Iki Laporan Praktikum Unggas_3

50
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler disebut juga ayam pedaging. Ayam broiler mempunyai keunggulan kecepatan produksi daging, dalam waktu sekitar 5 minggu, ayam pedaging siap dipasarkan. Istilah komersial broiler untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi rekayasa genetika yang didasarkan pada karakteristik ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, karena dipotong pada usia muda, maka kualitas daging yang dihasilkan berserat lunak (Siregar, 2005). Ayam Broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil persilangan antara bangsa ayam Cornish dari Inggris dengan ayam White Play Mounth Rock dari Amerika (Rasyaf, 2008). Ayam Lohmann MB 202 merupakan ayam dengan tingkatan akhir dari strain ayam atau disebut dengan final stock. Final stock jika dikawinkan lagi dengan sesama final stock keturunannya tidak akan mempunyai kemampuan produksi seperti final stock yang merupakan anak dari parent stock. DOC final stock merupakan anak dari parent stock yang merupakan hasil seleksi yang dilakukan secara terus menerus sehingga diperoleh hasil akhir ( final ) yang betul-betul produktif dan berkualitas. Induk dari parent stock adalah grand parent stock (Anonim, 2013). 1

description

unggasss

Transcript of Iki Laporan Praktikum Unggas_3

Page 1: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

TINJAUAN PUSTAKAAyam Broiler

Ayam broiler disebut juga ayam pedaging. Ayam broiler mempunyai

keunggulan kecepatan produksi daging, dalam waktu sekitar 5 minggu,

ayam pedaging siap dipasarkan. Istilah komersial broiler untuk menyebut

strain ayam hasil budidaya teknologi rekayasa genetika yang didasarkan

pada karakteristik ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat

sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, karena dipotong pada

usia muda, maka kualitas daging yang dihasilkan berserat lunak (Siregar,

2005). Ayam Broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil persilangan antara

bangsa ayam Cornish dari Inggris dengan ayam White Play Mounth Rock

dari Amerika (Rasyaf, 2008). Ayam Lohmann MB 202 merupakan ayam

dengan tingkatan akhir dari strain ayam atau disebut dengan final stock.

Final stock jika dikawinkan lagi dengan sesama final stock keturunannya

tidak akan mempunyai kemampuan produksi seperti final stock yang

merupakan anak dari parent stock. DOC final stock merupakan anak dari

parent stock yang merupakan hasil seleksi yang dilakukan secara terus

menerus sehingga diperoleh hasil akhir (final) yang betul-betul produktif

dan berkualitas. Induk dari parent stock adalah grand parent stock

(Anonim, 2013).

Jenis strain ayam broiler yang akan dipakai dalam penelitian ini

adalah Lohman 202 yang diberi nama strain New Lohman MB 202. Strain

New Lohman MB 202 diproduksi oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk.

Strain New Lohman MB 202 memiliki ciri-ciri Bibit yang digunakan memiliki

ciri-ciri yaitu bulunya berwarna kuning keputihan dan warna kulitnya

kekuningan, mata bersinar dan kondisi ayam dalam keadaan sehat. Day

old chick (DOC) yang berkualitas baik antara lain mempunyai ciri kakinya

besar dan basah seperti berminyak, bulu cerah dan penuh, terlihat aktif

dan beratnya tidak kurang dari 37gr. strain lohman memiliki ciri-ciri antara

lain berat badan 8 minggu rata-rata mencapai 2,2 kg dengan konsumsi

makanan sebanyak 4.6 kg, sehingga FCR nya adalah 2,1. Berat bersih

1

Page 2: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

karkas adalah 74% dengan daya hidup mencapai 96%. Warna kulitnya

adalah kuning dengan bulu berwarna putih. Pemilihan bibit juga sudah

sesuai dengan kriteria yaitu DOC secara fisik dalam keadaan sehat tidak

ada cacat fisik dan nafsu makan baik. DOC yang baik memiliki kriteria

matanya tampak cerah, segar, wajah tidak pucat, aktif, tidak terdapt cacat

fisik, tidak ada lekatan tinja di duburnya (Rasyaf, 2008).

Ayam broiler merupakan ayam tipe berat pedaging yang lebih

muda dan berukuran lebih kecil. Ayam broiler ditujukan untuk

menghasilkan daging dan menguntungkan secara ekonomis. Ayam broiler

tumbuh sangat cepat sehingga dapat dipanen pada umur 6 sampai 7

minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari tingkah

laku makannya yang sangat lahap (Pratama, 2008). Ayam broiler

merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam

yang memiliki daya produktivitas tinggi terutama dalam memproduksi

daging. Ayam pedaging (broiler) memiliki banyak strain. Strain merupakan

istilah untuk jenis ayam yang telah mengalami penyilangan dari

bermacam-macam bangsa sehingga tercipta jenis ayam baru dengan nilai

ekonomi produksi tinggi dan bersifat turun temurun (Santoso dan

Sudaryani, 2011).

Menurut Kumorojati (2011) cit Wulandari et al. (2014), ayam

pedaging atau ayam broiler adalah ternak ayam yang penting dalam

pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat. Permintaan terhadap

daging ayam semakin bertambah seiring dengan meningkatnya

penghasilan dan kesadaran mesyarakat tentang pentingnya protein

hewan. Ayam broiler merupakan salah satu sektor peternakan yang

menghasilkan bahan pakan hewani yang mempunyai nilai gizi yang tinggi.

Perkembangan genetik ayam broiler semakin pesat, sehingga ayam

broiler tidak lagi dipotong pada umur 35 hari tetapi menjadi lebih cepat

yaitu 29 hari. Pertumbuhan yang cepat tersebut diikuti oleh menurunnya

daya tahan tubuh ayam broiler. Feed additive diperlukan kedalam ransum

untuk meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan tubuh ayam broiler.

2

Page 3: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

Menurut Kumorojati (2011) cit Wulandari et al. (2014), kebutuhan

protein hewani dapat dipenuhi dari ternak dan ikan. Pemenuhan

kebutuhan protein hewani dari ternak tercapai apabila setiap orang sudah

mengkonsumsi protein sebanyak 6 gr per kapita per hari. Ini setara

dengan 10,61 kg daging per kapita per tahun, 4,4 kg telur per kapita per

tahun, dan 6,16 kg susu per kapita per tahun. Jika kebutuhan daging

seseorang adalah 10,61 kg daging per kapita per tahun, maka kita dapat

menghitung kebutuhan daging seluruh masyarakat Indonesia. Sektor

perunggasan di Indonesia merupakan pilihan yang tepat untuk

dikembangkan khususnya ayam ras pedaging (broiler) yang dapat

memunuhi kebutuhan protein hewani, karena pertumbuhan yang cepat,

tidak membutuhkan banyak tempat dan biaya pemeliharaan yang relatif

murah, dibandingkan dengan ternak besar. Tujuan utama dari beternak

ayam ras pedaging (broiler) adalah untuk mendapat berat badan (BB) dan

mutu karkas yang tinggi serta aman dikonsumsi oleh manusia.

PerkandanganKandang merupakan unsur penting dalam menentukan

keberhasilan suatu usaha peternakan ayam karena kandang merupakan

tempat hidup ayam sejak usia awal sampai berproduksi. Kandang harus

memenuhi semua persyaratan yang dapat menjamin kesehatan serta

pertumbuhan yang baik bagi ayam yang dipelihara. Faktor konstruksi yang

dituntut untuk kandang ayam yang baik meliputi ventilasi, dinding

kandang, lantai, atap kandang dan bahan bangunan kandang (Priyatno,

2001 cit Sholikin, 2011). Menurut Abidin (2002) kandang merupakan

tempat hidup, tempat berproduksi, dan berfungsi untuk melindungi ayam

dari gangguan binatang buas, melindungi ayam dari cuaca yang tidak

bersahabat, membatasi ruang gerak ayam, menghindari resiko kehilangan

ayam, memper mudah pengawasan, pemberian pakan dan air minum,

serta pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Menurut

Amrullah (2004), hal yang mempengaruhi pertumbuhan broiler adalah

3

Page 4: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

kepadatan ransum broiler dimana ayam yang diberi ransum dengan pakan

yang berkepadatan lebih rendah akan tumbuh lebih lambat dibandingkan

dengan ransum dengan kepadatan yang lebih tinggi.

