Implementasi Model Pembelajaran POE (Prediction ... · siswa SD. Penelitian ini dilakukan pada...
Transcript of Implementasi Model Pembelajaran POE (Prediction ... · siswa SD. Penelitian ini dilakukan pada...
i
Implementasi Model Pembelajaran POE (Prediction Observation
Explaination) untuk meningkatkan pemahaman siswa dan keaktifan siswa
materi rangkaian listrik sederhana
Oleh,
Nita Rosvita Sari
NIM: 192010021
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika guna
memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh berkat kasih dan anugerah-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Tugas akhir ini ditulis dan disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fisika di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan, dukungan dan kerjasama dari berbagai
pihak. Atas segala bantuan dan dukungan tersebut, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Keluarga tercinta bapak, ibu dansaudara-saudara saya di Bawen yang selama ini terus
mendoakan, memberikan dukungan berupa materi, semangat dan perhatian sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
2. Keluarga tercinta bapak, ibu dan saudara-saudara saya di Klaten yang selama ini terus
memberikan semangat, doa dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
baik.
3. Ibu Diane Noviandini, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pembimbing utama yang selama ini banyak
membimbing, memotivasi, mengarahkan, dan memberikan wejangan-wejangan yang
4. Ibu Made Rai Suci Shanti Nurani Ayub, S.Si, M.Pd. selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan saran, motivasi, dan berbagi pengalaman.
Membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama penelitian hingga tugas akhir ini selesai.
5. Seluruh Dosen FSM UKSW, khususnya Dosen Fisika dan Pendidikan Fisika: Bapak Suryasatriya
T., Bapak Wahyu H.K., Bapak Andreas Setiawan, Bapak Adita Sutrisno, Ibu Diane Noviandini,
Ibu Santi, Ibu Marmi Sudarmi, Bapak Ferdi S. Rondonuwu,., Bapak Nur Aji Wibowo, Ibu
Debora Natalia S., Bapak AlvaPattiserlihun, Bapak Giner Maslebu, dan Ibu Enggar atas
bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama kuliah.
6. Mas Tri, Mas Sigit, dan Pak Tafip selaku Laboran Fisika dan Pendidikan Fisika FSM UKSW
atas segala bantuannya selama ini. Maaf jika selama ini selalu merepotkan.
7. Rendi Hadi Perdana yang tidak bosan-bosannya memberikan semangat dan doa yang luar biasa
bagi penulis untuk tidak menyerah dalam kesulitan.
8. Sahabat-sahabat tercinta saya yaitu teman-teman Pendidikan Fisika dan Fisika 2010, Desman,
Kriswantoro, Kresno, Kukuh, Hafid, Wahyu, David, Olik, Anisa, Galuh, Uchi, Eigche, Pujo,
vii
Lita, Dian, Erfi, Maya, Anti, Eskelon, Gigih, terimakasih atas segala bantuan dan semangat yang
kalian berikan.
9. Teman-teman seperjuangan selama skripsi, Kriswantoro, Kukuh Azis, Cintya Damayanti, Arif
Kresno, Wahyu Kurniawan, Pujiyono, Warsini Mariyam, dan Anisa Inges Atsari terimakasih atas
segala bantuan dan semangat yang telah diberikan.
10. Teman-teman angkatan 2011, 2012, 2013, Kristia, Lia, Dita, Attiin, Olga, Edi, Aswab, Nur,
Gadis, terima kasih untuk kalian yang selalu memberikan semangat dan bantuan yang telah
diberikan.
11. Segenap pihak yang turut membantu dan terlibat dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan
tugas akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan dan penyelesaian tugas akhir ini.Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca bagi
perbaikan penulis.Apabila dalam penyusunan tugas akhir ini ada kata-kata yang kurang berkenan
dihati pembaca, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.Akhirnya penulis berharap tugas akhir ini
dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Salatiga, Maret 2016
Penulis
viii
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan
kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya
kalian beruntung.” (Aali „Imraan:200)
“Kegagalan adalah cara Tuhan mengajarkan kamu tentang
pantang menyerah, kesabaran, kerja keras dan percaya diri"
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES .................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR ................................. v
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ix
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN POE (Prediction Observation Explaination)
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KEAKTIFAN SISWA MATERI
RANGKAIAN LISTRIK SEDERHAN ........................................................................... 1
2.1 Pendahuluan ........................................................................................ 1
2.2 Pembahasan ......................................................................................... 2
2.3 Kesimpulan ......................................................................................... 6
2.4 Ucapan Terimakasih ............................................................................ 7
2.5 Daftar Pustaka ..................................................................................... 7
Lampiran .......................................................................................................................... 8
Surat Pernyataam Seminar UNESA ................................................................. 9
Sertifikat ............................................................................................................ 10
1
Implementasi model pembelajaran POE (prediction observation
explaination) untuk meningkatkan pemahaman dan keaktifan
siswa materi rangkaian listrik sederhana
Nita R. Sari2, Diane N.
