Implementasi Jaringan Laboratorium Komputer Di Smpn 1 Tambun Selatan
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 4...
Transcript of IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 4...
1
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 4
KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Siti Zukhaeriyah
106011000183
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431/2010
iii
ABSTRAK
Nama : Siti Zukhaeriyah
Nim : 106011000183
Judul Skripsi : “Implementasi Pendidikan Agama Islam Di SMPN 4 Kota
Tangerang Selatan”
Dalam meningkatkan kualitas peserta didik yang religius sesuai dengan
nilai-nilai etika Islam, pemberian pendidikan agama Islam sangat mutlak
diperlukan demi terwujudnya peserta didik yang beriman, bertakwa, serta
berakhlak mulia. Namun, untuk membentuk peserta didik yang beriman,
bertakwa, serta berakhlak mulia, Dan hal ini dapat dicapai oleh sekolah meskipun
hanya dengan alokasi 2 jam pelajaran perminggu, asalkan pelaksanakan PAI di
sekolah dapat diupayakan oleh guru agama secara efektif dan efisiaen sesuai
dengan tuntutan kurikulum yang berlaku, selain itu, Pendidikan Agama Islam
perlu dijadikan core pengembangan pendidikan di sekolah, yang dalam
implementasinya diperlukan kerjasama yang harmonis dan interaktif di antara
para warga sekolah dan para guru dan tenaga kependidikan yang ada didalamnya.
Walaupun pendidikan agama telah ditetapkan dalam Undang-Undang,
namun, bukan jaminan diserapnya pelajaran agama, apabila sistim dan
penyajiannya tidak sesuai dan tidak terdapat kondisi dan suasana yang membantu
terlaksananya pendidikan agama di sekolah umum.
Setelah diteliti, ternyata SMPN 4 Kota Tangerang Selatan adalah salah satu
sekolah umum yang mampu mengimplementasikan pendidikan agama Islam,
salah satunya dengan cara menciptakan lingkungan sekolah bernuansa islami,
yang diisi dengan kegiatan-kegiatan keagamaan. Sehingga pelajaran agama yang
telah diajarkan dapat direalisasikan oleh peserta didik. Penelitian mengenai
implentasi pendidikan agama Islam ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu suatu metode yang tingkat
pekerjaannya mencakup cara-cara menghimpun data, menyusun data, mengolah
data dan menyajikan data agar dapat memberikan gambaran yang teratur, ringkas
dan jelas mengenai Implementasi Pendidikan Agama Islam di SMPN 4 Kota
Tangerang Selatan.
Selain mempunyai kurikulum inti, SMPN 4 Kota Tangerang Selatan juga
mempunyai kebijakan dalam mengimplementasikan pendidikan agama Islam,
melalui kegiatan keagamaan di Sekolah. Implementasikan Pendidikan Agama
Islam dapat diketahui dari kegiatan-kegiatn keagamaan yang dapat
mengembangkan spiritual siswa misalnya dibiasakannya siswa mengucapkan
salam ketika bertemu dengan guru maupun sesama teman, dibiasakannya siswa
senang membaca Al-Qur’an dengan cara diadakannya kegiatan tadarus Al-Qur’an
sekaligus memberikan pencerahan sebelum dimulainnya proses belajar mengajar
di kelas, dan siswa senantiasa didekatkan dengan nama, istilah dan ilustrasi yang
bernafaskan Islam.
iv
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam yang maha pengasih dan penyayang, yang telah memberikan nikmat kepada
hambanya. Berkat rahmat, taufik, dan inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, keluarga, dan para sahabatnya, dan semoga sampai kepada umatnya yang
senantiasa mengikuti ajarannya hingga akhir zaman.
Karya tulis yang berjudul “Implementasi Pendidikan Agama Islam di SMPN
4 Kota Tangerang Selatan”, merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan agama Islam (S.Pd.I).
Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan, meskipun waktu, tenaga, dan biaya telah
diupayakan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi
terselesaikannya skripsi ini. Namun, kiranya penelitian yang tertuang dalam
skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca
umumnya.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Terbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Nurlena Rifai, M.A.Ph.D, selaku Dosen Pembimbing skripsi, terima
kasih atas segala waktu, tenaga, ilmu, kesabaran, dan keikhlasannya
dalam memberikan ilmu serta bimbingan dan arahan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
v
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis
mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat
bagi kami semua.
5. Kepala SMPN 4 Kota Tangerang Selatan, yang telah mengizinkan
penulis untuk mengadakan penelitian di lembaga tersebut. Serta para guru
yang telah banyak membantu penulis.
6. Pimpinan Perpustakaan Utama, Perpustakaan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang dalam penulisan skripsi ini memberikan andil
besar dalam hal penyediaan bahan pustaka dan sumber-sumber bacaan
untuk kelancaran penulisan skripsi ini.
7. Orang Tua tercinta, Bpk Yusuf dan Ibu Enung dengan segala perhatian,
bimbingan, dorongan dan cinta kasih sayangnya dalam mendidik dan
mengasuh penulis sehingga dapat menempuh jenjang pendidikan Dasar
sampai Perguruan Tinggi dengan baik. Semoga segala jasa dan upaya
yang telah diberikan menjadi amal shaleh dan diterima di sisi Allah SWT,
amin.
8. Saudara-saudaraku tercinta, AA, Mba, Hatim, Fadhil, dan putri, terima
kasih atas segala do’a dan semangatnya.
9. Sahabat terdekat Leni Widia yang selalu menghiasi hari-hari penulis
dengan kebersamaan, keceriaan dan kebahagiaan yang begitu besar.
Semoga ukhuwah kita tetap terjaga dan dirahmati oleh Allah Swt.,
10. Teman-teman mahasiswa FITK angkatan 2006 khususnya mahasiswa
PAI kelas E yang telah memberikan semangat, dukungan, serta
menghiasi dengan kebersamaan, semoga persaudaraan kita tetap terjaga.
vi
Ahkirnya penulis hanya berdo’a semoga bantuan mereka semua menjadi
amal ibadah yang mendapat balasan dari Allah SWT. Setelah penulis
berusaha dan berdo’a, penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Jakarta, 18 November 2010
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAAHAN DOSEN PEMBIMBING ............................... i
LEMBAR PENGESAAHAN PANITIA UJIAN ........................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 6
D. Perumusan Masalah ................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian. ............................... 7
BAB II: KAJIAN TEORITIS .............. ..................................................... 8
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam ....................................... 8
B. Tujuan Pendidikan Agama Islam ............................................. 11
C. Fungsi Pendidikan Agama Islam ............................................ 12
D. Ruang Lingkup Pendidikam Agama Islam .............................. 15
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 17
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 17
B. Metode Penelitian .................................................................... 17
C. Populasi dan Sampel ................................................................ 18
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 18
E. Teknik Pengolahan Data .......................................................... 19
F. Teknis Analisis Data ................................................................ 21
BAB IV: HASIL PENELITIAN ................................................................. 24
A. Sejarah Singkat SMPN 4 Kota Tangerang Selatan .................. 24
B. Visi dan Misi ............................................................................ 25
C. Struktur Organisasi .................................................................. 26
D. Sumber Daya Manusia .............................................................. 27
viii
E. Implementasi Pendidikan Agama Islam di SMPN 4 Kota
Tangerang Selatan .................................................................... 27
F. Deskripsi dan Analisis Data Tentang Aplikasi Pendidikan
di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan ........................................ 42
BAB V: PENUTUP ..................................................................................... 69
A. Kesimpulan .............................................................................. 69
B. Saran ......................................................................................... 70
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan secara umum merupakan suatu proses pengubahan sikap dan
tingkah laku seseorang atau sekelompok orang (siswa) dalam usaha
mendewasakan peserta didik, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta
proses, perbuatan, dan cara-cara mendidik,1 sedangkan pendidikan agama
didefinisikan sebagai usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam
membantu siswa agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.2
Pendidikan Islam dalam berbagai tingkatannya mempunyai kedudukan
yang penting dalam sistem pendidikan nasional sesuai dengan undang-undang
No. 2 tahun 1989 tentang Sisdiknas, yaitu bahwa isi kurikulum kependidikan
setiap jenis, jalur, jenjang pendidikan wajib memuat antara lain pendidikan
agama. Dalam undang-undang ini posisi pendidikan agama Islam sebagai sub
sistem pendidikan nasional menjadi semakin mantap. Pendidikan agama Islam
pada sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi umum menjadi bagian integral
dari pendidikan Nasional.3
1 Syamsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2001), h. 6
2 Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (Paradigma Baru),
(Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 39
3 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), cet ke-1, h. 56-57
2
Undang-Undang Sisdiknas telah memberikan keseimbangan antara iman,
ilmu dengan amal shaleh, hal ini tergambar dalam fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, yaitu bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peseta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.4
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah berbeda dengan
yang dilaksanakan di madrasah. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada alokasi
waktu/jumlah jam pelajaran dan materi kurikulum bahan pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang diberikan pada kedua lembaga pendidikan.
Adanya perbedaan pelaksanaan pendidikan agama Islam di kedua lembaga
tersebut adalah wajar mengingat adanya perbedaan segi status dan kedudukan
kedua lembaga pendidikan tersebut. Yaitu:5
a. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989, sekolah umum
adalah jenis lembaga pendidikan umum yang mengutamakan perluasan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik, sedangkan madrasah adalah
lembaga pendidikan jenis pendidikan keagamaan yang bertujuan
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peran yang
menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang
bersangkutan
b. Kedudukan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum hanya merupakan
salah satu program atau mata pelajaran yang kedudukannya sama dengan
bidang mata pelajran lain, sedangkan bagi madrasah pendidikan agama
Islam itu bukan hanya sebagai mata pelajaran tetapi juga merupakan ciri
khas kelembagaan madrasah sebagai lembaga pendidikan agama Islam.
4 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-undang
SISDIKNAS, (Jakarta : Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,
2003), h.7
5 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 79
3
Oleh karena itu wajar apabila alokasi waktu Pendidikan Agama di
madrasah lebih banyak dari pada alokasi waktu Pendidikan Agama Islam di
sekolah umum. Karena Pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah
umum bertujuan untuk cukup akan menjadi orang yang beragama yang taat
atau orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak
mulia. Dan hal ini dapat dicapai oleh sekolah meskipun hanya dengan alokasi
2 jam pelajaran perminggu, asalkan pelaksanakan PAI di sekolah dapat
diupayakan oleh guru agama secara efektif dan efisiaen sesuai dengan tuntutan
kurikulum yang berlaku.6
Untuk mewujudkan suatu tujuan dalam pendidikan diperlukan suatu
komponen yaitu kurikulum, kurikulum merupakan suatu komponen yang
memiliki peranan penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum
bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai, akan tetapi juga
memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki
setiap siswa. Oleh karena itu, fungsi dan peran kurikulum sangat penting dan
setiap pengembangan kurikulum pada jenjang manapun harus didasarkan pada
asas-asas tertentu.
Pendidikan agama pada lembaga-lembaga pendidikan umum bukan suatu
yang harus dipersoalkan lagi di Negara Indonesia. Namun, yang menjadi
masalah terpenting yaitu, menyangkut kurikulum dan metodologi. Sejumlah
pemikir perlu terus mengembangkan agar materi kurikulum pendidikan agama
senantiasa merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah secara
keseluruhan, dan metode belajar-mengajar untuk pendidikan agama juga perlu
terus dikembangkan agar agama dapat ditampilkan kepada anak-anak dalam
wajah yang lebih menarik dan lebih relevan dengan kebutuhan hidup riil
masyarakat. 7
Pemberian pendidikan agama di sekolah-sekolah umum walaupun sudah
ditetapkan oleh GBHN, namun bukan jaminan diserapnya pelajaran-pelajaran
6 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, …, h. 80
7 Islam dan Pendidikan Nasional, (Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN, 1983), h.18-19
4
agama, apabila sistem dan cara penyajiannya tidak sesuai dan tidak terdapat
kondisi dan suasana yang membantu terlaksananya pendidikan agama.8
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia (terutama umat Islam),
agar mampu menghadapi tantangan millennium ketiga secara professional
adalah merekonstruksi sistem pendidikan yang lebih adaptik, fleksibel, dan
sesuai dengan perkembangan kemampuan peserta didik, yang diwarnai
dengan nilai-nilai ruh Islami sebagai nilai kontrol yang ampuh bagi manusia
dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya. Orientasi konstruksi tersebut
menekankan pada upaya pengembangan dan pembinaan sensibilitas potensi
siswa secara optimal. Dengan proses ini, diharapkan mampu menampilkan
suatu sikap dan prilaku siswa yang ummatik-religius sesuai dengan nilai-nilai
etika Islam.9
Kehadiran pendidikan umum bernuansa agama, atau pendidikan
keagamaan yang mampu merespon tuntutan zaman, walaupun dijual dengan
biaya pendidikan yang mahal akan menjadi ideal.10
Pendidikan agama tidaklah
dapat dipisahkan dari kehidupan pendidikan di Indonesia, keterbukaan dan
daya adaptabilitas sosial dituntut sama pentingnya baik pada pendidikan
agama maupun pendidikan umum.11
Pendidikan agama telah diajarkan di sekolah-sekolah umum namun tidak
semua masalah-masalah pendidikan di sekolah dapat diselesaikan sendiri oleh
sekolah, semua ini sangat memerlukan bantuan keluarga atau orang tua siswa
untuk melanjutkan proses pendidikan yang telah diperoleh dari sekolah.
