IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

167
v IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR RIAU TAHUN 2018 SKRIPSI Oleh VERONIKA NAPITUPULU NIM: 141000650 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transcript of IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Page 1: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

v

IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS)

PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V

TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR RIAU

TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

VERONIKA NAPITUPULU

NIM: 141000650

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

v

IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS)

PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V

TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR RIAU

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

VERONIKA NAPITUPULU

NIM: 141000650

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA

PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V TANAH PUTIH

KABUPATEN ROKAN HILIR RIAU TAHUN 2018” beserta seluruh isinya

adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2018

Veronika Napitupulu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

v

ABSTRAK

PT. Perkebunan Nusantara V Tanah Putih adalah Perseroan perkebunan milik

negara yang bergerak di bidang agroindustri kelapa sawit yang menghasilkan

crude palm oil dan kernel yang seuai standar untuk dipasarkan. Hasil tersebut

akan dianalisa menggunakan bahan kimia yang memiliki Material Safety Data

Sheet (MSDS). Penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia Pabrik Kelapa

Sawit (PKS) PT. Perkebunan Nusantara V Tanah Putih Kabupaten rokan Hilir

Riau. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripstif evaluasi.

Objek penelitian ini adalah 10 MSDS bahan kimia di laboratorium yaitu

ammonium heptamolybdate, coustic soda, ethanol, iso hexan, kalium hidroxide,

p1 alkalinity tab, sulfuric acid, tablet hardness, thimol blue indicator, trinatrium

citrate. Penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi MSDS pada pekerja.

Hasil penelitian bahan kimia di laboratorium sesuai dengan MSDS terdapat 3

bahan kimia yaitu ammonium heptamolybdate, coustic soda, thimol blue

indicator identitas bahan sesuai di kemasan, 9 bahan kimia yaitu ammonium

heptamolybdate, coustic soda, iso hexan, kalium hidroxide, p1 alkalinity tab,

sulfuric acid, tablet hardness, thimol blue indicator, trinatrium citrate identifikasi

bahaya sesuai dengan teori. Perusahaan menyediakan fasilitas untuk Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan penanganan kebakaran sesuai MSDS. Semua

bahan kimia tindakan terhadap tumpahan sesuai MSDS, 5 bahan kimia yaitu

ammonium heptamolybdate, ethanol, iso hexan, thimol blue indicator, trinatrium

citrate tindakan penyimpanan dan penanganan sesuai MSDS. Bahan kimia yang

tidak sesuai dengan MSDS terdapat 7 bahan yaitu ethanol, iso hexan, kalium

hidroxide, p1 alkalinity tab, sulfuric acid, tablet hardness, thimol blue indicator,

trinatrium citrate identitas bahan tidak sesuai di kemasan, 1 bahan kimia yaitu

ethanol identifikasi bahaya belum sesuai teori, semua bahan kimia di laboratorium

tindakan terhadap kebocoran tidak diimplementasikan, 5 bahan kimia yaitu

coustic soda, kalium hidroxide, p1 alkalinity tab, sulfuric acid, tablet hardness

tindakan penyimpanan dan penanganan tidak sesuai MSDS dan semua bahan

kimia di laboratorium tindakan pengendalian pemajanana dan Alat Pelindung Diri

(APD) tidak sesuai MSDS. Bahan kimia yang implementasinya baik dilaksanakan

adalah ammonium heptamolybdate, thimol blue indicator dan yang tidak baik

implemetasinya coustic soda, ethanol, iso hexan, kalium hidroxide, p1 alkalinity

tab, sulfuric acid, tablet hardness, trinatrium citrate. Disarankan perusahaan

melengkapi fasilitas yang sesuai isi MSDS dan menyediakan pengawas di

laboratorium.

Kata kunci: Implementasi, Material Safety Data Sheet, Pekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

v

ABSTRACT

PT. Nusantara Plantation V Tanah Putih is a state-owned plantation company

engaged in oil palm agro-industry which produces crude palm oil and kernel,

then the results are analyzed using chemicals that have a Material Safety Data

Sheet (MSDS). This research was conducted at the Palm Oil Mill (POM) chemical

laboratory of PT. Nusantara Plantation V Tanah Putih, Rokan Hilir Regency,

Riau. The type of research used is descriptive evaluation research. The object of

this study are 10 MSDS of chemicals in the laboratory namely ammonium

heptamolybdate, coustic soda, ethanol, iso hexan, potassium hydroxide, p1

alkalinity tab, sulfuric acid, hardness tablets, thimol blue indicator, trinatrium

citrate. This study aims to assess the implementation of MSDS for workers. The

results of chemical research in the laboratory are in accordance with the MSDS,

there are 3 chemicals, namely ammonium heptamolybdate, coustic soda, thimol

blue indicator identity, suitable ingredients in packaging, 9 chemicals namely

ammonium heptamolybdate, coustic soda, iso hexan, potassium hydroxide, p1

alkalinity tab, sulfuric tab. acid, hardness tablets, thimol blue indicator,

trinatrium citrate hazard identification in accordance with the theory. The

company provides facilities for First Aid to Accident and fire handling according

to the MSDS. All chemicals act against spills according to MSDS, 5 chemicals

namely ammonium heptamolybdate, ethanol, iso hexan, thimol blue indicator,

trinatrium citrate storage and handling measures according to MSDS. There are

7 chemicals that do not comply with the MSDS, namely ethanol, iso hexan,

potassium hydroxide, p1 alkalinity tab, sulfuric acid, hardness tablets, thimol blue

indicator, trinatrium citrate identity ingredients not suitable in packaging, 1

chemical namely ethanol hazard identification yet according to the theory, all

chemicals in the laboratory against leakage are not implemented, 5 chemicals

namely coustic soda, potassium hydroxide, p1 alkalinity tab, sulfuric acid,

hardness tablets storage and handling measures do not match MSDS and all

chemicals in the laboratory control measures and Personal Protective Equipment

(PPE) does not match the MSDS. The chemicals that are implemented well are

ammonium heptamolybdate, thimol blue indicator and the bad implementation of

coustic soda, ethanol, iso hexan, potassium hydroxide, p1 alkalinity tab, sulfuric

acid, hardness tablets, trinatrium citrate. It is recommended that the company

complete the facilities according to the MSDS and provide supervisors in the

laboratory.

Keywords: Implementation, Material Safety Data Sheet, Workers

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“IMPELEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA

PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V TANAH PUTIH

TAHUN 2018”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan dan penyelesaian skripsi ini, penulis banyak

mendapat bimbingan, kritik dan saran dari berbagai pihak, maka dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dra. Lina Tarigan, Apt., M.S, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan dan arahan

selama proses penyelesaian skripsi ini berlangsung.

5. Ir. Kalsum, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu

dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran selama proses penyelesaian

skripsi ini berlangsung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

36

v

6. Umi Salmah, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan

waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran selama proses

penyelesaian skripsi ini berlangsung.

7. Ir. Etti Sudaryati M.K.M., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan bimbingan dan arahan selama perkuliahan.

8. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

9. Pimpinan PT. Perkebunan Nusantara V Tanah Putih.

10. Bapak Sinaga, selaku Masinis Kepala PKS PT. Perkebunan Nusantara V

Tanah Putih.

11. Bapak Sialagan, selaku Asisten Umum (Asum) PT. Perkebunan Nusantara V

Tanah Putih.

12. Ibu Lena Rosa Hutapea, selaku Sekertaris Asum PT. Perkebunan Nusantara V

Tanah Putih.

13. Bapak Mahmudi, selaku Kepala Laboratorium PT. Perkebunan Nusantara V

Tanah Putih.

14. Seluruh pekerja di laboratorium PT. Perkebunan Nusantara V Tanah Putih.

15. Teristimewa kepada orang tua, Ayahanda M. Napitupulu dan Ibunda M.

Sinaga, beserta keluarga yang senantiasa memberikan kasih sayang, motivasi,

dukungan serta doa yang tiada henti kepada penulis.

16. Seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penulis yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

37

v

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna

dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir

kata penulis mengucapkan terima kasih dan penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2018

Penulis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

38

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i

HALAMAN PENGESAHAN ii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

RIWAYAT HIDUP xv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 7

Tujuan Penelitian 7

Tujuan Umum 7

Tujuan Khusus 7

Manfaat Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 9

Bahan Berbahaya 9

Definisi Bahan Berbahaya 10

Klasifikasi Bahan Berbahaya 11

Implementasi MSDS 11

Definisi Implementasi MSDS 11

Bagian-bagian dalam MSDS 12

Kerangka Pikir 33

METODE PENELITIAN 33

Jenis Penelitian 33

Lokasi dan Waktu Penelitian 33

Objek Penelitian 33

Metode Pengumpulan Data 33

Metode Analisis Data 34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

39

v

HASIL PENELITIAN 35

Gambaran Umum Perusahaan 35

Profil Perusahaan 35

Letak Geografis 35

Visi dan Misi Perusahaan 36

Struktur Organisasi Perusahaan 37

Bidang Usaha 38

Bahan Kimia di Laboratorium PKS PT. Perkebunan Nusantara V

Kebun Tanah Putih 39

Alkalinity P 39

Alkohol 39

Ammonium Heptamolybdate Tetrahidrate 39

Hardness LR 40

Hexana 40

Natrium Citrat 40

Sodium Hydroxide 41

Sulfuric Acid 41

Thymol Blue 41

Potassium Hydroxide 42

MSDS Bahan Kimia di Laboratorium 42

Ammonium Hreptamolybdate 42

Coustic Soda 43

Ethanol 45

Iso Hexan 45

Kalium Hidroxide 47

P1 Alkalinity Tab 47

Sulfuric Acid 48

Tablet Hardness 49

Thimol Blue Indikator 50

Trinatrium Citrate 51

PEMBAHASAN 52

Implementasi MSDS Bahan Kimia di Laboratorium 52

Ammonium Hreptamolybdate 55

Coustic Soda 55

Ethanol 59

Iso Hexan 62

Kalium Hidroxide 66

P1 Alkalinity Tab 69

Sulfuric Acid 73

Tablet Hardness 77

Thimol Blue Indikator 81

Trinatrium Citrate 84

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

40

v

MSDS Berdasarkan Kepmenaker RI 87

Identitas Bahan Kimia di Laboratorium 87

Identifikasi Bahaya Bahan Kimia di Laboratorium 88

Tindakan P3K Bahan Kimia di Laboratorium 88

Tindakan Penanggulangan Kebakaran 88

Tindakan terhadap Tumpahan dan Kebocoran 89

Penyimpanan dan Penanganan Bahan 89

Pengendalian Pemajanan dan APD 90

KESIMPULAN DAN SARAN 91

Kesimpulan 91

Saran 92

DAFTAR PUSTAKA 93

DAFTAR LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

41

v

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Tabel Tanda Bahaya Menurut NFA 19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

42

v

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Struktur Organisasi Perusahaan 38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

43

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Lembar Observasi 94

2 Dokumentasi Foto 118

3 Material Safety Data Sheet (MSDS) 127

4 Instruksi Kerja Analisa Kadar ALB pada Minyak Sawit 147

5 Surat Sk Pembimbing 148

6 Surat izin Penelitian 149

7 Surat Selesai Penelitian 150

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

44

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Veronika Napitupulu lahir di Balam pada tanggal 05

September 1995. Penulis merupakan anak keenam dari sembilan bersaudara, anak

dari pasangan Ayahanda M. Napitupulu dan Ibunda M. Sinaga. Beragama

Katolik. Bertempat tinggal di Balai Jaya Km 37, Kecamatan Balai Jaya Kota,

Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai dari SD Yosef Arnoldi

Bagan Batu yang tamat pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan ke SMP Yosef

Arnoldi Bagan Batu yang tamat pada tahun 2010 dan melanjutkan ke SMA Santo

Thomas 1 Medan yang tamat pada tahun 2013. Lalu penulis melanjutkan

pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan selesai pada bulan Oktober tahun

2018.

Medan, Oktober 2018

Veronika Napitupulu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

45

v

Pendahuluan

Latar Belakang

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

menyatakan bahwa bahan-bahan yang mengandung racun, mesin-mesin, alat-alat,

pesawat-pesawat dan sebagainya yang serba pelik serta cara-cara kerja yang

buruk, kekurangan keterampilan dan latihan kerja, tidak adanya pengetahuan

tentang sumber bahaya yang baru, senantiasa merupakan sumber-sumber bahaya

dan penyakit-penyakit akibat kerja. Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami

bahwa perlu adanya pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja yang maju dan

tepat. Selanjutnya dengan peraturan yang maju akan dicapai keamanan yang baik

dan realistis yang merupakan faktor sangat penting dalam memberikan rasa

tentram, kegiatan dan kegairahan bekerja pada tenaga kerja yang bersangkutan

dan hal ini dapat mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produksi dan

produktivitas kerja.

Pasal 4 menyebutkan untuk ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja

dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,

pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,

barang, produk teknik dan aparat produksi yang mengandung dan dapat

menimbulkan bahaya kecelakaan. Selain itu ditegaskan juga bahwa syarat-syarat

tersebut mengikuti prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan

ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang

konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat

perlindungan, pengujian dan pengesahan, pengepakan atau pembungkusan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

46

v

pemberian tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi

guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja

yang melakukannya dan keselamatan umum.

Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan

selama bekerja. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan terjadinya

kecelakaan. Kecelakaan merupakan sesuatu yang tidak dikehendaki dan tidak

direncanakan, sering kali kecelakaan dianggap sebagai suatu kejadian tanpa

penyebab dan seakan-akan kejadian tersebut tidak dapat dicegah namun, dalam

suatu aktivitas industri, kejadian kecelakaan ini mempunyai kemungkinan terjadi

dan dampak yang lebih besar daripada di tempat umum lain dengan adanya

pemakaian bahan dalam jumlah besar, peralatan khusus, ataupun pergerakan

bahan dan orang dalam jumlah dan frekuensi yang tinggi. Menurut teori Domino

Effect H.W Heinrich, kecelakaan terjadi melalui hubungan mata rantai sebab

akibat dari beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja yang saling berhubungan

sehingga menimbulkan kecelakaan kerja (cedera ataupun penyakit akibat

kerja/PAK) serta beberapa kerugian lainnya. Terdapat beberapa faktor penyebab

kecelakaan kerja, antara lain: penyebab langsung kecelakaan kerja, penyebab

tidak langsung kecelakaan kerja dan penyebab dasar kecelakaan kerja. Faktor

penyebab langsung kecelakaan kerja ialah kondisi tidak aman dan tindakan tidak

aman (Buntarto,2015).

Beberapa contoh kondisi tidak aman adalah tidak dipasang pengaman

(safeguard) pada bagian mesin yang berputar, tajam atupun panas, terdapat

instalasi kabel listrik yang kurang standar (isolasi terkelupas, tidak rapi), alat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

47

v

kerja/mesin kendaraan yang kurang layak pakai, tidak terdapat label pada

kemasan (material) berbahaya. Termasuk dalam tindakan tidak aman adalah

kecerobohan, meninggalkan prosedur kerja, tidak menggunakan alat pelindung

diri (APD), bekerja tanpa perintah, mengabaikan instruksi kerja, tidak mematuhi

rambu-rambu di tempat kerja, tidak melaporkan adanya kerusakan alat/mesin

ataupun APD, tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan

dengan risiko/bahaya tinggi (Buntarto, 2015).

Industri semakin lama semakin banyak menggunakan material dan proses

yang tergolong berbahaya, seperti material yang mudah terbakar, berdaya ledak,

korosif, radioaktif, infektif, toksik, mutagenetik, karsinogenik, reaktif,

menyebabkan defisiensi oksigen, dan campuran dari berbagai karakteristik yang

sering dikelompokkan sebagai bahan berbahaya dan beracun (Indah, dkk, 2015).

Kegiatan industri yang mengolah, menyimpan, mengedarkan, mengangkut dan

mempergunakan bahan-bahan kimia berbahaya akan terus meningkat sejalan

dengan perkembangan pembangunan sehingga berpotensi untuk menimbulkan

bahaya besar bagi industri, tenaga kerja, lingkungan maupun sumber daya lainnya.

Bencana utama yang pernah terjadi termasuk tahun 1984 di Bhopal, India, yang

menyebabkan lebih dari 2.000 orang tewas, tahun 1989 di Philips Petrolum

Company, Pasadena, Texas terjadi insiden yang menyebabkan 23 orang tewas dan

dan 132 orang mengalami cedera, tahun 1990 di BASF, Cincinnati, Ohio, terjadi

insiden yang menyebabkan 2 orang tewas, dan tahun 1991 di IMC, Sterlington,

Los Angeles, terjadi insiden yang menyebabkan 8 orang tewas dan 128 orang

cedera (Achadi Budi, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

48

v

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor

Kep.187/Men/1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya menyatakan

bahwa untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja, akibat penggunaan

bahan kimia berbahaya di tempat kerja maka perlu diatur pengendaliannya.

Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya dan atau kegiatan yang

dilakukan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko akibat penggunaan bahan

kimia berbahaya ditempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan

lingkungan. Pengendalian bahan kimia berbahaya meliputi penyediaan Material

Safety Data Sheet (MSDS).

MSDS dalam Keputusan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor

87/M-IND/PER/9/2009 adalah lembar petunjuk yang berisi informasi bahan kimia

meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan,

tindakkan khusus dalam keadaan darurat, pembuangan dan informasi lain yang

diperlukan. Semua bahan kimia berbahaya diwajibkan memiliki MSDS, hal ini

diatur dalam berbagai peraturan seperti Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 472 Tahun 1996 Tentang Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi

Kesehatan, Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 187

Tahun 1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia, Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang B3 dan Keputusan Menteri

Perindustrian Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2009 Tentang Global

Harmonize System (GHS).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

49

v

Material Safety Data Sheet (MSDS) yang telah tersedia sebaiknya mudah

dijangkau oleh pekerja sebagai acuan pada saat terjadi keadaan darurat bahan

kimia. MSDS sebaiknya disertakan pada setiap tempat penyimpanan bahan yang

mudah dijangkau oleh siapa saja yang berhubungan langsung dengan bahan kimia

tersebut. MSDS dapat dijadikan sebagai instruksi lisan maupun tulisan pada

pekerja agar aman dalam dalam menggunakan bahan. Dengan memahami isi

MSDS, perusahaan akan mendapatkan manfaat tentang bagaimana cara yang aman

untuk penanganan bahan, dan dapat melakukan tindakan yang dapat mencegah

kecelakan di tempat kerja akibat penggunaan bahan kimia tersebut (Cecep Dani

Sucipto, 2014).

PT. Perkebunan Nusantara V Tanah Putihadalah salah satu Perseroan

perkebunan milik negara yang bergerak di bidang agroindustri kelapa sawit yang

kemudian mengolah hasilnya menjadi CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

(kernel). Semua hasil produksi dijual baik ke pasar lokal maupun ekspor. CPO

dan inti sawit harus memiliki spesifikasi mutu sesuai dengan yang telah

ditetapkan agar dapat dipasarkan. Pengolahan kelapa sawit ini dilakukan di Pabrik

Kelapa Sawit (PKS) yang berada di lokasi PT. Perkebunan Nusantara V Tanah

Putih.Pabrik Kelapa Sawit (PKS) tersebut terdiri dari beberapa area, yaitu area

kerja produksi, area gudang, area bengkel, area kantor, dan area laboratorium.

Pada area laboratorium terdapat beberapa pekerja yang bertugas

menganalisa hasil produksi agar tercipta mutu CPO dan kernel agar sesuai

standar. Kegiatan analisa tersebut menggunakan beberapa bahan kimia yaitu

alkalinity P, alkohol, ammonium heptamolybdate tetrahidrate, hardness LR,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

50

v

hexane, natrium citrat, potassium hydroxide, sulfuric acid, thymol blue, trisodium

citrate dehydrate. Setiap bahan kimia memiiki karakteristik yang berbeda

sehingga dalam penggunaan, penyimpanan dan penanganan harus disesuaikan

dengan sifat masing-masing bahan. Karakteristik bahan kimia tersebut seperti

bahan kimia mudah terbakar, bahan kimia mudah meledak, bahan kimia reaktif,

bahan kimia korosif, bahan kimia iritan, bahan kimia beracun, bahan kimia

karsinogenik, bahan kimia oksidator. Penggunaan, penyimpanan dan penanganan

yang tidak tepat dapat menimbulkan bahaya yang dapat merugikan pekerja

maupun perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan pedoman agar dapat membantu

pekerja aman dalam penggunaan, penyimpanan dan penanganan bahan kimia

tersebut. Material Safety Data Sheet (MSDS) dapat dijadikan sebagai instruksi

maupun pedoman dalam melakukan tindakan untuk pekerja agar aman dalam

mencegah maupun menghadapi bahaya yang bisa terjadi akibat penggunaan,

penyimpanan, dan penanganan bahan kimia pada pekerja yang terlibat langsung

dengan bahan kimia tersebut.

