IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA...

138
AGAMA DAN ETOS KERJA Dalam Perspektif Aliran Buddha Mahayana Dan Aliran Calvinis SKRIPSI Diajukan sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Agama (S.Ag) Disusun Oleh: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA...

Page 1: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

AGAMA DAN ETOS KERJA

Dalam Perspektif Aliran Buddha Mahayana Dan Aliran Calvinis

SKRIPSI

Diajukan sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Disusun Oleh:

IIN SUMAEROH

1113032100070

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.
Page 3: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.
Page 4: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.
Page 5: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

v

ABSTRAKSI

Iin Sumaeroh

Agama dan Etos Kerja Dalam Perspektif Aliran Buddha Mahayana dan

Aliran Calvinis

Penelitian ini mendeskripsikan tentang adanya hubungan erat antara

agama dan etos kerja. Ketika Etos Kerja dimaknai atau ditujukan hanya untuk

sekedar mencari sebuah materi maka nilai-nilai moril atau nilai keagamaannya

akan hilang. Apabila bekerja tidak sesuai dengan aturan-aturan yang terdapat

dalam agama masing-masing maka akan menimbulkan adanya perasaan-perasaan

ketidakpuasan karena yang selalu dijadikan motivasi utama adalah materi bukan

sebagai ibadah kepada Tuhan.

Penelitian ini adalah studi kepustakaan (Library Research) penelitiam ini

digunakan karena banyak para tokoh Aliran Buddha Mahayana dan Aliran

Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

Penulis juga menggunakan penelitian lapangan (Field Research). Penelitian ini

bersumber langsung dari sasaran tempat penelitian yang dapat diperoleh melalui

interaksi dengan tokoh agama Aliran Buddha Mahayana dan Aliran Calvinis.

Penulis menemukan adanya hubungan antara agama dan etos kerja.

Bekerja merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan sebagai manusia

ciptaan Tuhan, karena dengan bekerja sama halnya seperti sedang beribadah

kepada Tuhan apabila dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai dengan

ajaran-ajaran yang terdapat dalam ajaran agamanya.

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa Tuhan mempunyai pengaruh

dalam meningkatkan etos kerja seseorang. Tuhan tidak hanya memerintahkan

manusia untuk bekerja melainkan Tuhan pun ikut serta dalam bekerja, seperti

menciptakan alam semesta dan seluruh isinya, kemudian memelihara bahkan

menjaganya selama 24 jam dan hal tersebut merupakan karya Tuhan yang

dipersembahkan untuk manusia, sehingga sebagai bentuk wujud syukur sebagai

manusia karena telah diciptakan oleh Tuhan adalah dengan melalui bekerja

dengan giat dan penuh semangat sesuai dengan aturan-aturan yang terdapat dalam

agamanya masing-masing.

Page 6: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

vi

KATA PENGANTAR

Tiada untaian kata yang lebih indah selain mengucapkan rasa syukur,

penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis

dalam rangka memenuhi persyaratan akademis untuk ujian strata satu (S1) pada

Program Studi Agama-Agama di Fakultas Ushuluddin.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW

yang telah memberikan cahaya kebenaran dan petunjuk kepada umat manusia

dengan akhlak dan budi pekertinya menuju peradaban ke arah yang lebih baik.

Karena berkat perjuangan beliaulah sampai detik ini kita masih dapat menikmati

manisnya Iman dan Islam.

Dengan melalui proses yang begitu banyak rintangan, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Agama dan Etos Kerja dalam

Perspektif Aliran Buddha Mahayana dan Aliran Calvinis”. Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa begitu banyak pihak yang telah turut mendukung, membantu,

serta membimbing dalam penyelesaian skripsi ini. Melalui kesempatan ini,

dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga besar penulis terutama kepada Ayahanda tercinta KH. Subki

Fauzi Abdurrahman dan Ibunda terkasih Siti Awiyah, serta kakak

tersayang Aang Arsyad Baidhowi, yang selalu memberikan dorongan

dan motivasi, kepada penulis baik secara moril maupun materil.

Page 7: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

vii

2. Prof. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Media Zainul Bahri, MA, selaku Ketua Jurusan Studi Agama-

Agama, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Dra. Halimah SM, MA, selaku Sekretaris Jurusan Studi Agama-

Agama, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Siti Nadroh, MA, selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, terimakasih atas waktu yang telah diluangkan dan

bimbingannya yang sangat membangun memotivasi penulis.

7. Dr. Sri Mulyati, MA, selaku dosen penasehat akademik.

8. Seluruh Dosen di program Studi Agama-Agama yang telah mendidik

penulis dan bersedia mencurahkan segala ilmunya.

9. Kepada seluruh civitas akademika Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Kepada pihak Vihara Avaloketisvara terkhusus Bapak Sakta Dippana,

Efendy Lukias, dan Frankie Sibbald, yang telah bersedia meluangkan

waktunya dalam penyelesaian penelitian penulis.

11. Kepada pihak GPIB Zebaoth Bogor terkhusus Bapak Pdt. Omiek

Kaharuddin, Pdt. Jefrey WH. C. Somprot dan Ibu Pdt. Johana Nirauha,

Page 8: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

viii

yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam penyelesaian

penelitian penulis.

12. Keluarga besar Studi Agama-Agama A dan B Periode 2013 yang telah

bersama selama kuliah.

13. Keluarga besar HMJ Perbandingan Agama Periode 2015-2016,.

14. Keluarga besar Permasi Jakarta Raya (Persatuan Mahasiswa Bekasi)

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

15. Keluarga besar KKN Jong Juang 2016.

16. Kepada sahabat-sahabat terdekat, Kijo, Beben, Rio, Anggi, Danu,

Fauzi, Faris, Rofi, Oktavia Damayanti, Fitri Barliana, Shofiyatul

Fitriyah, Sarah Muthia, Tety Juwariyah, Syifa Fauziah, Windia Indri

dan Marshanda Egy.

Page 9: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PENGESAHAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAKSI v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 10

D. Kerangka Teoritis 12

E. Tinjauan Pustaka 13

F. Metodologi Penelitian 14

G. Sumber Data 15

H. Sistematika Penulisan 21

BAB II TINJAUAN TEORITIS ETOS KERJA DALAM PERSPEKTIF

ALIRAN BUDDHA MAHAYANA

A. Pengertian Etos Kerja Dalam Aliran Buddha Mahayana 23

B. Syarat Etos Kerja Dalam Aliran Buddha Mahayana 27

C. Jenis-Jenis Etos Kerja Yang Dianjurkan Dalam Aliran Buddha

Mahayana 33

D. Jenis-Jenis Etos Kerja Yang Tidak Dianjurkan Dalam Aliran Buddha

Mahayana 36

Page 10: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

x

BAB III TINJAUAN TEORITIS ETOS KERJA DALAM PERSPEKTIF

ALIRAN CALVINIS

A. Pengertian Etos Kerja Dalam Aliran Calvinis .39

B. Syarat Etos Kerja Dalam Aliran Calvinis 47

C. Jenis-Jenis Etos Kerja Yang Dianjurkan Dalam Aliran Calvinis..........53

D. Jenis-Jenis Etos Kerja Yang Tidak Dianjurkan Dalam Aliran

Calvinis 55

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KONSEP ETOS KERJA DALAM

ALIRAN BUDDHA MAHAYANA DAN ALIRAN CALVINIS

A. Tuhan pun Bekerja 57

B. Bekerja Adalah Ibadah 65

C. Implementasi Etos Kerja 72

D. Analisis Perbandingan Etos Kerja Dalam Aliran Buddha Mahayana dan

Aliran Calvinis 79

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 82

B. Saran-Saran 83

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya terdiri dari lahir dan batin. Sehingga sesuai dengan

keadaannya banyak pula ragam kebutuhan manusia. Secara fisik, kehidupan

manusia minimal memerlukan empat kebutuhan pokok yang terdiri dari sandang,

pangan, papan serta obat-obatan. Sehingga, agar dapat mewujudkan semua

kebutuhan tersebut maka orang kemudian bekerja dan berjuang dalam masyarakat

dengan penuh semangat untuk mendapatkan penghasilan. Semakin maju dan

berhasil seseorang bekerja serta berkarya, pada umumnya makin besar pula

penghasilan sehingga memungkinkannya untuk dapat mencukupi segala

kebutuhan hidup fisiknya. Akan tetapi, selain dengan bekerja untuk memenuhi

kebutuhan pribadi, juga dapat membantu kebutuhan orang lain. Karena, manusia

adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri artinya saling membutuhkan

satu sama lain.

Selain kebutuhan fisik tersebut di atas, manusia memerlukan pula

pemenuhan kebutuhan spiritual, yaitu agama. Agama yang merupakan kumpulan

tata cara kehidupan untuk dapat mencapai kebahagiaan duniawi maupun surgawi

diperlukan agar orang memiliki landasan moral dan kemantapan dalam setiap

tindakan, ucapan maupun pikirannya yang dimana pada zaman dahulu semua

orang tidak banyak memikirkan cara-cara memperbaiki hidup, karena pada

umumnya mereka percaya bahwa hidup mereka telah diatur dan ditentukan oleh

Tuhan. Bahkan manusia tidak boleh melakukan upaya apapun termasuk bekerja

Page 12: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

2

untuk mengubah nasib artinya setiap orang berkewajiban untuk mengikuti

kehendak Tuhan apapun yang terjadi.1

Seiring berkembangnya zaman hampir semua agama mengajarkan kepada

umatnya untuk memberikan sedekah kepada orang yang lebih membutuhkan,

sehingga mendorong pemeluknya untuk giat bekerja demi mendapatkan rezeki

dan berkah dari Tuhan-Nya, itu artinya memberi lebih baik daripada meminta dan

untuk dapat memberi tentunya seseorang harus mempunyai kelebihan agar dapat

diberikan kepada sesamanya yang kekurangan, akan tetapi ketika ingin memberi

tidak hanya saja berkecukupan secara material akan tetapi juga kedalaman

spiritual sehingga memberi juga merupakan panggilan sosial keagamaan.

Semangat yang diajarkan oleh setiap agama pada dasarnya ialah semangat

bekerja agar dapat memberi kepada sesamanya yang lebih membutuhkan. Seorang

agamawan yang baik adalah yang tidak hanya meminta kepada Tuhan-Nya tentu

dengan upaya yang telah dikerjakannya kemudian memberi terhadap sesamanya.

Oleh karena itu, dengan semangat memberi mendorong manusia untuk bekerja

keras, demi mencapai kemampuan yang maksimal.

Fenomena kemiskinan, kesengsaraan, dan penderitaan yang dialami dalam

kehidupan manusia pada dasarnya banyak berkaitan dengan problematika

ketimpangan dalam realitas hidup manusia sendiri. Jadi, upaya yang harus

dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan yang makin hari makin merendahkan

derajat kemanusiaan dan merusak sendi-sendi moralitas mau tidak mau agama

dengan melalui lembaga-lembaganya seharusnya menempatkan kemiskinan

sebagai tantangan agama yang sangat fundamental, karena lembaga-lembaga

1Paul Zane Pilzer, Tuhan Ingin Anda Kaya (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005),

h. 2.

Page 13: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

3

keagamaan seharusnya berada di tengah-tengah masyarakat sebagai pusat

pembelaan kaum yang lemah, dan miskin.2

Dewasa ini, perkembangan ekonomi dunia bergerak semakin global dan

tunggal, ekonomi telah menempatkan uang sebagai faktor penentu dalam

kehidupan sehari-hari karena uang yang semula menjadi alat telah berubah

menjadi tujuan. Dengan situasi yang demikian, lahirlah fenomena hidup

masyarakat yang juga meletakan uang sebagai ukuran kebahagiaan, kesuksesan

bahkan kebahagiaan.

Di sinilah persoalan etos kerja yang dihubungkan dengan agama menjadi

penting peranannya, agar tidak menjadikan tujuan utama bekerja hanya untuk

mendapatkan uang akan tetapi, ketika memiliki kecukupan maka dapat berbagi

dengan sesamanya yang lebih membutuhkan dan ketika sudah melakukan

kebaikan seperti itu, bukan hanya kesenangan yang didapat akan tetapi

ketenangan batin pula akan didapatkan karena apa yang telah dikerjakan telah

bermanfaat untuk orang lain pula bukan hanya untuk keperluan pribadi.3

Agama merupakan sebuah sistem yang mengatur setiap kehidupan

bermasyarakat. Artinya secara mendasar agama menjadi sebuah norma yang

mengikat dalam keseharian bahkan telah menjadi pedoman bagi sebagian konsep

yang ideal.4 Ajaran-ajaran agama yang telah difahami dan dihayati oleh setiap

manusia dapat menjadi pendorong kehidupan individu sebagai acuan dalam

berinteraksi baik kepada Tuhan, antar sesama manusia maupun kepada alam

2Musa Asy‟rie, Agama Dan Etos Kerja (Jogjakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga,

2008), h.93-94.

3Muhammad Tholchah Hasan, Dinamika Kehidupan Religius (Jakarta: Departement

Agama RI, 2008), h. 177. 4Wilfred C. Smith, Memburu Makna Agama (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2010), h. 27.

Page 14: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

4

sekitarnya. Dan ajaran tersebut dapat diterapkan sebagai pendorong pelaku

ekonomi, sosial maupun budaya.

Adapun salah satu spirit berkembangnya perekonomian ialah adanya etos

kerja. Dimana Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial.

Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian,

watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh

individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Adapun pengertian kerja

secara khusus adalah setiap potensi yang dikeluarkan manusia untuk memenuhi

tuntutan kehidupan berupa pakaian, minuman, pakaian, tempat tinggal dan

peningkatan taraf hidup.5

Bekerja harus sesuai dengan norma moral dan etika seperti: Pertama,

tidak membenarkan atau menghalalkan segala cara yang tidak baik untuk

mencapai tujuan, Kedua, hendaklah seseorang bersikap setia terhadap negara,

bangsa, pemerintah, organisasi tempat seseorang melakukan kegiatan, kepada

atasan, rekan, setingkat dan juga mereka yang berada di lapisan bawah, Ketiga,

jujur terhadap diri sendiri, organisasi, mitra kerja, dan masyarakat luas, karena

implementasi dari norma kejujuran tersebut adalah menjaga komitmen dalam

semua bidang kegiatan dan semua profesi misalnya menjadi seorang pedagang

dengan menjaga ukuran, takaran dan timbangan termasuk kejujuran dalam

memberikan informasi mengenai kondisi barang produksinya, Keempat, etos kerja

yang menjadi komitmen dalam setiap satuan kerja mulai dari ruang lingkup yang

kecil sampai kepada yang besar.6

5Abdul Azis, Al Khayyath (1994), h. 21-22.

6M. Ridwan Lubis, Agama dan Pembangunan Negara (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat

Kementrian Agama RI, 2015), h. 133.

Page 15: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

5

Untuk itu, sebagai bangsa yang agamis, sudah sepatutnya apabila bangsa

Indonesia mulai menumbuhan dan meningkatkan etos kerja masyarakat melalui

nilai-nilai yang terkandung dalam agama-agama. Selain melibatkan sesuatu yang

bersifat transendental, upaya ini juga sebagai cara untuk membangun nilai-nilai

yang berorientasi pada pengembangan kearifan lokal (local wisdom).

Agama dan etos kerja memiliki relevansi yang sangat signifikan sebagai

salah satu motivasi semangat spiritual untuk menuju atau mendapakan nilai

tambahan kebaikan dan dapat dijadikan ladang amal khususnya bagi diri sendiri

dan keluarga, umumnya untuk orang lain. Karena hampir setiap ajaran agama

mengajarkan bahwa apa yang ada didalam pikiran, apa yang dikatakan, dan

dilakukan dalam hal ini adalah contohnya bekerja, maka diri kita sendiri pula

yang akan bertanggungjawab atau menuai hasilnya atas apa yang telah dikerjakan

selama hidup di dunia ini.7 Jadi, meskipun manusia bebas memilih tetapi harus

bertanggungjawab atas pilihannya sendiri dan hal ini adalah salah satu yang

ditekankan jika di dalam etika protestan.8

Dalam agama Buddha, etos kerja adalah sebuah semangat kerja yang

menjadi ciri khas terkait dengan keyakinan seseorang atau sekelompok orang,

yang dimana semangat tersebut dibentuk oleh pandangan hidup.9 Karena hidup itu

tak lain dari kesempatan untuk mencapai suatu kesempurnaan, dan etos kerja

dalam agama Buddha ialah menyempurnakan diri dengan memperbaiki karma

secara produktif dan membuang egoisme karena setiap makhluk

bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri, perbuatan menentukan bagaimana

7Charles Kimball, Kala Agama Jadi Bencana (Jakarta: Mizan Publika (Anggota IKAPI,

2008), h. 171. 8J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh (Bandung: Rev. G. V. Chapman, 1998 ), h.190.

9Khrisnanda Wijaya Mukti, Wacana Buddha Dharma (Jakarta: Yayasan Dharma

Pembangunan & Ekayana Buddhist Centre, 2003), h. 424-425.

Page 16: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

6

nasibnya bahkan kelahirannya di kemudian hari. Seperti apa yang telah diajarkan

oleh sang Buddha,10 bahwa hasil baik datang dari sebab yang baik dan hasil buruk

datang dari sebab yang buruk pula artinya sesuai dengan hukum karma yang

terdapat dalam agama Buddha. Kehidupan sehari-hari adalah pencerahan, hal-hal

kecil akan membawa kebahagiaan dan faktor pendukung kebahagiaan keluarga

selain setiap anggota keluarga mempunyai perbuatan yang terbebas dari kesalahan

secara hukum moral maupun negara seperti yang telah diuraikan di atas, tidak

dapat disangkal lagi bahwa kondisi ekonomi keluarga juga memegang peranan

penting.11

Buddha juga menetapkan bahwa sebagian besar bentuk pekerjaan untuk

mendapatkan penghasilan adalah mulia, namun pekerjaan yang melibatkan

kecurangan maupun keserakahan tidaklah mulia.12 Tentunya seseorang yang

memiliki etos kerja yang baik akan mengerjakan pekerjaannya secara efektif dan

efisien. Dalam mengerjakan suatu pekerjaan diperlukan juga etika kerja. Maka

dari itu, etika kerja merupakan norma-norma dasar bagi tindakan dan perbuatan

seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan.13Bahkan sang Buddha pun

menganjurkan bahwa selama kita masih diberi badan yang sehat sebelum menjadi

10

Sang Buddha dalam nasihatnya mengatakan seperti apa yang tertera dalam (Nikaya

881) bahwa “Seseorang yang tak gentar pada hawa dingin atau panas, gigitan langau, tahan lapar

dan haus, yang bekerja dengan jujuh tanpa putus, siang dan malam, tidak melewatkan manfaat

yang datang pada waktunya; ia menjadi kecintaan bagi keberuntungan. Keberuntungan niscaya

meminta bertinggal dengannya”. 11

K. Sri Dhammananda, Hidup Sukses dan Bahagia Tanpa Takut dan Cemas (Jakarta:

Karaniya, 2009), h. 164. 12

Seperti yang tertulis dalam Anguttara Nikâya III, 208, dijelaskan bahwa ada lima

macam micchâvanijja

(pekerjaan) yang perlu dihindari oleh umat Buddha, yaitu: Pertama,

Memperdagangkan barang-barang yang dipergunakan untuk membunuh makhluk-makhluk hidup,

atau dengan kata lain senjata-senjata, Kedua, Memperdagangkan manusia (perdagangan budak),

Ketiga, Memperdagangkan binatang-binatang yang akan disembelih untuk makanan, Keempat,

Memperdagangkan minuman-minuman keras yang memabukkan, Kelima, Memperdagangkan

racun. 13

C. Alexander Simpkins dan Ph.D, Annellen Simpkins, Ph.D, Simple Buddhism

(Panduan Menuju Hidup Yang Senantiasa Tercerahkan) (Jakarta:PT Bhuana Ilmu Populer, 2000),

h. 128.

Page 17: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

7

mayat untuk selalu dapat melawan rasa malas baik dalam bekerja maupun dalam

mengerjakan hal lain, karena mengembangkan kemampuan pengendalian adalah

dengan berlatih dan usaha yang gigih.14

Jadi, etos kerja kerja buddhis adalah norma-norma untuk bertindak dan

berbuat sesuai dengan etika moral pancasila Buddhis.15

Setiap organisasi baik

perkumpulan, perusahaan maupun negara mempunyai kewajiban memegang etika

dan moral universal yaitu etika moral pancasila Buddhis yang sudah diterima dan

dikembangkan oleh masyarakat internasional secara global yang biasannya

disebut Global Ethics.16

Dalam aliran Calvinis, terdapat konsep etika Protestan dimana Kaum

Marxisme menegaskan bahwa agama Kristen merupakan suatu refleksi ideologis

dari perubahan-perubahan ekonomi yang didatangkan dengan perkembangan awal

kapitalisme. Dengan menolak hal ini sebagai suatu titik pengelihatan yang wajar,

karya Weber bermula dari keganjilan penyimpangan yang jelas terlihat dan yang

diidentifikasinya serta penjelasannya merupakan orisinalitas sebenarnya dari etika

protestan.

Demikianlah bahwa mereka yang hidupnya terpaut dengan kegiatan

ekonomi dan dengan pengejaran keuntungan, bersikap acuh tidak acuh terhadap

agama, bahkan suka bermusuhan dengan agama, karena kegiatan-kegiatan mereka

14

Sayadaw U Pandita, Ajaran Buddha Tentang Pembebasan-di Kehidupan Ini Juga

(Jakarta: Yayasan Sattipathana Indonesia (Yasati) 2014), h. 39. 15

Willy Yandi Wijaya, Perbuatan Benar (Yogyakarta: Vidyasena Production, 2011), h. 3-

4. 16

Adapun yang di maksud dengan Etika Pancasila Buddhis ialah, yang Pertama, menjauhi

segala macam bentuk pekerjaan yang bersifat pembunuhan dan penyiksaan, Kedua, menjauhi

tindakan atau pekerjaan yang bersifat pencurian, Ketiga, menjauhi tindak seksual asusila,

Keempat, Menjauhi kebohongan, gosip, fitnah dan adu domba, Kelima, menghindari makanan dan

minuman yang memabukkan. Oleh karena itu, dalam kepercayaan Buddhis apabila ingin meraih

kesuksesan maka, bekerjalah sesuai dengan 5 etika pancasila Buddhis yang telah dijelaskan di atas.

Page 18: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

8

tertuju kepada dunia „materil‟. Akan tetapi agama Kristen disiplinnya lebih keras

daripada penganut agama Katolik, dengan demikian memasukkan suatu faktor

keagamaan di semua bidang kehidupan para penganutnya. Dari sini dapat dilihat

hubungan antara agama Protestan dengan kapitalisme modern. Bahwa

kepercayaan-kepercayaan dalam agama Protestan telah merangsang kegiatan

ekonomi.

Sebagai contoh berkembang dan suksesnya kapitalisme di Eropa

merupakan contoh nyata dari penerapan teori ini. Pada awal mulanya kapitalisme

muncul karena adanya ajaran Protestan oleh Calvin yang mengajarkan bahwa

untuk dapat masuk surga nantinya, manusia harus berbuat kebaikan sebanyak

mungkin didunia. Hal ini membuat orang-orang termotivasi untuk bekerja keras

dan bersungguh-sungguh untuk memperoleh sesuatu. Hal ini nantinya akan

berdampak pada pembangunan ekonomi. Karena dalam agama Kristen yang

dikembangkan oleh teori Calvin terdapat sebuah ajaran yang dimana seorang

manusia sudah ditakdirkan sebelumnya, apakah nantinya akan masuk ke surga

ataukah justru ke neraka. Karena hal demikian ditentukan melalui apakah manusia

tersebut berhasil atau tidak dalam mengerjakan pekerjaannya di dunia semasa

hidupnya. Sehingga berdasarkan ajaran tersebutlah membuat penganut Agama

Kristen bekerja keras untuk meraih sebuah kesuksesan.17

Seberapa besar kesuksesan seseorang di dunia juga dijadikan sebuah tolak

ukur kesuksesan seseorang nanti di akhirat. Sehingga hal ini mendorong suatu

semangat kerja yang tinggi di kalangan pengikut Calvinis. Kemudian ukuran

sukses dan ukuran gagal bagi individu akan dilihat dengan ukuran yang tampak

17

Max Weber, Etika Protestan Dan Semangat Kapitalisme (Yogyakarta: Narasi Pustaka

Promethea, 2015), h. 65-66.

Page 19: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

9

nyata dalam aktivitas sosial ekonominya. Kegagalan dalam memperoleh

kehidupan dunia akan menjadi ancaman bagi kehidupan akhirat, artinya sukses

hidup didunia akan membawa pada masa depan yang baik di akhirat dengan

“jaminan” masuk surga, sebaliknya kegagalan yang tentu berhimpitan dengan

kemiskinan dan keterbelakangan akan menjadi “jaminan” pula bagi individu itu

akan masuk ke neraka.

Dalam Agama Katolik ada sebuah kepercayaan bahwa kehidupan umatnya

ditanggung dan dijamin penuh oleh gereja sehingga tidak perlu bersusah payah

untuk bekerja demi memperbaiki kehidupannya. Bagi penganut Kristen tidak ada

jaminan keselamatan dan kenyamanan hidup bagi mereka, sehingga itulah yang

menjadi penyebab mengapa orang-orang Protestan berbondong-bondong untuk

berusaha dan bekerja keras.

Dengan demikian, semangat kapitalisme modern ditandai secara khas oleh

suatu kombinasi yang unik dari ketaatan kepada usaha memperoleh kekayaan

dengan melakukan kegiatan ekonomi yang halal sehingga dapat terhindar dari

pemanfaatan penghasilan yang semata-mata hanya untuk kepentingan pribadi. Hal

ini berakar dalam suatu kepercayaan atas penyelesaian secara efesien dari suatu

tugas karya yang telah dipilih sendiri, sebagai suatu kewajiban dan kebajikan.18

Seberapa besar kesuksesan seseorang di dunia dijadikan sebuah tolak ukur

kesuksesan seseorang nanti di akhirat. Sehingga hal ini mendorong suatu

semangat kerja yang tinggi di kalangan pengikut Calvinis. Begitupula yang

diajarkan dalam agama Buddha bahwa bekerja merupakan suatu pekerjaan yang

mulia apabila dikerjakan dengan mulia, karena apa yang dikerjakan semasa hidup

18

Anthony Giddens. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern (Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia (UI-Press), 2009), h. 156.

