Impelementasi evaluasi
Click here to load reader
-
Upload
astifauziah -
Category
Data & Analytics
-
view
236 -
download
0
description
Transcript of Impelementasi evaluasi
Impelementasi Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran Pembelajaran
A. Pendahuluan
Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan penilaian.
(test, measurement, and assessment). Tes adalah salah satu cara untuk menaksir besarnya
kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap
stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 2008: 67). Tes merupakan salah satu alat untuk
melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek.
Objek ini bisa berupa kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi. Respons
peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang
tertentu. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi.
Pengukuran (measurement) dapat didefinisikan sebagai the process by which information
about the attributes or characteristics of thing are determinied and differentiated
(Oriondo,1998: 2). Guilford mendefinisikan pengukuran dengan assigning numbers to, or
quantifying, things according to a set of rules (Griffin & Nix, 1991: 3). Pengukuran
dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya menurut
aturan tertentu (Ebel & Frisbie. 1986: 14). Allen & Yen mendefinisikan pengukuran sebagai
penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu (Djemari
Mardapi, 2000: 1). Dengan demikian, esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi atau
penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu.
Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran
memiliki konsep yang lebih luas dari pada tes. Kita dapat mengukur karakateristik suatu
objek tanpa menggunakan tes, misalnya dengan pengamatan, skala rating atau cara lain untuk
memperoleh informasi dalam bentuk kuantitatif.
Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. Popham (1995: 3)
mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk
menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan pendidikan. Boyer & Ewel
mendefinisikan asesmen sebagai proses yang menyediakan informasi tentang individu siswa,
tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan
sistem institusi. “Processes that provide information about individual students, about
curricula or programs, about institutions, or about entire systems of institutions” (Stark &
Thomas,1994: 46). Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa assessment
atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran. Evaluasi
memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan bahwa,
Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and judgmental
information about the worth and merit of some object’s goals, design, implementation, and
impact in order to guide decision making, serve needs for accountability, and promote
understanding of the involved phenomena (Stufflebeam dan Shinkfield. 1985: 159).
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang
dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu
pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan
tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on Evaluation) dari
UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12), menyatakan bahwa : Evaluation is the process of
ascertaining the decision of concern, selecting appropriate information, and collecting and
analyzing information in order to report summary data useful to decision makers in selecting
among alternatives. Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan,
analisis dan penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan
program, prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga bermanfaat
bagi pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk
program selanjutnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses yang
sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, mengintepretasikan
dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan dan atau
menyusun kebijakan. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang
akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses
pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi
yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah
dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan
penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan program
A. Penilaian
Istilah penilaian sebagai terjemahan dari “Evaluation” jika dalam kepustakaan lain digunakan
istilah assesmen, appraisal, sebagai panduan akan digunakan sebuah definisi yang berasall
dari Benjamin S. Bloom dalam bukunya Handbook or Formative and Summative Evaluation
of Student Learning dikatakan bahwa Evaluation, as we see it, is the systimatic collection of
evidence to determine whither infact certain changes are taking place in the learns as well as
to determine the a mount or degree of change in individual students. Dari definisi di atas
yang perlu diperhatikan, bahwa dalam melakukan penilaian harus yakin bahwa pendidikan
dapat membawa perubahan pada diri anak didik karena ada dua hal yang harus dilakukan
yaitu : mengumpulkan bukti-bukti yang cukup untuk kemudian dijadikan dasar penetapan ada
tidaknya perubahan, dan derajat perubahan yang terjadi. Bukti-bukti yang dikumpulkan dapat
bersifat kuantitatif, membagi hasil pengukuran berbentuk angka misalnya dari testing,
pemberian tugas penampilan (performance), kertas kerja, laporan tugas lapangan dan lain-
lain.
Bukti dapat pula bersifat kualitatif, tidak berbentuk bilangan, melainkan hanya menunjukkan
kualifikasi hasil belajar seperti baik sekali, sedang, rajin, cermat dan lain-lain. Bukti-bukti
kuantitatif maupun kualitatif yang dikumpulkan, seharusnya memenuhi persyaratan tertentu
agar dijadikan dasar pengambilan keputusan adanya perubahan perilaku dan derajat
perubahannya secara adil dan objektif. Pengambilan keputusan selalu dipengaruhi oleh value
judgment, karena itu peran bukti-bukti penilaian tersebut tidak bisa diabaikan, demi
kepentingan semua siswa.
Penilaian adalah hasil pengukuran dan penentuan pencapaian hasil belajar, sementara
evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan penentuan pencapaian tujuan suatu
program. Adapun tujuan penilaian meliputi: 1) menilai kemampuan individual melalui tugas
tertentu, 2) menentukan kebutuhan pembelajaran, 3) membantu dan mendorong siswa, 4)
membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik, 5) menentukan strategi
pembelajaran, 6) akuntabilitas lembaga, dan 7) meningkatakan kualitas pendidikan
Depdiknas (2004:23) mengemukakan penilaian adalah suatu proses sistematis yang
mengandung pengumpulan informasi, menganalisis dan menginterpretasi informasi tersebut
untuk membuat keputusan keputusan. Menegaskan pendapat di atas, Hamalik (2003:210)
mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan
penafsiran informasi untuk menilai (assess) keputusan-keputusan yang dibuat dalam
merancang suatu sistem pengajaran. Sedangkan Arikunto (1997:3) mengemukakan bahwa
penilaian dalam pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan
atau sekolah. Guru ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud
melihat apakah usaha yang dilakukan melalui pengajaran sudah mencapai tujuan. Sementara
itu, menurut Angelo (1991): Classroom Assessment is a simple method faculty can use to
collect feedback, early and often, on how well their students are learning what they are being
taught (artinya: asesmen Kelas adalah suatu metode yang sederhana dapat digunakan untuk
mengumpulkan umpan balik, baik di awal maupun setelah pembelajaran tentang seberapa
baik siswa mempelajari apa yang telah diajarkan kepada mereka.)
Kizlik, Bob (2009): Assessment is a process by which information is obtained relative to
some known objective or goal. Assessment is a broad term that includes testing. A test is a
special form of assessment. Tests are assessments made under contrived circumstances
especially so that they may be administered. In other words, all tests are assessments, but not
all assessments are tests (artinya : asesmen adalah suatu proses di mana informasi diperoleh
berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Asesmen adalah istilah yang luas yang mencakup tes
(pengujian). Tes adalah bentuk khusus dari asesmen. Tes adalah salah satu bentuk asesmen.
Dengan kata lain, semua tes merupakan asesmen, namun tidak semua asesmen berupa tes)
Overton, Terry (2008): Assesment is a process of gathering information to monitor progress
and make educational decisions if necessary. As noted in my definition of test, an assesment
may include a test, but also include methods such as observations, interview, behavior
monitoring, etc, (artinya: sesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk
memonitor kemajuan dan bila diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan.
Sebagaimana disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu asesmen bisa saja terdiri dari
tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara, monitoring
tingkah laku, dan sebagainya).
Palomba and Banta(1999), Assessment is the systematic collection , review , and use of
information about educational programs undertaken for the purpose of improving student
learning and development (Artinya: asesmen adalah pengumpulan, reviu, dan penggunaan
informasi secara sistematik tentang program pendidikan dengan tujuan meningkatkan belajar
dan perkembangan siswa). Sebagai salah satu bagian yang penting dalam rangkaian proses
pendidikan dan pengajaran, dapat dikatakan semua kegiatan pendidikan dan pengajaran baik
tidaknya di tentukan oleh penilaian, dan tentunya di dalam prakteknya tidak melihat hasil
baiknya saja tetapi juga harus melihat kriteria atau hal-hal yang perlu di perhatikan dalam
penilaian, antara lain :
Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu pengetahuan dan sikap.
Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar sedang
berlangsung
Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran
Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian,misal pemberian umpan balik,memberikan
laporan pada orang tua,dan pemberian informasi pada siswa tentang tingkat keberhsilan
belajarnya.
Alat penilaian harus mendorong kemapuan penalaran dan kreativitas siswa, misalnya
tes tertulis uraian, portofolio, hasil karya siswa,observasi dan lain-lain.
Penilaian dapat dilakukan melalui tes dan non tes.
Mengacu pada prinsip diferensiasi,yakni memberikan peluang kepada siswa untuk
menunjukkan apa yang diketahui, yang dipahami, dan mampu dilakukannya.
Tidak bersifat diskriminasi, yakni untuk memilih-milih mana siswa yang berhasil dan
mana yang gagal dalam menerima pembelajaran (Depdiknas,2003 : 37)
Ahli lain mengatakan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan untuk membuat keputusan
tentang hasil pembelajaran dari masing-masing siswa, serta keberhasilan siswa dalam kelas
secara keseluruhan. Penilaian juga merupakan indikator keberhasilan guru dalam proses
pembelajaran (Supratiningsih dan Suharja, 2006).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian dapat diartikan sebagai
proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja,
proses, orang, objek, dan yang lain). Alat penilaian yang baik adalah yang mampu mengukur
keberhasilan proses pendidikan secara tepat dan akurat. Berikut ini dipaparkan syarat-syarat
alat penilaian yang baik.
1. Kesahihan (validity)
Kesahihan (validity) adalah ketepatan alat penilaian dalam mengukur tingkat keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran. Kesahihan suatu alat penilaian dapat ditinjau dari empat
sisi, yaitu (a) kesahihan isi (content validation), (b) kesahihan konstruksi (construction
validity), (c) kesahihan yang ada sekarang (concurrent validity), dan (d) kesahihan prediksi
(prediction validity) (Arikunto, 1990). Penentuan kesahihan suatu alat penilaian juga
dipengaruhi oleh faktor penskoran, faktor respon siswa, dan faktor pengadministrasiannya.
2. Keterandalan (reliability)
Keterandalan (reliability) biasanya disebut juga dengan keajegan atau konsistensi.
Keterandalan suatu alat penilaian penting untuk diperhatikan. Faktor yang mempengaruhi
tingkat reliabilitas suatu alat penilaian: (1) jika alat penilaian yang diberikan kepada siswa
terlalu mudah, terlalu sukar, atau tidak jelas, maka akan berpeluang memberikan skor yang
tidak handal, (2) jika siswa peserta penilaian tersebut memiliki karakteristik yang terlalu
beragam, maka hal ini juga berpeluang memberikan skor yang tidak handal, (3) jika standar
penilaian yang digunakan guru pada masing-masing pelaksanaan kegiatan penilaian tidak
seragam, maka skor yang dihasilkan pun tidak handal, (4) jika jumlah soal yang digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa terlalu sedikit, maka hal ini berpeluang memberikan skor
yang tidak handal. Alasannya, jumlah soal yang tersedia tidak mampu menjaring secara
lengkap pengetahuan siswa.
3. Kepraktisan
Kepraktisan dalam menyusun suatu alat penilaian penting untuk diperhatikan. Alat penilaian
yang praktis dapat membantu guru dalam menyiapkan, menggunakan, dan
menginterpretasikan hasil penilaian. Kepraktisan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu
penskoran, kemudahan dalam mengadministrasikan, waktu, dan bentuk alat penilaian.
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru dalam merancang program pembelajaran
dan pengalaman belajar peserta didik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.
1. Peringkat Ranah Afektif
Menurut Krathwohl (1961) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai
komponen afektif. Dalam pembelajaran sains misalnya didalamnya ada komponen sikap
ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif (Depdiknas, 2004:7). Selanjutnya Kwathwohl
membagi peringkat ranah afektif meliputi:
a. Peringkat receiving
b. Peringkat responding
c. Peringkat valuing
d. Peringkat organisasi
e. Peringkat characterization
2. Karakteristik ranah afektif ada lima tipe karakteristik afektif yaitu:
a. Sikap
b. Minat
c. Konsep diri
d. Nilai
e. Moral
Pembelajaran psikomotorik
Menurut Ebel (1972) ada kaitan erat antara tujuan yang akan dicapai, metode pembelajaran,
dan evaluasi yang akan dilaksanakan (Depdiknas,2004:12). Oleh karena ada sedikit
perbedaan titik berat tujuan pembelajaran psikomotorik dan kognitif maka strategi
pembelajarannya juga sedikit berbeda. Pembelajaran ketrampilan akan efektif bila dilakukan
dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by doing).
4. Evaluasi hasil belajar psikomotorik
Menilai hasil belajar psikomotorik / hasil belajar ketrampilan itu dapat diukur melalui (1)
pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku sisiwa selama proses belajar mengajar
praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes
kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, ketrampilan, dan sikap, dan (3) beberapa waktu
sesudah pelajaran selesai dana kelak dalam lingkungan kerjanya.
Sementara itu Leghbody (1968) berpendapat bahwa dalam melakukan penilaian hasil belajar
ketrampilan sebaiknya penilaian itu mencakup : (1) kemampuansiswa menggunakan alat dan
sikap kerja, (2) kemampuan siswa menganalisis suatu pekerjaan, menyususn urut-urutan
pengerjaan, (3) kecepatan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya, (4)
kemampuan siswa dalam membaca gambar dan simbol, dan (5) keserasian bentuk dengan
yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
5. Jenis instrumen psikomotor
Untuk melakukan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor, ada dua hal yang perlu
dilakukan oleh guru yaitu: (1) membuat soal, dan (2)membuat instrumen untuk mengamati
jawaban siswa.
6. Konstruksi instrumen
Sama halnya dengan soal untuk ranah kognitif, soal untuk ranah psikomotor juga harus
mengacu pada standar kompetensi yang sudah dijabarkan menjadi kompetensi dasar.stiap
butir standar kompetensi dijabarkan menjadi 3 sampai 6 butir kompetensi dasar, setiap butir
kompetensi dasar dapat dibarkan menjadi 3 sampai 6 indikator, dan setiap indikator harus
dapat dibuat lebih dari satu butir soal. Namun ada kalanya satu butir soal ranah psikomotor
terdiri dari beberapa indikator.
7. Penyusunan rancangan penilaian
Sebaiknya guru merancang secara tertulis rapi system penilaian yang akan dilakukan selama
satu semester. Rancangan penilaian ini sifatnya terbuka, sehingga guru lain dan kepala
sekolah bias atau boleh melihatnya.
8. Penilaian ranah psikomotor
Penilaian dapat dibedakan menjadi dua yaitu penilain kelas dan penilaian berkala. Penilaian
kelas adalah penilain yang dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian untuk ranah psikomotorik penilaian ini dilakukan dengan cara mengamati
siswa setiap mereka belajar, mengerjakan tugas dan menjawab ujian harian.
B. Pengukuran
Pengukuran adalah penentuanbesaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu
standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuntlitas fisik, tetapi
juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti
tingkat ketidakpastianatau kepercayaan konsumen. Pengukuran adalah proses pemberian
angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep.
Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti.
Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (measurement) adalah suatu
proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang
relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa
dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka,
mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat,
mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001)
pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu;
2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.
Pengukuran adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengidentifikasi besar kecilnya
obyek atau gejala (Hadi, 1995). Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara; 1)
menggunakan alat-alat yang standar, 2) menggunakan alat-alat yang tidak standar. Suryabrata
(1984) mendefinisikan secara sederhana bahwa pengukuran terdiri atas aturan-aturan untuk
mengenakan bilangan-bilangan kepada sesuatu obyek untuk mempresentasikan kuantitas
atribut pada obyek tersebut. Cronbach yang dikutip oleh Mehren (1973) mendefinisikan
pengukuran sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengamati perilaku seseorang dan
menggambarkannya dengan bantuan skala numerik atau sistem pengkategorian. Hamalik
(1989), menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas hasil pengukuran itu banyak bergantung
pada jenis dan mutu alat ukur yang digunakan. Menegaskan pendapat tersebut, menurut Umar
(1991) pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi data secara
kuantitatif. Hasil dari pengukuran dapat berupa informasiinformasi atau data yang dinyatakan
dalam berntuk angka ataupun uraian yang sangat berguna dalam pengambilan keputusan,
oleh karena itu mutu informasi haruslah akurat.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah suatu
prosedur yang sistematis untuk memperoleh informasi data kuantitatif baik data yang
dinyatakan dalam bentuk angka maupun uraian yang akurat, relevan, dan dapat dipercaya
terhadap atribut yang diukur dengan alat ukur yang baik dan prosedur pengukuran yang jelas
dan benar.
Pengukuran menurut guilford (1982) yaitu sistem penetapan angka pada satu tanda-tanda
menurut aturan spesifik. Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi menurut pada
klasifikasi observasi unjuk kerja atau kekuatan peserta didik gunakan satu standar.
Pengukuran bisa menggunakan tes serta nontes. Measurement (pengukuran) merupakan
proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif
(system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut
dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan
pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu
atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang
mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus
disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001).
Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau
karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut,
akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih
ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement)
sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya
menjadi kuantitatif.
Pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan
menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif
dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996).
Menurt Ign. Masidjo (1995: 14) pengukuran sifat suatu objek adalah suatu kegiatan
menentukan kuantitas suatu objek melalui aturan-aturan tertentu sehingga kuantitas yang
diperoleh benar-benar mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud.
Menurut Cangelosi (1991) pengukuran adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan
empiris. Pengertian yang lebih luas mengenai pengukuran dikemukakan oleh Wiersma & Jurs
(1990) bahwa pengukuran adalah penilaian numeric pada fakta-fakta dari objek yang hendak
diukur menurut criteria atau satuan-satuan tertentu. Jadi pengukuran bisa diartikan sebagai
proses memasangkan fakta-fakta suatu objek dengan fakta-fakta satuan tertentu (Djaali &
Pudji Muljono, 2007). Sedangkan menurut Endang Purwanti (2008: 4) pengukuran dapat
diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada
suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.
Dari pendapat ahli beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta kuantitatif yang disesuaikan dengan
kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan diukur. Alwasilah et al.(1996),
measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performa siswa dengan
menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif
dari performa siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka Arikunto dan Jabar (2004)
menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu
hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
Cangelosi, James S. (1995), pengukuran adalah proses pengumpulan data secara empiris yang
digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah
ditentukan. Sridadi (2007) pengukuran adalah suatu prose yang dilakukan secara sistematis
untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu objek tertentu dengan menggunakan alat
ukur yang baku.
C. Evaluasi
Evaluasi dalam bahasa Inggris dikenal dengan istila Evaluation. Gronlund (1985)
berpendapat evaluaasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat
keputusan, sampai sejauh mana tujuan proram telah tercapai. Pendapat yang sama juga
dikemukakan oleh Wrightstone, dkk (1956) yang mengemukakan bahwa evaluasi pendidikan
adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan atau nilai-nilai
yang telah ditetapkan dalam kurikulum (Djaali & Pudji Muljono, 2007).
Sedangkan Endang Purwanti (2008: 6) Berpendapat bahwa evaluasi adalah proses pemberian
makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil
pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Sudiono, Anas (2005) mengemukakan bahwa
secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia
berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk
pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003): Evaluation The systematic process of
collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to which pupils
are achieving instructional objectives. (Artinya: Evaluasi adalah proses sistematis
pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi untuk menentukan sejauh mana siswa yang
mencapai tujuan instruksional). Mardapi, Djemari (2003), penilaian adalah kegiatan
menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution
(2001), mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang
menggunakan tes maupun nontes.
Tahapan pelaksanaan evaluasi
Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan, menentukan
desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan
interpretasi dan tindak lanjut.
1. Menentukan tujuan
Tujuan evaluasi proses pembelajaran dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau
pertanyaan. Secara umum tujuan evaluasi proses pembelajaran untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut: (1) Apakah strategi pembelajaran yang dipilih dan dipergunakan oleh
dosen efektif, (2) Apakah media pembelajaran yang digunakan oleh dosen efektif, (3) Apakah
cara mengajar dosen menarik dan sesuai dengan pokok materi sajian yang dibahas, mudah
diikuti dan berdampak mahasiswa mudah mengerti materi sajian yang dibahas, (4)
Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap materi sajian yang dibahas berkenaan dengan
kompetensi dasar yang akan dicapai, (5) Apakah mahasiswa antusias untuk mempelajari
materi sajian yang dibahas, (6) Bagaimana mahasiswa mensikapi pembelajaran yang
dilaksanakan oleh dosen, (7) Bagaimanakah cara belajar mahasiswa mengikuti pembelajaran
yang dilaksanakan oleh dosen.
2. Menentukan desain evaluasi
Desain evaluasi proses pembelajaran mencakup rencana evaluasi proses dan pelaksana
evaluasi. Rencana evaluasi proses pembelajaran berbentuk matriks dengan kolom-kolom
berisi tentang: No. Urut, Informasi yang dibutuhkan, indikator, metode yang mencakup
teknik dan instrumen, responden dan waktu. Selanjutnya pelaksana evaluasi proses adalah
dosen mata kuliah yang bersangkutan.
3. Penyusunan instrumen evaluasi
Instrumen evaluasi proses pembelajaran untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau
informasi judgemental dapat berwujud (1) Lembar pengamatan untuk mengumpulkan
informasi tentang kegiatan belajar mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran yang
dilaksanakan oleh dosen dapat digunakan oleh dosen sendiri atau oleh mahasiswa untuk
saling mengamati, dan (2) Kuesioner yang harus dijawab oleh mahasiswa berkenaan dengan
strategi pembelajaran yang dilaksanakan dosen, metode dan media pembelajaran yang
digunkan oleh dosen, minat, persepsi maha-siswa tentang pembelajaran untuk suatu materi
pokok sajian yang telah terlaksana.
4. Pengumpulan data atau informasi
Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan secara obyektif dan terbuka agar diperoleh
informasi yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran.
Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran
untuk materi sajian berkenaan dengan satu kompetensi dasar dengan maksud dosen dan
mahasiswa memperoleh gambaran menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan satu kompetensi dasar.
5. Analisis dan interpretasi
Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau informasi
terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan dengan proses pembelajaran
yang telah terlaksana; sedang interpretasi merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil
analisis hasil analisis proses pembelajaran. Analisis dan interpretasi dapat dilaksanakan
bersama oleh dosen dan mahasiswa agar hasil evaluasi dapat segera diketahui dan dipahami
oleh dosen dan maha-siswa sebagai bahan dan dasar memperbaiki pembelajaran selanjutnya.
6. Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan interpretasi. Dalam
evaluasi proses pembelajaran tindak lanjut pada dasarnya berkenaan dengan pembelajaran
yang akan dilaksanakan selanjutnya dan evaluasi pembelajarannya. Pembelajaran yang akan
dilaksanakan selanjutnya merupakan keputusan tentang upaya perbaikan pembelajaran yang
akan dilaksanakan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran; sedang tindak lanjut
evaluasi pembelajaran berkenan dengan pelaksanaan dan instrumen evaluasi yang telah
dilaksanakan mengenai tujuan, proses dan instrumen evaluasi proses pembelajaran.
Evaluasi Hasil Belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar.
Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan
untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar
yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang
dianggap benar. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau
formulasi yang jelas. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang
menggunakan instrumen test maupun non-test. Penilian dimaksudkan untuk memberi nilai
tentang kualitas hasil belajar Secara klasik tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk
membedakan kegagalan dan keberhasilan seorang peserta didik.
Dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada
peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan
serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang telah
meluluskan. Tes, pengukuran dan penilaian berguna untuk : seleksi, penempatan, diagnosis
dan remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan
program pendidikan serta pengembangan ilmu. Tahapan Evaluasi Tahapan pelaksanaan
evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan
instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi serta tindak lanjut.
1. Menentukan tujuan. Tujuan evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui capaian
penguasaan kompetensi oleh setiap mahasiswa sesuai rencana pembelajaran yang disusun
oleh guru mata pelajaran atau guru kelas. Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa
mencakup koginitif, psikomotorik dan afektif.
2. Menentukan Rencana Evaluasi. Rencana evaluasi hasil belajar berwujud kisi-kisi,
yaitu matriks yang menggambarkan keterkaitan antara behavioral objectives (kemampuan
yang menjadi sasaran pembelajaran yang harus dikuasai siswa) dan course content (materi
sajian yang dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi) serta teknik evaluasi yang akan
digunakan dalam menilai keberhasilan penguasaan kompetensi oleh siswa.
3. Penyusunan Instrumen Evaluasi. Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh
informasi deskriptif dan/atau informasi judgemantal dapat berwujud tes maupun non-test. Tes
dapat berbentuk objektif atau uraian; sedang non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan
atau kuesioner. Tes objektif dapat berbentuk jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan dan
pilihan ganda dengan berbagai variasi : biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus,
grafik dan gambar tabel. Untuk tes uraian yang juga disebut dengan tes subjektif dapat
berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas, dan terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan
instrumen tes atau nontes, guru harus mengacu pada pedoman penyusunan masing-masing
jenis dan bentuk tes atau non tes agar instrumen yang disusun memenuhi syarat instrumen.
yang baik, minimal syarat pokok instrumen yang baik, yaitu valid (sah) dan reliabel (dapat
dipercaya).
4. 4. Pengumpulan data atau informasi. Pengumpulan data atau informasi dalam
bentuknya adalah pelaksanaan testing/penggunaan instrumen evaluasi harus dilaksanakan
secara obyektif dan terbuka agar diperoleh informasi yang sahih dan dapat dipercaya
sehingga bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran. Pengumpulan data atau informasi
dilaksanakan pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran untuk materi sajian berkenaan
dengan satu kompetensi dasar dengan maksud dosen dan mahasiswa memperoleh gambaran
menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk
pencapaian penguasaan satu kompetensi dasar
5. Analisis dan interpretasi. Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera
setelah data atau informasi terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan
dengan hasil belajar mahasiswa, yaitu penguasaan kompetensi; sedang interpretasi
merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil belajar mahasiswa. Analisis dan
interpretasi didahului dengan langkah skoring sebagai tahapan penentuan capaian penguasaan
kompetensi oleh setiap siswa. Pemberian skoring terhadap tugas dan/atau pekerjaan siswa
harus dilaksanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data atau informasi serta
dilaksanakan secara objektif. Untuk menjamin keobjektifan skoring guru harus mengikuti
pedoman skoring sesuai dengan jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang digunakan.
6. Tindak lanjut. Tindak lanjut merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan
interpretasi. Sebagai rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut pada dasarnya
berkenaan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan kelanjutnya berdasarkan hasil
evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi
pemebelajaran itu sendiri.
Tindak lanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan pelaksanaan
keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya
peningkatan mutu pembelajaran. Tindak lanjut berkenaan dengan evaluasi pembelajaran
menyangkut pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi yang digunakan meliputi
tujuan, proses dan instrumen evaluasi hasil belajar.
Evaluasi dalam bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu evaluasi yang bersifat makro dan yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya
adalah program pendidikan pada umumnya, yaitu program yang direncanakan untuk
memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan di tingkat kelas. Jadi
sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran di kelas (Djemari Mardapi. 2000: 2).
Guru mempunyai tanggung jawab untuk menyusun dan melaksanakan program pembelajaran
di kelas, sedangkan pimpinan sekolah mempunyai tanggung jawab untuk mengevaluasi
program pembelajaran yang telah disusun dan dilaksanakan oleh guru.
G. OBYEK EVALUASI PENDIDIKAN
Obyek atau sasaran evaluasi pendidikan ialah segala sesuatu yang betalian dengan kegiatan
atau proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian atau pengamatan, karena pihak
penilai (evaluator) ingin memperoleh informasi tentang kegiatan atau proses pendidikan
tersebut. Salah satu cara untuk mengenal atau mengetahui obyek dari evaluasi pendidikan
adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga segi, yaitu dari segi input, transformasi dan out
put. Ditilik dari segi input ini maka obyek dari evaluasi pendidikan meliputi tiga aspek, yaitu:
1. Aspek kemampuan
Untuk dapat diterima sebagai calon peserta didik dalam rangka mengikuti program
pendidikan tertentu, maka para calon peserta didik harus memiliki kemampuan yang sesuai
atau memadai, sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran pada program pendidikan
tertentu itu nantiya peserta didik tidak akan mengalami banyak hambatan atau kesulitan.
sehubungan dengan itu, maka bekal kemampuan yang dimiliki calon peserta didik perlu
untuk dievaluasi terlebih dahulu, guna mengetahui sampai sejauh mana kemampuan yang
dimiliki oleh masing-masing calon peserta didik dalam mengikuti program tertentu. adapun
alat yang biasa dipergunakan dalam rangka mengevaluasi kemampuan peserta didik itu
adalah tes kemampuan (aptitude test)
2. Aspek kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri seseorang, dan menampakkan bentuknya
dalam tingkah laku. Sebelum mengikuti program pendidikan tertentu, para calon peserta
didik perlu terlebih dahulu dievaluasi kepribadiannya masing-masing, sebab baik buruknya
kepribadian mereka secara psikologis akan dapat memperngaruhi keberhasilan mereka dalam
mengikuti program pendidikan tertentu. evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui atau
mengungkapkan kepribadian seseorang adalah dengan jalan menggunakan tes kepribadian
(personality test).
3. Aspek sikap
Sikap pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia, sebagai gejala atau
gambaran kepribadian yang memancar keluar. Karena sikap ini merupakan sesuatu yang
sangat dibutuhkan dalam pergaulan, maka memperoleh informasi mengenai sikap sseorng
adalah hal yang sangat penting. Karena itu maka aspek sikap perlu dinilai atau di evaluasi
terlebih dahulu bagi calon peserta didik sebelum mengikuti program pendidikan tertentu.
Selanjutnya apabila disoroti dari segi transformasi maka obyek dari evaluasi pendidikan itu
meliputi :
a. Kurikulum atau materi pelajaran
b. Metode mengajar dan teknik penilaian
c. Sarana atau media pendidikan.
d. System administrasi
e. Guru dan unsur-unsur personal lainnya.
Adapun dari segi output, yang menjadi sasaran evaluasi pendidikan adalah tingkat pencapaian
atau prestasi belajar yang berhasil diraih oleh masing-masing peeserta didk, setelah mereka
terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan.
RUANG LINGKUP EVALUASI PENDIDIKAN
Secara umum ruang lingkup dari evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah mencakup tiga
komponen utama yaitu :
1. Evaluasi program pengajaran
Evaluasi atau penilaian terhadap program pengajaran akan mencakup tiga hal, yaitu:
a. Evaluasi terhadap tujuan pengajaran
b. Evaluasi terhdap isi program pngajaran
c. Evaluasi terhadap strategi belajar mengajar.
2. Evaluasi proses pelaksanaan pengajaran
Evaluasi mengenai proses peaksanaan pengajaran akan mencakup :
a. Kesesuaian antara proses belajar mengajar yang berlangsung, dengan garis-garis besar program
pengajaran yang telah ditentukan.
b. Kesiapan guru dalam melaksanakan program pengajaran.
c. Kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
d. Minat atau perhatian siswa didalam mengikuti pelajaran.
e. Keaktifan atau partisipasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
f. Peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang memerlukannya.
g. Komunikasi dua arah antara guru dan murid selama proses pembelajaran berlangsung.
h. Pemberian dorongan atau motivasi terhadap siswa.
i. Pemberian tugas-tugas kepada siswa dalam rangka penerapan teori-teori yang diperoleh didalam
kelas dan upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan
yang dilakukan di sekolah.
3. Evaluasi hasil belajar
Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik ini mencakup:
a. Evaluasi mengenai tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus yang ingin
dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas.
b. Evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan-tujuan umum pengajaran.
DAFTAR PUSTAKA
http://berawaldarihati.blogspot.com/2010/12/pengertian-evaluasi-evaluasi-pendidikan.html
http://berawaldarihati.blogspot.com/2010/12/pengertian-evaluasi-evaluasi-pendidikan.html
Andrea Deri (2003) Institute for Global Environmental Strategies, Kuala Lumpur, Malayasia,
http://www.geic.or.jp/jerry/2003kldocs/andrea.pdf