IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY...

129
IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PEMBUANGAN DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH DI KOTA TANGERANG SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Program Studi Administrasi Publik Konsentrasi Kebijakan Publik Oleh: CINDY GESTHAVIONA NIM. 6661111273 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, 2018

Transcript of IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY...

Page 1: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN 2010

TENTANG TATA CARA PERIZINAN PEMBUANGAN DAN

PEMANFAATAN AIR LIMBAH DI KOTA TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada

Program Studi Administrasi Publik Konsentrasi Kebijakan Publik

Oleh:

CINDY GESTHAVIONA

NIM. 6661111273

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, 2018

Page 2: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

ABSTRAK

Cindy Gesthaviona, NIM. 6661111273 2018. Skripsi. Implementasi Peraturan

Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan

dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang. Program Studi Ilmu

Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I Leo Agustino, Ph.D. Dosen

Pembimbing II Riny Handayani, M.Si.

Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai pelaksanaan

dari suatu kebijakan pemerintah, setelah sebuah kebijakan dirumuskan dan

disetujui, langkah berikutnya adalah bagaimana agar kebijakan tersebut

dilaksanakan sehingga dapat mencapai tujuan. Kota Tangerang memiliki

pembangunan yang pesat dalam sektor industri, sehingga berdampak pada

beberapa permasalahan lingkungan akibat limbah yang dihasilkan oleh industri

tersebut. Oleh karena itu dibuatlah Peraturan Walikota Tangerang Nomor 18

tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air

Limbah guna mencegah tindak pencemaran lingkungan akibat air limbah industri.

Penelitian ini menggunakan teori implementasi kebijakan publik menurut

Mazmanian dan Sabatier (dalam Subarsono 2012:94) yaitu karakteristik masalah,

karakteristik kebijakan dan lingkungan kebijakan. Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya

data mengenai jumlah industri yang belum atau sudah memiliki izin pembuangan

air limbah, sumber daya manusia kurang memadai, masih ditemukan adanya

pungutan liar, dan industri yang tidak patuh terhadap peraturan yang ada.

Kesimpulannya Implementasi Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang

Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota

Tangerang belum cukup optimal. Saran dari peneliti adalah diharapkan adanya

koordinasi dan komunikasi dari berbagai instansi pemerintah yang terkait, serta

melakukan sosialisasi Perwal ini kepada industri-industri kecil atau rumahan.

Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan Publik, Perizinan, Air Limbah

Page 3: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

ABSTRACT

Cindy Gesthaviona, NIM 6661111273 2018. Thesis. Implementation of Mayor

Regulation Number 18 in 2010 on Procedures for Licensing of Disposal and

Utilization of Wastewater in Tangerang City. Public Administration

Department. The Faculty of Social and Political Science Faculty. Sultan Ageng

Tirtayasa University. 1st Advisor, Leo Agustino, Ph.D. And 2

nd Advisor, Riny

Handayani, M.Si.

Implementation of public policy is a study of the implementation of a government

policy, after a policy is formulated and approved, the next step is how to make the

policy implemented so as to achieve the goal. Tangerang City has a rapid

development in the industrial sector, so it raises some environmental problems

due to waste generated by the industry. Therefore, the Regulation of Mayor of

Tangerang Number 18 of 2010 on the Procedures of Licensing of Disposal and

Utilization of Wastewater to prevent environmental pollution caused by industrial

wastewater. This research uses the theory of public policy implementation

according to Mazmanian and Sabatier (in Subarsono 2012:94) that is

characteristic of problem, policy characteristic and policy environment. This

research uses descriptive qualitative method. The results show the absence of data

on the number of industries that have not or already have a waste water disposal

permit, inadequate human resources, still found illegal fees, and non-compliance

industries. The conclusion, Implementation of Mayor Regulation Number 18 in

2010 on Procedure of Licensing of Disposal and Utilization of Wastewater in

Tangerang City has not been optimal enough. Suggestions from researcher are

expected to coordinate and communicate from various related government

agencies, and socialize this Mayor’s Regulation to small or home industries.

Keywords : Implementation, Public Policy, Licensing, Wastewater

Page 4: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai
Page 5: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai
Page 6: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai
Page 7: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat

hidayah, taufik dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

meskipun tidak sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT sang

pencipta alam semesta. Tak lupa shalawat serta salam semoga terlimpah kepada

junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta tak

lupa juga kita sebagai umatnya hingga akhir zaman.

Penyusunan Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul “Implementasi

Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan

Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang”.

Tugas akhir akademik yang relatif sulit dan memelahkan ini mustahil

untuk dirampungkan tanpa adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa selama penelitian dan penulisan skripsi ini tidak lepas

dari bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Maka dengan ketulusan

hati, penulis ingin mengucapkan ungkapan terima kasih yang tak terhingga

kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. selaku Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa;

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

Page 8: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

ii

3. Rahmawati, M.Si. selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

4. Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom selaku Wakil Dekan II Bidang

Keuangan dan Umum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa;

5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si. selaku Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa, sekaligus sebagai penguji seminar proposal penelitian

yang telah banyak memberikan masukan pada penelitian ini;

6. Listyaningsih, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa;

7. Dr. Arenawati, S.Sos, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi

Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa;

8. Leo Agustino, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang dengan

baik hati dan sabar dalam membimbing, memberi masukan, dan

pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

9. Riny Handayani, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang dengan

baik hati dan sabar dalam membimbing, memberi masukan, dan

pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

10. Kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Publik yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bekal ilmu

Page 9: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

iii

akademik dan ilmiah kepada penulis selama proses belajar mengajar

semoga ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat bagi peneliti;

11. Dukungan dan motivasi terbesar dari kedua orang tua tercinta, Apih dan

Mamah yang tidak pernah lelah mendoakan, memotivasi baik moril

maupun materil dan selalu memberi penulis semangat untuk segera

menyelesaikan penelitian skripsi. Kemudian kakak dan adik kandung

peneliti, Deviany Ayu Larashati, Vania Zahra Maharani, serta M. Geraldy

Fariztito yang memberikan dukungan kepada penulis;

12. Dana Aviantara yang selalu sabar mendengar keluh kesah penulis,

memberi doa, semangat, memberi masukan dan motivasi dalam proses

penyusunan skripsi hingga selesai;

13. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Administrasi Publik angkatan

2011, kelas B Reguler, khususnya Shella Novianti, Rima Dhana Fitriani,

Sarah Wahyuni dan Dinar Pravitasari yang sama-sama berjuang untuk

meraih gelar Sarjana;

14. Staff Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Staff Perpustakaan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

yang telah banyak membantu peneliti dalam mengurus segala perijinan,

surat-menyurat dan urusan akademik lainnya;

15. Serta tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh

narasumber yang telah berkontribusi banyak dalam memberikan informasi

guna melengkapi skripsi;

Page 10: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

iv

16. Serta seluruh pihak yang terkait dalam penelitian yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi.

Akhirnya penulis mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan

selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan

skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran yang

mebangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis

berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi para pembaca.

Serang, Mei 2018

Penulis

Cindy Gesthaviona

NIM. 6661111273

Page 11: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR ORISINALITAS

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ 12

1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 13

1.4 Rumusan Masalah ............................................................................... . 13

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 13

1.6 Sistematika Penulisan........................................................................... 14

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN ASUMSI DASAR

2.1 Kebijakan Publik ................................................................................. 17

2.2 Proses Kebijakan Publik ..................................................................... 18

2.3 Implementasi Kebijakan Publik .......................................................... 21

Page 12: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

vi

2.4 Pengertian Perizinan ............................................................................ 31

2.5 Pengertian Limbah .............................................................................. 32

2.6 Klasifikasi Limbah Cair ...................................................................... 36

2.7 Teknologi Proses Pengolahan Air Limbah .......................................... 38

2.8 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 44

2.9 Kerangka Berpikir ............................................................................... 46

2.10 Asumsi Dasar .................................................................................... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .................................................... 51

3.2 Fokus Penelitian ................................................................................ 52

3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................... 52

3.4 Fenomena yang Diamati ................................................................... 53

3.5 Instrumen Penelitian ......................................................................... 54

3.6 Informan Penelitian ........................................................................... 55

3.7 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 57

3.8 Teknik Analisis Data.......................................................................... 62

3.9 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data.......................................... 66

3.10 Jadwal Penelitian ............................................................................... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................................... 71

Page 13: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

vii

4.2 Informan Penelitian ........................................................................ 77

4.3 Tata Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah ............................... 78

4.4 Deskripsi Data dan Analisis Data .................................................... 85

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian………………………………….......104

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan.....................................................................................108

5.2 Saran ..............................................................................................110

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................112

LAMPIRAN

Page 14: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam hayati. Flora dan fauna

dengan berbagai jenis menghuni dan tumbuh subur di bumi ini. Tetapi seiring

dengan pesatnya pertambahan penduduk dan majunya teknologi dan industri,

maka berdampak terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Untuk tetap

terjaganya keseimbangan alam perlu diusahakan langkah-langkah berupa

pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan.

Indonesia saat ini khususnya di kota-kota besar, hubungan antara manusia

dan lingkungan telah menjadi bahan pembicaraan yang hangat, terutama yang

berkaitan dengan pencemaran sungai akibat limbah industri. Meningkatnya

jumlah dan beragamnya industri menyebabkan kuantitas dan kualitas limbah

industri semakin beragam pula di satu pihak, di pihak lain sungai sebagai badan

penerima limbah akan menerima beban yang semakin berat yang dapat

menyebabkan sungai tersebut secara alamiah tidak sanggup lagi memurnikan

kembali kondisinya (Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Tangerang Tahun

2016).

Disinyalir pula limbah/pencemar berasal dari kegiatan manusia merupakan

penyebab terbesar terjadinya kerusakan dan degradasi lingkungan. Guna

mencegah hal itu, maka perlu dilakukan pengawasan, pencegahan dan

Page 15: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

2

penanggulangan pencemaran oleh bahan-bahan buangan industri. Limbah berupa

cair, padat, dan gas semakin hari semakin bertambah besar/tinggi dalam hal

jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas). Macam limbah yang hadir di alam pun

semakin beraneka ragam sesuai dengan kegiatan manusia di kehidupannya.

Limbah yang tidak terkontrol tentu saja akan merusak dan membahayakan

kelestarian suatu lingkungan.

Perkembangan pembangunan, teknologi, industrialisasi dan pertumbuhan

penduduk yang semakin pesat tidak dapat dipungkiri lagi semakin memperbesar

resiko kerusakan lingkungan. Karenanya, upaya pelestarian dan perlindungan

sebaiknya juga harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga tetap mampu

mewadahi kebutuhan akan lingkungan hidup yang sehat. Seperti yang

diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi

setiap warga Negara Indonesia.

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lain. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 Ayat (2),

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan

terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan

mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang

Page 16: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

3

meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,

dan penegakan hukum.

Kota Tangerang merupakan salah satu kota yang setiap tahunnya terus

mengalami perkembangan pembangunan. Berdasarkan Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kota Tangerang Tahun 2012-2032, pokok-pokok kebijakan

pengembangan Kota Tangerang diprioritaskan pada 3 tiga fungsi utama, yaitu:

kegiatan industri, permukiman, perdagangan, dan jasa. (Status Lingkungan Hidup

Daerah Kota Tangerang Tahun 2016). Seperti yang telah diketahui bahwa Kota

Tangerang berbatasan langsung dengan ibukota Jakarta. Kota Tangerang menjadi

bagian dari pengembangan pembangunan sekaligus menjadi pintu gerbang masuk

dan keluarnya barang dan jasa ke Provinsi Banten. Letaknya yang cukup strategis

memberikan keuntungan tersendiri bagi Kota Tangerang. Ketersediaan sarana dan

prasarana, serta cukup mudah berinvestasi membuat Kota Tangerang memiliki

prospek yang baik dan menjanjikan sebagai wilayah pengembangan dalam

berbagai kegiatan perekonomian. Hal demikian diharapkan mampu meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dan memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak

dan berkelanjutan.

Industri yang ada di Kota Tangerang dikelompokkan menjadi industri

kecil, menengah, dan besar. Berikut ini jumlah industri di Kota Tangerang

berdasarkan skala kegiatannya:

Page 17: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

4

Tabel 1.1

Jumlah Industri berdasarkan Skala Kegiatan di Kota Tangerang

Tahun 2014-2016

(Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2017)

Selanjutnya Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota

Tangerang mengelompokkan industri-industri di Kota Tangerang berdasarkan

jenis usahanya. Pengelompokan tersebut dilakukan untuk memudahkan dalam

pembinaan. Kelompok industri binaan tersebut adalah:

1. Kelompok Industri Kimia, Agro, dan Hasil Hutan (IKAHH), yang meliputi

industri cat, pigment, additive, polimerisasi, resin, oleochemical, kosmetik,

detergent, makanan, minuman, kayu, karet olahan, kertas, dan lain-lain.

2. Kelompok Industri Logam, Mesin, dan Elektronika (ILME). Misalnya:

industri peleburan logam, pelapisan logam, logam casting, logam

anodizing, logam molding, logam milling, suku cadang kendaraan

bermotor, panel listrik, kabel listrik, kawat, dan lain-lain.

Jenis Industri

Jumlah Industri

Tahun

2014

Tahun

2015

Tahun

2016

Industri Kecil - - -

Industri

Menengah 284 305 355

Industri Besar 275 277 283

Page 18: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

5

3. Kelompok ANEKA, yaitu industri di luar IKAHH dan ILME. Misalnya

industri pakaian jadi, sepatu kulit maupun olahraga, rajutan,

penyempurnaan kain, tekstil, ballpoint, dan lain-lain. Jumlah industri di

Kota Tangerang setiap tahunnya terus meningkat, seperti yang terlihat

pada tabel dibawah ini:

Pemerintah Kota Tangerang tidak memiliki data-data yang memadai

terkait jumlah industri di Kota Tangerang, khususnya data jumlah industri skala

kecil atau disebut juga home industry. Pertumbuhan industri yang pesat di Kota

Tangerang sebagian besar berupa industri kecil, oleh karena banyaknya industri-

industri kecil yang bermunculan tersebut maka pendataannya sulit dilakukan

karena skala kegiatan mereka terbilang kecil dan kegiatannya berlangsung di

rumah-rumah.

Melalui instrumen perizinan, pengawasan, dan pembinaan, ketiga

kelompok industri di atas dilakukan identifikasi dampak terhadap lingkungan.

Pesatnya pembangunan industri di Kota Tangerang sudah tentu akan membawa

dampak negatif berupa penurunan kualitas udara, kualitas air (air permukaan dan

tanah), kualitas tanah, peningkatan tingkat kebisingan, tingkat kebauan, dan

dampak lainnya, yang ditimbulkan akibat polusi dan limbah (padat, cair, dan gas).

Salah satu yang mengganggu kelestarian lingkungan Kota Tangerang adalah

tercemarnya sungai-sungai akibat dari limbah cair industri yang dibuang ke sungai

tanpa diolah terlebih dahulu. Limbah cair yang keluar dari kegiatan industri harus

Page 19: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

6

diperhatikan dan diupayakan pengelolaannya agar pengaruh negatif dapat

diminimalkan.

Kota Tangerang memiliki beberapa buah sungai/kali dan saluran besar

serta situ, diantaranya adalah Sungai Cisadane, Kali Angke, Kali Sabi, Sungai

Cirarab dan Saluran Mookervart. Sungai Cisadane yang mengalir dari wilayah

Provinsi Jawa Barat sampai Provinsi Banten dan melintasi Kota Bogor,

Kabupaten Bogor, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang merupakan salah

satu sungai yang digunakan sebagai bahan baku air minum bagi wilayah tersebut.

Oleh karena itu, keberadaannya sangat penting dan perlu selalu dijaga kualitas air

sungainya agar tidak tercemar limbah. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air

sungai terhadap Sungai Cisadane, Sungai Angke, Saluran Mookervart, Kali Sabi

dan Sungai Cirarab menunjukkan bahwa kondisi sungai-sungai tersebut telah

tercemar (SLHD Kota Tangerang Tahun 2016).

Pengelolahan limbah industri harus melalui instalasi pengelolaan air

limbah. Namun fakta di lapangan, tingkat ketaatan pelaku industri terhadap

ketentuan peraturan lingkungan hidup relatif rendah, hal ini diungkapkan oleh

Kepala Sub Bidang Pengawasan, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup

Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang, Ammaludin Malik. Ia mengatakan

bahwa masih banyak industri yang belum memiliki kelengkapan dokumen analisis

dampak lingkungan (AMDAL) serta indikator-indikator pengendalian

pencemaran air. Selain itu, terdapat industri yang melakukan kecurangan-

kecurangan antara lain jumlah debit air limbah yang dibuang melebihi batas izin

Page 20: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

7

yang sudah diberikan, dan izin pembuangan limbah cair yang sudah habis masa

berlakunya namun belum diperpanjang. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

tingkat ketaatan industri di Kota Tangerang terhadap peraturan lingkungan hidup

masih rendah.

Pemberian sanksi tertulis, sanksi administrasi paksaan pemerintah, dan

negosiasi penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan untuk menindak

berbagai pelanggaran ketentuan peraturan pemerintah mengenai pengelolaan

lingkungan hidup. Hingga saat ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota

Tangerang telah memberikan sanksi kepada empat pabrik karena terbukti

mencemari lingkungan. Tiga pabrik di antaranya dikenakan sanksi administratif

berupa denda hingga miliaran rupiah, sedangkan satu pabrik dijatuhkan sanksi

pidana di pengadilan. Awalnya pihak perusahaan diberi peringatan dan

pembinaan, namun karena tetap membandel akhirnya mereka diberi sanksi

administratif dan sanksi pidana (http://www.pantonashare.com/4293-tangerang-

dan-kondisi-lingkungannya/10 Februari 2016).

Setiap industri hendaknya memiliki instalasi pengolahan air limbah yang

bertujuan untuk mengurangi kandungan pencemar air sehingga mencapai tingkat

konsentrasi dan bentuk yang lebih sederhana dan aman jika terpaksa dibuang ke

badan air di lingkungan. Aktivitas industri di sepanjang sungai serta adanya

dinamika aliran menimbulkan perubahan kualitas dan kuantitas sungai secara

signifikan. Semakin tinggi aktivitas industri di sepanjang sungai, maka perubahan

kualitas air akan semakin signifikan. Sejalan dengan kegunaan dan fungsi sungai

Page 21: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

8

sebagai sumber air bersih, objek wisata, saluran drainase makro perkotaan dan

sebagai ekosistem yang harus dilestarikan, maka diperlukan suatu upaya untuk

menjaga kuantitas, kontinuitas dan kualitas sehingga dilakukan pemantauan

sungai-sungai di Kota Tangerang secara kontinu.

