IMPLEMENTASI METODE TILAWATI DALAM PEMBELAJARAN...

106
IMPLEMENTASI METODE TILAWATI DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI MADRASAH (Penelitian Deskriptif di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh EEN HUJAEMAH NIM 1112011000088 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of IMPLEMENTASI METODE TILAWATI DALAM PEMBELAJARAN...

IMPLEMENTASI METODE TILAWATI DALAM

PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI MADRASAH

(Penelitian Deskriptif di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

EEN HUJAEMAH

NIM 1112011000088

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS

ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

i

ABSTRAK

Een Hujaemah (NIM: 1112011000088). Implementasi Metode Tilawati dalam

Pembelajaran Al-Qur’an di Madrasah.

Kata Kunci: Implementasi Metode Pembelajaran Al-Qur’an, Madrasah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi metode pembelajaran al-

Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan.

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif

analisis dengan latar penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, subyek

penelitiannya adalah siswa kelas 2 Tilawati jilid 2 yang setiap kelompoknya

berjumla 15 siswa. Peneliti melakukan observasi terhadap aktivitas guru meliputi

pelaksanaan kegiatan pembuka, pelaksanaan kegiatan inti, pendekatan

pembelajaran oleh guru, penataan kelas pembelajaran dan pelaksanaan evaluasi,

selain observasi aktivitas guru, peneliti juga mengamati aktivitas siswa dalam

pembelajarn meliputi kelancaran membaca al-Qur’an siswa, kemampuan

membaca siswa sesuai dengan tajwid, dan kemampuan siswa dalam melafalkan

huruf sesuai dengan makhrajnya.

Penerapan metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan secara

keseluruh sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh lembaga

Tilawati, namun terdapat beberapa hal yang disesuaikan dan dikombinasikan

dengan keadaan dan program di Madrasah, seperti pada saat pembelajaran belum

diberikannya materi menulis dan materi penunjang hafalan doa-doa, pada kelas

khusus diterapkan metode tambahan yaitu metode privat. Meskipun demikian,

penerapan metode Tilawati pada pembelajaran al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah

pembangunan tetap sesuai dengan ketentuan dan prinsip dasar Tilawati.

ABSTRACT

Een Hujaemah (NIM: 1112011000088). Implementation Tilawati Methods in

Learning Qur'an in Madrasah.

Keywords: Implementation Method of Learning the Qur’an, Madrasah.

This study aims to determine the implementation methods of learning the Qur’an

at Government Elementary School Building.

In this study, the research method used is descriptive analysis with research

background in Government Elementary School Building, subjects of the study

were students of class 2 Tilawati vol 2 totaling 15 students in each group.

Researchers observe the teacher's activities include the implementation of the

opener, the implementation of the core activities, learning approaches by teachers,

classroom arrangement of learning and evaluation, in addition to teacher activity

observation, researchers also observed activity of students in learning process

include fluency reading the Qur’an students, ability according to the students'

reading tajwid, and abilities of students in pronouncing the letter in accordance

with makhraj.

Application of the method Tilawati in Islamic elementary schools throughout

the development in accordance with the provisions set by Tilawati institutions, but

there are some things adjusted and combined with state and in Madrasah program,

such as when the learning has not given written material and supporting material

rote prayers prayer, the special class applied additional methods that private

methods. However, the application method Tilawati on learning the Qur’an in

Islamic elementary schools construction remains in accordance with the

provisions and basic principles Tilawati.

ii

KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum wr.wb

Bissmillaahirrohmaanirrohiim, dengan menyebut nama Allah yang Maha

Pengasih tanpa pilih kasih dan Maha Penyayang kepada makhluknya. Puji dan

syukur tak henti-hentinya kami panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, karena berkat

Rahmat, hidayat serta kasih sayang-Nya skripsi yang berjudul “Implementasi

Metode Tilawati dalam Pembelajaran Al-Qur’an di Madrasah” ini dapat

selesai pada waktunya. Tak lupa shalawat beserta salam kami haturkan kepada

baginda Nabi Besar Muhammad Saw. yang telah membimbing umatnya dari

zaman yang gelap gulita menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Adapun tujuan dari penelitian ini diajukan untuk menunaikan tugas akhir

akademik sebagai mahasiswa Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu untuk mencapai gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd). Alhamdulillah, selesainya skripsi ini tidak luput dari

bantuan, bimbingan, do’a dan dorongan dari banyak pihak, maka dari itu penulis

ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, selaku Ketua Jurusan PAI atas

arahan dan bimbingannya kepada penulis dalam penelitian ini.

3. Ibu Siti Khadijah, MA dan Bapak M. Soleh Hasan, Lc. MA, selaku dosen

pembimbing, atas bimbingan, arahan dan motivasinya yang diberikan kepada

penulis selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak Dr.Muhammad Dahlan, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik

5. Abah dan Umi tercinta serta kakak-kakak tersayang dan keluarga yang sudah

mencurahkan kasih sayang, do’a, motivasi dan dukungannya baik berupa

materi maupun moral kepada penulis.

iii

6. Bapak Drs. H. Yon Sugiono selaku kepala Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan, telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

7. Segenap guru dan staff di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, atas waktu,

kesempatan bantuan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

8. Teman-teman PAI angkatan 2012, kancawan kancawati PAI C 2012 atas do’a,

motivasi, dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.

9. Sahabat-sahabatku tersayang Rini, Syifa, Fuji, Ranty, Mala dan Zairina,

terimakasih atas do’a, dukungan, bantuan dan motivasi yang telah diberikan

kepada penulis selama ini dan kebersamaan kita yang akan menjadi kenangan

manis yang akan selalu dikenang.

10. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang telah membantu

penulis selama ini.

Semoga Allah membalas kebaikan yang berlipat ganda dan mempermudah

segala urusan pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

penelitian ini. Penulis pun menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna, maka dari itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya

apabila terdapat kesalahan baik dari segi penulisan ataupun yang lainnya. Dan

mudah-mudahan penelitian ini memberikan manfaat kepada kita semua.

Wassalaamualaikum Wr.Wb

Bogor, 24 Desember 2016

Penulis

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………...…………………………………...i

KATA PENGANTAR..……………………...…………………………………...ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL.…..……………………...…………………………………...vi

DAFTAR GAMBAR….……………………...………………………………....vii

DAFTAR LAMPIRAN ..…………………...………………………………….viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 6

D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Al-Qur’an ............................................................................ 8

1. Belajar Membaca Al-Qur’an ................................................................. 8

2. Ruang Lingkup Pengajaran Al-Qur’an ................................................. 9

3. Metode Pembelajaran Al-Qur’an ......................................................... 10

a. Metode Baghdadiyah .................................................................... 11

b. Metode An-Nahdiyah .................................................................... 12

c. Metode Jibril ................................................................................. 12

d. Metode Al-Barqy .......................................................................... 13

e. Metode Iqro’ .................................................................................. 15

f. Metode Qiroati .............................................................................. 18

v

g. Metode Tilawati ............................................................................ 23

B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................................. 29

C. Kerangka Berfikir .................................................................................... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 32

B. Metode Penelitian ..................................................................................... 32

C. Unit Analisis ............................................................................................. 33

D. Intrumen Penelitian ................................................................................... 33

E. Tekhnik Analisis Data .............................................................................. 34

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan ............................ 36

B. Temuan Penelitian ..................................................................................... 45

C. Pembahasan Terhadap Hasil Temuan Penelitian ..................................... 60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 67

B. Implikasi .................................................................................................... 68

C. Saran .......................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 69

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Guru Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

Tahun Ajaran 2016-2017

Tabel 4.2 Data Siswa Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

Tahun Ajaran 2016-2017

Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana di Madarasah Ibtidaiyah

Pembangunan UIN Jakarta

Tabel 4.4 Proses Pembelajaran Al-Qur’an Metode Tilawati

Tabel 4.5 Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dalam Hal Kelancaran

Membaca

Table 4.6 Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dalam Hal Makharijul

Huruf

Table 4.7 Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dalam Hal Tajwid

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Madrasah

Ibtidaiyah Pembangunan

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Buku Materi Qiroati Jilid 1

Gambar 2.2 Buku Materi Qiroati Jilid 3

Gambar 2.3 Buku Materi Qiroati Jilid 4

Gambar 2.4 Buku Materi Qiroati Jilid 5

Gambar 2.5 Buku Materi Tilawati Jilid 2

Gambar 2.6 Buku Materi Tilawati Jilid 3

Gambar 2.7 Buku Materi Tilawati Jilid 4

Gambar 2.8 Buku Materi Tilawati Jilid 5

Gambar 2.9 Buku Materi Tilawati Jilid 6

Gambar 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Inti dengan Tekhnik Klasikal

Menggunakan Peraga

Gambar 4.2 Pelaksanaan Kegiatan Inti Membaca Individual dengan

Tekhnik Baca Simak

Gambar 4.3 Pelaksanaan Kegiatan Penutup dan Evaluasi Harian

Gambar 4.4 Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an Kelas Khusus

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi Pembelajaran

Lampiran 2 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa

Lampiran 3 Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan

Lampiran 4 Hasil Wawancara dengan Guru dan Direktur Bidang Tilawati

Lampiran 5 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 6 Surat Mohon Izin Penelitian ke Madrasah Pembangunan

Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian dari Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan

Lampiran 9 Struktur Organisasi Madrasah Pembangunan

Lampiran 10 Uji Referensi

Lampiran 11 Biodata Penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peluang di era globalisasi adalah semakin mudahnya berkomunikasi dan

informasi akan semakin mempermudah hubungan antar sesama manusia,

sehingga dengan demikian transformasi ilmu dan peradaban manusia

menjadi sangat mudah pula.1

Para ahli sosial menggambarkan corak atau ciri-ciri perubahan

masyarakat yang akan berkembang masa sekarang dan masa yang akan

datang adalah terjadinya modernisasi diberbagai aspek kehidupan sebagai

akibat adanya kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Masyarakat yang telah mengalami modernisasi diberbagai aspek

kehidupannya ditandai dengan adanya perubahan nilai, yaitu makin

dominannya pertimbangan efisiensi dan produktifitas. Kecenderungan

perilaku masyarakat yang semakin fungsional. Sesuai dengan ciri

masyarakat tersebut, maka pilihan terhadap pendidikan sudah barang tentu

cenderung bergeser pada lembaga pendidikan yang dapat mengembangkan

kualitas dirinya sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat.2

Era global menuntut manusia untuk memiliki kualitas global pula,

manusia yang mendunia. Karena itu, pendidikan Islam harus diarahkan

kepada hal tersebut. Sekolah-sekolah, madrasah dan pesantren serta

perguruan tinggi Islam harus diarahkan kepada terciptanya manusia yang

dapat hidup mendunia tersebut.3

Sejalan dengan perkembangan zaman, perkembangan masyarakat,

serta kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dunia pendidikan sudah

menginjakkan kakinya ke dalam dunia inovasi yaitu dunia dimana ide-ide

1 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: Prenada Media

Group, 2013), h.198. 2 Said Agil Husin Al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan

Islam, (Ciputat: Ciputat Press, 2005) cet. 2, h. 46-47.

3 Haidar Putra Daulay, op. cit., h.199.

2

baru tercipta, dunia yang penuh dengan penemuan-penemuan baru di

berbagai bidang. Inovasi dapat berjalan dan mencapai sasarannya. Jika

program pendidikan tersebut direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan

kebutuhan zaman. Sebagai implikasinya, kesadaran tentang peran seorang

guru meningkat. Oleh karena itu hendaknya guru dapat menggunakan

metode dan media pembelajaran yang tepat agar tujuan pengajaran dapat

tercapai. Guru adalah creator proses belajar mengajar.4

Bila pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral, fisik yang bisa

menghasilkan manusia berbudaya tinggi maka pendidikan berarti

menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa

tanggung jawab. Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut

pandangan hidup masing-masing pendidik atau lembaga pendidikan. Oleh

karenanya perlu dirumuskan pandangan hidup Islam yang mengarahkan

tujuan dan sasaran pendidikan Islam. Oleh karena itu, bila manusia yang

berpredikat muslim, benar-benar akan menjadi penganut agama yang baik,

mena’ati ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada

dirinya, ia harus mampu memahami, menghayati dan mengamalkan

ajarannya sesuai dengan iman dan akidah Islamiah. Untuk tujuan itulah,

manusia harus dididik melalui proses pendidikan Islam.5

Salah satu masalah yang sering dikemukakan para pengamat

pendidikan Islam adalah adanya kekurangan jam pelajaran untuk

pengajaran agama Islam yang disediakan di sekolah-sekolah umum seperti

sekolah dasar, sekolah menengah umum dan lain sebagainya. Masalah

inilah yang dianggap sebagai penyebab utama timbulnya kekurangan para

pelajar dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama.

Sebagai akibat dari kekurangan ini para pelajar tidak memiliki bekal yang

memadai untuk membentengi dirinya dari berbagai pengaruh negatif

akibat globalisasi yang menerpa kehidupan.6

4 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000), h. 74.

5 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), cet. 5, h. 7.

6 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Group 2012), cet. 5, h.

20.

3

Dalam konteks etika pendidikan dalam Islam, maka sumber etika dan

nilai-nilai yang paling shahih adalah al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw.

yang kemudian dikembangkan oleh hasil ijtihad para ulama. Nilai-nilai

yang bersumber kepada adat istiadat atau tradisi dan idiologi sangat rentan

dan situsional. Sebab keduanya adalah produk budaya manusia yang

bersifat relatif, terkadang bersifat lokal dan situsional. Sedangkan nilai-

nilai qur’ani, yaitu nilai yang bersumber kepada al-Qur’an adalah kuat,

karena ajaran al-Qur’an bersifat mutlak dan universal.7Setiap muslim dan

muslimah mempunyai kewajiban terhadap al-Qur’an yaitu mengimani Al-

Qur’an, mempelajari al-Qur’an, mengamalkan al-Qur’an dan

menyebarluaskan al-Qur’an.8

Materi pembelajaran al-Qur’an adalah materi yang paling agung

diantara sekian materi pembelajaran, karena seluruh mata pelajaran

menginduk dan merujuk pada al-Qur’an. Semua materi pengajaran baik

materi agama maupun materi umum lainnya seperti sains dan tekhnologi

bersumber dari al-Qur’an. Betapa agungnya manusia yang mau

mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an.

Materi pembelajaran al-Qur’an meliputi pengajian membaca al-Qur’an

dengan tajiwid sifat dan makhraj nya serta terjemahan dan tafsirnya.

Pengajaran al-Qur’an juga memasukkan ilmu-ilmu yang dikaji dari al-

Qur’an baik umum maupun agama. Guru pengajar al-Qur’an adalah

sebaik-baik guru dan santri yang mempelajari al-Qur’an adalah sebaik-

baik santri di jagat raya ini. Para pakar pendidikan sepakat bahwa al-

Qur’an adalah materi pokok dalam pendidikan Islam yang harus diajarkan

kepada anak didik.9

Dikarenakan al-Qur’an adalah sumber hukum yang paling shahih bagi

kehidupan manusia di dunia, kita sebagai muslim pun wajib untuk

7 Said Agil Husin Al-Munawar, op. cit., h. 3.

8 Miftah Faridlk dan Agus Syihabuddin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama,

(Bandung:Pustaka, 1989), h. 100. 9 Abdul Majid Khon, Hadits Tarbawi, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2012), cet. 2,

h.13.

4

mempelajari dan membaca al-Qur’an. Seorang muslim yang mampu

membaca al-Qur’an adalah lebih utama dibandingkan muslim lainnya.

Perintah membaca al-Qur’an juga telah tertera dalam al-Qur’an surat

al-‘Alaq ayat 1-5

“Bacalah, dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah

Yang Mahamulia. Yang mengajar dengan kalam (pena). Dia mengajar

manusia sesuatu yang tidak diketahui.” (Q.S Al-‘Alaq: 1-5).

Sabda Nabi Muhammad Saw.

“Sebaik-baik diantaramu yaitu yang belajar al-Qur’an dan

mengajarkannya.” (HR. Bukhari)10

Pembelajaran Al-Qur’an tentu bukan hanya untuk tujuan

tercapainya kurikulum pendidikan. Karena tujuan pendidikan bukanlah

untuk menyampaikan mata pelajaran atau bidang pengetahuan yang

tersusun, melainkan pembentukkan pribadi anak dan belajar cara hidup di

dalam masyarakat.11

Sebagai seorang muslim pembelajaran al-Qur’an

tentu harus dilakukan sejak dini, dengan harapan mendorong peserta didik

untuk ta’at menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari dan

menjadikan agama sebagai landasan etika dan moral dalam kehidupan

pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai

dengan pasal 5 ayat 3 Peraturan Pemerintah RI No 55 Tahun 2007 tentang

10 Hussein Bahreisj, Hadits Shahih Al-Jamius Shahih, (Surabaya: Karya Utama), h. 200.

11

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosda

Karya, 2011), h. 5.

