implementasi Pdkt Scientific dlm Proses Pbljrn di SMAN di Kec Plaju Plg_maryani.doc

47
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi

Transcript of implementasi Pdkt Scientific dlm Proses Pbljrn di SMAN di Kec Plaju Plg_maryani.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan nasional sebagai salah satu sektor pembangunan nasional

dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya

sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu

manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan

nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam

pembangunan bangsa.

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta

didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan

menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara

Indonesia sepanjang jaman.

Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum

merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan

untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi

tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum, yang dikembangkan dengan

berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk

mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan

proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia

terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan

kurikulum merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional

sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003; Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005). Dalam sejarah perkembangannya, kurikulum di

Indonesia sudah beberapa kali terjadi pergantian, mulai dari Kurikulum 1984,

Kurikulum 1994, dan Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004, yang

dilanjutkan dengan Standar Isi yang lebih dikenal dengan istilah Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, dan pada tahun 2013

2

pemerintah sudah melakukan revisi kembali terhadap KTSP tersebut

menggantinya dengan Kurikulum 2013.

Sejalan dengan pergantian kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah

atau scientific aproach pada pelaksanaan pembelajaran menjadi bahan

pembahasan yang menarik perhatian para pendidik akhir-akhir ini. Yang

menjadi latar belakang pentingnya materi ini karena produk pendidikan dasar

dan menengah belum menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis setara

dengan kemampuan anak-anak bangsa lain.

Disadari bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam

memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah.

Tantangan ini memerlukan peningkatan keterampilan guru melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Skenario untuk

memacu keterampilan guru menerapkan strategi ini di Indonesia telah melalui

sejarah yang panjang, namun hingga saat ini harapan baik ini belum

terwujudkan juga. 

Dalam perancangan kurikulum baru, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan RI masih menggunakan latar belakang pemikiran yang

menyatakan bahwa secara faktual guru-guru belum melaksanakan cara belajar

siswa aktif. Kondisi ideal yang diharapkan masih lebih sering menjadi slogan

daripada  fakta dalam kelas. Produktivitas pembelajaran untuk menghasilkan

siswa yang terampil berpikir pada level tinggi dalam kondisi stagnan.

Deskripsi ini merujuk pada hasil tes anak bangsa kita  yang dikompetisikan

3

pada tingkat internasional dinyatakan tidak berkembang sejak tujuh tahun lalu.

Memang, ini kondisi yang sangat memprihatinkan.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU

Sisdiknas, 2003).

Sesuai fungsi pendidikan nasional tersebut terletak juga tanggung

jawab guru untuk mampu mewujudkannya melalui pelaksanaan proses

pembelajaran yang mampu bermutu dan berkualitas. Salah satu strategi yang

dapat dipergunakan guru untuk memperbaiki mutu dan kualitas proses

pembelajaran adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL).

Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa

kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas.

Mulai dari masalah peserta didik, pendidik/guru, manajemen pendidikan,

kurikulum, fasilitas, proses belajar mengajar, dan lain sebagainya. Salah satu

masalah yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya

kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah, termasuk

4

juga pada sekolah-sekolah negeri yang ada di Kecamatan Plaju Kota

Palembang.

Dari hasil observasi awal di lapangan diperoleh informasi bahwa di

Kecamatan Plaju terdapat beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) baik

negeri maupun swasta, seperti tertera pada table di bawah ini.

TabelSekolah Menengah Atas Negeri / Swasta

Di Kecamatan Plaju Palembang

No Sekolah Status Alamat1. SMA Negeri 4 Palembang Negeri Jln. Ki. Anwar Mangku Plaju2. SMA Negeri 8 Palembang Negeri Jln. Pertahanan Plaju3. SMA Sriguna Swasta Jln. D.I Panjaitan Plaju4. SMA Fitra Abdi Swasta Jln. Tegal Binangun Plaju5. SMA Veteran Swasta Jln. D.I. Panjaitan Plaju6. SMA Setia Darma Swasta Jln. D.I. Panjaitan Plaju7. SMA Muhammadiyah IV Swasta Jln. D.I. Panjaitan Plaju8. SMA Patra Mandiri 1 Swasta Komperta Plaju9. SMA Patra Mandiri 2 Swasta Jln. Sei Gerong Plaju10. SMA Shailendra Swasta Jln. D.I. Panjaitan Plaju

Sumber : Pengamatan Lapangan

Dari data pada tabel 1 di atas menunjukkan bahwa di Kecamatan

Plaju terdapat 10 (sepuluh) Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terdiri dari 2

(dua) SMA Negeri yaitu : SMA Negeri 4 Palembang dan SMA Negeri 8

Palembang, serta 8 (delapan) SMA Swasta.