Pengaruh timbal balik antara sekolah dan keluarga ini diwujudkan
melalui kerjasama yang erat antara keduanya guna kepentingan pendidikan
anak. Pendidikan anak dalam keluarga jauh berbeda dengan pendidikan bagi
anak yang dilaksanakan di sekolah, pelaksanaan pendidikan agama di sekolah
dilakukan secara formal. Oleh karena itu, agar anak dapat berhasil dididik di
8 Almsjah Ratu Perwiranegara, Pembinaan Pendidikan Agama, (Jakarta: Departemen Agama
R.I, 1982), h. 60-61
9 Syamsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, …, h. 161
10
Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (Paradigma
Baru), …, h. 155
11
Alamsjah Ratu Perwiranegara, Pembinaan Pendidikan Agama, …, h. 35
5
sekolah diperlukan kerjasama yang baik dari pihak orang tua dan dari pihak
sekolah. Adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan orang tua
sangat menguntungkan perkembangan anak didik, karena segala kesulitan dan
kekurangan dalam proses pendidikan di sekolah dapat segera diatasi bersama
oleh pihak guru bekerjasama dengan pihak orang tua.12
Rumah keluarga muslim adalah benteng utama tempat anak-anak
dibesarkan melalui pendidikan Islam. Yang dimaksud keluarga muslim adalah
keluarga yang mendasarkan aktivitasnya pada pembentukan keluarga sesuai
dengan syariat Islam. Dengan demikian, anak dapat tumbuh dan dibesarkan di
dalam rumah yang dibangun dengan dasar ketakwaan kepada Allah, ketaatan
kepada syariat Allah, dan keinginan menegakkan syariat Allah, dengan sangat
mudah siswa dapat meniru kebiasaan orang tua dan akhirnya terbiasa untuk
hidup islami.13
Berdasarkan pengalaman peneliti ternyata bukan hanya sekolah
keagamaan saja yang dapat mengimplementasikan pendidikan Agama Islam
dengan cara menciptakan suasana religius tetapi sekolah umum pun mampu
menciptakan suasana religius dilingkungan sekolahnya, dimana para siswa
dan siswi mempunyai sifat yang santun, salah satunya yaitu mengucapkan
salam “assalamu’alaikum” ketika bertemu dengan guru. Dengan demikian
terciptalah keakraban antara siswa dan guru.
Suasana religius lainnya adalah, ketika waktu shalat zuhur telah tiba
kegiatan belajar-mengajar pun dihentikan dan seluruh siswa melaksanakan
shalat zuhur berjama’ah dengan bimbingan guru, setelah selesai melaksanakan
shalat zuhur berjama’ah, seluruh siswa kembali belajar di dalam kelas masing-
masing.
Kemudian pada hari jum’at seluruh siswi yang beragama Islam diwajibkan
untuk memakai kerudung, dan seluruh siswa dan siswi yang beragama Islam
wajib mengikuti tadarus Al-Qur’an setiap hari jum’at sebelum proses belajar-
mengajar dimulai, dilanjutkan dengan tausiah yang berhubungan dengan surat
12 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, …, h. 23-24
13
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta:
Gema Islami, 1995), h. 139-140.
6
yang dibaca, tausiah ini disampaikan oleh guru atau siswa dibawah bimbingan
guru agama Islam.
Bagi siswa yang beragama Islam wajib mengikuti shalat jum’at di sekolah,
sedangkan bagi seluruh siswi wajib mengikuti kegiatan keputrian ketika
shalat jum’at berlangsung.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk
membahasnya dalam skripsi dengan judul “Implementasi Pendidikan Agama
Islam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah penelitian sebagai berikut:
1. Pentingnya kemampuan dalam memanag waktu yang disediakan untuk
pendidikan agama Islam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
2. Pentingnya implementasi pendidikan agama Islam di SMPN 4 Kota
Tangerang Selatan
3. Pentingnya partisipasi orang tua dalam pelaksanaan pendidikan agama
Islam
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi
masalah penelitian sebagai berikut: “Pentingnya implementasi pendidikan
agama Islam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan”.
D. Perumusan Masalah
Dari beberapa pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini
penulis ingin mengungkap bagaimana Implementasi Pendidikan Agama
Islam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan?
7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah:
a. Menjelaskan bagaimana implementasi pendidikan agama Islam di
SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
b. Apa saja kendala yang dihadapi pihak SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
dalam mengembangkan pendidikan agama.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:
a. Secara teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah :
a) Dapat mengetahui cara penerapan pendidikan agama Islam di
sekolah
b) Menambah kahazanah keilmuan khususnya untuk
mengembangkan pendidikan agama di sekolah umum
b. Secara praktis
Secara praktis manfaat penelitian ini adalah :
Dapat memberikan masukan bagi SMPN 4 Kota Tangerang
Selatan dalam meningkatkan implementasi pendidikan agama
Islam.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Secara etimologi pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti
“proses pengubahan tingkah laku seseorang atau dalam hal usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pendidikan dan latihan”,1 istilah
pendidikan ini berasal dari bahasa yunani yaitu “paedagogie” yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak, kemudian istilah ini diterjemahkan
kedalam bahasa inggris dengan kata education yang berarti pengembangan
atau bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini dikenal dengan dengan kata
“tarbiyah” yang berarti mengasuh, mendidik dan memelihara.2
Adapun pengertian pendidikan menurut terminology banyak pakar ilmu
yang mengemukakan antara lain:
1. H.M Arifin mengemukakan bahwa pendidikan adalah “usaha orang
dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), h. 204
2 A. Warson Munawir, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 204
9
kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik didalam
pendidikan formil maupun non formil”.3
2. Ramayulis mengatakan bahwa pendidikan adalah “segala usaha orang
dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaannya”.4
3. Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa “ Pendidikan
adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani siswa menuju
terbentuknya kepribadian yang utama”.5
4. Langeveld mengatakan bahwa mendidik adalah “mempengaruhi
anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa”. Usaha
membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan
sengaja. Pendidikan hanya didapat dalam pergaulan yang sengaja
antara orang dewasa dengan anak yang diarahkan kepada tujuan
pendidikan.
5. S. A . Brahata, dkk memberikan pengertian pendidikan yaitu usaha
yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak
langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai
kedewasaan.6
Dari pengertian yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang dengan sengaja
untuk menyiapkan anak didik menuju kedewasaan, berkecakapan utama dan
kecerdasan berpikir melalui bimbingan dan latihan.
Mengenai pengertian Islam, berasal dari bahasa Arab aslama
3 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Di Lingkungan Sekolah Dan
Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h. 14
4 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet Ke-1, h. 1
5 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al Ma’rif, 1986), Cet
Ke-6, h. 21
6 Mahjubah, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, (Jakarta: Firdaus, 1993), h. 4-
5
10
yuslimu, pada mulanya berasal dari kata salima yang berarti selamat, sentosa
dan damai. Dari pengertian demikian secara harfiah Islam dapat dikatakan
patuh, tunduk, berserah diri (kepada Allah) untuk mencapai keselamatan.7
Pengertian Islam dari segi kebahasaan itu mengacu pada misi Islam
yaitu mengajak manusia hidup aman, damai dan selamat dunia akhirat
dengan cara patuh dan tunduk kepada Allah melalui ibadah, sebagaimana
dikemukakan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
Atinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku”(QS. Al-Dzariyat ayat 56)
Apabila kata pendidikan dan Islam digabungkan maka memberikan
pengertian pendidikan Islam. Pendidikan Islam mempunyai dasar, metode
dan batasan-batasan tertentu dalam teori pendidikan menurut konsep Islam
dengan ciri khasnya. Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan Islam ditujukan
kepada perbaikan sikap mental yang akan terrwujud dalam amal perbuatan
sesuai dengan petunjuk ajaran Islam.
Menurut Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen
Agama RI, mengartikan Pendidikan Agama Islam yaitu usaha sadar untuk
menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional.8
Menurut Drs. Burlian Somad Pendidikan Agama Islam adalah
pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang
7 Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Dinul Islam), (terj.), R. Kaelan dan H.M. Bachrun,
(Jakarta: PT Ikhtisar Baru – Van Hoeve, 1980), h. 63
8 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan,…, h. 74
11
bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya
adalah mewujudkan tujuan itu, yaitu ajaran Allah.9
Sedangkan pendidikan agama Islam menurut Zakiyah Darajat adalah
“pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar nanti setelah selesai dari
pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-
ajaran Islam, yang telah diyakini secara menyeluruh serta menjadikan
ajaran-ajaran agama Islam itu suatu pandangan hidupnya demi keselamatan
hidup di dunia dan akhirat kelak.10
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Secara sederhana, tujuan mengandung pengertian arah atau maksud yang
hendak dicapai lewat upaya atau aktivitas. Dengan adanya tujuan, semua
aktivitas dan gerak manusia menjadi terarah dan bermakna..11
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.12
Sedangkan menurut Abdul Majid tujuan dari pendidikan agama Islam
sendiri di sekolah adalah “menumbuhkan dan meningkatkan keimanan
melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan
serta pengalaman siswa tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa
9 Burlian Somad, Beberapa Persoalan Dalam Pendidikan Islam, (Bandung: AL-Ma’arif,
1981), h. 21
10
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet Ke-2, h. 86
11
Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2001), h. 105
12
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan,…, h. 75
12
dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan agama
yang lebih tinggi”.13
Tujuan sejati pendidikan agama Islam adalah “menghasilkan orang-orang
yang beriman dan juga berpengetahuan, yang satu sama lain saling
menopang”.14
Tujuan pendidikan agama Islam dalam kurikulum SLTP adalah untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan pengamalan serta pengalaman peserta
didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara,
serta untuk melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.15
Tujun pendidikan agama Islam di sekolah lanjutan memberi bekal agama
Islam lebih lanjut dalam kehidupan. Pendidikan agama Islam diberikan secara
mendalam, disamping itu diberikan pula nilai-nilai agama dalam hubungan
manusia dengan alam, serta mulai diberikan dalil Al-Qur’an dan hadits. Perlu
pula diperluas pengetahuan tentang hubungan agama dengan ilmu
pengetahuan dengan kepentingan masyarakat.16
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia kata fungsi berarti:
Peranan, pekerjaan yang dilakukan. Pendidikan agama sangat diharapkan
berperan langsung dalam upaya pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional,
karena tanpa melalui pendidikan agama keimanan dan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa tidak mungkin dapat diwujudkan, karena itu pendidikan
13 Abdul Majid S. Ag, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2005), Cet Ke-2, h. 135
14
Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf, Krisis Dalam Pendidikan Islam, Terj. Drs.
Fadhlan Mudhafir, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2000), cet Ke-1, h. 49
15
Abdul Majid Dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), Cet Ke- 1, h. 135
16
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995),
cet. 2, h.96
13
agama termasuk pendidikan Agama Islam mempunyai peran dan kedudukan
yang penting dalam Sistem Pendidikan Nasional.17
Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam pada sekolah menengah
mempunyai peranan sebagai berikut:18
a. Pengembangan
Pengembangan merupakan peningkatan kadar keimanan dan ketakwaan
siswa kepada Allah SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkungan kelurga
sehingga nilai keimanan dan ketakwaan terus berkembang secara optimal
sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
b. Penanaman nilai
Sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat..
c. Penyesuaian mental
Untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran
agama Islam.
d. Perbaikan
Perbaikan adalah usaha-usaha yang dilaksanakan untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan siswa dalam
keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
e.Pencegahan
Pencegahan merupakan upaya menangkal hal-hal negatif yang datang dari
lingkungan atau budaya asing yang dapat mebahayakan dirinya dan dapat
menghambat perkembangan menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran
Pengajaran merupakan usaha menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
dalam kegiatan proses belajar mengajar.
17 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan,…, h. 75
18
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetens,…,hal 134
14
g. Penyaluran
Penyaluran yaitu memberikan kesempatan kepada anak-anak yang memiliki
bakat dan kemampuan khusus dalam bidang agama untuk menyalurkan agar
bakat tersebut terus berkembang secara optimal, dan akan bermanfaat baik
untuk dirinya sendiri maupun bagi orang lain, di sekolah, khususnya guru
pendidikan agama Islam berperan menyalurkan bakat yang telah dimiliki
agar terus berkembang.19
Dengan demikian pendidikan agama Islam memiliki fungsi sangat
signifikan pada penerapan proses pembelajaran. Pendidikan agama Islam
dapat membentuk karakter pribadi siswa kearah yang lebih baik. Pendidikan
agama adalah salah satu unsur wajibnya harus di sampaikan kepada siswa
sesuai dengan keyakinan agama masing-masing. Pendidikan agama yang
layak di kembangkan adalah pengajaran agama kontekstual. Nilai agama
dapat dikembangkan melalui pendekatan kultural tanpa harus melakukan
doktrin dan dogmatisme agama.
Proses pembelajaran pendidikan agama secara kontekstual
mengharuskan guru mampu menginterpretasikan teks agama sesuai dengan
perkembangan zaman. Model pembelajaran ini dapat disebut pembelajaran
agama substantif.
Agama tidak harus diterjemahkan secara formal legalistik. Tetapi
bagaimana agama dalam proses pengajaran mampu mempengaruhi
kepribadian siswa sehingga terbentuk etika personalitas.
Simbolisme agama harus dieliminasi secara proporsional. Disinilah
pendidikan agama kepada siswa memainkan peranan utama. Pendidikan
agama dapat dikatakan berhasil apabila anak didik dapat mengenal nilai-nilai
humanisme, keadilan, toleransi, penghormatan terhadap orang lain, sehingga
semua nilai kebijakan itu dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
19 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetens,…,hal
134-135
15
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Adapun ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara:
1. Hubungan manusia dengan Allah SWT
2. Hubungan manusia dengan sesama manusia
3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
4. Hubungan dengan makhluk lain dan lingkungannya.20
Ruang lingkup materi pendidikan agama Islam mencakup lima unsur
pokok yaitu: Al-Qur’an, keimanan (akidah), akhlak, fiqih, bimbingan ibadah,
dan tarikh Islam.21
Dilihat dari sistematika ajaran Islam, maka unsur-unsur pokok itu
memiliki kaitan yang erat, sebagaimana dapat dilihat pada skema berikut ini.
Sistematika ajaran Islam.22
ISLAM
20 Standar Isi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama (SMP),
PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, h.2
21
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan, (Jakarta:
Rajawali Pres, 2009), h. 139
22
Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h.
79
Al-Qur’an & Sunnah/Hadits
Sistematika Kehidupan
Ibadah 1. Politik
Syariah 2. Ekonomi
Muamalah 3. Sosial
4. Pendidikan
Akidah 5. Kekeluargaan
6. Kebudayaan/Seni
Akhlak 7. Iptek
8. Orkes
9. Lingkungan Hidup
10. Hankam, dll
16
Dari sistematika tersebut, dapat dijelaskan mengenai kedudukan dan
kaitan yang erat antara unsur-unsur pokok materi PAI.