Agromedia (2007) menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan jika menggunakan sistem postal, yaitu atap kandang

harus menggunakan sistem monitor agar sirkulasi udara di dalam

kandang berjalan baik. Tinggi tiang sisi kandang ayam (diukur dari lantai

samapai garis atap terendah) minimum 2,4 meter yang bertujuan agar

sirkulasi udara berjalan baik. Penumpukan panas dan gas beracun yang

dihasilkan oleh ayam juga bisa dihindari. Bahan penutup atap kadang

sebaiknya terbuat dari rumbia, genting, atau asbes karena bahan tersebut

bisa menyerap panas. Rasyid dan Hartati (2007) menyatakan bahwa

bentuk dan model atap kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara

yang baik di dalam kandang, sehingga kondisi lingkungan dalam kandang

memberikan kenyamanan ternak. Berdasarkan bentuk atap kandang,

beberapa model atap yaitu atap monitor, semi monitor, gable dan shade.

Model atap untuk daerah dataran tinggi hendaknya menggunakan shade

atau gable, sedangkan untuk dataran rendah adalah monitor atau semi

monitor. Model atap monitor, semi monitor dan gable model kandang yang

mempunyai atap dua bidang, sedangkan shade mempunyai atap satu

bidang.

Menurut Rasyaf (2008), jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi

menjadi tiga macam yaitu kandang dengan lantai litter (kandang ini dibuat

dengan lantai yang dilapisi kulit padi, pesak atau sekam padi dan kandang

ini umumnya diterapkan pada kandang sistem koloni), kandang dengan

lantai kolong berlubang (lantai untuk sistem ini terdiri dari bantu atau kayu

kaso dengan lubang-lubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang

tinja ayam dan langsung ke tempat penampungan), dan kandang dengan

lantai campuran liter dengan kolong berlubang(dengan perbandingan 40%

luas lantai kandang untuk alas liter dan 60% luas lantai dengan kolong

berlubang, terdiri dari 30% di kanan dan 30% di kiri). Litter merupakan

4

Page 5: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

sistem kandang pemeliharaan unggas dengan lantai kandang ditutup oleh

bahan penutup lantai seperti, sekam padi, serutan gergaji, dan jerami padi

(Rasyaf, 2008). Pengaturan litter yang baik akan menghasilkan

pertumbuhan tubuh ternak yang normal. Bahan litter yang sering

digunakan antara lain serbuk gergaji, bongkol jagung yang telah dicacah,

sekam, potongan jerami kering, dan kulit kacang (Sujono, 1993 cit Ibrahim

dan Allaily, 2012). Menurut Sariman dan Suyartono(1992) cit Ibrahim dan

Allaily (2012), bahan lainnya yang juga sangat baik adalah tempurung

kelapa yang telah dibakar dan zeolit yang dapat mencegah polusi

kandang.

Kandang wire adalah kandang yang alasnya terbuat dari kawat,

umumnya digunakan pada kandang kurungan. Kandang wire atau slat

sering mengalami kendala peda pemeliharan brooder, karena dapat

mengurangi grade atau kualitas karkas yang dihasilkan (Sarjana, 2007).

Penggunaan sistem kawat ditinjau dari pertumbuhan dapat memberikan

performan yang memuaskan, namun memerlukan investasi yang lebih

tinggi dan timbulnya lemak abdominal yang lebih banyak serta adanya

gangguan breast blister. Kandang tipe cage membuat kotoran ayam akan

langsung jatuh ke tempat penampungan kotoran namun ayam yang

dipelihara menghasilkan kualitas karkas yang rendah. Keuntungan

menggunakan sistem kandang wire adalah menghemat tempat, energi

yang dikeluarkan ayam sedikit sehingga hasil metabolisme ternak banyak

untuk pembentukan daging, sedangkan kelemahannya adalah biaya

pembuatan kandang mahal, pembuangan kotoran harus sering dilakukan

karena jika terlambat dapat mengundang lalat dan bibit penyakit

(Widjastuti dan Garnida, 2012).

Kriteria lokasi kandang yang baik antara lain tanah datar dan lebih

tinggi dari tanah sekitarnya, ada saluran listrik dari PLN, sumber air tanah

mencukupi, jalan kuat dan dapat dilalui truk ringan, lahan merupakan

tanah lapang, serta tidak terlalu dekat dengan pemukiman penduduk

(Santoso dan Sudaryani, 2011). Peralatan kandang yang digunakan untuk

5

Page 6: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

usaha peternakan ayam pedaging adalah tempat pakan, tempat minum,

induk buatan atau brooder, tirai dan penyekat kandang (Nuroso,

2012). Peralatan kandang yang dibutuhkan dalam pemeliharaan ayam

broiler antara lain instalansi air minum (sumur, pompa air, saluran air,

drum penampungan, dan tempat minum otomatis), instalansi tempat

pakan, instalasi listrik, tirai atau layar, alat litter, instalansi pemanas,

pelindung indukan atau chick guard dan peralatan lain misalnya bak celup

kaki. Selain itu gudang juga diperlukan untuk mendukung dalam usaha

ayam broiler, gudang merupakan tempat penyimpanan, ada dua jenis

gudang yaitu gudang pakan dan gudang peralatan (Santoso dan

Sudaryani, 2011).

Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan atau faktor eksogen adalah faktor kondisi atau

kesempatan yang berasal dari luar tubuh dan dibutuhkan mutlak untuk

menampilkan genotip menjadi fenotip secara maksimal Interaksi antara

faktor endogen (genetik) dan eksogen (lingkungan). Faktor Lingkungan

(Eksogen) terdiri dari iklim, pakan, manajemen pemeliharaan. Iklim terdiri

dari cahaya, temperatur, kelembaban, tekanan udara, komposisi udara.

Pakan terdiri dari ratio protein dan energi , mineral makro dan mikro

elemen, vitamin. Manajemen pemeliharaan praproduksi dan produksi

bentuk kandang dan peralatannya besar kelompok , kepadatan kandang.

Iklim. Iklim adalah rata-rata peristiwa cuaca di suatu daerah

tertentu, termasuk perubahan ekstrim musiman dan variasinya dalam

waktu yang relatif lama, baik secara lokal, regional atau meliputi seluruh

bumi kita. Iklim dipengaruhi perubahan-perubahan yang cukup lama dari

aspek-aspek seperti orbit bumi, perubahan samudera, atau keluaran

energi dari matahari. Perubahan iklim merupakan sesuatu yang alami dan

terjadi secara pelan (WWF, 2015).

Cahaya. Cahaya (Light) mengandung energi proton yang dapat

diubah menjadi rangsangan biologis yang diperlakukan untuk berbagai

proses fisiologis tubuh.Pada unggas, respon terhadap cahaya tidak terlalu

6

Page 7: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

melibatkan respon cahaya yang terdapat pada mata. Dapat dibuktikan

bahwa reseptor cahaya yang terdapat pada hipotalamus lebih banyak

digunakan untuk mengubah energi foton menjadi implus syaraf, yang

kemudian diteruskan oleh sistem endokrin untuk berbagai keperluan

seperti reproduksi perilaku dan karakteristik sekunder kelamin. Untuk

dapat berproduksi dengan baik, ayam petelur memerlukan ransangan

cahaya yang cukup lama dan intensitas. Pada daerah temperate

diperlukan ransangan cahaya selama 14 sampai 16 jam per hari (Sahari,

2012).

Warna cahaya ditentukan oleh panjang gelombang dan mendorong

pengaruh-pengaruh variabel pada performa broiler. Siang hari memiliki

distribusi panjang gelombang secara relatif antara 400 dan 700 nm.

Cahaya biru memiliki efek menenangkan pada unggas, sedangkan merah

akan meningkatkan patukan ke bulu dan kanibalisme. Cahaya biru-hijau

menstimulasi pertumbuhan anak ayam, sedangkan orange-merah

menstimulasi reproduksi. Cahaya dari panjang gelombang yang berbeda

memiliki efek stimulasi yang berbeda pada retina dan dapat menghasilkan

perubahan perilaku yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan. Warna cahaya berefek terhadap beberapa hal seperti

pertumbuhan, tingkat dewasa kelamin, produksi, berat telur dan lain-lain

(Sulistyoningsih, 2009).

Temperatur. Sistem pengaturan suhu tubuh pada ayam bersifat

homeotermik atau suhu tubuh ayam relatif stabil pada kisaran tertentu

yaitu 40 sampai 41oC. Namun saat berumur 0 sampai 5 hari, ayam masih

belum bisa mengatur suhu tubuhnya sendiri. Ayam baru bisa mengatur

suhu tubuhnya secara optimal sejak umur 2 minggu. Oleh karena itu,

peran brooder (pemanas) sangat penting untuk menjaga suhu kandang

tetap dalam zona nyaman ayam Tabel 1.1.

