IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT AL-KAUTSAR … · 2019-08-14 · Dalam masyarakat...

129
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT AL-KAUTSAR BOGOR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Oleh: Rima Rahmawati NIM: 1113018300034 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT AL-KAUTSAR … · 2019-08-14 · Dalam masyarakat...

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT

AL-KAUTSAR BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).

Oleh:

Rima Rahmawati

NIM: 1113018300034

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019

i

ABSTRAK

Rima Rahmawati (NIM: 1113018300034). Implementasi Pendidikan

Karakter di SDIT Al-Kautsar Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang bagaimana implementasi

pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar. Metode yang digunakan adalah

deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan situasi-

situasi atau kejadian yang secara alami dan nyata terjadi di lingkungan objek

penelitian.

Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa implementasi pendidikan

karakter di SDIT Al-Kautsar sudah terlaksana dengan cukup baik karena aspek

nilai-nilai yang dituju tercapai dan diimplemantasikan oleh siswa baik dalam

kegiatan belajar maupun diluar kegiatan belajar. Pendidikan karakter di SDIT Al-

Kautsar diimplementasikan melalui kegiatan (1) Integrasi ke dalam mata

pelajaran, (2) kegiatan olah hati yakni kegiatan mengelola aspek spiritual siswa

sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, (3) kegiatan olah pikir diantaranya kids

preneur, wisata ilmiah, pendalaman materi, keputraan dan keputrian, (4) kegiatan

olah raga diantaranya kepramukaan, outbound dan ektrakurikuler, (5) olah karsa

yakni kepedulian terhadap lingkungan serta berakhlakul karimah dalam pergaulan

terhadap teman guru dan orang tua.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terutama yang

berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan

dasar dan menjadi sumber informasi bagi penyedia layanan maupun pengguna

layanan pendidikan.

Kata Kunci: Pendidikan, Karakter

ii

ABSTRACT

Rima Rahmawati (NIM: 1113018300034). Implementation of Character

Education in Integrated Islamic Elementary Schools Al-Kautsar Bogor.

This study aims to explain how character education is implemented in SDIT

Al-Kautsar. The method used is descriptive analysis with a qualitative approach to

describe situations or events that naturally occur in the environment and the real

object of study.

The results of this study describe that implementation of character education

in SDIT Al-Kautsar already performing quite well as aspects of the target values

achieved communicated and implemented by students both inside and outside

learning activities and learning activities. SDIT character education in Al-Kautsar

implemented through activities (1)Integration into subjects, (2) activities of the

liver if the activities of managing the spiritual aspects of students according to Al-

Qu'ran and Sunnah, (3) if the activities of thought among kids preneur , scientific

tourism, deepening of the material, sonship (4) sports activities including

scouting, outbound and ektrakurikuler, (5) if the intention that concern for the

environment as well as berakhlakul karimah in the association of the friends of

teachers and parents.

This research is expected to provide knowledge, especially with regard to

the implementation of character education at the basic education level and be a

source of information for service providers and users of educational services.

Keyword: Education; Character

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Kautsar”.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari adanya doa, bantuan, bimbingan,

dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi

ini, antara lain:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., selaku Rektor

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dra. Eni Rosyda Syarbaini, M.Psi., selaku dosen pembimbing

akademik yang selalu memberikan nasehat, bimbingan, apresiasi, dan

semangat agar dapat menjadi mahasiswa yang dapat memberikan

manfaat untuk orang lain.

6. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu

memberikan bimbingan, arahan, dan semangat agar saya bisa

menyelesaikan skripsi, serta selalu mengingatkan untuk bersyukur dan

meniatkan segala sesuatu dengan ikhlas.

iv

7. Segenap dosen PGMI, terima kasih atas ilmu, nasehat, motivasi, serta

tugas-tugas yang selama ini telah mendewasakan saya, berkat mereka,

saya mendapatkan banyak ilmu mengenai pengajaran.

8. Saepurohman, S.Pd., Kepala SDIT Al-Kautsar yang dengan tangan

terbuka menerima saya untuk melakukan penelitian.

9. Dewan guru Kepala SDIT Al-Kautsar, yang telah memberikan banyak

contoh, teladan, pengalaman, dan memberi kesempatan untuk belajar

lebih banyak, serta tak lupa untuk siswa-siswa SDIT Al-Kautsar yang

selalu menyambut saya dengan suka cita.

10. Orangtua saya, H. D. Apendi dan Hj. Siti Holisoh. Tiada kata yang

tepat untuk menggambarkan kasih sayang dan perhatian beliau.

Terima kasih atas semangat, kasih sayang, dan doa-doa beliau yang

selalu ada, bahkan jauh sebelum saya ada. Terima kasih juga telah

mengajarkan kemandirian, kerja keras, dan bersyukur terhadap segala

sesuatu yang saya miliki.

11. Ahmad Jajuli, kakak lelaki yang selalu menularkan semangat belajar

dan membaca, membantu dalam urusan finansial, serta memberi

semangat agar saya dapat lulus. Untuk adik perempuan satu-satunya,

Siti Solihat yang selalu mendengarkan keluh-kesah saya,

mengingatkan, dan menyemangati.

12. Teman-teman PGMI A UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, selama ini

telah berbagi ilmu, pengalaman, dan cerita yang tak pernah bisa terbeli

dengan apapun. Khususnya untuk Nurlailiya Hanif, Siti Maesyaroh,

Dhea Novianty Chairunnisa, Firda Farihatul Ulya, dan Nisa Auliya,

kalian sahabat yang luar biasa.

13. Teman-teman Pramuka UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013, begitu

banyak ilmu yang saya dapatkan dari kalian, terlebih tentang

perjuangan dalam meraih cita-cita, materi bukan penghalang besar

jika kita mau berusaha.

v

14. Seseorang yang namanya selalu terselip dalam doa, yang kelak

menjadi Imam, suami, sahabat, teman, dan menjadi penyemangat

hidup saya.

Demikian ucapan terima kasih yang dapat saya sampaikan dan iringan doa

selalu semoga segala amal yang kalian berikan akan mendapatkan balasan dari

Allah SWT. Penulis sadar, meskipun usaha telah maksimal tetapi sebagai manusia

pastilah terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis

menerima saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis sangat

berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan juga bagi

pengembangan pendidikan.

Ciputat, 12 April 2019

Penulis,

Rima Rahmawati

NIM. 1113018300034

vi

DAFTAR ISI

hal.

ABSTRAK ........................................................................................................... i

ABSTRACK ........................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 6

C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 6

D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

E. Kegunaan Penulisan .................................................................................. 7

BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 8

A. Landasan Teoritis ...................................................................................... 8

1. Pendidikan Karakter ............................................................................ 8

a. Pengertian Karakter ....................................................................... 8

b. Pengertian Pendidikan Karakter .................................................... 10

c. Tujuan Pendidikan Karakter ......................................................... 11

d. Nilai-nilai Pendidikan Karakter .................................................... 12

e. Dimensi dan Substansi Pendidikan Karakter ................................ 21

2. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Karakter .......... 24

vii

a. Nilai Karakter Utama Pada Jenjang Sekolah Dasar ...................... 24

b. Tahapan Implementasi Pendidikan Karakter ................................ 25

3. Karakteristik Siswa MI/SD ................................................................. 28

a. Psikologi Perkembangan Siswa MI/SD ........................................ 28

b. Sifat-sifat Khas Siswa MI/SD ....................................................... 29

B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................................. 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 33

B. Metode Penelitian...................................................................................... 33

C. Sumber Data .............................................................................................. 34

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 34

E. Teknik Analisa Data .................................................................................. 39

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 41

A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 41

1. Profil SDIT Al-Kautsar ....................................................................... 41

2. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi SDIT Al-Kautsar ............................... 43

3. Deskripsi Guru .................................................................................... 44

4. Deskripsi Siswa .................................................................................. 45

5. Standar Kompetensi Lulusan ............................................................. 47

6. Kegiatan Ekstrakurikuler ..................................................................... 47

7. Kurikulum SDIT Al-Kautsar ............................................................... 48

B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 50

1. Bentuk Pendidikan Karakter di SDIT Al-Kautsar .............................. 50

2. Usaha Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-

Kautsar ............................................................................................... 62

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter

di SDIT Al-Kautsar ............................................................................ 69

viii

4. Upaya-upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan

Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Kautsar .................70

BAB V KESIMPULAN ....................................................................................72

A. Kesimpulan .............................................................................................72

B. Implikasi .................................................................................................73

C. Saran ........................................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................75

LAMPIRAN – LAMPIRAN .............................................................................76

BIODATA PENULIS

ix

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 2. 1 Nilai-nilai Pendidikan Karakter .................................................... 15

Tabel 2. 2 Ringkasan Karakter Pada Setiap Dimensi ..................................... 19

Tabel 2.3 Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 28

Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen Observasi ....................................................... 32

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Sarana dan Prasarana Sekolah ...... 33

Tabel 3. 3 Kisi-kisi Instrumen Wawancara .................................................... 34

Tabel 3. 4 Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi ................................................... 35

Tabel 4. 1 Daftar Siswa SDIT Al-Kautsar ...................................................... 42

Tabel 4. 2 Struktur Kurikulum SDIT Al-Kautsar ........................................... 46

x

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 4. 1 Siswi mengambil wudhu bersama dengan guru ........................... 51

Gambar 4. 2 Salat berjamaah ............................................................................. 52

Gambar 4 .3 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru ..................... 53

Gambar 4. 4 Siswa berbaris rapi sebelum masuk kelas ..................................... 56

Gambar 4. 5 Upacara senin pagi berjalan dengan tertib ..................................... 57

Gambar 4. 6 Sebagian siswa membawa bekal makan dari rumah ..................... 57

Gambar 4. 7 Siswa menyetorkan hafalan kepada guru Tahfidz ......................... 64

Gambar 4. 8 Keceriaan saat kids preneur ........................................................... 67

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah

Lampiran 2 Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang

Kurikulum

Lampiran 3 Hasil Wawancara dengan Koordinator Tahfidz

Lampiran 4 Hasil Wawancara dengan Kordinator Ubudiyah

Lampiran 5 Hasil Observasi Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-

Kautsar

Lampiran 6 Hasil Observasi Studi Dokumen

Lampiran 7 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah

Lampiran 10 Lembar Uji Referensi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling

sempurna dengan memiliki banyak sekali kelebihan dibanding dengan

makhluk lainnya. Salah satu kesempurnaan itu terletak pada akal dan hati

yang Allah berikan. Dengan akal dan hati yang Allah SWT berikan manusia

dapat mengontrol kemauan, perasaan dan lainnya sehingga dapat membentuk

karakter yang kuat dalam diri sebagai kontrol perbuatannya. Karakter

merupakan dasar yang paling utama untuk manusia berkualitas.

Dalam masyarakat berbangsa, karakter menjadi salah satu instrumen

penting yang mempengaruhi maju mundurnya suatu bangsa. Suatu bangsa

dapat dikatakan maju bukan karena umur dan lamanya merdeka, bukan juga

karena jumlah penduduk serta kekayaan alam, tetapi lebih disebabkan oleh

karakter yang dimiliki bangsa tersebut.1 Hal ini menunjukkan bahwa karakter

menjadi sesuatu yang fundamental bagi kehidupan bangsa.

Dalam hadis Nabi yang artinya “Setiap anak yang dilahirkan dalam

keadaan (membawa) fitrah (rasa ketuhanan dan kecenderungan kepada

kebenaran), maka kedua orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi

Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR.Bukhori).2 Dalam hadis tersebut

dikatakan bahwa pada dasarnya manusia terlahir dengan fitrahnya yaitu sifat

yang cenderung terhadap kebenaran namun aktualisasi dari sifat itu sendiri

dapat dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan. Sifat atau karakter

yang benar tersebut dapat dibentuk melalui media pendidikan, karena

pendidikan merupakan alat yang paling efektif untuk menyadarkan individu

dalam jati diri kemanusiaannya. Dengan pendidikan akan dihasilkan kualitas

1 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga

Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 6. 2 Abuddin Nata, Akhlak dan Tasawuf dan Karakter Mulia edisi Revisi, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2014), h. 145.

2

manusia yang memiliki kehalusan budi dan jiwa, memiliki kecemerlangan

pikir, kecekatan raga dan memiliki kesadaran penciptaan dirinya.3 Pendidikan

dapat membantu manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin

yang ditunjuk Allah SWT untuk mengelola bumi beserta isinya.

Pendidikan juga merupakan media yang sangat ampuh dalam

membangun kecerdasan sekaligus kepribadian manusia yang bertakwa dan

beriman kepada Tuhan yang Maha Esa serta memiliki akhlak mulia. Hal ini

sejalan dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-undang No

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi “Tujuan

pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.4 Untuk mencapai tujuan

yang mulia tersebut pendidikan senantiasa selalu dievaluasi dan diperbaiki.

Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah munculnya gagasan

mengenai pendidikan karakter yang dicanangkan oleh pemerintah pada

tanggal 02 Mei 2010 dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional.

Dengan bertumpu pada tujuan pendidikan nasional maka dapat

dikatakan pendidikan karakter bertujuan agar generasi bangsa memiliki

keimanan serta ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa serta berkepribadian

yang mulia sehingga diharapkan generasi bangsa memiliki bekal yang cukup

untuk menghadapi zaman yang terbuka dan semakin dinamis ini. Keadaan

zaman yang demikian sedikit banyak telah merubah cara hidup manusia,

dengan mudahnya seseorang dapat mengakses berbagai informasi dari

berbagai media sehingga peluang untuk mengikuti tren sangatlah besar. Hal

ini juga menyebabkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang konsumtif.

Film, buku-buku, tempat- tempat hiburan yang menyuguhkan adegan maksiat

3 Zubaedi, op. cit., h. 13. 4 Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal III

3

juga banyak. Demikian pula produk obat-obat terlarang, minuman keras dan

pola hidup hedonistik dan materialistik semakin menggejala.5

Pendidikan karakter merupakan pendidikan akhlak yang tujuannya

untuk membentuk kepribadian yang utuh dalam diri seseorang agar ia dapat

menjalankan amanahnya sebagai pemimpin. Kepribadian yang utuh

mencakup tiga ranah yaitu cerdas dalam akal, cerdas dalam bersikap, serta

cerdas dalam berperilaku. Oleh karena itu pendidikan karakter yang

diterapkan di sekolah harus memenuhi ke tiga ranah tersebut. Namun pada

kenyataannya implementasi pendidikan karakter di sekolah hanya sampai

pada tercapainya ranah kognitif (pengetahuan). Nilai-nilai kebaikan yang

diajarkan kepada siswa hanya sebatas ilmu pengetahuan yang diajarkan di

dalam ruang kelas itu pun dengan cara menghafal, apa itu jujur, bagaimana

ciri orang jujur, dan sebagainya.

Salah satu peristiwa pada tanggal 16 Mei 2011 lalu, dalam kasus contek

massal yang terjadi di SDN Gadel II Surabaya Jawa Timur merupakan salah

satu contoh kasus tentang buruknya implementasi pendidikan karakter pada

sebagian sekolah-sekolah, karena nilai-nilai tersebut hanya diajarkan dan

diujikan sebatas pengetahuan di atas kertas hasilnya saat ujian sekolah masih

banyak siswa yang mencontek, masih banyak kasus-kasus ketidakjujuran

dalam kehidupan sehari-hari yang pelakunya adalah manusia-manusia

terpelajar.6 Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang diterapkan pada saat

ini dirasa belum optimal dalam membentuk manusia berkarakter. Berdasarkan

yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter di

Indonesia belum berjalan dengan maksimal.

Pendidikan karakter merupakan tanggung jawab semua pihak yang

berdekatan dengan generasi penerus bangsa. Baik itu pihak pemerintah,

sekolah, keluarga ataupun masyarakat. Pendidikan karakter di sekolah adalah

tanggung jawab semua warga sekolah, yaitu tenaga pendidik, tenaga

kependidikan, kepala sekolah, seluruh guru, staff administrasi, petugas

5 Abuddin Nata, op. cit., h. 135 6 M. Jafar Anwar dan M. A. Salam, Membumikan Pendidikan Karakter Implementasi

Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral, (Jakarta: Suri Tatu’uw, 2015), h. 6.

4

kebersihan, petugas kantin serta masyarakat yang tinggal di sekitar

lingkungan sekolah. Warga sekolah yang harus memberikan teladan,

pembiasaan, penerapan peraturan, menciptakan iklim dan budaya sekolah

serta motivasi yang tinggi bagi terbentuknya karakter siswa-siswi yang

notabenenya adalah generasi penerus bangsa.

Tujuan implementasi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan

dasar yaitu membentuk pondasi yang kokoh untuk terbentuknya karakter

mulia dalam setiap diri generasi muda bangsa Indonesia. Pembentukan

karakter tersebut harus ditanamkan sejak usia anak memasuki masa

keemasan. Pada anak usia sekolah antara 6 s/d 9 tahun adalah mulai

berkembangya kepribadian yang nyata pada anak, serta mulai bertambahnya

pengetahuan tentang aturan-aturan akhlak.7 Apabila kepribadian serta akhlak

seorang anak sudah terbentuk sejak dini, ketika dewasa tidak akan berubah

meski banyak problematika yang akan dihadapinya nanti. Ia juga akan

menjadi manusia yang bertanggung jawab dan bermartabat.

Dalam Islam pendidikan karakter menjadi hal yang sangat diutamakan.

Allah mengutus Rasulullah SAW sebagai figur yang sempurna akhlaknya

dan menjadikannya panutan adalah hal yang sangat dianjurkan. Seperti dalam

firman Allah yang berbunyi:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah” QS. Al-

Ahzab : 33 ayat 21.

Oleh karenanya jika anak sejak kecil sudah dikenalkan dan dibiasakan

untuk mengenal karakter mulia dengan figur Rasullah dan sunnahnya maka

ketika dewasa ia akan tumbuh menjadi generasi yang tangguh, cerdas, jujur,

amanah, bertanggung jawab dan berkarakter kuat. Lembaga pendidikan di

Indonesia mulai memberikan respon positif terhadap tantangan dan tanggung

jawab tersebut. Banyak bermunculan sistem pendidikan yang mengacu pada

7 Abu Amr Ahmad Sulaiman diterjemahkan oleh Luqman hakim, Metode Pendidikan Anak

Muslim Usia 6 s/d 9 tahun, Jilid II, (Jakarta: Darul Haq, 2005), h. 145.

5

pendidikan karakter, seperti yang diterapkan oleh SDIT Al-Kautsar yang

terletak di Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor.

Sekolah ini sangat memperhatikan pembinaan karakter bagi siswa

dalam seluruh kegiatan di sekolah. Kurikulum SDIT Al-Kautsar berpedoman

pada kurikulum pendidikan nasional yang dipadukan dengan kurikulum

sekolah Islam terpadu diolah sesuai dengan visi, misi SDIT Al-Kautsar.

Berdo’a bersama dan muroja’ah yaumiyah (sebelum) kegiatan pembelajaran

dimulai menjadi salah satu kebiasaan yang ditanamkan kepada peserta didik.

Shalat dhuha setiap pagi, shalat dzuhur berjama’ah, kegiatan keputraan dan

keputriaan setiap minggunya, penerapan pembelajaran fiqh, al- qur’an dan

hadis merupakan rutinitas yang diterapkan oleh SDIT Al-Kautsar sebagai

upaya pembentukan karakter yang kuat bagi siswanya.8

Setiap anak mendapatkan bimbingan tahfidz, menghafalkan Al-Qur’an

yang ditargetkan setelah lulus mereka dapat menghafal minimal 2 juz Al-

Qur’an, terutama juz ke-30 dan juz 29. Kegiatan di luar jam pembelajaran

guna pembentukan karakter siswa selalu ditingkatkan oleh SDIT Al-Kautsar

kegiatan-kegiatan itu meliputi: Pramuka, Pesantren Ramadhan, Peringatan

Hari Besar Islam, Perjusami, Outbond, Outing Class (Wisata Ilmiah) yang

dilakukan setiap semesternya untuk menanamkan nilai-nilai yang tidak di

dapat dalam proses KBM serta lebih mengenalkan tata cara ibadah yaumiyah

kepada peserta didik.

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui lebih detail mengenai

bagaimana implementasi pendidikan karakter bagi siswa di SDIT Al-Kautsar

dan apa saja faktor yang mempengaruhinya, maka perlu adanya penelitian

yang lebih lanjut. Oleh sebab itu penulis bermaksud melaksanakan penelitian

mengenai “Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Kautsar Bogor”

menjadi judul penelitian penulis.

8 Hasil wawancara dengan Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Kautsar pada tanggal 16

Oktober 2017 pukul 08.30 WIB.

6

B. Identifikasi Masalah

Merujuk pada pemaparan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa

masalah, yaitu:

1. Permasalahan karakter yang terjadi dikalangan anak bangsa.

2. Pengelolaan dalam pelaksanaan implementasi pendidikan karakter di

sekolah.