Al-Qur’an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti
merupakan sumber akidah, syariah, ibadah, muamalah, dan akhlak sehingga
kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Akidah merupakan akar atau pokok
agama. Ibadah, Muamalah, dan Akhlak bertitik tolak dari akidah, dalam arti
sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan
hidup). Syariah merupakan sistem norma yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan makhluk lainnya. Dalam
hubungannya dengan Allah diatur dalam ibadah dalam arti Khas, dan dengan
hubungannya dengan sesama manusia dengan yang lainnya diatur dalam
muamalah dalam arti luas. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau
kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang
mengatur hubungan manusia dengsn Allah dan hubungan manusia dengan
manusia dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian
hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupan (politik, ekonomi, sosial,
pendidikan, kekeluargaan, kebudayaaan/seni, iptek, orkes, dan lain-lain) yang
dilandasi oleh akidah yang kokoh. Sedangkan tarikh Islam merupakan
perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam
usaha bersyariah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem
kehidupannya yang dilandasi oleh akidah.23
23 Afifudin dan Irfan Ahmad Zain, Perencanaan Pembelajaran (Bahan Ajar Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru), Bandung: UIN Sunan Gunung jati, hal, 89
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. A. Waktu dan Tempat Penelitian
Sekolah yang dijadikan tempat penelitian adalah SMPN 4 Kota Tangerang
Selatan yang beralamat Jl. Pamulang Permai Barat II, Kecamatan Pamulang,
Propinsi Banten, Adapun pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 4
bulan, mulai tanggal 1 maret 2010 sampai dengan juni 2010.
B. B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan
metode analisis deskriptif, yaitu suatu metode yang tingkat pekerjaannya
mencakup cara-cara menghimpun data, menyusun data, mengolah data dan
menyajikan data agar dapat memberikan gambaran yang teratur, ringkas dan
jelas mengenai Implementasi Pendidikan Agama Islam di SMPN 4 Kota
Tangerang Selatan.1
1 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet.
Ke-14, h. 4
18
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti yang menjadi sumber
data dan mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.2 Populasi
dalam penelitian ini meliputi populasi target dan populasi terjangkau. Populasi
target adalah seluruh siswa-siswi SMPN 4 Kota Tangerang Selatan yang
berjumlah 799 siswa, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas II
yang berjumlah 256 siswa.
Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah dari seluruh populasi
terjangkau, adapun pengambilan sampel ini menggunakan teknik random
karena jumlah subjek lebih dari seratus, maka, diambil sampel sebanyak 20 %,
yang dibulatkan menjadi 50, yaitu 25 siswa dan 25 siswi.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Obsevasi
Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung yakni teknik
pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung
(tanpa alat) terhadap gejala-gejala subjek yang diteliti, baik pengamatan itu
dilakukan dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan
yang khusus diadakan.3 Selain itu observasi juga dilengkapi dengan format
atau blanko sebagai instrument. Format yang disusun berisi tentang item-
item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.4
2. Wawancara/Interviu
Teknik wawancara digunakan untuk menggali data tentang implementasi
pendidikan agama Islam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan. Adapun yang
diwawancarai adalah guru agama Islam yang menjadi penanggung jawab
pelaksanaan IMTAQ di sekolah.
3. Studi Dokumentasi
2 M. Subana, et. al, Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), Cet. Ke-1, h. 24
3 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito,1998), cet ke-8, h. 162
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), cet ke-13, h. 229
19
Yaitu merupakan pengkajian data-data dengan memanfaatkan dokumen-
dokrmen tertulis, gambar, foto atau benda-benda lain yang berkaitan dengan
implementasi pendidikan agama Islam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan.
4. Kuisioner atau yang biasa disebut angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang dibuat berdasarkan indikator-
indikator dari variabel penelitian yang harus dijawab oleh responden.
Dengan demikian, dapat diketahui keberhasilan dan kegagalan aplikasi
pendidikan agama Islam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan.
Adapun jumlah angket yang disebarkan sebanyak 50, dan sampel yang
diambil sebanyak 50, yaitu 25 siswa dan 25 siswi, dengan pertanyaan
sebanyak 44 pertanyaan, yang terdiri dari pertanyaan umum (untuk siswa dan
siswi), pertanyaan khusus untuk siswa, dan pertanyaan khusus untuk siswi.
Untuk petanyaan umum jumlah responden sebanyak 50, dan jumlah
responden untuk petanyaan khusus, yaitu untuk siswa dan siswi, masing-
masing sebanyak 25.
E. Teknik Pengolahan Data
Setelah data selesai dikumpulkan dan lengkap, tahap berikutnya adalah
tahap pengolahan data yaitu:
1. Editing
Editing, yaitu memeriksa daftar pertanyaan ang telah diserahkan
oleh para responden. Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi
kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan.
Adapun katagori pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah diserahkan
adalah:
a. Kelengkapan jawaban, yakni apakah tiap pertanyaan dalam daftar
pertanyaan sudah ada jawabannya.
b. Kejelasan jawaban
c. Keseragaman satuan data
20
2. Coding
Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari responden
kedalam kategori-kategori. Klasifikasi dilakukan dengan cara member
tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban. Ada
dua langkah dalam melakukan coding, yaitu:
a. Menentukan kategori-kategori yang akan digunakan
b. Mengalokasikan jawaban-jawaban responden pada kategori-kategori
tersebut.5
3. Tabulating
Tabulating adalah membuat tabel jawaban yang sudah diberi kode
kategori jawaban, kemudian dimasukkan kedalam tabel setelah
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan rumus prosentase.
Dengan demikian dapat tergambar dengan jelas tingkat jawaban
alternatif yang terbanyak, sedang dan rendah. Setelah itu peneliti dapat
mengambil kesimpulan objektif dari penelitian yang telah dilakukan.6
Prosentase artinya setiap data (setiap alternative jawaban)
diprosentasekan setelah ditabulasi dalam jumlah frekuensi jawaban
responden. Pedoman yang peneliti gunakan dalam mencari prosentase
setiap data adalah:
P = F / N X 100%
Keterangan : P = Angka persentase
F = Frekuensi jawaban responden
N = jumlah frekuensi (banyaknya responden
5 Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), Cet. Ke-
2, h.44
6 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet, ke-2, h.
191-192
21
F. Teknik Analisis Data
Setelah data diolah menjadi tabel-tabel frekuensi dengan rumus
prosentase, kemudian peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan
kategori sebagai berikut:
100 % = seluruhnya
90-99 % = hampir seluruhnya
60-89 % = sebagian besar
51-59 % = lebih dari setengahnya
50 % = setengahnya
40-49 % = hampir setengahnya
10-39 % = sebagian kecil
1-9 % = sedikit sekali
0 % = tidak sama sekali
Setelah diketahui besaran masing-masing kategori jawaban, kemudian
peneliti memberi interpretasi kondisi yang ada pada responden di setiap
pertanyaan yang tersedia dalam angket.7
Adapun indikator dan kisi-kisi instrument sebagai berikut:
Tabel.1
Variabel Dimensi Indikator Butir
Soal
Implementasi
Pendidikan
Agama Islam
Greeting
Pembiasaan memberi salam
Memberi tauladan dengan mengucapkan
salam kepada siswa
Guru memberi nasihat kepada siswa agar
memberi salam ketika bertemu
1,2
3
4
Shalat
Zuhur
Pelaksanaan shalat zuhur berjama’ah
Sanksi bagi siswa yang tidak melaksanakan
shalat zuhur berjama’ah
Pembiasaan melaksanakan shalat zuhur
berjama’ah
Memberi tauladan dengan mengikuti shalat
zuhur berjama’ah bersama siswa
5
6
7
8
7 Firda Aulia, “Pelaksanaan Pendidikan Agama Model Sekolah Islam Terpadu Di Sekolah
Dasar Islam Terpadu Al-Hikmah Pamulang “. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:
Perpuatakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), hlm. 52,t.d.
22
Guru melakukan pengawasan pada saat shalat
zuhur
9
Shalat
Dhuha
Pelaksanaan shalat dhuha di sekolah
Reward bagi siswa yang rajin melaksanakan
shalat dhuha
Pembiasaan shalat dhuha di sekolah
Guru memberi tauladan dengan melaksanakan
shalat huha
Guru memberi nasehat kepada siswa agar
melaksanakan shalat dhuha
10
11
12
13
14
Shalat
Jum’at
Pelaksanaan shalat jum’at di sekolah
Sanksi bagi siswa yang tidak melaksanakan
shalat jum’at
Pelaksanaan shalat jum’at dengan benar
Guru memberi tauladan dengan cara
melaksanakan shalat jum’at di sekolah
Guru memberi nasehat kepada siswa agar
melaksanakan shalat jum’at
15
16
17
18
19
Amal
Jum’at
Pelaksanaan amal jum’at di sekolah
Sanksi bagi siswa yang tidak memberikan
amal
Pelaksanaan amal jum’at dapat
menumbuhkan kepedulian untuk berbagi
dengan yang lain
Guru memberi nasehat kepada siswa agar
beramal
20
21
22
23
Tadarus
Al-
Qur’an
Pelaksanaan tadarus Al-Qur’an setiap hari
jum’at
Sanksi bagi siswa yang tidak mengikuti
tadarus Al-Qur’an
Kegiatan tadarus Al-Qur’an membuat siswa
dapat membaca Al-Qur’an dan senang
membacanya
Guru memberikan tauladan dengan mengikuti
kegiatan tadarus Al-Qur’an
Guru mengawasi pelaksanaan kegiatan
tadarus Al-Qur’an
24
25
26
27
28
Ta’lim
Pelaksanaan kegiatan ta’lim
Pelaksanaan kegiatan ta’lim menambah
pengetahuan siswa
Materi ta’lim relevan dengan kehidupan siswa
29
30
31
PHBI
Pelaksanaan kegiatan PHBI di sekolah
Pelaksanaan kegiatan PHBI dapat menambah
pengetahuan siswa tentang sejarah umat Islam
32
33
23
Guru mengikuti kegiatan PHBI
Guru memberi nasehat kepada siswa agar
mengikuti kegiatan PHBI
34
35
Pesantren
Kilat
Pelaksanaan kegiatan pesantren kilat di
sekolah
Guru memberi nasehat kepada siswa agar
mengikuti kegiatan pesantren kilat
36
37
ZIS
Pelaksanaan kegiatan ZIS
Guru memberi nasehat kepada siswa agar
mengikuti kegiatan ZIS
38
39
Keputrian
Pelaksanaan kegiatan keputrian
Sanksi bagi siswi yang tidak mengikuti
kegiatan keputrian
Kegiatan keputrian menjadikan siswi
memiliki pribadi pribadi yang berakhlak
mulia
Guru memberi nasihat kepada siswi agar
mengikuti kegiatan keputrian
Guru mengawasi kegiatan keputrian
40
41
42
43
44
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Sekolah SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
SMPN 4 Kota Tangerang Selatan semula bernama SMPN 1 Pamulang,
dikarenakan pemekaran wilayah, sesuai peraturan Walikota Tangerang Selatan
Nomor 10 Tahun 2009, maka, sejak Mei 2009 SMPN 1 Pamulang berubah
nama menjadi SMPN 4 Kota Tangerang Selatan. Sedangkan SMPN 1 kota
Tangerang Selatan berada di Serpong yang semula bernama SMPN 1 Serpong,
dan SMPN 1 Ciputat yang berada di Cirendeu menjadi SMPN 2 Kota
Tangerang Selatan, dan SMPN 2 Ciputat berubah menjadi SMPN 3 Kota
Tangerang Selatan.
SMPN 4 Kota Tangerang Selatan didirikan dan dimulai kegiatan belajar
mengajar sejak tahun 1984. beralamat dijalan Pamulang Permai Barat II,
Kabupaten Tangerang Propinsi Banaten. Berdiri diatas tanah dengan status hak
milik 5872 M2. Selama berdiri, SMPN 4 sudah mengalami tujuh kali
pergantian kepala sekolah yaitu:
1. Drs. Wanhar S. (1983-1985)
2. H. Amin Nurdin (1985-1987)
3. Hj. Titi Rochayati, S. Pd (1988-1995)
4. Drs. H. Pandi Sopandi, MM (1995-1998)
5. Drs. (Alm) H.R. Mumuh Al Muhsin (1998-2002)
25
6. Drs. H.U.R. Wahyudin, MM, M.Pd (2002-2008)
Saat ini SMPN 4 dipimpin oleh seorang yang berpengalaman dan sangat
peduli terhadap kualitas kegiatan belajar mengajar, pembinaan akhlak siswa,
kualitas pembelajaran dan mutu lulusannya. Beliau adalah Hj. Rita Juwita,
M.Pd yang dilantik oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten.
Beliau dibantu oleh wakil dan staf yang berkompeten di bidangnya. SMPN 4
kerap menuai sukses didalam perkembangannya. Proses pembelajarannya
dilaksanakan oleh guru-guru yang berpengalaman di bidang masing-masing.
Salah satu faktor penentu kesuksesan kegiatan belajar mengajar
adalahkelengkapan fasilitas da dukungan. Lengkapnya fasilitas suatu sekolah
akan mempercepatproses pencapaian visi dan misi sekolah, untuk itu SMPN 4
Kota Tangerang Selatan mencoba melengkapi diri dengan menambah fasilitas
pendukung kegiatan belajar mengajar baik dalam bentuk bangunan maupun
kebutuhan kecil yang tanpa disadari merupakan hal yang penting.
SMPN 4 Kota Tangerang Selatan memiliki 32 ruang kelas, 2 ruang
laboratorium komputer, 1 ruang Laboratorium IPA, 1 ruang Audio Visual, 1
ruang kepala sekolah, 1 ruang wakil kepala sekolah, 1 ruang tata usaha, 1
ruang data, 1 ruang guru, 1 buah Mushalla dan beberapa WC guru dan siswa
serta sebuah ruang serba guna.
SMPN 4 mempunyai sejarah panjang sejak tahun 1984, sepanjang masa
itulah warga SMPN 4 ini berpegang pada visi dan mempertahankan misi yang
telah dibuatnya.