7

Page 8: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

Tabel 1.1. Suhu dan Kelembaban Udara yang Nyaman Bagi Ayam

Temperatur yang nyaman untuk mencapai pertumbuhan optimum

ayam pedaging berkisar antara 18 sampai 22 ºC dan antara 21 sampai 29

ºC Untuk ayam broiler umur 3 sampai 6 minggu, lingkungan yang panas

adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap penyebab

stres pada ayam broiler. Stres panas pada ayam broiler dihasilkan oleh

adanya interaksi antara suhu udara, kelembaban, sirkulasi panas serta

kecepatan udara, dimana suhu lingkungan menjadi faktor yang utama

(Andisuro, 2011). Saat suhu terlalu dingin, otak akan merespon dengan

meningkatkan metabolisme untuk menghasilkan panas. Dibandingkan

ayam dewasa, efek suhu dingin lebih terlihat pada masa brooding ketika

sistem thermoregulatori belum optimal. Suhu yang dingin bisa disebabkan

suhu brooding yang terlalu rendah, litter dingin atau basah maupun air

minum yang terlalu dingin. Peternak dapat menganalisa penyebab suhu

dingin dari tingkah laku anak ayam. Ayam yang berkerumun di bawah

brooder, bisa dikarenakan suhu brooder terlalu dingin. Litter yang dingin

atau basah juga bisa menampakkan gejala demikian, ditambah dengan

perilaku ayam yang diam, meringkuk dan kondisi kaki yang basah. Toni

Unandar (konsultan perunggasan), yang mengambil dari beberapa

sumber menyebutkan, jika ayam nyaman dengan suhu kandang maka

dalam tempo 15 detik setelah ditebar, DOC akan melakukan aktivitas

biologis lanjutan seperti bergerak, makan atau minum.

8

Page 9: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

Kasus heat stress lebih sering terjadi pada ayam dewasa karena

lebih banyak menghasilkan panas sehingga lebih mudah stres. Telah

dijelaskan sebelumnya bahwa mekanisme pengeluaran panas pada ayam

adalah panting. Mekanisme ini biasanya menjadi jalan terakhir yang dipilih

ayam. Sebelumnya ayam akan melakukan perluasan area permukaan

tubuh (melebarkan atau menggantungkan sayap) dan melakukan

peripheral vasodilatation (meningkatkan aliran darah perifer terutama di

jengger, pial dan kaki).Saat panas, konsumsi pakan akan menurun

sedangkan air minum justru meningkat, sehingga terkadang terjadi feses

encer serta penurunan produktivitas akibat asupan nutrisi tidak terpenuhi

dan gangguan metabolisme tubuh. Kematian juga sering ditemukan

terutama jika panting sudah tidak mampu menurunkan suhu tubuh secara

optimal (Info Medion, 2010).

Kelembaban. Selain suhu, kelembaban udara (kadar air terikat di

dalam udara) juga perlu diperhatikan karena kelembaban akan

mempengaruhi suhu yang dirasakan ayam. Hal ini disebabkan

pengeluaran panas tubuh ayam dilakukan melalui panting. Semakin tinggi

kelembaban, suhu efektif yang dirasakan ayam juga semakin tinggi.

Sebaliknya, ayam akan merasakan suhu yang lebih dingin dibanding suhu

lingkungan ketika kelembaban rendah (Info Medion, 2010). Keterkaitan

antara keduanya terhadap suhu yang dirasakan anak ayam tampak dalam

Tabel 2. Suhu dan kelembaban yang nyaman untuk ayam dewasa ialah

tidak lebih dari 80%. Tingkat kelembaban lingkungan berpengaruh

langsung terhadap kehilangan panas laten tubuh ternak.

Tingkat kelembaban juga secara tidak langsung akan mempengaruhi

penampilan ternak akibat konsentrasi debu dan bakteri patogen meskipun

masih sedikit dokumentasi ilmiah yang mendukung keterkaitan ini (Fadli,

2013). Meningkatnya kelembaban akan merugikan produksi ternak pada

suhu tinggi. Pada umumnya perubahan kelembaban tidak menimbulkan

respon terhadap pertum buhan ternak pada suhu lingkungan di bawah 24 oC. Alat pengukur kelembaban harus diletak kan berdekatan dengan alat

9

Page 10: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

suhu. Beberapa sensor suhu mempunyai sensor kelembaban, se hingga

sekaligus memungkinkan untuk mengukur kelembaban nisbi (Alchalabi,

2001).

Tabel 1.2 Pengaruh Kelembaban terhadap Suhu yang Dirasakan

Ayam

Density. Kepadatan kandang atau density sangat penting untuk

diperhatikan karena penyediaan ruang kandang yang nyaman dengan

tingkat kepadatan yang sesuai berdampak pada performa produksi yang

akan dicapai. Menurut Fadilah dan Fatkhuroji (2013), standar kepadatan

ayam petelur grower ideal adalah 15 kg per m2 atau setara dengan 6

sampai 8 ekor ayam pedaging dan 12 sampai 14 ekor m2 ayam petelur

grower (pullet). Kepadatan kandang harus disesuaikan untuk menjamin

semua ayam mendapat kesempatan yang sama untuk makan, minum,

dan oksigen sehingga pertumbuhan ayam dapat seragam. Kandang yang

terlalu padat akan meningkatkan kompetisi dalam mendapatkan ransum,

air minum maupun oksigen (Gustira, 2014).

Ventilasi. Ventilasi kandang sangat penting untuk mendukung

proses produksi ayam broiler. Ventilasi merupakan proses untuk

mengalirkan udara segar dari lingkungan menuju ruangan dalam

intensitas yang sesuai kebutuhan dan membuang udara berlebih dan

10

Page 11: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

udara kotor dari ruangan. Ventilasi digunakan untuk mengendalikan aliran

udara agar iklim mikro di dalam ruangan dapat optimal. Ventilasi berfungsi

untuk membuang panas, untuk membuang uap air yang berlebih, untuk

mengurangi debu dan bau, untuk mencegah terbentuknya gas berbahaya

seperti amonia dan karbon dioksida, serta untuk memberikan oksigen

yang cukup untuk respirasi. Ventilasi selama cuaca panas berperan untuk

membuang kelebihan panas yang terdapat di dalam kandang, sedangkan

selama cuaca dingin ventilasi berperan untuk membuang kelebihan uap

air dari dalam kandang dan tetap mempertahankan panas yang diproduksi

oleh yam maupun pemanas brooder (Rasyaf, 2004).

Pakan. Bahan pakan menurut Utomo (2014) adalah segala sesuatu

yang dapat dimakan hewan atau ternak, dapat dicerna sebagian atau

seluruhnya agar dapat diabsorbsi sebagai zat makanan (gizi atau nutrisi)

untuk fungsi hidupnya, bermanfaat bagi pemakannya, dan tidak beracun

sehingga tidak mengganggu kesehatan pemakannya atau bahkan

menyebabkan kematian bagi pemakannya. Pakan bedasarkan komponen

penyusunannya maka pakan ternak dibagi atas air dan bahan kering.

Bahan kering dibagi atas bahan organik dan bahan anorganik atau abu

mineral. Bahan organik terdiri dari karbohidrat, lipida, protein, asam

nukleat, asam organik dan vitamin (Kamal,1999).

Ransum merupakan salah satu komponen penting dalam industri

perunggasan. Melonjaknya harga ransum beberapa tahun belakangan ini

setelah terjadi krisis ekonomi di Indonesia sejak 2008, telah membuat

industri perunggasan mengalami degradasi. Bahan ransum unggas yang

harus diimpor merupakan penyebab terpuruknya usaha perunggasan,

karena kita tahu biaya ransum ini mencapai 70 sampai 80% dari total

biaya pemeliharaan. Ransum jadi adalah ransum yang siap diberikan

pada ayam, dimana kandungan nutrisinya sudah disusun secara lengkap

sesuai dengan kebutuhan ayam. Konsentrat adalah ransum padat nutrisi

(nutrisi tinggi) buatan pabrik, dimana dalam pemberiannya ke ayam harus

dicampur terlebih dahulu dengan jagung giling dan bekatul.

11

Page 12: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

Perbandingannya adalah 50 sampai 55% jagung, 30 sampai 35%

konsentrat dan 15 sampai 20% bekatul. Harga konsentrat per kg-nya

biasanya lebih rendah dibanding dengan harga ransum jadi per kg,

sehingga seringkali peternak ayam petelur menggunakan konsentrat ini

sebagai campuran untuk menghemat biaya. Selanjutnya yang dimaksud

dengan self mixing artinya peternak benar-benar mencampur sendiri

berbagai macam bahan baku ransum menjadi ransum jadi (Info Medion,

2014).