Berdasarkan survei awal dengan Kepala Laboratorium disebutkan bahwa

setiap bahan kimia yang digunakan telah memiliki MSDS dan MSDS tersebut telah

disosialisasikan kepada pekerja sejak tahun 2000. Berdasarkan pemaparan

tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang implementasi Material

Safety Data Sheet (MSDS) pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara V Tanah

Putih Tahun 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

51

v

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi pokok permasalahan

yaitu bagaimana implementasi Material Safety data Sheet (MSDS) pada pekerja di

PT. Perkebunan Nusantara V Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir Riau Tahun

2018.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menilai

implementasi Material Safety Data Sheet (MSDS) pada Pekerja di PT. Perkebunan

Nusantara V Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir Riau Tahun 2018.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan

identitas bahan kimia yang digunakan di laboratorium, mengidentifikasi bahaya

bahan kimia yang digunakan di laboratorium, mendeskripsikan implementasi

tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di laboratorium,

mendeskripsikan implementasi tindakan penanggulangan kebakaran di

laboratorium, mendeskripsikan implementasi tindakan terhadap tumpahan dan

kebocoran bahan kimia di laboratorium, mendeskripsikan implementasi tindakan

penyimpanan dan penanganan bahan kimia di laboratorium, mendeskripsikan

implementasi pengendalian pemajanan dan Alat Pelindung Diri (APD) di

laboratorium.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

52

v

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai bahan masukan dan menambah

informasi bagi PT. PerkebunanNusantara V Tanah Putih dalam

mengimplementasikan Material Safety Data Sheet (MSDS) sehingga dapat

meningkatkan kualitas pekerja di bidang K3 khusunya bagi pekerja yang terlibat

dalam penanganan langsung terhadap bahan kimia berbahaya, sebagai bahan

informasi yang dapat dijadikan referensi bagi pengembangan ilmu atau penelitian

lebih lanjut dan memberi pengalaman langsung bagi peneliti dalam melaksanakan

penelitian serta penerapan dan pengembangan ilmu yang diperoleh di pekerjaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

53

v

Tinjauan Pustaka

Bahan Berbahaya

Definisi bahan berbahaya. Bahan berbahaya adalah bahan yang selama

pembuatannya, pengolahannya, pengangkutannya, penyimpanan dan

penggunaannya mungkin menimbulkan atau membebaskan debu-debu, kabut,

uap-uap, gas-gas, serat atau radiasi mengion yang mungkin menimbulkan iritasi,

kebakaran, ledakan, korosi, mati lemas, keracunan dan bahaya-bahaya lain dalam

jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan orang yang bersangkutan

dengannya atau menyebabkan kerusakan kepada barang-barang atau harta

kekayaan (Suma’mur, 1989).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001

menyatakan bahwa Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena

sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun

tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau

dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia

serta mahluk hidup lainnya.

Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 87/M-

IND/PER/9/2009 tentang Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label pada

Bahan Kimia menyatakan bahwa bahan kimia adalah semua materi dalam bentuk

cairan, padat atau gas, berupa unsur atau senyawa dalam bentuk tunggal atau

campuran dan mempunyai sifat khusus.

Bahan kimia beracun didefenisikan sebagai bahan kimia yang dalam

jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

54

v

Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan dan kemudian beredar

keseluruh tubuh atau menuju organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-

lain, tetapi zat tersebut dapat juga berakumulasi dalam tulang, darah, hati, ginjal,

atau cairan limfa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang.

Pengeluaran zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran

pencernaan, sel epitel, keringat (Achadi Budi Cahyono, 2004).

Bahan kimia yang dimaksud adalah bahan kimia yang mudah terbakar,

bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif dan gas yang berbahaya.

Penggunaan senyawa yang bersifat karsinogenik (memicu pertumbuhan sel

kanker) dalam industri maupun laboratorium merupakan masalah yang signifikan,

baik karena sifatnya yang berbahaya maupun cara yang ditempuh dalam

penanganannya (Buntarto, 2015). Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik

Indonesia Nomor 187 Tahun 1999 tentang pengendalian bahan kimia menyatakan

bahwa pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai,

memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib

mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja. Pengendalian berbahaya kimia berbahaya

sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi penyediaan MSDS.

Klasifikasi bahan berbahaya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

menyatakan bahwa B3 dapat diklasifikasikan sebagai bahan yang mudah meledak

(explosive), pengoksidasi (oxidizing), sangat mudah sekali menyala (extremely

flammable), sangat mudah menyala (highly flammable), mudah menyala

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

55

v

(flammable), amat sangat beracun (extremely toxic), sangat beracun (highly toxic),

beracun (moderately toxic), berbahaya (harmful), korosif (corrosive), bersifat

iritasi (irritant), berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment),

karsinogenik (carcinogenic), teratogenik (teratogenic), dan mutagenik

(mutagenic). Klasifikasi B3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yaitu B3 yang

dapat dipergunakan, B3 yang dilarang dipergunakan dan B3 yang terbatas

dipergunakan.

Implementasi MSDS

Definisi implementasi MSDS. Keputusan Menteri Perindustrian Nomor

87 Tahun 2009 menyatakan bahwa Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah

lembar petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia,

jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus dalam keadaan

darurat dan informasi lain yang diperlukan. Implementasi MSDS adalah penerapan

suatu dokumen petunjuk yang berisi informasi lengkap mengenai bahan kimia.

Setiap tempat kerja harus memiliki MSDS untuk setiap bahan kimia

berbahaya yang digunakan dalam pekerjaan dan MSDS yang ada harus bisa dibaca

dengan mudah oleh setiap tenaga kerja, jika tenaga kerja tidak memahami bahasa

asing (biasanya bahasa Inggris) maka perusahaan wajib menerjemahkannnya ke

dalam bahasa Indonesia. Jika tenaga kerja meminta MSDS pada perusahaan

sementara perusahaan tersebut tidak mempunyai MSDS maka dalam waktu 1 hari

kerja MSDS tersebut harus sudah tersedia. Perusahaan mempunyai kewajiban

untuk melatih tenaga kerjanya mengenai bagaimana cara membaca suatu

informasi dalam MSDS dan bagaimana cara menggunakannya. Selain itu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

56

v

perusahaan juga harus menjamin MSDS tersebut sesuai dengan bahan yang

dipergunakan pada perusahaan tersebut (Iwan, 2013).

Bagian-bagian dalam MSDS. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja

Republik Indonesia No.Kep. 187/Men/1999, MSDS harus berisi hal-hal sebagai

berikut:

1. Identitas bahan dan perusahaan;

Bagian ini menjelaskan bahan kimia, meliputi:

a. Nama bahan.

b. Rumus kimia.

c. Kode produksi.

d. Sinonim.

e. Nama perusahaan (pembuat) atau distributor atau importer.

Identitas dalam harus sama dengan identitas yang ada dalam label pada

kemasan bahan.

2. Komposisi bahan;

Bagian ini berisi tentang persentase berat, nomor CAS dan batas pemajanan.

3. Identifikasi bahaya;

Bagian ini berisi tentang ringkasan bahaya yang penting dan akibatnya

terhadap kesehatan mata, kulit, terlelan, terhirup, karsinogenik, teratogenik,

reproduksi.

4. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);

Bagian ini menjelaskan tindakan P3K yang harus dilakukan pada saat bahan

kimia terkena pada mata, kulit, tertelan, adan terhirup.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

57

v

5. Tindakan penanggulangan kebakaran;

Bagian ini menjelaskan tentang:

a. Sifat-sifat bahan mudah terbakar seperti titik nyala bahan tersebut.

b. Suhu nyala suatu bahan.

c. Daerah mudah terbakar, meliputi batas terendah mudah terbakar dan batas

tertinggi mudah terbakar.

d. Media pemadaman api.

e. Bahaya khusus yang timbul dari bahan.

6. Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan;

Bagian ini berisi penjelasan tentang:

a. Tindakan yang dilakukan terhadap tumpahan dan kebocoran kecil.

b. Tindakan yang dilakukan terhadap tumpahan dan kebocoran besar.

c. Alat pelindung diri yang digunakan.

7. Penyimpanan dan penanganan bahan;

Bagian ini berisi penjelasan mengenai:

a. Penanganan bahan.

b. Pencegahan terhadap pemajanan.

c. Tindakan pencegahan terhadap kebakaran dan peledakan.

d. Penyimpanan.

e. Syarat khusus penyimpanan bahan.

8. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri;

Bagian ini berisi penjelasan mengenai:

a. Pengendalian teknis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

58

v

b. Alat pelindung diri, seperti pelindung pemajanan mata, kulit, tangan, dan

lain sebagainya.

9. Sifat fisika dan kimia;

Bagian ini berisi tentang gambaran bentuk, bau, warna, massa jenis, titik didih,

titik lebur, tekanan uap, kelarutan dalam air, dan pH suatu bahan.

10.Stabilitas dan reaktifitas bahan;

Bagian ini berisi penjelasan mengenai:

a. Sifat reaktifitas.

b. Sifat stabilitas.

c. Kondisi yang harus dihindari.

d. Bahan yang harus dihindari.

e. Bahan yang dekomposisi.

f. Bahaya polimerisasi.

11.Informasi toksikologi;

Bagian ini berisi tentang:

a. Nilai ambang batas.

b. Bahayajika terkena mata.

c. Tertelan LD 50 (mulut).

d. Terkena kulit.

e. Terhirup LC 50 (pernafasan).

f. Efek lokal.

g. Pemaparan jangka pendek (akut).

h. Pemaparan jangka Panjang (kronik).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

59

v

i. Karsinogen.

j. Teratogen.

k. Reproduksi.

l. Mutagen.

12.Informasi ekologi;

Berisi tentang informasi mengenai:

a. Kemungkinan dampaknya terhadap lingkungan.

b. Degradasi lingkungan.

c. Bio akumulasi.

13.Pembuangan limbah;

14.Pengangkutan bahan;

Berisi tentang informasi mengenai:

a. Peraturan international.

b. Pengangkutan darat.

c. Pengangkutan laut.

d. Pengangkutan udara.

15.Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku;

16.Informasi lain yang diperlukan.

Menurut Spellman (2006) dalam MSDS harus tercantum antara lain

identitas bahan kimia (lebel nama), potensi bahaya fisik, cara pengukuran dan

pengontrolan, potensi bahaya terhadap kesehatan, apakah terdapat zat

karsinogenik, prosedur gawat darurat dan pertolongan pertama, tanggal pebuatan

dan tanggal kadaluarsa, nama, alamat, dan nomor telephone perusahaan pembuat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

60

v

bahan atau importer, data bahaya api dan ledakan, reaktivitas, dan petunjuk

khusus (Iwan, 2013).

1. Bagian I: Identitas Bahan (Chemical Identity)

a. Nama umum serta nama lain dan struktur kimia.

b. Identitas dalam harus sama dengan identitas yang ada dalam label pada

kemasan bahan.

2. Bagian II: Kandungan Bahaya

a. Untuk bahan berbahaya campuran yang telah dites sebagai satu campuran

yang berbahaya maka nama kandungannya komposisi bahan yang

diasosiasikan dengan bahaya harus tercantum.

b. Jika bahan campuran belum dites secara keseluruhan maka nama bahan

kandungan berbahaya dengan kadar 1% atau lebih dicantumkan. Nama

bahan yang karsinogen dan kadarnya yang lebih dari 0,1% harus tercantum.

c. Semua komponen yang menghasilkan bahaya fisik yang dicantumkan.

d. Semua bahan yang kadarnya dibawah 1% (0,1% untuk karsinogen) harus

dicantumkan jika kadar tersebut melebihi dari standar Permissible Exposure

Limit (PEL) atau Threshold Limit Value (TLV) atau standar lain.

3. Bagian III: Karakteristik Fisik dan Kimia (Physical and Chemical Char)

Karakteristik fisik dan kimia yang terkandung dalam bahasa tersebut harus

dicantumkan. Karakteristik tersebut antara lainboiling and freezing points,

density, vapor pressure, specific gravity, solubility, volatility, warna dan bau.

Karakteristik ini sangat penting untuk desain alat yang aman pada tempat kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

61

v

4. Bagian IV: Data Bahaya Api dan Ledakan (Fire and Explosion Hazard Data)

Kandungan yang mengandung bahaya api dicantumkan. Juga keadaan yang

memungkinkan timbulnya bahaya api serta ledakan dicantumkan.

Rekomendasi mengenai jenis Extinguisher dan jenis pemadaman dicantumkan.

5. Bagian V: Data Reaktivitas (Reactivity Data)

Bagian ini menunjukkan informasi tentang bahan kimia lain yang bereaksi

dengan bahan ini yang dapat menimbulkan bahaya. Begitu juga jika terjadi

reaksi dekomposisi.

6. Bagian VI: Bahaya Bagi Kesehatan (Health Hazard)

Bahaya akut yang dapat ditimbulkan, batasan serta akibat yang dapat diderita

harus dicantumkan.Juga ditambahkan kegiatan medis yang harus dilakukan

untuk mengurangi akibatnya.Bahaya-bahaya khusus seperti carcinogens,

corrosives, toxins, irritants, sensitizers, mutagens, teratogens, dan efek

terhadap organ (seperti hati, system saraf, darah, reproduksi, kulit, mata, paru-

paru, dll).

a. Ada tiga jalur bahan kimia masuk ke tubuh yaitu melalui pernafasan, kulit,

dan mulut.

b. Dicantumkan pula standar bahaya level berdasarkan peraturan/perundangan

yang berlaku, dan batas standar lain yang direkomendasikan.

7. Bagian VII: Petunjuk untuk Pengelolaan dan Penggunaan Secara Aman

(Precautions for Safe Handling and Use)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

62

v

Rekomendasi dari instruksi kesehatan mengenai peringatan dan prosedur dalam

perbaikan alat serta saat pembersihan jika terjadi tumpahan. Dapat pula

dicantumkan cara pengelolaan limbahnya atau peraturan daerah yang ada.

8. Bagian VIII: Kontrol (Control Measures)

Pada section ini terdiri dari engineering control, prosedur penanganan secara

aman, serta alat pencegahan. Informasi ini menjelaskan penggunaan goggles,

gloves, bodysuits, respirators, and face shields dalam penanganan bahan

(Iwan, 2013).

Menurut Indah, dkk (2015), MSDS harus diisi dengan lengkap sehingga

tampak informasi karakteristik fisika, kimia, dan biologinya, juga dampaknya

terhadap kesehatan dan bagaimana seharusnya digunakan, disimpan, dan

ditransportasi sehingga aman, juga dapat diketahui pertolongan pertama pada

kecelakaan dan tindakan pengendalian yang harus diambil. Pengenalan bahan dan

proses berbahaya ini akan digunakan untuk melakukan analisis risiko dan tahap

evaluasi sebagai berikut :

1. Identitas bahan dan perusahaan. Identitas bahan dan perusahaan dalam MSDS

dibuat dalam bentuk label dengan ukuran tergantung pada besarnya wadah.

Untuk drum 200 Liter (55 galon) besar label sekurang-kurangnya setengah

halaman folio.

2. Komposisi bahan. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik

Indonesia No.Kep.187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia

Berbahaya di Tempat Kerja bahwa bagian komposisi dari bahan kimia pada

MSDS harus menyertakan nama, CAS number, dan batasan pemajanan bahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

63

v

3. Identifikasi bahaya. Identifikasi bahaya atau pemberian label yaitu dalam

bentuk gambaran sifat bahaya. Label yang dipakai ada dua, yaitu menurut PBB

(internasional) dan NFPA (National Fire Protection Assosiation)-Amerika.

Adapun bahaya menurut eropa mirip dengan PBB.Bahaya menurut NFPA

mempunyai ranking (0-4) ditinjau dari aspek bahaya kesehatan (biru), bahaya

kebakaran (merah), bahaya reaktifitas (kuning). Berikut adalah table tanda

bahaya menurut NFPA:

Tabel 1

Tanda Bahaya Menurut NFPA

Ranking Bahaya Kesehatan Bahaya Kebakaran Bahaya Reaktivitas

4

Penyebab kematian,

cedera fatal meskipun

ada pertolongan.

Segera menguap

dalam kadaan

normal dan dapat

terbakar secara

cepat.

Mudah meledak atau

diledakkan, sensitive

terhadap panans dan

mekanik.

3

Berakibat serius pada

keterpaan singkat,

meskipun ada

pertolongan.

Cair atau padat

dapat dinyalakan

pada suhu biasa.

Mudah meledak tetapi

memerlukan penyebab

panas dan tumpukan

kuat.

2

Keterpaan intensif d

berakibat serius,

kecuali ada

pertolongan.

Perlu sedikit ada

pemanasan

sebelum bahan

dapat dibakar.

Tidak stabil, bereaksi

hebat tapi tidak

meledak.

1

Penyebab iritasi atau

cedera rigan.

Dapat dibakar

tetapi memerlukan

pemanasan terlebih

dahulu.

Stabil pada suhu

normal, tetapi tidak

stabil pada suhu tinggi.

0

Tidak berbahaya bagi

kesehatan meskipun

kena panas (api).

Bahan tidak dapat

dibakar sama

sekali.

Stabil, tidak reaktif

meskipun kena panas

atau suhu tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

64

v

Selain NFPA, ada klasifikasi bahan kimia menurut Hazardous Material

Identifcation System (HMIS). Pada dasarnya klasifikasi HIMS sama dengan

NFPA, hanya saja klasifikasi HMIS mencantumkan kode alat pelindung diri

(Achadi Budi Cahyono, 2004).

4. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Tindakan pertolongan

pertama pada kecelakaan (P3K) adalah pertolongan pertama dan perawatan

sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendaptkan pertolongan lebih

lanjut oleh petugas kesehatan.Pemberian pertolongan ini harus dilakukan

secara cepat dan tepat dengan menggunakan sarana dan prasarana pertolongan

yang ada di tempat kejadian.Prosedr P3K disesuaikan dengan kecelakaan yang

terjadi (Buntarto, 2015).

5. Tindakan penanggulangan kebakaran. Tindakan penanggulangan kebakaran

adalah prosedur memadamkan api dan prosedur perawatan dan pemeliharaan

perlengkapan pemadam kebakaran. Secara umum, prosedur mengatasi

kebakaran dilakukan dengan 3 langkah utama, yaitu proses isolasi yang

dilakukan dengan memutus udara luar dengan benda yang terbakar. Proses

pendinginan dilakukan agar bahya api tidak merambat pada bahan-bahan yang

dapat menyerap panas. Proses ini dilakukan dengan cara menyerap panas api

oleh bahan lain seperti karung goni berair, air dan bahan-bahan lainnya yang

mengandung air. Adapun proses urai dilakukan dengan memisahkan atau

menjauhkan benda-benda yang belum terbakar dari sumber api

(Buntarto,2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

65

v

6. Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan. Tindakan mengatasi kebocoran

dan tumpahan adalah tindakan dilakukan terhadap tumpahan bahan kimia sisa

yang mendapatkan perlakuan khusus sebelum dibuang ke perairan. Bahkan,

diantaranya perlu dimusnahkan sebelum dibuang (Buntarto,2015).

7. Penyimpanan dan penanganan bahan

a. Penyimpanan Bahan

Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga

kualitas dan kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3 terhadap

lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan makhluk hidup lainnya. Untuk

mencegah kebakaran, ledakan, atau bocornya bahan-bahan kimia beracun

dalam gudang, maka dalam penyimpan bahan-bahan kimia, perlu

memerhatikan beberapa hal, yaitu:

1) Interaksi bahan kimia dengan wadahnya, bahan kimia dapat berinteraksi

dengan wadahnya dan dapat mengakibatkan kebocoran.

2) Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan,

kebakaran, atau timbulnya gas beracun.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor diatas, beberapa syarat penyimpanan

bahan adalah sebagai berikut:

1. Bahan Beracun

Banyak bahan-bahan kimia yang beracun. Bahan yang paling keras dan

sering dijumpai di laboratorium sekolah antara lain; sublimate (HgCl2),

persenyawaan sianida, arsen, gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas.

Syarat penyimpanan adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

66

v

a. Ruangan dingin dan berventilasi;

b. Jauh dari bahaya kebakaran;

c. Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi;

d. Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika

tidak sedang dipergunakan;

e. Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung

tangan.

2. Bahan Korosif

Contoh bahan korosif, misalnya asam-asam, anhidrida asam, dan

alkali.Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun.

Syarat penyimpanan yang aman adalah sebagai berikut:

a. Ruangan dingin dan berventilasi;

b. Wadah tertutup dan beretiket;

c. Dipisahkan dari zat-zat beracun.

3. Bahan Mudah Terbakar

Banyak bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika terkena

udara, kena benda panas, kena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia

lain. Fosfor (P) putih, fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3) misalnya akan

terbakar sendiri jika kena udara. Pipa air, tabung gelas yang panas akan

menyalarkan karbon disulfide (CS2). Bunga api dapat menyalakan

bermacam-macam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan organik dapat

dibagi menjadi 3 (tiga) golongan:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

67

v

a. Cairan yang terbakar di bawah temeratur -4oC, misalnya karbon

disulfide (CS2), eter (C2H5OC2H5), benzene (C5H6) dan aseton

(CH3COCH3).

b. Cairan yang dapat terbakar pada temperature antara -4oC - 21

oC,

misalnya etanol (C2H5OH) dan methanol (CH3OH).

c. Cairan yang dapat terbakar pada pada temperature 21oC – 93,5

oC,

misalnya kerosin (minyak lampu), terpentin, naftalena, minyak bakar.

Syarat penyimpanan yang aman:

1) Temperatur yang dingin dan berventilasi;

2) Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik

dan bara rokok;

3) Tersedianya alat pemadam kebakaran.

4. Bahan Mudah Meledak

Contoh bahan mudah meledak adalah ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT.

Syarat penyimpanan yang aman:

a. Ruangan dingin dan berventilasi;

b. Jauhkan dari panas dan api;

c. Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis.

Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat yang dapat

meledak dengan dahsyat.Kecepatan reaksi zat-zat seperti ini sangat

tergantung pada komposisi dan bentuk dari campurannnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

68

v

5. Bahan Oksidator

Contoh bahan oksidator yaitu perklorat, permanganat, peroksida organik.

Syarat penyimpanan yang aman:

a. Temperatur ruangan dingin dan berventilasi;

b. Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrikdan

bara rokok;

c. Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor.

6. Bahan Reaktif Terhadap Air

Contoh bahan reaktif dengan air yaitu natrium, hidrida, karbit, nitrida.

