IMPLEMENTASI MODEL CREDITRISK+ DALAM MENGUKUR...
Transcript of IMPLEMENTASI MODEL CREDITRISK+ DALAM MENGUKUR...
IMPLEMENTASI MODEL CREDITRISK+ DALAM MENGUKUR POTENSI
KERUGIAN PEMBIAYAAN KPR BRISYARIAH IB DAN STRATEGI MITIGASI
( Studi Pada BRI Syariah KC Abdul Muis Jakarta)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
WISNU FITRIANTO
NIM: 1110046100055
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H / 2014 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang belaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 14 Agustus 2014
Wisnu Fitrianto
iii
ABSTRAKSI
Wisnu Fitrianto, 1110046100055, “Implementasi Model Creditrisk+ dalam
Mengukur Potensi Kerugian Pembiayaan KPR BRISyariah IB dan Strategi
Mitigasi ( Studi Pada BRI Syariah KCI Abdul Muis Jakarta)”, Program Strata I,
Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian ini membahas tentang penerapan metode creditrisk+ untuk
menghitung potensi kerugian dan kecukupan modal (economic capital) pada
pembiayaan KPR BRISyariah IB yang disalurkan oleh Bank BRI Syariah Kantor
Cabang Abdul Muis Jakarta serta strategi mitigasi risiko yang dilakukan untuk
menghadapi risiko pembiayaan yang terjadi. Metode creditrisk+ merupakan metode
untuk melihat risiko pembiayaan dengan input data annual report dan data
outstanding debitur.
Proses pengolahan data menggunakan metode creditrisk+ dapat dilakukan
melalui beberapa tahapan, antara lain : menentukan eksposur awal dan menentukan
probability of default berdasarkan PPAP yang diatur dalam PBI NO. 13/13/PBI/2011,
menghitung recovery rate dan riil loss, menghitung expected loss dan expected loss
individual berdasarkan eksposur at default, menentukan n-default dengan poisson
distribution, menghitung unexpected loss, serta menghitung economic capital.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama, diperoleh nilai potensi
kerugian yang tidak terduga (Unexpected Loss) sebesar Rp. 2.744.452.762,04. Kedua,
diperoleh nilai Economic Capital sebesar Rp. 487.955.914,04 yang masih mampu
dicover oleh kecukupan modal yang dimiliki bank. Ketiga, Strategi mitigasi risiko
pembiayaan KPR BRI Syariah IB yang telah dilakukan oleh Bank BRI Syariah KC
Abdul Muis Jakarta antara lain melakukan study kelayakan debitur, pembentukan
PPAP berdasarkan PBI NO. 13/13/PBI/2011, penerapan kebijakan uang muka,
kerjasama dengan perusahaan asuransi, pengikatan asset sebagai jaminan, serta
eksekusi jaminan.
Kata Kunci : KPR, Risiko,Creditrisk+, Expected Loss,Unexpected Loss , Economic
Capital, Mitigasi Risiko
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya tanpa
jemu. Sesungguhnya, hanya karena kemurahan hati-Nya lah sehingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan Rasulullah saw beserta seluruh keluarga, sahabat, dan
juga ummatnya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari terdapat banyak
kendala yang menghambat langkah penulis untuk merampungkan skripsi ini. Namun,
berkat bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Phil. J.M. Muslimin, MA., sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H., sebagai Ketua Prodi Muamalat
(Ekonomi Islam) dan Abdurrauf, MA., sebagai Sekretaris Prodi Muamalat
(Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. M. Zainul Arifin , sebagai Dosen Pembimbing Akademik Penulis.
4. Ir. RR. Tini Anggraeni, ST, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis
yang telah memberi arahan, saran, dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
5. Segenap pihak BRI Syariah KC Abdul Muis Jakarta yang telah bersedia
meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membantu penulis
v
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai,
hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap staff akademik dan staff perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Orang tua tercinta Sutaji dan Ning Khoiyimah yang selalu membimbing dan
mendukung penulis baik moril maupun materiil tanpa pernah mengeluh dan
berputus asa tetap memberikan motivasi kepada penulis dalam kondisi senang
maupun susah.
9. Adik-adik tersayang, Moh. Andri Sutanto, Emi Faiziah Sutanti dan M. Adnan
Ramadhan yang turut memberikan kontribusi dan motivasi bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga Besar Hj. kedah dan Keluarga Besar Mbah Ketang, Kakek - Nenek,
budhe-pakdhe,sepupu-sepupu penulis tercinta yang terus mendukung Penulis
dalam menyelesaikan studi ini.
11. Sahabat – sahabat terbaik penulis, Dono Satrio dan M. Fazlurrahman Syarif
yang sama-sama berjuang dengan penulis dalam susah dan senang selama
proses perkuliahan hingga akhir.
12. Teman-teman Mahasiswa jurusan Perbankan Syariah kelas A angkatan 2010,
yang selalu membantu dan menemani penulis selama masa perkuliahan
berlangsung. Menjalani susah senang bersama menanggung beban bersama
vi
seperti keluarga sendiri yang saling mendukung satu sama lain untuk tetap
teguh mencapai cita-cita kita.
13. Teman-teman COINS Fighters, Bang Jhon, Bang Syam, Bang Tohir, Bang
Alvin, Bang Idham, zaki halim, eko, ipul, ucup,dll yang menjadi teman share
dan kajian selama masa perkuliahan.
14. Teman-teman BEM Fakultas Syariah dan Hukum yang bersama-sama
berjuang menjaga dan mengisi kegiatan-kegiatan di Fakultas Syariah dan
Hukum.
15. Dan akhirnya, semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian
skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih. Semoga
segala kebaikan yang tulus dari semua pihak dapat diterima oleh Allah SWT
serta mendapatkan pahala yang berlipat dari-Nya.
Kiranya skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun kritik dan saran dari
para pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaannya. Besar harapan penulis
agar skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi bagi penulis dan
masyarakat seluruhnya.
Jakarta, 14 Agustus 2014
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ ii
ABSTRAKSI ........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5
C. Batasan Masalah ........................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ........................................................................ 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 6
F. Review Study Terdahulu .............................................................. 8
G. Kerangka Konseptual ................................................................... 10
H. Sistematika Penulisan .................................................................. 10
BAB II: TINJAUAN TEORITIS
A. Pembiayaan KPR Syariah ............................................................. 13
B. Risiko Pada Bank Syariah ............................................................. 19
C. Risiko Pembiayaan ........................................................................ 23
D. Tujuan Pembiayaan ....................................................................... 27
E. Analisis Pembiayaan ..................................................................... 28
F. Manajemen Risiko ........................................................................ 37
G. Mitigasi Risiko .............................................................................. 43
viii
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ................................................................... 46
B. Jenis Penelitian .............................................................................. 46
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 46
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 47
E. Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 48
BABIV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan ...................................................... 54
B. Mengukur Potensi Kerugian dengan Metode Creditrisk+ ............ 74
C. Strategi Mitigasi Risiko Pembiayaan KPR BRISyariah IB .......... 84
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 87
B. Saran .............................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Financing To Value pembiayaan KPR
Tabel 2.1 Kualitas Pembiayaan
Tabel 2.2 Rasio NPF
Tabel 3.1 Probability of Default
Tabel 4.1 Probability of Default
Tabel 4.2 Penentuan eksposur awal dan probability of default
Tabel 4.3 Penentuan nilai recovery rate dan riil loss
Tabel 4.4 Expected loss pada band 100 juta
Tabel 4.5 Expected Loss Individual Band 100 juta
Tabel 4.6 Penentuan n-default dengan Distribusi Poisson
Tabel 4.7 Unexpected Loss Band 10 juta
Tabel 4.8 PBI NO. 13/13/PBI/2011 tentang penilaian kualitas aktiva bagi bank
umum syariah dan unit usaha syariah
Tabel 4.9 Financing To Value pembiayaan KPR
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 DPK Bank BRI Syariah 2010-2013
Gambar 4.2 FDR Bank BRI Syariah 2010-2013
Gambar 4.3 NPF BRI Syariah 2010-2013
Gambar 4.4 Penyaluran pembiayaan Bank BRI Syariah 2013
Gambar 4.5 Penyaluran pembiayaan konsumer BRI Syariah 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang tinggi berbanding lurus dengan
peningkatan kebutuhan tempat tinggal. Hal ini mengakibatkan permintaan akan
kepemilikan rumah dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang
signifikan. Permintaan rumah yang signifikan ini pada akhirnya diantisipasi oleh
perbankan dengan melahirkan suatu sistem yang biasa disebut dengan Kredit
Pemilikan Rumah (KPR). Kredit Pemilikan Rumah atau biasa disebut KPR
merupakan salah satu langkah bank untuk memberikan kemudahan kepada
masyarakat untuk dapat membeli rumah dengan cara cicilan.1 Bahkan bank
bekerjasama dengan pemerintah dalam memberikan pembiayaan KPR bersubsidi
yang ditujukan kepada masyarakat menengah kebawah agar dapat memiliki
rumah sendiri.
KPR merupakan perwujudan dari peranan bank sebagai intermediary, dan
peranan sebagai intermediary ini tidak hanya ada pada bank konvensional,
melainkan juga terdapat pada bank syariah. Bedanya, bank syariah dalam
melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga (interest free).2 KPR
1 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Ed. Rev. Cet. 6, ( Jakarta : Kencana,
2011), hlm 61. 2 Sutan Remy Sjahdaini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam tata Hukum Perbankan
Indonesia, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1999), hlm. 4.
2
tergolong dalam jenis kredit konsumsi, yaitu kredit jangka pendek atau panjang
yang diberikan kepada debitur untuk membiayai barang-barang kebutuhan atau
konsumsi dalam skala kebutuhan rumah tangga yang pelunasannya dari
penghasilan bulanan nasabah debitur yang bersangkutan.
Seiring berkembangnya pembiayaan KPR, Bank Konvensional maupun
Bank Syariah menawarkan produk-produk pembiayaan KPR dengan mekanisme
yang berbeda-beda sesuai kebutuhan nasabah. Hal ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan kepada nasabah dalam menentukan kebutuhan rumah
sesuai kemampuan finansialnya. Kemudahan yang diberikan bank dalam
memenuhi salah satu kebutuhan primer manusia ini mendapatkan respon positif
dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan yang signifikan terhadap
permintaan pembiayaan KPR baik di Bank Konvensional maupun Bank Syariah.
Statistik Perbankan Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada bulan
september 2013 menunjukkan bahwa periode april 2012 sampai september 2013,
permintaan pembiayaan KPR yang disetujui mengalami peningkatan sekitar 30%.
Dimana NPL dari pembiayaan pada periode yang sama juga mengalami
peningkatan sekitar 50%.3 Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan KPR juga
mempunyai potensi risiko yang cukup besar bagi bank.
Tingginya kredit pembiayaan KPR di Indonesia membuat BI menerapkan
aturan LTV (Loan to Value) atau FTV (Financing to Value) untuk lebih
3 Bank Indonesia, Laporan Statistik Perbankan Indonesia September 2013, (Jakarta : Bank
Indonesia, 2013), hlm. 134.
3
meningkatkan aspek prudential bank dalam melakukan penyaluran kredit.
Kebijakan LTV pada pembiayaan KPR dan KPP pada awalnya diterapkan pada
bank konvensional, yaitu pada 15 juni 2012 yang kemudian disusul oleh bank
syariah pada bulan april 2013. Pada saat bank konvensional mematuhi aturan
uang muka minimal 30% untuk pembiayaan KPR, bank syariah mengalami
peningkatan yang signifikan selama beberapa bulan karena masih terbebas dari
aturan LTV. Bahkan pada bulan april 2013 banyak bank syariah yang belum
mematuhi aturan tersebut sampai dikeluarkannya Surat edaran BI No.
15/40/DKMP tanggal 24 September 2014. Surat edaran ini menjelaskan bahwa
bank syariah wajib mematuhi ketentuan uang muka yang bisa dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 1.1 Financing To Value pembiayaan KPR
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/40/DKMP tanggal 24 September 2013
Permintaan pembiayaan KPR Syariah yang sangat tinggi sebelum
diterapkannya Surat Edaran BI tersebut berbanding lurus dengan peningkatan
potensi kerugian dalam pembiayaan KPR ini. Sehingga bank perlu melakukan
strategi untuk menghadapi kemungkinan potensi kerugian yang akan timbul
4
dalam pembiayaan KPR tersebut. Salah satu bank syariah yang menawarkan
produk KPR Syariah adalah Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS). BRIS atau
biasa dikenal dengan sebutan BRI Syariah ini merupakan akuisisi dari PT. Bank
Rakyat Indonesia, Tbk terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan
setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui
suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.
Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Aktivitas PT. Bank BRISyariah
semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan
Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke
dalam PT. Bank BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1
Januari 2009.4 BRI syariah juga memiliki berbagai macam fitur pembiayaan, baik
skala mikro maupun makro. Dalam hal pembiayaan KPR Syariah, BRI Syariah
memiliki produk andalan yang bernama KPR BRISyariah IB yang didirikan
atasnya dasar tingginya permintaan kredit perumahan di Indonesia.
KPR BRISyariah IB dari BRI Syariah merupakan produk pembiayaan kpr
berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan akad murabahah (jual-beli).
Produk ini menawarkan pembiayaan perumahan dengan plafond berkisar antara
25 juta sampai 3,5 milliar.5 Selain proses pembiayaan dan administrasi yang
mudah, KPR BRISyariah IB juga menawarkan uang muka yang ringan serta
margin yang kompetitif. Oleh karena itu KPR BRISyariah IB menjadi produk
4 PT Bank BRI Syariah Tbk, “About BRI Syariah”, artikel diakses tanggal 17januari 2014
dari http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah 5PT Bank BRI Syariah Tbk, “KPR BRISyariah IB”, artikel diakses tanggal 17januari 2014
dari http://www.brisyariah.co.id/?q=kpr-brisyariah-ib
5
andalan BRI Syariah dalam mengantisipasi tingginya permintaan kepemilikan
rumah dari tahun ke tahun.
Tingginya permintaan pembiayaan perumahan dari tahun ke tahun
berbanding lurus dengan tingginya risiko gagal bayar yang dicerminkan dalam
peningkatan NPL. Hal ini juga menjadi pertimbangan BRI Syariah dalam
mengatur pembiayaan KPR BRISyariah IB. Peningkatan risiko kredit perlu
ditunjang oleh kualitas manajemen risiko kredit yang baik untuk mengantisipasi
dan mengurangi potensi kerugian yang akan dihadapi oleh bank. Identifikasi dan
analisis manajemen risiko kredit sangat penting dan berguna sebagai salah satu
input alternatif dalam perumusan strategi tata kelola risiko kredit. Bagaimana
kualitas manajemen dalam menghadapi kuantitas risiko pembiayaan KPR
BRISyariah IB pada BRI Syariah yang berpotensi menimbulkan kerugian.
Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan-permasalahan yang diuraikan
diatas, penulis merasa penting untuk melakukan penelitian yang berjudul “
Implementasi Model Creditrisk+ dalam Mengukur Potensi Kerugian
Pembiayaan KPR BRISyariah IB dan Strategi Mitigasi ( Studi Pada BRI
Syariah KC Abdul Muis Jakarta)”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah diperlukan untuk memaparkan permasalahan yang
ada pada objek yang akan diteliti sebelum dibuat pembatasan dan perumusannya,
antara lain:
6
1. Mekanisme produk pembiayaan KPR yang semakin variatif
2. Peningkatan permintaan akan kepemilikan rumah dengan sistem pembiayaan
KPR yang signifikan berbanding lurus dengan peningkatan NPL.
3. Plafond pembiayaan yang diperuntukkan pada pembiayaan KPR BRISyariah
IB maksimal mencapai angka Rp 3,5 miliar memiliki potensi kerugian yang
tinggi.
4. Jangka waktu pembiayaan yang sangat lama, yaitu 15 tahun.
5. Nasabah yang mengajukan pembiayaan mempunyai latar belakang dan tujuan
yang variatif.