Terkait pentingnya instalasi pengolahan air limbah, maka saat ini bagi

industri yang akan mengurus izin pembuangan air limbah (IPAL) harus terlebih

dahulu memenuhi persyaratan yakni memiliki instalasi pengolahan air limbah.

Seperti yang dikatakan oleh Agus Prasetyo, Kepala Bidang pengawasan dan

penegakan hukum lingkungan, DLH Kota Tangerang yang dikutip dari media

online (http://tangerangnews.com/kota-tangerang/read/2869/Pembuang-Limbah-

Cair Harus-ada-IPAL/12 Februari 2016), setiap industri yang kondisi IPAL-nya

tidak bagus maka izin pembuangan limbah cairnya tidak akan dikeluarkan.

Terkait dengan IPAL ini, akan ada peningkatan pengukuran dari hanya mengukur

debit volume limbah, kedepannya akan lebih menyeluruh. Seperti mencakup jenis

limbah dan indeks badan penerima limbah. Selanjutnya, ia menambahkan bahwa

sosialisasi semacam ini akan terus dilakukan secara bertahap termasuk sosialisasi

atau bimbingan teknis untuk operator atau pelaksana lapangan di perusahaan.

Dalam rangka upaya pengelolaan lingkungan hidup guna mewujudkan

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup, disusunlah

Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Selanjutnya ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata

cara perizinan pembuangan limbah cair ke air atau sumber air dan pemanfaatan air

Page 22: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

9

limbah diatur dalam Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara

Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, maka

permasalahan yang terkait dengan implementasi tata cara perizinan pembuangan

air limbah adalah sebagai berikut:

Pertama, Kota Tangerang tidak mempunyai data jumlah industri yang

memadai khususnya industri kecil atau home industry karena jumlahnya yang

banyak dan sulit dilakukan pendataan seperti yang dikemukakan oleh Kepala

Seksi Pemantauan Kualitas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota

Tangerang, Bapak M. Djarkasih, ST:

“Kita agak kesulitan untuk bisa data satu-satu home industry itu,

karena skala kegiatan mereka kecil, beroperasinya juga di rumah-

rumah.. jadi ya sementara ini belum ada ya jumlah industri kecil

itu berapa, mungkin ada seribuan jumlahnya.. banyak banget”

(Wawancara pada tanggal 13 April 2017 Pukul 10.30)

Kedua, tercemarnya Sungai Cisadane di Kota Tangerang akibat limbah

cair industri yang dibuang tanpa diolah terlebih dahulu. Hasil tes laboratorium

yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang menunjukkan air

baku sungai tersebut mengandung COD/BOD yang tinggi. BOD (Biological

Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan parameter

dalam limbah cair. Nilai BOD digunakan untuk mengukur secara relatif jumlah

oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan limbah.

Sedangkan COD merupakan jumlah total oksigen yang diperlukan untuk

Page 23: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

10

mengoksidasi bahan organik secara kimiawi. Kadar BOD dan COD ini perlu

diperhatikan agar tidak melebihi baku mutu limbah cair. Seperti yang terlihat pada

Gambar 1.1 berikut:

Gambar 1.1

Kadar Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen

Demand (COD) Sungai Cisadane di Tahun 2016

(Sumber: SLHD Kota Tangerang Tahun 2016)

Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar

dan/atau jumlah unsur pencemar pada air limbah yang akan dibuang atau dilepas

ke dalam sumber air dari suatu usaha atau kegiatan. Berdasarkan Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air

Limbah Bagi Kawasan Industri, kadar maksimum BOD adalah sebesar 50 mg/L

dan COD sebesar 100 mg/L (Sumantri,2015: 92).

Ketiga, tingkat ketaatan pelaku industri terhadap ketentuan peraturan

lingkungan hidup relatif rendah. Banyak yang masih membuang limbah ke sungai

tanpa dikelola terlebih dahulu sehingga air limbah yang dibuang ke badan sungai

5

52

7

48

0

10

20

30

40

50

60

Tahun 2010Tahun 2011Tahun 2012Tahun 2013

Tren Kadar BOD, S. Cisadane

BOD, mg/l Linear (BOD, mg/l)

70

59

39

93

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Tren Kadar COD, S. Cisadane

COD, mg/l Linear (COD, mg/l)

Page 24: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

11

memiliki kandungan pencemar air yang berbahaya bagi lingkungan. Selain itu,

terdapat industri yang melakukan kecurangan-kecurangan antara lain jumlah debit

air limbah yang dibuang melebihi batas izin yang sudah diberikan dan

kelengkapan dokumen AMDAL serta indikator-indikator pengendalian

lingkungan yang belum terpenuhi. Seperti yang dikemukakan oleh Kepala Sub

Bidang Pengawasan, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup Dinas

Lingkungan Hidup Kota Tangerang, Bapak Ammaludin Malik:

“ya kalo perusahaan-perusahaan yang nakal ya adalah..contohnya

kaya dia buang limbahnya itu melebihi batas yang seharusnya,

selain itu dokumen lingkungannya gak lengkap atau juga izin

pembuangan air limbahnya gak diperpanjang padahal udah abis

masa berlakunya” (Wawancara pada tanggal 13 Juli 2016 Pukul

09.30).

Prosedur penerbitan izin pembuangan air limbah dilakukan melalui

beberapa tahapan. Pemohon izin pembuangan air limbah harus melengkapi

persyaratan yang dibutuhkan, kemudian mengisi formulir permohonan izin

pembuangan air limbah. Setelah semua persyaratan telah dipenuhi dan surat

permohonan izin telah dibuat, maka selanjutnya pemohon menyerahkannya

kepada petugas counter pelayanan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu. Permohonan yang sudah teregistrasi dan terinput kedalam

sistem perizinan akan diproses dengan melakukan evaluasi kelengkapan

administrasi dan teknis pemohon. Selanjutnya akan dilakukan verifikasi lapangan

dan membuat berita acara hasil lapangan. Hasil dari verifikasi lapangan

selanjutnya diproses untuk dikeluarkan rekomendasi pemberian izin kepada

pemohon, apabila disetujui maka izin akan diterbitkan. Bila hasil pemeriksaan

Page 25: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

12

ditemukan kekurangan atau perbaikan, maka pemohon diminta melengkapi dan

memperbaiki dalam waktu tertentu, jika tidak permohonan dikembalikan kepada

petugas counter pelayanan untuk dikembalikan kepada pemohon dengan

penjelasan penolakan pemrosesan berkas.

Dengan ini peneliti tertarik untuk mengetahui permasalahan-permasalahan

terkait dengan implementasi tata cara perizinan pembuangan air limbah industri di

Kota Tangerang. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul

Implementasi Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara

Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang penelitian di atas, penelitian

ini perlu adanya identifikasi permasalahan-permasalahan yang ada pada lokasi

penelitian. Dari hasil studi pendahuluan peneliti mengidentifikasikan masalah-

masalah penelitian di antaranya:

1. Pemerintah Kota Tangerang tidak memiliki data-data yang memadai

terkait jumlah industri di Kota Tangerang, khususnya data jumlah industri

skala kecil atau disebut juga home industry.

2. Sungai Cisadane di Kota Tangerang sudah tercemar oleh air limbah

industri yang dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu.

3. Tingkat ketaatan pelaku industri terhadap ketentuan peraturan lingkungan

hidup relatif rendah.

Page 26: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

13

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu peneliti akan mencoba

mencari tahu seperti apa implementasi tata cara perizinan pembuangan air limbah

industri di Kota Tangerang berdasarkan pada Peraturan Walikota Nomor 18

Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air

Limbah di Kota Tangerang.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah Implementasi Peraturan

Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan

Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang?

1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Sebuah penelitian dilakukan untuk dapat digeneralisasikan dan diharapkan

memberikan manfaat yang baik bagi bidang-bidang yang berhubungan dengan

penelitian ini. Maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis

a) Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang

dilaksanakan sehingga memberikan kontribusi pemikiran bagi

pengembangan ilmu Administrasi Negara khususnya.

Page 27: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

14

b) Dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan ilmu yang

terkait dalam masalah tersebut. Dalam arti setiap hasil yang

didapatkan dari penelitian ini bisa kita kembangkan menjadi suatu

ilmu yang terkonsep yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan

untuk pengembangan atau penelitian selanjutnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

a) Penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian yang praktis bagi

pemerintah daerah atau instansi untuk memaksimalkan penegakan

peraturan daerah yang telah dibuat sebelumnya.

b) Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai salah satu syarat

untuk menyandang gelar strata satu (S1) dan bertambahnya ilmu

pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

implementasi suatu peraturan daerah.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang yang menerangkan ruang lingkup dan

kedudukam masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif, dari lingkup yang

paling umum sehingga mengarah kemasalah yang paling spesifik. Kemudian yang

selanjutnya yaitu identifikasi masalah, dalam hal ini identifikasi masalah

mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari tema/topik/judul

penelitian atau dengan masalah. Pembatasan masalah dan perumusan masalah dari

Page 28: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

15

hasil identifikasi tersebut ditetapkan masalah yang paling urgent yang berkaitan

dengan judul penelitian. Maksud tujuan penelitian, dalam hal ini mengungkapkan

tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakan penelitian. Kemudian

terdapat juga kegunaan penelitian yang menjelaskan manfaat dari penelitian yang

akan diteliti dan yang terakhir yaitu sistematika penulisan yang menjelaskan isi

dari bab per bab yang ada dalam penelitian.

BAB II DESKRIPSI TEORI

Terdapat deskripsi teori dan kerangka berfikir. Deskripsi teori mengkaji

tentang berbagai teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel berfikir

sedangkan kerangka berfikir menceritakan alur pikiran peneliti dalam penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Terdiri dari metode penelitian menjelaskan tentang penggunaan metode

yang digunakan. Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan

dan jenis alat pengumpulan data. Populasi dan sampel penelitian menjelaskan

tentang wilayah generalisasi dan teknik pengambilan sampel dan generalisasinya.

Teknik pengolahan data dan analisa menjelaskan tentang bagaimana teknik

pengolahan data penelitian, analisa beserta rasionalisasinya.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Terdiri dari deskripsi obyek penelitian. Kemudian terdapat deskripsi data

yang menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah

dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan. Kemudian melakukan

Page 29: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

16

pembahasan lebih lanjut terhadap persoalan dan paada akhir pembahasan peneliti

dapat mengemukakan berbagai keterbatasan yang mungkin terdapat dalam

pelaksanaan penelitian, keterbatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap

penelitian lebih lanjut dalam bidang yang menjadi obyek penelitian.

BAB V PENUTUP

Dalam penutup ini memuat penjelasan mengenai simpulan yaitu

menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan mudah

dipahami dan saran yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap

bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis.

Page 30: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

17

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN ASUMSI DASAR

2.1 Kebijakan Publik

Kebijakan publik menurut Dye dalam Subarsono (2012: 2) adalah

apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public

policy is whatever governments choose to do or not to do). Konsep tersebut

sangat luas karena kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan

oleh pemerintah di samping yang dilakukan oleh pemerintah ketika

pemerintah menghadapi suatu masalah publik. Definisi kebijakan publik dari

Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik

tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan

publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh

badan pemerintah.

Anderson dalam Subarsono (2012: 3) mendefinisikan kebijakan

publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat

pemerintah. Sedangkan dalam pandangan David Easton ketika pemerintah

membuat kebijakan publik, ketika itu pula pemerintah mengalokasi nilai-nilai

kepada masyarakat, karena setiap kebijakan mengandung seperangkat nilai di

dalamnya (Subarsono, 2012: 3).

Page 31: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

18

Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai

sektor atau bidang pembangunan, seperti kebijakan publik di bidang

pendidikan, pertanian, kesehatan, transportasi, pertahanan, dan sebagainya.

Disamping itu, dilihat dari hirarkinya, kebijakan publik dapat bersifat

nasional, regional, maupun lokal, seperti Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah, Peraturan Pemerintah Propinsi, Peraturan Pemerintah

Kabupaten/Kota dan Keputusan Bupati/Walikota.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan

publik adalah kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat

pemerintah yang mengarah pada suatu tujuan atau sasaran yang telah

ditetapkan. Kebijakan publik didasarkan pada peraturan perundangan yang

bersifat mengikat dan memaksa dalam melaksanakan program yang telah

dibuat.

2.2 Proses Kebijakan Publik

Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas

intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis.

Aktivitas politis tersebut nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup

penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi

kebijakan, dan penilaian kebijakan. Sedangkan aktivitas perumusan masalah,

forecasting, rekomendasi kebijakan, monitoring, dan evaluasi kebijakan

adalah aktivitas yang lebih bersifat intelektual.

Page 32: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

19

Anderson dalam Subarsono (2012: 5) menetapkan proses kebijakan

publik sebagai berikut:

1) Formulasi masalah (problem formulation): Apa masalahnya? Apa yang

membuat hal tersebut menjadi masalah kebijakan? Bagaimana masalah

tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah?

2) Formulasi kebijakan (formulation): Bagaimana mengembangkan pilihan-

pilihan atau alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa

saja yang berpartisipasi dalam formulasi kebijakan?

3) Penentuan kebijakan (adoption): Bagaimana alternatif ditetapkan?

Persyaratan atau kriteria seperti apa yang harus dipenuhi? Siapa yang akan

melaksanakan kebijakan? Bagaiman proses atau strategi untuk melaksanakan

kebijakan? Apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan?

4) Implementasi (implementation): Siapa yang terlibat dalam implementasi

kebijakan? Apa yang mereka kerjakan? Apa dampak dari isi kebijakan?

5) Evaluasi (evaluation): Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak

kebijakan diukur? Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Apa konsekuensi dari

adanya evaluasi kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan

atau pembatalan?

Adapun tahap-tahap dalam proses pembuatan kebijakan menurut William

N. Dunn dalam bukunya yang berjudul Pengantar Analisis Kebijakan Publik

digambarkan sebagai berikut:

Page 33: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

20

Gambar 2.1

Proses Pembuatan Kebijakan

Penyusunan

Agenda

Formulasi

Kebijakan

Adopsi

Kebijakan

Implementasi

Kebijakan

Penilaian

Kebijakan

Sumber: Dunn, 2003: 24

Melengkapi pendapat yang dikemukakan di atas, berikut merupakan

penjelasan dari tahap-tahap dalam proses pembuatan kebijakan yaitu:

1. Penyusunan agenda, yaitu para pembuat kebijakan merumuskan masalah

sehingga dapat menemukan asumsi-asumsi, mengetahui penyebab-

penyebabnya, memadukan pandangan-pandangan yang bertentangan, dan

Perumusan

Masalah

Peramalan

Rekomendasi

Pemantauan

Penilaian

Page 34: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

21

merancang peluang-peluang untuk mengatasi masalah melalui kebijakan yang

baru.

2. Formulasi kebijakan, yaitu para pembuat kebijakan merumuskan alternatif

kebijakan untuk mengatasi masalah.

3. Adopsi kebijakan, yaitu memilih suatu alternatif kebijakan yang terbaik dalam

mengatasi masalah.

4. Implementasi kebijakan, yaitu suatu tahap dimana kebijakan telah

dilaksanakan oleh unit-unit eksekutor (birokrasi pemerintah) tertentu dengan

memobilisasikan sumber dana dan sumber daya lainnya.

5. Penilaian kebijakan, yaitu suatu proses untuk mengevaluasi/menilai sejauh

mana efektifitas dari kebijakan tersebut dalam implementasinya di lapangan.

Dengan kata lain apakah kebijakan tersebut sudah dapat dilaksanakan secara

efektif dan efisien dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dimasyarakat

dan sejauh mana kemajuan dalam pencapaian tujuan yang telah ditempuh.

2.3 Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana

pelaksana kebijakan melalui aktivitas atau kegiatan pada akhirnya akan

mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kegiatan itu

sendiri. Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

pelaksanaan dari suatu kebijakan pemerintah. Setelah sebuah kebijakan

dirumuskan dan disetujui, langkah berikutnya adalah bagaimana agar

kebijakan tersebut dapat mencapai tujuan. Implementasi dari suatu program

Page 35: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

22

melibatkan upaya-upaya policy maker untuk mempengaruhi perilaku birokrat

pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku

kelompok sasaran (Subarsono,2012: 87).

Kamus Webster (Wahab,2005: 135) merumuskan secara pendek

bahwa to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for

carrying out; (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give

practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu). Kalau

pandangan ini kita ikuti, maka implementasi kebijakan dapat dipandang

sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijakan (biasanya dalam

bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah

eksekutif, atau dekrit presiden).

Sedangkan Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab (2005: 136)

menjelaskan makna implementasi ini dengan menyatakan bahwa:

“memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program

dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian

implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-

kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman

kebijakan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk

mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak

nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian”.

Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya

menyangkut perilaku badan-badan administratif yang bertanggung jawab

untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok

sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik,

Page 36: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

23

ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi

perilaku dari semua pihak yang terlibat, dan yang pada akhirnya berpengaruh

terhadap dampak, baik yang diharapkan (intended) maupun yang tidak

diharapkan (spillover/negative effects).

Untuk memperkaya pemahaman tentang berbagai variabel yang

terlibat di dalam implementasi, terdapat beberapa model implementasi yaitu

sebagai berikut:

a) Model George C. Edwards III

Menurut Edwards dalam Subarsono (2012: 90), implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni:

1) Komunikasi yaitu keberhasilan implementasi kebijakan

mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus

dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus

ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga

akan mengurangi distorsi implementasi.

2) Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan

agar efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya

manusia dan sumber daya finansial.

3) Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh

implementor, seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis.

4) Struktur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi

kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap

organisasi adalah adanya prosedur operasi standar (standard

operating procedures atau SOP).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

mengimplementasikan suatu kebijakan sangat dipengaruhi oleh adanya

komunikasi yang jelas baik antar individu maupun lembaga yang terkait,

Page 37: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

24

pemenuhan sumber daya yang dibutuhkan, perilaku implementor yang baik,

serta struktur birokrasi yang dinamis artinya tidak kaku atau berbelit-belit.

b) Model Merilee S. Grindle

Keberhasilan implementasi suatu kebijakan menurut Grindle dalam

Subarsono (2012: 93) dipengaruhi oleh dua variabel yakni:

1) Isi kebijakan (content of policy) yang mencakup sejauhmana

kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi

kebijakan, jenis manfaat yang diterima oleh target groups,

sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, apakah

letak sebuah program sudah tepat, apakah sebuah kebijakan telah

menyebutkan implementornya dengan rinci, dan apakah sebuah

program didukung oleh sumber daya yang memadai.