Syarat penyimpanan yang aman adalah:

a. Temperatur ruangan dingin, kering,dan berventilasi;

b. Jauh dari sumber nyala api atau panas;

c. Bangunan kedap air;

d. Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)

7. Bahan Reaktif Terhadap Asam

Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah

terbakar atau beracun, misalnya natrium, hidrida, sianida. Syarat

penyimpanan yang aman:

a. Ruangan dingin dan berventilasi;

b. Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam;

c. Ruangan penyimpanan perlu didesain agar tidak memungkinkan

terbentuk kantong-kantong hydrogen;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

69

v

d. Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian

kerja.

8. Gas Bertekanan

Contoh gas bertekanan yaitu gas N2, asetilen, H2, dan CL2 dalam tabung

silinder.

Syarat penyimpanannya adalah:

a. Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat;

b. Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari;

c. Jauh dari api panas;

d. Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah

lamanya waktu peyimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan

olefin akan membentuk peroksidajika kontak dengan udara dan cahaya.

Semakin lama disimpan akan semakin besar peroksida. Isopropil eter, etil

eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat yang sering menimbulkan

bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan.Zat sejenis eter

tidak boleh disimpan melebihi 1 tahun, kecuali ditambah inhibitor.Eter yang

telah dibuka harus dihabiskan selama 6 bulan (Buntarto, 2015).

b. Penanganan Bahan

Penanganan secara manual yang aman adalah cara melakukan suatu proses

kegiatan menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya, tanpa

menggunakan perlengkapan modern atau otomatis. Hal tersebut dikarenakan

beberapa kegiatan produksi dengan bahan-bahan kimia memang harus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

70

v

dilakukan secara manual menggunakan tangan-tangan pekerja.Dengan

demikian, harus diatati prosedur-prosedur penanganan secara manual

dengan disiplin tinggi tanpa terkecuali (Buntarto, 2015). Prosedur-prosedur

penanganan secara manual yang aman digunakan meliputi beberapa hal.

Pertama, cara menghindarkan bahaya yang dapat mengganggu dan merusak

kesehatan. Kedua, cara-cara menempatkan dan menyimpan bahan kimia

yang aman. Ketiga, cara-cara melakukan proses kegiatan atau pekerjaan

dengan bahan-bahan kimia yang benar. Keempat, cara-cara menghindarkan

kecelakaan yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia.Penanganan secara

manual mengandalkan tenaga manusia, meliputi mengangkat, menurunkan,

membawa, menarik, mendorong, menahan, dan sebagainya. Kekuatan

tangan, kaki, dan badan serta cara mengambil posisi yang benar harus

diperhatiakan untuk melakukan pekerjaan tersebut (Buntarto, 2015).

8. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia

No.Kep.187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di

Tempat Kerja bahwa bagian pengendalian pemajanan dan alat peindung diri

dalam MSDS mencakup perlindungan secara teknis dan alat pelindung diri.

Perlindungan secara teknis yang dapat diterapkan salah satunya adalah

ventilasi. Ventilasi adalah metode yang digunakan untuk mengendalikan

tekanan udara dan kualitas udra di tempat kerja. Jenis ventilasi yang sering

digunakan industri adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

71

v

a. Comfort ventilation, ventilasi kenyamanan ini menggerakkan dan

mengkondisikan udara untuk menjamin kenyamanan bekerja. Penggunaan

AC (Air Conditioning) di ruangan kerja, ruang computer atau di area kerja

adalah contoh comfort ventilation.

b. Local exhaust ventilation atau ventilasi pembuangan lokal digunakan untuk

menghilangkan kontaminan di udara yang dihasilkan dari sumber local.

Udara yang yerkontaminasi partikel berbahaya dibuang keluar untuk

digantikan dengan mengisap udara yang lebih bersih dari sumber lain.

Pemasangan exhaust fan di ruangan boiler merupakan contoh local exhaust

ventilation.

c. Local supply ventilation adalah memasok udara bersih ke tempat kerja.

System ventilasi ini bias digabung dengan local exhaust ventilation, dengan

kata lain udara yang kotor dibuang dan udara yang bersih dipompakan

masuk.

d. Make up air adalah memberikan persediaan udara bersih kepada lingkungan

kerja untuk menggantikan udara yang telah terkontaminasi. Tanpa

pemberian udara bersih yang cukup, local exhaust sistem tidak akan efektif.

e. Dilution ventilation atau ventilasi dilusi adalah memberikan udara bersih

dan mengeluarkan udara yang kotor dari area kerja yang lebih besar. Secara

umum ventilasi dilusi tidak dapat diaplikasikan pada temapat kerja dengan

poensi bahaya yang paling besar dan tidak efektif dari sisi hasil dan biaya.

f. Natural ventilation adalah system ventilasi alamiah menggunakan

karakteristik perpindahan udara alamiah untuk mengeluarkan polutan di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

72

v

ruangan kerja tanpa bantuan alat medis. Penggunaan alat pelindung diri

adalah alternatif yang dilakukan jika penanggulangan lain dirasakan belum

berhasil. Pada saat pengadaan alat pelindung diri sebaiknya dilakukan

pengetesan untuk memastikan alat pelindung diri tersebut kuat dan tidak

mengganggu kenyamanan pekerja. Alat pelindung diri dapat dikategorikan

pelindung kulit seperti sarung tangan, pakaian kerja, dan apron. Pelindung

mata seperti safety glasses, goggles, face shields dan hood. Pelindung

telinga seperti ear plugs dan ear muffs. Pelindung pernafasan seperti air

purifying respirators, air supplied respirator dan self contained breathing

unit. Pelindung lain seperti sepatu safety, diving suits dan environmental

control suits (Iwan, 2013).

9. Sifat fisika dan kimia

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia

No.Kep.187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di

Tempat Kerja bahwa sifat fisika dan kimia ditetapkan sebagai berikut:

a. Cairan mudah terbakar dalam hal titik nyala > 21 OC dan<55

OC pada

tekanan 1 (satu) atmosfir.

b. Cairan sangat mudah terbakar dalam hal titik nyala < 21 OC dan titik didih >

20 OC pada tekanan 1 (satu) atmosfir.

c. Gas mudah terbakar dalam hal titik didih < 20 OC pada tekanan 1 (satu)

atmosfir.

10.Stabilitas dan reaktifitas bahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

73

v

Reaktifitas bahan adalah sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan

terurai, bereaksi dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik

sihingga eksplosif atau rektifitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas

beracun (Buntarto, 2015).

11.Informasi toksikologi

Informasi toksikologi dalam MSDS adalah untuk mengetahui toksisitas suatu

bahan kimia. Toksisitas adalah ukuran relative derajat racun antara satu bahan

kimia terhadap bahan kimia lain pada organisme yang sama. Kadar racun suatu

zat kimia dinyatakan sebagai Lethal Dose-50 (LD-50). LD-50 adalah dosis

suatu zat, yang dinyatakan dalam milligram bahan per kilogram berat badan,

yang dapat menyebabkan kematian pada 50 % binatang percobaan dari suatu

kelompok spesies yang sama. Mukono (2000) menyatakan bahwa jumlah

hewan percobaan pada penelitian LD-50 paling sedikit 10 ekor untuk tiap dosis

dengan rentang dosis yang masuk paling sedikit 10 ekor untuk tiap dosis

dengan rentang dosis yang masuk paling sedikit 3 (dari 0-100 satuan). Selain

LD-50 dikenal pula LC-50 (Lethal Concentration-50). LC-50 adalah kadar atau

konsentrasi suatu zat, yang dinyatakan dalam milligram bahan kimia per meter

kubik udara (atau part per million/ppm), yang menyebabkan 50% kematiana

pada binatang percobaan dari suatu kelompok spesies setelah binatang

percobaan tersebut terpapar dalam waktu tertentu (Achadi Budi, 2004).

Menurut kepmen No. 187/Men/1999 menyatakan bahwa toksik bahan kimia

adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

74

v

a. Bahan beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut: LD 50 > 25 atau 200

mg/kg berat badan atau Kulit: LD 50 > 25 atau 400 mg/kg berat badan atau

Pernafasan: LC 50 > 0,5 mg/l dan < 2 mg/l.

b. Bahan sangat beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut: LD 50 < 25

mg/kg berat badan atau Kulit: LD 50 < 50 mg/kg berat badan atau kulit: LD

50 < 50 mg/kg berat badan, atau pernafasan: LC 50 < 0,5 mg/l.

12.Informasi ekologi

Informasi ini menjelaskan bahaya terhadap lingkungan dan bagaimana

menangani limbah atau bunagan bahan kimia baik berupa padat, cair maupun

gas. Termasuk di dalamnya cara pemusnahan. Menangani bahan-bahan

berbahaya tanpa mengetaahui informasi tersebut dapat mengakibatkan

kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh bahan tersebut tanpa disadari akan

menyebabkan dampak yang tidak kita inginkan (Buntarto, 2015).

13.Pembuangan limbah

Pembuangan limbah kimia secara umum dan upaya pembuangan limbah bahan

kimia terdiri dari 4 (empat) metode yaitu:

a. Pembuangan langsung dari laboratorium. Metode ini dapat diterapkan untuk

bahan kimia yang larut dalam air. Bahan kimia yang dapat larut dalam air

dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk

bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dinetralkan,

selanjutnya baru bias dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung

logam-logam berat dan beracun seperti Pb. Hg, Cd, dan sebagainya,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

75

v

endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian cairannya

dinetralkan dan dibuang.

b. Pembakaran terbuka. Metode ini dapat diterapkan untuk bahan organic yang

kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan organic tersebut

dibakar di tempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.

c. Pembakaran dalam insenator. Metode pembakaran dalam insenator dapat

diterapkan untuk bahan toksik yang jika dibakar di tempat terbuka akan

menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat toksik.Dikubur di dalam

tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air.

Metode ini dapat diterapkan untuk zat padat yang reaktif dan beracun

(Buntarto, 2015).

14.Pengangkutan bahan

MenurutKeputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia

No.Kep.187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di

Tempat Kerja bahwa bagian pengangkutan bahan ini adalah penjelasan

mengenai peraturan internasional yang mengatur tentang pengangkutan darat,

laut maupun udara.

15.Informasi Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

Bagian ini berisikan peraturan perundangan yang terkait yang tidak disediakan

pada bagian lain dari MSDS.Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

beserta Lingkungan Hidup spesifik untuk bahan kimia yang masih

dipertanyakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

76

v

16.Informasi lain yang diperlukan

Informasi lain yang diperlukan yang terdapat dalam bagian ini adalah:

a. Tanggal pembuatan MSDS.

b. Indikasi perubahan yang dilakukan dari MSDS.

c. Singkatan yang digunakan dalam MSDS.

d. Referensi literatur dan sumber yang diambil untuk membuat MSDS.

Kerangka Pikir

Bahan Kimia di laboratorium:

1. Alkalinity P

2. Alkohol

3. Ammonium Heptamolybdate

tetrahidrate

4. Hardness LR

5. Hexane

6. Natrium citrat

7. Potassium hydroxide

8. Sulfuric acid

9. Thymol blue

10. Trisodium citrate dehydrate

Implementasi MSDS:

1. Identitas bahan dan

Perusahaan

2. Identifikasi bahaya

3. Tindakan P3K

4. Tindakan penanggulangan

kebakaran

5. Tindakan terhadap tumpahan

dan kebocoran

6. Penyimpanan dan penanganan

bahan

7. Pengendalian pemajanan dan

alat pelindung diri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

77

v

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif evaluasi

(evaluation study) dengan pendekatan kualitatif untuk menilai implementasi

Material Safety Data Sheet (MSDS) pada pekerja di laboratorium.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Kebun Tanah Putih, PT. Perkebunan Nusantara V Kecamatan Bagan Sinembah,

Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus -

September 2018.

Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan

kimia yang digunakan di laboratorium Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun Tanah

Putih.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data Primer dalam penelitian ini diperoleh dari observasi

terhadap objek penelitian yaitu tentang implementasi Material Safety Data Sheet

(MSDS) di laboratorium.

Data sekunder. Data sekunder adalah Material Safety Data Sheet (MSDS)

dari bahan kimia yang digunakan di laboratorium.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

78

v

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara menjelaskan implementasi Material

Safety Data Sheet (MSDS) bahan kimia yang digunakan di laboratorium.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

79

v

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Perusahaan

Profil perusahaan. PT. Perkebunan Nusantara V Tanah Putih merupakan

Perseroan perkebunan milik negara yang berasal dari proyek pengembangan eks

PTPN IV Gunung Pamela Tebing Tinggi yang berlokasi di Riau. Dibentuk

melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 10 Tahun 1996

Tanggal 14 Februari 1996 berdasarkan: Akta Notaris Harun Kamil SH Jakarta

Nomor: 38/1996. Direvisi oleh Akta Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo SH Jakarta

Nomor: 01 ahun 2002 Tanggal 01 Oktober 2002.

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di PT. Perkebunan Nusantara V Tanah Putih

dibangun selama 18 bulan di tahun 1988 pada areal seluas 9 Ha sebagai salah satu

pabrik pengolah TBS kelapa sawit menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit

(kernel). PKS mulai berproduksi tahun 1989 dengan kapasitas awal 30 ton

TBS/jam. Sejak bulan Oktober 1991 kapasitas sudah mulai ditingkatkan menjadi

60 ton TBS/jam dengan kapasitas olah aplikasi 50 ton TBS/jam.

Letak geografis. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di PT. Perkebunan Nusantara

V Tanah Putih wilayah administrasinya terletak di desa Pasir Putih Utara,

Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Akses lokasi

cukup baik, sarana jalan penghubung dari kebun dan PKS Tanah Putih ke jalan

Negara (Jalan Lintas Sumatera) sekitar 7 Km.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

80

v

Jarak lokasi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di PT. Perkebunan Nusantara V

Tanah Putih dengan:

Kota Kecamatan Bagan Sinembah : 25 Km

Kota Kabupaten Bagan Siapi-api : 115 Km

Kota Provinsi Pekanbaru : 300 Km

Pelabuhan Dumai : 190 Km

Visi dan Misi Perusahaan

Visi. Adapun yang menjadi visi PT. Perkebunan Nusantara V Kebun

Tanah Putih adalah menjadi Perusahaan Agribisnis Terintegrasi yang

Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan.

Misi. Adapun yang menjadi misi Pengelolaan agro industry kelapa sawit

dan karet secara efisien bersama mitra untuk kepentingan stakeholder, penerapa

prinsip-prinsip Good Corporate Governance, criteria minyak sawit berkelanjutan,

penerapan standar industri dan pelestarian lingkungan guna menghasilkan produk

yang dapat diterima oleh pelanggan, penciptaan keunggulan kompetitif dibidang

SDM melalui pengelolaan Sumber Daya Manusia berdasarkan praktik-praktik

terbaik dan sistem managemen SDM terkini guna meningkatkan kompetensi inti

perusahaan.

Kompetensi inti perusahaan. Mengelola plasma dan kemitraan dalam

pemenuhan bahan baku untuk menghasilkan produk yang berkelanjutan dan

sesuai harapan pasar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 2. Struktur organisasi perusahaan

Manager

Masinis Kepala Asisten Kepala

Asisten

Afd.I

Asisten

Pengel

olah I

Asisten

Pengelo

lah II

Asisten

Pengen

dalian

Mutu

Asisten

Admini

strasi

SDM

Asisten

Admini

strasi

Keuang

an

Asisten

Teknik

Umum

Asisten

Teknik

Pabrik

Asisten

Afd.II

Asisten

Afd.III

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

37

v

Bidang usaha. PT. Perkebunan Nusantara V Tanah Putih mengelola

agroindustri kelapa sawit yang kemudian mengolah hasilnya menjadi CPO (Crude

Palm Oil) dan inti sawit. Semua hasil produksi dijual baik ke pasar lokal maupun

ekspor. Untuk mendukung pemasaran, perusahaan bersama seluruh BUMN

Perkebunan membentuk Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN I-XIV yang

berkedudukan di Jakarta dan juga Indoham di Jerman.

Adapun jenis produk yang dihasilkan oleh PTPN V unit Lubuk Dalam

adalah :

1. CPO (Crude Palm Oil)

CPO harus memiliki spesifikasi mutu sebagai yang telah ditetapkan agar

produksinya dapat dipasarkan. Parameter yang dipersyaratkan antara lain kadar

asam lemak bebas, kadar air dan kotoran.

2. Inti Sawit

Inti sawit dihasilkan dari pemisahan daging buah selama proses pengolahan

berlangsung. Tahapan proses untuk menghasilkan inti sawit melalui

pemisahan, pemecahan, pengeringan dan penyimpanan. Spesifikasi inti sawit

harus memenuhi kriteria kadar air, kotoran, inti pecah dan inti berubah warna

sesuai standar. Saat ini Perusahaan tengah merencanakan pengembangan

produk inti sawit. Hingga kini produksi Palm Kernel Oil (PKO) masih

memanfaatkan fasilitas prosesor milik pihak ketiga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Bahan kimia di laboratorium Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT.

Perkebunan Nusantara V kebun Tanah Putih. Bahan kimia yang digunakan di

laboratorium Pabrik Kelapa Sawit Kebun Tanah Putih.

Alkalinity p. Alkalinity p adalah bahan kimia yang digunakan untuk uji

alkalinitas yang bertujuan untuk sistem penyangga dan pengendalian korosi.

Alkalinitas adalah pengukuran kapasitas air untuk menetralkan asam-asam lemah

dan basa lemah juga dapat sebagai penyebabnya. Pada kemasan terdapat identitas

bahan dimana bahan kimia dengan nama produk alkalinity p, tidak tersedia nama

kimia, nama lain produk atau sinonim, rumus kimia dan kode produksi. Pada

kemasan tersedia piktogram yang menandakan bahan bersifat korosif, bahan ini

bentuknya padat dan dikemas dalam botol kaca. Bahan ini diproduksi di Inggris.

Alkohol. Alkohol adalah bahan kimia yang digunkan sebagai pereaksi,

pelarut, dan bahan bakar. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Alkohol pada

laboratorium digunakan sebagai salah satu bahan untuk analisa kadar Asam

Lemak Bebas (ALB) pada minyak sawit. Pada kemasan terdapat identitas bahan

dimana bahan kimia dengan nama produk alkohol belum disediakan nama kimia,

nama lain produk atau sinonim, rumus kimia, kadar dan kode produksi. Bahan ini

bentuknya cair dan dikemas dalam jerigen 5 liter. Pemasok alkohol di

laboratorium ini adalah Pasa Djatroto yang terletak di Djatroto, Lumajang Jawa

Timur. Alkohol yang digunakan di laboratorium dengan kadar 95 %. Hal ini dapat

dilihat pada lampiran halaman 151.

Ammonium heptamolybdate tetrahidrate. Ammonium heptamolybdate

tetrahidrate adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pereaksi analitik untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

mengukur jumlah fosfat, silikat, arsenat dan timbale dalam larutan berair. Pada

kemasan bahan ini terdapat identitas bahan dimana bahan kimia dengan nama

produk ammonium heptamolybda tetetrahidrate dengan kode produksi bahan

adalah 1.01182.0250, rumus kimia (NH4)6 Mo7O24 4H2O, dengan nama lain

produk atau sinonim ammonium heptamolybdat-tetrahydrat dan ammonio

heptamollbdato tetrahidrato, bahan ini bentuknya padat dan dikemas dalam botol

plastik 250 gram. Bahan ini diproduksi di Jerman.

Hardness LR. Hardness LR adalah bahan kimia yang digunakan untuk

analisa hardness. Pada kemasan bahan terdapat identitas dimana bahan kimia

dengan nama produk hardness LR dengan rumus kimia CaCO3, tidak diketahui

kode produksi dan nama lain produk atau sinonim, bahan ini berbentuk padat dan

dikemas dalam botol kaca. Bahan ini diproduksi di Inggris. Pada kemasan bahan

disediakan piktogram yang menandakan bahan ini bersifat korosif dan

karsinogenik, tetragenik, mutagenik.

Hexana. Hexana adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pelarut.

Pada kemasan bahan terdapat informasi diamna bahan kimia dengan nama produk

hexane belum dilengkapi rumus kimia, kadar, kode produksi, nama lain produk

atau sinonim. Bahan ini berbentuk cair dan dikemas dalam jerigen 5 liter.

Natrium citrat. Natrium citrate adalah bahan kimia yang digunakan untuk

analisa silika pada air boiler di laboratorium. Pada kemasan terdapat informasi

bahan dimana bahan kimia dengan nama produk natrium citrate dilengkapi

dengan kadar 30%, belum disediakan rumus kimia, kode produksi, nama lain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

produk atau sinonim. Bahan ini berbentuk cair dan dikemas dalam botol plastik

500 ml.

Sodium hydroxide. Sodium hidroxide juga dikenal sebagai soda kaustik,

soda api, atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik yang

digunakan untuk membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam

air. Pada kemasan terdapat informasi bahan dimana bahan kimia dengan nama

produk sodium hydroxide, dilengkapi rumus kimia NaOH, kode produksi

1.06462.1000, nama lain produk atau sinonim adalah natrium hydroxide, sodio

hidroxido, hydroxide de sodium, hydroxide de sodio, natrium hydroxide.Bahan ini

diproduksi di Jerman. Bahan dikemas dalam botol plastik 1 kg.

Sulfuric acid. Sulfuric acid adalah bahan kimia yang dapat digunakan

untuk menghilangkan zat pengotor pada suatu bahan tertentu. Pada kemasan

terdapat informasi bahan dimana bahan kimia dengan nama produk sulfuric acid

belum dilengkapi rumus kimia, kode produksi bahan adalah 1.00731.2500, nama

lain produk atau sinonimnya adalah schwefelsaure, acide sulfurique, acido

solforico, acidosulfurico, zwavelzuur, dengan kadar 95-97%. Bahan ini diproduksi

di Jerman. Pada kemasan bahan ini disediakan piktogram yang menandakan

bahan ini bersifat korosif, bahan dikemas dalam botol kaca 2,5 liter.