6. Diperlukan pencadangan kerugian dengan nilai yang sesuai dengan potensi
kerugian, sehingga produk pembiayaan KPR BRISyariah IB dapat terus
bertahan dan tumbuh dalam industri keuangan.
7. Strategi mitigasi sebagai pengurang potensi kerugian sebelum kerugian
terjadi.
C. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penulisan dan memudahkan analisa, maka penulis
perlu membuat batasan-batasan masalah. Batasan-batasan dalam penulisan ini
membahas tentang seberapa besar potensi kerugian yang mungkin dihadapi pada
pembiayaan KPR BRISyariah IB pada BRI Syariah KCI Abdul Muis Jakarta
sehingga dapat menerapkan kebijakan-kebijakan sebagai mitigasi risiko yang
terjadi.
7
D. Rumusan Masalah
Adapun secara spesifik rumusan masalah yang akan diteliti dan dikaji
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana potensi kerugian produk pembiayaan KPR BRISyariah IB pada
BRI Syariah KCI Abdul Muis Jakarta ?
2. Bagaimana kecukupan modal yang dimiliki BRI Syariah KC Abdul Muis
Jakarta untuk menanggung potensi kerugian yg terjadi ?
3. Bagaimana strategi mitigasi risiko produk pembiayaan KPR BRISyariah IB
pada BRI Syariah KCI Abdul Muis Jakarta ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini adalah:
a. Mengukur potensi kerugian pada produk pembiayaan KPR BRISyariah IB
pada BRI Syariah KC Abdul Muis Jakarta.
b. Menghitung kecukupan modal yang dimiliki BRI Syariah KC Abdul Muis
Jakarta untuk menanggung potensi kerugian yg terjadi.
c. Mengetahui bentuk strategi mitigasi risiko pembiayaan pada produk
pembiayaan KPR BRISyariah IB pada BRI Syariah KC Abdul Muis
Jakarta.
8
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini diantaranya adalah:
a. Akademisi, baik mahasiswa maupun dosen, penelitian ini sangat
bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan sebagai wujud
kontribusi positif dan dedikasi yang dapat penulis berikan terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan.
b. Praktisi, untuk menambah literatur manajemen dan strategi mitigasi risiko
agar dapat dikembangkan sebaik mungkin.
c. Masyarakat, untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
bagaimana manajemen dan strategi mitigasi risiko pada pembiayaan KPR
yang dilakukan oleh pihak BRI Syariah KC Abdul Muis Jakarta.
F. Review studi Terdahulu
Dalam penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang
berkaitan dengan penelitian yang dijalankan sekalipun arah tujuan yang diteliti
berbeda. Dari penelitian ini, peneliti menemukan beberapa sumber kajian lain
yang telah lebih dahulu membahas terkait dengan analisis potensi kerugian
dengan metode creditrisk+, diantaranya adalah:
No Nama
Penulis/Judul/Tahun Substansi
Perbedaan dengan
penulis
1 Ani Meilani/
Penerapan Metode
Creditrisk+ dalam
Pengukuran Risiko
Kredit Kendaraan
Bermotor (Kasus pada
Pada penelitian ini, data inti
yang digunakan untuk
menghitung potensi kerugian
berasal dari data time series.
Selain itu juga terdapat
beberapa tes untuk mengetahui
Dalam penelitian ini,
penulis tidak melakukan
berbagai test karena
tujuan dari penelitian
hanya menganalisis
potensi kerugian yang ada.
9
PT X)/ Jurnal
Organisasi dan
Manajemen, vol. 6 no.
2, Fakultas Ekonomi
Universitas
Terbuka,2010.
keakuratan metode creditrisk+
yang dilakukan. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat
apakah metode creditrisk+
cukup tepat untuk duterapkan
pada perusahaan yang diteliti
dengan berbagai uji
diantaranya uji Backtesting
dan Loglikelihood Ratio.
Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui
seberapa besar potensi
kerugian yang dialami dan
strategi mitigasi yang
dilakukan perusahaan
untuk menangani potensi
kerugian yang ada.
2 Yudia Yustine,dkk/
Pengukuran
Probabilitas
Kebrangkutan dan
Valuasi Obligasi
Korporasi dengan
Metode Creditrisk+/
jurnal Gaussian, vol. 1
no. 1, Jurusan
Statistik FMS
Universitas
Diponegoro, 2012
Pada penelitian ini, penelitian
menggunakan metode yang
dikembangkan dari Creditrisk+
dan diimplementasikan pada
obligasi untuk menilai potensi
kerugian dari harga dan nilai
obligasi di PT. Berlian Laju
Tanker Tbk. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menentukan
probabilitas kebangkrutan dan
valuasi obligasi pada PT.
Berlian Laju Tanker Tbk.
Dalam penelitian ini,
penulis akan membahas
tentang perhitungan
potensi kerugian yang
terjadi pada produk
pembiayaan KPR
BRISyariah IB pada BRI
Syariah KC Abdul Muis
Jakarta dan strategi
mitigasinya. Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui potensi
kerugian dan strategi
mitigasi pada pembiayaan
KPR BRISyariah IB di
BRI Syariah KC Abdul
Muis Jakarta.
3 Stephanie Hendistya
Sutono /Potensi
Kerugian Pembiayaan
Komersial dengan
Menggunakan Metode
Creditrisk+ dan
Kecukupan Modal
Beserta Strategi
Mitigasinya (Studi
Pada Multifinance
Syariah PT Al Ijarah)/
Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta,2013.
Pada penelitian ini, penulis
membahas tentang potensi
kerugian pembiayaan
komersial pada PT Al Ijarah
dengan melihat kecukupan
modal yang ada di perusahaan
tersebut. Penelitian ini terfokus
pada objek pembiayaan
komersila yang disalurkan oleh
PT Al-Ijarah
Dalam penelitian ini,
Penulis akan membahas
tentang analisis potensi
kerugian pada pembiayaan
KPR BRISyariah IB di
BRI Syariah KC Abdul
Muis Jakarta. penelitian
ini dilakukan untuk
mengetahui seberapa
besar potensi kerugian
yang dialami dan strategi
mitigasi yang dilakukan
bank untuk menangani
potensi kerugian yang ada.
10
G. Kerangka konseptual
Model Creditrisk+ adalah model distribusi dari risiko portofolio untuk
mencari probabilitas calon debitur yang gagal bayar dalam satu periode yang
dinyatakan dengan poisson distribution. Model ini dapat digunakan untuk mengukur
potensi kerugian dalam suatu pembiayaan yang disalurkan, baik kerugian yang
INPUT Data Eksposur dan Probability Default
nasabah kolektibilitas 3 – 5 tahun 2011-2013
Model Creditrisk+
Step 1.
Pengelompokan Exposure dalam kelas & band dan
Menghitung Probability Default
Step 2.
Penghitungan Recovery Rate dan Riil Loss
Step 3.
Perhitungan Expected Loss dan Expected Loss Individual
Step 4.
Penentuan n-default dengan poisson distribution
Step 5.
Penentuan Unexpected Loss
Step 6.
Perhitungan Economic Capital
OUTPUT Potensi Kerugian
Data Pembiayaan
KPR IB BRISyariah
Strategi Mitigasi
Risiko
11
terekspektasi ( Expected Loss) maupun kerugian yang tidak diharapkan ( Unexpected
Loss).
Untuk mengukur potensi kerugian dengan model Creditrisk+ ada 6 tahapan
yang harus dilakukan, meliputi : Pengelompokan Exposure dalam kelas dan band
serta Menghitung Probability Default, Penghitungan Recovery Rate dan Riil Loss,
Perhitungan Expected Loss dan Expected Loss Individual, Penentuan n-default
dengan poisson distribution, Penentuan Unexpected Loss, dan perhitungan Economic
Capital. Dari tahapan-tahapan tersebut diperoleh hasil berupa potensi kerugian yang
dapat ditanggung oleh pihak BRI Syariah KC Abdul Muis Jakarta dalam
menyalurkan pembiayaan KPR.
Dengan demikian, dari hasil perhitungan potensi kerugian yang diperoleh
dengan model Creditrisk+ ini, BRI Syariah KC Abdul Muis Jakarta dapat
mempersiapkan dan menerapkan strategi mitigasi risiko sesuai dengan potensi
kerugian yang timbul. Sehingga BRI Syariah KC Abdul Muis jakarta dapat
melakukan evaluasi dalam menerapkan strategi manajemen risiko pada saat
menyalurkan pembiayaan.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman Penulisan
Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah
dan Hukum tahun 2012. Untuk mengetahui gambaran secara keseluruhan isi
penulisan dalam penelitian ini, penyusun menguraikan secara singkat sebagai berikut:
12
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan tentang masalah-masalah yang akan
diteliti, yakni mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian, review studi terdahulu, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini diuraikan tentang pembiayaan, pembiayaan KPR, risiko
pembiayaan, model creditrisk+, manajemen risiko.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dikemukakan ruang lingkup penelitian, data penelitian dan
metode yang digunakan untuk melakukan penelitian. analisis data menggunakan
metode deskriptif analisis dari hasil perhitungan metode CreditRisk+. Metode
deskriptif analisis adalah prosedur pemecahan yang diselidiki dengan
menggambarkan dan melukiskan keadaan subyek atau obyek (seseorang atau pada
suatu lembaga) saat sekarang dengan berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana
adanya.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum objek peneltiian,
perkembangan dan penyaluran pembiayaan pada produk pembiayaan KPR
BRISyariah IB pada BRI Syariah KC Abdul Muis Jakarta, perhitungan kerugian yang
ditanggung BRI Syariah KC Abdul Muis Jakarta pada produk pembiayaan KPR
13
BRISyariah IB, dan melihat bentuk strategi mitigasi risiko produk pembiayaan KPR
BRISyariah IB pada BRI Syariah KC Abdul Muis Jakarta.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan dari pembahasan dan saran-
saran yang dikemukakan dari pembahasan.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan KPR Syariah
1. Pengertian
Pada prinsipnya, Bank Syariah sama dengan perbankan konvensional,
yaitu sebagai instrumen intermediasi yang menerima dana dari orang-orang yang
surplus dana (dalam bentuk penghimpunan dana) dan menyalurkannya kepada
pihak yang membutuhkan (dalam bentuk produk pelemparan dana). Sehingga
produk-produk yang disediakan oleh bank-bank konvensional, baik itu produk
penghimpunan dana (funding) maupun produk pembiayaan (financing), pada
dasarnya dapat pula disediakan oleh Bank-bank Syari‟ah.
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan.6
Produk pembiayaan KPR yang digunakan dalam perbankan syari‟ah
memiliki berbagai macam perbedaan dengan KPR diperbankan konvensional. Hal
ini merupakan implikasi dari perbedaan prinsipal yang diterapakan perbankan
6 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, Yogyakarta: Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, 2005, h. 17.
15
syari‟ah dan perbankan konvensional, yaitu konsep bagi hasil dan kerugian (profit
and loss sharing) sebagai pengganti sistem bunga perbankan konvensional.
Dalam produk pembiayaan kepemilikan rumah ini, terdapat beberapa perbedaan
antara perbankan syari‟ah dan perbankan konvensional, di antaranya adalah;
pemberlakuan sistem kredit dan sistem markup, kebolehan dan ketidakbolehan
tawar menawar (bargaining position) antara nasabah dengan bank, prosedur
pembiayaan dan lain sebagainya. 7
KPR merupakan salah satu produk perbankan yang disediakan bagi
debitur untuk pembiayaan perumahan. Perumahan disini bukan dalam arti rumah
tempat tinggal pada umumnya, tetapi meliputi ruang untuk membuka usaha
seperti rumah toko (ruko) dan rumah kantor (rukan), serta apartemen mewah dan
rumah susun.8
Melalui pembiayaan KPR, kita tidak harus menyediakan dana seharga
rumah. Cukup memiliki uang muka tertentu, dan rumah idaman pun menjadi
milik kita. Kita bisa leluasa menempatinya karena meski masih mengangsur
rumah itu sudah menjadi rumah kita sendiri.9
Dari segi pengistilahan, untuk produk pembiayaan pemilikan rumah, perlu
dipikirkan suatu bentuk pengistilahan yang relevan. Karena istilah KPR
cenderung memunculkan asumsi terjadinya kredit, padahal dalam perbankan
7 Helmi Haris, “Pembiayaan Kepemilikan Rumah (Sebuah Inovasi Pembiayaan Perbankan
Syari‟ah)”, Jurnal Ekonomi Islam, I (Juli,2007), hlm. 115 8 Slamet Ristanto, op. cit. hlm. 20
9 Ibid. hlm. 11
16
syari‟ah tidak menggunakan sistem kredit. Untuk menghindari hal itu (tetapi tetap
menggunakan istilah KPR), beberapa Bank Syari‟ah (seperti BRI Syari‟ah)
memaknai KPR dengan ”Kepemilikan Rumah“. Dalam menjalankan produk
KPR, Bank Syari‟ah memadukan dan menggali akad-akad transaksi yang
dibolehkan dalam Islam dengan operasional KPR perbankan konvensional.
Adapun akad yang banyak digunakan oleh perbankan syari‟ah di Indonesia dalam
menjalankan produk pembiayaan KPR adalah akad murabahah, IMBT,
Musyarakah Mutanaqhisah (MMQ) dan isthisna‟.10
Dilihat dari berbagai macam pengertian pembiayaan KPR Syariah diatas,
dapat disimpulkan bahwa pembiayaan KPR Syariah adalah pembiayaan
kepemilikan rumah yang disalurkan oleh Bank Syariah, baik BUS maupun UUS
dengan akad-akad yang sesuai dengan ketentuan syariah dan diatur dalam fatwa
DSN MUI. Adapun akad-akad yang dapat digunakan dalam menyalurkan
pembiayaan KPR Syariah adalah akad murabahah, IMBT, Musyarakah
Mutanaqhisah (MMQ) dan isthisna‟.
2. Mekanisme KPR dengan akad Murabahah
Dalam praktek perbankan syari‟ah, murabahah selalu menggunakan jenis
al-bay’ bissaman ‘ajil atau muajjal (jenis pembayaran secara tangguh atau
cicilan). Jadi, murabahah merupakan transaksi jual beli, di mana bank bertindak
sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Akad jenis ini adalah salah satu
bentuk akad bisnis yang mencari keuntungan bersifat pasti (certainly return) dan
10
Helmi Haris, op. cit. hlm. 115-116
17
telah diketahui dimuka (pre-determiner return). Murabahah sendiri merupakan
penjualan sesuatu barang dengan harga asal dengan tambahan keuntungan
sejumlah yang disepakati bersama. Dengan sistem murabahah yang diterapkan
dalam pembiayaan KPR ini berarti pihak Bank Syari‟ah harus memberitahukan
harga perolehan atau harga asal rumah yang dibeli dari developer kepada nasabah
KPR Syari‟ah dan menentukan suatu tingkat keuntungan (profit margin) sebagai
tambahan.11
Diantara bank-bank di Indonesia yang menggunakan akad Murabahah
dalam pembiayaan KPR antara lain BNI Syariah, BSM (Bank Syariah Mandiri)
serta BTN Syariah.
Keterangan:
a. Pembuatan akad jual beli barang antara bank dan nasabah yang sekaligus
merupakan pemesanan barang oleh nasabah kepada bank
b. Pembuatan akad jual beli yang diikuti pelaksanaan pembayaran harga barang oleh
bank
c. Penjualan dan penyerahan hak kepemilikan barang oleh pemasok kepada bank
d. Penjualan barang + markup/margin & penyerahan hak kepemilikan oleh bank
kepada nasabah
e. Pengiriman barang secara fisik oleh pemasok kepada nasabah
11
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama & Cendekiawan, Jakarta: Bank
Indonesia, 1999, hlm. 21.
18
f. Pelunasan harga barang oleh nasabah kepada bank secara cicilan atau secara
sekaligus pada akhir waktu pelunasan
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa mekanisme pembiayaan
KPR dengan akad murabahah adalah akad transaksi jual beli rumah sebesar harga
perolehan rumah ditambah margin yang ditetapkan oleh para pihak, dimana Bank
Syariah menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada pembeli.