Berdasarkan hasil observasi awal di SMA Negeri Kecamatan Plaju

Kota Palembang tersebut diperoleh informasi bahwa dalam proses

pembelajaran guru-guru belum menggunakan pendekatan scientific. Proses

pembelajaran di kelas hanya diarahkan kepada kemampuan peserta didik

untuk menghafal informasi; otak peserta didik dipaksa untuk mengingat dan

5

menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang

diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh pada mata pelajaran ekonomi, peserta didik hanya diajarkan

memahami teori-teori yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari

atau belajar membuat jurnal keuangan, neraca keuangan dengan sejumlah

perhitungan debet dan kredit. Peserta didik tidak diajak ke kehidupan nyata

seperti ke pasar, dimana ilmu ekonomi diaplikasikan. Di pasar, peserta didik

dapat melihat kondisi yang sebenarnya bagaimana transaksi jual – beli, atau

debet – kredit, memang betul-betul berlangsung.

Hal tersebut di atas mengakibatkan banyak peserta didik yang ketika

lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin

aplikasi. Kondisi ini dapat dilihat saat lulusan SMA Negeri Rayon 04 Kota

Palembang melamar pekerjaan. Mayoritas mereka gagal dalam

mengaplikasikan ilmu pengetahuannya saat mengikuti tes penerimaan pegawai

baik di instansi pemerintah maupun swasta.

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul : “ Implementasi Pendekatan Scientific dalam Proses Pembelajaran

di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kecamatan Plaju Kota Palembang

“.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi

masalahnya sebagai berikut :

6

1. Masih minimnya kompetensi guru-guru SMA Negeri di Kecamatan Plaju

Kota Palembang dalam menerapkan pendekatan scientific dalam proses

pembelajaran.

2. Proses pembelajaran di kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak

untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan

menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi

yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-

hari.

C. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah :

1. Bagaimanakah implementasi pendekatan scientific dalam proses

pembelajaran di SMA Negeri di Kecamatan Plaju Kota Palembang ?

2. Apa saja yang menjadi kendala dalam implementasi pendekatan scientific

dalam proses pembelajaran di SMA Negeri di Kecamatan Plaju Kota

Palembang ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui implementasi pendekatan scientific dalam proses

pembelajaran di SMA Negeri di Kecamatan Plaju Kota Palembang.

7

2. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam implementasi pendekatan

scientific dalam proses pembelajaran di SMA Negeri di Kecamatan Plaju

Kota Palembang.

E. Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan :

a. Pengembangan ilmu administrasi publik, khususnya dalam

manajemen sumber daya manusia.

b. Bahan pembuktian bahwa pembelajaran dengan pendekatan scientific

merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah

dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan scientific.

b. Hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan pihak sekolah untuk

meningkatkan kompetensi guru guna pelaksanaan kurikulum 2013

secara efektif.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Landasan Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi,

dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan

cara merumuskan hubungan antar konsep. Penelitian ilmiah merupakan suatu

bentuk penelitian dengan cara berpikir dan bertindak secara sistematis. Sebab

itu kajiannya perlu didukung oleh suatu landasan teori yang dipilih dari

literatur maupun berbagai referensi sebagai landasan dasar teoritik yang

menghubungkan konsep-konsep, preposisi-preposisi dan definisi variabel

yang hendak diteliti, sehingga dapat meramalkan, menerangkan dan

memecahkan gejala sosial yang sementara dihadapi.

Sehubungan dengan hal itu, berikut ini penulis akan menguraikan

secara teoritik variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dan

hubungan-hubungan diantaranya.