2) Lingkungan kebijakan yang mencakup seberapa besar kekuasaan,

kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat,

karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa, tingkat

kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Isi kebijakan atau program akan berpengaruh pada tingkat

keberhasilan implementasi. Kebijakan kontroversial, kebijakan-kebijakan

yang dipandang tidak populis, kebijakan menghendaki perubahan besar,

biasanya akan mendapatkan perlawanan baik dari kelompok sasaran bahkan

mungkin dari implementornya sendiri yang mungkin merasa kesulitan

melaksanakan kebijakan tersebut atau merasa dirugikan. Kebijakan yang

memberikan manfaat kolektif atau pada banyak orang akan lebih mudah

diimplementasikan karena lebih mudah mendapatkan dukungan dari

kelompok sasaran atau masyarakat.

Page 38: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

25

Konteks di mana dan oleh siapa kebijakan tersebut diimplementasikan

juga akan berpengaruh pada tingkat keberhasilannya, karena seberapapun

baik dan mudahnya kebijakan dan seberapapun dukungan kelompok sasaran,

hasil implementasi tetap bergantung pada implementornya. Karakter dari

pelaksana akan mempengaruhi tindakan-tindakan pelaksana dalam

mengimplementasikan kebijakan karena pelaksana adalah individu yang tidak

mungkin bebas dari kepercayaan, aspirasi, dan kepentingan pribadi yang

ingin mereka capai.

Gambar 2.2

Model Implementasi Grindle

Sumber: Subarsono, 2012

Implementasi Kebijakan dipengaruhi oleh:

A. Isi Kebijakan

1) Kepentingan kelompok sasaran

2) Tipe manfaat

3) Derajat perubahan yang

diinginkan

4) Letak pengambilan keputusan

5) Pelaksanaan program

6) Sumberdaya yang dilibatkan

B. Lingkungan Implementasi

1) Kekuasaan kepentingan dan

strategi aktor yang terlibat

2) Karakteristik lembaga dan

penguasa

3) Kepatuhan dan daya tanggap

Hasil Kebijakan:

a. Dampak pada

masyarakat

individu dan

kelompok

b. Perubahan dan

penerimaan

masyarakat

Mengukur

keberhasilan

Program yang

dilaksanakan

sesuai rencana

Program aksi dan

program individu

yang didesain dan

didanai

Tujuan yang dicapai

Tujuan Kebijakan

Page 39: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

26

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

mengimplementasikan suatu kebijakan harus terlihat jelas isi dari suatu

kebijakan tersebut dan mampu melihat situasi lingkungan kebijakan dengan

mempertimbangkan berbagai aspek yang dapat mempengaruhi proses

implementasinya serta faktor pendukung yang dibutuhkan oleh pencapaian

tujuan.

d) Model Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Subarsono (2012: 94), ada

tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi,

yakni:

1) Karakteristik masalah (tractability of the problems). Masalah

publik dalam Subarsono (2012: 95) memiliki beberapa karakteristik

yaitu tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan, tingkat

kemajemukan dari kelompok sasaran, proporsi kelompok sasaran

terhadap total populasi, dan cakupan perubahan perilaku yang

diharapkan.

2) Karakteristik kebijakan (ability of statute to structure

implementation). Kebijakan politik dalam Subarsono (2012: 97)

memiliki beberapa karakteristik yaitu kejelasan isi kebijakan, seberapa

jauh kebijakan memiliki dukungan teoritis, besarnya alokasi sumber

daya finansial terhadap kebijakan tersebut, seberapa besar adanya

keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana, kejelasan

dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana, tingkat

komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan, dan seberapa luas akses

kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi

kebijakan.

3) Variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting

implementation). Lingkungan kebijakan publik dalam Subarsono

(2012: 98) memiliki beberapa karakteristik yaitu, kondisi sosial

ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi, dukungan

publik terhadap sebuah kebijakan, sikap dari kelompok pemilih

(Constituency Groups), dan tingkat komitmen dan keterampilan dari

aparat dan implementor.

Page 40: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

27

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

mengimplementasikan suatu kebijakan terlebih dahulu harus menganalisis

masalah yang ada untuk mengetahui mudah atau tidaknya masalah tersebut

diselesaikan. Setelah itu mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang

dibutuhkan dalam proses implementasinya dan lingkungan kebijakan yang

mempengaruhinya baik secara internal maupun eksternal.

Selain itu proses implementasi ini harus juga ditinjau menurut

tahapan-tahapannya dalam Agustino (2008: 102) yaitu:

1. Output-output kebijaksanaan (keputusan-keputusan) dari badan-

badan pelaksana.

2. Kepatuhan kelompok-kelompok sasaran terhadap keputusan

tersebut.

3. Dampak nyata keputusan-keputusan badan-badan pelaksana.

4. Persepsi terhadap dampak keputusan-keputusan tersebut.

5. Evaluasi sistem politik terhadap undang-undang baik berupa

perbaikan-perbaikan mendasar (upaya untuk melaksanakan

perbaikan) dalam muatan atau isinya.

Kesemua tahapan di atas seringkali digabung menjadi satu di bawah

pokok bahasan mekanisme umpan balik. Namun di sini terdapat dua proses

yang terpisah. Jika seseorang hanya tertarik pada persoalan sejauhmana

dampak nyata suatu implementasi program sejalan dengan tujuan-tujuan

program, maka yang penting diperhatikan hanyalah tiga tahap yang

disebutkan pertama, Kendatipun demikian, ada baiknya jika diperhatikan pula

evaluasi yang dilakukan oleh sistem politik terhadap undang-undang atau

Page 41: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

28

kebijaksanaan itu, dan hal ini tercakup dalam dua tahap yang disebut terakhir.

Masing-masing tahap tersebut dapat disebut sebagai titik akhir (end point)

atau variabel tergantung (Agustino,2008: 102).

d) Model Daniel S. Van Meter dan Carl E. Van Horn

Menurut Meter dan Horn dalam Subarsono (2012: 99) ada enam

variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni:

1) Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga

dapat direalisir.

2) Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya baik sumber

daya manusia maupun sumber daya non manusia.

3) Hubungan antar organisasi artinya sebuah program perlu

dukungan dan koordinasi dengan instansi lain.

4) Karakteristik agen pelaksana yaitu mencakup struktur birokrasi,

norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi,

yang akan mempengaruhi implementasi suatu program.

5) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang mencakup sumber daya

ekonomi lingkungan, kelompok kepentingan yang memberi

dukungan, karakteristik para partisipan, sifat opini publik.

6) Disposisi implementor yang mencakup respon implementor,

pemahaman terhadap kebijakan dan preferensi nilai yang dimiliki

oleh implementor.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

mengimplementasikan suatu kebijakan harus adanya kejelasan standar dan

sasaran kebijakan, pemenuhan sumber daya yang dibutuhkan, koordinasi

yang kuat baik antarindividu dalam suatu organisasi maupun dengan instansi

lain, disposisi implementor yang baik, dan kondisi lingkungan yang

mempengaruhinya.

Page 42: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

29

e) Model David L. Weimer dan Aidaan R. Vining

Menurut Weimer dan Vining dalam Subarsono (2012: 103), ada tiga

kelompok variabel besar yang dapat mempengaruhi keberhasilan

implementasi suatu program, yakni:

1) Logika dari suatu kebijakan yang dimaksudkan agar suatu

kebijakan yang ditetapkan masuk akal (reasonable) dan mendapat

dukungan teoritis.

2) Lingkungan tempat kebijakan dioperasikan akan mempengaruhi

keberhasilan implementasi yang mencakup lingkungan sosial, politik,

ekonomi, hankam, dan fisik atau geografis.

3) Kemampuan implementor artinya keberhasilan suatu kebijakan

dapat dipengaruhi oleh tingkat kompetensi dan keterampilan dari para

implementor kebijakan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

mengimplementasikan suatu kebijakan harus sesuai dengan logika artinya

apakah kebijakan itu masuk akal atau tidak untuk diterapkan, sehingga dapat

diterima oleh masyarakat di lingkungan tempat kebijakan tersebut

diimplementasikan. Oleh karena itu lingkungan juga dapat mempengaruhi

proses implementasi. Selain itu juga harus didukung oleh sumber daya

manusia yang berkualitas, artinya dituntut para implementor yang

berkompeten dalam menjalankan suatu kebijakan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model implementasi

Mazmanian dan Sabatier. Model implementasi Mazmanian dan Sabatier

memiliki tiga kelompok variabel yang mampu menjelaskan dan menjawab

permasalahan dalam Implementasi Peraturan Walikota Tangerang Nomor 18

Page 43: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

30

Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air

Limbah. Kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi

menurut Mazmanian dan Sabatier antara lain sebagai berikut:

1. Karakteristik masalah (tractability of the problems). Masalah publik

dalam Subarsono (2012: 95) memiliki beberapa karakteristik yaitu tingkat

kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan, tingkat kemajemukan

dari kelompok sasaran, proporsi kelompok sasaran terhadap total

populasi, dan cakupan perubahan perilaku yang diharapkan.

2. Karakteristik kebijakan (ability of statute to structure implementation).

Kebijakan politik dalam Subarsono (2012: 97) memiliki beberapa

karakteristik yaitu kejelasan isi kebijakan, seberapa jauh kebijakan

memiliki dukungan teoritis, besarnya alokasi sumber daya finansial

terhadap kebijakan tersebut, seberapa besar adanya keterpautan dan

dukungan antar berbagai institusi pelaksana, kejelasan dan konsistensi

aturan yang ada pada badan pelaksana, tingkat komitmen aparat terhadap

tujuan kebijakan, dan seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk

berpartisipasi dalam implementasi kebijakan.

3. Variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation).

Lingkungan kebijakan publik dalam Subarsono (2012: 98) memiliki

beberapa karakteristik yaitu, kondisi sosial ekonomi masyarakat dan

tingkat kemajuan teknologi, dukungan publik terhadap sebuah kebijakan,

sikap dari kelompok pemilih (Constituency Groups), dan tingkat

komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor

Page 44: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

31

2.4 Pengertian Perizinan

Menurut Sjachran Basah dalam Ridwan HR (2011: 198) izin

adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang

mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan

prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan. Sedangkan Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas

berarti suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-

undangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan

tertentu yang secara umum dilarang. (Ridwan HR,2011: 199)

Terdapat istilah lain yang memiliki kesejajaran dengan izin, yaitu:

a. Dispensasi ialah keputusan administrasi negara yang membebaskan

suatu perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan

tersebut. Sehingga suatu peraturan undang-undang menjadi tidak

berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa (relaxation legis).

b. Lisensi adalah suatu izin yang memberikan hak untuk

menyelenggarakan suatu perusahaan. Lisensi digunakan untuk

menyatakan suatu izin yang memperkenankan seseorang untuk

menjalankan suatu perusahaan dengan izin khusus atau istimewa.

c. Konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang

besar di mana kepentingan umum terlibat erat sekali sehingga

sebenarnya pekerjaan itu menjadi tugas dari pemerintah, tetapi oleh

pemerintah diberikan hak penyelenggaraannya kepada

konsesionaris (pemegang izin) yang bukan pejabat pemerintah.

Page 45: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

32

Bentuknya dapat berupa kontraktual atau kombinasi antara lisensi

dengan pemberian status tertentu dengan hak dan kewajiban serta

syarat-syarat tertentu.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa izin adalah

salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam bidang

administrasi negara. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis

untuk mengemudikan tingkah laku para warga agar tidak menyimpang dari

peraturan perundang-undangan.

2.5 Pengertian Limbah

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah adalah sisa suatu

usaha dan/atau kegiatan. Dapat dikatakan juga bahwa limbah adalah buangan

yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki

lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Tingkat bahaya keracunan

yang disebabkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah,

baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Limbah yang mengandung bahan pencemar akan mengubah

kualitas lingkungan, bila lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan

kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada padanya. Oleh karena itu

sangat perlu diketahui sifat limbah dan komponen bahan pencemar yang

terkandung di dalam limbah tersebut. Adapun jenis-jenis limbah adalah

menurut Andrianto (2002) adalah sebagai berikut:

Page 46: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

33

1. Limbah Cair

Limbah cair adalah buangan zat/bahan yang bersifat cair dari suatu

proses/kegiatan rumah tangga industri dan lain-lain. Limbah cair terdiri dari

sebagian besar air/bahan cair dengan sebagian partikel-partikel padat dari

bahan-bahan terlarut, baik organik maupun yang bukan organik

(Andrianto,2002: 102). Sebagai contoh limbah cair yang berasal dari rumah

tangga adalah tinja, air seni, sisa-sisa deterjen/sabun, sampah, pasir dan lain

lainnya, biasanya limbah cair ini berwarna atau keruh. Perlimbahan itu

banyak berbeda dalam konsentrasi dan komposisinya dari suatu tempat/kota

ke tempat/kota yang lain, disebabkan oleh perbedaan-perbedaan yang nyata

dalam kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang berbeda-beda sifat makanan

mereka dan pemakaian air per kapita. Pelimbahan pada kota-kota non industri

kebanyakan terdiri dari sampah domestik yaitu pembuangan air kotor dari

kamar-kamar mandi, kakus dan dapur. Kotoran-kotoran itu merupakan

campuran yang rumit dari zat-zat, bahan mineral dan organik dalam banyak

bentuk, termasuk partikel-partikel besar dan kecil benda padat, bahan-bahan

terlarut, bahan-bahan pembentuk koli. Selain benda-benda mati limbah cair

tadi juga mengandung kehidupan, biasanya dari biota renik terutama dari

virus, bakteri, protozoa, dan jamur; dengan demikian merupakan media untuk

kehidupan dari jasad renik tersebut.

Kebanyakan dari jasad renik tidak berbau hanya dapat berperan

sebagai perombak partikel-partikel yang ada pada limbah tadi. Tetapi

kadang-kadang ada di antara jasad renik tersebut yang potensial dapat

Page 47: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

34

menyebabkan penyakit. Limbah cair dari berbagai industri, kegiatan

perdagangan serta limbah cair dari rumah tangga/hunian sangat bervariasi,

sehingga penanganannya dan peralatannya tentu juga bervariasi sesuai

dengan kebutuhannya.

2. Limbah Padat/Sampah

Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk

limbah yang terdapat di lingkungan. Menurut American Public Health

Association, sampah (waste) diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan,

tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari

kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Sumantri,2015: 62).

Benda-benda padat dari yang berupa sisa proses industri, kegiatan

perdagangan, rumah tangga dan lain-lain dapat berbentuk bahan organik

maupun anorganik. Zat organik dalam sampah dapat terdiri dari bahan-bahan

nitrogen/protein karbohidrat, lemak dan sabun, yang bersifat dapat berubah

dan menjadi busuk yang mnegeluarkan bau yang tidak sedap atau busuk.

Setiap bahan membutuhkan waktu proses perombakan yang berbeda-beda.

Hal inilah yang memerlukan pembenaran penanganan pembuangan

dan atau pengolahannya sehingga timbunan sampah tidak semakin

menumpuk akibat kesulitan tempat pembuangannya dan sangat mengganggu

lingkungan di sekitarnya. Keanekaragaman sampah/limbah menyebabkan

perlunya berbagai macam peralatan dan cara-cara penanganan serta perlunya

koordinasi antarsektor serta masyarakat dalam penganggulangannya secara

terpadu.

Page 48: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

35

3. Limbah B3

Kehidupan modern ditandai dengan meningkatnya industrialisasi,

intensifikasi pertanian, transportasi yang nyaman dan cepat, dan kebutuhan

energi yang meningkat tajam. Kesemuanya ini memberikan kenyamanan dan

kesejahteraan kehidupan masyarakat modern, tetapi perlu diperhatikan juga

adanya dampak negatif yang menyertai perkembangan-perkembangan ini.

Salah satu dampak negatif tersebut adalah terbentuknya limbah bahan

berbahaya dan beracun (limbah B3).

Limbah bahan berbahaya dan beracun (Limbah B3) adalah bahan

sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi; yang mengandung bahan

berbahaya dan/atau beracun, yang karena sifat dan/atau konsentrasinya

dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat

merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan

kesehatan manusia. Bahan sisa pada suatu kegiatan antara lain adalah bahan

sisa yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan

kegiatan lain. Sedangkan limbah B3 pada kegiatan tersebut antara lain adalah

bahan baku yang bersifat berbahaya dan beracun yang tidak digunakan

karena rusak, sisa pada kemasan, tumpahan, sisa proses, dan lain-lain.

Menurut Noegrohati (1995), pemeliharaan dan pelestarian

lingkungan adalah suatu keharusan dalam pembangunan berwawasan

lingkungan. Dalam masyarakat modern ini, terbentuknya limbah B3 tidak

dapat dihindari, tetapi dengan pengelolaan yang baik, pencegahan limbah B3

masuk ke dalam lingkungan dapat dilaksanakan (Andrianto,2002: 106).

Page 49: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

36

4. Limbah Gas

Limbah gas yang berupa gas dapat berasal dari rumah tangga,

transportasi, industri dan lain-lain, yang pada volume tertentu dapat

mengganggu lingkungan, bahkan dapat meracuni makhluk hidup yang ada

atau menyebabkan pencemaran. Seperti gas CO, CO2 dapat meracuni atau

menyebabkan kematian dari binatang dan manusia, serta menjadi penyebab

efek rumah kaca. Gas CO dan CO2 sangat banyak dihasilkan dari pembakaran

yang dilakukan di rumah tangga, kendaraan-kendaraan bermotor dan industri.

Gas sulfur yang dikeluarkan bersama dengan asap dari suatu pabrik

atau kegiatan lain dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Gas sulfur

dengan air akan menjadi asam sulfat (H2SO4), yang dapat merusak tumbuhan

dan menyebabkan keasaman pada tanah serta perairan (Andrianto,2002: 114).

Limbah gas yang bercampur debu dapat menyebabkan

berkurangnya intensitas matahari dan akan mengganggu proses fotosintesa

pada tumbuhan, kehidupan tumbuhan akan merana/mati, sehingga rantai

makanan akan terganggu pula. Limbah gas dapat menyebabkan penyakit

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan beberapa penyakit yang lain.

Volume konsentrasi dan komposisi dari gas buangan sangat bervariasi,

tergantung pada macam kegiatannya.