3. Efektivitas pada proses pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.

4. Implementasi pendidikan karakter hanya tercapai pada ranah kognitif

5. Metode atau model dalam implementasi pendidikan karakter

6. Evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan karakter

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan yang dipaparkan penulis dapat terfokus dan tidak

meluas pada hal-hal yang seharusnya tidak dibahas, maka penulis membatasi

permasalahan yang akan diteliti hanya pada pelaksanaan pendidikan karakter

bagi siswa-siswi di SDIT Al-Kautsar Bogor.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah ditulis di

atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter bagi siswa-siswi SDIT Al-

Kautsar Bogor?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan

karakter di SDIT Al-Kautsar Bogor?

3. Apa saja upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi hambatan yang

muncul dalam implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar

Bogor?

7

E. Kegunaan Penulisan

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menerapkan konsep-konsep

ilmu pendidikan, yakni dalam lingkup wilayah kajian Pendidikan Karakter.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi guru

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada guru di sekolahan

dalam memberikan wawasan pendidikan karakter baik di sekolah maupun

di rumah.

b. Bagi sekolah

Sesuai dengan kurikulum yang dibuat sekolah dengan adanya

pendidikan karakter dalam sekolah ini dapat memberi masukan terhadap

sekolah tentang implementasi pendidikan karakter yang baik dan

mempengaruhi karakter siswa.

c. Bagi siswa

Menjadikan siswa melakukan kebiasaan dalam kegiatan pembelajaran

di sekolah, sehingga memiliki karakter yang positif.

d. Bagi Peneliti

Menambah wawasan peneliti mengenai pendidikan karakter di SDIT

Al-Kautsar Bogor.

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teoritis

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Karakter

Karakter secara etimologis berasal dari bahasa Latin yaitu

kharakter, kharassaein dan kharax, dalam bahasa Yunani dari kata

charassein yang berarti membuat tajam dan membuat dalam. Dalam

bahasa Inggris character dan dalam bahasa Indonesia lazim digunakan

istilah karakter.1Pengertian karakter menurut kamus besar bahasa

Indonesia (KBBI) “karakter” diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan

yang lain, dan watak.2

Sebagai format dasar, karakter berarti apa yang dibawa

seseorang sejak lahir ke dunia. Karakter menjadi pembeda antara

manusia yang tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku. Dalam

jurnalnya, Kamaruddin menjelaskan:

In terminology, meaning the character forward by Thomas

Lickona. He said the character is "areliable inner disposition to

respond to situations in a morally good way.3

Bagi Doni Koesuma, karakter sama dengan kepribadian.

Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau

sifat khas dari diri seorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

yang diterima lingkungan, misalnya keluarga pada saat masa kecil,

atau juga bawaan sejak lahir.4

1Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta,

2012) h. 1. 2Departemen Pendidikan Nasional, op. cit,. h. 623. 3SA Kamaruddin, Character Education and Students Social Behavior. (Journal of

Education and Learning, 2012). Vol.6 (4), h. 225. 4Ibid, h. 80.

9

Dari sekumpulan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa arti

dari pembentukan karakter adalah sebuah proses berkelanjutan yang

dilakukan dalam pendidikan untuk membentuk nilai-nilai

dasar/karakter pada diri seseorang untuk membangun kepribadian

orang tersebut, baik itu nilai-nilai karakter terhadap tuhan atau nilai-

nilai karakter terhadap sesama manusia.

Menurut Asep Zaenal, karakter adalah kecenderungan hati

(sikap, attitude) dalam mereaksi sesuatu serta bentuk perilaku

(behavior). Jadi maksudnya apabila ditindak lanjuti oleh perbuatan

maka itulah yang disebut karakter. Dalam bahasa agama karakter itu

hakikatnya adalah akhlak, karakter baik disebut akhlak al-karimah,

sedangkan karakter buruk akhlak al-madzmumah5.

Al-Ghazali mempunyai keyakinan bahwa akhlak atau karakter

seseorang dapat diluruskan melalui pendidikan budi pekerti. Ia sangat

mengkritik terhadap aliran yang mengatakan bahwa tabiat seseorang

itu tidak dapat diubah oleh lingkungannnya. Sebagaimana pendapat

nativisme bahwa tabiat individu itu dibawa sejak lahir.6 Begitu pula ia

tidak sependapat terhadap paham yang mengatakan bahwa tabiat itu

tergantung pada lingkungannya, sedang dasar tidak berperan sama

sekali, sebagaimana dikemukakan oleh John Locke dengan empirisme-

nya. Posisi al-Ghazali dalam hal ini adalah seperti yang

diucapkannya:“sekiranya akhlak (tingkah laku) itu tidak

menerima perubahan, niscaya fatwa, nasehat dan pendidikan itu adalah

hampa”.7

Jadi, dari perolehan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa

karakter adalah sesuatu yang dapat dibentuk, tinggal bagaimana

keadaan dan dukungan lingkungan yang mempengaruhi pembentukan

5Asep Zaenal Ausop, Islamic Character Buiding: Membangun Insan Kamil, Cendekia

Berakhlak Qurani, (Bandung: Salamadani. 2014) Cet. I, h. 2. 6M. Miftahul Ulum, Konsep Pendidikan Anak Menurut Al-Ghazali dan Relevansinya

dengan Arah dan Tujuan Pendikan Nasional di Indonesia, (http://ejournal.unida.gontor.ac.id/), h.

328. 7Ibid, h. 328.

10

karakter tersebut serta terwujud dalam sikap, watak, dan perilaku pada

seseorang sehingga memiliki kepribadian.

b. Pengertian Pendidikan Karakter

Megawangi mendefinisikan pendidikan karakter sebagai sebuah

usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan

denga bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada

lingkungannya.8

Definisi lain dikemukakan oleh Fakry Gaffar: “Sebuah proses

tranformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam

kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan

orang tersebut.”9

Menurut Scerenko menyatakan bahwa pendidikan karakter dapat

dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri

kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui

keteladanan, kajian (sejarah dan biografi para bijak dan pemikir besar),

serta praktik elmusi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah

dari apa-apa yang diamati dan dipelajari).10

Buchori mengemukakan bahwa pendidikan karakter seharusnya

membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif,

penghayatan nilai secara afektif, dan pengamalan nilai secara nyata.11

Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa

pendidikan karakter merupakan proses pemberian tuntutan yang positif

kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkarakter dalam

mengolah hati, pikiran, raga, serta rasa. Pendidikan karakter dapat

8 M. Jafar Anwar dan M. A. Salam, Membumikan Pendidikan Karakter Implementasi

Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral, (Jakarta: Suri Tatu’uw, 2015), h. 32. 9Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah,

(Bandung: PT Rosda Karya, 2012), Cet. III, h. 5. 10Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011), h. 45. 11E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), Cet. 3,

h.8-9.

11

dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan

watak yang mengembangkan kemampuan peserta didik dalam

memelihara yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam

pengamalan kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

c. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dalam perspektif Islam telah ada sejak

diutusnya Nabi Muhammad Saw, Sang Nabi terakhir dalam ajaran

Islam mempertegas bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia

adalah untuk memperbaiki atau menyempurnakan pembentukan

karakter yang baik (goo character).12

Mulyasa mengatakan bahwa tujuan dari pendidikan karakter

yaitu, untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang

mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik

secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi

lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter

siswa dapat mengembangkan sikap mandiri untuk meningkatkan dan

menggunakan pengetahuan yang dimiliki, mempelajari dan memahami

nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga dapat terwujud dalam

perilaku sehari-hari.13

Menurut Foerster Pendidikan karakter bertujuan terwujudnya

kesatuan esensial subjek dengan perilaku dan sikap/nilai hidup yang

dimilikinya.14 Sedangkan menurut Dharma Kesuma dkk. tujuan

pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan

nilai-nilai tertentu sehingga terwaujud dalam perilaku anak, baik ketika

proses sekolah maupun setelah proses sekolah.15

Dalam sebuah jurnalJacques S. Benninga menyatakan bahwa :

12 Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT

Rosda Karya, 2011, h. 30. 13 Mulyasa, op. cit., h. 9. 14Adisusilo, Sutarjo. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2012. h. 78. 15Muchlas Samani dan Hariyanto., op. cit., h. 9

12

“quality character education is good academic education is

bolstered by findings that educational interventions with

character-related the produce a range of effects that are linked

to effective schooling. Although these findings generally are from

programs that do not claim to be character education programs,

for the most part their focus is on enhancing interpersonal

understanding and prosocial behavior.”16

Menurut Jacques S. Benninga menyatakan pendidikan karakter

yang berkualitas adalah pendidikan akademik yang baik didukung oleh

temuan bahwa intervensi pendidikan dengan karakter yang

berhubungan dengan menghasilkan berbagai efek yang terkait dengan

sekolah yang efektif. Meskipun temuan ini umumnya berasal dari

program yang tidak mengaku sebagai program pendidikan karakter,

untuk sebagian besar fokus mereka adalah pada peningkatan

pemahaman interpersonal dan perilaku prososial.

Dengan demikian tujuan adanya pendidikan karakter yaitu

sebagai bentuk pengembangan nilai-nilai perilaku positif yang

diwujudkan dalam proses pembelajaran di sekolah yang berdampak di

luar sekolah.

d. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang dikembangkan dari

berbagai pihak serta dapat diidentifikasi sebagai nilai-nilai yang

diimplementasikan pada kehidupan.

Dalam perspektif Islam, bahwa nilai karakter yang terkenal dan

melekat pada Nabi Muhammad Saw, yaitu Shidiq (benar), Amanah

(jujur atau terpercaya), Tabligh (komunikatif), dan Fathonah (cerdas).17

16Jacques S. Benninga, The Relationship of Character Education Implementation and

Academic Achievement in Elementary Schools, Journal of Research in Character Education Vol. 1,

No.1, 2003, (http://www.csufresno.edu/kremen/bonnercenter/documents/Character_Education.pdf)

diakses pada tanggal 15 januari 2017 pukul 14.00 WIB. 17Dharma Kesuma, op. cit., h. 11

13

Megawangi pencetus Pendidikan Karakter di Indonesia telah

menyusun merumuskan sembilan karakter mulia yang selayaknya

menjadi acuan dalam pendidikan karakter yaitu:

1) Cinta kepada Allah dan kebenaran

2) Tanggung jawab, disiplin dan mandiri

3) Jujur

4) Hormat dan santun

5) Kasih sayang, peduli dan kerja sama

6) Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah

7) Keadilan dan kepemimpinan

8) Baik dan rendah hati

9) Toleransi dan cinta damai18

Daniel Goleman (dalam buku Pembelajaran Nilai-Karakter)

menyebutkan bahwa pendidikan karakter mencakup nilai dasar yang

saling terkait yaitu:

1) responsibility (tanggung jawab)

2) respect (rasa hormat)

3) fairness (keadilan)

4) courage(keberanian)

5) honest (jujur)

6) citizenship (rasa kebangsaan)

7) self-discipline (disiplin diri)

8) caring (peduli)

9) perseverance (ketekunan)19

Sedangkan menurut Adisusilo nilai-nilai yang dapat memberi

karakter khas tidak lain adalah nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai-nilai:

religius, humanitas, nasionalitas, demokratis, dan berkeadilan sosial.20

18 E. Mulyasa, op. cit., h.5. 19 Adisusilo, op. cit., h.79-80 20Ibid, h. 80.

14

Kemudian Ari Ginanjar dengan teori ESQ, merangkum dalam

tujuh karakter dasar, yaitu: jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner,

adil, peduli dan keerja sama.21 Pada draf Grand Desaign Pendidikan

Karakter diungkapkan nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya

satuan pendidikan formal dan nonformal, yaitu:

1) jujur, menyatakan apa adanya.

2) tanggung jawab, melakukan tugas sepenuh hati.

3) cerdas, berpikir sacara cermat dan tepat.

4) sehat dan bersih, menghargai ketertiban, keteraturan menghargai diri

dan lingkungan, menerapkan pola hidup seimbang.

5) peduli, melakukan orang lain dengan sopan santun dan toleran

terhadap perbedaan.

6) kreatif, mampu menyelesaikan masalah secara inovatif, luwes, dan

memiliki ide baru.

7) gotong royong, mau bekerja sama dengan baik, dan tidak egois.22

Sementara Character Count menyatakan nilai-nilai dalam

kurikulum Pendidikan Karakter sekolah dasar yaitu:

1) trustworthy (dapat dipercaya)

2) respect (menghormati/menghargai)

3) responsibility (penuh tanggung jawab)

4) fairness (adil, jujur, sportif )

5) caring (peduli)

6) citizenship (kewarganegaraan)23

21Abdul Majid dan Dian Andayani, op. cit., h. 43 22 Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit., h 51. 23Ibid., h 55-57.

15

Mulai tahun pelajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di

Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter. 18 nilai-nilai

yang terkandung dalam pendidikan berkarakter, yaitu:

Tabel 2.124

No Nilai karakter Uraian

1. Religius Sikap dan perilaku yang ptuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun

dengan pemeluk agama lain. Religius adalah proses

mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi,

sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan

peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta

kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia

dan manusia serta lingkungannya.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya

dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,

suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain

yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh

dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,

serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelaikana tugas-tugasnya.

24 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, (Jakarta:

Erlangga, 2012), h. 5-8.

16

8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu

yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat

kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas

kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta tanah air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi dan politik bangsa.

12. Menghargai

prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat

dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang

lain.

13. Bersahabat/ko

munikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,

bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta damai Sikap, pekataan dan tindakan yang menyebabkan orang

lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya

sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan

budaya), negara.

15. Gemar

membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi

dirinya.

16. Peduli

lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki

kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan

pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung

jawab

Sikap dan tindakan seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,

17

terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan

sekitar.

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai karakter

bukanlah merupakan nilai-nilai yang bersifat tetap, tetapi akan terus

berkembang. Produk dari character building tidak bersifat permanen. Ia

akan terus tumbuh dan berkembang. Sangat mungkin seseorang awalnya

memiliki karakter yang baik, tetapi pada akhirnya kehilangan

karakternya.25 Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa nilai-nilai

karakter tersebut merupakan nilai-nilai yang terus dikembangkan, terlebih

dalam tahap pembentukan. Karakter bukanlah sesuatu yang dapat dibentuk

dengan instan, dengan kata lain memerlukan proses yang terus-menerus

berkelanjutan, agar nilai-nilai karakter ini akan senantiasa terus

ditanamkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Karakter Religius

Religius merupakan suatu bentuk hubungan manusia dengan

penciptanya melalui ajaran agama yang sudah diinternalisasi dalam diri

sesorang dan tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari. Sikap dan

perilaku yang ptuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,

toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan

pemeluk agama lain.26

Dari pengertian mengenai religius, maka indikator karakter menurut

Kementerian Pendidikan Nasional, yaitu:

a. Menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya

b. Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah.

c. Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunia-

Nya

25Ngainun Naim, Character Building, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 58. 26 Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter; Landasan, Pilar, dan Implementasi, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014), h. 88.

18

Selain itu, Indikator lainnya yang dapat dikembangkan adalah sebagai

berikut:

a. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran

b. Mengikuti shalat zuhur berjamaah di masjid sekolah

c. Melaksanakan program BTQ

2. Karakter Jujur

Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang

ada.jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka

dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta.27

Jujur merupakan suatu kesesuaian antara yang lahir dan yang batin.

Jujur adalah perilaku seseorang yang menjadikan dirinya sebagai orang

yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka makna kejujuran

mengandung pengertian sebagai berikut:

a. Kesesuaian antara yang lahir dan yang batin

b. Perkataan, tindakan, dan pekerjaan dapat dipercaya

c. Perbuatan tulus, ikhlas, benar, setia, adil, dan lurus

d. Pikiran, perasaan, dan perbuatan yang benar

e. Sesuatu yang benar yang dikemukakan dengan kesadaran dari dalam

hati.28

Dari pengertian mengenai kejujuran, maka Indikator yang dapat

dikembangkan adalah sebagai berikut:

a. Mengatakan sesuatu yang benar walaupun itu pahit

b. Menghindari perbuatan menipu, menyontek, plagiat, atau mencuri

c. Memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu yang benar

d. Dapat dipercaya; melakukan sesuatu yang dikatakan

e. Menjaga reputasi dan martabat yang baik dan terpuji29

27Mohamad Mustari, Nilai Karakter; Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press),

h.13. 28Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter; Landasan, Pilar, dan Implementasi, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014), h. 88.

19

Sementara itu, indikator karakter menurut Kementerian Pendidikan

Nasional, yaitu:

a. Tidak meniru jawaban teman (mencontek) ketika ulangan ataupun

mengerjakan tugas di kelas

b. Mengatakan dengan sesungguhnya sesuatu yang telah terjadi atau

sesuatu yang dialaminya dengan apa adanya

c. Mau bercerita tentang kesulitan dan mau menerima pendapat temannya

d. Mau menyatakan tentang ketidaknyamanan suasana belajar di kelas

e. Menjawab pertanyaan guru tentang sesuatu berdasarkan apa yang

diketahui30

Kejujuran dalam konteks pembangunan karakter di sekolah, menjadi

sangat penting untuk menjadikan karakter peserta didik saat ini sebagai

bekal mengarungi kehidupan di masa yang akan datang.

3. Karakter Disiplin

Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan perarturan yang berlaku. Disiplin adalah

pengontrolan diri untuk mendorong dan mengarahkan seluruh daya dan

upaya dalam menghasilkan sesuatu tanpa ada yang menyuruh untuk

melakukan.31

Disiplin diri merupakan pengganti untuk motivasi. Disiplin diperlukan

dalam rangka menggunakan pemikiran sehat untuk menentukan jalannya

tindakan yang terbaik yang menentang hal-hal yang lebih dikehendaki.

Di sekolah, disiplin berarti taat pada peraturan sekolah. Seorang murid

dikatakan berdisiplin apabila ia mengikuti peraturan yang ada di sekolah.

Hal ini berarti pihak sekolah harus memiliki peraturan sekolah yang

wajib ditaati oleh seluruh siswa dan menerapkan sanksi bila siswa

melakukan pelanggaran. Kepala sekolah maupun guru harus mampu

29Ibid, h. 89. 30Ira Puspita, Pendidikan Karakter Jujur di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang,

(http://eprints.walisongo.ac.id), h. 2. 31Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter; Landasan, Pilar, dan Implementasi, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014), h. 92.

20

melaksanakannya secara adil dan tidak memihak. Jika disiplin secara

sosial tetap dipertahankan, lama-lama tiap siswa dapat menginternalisasi

disiplin itu untuk dirinya sendiri.

Berikut ini merupakan beberapa ciri-ciri yang melambangkan karakter

disiplin, yaitu:

a. Menetapkan tujuan dan melakukan apa yang diperlukan untuk

memperolehnya

b. Mengontrol diri sehingga dorongan tidak memengaruhi keseluruhan

tujuan

c. Menggambarkan apa yang akan terjadi jika telah mencapai tujuan

d. Menghindari orang-orang yang mungkin mengalihkan perhatian dari

apa yang ingin dicapai

e. Menetapkan rutinitas yang dapat membantu mengontrol prilaku32

Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang

disiplin merupakan orang yang memiliki arah dan tujuan hidup yang jelas,

konsisten untuk tetap melakukannya, serta mewujudkannya dalam bentuk

kegiatan rutinitas. Ada indikator ketercapaian disiplin dalam diri siswa,

diantaranya disiplin siswa dalam masuk sekolah, yaitu keaktifan,

kepatuhan, dan ketaatan siswa dalam masuk sekolah. Artinya, seorang

siswa dikatakan disiplin jika ia selalu aktif masuk sekolah pada waktunya,

tidak pernah terlambat, serta tidak pernah membolos setiap harinya,

disiplin siswa dalam mengerjakan tugas, dan disiplin siswa dalam

mengikuti pelajaran di sekolah

Dari ciri-ciri karakter disiplin yang telah dijelaskan, Kementerian

Pendidikan Nasional menggolongkan kedisiplinan siswa ke dalam

beberapa indikator, antara lain:

a. Membiasakan hadir tepat waktu

b. Membiasakan mematuhii aturan

c. Menggunakan pakaian sesuai dengan ketentuan33

32Ibid, h. 93.

21

Selain itu, Indikator lainnya yang dapat dikembangkan adalah sebagai

berikut:

d. Datang ke sekolah dan pulang sekolah tepat waktu

e. Patuh pada tata tertib dan aturan sekolah

f. Mengerjakan setiap tugas yang diberikan

g. Mengumpulkan tugas tepat waktu

h. Memakai seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku

i. Membawa perlengkapan belajar sesuai dengan mata pelajaran34

Dari indikator-indikator di atas dapat dikembangkan lagi sesuai dengan

peraturan atau tata tertib yang ada di sekolah.

e. Dimensi Pendidikan Karakter

Proses pembentukan karakter dalam diri individu merupakan

fungsi dari seluruh potensi yang dimilikinya (kognitif, afektif,

psikomotorik) yang berinteraksi dengan lingkungannya (keluarga,

sekolah dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.35

Mencermati konsep pendidikan karakter yang dikembangkan

Kemendiknas sejak tahun 2010, tampaklah empat dimensi pendidikan

karakter yang meliputi: olah pikir, olah hati, olah raga dan olah karsa.