Sejak dulu SMPN 4 merupakan sekolah favorit di sekitar kawasan pamulang
dan ciputat. Selain lokasinya yang strategis, SMPN 4 selalu membuat kejutan-
kejutan melalui prestasi hasil studi siswanya maupun kualitas para alumninya.
Dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan sebuah
program pendidikan bersistem bilingual dan Sekolah Bertaraf Internasional,
SMPN 4 selalu unjuk gigi dalam lomba akademik maupun non akademik.
26
Semua kegiatan itu mempunyai tujuan yang mengarah pada visi dan misi
SMPN 4 Kota Tngerang Selatan.1
B. Filosofi Sekolah
Program sekolah selalu dibuat dengan memperhatikan kebutuhan
setiap siswa dan memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan
percaya diri, disiplin, kemandirian, menghormati orang lain, dan mampu hidup
dan bekerja sama dengan orang lain. Sekolah yakin bahwa setiap anak dapat
dan selalu dalam proses belajar dalam kehidupannya serta memiliki hak untuk
belajar.
Membaca merupakan hal yang sangat penting, oleh sebab itu kegiatan
ini harus merupakan bagian dari kegiatan sekolah untuk memicu siswa agar
mereka menjadi ” life long learner” (pembelajar seumur hidup). Siswa harus
menguasai teknologi, program sekolah mengintegrasikan kegiatan ini dengan
pelajaran lainnya.
Program sekolah harus dapat memberi siswanya berbagai skill,
kreativitas, tantangan, fleksibilitas, pengembangan diri, dan memberi dorongan
agar siswa selalu menjadai seorang” life long learner”.
Untuk mendukung semua program, sekolah harus aman, supportif,
’caring’, bersih, sehat, dan teratur. Program sekolah memberi kesempatan
kepada siswanya untuk mengembangkan potensinya agar mereka produktif dan
menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Sekolah percaya bahwa segala program yang dibuat tidak akan
berhasil tanpa dukungan dari semua staf, guru, dan orang tua murid. Oleh
sebab itu, semua pihak bertanggung jawab untuk ikut melancarkan segala
program yang ada.
Secara organisasi, temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa RSBI
SMPN 4 Kota Tangerang Selatan sudah dapat dikatakan sebagai sebuah
sekolah unggul yang tercermin pada (1) visi dan misi sekolah, (2) selalu
1 Sumber: Dokumentasi SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
27
berupaya untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif, dan (3)
mengutamakan kegiatan belajar mengajar yang menarik.
C. Visi dan Misi Sekolah
Visi SMPN 4 Kota Tangerang Selatan adalah ”Menjadi Sekolah yang
Unggul dalam Proses Pembelajaran, Prestasi dan Kelembagaan, Berwawasan
global, berdasarkan iman dan taqwa”.
Sedangakan Misi SMPN 4 Kota Tangerang Selatan, adalah:
a. Menyelenggarakan proses pembelajaran yang bermutu, bertaraf
Internasional, dan relevan dengan tuntutan masyarakat global;
b. Menyediakan sarana prasarana dan fasilitas pembelajaran bertaraf
Internasional;
c. Mewujudkan lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif dalam bidang
akademik dan non akademik baik di tingkat nasional maupun
internasional, berbudi pekerti luhur dengan dilandasi iman dan taqwa;
d. Mewujudkan sistem manajemen berbasis ICT, transparan, akuntabel,
partisipatif dan efektif;
e. Melakukan pembinaan SDM yang mampu mengelola proses pembelajaran
dan manajemen pendidikan berwawasan global.2
D. Organisasi RSBI SMPN 4 Tangerang Selatan
1. Struktur Organisasi Sekolah
Struktur organisasi sekolah dibentuk untuk mengatur kerjasama
dalam suatu kelompok, termasuk hak dan kewajiban serta tanggung
jawabnya masing-masing, sehingga tersusun suatu pola kegiatan guna
mencapai tujuan. Dengan struktur organisasi tersebut, beban tanggung
jawab akan terbagi secara merata sesuai dengan kemampuan, fungsi, dan
wewenang yang telah ditentukan. Adapun struktur organisasi RSBI SMPN
4 Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada gambar 1. 3
2 Sumber Dokumentasi SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
3 Sumber: PKS Bidang Mutu
28
Gambar 1. Struktur Organisasi RSBI SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
E. Sumber Daya Manusia
Guru adalah salah satu komponen yang terlibat dalam kegiatan belajar
mengajar yang berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia
yang handal. Oleh karena itu, diperlukan komposisi yang seimbang antara
jumlah siswa dengan jumlah guru dan karyawan. Berikut ini disajikan data
perkembangan guru dan staf administrasi RSBI SPMN 4 Kota Tangerang
Selatan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 9, berikut:
PKS Bidang
Kurikulum
1. Pengelola
KTSP dan
Proses
Pembelajaran
2. Peningkatan
Prestasi
Akademik
3. Pengelola Data
Akademis
PKS Bidang Pening-
katan Mutu SDM
1. Dewan Guru
2. Pengelola RT Sekolah
3. Pengelola Sarana
4. Pengelola Perpustakaan
5. Pengelola Lab IPA-
Biologi
6. Pengelola Lab IPA-
Fisika
7. Pengelola Kebersihan
8. Pengelola Lab.
Multimedia
9. Pengelola Lab. Bahasa
10. Pengelola Studio Musik
PKS Bidang Keuangan
dan Humas
1. Bendahara Rutin
2. Penerima SPP
3. Penanganan Keluhan
Pelanggan
Dan Ketidaksesuaian
Pelayanan
PKS Bidang Mutu
1. GKM Matematika
2. GKM Bhs Indonesia
3. GKM Bhs Inggris
4. GKM IPA
5. GKM IPS
6. GKM Penjaskes
7. GKM Agama
8. GKM PKN
9. GKM TIK
10. GKM Seni Budaya
11. GKM Mulok
12. GKM BK
13. GKM Ekskul
14. GKM TU
15. GKM OB
16. GKM Satpam
17. Internal Audit
18. GKM PKS Kur.
19. GKM PKS Kesis.
20. GKM PKS SDM
21. GKM Humas &
Keu
PKS Bidang
Kesiswaan
1. Pembina OSIS
2. Pembina Ekstra
Kurikuler
Bid. Pengembangan
Budi Pekerti & Bela
Negara
3. Pembina Ekskul Bid.
OR
dan Kesehatan
4. Pembina Ekskul Bid.
Kesenian
5. Pembina Ekskul Bid.
IMTAK
6. Pembina KIR
7. Koordinator BK
Komite Sekolah Kepala Sekolah
Tata Usaha
29
Tabel 2. Data Pekembangan Guru dan Staf Administrasi
Tahun Ajaran Guru Administrasi
2004-2005 64 8
2005-2006 51 8
2006-2007 58 8
2007-2008 72 9
2009-2010 68 9
Bidang: PKS Sumber Daya Manusia
Karyawan RSBI SPMN 4 Kota Tangerang Selatan dari tahun ke tahun
semakin bertambah dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda.
Karyawan Administrasi dengan pendidikan SMA sebanyak 6 orang, D2
sebanyak 2 orang, D3 sebanyak 1 orang, S-1 sebanyak 1 orang, dan Tenaga
pembantu pelaksana sebanyak 11 orang. Sedangkan Tenaga Guru dengan
pendidikan S-2 sebanyak 4 orang , dan S-1 sebanyak 55, dan D-3 sebanyak 8
orang. 4
F. Implementasi Pendidikan Agama Islam di SMPN 4 Kota Tangerang
Selatan
1. Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam KTSP
Menurut Kunandar implementasi adalah “suatu proses penerapan ide,
konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu kebijakan praktis sehingga
memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan
maupun nilai, dan sikap”.5 Leithwood mengartikan Implementasi sebagai
proses. Sedangkan menurut Miller dan Seller implementasi didefinisikan
dengan proses perubahan perilaku, suatu upaya memperbaiki pencapaian
harapan-harapan yang dituangkan dalam kurikulum disain, terjadi secara
bertahap, terus menerus, dan jika ada hambatan dapat ditanggulangi.
Sedangkan Saylor dan Alexander mengemukakan implementasi sebagai
4 Bidang: PKS Sumber Daya Manusia
5 Kunandar, Guru Profesional, Imeplementasi KTSP dan persiapan menghadapi Sertifikasi
Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2007), Cet 1, h.233
30
proses pengajaran. Mereka mengemukakan bahwa biasanya pengajaran
adalah implementasi kurikulum disain, yang mencakup aktivitas pengajaran
dalam bentuk interaksi antara guru dan siswa di bawah naungan
sekolah.6Sementara itu, implementasi Pendidikan Agama Islam adalah
“suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum dalan suatu
aktivitas pembelajaran pendidikan agama Islam sehingga peserta didik
menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan.
Dalam hal ini implementasi pendidikan agama Islam atau penerapan
konsep dalam suatu aktivitas pembelajaran pendidikan agama Islam dalam
KTSP dapat kita lihat pada aspek-aspek sebagai berikut:
1. Dari segi tujuan: lebih menitik beratkan pada pencapaian target
kompetensi, yaitu penguasaan pengetahuan agama Islam dengan
memperhatiakan bagaimana potensi ruhani agar dapat memaksimalkan
kompetensi religiusnya
2. Dari isi: PAI menitik beratkan kompetensi yang dirinci menjadi
sasaran belajar secara tematik.
a. Menguraikan kompetensi yang membentuk peserta didik sebagai
muslim yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai PAI di dalam
kehidupan pribadi dan masyarakatnya sehingga kompetensi tersebut
menjadi perilaku yang dapat dipahami
b. Materi disusun secara sistematis berdasarkan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan siswa, sehingga terhindar dari pengulangan
materi atau tumpang tindih
c. Dari fungsi, transmisi (penerusan) nilai-nilai agama Islam kedalam
bentuk kompetensi
3. Dari segi kedudukan guru: guru sebagai fasilitator dan memanfaatkan
banyak sumber belajar dan mengadakan kerjasama yang terpadu dengan
lingkungan di sekitarnya.
6 Syarifuddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), Cet. 1, h. 72
31
4. Dari segi kedudukan siswa: siswa sebagai subjek, berperan aktif
menggali potensi ruhaninya sendiri untuk lebih menyadari fungsi dan
kedudukannya sebagai muslim
5. Dari segi penilaian (evaluasi): menilai secara komprehensif, tidak hanya
pada satu aspek saja dari suatu materi, tetapi juga dengan materi-materi
yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan religiusnya dan hasil
penilaian dapat bermanfaat untuk melihat potensi ruhani siswa agar
dapat mengembangkan kecakapan hidupnya sebagai seorang muslim
yang baik.
6. Dari segi partisifasi masyarakat: masyarakat aktif bersama sekolah
mengembangkan program-program PAI. Langkah-langkah kerjasama
yang terpadu dan memberikan masukan-masukan yang diperlukan
untuk sekolah.7
2. Kurikulum PAI SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam proses
belajar mengajar. Tanpa adanya kurikulum, proses belajar mengajar menjadi
tidak terarah dan otomatis apa yang menjadi tujuan dari proses belajar
mengajar tidak tercapai secara maksimal, dan akan menghasilkan lulusan-
lulusan yang tidak diharapkan baik oleh orang tua, masyarakat, agama dan
negara.
Kurikulum dapat dipandang sebagai strategi untuk mencapai tujuan
pendidikan, karena kurikulum yang berisi program pendidikan secara teknis
merupakan pedoman kegiatan proses belajar mengajar. Dengan demikian,
kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kegiatan intrakurikuler di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan terdiri
dari mata pelajaran umum dan agama, untuk mata pelajaran agama Islam
SMPN 4 Kota Tangerang Selatan mengacu pada kurikulum Departemen
Agama. Jadi, mata pelajaran agama Islam di SMPN 4 Kota Tangerang
Selatan terdiri dari Al-Qur’an, keimanan (akidah), akhlak, fiqih, dan tarikh
7Abdul Majid dan Dian Andayani , Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi....h.82-83
32
Islam. Yang tergabung menjadi satu pelajaran yaitu pendidikan agama
Islam. Berikut contoh kurikulum pendidikan agama Islam di SMPN 4 Kota
Tangerang Selatan:
1. Al-Qur’an
Mata pelajaran Al-Qur’an menekan kemampuan dalam membaca Al-
Qur’an, pemahaman surat-surat pendek, dan mengaitkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun tujuannya yaitu:
a. Meningkatkan kecintaan siswa terhadap Al-Qur’an dan Hadits
b. Membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an
dan Hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi
kehidupan
c. Meningkatkan kekhusyuan siswa dalam beribadah terlebih shalat,
dengan menerapkan hukum bacaan tajwid serta isi kandungan dalam
surat-surat pendek yang mereka baca.8
2. Akidah – Akhlak
Mata pelajaran Akidah – Akhlak memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan
akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuj dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak Al-
karimah sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta
didik dalam kehidupan individu, masyarakat dan berbangsa, terutama
dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dan era globalisasi dan
krisis multidimensional yang melanda bangsa dan negara Indonesia.
Adapun tujuan mata prlajaran Akidah – akhlak adalah:
a. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah AWT.
8 Afifudin dan Irfan Ahmad Zain, Perencanaan Pembelajaran (Bahan Ajar Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru), Bandung: UIN Sunan Gunung jati, hal, 91
33
b. Mewujudkan peserta didik yang berakhlak mulia dan menghindari
akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan
individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran-ajaran dan
nilai-nilai akidah Islam.
3. Fikih
Pemberian fikih diarahkan untuk menghantarkan peserta didik dapat
memehami pokok-pokok hukum Islam dan tatacara pelaksanaannya
untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang
selalu taat menjalankan syariat Islam.
Adapun tujuan mata pelajaran fikih yaitu:
a. Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam
mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan dengan Allah
dan hubungan manusia dengan sesamanya.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial
Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan
hukum Islam, disiplin dan tanggumg jawab sosial yang tinggi dalam
kehidupan pribadi maupun sosial.9
4. Sejarah Kebudayaan Islam
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didikuntuk mengenal, memahami,
menghayati, sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai
kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk
sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bertujuan untuk:
a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari
landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah
dibangun oleh Rasulullah saw dalam rangka mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam.