3. Rukun dan Syarat KPR Syari’ah yang menggunakan akad Murabahah.
Dalam semua pembiayaan Murabahah termasuk KPR, terdapat rukun yang
dikristalisasikan sebagai berikut:
a. Pihak yang berakad
1) Penjual
2) Pembeli
b. Objek yang diakadkan
1) Barang yang diperjualbelikan
2) Harga jual/keuntungan
c. Akad/ sighat
1) Serah (ijab) dan terima (qabul)12
Dengan mengacu pada akad murabahah, dapat disimpulkan syarat-syarat yang
harus dipenuhi dalam transaksi KPR Syari‟ah adalah sebagai berikut:
12
Tim PPS. IBI, Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari’ah, Jakarta:
Djambatan, 2003, hlm. 77.
19
a. Pihak bank harus memberitahukan biaya pembelian rumah kepada nasabah KPR
Syari‟ah.
b. Kontrak transaksi KPR Syari‟ah ini haruslah sah.
c. Kontrak tersebut harus terbebas dari riba.
d. Pihak Bank Syari‟ah harus memberikan kejelasan tentang rumah yang dijadikan
obyek transaksi KPR Syari„ah.
e. Penjual harus menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan proses perolehan
barang tersebut.13
Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat 3 rukun pembiayaan KPR berbasis
murabahah, yaitu pertama, pihak yang berakad meliputi penjual dan pembeli. Kedua,
objek yang diperjualbelikan meliputi barang yang diperjualbelikan dan harga jual.
Ketiga, akad atau sighat meliputi ijab (serah) dan qabul (terima).
4. Penentuan keuntungan pembiayaan KPR dengan akad Murabahah
Produk KPR Syari„ah merupakan salah satu produk pelemparan dana pada
Bank Syari‟ah, berdasarkan salah satunya akad murabahah, yang perolehan
keuntungan disebut margin atau mark-up yang bersifat tetap selama masa perjanjian
(certainly return).14
Karena besarnya keuntungan atau margin sudah diketahui sejak
awal, maka tinggi rendahnya dipengaruhi oleh tingkat keuntungan per satu kali
transaksi dan besarnya jumlah transaksi dalam satu periode.15
13
Syafi‟i Antonio, Bank Syari’ah; Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001,
hlm.102 14
Certainly return adalah perolehan keuntungan yang dapat dipastikan di awal kontrak 15
Adiwarman A. Karim, Op.Cit., hlm. 253.
20
Besarnya cicilan yang harus dibayar oleh nasabah KPR Syari‟ah adalah
bersifat tetap (tidak berubah) selama masa transaksi yang telah disepakati. Dengan
demikian, konseumen tidak terbebani fluktuasi suku bunga yang terus mengalami
perubahan. Meskipun suku bunga bergolak, cicilan KPR Syariah tetap sama.16
Bentuk keuntungan atau margin dalam pembiayaan KPR Syari‟ah adalah
dalam bentuk nominal rupiah, namun dapat juga dipersentasekan jika ingin
mengetahui berapa sebenarnya besarnya persentase margin dibandingkan harga
perolehan. Hal ini dapat dibenarkan karena transaksi murabahah adalah transaksi
yang obyeknya terdapat barang yang diperjualbelikan sehingga jenis transaksi ini
bentuk bisnis yang nyata pada sektor riil yang menciptakan nilai tambah (economic
value added).17
Dengan merujuk pada akad murabahah, penentuan harga atau keuntungan dan
angsuran dalam KPR Syari‟ah haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan berikut:18
a. Keuntungan atau mark-up yang diminta bank harus diketahui oleh nasabah.
b. Harga jual bank adalah harga beli (harga perolehan) bank ditambah keuntungan.
c. Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian.
d. Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penentuan keuntungan atau
margin dalam pembiayaan KPR dengan akad murabahah dapat berbentuk nominal
maupun persentase. Akan tetapi, margin atau keuntungan tersebut sudah
16
Helmi Haris, op. cit. hlm. 119 17
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002, hlm. 69 18
Tim DSN-MUI, Op.Cit., hlm. 17
21
ditentukan diawal akad dan sifatnya tetap. Sehingga, pada saat pembiayaan
berlangsung, baik pihak bank maupun nasabah tidak boleh melakukan perubahan
sistem pembayaran, jangka waktu dan margin yang sudah ditentukan diawal.
B. Risiko Pada Bank Syariah
1. Pengertian
Istilah risiko sudah biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari, yang
umumnya sudah dipahami secara intuitif., tetapi pengertian secara ilmiah dari
risiko sampai saat ini masih tetap beragam, yaitu antara lain:
a. Menurut A. Abas Salim, Risiko adalah ketidakpastian (uncertainty) yang
mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss).19
b. Menurut Herman Darmawi, Risiko merupakan penyebaran atau
penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan.20
Risiko dilihat dari segi akibat:
a. Risiko spekulatif adalah kemungkinan kerugian tetapi bila disamping itu
kemungkinan kerugian terdapat kemungkinan untung.
b. Risiko murni adalah risiko yang hanya ada kemungkinan kerugian.21
Dari beberapa istilah diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian risiko adalah
suatu penyimpangan yang tidak diharapkan dan dapat berpotensi menghasilkan
19
A. Abas Salim, Dasar-dasar Asuransi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993. 20
Herman Darmawi, Manajemen Risiko, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, h 25 21
Ibid, h. 27
22
kerugian. Adapun risiko ditinjau dari segi akibat dibagi menjadi 2, yaitu risiko
spekulatif dan risiko murni.
2. Jenis-jenis Risiko Bank Syariah
Bisnis perbankan baik itu bank konvensional ataupun bank syariah akan
berhadapan dengan berbagai jenis risiko. Risiko perbankan syariah diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Risiko Modal (capital risk)
Unsur lain dari risiko yang berhubungan dengan perbankan adalah risiko
modal (capital risk) yang merefleksikan tingkat leverage yang dipakai oleh bank.
Salah satu fungsi modal adalah melindungi para penyimpan dana terhadap
kerugian yang terjadi pada bank.
Risiko modal berkaitan dengan kualitas aset. Bank yang menggunakan
sebagian besar dananya untuk mendanai aset yang berisiko perlu memiliki modal
penyangga yang besar untuk sandaran bila kinerja aset-aset itu tidak baik.22
b. Risiko Likuiditas
Risiko antara lain disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban
yang telah jatuh tempo. Bank memiliki dua sumber utama bagi likuiditasnya,
yaitu aset dan liabilitas.23
22
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan (UPP),
2005, hlm 358.
23
c. Risiko Kredit/ Pembiayaan
Risiko kredit muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan
pokok dan atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau investasi yang
sedang dilakukannya. Hal ini terjadi sebagai akibat terlalu mudahnya bank
memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena dituntut untuk
memanfaatkan kelebihan likuiditasnya sehingga penilaian kredit menjadi kurang
cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko untuk usaha yang
dibiayainya.
d. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko kerugian yang dapat dialami bank melalui
portofolio yang dimilikinya sebagai akibat pergerakan variabel pasar (adverse
movement) yang tidak menguntungkan. Variabel pasar yang dimaksud adalah
suku bunga (interest rate) dan nilai tukar (foreign exchange rate).
Meskipun bank syariah tidak berurusan dengan tingkat suku bunga,
namun bagi Indonesia yang menerapkan dual banking system risiko ini akan
berpengaruh secara tidak langsung yaitu pada pricing, mengingat nasabah yang
dijangkau oleh bank syariah bukan saja nasabah-nasabah yang loyal secara penuh
terhadap syariah, tetapi juga nasabah-nasabah yang akan menempatkan dananya
ke tempat-tempat yang akan memberikan keuntungan maksimal baginya tanpa
memperhitungkan halal atau haramnya
23
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta : Pustaka Alvabet, 2005,
hlm 60.
24
e. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko akibat kurangnya (deficiencies) sistem
informasi atau sistem pengawasan internal yang akan menghasilkan kerugian
yang tidak diharapkan. Risiko ini mencakup kesalahan manusia (human error),
kegagalan sistem, dan ketidakcukupan prosedur dan kontrol yang akan
berpengaruh pada opersional bank.
f. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah terkait dengan risiko bank yang menanggung
kerugian sebagai akibat adanya tuntutan hukum, kelemahan dalam aspek legal
atau yuridis. Kelemahan ini diakibatkan antara lain oleh ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak
terpenuhinya syarat-syarat syahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak
sempurna.24
g. Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko yang timbul akibat adanya publikasi negatif
yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau karena adanya persepsi negatif
terhadap bank. Hal-hal yang sangat berpengaruh pada reputasi bank antara lain
adalah; manajemen, pelayanan, ketaatan pada aturan, kompetensi, fraud dan
sebagainya.
24
Hendro Wibowo, Manajemen Risiko Bank Syariah,
http://hndwibowo.blogspot.com/2008/06/ manajemen risiko bank syariah.html, di kutip pada
20/05/2014.
25
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa risiko perbankan syariah
dapat dibagi menjadi 7 jenis, yaitu risiko modal, risiko likuiditas, risiko kredit
atau pembiayaan, risiko pasar, risiko operasional, risiko hukum dan risiko
reputasi. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi
perusahaan, baik secara langsung maupun tidak.
C. Risiko Pembiayaan
1. Pengertian
Risiko pembiayaan adalah risiko dimana nasabah atau debitur tidak
mampu memenuhi kewajiban keuangannya sesuai kontrak atau kesepakatan yang
telah disepakati.25
Definisi tersebut dapat diperluas bahwa risiko pembiayaan
adalah risiko yang timbul dikarenakan kualitas pembiayaan semakin menurun.
Risiko pembiayaan muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali
cicilan pokok atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau investasi yang
sedang dilakukannya. Penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan adalah
terlalu mudahnya bank atau lembaga keuangan memberikan pinjaman atau
melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan
likuiditas, sehingga penilaian pembiayaan kurang cermat dalam mengantisipasi
berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya. 26
25
Edward W, Bank Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 1989, h. 185. 26
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta: Pustaka Alvabet, Cet, 4,
2006, h. 226.
26
Pembiayaan sering digunakan untuk aktivitas utama Lembaga Keuangan
Syari‟ah. Pada dasarnya istilah pembiayaan memiliki pengertian yang sama
dengan istilah kredit. Dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan
yang dilakukan dengan akad yang sesuai syari‟ah telah menjadi bagian dari tradisi
umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Praktek-praktek seperti menerima
titipan harta, meminjamkan uang untuk kepentingan konsumsi dan untuk
keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak
zaman Rasulullah. Allah SWT telah mengingatkan kepada setiap muslim agar
selalu kaffah dalam bermuamalah dengan Allah dan juga kaffah dalam
bermuamalah dengan sesama manusia.
Dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah: 282 dijelaskan tentang utang piutang
27
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan
ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia
mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang
lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika
tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari
saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah
dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. (Tulislah mu´amalahmu itu), kecuali jika mu´amalah itu perdagangan
tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang
demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. “
Beberapa istilah perbankan modern bahkan berasal dari khazanah ilmu fiqh.
Istilah kredit diambil dari istilah Qard. Credo dalam bahasa inggris berarti
kepercayaan, sedangkan Qard dalam fiqh berarti meminjamkan uang atas dasar
kepercayaan.27
a. Menurut UU No 21 tahun 2008, Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berupa:
1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah.
2) Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah.
27
Adi Marwan Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2004, h. 19.
28
3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna’.
4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.
5) Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.
b. Pembiayaan merupakan bagian terbesar dari aktiva produktif sehingga merupakan
penghasilan utama sekaligus sumber dan potensi risiko terbesar dalam aktivitas
bank.
Pembiayaan secara luas berarti pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang direncanakan. Pembiayaan bermasalah merupakan
keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh
kewajibannya kepada bank sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan dalam
perjanjian pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan bermasalah (Non Performing
Financing) terjadi karena nasabah tidak dapat mengembalikan pinjaman sesuai
dengan waktu pengembalian yang telah disepakati yang dapat menurunkan mutu
pembiayaan dan menimbulkan kerugian potensial bagi bank.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 tentang
Akuntansi Perbankan butir 24 menyatakan bahwa: Pembiayaan Non Performing
Financing pada umumnya merupakan pembiayaan yang pembayaran angsuran pokok
dan atau bunganya telah lewat sembilan puluh hari atau lebih setelah jatuh tempo,
atau pembiayaan yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan.
Pembiayaan Non Performing Financing terdiri dari pembiayaan yang digolongkan
sebagai pembiayaan kurang lancar, diragukan, dan macet.
29
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa risiko pembiayaan adalah
risiko yang timbul sebagai akibat dari pembiayaan yang disalurkan oleh bank. Risiko
tersebut timbul dari pembiayaan bermasalah yang disalurkan oleh bank, sehingga
dapat mengganggu kualitas aktiva pada bank tersebut. Karena pembiayaan
merupakan bagian terbesar dari aktiva produktif yang dimiliki oleh pihak bank.
D. Tujuan Pembiayaan
Pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan,
yaitu:
1. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa
keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola
bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan pembiayaan
kepada usaha- usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan
pembiayaan yang telah diterimanya.
2. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar
terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan
yang berarti. Oleh karena itu, dengan keamanan ini dimaksudkan agar prestasi
yang diberikan dalam bentuk modal, barang atau jasa itu betul-betul terjamin
pengembaliannya sehingga keuntungan (profitability) yang diharapkan dapat
menjadi kenyataan.28
28
Rivai dan Veithzal, Islamic Financial Management, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008,
h. 5.
30
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar
tujuan penyaluran pembiayaan dibagi menjadi dua, yaitu pertama, profitability atau
tujuan untuk memperoleh keuntungan dalam menyalurkan pembiayaan. Kedua, safety
atau tujuan untuk memperoleh keamanan dari fasilitas pemiayaan yang disalurkan
sehingga dapat menghasilkan profitability.
E. Analisis Pembiayaan
1. Prinsip Analisis Pembiayaan
Prinsip adalah sesuatu yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan suatu
tindakan. Prinsip analisis pembiayaan adalah pedoman-pedoman yang harus
diperhatikan oleh pejabat pembiayaan bank syari‟ah pada saat melakukan analisis
pembiayaan. Secara umum prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada rumus
5C dan Prinsip 5C tersebut terkadang ditambah dengan 1C, yaitu Constraint
artinya hambatan-hambatan yang mungkin mengganggu prospek usaha.
a. Character (Karakter)
Bank sebelum menyalurkan dana kepada debitur harus sudah tahu dan yakin
bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan pembiayaan
benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang
pekerjaan maupun yang bersifat pribadi, seperti: cara hidup maupun gaya
hidup yang dianutnya, keadaan keluarga dan hobi.
b. Capacity (Kapasitas atau Kemampuan)
31
Bank menilai sampai sejauh mana hasil usaha yang diperoleh bisa melunasi
kewajibannya tepat pada waktu sesuai dengan perjanjian. Penilaian calon
nasabah meliputi : Kemampuan bidang manajemen, keuangan, pemasaran dan
teknis.
c. Capital (Modal)
Biasanya bank tidak bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%, artinya
setiap nasabah yang mengajukan pembiayaan harus pula menyediakan dana
dari sumber lain atau modal sendiri. Penilaian terhadap capital dimaksudkan
untuk mengetahui keadaan permodalan, sumber modal, dan penggunaan.
d. Collateral (Jaminan)
Nasabah yang akan mengajukan pembiayaan harus memberikan jaminan
sebagai ikatan kepercayaan dalam pemberian pembiayaan, sekaligus untuk
mengurangi risiko pemberian pembiayaan. Jaminan hendaknya melebihi
jumlah pembiayaan yang diberikan. Jaminan harus diteliti keabsahannya,
sehingga tidak terjadi suatu masalah pada saat pembiayaan, sehingga pada
saat terjadi gagal bayar jaminan tersebut dapat dipergunakan secepat
mungkin.
e. Condition (Kondisi)
Dalam menilai pembiayaan hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang
dan untuk masa depan sesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi
perekonomian yang kurang stabil, sebaiknya pemberian pembiayaan untuk
32
sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan
sebaiknya juga melihat prospek usaha tersebut dimasa yang akan datang.
