Iman kepada para rasul

24
IMAN KEPADA PARA RASUL Disusun oleh Epi 4A : Adhi Himawan Eli Sobari Muhamad Budiman Susilo M. Tulus Riyadi Sumaryono Dibimbing oleh : H. Asnin Syafiuddin, Lc. MA Sekolah Tinggi Agama Islam

Transcript of Iman kepada para rasul

Page 1: Iman kepada para rasul

Disusun oleh Epi 4A :

Adhi Himawan Eli Sobari Muhamad Budiman Susilo M. Tulus Riyadi Sumaryono

Dibimbing oleh :

H. Asnin Syafiuddin, Lc. MA

Sekolah Tinggi Agama Islam

ASY-SYUKRIYYAHJl. KH. Hasyim Ashari Km. 3 Cipondoh Tangerang – Banten

Page 2: Iman kepada para rasul

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb,

� ح�يم ح م�ن� الر� �ه� الر� � الل م �س ب

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt, atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah

ini yang bertemakan “Iman Kepada Para Rasul”.

Tim Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan

dan tuntunan Allah Swt dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam

kesempatan ini Tim Penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Tim Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, Tim

Penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki

sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, Tim Penulis dengan rendah

hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna

penyempurnaan makalah ini. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat

bermanfaat bagi seluruh pembaca dan teman-teman. Aamiin…

Sehubungan dengan terselesaikannya makalah ini, Tim Penulis mengucapkan

terima kasih kepada : Ust. H. Asnin Syafiuddin, Lc. MA, Selaku dosen pembimbing

yang telah membantu dan membimbing saya dalam menyelesaikan makalah ini.

Page 3: Iman kepada para rasul

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................... 1

DAFTAR ISI ....................................................... 2

A. Pendahuluan ....................................................... 3

B. Pengertian Nabi dan Rasul ....................................................... 3

C. Jumlah Nabi dan Rasul serta Keluasan Ajaran Risalahnya................. 5

D. Rasulullah Muhammad SAW adalah Penutup Nabi dan Rasul.......... 7

E. Makna Iman kepada Kerasulan Muhammad SAW............................. 9

F. Pengaruh Keimanan Dalam Kehidupan Sehari-hari............................ 11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 15

Page 4: Iman kepada para rasul

IMAN KEPADA PARA RASUL

A. Pendahuluan

Seorang muslim beriman dan percaya bahwa Allah SWT telah memilih diantara

umat manusia sejumlah nabi dan rasul sebagai utusan-Nya kepada umat manusia.

Allah SWT mengutus para nabi dan rasul untuk membawa kabar manusia kepada

umat manusia tentang kenikmatan abadi yang disediakan bagi mereka yang beriman,

dan memperingatkan mereka tentang akibat kekufuran (syirik). Merekapun memberi

taladan tingkah laku yang baik dan mulia bagi manusia, antara lain dalam bentuk

ibadah yang benar, akhlak yang terpuji dan istiqomah (berpegang teguh) terhadap

ajaran Allah SWT.

B. Pengertian Nabi dan Rasul

Walaupun tugas nabi dan rasul adalah sama dari segi tugas penyampaian

wahyu, tetapi kedua istilah ini maknanya berbeda. Sebagian kaum muslimin

berpendapat bahwa nabi atau rasul adalah orang yang menerima wahyu Allah untuk

dilaksanakan terutama untuk dirinya sendiri; lalu jika ia diperintahkan Allah untuk

menyampaikan wahyu itu kepada manusia, maka ia disebut rasul. Tetapi jika tidak

demikian , maka ia disebut nabi.

Pendapat ini terasa ganjil terdengar. Sebab, mungkinkah seorang nabi tidak

diberikan tugas untuk menyampaikan wahyu kepada umat manusia? Apakah nabi

hanya diutus Allah untuk melaksanakan agama Allah untuk dirinya sendiri?

Sesungguhnya arti nabi adalah orang yang diwahyukan kepadanya syari’at

rasul sebelumnya dan diperintahkan untuk menyampaikan suatu syari’at itu kepada

suatu kaum tertentu. Contohnya adalah nabi-nabi bani israil seperti nabi Musa as dan

Isa as. Sedangkan rasul adalah orang yang diwahyukan kepadanya suatu syari’at baru

Page 5: Iman kepada para rasul

untuk disampaikan kepada kaumnya sendiri atau semua kaum. Singkatnya rasul

adalah orang yang diperintahkan untuk menyampaikan syari’atnya sendiri, sedangkan

nabi diperintahkan untuk menyampaikan syari’at rasul lain (rasul sebelumnya).

Allah SWT berfirman:

QS. Al-Hajj : 52

�ا و�م�ا ن ل س� ر� ل�ك� م�ن أ س�ول� م�ن ق�ب �ي! و�ال ر� �ب ن

“(Dan) Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak pula

seorang nabi....” (QS. Al-Hajj : 52)

Imam Baidlawi menafsirkan ayat itu sebagai berikut:

“Rasul adalah orang yang diutus Allah dengan syari’at yang baru untuk

menyeru manusia kepada-nya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah untuk

menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya.”

Dengan batasan yang jelas ini, dapat dikatakn bahwa Nabi Musa as adalah nabi

sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun as hanyalah nabi. Sebagian tidak diberikan syari’at

yang baru. Sayyidina Muhammad SAW adalah nabi dan rasul. Namun yang paling

istimewa pada diri beliau adalah kenabian dan kerasulannya diutus untuk seluruh

umat manusia, bukan hanya untuk satu kaum tertentu.

Seorang muslim wajib meyakini semua nabi dan rasul sebagaimana firman

Allah SWT:

QS. Al-Baqarah : 136

“Katakanlah (kepada orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan

apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail,

Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta

apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan

Page 6: Iman kepada para rasul

seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. Al-

Baqarah : 136)

C. Jumlah Nabi dan Rasul serta Keluasan Ajaran Risalahnya

Seorang muslim wajib beriman bahwa Allah telah mengutus sejumlah nabi dan

rasul sebelum Nabi Muhammad SAW, meski tidak perlu mengetahui berapa jumlah

mereka seluruhnya, siapa nama-nama mereka dan dimana mereka bertugas.

Memang dalam suatu hadits riwayat Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab

musnadnya, dikatakan bahwa jumlah nabi ada lebih kurang 124.000 orang dan jumlah

rasul ada 315 orang. Tetapi riwayat tersebut bukan hadits muttawatir, karenanya tidak

bisa dijadikan pegangan dalam aqidah. Sebab aqidah tidak boleh berlandaskan dalil-

dalil yang dzonni (yang belum pasti kebenarannya, seperti hadits ahad). Tetapi ia

harus berdasarkan dalil-dalil yang qoth’i.

Allah SWT berfirman;

QS. Al-Mu’min : 78

“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di

antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula)

yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Al-Mu’min : 78)

Ayat ini menyatakan dengan jelas bahwa Allah hanya memperkenalkan

sebagian dari para nabi dan rasul-Nya. Al-Qur’an hanya menerangkan (menceritakan)

sebanyak 25 nabi dan rasul saja, yang wajib dipercayai kenabian dan kerasulannya.

Semua nabi dan rasul sebelum nabi Muhammad SAW diutus Allah untuk suatu

bangsa tertentu (baik satu atau beberapa generasi dari suatu bangsa) dan untuk suatu

periode tertentu. Masa berlaku syari’at dan daerah dakwah para nabi terbatas di

Page 7: Iman kepada para rasul

daerah dan waktu tertentu sampai datang rasul penggantinya. Kecuali risalah dakwah

Nabi Muhammad SAW yang bersifat universal, sebagaimana firman Allah SWT:

QS. Saba’ : 28

ا �ذ�ير$ �ك�ن� و�ن �ر� و�ل ث ك� �اس� أ �م�ون� ال الن �ع ل �ال ي �اف�ة$ إ �اس� ك �لن ا ل ير$ �ش� ب

�اك� و�م�ا ن ل س� ر� أ

“(Dan) Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia

seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi

kebanyakan manusia tidak (mau) mengetahui.” (QS. Saba’ : 28)

Rasulullah SAW menegaskan hal ini dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh

Bukhari dan Muslim dari jabir ra:

“Nabi-nabi terdahulu diutus diperuntukan bagi kaumnya sendiri (khusus).

Sedangkan aku telah diutus untuk seluruh umat manusia.”

Berbeda dengan para nabi dan rasul lainnya, kenabian Muhammad SAW, dapat

dibuktikan secara aqli dengan mukjizatnya yang abadi, yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an

adalah wahyu Allah sekaligus mukjizat abadi bagi kenabian Muhammad SAW. Al-

Qur’an telah membungkam orang-orang kafir, terdiam tak mampu menandingi atau

mendatangkan satu surat saja semisal dalam Al-Qur’an. Inilah dalil yang meyakinkan

bahwa Muhammad SAW adalah seorang nabi dan rasul. Sebab, suatu mukjizat hanya

diberikan Allah kepada para nabi dan rasul.

Allah SWT berfirman:

QS. Al-Baqarah : 23

“(Dan) jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami

wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad SAW), buatlah satu surat (saja) yang

Page 8: Iman kepada para rasul

semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu

orang-orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah : 23)

D. Rasulullah Muhammad SAW adalah Penutup Nabi dan Rasul

Selain beriman kepada kenabian dan kerasulan Muhammad SAW, seorang

muslim wajib pula meyakini bahwa nabi Muhammad SAW adalah khatamun-

nabiyyin (penutup para nabi). Tidak ada lagi nabi dan rasul sesudahnya sampai hari

kiamat. Hal ini berdasarkan:

1) Firman Allah SWT:

QS. Al-Ahzab : 40

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di

antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab : 40)

2) Hadits

a) Hadits muttawatir yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hambal dari Anas bin

Malik:

“sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis. Maka tidak ada nabi

dan rasul sesudahku.”

b) Hadits shahih riwayat Imam Bukhari, Ahmad Ibnu Hibban dari Abu Hurairah:

“sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku

adalah sama dengan seseorang yang membuat rumah; diperindah dan

diperbagusnya (serta diselesaikan segala sesuatunya) kecuali tempat (yang

disiapkan) untuk sebuah batu bata disudut rumah itu. Orang-orang yang

mengelilingi rumah itu mengaguminya, tetapi bertanya: ‘mengapa engkau

belum memasang batu bata itu?’ nabi pun berkata: ‘akulah batu bata (terakhir)

–sebagai penyempurna itu, dan sayalah penutup para nabi.”

Page 9: Iman kepada para rasul

Dengan nash-nash tersebut faham Ahmadiyah Qadiyani yang meyakini bahwa

sesudah Rasulullah SAW masih ada nabi adalah keliru (sesat) dan tidak berdasarkan

pengertian bahasa arab dan syara’. Pemahaman Qadiyani tentang kalimat “Khatamun

mabiyyin” adalah cap (stempel) untuk nabi-nabi sebelumnya, jelas sangat keliru.

Sebab pengertian kalimat itu menurut bahasa Arab adalah “Nabi penghabisan

(terakhir)”.

Jamaludin Muhammad Al Anshari, ahli bahasa arab paling terkenal dengan

kamus “Lisanul Arab” mengatakan bahwa kata “Khatam” mempunyai arti yang sama

dengan kata “Khatim” dan “Khatam”. Ia menulis:

“Khitam dari suatu kaum serta khatim dan khatamnya, artinya adalah

penghabisan dari mereka. Dan Muhammad SAW adalah khatim (penghabisan/akhir)

dari segala nabi. Khatim dan khatam adalah diantara nama (yang diberikan kepada

nabi) Nabi Muhammad SAW di dalam Al-Qur’an. Disebutkan di dalam Al-Qur’an

bahwa Muhammad SAW adalah khatimannabiyyin, yakni penghabisan nabi

(penutup) segala nabi”.

Selanjutnya Jamaludin Muhammad Al Anshari mengatakan:

“Merujuk kepada Al-Qur’an dan hadits muttawatir di atas, kalau ada orang

yang mengatakan masih akan ada nabi setelah Muhammad SAW, maka mereka telah

sesat dan kafir. Oleh karena itu, orang-orang yang mengklaim dirinya sebagai nabi

maka orang itu telah sesat (menyimpang) dari aqidah Islam yang jelas-jelas

menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi dengan nash

yang qath’i dilalah.”

Mengenai hal ini jauh-jauh hari Rasulullah SAW telah memberitakannya dalam

sebuah hadits dan riwayat oleh Bukhari, Muslim Ahmad dari Abi Hurairah:

Page 10: Iman kepada para rasul

“Tidak akan terjadi kiamat kecuali akan keluar (muncul) tukang-tukang bohong

(para penipu) kira-kira 30 orang. Semuanya mengaku dirinya sebagai rasul Allah.”

Termasuk para penipu yang disinyalir Rasulullah SAW itu, adalah Mirza

Ghulam Ahmad. Orang ini mengklaim dirinya sebagai nabi sesudah Muhammad

SAW. Ia mengada-adakan syari’at baru dan menyatakan bahwa ia menerima wahyu

serta mengarang kitab yang disebutnya sebagai wahyu Allah.

E. Makna Iman kepada Kerasulan Muhammad SAW

Ketika seorang muslim mengucapkan “Laa ilaaha illallah; Muhammadur

rasulullah” berarti ia telah meyakini bahwa hanya Allah SWT satu-satunya Dzat yang

berhak diibadahi dan diabdi, dipatuhi dan ditaati serta sebagai satu-satunya pembuat

syari’at. Ia pun meyakini bahwa dari sekian banyak makhluk ciptaan Allah di dunia,

hanya Muhammad SAW satu-satunya hamba Allah yang berhak untuk diikuti dan

diteladani. Tidak boleh mengambil sesuatu teladan perbuatan dan hukum kecuali dari

beliau.

Jadi, tidak boleh mengambil hukum dari Voltaire, Montesque ataupun Karl

Marx (dalam hukum kemasyarakatan dan tata negara). Juga tidak boleh mengambil

hukum dari agama manapun, baik dari agama yang sudah menyimpang dan diubah

seperti Yahudi dan Nasrani, ataupun agama yang sumbernya dari manusia seperti

Hindu, Budha, Qodiyaniyah, dan lain sebagainya (dalam hukum ibadah dan

keakhiratan).

Begitu pula tidak diperbolehkan untuk mengambil hukum yang bersumber dari

ideologi apapun di dunia ini, seperti kapitalisme, sosialisme, komunisme, dan lain-

lain. Selaku orang muslim, kita dituntut untuk merujuk hanya kepada islam semata,

dan hanya mengikuti Rasulullah SAW.

Allah SWT berfirman:

Page 11: Iman kepada para rasul

QS. Al-Hasyr : 7

�م� و�م�ا �اك س�ول� آت �م و�م�ا ف�خ�ذ�وه� ر� �ه�اك ه� ن �ه�وا ع�ن ت ف�ان“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang

dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr : 7)

QS. Al-Ahzab : 36

“(Dan) orang-orang mu’min serta mu’minah, apabila Allah dan Rasul-Nya

telah menetapkan suatu keputusan tidaklah patut bagi mereka untuk memiliki pilihan

(yang lain) tentang hukum urusan mereka.” (QS. Al-Ahzab : 36)

QS. An-Nisaa’ : 65

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka

menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka

tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan

mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisaa’ : 65)

QS. Ali-Imran : 31

�ن ق�ل �م إ ت �ن :ون� ك ب �ح� �ه� ت �ي الل �ع�ون �ب �م� ف�ات ك �ب ب �ح �ه� ي الل“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya

Allah akan mencintai kamu.” (QS. Ali-Imran : 31)

Ayat-ayat ini jelas memerintahkan kepada kaum muslimin agar mengambil

aturan dari Rasulullah SAW, meneladani dan mematuhi baik dalam perkataan

maupun perbuatan. Ayat kedua menerangkan tentang tidak boleh (patut)nya seorang

mukmin mempunyai aturan selain dari Allah dan Rasul-Nya.

Ayat ketiga menegaskan bahwa seseorang hanya bisa menjadi mukmin sejati,

kecuali ia mengangkat Rasulullah sebagai hakim ( pemutus permasalahan) bila terjadi

Page 12: Iman kepada para rasul

perselisihan antar mereka. Mereka belum beriman sampai mereka menerima

keputusan hukum dari Rasulullah SAW tanpa ada rasa keberatan serta kesempitan

dalam diri mereka terhadap hukum tersebut. Disamping itu mereka benar-benar

pasrah serta berserah diri lahir batin terhadap apa yang datang dari Rasulillah.

Sedangkan ayat terakhir mengaitkan cinta kepada Allah dengan ketaatan

mengikuti Rasulullah dalam segala peraturan yang dilakukan beliau. Sebab bila tidak

demikian, tidak ada artinya orang berpura-pura mencintai Allah tapi tak mau

mengikuti ketetapan utusan-Nya.

Oleh karena itu, Rasulullah mewajibkan segenap muslimin untuk menerapkan

secara sempurna segala apa yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, tanpa

membeda-bedakan antara hukum ibadah dan muamalah, dll. Semua hukum Allah itu

sama rata ditinjau dari kewajibannya untuk diterapkan.

Allah SWT berfirman:

QS. Al-Baqarah : 85

“Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar

terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian

dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat

mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa

yang kamu perbuat.” (QS. Al-Baqarah : 85)

F. Pengaruh Keimanan Dalam Kehidupan Sehari-hari

Iman memiliki pengaruh sangat besar dalam kehidupan seorang mukmin jika

iman itu benar maka akan memberikan pengaruh positif yang akan mendatangkan

keberuntungan dan kebahagiaan ,namun sebaliknya jika iman itu salah karena

bercampur dengan syirik maka akn memberikan pengaruh negative yang

Page 13: Iman kepada para rasul

menyengsarakan kehidupan dunia dan akhirat untuk lebih jelasnya dapat kita kaji dari

pendapat AL-MAUDUDI yang mengemukakan pengaruh iman dalam kehidupan

manusia antara lain: 

1) Manusia yang beriman tidak mungkin orang yang berpandangan sempit dan

berakal pendek ia percaya kepada Allah SWT sebagai penguasa dan pemelihara

alam semesta dia tidak akan pernah merasa asing dengan apapun yang ada

didunia pandangannya menjadi luas wawasan intelektualnya menjadi terbuka

pendiriannya bebas seperti kekuasaan Allah SWT.

2) Keimanan ini mengangkat manusia kederjat yang paling tinggi dalam harkatnya

sebagai manusia ,orang yang beriman percaya hanya kepada Allah SWT yang

maha kuasa dan tidak ada selainnya yang dapat menguntungkan atau merugikan

seseorang.

3) Bersamaan dengan rasa harga diri yang tinggi keimanan juga mengalir ke dalam

diri manusia dengan rasa kesederhanaan dan kesahajaan ,ia menjadi orang yang

tidak menyukai sifat pamir atau kepura puraan , orang yang beriman tidak pernah

angkuh ,kelebihan harta atau kekuasaan tidak membuatnya sombong karena ia

tahu semua itu berasal dari Allah ,setiap saat Allah dapat mengambil apa yang

penah di berikan-Nya kepada manusia.

4) Keimanan membuat manusia menjadi suci daan benar, ia yakin tidak ada jalan

lain untuk mencapai kesuksesan dan keselamatan kecuali dengan kesucian jiwa

dan tingkah laku yang baik ,ia yakin tuhan berada di atas segalanya yang ada, ia

mempuyai keyakinan kuat Allah SWT adalah penguasa seluruh kekayaan yang

ada di bumi dan di langit.

5) Orang yang beriman mempunyai kemauan kuat, kesabaran yang tinggi dan

kepercayaan yang teguh kepada Allah dalam segala hal tidak mempunyai

hubungan khusus dengan siapapun atau apapun yang menyebabkan rusaknya

iman ,orang beriman meyakini bahwa tidak ada seorang pun yang dapat ikut

Page 14: Iman kepada para rasul

campur tangan terhadap kekuasaan Allah dalam kehidupan , keyakinan ini

membuat orang beriman sadar bahwa jika ia berbuat dan bersikap benar serta adil

maka akan meraih kesuksesan.

6) Orang yang beriman tidak bakal putus asa atau patah hati dengan keadaan yang di

hadapi ketika orang beriman memutuskan untuk menjalankan perintah perintah-

Nya maka ia yakin akan mendapat dukungan dan pertolongan Allah, keyakinan

ini membuat orang beriman tetap kukuh dan mantap dalam menjalani kehidupan.

7) Keimanan menumbuhkan keberanian dalam diri manusia dalam hubungan ini ada

dua hal yang membuat manusia menjadi pengecut, (a) takut mati dan (b)

pemikiran yang menyatakan bahwa ada orang lain selain allah yang dapat

mencabut nyawanya “keimanan kepada kalimat ”Laa ilaaha illallah” menghapus

kedua pemikiran di atas. 

8) Orang-orang beriman selalu menghindari cara-cara yang rendah dalam mencapai

tujuannya mereka percaya bahwa kesejahteraan manusia berada di tangan Allah

SWT.

9) Allah memberikannya kepada manusia dengan kehendaknya ,tugas manusia

hanya berusaha keras untuk mendapatkannya dengan cara yang benar ,mereka

mengetahui tercapai tidaknya tujuan manusia dalam hidup ini tergantung kepada

kehendak Allah SWT semata.

10) Pengaruh keimanan membuat manusia menjadi taat dan patuh kepada hukum-

hukum Allah, seseorang yang beriman yakin bahwa Allah mengetahui segalanya

baik yang nyata maupun yang tersembunyi dari pandangan manusia- ,manusia

dapat menyenbunyikan sesuatu kepada orang lain, tetapi tidak dapat

menyembunyikannya di hadapan Allah SWT.

Demikian beberapa dampak keimanan dalam kehidupan manusia sehari hari

karena alasan inilah, keimanan ini menjadi aspek yang pertama dan terpenting untuk

menjadi seorang muslim sejati , Kepatuhan kepada Allah SWT tidak mungkin

Page 15: Iman kepada para rasul

tumbuh dalam diri seseorang jika ia tidak mempunyai keyakinan dan keimanan

terhadap kalimat tauhid tersebut, atau dengan kata lain , tidak ada yang berhak di

sembah kecuali Allah SWT.

Page 16: Iman kepada para rasul

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmed, S. dan Karim, A. 1997. Akar Nasionalisme Di Dunia Islam. Penerbit

Al Izzah. Bangil.

2. Al-Asqalani, A.I.H. Fathu al-Bari Syarah Shahih al-Bukhari. Dar Al-Ma’rifat,

Beirut. Libanon.

3. Al-Buthi, Dr.M.A. 1998. Sirah Nabawiyah. Rabbani Pers. Jakarta.

4. An Nabhani, T. 1953. Nidzamul Islam. Terjemahan. Pustaka Thariqul ‘Izzah.

Indonesia.