Pakan untuk ayam tersedia dalam berbagai macam bentuk, yakni

tepung halus (mash), tepung kasar atau crumble, dan pellet. Pakan

berbentuk tepung halus atau mash digunakan untuk fase starter, tepung

kasar atau crumble untuk fase grower, selanjutnya bentuk pakan pellet

untuk ayam finisher. Menurut Rasyaf (2004), beberapa bentuk ransum

ayam terdiri dari tepung halus atau mash, tepung kasar atau crumble,

serta pellet. Ransum bentuk butiran atau pellet merupakan perkembangan

dari bentuk tepung komplit. Ransum bentuk pellet ini juga ransum bentuk

tepung komplit yang kemudian diproses kembali dengan prinsip

pemberian uap dengan panas tertentu sehingga ransum ini menjadi lunak

kemudian dicetak berbentuk butiran dan pellet. Bentuk fisik ransum yang

berbeda menjadikan adanya pilihan untuk meningkatkan efisiensi

penggunaan ransum.

Bentuk ransum tepung atau mash lebih mudah dicerna dan lebih

murah harganya karena tidak membutuhkan alat khusus lagi tetapi jika

dipakai lebih dominan atau lebih lama dibandingkan dengan bentuk

crumble atau pellet maka bisa menyebabkan nilai konversi ransumnya

semakin naik. Kekurangan bentuk pakan mash adalah mudah tercecer

karena terjadinya segregasi. Segregasi ini akan menyebabkan ransum

yang dikonsumsi menjadi tidak seimbang. Kekurangan lainnya adalah

ransum banyak yang melekat di paruh ayam. Akibatnya, tempat minum

menjadi kotor dan ransum banyak yang terbuang, sehingga nilai FCR

menjadi lebih besar dibandingkan dengan bentuk lainnya, serta kurang

12

Page 13: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

diminati oleh ayam broiler atau pedaging (Fadilah, 2004). Pakan bentuk

crumble diperoleh dari proses penggilingan atau pemecahan pellet

menjadi partikel berbentuk granular. Menurut Agustina dan Purwanti

(2009), pakan bentuk crumble ukurannya lebih kecil, disukai oleh ternak

dan tidak mempunyai kesempatan memilih. Ayam biasanya lebih baik

pertumbuhannya dibanding dengan ayam yang memperoleh ransum

bentuk mash. Pellet merupakan bentuk pakan yang diperoleh dari proses

mengkompresikan ransum berbentuk tepung dengan bantuan uap panas

atau stem untuk menhasilkan ransum yang silinders. Pelleting

memberikan keuntungan: ransum tidak berdebu, kandungan zat nutrisi

dalam setiap pellet tersebut seragam dan homogen, akan mengurangi

sisaa ransum yang terbuaang, membatasi sifat memilih dari ternak,

sehingga akan meningkatkan perfomans ternak yang bersangkutan

(Amrullah, 2004).

13

Page 14: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

PEMBAHASANKegiatan praktikum pemeliharaan ayam broiler dilaksanakan pada

tanggal 28 Februari 2015 hingga 30 Maret 2015 di kandang Laboratorium

Ilmu Ternak Unggas, Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kandang ayam yang digunakan

kelompok 2 adalah berupa kandang postal dengan alas yang terbuat

semen yang dilapisi dengan serutan gergaji yang sering disebut dengan

kandang litter. Rangkaian kegiatan yang dilakukan selama praktikum

terdiri atas fase persiapan dan pemeliharaan. Fase persiapan meliputi

sanitasi kandang dan lingkungan, penaburan bahan alas litter dan

penyiapan brooder. Pemeliharaan meliputi pemasukan DOC, pemberian

vaksin, penimbangan dan panen.

Sanitasi kandang dan lingkungan dilakukan dengan membersihkan

kandang dan lingkungan sekitar kandang. Kandang disemprot dengan

desinfektan berupa formalin, dalam praktikum kali ini diberi

paraformaldehid untuk fungigasi sekitar 10 menit. Lantai kandang ditaburi

kapur atau gamping. Tempat pakan dan minum dibersihkan dan dibilas

dengan larutan Rodalon dengan perbandinagn 10 liter air dengan 5 ml

Rodalon. Pembuatan brooder merupakan tahap awal persiapan sebelum

chick in agar keadaan lingkungan dapat sesuai dengan kebutuhan DOC.

Kegiatan yang dilakukan adalah pemasangan lampu pada setiap

kandang, menutup seluruh bagian kandang menggunakan koran dan

karung, penyemprotan desinfektan Rodalon. Lampu bohlam diyalakan 2

jam sebelum chik in. Pemasukan DOC (chick in) meliputi pemberian tanda

identifikasi dan penimbangan DOC sebelum dimasukkan ke dalam

kandang. Pemberian air minum berupa air gula untuk DOC, sebagai

pengganti sumber energi yang hilang saat perjalanan.

Vaksinasi yang dilakukan meliputi vaksinasi ND1, vaksinasi

Gumboro, dan vaksinasi ND2. Vaksinasi ND 1 dilakukan pada hari ke-3

dengan metode tetes mata. Kegiatan yang dilakukan adalah menyiapkan

vaksin ND 1. Dicampurkan dengan vitastress pada air minum pada pagi

14

Page 15: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

hari (sebelum divaksin) dan sore hari (setelah divaksin) supaya ayam

tidak stres karena dilakukan vaksinasi. Vaksinasi dilakukan dengen tetes

mata sebanyak 1 kali tetes pada setiap DOC. Vaksinasi Gumboro

dilakukan pada hari ke-10 dengan mencampurkan vaksin pada air minum.

Kegiatan praktikum meliputi pemuasaan air minum selama 2 jam sebelum

vaksinasi, agar ketika diberi vaksin DOC dapat minum air minum yang

berisi vaksin dengan banyak. Vaksin Gumboro dicampurkan pada air

minum. Vaksinasi ND 2 dilakukan pada hari ke-17 dengan melakukan

injeksi vaksin ND 2 ke bagian subkutan atau intra muskular pada ayam.

Pembuatan kandang dilakukan dengan menaburkan alas dengan litter

serbuk gergaji. Serbuk gergaji dapat digunakan sebagai alas litter jika

bebas dari kontaminan dan dikelola dengan baik. Keuntungan lain serbuk

gergaji adalah ketersediaannya. Pemeliharaan dilakukan dengan

pembersihan secara tuntas terhadap kandang dan peralatan yang akan

dipakai didalamnya, baik tempat makanan, tempat minuman, brooder, alat

pelingkan dan lain-lain. Terutama pada kandang lama yang sudah dipakai,

sisa-sisa dari ternak yang lama, baik kotoran, bahan-bahan yang tercecer

harus dibersihkan secara tuntas sehingga tidak ada yang tertinggal, sebab

setiap butir sisa dari kawanan ayam yang lama akan ada kemungkinan

akan menularkan sesuatu penyakit kepada kawanan berikutnya.

Pembersih dilakukan dengan air dan bahan pencuci (sabun atau

detergen). Pemberian pakan yang dilakukan selama pemeliharaan

didasarkan ketentuan yang diberikan oleh PT Japfa comfeed (2008) yang

tertera pada tabel 2.1.

15

Page 16: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

Tabel 2.1. Karakter Produksi Strain New Lohman (MB 202)

Penimbangan dilakukan setiap seminggu sekali. Kegiatan yang

dilakukan pada saat penimbangan adalah menimbang bobot ayam dan

menghitung feed intake (FI), feed consumption ratio (FCR) dan average

day gain (ADG). Pemanenan dilakukan dengan menimbang bobot ayam

dan menghitung FI, FCR, ADG, serta IP pada masing-masing ayam.

Penampilan Produksi Perlakuan yang diberikan pada saat praktikum adalah pada

perbedaan kandang. Kandang yang digunakan yaitu kandang litter yakni

kelompok 2 dan wire yakni kelompok 10 yang menggunakan alas serbuk

gergaji dan sekam. Pemeliharaan ayam menggunakan kandang litter

dibandingkan dengan yang menggunakan kandang wire memiliki

pengaruh terhadap pertambahan berat badan. Ayam broiler yang

dipelihara pada litter yang dibandingkan dengan yang dipelihara pada wire

memiliki feed intake yang berbeda.

16

Page 17: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

Feed intake. Berdasarkan tabel feed intake ayam broiler yang

dipelihara menggunakan kandang litter dan menggunakan kandang wire

diketahui rata-rata feed intake pada kandang litter lebih tinggi dari pada

wire. Feed intake untuk kandang litter dan wire konsumsi jumlah pakannya

sama untuk minggu pertama 104 gram, minggu kedua 276 gram, serta

minggu keempat 830 gram, namun pada minggu ke tiga berbeda yakni

597 untuk litter dan 571 untuk wire. Hasil penelitian Anita et al. (2012),

konsumsi normal ayam broiler adalah 53,88 sampai 55,68 gram per ekor

per hari. Utami (2012) juga menambahkan bahwa konsumsi pakan ayam

broiler yang dipelihara pada kandang litter berkisar antara 1581,30 sampai

1602,18 gram per ekor per 35 hari. Berdasarkan penelitian Budiansyah

(2010), konsumsi pakan ayam broiler strain Lohmann MB-202 perharinya

berkisar antara 59,71 sampai 65,02 gram per ekor. Apabila di bandingkan

dengan literatur, feed intake hasil praktikum berada pada kisaran normal.