9 Afifudin dan Irfan Ahmad Zain, Perencanaan Pembelajaran… hal, 92
34
b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini
dan masa depan.
c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara
benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa
lampau.
e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah
dari peristiwa-peristiwa bersejarah, meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya,
politik, ekonomi, iptek dan seni, untuk mengembangkan kebudayaan
dan peradaban Islam.10
Adapun standar kompetensi mata pelajaran pendidikan agama Islam
berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa dalam
menempuh pendidikan agama Islam di SMP.
Kemampuan ini berorientasi pada prilaku afektif dan psikomotorik
dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kemampuan yang tercantun
dalam komponen dari kompetensi dasar yang harus dicapai yaitu:
1. Menjelaskan tata cara membaca Al-Qur’an menurut tajwid, mulai dari
cara membaca membaca “Al” Syamsiah dan “Al” Qomariyah sampai
pada menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf.
2. Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun
iman, mulai dari iman kepada Allah sampai iman kepada Qadha dan
Qadar serta Asmaul Husna.
3. Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan
tasawuh dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad,
ghadab dan namimah.
10 Afifudin dan Irfan Ahmad Zain, Perencanaan Pembelajaran…, hal, 93
35
4. Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan
jama’ah baik shalat wajib maupun shalat sunat.
5. Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para sahabat
serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di
nusantara.
3. Strategi Belajar Mengajar
Berbicara tentang kurikulum, maka berkaitan pula dengan strategi
belajar mengajar. Salah satu wawasan yang perlu dimiliki oleh seorang
guru adalah strategi belajar mengajar, stategi belajar mengajar dapat
diartikan sebagai pola umum kegiatan guru dan siswa dalam mewujudkan
proses belajar mengajar. Sedangkan proses belajar mengajar merupakaran
rangkaian kegiatan guru dan siswa mulai dari perencanaan, pelaksanaan
dan penilaian program pembelajaran. Kegiatan tersebut juga melibatkan
sejumlah komponen pendidikan, yaitu: siswa, guru, metode, bahan, media
dan evaluasi. Proses belajar mengajar yang baik dan terarah, harus
memperhatikan bagaimana strategi belajar mengajar dilaksanakan. Karena,
pemahaman terhadap proses belajar mengajar sangat menunjang
pelaksanaan tugas guru baik di sekolah maupun di luar sekolah. Semakin
mantap pemahaman tentang proses belajar mengajar semakin mantap pula
guru dalam menyusun strategi belajar mengajar.
Proses belajar mengajar di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan, mengacu
pada strategi atau pendekatan yang dipakai dalam pengajaran agama Islam
yang lebih banyak ditekankan pada suatu model pengajaran “seruan” atau
“ajakan”. Karena dengan model pengajaran tersebut dapat membentuk
sikap manusia yang bijaksana. Sebagaimana terkandung dalam Q.S. An
Nahl ayat 125.
36
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.
Umumnya, proses pembelajaran di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
seluruh aktivitas mengacu pada nilai-nilai Islam. Dan seluruh pendidik di
SMPN 4 Kota Tangerang Selatan senantiasa mendidik para siswa agar
selalu mengingat Rabbnya dalam keadaan apapun.
Menjadi seorang guru sesungguhnya bukan suatu hal yang mudah,
karena ia harus berhadapan dengan murid dengan karakteristik yang
berbeda. Menjadi seorang guru berarti harus menjadi seorang yang kreatif,
cerdas dan berwibawa. Guru harus kreatif, agar belajar tidak membosankan,
guru harus cerdas mengubah kondisi emosionalnya dengan pribadi
muridnya, dan guru harus berwibawa, dalam arti akrab terhadap siswa tetapi
tetap dihormati.
Di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan, guru agama dituntut untuk selalu
membuat inovasi dalam kegiatan pembelajarannya, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, metode, media sampai evaluasi. Guru agama harus memiliki
persiapan belajar yang sempurna, agar dapat menyajikan materi pelajaran
dengan baik, dan lebih merangsang aktivitas belajar siswa. Agar proses
belajar mengajar menyenangkan, guru agama Islam di SMPN 4 Kota
Tangerang Selatan dalam menyajikan materi pelajaran, salah satunya
dengan menggunakan media power point, contohnya, menampilkan gambar-
gambar atau alat peraga yang berhubungan dengan materi pelajaran,
sehingga materi yang disampaikan dapat menarik dan menyenangkan siswa.
37
Karena, belajar agama yang sesungguhnya adalah mendidik siswa agar
tertarik mengamalkan ajaran Islam tanpa ada keterpaksaan.
Muatan yang di tekankan oleh SMPN 4 Kota Tangerang Selatan adalah
prilaku akhlak yang tervisualisasi dalam keseharian mereka.
4. 4. Kegiatan Keagamaan di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
Selain mempunyai kurikulum inti, SMPN 4 Kota Tangerang Selatan juga
mempunyai kebijakan dalam mengimplementasikan pendidikan agama
Islam, melaui kegiatan keagamaan di Sekolah. Dalam pelaksanaan
pendidikan keagamaan di sekolah, yang paling berperan adalah guru agama
Islam, peran guru agama dalam pelaksanaan kegiatan ini tidak hanya
sebagai teladan. Tetapi, guru agama Islam harus mempunyai pengetahuan
agama yang luas, agar dapat memberikan pemahaman yang dalam tentang
ajaran Islam. Pelaksanaan kegiatan keagamaan di SMPN 4 Kota Tangerang
Selatan mengacu pada 4 pendekatan yaitu:
1. Peneladanan
Pengaruh yang paling cepat melekat pada diri anak adalah pengaruh yang
langsung didengar ataupun dilihat olehnya. Keteladanan yang
ditimbulkan oleh pendidik akan menimbulkan kesan yang baik dimata
anak didik, dan mereka akan mencontoh segala tingkah laku yang
dilakukan pendidik. Cara ini cukup cepat untuk mengarahkan anak didik
untuk berprilaku lebih baik dan lebih disiplin dari berbagai hal.
Metode keteladanan ini juga di contohkan oleh Rasulullah yang terdapat
dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21:
Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu
Keteladanan yang diberikan oleh guru kepada siswa diantaranya yaitu,
guru selalu menjunjung tinngi terutama dalam hal sopan santun dengan
38
cara mengucapkan salam ketika bertemu dengan siapapun, guru selalu
memberi tauladan dalam segala hal contohnya perpenampilan dan cara
berpakaian yang sopan, dan disiplin dalam berbagai .
2. Pembiasaan
Pembiasaan adalah usaha yang sangat praktis untuk membentuk perilaku
anak. Dengan membiasakan perbuatan yang baik, maka, sifat anak yang
tidak baik akan berkurang. Membiasakan siswa dengan hal-hal positif
dapat memberikan perubahan bagi anak dalam memahami ajaran-ajaran
agama.
Guru agama Islam selalu membiasakan siswa dengan hal yang positif
seperti, shalat berjama’ah, shalat sunah dhuha ketika waktu istirahat,
beramal, dan lain-lain
Hasil dari membiasakan diri dari berbuat baik adalah terciptanya suatu
kebiasaan yang baik, seperti tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis
dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.
3. Pelatihan
Pemberian latihan-latihan secara intensif bagi siswa, setelah mereka
meniru lewat suri tauladan orang tua, guru bahkan tokoh masyarakat,
akan banyak sekali manfaatnya. Untuk itulah orang tua dan guru perlu
meluangkan waktu khusus bagi siswa untuk memberikan pelatihan-
pelatihan seperti, bagaimana shalat yang baik, bagaimana bersikap yang
baik terhadap orang tua dan sebagainya.
Semakin banyak pengalaman yang di dapat siswa, dalam menjalankan
ajaran Islam akan semakin mempercepat proses pencapaian tujuan dalam
pendidikan Isam. Dengan demikian nilai-nilai religius akan semakin
tertanam dalam diri siswa.
4. Pengembangan Pemahaman
Langkah keempat adalah pemahaman atau memberikan pengertian.
Orang tua maupun guru harus memberikan pemahaman kepada anak,
agar anak dapat memfungsikan daya kontrolnya sebelum melakukan
perbuatan. Dengan pemahaman-pemahaman ini, siswa akan semakin
39
menyadari tugas-tugas baik di rumah maupun di sekolah. Namun
demikian, memberikan pemahaman kepada siswa bukanlah langkah
tersendiri, melainkan harus berkaitan antara memberi contoh, membentuk
kebiasaan, memberikan latihan dan menjelaskan pengertian.
Dengan demikian, semakin dalam pemahaman siswa, semakin mudah
siswa untuk keluar dari segala masalah yang dihadapinya.
Kegiatan keagamaam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan yang
termasuk kegiatan intrakurikuler sekolah yaitu sebanyak 13 jam
perminggu. Adapun uraian kegiatan tersebut yaitu:
Tabel 3
No Jenis Kegiatan Jumlah Jam Keterangan
1. Shalat Zuhur 5 Jam Senin - Jum’at
2. Shalat Dhuha 5 Jam Senin - Jum’at
3. Shalat Jum’at dan Keputrian 2 Jam Jum’at
4. Tadarus Al-Qu’an 1 Jam Jum’at
Jumlah 13 Jam
Berikut teknis kegiatan keagamaan yang ada di SMPN 4 Kota
Tangerang Selatan:
1. Shalat Zuhur
Sehubungan dengan jadwal kepulangan sampai sore setiap siswa
beragama Islam diwajibkan mengikuti kegiatan shalat di sekolah.
Kegiatan ini dikoordinir oleh guru agama atau mereka yang ditunjuk.
Setiap siswa diharapkan membawa perlengkapan shalat mulai dari
mukena, sajadah, sarung, sandal, dan lainnya dan simpan di locker.
Kegiatan Shalat zuhur berjamaah ini dilaksanakan setiap hari di
masjid Miftahul Ilmi, dan bersifat wajib bagi seluruh siswa-siswi yang
terbiasa melaksanakan shalat berjamaah, karena bersifat wajib maka
jika terdapat siswa-siswi yang tidak melaksanakannya maka akan
mendapat sanksi. Sanksi yang diberikan bertahap yang pertama yaitu
diingatkan, kemuadian dinasihati (menghadap BK), kemudian dalam
40
membimbing melibatkan orang tua siswa, jika melewati batas sering
membersihkan kamar mandi dan terakhir akan mempengaruhi nilai
pada mata pealajaran pendidikan agama Islam. Adapun rincian
pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Persiapan berwudhu
b. Shalat zuhur berjamaah
c. Berdo’a
Setelah melaksanakan shalat zuhur berjama’ah siswa-siswi
kembali ke kelas untuk belajar sampai waktu pulang.
2. Shalat Duha
Kegiatan shalat duha ini bersifat suka rela yang dilaksanakan di
masjid miftahul ilmi pada waktu istirahat, maka tidak ada sanksi bagi
siswa-siswi yang tidak melaksanakannya, tetapi bagi siswa-siswi yang
rajin melaksanakan shalat duha akan diberikan penghargaan (reward),
dan akan mempengaruhi atau menambah nilai pada nilai aplikasi
pendidikan agama Islam. Sedangkan target yang ingin dicapai adalah
siswa dapat terbiasa melaksanakan shalat duha. Adapun rincian
pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Persiapan
b. Berwudhu
c. Shalat duha
d. Berdo’a
3. Shalat Jum’at
Kegiatan shalat juma’t ini hanya wajib bagi siswa yang beragama
Islam dan diawasi oleh guru, karena bersifat wajib maka jika terdapat
siswa yang tidak melaksanakannya akan mendapatkan sanksi, sanksi
inipun sama dengan sanksi yang diberikan bagi siswa-siswi yang tidak
melaksanakan shalat zuhur. Sedangkan target yang ingin di capai
adalah siswa dapat melaksanakan shalat jum’at dengan benar. Adapun
rincian pelaksanaannya sebagai berikut:
41
a. Persiapan
b. Berwudhu
c. Mendengarkan khutbah
d. Shalat jum’at berjama’ah
e. Berdo’a
4. Keputrian
Kegiatan keputrian ini wajib diikuti bagi seluruh siswi baik
beragama Islam maupun non muslim, yang dilakukan setiap hari
jum’at ketika shalat jum’at sedang berlangsung, adapun sanksi yang
diberikan bagi siswa yang tidak mengikuti kegiatan keputrian yaitu
yang pertama, mendapat teguran dari guru, kedua, meminta pengakuan
dan perjanjian di hadapan teman kelas lain. sedangkan target yang
ingin dicapai adalah siswa dapat menjadi pribadi wanita yang
berakhlak baik. Adapun rincian pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Masuk ke aula
b. Persiapan
c. MC membuka acara
d. Membaca ayat suci Al-Qur’an
e. Penyampaian materi oleh petugas, yang lain menyimak
f. Tanya jawab
g. Penutup/doa
Setelah kegiatan keputrian selesai seluruh siswi yang beragama Islam
bersiap-siap untuk melaksanakan shalat zuhur berjam’ah.
5. Tadarus Al-Qur’an
Kegiatan tadarus Al-Qur’an ini bersifat wajib bagi seluruh siswa-
siswi yang beragama Islam, yang dilaksanakan di lapangan SMPN 4
Kota Tangerang Selatan, setiap hari jum’at sebelum proses belajar
mengajar dimulai, yang dipandu oleh siswa-siswi setiap kelas secara
bergiliran yang diawasi oleh guru agama Islam dan dibantu oleh guru
lain, dan bagi siswa yang tidak mengikuti kegiatan tersebut diberikan
sanksi seperti sanksi sahalat zuhur dan jum’at. Sedangkan target yang
42
ingin dicapai adalah siswa mampu membaca Al-Qur’an dan senang
membacanya. Adapun rincian pelaksanaannya adalah siswa membaca
Al-Qur’an di lapangan dengan dipandu oleh dua orang siswa dilanjutkan
tausiah oleh siswa/guru.
Setiap hari jum’at, SMPN 4 Kota Tangerang Selatan mengadakan
pengumpulan amal jum’at. Kegiatan ini bersifat wajib bagi setiap kelas,
yaitu dengan cara rohis kelas mengumpulkan dana di setiap kelas dan
menyerahkannya ke guru piket. Adapun nominalnya itu bersifat sukarela,
dan sanksi bagi siswa-siswi yang tidak memberi amal jum’at berupa
teguran. Sedangkan target yang ingin dicapai adalah siswa memiliki
kepedulian untuk berbagi dengan yang lain.