Page 20: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

10

maka dia pula yang akan menuai hasilnya, begitu banyak persamaan-persamaan

dan perbedaan mengenai etos kerja dalam agama Buddha dan Aliran Calvinis,

maka dari latarbelakang di atas, penulis tertarik untuk membandingkan bagaimana

etos kerja dalam Aliran Buddha Mahayana dan Aliran Calvinis dan juga ingin

menggali lebih dalam lagi mengenai tentang bagaimana agama dan etos kerja

khususnya dalam Aliran Buddha Mahayana dan Aliran Calvinis,. Untuk itu saya

mengambil penelitian ini dengan judul “Agama Dan Etos Kerja (Dalam

Perspektif Aliran Buddha Mahayana & Aliran Calvinis)”. Topik ini menarik

untuk dikaji karena dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang

sejauhmana keterkaitan antara agama dan etos kerja khususnya Aliran Buddha

Mahayana & Aliran Calvinis dalam mewujudkan etos kerja. Serta nantinya dapat

bermanfaat bagi mahasiswa sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini tidak melebar, penulis membatasinya pada masalah-

masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana perspektif Aliran Buddha Mahayana tentang etos kerja ?

b. Bagaimana perspektif Aliran Calvinis tentang etos kerja?

c. Bagaimana persamaan dan perbedaan etos kerja dalam Aliran Buddha

Mahayana dan Aliran Calvinis?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mempelajari, mengetahui bagaimana dan sejauhmana perspektif agama tentang

etos kerja.

Page 21: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

11

a. Ingin mengetahui bagaimana perspektif Aliran Buddha Mahayana tentang

etos kerja

b. Ingin mengetahui bagaimana perspektif Aliran Calvinis tentang etos kerja

c. Ingin mengetahui bagaimana persamaan dan perbedaan etos kerja dalam

Aliran Buddha Mahayana dan Aliran Calvinis

2. Manfaat Penulisan

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran maupun

memperkaya konsep-konsep, teori-teori bagi penelitian-penelitian selanjutnya

terhadap bagaimana Peran Agama Dalam Mewujudkan Etos Kerja (Dalam

Agama Kristen (Protestan) dan Agama Buddha)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan, menginformasikan,

membuka wawasan bagi masyarakat tentang bagaimana perspektif agama

Buddha dan aliran Calvinis tentang etos kerja.

3. Manfaat Akademis

Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan akhir

perkuliahan untuk meraih gelar Sarjana Agama (S.Ag) dalam Jurusan Studi

Agama-Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 22: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

12

D. Kerangka Teoritis

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teori etika karya Max

Weber.19

Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang berarti sikap, kepribadian,

watak, karakter serta keyakinan atas sesuatunya.20 Etika (ethic) atau dalam bahasa

ekonomi membahasakannya sebagai etos merupakan kata kunci utama yang

menghubungkan relasi agama dan ekonomi sehingga lazim dikenal sebagai agama

etik.21

Yang berperan juga tentang bagaimana agama menjadi kontrol sosial dan

ekonomi dalam masyarakat.

Karena agama tidaklah selalu dikontekskan dengan aspek teologis saja,

berangkat dari pemikiran transendental yang menempatkan doktrin atau dogma

keagamaan maupun Tuhan sebagai kebenan sejati. Akan tetapi, agama juga perlu

dikondisikan dengan aspek sosiologis yakni melihat agama dengan diterapkan

secara nyata sebagai subsistem dan pranata dari sistem sosial kemasyarakatan.

Artinya konteks agama sosiologis ingin melihat bagaimana ajaran kebenaran dan

keyakinan agama itu dilakukan dan mewujud dalam norma, nilai dan etika

perilaku pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa uraian diatas, penulis melihat bahwa etos kerja dapat

dikaitkan dengan agama, bagaimana bekerja dengan tidak menghilangkan nilai-

nilai dasar agama agar bekerja juga tidak hanya dimaknai untuk mencari uang. Di

dalam agama buddha dan Aliran Calvinis juga terdapat etika yang mengatur

tentang bagaimana seseorang bekerja sesuai dengan ajaran agamanya masing-

masing.

19

Max Weber, Etika Protestan Dan Semangat Kapitalisme (Yogyakarta: Narasi Pustaka

Promethea, 2015), h. 76. 20

Abdul Azis, Al-Khayyath (1994), h.21-22. 21

Wasisto Raharjo Jati, Agama Dan Spirit Ekonomi : Studi Etos Kerja Dalam Komparasi

Perbandingan Agama (Jakarta: Pusat Penelitian Politik (LIPI), 2013), h.264.

Page 23: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

13

E. Tinjauan Pustaka

Tujuan adanya tinjauan pustaka yaitu untuk membuktikan orisinalitas

penelitian dan menguraikan penelitian sebelumnya yang memiliki objek penelitian

dan kajian yang relevan dengan penelitian ini. Dan selama penulis melacak karya

ilmiah sebelumnya, penulis menemukan beberapa judul skripsi yang menyerupai

tema penulis beberapa di antaranya adalah:

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Aida Hasan mahasiswi Program Studi

Perbandingan Agama dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tahun 2006, yang berjudul “Hubungan Kamma Dan Etos Kerja Dalam

Agama Buddha” yang berisikan tentang bagaimana keterkaitannya kamma

dengan etos kerja dalam agama Buddha, dan di dalam agama Buddha segala

macam tindakan yang disengaja baik batin maupun ucapan dianggap sebagai

kamma, oleh karena itu semua perbuatan baik dan buruknya segala sesuatu pasti

akan membentuk menjadi sebuah kamma.

Kedua, Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Amin mahasiswa Program

Studi Sosiologi Agama dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tahun 2007 yang berjudul ”Islam Dan Etos Kerja (Studi Tentang Peranan

Majelis Ta’lim Walisongo Kelurahan Jombang Kecamatan Ciputat Dalam

Meningkatkan Etos Kerja Pengrajin Kusen)”, dimana skripsi ini berisi tentang

bagaimana peran agama Islam terhadap peningkatan etos kerja, terutama pada

Majlis Ta‟lim Walisongo yang selain dijadikan tempat ibadah berfungsi juga

sebagai pembimbing para pengrajin kusen untuk meningkatkan etos kerja melalui

bimbingan keagamaan yang dilaksanakan rutin pada setiap harinya.

Page 24: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

14

Jadi, seperti yang disebutkan di atas bahwa belum ada yang menuliskan

tentang judul “Agama Dan Etos Kerja (Dalam Perspektif Agama Buddha Dan

Aliran Calvinis).” Hanya inilah yang penulis temukan, adapun tema yang

menyerupai tersebut lebih membahas kepada bagaimana konsep etos kerja. Dan

yang akan penulis buat ini akan berbeda dengan tema-tema di atas, dikarenakan

menggunakan agama yang berbeda sebagai objek kajiannya.

F. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, adalah studi kepustakaan (Library Research), yaitu

suatu penelitian yang digunakan untuk memperoleh data, baik untuk data primer

maupun data sekunder dan bersumber dari data kepustakaan yang berupa buku,

jurnal, ebook dan sebagainya yang diolah untuk kemudian dikumpulkan.22

Dan

tentunya data-data tersebut berisikan tentang persoalan agama dan etos kerja

dalam perspektif Aliran Buddha Mahayana dan Aliran Calvinis, studi kepustakaan

digunakan penulis karena banyak para tokoh baik Aliran Buddha Mahayana

maupun Aliran Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama

dengan sosial kemasyarakatan yang dalam hal ini tentang etos kerja melalui buku-

buku yang bersifat deksriptif analitik yang dapat digunakan penulis untuk

menganalisis data-data yang berdasarkan bahan-bahan yang telah diteliti ecara

mendalam.23

Selain menggunakan studi kepustakaan, penulis juga menggunakan

penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan secara

22Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

Cetakan pertama, 2004), h. 3.

23

Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial

Humaniora Pada Umumnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cetakan pertama, 2010), h.84.

Page 25: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

15

langsung dengan melalui pengamatan observasi ataupun wawancara mendalam.24

Penelitian ini menggunakan informasi yang bersumber langsung dari sasaran

tempat penelitian yang dapat diperoleh melalui interaksi dengan tokoh Aliran

Buddha Mahayana dan Aliran Calvinis.

G. Sumber Data

1. Sumber Primer

Adalah sumber primer yang dapat memberikan data penelitian secara

langsung.25 Sumber data primer ini merupakan sumber utama, berupa karya yang

ditulis langsung oleh penganutnya sendiri maupun yang ahli dalam bidangnya.

Adapun sumber-sumber primer yang digunakan penulis adalah:

1. Bikkhu Jotidhammo Thera dan Rudy Ananda Limiadi, Petikan Anguttara

Nikaya: 123 (Kitab Suci Agama Buddha), penerjemah Wena Cintiawati dan

Lanny Anggawati.

2. Bhikkhu Bodhi, Tipitaka Tematik (Khuddaka Nikaya:881), penerjemah Hendra

Widjaja, Jakarta: Ehipassiko Foundation, 2013.

3. Bhikkhu Uttamo, Kumpulan Naskah Dhamma

4. Bhikkhu Bodhi, Anguttara Nikaya (Khotbah-Khotbah Numerikal Sang

Buddha), Jakarta Barat: Dhammacitta Press, 2015.

5. Bikkhu Bodhi, Buddha dan Dhamma-Nya. Jakarta: Penerbit Dian Dharma,

2006.

6. Bhikku Utamo, Dewasa Dalam Dhamma-Kumpulan Naskah Dhamma.

24Nusa Putra, Penelitian Kualitatif, Proses dan Aplikasi (Jakarta: PT Indek, cetakan

pertama, 2012), h. 43. 25

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), h.117.

Page 26: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

16

7. Khrisnanda Wijaya Mukti, Wacana Buddha Dharma, Jakarta: Yayasan

Dharma Pembangunan & Ekayana Buddhist Centre, 2003.

8. K. Sri Dhammananda, Hidup Sukses dan Bahagia Tanpa Takut dan Cemas,

Jakarta: Karaniya, 2009.

9. Lembaga Al Kitab Indonesia, Al Kitab, Jakarta: Percetakan Lembaga Al Kitab

Indonesia, 2013.

1. Majelis Buddhayana Indonesia. Kebahagiaan Dalam Dhamma. Jakarta:

Majelis Buddhayana Indonesia, 1980.

2. Nikaya dan Khudakka, Dhammapada=kitab suci agama Buddha/ Khudakka

Nikaya, penerjemah Suryan A. Jamrah, Jakarta: Yayasan Abdi Dhamma

Indonesia.

3. Sayadaw U Pandita, Ajaran Buddha Tentang Pembebasan-di Kehidupan Ini

Juga Jakarta: Yayasan Sattipathana Indonesia (Yasati) 2014.

4. Abraham Kuyper, Ceramah-Ceramah Mengenai Calvinisme, Surabaya:

Penerbit Momentum, 2012.

5. David W. Hall dan Mathew D. Burton, Calvin dan Perdagangan (Kuasa

Transformasi Calvinisme Dalam Ekonomi Pasar), Surabaya: Penerbit

Momentum Christian Literature, 2015.

6. Jansen Sinamo,. Sains, Etika dan Keluhuran, Jakarta: Institut Darma

Mahardika, 2011.

7. Jansen Sinamo, Siadari, dan Ezer Eben, Teologi Kerja Modern dan Etos Kerja

Kristiani, Jakarta:Institut Darma Mahardika, 2011.

8. Max Weber, Etika Protestan Dan Semangat Kapitalisme, Yogyakarta: Narasi

Pustaka Promethea, 2015.

Page 27: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

17

9. Musa Asy‟rie, Agama Dan Etos Kerja, Jogjakarta: Perpustakaan UIN Sunan

Kalijaga, 2008.

2. Sumber Sekunder

Adalah data yang materinya secara tidak langsung berhubungan dengan

masalah yang diungkapkan.26

Sumber sekunder ini digunakan sebagai pelengkap

dari sumber primer yang berisi tentang kajian-kajian pokok yang relevan atau

yang berhubungan dengan tema yang diangkat. Data sekunder ini berupa buku,

artikel atau jurnal ilmiah, majalah atau media lain yang mendukung. Adapun

sumber-sumber sekunder yang digunakan penulis adalah:

1. Anthony Gidden, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern. Jakarta:Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press), 2009.

2. Alexander C. Simpkins, dan Annellen C. Simpkins, Simple Buddhism

(Panduan Menuju Hidup Yang Senantiasa Tercerahkan), Jakarta: PT

Bhuana Ilmu Populer, 2000.

3. Charles Kimball, Kala Agama Jadi Bencana, Jakarta: Mizan Publika

(Anggota IKAPI), 2008.

4. Cornelis Wowor, Pandangan Sosial Agama Buddha, Jakarta: Departemen

Agama RI, 2004.

5. Dadang Rahmad, Metode Penelitian Agama, Bandung: CV. Pustaka Setia,

2000.

6. Franz Magnis Suseno, Etika Jawa: Sebuah Analisa Filosofi Tentang

Kebijaksanaan Hidup Jawa, Jakarta: Gramedia, 1996.

26

Hadari Nawawi & Martini Hadari, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1996), h. 217.

Page 28: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

18

7. Huston Smith, Agama-Agama Manusia, Jakarta: PT Serambi Ilmu

Semesta, cetakan pertama, 2015.

8. K. Sri Dhammananda, Keyakinan Umat Buddha. Jakarta Barat:

Ehipassiko Foundation, 2012.

9. K. Sri Dhammananda, Di Manakah Sang Buddha (Where Is The Buddha).

Jakarta: Bhagavant, 2012.

10. Master Cheng Yen, Lingkaran Keindahan, Jakarta: PT Elex Media

Komputindo, 2007.

11. Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, Cetakan pertama, 2004.

12. Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar 2015.

13. Mahasi Y. M. Sayadaw, Teori Kamma Dalam Buddhisme. Yogyakarta:

Vidyasena Vihara Vidyaloka, 2003.

14. Muhammad Tolchah Hasan, Dinamika Kehidupan Religius, Jakarta:

Departement Agama RI, 2008.

15. M Ridwan Lubis, Agama dan Pembangunan Negara. Jakarta: Badan

Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2015.

16. Nawawi Hadari dan Martini Hadari, Penelitian Terapan, Yogyakarta:

Gajah Mada University Press, 1996.

17. Nusa Putra, Penelitian Kualitatif, Proses dan Aplikasi, Jakarta: PT Indek,

cetakan pertama, 2012.

Page 29: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

19

18. Nyoman Kutha Ratna,. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu

Sosial Humaniora Pada Umumnya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cetakan

pertama, 2010.

19. Paul Zane Pilzer, Tuhan Ingin Anda Kaya, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2005.

20. Ronald Surya Satya, 5 Aturan Moralitas Buddhis (Pengertian,

Penjelasan, Penerapan). Insight Vidyasena Production.

21. Syadaw U Pandita, Ajaran Buddha Tentang Pembebasan-di Kehidupan

Ini Juga, Jakarta: Yayasan Sattipathana Indonesia (Yasati), 2014.

22. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

23. Wasisto Jati Raharjo, Agama Dan Spirit Ekonomi : Studi Etos Kerja

Dalam Komparasi Perbandingan Agama, Jakarta: Pusat Penelitian Politik

(LIPI), 2013.

24. Wesley J. Brill, Dasar Yang Teguh, Bandung: Rev. G. V. Chapman, 1998.

25. Wilfred C. Smith, Memburu Makna Agama. Bandung: PT. Mizan Pustaka,

2010.

26. Willy Yandi Wijaya, Perbuatan Benar, Yogyakarta: Vihara Vidyasena

Production, 2011.

27. Willy Yandi Wijaya, Penghidupan Benar. Yogyakarta: Vihara Vidyasena,

Production, 2012.

Page 30: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

20

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Penulis akan menggunakan buku-buku pustaka yang berisi teori-teori

tentang Etos Kerja Dalam Aliran Buddha Mahayana dan Aliran Calvinis, buku-

buku tersebut merupakan buku yang ditulis oleh penganut Aliran Buddha

Mahayana dan Aliran Calvinis sebagai sumber primer dan juga buku-buku yang

di tulis oleh orang lain yang bukan orang penganutnya tetapi dia memiliki

pengetahuan tentang agama tersebut sebagai sumber sekunder. Adapun penulis

juga akan melakukan pengumpulan data baik dari Perpustakaan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan UI, dan Perpustakaan Nasional RI, dll.

b. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Penulis akan mewawancarai beberapa tokoh Aliran Buddha Mahayana dan

Aliran Calvinis, untuk melengkapi data yang telah ada dan memperoleh informasi

secara langsung, serta mengetahui bagaimana pandangan para tokoh Aliran

Buddha Mahayana dan Aliran Calvinis tentang etos kerja.

c. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Teologis,

Fenomenologis dan Sosiologis. Pendekatan teologis merupakan pendekatan yang

bersifat normatif dan subyektif, dengan melalui pendekatan ini penulis akan

berusaha untuk aktif dalam melestarikan atau mempromosikan apa dan bagaimana

keunggulan Aliran Buddha Mahayana dan Aliran Calvinis dalam menyikapi

perihal etos kerja. Jika dengan melalui pendekatan fenomenologis penulis

berusaha untuk memahami bagaimana agama orang lain, dengan cara masuk ke

dalam dan meluruhkan segala asumsi, praduga, penilaian dan pengetahuan

Page 31: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

21

sebelumnya mengenai agama yang hendak dipahami dan membiarkan objek

berbicara tentang dirinya sendiri sehingga dapat diketahui dengan benar intisari

dari objek tersebut. Dan melalui pendekatan Sosiologis penulis bermaksud untuk

mencari relevansi bagaimana pengaruh agama terhadap fenomena sosial yang

terjadi dalam masyarakat tersebut. 27

d. Analisis Data

Adapun setelah data terkumpul, langkah selanjutnya penulis melakukan

analisis data. Analisis data adalah suatu proses penyusunan data agar dapat

ditafsirkan.28

Dan metode analisis data yang digunakan ialah Content Analysis

(analisis isi), yaitu upaya menafsirkan gagasan atau ide tentang “Agama dan Etos

Kerja” dalam agama Buddha dan Aliran Calvinis, yang kemudian ide tersebut

dianalisis secara mendalam guna menjawab permasalahan krisis lingkungan yang

terjadi saat ini.

e. Teknik Penulisan

Sedangkan teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku

pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan Desertasi) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Biro Akademik dan Kemahasiswaan

Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013/2014.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini penulis menyusun skripsi

ini secara sistematis ke dalam lima bab sebagai berikut:

27

Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2015),

h.20-23. 28

Dadang Rahmad, Metode Penelitian Agama (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), h.

102.

Page 32: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

22

Bab Pertama merupakan bab pendahuluan. Di dalam bab ini tercakup:

Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Kerangka Teoritis, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Sumber Data dan

Sistematika Penulisan.

Bab Kedua ini mendeskripsikan tentang Konsep Etos Kerja Dalam

Aliran Buddha Mahayana, yang mencakup pembahasan tentang Pengertian Etos

Kerja dalam Aliran Buddha Mahayana, Syarat-Syarat Etos Kerja Dalam Aliran

Buddha Mahayana, Jenis-Jenis Etos Kerja Yang Dianjurkan Dalam Aliran

Buddha Mahayana, Jenis-Jenis Etos Kerja Yang Tidak Dianjurkan Dalam Aliran

Buddha Mahayana.

Bab Ketiga ini mendeskripsikan tentang Konsep Etos Kerja Dalam Aliran

Calvinis, yang mencakup pembahasan tentang Pengertian Etos Kerja dalam

Dalam Aliran Calvinis, Syarat-Syarat Etos Kerja Dalam Dalam Aliran Calvinis,

Jenis-Jenis Etos Kerja Yang Dianjurkan Dalam Dalam Aliran Calvinis, Jenis-Jenis

Etos Kerja Yang Tidak Dianjurkan Dalam Dalam Aliran Calvinis.

Bab Keempat merupakan Analisis Perbandingan Konsep Etos Kerja

dalam Aliran Buddha Mahayana dengan Aliran Calvinis. Adapun di dalam bab ini

akan menguraikan tentang Tuhan pun Bekerja, Bekerja Adalah Ibadah,

Implementasi Etos Kerja, Analisis Perbandingan Etos Kerja Aliran Buddha

Mahayana dan Aliran Calvinis..

Bab Kelima sebagai bab terakhir Penutup yang berisikan Kesimpulan dari

pokok permasalahan dalam kajian skripsi ini, dan Saran-Saran yang sifatnya

membangun dari Penulis.

Page 33: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

23

BAB II

ETOS KERJA DALAM PERSPEKTIF ALIRAN BUDDHA MAHAYANA

A. Pengertian Etos Kerja Dalam Agama Buddha

Etos kerja dalam agama Buddha adalah semangat kerja yang dibentuk

oleh pandangan hidup. Karena di dalam agama Buddha hidup ialah tak lain dari

kesempatan bagi manusia untuk mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, Etos

Kerja juga memiliki makna lain yaitu penyempurnaan diri dengan cara

memperbaiki karma secara produktif dan membuang egoisme.1

Di dalam agama Buddha, setiap hal apapun yang manusia kerjakan maka

dia yang bertanggungjawab atas apa yang telah dikerjakannya, dan perbuatannya

yang menentukan bagaimana nasibnya bahkan kelahirannya di kemudian hari.

Hidup seseorang akan menjadi sangat berarti jika dapat memberi dan menolong

sesamanya. Maka, untuk memberi sesuatu ia juga harus memiliki terlebih dahulu.

Setiap orang yang telah bekerja diibaratkan telah membuat pulau untuk

dirinya sendiri seperti apa yang telah dikatakan Sang Buddha, yakni

“Dengan usaha yang tekun, semangat, disiplin, dan pengendalian diri,

hendaklah orang bijaksana, membuat pulau bagi dirinya sendiri, yang tidak dapat

ditenggelamkan oleh banjir”.2 (Dhammapada: 25)

Kata-kata ini yang selalu dijadikan motivasi bagi umat Buddha sehingga

banyak umat Buddha yang bekerja dengan tekun dan penuh semangat. Itulah

sebabnya para calon Buddha bersusah payah untuk selalu menimbun kebajikan

dan melatih diri dari hawa nafsu yang tiada habis-habisnya, dengan melihat apa

1Khrishnanda Wijaya Mukti, Wacana Buddha Dharma (Jakarta: Yayasan Dharma

Pembangunan & Ekayana Buddhist Centre), h.424-425. 2Nikaya dan Khudakka, Dhammapada=Kitab suci agama Buddha/ Khudakka Nikaya,

Penerjemah Suryan A. Jamrah (Jakarta: Yayasan Abdi Dhamma Indonesia), h. 4.

Page 34: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

24

yang telah diperbuat oleh para Bodhisattwa tersebut maka kesempurnaan

kebajikan (paramita) dicapai antara lain dengan melepaskan keakuan dan

berkorban demi kepentingan makhluk lain seperti menolong, memberi kepada

yang lebih membutuhkan juga salah satu pengorbanan yang dapat dilakukan untuk

orang lain sama halnya dengan apa yang telah diajarkan oleh etika Jawa.3

Seperti yang telah dikatakan dalam ikrar Bodhisattwa,4 yang menunjukkan

bagaimana berkomitmen untuk menghargai semua bentuk kehidupan,

memadamkan hawa nafsu, dan melatih diri dengan segala cara untuk

menghadirkan hakikat Buddha dalam kehidupan sehari-hari.

Apa yang disebut dengan bekerja di dalam agama Buddha di sini ialah tak

lain dari melakukan karma atau atau perbuatan agar seseorang dapat berkembang

baik secara lahiriah maupun batiniah. Bekerja juga merupakan sebuah kebutuhan,

bukan persoalan tentang mengabdi kepada orang lain. Akan tetapi, kalaupun

memiliki maksud untuk mengabdi, bukan karena ada yang mengharuskan

melainkan sepantasnya karena dorongan hati tersendiri. Karena jika memiliki

pandangan demikian, seseorang akan bekerja sekalipun tidak ada yang

menyuruhnya. Setiap hari, setiap jam bahkan setiap detiknya ia akan selalu

berusaha agar kehidupannya menjadi semakin baik terutama mencapai kemajuan

batin dan menurut kepercayaan Buddha bahwa Karma cepat atau lambat, barang

3Etika Jawa adalah: “sepi ing pamrih, rame ing gawe, memayu hayuning bawana” yang

artinya kerelaan untuk tidak mengejar kepentingan sendiri tanpa memikirkan kepentingan

masyarakat, setiap pihak memenuhi kewajiban dalam posisi masing-masing, dan memperindah

dunia atau memberi sumbangan untuk menyelamatkan dunia. Lihat: Franz Magnis Suseno, Etika

Jawa:Sebuah Analisa Filosofi Tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa (Jakarta: Gramedia, 1996), h.

224. 4Ikrar Bodhisattwa tersebut adalah : Makhluk hidup tak terbilang banyaknya, aku berikrar

untuk menyelamatkan mereka, hawa nafsu tiada habis-habisnya, aku berikrar untuk

memadamkannya, pintu dharma tiada batasnya, aku berikrar untuk memasukiinya, jalan Buddha

tiada bandingannya, aku berikrar untuk merealisasinya. Lihat: Krishnanda Wijaya Mukti, Wacana

Buddha Dharma (Jakarta: Yayasan Dharma Pembangunan, 2003), h. 424.

Page 35: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

25

siapa yang menanamnya maka akan menuai hasilnya sesuai dengan apa yang telah

dikerjakannya.

Sang Buddha pun berkata kepada Bharadvaja, “Aku pun membajak dan

menabur benih, setelah membajak dan menabur benih aku makan”.5 Ia tidak

berkhotbah untuk mendapatkan makanan atau imbalan lain. Usahanya dengan

mempraktikan Dharma yang telah dianalogikan dengan kegiatan yang dilakukan

oleh para petani , yaitu membajak, menabur benih lalu menikmati hasilnya.

Bibit atau benih yang ditabur dan ditanam diibartkan seperti keyakinan.

Keyakinan sebagai bibit memerlukan disiplin yang disamakan dengan siraman air

hujan. Sehingga adanya pandangan terang ini diumpamakan seperti bajak yang

serasi atau cocok dengan kuknya, tahu malu merupakan tangkai bajak dan akal

sehat yang menjadi tali pengikatnya, kesadaran atau pikiran terkonsentrasi

disamakan seperti mata bajak dan gandar.

Kewaspadaan ditunjukkan dengan berhati-hati dalam tindakan dan ucapan

begitupun makan harus sewajarnya, apa yang buruk seperti rumput liar

disingkirkan dengan kebenaran dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya

jadilah dambaan bagi orang-orang sekitar, ditunjang daya upaya yang tekun

kemudian harus selalu menjadi lebih maju dan tiada lagi penderitaan.

Jadi, bekerja dalam agama Buddha adalah dilakukan dengan selayaknya

dalam kondisi yang memberi kebebasan dan meninggikan martabat kemanusiaan,

membawa berkat kepada mereka yang mengerjakannya dan juga pada hasil kerja

mereka. Oleh karena itu, makin maju dan berhasil manusia bekerja atau berkarya

pada umumnya semakin mudah mereka menikmati kebutuhan-kebutuhan

5Krishnanda Wijaya Mukti, Wacana Buddha Dharma (Jakarta: Yayasan Dharma

Pembangunan, 2003), h. 425-426.

Page 36: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

26

hidupnya sekaligus semakin mudah juga mereka berbuat kebaikan seperti

menolong sesama yang membutuhkan.

Keyakinan keagamaan yang dianutnya seperti dalam hal ini adalah agama

Buddha, juga merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut bekerja, artinya jika seseorang

tersebut memiliki pandangan bahwa bekerja pun bisa seraya dengan berdo‟a,

kemudian bekerja dianggap sebagai ibadah maka hal tersebut dapat membuatnya

menjadi senang dalam mengerjakan pekerjaannya.

Bekerja bukanlah suatu beban akan tetapi, suatu kebutuhan untuk

menyempurnakan diri jika didalam agama Buddha. Karena orang yang bekerja

dengan bebas tanpa tekanan tentunya akan selalu merasa senang dengan

pekerjaannya tersebut. Agama yang memberikan seperangkat nilai yang

membentuk mentalitas bekerja, dengan cara mempraktikan ajaran agama untuk

memperoleh rezeki itu berarti bekerja dan jangan sampai tersesatkan oleh

berbagai praktek menyesatkan seperti bentuk praktik-praktik mistis.6

Kesuksesan karir atau pekerjaan tidak diperoleh dengan hanya

mempercayai kekuatan-kekuatan upacara keagamaan tertentu. Seperti, pemujaan

terhadap sang Buddha dan Bodhisattwa, ziarah ke makam dan penghormatan

kepada leluhur yang dimaknai sebagai tanda bakti sekaligus mengenang segala

jasa dan kebajikan yang telah dijadikan suri tauladan, bukan dimaksudkan untuk

menyogokkan sesaji, atau mengemis berkah. Konsultasi dengan rohaniawan atau

orang yang bijaksana adalah untuk mendapatkan rasa aman, mengatasi karma

buruk dan bukan untuk memenuhi hawa nafsu yang serakah.

6Khrishnanda Wijaya Mukti, Wacana Buddha Dharma (Jakarta: Yayasan Dharma

Pembangunan & Ekayana Buddhist Centre), h.424.

Page 37: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

27

B. Syarat Etos Kerja Dalam Agama Buddha

Dari pengertian etos kerja diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu

tujuan hidup seorang umat Buddha adalah mendapatkan kebahagiaan dunia dan

dapat mencapai kepada kedamaian abadi (Nibbana) karena tidak akan pernah ada

kebahagiaan yang lebih tinggi daripada mencapai nibbana. Seperti yang telah

disebutkan pula dalam kitab bahwa terdapat empat keinginan yang dapat kita

capai di dunia, yakni:

“1) Semoga saya menjadi kaya dengan cara yang benar dan pantas, 2)

Semoga saya, sanak keluarga dan kawan-kawan dapat mencapai kedudukan

sosial yang tinggi. 3) Semoga saya dapat berusia panjang. 4) Semoga saya dapat

terlahir di surga setelah kehidupan ini berakhir.”7 (Anguttara Nikaya II : 65)

Dengan memperhatikan poin pertama pada petikan ayat diatas, sudah

jelas bahwa umat Buddha sudah pasti dan diperbolehkan untuk mengumpulkan

seberapapun yang diinginkan dan disukainya, asalkan semua kekayaannya

diperoleh dengan cara yang benar dan pantas. Sikap pokok yang harus dimiliki

dan ditumbuhkan adalah dengan bekerja giat dan penuh semangat serta bersikap

jujur setia pada pekerjaan maupun atasan. Adapun syarat-syarat agar dapat bekerja

giat, ulet dan bersemangat dibutuhkan empat syarat yaitu:

1. CHANDA : Kepuasan dan Kegembiraan Di Dalam Mengerjakan Hal-Hal

Yang Sedang Dikerjakan.

Langkah pertama yang terpenting dalam meningkatkan produktivitas

adalah dengan menentukan jenis pekerjaan yang diinginkan. Memilih pekerjaan

selain dibutuhkan kecerdasan tertentu untuk melaksanakan pekerjaan itu

7

Bikkhu Jotidhammo Thera, M.Hum dan Rudy Ananda Limiadi S.Si, M.M, penerjemah

Dra. Wena Cintiawati dan Dra. Lanny Anggawati, Petikan Anguttara Nikaya: 123 (Kitab Suci

Agama Buddha). h. 75.

Page 38: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

28

hendaknya dipikirkan pula bakat atau hobi yang dimiliki apakah sesuai atau tidak

antara pekerjaan dengan hobi atau kesenangan dan menyesuaikan keduanya

adalah hal terpenting pula. Apabila senang dengan pekerjaan itu, maka seseorang

akan selalu gembira dan bersemangat pula untuk mengerjakannya.8 Segala bentuk

kesulitan yang muncul darinya akan menjadi tantangan yang menarik bahkan

bukan dijadikan sebagai hambatan. Kegembiraan yang dirasakan bukan di awal

ataupun ketika akhir pekerjaan, tetapi justru pada saat menghadapi dan

menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Kegembiraan dan kepuasan dalam mengerjakan suatu hal. Ketika

seseorang bekerja baik itu dimanapun, hendaknya Ia membangun kegembiraan

dan kepuasannya. Gembira dalam hal apa? Artinya ketika Ia bekerja senangilah

pekerjaannya, kerjakanlah pekerjaannya dengan kesenangan, tanpa beban,

menganggap bahwa pekerjaan yang sedang dilakukannya adalah teman baik atau

kegemarannya, sehingga dalam keadaan apapun ia akan tetap menyenanginya dan

bergembira dalam pekerjaannya. Dalam kalahavivādasutta nidessa – khuddaka

nikāya ada beberapa hal mengenai kepuasan yang selayaknya ada pada seseorang,

yaitu: pariyesa-chanda atau kepuasan dalam pencarian, Paṭtilābha-chanda atau

kepuasan dalam mendapatkan, paribogha-chanda atau kepuasan dalam makanan,

sannidhi-canda atau kepuasan dalam persediaan, dan visasajjana-chanda atau

kepuasan dalam pengorbanan. Dengan kegembiraan dan kepuasan seseorang

dapat mencapai kesuksesan, suatu contoh: seorang desainer dalam pekerjaannya

harus menyertakan kegembiraan atas pekerjaannya dan kepuasan terhadap apa

8Wawancara pribadi dengan Frankie Sibbald, Tangerang, 09 Juni 2017.

Page 39: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

29

yang telah dikerjakannya, sehingga akan menghasilkan sesuatu yang maksimal

dan tentunya disenangi para konsumen.9

2. VIRIYA : Usaha Yang Bersemangat Di Dalam Mengerjakan Sesuatu

Hobi dan kesenangan akan menimbulkan kegembiraan dalam

melaksanakan pekerjaan, kegembiraan akan menimbulkan semangat, kemudian

semangatlah yang akan memunculkan keuletan dalam bekerja, keuletan akan

mewujudkan hasil yang memuaskan dan hasil yang memuaskan akan

membahagiakan diri sendiri baik secara lahir maupun batin. Kebahagiaan atas

keberhasilan tersebut dapat juga dirasakan oleh lingkungan, seperti keluarga,

atasan dan masyarakat luas, sejalan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. Itulah

proses wajar yang akan muncul dalam diri masing-masing apabila pelaksanaan

pekerjaan tersebut telah diawali dengan cara yang tepat dan benar.

Sebagaimana Harus disebutkan pula disini bahwa kesinambungan adanya

semangat bekerja memegang peranan penting untuk keberhasilan berusaha. Sang

Buddha membahas tentang hal ini, yaitu:

“Bekerjalah terus pantang mundur; hasil yang diinginkan niscaya akan

terwujud sesuai dengan cita-cita.”10

Dan bila Dan bila semangat dapat dipertahankan serta dikembangkan maka

tiada lagi kekuatan yang mampu menghalangi keberhasilannya seperti yang

disabdakan Sang Buddha selanjutnya:

”Bahwa seseorang yang tak gentar pada hawa dingin atau panas, gigitan

langau, tahan lapar dan haus, yang bekerja dengan jujuh tanpa putus, siang dan

malam, tidak melewatkan manfaat yang datang pada waktunya; ia menjadi

9Bhikkhu Bodhi, Buddha dan Dhamma-Nya (Jakarta: Penerbit Dian Dharma, 2006), h. 6.

10Bhikkhu Bodhi, penerjemah: Hendra Widjaja, Tipitaka Tematik (Khuddaka Nikaya:

2444) (Jakarta: Ehipassiko Foundation, 2013), h. 28.

Page 40: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

30

kecintaan bagi keberuntungan. Keberuntungan niscaya meminta bertinggal

dengannya.”11

Apabila ternyata tidak berhasil mendapatkan jenis pekerjaan yang sesuai

dengan hobi, untuk menggantikan faktor pendorong yang amat penting ini, kita

dapat segera menetapkan tujuan hidup kita yaitu kecukupan kebutuhan pokok.

Hendaknya menetapkan ukuran "cukup" itu terlebih dahulu dan ukuran itulah

yang akan menjadi target sementara kita. Bila tela h tercapai, kita dapat meninjau

kembali dengan meningkatkan tujuan tersebut. inilah yang harus selalu dijadikan

alasan terkuat untuk bekerja. Kelemahan, kemalasan dan hilangnya semangat

kerja dapat dikendalikan dengan selalu memotivasi diri, memacu diri sendiri

untuk selalu ingat akan tujuan hidup yang belum tercapai.

Namun apabila tujuan keduniawian dirasa telah tercukupi, kemudian

dapat mulai mengimbanginya dengan memikirkan pula tujuan surgawi. Fasilitas

untuk menentukan tujuan surgawi lengkap dengan rumusan usaha untuk

mencapainya adalah pokok ajaran yang telah disediakan oleh lembaga

keagamaan. Salah satu tujuan surgawi dapat dicapai dengan melaksanakan

perbuatan baik. Melaksanakan kebaikan dapat menggunakan sebagian hasil yang

telah didapatkan dari hasil pekerjaan seperti misalnya dengan cara menolong

sesama yang lebih membutuhkan juga sudah termasuk kepada perbuatan baik

yang pastinya akan menuai hasil yang baik.12

11

Bhikkhu Bodhi, penerjemah: Hendra Widjaja, Tipitaka Tematik (Khuddaka Nikaya:

881) (Jakarta: Ehipassiko Foundation, 2013), h. 3. 12

Bhikkhu Uttamo, “Kumpulan Naskah Dhamma,” h. 2.

Page 41: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

31

Sehingga jika hal demikian sudah terlaksana maka kebutuhan hidup lahir

dan batin dapat terpenuhi karena keduanya dapat saling mendukung, dimana

masing-masing dapat saling melengkapi.

3. CITTA : Memperhatikan Dengan Sepenuh Hati Hal-Hal Yang Sedang

Dikerjakan Tanpa Membiarkan Begitu Saja.

Karena senang dengan pekerjaan yang sedang dilakukannya maka

menimbulkan semangat, ketahanan dan ketekunan. Tekun dan rajin mengerjakan

sesuatu akan menimbulkan konsentrasi. Konsentrasi dalam bekerja adalah

kemampuan untuk menghilangkan bentuk-bentuk pikiran yang mungkin dapat

menyimpangkan diri sendiri dari tujuan pekerjaan semula. Perhatian dan

kewaspadaan terhadap pekerjaan merupakan sikap yang akan menjauhkan diri

dari kelalaian, kecerobohan dan melewatkan peluang mencapai keberhasilan.

Perhatian serta kewaspadaan juga menjaga kita agar tidak mudah berpaling pada

hal-hal lain yang berada di luar lingkup pekerjaan. Dengan demikian, maka

produktivitas akan dapat ditingkatkan.

4. VIMAMSA : Merenungkan Dan Menyelidiki Alasan-Alasan Dalam Hal-Hal

Yang Sedang Dikerjakan.13

Perenungan dan penyelidikan tentang pekerjaan yang sedang dilakukan

berguna untuk menambah potensi kerja yang sudah ada dan sekaligus untuk

meningkatkan diri di masa depan. Keberhasilan dan kekurangan yang didapati

saat ini berusaha dievaluasi dari segala sudut pandang. Evaluasi ini dapat

menimbulkan ide baru yang berhubungan dengan pekerjaan yang sedang

dikerjakan. Pekerjaan sebenarnya dapat mengundang banyak pendapat, gagasan,

13

Bhikkhu Bodhi, penerjemah: Hendra Widjaja, Tipitaka Tematik (Vibhangga 216 &

413) (Jakarta: Ehipassiko Foundation, 2013), h. 71.

Page 42: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

32

ide baru yang pada awalnya tidak tampak mata tetapi baru tampak jelas apabila

dilakukan perenungan atau penyelidikan yang seksama terhadapnya. Makin luas

wawasan renungan serta penyelidikan kita, maka semakin luas ide dan gagasan

yang dapat dijangkau dalam bentuk pekerjaan apapun.14

Dengan demikian ketika seseorang mau menumbuhkan keempat cara

tersebut didalam dirinya ia akan meraih apa yang menjadi tujuannya termasuk „si

sukses‟ yang kita bahas pada pendahuluan. Oleh sebab itu kegembiraan dalam

mengerjakan sesuatu adalah yang utama, jika seseorang telah bergembira dalam

melakukan sesuatu pasti akan melakukannya dengan sebaik mungkin dan tanpa

keluh, lalu merasa puas, bersemangat, memperhatikan apa yang sedang

dikerjakan, dan merenugkan serta menyelidiki apa yang sedang dilakukan

merupakan suatu kesatuan dalam mencapai suatu tujuan, keempat-empatnya tidak

dapat di tinggalkan salah satunya, dan yang terpenting itu semua ditumbuhkan

bukan oleh orang lain tapi diri sendiri.

Itulah keempat poin yang menjelaskan tentang syarat-syarat bekerja

dalam Agama Buddha agar membuat semangat, giat dan tekun dalam bekerja.

Jadi, apa pun pekerjaan yang kita lakukan, bila dapat memenuhi empat hal

tersebut, maka akan memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang telah

dilakukan. Sebagai karyawan akan mendapatkan penghasilan dan perhatian yang

baik dari atasan, bagi pedagang akan mendapatkan kelancaran dalam usahanya,

bagi olahragawan akan memperoleh prestasi yang tinggi dan berbagai macam

kegiatan yang sesuai dengan norma maupun aturan yang telah ditetapkan.

14

Sayadaw U. Pandita, Ajaran Buddha Tentang Pembebasan Di Kehidupan Ini Juga

(Jakarta: Yayasan Satipatthana Indonesia (Yasati), 2014), h.116-120.

Page 43: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

33

Oleh karena itu, marilah kita berusaha terus-menerus dan bersungguh-

sungguh, agar Chanda, Viriya, Citta dan Vimaṁsa yang merupakan empat

kekuatan dasar dapat kita terapkan dalam segala macam aktivitas, yang nantinya

akan memberikan buah kesuksesan dan kebahagiaan berkat kesungguhan dalam

bekerja.

C. Jenis-Jenis Etos Kerja Yang Dianjurkan Dalam Agama Buddha

Seiring dengan berkembangnya kemajuan peradaban, semakin kompleks

pula kebutuhan manusia. Begitupula dengan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan

banyak orang dan salah satu kegiatan manusia yang paling mendasar adalah

masalah penghidupan atau dalam hal ini bekerja.

Dalam Delapan Jalan Mulia khususnya bagian Mata Pencaharian Benar

(Sammā-ājīvā),15 bahwa mata pencaharian dianggap benar apabila :

1. Pencaharian yang tidak mengakibatkan pembunuhan.

Sang Buddha berkata dalam khutbahnya:

“Aku bertekad melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup”

Panatipata terdiri dari kata pana dan atipata. Kata pana sendiri diartikan

sebagai „makhluk hidup‟ atau „kehidupan‟ dan kata atipata berarti „berakhir‟ atau

„lepas dengan cepat‟. Sehingga apabila digabungkan dapat memberikan arti

„membuat suatu makhluk hidup mengalami kematian‟ atau dapat juga diartikan

sebagai „berakhirnya kehidupan‟ sebelum waktunya. Jadi, Panitapata adalah dapat

disepadankan dengan kata pembunuhan. 16

15

Willy Yandi Wijaya, Penghidupan Benar (Yogyakarta: Vihara Vidyasena, 2012), h. 7-

8. 16

Ronald Satya Surya, 5 Aturan Moralitas Buddhis (Pengertian, Penjelasan, Penerapan),

h. 12.

Page 44: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

34

Pada dasarnya setiap makhluk hidup ingin mempertahankan hidupnya.

Namun, tidak ada seorang pun yang berhak untuk memutuskan kehidupan

makhluk hidup yang lain. Setiap apapun yang berbentuk pembunuhan sudah pasti

dilarang oleh setiap Negara yang tentunya akan dijatuhi hukuman yang seberat-

beratnya apabila melakukan hal tersebut bahkan dari segi agama pun tidak

membenarkan akan hal itu. Sehingga hal inilah yang menjadi penyebab

pembunuhan berada dalam posisi teratas dalam lima aturan moralitas Buddhis.

Karena dasar utama dari aturan moralitas Buddhis ini adalah cinta kasih

(metta) dan karunia (welas asih) ke segala makhluk, sehingga dengan berbekal

dua sifat mulia ini diharapkan kita dapat menahan diri dari segala macam bentuk

pembunuhan ataupun segala macam bentuk kekejaman.

Oleh karena itu, Sang Buddha sangat tidak menyukai segala pekerjan yang

bersifat pembunuhan, karena pembunuhan sangat berkaitan dengan hukum

kamma.17 Sebagai contoh misalnya pekerjaan sebagai nelayan. Bagaimanapun

juga mata pencaharian nelayan adalah mengondisikan seseorang untuk membunuh

ikan. Sedangkan dalam agama Buddha telah dijelaskan bahwa perdagangan

makhluk hidup untuk dibunuh hendaknya dihindari. Dan pekerjaan yang bersifat

dengan pembunuhan makhluk hidup pun telah melanggar sila pertama dalam

pancasila Buddhis.18

Hukum kamma atau hukum sebab akibat menyatakan bahwa seseorang

pasti akan menerima akibat dari segala tindakan yang dilakukannya baik atau

17Huston Smith, Agama-Agama Manusia (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, cetakan

pertama, 2015), h. 125.

18

Sila pertama dalam pancasila Buddhis adalah berusaha untuk menghindari pembunuhan

makhluk hidup, pembunuhan makhluk hidup disini bukan hanya membunuh makhluk hidup akan

tetapi termasuk menyiksa tubuh dan badan yang mengandung kehidupan, Lihat: . Lihat: DR. K. Sri

Dhammananda, Keyakiinan Umat Buddha (Jakarta Barat: Ehipassiko Foundation, 2012), h. 231-

232.

Page 45: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

35

buruk. Apapun yang seseorang kerjakaan maka akan menerima pula hasil dari apa

yang telah dikerjakannya, ketika berbuat kebaikan maka akan berbuah hasil yang

baik pula dan sebaliknya jika melakukan pekerjaan yang buruk maka akan

menerima hasil yang buruk juga.

Sehingga pekerjaan sebagai seorang nelayan pada akhirnya semua

tergantung kepada motivasi seorang nelayan tersebut, jika semakin kecil niat

membunuhnya maka akan kecil pula buah kamma buruk yang akan dipetiknya

pun sebaliknya jika kamma baik yang diperbuat oleh seorang nelayan juga akan

membuatnya menerima akibat yang baik pula. Akan tetapi, alangkah bagusnya

jika yang berprofesi sebagai nelayan untuk beralih ke profesi yang menghindari

merugikan makhluk lain atau minimal lebih banyak berbuat baik sehingga

berakibat kehidupan yang baik pula.

2. Pencaharian yang wajar.

Pencaharian yang wajar adalah berkaitan dengan penghidupan yang benar

dan penghidupan yang benar adalah meninggalkan penghidupan yang salah.

Pencaharian yang wajar maksudnya adalah harus dilakukan dengan cara-cara yang

legal bukan ilegal, diperoleh dengan damai, dan tanpa paksaan ataupun kekerasan.

Seperti misalnya menjadi seorang agamawan agar selalu dapat menebarkan

kebaikan.

3. Pencaharian yang tidak berdasarkan penipuan.

Penipuan juga merupakan salah satu cara penghidupan yang salah, karena

menghasilkan kerugian bagi orang lain, misalnya menjadi seorang pedagang yang

memang mempunyai niat untuk menipu pasti akan melakukan kebohongan yang

Page 46: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

36

berhubungan dengan kata-kata seperti dalam memasarkan dagangannya berdusta

dengan mengatakan secara berlebih-lebihan kualitas barang yang tidak tepat.

4. Pencaharian yang tidak berdasarkan ilmu rendah (black-magic).19

Pekerjaan yang berkaitan dengan peramalan ataupun penujuman juga

merupakan pekerjaan yang baik karena berkaitan dengan ketidakpastian sehingga

sama saja dengan kasus penipuan.

D. Jenis-Jenis Etos Kerja Yang Tidak Dianjurkan Dalam Agama Buddha

Juga terdapat lima jenis pekerjaan yang harus dihindarkan oleh umat

Buddha adalah:

1.Menghindari perdagangan senjata; hal ini dapat mencegah tindak kekerasan, di

dalam lingkungan rumah tangga maupun masyarakat. Menciptakan ketenangan,

keamanan, dan kedamaian di lingkungan masing-masing.

2. Menghindari perdagangan makhluk hidup; ulasan Aṅguttara Nikāya menjelaskan

bahwa berdagang makhluk hidup (sattavāṇija), seperti menjual manusia,

perbudakan, atau perdagangan anak; menjual binatang atau memelihara binatang

untuk disembelih dapat dimasukkan dalam kategori ini.

3. Menghindari perdagangan daging; usaha ini merupakan penerapan dari Pañcasīla

Buddhis yang pertama, yaitu menghindari pembunuhan makhluk hidup. Apabila

berdagang daging, secara langsung maupun tidak langsung telah menyebabkan

terjadinya pembunuhan agar mendapatkan daging untuk dijual.

4.Menghindari perdagangan benda-benda yang memabukkan; dalam hal ini

adalah alkohol dan kelompok dari barang-barang narkotik. Bila dikonsumsi

secara langsung ataupun perlahan-lahan, zat-zat tersebut akan menyebabkan

19Bhikkhu Bodhi, Anguttara Nikaya (Khotbah-Khotbah Numerikal Sang Buddha) (Jakarta

Barat: Dhammacitta Press, 2015), h. 45.

Page 47: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

37

penurunan kesadaran sehingga perbuatan yang dilakukan oleh orang yang

mabuk akan membahayakan dirinya dan orang lain.

5.Menghindari perdagangan racun; racun adalah zat yang digunakan untuk

melumpuhkan dan membunuh makhluk secara halus maupun secara paksa,

menyebabkan sang korban akan sangat menderita sebelum meninggal.20

“Apabila di dalam dunia ini seseorang menghancurkan kehidupan

makhluk hidup, suka berbicara tidak benar, mengambil apa yang tidak diberikan,

melakukan perbuatan asusila dengan istri orang lain. Atau menyerah pada

minuman yang memabukkan, maka itu berarti mencabut akar kehidupannya

sendiri, di dalam kehidupan yang sekarang di dunia ini.” (Dhammapada:246-

247.)21

Sebagai umat Buddha, pada dasarnya harus sadar menyatakan “berlindung

kepada triratna” sehingga seluruh umat Buddha diharapkan untuk selalu berlatih

diri dengan cara melatih lima aturan moralitas Buddha (pancasila Buddhis).

Sehingga dengan cara tersebut dengan sendirinya akan terlatih dan menjadi

sebuah kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.22

Jika selalu berlatih dengan baik, tentunya akan membawa kemajuan,

kemakmuran besar, kehidupan surga, baik sebagai manusia ataupun dewa. Selain

daripada itu, apabila telah menerapkan lima ajaran moralitas Buddhis, maka

dengan sendirinya akan dapat berkata, berbuat dan bermata pencaharian benar

20

Bhikkhu Bodhi, Anguttara Nikaya (Khotbah-Khotbah Numerikal Sang Buddha) (Jakarta

Barat: Dhammacitta Press, 2015), h. 47. 21

Nikaya dan Khudakka, Dhammapada=Kitab suci agama Buddha/ Khudakka Nikaya,

Penerjemah Suryan A Jamrah (Yayasan Abdi Dhamma Indonesia), h. 43. 22

Ronald Satya Surya, 5 Aturan Moralita Buddhis (Pengertian, Penjelajsan, Penerapan)

(Insight Vidyasena Production), h. 5-6.

Page 48: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

38

sebaliknya, apabila seseorang belum mengerjakan atau tidak selalu melatih diri

tentunya akan selalu bertindak yang negatif.

Dengan demikian sangatlah penting bagi umat Buddha dalam belajar

sesuatu dengan baik dan benar secara luas serta mendalam, sehingga hidup

menjadi lebih terarah, semakin maju dan meningkat dalam dhamma di kehidupan

ini maupun kehidupan selanjutnya.

Page 49: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

39

BAB III

ETOS KERJA DALAM PERSPEKTIF ALIRAN CALVINIS

A. Pengertian Etos Kerja Dalam Aliran Calvinis

Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, Weber mengajukan tesis

bahwa etika dan gagasan-gagasan Puritan telah memengaruhi perkembangan

kapitalisme.1 Akan tetapi, devosi

2 keagamaan biasanya disertai dengan penolakan

terhadap urusan-urusan duniawi, termasuk pengejaran akan harta kekayaan.

Max Weber mendefinisikan semangat kapitalisme sebagai gagasan dan

kebiasaan yang menunjang pengejaran keuntungan ekonomi secara rasional. Ia

juga menunjukkan bahwa semangat seperti itu tidaklah terbatas pada budaya Barat

bila hal itu dipandang sebagai sikap individual, namun bahwa upaya individual

yang berani tidak dapat dengan sendirinya membentuk suatu tatanan ekonomi

yang baru yaitu Kapitalisme. Kecenderungan-kecenderungan yang paling umum

adalah keserakahan akan keuntungan dengan upaya yang minimal dan gagasan

bahwa kerja adalah suatu kutukan dan beban yang harus dihindari khususnya

ketika hasilnya melebihi dari kebutuhan untuk kehidupan yang sederhana.

Weber memperlihatkan bahwa tipe-tipe Protestanisme tertentu mendukung

pengejaran keuntungan ekonomi yang rasional dan bahwa kegiatan-kegiatan

duniawi telah memperoleh makna spiritual dan moral yang positif. Ini bukanlah

tujuan dari gagasan-gagasan keagamaan tersebut, melainkan lebih sebagai produk

sampingan atau logika yang inheren dari doktrin-doktrin tersebut dan advis yang

didasarkan pada mereka baik yang baik secara langsung maupun tak langsung

1Max Weber, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme (Jakarta:Narasi Pustaka

promethea, 2015), h. 67. 2Devosi adalah suatu sikap bakti yang berupa penyerahan seluruh pribadi kepada Tuhan

dan kehendak-Nya sebagai perwujudan cinta kasih atau sebagai kebaktian khusus (Keluaran: 13).

Lihat: Lembaga Al Kitab, AL KITAB, (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia, 2013), h.

71.

Page 50: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

40

mendorong perencanaan dan penyangkalan diri demi pengejaran keuntungan

ekonomi.

Weber menelusiri asal usul etika Protestan pada Reformasi. Dalam

pandangannya, bahwa di bawah Gereja Katolik Roma seseorang dapat dijamin

keselamatannya melalui kepercayaan akan sakramen-sakramen gereja dan otoritas

hierarkhinya. namun, Reformasi secara efektif telah menyingkirkan jaminan-

jaminan tersebut bagi orang biasa, meskipun Weber mengakui bahwa seorang

"genius keagamaan" seperti Martin Luther mungkin dapat memiliki jaminan-

jaminan tersebut.

Dalam keadaan tanpa jaminan seperti itu dari otoritas keagamaan, Weber

berpendapat bahwa kaum Protestan mulai mencari "tanda-tanda" lain yang

menunjukkan bahwa mereka selamat. Sukses dunia menjadi sebuah ukuran

keselamatan, apakah seseorang akan masuk ke surga atau neraka di ukur dari

seberapa suksesnya Ia bekerja di dunia, oleh karena belum ada kejelasan siapakah

yang akan terpilih menjadi salah satu orang yang masuk ke surga maka penganut

Calvinis berbondong-bondong berusaha, bekerja dengan giat dan penuh semangat.

Esai terakhir yang dituliskan Max Weber ini juga dapat ditafsirkan

sebagai salah satu kritik Weber terhadap Karl Marx dan teori-teorinya. Dimana

Marx berpendapat, pada umumnya bahwa semua lembaga manusia termasuk

agama didasarkan pada dasar-dasar ekonomi, akan tetapi Etika Protestan

memalingkan kepalanya dari teori ini dengan menyiratkan bahwa gerakan

keagamaan memperkuat kapitalisme dan bukan sebaliknya.3

3https://id.m.wikipedia.org/wiki/Etika_Protestan_dan_Semangat_Kapitalisme, diakses

pada tanggal 03 Oktober 2017, Pukul: 07.30 WIB.

Page 51: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

41

Etos merupakan suatu karakteristik semangat, baik yang berasal dari

seseorang maupun sekelompok orang. Jadi, kata etos merupakan sebuah gabungan

dari filosofi dasar, pemikiran atau tindakan dari seseorang maupun sekelompok

orang tersebut. Adapun makna kerja adalah suatu panggilan yang tinggi dan suatu

aktivitas yang berorientasi kepada Allah.4

Ada beberapa motivasi atau landasan mengapa seseorang bekerja yang

tentunya akan mempengaruhi juga bagaimana dia bekerja, apa yang menarik dan

memberi semangat kerja baginya, diantaranya:

1) Bekerja adalah untuk mencari nafkah, sering diasumsikan bahwa tujuan, landasan

dan motivasi kerja yang paling umum dan paling rendah dari manusia adalah

untuk mencari nafkah. Memang mencari nafkah bukanlah hal yang sepenuhnya

salah, karena itu adalah tugas dan naluri hidup manusia untuk mempertahankan

kehidupannya. Namun, ini bukanlah motivasi utama dan bahkan sebuah definisi

kerja yang benar dan baik. Jika didefinisikan bekerja berarti mencari nafkah atau

mencari uang, maka semua harus setuju dengan kerja para perampok atau pelacur.

Mereka bekerja keras, berkeringat, penuh kesiapan, pemikiran, kerjasama dan

keterampilan yang sangat luar biasa demi mendapatkan nafkah mereka. Tetapi

manusia normal tentu tidak akan memasukkan perampokan atau pelacuran sebagai

salah satu bidang kerja. Maka, bekerja harus lebih dari sekedar mencari uang atau

mencari nafkah. Bahkan bekerja dengan cara korupsi, penindasan atau pemerasan,

penipuan dan sejenisnya, sekalipun akan memberikan nafkah yang besar bagi

keluarga, tetap tidak bisa disebut sebagai kerja. Maka kerja menurut iman Kristen

bukan mencari nafkah.

4David W. Hall dan Matthew D. Burton, Calvin dan Perdagangan (Kuasa Transformasi

Calvinisme Dalam Ekonomi Pasar), (Surabaya: Momentum Christian Literature, 2015), h. 23.

Page 52: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

42

2) Aktualisasi diri, Semangat humanistik menyadarkan adanya unsur dan

kepentingan aktualisasi diri di dalam kehidupan manusia. Manusia akan

kehilangan nilai hidupnya ketika tidak bisa mengaktualisasikan dirinya di tengah

masyarakat. Ia harus menunjukkan siapa dirinya dan membuat orang melihat

dirinya. Salah satu hal utama yang membawa aktualisasi diri manusia adalah

bekerja. Motivator-motivator masa kini banyak menggunakan asumsi ini di dalam

membangun etos kerja seseorang. Tanpa Tuhan, seseorang membutuhkan

pengakuan dari manusia. Maka upaya kerja menjadi salah satu cara seseorang

mendapat pengakuan dari manusia. Ada usaha dan motivasi yang lebih baik

daripada sekadar mencari nafkah. Namun, di balik hal positif yang bisa didapat,

sebenarnya kerja bukan sekadar aktualisasi diri, karena manusia akan kecewa,

ketika dia sudah bekerja keras dan tidak memenuhi harapan dari pimpinannya. Ia

tidak tahu bagaimana bisa menyenangkan semua orang, karena hal seperti itu jelas

mustahil. Sering kali juga etos yang dibangun dengan landasan ini membuat kita

bekerja menurut apa yang lagi tren, dianggap hebat, dan diperhatikan masyarakat.

Ia tidak mengembangkan talentanya, tetapi mengikuti keinginan orang lain. Dan

yang paling bermasalah, etos kerja yang dibangun adalah etos kerja egoistik. Ia

hanya bekerja untuk dihargai. Dan sering kali ia akan tidak suka kalau ada orang

lain lebih dihargai daripada dirinya. Sifat egoistik ini akhirnya bisa merusak

seluruh kerjanya bahkan dirinya.

3) Menggenapkan kehendak Allah,5 Dari sejak di taman Eden, manusia

diperintahkan oleh Tuhan untuk bekerja. TUHAN Allah mengambil manusia itu

5http://pemuda.stemi.id/article/etos-kerja-kristen, diakses pada tanggal 02 September

2017, Pukul: 09.30 WIB.

Page 53: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

43

dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara

taman itu.

“Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman

eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu”.6 (Kejadian 2:15).

Kerja bukanlah akibat dosa. Kerja adalah natur manusia, seturut rencana

Allah ketika mencipta manusia. Tuhan mencipta manusia untuk bisa bekerja

menggenapkan mandat yang Ia telah siapkan. Seperti yang dimengerti Paulus,

karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan

pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di

dalamnya.

“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan, dalam Kristus Yesus untuk

melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, kita

supaya hidup didalamnya”7 (Efesus. 2:10).

Tuhan ingin kita mengerjakan pekerjaan baik yang sudah Tuhan siapkan,

bukan bekerja untuk mencari nafkah atau mengaktualisasi diri menurut kehendak

kita sendiri. Maka, etos kerja yang benar hanya mungkin dimiliki dan dilakukan

oleh orang percaya. Bekerja yang sejati adalah karena kita ingin menggenapkan

mandat atau kehendak Allah. Untuk tujuan inilah Allah menyelamatkan umat

pilihan-Nya.

Dalam Bahasa Ibrani bekerja itu adalah „Melakah‟ dari kata ‘Malak’

artinya pesuruh Allah/Tuhan, tidak ada pesuruh Tuhan yang tidak bekerja,

menjalankan penugasan yang Tuhan beri untuk dia. Jadi, diwajibkan karena

6Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia,

2013), h. 2.

7Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB, h. 232.

Page 54: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

44

manusia adalah pesuruh-pesuruh Tuhan yang wajib menjalankan penugasan Illahi

atau mandat Illahi. Apapun itu bagaimanapun perkaranya baik besar maupun kecil

itu dinilai sebagai mandat Illahi yang Maha Kuasa. Yang terpenting adalah dalam

menjalani penugasan itu harus dilayani dengan penuh dedikasi, dengan penuh

loyalitas, dan tidak sembarangan, juga harus mempunyai sumber daya,

memumpuni dan mandiri. Jadi, yang dimaksud dengan Kerja bagi Calvin itu

adalah disebut dengan „Panggilan‟ dan „Pengutusan‟ orang Kristen. Bekerja itu

dilihat sebagai bentuk panggilan dan pengutusan orang-orang Kristen.8

Bekerja merupakan aktivitas gerak manusia yang khas, yang membedakan

antara bekerjanya manusia dengan binatang atau mesin, adalah sebab jika

binatang bekerja secara naluri dan mesin bekerja tanpa kesadaran. Sifat yang khas

dari kerja manusia adalah, bahwa kerja manusia merupakan penggunaan secara

sadar daya-daya rohani dan badani yang tertuju dengan maksud tertentu.

Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Kitab:

“Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,

supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan

atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap

di bumi.” (Kejadian 1:26)

“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut

gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya

mereka.” (Kejadian 1:27)

8Wawancara Pribadi dengan Pdt. Omiek Kaharuddin, Bogor, 09 September 2017.

Page 55: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

45

“Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan

menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah mnusia itu

menjadi makhluk yang hidup. 9

(Kejadian 2:7)

Berdasarkan ayat di atas, bahwasannya memang manusia diciptakan

berbeda dengan makhluk hidup lainnya seperti binatang dan lain-lain. Dengan

demikian, manusia memiliki keunikan dibandingkan dengan ciptaan-ciptaan yang

lainnya, yaitu memiliki bagian materi (tubuh) dan non materi (jiwa/roh). Memiliki

“gambar” atau “rupa” Allah, dalam pengertian yang paling sederhana adalah

berarti manusia dibuat sama menyerupai Allah makna kandungan lain dari ayat

diatas adalah karena Allah adalah Allah yang bekerja, maka demikian juga

gambarnya akan bekerja juga.10

Calvin percaya bahwa Al-Kitab banyak mengajarkan tentang harkat

(nobility) pekerjaan. Kerja adalah suatu panggilan yang tinggi dan suatu aktivitas

yang berorientasi kepada Allah dalam pengertian terbaiknya. Kesempurnaan

selalu dicari dan dihargai. Terdapat martabat pada pekerjaan dan panggilan

manusia yang unik baginya dan cocok dengan berbagai kekuatannya, talentanya,

dan kecenderungannya.11

Dalam salah satu khotbah tentang Matius :3 bahwa :

“Panggilan itu hanya akan baik jika datang dari Allah”. 12

(Matius:3)

Calvin mengartikan sebagai panggilan yang membawa serta Allah yang

memberi petunjuk dengan tangan-Nya dan berkata kepada setiap masing-masing

individu. Manusia sebagai salah satu makhluk yang diciptakan oleh Allah maka,

9Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia,

2013), h. 1-2. 10

http://www.fgbmfi.or.id/2013-07-06-04-08-39/artikel/marketplace/1475-kerja-menurut-

pandangan-alkitab diakses pada 25 Agustus 2017 Pukul 19.08 WIB. 11

David W. Hall dan Matthew D. Burton, Calvin dan Perdagangan (Kuasa Transformasi

Calvinisme Dalam Ekonomi Pasar), (Surabaya: Momentum Christian Literature, 2015), h. 24. 12

Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab

Indonesia, 2013), h. 2-3.

Page 56: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

46

tugas pekerjaan manusia adalah menyesuaikan pekerjaannya dengan maksud dan

sesuai dengan rencana Allah, karena merujuk pada etos kerja yang diemban

manusia sebagai makhluk yang diciptakan sesuai gambar Allah. Jadi, dapat

diambil kesimpulan bahwa etos kerja adalah sebuah semangat, pemikiran maupun

tindakan dari seseorang atau sekelompok orang yang diarahkan kepada suatu

kemajuan baik secara jasmani maupun rohani yang juga bertujuan untuk

memuliakan Allah.13

Tidak sedikit orang menjalankan pekerjaanya dengan tujuan hanya untuk

sekedar mencukupi kebutuhan-kebutuhan pribadi maupun keluarganya. Namun,

jika ditelusuri lebih jauh, apakah sesungguhnya makna dari bekerja itu memiliki

nilai yang sangat jauh lebih mulia dari sekedar untuk mencapai aktualisasi diri

dengan talenta yang dimiliki setiap orang. Jika di dalam kitab suci, ibadah sering

dikaitkan dengan aktivitas penyembahan kepada Tuhan, seperti dengan datang ke

rumah ibadat, berpuasa, menyanyi dan memuji Tuhan serta mendengarkan firman

Tuhan. Tetapi, aktivitas ibadah yang sesungguhnya juga tidak hanya digambarkan

sebagai aktvitas ritual keagamaan saja.

Al Kitab juga menekankan bahwa proses aktivitas kehidupan sehari-hari

pun merupakan aktivitas ibadah seperti bekerja dan lain-lain. Manusia memiliki 3

prinsip fundamental dalam menjalani kehidupan, yaitu: 1). Hubungan manusia

dengan Allah, 2). Hubungan manusia dengan manusia, 3). Hubungan manusia

dengan dunia. Jadi, jika dilihat pada prinsip pertama bahwa sistem kehidupan

segala sesuatunya harus bertitik tolak dan kembali kepada Allah, sehingga jika

13

Malcolm Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan (Jakarta: PT. BPK

Gunung Mulia, 1987), h.3-4.

Page 57: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

47

bertitik tolak kepada Allah maka harus mentaati dan mengikuti segala firman-Nya

yang tertuang dalam Al-Kitab.14

Untuk mengimplementasikan bagaimana menjadikan pekerjaan sebagai

suatu ibadah adalah hal yang harus dilakukan yaitu dengan merubah mindset

dalam menjalankan pekerjaannya. Bekerja dalam konsep ibadah bukanlah suatu

pilihan, tetapi jadikan sebagai panggilan dan harus menjadi komitmen. Bahkan

Al-Kitab menegaskan, bahwa seluruh aktivitas dan setiap detail hidup manusia

harus dilakukan dengan tujuan untuk memuliakan Allah. “Berserulah kepada-Ku

pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan

memuliakan Aku.”15

(Mazmur 50:15)

B. Syarat-Syarat Etos Kerja Dalam Aliran Calvinis

Untuk menjadikan kerja sebagai ibadah dan memiliki tujuan untuk

memuliakan Allah, maka terdapat beberapa syarat etos kerja dalam Aliran

Calvinis:

1. Kerja Sebagai Rahmat; Aku Bekerja Tulus Penuh Kebersyukuran

Pekerjaan adalah Rahmat dari Tuhan yang telah dilimpahkan untuk

manusia, melakukan tugas dan kewajiban dalam bidang pelayanan merupakan

wujud dari ucapan syukur seseorang kepada Tuhan Sang Pencipta. Menjalankan

peran dengan penuh keikhlasan merupakan kunci etos kerja profesional.

Kerja adalah rahmat, jadi patut untuk disyukuri. Pertama, kerja secara

hakiki adalah sebagai rahmat dari Tuhan, karena lewat pekerjaanlah sama seperti

14

Abraham Kuyper, Ceramah-Ceramah Mengenai Calvinisme (Surabaya: Penerbit

Momentum, 2012), h. 14. 15

Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab

Indonesia, 2013), h. 609.

Page 58: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

48

Tuhan memelihara seseorang. Kedua, disamping upah secara finansial dengan

bekerja sering dapat menerima banyak sekali kelebihan dari pekerjaan tersebut.

“Pekerjaan yang kalian lakukan sebagai hamba itu, hendaklah kalian

kerjakan dengan hati yang gembira seolah-olah Tuhanlah yang kalian layani, dan

bukan hanya manusia, yang melayani dengan rasa sayang seperti kepada Tuhan

dan bukan kepada manusia, hendaklah kamu mengabdi dengan ikhlas seperti

kepada Tuhan dan bukan kepada manusia.”16

(Efesus 6:7)

Seseorang yang menerima amanah dari Tuhan seharusnya memiliki

keikhlasan untuk menerima peran tersebut dan melayani tanpa pamrih. Ikhlas

yang berarti memiliki hati yang bersih dan tulus, terbebas dari kepentingan pribadi

maupun kelompok, merupakan ciri orang yang mensyukuri Rahmat Tuhan.

Bentuk dari keikhlasan tersebut adalah menyikapi pekerjaan sebagai sebuah

skenario Tuhan bagi manusia. Pekerjaan adalah suci adanya, oleh karenanya perlu

melakukannya dengan kesucian dan melakukannya semata-mata hanya untuk

Tuhan. Pekerjaan yang dicintai, dijalani dengan sebaik-baiknya akan

mendatangkan manfaat yang lebih besar, tidak hanya bagi pelaku pekerjaan

namun juga bagi orang disekitarnya.

Oleh karena itu, mengerjakan pekerjaan harus dengan hati yang bersih dan

tulus, tidak boleh bersungut-sungut, mengeluh, dan setengah hati karena bekerja

adalah bentuk terimakasih kepada Tuhan, kepada negara, kepada pemilik modal

karena sudah terlebih dahulu menerima dengan berlimpah, maka manusia pun

harus membalasnya dengan rasa syukur berlimpah pula.

16

Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB, h. 231.

Page 59: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

49

2. Kerja Adalah Amanah; Aku Bekerja Benar dan Penuh Integritas

Amanah adalah titipan berharga yang dipercayakan kepada manusia,

melalui bekerja manusia diibaratkan seperti menerima banyak amanah, bahkan

kerja itu sendiri adalah amanah sehingga harus diselesaikan dengan baik, benar

dan tuntas. Seperti misalnya, pemilik modal menitipkan usahanya pada seseorang,

dan keluarga pun menitipkan amanah agar manusia selalu membawa nafkah halal

melalui pekerjaan yang halal.

“Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya

adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar dia.”17

(Ulangan

32:4)

Selain dituntut untuk amanah, bekerja juga harus dengan benar dan adil

dan penuh integritas agar setiap pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik tidak

ada kesalahan-kesalahan yang tentunya akan membuat sulit seseorang

kedepannya. Apapun dan seberat apapun pekerjaannya tentu akan terselesaikan

dengan mudah dan cepat.

Jika mampu bekerja dengan penghayatan sebagai seseorang pengemban

amanah yang benar dan adil pula, maka secara internal, akan menjadi orang

terpercaya dalam hal apapun. Secara empirik, seseorang dapat melihat bahwa

orang yang sukses mengemban amanah kecil akan mendapat amanah yang lebih

besar. Karaktrer tepercaya dan bertanggungjawab adalah modal utama untuk

meraih kesuksesan dan manfaatnya adalah akan membuat seseorang berharga dan

dihargai orang lain.

17

Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB, h. 229.

Page 60: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

50

3. Kerja Adalah Panggilan Suci; Aku Bekerja Tuntas Penuh Integritas

Kerja disadari sebagai aktivitas kehidupan yang berorientasi pada yang

suci: kepada Tuhan dengan atribut utama-Nya: kebenaran, keadilan, dan kebaikan.

Dengan kesadaran bekerja adalah sebagai panggilan suci maka lahirlah perasaan

benar, feeling right, di hati seseorang. Karena bekerja adalah diibaratkan seperti

sedang memuliakan Tuhan, dan dalam surat Paulus yang kedua telah dijelaskan:

“Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita

menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya

menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala

pekerjaan imanmu”18

(2 Tesalonika 1:11)

Artinya ketika memaknai kerja sebagai panggilan illahi yang suci, Allah

pun akan senantiasa menjaga dan memelihara dalam kondisi apapun.

4. Kerja Adalah Aktualisasi; Aku Bekerja Keras Penuh Semangat

“Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal

bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka

sama-sama tukang kemah.” 19

Dalam ayat di atas, diceritakan bahwa meskipun sebagai hamba Tuhan,

Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya berhak menerima sokongan dari jemaat

yang mereka layani, tetapi ia memberikan teladan dengan cara bekerja sendiri

dengan penuh semangat seperti misalnya sebagai tukang tenda, untuk memenuhi

kebutuhannya dan juga kebutuhan teman-temannya.

Melalui pekerjaan seseorang dapat mengaktualisasikan dirinya, aktualisasi

berarti mengubah potensi menjadi kompetensi menjadi nyata dan aktual.

Aktualisasi potensi insani ini terlaksana melalui kerja yakni pengerahan energi

18

Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB, h. 247. 19

Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB, h. 165.

Page 61: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

51

bio-psikolo-spiritual secara intensif. Otot hanya berkembang jika dipakai secara

optimal, begitu juga potensi jiwa dan rohani, mental dan intelektual. Secara

eksternal, produktivitas berdasarkan kompetensi yang berkualitas, menjadi

andalan yang aman bagi semua mitra kita untuk bersinergi bersama. Jadi, dalam

bekerja pun harus selalu bekerja keras dengan penuh semangat, karena semangat

dari diri sendiri sangat mempengaruhi bagaimana pekerjaan seseorang.

5. Kerja Adalah Ibadah; Aku Bekerja Serius Penuh Kecintaan dan Pengabdian

Tuhan mewajibkan manusia untuk beribadah di dua tempat. Pertama, di

gedung peribadatan seperti gereja, seperti ritual sembahyang. Kedua, adalah di

tempat kerja adalah olah kerja yang diabdikan kepada Tuhan. Pada dasarnya

semua agama mengajarkan kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Yang pertama,

dengan turut berkarya membangun hal-hal yang baik, benar, adil, dan ideal

sedangkan yang kedua, adalah menghindari apa saja yang deskruptif, negatif, dan

buruk.

Bekerja merupakan panggilan illahi yang amat suci, sehingga apapun yang

dikerjakan apabila dimotivasi dengan semangat semata-mata hanya untuk

beribadah dan mengabdikan diri kepada Tuhan maka segalanya akan lebih nikmat

terasa, seperti dikatakan dalam Kitab Timotius:

“Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan yang

besar”20

(1 Timotius 6:6).

Bekerja sesuai dengan porsi tanggungjawabnya tidak juga boleh

berlebihan karena jika diniatkan untuk beribadah semua akan terasa cukup bahkan

dapat memberikan keuntungan yang lebih besar.

20

Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab

Indonesia, 2013), h. 252.

Page 62: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

52

6. Kerja Adalah Seni; Aku Bekerja Cerdas Penuh Kreativitas

Bekerja adalah salah satu kegiatan artistik yang mendatangkan kesukaan

dari aktivitas-aktivitas kreatif, eksploratif atatu interaktif. Sehingga menuntut

penggunaan kreativitas baik dalam menyelesaikan masalah-masalah kerja maupun

menggagas hal-hal baru dan kreativitas juga dituntut bagi peningkatan mutu di

semua aspek.

7. Kerja Adalah Kehormatan; Aku Bekerja Tekun Penuh Keunggulan

Menjaga kehormatan adalah dengan bekerja sebaik-baiknya, secara

maksimal dan dengan mutu setinggi-tingginya. Jika seseorang dapat menjaga

kehormatan ini dengan mutu yang memuaskan, maka kehormatan berikutnya akan

di peroleh lagi, sebaliknya kehormatan akan diambil jika seseorang bekerja asal-

asalan artinya bekerja dengan tidak sungguh-sungguh. Jadi, kunci utamanya

adalah seseorang akan memperoleh mutu yang tinggi apabila melakukan segala

macam bentuk pekerjaannya dengan baik, benar, semangat dan sungguh-sungguh.

