Implementasi Pelayanan Publik dalam Era Otonomi Daerah · PDF filePelayanan umum oleh LAN...

download Implementasi Pelayanan Publik dalam Era Otonomi Daerah · PDF filePelayanan umum oleh LAN (1998) diartikan sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi

If you can't read please download the document

Transcript of Implementasi Pelayanan Publik dalam Era Otonomi Daerah · PDF filePelayanan umum oleh LAN...

  • Volume 2, Nomor 3, Juni 2009 ISSN: 1979 0899XX

    Herni Ramayanti, 70 74 70

    Implementasi Pelayanan Publik dalam Era Otonomi Daerah

    Oleh: Herni Ramayanti

    Abstract The region autonomy, demanded local government character to give welfare for society with supply public service very wanted. Paradigm reshuffle from good government aim good governance (local governance), will involve connection between local government with society in government activity/affair. The good governance must there balance between public, private and social or society. There by region autonomy not only in central government authority capitulation limitation to region, but more than that is region autonomy is authority capitulation to society. Related to this matter, questio furthermore how does character with government in supply public service that involve participation private and society.

    Key words: Public service, autonomy region, government

    Pendahuluan

    Di Indonesia istilah lokal gorvenance berarti pemerintah daerah yang memiliki

    otonomi daerah. Pemerintah daerah diselenggarakan oleh kepala daerah selaku

    penyelenggara pemerintah daerah tertinggi bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    (DPRD) melaksanakan fungsi policy making dan police execuring dengan menggunakan

    perangkat birokrasi lokal. Dalam hal yang menyangkut public service dilaksanakan oleh

    dinas dan BUMD. Public service memiliki karakteristik sebagaimana dikemukakan

    Holtham: (a) Secara umum tidak dapat memilih pelanggan; (b) Peranannya dibatasi

    Undang-Undang; (c) Konflik/permasalahan politik kelembagaan; (d) Kompleksitas

    pertanggung jawaban; (e) Sangat terbuka pada sistem keamanan; (f) Setiap kuatifitas harus

    beralasan, dan; (g) Tujuan sulit untuk diukur.

    Dengan karakteristik demikian, pelayanan publik membutuhkan organisasi yang

    berbeda dengan organisasi yang dapat memilih konsumennya secara selektif. Setiap

    kenaikan harga atas suatu public service harus dibicarakan dahulu dan mendapat

    persetujuan dari legeslatif. Terdapat public service yang seperti penyediaan air bersih,

    listrik infrastruktur dan sebagainya tidak sepenuhnya barang.

    Seperti penyediaan air bersih, listrik, infrastrukur dan sebagainya tidak sepenuhnya

    dapat diserahkan berdasarkan mekanisme pasar. Akan terdapat kelompok masyarakat yang

    tidak dapat mengakses public services bila diserahkan kepada provat/swasta. Gejala ini

    disebut denggan kegagalan pasar (market vailure). Untuk mengatasi permasalahan tersebut

    dan upaya memberikan pemerataan terhadap akses public services pemerintah melakukan

    intervensi dengan menyediakan public goods dengan dua karakteristik, yaitu (1) non-

    exludability dan (2) non-rivalry comsuption. Dengan demikan pihak swasta tidak bersedia

    menghasilkan barang publik (murni), maka pemerintahlah yang harus menyediakan agar

    kesejahteraan seluruh masyarakat dapat ditingkatkan. Intervensi pemerintah akan lebih

    menonjol diwilayah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan yang tuntutan akan public

    services sangat tinggi kenyataan yang tak terhindarkan adalah pergeseran barang jasa

    menjadi barang privat. Sebagai contoh permasalahan kebakaran diperkotaan menjadi

    sangat penting dan menjelma menjadi salah satu public services. Fenomena tersebut

    menunjukkan adanya government growt. Pertumbuhan beban pemerintah bukan saja

    Dosen Tetap Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNBARA

  • Volume 2, Nomor 3, Juni 2009 ISSN: 1979 0899XX

    Herni Ramayanti, 70 74 71

    dikarenakan berubahnya barang privat menjadi barang publik, terutama juga ketika

    pemerintah tidak secara selektif membatasi pekerjaannya.

    Dalam penyediaan public services oleh pemerintah adakalanya terjadi government

    vailure, dalam hal ini terjadi intervensi sektor privat, beberapa hal yang menyebabkannya

    antara lain :

    1. Meningkatnya jumlah penduduk di perkotaan sedangkan keuangan pemerintah terbatas;

    2. Pelayanan yang diberikan sektor privat dianggap lebih efisien; 3. Banyak bidang pelayanan (antara lain penyehatan lingkungan, pengelolaan sampah)

    tidak ditangani oleh pemerintah sehingga diambil alih oleh privat;

    4. Akan terjadi persaingan dan mendorong pendekatan yang bersifat kewiraswastaan dalam pembangunan nasional.

    Desentralisasi public services prinsip-prinsip yang tertuang dalam reinventing

    government, terutama prinsip catalic government : steering rather than rowing (Osborn

    dan Gaebler ; 1992), mengisyaratkan perlunya dikembangkan privatisasi (debirokratisasi)

    atau public-privat partnership.