2, Made R.S.S.N. Ayub
1,2
1Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
2Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga
Email :[email protected]
Abstrak
Metode pembelajaran merupakan aspek penting ketika melaksanakan pembelajaran.Peneliti
menemukan masih banyak guru menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran bersifat
monoton dan membosankan. Salah satu model pembelajaran yang dibutuhkan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran dan dapat
mengaplikasikan konsep-konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari yakni model POE (Prediction
Observation Explaination). Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman dan keaktifan
siswa SD. Penelitian ini dilakukan pada siswa SD kelas VI. Metode penelitian menggunakan
RPP dengan model pembelajaran POE materi rangkaian listrik sederhana sub konsep syarat
lampu menyala yang sudah diuji kelayakannya oleh pihak yang berkompetensi, lembar kerja
siswa, lembar observasi, dan kuisioner. RPP terbagi dalam 3 kegiatan
pembelajaran.Pembelajaran 3 hanya 73% siswa yang tuntas, sehingga perlu dilakukan
pengulangan siklus pada pembelajaran ke 3. Hasil pengulangan siklus ke 2 pada pembelajaran
ke 2 adalah 85%, dan dilanjutkan pembelajaran ke 3 dengan hasil 93%. Dengan hasil tersebut
didapatkan bahwa pembelajaran POE dapat disimpulkan mampu meningkatkan pemahaman
siswa dan keaktifan siswa.
Kata kunci : Metode Pembelajaran, POE, rangkaian listrik sederhana
Abstract
Learning method is an essential aspect in learning performance. Researchers found that many
teachers stilluse lecture method, so learning process becomes monotonous and boring. One of
the learning models required to provide opportunities for students to be active in learning
process and to apply scientific concepts in daily lives is POE model (Prediction Observation
Explanation). The purpose of this study is to create fun and interesting learning process that will
improve elementary students’ understanding and activity. This study was performed on the
fourth grade elementary students. The study method used lesson plan that implemented POE
learning model that had been evaluated by qualified teacher on material about simple electrical
circuit and sub concept about the requirements to make light bulb light up, student worksheet,
observation worksheet, and questionnaire. The lesson plan was divided into 3 learning
activities. In the third learning activity, only 73% of the students passed the minimum score, so a
repeated cycle had to be performed in the third learning process. The repeated second cycle in
the second learning process shows that 85% of the students passed the minimum score, and in
the third learning process, 93% of the students passed the minimum score. From the result, it is
concluded that POE learning can improve students’ understanding and activity.
Keywords:learning methods, POE, Simple Electric Circu
2
PENDAHULUAN
Pendidikan telah menjadi salah satu
kebutuhan yang penting dalam kehidupan manusia itu
sendiri.Melaluipengalamandanpendidikan yang
diperoleh, seseorangdapat memanfaatkan dan
menerapkanilmu pengetahuan
tersebutdalamkehidupan sehari-hari. Seperti
yangdiungkapkanolehSanjaya (2010:2)pendidikan
diarahkanuntuk membentuk manusiayangcerdas,
memiliki kemampuan memecahkanmasalahhidup,
serta membentukmanusiayangkreatifdan
inovatif.Membangun pola pikir siswa yang kreatif
bisa dilakukan melalui pembelajaran di dalam kelas.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kompetensi
profesional seorang guru dalam proses pembelajaran.
Guru sebagai pengajar dituntut untuk mempunyai
penguasaan di bidang keilmuan, guru dituntut untuk
menguasai keterampilan kurikulum dan guru juga
dituntut untuk menguasai ketrampilan pedagogis
(pembelajaran dan pengembangan cara mensikapi
pemahaman materi ajar). Menurut Suparno
(2013:112) pada kenyataannya masih banyak guru
yang hanya mengajar tanpa memperhatikan
ketrampilan pedagogisnya .