Tabel 2.2. Feed Intake Ayam pada Berbagai Jenis Kandang

JenisKandan

g

Feed in take Rata-rata

I II III IV

Wire 104 276 597 830 451.75Litter 104 276 571 830 445.25

Grafik 1. Feed Intake Ayam pada Berbagai Jenis Kandang

17

Page 18: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

Menurut Sholikin (2011), ayam mengkonsumsi ransum untuk

memenuhi kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi

ayam akan terus makan. Jika ayam diberi makan dengan kandungan

energi rendah maka ayam akan makan lebih banyak. Kandungan energi

pakan tinggi, maka semakin rendah ayam mengkonsumsi pakan. Ayam

Broiler untuk keperluan hidupnya memerlukan zat makanan seperti

karbohidrat, lemak, mineral, protein, vitamin dan air. Ayam yang dipelihara

juga diberi minum setiap hari pada pagi dan sore hari. Air mempunyai

fungsi sebagai zat dasar dari darah, cairan interseluler dan intraseluler

yang bekerja aktif dalam transformasi zat-zat makanan, penting dalam

mengatur suhu tubuh karena air mempunyai sifat menguap dan specific

heat, membantu mempertahankan homeostatis dengan ikut dalam reaksi

dan perubahan fisiologis yang mengontrol pH, tekanan osmostis,

konsentrasi elektrolit.

Feed intake ayam pada kandang wire lebih tinggi daripada ayam

pada kandang litter. Kandang litter yang menggunakan sekam di tanah

lebih panas karena feses yang tertampung pada litter mengalami proses

fermentasi yang dapat menghasilkan gas metan dan amonia. Panas yang

dihasilkan dari fermentasi litter dapat meningkatkan suhu udara kandang

yang akan mengakibatkan bertambahnya beban panas ayam yang

menghuni. Suhu udara kandang yang panas akan mengakibatkan

konsumsi pakan turun. Ketika suhu udara kandang panas, maka ayam

akan relatif meningkatkan konsumsi minum dan mengurangi konsumsi

pakan. Ayam mengkonsumsi pakan akan menghasilkan energi yang

berupa panas. Kandang wire keadaannya lebih nyaman dibandingkan

kandang litter ditanah, karena alas kandang wire tidak bergesekan dengan

tanah. Kandang dengan lantai wire, aliran udaranya lebih lancar karena

angin dapat masuk dari sela-sela bilah kawat.

Menurut Puspani et al. (2008), konsumsi ayam pada kandang wire

lebih tinggi daripada kandang litter. Hal ini disebabkan oleh ada kandang

wire ayam lebih merasa nyaman dengan sirkulasi udara yang lancar,

18

Page 19: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

sedangkan pada kandang litter sirkulasi udara kurang lancar sehingga

ayam merasa kepanasan dan meningkatkan konsumsi minum. Alas

kandang yang mampu meredam panas dan mengurangi kandungan

amonia dari ekskreta maka tingkat konsumsi pakan ayam akan meningkat

dan terjadi pengurangan konsumsi air minum (Ibrahim dan Allaily, 2012).

Kadar amonia yang tinggi pada kandang dapat menurunkan feed intake.

Jenis litter yang digunakan juga mempengaruhi konsumsi pakan, misalnya

sekam dan serbuk gergaji. Sekam padi banyak digunakan sebagai litter

karena memiliki sifat menyerap yang baik dan tidak mudah menggumpal

(Muharlien et al., 2011). Hasil praktikum sesuai dengan literatur.

Konsumsi pakan ayam tergantung dari beberapa faktor yaitu besar

tubuh ayam (jenis galur), keaktifan badannya sehari-hari, suhu atau

temperatur di dalam dan disekitar kandang, kualitas dan kuantitas pakan

yang diberikan pada ayam pedaging, dan cara pengelolaan yang

dipraktekkan sehari-hari untuk memelihara ayam pedaging atau broiler itu

sendiri (Sholikin, 2011). Konsumsi pakan yang meningkat sudah

sewajarnya karena kebutuhan energi sebanding dengan bobot badan dan

umur ayam. Sholikin (2011) juga menambahkan bahwa faktor genetik dan

kandungan nutrien pakan mempengaruhi konsumsi pakan, selain itu

konsumsi pakan dapat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya pakan

yang disajikan tidak dalam keadaan rusak dan seuai kemauan ayam.

Kebutuhan energinya tinggi dan juga karena ayam dalam kondisi sehat,

selain itu juga dimungkinkan ada saat-saat tertentu temperatur lingkungan

dalam keadaan optimal (misal pada malam hari dengan tambahan

penerangan) sehingga ayam akan lebih banyak makan.

Gain. Berdasarkan grafik gain ayam broiler yang dipelihara

menggunakan litter dan menggunakan wire, diketahui rata-rata gain

semua kelompok mengalami peningkatan setiap minggunya. Gain pada

ayam yang dipelihara dikandang wire berturut-turut setiap minggunya

yaitu 125 gram, 242 gram, 446 gram dan 587 gram. Gain pada ayam yang

dipelihara pada kandang litter berturut-turut setiap minggunya yaitu 118

19

Page 20: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

gram, 262 gram, 455 gram, dan 580 gram. Gain tertinggi ada pada

kelompok ayam wire, namun tidak berbeda jauh dengan ayam yang

dipelihara di kandang litter. Berdasarkan hasil penelitian Anita (2012),

pertambahan berat badan ayam broiler yang ideal adalah 26,75 sampai

28,41 gram per ekor per hari. Tantalo (2009), menyatakan pertambahan

berat badan strain ayam broiler lohmaan MB-202 adalah berkisar antara

46,30 gram per ekor per hari atau berkisar 155,12 gram per minggu.

Apabila dibandingkan dengan literatur yang ada, pertambahan berat

badan ayam hasil praktikum berada dalam kisaran normal. Menurut Abidin

(2002), faktor yang mempengaruhi terhadap pertambahan berat badan

ayam adalah konsumsi pakan dan kandungan nutrien dalam pakan

tersebut.

Tabel 2.3. Gain Ayam pada Berbagai Jenis Kandang

JenisKandan

g

Gain Rata-rata

I II III IV

Wire 125 242 446 587 350Litter 118 262 455 580 353.75

Grafik 2. Gain Ayam pada Berbagai Jenis Kandang

Menurut Gary et al. (2009), untuk mendapatkan produksi yang baik

perlu diadakan kontrol dengan penimbangan yang teratur setiap

20

Page 21: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

minggunya. Jumlah pakan dapat ditambah dengan persentase

kekurangan berat badan dari standar, apabila berat ayam belum

memenuhi standar, akan tetapi apabila bobot badan ayam telah melebihi

standar, maka jumlah pakanyang diberikan tetap sama dengan jumlah

pakan yang diberikan sebelumnya. Menurut Sholikin (2011), untuk

mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang dikehendaki pada

waktu yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan

energi pakan yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi

konsumsi pakannya, dan ayam jantan memerlukan energi yang lebih

banyak daripada betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi pakan

yang lebih banyak. Tahapan pertumbuhan hewan akan membentuk kurva

sigmoid. Awal pertumbuhan lambat, kemudian berkembang lebih cepat

dan akhirnya perlahan lagi menjelang dewasa tubuh. Kecepatan

pertumbuhan pada ayam mempunyai variasi yang cukup besar tergantung

pada tipe ayam, strain, jenis kelamin dan makanan. Faktor lingkungan

juga mempengaruhi kececepatan pertumbuhan ayam, seperti suhu dan

perlindungan terhadap penyakit (Abidin, 2002).

Feed Convertion Ratio (FCR). Berdasarkan grafik FCR ayam

dipelihara menggunakan litter dan kandang wire, diketahui rata-rata FCR

paling rendah pada kandang wire yaitu pada minggu pertama yakni 0.84,

pada minggu kedua 1.3, pada minggu ketiga 1.28, serta pada minggu

keempat 1.41. FCR pada kandang litter untuk minggu pertama 0.83,

minggu kedua 1.05, minggu ketiga 1.31, serta minggu keempat 1.44.