5

Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.12

Pembelajaran al-Qur’an

dan hadits adalah bagian dari upaya untuk mempersiapkan sejak dini agar

siswa memahami, terampil melaksanakan dan mengamalkan isi kandungan

al-Qur’an dan hadist melalui kegiatan pendidikan.13

Kemampuan membaca al-Qur’an di kalangan umat Islam secara

kuantitas semakin menurun terutama para remajanya. Kondisi tersebut

diduga terjadi dikarenakan beberapa faktor yaitu:

1. Modernisasi yang banyak mempengaruhi arah pemikiran manusia

zaman sekarang. Kemajuan tekhnologi yang memudahkan kehidupan

manusia yang telah mengalihkan perhatian untuk hidup lebih erat

dengan alam kebendaan. Hal ini yang mendorong manusia untuk

menuntut ilmu yang diperkirakan dapat membantu kearah pemikiran

pengetahuan praktis.

2. Kesempatan dan tenaga juga menjadi salahsatu faktor menurunnya

kemampuan membaca al-Qur’an pada remaja. Waktu yang disediakan

untuk belajar al-Qur’an sangat sedikit jika dibandingkan dengan waktu

yang disediakan untuk menuntut pengetahuan lain.

3. Perkembangan tekhnologi ikut mengalihkan kecenderungan

masyarakat untuk menuntut pengetahuan secara lebih mudah dan lebih

cepat. Untuk menampung minat ini dalam berbagai disiplin ilmu, para

ahli telah memanfaatkan kemajuan tekhnologi untuk menciptakan

media pembelajaran baik media audio-visual, visual maupun komputer

dengan cara yang tepat guna.

4. Selain itu kitab suci al-Qur’an yang ditulis dengan aksara dan bahasa

Arab. Bagi mereka yang berpendidikan non-Pesantren atau madrasah

12 Abd. Rozak, Faozan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang

Pendidikan, (Jakarta: FITK Press Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah,

2010), cet. 1, h. 146.

13 Achmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits (Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia), h. 60.

6

hal ini sedikit sulit. Akibatnya pelajar yang berpendidikan umum

sebagain besar buta aksara terhadap al-Qur’an.14

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa,

tidak terkecuali dalam mempelajari al-Qur’an, diantaranya adalah

pendekatan, strategi dan metode. Menurut penulis pemilihan metode juga

sangat mempengaruhi anak dalam belajar membaca al-Qur’an, diperlukan

suatu metode yang tepat dalam belajar membaca al-Qur’an agar selama

pembelajaran al-Qur’an tercipta suasana belajar yang kondusif dan efisien.

Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, penulis tergugah untuk

meneliti beberapa sekolah atau madrasah untuk mengetahui upaya yang

dilakukan sekolah agar siswa-siswinya dapat membaca al-Qur’an dengan

baik dan benar. Lalu bagaimana penerapan metode dalam pembelajaran

membaca al-Quran dan membandingkan diantara metode tersebut.

Dengan berkembangnya zaman metode pembelajaran al-Qur’anpun

semakin berkembang guna meningkatkan mutu pendidikan khususnya

dalam hal membaca al-Qur’an. Oleh karena itu, penulis termotivasi untuk

melakukan penelitian yang berjudul “IMPLEMENTASI METODE

TILAWATI DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI

MADRASAH”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka

penulis perlu mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Banyaknya remaja yang belum bisa membaca al-Qur’an

2. Kurang maksimalnya pembelajaran al-Qur’an di sekolah.

3. Kurangnya pengetahuan guru terhadap metode membaca al-Qur’an.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasai

masalah yang akan di teliti dan dibahas yaitu :

Implementasi Metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan.

14 Jalaluddin, Metode Tunjuk Silang, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), cet. 5, h. 6-7.

7

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat penulis rumuskan

permasalahannya sebagai berikut:

Bagaimanakah implementasi metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk:

Mengetahui implementasi dari metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan.

2. Manfaat penelitian

a. Untuk menambahkan khazanah keilmuan umunya bagi pembaca

dan khususnya bagi penulis.

b. Bagi lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi acuan

dalam hal memilih metode pembelajaran al-Qur’an.

c. Bagi masyarakat diharapkan dapat termotivasi untuk belajar dan

mempelajari al-Qur’an. Karena mempelajari al-Qur’an sesuai

dengan kaidahnya itu mudah.

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Al-Qur’an

1. Belajar Membaca Al-Qur’an

Al-Qur‟an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk

disampaikan kepada umat manusia memiliki sekian banyak fungsi, baik

bagi Nabi Muhammad sendiri maupun bagi kehidupan manusia secara

keseluruhan.1Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

Saw. di Gua Hira adalah surat yang di dalamnya berisi perintah membaca

atau mencari ilmu.

Perintah itu terdapat di dalam surat al-„Alaq ayat 1-5 yang berbunyi

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah

yang Mahamulia. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan

manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-„Alaq : 1 - 5 )

Ayat di atas dapat difahami bahwa belajar merupakan kewajiban manusia.

Salahsatu materi pelajaran yang utama adalah belajar membaca.2

Membaca al-Qur‟an merupakan pekerjaan yang utama, yang

mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan

membaca bacaan yang lain. Sesuai dengan arti al-Qur‟an secara etimologi

adalah bacaan karena al-Qur‟an diturunkan memang untuk dibaca. Banyak

1 Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia,

2010), cet. 1, h. 43.

2 Ibid., h.71 – 72.

9

sekali keistimewaan bagi orang yang ingin menyibukkan dirinya untuk

membaca al-Qur‟an.3

Membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan

mental. Aktifitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerakan mata

dan ketajaman penglihatan. Aktifitas mental mencakup ingatan dan

pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat

huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah,

mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran

yang cukup untuk memahami bacaan.4

Membaca al-Qur‟an tidak sama dengan membaca buku atau membaca

kitab suci lainnya. Membaca al-Qur‟an adalah suatu ilmu yang

mengandung seni, seni membaca al-Qur‟an. Setiap orang Islam berlomba

untuk dapat membaca al-Qur‟an dengan baik. Perlombaan membaca al-

Qur‟an dengan baik itu sudah terlihat membudaya di kalangan umat Islam,

terutama di Indonesia ini. Pengajian al-Qur‟an bagi anak-anak pun sudah

lama membudaya dalam masyarakat Islam. Hanya saja sistem dan caranya

perlu dikembangakan sesuai dengan perkembangan metode mengajarkan

berbagai macam mata pelajaran. Metode pengajaran al-Qur‟an ini perlu

diperbarui dan dikembangkan karena dibutuhkan oleh masyarakat Islam.

Mereka ingin dapat membaca al-Qur‟an dengan baik dalam waktu yang

tidak lama.5

2. Ruang Lingkup Pengajaran Al-Qur’an

Ruang lingkup pengajaran al-Qur‟an ini lebih banyak berisi

pengajaran keterampilan khusus yang memerlukan banyak latihan dan

pembiasaan. Pengajaran al-Qur‟an tidak dapat disamakan dengan

pengajaran membaca menulis di sekolah dasar, karena dalam pengajaran

al-Qur‟an, anak-anak belajar huruf-huruf dan kata-kata yang tidak mereka

3 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at (Jakarta: Amzah 2013), cet. 2, h. 55.

4 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT

Rineka Cipta 2003), cet. 2, h. 200.

5 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara

2001), cet. 2, hal. 90.

10

fahami artinya. Apalagi umumnya anak-anak hanya belajar membaca,

tidak menuliskannya.

Isi pengajaran al-Qur‟an itu meliputi

a. Pengenalan huruf hijaiyah, yaitu huruf Arab dari Alif sampai dengan

Ya

b. Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifat-sifat huruf

itu, ini dibicarakan dalam ilmu Makhraj.

c. Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakkal, syaddah tanda panjang

(maad), tanwin dan sebagainya.

d. Cara membaca, melagukan dengan bermacam-macam irama dan

bermacam-macam qiraat yang dimuat dalam Ilmu Qiraat dan Ilmu

Nagham.

e. Adapun tilawah, yang berisi tata cara dan etika membaca al-Qur‟an

sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.

Tetapi belajar membaca al-Qur‟an tidak sama dengan belajar bahasa

Arab. Belajar bahasa Arab harus mengerti wujud arti simbol kata,

sedangkan belajar al-Qur‟an, cukup dapat membunyikan symbol huruf

atau katanya saja. Walaupun wujud artinya tidak dapat difahami.

Pengajaran al-Qur‟an pada tingkat pertama berisi pengenalan huruf

hijaiyah dan kalimah (kata) selanjutnya diteruskan dengan

memperkenalkan tanda-tanda baca. Sebaiknya tentu kata yang terdapat

dalam al-Qur‟an itu sendiri yang digunakan sebagai bahan.6

3. Metode Pembelajaran Al-Qur’an

Metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang

digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran atau

wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta didasarkan

pada teori, konsep dan prinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai

disiplin ilmu terkait.7 Sedangkan istilah pembelajaran adalah usaha

6 Ibid., h. 92-93.

7 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media

Group 2014), cet. 4, h. 176.

11

membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar.8

Dengan berkembanganya zaman terjadilah kemajuan dalam berbagai

bidang tidak terkecuali dalam bidang pembelajaran al-Qur‟an. Pada zaman

sekarang banyak sekali metode pembelajaran al-Qur‟an bermunculan

beberapa metode pembelajaran al-Qur‟an itu diantaranya adalah:

a. Metode Baghdadiyah

Metode ini disebut juga dengan metode “Eja“, berasal dari

Baghdad pada masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Tidak

diketahui dengan pasti siapa penyusunnya. Telah seabad lebih

berkembang secara merata di tanah air. Materi-materinya diurutkan

dari yang konkret ke abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari

yang umum sifatnya kepada materi yang terinci (khusus). Secara garis

besar, Qaidah Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf

hijaiyyah selalu ditampilkan secara utuh dalam tiap langkah. Seolah-

olah sejumlah tersebut menjadi tema sentral dengan berbagai variasi.

Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa (enak

didengar) karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena

penulisan huruf yang sama. Metode ini diajarkan secara klasikal

maupun privat

Beberapa kelebihan Qaidah Baghdadiyah antara lain :

1) Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif.

2) 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah

secara utuh sebagai tema sentral.

3) Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.

4) Keterampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik

tersendiri.

5) Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.

Beberapa kekurangan Qaidah Baghdadiyah antara lain :

8 Ibid., h. 87.

12

1) Qaidah Baghdadiyah yang asli sulit diketahui, karena sudah

mengalami beberapa modifikasi kecil.

2) Penyajian materi terkesan menjemukan.

3) Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat menyulitkan

pengalaman siswa.

4) Memerlukan waktu lama untuk mampu membaca al-Qur‟an.9

b. Metode An-Nahdhiyah

Metode an-Nahdhiyah adalah pengembangan dari metode

Baghdadiyyah yang disusun oleh sebuah lembaga pendidikan di

Tulungangung, Jawa Timur. Metode ini lebih menekankan pada

kesesuaian dan keteraturan dengan ketukan. Ketukan di sini

merupakan jarak pelafalan satu huruf dengan huruf lainnya, sehingga

dengan ketukan bacaan santri akan sesuai baik panjang dan pendeknya

dari sebuah bacaan al-Qur‟an. Dalam pelaksanaan metode ini, santri

harus menyelesaikan dua program, yaitu:

1) Program buku paket, adalah program awal berupa pengenalan dan

pemahaman serta mempraktekkan baca al-Qur‟an.

2) Program sorogan, adalah program lanjutan aplikasi praktis untuk

mengantarkan santri mampu membaca al-Qur‟an sampai khatam.

Pada program ini santri akan diperkenalkan beberapa sistem

bacaan yaitu, tartil, tahqiq, dan taghanni. Untuk bisa mengajar

pada metode an-Nahdhiyah, calon pengajar harus sudah mengikuti

penataran calon guru Metode An-Nahdhiyah.10

c. Metode Jibril

Metode Jibril ini dicetuskan oleh KH. M. Bashori Alwi, seorang

ahli al-Qur‟an di Malang Jawa Timur. Untuk menyelesaikan metode

ini harus menyelesaikan dua tahap pembelajaran, yaitu tahqiq dan

tartil. Metode Jibril mempunyai persamaan dengan metode an-

9 Ida Vera Sophya, Saiful Mujab, Metode Baca Al-Qur‟an, Elementary, Vol.2, No.2, 2014, h.

338.

10 ibid., h. 339.

13

Nahdhiyah yaitu sama-sama menggunakan penekanan pada metode

“ketukan”, namun berbeda pada program praktisnya.

Metode yang di latar belakangi oleh sistem pengajaran Malaikat Jibril

kepada Nabi Muhammad pada proses penyampaian wahyu al-Qur‟an

ini, mempunyai sistem yang sama yaitu berupa musyafahah atau

sistem tatap muka. Sehingga teknik dasar pada metode ini adalah

dengan membaca satu ayat atau lebih kemudian ditirukan oleh seluruh

peserta didik sampai sesuai dengan bacaan gurunya.11

d. Metode Al-Barqy

Metode al-Barqy dapat dikatakan sebagai metode cepat membaca

al-Qur‟an yang paling awal. Metode ini ditemukan oleh seorang dosen

Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya yang bernama Muhadjir

Sulthon pada tahun 1965. Pada awalnya metode al-Barqy

diperuntukkan bagi siswa sekolah dasar Islam at-Tarbiyah, Surabaya.

Muhadjir Sulthon lalu membukukan metodenya pada tahun 1978,

dengan judul “Cara Cepat Mempelajari Bacaan al-Qur‟an al-Barqy”.

Terdapat lembaga yang bernama Muhadjir Sulthon Manajemen

(MSM) yaitu sebuah lembaga yang didirikan untuk membantu

program pemerintah dalam hal pemberantasan buta baca tulis al

Qur‟an dan membaca huruf latin. Lembaga ini berpusat di Surabaya,

dan telah mempunyai cabang di beberapa kota besar di Indonesia dan

luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.

Metode ini disebut metode anti lupa karena mempunyai struktur

yang khas, pada saat siswa lupa dengan huruf-huruf/suku kata yang

telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat mengingat kembali

tanpa bantuan guru. Penyebutan anti lupa itu sendiri adalah dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Departemen Agama RI. Metode ini

diperuntukkan bagi siapa saja yang ingin mempelajari al-Qur‟an mulai

anak-anak hingga orang dewasa.

Keuntungan yang di dapat dengan menggunakan metode ini adalah:

11 Ibid., h. 340.

14

1) Bagi guru (guru mempunyai keahlian tambahan sehingga dapat

mengajar dengan lebih baik)

2) Bagi murid akan merasa cepat belajar sehingga tidak merasa bosan

dan waktu untuk belajar membaca al-Qur‟an menjadi semakin

singkat sehingga menambah kepercayaan dirinya karena sudah bisa

belajar dan menguasainya dalam waktu singkat.12

Buku al-Barqy memiliki beberapa kelebihan antara lain:

1) Menggunakan sistem 8 Jam, artinya hanya dengan waktu 8 jam

murid dapat membaca dan menulis huruf al-Qur‟an.

2) Praktis untuk semua umur.

3) Menggunakan metode yang aktual yaitu SAS (Struktur Analitik

Sintetik) yang memudahkan murid belajar al-Qur‟an.

4) Memperhatikan pendekatan, sistematika dan teknik dalam

pembelajaran.

5) Cepat dapat membaca huruf sambung.

6) Bukunya dilengkapi teknik imla’ yang praktis dan teknik menulis

khat, serta dilengkapi dengan buku latihan menulis al Barqy

(LKS),

7) Tidak membosankan karena ada teknik-teknik yang akurat dan

menarik seperti: menyanyi, permainan dan lain-lain.

8) Sangat cepat jika dipakai klasikal, bahkan massal.

Langkah-langkah penerapan metode Al Barqy yang dapat dilakukan

adalah, sebagai berikut:

1) Langkah pertama: guru meminta siswa untuk menghafalkan

terlebih dahulu beberapa kata kunci dalam metode Al-Barqy. Kata

kunci tersebut merupakan struktur yang terdiri dari huruf-huruf

hijaiyah. Contohnya: Ada Raja – Maha Kaya – Kata Wana –

Sama Laba. Guru membacakan kata-kata kunci tersebut dengan

12 Ibid., h. 342.

15

cara menyanyikannnya kemudian diikuti oleh peserta didik.

Sehingga peserta didik merasa belajar al-Qur‟an sangat

menyenangkan dengan cara bermain, bernyayi sambil belajar.

2) Langkah kedua: setelah peserta didik sudah mampu menghafalkan

kata-kata kunci tersebut, kemudian guru menuliskannya di papan

tulis. Contohnya : . Selanjutnya

guru meminta siswa untuk membacakan huruf-huruf tersebut,

karena sebelumnya peserta didik sudah menghafalkan kata kunci,

maka huruf-huruf hijaiyyah yang dituliskan guru mampu dibaca

peserta didik dengan sangat lancar sambil menyayikannya.