Thymol blue. Thymol blue adalah suatu indikator pH. Senyawa ini banyak

digunakan dalam aplikasi yang memerlukan pengukuran zat yang memiliki pH

relatif netral (dekat 7). Senyawa ini umum digunakan untuk mengukur kehadiran

asam karbonat dalam cairan. Pada kemasan terdapat informasi bahan dimana

bahan kimia dengan nama produk thymol blue dilengkapi rumus kimia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

C27H28Br2O5S, kode produksi bahan adalah 1.08176. 0025, nama lain produk atau

sinonimnya adalah tymolblau. Kadar thymol blue yang digunakan 1%. Bahan ini

diproduksi di Jerman. Bahan dikemas dalam botol kaca 25 gram.

Potassium hydroxide. Potassium hidroxide digunakan secara bergantian

untuk sejumlah aplikasi, sebagian besar yang memanfaatkan sifat korosif dan

reaktivitasnya terhadap asam. Bahan ini digunakan juga untuk menyabunkan

lemak dan minyak dalam pembersih industri dan dalam reaksi hidrolisis. Pada

kemasan terdapat informasi bahan dimana bahan kimia dengan nama produk

potassium hydroxide belum dilengkapi rumus kimia, kode produksi bahan adalah

1.05033.1000, nama lain bahan atau sinonim adalah kalium hydroxid, potasio

hidroxido, hydroxide de potassium, hidroxido de potassio, potassioidrossido,

kalium hydroxide. Pada kemasan bahan disediakan piktogram yang menandakan

bahan ini bersifat korosif, bahan ini berbentuk padat yang dikemas dalam botol

plastik 1 kg.

Material Safety Data Sheet (MSDS) yang disediakan di Laboratorium

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Perkebunan Nusantara V kebun Tanah

Putih. MSDS yang disediakan di laboratorium Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT.

Perkebunan Nusantara V kebun Tanah Putih adalah sebanyak 10 MSDS bahan

kimia.

Ammonium hepta molybdate. Pada bagian identitas bahan dengan nama

bahan ammonium heptamolybdate, rumus kimia (NH4) 6 Mo7 O24 4H2O belum

dilengkapi dengan nama kimia dan kadarnya. Identifikasi bahaya bahan dapat

menyebabkan iritasi pada mata, asap yang keluar dari larutan ini dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

mengganggu saluran pernafasan, dan bila mengenai tubuh akan menyebabkan

iritasi pada kulit. Tindakan P3K belum tersedia informasi. Tindakan

penanggulangan kebakaran belum tersedia informasi. Tindakan terhadap

tumpahan dan kebocoran yaitu dengan cara membatasi daerah tumpahan,

kumpulkan tumpahan dengan kertas atau tissue, bersihkan bagian badan yang

terkena bahan ini dengan air. Penyimpanan dan penanganan bahan yaitu dengan

wadah harus tertutp rapat. Pengendalian pemajanan dengan cara tidak makan dan

minum sewaktu menangani pekerjaan dan melakukan praktik kebersihan diri

setelah menggunakan bahan ini, khususnya sebelum makan dan minum. Alat

pelindung diri yang sebaiknya digunakan adalah kacamata, masker, sarung tangan

karet dan pakaian kerja analis. Hal ini dapat dilihat pada MSDS ammonium hepta

molybdate yang terlampir pada halaman 131.

Caustic soda. Pada bagian identitas bahan dengan nama bahan caustic

soda, dengan nama kimia sodium hydroksida atau natrium hydroksida dan rumus

kimia NaOH, kadar 48%, dan termasuk dalam kelompok basa kuat. Identifikasi

bahaya yang disediakan jika terkena kulit, mata, jika tertelan, jika terhisap. Bahan

ini jika terkena kulit akan menyebabkan luka bakar dan dapat menimbulkan

bekas, jika terkena pada mata akan menyebabkan luka bakar yang parah dan

bahkan dapat menimbulkan kebutaan, jika tertelan menyebabkan iritasi yang

parah pada mulut, saluran tenggorokan, lambung, dan jaringan lain yang dapat

berakibat fatal, jika terhisap dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan

dan jaringan paru-paru. Bahaya ledakan timbul akibat adanya gas hydrogen yang

dihasilkan dari reaksi caustic soda dengan logam-logam magnesium, aluminium

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

dan krom. Tindakan P3K yang harus dilakukan jika kulit yang terkena bahan

segera siram dengan air terus menerus paling sedikit selama 15 menit jika kulit

yang terkena masih terasa licin, lanjutkan penyiraman sampai kulit tidak terasa

licin lagi. Mata yang terkena caustic segera buka lebar kelopak mata dan siram

dengan air terus menerus paling sedikit 15 menit, segera korban dibawa ke dokter.

Jika caustic tertelan dan korban masih sadar segera berikan minuman. Tindakan

penanggulangan kebakaran kecil dapat dipadamkan dengan bubuk kimia atau

CO2, dan kebakaran besar dapat dipadamkan dengan air tetapi harus hati-hati

sebab dapat menimbulkan panas (pemadaman api jarak jauh). Tindakan terhadap

tumpahan dan kebocoran yaitu dibersihkan dengan semprotan air. Jangan

menyentuh bahan baik padatan maupun larutan. Penyimpanan dan penanganan

bahan, selama penanganan caustic gunakan alat pelindung diri, akibat

pengenceran akan menimbulkan panas yang dapat mendidihkan larutan bahan

dapat menimbulkan ledakan dan percikan bila penanganannya kurang hati-hati,

pengenceran dilakukan dengan menambahkan caustic sedikit demi sedikit ke

dalam air dingin sambil dilakukan pengadukan dan bukan sebaliknya. Segera

melokalisir bahan yang tumpah bila mungkin ambil kembali ceceran caustic yang

tumpah dengan air, netralisir sisa bahan dengan asam lemak sampai pH 6-7 dan

buang ke unit pengolahan limbah. Pengendalian pemajananan dan APD, dalam

pengendalian pemajanan yang dapat dilakukan adalah dengan tidak merokok,

makan, dan minum di lokasi penanganan caustic dan cuci bersih setelah kontak

dengan bahan dan dalam penanganannya harus tersedia air shower dan obat-

obatan. APD yang sebaiknya disediakan adalah baju analis, kacamata, pelindung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

muka, sarung tangan karet dan sepatu karet. Hal ini dapat dilihat pada MSDS

caustic soda yang terlampir pada halaman 133.

Ethanol. Pada bagian identitas bahan dengan nama bahan alcohol, dengan

nama kimia ethanol dan rumus kimia C2H5OH belum dilengkapi dengan

kadarnya. Identifikasi bahaya alcohol merupakan cairan yang mudah terbakar.

Tindakan P3K yang harus dilakukan akibat menghirup bahan adalah dengan cara

membawa korban ke tempar segar, jika terjadi kontak kulit dan mata segera cuci

dengan air bersih, dan jika terlelan segera beri minum banyak air untuk

pengenceran atau beri norit untuk penyerapan. Tindakan penanggulangan

kebakaran belum disediakan informasi. Tindakan terhadap tumpahan dan

kebocoran yaitu dengan cara membatasi daerah bahayanya, hindari sumber dari

api, jika terkena mata lakukan pencucian dengan air, dan bersihkan bahan dengan

tissue atau kain yang mudah menyerap. Penyimpanan dan penanganan bahan

yaitu tempat atau wadah harus tertutup rapat, ruangan berventilasi serta bebas dari

api terbuka, percikan api atau panas dan hindari reaksi eksplosif dengan oksidator,

asam sulfat, asam nitrat, perak nitrat, magnesium perklorat, perak oksida, amonia

atau hidrasin. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri dengan cara tidak

merokok dalam ruangan dan lakukan praktik kebersihan setelah menggnakan

bahan ini. Gunakan APD seperti kacamata dan masker bila menggunakan bahan

ini. Hal ini dapat dilihat dari MSDS ethanol yang terlampir pada halaman 135.

Iso hexan. Pada bagian identitas bahan dengan nama bahan iso hexane

sudah disediakan nama kimia yaitu iso hexan dengan nama dagang hexan atau

shell sholl dan rumus kimia C6H14 dan belum disediakan jumlah kadar bahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Identifikasi bahaya dinyatakan bahwa bahan ini adalah zat yang mudah terbakar

dan dapat meledak jika bahan berada dalam drum dan terkena panas yang

berkelanjutan. Tindakan P3K jika terhirup segera singkirkan sumber kontaminan

dan bawa korban ke tempat udara segar dan bantu pernafasan buatan atau oksigen

jika diperlukan. P3K terhadap mata yaitu cuci mata dengan air mengalir selama

20 menit. P3K terhadap kulit yaitu cuci dengan air dan tanggalkan pakaian yang

terkontaminasi. P3K jika tertelan maka segera bawa ke dokter bila muntah.

Tindakan penanggulangan kebakaran yaitu segera padamkan api dengan APAR

seperti karbondioksida, bubuk kimia busa dan halon. Pemadaman api dengan air

tidak disarankan karena dapat membesarkan api. Air digunakan untuk

mendinginkan wadah terbakar. Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran

dengan membatasi daerah tumpahan dan kebocoran dari sumber penyalaan, kutip

tumpahan bahan tersebut dengan cara mencelupkan kain dan diperas, bersihkan

bagian badan yang terkena bahan ini dengan air. Penyimpanan dan penanganan

bahan yaitu dengan mengusahakan penggunaan bahan sesedikit mungkin, ruang

kerja berventilasi dan jauh dari sumber panas dan nyala api, wadah dari bahan

logam harus ada grounding sehingga jika diisi atau bahan dipompa agar tidak

menimbulkan listrik statis, bahan harus disimpan dalam wadah yang tertutup,

harus ada larangan merokok di area kerja. Pengendalian pemajanan dan alat

pelindung diri, pengendalian yang dilakukan yaitu dengan tidak makan dan

minum sewaktu menangani pekerjaan, lakukan praktik-praktik kebersihan diri

setelah menggunakan bahan ini khususnya sebelum makan dan minum. APD

yang digunakan adalah kacamata, masker, sarung tangan karet, dan pakaian kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

analis. Hal ini dapat dilihat pada MSDS iso hexane yang terlampir pada halaman

137.

Kalium hydroxide. Pada bagian identitas bahan dengan nama bahan

kalium hydroxide dengan nama kimia KOH dan pH basa kuat. Identifikasi bahaya

bahan yaitu bahan sangat berbahaya pada kulit dan dapat menyebabkan iritasi

serta luka bakar yang serius. Bila bahan mengenai tubuh dapat menyebabkan

gatal-gatal. Tindakan P3K belum disediakan informasi. Tindakan penanggulangan

kebakaran belum disediakan informasi. Tindakan terhadap tumpahan dan

kebocoran dengan cara membatasi daerah tumpahan bahan, serap menggunakan

kertas bekas atau tissue, kemudian masukkan ke suatu wadah tambahkan sejumlah

air dan buang campuran tersebut ke air mengalir. Penyimpanan dan penanganan

bahan dengan menyimpan bahan di wadah yang tertutup rapat. Pengendalian

pemajanan dan alat pelindung diri, pengendalian pemajanan dilakukan dengan

tidak makan dan minum di daerah kerja dan melakukan praktik-praktik kebersihan

diri setelah mengggunakan bahan, khusunya sebelum makan dan minum. APD

yang harus digunakan adalah kacamata pelindung, sarung tangan kedap air. Hal

ini dapat dilihat pada MSDS kalium hidroxide yang terlampir pada halaman 139.

P1 alkalinity tab. Pada bagian identitas bahan dengan nama bahan

alkalinity P1 belum dilengkapi dengan rumus kimia, nama kimia, dan kadar.

Identifikasi bahaya bahan dapat menyebabkan iritasi pada mata, tidak berbau

namun dapat menyebabkan keracunan bila tertelan, bila mengenai tubuh dapat

menyebabkan iritasi pada kulit. Tindakan P3K belum dilengkapi. Tindakan

penanggulangan kebakaran belum dilengkapi. Tindakan terhadap tumpahan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

kebocoran adalah dengan cara membatasi daerah bahayanya, hindari tercecer atau

tumpahan bahan, kutip tumpahan bahan ini dengan kertas atau tissu masukan ke

suatu wadah, bersihkan bagian badan yang terkena bahan ini dengan air.

Penyimpanan dan penanganan bahan belum dilengkapi. Pengendalian pemajanan

dan APD yang harus dilakukan adalah dengan menggunakan pelindung diri,

kacamata, masker, sarung tangan karet dan pakaian kerja analis, tempat atau

wadah harus tertutup rapat, jangan makan dan minum sewaktu menangani

pekerjaan, dan lakukan praktik kebersihan diri setelah menggunakan bahan ini,

khusus sebelum makan dan minum. Hal ini dapat dilihat dari MSDS p1 alkalinity

tab yang terlampir pada halaman 141.

Sulfuric acid. Pada bagian identitas bahan dengan nama bahan sulfuric

acid dengan nama dangang asam sulfat dan rumus kimia H2SO4 dan nama kimia

sulfuric acid dan kadarnya 98 %. Identifikasi bahaya bahan disediakan dengan

peringatan agar jangan terkena mata karena dapat menyebabkan luka bakar dan

kebutaan, jangan terkena kulit karena dapat menyebabkan luka bakar dan dapat

meninggalkan bekas, jangan tertelan karena dapat menyebabaan iritasi yang parah

pada kulit, saluran tenggorokan, lambung dan jaringan lain yang dapat berakibat

fatal, jangan terhisap karena dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan

dan jaringan paru-paru, hindari menghisap uapnya dan kontak dengan asam tanpa

peralatan yang memadai, jangan makan dan minum di daerah kerja. Tindakan

P3K terhadap mata yaitu bilas segera dengan air yang banyak selama 15 menit

dengan kelopak mata terbuka, bila berlanjut hubungi dokter. P3K terhadap kulit

yaitu bilas segera dengan air yang banyak selama 15 menit dan segera diobati.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

P3K terhadap pernafasan yaitu dengan berpindah ke daerah terbuka, berikan gas

O2 jika sulit bernafas, jika nafas terhenti segera selimuti dan hubungi dokter. P3K

pada pakaian yaitu cuci segera dengan air yang banyak, lepaskan pakaian dan

sepatu yang sudah parah terkontasimasi. Tindakan penanggulangan kebakaran

disediakan informasi bahwa bahan tidak mudah terbakar, tetapi asam pekat

bersifat oksidator yang dapat menimbulkan kebakaran bila kontak dengan zat

organik seperti gula, selulosa, dan lain-lain, bahan ini sangat reaktif dengan bubuk

zat organik. Bahaya ledakan dapat timbul akibat kelebihan pengeluaran gas

hydrogen akibat terkena panas yang berlebihan. Bahan dapat mengalami

penguraian bila terkena panas, mengeluarkan SO2 asam encer bereaksi dengan

logam menghasilkan gas hydrogen yang eksplosif bila kena nyala atau panas.

Bahan bereaksi hebat dengan air. Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran

dengan menutup area tumpahan dengan pasir dan tanah, pindahkan asam ke

tempat yang kosong dan cuci area yang bocor dengan air. Penanganan dan

penyimpanan bahan yaitu tempat penyimpanan harus berventilasi untuk mencegah

akumulasi gas H2. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri, pengendalian

pemajanan dengan melakukan praktik kebersihan diri. APD yang sebaiknya

digunakan pelindung pernafasan, sarung tangan karet, kacamata pelindung, baju

pelindung, sepatu boot dan helm. Hal ini dapat dilihat dari MSDS sulfuric acid

yang terlampir pada halaman 143.

Tablet hardness. Pada bagian identitas bahan dengan nama bahan

hardness LR belum dilengkapi dengan rumus kimia, nama kimia, dan kadar.

Identifikasi bahaya bahan sangat berbahaya pada kulit dan dapat menyebabkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

iritasi pada mata, debu yang keluar dari bahan ini dapat mengganggu saluran

pernafasan, dan bahan ini dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Tindakan P3K

belum disediakan informasi. Tindakan penanggulangan kebakaran belum

disediakan informasi. Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran dengan

membatasi daerah tumpahan, kutip tumpahan bahan ini dengan kertas atau tissue

masukan ke suatu wadah, bersihkan bagian badan yang terkena bahan ini dengan

air. Penyimpanan dan penanganan bahan tempat atau wadahnya harus tertutup

rapat. Pengendalian pemajanan dan APD, tindakan yang harus dilakukaan adalah

tidak makan dan minum sewaktu menangani pekerjaan, lakukan praktik-praktik

kebersihan diri setelah menggunakan bahan ini, khususnya sebelum makan dan

minum. APD yang sebaiknya digunakan adalah kacamata, masker, sarung tangan

karet dan pakaian kerja analis. Hal ini dapat dilihat dari MSDS tablet hardness

yang terlampir pada halaman 145.

Thimol blue indicator. Pada bagian identitas bahan dengan nama bahan

thimol blue indicator belum dilengkapi dengan rumus kimia, nama kimia, dan

kadar. Identifikasi bahaya bahan dapat meninggalkan warna yang melekat pada

kulit, tidak menyebabkan iritasi pada mata. Tindakan P3K yang dilakukan bila

terkena tangan atau anggota tubuh segera dicuci dengan air sampai warnanya

hilang. Tindakan penanggulangan kebakaran belum disediakan informasi.

Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran dengan membatasi daerah tumpahan,

kutip tumpahan bahan ini dengan kertas atau tissue masukan ke suatu wadah,

bersihkan bagian badan yang terkena bahan ini dengan air. Penyimpanan dan

penanganan bahan tempat atau wadahnya harus tertutup rapat. Pengendalian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

pemajanan dan APD, tindakan yang harus dilakukaan adalah tidak makan dan

minum sewaktu menangani pekerjaan, lakukan praktik-praktik kebersihan diri

setelah menggunakan bahan ini, khususnya sebelum makan dan minum. APD

yang sebaiknya digunakan adalah kacamata dan sarung tangan karet. Hal ini dapat

dilihat dari MSDS thimol blue indicator yang terlampir pada halaman 147.

Trinatrium citrate. Pada bagian identitas bahan dengan nama bahan

trinatrium citrate belum dilengkapi dengan rumus kimia, nama kimia, dan kadar.

Identifikasi bahaya bahan belum tersedia informasi. Tindakan P3K disebutkan

jika terjadi kontak kulit segera cuci dengan air mengalir, jika terjadi kontak mata

segera menyeluruh selama beberapa menit, jika bahan tertelan segera hubungi

dokter. Tindakan penanggulangan kebakaran belum dilengkapi. Tindakan

terhadap tumpahan dan kebocoran adalah dengan cara membatasi daerah

bahayanya, hindari tercecer atau tumpahan bahan, kutip tumpahan bahan ini

dengan kertas atau tissu masukan ke suatu wadah. Penyimpanan dan penanganan

bahan belum tersedia informasi. Pengendalian pemajanan dan APD yang harus

dilakukan adalah dengan menggunakan pelindung diri, kacamata, masker, sarung

tangan karet dan pakaian kerja analis, jangan makan dan minum sewaktu

menangani pekerjaan, dan lakukan praktik kebersihan diri setelah menggunakan

bahan ini, khususnya sebelum makan dan minum. Hal ini dapat dilihat dari MSDS

trinatrium citrate yang terlampir pada halaman 149.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Pembahasan

Implementasi MSDS Bahan Kimia di Laboratorium

Ammonium hepta molybdate. Pada MSDS ammonium hepta molybdate

pada identitas bahan tersedia nama bahan ammonium hepta molybdate, nama

kimia ammonium heptamolybdate dan rumus kimia (NH4)6 Mo7 O24 4 H2O.

Berdasarkan observasi bahan kimia dengan nama produk ammonium

heptamolybdate tetrahidrate dengan kode produksi bahan adalah 1.01182.0250,

rumus kimia (NH4)6 Mo7O24 4H2O, dengan nama lain produk atau sinonim

ammoniumheptamolybdat-tetrahydrat dan ammonio heptamollbdato tetrahidrato,

bahan ini bentuknya padat dan dikemas dalam botol plastik 250 gram. Bahan ini

diproduksi di Jerman. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik

Indonesia No.Kep.187/Men/1999, identitas bahan yang harus disediakan dalam

MSDS meliputi nama bahan, rumus kimia, kode produksi, sinonim. Berdasarkan

hal tersebut identitas bahan pada kemasan sesuai dengan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada bagian identifikasi bahaya dalam MSDS

disebutkan bahwa bahan ini dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit yang

terkena dan asap yang keluar dari larutan ini dapat mengganggu saluran

pernafasan. Menurut Budi Cahyono bahan kimia seperti ammonium

heptamolybdate merupakan bahan kimia iritan, bahan kimia iritan pada umumnya

adalah bahan korosif. Bahan tersebut dapat bereaksi dengan jaringan tubuh seperti

kulit, mata, dan saluran pernafasan. Berdasarkan teori diatas, identifikasi yang

tertera dalam MSDS sudah sesuai. Pada MSDS bagian tindakan Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan (P3K) belum disediakan informasi. Pada saat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

dilaksanakan penelitian tidak ada pekerja yang membutuhkan Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan (P3K), namun yang peneliti temukan di laboratorium

sudah tersedia sabun dan air mengalir untuk membasuh mata dan mencuci kulit

yang terkena bahan kimia. Perusahaan juga menyediakan tempat untuk menghirup

udara segar dan menyediakan dokter perusahaan yang dapat dihubungi jika

sewaktu-waktu ada pekerja yang keracunan akibat tertelan bahan. Menurut

Marham Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika terkena bahan kimia cucilah

bagian tubuh yang kena bahan tersebut dengan air dan sabun, korban dibawa ke

tempat yang banyak oksigen (segar) dan hubungi petugas medis. Berdasarkan hal

tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja dalam mengimplementasikan

tindakan P3K yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian tindakan

penanggulangan kebakaran belum disediakan informasi. Bahan korosif pada

umumnya merupakan bahan yang tidak mudah terbakar, tetapi dapat

menimbulkan ledakan dan percikan jika terkena udara atau uap air atau jika

bersentuhan dengan bahan yang mudah terbakar. Pada saat dilaksanakan

penelitian tidak ditemukan kejadian kebakaran, namun yang peneliti temukan di

laboratorium telah disediakan pemadam kebakaran tanpa air atau dry powder.

Menurut Buntarto alat pemadam kebakaran untuk bahan kimia bahan korosif

harus disediakan pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry powder.

Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja dalam

mengimplementasikan tindakan penanggulangan kebakaran yang sesuai dengan

teori. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yang harus

dilakukan adalah batasi daerah bahayanya, hindari kebocoran dan tumpahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

bahan, kutip tumpahan bahan ini dengan kertas atau tisu kemudian masukkan ke

dalam wadah, dan bersihkan bagian badan yang terkena bahan ini dengan air.

Berdasarkan hasil observasi saat terjadi tumpahan pekerja tidak membatasi daerah

bahaya dengan safety sign karena tidak terdapat safety sign di laboratorium dan

tumpahan dalam jumlah kecil, pekerja menghindari kebocoran dan tumpahan dari

bahan lain, mengutip tumpahan bahan tidak menggunakan kertas atau tisu

melainkan dengan kain dan membersihkan badan yang terkena tumpahan dengan

air. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani, tumpahan bahan padat dibersihkan

dan langsung dimasukkan ke dalam wadah pembuangan yang sesuai. Berdasarkan

hal tersebut pekerja belum mengimplementasikan tindakan terhadap tumpahan

dan kebocoran yang sesuai dengan isi MSDS, namun sudah sesuai dengan teori di

atas. Pada MSDS bagian penyimpanan dan penanganan bahan belum disediakan

informasi, namun saat dilakukan observasi, ammonium heptamolybdate di

ruangan yang berventilasi dan jauh dari sumber api. Menurut Buntarto,

penyimpanan bahan beracun di ruangan dingin dan berventilasi, jauh dari bahaya

kebakaran. Berdasarkan hal tersebut pekerja telah mengimplementasikan tindakan

penyimpanan dan penanganan yang sesuai dengan teori. Pada MSDS pengendalian

pemajanan dan APD, pengendaliannya adalah tempat atau wadahnya harus

tertutup rapat, jangan makan dan minum sewaktu menangani pekerjaan, lakukan

praktik kebersihan diri setelah menggunkan bahan khususnya sebelum makan dan

minum. APD yang harus digunakan adalah kacamata, masker, sarung tangan

karet, dan pakaian kerja analis. Berdasarkan observasi, bahan disimpan pada

tempat yang tertutup rapat, pekerja tidak makan dan minum sewaktu menangani

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

pekerjaan, dan melakukan praktik kebersihan diri setelah menggunakan bahan

khususnya sebelum makan dan minum. APD yang disebutkan dalam MSDS telah

disediakan oleh perusahaan kecuali baju analis, namun semua APD yang

disarankan belum digunakan oleh pekerja. Menurut Marham Sitorus dan Ani

Sutiani pada laboratorium kimia banyak menggunakan bahan dengan sifat bahaya

berbeda, maka sebaiknya laboratorium kimia mempunyai peralatan keselamatan

standar seperti jas laboratorium, sarung tangan, pelindung mata, alat pelindung

pernafasan. Berdasarkan hal diatas pekerja belum mengimplementasikan tindakan

pengendalian pemajanan dan APD.

Coustic soda. Pada MSDS coustic soda bagian identitas produk tersedia

nama bahan kaustik soda atau soda api, nama kimia sodium hydroksida dan

antrium hydroksida, rumus kimia NaOH, berat molekul 40, kadar 48%

(minimum), dan kelompok bahan adalah basa kuat. Berdasarkan observasi bahan

kimia dengan nama produk sodium hydroxide, dilengkapi rumus kimia NaOH,

kode produksi 1.06462.1000, nama lain produk atau sinonim adalah

natriumhydroxide, sodio hidroxido, hydroxide de sodium, hydroxide de sodio,

natriumhydroxide. Bahan ini diproduksi di Jerman. Bahan dikemas dalam botol

plastik 1 kg. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia

No.Kep.187/Men/1999, identitas bahan yang harus disediakan dalam MSDS

meliputi nama bahan, rumus kimia, kode produksi, sinonim. Berdasarkan hal

tersebut identitas bahan pada kemasan sudah sesuai dengan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada bagian identifikasi bahaya dalam MSDS

disebutkan bahwa jika bahan terkena kulit akan menyebabkan luka bakar dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

dapat menimbulkann bekas, jika terkena mata akan menyebabkan luka bakar yang

parah dan bahkan dapat menimbulkan kebutaan menyebabkan iritasi yang parah

pada mulut, saluran tenggorokan, lambung, dan jaringan lain yang dapat berakibat

fatal, jika terhisap dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan dan jaringan

paru-paru. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani bahan kimia dengan

klasifikasi basa kuat seperti NaOH dapat menyebabkan luka yang serius bila

mengenai tubuh. Berdasarkan teori diatas yang tercantum dalam MSDS sudah

sesuai. Pada MSDS bagian tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

untuk kulit dan mata yang terkena coustic soda segera siram dengan air terus

menerus paling sedikit 15 menit, jika kulit yang terkena masih terasa licin

lanjutkan penyiraman sampai kulit tidak terasa licin lagi. Mata yang terkena

coustic soda segera buka lebar kelopak mata dan siram dengan air terus menurus

paling sedikit 15 menit, segera korban dibawa ke dokter. Jika tertelan dan korban

masih sadar segera berikan minuman. Pada saat dilaksanakan penelitian tidak ada

pekerja yang membutuhkan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, tetapi

perusahaan telah menyediakan air mengalir, air minum, dan dokter perusahaan

yang dapat dihubungi jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan. Menurut Marham

Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika terkena bahan kimia cucilah bagian

tubuh yang kena bahan tersebut dengan air dan sabun dan hubungi petugas medis.

Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja dalam

mengimplementasikan tindakan P3K yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian

tindakan penanggulangan kebakaran disebutkan bahwa kebakaran dapat

dipadamkan dengan bubuk kimia atau CO2, kebakaran besar dapat dipadamkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

dengan air dan hati-hati sebab dapat menimbulkan panas atau dengan cara

pemadaman dari jauh. Berdasarkan observasi pada saat dilakukan penelitian tidak

ditemukan kejadian kebakaran, namun perusahaan telah menyedian APAR bubuk

kimia. Menurut Buntarto alat pemadam kebakaran untuk bahan kimia bahan

korosif harus disediakan pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry

powder. Berdasarkan hal tersebut tindakan penanggulagan kebakaran di MSDS

belum sesuai teori, namun perusahaan telah memfasilitasi pekerja dalam

mengimplementasikan tindakan penanggulangan kebakaran yang sesuai dengan

teori. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yang harus

dilakukan yaitu mengambil tumpahan zat padat dengan menggunakan APD untuk

digunakan lagi, larutan yang tumpah dapat dinetralkan dengan asam sulfat

sebelum dibuang, bersihkan dengan semprotan air, jangan menyentuh bahan

padatan maupun larutan. Berdasarkan observasi sodium hydroxide yang

digunakan di laboratorium dalam bentuk larutan sehingga saat terjadi tumpahan

dan kebocoran pekerja membersihkannya dengan air atau menetralkan dahulu

tumpahan dengan menggunakan asam sulfat tanpa menggunakan APD. Menurut

Buntarto tumpahan basa alkali seperti NaOH dapat ditangani dengan

mengencerkan dengan air dan dinetralkan dengan HCl, kemudian diserap dengan

air dan dibuang. Berdasarkan hal diatas pekerja telah mengimplementasikan

tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yang sesuai dengan teori. Pada MSDS

bagian penyimpanan dan penanganan bahan yaitu selama penanganan harus hati-

hati karena akibat pengenceran akan timbul panas yang dapat mendidihkan larutan

bahan sehingga dapat menimbulkan ledakan dan percikan, penambahan dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

dengan menambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air dingin sambil dilakukan

pengadukan dan bukan sebagainya. Berdasarkan observasi, pekerja melakukan

penanganan dengan hati-hati terhadap bahan, melakukan penambahan sedikit

demi sedikit dengan air dingin sambil dilakukan pengadukan. Bahan disimpan

dalam ruangan yang dingin dan berventilasi, wadah tertutup rapat dan terhindar

dari kontaminasi udara, dan disimpan dalam lemari asam, namun label yang

diberikan tidak sesuai dengan sifat bahan yaitu reaktif. Menurut Marham Sitorus

dan Ani Sutiani bahan korosif disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi,

hindari dari kontaminasi udara, wadah tertutup rapat, dan disimpan pada tempat

yang berlebel. Berdasarkan hal tersebut pekerja belum mengimplementasikan

tindakan penyimpanan dan penanganan sesuai teori karena bahan disimpan

dengan label yang tidak sesuai. Pada MSDS bagian pengendalian pemajanan dan

APD yaitu jangan terkena pada mata, kulit, pakaian dan jangan sampai tertelan

dan menghisap sodium hydroxide. Tidak merokok, makan dan minum dilokasi

penanganan sodium hydroxide dan mencuci bersih bagian tubuh setelah

melakukan penanganan terhadap sodium hydroxide. APD yang digunakan yaitu

pakaian kerja analis, kacamata, pelindung muka, sarung tangan karet, sepatu karet.

Berdasarkan hasil observasi pekerja yang menangani bahan tidak menggunakan

APD untuk menghindari terkena mata, kulit dan tidak menggunakan masker untuk

menghindar dari risiko tertelan bahan, namun pekerja di laboratorium tidak

merokok, makan, dan minum saat menangani bahan dan pekerja selalu mencuci

bagian tubuh setelah melakukan penaganan terhadap bahan. APD yang disebutkan

dalam MSDS sudah disediakan perusahaan yaitu kacamata pelindung, sarung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

tangan, pelindung muka, sepatu karet, namun pakaian kerja analis belum tersedia

karena masih dalam proses pemesanan. APD seperti kacamata pelindung, sarung

tangan, pelindung muka, sepatu karet tidak digunakan oleh pekerja saat

menangani sodium hydroxide. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada

laboratorium kimia banyak menggunakan bahan dengan sifat bahaya berbeda,

maka sebaiknya laboratorium kimia mempunyai peralatan keselamatan standar

seperti jas laboratorium, sarung tangan, pelindung mata, alat pelindung

pernafasan. Berdasarkan hal diatas pekerja belum mengimplementasikan tindakan

pengendalian pemajanan dan APD dengan baik.

Ethanol. Pada MSDS ethanol bagian identitas produk tersedia nama bahan

ethanol, nama dagang alkohol, rumus kimia C2H5OH, namun belum tersedia

kadar yang digunakan. Berdasarkan observasi bahan kimia dengan nama produk

alkohol belum disediakan nama kimia, nama lain produk atau sinonim, rumus

kimia, kadar dan kode produksi. Alkohol yang digunakan di laboratorium dengan

kadar 95 %. Bahan ini bentuknya cair dan dikemas dalam jerigen 5 liter. Menurut

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Kep. 187/Men/1999,

identitas bahan yang harus disediakan dalam MSDS meliputi nama bahan, rumus

kimia, kode produksi, sinonim. Berdasarkan hal tersebut identitas bahan pada

kemasan belum sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik

Indonesia. Pada bagian identifikasi bahaya dalam MSDS belum disediakan

informasi. Berdasarkan observasi di tempat penyimpanan bahan disediakan label

bahan merupakan bahan kimia yang mudah terbakar. Menurut Achadi Budi

Cahyono ethanol merupakan salah satu pelarut organik yang mudah terbakar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Pada suhu kamar menghasilkan uap yang dalam perbandingan tertentu dapat

terbakar oleh adanya api terbuka atau loncatan listrik. Berdasarkan teori tersebut

identifikasi bahan sudah sesuai. Pada MSDS bagian tindakan Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yaitu jika terhirup bawa korban ke udara segar,

jika kontak kulit dan mata maka cuci dengan air bersih, dan jika tertelan segera

beri minum banyak air untuk pengenceran atau beri norit untuk penyerapan. Pada

saat dilaksanakan penelitian tidak terdapat pekerja yang membutuhkan

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, namun yang peneliti temukan di

laboratorium sudah tersedia tempat untuk menghirup udara segar, tersedia air

mengalir, dan sudah tersedia air minum untuk pekerja yang membutuhkan P3K.

Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika terkena bahan kimia

cucilah bagian tubuh yang kena bahan tersebut dengan air dan sabun, korban

dibawa ke tempat yang banyak oksigen (segar) dan hubungi petugas medis.

Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja dalam

mengimplementasikan tindakan P3K yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian

tindakan penanggulangan kebakaran disebutkan bahwa ethanol merupakan bahan

kimia yang mudah terbakar. Berdasarkan observasi pada saat dilakukan penelitian

tidak ada kejadian kebakaran akibat ethanol namun perusahaan telah menyediakan

alat pemadam kebakaran seperti semprotan air, dan CO2. Menurut Marham

Sitorus dan Ani Sutiani untuk memadamkan kebakaran akibat pelarut yang mudah

terbakar dapat digunakan alat pemadam kebakaran seperti air, busa atau tepung,

halon, CO2 maupun pasir. Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah memfasilitasi

pekerja dalam mengimplementasikan tindakan penanggulangan kebakaran yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan

kebocoran yang harus dilakukan adalah batasi daerah bahayanya, hindari dari

sumber api, jika terkena mata lakukan pencucian dengan air, bahan cairan diserap

dengan tisu dan dibersihkan. Berdasarkan observasi pada saat terjadi tumpahan

ethanol pekerja tidak membatasi daerah tumpahannya dengan safety sign karena

tidak tersedianya safety sign di laboratorium, tumpahan terhindar dari sumber api,

dan pekerja yang kontak mata dengan bahan segera membasuh matanya dengan

air mengair yang disediakan di laboratorium. Bahan tidak diserap menggunakan

tisu, tetapi dengan menggunakan kain yang bahannya menyerap cairan. Menurut

Marham Sitorus dan Ani Sutiani, tumpahan pelarut yang mudah menguap hal

yang pertama dilakakukan adalah menjauhkan dari sumber api, kemudian

tumpahan dibersihkan atau dilap dengan kain. Berdasarkan hal tersebut pekerja

belum mengimplementasikan tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yang

sesuai dengan isi MSDS, namun sudah sesuai dengan teori di atas. Pada MSDS

bagian penyimpanan dan penanganan bahan yaitu ruang yang berventilasi serta

bebas dari api terbuka, percikan api atau panas, hindari dari reaksi eksplosif.

Berdasarkan hasil observasi bahan disimpan di ruang yang berventilasi serta bebas

dari api terbuka, percikan api atau panas, dan terhindar dari reaksi eksplosif.

Menurut Buntarto, bahan yang mudah terbakar sebaiknya disimpan pada ruangan

berventilasi dan temprartur yang dingin, jauhkan dari sumber api dan panas.

Berdasarkan hal tersebut pekerja telah mengimplemtasikan tindakan penyimpanan

dan penanganan yang sesuai dengan teori. Pada MSDS pengendalian pemajanan

dan APD, pengendaliannya adalah dengan menyimpan bahan pada tempat atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

wadah yang tertutup, jangan merokok di daerah kerja, lakukan praktik kebersihan

setelah menggunakan bahan.APD yang harus digunakan adalah kacamata dan

masker. Berdasarkan observasi bahan disimpan pada tempat yang tertutup rapat,

tidak merokok, pada laboratorium disediakan poster larangan untuk merokok di

area kerja, dan pekerja yang telah selesai menangani bahan ini segera mencuci

tangannya dengan sabun di air mengalir sebagai praktik kebersihan diri. APD

yang tercantum dalam MSDS sudah disediakan oleh perusahaan, namun tidak

digunakan oleh pekerja. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada

laboratorium kimia banyak menggunakan bahan dengan sifat bahaya berbeda,

maka sebaiknya laboratorium kimia mempunyai peralatan keselamatan standar

seperti jas laboratorium, sarung tangan, pelindung mata, alat pelindung

pernafasan. Berdasarkan hal diatas pekerja belum mengimplementasikan tindakan

pengendalian pemajanan dan APD dengan baik.

Iso hexan. Pada MSDS iso hexan bagian identitas produk tersedia nama

bahan iso hexan, nama dagang hexan/shell sholl, dan rumus kimia C6H12.

Berdasarkan observasi bahan kimia dengan nama produk hexana belum

dilengkapi rumus kimia, kadar, kode produksi, nama lain produk atau sinonim.

Bahan ini berbentuk cair dan dikemas dalam jerigen 5 liter. Menurut Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Kep.187/Men/1999, identitas bahan

yang harus disediakan dalam MSDS meliputi nama bahan, rumus kimia, kode

produksi, sinonim. Berdasarkan hal tersebut identitas bahan pada kemasan belum

sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada bagian

identifikasi bahaya dalam MSDS adalah bahwa iso hexan adalah zat cair yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

mudah terbakar dan bisa meledak jika bahan tersebut dalam drum dan terkena

panas yang berkelanjutan. Menurut Achadi Budi Cahyono iso hexan merupakan

salah satu pelarut organik yang mudah terbakar. Pada suhu kamar menghasilkan

uap yang dalam perbandingan tertentu dapat terbakar oleh adanya api terbuka atau

loncatan listrik. Berdasarkan teori tersebut identifikasi bahan sudah sesuai. Pada

MSDS bagian tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yaitu jika

terhirup segera singkirkan sumber kontaminan dan bawa korban ke udara segar,

bantu pernafasan buatan atau oksigen bila diperlukan, jika kontak mata maka cuci

dengan air mengalir selama 20 menit, jika terkena kulit segera cuci dan

tanggalkan pakaian yang terkontaminasi dan jika tertelan segera bawa ke dokter

bila muntah. Berdasarkan observasi, pada saat dilaksanakan penelitian tidak

terdapat pekerja yang membutuhkan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan,

namun yang peneliti temukan di laboratorium sudah tersedia tempat untuk

menghirup udara segar, tersedia air mengalir, dan perusahanan telah menyediakan

tenaga medis (dokter) yang bisa segera dihubungi jika ada pekerja yang

membutuhkan pertolongan. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani tindakan

P3K jika terkena bahan kimia cucilah bagian tubuh yang kena bahan tersebut

dengan air dan sabun, korban dibawa ke tempat yang banyak oksigen (segar) dan

hubungi petugas medis. Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah memfasilitasi

pekerja untuk mengimplementasikan tindakan P3K yang sesuai. Pada MSDS

bagian tindakan penanggulangan kebakaran yaitu padamkan api segera bila tidak

mungkin pakailah alat pemadam api ringan seperti karbondioksida, bubuk kimia

busa atau halon. Pemadaman api dengan air justru akan memebsarkan api. Air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

bermanfaat untuk mendinginkan wadah terbakar. Berdasarkan observasi pada saat

dilakukan penelitian tidak ada kejadian kebakaran akibat iso hexan namun

perusahaan telah menyediakan alat pemadam kebakaran seperti bubuk CO2, dan

disediakan juga semprotan air untuk mendinginkan wadah terbakar. Menurut

Marham Sitorus dan Ani Sutiani untuk memadamkan kebakaran akibat pelarut

yang mudah terbakar dapat digunakan alat pemadam kebakaran seperti air, busa

atau tepung, halon, CO2 maupun pasir. Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah

memfasilitasi pekerja dalam mengimplementasikan tindakan penanggulangan

kebakaran yang sesuai. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan

kebocoran yang harus dilakukan adalah batasi daerah bahayanya dari kebocoran

atau tumpahan bahan ini dari penyalaan, kutip tumpahan bahan tersebut dengan

cara mencelupkan kain dan diperas, bersihkan badan yang terkena bahan ini

dengan air. Berdasarkan observasi pada saat terjadi tumpahan iso hexan pekerja

tidak membatasi daerah tumpahannya dengan safety sign karena tidak tersedianya

safety sign di laboratorium dan bahan yang tumpah jumlahnya sedikit sehingga

pada saat terjadi tumpahan pekerja segera menjauhkan tumpahan dari sumber api

dan membersihkan dengan kain yang menyerap, setelah kontak dengan bahan

pekerja langsung membersihkan bagian badan yang terkena tumpahan bahan

dengan air yang telah disediakan di laboratorium. Menurut Marham Sitorus dan

Ani Sutiani, tumpahan pelarut yang mudah menguap hal yang pertama

dilakakukan adalah menjauhkan dari sumber api, kemudian bersihkan tumpahan

dengan dengan kain. Berdasarkan hal tersebut pekerja belum

mengimplementasikan tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yang sesuai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

dengan isi MSDS, namun sesuai dengan teori diatas. Pada MSDS bagian

penyimpanan dan penanganan bahan yaitu tempat penyimpanan berventilasi, jauh

dari sumber panas dan penyalaan, wadah bahan harus tertutup, wadah dari logam

harus ada grounding, bila diisi bahan dipompa agar tidak menimbulkan listrik

statis, larangan merokok harus diberlakukan baik di tempat kerja maupun di

dalam gudang. Berdasarkan observasi penyimpanan bahan di ruangan yang

dingin dan berventilasi, jauh dari sumber api dan panas, wadah penyimpanannya

berbahan plastic dan selalu tertutup rapat, tersedianya larangan merokok di

laboratorium. Menurut Buntarto, bahan yang mudah terbakar sebaiknya disimpan

pada ruangan berventilasi dan temperatur yang dingin, jauhkan dari sumber api

dan panas. Berdasarkan hal tersebut pekerja telah mengimplementasikan tindakan

penyimpanan dan penanganan bahan yang sesuai dengan MSDS dan teori di atas.

Pada MSDS bagian pengendalian pemajanan dan APD bahan disebutkan bahwa

wadah penyimpanan harus tertutup rapat, jangan makan dan minum sewaktu

menangani pekerjaan, lakukan praktik kebersihan diri setelah menggunkan bahan

khususnya sebelum makan dan minum. APD yang harus digunakan adalah

kacamata, masker, sarung tangan karet, dan pakaian kerja analis. Berdasarkan

observasi bahan disimpan pada tempat yang tertutup rapat, pekerja tidak makan

dan minum sewaktu menangani pekerjaan, dan melakukan praktik kebersihan diri

setelah menggunakan bahan khususnya sebelum makan dan minum. APD yang

disebutkan dalam MSDS telah disediakan oleh perusahaan kecuali baju analis,

namun semua APD yang disarankan belum digunakan oleh pekerja. Menurut

Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada laboratorium kimia banyak menggunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

bahan dengan sifat bahaya berbeda, maka sebaiknya laboratorium kimia

mempunyai peralatan keselamatan standar seperti jas laboratorium, sarung tangan,

pelindung mata, alat pelindung pernafasan. Berdasarkan hal diatas pekerja belum

mengimplementasikan tindakan pengendalian pemajanan dan APD dengan baik.

Kalium hidroxide. Pada MSDS kalium hidroxide bagian identitas produk

tersedia nama bahan kalium hidroxide, nama dagang kalium hidroxide, dan rumus

kimia KOH dan pH adalah basa kuat. Berdasarkan observasi bahan kimia dengan

nama produk potassium hydroxide belum dilengkapi rumus kimia, kode produksi

bahan adalah 1.05033.1000, nama lain bahan atau sinonim adalah

kaliumhydroxid, potasio hidroxido, hydroxide de potassium, hidroxido de

potassio, potassio idrossido, kaliumhydroxide. Pada kemasan bahan disediakan

piktogram yang menandakan bahan ini bersifat korosif, bahan ini berbentuk padat

yang dikemas dalam botol plastik 1 kg. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja

Republik Indonesia No.Kep.187/Men/1999, identitas bahan yang harus disediakan

dalam MSDS meliputi nama bahan, rumus kimia, kode produksi, sinonim.

Berdasarkan hal tersebut identitas bahan pada kemasan belum sesuai dengan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada MSDS bagian

identifikasi bahaya disebutkan bahwa bahan sangat berbahaya pada kulit dan

menyebabkan iritasi serta luka bakar yang serius dan jika mengenai tubuh dapat

menyebabkan gatal-gatal. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani bahan kimia

dengan klasifikasi basa kuat seperti KOH dapat menyebabkan luka yang serius

bila mengenai tubuh. Berdasarkan teori diatas yang tercantum dalam MSDS sudah

sesuai. Pada MSDS kalium hidroxide bagian tindakan Pertolongan Pertama Pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Kecelakaan (P3K) belum disediakan informasi. Pada saat dilaksanakan penelitian

tidak ada pekerja yang membutuhkan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

(P3K), namun yang peneliti temukan di laboratorium sudah tersedia sabun dan air

mengalir untuk membasuh mata dan mencuci kulit yang terkena bahan kimia.

Perusahaan juga menyediakan tempat untuk menghirup udara segar dan

menyediakan dokter perusahaan yang dapat dihubungi jika sewaktu-waktu ada

pekerja mengalami luka yang serius. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani

tindakan P3K jika terkena bahan yang dalam klasifikasi basa kuat jika mata

terkena percikan bahan maka harus segera dicuci dengan sabun dan air dan jika

mengenai kulit dan dalam kondisi parah segera hubungi dokter. Berdasarkan hal

tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja dalam mengimplementasikan

tindakan P3K yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian tindakan

penanggulangan kebakaran belum disediakan informasi. Bahan korosif pada

umumnya merupakan bahan yang tidak mudah terbakar, tetapi dapat

menimbulkan ledakan dan percikan jika terkena udara atau uap air atau jika

bersentuhan dengan bahan yang mudah terbakar. Pada saat dilaksanakan

penelitian tidak ditemukan kejadian kebakaran, namun yang peneliti temukan di

laboratorium telah disediakan pemadam kebakaran tanpa air atau dry powder.

Menurut Buntarto alat pemadam kebakaran untuk bahan kimia bahan korosif

harus disediakan pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry powder.

Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja dalam

mengimplementasikan tindakan penangulangan kebakaran yang sesuai dengan

teori. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yaitu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

membatasi daerah bahayanya, hindari tercecer atau tumpahan bahan, kutip

tumpahan bahan ini dengan kertas atau tisu masukan ke suatu wadah tambahkan

sejumlah air dan buang campuran tersebut ke dalam air mengalir. Berdasarkan

observasi pada saat terjadi tumpahan kalium hydroxide di laboratorium pekerja

tidak membatasi tumpahan daerah bahayanya dengan safety sign karena tidak

terdapat safety sign pada laboratorium dan bahan yang tumpah dalam jumlah

sedikit sehinga pekerja segera menghindari tercecer dan tumpahan bahan ini

dengan menjauhkan barang yang ada disekitar tumpahan. Pekerja mengutip

tumpahan bahan dengan kain lalu memasukkan ke dalam wadah tumpahan.

Pekerja juga membersihkan bagian badan yang terkena bahan dengan air yang

tersedia di laboratorium. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani, tumpahan

bahan padat dibersihkan dan langsung dimasukkan ke dalam wadah pembuangan

yang sesuai. Berdasarkan hal tersebut pekerja belum mengimplementasikan

tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yang sesuai dengan isi MSDS, namun

sudah sesuai dengan teori di atas. Pada MSDS bagian penyimpanan dan

penanganan bahan belum disediakan informasi, namun yang ditemukan di

laboratorium penyimpanan dan penanganan kalium hydroxide disimpan dalam

ruangan yang dingin dan berventilasi, wadah tertutup rapat dan terhindar dari

kontaminasi udara, dan disimpan dalam lemari yang diberikan label bahan yang

tidak sesuai dengan sifat bahan yaitu reaktif. Menurut Marham Sitorus dan Ani

Sutiani bahan korosif disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi, hindari

dari kontaminasi udara, wadah tertutup rapat, dan disimpan pada tempat yang

berlebel. Berdasarkan hal tersebut pekerja belum mengimplementasikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

penyimpanan dan penanganan yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian

pengendalian pemajanan dan APD, pengendalian pemajananan dengan

meletakkan bahan di tempat atau wadahnya harus tertutup rapat, jangan makan

dan minum sewaktu menangani pekerjan ini, lakukan praktik-praktik kebersihan

diri setelah menggunakan bahan ini, khususnya sebelum makan dan minum. APD

yang sebaiknya digunakan adalah kacamata, pengaman kedap bahan kimia, sarung

tangan kedap air.Berdasarkan observasi bahan disimpan dalam wadah yang

tertutup rapat, pekerja tidak makan dan minum saat menangani kalium hydroxide,

pekerja selalu melakukan praktik kebersihan diri setelah menangani kalium

hydroxide terutama sebelum makan dan minum. Perusahaan telah menyediakan

APD seperti kacamata, sarung tangan karet, dan belum menyediakan pengaman

kedap bahan kimia.APD yang telah tersedia tersebut tidak digunakan pekerja saat

menangani kalium hydroxide. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada

laboratorium kimia banyak menggunakan bahan dengan sifat bahaya berbeda,

maka sebaiknya laboratorium kimia mempunyai peralatan keselamatan standar

seperti jas laboratorium, sarung tangan, pelindung mata, alat pelindung

pernafasan. Berdasarkan hal diatas pekerja belum mengimplementasikan tindakan

pengendalian pemajanan dan APD dengan baik.

P1 alkalinity tab. Pada MSDS P1 alkalinity tab bagian identitas produk

hanya tersedia nama produk P1 alkalinity tab, tidak tersedia nama kimia, nama

lain produk atau sinonim, rumus kimia dan kode produksi. Berdasarkan observasi

nama bahan adalah alkalinity P, tidak tersedia nama kimia, nama lain produk atau

sinonim, rumus kimia dan kode produksi. Pada kemasan tersedia piktogram yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

menandakan bahan bersifat korosif, bahan ini bentuknya padat dan dikemas dalam

botol kaca. Bahan ini diproduksi di Inggris. Menurut Keputusan Menteri Tenaga

Kerja Republik Indonesia No.Kep.187/Men/1999, identitas bahan yang harus

disediakan dalam MSDS meliputi nama bahan, rumus kimia, kode produksi,

sinonim. Berdasarkan hal tersebut identitas bahan pada kemasan belum sesuai

dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada bagian

identifikasi bahaya dalam MSDS disebutkan bahwa P1 alkalinity tab sangat

berbahaya pada kulit dan dapat menyebabkan iritasi pada mata, tidak berbau

namun dapat menyebabkan keracunan saat ditelan. Menurut Marham Sitorus dan

Ani Sutiani bahan kimia dengan klasifikasi basa kuat dapat menyebabkan luka

yang serius bila mengenai tubuh. Berdasarkan teori diatas yang tercantum dalam

MSDS sudah sesuai. Pada MSDS P1 alkalinity tab bagian tindakan Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan (P3K) belum disediakan informasi. Pada saat

dilaksanakan penelitian tidak ada pekerja yang membutuhkan Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan, namun yang peneliti temukan dilaboratorium sudah

tersedia sabun dan air mengalir untuk membasuh mata dan mencuci kulit yang

terkena bahan kimia. Perusahaan juga menyediakan tempat untuk menghirup

udara segar dan menyediakan dokter perusahaan yang dapat dihubungi jika

sewaktu-waktu ada pekerja yang keracunan akibat tertelan bahan. Menurut

Marham Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika terkena bahan kimia adalah

mencuci bagian tubuh yang kena bahan tersebut dengan air dan sabun, korban

dibawa ke tempat yang banyak oksigen (segar) dan hubungi petugas medis.

Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

mengimplementasikan tindakan P3K yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian

tindakan penanggulangan kebakaran belum disediakan informasi. Bahan korosif

pada umumnya merupakan bahan yang tidak mudah terbakar, tetapi dapat

menimbulkan ledakan dan percikan jika terkena udara atau uap air atau jika

bersentuhan dengan bahan yang mudah terbakar. Pada saat dilaksanakan

penelitian tidak ditemukan kejadian kebakaran, namun yang peneliti temukan di

laboratorium telah disediakan pemadam kebakaran tanpa air atau dry powder.

Menurut Buntarto alat pemadam kebakaran untuk bahan kimia bahan korosif

harus disediakan pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry powder.

Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja dalam

mengimplementasikan tindakan penanggulangan kebakaran yang sesuai dengan

teori. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yaitu

membatasi daerah bahayanya, hindari tercecer atau tumpahan bahan, kutip

tumpahan bahan ini dengan kertas atau tisu masukan ke suatu wadah, bersihkan

bagian badan yang terkena bahan dengan air. Berdasarkan observasi pada saat

terjadi tumpahan P1 alkalinity tab di laboratorium pekerja tidak membatasi

tumpahan daerah bahayanya dengan safety sign karena tidak terdapat safety sign

pada laboratorium dan bahan yang tumpah jumlahnya sedikit sehingga pekerja

segera membersihkannya tanpa memberi pembatas, namun pekerja segera

menghindari tercecer dan tumpahan bahan ini dengan menjauhkan barang yang

ada disekitar tumpahan. Pekerja mengutip tumpahan bahan tidak menggunakan

kertas atau tisu melainkan dengan kain lalu memasukkan ke dalam wadah

tumpahan. Pekerja juga membersihkan bagian badan yang terkena bahan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

air yang tersedia di laboratorium. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani,

tumpahan bahan padat dibersihkan dan langsung dimasukkan ke dalam wadah

pembuangan yang sesuai. Berdasarkan hal tersebut pekerja belum

mengimplementasikan tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yang sesuai

dengan isi MSDS, namun sudah sesuai dengan teori di atas. Pada MSDS bagian

penyimpanan dan penanganan bahan belum disediakan informasi, namun yang

ditemukan di laboratorium penyimpanan dan penanganan P1 alkalinity tab

disimpan dalam ruangan yang dingin dan berventilasi, wadah tertutup rapat dan

terhindar dari kontaminasi udara, dan disimpan dalam lemari asam, namun

diberikan label bahan yang tidak sesuai dengan sifat bahan yaitu reaktif. Menurut

Marham Sitorus dan Ani Sutiani bahan korosif disimpan di ruangan yang dingin

dan berventilasi, hindari dari kontaminasi udara, wadah tertutup rapat, dan

disimpan pada tempat yang berlebel dan bahan yang bersifat alkalis disimpan

pada ruang atau lemari asam (fumehood) untuk menghindari gas yang timbul.

Berdasarkan teori tersebut, tindakan penyimpanan dan penanganan yang

dilakukan oleh pekerja belum sesuai karena label pada penyimpanannya tidak

sesuai dengan sifat bahan. Pada MSDS bagian pengendalian pemajanan dan APD,

pengendalian pemajananan dengan meletakkan bahan di tempat atau wadahnya

harus tertutup rapat, jangan makan dan minum sewaktu menangani pekerjan ini,

lakukan praktik-praktik kebersihan diri setelah menggunakan bahan ini,

khususnya sebelum makan dan minum. APD yang sebaiknya digunakan adalah

kacamata, masker, sarung tangan karet, dan pakaian kerja analis. Berdasarkan

observasi bahan disimpan pada wadah yang tertutup rapat, pekerja tidak makan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

dan minum saat menangani p1 alkalinity tab. Perusahaan telah menyediakan APD

seperti kacamata, masker, serung tangan karet, dan belum menyediakan pakaian

kerja analis karena pada saat dilakukan penelitian baju kerja analis masih dalam

proses pemesanan. APD yang telah tersedia tersebut tidak digunakan pekerja saat

menangani P1 alkalinity tab. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada

laboratorium kimia banyak menggunakan bahan dengan sifat bahaya berbeda,

maka sebaiknya laboratorium kimia mempunyai peralatan keselamatan standar

seperti jas laboratorium, sarung tangan, pelindung mata, alat pelindung

pernafasan. Berdasarkan hal diatas pekerja belum mengimplementasikan tindakan

pengendalian pemajanan dan APD dengan baik.

Sulfuric acid. Pada MSDS sulfuric acid bagian identitas produk tersedia

nama bahan sulfuric acid, nama dagang asam sulfat, dan rumus kimia H2SO4 dan

kadar 98% (minimum). Berdasarkan observasi bahan kimia dengan nama produk

sulfuric acid belum dilengkapi rumus kimia, kode produksi bahan adalah

1.00731.2500, nama lain produk atau sinonimnya adalah schwefelsaure, acide

sulfurique, acido solforico, acido sulfurico, zwavelzuur, dengan kadar 95-97%.

Bahan ini diproduksi di Jerman. Pada kemasan bahan ini disediakan piktogram

yang menandakan bahan ini bersifat korosif, bahan dikemas dalam botol kaca 2,5

liter. Berdasarkan hal tersebut kadar bahan pada MSDS dan pada kemasan bahan

yang digunakan belum sesuai. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja

Republik Indonesia No.Kep. 187/Men/1999, identitas bahan yang harus

disediakan dalam MSDS meliputi nama bahan, rumus kimia, kode produksi,

sinonim. Berdasarkan hal tersebut identitas bahan pada kemasan sesuai dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada MSDS identifikaisi

bahaya disebutkan bahwa jika terkena mata karena dapat menyebabkan luka bakar

dan kebutaan, jika terkena kulit dapat menyebabkan luka bakar dan dapat

meninggalkan bekas, jika tertelan dapat menyebabkan iritasi yang parah pada

kulit, saluran tenggorokan, lambung dan jaringan lain yang dapat berakibat fatal,

jika terhisap dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan dan jaringan

paru-paru, hindari mengisap uapnya dan kontak dengan asam tanpa peralatan yang

memadai, jangan makan dan minum di daerah kerja. Menurut Marham Sitorus

dan Ani Sutiani sulfuric acid merupakan salah satu bahan kimia golongan asam

kuat yang dapat merusak kulit yang lama sembuh dan meninggalkan bekas parut.

Berdasarkan teori diatas yang tercantum dalam MSDS sudah sesuai. Pada MSDS

bagian tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yaitu pada mata

bilas segera dengan air yang banyak selama 15 menit dengan kelopak mata

terbuka, bila berlanjut hubungi dokter, pada kulit bilas segera dengan air yang

banyak selama 15 menit dan segera diobati, pada pernafasan segera pindahkan

korban ke udara terbuka berikan gas O2 jika sulit bernafas, berikan pernafasan

buatan, jika nafas terhenti selimuti diamankan dan segera hubungi dokter, pakaian

yang terkontaminasi cuci segera dengan air yang banyak, lepaskan pakaian dan

sepatu yang sudah terkontaminasi. Berdasarkan observasi saat dilaksanakan

penelitian tidak ada pekerja yang membutuhkan Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan (P3K), namun yang peneliti temukan di laboratorium sudah tersedia

air mengalir untuk membasuh mata, mencuci kulit, dan pakaian yang

terkontaminasi sulfuric acid, tersedia juga tempat untuk mengirup udara segar,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

tersedia gas O2, namun masih sulit dijangkau oleh pekerja karena letaknya masih

jauh dari laboratorium. Perusahaan juga menyediakan tenaga medis seperti dokter

yang dapat dihubungi sewaktu-waktu jika ada pekerja yang membutuhkan

pertolongan. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika terkena

bahan kimia cucilah bagian tubuh yang kena bahan tersebut dengan air dan sabun,

korban dibawa ke tempat yang banyak oksigen (segar) dan hubungi petugas

medis. Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja untuk

mengimplementasikan tindakan P3K yang sesuai dengan MSDS dan teori. Pada

MSDS bagian tindakan penanggulangan kebakaran disebutkan bahan tidak mudah

terbakar, namun asam pekat bersifat oksidator yang dapat menimbulkan

kebakaran bila kontak dengan zat organik seperti gula, selulosa dan lain-lain, dan

sangat reaktif dengan bubuk zat organik. Bahaya ledakan timbul akibat kelebihan

pengeluaran gas hydrogen akibat terkena panas yang berlebihan. Sulfuric acid

akan mengalami penguraian bila terkena panas, mengeluarkan gas SO2, asam

encer bereaksi dengan logam menghasilkan gas hydrogen yang eksplosif bila

terkena nyala api atau panas. Sulfuric acid bereaksi hebat dengan air. Berdasarkan

observasi saat penelitian tidak ditemukan kebakaran akibat penggunaan bahan ini

dan dalam penanganan sulfuric acid tidak ditemukan gula maupun selulosa yang

dapat menimbulkan kebakaran dan dalam mencegah keluarnya gas hydrogen yang

berlebih, bahan disimpan di ruangan berventilasi dan dingin dan tidak ada sumber

nyala api sehingga terhindar dari reaksi eksplosi. Pekerja juga menghindari kontak

dengan air saat menangani sulfuric acid untuk menghindari reaksi hebat yang

membahayakan. Pada laboratorium telah disediakan pemadam kebakaran tanpa air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

atau dry powder. Menurut Buntarto alat pemadam kebakaran untuk bahan kimia

bahan korosif harus disediakan pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry

powder. Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja dalam

mengimplementasikan tindakan penanggulangan kebakaran yang sesuai dengan

MSDS dan teori. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran

disebutkan bahwa jika terjadi tumpahan dan kebocoran jauhkan dari manusia,

tutup area yang kena dengan pasir dan tanah, pindahkan asam ke tempat yang

kosong dan cuci areal bocor dengan air, netralisir dengan sodalime. Berdasarkan

hasil observasi saat terjadi tumpahan pekerja segera membersihkan tumpahan dan

menjauhkan dari pekerja lain, pekerja tidak menutup tumpahan dengan pasir

karena pasir yang disediakan perusahaan terletak jauh dari laboratorium dan

tumpahan bahan sangat sedikit, pekerja menetralisir tumpahan dengan sodalime.

Menurut Buntarto tumpahan asam organik seperti H2SO4 harus diperlakukan

dengan penanganan khusus. Permukaan tumpahan bahan tersebut ditutup dengan

campuran NaOH dan Ca(OH)2. Selanjutnya diencerkan dengan air dan dibuang.

Berdasarkan hal tersebut pekerja telah mengimplementasikan tindakan terhadap

tumpahan dan kebocoran yang sesuai dengan MSDS dan teori di atas. Pada MSDS

bagian penyimpanan dan penanganan bahan belum tersedia informasi, namun

yang ditemukan di laboratorium penyimpanan dan penanganan sulfuric acid

disimpan dalam ruangan yang dingin dan berventilasi, wadah tertutup rapat dan

terhindar dari kontaminasi udara, dan disimpan dalam lemari yang diberikan label

bahan yang tidak sesuai dengan sifat bahan yaitu reaktif. Menurut Marham Sitorus

dan Ani Sutiani bahan korosif disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

hindari dari kontaminasi udara, wadah tertutup rapat, dan disimpan pada tempat

yang berlebel. Berdasarkan hal tersebut pekerja belum mengimplementasikan

tindakan penyimpanan dan penanganan yang sesuai. Pada MSDS bagian

pengendalian pemajanan dan APD disebutkan bahwa pelindung pernafasan yaitu

respirator digunakan untuk pernafasan dan terhindar dari iritasi pernafasan, sarung

tangan karet, kacamata, baju pelindung, sepatu boot dan helm. Berdasarkan

observasi APD yang tertera dalam MSDS sudah disediakan perusahaan kecuali

baju pelindung (pakaian kerja analis), namun pelindung pernafasan, sarung tangan

karet, kacamata tidak digunakan oleh pekerja, sepatu boot dan helm digunakan

pekerja tetapi di luar laboratorium. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada

laboratorium kimia banyak menggunakan bahan dengan sifat bahaya berbeda,

maka sebaiknya laboratorium kimia mempunyai peralatan keselamatan standar

seperti jas laboratorium, sarung tangan, pelindung mata, alat pelindung

pernafasan. Berdasarkan hal diatas pekerja belum mengimplementasikan tindakan

pengendalian pemajanan dan APD dengan baik.

Tablet hardnnes. Pada MSDS tablet hardnnes pada identitas bahan hanya

tersedia nama bahan adalah tablet hardness, tidak tersedia rumus kimia, nama

kimia, dan kadar. Berdasarkan observasi bahan kimia dengan nama produk

hardness LR dengan rumus kimia CaCO3, tidak diketahui kode produksi dan nama

lain produk atau sinonim, bahan ini berbentuk padat dan dikemas dalam botol

kaca. Bahan ini diproduksi di Inggris. Pada kemasan bahan disediakan piktogram

yang menandakan bahan ini bersifat korosif dan karsinogenik. Menurut

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Kep.187/Men/1999,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

identitas bahan yang harus disediakan dalam MSDS meliputi nama bahan, rumus

kimia, kode produksi, sinonim. Berdasarkan hal tersebut identitas bahan pada

kemasan belum sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik

Indonesia. Pada bagian identifikasi bahaya dalam MSDS disebutkan bahwa bahan

ini sangat berbahaya pada kulit, dapat menyebabkan iritasi pada mata dan debu

yang keluar dari bahan ini dapat mengganggu saluran pernafasan. Menurut

Achadi Budi Cahyono bahan kimia seperti tablet hardness merupakan bahan

kimia iritan, bahan kimia iritan pada umumnya adalah bahan korosif. Bahan

tersebut dapat bereaksi dengan jaringan tubuh seperti kulit, mata, dan saluran

pernafasan. Berdasarkan teori diatas, identifikasi yang tertera dalam MSDS sudah

sesuai. Pada MSDS bagian tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

belum disediakan informasi. Pada saat dilaksanakan penelitian tidak ada pekerja

yang membutuhkan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), namun yang

peneliti temukan di laboratorium sudah tersedia sabun dan air mengalir untuk

membasuh mata dan mencuci kulit yang terkena tablet hardness. Perusahaan juga

menyediakan tempat untuk menghirup udara segar dan menyediakan dokter

perusahaan yang dapat dihubungi jika sewaktu-waktu ada pekerja yang keracunan

akibat tertelan bahan. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika

terkena bahan kimia cucilah bagian tubuh yang kena bahan tersebut dengan air

dan sabun, korban dibawa ke tempat yang banyak oksigen (segar) dan hubungi

petugas medis. Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja

untuk mengimplementasikan tindakan P3K yang sesuai dengan MSDS dan teori.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Pada MSDS bagian penanggulangan kebakaran belum disediakan informasi.

Bahan korosif pada umumnya merupakan bahan yang tidak mudah terbakar, tetapi

dapat menimbulkan ledakan dan percikan jika terkena udara atau uap air atau jika

bersentuhan dengan bahan yang mudah terbakar. Pada saat dilaksanakan

penelitian tidak ditemukan kejadian kebakaran, namun yang peneliti temukan di

laboratorium telah disediakan pemadam kebakaran tanpa air atau dry powder.

Menurut Buntarto alat pemadam kebakaran untuk bahan kimia bahan korosif

harus disediakan pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry powder.

Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja untuk

mengimplementasikan tindakan penanggulangan kebakaran yang sesuai dengan

teori. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yaitu

membatasi daerah bahayanya, hindari tercecer atau tumpahan bahan, kutip

tumpahan bahan ini dengan kertas atau tisu masukan ke suatu wadah, bersihkan

bagian badan yang terkena bahan dengan air. Berdasarkan observasi pada saat

terjadi tumpahan tablet hardness di laboratorium pekerja tidak membatasi

tumpahan daerah bahayanya dengan safety sign karena tidak terdapat safety sign

pada laboratorium dan bahan yang tumpah dalam jumlah sedikit, namun pekerja

segera menghindari tercecer dan tumpahan bahan ini dengan menjauhkan barang

yang ada disekitar tumpahan. Pekerja mengutip tumpahan bahan dengan kain lalu

memasukkan ke dalam wadah tumpahan. Pekerja juga membersihkan bagian

badan yang terkena bahan dengan air yang tersedia di laboratorium. Menurut

Marham Sitorus dan Ani Sutiani, tumpahan bahan padat dibersihkan dan langsung

dimasukkan ke dalam wadah pembuangan yang sesuai. Berdasarkan hal tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

pekerja belum mengimplementasikan tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran

yang sesuai dengan isi MSDS, namun sudah sesuai dengan teori di atas. Pada

MSDS bagian penyimpanan dan penanganan bahan belum disediakan informasi,

namun yang ditemukan di laboratorium penyimpanan dan penanganan tablet

hardness disimpan dalam ruangan yang dingin dan berventilasi, wadah tertutup

rapat dan terhindar dari kontaminasi udara, dan disimpan dalam lemari yang

diberikan label bahan yang tidak sesuai dengan sifat bahan yaitu reaktif. Menurut

Marham Sitorus dan Ani Sutiani bahan korosif disimpan di ruangan yang dingin

dan berventilasi, hindari dari kontaminasi udara, wadah tertutup rapat, dan

disimpan pada tempat yang berlebel. Berdasarkan teori tersebut, pekerja belum

mengimplementasikan tindakan penyimpanan dan penanganan dengan baik

karena label penyimpanan belum sesuai dengan label bahan. Pada MSDS bagian

pengendalian pemajanan dan APD disebutkan bahwa pengendalian pemajananan

dengan meletakkan bahan di tempat atau wadahnya harus tertutup rapat, jangan

makan dan minum sewaktu menangani pekerjan ini, lakukan praktik-praktik

kebersihan diri setelah menggunakan bahan ini, khususnya sebelum makan dan

minum. APD yang sebaiknya digunakan adalah kacamata, masker, sarung tangan

karet, dan pakaian kerja analis. Berdasarkan observasi bahan telah disimpan

dalam wadah yang tertutup rapat, pekerja tidak makan maupun minum saat

menangani tablet hardness dan pekerja selalu melakukan praktik kebersihan diri

setelah menangani tablet hardness LR khusunya sebelum makan maupun minum.

Perusahaan telah menyediakan APD seperti kacamata, masker, serung tangan

karet, dan belum menyediakan pakaian kerja analis karena pada saat dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

penelitian baju kerja analis masih dalam proses pemesanan. APD yang telah

tersedia tidak digunakan pekerja saat menangani tablet hardness. Menurut

Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada laboratorium kimia banyak menggunakan

bahan dengan sifat bahaya berbeda, maka sebaiknya laboratorium kimia

mempunyai peralatan keselamatan standar seperti jas laboratorium, sarung tangan,

pelindung mata, alat pelindung pernafasan. Berdasarkan hal tersebut pekerja

belum mengimplementasikan pengendalian pemajanan dan APD dengan baik.

Thimol blue indicator. Pada MSDS tymol blue indicator bagian identitas

produk hanya tersedia nama bahan tymol blue indicator, belum disediakan rumus

kimia, nama kimia, dan kadar. Berdasarkan observasi Bahan kimia dengan nama

produk thymol blue dilengkapi rumus kimia C27H28Br2O5S, kode produksi bahan

adalah 1.08176. 0025, nama lain produk atau sinonimnya adalah tymolblau. Kadar

thymol blue yang digunakan 1%. Bahan ini diproduksi di Jerman. Bahan dikemas

dalam botol kaca 25 gram. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik

Indonesia No.Kep.187/Men/1999, identitas bahan yang harus disediakan dalam

MSDS meliputi nama bahan, rumus kimia, kode produksi, sinonim. Berdasarkan

hal tersebut identitas bahan pada kemasan sesuai dengan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada MSDS bagian identifikasi bahaya

disebutkan bahwa tymol blue berbahaya pada kulit dan dapat meninggalkan warna

yang melekat pada kulit, menyebabkan iritasi pada mata. Menurut Marham

Sitorus dan Ani Sutiani bahan kimia dengan golongan asam dapat menimbulkan

iritasi pada kulit dan mata. Pada MSDS bagian tindakan Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan (P3K) dinyatakan bila terkena tangan atau anggota tubuh segera

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

dicuci dengan air sampai warnanya hilang. Berdasarkan observasi saat

dilaksanakan penelitian tidak ada pekerja yang membutuhkan Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan (P3K), namun yang peneliti temukan di laboratorium

sudah tersedia air mengalir untuk membasuh mata, mencuci kulit, dan pakaian

yang terkontaminasi, tersedia juga tempat untuk mengirup udara segar, dan

perusahaan menyediakan kontak petugas medis seperti dokter yang dapat

dihubungi sewaktu-waktu ada pekerja yang membutuhkan pertolongan. Menurut

Marham Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika terkena bahan kimia cucilah

bagian tubuh yang kena bahan tersebut dengan air dan sabun, korban dibawa ke

tempat yang banyak oksigen (segar) dan hubungi petugas medis. Berdasarkan hal

tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja untuk mengimplementasikan

tindakan P3K yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian tindakan

penanggulangan kebakaran belum disediakan informasi. Pada saat dilaksanakan

penelitian tidak ditemukan kejadian kebakaran, namun yang peneliti temukan di

laboratorium telah disediakan pemadam kebakaran tanpa air atau dry

powder.Menurut Buntarto alat pemadam kebakaran untuk bahan kimia disediakan

pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry powder. Berdasarkan hal

tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja untuk mengimplementasikan

tindakan penanggulangan kebakaran yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian

tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran disebutkan bahwa yang harus

dilakukan adalah membatasi daerah bahayanya, hindari kebocoran atau tumpahan

bahan, kutip tumpahan bahan ini dengan kertas atau tisu masukan ke suatu wadah,

bersihkan bagian badan yang terkena bahan ini dengan air. Berdasarkan observasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

saat terjadi kebocoran atau tumpahan thymol blue pekerja tidak membatasi daerah

tumpahan dengan safety sign karena di laboratorium belum disediakan safety sign

dan tumpahan bahan sangat sedikit, sehingga saat ada tumpahan tymol blue

pekerja langsung membersihkan dengan air lalu dilap dengan menggunakan kain,

pekerja membersihkan badan yang terkena bahan ini dengan air yang mengalir.

Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani tumpahan larutan asam disiram dengan

air dan dibersihkan. Berdasarkan hal tersebut pekerja telah mengimplementasikan

tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yang sesuai dengan teori. Pada MSDS

bagian penyimpanan dan penanganan bahan disebutkan bahwa saat penyimpanan

tymol blue dijauhkan dari bahan yang bersifat basa. Berdasarkan observasi tymol

blue selalu berada jauh dari bahan yang bersifat basa seperti P1 alkalinity tab dan

kalium hydroxide, disimpan di tempat atau wadah yang tertutup rapat,

penyimpanan di ruangan yang berventilasi dan dingin. Menurut Marham Sitorus

dan Ani Sutiani bahan korosif seperti asam-asam disimpan di ruang yang

berventilasi dan dingin, terhindar dari kontaminasi udara, wadah tertutup rapat.

Berdasarkan hal tersebut pekerja telah mengimplementasikan penyimpanan dan

penanganan bahan yang sesuai. Pada MSDS bagian pengendalian pemajanan dan

APD disebutkan bahwa bahan harus disimpan di tempat yang tertutup rapat,

jangan makan dan minum sewaktu menangani pekerjaan, lakukan praktik

kebersihan diri setelah menggunakan bahan ini khususnya sebelum makan dan

minum, gunakan APD seperti kacamata dan sarung tangan karet. Berdasarkan

observasi bahan disimpan di tempat yang tertutup rapat, pekerja tidak makan dan

minum saat menangani tymol blue. APD yang tertera dalam MSDS telah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

disediakan oleh perusahaan, namun tidak ada yang digunakan oleh pekerja.

Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada laboratorium kimia banyak

menggunakan bahan dengan sifat bahaya berbeda, maka sebaiknya laboratorium

kimia mempunyai peralatan keselamatan standar seperti jas laboratorium, sarung

tangan, pelindung mata, alat pelindung pernafasan. Berdasarkan hal tersebut

pekerja belum mengimplementasikan pengendalian pemajanan dan APD dengan

baik.

Trinatrium citrate. Pada MSDS trinatrium citrate bagian identitas produk

tersedia nama bahan trinatrium citrate dan rumus kimia Na3C6H5O7, tidak

disediakan nama kimia dan kadar.Bahan kimia dengan nama produk natrium citrat

dilengkapi dengan kadar 30%, belum disediakan rumus kimia, kode produksi,

nama lain produk atau sinonim. Bahan ini berbentuk cair dan dikemas dalam botol

plastik 500 ml. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia

No.Kep.187/Men/1999, identitas bahan yang harus disediakan dalam MSDS

meliputi nama bahan, rumus kimia, kode produksi, sinonim. Berdasarkan hal

tersebut identitas bahan pada kemasan belum sesuai dengan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada bagian identifikasi bahaya dalam MSDS

belum disediakan informasi. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani bahan

kimia dengan golongan asam dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan mata. Pada

MSDS bagian tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) disebutkan

jika terjadi kontak kulit segera cuci dengan air mengalir, jika terjadi kontak mata

segera basuh mata secara menyeluruh selama beberapa menit, jika bahan tertelan

segera hubungi dokter. Berdasarkan observasi saat dilaksanakan penelitian tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

ada pekerja yang membutuhkan P3K, namun yang peneliti temukan di

laboratorium sudah tersedia air mengalir untuk membasuh mata, mencuci kulit,

dan pakaian yang terkontaminasi, tersedia juga tempat untuk mengirup udara

segar, dan perusahaan menyediakan kontak petugas medis seperti dokter yang

dapat dihubungi sewaktu-waktu ada pekerja yang membutuhkan pertolongan.

Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika terkena bahan kimia

cucilah bagian tubuh yang kena bahan tersebut dengan air dan sabun, korban

dibawa ke tempat yang banyak oksigen (segar) dan hubungi petugas medis.

Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja untuk

mengimplementasikan tindakan P3K yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian

tindakan penanggulangan kebakaran yaitu kebakaran kecil gunakan bubuk kimia

kering (CO2) dan semprotan air pada kebakaran besar. Berdasarkan observasi saat

penelitian tidak ditemukan kebakaran akibat penggunaan bahan ini, namun

perusahaan telah menyediakan bubuk kimia kering (CO2) untuk menanggulangi

kebakaran. Menurut Buntarto alat pemadam kebakaran untuk bahan kimia bahan

korosif harus disediakan pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry

powder. Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah memfasilitasi pekerja untuk

mengimplementasikan tindakan penanggulangan kebakaran yang belum sesuai

dengan teori. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran

yaitu membatasi daerah bahayanya, hindari tercecer atau tumpahan bahan, kutip

tumpahan bahan ini dengan kertas atau tisu masukan ke suatu wadah. Berdasarkan

observasi pada saat terjadi tumpahan trinatrium citrate di laboratorium pekerja

tidak membatasi tumpahan daerah bahayanya dengan safety sign karena tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

terdapat safety sign pada laboratorium dan bahan yang tumpah dalam jumlah

kecil, namun pekerja segera menghindari tercecer dan tumpahan bahan ini dengan

menjauhkan barang yang ada disekitar tumpahan. Pekerja mengutip tumpahan

bahan dengan kain lalu memasukkan ke dalam wadah tumpahan. Pekerja juga

membersihkan bagian badan yang terkena bahan dengan air yang tersedia di

laboratorium. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani, tumpahan bahan padat

dibersihkan dan langsung dimasukkan ke dalam wadah pembuangan yang sesuai.

Berdasarkan hal tersebut pekerja belum mengimplementasikan tindakan terhadap

tumpahan dan kebocoran yang sesuai dengan isi MSDS, namun sudah sesuai

dengan teori di atas. Pada MSDS bagian penyimpanan dan penanganan bahan

disebutkan bahwa tempat atau wadahnya harus tertutup rapat. Berdasarkan

observasi terhadap penyimpanan dan penanganan trinatrium citrate di tempat atau

wadah yang tertutup rapat, penyimpanan di ruangan yang berventilasi dan dingin.

Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani bahan korosif seperti asam-asam

disimpan di ruang yang berventilasi dan dingin, terhindar dari kontaminasi udara,

wadah tertutup rapat. Berdasarkan hal tersebut pekerja telah

mengimplementasikan tindakan penyimpanan dan penanganan yang sesuai. Pada

MSDS bagian pengendalian pemajanan dan APD yaitu melakukan praktik

kebersihan diri setelah menggunakan bahan ini, khususnya sebelum makan dan

minum, jangan makan dan minum sewaktu menangani pekerjaan, dan gunakan

APD seperti kacamata, masker, sarung tangan karet, pakaian kerja analis.

Berdasarkan observasi, pekerja melakukan praktik kebersihan setelah menangani

pekerjaan, tidak makan dan minum sewaktu menangani pekerjaan, dan APD yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

tercantum di MSDS disediakan oleh perusahaan kecuali pakaian kerja analis dan

pekerja tidak menggunakan semua APD yang disediakan oleh perusahaan.

Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada laboratorium kimia banyak

menggunakan bahan dengan sifat bahaya berbeda, maka sebaiknya laboratorium

kimia mempunyai peralatan keselamatan standar seperti jas laboratorium, sarung

tangan, pelindung mata, alat pelindung pernafasan. Berdasarkan hal diatas pekerja

belum mengimplementasikan pengendalian pemajanan dan APD yang sesuai.

MSDS Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia

Identitas bahan kimia di laboratorium. Berdasarkan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Kep. 187/Men/1999, identitas bahan yang

harus disediakan dalam MSDS meliputi:

1. Nama bahan.

2. Rumus kimia.

3. Kode produksi.

4. Sinonim.

5. Nama perusahaan (pembuat) atau distributor atau importer.

Berdasarkan MSDS yang tersedia di laboratorium, menyediakan identitas bahan

meliputi:

1. Nama bahan.

2. Rumus kimia.

3. Nama Kimia.

4. Kadar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 187

Tahun 1999, MSDS di laboratorium yang bagian identitas sesuai formatnya sesuai

sebanyak 20 % yaitu coustic soda dan sulfuric acid.

Identifikasi bahaya bahan kimia di laboratorium. Menurut Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Kep.187/Men/1999, identifikasi

bahaya dalam MSDS berisi tentang ringkasan bahaya yang penting dan akibatnya

terhadap kesehatan mata, kulit, terlelan, terhirup, karsinogenik, teratogenik,

reproduksi. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia

Nomor 187 Tahun 1999, MSDS di laboratorium bagian identifikasi bahaya belum

sesuai dengan formatnya, karena MSDS yang tersedia di laboratorium bagian

identifikasi bahaya hanya berisi tentang akibatnya terhadap kesehatan mata, kulit,

tertelan, dan terhirup.

Tindakan P3K bahan kimia di laboratorium. Menurut Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Kep.187/Men/1999, tindakan P3K

dalam MSDS menjelaskan tindakan P3K yang harus dilakukan pada saat bahan

kimia terkena pada mata, kulit, tertelan, dan terhirup. Berdasarkan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 187 Tahun 1999, MSDS di

laboratorium bagian tindakan P3K yang formatnya sesuai sebanyak 20% yaitu

ethanol dan iso hexan.

Tindakan penanggulangan kebakaran. Menurut Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Kep. 187/Men/1999, tindakan

penanggulangan kebakaran dalam MSDS berisi tentang:

1. Sifat-sifat bahan mudah terbakar seperti titik nyala bahan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

2. Suhu nyala suatu bahan.

3. Daerah mudah terbakar, meliputi batas terendah mudah terbakar dan batas

tertinggi mudah terbakar.

4. Media pemadaman api.

5. Bahaya khusus yang timbul dari bahan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 187

Tahun 1999, MSDS di laboratorium pada bagian tindakan penanggulangan

kebakaran belum ada yang sesuai dengan format Kepmenaker, MSDS yang

tersedia di laboratorium bagian tindakan penanggulangan kebakaran pada

sebagian bahan kimia hanya berisi tentang sifat bahan mudah terbakar dan bahaya

khusus yang timbul dari bahan dan pada sebagian lainnya hanya berisi media

pemadaman api.

Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran. Menurut Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Kep.187/Men/1999, tindakan

tumpahan dan kebocoran dalam MSDS berisi tentang:

1. Tindakan yang dilakukan terhadap tumpahan dan kebocoran kecil.

2. Tindakan yang dilakukan terhadap tumpahan dan kebocoran besar.

3. Alat pelindung diri yang digunakan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 187

Tahun 1999 belum ada MSDS di laboratorium yang pada bagian tindakan

terhadap tumpahan dan kebocoran sesuai dengan Kepmenaker, MSDS di

laboratorium pada bagian tindakan tidak ada perbandingan antara tumpahan kecil

dan besar dan tidak tercantum APD yang harus digunakan dalam mengatasinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Penyimpanan dan penanganan bahan. Menurut Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Kep. 187/Men/1999, tindakan penyimpanan

dan penanganan bahan dalam MSDS mencakup:

1. Penanganan bahan.

2. Pencegahan terhadap pemajanan.

3. Tindakan pencegahan terhadap kebakaran dan peledakan.

4. Penyimpanan.

5. Syarat khusus penyimpanan bahan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 187

Tahun 1999, MSDS di laboratorium pada bagian penyimpanan dan penanganan

formatnya belum sesuai Kepmenaker.

Pengendalian pemajanan dan Alat Pelindung Diri (APD). Menurut

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Kep.187/Men/1999,

tindakan pengendalian pemajanan dan APD dalam MSDS berisi penjelasan

mengenai:

1. Pengendalian teknis.

2. Alat pelindung diri, seperti pelindung pemajanan mata, kulit, tangan, dan lain

sebagainya.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 187

Tahun 1999, MSDS di laboratorium pada bagian pengendalian pemajananan dan

APD sebanyak 90% yaitu ammonium hepta molybdate.coustic soda, ethanol, iso

hexan, kalium hydroxide, p1alkalinity tab, tablet hardness, thimol blue indicator,

trinatrium citrate.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara

V Kebun Tanah Putih mengenai implementasi Material Safety Data Sheet

(MSDS) pada pekerja laboratorium tahun 2018 maka diperoleh kesimpulan bahwa

penelitian bahan kimia di laboratorium sesuai dengan MSDS terdapat 3 bahan

kimia yaitu ammonium heptamolybdate, coustic soda, thimol blue indicator

identitas bahan sesuai di kemasan, 9 bahan kimia yaitu ammonium

heptamolybdate, coustic soda, iso hexan, kalium hidroxide, p1 alkalinity tab,

sulfuric acid, tablet hardness, thimol blue indicator, trinatrium citrate identifikasi

bahaya sesuai dengan teori. Perusahaan menyediakan fasilitas untuk Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan penanganan kebakaran sesuai MSDS. Semua

bahan kimia tindakan terhadap tumpahan sesuai MSDS, 5 bahan kimia yaitu

ammonium heptamolybdate, ethanol, iso hexan, thimol blue indicator, trinatrium

citrate tindakan penyimpanan dan penanganan sesuai MSDS. Bahan kimia yang

tidak sesuai dengan MSDS terdapat 7 bahan yaitu ethanol, iso hexan, kalium

hidroxide, p1 alkalinity tab, sulfuric acid, tablet hardness, thimol blue indicator,

trinatrium citrate identitas bahan tidak sesuai di kemasan, 1 bahan kimia yaitu

ethanol identifikasi bahaya belum sesuai teori, semua bahan kimia di laboratorium

tindakan terhadap kebocoran tidak diimplementasikan, 5 bahan kimia yaitu

coustic soda, kalium hidroxide, p1 alkalinity tab, sulfuric acid, tablet hardness

tindakan penyimpanan dan penanganan tidak sesuai MSDS dan semua bahan

kimia di laboratorium tindakan pengendalian pemajanana dan Alat Pelindung Diri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

(APD) tidak sesuai MSDS. Bahan kimia yang implementasinya baik dilaksanakan

adalah ammonium heptamolybdate, thimol blue indicator dan yang tidak baik

implemetasinya coustic soda, ethanol, iso hexan, kalium hidroxide, p1 alkalinity

tab, sulfuric acid, tablet hardness, trinatrium citrate.

Saran

Sebaiknya perusahaan melengkapi fasilitas yang sudah ditegaskan dalam

MSDS untuk setiap bahan kimia yang digunakan di Laboratorium agar pekerja

dapat mengimplementasikan tindakan sesuai dengan MSDS yang telah tersedia.

Sebaiknya perusahaan menyediakan pengawas khusus di laboratorium untuk

mengontrol pekerja dalam penggunaan APD yang sesuai dengan isi MSDS

masing-masing bahan kimia yang digunakan dan memberikan sanksi yang tegas

bagi pekerja yang tidak menggunakan APD yang telah disediakan perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

DAFTAR PUSTAKA

Buntarto. (2015). Panduan praktis keselamatan dan kesehatan kerja untuk

industri. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Cahyono, A. B. (2004). Keselamatan kerja bahan kimia di industri. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Indah, Utari, Prams, & Juli. (2015). Kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1996). Pengamanan bahan berbahaya

bagi kesehatan. Jakarta: Anonim.

Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia. (1999). Pengendalian bahan kimia.

Jakarta: Anonim.

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. (2009). Global Harmonize System

(GHS). Jakarta: Anonim.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Ramdan, I. M. (2013). Higiene industri. Yogyakarta: CV. Bimotry Bulaksumur

Visual.

Rijanto, B. B. (2011). Pedoman pencegahan kecelakaan di industri. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Sucipto, C. D. (2014). Keselamatan dan kesehatan kerja. Yogyakarta: Pustaka

Baru.

Sitorus, M & Sutiani, A. (2013). Laboratorium kimia pengelolaan dan

manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Pemerintah Republik Indonesia. (1970). Keselamatan kerja. Jakarta: Anonim.

Pemerintah Republik Indonesia. (2001). Pengelolaan bahan berbahaya dan

beracun. Jakarta: Anonim.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Lampiran 1. Lembar Observasi terhadap Bahan Kimia yang digunakan di

Laboratorium

1. Nama Bahan: Ammonium heptamolybdate

No. Hal yang Perlu Diamati

Ada Sesuai

Ya Tidak Ya Tidak

1. Identitas Bahan.

2. Identifikasi Bahaya.

3. Tindakan P3K.

4. Tindakan Penanggulangan

Kebakaran.

5. Tindakan Terhadap tumpahan dan

Kebocoran:

a. Batasi daerah tumpahan.

b. Kumpulkan tumpahan

dengan kertas atau tissue.

c. Bersihkan bagian badan

yang terkena bahan ini

dengan air.

6. Peyimpanan dan Penanganan

Bahan:

a. Wadah penyimpanan harus

tertutup rapat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

7. Pengendalian Pemajanan dan Alat

Pelindung Diri:

a. Tidak makan dan minum

sewaktu menangani

pekerjaan.

b. Melakukan praktik

kebersihan diri setelah

menggunakan bahan ini,

khususnya sebelum makan

dan minum.

c. Gunakan APD:

1. Kaca mata pelindung.

2. Masker.

3. Sarung tangan karet.

4. Pakaian kerja analis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

2. Nama Bahan: Coustic Soda

No. Hal yang Perlu Diamati

Ada Sesuai

Ya Tidak Ya Tidak

1. Identitas Bahan.

2. Identifikasi Bahan.

3. Tindakan P3K:

a. Jika kulit yang terkena

bahan segera siram dengan

air terus menerus paling

sedikit selama 15 menit

jika kulit yang terkena

masih terasa licin,

lanjutkan penyiraman

sampai kulit tidak terasa

licin lagi.

b. Mata yang terkena caustic

segera buka lebar kelopak

mata dan siram dengan air

terus menerus paling

sedikit 15 menit, segera

korban dibawa ke dokter.

c. Jika caustic tertelan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

korban masih sadar segera

berikan minuman.

4. Tindakan Penanggulangan

Kebakaran:

a. Kebakaran kecil dapat

dipadamkan dengan bubuk

kimia atau CO2.

b. Kebakaran besar dapat

dipadamkan dengan air

tetapi harus hati-hati sebab

dapat menimbulkan panas

(pemadaman api jarak

jauh).

5. Tindakan Terhadap tumpahan dan

Kebocoran:

a. Mengambil tumpahan zat

padat dengan

menggunakan APD untuk

digunakan lagi.

b. Larutan yang tumpah dapat

bersihkan dengan

semprotan air dan jangan

menyentuh bahan baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

dalam bentuk padatan

maupun larutan.

6. Peyimpanan dan Penanganan

Bahan:

a. Penanganan harus

dilakukan dengan hati-

hati.

b. Pengenceran dilakukan

dengan menambahkan

caustic sedikit demi

sedikit ke dalam air dingin

sambil dilakukan

pengadukan bukan

sebaliknya.

c. Segera melokalisir caustic

yang tumpah.

a. Bila mungkin ambil

kembari tumpahan dengan

air, netralisir sisa bahan

dengan asam lemak

sampai pH 6-7 dan buang

ke unit pengolahan

limbah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

7. Pengendalian Pemajanan dan Alat

Pelindung Diri:

a. Tidak merokok, makan,

dan, minum di lokasi

penanganan caustic.

b. Cuci bersih bagian tubuh

setelah melakukan

penanganan caustic.

c. Gunakan:

1. Kaca mata pelindung.

2. Pelindung muka.

3. Sarung tangan karet.

4. Sepatu karet.

5. Baju analis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

3. Nama Bahan: Ethanol

No. Hal yang Perlu Diamati

Ada Sesuai

Ya Tidak Ya Tidak

1. Identitas Bahan.

2. Identifikasi Bahaya.

3. Tindakan P3K:

a. Jika pekerja menghirup

bahan, maka sekgera bawa

ke tempat udara segar.

b. Jika kontak terhadap kulit

dan mata maka segera cuci

dengan air bersih.

c. Jika bahan terlelan makan

beri minum banyak air

untuk pengenceran atau

norit untuk penyerapan.

4. Tindakan Penanggulangan

Kebakaran.

5. Tindakan Terhadap tumpahan dan

Kebocoran:

a. Batasi daerah bahayanya.

b. Hindari dari sumber api.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

d. Bersihkan tumpahan

dengan tissue atau kain

yang mudah menyerap.

6. Peyimpanan dan Penanganan

Bahan:

a. Tempat atau wadah harus

tertutup rapat.

b. Ruangan berventilasi serta

bebas dari api terbuka,

percikan api atau panas.

c. Hindari reaksi eksplosif

dengan oksidator, asam

sulfat, asam nitrat, perak

nitrat, magnesium

perklorat, perak oksida,

amonia atau hidrasin.

7. Pengendalian Pemajanan dan Alat

Pelindung Diri:

a. Tidak merokok dalam

ruangan.

b. Lakukan praktik

kebersihan setelah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

4. Nama Bahan: Iso Hexan

menggnakan bahan ini.

c. Gunakan APD:

1. Kaca mata pelindung.

2. Masker.

No. Hal yang Perlu Diamati

Ada Sesuai

Ya Tidak Ya Tidak

1. Identitas Bahan.

2. Identifikasi Bahaya.

3. Tindakan P3K:

a. Jika terhirup segera

singkirkan sumber

kontaminan dan bawa

korban ke tempat udara

segar dan bantu pernafasan

buatan atau oksigen jika

diperlukan.

b. Jika terkena mata yaitu cuci

mata dengan air mengalir

selama 20 menit.

c. Jika terkena kulit yaitu cuci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

dengan air dan tanggalkan

pakaian yang

terkontaminasi.

d. Jika tertelan maka segera

bawa ke dokter bila

muntah.

4. Tindakan Penanggulangan

Kebakaran:

a. Segera padamkan api

dengan APAR seperti

karbondioksida, bubuk

kimia busa dan halon.

b. Pemadaman api dengan air

tidak disarankan karena

dapat membesarkan api.

c. Gunakan air untuk

mendinginkan wadah

terbakar.

5. Tindakan Terhadap tumpahan dan

Kebocoran:

a. Membatasi daerah

tumpahan dan kebocoran

dari sumber penyalaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 120: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

b. Kutip tumpahan bahan

tersebut dengan cara

mencelupkan kain dan

diperas.

c. Bersihkan bagian badan

yang terkena bahan ini

dengan air.

6. Peyimpanan dan Penanganan

Bahan:

a. Penyimpanan bahan harus

di truangan uang

berventilasi.

b. Jauh dari panas atau api.

c. Wadah penyimpanan bahan

tertutup rapat.

d. Wadah logam harus ada

grounding.

e. Menyediakan larangan

merokok di area kerja.

7. Pengendalian Pemajanan dan Alat

Pelindung Diri:

a. Tidak makan dan minum

sewaktu menangani

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 121: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

5. Nama Bahan: Kalium Hydroxide

pekerjaan.

b. Lakukan praktik-praktik

kebersihan diri setelah

menggunakan bahan ini

khususnya sebelum makan

dan minum.

c. Gunakan APD:

1. Kaca mata pelindung.

2. Masker.

3. Sarung tangan karet.

4. Pakaian kerja analis.

No. Hal yang Perlu Diamati

Ada Sesuai

Ya Tidak Ya Tidak

1. Identitas Bahan.

2. Identifikasi Bahaya.

3. Tindakan P3K.

4. Tindakan Penanggulangan

Kebakaran.

5. Tindakan Terhadap tumpahan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 122: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Kebocoran:

a. Membatasi daerah

tumpahan bahan.

b. Serap menggunakan kertas

bekas atau tissue, kemudian

masukkan ke suatu wadah

tambahkan sejumlah air

dan buang campuran

tersebut ke air mengalir.

6. Peyimpanan dan Penanganan

Bahan:

a. Menyimpan bahan di

wadah yang tertutup rapat.

7. Pengendalian Pemajanan dan Alat

Pelindung Diri:

a. Tidak makan dan minum di

daerah kerja.

b. Melakukan praktik-praktik

kebersihan diri setelah

mengggunakan bahan,

khusunya sebelum makan

dan minum.

c. Gunakan APD:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 123: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

6. Nama Bahan: P1 alkalinity tab

1. Kacamata pelindung.

2. Sarung tangan kedap

air.

No. Hal yang Perlu Diamati

Ada Sesuai

Ya Tidak Ya Tidak

1. Identitas Bahan.

2. Identifikasi Bahan.

3. Tindakan P3K.

4. Tindakan Penanggulangan

Kebakaran.

5. Tindakan Terhadap tumpahan dan

Kebocoran:

a. Batasi daerah tumpahan,

hindari dari tercecer atau

tumpahan bahan.

b. Kutip tumpahan bahan ini

dengan kertas atau tissue,

kemudian masukkan ke

suatu wadah.

c. Bersihkan bagian badan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 124: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

yang terkena bahan dengan

air.

6. Peyimpanan dan Penanganan

Bahan:

a. Simpan bahan di tempat

atau wadah penyimpanan

tertutup rapat.

7. Pengendalian Pemajanan dan Alat

Pelindung Diri:

b. Tidak makan dan minum

sewaktu menangani

pekerjaan.

c. Melakukan praktik

kebersihan diri setelah

menggunakan bahan,

khususnya sebelum makan

dan minum.

d. Gunakan APD:

1. Kaca mata pelindung.

2. Masker.

3. Sarung tangan karet.

4. Pakaian kerja analis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 125: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

7. Nama Bahan: Sulfuric Acid

No. Hal yang Perlu Diamati

Ada Sesuai

Ya Tidak Ya Tidak

1. Identitas Bahan.

2. Identifikasi Bahaya.

3. Tindakan P3K:

a. Bilas segera dengan air

yang banyak selama 15

menit dengan kelopak mata

terbuka, bila berlanjut

hubungi dokter.

b. Jika terkena kulit yaitu

bilas segera dengan air

yang banyak selama 15

menit dan segera diobati.

c. Tindakan P3K terhadap

pernafasan yaitu dengan

berpindah ke daerah

terbuka.

d. Berikan gas O2 jika sulit

bernafas, jika nafas terhenti

segera selimuti dan hubungi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 126: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

dokter.

e. Jika terkena pakaian segera

cuci dengan air yang

banyak, lepaskan pakaian

dan sepatu yang sudah

parah terkontasimasi.

4. Tindakan Penanggulangan

Kebakaran:

a. Disediakan informasi

bahwa bahan tidak mudah

terbakar, tetapi asam pekat

bersifat oksidator yang

dapat menimbulkan

kebakaran bila kontak

dengan zat organick seperti

gula, selulosa, dan lain-lain.

b. Bahaya ledakan dapat

timbul akibat kelebihan

pengeluaran gas hydrogen

akibat terkena panas yang

berlebihan.

c. Bahan dapat mengalami

penguraian bila terkena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 127: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

panas, mengeluarkan SO2

asam encer bereaksi dengan

logam menghasilkan gas

hydrogen yang eksplosif

bila kena nyala atau panas.

5. Tindakan Terhadap tumpahan dan

Kebocoran:

a. Menutup area tumpahan

dengan pasir dan tanah.

b. Pindahkan asam ke tempat

yang kosong dan cuci area

yang bocor dengan air.

6. Peyimpanan dan Penanganan

Bahan:

a. Tempat penyimpanan harus

berventilasi.

7. Pengendalian Pemajanan dan Alat

Pelindung Diri:

a. Melakukan praktik

kebersihan diri.

b. Gunakan APD:

1. pelindung pernafasan.

2. Sarung tangan karet.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 128: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

8. Nama Bahan: Tablet Hardnnes

3. Kacamata pelindung

4. Baju pelindung.

5. Sepatu boot.

6. Helm.

No. Hal yang Perlu Diamati

Ada Sesuai

Ya Tidak Ya Tidak

1. Identitas Bahan.

2. Identifikasi Bahaya.

3. Tindakan P3K.

4. Tindakan Penanggulangan

Kebakaran.

5. Tindakan Terhadap tumpahan dan

Kebocoran:

a. Membatasi daerah

tumpahan.

b. Kutip tumpahan bahan ini

dengan kertas atau tissue

masukan ke suatu wadah.

c. Bersihkan bagian badan

yang terkena bahan ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 129: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

dengan air.

6. Peyimpanan dan Penanganan

Bahan:

a. Tempat atau wadahnya

harus tertutup rapat.

7. Pengendalian Pemajanan dan Alat

Pelindung Diri:

a. Tidak makan dan minum

sewaktu menangani

pekerjaan.

b. Lakukan praktik-praktik

kebersihan diri setelah

menggunakan bahan ini,

khususnya sebelum makan

dan minum.

c. Gunakan APD:

1. Kaca mata pelindung.

2. Masker.

3. Sarung tangan karet.

4. Pakaian kerja analis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 130: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

9. Nama Bahan: Thimol Blue

No. Hal yang Perlu Diamati

Ada Sesuai

Ya Tidak Ya Tidak

1. Identitas Bahan.

2. Identifikasi Bahaya.

3. Tindakan P3K:

a. Bila terkena tangan atau

anggota tubuh segera

dicuci dengan air sampai

warnanya hilang.

4. Tindakan Penanggulangan

Kebakaran.

5. Tindakan Terhadap tumpahan dan

Kebocoran:

a. Batasi daerah tumpahan.

b. Kutip tumpahan bahan ini

dengan kertas atau tissue

lalu masukan ke suatu

wadah.

c. Bersihkan bagian badan

yang terkena bahan ini

dengan air.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 131: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

6. Peyimpanan dan Penanganan

Bahan:

a. Tempat atau wadahnya

harus tertutup rapat.

7. Pengendalian Pemajanan dan Alat

Pelindung Diri:

a. Tidak makan dan minum

sewaktu menangani

pekerjaan.

b. Lakukan praktik-praktik

kebersihan diri setelah

menggunakan bahan ini,

khususnya sebelum makan

dan minum.

c. Gunakan APD:

1. Kacamata

pelindung.

2. Sarung tangan

karet.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 132: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

8. Nama Bahan: Trinatrium Citrate

No. Hal yang Perlu Diamati

Ada Sesuai

Ya Tidak Ya Tidak

1. Identitas Bahan.

2. Identifikasi Bahaya.

3. Tindakan P3K:

a. Jika terjadi kontak kulit segera

cuci dengan air mengalir.

b. Jika terjadi kontak mata segera

basuh mata secara menyeluruh

selama beberapa menit.

c. Jika bahan tertelan segera

hubungi dokter.

4. Tindakan Penanggulangan

Kebakaran.

5. Tindakan Terhadap tumpahan dan

Kebocoran:

a. Batasi area tumpahan,

hindari dari tercecer atau

tumpahan bahan ini.

b. Kutip tumpahan bahan ini

dengan kertas atau tisu lalu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 133: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

masukan ke suatu wadah.

6. Peyimpanan dan Penanganan

Bahan:

a. Tempat penyimpanan harus

tertutup rapat.

7. Gunakan APD:

a. Jangan makan dan minum

saat menangani pekerjaan

ini.

b. Melakukan praktik

kebersihan diri.

d. APD yang digunakan:

1. Kacamata

2. Masker

3. Sarung tangan karet

4. Pakaian kerja analis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 134: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Lampiran 2. Dokumentasi Foto

1. Gambar Bahan Kimia yang digunakan di Laboratorium PKS Kebun Tanah

Putih.

Gambar 1. Alkalinity P

Gambar 2. Sulfuric Acid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 135: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Gambar 3. Kalium Hidroxide

Gambar 4. Hardness LR

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 136: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Gambar 5. Ammonium Heptamolybdate

Gambar 6. hexana dan Alkohol

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 137: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Gambar 7. Thymol Blue

Gambar 8. Natrium Citrat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 138: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

2. Penyimpanan Bahan Kimia

Gambar 9. Lemari Penyimpanan Cairan Mudah Terbakar

Gambar 10. Lemari Asam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 139: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

3. Gambar Alat Pelindung Diri (APD)

Gambar 11. Respirator

Gambar 12. Kacamata Pelindung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 140: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

Gambar 13. Sarung Tangan Karet

Gambar 14. Masker

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 141: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

4. Gambar Alat Pemadam Kebakaran

Gambar 15. APAR Bubuk Kimia

Gambar 16. Semprotan Air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 142: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

5. Gambar Personal Hygiene

Gambar 17. Pekerja yang Melakukan Personal Hygiene

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 143: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 144: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 145: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 146: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 147: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 148: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 149: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 150: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 151: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 152: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 153: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 154: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 155: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 156: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 157: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 158: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 159: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 160: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 161: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 162: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 163: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 164: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 165: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 166: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 167: IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) PADA ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA