Implementasi Kebijakan e-KTP

16
Nbibgbf \mnckbp Bhnckc|xpb|c Cnzgmnmkxb|c Im`cdbibk m.IXZ hc Imlbnbxbk @}icx Imlcg Nbxb I}gcbf 4 \mnckbp Bhnckc|xpb|c Ha|mk Zmkob|}f 4 Pafncbg \M+ N+ \c Kbnb 4 _cwck Fbkhbsbkc Imgb| 4 \mnm|xmp 6 Pmo}gmp \apm &@# \MIAGBF XCKOOC CGN] BHNCKC\XPB\C \BXSB KMOBPB ZBGMN@BKO XBF]K BDBPBK 0:22!0:20

Transcript of Implementasi Kebijakan e-KTP

Makalah Seminar Administrasi Implementasi Kebijakan e-KTP di Kecamatan Bukit Kecil

Mata Kuliah Dosen Pengasuh Nama Kelas

: Seminar Administrasi : Rohmial SE. M. Si : Wiwin Handayani : Semester 8 Reguler Sore (B)

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI SATYA NEGARA PALEMBANG TAHUN AJARAN 2011/2012

KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin kami panjatkan puji dan syukur Kepada Allah SWT yang tidak hentinya melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua makhluknya. Atas izin-Nya pulalah kegiatan membuat makalah Teori Implementasi Kebijakan eKTP di Kecamatan Bukit Kecil dapat penulis dengan baik. Tujuan ditulisnya makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Pengasuh Mata Kuliah, Seminar selesaikan

Administrasi, makalah ini penulis buat berdasarkan informasi yang kami dapat dari berbagai literur buku dan internet. Penulis juga menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami dengan ikhlas dan dengan hati lapang dada akan menerima saran maupun kritik demi kesempurnaan makalah ini. Dan akhir kata semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua. .Amin

Penulis Wiwin Handayani

I. Latar belakang. KTP elektronik atau e-KTP sangat sering terdengar dalam topik pembicaraan masyarakat akhir-akhir ini. KTP elektronik ini adalah kebijakan dari Kementrian Dalam Negeri yang bertujuan untuk meregister atau mencatat semua warga Negara Indonesia secara tepat dan akurat dalam satu database yang baik, tujuan utama kebijakan ini adalah terciptanya tata administrasi

kependudukan yang baik, akurat dan terpadu di Indonesia sehingga semua warga Negara dapat menerima hak dan kewajibannya secara adil dan merata. Kota Palembang terpilih sebagai salah satu kota yang menjadi pilot Project atau kota percontohan dari penerapan eKTP di Indonesia. karena penulis bekerja di kantor lurah 24 ilir oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas penerapan Implementasi Kebijakan e-KTP di kecamatan Bukit Kecil

Palembang kecamatan yang menaungi tempat penulis bekerja apakah telah berjalan dengan baik atau belum. Penerapan Implementasi kebijakan e-KTP di kecamatan bukit kecil ini akan penulis bahas pembahasan dalam makalah ini.

II. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut : 1. Apakah penerapan Implementasi Kebijaan e-KTP telah berjalan dengan baik di Kecamatan Bukit Kecil?

III. Tujuan Penulisan 1. Pemenuhan Administrasi. 2. Sebagai syarat dalam mempelajari mata kuliah Seminar Administrasi. tugas dalam mata kuliah Seminar

III. Landasan Teori1. Pengertian Implementasi kebijakan Publik implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut.

implementasi juga di gambarkan sebagai wujud dari pelaksanaan kebijakan yang telah di tentukan. Kebijakan Publik. Kebijakan Publik adalah suatu konsep, sistem, prosedur dan rencana yang bertujuan untuk dilaksankan dan diterapkan oleh pihak yang berwenang dan berlaku unuk semua orang dengan satu tujuan adalah kepentingan bersama. Implementasi kebijakan Publik adalah proses pelaksanaan dan penerapan kebijkan public bagi masyarakat umum. Kebijakan yang diinginkan (idealized policy); pola interaksi yang dikehendaki dan apa yang hendak diubah oleh suatu kebijakan. Kelompok sasaran (target group); sekelompok masyarakat yg hendak dipengaruhi dan diubah.

Organisasi pelaksana (implementing organisation); sebuah satuan birokrasi pemerintah yang bertanggungjawab atas kebijakan tertentu.

Faktor lingkungan (environmental factors); unsur-unsur lingkungan kebijakan yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.

2. Proses Implementasi Kebijakan Publik Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan, tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola operasional serta berusaha mencapai

perubahan-perubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya juga upaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah sebuah program dilaksanakan. Implementasi kebijakan tidak hanya melibatkan instansi yang bertanggungjawab untuk pelaksanaan kebijakan tersebut, namun juga menyangkut jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial. Dalam tataran praktis, implementasi adalah proses pelaksanaan keputusan dasar. Proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan yakni: 1. tahapan pengesahan peraturan perundangan; 2. pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana;

3. kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan; 4. dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki atau tidak; 5. dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi pelaksana; 6. upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan. Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut

beberapa hal penting yakni: 1. penyiapan sumber daya, unit dan metode 2. penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat diterima 3. dan dijalankan 4. penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin. Oleh karena itu, implikasi sebuah kebijakan merupakan tindakan sistematis dari pengorganisasian, penerjemahan dan aplikasi. 3. Formulasi Masalah Kebijakan Publik Dalam proses perumusan kebijakan publik, pokok persoalan adalah perumusan kebijakan publik. Proses perumusan kebijakan publik dibagi ke dalam empat tahap yakni: 1. pengenalan masalah; 2. pencarian masalah;

3. pendefinisian masalah; dan 4. spesifikasi masalah. Secara singkat tahap-tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Kegiatan pengenalan masalah yang dilakukan dengan cara temukenal (scanning) masalah publik akan menghasilkan situasi masalah. 2. Kegiatan pencarian masalah yang dilakukan dengan cara menemukan masalah-masalah yang saling terkait dalam situasi masalah akan menghasilkan meta masalah (masalah yang saling terkait namun belum terstruktur). 3. Kegiatan pendefinisian masalah yang dilakukan dengan cara menyaring meta masalah menjadi masalah publik menghasilkan masalah subtantif. 4. Kegiatan spesifikasi masalah dengan cara mencari akar masalah subtantif menghasilkan masalah formal. Masalah formal inilah yang menjadi item khusus yang harus ditanggulangi atau ditindaklanjuti oleh pembuat keputusan untuk kemudian menjadi kebijakan publik. 4. Penjabaran Operasional Proses dan penerapan

Implementasi Kebijakan.

Berikut

ini

merupakan

tahapan-tahapan

operasional

implementasi sebuah kebijakan: 1. Tahapan intepretasi. Tahapan ini merupakan tahapan

penjabaran sebuah kebijakan yang bersifat abstrak dan sangat umum ke dalam kebijakan atau tindakan yang lebih bersifat manajerial dan operasional. Kebijakan abstrak

biasanya tertuang dalam bentuk peraturan perundangan yang dibuat oleh lembaga eksekutif dan legislatif, bisa berbentuk perda ataupun undang-undang. Kebijakan manajerial

biasanya tertuang dalam bentuk keputusan eksekutif yang bisa berupa peraturan presiden maupun keputusan kepala daerah, sedangkan kebijakan operasional berupa keputusan pejabat pemerintahan bisa berupa keputusan/peraturan

menteri ataupun keputusan kepala dinas terkait. Kegiatan dalam tahap ini tidak hanya berupa proses penjabaran dari kebijakan abstrak ke petunjuk pelaksanaan/teknis namun juga berupa proses komunikasi dan sosialisasi kebijakan tersebut baik yang berbentuk abstrak maupun operasional kepada para pemangku kepentingan. 2. Tahapan pengorganisasian. Kegiatan pertama tahap ini

adalah penentuan pelaksana kebijakan (policy implementor) yang setidaknya dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

instansi pemerintah (baik pusat maupun daerah); sektor swasta; LSM maupun komponen masyarakat. Setelah

pelaksana kebijakan ditetapkan; maka dilakukan penentuan prosedur tetap kebijakan yang berfungsi sebagai pedoman, petunjuk dan referensi bagi pelaksana dan sebagai pencegah terjadinya kesalahpahaman saat para pelaksana tersebut menghadapi masalah. Prosedur tetap tersebut terdiri atas prosedur operasi standar (SOP) atau standar pelayanan minimal (SPM). Langkah berikutnya adalah penentuan besaran anggaran biaya dan sumber pembiayaan. Sumber pembiayaan bisa

diperoleh dari sektor pemerintah (APBN/APBD) maupun sektor lain (swasta atau masyarakat). Selain itu juga diperlukan penentuan peralatan dan fasilitas yang diperlukan, sebab

peralatan tersebut akan berperan penting dalam menentukan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kebijakan. Langkah

selanjutnya penetapan manajemen pelaksana kebijakan diwujudkan dalam penentuan pola kepemimpinan dan koordinasi pelaksanaan, dalam hal ini penentuan focal point pelaksana kebijakan. Setelah itu, jadwal pelaksanaan implementasi

kebijakan segera disusun untuk memperjelas hitungan waktu

dan sebagai salah satu alat penentu efisiensi implementasi sebuah kebijakan. 3. Tahapan implikasi. Tindakan dalam tahap ini adalah

perwujudan masing-masing tahapan yang telah dilaksanakan sebelumnya. IV. Pembahasan A. Kebijakan KTP elektronik atau e-KTP Kementrian Dalam Negeri sejak tahun 2006 telah

mendengungkan akan membuat kebijakan mensamakan seluruh bentuk KTP (Kartu Tanda Penduduk) di setiap wilayah Indonesia. hal ini bertujuan agar tidak lagi terjadi permasalah dalam pencatatan kependudukan indonesia yang valid dan akurat. Hingga penyimpangan-penyimpangan administrasi

kependudukan seperti adanya data yang tidak valid, KTP ganda atau kesalahan dalam pencatatan kependudukan di Indonesia. dimanapun berada KTP nya tetap sama dan bisa dipakai dan berlaku diseluruh wilayah Indonesia Pada tahun 2008 kemendagri meluncurkan Program e-KTP atau KTP elektronik yaitu Kartu Tanda Penduduk elektronik atau Kartu Tanda Penduduk Negara Republik Indonesia yang memiliki chip

atau penyimpanan data ter enkripsi (rahasia)

yang tercatat

secara digital dan terpadu (Terkoneksi/terhubung ke database pemerintah) Secara singkat KTP elektronik adalah kartu tanda

penduduk yang memiliki pencatatan data secara digital dan memiliki data yang akurat mulai dari identitas diri, sidik jari, tanda tangan hingga rekam bentuk Iris Mata manusia yang unik dan berbeda sehingga akan sangat sulit untuk dipalsukan dan terhubung kedalam pusat data. Hal ini dapat mencegah adanya KTP ganda dan kesalahan pencatatan kependudukan kemudian dengan ktp elektronik ini dapat mengidentifikasi warga negara indonesia secara tepat dan akurat sehingga terciptanya data kependudukan yang valid dan lengkap. KTP elektronik ini berlaku di semua wilayah negara kesatuan republik indonesia sehingga didapatkan satu bentuk KTP yang sama di semua wilayah Indonesia. B. Penerapan Implementasi e-KTP di kecamatan Bukit Kecil. Kecamatan Bukit Kecil adalah salah satu kecamatan yang berada di wilayah administratif kota Palembang Provinsi Sumatra Selatan. Dengan jumlah penduduk mencapai 18.281 jiwa bahkan lebih, kecamatan ini terbagi dalam enam kelurahan meliputi

kelurahan 19, 22,

23, 24, 26 ilir dan talang semut. Tentunya

kecamatan ini juga menjadi bagian dari kebijakan e-KTP di kota Palembang. Kecamatan bukit kecil telah melakukan proses pembuatan e-ktp mulai dari pendataan wajib ktp hingga proses pembuatan melelahkan. / perekaman data penduduk dari yang sangat

Kecamatan Bukit Kecil

awal

sosialisasi

penerapan e-KTP telah menyiapkan Sumberdaya manusia hingga melakukan perekrutan tenaga operator serta pelatihannya. Sehingga saat dijalankan nya kebijakan itu kecamatan bukit kecil telah siap dan mampu menjalankan tugasnya dalam mendukung keberhasilan kebijakan ini. Dengan berkoordinasi dengan semua kelurahan

dibawahnya kecamatan bukit kecil telah berhasil melaksanakan proses-proses mulai dari pendaftaran peserta e-KTP, undangan hingga perekaman data penduduk dengan tingkat pencapaian 97% dari warga yang terdaftar. Serta tidak terjadinya kesulitan berarti saat penerapan kebijakan ini. Semua proses itu dapat dicapai dengan baik dan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan oleh pemerintah kota palembang. Maka dengan ini penulis menyimpulkan bahwa Implementasi kebijakan e-KTP di kecamatan Bukit Kecil telah berjalan dengan baik ini dapat dilihat dari :

1. Persiapan yang matang baik secara teknis dan non teknis dalam menjalankan kebijakan e-KTP 2. Mampu menSosialisasi kebijakan e-KTP di wilayahnya 3. Tingkat pendaftar e-KTP mencapai 97% dari warga yang terdaftar. 4. Terpenuhinya tenggat waktu yang ditetapkan

pemerintah dalam pembuatan e-KTP di kecamatan Bukit Kecil.

VI. Kesimpulan & Saran 1. Kesimpulan Pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan yang

menjadi poin utama dari permasalahan yang terdapat dari pembahasan diatas adalah: Penerapan kebijakan e-KTP di kecamatan Bukit Kecil telah berjalan dengan baik. Ini dapat dilihat dari pencapaian prestasi yang diraih kecamatan bukit kecil kota palembang yaitu :

1. Persiapan yang matang baik secara teknis dan non teknis dalam menjalankan kebijakan e-KTP 2. Mampu menSosialisasi kebijakan e-KTP di wilayahnya 3. Tingkat pendaftar e-KTP mencapai 97% dari warga yang terdaftar. 4. Terpenuhinya tenggat waktu yang ditetapkan

pemerintah dalam pembuatan e-KTP di kecamatan Bukit Kecil. 2. Saran Penulis belum merasa pantas untuk memberikan saran namun untuk kepentingan bersama penulis harus memberikan saran. Menurut penulis dari permasalahan yang dibahas diatas penulis berpendapat penerapan implementasi kebijakan akan lebih efektif bila melibatkan Ketua Rukun tetangga karena ia lah yang menjadi wakil pemerintah di wilayahnya masing-masing serta ketua RT lebih mampu dalam menggerakan warganya agar mensukseskan implemetasi kebijakan KTP Elektronik Daftar Pustaka

www.Catatan-fushie.blogspot.com [email protected]

[email protected] http://Organisasi.org. http://www.wikipedia.com/Kebijakan. http://ecourse.usu.ac.id/content/Implementasi/manajemen0/textbook.pd f http://elearning.unej.ac..id/courses/penempatan_tenaga_kerja/te xt.1. http://www.fe.unpad.ac..id/elearning_fe/dosen/ernie/pengantar_/2 0manajemen/b ersepuluh.ppt http://upb.ac.id/download/proposal.pdf.