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi menuntut kualitas
pendidikan.Mengingat pentingnya peranan IPA
dalam kehidupan sehari-hari, terutuma yang
berhubungan dengan perkembangan IPTEK, maka
siswa dituntut harus mampu menguasai IPA karena
merupakan salah satu mata pelajaran yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Menurut Sudana (Riska 2015), alasan
mengapa pembelajaran IPA penting di sekolah dasar
adalah (1) IPAdapatmembantuanak-anakuntuk
dapatmemahami matapelajaranlain
terutamabahasadanmatematika,(2)IPA disekolahdasar
merupakanpendidikan terminal untuk anak-anak
selama di sekolah dasar supayamereka dapat
mengenal lingkungannya secara logisdan sistematis,
(3) IPA SD benar-benar menyenangkan,anak-
anakdimanapundiam-diam tertarik dengan masalah-
masalah kecil, baik masalah buatan maupun masalah
kebetulandari alamsekitarnya. Permasalahannya
masih banyak guru yang menggunakan metode
konvensional yang menyebabkan pembelajaran IPA
membosankan dan bersifat monoton.Akibatnya
dalam pembelajaran IPA siswa cenderung menghafal
dan tidak mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya untuk berfikir kritis dan sistematis.Hal ini
berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Di SDN Derekan Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang, hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA khususnya materi rangkaian listrik
sederhana, masih di bawah KKM. Beberapa faktor
penyebab kurang maksimalnya hasil belajar siswa
adalah pemilihan strategi pembelajaran yang kurang
tepat. Hal ini dilihat dari nilai rata-rata IPA pada
materi tersebut masih berada pada interval 63,00-
69,00. Menandakan bahwa hasil belajar di bawah 70.
Oleh karena itu seorang pendidik perlu
mempertimbangkan model pembelajaran apa yang
seharusnya digunakan supaya siswa mampu
memahami konsep IPA dan pembelajaran menjadi
lebih inovatif, kreatif dan menyenangkan. Beberapa
masalah yang mendasari peneliti pada artikel ini
adalah :
“Bagaimana rancangan RPP dan implementasi RPP
yang dibuat dengan model pembelajaran POE
(prediction observation explaination) untuk
mengetahui konsep awal siswa dan keaktifan siswa
dengan materi rangkaian listrik sederhana?”
Salah satu model pembelajaran yang dapat
mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dan
membuat siswa aktif adalah model pembelajaran
POE (Prediction Observation Explaination).Model
pembelajaran POE (Prediction Observation
Explaination) berasal dari teori belajar
kontruktivisme.Lapono (2010:25) menyatakan teori
konstruktivisme dalam pembelajaran didasari oleh
kenyataan bahwa setiap individu memiliki
kemampuan untuk mengkonstruksi kembali
pengalaman atau pengetahuan yang dimilikinya.
Hubungan antara model pembelajaran POE
(Prediction Observation Explaination) dengan teori
konstruktivisme yaitu menganggap bahwa siswa
dengan pengetahuan yang telah mereka miliki akan
dapat mengembangkan kemampuan atau
pengetahuannya itu.
Menurut White dan Gunstone (dalam
Keeratichamroen, 2007) model pembelajaran POE
merupakan suatu langkah yang efisien untuk
menciptakan diskusi para siswa mengenai konsep
ilmu pengetahuan. Dimana pada tahap prediction
pembelajaran POE memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada siswa untuk menyusun dugaan
disertai dengan alasan sebagai langkah awal untuk
menemukan konsep awal siswa.Hal ini sangat
penting bagi guru untuk membantu siswa
menemukan konsep yang benar pada tahapan
berikutnya.Selanjutnya pada tahap observation siswa
diajak untuk melakukan eksperimen untuk
membuktikan apakah prediksi siswa tersebut benar
atau salah.Dan pada tahap akhir explaination, jika
prediksi siswa benar pada eksperimen maka siswa
tinggal merangkumkan yang ditemukan dan
menguraikan dengan lebih lengkap.Namun, jika
prediksi siswa tidak sesuai dengan eksperimen maka
guru perlu membantu siswa untuk mencari penjelasan
kenapa prediksinya salah dan membantu mengubah
prediksinya menjadi konsep yang benar. Adapun
kelebihan dari model pembelajaran POE (Prediction
Observation Explaination) yaitu merangsang peserta
didik untuk lebih kreatif khususnya dalam
mengajukan prediksi, dapat mengurangi verbalisme,
proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan
menyenangkan, sebab peserta didik tidak hanya
mendengarkan tetapi juga mengamati dan mencoba
3
peristiwa yang terjadi melalui eksperimen, siswa
akan memiliki kesempatan untuk membandingkan
antara teori (dugaan) dengan kenyataan.
