Il
-
Upload
pebriyanti -
Category
Documents
-
view
2.875 -
download
1
Transcript of Il
Bab I
Pendahuluan
A. Latar belakang Masalah
Sastra anak diyakini memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan
kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan. Sastra diyakini mampu
mempergunakan sebagai salah sarana untuk menanam, memupuk, mengembangkan, dan
bahkan melestarikan nilai-nilai yang diyakini baik dan berharga oleh keluarga,
masyarakat dan bangsa. Karena adanya pewarisan nilai-nilai itulah eksistensi suatu
masyarakat dan bangsa dapat dipertahankan. Penanaman nilai-nilai dapat dilakukan sejak
anak masih belum dapat berbicara dan belum membaca. Nyanyian-nyanyian yang biasa
didendangkan seorang ibu untuk membujuk agar si buah hati segera tidur atau sekadar
untuk menyenangkan, pada hakikatnya juga bernilai kesastraan dan sekaligus
mengandung nilai yang besar bagi perkembangan kejiwaan anak, misalnya nilai kasih
sayang dan keindahan. Anak tidak dapat tumbuh secara wajar tanpa dukungan kasih
sayang dan kasih sayang itu, antara lain: dapat diekspresikan lewat nyanyian yang
bernilai keindahan. Berbagai cerita yang dimaksudkan untuk dikonsumsikan kepada anak
dapat diperoleh dan diberikan, antara lain lewat sastra anak (children literature). Anak
memiliki potensi keindahan, potensi yang bernilai seni dalam dirinya, baik dalam
pengertian menikmati maupun berekspresi. Dalam hal ini si ibulah yang mula-mula
berjasa menggali potensi itu, berjasa menanam dalam jiwa, menikmati dalam rasa dan
indera, dan mengekspresikan dalam bentuk tingkah laku verbal dan nonverbal.
B. Rumusan masalah
Dari Latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Jelaskan Pengertian sastra anak?
2. Jelaskan perbedaan genre sastra anak dengan genre sastra dewasa?
3. Sebutkan dan jelaskan genre sastra anak, menurut Lukens?
4. Bagaimana cara perkembangan kontribusi sastra anak ke dalam nilai personalia?
5. Apa saja nilai pendidikan kontribusi sastra anak yang sedang dalam proses
pertumbuhan?
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut .
1. Agar dapat mengetahui sastra anak
2. Agar dapat mengetahui apa perbedaan genre sastra anak dengan genre sastra
dewasa.
3. Agar dapat mengetahui macam-macam sastra anak menurut Lukens.
4. Agar dapat mengetahui cara perkembangan kontribusi sastra anak ke dalam nilai
personalia.
5. Agar dapat mengetahui apa saja nilai pendidikan kontribusi sastra anak.
Bab II
Pembahasan
1. Pengertian Sastra Anak
Disekolah Dasar, Pembelajaran Sastra dimaksudkan Untuk meningkatkan
kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra. Sastra anak adalah karya sastra
yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang
akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sastra anak
menurut lukens (2003:9) menawarkan dua hal utama, yaitu kesenangan dan
pemahaman. Sedangkan menurut Hunt (1995:61), sastra anak adalah sastra yang
menyangkut baik kehidupan manusia, binatang, tumbuhan, maupun kehidupan yang
lain. Namun, apapun isi kandungan cerita yang dikisahkan mestilah berangkat dari
sudut pandang anak, berada dalam jangkauan pemahaman emosional dan pikiran anak.
Dari beberapa kutipan diatas disimpulkan bahwa sastra anak adalah karya
sastra yang dapat dipahami oleh anak, Sastra anak bertumpu dan bermula pada
penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku
dalam kehidupan. Didalam buku sastra anak dapat mengembangkan imajinasi dan
kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi seorang anak.