Selain menggunakan prinsip 5C dalam menganalisis pembiayaan juga
terdapat 7P yaitu:
a. Personality
Personality mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam
menghadapi suatu masalah. Dalam hal ini, bank harus mampu menilai nasabah
dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalu.
b. Party
Bank harus mampu mengklasifikasi nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau
kedalam golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan kedalam golongan tertentu dan
akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
c. Purpose
Bank harus mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan, termasuk
jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah. Dari sinilah bank dapat mengetahui
apakah untuk tujuan konsumtif, produktif atau untuk tujuan perdagangan.
d. Prospect
Bank harus mampu menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau
sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas pembiayaan yang
33
dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga
nasabah.
e. Payment
Bank harus mampu mengukur bagaimana cara nasabah mengembalikan
pembiayaan yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian pembiayaan. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, akan
semakin baik. Dengan demikian jika salah satu usahanya merugi akan dapat
ditutupi oleh sektor lainnya.
f. Profitability
Bank harus menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan
semakin meningkat, apalagi dengan tambahan pembiayaan yang akan
diperolehnya.
g. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan
perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan
asuransi.29
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa prinsip analisis
pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syariah meliputi 5C dan 7P. prinsip 5C
meliputi : Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition. Sedangkan
prinsip 7P meliputi : Personality, Party, Purpose, Prospect, Payment, Profiability
29
Ibid, h. 353-354
34
dan Protection. Prinsip-prinsip tersebut dilakukan oleh bank sebagai bahan
pertimbangan dalam menyalurkan pembiayaan.
2. Prosedur Analisis Pembiayaan
Sistem dan prosedur pembiayaan dirancang diharapkan dapat mengurangi
peluang terjadinya pembiayaan macet, namun diusahakan tetap sederhana dan tidak
memakan banyak waktu.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk mendapatkan pembiayaan adalah
sebagai berikut:
a. Berkas dan pencatatan
b. Data pokok dan analisis pendahuluan, meliputi:
1) Realisasi pembelian, produksi, dan penjualan;
2) Rencana pembelian, produksi, dan penjualan;
3) Jaminan;
4) Laporan Keuangan;
5) Data Kualitatif dari calon debitur.
c. Penelitian Data
d. Penelitian atas realisasi usaha
e. Penelitian atas rencana usaha
f. Penelitian dan penilaian barang jaminan
g. Laporan keuangan dan penelitiannya.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa prosedur analisis
pembiayaan dilaksanakan melalui 7 tahapan, yaitu : pengumpulan berkas dan
35
pencatatan, pengumpulan data pokok dan analisis pendahuluan, penelitian data yang
sudah terkumpul, penelitian atas realisasi usaha, penelitian atas rencana usaha,
penelitian dan penilaian barang jaminan serta penelitian laporan keuangan.
3. Kualitas Pembiayaan
Pembiayaan menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas risiko
kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya.
Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut adalah waktu pembayaran bagi
hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan dan diperinci
melalui tabel dibawah ini30
Tabel 2.1 Kualitas Pembiayaan
No Kualitas Pembiayaan Kriteria
1 Pembiayaan Lancar a. Pembayaran angsuran pokok dan / bagi hasil
tepat waktu; dan
b. Memiliki rekening yang aktif; atau
c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin
dengan agunan tunai (cash collateral).
2 Perhatian Khusus a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/
30
Rivai dan Veithzal, Op Cit., h. 33-37.
36
bagi hasil yang belum melampaui Sembilan
puluh hari; atau
b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau
c. Mutasi rekening relatif aktif; atau
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak
yang diperjanjikan; atau
e. Didukung oleh pinjaman baru.
3 Kurang Lancar a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/
bagi hasil; atau
b. Sering terjadi cerukan; atau
c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang
e. diperjanjikan lebih dari Sembilan puluh
hari; atau
f. Terdapat indikasi masalah keuangan yang
dihadapi debitur; atau
g. Dokumentasi pinjaman yang lemah.
4 Diragukan a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/
bagi hasil; atau
b. Terdapat cerukan yang bersifat permanen;
atau
37
c. Terdapat wanprestasi lebih dari 180 hari;
atau
d. Terdapat kapitalisasi bunga; atau
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk
perjanjian pembiayaan maupun pengikatan
jaminan.
5 Macet a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/
bagi hasil; atau
b. Kerugian operasional ditutup dengan
pinjaman baru; atau
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar,
jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai
wajar.
Pembiayaan yang merupakan salah satu bentuk aktiva yang produktif bank
syari‟ah yang memiliki kegagalan tidak tertagihnya kembali pembiayaan yang telah
disalurkan. Risiko pembiayaan muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali
cicilan pokok dan atau bunga dari pinjaman yang diberikan atau investasi yang
sedang dilakukannya. Penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan adalah terlalu
mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu
38
dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas. Akibatnya penilaian pembiayaan
kurang cermat mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya.
Aktiva produktif dalam hal ini pembiayaan merupakan salah satu indikator
penilaian kinerja dan kesehatan bank syari‟ah. Komponen penilaian aktiva produktif
sebagai indikator penilaian kinerja dan kesehatan bank syari‟ah terdiri dari total
pembiayaan bermasalah dan total pembiayaan yang diberikan.
Demikian juga Bank Indonesia menginstruksi Non Performing Financing
dalam laporan tahunan perbankan nasional sesuai SE BI No. 9/24/Dpbs Tanggal 30
Oktober 2007 tentang sistem penilaian kesehatan bank berdasarkan prinsip syari‟ah
yang dirumuskan sebagai berikut:
NPF = x 100%
Rasio tersebut ditujukan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan
yang dihadapi bank syariah. Dimana semakin tinggi rasio ini menunjukkan kualitas
pembiayaan bank syari‟ah semakin buruk. Nilai rasio ini kemudian dibandingkan
dengan kriteria kesehatan NPF bank syari‟ah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
seperti yang tertera dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2 Rasio NPF
No. Nilai NPF Predikat
1 NPF = 2% Sehat
2 2% NPF 5% Sehat
3 5% NPF 8% Cukup sehat
4 8% NPF 12% Kurang Sehat
39
5 NPF 12% Tidak Sehat
Sumber: SE BI No 9/24/Dpbs Tanggal 30 Oktober 2007
Dari penjelasan data diatas, dapat disimpulkan bahwa penilaian kualitas
pembiayaan yang disalurkan dibagi menjadi 5 jenis berdasarkan kolektibilitas
nasabah. Pertama, kolektibilitas 1 yaitu nasabah yang berada dalam kondisi lancar.
Kedua, kolektibilitas 2 yaitu nasabah yang berada dalam kondisi dalam perhatian
khusus. Ketiga, kolektibilitas 3 yaitu nasabah yang berada dalam kondisi kurang
lancar. Keempat, kolektibiltas 4 yaitu nasabah yang berada dalam kondisi diragukan.
Kelima, kolektibilitas 5 yaitu nasabah yang berada dalam keadaan macet.
4. Dampak Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar dapat mendatangkan dampak
yang kurang menguntungkan baik bagi pemberian pembiayaan terhadap kegiatan
ekonomi moneter Negara. Dampak yang diakibatkan oleh pembiayaan bermasalah,
yaitu:
a. Dampak terhadap kelancaran operasi bank pemberi pembiayaan.
Bank yang didorong problem pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar akan
mengalami kesulitan operasional. Pembiayaan dengan kualitas buruk memerlukan
cadangan penghapusan yang semakin besar sehingga menyebabkan biaya yang
harus ditanggung untuk mengadakan cadangan tersebut semakin besar. Hal ini
jelas mempengaruhi profitabilitas yang semakin menurun akan mengurangi modal
40
sendiri maka nilai kesehatan operasi akan menurun. Hal ini akan mempengaruhi
kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut.
b. Dampak terhadap dunia perbankan.
Pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar akan menurunkan tingkat operasi
bank tersebut. Apabila penurunan pembiayaan dan profitabilitas sudah sangat
parah sehingga mempengaruhi likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas bank, maka
kepercayaan para penitip dana bank akan menurun.
c. Dampak terhadap ekonomi dan moneter negara
Sistem perbankan yang terganggu karena pembiayaan bermasalah akan
menghilangkan kesempatan bank untuk membiayai kegiatan operasinya dan
perluasan debitur lain karena terhentinya perputaran dan yang akan dipinjamkan.
Hal ini akan memperkecil kesempatan pengusaha lain untuk memanfaatkan
peluang bisnis dan investasi yang ada.31
Dari penjelasan diatas, secara garis besar dampak dari pembiayaan
bermasalah dibagi menjadi 3. Pertama, dampak terhadap kelancaran operasional
bank yang menyalurkan pembiayaan. Kedua, dampak terhadap dunia perbankan
itu sendiri. Ketiga, dampak terhadap ekonomi dan moneter negara. Karena secara
global bank merupakan lembaga intermediasi sebagai tempat arus perputaran
uang.
31
O.P.Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2000, h. 154.
41
F. Manajemen Risiko
1. Pengertian
Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metodologi dan sistematik
dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta
melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktifitas
atau proses.32
Manajemen risiko juga didefinisikan sebagai sebuah proses terstruktur dan
sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan
alternatif penanganan risiko, dan dalam memonitor dan mengendalikan
implementasi penanganan risiko.33
Dari beberapa istilah diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko
adalah proses sistematis meliputi identifikasi, kuantifikasi melalui
brenchmarking, modelling dan forecasting untuk menentukan sikap, kebijakan,
solusi serta evaluasi terhadap risiko ynag mungkin terjadi dalam segala aktifitas
perusahaan.
2. Proses Manajemen Risiko
32
Ferry N. Idroes, “Manajemen Risiko Perbankan”, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011,
cet. 2, h. 5 33
Bramantyo Djohanputro, MBA, Ph.D, “ Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi”, Jakarta
: PPM, 2006, cet. 2, h. 27
42
Proses Manajemen Risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas terkait
didalam organisasi. Tindakan berkesinambungan yang dilakukan sejalan dengan
definisi manajemen risiko yang dikemukakan, yaitu :34
a. Identifikasi dan pemetaan risiko, meliputi:
1) Menetapkan kerangka kerja untuk implementasi strategi risiko secara
keseluruhan
2) Menentukan definisi kerugian
3) Menyusun dan melakukan implementasi mekanisme pengumpulan data
4) Membuat pemetaan kerugian ke dalam kategori risiko yang dapat diterima
dan tidak dapat diterima
5) Kuantifikasi/ Menilai/ Melakukan Peringkat Risiko
6) Aplikasi teknik permodelan dalam mengukur risiko
7) Menentukan tingkat frekuensi dan tingkat kerugian dari risiko berdasarkan
data historis yang tersedia
8) Perluasan dengan memanfaatkan tolok ukur (Benchmarking), permodelan
(Modelling) dan peramalan (Forecasting) yang berasal dari luar organisasi/
eksternal. Sumber eksternal yang dimaksud berasal dari praktik-praktik
terbaik yang telah dilakukan di dalam industri (best practices)
9) Menegaskan profil risiko dan rencana manajemen risiko
34
Ferry N. Idroes, “Manajemen Risiko Perbankan”, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011,
cet. 2,h. 7-11
43
b. Identifikasi selera risiko organisasi (risk appetite), apakah manajemen secara
umum terdiri dari:
1) Penghindar risiko (risk averter)
2) Penerima risiko sewajarnya (risk neutral)
3) Pencari risiko (risk seeker)
c. Identifikasi visi stratejik (strategic vision) dari organisasi, apakah organisasi
berada dalam visi:
1) Agresif yang terobsesi untuk mengejar peningkatan volume usaha serta
keuntungan sebesar-besarnya untuk mendukung pertumbuhan atau
2) Konservatif yang ingin menjaga kelangsungan usaha pada situasi aman
dengan volume usaha dan keuntungan yang stabil.
Penghindar risiko tidak bersedia menerima risiko dengan tingkat tinggi.
Sebaliknya, pencari risiko bersedia menerima risiko tinggi untuk mendapatkan
hasil yang lebih tinggi.
Visi stratejik yang agresif bersedia bersedia menerima risiko tinggi untuk
mendapatkan hasil yang lebih tinggi. Visi ini biasanya diterapkan pada organisasi
yang berada dalam tahap pertumbuhan. Sebaliknya, visi stratejik yang konservatif
tidak bersedia menerima risiko dengan tingkat tinggi. Biasanya organisasi pada
tahap konservatif adalah organisasi yang telah mapan dengan aktifitas yang stabil.
d. Solusi risiko / implementasi tindakan terhadap risiko
44
Berdasarkan hubungan dari frekuensi dan dampak risiko dapat diuraikan
solusi terhadap risiko. Tabel berikut menunjukkan hubungan frekuensi, dampak,
serta solusi risiko yang dapat dilakukan.
Frekuensi tinggi –
dampak rendah (mitigasi)
Frekuensi tinggi –
dampak tinggi (hindari)
Pengendalian risiko
sebelum peristiwa
risiko
Frekuensi rendah –
dampak rendah (tahan)
Frekuensi rendah –
dampak tinggi
(alihkan)
Pembiayaan risiko
sesudah peristiwa
risiko
1) Hindari (Avoidance) : keputusan yang diambil adalah tidak melakukan aktiftas
yang dimaksud. Misalnya sebuah bank mendapat tawaran untuk melakukan
bisnis pencucian uang (Money Laundering) dari kegiatan terorisme yang
menjanjikan keuntungan dari penempatan dalam jumlah besar dengan bunga
yang sangat rendah. Risiko aktifitas tersebut adalah ancaman penutupan bank
serta ancaman pidana terhadap pelakunya. Maka, bank memutuskan untuk
tidak melakukan aktifitas tersebut.
2) Alihkan (transfer): membagi risiko dengan pihak lain. Konsekuensinya
terdapat biaya yang harus dikeluarkan atau berbagi keuntungan yang
diperoleh. Misalnya untuk pembiayaan proyek yang sangat besar, sebuah
bank melakukan skema pinjaman sindikasi. Sindikasi adalah bentuk berbagi
bisnis, risiko, dan hasil yang lazim dilakukan bank. Pengalihan risiko juga
45
termasuk penggunaan lembaga asuransi sebagai penanggung kerugian dengan
membayar premi . selain itu, penggunaan sumber daya diluar organisasi
(outsourcing) juga termasuk dalam pengalihan risiko.
3) Mitigasi Risiko (mitigate risk): menerima risiko pada tingkat tertentu dengan
melakukan tindakan untuk mitigasi risiko melalui peningkatan kontrol,
kualitas proses, serta aturan yang jelas terhadap pelaksanaan aktifitas dan
risikonya. Misalnya, pengikatan pinjaman dan agunan pada bank. Pengikatan
sangat rentan untuk terjadi masalah, akibatnya bank berada dalam posisi
hukum yang lemah dalam penyelesaian pinjaman atau ekseskusi agunan.
Bank perlu menerapkan sistem dan prosedur yang jelas tentang pengikatan
dan aspek-aspek pendukungnya. Selanjutnya ditetapkan secara tegas
mengenai sanksi yang dapat dikenakan kepada individu-individu yang
melakukan penyimpangan prosedur.
4) Menahan risiko residual (retention of Residual Risk): menerima risiko yang
mungkin timbul dari aktifitas yang dilakukan.kesediaan menerima risiko
dikaitkan dengan ketersediaan penyangga jika kerugian atas risiko terjadi.
