Ilmu pengetahuan
description
Transcript of Ilmu pengetahuan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan, teknologi serta seni merupakan tiga komponen penting
yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan manusia. Bagaimana tidak,
hanya manusia yang mampu memanfaatkan anugerah Ida Sang Hyang Widhi
Wasa ini. Manusia yang merupakan mahluk hidup ciptaan Ida Sang Hyang
Widhi wasa yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan hewan serta
tumbuhan. Menutut ajaran agama Hindu, manusia telah memiliki Tri Pramana
yaitu Sabda, Bayu, dan Idep. Idep yang artinya pikiran hanya dimiliki oleh
manusia.
Ilmu pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui, yang telah
disusun secara sistematis,serta dapat diuji kebenarannya. Dalam ajaran agama
Hindu,ilmu pengetahuan disebut dengan Jnana. Tujuan dari mempelajari ilmu
pengetahuan tersebut adalah memiliki kebijaksanaan hidup yang memberikan
kebebasan dari kegiatan kerja dan kelepasan dari belenggu kerja. Hal ini
menunjukkan bahawa terdapat keterkaitan antara ilmu pengetahuan dengan agama
Hindu. Ilmu pengetahuan telah didapatkan atau ada sejak manusia itu berada
dalam kandungan.
Kemudian dalam Kamus Besar bahasa Indonesia menyatakan bahwa
teknologi adalah kemampuan teknik yang berdasarkan pengetahuan ilu eksakta
yang berdasarkan proses teknik. Dan selanjutnya adalah seni. Seni memiliki dua
arti yaitu: (1) halus, kecil, dan halus (2) Keaktifan membuat karya-karya bermutu
dilihat dari segi kehalusannya, dan sebagainya seperti tari, lukis, ukir-ukiran.
Teknologi dan seni juga terdapat dalam pustaka suci Weda yaitu Gandarva
Weda yang dijelaskan sebagai salah satu produk budaya, terpancar dari budhi dan
mendapat kekuatan hidup dari jiwa-atma, yang ada diri manusia. Selain itu,
pembahasan mengenai teknologi dan seni tersebut dapat kita simak dalam
1
beberapa kitab lainnya yaitu : Atharva Veda XI. 10. 7, Atharva Weda VIII. 8. 2,
Rgveda I. 124. 7, serta Rgveda VIII. 69. 9.
Dalam perkembangan ajaran Hindu ke bagian dunia lainnya terutama
Indonesia dan Bali, maka seni tersebut telah menjadi bentuk yang beraneka
ragam, yaitu : ukir-ukiran, patung, wayang, sastra, suara, dan sebaginya. Aplikasi
dari bentuk – bentuk tersebut dapat kita lihat pada arca-arca, candid an symbol
keagamaan lainnya.
Menurut perspektif Hindu ketiga komponen besar tersebut tidak dapat
dipisahkan yaitu ilmu pengetahuan, teknologi dan seni merupakan kesatuan
jalinan yang saling jalin - menjalin guna mewujudkan suatu yang indah (seni),
yang secara vertikal diabadikan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan secara
horizontal diabadikan ke sesama manusia untuk mencapai kesejahteraan,
kebahagiaan serta kesempurnaan.
Begitu besar pengaruh ilmu pengetahuan, teknologi dan seni bagi persektif
Hindu sehingga tak dapat dilepaskan keterkaitannya. Menarik kiranya jika kita
membahas bagaimana aplikasi, serta tujuan dari ketiga komponen tersebut dalam
perspektif Hindu.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah maksud dari Jnana dan Karma sebagai kesatuan dalam yadnya?
2) Apakah yang dimaksud dengan kewajiban menuntut ilmu dan
mengamalkan ilmu?
3) Bagaiman dengan Tri Hita Karana dan tanggung jawab terhadap alam dan
lingkungan?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui maksud dari Jnana dan Karma sebagai kesatuan dalam
yadnya
2) Untuk mengetahui maksud dari kewajiban menuntut ilmu dan
mengamalkan ilmu
2
3) Untuk mengetahui maksud dari Tri Hita Karana dan tanggung jawab
terhadap alam dan lingkungan
4) Untuk semakin memahami bagaimana hubungan antara ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni dalam perspektif Hindu.