Berdasarkan masalah-masalah dan literature
di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa
dengan merancang dan mengimplementasikan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran
POE (Prediction Observatio Explaination) pada
materi rangkaian lisrik sederhana.
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
tindakan kelas dimana guru bertindak sebagai
peneliti.Sampel yang digunakan adalah siswa kelas
VI SDN Derekan (Kecamatan Pringapus) sebanyak
23 siswa. Permasalahan yang akan diangkat pada
topik rangkaian listrik sederhana dengan
menggunakan model pembelajaran POE (prediction
observation explaination) dibatasi pada sub konsep
syarat lampu menyala dengan indikator (i) siswa
dapat menyalakan lampu dengan menggunakan satu
baterai, satu lampu dan satu kabel beserta gambar
rangkaiannya, (ii) melalui percobaan siswa dapat
menjelaskan syarat lampu dapat menyala dengan
menggunakan satu baterai, satu lampu dan satu kabel
(iii) dengan percobaan siswa dapat menjelaskan
syarat lampu dapat menyala dengan dua kabel, dua
baterai, dan satu lampu. Setiap indicator dijabarkan
dalam satu RPP.Penelitian dilakukan dengan 2 siklus.
Siklus 1
Kegiatan 1, digunakan untuk membantu
siswa dapat menyalakan lampu dengan menggunakan
satu baterai, satu lampu dan satu kabel dan
menggambarkan rangkaiannya. Pada tahap prediksi,
guru meminta siswa untuk menggambarkan 1
rangkaian dengan menggunakan 1 baterai, 1 lampu
dan 1 kabel agar lampu dapat menyala. Kemudian
hasil prediksi digambarkan di sebuah kertas yang
sudah disiapkan oleh guru.Hasil prediksi siswa dapat
di rangkum dalam gambar 1. sebagai berikut :
(a) (b) (c)
(d) (e)
Gambar 1. Gambar Prediksi Siswa
Dari 23 siswa, 18 siswa menjawab prediksi a, c, e
dan 5 siswa lainnya menjawab prediksi b dan d.
Dimana prediksi gambar a, c, e adalah gambar
jawaban yang benar, dan gambar b dan d adalah
jawaban yang salah. Setelah tahap prediction
(memprediksi) selesai, guru meminta siswa untuk
melakukan observation (percobaan).Dimana siswa
masuk dalam kelompok untuk melakukan percobaan
membuktikan apakah prediksi yang mereka
gambarkan benar atau salah.Didapatkan hasil
observasi siswa seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Observasi Siswa
Gambar Keterangan
a.
Lampu nyala
b.
Lampu tidak nyala
c.
Lampu nyala
d.
Lampu tidak nyala
e.
Lampu nyala
Pada saat eksperimen beberapa siswa
mendapatkan lampu menyala sesuai dengn prediksi
mereka tetapi ada beberapa sisiwa yang terkejut
karena gambar susunan rangkaian yang dibuat pada
prediksi tidak dapat menyalakan lampu.Mereka
berfikir bahwa dengan menghubungkan baterai
dengan ujung logam lampu saja dapat menyala.
Dari 23 siswa, 19 siswa dapat menyalakan
lampu seperti tabel 1a,1c, 1e dan 4 siswa lainnya
yang memilih gambar di tabel 1b dan 1d, berusaha
mencoba sampai menemukan rangkaian yang benar.
Mereka akhirnya dapat mengerti bahwa tidak hanya
ujung logam saja yang harus dihubungkan dengan
baterai tetapi juga harus memperhatikan ulir
lampu.Tahap berikutnya adalah tahap explaination,
tahap dimana setiap siswa menjelaskan hasil
4
percobaan mengapa lampu tersebut dapat menyala.