Kegiatan keagamaam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan juga
membentuk sebuah organisasi keagamaan, yaitu, Badan Zakat, Infak, dan
Shadaqah (BAZIS), organisasi ini bergerak mulai dari penerimaan sampai
dengan penyaluran zakat, yaitu siswa ikut serta dalam berbagi dengan
masyarakat yang kurang mampu, dengan tujuan selain mendapatkan
pengalaman berorganisasi siswa juga dapat terlatih untuk peduli dengan
yang lain. Tidak hanya itu, SMPN 4 Kota Tangerang Selatan juga
mengadakan kegitan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), kegiatan ini
diadakan setiap hari-hari besar Islam, misalnya Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi
Muhammad SAW, dan lain-lain yang berkaitan dengan hari-hari besar
Islam, dalam kegiatan tersebut sekolah mendatangkan penceramah untuk
memberikan tausiah, dan siswa menampilkan kreasi seni misalnya marawis
dan tarian daerah salah satunya yaitu tari saman.
Pesantren kilat juga merupakan kegiatan keagamaan yang diadakan
setiap bulan ramadhan selama tiga hari sebelum sekolah diliburkan,
kegiatan ini sangat banyak menarik minat siswa, hampir setiap bulan
ramadhan, guru agama Islam kewalahan mendata siswa yang ikut pesantren
kilat. Berikut adalah teknis kegiatan PHBI dan Pesanten Kilat.
43
1. PHBI
Kegiatan PHBI ini bersifat wajib bagi siswa-siswi yang beragama
Islam, namun tidak terdapat sanksi bagi siswa yang tidak mengikuti
kegiatan tersebut. sedangkan target yang ingin dicapai sebagai
berikut:
a. Siswa dapat mengambil hikmah dari setiap peristiwa sejarah umat
Islam
b. Siswa dapat mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
Sedangkan rincian pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Siswa bekumpul dilapangan SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
b. Pembukaan
c. Pembacaan ayat suci Al-Qur’an
d. Siswa mendengarkan tausiyah dari penceramah dan
mencatatnya
e. Penutup
2. Pesantren Kilat
Kegiatan pesantren kilats ini diadakan pada waktu bulan
ramadhan, dan dianjurkan bagi siswa-siswi yang beragama Islam, dan
tidak terdapat sanksi bagi siswa-siswi yang tidak mengikuti kegiatan
ini, namun, disarankan untuk mengikuti kegiatan pesantren kilat di
luar sekolah. Adapun rincian pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Siswa datang ke sekolah
b. Siswa belajar di kelas dibimbing oleh guru pengajar
c. Siswa melaksanakan tadarus Al-Qur’an dan shalat duha serta zuhur
berjama’ah di masjid
d. Pada hari terakhir, siswa dan pembimbing mengadakan acara
berbuka puasa bersama
e. Siswa pulang.
44
5. Ektra Kurikuler
Kegiatan ektra kurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar ketentuan
kurikulum yg berlaku, akan tetapi bersifat paedagogis dan menunjang
pendidikan dalam menunjang tercapainya tujuan sekolah. Kegiatan ektra
kurikuler di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan, yang berkaitan dengan
pendidikan agama Islam yaitu Ta’lim dan Marawis.
berikut teknis kegiatan ta’lim:
Kegiatan ta’lim ini dilaksanakan di masjid Miftahul Ilmi, kegiatan ini
bersifat sukarela karena kegiatan ini termasuk kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan pada hari sabtu, dan teramasuk kegiatan rohis sekolah, dan
tidak terdapat sanksi bagi siswa-siswi yang tidak mengikuti kegiatan ta’lim
ini. Sedangkan target yang ingin dicapai adalah siswa memiliki
pengetahuan agama dengan benar dan mampu mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun rincian pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Siswa berkumpul di masjid
b. Pembukaan
c. Siswa mendengarkan penjelasan tentang materi dari pembimbing
d. Siswa tanya jawab dengan pembimbing
e. Penutup
f. Shalat zuhur berjama’ah.11
F. Deskripsi dan Analisis Data
1. Deskripsi Data
Bagian ini menjelaskan tentang pendapat siswa mengenai implementasi
pendidikan agama Islam. Berdasarkan angket yag disebarkan kepada
responden, disajikan tabel-tabel dengan menggunakan teknik deskriptif
prosentase.
Hasil angket yang diperoleh dapat dilihat sebagai berikut:
11 Pola Bidang Ekskul IMTAQ SMPN 4 Kota Tangerang Selatan Periode 2009/2010.
45
Tabel 4
Mengucap salam ketika bertemu dengan guru
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
29
21
-
-
58 %
42 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan lebih dari setengahnya 58 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa siswa selalu mengucap salam ketika bertemu dengan guru,
dan hampir setengahnya 42 % siswa menjawab setuju bahwa siswa mengucap
salam ketika bertemu dengan guru. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
siswa selalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru.
Tabel 5
Apabila siswa tidak mengucapkan salam diberi teguran oleh guru
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
9
28
13
18 %
56 %
26 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil siswa 18 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa apabila siswa bertemu dengan guru tidak mengucap salam
maka diberi teguran, dan lebih dari setengahnya 56 % siswa menjawab setuju
apabila siswa bertemu dengan guru tidak mengucap salam maka diberi teguran,
sedangkan sebagian kecil 26 % siswa menjawab tidak setuju apabila siswa
bertemu dengan guru tidak mengucap salam maka diberi teguran. Dari tabel di
atas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa bertemu dengan guru tidak
mengucap salam maka diberi teguran oleh guru.
46
Tabel 6
Guru selalu memberi contoh kepada siswa untuk mengucap salam
ketika bertemu
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
17
28
5
-
34 %
56 %
10 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel diatas menunjukkan sebagian kecil 34 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa guru selalu memberi contoh kepada siswa untuk mengucap salam
ketika bertemu, dan lebih dari setengahnya 56 % siswa menjawab setuju bahwa
guru selalu memberi contoh kepada siswa untuk mengucap salam ketika
bertemu, sedangkan sedikit sekali 10 % siswa menjawab tidak setuju bahwa
guru selalu memberi contoh kepada siswa untuk mengucap salam ketika
bertemu. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru selalu memberi
contoh kepada siswa untuk mengucap salam ketika bertemu.
Tabel 7
Guru menasehati siswa agar memberi salam ketika bertemu
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
.b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
24
25
1
-
48 %
50 %
2 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan hampir setengahnya 48 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa guru menasehati siswa agar memberi salam ketika
bertemu, dan setengahnya 50 % siswa menjawab setuju bahwa guru
menasehati siswa agar memberi salam ketika bertemu, sedangkan sedikit sekali
47
2 % siswa menjawab tidak setuju bahwa guru menasehati siswa agar memberi
salam ketika bertemu. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru selalu
menasehati siswa agar memberi salam ketika bertemu.
Tabel 8
Siswa melaksanakan shalat zuhur berjamaah setiap hari di sekolah
Alternatif Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
29
21
-
-
58 %
42 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan lebih dari setengahnya 58 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa siswa melaksanakan shalat zuhur berjamaah setiap hari di
sekolah, dan hampir setengahnya 42 % siswa menjawab setuju bahwa siswa
melaksanakan shalat zuhur berjamaah setiap hari di sekolah. Dari tabel di atas
dapat disimpulkan bahwa setiap hari siswa selalu melaksanakan shalat zuhur
berjamaah di sekolah.
Tabel 9
Apabila siswa tidak melaksanakan shalat zuhur berjamaah
diberi hukuman oleh guru
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
14
19
16
1
28 %
38 %
32 %
2 %
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagin kecil 28 % siswa menjawab sangat
setuju apabila siswa tidak melaksanakan shalat zuhur berjamaah maka diberi
48
hukuman oleh guru, dan sebagian kecil 38 % siswa menjawab setuju apabila
siswa tidak melaksanakan shalat zuhur berjamaah maka diberi hukuman oleh
guru, sedangkan sebagian kecil 32 % siswa menjawab tidak setuju apabila
siswa tidak melaksanakan shalat zuhur berjamaah maka diberi hukuman oleh
guru, dan sedikit sekali 2 % siswa menawab sangat tidak setuju apabila siswa
tidak melaksanakan shalat zuhur berjamaah maka diberi hukuman oleh guru.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak melaksanakan
shalat zuhur berjamaah maka diberi hukuman oleh guru.
Tabel 10
Dengan adanya shalat zuhur berjamaah di sekolah siswa terbiasa
melaksanakan shalat berjamaah
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
23
27
-
-
46 %
54 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan hampir setengahnya 46 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa dengan adanya shalat zuhur berjamaah di sekolah siswa
terbiasa melaksanakan shalat berjamaah, dan lebih dari setengahnya 54 %
siswa menjawab setuju bahwa dengan adanya shalat zuhur berjamaah di
sekolah siswa terbiasa melaksanakan shalat berjamaah. Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya shalat zuhur berjamaah dapat membiasakan
siswa untuk shalat berjamaah.
49
Tabel 11
Guru selalu mengikuti shalat zuhur berjamaah dengan siswa
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
21
24
4
1
42 %
48 %
8 %
2 %
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya 42 % siswa
menjawab sangat setuju bahwa guru selalu mengikuti shalat zuhur berjamaah
dengan siswa , dan hampir setengahnya 48 % siswa menjawab setuju bahwa
guru selalu mengikuti shalat zuhur berjamaah dengan siswa, sedangkan sedikit
sekali 8 % siswa menjawab tidak setuju bahwa guru selalu mengikuti shalat
zuhur berjamaah dengan siswa, hanya sedikit sekali 2 % siswa menjawab
sangat tidak setuju bahwa guru selalu mengikuti shalat zuhur berjamaah
dengan siswa. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru selalu
mengikuti shalat zuhur berjamaah dengan siswa.
Tabel 12
Guru selalu mengawasi siswa ketika shalat zuhur berjamaah
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
21
25
4
-
42 %
50 %
8 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya 42 % siswa
menjawab sangat setuju bahwa guru selalu mengawasi siswa ketika shalat
zuhur berjamaah, dan setengahnya 50 % siswa menjawab setuju bahwa guru
selalu mengawasi siswa ketika shalat zuhur berjamaah, sedangkan hanya
50
sedikit sekali 8 % siswa menjawab tidak setuju bahwa guru selalu mengawasi
siswa ketika shalat zuhur berjamaah. Dari tabel di atas dapat di simpulkan
bahwa guru selalu mengawasi siswa ketika shalat zuhur berjamaah.
Tabel 13
Siswa melaksanakan shalat duha di sekolah
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
17
29
4
-
34 %
58 %
8 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil 34 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa siswa melaksanakan shalat duha di sekolah, dan lebih dari
setengahnya 58 % siswa nebjawab setuju bahwa siswa melaksanakan shalat
duha di sekolah, sedangkan hanya sedikit sekali 8 % siswa mejawab tidak
setuju bahwa siswa melaksanakan shalat duha di sekolah. Dari tabel di atas
dapat disimpulkan bahwa siswa melaksanakan shalat duha di sekolah.
Tabel 14
Apabila siswa rajin melaksanakan shalat duha diberi penghargaan oleh guru
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
13
11
21
5
26 %
22 %
42 %
10 %
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil 26 % siswa menjawab
sangat setuju apabila siswa rajin melaksanakan shalat duha diberi penghargaan
oleh guru, dan sebagian kecil siswa 22 % menjawab setuju apabila siswa rajin
melaksanakan shalat duha diberi penghargaan oleh guru, sedangkan hampir
51
setengahnya 42 % siswa menjawab tidak setuju apabila siswa rajin
melaksanakan shalat duha diberi penghargaan oleh guru, dan hanya sedikit
sekali 10 % siswa menjawab sangat tidak setuju apabila siswa rajin
melaksanakan shalat duha diberi penghargaan oleh guru. Dari tabel di atas
dapat di simpulkan bahwa pemberian penghargaan bagi siswa yang rajin
melaksanakan shalat duha belum terealisasi dengan baik.
Tabel 15
Dengan adanya shalat duha di sekolah siswa terbiasa
melaksanakan shalat duha
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
9
32
9
-
18 %
64 %
18 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil 18 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa dengan adanya shalat duha di sekolah siswa terbiasa
melaksanakan shalat duha, dan sebagian besar 64 % siswa menjawab setuju
bahwa dengan adanya shalat duha di sekolah siswa terbiasa melaksanakan
shalat duha, sedangkan sebagian kecil 18 % siswa menjawab tidak setuju
bahwa dengan adanya shalat duha di sekolah siswa terbiasa melaksanakan
shalat duha. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya shalat
duha di sekolah dapat membisakan siswa melaksanakan shalat duha.
Tabel 16
Guru selalu melaksanakan shalat duha
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
7
21
20
14 %
42 %
40 %
52
d. Sangat tidak setuju 2 4 %
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil 14 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa guru selalu melaksanakan shalat duha, dan hampir
setengahnya 42 % siswa menjawab setuju bahwa guru selalu melaksanakan
sahalat duha, dan lebih dari setengahnya 40 % siswa menjawab tidak setuju
bahwa guru selalu melaksanakan shalat duha. sedangkan hanya sedikit sekali
4 % siswa menjawab sangat tidak setuju bahwa guru selalu melaksanakan
shalat duha. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru tidak selalu
melaksanakan shalat duha.
Tabel 17
Guru selalu memberikan nasihat kepada siswa agar melaksanakan shalat duha
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
6
42
2
-
12 %
84 %
4 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil 12 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa guru selalu memberikan nasihat kepada siswa agar
melaksanakan shalat duha, dan sebagian besar 84 % siswa menjawab setuju
bahwa guru selalu memberi nasihat kepada siswa agar melaksanakan shalat
duha, sedangkan hanya sedikit sekali 4 % siswa menjawab tidak setuju bahwa
guru selalu memberikan nasihat kepada siswa agar melaksanakan shalat duha.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru selalu memberi nasihat
kepada siswa agar melaksanakan shalat duha.
