Il

15
Bab I Pendahuluan A. Latar belakang Masalah Sastra anak diyakini memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan. Sastra diyakini mampu mempergunakan sebagai salah sarana untuk menanam, memupuk, mengembangkan, dan bahkan melestarikan nilai-nilai yang diyakini baik dan berharga oleh keluarga, masyarakat dan bangsa. Karena adanya pewarisan nilai-nilai itulah eksistensi suatu masyarakat dan bangsa dapat dipertahankan. Penanaman nilai-nilai dapat dilakukan sejak anak masih belum dapat berbicara dan belum membaca. Nyanyian-nyanyian yang biasa didendangkan seorang ibu untuk membujuk agar si buah hati segera tidur atau sekadar untuk menyenangkan, pada hakikatnya juga bernilai kesastraan dan sekaligus mengandung nilai yang besar bagi perkembangan kejiwaan anak, misalnya nilai kasih sayang dan keindahan. Anak tidak dapat tumbuh secara wajar tanpa dukungan kasih sayang dan kasih sayang itu, antara lain: dapat diekspresikan lewat nyanyian yang bernilai keindahan.

Transcript of Il

Page 1: Il

Bab I

Pendahuluan

A. Latar belakang Masalah

Sastra anak diyakini memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan

kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan. Sastra diyakini mampu

mempergunakan sebagai salah sarana untuk menanam, memupuk, mengembangkan, dan

bahkan melestarikan nilai-nilai yang diyakini baik dan berharga oleh keluarga,

masyarakat dan bangsa. Karena adanya pewarisan nilai-nilai itulah eksistensi suatu

masyarakat dan bangsa dapat dipertahankan. Penanaman nilai-nilai dapat dilakukan sejak

anak masih belum dapat berbicara dan belum membaca. Nyanyian-nyanyian yang biasa

didendangkan seorang ibu untuk membujuk agar si buah hati segera tidur atau sekadar

untuk menyenangkan, pada hakikatnya juga bernilai kesastraan dan sekaligus

mengandung nilai yang besar bagi perkembangan kejiwaan anak, misalnya nilai kasih

sayang dan keindahan. Anak tidak dapat tumbuh secara wajar tanpa dukungan kasih

sayang dan kasih sayang itu, antara lain: dapat diekspresikan lewat nyanyian yang

bernilai keindahan. Berbagai cerita yang dimaksudkan untuk dikonsumsikan kepada anak

dapat diperoleh dan diberikan, antara lain lewat sastra anak (children literature). Anak

memiliki potensi keindahan, potensi yang bernilai seni dalam dirinya, baik dalam

pengertian menikmati maupun berekspresi. Dalam hal ini si ibulah yang mula-mula

berjasa menggali potensi itu, berjasa menanam dalam jiwa, menikmati dalam rasa dan

indera, dan mengekspresikan dalam bentuk tingkah laku verbal dan nonverbal.

Page 2: Il

B. Rumusan masalah

Dari Latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Jelaskan Pengertian sastra anak?

2. Jelaskan perbedaan genre sastra anak dengan genre sastra dewasa?

3. Sebutkan dan jelaskan genre sastra anak, menurut Lukens?

4. Bagaimana cara perkembangan kontribusi sastra anak ke dalam nilai personalia?

5. Apa saja nilai pendidikan kontribusi sastra anak yang sedang dalam proses

pertumbuhan?

C. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut .

1. Agar dapat mengetahui sastra anak

2. Agar dapat mengetahui apa perbedaan genre sastra anak dengan genre sastra

dewasa.

3. Agar dapat mengetahui macam-macam sastra anak menurut Lukens.

4. Agar dapat mengetahui cara perkembangan kontribusi sastra anak ke dalam nilai

personalia.

5. Agar dapat mengetahui apa saja nilai pendidikan kontribusi sastra anak.

Page 3: Il

Bab II

Pembahasan

1. Pengertian Sastra Anak

Disekolah Dasar, Pembelajaran Sastra dimaksudkan Untuk meningkatkan

kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra. Sastra anak adalah karya sastra

yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang

akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sastra anak

menurut lukens (2003:9) menawarkan dua hal utama, yaitu kesenangan dan

pemahaman. Sedangkan menurut Hunt (1995:61), sastra anak adalah sastra yang

menyangkut baik kehidupan manusia, binatang, tumbuhan, maupun kehidupan yang

lain. Namun, apapun isi kandungan cerita yang dikisahkan mestilah berangkat dari

sudut pandang anak, berada dalam jangkauan pemahaman emosional dan pikiran anak.