Menurut Utami (2012), konversi pakan ayam broiler berkisar antara 1,41

sampai 1,45. Tantalo (2009) juga menambahkan konversi pakan rata-rata

ayam broiler strain Lohmann MB 202 berkisar 1,46. Hasil penelitian

Anita (2012), konversi pakan ayam broiler strain Lohmann berkisar antara

1,95 sampai 2,01. Sedangkan hasil penelitian Budiansyah (2010),

konversi pakan ayam broiler strain Lohmann berkisar antara 1,23 sampai

1,41. Apabila dibandingkan dengan literatur yang ada, FCR ayam broiler

hasil praktikum berada dalam kisaran normal.

21

Page 22: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

Tabel 2.4. FCR Ayam pada Berbagai Jenis Kandang

JenisKandang

FCR Rata-rata

I II III IVWire 0.84 1.30 1.28 1.41 1.21Litter 0.83 1.05 1.31 1.44 1.16

Grafik 3. FCR Ayam pada Berbagai Jenis Kandang

Menurut Abidin (2002), konversi pakan atau Feed Conversion Ratio

(FCR) adalah perbandingan jumlah pakan yang dikonsumsi dengan berat

hidup sampai ayam itu dijual, sehingga semakin kecil angka konversi

pakan menunujukkan semakin baik efisiensi penggunaan pakan. kenaikan

berat badan dikatakan memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak

untuk meningkatkan berat badannya apabila angka perbandingan kecil.

Menurut Sholikin (2011), konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu genetik, bentuk pakan, temperatur, lingkungan, konsumsi pakan,

berat badan, dan jenis kelamin. Negoro et al. (2013) menyatakan bahwa

angkan koversi pakan yang rendah berarti bahwa pakan yang digunakan

efektif dan efisien, karena pakan yang dikonsumsi digunakan untuk

pembentukan jaringan tubuh ayam. Faktor yang mempengaruhi konversi

pakan antara lain adalah metabolis dan zat-zat yang terkandung di dalam

pakan. Lacy dab Vest (2000) menambahkan bahwa faktor utama yang

22

Page 23: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

mempengaruhi konversi pakan adalah genetik, ventilasi, sanitasi, kualitas

pakan, jenis pakan, penggunaan zat aditif, kualitas air, penyakit dan

pengobatan serta manajemen pemeliharaan, selain itu meliputi faktor

penerangan, pemberian pakan, dan faktor sosial.

Vaksinasi

Setiap pemeliharaan ternak tidak terlepas dari vaksinasi, terutama

dalam pemeliharaan ayam pedaging atau broiler. Vaksinasi bagi daya

tahan tubuh sangat diperlukan, selain berfungsi untuk membuat kekebalan

terhadap penyakit juga dapat memacu pertumbuhan. Jenis ayam broiler

yang divaksin dengan yang tidak divaksin menunjukkan perbedaan seperti

besar tubuh antara yang divaksin dengan yang tidak divaksin, jumlah

ayam yang terhindar dari kematian, jumlah makanan yang dihabiskan dan

keuntungan yang dicapai.

Pengertian vaksin adalah bibit penyakit yang dilemahkan. Vaksinasi

berdasarkan praktikum yang telah dilakukan adalah memperkenalkan anti

gen asing yang dimasukkan ke dalam tubuh ayam broiler yang dikenali

sebagai bakteri patogen untuk merangsang sistem imun dan menstimulus

antibodi ayam, sehingga saat terdapat bibit penyakit yang masuk ke

dalam tubuh ayam, dapat direspon karena sudah distimulasikan

sebelumnya.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui

bahwa vaksin ND I dan ND II (New Castle Disease) diberikan kepada

ayam broiler untuk mencegah penyakit NCD (New Castle Disease) atau

penyakit tetelo. Gejala awal dari penyakit Newcastle Disease adalah

konsumsi pakan menurun, ekskreta berwarna keputihan, ayam kejang,

pucat, otot bergetar, dan dapat menyebabkan lumpuh. Penyebaran

penyakit Newcastle Disease dapat terjadi melalui sesama ayam, seperti

melalui pakan dan minum, atau ekskreta, dapat juga menyebar melalui

manusia. Penyakit Newcastle Disease dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu

tipe kuat, sedang, dan ringan. Newcastle Disease tipe kuat dapat

23

Page 24: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

menyebabkan 100% ayam umur 1 hari sampai 1 minggu mati. Newcastle

Disease tipe sedang dapat menyebabkan 10% dari populasi ayam mati.

Newcastle Disease tipe ringan memiliki gejala yang tidak tampak, hanya

konsumsi pakan yang menurun.

Vaksin Gumboro diberikan kepada ayam broiler untuk mencegah

penyakit gumboro atau disebut dengan penyakit IDB (Infection Bursal

Desease). Penyakit ini disebabkan oleh virus gumboro. Gejala yang

terlihat adalah ayam lesu, mengantuk, kloaka berdarah, ekskreta

berwarna keputihan dan menempel pada kloaka, dan kloaka dipatukin

oleh ayam lain. Penularan penyakit gumboro dapat melalui ekskreta

sesama ayam atau dapat melalui manusia. Penyakit gumboro memiliki

dua tipe, yaitu tipe A (Gumboro Subklinis) dan tipe B (Gumboro Klinis).

Gumboro tipe A (Gumboro Subklinis) menyerang ayam pada umur 1

sampai 12 hari dan gejala tidak terlihat, sedangkan gumboro tipe B

(Gumboro Klinis) menyerang ayam pada umur 3 sampai 7 minggu.

Penyakit gumboro dapat menyebabkan sistem imun dari ayam melemah

diakibatkan virus gumboro menyerang sel Limfosit B yang masih belum

matang menjadi rusak, sehingga ayam mudah terkena penyakit lain

bahkan penyakit yang mematikan.

Menurut Fadilah dan Agustin (2004), vaksin merupakan

mikroorganisme bibit penyakit yang telah dilemahkan virulensinya atau

dimatikan, dan bila diberikan pada ternak tidak menimbulkan penyakit

melainkan dapat merangsang pembentukan zat kebal yang sesuai dengan

jenis vaksinnya. Vaksinasi merupakan tindakan memasukkan antigen

berupa virus atau agen penyakit yang telah dilemahkan ke dalam tubuh

sehat dengan maksud merangsang pembentukan kekebalan. Vaksin

memiliki tiga tipe, yaitu vaksin virus hidup, vaksin yang dilemahkan, dan

vaksin yang dimatikan. Vaksin virus hidup (Live Virus Vaccine) yaitu virus

dalam vaksin masih hidup dan memiliki kemampuan yang lengkap untuk

menghasilkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit sehingga bisa

menangkal penyakit yang menyerang tubuh ayam. Vaksin yang

24

Page 25: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

dilemahkan (Attenuated Vaccine) yaitu vaksin yang dibuat dengan cara

melemahkan organisme aktif sehingga ketika digunakan kepada ayam

akan menghasilkan kekebalan tubuh untuk melawan suatu penyakit dalam

bentuk yang lebih ringan. Vaksin yang dimatikan (Killed Vaccine) yaitu

organisme yang digunakan untuk menghasilkan vaksin telah dimatikan

dan tidak memiliki kemampuan untuk menularkan penyakit pada ayam,

namun memiliki kemampuan untuk memproduksi antibodi ketika vaksin

digunakan.

Mekanisme kerja vaksin adalah vaksin atau bibit penyakit yang

telah dilemahkan (anti gen asing) diperkenalkan kepada ayam broiler

dengan cara dimasukkan ke dalam tubuh ayam broiler yang dikenali

sebagai bakteri patogen untuk merangsang sistem imun dan menstimulus

antibodi ayam, sehingga ketika terdapat bibit penyakit yang masuk ke

dalam tubuh ayam, dapat direspon karena sudah distimulasikan

sebelumnya. Menurut Setiawan et al. (2012), mekanisme kerja vaksin

adalah mempengaruhi respon imun (kebal) yaitu sel-sel memori yang

bersifat melindungi dan telah terbentuk pada waktu sebelumnya. Antibodi

akan terbentuk setelah dilakukan vaksinasi yang dapat melawan suatu

penyakit. Antibodi akan terbentuk apabila sel penghasil antibodi yaitu sel

limposit (sel-B) telah berfungsi dengan baik. Antibodi yang spesifik akan

terbentuk apabila terdapat rangsangan antigen spesifik (penginfeksi) yang

masuk kedalam tubuh ternak yang berfungsi merangsang makrofage

untuk memfagosit (memakan) patogen tersebut.