1.4 Manfaat
1) Semakin memahami maksud dari Jnana dan Karma sebagai kesatuan
dalam yadnya.
2) Semakin memahami maksud kewajiban menuntut ilmu dan mengamalkan
ilmu.
3) Semakin memahami Tri Hita Karana dan tanggung jawab terhadap alam
dan lingkungan.
4) Semakin megetahui hubungan antara ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
dalam perspektif Hindu
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jnana dan Karma sebagai Kesatuan dalam Yadnya
Sradha berarti keyakinan atau kepercayaan. Panca sradha merupakan lima
keyakinan atau kepercayaan dalam ajaran agama hindu, yakni
Brahman : percaya dengan adanya tuhan yang maha esa
Atma : percaya dengan adanya atma yang menghidupi setiap mahluk
Karma : percaya dengan adanya hokum karma
Samsara/ punarbhawa : percaya dengan adanya reinkarnasi
Moksa : percaya dengan adanya mokshatam jagat hita.
Jnana merupakan ilmu pengetahuan, karma yang berarti perbuatan, sebagai
laksana yadnya: korban suci yang tulus ikhlas, atau sebagai suatu persembahan.
Kita umat Hindu wajib memiliki keyakinan yang teguh kepada Tuhan dan
diri sendiri agar tidak cepat goyah agar terarah kepada suatu tujuan yang pasti.
Sebagai umat Hindu kita memiliki dasar kepercayaan yang kita sangat yakini
yakni Sradha. Dengan memiliki kepercayaan yang teguh, diharapkan umat Hindu
dapat memfokuskan pikiran atau tujuan hidup kepada suatu titik pusat yakni
anandi ananta (kebahagiaan lahir batin). Dengan mengamalkan sradha kita berarti
sudah melaksanakan yadnya, karena dengan pengamalan dari panca sradha
otomatis kita akan melakukan persembahan-persembahan yang berupa yadnya.
Kita harus rajin mempelajari ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan
sangat penting dalam kehidupan ini. Menuntut ilmu pengetahuan tidak terbatas
umur maupun waktu, seperti yang dinyatakan pustaka suci, setelah berhasil
memiliki berbagai macam ilmu pengetahuan maka kita diwajibkan bekerja dengan
giat mengamalkan ilmu pengetahuan itu untuk melenyapkan awidya (kebodohan)
lahir batin. Dalam mengamalkan ilmu pengetahuan ini hendaknya kita
4
persembahkan sebagai suatu yadnya kehadapan Sang Hyang widhi Wasa, dimana
Dewi Saraswati sebagai lambang dewi ilmu pengetahuan.
Karma yang memiliki arti berbuat, dengan berbuat berarti akan
menghasilkan. Dengan perbuatan kita dapat melakukan yadnya. Kita sebagai umat
hindu seharusnya selalu beryadnya, karena dengan yadnya.
Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni merupakan satu kesatuan yang
saling mendukung.Ilmu dapat di pandang sebagai prodük, proses dan paradigma.
Etika ilmu pengetahuan berusaha memahami alam sebagaimana adanya. Salah
satu ciri teori keilmuan adalah berdaya ramah dan terbuka untuk diuji, dan
dikembangkan dalam falsifikasi yang sahih. Ilmu dapat dibagi dua yaitu:
1. Ilmu dasar ( fundamental science)
2. Ilmu terapan (applied science)
Tujuan ilmu dasar mengembangkan ilmu itu sendiri, sedangkan tujuan
ilmu terapan untuk memecahkan masalah-masalah praktis, dan mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi manusia. Ilmu dasar juga mempunyai tujuan
untuk mengetahui dan mendalami tentang alam dan semua isinya. Hasil-hasil
yang telah dicapai ilmu dasar menawarkan sederetan alternatif-alternatif mana
yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah praktis dalam masyarakat. Jadi
ilmu pengetahuan melahirkan prosedur disumbangkan kepada teknologi. Namun
kalau suatu produk walaupun prosedurnya sudah bagus dan konstruksinya kuat
kalau dipakai atau dimanfaatkan menyebabkan tidak nyaman apalagi tidak indah,
tidak seni dalam penampilan tentu tidak akan menarik perhatian orang.