21

8. Kerja Adalah Pelayanan; Aku Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati

Secara moral, kemuliaan sejati datang dari pelayanan, orang yang melayani

adalah orang mulia. Profesi yang melayani adalah salah satu pekerjaan yang

sangat mulia. Pekerjaan harus dimuliakan melalui pelayanan agar termasuk

menjadi manusia yang mulia, pekerja yang berhati mulia, adapun ciri utama

kemuliaan adalah dengan tidak mementingkan diri sendiri.

21

Jansen Sinamo, Sains, Etika dan Keluhuran (Jakarta: Institut Darma Mahardika, 2011), h.

84-91.

Page 63: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

53

“Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik

pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir

lebih banyak daripada yang pertama”.22

(Wahyu 2:19)

C. Jenis-Jenis Etos Kerja Yang Dianjurkan Dalam Aliran Calvinis

Aliran Calvinis membuat konsep “medieval” dimana pada awalnya bekerja

hanyalah diperlukan untuk membiayai dan memelihara individu dan komunitas,

ketika ini sudah tercapai perjuangan selanjutnya menjadi sia-sia. Namun,

kemudian Calvin memberikan basis religius dalam bekerja yaitu konsep tentang

panggilan yang membuat pengikutnya bekerja sungguh-sungguh untuk

memuliakan Tuhan dan ajaran Calvin menjadikan bahwa bekerja itu adalah

ibadah (Labore Est Orare) yang membuat manusia harus

mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah diberikan Allah.23

Bahkan

Calvin juga sangat tidak senang dengan orang yang tidak bekerja dan pengemis

yang hanya menggantungkan diri pada jerih payah orang lain yang menurutnya

sangat tidak sesuai dengan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Al-Kitab, sebab

prinsip dasar Aliran Calvinis adalah: Sola Vide (hanya oleh iman), Sola Gracia

(iman yang dikerjakan oleh karunia Tuhan), Sola Scriptura (oleh Al-Kitab),

intinya Calvin selalu kembali kepada ajaran Al-Kitab. Dua hal yang selalu

ditekankan tentang pembenaran yaitu: hidup karena iman (kasih karunia Tuhan),

dan jadi hidupnya harus kudus tidak boleh munafik.24

Ungkapan iman dari orang-

orang yang telah dibenarkan karena imannya dan pengudusan hidupnya, maka

22

Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia,

2013), h. 292. 23

Max Weber, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme (Jakarta:Narasi Pustaka

promethea, 2015), h. 123. 24

Jansen Sinamo dan Eben Ezer Siadari, Teologi Kerja Modern dan Etos Kerja Kristiani

(Jakarta:Institut Darma Mahardika, 2011), h.10.

Page 64: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

54

ungkapan imannya harus disaksikan dengan tindakan-tindakan yang nyata, yang

konkret. Jadi, Di dalam Aliran Calvinis itu bekerja dipandang seperti memuliakan

Tuhan, jadi apabila melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak baik justru sama

saja dengan tidak memuliakan Tuhan.

Menurut Calvin bekerja itu bukan hanya soal yang di jual rohani semata,

tetapi juga segala macam jenis pekerjaan dalam dunia sekuler:

1. Jika pada zaman medieval konsep pemberian bunga sangat dikutuk, sedangkan

Calvin membalikkan cara berpikir ini dengan memperbolehkan peminjaman uang

dengan bunga dengan tujuan agar orang lain dapat menggunakan uang tersebut

dan tidak diam secara sia-sia. Selain itu, penggunaan bunga juga membuat orang

yang meminjam tidak mempermainkan dan menganggap remeh uang tersebut

asalkan pemberian bunga tidak berlebihan dan tidak menindas orang lain.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat dikotomi rohani-sekuler, dimana seseorang

menilai bahwa suatu pekerjaan lebih bernilai dari pekerjaan lainnya. Misalnya

bahwa bekerja dalam bidang yang berhubungan dekat dengan hal-hal yang

bersifat rohani seperti guru agama, karyawan toko buku rohani, pengajar sekolah

minggu, penyiar di radio Kristen dan lain-lain

3. PNS

4. Dokter

5. Guru

6. Hakim

7. Para Imam (pendeta) yang melayani Jemaat di Gereja.25

25Wawancara Pribadi dengan Pdt. Johana Nirauha, Bogor, 09 September 2017.

Page 65: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

55

Karena Calvin sangat senang dengan segala bentuk perubahan maka

berangkat dari tradisi Yahudi yang pada awalnya bekerja hanya dianggap cukup

dengan mengkhususkan kerja di bait Allah. Karena Calvin juga sering disebut

dengan aliran Reformasi maka diperbaharuilah tentang pekerjaan-pekerjaan

menurut Calvin yang tidak hanya bekerja di Bait Allah. Sebetulnya pekerjaan

yang dapat menghasilkan kekayaan itu sendiri dan tidak mengakibatkan dosa,

sedangkan yang menimbulkan dosa adalah apabila kekayaan itu diperoleh dengan

cara haram dan digunakan untuk berfoya-foya apalagi memberhalakan harta.

Karena menurut Calvin, sumber segala dosa adalah perbuatan menyia-nyiakan

waktu dan bermalas-malasan tanpa bertanggungjawab pada keterpanggilan

sebagai natur manusia yaitu dengan berkarya, memberikan arti bagi kehidupan itu

sendiri.26

D. Jenis-Jenis Etos Kerja Yang Tidak Dianjurkan Dalam Aliran Calvinis

Aliran Calvinis berpandangan bahwa semua pekerjaan berpegang teguh

dengan 1 tema yaitu: „Solidio Gloria (kemuliaan hanya untuk Tuhan)‟, jadi

sepanjang pemanggilan dan penugasannya merujuk kepada memuliakan Tuhan itu

diperbolehkan, tetapi jika merugikan tidak diperbolehkan. Misalnya;

1. Koruptor

2. Riba (Menindas Manusia)

3. Perampok

4. Pencuri

26

http://www.gkpi.or.id/news/read/22/sikap_orang_kristen_terhadap_pekerjaan_cara_pan

dang_yang_utuh, diakses pada tanggal 17 April 2017, Pukul: 20.05 WIB.

Page 66: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

56

5. Bandar Narkoba

6. Penipuan27

27

Wawancara Pribadi dengan Pdt. Omiek Kaharuddin, Bogor, 09 September 2017.

Page 67: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

57

BAB IV

ANALISIS PERBANDINGAN KONSEP ETOS KERJA DALAM

ALIRAN BUDDHA MAHAYANA DAN ALIRAN CALVINIS

A. Tuhan pun Bekerja

Manusia menyadari akan adanya kekuatan-kekuatan yang membuat alam

semesta ini bekerja meskipun belum mengetahui bagaimana persisnya alam itu

bekerja. Seiring dengan berkembangnya zaman, manusia mulai berpikir bahwa

ada seseorang yang menciptakan dan memelihara peristiwa ini.

Manusia memiliki rasa takut, khawatir, curiga, ketidakamanan, sehingga

membutuhkan seseorang untuk bergantung padanya, untuk melindungi.

Seringkali kekuatan ini dirubah menjadi Tuhan yang tunggal. Sekarang sebagian

orang bergantung pada Tuhan untuk segalanya. Demikianlah mengapa mereka

mencoba memperkenalkan ide mengenai roh yang kekal yang pergi dari sini dan

tinggal di surga yang abadi, hal itu memuaskan kehausan akan kehidupan kekal.

Sang Buddha mengatakan bahwa segala sesuatu yang muncul dalam suatu

keberadaan adalah subjek dari perubahan, kehancuran dan kelapukan.1

Ketika seseorang menganalisa kehidupan Sang Buddha, melihat Ia tidak

pernah memperkenalkan diri-Nya sebagai anak tuhan atau pembawa pesan (nabi)

ataukah sebagai Guru Agama yang tercerahkan. Pada saat yang sama Sang

Buddha juga tidak memperkenalkan diri-Nya sebagai inkarnasi dari Buddha lain.

Sang Buddha tidak diciptakan oleh Buddha yang lain, jadi Buddha bukanlah

reinkarnasi dari Buddha yang lain. Beliau adalah seorang individu yang dengan

bekerja dalam periode waktu yang lama, mengembangkan kehidupan setelah

1Sri Dhammananda, Di Manakah Sang Buddha (Where Is The Buddha) (Jakarta:

Bhagavant, 2012), h. 8-9.

Page 68: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

58

kehidupan dan menanam semua kualitas, kebajikan, kebijaksanaan agung yang

kita sebut sebagai paramita atau kesempurnaan.2 Ketika Beliau menyempurnakan

semua kualitas yang baik Ia mencapai Pencerahan yang merupakan pemahaman

yang sempurna akan bagaimana alam semesta bekerja

Di dalam Agama Buddha, seperti yang telah tertera dalam ikrar

bodhisattwa,3 sudah jelas bahwa keempat ikrar tersebut merupakan sebuah

cerminan dari bagaimana komitmen ucapan-ucapan sang Buddha kepada

penganutnya untuk selalu dan terus menghargai bagaimana segala bentuk

kehidupan, cara memadamkan hawa nafsu dan lain-lain. Sebagai umat Buddha

dianjurkan untuk selalu berusaha terus menerus selalu mempelajari Dharma dan

selalu memperbaiki diri sendiri dengan cara apapun dan dengan segala cara untuk

bagaimana menghadirkan sang Buddha dalam hidupnya. Maka dengan bekerjalah

seseorang dapat merealisasikan hal tersebut.

Sang Buddha lebih banyak mengajarkan aspek kehidupan ekonomi

dibandingkan dengan pengajar agama yang lain, baik aspek perorangan ataupun

aspek nasional, yang adalah kepentingan orang banyak. Justru karena

menganggap penting masalah kehidupan ekonomi, maka Beliau mengajarkan

Penghidupan Sejati (samma ajiva). Melalui ajaran tersebut Sang Buddha

mengajarkan bagaimana manusia harus berusaha dan apa yang hendaknya

2Majelis Buddhayana Indonesia, Kebahagiaan Dalam Dhamma (Jakarta: Majelis

Buddhayana Indonesia, 1980), h. 17-18. 3Ikrar Bodhisattwa adalah: Makhluk hidup tak tebilang banyaknya, aku berikrar untuk

menyelamatkan mereka; Hawa nafsu tiada habis-habisnya, aku berikrar untuk memadamkannya;

Pintu dharma tiada batasnya, aku berikrar untuk memasukinya; Jalan Buddha tiada bandingannya,

aku berikrar untuk merealisasinya. Lihat: Khrishnanda Wijaya Mukti, Wacana Buddha Dharma

(Jakarta: Yayasan Dharma Pembangunan, 2003), h. 16.

Page 69: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

59

diperbuat sesuai dengan apa yang diperoleh, sebagai salah satu langkah Jalan ke

Nibbana.4

Menurut Sang Buddha, tedapat dua ciri yang hendaknya dipenuhi didalam

melaksanakan pekerjaan, baik sebagai pengusaha atau sebagai profesi, agar

sejalan dengan ajaran Penghidupan Sejati. Pertama, pekerjaan itu dapat

mencukupi kebutuhan hidup artinya bekerja sesuai dengan kebutuhan, seperti:

makanan, pakaian, perumahan, kesehatan dan pendidikan. Kedua, pekerjaan

tersebut secara etis, adalah baik. Karena kenyataannya banyak pekerjaan yang

dapat menghasilkan uang, malah yang mungkin dapat melebihi dari cukup, tapi

melibatkan kecurangan, kesemenaan ataupun kekerasan. Sang Buddha

menyebutkan beberapa pekerjaan yang ada pada zaman kehidupan Beliau yang

adalah tak sejalan dengan moral.

Pada umumnya manusia mengisi bagian besar dari waktu hidupnya

dengan bekerja, pekerjaan yang dilakukan itu dengan sendirinya akan turut

membentuk kepribadian seseorang, baik positif ataupun negatif. Sewajarnya, bila

agama melibatkan seluruh aspek pengalaman manusia, maka agama seyogyanya

juga memberi petunjuk cara bagaimana mengusahakan dan bagaimana

menggunakan kekayaan dan Sang Buddha ternyata memberi petunjuk tentang hal

tersebut.

Bagi sang Buddha, hidup merupakan sebuah kesempatan yang sangat

disayangkan jika tidak digunakan untuk selalu bekerja demi tercapainya sebuah

kesempurnaan hidup atau sampai kepada Nibbana. Dengan bekerja seseorang

dapat menyempurnakan diri dengan memperbaiki karma secara produktif artinya

4Wawancara Pribadi dengan Bapak Sakta Dippana, Tangerang Selatan, 09 Juni 2017.

Page 70: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

60

menghasilkan suatu karma baik untuk dirinya sendiri dan dapat membuang

egoisme-egoisme yang ada pada dirinya sendiri.

“Cepat atau lambat barangsiapa menanam, tentu ia sendiri yang akan

memetik buahnya sesuai dengan benih yang ditabur.”5 (Samyutta Nikaya XI. 10)

Sang buddha mengatakan bahwa setiap makhluk bertanggungjawab atas

perbuatannya sendiri dan perbuatannya lah yang akan menentukan bagaimana

nasibnya bahkan kelahirannya di kemudian hari. Sehingga hidup seseorang akan

menjadi lebih berarti ketika seseorang dapat menolong dan memberi sesuai

dengan visi misi Sang Buddha maka hidup akan menjadi lebih bahagia maka dari

itu, penting bagi penganut umat Buddha untuk mengikuti jejak Sang Buddha

sendiri, karena ketika sebelum menyerukan sesuatu untuk umatnya maka Sang

Buddha terlebih dahulu melakukannya.6

Sang Buddha tidak pernah mengatakan bahwa Ia dapat memasukan

manusia ke dalam surga ataupun neraka. Sang Buddha dapat memberitahu anda

apa yang tidak boleh dilakukan dan apa saja yang boleh dilakukan untuk dapat

mencapai keselamatan seseorang, hal itulah satu-satunya yang dapat dilakukan

Sang Buddha, tugas manusia sebagai umatnya adalah berlatih atas apa yang telah

Sang Buddha ajarkan-Nya. Ketika agama lain dapat mengatakan bahwa Tuhan

dapat menghapuskan semua kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh

manusia tetapi tidak dengan Buddha, semua kesalahan-kesalahan yang telah

dilakukan semasa hidupnya adalah tanggungjawabnya pribadi masing-masing

5Bhikkhu Bodhi, penerjemah: Hendra Widjaja, Tipitaka Tematik (Jakarta: Ehipassiko

Foundation, 2013), h. 79. 6Y.M. Dr. K. Sri Dhammananda, Keyakinan Umat Buddha (Jakarta: Ehipassiko

Foundation, 2012), h. 121-122.

Page 71: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

61

karena apa yang akan telah ditanam maka diri sendiri pula yang akan menuai

hasilnya dan tentunya diharuskan untuk bertanggungjawab atasnya.7

Dengan cara ketika seseorang menyadari bahwa mereka telah melakukan

perbuatan buruk maka mereka harus menghentikan melakukan perbuatan buruk

lagi, harus menimbulkan tekad yang kuat dalam pikiran untuk menciptakan lebih

dan lebih banyak lagi perbuatan atau karma baik, sehingga karma buruk

sebelumnya akan tertutup ketika selalu mengembangkan perbuatan yang

menimbulkan karma baik.

Sang Buddha memandang pengembaraan manusia di dunia secara tajam,

bahkan beliau tidak menganggap bahwa dirinya sebagai sesuatu yang lain dari

manusia, melihat segala sesuatu yang telah dicapainya adalah sebagai hasil

usahanya sendiri. Sehingga Sang Buddha selalu menganjurkan agar manusia

berusaha mencapai apa yang telah dicapainya. Dalam hal ini kedudukan manusia

adalah tertinggi karena Ia adalah tuan bagi dirinya sendiri, dan tidak ada makhluk

lain yang berkuasa menentukan nasibnya.

“Engkau sendirilah yang harus berusaha, para Tathagata hanya

menunjukkan `Jalan`. Mereka yang tekun bersemadi dan memasuki `Jalan` ini

akan terbebas dari belenggu Mara.”8 (Dhammapada: 276)

Keberhasilan atau kegagalan apapun yang diterimanya merupakan hasil

dari kemauan dan perbuatannya sendiri. Sang Buddha pun berkata:

“Untuk bergaul dan bersahabat dengan apa yang benar dan baik, engkau

sendirilah yang harus tekun menjalakan kebaikan”.9 (Samnyutta Nikaya: 1).

7Cornelis Wowor, Pandangan Sosial Agama Buddha (Jakarta: Departemen Agama RI,

2004), h.28. 8Bhikkhu Bodhi, penerjemah: Hendra Widjaja, Tipitaka Tematik (Jakarta: Ehipassiko

Foundation, 2013), h. 42.

Page 72: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

62

Artinya jika seseorang menghargai hidupnya sendiri, maka ia juga harus

menjaganya baik-baik dan hidup secara lurus. Dan oleh karena tidak ada yang

lebih berharga bagi manusia di dalam hidupnya sendiri, maka ia pun harus

menghargai dan menghormati hidup orang lain seperti hidupnya sendiri.10

Jadi,

seluruh ajaran Sang Buddha jika dirumuskan secara etika:

“Tidak berbuat kejahatan meningkatkan kebaikan; menyucikan batin-

itulah ajaran para Buddha.”11

(Dhammapada: 1)

Bahkan salah satu sikap sang Buddha terhadap kepentingan dan

kesehateraan manusia adalah dimana Sang Buddha seringkali berbicara dengan

penduduk yang sedang menghadapi berbagai masalah, bahkan didalam Kitab Suci

Pali pun seringkali dikisahkan tentang bagaimana beliau memberi petunjuk dan

nasehat kepada mereka untuk mengatasi masalah yang sedang mereka hadapi.

Demikianlah perhatian Sang Buddha terutama ditujukan untuk mengobati

penderitaan umat manusia. Sehingga cinta kasih dan keprihatinan akan

kesejahteraan semua makhluk yang menjadi ciri khas dari kepribadian dan ajaran

beliau yang termasyhur sepanjang sejarah hingga kini.

Jadi, jelaslah di dalam ajaran Sang Buddha pun, sama sekali tidak

menentang terhadap kemajuan atau kesuksesan dalam kehidupan duniawi. Dari

semua uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Sang Buddha juga memperhatikan

kesejahteraan dalam kehidupan duniawi. Tetapi memang, Sang Buddha tidak

memandang kemajuan duniawi sebagai sesuatu yang sangat benar, kalau hal

tersebut hanya didasarkan pada kemajuan materi semata, dengan mengabaikan

9Bhikku Bodhi, Khotbah-Khotbah Berkelompok Sang Buddha (Sagathavagga) (Jakarta

Barat: Dh ammacitta Press, 2010), h. 89. 10

Bhikku Bodhi, Khotbah-Khotbah Berkelompok Sang Buddha (Sagathavagga), h.. 75. 11

Bhikkhu Bodhi, penerjemah: Hendra Widjaja, Tipitaka (Jakarta: Ehipassiko Foundation,

2013), h. 183.

Page 73: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

63

dasar-dasar moral dan spiritual. Sebab tujuan hidup umat Buddha, bukan hanya

mencapai kebahagiaan di dalam kehidupan duniawi (kebahagiaan yang masih

berkondisi saja), tetapi juga bagaimana untuk merealisasikan kebahagiaan yang

tidak berkondisi, yaitu terbebas total dari dukkha, dan terealisasinya Nibbana.

Meskipun menganjurkan kemajuan material dalam rangka kesejahteraan

dalam kehidupan duniawi, Sang Buddha juga selalu menekankan pentingnya

perkembangan watak, moral, dan spiritual, untuk menghasilkan suatu masyarakat

yang bahagia, aman, dan sejahtera secara lahir maupun batin, dalam rangka

tercapainya tujuan akhir, yaitu terbebas dari dukkha atau terealisasinya Nibbana.

Adapun jika di dalam Aliran Calvinis, Allah dikenal sebagai Sang Pekerja

Agung. Karena pada mulanya Allah yang menciptakan langit dan bumi.

“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi, bumi belum

berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya dan Roh Allah

melayang-layang di atas permukaan air, berfirmanlah Allah: “Jadilah terang”,

lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah

terang itu dari gelap dan Allah menamai terang itu siang dan gelap itu malam.”12

(Kejadian 1: 1)

Tuhan itu Bekerja, mencipta, menata, memelihara dunia ini, seperti yang

dikatakan dalam Kitab Kejadian, oleh karena itu, maka Tuhan pun memberikan

mandat kepada manusia bahwa manusia itu harus bekerja dalam hal apapun itu,

bahkan Tuhan selalu menjaga 24 Jam tidak pernah tidur. Jadi, kalau bekerja itu

adalah memenuhi penugasan Illahi yang diberikan kepada kita. Bahkan di dalam

12

Lembaga Al Kitab Indonesia, AL KITAB (Jakarta: Percetakan Lembaga Al Kitab

Indonesia, 2013), h. 1.

Page 74: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

64

ajaran Kristen dikatakan dalam surat Paulus“Kalau kamu tidak bekerja jangan

makan” jadi, selagi masih diberikan hidup maka bekerjalah.

Demikianlah digambarkannya jelas bahkan sejak ayat pertama pun

dikatakan bahwa Dia lah Sang Pencipta dan sepanjang enam hari dalam waktu

penciptaan itu Allah giat dan sibuk bekerja. Tuhan aktif senantiasa terus bekerja

untuk memelihara seluruh ciptaan-Nya dan hidup semua umat-Nya, Allah

menjaga keluar masuk mereka dari dulu, sekarang sampai selama-lamanya,

bahkan Yesus pun berkata: Bapa-Ku bekerja hingga sekarang, maka Aku pun

bekerja juga. Allah berfirman:

“Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur, Tuhanlah penjagamu,

Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu, Matahari tidak menyakiti

engkau pada waktu siang atau bulan pada waktu malam, Tuhan akan menjaga

engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu, Tuhan akan

menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.”13

(Mazmur:

121: 4-8).

Sudah jelas banyak ayat-ayat yang menerangkan bahwa Allah dan Yesus

pun ikut bekerja selain menunjukan dan menyerukan umat-Nya untuk bekerja.

Artinya didalam Al-Kitab juga menunjukan bahwa Allah bekerja secara

keseluruhan, mulai dari merancang, mencipta dan berstrategi, hingga berkebun,

merawat tanaman, dan memelihara ternak. Karena bagi Allah tidak ada perbedaan

pembagian pekerjaan jadi, semua pekerjaan sama saja, tidak ada pekerjaan sekuler

dan sakral, tidak ada pekerjaan otot dan pekerjaan otak, sebab di dalam Alkitab

mengisahkan bahwa Allah menekuni semua hal itu.

13

Lembaga Al Kitab Indonesia, AL KITAB, h. 667.

Page 75: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

65

Manusia adalah mitra kerja Allah, maka ketika Allah menciptakan

manusia Dia tidak hanya sekedar menciptakan saja melainkan mempunyai tujuan

yang jelas yakni supaya manusia dapat menjadi rekan sekerja-Nya di bumi dalam

semua karya-Nya.

Jadi, dengan mengingat hakikat Allah sebagai pekerja agung jelaslah

Allah sangat tertarik dengan pekerjaan kita, bahkan mengandalkan para pekerja

beriman untuk mencapai tujuan-Nya di bumi. Maka Allah akan hadir dan

memberkati seseorang pada saat bekerja. Ia memahami segala kemungkinan yang

akan terjadi seperti rasa takut, kecewa atau frustasi sehingga Allah sang pekerja

agung itu bersedia hadir dalam roh kudus membantu dan memberdayakan semua

anak-anak-Nya agar menjadi pemenang di panggung pekerjaan mereka.14

Dalam aliran Calvinis, selain bahwa Tuhan pun bekerja dan memerintah

umat-Nya juga untuk giat dan tekun dalam bekerja tak lain agar umat-Nya

menjadi kaya, karena itulah sebabnya Ia menciptakan sebuah dunia dimana

semakin besar kesuksesan yang dicapai semakin banyak pula kekayaan yang

akan dicapai, semakin banyak pula kekayaan yang dapat dibagikan kepada orang

lain yang lebih membutuhkan.15

B. Bekerja Adalah Ibadah

Di dalam Agama Buddha, terdapat beberapa orang yang percaya bahwa

ajaran Buddha merupakan suatu sistem yang sangat luhur dan mulia. Sehingga

tidak dapat dipraktikan oleh siapapun dalam dunia kerja saat ini. Mereka berfikir

bahwa semua orang harus mengundurkan diri lalu pergi ke vihara atau tempat

14

Jansen Sinamo dan Eben Ezer Siadari, Teologi Kerja Modern dan Etos Kerja Kristiani

(Jakarta: Institut Darma Mahardika, 2011), h.8-9. 15

Paul Zane Pilzer, Tuhan Ingin Anda Kaya (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006),

h.1.

Page 76: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

66

sunyi jika ingin menjadi umat Buddha yang sejati. Justru ini adalah

kesalahpahaman yang menyedihkan akibat kurangnya pemahaman cara hidup

umat Buddha, dimana ketika beberapa orang dapat dengan mudah menyimpulkan

ajaran Buddha seperti itu atau mungkin mereka dapatkan pemahaman seperti itu

dikarenakan setelah membaca artikel atau buku yang memberi pandangan sebelah

saja belum seutuhnya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman bagi umat Buddha

yang membacanya.

Berawal dari pemikiran bahwa makna sesungguhnya bekerja adalah ikut

serta dalam mendukung, mewujudkan kesejahteraan dunia. Hukum sebab akibat

juga sangat mempengaruhi semangat etos kerja seseorang, dimana ketika selalu

berpedoman dengan hukum tersebut pasti seseorang akan terus selalu

menghimpun kebaikan yaitu dengan cara menolong orang lain yang memang

sedang membutuhkan pertolongan dan dengan menolong itu sama saja seseorang

sedang menimbun karma untuk dirinya sendiri, dengan begitu akan menghasilkan

karma baik kemudian menghasilkan hasil yang baik pula akan membawa

seseorang kepada kehidupan yang lebih baik ketika hidup seseorang telah baik,

sudah pasti tidak akan segan untuk menolong orang lain.16

Ajaran Buddha tidak dimaksudkan hanya untuk anggota sangha di vihara

saja, akan tetapi untuk semua kalangan umat Buddha baik yang laki-laki maupun

perempuan yang hidup di rumah bersama keluarga mereka. Jalan mulia berunsur

delapan lah merupakan cara hidup Buddhis bagi semua orang yang patut diikuti,

karena cara hidup ini juga ditawarkan bagi seluruh umat manusia tanpa perbedaan

apapun karena setiap umat Buddha didorong untuk membentuk hidupnya sesuai

16Wawancara Pribadi dengan Bapak Sakta Dippana, Tangerang Selatan, 09 Juni 2017.