3) Langkah ketiga : guru meminta siswa untuk menuliskan kata-kata

kunci tersebut dengan huruf hijaiyah. Sebagai permulaan guru

meminta siswa mengikuti contoh tulisan huruf tersebut, selanjutnya

guru meminta siswa menutup buku Al-Barqy dan membuka

lembaran baru yang kosong kemudian guru menyebutkan salah

satu huruf dengan acak dan siswa menuliskannya di lembaran

kosong dengan cara guru mendikte dan siswa menulis sambil

menyebutkan huruf yang ditulisnya berulang kali sampai hafal.

4) Langkah keempat : guru meminta siswa satu persatu untuk

membaca huruf-huruf tersebut dengan cara guru menunjukan

huruf-huruf tersebut dengan tidak teratur.13

e. Metode Iqro’

Metode Iqro‟ disusun oleh KH. As‟ad Humam dari Kota Gede

Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM (Angkatan Muda Masjid

dan Musholla) Yogyakarta, dengan membuka TK Al-Qur‟an dan TP

Al-Qur‟an. Metode Iqro‟ semakin berkembang dan menyebar merata

di Indonesia setelah munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan

TK Al-Qur‟an dan metode Iqro‟ sebagai program utama

13 Dwi Respatiningrum, Metode-metode Pembelajaran al-Qur‟an, 2015,

(http://www.edukasi.in).

16

perjuangannya. Metode Iqro‟ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna

cover yang memikat perhatian anak TK Al-Qur‟an. 14

Metode pengajaran Iqro‟ adalah :

1) Bacaan langsug tanpa dieja.

2) CBSA (Cara Belajar Santri Aktif) yaitu guru sebagai penyimak

tidak menuntun, hanya memberikan contoh pokok pelajarannya

saja.

3) Privat, yaitu penyimakan seorang demi seorang sedang bila secara

klasikal harus dilengkapi dengan peraga.

4) Asistensi, yaitu setiap santri yang lebih tinggi pelajarannya diharap

membantu menyimak santri lain yang lebih rendah pelajarannya.

5) Komunikatif, yaitu setiap huruf/kata dibaca betul, guru diharuskan

memperhatikan bacaan siswa dan membetulkan bacaan siswa

apabila terdapat kesalahan dan apabila santri salah cukup

dibetulkan huruf yang salah saja.

6) Diajarkan secara praktis. Guru menjelaskan pokok bahasannya saja

dan siswa langsung mempraktekkannya.15

Materi pembelajaran iqro‟

1) Iqro‟ jilid 1: memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah berharakat

fathah secara langsung tanpa dieja dan membacanya dengan suara

pendek.

2) Iqro‟ jilid 2: memperkenalkan huruf yang bersambung dan mulai

pada halaman 16 diperkenalkan dengan bacaan panjang,

diperbolehkan panjang lebih dari 2 harakat, yang terpenting siswa

dapat membedakan dengan jelas mana bacaan yang dibaca pendek

dan mana bacaan yang dibaca panjang serta diperbolehkan juga

membaca putus-putus meskipun huruf-hurufnya bersambung.

3) Iqro‟ jilid 3: memperkenalkan huruf berharakat kasrah dan

dhammah dan mengenalkan hukum bacaan mad thabi’i.

14 Ida Vera Sophya, Saiful Mujab, op.cit.,h. 340.

15 As‟ad Humam, Buku Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, (Yogyakarta: Balai

Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus AMM, 1990).

17

4) Iqro‟ jilid 4: mengenalkan huruf-huruf yang berharakat tanwin dan

bacaan mad layyin yaitu apabila ada huruf hijaiyah berharakat

fathah lalu bertemu dengan salah satu huruf “ya” atau “wawu”

berharakat sukun. Lalu pada halaman 13 diperkenalkan huruf

“mim” berharakat sukun dan pada halaman 16 diperkenalkan huruf

“nun” berharakat sukun. Sedangkan pada halaman 18 mulai

diperkenalkan bacaan qolqolah.

5) Iqro‟ jilid 5: memperkenalkan bacaan al-qomariyah, bacaan mad

wajib dan mad jaiz, bacaan idghom bigunnah dan idghom

bilagunnah, bacaan ikhfa syafawi, lafdzul jalalah dan bacaan mad

lazim mutasqqal kalimi. Dan dalam jilid ini juga yang ditekankan

adalah cara praktik membacanya sedangkan untuk tajwid yang

secara teoritisnya tidak diharuskan.

6) Iqro‟ jilid 6: memperkenalkan bacaan yang dibaca dengung (ikhfa),

tanda-tanda waqaf dan cara membaca huruf-huruf pada awal

surat.16

Adapun kelemahan dan kelebihan metode Iqro‟ adalah:

Kelebihan:

1) Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif

melainkan santri yang dituntut aktif.

2) Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara

bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi

jilid-nya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).

3) Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan

benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan peng-

hargaan.

4) Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan

sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang

lainnya menyimak.

5) Bukunya mudah di dapat di toko-toko.

16

Ibid., Jilid 1-6.

18

Kekurangannya:

1) Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.

2) Tak ada media belajar

3) Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.17

f. Metode Qiroati

Metode baca al-Qur‟an Qiroati ditemukan KH. Dahlan Sālim

Zarkasyī dari Semarang, Jawa Tengah. KH. Dahlan Sālim Zarkasyī

yang mulai mengajar al-Qur‟an pada tahun 1963, merasa metode baca

al-Qur‟an yang ada belum memadai. Beliau kemudian menerbitkan

enam jilid buku pelajaran membaca al-Qur‟an untuk TK al-Qur‟an

anak usia 4-6 tahun pada l Juli 1986. KH. Dahlan Sālim Zarkasyī

berwasiat, supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode Qiroati,

tetapi semua orang boleh diajarkan dengan metode Qiroati. Metode

yang disebarkan sejak awal 1970-an ini, memungkinkan anak-anak

mempelajari al-Qur‟an secara cepat dan mudah. Dalam

perkembangannya, sasaran metode Qiroati kian diperluas. Kini ada

Qiroati untuk anak usia 4-6 tahun, untuk 6- 12 tahun, dan untuk

mahasiswa.

Metode pengajaran Qiroati adalah:

1) Klasikal menggunakan alat bantu peraga.

2) Privat baca simak menggunakan buku.

3) CBSA, yaitu Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi

pokok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri

4) Siswa membaca tanpa mengeja. Sejak awal belajar, siswa

ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat.18

Prinsip pembelajaran metode Qiroati untuk guru dan siswa:

1) Lancar, cepat, tepat dan benar.

17 Dwi Respatiningrum, op. cit.

18

Andi Anirah, Optimalisasi Metodologi Pembelajaran al-Qur‟an dalam Meningkatkan Minat

Baca Anak Santri,Istiqra,Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol.3, No.1, 2015, h. 11-12.

19

2) TIWAGAS, guru harus teliti, waspada dan tegas dalam menyimak

bacaan siswa. Ketika terdapat kesalahan dalam membaca guru

tidak boleh memberi tahu letak kesalahannya tetapi biarkan siswa

sendiri yang menemukan letak kesalahan bacaannya.

3) DAKTUN, guru tidak boleh menuntun ketika siswa membaca.19

Materi Qiroati

1) Qiroati jilid 1, memperkenalkan huruf-huruf berharakat fathah

yang dibaca langsung tanpa mengeja dan memperkenalkan huruf

hijaiyah yang terdapat dalam kotak bagian bawah, dan pada

halaman 31 mulai diperkenalkan huruf berangkai atau

bersambung.20

Misi jilid 1 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur‟an yang

samar-samar. Caranya dengan membiasakan baca huruf yang yang

berharakat ‟a‟ atau ‟u‟ dengan mulut terbuka lebar dan suara

keras.

Gambar 2.1

Buku Materi Qiroati Jilid 1

2) Qiroati jilid 2, berisi bacaan pendek. Huruf-huruf hijaiyah

berharakat fathah, kasroh, dommah dan tanwin, dibaca langsung

19

Hasil Wawancara langsung dengan Bapak Ahmad Zaeni, S.Ag Wakil Bidang Qiroati

Sekolah Dasar Islam Terpadu Darul Muttaqien Parung. Hari Kamis 24 November 2016 di Ruang

Kepala Sekolah.

20

Dachlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an, Jilid 1, (Semarang:

Yayasan Pendidikan al-Qur‟an Raudhatul Mujawwidin, 1990).

20

huruf hidup tidak diurai. Setiap tulisan kotak baris bawah,

termasuk pelajaran yang harus dibaca, pengenalan nama harakat

dan angka arab dari 1-99, halaman 25 sampai akhir pelajaran mad.

Misi jilid 2 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur‟an yang

kurang tepat, caranya dengan membiasakan kasroh dan dhommah

yang bagus, dan diajarkan agar cermat baca panjang pendeknya.

3) Qiroati jilid 3, memperkenalkan bacaan mad thabi’i yang belum

diajarkan pada jilid 2, memperkenalkan tanda sukun dan

menjelaskan bahwa setiap huruf berharakat sukun supaya ditekan

membacanya, bacaan al-qomariyah dan memperkenalkan bacaan

harfu layyin wawu sukun dan ya sukun serta memperkenalkan

angka arab dan huruf hijaiyah yang terdapat di dalam kotak bagian

bawah.21

Misi jilid 3 yaitu: memberantas bacaan al-Qur‟an yang diseret-

seret, caranya dengan diajarkan baca sukun di tekan atau tidak

dipanjangkan dan tidak tawallud. Dan dengan membiasakan baca

mad thabi’i normal satu alif atau dua harokat.

Gambar 2.2

Buku Materi Qiroati Jilid 3

4) Qiroati jilid 4, mengenalkan huruf nun sukun langsung dengan

bacaan tajwid, setiap tanwin harus dibaca dengung sebab suara

21 Ibid., Jilid 2.

21

tanwin sama dengan suara nun sukun, mengenalkan mad wajib dan

mad jaiz, agar dibaca panjang yang nyata, pelajaran makhraj sin

dan syin, ha (cha) dan kha (kho) agar dibaca dengan makhraj yang

benar. Mengenalkan setiap huruf nun dan mim bertasydid supaya

dibaca gunnah termasuk bacaan syamsiyah, mengenal huruf wawu

yang tidak dibaca sebab tidak ada tanda harakat, setiap mim sukun

tidak boleh dibaca dengung, kecuali mim sukun berhadapan dengan

huruf mim (idghom mitslain/idghom mimi), setiap nun sukun jika

berhadapan dengan huruf mim suara nun sukun hilang ditukar

dengan suara mim sukun, setiap nun sukun atau tanwin jika

berhadapan dengan huruf lam atau ro’, suara nun atau tanwin

hilang, ditukar dengan suara lam atau ro’ sukun.22

Misi jilid 4 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur‟an yang tidak

bertajwid, caranya dengan membiasakan bacaan nun sukun dengan

dengung yang lama lebih dari satu alif.

Gambar 2.3

Buku Materi Qiroati Jilid 4

5) Qiroati jilid 5, memperkenalkan bacaan idgham bigunnah untuk

huruf ya dan wawu, setiap nun sukun dan tanwin, jika berhadapan

22 Ibid., Jilid 4.

22

dengan salahsatu huruf yang empat yaitu ( ya mim nun wawu),

memperkenalkan bacaan iqlab, memperkenalkan bacaan ikhfa

syafawi dan idzhar syafawi, memperkenalkan cara menghentikan

bacaan, mengenalkan cara pengucapan huruf, memperkenalkan

cara melafalkan lafadz Allah, bacaan qalqalah dan bacaan mad

ladzin mutsaqqal kalimi.23

Misi jilid 5 yaitu: memberantas bacaan al-Qur‟an yang tidak

bertajwid.

Gambar 2.4

Buku Materi Qiroati Jilid 5

6) Qiroati jilid 6, inti pelajaran jilid 6 ini, khusus bacaan idzhar halqi

tidak boleh dibaca dengung tetapi harus dibaca dengan jelas dan

pengenalan membaca tulisan (َاَنا) dibaca pendek ketika dibaca

secara washal. Mulai jilid 6 ini siswa dapat dilatih membaca

mushaf al-Qur‟an juz 1.

Misi jilid 6 yaitu: memberantas bacaan al-Qur‟an yang tidak

bertajwid melanjutkan jilid 5.24

23 Ibid., Jilid 5. 24

Indriyani Sukmana, “Metode Pembelajaran Al-Qur‟an: Studi Komparatif Metode Qira‟ati

dengan Iqra‟,” Skripsi Pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, h. 33-36, tidak

dipublikasikan.

23

g. Metode Tilawati

Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri dari

Drs. H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa dkk. Kemudian

dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode

Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang

berkembang di TK-TPA.25

Metode tilawati merupakan metode belajar membaca Al-Qur‟an

yang disampaikan secara seimbang antara pembiasaan melalui

pendekatan klasikal dan kebenaran membaca melalui pendekatan

individual dengan tekhnik baca simak.26

Untuk memperoleh hasil

maksimal dalam kegiatan pembelajaran maka target pembelajarannya

ditetapkan sebagai berikut:

1) Target kualitas

a) Tartil membaca Al-Qur‟an: diharapkan setelah santri

menyelesaikan seluruh paket pembelajaran, santri mampu

membaca al-Qur‟an secara tartil yaitu menguasai fashohah

secara praktek, menguasai tajwid secara teori dan praktek,

menguasai ghorib dan musykilat secara teori dan praktek dan

suaranya jelas dan lantang dalam membaca al-Qur‟an serta

menguasai lagu rost tiga nada.

b) Khatam al-Qur‟an 30 juz yaitu santri dinyatakan selesai jika

telah khatam al-Qur‟an 30 juz dengan cara tadarrus dan lulus

munaqosyah.

c) Memiliki pengetahuan dasar-dasar agama, ketuntasan belajar

siswa dilengkapi dengan pengetahuan agama diantaranya:

hafalan surat pendek, hafalan ayat-ayat pilihan, hafal bacaan

sholat, hafal do‟a-do‟a harian, memahami pelajaran fiqih,

sejarah, akhlaq dan lain-lain.

25 Andi Anirah, op. cit., h. 14. 26

Abdurrohim Hasan, M. Arif, Abdur Rouf, Strategi Pembelajaran Al-Qur’an Metode

Tilawati,( Surabaya: Pesantern Al-Qur‟an Nurul Falah PTT VB, 2010), h. 16.

24

2) Target Waktu

Untuk menuntaskan seluruh materi ditempuh selama tiga tahun,

dibagi dalam dua jenjang yaitu:

a) Dasar (Tilawati jilid 1 – jilid 5). Jenjang ini diselesaikan dalam

waktu 15 bulan dengan ketentuan: 5 kali tatap muka dalam satu

minggu, 75 menit setiap tatap muka dan dalam satu kelas

maksimal 15 siswa.

b) Lanjutan (Tadarrus Al-Qur‟an 30 juz). Jenjang ini diselesaikan

dalam waktu 18 bulan dengan ketentuan: 5 kali tatap muka

dalam satu minggu, 75 menit setiap tatap muka dan dalam satu

kelas maksimal 15 siswa.

3) Prinsip Pembelajaran metode tilawati

a) Diajarkan secara praktis

b) Menggunakan lagu rost

c) Diajarkan secara klasikal menggunakan peraga

d) Diajarkan secara individual dengan tekhnik baca simak

menggunakan buku.

4) Media dan Sarana Belajar

Adapun media dan sarana yang dibutuhkan dalam mengajarkan

metode tilawati adalah buku pegangan santri seperti buku tilawati,

buku kitabati, buku materi hafalan, buku pendidikan akhlakul

karimah dan aqidah Islam.

Sedangkan perlengakapan mengajar metode Tilawati diantaranya

adalah peraga Tilawati untuk pendekatan klasikal, buku prestasi

siswa, lembar program dan realisasi pengajaran.

Untuk mendukung suasana belajar yang kondusif maka posisi

duduk santri dibentuk melingkar membentuk huruf “U” sedangkan

posisi guru berada di depan tengah siswa sehingga memudahkan

interaski guru dan murid.

25

5) Proses Pembelajaran

Dalam pembelajaran al-Qur‟an metode Tilawati ini menggunakan

dua pendekatan, yaitu:

a) Pendekatan klasikal (yaitu proses belajar mengajar dengan cara

bersama-sama dengan menggunakan peraga).

b) Pendekatan individual dengan tekhnik baca simak (yaitu proses

belajar mengajar yang dilakukan dengan cara membaca

bergiliran yang satu dengan yang lainnya menyimak).

6) Evaluasi/Munaqosyah

Macam-macam evaluasi yang dilaksanakan dalam metode Tilawati

diantaranya adalah:

a) Pre test : ini dilaksanakan dalam rangka untuk mengetahui

kemampuan siswa sebelum mereka mengikuti proses

pembelajaran sebagai bahan untuk pengelompokkan kelas.

b) Harian: evaluasi yang dilaksanakan setiap hari oleh guru untuk

menetukan kenaikan halaman buku Tilawati secara bersama

dalam satu kelas.

c) Kenaikan jilid: evaluasi yang dilakukan secara periodik oleh

munaqisy lembaga untuk menentukan kenaikan jilid buku

Tilawati.27

7) Materi Tilawati

a) Tilawati jilid 1: mengenalkan huruf-huruf hijaiyah berharakat

fathah secara langsung tanpa dieja dan di dalam kotak bagian

bawah, mengenalkan huruf hijaiyah asli tanpa harakat dan

angka Arab. Pada halaman-halaman belakang mulai

diperkenalkannya huruf-huruf sambung yang terdiri dari dua

huruf dan tiga huruf.

b) Tilawati jilid 2: mengenalkan kalimat berharakat fathah,

kasrah, dhammah dan tanwin. Pada halaman 18 mengenalkan

macam-macam „Ta‟ dan pada halaman 20 mengenalkan bacaan

27 Ibid., h. 10-24.

26

panjang satu alif serta mengenalkan bacaan mad thobi’i.