Sesuai dengan batasan ini memang umat Hindu khususnya di Bali mereka
sudah dijangkiti oleh perasaan-perasaan seni dan langsung mengalaminya karena
didalam kegiatan keagamaan mereka dituntut untuk memerankan seni sesuai
dengan konteknya. Agama dan ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan. Ilmu
berusaha memahami alam sebagaimana adanya, dan hasil-hasil kegiatan keilmuan
merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala-gejala alam.
Ilmu dan pengetahuan bagaikan dua sisi mata uang. Kalah satu kabur atau
kosong tentu tidak dapat dijadikan transaksi pembayaran. Demikian pula dengan
agamatanpa ilmu akan menjadi egois, takabur, tidak berdasarkan kebenaran, akan
simpang siur tidak tentu arah. Agama tanpa ilmu, tidak akan berkembang. Sebab
5
ilmu akan menuntut tentang cara mempelajari agama, mengembangkan agama
dan membantu penelitian dalam agama. Luasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki
manusia merupakan jembatan untuk mengejar atau membantu sraddha mencapai
kebenaran. Ungkapan ini baru tergolong sattwam, namun kalau tidak digerakkan
oleh karma untuk berbuat tentu tidak akan ada apa-apa. Menurut ajaran agama
Hindu perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan yang tidak terikat oleh hasil
(karmayoga ). Didalam Dharma Wacananya Ida Pedanda Gede Gunung pernah
dikemukakan: “Yan Hana Karma tanpe phala phalanya”. Artinya kalau ada
pekerjaan yang belum mendapat hasil, Tuhan yang akan memberikan. Dalam
ungkapan beliau ini tentu memotivasi kepada semua orang untuk bekerja
kerastanpa terikat hasil.
Dalam kitab Canakya Nitisastra menyebutkan: “Ilmu Pengetahuan
ibaratnya bagaikan khamadhenu, yaitu yang setiap saat dapat memenuhi segala
keinginan. Pada saat orang berada di Negara lain, ilmu pengetahuan bagaikan
seorang ibu yang selalu memelihara kita”. Orang bijaksana mengatakan bahwa:
ilmu pengetahuan adalah kekayaan yang rahasia harta yang tak kelihatan” ( IV.1 )
Makan, tidur, kecemasan dan hubungan kelamin, semua itu adalah persamaan
binatang dengan manusia. Kelebihan sifat manusia adalah ilmu pengetahuan.
Tuhan menciptakan manusia dengan hukum yadnya sebagai sarana
untuk kemakmuran dan evolusi spiritualnya yang lebih tinggi. Kapasitas mampu
melaksanakan yadnya merupakan hadiah yang luar biasa bagi umat manusia.
Melalui yadnya manusia dengan budhinya dapat meningkatkan kejati diriannya
ketiap yang lebih tinggi. Pendakian spiritual dapat dilaksanakan melalui yadnya.
Orang yang memberi, bersedekàh tanpa pikiran mendapatkan balasan takkan
pernah menginginkan sesuatu, iklas, menyucikan dan menyucikan hati
danpikirannya. Demi selalu memberinya. Tetapi orang yang selalu meminta tak
akan mendapatkannya.
2. 2 Kewajiban Menuntut Ilmu dan Mengamalkan Ilmu
Kewajiban menuntut ilmu suatu hal yang mutlak harus dilakukan oleh
umat yang sedang Brahmacari untuk kepenitingan kehidupan dalam Grehastha.
Dalam tingkat hidup Grehastha mempunyai tanggung jawab yaitu membentuk
anak menjadi suputra yaitu anak yang berguna di masyarakat dan taat kepada
6
catur Guru. Untuk mendidik anak menjadi suputra tidak mudah perlu persiapan
yang matang. Oleh karena itu dalam tingkat Brahmacari harus berhasil dengan
baik sehingga bisa mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Yang paling
penting dalam Grehastha pada saat ibu hamil, cabang bayi dalam kandungan
memerlukangizi yang baik melalui makanan ibunya. Jadi ibunya harus makan
makanan yang mengandung gizi baik, melebihi waktu sebelum hamil, agar
bayinya sehat, cerdas, lincah, dengan harapan bayinya menjadi anak suputra.