Page 77: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

67

dengan jalan mulia berunsur delapan.17 Ketika keempat aspek kehidupan, yaitu

kehidupan berkeluarga, bisnis (pekerjaan), sosial, dan spiritual diselaraskan

dengan norma-norma agama Buddha tentuya akan menjadi lebih memuaskan,

maka kebahagiaan yang akan diperoleh.

Sang Buddha pun menyatakan bahwa ada banyak juga perumah tangga

yang menjalani hidup berumah tangga yang telah mengikuti ajaran-Nya dengan

berhasil dan menembus tataran spiritual yang tinggi dan akan lebih terpujinya

lagi adalah ketika seseorang memberanikan diri untuk hidup menjadi manusia

biasa akan tetapi dapat membantu orang lain dan menawarkan jasa kepada

mereka dengan tujuan semata-mata hanya untuk beribadah.

Sebaliknya ketika seseorang menjalani hidup dalam pengasingan juga

hanya memikirkan diri sendiri tanpa perduli dengan sesamanya, hal ini tentunya

yang tidak sesuai dengan ajaran Buddha yang didasarkan pada cinta kasih,

kewelasan dan pelayanan bagi orang lain.18

Buddha menganggap kesejahteraan ekonomi adalah salah satu syarat bagi

kenyamanan manusia karena merupakan salah satu syarat keberlangsungan hidup

seseorang. Tetapi, pengembangan moral dan spiritual adalah syarat bagi

kehidupan yang bahagia, damai dan memuaskan. Sang Buddha berkata bahwa ada

empat hal yang mendukung kebahagiaan manusia di dunia ini:19

17

Jalan mulia berunsur delapan (Jalan madya) adalah: Perkataan Benar, Perbuatan Benar,

Penghidupan Benar, Pengupayaan Benar, Penyadaran Benar, Pengheningan Benar, Pandangan

Benar dan Perniatan Benar. Lihat: Willy Yandi Wijaya, Penghidupan Benar (Yogyakarta: Vihara

Vidyasena, 2012), h. 7-8. 18

Master Cheng Yen, Lingkaran Keindahan (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007), h.

183. 19

Sri Dhammananda, What Buddhists Believe (Kuala Lumpur: Ehipassiko Foundation,

2002), h. 205.

Page 78: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

68

(1) Utthana-Sampada, Ia sebaiknya terampil, efesien, bersungguh-sungguh

dan bersemangat dalam profesi apapun yang Ia jalani, dan Ia sebaiknya

memahaminya dengan baik.

(2) Arakkha-Sampada, Ia sebaiknya melindungi penghasilan yang telah ia

dapatkan secara benar dengan keringat dari dahinya.

(3) Kalyana-Mittata, Ia sebaiknya memiliki teman-teman yang baik, yang

jujur, tepelajar, mulia, bebas dan pandai.

(4) Sama-Jivikata, Ia sebaiknya tidak menimbun kekayaan dengan kikir atau

menghamburkannya.

Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa Sang Buddha pun menganggap

kesejahteraan ekonomi sebagai suatu syarat kebahagiaan manusia, tetapi Ia tidak

mengakuinya sebagai kemajuan sejati jika hanya bersifat material seperti bekerja

hanya untuk mencari uang itu artinya mengabaikan dasar spiritual dan moral,

karena selain mendorong kemajuan material ajaran Buddha selalu menekankan

pengembangan karakter moral dan spiritual untuk masyarakat yang berkecukupan,

damai dan bahagia.

Pada dasarnya esensi dari bekerja adalah ibadah. Karena dengan bekerja

itu berarti mendukung untuk mewujudkan kesejahteraan dunia, dimana terdapat

hukum sebab-akibat (karma), yaitu hukum alam impersonal yang bekerja sesuai

dengan perbuatannya, artinya karma itu bekerja dengan sendirinya tanpa campur

tangan sosok pengatur eksternal.20

Dengan begitu, sudah pasti setiap orang tentu akan berbondong-bondong

untuk berlomba menghimpun kebaikan apapun itu. Seperti misalnya dengan

20

Y. M. Mahasi Sayadaw, Teori Kamma Dalam Buddhisme (Yogyakarta: Vidyasena Vihara

Vidyaloka, 2003), h. 1-2.

Page 79: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

69

bekerja, ketika seseorang bekerja dengan baik sesuai dengan Sila Buddhis maka

akan memperoleh juga hasil yang baik bahkan dapat lebih memuaskan. Kemudian

setelah mendapatkan hasil (materi) yang kemudian dikumpulkan kemudian dapat

gunakan untuk membantu orang lain yang sedang mengalami kesulitan dan

tentunya lebih membutuhkannya. Dan sebaliknya jika seseorang tidak bekerja

tidak mungkin memiliki sesuatu untuk diberikan kepada orang yang sedang atau

lebih membutuhkan. Oleh karena itu, dianjurkan kepada umat Buddha ketika

sudah menginjak usia yang cukup maka bekerjalah dengan penuh usaha dan

upaya, bekerja dengan gigih dan yang terpenting adalah bekerja dengan

menjadikan tujuan utamanya adalah sebagai salah satu ibadah.

Apalagi dengan prinsip Buddha yang sangat terkenal “Semoga semua

makhluk berbahagia” dari sini dapat dilihat bahwa bagaimana seseorang dapat

mensejahterakan orang lain jika dirinya pun belum sejahtera itu artinya dengan

bekerja maka hidup seseorang akan lebih berbahagia.21

Kemudian jika diselaraskan antara prinsip Buddhis dengan motivasi

utama bekerja adalah sebagai salah satu ibadah, maka dengan begitu,

sesungguhnya seseorang telah memupuk karma baik bagi dirinya sendiri, dari

karma baik yang dipupuk akan melahirkan kehidupan yang baik, dan dengan

kehidupan yang baik lah tentunya seseorang dapat bermanfaat bagi orang lain

terutama dengan dapat menolong mereka di kala sulit, dan lain-lain.

Adapun jika didalam Aliran Calvinis, seperti yang sudah dijelaskan pada

bab sebelumnya, bahwa bekerja merupakan aktivitas gerak manusia yang khas

yang membedakannya dengan kerja binatang atau mesin, sebab binatang bekerja

21

Wawancara Pribadi dengan Sakta Dippana, Tangerang Selatan, 09 Juni 2017.

Page 80: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

70

secara naluri dan mesin bekerja tanpa kesadaran, sedangkan sifat khas dari kerja

manusia adalah ketika bekerja menggunakan secara sadar daya-daya rohani dan

badani yang tertuju dengan maksud tertentu. Karena di dalam Alkitab terdapat

satu ayat yang membicarakan hal ini,

“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut

gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya

mereka.”22

(Kejadian 1:27)

Tuhan itu bekerja dan berkarya dengan cara menciptakan alam semesta ini,

jadi cara manusia bersyukur atau mengucapkan syukur kepada Tuhan adalah

melalui bekerja, karena bekerja merupakan menjalankan tugas Illahi yang suci itu

berarti sama saja seperti sedang beribadah kepada Tuhan.

Menurut Calvin, Tuhan itu menentukan tugas-tugas bagi setiap orang

menurut jalan hidupnya masing-masing (person to person) jalan hidupnya

diartikan sebagai „panggilan‟, lalu manusia mengexplore deskripsi tugasnya

masing-masing. Apa yang seharusnya menjadi tugas masing-masing dan ketika

seseorang tidak dapat merumuskan apa tugasnya masing-masing tidak usah

bekerja, jadi perlu mendeskripsikan apa yang menjadi bagian tugas manusia di

dunia ini, apa yang harus dilakukan seseorang agar dapat beribadah kepada

Tuhan. misalnya menjadi seorang pedagang, montir, ibu rumah tangga akan tetapi

jadilah ibu rumah tangga yang baik, montir yang baik dan beretika dan pola

kerjanya harus diperbaiki. 23

Dikatakan juga dalam Surat Paulus “Dimana

hartama disitu hakimmu”

22

Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia,

2013), h. 1. 23

Wawancara Pribadi Dengan Pdt. Omiek Kaharuddin, Bogor, 09 September 2017.

Page 81: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

71

Sebagai makhluk yang diciptakan Allah, tugas pekerjaan manusia yaitu

menyesuaikan pekerjaannya dengan maksud dan rencana Allah. Bahwa bekerja

merupakan kehendak Allah baik sebelum kejatuhan, karena pekerjaan adalah

suatu anugerah dan panggilan dari Allah sendiri. Sesudah kejatuhan, pekerjaan

tetap merupakan pangggilan Allah tetapi sekarang akibat dosa maka pekerjaan itu

dilakukan dengan penuh persaingan. Oleh karena itu penganut Aliran Calvinis

dianjurkan untuk bekerja bila perlu harus bekerja dengan giat dan keras.

Pada suatu waktu, banyak orang yang mulai salah mengartikan apa

sebenarnya makna bekerja, dimana semula diemban manusia, semula juga bersifat

sukacita yang murni dihadapan Allah namun manusia dengan serakahnya

memutuskan hubungan itu dengan berbuat durhaka yang dilakukannya dengan

sengaja dan sadar. Manusia tidak lagi menginginkan kondisinya yang segambar

dengan Allah selaku penciptanya, bahkan Ia berkehendak menjadi Allah sendiri

maka terputuslah hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan

dirinya sendiri .

Dosa telah mendatangkan hukuman Allah yaitu diusir dari firdaus dan

hukuman ini berdampak pula pada kerja manusia, kerja di bumi akan disertai

kesukaran. Sehingga manusia akan berlelah mengolah bumi sampai akhir

hidupnya. Seperti yang telah diceritakan dalam Kitab Kejadian:

“Lalu firman-Nya kepada manusia itu: “Karena engkau mendengarkan

perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah kuperintahkan

kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau;

dengan bersusah payah engkau mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:

Page 82: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

72

semak duri dan rumput yang akan dihasilkannya bagimu dan tumbuh-tumbuhan

di padang akan menjadi makananmu.”24

(Kejadian 3: 17-18)

Jadi bekerja merupakan sebagai berkat yang harus dilakukan dengan

mengucap syukur dan menyerahkan semua hasilnya kepada Tuhan, dan tentunya

sangat berbeda dengan pandangan umum mengenai tujuan bekerja yang tekenal

dengan materialistik dan hedonistik dimana bekerja banyak dimaksudkan untuk

selalu mencari keuntungan sebanyak-banyaknya yang kemudian dapat menjadi

seseorang yang sukses.

C. Implementasi Etos Kerja

Tujuan utama dari ajaran Buddha ialah mendapatkan kebahagiaan dan

kesejahteraan yang melampaui duniawi yaitu Nibbana, namun bukan berarti Sang

Buddha tidak mengajarkan bagaimana jalan menuju kebahagiaan dan

kesejahteraan duniawi. Dhamma yang diajarkan Sang Buddha bersifat universal

yang juga bertujuan pada kebahagiaan yang bisa dirasakan dalam kehidupan

sehari-hari. Oleh sebab itu, ketika menginginkan kebahagiaan dan kesejahteraan

yang terlihat dalam kehidupan saat ini dan yang akan datang, maka sang Buddha

menganjurkan umatnya untuk bekerja dan berusaha dengan tekun dan gigih.

Dengan begitu, tidak akan hanya sebatas memperoleh hasil akan tetapi juga

memperoleh kepuasan batin dalam melakukan pekerjaan atau usaha tersebut.

Akan tetapi, jika di dalam agama Buddha bekerja tidak hanya untuk

memikirkan diri sendiri artinya ketika seseorang telah bekerja dan kemudian

mendapatkan hasilnya maka sebaiknya digunakan juga untuk berbagi baik kepada

yang membutuhkan maupun untuk melepas keterikatan pada kepemilikan pribadi

24

Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia,

2013), h. 3.

Page 83: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

73

dengan membantu mereka yang sedang dalam kesulitan tanpa pamrih atau

mengharapkan imbalan, maka sesungguhnya kebahagiaan yang diperoleh dari

memberi dengan melepas dan membantu dengan kerelaan ini tidak ternilai

harganya dibandingkan kebahagiaan-kebahagiaan dari pencapaian duniawi

manapun.

Sehingga ketika semuanya telah dijalankan dengan sempurna tidak hanya

kebahagiaan dan kesejahteraan duniawi seperti kekayaan dan kemakmuran serta

kenikmatan dan kepuasan indera yang ia peroleh, tetapi juga kebahagiaan dan

kesejahteraan spiritual umat Buddhis di saat ini dan masa yang akan datang.

Pola kehidupan umat Buddhis adalah tidak pernah sama sekali

mempertentangkan kelas atau kelompok, bahkan sebaliknya sang Buddha

mengajarkan kebesaran seorang individu ialah sama sekali tidak ketergantungan

dengan kekayaannya melainkan dengan bagaimana karakter seseorang tersebut.

Artinya jika seseorang memperoleh kekayaan dengan cara yang jahat dan salah

apalagi jika tidak sesuai dengan ajaran Buddhis maka sesungguhnya orang itu

telah banyak sekali melakukan kerusakan baik terhadap dirinya maupun orang

lain.

Oleh karena itu, dengan bekerja itu berarti membangun kehidupan diri

sendiri artinya segala sesuatunya sangat ditekankan kepada diri sendiri terlebih

dahulu bagaimana ketika memiliki keinginan untuk mengabdi kepada nusa,

bangsa dan agama. Artinya ketika seseorang mempunyai penghasilan yang lebih

yang diperoleh dari hasil usaha dan kerja keras maka dapat digunakan untuk

kewajiban-kewajiban seperti dapat membayar pajak negara dan kebutuhan

Page 84: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

74

agamanya adalah dapat digunakan untuk membantu fakir miskin yang lebih

membutuhkan.

Semua tidak akan terlepas dari ajaran Sang Buddha bahwa perbuatan yang

baik akan menghasilkan yang baik dan perbuatan yang buruk akan menghasilkan

karma yang buruk pula. Dan semua itu tergantung kepada masing-masing

individu, karena dalam kehidupan sehari-hari akan selalu melahirkan pikiran baik,

para pekerja umat buddha untuk mempraktikannya harus berdasarkan ajaran

agama Buddha yaitu mengembangkan ucapan, pikiran dan pekerjaan yang baik,

juga welas asih dan tentunya harus memiliki disiplin moral yang baik dalam

bekerja. 25

Begitu banyak keistimewaan dan keunggulan etos kerja dalam aliran

Calvinis ketika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, Memperkembangkan

etos kerja membawa manusia kepada banyak keunggulan yang telah Tuhan

siapkan.

1. Kembali ke Natur Asli Manusia.

Manusia dicipta oleh Tuhan agar bisa menggenapkan rencana Tuhan, baik

secara kolektif maupun individual. Jadi ketika manusia tidak mau melakukan hal

itu, manusia sedang menyangkali naturnya sendiri. Manusia tidak dicipta untuk

menganggur. Manusia dicipta untuk hidup produktif, maka berkali-kali Tuhan

Yesus maupun Paulus menekankan bagaimana hidup harus “berbuah”.

“Pohon bukan sekadar gemuk, tetapi harus berbuah. Pohon yang gemuk

berdaun lebat, subur, dan begitu ranum, namun tidak berbuah, dikutuk mati oleh

25

Wawancara Pribadi dengan Efendy Lukias, Tangerang Selatan, 26 Mei 2017.

Page 85: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

75

Tuhan Yesus”.26

(Markus. 11:12-14). Kegagalan dunia kerja saat ini adalah

orientasi kerja bukan kepada panggilan Allah terhadap diri seseorang, tetapi

panggilan uang bagi diri seseorang. Tanpa sadar manusia sudah menjadi budak

Mamon, ketika manusia meninggalkan kedaulatan Allah., manusia menyangkali

naturnya sendiri, yang seharusnya ada di atas Mamon dan dunia materi. Dengan

bekerja keras menggenapkan mandat Tuhan, maka sesungguhnya telah menjadi

manusia seperti yang Tuhan rindukan dan idamkan ketika Ia mencipta manusia.

Dan itulah yang akan sangat dihargai oleh Tuhan.

2. Kembali ke Natur Kerja yang asli.

Kerja adalah mengaplikasikan talenta yang Tuhan beri, untuk dapat

menjadi berkat bagi banyak orang dan dunia ini seperti yang Tuhan kehendaki,

dan pada akhirnya semua itu membawa kemuliaan bagi Tuhan yang memberikan

mandat atau tugas itu. Jika setiap orang mengerjakan hal yang salah, tidak cocok

dengan talenta, merugikan atau mencelakakan orang lain, maka sama saja seperti

mempermalukan Allah yang telah mencipta dan memberi mandat kepada umat-

Nya. Seperti ketika menugaskan seorang pegawai untuk bekerja, lalu dia bekerja

tidak beres, merugikan atau mencelakakan orang lain, kerjanya sembarangan dan

tidak memenuhi kualitas yang ditugaskan, maka pegawai itu akan

mempermalukan perusahaan dan pimpinannya. Jadi, bekerja bukan sekadar hanya

untuk diri sendiri, karena manusia adalah ciptaan Allah yang menerima mandat

Allah. Inilah pengertian kerja yang benar.

26

Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia,

2013), h. 57.

Page 86: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

76

3. Pencapaian aktualisasi hidup sejati

Manusia dicipta untuk menggenapkan tujuan yang Allah tetapkan. Sukses

adalah kemampuan mencapai titik akhir dan penggenapan tugas yang diberikan.

Salah satu kegagalan manusia yang paling bodoh adalah penetapan sukses

menurut diri sendiri (self-deterministic success). Alangkah aneh dan mustahil bila

dapat menentukan sukses diri sendiri. Bayangkan seorang anak SD yang

memikirkan bagaimana dia menetapkan kriteria dan kesuksesannya sendiri

sebagai seorang anak SD. Dia menetapkan apa itu sukses bagi dirinya, yaitu harus

lulus SD, kemudian menetapkan bagaimana kriteria lulus SD, yaitu

menyelesaikan ujian SD, Lalu Ia memeriksa hasil ujiannya dan menetapkan

apakah dirinya sukses atau gagal. Sungguh suatu hal yang menggelikan.

Tetapi itulah yang dikerjakan tanpa Tuhan, tidak ada kesuksesan yang

pernah manusia capai dengan menetapkan sendiri kriteria dan hasil

kesuksesannya. Hanya Tuhan yang memberi tugas dan menetapkan seberapa

berhasilnya menyelesaikan tugas tersebut dengan baik atau tidak. Hal ini yang

dilukiskan oleh Tuhan Yesus melalui perumpamaan talenta. Allah akan menuntut

semua hasil yang baik sesuai kehendak-Nya. Manusia sukses bukan karena punya

uang banyak, sukses bukan karena punya gelar Doktor, Ukuran sebuah

kesuksesan adalah apabila semua yang kita kerjakan sesuai dengan kriteria dan

tuntutan Allah. Biarlah setelah selesai bekerja, Allah akan mengatakan Dalam

Matius 25: 21-23:27

“Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau

telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab

27

Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB, h. 34.

Page 87: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

77

dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”.

(Matius 25:21, 23). Inilah aktualisasi hidup yang sejati.

4. Puncak ultimat seluruh nilai hidup manusia

Aktualisasi hidup, berarti pencapaian nilai dan harkat hidup yang tertinggi.

Di sinilah kita belajar hidup yang sungguh-sungguh bernilai. Apa yang kita

perjuangkan, dilihat oleh Tuhan dan dinilai oleh Tuhan. Di hadapan Tuhan, kita

betul-betul belajar bertanggung jawab kerja. Paulus memberikan anjuran:

“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu

seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”.28

(Kolose 3:23). Hal ini membuat

seorang yang beriman dan mengerti etos kerjanya, akan bersungguh-sungguh

menggarap hidupnya. Ia tidak akan sembarangan dengan hidup, talenta, termasuk

waktu dan kesempatan yang ia miliki. Seluruh perjuangannya bukan untuk

bersaing dengan orang lain, atau mau menyombongkan diri, tetapi seluruh

perjuangannya adalah untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhannya. Etos kerja

Calvinis memiliki semangat kerja keras dan efisiensi tinggi demi mencapai hasil

yang terbaik agar bisa menjadi berkat bagi sebanyak mungkin orang dan

memuliakan Allah di sorga.29

Di sinilah seluruh nilai hidup manusia dibangun dan

dituntaskan. Paulus mengatakan:

“Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat

mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan

Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.”30

(Kis. 20:24).

28

Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB, h. 242. 29

Wawancara Pribadi dengan Jefrey W. Ch. Somprot, Bogor, 09 September 2017. 30

Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB, h. 169.

Page 88: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

78

Adapun implementasi etos kerja dalam aliran Calvinis dapat diringkas

menjadi 4 bagian penting, yaitu:

1) Bekerja keras; artinya harus bekerja dengan sungguh-sungguh dengan segala

kemampuan yang dimilikinya.

2) Kualitas maksimal; dengan bekerja keras maka tentu kita akan mendapatkan

hasil yang maksimal dan tentunya akan merasakan kepuasan atas apa yang telah

kita kerjakan dengan benar sesuai dengan ajaran Aliran Calvinis.

3) Hemat; ketika bekerja maka diharuskan untuk hemat dan tidak boros agar apa

yang telah kita dapatkan akan terlihat dan bermanfaat untuk diberikan kepada

orang lain yang lebih membutuhkan.

4) Menjadi berkat; kemudian setelah bekerja dengan sungguh-sungguh, kemudian

kita menikmati hasilnya tidak hanya untuk keperluan pribadi saja maka

sesungguhnya hasil usaha kita akan menjadi berkat, karena dengan bekerja juga

merupakan tanda syukur kita kepada Tuhan yang telah memberikan segala

keselamatan dan anugerah melalui Yesus kristus. 31

Dan implementasi bagi

dirinya sendiri adalah:

1. Seseorang memiliki sumber daya manusia yang memumpuni/teruji

2. Seseorang dapat menghargai waktu dengan sebaik mungkin

3. Seseorang dapat memegang teguh bahwa kejujuran di atas segalanya

4. Seseorang lebih memiliki kedisiplinan yang lebih tinggi

5. Berdaya guna bagi orang lain

31

Wawancara Pribadi dengan Jefrey W. Ch. Sompot, Jakarta, 23 Juni 2017.

Page 89: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

79

6. Memiliki sifat Self Assisment sehingga dia bekerja sesuai dengan kebutuhan

dan tidak melebihi kapasitanya sebagai seorang pekerja, jika mempunyai self

assisment yang bagus maka kualitas kerjanya pun akan bagus.32

D. Analisa Perbandingan Etos Kerja Dalam Aliran Buddha Mahayana dan

Aliran Calvinis

Adapun persamaan dan perbedaannya konsep etos kerja diantara

keduanya adalah: Yang pertama, Persamaannya adalah dimana esensi dalam

bekerja bagi kedua agama yaitu: Agama Buddha dan Aliran Calvinis adalah

bekerja semata-mata hanya untuk beribadah atau jika dalam Calvinis dikenal

dengan sebutan seperti memuliakan Tuhan. Ketika bekerja dengan baik dan dapat

sesuai dengan aturan-aturan yang ada pada agama masing-masing maka hasil

yang akan didapat pun memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang

lain atau sama saja ketika berbuat baik itu berarti sedang memuliakan Tuhan.

Bekerja setiap hari dengan giat dan dengan upaya yang gigih lalu kemudian

mengumpulkan materi yang telah di dapat untuk dapat diberikan kepada orang

yang lebih membutuhkan.

Kemudian dari sisi jenis-jenis pekerjaan yang dianjurkan dan tidak

dianjurkan juga adanya persamaan antara keduanya, segala bentuk pekerjaan

diperbolehkan selama tidak melanggar aturan-aturan yang ada dalam Pancasila

Buddhis dan juga yang tertulis dalam Al Kitab agar mendapatkan kepuasan secara

lahiriah dan batiniah.

Sedangkan perbedaannya adalah, dalam hal motivasi kerja kedua agama

tersebut. Jika dalam Agama Buddha, motivasi awal mereka bekerja agar dapat

32

Wawancara Pribadi dengan Pdt. Johana Nirahua, Bogor, 09 Sepetember 2017.

Page 90: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

80

bermanfaat bagi diri sendiri khususnya dan bermanfaat bagi orang lain umumnya.

Dengan semboyan yang selalu menjadi dipegang adalah “semoga semua makhluk

sejahtera” artinya adalah mensejahterakan dirinya sendiri terlebih dahulu karena

ada kepercayaan bahwa bekerja merupakan cara terbaik untuk menghilangkan

Kamma secara produktif, lalu kemudian untuk keluarga dan orang lain sangatlah

penting dan harus dilakukan dengan cara terlebih dahulu mengumpulkan berbagai

macam sumber daya, yang tentunya dapat diwujudkan kemudian dikumpulkan

dan dibagikan untuk orang lain.

Karena ketika dapat menolong orang lain, maka sama saja seperti

menimbun kebaikan pada diri sendiri atau memupuk kamma baik yang kemudian

dapat menghasilkan sesuatu yang baik lalu kehidupan pun akan berbeda tentunya

akan menjadi lebih baik.33

Jika di dalam Aliran Calvinis, dimana pada awalnya Calvinisme membuat

dobrakan besar kepada konsep medieval di zaman sebelumnya, menurut Thomas

Aquinas, bekerja hanyalah diperlukan untuk membiayai dan memelihara individu

maupun komunitas saja.34

Ketika ini sudah dicapai, perjuangan lebih lanjut

hanyalah sia-sia. Kemudian Calvin memberikan basis religius dalam bekerja yaitu

konsep tentang “panggilan” yang membuat pengikutnya bekerja sungguh-sungguh

untuk memuliakan Tuhan.