2. Perbedaan Genre Sastra Anak Dengan Genre Sastra Dewasa?
Perbedaan Genre sastra anak dengan sastra dewasa. Menurut Lukens
(2003:8) perbedaan anatara keduanya bukan terdapat spesies atau hakikat
kemanusiaan, melainkan pada tingkat pengalaman dan kematangan. Perbedaan antara
sastra anak dan dewasa adalah terdapat dal hal tingkatan pengalaman yang
dikisahkan, bukan pada hakikat kemanusiaan yang dikisahkan. Sama halnya dengan
sastra dewasa, sastra anak pun hadir untuk menawarkan kesenangandan pemahaman.
Hanya saja sastra anak memiliki sejumlah keterbatasan baik yang menyangkut
pengalaman kehidupan yang dikisahkan maupun bahasa yang dipergunakanuntuk
megekspresikan. Pengalaman anak masih terbatas, maka anak belum dapat
memahami cerita yang melibatkan pangalaman hidup yang kompleks.
Genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang
memiliki seperangkat karakteristik umum (Lukens, 2003:13). Sedangkan menurut
Mitchell (2003:5-6) genre menunjuk pada pengertian tipe atau kategori
pengelompokan karya sastra yang biasanya berdasarkan atas stile, bentuk, atau isi.
Pembicaraan tentang genre sastra anak dengan perbedaan genre dalam sastra dewasa,
yaitu dalam tiga besar genre puisi, fiksi, dan drama dengan masing-masing memiliki
subgenre. Namun, gengre sastra anak faktanya tidak sederhana itu, maka perbedaan
genre kedalam tiga macam terseebut sengaja dilakukan.
Di bawah ini dikemukakan genre sastra anak lukens (2003:14-34). Perbedaan
itu tampak berbeda dengan genre sastra dewasa, dan juga berdasarkan tiga pemikiran
perlunya pembicaraan genre di atas. Ia terlihat lebih rinci, tetapi terjadi
ketumpangtindihan di sana-sini karena suatu cerita dapat dimasukkan ke dalam lebih
dari satu subgenre dengan kriteria yang berbeda.
3. Secara garis besar Lukens mengelompokan genre sastra anak ke dalam enam macam,
yaitu
1. Realisme
Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan itu
mungkin saja ada dan terjadi walau tidak harus bahwa ia memang benar-benar ada
dan terjadi.
2. Fiksi Formula
Genre ini sengaja disebut fiksi formula karena memiliki pola-pola tertentu
yang membedakanya dengan jenis yang lain. Walau hal itu tidak mengurangi
orisinalitas cerita yang dikreasikan oleh penulis, keadaan itu mau tidak mau
merupakan sesuatu yang bersifat membatasi. Jenis sastra anak yang dapat
dikategorikan kedalam fiksi formula adalah cerita misteri dan detektif, cerita
romantis, dan novel serial.
3. Fantasi
Cerita fantasi dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan dapat
diterima sehingga sebagai sebuah cerita dapat diterima oleh pembaca. Jenis sastra
anak yang dapat dikelompokkan ke dalam fantasi ini adalah cerita fantasi, fantasi
tingkat tinggi, dan fiksi sain.
4. Sastra TradisionalSastra Tradisional adalah sastra rakyat yang tidak jelas kapan
penciptaannya dan tidak pernah diketahui pengarangnya yang diwariskan secara turun-temurun terutama lewat sarana lisan atau dalam tulisan (tangan).5. Puisi
Genre puisi anak dapat berwujud puisi-puisi lirik tembang-tembang anak tradisional, lirik tembang-tembang ninabobo, puisi naratif, dan puisi tradisional.6. Nonfiksi
Bacaan nonfiksi yang sastra ditulis secara artistik sehingga jika dibaca oleh anak , anak akan memperoleh pemahaman dan sekaligus kesenangan. Ia akan membangkitkan pada diri anak perasaan keindahan yang berwujud efek emosional dan intektual.