    Istilah privatisasi melambangkan suatu cara baru dalam memperhatikan kebutuhan

    masyarkat dan pemikiran kembali mengenai peran pemerintah dalam memenuhi kebutuhan

    tersebut. Hal ini berarti memberikan kewenangan yang lebih besar kepada institusi

    masyarkat dan mengurangi kewenangan pemerintah dalam merumuskan kebutuhan

    masyarakat. Dengan demikian privatisasi merupakan tindakan mengurangi peran

    pemerintah atau meningkatkan peran sektor privat dalam aktivitas atau kepemilikan aset

    publik. Selanjutnya berkembang beberapa model pelayanan barang dan jasa.

    Pada perkembangan pemikiran tentang public services selanjutanya,. Terjadi

    perubahan peran pemerintah dalam penyediaan public services, pemerintah daerah tidak

    lagi menyediakan public services sendiri tetapi melibatkan kewenangan sektor

    privat/swasta dan masyarakat dengan voluntary organisation pada beberapa dimensi bentuk

    demokrasi. Berdasarkan 3 dimensi terssebut berkembang menjadi empat model

    kewenangan dalam public services, antara lain : (1) The Traditional Bureaucratic authory;

    (2) The Rsidual enambling authory; (3) The market-oriented authory, dan; (4) The

    Comunity-oriented authory.

    Dengan berbagai model dan bentuk pelayanan publikl yang memberikan ruang bagi

    partisipasi masyarakat, maka akan menumbuhkan kreativitas, inovasi-inovasi dalam

    masyarakat. Posisi pemerintah hanyalah pranata, fasilitator dan kasalitator.

    Tanggungjawab pemerintah adalah mengarahkan, mengemudikan masyarkat. Dalam hal

    ini pemerintah menetapkan kebijakan-kebijakan sebagai pedoman berperilaku dalam

    masyarakat.

    Konsep Pelayanan Publik

    Pelayanan publik oleh birokrasi publik merupakan salah satu perwujudan dari fungsi

    aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping abdi negara. Pelayanan publik oleh

    birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarkat (warga negara) dari suatu

    negara kesejahteraan (walfare state). Pelayanan umum oleh LAN (1998) diartikan sebagai

    segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di

    Pusat atau Daerah, dan lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang maupun jasa, baik

    dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Lovellock (1992) mengemukakan lima prinsip yang harus diperhatikan bagi

    pelayanan publik, agar kualitas layanan dapat dicapai, antara lain :

  • Volume 2, Nomor 3, Juni 2009 ISSN: 1979 0899XX

    Herni Ramayanti, 70 74 72

    1. Tangible (terjamah), seperti kemampuan fisik, peralatan, personil dan komunikasi material;

    2. Reliable (handal), kemampuan membentuk pelayanan yang dijanjikan dengan tepat dan memiliki keajegan;

    3. Responsiveness (pertanggungjawaban), yakni rasa tanggung jawab terhadap mutu pelayanan;

    4. Assurance (jaminan), pengetahuan, perilaku dan kemampuan pegawai, dan; 5. Emphaty (empati), perhatian perorangan pada pelanggan.

    Di samping itu, pihak pelayanan publik dalam memberikan layanan publik

    setidaknya harus; mengetahui kebutuhan yang dilayani, menerapkan persyaratan

    manajemen untuk mendukung penampilan (kinerja), dan; memantau dan mengukur

    kinerja.

    Sebagai perwujudan dari apa yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh

    pelayanan publik agar kualitas pelayanan menjadi baik, maka dalam memberikan layanan

    publik seharusnya (a) mudah dalam pengurusan bagi yang berkepentingan (prosedurnya

    sederhana), (b) mendapat pelayanan netral; (c) mendapat pelayanan yang sama tanpa pilih

    kasih, dan; (d) mendapat perlakuan yang jujur dan terus terang (transparasi).

    Penyelenggaraan pelayanan umum, menurut LAN (1998) dapat dilakukan dengan

    berbagai macam pola, antara lain; pertama, pola pelayanan fungsional, yaitu pelayanan

    umum yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan tugas, fungsi dan

    kewenangannya. Kedua, pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan umum yang

    diberikan secara tunggal oleh suatu instansi pemerintah berdasarkan pelimpahan

    wewenang dari instansi terkait lainnya yang bersangkutan. Ketiga, pola pelayanan satu

    atap, yaitu pola pelayanan umum yang dilakukan secara terpadu pada satu tempat beberapa

    instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

    Dan keempat, pola pelayanan secara terpusat, yaitu pola pelayanan umum yang dilakukan

    oleh suatu instansi pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap pelayan instansi

    pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan umum yang bersangkutan.

    Swastanisasi : Alternatif Pelayanan Publik

    Swasta