Keempat dimensi ini memiliki keterikatan satu sama lain yang

digambarkan dalam empat lingkaran yang saling mengikat. Lihat

gambar 2.1 dalam gambar tersebut keempat dimensi tidaklah saling

memisah, namun saling bersinggungan dan berpotongan pada satu

bidang, bidang yang berpotongan itulah yang merupakan kristalisasi

nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter yang menjadi tujuan

pendidikan karakter. Hal ini bermakna karakter individu dinyatakan

33Alfian Budi Prasetya, Penerapan Pendidikan Karakter Nilai Disiplin dan Nilai Tanggung

Jawab dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan(PJOK) di Kelas 1

dan 4 SD Negeri Percobaan 3, (http://eprints.uny.ac.id/), h. 16. 34Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Model Penilaian Pencapaian Kompetensi

Peserta Didik SMP, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar), h. 7. 35 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Alfabeta: Bandung,

2012), h. 23.

22

lengkap jika keempat dimensi ini tumbuh dan berkembang dalam diri

seseorang.

Gambar 2.1

Keterpaduan empat dimensi tersebut dapat dideskripsikan sebagai

berikut. Olah hati berkenaan dengan perasaan, sikap, dan keyakinan.

Olah pikir berkenaan dengan proses penalaran guna mencari dan

menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif dan inovatif. Olah raga

berkenaan dengan proses, kesiapan, peniruan, manipulasi dan

penciptaan aktivitas baru disertai dengan sportivitas. Olah karsa/rasa

berkenaan dengan kemauan, motivasi dan kreatifitas yang tercermin

dalam kepedulian, citra, dan penciptaan kebaruan.36

Muhammad Yaumin dalam bukunya memaparkan karakter yang

dapat dikembangkan dari keempat dimensi pendidikan karakter di atas,

yaitu:37

Tabel 2.2

Dimensi Pendidikan Karakter

Olah Pikir Cerdas (cerdas kata,cerdas gambar, music, mengatur diri,

berhubungan dengan orang lain, flora dan fauna dan

36 Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit., h. 24. 37Muhammad Yaumin, Pendidikan Karakter Landasan, Pilar dan Implementasi, (Prenada

media: Jakarta, 2014), h. 59.

Olah Pikir Olah Hati

Olah Raga

Nilai-nilai luhur

dan perilaku

berkarakter

Olah Rasa

23

eksistensial), kritis (ingin tahu, reflektif, terbuka), kreatif

(produktif, inovatif, dan ber-iptek)

Olah Rasa Ramah, apresiatif, suka menolong, sederhana, rendah hati,

tidak sombong, bijak, pemaaf, mudah kerja sama, gotong

royong, peduli, mengutamakan kepentingan umum, beradab,

sopan santun, nasionalis.

Olah Hati Beragama, alim, jujur, amanah, adil, bertanggungjawab,

integritas, loyal, tulus, ikhlas, empati, murah hati, berjiwa

besar, teguh pendirian.

Olah Raga Disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, ceria, gigih,

bekerja keras dan berdaya saing.

Tabel 2.1. Ringkasan Karakter pada Setiap Dimensi

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai karakter

bukanlah merupakan nilai-nilai yang bersifat tetap, tetapi akan terus

berkembang dan dalam pembentukannya dibutuhkan waktu yang terus-

menerus.

Produk dari character building tidak bersifat permanen. Ia akan terus

tumbuh dan berkembang. Sangat mungkin seseorang awalnya memiliki

karakter yang baik, tetapi pada akhirnya kehilangan karakternya.38 Oleh

karena itu, dapat diasumsikan bahwa nilai-nilai karakter tersebut

merupakan nilai-nilai yang terus dikembangkan, terlebih dalam tahap

pembentukan. Karakter bukanlah sesuatu yang dapat dibentuk dengan

instan, dengan kata lain memerlukan proses yang terus-menerus

berkelanjutan, agar nilai-nilai karakter ini akan senantiasa terus

ditanamkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

38Ngainun Naim, Character Building, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 58.

24

2. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Dasar

a. Nilai Karakter Utama Pada Jenjang Sekolah Dasar

Pembinaan nilai moral dan karakter anak harus dilakukan sejak

dini. Orang tua dan keluarga memiliki peran utama dalam menanamkan

nilai- nilai karakter yang mulia terhadap anak. Selain orang tua dan

keluarga sekolah juga berperan sangat penting dalam menanamkam

pendidikan karakter.

Sekolah dasar merupakan periode pendidikan yang sangat penting

untuk pembinaan moralitas individu. Dalam pendidikan nasional,

sekolah dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama yang

menentukan arah pengembangan potensi peserta didik. Jika terjadi

kesalahan dalam penanaman nilai di sekolah dasar akan berdampak

pada kehidupan individu.

Penanaman nilai-nilai moral bertujuan menanamkan nilai-nilai

moral yang mulai luntur di lingkungan anak-anak akibat pengaruh

buruk yang mereka dapatkan dari lingkungan sekitar. Paul Suparno dkk

mengatakan adapun nilai-nilai moralitas dan budi pekerti yang perlu

ditanamkan pada jenjang Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:39

1) Nilai religius yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Serta toleran

terhadap pelaksaan ibadah agama lain

2) Nilai sosial yakni sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

3) Nilai gender yakni sikap dan perilaku yang tidak membeda-

bedakan antara laki-laki dan perempuan, keduanya memiliki

kesempatan yang sama.

4) Nilai keadilan yakni sikap dan perilaku yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dengan orang lain

39 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan,

(Malang: Bumi Aksara, 2007), h. 46-50.

25

5) Nilai kejujuran yakni perilaku yang pada upaya menjadikan dirinya

sebagai oaring yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan dan pekerjaan.

6) Nilai kemandirian yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah

tergantung pada orang laindalam menyelesaikan tugas

7) Nilai daya juang yakni perilaku yang menunjukkan upaya

sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan dalam

belajar

8) Nilai tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang

untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya dilakukannya

terhadap diri sendiri, lingkungan, masyarakat, Negara dan Tuhan

yang maha Esa.

9) Nilai penghargaan terhadap lingkungan yakni sikap dan tindakan

yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam

di sekitarnya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) 2017, Muhajir

Effendy menyatakan bahwa nilai-nilai yang harus ditanamkan dalam

pendidikan karakter pada jenjang sekolah dasar adalah (1) karakter

personal diantaranya hidup jujur dan memiliki budaya antre, (2)

karakter social yakni memiliki tanggung jawab sosial dan menghargai

perbedaan serta pendapat orang lain, dan menumbuhkan sikap

nasionalisme.40

b. Tahapan Implementasi Pendidikan Karakter

Karakter seperti juga kualitas diri lainnya tidak berkembang

dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu

dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan yang

berlangsung sepanjang hayat. Karakter dikembangkan melalui tahap

pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), menuju kebiasaan

40 Muhajir Effendy, SD-SMP Segera Terapkan Pendidikan Karakter, 2017,

(www.radarbangka.co.id)

26

(habit).41 Perkembangan karakter seseorang tidak sebatas pada

pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang belum

tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya jika ia tidak

terlatih untuk melakukan kebaikan. Hal tersebut dikarenakan karakter

lebih kepada kebiasaan diri seseorang.

Proses implementasi pendidikan karakter memiliki prinsip dalam

internlisasi nilai-nilai yang digunakan, yaitu mengusahakan agar peserta

didik mengenal dan menerima nilai-nilai sebagai meilil mereka sendiri

dan harus bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya. Hal

tersebut melalui tahap mengenal pilihan, menentukan pendirian dan

selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan dirinya.

Dengan melaksanakan ketiga tahapan tersebut peserta didikbelajar

melalui proses berpikir, bersikap dan berbuat.42

Proses internalisasi nilai-nilai dilakukan dengan tahapan-tahapan

berjenjang mulai dari penanaman, penumbuhan, pengembangan dan

pemantapan.

1) Tahap penanaman nilai

Tahap penanaman nilai merupakan tahap ditanamkannya nilai-

nilai kebaikan agar menjadi kebiasaan. Pada tahap ini anak

dibiasakan berbuat baik. Tahap ini sangat memerlukan

keteladanan dari orang- orang yang dekat dengan peserta didik.

Faktor keteladanan ini menjadi landasan fundamental bagi anak

dalam internalisasi nilai- nilai yang sedang atau telah diterima

dari lingkungan.

2) Tahap penumbuhan nilai

Pada tahap penumbuhan nilai-nilai telah ditanamkan kepada anak

ditumbuhkan secaa maksimal. Tahap penumbuhan nilai dilakukan

dengan memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai dengan

41 Zubaedi, op. cit., h. 110. 42 Deni Damayanti, Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta:

Araksa, 2014), h. 54.

27

tahapan usianya. Dengan begitu nilai-nilai yang ditanamkan dapat

tumbuh dan melekat dalam dirinya sebagai jati diri yang kuat.

3) Tahap pengembangan nilai

Nilai-nilai yang telah ditanamkan dan ditumbuhkan pada anak

perlu dikembangkan menjadi nilai-nilai diri. Nilai-nilai yang

sudah ada menjadi satu dalam diri anak dan harus tercermin

dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

4) Tahap pemantapan nilai

Nilai-nilai yang sudah ditanamkan, ditumbuhkan dan

dikembangka kemudian dimantapkan. Pada tahapan ini anak

diberikan kepercayaan dan tanggung jawab untuk melakukan

kegiatan yang berhibungan langsung dengan kehidupan dalam

masyarakat. Dengan pemntapan ini diharapkan anak-anak sudah

siap untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi.43

Dengan prinsip-prinsip tersebut dapat dilakukan strategi

implementasi pendidikan karakter berkelanjutan sebagai berikut.44

Strategi implementasi pendidikan karakter dimulai dengan pengajaran

makna nilai. Nilai-nilai yang telah diajarkan ditanamkan melalui

pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan nilai-nilai dapat

melalui keteladanan dari orang tua ataupun guru. Selain dengan

keteladanan, nilai-nilai yang telah diajarkan ditumbuhkan dengan

penguatan dalam kegiatan yang memuat nilai-nilai yang diajarkan.

Setelah diberikan keteladanan dan penguatan nilai, kemudian

dimantapkan dengan melakukan pengontrolan. Jika yang dilakukan

anak sesuai dengan nilai yang sudah diajarkan maka anak perlu

diberikan penghargaan. Tahap ini dilakukan sebagai penguatan nilai.

Jika perilaku yang dilakukan anak tidak sesuai dengan nilai atau

menyimpang maka perlu diberi hukuman atau pembinaan. Setelah

43 Ibid., 59-61 44 Kusnaedi, Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Panduan untuk Orang Tua

dan Guru, (Bekasi: Duta Media Tama, 2013), h. 137.

28

dilakukan hukuman anak perlu dikembalikan pada tahapan pengajaran

makna nilai.

Strategi tersebut perlu dikembangkan dalam implementasi

pendidikan di sekolah, dengan diterapkannya strategi di atas diharapkan

implementasi pendidikan karakter di sekolah akan efektif dan mampu

menjadikan siswa-siswi memiliki karakter yang mulia bukan sebatas

pengetahuan saja melainkan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

dan menjadi sesuatu yang tertanam kokoh dalam diri sebagai bekal bagi

kehidupannya.

3. Karakteristik Siswa MI/SD

a. Psikologi Perkembangan Siswa MI/SD

Jean Piaget menyebutkan bahwa masa anak-anak berada pada

fase perkembangan operasi konkrit.45 Pada masa keserasian bersekolah

ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa

sebelumnya maupun sesudahnya, karena anak lebih siap mendapatkan

pendidikan dan keinginannya sendiri untuk belajar.46

Akan tetapi, pada masa ini juga biasa disebut “masa yang

menyulitkan”, karena anak lebih banyak dipengaruhi teman-teman

sebayanya daripada orang tuanya sehingga sulit untuk menuruti

perintah orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang

memperhatikan dan kurang bertanggung jawab terhadap pakaian dan

benda-benda yang dimilikinya. Pada masa ini anak-anak juga sering

kelihatan saling mengejek dan bertengkar.47

Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena

pada rentang usia ini (6-12 tahun), anak bersekolah di sekolah dasar.

Di sekolah dasar, anak diharapkan memperolah dasar-dasar

pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk

45Nafia Wafiqni & Asep Ediana Latip, Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD,

(Jakarta: UIN PRESS, 2015), h. 23. 46Ibid, h. 24. 47Ibid, h. 25.

29

keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam

kehidupannya kelak.

b. Sifat-sifat Khas Siswa MI/SD

Anak-anak usia sekolah memiliki karakteristik yang berbeda

dengan anak-anak yang lebih muda. Ia senang bermain, senang

bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau

melakukan sesuatu secara langsung. Menurut Desmita, masa usia

sekolah ini dapat dirinci menjadi 2 fase, yaitu:

a) Masa kelas rendah sekolah dasar (6/7 – 9/10 th)

Masa ini ditandai dengan sifat-sifat khas sebagai berikut:

1) Adanya korelasi yang tinggi antara keadaan jasmani (postur,

keterampilan, kesehatan) dengan prestasi sekolah. Ini

menunjukkan perlunya kebutuhan-kebutuhan biologis terpenuhi

secara baik

2) Adanya sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang

tradisional

3) Adanya kecenderungan untuk memuji diri sendiri

4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak-anak lain,

kalau hal itu menguntungkan dirinya; dalam hal ini ada

hubungannya dengan meremehkan anak lain.

5) Apabila anak tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau soal,

maka soal tersebut dianggapnya tidak penting

6) Pada masa ini terutama bagi anak-anak umur 6-8 tahun

menginginkan nilai yang baik.48

b) Masa kelas tinggi sekolah dasar (9/10 – 12/13 th)49

1) Anak tertarik perhatiannya kepada kehidupan sehari-hari yang

konkret

2) Anak bersifat realistik, ingin tahu, ingin belajar, ingin bisa

48Ibid, h. 31. 49Ibid, h. 31.

30

3) Menjelang akhir masa ini anak-anak manaruh minat kepada hal-

hal dan mata pelajaran tertentu yang mereka minati

4) Sampai umur 11, anak-anak masih sering menunggu bantuan guru

atau orang dewasa dalam menyelesaikan tugas-tugas atau dalam

memenuhi keinginan-keinginannya, tetapi setelah melewati umur

itu, anak-anak dengan bebas dan berusaha untuk

menyelesaikannya sendiri

5) Pada masa ini anak-anak gemar membentuk kelompok-kelompok

untuk bermain bersama-sama, dalam kelompok permainan ini

anak-anak tidak lagi menggunakan peraturan-peraturan yang

tradisional, melainkan mereka membuat peraturannya sendiri.50

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian dari Iis Sulastri (2014), lulusan S1 Jurusan Manajemen

Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tentang Peran Kepemimpinan Kepala

Sekolah dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter di MIN 09

Petukangan Selatan Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa peran kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan

pendidikan karakter di MIN 09 Petukangan Selatan dapat dilihat dari

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pengembangan

pendidikan karakter. Penerapan pendidikan karakter melibatkan semua

pihak yang terkait (stake holder) sekolah dalam prosesnya. Semua guru

dan karyawan merasa terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi program sekolah.51

2. Penelitian dari M Zainul Labib (2014), lulusan S1 jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tentang Implementasi Pendidikan

50Ibid, h. 32. 51Iis Sulastri, “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Pendidikan

Karakter di MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta,” Skiripsi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, (Jakarta: tidak dipublikasikan, 2014).

31

Karakter dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Akademik Siswa Kelas VI

SD Negeri 1 Jombang Ciputat. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui implementasi pendidikan karakter yang diterapkan di SD

Negeri Jombang 1 Ciputat dan mengetahui bagaimana pengaruhnya

terhadap perilaku akademik siswa kelas VI, dari hasil penelitian

menunjukkan terdapat pengaruh yang kuat atau tinggi implementasi

pendidikan karakter terhadap perilaku akademik siswa dengan angka

korelasi sebesar 0,812 dan koefisien determinasi sebesar 67%. Faktor

keterkaitan yang diberikan dalam kategori sedang dan masih terdapat 33%

faktor-faktor lain yang memiliki keterkaitan dengan perilaku akademik

siswa SD Negeri Jombang 1. Dari 33% faktor-faktor lain tersebut adalah

pengaruh dalam keluarga, pengaruh lingkungan masyarakat dan pengaruh

sifat bawaan atau keturunan.52

3. Penelitian Albertin Dwi Astuti (2015), lulusan S1 Jurusan Pendidikan

Teknik Boga, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, tentang

Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Pendidikan Karakter Siswa Kelas X

Jurusan Tata Boga SMK N 3 Klaten. Penelitian ini bertujuan untuk: (1)

Mengetahui keadaan budaya sekolah SMK N 3 Klaten, (2) Mengetahui

karakter siswa jurusan tata boga SMK N 3 Klaten, (3) Mengetahui

pengaruh budaya sekolah terhadap karakter siswa SMK N 3 Klaten. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Variabel keadaan budaya sekolah

pada siswa kelas X jurusan tata boga SMK N 3 Klaten sebesar 45%

termasuk dalam kategori cukup. Disebabkan oleh budaya membaca yang

rendah yaitu sebesar 2%, budaya saling percaya yaitu sebesar 4%, budaya

jujur sebesar 4%, budaya kerja sama sebesar 5%, budaya memberi

penghargaan sebesar 6%, budaya berprestasi sebesar 7%, budaya bersih

sebesar 8%, dan budaya disiplin sebesar 9%. (2) Variabel karakter siswa

pada kelas X jurusan tata boga SMK N 3 Klaten sebesar 46% termasuk

dalam kategori cukup. Rendahnya karakter gemar membaca yaitu sebesar

52M Zainul Labib, “Implementasi Pendidikan Karakter dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku

Akademik Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Jombang Ciputat,” Skiripsi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, (Jakarta: Tidak dipublikasikan, 2014).

32

0,70%, karakter semangat kebangsaan yaitu sebesar 0,85 %, karkater

demokratis yaitu sebesar 0,90%, karakter cinta tanah air yaitu sebesar

0,90%, karakter kerja keras yaitu sebesar 0,95%, karakter tanggung jawab

yaitu sebesar 1%, karakter mandiri yaitu 1%, karakter menghargai prestasi

yaitu 1,27%, karakter jujur sebesar 1,50%, karakter kreatif yaitu sebesar

2%, karakter peduli sosial yaitu sebesar 2,50%, karakter bersahabat

sebesar 2,55%, karakter cinta damai yaitu sebesar 2,80%, karakter rasa

ingin tahu sebesar 3%, karakter toleransi sebesar 4%, karakter religious

sebesar 6%, karakter peduli lingkungan sebesar 6 % dan karakter disiplin

sebesar 6%. (3) Berdasarkan hasil uji hipotesis pada penelitian ini

ditemukan hasil 30,2% yang termasuk dalam kategori cukup sehingga

bisa disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara

budaya sekolah terhadap karakter siswa kelas X jurusan boga SMK N 3

Klaten.

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDIT Al Kautsar yang berlokasi di Jl. Raya

Wika No.2, Kp. Lebak Pasar RT04/RW02 Desa Nambo Kecamatan

Klapanunggal Kabupaten Bogor. Waktu penelitian terhitung sejak Agustus

sampai dengan November 2017.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu metode

interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi

terhadap data yang ditemukan di lapangan dalam bentuk metode deskriptif .1

Menurut Bugin, metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan,

meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas

social dengan yang ada di masyarakat yang menjadi objek penilaian, dan

berupaya menarik realitas tersebut ke permukaan sebagai ciri karakter, sifat,

model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena

tertentu.2 Maka metode deskriptif dalam penulisan skripsi ini diarahkan untuk

menganalisis kondisi dan situasi yang terdapat pada implementasi pendidikan

karakter di SDIT Al-Kautsar Bogor.

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009)

h.7- 8 2Pedoman Penulisan skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2015, h. 62-63

34

C. Sumber Data

Ada tiga jenis sumber data, yaitu : place (tempat), person (orang), paper

(kertas). Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah

subjek dari mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari

dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, berikut

penjelasannya:

1. Data primer adalah data yang bersumber dari informan secara langsung

yang ditemui di lapangan atau lokasi penelitian.3 Dalam penelitian ini

sumber data berasal dari key information berupa dokumen-dokumen dan

wawancara di SDIT Al-Kautsar, yakni sebagai berikut:

a. Dokumen-dokumen sekolah (data tenaga pendidik, dan kependidikan,

buku rencana tahunan, laporan prestasi akademik dan non akademik

sekolah)

b. Hasil wawancara dari kepala SDIT Al-Kautsar, Wakasek bid.