Sedangkan pada kotak bagian bawah mengenalkan nama-nama

harakat.

Gambar 2.5

Buku Materi Tilawati Jilid 2

c) Tilawati jilid 3: mengenalkan huruf lam berharakat sukun, alif

lam qomaririyah supaya ditekan dalam membacanya,

mengenalkan makhroj sin syin dan ra sukun. Pada halaman 15

dan 16 diperkenalkan bacaan mad layyin, mengenalkan huruf-

huruf berharakat sukun.

Gambar 2.6

Buku Materi Tilawati Jilid 3

27

d) Tilawati jilid 4: mengenalkan huruf-huruf yang berharakat

tasydid, bacaan mad wajib dan mad jaiz, bacaan nun dan mim

tasydid (ghunnah). Pada halaman 12 mulai mengajarkan cara

membunyikan akhir kalimat ketika waqaf, pada halaman 14

mengenalkan lafdzul jalalah setelah kasroh dibaca tipis dan

apabila sesudah fathah dan dhommah dibaca tebal, pada

halaman 16 mengenalkan bacaan alif lam syamsiyah, pada

halaman 19 mengenalkan bacaan ikhfa’ hakiki setiap nun sukun

harus dibaca samar dan dibaca dengung selama satu setengah

alif. Pada halaman 20 mengenalkan huruf muqottho’ah pada

kotak bagian bawah dan pada halaman 33 megenalkan bacaan

idghom bigunnah.

Gambar 2.7

Buku Materi Tilawati Jilid 4

e) Tilawati jilid 5: mengenalkan bacaan idghom bigunnah apabila

nun sukun berharakat sukun atau tanwin berhadapan dengan

huruf ya’ maka suara nun sukun atau tanwin masuk pada huruf

ya dibaca dengung selama satu setengah alif, mengenalkan

bacaan qolqolah, mengenalkan bacaan iqlab, mengenalkan

bacaan idghom mimi dan ikhfa syafawi, mengenalkan bacaan

idghom bilagunnah, pada halaman 19 mengenalkan cara

28

membaca lam sukun apabila bertemu dengan ra’ maka suara

lam sukun masuk pada huruf ra’, mengenalkan bacaan idzhar

halqi, pada halaman 41 mengenalkan bacaan mad lazim

mutsaqqol kalimi dan mad lazim mukhoffaf harfi dan pada

halaman 42 mengenalkan tanda-tanda waqaf.

Gambar 2.8

Buku Materi Tilawati Jilid 5

f) Tilawati jilid 6: pokok bahasannya berupa surat-surat pendek

mulai surat ke 93(Adduha) sampai dengan surat terakhir 114

(Annas), ayat-ayat pilihan seperti ayat kursy al-Baqarah ayat

255 serta pada halaman 22 sampai halaman 44 mengenalkan

musykilat dan ghorib (bacaan-bacaan asing yang tidak cocok

dengan tulisannya).28

28

Hasan Sadzili, Thohir Al Aly, Masrur Masyhud, Ali Muaffa, Tilawati Metode Praktis Cepat

Lancar, Jilid 1-6, (Surabaya: Pesantren al-Qur‟an Nurul Falah, 2004).

29

Gambar 2.9

Buku Materi Tilawati Jilid 6

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk hasil penelitian yang relevan ini, penulis menyajikan beberapa skripsi

dari beberapa judul, tujuannya untuk mengkomparasikan hal-hal penting dari

beberapa skripsi diantaranya:

1. Skripsi yang dibuat oleh Himmatul Uliya NIM 108011000172 tahun 2014

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Pembelajaran Baca Tulis

Al-Qur‟an Pada Anak Usia Dini. Skripsi ini membahas tentang

pembelajaran baca tulis al-Qur‟an pada anak usia dini di TKA-TPA Plus

Jakarta Islamic Centre terlaksana dengan baik. Belajar membaca al-Qur‟an

dengan metode Iqra‟ dengan di bimbing oleh guru satu persatu dan

menulis al-Qur‟an dengan metode ukthub.29

Yang membedakan penelitian

ini dan penelitian yang akan penulis teliti adalah aspek yang diteliti dan

tempat penelitiannya.

2. Skripsi yang dibuat oleh Siti Zuhro NIM 104011002208 tahun 2008 UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Penerapan Program Qira‟ati di

SDIT Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor. Skripsi ini

29 Himmatul Uliya, Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an pada anak Usia Dini, (Jakarta UIN

Syarif Hiadayatullah, 2014).

30

membahas tentang pelaksanaan program Qiroati di SDIT Pondok

Pesantren Darul Muttaqien Parung sudah sesuai dengan standar Qiroati

diantaranya para guru pengajar Qiroati telah tashih dan bersyahadah.

Adapun faktor penghambat pelaksanaannya adalah kurang lengkapnya

sarana dan prasarana.30

Yang membedakan penelitian ini dan penelitian

yang akan dilakukan adalah aspek yang diteliti.

3. Skripsi yang dibuat oleh Indriyani Sukmana NIM 1050340011208 tahun

2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Metode Membaca al-

Qur‟an (Studi Komparatif Metode Qiroati dengan Metode Iqro‟). Skripsi

ini membahas tentang perbedaan metode Qiroati dengan metode Iqro‟ baik

dalam materi pembelajaran maupun implementasinya.31

Yang

membedakan penelitian ini dengan yang akan diteliti adalah pada metode

yang diteliti.

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran membaca al-Qur‟an adalah suatu aktivitas yang di dalamnya

terdapat usaha membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar. Diperlukan program

khusus dalam pembelajaran al-Qur‟an, guna meningkatkan bacaan al-Qur‟an

siswa. Karena pembelajaran al-Qur‟an tidak akan mendapatkan hasil

maksimal jika dalam pelaksanaan pembelajarannya kurang maksimal pula.

Motivasi dan dorongan orang tua terhadap pembelajaran al-Qur‟an siswa

menjadi salahsatu faktor keberhasilan siswa dalam belajar membaca al-

Qur‟an. Pembelajaran membaca al-Qur‟an sebaiknya dimulai ketika anak

masih sangat dini. Peran orangtua di rumah pun sangat penting dalam

mengajarkan membaca al-Qur‟an, karena sebagian besar waktu anak adalah di

rumah bersama keluarga. Karena pembelajaran al-Qur‟an di sekolah terbatas,

maka disitulah peran orang tua sangat penting dalam hal mengajarkan al-

Qur‟an di rumah.

30 Siti Zuhro, Penerapan Program Qira’ati di SDIT Pondok Pesantren Darul Muttaqien

Parung Bogor, (Jakarta UIN Syarif Hidayatullah, 2008).

31 Indriyani Sukmana, Metode Membaca Al-Qur’an (Studi Komparatif Metode Qira’ati dengan

Metode Iqra’), (Jakarta UIN Syarif Hidayatullah, 2010).

31

Keterbatasan waktu pembelajaran al-Qur‟an di sekolah mengharuskan

pihak sekolah memilih metode yang tepat dalam pembelajaran al-Qur‟an.

Pada dasarnya semua metode adalah baik yaitu untuk memudahkan pengajar

dalam pembelajaran. Namun keberhasilan metode dalam pembelajaran tentu

sangat bergantung kepada bagaimana seorang guru dalam menerapkan metode

tersebut. Ketika guru menerapkan metode pembelajaran secara baik dan benar

maka akan mendapatkan hasil yang maksimal, ketika penggunaan metode

dalam pembelajaran kurang maksimal maka hasilnya pun akan menjadi

kurang baik dan kurang memuaskan.

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini yang akan dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan yang beralamatkan di Komplek UIN Jl. Ibnu Taimia 4,

Tangerang Selatan. Sedangkan waktu penelitiannya yaitu dimulai pada

bulan November 2016 sampai dengan Desember 2016. Alasan pemilihan

tempat ini adalah dikarenakan Madrasah ini penulis anggap memiliki

karakteristik yang dibutuhkan oleh penulis dalam penelitian yang berjudul

implementasi metode pembelajaran al-Qur’an di Madrasah.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode

kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif. Metode deskriptif adalah

suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa

pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena

yang diselidiki.1 Dalam penelitian ini yang akan di ungkapkan adalah data-

data yang dibutuhkan, fenomena yang berkaitan dengan pembelajaran al-

Qur’an menggunakan metode Tilawati. Kemudian data tersebut dianalisis

agar dapat diketahui proses pembelajarannya dengan menggunakan

metode Tilawati. Dalam penelitiannya juga, peneliti menggunakan

penelitian lapangan, yang mana peneliti terjun langsung melihat proses

pembelajaran al-Qur’an menggunakan metode Tilawati ini, agar

mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian.

1 Moh, Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia 2013), cet. 8, h. 54.

33

C. Unit Analisis

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan unit analisis

berupa lembaga pendidikan yaitu suatu madrasah, dalam hal ini yang

menjadi unit analisis penulis adalah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

sebagai salah satu madrasah yang menerapkan metode Tilawati dalam

pembelajaran membaca al-Qur’annya.

D. Instrumen Penelitian

1. Observasi

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.2 Observasi ini akan

dilakukan secara langsung untuk memperoleh data-data yang terkait

dengan implementasi pembelajaran al-Qur’an menggunakan metode

Tilawati.

2. Wawancara

Menurut Denzin dalam Goetz dan LeCompte, wawancara merupakan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-

orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau menjelaskan

hal-hal yang dipandang perlu.3 Dalam penelitian ini penulis

menggunakan wawancara terbuka dan mendalam (Depth-Interview).

Penggunaan wawancara dalam penelitian ini bertujuan agar peneliti

mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang subyek

penelitian. Wawancara dilakukan untuk mendapat data yang valid

mengenai implementasi metode pembelajaran al-Quran di madrasah.

Dalam penelitain ini yang akan diwawancarai diantaranya adalah

a. Kepala sekolah

b. Guru pengajar al-Qur’an

c. Direktur Tilawati di Madrash Ibtidaiyah Pembangunan

2 Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: UIN

Syarif Hidayatullah 2014), h. 66.

3 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya 2009), cet. 8, h. 117.

34

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan sumber non manusia, sumber ini

adalah sumber yang cukup bermanfaat sebab telah tersedia sehingga

akan relatif murah pengeluaran biaya untuk memperolehnya

merupakan sumber yang stabil dan akurat sebagai cermin

situasi/kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis secara berulang-

ulang dengan tidak mengalami perubahan.4 Dokumentasi yang

dimaksud disini ialah berupa data-data tentang lembaga, staff pengajar

serta foto-foto yang diambil pada saat proses pembelajaran

berlangsung, untuk melengkapi data-data yang yang belum di dapat

dari hasil wawancara dan observasi.

E. Tekhnik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan

apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.5

Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian deskriptif ini

adalah sebagai berikut :

1. Analisis data dari hasil wawancara yaitu data yang diperoleh dari

lapangan diolah dan dianalisis dengan cara deskriptif yang kemudian

dapat ditarik kesimpulan.

2. Analisis data hasil observasi yaitu data-data observasi disusun dalam

tabel, lalu dianalisis dengan rumus presentase sebagai berikut :6

4 Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi FITK, op. cit., h 67.

5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya

2011), cet. 29, h. 248.

6 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), cet.

XXI, h. 43.

35

Rumus : P =

Keterangan :

F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya

N = Number of Cases (jumlah frekuensi/ banyaknya individu)

P = Angka prosentase

36

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

1. Sejarah Singkat Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

Pada awal tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung Madrasah

Komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN (sejak tahun 2002 berubah

menjadi UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H. M. Toha Yahya

Omar (alm). Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN

Syarif Hidayatullah, dimulai pembangunan gedung madrasah yang

ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI pada

masa itu, yaitu Prof. H. A. Mukti Ali dan Rektor UIN Syarif

Hidayatullah.

Pertama kali, pada tahun 1974 Madrasah Pembangunan IAIN

Syarif Hidayatullah (MP IAIN) Jakarta membuka tingkat Ibtidaiyah.

Jumlah muridnya baru 58 orang, terdiri dari kelas I : 43 orang kelas II :

8 orang dan kelas III : 7 orang. Permulaan kegiatan belajar mengajar

dimulai tanggal 7 Januari 1974. Tanggal 7 Januari inilah yang

kemudian ditetapkan sebagai “Hari Kelahiran” MP IAIN Jakarta.

Tahun 2008 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

ditetapkan sebagai Madrasah Standar Nasional (MSN) di

lingkungan Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta

dengan SK Nomor: Kw.09.4/4/5/HK.005/2081/2008. Pada aspek

manajemen telah diimplementasikan Sistem Manajemen Mutu (SMM)

dan telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2008 No. QSC: 00863

untuk pelayanan pendidikan pada Madrasah Pembangunan UIN

Jakarta termasuk Madarah Ibtidaiyah.

Prestasi-prestasi yang telah diraih baik dalam bidang akademik

maupun non-akademik serta kepercayaan masyarakat yang begitu

besar untuk menyekolahkan putra-putrinya di MP UIN Jakarta

membuktikan bahwa MP UIN Jakarta memiliki mutu yang dapat

37

diandalkan. Hal lain yang cukup membanggakan adalah ditetapkannya

MI dan MTs Pembangunan UIN Jakarta sebagai Madrasah Standar

Nasional oleh Kanwil Depag DKI Jakarta

2. Visi, Misi dan Tujuan Madarasah Ibtidaiyah Pembangunan

a. Visi

Menjadikan Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta sebagai Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah

terdepan dalam pembinaan keIslaman, keilmuan dan keindonesiaan,

dengan mengapresiasikan potensi-potensi anak serta perkembangan

era globalisasi.

b. Misi

1) Menyelenggarakan pendidikan yang akan melahirkan lulusan

beriman, bertaqwa dengan kemampuan kompetitif serta

memiliki keunggulan-keunggulan komparatif.

2) Melakukan pembinaan kesehatan fisik sehingga terdapat

keseimbangan antara kekuatan keilmuan dengan perkembangan

jasmani siswa, dan dapat melahirkan lulusan yang cerdas, kuat

serta sehat.

3) Senantiasa melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi

pada pembinaan ke-Islaman, sains dan teknologi serta

apresitatif terhadap kecenderungan globalisasi dengan tetap

berpijak pada kepribadian Indonesia.

4) Senantiasa melakukan pembinaan tenaga kependidikan baik

dalam aspek keilmuan, skill keguruan serta dalam komunikasi

global.

5) Melengkapi sarana sumber belajar yang dapat memberi

kesempatan pada siswa-siswi untuk dapat belajar seluas-

luasnya, sehingga sekolah benar-benar berfungsi sebagai

Center for Learning.

6) Melakukan pembinaan kemandirian dan teamwork melalui

berbagai aktivitas belajar intra maupun ekstrakurikuler

38

.

c. Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

1) Terciptanya pendidikan yang dapat melahirkan lulusan beriman

dan bertaqwa dengan kemampuan kompetitif serta memiliki

keunggulan-keunggulan komparatif.

2) Terwujudnya kurikulum yang memiliki kekuatan pada

pembinaan keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif

terhadap kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada

kepribadian Indonesia dan kemampuan potensi anak.

3) Tersedianya tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi ideal

baik dalam aspek keilmuan, skill keguruan maupun

kemampuan komunikasi global.

4) Tersedianya sarana sumber belajar yang dapat memberi

kesempatan pada siswa-siswa untuk dapat belajar seluas-

luasnya, sehingga sekolah benar-benar berfungsi sebagai

Center for Learning.

5) Terwujudnya siswa yang memiliki keseimbangan antara

kekuatan jasmani dan rohani serta kepekaan sosial.

6) Terwujudnya siswa yang mandiri dan mampu melakukan

teamwork melalui berbagai aktivitas belajar intra maupun

ekstra kurikuler.