2.6 Klasifikasi Limbah Cair

Sumantri (2015) dalam bukunya yang berjudul Kesehatan Lingkungan

mengklasifikasikan air limbah berdasarkan sumber penghasilnya, yaitu:

Page 50: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

37

1. Air Limbah Rumah Tangga (ALRT)

Air limbah rumah tangga (ALRT) merupakan air limbah yang berasal dari

pemukiman penduduk. Pada dasarnya air limbah rumah tangga terdiri dari

tiga fraksi penting diantaranya:

a. Tinja (faeces) berpotensi mengandung mikroba pathogen

(contohnya: Bakteri e.coli).

b. Air seni (urine) umumnya mengandung nitrogen dan fosfor, serta

kemungkinan kecil mikroorganisme.

c. Greywater merupakan air limbah domestik yang berasal dari

dapur, air bekas cuci pakaian, dan air mandi (bukan dari toilet),

sedangkan blackwater adalah istilah yang digunakan untuk air

limbah yang mengandung kotoran manusia.

2. Air Limbah Industri (ALI)

Air limbah industri (ALI) merupakan hasil sisa dari produksi, air limbah

industri umumnya terjadi sebagai akibat adanya pemakaian air dalam

proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi

tergantung dari bahan baku yang digunakan oleh industri tersebut. Antara

lain: nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, zat pewarna, mineral, dan logam

berat. Oleh sebab itu, dampak yang diakibatkannya juga sangat bervariasi,

bergantung kepada zat-zat yang terkandung di dalamnya (Sumantri,2015:

87)

Sesuai dengan zat-zat yang terkandung di dalam air limbah ini,

maka air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan

Page 51: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

38

berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara

lain:

a. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit,

terutama: kholera, typhus abdominalis, desentri baciler.

b. Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme patogen.

c. Menjadi tempat-tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat

hidup larva nyamuk.

d. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak

sedap.

e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan

lingkungan hidup lainnya.

f. Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan

tidak nyaman dan sebagainya.

2.7 Teknologi Proses Pengolahan Air Limbah

Pengolahan air limbah bertujuan untuk mengurangi dampak negatif

terhadap lingkungan dilakukan dengan mengurangi jumlah dan kekuatan

air limbah sebelum dibuang ke perairan penerima. Tingkat pengurangan

yang diperlukan dapat diperkirakan berdasarkan data karakteristik air

limbah dan persyaratan baku mutu lingkungan yang berlaku.

Pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun

dengan bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya

dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi yang digunakan untuk

mengolah air limbah secara alamiah. Kolam stabilisasi sangat

Page 52: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

39

direkomendasikan untuk pengolahan air limbah di daerah tropis dan

negara berkembang sebab biaya yang diperlukan untuk membuatnya

relatif murah tetapi membutuhkan area yang luas dan retention time yang

cukup lama (biasanya 20-50 hari). Kolam stabilisasi yang umum

digunakan adalah kolam anaerobik (anaerobic pond), kolam fakultatif

(facultative pond) dan kolam maturasi (aerobic/maturation pond). Kolam

anaerobik biasanya digunakan untuk mengolah air limbah dengan

kandungan bahan organik yang sangat pekat, sedangkan kolam maturasi

biasanya digunakan untuk memusnahkan mikroorganisme patogen di

dalam air limbah (Sumantri,2015: 93).

Jika pengurangan air limbah dari sumbernya sudah dilakukan

secara optimal, maka air limbah yang terpaksa tetap dihasilkan selanjutnya

harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Tujuan

pengolahan air limbah ini adalah untuk mengurangi kandungan pencemar

air sehingga mencapai tingkat konsentrasi dan bentuk yang lebih

sederhana dan aman jika terpaksa dibuang ke badan air di lingkungan.

Proses pengurangan kandungan zat pencemar ini dapat dilakukan melalui

tahapan penguraian:

1. Proses Alamiah

Tanpa bantuan tangan manusia dalam mengolah limbah yang

mengandung pencemar, alam sendiri memiliki kemampuan untuk

memulihkan kondisinya sendiri atau yang disebut “self purification”.

Alam memiliki kandungan zat yang mampu mendegradasi pencemar

Page 53: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

40

dalam air limbah menjadi bahan yang lebih aman dan mampu diterima

alam itu sendiri, diantaranya mikroorganisme. Waktu yang diperlukan

akan sangat tergantung dari tingkat pencemarannya yang otomatis

berkorelasi dengan tingkat kepadatan penduduk. Jika kepadatan penduduk

meningkat maka pencemaran pun akan semakin meningkat sehingga

proses alam untuk membersihkan dirinya sendiri akan memakan waktu

yang sangat lama. Kondisi tersebut akan menimbulkan penumpukan beban

limbah sesuai dengan batas kemampuan alam untuk dapat melakukan

pembersihan sendiri (self-purification) jauh lebih rendah dibanding dengan

jumlah pencemar yang harus didegradasi.

2. Sistem Pengolahan Air Limbah

Jika kapasitas alam sudah tidak sebanding dengan beban pencemar,

maka langkah yang harus ditempuh adalah dengan cara mengolah air

limbah tersebut dengan rangkaian proses dan operasi yang mampu

menurunkan dan mendegradasi kandungan pencemar sehingga air limbah

tersebut aman jika dibuang ke lingkungan. Air limbah yang berasal dari

aktivitas domestik, kandungan zat organik merupakan zat yang paling

dominan terkandung di dalamnya, pengolahan yang dapat dilakukan

berupa teknologi yang sederhana dan murah seperti cubluk kembar sampai

pada pengolahan air limbah komunal menggunakan teknologi pengolahan

yang mutakhir.

Page 54: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

41

Menurut Kasmidjo (1995) dalam Andrianto (2002: 134) jika

modifikasi proses dan pemanfaatan limbah cair tidak dapat diterapkan,

maka konsep penanganan limbah berlalu secara umum untuk segala

macam limbah, termasuk limbah cair agroindustri. Ada tiga tahapan

perlakuan penanganan limbah cair, yaitu primary treatment, secondary

treatment dan tertiary treatment.

1) Primary Treatment

Primary treatment adalah suatu cara pemisahan bahan pencemar

padat dari limbah dengan operasi fisikawi (Andrianto, 2002:134).

Pengolahan pertama (primary treatment) bertujuan untuk memisahkan

padatan dari air secara fisik. Hal ini dapat dilakukan dengan melewatkan

air limbah melalui saringan (filter) dan/atau bak sedimentasi

(sedimentation tank).

a. Penyaringan (Filtration)

Penyaringan bertujuan untuk mengurangi padatan maupun lumpur

tercampur dan partikel koloid dari air limbah dengan melewatkan air

limbah melalui media yang porous. Hal ini perlu dilakukan sebab polutan

tersebut (padatan, lumpur tercampur dan partikel koloid) yang

menyebabkan sedimentasi bagi badan air penerima. Selain itu, polutan

tersebut dapat merusak peralatan pengolahan limbah yang lain seperti

pompa serta efisiensi dari alat pengolah lainnya.

Pengoperasian alat filtrasi biasanya dibagi menjadi dua aktivitas,

yakni penyaringan polutan dan pembersihan alat filtrasi tersebut (disebut

Page 55: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

42

juga backwashing). Beberapa alat filtrasi yang banyak digunakan adalah

saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, saringan multimedia, percoal

filter, microstaining, dan vacuum filter.

b. Pengendapan (Sedimentation)

Pengendapan dapat terjadi karena adanya kondisi yang sangat

tenang. Bahan kimia dapat ditambahkan untuk menetralkan keadaan atau

meningkatkan pengurangan dari partikel yang tercampur. Adanya

pengendapan ini, maka akan mengurangi kebutuhan oksigen pada proses

pengolahan biologis berikutnya dan pengendapan yang terjadi adalah

pengendapan secara gravitasi.

Waktu yang diperlukan untuk mengalir dari titik inlet ke titik outlet

agar terjadi proses pengendapan secara bertahap dan sempurna disebut

waktu tinggal (detention time). Untuk mempercepat proses pengendapan

ini, sering ditambahkan bahan koagulan seperti alum (tawas). Dalam

industri dikenal istilah rapid mixing dan slow mixing.

2) Secondary Treatment

Pengolahan kedua (secondary treatment) yang bertujuan

mengkoagulasikan dan menghilangkan koloid serta untuk menstabilisasi

zat organik dalam air limbah. Khusus untuk limbah domestik, tujuan

utamanya adalah mengurangi bahan organik dan dalam banyak hal juga

menghilangkan nutrisi seperti nitrogen dan fosfor. Proses penguraian

Page 56: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

43

bahan organik dilakukan oleh mikroorganisme secara aerobik atau

anaerobik.

a. Proses Aerobik

Dalam proses aerobik, penguraian bahan organik oleh

mikroorganisme dapat terjadi dengan kehadiran oksigen sebagai electron

acceptor dalam air limbah. Proses aerobik biasanya dilakukan dengan

bantuan lumpur aktif (activated sludge), yaitu lumpur yang banyak

mengandung bakteri pengurai. Hasil akhir adalah karbon dioksida, uap air

serta excess sludge.

b. Proses Anaerobik

Dalam proses anaerobik zat organik diuraikan tanpa kehadiran

oksigen. Hasil akhir yang dominan dari proses anaerobik adalah biogas

(campuran metana dan karbon dioksida), uap air serta sedikit excess

sludge. Aplikasi terbesar sampai saat ini adalah stabilisasi lumpur dari

Instalasi Pengolahan Air Limbah serta pengolahan beberapa jenis air

limbah industri.

3) Tertiary Treatment

Pengolahan ketiga (tertiary treatment) yang merupakan kelanjutan

dari pengolahan kedua. Pengolahan ini untuk menghilangkan nutrisi atau

unsur hara khususnya nitrat dan posfat. Pada tahapan ini dapat dilakukan

pemusnahan mikroorganisme patogen dengan penambahan Chlor pada air

limbah (Sumantri,2015:100).

Page 57: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

44

2.8 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini peneliti memaparkan dua penelitian terdahulu

yang dapat dijadikan salah satu data pendukung yang menurut peneliti dapat

dijadikan acuan karena relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas

dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu yang dijadikan

acuan adalah terkait dengan proses perizinan. Berikut ini adalah penelitian

terdahulu yang peneliti baca.

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Santi Aditya dari Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2011 dengan judul Pelaksanaan Izin

Pembuangan Limbah Cair pada Industri Perak di Kota Gede. Temuan dalam

penelitian ini adalah Kota Gede sebagai daerah penghasil kerajinan perak

selain dapat membantu perekonomian masyarakat serta mengurangi jumlah

pengangguran di wilayah tersebut juga menghasilkan limbah cair yang dapat

mengancam kerusakan lingkungan. Limbah cair yang dikeluarkan dari

industri perak menyebabkan pencemaran lingkungan yang dapat mengganggu

kelangsungan hidup atau lingkungan. Gangguan-gangguan dari industri

tersebut dapat menyebabkan ketergantungan kesehatan manusia, seperti

sulitnya mendapatkan udara dan air yang bersih karena sudah tercemar.

Perbedaan antara penelitian yang dilakukan Santi Aditya (2011) dari

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan penelitian ini terletak pada

lokus/tempat dilakukannya penelitian. Pada penelitian ini mengambil lokus di

Page 58: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

45

Kota Tangerang. Selain itu dalam penelitian ini membahas tentang tata cara

perizinan untuk pembuangan air limbah industri di Kota Tangerang.

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Amirudin Rohmat dari

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2013

dengan judul Pelaksanaan Pengaturan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan

Implikasinya terhadap Tata Ruang di Kabupaten Batang. Temuan dalam

penelitian ini adalah pembangunan sarana dan prasarana maupun infrastruktur

di Kabupaten Batang terasa kian kompleks sehingga perlu melakukan kajian

dan analisis terhadap perizinan yang menjadi tolak ukur prosedur mengenai

pembangunan itu sendiri. Prosedur yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah mengenai implikasi pengaturan IMB terhadap tata ruang di

Kabupaten Batang. Instansi atau pejabat pelaksana penerbitan IMB juga tidak

luput dari sorotan karena instansi pemerintah tersebutlah yang berkaitan

langsung dengan perizinan terhadap pembangunan yang dilaksanakan.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Amirudin Rohmat (2013)

dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan penelitian

ini adalah dalam penelitian ini membahas implementasi tata cara perizinan

pembuangan air limbah, sedangkan pada penelitian Amirudin Rohmat

membahas tentang perizinan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Page 59: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

46

2.9 Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir peneliti dalam sebuah

penelitian, untuk mengetahui bagaimana alur berpikir peneliti dalam

menjelaskan permasalahan penelitian maka dibuatlah kerangka berpikir

sebagai berikut:

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah bagaimana

implementasi tata cara perizinan pembuangan air limbah industri di Kota

Tangerang dengan berdasarkan pada Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun

2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah

di Kota Tangerang. Pada prinsipnya, peraturan ini dibuat agar terciptanya

lingkungan yang terbebas dari pencemaran air yang disebabkan oleh air

limbah yang dibuang tanpa pengolahan ke dalam suatu badan air. Selain itu,

untuk menerapkan kedisiplinan bagi setiap kegiatan usaha agar tidak

membuang limbah sebelum diolah terlebih dahulu. Tujuan pengolahan air

limbah ini adalah untuk mengurangi kandungan pencemar air sehingga

mencapai tingkat konsentrasi dan bentuk yang lebih sederhana dan aman jika

terpaksa dibuang ke badan air di lingkungan.

Namun berdasarkan observasi awal, peneliti menemukan beberapa

permasalahan seperti meningkatnya jumlah industri di Kota Tangerang yang

selain berdampak positif dengan adanya penyerapan tenaga kerja dan

peningkatan pendapatan asli daerah juga berdampak buruk dengan

pencemaran lingkungan yang ditimbulkan akibat limbah cair industri. Sungai-

Page 60: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

47

sungai di Kota Tangerang sebagian besar sudah tercemar yang diakibatkan

dari limbah cair industri yang dibuang sembarangan serta tidak diolah terlebih

dahulu. Kurangnya tingkat ketaatan pelaku industri dalam hal pengolahan air

limbah hasil kegiatan mereka juga menjadi salah satu penyebab pencemaran

air yang terjadi di Kota Tangerang. Kemudian masih banyaknya industri yang

belum memiliki Izin Pembuangan Air Limbah sendiri, air limbah perlu diolah

serta dikelola terlebih dahulu sehingga limbah tersebut bersifat mendekati

netral dan tidak berbahaya terhadap lingkungan hidup.

Penelitian ini melihat kesesuaian permasalahan Implementasi

Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan

Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang dengan

menggunakan model implementasi kebijakan Mazmanian dan Sabatier yang

mengkaji tiga dimensi, yaitu:

1) Karakteristik masalah yang secara garis besar menjelaskan tentang mudah

atau tidaknya masalah yang akan digarap. Sub dimensinya terdiri dari

kesulitan teknis, keragaman perilaku kelompok sasaran, totalitas kelompok

sasaran dan ruang lingkup perubahan perilaku.

2) Karakteristik kebijakan yang secara garis besar menjelaskan tentang

kemampuan kebijakan dalam menstrukturkan proses implementasi. Sub

dimensinya terdiri dari kejelasan dan konsistensi tujuan. Sumber daya, akses

formal pihak luar, keterpaduan hierarki badan pelaksana, rekruitmen pejabat

pelaksana dan aturan keputusan dari badan pelaksana.

Page 61: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

48

3) Karakteristik lingkungan kebijakan yang secara garis besar menjelaskan

tentang dimensi diluar kebijakan yang dapat mempengaruhi proses

implementasi. Sub dimensinya terdiri dari kondisi sosial, ekonomi dan

teknologi, dukungan politik terhadap kebijakan, sikap dan sumber yang

dimiliki masyarakat, serta komitmen dan keterampilan pejabat pelaksana.

Adapun struktur kerangka berpikir yang peneliti buat sebagai acuan

dalam melakukan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Page 62: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

49

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Peraturan Walikota Tangerang Nomor 18 Tahun 2010

tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan

Pemanfaatan Air Limbah

Identifikasi Masalah:

1. Pemerintah Kota Tangerang tidak memiliki data-data yang memadai

terkait jumlah industri di Kota Tangerang, khususnya data jumlah

industri skala kecil atau disebut juga home industry

2. Sungai Cisadane di Kota Tangerang sudah tercemar oleh air limbah

industri yang dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu.

3. Tingkat ketaatan pelaku industri terhadap ketentuan peraturan

lingkungan hidup relatif rendah.

(Sumber: Peneliti, 2018)

Implementasi Kebijakan Model

Mazmanian dan Sabatier

1. Karakteristik masalah

2. Karakteristik kebijakan

3. Lingkungan kebijakan

(Subarsono,2012: 94)

Implementasi Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010

tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air

Limbah di Kota Tangerang berjalan dengan optimal

Page 63: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

50

2.10 Asumsi Dasar

Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas

serta observasi awal yang telah dilakukan, maka peneliti berasumsi bahwa

Implementasi Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara

Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang

belum berjalan dengan optimal.

Page 64: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

51

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Istilah metode penelitian dipahami sebagai cara yang paling efektif dan

efisien dalam melakukan penelitian sesuai dengan masalah yang dikaji. Penelitian

yang efektif dan efisien artinya penelitian tersebut dapat dipahami dan tidak

memerlukan waktu dan tenaga yang banyak. Maka dengan demikian metode

penelitian dapat dipahami sebagai tata cara bagaimana suatu penelitian

dilaksanakan. Sementara itu, Sugiyono (2012: 2) mendefinisikan bahwa metode

penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. Selanjutnya, dalam pengertian yang luas. Sugiyono

menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan

data yang valid, dengan tujuan untuk dapat ditemukan, dikembangkan, dan

dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan

untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.

Dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan Walikota Nomor 18

Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air

Limbah di Kota Tangerang, berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian,

maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Denzin dan

Lincoln dalam Moleong (2006: 5) menyatakan penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan

Page 65: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

52

fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode

yang ada.

Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata,

gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam

tentang bagaimana kenyataan sosial yang terjadi dalam penelitian Implementasi

Peraturan Walikota No. 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perijinan Pembuangan

dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang. Dengan demikian, laporan

penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian

laporan penelitian.

3.2 Fokus Penelitian

Peneliti akan membatasi ruang lingkup materi kajian penelitian yang akan

dilakukan yakni mengenai implementasi tata cara perizinan pembuangan air

limbah industri di Kota Tangerang berdasarkan pada Peraturan Walikota Nomor

18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air

Limbah di Kota Tangerang.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di instansi di Kota Tangerang, yaitu di Dinas

Lingkungan Hidup serta beberapa industri yang terdapat di Kota Tangerang.