Peran inilah yang ditekankan dalam membahas manajemen risiko
perbankan.perbankan harus mengambil berbagai macam risiko dalam
menjalankan aktifitasnya. Risiko yang dimaksud tidak dapat dihindari,
dialihkan, dan dimitigasi. Akibatnya, risiko tersebut harus ditanggung sejalan
dengan pelaksanaan aktifitas. Misalnya bank menerima transaksi pembelian
valuta asing dari nasabah secara forward tiga bulan kedepan. Untuk mitigasi
46
risiko, bank melakukan forward ulang ke bank lain dan mengharuskan
nasabah untuk menyerahkan setoran jaminan. Pada situasi normal, mitigasi
risiko cukup untuk mengatasi kemungkinan risiko yang akan terjadi. Namun,
jika situasi menjadi tak terkendali, yaitu nilai tukar melonjak drastis, nasabah
membatalkan kontrak dengan menjual pada pasar spot dan membiarkan
setoran jaminan diambil bank. Pada situasi itu terjadi kerugian karena setoran
jaminan tidak dapat menutupi kerugian tersebut. Situasi inilah yang dikatakan
sebagai risiko residual yang harus ditanggung bank. Setiap risiko residual
pada bank diperlukan ketersediaan modal untuk menyangganya.
Konsep menahan risiko merupakan konsep dasar dari kewajiban
penyediaan modal minimum. Modal merupakan sumberdaya keuangan
perusahaan atau bank yang dapat digunakan sebagai penyerap dari kerugian yang
terjadi.
e. Pemantauan dan pengkinian/kaji ulang risiko dan kontrol
1) Seluruh entitas organisasi harus yakin bahwa strategi manajemen risiko telah
diimplementasikan dan berjalan dengan baik.
2) Lakukan pengkinian dengan mengevaluasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi
terhadap implementasi kerangka manajemen risiko yang terintegrasi ke dalam
strategi risiko keseluruhan.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses manajemen risiko
dapat dilakukan melalui 5 tahapan. Pertama, melakukan identifikasi risiko sesuai
dengan dampaknya. Kedua, melakukan kuantifikasi risiko melalui proses
47
Brenchmarking, Modelling dan forecasting. Ketiga, menegaskan profil risiko dan
rencana manajemen. Keempat, menerapkan kebijakan dan solusi terhadap risiko
yang mungkin terjadi atau telah terjadi. Kelima, melakukan pemantauan atau
evaluasi terhadap risiko.
G. Mitigasi Risiko
1. Pengertian
Mitigasi risiko pembiayaan adalah kebijakan untuk mengelola risiko
pembiayaan dalam rangka meminimalisir peluang atau dampak dari kerugian
yang disebabkan oleh kredit bermasalah.
Mitigasi risiko pembiayaan akan kita ketahui, apabila kita telah
mengetahui apa yang dimaksud dengan risiko. Risiko merupakan bahaya: risiko
adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang
menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Risiko
juga merupakan peluang risiko adalah sisi yang berlawanan dari peluang untuk
mencapai tujuan.
2. Teknik-teknik Mitigasi Risiko
Mitigasi risiko kredit (credit risk mitigation) adalah teknik dan kebijakan
untuk mengelola risiko kredit dalam rangka mengurangi peluang atau dampak dari
kerugian yang disebabkan oleh kredit bermasalah.35
35
Sulad Sri Hardanto, Manajemen Risiko Bagi Bank Umum; Kisi-Kisi Ujian Sertifikasi
Manajemen Risiko Perbankan, Jakarta: PT. Gramedia, 2006, h.107
48
Berikut ini beberapa teknik mitigasi yang biasa digunakan lembaga keuangan
syariah dalam memberikan pembiayaan menurut pendapat international institute of
financial studies (IIFS)36
.
a. Hammish Jiddiyah (HJ), suatu jaminan yang diberikan atas perjanjian pembelian
(promise to purchase atau promise to sell) jika debitur tidak menyelesaikan
perjanjian sesuai kontrak sehingga menimbulkan sebagian kerugian terhadap
pihak kreditur. Dengan demikian kreditur dapat menerima kompensasi atas
kerugian tersebut. Apabila nilai jaminan lebih besar dari kerugian yang
ditanggung, maka kelebihan tersebut akan dikembalikan kepada debitur. Namun,
jika kerugian lebih besar dari jaminan, maka kreditur berhak mendapatkan
tambahan kompensasi dari pembeli.
b. Arbun (Urbon, Arboun, Arboo) atau uang muka; dilakukan setelah kontrak
ditandatangani dan dianggap sebagai jaminan untuk menjamin pelaksanaan
kontrak. Hal ini akan mengurangi kerugian perusahaan jika debitur melakukan
pelanggaran sebelum kontrak dilaksanakkan.
c. Garansi dari pihak ketiga, dalam jangka waktu tetap dan untuk jumlah yang
terbatas, tanpa beberapa pertimbangan yang diterima oleh guarantor.
d. Pengikatan aset sebagai jaminan, yang harus sesuai syariah dan memiliki nilai
pasar dan serta dapat dimiliki dan dijual secara hukum. Selain itu, jaminan juga
36
Amr Mohammed El Tiby, Islamic Banking: How to Manage Risk and improve
Profitability, (United States of America: John Wiley and Sons, Inc., 2011, h.127
49
harus spesifik, mudah dipindahtangankan, dan bebas biaya. Pengikatan tersebut
harus memiliki kekuatan hukum.
e. Eksekusi, dimana jaminan dalam kontrak tersebut adalah objek pembiayaan itu
sendiri, sehingga jika terjadi gagal bayar maka jaminan dapat langsung diambil
alih oleh perusahaan karena secara hukum kepemilikan masih berada dipihak
perusahaan.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa mitigasi risiko adalah
kebijakan untuk mengelola risiko pembiayaan utnuk meminimalisir potensi kerugian
yang dihasilkan oleh pembiayaan bermasalah. Adapun teknik mitigasi risiko menurut
IIFS dibagi menjadi 5, yaitu : Hammis Jiddiyah (jaminan Kolateral), Arbun (uang
muka), Garansi pihak ketiga, pengikatan aset sebagai jaminan dan eksekusi jaminan.
Teknik-teknik tersebut digunakan untuk meminimalisir potensi kerugian yang
disebabkan oleh pembiayaan bermasalah.
Demikian teori teori terkait yang dapat dijelaskan, baik yang berhubungan
secara langsung maupun tidak langsung mengenai manajemen dan strategi mitigasi
pembiayaan KPR di Bank Syariah.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang penulis gunakan yaitu pendekatan studi empiris.
Merupakan suatu cara penelitian terhadap masalah empiris.37
Penelitian kasus
dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi atau
lembaga.38
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan langsung ke objek penelitian,
dimana penulis ingin mengetahui risiko dan mitigasi yang diaplikasikan pada
pembiayaan KPR BRISyariah IB pada BRI Syariah KC Abdul Muis Jakarta.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian lapangan (Field
Research), yaitu research yang dilakukan di kancah atau di medan terjadinya gejala-
gejala.39
C. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh
melalui cara sebagai berikut:
1. Wawancara (interview)
37
Robert K. Yin, Studi kasus Design dan Metode, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
h.21. 38
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), h. 142. 39
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Cet. ke-30,Jilid 1,(Yogyakarta: ANDI, 2000), h.10.
51
Yaitu dengan mewawancarai pihak-pihak yang berperan dan terkait dengan objek
penelitian. Peneliti mengajukan pertanyaan kepada responden, yang diarahkan
peneliti untuk tujuan memperoleh informasi yang relevan.40
2. Studi Kepustakaan (library research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami data
atau bahan yang diperoleh dari berbagai literature, seperti: majalah, surat kabar,
buku-buku cetak, artikel, mailing list, (website/ internet) yang berkaitan dengan
pembahasan penelitian ini.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di BRI Syariah KC Abdul Muis Jakarta JL. Abdul
Muis No. 2-4 Jakarta Pusat. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan februari
sampai bulan April 2014.
1. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini meliputi data primer dan
sekunder.
a. Data Primer
Data primer diperoleh melalui pengamatan, pencatatan, pengumpulan data
dan wawancara langsung dengan kepala divisi keuangan dan divisi lain yang
berhubungan dengan data yang dibutuhkan.
b. Data Sekunder
40
Mudrajat Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
160.
52
Data sekunder yang penulis gunakan diperoleh dari laporan keuangan (annual
report) BRI Syariah, literatur buku dan data perusahaan yang diperoleh baik
dari BRI Syariah maupun dari publikasi elektronik dan media informasi
lainnya.
E. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisa data merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematik
transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan
untuk memperluas pemahaman penulis terhadap masalah yang diteliti. Proses analisis
data menggunakan metode deskriptif analisis dari hasil perhitungan metode
CreditRisk+. Metode deskriptif analisis adalah prosedur pemecahan yang diselidiki
dengan menggambarkan dan melukiskan keadaan subyek atau obyek (seseorang atau
pada suatu lembaga) saat sekarang dengan berdasarkan fakta yang tampak
sebagaimana adanya.41
Pengolahan dan analisis data yang dilakukan sebagian besar menggunakan
program Microsoft Excel. Program ini digunakan untuk melakukan klasifikasi dan
presentase dari berbagai data awal yang diterima yang selanjutnya digunakan untuk
menghitung metode CreditRisk+.
1. Metode CreditRisk+
41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002, Cet. Ke-12), h.206.
53
CreditRisk+ menganalisis kegagalan atas risiko default sebagai risiko yang
harus dihadapi pada saat debitur berada pada kondisi tidak mampu membayar
hutangnya. CreditRisk+ merupakan distribusi dari risiko portofolio untuk mencari
probabilitas jumlah debitur yang gagal bayar dalam satu periode yang dinyatakan
dengan poisson distribution. CreditRisk+ diaplikasikan pada kerangka ilmu aktuarial
untuk menghitung derivasi dari distribusi kerugian atas portofolio. Dalam metode ini
tidak menghubungkan risiko wanprestasi terhadap struktur modal perusahaan dan
juga tidak mengasumsikan penyebab dari terjadinya default. Metode CreditRisk+
mengasumsikan bahwa:42
a. Untuk pemberian pinjaman/kredit, probabilitas default dalam suatu periode
tertentu adalah sama seperti pada bulan-bulan lainnya.
b. Untuk sebagian besar debitur, probabilitas default oleh debitur tertentu kecil, dan
jumlah default yang terjadi tidak saling mempengaruhi dari periode-periode
sebelumnya.
a. Kelebihan dan Keterbatasan Metode CreditRisk+
Kelebihan metode ini adalah mudah diimplementasikan (Crouhy, 2000)
dan kemudahan ketersediaan data. CreditRisk+ memfokuskan pada kondisi
debitur tidak mampu membayar kewajiban yang dibutuhkan untuk mengestimasi
potensi risiko. Model hanya membutuhkan data probability default, exposure
42
Michel Crouhy dan Galai Robert Mark, Risk Management; Comprehensive Chapters on
Markets, Credit and Operational Risk-Features an Integrated VaR Framework-Hedging Strategies for
Reducing Risk, (New York, USA: McGraw-Hill Company, Inc, 2000), h. 404.
54
(nilai ekonomis klaim kepada debitur pada saat debitur default) dan recovery rate.
Keterbatasan metode CreditRisk+ adalah sebagai berikut:
1) Asumsi bahwa risiko kredit tidak berhubungan dengan risiko pasar.
2) Besarnya exposure dari tiap debitur tetap dan tidak sensitif terhadap
perubahan.
3) Tidak memperhitungkan risiko mitigasi.
b. Kriteria Penentuan Kolektibilitas Pembiayaan
c. Analisis CreditRisk+
Gambar 3.1 Tahap Perhitungan Potensi Kerugian
2. Pengolahan Data
INPUT Data Eksposur dan
Probability Default
PROSES Step 1.
Pengelompokan Exposure dalam kelas & band dan
Menghitung Probability Default
Step 2.
Penghitungan Recovery Rate dan Riil Loss
Step 3.
Perhitungan Expected Loss dan Expected Loss Individual
Step 4.
Penentuan n-default dengan poisson distribution
Step 5.
Penentuan Unexpected Loss
Step 6.
Perhitungan Economic Capital
OUTPUT Potensi Kerugian
55
a. Pengelompokkan Eksposure dalam band dan menghitung probability Default
Nilai eksposure diperoleh dari debitur dengan status overdue 90 hari atau
gagal bayar lebih dari 90 hari per bulan. Hal ini mengikuti peraturan otoritas
terkait dengan kriteria kolektabilitas. Sehingga debitur yang dianggap memiliki
potensi kerugian adalah debitur yang telah memasuki kolektabilitas tidak lancar,
diragukan dan macet atau dengan jangka waktu keterlambatan diatas 90 hari.
Selanjutnya, kelompok debitur ini dikelompokkan berdasarkan asumsi
kemungkinan gagal bayar (probability of default). Probability of default adalah
peluang macet debitur yang nilainya sudah ditentukan oleh bank indonesia
berdasarkan nilai PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) yang
ditentukan dalam (PBI NO. 13/13/PBI/2011 tentang penilaian kualitas aktiva bagi
bank umum syariah dan unit usaha syariah).
Tabel 3.1 Probability of default
Murabahah
Kol. 3 Kol. 4 Kol.5
Keterlambatan 91-120 hari 121-180 hari >180 hari
Probability
Default
15% 50% 100%
Sumber : PBI NO. 13/13/PBI/2011
b. Penghitungan Recovery Rate dan Riil Loss
56
Nilai Riil Loss bernilai antara nol (terendah) artinya tidak ada kerugian
sama sekali hingga satu (tertinggi) artinya kerugian yang dihadapi perusahaan
sebesar 100%. Nilai Riil Loss(RL) diperoleh dari 1-RR (Recovery Rate).
c. Perhitungan Expected Loss dan Expected Loss Individual
Expected Loss merupakan nilai kerugian yang dapat diperkirakan dan
dapat ditutupi oleh PPAP yang telah dicadangkan. Expected Loss diperoleh dari
hasil perkalian antara nilai eksposure dengan peluang macet debitur.
Setelah hasil Expected Loss diketahui. maka dapat dilanjutkan dengan
menghitung Expected Loss Individual pada setiap kelas di masing-masing band
yang sudah ditentukan. Nilai Expected Loss Individual diperoleh dari nilai
Expected Loss dibagi dengan kelas pada masing-masing band. Penentuan nilai
kelas yang digunakan untuk perhitungan Expected Loss Individual band diperoleh
dengan mengelompokkan dalam range tertentu. Untuk nilai band Rp.
100.000.000. penulis mengelompokkan dalam 10 kelas dengan range Rp.
100.000.000 disetiap kelasnya ( kelas1= rp. 0 sampai Rp. 100.000.000 kelas2=
Rp. 100.000.001 sampai Rp. 200.000.000. Dst).
d. Penentuan n-default dengan distribusi Poisson
Penentuan jumlah debitur macet dalam metode Creditrisk+ menggunakan
alat bantu analisis statistik dengan menggunakan distribusi poisson. Dalam
perhitungan dengan distribusi poisson menggunakan nilai frekuensi nj yang
diperoleh dari nilai nj dibagi dengan nilai band ke-j. kemudian diolah dengan
57
distribusi poisson dengan tingkat kepercayaan 95%. diperoleh jumlah debitur
yang berpeluang macet sebanyak 10 debitur.
e. Perhitungan Unexpected Loss
Unexpected Loss (UL) adalah kerugian akibat gagal bayar debitur yang
harus dapat dikendalikan meskipun tidak diharapkan sebelumnya. Unexpected
Loss dapat diperoleh dengan rumus:
UL = n-default x Lj x nominal band x Riil Loss (1-RR)
f. Perhitungan Economic Capital
Perhitungan economic capital digunakan untuk meng-cover risiko akibat
unexpected credit default losses. Unexpected loss dapat terjadi dalam kondisi
normal dan tidak normal. Dalam kondisi normal adalah pada keadaan dimana
kerugian yang terjadi di atas rata-rata kerugian yang telah dicadangkan oleh
perusahaan. Sedangkan dalam kondisi tidak normal, jumlah kerugian yang terjadi
lebih besar dari maksimum kerugian yang telah diperkirakan pada kondisi normal.