3. Keadaan Guru

Secara keseluruhan jumlah tenaga pengajar dan staff di Madrasah

Ibtidaiyah Pembangunan berjumlah 87 orang. Tidak semua guru

mengajarkan al-Qur’an tetapi semua wali kelas mengajarkan al-

Qur’an, dan ada beberapa guru selain wali kelas juga mengajarkan al-

Qur’an untuk menutupi kekurangan guru pengajar al-Qur’an. Semua

guru yang mengajarkan al-Qur’an telah mengikuti pelatihan guru al-

Qur’an. Untuk mengetahui jumlah guru secara terperinci bisa dilihat

pada tabel berikut ini:

39

Tabel 4.1

Data Guru Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

Tahun Ajaran 2016-2017

No Nama (L/P) Pendidikan Terakhir

1. Hj. Siti Muttaqinati P S-1 UIN Jkt 2009

2. Dra. H. Siti Rasyidah P S-1 IAIN Jkt. 1992

3. H. TB. Ade Jamhari, BA. L SM. IAIN Jkt. 1986

4. Riyanto L SGO 1986

5. E. Nurhayati, S.Ag. P S-1 2004

6. Husni Fikri L PGA1987

7. Drs. Tamani L S-1 IAIN Jkt. 1989

8. Drs. M. Nasruddin L S-1 IAIN Jkt. 1990

9. Drs. Cecep Khaeruddin L S-1 IAIN Jkt 1991

10. Drs. Matsani L S-1 IAIN Jkt. 1990

11. Dra. Nunik Dwi Kurnia P S-1 IAIN Jkt. 1990

12. Dra. Hj. Rita Brisma P S-1 IKIP 1989

13. Maemunah, S.Pd.I P S-1 UIN Jkt 2008

14. Dra. Siti Mahsusiatin P S-1 IAIN Jkt 1991

15. Drs. Maryadi L S-1 IKIP Mln 1990

16. Dra. Umu Sa'diyah P S-1 IAIN Jkt. 1991

17. Drs. A. Gani L S-1 IAIN Jkt 1991

18. Dra. Asikah P S-1 IAIN Jkt 1991

19. Drs. Ibrahim L S-1 IAIN Jkt 1990

40

20. Dra. Iis Maisyatul M. P S-1 IAIN Jkt 1992

21. Drs. Muttaqillah L S-1 IAIN Jkt 1990

22. Dra. Nining Sumarni P S-1 IAIN Jkt 1993

23. Dra. Ria Aryasatyani P S-1 IKIP Jkt 1993

24. Enung Mulyani P D-2 IAIN Jkt 1992

25. Gusniati, S.Ag. P S-1 UMJ 1996

26. Drs. Dani Wahyudi L S-1 IAIN Jkt 1996

27. Drs. Haeruddin L S-1 IAIN Jkt 1989

28. Drs. Mulyadi L S-1 IAIN Jkt 1993

29. Drs. H. Sugiono L S-1 IAIN Jkt 1992

30. Drs. Imam Santoso L S-1 IAIN Jkt 1992

31. Drs. Suhaili L S-1 IAIN Jkt 1992

32. Drs. Endang Rahayu L S-1 IAIN Jkt 1991

33. Drs. Isman Hakim L S-1 IAIN Jkt 1993

34. Drs. Suhapid L S-1 IAIN Jkt 1991

35. Ali Ridho, S.Ag. L S-1. IAIN Jkt 1996

36. Ridwan, S.Ag. L S-1. IAIN Jkt 1995

37. Firman Hamdani, S.Ag L S-1 IAIN Jkt 1995

38. Afifah Hidayati, S.Ag. P S-1 IAIN Jkt 1993

39. Ermawati, S.Ag. P S-1 IAIN Jkt 1992

40. Wahyudi, S.Pd. L S-1 IKIP MJ 1997

41. Muhammad Dahlan, S.Pd. L S-1 IKIP N Yogya

1997

42. Suharno, S.Pd. L S-1 2004

41

43. H. Abdul Halim, S.Ag. L S-1 IAIN Jkt 1994

44. Hasanuddin, S.Ag. L S-1 IAIN Jkt 1994

45. Sri Hartati, S.Pd. P S-1 IKIP 1998

46. Dra. Khusnul Khotimah P S-1 IAIN Jkt 1989

47. Drs. H. Muh. Rusdi L S-1 IAIN Jkt 1991

48. Lulu Rosmilia, S.Pd. P S-1 IAIN Jkt 1991

49. Afif Abdul Latif, S. Ag L S-1 IAID Ciamis

1997

50. Drs. Abdul Madjid M L S-1 IAIN Jkt 1991

51. Drs. Ahmad Santoso L S-1 IAIN 1993

52. Nia Marlina, S.Ag. P S-1 IAIN Jkt 2000

53. Ema Nursyamsiah, S.Pd.I P S-1 IAIN Jkt 2002

54. M. Faiz, MA. L S-1 UIN Jkt 1998

55. Sri Nurhayati, S.Pd.I P S-1 UIN Jkt 2002

56. Ai Yuliawati, S.Pd. P S-1 UIN Jkt 2005

57. Evi Kusumah, S.Pd. P S-1 UPI Bdg 2000

58. Linda Nurlinda, S.Pd. P S-1 UPI Bdg 2005

59. Mumu Munawi, S.Pd.I L S-1 UIN Jkt 2005

60. Putri Aula Pertiwi, S.KM. P UHAMKA Jkt 2004

61. Sri Nuryati, S.Pd. P S-1 UIN Jkt 2005

62. Yenny Handayani, S.IP. P S-1 UNPAJ 2003

63. Lena Marliana, S.Pd. P S-1 UNJ 2004

64. Upit Sarimanah, S.Pd. P S-1 UIN Jkt 2005

65. Endah Rahmah Hidayati,

S.Si. P S-1 UNSOED 2005

42

66. Muhaemin, S.Ag. L S-1 IAIT 2000

67. Desi Rahmawati, S.Pd. P S-1 UIN 2004

68. Himmatun, St. P S-1 STTT 2005

69. Nurrahmy, S.Pd. P S-1 UIN 2005

70. Indri Pramasti Fillyandini,

S.Pd. P S-1 UNJ 2006

71. Puji Nur Hikmah, S.Pd. P S-1 UIN Jkt 2006

72. Ronny Asfar, S.Pd. L S-1 STKIP 2004

73. Syukri Rifa'i, S.Pd.I. L S-1 UIN Jakarta

2006

74. Nurohman, S.Pd.I. L S-1 UIN Jakarta

2005

75. Endang Purwanto, S.Pd.I L S-1 UIN Jakarta

2009

76. Rita Hayati, S.Pd P STISIP 2009

77. Agus Muhammad, S.IP L S-1 STISIP 2006

78. Syukrini Irfiyanda, S.Pd. P S-1 UIN 2009

79. Yeti Nurhayati, S.Pd. P S-1 UIN 2010

80. Dhini Kusumawati, S.Pd. P S-1 UIN 2010

81. Alipiah, S. PsI P S-1 UIN 2011

82. Sarmadan Noor Daulay L S-1 UIN 2010

83. Sriyono, ST L S-1 STT Telematika

2010

84. Wahyu Nurhidayanti P S-1 Univ Ahmad

Dahlan Yogya 2009

85. Hafizatul Mukminah,

S.Kom P

Universitas

Gunadarma 2005

43

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru pengajar sebagian

besar berlatar belakang pendidikan S1 kependidikan dan mengajar

sesuai dengan latar belakang pendidikannya

4. Keadaan Siswa

Secara keseluruhan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan tahun

ajaran 2016-2017 berjumlah 1.378 siswa terdiri dari 665 perempuan

dan 713 laki-laki, yang dibagi kedalam 48 rombongan belajar, untuk

mengetahui lebih jelas bisa di lihat pada tabel berikut ini:

Table 4.2

Data Siswa Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

UIN Jakarta Tahun Ajaran 2016-2017

No Kelas Jumlah Siswa

1. I 240

2. II 227

3. III 222

4. IV 221

5. V 238

6. VI 230

Jumlah 1.378

(Sumber Data: Kepala MI Pembangunan)

Setiap tingkatan kelas dari data jumlah di atas dibagi menjadi 8 kelas,

dan setiap kelasnya terdiri dari 26-30 siswa.

86. Nurmalasari, S. Pd. P S-1 UIN 2013

87. Putri Hidayati, S. Pd. P S-1 UIN 2013

44

5. Sarana dan Prasarana

Terdapat 50 ruangan kelas yang menampung 48 rombongan

belajar dengan jumlah siswa setiap kelasnya maksimal 30 orang,

dalam arti ruang kelas mencukupi dan tidak ada siswa yang belajar di

luar kelas. Untuk lebih jelas mengenai sarana dan prasarana lainnya

adalah sebagai beriku:

Table 4.3

Data Sarana dan Prasarana di Madarash

Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

NO Jenis Fasilitas Jumlah Luas (M²)

1. Ruang Kelas 50 3450

2. Ruang Kepala Madrasah 1 30

3. Ruang Guru 4 435

4. Ruang Tata Usaha 2 150

5. Laboratorium 3 225

a. Komputer 3 225

b. Matematika 1 75

c. I P A (Sains) 1 75

d. Bahasa 1 75

6. Perpustakaan 1 225

7. Ruang Keterampilan 1 50

8. Ruang Kesenian 1 71

9. Ruang BP/BK 1 75

45

10. Ruang UKS 1 75

11. Ruang Serbaguna 1 375

12. Musholla/Masjid 1 432

13. Rumah Dinas 2 70

14. Kantin 5 138

15. WC Guru 7 151

16. WC Murid 30 383

(Sumber Data: Kepala MI Pembangunan)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana di

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan memadai demi menunjangnya

kegiatan belajar mengajar di sekolah.

B. Temuan Penelitian

Pada bab sebelumnya telah peneliti sampaikan, bahwa tekhnik

pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi,

wawancara dan dokumentasi. Langkah pertama yang dilakukan adalah

observasi sesuai dengan pedoman observasi yang telah disiapkan

sebelumnya, setelah itu melakukan wawancara sesuai dengan pedoman

wawancara yang telah dibuat lalu mendokumentasikan proses

pembelajaran yang sedang berlangsung.

1. Pembelajaran Al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan adalah salah satu madrasah

yang melaksanakan pembelajaran al-Qur’an setiap hari menggunakan

metode Tilawati. Pembelajaran al-Qur’an dilaksanakan mulai hari

Senin sampai dengan hari Jum’at setiap pukul 07.00-08.00 WIB. Sejak

berdirinya madrasah ini, banyak upaya yang dilakukan oleh pihak

sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran al-Qur’an,

diantaranya yaitu mencoba berbagai macam metode dalam

46

pembelajaran al-Qur’an yang bertujuan agar pembelajaran al-Qur’an di

madrasah ini menjadi lebih efektif dan efisien serta tujuan dari

pembelajarannya tercapai.

Dalam penerapan pembelajarannya tidak menggunakan RPP

khusus pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati, namun pembelajaran

al-Qur’an dikombinasikan dan dimasukkan kedalam RPP mata

pelajaran agama. Hal tersebut sebagaimana yang telah disampaikan

oleh Bapak Edo yaitu salah satu pengajar al-Qur’an yang sekaligus

direktur bidang Tilawati di Madrasah Pembangunan bahwa

“Dalam pembelajarannya madrasah ini menggunakan RPP

Kementrian Agama (Kemenag), lalu RPP itu dipadukan dengan

memasukkan pembelajaran membaca al-Qur’an. Karena RPP

untuk kelas 1 dan kelas 2 di Kemenag hanya tertera materi hafalan

surat-surat pendek saja.”1

Terkait dengan guru pengajar al-Qur’an bahwa tidak semua guru di

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan mengajarkan al-Qur’an, akan tetapi

semua wali kelas mengajarkan al-Qur’an. Hal tersebut seperti yang

telah disampaikan oleh Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

yaitu Bapak Drs. H. Yon Sugiono bahwa:

“Tidak semua guru mengajar al-Qur’an, tetapi mereka yang

wali kelas minimal ada 48 wali kelas mengajarkan al-Qur’an setiap

harinya. Dan selain itu, wali kelas setiap hari di menit 30 pertama

sebelum jam pertama di mulai, wajib mengisi habitual kurikulum,,

yaitu upaya untuk siswa terbiasa dengan amaliah-amaliah

keagamaan bagaimana ngajinya, bagaimana do’anya sekaligus

tausiyah-tausiyah untuk penananman karakter-karakter Islami.

Pada prinsipnya semua guru harus bisa mengajarkan al-Qur’an,

tetapi yang mempunyai tanggung jawab langsung untuk

mengajarkan al-Qur’an hanya guru-guru Qur’an karena basisnya

segala sesuatu harus di sampaikan oleh ahlinya.”2

Ada persyaratan khusus untuk menjadi guru pengajar al-Qur’an

menggunakan metode Tilawati ini, guru yang boleh mengajar al-

Qur’an dengan metode Tilawati yaitu guru yang telah mengikuti

1 Hasil Wawancara dengan Bapak Edo Hari Selasa 22 November 2016 di ruang Kelas 2

2 Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah Bapak Drs. H. Yon Sugiono Hari Selasa 22

November 2016 di Ruang Kepala Madrasah.

47

pelatihan dan telah mendapatkan syahadah dari lembaga Tilawati

untuk menjadi guru pengajar al-Qur’an, dengan demikian tidak serta

merta semua guru dapat mengajarkan al-Qur’an, hal tersebut

disampaikan pula oleh Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

yaitu Bapak Drs. H. Yon Sugiono bahwa:

“Untuk guru yang mengajarkan al-Qur’an bukanlah sekedar

guru yang ditunjuk untuk mengajarkan al-Qur’an, akan tetapi guru

yang akan mengajarkan al-Qur’an telah melalui proses pelatihan

yang terstandar dari lembaga Tilawati. Setelah guru mengikuti

pelatihan, waktu mengajar pun dipantau kembali oleh pihak

Tilawati.”3

Untuk mencukupi kekurangan guru pengajar al-Qur’an, yang diikut

sertakan dalam pelatihan guru al-Qur’an bukan saja wali kelas akan

tetapi guru yang lainpun diikut sertakan dalam pelatihan tersebut.

Terdapat beberapa jenjang/tingkatan dalam pembelajaran al-Qur’an

di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan ini, yaitu tingkat dasar tilawati

jilid 1-6 dan tingkat al-Qur’an. Ditargetkan materi jilid 1-6

diselesaikan dalam waktu 3 tahun, sehingga ketika siswa kelas 4

semuanya sudah mampu membaca al-Qur’an. Sedangkan untuk materi

pelajarannya adalah lebih fokus kepada belajar membaca saja,

meskipun pada kegiatan pembuka diberikan pula materi hafalan seperti

surat-surat pendek.

a. Kegiatan Pembelajaran Al-Qur’an Metode Tilawati

Dalam setiap pembelajaran tentu ada beberapa tahap kegiatan

yang dilakukan yaitu kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan

penutup. Begitu halnya dengan pembelajaran al-Qur’an di

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, untuk lebih jelasnya penulis

akan membahas proses dan kegiatan pembelajarannya sebagai

berikut:

3 Ibid.,

48

1) Kegiatan Pembuka dalam Pembelajaran Al-Qur’an

Metode Tilawati

Pada kegiatan pembuka dalam pembelajaran al-Qur’an

metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, guru

menyiapkan siswa dengan cara mengatur tempat duduk siswa

senyaman mungkin dengan duduk melingkar membentuk huruf

“U” dan siswa menyiapkan buku tilawati di atas meja masing-

masing, setelah itu guru dan siswa bersama-sama membaca

sekaligus menghafalkan surat-surat pendek, ayat kursy dan

do’a belajar.

2) Kegiatan Inti dalam Pembelajaran Al-Qur’an Metode

Tilawati

Setelah kegiatan pembuka selesai, maka dilanjutkan dengan

kegiatan inti yang dimulai dengan membaca klasikal peraga

bersama-sama sebanyak 4 halaman peraga, dengan terlebih

dahulu guru membaca dan siswa memperhatikan peraga yang

sedang dibaca oleh guru. Setelah guru selesai membaca semua,

tahap selanjutnya ialah guru membaca sebanyak satu baris lalu

siswa dan guru bersama-sama menirukan baris yang tadi

dibacakan oleh guru, begitu selanjutnya sampai membaca

sebanyak 4 halaman peraga.

49

Gambar 4.1

Pelaksanaan Kegiatan Inti dengan Tekhnik Klasikal

Menggunakan Peraga

Setelah kegiatan klasikal dengan alat peraga selesai, tahap

selanjutnya adalah membaca individual dengan tekhnik baca

simak. Ketika membaca individual tekhnik baca simak ini

siswa tidak membaca 1 halaman secara langsung, tetapi siswa

membaca 1 baris secara bergiliran yaitu siswa pertama

membaca baris pertama pada halaman, siswa kedua membaca

baris ke 2 pada halaman, begitu selanjutnya sampai siswa

terakhir dan pada putaran kedua siswa pertama membaca baris

ke 2 pada halaman, siswa kedua membaca baris ke 3 pada

halaman buku begitu selanjutnya sampai semua siswa

membaca sebanyak 1 halaman penuh.

50

Gambar 4.2

Pelaksanaan Kegiatan Inti Membaca Individual dengan

Tekhnik Baca Simak

Dalam pembelajarannya, guru menekankan siswa untuk

membaca secara cepat dan dalam membaca huruf yang

bersambung atau berangkai tidak diperbolehkan terputus dari

satu huruf ke huruf yang lainnya, tetapi harus dibaca langsung.

Hal tersebut menghindari bacaan pendek yang dipanjangkan.

Dalam kegiatan inti ini, pembelajaran sudah berjalan dengan

baik, dimana siswa mengikuti pembelajaran secara tertib dan

suasana pembelajarannya kondusif.