Di masa sebelumnya, pekerjaan paling penting adalah pekerjaan yang

berkaitan dengan hal-hal religius, tetapi Calvin membuat dobrakan dimana

pekerjaan sekuler adalah pekerjaan yang sama religiusnya. Ajaran Calvin

mengajarkan bahwa bekerja itu ibadah (laborare est orare) membuat manusia

33

Wawancara Pribadi dengan Frankie Sibbald, Tangerang Selatan, 09 Juni 2017 34

Dikutip dari http://www.buletinpillar.org/artikel/calvin-dan-calvinisme-pengaruhnya-

terhadap-peradaban-manusia-bagian-2, diakses pada tanggal 15 Juni 2017 pukul 10:00 WIB.

Page 91: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

81

harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah diberikan Allah (atau

dalam kata lain manusia bekerja keras untuk memuliakan Allah). Bahkan Calvin

juga sangat tidak menyukai orang yang tidak bekerja dan pengemis yang hanya

menggantungkan diri pada jerih payah orang lain artinya tidak bersusah payah

dengan jerih payahnya sendiri.35

Pada intinya dalam pandangan Agama Buddha dan Aliran Calvinis,

bekerja merupakan salah bentuk perwujudan rasa syukur atau ucapan terimakasih

dari seorang manusia terhadap Tuhan karena telah diciptakan oleh-Nya.

35

Wawancara Pribadi Dengan Pdt. Omiek Kaharuddin, Bogor, 09 September 2017.

Page 92: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi, wawancara serta studi literatur dalam

menjawab perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya

yaitu “Bagaimana perspektif Aliran Buddha Mahayana dan Aliran Calvinis

tentang etos kerja” maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian sebagai

berikut:

1. Bekerja dalam perspektif Aliran Buddha Mahayana adalah ibadah. Etos kerja

juga memiliki makna lain yaitu penyempurnaan diri dengan cara memperbaiki

kamma secara produktif dan membuang egoisme yang ada dalam diri manusia.

Umat Aliran Buddha Mahayana memandang bahwa Kamma merupakan

hukum kosmis tentang sebab – akibat, dengan adanya ini maka terjadilah itu.

Tidak ada batasan bagi untuk seberapa banyak mencari kekayaan atas proses

hasil yang diperolehnya asalkan dilakukan secara benar dan sesuai sila

Buddhis, tidak diperoleh dengan didasari sifat kekikiran juga tidak

menggunakannya hanya untuk kesejahteraan dirinya saja akan tetapi sangat

dianjurkan juga untuk berkontribusi dalam mensejahterakan orang lain dan

inilah salah satu cara yang paling efektif untuk memperbaiki kamma karena

dengan begitu, menjadikan umat Aliran Buddha Mahayana berbondong-

bondong untuk menebar kebaikan sama halnya dengan memupuk kamma

kebaikan untuk dirinya sendiri.

2. Bekerja dalam perspektif Aliran Calvinis adalah suatu aktifitas yang selalu

berorientasi pada Allah (God centre work) dan bukan pada diri, uang,

kenikmatan, serta sekularisme atau keduniawian. Ketika mulai berpikir

Page 93: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

83

mengubah paradigma total, yang berarti mengubah dari format dasarnya

menjadi "Segala sesuatu adalah dari Allah, kepada Allah, dan untuk Allah, bagi

Allah kemuliaan untuk selama-lamanya". Dengan demikian, ketika bekerja dan

mulai studi hingga mulai menyelesaikan dan sampai masuk ke dunia kerja,

memikirkan pekerjaan apa yang Tuhan bebankan kepada manusia itulah yang

akan digenapkan. Sekalipun beban begitu besar, tetapi setiap orang mempunyai

kekuatan untuk menerobos dan tidak mudah patah karena itu dikerjakan bukan

demi kepentingan sendiri.

3. Hasil penelitian ini menunjukan adanya persamaan dan perbedaan tentang

adanya hubungan antara agama dan etos kerja. Adapun persamaan tersebut

adalah esensi daripada bekerja adalah ibadah. Apapun dan bagaimanapun

pekerjaaan yang dilakukan selama itu sesuai dengan ajaran-ajaran agama maka

dianggap sama seperti sedang beribadah kepada Tuhan.

Dan perbedaan agama dan etos kerja antara Aliran Buddha Mahayana

dan Aliran Calvinis adalah motivasi awal bekerja. Aliran Buddha Mahayana

merupakan salah satu agama yang bersifat sosial maka motivasi awal bekerja

adalah untuk orang lain, semangat saling berbagi antar sesama yang kemudian

melahirkan semangat etos kerja baru bagi penganut Aliran Buddha Mahayana,

namun jika bagi penganut Aliran Calvinis bekerja merupakan suatu panggilan

Tuhan yang tertinggi, artinya ketika bekerja maka seseorang sama seperti

sedang menjalankan mandat illahi yang suci apabila dilakukan dengan penuh

dedikasi dan loyalitas.

Page 94: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

84

Saran-Saran

1. Bagi penganut Aliran Buddha Mahayana dan Aliran Calvinis perlu mengkaji

lagi tentang makna Etos Kerja yang sesungguhnya, agar tidak sampai kepada

titik pemahaman bahwa bekerja adalah hanya untuk sekedar mencari materi

karena sebenarnya agama dan etos kerja keduanya sangat erat hubungannya

jika dikaitkan.

2. Bekerja diharuskan dengan bersungguh-sungguh, berdedikasi, memiliki

sumber daya, mempunyai loyalitas, menyatu antara perbuatan dan sikap dan

tidak melebihi tanggungjawabnya dan kewajibannya, dan ini adalah poin

terpenting karena dalam sisi teologis, jika setiap orang mengakui bahwa

pekerjaan itu ibadah, Tuhan pun akan memberikan penghiburan seperti

menjaga, membimbing, memelihara dari segala macam kejahatan jadi, Tuhan

yang Maha Kuasa tidak akan meninggalkan umat-Nya, tetapi jika sudah

melebihi batas yang terjadi adalah sebaliknya, karena Tuhan tidak senang

sesuatu yang berlebihan artinya bekerja harus sesuai saja dengan porsinya dan

tentunya sesuai juga dengan kemampuan yang dimilikinya.

3. Untuk penganut Aliran Buddha Mahayana dan Aliran Calvinis perlu mengkaji

lebih dalam lagi tentang bagaimana dan apa saja jenis-jenis pekerjaan yang

dianjurkan dan tidak dianjurkan oleh masing-masing Agama nya dan sesuai

dengan apa yang telah dijadikan pedoman atau petunjuk hidupnya.

Page 95: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

85

DAFTAR PUSTAKA

Asy’rie, Musa. Agama Dan Etos Kerja. Jogjakarta: Perpustakaan UIN Sunan

Kalijaga, 2008.

Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta, 2002.

Bahri, Zainul Media. Wajah Studi Agama-Agama. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar 2015.

Brill, J. Wesley. Dasar Yang Teguh. Bandung: Rev. G. V. Chapman, 1998.

Bodhi, Bhikkhu. Anguttara Nikaya (Khotbah-Khotbah Numerikal Sang

Buddha). Jakarta Barat: Dhammacitta Press, 2015.

Bodhi, Bhikku. Khotbah-Khotbah Berkelompok Sang Buddha

(Sagathavagga). Jakarta Barat: Dhammacitta Press, 2010.

Bodhi, Bhikkhu. Buddha dan Dhamma-Nya. Jakarta: Penerbit Dian Dharma,

2006.

Bodhi, Bhikkhu penerjemah: Widjaja, Hendra. Tipitaka Tematik (Khuddaka

Nikaya: 2444). Jakarta: Ehipassiko Foundation, 2013.

Brownlee, Malcolm. Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan. Jakarta: PT.

BPK Gunung Mulia, 1987.

Dhammananda, K. Sri Y.M. Di Manakah Sang Buddha (Where Is The

Buddha). Jakarta: Bhagavant, 2012.

Page 96: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

86

Dhammananda, K. Sri Y.M. Hidup Sukses dan Bahagia Tanpa Takut dan

Cemas. Jakarta: Karaniya, 2009.

Dhammananda, K. Sri Y.M. Keyakinan Umat Buddha. Jakarta Barat:

Ehipassiko Foundation, 2012.

Gidden, Anthony. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern. Jakarta:Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press), 2009.

Hasan, Muhammad Tholchah. Dinamika Kehidupan Religius. Jakarta:

Departement Agama RI, 2008.

Hall, W. David dan Burton, D. Matthew. Calvin dan Perdagangan (Kuasa

Transformasi Calvinisme Dalam Ekonomi Pasar). Surabaya: Momentum Christian

Literature, 2015.

Jati, Raharjo Wasisto. Agama Dan Spirit Ekonomi : Studi Etos Kerja Dalam

Komparasi Perbandingan Agama. Jakarta: Pusat Penelitian Politik (LIPI), 2013.

Kuyper, Abraham. Ceramah-Ceramah Mengenai Calvinisme. Surabaya:

Penerbit Momentum, 2012.

Kimball, Charles. Kala Agama Jadi Bencana. Jakarta: Mizan Publika

(Anggota IKAPI), 2008.

Khudakka, dan Nikaya. Dhammapada=Kitab suci agama Buddha/ Khudakka

Nikaya, Penerjemah Jamrah A Suryan. Yayasan Abdi Dhamma Indonesia.

Lubis, Ridwan M. Agama dan Pembangunan Negara. Jakarta: Badan Litbang

dan Diklat Kementrian Agama RI, 2015.

Page 97: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

87

Lembaga Alkitab Indonesia, ALKITAB. Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab

Indonesia, 2013.

Mukti, Wijaya Khrisnanda. Wacana Buddha Dharma. Jakarta: Yayasan

Dharma Pembangunan & Ekayana Buddhist Centre, 2003.

Martini, Hadari dan Nawawi, Hadari. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press, 1996.

Majelis Buddhayana Indonesia. Kebahagiaan Dalam Dhamma. Jakarta:

Majelis Buddhayana Indonesia, 1980.

Pandita, U Sayadaw. Ajaran Buddha Tentang Pembebasan-di Kehidupan Ini

Juga. Jakarta: Yayasan Sattipathana Indonesia (Yasati), 2014.

Pilzer, Paul Zane. Tuhan Ingin Anda Kaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2005.

Putra, Nusa Penelitian Kualitatif, Proses dan Aplikasi. Jakarta: PT Indek,

cetakan pertama, 2012.

Pandita, U Sayadaw. Ajaran Buddha Tentang Pembebasan Di Kehidupan Ini

Juga. Jakarta: Yayasan Satipatthana Indonesia (Yasati), 2014.

Ratna, Nyoman Kutha. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial

Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cetakan pertama, 2010.

Rahmad, Dadang. Metode Penelitian Agama. Bandung: CV. Pustaka Setia,

2000.

Page 98: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

88

Surya, Satya Ronald. 5 Aturan Moralitas Buddhis (Pengertian, Penjelasan,

Penerapan). Insight Vidyasena Production.

Smith, Huston. Agama-Agama Manusia. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,

cetakan pertama, 2015.

Suseno, Magnis Franz. Etika Jawa: Sebuah Analisa Filosofi Tentang

Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia, 1996.

Simpkins, Annellen dan Simpkins, C. Alexander. Simple Buddhism (Panduan

Menuju Hidup Yang Senantiasa Tercerahkan). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer,

2000.

Smith, C Wilfred. Memburu Makna Agama. Bandung: PT. Mizan Pustaka,

2010.

Sinamo, Jansen. Sains, Etika dan Keluhuran. Jakarta: Institut Darma

Mahardika, 2011.

Sinamo, Jansen dan Siadari, Ezer Eben. Teologi Kerja Modern dan Etos Kerja

Kristiani. Jakarta:Institut Darma Mahardika, 2011.

Sayadaw, Mahasi Y. M. Teori Kamma Dalam Buddhisme. Yogyakarta:

Vidyasena Vihara Vidyaloka, 2003.

Thera, Jotidhammo Bikkhu dan Limiadi, Ananda Rudy penerjemah

Cintiawati, Wena dan Anggawati, Lanny Petikan Anguttara Nikaya: 123. Kitab Suci

Agama Buddha.

Uttamo, Bhikkhu. Kumpulan Naskah Dhamma.

Page 99: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

89

Weber, Max. Etika Protestan Dan Semangat Kapitalisme. Yogyakarta: Narasi

Pustaka Promethea, 2015.

Weber, Max. Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme. Jakarta: Narasi

Pustaka promethea, 2015.

Wijaya Yandi Willy. Perbuatan Benar . Yogyakarta: Vidyasena Production,

2011.

Wijaya, Yandi Willy. Penghidupan Benar. Yogyakarta: Vihara Vidyasena,

2012.

Wowor, Cornelis. Pandangan Sosial Agama Buddha. Jakarta: Departemen

Agama RI, 2004.

Yen, Cheng Master. Lingkaran Keindahan. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo, 2007.

Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, Cetakan pertama, 2004.

Wawancara

Efendy Lukias, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Vihara Avaloketisvara

Tangerang Selatan, 09 Juni 2017.

Frankie Sibbald, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Vihara Avaloketisvara

Tangerang Selatan, 09 Juni 2017.

Sakta Dippana, Wawancara Pribadi, Kantor Yayasan Vihara Avaloketisvara

Tangerang Selatan, 09 Juni 2017.

Page 100: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

90

Pdt. Omiek Kaharuddin, Wawancara Pribadi, Kantor Gereja GPIB Zebaoth

Bogor, 09 September 2017.

Pdt. Jefrey W. Ch. Somprot, Wawancara Pribadi, Kantor Gereja GPIB

Zebaoth Bogor, 09 September 2017.

Pdt. Johana Nirauha, Wawancara Pribadi, Kantor Gereja GPIB Zebaoth

Bogor, 09 September 2017.

Website

http://pemuda.stemi.id/article/etos-kerja-kristen, diakses pada tanggal 02 September

2017, pukul: 09.30 WIB.

http://www.fgbmfi.or.id/2013-07-06-04-08-39/artikel/marketplace/1475-kerja-

menurut-pandangan-alkitab, diakses pada 25 Agustus 2017 Pukul 19.08 WIB.

http://www.buletinpillar.org/artikel/calvin-dan-calvinisme-pengaruhnya-terhadap-

peradaban-manusia-bagian-2, diakses pada tanggal 15 Juni 2017 pukul 10:00 WIB.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Etika_Protestan_dan_Semangat_Kapitalisme, diakses

pada tanggal 03 Oktober 2017, Pukul: 07.30 WIB.

Page 101: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

91

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 102: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

92

LAMPIRAN I

SURAT PERNYATAAN

TELAH MELAKUKAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sakta Dippana

Alamat : Vihara Avalokitesvara, Pondok Cabe Udik,

Pamulang, Kota Tangerang Selatan

Jabatan : Samanera Vihara Avalokitesvara

Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:

Nama : Iin Sumaeroh

Tempat & Tanggal Lahir: Bekasi, 13 Februari 1994

NIM : 1113032100070

Jabatan : Mahasiswi

Adalah benar-benar telah melakukan penelitian di Vihara

Avalokitesvara, Pd.Cabe Udik, Pamulang, Kota Tangerang Selatan pada

tanggal 09 Juni 2017, dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul:

“Agama Dan Etos Kerja Dalam Perspektif Aliran Buddha Mahayana

dan Aliran Calvinis”

Demikian surat pernyataan ini dibuat dan dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Tangerang Selatan, 09 Juni 2017

(Sakta Dippana)

Page 103: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

93

SURAT PERNYATAAN

TELAH MELAKUKAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Efendy Lukias

Alamat : Taman Harmoni Blok A No. 08, Pondok

Cabe – Tangerang Selatan

Jabatan : Sekretaris Vihara Avalokitesvara

Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:

Nama : Iin Sumaeroh

Tempat & Tanggal Lahir: Bekasi, 13 Februari 1994

NIM : 1113032100070

Jabatan : Mahasiswi

Adalah benar-benar telah melakukan penelitian di Vihara

Avalokitesvara, Pd.Cabe Udik, Pamulang, Kota Tangerang Selatan pada

tanggal 09 Juni 2017, dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul:

“Agama Dan Etos Kerja Dalam Perspektif Aliran Buddha Mahayana

dan Aliran Calvinis”

Demikian surat pernyataan ini dibuat dan dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Tangerang Selatan, 09 Juni 2017

(Efendy Lukias)

Page 104: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

94

SURAT PERNYATAAN

TELAH MELAKUKAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Frankie Sibbald

Alamat : Lebak Bulus - Jakarta

Jabatan : Penasihat Yayasan Ananda Vira

Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:

Nama : Iin Sumaeroh

Tempat & Tanggal Lahir: Bekasi, 13 Februari 1994

NIM : 1113032100070

Jabatan : Mahasiswi

Adalah benar-benar telah melakukan penelitian di Vihara

Avalokitesvara, Pd.Cabe Udik, Pamulang, Kota Tangerang Selatan pada

tanggal 09 Juni 2017, dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul:

“Agama Dan Etos Kerja Dalam Perspektif Aliran Buddha Mahayana

dan Aliran Calvinis”

Demikian surat pernyataan ini dibuat dan dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Tangerang Selatan, 09 Juni 2017

(Frankie Sibbald)

Page 105: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

95

SURAT PERNYATAAN

TELAH MELAKUKAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Pdt. Omiek Kaharudin

Alamat : Bogor

Jabatan : Pendeta

Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:

Nama : Iin Sumaeroh

Tempat & Tanggal Lahir: Bekasi, 13 Februari 1994

NIM : 1113032100070

Jabatan : Mahasiswi

Adalah benar-benar telah melakukan penelitian di Gereja Zebaoth,

Paledang, Bogor Tengah, Kota Bogor pada tanggal 09 September 2017,

dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul:

“Agama Dan Etos Kerja Dalam Perspektif Aliran Buddha Mahayana

dan Aliran Calvinis”

Demikian surat pernyataan ini dibuat dan dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Bogor, 09 September 2017

(Pdt. Omiek Kaharudin)

Page 106: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

96

SURAT PERNYATAAN

TELAH MELAKUKAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Pdt. Johana Nirahua

Alamat : Bogor

Jabatan : Pendeta

Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:

Nama : Iin Sumaeroh

Tempat & Tanggal Lahir: Bekasi, 13 Februari 1994

NIM : 1113032100070

Jabatan : Mahasiswi

Adalah benar-benar telah melakukan penelitian di Gereja Zebaoth,

Paledang, Bogor Tengah, Kota Bogor pada tanggal 09 September 2017,

dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul:

“Agama Dan Etos Kerja Dalam Perspektif Aliran Buddha Mahayana

dan Aliran Calvinis”

Demikian surat pernyataan ini dibuat dan dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Bogor, 09 September 2017

(Pdt. Johana Nirahua)

Page 107: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

97

SURAT PERNYATAAN

TELAH MELAKUKAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Pdt. Jefrey W. CH. Somprot

Alamat : Bogor

Jabatan : Pendeta

Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:

Nama : Iin Sumaeroh

Tempat & Tanggal Lahir: Bekasi, 13 Februari 1994

NIM : 1113032100070

Jabatan : Mahasiswi

Adalah benar-benar telah melakukan penelitian di Gereja Zebaoth,

Paledang, Bogor Tengah, Kota Bogor pada tanggal 09 September 2017,

dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul:

“Agama Dan Etos Kerja Dalam Perspektif Agama Buddha dan Aliran

Calvinis”

Demikian surat pernyataan ini dibuat dan dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Bogor, 09 September 2017

(Pdt. Jefrey W. CH. Somprot)

Page 108: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

98

LAMPIRAN II

PERTANYAAN WAWANCARA

ALIRAN BUDDHA MAHAYANA

1. Apakah arti dan makna kerja dalam Aliran Buddha Mahayana?

2. Apa motivasi kerja dalam Aliran Buddha Mahayana?

3. Apakah di dalam Aliran Buddha Mahayana diharuskan untuk

bekerja?

4. Apakah bekerja merupakan esensi dari ibadah dalam pandangan

Aliran Buddha Mahayana?

5. Bagaimanakah syarat bekerja dalam Aliran Buddha Mahayana?

6. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang dianjurkan dalam Aliran

Buddha Mahayana?

7. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang tidak dianjurkan dalam

Aliran Buddha Mahayana?

8. Apakah dengan bekerja akan melahirkan progresivitas bagi Aliran

Buddha Mahayana?

9. Bagaimanakah implementasi etos kerja dalam kehidupan sehari-

hari bagi Aliran Buddha Mahayana?

Page 109: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

99

PERTANYAAN WAWANCARA

ALIRAN CALVINIS

1. Apakah arti dan makna kerja dalam Aliran Calvinis?

2. Apa motivasi kerja dalam Aliran Calvinis?

3. Apakah dalam Aliran Calvinis diharuskan untuk bekerja?

4. Apakah bekerja merupakan esensi dari ibadah dalam pandangan

Aliran Calvinis?

5. Bagaimanakah syarat bekerja dalam Aliran Calvinis?

6. Apakah ada ayat-ayat di dalam Al-Kitab yang berbicara mengenai

bekerja dalam aliran Calvinis?

7. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang dianjurkan dalam Aliran

Calvinis?

8. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang tidak dianjurkan dalam

Aliran Calvinis?

9. Apakah dengan bekerja akan melahirkan progresivitas bagi Aliran

Calvinis?

10. Bagaimana implementasi etos kerja dalam kehidupan sehari-hari

bagi Aliran Calvinis?

Page 110: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

100

HASIL WAWANCARA

1. Apakah arti dan makna kerja dalam Agama Buddha?

Di dalam Agama Buddha, ketika sudah dewasa atau sudah memiliki

rasa tanggungjawab untuk mensejahterakan baik diri sendiri maupun orang

lain, maka salah satu cara untuk mensejahterakannya adalah dengan cara

mengumpulkan sumber daya yang membuat seseorang itu sejahtera, dan

untuk mendapatkannya dengan cara bekerja karena dengan bekerja dapat

menghasilkan sesuatu sehingga dapat digunakan untuk mensejahterakan diri

sendiri dan orang lain.

2. Apa motivasi kerja dalam Agama Buddha?

Seperti salah satu semboyan yang tekenal dalam Agama

Buddha“Sabbe satta bhavantu sukkhitatta” yang artinya semoga semua

makhluk hidup berbahagia, jadi prinsipnya adalah mensejahterakan semua

makhluk termasuk mensejahterakan dirinya sendiri, orang tua bahkan orang

lain. Dan kalau tidak bekerja atau tidak mengumpulkan sumber daya,

materi, sumber daya pengetahuan dan berbagai bentuk sumber lainnya, tidak

Hasil Wawancara

Nama :Sakta Dippana

Jabatan :Samanera Vihara Avalokitesvara Pd.Cabe Udik,

Pamulang, Kota Tangerang Selatan

Pekerjaan :Pengurus Tempat Ibadah

Tanggal Wawancara : 09 Juni 2017

Page 111: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

101

mungkin semua itu dapat terjadi yang kemudian diwujudkan, dikumpulkan

dan kemudian diberikan lagi kepada yang lainnya berupa pekerjaan. Jadi

motivasi utama bekerja adalah untuk orang lain tetapi terlebih dahulu harus

mensejahterakah dirinya sendiri sebelum orang lain.

3. Apakah di dalam Agama Buddha diharuskan untuk bekerja?

Harus bekerja, bahkan dianjurkan untuk bekerja, apapun

pekerjaannya sekalipun bersifat tidak menghasilkan materi, seperti dengan

mengadakan bakti sosial, menjadi ibu rumah tangga, bikkhu pun dianggap

bekerja karena memberikan pelayanan kepada semua umat Buddha.

4. Apakah bekerja merupakan esensi dari ibadah dalam pandangan

Agama Buddha?

Melalui bekerja itu artinya mendukung mewujudkan kesejahteraan

duniawi, karena di dalam Agama Buddha adanya hukum karma atau sebab

akibat, jika seseorang ingin mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan maka

dia harus menghimpun kebaikan (karma baik), itu berarti harus bisa

menolong dan menolong juga dapat disebut dengan pekerjaan karena

membutuhkan yang namanya materi tentunya harus melalui belajar untuk

kebajikan dia sendiri bahkan berdo‟a, dan apapun yang menghasilkan

manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Seperti dengan bakti sosial kita

memberi meskipun secara nyata pasti banyak yang mencela dll, akan tetapi

itu memberikan manfaat bagi kita sendiri dan orang yang menerimanya.

Sehingga menghasilkan karma baik untuk menjadikan kehidupan yang lebih

baik untuk dapat lebih banyak menolong orang.

Page 112: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

102

5. Bagaimanakah syarat bekerja dalam Agama Buddha?

Didalam Agama Buddha terdapat acuan, atau disebut sila/ disiplin

moral, diantaranya:

1. Berusaha tidak membunuh seperti menjual senjata, racun

2. Berusaha untuk tidak berkata yang bohong

3. Berusaha untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan atau

mencuri

4. Berusaha untuk tidak berzina seperti menjual diri, perselingkuhan

5. Berusaha untuk tidak menggunakan zat-zat yang menimbulkan

kecanduan seperti alkohol, narkoba.

6. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang dianjurkan dalam Agama

Buddha?

Semua jenis pekerjaan yang tidak melanggar atau bertentangan

dengan pancasila Buddhis yang dapat merugikan orang lain dan tatasusila

ajaran Agama Buddha bahkan menyebabkan munculnya karma buruk.

7. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang tidak dianjurkan dalam Agama

Buddha?

Seperti memperjual belikan narkoba, minuman keras, menipu,

korupsi, apapun yang melanggar etika tradisi negara dan yang lainnya yang

dapat merugikan orang lain.

8. Apakah dengan bekerja akan melahirkan progresivitas bagi Agama

Buddha?

Agama Buddha itu mengalir seperti air, maka majunya Agama

Buddha tergantung dengan bagaimana pekerja (umat Buddha), jika umatnya

Page 113: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

103

berkembang maka otomatis agama Buddha pun mengikutinya dan

sebaliknya jika hasilnya buruk ketika bekerja maka agama Buddha pun ikut

menjadi tidak berkembang atau menjadi buruk pula.

