IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR …repository.fisip-untirta.ac.id/831/1/JANE...
Transcript of IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR …repository.fisip-untirta.ac.id/831/1/JANE...
Diajuk
UN
IMPLEPERH
kan sebagai S
FAKUL
NIVERSI
EMENTHUBUNG
DI TER
alah Satu Sya
LTAS ILM
TAS SUL
TASI KEGAN NORMINAKOTA
SK
arat untuk MeStudi Ilmu Ad
O
JANE TIFF
0
MU SOS
LTAN A2
EPUTUOMOR
AL PAKSERAN
KRIPSI
emperoleh Geldministrasi Ne
Oleh:
FANY POH
61506
SIAL DAN
AGENG T2010
USAN M31 TAH
KUPATANG
lar Sarjana Ilegara
HAN
N ILMU
TIRTAYA
MENTERHUN 199AN
mu Sosial pad
U POLIT
ASA SER
RI 95
da Program
TIK
RANG
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan: Nama : Jane Tiffany Pohan NIM : 061506 Tempat Tanggal Lahir : Medan 15 Januari 1988 Program Studi : Ilmu Administrasi Negara Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan No 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang adalah hasil karya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila di kemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut. Serang, Juli 2010 Jane Tiffany Pohan NIM. 061520
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : JANE TIFFANY POHAN
NIM : 061506
Judul Skripsi : IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI
PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995
TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN
DI TERMINAL PAKUPATAN KOTA SERANG
Serang, Juli 2010
Skripsi ini Telah Disetujui untuk Diujikan
Menyetujui,
Pembimbing I,
Maulana Yusuf, S.Ip., M.Si NIP. 197603192005011004
Pembimbing II,
Anis Fuad, S.Sos NIP.198009082006041002
Mengetahui, Dekan FISIP UNTIRTA
Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si NIP. 1965070420050110
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Nama : JANE TIFFANY POHAN
NIM : 061506
Judul Skripsi :IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI
PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 DI
TERMINAL PAKUPATAN KOTA SERANG
Telah diuji di hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, tanggal 1 bulan Juli
tahun 2010 dan dinyatakan LULUS.
Serang, Juli 2010
Ketua Penguji:
(Kandung Sapto N, S.sos.,M.Si) ……………….
NIP. 197809182005011002
Anggota:
(Titi Stiawati S.Sos.,M.Si) ……………….
NIP. 1975011252005012001
Anggota:
(Anis Fuad S.Sos) ……………….
NIP. 198009082006041002P
Mengetahui:
Dekan FISIP Untirta
Ketua Program Studi
Dr. H. A.Sihabudin, M.Si. Kandung Sapto N, S.Sos., M.Si NIP. 196507042005011002 NIP.197809182005011002
“Sesungguhnya Sesudah Kesulitan itu Ada
Kemudahan”
(Al-Insyirah:6)
“Belajar ketika orang lain tidur,bekerja ketika orang lain
bermalasan, dan bermimpi ketika orang lain berharap”
(William A. Ward)
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku yang mencintaiku dan memberikan doa serta semangat, keluargaku
dan sahabat-sahabatku yang selalu memberikan warna dan keceriaan dalam hidupku…..
ABSTRAK
Jane Tiffany Pohan. NIM 061506. Skripsi. Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang. Kata Kunci: Implementasi, Terminal, Pengelolaan Terminal merupakan pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan atau barang, serta perpindahan moda angkutan. Terminal selain berfungsi sebagai simpul transportasi, dari segi perekonomian terminal juga dapat memberi pemasukan bagi pemerintahan daerah. Terminal Pakupatan merupakan terminal terbesar yang terletak di Kota Serang. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi Keputusan Menteri Perhubungan No 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan dan mengetahui bagaimana kondisi Terminal Pakupatan. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menekankan pada konsep implementasi kebijakan yang diungkapkan oleh Grindle. Menurut Grindle keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan yang terdiri dari Content of Policy dan Context of Policy. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan Huberman. Sedangkan untuk menguji validitas dilakukan dengan menggunakan triangulasi dan membercheck. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang belum optimal. Hal ini terlihat dari masih banyaknya keterbatasan-keterbatasan dalam pengelolaan Terminal Pakupatan, seperti kurang memadainya sarana dan prasarana, jumlah petugas yang belum mencukupi baik secara kualitas maupun kuantitas serta kondisi Terminal Pakupatan yang belum sesuai dengan kriteria terminal penumpang Tipe A. Oleh karena itu, hendaknya Pemerintah Daerah Kota Serang harus lebih serius dalam menanggapi permasalahan-permasalahan yang di Terminal Pakupatan. Misalnya, dalam hal pendanaan yang diberikan kepada pihak pengelola Terminal Pakupatan guna meningkatkan perbaikan kualitas sarana dan prasarana di Terminal Pakupatan, Perlu dilakukan pengkajian ulang kembali status Terminal Pakupatan karena luas wilayah yang tidak sesuai dengan kriteria terminal penumpang tipe A, memperhatikan Kesejahteraan para petugas Terminal Pakupatan dan perlunya diberikan penyuluhan pendidikan mengenai tertib lalu lintas kepada para sopir angkutan umum.
ABSTRACT
Jane Tiffany Pohan. NIM 061506. Skripsi. Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 in Pakupatan Terminal Serang City. Keyword: Implementation, Terminal, Maintenance Terminal is the base of vehicles commonly used to regulate the arrival and departure, raising and lowering people or goods, and the displacement modes of transportation. Terminal in addition to functioning as a node of transportation, the economy in terms of the terminal can also provide income for local governments. Pakupatan terminal is the largest terminal located in the city of Serang. The purpose of this research is to determine how the implementation decree of the Minister of Transportation No. 31 Year 1995 on Road Transport Terminal at Terminal Pakupatan and know how Pakupatan terminal condition. Researcher use qualitative research methods with emphasis on the concept of policy implementation expressed by Grindle. According to Grindle, the successful implementation of policies, is defined by the level of policy implementability and comprising of Policy Content and Context of Policy. Data collection techniques used by interviews, observation and documentation study. The Data were analyzed using data analysis techniques by Miles and Huberman. Meanwhile, to test the validity use triangulation and membercheck. Based on the research, we can note that the Implementation Decree of the Minister of Transportation No. 31 of 1995 in Serang City Terminal Pakupatan is not optimal. This can be seen from the still-limited number of disability in the management of Terminal Pakupatan, like inadequate infrastructure, an inadequate number of personnel both in quality and quantity and condition of the terminal that has not Pakupatan passenger terminal in accordance with the criteria of Type A. Therefore, the City Local Government should be more serious attack in response to the problems at Terminal Pakupatan. For example, in terms of funding given to the manager of the Terminal Pakupatan to improve the quality of facilities and infrastructure improvements at Terminal Pakupatan, should be performed as review the status of Terminal Pakupatan because the wide areas that are not in accordance with the criteria of type A passenger terminal, Terminal attention Welfare officials Pakupatan given the need for counseling and education about traffic rules to the drivers of public transport.
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa
mengalami kesulitan yang berarti. Shalawat dan salam semoga Allah
mencurahkannya kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat-
sahabatnya, dan segenap pengikutnya sampai akhir masa.
Adapun skripsi ini berjudul “Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 31 Tahun 1995 Di Terminal Pakupatan, Kota Serang. Maksud dan tujuan
disusunnya skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Pembuatan Laporan skripsi ini tentunya dari bantuan banyak pihak yang
selalu mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka peneliti dengan ini ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga terutama kepada kedua orang
tuaku Ibunda Sri Liza Mona dan Ayahanda Ahmad Fuzai yang telah membesarkanku,
memberikan kasih sayang, doa serta semangat kepada peneliti. Penulis juga tidak lupa
menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Rahman Abdullah, M.Sc. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UNTIRTA.
3. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UNTIRTA.
4. Kandung Sapto, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Jurusan Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNTIRTA yang telah memberikan nasihat dan
motivasi yang sangat berharga kepada peneliti. Serta kepada Rina Yulianti S.Sos,
M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UNTIRTA.
5. Maulana Yusuf, S.Ip., M.Si. selaku Pembimbing I Skripsi yang telah meluangkan
waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Anis Fuad S.sos. selaku Pembimbing II Skripsi yang senantiasa memberikan
saran kepada peneliti dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.
7. Titi Stiawati, S.Sos.,M.Si selaku penguji proposal dan skripsi dan yang telah
memberikan banyak masukan dan nasihat kepada peneliti.
8. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNTIRTA yang
membekali peneliti dengan ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan.
9. Edinata Sukarya S.sos., M.SI selaku Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika Kota Serang, Rudiyanto SE selaku Kepala Bidang Keselamatan
Tekhnik Sarana Dan Prasarana dan Ade Sutaryana selaku Kepala Seksi
Perparkiran Dan Terminal.
10. Seluruh informan yang bersedia memberikan kesempatan kepada peneliti dalam
melakukan observasi dan wawancara.
11. Marizawati SH., yang selalu memberikan doa serta semangat kepadaku. Aku
sangat menyayangimu.
12. Kak Lia, Dea sepupuku. Danil dan Egi adik-adikku tersayang. Terima kasih atas
cinta kasih yang berikan kepadaku. Semoga kita sukses dan bisa jadi anak-anak
yang membanggakan orang tua kita.
13. Mas Eko dan Desi Marlina S.sos sahabatku tersayang yang selalu menemaniku
dalam suka dan duka dan mengajarkanku untuk lebih dewasa.
14. Teh Edah S.sos dan Nurfaiqoh S.sos anggota Power Rangers yang selalu
memberikan keceriaan dan semangat kepadaku, kalian selalu dihatiku.
15. Ujang Supriatna yang selalu sabar dan menemaniku saat penelitian dan
wawancara dengan informan di Terminal.
16. Teman-teman Kelas C ANE 2006. Nina, Santi, Ratna, Dona, Evi, Nadia, Cica,
Diyan, Momonon, Asih, Icha, Pepy, Ikhsan, Suher, Ephan Acho, Zarwo, dan
Eko. Semoga kita semua sukses di masa depan.
17. Teman-Teman satu bimbingan Yusti, Ela. Aku pasti akan merindukan kalian
saat-saat masa bimbingan, saat harus menunggu dosen. Sukses untuk kita…
18. Teman-Teman KKM 58. Indra, Asep, Ripan, Agus, Nawawi, Erwin, Dani, Noha,
Yuyun, Ratna, Laras, Rini, Dwi, Novi, Rian, Apit dan Num. Aku selalu
merindukan saat-saat kebersamaan kita di Kampung Nagrak.
19. Ibu Lim, ibu kosanku dan semua Teman-teman kosan Abigail: Frista, Lena,
Dinar, Milfa, Atik, Indri, Winda, Dee-dee, Sinta, Dedek yang selalu menemaniku
dan memberikan keceriaan di kosan. Terima kasih atas semangat dan doa kalian.
20. Semua pihak yang telah membantu peneliti hingga selesainya skripsi ini.
Serang, Juli 2010
Penulis
Jane Tiffany Pohan
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................... 9
1.3 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ............................. 10
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 10
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 11
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 11
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN ...... 13
2.1 Kebijakan Publik .......................................................................... 13
2.2 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik ................................. 17
2.3 Implementasi Kebijakan Model Merilee S. Grindle ..................... 21
2.4 Pengertian Pelayanan Publik ........................................................ 24
2.5 Pengertian Terminal ....................................................................... 26
2.6 Deskripsi Kebijakan ..................................................................... 27
2.7 Kerangka Berpikir dan Asumsi Dasar .......................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 32
3.1 Metode Penelitian ........................................................................... 32
3.2 Instrumen Penelitian ....................................................................... 33
3.3 Tekhnik Penelitian .......................................................................... 33
3.4 Informan Penelitian ........................................................................ 36
3.5 Tekhnik Analisis Data .................................................................... 36
3.6 Pengujian Validitas Data dan Reabilitas Data ................................ 39
3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian ......................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 44
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ............................................................. 44
4.2 Deskripsi Data ................................................................................. 53
4.3 Pembahasan ..................................................................................... 61
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 134
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 134
5.2 Saran-Saran ..................................................................................... 135
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Tabel Rencana Waktu Penelitian .................................................... 43
Tabel 4.1 Daftar Site Plan fasilitas di Terminal Pakupatan ........................... 49
Tabel 4.2 Daftar Fasilitas di Terminal Pakupatan pada saat ini ..................... 50
Tabel 4.3 Daftar Informan .............................................................................. 59
Tabel 4.4 Daftar Nama Petugas Terminal Pakupatan ..................................... 90
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ........................................................................ 30
Gambar 3.1 Analisis Data Menurut Miles dan Huberman .............................. 38
Gambar 4.1 Terminal Pakupatan Kota Serang ................................................ 49
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Terminal Pakupatan Kota Serang ................ 53
Gambar 4.3 Penataan Terminal Menurut Rute Atau Jurusan ........................... 96
Gambar 4.4 Kondisi Ruang Tunggu Penumpang ............................................ 108
Gambar 4.5 Kondisi Jalan di Terminal Pakupatan .......................................... 123
Gambar 4.6 Kondisi Pos Penjagaan Terminal Pakupatan .............................. 132
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
Lampran 2 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 3 Pedoman Wawancara
Lampiran 4 Matriks Hasil Wawancara
Lampiran 5 Catatan Lapangan
Lampiran 6 Member Check
Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 8 Lembar Catatan Bimbingan Skripsi
Lampiran 9 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
Kota Serang
Lampiran 10 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang
Terminal Transportasi Jalan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi sudah menjadi kebutuhan umum bagi masyarakat dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari. Transportasi merupakan unsur yang penting dan
berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik, dan
mobilitas penduduk yang tumbuh bersamaan dan mengikuti perkembangan yang
terjadi dalam berbagai bidang tersebut. Sesungguhnya peran dan pentingnya
transportasi beserta kemajuannya juga mencakup segi-segi politik seperti dalam kaitan
dengan terciptanya kesatuan nasional dan berkembangnya kebersamaan antar bangsa,
tercipta dan kuatnya keamanan dan ketahanan nasional serta berkembangnya saling
pengertian serta hubungan politik dan pemerintahan di antara berbagai negara di dunia.
Di samping itu, transportasi juga dapat berfungsi membina dan mengembangkan
pengetahuan dan budaya nasional, lebih tersebarnya distribusi penduduk dan berbagai
aspeknya pada wilayah yang luas dan sebagainya (Kamaluddin, 2003:23).
Berdasarkan Undang-Undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan, Terminal merupakan pangkalan kendaraan bermotor umum yang
digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan
menurunkan orang dan atau barang, serta perpindahan moda angkutan. Terminal selain
berfungsi sebagai simpul transportasi, dari segi perekonomian terminal juga dapat
memberi pemasukan bagi pemerintahan daerah. Pemasukan dari terminal biasanya
berupa retribusi yang dibayar oleh masyarakat yang telah menggunakan fasilitas-
fasilitas yang tersedia di wilayah terminal. Oleh karena itu, sebagai wujud timbal balik
atas retribusi yang telah dipungut, maka terminal dituntut memberikan pelayanan yang
lebih optimal, serta mampu menyediakan fasilitas-fasilitas yang lebih memadai bagi
masyarakat. Sehingga fungsi terminal sebagai simpul transportasi lebih terasa bagi
masyarakat dan pembangunan daerah.
Terminal Pakupatan merupakan terminal terbesar yang terletak di Kota Serang,
yaitu di ruas jalan antara Jakarta-Serang pada KM. JKT,87.0 Kampung Pakupatan
Desa Banjar Sari Kecamatan Cipocok Jaya, Kabupaten Serang. Terminal ini
diresmikan pada tanggal 25 Agustus 1995. Terminal dengan luas 2,7 Ha ini, dilengkapi
dengan lahan parkir, pos polisi, pos jaga retribusi, pertokoan, WC dan tempat wudhu,
ruang tunggu angkutan kota, menara pengawas (tower) serta bangunan induk yang
terdiri dari 7 jalur otobus, 5 jalur bus sedang, ruang operasional, ruang tunggu, mesjid,
kios, halaman lantai II dan lantai III, yaitu kantor kepala terminal (Data dari Dinas
perhubungan, Kota Serang). Berdasarkan jenisnya, Terminal Pakupatan merupakan
terminal penumpang, yaitu prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan
dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda transportasi serta
mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Sedangkan berdasarkan
pelaksanaannya Terminal Pakupatan ditetapkan sebagai terminal tipe A, yang
berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan atau
angkutan lintasan batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan
angkutan pedesaan (Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995, Tentang
Terminal Transportasi Jalan).
Terminal Pakupatan yang berstatus sebagai terminal tipe A telah menjadi urat
nadi yang menghubungkan serta melayani kendaraan bus antar pedesaan, kota serta
antar propinsi. Apalagi sejak pembentukan Kota Serang yang merupakan pemekaran
dari Kabupaten Serang, menyebabkan pengelolaan Terminal Pakupatan dialihkan
kepada pemerintah Kota Serang. Hal ini tentu saja menyebabkan Terminal Pakupatan
memiliki fungsi yang sangat vital bagi masyarakat Kota Serang dan sekitarnya dalam
melakukan aktivitas keseharian, terutama dalam hal perhubungan dan transportasi.
Begitu pula dalam hal pendapatan daerah, Terminal Pakupatan telah memberikan
kontribusi berupa retribusi dalam rangka meningkatkan pendapatan Kota Serang.
Namun, berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan peneliti menemukan
beberapa masalah yang menyebabkan kurang optimalnya pengelolaan Terminal
Pakupatan, yaitu antara lain:
Pertama, penetapan status terminal Pakupatan sebagai terminal tipe A, ternyata
tidak sesuai dengan amanat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi jalan, pada Pasal 11 yang berbunyi ”Luas lahan yang
tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3
ha di pulau lainnya”. Namun, berdasarkan wawancara awal yang dilakukan oleh
peneliti luas lahan Terminal Pakupatan hanya seluas 2,7 ha. Sehingga penetapan status
Terminal Pakupatan sebagai Terminal tipe A sebenarnya secara luas wilayah sangat
jauh dari luas ideal yang ditetapkan oleh peraturan yang ada. Namun, dengan alasan
bahwa terminal ini telah melayani angkutan antar kota antar propinsi (AKAP), maka
status sebagai terminal tipe A layak disandang oleh terminal ini. Padahal dengan luas
yang hanya sekitar 2,7 ha sebenarnya terminal ini tidak mampu menampung dan
melayani fungsi-fungsinya sebagai terminal tipe A (Wawancara dengan Kepala Bidang
Keselamatan Tekhnik Sarana dan Prasarana Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Perhubungan dan Kepala Terminal Pakupatan, Kota Serang pada tanggal 1 Maret
2010).
Kedua, kondisi jalan yang belum memadai merupakan kendala utama dalam
pengelolaan Terminal Pakupatan. Kondisi jalan yang rusak parah dan berlubang
menimbulkan keadaan yang tidak kondusif bagi pengguna angkutan, terlebih lagi pada
saat musim hujan. Kondisi jalan yang berlubang menimbulkan genangan air pada
musim hujan. Hal ini membuat kesulitan para sopir angkutan yang melewati jalan
tersebut. Kondisi tersebut disebabkan karena terminal ini menampung dan melayani
sekitar 400-450 kendaraan setiap harinya. Sementara, luas wilayah terminal hanya
sekitar 2,7 ha. Oleh karenanya, kapasitas terminal sebenarnya tidak mampu
menampung banyaknya kendaraan yang masuk.
Kondisi tanah yang labil juga membuat perbaikan jalan harus direncanakan
secara lebih matang, agar perbaikan yang dilakukan efektif dan efisien. Meskipun telah
ada usaha untuk melakukan perbaikan jalan, namun hasilnya belum dirasakan
maksimal. Hal ini disebabkan minimnya dana yang disediakan oleh pemerintah, yaitu
dana preservasi jalan yang merupakan dana khusus yang digunakan untuk kegiatan
pemeliharaan, rehabilitasi, dan rekonstruksi jalan secara berkelanjutan sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
Pada masa pengelolaan Pemerintahan Kabupaten Serang, pada tahun 2006,
dana yang diberikan Kabupaten Serang untuk perbaikan jalan hanya sebesar 50 Juta
Rupiah, selanjutnya pada tahun 2007 sebesar 200 Juta Rupiah. Setelah terjadinya
peralihan Kabupaten Serang ke Kota Serang, pada tahun 2008 Pemerintah Kota Serang
mengeluarkan dana sebesar 200 Juta Rupiah. Sedangkan pada tahun 2009 tidak ada
dana yang di keluarkan untuk perbaikan Jalan Terminal Pakupatan. Hal ini disebabkan
tidak adanya anggaran yang dialokasikan untuk perbaikan infrastruktur di Terminal
Pakupatan di APBD Kota Serang. Padahal dana yang yang dibutuhkan untuk
memperbaiki keadaan seluruh jalan yang ada di terminal ini mencapai 24 milyar. Oleh
karena itu perbaikan yang maksimal belum dilaksanakan, meskipun penarikan retribusi
harusnya memberikan timbal balik terhadap pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat terutama bagi para pengguna angkutan umum (Wawancara dengan kepala
terminal Pakupatan Kota Serang dan Ketua Paguyuban Angkutan Kota Serang pada
tanggal 1 Maret, 2010).
Ketiga, tarif retribusi yang diberlakukan untuk kendaraan yang masuk Terminal
Pakupatan tidak sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Serang No 16 Tahun 2008
Tentang Retribusi Penyelenggaraan di Bidang Perhubungan di Kota Serang.
Berdasarkan perda tersebut retribusi yang harus dipungut untuk bus besar (26 tempat
duduk ke atas) dikenakan biaya sebesar Rp 2000/sekali masuk, sedangkan untuk bus
sedang (16-25 tempat duduk) dikenakan biaya Rp 1000/sekali masuk, kemudian untuk
bus kecil (9-15 tempat duduk) dikenakan biaya sebesar Rp 500/sekali masuk dan Rp
300/sekali masuk untuk non bus. Namun, pemberlakuan tarif tersebut khusus untuk
angkutan kota yang termasuk dalam kategori non bus yang seharusnya membayar Rp
300/sekali masuk, ternyata hanya membayar Rp 1000/hari meskipun dalam satu hari
sebenarnya angkot tersebut lebih dari satu kali masuk terminal.
Penerimaan retribusi juga berkurang akibat banyaknya angkutan umum yang
tidak masuk terminal. Hal ini disebabkan kondisi jalan terminal yang rusak. Sehingga
para sopir angkutan tersebut enggan masuk ke dalam terminal karena khawatir kondisi
jalan akan berdampak pada kerusakan kendaraan mereka. Selain itu, para penumpang
angkutan tersebut juga sering menolak masuk terminal dengan alasan efektivitas dan
efisiensi waktu (Wawancara dengan petugas pemungut retribusi dan kepala Terminal
Pakupatan Kota Serang pada tanggal 10 Desember, 2009).
Keempat, jumlah petugas yang belum mencukupi juga menjadi kendala dalam
pengelolaan Terminal Pakupatan. Jumlah petugas secara keseluruhan berjumlah 30
orang dibagi menjadi tiga regu, sehingga dalam satu jangka waktu jam kerja terdapat
10 orang petugas. Dengan demikian, jumlah tersebut hanya dapat diberdayakan untuk
menjaga tempat pengelolaan retribusi (TPR) yang terdiri dari 2 petugas di TPR
angkutan kota, 2 petugas di TPR bus, 2 petugas di TPR angkutan pedesaan, sedangkan
2 petugas ditempatkan di pos jaga dan 2 petugas lainnya bertugas di menara pengawas.
Hal ini mengakibatkan tidak adanya petugas yang mengatur lokasi parkir dan jalur
untuk angkutan umum. Oleh karena itu, pengelolaan angkutan umum sendiri masih
terlihat tidak disiplin dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna fasilitas
terminal (wawancara dengan Kepala terminal Pakupatan Kota Serang pada tanggal 10
Desember 2009).
Kelima, sebagaimana pasal 3 Keputusan Menteri Perhubungan No.31 Tahun
1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan menyebutkan bahwa ”Fasilitas terminal
penumpang terdiri dari fasilitas utama dan penunjang”. Fasilitas utama terdiri dari
jalur pemberangkatan kendaraan umum, jalur kedatangan kendaraan umum, tempat
parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya
tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum, bangunan kantor terminal,
tempat tunggu penumpang dan /atau pengantar, menara pengawas, loket penjualan
karcis, rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya membuat
petunjuk jurusan, tarif dan jadwal perjalanan, serta pelataran parkir kendaraan
pengantar dan /atau taksi. Sedangkan fasilitas penunjang terdiri dari kamar kecil/toilet,
musholla, kios/kantin, ruang pengobatan, ruang informasi dan pengaduan, telepon
umum, tempat penitipan barang, serta taman.
Berdasarkan observasi awal, peneliti menemukan masih banyak fasilitas-
fasilitas utama yang belum tersedia seperti jalur pemberangkatan kendaraan umum,
jalur kedatangan umum, loket penjualan karcis untuk angkutan umum dan pelataran
parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi. Sedangkan fasilitas penunjang yang belum
tersedia antara lain tempat penitipan barang, telepon umum dan taman. Fasilitas-
fasilitas yang ada tersebut, baik utama maupun penunjang ternyata kondisinya sudah
tidak terpelihara dengan baik. Sehingga mengurangi kenyamanan para pengguna
fasilitas yang ada. Hal ini terbukti dari bangunan kantor yang sangat kotor, dimana
atap dari gedung di jalur lintasan banyak berlubang. Selain itu, kabel bawah tanah
lampu penerangan terminal juga sudah tidak berfungsi, ditambah lagi tempat tunggu
penumpang dan keadaan kamar kecil/toilet yang tidak sehat sangat menganggu
kenyamanan para pengguna fasilitas terminal. Oleh karena itu, perbaikan dan
penambahan fasilitas terminal sangat dibutuhkan guna kenyamanan baik bagi para
petugas maupun pengguna fasilitas terminal.
Keenam, penerapan manajemen dan rekayasa lalu lintas sebagai strategi yang
diharapkan mampu meningkatkan kedisiplinan dan kenyamanan di Terminal
Pakupatan ternyata belum dapat terlaksana secara optimal. Hal ini disebabkan kondisi
dan pengelolaan Terminal Pakupatan tidak mendukung diterapkannya berbagai
perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Sehingga terlebih dahulu harus dilakukan
perbaikan secara menyeluruh jika manajemen dan rekayasa lalu lintas tersebut akan
dilaksananakan secara optimal. Manajemen dan rekayasa lalulintas sendiri menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan merupakan ”serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas
perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara
keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas”.
Penerapan manajemen dan rekayasa lalu lintas tersebut pada kenyataannya
hanya dapat dilaksanakan jika ada pengawasan secara langsung oleh petugas. Ketika
tidak ada petugas yang mengawasi, maka para pengguna angkutan secara sembarangan
parkir dan menggunakan jalur. Sehingga belum ada kesadaran dari para pengguna
angkutan itu sendiri untuk berlaku disiplin dan menjaga kenyamanan terminal. Hal ini
menyebakan kesemrautan dan menambah iklim yang tidak kondusif bagi para
pengguna fasilitas terminal (wawancara dengan kepala terminal Pakupatan, Kota
Serang pada tanggal 1 Maret, 2010).
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
”Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Di
Terminal Pakupatan Kota Serang”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, peneliti mengidentifikasi
masalah dalam beberapa hal yaitu:
1. Penetapan status Terminal Pakupatan sebagai terminal tipe A yang belum sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
2. Kondisi jalan di Terminal Pakupatan yang sangat memprihatinkan, sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna angkutan umum,
3. Penarikan retribusi belum sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun
2008,
4. Kurangnya jumlah petugas di Terminal Pakupatan yang menyebabkan kurang
maksimalnya pengelolaan Terminal tersebut,
5. Fasilitas yang dimiliki oleh Terminal Pakupatan baik fasilitas utama dan fasilitas
penunjang tidak terpelihara dengan baik, dan
6. Belum terlaksananya penerapan manajemen dan rekayasa lalu lintas di Terminal
Pakupatan.
1.3. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti membatasi permasalahan pada
pengelolaan terminal khususnya pada Terminal Pakupatan di Kota Serang. Adapun
perumusan masalah dalam masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun
1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan, Kota Serang ?
2. Bagaimana kondisi Terminal Pakupatan, Kota Serang ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tentang
manajemen pengelolaan Pakupatan Serang adalah:
1. Untuk mengetahui Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31
Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan, Kota
Serang.
2. Untuk mengetahui kondisi Terminal Pakupatan, Kota Serang.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,
terutama bagi pihak yang mempunyai kepentingan terhadap permasalahan yang akan
diteliti. Peneliti membagi manfaat penelitian ini ke dalam dua bagian yaitu: Pertama,
manfaat teoritis, kedua manfaat praktis.
1. Secara teori, maksudnya manfaat penelitian dapat mengembangkan teori-
teori yang telah ada. Sehingga memperkaya hasil-hasil ilmu pengetahuan
baru.
2. Secara praktis maksudnya adalah memberikan dan menambah ilmu
pengetahuan bagi peneliti khususnya, kemudian memberi masukan yang
berguna bagi para Dinas terkait tentang pengelolaan Terminal Pakupatan
yang berada Di Kota Serang.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan proposal penelitian ini tersusun atas sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai; Judul Penelitian, Latar Belakang Masalah
Penelitian, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Pendekatan Masalah dan Sistematika Penulisan.
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai; Deskripsi Teori, Kerangka Berfikir
Penelitian dan Asumsi Dasar Penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai; Metode Penelitian, Instrumen Penelitian,
Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik Pengolahan dan Analisis Data, Lokasi dan
Waktu Penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai; Deskripsi Obyek Penelitian, Deskripsi
Data, Informan Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai; kesimpulan dari hasil penelitian
yang telah dilakukan, kemudian memberikan saran-saran yang bersifat konstruktif
pada instansi-instansi yang terkait dalam penelitian ini.
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Pengertian Kebijakan Publik
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan merupakan salah satu produk kebijakan publik pemerintah dalam
bidang perhubungan dan transportasi. Oleh karena itu perlu kiranya memahami
terlebih dahulu pengertian dari kebijakan publik itu sendiri. Banyak para ahli yang
mengungkapkan definisi tentang kebijakan publik diantaranya Kebijakan Publik dalam
kepustakaan internasional disebut public Policy. Kebijakan publik merupakan
keputusan otoritas negara yang bertujuan mengatur kehidupan bersama (Nugroho,
2008:68).
Eyestone (Winarno, 2002:15) mendefinisikan kebijakan publik sebagai
”hubungan suatu unit pemerintahan dengan lingkungannya”. Konsep yang ditawarkan
Eyestone ini mengandung pengertian yang sangat luas dan kurang pasti karena apa
yang dimaksud dengan kebijakan publik mencakup banyak hal.
Selanjutnya Dye (Winarno, 2002:15) mengatakan bahwa ”Kebijakan publik
adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan”.
Pembatasan yang diberikan oleh Dye agak tepat, namun batasan ini tidak cukup
memberi pembedaan yang jelas antara apa yang diputuskan oleh pemerintah untuk
dilakukan dan apa yang sebenarnya tidak dilakukan oleh pemerintah. Berikutnya Rose
(Agustino, 2006:41) mencoba mendefinisikan tentang kebijakan publik yaitu:
”Sebagai sebuah rangkaian panjang dari banyak atau sedikit kegiatan yang saling berhubungan dan memiliki konsekuensi bagi yang berkepentingan sebagai keputusan yang berlainan”.
Definisi lain mengenai kebijakan publik yang disebutkan oleh Anderson
melalui bukunya Public Policy Making (Agustino, 2006:41) adalah:
”serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.”
Konsep kebijakan yang disebutkan oleh Anderson diatas menitikberatkan pada
apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan atau dimaksud. Hal
inilah yang membedakan kebijakan dari suatu keputusan yang merupakan pilihan
diantara beberapa alternatif yang ada.
Selanjutnya Laswell dan Kaplan (Nugroho, 2008:53) mendefinisikan kebijakan
Publik “ Sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu,
nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu”. (a projected program of goals,
values, and practices). Selanjutnya David Easton (Nugroho, 2008: 53) menyebutkan
kebijakan Publik “sebagai aktivitas pemerintah”. (the impact of government).
Berikutnya Dewey (Wicaksono, 2006:63) mengungkapkan kebijakan publik:
“kebijakan publik membahas soal bagaimana isu-isu dan persoalan-persoalan publik disusun dalam dan didefinisikan serta bagaimana kesemua itu diletakkan dalam dalam agenda kebijakan dan agenda politik”. Selanjutnya pakar ilmu politik lainnya (Dunn 2003:109), berpendapat bahwa:
”kebijakan publik merupakan rangkaian pilihan yang kurang lebih saling berhubungan (termasuk keputusan-keputusan untuk tidak
bertindak) yang dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah, diformulasikan di dalam bidang-bidang isu sejak pertahanan, energi, dan kesehatan sampai ke pendidikan, kesejahteraan, dan kejahatan”. Berikutnya Cochran (Tangkilisan, 2003:119) mendefinisikan kebijakan publik
sebagai:
“sebuah perilaku disengaja yang diikuti oleh sebuah lembaga pemerintah atau pejabat pemerintah untuk memecahkan sebuah isu perhatian publik”.
Kemudian Dye (Nugroho, 2008: 53) mengungkapkan bahwa definisi kebijakan
Publik adalah
“Segala sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil yang membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda ( what government do, why they do it, and what difference it makes )”.
Kebijakan publik adalah sebuah fakta strategis daripada fakta politis ataupun
teknis. Sebagai sebuah strategi, dalam kebijakan publik sudah terangkum preferensi-
preferensi politis dari para aktor yang yang terlibat dalam proses kebijakan, khususnya
pada proses perumusan. Berikutnya Nugroho sendiri (2008: 54) sendiri
mendefinisikan kebijakan Publik:
“Kebijakan Publik adalah keputusan yang dibuat oleh negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang bersangkutan . Kebijakan Publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada masyarakat yang di cita-citakan.”
Selanjutnya Young dan Quinn (Suharto, 2005: 44) mengemukakan beberapa
konsep kunci yang termuat dalam kebijakan publik:
a. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah
yang memiliki kewenangan hukum, politis dan finansial untuk melakukannya.
b. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan publik merespon masalah atau kebutuhan kongkrit yang berkembang di masyarakat.
c. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari beberapa pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu demi kepentingan orang banyak.
d. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kebijakan publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial. Namun, kebijakan publik bisa juga dirumuskan berdasarkan keyakinan bahwa masalah sosial akan dapat dipecahkan oleh kerangka kebijakan yang sudah ada dan karenanya tidak memerlukan tindakan tertentu.
e. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang aktor. Kebijakan publik berisi sebuah pernyataan atau justifikasi terhadap langkah-langkah atau rencana tindakan yang tlah dirumuskan, bukan sebuah maksud atau janji yang belum dirumuskan dalam kebijakan publik bisa dibuat oleh sebuah badan pemerintah, maupun oleh beberapa perwakilan lembaga pemerintah.
Kebijakan publik merupakan keputusan politik yang dikembangkan oleh badan
dan pejabat pemerintah. Karena itu karakteristik khusus dari kebijakan publik adalah
bahwa keputusan politik tersebut dirumuskan oleh apa yang disebut Easton (Agustino,
2006:42) sebagai “otoritas” dalam sistem politik yaitu: “para senior, kepala tertinggi,
eksekutif, legislatif, para hakim, administrator, penasehat, para raja, dan sebagainya.”
Selanjutnya Easton menyebutkan bahwa mereka-mereka yang berotoritas dalam sistem
politik dalam rangka memformulasikan kebijakan publik itu adalah:
“orang-orang yang terlibat dalam urusan sistem politik sehari-hari dan mempunyai tanggung jawab dalam suau masalah tertentu dimana pada satu titik mereka diminta untuk mengambil keputusan di kemudian hari yang diterima serta mengikat sebagian besar anggota masyarakat selama waktu tertentu”.
Dalam kaitannya dengan definisi-definisi tersebut maka Agustino (2006: 42)
menyimpukan beberapa karakteristik utama dari kebijakan publik yaitu:
”Pertama, pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau acak. Kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dari pada keputusan yang terpisah-pisah. Misalnya, suatu kebijakan tidak hanya meliputi keputusan untuk mengeluarkan suatu peraturan tertentu tetapi juga keputusan berikutnya yang berhubungan dengan penerapan dan pelaksanaannya. Ketiga, kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat, bukan apa maksud yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan. Keempat, kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negatif. Secara positif, kebijakan melibatkan beberapa tindakan pemerintah yang jelas dalam menangani suatu permasalahan. Secara negatif, kebijakan publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun padahal dalam konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan. Kelima, kebijakan publik, paling tidak secara positif, didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah”.
2.2 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik
Studi implementasi kebijakan publik merupakan studi kajian mengenai
pelaksanaan dari suatu kebijakan pemerintah. Setelah suatu kebijakan dirumuskan dan
disetujui, langkah berikutnya adalah bagaimana agar kebijakan tersebut dapat tercapai
tujuannya. Untuk pengertian implementasi kebijakan, banyak akar-pakar yang
mendeskiripsikan implementasi diantaranya yaitu seperti di bawah ini:
Meter dan Horn (Agustino, 2006:153) yang mendefinisikan implementasi
kebijakan, sebagai:
”Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta
yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.” Selanjutnya Jenkins (Parsons, 2006:463) mendefinisikan implementasi
kebijakan sebagai:
”studi implementasi adalah studi perubahan: bagaimana perubahan terjadi, bagaimana kemungkinan perubahan bisa dimunculkan. Ia juga merupakan studi tentang mikrostruktur dari kehidupan politik; bagaimana organisasi di luar dan di dalam sistem politik menjalankan urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain; apa motivasi-motivasi mereka bertindak seperti itu, dan apa motivasi lain yang mungkin membuat mereka bertindak secara berbeda.” Berikutnya Grindle (1980:6) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai:
”in general, the task of implementation is to establish a link that allows the goals of public policies to be realized as outcomes og governmental activity. It involves, therefore, the creation of a ”policy delivery system,” in which spesific means are designed and pursued in the expectation of arriving at particular ends. Thus public policies broad statements of goals, objectives, and means are translated into action programs that aim to achieve the ends stated in the policy”. (Secara umum, implementasi berfungsi untuk membuat sebuah
hubungan yang menggambarkan tujuan-tujuan dari kebijakan publik yang disadari sebagai hasil dari kegiatan pemerintahan. Hal ini meliputi terciptanya ” Sistem kebijakan langsung,” dimana secara khusus sistem ini dibentuk dan diikuti dengan harapan tercapainya tujuan akhir. Demikianlah, kebijakan publik adalah pernyataan yang mencakup tujuan-tujuan, sasaran-sasaran, dan juga dapat diartikan sebagai program action yang bertujuan untuk mencapai kebijakan akhir dalam suatu negara)
Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu kajian yang
kompleks dan rumit. Untuk melukiskan kerumitan dalam proses implementasi
kebijakan tersebut dapat dilihat dari Bardach (Agustino, 2006: 153) yaitu:
” adalah cukup untuk membuat program dan kebijakan umum yang kelihatannya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan
bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang termasuk mereka anggap klien.” Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Meter dan Horn (Parsons,
2006:462) yaitu:
”Problem implementasi diasumsikan sebagai sebuah deretan keputusan dan interaksi sehari-hari yang tidak terlalu perlu mendapat perhatian dari para sarjana yang mempelajari politik. Implementasi itu dianggap sederhana meski anggapan ini menyesatkan. Dengan kata lain, kelihatannya tidak mengandung isu-isu besar.
Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang
ada yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui
formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Mazmanian dan Sabatier (Agustino, 2006:153)
mendefinisikan implementasi sebagai:
”Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.”
Berikutnya, Pressman dan wildavsky (Parsons, 2006:468) mengungkapkan
implementasi adalah:
“Implementasi adalah menjadikan orang melakukan apa – apa yang diperintahkan dan mengontrol urutan tahap dalam sebuah sistem; dan implementasi adalah soal pengembangan sebuah program kontrol yang meminimalkan konflik dan deviasi dari tujuan yang ditetapkan oleh ”hipotesis kebijakan”.”
Dari definisi-definisi di atas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan
(Agustino, 2006: 154) membicarakan (minimal) 3 hal, yaitu:
“Pertama, adanya tujuan atau sasaran kebijakan; kedua, adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; dan ketiga adanya hasil kegiatan”.
Berdasarkan uraian ini, dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan
merupakan suatu proses yang dinamis, di mana pelaksana kebijakan melaksanakan
aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai
dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Lester dan Stewart Jr
(Agustino, 2006:55) yang mendefinisikan implementasi sebagai ”suatu proses
sekaligus suatu hasil (output)”. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat
diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu tercapai
atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.
Implementasi kebijakan menjadi sebuah tahapan yang penting dalam
keseluruhan struktur dan proses kebijakannya, karena melalui tahap ini dapat diketahui
bagaimana implementasi dilaksanakan atau dengan kata lain dapat diketahui berhasil
atau tidaknya pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu
kebijakan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Udoji (Agustino, 2006: 154)
yang mengatakan bahwa:
”Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan”.
2.3 Implementasi Kebijakan Model Merilee S. Grindle
Pendekatan implementasi kebijakan yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini adalah menggunakan pendekatan implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh
Merilee S. Grindle yang dikenal dengan Implementation as A Political and
Administrative Process (Agustino, 2006:167). Oleh karena itu perlu memahami
terlebih dahulu model implementasi dengan pendekatan implementasi kebijakan
tersebut. Menurut Grindle ada dua variabel yang mempengaruhi implementasi
kebijakan publik. Kebijakan publik dapat diukur dari proses pencapaian hasil akhir
(outcomes), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih. Pengukuran
kebijakan tersebut dapat dilihat dari dua hal yaitu:
1. Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan kebijakan
sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan merujuk pada aksi kebijakannya.
2. Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini diukur dengan melihat dua faktor,
yaitu:
a. Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok.
b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran dan
perubahan yang terjadi.
Keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik, juga menurut Grindle amat
ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yang terdiri atas Content
of Policy dan Context of Policy (Agustino, 2006:168).
1. Content Of Policy menurut Grindle adalah:
a. Interest Affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)
Interest Affected berkaitan dengan berbagai kepentingan yang
mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indikator ini berargurmen
bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan bayak
kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut membawa
pengaruh terhadap implementasinya.
b. Type of Benefits (Tipe manfaat)
Poin ini menunjukkan atau menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan
harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif
yang dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak
dilaksanakan.
c. Extent of Change Envision (Derajat perubahan yang ingin dicapai)
Content of policy yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa
seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu
implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.
d. Sites of Decision Making (letak pengambilan keputusan)
Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan
penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus
dijelaskan di mana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang
akan diimplementasikan.
e. Program Implementer (Pelaksana program)
Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung
dengan adanya pelaksanaan kebijakan yang kompeten dan kapabel demi
keberhasilan suatu kebijakan.
f. Resources Comitted (Sumber-sumber daya yang digunakan)
Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber-
sumberdaya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik.
2. Context of Policy menurut Grindle adalah :
a. Power, Interest and Strategy of Actor Involved (Kekuasaan, kepentingan-
kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat)
Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau
kekuasaan, kepentingan, serta strategi yang digunakan oleh para aktor yang
terlibat guna memperlancar jalannya pelaksana suatu implementasi
kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan matang, sangat besar
kemungkinan program yang hendak diimplementasikan akan jauh
panggang dari api.
b. Institutution and Regime Characterictic (Karakteristik lembaga dan rezim
yang berkuasa)
Lingkungan di mana suatu kebijakan dilaksanakan juga berpengaruh
terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan
karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu
kebijakan.
c. Compliance and Responsiveness (Tingkat kepatuhan dan adanya respon
dari pelaksana)
Pada poin ini, hal yang hendak dijelaskan adalah sejauhmana kepatuhan
dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.
2.4 Pengertian Pelayanan publik
Terminal sebagai salah satu bentuk fasilitas umum merupakan cerminan
pelayanan publik yang diberikan pemerintah kepada masyarakatnya. Sehingga kinerja
pelayanan publik dapat dinilai oleh masyarakat melalui pengelolaan terminal yang
telah dilaksanakan oleh instansi-instansi pemerintah yang bertanggungjawab terhadap
fasilitas-fasilitas yang ada. Oleh karena itu dalam meneliti implementasi Keputusan
Menteri Perhubungan No 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan perlu
kiranya memahami definisi dari pelayanan publik terlebih dahulu.Banyak para ahli
yang mendefinisikan pelayanan Publik, diantaranya Sinambela (2006 :5) yang
menyatakan bahwa:
”Pelayanan Publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik”.
Selanjutnya Sudrajat dan Ridwan (2009:19) berpendapat bahwa:
”Pelayanan Publik adalah pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara terhadap masyarakatnya guna memenuhi kebutuhan dari masyarakat itu sendiri dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat”.
Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Kurniawan (Sinambela dkk,
2006:5), beliau menyebutkan:
”Pelayanan Publik diartikan, pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan”. Berikutnya Winarsih dan Ratminto (2005:5) mendefinisikan pelayanan publik
sebagai berikut:
”Sebagai bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Maka dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik
adalah kegiatan pemberian pelayanan oleh pemerintah terhadap masyarakat yang
bertujuan untuk memberikan kepuasan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
berdasarkan dengan peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Secara teoretis, tujuan pelayanan publik, pada dasarnya adalah memuaskan
masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang
tercermin dari:
1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti;
2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondidi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas;
4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat;
5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain;
6. Kesimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik. (Sinambela, 2006:6)
Selanjutnya Fitzimmons dan Fitzimmons (Sinambela, 2006:7) berpendapat:
”Terdapat lima indikator pelayan publik, yaitu reliability yang ditandai pemberian pelayanan yang tepat dan benar; tangibles yang ditandai dengan penyediaan yang memadai sumber daya manusia dan sumber daya lainnya; responsiveness, yang ditandai dengan keinginan melayani konsumen dengan cepat; assurance, yang ditandai tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam memberikan pelayanan, dan empati, yang ditandai tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.”
2.5 Pengertian Terminal
Peranan transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi dalam
pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu
kesatuan sistem yang terpadu. Untuk terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda
secara lancar dan tertib maka ditempat-tempat tertentu perlu dibangun dan
diselenggarakan terminal. Beberapa definisi tentang terminal yaitu:
Pengertian terminal dalam Kamus Ilmiah (Barry, 1994:747) adalah ”batas
akhir; tujuan akhir; sebagai penghabisan; sasaran akhir”. Menurut Salim (1993:103)
”Terminal adalah titik awal atau akhir dari lin operasional pengangkutan”. Sedangkan
Bakar (2008:Analisis Kebutuhan Dan Karakteristik Parkir Bus Di Terminal Tirtonadi
Surakarta, oleh Suwardi) mengemukakan definisi terminal adalah “Terminal
transportasi merupakan titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi
sebagai pelayanan umum”.
2.6 Deskripsi Kebijakan
2.6.1 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang
Terminal Transportasi Jalan
Secara umum, Keputusan Menteri perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 ini
mengatur tentang terminal secara khusus. Pengaturan terminal dalam Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 ini dibagi dalam delapan bagian, yaitu:
a. Tipe dan Fungsi Terminal;
b. Fasilitas Terminal;
c. Daerah Kewenangan Terminal;
d. Lokasi Terminal;
e. Pembangunan dan Pengoperasian Terminal;
f. Penyelenggaraan Terminal;
g. Jasa Pelayanan Terminal dan
h. Kewenangan Penyelenggaraan Terminal.
2.7 Kerangka Berpikir dan Asumsi Dasar 2.7.1 Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir peneliti dalam penelitian, untuk
mengetahui bagaimana alur berpikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan
penelitian maka dibuatlah kerangka berpikir sebagai berikut:
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Implementasi
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan. Di mana Penelitian ini berlokasi di Terminal Pakupatan, Kota
Serang. Terminal Pakupatan sebagai terminal terbesar di Kota Serang tentunya,
menjadi urat nadi lalu lintas bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan aktivitasnya
sehari-hari yang berhubungan dengan jasa angkutan umum. Dari segi perekonomian
bagi Kota serang tentunya Terminal Pakupatan juga telah memberikan kontribusi
berupa retribusi untuk meningkatkan Pendapatan daerah bagi pemerintah Kota Serang.
Namun Berdasarkan observasi awal peneliti menemukan beberapa
permasalahan seperti Penetapan status Terminal Pakupatan sebagai terminal tipe A
yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, Kurangnya
jumlah petugas di Terminal Pakupatan yang menyebabkan kurang maksimalnya
pengelolaan Terminal, Penarikan retribusi belum sesuai dengan Peraturan Daerah
Nomor 16 Tahun 2008, Kondisi jalan Di Terminal Pakupatan yang sangat
memprihatinkan, Fasilitas yang dimiliki oleh Terminal Pakupatan baik fasilitas utama
dan fasilitas penunjang tidak terpelihara dengan baik dan belum terlaksananya
penerapan manajemen dan rekayasa lalu lintas di Terminal Pakupatan.
Penelitian ini melihat kesesuaian permasalahan Terminal Pakupatan dengan
Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang
Terminal Transportasi Jalan dengan menggunakan model implementasi kebijakan
Merilee S. Grindle, yaitu model Implementation as A Political and Administration
Process. Dimana keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik amat ditentukan
oleh tingkat implementability yang terdiri atas Content of Policy dan Context of Policy.
1. Isi kebijakan (Content Of policy ) terdiri dari beberapa indikator, yaitu:
a. Interest Affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)
b. Type of Benefits (tipe manfaat)
c. Extent of Change Envision ( derajat perubahan yang ingin dicapai )
d. Site of Decision Making (letak pengambilan keputusan)
e. Program Implementer (pelaksana program)
f. Resources Comitted sumber–sumber daya yang digunakan)
2. Konteks Kebijakan (Context of policy) terdiri dari beberapa indikator, yaitu:
a. Power, interest, and strategy of Actor Involved (kekuasaan, kepentingan-
kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat)
b. Institution and Regime Characteristis (Karakteristik lembaga dan rezim yang
berkuasa)
c. Compliance and Responsiveness (tingkat kepatuhan dan adanya respon dari
pelaksana
Gambar 2.1
Alur Kerangka Berfikir
1. Penetapan status Terminal Pakupatan sebagai terminal tipe A yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
2. Penarikan retribusi belum sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2008,
3. Kondisi jalan Di Terminal Pakupatan yang sangat memprihatinkan,
4. Kurangnya jumlah petugas di Terminal Pakupatan
5. Fasilitas yang dimiliki oleh Terminal Pakupatan baik fasilitas utama dan fasilitas penunjang tidak terpelihara dengan baik dan
6. Belum terlaksananya penerapan manajemen dan rekayasa lalu lintas di Terminal Pakupatan.
Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan
Teori Merilee S. Grindle
Pengelolaan Terminal Pakupatan
Content of Policy 1. Kepentingan-kepentingan
yang mempengaruhi 2. Tipe manfaat 3. Derajat perubahan yang
ingin dicapai 4. Letak pengambilan
keputusan 5. Pelaksana program 6. Sumber-sumber daya yang
digunakan
Context of Policy 1. Kekuasaan, kepentingan-
kepentingan, dan strategi dari actor yang terlibat.
2. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa
3. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana
2.7.2 Asumsi Dasar
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat di buat asumsi dasar dalam
penelitian ini, yang merupakan anggapan peneliti terhadap permasalahan yang di teliti.
Berdasarkan rumusan masalah maka peneliti mengasumsikan bahwa pengelolaan
terminal Pakupatan, Kota Serang belum sesuai pelaksanaannya dengan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian menurut Soehartono (2004:9) adalah cara atau strategi
menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Hal ini sejalan
dengan apa yang diungkapkan oleh Suryabrata (2008:11) bahwa metode penelitian
adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara
terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Dalam penelitian mengenai
”Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Di Terminal
Pakupatan Kota Serang”, peneliti menggunakan metode penelitian dengan pendekatan
kualitatif.
Menurut Moleong (2007:6) Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll., secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dengan memanfaatkan berbagi metode ilmiah. Sedangkan menurut
Lincoln dan Denzin (2009:2) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif mencakup
penggunaan subjek yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris, studi kasus,
pengalaman pribadi, introspeksi, perjalanan hidup, wawancara, teks-teks hasil
pengamatan, historis, interaksional, dan visual yang menggambarkan saat-saat dan
makna keseharian dan problematis dalam kehidupan seseorang.
Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini bertujuan untuk untuk mengetahui lebih
dalam tentang bagaimana kenyataan sosial yang terjadi dalam penelitian
“Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang
Terminal Transportasi Jalan Di Terminal Pakupatan, Kota Serang”. Dengan demikian,
laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
laporan penelitian.
3.2 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian mengenai implementasi Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan Di Terminal Pakupatan,
Kota Serang, yang menjadi instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri.
Menurut Moleong (2006:168) menyebutkan bahwa kedudukan peneliti dalam
penelitian kualitatif merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, dan pada
akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.
3.3 Tekhnik Penelitian
Tekhnik pengumpulan data merupakan salah satu bagian penelitian yang sangat
penting (Moleong, 2006:157). Adapun teknik yang digunakan peneliti dalam
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk
melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan di sini diartikan lebih
sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak
mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono, 2004:69). Dalam penelitian ini,
teknik observasi/pengamatan yang digunakan adalah observasi berperanserta
(observation participant). Pengamatan berperan serta dianggap cocok untuk meneliti
bagaimana manusia berperilaku dan memandang realitas kehidupan mereka dalam
lingkungan mereka yang biasa, rutin, dan alamiah (Mulyana, 2008:167)
2. Wawancara
Wawancara adalah bentuk perbincangan, seni bertanya dan mendengar.
Wawancara merupakan perangkat untuk memproduksi pemahaman situasional
(situated understandings) yang bersumber dari episode-episode interaksional khusus
(Lincoln, Denzin, 2009:495). Sedangkan Mulyana (2008:180) menyebutkan bahwa
wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang
ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara dalam penelitian kualitatif
bersifat mendalam (in-dept interview). Adapun jenis wawancara yang digunakan
adalah wawancara tak berstruktur (unstructed interview). Wawancara tak berstruktur
(unstructed interview) bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata
dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik social-budaya (agama,
suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dsb.) responden yang dihadapi
(Mulyana, 2008:181). Selanjutnya, supaya hasil wawancara dapat terekam dengan
baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau
sumber data, maka diperlukan alat-alat seperti buku catatan, alat perekam dan kamera
digital.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi (Soehartono, 2004:70) merupakan tekhnik pengumpulan
data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi Dokumentasi biasanya berbentuk foto.
Menurut Bogdan dan Biklen Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga
dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering
dianalisis secara induktif. Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam
penelitian kualitatif, yaitu foto orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri
(Moleong, 2006:160).
Selanjutnya pengumpulan sumber data dalam penelitian ini menggunakan
sumber data utama dan sumber tertulis. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang
diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. (Moleong, 2006:157).
Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat
dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan
dokumen resmi (Moleong, 2006:159).
3.4 Informan penelitian
Dalam penelitian mengenai Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan Di Terminal Pakupatan,
Kota Serang, penentuan informannya menggunakan Teknik Sampel Purposif
(Purposive Sampling). Sampel Purposif adalah sampel yang secara sengaja dipilih oleh
peneliti, karena sampel ini dianggap memiliki ciri-ciri tertentu, yang dapat
memperkaya data penelitian (Irawan, 2006:17).
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Perhubungan Kota Serang, Kepala Seksi
Perparkiran dan Terminal Pakupatan, Petugas pemungut retribusi Terminal Pakupatan,
sopir angkutan umum, Kepala Paguyuban Angkutan Kota Serang (PAKS), Wakil
Pengurus Organisasi Angkutan Darat (ORGANDA) Terminal Pakupatan, dan
Masyarakat pengguna jasa angkutan umum.
3.5 Tekhnik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen (Irawan, 2006:73) analisis data adalah:
“Analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip interview, catatan di lapangan, dan bahan-bahan lain yang anda dapatkan, yang kesemuanya itu anda kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman anda (terhadap suatu fenomena) dan membantu anda untuk mempersentasikan penemuan anda kepada orang lain”.
Dari penjelasan diatas maka proses analisis data terkait erat dengan
pengumpulan dan interpretasi data. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di
lapangan.
Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif (grounded), di mana
peneliti membangun kesimpulan penelitiannya dengan cara mengabstraksikan data-
data empiris yang dikumpulkannya dari lapangan dan mencari pola-pola yang terdapat
di dalam data-data tersebut. Karena itu, analisis data dalam penelitian kualitatif tidak
perlu menunggu sampai seluruh proses pengumpulan data selesai dilaksanakan.
Analisis itu dilaksanakan secara pararel pada saat pengumpulan data, dan dianggap
selesai manakala peneliti merasa telah mencapai suatu “titik jenuh” dan telah
menemukan pola aturan yang ia cari. Maka tidak heran kalau dalam penelitian
kualitatif dapat berlangsung sampai berbulan-bulan atau bahkan sampai bertahun-
tahun (Irawan, 2006:53).
Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan
Huberman yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas dalam analisis data
dalam Model Miles dan Huberman terdiri dari reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan Kesimpulan-kesimpulan yang terdiri dari
penarikan/verfikasi (conclusion drawing/verification). Proses dari analisis data
tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Analisis data menurut Miles & Huberman
Sumber ( Huberman:1992 )
Dari gambar 3.1 diatas maka dapat diuraikan tiga kegiatan dalam proses analisis data
yaitu:
a. Reduksi Data (Data Reduction )
Menurut (Lincoln, Denzin, 2009:590) Reduksi data (data reduction) diartikan
bahwa kesemestaan potensi yang dimiliki oleh data disederhanakan dalam sebuah
mekanisme antisipatoris. Hal ini dilakukan ketika peneliti menetukan kerangka kerja
konseptual (conceptual framework), pertanyaan penelitian, kasus dan instrumen
Pengumpulan data
Reduksi Data
Penyajian Data
Kesimpulan-kesimpulan:
Penarikan/verifikasi
penelitian yang digunakan. Jika hasil catatan lapangan, wawancara, rekaman, dan data
lain telah tersedia, tahap seleksi data berikutnya adalah perangkuman data (data
summary), pengodean (coding), merumuskan tema-tema, pengelompokan (clustering),
dan penyajian cerita secara tertulis.
b. Penyajian Data (Data Display)
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Penyajian
data (Data Display) diartikan sebagai konstruk informasi padat terstruktur yang
memungkinkan pengambilan kesimpulan dan penerapan aksi. Seorang peneliti perlu
mengkaji proses reduksi data sebagai dasar pemaknaan. Penyajian data yang lebih
terfokus meliputi ringkasan terstruktur (structured summaries), deskripsi singkat
(vignettes), diagram-diagram dan matrik dengan teks (Lincoln, Denzin, 2009:590).
c. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan (Verification)
Langkah terakhir dari kegiatan analisis data adalah menarik kesimpulan dan
verifikasi. Tahap pengambilan kesimpulan dan verifikasi ini melibatkan peneliti dalam
proses interpretasi; penetapan makna makna dari dari data yang tersaji. Cara yang bias
digunakan akan semakin banyak; metode komparasi, merumuskan pola dan tema,
pengelompokan (clustering), dan penggunaan metafora tentang metode konfirmasi
seperti triangulasi, mencari kasus-kasu negative, menindaklanjuti temuan-temuan, dan
cek-silang hasilnya dengan responden (Lincoln, Denzin, 2009:590).
3.6 Pengujian Validitas Data dan Reabilitas Data
Validitas adalah kebenaran dan kejujuran sebuah dekripsi, kesimpulan,
penjelasan, tafsiran dan segala jenis laporan (Alwasilah, 2006:169). Wolcott
menyebutkan validitas dalam bidang kualitatif memiliki serangkaian definisi mikro
yang bersifat tekhnis yang mempermudah bagi para pembaca. Validitas dalam
penelitian kualitatif memiliki keterkaitan dengan deskripsi dan eksplanasi dan terlepas
apakah eksplanasi-eksplanasi tersebut sesuai dan cocok dengan deskripsi atau tidak
(Lincoln, Denzin,2009:273).
Pada Penelitian kualitatif, Validitas internal diwakili oleh “kredibilitas”, yang
berkenaan dengan fungsi melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat
kepercayaan dapat dicapai, dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil penelitian
dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda (Nugroho, 2008:544).
Valibitas eksternal pada penelitian kualitatif diwakili dengan “transferabilitas” atau
“keteralihan”. Untuk memenuhi kriteria tranferabilitas atau “validitas eksternal”,
diajukan pertanyaan kepada peneliti hingga di manakah penelitian itu dapat
diaplikasikan atau digunakan dalam situasi-situasi lain, sehingga dapat dicapai
generalisasi yang menujukkan bahwa hasil penelitian berlaku bagi populasi yang
relatif sama dengan yang diteliti (Nugroho, 2008:545).
Reliabilitas pada penelitian kualitatif diwakili oleh “dependabilitas” atau
“kebergantungan”. Dependabilitas menurut istilah konvensional disebut “reliabilitas”
yang merupakan syarat bagi validitas yang artinya hanya dengan alat yang reliabel
dapat diperoleh data yang valid (Nugroho, 2008:546). Untuk pengujian validitas data
pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi dan mengadakan
member check.
1. Triangulasi
Tekhnik Triangulasi (Irawan, 2006:79) adalah proses check dan recheck antara
satu sumber data dengan sumber data lainnya. Menurut Alwasilah (2006:175)
menyebutkan triangulasi merupakan tekhnik yang merujuk pada pengumpulan
informasi atau data dari individu dan latar dengan menggunakan berbagai metode.
Denzin (2009:271) merangkum 4 tipe dasar dari teknik triangulasi, sebagai berikut:
a. Triangulasi data (Data triangulation): menggunakan sejumlah sumber data
dalam penelitian.
b. Triangulasi peneliti (Investigator triangulation): menggunakan sejumlah peneliti
atau evaluator.
c. Triangulasi teori (Theory triangulation): menggunakan beragam perspektif untuk
menginterpretasikan sekelompok data tunggal.
d. Triangulasi metodologis (Methodological triangulation): menggunakan beragam
metode untuk mengkaji problem tunggal
Dalam penelitian ini, proses check dan recheck data yang dilakukan oleh
peneliti menggunakan tekhnik Triangulasi data.
2. Member Check
Member check adalah setelah melakukan wawancara dengan para informan,
maka langsung dibuat transkrip wawancara. Transkrip wawancara tersebut
diperlihatkan kembali kepada informan untuk mendapatkan konfirmasi bahwa
transkrip tersebut sesuai dengan pandangan mereka. Mereka melakukan koreksi,
mengubah atau bahkan menambahkan informasi (Alwasilah, 2006:178).
3.7 Lokasi Dan Jadwal Penelitian
Adapun Lokasi dari Penelitian mengenai “Implementasi Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan Di Terminal
Pakupatan, Kota Serang” terletak di Terminal Pakupatan, Kota Serang. Terminal
Pakupatan berada terletak diruas jalan antara Jakarta-Serang pada KM. JKT,87.0 Di
Kampung Pakupatan Desa Banjar Sari Kecamatan Cipocok Jaya Kabupaten Serang.
Sedangkan penelitian ini dilakukan mulai dari Desember 2009 hingga Juli
2010. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada jadwal penelitian sebagai berikut:
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika Kota Serang
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem penyelenggaraan Pemerintah Daerah di Kota
Serang yang memiliki fungsi utama penyelenggaraan pemerintahan di bidang
perhubungan, komunikasi dan informatika. Dinas ini dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Serang Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan
Organisasi Dinas Daerah Kota Serang yang berlokasi di Jalan Raya Jakarta KM 4
Serang.
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang mempunyai visi
“Terwujudnya Sistem Transportasi, Komunikasi dan Informatika yang Handal”.
Adapun misi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang tahun
2008-2013 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia Dishukominfo
menuju tata pemerintahan yang baik, bersih, dan profesional, yang berorientasi
pada pelayanan publik.
2. Meningkatkan pelayanan perhubungan, komunikasi dan informatika yang tepat
waktu, menjangkau semua wilayah, kapasitas mencukupi, cepat, tertib, teratur
serta mendukung pembangunan daerah.
3. Meningkatkan pelayanan perhubungan, komunikasi dan informatika yang berdaya
saing dan memberikan nilai tambah.
4. Merumuskan perencanaan bidang transportasi, komunikasi dan informatika
melalui penetapan program dan kegiatan skala prioritas, kajian ilmiah, sinergitas
antar matra transportasi dan kemampuan operasional implementasi di lapangan.
5. Merumuskan sistem operasional dan prosedur, mekanisme ketatalaksanaan,
landasan ketentuan hukum dan pengendalian operasional lapangan dalam rangka
pelayanan publik yang prima.
6. Meningkatkan kualitas sumberdaya aparatur bidang transportasi, komunikasi dan
informatika.
7. Memantapkan rumusan perencanaan transportasi lima tahun kedepan melalui
penetapan skala prioritas, kajian ilmiah, sinergitas antar matra dan kemampuan
implementasi di lapangan.
8. Memantapkan sistem operasi dan prosedur dan mekanisme ketatalaksanaan,
landasan ketentuan hukum dan pengendalian operasional lapangan dalam rangka
pelayanan publik yang prima.
9. Memantapkan kualitas sumberdaya aparatur matra transportasi dengan
mengikutsertakan aparatur guna mengikuti pendidikan dan latihan yang tersedia.
10. Memantapkan penghayatan dan pemahaman aparatur Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika Kota Serang untuk selalu berorientasi terhadap visi
dinas yaitu mewujudkan sistem transportasi yang handal yaitu mewujudkan sistem
transportsi yang handal yaitu sistem transportasi yang terpadu, beraksebilitas
tinggi, aman, lancar, nyaman, teratur, cepat dan terjangkau oleh masyarakat.
Adapun kedudukan, tugas pokok dan fungsi Dinas Perhubungan, Komunikasi
dan Informatika Kota Serang adalah:
1. Kedudukan
a. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Serang merupakan unsur
pendukung tugas Walikota.
b. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika di pimpin oleh Kepala Dinas
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Melalui
Sekretaris Daerah.
2. Tugas Pokok
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika mempunyai tugas
melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang perhubungan darat dan laut,
komunikasi dan informatika berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan.
3. Fungsi
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut:
a. Penyusunan perencanaan bidang lalu lintas dan angkutan, komunikasi dan
informatika;
b. Perumusan kebijakan teknis bidang lalu lintas dan angkutan, komunikasi dan
informatika;
c. Pelaksanaan laporan pemerintahan dan pelayanan umum bidang lalu lintas dan
angkutan, komunikasi dan informatika;
d. Pembinaan, Koordinasi, Pengendalian dan fasilitasi pelaksanaan kegiatan
bidang lalu lintas, komunikasi dan informatika;
e. Pelaksanaan kegiatan penatausahaan dinas;
f. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Struktur Organisasi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota
Serang dibentuk berdasarkan Peraturan Wali Kota Serang Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Daerah Kota Serang. Adapun susunan Struktur Organisasi Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika Kota Serang berdasarkan Peraturan Wali Kota Serang
Nomor 36 Tahun 2008 terdiri dari:
1. Kepala Dinas ;
2. Sekretaris membawahi sub bagian :
a. Sub bagian Umum dan Kepegawaian;
b. Sub bagian Keuangan;
c. Sub bagian Program , Evaluasi dan Pelaporan.
3. Bidang Lalu Lintas dan Angkutan ;
4. Bidang Keselamatan, Teknik, Sarana Dan Prasarana ;
5. Bidang Komunikasi dan Informatika ;
4.1.2 Terminal Pakupatan Serang
Terminal Pakupatan merupakan terminal terbesar yang terletak di Kota Serang,
yaitu di ruas jalan antara Jakarta-Serang pada KM. JKT,87.0 Kampung Pakupatan
Desa Banjar Sari Kecamatan Cipocok Jaya, Kabupaten Serang. Terminal ini
diresmikan pada tanggal 25 Agustus 1995. Terminal Pakupatan merupakan terminal
lintasan yang berstatus sebagai terminal tipe A. Terminal Pakupatan mempunyai luas
areal untuk bangunan seluas 1. 530,50 M² (6,75%), areal untuk sarana dan prasarana
21.154,50 M² (93,25 %) dengan jumlah keseluruhan areal 22.154,50 M² (100%).
Terminal ini mempunyai akses langsung dari jalan raya dari Jalan Raya Jakarta ± 50 M
yang terdiri dari lebar badan jalan 18 M, bahu jalan sebelah kiri 1 M sebelah kanan 1
M, lebar trotoar kiri 2,70 M, lebar trotoar kanan, drainase kiri 0,5 M, drainase kanan
0,5 M, volume lalu lintas 2639,8 smp/jam, kapasitas 3641,66 smp, V/C Ratio 0,70,
kecepatan rata-rata 42,31 Km/jam dan jenis perkerasan aspal hotmix yang terbagi
dalam 2 arah dengan 4 lajur tanpa median pemisah.
Gambar 4.1
Terminal Pakupatan Kota Serang
1. Fasilitas
Pada perencanaan awal yang terdapat pada site plan pembangunan Terminal
Pakupatan dengan luas keseluruhan 22.685 M² ( 100 % ) dibagi dalam 2 peruntukan
yaitu untuk bangunan 1.530,50 M² ( 6,75 % ), sarana dan prasarana 21.154,50 M² (
93,25 % ) dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 4.1
Daftar site plan fasilitas di Terminal Pakupatan
No Bangunan Luas
1
2
Bangunan induk/ kantor
Jalur pemberangkatan bus
427,5 M²
283,5 M²
3
4
5
6
7
Jalur pemberangkatan mikro bus
Menara pengawas
Ruang tunggu penumpang
Kios agen
Bangunan kios
52,5 M²
16 M²
81 M²
171 M²
499 M²
No Sarana dan Prasarana Luas
1
2
3
4
5
6
7
Mesjid
Tempat wudhu
Pos polisi
Pos
Puskesmas
TPS
Jalan, tempat parkir dan ruang terbuka hijau
149 M²
162 M²
36 M²
30 M²
80 M²
169 M²
20528,5 M²
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Serang Tahun 2010
Namun, kondisi yang ada pada saat ini untuk fasilitas yang ada di Terminal
Pakupatan Kota Serang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Daftar fasilitas di Terminal Pakupatan pada saat ini
No Fasilitas Utama Jumlah
1
2
3
Jalur pemberangkatan AKAP
Jalur pemberangkatan AKDP
Jalur lintasan AKAP
7 jalur
4 jalur
1 jalur
4
5
6
7
8
Jalur lintasan AKDP
Jalur lintasan angkot
Bangunan kantor administrasi terminal
Bangunan Menara pengawas
Ruang tunggu penumpang
1 jalur
1 jalur
1 unit
1 unit
1 unit
No Fasilitas Penunjang Jumlah
1
2
3
4
5
6
Pos TPR
Pos polisi
Mesjid/musholla
Kamar kecil/ toilet
Kios/ kantin
Puskesmas
2 unit
1 unit
1 unit
4 unit
20 unit
1 unit
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Serang Tahun 2010
2. Sirkulasi Pergerakan Kendaraan di Terminal Pakupatan
Sirkulasi pergerakan kendaraan di dalam Terminal Pakupatan adalah sebagai
berikut:
1. Bus AKAP yang menuju arah selain Merak masuk melalui pintu masuk utama
pada gerbang terminal kemudian melalui jalur pemisah bus dan non bus
selanjutnya menuju jalur pemberangkatan bus AKAP dan keluar melalui pintu
keluar utama pada gerbang terminal.
2. Bus AKAP yang menuju Merak masuk melalui pintu masuk utama pada gerbang
terminal kemudian melalui jalur pemisah bus dan non bus selanjutnya menuju
jalur lintasan dan keluar melalui pintu keluar utama pada gerbang terminal.
3. Bus AKAP yang beristirahat atau mengalami kerusakan untuk melakukan
perbaikan ringan masuk melalui pintu masuk utama pada gerbang terminal
kemudian melalui jalur pemisah dan menggunakan jalur non bus untuk
selanjutnya menuju pelataran parkir dibagian belakang terminal.
4. Mikro bus AKDP masuk melalui pintu utama pada gerbang terminal kemudian
melalui jalur pemisah bus dan non bus selanjutnya menuju jalur pemisah bus dan
non bus selanjunya menuju jalur pemberangkatan AKDP dan keluar melalui pintu
keluar utama pada gerbang terminal.
5. Angkot masuk melalui pintu masuk utama terminal pada gerbang terminal
kemudian mengambil jalur non bus dan berputar mengikuti jalur tersebut sampai
pintu keluar utama pada gerbang utama.
6. Angkutan pedesaan masuk melalui pintu belakang terminal kemudian melaui jalur
non bus dan berputar dibelakang menara pengawas selanjutnya masuk kembali
pada jalur pemisah non bus dan menuju tempat pemberangkatan di bagian selatan
terminal dan menuju pintu keluar bagian belakang terminal.
7. Kendaraan pribadi masuk melalui pintu utama dan pintu bagian belakang terminal
selanjutnya mengikuti jalur lintasan dan kembali menuju pintu keluar.
Adapun Struktur Organisasi Terminal Pakupatan Kota Serang dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Terminal Pakupatan Kota Serang
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai hasil penelitian yang telah
diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan. Dalam
penelitian tentang Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun
1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang,
peneliti menggunakan teori Merilee S. Grindle yang menjelaskan bahwa keberhasilan
Kepala Terminal
Petugas TPR Petugas Administrasi
Jadwal Tugas Sesuai Dengan Shif Dari Masing-Masing Petugas
Petugas Operasional
suatu kebijakan publik dapat diukur dari proses pencapaian hasil akhir (outcomes),
yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih dan tingkat implementability
kebijakan itu sendiri. Mengingat bahwa jenis dan analisis data yang digunakan dalam
penelitian adalah penelitian kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat deskriptif
berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan, serta data
atau hasil dokumentasi lainnya.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa dalam prosesnya,
analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah
dikembangkan oleh Miles & Huberman, yaitu selama proses pengumpulan data
dilakukan tiga kegiatan penting, diantaranya; reduksi data (data reduction), penyajian
data (data display) dan verifikasi (Conclusions drawing/verifying). Data yang
diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara, observasi, maupun
dokumentasi dilakukan reduksi untuk dapat mencari tema dan polanya. Selanjutnya
diberikan kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan
berkaitan dengan pembahasan masalah penelitian serta dilakukan kategorisasi. Dalam
penyusunan jawaban penelitian, peneliti memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu:
1. Kode Q1-Q9 menandakan daftar urut pertanyaan.
2. Kode A1- I25 menandakan kategori pertanyaan.
3. Kode I1 – I16 menandakan daftar urut informan.
Setelah memberikan kode-kode pada aspek tertentu yang berkaitan dengan
masalah penelitian sehingga tema dan polanya ditemukan, maka dilakukan kategorisasi
berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan dari penelitian di lapangan. Hal ini
dilakukan dengan membaca dan menelaah jawaban-jawaban tersebut dan mencari data
penunjang yang akan memperkuat hasil penemuan di lapangan. Mengingat penelitian
ini adalah penelitian kualitatif dengan tidak menggeneralisasikan jawaban penelitian,
maka semua jawaban yang dikemukakan oleh informan dipaparkan dalam pembahasan
penelitian yang disesuaikan dengan teori penelitian.
Berikut ini adalah kategori-kategori yang telah disusun oleh peneliti
berdasarkan hasil penelitian lapangan, yaitu:
1) Isi Kebijakan (Content of Policy), terdiri dari:
a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi, dengan kategori:
1. Kepentingan dan keterlibatan pemerintah daerah melalui Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika Daerah Kota Serang.
2. Kepentingan petugas sebagai pelaksana tekhnis di lapangan.
3. Kepentingan organisasi yaitu Organda (Organisasi Angkutan dan Darat),
PAKS (Paguyuban Angkot Kota Serang), Pengurus angkutan, dan sopir.
4. Kepentingan masyarakat sebagai pengguna jasa di Terminal Pakupatan.
b. Tipe manfaat, dengan kategori:
1. Manfaat yang dirasakan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika Daerah Kota Serang dari Implementasi Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan
di Terminal Pakupatan Kota Serang;
2. Manfaat yang dirasakan oleh petugas sebagai unsur pelaksana tekhnis dari
diterapkannya Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang;
3. Manfaat yang dirasakan oleh organisasi yaitu Organda (Organisasi
Angkutan dan Darat), PAKS (Paguyuban Angkot Kota Serang) Pengurus
angkutan dan sopir dari diterapkannya Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal
Pakupatan Kota Serang;
4. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sebagai pengguna jasa di
Terminal Pakupatan dari diterapkannya Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal
Pakupatan Kota Serang.
c. Derajat perubahan yang ingin dicapai, dengan kategori:
1. Perubahan yang ingin diinginkan dan perubahan yang dirasakan oleh
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang dari
diterapkannya Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang;
2. Perubahan yang ingin dicapai dan perubahan yang dirasakan oleh petugas
sebagai unsur pelaksana tekhnis dari diterapkannya Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan
di Terminal Pakupatan Kota Serang;
3. Perubahan yang ingin dicapai dan perubahan yang dirasakan oleh
organisasi yaitu Organda (Organisasi Angkutan dan Darat), PAKS
(Paguyuban Angkot Kota Serang), Pengurus angkutan dan sopir dari
diterapkannya Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang;
4. Perubahan yang ingin dicapai dan perubahan yang dirasakan oleh
masyarakat sebagai pengguna jasa di Terminal Pakupatan dari
diterapkannya Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang.
d. Pelaksana program, dengan kategori:
1. Jumlah dan status kepegawaian pelaksana tekhnis di lapangan;
2. Pelaksanaan program pengelolaan Terminal Pakupatan Serang
e. Letak pengambilan keputusan, dengan kategori:
1. Siapa yang bertanggungjawab dalam pengelolaan Terminal Pakupatan;
2. Letak pengambilan keputusan dalam mengimplementasikan Keputusan
Menteri Perhubungan Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal
Pakupatan Kota Serang;
3. Letak pengambilan keputusan mengenai sanksi atas pelanggaran dalam
Keputusan Menteri Perhubungan Tentang Terminal Transportasi Jalan di
Terminal Pakupatan Kota Serang.
f. Sumber daya yang digunakan, dengan kategori:
1. Sumber daya manusia;
2. Sumber dana.
2) Konteks Implementasi ( Context of policy ), terdiri dari:
a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat,
dengan kategori:
1. Terdapat tidaknya kekuasaan dan kepentingan-kepentingan yang
mempengaruhi dalam pengambilan tindakan dalam implementasi
Keputusan Menteri Perhubungan Tentang Terminal Transportasi Jalan di
Terminal Pakupatan Kota Serang;
2. Strategi yang diterapkan oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika Kota Serang dan petugas pelaksana tekhnis dalam
menghadapi hambatan mengimplementasikan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan
di Terminal Pakupatan Kota Serang
3. Hambatan yang dihadapi Petugas sebagai pelaksana teknis di lapangan
dalam mengimplementasikan Keputusan Menteri Perhubungan Tentang
Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang;
b. Karakteristik rezim yang berkuasa, dengan kategori: Struktur organisasi
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang.
c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana, dengan kategori:
1. Petugas pelaksana tekhnis di lapangan;
2. Sopir
Berdasarkan kategori-kategori di atas, maka peneliti membuat matrik agar data-
data yang ada dari katagorisasi dapat dibaca dan dipahami secara keseluruhan
kemudian dilakukan analisis kembali untuk mencari kesimpulan yang valid selama sisa
waktu penelitian dengan mencari kembali data dan informasi yang dapat bersifat
jenuh, artinya telah ada pengulangan informasi, maka kesimpulan tersebut dapat
diambil untuk dijadikan dalam membahas penelitian.
4.2.2 Informan Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan peneliti pada bab 3, bahwa dalam penelitian
mengenai Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang ini, dalam
pemilihan informan penelitiannya, peneliti menggunakan tekhnik menggunakan
Teknik Sampel Purposif (sampel yang secara sengaja dipilih oleh peneliti, karena
sampel ini dianggap memiliki ciri-ciri tertentu). Sehingga informan-informan yang
peneliti tentukan, merupakan orang-orang yang menurut peneliti memiliki informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian ini, karena mereka (informan) dalam kesehariannya
senantiasa berurusan dengan permasalahan yang sedang peneliti teliti. Berikut ini akan
diuraikan daftar informan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:
Tabel 4.3
Daftar Informan
No Kode Informan
Nama Informan Jabatan/Status Informan
1 I1 Edinata Sukarya S.sos M. SI Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang
2 I2 Ade Sutaryana Kepala Seksi Perparkiran dan Terminal
3 I3 M. Yasin
Kepala Regu Petugas Terminal Pakupatan
4 I4 Haris Budianto Petugas Pemungut Retribusi Terminal Pakupatan
5 I5 Suryadi Petugas Lalulintas Terminal Pakupatan
6 I6 Entus Muhidin Wakil Ketua Organda Kota Serang
7 I7 Embing Dimiyati Ketua Paguyuban Angkot Kota Serang
8 I8 Haris Ardiansyah Pengurus PO Armada Jaya Perkasa
9 I9 Yasika Sopir Bus Bhineka
10 I10 Sanong Sopir Bus Sri Maju Prima
11 I11 Aliumi Sopir angkutan Antar Kota Dalam Provinsi PO Mutiara (Bus ¾, bus sedang)
12 I12 Otong Syahrudin Sopir angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (PS, bus kecil)
13 I13 Syarifuddin Sopir Angkutan Kota
14 I14 Suhendra Sopir Angkutan Kota
15 I15 Susi Masyarakat pengguna angkutan
16 I16 Afidah
Masyarakat pengguna angkutan
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini
informan merupakan orang-orang yang terlibat baik secara langsung maupun secara
tidak langsung dalam Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun
1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang.
Adapun karakteristik dari para Informan terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang, 1 (satu) orang Kepala Seksi
Perparkiran dan Terminal, 1 (satu) orang Kepala Regu Petugas Terminal Pakupatan, 2
(dua) orang petugas yang terdiri dari petugas pemungut retribusi dan petugas lalulintas
di Terminal Pakupatan, 1 (satu) orang Wakil Ketua Organda Kota Serang, 1 (satu)
orang Ketua Paguyuban Angkot Kota Serang, 1 (satu) orang Ketua Paguyuban Angkot
Kota Serang, 1 (satu) orang Pengurus angkutan, 2 (dua) orang sopir bus, 2 (dua) orang
sopir Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), 2 (dua) orang sopir angkutan kota dan
2 (dua) orang masyarakat pengguna angkutan.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan dirumuskan berdasarkan pertimbangan bahwa dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalulintas Jalan telah diatur
ketentuan mengenai penyelenggaraan terminal dan perlu diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri Perhubungan. Secara umum, Keputusan Menteri perhubungan
Nomor 31 Tahun 1995 ini mengatur tentang terminal secara khusus. Pengaturan
terminal dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 ini dibagi
dalam delapan bagian, yaitu:
1. Tipe dan Fungsi Terminal;
2. Fasilitas Terminal;
3. Daerah Kewenangan Terminal;
4. Lokasi Terminal;
5. Pembangunan dan Pengoperasian Terminal;
6. Penyelenggaraan Terminal;
7. Jasa Pelayanan Terminal dan
8. Kewenangan Penyelenggaraan Terminal.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Jalan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi jalan yang dimaksud dengan Terminal Penumpang
adalah prasaranan transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan
penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur
kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Selanjutnya tipe dan fungsi
terminal terdiri dari :
1. Terminal Penumpang Tipe A yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota propinsi dan/ atau angkutan lintas batas negara, angkutan
antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan;
2. Terminal Penumpang Tipe B yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan;
3. Terminal Penumpang Tipe C yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan pedesaan.
Selanjutnya dalam Keputusan Menteri Perhubungan Jalan Nomor 31 Tahun
1995 Tentang Terminal Transportasi jalan diatur juga mengenai fasilitas terminal
penumpang yang terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas penunjang. Fasilitas utama
yang sebagaimana dimaksud diatas terdiri dari:
1. Jalur pemberangkatan kendaraan umum;
2. Jalur kedatangan kendaraan umum;
3. Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di
dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum;
4. Bangunan kantor terminal;
5. Tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar;
6. Menara pengawas;
7. Loket penjualan karcis;
8. Rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk
jurusan, tarif dan jadwal perjalanan;
9. Pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi.
Sedangkan fasilitas penunjang terdiri dari:
1. Kamar kecil/toilet;
2. Musholla;
3. Kios/kantin;
4. Ruang pengobatan;
5. Ruang informasi dan pengaduan;
6. Telepon umum;
7. Tempat Penitipan barang;
8. Taman.
Berikutnya daerah kewenangan terminal terminal penumpang terdiri dari:
1. Daerah lingkungan kerja terminal, merupakan daerah yang diperuntukkan untuk
fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal;
2. Daerah pengawasan terminal, merupakan daerah di luar lingkungan kerja
terminal, yang diawasi oleh petugas terminal untuk kelancaran arus lalu lintas di
sekitar terminal.
Selanjutnya dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi Jalan dijelaskan tentang penentuan lokasi terminal
penumpang tipe A, tipe B, tipe C, yang ditetapkan dengan memperhatikan:
1. Rencana umum tata ruang;
2. Kepadatan lalulintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal;
3. Keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda;
4. Kondisi topografi lokasi terminal;
5. Kelestarian lingkungan.
Adapun, Penetapan lokasi terminal penumpang tipe A selain harus
memperhatikan ketentuan sebagaimana yang dimaksud diatas, harus memenuhi
persyaratan:
1. Terletak dalam jaringan trayek antar kota , antar provinsi dan/ atau angkutan
lalulintas batas negara;
2. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-sekurangnya kelas III A;
3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 20 Km di
Pulau Jawa, 30 Km di Pulau Sumatera dan 50 Km di pulau lainnya;
4. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 Ha untuk terminal di Pulau Jawa
dan Sumatera, dan 3 Ha di pulau lainnya;
5. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan
jarak sekurang-kurangnya 100 M di Pulau Jawa dan 50 M di pulau lainya,
dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.
Selanjutnya dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang terminal transportasi jalan disebutkan bahwa penyelenggaraan terminal
penumpang meliputi kegiatan pengelolaan, pemeliharaan dan penertiban terminal.
Pengelolaan terminal penumpang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan operasional terminal. Kegiatan perencanaan operasional terminal
sebagaimana yang dimaksud diatas meliputi:
1. Penataan pelataran terminal menurut rute atau jurusan;
2. Penataan fasilitas penumpang;
3. Penataan fasilitas penunjang terminal;
4. Penataan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal;
5. Penyajian daftar rute perjalanan dan tarif angkutan;
6. Penyusunan jadwal perjalanan berdasarkan kartu pengawasan;
7. Pengaturan jadwal petugas di terminal;
8. Evaluasi sistem pengoperasian terminal.
Kegiatan pelaksanaan operasional sebagaimana yang dimaksud diatas meliputi:
1. Pengaturan tempat tunggu dan arus kendaraan umum di dalam terminal;
2. Pemeriksaan kartu pengawasan dan jadwal perjalanan;
3. Pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan menurut jadwal yang
telah ditetapkan;
4. Pemungutan jasa pelayanan terminal penumpang;
5. Pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kendaraan umum
kepada penumpang;
6. Pengaturan arus lalulintas di daerah pengawasan terminal;
7. Pencatatan dan pelaporan pelanggaran;
8. Pencatatan jumlah kendaraan dan penumpang yang datang dan berangkat.
Kegiatan pengawasan operasional sebagaimana yang dimaksud diatas meliputi:
1. Tarif angkutan;
2. Kelayakan jalan kendaraan yang dioperasikan;
3. Kapasitas muatan yang diizinkan;
4. Pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan;
5. Pemanfaatan terminal serta fasilitas penunjang sesuai dengan peruntukannya.
Berikutnya Terminal penumpang harus dipelihara untuk menjamin agar terminal dapat
berfungsi sesuai dengan fungsi pokoknya. Pemeliharaan terminal sebagaimana yang
dimaksud diatas meliputi kegiatan:
1. Menjaga keutuhan dan kebersihan bangunan terminal;
2. Menjaga keutuhan dan kebersihan pelataran terminal serta perawatan rambu,
marka dan papan informasi;
3. Merawat saluran-saluran air;
4. Merawat instalasi listrik dan lampu penerangan;
5. Merawat alat komunikasi;
6. Merawat sistem hidrant dan alat pemadam kebakaran.
Sedangkan penertiban sebagaimana dimaksud dilakukan terhadap kegiatan yang
dapat mengganggu fungsi pokok terminal. Selanjutnya dalam Keputusan Menteri
perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 juga dijelaskan bahwa pungutan jasa pelayanan
terminal terdiri dari:
1. Jasa penggunaan tempat parkir kendaraan untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang;
2. Jasa penggunaan tempat parkir kendaraan selama menunggu keberangkatan;
3. Jasa penggunaan fasilitas parkir kendaraan, selain kendaraan angkutan umum
penumpang.
4.3.2 Isi Kebijakan ( Content of policy )
4.3.2.1 Kepentingan-Kepentingan yang mempengaruhi
Suatu kebijakan dalam proses implementasinya pasti akan melibatkan berbagai
kepentingan dari aktor-aktor yang terlibat sebagaimana yang diatur dalam kebijakan
tersebut. Kepentingan-kepentingan tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi proses dan keberhasilan dari implementasi kebijakan itu
sendiri. Dalam Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi Jalan, kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi
akan dipaparkan dalam kategori-kategori berikut:
1. Kepentingan dan keterlibatan pemerintah daerah melalui Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika Daerah Kota Serang Pada
Terminal Pakupatan.
Pada kategori ini akan dipaparkan mengenai ada tidaknya kepentingan
pemerintah daerah dalam implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31
Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan Pada Terminal Pakupatan Kota
Serang. Sebagaimana yang kita ketahui pengelolaan Terminal Pakupatan Kota Serang
merupakan tanggungjawab pemerintah daerah kepada masyarakatnya untuk
memberikan pelayanan publik dalam bidang transportasi. Oleh karena itu sebagai
salah satu aktor yang terlibat, maka pemerintah daerah melalui Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika akan memiliki kepentingan dalam pengelolaan Terminal
Pakupatan sebagaimana yang diatur dalam kebijakan tersebut. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Edinata Sukarya S.sos M. SI selaku Kepala Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika Kota Serang yang menyebutkan:
“…segala kegiatan pengaturan terminal itu kita,unsur tekhnisnya kan kita. dalam rangka pengelolannya, pengaturan retribusi, pembangunan jalannya sendiri, emplasemen, pokoknya operasional terminal itu ada pada dinas perhubungan…. Kepentingannya, pengaturan lalu lintas, pengendalian lalulintas yang dari luar kota, baik dari AKAP, AKDP, ya masuk ke terminal. Jadi Terminal Pakupatan itu sifatnya hanya apa ya tempat istirahat aja, jadi yang dari Jakarta mampir keluar lagi, bukan asal tujuan, itu hanya sebagai via aja. Jadi kalau Jakarta-Merak masuk ke Terminal Serang, terus keluar lagi.” (wawancara pada tanggal 08-04-2010 pukul 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ) .
Hal ini juga sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Ade Sutaryana selaku
Kepala Seksi Perparkiran dan Terminal:
“…Kepentingannya adalah menjalankan tugas yang dibebani oleh kepmen itu sendiri…”.
Oleh karena itu, berdasarkan hasil wawancara peneliti menemukan bahwa
kepentingan pemerintah daerah melalui Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika dalam implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun
1995 pada Terminal Pakupatan Kota Serang diantaranya adalah pengaturan dan
pengendalian lalu lintas baik AKAP (Antar Kota Antar Provinsi), AKDP (Antar Kota
Dalam Provinsi), Angkutan kota dan desa. Selain itu, hal ini juga sejalan dengan hasil
observasi dan studi dokumentasi yang peneliti dapatkan dari lapangan, dimana peneliti
tidak menemukan adanya kepentingan-kepentingan tertentu diluar kepentingan
pengaturan dan pengendalian lalu lintas yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika. Sehingga dalam implementasi kebijakan tersebut
kepentingan pemerintah daerah melalui Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika hanya sebatas menjalankan tugas dan kewajibannya kepada masyarakat
dalam memberikan pelayanan publik.
2. Kepentingan petugas sebagai pelaksana tekhnis di lapangan
Pada kategori ini hasil wawancara dan observasi peneliti menemukan bahwa tidak
terdapat kepentingan tertentu dalam implementasi Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan
Kota Serang. Kepentingan yang mempengaruhi hanya sebatas menjalankan tugas
sebagai pelaksana tekhnis dilapangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan M. Yasin
sebagai berikut:
“…Anggota ada 9 orang yaitu untuk mengatur masalah lalulintas di dalam terminal, terus untuk pemungutan TPR, hal-hal lain mungkin ada aduan-aduan dari masyarakat pengguna jasa angkutan dan terminal dan kita harus sikapi. Pokoknya standby selama 12 jam.(wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, pukul 14.00)
Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Suryadi yang menyebutkan bahwa:
“Ya, mengatur kendaraan biar trayeknya tertib. Kemudian jalur geh biar ngga terlalu macet.(Wawancara pada tanggal 18-05-2010 di Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang, pukul 10.00)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat diketahui bahwa kepentingan-
kepentingan tersebut antara lain mengatur lalu lintas di dalam terminal, pemungutan
retribusi dan pengaduan dari masyarakat. Sehingga kepentingan tersebut juga sejalan
dengan pemerintah daerah melalui Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
sebagaimana yang diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun
1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan.
3. Kepentingan organisasi yaitu Organda (Organisasi Angkutan dan Darat),
PAKS (Paguyuban Angkot Kota Serang), Pengurus angkutan dan sopir.
Terminal Pakupatan Kota Serang termasuk terminal penumpang tipe A.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi Jalan menjelaskan bahwa:
“ Terminal penumpang tipe A sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan”.
Oleh karena itu, pengurus angkutan, sopir, serta Organisasi-organisasi yang terbentuk
dalam lingkup pengelolaan angkutan memiliki kepentingan secara langsung dalam
implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang
Terminal Transportasi Jalan.
Hasil wawancara dan observasi peneliti di lapangan menemukan bahwa dalam
implementasi kebijakan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi Jalan juga melibatkan sopir dan beberapa organisasi
angkutan, seperti Organda (Organisasi Angkutan dan Darat) dan PAKS (Paguyuban
Angkot Kota Serang). Oleh karena itu kepentingan-kepentingan pihak-pihak tersebut
akan mempengaruhi pula keberhasilan implementasi kebijakan ini.
Hasil wawancara dengan Haris Ardiansyah selaku pengurus angkutan dari PO
Armada Jaya Perkasa menyebutkan bahwa:
“Satu untuk keamanan mobil kita, misalkan ada pengamen, copet segala macem. Kalau ada pengurus di sini kenek, ngga bisa nanggulangi, itu lari ke pengurus terus kalu ada kecelakaan motor di sini ketabrak atau keserempet mobil yang lain juga keserempet pengurus otomatis sopir-sopir itu ga bisa ini kan, bisa rebut-ribut kan. Jadi kita sebagai penengah. Sebagai pengurus gitu, terus terminal ya buat cari penumpang!”. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, pukul 13.45)
Hal ini juga sejalan dengan hasil wawancara peneliti dengan beberapa sopir angkutan,
diantaranya Sanong yang merupakan Sopir Bus Sri Maju Prima menyatakan bahwa:
“Penting sekali karna memang terminal, mobil PO itu hubungannya dengan terminal. Kalo ngga ada terminal kan apa kayaknya berantakan, tempat ngambil sewa, kan sewa adanya di terminal!” (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan pukul 14.45)
Selanjutnya, pernyataan yang hampir sama juga dikemukakan oleh Suhendra yang
merupakan sopir angkot, sebagai berikut:
“Itu sangat penting sekali! Khususnya pengemudi ya, angkot atau bis atau mobil itu sangat penting sekali, karna untuk bersinggah masyarakat yang khususnya akan berangkat ke luar kota. Itu sangat penting sekali bagi kami sebagai pengemudi khususnya sangat penting sekali bukan hanya pengemudi aja, masyarakat pun mementingkan terminal. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang pukul 16.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, maka dapat diketahui
bahwa pengelolaan Terminal Pakupatan melibatkan banyak pihak termasuk pula
Organda, PAKS, pengurus angkutan dan sopir. Sehingga Terminal Pakupatan
memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan maupun kepentingan pihak-pihak
tersebut. Oleh karena itu, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi Jalan sebagai kebijakan yang mengatur mengenai
pengelolaan terminal harus dapat pula mengakomodasi kepentingan-kepentingan
pihak-pihak tersebut.
4. Kepentingan masyarakat sebagai pengguna jasa di Terminal Pakupatan.
Setiap kebijakan tentu memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai, sementara
tercapai tidaknya tujuan tersebut amat ditentukan oleh objek dan sasaran dari
kebijakan tersebut. Oleh karena itu, dalam implementasi Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan,
masyarakat sebagai pengguna fasilitas-fasilitas terminal juga amat menentukan
keberhasilan kebijakan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan Susi sebagai
salah satu masyarakat pengguna jasa terminal menyebutkan bahwa:
“Penting sih mbak! Itu kan, apa sih namanya kalo terminal itu kan batas akhir ya mbak. Misalnya kita dari Cilegon mau Ke Ciruas apa ke mana kan, pasti bis akhirnya di terminal gitu ya. Jadi, apa ya, penting bangetlah gitu, karna semua kendaraan itu kan habisnya di terminal gitu ya!” (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan pukul 15.45).
Selanjutnya Afidah yang juga merupakan masyarakat pengguna jasa terminal
memberikan pernyataan berikut:
“Ya, penting banget. Apalagi ini kan terminal antar provinsi ya, kan malu ya kalo ada pendatang gitu terminalnya jelek gini! (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan pukul 16.15)
Dengan demikian, berdasarkan hasil wawancara dengan kedua informan diatas,
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa terminal sebagai salah satu sarana
penunjang transportasi memiliki fungsi yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat,
tidak hanya masyarakat daerah tersebut tetapi juga bagi masyarakat di sekitar daerah
maupun di luar daerah. Apalagi Terminal Pakupatan merupakan Terminal tipe A dan
terbesar di Kota Serang yang merupakan ibukota Provinsi Banten. Oleh karena itu,
mobilitas masyarakat di terminal ini sangat tinggi dan berperan penting dalam
pembangunan Provinsi Banten, khususnya Kota Serang.
4.3.2.2 Tipe Manfaat
Setiap kebijakan tentu memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai termasuk
pula dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang
Terminal Transportasi jalan. Tercapai tidaknya tujuan-tujuan tersebut dapat dilihat dari
manfaat yang dapat dirasakan baik selama implementasi maupun setelah kebijakan
tersebut diimplementasikan. Manfaat tersebut tentu saja harus menunjukkan dampak
positif serta dapat dirasakan oleh semua pihak yang terlibat. Berikut ini akan
dipaparkan mengenai beberapa tipe manfaat yang diperoleh dari implementasi
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang.
1. Manfaat yang dirasakan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika Daerah Kota Serang dari Implementasi Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan
di Terminal Pakupatan Kota Serang
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, keberhasilan implementasi
kebijakan dapat pula dilihat dari manfaat yang diperoleh. Manfaat tersebut haruskah
diperoleh dan dirasakan oleh semua pihak terkait baik pembuat kebijakan, pelaksana
kebijakan, sasaran kebijakan, maupun masyarakat secara umum sebagai pelaksana
kebijakan yang terkait dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang, maka Dinas
perhubungan pastilah ikut merasakan dampak dari diimplementasikannya kebijakan
tersebut.
Hasil wawancara dengan Edinata Sukarya S.sos M. SI selaku Kepala Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang yang menyebutkan:
“Keputusan itu ada kejelasan ya. Artinya kita ada kejelasan dasar hukumnya sudah jelas, yang jelas pasti bermanfaat karna di dalam kepmen itu udah diatur bentuknya, luasnya, itu udah ada pengaturan sendiri. Jadi kita aturannya kepada kepmen tadi, kepmen 31 tahun 1995 ya” (wawancara pada tanggal 08-04-2010, di ruangan kantor kepala dinas pukul 10.00).
Hal ini sejalan dengan pernyataan Ade Sutaryana selaku Kepala Seksi
Perparkiran dan Terminal dengan pernyataan sebagai berikut:
“Kalau Keputusan menteri itu artinya induk dari peraturan, Dinas Perhubungan itu menginduk ke Kepmen. Nah artinya Kepmen itu merupakan petunjuk terhadap bawahannya yaitu Kanwil, Dinas Perhubungan Propinsi maupun Dinas Perhubungan Kabupaten atau Kota. Ni, Kepmen bahwa anda kerja di terminal itu dalam rangka keterminalan itu adalah intinya adalah untuk pelayanan pengawasan pengendalian begitu. Nah, itu artinya kalo itu sudah dilaksanakan penuh, insya allah seluruh kegiatan angkutan umum baik AKAP,AKDP, angkutan kota akan lancar aman, nyaman terkendali dan terjangkau.
Maksudnya terjangkau dalam hal ongkos gitu. Artinya Kepmen itu sudah sangat urgent terhadap kegiatan yang dilakukan oleh Dinas perhubungan kabupaten, kota maupun provinsi. Karna tanpa itu kita akan kerja seperti apa”. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan pukul 11.00).
Oleh karena itu, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kedua informan
diatas, maka dapat diketahui bahwa manfaat yang diperoleh dari Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika Daerah Kota Serang sebagai pelaksana kebijakan adalah
adanya dasar hukum yang mengatur mengenai terminal, sehingga dapat kejelasan
mengenai hal-hal yang menyangkut fungsi terminal serta pengelolaan terminal.
Dengan demikian, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang
Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang membantu para
pelaksana kebijakan dalam hal memberikan petunjuk dan arahan mengenai terminal
transportasi jalan.
2. Manfaat yang dirasakan oleh petugas sebagai unsur pelaksana tekhnis dari
diterapkannya Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang
Sebagai pelaksana tekhnis Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun
1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang yang
berada langsung dibawah Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Daerah
Kota Serang, maka petugas Terminal Pakupatan tentu merasakan langsung manfaat
secara langsung dengan diimplementasikannya kebijakan tersebut. Berdasarkan hasil
wawancara dengan M. Yasin selaku Kepala Regu Petugas Terminal Pakupatan
menyatakan bahwa:
“Kepmennya yang saya tau ke terminal ini, terminal adalah satu sarana untuk melayani pengguna jasa angkutan dari kota ke asal tujuan kota lain, tempat transitnya kendaraan-kendaraan baik dari dalam kota sendiri maupun dari luar kota. (wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, pukul 14.00)
Selanjutnya Haris Budianto sebagai Petugas Pemungut Retribusi Terminal
Pakupatan juga menyatakan hal senada yaitu sebagai berikut:
“Manfaatnya buat naik turun penumpang dan untuk angkutan umum. Ya, buat masyarakat penting juga, ya buat prasarana angkutan kendaraan umum!” (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, pukul 13.00 Siang)
Dengan demikian dapat diketahui bahwa dengan diimplementasikannya
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan, maka para petugas Terminal Pakupatan
yang merupakan pelaksana tekhnis di lapangan dapat menjadikan kebijakan tersebut
sebagai petunjuk tekhnis. Hal ini terkait dengan isi Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan yang menjelaskan secara
lebih rinci mengenai tipe dan fungsi terminal, fasilitas terminal, lokasi terminal,
pembangunan dan pengoperasian terminal, penyelenggaraan terminal, jasa pelayanan
terminal, serta kewenangan penyelenggaraan terminal. Oleh karena itu, kebijakan
tersebut dapat memberikan penjelasan secara tekhnis mengenai hal-hal yang terkait
dengan pengelolaan terminal di lapangan.
3. Manfaat yang dirasakan oleh organisasi yaitu Organda (Organisasi
Angkutan dan Darat), PAKS (Paguyuban Angkot Kota Serang) Pengurus
angkutan dan sopir dari diterapkannya Keputusan Menteri Perhubungan
Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang
Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang
Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan tentu akan memberi dampak bagi
berbagai pihak yang terkait dengan kebijakan tersebut termasuk pula sopir, pengurus
angkutan serta organisasi-organisasi angkutan yang ada. Berdasarkan hasil observasi
dan wawancara peneliti dilapangan, maka dapat diketahui bahwa terdapat beberapa
organisasi angkutan yang terdapat pada Terminal Pakuptan dan terkait dengan
implementasi kebijakan tersebut, yaitu ORGANDA (Organisasi Angkutan Darat) dan
PAKS (Paguyuban Angkot Kota Serang). Berikut ini akan dipaparkan tipe manfaat
pada kategori ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan Entus Muhidin selaku Wakil
Ketua Organda Kota Serang menyatakan bahwa:
“Terminal kita ini karna memang sejalan dengan lajunya perkembangan ya Kota Serang yang semula kabupaten kemudian menjadi kota, provinsi dan belakangan ini baru beberapa tahunlah menjadi kota maka itu secara otomatis terminal itu harus ditingkatkan baiknya menjadi terminal terpadu!” (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, pukul 15.00) Pentingnya pengelolaan terminal sebagaimana yang diatur dalam Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan
tentu membawa dampak yang cukup signifikan bagi pihak-pihak yang terkait. Hal ini
terkait dengan pentingnya fungsi terminal bagi kehidupan masyarakat secara umum,
seperti halnya pernyataan Sanong yang merupakan sopir bus:
“Ya, manfaatnya itu tadi, penumpangnya ada di terminal kalo di jalankan cuma lintasan aja ngga bisa ngetem”. (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan pukul 14.45)
Kemudian Otong Syahrudin Sopir angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (PS, bus kecil)
di Terminal Pakupatan juga menyebutkan:
“Ya pentinglah, memang sopir-sopir pada ngeluh ngga mau ke dalam ya kan, memang sopir-sopir pada ngeluh ngga mau ke dalam ya kan, daripada di jalan raya kan ngetemnya , kan mendingan di dalem nunggu penumpang”. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 11.00)
Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, maka peneliti
menyimpulkan beberapa tipe manfaat pada kategori ini. Terminal Pakupatan memiliki
fungsi yang cukup penting guna menunjang mobilitas masyarakat, serta kelanacaran
kehidupan sosial ekonomi para sopir dan pengurus angkutan, serta bagi mereka yang
terangkum dalam Organda dan PAKS. Oleh karena itu, implementasi Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan
diharapkan mampu memberikan wujud nyata yang berdampak positif bagi semua pihak
terkait.
4. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sebagai pengguna jasa di Terminal
Pakupatan dari diterapkannya Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31
Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan
Kota Serang
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang diformulasikan dan ditetapkan
atas dasar pertimbangan bahwa terminal transportasi berperan penting dalam
keberhasilan pembangunan daerah. Oleh karena itu, dengan diimplementasikannya
kebijakan tersebut diharapkan mampu menjadi landasan bagi pengelolaan terminal dan
hal-hal yang terkait dengan terselenggaranya fungsi-fungsi terminal. Sehingga dengan
keberadaan terminal, serta kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya, maka akan
berdampak positif dan memberikan manfaat secara luas bagi semua kalangan
masyarakat.
Masyarakat sebagai pengguna fasilitas Terminal Pakupatan tentu merasakan
langsung manfaat dari adanya pengelolaan Terminal. Manfaat-manfaat tersebut juga
dapat menjadi tolak ukur dari keberhasilan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31
Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan. Berikut ini akan dipaparkan tipe
manfaat yang dirasakan oleh masyarakat pengguna fasilitas Terminal Pakupatan.
Pada kategori ini, Afidah sebagai pengguna jasa angkutan diTerminal
Pakupatan menyebutkan:
“Ya banyak sih! Kan ini, misalnya kayak kita mau ke mana gitu enak ya, kalo misalnya kayak pendatang kalo misalnya mereka belum tau tempatnya tungguin aja di terminal nanti dijemput bisa kayak gitu!”. (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 16.15)
Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa tipe manfaat pada kategori ini adalah
sebagai sarana yang menunjang mobilitas masyarakat baik dari dalam maupun luar
kota. Selain itu, berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan, manfaat pengelolaan
terminal juga dapat dirasakan oleh para pedagang yang berjualan di dalam dan di
sekitar areal terminal. Sehingga dapat menunjang perekonomian masyarakat, serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar terminal. Hal ini sesuai dengan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan, bab IV tentang Usaha Penunjang Terminal di Terminal, yaitu pasal
40 ayat 1 yang berbunyi:
”Di dalam daerah lingkungan kerja terminal penumpang atau terminal barang dapat dilakukan kegiatan usaha penunjang, sepanjang tidak menganggu fungsi pokok terminal”.
4.3.2.3. Derajat Perubahan Yang Ingin Dicapai. Proses Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan tentu memiliki derajat
perubahan atau target-target yang diinginkan dalam proses pengimplementasian suatu
kebijakan. Biasanya derajat perubahan yang ingin dicapai tergantung dari setiap
tindakan dari aktor pelaksana kebijakan tersebut. Pada kategori ini akan dipaparkan
mengenai derajat perubahan yang ingin dicapai dari Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan:
1. Perubahan yang ingin diinginkan dan perubahan yang dirasakan oleh Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang dari diterapkannya
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang
Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika Kota Serang merupakan
lembaga atau instansi yang membawahi langsung dari Implementasi Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di
Terminal Pakupatan Kota Serang. Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika
Kota Serang. Oleh karena itu, sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah, Dinas
Perhubungan Komunikasi Dan Informatika Kota Serang tentunya mempunyai target
perubahan yang ingin dicapai dalam implementasi kebijakan tersebut. Adapun derajat
perubahan yang ingin dicapai tersebut disampaikan oleh Edinata Sukarya S.sos M. SI
selaku Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang:
“Kita kan di terminal itu ada retribusi ya, ada target jadi kita dengan target per tahun itu 370 juta per tahun yang kemarin itu kita dalam kondisi begitu masuk. Tapi dalam kondisi itu kembali pendapatanya akan meningkat kembali dari karcis retribusi kendaraan bus, kendaraan 3/4 , kendaraan angkot termasuk dari fasilitas yang lain dari sewa kios, WC, dia memberikan kontribusi kepada kita, kepada pemasukan kas daerah”. (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas)
Derajat perubahan yang ingin dicapai tersebut juga diungkapkan oleh Ade
Sutaryana selaku Kepala Seksi Perparkiran dan Terminal:
“Pertama mungkin areal terminalnya, harus dikembangkan sebagaimana peruntukannya kalau 5 hektar ya 5 hektar. Terus kemudian juga implementasi di lapangannya mungkin peraturan di terminal ini adalah tidak lagi terminal lintasan tetapi menjadi terminal asal tujuan. Ini kan ibu kota provinsi ini, sebaiknya memang harusnya tidak di Cilegon di sini AKAP habis, yang di Cilegon adalah AKDP macam mobil-mobil yang kayak gini!”. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan).
Sedangkan dalam hal perubahan-perubahan yang telah dicapai para informan
mengungkapkan bahwa meskipun telah ada usaha-usaha perbaikan, namun hal itu
belum dapat mengoptimalkan kinerja dan kualitas pelayanan serta pengelolaan di
Terminal Pakupatan. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya sarana dan
prasaranan yang tersedia di Terminal tersebut. Pernyataan Ade Sutaryana yang
merupakan Kepala Seksi Perparkiran dan Terminal berikut ini juga menyatakan hal
yang serupa, yaitu sebagai berikut:
“Belum, masih tetap kita pake Kepmen yang itu! jadi pelaksanaannya juga sama dengan yang lain-lainnya, ya itu tadi minimalis, karna serba keterbatasan. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan).
2. Perubahan yang ingin dicapai dan perubahan yang dirasakan oleh petugas
sebagai unsur pelaksana tekhnis dari diterapkannya Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan
di Terminal Pakupatan Kota Serang
Petugas Terminal Pakupatan sebagai salah pelaksana tekhnis implementasi
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang tentu juga memiliki target-
target perubahan yang ingin dicapai dengan diimplementasikannya kebijakan tersebut.
Oleh karena itu, pada kategori ini akan dipaparkan mengenai derajat perubahan yang
ingin dicapai oleh petugas Terminal Pakupatan dengan diimplementasikannya
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang.
Perubahan yang ingin dicapai oleh petugas Terminal Pakupatan sebagai
pelaksana tekhnis di lapangan diantaranya adalah meningkatkan kualitas pelayanan
dengan adanya perbaikan-perbaikan sarana dan prasarana yang ada. Selain itu, kondisi
terminal yang kondusif juga diperlukan dengan cara meningkatkan ketertiban dan
kenyamanan bagi para pengguna fasilitas terminal. Dengan demikian, diharapkan
terciptanya lingkungan terminal yang aman, nyaman dan tertib. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Haris Budianto selaku Petugas Pemungut Retribusi Terminal Pakupatan:
“Ya, pengennya sih bagus, tertib gitu, nyaman! (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
Sedangkan dalam hal perubahan yang telah dirasakan oleh para petugas
Terminal Pakupatan dalam implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31
Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan, para petugas Terminal Pakupatan
ternyata belum merasakan perubahan yang signifikan, terutama setelah adanya
pemekaran wilayah Kota Serang. Hal ini sejalan dengan pernyataan M. Yasin selaku
Kepala Regu Petugas Terminal Pakupatan berikut ini:
“Ya, sementara ini ya merasakannya karna mungkin berjalannya Kepmen, karna terminalnya begini, karna terus terang kita juga belum optimal. Ya, kita nggak bisa menjalankan secara optimal layaknya di terminal itu harus begini-begini. Ya di satu sisi gini, kita dituntut untuk mendapatkan PAD, yang sesuai target. Nah sedangkan salah satu untuk memenuhi target itu kan adanya kendaraan. Nah, sedangkan kendaraannya juga nggak mau masuk. Nah gimana. Nah terus kita sendiri juga sekarang di Dinas Perhubungan udah ada Undang-Undang yang menyatakan bahwa kita tidak boleh di jalan. Kalau dulu kita masih eksis kalau ini kurang ni kendaraan terutama untuk di wilayah kabupaten memang kita berembuk dengan anggota, kita menggiring kendaraan untuk masuk hanya untuk TPR nya aja. Tapi sekarang malah kitanya yang diciduk gitu. Nah, terus kalau kita paksakan juga lama-lama jalannya begini”. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 13.00)
3. Perubahan yang ingin dicapai dan perubahan yang dirasakan oleh organisasi
yaitu Organda (Organisasi Angkutan dan Darat), PAKS (Paguyuban Angkot
Kota Serang), Pengurus angkutan dan sopir dari diterapkannya Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa implementasi suatu
kebijakan pasti akan melibatkan banyak aktor yang terkait termasuk pula dengan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan. Kebijakan tersebut mengatur mengenai terminal penumpang,
terminal barang, pembinaan dan pengawasan tekhnis serta usaha penunjang terminal.
Oleh karena itu Terminal Pakupatan merupakan terminal penumpang, maka sopir,
pengurus angkutan, Organda serta PAKS juga merupakan aktor penting dalam
kebijakan tersebut.
Dengan demikian, sebagai aktor penting yang ikut menentukan keberhasilan
kebijakan tersebut, maka para aktor tersebut tentulah memiliki pula derajat perubahan
yang ingin dicapai. Berikut ini akan dipaparkan mengenai kategori derajat perubahan
yang ingin dicapai aktor-aktor tersebut. Entus Muhidin sebagai wakil ketua Organda
mengatakan bahwa:
”Terminal kita ini karna memang sejalan dengan lajunya perkembangan ya Kota Serang yang semula kabupaten kemudian menjadi kota, provinsi dan belakangan ini baru beberapa tahunlah menjadi kota maka itu secara otomatis terminal itu harus ditingkatkan baiknya menjadi terminal terpadu!” (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, jam 15.00)
Selanjutnya, Embing Dimiyati sebagai ketua PAKS juga menyebutkan:
“Pengen bapak di hotmix gitu, supaya kayak terminal-terminal yang lainlah. Itu kan istilahnya bukan kabupaten lagi, Provinsi Banten terminal satu-satunya Pakupatan ternyatanya gitu kan, jeleknya minta ampun, iya apalagi mobil-mobil yang ke jawa itu masuk ngeliat”.(wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 13.00).
Berikutnya Haris Ardiansyah yang merupakan pengurus angkutan dari PO
Armada Jaya Perkasa menyebutkan:
“Pengennya terminal itu bersih, rapi, ngga seperti Di Serang kaya gini, acak-acakan gitu kan. Banyak lobang-lobang ke mobil juga bemper pada pecah ini kan! Tapi kalo bersih insya allah kan penumpang banyak datang ke Terminal Serang, tapi kalo seperti ini, kotor kaya gini penumpang udah malas masuk ke terminal Serang. Banyaknya penumpang Di Patung, jadi sangat rugi apalagi yang pihak-pihak warung gitu kan sepi karena ngga banyak pengunjungnya mbak. Karena kondisi terminalnya tidak mengizinkan, turun drastis penghasilan gitu kan. Terus untuk kendaraan juga, masuk ke terminal kalo kondisi terminal seperti ini, percuma. Percumanya apa,satu jalan rusak, mobil, bemper, patah, per patah ya kan. Terus apa terminal penumpang sepi, jadi sopirnya masuk percuma, sedangkan pengeluaran dia di sini unutk LLD udah pasti pengeluaran kan”. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
Hal senada juga diungkapkan oleh Aliumi yang merupakan Sopir angkutan Antar Kota
Dalam Provinsi PO Mutiara (Bus 3/4 ,bus sedang) di Terminal Pakupatan:
“Pengennya terminal itu mah tertib, kalo bisa mah sesuai dengan aturannya terus yang dari Jakarta kalo mau ditampung disini di Serang silahkan. Kalo mau ditampung Di Merak, di Merak sekalian jangan masuk Serang kalo bisa gitu. Antar kota antar propinsi kalo bisa ya kalo dari Jakarta turunnya di Serang biar AKDP itu hidup!” (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00)
Oleh karena itu, dari pernyataan aktor yang terkait dalam Implementasi Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di
Terminal Pakupatan Kota Serang seperti Wakil Ketua Organda, Ketua PAKS,
pengurus angkutan umum dan sopir, bahwa mereka menginginkan perubahan yang
signifikan dari Terminal Pakupatan. Mereka menginginkan Terminal Pakupatan
menjadi Terminal terpadu, bersih dan nyaman karena Terminal Pakupatan merupakan
terminal terbesar di Kota Serang.
Sedangkan dalam hal perubahan yang telah dirasakan oleh aktor-aktor tersebut
maka dapat diketahui bahwa belum ada perubahan yang signifikan yang dapat mereka
rasakan karena belum adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan Pemerintah Daerah
Kota Serang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Entus Muhidin, Wakil Ketua Organda
yang menyebutkan:
”Sepanjang bapak di organisasi, selama 6 bulan, karna 4 bulan masih menginduk ke kabupaten dan 3 bulan juga ke sini baru kita bisa merangkak sebetulnya belum ngerasain apa-apa kan. Cuma masih baru soalnya gimana hendak dikatakan gitu tu!” (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, jam 15.00)
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Aliumi yang merupakan Sopir
angkutan Antar Kota Dalam Provinsi PO Mutiara (Bus 3/4 ,bus sedang) di Terminal
Pakupatan:
“Waduh, belum merasakan perobahan sama sekali belum!”. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00)
4. Perubahan yang ingin dicapai dan perubahan yang dirasakan oleh masyarakat
sebagai pengguna jasa di Terminal Pakupatan dari diterapkannya Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi
Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang
Terminal Pakupatan merupakan terminal tipe A yang melayani kendaraan
umum untuk Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), Angkutan Antar Kota
Dalam Propinsi (AKDP), angkutan kota dan angkutan pedesaan. Oleh karena itu,
terminal tersebut haruslah mampu memenuhi keinginan masyarakat secara umum.
Pada kategori ini, Susi sebagai masyarakat pengguna angkutan menyebutkan:
”Ya, diperbaiki aja. Ya gimana ya. Pengennya sih diperbaiki lah mbak gitu. Meskipun tidak semua gitu, tapi setidaknya dirapikan lagi, untuk jalan atau untuk fasilitas lainnya gitu”. (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 15.45)
Hal senada juga dinyatakan oleh Afidah yang merupakan Masyarakat pengguna
angkutan di Terminal Pakupatan:
“Ya, pokoknya nyaman aja, enak gitu. Kita lewat di sini nyaman gitu, nggak kayak di sini gitu ancur! (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 16.15)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua informan tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa masyarakat secara umum menginginkan adanya perubahan yang
dilakukan untuk pemerintah beserta jajarannya terhadap fasilitas-fasilitas terminal,
serta peningkatan pelayanan angkutan umum seperti perbaikan jalan dan pengaturan
trayek. Dengan demikian, diharapkan akan terciptanya lingkungan yang nyaman dan
kondusif bagi masyarakat pengguna jasa terminal. Selain itu, peningkatan keamanan
dan ketertiban juga harus dilakukan sehingga masyarakat semakin yakin untuk
memanfaatkan terminal sebagai sarana mobilitas yang nyaman dan aman.
Selanjutnya, dalam hal perubahan yang telah dirasakan oleh masyarakat yang
menggunakan jasa Terminal Pakupatan, maka dapat diketahui bahwa mereka belum
merasakan perubahan dari pengelolaan Terminal Pakupatan. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Susi sebagai masyarakat pengguna angkutan yang menyebutkan:
” Ehm, selama saya rasakan sih belum ada mbak ya! (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 15.45)
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Afidah yang merupakan Masyarakat pengguna
angkutan di Terminal Pakupatan:
“Kalo sampe sekarang sih belum ya. Soalnya masih kayak gini aja dari dulu, bukannya diperbaiki tapi bilangnya nanti, nanti katanya sih gitu. Banyak yang bilang sih udah di demo, tapi tetep aja nggak ada respon gitu!” (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 16.15)
4.3.2.4 Pelaksana Kebijakan
Implementasi suatu kebijakan harus didukung pula dengan pelaksana kebijakan
yang kompeten dalam bidang-bidang yang diatur dan digariskan dalam kebijakan
tersebut. Hal ini terkait dengan kinerja pelaksana tersebut dalam
mengimplementasikan suatu kebijakan di lapangan. Kualitas pelaksana kebijakan akan
sangat menentukan keberhasilan suatu kebijakan ketika diimplementasikan. Selain itu
faktor-faktor luar yang dapat mempengaruhi kinerja pelaksana kebijakan seperti gaji
dan status juga dapat berpengaruh pada keberhasilan implementasi kebijakan tersebut.
Pelaksana kebijakan tidak hanya dituntut secara kualitas mampu melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya, tetapi juga secara kuantitas harus sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan di lapangan. Sehingga pembagian tugas, wewenang, dan
tanggungjawab dalam mengimplementasikan kebijakan akan lebih optimal. Dengan
demikian, pelaksanaan program-program sebagai wujud nyata dari implementasi
kebijakan dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
1. Jumlah dan status Petugas Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal
Pakupatan
Pada kategori ini akan dipaparkan mengenai aktor-aktor yang merupakan
pelaksana dalam implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun
1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan yaitu para petugas
Terminal Pakupatan Kota Serang. Data-data para petugas dapat dilihat melalui tabel
berikut ini :
Tabel 4.4
Daftar Nama Petugas Terminal Pakupatan
No Shift Nama NIP Pangkat/golongan Jabatan Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
I
M. Yasin Chasbullah Irwan R Ari Susanto Andi Setiawan Bustomi Yadi Suryadi Roni Cahyadi Khusairin Sigit Triangko
196 10328 199901 1 001 19570205 199202 1 001
- - - - - - - -
II/b II/a
- - - - - - - -
Danru Wadanru Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Penanggung jawab Administrasi Terminal
Regu Regu Regu TPR TPR TPR TPR TPR
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
II
Atep Hendiat RD. Rusmadi Agam Haris Budiyanto Rakhmatullah Dani Hamdani David Suryana Agus Harijuan Aep Hediansyah Dedi Kusnadi
19650515 200604 1 004 19590709 199210 1 001
- - - - - - - -
II/a II/a
- - - - - - - -
Danru Wadanru Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Penanggung jawab Administrasi Terminal
Regu Regu Regu TPR TPR TPR TPR TPR
21 22 23 24
III
M. Sabihis Radi Suryadi Ahmad Sayuti
19661107 199302 1 003 19590105 199308 1001
- -
III/a I/d - -
Danru Wadanru Anggota Anggota
Penanggung jawab Administrasi Terminal
Regu Regu
Sumber: Surat Perintah Pelaksanaan Tugas (SPPT),
Nomor:800/24/I/Dishubkominfo/2010
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa pelaksana
implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 berjumlah 30
orang yang terdiri dari 3 regu dimana setiap regu menggunakan sistem shift
(pergantian). Setiap regu berjumlah 10 orang yang terdiri dari komandan regu dan
wakil komandan regu serta anggota-anggota. Jumlah tersebut sebenarnya masih belum
mencukupi kebutuhan pengelolaan di Terminal Pakupatan. Hal ini disebabkan fakta di
lapangan menunjukkan bahwa jumlah tersebut hanya mencukupi tugas-tugas di TPR
(Tempat Pemungutan Retribusi).
Hal ini sejalan dengan pernyataan Ade Sutaryana selaku Kepala Seksi
Perparkiran dan Terminal:
“Di sini cuma 10 ke TPR semua. Sekarang malah jadi 9 orang dikurangi, orang ngga ada orangnya, pegawainya juga ada berapa biji, itu yang banyak magang doang. Itu yang saya katakan tadi itu dari 10 orang 8 orang magang yang tidak digaji”. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan pukul 11.00) Selanjutnya dari tabel tersebut dapat pula kita ketahui bahwa para petugas di
Terminal Pakupatan mayoritas belum berstatus sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil).
Kebanyakan dari mereka hanya berstatus sebagai TKK (Tenaga Kerja Kontrak) dan
petugas magang yang dulu disebut dengan TKS (Tenaga Kerja Sukarela). Hal ini
25 26 27 28 29 30
Eron Maulana Iwan Nasuha Firman Maulana Ismet Iing Solihin Ilfi Saefudin
- - - - - -
- - - - - -
Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Regu TPR TPR TPR TPR TPR
sejalan dengan yang diungkapkan oleh Ade Sutaryana selaku Kepala Seksi Perparkiran
dan Terminal:
“Bukan TKS, magang! Tapi itu udah kebijakan walikota, bukan kebijakan sih sudah memang begitu kalau dibilang kebijakan juga nggak karna memang pemerintah pusat mengatakan bahwa tahun 2009 seluruh TKK itu akan diangkat menjadi PNS, begitu yang TKK sudah jadi PNS semua, beliau-beliau ini masuk lagi, ada 148 orang yang magang di Dinas Perhubungan. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan pukul 11.00)
Sementara yang berstatus sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) dalam setiap
regu hanya dua orang, yaitu komandan regu dan wakil komandan regu. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Edinata Sukarya S.sos M. SI selaku Kepala Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika Kota Serang:
“Mereka statusnya, komandannya udah PNS. Yang lainnya ya namanya tenaga suka rela lah!”(Wawancara pada tanggal 18-05-2010 pukul 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
Pernyataan serupa juga dinyatakan oleh M. Yasin selaku Kepala Regu Petugas
Terminal Pakupatan:
“Yang anggota, kita ada anggota itu yang PNS nya 2 orang. Saya Danrunya dengan Wadanru itu PNS. Yang 7 orang itu masih magang, kalo dulu istilahnya TKS”. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, pukul 13.00)
Status kepegawaian tersebut dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan dari para
petugas Terminal Pakupatan. Hal ini terkait dengan penerimaan gaji dan kompensasi
yang diterima oleh para petugas tersebut. Padahal tingkat kesejahteraan tersebut akan
mempengaruhi pula kinerja dari para petugas tersebut. Sebagai pelaksana kebijakan
tentu kinerja yang dihasilkan akan mempengaruhi keberhasilan implementasi
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995. Oleh karena itu, dalam
rangka mengoptimalkan kinerja dari para petugas, maka hendaknya harus
memperhatikan pula kesejahteraan mereka.
2. Pelaksanaan program pengelolaan Terminal Pakupatan Serang
Program kegiatan merupakan realisasi dari implementasi suatu kebijakan.
Biasanya program-program tersebut merupakan rencana-rencana pada awal
implementasi kebijakan dilaksanakan. Selain itu, program-program tersebut
dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan dari ditetapkannya suatu kebijakan
tersebut. Dalam implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun
1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan yang berkaitan dengan pengelolaan
terminal diatur dalam bagian penyelenggaraan terminal. Hal ini sesuai dengan pasal
18 yang berbunyi:
“ Penyelenggaraan terminal penumpang meliputi kegiatan pengelolaan, pemeliharaan dan penertiban terminal”.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang
Terminal Transportasi Jalan pengelolaan terminal penumpang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan operasional terminal. Kegiatan
perencanaan operasional terminal terdiri dari:
1) Penataan pelataran terminal menurut rute atau jurusan;
2) Penataan fasilitas penumpang;
3) Penataan fasilitas penunjang terminal;
4) Penataan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal;
5) Penyajian daftar rute perjalanan dan tarif angkutan;
6) Penyusunan jadwal perjalanan berdasarkan kartu pengawasan;
7) Pengaturan jadwal petugas di terminal;
8) Evaluasi sistem pengoperasian terminal.
Sedangkan kegiatan pelaksanaan operasional terminal terdiri dari:
1) Pengaturan tempat tunggu dan arus kendaraan umum di dalam terminal;
2) Pemeriksaan kartu pengawasan dan jadwal perjalanan;
3) Pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan menurut jadwal yang
telah ditetapkan;
4) Pemungutan jasa pelayanan terminal penumpang;
5) Pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kendaraan umum
kepada penumpang;
6) Pengaturan arus lalulintas di daerah pengawasan terminal;
7) Pencatatan dan pelaporan pelanggaran;
8) Pencatatan jumlah kendaraan dan penumpang yang datang dan berangkat.
Selanjutnya, kegiatan pengawasan operasional terminal terdiri dari beberapa
pengawasan terhadap hal-hal berikut ini:
1) Tarif angkutan;
2) Kelayakan jalan kendaraan yang dioperasikan;
3) Kapasitas muatan yang diizinkan;
4) Pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan;
5) Pemanfaatan terminal serta fasilitas penunjang sesuai dengan peruntukannya.
Pada kegiatan perencanaan operasional Terminal Pakupatan, penataan
pelataran terminal menurut rute atau jurusan memang sudah dilaksanakan oleh para
petugas terminal. Namun, pelataran terminal berdasarkan rute atau jurusan hanya
tersedia 7 (tujuh) unit untuk bus, sementara jumlah yang dibutuhkan di lapangan
sekitar 25 unit. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ade Sutaryana selaku Kepala Seksi
Perparkiran dan Terminal:
”... Cuma tidak maksimal dengan jurusan yang kurang lebih 25 jurusan penataannya hanya 7 jalur keberangkatan. Harusnya 25 jalur, ini Cuma 7 jalur…”. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan pukul 11.00)
Kondisi ini menyebabkan pelataran terminal menjadi tidak kondusif bagai para
sopir. Sehingga angkutan-angkutan tersebut menaikkan dan menurunkan penumpang
tidak sesuai dengan rute dan jurusannya. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Haris
Ardiansyah yang merupakan pengurus angkutan dari PO Armada Jaya Perkasa:
” Nah, ngetemnya ngga sesuai jalur! Iya, Terus mobil jalur Banjar yang ngetem mobil Pulo Gadung. Masih kurang jalurnya mbak!” (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, pukul 13.45)
Sedangkan penataan pelataran terminal menurut rute atau jurusan untuk
angkutan dalam kota (non bus) tidak terlaksana karena para sopir angkutan tersebut
tidak bersedia menggunakan fasilitas tersebut dengan alasan untuk mencari
penumpang. Sehingga mereka ‘ngetem’ tidak sesuai dengan pelataran yang telah
disediakan oleh pihak terminal. Hal ini sejalan dengan pernyataan Syarifuddin yang
merupakan sopir angkutan kota:
“Ya, habis gimana karna pemerintahnya juga istilahnya ngga mau ngatur ya kan. Kedua, penumpang yang lama itu taunya kan di sini gitu, maka kita juga ngga mau istilahnya menempati di sana”. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang pukul 14.00)
Sementara pelataran yang telah disediakan untuk angkutan dalam kota justru diisi oleh
bus kecil (mobil PS, Penulis) yang sebenarnya merupakan jurusan antar kota dalam
propinsi.
Gambar 4.3
Penataan Pelataran Terminal Berdasarkan rute atau Jurusan
Pada penataan fasilitas penumpang dan fasilitas penunjang terminal sebenarnya
telah diatur dalam Pasal 4 dan Pasal 5 pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan. Namun, berdasarkan observasi
peneliti menemukan bahwa masih banyak fasilitas yang belum tersedia seperti jalur
pemberangkatan dan kendaraan umum, tempat parkir kendaraan umum, loket
penjualan karcis, dan tempat penitipan barang. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara
peneliti dengan Ade Sutaryana selaku Kepala Seksi Perparkiran dan Terminal:
“Ngga ada jalur pemberangkatan, langsung masuk jalur gitu! Makanya saya bilang implementasi kepmen kurang maksimal di sini. Yang ideal itu harus ada terminal kedatangan, terminal keberangkatan. Di sini adanya langsung masuk jalur. Ini bisa saja dikatakan seperti itu tapi harus dibuat keterangan di bawah bahwa yang berlaku di Terminal Pakupatan adalah begitu datang langsung masuk ke terminal keberangkatan karna disini diberlakukan sistem dorong. Karena apa terminalnya terminal lintasan, pelayanan lintasan,jadi langsung masuk ke jalur”. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan).
Penataan dan pengaturan arus lalulintas di daerah pengawasan Terminal
Pakupatan dilaksanakan pada waktu tertentu saja, misalnya pada siang hari atau pada
saat kondisinya sedang macet. Hal ini disebabkan karena jumlah petugas yang terbatas
dan lebih difokuskan pada pemungutan retribusi di TPR (Tempat Pemungutan
Retribusi). Hasil wawancara dengan M. Yasin selaku Komandan regu di Terminal
Pakupatan juga menyebutkan bahwa:
“Iya TPR. Kita jam-jam tertentu kalo untuk siang itu memang kita terbatas dibagi kita hanya konsentrasi kepada TPR, tetapi ada petugas yang memang mengawasi lalulintas di Terminal gitu. Nah, tetapi nanti setelah siang itu biasa kita merapat semua itu kita fokus ya terhadap kemacetan lalulintas di depan. Kita selalu mobiling”. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, pukul 14.00)
Selanjutnya, hal ini sejalan dengan pernyataan Embing Dimiyati yang
merupakan Ketua Paguyuban Angkot Kota Serang:
“Ada! Pengawasannya gini dalam arti kalo istilahnya macet, kalo nggak macet masa bodo!” (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 13.00)
Pada kegiatan penyajian daftar rute perjalanan dan tarif angkutan serta
pengawasan tarif angkutan di Terminal Pakupatan dilaksanakan berdasarkan peraturan
yang berlaku pada tiap-tiap jenis angkutan. Setelah pelimpahan wewenang dari
Kabupaten Serang ke Kota Serang, maka pengaturan mengenai rute perjalanan dan
tarif angkutan, serta pengawasannya diserahkan kepada Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika Kota Serang. Oleh karena itu, hingga saat ini sedang
dilakukan analisis mengenai rute perjalanan (trayek) untuk angkutan kota yang
dianggap masih belum sesuai dengan rute yang telah ditetapkan.
Sebenarnya rute perjalanan (trayek) angkutan kota telah ditetapkan berdasarkan
Keputusan Walikota Serang Nomor: 551.23/Kep.74-Huk/2009. Namun, fakta di
lapangan menunjukkan masih banyak angkutan kota yang beroperasi tidak sesuai
dengan rute (trayek) yang telah ditetapkan tersebut. Bahkan masih banyak angkutan
kota yang belum memiliki trayek. Hal ini juga disebabkan karena terdapat beberapa
angkutan luar kota yang juga beroperasi dalam kawasan Kota Serang. Sehingga
pendapatan para sopir angkutan dalam kota menjadi berkurang dan menyebabkan pula
para sopir tetap beroperasi meskipun tidak sesuai dengan rute (trayek) angkutannya.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Embing Dimiyati yang merupakan Ketua
Paguyuban Angkutan Kota Serang:
“Karna kesemrautan istilahnya angkutan kota di Serang Jane. Saya mengadakan itu kan sampe saat ini nggak terealisasi masalah angkutan luar kota masuk di dalem apalagi mobil Cilegon, yang namanya angkutan kota kan istilahnya apa namanya income nya kan sama dia istilahnya susah, mobil angkutan kota banyak, ada 1148 angkot yang jadi 10 trayek dari 13 kan. Tadinya 13 kan sekarang1148 angkot itu 10 trayek. Liat aja sendiri Jane acak-acakan mobil luar kota masuk ke dalem apalagi mobil
luar kota numpangnya mobil Cilegonlah, dari jam 2 aja udah terpenuhi mobil Cilegon masuk ke dalem kota Jane Kalo bapak nggak over boden gitu istilahnya ada organisasi di PAKS udah sayanya hancur-hancuran gitu”. (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 13.00).
Selanjutnya, untuk tarif angkutan baik untuk angkutan AKAP (Antar Kota
Antar Provinsi), AKDP (Angkutan Kota Dalam Provinsi), maupun angkutan kota,
tidak mengalami kendala dalam pengoperasiannya. Penetapan tarif angkutan kota dan
AKDP disesuaikan berdasarkan SK Gubernur. Sedangkan untuk tarif AKAP sesuai
dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perhubungan. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Ade Sutaryana selaku Kepala Seksi Perparkiran dan
Terminal:
“Tarif angkutan SK gubernur. Kalau untuk kabupaten dan kota itu SK gubernur kalau untuk AKDP dan angkot. Kalau untuk AKAP itu SK Dirjen itu. Jadi untuk AKAP itu adalah Dirjen, kalau untuk AKDP dan angkot adalah SK gubernur. Tarif angkutan terbagi menjadi 2 bagian diantaranya untuk Tarif angkutan AKDP dan angkot itu adalah SK bupati. Kalau untuk AKAP adalah SK gubernur dari dirjen gitu. Kalo perhitungan tarif ini akan melibatkan segala harga suku cadang di pasaran. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan)
Pengaturan jadwal petugas di Terminal Pakupatan dilaksanakan berdasarkan
sistem shift (pergantian) yang terdiri dari 3 (tiga) regu. Setiap regu terdiri dari 10 orang
petugas dimana pada setiap regu tersebut dikepalai oleh Komandan Regu (Danru) dan
Wakil Kepala Regu (Wadanru). Selanjutnya, anggota-anggota pada setiap shift dibagi
tugas-tugasnya berdasarkan kebutuhan di lapangan.
Evaluasi sistem pengoperasian terminal dan pencatatan jumlah kendaraan dan
penumpang yang datang dan berangkat di Terminal Pakupatan dilakukan dengan
berkoordinasi pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang.
Sedangkan evaluasi dalam bentuk laporan dilakukan dalam bentuk laporan per bulan.
Selanjutnya, evaluasi harian dilakukan dalam bentuk laporan Komandan Regu yang
bertugas pada saat itu kepada Kepala Seksi Perparkiran Dan Terminal. Hal ini sejalan
dengan hasil wawancara dengan M. Yasin yang merupakan Komandan Regu Terminal
Pakupatan yang menyebutkan:
“Kalo pelimpahan wewenangnya satu, itu kita kan ada 3 regu ya, ya kita seragam pelimpahan wewenangnya. Pelimpahannya begini, kepala terminal dalam hal ini ya, menunggu laporan daripada danru. Misalkan regu sekarang regu saya, kalau ada apa-apa memang kita ada manuver-manuvernya, misalkan yang udah ditentukan oleh dinas melalui kepala terminal ini mesti di terminal ini, nah kita jabarkan lagi di sini ya, itu langsung kita hasilnya tetep dilaporkan. Kita ada buku apa, ya disamping buku absensi, buku untuk kegiatan sehari-hari disini misalkan kayak ada kejadian apa, kenapa gitu ya. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
Pengaturan tempat tunggu dan arus kendaraan umum di dalam Terminal
Pakupatan belum terlaksana secara optimal. Hal ini disebabkan kendaraan umum
menaikkan dan menurunkan penumpang di luar terminal. Sehingga para penumpang
lebih memilih menunggu angkutan umum di luar kawasan terminal. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Susi yang merupakan salah satu pengguna jasa angkutan umum:
“Di luar! Kan kalo di dalam juga gitu ya mbak, kalo misalnya naik di dalam jalannya gitu ngga nyaman gitu tu. Jadi, kalo di luar gitu kan ya lumayan, jalannya bagus gitu. Jadi mending nunggu diluar aja daripada di dalam”. (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 15.45)
Selain itu, kurangnya petugas juga menjadi kendala dalam mengoptimalkan
tempat tunggu dan arus kendaraan umum di Terminal Pakupatan. Hal ini menyebabkan
tidak adanya petugas yang mengatur dan mengawasi tempat tunggu serta arus
kendaraan umum. Sehingga banyak sopir angkutan umum yang ‘ngetem’ tidak pada
tempat yang telah disediakan oleh pihak terminal. Keadaan tersebut menyebabkan
kondisi di terminal Pakupatan menjadi tidak kondusif bagi para pengguna jasa
angkutan umum dan terminal.
Selanjutnya dalam hal pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan
menurut jadwal yang telah ditetapkan, berdasarkan hasil observasi dan wawancara
peneliti dilapangan dapat diketahui bahwa tidak ditemukan pengaturan terhadap
kedatangan dan pemberangkatan kendaraan menurut jadwal yang telah ditetapkan. Hal
ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Ade Sutaryana selaku Kepala Seksi
Perparkiran dan Terminal:
“Nggak ada, petugasnya tidak ada. Anggotanya tidak cukup karna juga bukan terminal ideal gitu! (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan)
Oleh karena itu, pengaturan tersebut dilakukan sendiri oleh pihak pengurus angkutan
dengan alasan menghindari keributan diantara sesama pengurus angkutan umum. Hal
ini sejalan dengan pernyataan Haris Ardiansyah selaku pengurus angkutan dari PO
Armada Jaya Perkasa berikut ini:
“Kalau untuk kedatangan, dari pihak perhubungan nggak ada. Paling dari pihak pengurus itu, yang mengatur supaya dengan PO lain nggak bentrok gitu. Jadi, gimana baiknya pengurus Armada misalnya sama pengurus Arimbi atau pengurus Asli atau itu berembuk gimana baiknya gitu, supaya tidak terjadi keributan”. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
Selanjutnya pemungutan jasa pelayanan terminal penumpang sebenarnya telah
diatur dalam pasal 22 yang berbunyi:
“(1) Pungutan jasa pelayanan terminal terdiri dari: a. Jasa penggunaan tempat parkir kendaraan untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang; b. Jasa penggunaan tempat parkir kendaraan angkutan selama
menunggu keberangkatan; c. Jasa penggunaan fasilitas parkir kendaraan, selain kendaraan
angkutan umum penumpang”. (2) Tata cara pemungutan, besarnya pungutan serta penggunaan hasil pugutan terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, ditetapkan dengan keputusan menteri setelah mendengar pendapat Menteri Dalam Negeri dan mendapat persetujuan menteri yang bertanggungjawab di bidang keuangan Negara.
Berdasarkan peraturan tersebut maka dapat diketahui bahwa pungutan jasa
pelayanan terminal merupakan jasa penggunaan tempat parkir baik untuk menaikkan
dan menurunkan penumpang, menunggu keberangkatan, maupun penggunaan fasilitas
parkir selain kendaraan angkutan umum penumpang. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa pungutan jasa pelayanan tersebut sebenarnya difokuskan pada pungutan yang
berkaitan dengan tempat parkir dan fasilitas-fasilitasnya. Sementara pada Terminal
Pakupatan tidak ditemukan adanya pemungutan parkir. Hal ini disebabkan tidak
adanya areal yang difungsikan sebagai tempat parkir, sehingga pemungutan jasa
pelayanan terminal tidak dilaksanakan pada terminal ini. Hasil wawancara dengan M.
Yasin yang merupakan Komandan Regu Terminal Pakupatan:
“Ngga ada parkir di sini neng, tidak diberlakukan! Karna memang luas lahannya tidak mencukupi! Mau diparkirin di mana mobil-mobilnya neng!” (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00) Meskipun tidak terdapat pemungutan jasa parkir di Terminal Pakupatan, namun
pemungutan retribusi terminal tetap dilakukan. Hal ini berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Serang Nomor 16 Tahun 2008 Tentang Retribusi Penyelenggaraan di Bidang
Perhubungan di Kota Serang. Kebijakan tersebut menjelaskan bahwa:
“Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khususnya disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau badan”.
Oleh karena itu, sebagai terminal lintasan yang memberikan jasa kepada angkutan
umum untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, maka Terminal Pakupatan
memungut retribusi sebagai wujud pembayaran penggunaan jasa pelayanan di
Terminal Pakupatan.
Pada lampiran kebijakan tersebut dipaparkan mengenai besarnya retribusi
terminal dan penggunaan fasilitas penunjang terminal yang meliputi sebagai berikut:
1. Mobil bus besar (26 tempat duduk ke atas) Rp 2000/ sekali masuk
2. Bus sedang (16-25 tempat duduk) Rp 1000/ sekali masuk
3. Bus kecil (9-15 tempat duduk) Rp 500/ sekali masuk
4. Non bus Rp 300/ sekali masuk
Namun, berdasarkan hasil observasi peneliti, maka dapat diketahui bahwa pemungutan
retribusi di Terminal Pakupatan belum sesuai dengan ketentuna yang telah ditetapkan
tersebut. Peneliti menemukan bahwa besarnya pungutan yang diambil dari jenis
kendaraan bus kecil dan non bus jumlahnya disamaratakan. Padahal berdasakan
kebijakan tersebut untuk bus kecil adalah Rp 500/ sekali masuk sedangkan untuk non
bus (Angkutan Kota) adalah sebesar Rp 300 untuk sekali masuk. Begitu pula dengan
bus sedang yang seharusnya hanya sebesar Rp 1000/ sekali masuk justru dipungut
sebesar Rp 1500/sekali masuk. Selain itu, pemungutan retribusi untuk bus kecil dan
non bus yang dilakukan di Terminal Pakupatan juga dapat bersifat borongan, yaitu
sebesar Rp 1000 dalam satu hari meskipun angkutan tersebut masuk beberapa kali di
kawasan terminal. Hal ini bertentangan dengan Bab 9 Pasal 11 Ayat 1 Peraturan
Daerah Kota Serang Nomor 16 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa “Pemungutan
retribusi tidak dapat diborongkan”.
Pernyataan Edinata Sukarya selaku Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi
dan Informatika Daerah Kota Serang juga menyebutkan:
“Di dalam aturan di perda seharusnya setiap masuk 500 masuk, tapi ini karna dari dulu, dia 1000 aja 2 kali masuk 500, 500. Kan di dalam perdanya retribusinya 500, itu bukan dipungut 1000, 500, 2 kali masuk gitu. Seharusnya setiap masuk ke terminal bayar 500 gitu, tapi keberatan, ya udah 1 hari, jadi sehingga 1 hari itu 1000 tapi 500. Contoh begini, adek punya kopas sekali masuk terminal bayar 500 itu aturannya! Kalo seandainya 5 kali ke terminal itu 2500 kan, ini mah tidak. Dia, masuk 500, dia bayar 1000 2 kali karcis dia mutar-mutar masuk bayar nggak dipungut oleh kita…” (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas).
Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Suhendra yang merupakan sopir angkutan kota
berikut ini:
“Itu hanya 1 kali dipintak Rp 1000. Itu saya belum pernah dengar itu tiap masuk di minta Rp 500 itu belum pernah dengar. Jadi dia minta itu, di minta TPR itu hanya Rp 1000. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
Kegiatan Pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kendaraan
umum kepada penumpang di Terminal Pakupatan dilaksanakan secara manual oleh
petugas yang bertugas saat itu. Hal ini disebabkan karena kurang berfungsinya alat-alat
komunikasi seperti pengeras suara yang berada di menara pengawas. Sehingga alat-alat
tersebut tidak dapat digunakan secara optimal oleh petugas dan jarang digunakan untuk
kegiatan pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kendaraan umum
kepada penumpang. Namun, biasanya kegiatan tersebut tetap dilakukan setiap
menjelang hari raya guna mengatasi kepadatan penumpang.
Pencatatan dan pelaporan pelanggaran di Terminal Pakupatan dilakukan
berkoordinasi dengan pihak kepolisian baik POLRES dan POLDA. Biasanya
pelanggaran yang sering terjadi ditindak dengan memberikan sanksi tilang atau
pengawasan berkala terhadap kendaraan-kendaraan yang masuk ke dalam terminal.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Ade Sutaryana selaku Kepala Seksi Perparkiran dan
Terminal:
“Tilang, ditilang bukti pelanggaran bisa polisi bisa perhubungan.Tilang itu mestinya begini ni bukti pelanggaran dari polisi. Maksudnya ditilang diberikan surat bukti pelanggaran. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan)
Hal ini senada dengan pernyataan M. Yasin yang merupakan Komandan Regu
Terminal Pakupatan, Kota Serang:
“Ada bentuknya di tilang gitu ya, kita koordinasi dengan POLRES, POLDA. (wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
Pengawasan kelayakan jalan kendaraan yang dioperasikan di Terminal
Pakupatan sama halnya dengan kegiatan pencatatan dan pelaporan pelanggaran, yaitu
dengan melakukan kerja sama antara Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
Daerah Kota Serang, POLRES dan POLDA Banten. Adapun pengujian kelayakan
tersebut dilakukan setiap 6 bulan sekali melalui pengujian KIR. Sedangkan untuk
kelayakan beroperasi, maka pihak Dinas perhubungan Komunikasi dan Informatika
Daerah Kota Serang dan Terminal Pakupatan memeriksa surat-surat kelayakan
angkutan umum tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ade Sutaryana selaku
Kepala Seksi Perparkiran dan Terminal:
“Ya itu tadi secara acak. Surat-surat kelayakan jalan secara acak. Kalau kelayakan jalan itu menginduk kepada buku uji yang setiap 6 bulan sekali harus diuji. Kalo ini mungkin setahun sekali KP itu. Kartu pengawasan adalah sama dengan izin trayek. Jadi kartu pengawasan sama dengan trayek. Kalo AKAP diberikan oleh Dirjen. Kalo AKDP diberikan oleh provinsi, kalo untuk angkot diberikan oleh kota maupun kabupaten”(Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00)
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Entus Muhidin selaku Wakil Ketua Organda:
“Ada, pengujiannya ada KIR namanya. Kalo KIR itu memang Dishub ya ada bagiannya ya, Kalo organda juga ikut di dalamnya dalam rangka patisipasilah karna memang yang di KIR itu angkutan ya”. (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, pukul 15.00)
Selanjutnya pada kegiatan pengawasan kapasitas muatan pada kendaraan di
Terminal Pakupatan tidak dapat dilaksanakan secara optimal. Hal ini disebabkan
penumpang yang naik kendaraan umum di Terminal Pakupatan jumlahnya hanya
sedikit sehingga jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah kendaraan yang ada.
Oleh karena itu, para sopir angkutan lebih banyak mencari penumpang di luar daerah
kawasan Terminal Pakupatan. Dengan demikian, pengawasan terhadap muatan
kendaraan sulit untuk dilakukan oleh petugas terminal. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Yasika yang merupakan sopir bus Bhineka:
“Ngga ada! Ngga sampe lebih, kalo di sini mah memang kurang penumpang. Paling dari sini berangkat orang5, orang 6 jadi carinya di
jalan neng”. (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45) Pada kegiatan pengawasan pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa
angkutan di Terminal Pakupatan biasanya dilaksanakan oleh para pengurus angkutan
sendiri. Oleh karena itu pihak Terminal Pakupatan hanya menghimbau para pengemudi
angkutan untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada para pengguna
angkutan umum. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Haris Budianto, petugas
pemungut retribusi Terminal Pakupatan:
“Iya, kalo jasa angkutan kan kayak pengemudi gitu kan ada. Ya, kalo dari Dinas perhubungan mah hanya menghimbau para pengguna angkutan, pengemudi dan sama kendaraan”. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh pernyataan dari Yasika, yang merupakan sopir
bus Bhineka:
“Ada ya dari PO, udah gitu pengurus Bhineka, ya Bhineka, Slamet ya slamet!”. (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 )
Pada kegiatan pengawasan pemanfaatan terminal serta fasilitas penunjang sesuai
dengan peruntukannya di Terminal Pakupatan sebenarnya telah dilaksanakan oleh
pihak terminal. Namun, pemanfaantannya memang belum dapat dilaksanakan secara
optimal karena masih banyak fasilitas-fasilitas yang belum tersedia atau kondisinya
sudah tidak memungkinkan untuk digunakan. Sementara untuk fasilitas-fasilitas yang
sudah tersedia di Terminal Pakupatan pemanfaatannya juga belum sesuai dengan
fungsinya. Misalnya ruang tunggu penumpang yang seharusnya digunakan oleh para
penumpang angkutan umum selama menunggu kendaraan, tetapi pada kenyataannya
justru lebih banyak digunakan oleh para pedagang. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Embing Dimiyati, Ketua Paguyuban Angkutan Umum Kota Serang:
“Kalo tempat duduk penumpang itu berfungsi, tapi kebanyakan pedagang saat ini mah. Kenapa Pak Embing jawab gitu itu kan terminalnya jelek kebanyakan di luar semua tempat-tempat apa namaya penumpang yang mau ke luar kota di depan nunggunya. Terminalnya jelek. (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 13.00).
Gambar 4.4
Kondisi Ruang Tunggu Penumpang
4.3.2.5 Letak Pengambilan Keputusan
Pada setiap implementasi suatu kebijakan, pengambilan keputusan di lapangan
merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai keberhasilan proses
implementasi kebijakan tersbut. Hal ini terkait dengan garis wewenang dan tanggung
jawab dalam melaksanakan program-program yang telah disusun sebagaimana yang
diatur dalam kebijakan tersebut. Letak pengambilan keputusan dalam implementasi
kebijakan akan menunjukkan pula kedudukan dan pengaruh dari aktor-aktor yang
terlibat dalam kebijakan tersebut. Berikut ini akan dipaparkan mengenai letak
pengambilan keputusan dalam implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan, Kota
Serang.
1. Siapa yang bertanggungjawab dalam pengelolaan Terminal Pakupatan
Pada kategori ini, akan dipaparkan mengenai garis wewenang dan
tanggungjawab dalam pengelolaan Terminal Pakupatan. Sebagaimana yang telah
dipaparkan sebelumnya Terminal Pakupatan merupakan terminal penumpang Tipe A
yang melayani kendaraan umum untuk Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP),
Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), angkutan kota dan angkutan pedesaan.
Oleh karena itu, Terminal Pakupatan memiliki peranan penting dalam pembangunan
daerah Kota Serang. Sehingga Pemerintah Daerah Kota Serang memiliki wewenang
tertinggi dalam pengambilan keputusan berupa Peraturan Daerah dalam hal
pengelolaan terminal.
Selanjutnya, pengelolaan Terminal Pakupatan secara tekhnis di lapangan
merupakan tanggungjawab dari Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
Daerah Kota Serang yang membawahi secara langsung para petugas di Terminal
Pakupatan. Hal ini sejalan dengan pernyatan Edinata Sukarya selaku Kepala Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika Daerah Kota Serang:
“Jadi terminal betul pengelolaannya oleh dinas perhubungan kota Serang. Dengan adanya pemekaran dari Kabupaten Serang ke Kota Serang makanya yang tadi dikelola oleh pemerintah kabupaten Serang melalui Dinas perhubungan Kabupaten Serang, maka terminal dilimpahkannya ke kita. Jadi pengelolaan untuk terminal itu oleh pemerintah dibuktikan kepada SKPD yaitu Satuan Kerja Pemerintah pada
Dinas Perhubungan dikelola Dinas Perhubungan Kota Serang”. (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas).
Selanjutnya, dalam hal tugas dan tanggungjawab para pelaksana tekhnis di
lapangan diatur dalam buku panduan petugas terminal yang dikeluarkan oleh Dinas
Perhubungan Kabupaten Serang pada tahun 2004. Adapun pembagian tugas dan
tanggung jawab di Terminal Pakupatan terbagi menjadi lima bagian, yaitu:
1. Kepala terminal
2. Petugas Administrasi Terminal
3. Petugas Operasional Terminal
4. Petugas Pemungut TPR (Tempat Pemungutan Retribusi)
5. Petugas Pengelola Fasilitas Terminal
2. Letak Pengambilan Keputusan Dalam Mengimplementasikan Keputusan
Menteri Perhubungan Tentang Terminal Transportasi Jalan Di Terminal
Pakupatan Kota Serang
Letak Pengambilan Keputusan Dalam Mengimplementasikan Keputusan
Menteri Perhubungan Tentang Terminal Transportasi Jalan Di Terminal Pakupatan
Kota Serang berada langsung di bawah Kementrian Perhubungan Republik Indonesia.
Selanjutnya keputusan dari Kementrian akan diperkuat dengan adanya surat edaran
pada setiap daerah. Meskipun sebenarnya bidang perhubungan merupakan urusan
otonomi setiap daerah, namun daerah-daerah di Indonesia masih tetap harus
menyesuaikan kebijakannya dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
pusat melalui kementrian perhubungan.
Pengelolaan Terminal Pakupatan Kota Serang merupakan hak otonomi dari
Pemerintah Daerah Kota Serang. Oleh karena itu, Walikota Serang merupakan
pengambil keputusan tertinggi melalui Keputusan Walikota yang berkaitan dengan
masalah perhubungan, khususnya Terminal Pakupatan Kota Serang. Selanjutnya,
kebijakan tersebut akan dilaksanakan dengan bekerjasama dengan pihak Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang. Dengan demikian, para
petugas di Terminal Pakupatan akan menerima pelimpahan wewenang melalui
Komandan Regu atas pengawasan Kepala Seksi Perparkiran dan Terminal. Hal ini
sejalan dengan pernyataan M. Yasin yang merupakan Komandan Regu Terminal
Pakupatan Kota Serang:
“Kalo pelimpahan wewenangnya satu, itu kita kan ada 3 regu ya, ya kita seragam pelimpahan wewenangnya. Pelimpahannya begini, kepala terminal dalam hal ini ya, menunggu laporan daripada danru”. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
3. Letak pengambilan keputusan mengenai sanksi atas pelanggaran dalam
Keputusan Menteri Perhubungan Tentang Terminal Transportasi Jalan di
Terminal Pakupatan Kota Serang
Letak pengambilan keputusan mengenai sanksi atas pelanggaran dalam
Keputusan Menteri Perhubungan Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal
Pakupatan Kota Serang disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
dimana dalam Undang-undang tersebut membatasi kewenangan Dinas Perhubungan
dalam memberikan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh para sopir
angkutan umum. Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam BAB V Pasal 7 ayat 2
yang berbunyi:
“Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi masing-masing meliputi: …urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta pendidikan berlalu lintas, oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.”
Selanjutnya, hal tersebut dijelaskan kembali dalam Pasal 12 yang berbunyi:
“Penyelenggaraan di bidang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta pendidikan berlalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf e meliputi: a. pengujian dan penerbitan Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor; b. pelaksanaan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor; c. pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian data Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; d. pengelolaan pusat pengendalian Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; e. pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli Lalu Lintas;”
Oleh karena itu, letak pengambilan keputusan mengenai sanksi atas pelanggaran dalam
pengelolaan Terminal Pakupatan yang merupakan urusan pemerintahan di bidang
Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum,
Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta pendidikan berlalu lintas
merupakan tanggung jawab dan kewenangan aparat kepolisian.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Edinata Sukarya selaku Kepala Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang:
”Kalo pelanggaran kita juga sesuai dengan Undang-Undang No 22 kita ada pasal 257 tidak masuk terminal. Terus kalo kita udah ditindak kita langsung ke pengadilan. Disidang di pengadilan. Ini juga bekerjasama dengan pihak kepolisian”. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas)
Pernyataan tersebut juga sejalan dengan pernyataan Suryadi yang merupakan Petugas
Lalu Lintas Terminal Pakupatan:
“Kalau pelangaran kita bertindak itu terkena pasal, nanti kita ajuin ke pengadilan”. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 di Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang, jam 10.00)
Selain itu, sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa dalam hal
pelanggaran yang terjadi di Terminal Pakupatan, para petugas terminal yang dibawahi
oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang melakukan
kerjasama dan koordinasi dengan aparat kepolisian, seperti POLRES dan POLDA
Banten. Oleh karena itu, dalam hal pemberian sanksi pun pihak terminal tetap
melakukan kerja sama dan koordinasi dengan pihak-pihak tersebut. Namun, untuk
pelanggaran yang sifatnya ringan, biasanya petugas Terminal Pakupatan hanya
memberikan peringatan dalam bentuk lisan.
4.3.2.6 Sumber Daya yang digunakan
Implementasi suatu kebijakan tentu memerlukan berbagai sumber daya guna
mendukung terselenggaranya program-program sebagaimana yang diamanatkan dalam
kebijakan tersebut. Oleh karena itu, tidak mungkin tahap implementasi dapat berjalan
tanpa didukung adanya sumber daya yang dibutuhkan selama proses implementasi
tersebut berlangsung. Hal ini tentu saja akan berpengaruh secara langsung dalam
pencapaian tujuan kebijakan yang akan berdampak pula pada berhasil tidaknya
kebijakan tersebut ketika diterapkan di lapangan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa
kategori yang menyangkut sumber daya pada implementasi Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal
Pakupatan, Kota Serang.
1. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sumber daya yang paling penting
dalam implementasi suatu kebijakan, karena tidak mungkin suatu kebijakan bisa
terlaksana tanpa adanya manusia-manusia (Pelaksana Kebijakan) yang
menjalankannya. Oleh karena itu, SDM memiliki peran penting dalam proses
implementasi kebijakan dan sangat menentukan keberhasilan suatu kebijakan.
Selanjutnya, Sumber Daya Manusia (SDM) yang digunakan dalam implementasi
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan, diantaranya adalah para petugas terminal
pakupatan yang dibawahi secara langsung oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika Kota Serang. Dengan demikian, kualitas para petugas Terminal Pakupatan
akan sangat menentukan pula keberhasilan kebijakan tersebut.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan, maka dapat diketahui bahwa
secara kualitas para petugas di Terminal Pakupatan memang belum dapat dikatakan
baik secara umum. Namun, kualitas tersebut amat bergantung dengan individu masing-
masing petugas tersebut karena tanggungjawab dan kesadaran terhadap tugas-tugas
yang diamanatkan sebagai petugas terminal merupakan salah satu hal yang dapat
dinilai sebagai kualitas dalam berrtugas. Oleh karena itu, sulit menentukan kualitas
para petugas di Terminal Pakupatan dengan cara menggeneralisasi secara keseluruhan.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Entus Muhidin selaku Wakil Ketua Organda Kota
Serang berikut ini:
”Ya, sebetulnya baik atau ngga tergantung personilnya yang bekerja di sana kan. Kita belum bisa mengatakan baik kalo itu tidak bisa sigap seperti pegawai yang bertanggungjawab kan. Kalo memang mereka bagus ya baik kan. Kan gitu ya! Tergantung kepribadiannya yang ditugaskan di terminal kan gitu”. (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, jam 15.00)
Selanjutnya, kualitas para petugas sebagai pelaksana kebijakan tentu juga akan
mempengaruhi kinerja yang dihasilkan. Sementara kinerja tersebut juga dapat
dipengaruhi kualitas hidup (kesejahteraan) para petugas tersebut. Sehingga penting
pula kiranya memperhatikan kesejahteraan para petugas di Teminal Pakupatan guna
meningkatkan kinerja mereka dalam melaksanakan tugas. Namun, sebagaimana yang
telah dipaparkan sebelumnya, para petugas di Terminak Pakupatan mayoritas masih
berstatus sebagai pagawai magang (TKK dan TKS). Sedangkan yang telah berstatus
PNS (Pegawai Negeri Sipil) hanya terdiri dari beberapa orang saja, yaitu Komandan
Regu (Danru) dan Wakil Komandan Regu pada tiap-tiap regu yang bertugas. Oleh
karena itu, berdasarkan status kepegawaian tersebut, maka dapat diketahui bahwa
kesejahteraan petugas di Terminal Pakupatan masih belum memadai. Hal ini tentu saja
akan berdampak pada kinerja yang dihasilkan para petugas tersebut selama
melaksanakan tugas-tugasnya di lapangan. Hasil wawancara dengan Edinata Sukarya
S.sos M. SI selaku Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota
Serang berikut ini juga memperkuat hal tersebut:
“Ya kalau petugas ini sebetulnya baik. Kita kan kebanyakan bukan pegawai negeri, TKK”. (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
2. Sumber dana
Sumber daya yang juga berperan penting dalam implementasi suatu kebijakan
adalah sumber dana. Hal ini terkait dengan kebutuhan dana yang diperlukan dalam
melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang diamanatkan dalam kebijakan
tersebut. Oleh karena itu, pendanaan juga dianggap penting dan amat mempengaruhi
keberhasilan suatu kebijakan. Meskipun suatu kebijakan telah dirumuskan secara baik
dan program-program telah dirancang secara sempurna, tetapi tanpa adanya dana untuk
mendukung pelaksanaannya, maka semua itu tidak mungkin akan terlaksana dengan
baik.
Selanjutnya, dalam implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31
Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan sebelum
adanya pemekaran wilayah menjadi Kota Serang (masih berstatus/bagian dari
Kabupaten Serang), sumber dana diperoleh dari anggaran Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang. Kemudian setelah adanya pemekaran Kota Serang, maka
pendanaan tersebut menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah Kota Serang. Hal ini
dikarenakan pemungutan retribusi yang dilaksanakan merupakan PAD (Pendapatan
Asli Daerah) Kota Serang. Selain itu, hal ini juga disebabkan karena kawasan
Terminal Pakupatan merupakan bagian dari wilayah kewenangan Kota Serang.
Namun, sejak pengelolaan Terminal Pakupatan diserahkan dari Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang kepada Pemerintah Kota Serang, hingga saat ini belum ada dana
yang diberikan untuk pengelolaan terminal. Bantuan dana justru diperoleh dari
Pemerintah Provinsi Banten, yaitu sebesar Rp 2,5 Miliar pada tahun 2010.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Edinata Sukarya S.sos M. SI selaku Kepala
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang berikut ini:
“Dari zaman Kabupaten Serang sudah ada. Ngga rutin ada, tapi rehabilitasi pemeliharaan gedung ada, tapi setelah masuk ke Kota Serang ya itu tadi jadi tidak tiap tahun ya! Nah, begitu tahun 2008 diserahkan Ke Kota Serang sampai 2009 Kota Serang belum menganggarkan. 2010 alhamdulillah, Pemerintah provinsi memberikan bantuan untuk rehabilitasi emplasemen artinya untuk datarnya terminal supaya jangan hancur ya, kalau hancur kan mobil tidak bisa masuk, keduanya pemerintah Kota juga menganggarkan untuk pemagaran terminal”.(Wawancara pada tanggal 18-05-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
Pernyataan tersebut juga sejalan dengan pernyataan Ade Sutaryana selaku Kepala
Seksi Perparkiran dan Terminal:
“Ya, Jane sendiri tau bahwa 2008 pertama kali, eh 2009 pertama kali ini diserahkan ke kota dari kabupaten untuk terminal itu 0 rupiah. Jane bisa bayangkan 0 rupiah itu bisa dipake apa? Mau beli permen aja ngga bisa. Tapi tahun 2009, tahun 2010 ini kami waktu itu apa namanya mengusulkan 400 juta, 400 juta apalah artinya kalo untuk perbaikan, tapi kita coba. Tapi begitu kita berhadapan dengan dewan untuk di setujui, dewan tau bahwa ada bantuan dari provinsi 400 jutanya jadi hilang, jadi dicabut. Jadi diarahkan ke mana kami juga tidak tahu dan bukan milik
perhubungan lagi yang 400 juta, sudah milik pemda kembali ke pemda. Karna apa, karna memang ada bantuan 2,5 milyar dari provinsi, jadi kota 0 rupiah lagi...” (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00) Dengan demikian, bantuan dana yang diperoleh dari pemerintah Propinsi
Banten tersebut digunakan untuk memperbaiki jalan di Terminal Pakupatan yang telah
rusak berat. Namun, jumlah dana tersebut masih belum cukup untuk memperbaiki
semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan di Terminal Pakupatan. Oleh karena itu,
hingga saat laporan penelitian ini disusun perbaikan jalan di Terminal Pakupatan masih
berlangsung.
4.3.3 Konteks Implementasi (Context of policy)
4.3.3.1 Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat
Implementasi suatu kebijakan perlu pula memperhitungkan kekuasaaan,
kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat dalam kebijakan tersebut. Kekuasaan
tentu akan membawa kepentingan-kepentingan tertentu dalam pelaksanaan kebijakan
ketika akan diimplementasikan di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan strategi-
strategi yang tepat guna mendukung keberhasilan implementasi suatu kebijakan.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa kategori mengenai kekuasaan, kepentingan, dan
strategi dari aktor yang terlibat.
1. Terdapat tidaknya kekuasaan dan kepentingan-kepentingan yang
mempengaruhi dalam pengambilan tindakan dalam implementasi Keputusan
Menteri Perhubungan Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal
Pakupatan Kota Serang
Peneliti tidak menemukan kepentingan-kepentingan dan kekuasaan-kekuasaan
tertentu dalam pengambilan tindakan dalam Implementasi Keputusan Menteri
Perhubungan Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota
Serang. Pengambilan keputusan dalam implementasi kebijakan kepmen ini mutlak
dilaksanakan dan dijalankan oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
Kota Serang berdasarkan kepentingan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
pelayanan bidang transportasi. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara peneliti dengan
Edinata Sukarya S.sos M. SI selaku Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika Kota Serang berikut ini:
“Ngga ada! Yang berpengaruh itu tu sebenarnya polisi, yang diluar itu tu polisi menyangkut misalnya masalah ketertibannya karna semuanya dari sana”. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 pukul 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ). Selanjutnya pernyataan tersebut juga diperkuat oleh pernyataan dari Ade
Sutaryana sebagai Kepala seksi perparkiran dan terminal:
“Kalo diliat dari lapangan, selalu bersinggungan tapi kalo dari Kepmen harus mutlak. Jadi kekuasaan pekerjaan di Dinas perhubungan terutama itu mutlak yaitu adalah pelayanan dalam tanda keselamatan angkutan umum”. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan).
2. Strategi yang diterapkan oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika Kota Serang dan petugas pelaksana tekhnis dalam menghadapi
hambatan mengimplementasikan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31
Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan
Kota Serang
Strategi dalam kebijakan merupakan cara atau tindakan yang diterapkan aktor
pelaksana kebijakan untuk mendukung keberhasilan suatu kebijakan. Strategi menjadi
salah satu kunci pokok dalam menentukan keberhasilan suatu kebijakan yang akan
diimplementasikan. Kategori ini akan menjelaskan strategi-strategi yang diterapkan
oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang dan petugas
pelaksana tekhnis dalam menghadapi hambatan mengimplementasikan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di
Terminal Pakupatan Kota Serang.
Strategi yang diterapkan oleh para pelaksana implementasi Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal
Pakupatan Kota Serang adalah dengan menerapkan pendekatan secara personal kepada
para sopir angkutan umum, termasuk pula para pedagang yang yang menggantungkan
hidupnya dengan berjualan di Terminal Pakupatan. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah pengaturan dan pengelolaan Terminal Pakupatan. Sehingga setiap
kebijakan yang akan diambil oleh petugas tekhnis lebih mudah diterima dan
dilaksanakan oleh para sopir dan para pedagang tersebut. Pernyataan Ade Sutaryana
selaku kepala seksi perparkiran dan terminal berikut ini juga memperkuat hal tersebut:
“Untuk strategi saya dibawah ya, untuk saya sebagai ujung tombak yang paling bawah dibawah sini itu kita supel terhadap orang-orang yang berada di sini karena di terminal Pakupatan ini kan, pendidikannya terdiri dari ada sarjana, ada SD, ada yang ngga tamat SD, ada yang
SMP, ada yang SMA jadi kita harus supel, harus fleksibel. Karna apa, kalau saya keras ini akan berbenturan tapi liat dulu kerasnya di dalam hal apa. Saya bisa keras dalam hal kontrol ya seperti contohnya mungkin dalam hal kontrol untuk kelayakan jalan itu mungkin kami akan dibantu dalam kepolisian dalam hal seperti itu. Tetapi, kalau untuk sifatnya persaudaraan dalam terminal itu harus terjalin dengan RT di dalam terminal itu harus terjalin, dengan tokoh masyarkat harus terjalin, dengan tokoh agama harus terjalin karna apa, hampir seluruh terminal potensi terhadap kekerasan, ini diperlukannya seperti itu. Fleksibel terhadap tokoh masyarakat, tokoh agama, Pak RT dan sebagainya.Termasuk temen-temen yang mencari makan di dalam terminal kita fleksibel. Yang penting tidak menganggu kepentingan umum”. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan).
Pernyataan tersebut juga sejalan dengan pernyataan Haris Budianto sebagai
Petugas Pemungut Retribusi Terminal Pakupatan berikut ini:
“Kalo dari dinas hanya memberitahukan kepada petugas untuk bertugas seperti biasa jangan terlalu keras kepada pengemudi kendaraan atau ke pengusaha karna melihat sikon kendaraan terminal gitu. Kita harus hanya maklum dengan keadaan terminal begini, kalau model kita terlalu keras takutnya terjadi hal yang tidak diinginkan karena situasi terminalnya kayak gini. Jadi hanya menghimbau aja”. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00)
Selanjutnya, berdasarkan observasi peneliti di lapangan, peneliti menemukan
bahwa manajemen rekayasa sebagai salah satu strategi dalam implementasi Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di
Terminal Pakupatan Kota Serang, ternyata tidak dilaksanakan oleh para petugas
pelaksana tekhnis di lapangan. Hal ini disebabkan kondisi jalan yang tidak
memungkinkan untuk dilaksanakannya manajemen rekayasa tersebut. Selain itu, para
penumpang kendaraan umum juga cenderung tidak bersedia untuk menunggu
kendaraan umum di dalam terminal.
3. Hambatan yang dihadapi Petugas sebagai pelaksana teknis di lapangan
dalam mengimplementasikan Keputusan Menteri Perhubungan Tentang
Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang
Hambatan merupakan kendala-kendala yang dihadapi oleh aktor-aktor
pelaksana kebijakan dalam mengimplementasikan suatu kebijakan. Hambatan-
hambatan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, dari keadaan sarana dan
prasarana, sumber daya manusia, dan berbagai hal lainnya. Pada kategori ini peneliti
menemukan bahwa yang menjadi penghambat utama dalam mengimplementasikan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang adalah dari fasilitas jalan.
Fasilitas jalan menjadi permasalahan yang sangat vital bagi para petugas
pelaksana tekhnis dan sopir kendaraan umum. Kondisi Jalan di Terminal Pakupatan
hingga laporan penelitian ini disusun sudah tidak layak karena kondisi jalan tersebut
banyak berlubang dan menyebabkan kendaraan umum sulit melewatinya. Terutama
pada saat kondisi hujan, lubang-lubang tersebut mengakibatkan kubangan air di
sepanjang jalan Terminal Pakupatan. Kondisi tersebut tentu saja akan membahayakan
baik bagi para sopir angkutan umum maupun masyarakat yang menggunakannya.
Selain itu, akibat jalan yang rusak tersebut, kendaraan umum menjadi cepat rusak
sehingga dapat merugikan sopir. Oleh karena itu, mayoritas sopir angkutan umum
enggan memasuki areal Terminal Pakupatan pada saat hujan dengan alasan khawatir
kendaraan mereka menjadi rusak. Hal ini sejalan dengan pernyataan Syarifuddin yang
merupakan sopir angkutan kota:
“Ya, justru karna jalannya seperti ini gitu maka menghambat ke segalanya kan!”. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Otong Syahrudin yang merupakan
Sopir angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (PS, bus kecil):
”Iya, satunya jalan, mungkin kalo pungutan udah di mana-mana. Di terminal mah gitu”. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 11.00)
Kondisi jalan tersebut juga dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4.5
Kondisi Jalan di Terminal Pakupatan
Usaha perbaikan jalan sebenarnya telah dilakukan oleh pihak Terminal
Pakupatan yang bekerjasama dengan para pengurus kendaraan umum yang ada di
Terminal Pakupatan. Hal ini dilakukan dengan cara menambal jalan-jalan yang
berlubang dengan batu-batu atau yang biasanya disebut dengan ’pengurugan’. Dengan
demikian, diharapkan kondisi jalan menjadi lebih baik dan mempermudah kendaraan
umum melewati jalan tersebut. Sehingga para sopir angkutan kendaraan umum yang
memasuki areal terminal tidak khawatir lagi kendaraan mereka menjadi rusak. Selain
itu, hal ini juga diharapkan membuat para penumpang angkutan umum menjadi lebih
nyaman dengan kondisi terminal yang lebih kondusif.
Perbaikan jalan yang telah dilakukan selama ini pada kenyataannya belum
dirasakan maksimal manfaatnya. Hal ini disebabkan karena kondisi tanah di kawasan
Terminal Pakupatan yang masih labil dan merupakan kawasan rawa, sehingga
perbaikan jalan yang telah dilakukan tidak dapat bertahan lama dan menjadi rusak
kembali. Kondisi tersebut juga sesuai dengan pernyataan M. Yasin yang merupakan
Komandan Regu Di Terminal Pakupatan:
” Sebenarnya begini neng, yang namanya perbaikan upaya sudah. Ya kita Danru terutama melalui komandannya sendiri, ya kita terus dengan koordinasi dengan PO, kita melayangkan surat udah beberapa kali kita dibantu. Bahkan kalo di hitung-hitung mah ini udah bukan puluhan lagi, ratusan sejak dialihkan kota yang tidak ada dana aja ya, itu dihitung kalo ratusan mah ada seratus truk itu. Itu kita tidak minta sumbangan ke sopir selain TPR Rp 1000 jadi Rp 1500 itu tidak. Kita hanya mencoba ya masa sih, kita ke PO nya ada yang peduli terutama PO yang besar kayak ARIMBI, Prima Jasa, itu memberikan batu di sini ya. Nah, kita kasi uang alakadarnya ke pengemudinya. Trus untuk masalah pengerjaannya kita. Kita yang namanya gotong-royong”. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, pukul 14.00)
4.3.3.2 Karakteristik rezim yang berkuasa
Karakteristik rezim yang berkuasa juga turut berpengaruh besar dalam
implementasi suatu kebijakan. Karakteristik rezim tersebut akan menetukan pula arah
kebijakan yang diambil dalam mengimplementasikan hal-hal yang diatur dalam
kebijakan tersebut. Oleh karena itu, keberhasilan implementasi Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal
Pakupatan Kota Serang akan sangat ditentukan oleh karakteristik lembaga-lembaga
yang terlibat dalam kebijakan tersebut. Pada kategori ini akan dipaparkan mengenai
karakteristik Dinas perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang yang
menjadi pelaksana kebijakan dalam implementasi kebijakan tersebut, yaitu meliputi
Struktur organisasi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang.
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang sebenarnya
masih mengalami kekurangan pegawai, sehingga struktur organisasinya relatif
sederhana dan mudah dimengerti. Namun, hal ini juga menyebabkan berbagai tugas
dan fungsi setiap jabatan dalam organisasi tersebut menjadi tumpang tindih sehingga
aktifitas yang dikerjakan oleh para pegawai tersebut menjadi kurang efektif dan
efisien. Misalnya Kepala seksi perparkiran juga berfungsi sebagai kepala terminal.
Padahal idealnya, kedua fungsi tersebut harus dipisahkan mengingat luasnya cakupan
dalam pengelolaan terminal.
Selain itu, tidak adanya UPTD (Unit Pelaksana Tekhnis Daerah) menyebabkan
tugas-tugas pelaksana tekhnis di lapangan juga harus dilaksanakan oleh Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang. Hal ini menyebabkan kurang
efektifnya pengelolaan berbagai terminal yang ada di Kota Serang, khususnya
Terminal Pakupatan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Edinata Sukarya S.sos M. SI
selaku Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang berikut
ini:
“Masih kurang, masih ada penambahan yang namanya UPTD, unit pelaksana di daerah buat terminal dan parkir. Kan disitu udah ada cuma belum diisi orang-orangnya. Waktu pembentukan itu kita kekurangan SDM, kekurangan personil. Ya nanti mungkin ke depan itu diisi karna kita agak sulit ini dalam kegiatannya terlalu banyak. Kalo UPTD nya kan dia langsung mengelola, langsung ke kepala dinas. Kalau Kasi aja dia kan ada bidangnya. Ini kan Dia kan mengelola langsung, bertanggung jawab langsung. Ya artinya itu, dia kan seperti terminal ada tokohnya, dia ngatur terminal apanya tanggung jawab ke kita, kita juga hanya mengawasi aja. Tapi kalo sementara ini kan kalo kita tidak di UPTD kan dia hanya dari bidang, jadi sistem birokrasinya masih ada”. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Ade Sutaryana yang merupakan Kepala Seksi
Perparkiran dan Terminal:
“Kalo menurut saya struktur organisasi yang ada di perhubungan sekarang ini itu sebetulnya saya kira ideal. Karna apa, karna emang segala sesuatunya seksi itu sudah terisi bahkan kalo saya katakan bisa kurang karna apa, ada salah satu seksi memegang untuk 2 jabatan seksi. Contoh, seperti saya jabatan kepala seksi keterminalan dan parkir. Nah, parkir ini harus ada sebetulnya kepala seksi parkir, bukan kepala seksi harusnya KUPTD. Harusnya ada UPTD parkir. Makanya kalo dikatakan ideal mungkin ya dalam arti rangka pengurusan organisasi tapi kalo menurut saya ini kurang ideal karna memang harusnya satu bidang satu seksi, satu kegiatan satu seksi”. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan pukul 11.00)
4.3.3.3 Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana
Keberhasilan implementasi suatu kebijakan juga harus didukung dengan
adanya tingkat kepatuhan dan respon dari pelaksana kebijakan. Selain itu, tingkat
kepatuhan dan respon dari aktor-aktor terlibat lainnya juga akan mempengaruhi
implementasi kebijakan tersebut. Selanjutnya dalam implementasi Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di
Terminal Pakupatan Kota Serang tingkat kepatuhan dan respon dari baik pelaksana
kebijakan maupun para sopir angkutan umum menjadi salah satu faktor yang
mendukung terlaksananya suatu kebijakan.
1. Petugas pelaksana tekhnis di lapangan
Kategori ini menjelaskan mengenai tingkat kepatuhan dan respon para petugas
pelaksana tekhnis di lapangan pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun
1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang.
Berdasarkan observasi peneliti di lapangan, para pelaksana tekhnis dilapangan sudah
menunjukkan adanya respon terhadap kebijakan tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan
pelaksanaan tugas-tugas yang sudah sesuai dengan apa yang diatur dalam kebijakan
tersebut dan perintah-perintah dari atasannya. Namun, masih kurangnya jumlah
petugas di lapangan menjadi kendala dalam mengoptimalkan implementasi kebijakan
tersebut.
Pernyataan Ade Sutaryana selaku Kepala Seksi perparkiran dan Terminal di
Terminal Pakupatan juga memperkuat hal tersebut:
”Ya itu tadi semuanya di TPR, ia tidak ada di lapangan karna memang nggak ada. Itulah tadi. Jadi Jane tolong sarannya itu bahwa Dinas Perhubungan seharusnya tidak dibebani dengan retribusi atau PAD karna apa, karna kalau itu dibebani akan mengabaikan tugas pokoknya dari Kepmen!”. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan pukul 11.00).
Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Haris Budianto sebagai Petugas Pemungut
Retribusi Terminal Pakupatan berikut ini:
“Iya, sesuai dengan perintah danru!” (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, pukul 13.00 Siang)
Jumlah petugas Terminal Pakupatan yang masih terbatas menyebabkan
pengelolaan Terminal Pakupatan hanya berkonsentrasi pada pemumgutan retribusi di
TPR. Sehingga tugas-tugas lainnya yang seharusnya juga merupakan bagian dari
pengelolaan terminal seperti pemberangkatan dan pemberhentian penumpang di
terminal, serta penataan parkir kendaraan umum menjadi kurang diperhatikan. Oleh
karena itu, secara psikologis para petugas di Terminal Pakupatan mengalami dilemma
antara melaksanakan tugas-tugas pengelolaan terminal sebagaimana yang diamanatkan
dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan, namun mereka juga harus melaksanakan pemungutan retribusi
dalam rangka meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota Serang.
2. Sopir Angkutan Umum
Hasil observasi dan wawancara peneliti di lapangan menunjukkan bahwa
tingkat kepatuhan dan respon para sopir angkutan umum di Terminal Pakupatan
terhadap kebijakan yang diambil oleh petugas Terminal Pakupatan dalam rangka
implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang
Terminal Transportasi Jalan masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan masih
banyaknya sopir angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang di luar
kawasan Terminal Pakupatan. Bahkan masih banyak sopir angkutan umum yang tidak
mematuhi rambu-rambu lalulintas yang ada di kawasan Terminal Pakupatan.
Pernyataan M. Yasin sebagai Komandan Regu Terminal Pakupatan juga sesuai dengan
hal tersebut:
”Ya kalau saya sih, ini bukan ngomong sebagai petugas lah. Tidak patuh,susah. Memang sangat susah. Gimana ya, sekarang gini aja silahkan saudara Jane duduk dalam berapa lama nanti, kalo kita aja selaku pengemudi biasa gitu ya, yang bukan pengemudi kendaraan umum kita biasa kalo udah mau liat polisi tidur ya, liat portal di depannya ada orang mau lewat kita pasti ngerem kendaraan. Kalo ini mah udah ada portal, ada polisi tidur udah jelas ada orang buat pungutan ini salah satu keharusan retribusi bukannya direm di gas. Nah, ya saya ngga usah nyebutkan mobilnya mobil mana tapi silahkan bukan ini, kebetulan ini salah satu dari mereka Itu selalu apalagi, yang namanya udah balap kata dia. Karena dikejar-kejar oleh waktu tem-an. Itu banyak neng kejadian di sini. Ya kata saya mah kalo, saya liat di Pulau Gadung yang memang waduh, tingkat arusnya itu, di Bandung, kendaraan itu yang namanya udah masuk ke terminal itu tau. Di sini, kalo ngga punya SIM, tapi yang megang kendaraan harus intinya harus pegang SIM. Ini tu bukan kita tidak upaya kita selalu bahkan kalo dikejar itu kita dikeroyok. Kita nggak takut berani, cuman salah aja kan kalo petugas mah. Jangankan kita ini fisik, baru ucapan yang kasar aja udah salah aja. Jadi memang, sebenarnya keberhasilan tertib nggaknya terminal ya, jangan mengandalkan petugas. aja. Kan sudah ada rambu-rambunya ya pengemudi juga, penumpangnya juga udah tau”. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Suhendra yang merupakan sopir angkot di
Terminal Pakupatan:
“Ya karna gimana, orang pemerintahnya juga dibiarkan begitu aja kami mau respon gimana dan kami mau taat bagaimana. Saya contohnya taat pada trayek, yang lain kan masuk ke trayek saya tidak dipedulikan kan yang lainnya ikut. Karna apa kami tidak ada bimbingan dari perhubungan, tidak ada penindak tegas, tidak profesionallah gitu sesuai aturan pemerintah yang ada. Kalo emang kami bersalah ya tindak sesuai peraturang yang ada. Tapi ngga ada itu, dibiarkan begitu aja. Pura-pura ngga ngeliat aja. Ya kalau keinginan saya ya tolonglah diperiksa kalau emang salah ya ditindak sesuai peraturan pemerintah yang ada”. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
Dengan demikian, berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti di
lapangan, maka dapat diketahui bahwa tingkat kepatuhan sopir terhadap Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan
maupun terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh petugas tekhnis lapangan
masih sangat rendah. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya sopir angkutan yang
menaikkan dan menurunkan penumpang tidak pada tempatnya. Selain itu, pelanggaran
terhadap trayek yang sudah ditetapkan juga masih dilakukan oleh mayoritas sopir
angkutan, terutama angkutan kota. Kebijakan yang mengatur mengenai trayek tersebut
ialah Keputusan Walikota Serang Nomor : 551.23/Kep.74-Huk/2009 Tentang Trayek
Angkutan Kota dan Perbatasan.
4.3.3 Kondisi Terminal Pakupatan
Terminal Pakupatan merupakan terminal penumpang tipe A yang berfungsi
melayani kendaraan umum untuk Angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP),
Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), angkutan kota dan angkutan pedesaan.
Oleh karena itu, kondisi Terminal Pakupatan idealnya memiliki sarana dan prasarana
yang memadai sebagaimana yang diatur dalam Bagian kedua pasal 3,4 dan 5
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan. Namun, berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan dapat
diketahui bahwa kondisi Terminal Pakupatan terutama sarana dan prasarana yang ada
masih belum sesuai dengan apa yang diatur dalam kebijakan tersebut.
Luas Terminal Pakupatan adalah sekitar 2,7 Ha. Padahal berdasarkan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan
menyebutkan bahwa luas lahan yang tersedia untuk jenis penumpang tipe A adalah
sekurang-kurangnya 5 Ha. Hal ini dijelaskan dalam pasal 11 yang menjelaskan bahwa:
”... Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 Ha untuk Terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 Ha di pulau lainnya...”.
Dengan demikian, luas Terminal Pakupatan sebenarnya masih belum ideal untuk
dikategorikan sebagai terminal penumpang tipe A. Namun, karena fungsinya sebagai
terminal lintasan yang melayani kendaraan umum untuk Angkutan Antar Kota Antar
Propinsi (AKAP), Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), angkutan kota dan
angkutan pedesaan, maka terminal tersebut dikategorikan sebagai Terminal
penumpang kelas A.
Kondisi jalan di Terminal Pakupatan juga sudah tidak layak untuk digunakan
oleh kendaraan umum yang melintasinya. Hal ini dikarenakan kondisi jalan yang
berlubang sehingga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan yang membahayakan
baik bagi para sopir angkutan maupun para penumpangnya. Selain itu, kondisi jalan
tersebut juga dapat merusak kendaraan umum yang melintasinya. Oleh karena itu
diperlukan perbaikan secara berkala terhadap jalan yang ada agar pemanfaatannya
dapat optimal. Sehingga fungsi terminal sebagai salah satu bentuk pelayanan
pemerintah pada masyarakat dapat terasa manfaatnya secara langsung bagi
masyarakat, apalagi mengingat retribusi yang dipungut merupakan sumber PAD
(Pendapatan Asli Daerah) yang memiliki kontribusi besar dalam anggaran daerah.
Kondisi sarana dan prasarana baik yang menyangkut fasilitas utama maupun
fasilitas penunjang sebagaimana yang diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan juga mutlak diperlukan
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Namun, hasil
observasi peneliti di lapangan, terminal ini belum memiliki beberapa fasilitas yang
diperlukan dalam meningkatkan pelayanan tersebut, seperti jalur pemberangkatan dan
kendaraan umum, tempat parkir kendaraan umum, loket penjualan karcis, dan tempat
penitipan barang. Selain itu, kondisi sarana dan prasarana yang telah ada juga belum
memungkinkan optimalnya pemanafaatan terhadap fasilitas-fasilitas tersebut.
Mayoritas fasilitas-fasilitas tersebut kondisinya sudah tidak layak pakai atau tidak
memungkinkan lagi untuk digunakan oleh para pengguna fasilitas terminal.
Gambar 4.6
Kondisi Pos Penjagaan Terminal Pakupatan
Kondisi Terminal Pakupatan yang sudah tidak layak lagi diungkapkan oleh
Ade Sutaryana selaku Kepala Seksi perparkiran dan Terminal di Terminal Pakupatan
berikut ini:
“Untuk Kondisi di terminal yang saat ini ada di Pakupatan ini, jadi sebenarnya itu sudah tidak layak pakai karena kondisi lapangannya seperti ini. Nah, seharusnya idealnya yang namanya terminal Pakupatan itu di dalamnya sudah termasuk agen, agen bis yang di luar sekarang seperti yang ke Sumatra, yang ke Jawa, yang ke Bali. Nah, tetapi memang peruntukannya terminal yang di sini ini itu tidak memungkinkan dan memang mungkin dirancangnya tidak untuk itu gitu. Karna waktu itu mungkin saya sendiri tidak ada di tempat, waktu itu mah saya masih di Irian Jaya, karna terburu-burunya untuk pembuatan terminal dalam rangka PORDA Jawa Barat, jadi kemungkinan dananya juga mungkin minim dari pusat pemerintahan daerah dalam pembentukannya ya akhirnya seperti ini gitu!...“ (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00)
Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Sanong yang merupakan Sopir Bus Sri Maju
Prima yang menyatakan:
“Yang udah saya bilang tadi, ngga ada nyaman, ngga ada kenyamanan. Kalo untuk aman sih di sini boleh dibilang aman, ngga ada pencopetan, ngga ada pencurian kalo terminal sini. Tapi kalo untuk ngga nyaman ya kaya gini kan, mbak liat sendiri. Terminal kayak kubangan sapi padahal waktu itu ada demo dari mahasiswa udah di tanemin, di taro ikan lele di sini semua sama mahasiswa Untirta, tapi kenyataannya sampe sekarang kan masih begini-begini aja. Itu yang saya ngga tau ya urusan dia! Yang jelas kenyataannya kayak gini aja! Berapa kali di demo terminal ini sama mahasiswa tapi hasilnya ya kayak gini-gini aja”. (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Laporan penelitian Tentang Implementasi Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di
Terminal Pakupatan disusun berdasarkan Teori Implementasi Kebijakan Merilee
S. Grindle. Teori tersebut menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi dalam Implementasi Kebijakan yaitu Content Of Policy (isi dari
suatu kebijakan)yang terdiri dari atas Interest Affected (kepentingan-kepentingan
yang mempengaruhi), Type of benefit (tipe manfaat), Extent of Change Envision
(Derajat Perubahan yang ingin dicapai), Site Of Decision Making (letak
pengambilan keputusan), Program Implementor (pelaksana Program), Resources
Commited (sumber-sumber daya yang digunakan). Sedangkan Context of policy
(kontek implementasinya) yang terdiri dari Power, interest, and strategy of actor
involved (kekuasaan, kepentingan-kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat),
Institution and Regime Characeristik (karakteristik lembaga dan rezim yang
berkuasa), Compliance and Responsivennes (tingkat kepatuhan dan adanya respon
dari pelaksana). Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang
belum optimal. Hal ini dapat terlihat dari masih banyaknya keterbatasan-
keterbatasan dalam pengelolaan Terminal Pakupatan, seperti kurang
memadainya sarana dan prasarana, serta jumlah petugas yang belum
mencukupi baik secara kualitas maupun kuantitas.
2. Kondisi Terminal Pakupatan belum sesuai dengan kriteria terminal
penumpang Tipe A. Kondisi fasilitas baik fasilitas utama maupun fasilitas
penunjang juga masih belum sesuai dengan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan.
Selain itu, luas wilayah kawasan Terminal Pakupatan juga masih belum
sesuai untuk dikategorikan sebagai terminal penumpang Tipe A.
5.2 Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, maka peneliti
mencoba memberikan saran-saran mengenai implementasi Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan,
diantaranya sebagai berikut:
1. Pemerintah Daerah Kota harus lebih serius dalam menanggapi permasalahan-
permasalahan yang di Terminal Pakupatan. Misalnya, dalam hal pendanaan
yang diberikan kepada pihak pengelola Terminal Pakupatan. Dengan
demikian, perbaikan dapat dilaksanakan secara maksimal guna meningkatkan
kualitas sarana dan prasarana, serta kualitas pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat mengingat fungsi Terminal Pakupatan yang merupakan terminal
penumpang terbesar di Kota Serang dan termasuk dalam Tipe A.
2. Perlu dilakukan pengkajian ulang kembali status Terminal Pakupatan, karena
luas wilayahnya yang tidak sesuai dengan kriteria terminal penumpang Tipe
A, yaitu sekurang-kurangnya seluas 5 Ha.
3. Kesejahteraan para petugas Terminal Pakupatan juga hendaknya diperhatikan
oleh Pemerintah Daerah Kota Serang.
4. Tingkat kepatuhan para sopir angkutan umum terhadap peraturan lalulintas
harus ditingkatkan dengan cara memberikan penyuluhan dan pendidikan
mengenai tertib lalu lintas. Hal ini dapat dilakukan dengan kerja sama antara
Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika Kota Serang dengan pihak
kepolisian. Sehingga dapat terciptanya kondisi Terminal Pakupatan yang
aman, nyaman dan tertib.
DAFTAR PUSTAKA
Buku: Agustino, Leo. 2006. Politik Dan Kebijakan Publik. Bandung: AIPI Bandung.
Kualitatif. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya Barry, Partanto. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola. Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press Grindle, Merille S. 1980. Politics and Policy Implementation in the Third World.
New Jersey: Princeton University Press. Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: DIA FISIP UI Kamaluddin, Rustian. 2003. Ekonomi Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Lincoln, Denzin. 2009. Handbook Of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Miles, Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia
Press. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset. Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset. Nugroho, Riant. 2008. Public Policy. Jakarta: Gramedia. Parsons, weynes. 2006. Publik Policy Pengantar Teori dan Praktik Analisis
Kebijakan”. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Ridwan dan Sudrajat. 2009. Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan
Pelayanan Publik. Bandung: Nuansa. Salim, Abbas. 2006. Manajemen Transportasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Sinambela, Lijan Poltak dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta Suryabrata, Sumardi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada. Tangkilisan, Hessel Nogi. 2003. Evaluasi Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Balairung dan Co Yogyakarta. Wicaksono, Kristian Widya. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Pressindo. Winarsih, Ratminto. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Dokumen: No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal
Transportasi Jalan. Keputusan Walikota Serang Nomor : 551.23/Kep.74-Huk/2009 Tentang Trayek
Angkutan Kota dan Perbatasan. Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 16 Tahun 2008 Tentang Retribusi
Penyelenggaraan Di bidang Perhubungan Di Kota Serang. Rencana Kerja Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika Kota Serang
Tahun 2010 Resume Laporan Pendahuluan Studi Peningkatan Emplasement Terminal
Pakupatan Surat Perintah Pelaksanaan Tugas (SPPT) Nomor:800/24/I/Dishubkominfo/2010 Buku Panduan Petugas Terminal
Sumber Lain: Suwardi. 2008. Analisis Kebutuhan Dan Karakteristik Parkir Bus Di Terminal
Tirtonadi Surakarta. URL: http ://puslit2.petra.ac.id /ejournal /index.php /jts / articl /viewDownloadInterstitial/17175/17101. ( Diakses 19 Desember 2009 )
(Gambar 5) (Gambar 6)
(Gambar 7) (Gambar 8)
Keterangan Gambar:
1. Suasana di Tempat Pemungutan Retribusi di Terminal Pakupatan. 2. Petugas di menara pengawas. 3. Peneliti saat wawancara dengan Bapak Ade Sutaryana (Kepala Seksi
Perparkiran dan Terminal). 4. Kondisi jalan di Terminal Pakupatan. 5. Penataan pelataran di Terminal Pakupatan yang masih belum sesuai
dengan ketentuan. 6. Kondisi di Terminal Pakupatan. 7. Suasana di Terminal Pakupatan. 8. Bapak Edinata Sukarya (Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika Kota Serang.
PEDOMAN WAWANCARA
Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang.
Berdasarkan Model Teori implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle
1. Urutan Pertanyaan untuk Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Perhubungan Kota Serang dan Kepala Seksi Perparkiran dan Terminal Pakupatan Kota Serang
Content of policy (Isi Kebijakan) Daftar Pertanyaan
a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi
Keterlibatan dan kepentingan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Perhubungan Kota Serang dalam implementasi Kepmen Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang
b. Tipe manfaat Manfaat dari Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan No 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang
c. Derajat perubahan yang ingin dicapai
1. Perubahan yang ingin dicapai dari Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan No 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang
2. Perubahan yang dirasakan dari Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan No 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang
d. Pelaksanaan program 1. Jumlah pegawai pelaksana tekhnis di Terminal Pakupatan Kota Serang
2. Status kepegawaian pelaksana tekhnis di Terminal Pakupatan Kota Serang
3. Pelaksanaan program yang terdapat dalam Kepmen No 31 Tahun 1995 yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan operasional.
e. Letak Pengambilan Keputusan 1. Wewenang dan tanggungjawab dalam pengelolaan Terminal Pakupatan
2. Letak pengambilan keputusan dalam implementasi Kepmen No 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang
3. Pemberian sanksi atau hukuman apabila terjadi pelanggaran dalam implementasi Kepmen No 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang
f. Sumber-sumber daya yang digunakan
1. Sumber daya Manusia 2. Sumber dana
Context Of Policy (Konteks Kebijakan)
a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat
1. Terdapat tidaknya kekuasaan-kekuasaan dan kepentingan-kepentingan dalam implementasi Kepmen No 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang
2. Strategi pelaksanaan pengelolaan terminal 3. Hambatan dalam implementasi Kepmen No
31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang
b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa
1. Profil Dinas Perhubungan, komunikasi dan Informatika Kota Serang
2. Profil Terminal Pakupatan c. Tingkat Kepatuhan dan
adanya respon dari pelaksana 1. Kesesuaian pelaksanaan dengan Kepmen 2. Kepatuhan petugas dalam
mengimplementasikan Kepmen 3. Tingkat Kepatuhan sopir
2. Urutan Pertanyaan untuk Petugas pelaksana Tekhnis Terminal Pakupatan Kota Serang
Content Of Policy (Isi Kebijakan)
Daftar Pertanyaan
a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi
Kepentingan petugas dalam implementasi Kepmen Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan Kota Serang
b. Tipe manfaat Manfaat dari Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan No 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang
c.Derajat perubahan yang ingin dicapai
1. Perubahan yang ingin dicapai dari Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan No 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang
2. Perubahan yang dirasakan dari Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan No 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang
d. Pelaksanaan program 1. Jumlah pegawai
2. Status kepegawaian 3. Pelaksanaan program yang terdapat dalam
Kepmen No 31 Tahun 1995 yang meliputi kegiatan pelaksanaan dan pengawasan operasional.
e. Letak Pengambilan Keputusan 1. Wewenang dan tanggungjawab petugas pelaksana tekhnis di Terminal Pakupatan
2. Letak pengambilan keputusan dalam implementasi Kepmen No 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang
3. Pemberian sanksi atau hukuman apabila terjadi pelanggaran dalam implementasi Kepmen No 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang
f. Sumber-sumber daya yang digunakan
1. Kualitas pegawai 2. Kondisi Terminal Pakupatan 3. Ketersediaan fasilitas di Terminal Pakupatan
Context of policy (Konteks Kebijakan)
a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat
1. Strategi yang diterapkan dalam pelaksanaan pengelolaan terminal Paskupatan Kota Serang
2. Hambatan dalam implementasi Kepmen No 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang
b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa
Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang
c. Tingkat Kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana
1. Kesesuaian pelaksanaan dengan Kepmen No 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang
2. Kepatuhan sopir dalam pelaksanaan Kepmen
3. Urutan Pertanyaan untuk Organisasi Angkutan seperti Organda (Organisasi Angkutan dan Darat), PAKS (Paguyuban Angkutan Kota Serang) dan Pengurus Angkutan
Content of policy (Isi Kebijakan) Daftar Pertanyaan
a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi
Kepentingan Organda dan PAKS dalam implementasi Kepmen Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan yang berhubungan dengan masalah pengelolaan Terminal di Terminal Pakupatan Kota Serang
b. Tipe manfaat Manfaat yang dirasakan dari implementasi Kepmen Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan yang berhubungan dengan masalah pengelolaan Terminal di Terminal Pakupatan Kota Serang
c. Derajat perubahan yang ingin dicapai
1. Perubahan yang diinginkan dari pengelolaan terminal
2. Perubahan yang dirasakan dari pengelolaan terminal
d. Pelaksanaan program Apakah bapak pernah merasakan kegiatan pelaksanaan dan pengawasan operasional yang dilaksanakan oleh petugas pelaksana tekhnis di Terminal Pakupatan Kota Serang
e. Letak Pengambilan Keputusan
f.Sumber-sumber daya yang digunakan
1. Kualitas pegawai 2. Kondisi Terminal Pakupatan Kota Serang 3. Ketersediaan fasilitas di Terminal Pakupatan
Context of policy (Konteks Kebijakan)
a. Kekuasaan, kepentingan-
kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat
Hambatan yang dirasakan dari pengelolaan Terminal Pakupatan Kota Serang
b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa
c. Tingkat Kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana
1. Kepatuhan petugas dalam melaksanakan tugas sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang
2. Kepatuhan sopir 4. Urutan Pertanyaan untuk Sopir di Terminal Pakupatan Kota Serang
Content Of Policy (Isi Kebijakan) Daftar Pernyataan
a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi
Kepentingan sopir dari pengelolaan Terminal Pakupatan Kota Serang
b. Tipe manfaat Manfaat yang dirasakan dari pengelolaan Terminal Pakupatan Kota Serang
c. Derajat perubahan yang ingin dicapai
1. Perubahan yang diinginkan dari pengelolaan terminal
2. Perubahan yang dirasakan dari pengelolaan terminal
d. Pelaksanaan program Apakah bapak pernah merasakan kegiatan pelaksanaan dan pengawasan operasional yang dilaksanakan oleh petugas pelaksana tekhnis di Terminal Pakupatan Kota Serang
e. Letak Pengambilan Keputusan
f.Sumber-sumber daya yang digunakan
1. Kualitas pegawai pelaksana tekhnis di Terminal Pakupatan Kota Serang
2. Kondisi Terminal Pakupatan Kota Serang 3. Ketersediaan fasilitas di Terminal Pakupatan
Context of policy (Konteks Kebijakan)
a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat
b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa
c. Tingkat Kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana
1. Kepatuhan petugas dalam melaksanakan peraturan di Terminal Pakupatan Kota Serang
2. Kepatuhan sopir dalam pelaksanaan peraturan
5. Urutan Pertanyaan Untuk Masyarakat Pengguna Jasa Di Terminal
Pakupatan Kota Serang
Content Of Policy (Isi Kebijakan) Daftar Pertanyaan
a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi
Kepentingan masyarakat di Terminal Pakupatan Kota Serang
a. Tipe manfaat Manfaat yang dirasakan dari pengelolaan terminal
b. Derajat perubahan yang ingin dicapai
1. Perubahan yang diinginkan dari pengelolaan terminal
2. Perubahan yang dirasakan dari pengelolaan terminal
c. Pelaksanaan program
d. Letak Pengambilan Keputusan
e. Sumber-sumber daya yang digunakan
1. Kondisi Terminal Pakupatan Kota Serang 2. Ketersediaan fasilitas di Terminal Pakupatan
Context of policy (Konteks Kebijakan)
a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat
b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa
c. Tingkat Kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana
MATRIK HASIL WAWANCARA Isi Kebijakan ( Content of Policy ) A. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi
Q1a1 I
Apakah pemerintah daerah terlibat dalam Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 dan apa Kepentingan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang sebagai perpanjangan tangan pemerintah daerah dalam Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995?
I1 Iya terlibat, dalam segala kegiatan, pokoknya dalam segala kegiatan pengaturan terminal itu kita,unsur tekhisnya kan kita. dalam rangka pengelolannya, pengaturan retribusi, pembangunan jalannya sendiri, emplasemen, pokoknya operasional terminal itu ada pada dinas perhubungan. (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ). Kepentingannya, pengaturan lalu lintas, pengendalian lalulintas yang dari luar kota, baik dari AKAP, AKDP, ya masuk ke terminal. Jadi Terminal Pakupatan itu sifatnya hanya apa ya tempat istirahat aja, jadi yang dari Jakarta mampir keluar lagi, bukan asal tujuan, itu hanya sebagai via aja. Jadi kalau Jakarta-Merak masuk ke Terminal Serang, terus keluar lagi. (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam10.00 di ruangan kantor kepala dinas ) .
I2 Sangat, sangat terlibat. Karena saya dengan dasar terminal itu dasarnya adalah kepmen. Kalo tidak ada kepmen saya tidak ada di terminal. Di dalam aturan di pemda ngga ada istilah kepala terminal yang ada hanya di kepmen. ( Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan ). Kepentingannya adalah menjalankan tugas yang dibebani oleh kepmen itu sendiri. Contohnya seperti gini Terminal Pakupatan itu harus ada pengelolanya yaitu untuk sebagai pimpinan, contoh seperti keberangkatan itu dibantu dengan anggota regu, anggota ini gitu, pokoknya anggota regulah. Nah, itu tugasnya sebetulnya kalo di sini seperti contoh kalo yang ideal ini ya itu petugas saya harus ada di terminal kedatangan, disini tidak ada terminal kedatangan masuk langsung ke jalur selesai. ( Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan ).
Q1a2 I
Bapak sebagai petugas tekhnis lapangan di Terminal Pakupatan memiliki kepentingan apa Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995?
I3 Kebetulan saya, ya mendapatkan SP sebagai Danru (Kepala regu). Yaitu pengertian daripada Danru bahwa pada hari ini hari bertugas itu 12 jam,itu saya yang mengatur pengendalian tentang operasional terminal dengan beberapa anggota saya. Anggota ada 9 orang yaitu untuk mengatur masalah lalulintas di dalam terminal, terus untuk pemungutan TPR, hal-hal lain mungkin ada aduan-aduan dari masyarakat pengguna jasa angkutan dan terminal dan kita harus sikapi. Pokoknya standby selama 12 jam.(wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I4 Ya penting geh, terminal! ! (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, pukul 13.00 Siang)
I5 Ya, mengatur kendaraan biar trayeknya tertib. Kemudian jalur geh biar ngga terlalu macet.(Wawancara pada tanggal 18-05-2010 di Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang, jam 10.00)
Q1a3 I
Bapak sebagai wakil ketua Organda, Ketua Paguyuban Angkot Kota Serang (PAKS), pengurus angkutan dan sopir memiliki kepentingan apa dalam Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995?
I6 Ya, namanya organda ini pengusaha angkutan ada, bukan ada bagian dari angkutan ada 100% kan angkutan yang masuk terminal angkutan, angkutan barang nggak ada ya, yang ada angkutan penumpang, angkutan antar kota, angkutan pedesaan gitu!.(wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, jam 15.00)
I7 Ya untuk mengendalikan itu, untuk mobil luar kota tidak masuk ke dalem kota! (wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 01.00).
I8
Satu untuk keamanan mobil kita, misalkan ada pengamen, copet segala macem. Kalau ada pengurus di sini kenek, ngga bisa nanggulangi, itu lari ke pengurus terus kalu ada kecelakaan motor di sini ketabrak atau keserempet mobil yang lain juga keserempet pengurus otomatis sopir-sopir itu ga bisa ini kan, bisa rebut-ribut kan. Jadi kita sebagai penengah. Sebagai pengurus gitu, terus terminal ya buat cari penumpang! (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
I9 Pentingnya ya ngetem aja di sini, nunggu penumpang! (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 )
I10 Penting sekali karna memang terminal, mobil PO itu hubungannya dengan terminal. Kalo ngga ada terminal kan apa kayaknya berantakan, tempat ngambil sewa, kan sewa adanya di terminal! (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I11 Ya penting! sebenarnya penting untuk transportasi semua juga penting . Ini disebut terminal terpadu tapi bukan terpadu macamnya disini untuk menaikkan menurunkan penumpang itu bukan di terminal adanya di luar terminal. Karena terminal ini sarananya kayak ginilah! Pemasukan terus terminalnya kayak gini! Ya gimana, di mobil termasuk, mobil juga udah gebruk-gebruk ya merugikan perusahaan juga! (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00)
I12 Penting, buat tempat cari penumpang, ya, kalo bisa jalan di terminal ini di rehabilitasi, yang bagus gitu yang nyaman. Kan katanya kan terminal yang paling jelek terminal ini Terminal Serang! (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I13 Ya, jelas penting dong! Karna tempat persinggahan istilahnya tempat kita cari penumpang. Tapi tolong istilahnya kan pemerintah sendiri ni fasilitasnya dipenuhi jangan hanya dimintain karcisnya aja tiap hari Rp 1000, ya kan, tapi fungsinya apa gitu! (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
I14 Itu sangat penting sekali! Khususnya pengemudi ya, angkot atau bis atau mobil itu sangat penting sekali, karna untuk bersinggah masyarakat yang khususnya akan berangkat ke luar kota. Itu sangat penting sekali bagi kami sebagai pengemudi khususnya sangat penting sekali bukan hanya pengemudi aja, masyarakat pun mementingkan terminal. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
Q1a4 I
Mbak sebagai masyarakat pengguna jasa di Terminal Pakupatan memiliki kepentingan apa di Terminal Pakupatan, Kota Serang?
I15 Penting sih mbak! Itu kan, apa sih namanya kalo terminal itu kan batas akhir ya mbak. Misalnya kita dari Cilegon mau Ke Ciruas apa ke mana kan, pasti bis akhirnya di terminal gitu ya. Jadi, apa ya, penting bangetlah gitu, karna semua kendaraan itu kan habisnya di terminal gitu ya! (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 15.45)
I16 Ya, penting banget. Apalagi ini kan terminal antar provinsi ya, kan malu ya kalo ada pendatang gitu terminalnya jelek gini! (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 16.15)
B. Tipe Manfaat
Q2b1 I
Manfaat apa yang dirasakan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang dari adanya Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 ?
I1 Keputusan itu ada kejelasan ya. Artinya kita ada kejelasan dasar hukumnya sudah jelas, yang jelas pasti bermanfaat karna di dalam kepmen itu udah diatur bentuknya, luasnya, itu udah ada pengaturan sendiri. Jadi kita aturannya kepada kepmen tadi, kepmen 31 tahun 1995 ya. (Wawancara pada tanggal 08-04-2010, di ruangan kantor kepala dinas jam 10.00).
I2 Kalau Keputusan menteri itu artinya induk dari peraturan, Dinas Perhubungan itu menginduk ke Kepmen. Nah artinya Kepmen itu merupakan petunjuk terhadap bawahannya yaitu Kanwil, Dinas Perhubungan Propinsi maupun Dinas Perhubungan Kabupaten atau Kota. Ni, Kepmen bahwa anda kerja di terminal itu dalam rangka keterminalan itu adalah intinya adalah untuk pelayanan pengawasan pengendalian begitu. Nah, itu artinya kalo itu sudah dilaksanakan penuh, insya allah seluruh kegiatan angkutan umum baik AKAP,AKDP, angkutan kota akan lancar aman, nyaman terkendali dan terjangkau. Maksudnya terjangkau dalam hal ongkos gitu. Artinya Kepmen itu sudah sangat urgent terhadap kegiatan yang dilakukan oleh Dinas perhubungan kabupaten, kota maupun provinsi. Karna tanpa itu kita akan kerja seperti apa. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00).
Q2b2 I
Manfaat apa yang bapak rasakan sebagai petugas tekhnis lapangan di Terminal Pakupatan dari adanya Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan yang berkaitan dengan pengelolaan terminal?
I3
Kepmennya yang saya tau ke terminal ini, terminal adalah satu sarana untuk melayani pengguna jasa angkutan dari kota ke asal tujuan kota lain, tempat transitnya kendaraan-kendaraan baik dari dalam kota sendiri maupun dari luar kota. (wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I4 Manfaatnya buat naik turun penumpang dan untuk angkutan umum. Ya, buat masyarakat penting juga, ya buat prasarana angkutan kendaraan umum! (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
Q2b3 I
Menurut bapak manfat apa yang bapak rasakan sebagai wakil ketua Organda, Ketua PAKS, pengurus angkutan dan sopir dari adanya Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi jalan yang berkaitan dengan pengelolaan terminal di Terminal Pakupatan?
I6
Ya jelas dong, manfaatnya sangat luar biasa dan sangat dinantikan oleh organda terutama juga angkutan umum kan. Terminal juga harus bersih, harus nyaman, harus luas juga kan! (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, jam 15.00)
I7 Penting, sangat penting sekali manfaatnya! Apa-apa trayek masuknya ke terminal dulu untuk di jalan gitu. Sampe sekarang kan kayaknya bekas sunami. (wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, pukul 13.00).
I10 Ya, manfaatnya itu tadi, penumpangnya ada di terminal kalo di jalan kan cuma lintasan aja ngga bisa ngetem. (Wawancara pada jam 26-04-2010, di Terminal Pakupatan pukul 14.45)
I12 Ya pentinglah, memang sopir-sopir pada ngeluh ngga mau ke dalam ya kan, memang sopir-sopir pada ngeluh ngga mau ke dalam ya kan, daripada di jalan raya kan ngetemnya , kan mendingan di dalem nunggu penumpang. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I13 Ya fungsinya kita buat cari penumpang dong, istilahnya kalau fasilitasnya seperti ini istilahnya ya udah jelas kita juga merasa dirugikan. Dirugikannya apa, kendaraan kita tu cepat rusak karna dengan adanya jalur-jalur yang begini ni, ya jalurnya rusak kan istilahnya gitu jalannya. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
I14 Manfaat terminal ya sebetulnya bagi pengemudi sangat bermanfaat sekali bukan untuk pengemudi aja, dengan masyarakat yang bepergian ke luar kota itu sangat berarti sekali gitu. Ya untuk bersinggah dan ke mana mereka tujuannya mungkin bersinggah di terminal. Itu mau ke luar kota ke Jakarta, Bandung, yang ke Jawa yang jelas itu yang bepergian jauh itu mungkin singgah ke terminal. Fasilitasnya mungkin sangat mengharapkan pemerintah ini akan memperbaiki gitu! (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
Q2b4 I
Menurut mbak sebagai masyarakat apa manfaat dari pengelolaan terminal?
I16 Ya banyak sih! Kan ini, misalnya kayak kita mau ke mana gitu enak ya, kalo misalnya kayak pendatang kalo misalnya mereka belum tau tempatnya tungguin aja di terminal nanti dijemput bisa kayak gitu! (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 16.15)
C. Derajat Perubahan Yang Ingin Dicapai
Q3c1 I
Sebagai Perpanjangan tangan pemerintah, bapak menginginkan Perubahan seperti apa dan apakah bapak sudah merasakan perubahan dari adanya Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang?
I1
Kita kan di terminal itu ada retribusi ya, ada target jadi kita dengan target per tahun itu 370 juta per tahun yang kemarin itu kita dalam kondisi begitu masuk. Tapi dalam kondisi itu kembali pendapatanya akan meningkat kembali dari karcis retribusi kendaraan bus, kendaraan 3/4 , kendaraan angkot termasuk dari fasilitas yang lain dari sewa kios, WC, dia memberikan kontribusi kepada kita, kepada pemasukan kas daerah. (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ) . O, jelas! Dengan adanya Kepmen, Kepmen itu udah lama ya! Ini berdasarkan Kepmen ada perubahan. Pertama, sekarang ini juga ada perubahan maksudnya gini ini udah ada rehabilitasi karna di kepmen itu, terminal itu harus begini, tapi kita kadang-kadang Pemerintah Daerah belum ke sana karena keuangan tidak ada ya! Padahal Kepmen sendiri sudah membawa ke sana, tapi pemerintah daerah dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten Serang dulu belum begitu mengikuti. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas.
I2 Pertama mungkin areal terminalnya, harus dikembangkan sebagaimana peruntukannya kalau 5 hektar ya 5 hektar. Terus kemudian juga implementasi di lapangannya mungkin peraturan di terminal ini adalah tidak lagi terminal lintasan tetapi menjadi terminal asal tujuan. Ini kan ibu kota provinsi ini, sebaiknya memang harusnya tidak di Cilegon di sini AKAP habis, yang di Cilegon adalah AKDP macam mobil-mobil yang kayak gini! ( Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan ). Belum, masih tetap kita pake Kepmen yang itu! jadi pelaksanaannya juga sama dengan yang lain-lainnya, ya itu tadi minimalis, karna serba keterbatasan. ( Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan ).
Q3c2 I
Bapak sebagai petugas tekhnis lapangan menginginkan perubahan seperti apa dan apakah bapak sudah merasakan perubahan dari Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang?
I3 Kalau saya ya pengen terminalnya yang umum, yang layak, yang biasa. Lahannya juga kalau bersih kita pengaturan juga enak, kita juga tidak menimbulkan fitnah terhadap bagi pengendara-pengendara, ya awak bis maupun apa, penumpang-penumpang. Kaitannya kalo memang kita membicarakan masalah Terminal Pakupatan yang sekarang itu sangat-sangat jauh sekali. Sangat kurang ini. Ya, tidak layak kalau menurut saya. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00) Ya, sementara ini ya merasakannya karna mungkin berjalannya Kepmen, karna terminalnya begini, karna terus terang kita juga belum optimal. Ya, kita nggak bisa menjalankan secara optimal layaknya di terminal itu harus begini-begini. Ya di satu sisi gini, kita dituntut untuk mendapatkan PAD, yang sesuai target. Nah sedangkan salah satu untuk memenuhi target itu kan adanya kendaraan. Nah, sedangkan kendaraannya juga nggak mau masuk. Nah gimana. Nah terus kita sendiri juga sekarang di Dinas Perhubungan udah ada Undang-Undang yang menyatakan bahwa kita tidak boleh di jalan. Kalau dulu kita masih eksis kalau ini kurang ni kendaraan terutama untuk di wilayah kabupaten memang kita berembuk dengan anggota, kita menggiring kendaraan untuk masuk hanya untuk TPR nya aja. Tapi sekarang malah kitanya yang diciduk gitu. Nah, terus kalau kita paksakan juga lama-lama jalannya begini. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 13.00)
I4
Ya, pengennya sih bagus, tertib gitu, nyaman! (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang) Belum, dari awal penyerahan belum ada perubahan sama sekali! (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
Q3c3 I
Bapak sebagai wakil Organda, Ketua Paguyuban Angkutan Kota Serang (PAKS), pengurus angkutan dan sopir menginginkan perubahan seperti apa dan apakah bapak sudah merasakan perubahan dari adanya Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan?
I6
Terminal kita ini karna memang sejalan dengan lajunya perkembangan ya Kota Serang yang semula kabupaten kemudian menjadi kota, provinsi dan belakangan ini baru beberapa tahunlah menjadi kota maka itu secara otomatis terminal itu harus ditingkatkan baiknya menjadi terminal terpadu! (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, jam 15.00)
Sepanjang bapak di organisasi, selama 6 bulan, karna 4 bulan masih menginduk ke kabupaten dan 3 bulan juga ke sini baru kita bisa merangkak sebetulnya belum ngerasain apa-apa kan. Cuma masih baru soalnya gimana hendak dikatakan gitu tu! (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, jam 15.00)
I7
Pengen bapak di hotmix gitu, supaya kayak terminal-terminal yang lainlah. Itu kan istilahnya bukan kabupaten lagi, Provinsi Banten terminal satu-satunya Pakupatan ternyatanya gitu kan, jeleknya minta ampun, iya apalagi mobil-mobil yang ke jawa itu masuk ngeliat.(wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 01.00). Belum, sampe saat ini! (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 15.00)
I8
Pengennya terminal itu bersih, rapi, ngga seperti Di Serang kaya gini, acak-acakan gitu kan. Banyak lobang-lobang ke mobil juga bemper pada pecah ini kan! Tapi kalo bersih insya allah kan penumpang banyak datang ke Terminal Serang, tapi kalo seperti ini, kotor kaya gini penumpang udah malas masuk ke terminal Serang. Banyaknya penumpang Di Patung, jadi sangat rugi apalagi yang pihak-pihak warung gitu kan sepi karena ngga banyak pengunjungnya mbak. Karena kondisi terminlanya tidak mengizinkan, turun drastis penghasilan gitu kan. Terus untuk kendaraan juga, masuk ke terminal kalo kondisi terminal seperti ini, percuma. Percumanya apa,satu jalan rusak, mobil, bemper, patah, per patah ya kan. Terus apa terminal penumpang sepi, jadi sopirnya masuk percuma, sedangkan pengeluaran dia di sini unutk LLD udah pasti pengeluaran kan. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45) Pernah ngerasain, dulu sebelum MTQ ya, Cuma di tambal sulam dikit Cuma sedikit aja lebaran kemarin juga acak-acakan gitu kan. Ngga pernah rapilah. Tempat sampah aja ngga ada di Terminal Serang. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
I9 Ya, inginnya yang bagus. Biar penumpang tenang. Lewatnya juga ngga bledak-bleduk. Yang nyaman, jangan terminalnya seperti rawa! (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 ) Belum kaya gini juga. Dari mobil lama ya kaya gini juga Terminal Serang. Mendingan dulu di Terminal Ciceri emang agak enak, bagus di Ciceri dulu. (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I10
Ya, semua pengemudi, semua penumpang maunya nyaman, aman. Untuk sekarang ini memang di terminal itu ya kaya gini. Jadi ngga perlu saya bicarakan lagi. Jadi udah jelas kayak begini kenapa jalannya masuk begini itu ngga nyaman. Kalo untuk keamanan boleh aman ya. Udah terminal kayak gini kondisinya boleh dikatakan ngga nyamanlah! (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45) Untuk yang saya tau belum ada perubahan pengelolaan terminal. Ya kayak gini-gini aja. Kalo ada perubahan ya ngga. Artinya belum ada perubahan. Ya mbak liat sendiri paling ada perubahan urug-urug ntar tiap hari, tiap bulan rusak lagi. Jadinya ngga ada perubahan total. Ngga kaya terminal lain gitu kayak di Jawa. (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I11
Pengennya terminal itu mah tertib, kalo bisa mah sesuai dengan aturannya terus yang dari Jakarta kalo mau ditampung disini di Serang silahkan. Kalo mau ditampung Di Merak, di Merak sekalian jangan masuk Serang kalo bisa gitu. Antar kota antar propinsi kalo bisa ya kalo dari Jakarta turunnya di Serang biar AKDP itu hidup! (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00) Waduh, belum merasakan perobahan sama sekali belum! (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00)
I12 Pengennya kayak, bersih, nyaman, aman! (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 11.00) Belum, bobrok dari zaman dulu! (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I13 Pengennya rapi, yang jelasnya istilahnya kan jalannya kan bagus istilahya gitu. Tentu kenyamanan juga kan dengan kita istilahnya kan ada gitu. Karna kita pun sudah jelas kita kewajiban kita kan tiap hari Rp 1000 .(Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00) Ya, kenyataannya sampe begini kan, ya awal-awalnya aja baru mungkin istilahnya kan bagus ya, setelah begini kan mana?dengan adanya uang Rp 1000 itu, berapa ribu kendaraan yang masuk ke sini uangnya itu untuk apa ya kan? Nah, dari situ pun neng juga mungkin tau istilahnya gitu kan. Sedangkan mereka-mereka itu kan gaji pemerintah. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00
I14 Ya seperti contohnya seperti terminal yang laen-laen aja, ya seperti di Jakarta, Rambutan, ya contohnya ya fasilitasnya ya bagus aja, pengen rapi yang jelas. Itu pun bukan pengemudi aja, masyarakat pun mengharapkan terminal Kota Serang ini rapi, bersih aman. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00) Emang betul saya udah ngerasakan ada pengelolaan terminal, itu pengurugan hanya pengurugan aja dan itupun pengurugan juga tidak dilakukan dengan alat berat hanya dilemparkan begitu-begitu aja. Itupun ini kalo yang suka ngisi-ngisi mobil ini kadang-kadang yang ngelemparin adapun dari LLD juga ngelemparin bukan di urug dengan alat-alat berat. Hanya dilemparin dengan tangan aja. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
Q3c4 I
Menurut mbak sebagai pengguna jasa di Terminal Pakupatan perubahan seperti apa dan apakah mbak sudah merasakan perubahan dari adanya pengelolaan terminal di Terminal Pakupatan?
I15 Ya, diperbaiki aja. Ya gimana ya. Pengennya sih diperbaiki lah mbak gitu. Meskipun tidak semua gitu, tapi setidaknya dirapikan lagi, untuk jalan atau untuk fasilitas lainnya gitu. (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 15.45) Ehm, selama saya rasakan sih belum ada mbak ya! (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 03.45)
I16 Ya, pokoknya nyaman aja, enak gitu. Kita lewat di sini nyaman gitu, nggak kayak di sini gitu ancur! (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 16.15) Kalo sampe sekarang sih belum ya. Soalnya masih kayak gini aja dari dulu, bukannya diperbaiki tapi bilangnya nanti, nanti katanya sih gitu. Banyak yang bilang sih udah di demo, tapi tetep aja nggak ada respon gitu! (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 16.15)
D. Pelaksana Program
Q4d1 I
Berapakah jumlah pegawai dan apakah jumlah pegawai sudah cukup untuk melaksanakan Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan?
I1 Ya, kalo melihat keadaan mah ya kurang karna yang namanya terminal tipe A ini harus banyak terutama pengendalian lalulintas yang di luar. Pengendalian yang di luar itu ada kendaraan-kendaraan banyak yang tidak masuk ke terminal. Ini tidak masuk ke terminal. Itu yang harus didorong masuk. Tapi kalo seandainya kita hanya, petugas hanya megang retribusi di dalam itu orang yang dari luar tidak masuk nggak ketauan!Makanya di sini ada DAL-OP (Pengendalian Operasional), itu juga ada 10 orang yang di luar kawasan ini orang yang mau masuk ni segera dimasukkan. Kalo tanpa ada itu diusir, tapi kadang mutar di situ kan! Tapi, kalau ada perhubungan dia masuk dibantu oleh lalulintas. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
I2 Di sini cuma 10 ke TPR semua. Sekarang malah jadi 9 orang dikurangi, orang ngga ada orangnya, pegawainya juga ada berapa biji, itu yang banyak magang doang. Itu yang saya katakan tadi itu dari 10 orang 8 orang magang yang tidak digaji. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00) Kalo idealnya nggak cukup! Ni Jane ya, di terminal kedatangan 2 minimal ni, di terminal keberangkatan 2 ,yang 2 ini kalau seandainya ini sudah 30 menit di jalur orang 2 ini masuk ke dalam mobil sopir bawa ke luar. Kalau sudah disini anggota saya turun kembali lagi ke posnya baru sopirnya naik macam di Bandung.itu anggota LLD yang ngambil jalur ke luar yang ada AKAP nya itu ke depan gitu. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00).
I3 ehm, kalo untuk sekarang cukup. Bahkan maunya 2 orang aja, bikin kolam renang. Ya, sebenarnya kalo petugas kan neng relatif ya neng ya, sementara ini juga ya kita nggak bisa ngatur petugas mesti berapa, ini kan jumlah yang ada, tetapi saya kembali begini, yang setau saya pengalaman saya kalo Kota Serang ini udah infrastrukturnya memang bagus, terus ininya udah berjalan, kita udah eksis lagi bener-bener ini petugas yang ada itu kurang, yang ada di SKPD provinsi perhubungan itu kurang. Soalnya ini kita banyak yang sementara ini tidak diawasi gitu ya. Kepandean kita tidak menempatkan petugas karena ya keadaan di sana tu terminalnya tidak adanya itu, itu kalo udah diisi minimal 4 orang. Sebenarnya di sini juga kalo yang untuk layaknya mah 12, 1 regu 12. Itu kita pernah berjalan kemaren waktu di kabupaten Pak Ade komandannya itu 12 kita terisi semuanya. Itu PNS . supaya tanggungjawabnya ada. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
Q4d11 I
Apakah status pegawai pelaksana Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan sudah PNS (Pegawai Negeri Sipil) semua?
I1 Mereka statusnya, komandannya udah PNS. Yang lainnya ya namanya tenaga suka rela lah! (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
I2 Bukan TKS, magang! Tapi itu udah kebijakan walikota, bukan kebijakan sih sudah memang begitu kalau dibilang kebijakan juga nggak karna memang pemerintah pusat mengatakan bahwa tahun 2009 seluruh TKK itu akan diangkat menjadi PNS, begitu yang TKK sudah jadi PNS semua, beliau-beliau ini masuk lagi, ada 148 orang yang magang di Dinas Perhubungan. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I3 Yang anggota, kita ada anggota itu yang PNS nya 2 orang. Saya Danrunya dengan Wadanru itu PNS. Yang 7 orang itu masih magang, kalo dulu istilahnya TKS. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 13.00)
Q4d21 I
Bagaimana pelaksanaan penataan pelataran terminal menurut rute atau jurusan yang ada di Terminal Pakupatan?
I1 Ada! Ya kepala seksi terminal itu. Kalo UPTD di situ ada. Kalo UPTD` ada strukturnya ya! Karena ini seksi adanya di sini, dibawah bidang. Agak sulit juga,dia kerja jadi dikendalikan dari sini kan, tapi kalo dia punya kantor tersendiri terminal di sana ada ya semacam TU nya lah, semacam yang ngatur perencanaan, kantor kecillah di sana perwakilan gitu tu, ini tidak ya! Ya itu lah kelemahannya setiap ada kegiatan apa-apa itu dia selalu diatur dari sini. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas).
I2
Penataan itu sudah kepmen dan jalur itu disini kurang. Kalo untuk PS tidak ada disini. Itu harusnya di tipe B dengan di tipe C. Karna itu tadi disini all in semua masuk. Makanya terminalnya awut-awutan. Tapi ya apa boleh buat memang ini adanya kita maksimalkan! Apa saya harus tinggalkan dan mengeluh terus ngga mungkin! (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan). Harusnya ada gitu, kan udah penataanya 02,01 kan udah ada, Cuma tidak maksimal dengan jurusan yang kurang lebih 25 jurusan penataannya hanya 7 jalur keberangkatan. Harusnya 25 jalur, ini Cuma 7 jalur. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00) Itu jalur angkot, harusnya mobil PS tidak disitu. Harusnya angkot itu ngisi di tempat itu, Tapi Embingnya juga nggak mau akhirnya berhenti disitu. Tapi kalo pagi mah masuk jam 8, jam 9 tapi nanti keluar lagi. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00) Nah itulah kita sudah arahkan seperti itu bahwa 01-05 itu adalah jalur yang berhak masuk ke dalam terminal ini kita buatkan. Awal dari pembuatan itu, itu berlaku hanya sampe jam 10, saya bilang dalam kebijakan saya udah ngga masalah. Yang penting dari pagi sampe jam 10 silahkan anda masuk. Kalo udah siang mungkin juga panas tapi tentunya kalo panas lebih enak berlindung disitu. Pengurus yang ada disitu jga seperti itu. Saya dengan kepolisian juga seperti itu. Tapi keyataannya ya seperti itu di lapangan. Karna mungkin efisiensi ya. Itu turun dari CC langsung masuk ke dalam mobil. Tapi insyallah ntar ke depan mungkin lambat laun dari kita juga gencar dalam penyuluhan keselamatan dan sebagainya. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00).
I3 Ya kita arahkan. Cuma saya kembali. Jadi gini dengan keadaan terutama jalan begini itu memang sekarang tu bisa diliat angkot tu pengeteman didalam itu jarang, jadi hanya lintas. Jarang yang ngetem karna, apa ya liat aja begini ya penumpang ya terus terang males penumpang juga. Liatnya begini, ya dalam hal ini banyak yang dirugikan, pedagang juga pedagang sangat rugi karna penumpangnya ngga ada. Pedagang kalau dibilang mah jarang yang belinya. Sekarang kendaraan-kendaran liar yang dibawah yang tadinya mestinya digiring sama kita. Yang dari Kemang digiring. Kita berupaya dulu kalo yang di Kemang namanya macet total penumpang menumpuk kalo zaman kita masih eksis dengan Dishub ini kita tetep ngatur di sana. Kita udah berusaha dulu sebelum ada kota masih dengan kabupaten itu , kita berupaya. Malah sekarang kayaknya saya yang orang bodoh yang ngga akan kesampaian jadi pejabat, di sana pedagang sekarang mah bermunculannya pedagang-pedagang itu kan pedagang yang bener-bener permanen. Bukan pedagang yang pake roda. Yang udah bangun untuk tempat tinggal nya juga. Sekarang bingung itu disana yang harus diiniiin itu ojeknya, pasti marah, pendatangnya pasti marah, ya udah mah kendaraan.(Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I7 Seharusnya. Itu kan mobil PS Malingping kan nggak punya jalur tu Jane. Malingping, Bayah nggak punya jalur. Di sini kan istilahnya yang dia angkot itu bukan teman Malingping, teman angkot semua. Masih terbatas itu Jane. (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, pukul 13.00).
I8 Nah, ngetemnya ngga sesuai jalur! Iya, Terus mobil jalur Banjar yang ngetem mobil Pulo Gadung. Masih kurang jalurnya mbak! (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
I10 Ya, ya liat sendiri aja mbak. Karna keterbatasan ini bukan jalannya aja tapi jalurnya juga! (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I11 Cukup untuk jalur mah! Kalo dibilang terbatas terbatas , cuma karna kurang lebar aja gitu. Kalo untuk ini emang kurang lebar ya, kalo dibanding dengan terminal lain udah jauh. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00)
I13 Ya, habis gimana karna pemerintahnya juga istilahnya ngga mau ngatur yak an. Kedua, penumpang yang lama itu taunya kan di sini gitu, maka kita juga ngga mau istilahnya menempati di sana. Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
I14 Iya, kalo pemerintah perhubungan emang ya tegas itu mungkin kami isi. Mereka juga ngga tanggap dengan kita ya semraut. Ada yang ngetem di belakang, ada yang ngetem di tengah, cari sewa ada yang diujung gitu. Kita ngetem di sana aja sesuai perturan pemerintah yang dibikin perhubungan di sana itu kami nunggu di situ aja. Kami ngga ada penumpang karna di sana juga di ambil, di tem di sana, di tengah di tem, lantas kami nunggu apa di sini. Seperti contohnya ini di mana, seperti contohnya sekarang ini ngga ada karna bagi 3 di sini. Ada di tengah, ya di sana, ya di depan. Yang jelas perhubungan itu kan bikin tempat it di depan tapi perhubungan itu kan hanya membikinkan aja, jadi tidak ada yang kata si teteh tadi. Jadi kami tidak diperdulikan, jadi dibiarkan begitu aja. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
Q4d22 I
Bagaimana penataan fasilitas penumpang dan fasilitas penunjang yang ada di Terminal Pakupatan?
I2 Ngga ada jalur pemberangkatan, langsung masuk jalur gitu! Makanya saya bilang implementasi kepmen kurang maksimal di sini. Yang ideal itu harus ada
terminal kedatangan, terminal keberangkatan. Di sini adanya langsung masuk jalur. Ini bisa saja dikatakan seperti itu tapi harus dibuat keterangan di bawah bahwa yang berlaku di Terminal Pakupatan adalah begitu datang langsung masuk ke terminal keberangkatan karna disini diberlakukan sistem dorong. Karena apa terminalnya terminal lintasan, pelayanan lintasan,jadi langsung masuk ke jalur. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan). Ngga ada jalur kedatangan, ngga diberlakukan! Karena memang tidak ada tempatnya karna kondisi terminalnya seperti ini sehingga sistemnya sistem begitu datang langsung masuk jalur untuk mendorong yang depan. Bahwa Terminal Pakupatan itu dasar hukumnya adalah dari kepmen untuk pelaksanaan pengoperasiannya kepmen tetapi tidak maksimal. Karna apa, karna terminalnya juga kecil 2,7 jalurnya ada 7. Terus kemudian mobilnya juga tidak selalu masuk di sini dan pelayanannya disini sifatnya adalah lintasan gitu. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan). Tidak ada. Tidak ada agen di sini! Kalo memang begini mau apa, apa dilarang di depan, ya ngga bisa dong yang namanya usaha. Nah, usaha saya itu sempet agen-agen yang di depan dari mulai yang di Kemang itu apa namanya continental, PO Rosalinda di depan Bumi Serang Baru pokoknya seluruh agen disitu saya undang untuk mengisi kekosongan ruang-ruang yang ada di lantai 2 itu. Terus kemudian ada sekitar 10 agen mereka mau dan memang harusnya di terminal, Cuma begitu melihat kondisi lapangan mau dimana bangunan agennya. Mereka mau di lantai 2 diatas mobil saya di taro di mana, bus-bus itu mau di taro di mana coba, ada ngga tempatnya! Mau ditaro di jalur ya ngga mungkin dong! Itu jadi serba terbatas dari saranan dan prasarananya! (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan).
I3 Ya, memang kalo diliat daripada trayek yang ada memang kalo di bikin satu-satu gitu kayaknya nggak cukup. Harus membuka lahan baru kalo keliatannya. Karna ini kan yang jalur satu, dua, tiga sampe tujuh itu udah terisi sebenarnya. Nah ini bisa aja misalkan diisi oleh trayek lain tetapi di sini terminalnya lintasan ya, biarpun ini kosong diisi, nggak bisa kalo mestinya. Makanya ini neng, mungkin neng liat nya`terminal ini terutama di jalur agak semraut, ya ini!. Masalahnya, ya faktornya ya sarana, infrastrukturnya liat. Jadi saya yang bertugas di sini di lapangan tidak memungkinkan untuk mengatur itu karna kita dengan sosialisasi jalan begini-begini juga pengemudi supaya masuk mau bayar TPR aja udah Alhamdulillah sekarang. Ya, maaf ya saya bicara apa adanya. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, pukul14.00)
I4 Kamar mandi ada, musholla juga ada. Kalo jalur keberangkatan udah cukup. Cuma hanya jalan jadi kendaraan itu untuk masuk, dia mikir 2 kali, karna keadaan terminal. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
I6 Ya, kalau dibilang nyaman, aman, tertib itu kan harus semua ada ya, anu sektoral ya. Artinya dari mulai kamar mandi atau apa ya, kamar kecil ya untuk kebutuhan, kemudian musholla juga ya itu harus ada. Kalau perlu taman yang supaya indah di liatnya bagus. (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, pukul 15.00)
I7 Bangunan terminal itu berantakan. Apalagi di atas diisi orang-orang yang pengamen, pedagang. Jorok semua, malu saya mah beneran malu. (wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 13.00).
I8 Dibilang cukup ya nggak cukup. Tapi di Terminal Serang kan sistem dorong jadi misalkan apa, mobil kita datang di sini, nanti ada mobil lain datang dari Cilegon nanti mobil kita berangkat. Jadi sistem dorong jadi ngga terlalu repot. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45) Kalo kamar mandi menurut saya udah lengkap. WC di terminal udah banyak. Terus mushola juga gede, nah kalo untuk papan nama, Kampung Rambutan bawahnya Tanjung Priuk yang ngetem, mobil Tanjung Priuk di Jalur Bogor. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45) Fasilitas lain di sini, hanya tempat sampah kalau untuk kebersihan tempat sampah yang kurang. Dulu udah pernah ada bantuan dan dari Kodim, dulu ada bantuan untuk drum dari masyarakatnya. Juga mungkin penghuni terminal ini kurang bagus jadi ditarik-tarik ke mana jadi pada ilang gitu. Jadi nggak ada kalo di ruang tunggu seperti itu kan ada tong sampah yang langsung di cor itu kan lebih kuat, awet cuma ada itu. Hanya beberapa lokasi satu, dua paling. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
I9 Ya, masih kurang! (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
I10 Kalo untuk fasilitas toilet bagus banyak ya, bersih. Banyak! Kalau disini kan ngga ada ruang tunggu yah, ruang tunggu ada disitu sama ini. Dulu, disini kan ada bangku, tapi sekarang ngga ada. Kurang pengertian dari pihak kepala terminalnya. Seperti yang mbak liat sekarang aja,yang saya bilang tadi yang namanya kader orang LLD di sini jangankan anak buahnya aja jarang nanya masalah mobil-mobil gini, masalah-masalah jalan gini ngga ada. Yang jelas dia minta 2000/ unit untuk bus. Ngga tau kalo untuk mobil kecil. (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I11 Kalo musholla, mesjid ada juga disini ya cukup. Kalo untuk beribadah mah cukuplah istilahnya untuk mesjid. Kamar mandi ada. Walaupun kita mandi istilahnya umum di sini kan ya ada, cukuplah untuk kamar mandi umum. Jalur keberangkatan terbatas, Ya kita nggak bisa inilah, kalau jalur keberangkatan itu ya kita ngacaklah! Cuman di sini juga tertibnya hanyasiapa yang datang duluan gitu. Bukan terminal untuk ngetem, untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di sini itu. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00)
I13 Kalau musholla istilahnya kan ada neng, ya sudah cukuplah segitu pun istilahnya. Ya, gimana sih keliatannya aja seperti ini gitu neng. Iya, ngga layak seperti Terminal Rambutan kan layak, Terminal Pulau Gadung juga kan lain. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
I14 Ya, kalau memang baik bangunan itu saya rasa sudah baik, udah lumayanlah! Jadi belumlah cukup baik seperti layak terminal-terminal yang laen itu sebetulnya tidak. Ya memang kalau untuk sekarang mah apa ya cukup gitu. Kalau menurut contoh terminal yang masalah WC itu ngga ya kurang baik kalau menurut terminal yang laen. Kalau terminal lain yang bersih-bersih WC itu kan bagus-bagus kayak gitu. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
I16 Parah banget, ini apa ya duitnya mah dimintain tapi ngga diperbaikin! (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 16.15)
Q4d23 I
Bagaimana penataan dan pengaturan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal di Terminal Pakupatan?
I2
Nah, sekarang itu tidak berlaku karena UU No 22 Tahun 2009 bahwa Dinas Perhubungan tidak boleh lagi ada di jalan. Sedangkan pengawasan terminal adalah di depan terminal 2000 kemaren, sedangkan pengawasan terminal adalah 200 meter ke luar. Tapi itu aja yang di depan koordinasi. Itu aja paling di depan terminal. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00) Kosong. Tapi sewaktu-waktu kita tindak gitu. Maka sewaktu-waktu secara acak. Karna kalau setiap hari itu beradanya di terminal asal tujuan. Itu harus. Kalau di asal tujuan ini Jane begitu dia masuk ke jalur dia harus diperiksa di seluruh layak jalannya termasuk surat-surat nya. Kalo udah lengkap silahkan masuk jalur untuk ngetem mendapatkan penumpang 15 menit, 30 menit kemudian jalan motong maupun ngisi nanti terus bersambung itulah jalur keberangkatan. Kalau disini sistem dorong jadi artinya di sini kadang-kadang juga ngga masuk terminal. Kalo di asal tujuan harus masuk terminal karena apa time tablenya di sana akan diberlakukan. Di sini memang ada time table. Seperti Arimbi ni saya masuk Serang jam segini, itu masuk itu time table. Tapi kalo yang lurus ke sana artinya dia sudah melanggar peraturan. Tapi kita di tol supaya dia masuk ke sini siapa berani di tol di suruh masuk ke terminal. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I3 Iya TPR. Kita jam-jam tertentu kalo untuk siang itu memang kita terbatas dibagi kita hanya konsentrasi kepada TPR, tetapi ada petugas yang memang mengawasi lalulintas di Terminal gitu. Nah, tetapi nanti setelah siang itu biasa kita merapat semua itu kita fokus ya terhadap kemacetan lalulintas di depan. Kita selalu mobiling. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I4 Ngga! Cuma di depan, ada satu pos ya sama retribusinya aja. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
I5
Sampe ke dalam ya, harusnya semua angkot baik yang diluar itu kan wajib masuk ke dalam terminal. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 di Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang, jam 10.00)
I6 Ya, kalau trayek itu kan khususnya dishub yah, tapi karna memang organda ini ada kaitannya ya kita ada kerjasama yang baiklah dengan kasi terkait ya, Dishub kemudian dari Satlantas mengenai lalulintasnya. (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, jam 15.00)
I7 Ada! Pengawasannya gini dalam arti kalo istilahnya macet, kalo nggak macet masa bodo! (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 13.00)
I8 Untuk pengawasan jalur kedatangan sama keberangkatan di sini nggak ada, bahkan loudspeker di atas aja ngga kedengaran, ngga berfungsi. Kalo masih kabupaten dulu loudspeker masih ada. Jadi unutk di Jakarta dilayani untuk Murni seperti itu kan! Untuk Bandung dilayani oleh GP ( Garuda Pribumi ) misalnya gitu. Dulu mah masih berfungsi kalo sekarang ga kedengaran dari LLD itu. Sekarang udah kota kan bukan kabupaten lagi. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
I9 Ngga ada, Cuma ada di depan TPR aja! (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 )
I10 Ngga pernah! Itu palingan cuma di atas aja mbak Cuma ngeliat di atas, jarang turun ke sini. Bisa dikatakan ngga pernah turunlah. Mungkin dulunya agak lumayan ada.(Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I11 Ngga!Kepengurusan yang ngatur, sebatas memantau kelancaran aja. Kalo memang dia lancar ya mungkin ngga diatur lagi. Ya sekarang kita yang lagi yang bikin ngga lancarnya itu ya semrautnya di depan terminal, menaikkan menurunkan penumpang disitu istilahnya. Gimana ya, mungkin karna terminal ini adanya kayak gini istilahnya. Tapi saya keberatannya, pesan saya itu keberatannya terminal itu AKDP itu minta AKAP itu jangan menaikkan menurunkan penumpang istilahnya di luar ini. Masalahnya apa yang diluar itu rata-rata kan penumpang AKDP itu bukannya penumpang AKAP. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00)
I12 Kalo petugas ngga ada, Cuma pengurus doang neng! (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I13 Ngga ada neng. Ngga ada sama sekali hanya dibiarkan begitu aja! (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
I14 Tidak ada, nol besar sama sekali bahkan di dalam kota ini yang tidak punya SK trayek banyak sekali. Trayeknya trayek ganda, tapi tolong kepada teteh minta ditempatkan dan tolong dihapuskan yang trayek-trayek illegal yang palsu. Tolonglah minta disalurkan atau minta disambungkan, minta ditindak tegas sesuai aturan peraturan pemerintah yang ada. Kalo pemalsuan ya mungkin pemalsuan trayek mungkin yang megang dulu ya mungkin pemalsuan trayek. Yang memegang dulu yang memeriksa itu mungkin perhubungan dulu, ya setelah memang udah tertangkap bahwa mereka tidak punya SK dalam kota di tangkap polisi. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
Q4d24 I
Apakah bapak melaksanakan kegiatan Penyajian daftar rute perjalanan dan tarif angkutan serta pengawasan tarif angkutan di Terminal Pakupatan?
I1
Penataan trayek itu ada kaitannya dengan terminal. Jadi penataan trayek pertama kita pelimpahan dari kabupaten kepada Dishub tentang trayek. Dijalankan oleh kita. Selama dijalankan oleh kita ada yang terlupa, ada yang tidak pake, tidak laku sehingga orang punya trayek beralih pada trayek lain, ini sedang dievaluasi oleh kita. Selama setahun Dinas Perhubungan Kota 2009 itu mengevaluasi trayek, ternyata kita kumpulkan kita evaluasi karna dulu ada semacam asumsi di Kota Serang jadi trayeknya ngawur. Adek mau ke Rau dari Pakupatan, ternyata dibawa dulu ke mana gitu karna di sana ada trayek-trayek yang tidak dimanfaatkan oleh yang punya trayek sendiri, terus keduanya mobil yang bukan trayeknya masuk yang dari luar kota, yang dari Cilegon, yang dari Pandeglang, yang dari Cikande pun masuk sehingga dia tidak punya trayek. ke mana aja ini dibawa. Sekarang Alhamdulillah dengan adanya evaluasi kemarin kami perhubungan pada 2009 ini menghasilkan evaluasi dan trayek itu diciutkan menjadi 10 dari 13 itu. Sebetulnya ada 8, ada tambahan 2 trayek baru, yang 1 jadi 8, yang lama di tambah 1 juga, ada yang ke KP3B dulu yang gubernur itu belum ada trayek jadi kita buatkan. Nah termsuk juga ada profilisasi pengecatan kendaraan. Ya sementara ini, Di Kota Serang sama bentuknya kan, sekarang tidak, saya sudah mempunyai 10 warna. Ada 2009 nanti 1 Januari di Kota Serang harus warnanya berubah, tanpa itu kita kandangin kita operasi. Jadi sekarang trayek sudah banyak menyesuaikan trayek sekarang. Penyesuaian trayek diantaranya 01 misalnya A ke Rau, atasnya hijau bawahnya merah, hitam, ungu. Ini akan berwarna-warna. Itu diberi waktu 1 tahun si pemilik itu. Pada tahun 2011 jadi Januari dia harus bisa menyesuaikan. Sekarang tahap sosialisasi. Udah sekarang sosialisasi, dan yang 10 itu sebentar lagi akan bahwa ini lah trayeknya jurusan ini. Itu supaya mengendalikan di terminal tadi. . (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ) . Pengawasan tarif angkutan biasa aja, itu sudah ada peraturan sendiri, biasanya
tarif angkutan diatur dalam SK gubernur. (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ) .
I2
Kalo trayek itu nanyanya ke bagian angkutan ya, cuma Jane bisa paham gini kalo sudah habis masa berlaku trayeknya itu harus diperpanjang ke kota nah kalo angkot. Tetapi kalo PS ini, atau apa namanya ¾ atau AKDP itu perpanjangan trayeknya provinsi, Kalau AKAP perpanjangan trayeknya ke pusat, ke Direktorat Jendral gitu. Dan itu terjadi juga pada tindakan saya di lapangan, kalau angkot bisa langsung saya tindak ini, tapi kalau AKDP saya hanya mencatat bagaimana tindakan untuk penyelesaiannya apa dikandangin atau tidak. Saya laporkan ke propinsi, propinsi yang akan ngandangin atau nilang begitupun AKAP, kalau AKAP disini hanya melaporkan ke propinsi, propinsi laporan ke direktorat jendral, direktorat yang menghukum begitu. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan) Tarif angkutan SK gubernur. Kalau untuk kabupaten dan kota itu SK gubernur kalau untuk AKDP dan angkot. Kalau untuk AKAP itu SK Dirjen itu. Jadi untuk AKAP itu adalah Dirjen, kalau untuk AKDP dan angkot adalah SK gubernur. Tarif angkutan terbagi menjadi 2 bagian diantaranya untuk Tarif angkutan AKDP dan angkot itu adalah SK bupati. Kalau untuk AKAP adalah SK gubernur dari dirjen gitu. Kalo perhitungan tarif ini akan melibatkan segala harga suku cadang di pasaran. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan)
I3 Kalo tarif angkutan biasanya kita ya sementara ini kalo tidak ada permasalahan ya, maksudnya kalo hari-hari ini sih, hari-hari rame kayak lebaran ya biasanya suka ada tarif yang memang ditentukan. Terus Kendaraan juga kita udah wanti-wanti begini, tapi kalo kendaraan segitu saya nggak mau narik misalnya kayak ke Malingping saya kapan lagi mau dapat untung ya udah mobil lain aja dia ngga mau narik, Misalkan kalo ngga sepuluh ribu dia ngga mau narik silahkan aja. Jauh dekat misalkan ke Malingping sepuluh ribu, Ke Pandeglang juga sepuluh ribu orang kan, Malingping kan jauh. Ya udah mobil Pandeglang aja, jangan mobil ini gitu. Mungkin suka ada yang begitu rame gitu ya! (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I6
Ya memang ada ajalah yang namanya orang ya, ada yang ngebandel ada yang juga ndak. Ya sudah ada cirri-cirilah, identifikasi catnya apa, jurusan ini, jurusan itu gitu. (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, pukul 15.00)
I7 Karna kesemrautan istilahnya angkutan kota di Serang Jane. Saya mengadakan itu kan sampe saat ini nggak terealisasi masalah angkutan luar kota masuk di dalem apalagi mobil Cilegon, yang namanya angkutan kota kan istilahnya apa namanya income nya kan sama dia istilahnya susah, mobil angkutan kota banyak, ada 1148 angkot yang jadi 10 trayek dari 13 kan. Tadinya 13 kan sekarang1148 angkot itu 10 trayek. Liat aja sendiri Jane acak-acakan mobil luar kota masuk ke dalem apalagi mobil luar kota numpangnya mobil Cilegonlah, dari jam 2 aja udah terpenuhi mobil Cilegon masuk ke dalem kota Jane Kalo bapak nggak over boden gitu istilahnya ada organisasi di PAKS udah sayanya hancur-hancuran gitu. (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam13.00).
I9
Nggak ada! (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I13
Boro-boro (sambil tertawa ). Sekarang, begini neng aturan mobil kota itu kan ada dari 01-05 yang sekarang masih berjalan ya kan. Tapi, kenyataanya mobil luar kota juga pada masuk di diemin kok, boro-boro mereka mau ngawasin kendaraan kota, mobil luar kota aja yang masuk ke dalam kota itu banyak didiemin, ya kerugiannya kan buat mobil kita dong istilahnya itu. Sedangkan kita istilahnya apapun tuntutan mereka harus kita penuhin ya kita gimana mau cara menunjangnya ya kan. Dari penghasilan juga kan sudah mengurangi. Karna apa, karna dengan tidak adanya teratur kendaraan, semua mobil di luar kota pada masuk ke dalam kota. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00) Iya, Kalo tarif mah istilahnya ongkos mah biasa aja gitu, ngga pernah dinaikkan. Istilahnya kan ngga pernah. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
I14
Tidak ada, nol besar sama sekali bahkan di dalam kota ini yang tidak punya SK trayek banyak sekali. Trayeknya trayek ganda, tapi tolong kepada teteh minta ditempatkan dan tolong dihapuskan yang trayek-trayek illegal yang palsu. Tolonglah minta disalurkan atau minta disambungkan, minta ditindak tegas sesuai aturan peraturan pemerintah yang ada. Kalo pemalsuan ya mungkin pemalsuan trayek mungkin yang megang dulu ya mungkin pemalsuan trayek. Yang memegang dulu yang memeriksa itu mungkin perhubungan dulu, ya setelah memang udah tertangkap bahwa mereka tidak punya SK dalam kota di tangkap polisi. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
Q4d25 I
Apakah bapak melaksanakan kegiatan evaluasi sistem pengoperasian terminal dan pencatatan jumlah kendaraan dan penumpang yang datang dan berangkat di Terminal Pakupatan??
I1
Kita kepala dinas dengan kepala terminal itu bukan koordinasi ya, sifatnya itu kan perintah, karna itu kan dibawah kita ya dia sering masalah terminal itu harus lapor kepada kita. Kalo ada terminal seperti ini seringnya ada kegiatan apa-apa langsung dia ngebel ke saya. Nanti kita check, kita perintahkan!Jadi koordinasi komando sifatnya!Ya kalo koordinasi kan kepada rekan ini komando gitu. . (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
I2 Ada, ya laporan kepala terminal. Itu tiap bulan. Semacam laporan aja, evaluasi jadi kegiatan hari ini dilaporkan. Kalau setiap ada kegiatan dilaporkan ngga mungkin setiap hari ada kegiatan. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00) Kalo di sini ada pencatatannya.(Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam11.00)
I3 Kalo pelimpahan wewenangnya satu, itu kita kan ada 3 regu ya, ya kita seragam pelimpahan wewenangnya. Pelimpahannya begini, kepala terminal dalam hal ini ya, menunggu laporan daripada danru. Misalkan regu sekarang regu saya, kalau ada apa-apa memang kita ada manuver-manuvernya, misalkan yang udah ditentukan oleh dinas melalui kepala terminal ini mesti di terminal ini, nah kita jabarkan lagi di sini ya, itu langsung kita hasilnya tetep dilaporkan. Kita ada buku apa, ya disamping buku absensi, buku untuk kegiatan sehari-hari disini misalkan kayak ada kejadian apa, kenapa gitu ya. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I4 Iya, ada! Tapi kalo dari pemberangkatan, pemeriksaan KP, pencatatan, pengoperasian terminal, iya ngerangkap dari pemberangkatan, pemeriksaan KP, keberangkatan kendaraan juga. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
Q4 d26 I
Bagaimana Pengaturan tempat tunggu dan arus kendaraan umum di dalam terminal di Terminal Pakupatan?
I2
Ya itu nggak ada petugasnya. Idealnya juga nggak cukup karna apa, anggotanya nggak ada! (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00) Ada cuma juga tidak diisi karna penumpangnya di mana coba jane? Di luar ya karna apa, mobilnya juga kaya gitu. Jadi mereka juga malas masuk, apalagi hujan becek. Sekarang Jane mau undangan mau masuk ke terminal, sepatu yang sudah bagus mau kondangan jadi kotor. Jadi Jane harus paham itu.
I3 Ya kita arahkan. Cuma saya kembali. Jadi gini dengan keadaan terutama jalan begini itu memang sekarang tu bisa diliat angkot tu pengeteman didalam itu jarang, jadi hanya lintas. Jarang yang ngetem karna, apa ya liat aja begini ya penumpang ya terus terang males penumpang juga. Liatnya begini, ya dalam hal ini banyak yang dirugikan, pedagang juga pedagang sangat rugi karna penumpangnya ngga ada. Pedagang kalau dibilang mah jarang yang belinya. Sekarang kendaraan-kendaran liar yang dibawah yang tadinya mestinya digiring sama kita. Yang dari Kemang digiring. Kita berupaya dulu kalo yang di Kemang namanya macet total penumpang menumpuk kalo zaman kita masih eksis dengan Dishub ini kita tetep ngatur di sana. Kita udah berusaha dulu sebelum ada kota masih dengan kabupaten itu , kita berupaya. Malah sekarang kayaknya saya yang orang bodoh yang ngga akan kesampaian jadi pejabat, di sana pedagang sekarang mah bermunculannya pedagang-pedagang itu kan pedagang yang bener-bener permanen. Bukan pedagang yang pake roda. Yang udah bangun untuk tempat tinggal nya juga. Sekarang bingung itu disana yang harus diiniiin itu ojeknya, pasti marah, pendatangnya pasti marah, ya udah mah kendaraan. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jaml 14.00)
I4
Ada, itu petugas lalin yang di depan! (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
I7
Hanya sebatas itu aja cuma ngontrol-ngontrol aja, nggak ada istilahnya si A, kamu di sini anak buah kamu di sini nggak ada, paling dia hanya TPR belakang sama depan (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 13.00).
I8
Nggak ada, seperti mbak liat aja di lapangan nggak ada kan. Ngga kaya di terminal lain, terminal keberangkatan. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 01.45)
I9
Ngga ada! (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 )
I10
Kalo jalur bukan ada petugas yang ngatur, Itu kan ada pengurus artinya pengurus di luar daripada LLD, di sini kan juga ada jalur Rambutan, yang Cirebon ngga ada pisah ke jalur lain yang Rambutan, Rambutan itu dorong-dorongan. cuma itu tadi yang mbak bilang tadi nyaman apa ngga, ya mbak liat sendiri yang pertama kan nyaman, aman. (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I11
Ya, kayak gini inilah, udah ada jalur-jalurnya. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00)
I13
Boro-boro! Sekarang, begini neng aturan mobil kota itu kan ada dari 01-05 yang sekarang masih berjalan ya kan. Tapi, kenyataanya mobil luar kota juga pada masuk di diemin kok, boro-boro mereka mau ngawasin kendaraan kota, mobil luar kota aja yang masuk ke dalam kota itu banyak didiemin, ya kerugiannya kan buat mobil kita dong istilahnya itu. Sedangkan kita istilahnya apapun tuntutan mereka harus kita penuhin ya kita gimana mau cara menunjangnya ya kan. Dari penghasilan juga kan sudah mengurangi. Karna apa, karna dengan tidak adanya teratur kendaraan, semua mobil di luar kota pada masuk ke dalam kota. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
I14
Jadi saya dulu pernah 1 kali awal mendirikan penempatan terminal angkutan harus ditata pernah ada 1 kali, hanya itu menunjukkan aja satu kali itu jadi kenyatannya ngga ada. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
I15
Di luar! Kan kalo di dalam juga gitu ya mbak, kalo misalnya naik di dalam jalannya gitu ngga nyaman gitu tu. Jadi, kalo di luar gitu kan ya lumayan, jalannya bagus gitu. Jadi mending nunggu diluar aja daripada di dalam. (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 15.45)
I16
Di luar! Karena ancur kayak gini, gitu tu. Apalagi kalo hujan tu mbak udah kayak kolam renang aja. (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 16.15)
Q4d27 I
Apakah bapak melaksanakan kegiatan Pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan menurut jadwal yang telah ditetapkan di Terminal Pakupatan?
I2
Nggak ada, petugasnya tidak ada. Anggotanya tidak cukup karna juga bukan terminal ideal gitu! (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan)
I4 Ngga. Cuma di depan, ada satu pos ya sama retribusinya aja! (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
I8 Kalau untuk kedatangan, dari pihak perhubungan nggak ada. Paling dari pihak pengurus itu, yang mengatur supaya dengan PO lain nggak bentrok gitu. Jadi, gimana baiknya pengurus Armada misalnya sama pengurus Arimbi atau pengurus Asli atau itu berembuk gimana baiknya gitu, supaya tidak terjadi keributan. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam13.45)
I9 Ngga ada! (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 )
I10 Kalo untuk kedatangan keberangkatan sekarang udah ngga bisa lagi. Bukan ngga ada jalur, jalurnya ada Cuma waktu itu kan time table yang berlaku. Kalo sekarang kan mobilnya banyak. Kalo kita ngikutin time table, berapa banyak sewa yang ditelantarkan sama kalo time table. Jadi sekarang global aja sekarang ada yang main waktu ada yang ngga. Ini kan ngga main waktu. (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
Q4d28 I
Apakah bapak melaksanakan kegiatan pemungutan jasa pelayanan terminal penumpang di Terminal Pakupatan?
I2
Parkir disini tidak ada. Disini parkir hanya khusus untuk mobil yang apa namanya, istilahnya gugur atau yang bermasalah. Maksudnya bermasalah apa, kerusakan itupun harus segera dikeluarkan. Seperti contoh gugur ini nanti diberangkatkan kesana kembali ke Cilegon. Jadi kalo yang gugur itu sementara berhenti disini laporan ke pusat dan akan kembali ke Cilegon unutk ngetem berikutnya. Jadi tidak ada di sini parkir per malam. Kalo di terminal asal tujuan itu mah ada ongkos untuk nginap misalnya tergantung perda ada yang 500, 1000, 2000. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I3 Ngga ada parkir di sini neng, tidak diberlakukan! Karna memang luas lahannya tidak mencukupi! Mau diparkirin di mana mobil-mobilnya neng! (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I4 Di sini ngga ada pemungutan uang parkir mbak!Di sini adanya Cuma TPR aja! (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
Q4d29 I
Bagaimanakah pemungutan retribusi di Terminal Pakupatan Kota Serang?
I1
Di dalam aturan di perda seharusnya setiap masuk 500 masuk, tapi ini karna dari dulu, dia 1000 aja 2 kali masuk 500, 500. Kan di dalam perdanya retribusinya 500, itu bukan dipungut 1000, 500, 2 kali masuk gitu. Seharusnya setiap masuk ke terminal bayar 500 gitu, tapi keberatan, ya udah 1 hari, jadi sehingga 1 hari itu 1000 tapi 500. Contoh begini, adek punya kopas sekali masuk terminal bayar 500 itu aturannya! Kalo seandainya 5 kali ke terminal itu 2500 kan, ini mah tidak. Dia, masuk 500, dia bayar 1000 2 kali karcis dia mutar-mutar masuk bayar nggak dipungut oleh kita. Ya, pengaruh kerugian, bagi kita. Tapi kita juga bukan di dalam masalah PAD itu bukan berarti kita juga apa istilahnya kita ke PAD aja, lihat bahwa kemampuan sopir itu hanya begitu kan! Kita juga tidak, dia akan protes kalau seandainya sekali masuk 500 kalau angkotnya masuknya 5 kali berarti 2500, tapi dia nggak mau. Kadang-kadang dia mah ngasi 2 kali karcis 1000 itu 2 kali masuk. Karna dia masuk kan ada 5 kali, 6 kali kan! Masalah retribusi apa yang dikatakan oleh mayarakat nanti itu tidak benar menanyakan kemana, ya pasti ke pemerintahan daerah, di satu sisi mah setor langsung beres, 1x24 jam kan kami setor jam 10 ni, masuk ke tempat penyetoran langsung siangnya kita ke kas daerah. Dan kita nggak seenaknya karna ditarget, dan berdasarkan karcis. Jadi masyarakat harus tau bahwa ada uang itu larinya ke mana ya itu, di kumpulkan ke kas daerah, nah nanti bentuk pengembaliannya kepada fasilitas nanti. Sekarang juga 2,5 milyar kan! (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas).
I2
Harusnya sekali masuk memang 500, tetapi sulit untuk dilaksanakan dan itu juga pemeriksa seperti polisi, wartawan kebetulan ada juga kejaksaan agung disini ya pertanyaannya seperti Jane begitu sulit. Ya, ntah nanti ke depan kurang tau nanti terminal lebih bagus lagi bisa saja seperti tol ya, 500 masuk, masuk lagi 500 sepuluh kali masuk terminal sepuluh kali 500. Nah, sekarang Jane masuk sepuluh kali ke sini bayar 1000 1 hari selesai. Diminta lagi nggak mau. Ya karna itu tadi mungkin anggota dewan juga paham karna kita juga sudah berbicara nah akhirnya 400 juta. Nah ke depannya bisa aja 500. Dan biasanya itu setiap tahun akan naik 400, 450, 500 terus nggak mungkin turun. Disini itu kadang-kadang ya, itu tadi Jane Dinas Perhubungan itu harusnya tidak dibebani itu. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 di pos TPR, di Terminal Pakupatan)
I3 Di sini bayarnya untuk retribusi mah neng, 500 tapi ya sopir-sopir bayarnya Cuma 1000, mau berapa kali masuk juga! (wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I7 Dia kan istilahnya mau mintak 1 kali Rp 500itu digabungkan aja jadi Rp1000 1 hari . Seharusnya kan sekali masuk Rp 500, liat kondisi terminalnya kayak gitu kali jadi 1000 perak sehari. (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 13.00).
I8 Rp 2000 sekali masuk. Setelah terminal seperti ini banyak yang nggak masuk.Tapi ada kan yang mutar di depan sini, jadi bayar retribusinya tapi dia ngga masuk terminal langsung keluar lagi di depan situ. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
I9 Rp 2000 sekali masuk. (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 )
I10 Kalo retribusi normal seperti biasa Rp 2000 sekali masuk. (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I11 Kalo TPR mobil yang ¾ Rp 1500 setiap masuk. Ya, kalau kita lagi kosong kadang-
kadang ya nggak bayar jadi ngga dipermasalahin sama dia nggak. . (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00)
I12 ehm, Rp 1000 ya, satu kali sehari. iya, tapi kadang-kadang jalannya rusak, macet di arah Tambak sana, jadi sekali masuk. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I13 Bukan keberatan sekali masuk Rp 500 bukan, karna mereka sudah menentukan istilahnya kalau dibayar dengan ribuan itu mereka ngga kembali, karna karcisnya Rp 500, kita bayar Rp 500. Kita bayar Rp 1000 mereka ngga kembali, bahkan dibayar Rp 500 mereka ngga mau. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
I14 Itu hanya 1 kali dipintak Rp 1000. Itu saya belum pernah dengar itu tiap masuk di minta Rp 500 itu belum pernah dengar. Jadi dia minta itu, di minta TPR itu hanya Rp 1000. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
Q4d210 I
Apakah bapak melaksanakan kegiatan Pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kendaraan umum kepada penumpang di Terminal Pakupatan?
I2 Itu pake halo-halo. Jadi gini, disini mah bukan untuk para penumpang yang akan berangkat ke Cirebon kami sediakan mobil di jalur 3 adalah Bhineka yang akan berangkat ke Garut sampe ke Banjar disediakan mobil Merdeka di jalur 2 dan sebagainya. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I3
Iya, kita selalu diatas itu kan ada yang pake mic itu ya, kita mengarahkan penumpang kalo memang tujuan ke mana, ke mana kita arahkan naik mobil di jalur ini ya. Ke Jakarta, dilayani oleh mobil ini, kita selalu ya dalam tempo berapa dalam satu jam itu berapa kali. Kita gimana penumpang, kalo memang penumpangnya ada penumpukan itu banyak khusus kendaraan itu ada kita arahkan. Jadi jangan menunggu kendaraan hanya yang itu tok gitu yang lain juga ada diarahkan kendaraan yang ada. Kalo apalagi pas hari raya itu kan kita mah yang penting kan sampe, selamat, kalo mau nikmat mana ada. Kalo hari raya mobil kan berebut kan, berjubel kalau kita pengen santai dengan ini waduh, ya udah aja ngerental mobil. (wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I4 Itu ada di sini juga, datang sama perginya disuarakan . (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
I7 Ada, sering memberitahukan, kayak orang yang hilang. Kalo ada istilahnya keluarganya yang nunggu apa yang dari Lampung. (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 13.00).
I8
Ngga ada mbak! Karna louspekernya nggak berfungsi gitu kan jadi nggak ada. Mungkin kalo loudspekernya berfungsi, mungkin bisa diumumin, untuk Pulau Gadung diberangkatkan karna udah datang lagi bus yang lain yang ngedorong yang lain gitu kan. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
I9
Ngga ada, Cuma di sini pengurus! (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 )
I10
Ngga ada kalo di sini, Kalo di Serang ngga ada, Kalo di Merak ada, di Rambutan ada pake waktu, pake pengeras suara dari LLD juga. (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I11
Ya nggak ada, nggak di kasi. Kalo masalah pemberangkatan dan kedatangan itu lengkap, semua juga lengkap ada, Cuma ngga teratur, AKDP nggak teratur karna AKDP ITU PO nya banyak. Yang PO dari Mutiara, dari ADH Putra, dari Keramat Jaya, Rudi jadi itu jadwal tidak bisa diinikan masalahnya jadwal AKDP itu ngga teratur jamnya. Karna gimana teratur istilahnya, PO nya banyak kan istilahnya. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00)
I14
Ya itu nah yang sekarang masih berfungsi kalo pemberangkatan-pemberangkatan itu sering, kadang-kadang Jakarta diberangkatkan, Merak tolong diberangkatkan situ sekarang pun berfungsi ada. Saya denger suka di loudspekerin itu. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
Q4d211 I
Apakah bapak melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan pelangaran di Terminal Pakupatan?
I2
Tilang, ditilang bukti pelanggaran bisa polisi bisa perhubungan.Tilang itu mestinya begini ni bukti pelanggaran dari polisi. Maksudnya ditilang diberikan surat bukti pelanggaran. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan)
I3 Ada bentuknya di tilang gitu ya, kita koordinasi dengan POLRES, POLDA. (wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I4 Itu juga petugas lalin, dalop, kalo ada yang ngelanggar dia yang nindak! (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
I5 Kalau pelangaran kita bertindak itu biasanya ditilang! (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 di Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang, jam 10.00)
I7 Sering. Ya mobil ditarik pengawasan aja . (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 13.00).
I9 Pelanggaran memang ada itu di depan! (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 )
Q4d212 I
Apakah bapak melaksanakan kegiatan pengawasan Kelayakan jalan kendaraan yang dioperasikan di Terminal Pakupatan?
I2
Ya itu tadi secara acak. Surat-surat kelayakan jalan secara acak. Kalau kelayakan jalan itu menginduk kepada buku uji yang setiap 6 bulan sekali harus diuji. Kalo ini mungkin setahun sekali KP itu. Kartu pengawasan adalah sama dengan izin trayek. Jadi kartu pengawasan sama dengan trayek. Kalo AKAP diberikan oleh Dirjen. Kalo AKDP diberikan oleh provinsi, kalo untuk angkot diberikan oleh kota maupun kabupaten. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I3 O, iya. Kita ya juga dari kota udah beberapa kali kita udah menyortir ya, mengawasi kendaraan yang bukan trayeknya kita tindak. Ya satu dengan penyuluhan, kalo memang sekali, dua kali kita diemin, kita juga ada bentuknya di tilang gitu ya, kita koordinasi dengan POLRES, POLDA. Kita juga udah beberapa kali terutama untuk angkot udah beberapa kali kita mengadakan sosialisasi. Jadi kita arahkan ke sini, ke sini sesuai trayek. Bahkan sekarang udah pengecatan ya. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I6 Ada, pengujiannya ada KIR namanya. Kalo KIR itu memang Dishub ya ada bagiannya ya, Kalo organda juga ikut di dalamnya dalam rangka patisipasilah karna memang yang di KIR itu angkutan yah. (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, pukul 15.00)
I7 Belum. KIR ada. KIR 6 bulan sekali, dari kota. Ada istilahnya Pak Julius yang meriksa. (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 13.00).
I8 Itu kegiatan rutin dari Dinas perhubungan, biasanya ada kalo udah nggak layak jalan mungkin udah punya tugas sendirilah. Tapi kalau sekarang alhmadulillah untuk mobil yang ngga layak jalan itu udah sedikit. Hampir habis gitu ya, ya kemungkinan sih masih ada gitu kan. Tapi kalau saya liat di terminal ini udah baguslah karena kebanyakan 70 persen udah AC semua. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
I9 Ngga ada! (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 )
I10 Kalo untuk mobil layak jalannya itu di LLD pada waktu KIR. Setelah KIR itu lulus itu layak jalan. Kalo KIR nya ngga lulus berarti ngga layak jalan, itu dari dirjen diaturnya. Kalo di sini paling ada operasi surat-surat misalnya STNK, time table. KIR, kalo KIR masih di tangkap di ambil itu paling ngga ditilang. (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I12 Ngga, yang penting amanlah katanya pengen tertib lagi jangan sampe acak-acakan. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I13 Nah, itu gini neng kalau masalah kelayakan kendaraan itu kan hasil KIR daripada LAJR, kalau itu sudah lulus dari LAJR berarti kendaraan itu kan layak jalan. Ya, diperiksa kalau memang kita KIR kan udah jelas per 6 bulan sekali kita KIR gitu. Itu hanya KIR aja. Dari awal tidak ada pemeriksaan surat-surat justru itu yang trayek ilegal pun banyak sekali yang masuk ke Kota Serang, mereka hanya bisa diem aja. Itu neng makanya kita ni sopir angkot dalam kota khususnya merasa dirugikan, karena apa, karna ketidak tegasan pemerintah daerah tersebut. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
Q4d213 I
Apakah bapak melaksanakan kegiatan pengawasan kapasitas muatan pada kendaraan di Terminal Pakupatan?
I2 Ada di buku uji. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan pukul 11.00)
I4 Iya, kalo melebihi kan diperiksa, makenya berapa misalnya make nya 55, kalo yang 14, 14, yang 10, 10 gitu kan. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
I8
Kalau kapasitas muatan di terminal Serang nggak ada juga pemeriksaan mbak. Tapi kalau untuk masalah muatan biasanya penumpang di sini ngga melebihi kapasitas muatan selalu kosong. Karena kebanyakan jumlah penumpang sama kendaraan banyakan kedaraan gitu disbanding penumpanglah, kecuali kalo hari raya itu membludak istilahnya. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
I9 Ngga ada! Ngga sampe lebih, kalo di sini mah memang kurang penumpang. Paling dari sini berangkat orang5, orang 6 jadi carinya di jalan neng. (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 )
I10 Ngga ada, ngga pernah ada. Jadi disini itu ini kan ekonomi ya jadi penumpang berapa aja, berapa aja, ngga pernah ada pemeriksaan penumpang berapa-berapa. (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
Q4d214 I
Apakah bapak melaksanakan kegiatan pengawasan Pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan di Terminal Pakupatan?
I2 Iya itu PO kan, perusahaan. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan)
I4
Iya, kalo jasa angkutan kan kayak pengemudi gitu kan ada. Ya, kalo dari Dinas perhubungan mah hanya menghimbau para pengguna angkutan, pengemudi dan sama kendaraan. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
I8 Cara kerjanya Alhamdulillah bagus sih. Kita sama penumpang ngasi servis baguslah. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
I9 Ada ya dari PO, udah gitu pengurus Bhineka, ya Bhineka, Slamet ya slamet! (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 )
I10 Kalo pengurus itu, urusannya PO! (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
Q4d215 I
Apakah bapak melaksanakan kegiatan pengawasan Pemanfaatan terminal serta fasilitas penunjang sesuai dengan peruntukannya di Terminal Pakupatan?
I1 Ehm, sementara ini dulu bekas UPTD ya, ini yang tadinya ada karna dipindahkan, diambil lagi oleh Serang. Tadinya ada lengkap. Tapi ya sekarang udah mulai lengkap kita juga kursi, ya tempat duduk, fasilitasnya ada terus loudspeker pengumuman itu udah ada. Nah, ada yang tidak berfungsi ya karna dia tadi bekas yang namanya perpindahan dari Kabupaten Serang ke kita tidak mungkin mulus barang-barang itu udah diambil juga ngga ada ya. Insya allah untuk tahun sekarang itu udah ada pengadaan, pengadaan ya namanya loudspeker, rambu-rambu juga. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
I2 Ya, jalur kedatangan ngga ada mau difungsikan bagaimana. Jalur keberangkatan itu Cuma 7 jalur, terus tempat istirahat ngga ada kan gitu. Jadi pemanfaatan fasilitas terminal itu kalo memang ada pasti akan dilaksanakan. Tapi, karena memang disini lintasan jadi sebagian dari fasilitas terminal itu tidak ada gitu. Jalur kedatangan, tempat parkir kendaraan pribadi yang antar jemput itu ngga ada tempat parkirnya, tempat istirahat pengemudi. Disini hanya ada mesjid. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang) Tempat tunggu ada cuma juga tidak diisi karna penumpangnya di mana coba jane? Di luar ya karna apa, mobilnya juga kaya gitu. Jadi mereka juga malas masuk, apalagi hujan becek. Sekarang Jane mau undangan mau masuk ke terminal, sepatu yang sudah bagus mau kondangan jadi kotor. Jadi Jane harus paham itu. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang) Ruang tunggu berfungsi. Ya meskipun ruang tunggu yang utama yang dibawah gedung itu, saya sendiri begitu masuk juga bingung karna memang ya itu tadi, kepala terminal yang dulu udah pusing 7 keliling gitu. Pak, saya kalau tidak jualan disini, anak saya mau makan apa. Aturan tetap aturan kita tegakkan Cuma ya seperti itulah kira-kira. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang) Bangunan kantor terminal itu ada, Ya, harusnya berfungsi karna pegawainya ada ngga, kan cuma saya doang disitu nongkrong! (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, pukul 13.00 Siang)
I3 Nah, ini kembali masalah penumpang, penumpang juga nggak mau di dalam terminal biar pun kita giring kendaraannya masuk ke dalam penumpang tu akan jalan ke depan. Apakah kita petugas-petugas masuk menggiring gini gimana, dikeroyok kita di dalam. Hak-hak dia. Kita udah berupaya neng kendaraan tidak boleh di luar. Sempet kita udah berjalan, udah kendaraan itu tidak ada yang menurunkan penumpang di luar apalagi di depan. Ngga ada itu. Udah wah ini, mah penumpang udah di mana, di dalem semua. Penumpang turun di dalem karna tujuannya Serang. Tapi dari sini pada keluar lagi. Asosiasinya mungkin begini kalo naik mobil yang di dalem dia akan ngetem, kalo keluar naik tinggal jalan. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I7 Kalo tempat duduk penumpang itu berfungsi, tapi kebanyakan pedagang saat ini mah. Kenapa Pak Embing jawab gitu itu kan terminalnya jelek kebanyakan di luar semua tempat-tempat apa namaya penumpang yang mau ke luar kota di depan nunggunya. Terminalnya jelek. (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 13.00). Bangunan terminal itu berantakan. Apalagi di atas diisi orang-orang yang pengamen, pedagang. Jorok semua, malu saya mah beneran malu. (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 13.00).
I8 Kalau ruang tunggu berfungsi, untuk Labuan sama Malingping berfungsi tapi kalau untuk penumpang yang Cirebon segala macem itu sempit di ruangan seperti itu kan. Tapi kalo untuk Bandung enak ruang tunggunya deket. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45) Kalo untuk bangunannya sekarang udah rapuh. Liat aja seperti itu kan udah bocor-bocor gitu kan! Jadi kalau kita nongkrong di sini, di situ juga ngga ada buat berteduh, bocor kalau kena hujan. Basah semua yang di bawah juga. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
I9 Kalo di Cirebon mah ada tempat tunggu penumpangnya ada khusus. Disini, cuma sedikit. Kalo Di Cirebon mah luas khusus buat penumpang menunggu bis itu ada. Disini, Ya, kebanyakan pedagang, penumpang mah sedikit. Penumpangnya 5 pedagangnya ratusan. Saya puyeng Tanya aja orang ini. Penumpangnya 5 pedagangnya ratusan. (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 )
I10 Ruang tunggu di terminal ini ngga ada berfungsi. Banyak! Kalau disini kan ngga ada ruang tunggu yah, ruang tunggu ada disitu sama ini. Dulu, disini kan ada bangku, tapi sekarang ngga ada. Kurang pengertian dari pihak kepala terminalnya. Seperti yang mbak liat sekarang aja,yang saya bilang tadi yang namanya kader orang LLD di sini jangankan anak buahnya aja jarang nanya masalah mobil-mobil gini, masalah-masalah jalan gini ngga ada. Yang jelas dia minta 2000/ unit untuk bus. Ngga tau kalo untuk mobil kecil. (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I11 Ruang tunggu penumpang di dalam sebagian masih ada. Ada masih banyak juga. Adanya kan yang diluar. Karna apa, bisnya itu, AKAP nya itu nuruninnya di luar. Kayak macam Labuan-Kalideres ngga masuk terminal dia kadang-kadang diturunin di luar terminal. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00)
I13
Penumpang yang nunggu ngga ada kalo di situ mah, begitu keluar dari kendaraan luar kota ya langsung masuk ke dalam kota gitu! (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
E. Letak Pengambilan Keputusan
Q5e1 I
Siapa yang bertanggungjawab dalam pengelolaan Terminal pakupatan?
I1 Jadi terminal betul pengelolaannya oleh dinas perhubungan kota Serang. Dengan adanya pemekaran dari Kabupaten Serang ke Kota Serang makanya yang tadi dikelola oleh pemerintah kabupaten Serang melalui Dinas perhubungan Kabupaten Serang, maka terminal dilimpahkannya ke kita. Jadi pengelolaan untuk terminal itu oleh pemerintah dibuktikan kepada SKPD yaitu Satuan Kerja Pemerintah pada Dinas Perhubungan dikelola Dinas Perhubungan Kota Serang. (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas).
I2 Tanggungjawab pemerintah daerah, baik kota maupun provinsi termasuk juga pusat gitu. Karna apa kalo tidak ada bantuan dari pusat pemda tidak mungkin sanggup dengan dana sekian milyar untuk perbaikan terminal yaitu ada dana bantuan mungkin dari dirjen, atau mungkin ditambah dari gubernur. Terus kemudian penyedia dana dari kota juga mungkin ada. Jadi dari 3 komponen ini yaitu mudah-mudahan bisa tercapai. Umpamanya kota mempunyai umpamanya satu milyar ditambah 2 milyar dari provinsi ditambah lagi mungkin 7 milyar dari departemen, ya insya allah. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan).
Q5e11 I
Siapa yang memiliki wewenang dan tanggunjawab dalam bertanggungjawab dalam pengelolaan Terminal pakupatan?
I1 Jadi terminal betul pengelolaannya oleh dinas perhubungan kota Serang. Dengan adanya pemekaran dari Kabupaten Serang ke Kota Serang makanya yang tadi dikelola oleh pemerintah kabupaten Serang melalui Dinas perhubungan Kabupaten Serang, maka terminal dilimpahkannya ke kita. Jadi pengelolaan untuk terminal itu oleh pemerintah dibuktikan kepada SKPD yaitu Satuan Kerja Pemerintah pada Dinas Perhubungan dikelola Dinas Perhubungan Kota Serang. (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
I2 Tanggungjawab pemerintah daerah, baik kota maupun provinsi termasuk juga pusat gitu. Karna apa kalo tidak ada bantuan dari pusat pemda tidak mungkin sanggup dengan dana sekian milyar untuk perbaikan terminal yaitu ada dana bantuan mungkin dari dirjen, atau mungkin ditambah dari gubernur. Terus kemudian penyedia dana dari kota juga mungkin ada. Jadi dari 3 komponen ini yaitu mudah-mudahan bisa tercapai. Umpamanya kota mempunyai umpamanya satu milyar ditambah 2 milyar dari provinsi ditambah lagi mungkin 7 milyar dari departemen, ya insya allah. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan ).
Q5e2 I
Dimana letak pengambil keputusan dalam mengimplementasikan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan di Terminal Pakupatan?
I1 Dari dinas! (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
I2 Harus estafet, kepala bidang dulu pada akhirnya tetap kepala dinas! (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan ).
I3 Kalo pelimpahan wewenangnya satu, itu kita kan ada 3 regu ya, ya kita seragam pelimpahan wewenangnya. Pelimpahannya begini, kepala terminal dalam hal ini ya, menunggu laporan daripada danru. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I4 Kalo kita komunikasinya sama danru, terutama sama danrulah. Misalkan kalo ada mobil yang gimana-gimana kita sebelum ke kepala terminal kita ngelapor ke danru dulu. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
Q5e3 I
Apabila terjadi pelanggaran, sanksi atau hukuman seperti apa yang dilakukan kepada sopir-sopir yang melakukan pelanggaran Jalan di Terminal Pakupatan?
I1 Kalo pelanggaran kita juga sesuai dengan Undang-Undang No 22 kita ada pasal 257 tidak masuk terminal . Terus kalo kita udah ditindak kita langsung ke pengadilan. Disidang di pengadilan. Ini juga bekerjasama dengan pihak kepolisian. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
I2 Nah, kalo angkot itu tindakannya akan langsung diselesaikan oleh kota maupun provinsi ataupun kabupaten. Kalo AKDP kepala terminal hanya melaporkan mobil provinsi ataupun kabupaten. Kalo AKDP kepada terminal hanya melaporkan mobil yang bermasalah kepada provinsi, provinsi nanti yang mengambil tindakan baik itu ditunda KP nya ataupun juga dikandangin. Kalo AKAP itu kan laporan ke provinsi. Provinsi laporan ke pusat yaitu dirjen, dirjen yang menindak. Tetapi, pelaksanaanya di lapangan tetep dari PPNS yang ada di kota itu pun berhak menindak untuk ngandangin atau menilang langsung diserahkan ke pengadilan. Kalo dikandangin kita laporan tetap proses kewenangan. Penindakan yang lebih berpotensi kepada efek jera itu tetap laporan sampe ke dirjen, dirjen akan mungkin diperpanjang atau tidak diperpanjang lagi sekian tahun, atau mungkin juga dicabut izin trayeknya. Jadi mulai tindakan yang ringan sampe tindakan yang tegas. ( Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan ).
I5 Kalau pelangaran kita bertindak itu terkena pasal, nanti kita ajuin ke pengadilan. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 di Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang, jam 10.00)
F. Sumber Daya Yang Digunakan
Q6f1 I
Bagaimana kualitas para petugas yang ada di Terminal Pakupatan?
I1 Ya kalau petugas ini sebetulnya baik. Kita kan kebanyakan bukan pegawai negeri, TKK. (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
I2 Kalau dikatakan baik ya, kalau dikatakan sempurna nggak! (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I6 Ya, sebetulnya baik atau ngga tergantung personilnya yang bekerja di sana kan. Kita belum bisa mengatakan baik kalo itu tidak bisa sigap seperti pegawai yang bertanggungjawab kan. Kalo memang mereka bagus ya baik kan. Kan gitu ya! Tergantung kepribadiannya yang ditugaskan di terminal kan gitu. (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, jam 15.00)
I7 Sebagianlah! Nggak semuanya, nggak seratus persenlah! Ya nggak baiknya di dalemnya tu berantakan Jane, jadi apa pengennya di luar aja nggak mau ngontrol ke belakang.Seharusnya gabung tu antara si pengurus dengan petugas jadi enak, sinkron gitu. Jadi kita ada apa-apa nah, jadi enak! (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 13.00).
I8 Kalo untuk pegawai, untuk Dinas perhubungan di sini untuk kepala terminal dengan pengurus juga udah klop gitu ya, udah enak gitu! Kalo misalkan di minta sumbangan kita juga dari pihak pengurus juga dibantu gitu kan. Karna untuk kelancaran mobil kita juga kan, untuk kelancaran di sini. Tapi kita juga ga tau ini, kalo dari pemda dari apanya ya seperti ini gitu kan, semraut seperti ini terminal. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
I9 Ya ngga ada tanggapan. Kan udah ada demo segala macem ngga ada tanggapan dari atasan. Pernah tanggal berapa, bulan berapa ya udah pernah demo di sini. Tapi ngga ada tanggapan apa-apa. (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 )
I10 Kalo yang di terminal ini semuanya LLD ya. Kalau memang dia baik kenapa harus begini ya kan! Yang saya bilang ngga baik ajalah, ngga pernah ngelakuin pengawasan yang kaya mbak bilang tadi PATAS, ngga pernah ada pemeriksaan penumpang yang miring, kosong ngga pernah ada. Wah ini penumpangnya kebanyakan paling tidak di kasi peringatan itu ngga pernah ada. (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I11 Ya sekarang kalo LLD di sini gimana ya, ya itu yang jaga paling cuma terminal-terminal. Dia itu, memperhatikan keluar di jalan ngga ada difungsikan. Ya trayeknya mana, jurusannya ke mana itu nggak difungsikan. Dia itu bebas mengelana ke mana-mana ya itu kan seharusnya nggak boleh yang gitu tu! Kalo memang kita itu trayek mah Merak-Serang ya harusnya Merak-Serang lewat ke mana kita kan harusnya lingkar Selatan. Sedangkan angkutan pedesaannya itu masuknya ke Kota Serang. Itu angkutan pedesaan termasuk punya trayek Pandean- Cilegon, Cilegon juga nggak semua Cilegon ada yang dari PCI ke Bojonegara, ada yang ke Kapling, ada yang ke Florida sana lurus. Itu kan semraut itu ngga tertib. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00)
I13 Ya, kalau pegawainya istilahnya biasa-biasa aja istilahnya kan. Tapi ngga pernah kalau pun di tegor juga dengan kita istilahnya ya, jangan uangnya aja kata saya, jalannya dong dibenerin ya kan? Tapi mereka ngga pernah tanggap!. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
I14 Ya, selama ini kan mereka membiarkan begitu aja, kalo memang khususnya angkot itu dibiarkan begitu aja, tidak ada peneguran apa-apa cuman kami disuruh masuk aja gitu. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
Q6f2 I
Selama ini apakah ada anggaran atau dana rutin yang diberikan oleh Pemerintah daerah Kota Serang untuk memperbaiki Terminal Pakupatan?
I1 Dari zaman Kabupaten Serang sudah ada. Ngga rutin ada, tapi rehabilitasi pemeliharaan gedung ada, tapi setelah masuk ke Kota Serang ya itu tadi jadi tidak tiap tahun ya! Nah, begitu tahun 2008 diserahkan Ke Kota Serang sampai 2009 Kota Serang belum menganggarkan. 2010 alhamdulillah, Pemerintah provinsi memberikan bantuan untuk rehabilitasi emplasemen artinya untuk datarnya terminal supaya jangan hancur ya, kalau hancur kan mobil tidak bisa masuk, keduanya pemerintah Kota juga menganggarkan untuk pemagaran terminal.(Wawancara pada tanggal 18-05-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
I2 Ya, Jane sendiri tau bahwa 2008 pertama kali, eh 2009 pertama kali ini diserahkan ke kota dari kabupaten untuk terminal itu 0 rupiah. Jane bisa bayangkan 0 rupiah itu bisa dipake apa? Mau beli permen aja ngga bisa. Tapi tahun 2009, tahun 2010 ini kami waktu itu apa namanya mengusulkan 400 juta, 400 juta apalah artinya kalo untuk perbaikan, tapi kita coba. Tapi begitu kita berhadapan dengan dewan untuk di setujui, dewan tau bahwa ada bantuan dari provinsi 400 jutanya jadi hilang, jadi dicabut. Jadi diarahkan ke mana kami juga tidak tahu dan bukan milik perhubungan lagi yang 400 juta, sudah milik pemda kembali ke pemda. Karna apa, karna memang ada bantuan 2,5 milyar dari provinsi, jadi kota 0 rupiah lagi. Bisa dibayangkan coba kalo Jane seperti saya, dengan dana 0 rupiah untuk supaya ini lebih bagus, siapa bisa, apa kata dunia! Pusing, pusing tapi dengan sabar temen-temen kita juga coba untuk supaya bersabar kita dialog dengan pedagang, dialog dengan pengemudi dialog dengan temen-temen yang boleh dikatakan Jane preman kita dialog dengan apa namanya, dengan musik jalanan atau pengamen kita dialog. Dengan kepolisian kita dialog,
kita coba supaya terminal ini meskipun jelek tetapi tentram, aman, nyaman. Aman artinya silahkan Jane perhatikan di sini apa ada copet di sini, apa ada penjudi di sini, Cuma di sini tu adanya yang mengeluh kecopetan dari luar datang ke sini datang bahwa pak saya tidak punya uang karna kecopetan di jalan. Nah, dengan kondisi seperti ini kami coba untuk menolong yang seperti ini, umpamanya bapak mau ke mana. Nah, itu kita coba untuk tolong kita bikin surat rekomendasi kepada mobil yang akan mengangkut kita coba untuk berdialog sehingga dia tidak bayar sampe ke tempat tujuan cuma kami punya batasan kalo kepala dinas itu penanggungjawab terminal ini memberikan rekomendasi terhadap orang-orang yang kesusahan itu harusnya dari terminal ke terminal tidak bisa umpamanya dari sini ke Yogyakarta ngga bisa. Jadi Cuma bisa dari terminal ke terminal berikutnya. Selanjutnya si penumpang tersebut bisa melanjutkan dari terminal yang berikutnya ke terminal yang lain lagi. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I3 Untuk saat ini nggak ada. Nol. Saya yakin, Pak Ade kepala terminal ini untuk jalan segini coba diatur alhamdulillah neng. Kadang-kadang juga begini kita mau inisiatif sendiri ada yang instansi lain kita namanya dari mana ni proyek apa, padahal itu mah hanya kebaikan kita aja ngobrol dengan PO diberikan. Itu kok bisa beli batu dananya dari mana, jadi ngeri. Juga ada instansi dari luar disangkanya kita mungutin di luar TPR pungli untk beli batu. Ada aja yang gitu. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I4 Belum ada! (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, Jam 13.00)
Konteks Implementasi (Context of policy) G. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat
Q7g1 I
Apakah terdapat kekuasaaan dan kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi dalam pengambilan tindakan dalam Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995?
I1 Ngga ada! Yang berpengaruh itu tu sebenarnya polisi, yang diluar itu tu polisi menyangkut misalnya masalah ketertibannya karna semuanya dari sana. (wawancara pada tanggal 18-05-2010 pukul 10.00 di ruangan kantor kepala dinas).
I2 Kalo diliat dari lapangan, selalu bersinggungan tapi kalo dari Kepmen harus mutlak. Jadi kekuasaan pekerjaan di Dinas perhubungan terutama itu mutlak yaitu adalah pelayanan dalam tanda keselamatan angkutan umum. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan).
Q7g2 I
Strategi-strategi apa saja yang dilakukan dalam Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan?
I1 Ya strategi kita masih kepada yang dulu ya terutama bus-bus itu, kalau ada angkot, AKDP, paling itu supaya masuk semua ada tempatnya. Terus keduanya yang sekarang karna kita juga banyak katanya seharusnya terminal itu tidak boleh ada terminal bayangan, tapi kondisinya tidak memungkinkan ada yang tidak masuk ke terminal. Kalau bisa strategi yang akan datang semua angkot-angkot yang diluar itu masuk ke dalam. nanti ke depan disuruh masuk semua ataupun
apabila sekarang infrastruktur yang ada di terminal itu sudah memenuhi, sudah bisa layak dipakai.Tapi yang akan datang bagaimana terminal itu supaya macam rumahnya masyarakat yang mau bepergian. Istirahat, termasuk juga kalo capek ada tukang pijatnya ada. Mau makan ke restoran, mau ini hiburan ada tempatnya. Jadi orang mau ke Jakarta ga usah pake mobil umum cukup ke terminal Pakupatan bagus. Datang ke sana apa fasilitasnya. (wawancara pada tanggal 18-05-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
I2 Untuk strategi saya dibawah ya, untuk saya sebagai ujung tombak yang paling bawah dibawah sini itu kita supel terhadap orang-orang yang berada di sini karena di terminal Pakupatan ini kan, pendidikannya terdiri dari ada sarjana, ada SD, ada yang ngga tamat SD, ada yang SMP, ada yang SMA jadi kita harus supel, harus fleksibel. Karna apa, kalau saya keras ini akan berbenturan tapi liat dulu kerasnya di dalam hal apa. Saya bisa keras dalam hal kontrol ya seperti contohnya mungkin dalam hal kontrol untuk kelayakan jalan itu mungkin kami akan dibantu dalam kepolisian dalam hal seperti itu. Tetapi, kalau untuk sifatnya persaudaraan dalam terminal itu harus terjalin dengan RT di dalam terminal itu harus terjalin, dengan tokoh masyarkat harus terjalin, dengan tokoh agama harus terjalin karna apa, hampir seluruh terminal potensi terhadap kekerasan, ini diperlukannya seperti itu. Fleksibel terhadap tokoh masyarakat, tokoh agama, Pak RT dan sebagainya.Termasuk temen-temen yang mencari makan di dalam terminal kita fleksibel. Yang penting tidak menganggu kepentingan umum. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan).
I3 Nggak ada sih kalo strategi mah. Ya contohnya begini kepala terminal sendiri di terminal itu poinnya ini, ini. Adapun keseharian kerja kita itu masing-masing.Misalkan begini neng, kalo saya tabiatnya keras cara bilang ke sopir gimana, ada yang memang lemah gemulai strateginya mesti gimana. Ya mudah-mudahan dari 3 ini atas saran dari kepala terminal penyampaiannya itu ya tergantung ini ya triknya beda-beda. (wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I4 Kalo dari dinas hanya memberitahukan kepada petugas untuk bertugas seperti biasa jangan terlalu keras kepada pengemudi kendaraan atau ke pengusaha karna melihat sikon kendaraan terminal gitu. Kita harus hanya maklum dengan keadaan terminal begini, kalau model kita terlalu keras takutnya terjadi hal yang tidak diinginkan karena situasi terminalnya kayak gini.Jadi hanya menghimbau aja. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00)
Q7g3 I
Menurut bapak apa yang menjadi hambatan dalam Implementasi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan?
I1 Sebetulnya hambatannya dari sarana prasarananya aja. Keputusan Menteri Perhubungan nomor sekian itu betul aturannya. lokasinya kan dalam aturannya 5 hektar itu udah masuk sebetulnya kita, walaupun sekarang 2,7 padahal aslinya 3 hektaran. Sekarang udah dibangun-bangun yang lain, sedang ada pengecekan oleh kita, terus keduanya juga masalah jalan di terminal itu ada jalan provinsinya, jalan perusahaanya itu juga dilimpahkan ke kita itu kan jalannya dari pusat itu. Jadi kepmen ini mengatur tentang terminal, tapi kan diatas terminal itu ada pengaturan jalan juga. Walaupun kita terminal bagus kalau jalannya rusak kayak sekarang, sekarang tu ke dalamnya rusak. Kedua juga penataan lingkungan dulunya itu, kajian dari kita ya kadang-kadang tidak sesuai dengan kepmennya dulunya. Artinya penentuan lokasi ya itu didukung di dalam kepmen jadi masuk semua , saya kira untuk kepmen ini ni sangat-sangat dibutuhkan ini saya pikir. (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas )
I2 Sebetulnya kalo kepmen implementasinya terhadap Terminal Pakupatan sebetulnya jalan ya, Cuma ya itu tadi tidak maksimal. Kita disini banyak bergerak
dengan kepmen secara tekhnis, tapi secara administrasi kita ke departemen dalam negeri. Jadi Dinas Perhubungan itu menginduk ke 2 departemen. Secara tekhnis kita ke departemen perhubungan, secara administrasi kita ke departemen dalam negeri seperti kenaikan pangkat, gaji dan sebagainya. Tapi dasar operasi kita adalah kepmen seperti pemeriksaan kendaraan, layak jalan, terus kemudian kenyamanan, keamanan, keteriban terus kemudian pemantauan terhadap jalannya arus seperti itu. (Wawancara pada tanggal 13-04-2010 jam 10.00 Di Pos TPR, di Terminal Pakupatan).
I3 Ya, kalau memang tentang letak dengan ini ya sesuai ngga sesuai itu kalau kita jalankan bisa aja pengaturan. Cuma yang sekarang ini infrastrukturnya terutama jalan. Kita bertugas di terminal ya merasa nggak nyaman. Kita harus tahan banting, tahan mental ya karna kita bukan satu kali, dua kali . Selama jalan begini ya kita terus dapat cemohan dari sopir. Nah, kalau kita balas lagi dengan caci-maki lagi itu perang. Padahal kita itu uang itu hanya memungut aja. (wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I4 Banyak, kendalanya ya gini jalan! (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
I6 O, tentunya hambatan sih ada ya, namun kita mungkin ada kerjasama yang baik dalam rangka penertiban sama dishub. Bagaimanpun daerah kita sendiri yah, kita harus atasi apapun permasalahannya. Kalaupun ada kendala gitu kerjasama salam rangka penertiban dilakukan di lapangan Organda. (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, jam 15.00)
I9 Jalan aja, yang paling masalah itu mah jalan! (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 )
I10 Kalo menurut awam saya, di sini sebenarnya mah kalo memang niat orang-orang yang bersangkutan nggak ada hambatanlah. Karena memang semua PO di sini kan boleh dikatakan tiap masuk itu bayar ya entah berapa, entah berapa gitu. Artinya dananya ada ya kan. Kalo memang niat terminal ini di rehab atau diperbaiki bisa aja. Tapi, itu paling tidak orang-orang pemda. Kan yang punya ini pemda kan?Jalan rusak, mobil rusak. (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan pukul 14.45)
I11 Ya gimana ya, provinsi aja ya istilahnya termasuk Kota Serang ya mungkin baru-baru inilah istilahnya dananya belum ada ya mungkin gimana, tapi saya kan harus secepatnya terminal itu ditertibkan gitu, difungsikan sebagaimana semestinya. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00)
I12 Iya, satunya jalan, mungkin kalo pungutan udah di mana-mana. Di terminal mah gitu. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I13 Ya, justru karna jalannya seperti ini gitu maka menghambat ke segalanya kan! (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
I14 Ya, saya merasakan mengeluhkan ya seluruh pengemudi aja, seluruh pengemudi angkutan dalam Kota Serang yang uda jelas-jelas mengeluh karna apa mengeluhnya karna dari onderdil kendaraan ini cepat rusak dan buat apa terminal itu, TPR diambil setiap hari kegunaannnya uang itu ngga tau buat apa. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
Q7g31 I
Setau bapak, pernah ada perbaikan jalan di Terminal Pakupatan?
I1 Ada! Kita setiap minggu menurunkan berapa truk. Kadang-kadang saya ya hutang dari luar yang bayar tidak ada anggaran artinya ya sebisanya aja dengan para penguruslah! Bayar oleh kita. Ini kan sebenarnya mau dibangun, karna bulan ini tidak ada pembangunan kan! kalau musim hujan amblas lagi. Alasan kendaraan,
karna itu rusak, pada per, pada mentok alasannya. Tapi dikejar oleh kita kadang-kadang. Seharusnya kan pemungut retribusi kan harus di dalam.Tapi kita ya juga namanya kita udah bersahabat dengan bus-bus itu masuk ajalah gimana caranya. Kalau ttidak masuk itu bahaya, itu makanya namanya ada terminal bayangan. (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas )
I3 Sebenarnya begini neng, yang namanya perbaikan upaya sudah. Ya kita Danru terutama melalui komandannya sendiri, ya kita terus dengan koordinasi dengan PO, kita melayangkan surat udah beberapa kali kita dibantu. Bahkan kalo di hitung-hitung mah ini udah bukan puluhan lagi, ratusan sejak dialihkan kota yang tidak ada dana aja ya, itu dihitung kalo ratusan mah ada seratus truk itu. Itu kita tidak minta sumbangan ke sopir selain TPR Rp 1000 jadi Rp 1500 itu tidak. Kita hanya mencoba ya masa sih, kita ke PO nya ada yang peduli terutama PO yang besar kayak ARIMBI, Prima Jasa, itu memberikan batu di sini ya. Nah, kita kasi uang alakadarnya ke pengemudinya. Trus untuk masalah pengerjaannya kita. Kita yang namanya gotong-royong. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, pukul 14.00)
I4 Semenjak pelimpahan belum, Cuma ada l ada ngga pengurugan-pengurugan aja. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 01.00 Siang)
I6 Ya, kalau kita katakana baru 3 bulan ke sini ni, ya 6 bulanlah ya keliatannya kan belum ya! Kita masih dalam rangka perbaikan internal, belum juga saya melihat itu ya, karna baru kan organda kita baru kan, kota itu baru lahir.(Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, jam 15.00)
I7 Pernah. Cuma tambal sulam aja. Selama bapak disitu udah ada dua kali. Pokoknya dari 2007 awal. (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, pukul 13.00)
I8 Perbaikan sering, kaya tambal-tambal sulam. Iya, Cuma tambal sulam. Cuma untuk dua tahun ke sini belum ada. Cuma dulu pas terakhir mau MTQ itu juga tambal dikit. Itu doang yah, tahun berapa dulu gitu tu ditambalnya. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
I9 Selama saya jadi sopir, belum ada Cuma pengurugan aja, yang ditambal, Cuma pengurugan aja yang lobang-lobangnya pernah ditambal, kalo seperti yang lain diaspal belum ada. (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I10 Kalo saya bilang pernah, paling di urug doang, di urug aja. Artinya ngga ada perbaikan yang berarti! (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan pukul 14.45)
I11 Sering perbaikan jalan, ya kayak ginilah hancur-hancur. Ya sederhana aja, paling ditimbun-timbun aja. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00)
I13 Ya, paling diurug-urug doang neng istilahnya kan gitu, di urug-urug dengan batu-batu tapi ngga diratain pecuma aja. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang pukul 14.00)
I14 Hanya pengurugan aja! (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
H. Karakteristik Rezim Yang Berkuasa
Q8h1 I
Bagaimana struktur organisasi yang ada di Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang?
I1 Masih kurang, masih ada penambahan yang namanya UPTD, unit pelaksana di daerah buat terminal dan parkir. Kan disitu udah ada cuma belum diisi orang-orangnya. Waktu pembentukan itu kita kekurangan SDM, kekurangan personil. Ya
nanti mungkin ke depan itu diisi karna kita agak sulit ini dalam kegiatannya terlalu banyak. Kalo UPTD nya kan dia langsung mengelola, langsung ke kepala dinas. Kalau Kasi aja dia kan ada bidangnya. Ini kan Dia kan mengelola langsung, bertanggung jawab langsung. Ya artinya itu, dia kan seperti terminal ada tokohnya, dia ngatur terminal apanya tanggung jawab ke kita, kita juga hanya mengawasi aja. Tapi kalo sementara ini kan kalo kita tidak di UPTD kan dia hanya dari bidang, jadi sistem birokrasinya masih ada. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
I2 Kalo menurut saya struktur organisasi yang ada di perhubungan sekarang ini itu sebetulnya saya kira ideal. Karna apa, karna emang segala sesuatunya seksi itu sudah terisi bahkan kalo saya katakan bisa kurang karna apa, ada salah satu seksi memegang untuk 2 jabatan seksi. Contoh, seperti saya jabatan kepala seksi keterminalan dan parkir. Nah, parkir ini harus ada sebetulnya kepala seksi parkir, bukan kepala seksi harusnya KUPTD. Harusnya ada UPTD parkir. Makanya kalo dikatakan ideal mungkin ya dalam arti rangka pengurusan organisasi tapi kalo menurut saya ini kurang ideal karna memang harusnya satu bidang satu seksi, satu kegiatan satu seksi. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan pukul 11.00)
I3 Ya, kalau yang efektifnya kalau memang ini terutama saya bicara untuk Dinas Perhubungan Kota ya, kalau memang ini udah eksis, waktu dulunya udah siap kurang. Masih kurang anggotanya. Bukan terlalu gemuk, justru masih kurang masih banyak tempat-tempat yang harus diisi gitu. Cuma sekarang ya maaf-maaf kalo petugas ya, saudara jane liat aja sendiri kayak Cipocok ya itu kalau kita liat mah untuk apa, di Cipocok. Tapi memang harus karna yang namanya terminal itu harus ada petugas gitu ya. (wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I. Tingkat Kepatuhan dan Adanya Respon dari Pelaksana
Q9i1 I
Bagaimana tingkat kepatuhan dan respon para petugas pelaksana tekhnis yang ada di Terminal Pakupatan? Apakah sudah melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan?
I2 Ya itu tadi semuanya di TPR, ia tidak ada di lapangan karna memang nggak ada. Itulah tadi. Jadi Jane tolong sarannya itu bahwa Dinas Perhubungan seharusnya tidak dibebani dengan retribusi atau PAD karna apa, karna kalau itu dibebani akan mengabaikan tugas pokoknya dari Kepmen! (wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan pukul 11.00).
I4 Iya, sesuai dengan perintah danru. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, pukul 13.00 Siang)
I6 Ya, katakan petugas itu tergantung kepada kepribadiannya kalo memang tanggungjawab sebagai petugas kan tentunya bisa melaksanakan pekerjaan yang baik kan. (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, pukul 15.00)
I7
Belum, kata bapak belum. Kenapa saya jawab belum, itu kenapa mobil didiemin di terminal itu dijadikan ajang ngeteman gitu, itu aja jawaban bapak. Kalo memang pegwainya bagus jangan di depan terminal di dalem semua. Apalgi di dalem di depan itu, itu kan Leter S semua, berantakan sekali, kapan tau itunya beresnya. (wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, pukul 13.00)
I8
Kalo sesuai peraturan, saya ngga tau. Karena kan saya ga tau peraturan mereka seperti apa. Tapi kalo untuk turun ke lapangan saya ngeliat udah sering. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, pukul 13.45)
I9 Ngga! (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan pukul 14.45 )
I11
Sudah. Cuma untuk di jalan aja ini mah. Kalo untuk di terminal udah cukup, tapi untuk di jalan itu nggak ada ketertibannya. Maksudnya ngga ada ketertibannya yaitu semraut, disebutnya semraut itu ada antar kota, dalam kota ada antar pedesaan masuk kota jadi didiemin aja itu, istilahnya ngga ada tindak lanjutnya gimana itu, nggak ada! Orang petugas kepolisiannya juga nggak ada mau malang melintang di leter S dibiarin aja kan begitu. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan pukul 16.00)
I12
Yah, makanya sopir ada pengurus PS itu neng, kalo ada pengurus aman, ya aman. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan pukul 11.00)
I13
Ngga ada, ngga ada neng kenyataannya ya memang istilahnya kan acak-acakan begini gitu. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
I14
Betul udah ada, itu sesuai yang ada. Dia tapi menjanjikan 1 tahun itu akan beres. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
Q9i2 I
Bagaimana tingkat kepatuhan sopir ketika Keputusan Menteri Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan diimplementasikan di Terminal Pakupatan Kota Serang?
I2 Kalau untuk AKAP itu 99% patuh. Kalau angkot ini, yang dulu pernah Jane katakan bahwa angkot ini saya sendiri entah sopir nya yang tidak paham atau sopirnya yang pura-pura tidak paham terhadap rambu-rambu yang ada dijalan terhadap trayek yang dia miliki, terhadap jalur yang dia miliki, yang dia tempuh. Saya juga kurang paham. Padahal setiap mahasiswa demo itu inginnya trayek itu ditertibkan kita sudah menertibkan dalam1 minggu tertib kalau kita ada di jalan dengan kepolisian, polisi lalulintas. Begitu kita Ditarik kembali setelah 1 minggu tidak mungkin kalau terus menerus seperti itu paling kita hanya mampu untuk pengawasan. Nah, setelah kita awasi hanya di beberapa titik kembali ke semula. Jadi karakter kayaknya, karakter dari sopir-sopir dan boleh dikata begini, kita bandingkan saya udah di Makasar, saya udah di Manado, saya udah di Jayapura tingkat kepatuhan dari sopir angkot itu sangat-sangat baik di luar Jawa. Ya, begitu saya masuk Banten Alhamdulillah saya nggak paham. Tapi kalau di kota lain seperti di Surabaya, Semarang, Yogyakarta apalagi tidak ada angkot di sana ada TransJogja terus kemudian Bandung coba liat kalau anda naik nomor 05 itu sampai ke tempat tujuan. Tetapi kalau anda naik 02 disini belum tentu sampe ke tempat tujuan bisa aja, diturunkan di tengah jalan. Jadi saya juga tidak menyalahkan sopir cuma, mungkin tingkat kepatuhan atau tingkat ketidaktauan, saya juga tidak paham, tidak tau atau pura-pura tidak tau terhadap rambu-rambu terhadap apa namanya izin trayek yang dia miliki. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00).
I3 Ya kalau saya sih, ini bukan ngomong sebagai petugas lah. Tidak patuh,susah. Memang sangat susah. Gimana ya, sekarang gini aja silahkan saudara Jane duduk dalam berapa lama nanti, kalo kita aja selaku pengemudi biasa gitu ya, yang bukan pengemudi kendaraan umum kita biasa kalo udah mau liat polisi tidur ya, liat portal di depannya ada orang mau lewat kita pasti ngerem kendaraan. Kalo ini mah udah ada portal, ada polisi tidur udah jelas ada orang buat pungutan ini salah satu keharusan retribusi bukannya direm di gas. Nah, ya saya ngga usah nyebutkan mobilnya mobil mana tapi silahkan bukan ini, kebetulan ini
salah satu dari mereka Itu selalu apalagi, yang namanya udah balap kata dia. Karena dikejar-kejar oleh waktu tem-an. Itu banyak neng kejadian di sini. Ya kata saya mah kalo, saya liat di Pulau Gadung yang memang waduh, tingkat arusnya itu, di Bandung, kendaraan itu yang namanya udah masuk ke terminal itu tau. Di sini, kalo ngga punya SIM, tapi yang megang kendaraan harus intinya harus pegang SIM. Ini tu bukan kita tidak upaya kita selalu bahkan kalo dikejar itu kita dikeroyok. Kita nggak takut berani, cuman salah aja kan kalo petugas mah. Jangankan kita ini fisik, baru ucapan yang kasar aja udah salah aja. Jadi memang, sebenarnya keberhasilan tertib nggaknya terminal ya, jangan mengandalkan petugas. aja. Kan sudah ada rambu-rambunya ya pengemudi juga, penumpangnya juga udah tau (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di pos TPS, Terminal Pakupatan, jam 14.00)
I4 Kalo misalkan rabu-rambu udah ada tapi tetep aja ngetem sembarangan. Tapi sebenarnya karna jalan rusak itu mah! (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
I5
Ya, untuk sementara ini kan memang leter S diwajibkan untuk tidak boleh berhenti. Mungkin karna gimana ya, pertama mungkin keadaan jalannya kurang memungkinkan yang terutama itu sopirnya bandel susah diatur. Ngga ngerti itu tu! Kalau kita sih menegaskan tidak boleh berhenti di leter S. Ya sopirnya aja yang ngeyel yang susah. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010 di Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang, jam 10.00)
I6
Ya, ada juga yang bandel ada juga yang mengerti tentang peraturan, tapi itu juga harus diberi arahan, harus diberi sosialisasi tentang Undang-Undang No 20 Tentang Angkutan Jalan Raya kan. (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, pukul 15.00)
I7
Belum patuh semua! Satu, belum punya SIM, masih banyak yang belum punya SIM, terus dalam menaati peraturan rambu-rambu lalulintas, berenti sembarangan aja gitu segala macam istilahnya di Leter S berenti apalagi di tikungan itu. (wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, jam 13.00)
I8
Kalo sebenarnya taat. Kadang-kadang di terminal ya hitam putihnya,gimana pengurusnya. Gimana aturan yang dijalankan sama yang ada di Serang ya gitu kan. Kalo sopir-sopir istilahnya untuk saling ngotot gitu ngga ada. Pengen ngetem duluan nggak ada. Tertib seperti Bandung 20 menit, ya 20 menit gitu kan. Untuk yang eksekutif walaupun mobil yang dari Merak datang tetep kita patokannya 20 menit. Sopir ngga ada komentar gitu. Tapi masih banyak juga mobil-mobil yang ngga masuk ke terminal, Cuma sampe Patung doang. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, jam 13.45)
I9
Ya, masuk semua. Ya kalo mobil di jalur lintas mah semua masuk semua ya, walaupun jelek, jalannya ngga ada lagi. Tetep masuk di sini semua. (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45 )
I10
Umumnya, mau taat gimana? Sekarang mau ditaatin kayak gini modelnya! Saya sendiri juga ngga munafik kemungkinan ngga taat. (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I11
Gimana ya, faktor manusianya juga yang kurang ini, pengemudi-pengemudinya juga yang termasuk saya jugalah istilahnya, saya juga nggak munafiklah istilahnya pengemudi karna kenapa, orang penumpangnya adanya disitu, yang lain itu nuruninnya disitu ya kita mau gimana, orang di terminalnya nggak fungsi. Penumpang di terminal itu nggak ada, adanya di luar terminal. (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan jam 16.00)
I12
Ada yang patuh, ada yang kecewa. Kalo yang masuk ke terminal terus mah patuh! (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I13
Ya, karna kondisi terminalnya begini kan neng, yang udah jelas saya terangkan itu ngerusak kendaraan itu karena apa karena kondisi jalannya seperti ini. Kalo mungkin bagus jalannya, mungki semua anak-anak masuk gitu. Kadang-kadang dicegat dipaksa di suruh masuk di depan itu, jadi di depan itu hanya ngatur itu aja untuk masuk karna apa, karna kalau tidak masuk ke dalam terminal tidak masuk bayar retribusi itu ya itu. Harapan dia kan Cuma itu doang, ngambil retribusi doang. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
I14
Ya karna gimana, orang pemerintahnya juga dibiarkan begitu aja kami mau respon gimana dan kami mau taat bagaimana. Saya contohnya taat pada trayek, yang lain kan masuk ke trayek saya tidak dipedulikan kan yang lainnya ikut. Karna apa kami tidak ada bimbingan dari perhubungan, tidak ada penindak tegas, tidak profesionallah gitu sesuai aturan pemerintah yang ada. Kalo emang kami bersalah ya tindak sesuai peraturang yang ada. Tapi ngga ada itu, dibiarkan begitu aja. Pura-pura ngga ngeliat aja. Ya kalau keinginan saya ya tolonglah diperiksa kalau emang salah ya ditindak sesuai peraturan pemerintah yang ada. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
I15
Sopir, ya kalo misalnya dari pengalaman sih, jarang ya mbak. Tidak semua itu patuh. Tapi ada juga yang mematuhi lalu lintas gitu, Tapi ada juga yang ngga gitu. (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 1545)
I16
Kayaknya sih ngga, kalo patuh semua sih nggak! (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 16.15)
Matriks wawancara untuk Kondisi Di Terminal Pakupatan Q I
Menurut bapak bagaimana kondisi Terminal Pakupatan saat ini?
I1
Adapun terminal tipe A itu udah banyak persyaratan di sini diantaranya ada fasilitas penunjang seperti toilet, musholla, kios ini sebagian udah ada di Terminal Pakupatan. Tapi ini karna udah lama tidak berfungsi. Ini udah pas tipe A ini. Memang persyaratan itu minimal 5 Ha seperti di Jogja, di Giwangan. Kalo Jogja pengelolaannya diberikan kepada pihak ketiga. Insya allah ini ke depan itu kita pertahankan karna kamar kecil udah ada, musholla udah ada, kios-kiosnya udah berjalan, ruang pengobatan dibelakang sudah ada, puskesmas pembantu disitu udah ada, ruang informasi pengaduan juga ada di atas, mikrofon juga ada. Jadi yang kurang itu masalah taman. Jadi masalah fasilitas-fasilitas ini kita udah ada sebenarnya , tinggal pemeliharaan yang belum ada. Karna waktu diserahkan ke kota itu kan kita bukan baru dari Kabupaten Serang. (Wawancara pada tanggal 08-04-2010 jam 10.00 di ruangan kantor kepala dinas ).
I2 Untuk Kondisi di terminal yang saat ini ada di Pakupatan ini, jadi sebenarnya itu sudah tidak layak pakai karena kondisi lapangannya seperti ini. Nah, seharusnya idealnya yang namanya terminal Pakupatan itu di dalamnya sudah termasuk agen, agen bis yang di luar sekarang seperti yang ke Sumatra, yang ke Jawa, yang ke Bali. Nah, tetapi memang peruntukannya terminal yang di sini ini itu tidak memungkinkan dan memang mungkin dirancangnya tidak untuk itu gitu. Karna waktu itu mungkin saya sendiri tidak ada di tempat, waktu itu mah saya masih di Irian Jaya, karna terburu-burunya untuk pembuatan terminal dalam rangka PORDA Jawa Barat, jadi kemungkinan dananya juga mungkin minim dari pusat pemerintahan daerah dalam pembentukannya ya akhirnya seperti ini gitu! Dengan perkembangan zaman seperti sekarang itu waktu pembuatannya tidak diprediksi untuk 5 tahun atau 10 tahun yang akan datang sehingga dengan berkembangnya seperti ini pertumbuhan angkutan umum itu jenis lainnya. Tapi banyak juga yang
apa namanya, mobil rusak-rusak tidak diperbaharui mungkin ada juga. Memang kebetulan memang ada sehingga Terminal Pakupatan ini sepertinya sudah apa istilahnya ya, kalo saya katakan tidak layak mungkin terlalu ekstrim ya, jadi sudah tidak memenuhi syarat jadi harus ada perkembangan perluasan sehingga jalur yang sekarang ada 7, kemungkinan harus dibuat sekitar 25 jalur, karena ada sekitar 25 jurusan disini dan disini harus dirubah dari apa namanya, terminal lintasan harus terminal asal tujuan. (Wawancara pada tanggal 04-05-2010, Di Terminal Pakupatan jam 11.00)
I4 Sekarang ini kurang bagus, kurang baik gitu, rusak, ancur. Jadi kewalahanlah, kendaraan juga banyak yang ngga masuk semua. Banyak yang muter keluar. (Wawancara pada tanggal 28-04-2010 di Menara Pengawas di Terminal Pakupatan, jam 13.00 Siang)
I6
Kalo sekarang ini memang diibilang baik ya kaya gitu, dibilang ngga baik ya kita terpakslah. Karna memang terminal ngga ada lagi ya kita harus masuk ke terminal. Tapi jangan khawatir bulan depan bagus terminalnya. (Wawancara pada tanggal 16-04-2010 di Kantor Organda, Terminal Pakupatan, jam 15.00)
I7
Ya itu, bekas sunami, jeleknya minta ampun. Nggak layak dipake! (Wawancara pada tanggal 09-05-2010 di Rumah Pak Embing, pukul 13.00)
I8
Sekarang, dibilang kaya apa kolam ikan lele ya seperti ini, ada kolam ikan lelenya. Dibilang kaya sawah ya kaya sawah juga becek gitu kan. Tanah doang, aspal ketutup ama tanah kan kalo musim hujan, kalo musim pas debu, karna debu udah panas kering, angin jadi datangnya debu. (Wawancara pada tanggal 20-04-2010 di Terminal Pakupatan, pukul 13.45)
I9
Ya, terminal kayak gini terminal yang paling jelek Terminal Serang. Terminal Cirebon juga lumayanlah! Terinal ya paling jelek ya Terminal Serang. Satu, ngerusak mobil, jalannya ngga bener. Lobang, lobang, lobang. (Wawancara pada tanggal 12-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I10
Yang udah saya bilang tadi, ngga ada nyaman, ngga ada kenyamanan. Kalo untuk aman sih di sini boleh dibilang aman, ngga ada pencopetan, ngga ada pencurian kalo terminal sini. Tapi kalo untuk ngga nyaman ya kaya gini kan, mbak liat sendiri. Terminal kayak kubangan sapi padahal waktu itu ada demo dari mahasiswa udah di tanemin, di taro ikan lele di sini semua sama mahasiswa Untirta, tapi kenyataannya sampe sekarang kan masih begini-begini aja. Itu yang saya ngga tau ya urusan dia! Yang jelas kenyataannya kayak gini aja! Berapa kali di demo terminal ini sama mahasiswa tapi hasilnya ya kayak gini-gini aja. (Wawancara pada tanggal 26-04-2010, di Terminal Pakupatan jam 14.45)
I11
Ya gimana, ya kayak gini aja kenyataannya udah begini mau diapain! (Wawancara pada tanggal 18-05-2010, di Terminal Pakupatan pukul 16.00)
I13
Ya, semraut geh! (Wawancara pada tanggal 19-04-2010,di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 14.00)
I14
Sekarang kondisi Terminal Pakupatan itu kayak solokan aja, kayak rawa. Sebetulnya kalo ini mah ngga terpaksa udah tidak layak dipakai ini sebetulnya ya karna apa, karna rusak dengan mobil ya lahar ama saya. Itu kenapa mobil sampe angkot itu ngga ada bemper-bemper itu dicopotin itu sering mentok itu. (Wawancara pada tanggal 19-04-2010, di Terminal Pakupatan Kota Serang jam 16.00)
I15
Gimana ya mbak ya dibilang kalo dibilang nyaman sih kurang gitu mbak ya, teruskalo dibilang misalnya dikatakan apa tadi layak atau tidaknya gitu ya karna adanya seperti ini gitu ya kita kan sebagai masyarakat ya tetap menggunakan karna emang kebutuhan setiap hari gitu. (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 15.45)
I16
Aduh, sangat nggak baik soalnya ini jalannya tu ancur banget. Apalagi kasian ya, kalo ada ibu-ibu hamil gitu ngeliatnya, ngelewatin situ beneran kasian banget, soalnya ancur banget jalannya itu. (Wawancara pada tanggal 30-04-2010, di depan Terminal Pakupatan jam 16.15)
CATATAN LAPANGAN
1. Bulan Januari-Maret 2010;
Tahap awal dalam proses penelitian di Terminal Pakupatan Kota Serang,
peneliti melakukan perizinan pada pertengahan Bulan Januari di Dinas
Perhubungan Kota Serang. Selanjutnya peneliti mendapatkan surat izin untuk
melakukan penelitian di Terminal Pakupatan Kota Serang pada pertengahan bulan
Februari. Mulai pertengahan bulan Februari sampai februari akhir, peneliti
melakukan observasi awal dan wawancara dengan Kepala Seksi Perparkiran dan
Terminal, dan petugas pelaksana tekhnis lapangan Terminal Pakupatan Kota
Serang. Pada saat melakukan observasi dan wawancara maka peneliti menemukan
permasalahan awal yaitu bahwa kondisi Terminal Pakupatan yang belum sesuai
dengan terminal tipe A, kondisi jalan di Terminal Pakupatan yang sangat
memprihatinkan, penarikan retribusi yang belum sesuai dengan Peraturan Daerah
Nomor 16 Tahun 2008, jumlah petugas yang sangat minim, kondisi fasilitas yang
tidak terpelihara dengan baik dan belum terlaksananya penerapan manajemen dan
rekayasa lalulintas di Terminal Pakupatan Kota Serang. Setelah menemukan
permasalahan yang terjadi di Terminal Pakupatan Kota Serang, maka peneliti
melakukan penyusunan proposal, dan pada pertengahan bulan Maret peneliti
melakukan seminar proposal yang berjudul Implementasi Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 di Terminal Pakupatan Kota Serang.
2. Bulan April-Mei 2010;
Setelah melakukan seminar proposal, maka pada awal bulan April peneliti
mendatangi Dinas Perhubungan Kota Serang untuk meminta data yang diperlukan
guna memperkuat hasil laporan penelitian, yaitu berupa profil Dinas Perhubungan
Komunikasi Dan Informatika Kota Serang, profil Terminal Pakupatan Kota
Serang, Peraturan Daerah mengenai penyelenggaraan retribusi daerah di Terminal
Pakupatan Kota Serang. Selanjutnya mulai bulan April-Mei 2010 Peneliti
melakukan observasi, studi dokumentasi dan wawancara dengan beberapa
informan. Berikut ini merupakan kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti
dengan beberapa informan yang dimulai dari bulan April-Mei 2010.
Tanggal Informan Status Informan Keterangan
08-04-2010 18-05-2010
Edinata Sukarya S.sos M. SI
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang
1. Wawancara pertama dilaksanakan pada jam 10.00 di ruangan kantor Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang
2. Wawancara kedua dilaksanakan pada jam10.00 di ruangan kantor Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang
13-04-2010 04-05-2010
Ade Sutaryana Kepala Seksi Perparkiran dan Terminal
1. Wawancara pertama dilaksanakan pada jam10.00 di pos TPR, Terminal Pakupatan
2. Wawancara kedua dilaksanakan pada jam 11.00 di Terminal Pakupatan
28-04-2010 M. Yasin
Kepala Regu Petugas Terminal Pakupatan
Wawancara dilaksanakan pada jam14.00 di pos TPR Terminal Pakupatan
28-04-2010 Haris Budianto Petugas Pemungut Wawancara dilaksanakan
Retribusi Terminal Pakupatan
pada jam13.00 di Menara Pengawas, Terminal Pakupatan
18-05-2010 Suryadi Petugas Lalulintas Terminal Pakupatan
Wawancara dilaksanakan pada jam10.00 di kantor Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang
16-04-2010 Entus Muhidin Wakil Ketua Organda Kota Serang
Wawancara dilaksanakan pada jam 15.00 di Kantor Organda
09-05-2010 Embing Dimiyati
Ketua Paguyuban Angkot Kota Serang
Wawancara dilaksanakan pada jam 13.00 di rumah Pak Embing Dimiyati
20-04-2010 Haris Ardiansyah
Pengurus PO Armada Jaya Perkasa
Wawancara dilaksanakan pada jam13.45 di Terminal Pakupatan
12-04-2010 Yasika Sopir Bus Bhineka
Wawancara dilaksanakan pada jam 14.45 di Terminal Pakupatan
26-04-2010 Sanong Sopir Bus Sri Maju Prima
Wawancara dilaksanakan pada jam 14.45 di Terminal Pakupatan
18-05-2010 Aliumi Sopir angkutan Antar Kota Dalam Provinsi PO Mutiara (Bus ¾, bus sedang)
Wawancara dilaksanakan pada jam 16.00 di Terminal Pakupatan
19-04-2010 Otong Syahrudin
Sopir angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (PS, bus kecil)
Wawancara dilaksanakan pada jam 11.00 di Terminal Pakupatan
19-04-2010 Syarifuddin Sopir Angkutan Kota
Wawancara dilaksanakan pada jam 14.00 di Terminal Pakupatan
19-04-2010 Suhendra Sopir Angkutan Kota
Wawancara dilaksanakan pada jam 16.00 di Terminal Pakupatan
30-04-2010 Susi Masyarakat pengguna angkutan
Wawancara dilaksanakan pada jam 15.45 di depan Terminal Pakupatan
30-04-2010 Afidah
Masyarakat pengguna angkutan
Wawancara dilaksanakan pada jam 16.15 di depan Terminal Pakupatan
3. Bulan Juni-Juli 2010.
Setelah peneliti melakukan observasi, wawancara dan studi dokumentasi
di Terminal Pakupatan Kota Serang, maka peneliti yakin bahwa data-data yang
diperoleh telah bersifat jenuh. Pada pertengahan bulan Juni sampai pada bulan Juli
maka peneliti menyusun hasil penelitian yaitu dimulai dari pencatatan transkrip
hasil wawancara, menyusun matriks hasil wawancara, melakukan pengkodean
untuk mendapatkan data yang valid.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
Peneliti dilahirkan di Serang, pada tanggal 15 Januari 1988
sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga
pasangan Bapak Ahmad Fuza’i Pohan dan Ibu Sri Liza
Mona Hasibuan. Sebelum menempuh pendidikan di
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Peneliti telah
menempuh pendidikan di Sekolah Dasar RA. Kartini Sei Rampah mulai tahun
1994. Menempuh Sekolah Menengah Pertama (SMP) RA. Kartini Sei Rampah
2000 dan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3
Tebing Tinggi mulai tahun 2003. Selanjutnya peneliti mengikuti Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006 dan berhasil terdaftar
sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) pada jurusan
Ilmu Administrasi Negara. Pada tahun 2009-2010, peneliti melakukan penelitian
guna menyusun skripsi sebagai tugas akhir dan syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata-1 pada jurusan Ilmu Administrasi Negara.
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG
TERMINAL TRANSPORTASI JALAN
MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang: a) bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Jalan telah diatur ketentuan mengenai penyelenggaraan terminal; b) bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri Perhubungan;
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor
83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186); 2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480); 3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun
1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1985
Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3293); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan
Pemerintah Dalam Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3410);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3527);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529);
8. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen; 9. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 1995; 10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 91/OT 002/Phb-80 dan KM 164/OT 002/Phb-
80 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 58 Tahun 1991;
MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan: 1. Terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan
menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum;
2. Terminal Barang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi;
3. Jalur Pemberangkatan Kendaraan Umum adalah pelataran di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi kendaraan umum untuk menaikkan penumpang;
4. Jalur Kedatangan Kendaraan Umum adalah pelataran di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi kendaraan umum untuk menurunkan penumpang;
5. Tempat Tunggu Kendaraan Umum adalah pelataran di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi kendaraan umum untuk menunggu dan siap menuju jalur pemberangkatan;
6. Tempat Istirahat Kendaraan adalah pelataran di dalam terminal yang disediakan bagi mobil bus dan mobil barang untuk beristirahat sementara dan membersihkan kendaraan sebelum melakukan perjalanan;
7. Tempat Bongkar Muat adalah pelataran di dalam terminal barang yang disediakan bagi mobil barang untuk membongkar dan/atau memuat barang;
8. Tempat Tunggu Penumpang adalah bangunan berupa ruang tunggu di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi penumpang yang akan melakukan perjalanan;
9. Gudang atau Lapangan Penumpukan Barang adalah bangunan dan/atau pelataran di dalam terminal barang yang disediakan untuk menempatkan barang yang bersifat sementara;
10. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat; 11. Kepala Terminal adalah Kepala Unit Pelaksana Teknis Terminal dari Dinas Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
BAB II
TERMINAL PENUMPANG
Bagian Pertama
Tipe dan Fungsi Terminal
Pasal 2
(1) Tipe terminal penumpang terdiri dari: a. terminal penumpang tipe A;
b. terminal penumpang tipe B; c. terminal penumpang tipe C.
(2) Terminal penumpang tipe A sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
(3) Terminal penumpang tipe B sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan.
(4) Terminal penumpang tipe C sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.
Bagian kedua Fasilitas Terminal
Pasal 3
Fasilitas terminal penumpang terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas penunjang.
Pasal 4
(1) Fasilitas utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, terdiri dari: a. jalur pemberangkatan kendaraan umum; b. jalur kedatangan kendaraan umum;
c. tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum;
d. bangunan kantor terminal; e. tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar;
f. menara pengawas; g. loket penjualan karcis; h.rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan, tarif dan
jadual perjalanan; i. pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf I, tidak berlaku untuk terminal penumpang tipe C.
Pasal 5
Fasilitas penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dapat berupa: a. kamar kecil/toilet; b. musholla; c. kios/kantin; d. ruang pengobatan; e. ruang informasi dan pengaduan; f. telepon umum; g. tempat penitipan barang; h. taman.
Pasal 6
Fasilitas terminal penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dilengkapi dengan fasilitas bagi penumpang penderita cacat sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 7
Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitas terminal penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6, diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal.
Bagian Ketiga Daerah Kewenangan Terminal
Pasal 8
(1) Daerah kewenangan terminal penumpang terdiri dari:
a. Daerah lingkungan kerja terminal, merupakan daerah yang diperuntukkan untuk fasilitas penunjang terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5;
b. Daerah pengawasan terminal, merupakan daerah di luar lingkungan kerja terminal, yang diawasi oleh petugas terminal untuk kelancaran arus lalu lintas di sekitar terminal.
(2) Daerah lingkungan kerja terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, harus memiliki batas-batas yang jelas dan diberi hak atas tanah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai daerah pengawasan terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal.
Bagian Keempat Lokasi Terminal
Pasal 9
Penentuan lokasi terminal penumpang dilakukan dengan memperhatikan rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum jaringan transportasi jalan.
Pasal 10
Lokasi terminal penumpang tipe A, tipe B dan tipe C, ditetapkan dengan memperhatikan: a. rencana umum tata ruang; b. kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal; c. keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda; d. kondisi topografi lokasi terminal; e. kelestarian lingkungan.
Pasal 11
Penetapan lokasi terminal penumpang tipe A selain harus memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, harus memenuhi persyaratan: a. terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lalu lintas batas negara; b. terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA; c. jarak antara dua terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatera
dan 50 km di pulau lainnya; d. luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 ha
di pulau lainnya; e. mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya
100 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.
Pasal 12
Penetapan lokasi terminal penumpang tipe B selain harus memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, harus memenuhi persyaratan: a. terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi; b. terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIB; c. jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 15 km
di Pulau Jawa dan 30 km di Pulau lainnya; d. tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 2 ha untuk terminal di
pulau lainnya; e. mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m di
Pulau Jawa dan 30 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.
Pasal 13
Penetapan lokasi terminal penumpang tipe C selain harus memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, harus memenuhi persyaratan:
a. terletak di dalam wilayah Kabupaten daerah Tingkat II dan dalam jaringan trayek pedesaan; b. terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi kelas IIIA; c. tersedia lahan sesuai dengan permintaan angkutan; d. mempunyai akses jalan masuk atau keluar ke dan dari terminal, sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu
lintas di sekitar terminal.
Pasal 14
Lokasi terminal penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, ditetapkan oleh; a. Direktur Jenderal setelah mendengar pendapat gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Kepala Kantor Wilayah
Departemen Perhubungan setempat, untuk terminal penumpang tipe A; b. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah mendengar pendapat Kepala Kantor Wilayah Departemen
Perhubungan setempat dan mendapat persetujuan Direktur Jenderal, untuk terminal penumpang tipe B; c. Bupati Kepala Daerah Tingkat II setelah mendengar pendapat Kepala Kantor Wilayah Departemen
Perhubungan setempat dan mendapat persetujuan dari Gubernur Kepala daerah Tingkat I, untuk terminal penumpang tipe C.
Bagian Kelima Pembangunan dan Pengoperasian Terminal
Pasal 15
(1) Pembangunan terminal penumpang harus dilengkapi dengan:
a. rancang bangun terminal; b. analisis dampak lalu lintas; c. analisis mengenai dampak lingkungan.
(2) Pembuatan rancang bangun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, harus memperhatikan: a. fasilitas terminal penumpang sebagaimana diatur dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6; b. batas antara daerah lingkungan kerja terminal dengan lokasi lain di luar terminal; c. pemisahan antara lalu lintas kendaraan dan pergerakan orang di dalam terminal; d. pemisahan jalur lalu lintas kendaraan di dalam terminal; e. manajemen lalu lintas di dalam terminal dan di daerah pengawasan terminal.
(3) Pengesahan rancang bangun terminal penumpang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilakukan oleh:
a. Direktur Jenderal untuk terminal tipe A; b. Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan untuk terminal tipe B; c. Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Daerah Tingkat II, setelah mendengar pendapat
Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan untuk terminal tipe C. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembangunan terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3), diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal.
Pasal 16
(1) Pembangunan terminal penumpang dilaksanakan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, kecuali untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Kotamadya Administratif Batam dilaksanakan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
(2) Pembangunan terminal sebagiamana dimaksud dalam ayat (1), dapat mengikutsertakan badan hukum Indonesia dengan tetap mengutamakan fungsi pokok terminal.
Bagian Keenam Penyelenggaraan Terminal
Pasal 17
(1) Penyelenggaraan terminal dilakukan setelah mendapat persetujuan dari: a. Direktur Jenderal untuk terminal tipe A; b. Gubernur Kepala daerah Tingkat I untuk terminal tipe B; c. Bupati Kepala Daerah Tingkat II untuk terminal tipe C. (2) Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hanya dapat diberikan apabila: a. pembangunan telah selesai dilaksanakan sesuai dengan rancang bangun yang telah disahkan; b. tersedia unit pelaksana terminal yang ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 18
Penyelenggaraan terminal penumpang meliputi kegiatan pengelolaan, pemeliharaan dan penertiban terminal.
Pasal 19
(1) Pengelolaan terminal penumpang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan operasional terminal.
(2) Kegiatan perencanaan operasional terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi: a. penataan pelataran terminal menurut rute atau jurusan; b. penataan fasilitas penumpang; c. penataan fasilitas penunjang terminal; d. penataan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal; e. penyajian daftar rute perjalanan dan tarif angkutan;
f. penyusunan jadwal perjalanan berdasarkan kartu pengawasan; g. pengaturan jadual petugas di terminal;
h. evaluasi sistem pengoperasian terminal. (3) Kegiatan pelaksanaan operasional terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi: a. pengaturan tempat tunggu dan arus kendaraan umum di dalam terminal; b. pemeriksaan kartu pengawasan dan jadual perjalanan; c. pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan menurut jadual yang telah ditetapkan; d. pemungutan jasa pelayanan terminal penumpang; e. pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kendaraan umum kepada penumpang; f. pengaturan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal; g. pencatatan dan pelaporan pelanggaran. h. pencatatan jumlah kendaraan dan penumpang yang datang dan berangkat, dengan menggunakan formulir
sebagaimana contoh 1 lampiran keputusan ini. (4) Kegiatan pengawasan opersional terminal sebagaimana dimaksud dlaam ayat (1), meliputi pengawasan terhadap:
a. tarif angkutan; b. kelaikan jalan kendaraan yang dioperasikan;
c. kapasitas muatan yang diizinkan; d. pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan; e. pemanfaatan terminal serta fasilitas penunjang sesuai dengan peruntukannya.
Pasal 20
(1) Terminal penumpang harus dipelihara untuk menamin agar terminal dapat berfungsi sesuai dengan
fungsi pokoknya. (2) Pemelihataan terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi kegiatan:
a. menjaga keutuhan dan kebersihan bangunan terminal; b. menjaga keutuhan dan kebersihan pelataran terminal serta perawatan rambu, marka dan papan informasi; c. merawat saluran-saluran air; d. merawat instalasi listrik dan lampu penerangan e. merawat alat komunikasi; f. merawat sistem hidrant dan alat pemadam kebakaran.
Pasal 21
Penertiban terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, dilakukan terhadap kegiatan yang dapat mengganggu fungsi pokok terminal.
Bagian Ketujuh Jasa Pelayanan Terminal
Pasal 22
(1) Pungutan jasa pelayanan terminal terdiri dari:
a. jasa penggunaan tempat parkir kendaraan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang; b. Jasa penggunaan tempat parkir kendaraan angkutan selama menunggu keberangkatan; c. Jasa penggunaan fasilitas parkir kendaraan, selain kendaraan angkutan umum penumpang.
(2) Tata cara pemungutan, besarnya pungutan serta penggunaan hasil pungutan terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, ditetapkan dengan Keputusan Menteri setelah mendengar pendapat Menteri Dalam Negeri dan mendapat persetujuan Menteri yang bertanggungjawab di bidang keuangan negara.
Bagian Kedelapan Kewenangan Penyelenggaraan Terminal
Pasal 23
(1) Wewenang penyelenggaraan terminal penumpang berada pada Bupati/Walikotamadya Kepala
Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Kotamadya Administratif Batam berada pada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
(2) Penyelenggaraan terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh Unit Pelaksana teknis Terminal Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
(3) Unit Pelaksana Teknis Terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dipimpin oleh Kepala Terminal yang bertanggung jawab atas pelaksanaan penyelenggaraan terminal.
BAB III TERMINAL BARANG
Bagian Pertama Fungsi Terminal
Pasal 24
Terminal barang berfungsi melayani kegiatan bongkar dan/atau muat barang, serta perpindahan intra dan /atau moda transportasi
Bagian Kedua Fasilitas Terminal
Pasal 25
(1) Fasilitas terminal barang terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas penunjang. (2) Fasilitas utama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), terdiri dari:
a. bangunan kantor terminal; b. tempat parkirt kendaraan untuk melakukan bongkar dan/muat barang; c. gudang atau lapangan penumpukan barang; d. tempat parkir kendaran angkutan barang untuk istirahat atau selama menunggu keberangkatan; e. rambu-rambu dan papan informasi; f. peralatan bongkar muat barang;
(3) Fasilitas penunjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat berupa: a. tempat istirahat awak kendaraan; b. fasilitas parkir kendaraan, selain kendaran angkutan barang; c. alat timbang kendaraan dan muatannya; d. kamar kecil/toilet; e. mushola; f. kios/kantin; g. ruang pengobatan; h. telepon umum; i. taman.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitas terminal barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal.
Bagian Ketiga Daerah Kewenangan Terminal
Pasal 26
(1) Daerah kewenangan terminal barang, terdiri dari:
a. daerah lingkungann kerja terminal, merupakan daerah yang diperuntukan untuk fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1), ayat (2), ayat (3).
b. Daerah pengawasan terminal, merupakan daerah di luar daerah lingkungan kerja terminal, yang diawasi oleh petugas terminal untuk kelancaran arus lalu lintas di sekitar terminal. (2) Daerah lingkungan kerja terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, harus memiliki batas-
batas yang jelas dan diberi hak atas tanah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Keempat Lokasi Terminal
Pasal 27
Penentuan lokasi terminal barang dilakukan dengan memperhatikan rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum jaringan transportasi jalan.
Pasal 28
Penentuan lokasi terminal barang dilakukan dengan memperhatikan: a. rencana umum tata ruang b. kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal; c. keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda; d. kondisi topografi lokasi terminal; e. kelestarian lingkungan.
Pasal 29
Lokasi terminal barang selain harus memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, harus memenuhi persyaratan: a. terletak dalam jaringan lintas angkutan barang; b. terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA; c. tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 Ha untuk terminal di Pulau Jawa, dan 2 Ha untuk terminal di pulau lainnya; d. mempunai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m di
Pulau Jawa dan 30 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.
Pasal 30
Penentuan lokasi terminal barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan pasal 29, ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah mendapat persetujuan Direktur Jenderal.
Bagian Kelima Pembangunan Terminal
Pasal 31
(1) Pembangunan terminal barang harus dilengkapi dengan :
a. rancangan bangun terminal; b. analisis dampak lalu lintas; c. analisis mengenai dampak lingkungan
(2) Pembuatan rancang bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, harus memperhatikan: a. fasilitas terminal barang sebagaimana diatur dalam Pasal 25; b. batas antara daerah lingkungan kerja terminal dengan lokasi lain di luar terminal; c. pengaturan lalu lintas di dalam terminal dan di daerah pengawasan terminal.
(3) Pengesahan rancang bangun terminal barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembangunan terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal.
Pasal 32
(1) Pembangunan terminal barang dilaksanakan oleh Bupati/walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, kecuali untuk daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Kotamadya Administratif Batam dilaksanakan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
(2) Pembangunan terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat mengikutsertakan badan hukum Indonesia dengan tetap memperhatikan fungsi pokok terminal.
Bagian Keenam Penyelenggaraan Terminal
Pasal 33
(1) Penyelenggaraan terminal barang dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hanya dapat diberikan apabila: a. pembangunan telah selesai dilaksanakan sesuai dengan rancang bangun yang telah disahkan; b. tersedia unit pelaksana terminal yang ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 34
Penyelenggaraan terminal barang meliputi kegiatan pengelolaan, pemeliharaan dan penertiban terminal.
Pasal 35
(1) Pengelolaan terminal barang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan operasional terminal. (2) Kegiatan perencanaan operasional terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi:
a. penataan pelataran terminal; b. penataan fasilitas gudang atau lapangan penumpukan barang; c. penataan fasilitas parkir kendaraan untuk melakukan kegiatan bogkar dan/atau muat barang; d. penataan fasilitas penunjang terminal; e. penataan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal; f. pengaturan jadual petugas di terminal; g. penyusunan system dan prosedur pengoperasian terminal.
(3) Kegiatan pelaksanaan operasional terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi: a. pengaturan parkir dan arus kendaraan angkutan barang di dalam terminal; b. pemungutan jasa pelayanan terminal barang; c. pengoperasian fasilitas/peralatan bongkar muat barang; d. pengaturan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal; e. pencatatan jumlah dan jenis kendaraan dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh 2 lampiran
keputusan ini.(4) Kegiatan pengawasan operasional terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi pengawasan
terhadap: a. kendaraan angkutan barang selama berada di dalam terminal; b. pemanfaatan fasilitas terminal sesuai dengan peruntukkannya; c. keamanan dan ketertiban di dalam terminal.
Pasal 36
(1) Terminal barang harus dipelihara untuk menjamin agar terminal dapat berfungsi sesuai dengan
fungsi pokoknya. (2) Pemeliharaan terminal sebagaimana dimaksud dlaam ayat (1), meliputi kegiatan: a. menjaga keutuhan dan kebersihan bangunan terminal; b. menjaga keutuhan dan kebersihan pelataran terminal serta perawatan rambu, marka dan papan
informasi; c. merawat dan menjaga fungsi fasilitas/peralatan bongkar muat barang; d. merawat saluran-saluran air; e. merawat instalasi listrik dan lampu penerangan; f. merawat system hydrant dan alat pemadam kebakaran.
Pasal 37
Penertiban terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, dilakukan terhadap kegiatan yang dapat menggangu fungsi pokok terminal.
Bagian Ketujuh Jasa Pelayanan Terminal
Pasal 38
(1) Pungutan jasa pelayanan terminal terdiri dari:
a. jasa penggunaan tempat parkir kendaraan untuk melakukan bongkar muat barang; b. jasa penggunaan tempat parkir kendaraan angkutan barang untuk istirahat atau selama menunggu
keberangkatan; c. jasa penggunaan fasilitas parkir kendaraan, selain kendaraan angkutan barang.
(2) Tata cara pemungutan, besarnya pungutan serta penggunaan hasil pungutan terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c, ditetapkan dengan Keputusan Menteri setelah mendengar pendapat Menteri Dalam Negeri dan mendapat persetujuan Menteri yang bertanggungjawab di bidang keuangan negara.
Bagian Kedelapan Kewenangan Penyelenggaraan Terminal
Pasal 39
(1) Wewenang penyelenggaraan terminal barang berada pada Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II,
kecuali untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Kotamadya Administratif Batam berada pada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
(2) Penyelenggaraan terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Terminal Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
BAB IV USAHA PENUNJANG DI TERMINAL
Pasal 40
(1) Di dalam daerah lingkungan kerja terminal penumpang atau terminal barang dapat dilakukan kegiatan
usaha penunjang, sepanjang tidak mengganggu fungsi pokok terminal. (2) Kegiatan usaha penunjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat dilakukan oleh badan hukum
Indonesia atau warga negara Indonesia setelah mendapat persetujuan penyelenggara terminal. (3) Usaha penunjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat berupa:
a. usaha rumah makan; b. penyediaan fasilitas pos dan telekomunikasi; c. penyediaan peralatan bongkar muat pada terminal barang; d. penyediaan pelayanan kebersihan; e. usaha penunjang lainnya.
(4) Pengawasan kegiatan usaha penunjang dilaksanakan oleh Kepala Terminal.
BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS
Pasal 41
Direktur Jenderal melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis atas penyelenggaraan terminal transportasi jalan.
Pasal 42
Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, meliputi: a. penentuan persyaratan teknis dan rancang bangun terminal; b. penentuan petunjuk teknis, yang mencakup penetapan pedoman, prosedur dan/atau tata cara penyelenggaraan
terminal; c. pemberian bimbingan teknis dalam rangka peningkatan kemampuan dan keterampilan teknis para penyelenggara
terminal.
Pasal 43
Pengawasan teknis sebagaimana dimaksud dlaam Pasal 41, meliputi: a. kegiatan pemantauan dan penilaian atas penyelenggaraan operasional terminal; b. kegiatan pemberian saran teknis dalam penyelenggaraan operasional terminal.
Pasal 44
(1) Kegiatan pemantauan dan penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf a untuk kegiatan operasional di
terminal penumpang, dilakukan berdasarkan kegiatan pencatatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) huruf h.
(2) Laporan kegiatan pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan setiap bulan berdasarkan jenis trayek oleh Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Daerah Tingkat II, kepada:
a. Direktur Jenderal, untuk trayek antar kota antar propinsi; b. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, untuk trayek antar kota dalam propinsi; c. Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, untuk trayek dalam kota; d. Bupati Kepala daerah Tingkat II, untuk trayek pedesaan.
(3) Laporan kegiatan pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Kotamadya Administratif Batam disampaikan oleh Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Daerah Tingkat I.
Pasal 45
(1) Kegiatan pemantauan dan penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf a untuk kegiatan operasional di terminal barang, dilakukan berdasarkan kegiatan pencatatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) huruf e.
(2) Laporan kegiatan pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), disampaikan setiap bulan oleh Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Daerah Tingkat II kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
BAB VI KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 46
Unit pelaksana teknis terminal transportasi jalan yang pada saat berlakunya keputusan ini belum memnuhi persyaratan teknis sebagaimana diatur dalam Keputusan ini, tetap dapat beroperasi sebagai unit pelaksana teknis terminal transportasi jalan dan selambat-lambatnya dalam waktu 5 tahun sejak berlakunya keputusan ini harus memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam keputusan ini.