3) Kegiatan Penutup dalam Pembelajaran Al-Qur’an Metode

Tilawati

Setelah pembelajaran inti selesai, lalu guru menyiapkan

siswa untuk kegiatan penutup. Dalam kegiatan penutup

pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati ini sebelum membaca

doa guru mengevaluasi kemampuan membaca siswa terlebih

dahulu dengan cara menilai kemampuan membaca siswa setiap

baris yang siswa baca sebelumnya. Halaman dinaikkan apabila

siswa yang lancar minimal 70% dari jumlah siswa yang aktif ,

51

akan tetapi halaman di ulang apabila siswa yang lancar kurang

dari 70% dari jumlah siswa yang aktif.

Gambar 4.3

Pelaksanaan Kegiatan Penutup dan Evaluasi Harian

Setelah mengevaluasi kemampuan siswa pembelajaran ditutup

dengan sama-sama membaca do’a setelah belajar dan setelah

itu siswa masuk ke kelasnya masing-masing untuk melanjutkan

pembelajaran regular sesuai dengan yang telah dijadwalkan.

4) Pendekatan yang Diaplikasikan dalam Pembelajaran Al-

Qur’an Metode Tilawati

Dalam pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati di

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, guru menggunakan 2

pendekatan yaitu pendekatan klasikal dengan menggunakan

alat bantu peraga, dan pendekatan individual dengan tekhnik

baca simak, yaitu siswa membaca sedangkan guru dan siswa

yang lain menyimak bacaan siswa. Dalam pendekatan klasikal

menggunakan peraga terdapat beberapa ketentuan, hal tersebut

sebagaimana yang telah disampaikan oleh bapak Edo selaku

direktur Tilawati sekaligus guru pengajar al-Qur’an bahwa:

“Strategi didalam metode tilawati menggunakan 2

pendekatan yaitu pendekatan klasikal membaca alat peraga

tilawati, dalam pendekatan ini menggunakan 2 tekhnik,

52

yaitu apabila guru membaca bukunya halaman 1-15 dengan

menggunakan tekhnik 1 dan 2 yaitu pertama guru membaca

siswa mendengar dan melihat, tekhnik kedua yaitu guru

membaca siswa mengikuti atau menirukan. Dan kedua

adalah pendekatan individual dengan tekhnik baca simak,

dalam tekhnik baca simak ini harus diawali dengan tekhnik

yang sama yaitu apabila membaca halaman 1-15 guru

membaca dahulu siswa mendengarkan dan memperhatikan,

dan pada halaman 16-akhir memakai tekhnik 3 yaitu guru

dan siswa membaca bersama-sama. Ketika membaca alat

peraga memakai tekhnik 1 dan 2 membaca sebanyak 4

halaman peraga, dan untuk tekhnik 3 guru dan siswa

langsung membaca sebanyak 10 halaman peraga.”4

Setiap pembelajaran al-Qur’an, dalam kegiatan inti diawali

dengan pendekatan klasikal menggunakan alat peraga, waktu

untuk klasikal ini adalah 15 menit dan waktunya tidak boleh

dikurangi. Setelah itu pendekatan individual baca simak

menggunakan buku waktunya adalah 30 menit.

5) Media dan Sarana yang Digunakan dalam Pembelajaran

Al-Qur’an Metode Tilawati

Dalam pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati di

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan menggunakan beberapa

media dan dipersiapkan beberapa sarana, diantaranya adalah

alat peraga dan petunjuk untuk membaca klasikal, buku

Tilawati untuk setiap siswa dan guru, serta buku daftar hadir

siswa yang dibawa oleh guru. Sedangkan untuk saran yang

digunakan adalah karpet yang sebelumnya sudah dipersiapkan

dan meja kecil yang disusun membentuk huruf “U” di depan

kelas.

4 Bapak Edo, op.cit.

53

6) Penataan Kelas dalam Pembelajaran Al-Qur’an Metode

Tilawati

Dalam pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati siswa

duduk ditempat yang sudah dipersiapkan sebelumnya oleh guru

yaitu posisi duduk siswa membentuk huruf “U” menghadap

alat peraga, dengan posisi guru berada di depan tengah siswa

disamping peraga. Terdapat aturan khusus untuk penataan kelas

untuk pembelajaran, hal tersebut disampaikan pula oleh pak

Edo salah seorang pengajar dan direktur Tilawati bahwa:

“Dalam penataan kelas terdapat aturan tersendiri dalam

metode Tilawati bahwa lebih baiknya siswa duduk

melingkar membentuk huruf “U” hal tersebut bertujuan

untuk mengontrol siswa dan jaraknya tidak terlalu jauh

maka dalam pembelajaran menggunakan sarana kursi kecil.

Dengan begitu guru melihat siswa semua dan siswa

semuanya melihat guru. Adapun aturan untuk satu kelas itu

15 siswa, memang boleh maksimal sampai 20, tetapi

pembelajaran akan kurang maksimal. Di Madrasah ini satu

kelas pembelajaran terdiri dari 15, ada juga yang 14 anak

dan ada juga yang 18 siswa tetapi itu kelas akselerasi.”5

Bukan hanya pentaan kelas saja yang terdapat aturan

khusus, tetapi jumlah siswa dalam satu kelompok pun terdapat

aturan tersendiri yaitu 15 siswa setiap kelompok. Hal tersebut

menjadikan suasana kelas lebih kondusif dimana dalam

pembelajaran guru dapat memperhatiakan semua siswa dengan

baik.

7) Tekhnik Evaluasi dalam Pembelajaran Al-Qur’an Metode

Tilawati

Dalam pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati di

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan tekhnik evaluasi yang

digunakan adalah evaluasi harian yaitu evaluasi yang dilakukan

ketika membaca individual dengan tekhnik baca simak, untuk

evaluasi kenaikan halaman dilakukan oleh guru pengajar

5 Ibid.,

54

Tilawati masing-masing dan evaluasi berkala setiap kenaikan

jilid. Untuk evaluasi kenaikan jilid ini tidak dilakukan oleh

guru pengajar tetapi dalam hal ini ada guru penguji khusus.

Dalam kenaikan halaman dan kenaikan jilid dilakukan secara

bersama-sama. Hal tersebut disampaikan pula oleh pak Edo

salah seorang pengajar Tilawati dan juga direktur Tilawati

bahwa

“Untuk system kenaikan halaman adalah jika minimal

70% kira-kira 11 siswa sudah menguasai halaman itu, maka

boleh pindah halaman bersama-sama, tetapi jika dibawah

70% besok mengulang lagi untuk halaman yang sama.

Cara mengetahuinya yaitu dengan cara di tandai setiap

barisnya ketika sedang baca simak.

Target waktu untuk menyelesaikan materi setiap

jilidnya adalah 3 bulan, setelah itu ada evaluasi kenaikan

jilid atau munaqosyah jilid dan itu dilakukan secara

serempak, dan kenaikan jilidnya dilakukan secara bersama-

sama. Sedangkan bagi siswa yang belum dapat naik jilid

dikelompokkan dan diacak kelasnya. Terdapat beberapa

kelas dalam pembelajaran al-Qur’an yaitu ada kelas

akselerasi, ada kelas standar ada kelas khusus.”6

Setelah diadakan munaqosyah jilid atau kenaikan jilid,

tidak semua siswa dapat lanjut ke jilid berikutnya, terdapat

beberapa siswa yang harus mengulang pada jilid sebelumnya,

hal tersebut dapat terjadi karena kemampuan setiap siswa

berbeda-beda. Setelah diadakannya munaqosyah itu dapat

diketahui kemampuan masing-masing siswa, terbentuklah

beberapa kelompok yaitu kelompok akselerasi bagi siswa yang

kemampuan membaca al-Qur’annya bagus dan cepat dalam

perkembangan membacanya, selain itu ada pula kelompok

standar yaitu siswa yang dalam kemampuan membacanya

standar sesuai dengan target pembelajaran dan ada pula

kelompok khusus yang memang membutuhkan perhatian

khusus dalam pembelajaran.

6 Ibid.,

55

Gambar 4.4

Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an Kelas Khusus

Setiap jenjang dan setiap kelas dalam tahapan pembelajaran

dan penggunaan metodenya adalah sama, namun pada kelas

khusus terdapat tambahan pendekatan dan metode. Ketika

pendekatan individual dengan tekhnik baca simak selesai, guru

meminta siswa maju satu persatu di hadapan guru untuk

membaca secara privat.

Tabel 4.4

Proses Pembelajaran Al-Qur’an Metode Tilawati

No Waktu Kegiatan Materi

1. 5 Menit Kegiatan

Pembuka

Guru menyiapkan siswa,

pembelajaran dibuka dengan

diawali dengan membaca

surat-surat pendek dan ayat

kursy.

2. 15 Menit Kegiatan

Inti

Membaca klasikal

menggunakan alat peraga,

guru terlebih dahulu

membaca alat peraga dan

56

siswa menyimak dan

memperhatikan alat peraga

yang sedang dibaca oleh

guru.

30 Menit

Baca simak, siswa membaca

sebanyak 1 baris secara

bergiliran dan guru

menyimak bacaan siswa dan

mengevaluasi bacaan siswa.

3. 10 Menit Kegiatan

Penutup

Guru mengevaluasi

kemampuan membaca siswa

setelah itu ditutup dengan

membaca do’a setelah

belajar.

b. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Al-Qur’an

Selain melakukan observasi terhadap aktivitas pembelajaran al-

Qur’an, peneliti juga melakukan observasi terhadap aktivitas siswa

dalam pembelajaran, hasil observasi tersebut penulis tuangkan

dalam bentuk tabel kemampuan membaca al-Qur’an siswa

menggunakan metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan di bawah ini:

1) Kemampuan membaca Al-Qur’an Siswa dalam Hal

Kelancaran Membaca

Kemampuan membaca al-Qur’an setiap siswa berbeda-

beda, keberhasilan siswa dalam pembelajaran al-Qur’an tidak

luput dari peran serta bimbingan orang tua. Kelancaran

membaca siswa sangat bergantung dari sebanyak dan sesering

apa siswa latihan dalam membaca al-Qur’an. Berikut adalah

57

hasil observasi langsung terhadap kemampuan membaca al-

Qur’an siswa dalam hal kelancaran membaca yang penulis

susun dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 4.5

Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dalam Hal

Kelancaran Membaca

N= 15 Siswa

No Klasifikasi Frekuensi Prosentase(%)

1. Berkembang Sangat Baik 2 13,30

2. Berkembang Sesuai

Harapan 10 66,70

3. Mulai Berkembang 3 20

Jumlah 15 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 13,30% siswa

berkembang sangat baik, 66,70% siswa berkembang sesuai

harapan dan 20% siswa mulai berkembang. Jadi dapat

disimpulkan bahwa kelancaran membaca al-Qur’an siswa

menggunakan metode `Tilawati adalah berkembang sesuai

harapan.

2) Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dalam Hal

Makharijul Huruf

Pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati di Madrasah

Ibtidaiyah Pembangunan, dalam prakteknya sudah mulai

menekankan siswa untuk membaca sesuai makhrajnya,

membaca sesuai dengan makhraj selalu diterapkan ketika

membaca secara klasikal menggunakan peraga, sehingga siswa

terbiasa membaca sesuai dengan makhrajnya. Meskipun

demikian namun terkadang siswa lupa sehingga guru pengajar

harus selalu mengingatkannya. Berikut adalah hasil observasi

58

langsung terhadap kemampuan membaca al-Qur’an siswa

dalam hal makharijul huruf, yang penulis susun dalam bentuk

tabel di bawah ini

Tabel 4.6

Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dalam Hal

Makharijul Huruf

N= 15 Siswa

No Klasifikasi Frekuensi Prosentase(%)

1. Berkembang Sangat Baik - -

2. Berkembang Sesuai

Harapan 7 46,70

3. Mulai Berkembang 8 53,30

Jumlah 15 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 46,70% siswa

berkembang sesuai harapan dan 53,30% siswa mulai

berkembang. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa

kemampuan membaca al-Qur’an siswa menggunakan makhraj

adalah mulai berkembang.

3) Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dalam Hal Tajwid

Dalam pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati di

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, pada prakteknya langsung

menekankan siswa untuk membaca sesuai dengan hukum

tajwid salah satunya yaitu dengan cara membimbing siswa

membaca secara cepat menghindari bacaan yang dipanjangkan.

Berikut adalah hasil observasi langsung terhadap kemampuan

membaca al-Qur’an siswa dalam hal tajwid, yang penulis susun

dalam bentuk tabel di bawah ini

59

Tabel 4.7

Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dalam Hal Tajwid

N= 15 Siswa

No Klasifikasi Frekuensi Prosentase(%)

1. Berkembang Sangat Baik - -

2. Berkembang Sesuai

Harapan 10 66,70

3. Mulai Berkembang 5 33,30

Jumlah 15 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 66,0% siswa

berkembang sesuai harapan dan 33,30% siswa mulai

berkembang. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa

kemampuan membaca al-Qur’an siswa sesuai dengan

tajwidnya adalah berkembang sesuai harapan. Secara

keseluruhan siswa telah mampu membaca sesuai tajwid, namun

terkadang ada siswa yang lupa dalam membaca mad thabi’i

yang harusnya di baca panjang dua harakat tetapi dibaca

pendek.

Sesuai dengan data-data hasil observasi terhadap

pembelajaran dan aktivitas siswa Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan yang telah peneliti paparkan di atas, maka tahap

selanjutnya ialah peneliti akan melakukan analisis rekapitulasi

sesuai rumus perhitungan dalam penelitian ini.

60

Tabel 4.8

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Madrasah

Ibtidaiyah Pembangunan

No Penilaian

Item

Pernyataan

Observasi Jumlah %

1 2 3

1. Berkembang Sangat baik 2 - - 2 4,45

2. Berkembang Sesuai

Harapan 10 7 10 27 60

3. Mulai Berkembang 3 8 5 16 35,55

Jumlah 45 100

Dari rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa di atas dapat

diambil kesimpulan bahwa kemampuan membaca al-Qur’an siswa

menggunakan metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan secara keseluruhan 60% berkembang sesuai

harapan. Meskipun masih terdapat beberapa siswa dalam membaca

al-Qur’an mulai berkembang dan ada beberapa siswa dalam

membaca al-Qur’an berkembang sangat baik.

C. Pembahasan Terhadap Temuan Penelitian

Data-data yang telah peneliti kemukakan sebelumnya, menunjukkan

bahwa secara keseluruhan pembelajaran al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan yang diteliti telah berjalan dengan baik. Hal tersebut

terbukti pada hasil observasi langsung terhadap aktivitas pembelajaran dan

aktivitas guru dalam pembelajaran yang terlaksana dengan baik meskipun

terdapat beberapa yang perlu diperbaiki, dan hasil observasi langsung

aktivitas siswa selama pembelajaran al-Qur’an dimana sebagian besar

siswa dalam membaca al-Qur’an berkembang sesuai harapan meskipun

terdapat beberapa hal yang harus ditingkatkan.

61

1. Pembahasan Terhadap Hasil Observasi Pembelajaran Al-Qur’an

Pembelajaran al-Qur’an menggunakan metode Tilawati tidak

semua orang dapat langsung mengajarkannya, akan tetapi seseorang

yang ingin mengajarkan al-Qur’an menggunakan metode Tilawati

harus mengikuti pelatihan dan mendapatkan syahadah atau sertifikat

dari lembaga Tilawati. Bagi yang belum lulus ujian Tilawati dapat

mengajarkan al-Qur’an menggunakan metode Tilawati dengan

beberapa ketentuan yaitu apabila seorang yang mengikuti pelatihan itu

lulus ujian Tilawati jilid 5 maka dia boleh mengajar Tilawati dibawah

jilid 5, yaitu boleh mengajar jilid 1 sampai jilid 4, apabila seorang yang

mengikuti pelatihan itu lulus jilid 3 maka dia boleh mengajar Tilawati

jilid 1 dan 2 dan seterusnya seperti itu.

Hal yang berkaitan dengan guru pengajar al-Qur’an menggunakan

metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan telah sesuai

dengan apa yang ditetapkan oleh lembaga Tilawati, dimana guru

pengajar al-Qur’an terlebih dahulu telah mengikuti pelatihan metode

Tilawati, meskipun terdapat beberapa guru pengajar yang belum

bersyahadah namun guru tersebut mengajar sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan oleh lembaga Tilawati yang telah penulis

paparkan di atas.

Lembaga Tilawati menetapkan target tertentu yang harus dicapai

dalam pembelajaran al-Qur’an menggunakan metode Tilawati, di

antaranya adalah target kualitas dan target waktu. Target kualitasnya

adalah diharapkan siswa mampu membaca dengan tartil, khatam al-

Qur’an 30 Juz secara tadarrus dan munaqosyah dan mengetahui dasar-

dasar agama. Sedangkan target waktu untuk menuntaskan materi

adalah selama 3 tahun yang terbagi dalam 2 jenjang, yaitu jenjang

dasar (Tilawati jilid 1-5) dan jenjang lanjutan (Tadarrus al-Qur’an 30

Juz).