Brahmacari adalah masa belajar, masa menuntut ilmu/pendidikan. Brahma artinya
ilmu pengetahuan. Sedangkan Cari (Carya) berasal dari bahasa sansekerta “Car”
artinya bergerak (tingkah laku). Jadi, Brahmacari berarti tingkah laku manusia
dalam masa menuntut ilmu pengetahuan. Agar dapat memusatkan jiwa raga dan
pikiran dalam menuntut ilmu pengetahuan maka seorang brahmacari dilarang
menikah, berdagang, dan berpolitik. Disamping itu mereka harus dapat mematuhi
segala nasehat dan perintah dari gurunya.
Ilmu pengetahuan yang diperoleh pada saat berguru harus lengkap baik
ilmu untuk mencari nafkah maupun agama. Sebab itu semua masalah dapat
dipecahkan oleh ilmupengetahuan banyak pula masalah yang harus diselesaikan
melalui agama. Dalam mendidik danmembimbing anak semasa sebelum sekolah
lebih sering dilakukan melalui agama. Disinilahperhatian orang tua dengan skala
prioritas mendidik anak-anak di rumah sejak kecil sampaidewasa. Semua ilmu
yang dimiliki harus diamalkan sebanyak mungkin kepada anak-anak
dalamkeluarga sehingga benar-benar sesuai dengan harapan untuk menjadi anak
suputra.
Sesuai dengan Bhagawad Gita IV. 29: “Beberapa orang lainnya
mempersembahkan harta bendanya sebagai korban, atau kegiatan tapa maupun
latihan spiritual (yoga) nya, sementarayang lainnya mempersembahkan pikirannya
dan beberapa orang yang bernazar (bersumpah berat) mempersembahkan studi
dan ilmu pengetahuannya”.
Bhagawad Gita IV. 33: “ilmu pengetahuan sebagai yadnya, lebih unggul
dari yadnyamaterial apapun, karena segala kegiatan kerja tanpa kecuali
memuncak dalam kebijaksanaan, wahai Partha”.
7
Apabila kesadaran umat sebagian mengikuti tatanan hidup sesuai dengan
CaturAsrama maka akan cantik, sehat dan berbahagialah masyarakat kita. Dalam
kaitannya dengan anak suputra bahwa mulai kumpul suami istri harus mengikuti
petujuk agama.
2.3 Tri Hita Karana dan Tanggung Jawab terhadap Alam dan Lingkungan
a) Pengertian Tri Hita Karana
Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 november
1966, pada waktu diselenggarakan konferensi daerah 1 badan perjuangan umat
Hindu Bali bertempat di perguruan Dwijendra Denpasar. Tri Hita Karana
bersifat Universal dan merupakan landasan hidup menuju kebahagiaan lahir
dan batin. Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan.
(Tri=tiga; Hita=sejahtera; Karana=penyebab). Tri Hita Karana berasal dari
bahasa Sansekerta. Pengertian Tri Hita Karana adalah tiga hal pokok yang
menyebabkan kesejahteraan dan kemakmuran hidup manusia.
Konsep ini muncul berkaitan erat dengan keberadaan hidup bermasyarakat
di Bali. Berawal dari pola hidup ini muncul dan berkaitan dengan terwujudnya
suatu desa adat di Bali. Bukan saja berakibat terwujudnya persekutuan
territorial dan persekutuan hidup atas kepentingan bersama dalam
bermasyarakat, juga merupakan persekutuan dalam kesamaan kepercayaan
untuk memuja Tuhan atau Ida Shang Hyang Widhi Wasa. Dengan demikian
suatu cirri khas desa adat di Bali minimal mempunyai tiga unsur pokok, yakni:
Wilayah, Masyarakat, dan Tempat Suci Untuk memuja Tuhan atau Ida Shang
Hyang Widhi Wasa. Perpaduan tiga unsure itu secara harmonis sebagai
landasan untuk terciptanya rasa hidup yang nyaman, tenteram, dan damai
secara lahiriah maupun bathiniah.
b) Bagian-bagian Tri Hita Karana
(a) Parhyangan
Parhyangan adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan (Sang
Hyang Widhi Wasa).