Dalam hal kerugian mencapai level unexpected loss maka kerugian tersebut harus
bisa di-cover dari modal perusahaan. Dengan kata lain kecukupan modal harus
mempertimbangkan besarnya unexpected loss. Nilai economic capital dapat
dihitung dengan mengurangkan unexpected loss dengan expected loss.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Untuk mengukur potensi
kerugian dengan model Creditrisk+ ada 6 tahapan yang harus dilakukan,
meliputi : Pengelompokan Exposure dalam kelas dan band serta Menghitung
Probability Default, Penghitungan Recovery Rate dan Riil Loss, Perhitungan
58
Expected Loss dan Expected Loss Individual, Penentuan n-default dengan poisson
distribution, Penentuan Unexpected Loss, dan perhitungan Economic Capital.
Dari tahapan-tahapan tersebut diperoleh hasil berupa potensi kerugian yang dapat
ditanggung oleh pihak BRI Syariah KC Abdul Muis Jakarta dalam menyalurkan
pembiayaan KPR.
Demikian penjelasan dan uraian diatas, dimana dalam bab ini dipaparkan
secara menyeluruh mengenai metode penelitian yang digunakan serta model
Creditrisk+ dalam mengukur potensi kerugian pembiayaan KPR BRISyariah IB
pada BRI Syariah KC Abdul Muis Jakarta.
59
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum perusahaan
1. Sejarah Perusahaan
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap
Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank
Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008,
maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi
beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah merubah kegiatan usaha yang
semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan
perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.
Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan sebuah
bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah
dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah
dengan pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan beragam produk
yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip syariah.
Kehadiran PT. Bank BRISyariah di tengah-tengah industri perbankan
nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan.
Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah
bank modern sekelas PT. Bank BRISyariah yang mampu melayani masyarakat
dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan
60
dari warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk.,
Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember
2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah (proses
spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan
dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT.
Bank BRISyariah.
Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset,
jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada
segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah menargetkan menjadi bank ritel
modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan.
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis sinergi
dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan
jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor
Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan
penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip
Syariah.
2. Visi dan Misi Perusahaan
61
Visi PT. Bank BRISyariah adalah menjadi bank ritel modern terkemuka
dengan ragam layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jagkauan termudah
untuk kehidupan lebih bermakna. Sedangkan misinya adalah:
a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan fi-
nansial nasabah.
b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
c. Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan dimana
pun.
d. Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan
menghadirkan ketenteraman pikiran.
3. Pembiayaan konsumer BRI Syariah
a. Gadai BRISyariah iB
Gadai BRISyariah iB hadir untuk memberikan solusi memperoleh dana tunai
untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak ataupun untuk keperluan modal
usaha dengan proses cepat, mudah, aman dan sesuai syariah untuk
ketentraman Anda. Manfaat yang diperoleh yaitu pilihan tepat, penuh manfaat
serta lebih berkah karena pembiayaan sesuai syariah
b. KKB BRISyariah iB
Yaitu produk dengan skim pembiayaan adalah jual beli (MURABAHAH),
adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh Bank dan Nasabah (fixed margin),
62
dengan jangka waktu maksimal 5 tahun, cicilan tetap dan meringankan selama
jangka waktu, bebas pinalti untuk pelunasan sebelum jatuh tempo. Tujuan
produk ini untuk pembelian mobil baru, pembelian mobil second, Take
Over/Pengalihan Pembiayaan KKB dari lembaga pembiayaan lain
c. KPR BRISyariah iB
Yaitu pembiayaan kepemilikan rumah kepada perorangan untuk memenuhi
sebagian atau keseluruhan kebutuhan akan hunian dengan mengunakan
prinsip jual beli (Murabahah) dimana pembayarannya secara angsuran dengan
jumlah angsuran yang telah ditetapkan di muka dan dibayar setiap bulan.
Manfaat produk ini yaitu menggunakan skim pembiayaan adalah jual beli
(MURABAHAH), adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh Bank dan Nasabah
(fixed margin), uang muka ringan, jangka waktu maksimal 15 tahun, cicilan
tetap dan meringankan selama jangka waktu, bebas pinalti untuk pelunasan
sebelum jatuh tempo.
d. KLM BRISyariah IB
Kepemilikan Logam Mulia BRISyariah (KLM BRISyariah iB) kini hadir
membantu Anda mewujudkan mimpi memiliki emas logam mulia dengan
lebih mudah. Manfaatnya yaitu memberikan kemudahan memiliki logam
mulia emas ANTAM 24 karat (99,999%) dan lokal dengan sistem
pembiayaan cicilan ringan dan proses cepat, menggunakan prinsip jual beli
(murabahah) dengan akad Murabahah bil Wakalah
63
e. KMG BRISyariah iB
Salah satu produk untuk memenuhi kebutuhan karyawan khususnya karyawan
dari perusahaan yang bekerjasama dengan PT. Bank BRISyariah dalam
Program Kesejahteraan Karyawan (EmBP), dimana produk ini dipergunakan
untuk berbagai keperluan karyawan dan bertujuan untuk meningkatkan
loyalitas karyawan Program Kesejahteraan Karyawan (EmBP).
f. Pembiayaan Umrah BRISyariah iB
Pembiayaan Umrah BRISyariah iB kini hadir membantu anda untuk
menyempurnakan niat Anda beribadah dan berziarah ke Baitullah. Produk
Pembiayaan Umrah BRISyariah iB mengunakan prinsip akad jual beli
manfaat/jasa (ijarah Multijasa).
4. Perkembangan DPK dan Pembiayaan BRI Syariah
a. Perkembangan Dana Pihak Ketiga BRI Syariah
Sumber: Annual Report BRI syariah 2013 diolah
Gambar 4.1. DPK Bank BRI Syariah 2010-2013
5.09
9.911.95
13.9
2010 2011 2012 2013
DPK dalam tril iun rupiah
64
Perkembangan DPK di BRI Syariah dari tahun ke tahun selalu
mengalami peningkatan yang signifikan, Hal ini dipengaruhi oleh kinerja BRI
Syariah yang semakin baik. Dari data DPK BRI Syariah tahun 2013, tercatat
bahwa terjadi kenaikan jumlah DPK sebesar 173% jika dibandingkan dengan
tahun 2010 yaitu dari Rp. 5.09 Triliun menjadi Rp. 13.9 triliun. Jika
dibandingkan dengan tahun 2012, jumlah DPK di tahun 2013 mengalami
kenaikan sebesar 16,37% yaitu dari Rp. 11.95 Triliun menjadi Rp. 13.9
Triliun. Perkembangan DPK tersebut juga seiring dengan kenaikan jumlah
FDR dan NPF di BRI Syariah.
b. Perkembangan FDR Pembiayaan BRI Syariah
Gambar 4.2. FDR Bank BRI Syariah 2010-2013
95.82%90.55%
100.96% 102.70%
2010 2011 2012 2013
Sumber: Annual Report BRI Syariah 2013 diolah
Perkembangan FDR di BRI Syariah juga mengalami peningkatan di
tahun 2013, walaupun sempat mengalami penurunan di tahun 2011 sebesar
5,5%, yaitu dari 95,82% menjadi 90,55%. Jika dibandingkan dengan tahun
2010, FDR BRI Syariah di tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 7,2%,
yaitu dari 95,82% menjadi 102,7%. Sedangkan jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, FDR BRI syariah tahun 2013 mengalami peningkatan
65
sebesar 1,7%. Dilihat dari rasio FDR, kinerja penyaluran pembiayaan di BRI
Syariah sangat memuaskan karena berada diatas 80%.
c. Perkembangan NPF Penyaluran Pembiayaan BRI Syariah
Gambar 4.3. NPF BRI Syariah 2010-2013
2.14% 2.12% 2%
3.26%
2010 2011 2012 2013
Sumber : Annual Report BRI Syariah 2013 diolah
Perkembangan DPK dan FDR pada BRI syariah tidak terlepas dari
masalah pembiayaan bermasalah. Dalam hal ini, pembiayaan yang disalurkan
oleh BRI Syariah memiliki tingkat NPF yang berkisar antara 2-3.26%.
walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar 5,7% dari
tahun sebelumnya.
Pada tahun 2013, tingkat NPF mengalami peningkatan sebesar 63%
dari tahun sebelumnya, yaitu dari 2% menjadi 3.26%. hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar jumlah DPK dan jumlah pembiayaan yang disalurkan,
maka semakin besar tingkat NPF pembiayaan tersebut.
66
d. Alokasi Penyaluran DPK terhadap Pembiayaan di BRI Syariah
Gambar 4.4. Penyaluran pembiayaan Bank BRI Syariah 2013
pembiayaan mikro
18% (2,51T)
pembiayaan UKM dan
kemitraan
24% (3,46T)
pembiayaan konsumer
26% (3,64T)
pembiayaan komersil
32% (4,48T)
Sumber: Annual Report BRI Syariah 2013 diolah
Bank BRI Syariah menyalurkan DPK yang sudah dihimpun selama
periode 2013 secara umum dalam beberapa sektor bisnis. Sektor yang
mempunyai alokasi paling besar adalah pembiayaan komersil, yaitu sebesar
Rp. 4,48 Triliun atau sebesar 32% dari total DPK. Kemudian disusul oleh
sektor pembiayaan konsumer sebesar Rp. 3,64 Triliun atau sebesar 26% dari
total DPK, sektor pembiayaan UKM dan Kemitraan sebesar 3,46 Triliun atau
24% dari total DPK, serta sektor pembiayaan Mikro sebesar Rp. 2,51 Triliun
atau 18% dari total DPK.
Dari sektor-sektor pembiayaan yang disalurkan, pembiayaan
konsumer memiliki produk-produk yang variatif serta selalu dipaparkan
dalam marketing kit. Pembiayaan konsumer ada hampir di semua kantor
cabang dan kantor cabang pembantu di seluruh Indonesia. Pembiayaan
67
konsumer di BRI Syariah meliputi pembiayaan KPR BRI Syariah IB, KLM
BRI Syariah IB, KKB BRI Syariah IB, Gadai BRI Syariah IB serta KMG
BRISyariah IB. dari total pembiayaan konsumer yang disalurkan, dapat dilihat
porsi dari masing-masing produk pembiayaan dalam chart dibawah ini.
Gambar 4.5. penyaluran pembiayaan konsumer BRI Syariah 2013
KPR BRISyariah IB
54%
KMG BRI Syariah IB
19%
PKE BRISyariah IB
1,7%
KKB BRISyariah IB
0,3%
Gadai BRISyariah
IB
24%
Sumber: Annual Report BRI Syariah 2013 diolah
Dari data diatas terlihat bahwa alokasi pembiayaan konsumer terbesar
disalurkan pada pembiayaan KPR BRISyariah IB, yaitu sebesar Rp. 1,99
Triliun atau sebesar 55% dari total penyaluran pembiayaan konsumer. Disusul
gadai BRISyariah IB sebesar Rp. 0,88 Triliun atau sebesar 24% dari total
penyaluran pembiayaan konsumer, KMG BRISyariah IB sebesar 19% dari
total penyaluran pembiayaan konsumer, PKE atau KLM BRISyariah IB
sebesar 1,7% serta KKB BRISyariah sebesar 0,3% dari total penyaluran
pembiayaan konsumer BRI Syariah. Jadi, dari total pembiayaan konsumer
yang disalurkan, pembiayaan KPR BRISyariah IB memberikan sumbangan
68
terbesar. KPR BRISyariah IB juga saat ini menduduki peringkat ketiga dalam
menyalurkan FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) yang
merupakan program dari Kementrian Perumahan Rakyat.
B. Mengukur potensi kerugian dengan Creditrisk+
Untuk mengukur potensi kerugian dari risiko kredit pembiayaan KPR IB
BRISyariah KC Abdul Muis menggunakan analisis internal risiko kredit dengan
metode Creditrisk+. Analisis dengan menggunakan metode ini berasal dari
pembiayaan yang memiliki potensi gagal bayar.
1. Step 1. Pengelompokkan Eksposure dalam band dan menghitung
probability Default
Nilai eksposure diperoleh dari debitur dengan status overdue 90 hari
atau gagal bayar lebih dari 90 hari per bulan. Hal ini mengikuti peraturan
otoritas terkait dengan kriteria kolektabilitas. Sehingga debitur yang dianggap
memiliki potensi kerugian adalah debitur yang telah memasuki kolektabilitas
tidak lancar, diragukan dan macet atau dengan jangka waktu keterlambatan
diatas 90 hari. Berdasarkan data yang didapat, sampai dengan desember 2013
diperoleh banyaknya debitur pembiayaan KPR IB BRISyariah KC AbdulMuis
Jakarta berjumlah 325 debitur dengan total pembiayaan Rp. 379,540,725,808 .
Nilai pembiayaan terkecil sebesar Rp. 17.126.100,94 dan terbesar Rp.
6.305.926.269,27.
69
Dari keseluruhan debitur, diperoleh sebanyak 10 debitur berada pada
kategori kurang lancar, diragukan dan macet dengan nilai eksposur terkecil
sebesar Rp. Rp. 59.069.077,86 dan terbesar Rp. 1.751.095.158,81
Selanjutnya, kelompok debitur ini dikelompokkan berdasarkan asumsi
kemungkinan gagal bayar (probability of default). Probability of default
adalah peluang macet debitur yang nilainya sudah ditentukan oleh bank
indonesia berdasarkan nilai PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)
yang ditentukan dalam (PBI NO. 13/13/PBI/2011 tentang penilaian kualitas
aktiva bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah).
Tabel 4.1. Probability default
Murabahah
Kol. 3 Kol. 4 Kol.5
Keterlambatan 91-120 hari 121-180 hari >180 hari
Probability Default 15% 50% 100%
Sumber : PBI NO. 13/13/PBI/2011
Tabel 4.2. Penentuan eksposur awal dan probability of default
No. Nama
debitur Eksposur Awal Akad Pembiayaan Kolektibilitas
Prob.
Default
1 A Rp. 59.069.077,86 Murabahah 5 1
2 B Rp. 161.355.360,37 Murabahah 5 1
3 C Rp. 241.651.850,00 Murabahah 4 0.5
4 D Rp. 259.229.166,94 Murabahah 3 0.15
5 E Rp. 379.530.000,00 Murabahah 3 0.15
6 F Rp. 509.176.536,94 Murabahah 3 0.15
7 G Rp. 944.789.190,27 Murabahah 5 1
70
8 H Rp. 963.662.233,82 Murabahah 5 1
9 I Rp. 1.342.372.754,24 Murabahah 5 1
10 J Rp. 1.751.095.158,81 Murabahah 4 0.5
Jumlah Rp. 6.611.931.329
Sumber : Data pembiayaan BRISyariah KC Abdul Muis diolah
Berdasarkan data, terdapat 10 debitur yang bermasalah. Dari 10
debitur, terdapat 3 debitur berada dalam kolektibilitas 3 (kurang lancar),
terdapat 2 debitur yang berada dalam kolektibilitas 4 (diragukan) dan terdapat
5 debitur yang berada dalam kolektibilias 5 (macet). Total pembiayaan yang
berada dalam kolektibilitas 3-5 bernilai Rp. Rp. 6.611.931.329
2. Step 2. Penghitungan Recovery Rate dan Riil Loss
Nilai Riil Loss bernilai antara nol (terendah) artinya tidak ada kerugian
sama sekali hingga satu (tertinggi) artinya kerugian yang dihadapi perusahaan
sebesar 100%. Nilai Riil Loss(RL) diperoleh dari 1-RR.
Dan nilai recovery rate pada pembiayaan KPR IB BRISyariah KC Abdul
Muis Jakarta dapat dlihat dari presentasi nilai pembiayaan yang sudah dilunasi
oleh semua debitur. Nilai recovery rate yang dinotasikan dengan RR diperoleh
dari 100% - persentase dari niali outstanding debitur. Dimana nilai outstanding
debitur merupakan nilai sisa tunggakan debitur yang belum dilunasi.
Selain itu, nilai Recovery Rate dapat juga dinilai dari berbagai faktor,
diantaranya dapat dilihat dari nilai agunan maupun dari nilai rata-rata
penghapusbukuan piutang yang memiliki kolektibilitas macet dengan melakukan
penyitaan jaminan pembiayaan.
71
Tabel 4.3. Penentuan nilai recovery rate dan riil loss
No. Nama
Debitur
Eksposur awal Cicilan yang
sudah dibayar
Eksposur at
default
RR Riil
Loss
1 A Rp. 59.069.077,86 Rp. 30.723.207,18 Rp. 28.345.870,68 0.52 0.48
2 B Rp. 161.355.360,37 Rp. 92.420.183,32 Rp. 68.935.177,05 0.57 0.43
3 C Rp. 241.651.850,00 Rp. 177.010.416,55 Rp. 64.641.433,45 0.73 0.27
4 D Rp. 259.229.166,94 Rp. 117.746.198,96 Rp. 141.482.967,98 0.45 0.55
5 E Rp. 379.530.000,00 Rp. 241.071.428,46 Rp. 138.458.571,54 0.64 0.36
6 F Rp. 509.176.536,94 Rp. 234.929.041,87 Rp. 274.247.495,07 0.46 0.54
7 G Rp. 944.789.190,27 Rp. 529.161.168,04 Rp. 415.628.022,23 0.56 0.44
8 H Rp. 963.662.233,82 Rp. 559.118.070,90 Rp. 404.544.162,92 0.58 0.42
9 I Rp. 1.342.372.754,24 Rp. 599.587.795,89 Rp. 742.784.958,35 0.45 0.55
J Rp. 1.751.095.158,81 Rp. 789.475.988,29 Rp. 961.619.170,52 0.45 0.55
Jumlah Rp. 6.611.931.329 Rp. 3.371.243.499 Rp. 3.240.687.830
Sumber : Data pembiayaan BRISyariah KC Abdul Muis diolah
3. Step3. Perhitungan Expected Loss dan Expected Loss Individual
Expected Loss merupakan nilai kerugian yang dapat diperkirakan dan
dapat ditutupi oleh PPAP yang telah dicadangkan. Expected Loss diperoleh dari
hasil perkalian antara nilai eksposure (berdasarkan sisa cicilan) dengan peluang
macet debitur. Data eksposure dikelompokkan dalam nilai band Rp.
100.000.000.00.
72
Tabel 4.4. Expected loss pada band 100 juta
No. Nama
Debitur Eksposur at default
Probability
default Expected loss
1 A Rp. 28.345.870.68 1 Rp. 28.345.871
2 B Rp. 68.935.177.05 1 Rp. 68.935.177
3 C Rp. 64.641.433.45 0.5 Rp. 32.320.717
4 D Rp. 141.482.967.98 0.15 Rp. 21.222.445
5 E Rp. 138.458.571.54 0.15 Rp. 20.768.786
6 F Rp. 274.247.495.07 0.15 Rp. 41.137.124
7 G Rp. 415.628.022.23 1 Rp. 415.628.022
8 H Rp. 404.544.162.92 1 Rp. 404.544.163
9 I Rp. 742.784.958.35 1 Rp. 742.784.958
10 J Rp. 961.619.170.52 0.5 Rp. 480.809.585
Jumlah Rp. 3.240.687.830 Rp. 2.256.496.848
Sumber : Data pembiayaan BRISyariah KC Abdul Muis diolah
Berdasarkan data jumlah debitur yang berada pada nilai band
Rp.100.000.000.00 berjumlah 10 orang dengan total eksposur sebesar Rp. Rp.
3.240.687.830. Setelah dihitung. diperoleh total nilai Expected Loss band Rp.
100.000.000.00 adalah sebesar Rp. 2.256.496.848. Dengan demikian. total
kerugian yang harus dapat ditutupi oleh provisi perusahaan adalah sebesar Rp.
2.256.496.848.
Setelah hasil Expected Loss diketahui. maka dapat dilanjutkan dengan
menghitung Expected Loss Individual pada setiap kelas di masing-masing band
yang sudah ditentukan. Nilai Expected Loss Individual diperoleh dari nilai
73
Expected Loss dibagi dengan kelas pada masing-masing band. Penentuan nilai
kelas yang digunakan untuk perhitungan Expected Loss Individual band diperoleh
dengan mengelompokkan dalam range tertentu. Untuk nilai band Rp.
100.000.000. penulis mengelompokkan dalam 10 kelas dengan range Rp.
100.000.000 disetiap kelasnya ( kelas1= rp. 0 sampai Rp. 100.000.000 kelas2=
Rp. 100.000.001 sampai Rp. 200.000.000. Dst).
Table 4.5. Expected Loss Individual Band 100 juta
No. Nama Expected Loss Kelas nj (EL individual)
1 A Rp. 28.345.871 1 Rp. 28.345.871
2 B Rp. 68.935.177 1 Rp. 68.935.177
3 C Rp. 32.320.717 1 Rp. 32.320.717
4 D Rp. 21.222.445 2 Rp. 10.611.223
5 E Rp. 20.768.786 2 Rp. 10.384.393
6 F Rp. 41.137.124 3 Rp. 13.712.375
7 G Rp. 415.628.022 5 Rp. 83.125.604
8 H Rp. 404.544.163 5 Rp. 80.908.833
9 I Rp. 742.784.958 8 Rp. 92.848.120
10 J Rp. 480.809.585 10 Rp. 53.423.287
Jumlah Rp. 2.256.496.848 Rp. 474.615.599
Sumber : Data pembiayaan BRISyariah KC Abdul Muis diolah
74
4. Step4. Penentuan n-default dengan distribusi Poisson
Penentuan jumlah debitur macet dalam metode Creditrisk+ menggunakan
alat bantu analisis statistik dengan menggunakan distribusi poisson. Dalam
perhitungan dengan distribusi poisson menggunakan nilai frekuensi nj yang
diperoleh dari nilai nj dibagi dengan nilai band ke-j. kemudian diolah dengan
distribusi poisson dengan tingkat kepercayaan 95%. diperoleh jumlah debitur
yang berpeluang macet sebanyak 10 debitur.
Tabel 4.6. Penentuan n-default dengan Distribusi Poisson
Band 1 Rp. 10.000.000
Kelas Frek. Nj Poisson N
1 0.43 0.990246496 2
2 0.10 0.99486067 1
3 0.14 0.991415358 1
4
5 0.82 0.949633234 2
6
7
8 0.93 0.932372332 2
9
10 0.48 0.987025482 2
Jumlah n-default 10
Sumber : Data pembiayaan BRISyariah KC Abdul Muis diolah
75
5. Step5. Menghitung Unexpected Loss
Unexpected Loss (UL) adalah kerugian akibat gagal bayar debitur yang
harus dapat dikendalikan meskipun tidak diharapkan sebelumnya. Unexpected
Loss dapat diperoleh dengan rumus:
UL = n-default x Lj x nominal band x Riil Loss (1-RR)
Tabel 4.7. Unexpected Loss Band 10 juta
Kelas Frek.
Nj
N Poisson RR Unexpected Loss
1 0.43 2 0.990246496 60.85% 78.306.710,72
2 0.10 1 0.99486067 54.47% 91.059.925,02
3 0.14 1 0.991415358 46.14% 161.582.953,16
4
5 0.82 2 0.949633234 57.01% 429.857.429,66
6
7
8 0.93 2 0.932372332 44.67% 885.339.731,16
9
10 0.48 2 0.987025482 45.08% 1,098,306,012.31
Jumlah 10 2.744.452.762,04
Sumber : Data pembiayaan BRISyariah KC Abdul Muis diolah
76
Pada perhitungan Unexpected Loss diatas. dapat dilihat bahwa nilai
Unexpected Loss Pada band Rp. 100.000.000. jumlah debitur yang berpotensi
macet berjumlah 10.debitur dengan nilai Unexpected Loss sebesar Rp.
2.744.452.762,04. Sehingga diperoleh total Unexpected Loss yang harus ditutupi
oleh BRI Syariah KC Abdul Muis pada pembiayaan KPR IB BRISyariah sebesar
Rp. 2.744.452.762,04 dari total pembiayaan yang disalurkan periode desember
2013.
6. Perhitungan Economic Capital
Economic Capital atau kecukupan modal atau istilah economic capital
merupakan modal yang diperlukan dalam perhitungan risiko kredit dengan
CreditRisk+ adalah modal yang harus dimiliki perusahaan untuk menutupi nilai
kerugian yang disebabkan oleh adanya unexpected loss. Besarnya economic
capital ini dihitung dari pengurangan antara unexpected loss dengan nilai
expected loss.
Berdasarkan data perhitungan diperoleh nilai economic capital sebesar Rp.
2.744.452.762,04 - Rp. 2.256.496.848 = Rp. 487.955.914,04, sedangkan nilai
aktiva pada pembiayaan KPR BRISyariah IB sebesar Rp. 58.748.177.999,14. Hal
ini menunjukkan bahwa kecukupan modal yang dibutuhkan atas portofolio
pembiayaan KPR BRISyariah IB ini masih mampu untuk menanggung adanya
risiko kredit yang diakibatkan oleh unexpected loss.
77
C. Strategi Mitigasi Risiko Pembiayaan KPR BRI Syariah IB
1. Studi Kelayakan Calon Debitur
Dalam mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah, Bank BRI Syariah
melakukan study kelayakan nasabah dengan melakukan PIR (Personal
Investigasi Report) yang meliputi:
a. Melakukan kunjungan nasabah dengan membawa LKN (Laporan
Kunjungan Nasabah)
b. Melakukan penilaian atau scoring berdasarkan laporan kunjungan nasabah
c. Melakukan pengumpulan dan evaluasi data-data calon nasabah
d. Melakukan evaluasi pendapatan dan menentukan maksimal pengajuan
pembiayaan berdasarkan RPC (Repayment Capacity) yaitu 35% dari
disposable income
2. Pembentukan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)
Pembentukan PPAP didasarkan pada PBI NO. 13/13/PBI/2011 tentang
penilaian kualitas aktiva bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah.
Dalam PBI tersebut dijelaskan tentang dana yang harus dicadangkan apabila
terjadi penurunan kolektibilitas nasabah dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 4.8. PBI NO. 13/13/PBI/2011 tentang penilaian kualitas aktiva bagi
bank umum syariah dan unit usaha syariah
Pembiayaan KPR Murabahah
Kol. 1
(Lancar)
Kol. 2
(Dalam
Perhatian
Khusus)
Kol. 3
(Kurang
Lancar)
Kol. 4
(Diragukan)
Kol.5
(Macet)
Keterlambatan 0 hari 1-90 hari 91-120 hari 121-180 hari >180 hari
Probability
Default
0 5% 15% 50% 100%
Sumber : PBI NO. 13/13/PBI/2011
78
3. Arbun atau Uang Muka
Bank BRI Syariah dalam mencegah risiko pembiayaan juga melaksanakan
ketentuan penetapan uang muka atau arbun dalam skim pembiayaan KPR Bank
Syariah diatur dalam Surat edaran BI No. 15/40/DKMP tanggal 24 September
2014. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan tabel ketentuan FTV (Financing To
Value) dibawah ini:
Tabel 4.9. Financing To Value pembiayaan KPR
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/40/DKMP tanggal 24 September 2013
4. Kerjasama dengan Perusahaan Asuransi
Dalam menghindari dan mencegah terjadinya risiko pada pembiayaan
KPR BRISyariah IB, Bank BRI Syariah melakukan kerjasama dengan berbagai
pihak asuransi,meliputi:
a. Asuransi Jiwa Pembiayaan, premi asuransi dibayar dimuka sesuai jangka
waktu pembiayaan
b. Asuransi Kebakaran, premi asuransi dibayar dimuka sesuai jangka waktu
pembiayaan
79
c. Untuk daerah yang berpotensi gempa bumi, maka unit kerja dapat
mengenakan biaya asuransi gempa bumi kepada nasabah
5. Pengikatan Asset Sebagai jaminan
Dalam pembiayaan KPR BRISyaraiah IB, asset yang dijaminkan adalah
objek pembiayaan itu sendiri. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk
menggunakan asset lain sebagai jaminan pembiayaan. Asset yang dapat dijadikan
sebagai jaminan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan mempunyai
nilai taksir minimal 125% dari plafond pembiayaan.
6. Eksekusi Jaminan
Pada pembiayaan KPR BRISyariah IB, apabila nasabah berada dalam
keadaan kolektibilitas 5, maka bank BRISyariah akan memberikan surat
peringatan (SP) pada nasabah sebelum melakukan eksekusi jaminan. Dalam
pembiayaan ini, pihak Bank tidak melakukan Reschedulling, Reconditioning,
Restructuring maupun Combination karena pada dasarnya akad yang digunakan
adalah akad murabahah. Jadi, Bank melakukan eksekusi jaminan untuk mengatasi
pembiayaan bermasalah yang sudah dalam keadaan kolektibilitas 5 walaupun
melalui proses yang cukup lama.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan model Creditrisk+,
diperoleh potensi kerugian yang terekspektasi oleh PPAP (Expected Loss) sebesar
Rp. 2.256.496.848 dan kerugian yang tidak diharapkan (Unexpected Loss) sebesar
Rp. 2.744.452.762,04. Dari data tersebut diperoleh nilai Economic Capital
sebesar Rp. 487.955.914,04 , sedangkan nilai aktiva pada pembiayaan KPR
80
BRISyariah IB sebesar Rp. 58.748.177.999,14. Hal ini menunjukkan bahwa
kecukupan modal yang dibutuhkan atas portofolio pembiayaan KPR BRISyariah
IB ini masih mampu untuk menanggung adanya risiko kredit yang diakibatkan
oleh Unexpected Loss.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perlu dilakukan strategi
mitigasi risiko pembiayaan yang tepat. Strategi mitigasi risiko pembiayaan KPR
BRI Syariah IB yang telah dilakukan oleh Bank BRI Syariah KC Abdul Muis
Jakarta antara lain melakukan study kelayakan debitur, pembentukan PPAP
berdasarkan PBI NO. 13/13/PBI/2011, penerapan kebijakan uang muka,
kerjasama dengan perusahaan asuransi, pengikatan asset sebagai jaminan, serta
eksekusi jaminan. Strategi mitigasi tersebut diharapkan dapat meminimalisir
risiko yang ditimbulkan oleh pembiayaan bermasalah.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan perhitungan dengan metode Creditrisk+, pada pembiayaan KPR
BRISyariah IB yang disalurkan oleh BRISyariah KC Abdul Muis Jakarta
diperoleh nilai expected loss sebesar Rp. 2.256.496.848 berdasarkan
ketentuan PPAP dari total pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp.
379.540.725.808 per desember 2013. Pada perhitungan unexpected loss
diperoleh nilai unexpected loss sebesar Rp. 2.744.452.762,04, hal tersebut
menunjukkan bahwa Bank BRISyariah harus melakukan pencadangan
kerugian sebesar Rp. 2.744.452.762,04 yang merupakan ekspektasi kerugian
yang tidak diharapkan.
2. Berdasarkan data perhitungan diperoleh nilai economic capital sebesar Rp.
487.955.914,04, sedangkan nilai aktiva pada pembiayaan KPR BRISyariah IB
sebesar Rp. 58.748.177.999,14. Hal ini menunjukkan bahwa kecukupan
modal yang dibutuhkan atas portofolio pembiayaan KPR BRISyariah IB ini
masih mampu untuk menanggung adanya risiko kredit yang diakibatkan oleh
unexpected loss.
82
3. Bank BRI Syariah KC Abdul Muis Jakarta dalam menghadapi potensi
kerugian yang terjadi pada pembiayaan KPR BRISyariah IB menggunakan
beberapa strategi mitigasi. Strategi mitigasi risiko pembiayaan KPR
BRISyariah IB antara lain antara lain adalah melakukan study kelayakan
debitur, pembentukan PPAP berdasarkan PBI NO. 13/13/PBI/2011, penerapan
kebijakan uang muka, kerjasama dengan perusahaan asuransi, pengikatan
asset sebagai jaminan, serta eksekusi jaminan.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai uraian terakhir
dari penulisan ini.