4. Nilai Personal
a. Perkembangan Emosional
Anak usia dini yang belum dapat berbicara atau baru berada dalam tahap
perkembangan bahasa satu kata atau kalimat dalam dua-tiga kata ikut tertawa-
tawa ketika diajak bernyanyi bersama sambil bertepuk tangan. Hal itu dapat
dipahami bahwa sastra lisan yang berwujud puisi-lagu tersebut dapat merangsang
kegembiraan anak, merangsang emosi anak untuk bergembira, bahkan ketika anak
masih berstatus bayi
Dalam perkembangan selanjutnya setelah anak dapat memahami cerita,
baik diperoleh lewat pendengaran, misalnya diceritai atau dibacakan, maupun
lewat kegiatan membaca sendiri, anak akan memperoleh demonstrasi kehidupan
sebagaimana yang diperagakan oleh para tokoh cerita akan bertingkah laku baik
secara verbal maupun nonverbal yang menunjukan sikap emosionalnya, seperti
ekspresi gembira, sedih, takut, terharu, simpati dan empati, benci dan dendam,
memaafkan dan lain-lain secara kontekstual sesuai dengan alur cerita.
b. Perkembangan Intektual
Lewat cerita, anak tidak hanya memperoleh “kehebatan” kisah yang
menyenangkan dan memuaskan hatinya. Cerita menampilkan urutan kejadian
yang mengandung logika pengurutan, logika pengaluran. Logika pengaluran
memperlihatkan hubungan antarperistiwa yang diperani oleh tokoh baik
protagonis maupun antagonis. Hubungan yang dibangun dalam pengembangan
alur pada umumnya berupa hubungan sebab akibat. Artinya, suatu peristiwa
terjadi akibat atau mengakibat terjadinya peristiwatersebut yang lain. Untuk dapat
memahami cerita itu, anak harus mengikuti logika hubungan tersebut.
Hal itu berarti secara langsung atau tidak langsung anak “mempelajari”
hubungan yang terbangun itu, dan bahkan juga iku mengkritiskannya. Mungkin
saja anak mempertanyakan alasan tindakan lain yang lebih bernuansa “mengapa”-
nya. Jadi, lewat bacaan yang dihadapinya itu aspek intektual anak ikut aktif, ikut
berperan, dalam rangka pemahaman dan pengkritisan cerita yang bersangkutan.
Dengan kata lain, dengan kegiatan membaca cerita itu, aspek intektual ank juga
ikut terkembangkan
c. Perkembangan Imajinasi
Berhadapan dengan sastra, baik itu yang berwujud suara maupun tulisan,
sebenarnya kita lebih berurusan dengan masalah imajinasi, sesuatu yang abstrak
yang berada di dalam jiwa, sedang secara fisik sebenarnya tidak terlalu berarti.
Dengan membaca bacaan cerita sastra imajinasi anak dibawa berpetualang ke
berbagai penjuru dunia melewati batas waktu dan tempat, tetapi tetap berada di
tempat, dibawa untuk mengikuti kisah cerita yang dapat menarik seluruh kedirian
anak. Lewat cerita itu anak akan memperoleh pengalaman yang luar biasa
(vicarious experince) yang setengahnya mustahil diperoleh dengan cara-cara
selain membaca sastra
d. Pertumbuhan Rasa Etis dan Religius
Selain menunjang pertumbuhan dan perkembangan unsur emosional,
intektual, imajinasi, dan rasa sosial, bacaan cerita sastra juga berperan dalam
pengembangan aspek personalitas yang lain, yaitu rasa etis dan religius. Nilai-
nilai sosial, moral, etika, dan religius perlu ditanamkan kepada anak sejak dini
secara efektif lewat sikap dan perilaku hidup keseharian. Contoh sikap dan
perilaku tokoh cerita yang diberikan kepada anak, lewat cerita ibu (pencerita) atau
membaca sendiri jika sudah bisa, dapat dipandang sebagai salah atu cara
penanaman nilai-nilai tersebut kepada anak.