Dari 23 siswa ada 20 siswa yang dapat menjelaskan
dengan benar bahwa lampu dapat menyala walapun
dengan 1 baterai dan 1 kabel sedangkan 3 siswa
lainnya belum dapat menjelaskan (lihat tabel 2).
Tabel 2.Jumlah siswa yang dapat melakukan
prediction, observation, dan explaination dengan
jawaban benar pada kegiatan 1.
Tahap Siswa Persen (%)
Prediction 18 78
Observation 19 82
Explaination 20 87
Dari tabel 2, karena hasil Prediction
Observation Explaination sudah mencapai ≥75%
dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan pertama
siswa dapat menyalakan lampu dengan hanya
menggunakan 1 baterai, 1 kabel, dan 1 lampu.
Kegiatan 2, bertujuan agar siswa dapat
menjelaskan syarat lampu dapat menyala dengan 1
kabel, 1 lampu, dan 1 baterai. Pada tahap prediction
guru membagikan kertas yang berisi sepuluh gambar
rangkaian dimana siswa ditugaskan menentukan
rangkaian mana yang lampunya dapat menyala dan
tidak menyala (lihat gambar 2).
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)
Gambar 2. Sepuluh gambar teknis tahap prediksi
Dari 23 siswa, hanya 18 siswa yang dapat
memprediksikan gambar rangkaian dengan
benar.Pada tahap ini terdapat 5 siswa yang
beranggapan bahwa gambar no 4 tidak bisa
menyalakan lampu. Alasan yang dikemukakan karena
letak ujung lampunya tidak tepat di kutub baterai.
Setelah mereka selesai menjawab, siswa
masuk dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5
orang untuk membuktikan apakah gambar rangkaian
yang ia jawab benar atau salah.
Pada prediksi yang dilakukan siswa, gambar
2 ( b, c, d, e, h) dapat menyala karena terdapat kabel
sebagai penghubung, baterai sebagai sumber energi,
dan terletak pada kutub baterai yang berbeda.
Sedangkan pada gambar 2 (a, f, g, i, j) menurut siswa
tidak menyala karena tidak ada kabel yang menjadi
penghubung, dan letak ujung lampu tidak tepat pada
ujung baterai.
Ketika siswa mencoba membuktikan
ternyata gambar 2 (d) dapat menyalakan lampu,
meskipun ujung lampu diletakkan pada sekitar kutub
baterai..Karena arus mengalir dari ulir lampu yang
menempel di ujung baterai positif menuju ke kutub
negative baterai.
(a) (b)
Gambar 3.Gambar rangkaian untuk soal no 4.
(a)gambar teknis (b) susunan rangkaian
Memasuki tahap explaination, 19 siswa
menjelaskan lampu dapat menyala karena ada baterai
sebagai sumber energi dan kabel sebagai
penghubung.Dan 4 siswa lainnya menjelaskan lampu
dapat menyala hanya dengan baterai.
Berdasarkan analisa di atas, kegiatan
pembelajaran 2 dapat dirangkum seperti Tabel 3.
Tabel 3.Jumlah siswa yang dapat melakukan
prediction, observation, dan explaination dengan
jawaban benar pada kegiatan 2.
Tahap Siswa Persen (%)
Prediction 18 78
Observation 19 82
Explaination 21 91
Berdasarkan tabel 3, kegiatan 2 mengalami
peningkatan setiap tahapnya.Hal ini menunjukkan
bahwa pada tahap prediksi, siswa yang awalnya
belum mengetahui konsepnya dapat menjawab
prediksi dengan benar.Selanjutnya pada tahap
5
observation, yang tadinya ada siswa yang belum bisa
menjawab prediksi dengan benar dapat melakukan
percobaan.Peningkatan prosentase yang terjadi dari
tahap prediction ke tahap explaination menunjukkan
bahwa percobaan yang dilakukan pada tahap
observation berhasil mengubah konsep3 siswa yang
semula salah menjadi konsep yang benar.