(b) Pawongan
8
Pawongan adalah manusia dengan manusia. Manusia yang bersifat
individu maupun sosial sehingga memerlukan hubungan antara manusia
yang satu dengan yang lainnya.
(c) Palemahan
Palemahan dalam arti yang luas,sebagai tempat manusia itu tinggal dan
berkembang sesuai dengan kodratnya termasuk sarwa prani.
Dengan terjadinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan tuhan,
manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam, maka sebagai penyebab
terjadinya atau tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan bersama. Dari
uraian konsep
Tri Hita Karana dapat disimak dua pengertian yang saling berkaitan, yaitu:
(a) Pengertian Bhuana Agung
Bhuana agung berarti alam yang besar, jagat raya dan sering juga
disebut makrokosmos. Semua gugusan matahari, bintang, planet, bumi,
bulan yang menjadi isi alam semesta ini disebut Bhuana Agung. Tuhan
adalah jiwa dari jagat raya ini sehingga tuhan sering diberikan gelar
Seru Sekalian Alam, akibat Tuhan memberikan jiwa pada ciptaannya
maka Tuhan juga yang mengatur gerak atau peredaran alam semesta ini.
(b) Bhuana Alit
Bhuana Alit Artinya dunia kecil atau sering juga disebut mikrokosmos.
Sebagai contoh makhluk hidup yang disebut mikrokosmos adalah
manusia.
c) Penerapan Tri Hita Karana
(a) Parhyangan
Penerapan dari prahyangan dapat ditujukan dengan upaya-upaya
pelaksanaan Dewa Yadnya. Karena prahyangan itu merupakan
hubungan antara manusia dengan tuhan, maka penerapannya dapat
dilaksanakan dengan Dewa Yadnya. Misalnya dengan membersihkan
pura-pura, rajin sembahyang, dan juga dengan melaksanakan ajaran-
ajaran agama dan menjauhi larangan-larangan Tuhan. Penerapan
prahyangan di tingkat daerah adalah berupa kahyangan jagat. Pura
9
kahyangan jagat adalah pura yang universal. Seluruh umat ciptaan
Tuhan sejagat boleh bersembahyang ke sana. Umumnya, yang kita
sebut dengan jagat, sesuai dengan pengertian leluhur kita adalah Bali.
Padahal kini kebanyakan dari kita berpandangan jagat adalah dunia,
bahkan ada yang langsung berasumsi bahwa jagat adalah kawasan
semesta. Sedangkan di tingkat desa berupa kahyangan tiga. Secara
etimologi kata kahyangan tiga terdiri dari dua kata yaitu kahyangan dan
tiga.
Kahyangan berasal dari kata hyang yang berarti suci mendapat
awalan ka dan akhiran an, an menunjukan tempat dan tiga artinya tiga.
Arti selengkapnya adalah tiga buah tempat suci, yaitu Pura Desa atau
disebut pula Pura Bale Agung, Pura Puseh, dan yang ketiga adalah Pura
Dalem. Kahyangan tiga merupakan salah satu unsure dari Tri Hita
Karana yaitu unsur Parhyangan dari setiap desa adat di Bali. Pada
kahyangan tiga masyarakat desa memohon keselamatan dan
kesejahteraan untuk desa dan masyarakatnya. Unsur yang kedua dan
tiga dari Tri Hita Karana disebut dengan Palemahan dan Pawongan.
Dengan demikian maka di dalam mewujudkan rasa aman, tentram,
sejahtera lahir batin dalam kehidupan desa adat berlandaskan tiga
hubungan hamonis yaitu hubungan manusia dengan alam atau
hubungan karma desa dengan wilayah desa adat, hubungan manusia
yang satu dengan manusia yang lainnya dalam desa adat dan hubungan
karma desa dengan Hyang Widhi sebagi pelindung. Inilah yang
dinamakan Tri Hita Karana dalam desa adat di Bali. Dengan
tercakupnya unsur ketuhanan dalam kehidupan desa adat di Bali, maka
desa adat di Bali mencakup pula pengertian sosio-religius. Maka dari
itu perpaduan antara adat dengan agama Hindu di Bali adalah erat
sekali sehingga sulit memisahkan secara tegas unsur-unsur adat dengan
unsur agama,karena adat istiadat di Bali dijiwai oleh Agama Hindu dan
aktivitas Agama Hindu didukung oleh adat istiadat masyarakat.