Kurikulum SDIT Al-Kautsar, guru bidang studi.

c. Hasil observasi (lingkungan sekolah, lingkungan kelas, pelaksanaan

program sekolah dan fasilitas)

2. Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan

data/informasi kepada peneliti yang diperoleh dari pihak lain selain dari

sumber primer, dan berfungsi sebagai data pendukung penelitian.4

Adapun data sekunder dari penelitian ini adalah berasal dari buku dan

jurnal yang terkait dengan pendidikan karakter.

D. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan

penelitian. Hal ini dilakukan untuk menanyakan atau mengamati informan

3 Sugiyono, op. cit., h. 225. 4 Ibid.

35

sehingga diperoleh suatu informasi. Untuk memperoleh data yang signifikan,

maka penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.5

Pengumpulan data dengan teknik observasi dimaksudkan untuk

mengamati objek yang diteliti untuk mendapatkan data di lapangan.

Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung ke SDIT Al-

Kautsar dalam rangka memperoleh data mengenai lingkungan sekolah,

pelaksanaan program sekolah, kegiatan ekstrskulikuler dan fasilitas

sekolah. Di bawah ini merupakan kisi-kisi instrument observasi yang

penulis gunakan.

5 Sudaryono, Educational Research Methodology, (Lentera Ilmu Cendikia: Jakarta, 2014), H.

97.

36

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Oberservasi Sarana dan Prasarana Sekolah

No Sarana dan

prasarana sekolah

Status Keadaan Ket

Ada Tidak

ada Baik Sedang

Tidak

baik

1 Ruang kelas Penulis melakukan pengamatan

langsung terhadap sarana dan prasarana

yang ada disekolah dan melaksanakan

penelitian

2 Tempat ibadah

3 Sarana olahraga

4 Perpustakaan

Tabel 3. 1

Kisi-kisi Instrumen Observasi

No. Aspek yang diamati Ada Tidak Keterangan

1. Kegiatan merencanakan program-

program implementasi pendidikan

karakter

2. Pelaksanaan program pendidikan

karakter untuk mengoptimalkan

potensi kognitif siswa

3. Pelaksanaan program pendidikan

karakter untuk mengoptimalkan

potensi afektif siswa

4. Pelaksanaan program pendidikan

karakter untuk mengoptimalkan

potensi psikomotorik siswa

5. Intervensi semua pihak terkait

implementasi pendidikan karakter di

SDIT Al-Kautsar

6. Evaluasi program implementasi

pendidikan karakter

37

5 Lab. Komputer

6 UKS

7 Alat kesenian

8 Alat olahraga

9 Kantin

10 Tempat sampah

11 Rak sepatu

12 Loker siswa

13 Gudang

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antara

pewawancara dengan informan secara langsung.6 Penulis melakukan

wawancara dengan menggunakan teknik wawancara mendalam. Metode

ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai implementasi

pendidikan karakter di sekolah secara mendalam. Berikut kisi- kisi

instrument wawancara yang penulis gunakan.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Wawancara

Interviewee Dimensi Indikator

Kepala Sekolah

SDIT Al-

Kautsar

Perencanaan dan

pengontrolan program

penanaman karakter

1. Visi, misi dan tujuan

sekolah

2. Penanaman karakter siswa

3. Peran serta orang tua

siswa

4. Pembinaan karakter yang

telah dibentuk

6 Ibid., h. 91.

38

5. Nilai karakter yang

diutamakan

Wakasek

Bid.Kurikulum

Pengorganisasian

program penanaman

karakter

1. Kegiatan ko- kurikuler

dan ekstrakurikuler

2. Prestasi siswa dibidang

akademik maupun non-

akademik

3. Standar Kompetensi

Lulusan SDIT Al-Kautsar

4. Proses rekrutmen guru

dan siswa

5. Kurikulum yang

digunakan

6. Kondisi guru dan staff

sekolah

7. Kebiasaan serta program

penanaman karakter siswa

8. Faktor pendukung dan

pengambat implementasi

pendidikan karakter

9. Cara mengatasi hambatan

Koordinator

tahfidz

Pelaksanaan program

penanaman karakter

1. hakikat pendidikan

karakter

2. Standar kelulusan tahfidz

di SDIT

3. Pelaksanaan pembelajaran

tahfidz

4. Faktor pendukung

implementasi pendidikan

karakter

39

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.7 Dengan

adanya dokumen-dokumen dalam penelitian untuk memperkuat data-data

yang menjadi kelengkapan dari hasil penelitian. Data dari dokumen ini

berkaitan dengan data pendidik/tenaga kependidikan, buku rencana kerja

tahunan, dan laporan hasil prestasi akademik dan non akademik. Adapun

penjelasan kisi-kisi pedoman studi dokumen dapat dilihat pada table

dibawah ini:

Tabel 3.4

Kisi-kisi Pedoman Studi Dokumen

No. Dimensi Sumber Dokumen Keterangan

1. Organisasi Profil SDIT, Visi, Misi dan

tujuan SDIT.

2. Kegiatan

implementasi

Petunjuk teknik pelaksanaan

program implementasi

pendidikan karakter

E. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain

sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain.8

Setelah semua data terkumpul, penulis akan mengolah data tersebut

dengan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu teknik yang

menggambarkan dan menginterpretasikan arti data yang terkumpul dalam

sebuah predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan atau kualitas.

7 Sugiyono, op. cit., h. 240. 8 Ibid., h. 224.

40

Dalam teknik analisa data kualitatif, penulis mengemukakan tiga proses

analisis data yakni sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.9 Penulis

melakukan reduksi terhadap segala informasi yang diperoleh dengan cara

merangkum, memilih data yang penting, kemudian mengkategorikan data

sesuai dengan fokus penelitian. Data yang direduksi tersebut akan

memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai implementasi

pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar.

2. Penyajian Data

Setelah melakukan reduksi data maka dilakukan penyajian data. Dalam

penyajian data kualitatif data disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori dan sejenisnya.10 Hal ini akan memudahkan penulis

untuk memahami apa yang terjadi berdasarkan fakta dan data yang

ditemukan.

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam kesimpulan

penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang seiring

pengumpulan data.11

9 Ibid., h.247. 10 Ibid., h. 249. 11 Ibid., h. 252.

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SDIT Al-Kautsar

1. Profil SDIT Al-Kautsar

Pendidikan merupakan sebuah indikator dalam menentukan

keberhasilan suatu negara untuk mencapai kemajuannya, dalam proses

pendidikan juga diharapkan dapat membentuk manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Allah SWT, karena maju mundurnya suatu bangsa dapat

dilihat berdasarkan pendidikan masyarakatnya. Menyadari hal tersebut serta

berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal pembentukan akhlaqul

karimah dan pendidikan bernuansa Islami bagi anak-anak di kecamatan

klapanunggal dan sekitarnya, ditambah dengan menurunnya akhlaq dan moral

yang semakin memprihatinkan, sehingga mengetuk hati para tokoh

masyarakat untuk mendirikan Sekolah Dasar Islam Terpadu yang memiliki

visi “Menjadi SDIT unggulan, kebanggaan ummat dan mampu melahirkan

tunas bangsa dengan kepribadian Islam yang memiliki : Aqidah yang shohih,

Akhlak Karimah, Akal yang cerdas dan Tubuh yang Kuat”. SDIT Al-Kautsar

berdiri dibawah naungan Yayasan Al-Kautsar. Selain SDIT Al-Kautsar,

yayasan tersebut juga menaungi lembaga-lembaga pendidikan islam lainnya

diantaranya RA Al-Kautsar, SMPIT Al-Kautsar dan SMAIT Al-Kautsar.1

Sejak tahun 2006 Yayasan Al-Kautsar mendirikan SDIT Al-Kautsar

bertujuan untuk menyelenggaran pendidikan berlandaskan islam sebagai

usaha untuk mengenalkan dan menumbuhkan nilai-nilai positif pada perilaku

anak sejak dini sebagai generasi penerus bangsa, sehingga dalam

perkembangannya nanti dapat menjadi dasar bagi anak untuk hidup dengan

berpegang teguh pada nilai-nilai agama islam.2

1 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Al-Kautsar pada tanggal 16 Oktober 2017. 2 Ibid.,

42

Bangunan sekolah berdiri diatas tanah seluas ±12.000 m2 dengan luas

bangunan ±2.850 m2. Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kautsar berlokasi di

Jl. Lebak Pasar RT04/RW02, Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal,

Kabupaten Bogor.3

Siswa SDIT Al-Kautsar yang berawal dari 20 siswa pada tahun 2006.

Sedangkan jumlah setiap tahunnya mengalami penambahan yang signifikan,

sehingga menjadikan SDIT Al-Kautsar sebagai sekolah favorit. Gedungnya

terdiri dari dua lantai yakni terdiri dari 29 ruangan yakni 21 ruang kelas

berukuran 4x4 meter, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang

perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang TU, 1 ruang gudang, 1 ruang serba guna,

1 ruang laboratorium komputer, serta masjid yang berada di samping

bangunan sekolah.4

Jumlah siswa yang ada di SDIT Al-Kautsar 558 yang terdiri dari kelas 1

berjumlah 84, kelas 2 berjumlah 81, kelas 3 berjumlah 83, kelas 4 berjumlah

110, kelas 5 berjumlah 98, kelas 6 berjumlah 102.5 Hampir semua siswa yang

berada di SDIT adalah hasil seleksi yang ketat sehingga siswa siswinya

memiliki daya saing yang sangat tinggi. Rata-rata siswa yang masuk di SDIT

Al-Kautsar 30% berasal dari RA Al-Kautsar dan 70% dari luar. Para siswa

SDIT Al-Kautsar rata-rata mempunyai prestasi akademik yang bagus

sehingga daya saing mereka lebih tinggi. Selain berprestasi dalam bidang

akademik, siswa siswi juga mampu membaca dan menghafal Al- Qur‟an

standar minimal yang ditetapkan sekolah adalah juz 29 dan juz 30. Sehingga

menjadikan sekolah ini diminati oleh para orang tua dan ingin

menyekolahkan anak mereka di SDIT Al-Kautsar.

3 Dokumen SDIT Al-Kautsar 4 Ibid., 5 Ibid.,

43

2. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi SDIT Al-Kautsar

a. Visi

Menjadi SDIT unggulan, kebanggaan ummat dan mampu melahirkan

tunas bangsa dengan kepribadian Islam yang memiliki : Aqidah yang

shohih, Akhlak Karimah, Akal yang cerdas dan Tubuh yang Kuat.

b. Misi

1) Mengupayakan terwujudnya siswa yang memiliki keunggulan.

2) Membentuk siswa agar mengetahui cara belajar dan mengajari

dirinya sendiri.

3) Membentuk siswa agar mengetahui dan membiasakan cara hidup

sehat dan mencintai kebersihan diri serta lingkungan sebagai pangkal

kesehatan dan ketenangan dalam belajar.

4) Membentuk siswa agar menjadi insan ‘abid yang shaleh dalam

seluruh aspek termasuk keindahan (estetika).

5) Memberikan bekal pengetahuan, dan menumbuhkan kehendak siswa

untuk senantiasa memilih yang haq dan yang baik.

6) Memaparkan semua akhlaq Al-Quran secara integral dan

menyeluruh kepada siswa disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

7) Membentuk perilaku dalam diri siswa untuk menerapkan Aqidah

Islamiyah dalam kehidupan sehingga terbentuk pribadi yang sehat

jasmani, sehat rohani dan sehat lingkungan.

8) Memberikan layanan pendidikan yang terbaik bagi siswa dan

orangtua.

9) Menerapkan sistem manajemen yang professional, partisipatif dan

transparan.

10) Menyelenggarakan dan mengembangkan program pendidikan yang

inovatif, berkarakter dan berbasis alam.

11) Mengupayakan dengan mengedepankan peningkatan kualitas SDM

dan mengembangkan pengelolaan yang bersahabat, kreatif, berjiwa

pembelajar serta dapat menjadi teladan.

44

12) Mengembangkan usaha-usaha pendukung yang relevan dengan visi

lembaga berdasarkan potensi yang dimiliki lembaga.

c. Tujuan

Adapun Tujuan Sekolah adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan perilaku akhlak mulia bagi siswa.

2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan

minat dan bakat siswa.

3) Mengembangkan kepribadian manusia yang utuh bagi siswa.

4) Mempersiapkan siswa sebagai bagian dari anggota masyarakat yang

mandiri dan berguna.

d. Strategi

Strategi Pendidikan SDIT Al Kautsar diselaraskan dengan tujuan

pendidikan dalam konsep Islam dan tujuan pendidikan nasional.

Tujuan Pendidikan Islam :

1) Melihat dari Keteladanan Rosulullah SAW

2) Melihat dari keteladanan Shohabat Rosul

3) Mengembangkan Budaya/Tradisi yang baik berlandaskan aqidah

yang shahih dan menjauhi Tahayul dan Kesyirikan.

Tujuan Pendidikan Nasional :

1) Ikut Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

2) Mengambil selalu azas manfaat dari segala perbuatan6

3. Deskripsi Guru

Tugas utama guru adalah mendidik dan mengarahkan siswa untuk

menjadi seseorang yang berakhlak mulia yang berpedoman pada Al-

Qur’an dan hadits nabi. Disamping itu guru juga bertanggung jawab atas

pengamalan-pengamalan nilai-nilai karakter siswa yang ada di sekolah.

Guru pengajar di SDIT Al-Kautsar lulusan S1 dan S2 dari jurusan

ilmu kependidikan yang berasal dari berbagai universitas. Dengan modal

6 Ibid.,

45

ilmu pendidikan dan keguruan yang dimiliki tidak mengherankan mereka

memiliki sifat pendidik yang mampu menjadi teladan dan dapat menggali

potensi yang dimiliki siswa secara optimal. Untuk menjadi guru di SDIT

Al-Kautsar memiliki daya saing yang tinggi, hal ini dilihat dari proses

seleksi penerimaan yang ketat dengan melalui beberapa tahapan tes, yaitu

test hafalan Al-Qur’an dengan kriteria minimal 1 juz untuk guru bidang

studi dan minimal 2 juz untuk guru tahfidz, tes membaca Al-Qur’an

dengan tartil, tes micro teaching serta wawancara dengan kepala sekolah

dan yayasan Al-Kautsar, tentu saja guru-guru yang diterima adalah

lulusan S1.7 Jumlah guru yang ada di SDIT Al-Kautsar adalah 31 orang.

Guru-guru tersebut terpilih dari hasil rapat guru dan yayasan yang

diadakan setiap tahun di awal semester.8

4. Deskripsi Siswa-siswi SDIT Al-Kautsar

Peneliti dalam hal ini meneliti perilaku dan sikap siswa-siswi di

SDIT Al-Kautsar yang berasal dari latar belakang pendidikan keluarga

yang berbeda serta suku dan budaya yang berbeda, secara keseluruhan

siswa-siswi tersebut terbagi menjadi enam level kelas, dan setiap

levelnya terbagi menjadi 3 dan 4 kelas, berikut data siswa-siswi SDIT

Al-Kautsar:

Tabel 4.1

Daftar Siswa SDIT Al-Kautsar9

NO KELAS L P JUMLAH

1 I A 14 14 28

2 I B 14 14 28

3 I C 13 15 28

7 Wawancara dengan Wakasek Bid. Kurikulum SDIT Al-Kautsar pada tanggal 16 Oktober

2017. 8 Ibid,. 9 Dokumen SDIT Al-Kautsar

46

Jumlah 41 43 84

4 II A 11 16 27

5 II B 13 14 27

6 II C 14 13 27

Jumlah 38 43 81

7 III A 16 12 28

8 III B 16 12 28

9 III C 15 12 27

Jumlah 47 36 83

10 IV A 16 12 28

11 IV B 15 12 27

12 IV C 16 11 27

13 IV D 17 11 28

Jumlah 64 46 110

14 V A 14 11 25

15 V B 13 12 25

16 V C 14 10 24

17 V D 14 10 24

Jumlah 55 43 98

18 VI A 15 11 26

47

19 VI B 14 11 25

20 VI C 15 10 25

21 VI D 15 11 26

Jumlah 59 43 102

Jumlah seluruh siswa 304 254 558

5. Standar Kompetensi Lulusan SDIT Al-Kautsar

a. Hafal 2 juz Al-Qur’an (juz 30 dan juz 29)

b. Berakhlaqul karimah

c. Salimul Aqidah

d. Shohihul Ibadah

e. Berbakti kepada orang tua dan guru

f. Gemar membaca

g. Disiplin dan bertanggung jawab.10

6. Kegiatan Ekstrakurikuler

1) Pramuka 10) Membatik

2) Marawis 11) Panah

3) Seni Lukis 12) Karate

4) Seni Tari 13) Syufu

5) Seni Musik 15) Kreatifitas

6) Math Club 16) Futsal

7) English Club 17) Volly

8) Sains Club 18) Angklung11

9) Tahfidz

10 Wawancara Wakasek bid.Kurikulum pada tanggal 16 Oktober 2017. 11 Dokumen SDIT Al-Kautsar

48

7. Kurikulum SDIT Al-Kautsar

Kurikulum yang diimplementasikan di SDIT Al-Kautsar adalah

kurikulum pendidikan nasional yang di padukan dengan kurikulum

sekolah islam terpadu serta diolah sesuai dengan visi dan misi SDIT Al-

Kautsar.12 Dengan demikian siswa-siswinya akan mendapat porsi

pendidikan agama seperti siswa madrasah dan mendapatkan pelajaran

umum seperti siswa pada sekolah dasar (sekolah umum).

Dengan implementasi kurikulum yang dipadukan itulah diharapkan

lulusan SDIT Al-Kautsar akan mendapatkan ilmu pengetahuan serta ilmu

agama yang berimbang (menguasai ilmu pengetahuan yang luas serta

dekat kepada Allah SWT). Program-program penanaman dan penguatan

nilai-nilai karakter islami sejak dini sudah diterapkan dan senantiasa terus

ditingkatkan. Kegiatan ini dengan dilakukan dengan cara-cara antara lain:

mengucapkan salam setiap bertemu dengan guru, membaca doa setiap

sebelum melaksanakan aktivitas, melakukan muroja’ah hafalan setiap

sebelum melaksanakan pembelajaran, berwudhu dengan tertib dan

sempurna, melaksanakan sholat wajib dan sunnah, membiasakan shalat

diawal waktu, shalat dhuha, pelaksanaan shalat berjamaah, membiasakan

makan dan minum tidak dengan berdiri, menjaga kebersihan diri dan

lingkungan, adab terhadap guru, adab terhadap orang tua serta adab

terhadap teman sebaya, serta praktek ibadah lainnya yang terdapat dalam

al-qur’an dan sunnah.13 Dengan pembiasaan yang terus dilakukan secara

kontinyu diharapkan anak akan terbiasa dan terlatih untuk melaksanakan

ibadah dengan kesadaran serta tidak menjadikan ibadah sebagai

kebutuhan bukan beban.

12 Wawancara Wakasek.bid.Kurikulum pada tanggal 16 Oktober 2017.

13 Ibid.,

49

Tabel 4.2

Struktur Kurikulum SDIT Al-Kautsar14

NO Komponen

Alokasi Waktu / Minggu

Kelas

I II III IV V VI

A Mata Pelajaran

1 Pendidikan Agama Islam 2 2 2 2 2 2

2 Pendidikan Kewarganegaraan

TEMATIK

2 2 2

3 Bahasa Indonesia 4 4 4

4 Matematika 5 5 5

5 Ilmu Pengatahuan Alam 4 4 4

6 Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2

7 Seni Budaya dan Keterampilan 2 2 2 2 2 2

8 Penjas,Orkes 2 2 2 2 2 2

B Mulok

1 TIK - - - 2 2 2

2 Qur’an/Tahfidz 8 8 8 8 8 8

3 Tahsin 8 8 8 8 8 8

4 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2

14 Dokumen SDIT Al-Kautsar

50

5 Bahasa Arab 2 2 2 2 2 2

6 Do’a dan Hadits 1 1 1 - - -

7 Praktik Ibadah 1 1 1 - - -

D Pengembangan Diri

1 Ektra Kurikuler 2 2 2 2 2 2

2 Pramuka 2 2 2 2 2 2

JUMLAH 49 49 49 49 49 49

B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian

1. Bentuk Pendidikan Karakter di SDIT Al-Kautsar

Pada hakikatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan

perwujudan dari keseluruhan potensi manusia (kognitif, afektif dan

psikomotorik) dalam konteks interaksinya dalam keluarga, satuan

pendidikan dan masyarakat yang berlangsung sepanjang hayat.