Kegiatan 3, siswa diminta menjelaskan
syarat lampu dapat menyala dengan 2 baterai, dan 1
lampu.Langkahnya tidak jauh berbeda dengan
kegiatan 1 dan 2 hanya di bagian kegiatan 3
menggunakan 2 buah baterai dan 1 lampu. Sebelum
melakukan percobaan siswa harus memprediksikan
rangkaian mana yang dapat menyalakan lampu pada
lembar kerja siswa yang disediakan. Dari 23 siswa,
hanya 15 siswa yang dapat memprediksikan gambar
rangkaian yang menggunakan 1 lampu dan 2 baterai
dari sepuluh gambar yang disediakan oleh guru
dengan benar. Kemudian siswa berkumpul dalam
kelompok untuk mencoba membuktikan masing-
masing gambar.Dari 10 gambar yang ada, yang dapat
membuktikan susunan rangkaian yang dapat
menyalakan lampu hanya 17 siswa dan 6 siswa
lainnya belum dapat membuktikan.Ada 4 susunan
rangkaian yang dapat menyalakan lampu dan 6
rangkaian yang tidak bisa menyalakan lampu seperti
pada gambar 4.
(a)
(b)
Gambar 4. (a) susunan rangkaian yang dapat
menyalakan lampu, (b) susunan rangkaian yang tidak
dapat menyalakan lampu.
Di kegiatan 3 ini, beberapa siswa
mengalami kesulitan dalam menyusun
rangkaian.Salah satu penyebabnya ada gambar
rangkaian yang menggunakan 3 kabel.Padahal dalam
kegiatan 3, siswa hanya diminta agar dapat
menjelaskan rangkaian jika menggunakan 2 baterai, 2
kabel, dan 1 lampu. Maka dari itu pada tahap
explaination, hanya 18 siswa yang dapat
menjelaskan syarat lampu dapat menyala dan 5 siswa
belum dapat menjelaskan syarat lampu dapat menyala
jika menggunakan 2 baterai, 2 kabel, 2 lampu. Maka
dari itu kegiatan 3 diperbaiki kembali di siklus
2.Berdasarkan hasil analisa di atas, kegiatan
pembelajaran 3 dapat disimpulkan seperti pada Tabel
4.
Tabel 4. Jumlah siswa yang dapat melakukan
prediction, observation, dan explaination pada
kegiatan 3
Tahap Siswa Persen (%)
Prediction 15 65
Observation 17 75
Explaination 18 78
Berdasarkan tabel 4, karena hasil predictin
observation explaination masih ≤ 75%, maka
kegiatan pembelajaran 3 diperbaiki agar mencapai
target yang diinginkan. Walaupun pada setiap
tahapnya terjadi peningkatan, tetapi pada tahap
prediksi hanya 15 siswa yang dapat melakukan
prediksi dengan benar. Hal ini akan berpengaruh pada
tahap selanjutnya, karena mungkin 2 siswa yang
dapat melakukan observation belum tentu menguasai
konsepnya.
Siklus 2
Keberhasilan siswa pada kegiatan 3 di siklus
1 belum mencapai target karena hanya 15 siswa yang
dapat menyusun rangkaian dengan menggunakan 2
baterai dan 1 lampu. Pada siklus 2, perlakuan yang
diberikan pada kegiatan 3 tidak jauh berbeda dengan
di siklus 1.Tahap prediction siswa diminta untuk
mengisi lembar kerja yang sudah disediakan.Sedikit
berbeda dengan siklus 1, selain menjawab siswa juga
memberikan alasan mengapa pada rangkaian tersebut
dapat menyala dan tidak dapat menyala.
Dari 23 siswa yang dapat sebanyak 20 siswa
dengan alasan bahwa lampu dapat menyala karena
ada baterai sebagai sumber energi, kabel sebagai
penghubung.Masuk pada tahap observation, siswa
masuk dalam kelompok kecil untuk membuktikan
apakah prediksinya benar atau salah.Dari percobaan
yang dilakukan 22 siswa berhasil membuktikan
bahwa prediksinya benar.Selain hanya menjawab
lembar kerja siswa yang disediakan siswa juga
menjelaskan secara singkat mengapa rangkaian tidak
menyala dan dapat menyala. Dari 23 siswa, 12 siswa
menjawab bahwa lampu dapat menyala karena ada
baterai dan kabel penghubung dan 10 siswa
menjawab bahwa lampu dapat menyala jika ujung
lampu dihubungkan pada kutub baterai dan ulirnya
dihubungkan pada kutub baterai yang lain.
