IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2500/1/99640209200910141.pdfvi...

97
IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI DI SMA BATIK I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 SKRIPSI Oleh: SITI NUR HALIMAH NIM K 7405013 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Transcript of IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/2500/1/99640209200910141.pdfvi...

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI DI SMA BATIK I SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2008/2009

SKRIPSI

Oleh:

SITI NUR HALIMAH

NIM K 7405013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

ii

Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dalam pembelajaran

ekonomi di SMA Batik I Surakarta tahun ajaran 2008/2009

Oleh:

Siti Nur Halimah

NIM K.7405013

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

HALAMAN PERSETUJUAN

iii

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Skripsi ini telah direvisi sesuai dengan arahan dari Tim Penguji Skripsi

Pembimbing I

Drs. Wahyu Adi, M.Pd

NIP. 19630520 198903 1 005

Pembimbing II

Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd

NIP. 19691229 200501 2 001

iv

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. .......................

Sekretaris : Drs. Sukirman, M.M .......................

Anggota I : Drs. Wahyu Adi, M.Pd. .......................

Anggota II : Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd. .......................

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

v

diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Jumat

Tanggal : 10 Juli 2009

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. .......................

Sekretaris : Drs. Sukirman, M.M .......................

Anggota I : Drs. Wahyu Adi, M.Pd. .......................

Anggota II : Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd. .......................

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

NIP. 19600727198702 1 001

ABSTRAK

vi

Siti Nur Halimah. K7405013. IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI DI SMA BATIK I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Perencanaan pembelajar-an ekonomi berbasis KTSP di SMA Batik I Surakarta; (2) Pelaksanaan pembelajaran ekonomi berbasis KTSP di SMA Batik I Surakarta ; (3) Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran ekonomi berbasis KTSP di SMA Batik I Surakarta; (4) Upaya-upaya yang dilakukan guna mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran ekonomi berbasis KTSP.

Penelitian berbentuk deskriptif kualitatif dengan menggunakan strategi tunggal terpancang. Sumber data penelitian meliputi : informan, tempat dan peristiwa serta arsip dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan analisis dokumen. Keabsahan data diperoleh melalui cara trianggulasi sumber dan trianggulasi metode dengan menggunakan analisis interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan (1) Perencanaan pembelajaran ekonomi berbasis KTSP meliputi : (a) Pembuatan kalender pendidikan (b) Program tahunan (c) Program semester (d) Alokasi waktu (e) Silabus (f) RPP. (2) Pelaksanaan pembelajaran ekonomi berbasis KTSP dilakukan dalam proses pembelajaran dan penilaian. Dalam proses pembelajaran dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu pendahuluan yang berupa apersepsi dan pengkondisian kelas, tahap kedua berupa inti yaitu penyampaian materi dan konfirmasi, serta tahap ketiga yaitu penutup yang biasanya berupa pemberian tugas kepada siswa. Guru ekonomi di SMA Batik I Surakarta telah menggunakan metode dan media pembelajaran yang beragam yang disesuaikan dengan materi yang disampaikan. Sedangkan penilaian pada pembelajaran ekonomi diambil dari nilai tugas, nilai ulangan harian, nilai ulangan tengah semester, ulangan semester serta sikap siswa saat proses belajar mengajar termasuk keaktifan siswa di kelas. (4) Hambatan yang masih dihadapi dalam pembelajaran ekonomi berbasis KTSP yaitu materi terlalu banyak, siswa kurang aktif, bertambahnya beban administrasi guru serta beberapa sarana dan prasarana sekolah yang belum dilengkapi. (5) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yaitu guru memberikan materi kepada siswa diprioritaskan materi untuk penjurusan, UAN dan ujian masuk perguruan tinggi, guru memberikan stimulus berupa pertanyaan dan tambahan nilai, pihak sekolah membentuk forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah (MGMPS), Sekolah berusaha melengkapi sarana dan prasarana sekolah.

MOTTO

vi

vii

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka

mengubah keadaan diri mereka sendiri”.

( Q.S. Ar-Ra’d:11 )

”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.

( Q.S. AL-Insyirah: 6-8 )

”Allah tidak akan pernah memberi apa yang kita inginkan, tapi Ia akan memberi apa

yang kita butuhkan ”.

( Penulis )

”Kebahagiaan yang sesungguhnya adalah ketika kita dapat bersyukur atas apa yang

kita dapati. Baik berupa kesedihan ataupun kebahagiaan ”.

( Penulis )

PERSEMBAHAN

viii

Skripsi ini penulis persembahkan sebagai

wujud rasa sayang, cinta kasih dan terima

kasih penulis kepada:

1. Rabb, atas segala kenikmatan yang

Engkau berikan

2. Ibu dan Bapak tercinta yang telah

mencurahkan segala cinta dan kasih

sayangnya.

3. Mbak Atik yang selalu sabar

membimbingku

4. Bu Sonyi, Pak Gito, dan Darus

keluarga baruku yang selalu

memberikan semangat

5. Seluruh saudara dan sahabatku yang

telah mewarnai hidupku

6. Almamater

KATA PENGANTAR

ix

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur senantiasa penulis panjatkan

kehadirat Rabb semesta alam, Allah SWT atas curahan rahmat dan nikmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Selama penulisan skripsi ini mulai dari awal sampai akhir, banyak sekali pihak

yang membantu hingga skripsi ini terselesaikan. Untuk itu atas segala bentuk

bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.

3. Drs. Slamet Subagyo, M.Pd, selaku Tim Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun

skripsi.

4. Drs. Sutaryadi, M. Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP

UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

5. Drs. Wahyu Adi, M. Pd. selaku Pembimbing I yang telah dengan sabar

memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Sri Sumaryati, S. Pd, M. Pd. selaku Pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktunya dan dengan sabar membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd dan Drs. Sukirman, M.M selaku ketua dan sekretaris

Tim penguji Skripsi.

8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi BKK Akuntansi FKIP UNS yang telah

membantu penulis dalam pembekalan materi untuk penyusunan skripsi ini.

9. Drs. Literzet Sobri, M.Pd selaku Kepala SMA Batik I Surakarta yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10. Ibu dan Bapak guru ekonomi SMA Batik I Surakarta: Ibu Rastiarsi, S.Pd,

x

Ibu Dra. Suharsih, Ibu Nurjati, S.Pd, Bapak M. Setyo N, S.Pd serta seluruh

keluarga besar SMA Batik I Surakarta yang telah membantu memberikan berbagai

informasi kepada penulis.

11. Ibu dan Bapak serta Mbak Atik tersayang, terima kasih atas dorongan dan doa

yang tak henti-hentinya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Ibu dan Pak Pur yang telah mengijinkan penulis untuk menjadi penghuni kos

”Wisma Kemulyaan” sebagai tempat tinggal selama di Solo.

13. Teman-teman seperjuangan P. Ekonomi ’05: Asih, Dwi, Wulan, Hevi, Bekti,

Deffi, Endah A., Uyun, Anjar, Yuli, Via, Swety, Riska, Istianti, Indah, Nur Indah,

Yanti, Ria, Riah, Zum, Anton, Agus, Latif, Dini, Tika, dan teman-teman Pend.

Akuntansi yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu terima kasih atas

semuanya, banyak hal yang telah kita lalui bersama dan semuanya akan menjadi

kenangan yang indah.

14. Segenap penghuni kos “Wisma Kemulyaan”: Yaya, D’Idut, Mb’Am, Mb’Diah,

D’Widi, Mb’Lina, D’Ayuk, D’Afif, D’Frisa, D’Win, D’Tri, D’Ruhmah, D’Enik,

D’Tika terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya.

15. Teman-teman di Bantul: Mb’Sum, Esti, Mb’Laili, Mb’Isti, Syifa, Ririn, Nurma,

Tari, Ucik, Aan, Wawan, Nicko, Cosa, Septa, terimakasih atas dukungannya.

16. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah

SWT. Amin.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,

namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya

dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.

Surakarta, Juli 2009

Penulis

DAFTAR ISI

xi

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ..................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv

HALAMAN ABSTRAK........................................................................... vi

HALAMAN MOTTO .............................................................................. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... viii

KATA PENGANTAR .............................................................................. ix

DAFTAR ISI................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv

DAFTAR TABEL .................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .............................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................. 7

A. Tinjauan Pustaka................................................................. 7

1. Pendidikan ...................................................................... 7

2. Kurikulum....................................................................... 11

3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ............... 16

4. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ..... 22

5. Pembelajaran................................................................... 29

6. Mata Pelajaran Ekonomi ................................................. 36

B. Penelitian Yang Relevan ..................................................... 37

C. Kerangka Berpikir .............................................................. 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................

xii

A. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................. 40

1. Tempat Peneltian........................................................... 40

2. Waktu Penelitian ........................................................... 40

B. Bentuk dan Strategi Penelitian............................................. 41

1. Bentuk Penelitian .......................................................... 41

2. Strategi Penelitian ......................................................... 42

C. Sumber Data ....................................................................... 42

D. Teknik Sampling................................................................. 44

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 44

F. Validitas Data ..................................................................... 46

G. Analisis Data....................................................................... 47

H. Prosedur Penelitian ............................................................. 49

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 52

A. Deskripsi Lokasi Penelitian................................................. 52

1. Sejarah Berdirinya SMA Batik I Surakarta .................... 52

2. Visi dan Misi SMA Batik I Surakarta ............................ 53

3. Struktur Organisasi SMA Batik I Surakart..................... 54

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ...................................... 58

1. Perencanaan Pembelajaran Berbasis KTSP.................... 58

2. Pembelajaran Ekonomi Berbasis KTSP ......................... 61

3. Penilaian Pembelajaran Ekonomi Berbasis KTSP.......... 64

4. Hambatan Dalam Pelaksanan Pembelajaran Ekonomi

Berbasis KTSP .............................................................. 66

5. Upaya Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Pembelajaran

Ekonomi Berbasis KTSP............................................... 69

C. Temuan Studi Yang Dihubungkan Dengan Kajian Teori ..... 72

1. Perencanaan Pembelajaran Berbasis KTSP.................... 72

2. Pembelajaran Ekonomi Berbasis KTSP ......................... 74

3. Penilaian Pembelajaran Ekonomi Berbasis KTSP.......... 75

4.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................................................................................

xiii

A. Simpulan............................................................................. 77

B. Implikasi ............................................................................. 79

1. Implikasi Teoretis.......................................................... 79

2. Implikasi Praktis ........................................................... 79

C. Saran................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 81

LAMPIRAN ............................................................................................. 83

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Berpikir..................................................................... 39

Gambar 2. Model Analisis Interaktif .......................................................... 49

Gambar 3. Prosedur Penelitian ................................................................... 51

Gambar 4. Struktur Organisasi SMA Batik I Surakarta............................... 54

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................ 41

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.Pedoman Wawancara .............................................................. 84

Lampiran 2.Pedoman Observasi ................................................................. 89

Lampiran 3 Daftar Informan....................................................................... 92

Lampiran 4.Catatan Lapangan.................................................................... 93

Lampiran 5.Contoh Perangkat Pembelajaran .............................................. 123

Lampiran 6.Contoh Format Penilaian ......................................................... 158

Lampiran 7.Daftar Laporan Statistik Pendidikan SMA Batik I Surakarta.... 162

Lampiran 8.Daftar Sarana dan Prasarana SMA Batik I Surakarta ............... 163

Lampiran 9.Denah Lokasi SMA Batik I Surakarta...................................... 164

Lampiran 10.Denah Ruang SMA Batik I Surakarta .................................... 165

Lampiran 11.Jadwal Pelajaran dan Ruang SMA Batik I Surakarta.............. 166

Lampiran 12.Daftar Wali Kelas SMA Batik I Surakarta ............................. 168

Lampiran 13.Pembagian Tugas Mengajar SMA Batik I Surakarta .............. 169

Lampiran 14.Daftar Presensi Guru dan Karyawan SMA Batik I Surakarta.. 171

Lampiran 15. Daftar Hasil Lomba/Kejuaraan SMA Batik I Surakarta......... 176

Lampiran 16. Foto...................................................................................... 182

Lampiran 17.Trianggulasi Sumber dan Metode .......................................... 186

Lampiran 18.Surat Ijin Penelitian ............................................................... 192

Lampiran 19.Surat Keterangan................................................................... 198

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi menuntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu

bersaing dalam dunia kerja. Seseorang yang berkualitas akan mampu bersaing, maju

dan mempertahankan eksistensinya. Pendidikan memegang peranan penting dalam

menghasilkan generasi muda yang berkualitas untuk meneruskan kehidupan bangsa

dan negara di masa yang akan datang. Pemerintah melalui Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003: 2)

menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat,

berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan dan

perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan

budaya. Perubahan yang terus menerus ini menuntut adanya suatu perbaikan kualitas

pendidikan agar sesuai dengan perkembangan jaman. Kualitas pendidikan yang sesuai

dengan perkembangan jaman akan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan sesuai

dengan perkembangan dan tuntutan jaman pula. Beberapa upaya telah dilakukan untuk

meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia antara lain: bantuan pendidikan bagi

siswa kurang mampu, bea siswa bagi siswa berprestasi, pelatihan untuk meningkatkan

kompetensi guru, perbaikan kurikulum dan yang terbaru saat ini adalah adanya

program buku digital/online. Semua itu diharapkan mampu memberikan dampak

positif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.

Kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan

perubahan yang terjadi di masyarakat. Pemerintah terus melakukan perbaikan

xviii

kurikulum di Indonesia, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,

2004. Kemudian tahun 2006 pemerintah melakukan penyempurnaan dengan

mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang mengamanatkan penerapan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah. Kurikulum disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar

Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan yang disusun oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP) serta ketentuan lain yang menyangkut

kurikulum dalam UU No. 20/2003 dan PP No. 19/2005.

Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan

sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan

bernegara. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama,

yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan

pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikan-nya.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum

operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

Sekolah diberi otonomi yang sebesar-besarnya dalam mengembangkan kurikulum.

Pelaksanaan KTSP mulai dilaksanakan di sekolah-sekolah pada tahun ajaran

2006/2007. Dengan KTSP, diharapkan kurikulum yang digunakan dan dikembangkan

sesuai dengan karakteristik siswa, sekolah, dan sosial budaya masyarakat setempat.

Hal ini karena sekolah dianggap lebih mengetahui tentang hal-hal yang perlu

dikembangkan dan cocok untuk siswa.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengembangkan panduan

penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang di dalamnya terdapat

model-model KTSP. Mengacu pada Undang-Undang RI. No. 20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas, Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 tentang SNP, Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

(SI), Permendiknas No. 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan standar isi dan standar

kompetensi lulusan, serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP,

setiap satuan pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kurikulum.

xix

Pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam kurikulum tingkat

satuan pendidikan merupakan tanggung jawab masing-masing satuan pendidikan.

Konsep kurikulum tersebut merupakan upaya konkrit untuk memperbaiki

pembelajaran yang selama ini dirasa masih kurang sempurna dan belum sesuai

dengan kebutuhan serta cita-cita dalam pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan

sekolah yang efektif , produktif dan berprestasi. Selain itu kurikulum tingkat satuan

pendidikan merupakan model belajar dalam bentuk implementasi secara langsung

pada siswa sehingga dapat diketahui bakat /potensi masing-masing siswa dan

berdasarkan teori yang ada siswa dapat menerapkan secara riil dalam kehidupan

sehari-hari dan masyarakat.

Implementasi KTSP menuntut kemampuan sekolah melalui guru untuk

mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, dan

penyusunannya dapat melibatkan instansi yang relevan di daerah setempat, misalnya

instansi pemerintah, swasta, perusahaan dan perguruan tinggi. Pada prinsipnya

pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) membagi peran dan

tanggung jawab masing-masing pelaksana pendidikan di lapangan yang terkait dengan

pelaksanaan kurikulum, pembiayaan dan pengembangan silabus. Sekolah sebagai

ujung tombak pelaksanaan kurikulum dituntut dapat menjalin hubungan dengan

lembaga lain yang terkait baik lembaga pemerintah maupun swasta..

Selama ini kurikulum dibuat dari pusat sehingga menyebabkan sebagian besar

guru belum terbiasa untuk mengembangkan model-model kurikulum yang dibuat

sendiri karena selama ini mereka hanya terpaku pada kurikulum yang dibuat dari

pusat. Kemampuan membina dan mengembangkan kurikulum merupakan tuntutan

profesional guru, sebab tugas guru adalah mengantarkan siswa mencapai tujuan

pendidikan. Oleh karena itu, konsep dan teori tentang pengembangan kurikulum perlu

dimiliki oleh setiap guru. Sebaik apapun kurikulum yang dibuat bila tidak diikuti

dengan pemahaman dan kemampuan dalam mengembangkan kurikulum maka

kurikulum tersebut tidak akan tepat sasaran. ”Dalam rangka menyukseskan KTSP

diperlukan kemandirian guru, terutama dalam melaksanakan, menyesuaikan, dan

xx

mengadaptasi KTSP tersebut dalam pembelajaran di kelas”. (E. Mulyasa, 2007: 39).

Tantangan besar yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan KTSP

(Yuwana, 2008) yaitu tantangan bidang pengelolaan kurikulum (guru sebagai

administrator), bidang pelaksanaan pembelajaran dan bidang penilaian. Dalam

menghadapi tantangan akan sangat tergantung pada profesionalisme guru. Guru

profesional adalah guru yang dapat menyelenggarakan proses pembelajaran dan

penilaian yang menyenangkan bagi siswa dan guru, sehingga dapat mendorong

tumbuhnya kreativitas pada diri siswa.

Pada bidang pembelajaran diharapkan guru dapat menentukan model

pembelajaran yang tepat sehingga dapat menarik minat siswa terhadap pelajaran.

Model pembelajaran ekonomi diharapkan mampu memberikan makna pelajaran

ekonomi kepada siswa. Melalui model yang tepat diharapkan siswa tidak hanya dapat

pengetahuan ekonomi, namun juga mampu memberikan kesan yang mendalam pada

siswa, sehingga dapat mendorong siswa untuk meng-implementasikan konsep nilai-

nilai ekonomi dalam kehidupan sehari-sehari, karena materi pelajaran ekonomi sangat

relevan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari.

Sebagai salah satu sekolah swasta, SMA Batik I Surakarta telah menerapkan

KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan telah diberlakukan bagi semua kelas

yaitu kelas X, XI, serta kelas XII. Pelaksanaan KTSP di SMA Batik I Surakarta

idealnya harus dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan di dalam

silabus , di mana silabus yang dibuat harus sesuai dengan tujuan masing-masing mata

pelajaran. Akan tetapi, pada kenyataannya pelaksanaan KTSP di SMA Batik I

Surakarta masih mengalami beberapa permasalahan yaitu masih kurangnya upaya

guru dalam mengembangkan program terutama dalam upaya menciptakan suasana

pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Bagi guru-guru yang telah mengajar

selama berpuluh-puluh tahun telah terpola cara mengajarnya. Sebagian tersentral pada

dirinya tanpa melibatkan siswa, sebagian lagi terlalu serius mengajar sehingga siswa

kadang merasa bosan saat proses belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji

lebih dalam mengenai“Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

xxi

(KTSP) Dalam Pembelajaran Ekonomi di SMA Batik I Surakarta Tahun Ajaran

2008/2009”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, yang telah diuraikan di atas maka dapat

dirumuskan masalah yang diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran ekonomi berbasis KTSP di SMA Batik I

Surakarta?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran ekonomi berbasis KTSP di SMA Batik I

Surakarta?

3. Hambatan-hambatan apa sajakah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran

ekonomi berbasis KTSP di SMA Batik I Surakarta?

4. Upaya-upaya apa sajakah yang dilakukan guna mengatasi hambatan-hambatan

yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP di SMA Batik I

Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas maka penelitian ini

bertujuan:

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran ekonomi berbasis KTSP di SMA

Batik I Surakarta.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran ekonomi berbasis KTSP di SMA

Batik I Surakarta.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran

ekonomi berbasis KTSP di SMA Batik I Surakarta.

4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guna mengatasi hambatan-

hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran ekonomi berbasis KTSP

di SMA Batik I Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

xxii

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk menambah dan

mengembangkan wawasan tentang pendidikan khususnya tentang Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada pembelajaran ekonomi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah, diharapkan dapat memberi masukan bagi sekolah mengenai

pentingnya pelaksanaan KTSP.

b. Bagi guru, diharapkan memberikan masukan bagi guru untuk dapat

melaksanakan KTSP sehingga dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar

yang demokratis , efektif dan kondusif.

c. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti

tentang KTSP.

xxiii

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan dalam arti luas menurut S. Nasution (2004: 10) meliputi

semua perbuatan dan usaha yang bertalian erat dengan transmisi pengetahuan,

sikap, kepercayaan, pengalaman, kecakapan, ketrampilan, dan aspek-aspek

kelakuan lainnya kepada generasi muda sebagai usaha melanjutkan eksistensi, dan

kelangsungan hidupnya. Dalam pengertian sempit menurut Henderson dalam

Redja Mudyahardjo (2001: 61-62), education atau pendidikan berarti sebagai

proses pertumbuhan dan perkembangan melalui pelatihan, pengajaran, dan

inspirasi untuk memperoleh pengetahuan dan mengembangkan intelegensinya.

Menurut Sumadi Suryabrata (1990), ”Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik)

untuk dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik ke

kedewasaan”. Sedangkan Redja Mudyahardjo (2001: 59) mendefinisikan

pendidikan sebagai kegiatan bimbingan, pengajaran dan/ atau latihan yang

berlangsung seumur hidup untuk mempersiapkan peserta didik memainkan

peranannya yang tepat dan konstruktif dalam berbagai lingkungan hidupnya di

masa yang akan datang.

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional

Bab I Pasal 1:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

Ciri/unsur umum pendidikan menurut M.Djumransjah (2006:28) : 7

xxiv

1) Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya, baik sebagai seorang individu maupun sebagai warga negara atau warga masyarakat.

2) Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha yang disengaja dan terencana untuk memilih isi/bahan materi, strategi kegiatan dan teknik penilaian yang sesuai

3) Kegiatan tersebut dapat diberikan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, berupa pendidikan jalur sekolah (formal) dan pendidikan jalur luar sekolah (informal dan non formal)

Menurut beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah suatu proses pembentukan secara sadar dan terencana agar peserta didik

memiliki kecakapan secara intektual dan emosional yang diperlukan bagi dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara melalui kegiatan pengajaran, pelatihan, dan

inspirasi. Pendidikan pada hakekatnya bertujuan untuk mengubah tingkah laku

sasaran pendidikan. Produk yang ingin dihasilkan oleh suatu proses pendidikan

adalah berupa lulusan yang memiliki kemampuan melaksanakan peranannya di

masa yang akan datang, baik bagi dirinya sendiri, masyarakat, maupun bagi bangsa

dan negara.

b. Tujuan Pendidikan

Pada dasarnya tujuan pendidikan menurut Soekidjo Notoadmodjo (2003:

41) adalah suatu deskripsi dari pengetahuan, tindakan, sikap, penampilan dan

sebagainya yang diharapkan akan dimiliki sasaran pendidikan pada periode

tertentu. Maksud ditetapkannya tujuan pendidikan adalah untuk memudahkan dan

mengarahkan penyusunan kurikulum. Tujuan pendidikan adalah rumusan pada

tingkah laku yang lazimnya dirumuskan dalam kategori pengetahuan, kecerdasan,

sikap, ketrampilan yang diharapkan untuk dimiliki oleh sasaran pendidikan setelah

menyelesaikan program pendidikan (Soekidjo Notoadmodjo, 2003: 42).

Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan yang hendak dicapai oleh

sistem pendidikan nasional. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyebutkan

tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

xxv

kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pesarta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan institusional adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu

lembaga pendidikan atau satuan pendidikan tertentu, terdiri dari tujuan umum dan

tujuan khusus. Tujuan umum menunjuk pada pengembangan warga negara yang

baik, sedangkan tujuan khusus meliputi pengembangan aspek-aspek pengetahuan,

ketrampilan, sikap, dan nilai. Dalam tujuan institusional dirumuskan secara jelas

kemampuan-kemampuan atau tingkah laku secara khusus berbeda dengan lulusan

suatu lembaga pendidikan yang lain, baik yang sederajat maupun yang sejenis.

Dari tujuan institusional ini akan tergambar tingkat dan jenis kemampuan yang

diharapkan dari seorang lulusan. Dari sini dapat dianalisis jenis pengetahuan,

keterampilan, dan sikap seorang lulusan yang akan dihasilkan oleh lembaga

pendidikan yang bersangkutan. Kriteria untuk menyusun tujuan intitusional ini

adalah jelas, dapat dengan mudah diobservasi, dan realistis.

Tujuan instruksional adalah tujuan yang dirumuskan dan diharapkan

dapat dicapai dengan pengajaran tertentu sebagai jembatan atau alat untuk

mempermudah pemilihan bahan-bahan pelajaran yang dirumuskan dalam bentuk

yang lebih khusus yaitu taraf instruksional. Kriteria untuk menyusun tujuan

instruksional yaitu harus spesifik, logis, relevan, konkrit, dan dapat diukur.

c. Jalur Pendidikan

Menurut DR.Philip H.Coombs dalam Soelaiman Joesoef (1999:16)

pendidikan dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Pendidikan in formal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar , sejak seseorang lahir sampai mati.

2) Pendidikan formal yang dikenal dengan pendidikan sekolah yang teratur, bertindak, dan mengikuti syarat- syarat yang jelas dan ketat.

xxvi

3) Pendidikan non formal, ialah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat.

Pengertian pendidikan formal, nonformal, dan informal menurut

wikipedia bahasa Indonesia ( dimuat dalam http://id.wikipedia.org) adalah :

1) Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-

sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan

yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai

pendidikan tinggi.

2) Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan lanjutan.

Pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan

fungsional, dan keaksaraan lanjutan paling banyak ditemukan dalam

Pendidikan Usia Dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran (TPA), maupun

Pendidikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA) serta program

paket A (setara SD), paket B (setara B) adalah merupakan pendidikan dasar.

Pendidikan lanjutan meliputi program paket C (setara SLA), kursus,

pendidikan vokasi, latihan keterampilan lain baik dilaksanakan secara

terorganisasi maupun tidak terorganisasi. Pendidikan nonformal mengenal pula

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai pangkalan program yang

dapat berada di dalam satu kawasan setingkat atau lebih kecil dari

kelurahan/desa. PKBM dalam istilah yang berlaku umum merupakan padanan

dari Community Learning Center (CLC) yang menjadi bagian komponen dari

Community Center.

3) Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

2. Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Kurikulum menurut Redja Mudyahardjo (2001: 358) adalah

xxvii

seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Menurut S. Nasution (1999: 5) kurikulum adalah” Suatu rencana yang disusun

untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung

jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya”. Berdasarkan

Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

kurikulum adalah ”Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Sedangkan

menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nomor: 725/Mendik/SK/V/2003 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Pendidikan, kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta

metode yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan

pembelajaran.

Berdasarkan pengertian kurikulum di atas maka penulis menyimpulkan

bahwa pengertian kurikulum adalah suatu rancangan yang berisikan pengaturan

tentang tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan dalam

penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan

sesuai yang diharapkan.

b. Komponen-komponen Kurikulum

Menurut Oemar Hamalik (2006: 23), ”Kurikulum sebagai suatu sistem

keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu

dengan yang lainnya yaitu tujuan, materi, metode, organisasi, dan evaluasi”.

Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut:

1) Tujuan

Tujuan di dalam kurikulum suatu sekolah ada dua jenis, yaitu tujuan yang

ingin dicapai sekolah secara keseluruhan dan tujuan yang ingin dicapai dalam

setiap bidang studi.

2) Materi

Materi merupakan bahan pengajaran yang ditetapkan atas dasar

xxviii

tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam bidang studi yang bersangkutan.

3) Metode

Metode adalah cara penyampaian materi pelajaran dalam upaya mencapai

tujuan kurikulum. Saat ini keaktifan siswa lebih ditekankan dibandingkan

dengan keaktifan pendidik yang bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing

bagi siswa.

4) Organisasi

Setiap kurikulum mengandung unsur organisasi dan strategi. Organisasi yaitu

bahwa suatu kurikulum menggunakan struktur horizontal dan vertikal. Struktur

horizontal yaitu dalam bentuk mata pelajaran yang secara terpisah, kelompok

mata pelajaran dan kesatuan program. Struktur vertikal yaitu dilaksanakan

melalui sistem kelas, sistem tanpa kelas dan kombinasi antar sistem.

Sedangkan strategi pelaksanaan kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh

di dalam melaksanakan pengajaran, penilaian, bimbingan dan penyuluhan serta

cara dalam mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan.

5) Evaluasi

Dengan evaluasi akan diperoleh informasi yang akurat tentang

penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan

informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri,

pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu dilakukan.

c. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua

pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Kurikulum disusun

oleh para ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat

pendidikan, serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Suatu kurikulum diharapkan

memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan

siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan

masyarakat. Adapun prinsip pengembangan kurikulum menurut Nana Syaodih

Sukmadinata (2006: 150) adalah:

1) Prinsip-Prinsip Umum

xxix

a) Prinsip Relevansi

Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevansi

ke luar dan relevansi ke dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar

maksudnya tujuan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Kurikulum

menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja di masyarakat. Kurikulum

juga harus memiliki relevansi ke dalam yaitu ada kesesuaian atau

konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses

penyampaian, dan penilaian.

b) Prinsip Fleksibilitas

Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur dan fleksibel. Suatu kurikulum

yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam

pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian

berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang

anak.

c) Prinsip Kontinuitas

Perkembangan dan proses belajar anak harus berlangsung secara

berkesinambungan, tidak terputus-putus dan tidak berhenti-henti.

Pengembangan kurikulum perlu dilaksanakan secara serempak bersama-

sama, perlu ada komunikasi dan perlu kerja sama antara para pengembang

kurikulum sekolah dasar sampai SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

d) Prinsip Praktis

Kurikulum hendaknya memiliki sifat praktis, mudah dilaksanakan,

menggunakan alat sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga

bisa disebut prinsip efisiensi.

e) Prinsip Efektivitas

Walaupun kurikulum memiliki sifat murah dan sederhana, tetapi

keberhasilannya tetap harus diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan

kurikulum ini harus baik secara kuantitas maupun kualitas.

2) Prinsip-Prinsip Khusus

a) Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan.

Tujuan menjadi pusat atau arah kegiatan pendidikan, karena itu

xxx

perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada

tujuan pendidikan.

b) Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan.

Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang

telah yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu

mempertimbangkan beberapa hal:

(1) Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk

perbuatan hasil belajar yang khusus.

(2) Isi bahan pembelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan

keterampilan.

(3) Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan

sistematis.

c) Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar.

Pemilihan proses belajar mengajar hendaknya memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

(1) Apakah metode/teknik belajar mengajar yang digunakan cocok untuk

mengajarkan bahan pelajaran?

(2) Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi

sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?

(3) Apakah metode/teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang

bertingkat-tingkat?

(4) Apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk

mencapai tujuan kognitif, afektif dan psikomotor?

(5) Apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa, atau

mengaktifkan guru atau kedua-duanya?

(6) Apakah metode/teknik tersebut mendorong berkembangnya

kemampuan baru?

d) Prinsip berkenaan dengan pemilihan alat dan media pengajaran.

Proses belajar mengajar hendaknya perlu didukung oleh penggunaan media

dan alat bantu pengajaran yang tepat:

(1) Alat/media pengajaran apa yang diperlukan.

xxxi

(2) Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan:

bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaannya, dan

waktu pembuatan?

(3) Bagaimana pengorganisasian alat dan bahan pelajaran, apakah dalam

bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?

(4) Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?

(5) Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.

e) Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian

Penilaian merupakan bagian integral dari pengajaran:

(1) Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-

langkah sebagai berikut:

Rumusan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Uraikan ke dalam bentuk tingkah

laku murid yang dapat diamati. Hubungkan dengan bahan pelajaran,

tuliskan butir-butir tes.

(2) Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan beberapa

hal:

(a) Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang

akan ditest?

(b) Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan test?

(c) Apakah test tersebut berisi uraian atau objektif?

(d) Berapa banyak butir test perlu disusun?

(3) Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

(a) Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil test?

(b) Apakah digunakan formula quessing?

(c) Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?

(d) Skor standar apa yang digunakan?

3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

xxxii

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bagi para guru cukup menjadi

beban, karena kurikulum ini harus dibuat oleh guru pada setiap satuan pendidikan

yang diimplementasikan dalam pembelajaran. Bagi sekolah atau daerah yang belum

siap, guru akan menjadi bingung, kepala sekolah menjadi resah, dan pengawas pun

merasa was-was. Dengan KTSP, kurikulum yang disusun harus disesuaikan dengan

kondisi masing-masing daerah yang memungkinkan untuk memberikan porsi muatan

lokal yang lebih besar. Landasan yang digunakan dalam pelaksanaan KTSP yaitu:

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan

3) Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

4) Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

5) Permendiknas No. 24/2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan

23/2006

a. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Pasal 1 ayat 15 Standar Nasional Pendidikan seperti yang dikutip oleh E.

Mulyasa (2007: 29) menyatakan bahwa ”KTSP merupakan kurikulum operasional

yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan”.

Sedangkan pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menurut

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas adalah kurikulum operasional yang disusun

dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP

dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan pada

standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan

Standar Pendidikan Nasional (BSNP).

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan, potensi, dan karakteristik daerah,

serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik. Pengembangan KTSP

dan silabusnya dilakukan oleh sekolah dan komite sekolah dengan berlandaskan

pada kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan. Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk program studi di perguruan

xxxiii

tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh perguruan tinggi dengan mengacu pada

Standar Nasional Pendidikan.

Penerapan KTSP antara lain bertujuan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan

kurikulum, mengelola, dan memberdayakan potensi yang ada. Dengan KTSP

dimaksudkan agar terjadi peningkatan kepedulian warga sekolah dan masyarakat

dalam pengembangan kurikulum melalui kesepakatan dan pengambilan keputusan

bersama. Dengan KTSP diharapkan dapat meningkatkan kompetisi yang sehat

antar satuan pendidikan yang berkaitan dengan kualitas hasil yang akan dicapai.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat M. Joko Susilo (2007: 12) yang

menyatakan bahwa, “KTSP merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi

pada sekolah untuk menetukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan

mutu, dan efisiensi pendidikan agar dapat memodifikasikan keinginan masyarakat

setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, industri

dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik”.

b. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara umum diterapkan

dengan tujuan untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan

melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan

mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif

dalam pengembangan kurikulum. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan M. Joko

Susilo (2007: 13): ”Tujuan utama KTSP adalah memandirikan dan

memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan

disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan”. Secara

khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:

1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah

dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber

daya yang tersedia.

2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

xxxiv

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

3) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas

pendidikan yang akan dicapai.

c. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu

bentuk realisasi kebijakan desentralisasi di bidang pendidikan agar kurikulum

benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengembangan potensi peserta didik di

sekolah yang bersangkutan di masa sekarang dan yang akan datang dengan

mempertimbangkan kepentingan lokal, nasional dan tuntutan global dengan

semangat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Kurikulum itu sendiri dapat

dikatakan sesuai dengan kurikulum konseptual karena komponen yang ada dalam

KTSP sesuai dengan teori kurikulum konseptual tersebut. Adapun komponen

KTSP menurut Ir. Ilham H. Manangkasi. MT. APU, 2007

/(http://www.dikmenum.go.id, diakses 13 Maret 2009) adalah sebagai berikut:

1) Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

Menurut pendapat Helgeson seperti yang dikutip E. Mulyasa (2007:

176):”Visi merupakan penjelasan tentang rupa yang seharusnya dari suatu

organisasi kalau ia berjalan dengan baik. Dari definisi tersebut maka visi

sekolah merupakan gambaran sekolah yang dicita-citakan di masa depan.

Visi sekolah berisi rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan di

masa yang akan datang. Visi sekolah harus berorientasi pada tujuan

pendidikan dasar dan tujuan pendidikan nasional sedangkan misi sekolah

merupakan tindakan strategis yang akan dilaksanakan untuk mencapai visi

sekolah. Adapun visi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu:

a) Berorientasi ke depan

b) Dikembangkan bersama oleh seluruh warga sekolah

c) Merupakan perpaduan antara langkah strategis dan sesuatu yang dicita-

citakan

d) Dinyatakan dalam kalimat yang padat bermakna

xxxv

e) Dapat dijabarkan ke dalam tujuan dan indikator keberhasilannya.

f) Berbasis nilai

g) Membumi (kontekstual)

Sedangkan Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan yaitu:

a) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan

kejuruannya.

2) Struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Struktur dan muatan yang harus ada pada KTSP yaitu:

a) Mata pelajaran

b) Muatan lokal

c) Kegiatan pengembangan diri

d) Pengaturan beban belajar

e) Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan

f) Pendidikan kecakapan hidup

g) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global

3) Kalender Pendidikan

Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan

kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan

masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana

tercantum dalam Standar Isi.

4) Silabus dan RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran)

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke

dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator

xxxvi

pencapaian kompetensi untuk penilaian. Silabus adalah rencana pembelajaran

pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup

standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu

dan sumber belajar.

d. Prinsip Pelaksanaan KTSP

Menurut E. Mulyasa (2007: 247):”Pelaksanaan kurikulum tingkat satuan

pendidikan, sedikitnya harus memperhatikan tujuh prinsip”. Adapun tujuh prinsip

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi

peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam

hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu,

serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas,

dinamis, dan menyenangkan.

2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar yaitu: a)

belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, b) belajar

untuk memahami dan menghayati, c) belajar untuk mampu melaksanakan dan

berbuat secara efektif, d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang

lain, dan e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses

pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif, dan menyenangkan.

3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapatkan pelayanan

yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan

potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap

memperhatikan keterpanduan pengembangan peserta didik yang berdimensi

ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik

yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan

prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada

(dibelakang memberi daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan

prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan)

xxxvii

5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan

multimedia, sumber belajar, dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan

lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan

budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan memuat

seluruh bahan kajian secara optimal.

7) Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran,

muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan,

keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis

serta jenjang pendidikan.

4. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

a. Pengertian Implementasi

Van Meter dan Van Horn (1975) yang dikutip oleh Abdul Wahab (1997:

9) merumuskan proses implementasi “sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan

baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah

atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan

dalam keputusan kebijaksanaan”.

Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1979) dalam Abdul Wahab

(1997: 10) menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa:

“Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan

berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan,

yakni kejadian-kejadian dan kegiatan kegiatan yang timbul sesudah disahkannya

pedoman-pedoman kebijakan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk

mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat-akibat/dampak nyata

pada masyarakat atau kejadian-kejadian”.

Supandi (1998) dalam Ali Imron (2002: 66) menjelaskan arti dari

implementasi adalah”Sebagai suatu proses menjalankan, menyelengggarakan atau

mengupayakan agar alternatif-alternatif yang telah diputuskan berlaku di dalam

praktek.

“Implementasi KTSP didefinisikan sebagai suatu proses penerapan, ide,

konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran,

xxxviii

sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil

interaksi dengan lingkungan”. (E. Mulyasa, 2007: 246)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi

KTSP adalah tindakan praktis yang dilakukan untuk menerapkan suatu ide,

gagasan, konsep, inovasi maupun kebijakan KTSP yang telah ditetapkan dalam

aktivitas pembelajaran.

b. Kegiatan Pokok Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Menurut Joko Susilo (2007: 176)”Dalam garis besarnya implementasi

kurikulum tingkat satuan pendidikan mencakup tiga hal pokok”. Adapun tiga hal

pokok tersebut adalah:

1) Pengembangan Program

Pengembangan KTSP mencakup pengembangan program tahunan, program

semester, program modul (pokok bahasan), program mingguan, dan harian,

program pengayaan, dan bimbingan dan konseling.

2) Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku

bagi peserta didik. Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP

mencakup tiga hal:pre tes, pembentukan kompetensi, dan post tes.

3) Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil pembelajaran dalam KTSP dapat dilaksanakan dengan penilaian

kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi,

bencmarking, dan penilaian program.

c. Pengembangan Silabus Berbasis KTSP

Salah satu bagian penting dari KTSP adalah silabus. Pengertian silabus

menurut Badan Standar Nasional (2006) adalah ”Rencana

xxxix

pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang

mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pem-belajaran,

kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar”.

1) Prinsip-Prinsip Pengembangan Silabus

Badan Standar Nasional menjelaskan bahwa pengembangan silabus hendaknya

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus

benar dan dapat dipertanggung-jawabkan secara keilmuan.

b) Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam

silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial,

emosional, dan spritual peserta didik.

c) Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam

mencapai kompetensi.

d) Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,

indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan

sistem penilaian.

e) Memadai

Cakupan indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber

belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian

kompetensi dasar.

f) Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber

belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu,

xl

teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang

terjadi.

g) Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta

didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan

tuntutan masyarakat

h) Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,

afektif, psikomotor).

2) Langkah-langkah dalam Penyusunan Silabus

Pengembangan Silabus KTSP dalam garis besarnya mencangkup langkah-

langkah sebagai berikut:

a) Mengisi kolom identitas

b) Mengkaji dan menganalisis Standar Kompetensi

c) Mengkaji dan menganalisis Kompetensi Dasar

d) Mengidentifikasi Materi standar

e) Mengembangkan pengalaman (standar proses)

f) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

g) Menentukan Jenis Penilaian

h) Alokasi Waktu

i) Menentukan Sumber Belajar

3) Format Silabus Berbasis KTSP

Format silabus berbasis KTSP minimal mencakup:

a) Standar kompetensi

b) Kompetensi Dasar

c) Indikator

d) Materi standar

e) Standar proses

f) Standar proses (kegiatan belajar-mengajar)

g) Standar penilaian

xli

4) Unit waktu silabus

a) Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang

disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di

tingkat satuan pendidikan. Penyusunan silabus dilaksanakan bersama-sama

oleh guru kelas/guru yang mengajarkan mata pelajaran yang sama pada

tingkat satuan pendidikan untuk satu sekolah atau kelompok sekolah

dengan tetap memperhatikan karakteristik masing-masing sekolah.

b) Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus

sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata

pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum.

Khusus untuk SMK/MAK menggunakan penggalan silabus berdasarkan

satuan kompetensi.

d. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis KTSP

Tugas guru yang tidak kalah penting dalam mengimplementasikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah menjabarkan silabus ke

dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut E. Mulyasa (2007:

212) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP): ”Rencana yang menggambar-kan

prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi

dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus”. Dengan

RPP guru dapat memperkirakan tindakan yang akan di-lakukan dalam kegiatan

pembelajaran. Selain itu guru dapat mengorganisasi-kan kompetensi dasar yang

akan dicapai dalam pembelajaran secara terarah. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Sumantri yang dikutip oleh E. Mulyasa (2007: 221) bahwa: perencanaan

yang baik akan sangat membantu pelaksana-an pembelajaran, karena baik guru

maupun peserta didik mengetahui dengan pasti tujuan yang ingin dicapai dan cara

mencapainya, dengan demikian guru dapat mempertahankan situasi agar peserta

didik dapat memusatkan perhatian-nya pada pembelajaran yang telah

diprogramkan.

1) Fungsi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sedikitnya terdapat dua fungsi RPP dalam KTSP yaitu:

xlii

a) Fungsi Perencanaan

Fungsi ini memberikan pengertian bahwa RPP diharapkan dapat menjadi

pendorong agar guru lebih siap melakukan kegiatan pem-belajaran dengan

perencanaan yang matang.

b) Fungsi Pelaksanaan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat secara

sistematik dapat berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran

sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

2) Prinsip Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran harus memperhatikan

beberapa prinsip:

a) Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

harus jelas, semakin konkrit kompetensi semakin mudah diamati, dan

semakin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk

kompetensi tersebut.

b) Rencana pelaksanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta

dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan

kompetensi peserta didik.

c) Kegiatan yang disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus

menunjang, dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diwujudkan.

d) Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan

menyeluruh, serta jelas pencapaiannya.

e) Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah,

terutama apabila pembelajaran dilakukan secara tim (team teaching) atau

dilaksanakan di luar kelas, agar tidak menganggu jam-jam pelajaran lain.

3) Cara Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Cara pengembangan RPP dalam garis besarnya dapat mengikuti langkah-

langkah sebagai berikut:

a) Mengisi kolom identitas

b) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk

xliii

pertemuan yang telah ditetapkan.

c) Menetukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang

akan digunakan yang terdapat pada silabus.

d) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan

kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan.

e) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok/pem-belajaran

yang ada dalam silabus.

f) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.

g) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan

awal, inti, dan akhir.

h) Menentukan sumber belajar yang digunakan

i) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik

penskoran.

4) Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis KTSP

Format RPP KTSP sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi

ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

e. Penilaian Berbasis KTSP

Kegiatan yang dilakukan guru setelah mengajar adalah melakukan

penilaian/evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru

mengadakan penilaian dengan maksud melihat apakah usaha yang telah dilakukan

melalui pengajaran sudah mencapai tujuan. Hal tersebut sesuai pernyataan

Normand E. Gronlund (1976) yang dikutip Ngalim Purwanto (2006: 3) “Evaluasi

adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan

sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran yang telah dicapai”.

Menurut E. Mulyasa (2007: 258)”Penilaian hasil belajar dalam KTSP

dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhirnya

satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, dan penilaian program”.

Penjelasan selengkapnya sebagai berikut:

1) Penilaian Kelas

Guru dapat melakukan penilaian kelas melalui ulangan harian, ulangan

xliv

umum, dan ujian akhir. Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui

kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar,

memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran, dan penentuan

kenaikan kelas.

2) Tes Kemampuan Dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca,

menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program

pembelajaran.

3) Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi

Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan

penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai

ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan

sertifikasi, kinerja, dan hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda

Tamat Belajar tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir

jenjang sekolah.

4) Benchmarking

Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang

berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan.

Penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga peserta didik dapat

mencapai satuan tahap keunggulan yang sesuai dengan kemampuan usaha dan

keuletannya. Untuk dapat memperoleh data informasi tentang pencapaian

benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian secara nasional yang

dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan.

5) Penilaian Program

Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas

Pendidikan secara kontinyu dan berkesinambungan untuk mengetahui

kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta

kesesuaian dengan tuntutan perkembangan masyarakat, dan kemajuan jaman.

xlv

5. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Menurut H. J. Gino dkk (1993: 32) menyebutkan bahwa, ”Pembelajaran

merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar

dengan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar

mengajar”. Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta

didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang

lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi

peserta didik. E. Mulyasa (2007: 255) menyatakan bahwa, pada umumnya

pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP mencakup tiga hal:

1) Pre Tes (Tes Awal)

Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pre tes. Pre

tes memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi proses pembelajaran yang

akan dilaksanakan. Fungsi pre tes antara lain untuk menyiapkan peserta didik

dalam belajar, untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan

dengan proses pembelajaran yang dilakukan, untuk mengetahui kemampuan

awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai kompetensi dasar yang akan

dijadikan topik dalam proses pembelajaran, untuk mengetahui dari mana

seharusnya proses pembelajaran dimulai.

2) Pembentukan Kompetensi

Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan proses

pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi dibentuk pada peserta didik, dan

bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Proses pembentukan

kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif,

baik mental, fisik maupun sosial. Agar kompetensi peserta didik dapat

dikembangkan secara optimal metode dan strategi belajar mengajar yang

kondusif perlu dikembangkan misalnya metode inquiri, discovery, problem

solving dan sebagainya serta adanya dukungan sarana dan prasarana sekolah

yang memadai.

3) Post Tes

xlvi

Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan post tes. Post tes

memiliki beberapa kegunaan, terutama dalam melihat keberhasilan

pembelajaran dan pembentukan kompetensi.

b. Strategi Pembelajaran

Strategi belajar mengajar merupakan kegiatan yang memelihara

konsistensi dan kekompakan setiap komponen pengajaran yang tidak hanya terjadi

dalam tahap perancangan tetapi juga terjadi pada tahap pelaksanaan dan evaluasi.

Strategi belajar mengajar mencakup empat hal utama yaitu:

1) Penetapan tujuan pengajaran

2) Pemilihan sistem pendekatan belajar mengajar

3) Pemilihan dan penetapan prosedur, metode, teknik belajar mengajar

4) Penetapan kriteria keberhasilan proses belajar mengajar dari evaluasi yang

dilakukan.

Menurut Dick dan Carey (2001: 248) menyebutkan adanya 5 komponen

strategi pembelajaran yakni:

1) Kegiatan pembelajaran pendahuluan

2) Penyampaian informasi

3) Partisipasi siswa

4) Tes, dan

5) Kegiatan lanjutan

Menurut Gagne dan Briggs (1992: 11-12) komponen dalam strategi

pembelajaran adalah:

1) Memberi motivasi atau menarik perhatian

2) Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa

3) Mengingatkan kompetensi prasyarat

4) Memberi stimulus (masalah, topik, konsep)

5) Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari)

6) Menimbulkan penampilan siswa

7) Memberi umpan balik

xlvii

8) Menilai penampilan

9) Menyimpulkan

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

komponen strategi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi:

1) Urutan kegiatan pembelajaran

Mengurutkan kegiatan pembelajaran akan memudahkan guru dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru dapat mengetahui bagaimana ia harus

memulai, menyajikan, dan menutup pelajaran. Kegiatan pembelajaran terdiri

dari tiga tahap yaitu pendahuluan/pembukaan yang bertujuan memusatkan

perhatian siswa untuk menyiapkan diri mengikuti pelajaran, penyajian/kegiatan

inti yaitu berupa penanaman pengetahuan baru dan pengembangan

pengetahuan yang telah dimiliki, tahap terakhir yaitu penutup yang

dilaksanakan dengan kesimpulan dan penilaian terhadap pengusaan materi

yang telah diberikan.

2) Metode pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan pengajar dalam

menyampaikan materi kepada peserta didik. Metode pembelajaran tidak selalu

sesuai diterapkan pada semua mata pelajaran. Oleh karena itu guru atau

pengajar harus mampu memilih metode yang tepat. Menurut E. Mulyasa

(2007: 257)” Metode dan strategi belajar-mengajar yang kondusif untuk hal

tersebut perlu dikembangkan, misalnya metode inquiri, discovery, problem

solving dan sebagainya”. Dengan metode dan strategi belajar-mengajar

tersebut diharapkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kompetensi

dasar dan potensinya secara optimal, sehingga akan lebih cepat menyesuaikan

diri dengan kebutuhan masyarakat.

3) Media pembelajaran

Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan

pesan atau informasi. Media dapat berbentuk orang/guru, alat-alat elektronik,

media cetak,dsb. Menurut Rowntree seperti yang dikutip oleh Nana Syaodih

Sukmadinata (2006: 108-109) bahwa”Media belajar dapat

xlviii

dikelompokkan menjadi lima macam yang disebut Modes yaitu: interaksi

insani, realita, pictorial, simbol tertulis, dan rekaman suara”. Dalam memilih

media perlu memperhatikan bebarapa hal antara lain:

a) Ketepatan dengan tujuan pembelajaran

b) Dukungan terhadap isi pelajaran

c) Kemudahan memperoleh media

d) Keterampilan guru dalam menggunakannya

e) Ketersediaan waktu menggunakannya

f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa

4) Waktu tatap muka

Pengajar/guru harus mengetahui alokasi waktu yang diperlukan dalam me-

nyelesaikan pembelajaran dan waktu yang diperlukan untuk menyampai-kan

informasi pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan

sesuai dengan target yang ingin dicapai.

5) Pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas adalah menyangkut penyiapan kondisi yang optimal agar

proses belajar mengajar dapat berjalan lancar. Dapat berupa peng-aturan

tempat duduk, ruangan kelas, keindahan kelas, ventilasi dan pen-cahayaan,

maupun sikap guru, kepemimpinan, dan pembinaan hubungan yang baik antara

siswa dengan guru.

c. Model-Model Pembelajaran

Guru dalam melakukan pembelajaran di kelas dalam menganut beberapa model

pembelajaran. Model pembelajaran menggambarkan tingkat terluas dari praktek

pendidikan dan berisikan orientasi filosofi pembelajaran. Menurut Udin S.

Winataputra (2001: 3) bahwa: ”Model pembelajaran adalah kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi-kan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran”. Model digunakan untuk menyeleksi dan

menyusun strategi pengajaran, metode, keterampilan, dan aktivitas siswa

xlix

untuk memberikan tekanan pada salah satu bagian pembelajaran.

Menurut Joyce dan Weil (1986) seperti yang dikutip oleh Udin S.

Winataputra (2001: 4) mengelompokkan model-model pembelajaran ke dalam

empat kategori yaitu:

a. Kelompok Model Pengolahan Informasi atau The Information Processing Family

b. Kelompok Model Personal atau The Personal Family c. Kelompok Model Sosial atau The Social Family, d. Kelompok Model Sistem Perilaku atau The Behavioral System Family.

Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut:

1) Kelompok Model Pengolahan Informasi atau The Information Processing

Family

Model-model pembelajaran pengolahan informasi pada dasarnya menitik

beratkan pada cara-cara memperkuat dorongan internal manusia dengan

menggali, mengorganisasi, merasakan masalah dan mengupayakan pe-

mecahan serta mengungkapkannya. Termasuk dalam kelompok model ini

adalah:

a) Pencapaian konsep

b) Berpikir Induktif

c) Latihan Penelitian

d) Pemandu Awal

e) Memorisasi

f) Pengembangan intelek

g) Penelitian Ilmiah

2) Kelompok Model Personal atau The Personal Family

Kelompok model personal memusatkan perhatian pada pandangan perorangan

dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif, sehingga manusia

menjadi sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya. Termasuk ke dalam

kelompok ini adalah:

a) Pengajaran Tanpa Arahan

b) Sinektetik

c) Latihan Kesadaran

l

d) Pertemuan Kelas

3) Kelompok Model Sosial atau The Social Family

Kelompok model ini berusaha untuk membangkitkan kerjasama peserta didik

karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial dan dalam fenomena

kehidupan di masyarakat manusia dituntut untuk mampu bekerjasama dengan

orang lain. Kelompok model ini meliputi sejumlah model seperti berikut:

a) Investigasi kelompok

b) Bermain peran

c) Penelitian Yurisprodensial

d) Latihan laboratoris

e) Penelitian ilmu sosial

4) Kelompok Model Sistem Perilaku atau The Behavioral System Family

Model ini memusatkan perhatian pada perilaku yang terobservasi atau over

behavior, metode dan tugas yang diberikan dalam rangka meng-

komunikasikan keberhasilan. Termasuk kelompok ini yaitu:

a) Belajar tuntas

b) Pembelajaran langsung

c) Belajar kontrol diri

d) Latihan pengembangan keterampilan dan konsep

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008) dalam sosialisasi

KTSP menyebutkan beberapa model pembelajaran yang efektif yaitu: Example

Non Example, Picture and picture, Numbered Head Together, Cooperative Scrip,

Kepala Bernomor Struktur, Student Team-Achievement Division (STAD), Jigsaw

(Tim Ahli), Problem Based Introduction, Artikulasi, Mind Mapping, Make-A

Match, Think Pain and Share, Debate, Role Playing.

Model pembelajaran dan metode pembelajaran tidak semuanya cocok

diterapkan pada semua mata pelajaran maupun materi pelajaran. Guru harus

mampu memilih dan menyesuaikan model pembelajaran dengan karakteristik

materi pelajaran yang diajarkan sehingga kompetensi yang akan dicapai dapat

tercapai.

li

6. Mata Pelajaran Ekonomi

a. Pengertian

Pada pendidikan menengah ekonomi diberikan sebagai mata pelajaran

tersendiri. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003), ekonomi merupakan

ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-

pilihan kegiatan produksi, konsumsi, distribusi. Luasnya ilmu ekonomi dan

terbatasnya waktu yang tersedia membuat standar kompetensi dan kompetensi

dasar dibatasi dan difokuskan kepada fenomena empirik ekonomi yang ada

disekitar peserta didik.

b. Tujuan

Tujuan mata pelajaran ekonomi menurut Departemen Pendidikan

Nasional (2003) di Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah adalah:

1) Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah

ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan

individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara.

2) Menampilkan sikap ingin tahu terhadap konsep ekonomi yang diperlukan

untuk mendalami ilmu ekonomi.

3) Membentuk sikap bijak, rasional, dan bertanggung jawab dengan memiliki

pengetahuan, keterampilan ilmu pengetahuan, manajemen, dan akuntansi yang

bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara.

4) Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial

ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun

internasional.

c. Karakteristik

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 3) mengemukakan bahwa

karakteristik pembelajaran mata pelajaran ekonomi adalah sebagai berikut:

1) Mata pelajaran ekonomi berangkat dari fakta atau gejala ekonomi yang nyata

lii

2) Mata pelajaran ekonomi mengembangkan teori-teori untuk menjelaskan fakta

secara rasional

3) Umumnya analisis yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah metode

pemecahan masalah

4) Inti dari ilmu ekonomi adalah memilih alternatif yang terbaik

5) Secara umum subyek dalam ekonomi dapat dibagi dengan beberapa cara, yang

paling terkenal adalah mikro ekonomi dan makro ekonomi.

6) Materi akuntansi berupa pokok bahasan dari pengertian akuntansi secara

umum, pencatatan transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan baik

perusahaan jasa maupun manufaktur

d. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelajaran ekonomi menurut Departemen Pendidikan Nasional

(2003) adalah mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang berkaitan

dengan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupan terdekat hingga

lingkungan terjauh, meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Perekonomian

2) Ketergantungan

3) Spesialisasi dan pembagian kerja

4) Perkoperasian

5) Kewirausahaan

6) Akuntansi dan manajemen

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah

penelitian yang dilakukan oleh Yunita Pramita dengan judul” Implementasi

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Di SMK N 6 Surakarta Tahun Ajaran

2007/2008”. Simpulan dari hasil penelitiannya adalah SMK Negeri 6 Surakarta telah

mengimplementasikan KTSP namun belum secara utuh. Sebagian besar guru SMK

Negeri 6 Surakarta sudah mengembangkan KTSP dalam pelaksanaan pembelajaran

tetapi masih terdapat guru yang belum mengembangkan KTSP dan masih

liii

berpedoman pada KBK. Hambatan yang dihadapi SMK Negeri 6 Surakarta dalam

mengimplementasikan KTSP adalah perbedaan persepsi guru tentang KTSP.

Penelitian yang dilakukan peneliti hampir sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh Yunita Pramita yaitu sama-sama meneliti tentang pelaksanaan

kurikulum. Sedangkan perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan peneliti lebih

mengkhususkan pada pelaksanaan KTSP dalam pembelajaran Ekonomi. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,

hambatan serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam implementasi

KTSP pada pembelajaran Ekonomi.

C. Kerangka Berpikir

Implementasi KTSP adalah tindakan praktis yang dilakukan untuk

menerapkan suatu ide, gagasan, konsep, inovasi maupun kebijakan KTSP yang telah

ditetapkan dalam aktivitas pembelajaran. Pelaksanaan KTSP mencakup tiga hal yaitu

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran meliputi kegiatan pengembangan silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran. Proses pembelajaran dan evaluasi merupakan kegiatan

terpenting dari seluruh rangkaian kegiatan dalam mengimplementasikan KTSP pada

pembelajaran ekonomi. Proses pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran

yang aktif dan konstruktivis, evaluasi pembelajaran harus mengacu pada penilaian

berbasis kelas yang meliputi penilaian tertulis, penilaian kinerja, dan penilaian

portofolio yang merupakan kumpulan informasi/data yang tersusun dengan baik.

Guru sebagai pelaksana kurikulum mempengaruhi pelaksanaan KTSP secara

langsung, hal ini karena siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru.

Dalam melaksanakan KTSP guru dituntut untuk menggunakan bahan ajar, media dan

metode pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan. Model pembelajaran ekonomi diharapkan mampu

memberikan makna pelajaran ekonomi kepada siswa. Melalui model yang tepat

diharapkan siswa tidak hanya dapat pengetahuan ekonomi, namun juga mampu

memberikan kesan yang mendalam pada siswa, sehingga dapat mendorong siswa

untuk mengimplementasikan konsep nilai- nilai ekonomi dalam kehidupan sehari-

liv

sehari, karena materi pelajaran ekonomi sangat relevan dengan kehidupan masyarakat

sehari-hari.

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tidak selalu

berjalan mulus, terdapat kendala/hambatan baik dari segi guru, siswa, sarana dan

prasarana sekolah, lingkungan sekolah maupun orang tua. Oleh karena itu sekolah

maupun guru ekonomi sebagai pelaksana kurikulum tingkat satuan pendidikan harus

mampu menemukan dan mengatasi kendala/hambatan dalam implementasi KTSP pada

pembelajaran ekonomi sehingga tujuan pembelajaran ekonomi dapat tercapai dan

dapat dilakukan perbaikan pada pembelajaran yang akan datang.

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Implementasi KTSP Dalam

Pembelajaran Ekonomi

Penilaian/evaluasi pembelajaran

Proses Pembelajaran

Pemahaman tentang ekonomi dan

kemampuan siswa meng-

implementasikan nilai-nilai ekonomi

dalam kehidupan sehari-hari

Rencana pembelajaran

KTSP

Evaluasi

lv

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Suatu organisasi dalam mencapai rencananya, tentunya akan memilih cara

atau jalan yang dianggap tepat, sehingga rencananya dapat terealisir dengan baik.

Begitu juga dengan penelitian yang memerlukan suatu metode yang tepat agar

penelitian tersebut dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi dunia pendidikan

dan lingkungan sekitarnya.

Metodologi penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk melaksanakan

penelitian dalam usaha menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik-

teknik serta alat-alat tertentu berdasarkan peristiwa ilmiah.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan permasalahan merupakan salah

satu sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh penulis. Penelitian ini dilaksanakan di

SMA Batik I Surakarta yang beralamat di Jl. Slamet Riyadi No. 445, Laweyan,

Surakarta. Alasan pemilihan SMA Batik I Surakarta sebagai tempat penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. SMA Batik I Surakarta merupakan salah satu SMA swasta yang menjadi Rintisan

Sekolah Kategori Mandiri (RSKM) sehingga peneliti tertarik mengadakan

penelitian pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah tersebut.

b. Sekolah tersebut belum pernah dijadikan obyek penelitian yang sama sehingga

terhindar dari kemungkinan penelitian ulang.

c. Kepala sekolah memberikan kemudahan dalam hal perijinan sehingga peneliti

mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan lamanya penelitian ini berlangsung, mulai dari

persiapan sampai dengan penyusunan laporan penelitian. Peneliti merencanakan

bahwa penelitian akan berlangsung selama 4 bulan mulai bulan Maret sampai bulan

40

lvi

Juni 2009. Di bawah ini disajikan tabel rincian kegiatan penelitian.

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

2009 Kegiatan Maret April Mei Juni

a. Persiapan 1) Pengajuan Judul 2) Penyusunan Proposal 3) Ijin Penelitian

b. Pengajuan 1) Pengumpulan Data 2) Analisis Data 3) Penarikan kesimpulan

c. Penyusunan Laporan

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Untuk mengkaji suatu permasalahan secara utuh dan lengkap diperlukan

suatu pendekatan permasalahan melalui bentuk penelitian yang tepat. Bentuk

penelitian yang tepat akan mencerminkan kedalaman materi permasalahan yang

disajikan. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Bentuk ini dipilih karena

penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan suatu

obyek secara rinci dan mendalam tidak hanya sampai pada pengumpulan data dan

kemudian menceritakan, tetapi data tersebut diolah lebih lanjut kemudian

diinterpretasikan. Penelitian ini dilakukan tanpa membuat perbandingan atau

menghubungkan dengan variable yang lain. Peneliti tidak memberikan perlakuan

terhadap obyek melainkan dibiarkan apa adanya seperti kondisi aslinya. Dengan

pendekatan penelitian ini diharapkan akan mendapatkan realita yang bersifat

naturalisme pada obyek penelitian dan permasalahan yang diteliti dapat diungkapkan

secara detail dan mendalam.

Menurut Bogdan dan Tailor yang dikutip Lexy J. Moleong (2001: 3)

menyatakan bahwa “Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati”. Sedangkan menurut Kirk dan Miller (Lexy J. Moleong,

2001: 3) menyatakan bahwa: “Penelitian Kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

lvii

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia”.

Pada penelitian ini, peneliti berusaha memecahkan masalah yang diselidiki

mengenai implementasi KTSP dalam pembelajaran ekonomi dengan cara

menggambarkan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang

ditemui sebagaimana adanya baik berupa kata-kata tertulis, lisan dari orang-orang

maupun perilaku yang dapat diamati.

2. Strategi Penelitian

Dalam rangka mengkaji permasalahan penelitian ini secara lengkap dan

mendetail, maka diperlukan suatu pendekatan permasalahan melalui pemilihan strategi

yang tepat, strategi yang dipilih oleh peneliti adalah strategi tunggal terpancang.

Tunggal dalam artian ”Penelitian tersebut terarah pada sasaran dengan satu

karakteristik. Artinya penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu sasaran (satu

lokasi, atau satu subyek)”(H.B.Sutopo, 2002: 112). Terpancang dalam artian “peneliti

di dalam proposalnya sudah memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus

utamanya sebelum memasuki lapangan studinya” (H.B. Sutopo, 2002: 112). Jadi

penelitian ini terarah pada satu lokasi yaitu SMA Batik I Surakarta dengan batasan

penelitian tentang implementasi KTSP dalam pembelajaran ekonomi.

C. Sumber Data

Suatu penelitian atau penyelidikan masalah selalu memerlukan data. Data

dapat diartikan sebagai keterangan yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah.

Dari pengertian data tersebut, maka sumber data dapat diartikan sebagai sumber-

sumber yang dapat menghasilkan keterangan-keterangan untuk memecahkan suatu

masalah. Pemahaman mengenai sumber data merupakan bagian yang sangat penting

bagi peneliti karena ketepatan memilih dan m

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil data atau informasi yang

berhubungan dengan masalah penelitian melalui informan, tempat dan waktu

penelitian, dokumen dan arsip.

1. Informan

Jenis sumber data yang berupa manusia dalam penelitian pada umumnya

lviii

dikenal sebagai responden. Istilah ini digunakan karena peneliti dianggap memiliki

posisi yang lebih penting dibandingkan dengan responden yang hanya sekedar

memberikan tanggapan (respon) terhadap apa yang diinginkan oleh peneliti.

“Sumber data dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut sebagai informan”.

(H.B. Sutopo, 2002: 50). Dalam penelitian ini yang dijadikan informan adalah Dra.

Rastiarsi, S.Pd selaku waka. kurikulum SMA Batik I, Dra. Suharsih, Nurdjati,

S.Pd, dan M. Setyo Nugroho, S.Pd selaku guru ekonomi , serta Fauziyyah

Oktaviani, Pradipta Ayu Wiguna, Kartika K., dan Nur Ikhta Rossa siswa SMA

Batik I Surakarta.

2. Tempat dan Peristiwa

Tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah SMA Batik I

Surakarta. Dari lokasi tersebut akan muncul beragam fenomena yang merupakan

peristiwa yang dapat digunakan sebagai data yang berhubungan dengan masalah

yang sedang diteliti, yaitu tentang implementasi KTSP dalam pembelajaran

ekonomi. Peristiwa yang dijadikan data yaitu proses pembelajaran ekonomi di

SMA Batik I Surakarta.

3. Dokumen dan Arsip

Sekolah merupakan lembaga formal. Oleh karena itu kerapian dalam

administrasi menjadi bagian yang penting sehingga dokumen atau arsip yang telah

tertata dapat dijadikan sebagai sumber data apabila terdapat hubungan dengan

masalah yang sedang diteliti. H.B. Sutopo (2002: 54) mengemukakan bahwa

“Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu

peristiwa atau aktivitas tertentu. Bila ia merupakan catatan rekaman yang bersifat

formal dan terencana dalam organisasi sebagai bagian dari mekanisme

kegiatannya, ia cenderung disebut arsip”. Dalam penelitian ini yang dijadikan

sumber data adalah dokumen silabus, RPP untuk pelajaran ekonomi, serta

dokumen atau arsip sekolah lainnya yang mendukung penelitian ini.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling atau pengambilan sample merupakan cara yang digunakan

untuk mengambil sample dari populasi. Menurut H.B.Sutopo (2002: 55) “Teknik

cuplikan (sampling) merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi

lix

pemusatan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi”. Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan snowball sampling.

Tujuan penggunaan purposive sampling menurut Patton dalam H.B. Sutopo (2002: 56)

adalah “Untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dari

masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya menjadi sumber data yang mantap”.

Dalam pelaksanaannya informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan

kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Disinilah perlunya penggunaan snowball

sampling (bola salju). Peneliti pertama kali menentukan beberapa informan kunci (key

informan) yang dipandang mengetahui per-masalahan yang diteliti. Jumlah informan

ini semakin lama semakin bertambah sesuai petunjuk dari informan kunci tersebut

sampai data yang terkumpul sudah dianggap cukup. Ibaratnya bola salju yang

menggelinding semakin jauh semakin besar.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara khusus yang dipergunakan untuk

memperoleh data, karena data amat dibutuhkan dalam suatu kegiatan penelitian yang

akan dipakai dalam pembuktian kebenaran suatu kejadian atau peristiwa. Dengan

demikian suatu penelitian membutuhkan data yang obyektif. Untuk mendapatkan data

yang obyektif perlu diperhatikan mengenai teknik pengumpulan data yang digunakan

sebagai alat pengumpul atau pengambil data.

Sesuai dengan pendekatan penelitian kualitatif dan sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan

data, yaitu observasi, wawancara dan mengkaji dokumen atau arsip.

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan mengamati langsung di

lapangan. Mengamati bukan hanya melihat, melainkan mencatat kejadian,

merekam, menghitung bahkan mengukur. Seperti yang diukapkan H.B. Sutopo

(2002: 64), “Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data

yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar”.

Terdapat empat jenis observasi (H.B. Sutopo, 2002: 65) antara lain :

lx

a. Observasi Tak Berperan. Kehadiran peneliti dalam observasi sama sekali tidak

diketahui oleh subyek yang diamati.

b. Observasi Berperan Pasif. Kehadiran peneliti dalam di lokasi menunjukkan

peran yang paling pasif, sebab kehadirannya sebagai orang asing diketahui oleh

subyek yang diamati dan hal itu membawa pengaruh pada yang diamati.

c. Observasi berperan aktif. Observasi berperan aktif merupakan cara khusus dan

peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi memainkan berbagai peran yang

dimungkinkan dalam suatu situasi yang berkaitan dengan penelitiannya. Peran

tersebut hanya bersifat sementara.

d. Observasi berperan penuh. Peneliti memang memiliki peran dalam lokasi

studinya sehingga benar-benar terlibat dalam suatu kegiatan yang ditelitinya.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil teknik observasi berperan pasif untuk

mengamati perilaku yang muncul di lokasi penelitian. Dalam observasi ini peneliti

hanya mendatangi lokasi penelitian, tetapi sama sakali tidak berperan sebagai

apapun selain sebagai pengamat pasif.

2. Wawancara

Wawancara merupakan sumber data yang sangat penting dalam

penelitian kualitatif. Melalui wawancara dapat terjadi komunikasi langsung antara

peneliti dengan sampel. Lexy J. Moleong (2001: 135) mendefinisikan “Wawancara

adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua

pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

mewawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.

Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth

interviewing) untuk memperoleh berbagai data yang berkaitan dengan masalah

penelitian. Namun demikian, pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara disusun

terlebih dahulu sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Diharapkan dengan

penggunaan teknik wawancara akan diperoleh data yang relevan dan akurat.

lxi

3. Mengkaji Dokumen dan Arsip

Dokumen merupakan salah satu sumber data pada penelitian kualitatif.

Teknik mengkaji dokumen dan arsip dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mencatat apa yang tertulis dalam dokumen atau arsip yang berhubungan dengan

masalah yang sedang diteliti, kemudian berusaha untuk memahami maknanya. Hal

tersebut sesuai pendapat Yin dalam H.B. Sutopo (2002: 69-70), “Mencatat

dokumen disebut sebagai content analysis, dan yang dimaksudkan bahwa peneliti

bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi

juga tentang maknanya yang tersirat”.

F. Validitas Data

Validitas data merupakan keabsahan/kebenaran data. Dalam penelitian ini

data yang telah dikumpulkan diolah dan diuji keabsahannya melalui trianggulasi.

Yaitu suatu teknik yang didasari pola pikir fenomologi yang bersifat multiperspektif.

Untuk menarik simpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Dari

bebarapa cara pandang tersebut akan bisa dipertimbangkan beragam fenomena yang

muncul, dan selanjutnya bisa ditarik simpulan yang lebih mantap dan lebih bisa

diterima kebenarannya. Patton dalam H.B. Sutopo (2002: 78) menyatakan, “Ada

empat teknik trianggulasi, yaitu trianggulasi data (data triangulation), trianggulasi

peneliti (investigator triangulation), trianggulasi metodologis (methodological

triangulation) dan trianggulasi teoretis (theoritical triangulation)”.

Peneliti cenderung menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi metode.

Trianggulasi data disebut juga trianggulasi sumber. Definisi trianggulasi sumber

menurut H.B. Sutopo (2002: 79) bahwa, “Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam

mengumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia.

Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari

sumber data yang berbeda”. Jenis trianggulasi ini dilakukan dengan dua cara. Pertama,

data yang sejenis dikumpulkan dengan berbagai sumber data yang tersedia dengan

teknik pengambilan data sama. Kedua, data yang sejenis dikumpulkan dari sumber

data yang berbeda dengan teknik pengumpulan data yang berbeda.

lxii

Sedangkan definisi trianggulasi metode menurut H.B. Sutopo (2002: 80) adalah

“Trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data

sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang

berbeda”. Misalnya suatu saat mengumpulkan data dengan wawancara dan disaat yang

lain menggunakan dokumentasi. Dari sini akan diketahui keabsahan data-data tersebut.

G. Analisis Data

Data yang telah terkumpul perlu diolah dengan suatu teknik tertentu.

Kegiatan mengolah data dalam penelitian disebut dengan analisis data. Menurut Lexy

J. Moleong (2001: 103), “Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh

data”. Dalam penelitian kualitatif, proses analisis data merupakan kegiatan yang sulit

dilakukan oleh peneliti awal. Peneliti harus memahami prosesnya secara utuh dan

rinci, bukan pemahaman yang partial atau sebagian-sebagaian. Dalam penelitian ini

data yang berhasil dikumpulkan bersifat kualitatif. Masing-masing data yang diperoleh

dari beberapa sumber data seperti hasil wawancara, observasi serta dokumentasi

merupakan variabel yang berdiri sendiri tetapi keberadaannya saling melengkapi dan

saling berhubungan.

Menurut Miles dan Huberman (1974) sebagaimana dikutip oleh H.B. Sutopo

(2002: 94) menyatakan bahwa, “Terdapat dua model pokok dalam melaksanakan

analisis penelitian kualitatif, yaitu (1) model analisis jalinan atau mengalir (flow model

of analysis), dan (2) model analisis interaktif.” H.B. Sutopo (2002: 94)

mengemukakan bahwa, “Proses analisis yang tiga komponen analisisnya tersebut

saling menjalin dan dilakukan secara terus menerus di dalam proses pelaksanaan,

pengumpulan data, merupakan model analisis jalinan.” Sedangakan model analisis

interaktif menurut H.B. Sutopo (2002: 95), “Sesudah pengumpulan data berakhir,

peneliti bergerak diantara tiga komponen analisisnya dengan menggunakan waktu

yang masih tersisa bagi penelitinya. Proses ini disebut sebagai model analisis

interaktif.”

lxiii

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan

dalam tahap analisis data adalah:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian.

Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu

wawancara, observasi, dan dokumentasi, yang ketiga-tiganya saling berhubungan

dan saling melengkapi. Pengumpulan data masih akan dilakukan apabila data yang

sudah diproleh kurang memadai, pengumpulan data akan dihentikan jika data yang

diperlukan sudah didapatkan.

2. Reduksi data

Reduksi data merupakan tahap analisis dimana peneliti akan membuang data-data

yang tidak dibutuhkan. Dalam reduksi data, peneliti harus mengkaji secara lebih

cermat data atau informasi apa yang kurang, informasi apa yang perlu

ditambahkan dan informasi apa yang perlu dihilangkan. Reduksi data akan

dilaksanakan secara terus menerus selama kegiatan penelitian berlangsung.

3. Penyajian data

Sajian data merupakan menampilkan hasil pengumpulan data yang sudah direduksi

dan menyajikan informasi secara sistematis dan dideskripsikan dalam bentuk

narasi sehingga memudahkan dalam menarik kesimpulan

4. Penarikan kesimpulan

Dalam penarikan kesimpulan agar kesimpulan yang diambil cukup mantap dan

dapat dipertanggungjawakan, maka harus senantiasa diulang-ulang untuk tujuan

pemantapan, penelusuran data secara cepat..

Apabila langkah-langkah tersebut disajikan dalam sebuah bagan, maka akan

nampak sebagai berikut :

lxiv

Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Sumber : H. B. Sutopo, 2002: 96)

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tata urutan atau langkah-langkah rinci yang harus

ditempuh untuk melaksanakan penelitian. Hal ini dimaksudkan agar penelitian dapat

berjalan dengan teratur sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Prosedur penelitian dapat berupa bagan (skema) yang melukiskan kegiatan

sejak awal (persiapan) sampai dengan pembuatan laporan. Menurut Bogdan yang

dikutip Lexy J. Moleong (2001: 85) menyatakan bahwa dalam prosedur penelitian ada

tiga tahapan yaitu: pra lapangan, kegiatan lapangan, analisis data.

Dalam penelitian ini menggunakan prosedur atau langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan dilakukan mulai dari pembuatan usulan penelitian, menyusun

rancangan penelitian, memilih obyek penelitian, sampai dengan pencarian berkas

perizinan lapangan.

2. Tahap Kegiatan Lapangan

Tahap kegiatan lapangan dilakukan untuk menggali data yang relevan dengan

tujuan penelitian. Dalam tahap ini peneliti sudah terjun ke tempat penelitian untuk

Pengumpulan Data

Sajian Data Reduksi Data

Penarikan Simpulan/ Verifikasi

lxv

memahami latar penelitian dan persiapan diri memasuki lapangan serta sambil

mangumpulkan data.

3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data dilakukan setelah penggalian data dianggap cukup untuk

memenuhi maksud dan tujuan penelitian. Setelah data yang dianggap relevan

dengan masalah yang diteliti, data kemudian dianalisis kembali secara lebih

mendalam kemudian ditarik sebuah kesimpulan dari analisis tersebut.

4. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan terinci sebagai berikut :

a. Menyusun konsep laporan

b. Review konsep laporan atas dasar saran perbaikan dari tim penguji

c. Perbaikan konsep dan penyusunan laporan akhir

d. Penggandaan laporan, legalisasi dan pelaporan kepada yang terkait.

Bagan berikut disajikan agar memberikan kemudahan untuk menggambarkan

langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam melakukan penelitian :

Gambar 3. Prosedur Penelitian

Proposal

Persiapan pelaksanaan

Pengumpulan data dan analisis awal

Analisis akhir

Penarikan kesimpulan

Penulisan laporan

Penggandaan laporan

lxvi

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMA Batik I Surakarta

Sejarah perkembangan SMA Batik I Surakarta sangat erat kaitannya dengan

koperasi Batik Batari. Koperasi Batik Batari tersebut didirikan oleh sekumpulan

pengusaha batik. Semakin berkembangnya koperasi tersebut melahirkan suatu

gagasan, yaitu menyisihkan sebagian keuntungan untuk kepentingan sosial dengan

mendirikan sebuah Yayasan Pendidikan Batari yang direalisasikan dengan berdirinya

SMA dan SMP Batari yang berstatus sekolah swasta. Tujuan dari yayasan ini adalah

mendorong dan mendidik anak didiknya untuk sanggup bekerja mandiri, percaya

kepada kemampuan diri sendiri dan mempertebal rasa tanggung jawab serta menjaga

kesehatan jasmani dan rohani sehingga menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

Bersamaan dengan perkembangannya, koperasi Batik Batari tersebut pecah

menjadi 3 koperasi primer yaitu Koperasi Batari, Koperasi PPBS dan KPN. Karena

perpecahan tersebut, maka nama “Batari” kemudian diganti dengan nama SMA dan

SMP Batik. Kemudian pada tahun 1966, SMA Batik I Surakarta berhasil memperoleh

status bersubsidi dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tanggal 26 Maret

1966 No. 12381135/BIII/1966 dengan Kepala SMA Batik I Surakarta pada saat itu

adalah Bapak Mardie AS. Sejak berdirinya pada tahun 1957 hingga sekarang, SMA

Batik I Surakarta telah mengalami pergantian kepala sekolah selama beberapa kali.

Nama-nama kepala SMA Batik I Surakarta berikut masa jabatannya adalah:

1. Tahun 1957-1958, Bapak Soekarno

2. Tahun 1958-1960, Bapak Drs. Mardie AS, BA

3. Tahun 1960-1964, Bapak Prof. A. Wasit Aulawi, M.A

4. Tahun 1965-1966, Bapak Prof. Dr. H. M. Saleh Muntasir

5. Tahun 1966-1968, Bapak Drs. Mardie AS, BA

6. Tahun 1968-1993, Bapak Akhmad Sugkri, SH

7. Tahun 1993-1998, Bapak Sumedi Supardi, B.Sc

lxvii

8. Tahun 1998-2006, Bapak Drs. H. Mahfudz Wasyim

9. Tahun 2006-sekarang, Bpk Drs. Literzet Sobri, M.Pd

Pada tahun 1972 SMA Batik I Surakarta memperoleh status disamakan

dengan Surat Keputusan (SK) Direktur Pendidikan Dasar dan Menengah tertanggal 17

Januari 1983 Nomor 007/C/Kep/1983 hingga akreditasi 5 tahun SMA Batik I

Surakarta mempertahankan status disamakan, dikuatkan dengan SK Dirjen Dikdasmen

tanggal 26 Januari 1990 No. 009/C/Kep/1/1990 dengan nomor piagam akreditasi

A.036.64 tanggal 24 Januari 1990. Status disamakan tetap dipertahankan pada tahun

1999 dengan No.A.031333.U tanggal 5 April 1995.

Pada tanggal 28 April 2004 status SMA Batik I berubah menjadi terakreditasi

dengan peringkat akreditasi A (amat baik). Hal ini berdasarkan keputusan sidang

Badan Akreditasi Sekolah Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 28 April 2004 dan pada

tahun 2007 SMA Batik I menjadi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri (RSKM).

2. Visi, dan Misi SMA Batik I Surakarta

a. Visi Sekolah

Terwujudnya lembaga pendidikan menengah umum swasta yang unggul dengan

bertumpu pada peningkatan iman dan taqwa, penanaman displin dan meningkatkan

prestasi (IDASI)

b. Misi Sekolah

1) Menyelenggarakan pendidikan menengah umum yang berkualitas sesuai

dengan tuntutan masyarakat kini dan mendatang.

2) Mengembangkan pembentukan generasi muda yang Islami, bertakwa dan

berakhlak mulia.

3) Membentuk generasi muda yang bertanggung jawab, berdisiplin tinggi,

mandiri dan tetap santun.

4) Senantiasa mengupayakan terciptanya optimalisasi prestasi bidang akademik,

olah raga, seni budaya maupun skill

5) Menanamkan prinsip hidup berilmu amaliyah dan beramal ilmiah

3. Struktur Organisasi SMA Batik I Surakarta

lxviii

Sekolah merupakan suatu lembaga yang bergerak di bidang pendidikan.

Suatu lembaga pendidikan bertanggungjawab penuh terhadap peningkatan dan

pembentukan generasi-generasi yang berbudi luhur. Untuk memenuhi kebutuhan itu

suatu lembaga harus menpunyai strategi dalam penanganannya sehingga perlu disusun

struktur organisasi.

Adapun struktur organisasi di SMA Batik I Surakarta adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Struktur Organisasi SMA Batik I Surakarta

Berdasarkan gambar di atas, berikut ini adalah tugas dari komponen yang

terdapat disekolah :

a. Kepala sekolah

DINAS DIKPORA KOTA SURAKARTA

YAYASAN PENDIDIKAN BATIK

WAKASEK Urs. Sarana Prasarana

Drs. Ari Setyono

KEPALA TATA USAHA

SISWANTO

WAKASEK

Urs. Kurikulum

Rastiarsi, S.Pd

KEPALA SEKOLAH Drs. Literzet Sobri, M.Pd

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROPINSI JAWA

TENGAH

WAKASEK

Urs. Kesiswaan

Bambang Giri, S.Pd

KOORDINATOR BP/BK

Ambang Wibana, PSi

GURU/WALI KELAS

Kelas X

Kelas XII IPS

Kelas XII IPA

Kelas XI IPA/IPS

WAKASEK

Urs.HUMAS

Dra. Sri Mudyahatmi

lxix

Kepala sekolah berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor

1) Kepala sekolah sebagai edukator

Kepala sekolah sebagai edukator bertugas melaksanakan proses belajar

mengajar secara efektif dan efisien.

2) Kepala sekolah selaku manajer mempunyai tugas sebagai berikut :

Menyusun perencanaan, pengorganisasian kegiatan, mengarahkan kegiatan,

melaksanakan pengawasan, melakukan evaluasi terhadap kegiatan,

mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur proses belajar mengajar.

3) Kepala sekolah selaku administrator bertugas menyelenggarakan administrasi :

Kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,

pengawasan, kurikulum, kesiswaan, ketatausahaan, kantor, keuangan,

perpustakaan, laboratorium, BP, UKS, OSIS, media, gudang.

4) Kepala sekolah selaku supervisor bertugas menyelenggarakan supervisor

mengenai :

Proses belajar mengajar, kegiatan BP, kegiatan ekstra kurikuler, kegiatan

ketatausahaan, sarana dan prasarana, kegiatan OSIS.

b. Kepala Tata Usaha

Kepala Tata Usaha mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:

1) Penyusunan program tata usaha sekolah

2) Pengurusan kepegawaian

3) Pembinaan dan pengembangan karier pegawai

4) Menyusun perlengkapan sekolah

5) Menyusun dan menyajikan data/statistik sekolah

6) Menyusun laporan pelaksanaan secara berkala

c. Wakasek Urusan Kesiswaan

Wakasek Urusan Kesiswaan mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:

1) Menyusun program pembinaan kesiswaan/OSIS

2) Melaksanakan pembimbingan dan pengendalian kegiatan siswa/OSIS dalam

rangka menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah.

3) Memberikan pengarahan dan pemilihan pengurus OSIS

lxx

4) Menyelenggarakan kegiatan ekstrakulikuler

5) Menyelenggarakan kegiatan penerimaan siswa baru (PSB)

6) Menyusun laporan pelaksanaan secara berkala.

d. Wakasek Urusan Kurikulum

Wakasek Urusan Kurikulum mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:

1) Menyusun program pengajaran

2) Menyusun kalender pendidikan, pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.

3) Pengelolaan kegiatan belajar mengajar

4) Menyelenggarakan kegiatan semester/kenaikan kelas (UAN)

5) Pengelolaan penilaian

6) Mengkoordinasikan pengelolaan leger, raport dan ijazah.

7) Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan program satuan

pelajaran/perangkat mengajar.

8) Menyusun laporan pelaksanaan secara berkala.

e. Wakasek Urusan Sarana dan Prasarana

Wakasek Urusan Sarana dan Prasarana mempunyai tanggung jawab sebagai

berikut:

1) Mengelola inventaris barang

2) Pengadaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana

3) Pemilihan (pengamanan, penambahan dan penghapusan)

4) Pengelolaan keuangan dan alat pengajaran

5) Membina dan melaksanakan koordinasi 7 K

6) Menyusun laporan pelaksanaan secara berkala

f. Wakasek Urusan Humas

Wakasek Urusan Humas mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:

1) Menyelenggarakan masa orientasi sekolah (MOS)

2) Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua

siswa/komite sekolah

3) Pengembangan sikap kebersamaan dengan keluarga sekolah (rekreasi/studi

lxxi

banding, peringatan hari-hari besar keagamaan/nasional, kegiatan

PGRI/KORPRI dan lain-lain)

4) Membina pengembangan hubungan antara sekolah dengan lembaga

pemerintah, dunia usaha, dunia industri dan lembaga sosial lainnya.

5) Memberikan informasi dan promosi

6) Menangani kegiatan PPL

7) Menyusun laporan pelaksanaan secara berkala.

g. Bimbingan dan konseling

Bimbingan dan konseling mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:

1) Menyusun dan melaksanakan program BK

2) Menyusun evaluasi dan tindak lanjut

3) Koordinasi dengan wali kelas

4) Menyusun dan melaksanakan program kerja sama dengan instansi

pemerintah/swasta

5) Menyusun dan memberikan saran/pertimbangan dalam pemilihan jurusan bagi

siswa.

h. Wali kelas

Wali kelas mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:

1) Melaksanakan bimbingan

2) Membina, membangkitkan semangat belajar siswa

3) Mengatur kesemarakan kelas sehingga tercipta suasana yang menyenangkan

4) Mengadakan buku absen harian oleh pengurus kelas

5) Mengerjakan leger, laporan

6) Menginventaris daftar kelas

7) Menertibkan pembayaran SPP

8) Kontrak dengan orang tua murid

9) Menyelenggarakan buku pelanggaran siswa dan rekaman kelas.

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

Data yang terkumpul dari lapangan selanjutnya akan dianalisis oleh peneliti.

Untuk memudahkan dalam melakukan analisis maka data yang diperoleh perlu

lxxii

dideskripsikan secara sistematis agar dapat dilakukan penarikan kesimpulan sebagai

hasil penelitian. Sesuai dengan masalah yang dikaji yaitu tentang implementasi

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran ekonomi di SMA

Batik I Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 maka untuk memberikan gambaran-

gambaran mengenai implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan di SMA Batik

I Surakarta yang lebih khususnya mengenai implementasi kurikulum tingkat satuan

pendidikan ditinjau dari perencanaan pembelajaran dalam kurikulum tingkat satuan

pendidikan, pelaksanaan pembelajaran dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan,

penilaian dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, hambatan-hambatan dalam

pelaksanaan pembelajaran, kemudian dimensi yang terakhir mengenai cara untuk

mengatasi hambatan dalam pembelajaran berbasis kurikulum tingkat satuan

pendidikan.

1. Perencanaan Pembelajaran Berbasis KTSP

Perencanaan pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk mempersiapkan

segala sesuatu sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam

mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) para guru perlu

melakukan perencanaan pembelajaran dengan membuat perangkat pembelajaran yang

terdiri dari kalender pendidikan, program tahunan, program semester, alokasi waktu,

silabus, serta rencana pelaksanaan pembelajaran.

Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan informan 2 yang

menyatakan bahwa:

“Sebelum mengajar itu ya.. mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti kalender akademik, program tahunan, program semester, alokasi waktu, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, kemudian media, bahan mengajar misalnya kemarin tentang uang agar anak lebih tahu maka disiapkan yang namanya uang logam, uang giral, uang kartal ”. (catatan lapangan no. 5) Sama halnya dengan informan 2, informan 4 juga membuat perangkat

pembelajaran yang terdiri dari kalender pendidikan, kemudian membuat program

tahunan, program semester, alokasi waktu, silabus, rencana pelaksanaan

lxxiii

pembelajaran. Ini tampak dari pernyataan sebagai berikut:

“Sebelum mengajar itu ya mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti

mempelajari kalender pendidikan, kemudian membuat program tahunan,

program semester, alokasi waktu, silabus, rencana pelaksanaan

pembelajaran”. (catatan lapangan no. 11)

Selain kedua ungkapan di atas, terdapat pernyataan serupa yang diungkapkan

oleh informan 1:

“Jadi begini, di SMA Batik ini setiap guru kami minta untuk membuat perangkat pembelajaran yang berisi program tahunan, program semester, alokasi waktu dan untuk memudahkan dalam penyampaian materi di kelas guru-guru ekonomi telah menyusun silabus yang kemudian dijabarkan ke dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)”. (catatan lapangan no. 10) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang

memberikan otoritas kepada sekolah untuk membuat kurikulum yang disesuaikan

dengan kondisi sekolahnya. Untuk penyusunan silabus dilakukan secara bersama-sama

oleh para guru melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah (MGMPS) yang

mengacu pada model pengembangan silabus dari BSNP. Langkah-langkah dalam

pengembangan silabus yaitu: guru mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar,

mengidentifikasi meteri pembelajaran, pengembangan kegiatan pembelajaran,

merumuskan indikator pencapaian kompetensi, menentukan jenis penilaian,

menentukan alokasi waktu, menentukan sumber belajar. Setelah silabus disusun,

kemudian silabus dijabarkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hal

tersebut sebagaimana diungkapkan oleh informan 1:

“Dari pusat kan sudah memberikan contoh kurikulum yang sama untuk semua sekolah jadi kita kreatif aja menyesuaikan dengan kondisi sekolah. Kalau silabus kita buatnya bareng-bareng melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah (MGMPS) yang mengacu pada model pengembangan silabus dari BSNP. Sedangkan RPP kita buat sendiri-sendiri. Langkah pertama yaitu penyesuaian silabusnya dulu. Baru setelah itu selesai maka dibuat RPP. RPP tersebut dibuat untuk satu semester dan apabila masih dibutuhkan lagi maka RPP tersebut diperinci kembali ke dalam tiap kompetensi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru ekonomi meliputi komponen-komponen identitas sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode, strategi pembelajaran, sumber pembelajaran, dan penilaian”. (catatan lapangan no.10)

lxxiv

Informan 3 juga mengungkapkan sebuah pernyataan yang mendukung

pendapat informn 1 yaitu:

“Kalau silabus kita buatnya bareng-bareng melalui Musyawarah Guru Mata Peljaran Sekolah (MGMPS) sedangkan RPP kita buat sendiri-sendiri. Langkah-langkah dalam penyusunan dan pengembangan silabus yaitu guru mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, meng-identifikasi materi pembelajaran, pengembangan kegiatan pembelajaran, merumuskan indikator pencapaian kompetensi, menentukan jenis penilai-an”. (catatan lapangan no. 12)

Kebenaran keadaan tersebut semakin kuat dengan adanya hasil observasi

pada perangkat pembelajaran yang dibuat oleh para guru yaitu masing-masing guru

mempunyai dokumen perangkat pembelajaran yang terdiri dari kalender pendidikan,

program tahunan, program semester, alokasi waktu, silabus, serta rencana pelaksanaan

pembelajaran. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa guru ekonomi di SMA Batik

I Surakarta telah melakukan perencanaan pembelajaran dengan matang. Perangkat

pembelajaran yang telah dibuat, yaitu kalender pendidikan, program tahunan, program

semester, alokasi waktu, silabus, serta rencana pelaksanaan pembelajaran dapat

dijadikan pedoman atau acuan dalam pembelajaran.

2. Pembelajaran Ekonomi Berbasis KTSP

Dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

menuntut guru untuk menciptakan pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa.

Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang

terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara, serta kajian dokumen di SMA Batik I Surakarta bahwa proses

pembelajaran ekonomi dilakukan oleh para guru melalui tiga tahap yaitu :

a. Tahap Kegiatan Pendahuluan

Hasil observasi pada informan 2 menunjukkan bahwa kegiatan awal

pembelajaran dimulai dengan guru memasuki ruangan, kemudian memberi salam,

dan memulai pelajaran dengan memberikan apersepsi berupa pertanyaan lisan

kepada siswa. Guru membuka daftar hadir dan mengabsen. Selanjutnya guru

lxxv

menjelaskan kompetensi dasar yang hendak dicapai oleh siswa, yaitu membedakan

peran bank umum dan bank sentral. (catatan lapangan no. 1)

Hal yang sama juga terlihat pada observasi pembelajaran yang dilakukan

kepada informan 3. Pada kegiatan pendahuluan, pada dasarnya adalah sama, yaitu

dimulai dengan memberi salam, mengabsen, memberikan apersepsi dan motivasi

kepada siswa, serta menjelaskan kompetensi dasar yang hendak dicapai. (lihat

catatan lapangan no. 3)

Pernyataan yang mendukung bahwa kegiatan awal berupa salam

pembuka, mengabsen, memberi apersepsi, serta menjelaskan kompetensi dasar

yang hendak dicapai juga diungkapkan oleh informan 4 dengan penjelasan bahwa:

“Ya biasa aja mbak. Kita mulai dengan tahap awal yaitu memberi salam,

mengabsen, memberikan apersepsi, serta menjelaskan kompetensi dasar

yang hendak dicapai...”. (catatan lapangan no. 11)

Berdasarkan paparan dan analisa data di atas dapat dikatakan bahwa

pada tahap pendahuluan kegiatan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk

memusatkan perhatian siswa untuk mempersiapkan diri mengikuti pelajaran.

Kegiatan pendahuluan yang dilakukan dalam pembelajaran ekonomi adalah

memberi salam, mengabsen, memberikan appersepsi dan motivasi kepada siswa,

serta menjelaskan kompetensi dasar yang hendak dicapai

b. Kegiatan Inti

Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan

proses pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi dibentuk pada peserta didik,

dan bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Hasil observasi terhadap

informan 2 menunjukkan bahwa pada kegiatan inti guru menyampaikan materi

kepada siswa dan melakukan konfirmasi terhadap materi yang telah diberikan.

Penyampaian materi dilakukan dengan beberapa metode disesuaikan dengan

materi. Metode pembelajaran dalam KTSP memberikan kewenangan pada guru

untuk mengembangkan sesuai kebutuhan dan kreativitas pada masing-masing

guru. Akan tetapi, para guru lebih menyukai metode ceramah bervariasi karena

metode tersebut dirasa lebih mengena dalam pembelajaran. (lihat catatan lapangan

no. 1)

lxxvi

Hasil observasi terhadap informan 4 juga menunjukkan hal yang sama

yaitu kegitan inti guru menyampaikan materi kepada siswa dan melakukan

konfirmasi terhadap materi yang telah diberikan. Metode yang digunakan untuk

menyampaikan materi juga telah disesuaikan dengan materi yang akan diberikan.

Guru lebih sering menggunakan metode ceramah bervariasi. (catatan lapangan no.

3). Kebenaran tersebut semakin kuat berkat pernyataan yang diungkapkan oleh

informan 3, antara lain:

“...tapi sebagai guru kita lebih sering menggunakan metode ceramah bervariasi karena gimana ya Mbak? Meskipun dalam pembelajaran siswa yang dituntut aktif tapi memang dirasa ceramah itu lebih mengena gitu. Jadi ya kita tetap aja menggunakan ceramah meskipun kita telah menggunakan LCD dengan menampilkan slide tetapi untuk menerangkan kepada anak saya rasa ceramah tetap lebih efektif”. (catatan lapangan no. 12) Media pembelajaran juga merupakan faktor pendukung keberhasilan

pelaksanaan pembelajaran, karena media dapat digunakan untuk mengefektifkan

pembelajaran KTSP. Media pembelajaran ini sangat beragam disesuaikan dengan

materi yang disampaikan. Untuk media yang digunakan dalam pembelajaran

ekonomi di SMA Batik I Surakarta cukup beragam. Informasi ini sebagaimana

disampaikan oleh Informan 1 yang mengungkapkan bahwa:

“Biasanya para guru menggunakan media berupa papan tulis, buku paket,

LKS, LCD, dan lap top. Tetapi untuk kelas X ada beberapa kelas yang

belum tersedia LCD”. (catatan lapangan no. 10)

Informan 3 juga mengungkapkan sebuah pernyataan yang mendukung

pendapat informan 1 yaitu:

“Kalau media ya biasanya lap top, papan tulis, buku, LKS. Dan sejauh ini kami berusaha mengembangkan media pembelajaran yang digunakan, misal menggunakan media e-mail. Kita meminta siswa untuk mengerjakan tugas kemudian mengumpulkannya lewat e-mail”. (catatan lapangan no. 12) Berdasarkan berbagai pendapat di atas, guru-guru ekonomi SMA Batik I

Surakarta menggunakan metode dan media pembelajaran yang beragam yang

disesuaikan dengan materi yang disampaikan. Meskipun metode yang sering

lxxvii

digunakan adalah ceramah tetapi para guru tetap berusaha mengutamakan

keaktifan siswa yaitu dengan ceramah bervariasi.

3. Kegiatan Penutup

Hasil observasi kepada informan 2 pada kegiatan penutup, guru

menyimpulkan materi yang telah diberikan. Selanjutnya guru memberikan tugas

rumah baik menjawab pertanyaan ataupun tugas lain yang berkaitan dengan

materi. Hasil observasi pertama guru memberikan tugas membuat alat sosialisasi

seperti iklan, poster, brosur, atau leaflet yang berisikan tips menghindari uang

palsu, bahaya uang palsu, ciri-ciri uang palsu, dll. (catatan lapangan no. 1).

Sedangkan hasil observasi kedua guru memberikan tugas mencari artikel tentang

kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah dalam mengatur peredaran uang

kemudian memberikan responsi terhadap artikel tersebut. (catatan lapangan no. 4)

Informan 3 juga mengungkapkan sebuah pernyataan yang mendukung

hasil observasi tersebut yaitu:

“Tahap terakhir yaitu penutup biasanya menyimpulkan materi dan

memberikan tugas”. (catatan lapangan no. 12)

Berdasarkan paparan dan analisa data di atas dapat dikatakan behwa

kegiatan penutup dalam pembelajaran adalah berupa penyimpulan materi dan

pemberian tugas kepada siswa.

3. Penilaian Pembelajaran Ekonomi Berbasis KTSP

Penilaian hasil belajar pada dasarnya merupakan proses untuk memastikan

peserta didik apakah sudah kompeten atau belum. Penentuan tersebut dilakukan

dengan cara membandingkan bukti-bukti hasil belajar yang diperoleh peserta didik

dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan pada standar kompetensi. Bukti-bukti

hasil belajar tersebut dapat dilihat dari hasil tes tertulis dan pengumpulan tugas yang

diberikan pada siswa.

Penilaian hasil belajar dilakukan oleh guru meliputi penilaian tentang aspek

pemahaman konsep dan aspek penerapan. Penilaian tentang aspek pemahaman konsep

meliputi pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari. Penilaian

aspek penerapan meliputi tindakan yang harus diambil dalam menyelesaikan

lxxviii

suatu masalah. Selain itu, guru dalam melakukan penilaian tidak hanya terpancang

pada nilai ulangan dan semesteran saja tetapi juga berdasarkan pengamatan guru

terhadap sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi ketepatan waktu, kesiapan,

keaktifan, perhatian, tanggung jawab, kesungguhan, serta kerja sama.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan 5 yang menyatakan bahwa:

”Penilaiannya ya dari ulangan, membaca materi siapa yang berani, siapa yang

aktif menjawab pertanyaan atau bertanya dan mengumpulkan tugas”. (catatan

lapangan no. 7)

Informan 3 juga mengungkapkan sebuah penyataan yang mendukung

pendapat informan 5 yaitu:

“Untuk penilaian pelajaran ekonomi diambil dari nilai ulangan harian, nilai ulangan tengah semester, ulangan semester serta sikap siswa saat proses belajar mengajar termasuk keaktifan siswa di kelas. Sedangkan dalam penilaian menerapkan sistem penilaian berkelanjutan mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotorik...”. (catatan lapangan no. 12)

Untuk ulangan harian dan ulangan semester guru ekonomi menetapkan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu kelas X kriteria ketuntasan minimal adalah 66,

kelas XI adalah 68 sedangkan kelas XII adalah 70. Khusus untuk kelas XII dengan

batas ketuntasan 70 diharapkan para siswa akan terbiasa untuk memperoleh nilai

tinggi sehingga siswa siap ketika menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN). Dalam

penilaian apabila siswa belum mencapai batas minimal maka guru akan melakukan

program remidi sampai siswa mencapai batas batas tuntas.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan 4 (catatan lapangan no. 11)

yang menyatakan bahwa:

“Kalau penilaian itu sendiri kita ambil dari nilai tugas, nilai ulangan, nilai mid semester, semester serta sikap siswa ketika mengikuti pelajaran termasuk keaktifannya. Kita sendiri telah menetapkan kriteria ketuntasan minimal sebagai standar penilaian yaitu kelas X kriteria ketuntasan minimal adalah 66, kelas XI adalah 68 sedangkan kelas XII adalah 70”. Hal tersebut diperkuat oleh informan 1 yang menyatakan bahwa:

“Jadi dalam melakukan penilaian telah menetapkan kriteria ketuntasan minimal yaitu kelas X kriteria ketuntasan minimal adalah 66, kelas XI adalah 68 sedangkan kelas XII adalah 70 agar mereka terbiasa sehingga siap saat menghadapi UAN. Akan tetapi bagi siswa yang belum mencapai ketuntasan

lxxix

minimal biasanya akan mendapat remidi”. (catatan lapangan no. 10) Penilaian yang dilakukan oleh guru dapat dilakukan kapan saja. Guru dapat

menilai siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Guru dapat menilai

dengan menandai siswa mana yang termasuk unggul, siswa mana yang termasuk

tengah-tengah dan siswa mana yang termasuk kurang aktif di dalam kelas khususnya

pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Guru dalam melakukan penilaian tidak

hanya memperhatikan satu aspek saja, tetapi juga memperhatikan aspek pendukung

lain. Hal ini bertujuan untuk lebih meningkatkan kompetensi yang dimiliki siswa.

Mekanisme dan prosedur penilaian:

a. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan

silabus dan penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan

pembelajaran.

b. Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester dilakukan oleh pendidik

dibawah kooordinasi satuan pendidikan

c. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan

ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus

mengikuti pembelajaran remidi.

d. Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan

e. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan

belajar peserta didik.

f. Melaporkan hasil penilaian pada setiap akhir semester kepada pimpinan satuan

pendidikan. (format penilain terlampir pada lampiran 6)

Berdasarkan paparan dan analisa data di atas dapat dikatakan bahwa penilaian

pembelajaran yang dilakukan oleh para guru ekonomi berasal dari nilai tugas, nilai

ulangan harian, nilai ulangan tengah semester, ulangan semester serta sikap siswa saat

proses belajar mengajar berlangsung yang meliputi ketepatan waktu, kesiapan,

keaktifan, perhatian, tanggung jawab, kesungguhan, serta kerja sama.

4. Hambatan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Ekonomi Berbasis KTSP

Implementasi KTSP di SMA Batik I Surakarta sudah dilaksanakan mulai

lxxx

tahun ajaran 2006/2007 dan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada dasarnya

tidak mengalami hambatan yang cukup berarti. Hal ini disebabkan materi-materi yang

dipergunakan untuk mengajar sudah terpenuhi. Materi-materi serta cara mengajarnya

tidak jauh berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Menurut Informan 3 hambatan

yang dihadapi dalam pembelajaran ekonomi adalah:

“Hambatan pertama yaitu jelas siswa kurang aktif di kelas”. (catatan lapangan

no. 12)

Sama halnya dengan informan 3, informan 4 juga merasa bahwa kegiatan

pembelajaran agak terganggu karena siswa masih kurang aktif di kelas. Ini tampak

dari pernyataannya sebagai berikut:

“Iya gini Mbak tiap kelas itu berbeda-beda, ada kelas yang rame, ada yang anteng, ada yang aktif dan ada yang tidak. Memang ada beberapa kelas yang kurang aktif sehingga hal tersebut akan mengganggu pembelajaran padahal KTSP sendiri menuntut untuk siswanya lebih aktif dibandingkan guru”. (catatan lapangan no. 11)

Hal tersebut semakin diperkuat dengan pernyataan dari beberapa siswa bahwa

mereka aktif ketika ditunjuk. Hal tersebut nampak dari pernyataan informan 6:

“Ya kadang-kadang menjawab, itu pun kalau ditunjuk guru”. (catatan

lapangan no. 9)

Informan 7 juga mengungkapkan pernyataan yang hampir sama yaitu:

“jujur Mbak kalau pelajaran ekonomi saya kurang tertarik. Kalau menjawab

itu sih cuma kalau ditunjuk guru”. (catatan lapangan no. 6)

Hambatan lain dalam implementasi KTSP adalah bertambahnya beban guru

dari segi administrasi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan 2 bahwa:

“Apa ya Mbak?Kayaknya tidak ada hambatan yang berarti karena memang

hampir sama dengan kurikulum sebelumnya. Cuma kita lebih banyak tugas

yaitu menyiapkan perangkat pembelajaran yang harus diserahkan kepada

sekolah. Jadi beban administrasinya bertambah”. (catatan lapangan no. 5)

Hal tesebut diperkuat dengan pernyataan informan 1 yang menyatakan:

“...memang pada awalnya guru merasa terbebani dan kesulitan dengan

kurikulum baru yang mengharuskan mereka membuat perangkat

lxxxi

pembelajaran”. (catatan lapangan no. 10)

Untuk sarana dan prasarana di SMA Batik I Surakarta sebagian besar telah

mencukupi, tetapi untuk kelas X ada beberapa kelas yang belum dapat menggunakan

LCD sebagai media pembelajaran kerena pihak sekolah belum menganggarkan LCD

untuk kelas X. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan 1 yang menyatakan:

“Apa ya Mbak?Pihak sekolah sudah menyediakan srana dan prasarana dengan baik dan lengkap. Tim buku juga telah menyediakan buku pelajaran secara lengkap. Ada jaringan internet juga, sehingga ketika pelajaran bisa terhubung langsung dengan internet. Tetapi memang khusus untuk kelas X ada bebarapa kelas yang belum bisa menggunakan LCD sebagai media pemebelajaran karena pihak sekolah belum menganggarkan LCD untuk kelas X pada tahun ajaran ini”. (catatan lapangan no. 10) Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh informan 2:

“Wah kalau untuk sarana dan prasarana sepertinya sekolah sudah cukup baik.

Untuk penyediaan buku sudah ada tim sendiri yang mengurusi. Mungkin

untuk tahun depan sekolah diharapkan dapat menyediakan LCD buat kelas X

saja sehingga kita lebih enak mengajarnya”. (catatan lapangan no. 5)

Selain itu dalam hal sarana dan prasarana pihak sekolah belum menyediakan

laboratorium untuk pelajaran ekonomi, sehingga para siswa belum bisa

mempraktekkan materi yang telah mereka dapatkan. Informasi tersebut sebagaimana

disampaikan oleh informan 3 yang menyatakan:

“...saya kira IPS masih sebagai jurusan sisa. Apa maksudnya?Yaitu sarana

pembelajaran IPS masih minim. IPS belum ada laboratorium yang menunjang

seperti IPA. Sehingga siswa belum dapat mempraktekkan materi

pembelajaran yang diterima”. (catatan lapangan no. 12)

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan informan 8 yang menyatakan:

“...kita ingin sekali ada semacam laboratorium seperti pelajaran IPA yang

bisa praktek karena selama ini belum ada”. (catatan lapangan no. 8)

Hambatan lain dalam implementasi KTSP adalah beban materi yang harus

ditempuh siswa terlalu banyak. Informasi tersebut sebagaimana diungkapkan oleh

informan 3:

“...saya kira beban materi yang harus ditempuh siswa terlalu banyak, padahal

lxxxii

siswa kelas X tidak semuanya masuk IPS...”. (catatan lapangan no. 12)

Informan 1 juga mengungkapkan sebuah pernyataan yang mendukung

pendapat informan 3 yaitu:

“...menurut kami selaku guru merasa bahwa beban materi yang harus

diberikan kepada siswa khususnya mata pelajaran ekonomi itu terlalu banyak,

ya kalau diberikan semua tentunya waktunya tidak akan cukup”. (catatan

lapangan no. 10)

Berdasarkan paparan dan analisa data di atas dapat dikatakan bahwa

hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran ekonomi berbasis KTSP

adalah materi pelajaran terlalu banyak, siswa kurang aktif, bertamahnya beban

administrasi guru, serta sarana pembelajaran yang masih kurang.

5. Upaya Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Pembelajaran Ekonomi Berbasis

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Penerapan suatu program pendidikan baru tidak selalu berjalan mulus akan

tetapi terdapat beberapa hambatan yang mengiringinya. Hal ini tidak boleh dibiarkan

begitu saja. Harus ada upaya-upaya untuk menanggulangi hambatan tersebut. Berikut

ini beberapa upaya yang dilakukan oleh SMA Batik I Surakarta dan para guru

ekonomi untuk mengatasi kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada pembelajaran ekonomi:

a. Materi terlalu banyak

Materi merupakan hal terpenting dalam pembelajaran yaitu menyangkut

apa yang akan diajarkan kepada siswa. Pada jenjang SMA pelajaran ekonomi

berdiri sendiri tidak menjadi satu dengan geografi maupun sejarah dalam pelajaran

IPS seperti pada jenjang SMP. Para guru ekonomi merasa bahwa materi yang harus

mereka berikan kepada siswa terlalu banyak. Untuk mengatasi agar beban materi

yang diberikan tidak terlalu banyak maka para guru memberikan materi-materi

untuk persiapan penjurusan bagi kelas X dan UAN maupun ujian masuk perguruan

tinggi bagi kelas XII.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan 3 (catatan lapangan no.

12) menyatakan bahwa:

lxxxiii

“...kita hanya memberikan matei yang penting yang berkaitan dengan

penjurusan, UAN, dan ujian masuk perguruan tinggi...”

Pernyataan tersebut diperkuat olah informan 1 yang menyatakan:

“Jadi ya kita cuma ngasih materi yang penting-penting saja terutama

yang berkaitan dengan UAN. Karena UAN sangat penting sekali”.

(catatan lapangan no. 10)

b. Siswa kurang aktif

Konsep dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sama yaitu peran guru dalam

pembelajaran hanya sebagai fasilitator saja dan siswa dituntut untuk aktif.

Penciptaan suasana kelas yang aktif dan menyenangkan merupakan salah satu

komitmen guru dalam memberikan rasa nyaman dalam proses belajar mengajar

sehingga hasil yang dicapai kemungkinan besar akan optimal.

Hal tersebut sesuai pernyataan informan 2 (catatan lapangan no. 5)

menyatakan bahwa:

“KTSP sendiri mengharapkan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa jadi kita harus berusaha memancing keaktifan siswa. Mungkin dengan pertanyaan atau dengan memberikan motivasi berupa penambahan nilai bagi siswa yang mau menjawab atau bertanya”. Informan 4 juga mengungkapkan sebuah pernyataan yang mendukung

pendapat informan 2 yaitu:

“Ya kita mencoba memberikan pancingan berupa pertanyaan dan bagi

siswa yang mau menjawab atau bertanya, maka akan diberi nilai tambah.

Jadi lama-lama siswa juga mulai aktif meskipun hanya siswa yang itu-

itu saja, belum secara keseluruhan”. (catatan lapangan no. 10)

Hal tersebut semakin diperkuat dengan pernyataan informan 8 yang

menyatakan:

“...ngasih pertanyaan serta nilai tambah buat yang aktif”. (catatan

lapangan no. 8)

Berdasarkan informasi-informasi di atas dapat disimpulkan bahwa untuk

lxxxiv

mengatasi siswa yang kurang aktif guru memberikan stimulus berupa pertanyaan

dan tambahan nilai.

c. Bertambahnya beban administrasi guru

Di sekolah guru juga memegang peranan sebagai administrator. Dalam

implementasi KTSP beban guru dari segi administrasi bertambah yaitu guru

dituntut untuk menyusun silabus dan RPP serta perangkat pembelajaran lainnya

dan menyerahkannya pada sekolah sebagai dokumen. Untuk mengatasi hal

tersebut maka SMA Batik I Surakarta membentuk forum Musyawarah Guru Mata

Pelajaran Sekolah (MGMPS). Informasi tersebut sebagaimana diungkapkan oleh

informan 1 yang menyatakan bahwa:

“Untuk mempermudah dalam pengembangan silabus pihak sekolah telah

membentuk forum yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran

Sekolah (MGMPS)”. (catatan lapangan no. 10)

Hal tersebut juga disampaikan oleh informan 2 yang menyatakan bahwa:

“Dengan adanya MGMPS sangat membentu karena kita bisa

mendiskusikan kesulitan dalam membuat perangkat pembelajaran”. (catatan

lapangan no. 5)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk

mengatasi bertambahya beban administrasi guru maka pihak sekolah membentuk

forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah (MGMPS).

d. Sarana dan prasarana

Selama ini sekolah telah berusaha melengkapi sarana dan prasarana

sekolah. Mulai dari buku, gedung, media pembelajaran serta fasilitas yang lainnya.

Akan tetapi pada tahun ajaran ini khusus untuk kelas X sekolah belum dapat

menyediakan LCD untuk tiap kelas. Untuk mengatasinya pihak sekolah dan para

guru berupaya menyediakan LCD pada tahun depan dan untuk sementara waktu

guru memanfaatkan media pembelajaran yang telah ada. Informasi tersebut

sebagaimana diungkapkan oleh informan 1 yang menyatakan bahwa:

“Untuk tahun ajaran yang akan datang sekolah mengusahakan untuk

menyediakan LCD bagi kelas X...”. (catatan lapangan no. 10)

lxxxv

Hal senada juga diungkapkan oleh informan 2 bahwa :

“Sementara ini untuk mengajar di kelas X menggunakan sarana dan

prasarana yang sudah ada saja”. (catatan lapangan no. 5)

C. Temuan Studi Yang Dihubungkan Dengan Kajian Teori

Pada sub bab ini data yang telah berhasil dikumpulkan dianalisis dengan

mendasarkan pada variabel-variabel yang dikaji sesuai rumusan masalah yang

selanjutnya dikaitkan dengan teori yang ada. Proses analisis data ditujukan untuk

menemukan suatu hasil atau apa saja yang terdapat di lokasi penelitian, sehingga

peneliti dapat menarik kesimpulan dari penelitian tersebut yang pada akhirnya peneliti

dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang terkait.

1. Perencanaan Pembelajaran Ekonomi Berbasis KTSP

Kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan penyempurnaan dari

kurikulum sebelumnya. Implementasi KTSP adalah tindakan praktis yang dilakukan

untuk menerapkan suatu ide, gagasan, konsep, inovasi maupun kebijakan KTSP yang

telah ditetapkan dalam aktivitas pembelajaran. Guru sebelum mengajar perlu membuat

persiapan mengajar agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut sesuai

pendapat Sumantri yang dikutip oleh E. Mulyasa (2007: 221) bahwa: perencanaan

yang baik akan sangat membantu pelaksanaan pembelajaran, karena baik guru maupun

peserta didik mengetahui dengan pasti tujuan yang ingin dicapai dan cara

mencapainya, dengan demikian guru dapat mempertahankan situasi agar peserta didik

dapat memusatkan perhatiannya pada pembelajaran yang telah diprogramkan.

Persiapan mengajar yang dilakukan oleh guru dalam implementasi KTSP

berupa pembuatan perangkat pembelajaran yang berisi kalender pendidikan, program

tahunan, program semester,alokasi waktu dan untuk memudahkan dalam penyampaian

materi di kelas guru-guru ekonomi telah menyusun silabus yang kemudian dijabarkan

ke dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

a. Langkah-langkah dalam Penyusunan Silabus

Pengembangan Silabus KTSP dalam garis besarnya mencangkup langkah-langkah

sebagai berikut:

lxxxvi

1) Mengisi kolom identitas

2) Mengkaji dan menganalisis Standar Kompetensi

3) Mengkaji dan menganalisis Kompetensi Dasar

4) Mengidentifikasi Materi standar

5) Mengembangkan pengalaman (standar proses)

6) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

7) Menentukan Jenis Penilaian

8) Alokasi Waktu

9) Menentukan Sumber Belajar

b. Format Silabus Berbasis KTSP

Format silabus berbasis KTSP minimal mencakup:

1) Standar kompetensi

2) Kompetensi Dasar

3) Indikator

4) Materi standar

5) Standar proses

6) Standar proses (kegiatan belajar-mengajar)

7) Standar penilaian

c. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Cara pengembangan RPP dalam garis besarnya dapat mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Mengisi kolom identitas

2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah

ditetapkan.

3) Menetukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang

akan digunakan yang terdapat pada silabus.

4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan

kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan.

5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang

ada dalam silabus.

6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.

lxxxvii

7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal,

inti, dan akhir.

8) Menetukan sumber belajar yang digunakan

9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik

penskoran.

d. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis KTSP

Format RPP KTSP sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar,

metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Ekonomi Berbasis KTSP

Dalam proses pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi

peserta didik. Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta

didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih

baik. Pelaksanaan pembelajaran ekonomi di SMA Batik I Surakarta dilakukan dalam

tiga tahap yaitu pendahuluan, inti dan penutup. Hal tersebut sesuai dengan pendapat E.

Mulyasa (2007: 255) menyatakan bahwa, pada umumnya pelaksanaan pembelajaran

berbasis KTSP mencakup tiga hal:

4) Pre Tes (Tes Awal)

Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pre tes. Pre tes

memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi proses pembelajaran yang akan

dilaksanakan. Fungsi pre tes antara lain untuk menyiapkan peserta didik dalam

belajar, untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan

proses pembelajaran yang dilakukan, untuk mengetahui kemampuan awal yang

telah dimiliki peserta didik mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan topik

dalam proses pembelajaran, untuk mengetahui dari mana seharusnya proses

pembelajaran dimulai.

5) Pembentukan Kompetensi

Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan proses

pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi dibentuk pada peserta didik, dan

bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Proses pembentukan

lxxxviii

kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik

mental, fisik maupun sosial. Agar kompetensi peserta didik dapat dikembangkan

secara optimal metode dan strategi belajar mengajar yang kondusif perlu

dikembangkan misalnya metode inquiri, discovery, problem solving dan sebagainya

serta adanya dukungan sarana dan prasarana sekolah yang memadai.

6) Post Tes

Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan post tes. Post tes

memiliki beberapa kegunaan, terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran

dan pembentukan kompetensi.

Metode pembelajaran yang digunakan para guru bervariasi disesuaikan dengan

materi yang diberikan. Para guru menggunakan metode pembelajaran yang membuat

siswa aktif. Sedangkan untuk media pembelajaran guru telah menggunakan media

pembelajaran yang beragam yang disesuaikan dengan materi yang disampaikan. Hal

tersebut sesuai prinsip pelaksanaan KTSP yang dikemukakan E. Mulyasa (2007: 247)”

Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan

multimedia, sumber belajar, dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan

lingkungan sekitar sebagai sumber belajar”.

3. Penilaian Pembelajaran Ekonomi Berbasis KTSP

Kegiatan yang dilakukan guru setelah mengajar adalah melakukan

penilaian/evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru

mengadakan penilaian dengan maksud melihat apakah usaha yang telah dilakukan

melalui pengajaran sudah mencapai tujuan. Para guru ekonomi di SMA Batik I

Surakarta melakukan penilaian dengan tugas, ulangan harian, ulangan tengah

semester, ulangan semester, serta sikap termasuk keaktifan siswa di kelas. Pelaksanaan

penilaian di SMA Batik I Surakarta telah sesuai dengan penilaian KTSP yang

dikemukakan E. Mulyasa (2007: 258)”Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat

dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhirnya satuan

pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, dan penilaian program”

lxxxix

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis serta pembahasan

yang telah dilakukan dalam penelitian implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dalam pembelajaran ekonomi di SMA Batik I Surakarta tahun

ajaran 2008/2009, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan Pembelajaran Ekonomi Berbasis Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dilakukan dengan membuat perangkat pembelajaran yang

berisi kalender pendidikan, program tahunan, program semester, alokasi waktu dan

untuk memudahkan dalam penyampaian materi di kelas guru-guru ekonomi telah

menyusun silabus yang kemudian dijabarkan ke dalam RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran).

2. Pelaksanaan Pembelajaran Ekonomi Berbasis Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dilakukan dalam tiga tahap yaitu pendahuluan yang berupa

apersepsi dan pengkondisian kelas, tahap kedua berupa inti yaitu penyampaian

materi dan konfirmasi, serta tahap ketiga yaitu penutup yang biasanya berupa

pemberian tugas kepada siswa. Guru ekonomi di SMA Batik I Surakarta telah

menggunakan metode dan media pembelajaran yang beragam yang disesuaikan

dengan materi yang disampaikan. Meskipun metode yang sering digunakan adalah

ceramah tetapi para guru tetap berusaha mengutamakan keaktifan siswa yaitu

dengan ceramah bervariasi serta memberikan stimulus berupa pertanyaan kepada

siswa agar mereka aktif di dalam kelas.

3. Penilaian Pembelajaran Ekonomi Berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) diambil dari nilai tugas, nilai ulangan harian, nilai ulangan tengah

semester, ulangan semester serta sikap siswa saat proses belajar mengajar

termasuk keaktifan siswa di kelas.

4. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran ekonomi berbasis KTSP

yaitu materi terlalu banyak, siswa kurang aktif, bertambahnya beban administrasi

77

xc

guru serta beberapa sarana dan prasarana sekolah yang belum dilengkapi.

5. Upaya-upaya yang dilakukan guna mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi

dalam pelaksanaan pembelajaran ekonomi berbasis KTSP

Sekolah dan pihak guru tidak membiarkan begitu saja kendala-kendala

tersebut, sekolah dan para guru berupaya melakukan berbagai tindakan untuk

mengatasinya. Hal ini dilakukan agar tercapainya tujuan dalam pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Upaya-upaya tersebut diantaranya sebagai

berikut :

a. Untuk mengatasi beban materi yang terlalu banyak guru memberikan materi

kepada siswa diprioritaskan materi untuk penjurusan, UAN dan ujian masuk

perguruan tinggi.

b. Untuk mengatasi siswa yang kurang aktif guru memberikan stimulus berupa

pertanyaan dan tambahan nilai.

c. Untuk mengatasi bertambahya beban administrasi guru maka pihak sekolah

membentuk forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah (MGMPS).

d. Sekolah berusaha melengkapi sarana dan prasarana sekolah.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas dan didukung berbagai

fenomena yang ditemukan di lapangan, maka penelitian ini dapat diimplikasikan

sebagai berikut:

1. Implikasi Teoretis

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu upaya

pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional yang diatur dalam UU

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No. 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) No. 22 tahun 2005 tentang Standar Isi (SI), Permendiknas No. 23

tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan Permendiknas No. 24 tentang

aturan pelaksanaan SI dan SKL, maka implementasi KTSP yang baik di sekolah akan

akan mampu mewujudkan tujuan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

xci

4. Implikasi Praktis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Kurikulum Tingkat satuan

pendidikan (KTSP) di SMA Batik I Surakarta berjalan sesuai dengan pedoman yang

ada. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, sekolah menemui beberapa hambatan yang

dapat menghambat pelaksanaan KTSP. Untuk itu hambatan-hambatan tersebut harus

segera diatasi agar pelaksanaan KTSP dapat berjalan dengan optimal dan tujuan

sekolah dapat tercapai.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka peneliti

dapat mengajukan saran mengenai implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dalam pembelajaran ekonomi sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Sebaiknya dalam struktur organisasi sekolah, di atas bagan kelas-kelas itu di-tuliskan

siswa.

SISWA Kelas X Kelas XI IPA/IPS Kelas XII IPA Kelas XII IPS

2. Bagi Guru

a. Guru sebaiknya selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

sehingga dapat memaksimalkan penggunaan metode dan media pembelajaran agar

dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik

bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar.

b. Guru sebaikknya lebih meningkatkan profesionalitas dan kemandirian dalam proses

pembelajaran untuk dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif.

c. Guru sebaiknya selalu membuka diri dan aktif untuk mencari informasi tentang

KTSP, sehingga guru mampu mengembangkan KTSP lebih maksimal.

5. Bagi Siswa

a. Siswa diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran berbasis KTSP, terutama saat

kegiatan belajar mengajar berlangsung, artinya siswa lebih berani untuk

xcii

mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang mungkin dirasakan, supaya guru

memahami kondisi sebenarnya dan dapat segera mengambil keputusan yang benar.

b. Siswa diharapkan lebih bersikap proaktif mengikuti kegiatan di sekolah dan berani

untuk mempelajari hal-hal baru yang dapat meningkatkan kemampuan serta

mendukung pembentukan sikap positif dari siswa.

6. Bagi Pemerintah

a. Pemerintah perlu menata ulang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar

(KD) sesuai dengan proporsi dan pemerataan distribusi pada tiap jenjang

pendidikan.

b. Perlu pelatihan dan sosialisasi untuk peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru

dalam pelaksanaan KTSP.

c. Pemerintah diharapkan memperluas akses bagi setiap satuan pendidikan untuk

meningkatkan fasilitas pembelajaran IPS yang memadai.

xciii

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, S. 1997. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi. Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Ali Imron. 2002. Kebijakan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Anonim, http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 1 Desember 2008. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus

Dan Contoh / Model Silabus SMA /MA Mata Pelajaran Ekonomi Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Ekonomi Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas . 2008. Model pembelajaran efektif. Dimuat dalam http://www.scribd.com

diakses 11 mei 2009. Dick, Walter, & Lou Carey. 2001. The Systematic Design of Intruction. Glenview,

Illinois:Scott, Foresman Company. E. Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. Gino,Dkk. 1993. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press. H.B.Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Ilham H. Manangkasi. 2007. dimuat dalam http://www.dikmenum.go.id, diakses 13

Maret 2009 Lexy J. Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset. M. Djumransjah. 2006. Filsafat Pendidikan. Malang: Bayu Media Publishing. M. Joko Susilo. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Manajemen

Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

M. Ngalim Purwanto. 2006. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih Sukmadinata. 2006. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

xciv

Oemar Hamalik. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Redja Mudyaharjo. 2001. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Robert M. Gagne. 1992. Principles of Instructional Design. New York: Holt Rinehart

and Winston Inc S. Nasution. 1999. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara. . 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Soelaiman Joesoef. 1999. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: PT. Bumi

Aksara Sukidjo Notoatmodjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:

PT.Rineka Cipta. Sumadi Suryabrata.1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali. Udin S. Winataputra. 2001. Model-model pembelajaran Inovatif. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional

Yuwana. 2008. Tantangan Profesionalisme Guru Ekonomi Dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dimuat dalam http://guruekonomisma.blogspot.com. Diakses tanggal 1 Maret 2009.

xcv

xcvi

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Guru Ekonomi

1. Pelaksanaan KTSP 2. hambatan-hambatan

dalam pelaksanaan KTSP

3. Upaya-upaya untuk mengatasi hambatan

1. Pelaksanaan KTSP

a. Pengertian KTSP b.Perencanaan Pembelajaran c. Pelaksanaan pem-belajaran d. Penilaian a. Pengertian KTSP b. Perencanaan Pembelajaran KTSP c.pelaksanaan

pembelajaran

1. Apakah yang 1. Bagaimanakah pere

KTSP yang dilakukan oleh para guru?2. Apa sajakah

guru mengajar?3. Apakah para guru

perencanaan pembelajaran?4. Bagaimanakah

dan RPP yang dilakukan oleh para guru? 1. Menurut Ibu

berbasis KTSP sampai saat ini? terutama guru mata pelajaran ekonomi telah melaksanakanmendasari pernyataan

2. Bagaimana strategi atau metode yang diterapkan dalam pembelajaran KTS

1. Bagaimanakah 1. Hal-hal apa sajakah yang menghambat pelaksanaan

KTSP? 1. Upaya apakah yang dilakukan

hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP?

1. Bagaimana pemahaman 2. Menurut

dalam KTSP 1. Apakah Ibu/Bapak

acuan dalam2. Sebelum mengajar persiapan apa yang perlu

lakukan? 3. Seberapa jauh pemahaman

penyusunan silabus dan persiapan pendapat melakukan penyusunan sila

1. Metode apa saja yang

pembelajaran ekonomi?2. Media apa saja yang Ibu/Bapak gunakan dalam

pembelajaran?3. Menurut Ibu/Bapak metode pembelajaran seperti

apakah yang ideal menurut KTSP?4. Menurut Ibu/Bapak media pembelajaran seperti apakah

yang ideal menurut KTSP5. Sumber be6. Bagaimana cara

siswa dan menciptakan iklim yang kondusif dalam

xcvii