(b) Pawongan
10
Penerapan Pawongan dapat diwujudkan dengan menjaga dan
menjalin hubungan yang baik antara manusia yang satu dengan
manusia yang lainnya. Hal ini dapat muncul dengan adanya sikap
tenggang rasa saling memiliki antar umat beragama, saling
menghargai dan saling tolong- menolong dengan setiap orang. Jika
hal tersebut telah dilaksanakan maka akan terciptalah hubungan
yang harmonis dan selaras antara masyarakat baik yang sama
agamanya maupun yang berbeda agama. Dengan saling menjaga
hubungan yang baik antar manusia, maka manusia tersebut akan
dapat menciptakan suasana kehidupan yang aman, nyaman, dan
tentram. Sehingga tujuan hidup manusia dapat terpenuhi dengan
baik.
(c) Palemahan
Palemahan merupakan hubungan manusia dengan alam
lingkungannya. Seperti yang kita ketahui sekarang ini telah banyak
terjadi bencana alam. Hal ini sebenarnya disebabkan oleh ulah manusia
itu sendiri. kita hendaknya tetap menjaga kelestarian alam agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan seperti bencana alam yang
terjadi kebanyakan ini. Kita harus menjaga kebersihan alam kita, tidak
boleh hanya menguras isi alam itu saja dan tidak memperhatikannya.
Kita sebagai manusia hendaknya dapat membedakan mana sebaiknya
yang mesti kita lakukan dan mana yang tidak patut untuk dilakukan.
Agar Tuhan tidak murka, maka kita harus menjaga ciptaanNya dengan
baik. Alam ini merupakan ciptaan tuhan yang patut untuk dijaga
kelestariannya.
d) Tujuan Tri Hita Karana
Desa Pakraman yang merupakan komunitas Hindu-Bali
dibangun dengan kepercayaan Tri Murti dimana Ida Shang Hyang
Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Brahma, Wisnu, dan Siwa. Atas
dasar itu dikembangkan pula konsep Tri Hita Karana yang mengambil
peranan manusia sebagai sentral atau penentu terwujudnya kebaikan
11
dan kesejahteraan. Kaitan Tri Hita Karana dengan falsafah Tri Murti,
Tri Kahyangan, dan Tri Kaya Paisudha adalah untuk mencapai tujuan
hidup yang sejahtera lahir dan bathin (Mokshartam Jagadhita),
manusia hendaknya mampu melaksanakan Tri Kaya Parisudha untuk
dapat terwujudnya kesehatan jasmani dan rohani.
Oleh karena umat manusia sedunia heterogen dalam artian
memeluk berbagai agama dan kepercayaan, maka konsep Tri Hita
Karana dapt saja disesuaikan dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing. Kitab suci dari berbagai agama mungkin saja telah
menyebutkan hal itu, atau mungkin lebih tegas lagi bahwa: Bila
manusia merusak alam atau lingkungan, maka alampun akan
menghancurkan manusia. ini adalah hubungan sebab akibat yang
sangat logis, dengan mencari berbagai contoh bencan-bencana alam
yang disebabkan karena ulah manusia. Perubahan iklim dunia
bersumber pada perusakan alam oleh teknologi modern manusia.
Intinya tujuan dari Tri Hita Karana adalah untuk menjaga segala unsur-
unsur yang ada di ala mini baik unsure biotik maupun abiotik. Selain
itu Tri Hita Karana juga digunakan untuk menjaga keselarasan
hubungan antar manusia dengan Tuhan,manusia dengan manusia, serta
hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya.
e) Cara Menjaga Kelestarian Alam
Alam memiliki kemampuan untuk memberikan kehidupan bagi
penduduk dunia. Potensi yang ada pada alam untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia dengan segala isinya yang terkandung di
dalamnya disebut pula dengan alam dunia. Bila kita perhatikan alam
dunia dapat dikelompokkan atas 5 bagian yang berupa:
A. Atmosfer : lapisan udara yang mengelilingi bumi
B. Hidrosfer : lapisan air yang ada di Bumi berupa laut,
danau, sungai, rawa, air tanah, es,
dan air di atmosfer.