1. Implementasi atau Pelaksanaan

Pengertian Implementasi atau pelaksanaan menurut Westa (1995:

17) merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu badan atau wadah

secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan yang

diharapkan. Pelaksanaan atau Implementasi merupakan aktifitas atau

usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan

kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi

9

9

segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan,

dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus

dilaksanakan.

Menurut Abdullah (1997:5) bahwa Pelaksanaan atau Implementasi

adalah suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau

kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan,

langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi

kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.

Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapatlah ditarik  suatu

kesimpulan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah

ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu

di lapangan maupun di luar lapangan. Yang mana dalam kegiatannya

melibatkan beberapa unsur disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh

alat-alat penunjang.

Selain itu perlu adanya batasan waktu dan penentuan tata cara

pelaksanaan. Berhasil tidaknya proses pelaksanaan atau implementasi,

Menurut Edward, yang dikutip oleh Abdullah (1997:40), dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang merupakan syarat terpenting berhasilnya suatu proses

implementasi. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan

dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut

proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi

informasi yang disampaikan.

10

b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini maliputi empat komponen yaitu

terpenuhinya lumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan

guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna

melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan.

c. Disposisi, Sikap dan komitmen daripada pelaksanaan terhadap

program        khususnya dari mereka yang menjadi implemetasi

program khususnya dari mereka yang menjadi implementer program

d. Struktur birokrasi. Yaitu SOP (Standar Operating Procedures) yang

mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak

sulit dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian

masalah-masalah akan memerlukan penanganan dan penyelesaian

khusus tanpa pola yang baku.

Keempat faktor di atas, dipandang mempengaruhi keberhasilan

suatu proses implementasi, namun juga adanya keterkaitan dan saling

mempengaruhi antara factor yang satu dengan faktor yang lain. Selain itu

dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang

penting dan mutlak menurut Abdullah (1997:398) yaitu :

a.    Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan.

b.    Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari

program perubahan dan peningkatan,

11

c.    Unsur pelaksana baik organisasi maupun perorangan yang

bertanggungjawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari

proses implementasi tersebut.

Dari pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa pelaksana suatu

program senantiasa melibatkan ketiga unsur tersebut.

2. Kebijakan Pemerintah Pada Sektor Pendidikan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen menegaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memenuhi

kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tempat bertugas

serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

Untuk mewujudkan fungsi peran dan kedudukan tersebut guru

perlu memilki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik

yang sesuai dengan standar pendidik. Seorang guru yang professional

wajib memiliki kemampuan diri dalam bidang keilmuannya guna

membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, baik secara

teoritis maupun praktis. Jika guru memiliki kompetensi sesuai dengan

yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tersebut,

maka dapat dipastikan bahwa peranan guru tersebut akan sangat berarti

dan sangat diharapkan siswa dalam proses pembalajaran di sekolah atau

madrasah, yang pada akhirnya akan menghasilkan proses dan hasil

12

pendidikan yang bermutu dalam rangka mewujudkan insan Indonesia yang

cerdas dan kompetitif yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung

jawab.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru harus

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, sehingga

berimplikasi pada berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis dan bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan tersebut pemerintah pusat

dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu,

dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan prinsip-prinsip dalam

penyelenggaraan pendidikan nasional. Pembangunan pendidikan nasional

ke depan didasarkan pada paradigma membangun manusia Indonesia

seutuhnya yang berfungsi sebagai subjek yang memiliki kapasitas untuk

mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal.

Inu Kencana (2005:145), mengemukakan bahwa kebijakan (policy)

pemerintah adalah apa yang diputuskan oleh pemerintah pusat untuk

diimplementasikan oleh pemerintah daerah.

13

Anderson (dalam Islamy, 1997:17) mengemukakan bahwa

kebijakan adalah “a purposive course of action followed by an actor or set

actors in dealing with a problem or matter of concern. Menurut Budiarjo

(1992:12) kebijaksanaan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil

oleh seorang pelaku dan atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih

tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan ini.

Hoogerwerf (1983:3-4) melukiskan kebijaksanaan sebagai usaha

mencapai tujuan tertentu dengan sarana tertentu dan dalam urutan waktu

tertentu. Sedangkan Isworo (1996:229-230) menyebutkan bahwa

kebijakan merupakan hasil dari suatu keputusan setelah melalui pemilihan

alternatif yang tersedia dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif. Kebijakan publik ini selain

berkaitan dengan peranan institusi administratif, juga dengan masyarakat

sebagai pihak yang menjadi sasaran kebijakan. Karena itu menurut Isworo

(1996:229-230), kebijakan publik akan menjawab pertanyaan tentang apa

yang harus dilakukan oleh administrator. Hal ini menyangkut bukan hanya

substansi akan tetapi juga proses pelaksanaan dinamis serta akibat

terhadap masyarakat. Selanjutnya menurut Isworo (1996:229-230), bahwa

proses kebijakan publik terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

a. Identifikasi masalah yang akan mengarah pada permintaan untuk

mengatasi masalah tersebut

14

b. Formulasi kebijakan berupa langkah yang dilakukan setelah pemilihan

alternatif

c. Legitimasi dari kebijakan

d. Implementasi

e. Evaluasi melalui berbagai sumber untuk melihat sejauh mana usaha

pencapaian tujuan

Menurut Islamy (1997:20-21) kebijakan negara adalah serangkaian

tindakan yang ditetapkan akan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh

pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu

demi kepentingan seluruh masyarakat. Kebijakan publik menurut Islamy

(1996:230) berkaitan secara spesifik dengan tujuan yang telah ditetapkan

melalui proses politik yang dilakukan oleh seluruh atau sebagian

masyarakat dalam yuridiksi pemerintahan tertentu. Kebijaksanaan

pemerintah, menurut Hoogerwerf (1983:9) merupakan kebijaksanaan para

aktor dari golongan tertentu yaitu pejabat-pejabat pemerintah dan instansi-

instansi pemerintah.

Santoso (2008:5) menyatakan bahwa kebijakan publik terdiri dari

serangkaian keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk mencapai

tujuan tertentu, dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan terutama dalam

bentuk peraturan-peraturan atau dekrit-dekrit pemerintah. Karena

kebijakan publik selalu dihubungkan dengan kegiatan-kegiatan

pemerintah, maka menurut Thoha (2002:64), kebijakan publik tidak bisa

dipisahkan dengan birokrasi.

15

Dalam kaitannya dengan kebijakan pemerintah pada sektor

pendidikan tersebut merupakan kebijakan pemerintah pusat di bidang

pendidikan yang harus dilaksanakan oleh penyelenggara pendidikan di

tingkat provinsi dan kabupaten / kota. Sehingga dalam implementasinya

harus mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) yang menyangkut standar pengelolaan pendidikan dan

standar sarana prasarana pendidikan.

3. Pendekatan Scientific

a. Pengertian Pendekatan Scientific

Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, meng-

inspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana

metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh

karena itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan

sama artinya dengan metode. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar

yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode

mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan

pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan   bagian dari

pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas

yang  melandasi penerapan metode ilmiah.

Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran

tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa

dalam  melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana

16

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga

dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.

Pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa

aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan

penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat

membedakan kemampuan siswa yang bervariasi (Wikipedia, 2007).

Menurut Sedarmayanti (2013:77), penerapan metode ilmiah

membantu guru mengindentifikasi perbedaan kemampuan siswa.

Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran harus memenuhi

tiga prinsip utama; yaitu:

1. Belajar siswa aktif, dalam hal ini  termasuk inquiry-based

learning atau belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau

belajar berkelompok,  dan belajar berpusat pada siswa.

2. Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang

dibandingkan  dengan target pencapaian tujuan belajar.

3. Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan

ilmiah  mengembangkan pendekatan keragaman. Pendekatan ini

membawa konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk

keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan

metode mengajar, serta konteks.

Metode Ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan

dan menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan

percobaan. Dalam penerapan metode ilmiah terdapat aktivitas yang

17

dapat diobservasi seperti mengamati, menanya, mengolah, menalar,

menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Pelaksanaan metode ilmiah

tersusun dalam tujuh langkah berikut:

1. Merumuskan pertanyaan.

2. Merumuskan latar belakang penelitian.

3. Merumuskan hipotesis.

4. Menguji hipotesis melalui percobaan.

5. Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan.

6. Jika hipotesis terbukti benar maka dapat dilanjutkan dengan

laporan.

7. Jika hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka

lakukan pengujian kembali.

Penerapan metode ilmiah merupakan proses berpikir logis

berdasarkan fakta dan teori. Pertanyaan muncul dari pengetahuan yang

telah dikuasai. Karena itu kemampuan bertanya merupakan

kemampuan dasar dalam mengembangkan berpikir ilmiah. Informasi

baru digali untuk menjawab pertanyaan. Oleh karena itu, penguasaan

teori dalam sebagai dasar untuk menerapkan metode ilmiah. Dengan

menguasi teori maka siswa dapat menyederhanakan penjelasan tentang

suatu gejala, memprediksi, memandu perumusan kerangka pemikiran

untuk memahami masalah. Bersamaan dengan itu, teori menyediakan

konsep yang relevan sehingga teori menjadi dasar dan mengarahkan

perumusan pertanyaan penelitian.

18

b. Kriteria Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)

 Kriteria sebuah pendekatan pembelajaran sehingga dapat

dikatakan sebagai pendekatan ilmiah atau pendekatan scientific, yaitu:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas

kira-kira,  khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa

terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau

penalaran yang   menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,

analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,

memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik

dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari

materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami,

menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan

objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas,

namun menarik sistem penyajiannya.

19

             Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan

scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif),

pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses

pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan

peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui

penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Perhatikan diagram berikut.

Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pem-

belajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga

ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar

agar peserta didik “tahu mengapa”.

2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi

ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.

3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi

ajar agar peserta didik “tahu apa.”

             Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara

kemampuan untuk menjadi manusia yang baik  (soft skills) dan

manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup

secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013

menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,

yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific

20

Pelaksanaan

appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi

mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk

semua mata pelajaran.

B. Kerangka Pikir Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 152), Kerangka pikir penelitian merupakan

suatu model konseptual yang digambarkan berupa suatu diagram maupun

ditulis dalam bentuk persamaan matematis tentang bagaimana teori-teori

dikaitkan dengan berbagai faktor yang telah teridentifikasikan sebagai

masalah peneliti. Jadi, kerangka pikir penelitian akan memberikan manfaat

berupa persepsi yang sama antara peneliti dan pembaca terhadap alur pikiran

peneliti dalam rangka membentuk hipotesis-hipotesis penelitiannya.

Berdasarkan kajian tentang pelaksanaan supervisi akademik, di bawah

ini akan dicantumkan tentang kerangka pemikiran yang berkaitan dengan

masalah yang akan diteliti.

Gambar 1.

Kerangka Pemikiran

21

PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI

KEC. PLAJU

PENDEKATAN SCIENTIFIC

BELAJAR SISWA AKTIF

ASSESSMENT KEBERAGAMAN 

Sumber : Sedarmayanti, 2013

Feed back

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Perspektif Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

pertimbangan bahwa dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk

memperoleh gambaran secara mendalam dan menyeluruh mengenai

implementasi pendekatan scientific dalam proses pembelajaran di SMA

Negeri Kecamatan Plaju Kota Palembang sehingga metode atau pendekatan

yang digunakan adalah metode kualitatif.

Metode kualitatif dikembangkan untuk mengkaji kehidupan manusia

dalam kasus kasus terbatas kasuistik sifatnya namun mendalam (in defth) dan

total atau menyeluruh (holistik), dalam arti tidak mengenal pemilihan

pemilihan gejala secara konseptional kedalam aspek aspek yang eksklusif

yang kita kenal dengan variabel” (Singarimbun, 2000:65)

B. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pengkajian masalah implementasi

pendekatan scientific dalam proses pembelajaran di SMA Negeri Kecamatan

Plaju Kota Palembang.

C. Variabel Penelitian

1. Klasifikasi Variabel

22

22

Menurut Sugiyono (2012:38-41), Variabel penelitian dibedakan

menjadi : a) variabel independen; b) variabel dependen; c) variabel

moderator; d) variabel intervening; dan e) variabel kontrol.

Dalam penelitian ini hanya ada satu variabel, yaitu : implementasi

pendekatan scientific dalam proses pembelajaran di SMA Negeri

Kecamatan Plaju Kota Palembang. Variabel mandiri karena tidak

mempengaruhi dan dipengaruhi atau dihubungkan dengan variabel lain.

2. Definisi Konseptual

Definisi konsep dalam penelitian ini adalah implementasi

pendekatan scientific dalam proses pembelajaran di SMA Negeri

Kecamatan Plaju Kota Palembang, meliputi :

a. Implementasi adalah suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut

setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas

pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun operasional

atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari

program yang ditetapkan semula

b. Pendekatan Scientific adalah proses berpikir logis berdasarkan fakta

dan teori.

c. Implementasi Pendekatan Scientific adalah Penerapan proses berpikir

logis berdasarkan fakta dan teori.

3. Definisi Operasional

Definisi operasional diartikan oleh Sofian Effendi : “ Semacam

petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi

23

operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu penelitian

lain yang ingin menggunakan variabel yang sama “. (Arikunto, 1998:27)

Dalam penelitian ini yang menjadi indikator pengukurannya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Indikator Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel Dimensi IndikatorImplementasi Pendekatan Scientific

1. Belajar Siswa Aktif

Belajar berbasis penelitian Belajar berkelompok Belajar berpusat pada siswa

2. Assessment Afektif Psikomotorik Kognitif

3. Keberagaman Karakteristik siswa Metode pembelajaran

Sumber : Diadopsi dari pendapat Sedarmayanti (2013)

D. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 4 Palembang

dan SMA Negeri 8 Palembang.

E. Informan Penelitian

Dalam suatu penelitian kualitatif, peranan informan sangat begitu

penting, karena dari informan lah semua data penelitian dapat diperoleh

dengan akurat dan dapat dipertanggung-jawabkan, (Arikunto, 1998:28).

Informan adalah orang yang dinilai paling mengetahui tentang objek

permasalahan yang sedang diteliti yaitu : Kepala SMA Negeri 4 Palembang,

Kepala SMA Negeri 8 Palembang, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum,

24

Pengawas Mata Pelajaran, Guru, Siswa SMA Negeri 4 Palembang, dan Siswa

SMA Negeri 8 Palembang.

F. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua

jenis data yaitu :

a. Data kuantitatif, adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif

yang diangkakan.

b. Data kualitatif, adalah data dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis, yaitu :

a. Data Primer

Data Primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

secara langsung dari SMA Negeri 4 Palembang dan SMA Negeri 8

Palembang sebagai sumber data. Sumber data primer dalam penelitian

ini didapat dari sumber data utama yaitu informan kunci (key

informant), dokumentasi, hasil wawancara dan observasi langsung ke

SMA Negeri 4 Palembang dan SMA Negeri 8 Palembang.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain atau data

yang telah diolah pihak lain seperti buku, dokumen, peraturan, jurnal

dan literatur lainnya yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

25

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2012:253) pengumpulan data dapat

dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara.

Ditinjau dari settingnya, pengumpulan data dapat dilakukan pada

setting alamiah (natural setting), pada suatu seminar, di rumah dan dapat juga

pada waktu diskusi. Berdasarkan sumber data, pengumpulan data dapat

menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.

Peranan data dalam suatu penelitian merupakan sumber pelengkap

utama yang mutlak diperlukan, terutama untuk menjelaskan dan mendukung

terhadap pertanyaan yang telah dirumuskan dan diidentifikasi pada bab satu di

muka. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini meliputi :

1. Observasi

Teknik observasi merupakan teknik ketika peneliti mengamati

fenomena yang terjadi di lapangan pada saat proses penelitian sedang

berjalan. Pengamatan dilakukan dengan cara mengkaitkan dua hal, yaitu :

Informasi (apa yang terjadi) dengan konteks (hal-hal yang berkaitan di

sekitarnya) sebagai proses pencarian makna. Menurut Nasution (2004:58),

informasi yang terlepas dari konteksnya akan kehilangan makna yang

berarti. Observasi ini menyangkut pula pengamatan aktivitas atau kondisi

perilaku (behavioral observation) maupun pengamatan non perilaku (non

behavioral observation). Dengan pengamatan ini diharapkan dapat

mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan

26

proposisional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data;

memahami situasi sulit yang berkembang di lapangan; dan sebagai recheck

data yang ada sebagaimana dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (dalam

Moleong, 2001:125-126).

2. Wawancara

Teknik wawancara merupakan usaha mengumpulkan data dan

informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan

untuk dijawab secara lisan pula melalui tanya jawab yang terarah. Peneliti

berpedoman kepada pertanyaan-pertanyaan wawancara (interview guide)

yang telah disiapkan serta tidak menutup kemungkinan mengembangkan

pertanyaan-pertanyaan baru. Validitas penelitian terletak pada kedalaman

menggali informasi yang mencakup beberapa hal, yaitu: pertanyaan

deskriptif, pertanyaan komparatif, dan pertanyaan analisis.

Peneliti melakukan wawancara langsung dengan para informan

dan unit terkait yang mengetahui serta mengenal dengan baik mengenai

berbagai hal yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian

ini peneliti melakukan wawancara langsung dengan informan, karena data

diperoleh dengan mendengarkan jawaban informan atas pertanyaan dari

peneliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kegiatan penelitian dengan cara studi

kepustakaan, meneliti berbagai dokumen, catatan-catatan, arsip-arsip, serta

laporan penelitian yang sudah ada sehingga dapat menunjang pelaksanaan

27

penelitian ini dari sumber-sumber resmi yang dapat dipertanggung-

jawabkan serta berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Miles and Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2012:334)

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh.

Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data (data reduction),

penyajian data (data display), dan verifikasi data / kesimpulan (verification /

conclusion), sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data dimaksudkan untuk menyusun data hasil wawancara ke

dalam bentuk uraian secara lengkap dan rinci. Kemudian kepadanya

dilakukan reduksi atau pemilihan data yang berkaitan dengan pokok

penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan data pokok atau penting

yang hanya berkaitan dengan permasalahan penelitian Reduksi data

dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung sehingga

dapat disusun hasil wawancara (hasil peneltian) secara lengkap.

2. Penyajian Data

Penyajian data (display data) dibuat guna memudahkan peneliti dalam

melihat keseluruhan data hasil wawancara atau melihat bagian khusus dari

hasil wawancara. Dalam penelitian ini, penyajian data disusun dalam

28

bentuk teks naratif (kumpulan kalimat) yang dirancang guna

menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang mudah

dibaca atau diinterpretasikan. Dengan cara ini penelitian dapat melihat apa

yang sedang terjadi dan dapat menarik kesimpulan secara tepat.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses

penelitian dan verifikasi dilakukan guna perbaikan dan pencocokan data

secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung.

Pada penelitian ini, kegiatan pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan suatu

siklus kegiatan yang interaktif dan komprehensif yang dilakukan secara teliti

dan rinci sehingga diperoleh hasil penelitian yang akurat.

I. Sistematika Laporan

Untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas mengenai penulisan

laporan penelitian ini, maka dijabarkan sedemikian rupa dalam bentuk

sistematika pembahasan dengan mengelompokkan ke dalam 6 (enam) bab,

sebagai berikut

BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari : latar belakang masalah, iden-

tifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan

manfaat penelitian.

BAB II : Tinjauan pustaka, yang berisi landasan teori yang digunakan da-

lam pembahasan penelitian ini.

29

BAB III : Metodologi penelitian, yang berisi perspektif pendekatan pene-

litian, ruang lingkup penelitian, variabel penelitian, unit analisis,

informan, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,

teknik analisis data, dan rencana sistematika laporan.

BAB IV : Deskripsi wilayah penelitian, yaitu gambaran umum / keadaan

umum dari lokasi penelitian.

BAB V : Hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, merupakan inti

dari penulisan laporan penelitian ini.

BAB VI : Kesimpulan dan saran, yang merupakan bagian akhir dari penu-

lisan laporan ini.

30