25

Page 26: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

Grafik 4. Titer Antibodi

Anak ayam yang baru menetas, secara normal telah dibekali

sejumlah antibodi, dinamakan antibodi maternal yang berasal dari induk

ayam yang sebelumnya telah divaksinasi. Antibodi maternal yang dimiliki

oleh anak ayam tidak akan bertahan dalam jangka waktu yang lama

hanya sekitar 6 sampai 7 hari, karena tantangan bibit penyakit yang

terdapat di sekitar tempat hidup ayam relatif tinggi. Anak ayam harus

ditreatment dengan vaksinasi secara periodik agar titer antibodi tetap

berada pada titer yang protektif. Pembentukan titer antibodi pada saat

vaksinasi pertama tidaklah secepat dan setinggi vaksinasi ulang yakni ke-

2, ke-3, dan seterusnya. Saat vaksinasi pertama di dalam tubuh ayam

belum terbentuk sel memori, akibatnya respon pembentukan antibodinya

membutuhkan waktu yang relatif lama dibandingkan vaksinasi ulang,

dimana saat vaksinasi ulang telah terbentuk sel memori. Kondisi titer

antibodi tersebut tidak akan selamanya protektif. Setelah beberapa

periode waktu, titer antibodi di dalam tubuh ayam akan menurun dan

kecepatan penurunan titer antibodi ini dipengaruhi oleh tantangan bibit

penyakit maupun kondisi ternaknya.

Penyakit Newcastle Disease mulai menyerang ayam pada hari ke 6

sampai 7, sedangkan pada saat itu antibodi maternal akan habis. Vaksin

ND1 mulai diberikan pada hari ke 3, sehingga pada hari ke 6 sampai 7

antibodi ayam dapat terbentuk kembali. Hal ini karena vaksin ND1 mulai

26

Page 27: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

bekerja (aktif) pada hari ke 6 sampai 7. Antibodi maternal yang mulai

habis akan dapat digantikan dengan antibodi yang dirangsang di

pemberian vaksin ND1. Gumboro tipe A (Gumboro Subklinis) menyerang

ayam pada umur 1 sampai 12 hari dan gejala tidak terlihat, sedangkan

gumboro tipe B (Gumboro Klinis) menyerang ayam pada umur 3 sampai 7

minggu, sehingga vaksin Gumboro diberikan pada hari ke 10. Vaksin

Gumboro mulai bekerja pada hari ke 2 sampai 3 setelah pemberian. Hal

ini diharapkan agar pada saat penyakit Gumboro mulai menyerang, dalam

tubuh ayam telah terbentuk antibodi. Antibodi ND1 hanya bekerja 6

sampai 7 hari, sehingga ayam harus diberi vaksin ND2 agar dalam tubuh

ayam tetap terbentuk antibodi terhadap penyakit Newcastle Disease. Cara

kerja vaksin ND2 sama dengan vaksin ND1, vaksin ND2 aktif 2 sampai 3

hari setelah pemberian.

Agar pembentukan titer antibodi bisa mencapai optimal maka

pelaksanaan vaksinasi harus dilakukan secara tepat, minimal untuk 3

ketentuan yaitu right vaccine, right time and right way (tepat vaksin, tepat

waktu dan tepat aplikasi atau cara pemberian). Antibodi maternal menurun

menjadi sekitar nol (basal) setelah beberapa minggu (Cardoso et al.,

2005). Menurut Suryani (2015), respon kekebalan terhadap Newcastle

Disease pada ayam petelur periode bertelur setelah vaksinasi

menunjukan tingkat titer antibodi terhadap Newcastle Disease (ND).

Faktor-faktor yang harus diperhatikan ketika melaksanakan

vaksinasi antara lain kondisi ayam, seperti ayam harus sehat,

diperlakukan secara hati-hati agar terhindar dari stres fisik berlebihan, dan

pelaksanaan vaksinasi harus sesuai dengan rekomendasi. Jadwal

vaksinasi, seperti mengetahui waktu penyakit biasa menyerang, jenis

vaksin yang digunakan, umur ayam yang akan divaksin, dan tanggal

rencana pelaksanaan vaksin. Laporan kegiatan vaksinasi, seperti tanggal

pelakasanan vaksinasi harus dicatat, nama perusahaan dan nomor seri

vaksin, dan nama pelaksana vaksinasi. Faktor lain yaitu menghindari

faktor yang bisa mematikan vaksin, seperti sinar matahari langsung,

27

Page 28: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

panas dari bara rokok, desinfektan, serta penyimpanan yang tidak sesuai

rekomendasi. Perlakuan pascavaksin, seperti memberikan vitamin selama

3 sampai 5 hari dan memusnahkan bekas vaksin (Fadilah dan Agustin,

2004).

Menurut Attikasari (2009), Infectious Bursal Disease (IDB) lebih

dikenal dengan istilah penyakit Gumboro. Penyakit ini sangat akut dan

pernah menjadi momok seluruh peternakan ayam karena tingkat kematian

bisa mencapai 30%. Penyakit Gumboro disebabkan oleh vorus dari genus

Bimavirus, famili Bimaviridae. Jaringan limfoid merupakan target utama

virus IDB dengan organ target utama bursa Fabricius yang bertanggung

jawab dalam pembentukan antibodi pembentuk kekebalan. Virus IDB juga

menyerang organ limpa. Gejala penyakit Gumboro diantaranya ayam lesu

dan mengantuk, bulu kusam dan bulu disekitar kloaka kotor, ekskreta

encer berlendir dan berwarna keputih-putihan seperti pasta, kloaka sering

dipatukin ayam lain, tubuh ayam menjadi kering karena kekurangan

cairan, serta apabila tidur paruhnya diletakkan di lantai. Tindakan paling

tepat dalam pengendalian penyakit IDB adalah melakukan vaksinasi lebih

awal dan kontinyu tergantung dengan titer antibodi yang ada dalam tubuh.

Menurut Wibowo et al. (2013), penyakit Newcastle Disease(ND)

atau penyakit tetelo merupakan penyakit unggas khususnya ayam yang

bersifat sangan menular dan akut serat menimbulkan gejala gangguan

pencernaan, pernafasan dan syaraf. Penyakit ini disebabkan oleh avian

paramyxovirus tipe I (APMV-I), dari genus Avulavirus, dan termasuk

keluarga Paramyxoviridae. Menurut Kencana et al. (2012), pada ayam

keganasan virus ND tergantung pada virulensi dan predileksi galur virus.

Berdasarkan atas virulensinya, virus ND dikelompokkan menjadi tiga

patotipe yaitu velogenik (sangat ganas), mesogenik (sedang) dam

lentogenik (rendah). Berdasarkan atas organ predileksinya, virus ND

velogenik dibedakan menjadi bentuk neutropik yang ditandai dengan

gejala gangguan syaraf, pneumotropik yang ditandai dengan kelainan

pada sistem pernafasan, dan bentuk viscerotropik yang ditandai dengan

28

Page 29: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

gangguan pada sistema pencernaan. Tanda-tanda yang sering ditemukan

pada penyakit ND diantaranya pendarahan pada proventrikulus,

ventrikulus, dan nekrosis pada usus. Beberapa tanda juga ditemukan

pada organ saluran pernafasan seperti pendarahan pada trakhea, paru-

paru bahkan juga pada otak. Wibowo et al. (2013) juga menambahkan

obat yang efektif untuk mengatasi infeksi virus ND belum ada. Tindakan

utama yang dapat dikerjakan adalah mencegah munculnya penyakit

tersebut dengan melakukan vaksinasi dan didukung dengan perbaikan

tatalaksana pemeliharaan ayam.

29

Page 30: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Feed intake ayam broiler yang dipelihara menggunakan kandang

litter dan menggunakan kandang wire diketahui rata-rata feed intake pada

kandang litter lebih tinggi dari pada wire. Feed intake hasil praktikum

berada pada kisaran normal. Gain ayam broiler yang dipelihara

menggunakan litter dan menggunakan wire, diketahui rata-rata gain

semua kelompok mengalami peningkatan setiap minggunya.

Pertambahan berat badan ayam hasil praktikum berada dalam kisaran

normal. FCR ayam dipelihara menggunakan litter dan kandang wire,

diketahui rata-rata FCR paling rendah pada kandang wire. FCR ayam

broiler hasil praktikum berada dalam kisaran normal. Vaksinasi dilakukan

selama pemeliharaan ayam broiler, yakni vaksinasi ND I (New Castle

Disease) melalui tetes mata, vaksinasi Gumboro diberikan melalui air

minum ayam broiler, serta vaksinasi ND II (New Castle Disease) dilakukan

dengan penyuntikan atau injeksi.