5. Nilai Pendidikan
a. Eksplorasi dan Penemuan
Ketika membaca cerita, pada hakikatnya anak dibawa untuk melakukan
sebuah eksplorasi, sebuah pertualangan imajinatif, ke sebuah dunia relatif
yang belum dikenalnya yang menawarkan berbagai pengalaman kehidupan.
b. Perkembangan bahasa
Bahasa digunakan untuk memahami dunia yang ditawarkan, tetapi sekaligus
sastra juga berfungsi meningkatkan kemampuan berbahasa anak, baik
menyimak, membaca, berbicara, maupun menulis.
c. Pengembangan nilai keindahan
Ketika anak berusia 1-2 tahun dininabobokkan dengan nyanyia, dengan kata-
kata yang bersajak dan berirama indah, anak sebenarnya belum dapat
memahami makna di balik kata-kata itu, tetapi sudah dapat merasakan
keindahan. Hal itu dapat dilihat dan reaksi anak, misalnya yang berupa
ekspresi wajah yang ceria dan tertawa-tawa, atau gerakan anggota tubuh yang
lain. Barangkali perlu disepakati bahwa berbagai aktivitas yang menunjang
pertumbuhan dan perkembangan bahasa anak tersebut dapat dikategorikan
sebagai tahap awal pengenalan sastra kepada anak, pengenalan dan pemicu
bakat dan apresiasi keindahan kepada anak.
d. Penanaman Wawasan Multikultural
Lewat sastra dapat dijumpai berbagai sikap dan perilakuhidup yang
mencerminkan budaya suatu masyarakat yang berbeda dengan masyarakat
yang lain. Misalnya, perbedaan invisible culture di antara berbagai kelompok
sosial mengundang konflik jika kita tidak pandai-pandai menempatkan diri
dalam bersikap ketika berhadapan dengan warga dari kultur lain. Tingkah laku
dan sikap seseorang dapat dibentuk dan diajarkan lewat pendidikan, lewat
pembelajaran pemahaman antarbudaya dan salah satunya lewat bacaan sastra.
e. Penanaman Kebiasaan Membaca
Kata-kata bijak yang mengatakan bahwa buku adalah jendela ilmu
pengetahuan. Tetapi, penyakit malas membaca ini menjangkiti siapa saja,
sejak dari anak-anak sekolah, mahasiswa, guru dan dosen. Sungguh keadaan
ironis dan memperhatikan. Pentingnya budaya membaca huga telah
ditegaskan Taufik Ismail (2003). Dalam tulisanya yang berjudul “Agar Anak
Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincang Mengarang” (2003:9), ia
mengatakan peradaban bangsa ditentukan oleh penanaman literasi buku di
sekolah. Misalnya, dengan penyediaan buku bacaan yang baik dan menarik di
sekolah.
Penutup
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sastra anak adalah karya
sastra yang sangat penting bagi seorang anak. Karena sastra anak dapat memberikan
suatu pemahaman dan kesenangan bagi seorang anak. Didalam buku sastra anak
dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan
keterampilan praktis bagi seorang anak. Anak juga dapat mengetahui apa saja
perbedaan-perbedaan antara genre sastra anak dengan genre dewasa. Misalnya,
perbedaan antara genre sastra anak dengan genre sastra dewasa dilihat dari
pengalaman dan kematang. Sastra anak sastra anak memiliki keterbatasan baik yang
menyangkut pengalaman kehidupan yang dikisahkan maupun bahasa yang
dipergunakan untuk megekspresikan. Pengalaman anak masih terbatas, maka anak
belum dapat memahami cerita yang melibatkan pengalaman hidup yang kompleks.
Sedangkan sastra dewasa lebih banyak sebuah pengalaman dibandingkan sasstra
anak karena tingkat penalaran, permikiran lebih luas kematangannya.
B. Saran
1. menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
sastra anak.
2. Sastra anak juga dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta dapat
memberikan pengetahuan keterampilan praktis bagi seorang anak.
3. Sastra anak dapat memberikan suatu pemahaman dan kesenangan bagi seorang
anak. Oleh karena itu, baca dan pahamilah buku sastra anak.
Daftar Pustaka
Ismail,Taufik.2003.”Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincnag
Mengarang”,Yogyakarta: pidato penganugerahan gelar kehormatan doktor honoris causa
di bidang pendidikan sastra, di Universitas Negeri Yogyakarta.
Nurgiantoro,Burhan.2005.pengantar pemahaman dunia anak.Yogyakarta: gadjah Mada
University Press.