12
C. Litosfer : lapisan batuan yang menyusun kulit bumi
termasuk di dalam tanah.
D. Biosfer : kehidupan di Bumi yang terdiri dari
tumbuhan dan binatang.
E. Antroposfer : yaitu manusia (penduduk Bumi).
Semua itu merupakan sumber kehidupan bagi manusia
kesemuanya. Memiliki potensi yang saling berkait dalam
mendukung kehidupan penduduk dunia yang terus bertambah,
potensi alam dunia yang tersedia jumlahnya amat banyak dan
beraneka ragam. Mineral, energy, tumbuhan binatang, udara, iklim,
air, bentang alam berupa dataran, pegunungan, bahkan gurunpun
memiliki potensi untuk mendukung kehidupan penduduk dunia
asalkan manusia mampu memanfaatkannya dengan baik. Usaha
yang dapat dilakukan manusia untuk menjaga kesehatan manusia
dan menjaga kelestarian alam adalah:
A. Pengolahan air limbah dan penertiban pembuangan sampah
B. Program kali bersih (prokasih)
C. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
D. Pengelolaan lautan dan daerah pesisir.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
(a) Tujuan ilmu dasar mengembangkan ilmu itu sendiri, sedangkan tujuan
ilmu terapan untuk memecahkan masalah-masalah praktis, dan
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi manusia. Selain itu, Jnana
merupakan ilmu pengetahuan, karma yang berarti perbuatan, sebagai
laksana yadnya : korban suci yang tulus ikhlas, atau sebagai suatu
persembahan dan dengan mengamalkan sradha kita berarti sudah
melaksanakan yadnya, karena dengan pengamalan dari panca sradha
otomatis kita akan melakukan persembahan-persembahan yang berupa
yadnya.
(b) Kewajiban menuntut ilmu suatu hal yang mutlak harus dilakukan oleh
umat yang sedang Brahmacari untuk kepenitingan kehidupan dalam
Grehastha. Dalam tingkat hidup Grehastha mempunyai tanggung jawab
yang sangat pribsipil yaitu membentuk anak menjadi suputra yaitu anak
yang berguna di masyarakat dan taat kepada catur Guru.
(c) Tri Hita Karana bersifat Universal dan merupakan landasan hidup
menuju kebahagiaan lahir dan batin. Secara leksikal Tri Hita Karana
berarti tiga penyebab kesejahteraan. (Tri = tiga; Hita = sejahtera;
Karana = penyebab). Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sansekerta.
Pengertian Tri Hita Karana adalah tiga hal pokok yang menyebabkan
kesejahteraan dan kemakmuran hidup manusia. Intinya tujuan dari Tri
Hita Karana adalah untuk menjaga segala unsur-unsur yang ada di alam
ini baik unsur biotik maupun abiotik. Selain itu Tri Hita Karana juga
digunakan untuk menjaga keselarasan hubungan antar manusia dengan
Tuhan, manusia dengan manusia, serta hubungan antara manusia
dengan alam lingkungannya.
14
3.2 Saran
(a) Hendaknya giat mengamalkan ilmu pengetahuan itu untuk
melenyapkan awidya (kebodohan) lahir batin.
(b) Dalam mengamalkan ilmu pengetahuan ini hendaknya kita
persembahkan sebagai suatu yadnya kehadapan Sang Hyang widhi
Wasa, dimana Dewi Saraswati sebagai lambang dewi ilmu
pengetahuan.
(c) Hendaknya mampu mentransformasikan ilmu pengetahuan yang
dimiliki, karena salah satu bagian dari yadnya tentunya dlakukan
dengan tulus ikhlas.
(d) Hendaknya kemajuan teknologi dibarengi dengan konsep Tri Hita
Karana.
15