Page 66: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

53

3.4 Fenomena yang Diamati

3.4.1 Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan penarikan batasan yang menjelaskan suatu

konsep secara singkat, jelas, dan tegas. Definisi konseptual bertujuan untuk

memberikan pemahaman yang sama antara penulis dan pembaca mengenai suatu

konsep yang terdapat pada sebuah penelitian. Konsep-konsep yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu:

1) Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan suatu proses melaksanakan keputusan

kebijakan (biasanya dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah,

keputusan peradilan, perintah eksekutif, atau dekrit presiden) yang

dilakukan oleh individu, kelompok tertentu, masyarakat, maupun

pemerintah dan swasta.

2) Perizinan

Perizinan adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang

mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan

prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan. Izin sebagai instrumen yuridis yang digunakan oleh pemerintah

untuk mengatur tingkah laku para warga agar sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Page 67: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

54

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah Implementasi Peraturan

Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan

Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang. Definisi operasional ini menjadi

jembatan antara konsep yang lebih bersifat teoritis dan pengamatan yang bersifat

empiris sehingga nantinya akan ditemukan titik temu hubungan antara satu

dengan yang lainnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitiatif,

oleh karena itu dalam penjelasan definisi operasional ini akan mengaitkan

fenomena maupun realitas sosial yang terjadi dengan konsep yang digunakan

yaitu tiga variabel menurut Mazmanian dan Sabatier yang mempengaruhi

implementasi kebijakan publik, yaitu:

1. Karakteristik masalah, yaitu mengamati tingkat kesulitan teknis dari

masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh air limbah industri

di Kota Tangerang.

2. Karakteristik kebijakan, mengamati kejelasan isi kebijakan, dalam hal ini

adalah Peraturan Walikota Tangerang Nomor 18 Tahun 2010 dan

bagaimana dukungan antar berbagai institusi pelaksana, kejelasan dan

konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana.

3. Variabel lingkungan, mengamati kondisi sosial ekonomi masyarakat Kota

Tangerang dan tingkat kemajuan teknologi, serta dukungan publik

terhadap sebuah kebijakan.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur variabel yang akan

diteliti. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

Page 68: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

55

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono,2012: 222).

Moleong (2006: 19) menyatakan bahwa pencari tahu alamiah (peneliti)

dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat

pengumpul data. Oleh karena itu, instrumen dalam penelitian adalah peneliti itu

sendiri dengan membuat pedoman wawancara dan pedoman observasi dalam

rangka mempermudah proses pengumpulan dan analisis data. Peneliti harus

memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, dan data

menganalisis, memotret dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi

lebih jelas dan bermakna. Peneliti juga akan mampu menentukan kapan

penyimpulan data yang telah mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian

dihentikan.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam

penelitian kualitatif, pengumpulan datanya tidak dibatasi oleh instrumen dan

peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data yang telah mencukupi,

data telah jenuh, dan penelitian dihentikan serta peneliti dapat langsung

melakukan pengumpulan data, menganalisis, melakukan refleksi secara terus

menerus, dan juga secara keseluruhan dapat membangun pemahaman yang tuntas

tentang sesuatu hal.

3.6 Informan Penelitian

Informan penelitian merupakan sumber data yang digunakan pada

penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,

tetapi oleh Spradley dalam Sugiyono (2012: 215) dinamakan “social situation”

Page 69: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

56

atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku

(actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Dalam

penelitian mengenai Implementasi Peraturan Walikota No. 18 Tahun 2010 tentang

Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota

Tangerang, penentuan informannya menggunakan teknik Purposive Sampling

(sampel bertujuan).

Menurut Soehartono (2004: 63) purposive sampling merupakan

pengambilan sampel berdasarkan tujuan, dalam teknik ini atau siapa yang akan

ambil anggota sampel diserahkan pada pertimbangan pengumpulan data yang

menurut dia sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Jadi, pengumpulan data

diberi penjelasan oleh peneliti dan diambil siapa saja yang menurut peneliti sesuai

dengan maksud dan tujuan penelitian yang artinya hanya informan tertentu saja

yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini. Di samping itu, beberapa data

sekunder yang terkait juga digunakan secara optimal guna dapat dianalisis rupa

sehingga mendapatkan hasil optimal.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

Page 70: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

57

TABEL 3.1

Informan Penelitian

No.

Informan

Keterangan

1. Masyarakat

Key Informan

2. Lembaga Swadaya Masyarakat Key Informan

3. PT. Mayora Indah, Tbk Key Informan

4. Konsultan Lingkungan Hidup Key Informan

5.

Kepala Bidang Penataan dan Peningkatan

Kapasitas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup

Kota Tangerang

Secondary Selection

6.

Kepala Seksi Pengendalian Kerusakan

Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota

Tangerang

Secondary Selection

7. Kepala Seksi Pemantauan Kualitas Lingkungan

Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Secondary Selection

8. Staf Pelaksana Penegakan Hukum Lingkungan

Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Secondary Selection

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono,2012: 224). Dalam

penelitian ini, teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah:

Page 71: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

58

3.7.1 Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung diberikan oleh

narasumber kepada peneliti. Data ini diperoleh melalui kegiatan:

1. Observasi

Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk

melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan disini diartikan

lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang

berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono,2004: 69). Tujuan

menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, dan

sebagainya. Faisal dalam Sugiyono (2009: 226) yang mengklasifikasikan

observasi sebagai berikut:

a. Observasi berpartisipasi (participant observation)

b. Observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation

and convert observation), dan

c. Observasi yang tidak terstuktur (unstructured observation)

Berdasarkan pengklasifikasian observasi di atas, observasi yang dilakukan

peneliti dalam penelitian ini adalah observasi terang-terangan, di mana peneliti

dalam melakukan pengumpulan data menyatakan tujuan serta maksud kepada

sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian agar pihak-pihak yang

diteliti mengetahui tujuan peneliti. Sehingga diharapkan data yang diperoleh

merupakan data yang akurat sesuai dengan apa yang dibutuhkan peneliti.

Page 72: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

59

2. Wawancara

Wawancara (interview) untuk keperluan penelitian berbeda dengan

percakapan sehari-hari. Wawancara biasanya dimaksudkan untuk memperoleh

keterangan, pendirian, pendapat secara lisan dari seseorang (yang lazim disebut

responden) dengan berbicara langsung (face to face) dengan orang tersebut.

Dengan demikian, wawancara berbeda dengan ngobrol, bercakap-cakap, dan

beramah-tamah (Suyanto dan Sutinah,2004: 69). Wawancara merupakan bagian

dari metode kualitatif. Dalam metode kualitatif ini dikenal dengan teknik

wawancara mendalam (in-depth interview). Wawancara mendalam adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara di

mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif

lama (Sutopo,2006: 72). Dalam wawancara mendalam dilakukan penggalian

secara mendalam terhadap satu topik yang telah ditentukan berdasarkan tujuan

dan maksud diadakan wawancara tersebut dengan menggunakan pertanyaan

terbuka.

Estenberg dalam Sugiyono (2012: 233) mengemukakan tiga jenis

wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur.

a) Wawancara terstruktur (structured interview), digunakan sebagai

teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan

pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

b) Wawancara semistruktur (semistructure interview), sudah termasuk

dalam kategori in-depth interview yang pelaksanaannya lebih

bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.

Page 73: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

60

c) Wawancara tidak terstruktur (unstructured interview), merupakan

wawancara yang bebas dan peneliti tidak menggunakan pedoman

wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara yang terstruktur.

Peneliti telah menyusun pedoman wawancara yang mencakup serangkaian

pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam rangka mendapatkan penjelasan

masalah dari penelitian yang sedang dilakukan. Dalam wawancara ini, setiap

responden akan diberikan pertanyaan masing-masing sesuai dengan indikator-

indikator Implementasi Kebijakan Publik menurut Mazmanian dan Sabatier.

Page 74: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

61

TABEL 3.2

Pedoman Wawancara

No

Dimensi

Kisi-Kisi Pertanyaan

Informan

1 Karakteristik

Masalah

a) Kesulitan teknis dalam

mengatasi pencemaran sungai

di Kota Tangerang

b) Keragaman perilaku masyarakat

dalam menyikapi permasalahan

pencemaran akibat limbah cair

industri

c) Ruang lingkup perubahan

perilaku masyarakat yang

diharapkan

I1, I2, I3, I4,I5,

I6

2 Karakteristik

Kebijakan

a) Tujuan kebijakan dalam

pengelolaan air limbah industri

b) Sumber daya yang dibutuhkan

dalam mengimplementasikan

suatu kebijakan

c) Lembaga pemerintah yang

terkait dalam implementasi

kebijakan

d) Koordinasi antar dinas dalam

mengimplementasikan

kebijakan

e) Akses kelompok luar untuk

berpartisipasi dalam

implementasi kebijakan

I5, I6, I7, I8,

3 Lingkungan

Kebijakan

a) Kondisi sosial, ekonomi

masyarakat dan kemajuan

ekonomi

b) Dukungan masyarakat terhadap

sebuah kebijakan

c) Sikap dan sumber yang dimiliki

masyarakat dalam

mempengaruhi suatu kebijakan

d) Komitmen dan keterampilan

para implementor

I1, I2, I3, I4, I5,

I6, I7, I8

Page 75: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

62

3.7.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh melalui

kegiatan studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai data yang diteliti

1. Studi Kepustakaan

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-

buku referensi, laporan-laporan, majalah-majalah, jurnal-jurnal ilmiah

yang berkaitan dengan obyek penelitian.

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi (Soehartono,2004: 70) merupakan teknik pengumpulan

data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Studi

dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono,2012: 240). Hasil dari

observasi dan wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya apabila

didukung oleh foto-foto.

Selanjutnya, supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan

peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber

data, maka diperlukan alat-alat sebagai berikut:

1. Buku catatan : berfungsi untuk mencatat semua

percakapan dengan sumber data.

2. Alat perekam : berfungsi untuk merekam semua

percakapan atau pembicaraan.

Page 76: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

63

3. Kamera : untuk memotret kalau peneliti sedang

melakukan pembicaraan dengan informan/sumber data. Dengan

adanya foto ini, maka dapat meningkatkan keabsahan

penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul

melakukan pengumpulan data.

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terbagi atas data

primer dan data sekunder. Data primer berupa data dalam bentuk verbal atau kata-

kata yang diucapkan secara lisan oleh subyek penelitian atau informan penelitian.

Dalam hal ini data primer diambil melalui wawancara (interview). Sedangkan data

sekunder adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yang

menunjang data primer. Oleh karena itu, dalam penelitian ini data sekunder

diperoleh melalui hasil observasi yang telah didokumentasikan dalam bentuk foto-

foto serta data-data hasil dari studi pustaka yang berkaitan dengan masalah yang

ada di dalam penelitian ini.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Pekerjaan

analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,

memberi kode, dan mengkategorisasikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan

data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya

diangkat menjadi teori substantif (Moleong,2006: 281).

Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan

Huberman yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas analisis data

Page 77: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

64

dalam model Miles dan Huberman terdiri dari reduksi data (data reduction),

penyajian data (data display), dan kesimpulan-kesimpulan yang terdiri dari

penarikan/verifikasi (conclusion drawing/verification). Proses dari analisis data

tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Analisis Data Model Miles dan Huberman

Sumber: Sugiyono, 2012

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti akan

melakukan kegiatan berulang secara terus menerus. Ketiga hal tersebut

merupakan sesuatu yang saling berkaitan dan mendukung pada saat sebelum,

selama, dan sesudah pengumpulan data. Ketiga hal itu dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistemik dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan. Proses pengumpulan data dapat dilakukan

Pengumpulan

Data

Penyajian

Data

Kesimpulan:

Penarikan/Verifikasi Reduksi Data

Page 78: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

65

dengan berbagai macam cara melalui wawancara, pengamatan, observasi, dan

dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan untuk mencapai tujuan penelitian.

b. Reduksi Data (Data Reduction)

Dalam melakukan proses pengumpulan data dari berbagai sumber, tentunya

akan sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama peneliti

berada di lapangan, maka data yang didapatkan akan semakin kompleks dan

rumit, sehingga apabila tidak segera diolah akan dapat menyulitkan peneliti. Oleh

karena itu, proses analisis data pada tahap ini juga harus dilakukan. Untuk

memperjelas data yang didapatkan dan mempermudah peneliti dalam

pengumpulan data selanjutnya, maka dilakukan reduksi data. Reduksi data dapat

diartikan sebagai kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan (Sugiyono,2012: 247).

c. Penyajian Data (Data Display)

Langkah penting selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif adalah

penyajian data. Secara sederhana penyajian data dapat diartikan sebagai

sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data

dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

Page 79: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

66

flowchart dan sejenisnya. Namun pada penelitian ini, penyajian data yang peneliti

lakukan adalah dalam bentuk teks narasi, hal ini seperti yang dikatakan oleh Miles

dan Huberman, “the most frequent form of display data for qualitative research

data in the past has been narrative text” (yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif). Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan bagan dalam penyajian

datanya. Penyajian data yang baik merupakan salah satu cara yang utama bagi

analisis kualitatif yang valid, semuanya disusun guna menggabungkan informasi

sehingga dapat ditarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.

d. Verifikasi (Verification)

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya

masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat

berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Dari awal

pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti hubungan-hubungan, mencatat

keteraturan, pola-pola, dan menarik kesimpulan. Kesimpulan yang dikemukakan

diawal masih bersifat sementara, dan akan terus berubah selama proses

pengumpulan data masih terus berlangsung. Akan tetapi, apabila kesimpulan

tersebut didukung oleh data yang valid dan konsisten yang peneliti temukan di

lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.

Page 80: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

67

3.9 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data

Menurut Sugiyono (2012: 267), validitas adalah derajat ketepatan

antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan

oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda

antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan yang sesungguhnya terjadi pada

obyek penelitian. Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal

yang berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang

dicapai, dan validitas eksternal yang berkenaan dengan derajat akurasi apakah

hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi di mana

sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif, instrumen penelitian

valid dan reliable, cara mengumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian

akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.

Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data

atau temuan. Dalam penelitian kuantitatif, reliabilitas berkenaan dengan

konsistensi data, di mana bila terdapat peneliti yang melakukan penelitian pada

obyek yang sama, maka akan mendapatkan data yang sama. Sedangkan dalam

penelitian kualitatif tidak demikian, suatu realitas (social situation) bersifat

majemuk dan dinamis, sehingga tidak ada data yang bersifat konsisten dan

berulang seperti semula. Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, pada

penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu triangulasi dan membercheck.

a. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

Page 81: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

68

berbagai waktu (Sugiyono,2012: 273). Terdapat tiga jenis triangulasi,

yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan triangulasi sumber

dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh dari lapangan melalui beberapa

sumber. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Pengecekan dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara,

observasi, dan dokumentasi.

b. Membercheck

Langkah lainnya dalam proses kualitatif yaitu menggunakan

Membercheck. Membercheck adalah proses pengecekan data yang

diperoleh peneliti kepada pemberi data (Sugiyono,2012: 276).

Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan setelah satu periode

pengumpulan data selesai atau setelah mendapatkan suatu temuan atau

kesimpulan. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh

pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para

pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin

kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan

berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka

peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila

perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan

Page 82: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

69

harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi

tujuan membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan

digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud

sumber data atau informan.

3.10 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan

dilakukan proses penelitian (Sugiyono,2009: 286). Berikut ini merupakan jadwal

penelitian Implementasi Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata

Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang

Page 83: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

70

Tabel 3.2

Jadwal Penelitian

No. Kegiatan

Tahun

2016 2017-2018

Jun Jul Agu Sep Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

1. Observasi

Awal

2. Pengurusan

Perizinan

3. Tahap

Penyusunan

Proposal

4. Seminar

Proposal

5. Revisi

Proposal

6. Reduksi

Data

7. Penyusunan

laporan

akhir

8. Sidang

Skripsi

9. Revisi

Skripsi

Sumber : Peneliti, 2018

Page 84: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

71

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang

meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum mengenai

Kota Tangerang, serta gambaran umum mengenai Dinas Lingkungan Hidup Kota

Tangerang. Hal tersebut akan dijelaskan dibawah ini.

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang

Kota Tangerang yang terbentuk pada tanggal 28 Februari 1993 berdasarkan

Undang-Undang No. 2 Tahun 1993, secara geografis terletak pada posisi 106036’ –

106O42’ Bujur Timur (BT) dan 6

O6’ – 6

O13’ Lintang Selatan (LS), dengan luas

wilayah 184,24 km2 (termasuk luas Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19,69 km

2).

Secara administrasi Kota Tangerang terbagi menjadi 13 Kecamatan dan 104

Kelurahan. Luas wilayah Kota Tangerang sebesar 1,59% dari luas Provinsi Banten

yang merupakan wilayah terkecil kedua setelah Kota Tangerang Selatan.

Kota Tangerang memiliki visi dan misi sebagai berikut:

Visi :

Terwujudnya Kota Tangerang yang Maju

Page 85: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

72

Terwujudnya Kota Tangerang yang Mandiri

Terwujudnya Kota Tangerang yang Dinamis

Terwujudnya Kota Tangerang yang Sejahtera

Terwujudnya Masyarakat Akhakul Karimah

Misi :

Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, akuntabel, dan trasparan didukung

dengan struktur birokrasi yang berintegritas, kompeten dan professional

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing tinggi

Mengembangkan kualitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial

demi terwujudnya masyarakat yang berdaya saing di era globalisasi

Meningkatkan pembangunan sarana perkotaan yang memadai dan berkualitas

Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

yang bersih, sehat dan nyaman

Kota Tangerang berada pada ketinggian 10 - 30 meter di atas permukaan laut

(dpl), dengan bagian utara memiliki rata-rata ketinggian 10 meter dpl seperti

Kecamatan Neglasari, Kecamatan Batuceper, dan Kecamatan Benda. Sedangkan

bagian selatan memiliki ketinggian 30 meter dpl seperti Kecamatan Ciledug dan

Kecamatan Larangan.

Page 86: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

73

Adapun batas administrasi Kota Tangerang adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara: Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Sepatan Kabupaten

Tangerang.

Sebelah Selatan: Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang, Kecamatan

Serpong Utara dan Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.

Sebelah Timur : DKI Jakarta.

Sebelah Barat : Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.

Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang

(Sumber: SLHD Kota Tangerang Tahun 2016)

Letak Kota Tangerang yang berada di antara DKI Jakarta, Kota Tangerang

Selatan, dan Kabupaten Tangerang menjadikannya kota yang sangat strategis. Sesuai

Page 87: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

74

dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabotabek

(Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah satu daerah

penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta. Posisi strategis tersebut menjadikan

perkembangan Kota Tangerang berjalan dengan pesat. Pada satu sisi, menjadi daerah

limpahan dari berbagai kegiatan di Kota Jakarta, di sisi lainnya Kota Tangerang

menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai

daerah dengan sumber daya alam yang produktif.