Dari beberapa kutipan diatas disimpulkan bahwa sastra anak adalah karya

sastra yang dapat dipahami oleh anak, Sastra anak bertumpu dan bermula pada

penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku

dalam kehidupan. Didalam buku sastra anak dapat mengembangkan imajinasi dan

kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi seorang anak.

2. Perbedaan Genre Sastra Anak Dengan Genre Sastra Dewasa?

Perbedaan Genre sastra anak dengan sastra dewasa. Menurut Lukens

(2003:8) perbedaan anatara keduanya bukan terdapat spesies atau hakikat

kemanusiaan, melainkan pada tingkat pengalaman dan kematangan. Perbedaan antara

sastra anak dan dewasa adalah terdapat dal hal tingkatan pengalaman yang

Page 4: Il

dikisahkan, bukan pada hakikat kemanusiaan yang dikisahkan. Sama halnya dengan

sastra dewasa, sastra anak pun hadir untuk menawarkan kesenangandan pemahaman.

Hanya saja sastra anak memiliki sejumlah keterbatasan baik yang menyangkut

pengalaman kehidupan yang dikisahkan maupun bahasa yang dipergunakanuntuk

megekspresikan. Pengalaman anak masih terbatas, maka anak belum dapat

memahami cerita yang melibatkan pangalaman hidup yang kompleks.

Genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang

memiliki seperangkat karakteristik umum (Lukens, 2003:13). Sedangkan menurut

Mitchell (2003:5-6) genre menunjuk pada pengertian tipe atau kategori

pengelompokan karya sastra yang biasanya berdasarkan atas stile, bentuk, atau isi.

Pembicaraan tentang genre sastra anak dengan perbedaan genre dalam sastra dewasa,

yaitu dalam tiga besar genre puisi, fiksi, dan drama dengan masing-masing memiliki

subgenre. Namun, gengre sastra anak faktanya tidak sederhana itu, maka perbedaan

genre kedalam tiga macam terseebut sengaja dilakukan.

Di bawah ini dikemukakan genre sastra anak lukens (2003:14-34). Perbedaan

itu tampak berbeda dengan genre sastra dewasa, dan juga berdasarkan tiga pemikiran

perlunya pembicaraan genre di atas. Ia terlihat lebih rinci, tetapi terjadi

ketumpangtindihan di sana-sini karena suatu cerita dapat dimasukkan ke dalam lebih

dari satu subgenre dengan kriteria yang berbeda.

3. Secara garis besar Lukens mengelompokan genre sastra anak ke dalam enam macam,

yaitu

1. Realisme

Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan itu

mungkin saja ada dan terjadi walau tidak harus bahwa ia memang benar-benar ada

dan terjadi.

2. Fiksi Formula

Genre ini sengaja disebut fiksi formula karena memiliki pola-pola tertentu

yang membedakanya dengan jenis yang lain. Walau hal itu tidak mengurangi

orisinalitas cerita yang dikreasikan oleh penulis, keadaan itu mau tidak mau

Page 5: Il

merupakan sesuatu yang bersifat membatasi. Jenis sastra anak yang dapat

dikategorikan kedalam fiksi formula adalah cerita misteri dan detektif, cerita

romantis, dan novel serial.

3. Fantasi

Cerita fantasi dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan dapat

diterima sehingga sebagai sebuah cerita dapat diterima oleh pembaca. Jenis sastra

anak yang dapat dikelompokkan ke dalam fantasi ini adalah cerita fantasi, fantasi

tingkat tinggi, dan fiksi sain.

4. Sastra TradisionalSastra Tradisional adalah sastra rakyat yang tidak jelas kapan

penciptaannya dan tidak pernah diketahui pengarangnya yang diwariskan secara turun-temurun terutama lewat sarana lisan atau dalam tulisan (tangan).5. Puisi

Genre puisi anak dapat berwujud puisi-puisi lirik tembang-tembang anak tradisional, lirik tembang-tembang ninabobo, puisi naratif, dan puisi tradisional.6. Nonfiksi

Bacaan nonfiksi yang sastra ditulis secara artistik sehingga jika dibaca oleh anak , anak akan memperoleh pemahaman dan sekaligus kesenangan. Ia akan membangkitkan pada diri anak perasaan keindahan yang berwujud efek emosional dan intektual.