1. Bank BRI Syariah seharusnya memberikan variasi akad pada produk
pembiayaan KPR BRISyariah IB seperti akad IMBT (Ijarah Muntahiya Bit
Tamlik) dan MMQ (Musyarakah Mutanaqishah) sehingga dapat memberikan
alternatif pilihan bagi nasabah yang akan mengajukan pembiayaan KPR.
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat ditambahkan pembiayaan lain yang
disalurkan oleh bank BRISyariah Kantor Cabang Abdul Muis Jakarta atau
Bank-bank syariah lainnya agar dapat mengetahui potensi kerugian
pembiayaan-pembiayaan yang disalurkan dengan menggunakan metode
creditrisk+.
3. Bank BRI Syariah sebaiknya melakukan pengembangan metode-metode
untuk mengukur potensi kerugian, sehingga tidak hanya terpaku pada
83
pembentukan PPAP yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Sehingga, Bank
BRI Syariah juga dapat melakukan strategi mitigasi yang tepat secara efektif
dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an.
Ali, Masyhud. Manajemen Risiko; Strategi Perbankan dan Dunia Usaha
Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2006.
Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan. Jakarta : Bank
Indonesia, 1999.
Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta : Gema Insani Press,
2001.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta : Pustaka Alvabet,
2005.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT
Rineka Cipta, 2006.
Artesha, Ade dan Edia Handiman. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.
Jakarta : PT INDEKS, 2006.
Bank Indonesia. Statistik Perbankan Indonesia september 2013. Jakarta : Bank
Indonesia, 2013.
Coyle, Brian. Credit Risk Management ; Framework for Credit Risk Management.
United Kingdom : CIB PUBLISHING, 2000.
Credit Suisse First Boston. A Credit Risk Management Framework. United States of
America, 1997.
Crouhy, Michel dan Galai Robert Mark. Risk Management; Comprehensive Chapters
on Markets, Credit and Operational Risk-Features an Integrated VaR
Framework-Hedging Strategies for Reducing Risk. New York, USA:
McGraw-Hill Company, Inc, 2000.
Damawi, Herman. Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara, 1994.
Djohanputro, Bramantyo, MBA, Ph. D. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi.
Jakarta : PPM, 2006.
Edward W. Bank Umum. Jakarta : Bumi Aksara, 1989.
El Tiby, Amr Mohammed. Islamic Banking : How To Manage Risk and Improve
Profitability. USA : John Willey and Sons, 2011.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta : ANDI, 2000.
Haris, Helmi. Pembiayaan Kepemilikan Rumah (Sebuah Inovasi Pembiayaan
Perbankan Syariah). Jurnal Ekonomi Islam 2007.
Hermansyah, S. H. , M. Hum. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta :
Kencana, 2011.
Karim, Adiwarman, S.E, M.B.A.,M.A.E.P. Bank Islam ; Analisis Fiqih dan
Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo, 2004.
Khan, Tariqullah, dkk. Manajemen Risikio Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2008.
Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga,
2009.
Meilani, Ani. Jurnal Organisasi Manajemen ; Penerapan Metode Creditrisk+ dalam
Pengukuran Risiko Kredit Kendaraan Bermotor ( Kasus pada PT X). Jakarta :
FEUT, 2010.
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta : Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN, 2005.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 1988.
N Idrus, Ferry. Manajemen Risiko Perbankan. Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2011.
Salim, A. Abas. Dasar-dasar Asuransi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1993.
Simorangkir, O.P. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Bogor :
Ghalia Indonesia, 2000.
Sjahdaini , Sutan Remy. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam tata Hukum
Perbankan Indonesia. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1999.
Sri Hardanto, Sulad. Manajemen Risiko Bagi Bank-Bank Umum: Kisi-Kisi Ujian
Sertifikasi Manajemen Risiko Perbankan. Jakarta : Gramedia, 2006.
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV ALFABETA 1999.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Altrnatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana, 2007.
Tim PPS IBI. Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah. Jakarta :
Djambatan, 2003.
Veithzal, Rivai. Islamic Financial Management. Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2008.
Yustine, Yudia dkk. Jurnal Gaussian ; Pengukuran Probabilitas Kebrangkutan dan
Valuasi Obligasi Korporasi dengan Metode Creditrisk+. Semarang : FMS
UNDIP, 2012.
Artikel dan Sumber Lainnya
PT Bank BRI Syariah Tbk, About BRI Syariah. Diakses tanggal 17januari 2014 dari
http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah
PT Bank BRI Syariah Tbk, KPR BRISyariah IB. Diakses tanggal 17januari 2014 dari
http://www.brisyariah.co.id/?q=kpr-brisyariah-ib
Wibowo, Hendro. Manajemen Risiko Bank Syariah.
http;//hndwibowo.blogspot.com/2008/06/ Manajemen risiko bank
syariah.html, diakses pada 20 mei 2014.
Dec 31, 2013
ID0010020 - KC JAKARTA ABDUL MUIS FIKRI.ZAENURI
SEMUA UNIT KERJA
1 - Lancar, 2 - Dalam Perhatian Khusus, 3 - Kurang Lancar, 4 - Diragukan, 5 - Macet
NO NAMA CABANG URAIAN SEGMENTASIURAIAN PRODUKKOLEKTIBILITASURAIAN KOLEKTIBILITASTGL. BUKATGL. JATUH TEMPOJUMLAH HARI MENUNGGAKTGL. MENUNGGAKSISA POKOKSISA MARGINTUNGGAKAN POKOKTUNGGAKAN MARGINPPAP PIUTANG TUNGGAKAN CICILAN YANG SUDAH DIBAYAR
202 KC JAKARTA ABDUL MUIS KONSUMER KPR MRBH 5 Macet 27-01-2010 25-08-2014 891 24-07-2011 6,468,043 5,967,552 24,255,164 22,378,319 30,723,207 59,069,077.86 28,345,870.68 30,723,207.18218 KC JAKARTA ABDUL MUIS KONSUMER KPR MRBH 3 Kurang Lancar 05-04-2010 05-04-2017 149 04-08-2013 214,285,714 123,074,286 26,785,714 15,384,286 0 379,530,000 138,458,571.54 241,071,428.46260 KC JAKARTA ABDUL MUIS KONSUMER KPR MRBH 3 Kurang Lancar 28-12-2010 25-12-2025 129 24-08-2013 116,322,773 134,158,974 1,423,426 7,323,994 0 259,229,166.94 141,482,967.98 117,746,198.96282 KC JAKARTA ABDUL MUIS KONSUMER KPR MRBH 5 Macet 25-02-2011 25-10-2025 282 24-03-2013 585,444,906 668,613,848 14,142,890 74,171,110 47,336,201 1,342,372,754.24 742,784,958.35 599,587,795.89303 KC JAKARTA ABDUL MUIS KONSUMER KPR MRBH 5 Macet 11-05-2011 11-05-2020 782 10-11-2011 473,647,879 246,759,810 85,470,192 157,784,353 0 963,662,233.82 404,544,162.92 559,118,070.90322 KC JAKARTA ABDUL MUIS KONSUMER KPR MRBH 3 Kurang Lancar 20-07-2011 20-07-2026 103 19-09-2013 232,713,985 263,322,512 2,215,057 10,924,983 4,768,356 509,176,536.94 274,247,495.07 234,929,041.87
1,103 KC JAKARTA ABDUL MUIS KONSUMER KPR MRBH 4 Diragukan 06-04-2010 06-04-2015 270 05-04-2013 113,286,667 41,370,517 63,723,750 23,270,916 0 241,651,850 64,641,433.45 177,010,416.551,108 KC JAKARTA ABDUL MUIS KONSUMER KPR MRBH 5 Macet 29-06-2010 29-06-2018 1,099 28-12-2010 390,014,922 170,605,118 139,146,246 245,022,904 273,766,842 944,789,190.27 415,628,022.23 529,161,168.041,109 KC JAKARTA ABDUL MUIS KONSUMER KPR MRBH 5 Macet 29-06-2010 29-06-2018 978 28-04-2011 69,671,172 30,476,415 22,749,011 38,458,762 47,814,510 161,355,360.37 68,935,177.05 92,420,183.321,170 KC JAKARTA ABDUL MUIS KONSUMER KPR MRBH 4 Diragukan 24-10-2012 24-10-2027 191 23-06-2013 778,127,495 902,114,102 11,348,493 59,505,068 37,125,494 1,751,095,158.81 961,619,170.52 789,475,988.29
TANGGAL KODE LAPORAN : RP0008
KANTOR CABANG INDUK USER NAME :
KOLEKTIBILITAS PEMBIAYAAN
UNIT KERJA
DRAFT WAWANCARA
Keterangan:
A : penulis (Wisnu Fitrianto)
B : Bpk Kurnia Totok Sudjatmiko ( Financing Support Manager BRI Syariah KC Abdul
Muis Jakarta)
A : Bagaimana mekanisme produk pembiayaan kpr di BRI syariah?
B : Pada dasarnya produk pembiayaan KPR di BRI Syariah itu sendiri sama seperti
pembiayaan KPR di bank-bank syariah lain. Pembiayaan KPR disini juga
menggunakan akad murabahah, sama, kamu pasti sudah tahu lah bagaimana konsep
akad murabahah. Jadi, bank hanya memberikan pembiayaan sebebsar 70% dari total
pembiayaan yang diajukan oleh nasabah. Kalo ketentuannya nanti ada di marketing kit
yang saya kasih.
A : Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon nasabah untuk mengajukan
pembiayaan KPR di BRI syariah?
B : Mmmm, untuk persyaratan yang harus dipenuhi nasabah yang akan mengajukan
pembiayaan KPR disini itu lumayan banyak. Adapun persyaratannya juga sudah
terlampir di marketing kit yang saya berikan.
A : Apa saja kelebihan pembiayaan kpr di BRI syariah dibanding dengan bank syariah
lain?
B : Kalo kelebihan sama kekurangan kan mas sendiri yang bisa nilai, soalnya kan kita
juga gak mungkin membandingkannya, nanti malah gak objektif. Jadi, pada dasarnya
pembiayaan KPR yang ada disetiap bank tujuannya memberikan kemudahan kepada
nasabah untuk memiliki properti, baik sebagai sarana investasi maupun untuk
kepemilikan saja. Karena kebanyakan pembiayaan KPR di bank-bank syariah juga
sama-sama menggunakan akad murabahah. Jadi konsep dan mekanismenya pun
hampir sama. Paling kelebihan dan kekurangannya ada pada marginnya, jadi bank
syariah yang marginnya rendah pasti bisa menarik nasabah untuk mengajukan
pembiayaan di bank tersebut.
A : Bagaimana penentuan kolektibiltas nasabah pembiayaan kpr di BRI Syariah?
(mengacu pada SK atau peraturan apa)?
B : Mmmm,penentuan kolektibilitas nasabah pada pembiayaan KPR di bank syariah
diatur dalam PBI NO. 13/13/PBI/2011 tentang penilaian kualitas aktiva bagi bank
umum syariah dan unit usaha syariah. Jadi didalamnya terdapat penentuan
kolektibiltas nasabah yang terbagi dalam 5 kategori, yaitu kolektibilitas 1 lancar,
kolektibilitas 2 kurang lancar, kolektibilitas 3 dalam perhatian khusus, kolektibilitas 4
diragukan, kolektibilitas 5 macet. Untuk ketentuannya dapat mas baca sendiri dalam
PBI tersebut. Selain itu, didalam PBI itu juga ada penentuan PPA atau penyisihan
penghapusan aktiva yang diatur berdasarkan kolektibilitas nasabah.
A : Bagaimana pencegahan dan penghindaran yang dilakukan oleh BRI Syariah terkait
risiko pembiayaan bermasalah KPR BRI Syariah yang dilakukan?
B : Ada beberapa hal yang dilakukan oleh pihak bank BRI Syariah Abdul muis ini dalam
melakukan penghindaran dan pencegahan risiko kredit pembiayaan KPR, yang
pertama itu study kelayakan calon debitur, pada dasarnya study kelayakan calon
debitur merupakan tanggung jawab AO, karena dalam hal ini AO memiliki
kewenangan melakukan penilaian terhadap kualitas kelayakan nasabah yang
mengajukan pembiayaan. Adapun tugas AO dalam hal ini adalah melakukan
investigasi perorangan yang sering disebut PIR (Personal Investigation Report). Dalam
melakukan kegiatan PIR, AO memiliki tugas melakukan kunjungan nasabah sehingga
AO dapat melakukan proses scoring dengan melihat keadaan rumah, tempat nasabah
bekerja,dll. Selain itu AO juga bertugas melakukan evaluasi pendapatan berdasarkan
slip gaji, rekening koran,SPPT,dll. Jadi, laporan atau scoring yang dilakukan AO
menjadi sandaran atau dasar dalam menentukan kelayakan calon nasabah. Secara tidak
langsung, laporan AO jadi dasar disetujui atau tidaknya sebuah pembiayaan yang
diajukan oleh nasabah tersebut.
Terus yang kedua itu ada pembentukan PPA atau PPAP yang sudah diatur oleh PBI
yang sudah saya sampaikan diawal.
Yang ketiga itu ada kebijakan uang muka, dimana dalam pembiayaan KPR itu ada
kebijakan Financing to value, tapi saya lupa itu dalam PBI atau surat edaran BI nomor
berapa,nanti coba mas cari, yang isinya nasabah yang mengajukan kepemilikan rumah
pertama itu minimal harus menyertakan uang muka sebesar 30% dan seterusnya. Itu
juga sudah ada di marketing kit yang saya kasih kok. Oya, dalam hal ini bank hanya
menerima bukti pembayaran uang muka yang telah dibayarkan oleh nasabah ke
developer. Jadi, nasabah gak langsung bayar ke banknya mas.
Selain itu kita juga ada kerjasama sama perusahaan asuransi buat back up pembiayaan
yang udah kita salurkan. Asuransinya juga meliputi asuransi jiwa nasabah sama
asuransi rumahnya sendiri seperti asuransi kebakaran dll.
Terus kita juga melakukan pengikatan asset sebagai jaminan, dalam hal ini selama
pembiayaan berlangsung, sertifikat properti masih dipegang oleh bank mas.
A : Bagaimana strategi mitigasi risiko dan upaya penyelesaian yang dilakukan BRI
Syariah mengenai pembiayaan bermasalah?
B : Kalo di muis sendiri mas, untuk pembiayaan KPR itu biasanya kalu udah mulai ada
nasabah yang masuk kategori kolek 3, biasanya kita kasih surat peringatan samapai 3
kali, selain itu juga AO melakukan kunjungan ke nasabah untuk melakukan
investigasi. Kalau emang nasabah melakukan moral hazard atau nasabah memang
benar-benar gak mampu buat bayar cicilan, otomatis kita langsung naikin kolek
nasabah ke kategori kolek 5, biar bisa eksekusi jaminan. Tapi, kalau memang nasabah
menyanggupi, kita kasih waktu atau dalam hal ini reschedulling sampai nasabah
kolektibilitasnya naik ke kategori kolek 5. Setelah itu kita juga nasih SP lagi sampai 3
kali. Tapi, kalau memang sudah tidak ada respon dari nasabah, ya mau tidak mau kita
melakukan proses pelelangan jaminan. Tapi misalkan sebelum eksekusi jaminan,
nasabah mampu bayar, ya kita gak jadi lelang. Sejauh ini sih sudah ada 4 sampai 5
eksekusi jaminan yang sudah dilaksanakan disini.
A : terus kalo kayak restructuring dan lain-lain itu ada gak pak?
B : sebenernya kalo masalah restructuring dan lain lain karena pembiayaan KPR akadnya
murabahah ya otomatis gak ada mas. Kan konsep awal murabahah itu pembiayaan
jual beli dimana marginnya sudah ditentukan diawal. Jadi kalo ada reschedulling
melebihi jangka waktu kolek 5, bank sudah tidak bisa perpanjang lagi. Soalnya konsep
murabahah kan sudah jelas marginnya ya tetap segitu. Kalau bank konvensional mah
enak enak aja mas, perpanjang boleh, tapi bunganya nambah atau cicilannya dinaikkin.
Kita kan bank syariah.
A : ok pak, makasih pak
B : sama-sama mas