Pesatnya perkembangan Kota Tangerang, didukung pula dari tersedianya

sistem jaringan transportasi terpadu dengan wilayah Jabodetabek, serta aksesibilitas

dan konektivitas berskala nasional dan internasional yang baik sebagaimana

tercermin dari keberadaan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Pelabuhan

Internasional Tanjung Priok, serta Pelabuhan Bojonegara sebagai gerbang maupun

outlet nasional. Kedudukan geostrategis Kota Tangerang tersebut telah mendorong

bertumbuhkembangnya aktivitas industri, perdagangan dan jasa yang merupakan

basis perekonomian Kota Tangerang saat ini.

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang

Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang mempunyai tugas membantu

Walikota melaksanakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup yang

menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan pada daerah

sesuai dengan visi, misi dan program Walikota sebagaimana dijabarkan dalam

Page 88: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

75

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Dinas Lingkungan Hidup Kota

Tangerang mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan urusan di bidang lingkungan hidup;

2. Pelaksanaan kebijakan sesuai dengan bidang lingkungan hidup;

3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang lingkungan hidup;

4. Pelaksanaan administrasi Dinas sesuai dengan bidang lingkungan hidup;

Pengelolaan UPT; dan

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan lingkup tugas

dan fungsinya.

Susunan organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang adalah sebagai

berikut:

a) Kepala Dinas

b) Sekretariat membawahkan: Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; Sub Bagian

Keuangan dan Sub Bagian Perencanaan.

Sekretariat mempunyai fungsi:

1. Penatausahaan urusan umum;

2. Penatausahaan urusan kepegawaian;

3. Penatausahaan urusan keuangan;

4. Pengoordinasian dalam penyusunan perencanaan Dinas;

5. Pengkoordinasian dalam pembangunan dan pengembangan e-government; dan

Page 89: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

76

6. Pengoordinasian pelaksanaan tugas Bidang-Bidang dan UPT di lingkungan

dinas.

c) Bidang Tata Lingkungan, membawahkan: Seksi Pengelolaan Limbah B3,

Seksi Kajian Dampak Lingkungan, dan Seksi Pemeliharaan Lingkungan.

Bidang Tata Lingkungan mempunyai fungsi:

1. Penyelenggaraan analisis dan evaluasi dampak lingkungan;

2. Penyelenggaraan pengelolaan dan penanganan limbah B3;

3. Penyelenggaraan upaya-upaya pengembangan kapasitas kelembagaan dan

sumber daya manusia di bidang pengendalian dampak lingkungan;

4. Penyelenggaraan penyuluhan dan upaya-upaya dalam rangka pelestarian

lingkungan hidup dan sumber daya alam serta keanekaragaman hayati; dan

5. Pelaporan.

d) Bidang Penaatan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup,

membawahkan: Seksi Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup;

Seksi Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Seksi Peningkatan Kapasitas

Lingkungan Hidup.

Bidang Penaatan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup mempunyai fungsi:

1. Penyelenggaraan upaya-upaya pembinaan dalam rangka mencegah terjadinya

pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup;

Page 90: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

77

2. Penyelenggaraan investigasi terhadap terjadinya pencemaran dan kerusakan

lingkungan hidup;

3. Penyelenggaraan upaya-upaya penegakan hukum lingkungan hidup;

4. Penyelenggaraan pembinaan dan peningkatan kompetensi aparatur dan

kelembagaan di bidang lingkungan hidup;

5. Koordinasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidang lingkungan

hidup sesuai permasalahan lingkungan hidup; dan

6. Pelaporan.

e) Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan,

membawahkan: Seksi Pemantauan Kualitas Lingkungan; Seksi Pengendalian

Pencemaran Lingkungan dan Seksi Pengendalian Kerusakan Lingkungan.

Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan mempunyai fungsi:

1. Penyelenggaraan kegiatan penelitian terhadap pencemaran dan kerusakan

lingkungan hidup;

2. Penyelenggaraan kegiatan penilaian dan penetapan tingkat pencemaran dan

kerusakan lingkungan hidup;

3. Penyelenggaraan kegiatan pemulihan kualitas lingkungan hidup; dan

4. Pelaporan.

Page 91: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

78

f) Bidang Kebersihan dan Pengelolaan Sampah membawahkan: Seksi

Penanganan Sampah; Seksi Pengurangan Sampah dan Seksi Pengolahan dan

Pemrosesan Sampah.

Bidang Kebersihan dan Pengelolaan Sampah mempunyai fungsi:

1. Penyelenggaraan penyapuan jalan-jalan protokol;

2. Penyelenggaraan pengumpulan, dan pengangkutan sampah;

3. Penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan pemanfaatan nilai guna

sampah; dan

4. Penyelenggaraan pengolahan dan pemrosesan sampah.

g) UPT;

h) Kelompok Jabatan Fungsional.

4.2 Informan Penelitian

Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab 3 sebelumnya, dalam penelitian ini

informan penelitiannya ditentukan dengan teknik purposive sampling (sampel

bertujuan), yaitu teknik penentuan informan dengan pertimbangan tertentu dari pihak

peneliti yang memahami objek dan fokus peneltian. Informan yang terpilih

merupakan pihak-pihak yang secara langsung terkait dengan fokus penelitian dengan

dasar bahwa informan tersebut dianggap memiliki data serta informasi yang peneliti

butuhkan dan penting untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.

Berikut rincian informan dalam penelitian ini:

Page 92: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

79

Tabel 4.2

Daftar Informan Penelitian

No.

Kode

Informan

Nama Informan

Pekerjaan/Jabatan Informan

1. I1 Wandi Masyarakat sekitar Sungai

Cisadane

2. I2 Deden Masyarakat sekitar Sungai

Cisadane

3. I3 Ristantyo, SH Anggota LSM Peduli

Lingkungan

4. I4 Tubagus M. Irham Konsultan Lingkungan Hidup

5. I5 Tedja Yudhono Industry Relation and General

Affair Dept. Head PT. Mayora

Indah, Tbk

6. I6 Dra Eny Nuraeny, Ms Kepala Bidang Penataan dan

Peningkatan Kapasitas

Lingkungan Dinas Lingkungan

Hidup Kota Tangerang

7. I7 Maman Faturahman Kepala Seksi Pengendalian

Kerusakan Lingkungan Dinas

Lingkungan Hidup Kota

Tangerang

8. I8 M. Djarkasih, ST Kepala Seksi Pemantauan

Kualitas Lingkungan Dinas

Lingkungan Hidup Kota

Tangerang

9. I9 Risdiana Staf Pelaksana Penegakan

Hukum Lingkungan Hidup

Dinas Lingkungan Hidup Kota

Tangerang

(Sumber: Peneliti, 2018)

Page 93: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

80

4.3 Tata Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah

Izin Pembuangan Air Limbah di Kota Tangerang dikeluarkan oleh Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang.

Segala jenis perizinan di Kota Tangerang dilakukan di DPMPTSP, oleh karena itu

pemohon perizinan wajib memenuhi ketentuan dari DPMPTSP terkait izin yang akan

diajukan. Untuk izin pembuangan air limbah, industri wajib untuk melengkapi

dokumen-dokumen persyaratan izin yang ditentukan, salah satunya adalah membuat

Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) serta Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL).

Kemudian industri juga wajib untuk memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL), pengolahan air limbah bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap

lingkungan dilakukan dengan mengurangi jumlah dan kekuatan air limbah sebelum

dibuang ke perairan penerima. Tingkat pengurangan yang diperlukan dapat

diperkirakan berdasarkan data karakteristik air limbah dan persyaratan baku mutu

lingkungan yang berlaku. Berikut ini adalah dokumen-dokumen persyaratan

permohonan izin pembuangan air limbah yang perlu dilengkapi:

A. Persyaratan Minimal Permohonan Izin Pembuangan Air Limbah :

1. Surat permohonan Izin Pembuangan Air Limbah dari Pemilik Perusahaan;

2. Foto copy Surat Izin Pembuangan Air Limbah yang lalu (jika telah

memiliki izin sebelumnya);

3. Foto copy Surat Izin Pengambilan Air bawah tanah (SIPA);

Page 94: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

81

4. Foto copy pengesahan Dokumen AMDAL atau UKL-UPL;

5. Tanda terima hasil laporan semesteran terakhir pemantauan lingkungan;

6. Hasil analisa air limbah dari laboratorium rujukan Pemerintah Kota

Tangerang, minimal 6 bulan terakhir;

7. Peta lokasi skala pabrik 1 : 5.000

8. Gambar Konstruksi IPAL;

9. Rencana debit air limbah yang akan dibuang;

10. Data besaran debit pembuangan air limbah tiap bulan;

11. Surat pernyataan kesanggupan pemasangan alat ukur debit air limbah

(kalau belum ada);

12. Surat pernyataan kesanggupan tidak akan melakukan pengenceran air

limbah;

13. Data kapasitas produksi 1 (satu) tahun terakhir;

14. Biaya operasional IPAL tiap bulan;

B. Persyaratan Permohonan Pemanfaatan Air Limbah untuk aplikasi pada tanah :

1. Hasil kajian Dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL-UPL);

2. Hasil kajian mengenai pemanfaatan air limbah, paling sedikit memuat :

a. Pengaruh terhadap pembudidayaan ikan, hewan dan tanaman;

b. Pengaruh terhadap kualitas tanah dan air tanah;

c. Pengaruh terhadap kesehatan masyarakat.

3. Rekomendasi Tim Verifikasi untuk menentukan layak tidaknya

permohonan izin untuk dikabulkan.

Page 95: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

82

Setelah semua persyaratan telah dipenuhi dan surat permohonan izin telah

dibuat, maka selanjutnya pemohon menyerahkannya kepada petugas counter

pelayanan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Permohonan yang sudah teregistrasi dan terinput kedalam sistem perizinan akan

diproses dengan melakukan evaluasi kelengkapan administrasi dan teknis pemohon.

Selanjutnya akan dilakukan verifikasi lapangan dan membuat berita acara hasil

lapangan. Hasil dari verifikasi lapangan selanjutnya diproses untuk dikeluarkan

rekomendasi pemberian izin kepada pemohon, apabila disetujui maka izin akan

diterbitkan. Bila hasil pemeriksaan ditemukan kekurangan atau perbaikan, maka

pemohon diminta melengkapi dan memperbaiki dalam waktu tertentu, jika tidak

permohonan dikembalikan kepada petugas counter pelayanan untuk dikembalikan

kepada pemohon dengan penjelasan penolakan pemrosesan berkas. Berikut ini tabel

jumlah izin pembuangan air limbah yang dikeluarkan oleh DPMPTSP Kota

Tangerang:

Page 96: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

83

Tabel 4.3

Izin Pembuangan Air Limbah yang dikeluarkan oleh DPMPTSP

Kota Tangerang Tahun 2015-2017

Tahun

Jumlah Izin

2015 48

2016 55

2017 61

(Sumber: DPMPTSP Kota Tangerang)

Pemohon izin pembuangan air limbah ini adalah perusahaan atau

industri yang berskala besar. Industri berskala besar tentunya sudah paham serta

mematuhi aturan ini, walaupun di lapangannya terkadang masih terdapat tindak

pencemaran yang mereka lakukan. Namun, untuk proses pembuatan izin pembuangan

air limbah ini mereka sudah melakukan dengan baik karena hal ini berkaitan dengan

nama baik perusahaan mereka. Kendalanya ada pada industri kecil yang banyak

jumlahnya serta tidak terdata dengan baik, mereka tentunya kurang mendapatkan

pemahaman terkait pembuangan air limbah yang seharusnya diterapkan pada

industrinya tersebut.

Page 97: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

84

Tabel 4.4

Prosedur Penerbiatan Izin Pembuangan Air Limbah

Surat permohonan izin

- Menerima surat permohonan - Meneliti kelengkapan administrasi

dokumen

- Menyampaikan surat permohonan

- Menyampaikan tanda bukti

permohonan

Permintaan kelengkapan

izin

Penerbitan izin

Disetujui

Mengevaluasi kelengkapan

administrasi dan teknis pemohon

Evaluasi dan rekomendasi

- Verifikasi lapangan - Membuat berita acara hasil

lapangan Perbaikan

Ditolak

Perbaikan

Page 98: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

85

4.4 Deskripsi Data dan Analisis Data

Deskripsi data adalah penjelasan mengenai data yang telah didapatkan dari

hasil penelitian lapangan. Dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan

Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan

Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang, peneliti menggunakan metode

penelitian pendekatan kualitatif sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif

berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara dengan para informan penelitian,

hasil observasi lapangan dan studi dokumentasi yang relevan dengan fokus penelitian

yang peneliti lakukan. Selain itu peneliti menggunakan teori implementasi kebijakan

menurut Mazmanian dan Sabatier untuk mengukur implementasi kebijakan yang

diteliti. Teori tersebut menjelaskan bahwa terdapat tiga kelompok variabel yang

mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu: Karakteristik Masalah,

Karakteristik Kebijakan, dan Lingkungan Kebijakan.

Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, analisis data dalam

penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles

dan Huberman yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis datanya, yaitu pengumpulan

data (Data Collection), reduksi data (Data Reduction), penyajian data (Data Display),

dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Conclusion Drawing/Verification).

Page 99: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

86

4.4.1 Karakteristik Masalah

Masalah publik (dalam Subarsono 2012: 95) memiliki beberapa karakteristik

yaitu tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan, tingkat kemajemukan

dari kelompok sasaran, proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi, dan

cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Variabel ini tentu sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan implementasi dari suatu kebijakan. Latar belakang masalah

dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010

tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota

Tangerang ini salah satunya adalah adanya pencemaran sungai di Kota Tangerang

yang diakibatkan dari air limbah industri yang dibuang sembarangan. Oleh karena itu,

sebelumnya wajib untuk dirumuskan seperti apa kondisi Sungai Cisadane sehingga

jika ada tindak pencemaran dapat ditangani oleh dinas terkait dalam menangani

permasalahan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Wandi (I1) sebagai

masyarakat yang tinggal di lingkungan dekat Sungai Cisadane:

“Saat ini sih ya aduh sampah-sampah banyak banget neng.. emang

tadinya ga terlalu parah begini sih cuma gatau kenapa sekarang tuh

airnya keruh.. bau sampahnya itu nusuk banget.. terus udah tercemar

limbah juga kayanya airnya jadi item, ikan-ikan pada mati, kadang

ada warga yang suka cari ikan disini tuh susah dapetnya”

Page 100: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

87

Kemudian ditambahkan oleh Bapak Deden (I2) yang merupakan masyarakat yang

tinggal di lingkungan dekat Sungai Cisadane:

“Banyak sampah sekarang mah..sampah dari warga-warga sini sih

kayanya.. udah gitu kan udah dibagusin sekarang mah jalanan

pinggiran sungai, ada yang suka main-main, buang sampah

sembarangan.. kalo airnya sih ya gimana ya keruh sih keruh, kadang

bau juga gatau dari sampah atau limbah gitu kali ya..kalo pas parah

sih ampe item air sungainya”

Selanjutnya Bapak Ristantyo, SH (I3) dari LSM Peduli Lingkungan mengatakan:

“Kita sangat prihatin ngeliat kondisi Cisadane ini ya, sampah-sampah

ngapung di sungai, airnya kotor, keruh.. ini udah tercemar ya pasti

sungainya, sebabnya dari limbah perusahaan di wilayah cisadane ini

juga dari pembuangan sampah rumah tangga.. mungkin dari warga

sekitar sungai juga kurang kesadaran ya untuk ga buang sampah di

sungai, karena dampaknya juga akan ngerugiin mereka juga

pastinya”

Dari beberapa penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kondisi Sungai

Cisadane sudah tercemar, dengan melimpahnya sampah-sampah pembuangan dari

rumah tangga warga yang tinggal di bantaran sungai, serta kondisi airnya yang keruh

akibat pencemaran limbah dari industri/perusahaan yang membuang limbah

sembarangan. Selanjutnya diperlukan solusi untuk mengatasi permasalahan

pencemaran Sungai Cisadane ini, salah satunya adalah Dinas Lingkungan Hidup Kota

Tangerang yang tentunya bertanggung jawab akan kelestarian lingkungan hidup

masyarakat Kota Tangerang.

Page 101: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

88

Dalam hal ini Ibu Dra Eny Nuraeny, Ms (I6) selaku Kepala Bidang Penataan

dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang

mengungkapkan:

“Sebetulnya kita tau kan ya kalau pencemaran sungai di Kota

Tangerang itu banyak, salah satunya sampah lalu juga mungkin ada

orang-orang atau kegiatan usaha yang tidak bertanggung jawab

membuang limbah ke sungai.. nah.. secara teknis kesulitannya

mungkin kita bisa atasi neng sebetulnya mah hanya perlu koordinasi,

jadi kesulitannya mungkin secara koordinasi karena tidak mungkin

kita tangani sendiri ya kan sungai itu, jadi kita harus berkoordinasi

dengan bidang lain atau dengan opd yang lain”

Kemudian dari Bapak Maman Faturahman (I7) sebagai Kepala Seksi

Pengendalian Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang

mengungkapkan:

“Teknisnya gini..sungai itu masalahnya karna melintas kabupaten

kota itu kewenangan pusat..jadi kota tangerang ga bisa mengatasinya,

paling kita hanya bisa melakukan pengendalian kualitas air

sungainya..secara umum ya ada Situ juga, itu kewenangan provinsi..

paling kita hanya bisa menjaga kualitas air sungai itu supaya ga

tercemar”

Lalu dari Kepala Seksi Pemantauan Kualitas Lingkungan Dinas Lingkungan

Hidup Kota Tangerang, Bapak M. Djarkasih, ST (I8) mengatakan:

“Salah satu kesulitannya dari industri setingkat home industry, dia

punya rumah dibangun industri..tidak semua industri punya ipal, kita

juga ga ada data yang nunjukim berapa banyak industri yang sudah

punya ipal atau belum.. syarat utama pembuangan air limbah, adalah

hasil kajian amdal, ukl/upl badan usaha untuk mengajukan ijin

pembuangan air limbah..batasannya badan usaha atau industri yang

menggunakan air sebagai proses industri..industri besar pasti

memenuhi aturan pasti punya ipal, tapi terkadang ada yang nakal,

Page 102: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

89

misal dia punya ipal tapi dia buang air limbah sebanyak sekian,

padahal batasnya sekian, dia melebihi batas yang diharuskan nah itu

yang nakal-nakal gitu tetep ada aja”.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan teknis dalam

mengatasi pencemaran sungai di Kota Tangerang akibat air limbah industri adalah

kurangnya koordinasi dari berbagai pihak. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota

Tangerang tentu saja tidak dapat mengatasi permasalahan tersebut sendirian,

dibutuhkan koordinasi dan kerjasama dari berbagai instansi yang berkaitan agar

permasalahan tersebut dapat diatasi. Selain itu juga dari sekian banyak industri di

Kota Tangerang tidak semuanya mempunyai Izin Pembuangan Air Limbah (IPAL),

terutama industri-industri kecil seperti home industry yang jumlahnya banyak tersebar

di Kota Tangerang. DLH tidak memiliki data mengenai jumlah industri yang sudah

dan belum memiliki IPAL sehingga sulit untuk diketahui seberapa banyak yang

sudah mematuhi peraturan.