Tahap terakhir kegiatan ini yakni tahap
explaination, siswa diminta untuk menjelaskan
lampu-lampu mana saja yang dapat menyala dan
tidak dapat menyala. Siswa menjelaskan dengan
presentasi di depan kelas dengan membuktikan
rangkaiannya menyala atau tidak. Pada tahap ini, 22
siswa dapat menjelaskan syarat lampu dapat menyala
jika ada baterai, kabel, dan ujung lampu diletakkan
dengan salah satu kutub baterai sedangkan ulir
lampunya diletakkan dengan kutub baterai yang
berbeda.Selain itu, beberapa kelompok mencoba
menambahkan baterai pada rangkaian dan ternyata
6
ketika baterai ditambah nyala lampu semakin
terang.Siwa dapat mengeksplorasi ide-ide yang
sifatnya divergen lateral. Hal ini ditunjukkan bahwa
pada siklus 2 di kegiatan 3 siswa mencoba
menghubungkan baterai, kabel, lampu dengan
pegangan payung beranggapan bahwa lampu dapat
menyala. Awalnya lamp tidak dapat menyala karena
kutub negative baterai tidak menempel. Setelah siswa
menemukan cara lain, siwa kembali mencoba dan
hasilnya lampu dapat menyala. Hal ini malah tidak
terfikirkan oleh guru saat mengajar.Untuk itu model
pembelajarn POE merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih kreatif
dan inovatif.Berdasarkan hasil analisa di atas,
kegiatan pembelajaran 3 pada siklus 2 dapat
disimpulkan seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah siswa yang dapat melakukan
prediction, observation, explaination pada kegiatan 3
siklus 2
Tahap Siswa Persen (%)
Prediction 20 87
Observation 22 96
Explaination 22 96
Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa,
ada tujuh aspek yang diamati yaitu :
(A) memperhatikan penjelasan guru, (B) duduk
tenang saat kegiatan diskusi sedang berlangsung,
(C) kerja kelompok aktif dan terarah, (D) bertanya
tentang hal yang kurang dimengerti, (E) mampu
menerima pendapat maupun sanggahan dari teman,
(F) menyelesaikan tugas secara kelompok dan
(G) membuat catatan hasil diskusi. Skala kriteria
pengamatan sebagai berikut 1 : kurang baik, 2 :
cukup baik, 3 : baik, dan 4 : sangat baik. Kriteria
keaktifan siswa
a. 77-85 : Sangat Aktif (SA)
b. 68-76 : Aktif (A)
c. 59-67 : Cukup Aktif (CA)
d. 50-58 : Kurang Aktif (KA)
Dimana penilaian untuk keaktifan siswa
dengan rumus
Dari penilaian keaktifan tiap siswa pada
siklus 1 dan berdasarkan kriteria keaktifan di atas
diperoleh hasil seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Keaktifan Siswa Siklus 1
No Kriteria Jumlah siswa Ket
1 77-85 0
2 68-76 6 Aktif
3 59-67 12 Cukup Aktif
4 50-58 5 Kurang Aktif
Dari tabel di atas, keaktifan sebagian besar
siswa pada siklus 1 baru mencapai cukup aktif
saja.Jika dihitung rata-rata keaktifan siswa dalam satu
kelas sebanyak 61% dengan demikian belum
mencapai kriteria yang ditentukan.Untuk itu pada
siklus 2 penilaian keaktifan siswa diulang kembali.
Dari penilaian keaktifan tiap siswa pada
siklus 2 dan berdasarkan kriteria keaktifan di atas
diperoleh hasil seperti pada Tabel 7
Tabel 7. Keaktifan Siswa siklus 2
No Kriteria Jumlah siswa Ket
1 77-85 1 Sangat Aktif
2 68-76 17 Aktif
3 59-67 5 Cukup Aktif
4 50-58 0
Karena pemahamn siswa lebih baik dari
siklus 1 maka dalam siklus 2 ini siswa lebih percaya
diri dan lebih berani dalam melakukan kegiatan dan
menjelaskan.Pada siklus 2 aspek keaktifan dapat
tercapai sesuai kategori sebanyak 18 siswa.Jika
dihitung rata-rata keaktifan siswa dalam satu kelas
pada siklus 2 sebanyak 82% dengan demikian telah
mencapai kriteria yang ditentukan.