SaranPelaksanaan praktikum industri ternak unggas acara pemeliharaan

ayam Broiler sebaiknya dilaksanakan tepat waktu. Pembagian tugas untuk

kegiatan praktikum sebaiknya lebih diperhatikan, karena banyak praktikan

yang tidak bertugas dan hanya duduk-duduk tidak jelas. Sebaiknya

praktikum dilaksanakan dengan santai namun juga harus tertib dan

teratur. Kegiatan dalam praktikum industri ternak unggas acara

pemeliharaan ayam Broiler sebaiknya lebih terorganisir.

30

Page 31: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Meningkatkan produktivitas ayam ras pedaging. Jakarta. Agromedia.

Agromedia, R. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Agustina, L dan S. Purwanti. 2009. Ilmu Nutrisi Unggas. Lembaga Sumberdaya Peternakan. Makasar.

Alchalabi, Dhia. 2001. Memantau Lingkungan Kandang Unggas. Tripod : Membangun Unggas Indonesia, Jakarta. http://siauwlielie.tripod.com. Diakses tanggal 20 April 2015.

Amrullah, I.K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi KPP IPB. Baranangsiang Bogor.

Andisuro, R. 2011. Ayam Broiler. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.

Anita, W. Y., I. Astuti, dan Suharto. 2012. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Teh Tua dalam Ransum terhadap Performan dan Persentase Lemak Abdominal Ayam Broiler. Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Oktober 2012:1-6, ISSN 2301-9921.

Anonim. 2013. Final stock, parent stock dan grand parent stock. http://www.central-unggas.com. Diakses 25 Mei 2015..

Attikasari, D. P. 2009. Gambaran Respon Vaksinasi IDB Menggunakan Vakasin IDB inaktif pada Ayam Pedaging Komersial. Skripsi. Fakultas Kedukteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Budiansyah, Agus. 2010. Performan Ayam Broiler yang Diberi Ransum yang Mengandung Bungkil Kelapa yang Difermentasi Ragi Tape Sebagai Pengganti Sebagian Ransum Komersial. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XIII, No. 5. Universitas Jambi. Jambi.

Cardoso, W.M., A. Filho J.L.C., Romao J.M., Oliveira W.F., Salles R.P.R., Teixeira R.S.C., and Sobral M.H.R. 2005. Effect of associated vaccines on the interference between Newcastle Disease virus and infectious bronchitis virus in broilers. Rev. Bras. Cienc. Avic. vol.7 no.3. Brazil.

Casey, K. D., J. R. Bicudo, D. R Schimidt, A. Singh, S. W. Gay, R. S. Gates, L. D. Jacobson, & S. J Haff. 2006. Air quality and emission from livestock andpoultry production waste management system in animal agriculture and the environment. National Centre for Manure and Animal Waste ManagementWhite Paper.

Fadilah, R. dan Fatkhuroji. 2013. Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta.

31

Page 32: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

Fadilah, Roni. dan Agustin, P. 2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Fadilah,R. 2004. Ayam Broiler Komersil. Cetakan ke-2. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Fadli, Illahi. 2013. Evaluasi Pemenuhan Standar Pencahayaan Alami Ruang Kelas. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Gary D, Butcher DVM, dan Richard Miles. 2009. Ilmu Unggas, Jasa Ekstensi Koperasi, Lembaga Ilmu Pangan dan Pertanian Universitas Florida. Gainesville.

Gustira, D.E. 2014. Pengaruh kepadatan kandang terhadap performa produksi ayam petelur fase awal grower. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Ibrahim, Sulaiman dan Allaily. 2012. Pengaruh Berbagai Bahan Litter Terhadap Konsentrasi Ammonia Udara Ambient kandang dan Performan Ayam Broiler. Jurnal Agripet Vol 12 No 1: 47-51. Universitas Syiah Kuala Lumpur. Banda Aceh.

Info Medion. 2010. Majalah Info Medion Edisi Juli 2010: Suhu dan Kelembaban Terkontrol, Ayam Nyaman. Medion Farma Jaya. Bandung.

Info Medion. 2014. Majalah Info Medion Edisi November 2014 Mengenal Ransum Ayam. Medion Farma Jaya. Bandung.

Kamal, Muhammad. 1999. Nutrisi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Kencana, G. A. Y., Nyoman, M. A., I Gusti, N. K. M., dan I Wayan, G. 2012. Penyebaran Virus Vaksin ND pada Sekelompok Ayam Pedaging Tidak Divaksinasi dan Dipelihara Bersama Ayam yang Divaksinasi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. Bali.

Lacy, M. & L. R. Vest. 2000. Improving Feed Convertion in Broiler : A uide for Growers. Springer Science and Business Media Inc, New York.

Muharlien, M., Achmanu dan R. Rachmawati. 2011. Meningkatkan Produksi Ayam Pedaging Melalui Pengaturan Proporsi Sekam, Pasir Dan Kapur Sebagai Litter. Jurnal Ternak Tropika Vol. 12 No.1: 38-45.

Negoro, A.S.P., Achmanu., dan Muharlien. 2013. Pengaruh Penggunaan Tepung Kemangi dalam Pakan Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya.

Nuroso. 2012. Pembesaran Ayam Kampung Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

32

Page 33: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

Pratama, J.A. 2008. Nilai Energi Metabolis Ransum Ayam Broiler Periode Finisher Yang Disuplementasi Dengan Dl-Metionin. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

PT Japfa Comfeed. 2008. Broiler Management Program. Jakarta. Indonesia.

Puspani, E., Nuriyasa, I. M., Wibawa, A. A. P. P., dan Candrawati, D. P. M. A. 2008. Pengaruh Tipe Lantai Kandang dan Kepadatan Ternak Terhadap Tabiat Makan Ayam Pedaging Umur 2-6 Minggu. Fakultas Peternakan.Universitas Udayana. Denpasar.

Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Petelur. Cetakan ke XX. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyid, Ainur dan G. Hartati. 2007. Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Sahari, Banong. 2012. Manajemen Industri Ayam Ras Petelur. Masagena Press. Makassar.

Santoso, H dan T. Sudaryani. 2011. Pembesaran Ayam Pedaging Hari per Hari di Kandang Panggung Terbuka. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sarjana, T.A. 2007. Manajemen Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.

Setiawan, R.B., D. Iriana., dan Rosidah. 2012. Efektivitas vaksin dari bekteri Mycobacterium fortuitum yang diinaktivasi dengan pemanasan untuk pencegahan penyakit Myobacteriosis pada ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran. Bandung.

Sholikin, Huda. 2011. Manajemen Peliharaan Ayam Broiler di Peternakan UD Hadi PS Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Siregar, A.P. 2005. Teknik beternak ayam pedaging di Indonesia. Margie group, Jakarta.

Sulistyoningsih, Mei. 2009. Pengaruh pencahayaan (lighting) terhadap performans dan konsumsi protein pada ayam. Seminar nasional Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Suryani, L.H. 2015. Deteksi titer antibodi dan identifikasi faktor penyebab kegagalan vaksinasi terhadap Newcastle Disease pada ayam petelur di desa bulo kabupaten sidenreng rappang. Skripsi.

33

Page 34: Iki Laporan Praktikum Unggas_3

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar.

Tantalo. 2009. Perbandingan Performans Dua Strain Broiler Yang Mengonsumsi Air Kunyit. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Agustus, 2009, Vol. XII. No.3.

Utami, Sri, Zuprizal, dan Supadmo. 2012. Pengaruh Penggunaan Daging Buah Pala dalam Pakan (Myristica Frangrans Houtt) terhadap Kinerja Ayam Broiler pada Kepadatan Kandang yang Berbeda. Buletin Peternakan Vol. 36(1): 5-13, Februari 2012. ISSN 0126-4400.

Utomo, Ristianto. 2014. Konservasi Hijauan Pakan dan Peningkatan Kualitas Bahan Pakan Berserat Tinggi. Gadjah Mada Univerity Press. Yogyakarta.

Wibowo, E. D., Widya, A., Michael, H. W., dan Bambang, S. 2013. Perbandingan Tingkat Proteksi Program Vaksinasi Newcastle Disease pada Broiler. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Widjastuti, Tuti dan D. Garnida. Evaluasi performans ayam merawang phase pertumbuhan (12 minggu) pada kandang sistem kawat dan sistem litter dengan berbagai imbangan energi – protein didalam ransum. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung.

Wulandari, Aulia., Salmiah., dan Tavi Supriana. 2014. Analisis Komparasi Usahatani Ternak Ayam Potong Rakyat Dengan Ternak Ayam Potong Kemitraan. Universitas Sumatera Utara. Medan. Sumatera Utara.

WWF. 2015. Seputar Perubahan Iklim : Seputar perubahan iklim dan energi. WWF, Jakarta. (www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/iklim_dan_energi/). Diakses tanggal 21 April 2015.

Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas . Kanisius. Yogyakarta.

34