Berbicara mengenai karakter, ada 18 nilai-nilai karakter yang

ditetapkan pemerintah untuk dikembangkan di sekolah. Pada bab 2 telah

dijelaskan definisi singkat dari setiap nilai karakter dan peneliti

membatasi tiga nilai karakter yang hendak diteliti, yaitu religius, jujur,

dan disiplin.

a. Karakter Religius

Religius adalah nilai yang bersumber dari ajaran agama yang dianut

seseorang yang dilakasanakan dalam kehidupan sehar-hari. Karakter

religius siswa di sekolah dapat diamati dalam hal melaksanakan ibadah,

mengikuti program keagamaan, dan

51

Berdasarkan hasil informasi yang diperoleh untuk karakter religius

bahwa:

1) Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran

2) Siswa mengikuti shalat zuhur berjamaah di masjid sekolah

3) Siswa mengikuti program BTQ

Hasil observasi, Setiap hari, siswa rutin berdoa sebelum dan sesudah

pelajaran. seluruh siswa mengikuti pembiasaan tersebut dengan tenang,

guru menegur siswa jika ada siswa yang mulai tidak memperhatikan atau

tidak ikut membaca hapalan do’a dan Al-Qur’an. Pada pukul 12.00 siswa

istirahat dan melaksanakan salat dzuhur berjamaah di mesjid atas

bimbingan dewan guru serta kepala sekolah. Ada dua buah tempat wudhu

yang diperuntukkan siswa laki-laki dan perempuan. Guru mengawasi

siswa ketika mengambil wudhu agar mereka tidak bercanda serta agar

guru dapat memastikan bahwa siswa telah berwudhu dengan benar.

Gambar 4.1 Siswi mengambil wudhu bersama dengan guru

Seluruh siswa berbaris dan bergantian mengambil air wudhu, guru

melakukan pengawasan dan mengingatkan agar siswa menghemat

penggunaan air. Air tidak boleh dibuang percuma, selain untuk berwudhu

guru menegur siswa jika ada yang bermain air.

52

Gambar 4.2 Salat berjamaah diimami oleh guru dan doa yang dipimpin

oleh siswa secara bergantian

Selama salat berjamaah, peneliti tidak menemukan siswa yang tidak

tertib atau bercanda selama salat berlangsung. Ketika selesai salat pun,

siswa membaca dzikir dan doa bersama dengan tenang, setiap siswa

ditugaskan secara bergantian untuk memimpin teman-teman yang lain

berdoa. Pelaksanaan shalat dzuhur untuk kelas 1-3 dilaksanakan dikelas

masing-masing secara berjamaah, sedangkan kelas 4-6 dilaksanakan di

masjid Al-Kautsar bersamaan dengan jamaah yang lain dan diawasi oleh

wali kelas dan guru laki-laki bidang studi.

b. Aspek Kejujuran Siswa

Jujur adalah perilaku seseorang yang menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan. Aspek kejujuran siswa di sekolah dapat diamati dalam hal

mengerjakan tugas dengan kemampuan sendiri, mengerjakan ulangan

sendiri, mengatakan sesuatu yang sebenarnya, mengakui kesalahan,

melapor pada guru jika menemukan sesuatu di sekolah, bercerita yang

sebenarnya, dan lain-lain.

53

Berdasarkan observasi dapat diperoleh informasi bahwa:

1) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan

kemampuan sendiri

2) Siswa mengerjakan soal ulangan tanpa bertanya pada teman

3) Siswa mengatakan sesuatu yang sebenarnya

4) Mengakui kesalahan yang dilakukan terhadap teman dan guru

5) Melaporkan pada guru jika menemukan uang di sekolah

Mayoritas siswa memilih untuk mengerjakan tugas sendiri, hal ini

membuktikan bahwa kejujuran siswa cukup tinggi. Untuk memperkuat

pernyataan ini peneliti juga melakukan observasi dengan mengamati

keseharian siswa secara langsung, ternyata dalam pembelajaran

ditemukan bahwa siswa dengan jujur mengerjakan tugas sesuai dengan

kemampuan sendiri.

Gambar 4.3 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru

sesuai kemampuan

Tidak hanya ketika mengerjakan tugas, siswa juga membiasakan

untuk mengerjakan ulangan dengan kemampuan siswa sendiri.

Berdasarkan observasi siswa dengan jujur mengerjakan soal ulangan

sendiri tanpa bertanya pada teman meskipun siswa merasa kesulitan,

mereka memilih bertanya pada guru.

54

Kejujuran siswa juga tampak dengan sikap siswa yang berkata segala

sesuatu dengan sebenarnya baik terhadap teman atau pun guru. Sebagian

siswa mengatakan bahwa mereka mengatakan yang sebenarnya,

meskipun ada beberapa siswa yang masih kurang terbuka untuk

mengatakan yang mereka rasakan atau pikirkan tentang sesuatu hal.

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas 3 C, peneliti mendapat

informasi bahwa siswa dan siswi SDIT Al-Kautsar Bogor selalu

mengatakan yang sebenarnya jika ada sesuatu dan melapor jika

menemukan uang di sekolah.

“Kalo ada suatu masalah yang terjadi oleh siswa mereka bercerita

keadaan yang sebenarnya terjadi , ada beberapa siswa yang kurang

terbuka. Dan kalau siswa nemu uang langsung di kasih ke guru

kelas, terus guru kelas konfirmasi ke anak-anak nanya itu milik

siapa, gitu. Anak-anak jujur sih kalo masalah uang. Kalo sedang

bukan jam pelajaran guru kelas mereka bilang ke guru lain atau ke

ruang guru”15

Kejujuran siswa juga dapat tercermin dari sikap mereka ketika

memiliki masalah, sebagian siswa bersikap terbuka dalam

mengemukakan masalah mereka terhadap guru dan teman. Ketika

melakukan sebuah kesalahan, mayoritas siswa mengakui kesalahan yang

mereka perbuat. Berdasarkan informasi twersebut mengenai karakter

kejujuran siswa, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kejujuran siswa

dalam hal belajar, mengerjakan tugas, jujur ketika menemukan uang di

sekolah, dan yang lainnya sudah sangat baik.

c. Aspek Kedisiplinan Siswa

Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan perarturan yang berlaku. Di sekolah,

kedisiplinan siswa dapat tercermin dari kepatuhan siswa terhadap aturan

dan tata tertib yang ada di sekolah. Kepatuhan tersebut dapat diwujudkan

dengan tertibnya diantaranya

15Siti Mahsusiatin, Hasil wawancara dengan wali kelas 3 C MI Pembangunan UIN

Jakarta, 11 April 2017 pukul 12.30 WIB.

55

waktu datang dan pulang sekolah, berbaris rapi, mengikuti upacara

bendera dengan tertib, memakan bekal makanan pada jam istirahat,

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik,

mengumpulkan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tepat waktu,

memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan,

dan membawa buku sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

1) Siswa datang dan pulang sekolah tepat waktu

2) Siswa berbaris rapi sebelum memulai pelajaran

3) Siswa mengikuti upacara bendera dengan tertib

4) Siswa memakan bekal makanan pada jam istirahat

5) Siswa mengikuti upacara bendera dengan tertib

6) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik

7) Siswa mengumpulkan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru

tepat waktu.

8) Siswa memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan

9) Siswa membawa buku sekolah sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan

Siswa disiplin waktu berangkat dan pulang sekolah, berdasarkan

observasi hanya beberapa siswa yang kadang-kadang datang terlambat atau

pulang telat karena menunggu jemputan. Kedisiplinan juga tampak pada

saat siswa-siswi berbaris rapi sebelum masuk ke dalam kelas.

56

Gambar 4.4 Siswa berbaris rapi sebelum masuk kelas

Berdasarkan observasi, diketahui bahwa guru kelas memimpin siswa

untuk berbaris setiap pagi. Pukul 07.00 bel masuk sekolah berdering, siswa

yang tengah berada di dalam kelas atau pun yang sedang bermain di

lapangan langsung berbaris di depan kelas tanpa menunggu perintah guru.

Mereka membagi ke dalam dua kelompok, satu baris laki-laki dan satu

baris perempuan. Mereka berbaris dengan tertib, sesekali ada 1-2 siswa

yang mengobrol tapi langsung ditegur oleh guru kelas dan kembali berbaris

dengan tertib.

Kedisiplinan siswa juga tercermin dari upacara senin pagi yang

dilaksanakan di halaman sekolah dengan tertib. Upacara dilaksanakan untuk

menumbuhkan rasa nasionalisme, menghargai jasa para pahlawan, dan

sebagai kegiatan dalam mendisiplinkan siswa.

Berdasarkan observasi, peneliti mengamati kegiatan upacara setiap

hari senin pagi yang berjalan dengan tertib, hanya ada satu-dua siswa yang

mengobrol, itu pun langsung mendapat teguran dari guru.

Ketika upacara berlangsung, siswa diwajibkan menggunakan pakaian

seragam lengkap dengan topi dan dasi bagi laki-laki, serta jilbab berwarna

putih bagi perempuan. Siswa tidak diperkenankan menggunakan sepatu

selain hitam, baju kemeja dimasukkan ke dalam celama/rok.

57

Gambar 4.5 Upacara senin pagi bejalan dengan tertib

Kedisiplinan siswa yang selanjutnya adalah disiplin saat jam istirahat.

Siswa diperbolehkan makan hanya pada saat jam istirahat.

Gambar 4.6 Sebagian membawa siswa membawa bekal makan dari rumah

Tidak semua siswa membawa bekal makan dari rumah, untuk itu di

SDIT Al-Kautsar Bogor disediakan kantin yang bersih dan nyaman dengan

banyak pilihan menu makanan. Kantin tersebut diperuntukkan siswa, guru,

serta seluruh warga sekolah.

Selain itu guru juga rutin memberikan pekerjaan rumah terhadap

siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, sebagian besar siswa

mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik dan dikumpulkan pada saat

pelajaran tersebut berlangsung, tapi masih ada siswa yang tidak tepat waktu

dalam mengumpulkan tugas karena mengaku bukunya tertinggal di rumah.

58

Di sekolah, ada peraturan mengenai penggunaan seragam setiap

harinya. Siswa wajib menaati aturan tersebut, siswa tidak diperkenankan

memakai seragam selain seragam yang telah ditentukan. Peneliti juga

melihat bahwa seluruh siswa menggunakan seragam yang telah

dijadwalkan oleh pihak sekolah, selama peneliti mengobservasi memang

tidak ditemukan siswa yang menggunakan seragam tidak sesuai jadwal.

Selain peraturan menggunakan seragam sesuai dengan jadwal,

pihak sekolah juga menentukan jadwal pelajaran, setiap siswa diwajibkan

membawa buku pelajaran serta buku catatan dari rumah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan,

peneliti dapat menarik simpulan bahwa karakter kedisiplinan siswa sudah

cukup tinggi, siswa mematuhi aturan yang ada di sekolah dengan baik.

Untuk selanjutnya, penanaman nilai-nilai karakter kedisiplinan harus tetap

secara intensif dilakukan, sebab dalam membentuk karakter siswa menjadi

disiplin bukan hal yang instan dilakukan, sehingga harus ada penanaman

nilai yang berkelanjutan agar kedisiplinan siswa di sekolah terus terjaga.

Perwujudan tersebut dapat dikelompokan ke dalam empat elemen,

yaitu: Olah hati (Spiritual and Emotional development), Olah pikir

(Intellectual development), Olah raga (Physical and Kinesthetic

development), dan Olah karsa (Affective and Creativity development).

Keempat elemen tersebut secara keseluruhan saling memiliki keterkaitan

dan saling melengkapi dan menuju pada pembentukan karakter yang

menjadi perwujudan nilai-nilai luhur.

Untuk mengoptimalkan potensi siswa SDIT Al-Kautsar

mengimplementasikan pendidikan karakter kedalam setiap kegiatan yang

diprogramkan, baik kegiatan kurikuler siswa maupun non kurikuler.

Kegiatan kurikuler merupakan kegiatan yang dimasukkan kedalam

kurikulum dan ada dalam jadwal pelajaran sekolah, di antara kegiatan

kurikuler yang dilaksanakan siswa-siswi SDIT Al-Kautsar adalah:

59

a. Pelajaran Umum (Matematika, IPA, IPS, Bahasa, PJOK,

Keterampilan)

b. Hafalan 2 Juz Al-Qur’an (Tahfidz)

c. Pendidikan Agama Islam

d. Doa dan Hadits

e. Praktik Ibadah

Sedangkan program non kurikuler adalah program yang

diimplementasikan oleh sekolah, namun tidak dimasukkan secara khusus

ke dalam KBM hanya saja menjadi kebiasaan (Hidden Curriculum) yang

selalu dilakukan sehingga menjadi budaya yang akan membentuk

karakter seluruh warga sekolah terutama siswa siswi SDIT. Program non

kurikuler terhadap pendidikan karakter, meliputi:

1. Olah Hati (Spiritual and Emotional development)

Menurut pandangan agama, hati merupakan segumpal daging

yang ada dalam diri manusia serta merupakan tempat bermuaranya

segala kebaikan dan keburukan. Olah hati merupakan upaya

mengelola aspek- aspek spiritual yang dapat membentuk karakter

seseorang. Diantara olah hati yang di implementasikan di SDIT Al-

Kautsar, yaitu:

a. Membiasakan wudhu dengan tertib dan sempurna

b. Membiasakan sholat wajib dan Sunnah

c. Membiasakan shalat diawal waktu

d. Membiasakan berdoa setiap akan melaksanakan kegiatan

e. Membiasakan menjaga kebersihan dan kerapihan diri dan

lingkungan

f. Membiasakan makan makanan yang halal

g. Adab makan dan minum

h. Adab terhadap guru, teman dan orang tua16

Olah hati yang di implementasikan di SDIT mengajarkan kepada

siswa untuk menyadari pentingnya hati yang bersih dalam

16 Wawancara Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Kautsar pada tanggal 16 Oktober 2017.

60

kehidupan, dan untuk mendapatkan hati yang bersih seseorang harus

dekat dengan Tuhannya yaitu dengan cara-cara yang diajarkan oleh

rasulullah SAW. Dari pengamatan yang penulis lakukan sejak bulan

Oktober sampai November penulis melihat siswa sudah terbiasa

dengan rutinitas keagamaan di sekolah, seperti halnya ketika jam

09.00 sudah memasuki waktu istirahat siswa lebih memilih untuk

mengerjakan shalat sunnah dhuha baru kemudian istirahat. Ini

merupakan satu hal yang sangat baik bahwa siswa terbiasa dengan

hal-hal yang sunnah, begitu juga dengan shalat dzuhur, sebelum

adzan berkumandang siswa kelas atas berbondong-bondong pergi ke

masjid sedangkan kelas bawah melaksanakan shalat di kelas. Dapat

dikatakan SDIT Al-Kautsar telah berhasil menanamkan sikap

religius pada siswa-siswinya melalui pembiasaan-pembiasan yang

terus menerus dilakukan secara kontinyu.

2. Olah Pikir (Intellectual development)

Berpikir merupakan aktivitas intelektual seseorang yang

melibatkan kesadaran subjektif individu yang menghasilkan suatu

konsep, ide-ide, atau gagasan. Diantara olah pikir yang di

implementasikan di SDIT Al-Kautsar adalah:

a. Kegiatan Kids Preneur

b. Kunjungan Edukatif

c. Pendalaman Materi

d. Keputraan dan Keputrian

e. Lomba-lomba (menulis cerpen, tahfidz, ceramah dll)17

Kegiatan olah pikir yang dilaksanakan di SDIT Al-Kautsar

bertujuan untuk menanamkan karakter rasa ingin tahu, kemandirian,

cerdas serta kreatif. Hal tersebut terlihat saat penulis melakukan

observasi pada kegiatan Kids Preneur siswa kelas bawah. Para siswa

tidak hanya berjualan makanan dan minuman. Barang yang ingin

dijual ditentukan sendiri oleh siswa serta penjualnya juga mereka,

17 Ibid,.

61

walaupun masih kelas satu tapi tidak terlihat rasa takut dalam wajah

mereka melayani pembeli yaitu kakak-kakak kelas mereka.

3. Olah Raga (Physical and Kinesthetic development)

Olah raga merupakan pembelajaran untuk jasadiyah (tubuh)

manusia yang terencana dan terstruktur bertujuan untuk

meningkatkan kebugaran tubuh. Olah raga bukan hanya melibatkan

aktivitas fisik (psikomotorik) saja, olah raga juga melibatkan

aktivitas kognisi dan afeksi seseorang. Diantara olah raga yang di

implementasikan di SDIT Al-Kautsar adalah:

a. Kepramukaan

b. Outbond

c. Ekstrakurikuler (Tari, Karate, Syufu, Futsal, Volly, Panah dan

Marawis)18

Bentuk pendidikan karakter yang di implementasikan di SDIT

Al-Kautsar bertujuan untuk menanamkan sifat disiplin yang didapat

dari kegiatan kepramukaan, berdaya tahan tubuh yang kuat di dapat

dari kegiatan outbond, sedangkan sifat lain seperti sportif, tangguh,

ceria, gigih dan bekerja keras terlihat dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Hal ini dapat penulis simpulkan dari hasil observasi para siswa

dengan tekun dan semangat saat melaksanakan latihan disekolah.

Selain berlatih para siswa yang mengikuti ekskul juga sering

diikutsertakan dalam lomba-lomba kejuaran. Sedangkan untuk

melatih keberanian mereka tim ekskul terkadang diminta untuk

tampil saat murojaah usbuiyah di depan seluruh warga sekolah.

4. Olah Karsa (Affective and Creativity development)

Olah karsa atau olah rasa merupakan kekuatan seseorang untuk

mengelola kekuatan perasaan. Dalam pendidikan karakter olah karsa

melibatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa dengan kata lain

siswa bukan saja mengetahui tentang karakter-karakter yang baik

18 Ibid,.

62

namun juga memiliki kesadaran untuk melaksanakannya. Diantara

olah karsa yang di implementasikan di SDIT Al-Kautsar, ialah:

a. Kepedulian terhadap lingkungan

b. Berakhlaqul karimah dalam pergaulan19

Itulah bentuk pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT Al-

Kautsar dalam mengoptimalkan keseluruhan potensi yang ada dalam

diri siswa serta menjaga kualitas dan output sekolah. Secara

keseluruhan siswa-siswi SDIT sudah menerapkan bentuk-bentuk

pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT, seperti yang penulis

lihat saat observasi pada waktu istirahat jika ada temannya yang

makan sambil berdiri yang lain tidak segan untuk mengingatkan

dengan hadits yang telah diajarkan. Ketika setelah istirahat siswa

merapihkan sendiri tempat makan dan sampah sisa-sisa makanan.

Secara keseluruhan bentuk-bentuk implementasi pendidikan karakter

di SDIT Al-Kautsar sudah terlaksana dengan baik namun evaluasi

serta pengawasan tetap harus dilakukan guna menigkatkan kualitas

siswa dan sekolah.

2. Usaha Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-

Kautsar

SDIT Al-Kautsar adalah lembaga pendidikan yang hakikatnya

adalah sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan islam

berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan memadukan pendidikan

Aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah.20 Dengan ketiga konsep pendidikan

tersebut berarti SDIT Al-Kautsar berupaya mendidik siswa menjadi anak

yang berkembang kemampuan akal intelektualnya, meningkatkan

kualitas iman dan taqwa kepada Allah SWT, terbinanya akhlaqul

karimah serta memiliki kesehatan dan kebugaran jasmani serta terampil

dalam kehidupan sehari-harinya.

19 Ibid,.

20 Wawancara Kepala Sekolah SDIT Al-Kautsar pada Tanggal 16 Oktober 2017.

63

Untuk mencapai tujuan dan menghasilkan output yang diharapkan

sekolah, SDIT Al-Kautsar menyusun beberapa kegiatan dalam

pembentukan karakter siswa untuk diimplementasikan dan dilaksanakan

oleh semua warga sekolah (siswa, kepala sekolah, guru, serta seluruh

staff dan karyawan sekolah) diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Shalat Dhuha

Setiap hari siswa dilatih dan dibiasakan untuk shalat berjamaah baik

sholat dhuha maupun shalat dzuhur. Pelaksanaan shalat dhuha dilakukan

dikelas masing-masing secara berjamaah didampingi wali kelas dan

asisten kelas. Waktu shalat dhuha pukul 08:45-09:00 sebelum istirahat

pertama. Kegiatan shalat dhuha bertujuan untuk membiasakan siswa

melaksanakan sunnah-sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW. Sama

halnya dengan shalat dhuha dilaksanakan berjamaah didampingi oleh

wali kelas dan asisten yang akan membimbing, mengarahkan dan

membina siswa agar melaksanakan shalat dengan benar, tertib dan

khusyu. Jika ada siswa yang tidak khusyu dalam shalat dan dzikirnya

maka pendamping mengarahkan siswa tersebut untuk mengulang lagi

shalat atau dzikirnya.

Sebelum pelaksanaan shalat berjamaah dikelas 1, wali kelas

memberikan pengajaran tentang kesempurnaan dalam gerakan shalat.

Siswa dengan seksama memperhatikan dan mempraktekkan gerakan

yang diajarkan oleh wali kelasnya.21 Pada gambar dibawah kelas 3

sedang melaksanakan shalat dzuhur berjamaah dikelasnya yang dipimpin

oleh teman mereka sendiri.22 Kebiasaan shalat berjamaah diajarkan untuk

memperkenalkan kepada siswa bahwa shalat berjamaah akan

mendapatkan pahala yang lebih banyak dibandingkan dengan shalat

sendiri, selain itu dalam shalat berjamaah siswa diajarkan agar patuh

pada imam atau pemimpin.