62

Target yang telah ditetapkan oleh lembaga Tilawati secara

keseluruhan belum tercapai, hal tersebut karena Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan bukan lembaga formal (nonformal) dalam bidang

pembelajaran al-Qur’an seperti TPA atau TPQ yang memang lembaga

formal dalam pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati. Ketidak

tercapaian target waktu yang telah ditentukan ialah karena penerapan

metode Tilawati dalam pembelajaran al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan disesuaikan dengan program pendidikan yang telah

dirancang sebelumnya, sehingga harus disesuaikan terlebih dahulu.

Salah satu kendala dalam penerapan metode Tilawati ini yaitu waktu

pembelajaran yang tersedia hanya 60 menit setiap harinya, sedangkan

ketentuan waktu yang ditetapkan lembaga Tilawati 75 menit setiap

harinya. Keterbatasan waktu tersebut yang menyebabkan pembelajaran

al-Qur’an menggunakan metode Tilawati di Madrasah ibtidaiyah

hanya berfokus pada latihan membaca saja, karena pada dasarnya

materi penunjang seperti pelajaran fiqih, akhlaq dan tauhid telah

terealisasikan pada pembelajaran regular yang dipelajari di kelas.

Selain target kualitas dan target waktu, metode Tilawati mempunyai

ciri khas yaitu menggunakan lagu rost 3 nada, dengan menggunakan

lagu rost 3 nada tersebut diharapkan siswa dapat membaca secara

lantang dan bacaan siswa menjadi standar dalam penggunaan nada

membacanya.

a. Kegiatan Pembuka dalam Pembelajaran Al-Qur’an Metode

Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

Pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati di Madrasah

Ibtidaiyah Pembangunan dalam kegiatan pembuka tidak hanya

diawali dengan membaca doa belajar, akan tetapi diberikan pula

materi hafalan surat pendek, ayat kursy dan berdo’a sebelum

belajar yang berjalan secara tertib, menghafal surat pendek menjadi

materi tambahan dalam pembelajaran al-Qur’an selain belajar

membaca al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan.

63

Ketentuan dalam menggunakan metode hafalan surat pendek setiap

guru berbeda-beda belum seragam, yaitu hafalan diberikan sesuai

dengan kebijakan guru pengajar masing-masing, ada yang

menggunakan metode one day one ayat namun ada juga yang

menggunakan metode lain.

b. Kegiatan Inti dalam Pembelajaran Al-Qur’an Metode Tilawati

di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

Kegiatan inti pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati di

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan dilakukan sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan oleh lembaga Tilawati dimana

dalam pembelajaran menggunakan 2 pendekatan yaitu pendekatan

klasikal menggunakan peraga dan pendekatan individual dengan

tekhnik baca simak. Pendekatan klasikal dengan alat bantu peraga

menggunakan beberapa tekhnik yaitu guru membaca siswa

memperhatikan, guru membaca siswa menirukan lalu guru dan

siswa membaca bersama-sama, dalam pendekatan individual baca

simak tekhnik yang digunakan sama halnya dengan tekhnik pada

pendekatan klasikal, yaitu diawali dengan membaca secara klasikal

halaman buku yang akan diajarkan. Dalam proses pembelajarannya

berjalan secara kondusif. Untuk menghindari kejenuhan siswa

dalam proses pembelajaran, guru berinisiatif dengan cara

melakukan ice breaking pada saat pembelajaran yaitu ketika

pendekatan individual, hal tersebut dimaksudkan agar siswa

kembali semangat belajar dan tidak bosan. Hal ini tidak terdapat

ketentuan baku dari lembaga Tilawati, karena ini hasil inisiatif

dari guru pengajar sebab permasalahan yang sering dihadapi oleh

para guru dalam pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati adalah

siswa merasa jenuh ketika sedang pembelajaran al-Qur’an.

64

c. Kegiatan Penutup dalam Pembelajaran Al-Qur’an Metode

Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

Kegiatan penutup pembelajaran al-Qur’an di Madrasah

Ibtidaiyah Pembangunan berjalan baik, setelah pendekatan

individual dengan tekhnik baca simak selesai guru melakukan

evaluasi kemampuan membaca siswa terlebih dahulu. Evaluasi

kemampuan membaca ini dilaksanakan setiap hari setelah

pembelajaran, evaluasi ini juga menentukan kenaikan halaman

siswa setiap harinya. Evaluasi dilakukan dengan cara ketika

pendekatan individual dengan tekhnik baca simak setiap siswa

secara bergiliran membaca sebanyak 1 baris, apabila siswa

membaca dengan baik dan benar diberi tanda bintang, sedangkan

apabila siswa membaca secara terbata-bata diberi tanda ceklis (√)

dan untuk siswa yang belum lancar membaca dan masih banyak

kesalah diberi tanda titik (.). Apabila 70% siswa mendapatkan

tanda bintang maka pembelajaran esok hari lanjut pada halaman

berikutnya, sedangkan apabila siswa yang lancar kurang dari 70%

maka baca simak untuk esok hari diulang kembali. Penerapan

tekhnik evaluasi telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan

tekhnik evaluasi harian yang ditetapkan oleh lembaga Tilawati.

Setelah mengadakan evaluasi, guru dan siswa bersama-sama

membaca do’a setelah belajar.

Dalam metode tilawati ini kenaikan halaman siswa dilakukan

secara serempak bersama guru pengajar, sedangkan kenaikan jilid

dilakukan oleh penguji jilid tidak dengan guru pengajar. Begitu

pula untuk kenaikan jilid dilakukan secara serempak, dan kenaikan

jilidnya pun dilakukan bersama-sama.

65

d. Media dan Sarana yang digunakan dalam Pembelajaran Al-

Qur’an Metode Tilawati di Madrasah

Sedangkan media dan sarana dalam pembelajaran al-Qur’an

metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan sudah baik

dan sesuai dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran, media

dan sarana yang digunakan dalam pembelajaran adalah alat peraga

dan petunjuk, masing-masing siswa membawa buku tilawati dan

pensil, guru membawa buku tilawati dan absen siswa. Media dan

sarana yang digunakan di Madrasah Ibtidaiyah pembangunan

belum lengkap, terdapat beberapa sarana yang tidak digunakan

seperti buku kitabaty, tidak digunakannya buku kitabaty dalam

pembelajaran al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

karena memang dalam proses pembelajarannya hanya terfokus

pada latihan membaca saja, sedangkan untuk latihan menulis

belum diberikan.

e. Penataan Kelas dalam Pembelajaran Al-Qur’an Metode

Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

Penataan kelas dalam pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati

di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan sudah cukup baik, dimana

penataan kelas pembelajaran mendukung proses pembelajaran,

yaitu siswa duduk melingkar membentuk huruf “U” menjadikan

suasana pembelajarannya lebih kondusif.

2. Pembahasan Terhadap Hasil Observasi Aktivitas Siswa

a. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dalam Hal

Kelancaran Membaca Al-Qur’an

Pembelajaran al-Qur’an menggunakan metode Tilawati di

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, dapat diketahui bahwa

kemampuan siswa dalam kelancaran membaca sebagian besar

66,70% berkembang sesuai harapan, dimana siswa telah mengenal

huruf dan dan mampu membaca setiap huruf dalam kalimat tanpa

terputus-putus.

66

b. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dalam Hal

Makharijul Huruf

Pembelajaran al-Qur’an menggunakan metode Tilawati di

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan dapat diketahui bahwa 53,30%

siswa berkembang sesuai harapan dan 46,70% siswa mulai

berkembang. Dalam membaca guru menekankan siswa untuk

membaca secara cepat tepat dan benar yaitu membaca secara jelas

menghindari membaca samar-samar dan ditekankan pula membaca

sesuai makhrajnya namun terkadang siswa lupa dan harus terus

diingatkan.

c. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dalam Hal Tajwid

dalam Pembelajaran Al-Qur’an di Sekolah dan Madrasah

Pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati di Madrasah

Ibtidaiyah Pembangunan kemampuan siswa dalam membaca al-

Qur’an sesuai dengan tajwidnya adalah 66,70% siswa berkembang

sesuai harapan dan 33,30% siswa mulai berkembang, secara

keseluruhan kemampuan membaca siswa baik dan membaca

menggunakan tajwid namun masih terdapat siswa yang belum

memahami betul bacaan yang sesuai dengan hukum tajwidnya.

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang peneliti lakukan

terhadap implementasi metode pembelajaran al-Qur’an metode Tilawati di

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, maka dapat diambil beberapa

kesimpulan bahwa:

Penerapan metode Tilawati dalam pembelajaran al-Qur’an di

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan mengikuti aturan yang telah ditetapkan

oleh lembaga Tilawati. Penerapan metode Tilawati dilakukan melalui

beberapa tahapan kegiatan, yaitu kegiatan pembuka dengan terlebih dahulu

siswa dan guru bersama-sama membaca surat-surat pendek, ayat kursy dan

do’a belajar, lalu kegiatan inti diawali dengan pendekatan klasikal

menggunakan peraga sebanyak 4 halaman, lalu dilanjutkan dengan

pendekatan individual tekhnik baca simak menggunakan buku yaitu

dengan cara siswa bergiliran membaca setiap baris bacaan dalam buku,

selanjutnya kegiatan penutup sebelum pembelajaran ditutup diadakan

evaluasi harian untuk mengetahui pencapaian dan kualitas membaca siswa

pada kegiatan yang telah dilakukan setelah itu pembelajaran ditutup

dengan membaca do’a setelah belajar.

Penerapan metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan

secara keseluruh sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan

oleh lembaga Tilawati, namun terdapat beberapa hal yang disesuaikan dan

dikombinasikan dengan keadaan dan program di Madrasah, seperti pada

saat pembelajaran belum diberikannya materi menulis dan materi

penunjang hafalan doa-doa, pada kelas khusus diterapkan metode

tambahan yaitu metode privat. Meskipun demikian, penerapan metode

Tilawati pada pembelajaran al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah

pembangunan tetap sesuai dengan ketentuan dan prinsip dasar Tilawati.

68

B. Implikasi

1. Perbaikan dan pengembangan metode pembelajaran al-Qur’an melalui

peningkatan kompetensi guru dan kelengkapan media dan sarana

pembelajaran.

2. Pengembangan dan penerapan program secara berkesinambungan dan

dilakukan dengan maksimal.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, perlu adanya

perbaikan-perbaikan guna meningkatkan pembelajaran al-Qur’an di

sekolah adalah sebagai berikut:

1. Bagi sekolah

Disarankan untuk melengkapi media dan sarana pembelajaran guna

meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Bagi guru

Disarankan untuk meningkatkan kompetensi dalam mengajar

membaca al-Qur’an dan melaksanakan program pembelajaran al-

Qur’an semaksimal mungkin guna melahirkan generasi yang unggul.

3. Bagi lembaga pendidikan Islam

Disarankan untuk senantiasa mendukung dan mengembangkan

program pembelajaran al-Qur’an di sekolah dan madrasah.

69

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, (Kepala SDIT). Wawancara. Parung, 05 Desember 2016

Abdurrahman, Momon (Guru SDT). Wawancara. Parung, 30 November 2016

Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulitan Belajar,

Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 2, 2003.

Agil, Said Husin Al-Munawar. Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani Dalam Sistem

Pendidikan Islam, Ciputat: Ciputat Press, Cet. 2, 2005.

Anirah, Andi. Optimalisasi Metodologi Pembelajaran al-Qur’an dalam

Meningkatkan Minat Baca Anak Santri, Istiqra,Jurnal Penelitian Ilmiah,

3, 2015.

Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. 5, 2011.

Bahreisj, Hussein. Hadits Shahih Al-Jamius Shahih, Surabaya: Karya Utama.

Basri, Hasan dan Ahmad, Beni Saebani. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV

Pustaka Setia, Cet. 1, 2010.

Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT Bumi

Aksara, Cet. 2, 2001.

Djamaludin (Kepala SDT). Wawancara. Parung,01 Desember 2016.

Edo (Direktur Tilawati MIP). Wawancara, Ciputat, 22 November 2016.

Faridlk, Miftah dan Syihabuddin, Agus. Al-Qur’an Sumber Hukum Islam yang

Pertama, Bandung: Pustaka, 1989.

Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja

Rosda Karya, 2011.

Hasan, Abdurrohim dkk. Strategi Pembelajaran Al-Qur’an Metode Tilawati,

Surabaya: Pesantern Al-Qur’an Nurul Falah PTT VB, 2010.

70

Humam, As’ad. Buku Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an,

Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus AMM, 1990.

J, Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

RosdaKarya, Cet. 29, 2011.

Jalaluddin. Metode Tunjuk Silang, Jakarta: Kalam Mulia, cet. 5, 1998.

Lutfi, Achmad. Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits, Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia.

Majid, Abdul Khon. Hadits Tarbawi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

Cet. 2, 2012.

_______________. Praktikum Qira’at, Jakarta: Amzah, Cet. 2, 2013.

Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Group, Cet. 5,

2012.

___________. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Prenada

Media Group, Cet. 4, 2014

Nazir,Moh. Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia. Cet. 8, 2013.

Nisa, Khaerotun (Guru SDIT). Wawancara. Parung, 24 November 2016.

Putra, Haidar Daulay. Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, Jakarta:

Prenada Media Group, 2013.

Respatiningrum, Dwi. “Metode-metode Pembelajaran al-Qur’an”,

http://www.edukasi.in, 17 November 2016.

Rozak, Abd., Faozan, dan Ali Nurdin. Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan

Bidang Pendidikan, Jakarta: FITK Press Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Cet. 1, 2010.

Sadzili, Hasan dkk. Tilawati Metode Praktis Cepat Lancar, Jilid 1-6, Surabaya:

Pesantren al-Qur’an Nurul Falah, 2004.

71

Salim, Dachlan Zarkasyi. Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an, Jilid 1,

Semarang: Yayasan Pendidikan al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, 1990.

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

Cet. XXI, 2006.

Sugiono, Yon (Kepala MIP). Wawancara. Ciputat, 22 November 2016.

Sukmana, Indriyani. “Metode Pembelajaran Al-Qur’an: Studi Komparatif Metode

Qira’ati dengan Iqra”, Skripsi Pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Jakarta: 2010. tidak dipublikasikan.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Pedoman Penulisan Skripsi,

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah 2014

Uliya, Himmatul. “Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Pada Anak Usia Dini”,

skripsi pada sarjana UIN Syarif Hiadayatullah Jakarta: 2014. tidak

dipublikasikan.

Vera, Sophya Ida dan Mujab, Saiful. Metode Baca Al-Qur’an, Elementary. 2,

2014.

Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, Cet. 8, 2009.

Zaeni, Ahmad (Wakil Bidang Qiroati SDIT). Wawancara. Parung, 24 November

2016.

Zamroni. Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: Bigraf Publishing,

2000.

Zuhro, Siti. “Penerapan Program Qira’ati di SDIT Pondok Pesantren Darul

Muttaqien Parung Bogor”, skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta: 2008. tidak dipublikasikan.

Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI GURU DAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN AL-

QUR’AN METODE TILAWATI DI MADRASAH IBTIDAIYAH

PEMBANGUNAN

No Aspek Indikator Skor

1 2 3 4

1.

Proses

Pelaksanaan

pembelajaran al-

Qur’an

a. Kegiatan pembukaan dalam

pembelajaran al-Qur’an. √

b. Kegiatan inti dalam

pembelajaran al-Qur’an √

c. Kegiatan penutup dalam

pembelajaran al-Qur’an.

d. Pendekatan dalam

pembelajaran

2. Pengelolaan

belajar

a. Media dan sarana belajar √

b. Penataan kelas mendukung

suasana pembelajaran yang

kondusif

3.

Pelaksanaan

evaluasi hasil

belajar dalam

proses

pembelajaran

baca al-Qur’an

Tekhnik penilaian yang di

gunakan dalam pembelajaran

al-Qur’an

Keterangan:

1 = Sangat Baik 2 = Baik 3 = Kurang Baik 4 = Tidak Baik

Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA

Nama Siswa : …………………………………………..

Kelas : …………………………………………..

Sekolah : …………………………………………..

No Aspek Indikator Skor

1 2 3

1.

Kemampuan

Membaca al-

Qur’an

a. Kelancaran membaca al-Qur’an

b. Kemampuan membaca al-Qur’an

sesuai dengan Makharijul huruf.

c. Kemampuan membaca al-Qur’an

sesuai dengan hukum Tajwid.

Keterangan:

1 = Berkembang Sangat Baik

2 = Berkembang Sesuai Harapan

3 = Mulai Berkembang

Lampiran 3

PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH

Wawancara dilaksanakan pada,

Hari/Tanggal : Senin, 22 November 2016

Responden : Kepala MI Pembangunan UIN

Tujuan Wawancara : Untuk mengetahui tentang sekolah dan pembelajaran al-

Qur’an di sekolah yang diteliti

1. Bagaimanakah sejarah berdirinya lembaga ini?

Sejarah MI Pembangunan adalah lembaga pendidikan yang sudah cukup

usia, karena di per tujuh januari nanti genap berusia 43 tahun, MI

pembangunan adalah Madrasah swasta terbesar di Indonesia barangkali.