Pemahaman materi yang baik akan
menjadikan hasil belajar yang baik pula. Berdasarkan
hasil penelitian rata-rata ketuntasan hasil belajar
siswa pada 3 kegiatan mengalami peningkatan dari
79% menjadi 86%.Selain ketuntasan belajar
prosentase keaktifan siswa juga meningkat dari 61%
menjadi 82. Dari penelitian didapatkan bahwa
penggunaan metode pembelajaran POE mampu
meningkatkan pemahaman siswa dan kreatifitas
siswa.
PENUTUP
Simpulan
Dari penelitian yang telah dibuat dapat
disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran POE
dapat meningkatakan pemahaman dan keaktifan
siswa. Guru juga dapat mengikuti perkembangan
pemahaman siswa sejak dari predictin observation,
sampai explaination. Melalui observasi, siswa dapat
melakukan percobaan secara langsung dan dapat
mengeksplorasi ide-ide siswa yang sifatnya divergen
lateral.
Saran
Berdasarkan kesimpulan maka dapat dikemukakan
saran sebagai berikut :
7
1. Dalam penerapan model pembelajaran POE
dengan metode discovery learning, guru
sebaiknya pandai dalam mengelola waktu
sehingga pembelajaran dapat berlangsung
efisien.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
penggunaan model pembelajaran POE dengan
metode discovery learning pada pokok bahasan
yang lain.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Didie
Yunanto S.Pd, selaku wali dan guru kelas VI SDN
Derekan yang senantiasa membimbing dan
membantu kelancaran penelitian dan semua pihak
yang belum dapat penulis sebutkan satu-persatu yang
telah memberikan bantuan dalam penyusunan artikel
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan
Kelas, Jakarta: Bumi Angkasa.
Desi Nur Anisa, Mohammad Masykuri, Sri Yatimah.
Pengaruh model pembelajaran POE
(predict,observe, and explain) dan sikap ilmiah
terhadap prestasi belajara siswa pada materi
asam basa, dan garam kelas VII Semester 1
SMPN 1 Jaten tahun peajaran 2012/ 2013.
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), vol 2, No 2.
Program Pendidikan Kimia. Universitas Sebelas
Maret.
Domi.Mengupayakan perubahan konsep Fisika
menggunakan strategi POE (Prediction
Observatio Explanation), 2008.
Hergenhann B. R, Matthew H. Olson, 2008, Theories
Of Learning (Teori Belajar), Edisi Ketujuh,
Jakarta: Kencana.
Lapono, Nabisi. 2010. Belajar dan Pembelajaran SD.
Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
M. P. Restami, K. Suma, M. Pujani. Pengaruh model
pembelajaran POE (PREDICT-OBSERVE-
EXPLAINT) terhadap pemahaman konsep fisika
dan sikap ilmiah ditinjau dari gaya belajar
siswa, e journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi
IPA vol 3, 2013.
N. Pt. Evi Yupani, N. Nyn Garminah, L Pt Putrini
Mahadewi. Pengaruh model pembelajaran
PREDICT-OBSERVE- EXPLAINT (POE)
berbantuan materi bermuatan kearifan lokal
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV.
Petter Hubber.POEs, Post Boxes and IAIs.Science
Teacher Association of Victoria Physics
Teacher’ Annual Conference, Monash
University, Victoria, 2005.
Riska Lebdiana, Sulhadi, Nathan Hindarto.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Materi
Suhu dan Kalor Berbasis POE (predict observe
explain) untuk Meremidiasi Miskonsepsi Siswa.
Unnes Physics Education Journal (UPEJ), vol
4, no 3, 2015, Program Fisika, FMIPA,
Universitas Negeri Semarang.
Siti Rahayu, AT Widodo, Sudarmin. Pengembangan
perangkat pembelajaran model POE berbantuan
media “I Am A Scientist”. Innovative journal of
Curiculum and Education Technology 2 (1)
(2013).
Sudjana, Nana. 2008, Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar, Bandung: Rosdakarya.
Suparno, Paul SJ. 2013, Metodologi Pembelajaran
Fisika Konstruktivistik & Menyenangkan,
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Suyitno A dan Salam Rachmadi A. 2010, Ilmu
Pengetahuan Alam, Bogor: Yudistira
Zuziwe Mthembu. Using the Predict- Observe-
Explain Technique to Enhance the Students’
Understanding of Chemical Reactions (Short
Report on pilot study), 2001.
LAMPIRAN