4. Nilai Personal

a. Perkembangan Emosional

Anak usia dini yang belum dapat berbicara atau baru berada dalam tahap

perkembangan bahasa satu kata atau kalimat dalam dua-tiga kata ikut tertawa-

tawa ketika diajak bernyanyi bersama sambil bertepuk tangan. Hal itu dapat

dipahami bahwa sastra lisan yang berwujud puisi-lagu tersebut dapat merangsang

kegembiraan anak, merangsang emosi anak untuk bergembira, bahkan ketika anak

masih berstatus bayi

Dalam perkembangan selanjutnya setelah anak dapat memahami cerita,

baik diperoleh lewat pendengaran, misalnya diceritai atau dibacakan, maupun

lewat kegiatan membaca sendiri, anak akan memperoleh demonstrasi kehidupan

Page 6: Il

sebagaimana yang diperagakan oleh para tokoh cerita akan bertingkah laku baik

secara verbal maupun nonverbal yang menunjukan sikap emosionalnya, seperti

ekspresi gembira, sedih, takut, terharu, simpati dan empati, benci dan dendam,

memaafkan dan lain-lain secara kontekstual sesuai dengan alur cerita.

b. Perkembangan Intektual

Lewat cerita, anak tidak hanya memperoleh “kehebatan” kisah yang

menyenangkan dan memuaskan hatinya. Cerita menampilkan urutan kejadian

yang mengandung logika pengurutan, logika pengaluran. Logika pengaluran

memperlihatkan hubungan antarperistiwa yang diperani oleh tokoh baik

protagonis maupun antagonis. Hubungan yang dibangun dalam pengembangan

alur pada umumnya berupa hubungan sebab akibat. Artinya, suatu peristiwa

terjadi akibat atau mengakibat terjadinya peristiwatersebut yang lain. Untuk dapat

memahami cerita itu, anak harus mengikuti logika hubungan tersebut.

Hal itu berarti secara langsung atau tidak langsung anak “mempelajari”

hubungan yang terbangun itu, dan bahkan juga iku mengkritiskannya. Mungkin

saja anak mempertanyakan alasan tindakan lain yang lebih bernuansa “mengapa”-

nya. Jadi, lewat bacaan yang dihadapinya itu aspek intektual anak ikut aktif, ikut

berperan, dalam rangka pemahaman dan pengkritisan cerita yang bersangkutan.

Dengan kata lain, dengan kegiatan membaca cerita itu, aspek intektual ank juga

ikut terkembangkan

c. Perkembangan Imajinasi

Berhadapan dengan sastra, baik itu yang berwujud suara maupun tulisan,

sebenarnya kita lebih berurusan dengan masalah imajinasi, sesuatu yang abstrak

yang berada di dalam jiwa, sedang secara fisik sebenarnya tidak terlalu berarti.

Dengan membaca bacaan cerita sastra imajinasi anak dibawa berpetualang ke

berbagai penjuru dunia melewati batas waktu dan tempat, tetapi tetap berada di

tempat, dibawa untuk mengikuti kisah cerita yang dapat menarik seluruh kedirian

anak. Lewat cerita itu anak akan memperoleh pengalaman yang luar biasa

(vicarious experince) yang setengahnya mustahil diperoleh dengan cara-cara

selain membaca sastra

Page 7: Il

d. Pertumbuhan Rasa Etis dan Religius

Selain menunjang pertumbuhan dan perkembangan unsur emosional,

intektual, imajinasi, dan rasa sosial, bacaan cerita sastra juga berperan dalam

pengembangan aspek personalitas yang lain, yaitu rasa etis dan religius. Nilai-

nilai sosial, moral, etika, dan religius perlu ditanamkan kepada anak sejak dini

secara efektif lewat sikap dan perilaku hidup keseharian. Contoh sikap dan

perilaku tokoh cerita yang diberikan kepada anak, lewat cerita ibu (pencerita) atau

membaca sendiri jika sudah bisa, dapat dipandang sebagai salah atu cara

penanaman nilai-nilai tersebut kepada anak.