2. Ada beberapa jenjang pendidikan di Madrasah Pembangunan ini?

Sudah lengkap, yang dibawah yayasan kita ada TK MP di Pamulang, MI,

tsanawiyah, aliyah, dan terintegrasi dengan perguruan tinggi sebenarnya.

3. Bagaimana keadaan guru dan murid di Madrasah Pembangunan ini?

Untuk Guru, kami mempunyai 87 guru, 43 diantaranya berstatus PNS

selebihnya swasta dan dari 87 hampir 70 orang tersertifikasi dan hanya 17

yang belum karena memang kebetulan guru-guru baru dan yang

bersangkutan belum memenuhi syarat untuk ikut sertifikasi.

Untuk rekrutment guru juga kita mengambil guru guru terbaik dari

berbagai bidang yang kita butuhkan, untuk pendidikan harus S1 sudah

pasti dan sebagian ada yg sudah S2 dan ada juga yang sedang menempuh

S3. Untuk siswa kita sudah memiliki siswa yang luar biasa dengan

memiliki 48 kelas dengan jumlah murid saat ini 1.378. untuk profil

sebagian besar berlatar belakang orang tua dari segi pendidikan, ekonomi

dan social menengah ke atas.

4. Apakah semua guru mengajarkan al-Qur’an?

Tidak semua mengajar al-Qur’an tapi mereka yang wali kelas minimal

ada 48 wali kelas di luar itu mereka harus mengajarkan al-Qur’an juga

setiap hari di menit 30 pertama sebelum jam pertama di mulai mereka

wajib mengisi habitual kurikulum adalah kurikulum pembeiasaan yang di

dalam upaya untuk anak terbiasa dengan amaliah-amaliah keagamaan

bagaimana ngajinya, bagaimana do’anya sekaligus tausiyah-tausiyah untuk

penananman karakter-karakter islami, prinsipnya semua guru harus bisa

mengajarkan al-Qur’an apalagi kita adalah guru madrasah, tapi yang

punya tanggung jawab langsung kita berikan tugas mengajarkan al-Qur’an

hanya guru-guru qur’an karena basisnya segala sesuatu harus di sampaikan

oleh ahlinya. Dan guru juga kita update bacaan al-Qur’annya. Dan ketika

masuk kesini mereka harus bisa baca al-Qur’an dan salah satu tes masuk

sini adalah bacaan al-Qur’annya.

5. Adakah pelatihan untuk guru yang akan mengajarkan al-Qur’an?

Untuk guru yang mengajarkan al-Qur’an bukanlah sekedar guru yang

ditunjuk untuk mengajarkan al-Qur’an, akan tetapi guru yang akan

mengajarkan al-Qur’an telah melalui proses pelatihan yang terstandar dari

lembaga Tilawati. Dan ketika di waktu mengajar pun mereka di update di

control bacaan-bacaannya mungkin sebulan sekali termasuk yang

munaqisy seperti apa, nanti dilihat lagi di check lagi bacaannya jangan

sampai kendor bacaannya, setelah pelatihan di pantau lagi oleh pihak

Tilawati datang kesini. Yang mengikuti pelatihan bukan saja guru al-

Qur’an karena tidak mencukupi, kita menghitung kebutuhan guru

pengajar, maka di latihkanlah guru-guru lain untuk mengajarkan al-Qur’an

dengan sebelumnya mereka telah mengikuti pelatihan terlebih dahulu.

6. Apa tujuan dengan diadakannya pelatihan untuk guru al-Qur’an?

Untuk memastikan bahwa guru itu bisa mengajar, guru itu punya

kompetensi untuk mengajarkan al-Qur’an sekaligus punya pemahaman,

punya metode punya tujuan untuk mewujudkan sebuah karakter bacaan

dengan pelatihan ini guru bisa secara professional menguasai

pembelajaran al-Qur’an.

7. Sudah berapa lamakah sekolah ini menggunakan metode Tilawati dalam

pembelajaran al-Qur’an?

Sebelumnya sangat beragam dalam menggunakan metode, sudah

banyak metode kita cobakan, dua tahun terakhir, yang pertama tilawati

belum diberikan secara utuh baru menyesuaikan dengan apa yang kita

lakukan disini. Dan ditahun kedua ini sudah diberlakukan sesuai dengan

juknis (petunjuk tekhnis) yang di tetapkan oleh lembaga Tilawati.

8. Apa tujuan diterapkannya metode Tilawati dalam pembelajaran al-QUr’an?

Untuk mempermudah anak dalam belajar membaca al-Qur’an dan

pembelajaran menjadi lebih efektif.

9. Apa saja target yang ingin dicapai dengan digunakannya metode Tilawati

dalam pembelajaran al-Qur’an?

Anak bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar dan punya bacaan

yang khas.

10. Ada berapa jenjang/tingkatan dalam pembelajaran al-Quran menggunakan

metode Tilawati ini?

Ada 6 jilid basicnya diselesaikan diberikan sampai ke kelas 3, dan ketika

naik kelas 4 mereka sudah fix baca al-Qur’an.

Lampiran 4

PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA DENGAN GURU PENGAJAR

AL-QUR’AN

Wawancara dilaksanakan pada,

Hari/Tanggal : Selasa,22 November 2016

Responden : Guru Pengajar al-Qur’an dan direktur bidang Tilawati MI

Pembangunan

Tujuan Wawancara : Untuk mengetahui langkah-langkah penerapan metode

pembelajaran al-Qu’an dan strategi yang digunakan.

1. Sudah berapa lama bapak mengajar di madrasah ini?

Baru 1 tahun 4 bulan mengajar tilawati, yang pertama masih semi tilawati,

dalam 1 kelas terdiri dari 30 anak, baru tahun ini diberlakukan satu kelas

15 anak atau tilawati yang utuh baru sekitar 4 bulan.

2. Pada hari apa saja kegiatan pembelajaran al-Qur’an berlangsung?

Setiap hari senin sampai jum’at.

3. Pada jam berapa pembelajaran al-Qur’an berlangsung setiap harinya?

Setiap pagi, kita mempunyai waktu 55 menit dari jam 7 sampai jam 8

kurang 5 menit.

4. Perencanaan pembelajarannya seperti apa (RPP)?

Sebenarnya kalau tilawati kita memang memakai RPP kemenag dan

dimodifikasi dimasukkan membaca al-Qur’an, karena kalau untuk anak

kelas 1 dan kelas 2 RPP di Kemenag hanya materi hafalan surat-surat

pendek.

5. Apa itu metode Tilawati?

Metode tilawati itu seperti rangkuman-rangkuman dari metode-metode

yang telah ada sebelumnya karena salahsatu pencetus metode tilawati

adalah penyusun iqra’. Pusatnya di Surabaya Nurul falah.

6. Apa prinsip-prinsip metode tilawati? (prinsip guru dan siswa)

Tilawati itu ada dari tingkat paud, dan ada kitabaty, munaqasayah ada

3 ada munaqisy pusat, munaqisy cabang dan munaqisy anggota, untuk

siswa MOUnya kita belum mempuanyai munaqisy awalnya tetapi

sekarang kita sudah mempunyai 3 munaqisy, ada munaqisy yang menguji

kenaikan jilid, ada munaqisy al-Qur’an dan ada munaqisy calon guru.

7. Bagaimana tahapan-tahapan menggunakan metode ini dalam pembelajaran al-

Qur’an setiap harinya?

Strateginya didalam metode tilawati, kalau tekhnik metode tilawati itu

pertama itu ada namanya membaca alat peraga tilawati, dan itu juga ada 2

tekhnik, kalau kita membaca bukunya halaman 1-15 kita menggunakan

tekhnik 1 dan 2 yaitu pertama guru membaca siswa mendengar dan

melihat tekhnik kedua yaitu guru membaca santri mengikuti. Dan kedua

adalah tekhnik baca simak, tekhnik baca simak itu harus diawali tekhnik

yang sama yaitu guru membaca dahulu siswa mendengarkan dan

memperhatikan. Kalau halaman 16-akhir memakai tekhnik 3 yaitu guru

dan siswa membaca bersama-sama. Kalau tekhnik 1dan 2 itu membaca 4

halaman peraga, dan untuk tekhnik 3 guru dan siswa langsung membaca

sebanyak 10 halaman peraga. Setelah itu ada materi tambahan di MP

materi tambahannya diberikan setelah selesai metode tilawati adalah

hafalan. Semua jilid tahapan dalam menggunakan metodenya adalah sama.

Minimal sekali pertemuan adalah 55 menit ngaji, 5 menit untuk

berdoa, 15 menit untuk peraga dan tidak boleh dikurangi waktunya 20

menit untuk baca simak dan 15 menit untuk materi tambahan dan doa

setelah belajar. Untuk anak-anak yang tertinggal jauh kita membuat kelas

khusus, ketika kenaikan jilid kemarin ada kelas akselerasi ada kelas

standar ada kelas khusus. Kenapa sampai ada siswa yang tertinggal jauh?

Karena keadaan anak berbeda-beda, tidak semua anak cepat dapat

menagkap pelajaran, dari kelas 2 yang berjumlah 235 anak itu hanya ada

11 anak yang masuk dalam kelas khusus dan yang lain Alhamdulillah

standar.Untuk kelas tertinggal, ritme pengajarannya agak diperbanyak

metodenya ditambah lagi setelah baca simak ada tambahan yaitu talaqqi

yang langsung berhadap-hadapan.

8. Apakah ada aturan tersendiri untuk penataan kelas dan jumlah siswa dalam

proses pembelajaran?

Kalau aturan di tilawati itu lebih baiknya berbentuk U agar mudah dan

jaraknya tidak terlalu jauh maka dari itu kami disini memakai kursi kecil

agar mudah terkontrol, sehingga jika posisi siswa dan guru terlalu jauh

guru tidak mendengar dan guru melihat siswa semua dan siswa semuanya

melihat guru. Sedangkan untuk Aturan untuk satu kelas itu 15 siswa

memang boleh maksimal sampai 20 tetapi kurang maksimal, idealnya

adalah 15 siswa dan di MP satu kelas terdiri dari 15 siswa ada juga yang

14 siswa dan ada yang 18 tetapi itu kelas akselerasi.

9. Media dan sarana apa yang harus disiapkan untuk belajar al-Qur’an

menggunakan metode ini?

Sarana kita buku tilawati, juz amma, meja kecil, alat peraga tilawati,

standing peraga dan alat penunjuk.

10. Materi apa saja yang diberikan di setiap tingkat/jilid?

Disini hanya ada dua yaitu membaca al-Qur’an dan tahfidz, kalau

dalaman metode tilawati terdapat pengetahuan agama ada menulis

kitabaty, tetapi kita tidak karena waktunya tidak mencukupi, terkadang

juga materi hafalannya tidak karena tidak terkejar, sehingga lebih focus

kepada membaca.

11. Adakah materi tambahan yang diberikan selain materi yang ditetapkan oleh

lembaga metode Tilawati?

Materi tambahan kita pakainya tahfidz, untuk tahfidz saat ini boleh

menggunakan metode yang lain ada yang 1 hari 1 ayat harus hafal

semuanya, ada klasikal langsung.

12. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk siswa menyelesaikan materi

pelajaran setiap jilidnya? Apakah setiap siswa sama dalam

menyelesaikannya?

Target waktunya 3 bulan setelah itu ada evaluasi namanya kenaikan

jilid atau munaqosyah jilid dan itu dilakukan secara serempak . Kemarin

kita belum bisa munaqisy jilid jadi langsung dari cabang bekasi. Jadi

kenaikan jilidnya bersama-sama. Pasti ada yang belum naik jilid

dikelompokkan dan nanti diacak kelasnya. Disini gurunya belum

bersyahadah semua baru sepuluh guru yang sudah bersyahadah tapi

ditilawati walupun belum bersyahadah boleh mengajar asalkan

tingkatannya di atas materi jilidnya, kalau baru lulus jilid 3 guru itu boleh

mengajar jilid 1 dan 2 tidak boleh mengajar jilid 3 begitu seterusnya.

Tidak semua guru boleh mengajar, kemarin ada 48 guru yang diujikan

yang ikut pelatihan untuk pelatihan pertama yang lulus 6 yang lain ada

yang lulus jilid 6 ada yang lulus jilid 5. Dan pelatihan yang kedua ada 4

yang lulus bersyahadah.

13. Adakah target yang ditetapkan dalam pembelajaran al-Qur’an menggunakan

metode Tilawati?

Di MP targetnya sampai kelas 3 sudah dapat membaca al-Qur’an dan

ketika naik ke kelas 4 sudah tidak ada kendala lagi terkait membaca al-

Qur’an. Dalam tilawati ada targetnya yaitu 3 tahun sudah khatmul qur’an,

kalau untuk jilid 1-5 sampai akhir kelas 2 kalau untuk jilid 6

permasalahan-permasalahan yang susah yaitu ghorib musykilat sudah

termasuk al-Qur’an.Untuk lembaga ini mengikuti aturan yang ditetapkan

oleh lembaga tilawati. Munaqisy anak yang ingin ke jenjang al-Qur’an dan

khatmil qur’an, kalau untuk MP saat ini baru memiliki munaqisy jilid dan

baru 3 orang, kita kita ada yang ikut 18 orang calon munaqisy dan yang

lulus baru 3 orang sementara 3 orang.

14. Adakah kendala yang dirasakan ketika mengajarkan al-Qur’an dengan

menggunakan metode Tilawati?

Awal-awal memang kendalanya itu pelatihan memang hanya 2 hari

dan kbanyakan di nada banyak yang belum faham. Disitulah tim tilawati

memfasilitasi guru-guru yang masih kurang kita kumpul setiap hari jumat.

Kumpul disini tim ada 7 orang yang sudah bersyahadah 1 orang megang 3

guru untuk sharing mengenai apa yang belum faham tentang tilawati dan

mencari solusi terhadap permaslahan yang dihadapi ketika mengajar.

Untuk saat ini waktunya sangat sedikit, karena memang harus di setting

sedemikian rupa sekarang dalam tahap perencanaan. Upaya yang

dilakukan untuk kendala waktu yang dihadapi untuk kelas 1 doa di gabung

di kelas secara klasikal dan 1 guru yang lain menyiapkan setting kelas

untuk pembelajaran al-Qur’an.

15. Bagaimanakah cara mengevaluasi kemampuan membaca siswa setiap

kenaikan halaman dan kenaikan jilid?

Kenaikan jilid yaitu yang pertiga bulan, ada juga yang dari guru minta

diujikan beberapa siswa. Untuk kenaikan halaman sistemnya adalah kalau

minimal 70% kira-kira 11 anak sudah menguasai halaman itu boleh pindah

halaman bersama-sama, tetapi kalau dibawah 70% besok mengulang lagi.

Mengetahuinya dengan cara di tandai setiap barisnya ketika sedang baca

simak.

16. Apakah metode ini dirasakan mampu meningkatkan bacaan al-Qur’an siswa?

Untuk saat ini saya rasakan sangat meningkat kemampuan membacanya

dan kemampuannya rata.

17. Bagaimanakah pendapat bapak terhadap pelatihan membaca al-Qur’an untuk

guru?

Bagus, yang mengajar al-Qur’an bukan hanya dari latar belakang

pendidikan agama saja saya menjadi belajar ngajar ngaji lagi dan untuk

SDM guru juga meningkat dan responnya juga bagus.

18. Apakah sarana dan prasarana disini cukup memadai dalam jalannya

pembelajaran al-Qur’an?

Saya rasa cukup tidak ada kekurangan dalam hal sarana dan prasarana dan

tetap kondusif.

Lampiran 8

STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

________________ : Garis Instruktif

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ : Garis Koordinatif

YAYASAN

FITK UIN JAKARTA

KOMITE MADRASAH

DIREKTUR

WAKIL DIREKTUR

Kepala Bagian Tata Usaha

SUBBAG ADM DIKJAR

SUBBAG ADM UMUM & HUMAS

SUBBAG KEPEG & KEUANGAN

Kepala

MTs

Kepala

MA Kepala

MI

Waka I

Wakabid. Kurikulum

Wakabid. Kesiswaan

Wakabid. Kurikulum

Wakabid. Kesiswaan

Waka III

Waka II

PUSAT LITBANG DAN JAMINAN MUTU

PUSAT SISTEM INFORMASI, DOKUMENTASI DAN PUBLIKASI

PERPUSTAKAAN LABORATORIUM

BIODATA PENULIS

Een Hujaemah, penulis lahir di Bogor pada tanggal 21

Februari 1992, merupakan anak kelima dari 5

bersaudara dari pasangan Ano Supriatno dan Ebah

Suaebah yang beralamatkan di Kp. Jati Waru, Desa.

Waru, Rt. 005 Rw. 005, Kec. Parung, Kab, Bogor,

Provinsi Jawa Barat. Menyelesaikan Pendidikan

Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2004, kemudian

melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama

(SMP) lulus pada tahun 2007, setelah itu melanjutkan pada jenjang pendidikan

Sekolah Menengah Atas (SMA) lulus pada tahun 2011. Setelah lulus dari Sekolah

Menengah Atas (SMA) memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

selanjutnya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan masuk

pada tahun 2012.