21 Hasil observasi pada tanggal 25 Oktober 2017 22 Ibid,.

64

b. Hafalan Quran, hadits serta doa sehari-hari

Standar Kelulusan SDIT Al-Kautsar menetapkan bahwa setiap

siswa-siswinya minimal menghafalkan 2 juz dari 30 juz Al-quran, yaitu

juz 29 dan juz 30.23 Hafalan Al-quran, hadits dan doa sehari-hari

dimasukkan kedalam mata pelajaran sehari-hari, yaitu Tahfidz dan

Pendidikan Agama Islam. Untuk memperkuat hafalan-hafalan siswa

setiap pagi sebelum KBM dimulai diadakan Muroja’ah (pengulangan).

Kegiatan Muroja’ah terbagi menjadi dua, yaitu muroja’ah yaumiyah atau

muroja’ah harian (senin-kamis) yang dilakukan dikelas masing-masing

dipimpin oleh wali kelas dan Muroja’ah Usbu’iyah atau muroja’ah

mingguan (Jumat) dipimpin oleh kepala sekolah atau wakil kepala

sekolah bagian kesiswaan. Muroja’ah usbu’iyah di ikuti oleh seluruh

siswa dan guru-guru bertempat dilapangan sekolah. Setelah kegiatan

Muroja’ah usbu’iyah siswa-siswi diberikan nasehat-nasehat mengenai

adab-adab dalam islam yang berlandaskan hadits nabi, misalnya adab

saat makan dan minum, adab bergaul kepada teman sebaya dan guru,

adab dalam marah, adab dalam berpakaian, adab dalam menjaga

kebersihan,kepribadian seorang muslim, dan sebagainya.24

Gambar 4.7 Siswa menyetorkan hafalan kepada guru Tahfidz

23 Hasil wawancara Koordinator Tahfidz SDIT Al-Kautsar 16 Oktober 2017. 24 Hasil observasi pada tanggal 03 November 2017.

65

Gambar diatas menunjukkan seorang siswa menyetorkan hafalannya

kepada guru tahfidznya. Setoran hafalan ini dilaksanakan setiap

seminggu sekali. Alokasi waktu untuk pembelajaran tahfidz dalam

seminggu yaitu 8x35 menit dan setiap minggunya siswa wajib

menyetorkan hafalannya yang telah dihafal pada pertemuan sebelumnya.

Berkaitan dengan cara menanamkan karakter mulia kepada anak

melalui hafalan al-Quran, Doa dan hadits, Bapak Daiman, M.Pd

mengatakan bahwa:

Menghafal Al-quran berpengaruh dalam pembentukan karakter

mulia dalam diri anak, karena selain menghafal anak diperkenalkan

kandungan-kandungan yang terdapat dalam ayat yang akan di hafal,

dengan memahami isinya akan menjadi konsep diri anak dalam

bergaul dengan teman, guru, orang tua dan lingkungan yang akan

menjadi karakter-karakter mulia dalam diri nya. Begitu juga dengan

hadits-hadits dan doa-doa pilihan yang di ajarkan di SDIT Al-

Kautsar. Sengaja di pilih hadits yang pendek dan mudah dipahami

anak agar anak mudah mempraktekkan nya dalam kehidupan.25

Gambar diatas menunjukan kegiatan murojaah Usbuiyah atau

murojaah mingguan yang diikuti oleh seluruh siswa dan dewan guru

SDIT Al-Kautsar. Selain murojaah atau mengulang kembali hafalan juga

diadakan penyampaian hadis-hadis yang berkenaan dengan akhlaqul

karimah, misalnya adab dalam berbicara, adab dalam makan dan minum,

adab pergaulan antara sesama.

c. Pembiasaan Akhlaqul karimah

SDIT Al-Kautsar menjadikan Akhlaqul karimah sebagai budaya

yang wajib diterapkan dan dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah dari

mulai kepala sekolah, guru, siswa-siswi, para staff kepegawaian, komite

serta wali murid dalam pergaulan sehari-hari terutama saat berada dalam

lingkungan sekolah. Diantara peraturan-peraturan untuk menumbuhkan

budaya dan kebiasaan tersebut menyebutkan dalam berperilaku social di

SDIT harus menerapkan:

25 Hasil wawancara Koordinator Tahfidz SDIT Al-Kautsar 16 Oktober 2017.

66

1) Membiasakan mengetuk pintu dan mengucapkan salam sebelum

masuk dan keluar kantor, ruang guru atau ruang kelas

2) Membiasakan mengucap salam dan berjabat tangan (salaman) jika

bertemu dengan guru

3) Membiasakan izin kepada guru jika ingin keluar kelas

4) Membiasakan sopan dan santun dalam berperilaku kepada guru

maupun teman sebaya

5) Membiasakan tidak berkata jorok dan mengolok-olok teman.

6) Bersikap baik terhadap teman (tidak main dengan kasar dan

memaksa)

7) Tidak boleh makan dan minum sambil berdiri dan jalan-jalan

8) Makan dan minum secukupnya dan menggunakan tangan kanan

9) Makan dan minum dengan rapi dan tertib

10) Membiasakan menyisihkan uang jajannya untuk amal jariyah

11) Membiasakan bersikap mandiri dan bertanggung jawab

12) Membiasakan membuang sampah pada tempatnya26

d. Outbond dan Wisata Ilmiah

Kegiatan Outbond dan Wisata Ilmiah dilaksanakan oleh SDIT Al-

Kautsar selama satu tahun sekali. Outbond dilaksanakan setiap awal

semester ganjil, sedangkan wisata ilmiah dilaksanakan setiap awal

semester genap. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih psikomotorik

serta sensorik anak agar mereka memiliki pengalaman langsung dalam

belajar. Selain itu kegiatan outbond dan wisata ilmiah juga dapat

membentuk karakter disiplin, tangguh, kerjasama bekerja keras dan

menumbuhkan daya saing yang positif.27

26 Observasi pada tanggal 15 November 2017. 27 Dokumen SDIT Al-Kautsar.

67

e. Kids Preneur

Kegiatan Kids Preneur bertujuan untuk mengenalkan kepada siswa

tentang nilai mata uang, selain itu kegiatan ini bertujuan membangun

jiwa wirausaha yang ada dalam diri siswa. Kids Preneur diagendakan

terlaksana setiap hari Jumat pada minggu ke-1 dan ke-3 dalam setiap

bulannya, yang persertanya adalah seluruh siswa-siswi SDIT Al-Kautsar

digilir berdasarkan level kelas.

Gambar 4.8 Keceriaan saat kids preneur

Suasana ceria saat pelaksanaan kids preneur di hari jumat terlihat

jelas pada gambar diatas. Selain mengajarkan nilai mata uang kepada

siswa-siswi SDIT Al-Kautsar kegiatan ini berhasil membangun jiwa

wirausaha yang ada dalam diri siswa. Hal ini terbukti dengan kepiawaian

siswa dalam melayani pembeli. Selain itu diharapkan siswa juga dapat

menghargai setiap jerih payah orangtuanya dalam mencari uang sehingga

mereka akan lebih menghargai dan menjaga yang mereka miliki.28

f. Keputraan dan Keputrian

Kegiatan keputraan dan keputrian diterapkan untuk siswa kelas 4

sampai 6 dengan cara mengelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Hal

ini dilakukan untuk mempersiapkan diri dalam bergaul antara laki-laki

28 Observasi pada tanggal 16 November 2017.

68

dan perempuan ketika mereka sudah baligh nanti, diharapkan mereka

dapat menjaga kesucian diri dalam pergaulannya. Setiap kelas

mendapatkan jadwal keputraan dan keputrian sekali dalam satu minggu,

keputraan kelas 4 hari selasa, kelas 5 hari rabu dan kelas 6 hari kamis,

sedangkan keputrian dilaksanakan setiap hari jumat saat para siswa

sedang melaksanakan shalat jumat. Materi yang diberikan adalah

pendalaman materi agama islam dengan materi Aqidah, Fiqh, dan

Akhlaq, diantara materinya adalah Rukun Iman, Kaifiyah wudhu,

kaifiyah shalat fardhu dan shalat berjamaah, adab di masjid, adab kepada

orang tua, guru dan sesama.29 Program keputraan dan keputrian

mendapatkan support penuh dari pihak atasan namun sangat disayangkan

ada beberapa kendala yang muncul selama pelaksanaannya. Seperti yang

di paparkan oleh koordinator ubudiyah bahwa:

Kendala adalah kurangnya dukungan dari guru-guru yang dimintai

untuk menjadi narasumber dengan alasan waktu kegiatan tersebut

bentrok dengan jam mengajar, selain itu waktu yang terbatas juga

menjadi kendala khususnya pada program keputrian yang hanya

memiliki durasi sekitar 30 menit saat shalat jumat belum lagi dipotong

dengan shalat dzuhur berjamaah.30

3. Faktor Pendukung dan Penghmbat Implementasi Pendidikan

Karakter Di SDIT Al-Kautsar

Berikut ini merupakan pemaparan mengenai factor prndukung dan

penghambat implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar serta

upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi hambatan implementasi

pendidikan karakter.

a. Faktor-faktor pendukung pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar

Diantara faktor pendukung dalam implementasi pendidikan karakter

di SDIT Al-Kautsar menurut koordinator tahfidz Daiman, M.Pd beliau

mengatakan bahwa:31

29 Hasil wawancara Koordinator Ubudiyah pada Tanggal 18 Oktober 2017. 30 Ibid., 31 Wawancara Koordinator Tahfidz SDIT Al-Kautsar 16 Oktober 2017.

69

Pendidikan yang sempurna adalah pendidikan yang mengedepankan

perbaikan karakter dengan menanamkan karakter islami, karena dalam

islam semua sudah jelas aturannya, bagaimana seorang muslim harus

bersikap baik pada diri sendiri, dengan orang lain bahkan pada

lingkungannya. Seperti misalnya bersikap pada diri sendiri dengan

menjaga kehormatan dirinya dengan tidak memperlihatkan auratnya,

tidak membanggakan bentuk tubuhnya, hal-hal seperti itu yang harus

diperbaiki oleh pendidikan.

Pendidikan tidak hanya mendidik anak menjadi cerdas dalam

pengetahuan melainkan secara cerdas secara sikap dan perilaku. Untuk

melaksanakan pendidikan seperti itu tidak bisa dilakukan oleh satu pihak

saja (sekolah) tapi membutuhkan kerjasama semua pihak terutama

keluarga dan lingkungan masyarakat. Ketika disekolah anak akan

berpanutan pada guru nya di sekolah sedangkan ketika anak berada

dirumah orang tua nya lah yang menjadi panutan, oleh sebab itu karakter

orang tua juga harus dibina, sebab orang tua yang baik akan memberikan

pengaruh dalam pendidikan anak.

Sedangkan saat wawancara dengan Wakasek bidang kurikulum Dwi

Suci Suryanto, S.Pd berkaitan dengan faktor pendukung implementasi

pendidikan karakter anak di SDIT Al-Kautsar, beliau mengatakan:32

Mencetak generasi muslim yang berakhlaq Imtaq (Iman dan Taqwa)

dan berwawasan iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) merupakan visi

SDIT Al-Kautsar. Sehingga diharapkan setelah lulus siswa dapat

mengemban amanahnya sebagai kholifah fil ardh. Untuk semua itu SDIT

Al-Kautsar menerapkan konsep full day school sehingga diharapkan

dapat dengan leluasa mengembangkan kurikulumnya. Dalam konsep

pembelajaran SDIT tidak mengenal istirahat. Waktu yang biasa kita

gunakan untuk istirahat sebenarnya adalah pembiasaan-pembiasaan yang

kita tanamkan untuk anak, yaitu pembiasaan makan dengan baik, makan

tidak menggunakan tangan kiri, makan dan minum tidak sambil berdiri

serta pembiasaan bergaul yang baik terhadap teman. Karakter islami serta

berkepribadian yang kokoh dapat menjadi bekal utama dalam hidup

bermasyarakat yang sangat dibutuhkan oleh siswa-siswi. Oleh karena itu

disekolah, baik guru, siswa, karyawan, maupun orang tua yang

mengantar dan menjemput anak harus membiasakan dan mempraktekkan

karakter-karakter islami. Oleh karena itu SDIT selalu berupaya untuk

menanamkan pembiasaan karakter islami dalam setiap kegiatan. Guru-

guru SDIT juga selalu dibina agar dapat memberikan suri tauladan yang

baik bagi siswa maupun orang tua siswa. Pemberian contoh ini dibarengi

dengan pelaksanaan program-program yang tersusun rapi untuk

menanamkan nilai-nilai karakter islami dilingkungan sekolah.

32 Wawancara Wakasek bid. Kurikulum pada tanggal 16 Oktober 2017.

70

b. Faktor penghambat implementasi pendidikan karakter.

Pada saat wawancara dengan wakasek bid. Kurikulum mengenai

faktor penghambat dalam implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-

Kautsar, beliau menyampaikan:33

Faktor yang menghambat implementasi pendidikan karakter di SDIT

Al-Kautsar diantaranya ada dua faktor yaitu: faktor internal dan

eksternal. Faktor internal yaitu ada dalam diri guru, misalnya terkadang

berbicara kasar, berlebihan dalam bercanda dengan teman seprofesinya.

Hal ini yang terus kita lakukan pembinaan dan perbaikan dengan

menegur guru yang bersangkutan. Faktor internal juga dapat muncul dari

diri orang tua dirumah, misalnya orang tuanya suka berbicara kasar,

berbicara bohong dengan maksud meng- iming imingi anak namun tidak

dilaksanakan, hal ini dapat berdampak buruk bagi pembentukan karakter

anak. Kedua faktor ekternal yaitu lingkungan masyarakat tempat anak itu

bergaul, gaya bicara masyarakat sekitarnya, serta tayangan-tayangan

televisi yang setiap hari ia lihat.

4. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan

implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar.

Wakasek bid. Kurikulum saat diwawancarai mengenai upaya yang

dilakukan sekolah dalam mengatasi masalah dalam implementasi

pendidikan karakter mengatakan:

Dalam mengatasi hambatan internal sekolah selalu berupaya untuk

menyusun program-program penanaman karakter baik bagi guru maupun

siswa dengan rapi serta dilakukan perbaikan secara kontinyu, seperti

yang diungkapkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib bahwasanya

“kebenaran yang tidak terorganisir akan kalah dengan kebathilan yang

terorganisir”. oleh sebab itu kerapihan dalam menyusun program-

program penanaman karakter menjadi hal yang sangat urgent dibicarakan

dalam setiap rapat, upaya-upaya perbaikan pun selalu terus dilakukan

serta yang tidak kalah pentingnya yaitu saling menegur jika ada guru

yang berbuat salah juga merupakan sarana dalam memperbaiki

implementasi pendidikan karakter. SDIT Al-Kautsar juga telah

mempunyai mekanisme yang telah disepakati bersama antara pihak

sekolah dengan orang tua siswa, diantaranya yaitu:

1) Aturan-aturan yang harus disepakati dan diterapkan oleh semua

warga sekolah,

2) Menjalin komunikasi dengan orang tua melalui buku penghubung

dan via telp,

33 Ibid,.

71

3) Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan,

4) Home Visit (kunjungan guru atau wali kelas ke rumah).

SDIT Al-Kautsar juga dengan tangan terbuka menerima masukan

dari orang tua siswa yang disampaikan langsung ke wali kelas atau pihak

sekolah sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas individu baik

guru maupun pihak sekolah.34

34 Wawancara Wakasek bid. Kurikulum pada tanggal 16 Oktober 2017.

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. SDIT Al-Kautsar Bogor mengimplementasikan pendidikan karakter ke

dalam setiap kegiatan pembelajaran, baik kegiatan kurikuler maupun non

kurikuler. Program kurikuler dimasukkan kedalam pelajaran umum

(Matematika, IPA, IPS, Bahasa, PJOK, Keterampilan) serta pendidikan

agama islam yang mampu menanamkan karakter dalam diri siswa-

siswinya. Untuk program kegiatan non kurikuler meliputi: a) Olah hati

berupa kebiasaan wudhu dengan tertib, sholat wajib dan sholat sunnah,

sholat diawal waktu, berdo’a setiap akan melaksanakan kegiatan, menjaga

kebersihan dan kerapihan diri serta lingkungan, beradab terhadap guru,

orang tua dan sesama. b) Olah pikir berupa kegiatan kids preneur, wisata

ilmiah, pendalaman materi, kegiatan keputraan dan keputrian serta lomba-

lomba ilmiah yang diadakan setiap peringatan hari besar Negara maupun

hari besar islam.c) Olah raga berupa kegiatan outbond, kepramukaan serta

kegiatan ekstrakurikuler (tari, karate, syufu, futsal, volly, panah dan

marawis). d) Olah karsa berupa kepedulian terhadap lingkungan serta

berakhlaqul karimah dalam pergaulan terhadap guru, orang tua dan teman.

2. Faktor pendukung implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar

Bogor meliputi keterpaduan antara kurikulum pendidikan umum dan

pendidikan agama dengan menggunakan konsep full day school sehingga

SDIT dapat dengan leluasa mengatur dan mengembangkan kurikulumnya,

program-program yang dilaksanakan secara kontinyu dengan terus

melakukan evaluasi serta perbaikan, dan dukungan penuh serta partisipasi

aktif dari seluruh warga sekolah baik itu yayasan, komite sekolah, guru

dan staff sekolah serta orang tua siswa- siswi SDIT Al-Kautsar. Faktor

penghambat implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar

73

meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari guru

dan orang tua siswa yang terkadang memberikan contoh kurang baik, dari

ucapan maupun perbuatan. Faktor eksternal yaitu lingkungan masyarakat

tempat siswa-siswi tinggal, serta tayangan-tayangan televisi yang setiap

hari ditonton.

3. Untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam implementasi pendidikan

karakter, SDIT Al-Kautsar Bogor melakukan usaha-usaha sebagai berikut

: 1). Melakukan evaluasi secara kontinyu, 2). Saling mengingatkan dalam

kebaikan dan tidak segan untuk menegur yang berbuat salah, 3). Membuat

kesepakatan antara pihak sekolah dan wali murid berkenaan aturan yang

ditetapkan di SDIT Al-Kautsar, 4). Menjalin komunikasi dengan wali

murid melalui buku penghubung atau pun via telepon, 5). Pertemuan

dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan, 6). Home visit

(kunjungan guru atau wali kelas ke rumah), 7). Menerima saran dan

masukan dari berbagai pihak sebagai upaya perbaikan dan peningkatan

kualitas individu baik guru maupun sekolah.

B. Implikasi

Berdasarkan pada hasil penelitian yang sudah dijabarkan pada BAB IV,

maka implikasi yang diuraikan sebagai berikut:

1. Adanya pengembangan kurikulum pendidikan karakter secara

terintegritas dan terencana, maka hal ini perlu dilakukan agar strategi

pendidikan karakter dapat lebih maksimal lagi di sekolah.

2. Pembinaan secara intensif kepada guru sebagai pendidik yang terjun

langsung dalam proses pembelajaran pada siswa.

3. Pengawasan dari kepala sekolah, maka dilakukan secara intensif yang

khusus dalam memantau pendidikan karakter siswa.

74

C. Saran

Berdasarkan analisis dan pembahasan implementasi pendidikan karakter

di SDIT Al-Kautsar Bogor, maka saran yang direkomendasikan penulis

antara lain sebagai berikut:

1. Kepada kepala sekolah, hendaknya dalam melakukan perekrutan serta

pembinaan guru, akhlaqul karimah dapat dijadikan sebagai orientasi

utama dengan tidak mengabaikan kompetensinya.

2. Kepada para guru hendaknya selalu meningkatkan suri teladan yang baik

di hadapan siswa-siswinya serta meningkatkan kompetensinya untuk

meningkatkan kualitas SDIT Al-Kautsar serta Guru lebih aplikatif dalam

menerapkan nilai-nilai karakter pada pembelajaran sehingga dapat

menjadi karakter yang positif untuk siswa.

3. Para orang tua diharapkan untuk mempertahankan komunikasi serta kerja

sama yang baik kepada SDIT Al-Kautsar dalam mendidik anak- anak nya,

serta membimbing dan memberi contoh yang baik dalam kehidupan

sehari-hari di rumah.

4. Kepada para siswa-siswi SDIT Al-Kautsar kalian adalah genarasi penerus

bangsa yang nantinya akan memimpin bangsa. Masa depan bangsa ada di

tangan kalian. Ketika kalian memiliki karakter yang mulia dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari kalian akan mampu

mengeksplorasi potensi yang kalian miliki dengan menjaga nilai-nilai

yang tidak melanggar agama.

75

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. Jafar dan M. A. Salam. Membumikan Pendidikan Karakter

Implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral. Jakarta: Suri Tatu’uw,

2015.

Ausop, Asep Zaenal. Islamic Character Buiding: Membangun Insan Kamil,

Cendekia Berakhlak Qurani. Bandung: Salamadani, 2014.

Benninga, Jacques S. The Relationship of Character Education Implementation

and Academic Achievement in Elementary Schools. Journal of Research in

Character Education Vol. 1. 2003. Sumber:

http://www.csufresno.edu/kremen/bonnercenter/documents/Character_Educ

ation.pdf) diakses pada tanggal 15 Juni 2017 pukul 14.00 WIB.

Damayanti, Deni. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.

Yogyakarta: Araksa,2014.

Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter Konsep dan Impementasi. Bandung :

Alfabeta, 2012.

Kamaruddin, SA. Character Education and Students Social Behavior, 2012.

(Journal of Education and Learning, 2012). Vol.6 (4)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Model Penilaian Pencapaian

Kompetensi Peserta Didik SMP. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar.

Kesuma, Dharma dkk. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.

Bandung: PT Rosda Karya, 2012.

Kusnaedi, Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Panduan untuk Orang

Tua dan Guru. Bekasi: Duta Media Tama, 2013.

Labib, M Zainul. “Implementasi Pendidikan Karakter dan Pengaruhnya Terhadap

Perilaku Akademik Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Jombang Ciputat”. Jakarta:

Skiripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014. tidak

dipublikasikan.

Listyarti, Retno. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif.

Jakarta: Esensi, 2012.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.

Bandung: PT Rosda Karya, 2011.

76

Mulyasa, E. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara,

2013.Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya

dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group, 2011.

Mustari, Mohamadi, Nilai Karakter; Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta: Rajawali

Press.

Naim, Ngainun, Character Building. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Nata , Abuddin. khlak dan Tasawuf dan Karakter Mulia edisi Revisi.Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2014.

Pedoman Penulisan skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2015.

Prasetya, Alfian Budi. Penerapan Pendidikan Karakter Nilai Disiplin dan Nilai

Tanggung Jawab dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga,

dan Kesehatan(PJOK) di Kelas 1 dan 4 SD Negeri Percobaan 3,

(http://eprints.uny.ac.id/)

Puspita, Ira. Pendidikan Karakter Jujur di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang,

(http://eprints.walisongo.ac.id)

Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Sekretariat Negara RI, Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

PendidikanNasional BAB 1 Pasal 1 ayat 1. (http://www.setneg.go.id)

Sudaryono, Educational Research Methodology, Lentera Ilmu Cendikia: Jakarta,

2014.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:

Alfabeta, 2006.

Sulaiman, Abu Amr Ahmad. Diterjemahkan oleh Luqman hakim, Metode

Pendidikan Anak Muslim Usia 6 s/d 9 tahun, Jilid II, Jakarta: Darul Haq,

2005.

Sulastri, Iis. “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan

Pendidikan Karakter di MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta”. Jakarta:

Skiripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014. tidak

dipublikasikan.

Sutarjo, Adisusilo. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2012.

Ulum, M. Miftahul. Konsep Pendidikan Anak Menurut Al-Ghazali dan

Relevansinya dengan Arah dan Tujuan Pendikan Nasional di Indonesia,

2016.

77

http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tadib/article/download/592/529,

diakses pada tanggal 16 Juni 2017 pukul 01.01 WIB

Wafiqni, Nafia & Asep Ediana Latip. Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD.

Jakarta: UIN PRESS, 2015.

Yaumi, Muhammad. Pendidikan karakter; Landasan, Pilar dan Implementasi.

Jakarta: Prenadamedia Grop, 2014.

Zubaedi. Desain Pendidikan karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga

Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2011.

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2007.

Lampiran 1

Transkip Wawancara

Narasumber : Saepurohman, S.Pd

Jabatan : Kepala SDIT Al-Kautsar

Waktu : 16 Oktober 2017

Pewawancara : Bagaimana latar belakang berdirinya SDIT Al-Kautsar?

Narasumber : SDIT berdiri tahun 2006. Dilatarbelakangi oleh antusias wali murid

RA yang ingin melanjutkan sekolah anaknya di sekolah islam. Selain itu melihat

kondisi moral dan akhlaq anak-anak dilingkungan sekitar juga memprihatinkan,

sehingga muncul kesadaran Yayasan Al-Kautsar untuk membangun SDIT. Pada

awal berdirinya SDIT Al-Kautsar dilingkungan klapanunggal belum ada, maka

dari pembangunan SDIT mendapat dukungan yang lumayan bagus dari

masyarakat sekitar.

Pewawancara: Apa visi, misi, serta tujuan SDIT Al-Kautsar?

Narasumber : Visi SDIT Al-Kautsar “Menjadi SDIT unggulan, kebanggaan

ummat dan mampu melahirkan tunas bangsa dengan kepribadian Islam yang

memiliki : Aqidah yang shohih, Akhlak Karimah, Akal yang cerdas dan tubuh

yang kuat”, sedangkan beberapa misi nya “Menyelenggarakan dan

mengembangkan program pendidikan yang inovatif, berkarakter dan berbasis

alam. Serta membentuk perilaku dalam diri siswa untuk menerapkan Aqidah

Islamiyah dalam kehidupan sehingga terbentuk pribadi yang sehat jasmani, sehat

rohani dan sehat lingkungan”. SDIT Al-Kautsar bertujuan Meningkatkan perilaku

akhlak mulia bagi siswa, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang

sesuai dengan minat dan bakat siswa. Mengembangkan kepribadian manusia yang

utuh bagi siswa.

Pewanwancara : Konsep apa yang diterapkan di SDIT pada keseluruhan proses

pembelajaran?

Narasumber : SDIT merupakan sekolah dasar islam yang mengimplementasikan

konsep pendidikan islam berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan

memadukan antara pendidikan Aqliyah, ruhiyah dan Jasadiyah. Diharapkan agar

keseluruhan potensi yang ada dalam diri siswa berkembang, baik akal

intelektualnya, perilaku serta kualitas iman dan takwanya kepada Allah SWT.

Sesuai dengan visi SDIT Al-Kautsar.

Pewawancara : Bagaimana sekolah memperkenalkan dan menanamkan karakter

pada siswa?

Narasumber : Mengenalkan karakter-karakter yang baik itu pertama dengan

menyampaikan hadits-hadits yang berkaitan dengan adab seorang muslim baik

dalam bergaul maupun dalam kesehariannya. Kedua dengan mengenalkan

karakter-karakter rosul serta para sahabat. Kedua cara ini disampaikan kepada

seluruh siswa saat muroja’ah usbuiyyah atau muroja’ah mingguan setiap hari

jum’at dilapangan. Untuk lebih mendalam lagi biasanya guru menyampaikan

kembali ke anak-anak saat mengajar di kelas. Untuk nilai-nilai karakter yang ingin

ditanamkan kepada anak adalah nilai-nilai karakter islami, kenapa karakter islami

yang diutamakan. Karena dalam Islam semua sudah ada aturannya, dari seseorang

bangun tidur sampai tidur lagi semua ada aturannya. Nah penanaman karakter-

karakternya sendiri dengan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik sesuai

aturan al-qur’an dan sunnah. Misalnya mengucapkan salam, makan dan minum

dengan tangan kanan dan tidak sambil beridiri, menjalankan ibadah sunnah seperti

shalat dhuha, sholat di awal waktu, wudhu dengan tertib dan sebagainya.

Kebiasaan-kebiasaan seperti itu yang kami harapkan dapat ternaman dalam diri

siswa sehingga nantinya akan menjadi karakter yang melekat.

Pewawancara : Bagaimana peran serta orang tua dalam implementasi pendidikan

karakter di SDIT Al-Kautsar?

Narasumber : Selama ini orang tua siswa selalu mendukung apa yang

diprogramkan sekolah walaupun kadang ada kendala, tapi lebih banyak yang

mendukung karena mereka sadar bahwa yang dilakukan sekolah untuk kebaikan

anak-anaknya. Misalnya, setiap anak dari kelas 1-6 diberikan form pembiasaan

sholat 5 waktu dan pembiasaan mengaji yang harus diawasi dan di tanda tangani

orang tua, selama ini tidak ada yang mengeluhkan masalah itu malah banyak

orang tua yang berterimakasih karena dengan kedua form tersebut anak mereka

jadi rajin shalat dan mengaji dirumah. Jika ada anak yang sulit diatur oleh orang

tuanya mereka malah mengadu ke pihak sekolah (wali kelas) minta agar anaknya

dinasehati, setelah itu anak ada perubahan, yang tadinya suka melawan jadi

berkurang, yang malas shalat jadi rajin. Intinya orang tua siswa selalu menjalin

komunikasi yang baik dengan pihak sekolah terkait dengan perkembangan

anaknya dirumah.

Pewawancara : Nilai karakter apa yang diutamakan dalam implementasi

pendidikan karakter?

Narasumber: Nilai yang diutamakan diterapkan tentunya nilai-nilai karakter

islami. Karena saat kita bicara karakter islami semua itu sudah ada aturannya.

Mulai dari adab pergaulan, kebersihan, adab makan dan minum dll. Diharapkan

dengan mengenalkan karakter islami pada anak sejak dini akan dapat menjadi

pedoman dan bekal hidup untuk anak saat ia dewasa nanti agar berpegang teguh

pada nilai-nilai agama yang dianutnya, yaitu agama islam.

Berdasarkan analisis yang ada, beberapa kesimpulan yang dapat di ambil dari

wawancara di atas adalah, SDIT Al-Kautsar merupakan sekolah dasar islam yang

menjadikan Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai landasan dalam setiap proses

pembelajarannya dengan memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah.

Ketiga aspek tersebut diharapkan dapat berkembang dalam diri peserta didik

sehingga bukan hanya intelektualnya saja yang matang, namun akhlaq serta iman

dan ketakwaan nya kepada Allah SWT juga meningkat.

Pendidikan karakter merupakan tujuan utama SDIT Al-Kautsar, nilai-nilai

karakter yang diterapkan adalah nilai-nilai karakter islami yang berpedoman pada

al-qur’an dan sunnah. Cara yang ditempuh untuk mengenalkan karakter islami

dengan mendengarkan hadits-hadits singkat pada setiap hari jum’at (muroja’ah

yaumiyah) serta menceritakan kepada anak kisah-kisah teladan pada zaman rosul

dan sahabat, kedua cara ini diperkuat dengan pengulangan oleh wali kelas dan

guru yang mengajar. Karakter islami dipilih sebagai dasar dalam implementasi

pendidikan karakter karena nilai-nilai yang terkandung sudah mencakup

keseluruhan aspek kehidupan manusia. jika dibandingkan dengan 18 nilai karakter

dari pemerintah karakter islami sudah sangat lengkap.

Lampiran 2

Transkip Wawancara

Narasumber : Dwi Suci Suryanto , S.Pd

Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

Waktu : 16 Oktober 2017

Pewawancara : Kurikulum yang digunakan SDIT Al-Kautsar?

Narasumber : Kurikulum yang digunakan di SDIT adalah kurikulum pendidikan

nasional yang dipadukan dengan kurikulum sekolah islam terpadu serta diolah

sesuai dengan visi dan misi SDIT Al-Kautsar. Dengan menggunakan model

fullday school atau sekolah sehari penuh agar siswa mendapat porsi yang

seimbang antara pendidikan agama serta pendidikan umum seperti sekolah dasar.

Pewawancara : Bagaimana implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-

Kautsar? Apakah ada buku pedoman dalam implementasi pendidikan karakter?

Narasumber : Pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT sudah terintegrasi

kedalam seluruh mata pelajaran serta kegiatan sekolah, Ada juga pelajaran yang

dikhususkan untuk pendidikan karakter (kurikuler) diantaranya Tahfidz, Tahsin,

dan Pendidikan Agama Islam. Ekstrakurikuler juga termasuk program untuk

membentuk karakter anak. Diantaranya ekskul yang terdapat di SDIT ialah:

marawis, tari daerah, pramuka, karate, syufu, panah, dan futsal. Untuk siswa-siswi

kelas 4-5 setiap minggunya ada program keputraan dan keputrian, program ini

mengkaji tentang materi-materi fiqh serta tata cara bergaul sesama muslim. Hal

ini dianggap penting karena untuk mempersiapkan siswa- siswi terjun ke dalam

masyarakat. Selain ekskul dan kegiatan keputrian serta keputraan untuk

menanamkan karakter islami dalam diri siswa juga SDIT mengadakan MABIT

(malam bina iman dan taqwa), pesantren romadhon yang dibarengi dengan

santunan anak yatim serta peringatan hari besar islam. Sedangkan untuk

membentuk karakter kerja sama, cinta lingkungan serta cinta tanah air SDIT

mangadakan outbond serta wisata ilmiah. Untuk menanamkan karakter mandiri

serta entrepreneurship dalam diri siswa diadakan kis preneur setiap hari jum’at di

minggu pertama dan ketiga.

Pewawancara : Kegiatan ko-kurikuler dan non-kurikuler apa saja di SDIT Al-

Kautsar yang menunjang implementasi pendidikan karakter?

Narasumber : Kegiatan kurikuler yaitu kegiatan yang masuk dalam proses belajar

mengajar, diantaranya pelajaran umum, tahfidz, pendidikan agama islam dan

tahsin. Sedangkan non-kurikuler diantaranya seluruh kegiatan yang dilaksanakan

sekolah dan sudah menjadi kebiasaan sehingga menjadi budaya sekolah yang

islami, seperti berdo’a sebelum melaksanakan aktifitas, adab terhadap sesama dan

lingkungan, adab makan dan minum serta kegiatan-kegiatan ibadah yang

dilaksanakan di SDIT Al-Kautsar, termasuk juga peringatan hari besar islam atau

peringatan 17 Agustus.

Pewawancara : Standar kompetensi lulusan yang diharapkan sekolah?

Narasumber : Standar kompetensi lulsan yang diharapkan diantaranya hafal 2 Juz

(Juz 30 dan 29) jika hafal akan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti, lalu

berakhlakul karimah, salimil aqidah serta shohibul ibadah, berbakti kepada orang

tua, gemar membaca, memiliki disiplin serta tanggung jawab yang tinggi

menguasai ilmu pengetahuan.

Pewawancara : Nilai-nilai apa saja yang di terapkan dalam implementasi

pendidikan karakter di SDIT?

Narasumber : nilai-nilai yang diterapkan dalam implementasi pendidikan karakter

tentunya nilai-nilai karakter islami, seperti mengajarkan kepada anak untuk

berwudhu sebelum shalat dengan wudhu yang sempurna, melaksanakan shalat

berjama’ah baik sunnah maupun shalat wajib, adab makan dan minum, adab

terhadap guru, orang tua dan teman, kewajiban untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan.

Pewawancara : Bagaimana proses rekrtumen guru dan penerimaan siswa?

Narasumber : Guru serta seluruh staf dan stake holder sekolah dijadikan role

model bagi terbinanya karakter dalam diri anak, oleh sebab itu dalam proses

rekruitmen guru dilakukan seleksi yang sangat ketat, diantaranya tahapan-tahapan

seleksi nya adalah, seleksi berkas, tes tahfidz dan tahsin (min. guru harus hafal juz

30 sedangkan guru tahfidz harus hafal minimal 2 juz) tes microteaching, tes

wawancara dengan pihak sekolah dan yayasan. Setelah dinyatakan lulus akan

diadakan proses penilaian kinerja guru dalam setiap bulannya termasuk akhlak

serta komitmen yang ditampilkan guru dalam kesehariannya. Sedangkan

penerimaan siswa melalui seleksi Tes Potensi Akademik (TPA). Hal ini

mejadikan daya saing yang tinggi dalam penerimaan siswa baru. Siswa banyak

berasal dari RA Al-Kautsar dan dari TK sekitar yang memiliki daya saing yang

tinggi juga.

Pewawancara : Kondisi guru dan siswa SDIT?

Narasumber : Jumlah guru di SDIT 31 orang secara keseluruhan adalah lulusan S1

bidang pendidikan dari universitas dalam dan luar negeri. Sedangkan siswa

berjumlah kurang lebih 558 siswa dengan latar belakang keluarga dan kondisi

ekonomi yang berbeda-beda.

Pewawancara : Faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan

karakter?

Narasumber : Mencetak generasi muslim yang berakhlaq Imtaq (Iman dan Taqwa)

dan berwawasan iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) merupakan visi SDIT

Al-Kautsar. Sehingga diharapkan setelah lulus siswa dapat mengemban

amanahnya sebagai kholifah fil ardh. Untuk semua itu SDIT Al-Kautsar

menerapkan konsep full day school sehingga diharapkan dapat dengan leluasa

mengembangkan kurikulumnya. Dalam konsep pembelajaran SDIT tidak

mengenal istirahat. Waktu yang biasa kita gunakan untuk istirahat sebenarnya

adalah pembiasaan-pembiasaan yang kita tanamkan untuk anak, yaitu pembiasaan

makan dengan baik, makan tidak menggunakan tangan kiri, makan dan minum

tidak sambil berdiri serta pembiasaan bergaul yang baik terhadap teman. Karakter

islami serta berkepribadian yang kokoh dapat menjadi bekal utama dalam hidup

bermasyarakat yang sangat dibutuhkan oleh siswa-siswi. Oleh karena itu

disekolah, baik guru, siswa, karyawan, maupun orang tua yang mengantar dan

menjemput anak harus membiasakan dan mempraktekkan karakter-karakter

islami. Oleh karena itu SDIT selalu berupaya untuk menanamkan pembiasaan

karakter islami dalam setiap kegiatan. Guru-guru SDIT juga selalu dibina agar

dapat memberikan suri tauladan yang baik bagi siswa maupun orang tua siswa.

Pemberian contoh ini dibarengi dengan pelaksanaan program-program yang

tersusun rapi untuk menanamkan nilai-nilai karakter islami dilingkungan sekolah.

Faktor yang menghambat implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar

diantaranya ada dua factor yaitu: faktor internal dan eksternal. Faktor internal

yaitu ada dalam diri guru, misalnya terkadang berbicara kasar, berlebihan dalam

bercanda dengan teman seprofesinya. Hal ini yang terus kita lakukan pembinaan

dan perbaikan dengan menegur guru yang bersangkutan. Faktor internal juga

dapat muncul dari diri orang tua dirumah, misalnya orng tua nya suka berbicara

kasar, berbicara bohong dengan maksud meng-iming imingi anak namun tidak

dilaksanakan, hal ini dapat berdampak buruk bagi pembentukan karakter anak.

Kedua faktor eksternal yaitu lingkungan masyarakat tempat anak itu bergaul, gaya

bicara masyarakat sekitarnya, serta tayangan-tayangan televisi yang setiap hari ia

lihat.

Pewawancara : Cara mengatasi hambatan yang muncul dalam implementasi

pendidikan karakter?

Narasumber : Dalam mengatasi hambatan internal sekolah selalu berupaya untuk

menyusun program-program penanaman karakter baik bagi guru maupun siswa

dengan rapi serta dilakukan perbaikan secara kontinyu, seperti yang diungkapkan

oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib bahwasanya “kebenaran yang tidak terorganisir

akan kalah dengan kebathilan yang terorganisir”. oleh sebab itu kerapihan dalam

menyusun program-program penanaman karakter menjadi hal yang sangat urgent

dibicarakan dalam setiap rapat, upaya-upaya perbaikan pun selalu terus dilakukan

serta yang tidak kalah pentingnya yaitu saling menegur jika ada guru yang berbuat

salah juga merupakan saranan dalam memperbaiki implementasi pendidikan

karakter.

SDIT Al-Kautsar juga telah mempunyai mekanisme yang telah disepakati

bersama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa, diantaranya yaitu: 1)

Aturan-aturan yang harus disepakati dan diterapkan oleh semua warga sekolah, 2)

Menjalin komunikasi dengan orang tua melalui buku penghubung dan via telp, 3)

Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan, 4) Home Visit

(kunjungan guru atau wali kelas ke rumah). SDIT Al-Kautsar juga dengan tangan

terbuka menerima masukan dari orang tua siswa yang disampaikan langsung ke

wali kelas atau pihak sekolah sebagai uapaya perbaikan dan peningkatan kualitas

individu baik guru maupun pihak sekolah.

Berdasarkan analisis yang ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari

wawancara diatas adalah, kurikulum yang digunakan SDIT Al-Kautsar adalah

kurikulum dari pendidikan nasional yang dipadukan dengan kurikulum sekolah

islam terpadu serta diolah sesuai dengan visi, misi SDIT Al-Kautsar. Dalam

implementasi pendidikan karakter ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh

SDIT Al-Kautsar, yaitu kegiatan kurikuler dan non kurikuler. Kegiatan kurikuler

diantaranya, kegiatan belajar mengajar dikelas yang terbagi menjadi beberapa

mata pelajaran yaitu pelajaran umum seperti matematika, bahasa Indonesia,

bahasa inggris, IPA, IPS, PKN dan SBK. Pendidikan agama islam serta pelajaran

tahfidz dan tahsin dengan metode qiro’ati. Sedangkan kegiatan non-kurikuler

yaitu kebiasaan-kebiasan yang telah dilaksanakan secara terus menerus sehingga

menjadi budaya sekolah yang religius, seperti berdo’a sebelum melaksanakan

aktifitas, muroja’ah yaumiyah dan muroja’ah usbu’iyah, membiasakan shalat

sunnah dan shalat wajib, membiasakan makan dan minum yang halal dan makan

tidak dengan berdiri serta menggunakan tangan kanan, sikap menghormati guru,

bergaul yang baik dengan teman, kewajiban menjaga kebersihan diri serta

kebersihan lingkungan.

Selain kegiatan kurikuler dan non-kurikuler ada juga kegiatan yang

dijadwalkan oleh SDIT Al-Kautsar seperti kegiatan Market day, outing class

(outbond dan wisata ilmiah), peringatan hari besar nasional dan hari besar islam,

kegiatan keputraan dan keputrian. Iselain itu juga ada kegiatan ektrakurikuler

yang dapat menanamkan nilai-nilai karakter positif dalam diri siswa, seperti

kepramukaan, marawis, tari, karate, syufu, dan futsal.

Proses implementasi pendidikan karakter di SDIT sangat bergantung dengan

komitmen yang kuat dari seluruh guru. Guru menjadi contoh sekaligus pengawas

dalam implementasi pendidikan karakter. Oleh sebab itu yang dilakukan guru

harus sesuai dengan peraturan serta program sekolah. Maka dari itu proses

rekruitmen guru dilakukan seleksi yang sangat ketat, diantaranya tahapan-tahapan

seleksi nya adalah, seleksi berkas, tes tahfidz dan tahsin (min. guru harus hafal juz

30 sedangkan guru tahfidz harus hafal minimal 2 juz) tes microteaching, tes

wawancara dengan pihak sekolah dan yayasan. Setelah dinyatakan lulus akan

diadakan proses penilaian kinerja guru dalam setiap bulannya termasuk akhlak

serta komitmen yang ditampilkan guru dalam kesehariannya. Begitu juga dengan

siswa siswi SDIT. Sebelum di terima menjadi siswa-siswa SDIT terlebih dulu

melaksanakan Tes Potensi Akademik (TPA).

Adapun faktor pendukung implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-

Kautsar adalah komitmen yang kuat dari guru dan orang tua siswa. Kedua pihak

harus saling kerjasama dan menjalin komunikasi untuk keberhasilan implementasi

pendidikan karakter. Apa yang sudah diajarkan di sekolah harus di terapkan juga

dirumah tentunya dengan pengawasan orang tua. Sedangkan yang menjadi

penghambat iaah lingkungan tempat anak tinggal dan dibesarkan. Karena sekolah

menyadari pengaruh lingkungan sangat besar dalam proses implementasi

pendidikan karakter yang telah di ajarkan maka sekolah melakukan beberapa

upaya untuk mengatasinya, diantaranya yaitu: 1) Menerapkan aturan-aturan yang

harus disepakati dan diterapkan oleh semua warga sekolah, 2) Menjalin

komunikasi dengan orang tua melalui buku penghubung dan via telp, 3)

Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan, 4) Home Visit

(kunjungan guru atau wali kelas ke rumah). SDIT Al-Kautsar juga dengan tangan

terbuka menerima kritik dan saran dari orang tua siswa maupun pihak lain yang

dapat disampaikan kepada wali kelas atau pihak sekolah sebagai upaya perbaikan

dan peningkatan kualitas sekolah.

Lampiran 3

Transkip Wawancara

Narasumber : H. Daiman, M.Pd

Jabatan : Koordinator Tahfidz

Waktu : 16 Oktober 2017

Pewawancara : Hakikat pendidikan karakter?

Narasumber : Pendidikan yang sempurna adalah pendidikan yang mengedepankan

perbaikan karakter dengan menanamkan karakter islami. Karena dalam islam

semua sudah jelas aturannya,. Islam mengatur bagaimana seseorang harus

bersikap baik pada diri, dengan orang lain bahkan lingkungan. Seperti misalnya

bersikap baik pada diri sendiri dengan menjaga kehormatan diri dengan tidak

memperlihatkan auratnya, tidak membanggakan bentuk tubuhnya, hal hal seperti

itu yang harus diperbaiki oleh pendidikan. Karena pendidikan tidak hanya

mendidik anak menjadi cerdas dalam pengetahuan melainkan cerdas secara sikap

dan perilaku.

Pewanwancara: Standar kelulusan tahfidz di SDIT Al-Kautsar?

Narasumber : SDIT menentapkan standar kelulusan untuk tahfidz yaitu 2 Juz ( juz

29 dan juz 30) yang akan di tes saat kelas 6 yaitu menjelang kelulusan. Jika siswa

sudah mampu menghafal 2 juz maka ia berhak mendapat surat keterangan

(semacam sertifikat) hafal 2 Juz. Alhamdulilah banyak dari siswa-siswi SDIT

sebelum kelas 6 sdh hampir menyelesaikan hafalan 2 Juz, dengan begitu saat lulus

bias lebih dari 2 Juz.

Pewawancara : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tahfidz?

Narasumber : Pembelajaran tahfidz setiap minggunya dialokasikan waktu 3-4 kali

tatap muka (8x35 menit). Selain pembelajaran dikelas ayat-ayat yang sudah

dihafal siswa akan di muroja’ah (diulang) setiap harinya pada awal sebelum KBM

di mulai yaitu 07.00 sampai 07.30. Sedangkan saat hari jum’at diadakan

Muroja’ah Usbu’iyah atau muroja’ah mingguan, tempatnya dilapangan. Jadi pada

hari jum’at setiap siswa berkumpul dilapangan untuk muroja’ah hafalan yang

telah dihafalkannya selama satu minggu, selain hafalan ayat al-qur’an saat

muroja’ah Usbu’iyah siswa diberikan hafalan hadits-hadits pendenk berkaitan

dengan akhlak, misalnya larangan makan dan minum sambil berdiri, menutup

aurat, adab terhadap orang tua dan teman dll. Selain itu terkadang juga ada kisah

inspiratif para tabi’in.

Pewawancara : Mengapa pelajaran tahfidz menjadi pelajaran pokok da nada di

dalam KBM?

Narasumber : Menghafal Al-qur’an berpengaruh dalam pembentukan karakter

mulia dalam diri anak, karena selain menghafal anak diperkenalkan kandungan-

kandungan yang terdapat dalam ayat yang akan di hafal, dengan memahami isinya

akan menjadi konsep diri anak dalam bergaul dengan teman, guru, orang tua dan

lingkungan yang akan menjadi karakter-karakter mulia dalam diri nya. Begitu

juga dengan hadits-hadits dan do’a-do’a pilihan yang di ajarkan di SDIT Al-

Muhajirin. Sengaja di pilih hadits yang pendek dan mudah dipahami anak agar

anak mudah mempraktekkan nya dalam kehidupan

Pewawancara : Faktor pendukung dalam implementasi pendidikan karakter?

Narasumber : Pendidikan yang sempurna bukan hanya mengajarkan anak untuk

cerdas dalam pengetahuan, namun haurs cerdas dalam sikap dan perilaku.

Keberhasilan pendidikan yang seperti itu tidak akan dapat dicapai jika hanya

dilaksanakan oleh pihak sekolah saja, tapi membutuhkankerja sama semua pihak

terutama keluarga dan lingkungan masyarakat. Saat disekolah anak akan

mencontoh pada gurunya, sedangkan saat anak dirumah orang tua nya yang akan

menjadi contoh, oleh sebab itu karakter orang tua juga harus dibina, sebab orang

tua yang baik akan memberikan pengaruh baik dalam pendidikan anak

Berdasarkan analisis yang ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari

wawancara diatas adalah, pendidikan yang sempurna adalah pendidikan yang

mengedepankan perbaikan karakter dengan menjadikan karakter islami sebagai

landasannya. Karena islam sudah mengatur semua aspek kehidupan manusia,

hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, hubungan

manusia dengan lingkungan semua sudah ada aturannya.

Ketentuan standar kelulusan tahfidz yaitu 2 juz, diantaranya juz 30 dan juz

29 yang diajarkan dari kelas 1 sampai kelas 6 dan di tes pada saat kelulusan kelas

6. Jika sudah tercapai target hafalannya maka akan diberikan sertifikat dari

sekolah sebagai bukti telah menyelesaikan dan memenuhi persyaratan untuk lulus

tahfidz. Pembelajaran tahfidz dilaksanakan seminggu 8 jam (8x35 menit) dan

waktunya 3- 4 hari. Selain menghafal saat pelajaran tahfidz, ayat-ayat yang

diajarkan di ulang setiap pagi hari pada kegiatan muroja’ah yaumiyah (harian) dan

usbu’iyah (mingguan). Menghafal Al-qur’an berpengaruh dalam pembentukan

karakter mulia dalam diri anak, karena selain menghafal anak diperkenalkan

kandungan- kandungan yang terdapat dalam ayat yang akan di hafal, dengan

memahami isinya akan menjadi konsep diri anak dalam bergaul dengan teman,

guru, orang tua dan lingkungan yang akan menjadi karakter-karakter mulia dalam

diri nya.

Lampiran 4

Transkip Wawancara

Narasumber : Lika Hanifah, S.Pd

Jabatan : Kordinator Ubudiyah

Waktu : 18 Oktober 2017

Pewawancara : Apa tujuan pelaksanaan kegiatan keputraan dan keputrian?

Narasumber : Tujuannya adalah pendalaman materi agama islam bagi siswa

dengan materi aqidah, fiqh ibadah,akhlak.1l

Pewawancara : Bagaimana prosedur pelaksanaan kegiatan tersebut?

Narasumber : Prosedur keputraan adalah siswa kelas 4, 5 dan 6. Setiap kelas

mendapat giliran satu kali pertemuan dalam satu minggu. Kelas 4 hari selasa,

kelas 5 hari rabu dan kelas 6 hari kamis. Sedangkan keputrian dilaksanakan setiap

hari jum’at saat siswa ikhwan melaksanakan shalat jum’at

Pewawancara : Materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan tersebut?

Narasumber : Diantara materinya adalah kaifiyah wudhu, rukun iman, rukun

islam, kaifiyah shalat fardhu dan shalat berjama’ah, adab di masjid, adab terhadap

guru, orang tua, sesama dan lingkungan

Pewawancara : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan

tersebut?

Narasumber : Faktor pendukungnya ialah support penuh dari pimpinan sekolah

serta antusias tinggi dari anak-anak. Sedangkan factor penghambatnya ialah

kurang nya dukungan dari guru yang guru dimintai menjadi narasumber serta

waktu yang terbatas.

Berdasarkan analisis yang ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari

wawancara diatas adalah kegiatan keputraan dan keputrian dilaksanakan setiap

seminggu sekali. Siswa yang menjadi target pelaksanaan adalah siswa kelas 4-6

dengan jadwal sebagai berikut, kegiatan keputraan kelas 4 hari selasa, kelas 5 hari

rabu, dan kelas 6 hari kamis. Sedangkan kegiatan keutrian dilaksanakan setiap

hari jum’at saat siswa ikhwan sedang melaksanakan shalat jum’at.

Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah pendalaman materi pendidikan

agama islam untuk siswa-siswi kelas 4-6 dengan materi sebagai berikut (aqidah,

fiqh dan akhlak) kaifiyah wudhu, rukun iman, rukun islam, kaifiyah shalat fardhu

dan shalat berjama’ah, adab di masjid, adab terhadap guru, orang tua, sesama dan

lingkungan. Selama kegiatan tersebut berlangsung terdapat beberapa hambatan

yaitu kurang nya dukungan dari guru yang dimintai menjadi narasumber serta

waktu yang terbatas. Selain hambatan kegiatan keputraan dan keputrian ini

emndapat dukungan yang peuh dari pimpinan sekolah dan antusias yang tinggi

dari para siswa-siswi SDIT Al-Kautsar.

Lampiran 5

Hasil Observasi Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Kautsar

No. Aspek yang diamati Ada Tidak Keterangan

1. Kegiatan merencanakan

program-program

implementasi pendidikan

karakter

√ Kegiatan merencanakan

program-progam penanaman

karakter dilakukan setiap awal

semester II tahun ajaran

sebelumnya pada RAKER

(rapat kerja). Gunanya agar

sekolah sudah benar-benar siap

dalam pelaksanaan program-

program serta kegiatan

penenaman karakter siswa.

Diantara yang menjadi

pembahasan pokok adalah;

kurikulum, keagamaan, sarana

dan prasarana, ekstrakurikuler,

serta keuangan. Rapat kerja

dihadiri oleh pihak yayasan,

komite serta seluruh guru

SDIT Al-Kautsar.

2. Pelaksanaan program

pendidikan karakter

untuk mengoptimalkan

potensi olah pikir

√ Pelaksanaan program untuk

mengoptimalkan potensi olah

pikir terdiri dari kegiatan

belajar mengajar di kelas

(KBM), kegiatan Pendalaman

materi (PM) untuk kelas 6 dan

remedial bagi siswa-siswi yang

dalam pembelajaran dirasa

belum memenuhi syarat KKM

3. Pelaksanaan program

pendidikan karakter

untuk mengoptimalkan

potensi olah hati

√ Pelaksanaan progam untuk

mengoptimalkan olah hati

siswa terdiri pembiasaan

akhlakul karimah siswa dalam

setiap kegiatan, diantaranya

pembiasaan adab yang

terhadap guru dan orang tua,

adab terhadap teman sebaya,

adab terhadap adik kelas dan

kaka kelas, adab makan dan

minum. Keberhasilan program

dapat dilihat salah satu nya

pada waktu istirahat, penulis

melihat siswa-siswi menegur

teman nya yang makan dan

minum sambil berdiri dengan

mengucapkan salah satu hadits

“Laa yasrobanna ahadukum

qooiman”, lalu saat ada teman

yang rambut nya terlihat

mereka berkata “Al haya u

minal iman” dan teman yang

diingatkan tidak marah mereka

langsung menuruti teman yang

mengingatkan.

4. Pelaksanaan program

pendidikan karakter

untuk mengoptimalkan

potensi olah raga

√ Pelaksanaan program untuk

mengoptimalkan potensi olah

raga anak terdiri dari mata

pelajaran seni budaya dan

keterampilan, penjasorkes,

serta kegiatan outing class

(outbond dan wisata ilmiah)

serta market day setiap hari

jum’at. Penulis melihat saat

kegiatan Market Day mereka

sangat terampil dan penuh

antusia dalam melayani

pembeli yang terdiri dari

siswa-siswi dan guru SDIT.

5. Pelaksanaan program

pendidikan karakter

untuk mengoptimalkan

potensi olah karsa

√ Pelaksanaan program untuk

mengoptimalkan potensi olah

karsa siswa terdiri dari

pembiasaan berakhlakul

karimah terhadap guru, orang

tua, dan teman. Hal ini terlihat

dari adanya peraturan-

peraturan kelas yang dibuat

oleh wali kelas dan disepakati

bersama dan harus ditaati oleh

seluruh siswa, diantara

peraturannya adalah, izin jika

ingin keluar kelas,

mengucapkan salam ketika

masuk, tidak bertengkar

dengan teman, berbicara

dengan teman menggunakan

bahasa yang baik dan lembut,

tidak bermain kasar, dll. Selain

itu kewajiban menjaga

kebersihan lingkungan juga

diterapkan dengan baik, hal ini

terlihat adanya kelompok piket

setiap harinya serta masing-

masing siswa sudah

bertanggung jawab

merapihkan serta membuang

sampah atau sisa-sisa

makanannya sendiri.

6. Intervensi semua pihak

terkait implementasi

pendidikan karakter di

SDIT Al-Kautsar

√ Intervensi semua pihak terkait

tentu ada. Hal ini dibuktikan

dengan turut andil nya semua

guru dalam merencanakan,

pelakasanaan serta evaluasi

program pendidikan karakter.

7. Evaluasi program

implementasi pendidikan

karakter

√ Bentuk evaluasi program

implementasi pendidikan

karakter berupa buku catatan

siswa, serta evaluasi setiap

program yang dilaksanakan.

Semua itu akan dibahas saat

rapat KBM yang diadakan

setiap satu minggu sekali yaitu

pada hari kamis pukul

14.30.rapat ini dihadiri oleh

seluruh guru SDIT

Lampiran 6

Hasil Observasi Studi Dokumen

No. Dimensi Sumber Dokumen Keterangan

1. Organisasi Profil SDIT, visi, misi dan

tujuan SDIT.

Ada

2. Kegiatan

implementasi

Petunjuk teknik

pelaksanaan program

implementasi pendidikan

karakter

Tidak Ada. SDIT tidak

memiliki petunjuk teknis

pelaksanaan setiap program

pendidikan karakter,

pelaksanaan kegiatan

dilaksanakan berdasarkan

hasil raker dan teknisnya

telah menjadi budaya yang

dilakukan secara terus

menerus.

3. Siswa Catatan kejadian penting Ada. Catatan jadian penting

setiap siswa di buat oelh wali

kelas masing-masing siswa

serta guru Pendidikan Agama

Islam dan guru Bimbingan

Konseling

Lampiran 7

Hasil Observasi Sarana Prasarana SDIT Al-Kautsar

No.

Sarana dan

Prasarana

Sekolah

Status Keadaan

Ket Ada

Tidak

Ada Baik Sedang

Tidak

Baik

1. Ruang Kelas √ √ Terdapat 21

ruang kelas

cukup untuk

keseluruhan

jumlah

siswa. Setiap

kelas

dilengkapi

AC

2. Tempat Ibadah √ √ Masjid Al-

Muhajirin

terdiri dari

dua lantai

dengan

kondisi yang

sangat baik

dan fasilitas

yang lengkap

cukup untuk

menampung

jama’ah dari

siswa SDIT,

Mts, Aliyah,

serta warga

sekitar.

3. Sarana

Olahraga

√ √ Kondisi

lapangan

sangat baik

dan

dilengkapi

dengan

gawang bola,

ring basket

serta net.

Luas

lapangan

cukup untuk

menampung

seluruh

siswa.

4. Perpustakaan √ √ Letak

perpustakaan

di lantai 2

gedung

sekolah.

Kondisinya

baik dan

koleksi

bukunya

lengkap.

Tapi masih

sedikit untuk

koleksi buku

pengetahuan

umum.

5. Lab.

Komputer

√ √ Letaknya

dilantai satu.

Digunakan

secara

bergiliran.

Computer

yang tersedia

cukup untuk

siswa. Tapi

ada beberapa

computer

yang mati

dan masih

dalam

perbaikan.

6. UKS √ √ UKS belum

memiliki

ruagan

khusus.

Letak UKS

didalam

ruang guru

dan disekat

menggunaka

n lemari.

Namun kasur

serta obat-

obatan

lainnya

sudah

tersedia.

7. Alat Kesenian √ √ Alat

kesenian

berupa alat-

alat marawis,

marching

band dan

property tari.

8. Alat Olahraga √ √ Alat olahraga

tersedia

dalam

jumlah yang

cukup.

Seperti bola

basket, bola

sepak, net

badminton,

pembatas

lapangan,

matras dan

sarung

tangan dan

jaket untuk

taekwondo.

9. Kantin √ √ Terdapat dua

kantin di

SDIT Al-

Kautsar, satu

letaknya

dibelakang

dan satu lagi

di depan.

10. Tong Sampah √ √ Tong sampah

tersedia di

setiap kelas

dan

dilapangan

dengan

kondisi baik

dan ukuran

yang besar.

11. Rak sepatu √ √ Setiap kelas

di berikan

rak sepatu

yang

diletakkan di

depan kelas

masing-

masing.

12. Loker siswa √ √ Setiap siswa

mendapatkan

satu loker

untuk

menyimpan

buku-

bukunya.

Kondisinya

ada beberapa

loker yang

pintunya

rusak.

13. Gudang √ √ Letak

gudang di

bawah

tangga

sekolah

dengan

kondisi yang

baik

BIODATA PENULIS

Rima Rahmawati, lahir di Bogor pada 07 Maret

1994 adalah anak ke-3 dari 4 bersaudara dari

pasangan Bapak H. D. Apendi dan Ibu Hj. Siti

Holisoh yang saat ini bertempat tinggal di Jl.

Mercedes Benz, Desa Cicadas RT02/RW04, Kec.

Gunung Putri, Kab. Bogor. Pada tahun 2000-2001

mengawali pendidikannya di TK Assu’ada,

kemudian penulis melanjutkan pendidikan dasar di

SDN Cicadas 04 hingga selesai pada tahun 2006.

Penulis melanjutkan sekolah kejenjang berikutnya di

MTs Gunung putri pada tahun 2007-2009.

Kemudian melanjutkan sekolahnya di MA Daarul

Uluum Lido pada tahun 2010-2013. Lulus dari Madrasah Aliyah penulis

melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dalam kesehariannya penulis berkegiatan mengajar

privat.