53
Tabel 18
Siswa melaksanakan shalat jum’at di sekolah
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
23
2
-
-
92 %
8 %
-
-
Jumlah 25 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya 92 % siswa
menjawab sangat setuju bahwa siswa melaksanakan shalat jum’at di sekolah,
dan sedikit sekali 8 % siswa menjawab setuju bahwa siswa melaksanakan
shalat jum’at di sekolah. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa siswa
melaksanakan shalat jum’at di sekolah.
Tabel 19
Jika siswa tidak melaksanakan shalat jum’at diberi hukuman oleh guru
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
10
12
2
1
40 %
48 %
8 %
4 %
Jumlah 25 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya 40 % siswa
menjawab sangat setuju jika siswa tidak melaksanakan shalat jum’at diberi
hukuman oleh guru, dan hampir setengahnya 48% siswa menjawab setuju jika
siswa tidak melaksanakan shalat jum’at diberi hukuman oleh guru, sedangkan
sedikit sekali 8 % siswa menjawab tidak setuju jika siswa tidak melaksanakan
shalat jum’at diberi hukuman oleh guru, dan hanya sedikit sekali 4 % siswa
menjawab sangat tidak setuju jika siswa tidak melaksanakan shalat jum’at
diberi hukuman oleh guru. Dari tabel di atas dapat di simpulkan bahwa jika
siswa tidak melaksanakan shalat jum’at maka diberi hukuman oleh guru.
54
Tabel 20
Dengan adanya shalat jum’at di sekolah siswa dapat melaksanakan
shalat jum’at dengan benar
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
17
8
-
-
68 %
32 %
-
-
Jumlah 25 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar 68 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa dengan adanya shalat jum’at di sekolah siswa dapat
melaksanakan shalat jum’at dengan benar, sebagian kecil 32 % siswa
menjawab setuju bahwa dengan adanya shalat jum’at di sekolah siswa dapat
melaksanakan shalat jum’at dengan benar. Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa dengan adanya shalat jum’at di sekolah siswa dapat melaksanakan
shalat jum’at dengan benar.
Tabel 21
Guru selalu ikut serta melaksanakan shalat jum’at di sekolah
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
11
12
2
-
44 %
48 %
8 %
-
Jumlah 25 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya 44 % siswa
menjawab sangat setuju bahwa guru selalu ikut serta melaksanakan shalat
jum’at di sekolah, dan hampir setengahnya 48 % siswa menjawab setuju bahwa
guru selalu ikut serta melaksanakan shalat jum’at di sekolah, sedangkan hanya
sedikit sekali 8 % siswa menjawab tidak setuju bahwa guru selalu ikut serta
55
melaksanakan shalat jum’at di sekolah. Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa guru selalu ikut serta melaksanakan shalat jum’at di sekolah.
Tabel 22
Guru selalu menasihati siswa agar melaksanakan shalat jum’at
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
17
8
-
-
68 %
32 %
-
-
Jumlah 25 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar 68 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa Guru selalu menasihati siswa agar melaksanakan shalat
jum’at, dan sebagian kecil 32 % siswa menjawab setuju bahwa Guru selalu
menasihati siswa agar melaksanakan shalat jum’at. Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa Guru selalu menasihati siswa agar melaksanakan shalat
jum’at.
Tabel 23
Setiap hari jum’at siswa memberikan amal jumat
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
14
34
2
28 %
68 %
4 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil 28 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa setiap hari jum’at siswa memberikan amal jum’at, dan
sebagian besar 68 % siswa menjawab setuju bahwa setiap hari jum’at siswa
memberikan amal jum’at, sedangkan hanya sedikit sekali 4 % siswa menjawab
tidak setuju bahwa setiap hari jum’at siswa memberikan amal jum’at. Dari
56
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa setiap hari jum’at siswa memberikan
amal jum’at.
Tabel 24
Jika siswa tidak memberikan amal jum’at diberi teguran oleh guru
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
4
30
14
2
28 %
60 %
8 %
4 %
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil 28 % siswa menjawab
sangat setuju jika siswa tidak memberi amal jum’at maka diberi teguran oleh
guru, dan sebagian besar 60 % siswa menjawab setuju jika siswa tidak
memberi amal jum’at diberi teguran oleh guru, sedangkan sedikit sekali 8
%siswa menjawab tidak setuju jika siswa tidak memberikan amal jum’at diberi
teguran oleh guru. dan hanya sedikit sekali 4 % siswa menjawab sangat tidak
setuju jika siswa tidak memberi amal jum’at diberi teguran oleh guru. Dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jika siswa tidak memberi amal jum’at
selalu diberi teguran oleh guru.
Tabel 25
Kegiatan amal jum’at dapat menjadikan siswa memiliki kepedulian
untuk berbagi dengan yang lain.
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
22
27
1
-
44 %
54 %
2 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan hampir setengahnya 44 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa kegiatan amal jum’at dapat menjadikan siswa memiliki
57
kepedulian untuk berbagi dengan yang lain, dan lebih dari setengahnya 54 %
siswa menjawab setuju bahwa kegiatan amal jum’at dapat menjadikan siswa
memiliki kepedulian untuk berbagi dengan yang lain, sedangkan hanya sedikit
sekali 2 % siswa menjawab tidak setuju bahwa kegiatan amal jum’at dapat
menjadikan siswa memiliki kepedulian untuk berbagi dengan yang lain. Dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan amal jum’at dapat menjadikan
siswa memiliki kepedulian untuk berbagi dengan yang lain.
Tabel 26
Guru selalu memberikan nasihat kepada siswa agar beramal
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
15
34
1
-
30 %
68 %
2 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 30 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa guru selalu menasehati siswa agar beramal, dan sebagian besar
68 % siswa menjawab setuju bahwa guru selalu menasehati siswa agar
beramal, sedangkan hanya sedikit sekali 2 % siswa menjawab tidak setuju
bahwa guru selalu menasehati siswa agar beramal. Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa guru selalu menasehati siswa agar beramal.
Tabel 27
Siswa mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an setiap hari jum’at
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
17
28
4
1
34 %
56 %
8 %
2 %
Jumlah 50 100 %
58
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 34 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa siswa mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an setiap hari jum’at,
dan lebih dari setengahnya 56 % siswa menjawab setuju bahwa siswa
mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an setiap hari jum’at, dan hanya sedikit
sekali 8 % siswa menjawab tidak setuju bahwa siswa mengikuti kegiatan
tadarus Al-Qur’an setiap hari jum’at, sedangkan sedikit sekali 2 % siswa
menjawab sangat tidak setuju bahwa siswa mengikuti kegiatan tadarus Al-
Qur’an setiap hari jum’at. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa siswa
mengikuti kegiatan tadarus Al-Quran setiap hari jum’at.
Tabel 28
Jika siswa tidak mengikuti kegitan tadarus Al-Qur’an diberi
hukuman oleh guru
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
17
17
13
3
34 %
34 %
26 %
6 %
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 34 % siswa memjawab setuju
Jika siswa tidak mengikuti kegitan tadarus Al-Qur’an diberi hukuman oleh
guru, dan sebagian kecil 34 % siswa menjawab setuju Jika siswa tidak
mengikuti kegitan tadarus Al-Qur’an diberi hukuman oleh guru, sedangkan
sebagian kecil 26 % siswa menjawab tidak setuju Jika siswa tidak mengikuti
kegitan tadarus Al-Qur’an diberi hukuman oleh guru, dan hanya sedikit sekali
6 % siswa menjawab sangat tidak setuju jika siswa tidak mengikuti kegitan
tadarus Al-Qur’an diberi hukuman oleh guru. Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa jika siswa tidak mengikuti kegitan tadarus Al-Qur’an
diberi hukuman oleh guru.
59
Tabel 29
Dengan adanya kegiatan tadarus Al-Qur’an siswa dapat membaca
Al-Qur’an adan senang membacanya
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
28
21
1
-
56 %
42 %
2 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan lebih dari setengahnya 56 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa dengan adanya kegiatan tadarus Al-Qur’an siswa dapat
membaca Al-Qur’an dan senang membacanya, dan hampir setengahnya 42 %
siswa menjawab setuju bahwa dengan adanya kegiatan tadarus Al-Qur’an
siswa dapat membaca Al-Qur’an dan senang membacanya, sedangkan hanya
sedikit sekali 2 % siswa menjawab tidak setuju bahwa dengan adanya kegiatan
tadarus Al-Qur’an siswa dapat membaca Al-Qur’an dan senang membacanya.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kegiatan tadarus Al-
Qur’an siswa dapat membaca Al-Qur’an dan senang membacanya.
Tabel 30
Guru selalu megikuti tadarus Al-Qur’an
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
15
25
9
1
30 %
50 %
18 %
2 %
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 30 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa guru selalu megikuti tadarus Al-Qur’an, dan setengahnya 50 %
siswa menjawab setuju bahwa Guru selalu megikuti tadarus Al-Qur’an,
60
sedangkan sebagian kecil 18 % siswa menjawab tidak setuju bahwa guru selalu
megikuti tadarus Al-Qur’an, dan hanya sedikit sekali 2 % siswa menjawab
sangat tidak setuju bahwa guru selalu megikuti tadarus Al-Qur’an. Dari tabel di
atas dapat disimpulkan bahwa guru selalu mengikuti tadarus Al-Qur’an.
Tabel 31
Guru selalu mengawasi siswa ketika tadarus Al-Qur’an
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
16
27
7
-
32 %
54 %
14 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 32 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa guru selalu mengawasi siswa ketika tadarus Al-Qur’an, dan lebih
dari setengahnya 54 % siswa menjawab setuju bahwa guru selalu mengawasi
siswa ketika tadarus Al-Qur’an, sedangkan hanya sebagian kecil 14 % siswa
menjawab tidak setuju bahwa guru selalu mengawasi siswa ketika tadarus Al-
Qur’an. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru selalu mengawasi
siswa ketika tadarus Al-Qur’an.
Tabel 32
Siswa mengikuti kegiatan ta’lim
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
20
25
3
2
40 %
50 %
6 %
4 %
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan hampir setengahnya 40 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa siswa mengikuti kegitan ta’lim, dan setengahnya 50 %
61
siswa menjawab setuju bahwa siswa mengikuti kegitan ta’lim, sedangkan
sedikit sekali 6 % siswa menjawab tidak setuju bahwa siswa mengikuti kegitan
ta’lim, dan hanya sedikit sekali 24 % siswa menjawab sangat tidak setuju
bahwa siswa mengikuti kegitan ta’lim. Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa siswa mengikuti kegitan talim di sekolah.
Tabel 33
Dengan adanya kegitan ta’lim siswa memiliki pengetahuan agama
dengan benar dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
12
32
6
-
24 %
64 %
1 2 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 24 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa dengan adanya kegitan ta’lim siswa memiliki pengetahuan agama
dengan benar dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,
sedangkan sebagian besar 64 % siswa menjawab setuju bahwa dengan adanya
kegitan ta’lim siswa memiliki pengetahuan agama dengan benar dan mampu
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagian kecil 12 % siswa
memjawab tidak setuju bahwa dengan adanya kegitan ta’lim siswa memiliki
pengetahuan agama dengan benar dan mampu mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya kegitan ta’lim siswa memiliki pengetahuan agama dengan benar dan
mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
62
Tabel 34
Materi ta’lim relevan dengan kehidupan sehari-hari
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
9
38
3
-
18 %
76 %
6 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 18 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa materi ta’lim relevan dengan kehidupan sehari-hari, sedangkan
sebagian besar 76 % siswa menjawab setuju bahwa materi ta’lim relevan
dengan kehidupan sehari-hari, dan sedikit sekali 6 % siswa menjawab tidak
setuju bahwa materi ta’lim relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dari tabel di
atas dapat disimpulkan bahwa materi ta’lim relevan dengan kehidupan sehari-
hari.
Tabel 35
Siswa mengikuti kegiatan PHBI di sekolah
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
16
33
1
-
32 %
66 %
2 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 32 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa siswa mengikuti kegiatan PHBI di sekolah, sedangkan sebagian
besar 66 % siswa menjawab setuju bahwa siswa mengikuti kegiatan PHBI di
sekolah, dan sedikit sekali 2 % siswa menjawab tidak setuju bahwa siswa
mengikuti kegiatan PHBI di sekolah. Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa siswa mengikuti kegitan PHBI di sekolah.
63
Tabel 36
Dengan adanya PHBI siswa dapat mengambil hikmah dari setiap
sejarah umat Islam
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
15
24
11
-
30 %
48 %
22 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 30 %siswa menjawab sangat
setuju bahwa dengan adanya PHBI siswa dapat mengambil hikmah dari setiap
sejarah umat Islam, sedangkan hampir setengahnya 48 % siswa menjawab
setuju bahwa dengan adanya PHBI siswa dapat mengambil hikmah dari setiap
sejarah umat Islam, dan sebagian kecil 22 % siswa menjawab tidak setuju
dengan adanya PHBI siswa dapat mengambil hikmah dari setiap sejarah umat
Islam. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya PHBI siswa
dapat mengambil hikmah dari setiap sejarah umat Islam.
Tabel 37
Guru selalu mengikuti kegiatan PHBI
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
17
31
2
-
34 %
62 %
4 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 34 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa guru selalu mengikuti kegiatan PHBI, sedangkan sebagian besar
62 % siswa menjawab setuju bahwa guru selalu mengikuti kegiatan PHBI, dan
sedikit sekali 4 % siswa menjawab tidak setuju bahwa guru selalu mengikuti
64
kegiatan PHBI. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru selalu
mengikuti kegiatan PHBI.
Tabel 38
Guru selalu measehati agar siswa mengikuti kegiatan PHBI di sekolah
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
16
31
3
-
32 %
62 %
6 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 32 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa guru selalu menasehati agar siswa mengikuti kegiatan PHBI di
sekolah, sedangkan sebagian besar 62 % siswa menjawab setuju bahwa guru
selalu menasehati agar siswa mengikuti kegiatan PHBI di sekolah, dan sedikit
sekali 6 % siswa menjawab tidak setuju bahwa guru selalu menasehati agar
siswa mengikuti kegiatan PHBI di sekolah. Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa guru selalu menasehati agar siswa mengikuti kegitan PHBI
di sekolah.
Tabel 39
Siswa mengikuti kegiatan pesantren kilat di sekolah
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
14
34
2
-
28 %
68 %
4 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 28 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa siswa mengikuti kegiata pesantren kilat, sedangkan sebagian
besar 68 % siswa menjawab setuju bahwa siswa mengikuti kegiatan pesantren
65
kilat di sekolah, dan sedikit sekali 4 % siswa menjawab tidak setuju bahwa
siswa mengikuti kegiatan pesantren kilat di sekolah. Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa siswa mengikuti kegiatan pesantren kilat.
Tabel 40
Guru selalu menasehati agar siswa mengikuti kegiatan pesantren kilat
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
11
34
5
-
22 %
68 %
10 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 22 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa guru selalu menasehati agar siswa mengikuti kegiatan pesantren
kilat, sedangkan sebagian besar 68 % siswa menjawab setuju bahwa guru
selalu menasehati agar siswa mengikuti kegiatan pesantren kilat, dan senagian
kecil 10 % siswa menjawab tidak setuju bahwa guru selalu menasehati agar
siswa mengikuti kegiatan pesantren kilat Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa guru selalu menasehati agar siswa mengikuti kegiatan pesantren kilat.
Tabel 41
Siswa mengikuti kegiatan ZIS di sekolah
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
16
29
5
-
32 %
58 %
10 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 32 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa siswa mengikuti kegiatan ZIS di sekolah, sedangkan lebih dari
setengahnya 58 % siswa menjawab setuju bahwa siswa mengikui kegiatan ZIS
66
di sekolah, dan sebagian kecil 10 % siswa menjawab tidak setuju bahwa siswa
mengikuti kegiatan ZIS di sekolah. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
siswa mengikuti kegiatan ZIS di sekolah.
Tabel 42
Guru selalu menasehati siswa agar mengikuti kegiatan ZIS di sekolah
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
17
29
4
-
34 %
58 %
8 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 34 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa guru selalu menasehati siswa agar mengikuti kegiatan ZIS di
sekolah, sedangkan lebih dari setengahnya 58 % siswa menjawab setuju bahwa
guru selalu menasehati siswa agar mengikuti kegiatan ZIS di sekolah, dan
sedikit sekali 8 % siswa menjawab tidak setuju bahwa guru selalu menasehati
siswa agar mengikuti kegiatan ZIS di sekolah. Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa guru selalu menasehati siswa agar mengikuti kegiatan ZIS
di sekolah.
Tabel 43
Siswi mengikuti kegiatan keputrian di sekolah
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
10
15
-
-
40 %
60 %
-
-
Jumlah 25 100 %
Tabel di atas menunjukkan hampir setengahnya 40 % siswi menjawab
sangat setuju bahwa siswi mengikuti kegiatan keputrian di sekolah, sedangkan
sebagian besar 60 % siswi menjawab setuju bahwa siswi mengikuti kegiatan
67
keputrian di sekolah. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa siswi
mengikuti kegiatan keputrian di sekolah.
Tabel 44
Jika siswi tidak mengikuti kegiatan keputrian di sekolah diberi hukuman
oleh guru
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
3
10
10
2
26 %
42 %
20 %
12 %
Jumlah 25 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil 26 % siswi menjawab
sangat setuju jika siswi tidak mengikuti kegiatan keputrian di sekolah diberi
hukuman oleh guru, dan hampir setengahnya 42 % siswi menjawab setuju jika
siswi tidak mengikuti kegiatan keputrian di sekolah diberi hukuman oleh guru,
dan sebagian kecil 20 % siswi menjawab tidak setuju jika siswi tidak
mengikuti kegiatan keputrian di sekolah diberi hukuman oleh guru, sedangkan
sebagian kecil 12 % siswi menjawab sangat tidak setuju, jika siswi tidak
mengikuti kegiatan keputrian di sekolah diberi hukuman oleh guru. Dari tabel
di atas dapat disimpulkan bahwa jika siswi tidak mengikuti kegiatan keputrian
di sekolah diberi hukuman oleh guru.
Tabel 45
Dengan adanya kegiatan keputrian menuntun siswi menjadi pribadi yang
berakhlak mulia
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
10
15
-
-
40 %
60 %
-
-
Jumlah 25 100 %
68
Tabel di atas menunjukkan hampir setengahnya 40 % siswi menjawab
sangat setuju bahwa dengan adanya kegiatan keputrian menuntun siswi
menjadi pribadi yang berakhlak mulia, sedangkan sebagian besar 60 % siswi
menjawab setuju, bahwa dengan adanya kegiatan keputrian menuntun siswi
menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa, dengan adanya kegiatan keputrian menuntun siswi menjadi pribadi
yang berakhlak mulia.
Tabel 46
Guru selalu menasehati siswi agar mengikuti kegiatan keputrian
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
7
14
4
-
28 %
56 %
16 %
-
Jumlah 25 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 28 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa guru selalu menasehati siswi agar mengikuti kegiatan keputrian,
sedangkan lebih dari setengahnya 56 % siswa menjawab setuju bahwa guru
selalu menasehati siswi agar mengikuti kegiatan keputrian, dan sebagian kecil
16 % siswa menjawab tidak setuju bahwa guru selalu menasehati siswi agar
mengikuti kegiatan keputrian. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru
selalu menasehati siswi agar mengikuti kegiatan keputrian.
Tabel 47
Guru selalu mengontrol kegiatan keputrian
Alternatif Jawaban F %
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
10
10
5
-
40 %
40%
20 %
-
Jumlah 25 100 %
69
Tabel di atas menunjukkan hampir setengahnya 40 % siswa menjawab
sangat setuju bahwa guru selalu mengontrol kegiatan keputrian, sedangkan
lebih hampir setengahnya 40 % siswa menjawab setuju bahwa guru selalu
mengontrol kegiatan keputrian, dan sebagian kecil 20 % siswa menjawab tidak
setuju bahwa guru selalu mengontrol kegiatan keputrian. Dari tabel di atas
dapat disimpulkan bahwa guru selalu mengontrol kegiatan keputrian.
Tabel 48
Orang tua siswa selalu dilibatkan dalam pelaksanaan pendidikan agama
di rumah
Alternatif Jawaban F %
e. Sangat setuju
f. Setuju
g. Tidak setuju
h. Sangat tidak setuju
10
15
25
-
20 %
15 %
50 %
-
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukkan sebagian kecil 10 % siswa menjawab sangat
setuju bahwa orang tua siswa selalu dilibatkan dalam pelaksanaan pendidikan
agama di rumah, sedangkan sebagian kecil 15 % siswa menjawab setuju bahwa
orang tua siswa selalu dilibatkan dalam pelaksanaan pendidikan agama di
rumah, dan sebagian kecil pula kecil 25 % siswa menjawab tidak setuju bahwa
orang tua siswa selalu dilibatkan dalam pelaksanaan pendidikan agama di
rumah. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masih minimnya perhatian
atau partisipasi orang tua terhadap perkembangan pribadi siswa.
2. Analisis Data
Dilihat dari data yang diperoleh Implementasi pendidikan Agama
Islam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan berjalan dengan baik, terarah
dan sesuai dengan program sekolah, hal ini dapat dilihat begitu
antusiasnya para siswa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan
yang ada di sekolah dan guru-guru pun selalu menjalankan tugas dan
70
kewajibannya dengan baik. Dengan tanggungjawab yang tinggi para guru
mempersiapkan segala sesuatunya dalam rangka mencapai tujuan yang
harus dicapai dari pelaksanaan pendidikan agama Islam.
Implementasi pendidikan agama Islam di SMPN 4 Kota Tangerang
Selatan dapat dilihat dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan guru
maupun siswanya, Namun yang menjadi kendala dalam
mengimplementasi pendidikan agama Islam di SMPN 4 Kota Tangerang
Selatan adalah masih minimnya perhatian dan partisipasi orang tua
terhadap perkembangan pribadi siswa.
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, mengenai Implementasi Pendidikan Agama Islam di
SMPN 4 Kota Tangerang Selatan, penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan, antara lain:
1. Selain mempunyai kurikulum inti, SMPN 4 Kota Tangerang Selatan juga
mempunyai kebijakan dalam mengimplementasikan pendidikan agama
Islam, melalui kegiatan keagamaan di Sekolah. Dalam pelaksanaan
pendidikan keagamaan di sekolah, yang paling berperan adalah guru agama
Islam, peran guru agama dalam pelaksanaan kegiatan ini tidak hanya
sebagai teladan. Tetapi, guru agama Islam harus mempunyai pengetahuan
agama yang luas, agar dapat memberikan pemahaman yang dalam tentang
ajaran Islam.
2. Implementasi Pendidikan Agama Islam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
berjalan dengan baik, terarah dan sesuai dengan program sekolah. Hal ini
dapat dilihat dari dibiasakannya siswa mengikuti kegiatan keagamaan yang
ada disekolah, diantaranya shalat zuhur berjama’ah, melaksanakan shalat
sunah, dilatihnya siswa untuk peduli berbagi dengan yang lain.
3. Kegiatan keagamaan yang ada di sekolah SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
dapat berjalan dengan baik dan terarah ini merupakan suatu usaha para guru
terutama guru agama dan dibantu oleh rohis sekolah.
72
4. Keberhasilan dalam meangimplementasikan Pendidikan Agama Islam dapat
diketahui dari kegiatan-kegiatn keagamaan yang dapat mengembangkan
spiritual siswa misalnya dibiasakannya siswa mengucapkan salam ketika
bertemu dengan guru maupun sesama teman, dibiasakannya siswa senang
membaca Al-Qur’an dengan cara diadakannya kegiatan tadarus Al-Qur’an
sekaligus memberikan pencerahan sebelum dimulainnya proses belajar
mengajar di kelas, dan siswa senantiasa didekatkan dengan nama, istilah dan
ilustrasi yang bernafaskan Islam. Walaupun kurangnya waktu yang
disediakan untuk pelajaran agama, sekolah SMPN 4 Kota Tangerang
Selatan mampu mengimplementasikan pendidikan agama Islam seperti yang
dijelaskan di atas.
5. Kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan Pendidikan Agama
Islam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan adalah, masih kurangnya
perhatian orang tua terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi siswa,
sehingga sinergi pendidikan antara sekolah dan keluarga belum satu jalan.
Kendala lainnya yaitu, keterbatasan waktu dan belum maksimalnya sarana
dan prasarana, selain itu juga yang menjadi kendala adalah status sekolah,
karena sekolah ini merupakan sekolah umum bukan sekolah keagamaan.
Tetapi, segala usaha tetap dilakukan bagi terbentuknya pribadi generasi
Islam yang tangguh.
B. Saran
Dari kesimpulan yang penulis uraikan di atas maka penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada SMPN 4 Kota Tangerang Selatan, penulis berharap untuk
mengembangkan terus bakat spiritual yang dimiliki oleh siswa dengan cara
mengisi kegiatan ta’lim dengan latihan Qira’at dan Dai.
2. Bagi seluruh guru di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan penulis berharap
untuk terus menjadi teladan saat keadaan apapun, karena siswa akan
melakukan apa yang dilihat dari prilaku gurunya. Dan hendaknya guru
memberikan perhatian lebih bagi siswa yang rajin melaksanakan shalat
73
duha, demi terciptanya semangat yang tinggi dalam diri siswa untuk
menjalankan ibadah sunah.
3. Bagi orang tua siswa maupun mayarakat di sekitar SMPN 4 Kota
Tangerang Selatan, semoga selalu memberikan dukungan baik moril
maupun materil demi terwujudnya kesuksesan Pendidikan Agama Islam.
4. Kepada para siswa hendaknya terus lebih memahami dan mengerti serta
mengamalkan dan mempraktekkan pendidikan agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat, sehingga nantinya anak-anak Islam
akan menjadi cermin bagi agama yang lain.
5. Bagi sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, penulis harapkan dapat
mengimplementasikan Pendidikan Agama Islam melalui kegiatan-kegiatan
keagamaan demi terwujudnya pribadi muslim dalam jiwa setiap siswa.
74
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum,
Jakrata: Ghalia Indonesia, 2002.
An Nahlawi Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyrakat,
Jakarta: Gema Insani, 1995, Cet Ke-2.
A. Nasir, H. Sahilun, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema
Remaja, Jakarta : Kalam Mulia, 2002, Cet. Ke-2.
Arifin Anwar, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nsional dalam Undang-
undang SISDIKNAS, Jakarta : Departemen Agama RI Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2003.
Arifin M., Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, Cet Ke-4
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), Jakarta:
Rineka Cipta, 2006, cet ke-13.
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet Ke
1.
Darajat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, Cet Ke-2.
Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, Jakarta:
Ruhama, 1995, cet. 2.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke 3,
Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Djamas, Nurhayati Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan,
Jakarta: Rajawali Pres, 2009.
Firda Aulia, Pelaksanaan Pendidikan Agama Model Sekolah Islam Terpadu Di
Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Hikmah Pamulang. Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Perpuatakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2003
Husain, Syed Sajjad dan Syed Ali Ashraf, Krisis Dalam Pendidikan Islam, Terj.
Drs. Fadhlan Mudhafir, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2000, cet Ke-1.
Kholid Fathoni, Muhammad, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional
(Paradigma Baru), Jakarta: Departemen Agama RI, 2005.
75
Marimba Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al Ma’rif,
1986, Cet Ke-6.
Majid, Abdul S. Ag, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2005, Cet Ke-2.
Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
Cet, ke-2.
Majid , Abdul Dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004, Cet Ke- 1.
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Narbuko, Cholid, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1999,
Cet. Ke-2.
Nizar Samsul, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001, Cet Ke- 1
Pola Bidang Ekskul IMTAQ SMPN 4 Kota Tangerang Selatan Periode
2009/2010.
Purwanto Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1993, cet ke 6
Ratu Perwiranegara Alamsjah, Pembinaan Pendidikan Agama, Jakarta:
Departemen Agama R.I, 1982.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, cet Ke-1.
Sabri Alisuf , Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999
Standar Isi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertana (SMP),
PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006
Subana, M. et. Al, Statistik Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2000, Cet. Ke-1.
Sudijono,Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004, Cet. Ke-14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Indonesia,
Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Cet Ke 1.