Kota Tangerang sebagai kota yang memiliki julukan sebagai Kota 1000

Industri mempunyai ribuan industri yang tersebar di setiap wilayahnya. Oleh karena

itu, tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran dalam Peraturan Walikota ini cukup

tinggi. Sebagai bentuk pencegahan adanya pencemaran lingkungan dan pengendalian

lingkungan hidup, maka dibuatlah Peraturan Walikota Tangerang Nomor 18 Tahun

2010 ini. Dengan dibuatnya peraturan tersebut diharapkan dapat menciptakan

kelestarian lingkungan hidup di Kota Tangerang dan terhindar dari pencemaran

Page 103: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

90

lingkungan akibat pembuangan air limbah industri yang tidak sesuai tempatnya,

seperti yang dikemukakan oleh Ibu Dra Eny Nuraeny, Ms (I6):

“Ya karena Kota Tangerang ini ada salah satu misinya, bisa bibaca

ya nanti, diantara yang ketiga kelima itu kan untuk meningkatkan

atau menciptakan lingkungan yang sehat yang hijau.. gitu kan.. nah

ini salah satunya mengimplementasikan itu dengan lingkungan yang

bersih lalu perilaku hidup bersih dan sehat dan salah satu bukti akan

kebijakan kita itu kita kan sudah banyak penghargaan yg diraih oleh

Kota Tangerang, adipura, lalu banyaklah,, itu khusus lingkungan”

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Risdiana (I8) selaku Staf Pelaksana

Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang,

yaitu:

“Harapannya agar sungai-sungai di Kota Tangerang tidak tercemar,

terhindar dari pencemaran lingkungan..jadi dibuat peraturan ini

supaya industri-industri punya batasan untuk membuang air

limbahnya, ga sembarangan..jadi tercipta lingkungan hidup yang

sehat dan nyaman”

Selanjutnya ditambahkan oleh Bapak Maman Faturahman (I7) beliau

mengatakan:

“Untuk pengendalian, untuk menjaga dan meningkatkan kualitas air

permukaan tanah, karna kalo sudah tercemar mengakibatkan kualitas

air permukaan jelek, karna air permukaan bisa untuk sumber air

minum untuk PDAM, supaya air tetap bersih.. jadi perlu dibuatnya

suatu kebijakan perwal itu untuk meningkatkan kualitas air

permukaan, air sungai untuk mencegah pencemaran lingkungan

hidup, karna kalo ga ada perwal ini industri akan sembarangan aja

buang limbahnya..”

Page 104: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

91

Kemudian Bapak Ristantyo, SH (I3) mengatakan:

“Pastinya kita mendukung peraturan ini ya, tentu ini merupakan

sebuah langkah untuk mengawasi industri-industri yang nakal buang

limbah di Sungi Cisadane serta sebagai upaya pelestarian lingkungan

hidup agar sungai sungai kita ini terhindar dari yang namanya

pencemaran, baik itu pencemaran limbah cair, sampah, juga limbah

berbahaya”

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)

Kota Tangerang sebagai instansi yang mengeluarkan izin pembuangan air limbah

kepada para pemohon perizinan wajib memiliki kejelasan mengenai syarat-syarat apa

saja yang harus dipenuhi oleh pemohon dan dukungan dari para pelaksana kebijakan

dan sumber daya yang terlibat agar terhindar dari permasalahan-permasalahan dalam

proses pemberian izin tersebut Dalam hal ini masih terdapat permasalahan dalam

permohonan pengajuan izin pembuangan air limbah yang dilakukan di DPMPTSP

Kota Tangerang, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Tubagus M. Irham (I4)

sebagai Konsultan Lingkungan Hidup: mengungkapkan:

“Di sana yang jaga loket bukan orang yang punya pengetahuan cukup

untuk mengetahui ini masuknya kemana, misal kita lagi omongin air

limbah ya tapi limbahnya ini cuma spacenya kecil, itu akan masuknya

kearah mana, kajiannya akan seperti apa, dia aja bahkan mungkin ga

tau apa itu ukl-upl, merangkum dokumen itu kemana mereka petugas

ga tau, yang ada itu formulir sebundel dikasih semua.. terus

pemrakarsa/pemohon diwajibkan pake konsultan, tapi disuruh cari

sendiri.. konsultan itu tujuannya mengkaji sebesar apa limbahnya,

pengukurannya dan lain-lain terkait ukl-upl amdal itu”

Page 105: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

92

Selanjutnya Bapak Tubagus M. Irham (I4) menambahkan:

“Di sana juga masih ada pungli-pungli nya juga sih.. udah bukan hal

asing lagi kalo di perizinan itu ada yang kaya gitu.. si pemrakarsa

atau pemohon itu pasti udah siap amplop, ada aja sih yang kaya gitu

mah”

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa masih terdapatnya

praktek pungutan liar dalam proses pemberian izin tersebut. Beberapa pemohon

perizinan, tidak hanya perizinan pembuangan air limbah, dalam proses perizinan

lainnya pun sering ditemukan pungutan liar tersebut. Hal ini merupakan sesuatu yang

biasa terjadi di dalam proses pemberian pelayanan di DPMPTSP. Petugas counter

pelayanan perizinan di DPMPTSP Kota Tangerang juga belum memiliki pengetahuan

yang cukup terkait dokumen-dokumen lingkungan yang menjadi persyaratan

permohonan izin pembuangan air limbah sehingga sedikit menghambat proses

permohonan izin tersebut.

4.4.2 Karakteristik Kebijakan

Karakteristik kebijakan model implementasi Mazmanian dan Sabatier (dalam

Subarsono 2012:97) menyangkut kejelasan isi kebijakan, seberapa jauh kebijakan

memiliki dukungan teoritis, besarnya alokasi sumber daya finansial terhadap

kebijakan tersebut, seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai

institusi pelaksana, kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana,

Page 106: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

93

tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan, dan seberapa luas akses

kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan.

Sebuah kebijakan tentunya akan melibatkan kerjasama serta koordinasi dari

beberapa instansi dan bidangnya masing-masing, karena dalam mencapai tujuan

kebijakan dibutuhkan dukungan dan komitmen dari para pelaksana. Seperti yang

dikemukakan oleh Bapak Maman Faturahman (I7):

“Koordinasinya dengan bergabung ke dinas kebersihan, tidak hanya

di DLH, kita sering melakukan suatu rapat koordinasi..secara

bersama dan rutin minimal tiap bulan, turun ke sungai naik perahu

tuh untuk monitor kondisi sungai..gitu neng kita juga melibatkan dinas

lain juga”

Kemudian beliau menambahkan:

“Komitmen tetep kita menjaga lingkungan, kalo ada pengaduan

langsung kita tanggapi, masyarakat bebas kok mengadukan, jadi kita

langsung terjun ke lapangan..peralatan kita juga ada untuk

menganalisis, ngambil sampling ke lapangan..secara rutin kita juga

mengadakan diklat untuk pengendalian dan pengelolaan lingkungan”

Selain itu, Bapak M. Djarkasih, ST (I8) mengatakan:

“Kita di DLH ini kan ada bidang-bidangnya ya, ada bagian

pemantauan atau pengawasan, pengendalian pencemaran, penegakan

hukum.. masing-masing ada fungsinya, dari situ kita sama-sama

saling koordinasi kalo misal ada kasus..biasanya ada rapat tim dll”

Page 107: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

94

Koordinasi antar bidang di DLH Kota Tangerang sudah pasti dibutuhkan

untuk mengimplementasikan kebijakan ini, sebagai dinas yang berkaitan langsung

dengan upaya pengendalian pencemaran lingkungan tentunya memiliki keterampilan-

keterampilan serta komitmen penuh dalam melakukan tugasnya. Selain itu, sumber

daya lain juga diperlukan demi tercapainya tujuan kebijakan pembuangan air limbah

ini, yaitu masyarakat Kota Tangerang itu sendiri. Akses dari kelompok luar juga

terbuka lebar untuk bisa berpartisipasi dalam upaya pengendalian pencemaran

lingkungan. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Risdiana (I9):

“Saya pikir sudah ada, sumber daya yang ada di masyarakat,

masyarakat apalagi di Kota Tangerang banyak sekali.. apa namanya

itu.. perhimpunan, apakah itu forum, komunitas atau lsm kalo menurut

saya itu merupakan suatu potensi atau sumber daya yang bisa

membantu melakukan pengawasan implementasi kebijakan tadi,

masyarakat bisa bergabung atau berkelompok jika memiliki visi misi

yg sama terkait lingkungan, dia bisa menyampaikan apa yang terjadi

di lingkungannya terkait dengan pencemaran dan kerusakan

lingkungan”

Kemudian dari Ibu Dra Eny Nuraeny, Ms (I6) menambahkan:

“Ya..sumber daya manusia jelas, lalu adanya keterlibatan tim untuk

mengimplementasikan ini baik dari satpol pp nya dari ppns dan pplh

nya ini perlu ditingkatkan dan diperbanyak untuk supaya keberhasilan

implementasi kebijakan ini”

Sementara itu dalam pengimplementasian kebijakan ini, pihak industri

sebagai pemohon izin mengalami kesulitan dalam mengumpulkan dokumen-

Page 108: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

95

dokumen persyaratan perizinan yang jumlahnya banyak, seperti yang diungkapkan

oleh Bapak Tedja Yudhono (I5) dari Industry Relation and General Affair Dept. Head

PT. Mayora Indah, Tbk yaitu:

“Kesulitannya paling dalam mengumpulkan dokumen-dokumen itu

butuh waktu ya, ga gampang..karena dokumen persyaratannya itu

lumayan banyak, jadi butuh waktu buat ngelengkapinnya, juga nyari

konsultan atau pihak ketiga buat bantu ngurusinnya itu”

Kemudian beliau menambahkan:

“Lalu prosesnya juga panjang yah, kalo ada yang ga lengkap, disuruh

balik lagi ada perbaikan, kumpulin lagi yang kurangnya, makan

waktunya di situ sih.. persyaratannya banyak dan prosesnya juga

panjang”

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sudah terlihat adanya

koordinasi antar bidang di DLH Kota Tangerang serta ke dinas-dinas lain yang

berkaitan. Adanya rapat koordinasi yang dilakukan tiap bulan serta pemantauan atau

monitoring secara langsung ke wilayah-wilayah yang rentan terjadi pencemaran

lingkungan. Selain itu, adanya kesempatan bagi masyarakat Kota Tangerang untuk

berpartisipasi, bersama-sama dengan pemerintah menjaga kelestarian lingkungan

dengan melakukan pengaduan-pengaduan jika adanya tindak pencemaran yang

merugikan wilayah mereka. Namun pihak industri sebagai pemohon izin pembuangan

air limbah mengalami kesulitan karena dokumen persyaratan yang dibutuhkan banyak

jumlahnya serta prosesnya yang memakan waktu tidak sebentar.

Page 109: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

96

4.4.3 Lingkungan Kebijakan

Lingkungan kebijakan publik (dalam Subarsono 2012: 98) memiliki beberapa

karakteristik yaitu, kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan

teknologi, dukungan publik terhadap sebuah kebijakan, sikap dari kelompok pemilih

(Constituency Groups), dan tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan

implementor.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat serta tingkat kemajuan teknologi di dalam

suatu wilayah juga berperan penting dalam menentukan tingkat keberhasilan

implementasi dari suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Dalam hal ini Bapak

Wandi (I1) mengatakan:

“Kalo warga sini rata-rata kerjanya jadi pedagang ya.. kondisinya ya

seperti inilah yang penting cukup untuk makan sehari-hari”

Selanjutnya Bapak Risdiana (I9) mengatakan:

“Sosial dan ekonomi di kota tangerang memang masih lebih banyak

bermata pencaharian di industri dan jasa, karna lahan pertanian

sudah sedikit jadi kita itu sekarang banyak industri dan jasa,

masyarakat secara apa.. kalo diliat dari sosial ekonomiya mata

pencahariannya kesitu sehingga.. industri di kota tangerang ini kan

berjalan terus seperti itu pesat kemajuannya..dan juga untuk tingkat

kemajuan teknologinya saya rasa jaman sekarang orang udah pada

melek internet semua ya, Kota Tangerang juga kan ada aplikasi

onlinenya semua bisa diakses disitu secara online”

Selanjutnya dikemukakan oleh Ibu Dra Eny Nuraeny, Ms (I6):

“Kondisi sosial ekonomi masyarakat Kota Tangerang ya relatif cukup

baik, ya artinya ya yang masih miskin banyak, kalau data nya yang

Page 110: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

97

miskin masih banyak juga tapi kalo diliat dari banyaknya kegiatan

usaha, ya banyak juga masyarakat yg bekerja disana gitu ya, jadi ya

kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Kota Tangerang selama ini

kegiatan usaha berupaya untuk memanfaatkan tenaga yang ada di

lingkungannya..kalo untuk teknologi yang pasti berkembang banget ya

sekarang ini apa-apa udah bisa lewat online ada aplikasinya”

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi

masyarakat di Kota Tangerang relatif cukup baik, dengan mata pencaharian rata-rata

di bidang industri dan jasa. Pesatnya pertumbuhan industri di Kota Tangerang tentu

membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dengan kemampuan yang

pastinya memenuhi kriteria yang dibutuhkan. Selain itu di bidang teknologi,

kemajuan juga tampak terlihat dari dibuatnya aplikasi online di Kota Tangerang yang

bernama Layanan Aspirasi Kotak Saran Anda (LAKSA), dimana aplikasi tersebut

mempermudah masyarakat untuk melakukan pengaduan terkait masalah-masalah

yang terjadi di lingkungan mereka. Dengan kemudahan mengakses aplikasi LAKSA

diharapkan masyarakat dapat dengan mudah menyampaikan saran, kritik dan

pengaduan yang ada, dan dapat segera ditindaklanjuti oleh petugas yang ada

dilapangan.

Demi tercapainya keberhasilan implementasi suatu kebijakan, tentunya

dibutuhkan dukungan dan sikap dari masyarakat yang turut serta berpartisipasi dalam

implementasi kebijakan tersebut. Selain itu perlu adanya komitmen dan keterampilan

dari aparat itu sendiri serta implementor untuk bersama-sama menjalankan kebijakan

sebagaimana mestinya agar tujuan kebijakan dapat tercapai.

Page 111: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

98

Peran serta masyarakat dalam mendukung implementasi kebijakan ini

diungkapkan oleh Bapak Risdiana (I9):

“Ya kita baru mendorong masyarakat untutk aktif dalam melakukan

pengaduan, karna masyarakat itu adalah sebagai apa ya.. komponen

yang langsung bisa melihat, kalo berdasarkan data 2016 itu di

tangerang hampir 2200 kegiatan usaha, itu kalo kita awasi sendiri

pemda itu ga bisa kita mengawasinya karna saking banyaknya

dimana-mana..”

Selain itu beliau juga mengatakan:

“Kesadaran masyarakat itu akhir-akhir ini udah bagus tetapi masih

perlu ditingkatkan, kita melihat bagus tidaknya masyarakat yang

pertama diliat dari ketika ada pencemaran, apakah masyarakat

berperan atau tidak, ketika masyarakat itu berperan maka bisa kita

katakan bahwa sudah mulai ikut aktif dalam melimdungi

lingkungannya, setelah dia berperan aktif baru kita lihat substansinya,

masyarakat melakukan pengaduan itu substansinya apa terkadang

yang bukan masalah lingkungan juga diadukan, misalnya jalan, dalam

setahun pengaduan kira2 ada 30.. 10% nya ada yang bukan terkait

lingkungan..”

Kemudian Bapak Maman Faturahman (I7) menambahkan:

“Nah ini biasanya mereka melakukan pengaduan, pengaduan

lingkungan, misalnya kalo ada pencemaran, mereka akan melakukan

pengaduan..lewat online LAKSA Tangerang namanya, jadi udah

diterapkan secara online di kota ini aplikasinya..masyarakat semua

udah bisa mengaksesnya..ada khusus pengaduan lingkungan,

masyarakat secara umum udah kondusif, dalam artian sudah mau

melaporkan kalo ada yang ga sesuai”

Selanjutnya ditambahkan oleh Bapak Ristantyo, SH (I3):

“Kita bersama-sama masyarakat juga pastinya ikut berperan aktif

membantu pemerintah menjaga lingkungan hidup kita, karena kalo

bukan kita sendiri yang menjaga lalu siapa lagi? Karna ini juga kan

untuk kenyamanan lingkungan hidup kita sendiri”

Page 112: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

99

Namun hal berbeda diungkapkan oleh Bapak Deden (I2):

“Kalo untuk pake aplikasi online itu saya ga ngerti sih ya hehe kalo

misal ada pencemaran juga paling lapor pak rt gitu.. kalo online gitu

saya sih ga pernah ya”

Selanjutnya ditambahkan oleh Bapak Wandi (I1):

“Belum pernah saya sih lapor pencemaran pake aplikasi gitu.. malah

gak tau kalo ada kaya gitu-gitu.. kalo ada pencemaran paling ya

dibiarin aja gitu nunggu ada orang dinas aja yang suka mantau

sungai ini pake perahu”

Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa masyarakat Kota

Tangerang sudah cukup aktif berperan melaporkan jika ada tindak pencemaran atau

pelanggaran terkait permasalahan lingkungan di wilayah mereka, namun masih

terdapat pula beberapa masyarakat yang belum paham akan yang namanya internet

ataupun aplikasi berbasis online, sehingga sulit melakukan pengaduan via aplikasi di

handphone mereka. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan pengaduan yang

masuk ke DLH Kota Tangerang:

Tabel 4.5

Pengaduan Yang Masuk ke DLH Kota Tangerang Tahun 2016

(Sumber: SLHD Kota Tangerang Tahun 2016)

Kriteria Pengaduan Jumlah Presentase

Pengaduan Lingkungan 18 67%

Pengaduan Non Lingkungan 9 33%

27

Page 113: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

100

Namun berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 27 (dua puluh tujuh)

pengaduan tersebut hanya 18 (delapan belas) pengaduan yang merupakan pengaduan

lingkungan hidup. Artinya masih terdapat pemahaman yang salah terkait jenis

pengaduan yang tepat disampaikan kepada DLH Kota Tangerang.

Sementara itu dari pihak industri juga mereka berkomitmen untuk turut serta

menjaga kelestarian lingkungan dengan berupaya mematuhi setiap peraturan yang

ada, seperti yang dikemukakan oleh Bapak Tubagus M. Irham (I4) sebagai Konsultan

Lingkungan Hidup:

“Biasanya ngasih duit langsung sih ke warga sekitar, dan ada

sosialisasi kepada masyarakat sekitar, dijelaskan dampak

lingkungannya apa, setelah itu ada kontribusi setiap tahunnya ke

masyarakat..setiap peraturan sebisa mungkin kita penuhin ya karna

tujuannya juga baik kan”

Kemudian dari Bapak Tedja Yudhono (I5) dari Industry Relation and General

Affair Dept. Head PT. Mayora Indah, Tbk juga menambahkan:

“Kami memperhatikan lingkungan sekitar, kita berusaha mematuhi

peraturan juga memenuhi setiap prosedur yang ada..karna wajib ya

bagi perusahaan kami untuk menjaga lingkungan sekitar juga..setelah

udah ngantongin ijin pembuangan limbah selanjutnya kan kita bikin

instalasi pembuangan air limbah itu sendiri, jadi sebelum dibuang

udah diolah dulu supaya ga berbahaya buat lingkungan”.

Page 114: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

101

Izin pembuangan air limbah jika sudah habis masa berlakunya maka wajib

untuk melakukan perpanjangan, namun terkadang suatu industri tidak menaati

peraturan tersebut, contohnya seperti yang dikemukakan oleh Tubagus M. Irham (I4):

“Kalo untuk ipal, adanya pelaporan setelah 3 bulan ipal nya

keluar..tapi biasanya sih yang terjadi di Kota Tangerang ya engga

lah..kalo lagi ada kasus aja dan kalo ditanyain baru lapor”

Untuk mencapai tujuan dari suatu kebijakan, juga diperlukan komitmen serta

keterampilan dari para pihak pelaksana, sebagai dinas yang berperan dalam

implementasi kebijakan ini, DLH memiliki komitmen dan strategi sebagai berikut

yang dikemukakan oleh Bapak Risdiana (I9):

“Yang pertama kita selalu melakukan sosialisasi, baik itu ke pelaku

usaha atau masyarakat umum atau instansi pemerintah itu sendiri

seperti ke lurah camat kita lakukan sosialisasi..itu adalah salah satu

bentuk komitmen, mengajak mereka untuk senantiasa mengikuti

menaati aturan sekaligus kita menyampaikan bahwa ketika peraturan

itu dilanggar maka akan ada konsekuensi hukum, jadi dimulainya dari

situ..kita menyampaikan sosialisasi dulu, kita pun sering

mendeklarasikan upaya-upaya apa atau komitmen apa yang sedang

atau akan dilakukan pemerintah, contohnya deklarasi pelestarian

sungai cisadane, kita sampaikan ke masyarakat..kemudian kita

membentuk forum atau komunitas-komunitas kesehatan lingkungan,

dll banyak yang kita bentuk agar masyarakat tau pemerintah punya

komitmen dalam pelestarian dan penegakan hukum terkait

lingkungan”

Kemudian ditambahkan oleh Ibu Dra Eny Nuraeny, Ms (I6):

“Kalau komitmen DLH jelas harus sesuai aturan, lalu kita harus

memfasilitasi atau menindaklanjuti seluruh pengaduan yang

disampaikan masyarakat, lalu mengadakan pengawasan, lalu

mengeluarkan sanksi kepada kegiatan usaha, dan kalau peningkatan

kapasitas lingkungan hidup itu melalui sosialisasi, pembinaan

Page 115: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

102

adiwiyata, pembinaan kampung hijau dan juga melalui pamflet atau

melalui media elektronik, itu aja”

Sebagai bentuk pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, DLH

juga berperan untuk melakukan pengawasan dan penegakan hukum yang berkaitan

dengan pembuangan air limbah industri, sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Risdiana

(I9):

“Jadi gini, pengawasan itu ada 2 model, ada pengawasan langsung,

ada pengawasan tidak langsung..pengawasan langsung itu juga ada 2,

ada pengawasan komprehensif, ada pengawasan yang hanya kita

mengambil sampling saja, jadi contohnya gini kita ke perusahaan, kita

udah tau perusahaan-perusahaan mana yang mengeluarkan air

limbah, misalkan.. kemudian kita sampling kesana ambil air

limbahnya lalu kita bawa ke lab, diuji nanti kita analisis air

limbahnya sudah memenuhi baku mutu atau tidak, nah dari situ nanti

kita bisa tau bahwa pengelolaan air limbahnya sudah sesuai atau

tidak, itu namanya pemgawasan langsung hanya sampling saja.. ada

yg pengawasan langsung komprehensif itu kita tidak hanya sampling

tetapi kita mengaudit dari mulai administrasi sampe teknis nah

administrasinya seperti apa, nanti kita buka tuh ada tiga objek yg kita

periksa, yang pertama ijin lingkungan jadi setiap usaha atau kegiatan

yang sudah beroperasi itu ada ijin lingkungannya, nanti kita cek,

kemudian ijin pplh yaitu ijin perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup contohnya kalo perusahaan membuang air limbah

itu harus ada ijinnya.. nah ijin2 itu ada persyaratan yang harus

dipenuhi itu kita awasi juga.. pengawasan tidak langsung kita hanya

disini saja tetapi kegiatan usaha menyampaikan laporan ke

kita..laporan semesteran 6 bulan sekali, ada yang 3 bulanan”

Kemudian bentuk penegakan hukumnya juga dijelaskan oleh Bapak Risdiana

(I9) sebagai berikut:

“Penegakan hukum itu kita menerapkan 3 bentuk ada penegakan

hukum administrasi, kemudian ada juga perdata dan pidana.. sanksi

administrasi teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan,

pencabutan itu biasa kita lakukan..jadi ketika ada perusahaan yg

Page 116: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

103

melanggar dengan kadar pelanggaran tertentu maka kita

mengeluarkan sanksi administrasi, kalau misalkan pelanggaran

administrasi, kita kasih sanksi teguran tertulis, tapi misalkan ada

perusahaan melakukan pelanggaran ijin lingkungan dan

menyebabkan pencemaran atau potensi pencemaran maka kita akan

lakukan sanksi paksaan pemerintah..setelah itu ada lagi pembekuan

ijin..ada juga sanksi denda, misalkan perusahaan melakukan

pencemaran, kita harus melakukan pemulihan maka perusahaan di

wajibkan untuk melakukan pemulihan plus ada biaya ganti rugi, ada

juga pidana jadi perusahaan yang sudah melakukan pelanggaran

yang dikategorikan kepada pelanggaran pidana, maka kita lakukan

penegakan hukum pidana jadi bisa di hukum penjara, denda seperti

itu.. paksaan pemerintah itu memberikan sanksi terhadap perusahaan

penanggung jawab yang melakukan pelanggaran yang di dalamnya

itu mengandung perintah-perintah contoh perintah membuat instalasi

pembuangan air limbah, dikasih waktu misal 30 hari atau 1 tahun

atau bikin tempat sementara untuk pembuangan limbah cair nah itu

dicantumkan dalam sanksi administrasi paksaan pemerintah”

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial

ekonomi masyarakat Kota Tangerang relatif sudah baik, rata-rata masyarakat Kota

Tangerang bermatapencaharian di bidang industri dan jasa. Masyarakat pun sudah

berperan serta dalam melakukan pengaduan-pengaduan terkait masalah lingkungan

dan berpartisipasi menjaga lingkungan hidup di sekitar mereka. Namun tingkat

ketaatan industri di Kota Tangerang masih terbilang belum cukup optimal, karena

masih ada beberapa peraturan yang tidak dilakukan. Dinas Lingkungan Hidup sebagai

instansi pemerintah yang berperan dalam pengimplementasian kebijakan ini sudah

menjalankan komitmennya terhadap isu-isu pencemaran dan kerusakan lingkungan

dengan melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pencemaran dan

kerusakan lingkungan.

Page 117: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

104

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti

dapatkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori-teori yang peneliti gunakan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori mengenai implementasi kebijakan

publik. Dalam mekanisme kebijakan publik, tahap implementasi adalah tahap dimana

setelah sebuah kebijakan dirumuskan dan disetujui oleh pemerintah maka langkah

berikutnya adalah dilaksanakan agar kebijakan tersebut dapat mencapai tujuan dan

target kebijakan yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan lingkungan dan

masyarakat.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teori implementasi dari

Mazmanian dan Sabatier (Subarsono,2012:95). Teori tersebut menjelaskan bahwa

terdapat tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi

kebijakan, yaitu: Karakteristik Masalah, Karakteristik Kebijakan, dan Lingkungan

Kebijakan. Kemudian hasil dari penelitian mengenai Implementasi Peraturan

Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan

Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang diperoleh data berdasarkan data di

lapangan adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik Masalah

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan penelitian

mengenai indikator keberhasilan implementasi kebijakan publik dilihat dari

Page 118: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

105

kesulitan teknis dalam mengatasi pencemaran air sungai di Kota Tangerang

akibat dari air limbah industri, diketahui bahwa keadaan Sungai Cisadane

yang sudah tercemar oleh air limbah industri mengakibatkan banyaknya

sampah-sampah yang mengapung di sungai, serta air sungai yang berwarna

keruh bahkan kehitaman yang juga menimbulkan bau menyengat. Kondisi

tesrebut tentunya sangat mengganggu kenyamanan warga sekitar sungai.

Selain itu, tidak adanya data yang jelas mengenai jumlah industri yang sudah

atau belum memiliki izin pembuangan air limbah dikarenakan banyaknya

industri-industri kecil atau home industry yang bermunculan dan tidak terdata

dengan baik.

DPMPTSP Kota Tangerang selaku instansi yang mengeluarkan izin

pembuangan air limbah juga belum memiliki sumber daya manusia yang

mengerti akan hal-hal yang berkaitan dengan dokumen lingkungan sebagai

persyaratan permohonan izin yang dibutuhkan tersebut dan masih

ditemukannya praktek pungutan liar di instansi tersebut guna mempermudah

proses pemberian izin.

2. Karakteristik Kebijakan

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan penelitian,

mengenai salah satu indikator keberhasilan implementasi kebijakan publik

dilihat dari seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai

Page 119: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

106

institusi pelaksana, di sini sudah terlihat adanya koordinasi antar bidang di

DLH Kota Tangerang itu sendiri sudah berjalan baik sehubungan dengan

upaya menjaga lingkungan agar terhindar dari pencemaran akibat air limbah

industri. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana

sudah ada, tetapi terkadang yang terjadi di lapangan menunjukkan masih ada

industri yang tidak memahami aturan tersebut. Pihak industri sebagai

pemohon izin pembuangan air limbah mengalami kesulitan karena dokumen

persyaratan yang dibutuhkan banyak jumlahnya serta prosesnya yang

memakan waktu. Sementara tingkat komitmen dari DLH itu sendiri terhadap

tujuan kebijakan cukup optimal terlihat dari berbagai upaya-upaya

pengendalian lingkungan yang mereka lakukan, kemudian adanya akses

kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan ini yaitu

masyarakat Kota Tangerang serta berbagai forum atau komunitas pecinta

lingkungan yang melakukan pengaduan jika mereka melihat adanya tindak

pencemaran akibat air limbah industri.

3. Lingkungan Kebijakan

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan penelitian,

diketahui bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat Kota Tangerang relatif

sudah baik, masyarakat sudah turut berperan aktif dalam upaya pengendalian

pencemaran lingkungan namun perlu lebih ditingkatkan lagi dan perlu

membedakan masalah lingkungan dengan masalah-masalah yang lain,

Page 120: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

107

sehingga pengaduan yang dilakukan tepat sasaran. Kemudian tingkat

kemajuan teknologi di Kota Tangerang sudah berkembang pesat, terbukti dari

adanya aplikasi online bernama Layanan Aspirasi Kotak Saran Anda

(LAKSA) yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat Kota Tangerang.

Namun masih ada beberapa masyarakat yang belum mengerti dengan yang

namanya internet sehingga tidak bisa menggunakan aplikasi yang disiapkan

pemerintah tersebut. Dukungan dari masyarakat, serta industri dalam

kaitannya dengan pengimplementasian kebijakan ini sudah cukup terlihat,

namun terkadang masih terdapat industri yang tidak memenuhi beberapa

peraturan yang telah dibuat. Hal ini membuktikan bahwa tingkat ketaatan

industri terhadap peraturan pemerintah belum cukup optimal.

Page 121: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

108

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan, maka dapat

disimpulkan bahwa Implementasi Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010 tentang

Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota Tangerang

belum berjalan dengan baik dan optimal. Hal ini dapat dilihat setelah melalui proses

analisis dengan masih banyaknya masalah-masalah yang terjadi disebabkan karena

berbagai hal. Penelitian ini menggunakan teori implementasi kebijakan publik model

Mazmanian dan Sabatier yang dikutip dalam Subarsono (2012:94) yaitu terdiri dari

Karakteristik Masalah, Karakteristik Kebijakan dan Lingkungan Kebijakan.

Karakteristik Masalah yang ada dalam Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun

2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota

Tangerang menunjukkan bahwa permasalahan yang terjadi belum diatasi dengan

optimal, hal ini terlihat dari masih adanya pencemaran lingkungan akibat limbah

industri di Sungai Cisadane, banyaknya sampah-sampah yang mengapung di bantaran

sungai serta air sungai yang berwarna keruh bahkan kehitaman. Dari data-data yang

dimiliki oleh DLH Kota Tangerang belum mencukupi kebutuhan untuk meninjau

sejauh mana ketaatan industri-industri di Kota Tangerang dalam mematuhi peraturan

Page 122: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

109

ini, terlihat dari tidak adanya data mengenai jumlah industri yang belum atau sudah

memiliki izin pembuangan air limbah, selain itu pula dikarenakan banyaknya

industri-industri kecil atau home industry yang bermunculan dan tidak terdata dengan

baik. DPMPTSP Kota Tangerang selaku instansi yang mengeluarkan izin

pembuangan air limbah belum memiliki sumber daya manusia yang mengerti akan

hal-hal yang berkaitan dengan dokumen lingkungan sebagai persyaratan permohonan

izin yang dibutuhkan tersebut dan masih ditemukannya praktek pungutan liar di

instansi tersebut guna mempermudah proses pemberian izin

Karakteristik Kebijakan yang ada dalam Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun

2010 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota

Tangerang sudah terlihat cukup optimal dilihat dari tingkat komitmen DLH Kota

Tangerang itu sendiri terhadap tujuan kebijakan dengan melakukan pengawasan serta

pengendalian pencemaran lingkungan hidup, Kejelasan dan konsistensi aturan yang

ada pada badan pelaksana sudah ada, tetapi terkadang yang terjadi di lapangan

menunjukkan masih ada industri yang tidak memahami aturan tersebut. Pihak industri

sebagai pemohon izin pembuangan air limbah mengalami kesulitan karena dokumen

persyaratan yang dibutuhkan banyak jumlahnya serta prosesnya yang memakan

waktu.

Lingkungan kebijakan dalam Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2010

tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah di Kota

Tangerang menunjukkan bahwa perlu untuk meningkatkan peran serta masyarakat

Page 123: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

110

dan industri untuk bersama-sama menjaga lingkungan hidup dari tindak pencemaran

serta tingkat ketaatan industri di Kota Tangerang masih terbilang belum cukup

optimal, karena masih ada beberapa peraturan yang tidak dipatuhi. Teknologi yang

berkembang sekarang sudah sangat mempermudah masyarakat untuk melakukan

pengaduan masalah lewat aplikasi smartphone. Dengan diluncurkannya aplikasi

Layanan Aspirasi Kotak Saran Anda (LAKSA) yang dapat diakses oleh seluruh

masyarakat Kota Tangerang, masyarakat dapat dengan mudah melaporkan/memberi

masukan terkait permasalahan lingkungan sehingga pengaduan yang masuk bisa

segera ditindaklanjuti oleh dinas terkait

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang peneliti ajukan berupa

rekomendasi, yaitu:

1. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi antar instansi terkait dengan

melakukan rapat-rapat dinas secara berkala agar ditemukan solusi-solusi yang

mana dapat menjadi pemecahan permasalahan dari Perwal ini.

2. Melakukan sosialisasi terkait Perwal ini kepada industri-industri kecil yang

nantinya akan memberikan pemahaman kepada mereka bagaimana cara

mendapatkan izin pembuangan air limbah dan menghimbau kepada mereka

agar selalu menjaga kelestarian lingkungan, serta melakukan pendekatan-

pendekatan secara persuasif untuk memberikan kejelasan kepada industri

Page 124: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

111

tentang Perwal ini dan kewajiban untuk mematuhi peraturan yang telah dibuat

demi kenyamanan hidup bermasyarakat.

3. Membuat database atau pencatatan mengenai jumlah industri di Kota

Tangerang secara lebih rinci, diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis industri,

industri mana saja yang membuang air limbah, berapa jumlah industri yang

sudah punya izin pembuangan air limbah dan yang belum, agar dapat

diketahui apakah implementasi Perwal ini sudah berjalan dengan optimal atau

belum.

4. Mendorong peran serta masyarakat untuk melakukan pengaduan atau

pelaporan kepada pemerintah terkait dengan industri nakal yang melakukan

pencemaran di lingkungan mereka

Page 125: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

112

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdul Wahab, Solichin. 2005. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Andrianto, Tuhana Taufiq. 2002. Audit Lingkungan. Yogyakarta: Global Pustaka

Utama

HR, Ridwan. 2011. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Subarsono, AG. 2012. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Sumantri, Arif. 2015. Kesehatan Lingkungan Edisi Ketiga. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group

Sutopo, HB. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press

Dokumen:

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

Page 126: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

113

Sumber Lain:

Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Tangerang Tahun 2016

Kota Tangerang Dalam Angka 2017

Internet:

http://www.pantonashare.com/4293-tangerang-dan-kondisi-lingkungannya

diakses pada tanggal 10 Februari 2016

http://tangerangnews.com/kota-tangerang/read/2869/Pembuang-Limbah-Cair

Harus-ada-IPAL diakses pada tanggal 12 Februari 2016

http://tangerangkota.go.id/ diakses pada tanggal 13 Maret 2017

Page 127: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai
Page 128: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai
Page 129: IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN …repository.fisip-untirta.ac.id/1026/1/CINDY GESTHAVIONA (2) - Copy.pdf · Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai