Ilmu Pengetahuan & Agama

13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hubungannya agama dan ilmu pengetahuan tidak dapat di pisahkan. Karena agama membutuhkan ilmu untuk beribadah sedangkan ilmu membutuhkan agama untuk memperkuat keyakinan terhadap apa yang di yakini benar. Filsafat merupakan hasil dari pemikiran manusia yang radikal, tajam, dan menukik terhadap setiap persoalan. Dalam mencari kebenaran pun hanya menggunakan akal semata, sehingga kebenarannya merupakan kebenaran rasionalitas yang tentunya bersifat relatif atau nisbi. Ilmu merupakan hasil dari penelitian yang dibuktikan dengan kegiatan ilmiah melalui tahap pengujian, pembuktian, dan penyesuaian degan fakta yang terjadi. Kebenarannya diperoleh melalui pandangan manusia terhadap realita, sehingga kebenarannta bersifat empiris dan masih relative atau nisbi. Sedangkan agama merupakan kebenaran yang diperoleh melalui wahyu (agama samawi) yang bersifat intuisi serta rohani. Kebenarannya pun bersifat mutlak atau hakiki. Permasalahan akan muncul jika antara perkembangan filsafat, ilmu, dan agama terdapat kesenjangan dan 1

description

Makalah

Transcript of Ilmu Pengetahuan & Agama

Page 1: Ilmu Pengetahuan & Agama

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam hubungannya agama dan ilmu pengetahuan tidak dapat di

pisahkan. Karena agama membutuhkan ilmu untuk beribadah sedangkan ilmu

membutuhkan agama untuk memperkuat keyakinan terhadap apa yang di

yakini benar.

Filsafat merupakan hasil dari pemikiran manusia yang radikal, tajam, dan

menukik terhadap setiap persoalan. Dalam mencari kebenaran pun hanya

menggunakan akal semata, sehingga kebenarannya merupakan kebenaran

rasionalitas yang tentunya bersifat relatif atau nisbi. Ilmu merupakan hasil

dari penelitian yang dibuktikan dengan kegiatan ilmiah melalui tahap

pengujian, pembuktian, dan penyesuaian degan fakta yang terjadi.

Kebenarannya diperoleh melalui pandangan manusia terhadap realita,

sehingga kebenarannta bersifat empiris dan masih relative atau nisbi.

Sedangkan agama merupakan kebenaran yang diperoleh melalui wahyu

(agama samawi) yang bersifat intuisi serta rohani. Kebenarannya pun bersifat

mutlak atau hakiki.

Permasalahan akan muncul jika antara perkembangan filsafat, ilmu, dan

agama terdapat kesenjangan dan ketimpangan dalam praktek kehidupan

manusia. Akibat yang akan terjadi bila antara filsafat, ilmu, dan agama tidak

berjalan seirama dan seimbang

Dalam proses perkembangannya ilmu pengetahuan. Agama islam

mempunyai paradigma keilmuan mendasar yang berbeda dengan paradigma

keilmuan barat maupun agama – agama lainnya.

B. Rumusan masalah

1. Apa paradigma keilmuan dalam Islam ?

2. Apa saja hubungan ilmu pengetahuan dengan agama islam ?

3. Bagaimana proses pengembangan ilmu pengetahuan dalam islam?

1

Page 2: Ilmu Pengetahuan & Agama

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui paradigma keilmuan dalam islam.

2. Untuk mengetahui hubungan ilmu pengetahuan dengan agama islam.

3. Untuk mengetahui proses pengembangan ilmu pengetahuan dalam agama

Islam.

2

Page 3: Ilmu Pengetahuan & Agama

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengetahuan dan Ilmu

Ilmu dalam bahasa Arab, yakni “ilm” yang diartikan pengetahuan. Dalam

filsafat, ilmu dan pengetahuan itu berbeda, pengetahuan bukan berarti ilmu,

tetapi ilmu merupakan akumulasi pengetahuan, sebagaimana berbedanya

antara science dan knowledge dalam bahasa inggris.1 Kedua hal tersebut

(Pengetahuan & Ilmu) mempunyai perbedaan.

Pengetahuan merupakan semua hal yang di diperoleh melalui indera

manusia saja dan hanya berobyek pada hal yang tampak (empiris). Dalam

pengetahuan ini tentunya mempunyai kebenaran yang berbeda-beda (relatif).

Perbedaan tersebut dikarenakan masing-masing individu mempunyai selera,

kepekaan indera, kapasitas serta kondisi kesehatan yang berbeda. Contohnya

adalah ketika dua orang atau lebih sama-sama memakan satu mangkuk soto.

Ketika di tanyakan dari masing-masing tentang rasa soto pastilah berbeda-

beda meskipun ada yang sama, ada yang mengatakan enak, gurih, pedas dan

sebagainya. Disinilah letak kebenaran yang relatif.

Sedangkan Ilmu merupakan produk yang memadukan indra dan akal

manusia dengan melakukan research sehingga mendapatkan kebenaran yang

rasional. Contohnya ialah seperti peradaban orang pada masa dulu yang

mengetahui gerhana bulan dan mereka mempercayai bahwa ada raksasa yang

memakan bulan tersebut. Hal tersebut masilah sangat tidak logis, karena

setelah terjadi gerhana, bulan masih tetap muncul di hari – hari berikutnya.

Inilah paradigma lama yang tidak bertahan karena masa sekarang hal tersebut

telah terpecahkan oleh research yang membuktikan bahwa bumi berada di

antara bulan dan matahari sehingga bulan tidak mendapatkan pantulan cahaya

matahari, dan hal tersebut logis serta empiris (rasional).

Semua hal di atas merupakan sebagian dari penjelasan Prof. Dr. Moh.

Soleh yang mengatakan bahwa manusia memiliki tiga pengetahuan yaitu

1 Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu (Bandung: Pustaka Setia, 2009) h. 35

3

Page 4: Ilmu Pengetahuan & Agama

Knowledge, Science, Filsafat, dan Suprarasional (mistik). Dalam tabel

digambarkan seperti berikut.

PENGETAHUAN OBYEK Cara Memperoleh POTENSIStandard

Kebenaran

Knowledge Empiris Mengindera Indera Relatif

Science Empiris ResearchIndera dan

Akal

Logis dan Empiris

(Rasional)

Filsafat AbstrakBerfikir

mendalamAkal Logis

SuprarasionalSupra

AbstrakRiyadha Hati Iman

B. Ilmu Pengetahuan dan Agama Islam

1. Paradigma Keilmuan dalam Islam

Bangunan sebuah teori ilmu pengetahuan sangat bergantung kepada

paradigma ilmu pengetahuan itu sendiri. Secara etimologis, paradigma

diartikan sebagai suatu model, teladan, dan ideal. Paradigma juga diartikan

sebagai model dalam teori ilmu pengetahuan; dan kerangka berfikir.2

Pendapat Thomas Khun mengindikasikan bahwa paradigma tidak

bersifat baku. Pembentukan paradigma melalui rangkaian proses dalam

bentuk siklus: normal science – anomali-revolusi - normal science (sains

normal). Anomali diartikan sebagai kondisi ketidaknormalan atau

penyimpangan, hingga kepercayaan terhadap paradigma normal science

perlu dipertanyakan kembali kebenarannya. Bila paradigma tersebut tidak

dapat bertahan maka akan lahir sains normal yang baru. Proses ini akan

berulang terus - menerus.3

Dalam pandangan Islam, hasil pemikiran manusia berupa komitmen

para ilmuwan yang merupakan sumber dari paradigma dalam keilmuan

barat tersebut, semuanya berpangkal dari sumber tunggal, yakni pesan-

2 Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 2423 Ibid., h. 243

4

Page 5: Ilmu Pengetahuan & Agama

pesan Kitab Suci (Al-Qur’an). Setidaknya pendapat bahwa Al-Qur’an

adalah kitab yang komplit, sempurna dan mencangkup segala-galanya ini

didasarkan pada pernyataan – pernyataan ayat Al-Qur’an itu sendiri,

antara lain: “Hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu.

Kulengkapkan bagimu nikmat-Ku dan Aku ridha Islam itu menjadi agama

bagimu” (Al-Maidah [5]:3)

Selanjutnya dalam ayat-ayat lain dinyatakan pula: “Dan tidak ada

binatang – binatang yang ada di bumi ini dan burung – burung yang

terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat – umat (juga) seperti

kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalan kitab, kemudian

kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan” (Al-An’am [6]:38). “Dan kami

turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala

sesuatu dan petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang

Muslim” (An-Nahl [16]:89). Ayat – ayat ini memang dapat diartikan,

bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang sempurna isinya dalam arti suatu pun

tidak dilupakan di dalamnya. Segala-galanya dijelaskan di dalamnya.4

2. Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Agama Islam

Dalam paradigma keilmuan Islam yang diterangkan sebelumnya.

Umat muslim pastilah berpegang teguh kepada Al-Qur’an yang menjadi

paradigma keilmuannya. Sehingga penjelasan dari segala ilmu pastilah

terdapat dalam Al-Qur’an. Hal itu berbeda dengan paradigma keilmuan

Barat yang bersumber dari hasil pemikiran manusia berupa komitmen para

ilmuwan.

Menurut al-Qur’an, semua pengetahuan datang dari Allah. Adapun

dalam pembagiannya terdapat dua pengetahuan menurut Islam:

a) Pengetahuan yang diwahyukan

Pengetahuan yang diwahyukan ini merupakan pengetahuan yang

diterima. Pengetahuan ini diwahyukan hanya kepada orang yang

4 Ibid., h. 244

5

Page 6: Ilmu Pengetahuan & Agama

dipilih Allah SWT. Sehingga kebenaran pengetahuan yang

diwahyukan ini bersifat Absolut.

b) Pengetahuan yang diperoleh

Maksud diperoleh adalah dicari sendiri oleh manusia dengan

menggunakan indera, akal dan hatinya. Pengetahuan ini

kebenarannya tidak mutlak.5

Seperti diungkapkan oleh Mahmud Syaltud, bahwa sesungguhnya

Tuhan tidak menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi satu kitab yang

menerangkan kepada manusia mengenai teori-teori ilmiah, problem-

problem seni, serta aneka warna pengetahuan. Pemahaman ini bukan

berarti Al-Qur’an sama sekali tidak ada hubungannya dengan ilmu

pengetahuan. Setidaknya, menurut M. Quraish Shihab, ada sekian banyak

kebenaran ilmiah yang dipaparkan oleh Al-Qur’an, tetapi tujuan

pemaparan ayat – ayat dimaksud adalah untuk menunjukkan kebesaran

Tuhan dan ke-Esa-an-Nya. Selain itu juga untuk mendorong manusia agar

memerhatikan, memikirkan serta mengadakan observasi dan penelitian

kepada alam sekitarnya guna menguatkan iman dan kepercayaan kepada-

Nya.6

Salah satu sinyalmen Al-Qur’an yang terkait erat dengan masalah –

masalah keilmuan ini adalah: “Kami akan memperlihatkan kepada

mereka tanda – tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri

mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu

adalah benar” (Fuhshilat [41]: 53). Dalam konteks ini Tosihiko Izutsu

secara jeli melihat hubungan dimaksud. Menurutnya tanda – tanda (ayat)

Allah dapat diklasifikasikan menjadi: 1) ayat yang bersifat verbal, yaitu

Al-Qur’an dan 2) ayat yang non-verbal, yaitu alam semesta. Keduanya

bersumber dari Dzat yang Esa, tidak mungkin bertentangan. Dalam

5 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 11 - 126 Jalaluddin, op. cit., h. 246

6

Page 7: Ilmu Pengetahuan & Agama

pernyataan Izutsu menampilkan kesan keterkaitan dan hubungan antara

Al-Qur’an dengan Sunnatullah (hukum – hukum Allah yang dalam dunia

keilmuan dikenal sebagai “hukum alam”).7

3. Analisa Proses Pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam Agama

Islam

Paradigma keilmuan terkait erat dengan pembentukan sebuah tradisi

keilmuan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa paradigma keilmuan

Barat dan paradigma keilmuan Islam itu berbeda. Jika paradigma

keilmuan Barat bersumber dari hasil pemikiran manusia, lain halnya

dengan paradigma keilmuan Islam yaitu paradigma al-Qur’an. Maka sudut

pandang maupun proses pengembangan keilmuan dari keduanya pun

berbeda.

Dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan dalam agama Islam

selalu mengedepankan al-Qur’an. Jika sebuah teori yang ditemukan

bertentangan dengan al-Qur’an, maka umat Islam pastilah menolak

dengan tegas. Karena memang kitab suci al-Qur’an adalah kitab yang

mulia dan berasal dari Tuhan YME yaitu Allah SWT. Di sinilah

keterkaitan paradigma yang mempengaruhi pembentukan tradisi keilmuan.

Dalam dunia barat yang paradigmanya bersumber dari pemikiran

manusia merupakan kebebasan manusia dalam berfikir. Bahkan harus

murni dari apa yang mereka ketahui sendiri dan mereka rasakan sendiri

sebagai ilmuwan, sehingga norma-norma agama harus dikesampingkan.

Dalam pertentangan dari kedua hal di atas (paradigma al-Qur’an dan

paradigma dari hasil pemikiran manusia), saya berasumsi bahwa Teori

Darwin yang mengatakan manusia turunan kera tersebut merupakan

kebebasan berfikir yang merupakan paradigma keilmuan barat. Sehingga

melemahkan al-Qur’an dan karena teori tersebut al-Qur’an dipertanyakan

kebenarannya.

7 Ibid., h. 246 - 247

7

Page 8: Ilmu Pengetahuan & Agama

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pengetahuan merupakan sebuah hal yang hanya di dapat melalui

mengindera sedangkan ilmu merupakan produk kedua setelah pengetahuan di

proses dengan melakukan berbagai research yang menggunakan indera dan akal.

Paradigma itu tidak baku apabila masih terdapat anomali dalam paradigma

tersebut. Anomali di sini diartikan sebagai kondisi ketidaknormalan atau

penyimpangan, hingga kepercayaan terhadap paradigma normal science perlu

dipertanyakan kembali kebenarannya.

Hubungannya ilmu pengetahuan dengan agama islam yaitu untuk

mendorong umat muslim melakukan berbagai riset penelitian tentang kebenaran

al-Qur’an dan menambah kekuatan iman akan apa yang di dapatkannya jika

benar. Agama juga membutuhkan ilmu untuk menjalankan ibadahnya.

Dalam proses pengembangan keilmuan dalam islam selalu bergantung pada

al-Qur’an yang sekaligus di bantu oleh Hadist Nabi dan Rasul. Di mana

hubungannya al-Qur’an berada di atas Hadist secara hiraris dan al-Qur’an berada

di samping Hadist secara fungsional.

8

Page 9: Ilmu Pengetahuan & Agama

DAFTAR PUSTAKA

Saebani, Ahmad Beni. 2009. Filsafat Ilmu. Penerbit: Pustaka Setia. Bandung.

Jalaluddin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Penerbit: PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Tafsir Ahmad. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Penerbit: PT Remaja Rosdakarya.

Bandung.

9