktu : 14.00 WIB s/d selesai

Tempat : Di kampus Universitas Pancasila

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Di Gedung Pulo pas tanggal 3 Mei 2015

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Gue minta tolong RT lah, kan belom ngerti apa-apa.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Kayanya sih sesuai, gak begitu perhatiin soalnya nyokap (Ibu)

yang ngurus ke RT.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Adalah pasti, kemaren tuh bayar Rp. 1.200.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Hmm gak lah, sesuai sama kerjanya RT juga.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada, tapi gue gak dateng hehehe.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Agak telat dikit sih tapi gak ampe lama banget.

Page 166: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 9

Narasumber : Lia Natalia

Pekerjaan : Pengusaha

Hari / Tanggal : Selasa, 25 Agustus 2015

Waktu : 17.00 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Kami menikah Di Masjid Nurul Hidayah tanggal 15 Mei 2015

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Saya urus sendiri kok, gampang soalnya.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Sesuai kok dari persyaratan sampai biaya.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Tidak ada sama sekali.

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Tidak juga karna emang rinciannya jelas.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada dan waktu itu kami juga hadir.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Tepat waktu kok.

Page 167: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

RESPONDEN 10

Narasumber : Fiki Adriansyah

Pekerjaan : Marketing

Hari / Tanggal : Juma‟t, 14 Agustus 2015

Waktu : 14.30 WIB s/d selesai

Tempat : (wawancara melalui via telepon)

1. Kapan dan dimana bapak / ibu menikah?

Jawab : Tahun lalu saya nikah tanggal 27 September 2014 di rumah istri.

2. Pada saat bapak / ibu menikah, kepengurusannya dilakukan sendiri / melalui

bantuan KUA?

Jawab : Pake bantuan RT.

3. Lalu sistem pengurusannya sesuai tidak dengan ketentuan yang berlaku?

Seperti penjelasan tentang PP No. 48 Tahun 2014.

Jawab : Ya, sesuai kok.

4. Apa ada biaya yang harus dikeluarkan selain biaya nikah Rp. 600.000,-?

Jawab : Ada. Kemarin diatas Rp. 600.000,- kalo gak salah Rp. 1.500.000,-

5. Menurut bapak / ibu, biaya yang dikeluarkan berat atau tidak?

Jawab : Gak lah ya, masih normal harganya.

6. Adakah pemberitahuan tentang kursus calon pengantin dari pihak KUA?

Jawab : Ada tapi cuma istri yang dateng.

7. Setelah proses pembiayaan nikah telah selesai, apakah pihak KUA datang

tepat waktu pada saat menikahkan bapak / ibu?

Jawab : Malah belum waktunya mulai, penghulu udah dateng hehe.

Page 168: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

DOKUMENTASI

A. KUA Kecamatan Kebayoran Baru

Penataran BP4 (Kursus Calon Pengantin)

Page 169: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

Kepala KUA Kecamatan Kebayoran Baru

B. Responden

Page 170: IMPLEMENTASI PP NO. 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30169/1/ARISA... · B.Bus., Nabillah, Bude Yani, dan Farda Chalida, S.Sy., sehingga

LAMPIRAN-LAMPIRAN