5. Nilai Pendidikan

a. Eksplorasi dan Penemuan

Ketika membaca cerita, pada hakikatnya anak dibawa untuk melakukan

sebuah eksplorasi, sebuah pertualangan imajinatif, ke sebuah dunia relatif

yang belum dikenalnya yang menawarkan berbagai pengalaman kehidupan.

b. Perkembangan bahasa

Bahasa digunakan untuk memahami dunia yang ditawarkan, tetapi sekaligus

sastra juga berfungsi meningkatkan kemampuan berbahasa anak, baik

menyimak, membaca, berbicara, maupun menulis.

c. Pengembangan nilai keindahan

Ketika anak berusia 1-2 tahun dininabobokkan dengan nyanyia, dengan kata-

kata yang bersajak dan berirama indah, anak sebenarnya belum dapat

memahami makna di balik kata-kata itu, tetapi sudah dapat merasakan

keindahan. Hal itu dapat dilihat dan reaksi anak, misalnya yang berupa

ekspresi wajah yang ceria dan tertawa-tawa, atau gerakan anggota tubuh yang

lain. Barangkali perlu disepakati bahwa berbagai aktivitas yang menunjang

pertumbuhan dan perkembangan bahasa anak tersebut dapat dikategorikan

sebagai tahap awal pengenalan sastra kepada anak, pengenalan dan pemicu

bakat dan apresiasi keindahan kepada anak.

d. Penanaman Wawasan Multikultural

Lewat sastra dapat dijumpai berbagai sikap dan perilakuhidup yang

mencerminkan budaya suatu masyarakat yang berbeda dengan masyarakat

Page 8: Il

yang lain. Misalnya, perbedaan invisible culture di antara berbagai kelompok

sosial mengundang konflik jika kita tidak pandai-pandai menempatkan diri

dalam bersikap ketika berhadapan dengan warga dari kultur lain. Tingkah laku

dan sikap seseorang dapat dibentuk dan diajarkan lewat pendidikan, lewat

pembelajaran pemahaman antarbudaya dan salah satunya lewat bacaan sastra.

e. Penanaman Kebiasaan Membaca

Kata-kata bijak yang mengatakan bahwa buku adalah jendela ilmu

pengetahuan. Tetapi, penyakit malas membaca ini menjangkiti siapa saja,

sejak dari anak-anak sekolah, mahasiswa, guru dan dosen. Sungguh keadaan

ironis dan memperhatikan. Pentingnya budaya membaca huga telah

ditegaskan Taufik Ismail (2003). Dalam tulisanya yang berjudul “Agar Anak

Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincang Mengarang” (2003:9), ia

mengatakan peradaban bangsa ditentukan oleh penanaman literasi buku di

sekolah. Misalnya, dengan penyediaan buku bacaan yang baik dan menarik di

sekolah.

Page 9: Il

Penutup

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sastra anak adalah karya

sastra yang sangat penting bagi seorang anak. Karena sastra anak dapat memberikan

suatu pemahaman dan kesenangan bagi seorang anak. Didalam buku sastra anak

dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan

keterampilan praktis bagi seorang anak. Anak juga dapat mengetahui apa saja

perbedaan-perbedaan antara genre sastra anak dengan genre dewasa. Misalnya,

perbedaan antara genre sastra anak dengan genre sastra dewasa dilihat dari

pengalaman dan kematang. Sastra anak sastra anak memiliki keterbatasan baik yang

menyangkut pengalaman kehidupan yang dikisahkan maupun bahasa yang

dipergunakan untuk megekspresikan. Pengalaman anak masih terbatas, maka anak

belum dapat memahami cerita yang melibatkan pengalaman hidup yang kompleks.

Sedangkan sastra dewasa lebih banyak sebuah pengalaman dibandingkan sasstra

anak karena tingkat penalaran, permikiran lebih luas kematangannya.

B. Saran

1. menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

sastra anak.

2. Sastra anak juga dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta dapat

memberikan pengetahuan keterampilan praktis bagi seorang anak.

Page 10: Il

3. Sastra anak dapat memberikan suatu pemahaman dan kesenangan bagi seorang

anak. Oleh karena itu, baca dan pahamilah buku sastra anak.

Daftar Pustaka

Ismail,Taufik.2003.”Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincnag

Mengarang”,Yogyakarta: pidato penganugerahan gelar kehormatan doktor honoris causa

di bidang pendidikan sastra, di Universitas Negeri Yogyakarta.

Nurgiantoro,Burhan.2005.pengantar pemahaman dunia anak.Yogyakarta: gadjah Mada

University Press.