9. Bagaimanakah implementasi etos kerja dalam kehidupan sehari-hari

bagi Agama Buddha?

Dalam kehidupan sehari-hari dalam pekerjaannya harus sesuai

dengan ajaran Buddha, yaitu dengan mengembangkan pikiran baik, ucapan

baik dan perbuatan yang baik serta mengembangkan sifat yang welas asih

dan bijaksana. Ini adalah beberapa point tepenting sehingga para pekerja

(umat Buddha) memiliki disiplin yang baik ketika mempraktikkannya dalam

kehidupan sehari-hari juga sesuai dengan sila atau ajaran Buddhis.

Page 114: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

104

1. Apakah arti dan makna kerja dalam Agama Buddha?

Didalam agama Buddha sendiri, sesuai dengan wejangan dari sang

Buddha, adalah ketika seseorang yang sudah memiliki masa untuk bekerja,

maka dianjurkan untuk dapat menghidupi diri sendiri dan orang tua. Dan

sang Buddha pun mengajarkan bahwa umat Buddha dianjurkan untuk lebih

aktif, selalu berbuat baik terutama kepada orang tua, karena orang tua

adalah orang yang paling pertama harus dihormati sebelum sang Buddha.

2. Apa motivasi kerja dalam Agama Buddha?

Dengan bekerja manusia dapat mengisi kehidupan dengan

kebaikan-kebaikan seperti membahagiakan orang lain karena ketika bekerja

lalu mendapatkan hasilnya yang kemudian dapat dibagikan kepada orang-

orang yang kurang mampu pun sebaliknya demi memperoleh kamma yang

baik, karena berbagi kebahagiaan terhadap orang lain merupakan perbuatan

yang baik dengan demikian maka kita akan menuai kamma yang baik pula.

3. Apakah di dalam Agama Buddha diharuskan untuk bekerja?

Iya, betul. Karena dengan bekerja dapat menghasilkan suatu fisik

yang dalam hal ini adalah sebuah materil, dan karena menggunakan materil

Hasil Wawancara

Nama : Effendy Lukias

Jabatan : Sekretaris Vihara Avalokitesvara Pd.Cabe Udik,

Pamulang, KotaTangerang Selatan

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal Wawancara : 09 Juni 2017

Page 115: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

105

lah manusia dapat berbagi dan membahagiakan orang lain terutama kepada

orang tua karena telah banyak berjasa dan yang sedang dalam kesulitan

seperti dengan apa yang telah diajarkan oleh sang Buddha.

4. Apakah bekerja merupakan esensi dari ibadah dalam pandangan

Agama Buddha?

Ya, jika dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai ajaran agama

juga sesuai dengan pancasila Buddhis.

5. Bagaimanakah syarat bekerja dalam Agama Buddha?

Syarat untuk bekerja dalam Agama Buddha adalah:

6. Berpenghasilan yang benar

7. Berbuat yang benar

8. Berfikiran yang benar

9. Berkata yang benar/ jujur

6. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang dianjurkan dalam Agama

Buddha?

Semua jenis pekerjaan yang tidak melanggar pancasila Buddhis yang

dapat merugikan orang lain dan tatasusila ajaran Agama Buddha.

7. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang tidak dianjurkan dalam Agama

Buddha?

Seperti memperjual belikan narkoba, minuman keras dan yang

lainnya yang dapat merugikan orang lain.

8. Apakah dengan bekerja akan melahirkan progresivitas bagi Agama

Buddha?

Tentunya ada, akan tetapi lebih utama kepada untuk diri sendiri.

Page 116: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

106

9. Bagaimanakah implementasi etos kerja dalam kehidupan sehari-

hari bagi Agama Buddha?

Di dalam agama Buddha tujuan bekerja tidak hanya untuk

membangun kehidupan diri sendiri atau tidak hanya untuk membahagiakan

diri sendiri saja, akan tetapi dengan bekerja juga dapat membangun atau

dapat memajukan nusa, bangsa dan agama. Seperti misalnya ketika

seseorang bekerja lalu kemudian mendapatkan hasil yang lebih maka sudah

pasti ketika mempunyai penghasilan yang lebih seseorang akan membayar

pajak yang tentunya membantu negara, juga seseorang dapat membantu

fakir miskin yang lebih membutuhkan, karena umat Buddha, sangat

mempercayai hukum karmaphala, dimana karma yang baik akan menuai

hasil yang baik pula bahkan diibaratkan seperti pupuk, yang selalu dirawat

setiap hari semakin dirawat dengan baik pupuk tersebut maka semakin lama

hasilnya akan semakin baik.

Page 117: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

107

1. Apakah arti dan makna kerja dalam Agama Buddha?

Adalah melakukan suatu pekerjaan dengan mental yang baik,

melaksanakan etika moral pancasila Buddhis dan norma universal

kehidupan yang tentunya bekerja untuk kebutuhan hidup juga kelangsungan

hidup diri sendiri, keluarga juga berguna untuk orang lain.

2. Apa motivasi kerja dalam Agama Buddha?

Mengisi kehidupan dengan pekerjaan dan perbuatan yang bermanfaat

tentunya bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat umumnya.

3. Apakah di dalam Agama Buddha diharuskan untuk bekerja?

Iya pasti, setiap orang harus bekerja. Didalam Agama Buddha bekerja

diharuskan dengan penuh semangat, dengan rajin dan sungguh-sungguh

dalam bekerja juga harus sesuai dengan kemampuan masing-masing artinya

tidak boleh memaksakan diri.

Hasil Wawancara

Nama : Frankie Sibbald

Jabatan : Lebak Bulus, Jakarta

Pekerjaan : Penasehat Yayasan Ananda Vira

Tanggal Wawancara : 09 Juni 2017

Page 118: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

108

4. Apakah bekerja merupakan esensi dari ibadah dalam pandangan

Agama Buddha?

Bekerja merupakan kewajiban setiap orang, untuk mencukupi

kebutuhan hidup dan keluarga.

5. Bagaimanakah syarat bekerja dalam Agama Buddha?

Syarat untuk bekerja dalam Agama Buddha yaitu:

10. Bekerja harus sesuai dengan kemampuan

11. Bekerja harus dengan bersungguh-sungguh

12. Bekerja harus dengan komitmen

13. Bekerja harus dengan kewajaran, ketulusan.

Didalam Dhammapada ayat 25 dikatakan:

“Dengan usaha penuh perhatian, disiplin, dengan pengendalian diri

yang kuat, maka orang bijaksana membuat pulau yang tidak dapat

dilanda oleh banjir” maksudnya adalalh jika sudah bekerja dengan baik

maka akan jauh dari yang namanya bencana, sebaliknya jika bekerja tidak

dengan sungguh-sungguh, maka akan dekat dengan bencana.

6. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang dianjurkan dalam Agama

Buddha?

Semua jenis pekerjaan yang tidak bertentangan dengan:

1. Pancasila Buddhis

2. Jalan mulia berunsur 8

7. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang tidak dianjurkan dalam Agama

Buddha?

Page 119: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

109

Jenis-jenis pekerjaan yang tidak dianjurkan dalam Agama Buddha

adalah:

1. Yang tidak mengakibatkan pembunuhan

2. Memaksakan diri atau tidak sesuai kemampuan

3. Menipu atau membohongi

4. Ramalan atau Black Magic

5. Perdagangan makhluk hidup seperti hewan, daging, dan lain-lain.

8. Apakah dengan bekerja akan melahirkan progresivitas bagi Agama

Buddha?

Ya, jika bekerja dengan moral yang baik, etika yang benar, akan

membuat orang mempunyai mental yang sehat dan baik, jiwa yang baik atau

secara psikologis normal maka akan membuat atau tercipta kebahagiaan di

sekitarnya.

9. Bagaimanakah implementasi etos kerja dalam kehidupan sehari-hari

bagi Agama Buddha?

Lebih menekankan kepada cara menjalankan seperti dengan

kebajikan, kebijaksanaan, keadilan sehingga orang dapat bekerja lalu

mendapatkan hasil yang baik dan memberikan kebahagiaan atau kedamaian

alam kehidupan sehari-hari.

Page 120: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

110

1. Apakah arti dan makna kerja dalam Aliran Calvinis?

Pandangan-pandangan Calvin selalu bertitik tolak kepada ajaran-

ajaran Al-Kitab, sehingga jika ingin mengetahui banyak tentang Calvin

tidak perlu untuk membaca bukunya cukup dengan membaca Al-Kitab saja.

Jadi, apapun itu selalu berangkat dari pandangan Al-Kitab. Pertama, harus

berbicara tentang Pengudusan Hidup (Hidup seseorang harus saleh), yang

Kedua, berbicara tentang Pembenaran Karena Iman, ini merupakan prinsip

dasar Aliran Calvinis. Kemudian terdapat pula 3 prinsip: Sola Vide (hanya

oleh iman), Sola Gracia (iman yang dikerjakan oleh karunia Tuhan), Sola

Scriptura (oleh Al-Kitab), intinya Calvin selalu kembali kepada ajaran Al-

Kitab. Dua hal yang selalu ditekankan tentang pembenaran yaitu: hidup

karena iman (kasih karunia Tuhan), dan jadi hidupnya harus kudus tidak

boleh munafik. Ungkapan iman dari orang-orang yang telah dibenarkan

karena imannya dan pengudusan hidupnya, maka ungkapan imannya harus

disaksikan dengan tindakan-tindakan yang nyata, yang konkret.

Jadi, yang dimaksud dengan Kerja bagi Calvin itu adalah disebut

dengan „Panggilan‟ dan „Pengutusan‟ orang Kristen atau percaya. Bekerja

itu dilihat sebagai bentuk panggilan dan pengutusan oang-orang Kristen.

Yaitu ungkapan Iman dari 2 hal dasar kepercayaan yang telah disebutkan

Hasil Wawancara

Nama : Pdt. Omiek Kaharudin

Jabatan : Ketua Majlis Jemaat

Pekerjaan : Pendeta

Tanggal Wawancara : 09 September 2017

Page 121: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

111

diatas. Sebab orang tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang benar

jika tidak berangkat dari pengudusan dan pembenaran karena iman. Jadi,

kalau bekerja jangan setengah-setengah atau tidak boleh main-main.

2. Apa motivasi kerja dalam Aliran Calvinis?

Motivasi kerja dalam Aliran Calvinis adalah:

1). Pengucapan Syukur (Thanks Giving) karena Tuhan sudah memberikan

Rahmat, Kasih Karunia, dan Anugerah. Lalu respon kita adalah dengan

bekerja.

2). Tuhan itu Bekerja, mencipta, menata, memelihara dunia ini, seperti yang

dikatakan dalam Kitab Kejadian, oleh karena itu, Dia pun memberikan

mandat kepada manusia bahwa manusia itu harus bekerja bahkan Tuhan

selalu menjaga 24 Jam tidak pernah tidur. Jadi, kalau bekerja itu adalah

memenuhi penugasan Illahi yang diberikan kepada kita. Bahkan di dalam

ajaran Kristen dikatakan dalam surat Paulus“Kalau kamu tidak bekerja

jangan makan” jadi, selagi masih diberikan hidup maka bekerjalah.

3. Apakah di dalam Aliran Calvinis diharuskan untuk bekerja?

Jelas, harus. Dalam Bahasa Ibrani bekerja itu adalah „Melakah‟ dari

kata „Malak‟ artinya pesuruh Allah/Tuhan, tidak ada pesuruh Tuhan yang

tidak bekerja, menjalankan penugasan yang Tuhan beri untuk dia. Jadi,

diwajibkan karena kita ini adalah pesuruh-pesuruh Tuhan yang wajib

menjalankan penugasan Illahi atau mandat Illahi. Apapun itu bagaimanapun

perkaranya baik besar maupun kecil itu dinilai sebagai mandat Illahi yang

Maha Kuasa. Yang terpenting adalah penugasan itu dilayani dengan penuh

Page 122: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

112

dedikasi, dengan penuh loyalitas, dan tidak sembrono, juga harus

mempunyai sumber daya, memumpuni atau mandiri.

4. Apakah bekerja merupakan esensi dari ibadah dalam pandangan

Aliran Calvinis?

Menurut Calvin, Tuhan itu menentukan tugas-tugas bagi setiap orang

menurut jalan hidupnya masing-masing (person to person) jalan hidupnya

diartikan sebagai „panggilan‟, lalu kita mengexplore deskripsi tugas kita

masing-masing, apa yang seharusnya menjadi tugas kita masing-masing dan

ketika kita tidak dapat merumuskan apa tugas kita masing-masing tidak

usah bekerja, jadi kita perlu mendeskripsikan apa yang menjadi bagian tugas

kita di dunia ini, misalnya menjadi seorang pedagang, montir, ibu rumah

tangga akan tetapi jadilah ibu rumah tangga yang baik, montir yang baik dan

beretika. Pola kerjanya harus diperbaiki. Dikatakan juga dalam Surat Paulus

“Dimana hartama disitu hakimmu”

5. Bagaimanakah syarat bekerja dalam Aliran Calvinis?

Syarat bekerja dalam Aliran Calvinis adalah:

1. Memiliki Sumber Daya

2. Berdedikasi

3. Mempunyai Loyalitas

4. Menyatu antara Perbuatan dan Sikap

5. Tidak Sembrono

6. Tidak Melebihi Tanggungjawabnya dan Kewajibannya, dan ini adalah

poin terpenting karena dalam sisi teologis, jika kita mengakui bahwa

pekerjaan itu sebagai panggilan dan pengutusan Tuhan maka Tuhan pun

Page 123: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

113

akan memberikan penghiburan seperti menjaga, membimbing, memelihara

dari segala macam kejahatan jadi, Tuhan yang Maha Kuasa tidak akan

meninggalkan kita, tetapi jika sudah melebihi batas sebaliknya.

6. Apakah Ada Ayat-Ayat di dalam Al Kitab yang Berbicara Mengenai

Bekerja Dalam Aliran Calvinis?

Banyak, diantaranya adalah:

1. Kitab Keluaran Pasal 20:16 (tentang 10 Firman Tuhan)

2. Kitab Ulangan Pasal 5

3. Roma 12

4. Efesus 2:9-10

7. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang dianjurkan dalam Aliran

Calvinis?

Menurut Calvin bekerja itu bukan hanya soal yang di jual yang

rohani semata, tetapi juga segala macam jenis pekerjaan dalam dunia

sekuler:

1. PNS

2. Dokter

3. Guru

4. Hakim

5. Para Imam (pendeta) yang melayani Jemaat di Gereja

Karena Calvin sangat senang dengan segala bentuk perubahan maka

berangkat dari tradisi Yahudi yang pada awalnya bekerja hanya dianggap

cukup dengan mengkhususkan kerja di bait Allah. Karena Calvin juga

Page 124: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

114

sering disebut dengan aliran Reformasi maka diperbaharuilah tentang

pekerjaan-pekerjaan menurut Calvin yang tidak hanya bekerja di Bait Allah.

8. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang tidak dianjurkan dalam Aliran

Calvinis?

Aliran Calvinis berpandangan bahwa semua pekerjaan berpegang

teguh dengan 1 tema yaitu: „Solidio Gloria (kemuliaan hanya untuk

Tuhan)‟, jadi sepanjang pemanggilan dan penugasannya merujuk kepada

memuliakan Tuhan itu diperbolehkan, tetapi jika merugikan tidak

diperbolehkan. Misalnya;

1. Koruptor

2. Riba (Menindas Manusia)

3. Perampok

4. Pencuri

5. Bandar Narkoba

6. Penipuan

9. Apakah dengan bekerja akan melahirkan progresivitas bagi Aliran

Calvinis?

Ya, Jelas. Karena seseorang semakin memiliki nilai diri, semakin

mempunya kualitas hidup akan melahirkan progresivitas bagi Aliran

Calvinis.

10. Bagaimanakah implementasi etos kerja dalam kehidupan sehari-hari

bagi Aliran Calvinis?

Implementasinya adalah:

1. Seseorang dapat lebih menghargai waktu

Page 125: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

115

2. Berpegang teguh bahwa kejujuran adalah diatas segalanya

3. Tingkat kedisiplinan tinggi

4. Mempunyai SDM yang memupuni atau teruji

5. Berdaya guna bagi orang lain

6. Self Assisment artinya dia berangkat sesuai dengan apa yang dia

hadirkan, dia bekerja sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhannya, jadi

kalau Self Assisment nya bagus tentu kinerjanya akan bagus juga.

Page 126: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

116

1. Apakah arti dan makna kerja dalam Aliran Calvinis?

Kerja bagi Aliran Calvinis adalah disebut dengan „Panggilan‟ dan

„Pengutusan‟ atau biasa disebut juga dengan memenuhi panggilan Tuhan.

Jadi tidak boleh bekerja dengan setengah-setengah tetapi harus dengan

sungguh-sungguh karena dengan bekerja sama saja seperti kita sedang

memuliakan Tuhan.

2. Apa motivasi kerja dalam Aliran Calvinis?

Pada prinsipnya sama, karena memang jika tidak bekerja maka

tidak ada atau tidak mungkin pengucapan syukur. Logikanya adalah jikalau

ingin membuat sesuatu untuk diberikan kepada Tuhan, kembalikanlah apa

yang Tuhan telah berikan kepada kita dan tentunya tidak akan bisa jika tidak

bekerja. Seperti apa yang dibilang dalam Kitab Amsal “Kalau orang yang

tidak bekerja lebih baik jangan makan”.

3. Apakah di dalam Aliran Calvinis diharuskan untuk bekerja?

Jelas, wajib dan tidak boleh bekerja dengan sesuka hati jadi harus

benar-benar dalam melaksanakannya, tidak boleh ada istilah tawar menawar

dalam bekerja. Karena pekerjaan dinilai sebagai seruan Tuhan. Jadi, segala

jenis pekerjaan dipandang sebagai penugasan dari Tuhan (ternilai) apapun

itu.

Hasil Wawancara

Nama : Pdt. Johana Nirauha

Jabatan : Ketua Majlis Jemaat

Pekerjaan : Pendeta

Tanggal Wawancara : 09 September 2017

Page 127: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

117

4. Apakah bekerja merupakan esensi dari ibadah dalam pandangan

Aliran Calvinis?

Iya, tentunya itu justru yang paling utama jika di dalam Calvinis,

karena memang di dalam pandangan Calvin itu diwajibkan untuk bekerja.

Seperti misalnya esensi dari hidup itu adalah bekerja kalau tidak bekerja

bagaimana dia mau hidup. Jadi, kerja dilihat memang sebagai panggilan

Illahi lalu, bekerja itu juga menjadi hal yang sangat urgensi dalam

kehidupan ini, karena hanya ada 2 hal, orang yang hidup ya harus bekerja

dan dia tidak bekerja kalau dia sudah meninggal atau sedang sakit. Jadi,

kalau dikatakan apakah itu merupakan esensi dari ibadah ya memang sudah

pasti dan juga Calvin sangat melihat tentang bagaimana Tuhan berkarya

untuk manusia oleh karena itu manusia yang diutus ke dalam dunia ini ya

harus berkarir atau berkarya yang dijadikan sebagai pusat kehidupan.

Kehidupan iman juga harus berkarya, orang melihat kita sebagai seseorang

yang beriman itu dilihat dari karyanya. Dan Calvin juga tidak ingin melihat

orng yang tidak bekerja, karena karya-karya Allah itu harus disampaikan

kepada manusia. Terkadang kebanyakan orang berfikir bahwa dengan

karya-karya akan membawa kita ke surga, padahal bukan. Berkarya dimana

saja dan dia harus menunjukan sikap imannya terhadap karyanya apa yang

diutus dan yang telah menjadi karyanya di tengah-tengah dunia ini. Kerja

juga sangat erat kaitannya dengan ibadah.

5. Bagaimanakah syarat bekerja dalam Aliran Calvinis?

Adapun syarat-syarat bekerja dalam Aliran Calvinis adalah:

1. Memiliki sumber daya yang sangat bagus

Page 128: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

118

2. Integritas

3. Tidak boleh melebihi kapasitasnya, misalnya adalah memiliki jabatan

sebagai pendeta kemudian juga sebagai politikus itu berbahaya

4. Apa yang didapat itulah yang diamalkan

6. Apakah ada ayat-ayat di dalam Al Kitab yang berbicara mengenai

bekerja dalam Aliran Calvinis?

Banyak, diantaranya adalah:

1. Kitab Keluaran Pasal 20:16 (tentang 10 Firman Tuhan)

2. Kitab Ulangan Pasal 5

3. Roma 12

4. Efesus 2:9-10 (johan)

5. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang dianjurkan dalam Aliran

Calvinis?

1. Segala jenis pekerjaan yang berupa perkantoran

2. Menjadi seorang PNS

3. Dokter

4. Guru

5. Hakim

6. Perawat

6. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang tidak dianjurkan dalam Aliran

Calvinis?

Di dalam Aliran Calvinis itu bekerja dipandang seperti memuliakan

Tuhan, jadi apabila melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak baik justru

sama saja dengan tidak memuliakan Tuhan. Seperti;

Page 129: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

119

1. Korupsi

2. Perampok

3. Penipuan

4. Pencuri

5. Menindas manusia (Riba)

6. Bandar Narkoba (johan)

7. Apakah dengan bekerja akan melahirkan progresivitas bagi Aliran

Calvinis?

Iya, jelas. Karena alam semesta ini milik Tuhan, menyangkut dengan

ciptaan Tuhan, karena kita bekerja dan hidup bukan hanya untuk diri sendiri

melainkan untuk agama terlebih dahulu.

8. Bagaimanakah implementasi etos kerja dalam kehidupan sehari-hari

bagi Aliran Calvinis?

1. Kebenaran di atas segalanya

2. Bermanfaat bagi orang lain

3. Memiliki SDM yang berkualitas

4. Manajemen berdasarkan sesuai dengan Self Assisment, sebagai salah satu

ciri iman juga jadi, apabila Self Assisment nya baik maka ketika bekerja

pun baik.

Page 130: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

120

1. Apakah arti dan makna kerja dalam Aliran Calvinis?

Di dalam aliran Calvinis, bekerja adalah sama dengan sebagai

persembahan hidup atau dapat diartikan sebagai anugerah hidup, dan

dengan bekerja lah adalah salah satu cara kita bersyukur dengan

diberikannya anugerah hidup

2. Apa motivasi kerja dalam Aliran Calvinis?

Adalah sebagai pengabdian kemanusiaan antar sesama manusia,

karena kita telah diberi hidup. Dengan berdo‟a & bekerja, karena sesuai

dengan motto aliran Calvinis adalah “sebagai tindak lanjut atau

pengimplementasian dari do‟a adalah memuliakan Tuhan”

3. Apakah di dalam Aliran Calvinis diharuskan untuk bekerja?

Ya harus, karena dengan bekerja adalah sebagai ungkapan syukur

kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

4. Apakah bekerja merupakan esensi dari ibadah dalam pandangan

Aliran Calvinis?

Ya, karena karena memuliakan Tuhan adalah dianggap sebagai

ibadah dan jika dilakukan sesuai dengan ajaran Calvinis.

Hasil Wawancara

Nama : Jeffrey W. Ch. Sompot

Jabatan : Ketua Majlis Jemaat

Pekerjaan : Pendeta

Tanggal Wawancara : 09 September 2017

Page 131: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

121

5. Bagaimanakah syarat bekerja dalam Aliran Calvinis?

Jadikan motivasi awal bekerja adalah bahwa bekerja merupakan

rahmat karena dengan bekerja sama saja kita memuliakan Tuhan. Dan

bekerja juga harus dengan bersungguh-sungguh juga harus mempunyai

spirit fighting (bersusah payah) terlebih dahulu.

6. Apakah Ada Ayat-Ayat di dalam Al Kitab yang Berbicara Mengenai

Bekerja Dalam Aliran Calvinis?

1. Roma 12

2. Efesus 2:9-10

3. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang dianjurkan dalam Aliran

Calvinis?

Semua jenis pekerjaan yang sesuai dengan ajaran Calvinis.

4. Apa sajakah jenis-jenis pekerjaan yang tidak dianjurkan dalam Aliran

Calvinis?

Semua pekerjaan yang didapatkan dengan tidak bersusah payah

terlebih dahulu, seperti menjadi pelacur, atau pekerjaan yang tidak

memanfaatkan kemanusiaannya.

5. Apakah dengan bekerja akan melahirkan progresivitas bagi Aliran

Calvinis?

Ya betul, karena dengan bekerja dapat melahirkan perkembangan,

begitupula dengan etos kerja dapat membuat orang mempunyai

produktivitas yang tinggi, dengan melakukannya akan meningkatkan

pemahamannya yang dimana lebih mengedepankan otak, inovasi dan

kreativitas yang tinggi.

Page 132: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

122

6. Bagaimanakah implementasi etos kerja dalam kehidupan sehari-hari

bagi Aliran Calvinis?

Semua manusia memiliki produktivitas yang tinggi, juga dapat

bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang terdapat dalam Al-Kitab bagi

Aliran Calvinis.

Page 133: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

123

SURAT PENELITIAN I

Page 134: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

124

SURAT PENELITIAN II

Page 135: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

125

LAMPIRAN III

FOTO KEGIATAN LAPANGAN

1. Tampak Depan Gereja GPIB Zebaoth Bogor

2. Tampak Dalam Gereja GPIB Zebaoth Bogor

Page 136: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

126

3. Dengan Narasumber Pdt. Omiek Kaharuddin dan Ibu Pdt. Johana

Nirauha

4. Dengan Narasumber Pdt. Omiek Kaharuddin dan Ibu Pdt. Johana

Nirauha

Page 137: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

127

5. Bersama Narasumber Pdt. Jefrey WH. Somprot

6. Bersama Narasumber Bapak Efendy, Bapak Frankie Sibald dan

Bapak Pdt. Awan Setiawan.

Page 138: IIN SUMAEROH 1113032100070 JURUSAN STUDI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Calvinis yang berbicara mengenai keterkaitan antara agama dan etos kerja.

128

7. Bersama Narasumber Bapak Samanera Sakta Dippana

8. Bersama Narasumber Bapak Frankie Sibald