repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III...

48
38 BAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT ULU AL-ALBAB A. Ayat-ayat Tentang Ulu Al-Albab Berdasarkan penelusuran peneliti dengan merujuk pada Kamus al-Mu’jam al-Mufahrash li al-Fazh al-Qur’an al-Karim istilah ulu al-albab ( اب ب ل والأ لاو) ditemukan dalam teks al- Qur’an sebanyak 16 kali dibeberapa surat dengan berbagai bentuknya. 59 Peneliti juga merujuk pada digital Al-Qur’an al-Hadi karya DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA dengan rincian sebagai berikut: Surat Al-Baqarah ayat 179, 197 dan 269; Ali Imran ayat 7 dan 190; Al-Maidah ayat 100; Yusuf ayat 111; Ar-Ra’d ayat 19; Ibrahim ayat 52; Shad ayat 29 dan 43; Az-Zumar ayat 9, 18, dan 21; Al-Mukmin ayat 54; dan Thalaq ayat 10. 1. Surat Al-Baqarah 2: 179 59 Muhammad Fuad Abdul Baaqiy, al-Mu’jam al-Mufahrash li al-Fazh al- Qur’an al-Karim, Bandung: Diponegoro, h.818 38

Transcript of repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III...

Page 1: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

38

BAB III

PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT ULU AL-ALBAB

A. Ayat-ayat Tentang Ulu Al-Albab

Berdasarkan penelusuran peneliti dengan merujuk pada Kamus al-

Mu’jam al-Mufahrash li al-Fazh al-Qur’an al-Karim istilah ulu al-albab (

ditemukan dalam teks al-Qur’an sebanyak 16 kali dibeberapa surat (اولواأللباب

dengan berbagai bentuknya.59 Peneliti juga merujuk pada digital Al-Qur’an al-

Hadi karya DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA dengan rincian sebagai berikut:

Surat Al-Baqarah ayat 179, 197 dan 269; Ali Imran ayat 7 dan 190; Al-Maidah

ayat 100; Yusuf ayat 111; Ar-Ra’d ayat 19; Ibrahim ayat 52; Shad ayat 29 dan

43; Az-Zumar ayat 9, 18, dan 21; Al-Mukmin ayat 54; dan Thalaq ayat 10.

1. Surat Al-Baqarah 2: 179

Artinya:“dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai

orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa”.

2. Surat Al- Baqarah 2: 197

59Muhammad Fuad Abdul Baaqiy, al-Mu’jam al-Mufahrash li al-Fazh al-Qur’an al-Karim, Bandung: Diponegoro, h.818

38

Page 2: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

39

Artinya:

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi60, Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats61, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa62 dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal”.

3. Surat Al- Baqarah 2: 269

Artinya:

“Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”.

4. Surat Āli Imrān 3:7

60 Ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah.61 Rafats artinya mengeluarkan Perkataan yang menimbulkan berahi yang tidak senonoh

atau bersetubuh.62 Maksud bekal takwa di sini ialah bekal yang cukup agar dapat memelihara diri dari

perbuatan hina atau minta-minta selama perjalanan haji.

Page 3: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

40

Artinya:“Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di

antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat63, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat.64 Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal”.

5. Surat Āli Imrān 3: 190

Artinya:“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.

6. Surat Al- Mā’idah 5:100

Artinya:

“Katakanlah: "tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."

7. Surat Yusuf 12: 111

63Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah.

64Termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain.

Page 4: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

41

Artinya:

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.

8. Surat Ar- Ra’ad 13:19

Artinya:“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang

diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran”.

9. Surat Ibrahim 14:52

Artinya:“(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia,

dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran”.

10. Surat Shad 38: 29

Artinya:“ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh

dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”.

11. Surat Shād 38: 43

Page 5: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

42

Artinya:“dan Kami anugerahi Dia (dengan mengumpulkan kembali)

keluarganya dan (kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran”.

12. Surat Az-Zumar 39: 9

Artinya:“(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah

orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.

13. Surat Az-Zumar 39: 18

Artinya:

“yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya65. mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal”.

14. Surat Az-Zumar 39: 21

Artinya:

“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di

65Maksudnya ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al Quran karena ia adalah yang paling baik.

Page 6: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

43

bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”.

15.Surat Al-Mu’min 40: 54

Artinya:

“untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir”.

16. Surat Thalaq 65:10

Artinya:

“Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, Maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu”.

B. Telaah Ayat-ayat Ulu Al-Albab

Berdasarkan 16 (enam belas) ayat diatas peneliti mencoba menelaah

kalimat ulu al-albab lalu mengurai makna kalimat tersebut. Para intelektual

muslim Indonesia memahami dan memberikan definisi sekaligus karakteristik

ulu al-albab dengan bahasa yang berbeda-beda namun muaranya hampir sama.

Ditinjau dari segi bahasa kata ulu al-albab terdiri dari dua kata, yakni ulu yang

berarti “memiliki” dan albab yang dibentuk dari kata al-lubb yang artinya

“otak” atau “pikiran” seseorang. Dengan demikian ulu al-albab dapat

Page 7: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

44

dimaknai dengan orang yang memiliki otak berlapis-lapis.66 Adapun dalam hal

ini yang menjadi fokus kajian penulis adalah kalimat ulu al-albab yang

terdapat pada surat Ali Imran ayat 190 dengan telaah sebagai berikut.

Asbabun Nuzul surat Ali Imran ayat 190 ini dapat kita lihat dalam

hadits yang diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw berkata:

”Wahai Aisyah, saya pada malam hari ini hendak beribadah kepada Allah

SWT.“ Jawab Aisyah r.a. “Sesungguhnya saya senang jika Rasulullah berada

disampingku. Saya senang melayani kemauan dan kehendakmu. Tetapi

baiklah! Saya tidak keberatan.” Maka bangunlah Rasulullah saw. dari tempat

tidurnya lalu mengambil air wudhu tidak jauh dari tempatnya lalu sholat. Pada

waktu sholat beliau menangis sampai air matanya membasahi kainnya, karena

merenungkan ayat al-Qur’an yang dibacanya. Setelah shalat beliau duduk dan

memuji Allah SWT dan kembali menangis tersedu-sedu. Kemudian beliau

mengangkat kedua belah tangannya berdo’a dan menangis lagi dan air matanya

membasahi tanah. Setelah Bilal datang untuk azan shubuh dan melihat Nabi

saw menangis ia bertanya. ”Wahai Rasulullah! Mengapakah Rasulullah

menangis, padahal Allah SWT telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang

terdahulu maupun yang akan datang?” Nabi menjawab ”Apakah saya ini bukan

seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada Allah SWT? Dan

bagaimana saya tidak menangis? Pada malam ini Allah SWT telah menurunkan

ayat kepadaku. Selanjutnya beliau berkata,”Alangkah rugi dan celakanya

66 Moh Padil, Ideologi Tarbiyah Ūlul Albā (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2013), h. 32-33.

Page 8: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

45

orang-orang yang membaca ini tapi tidak memikirkan dan merenungkan

kandungan artinya.67

Surat Ali Imran ayat 190 ini mirip dengan surat al-Baqarah ayat 164

berikut:

Artinya :

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.

Ayat ini menyebutkan sebanyak delapan macam kejadian alam

yang menjadi bukti akan keagungan Allah SWT, sedangkan ayat 190 dari

surat Ali Imran menekankan tentang kejadian alam berupa proses

penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam. Disini

penekanannya pada dua kejadian alam tersebut. Ini karena bukti-bukti

tersebut lebih menggugah hati dan pikiran, dan lebih cepat mengantar

seseorang untuk meraih rasa keagungan Ilahi. Disisi lain ayat 164 surat al-

Baqarah ditutup dengan menyatakan bahwa yang demikian itu merupakan

tanda-tanda bagi orang yang berakal

67 Kementrian Agama RI, Al-qur’an Dan Tafsirnya, Jilid II, ( Jakarta: Lentera abadi, 2010 ),h. 97.

Page 9: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

46

(), sedangkan pada ayat 190 surat

Ali Imran setelah mereka berada pada tahap yang lebih tinggi maka

mereka juga telah mencapai kemurnian akal sehingga sangat wajar ayat ini

ditutup dengan ().68

Pada ayat yang sebelumnya menceritakan kejelekan-kejelekan

orang Yahudi, dan menegaskan bahwa langit dan bumi milik Allah, lalu

dalam ayat-ayat ini Allah menganjurkan untuk mengenal sifat-sifat

keagungan, kemuliaan dan kebesaran Allah.69Adapun pada ayat ini

menegaskan kepemilikan Allah atas alam jagad raya, apa yang ada di

langit dan di bumi adalah milik Allah. Allah Maha Kaya, Maha Perkasa

atas segala sesuatu. Dalam rangka menetapkan topik dan menjawab

tuduhan-tuduhan orang yang mengingkarinya, maka pembicaraan topik

diulangi lagi untuk menunjukkan ketauhidan, ketuhanan, dan keagungan

Allah, untuk itu didatangkanlah ayat ini.70

Memikirkan pergantian siang dan malam, juga terbit dan

terbenamnya matahari, semua itu menunjukkan akan kebesaran dan

kekuasaan penciptanya bagi orang-orang yang berakal. Memikirkan

terciptanya langit dan bumi, pergantian siang dan malam secara teratur

dengan menghasilkan waktu-waktu tertentu bagi kehidupan manusia

merupakan satu tantangan tersendiri bagi kaum intelektual beriman.

68 M. Qurais Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jilid II (Jakarta: Lentera Hati, 2009),.h. 371.

69 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid II, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010) hlm. 96.

70Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, terj. Tafsir Al-Maraghi, Bahrun Abu bakar, dkk, (Semarang: Karya Toha Putra Semarang, 1993) hlm. 287-288

Page 10: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

47

Mereka diharapkan dapat menjelaskan secara akademik fenomena alam

itu, sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa Tuhan tidaklah

menciptakan semua fenomena itu dengan sia-sia.71

Pada ayat tersebut dalam tafsir al-Mishbah dijelaskan bahwa orang

yang berakal adalah orang yang melakukan dua hal, yaitu tadzakur yakni

mengingat Allah SWT dengan ucapan dan atau hati dalam situasi dan

kondisi saat bekerja atau istirahat, sambil berdiri atau duduk atau dalam

keadaan berbaring, dan tafakur memikirkan ciptaan Allah SWT, yakni

kejadian dialam semesta. Dengan melakukan dua hal tersebut ia sampai

kepada hikmah yang berada dibalik proses mengingat dan berfikir , yaitu

mengetahui, memahami, menghayati bahwa dibalik fenomena alam dan

segala sesuatu yang ada didalamnya menunjukkan adanya sang pencipta

Allah SWT.72

Artinya :

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa sesungguhnya

dalam penciptaan langit dan bumi serta keindahan ketentuan dan

keistimewaan penciptaannya, serta adanya pergantian siang dan malam

71Op.Cit. Kementrian Agama RI, h. 97.72Op.Cit. M. Qurais Shihab, h. 308-309.

Page 11: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

48

serta berjalannya waktu, serta pengaruhnya yang tampak pada perubahan

fisik dan kecerdasan yang disebabkan pengaruh panas matahari dan

dinginnya malam, serta pengaruhnya pada binatang dan tumbuh-tumbuhan

adalah bukti kesempurnaan ilmu dan kekuasaan-Nya.73

Langit adalah yang di atas kita, yang menaungi kita. Entah berapa

lapisnya Tuhanlah yang tahu, sedang yang dikatakan kepada kita hanya

tujuh. Menakjubkan pada siang hari dengan berbagai warna awan-

gemawan, mengharukan malam harinya dengan berbagai bintang-bintang.

Bumi adalah tempat kita berdiam ini, penuh dengan aneka

keganjilan, yang kian diselidiki kian mengandung rahasia ilmu yang belum

terurai. Langit dan bumi dijadikan oleh sang Khalik dengan susunan yang

terjangkau dan sangat tertib. Bukan hanya semata dijadikan, tetapi setiap

saat tampak hidup semua, bergerak menurut aturan. Silih berganti

perjalanan siang dan malam sangat besar pengaruhnya atas hidup kita ini

dan hidup segala yang bernyawa di bumiini.74

Quraish Shihab dalam tafsirnya menyatakan Surah Ali Imran ayat

190 bahwa jika ditinjau secara etimologis, kata albab adalah bentuk plural

dari kata lubb yang berarti saripati sesuatu. Kacang misalnya, memiliki

kulit yang menutupi isinya. Isi kacang tersebut lubb. Berdasarkan definisi

etimologi ini, dapat diambil pengertian bahwa ulu al-albab adalah orang

yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh kulit, yakni

73 Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Tarbawi, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002 ),h. 133.

74 Abdul Malik Abdul Karim Abdullah, Tafsir Al-Azhar Jilid II ( Singapura: Pustaka Nasional, 1999), h.1033.

Page 12: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

49

kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir. Yang

merenungkan tentang fenomena alam raya akan dapat sampai pada bukti

yang sangat nyata tentang ke-Esaan dan kekuasaan-Nya.75

Penjelasan semacam ini juga dapat kita lihat dalam Al-Qur’an dan

Tafsir jilid 2 Kementerian Agama RI dalam memaknai kata ulu al-albab

dimana kata tersebut memiliki dua kata yaitu uludan al-albab.Yang mana

kata albab merupakan jamak dari kata lub, yang berarti “inti sari” atau

“saripati sesuatu”. Perumpamaan/contoh yang digunakan dalam tafsir ini

juga sama dengan yang diungkapkan Quraish Shihab yakni kacang. Benda

yang memiliki kulit untuk menutup isinya. Isi kacang yang diselubungi

kulit itulah yang disebut dengan lub. Jadi secara harfiyah ulu al-albab

bermakna “orang-orang yang memiliki saripati istimewa dalam dirinya”,

yaitu orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi

kulit atau ide-ide yang sering kali memunculkan kekacauan-kekacauan

dalam penalaran atau pendapat yang dimunculkan/cetuskan. Orang yang

mau menggunakan pikiranya untuk merenungkan atau menganalisis

fenomena alam akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang

ke-Esaan dan Kekuasaan Tuhan.76

Al-Maraghi menjelaskan tentang ayat 190 tersebut bahwa dalam

tatanan langit dan bumi serta keindahan keajaiban-Nya juga dalam silih

bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjamg tahun yang dapat

kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berpikir kita 75Op. Cit.Quraish Shihab, h. 307.76Op. Cit.Tafsir Kementerian Agama RI, h. 96-97.

Page 13: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

50

karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya yang

ada pada dunia flora dan fauna merupakan tanda dan bukti yang

menunjukkan ke-Esaan Allah, kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan-

Nya.77 Musthafa Al-Maraghi, dalam hal ini beliau juga mengungkapkan

suatu riwayat yang dikemukakan bahwa orang Quraish datang kepada

Yahudi untuk bertanya: “Mukjizat apa yang dibawa Musa kepada kalian?”

Mereka menjawab:” Tongkat dan tangannya terlihat putih bercahaya.”

Kemudian mereka bertanya kepada kaum Nasrani. “Mukjizat apa yang

dibawa Isa kepada kalian?” Mereka menjawab, “ Ia dapat menyembuhkan

orang buta sejak lahir hingga dapat melihat, menyembuhkan orang yang

berpenyakit sopak, dan menghidupkan orang yang mati.” Kemudian

mereka menghadap Nabi SAW dan berkata, “ Hai Muhammad, coba

berdoalah engkau kepada Rabb-mu agar Gunung Shafa ini dijadikan emas.

“ Lalu Rasulullah saw berdoa, maka turunlah ayat tersebut diatas (QS. Ali

Imrān: 190), sebagai petunjuk untuk memperhatikan apa yang telah ada,

yang akan lebih besar manfaatnya bagi orang yang menggunakan akal.

Diriwayatkan oleh Thabrani dan Ibnu Abi Hatim, yang bersumber dari

Ibnu ‘Abbas.78

Selanjutnya Al-Maraghi menjelaskan bahwa yang dimaksud ulu

al-albab yaitu orang-orang yang mau menggunakan pikirannya,

mengambil faedah darinya, mengambil hidayah darinya, menggambarkan

keagungan Allah dan mau mengingat hikmah akal dan keutamaannya. 77 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz 4 (Semarang: Karya

Toha Putra, 1993), ), jilid. 4, h. 288.78Ibid., h. 125.

Page 14: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

51

Mereka merasa tenang jika mengingat Allah, dan sadar bahwa Allah selalu

mengawasinya.79

Jalaluddin As-Suyuthi menjelaskan dalam tafsirnya terkait surah

Ali Imran ayat 190 sebagai berikut: (Sesungguhnya pada penciptaan langit

dan bumi) dan keajaiban-keajaiban yang terdapat pada keduanya (serta

pergantian malam dan siang) dengan datang dan pergi serta bertambah dan

berkurang (menjadi tanda-tanda) atau bukti-bukti atas kekuasaan Allah

swt. (bagi orang-orang yang berakal) artinya yang mempergunakan pikiran

mereka80Lebih lanjut dijelaskan pada ayat berikutnya, Ali Imran : 191

sebagai berikut: (Yakni orang-orang yang) menjadi 'na`at' atau badal bagi

yang sebelumnya (mengingat Allah di waktu berdiri dan duduk dan ketika

berbaring) artinya dalam keadaan bagaimana pun juga, sedang menurut

Ibnu Abbas mengerjakan salat dalam keadaan tersebut sesuai dengan

kemampuan (dan mereka memikirkan tentang kejadian langit dan bumi)

untuk menyimpulkan dalil melalui keduanya akan kekuasaan Allah, kata

mereka: (Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau ciptakan ini) maksudnya

makhluk yang kami saksikan ini (dengan sia-sia) menjadi hal sebaliknya

semua ini menjadi bukti atas kesempurnaan kekuasaan-Mu (Maha Suci

Engkau) artinya tidak mungkin Engkau akan berbuat sia-sia (maka

lindungilah kami dari siksa neraka).81

79 Ibid.,h. 291.80 Jalaluddin Al- Mahalli As Suyuthi, Tafsir Jalalain, Lengkap dan Disertai Asbabun

Nuzul, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kausar, 2017), h.75. 81Ibid., h. 75

Page 15: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

52

Konteks Al-Qur’an disini menggambarkan langkah-langkah

gerakan jiwa yang ditimbulkan oleh responnya terhadap pemandangan

yang berupa langit dan bumi dan pergantian malam dan siang dalam

perasaan ulu al-albab dengan gambaran yang cermat. Pada waktu yang

sama ia merupakan gambaran yang memberikan kesan dan arahan, yang

memalingkan hati kepada manhaj yang sahih di dalam bergaul dengan

alam semesta, di dalam berbicara kepadanya dengan bahasanya, di dalam

bersoal jawab bersama fitrahnya dan hakikatnya, dan terkesan dengan

isyarat-isyarat dan pengarahan-pengarahannya. Juga menjadikan “kitab”

ilmu pengetahuan bagi manusia mukmin yang senantiasa menjalin

hubungan dengan Allah SWT dan dengan apa yangdiciptakan oleh tangan

Allah SWT.82 Ibnu Katsir menyatakan bahwa yang disebut ulu al-albab

adalah:

العقول التام الزكية التى تدرك االش��ياء بحق��ا ئقه��ام والبكم ال���ذين ال ���ا ته���ا وليسواكالص��� على جلي

يعقلون. Yaitu akal yang sempurna dan bersih yang dengannya dapat

diketemukan berbagai keistimewaan dan keagungan mengenai sesuatu

bukan seperti orang-orang yang buta dan bisu yang tidak dapat berfikir.83

Selanjutnya Allah SWT menjelaskan ciri-ciri ulu al-albab, ciri-ciri

tersebut diantaranya adalah mereka yang selalu berdzikir kepada Allah

SWT dalam setiap langkah kehidupannya.

82 Sayyid Quthb, Tafsir Fidzilalil Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), h.245.83 Abi Fada‟ Al-Hafidz Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsir, Juz II, (Bairut;

Darul Kutub Ilmiyah,2006), h. 126.

Page 16: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

53

Rangkaian ayat-ayat ini dimulai dengan membandingkan antara

penghadapan hati kepada zikrullah dan ibadah kepada-Nya “pada waktu

berdiri, duduk dan berbaring” dengan memikirkan penciptaan langit dan

bumi serta pergantian malam dengan siang. Sehingga, perenungan

pemikiran ini menempuh jalan ibadah, dan menjadikan sebagai salah satu

sisi dari pemandangan zikir.84

Pengertian zikir disini lebih dipakaikan dengan makna umum.

Artinya tidak khusus dengan arti sholat saja. Jadi arti zikir itu ialah

mengingat Allah SWT dengan hati serta menghadirkannya didalam

ingatan. Mengingat-Nya dalam segenap hal yaitu diwaktu berdiri, duduk

dan berbaring, karena seorang hamba tidak lepas dari ketiga hal tersebut.85

Menurut Haji Abdul Malik Karim Amrullah dalam karyanya Tafsir

Al-Azhar, orang yang berfikir yaitu orang–orang yang mengingat Allah

SWT sewaktu berdiri, duduk atau berbaring artinya orang yang tidak

pernah melepas Allah SWT dari ingatannya. Disini disebut yadzkuruna

yang berarti ingat, berasal dari kalimat zikir yang artinya ingat. Dan

disebutkan pula bahwa zikir itu hendaklah bertali diantara sebutan dan

ingatan. Ketika seseorang melihat atas kejadian langit dan bumi atau

pergantian siang dan malam langsung dia teringat kepada yang

menciptakan.

84 Op.Cit. Sayyid Quthb, Tafsir, h. 245- 246.85 A. Halim Hasan, dkk , Tafsir Al-Manar,Jilid IV, (Bairut; Darul Kutub Ilmiyah,2005),

h.243.

Page 17: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

54

Disini bertemulah dua hal yang tidak terpisahkan, yaitu zikir dan

fikir. Difikirkan semua yang terjadi itu, maka lantaran difikirkan timbul

ingatan sebagai kesimpulan dari berfikir. Yaitu bahwa semua itu tidaklah

terjadi dengan sendirinya, melainkan ada Tuhan Yang Maha Pencipta.86

Mengenai ayat tersebut diatas, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa

seseorang tidak pernah melupakan mengingat Allah SWT dalam setiap

langkah hidupnya. Mereka selalu merasakan kehadiran Allah SWT baik

ketika ia dalam suasana yang sepi atau sendiri maupun ia dalam keramaian

bersama-sama dengan orang lain. Ulu al-albab selalu mengingat Allah

SWT baik dengan hati, pikiran maupun dengan lisan.87

Untuk itu, dengan tidak henti-hentinya selalu mengingat dan

merasakan kehadiran Allah SWT pada kehidupan seseorang tentunya dia

bisa terkontrol dari perbuatan-berbuatan yang mengarah pada rusaknya

moral dan tidak mudah terseret dengan model atau tren yang akhirnya bisa

menjauhkan dirinya dari sang Khaliq.

Ulu al-albab adalah orang yang memiliki pemikiran dan

pemahaman yang benar. Mereka membuka pandangannya untuk menerima

ayat-ayat Allah SWT pada alam semesta, tidak memasang penghalang-

penghalang, dan tidak menutup jendela-jendela antara mereka dan ayat-

ayat ini. Mereka menghadap kepada Allah SWT dengan sepenuh hati

sambil berdiri, duduk dan berbaring. Maka terbukalah mata (pandangan)

mereka, menjadi lembutlah pengetahuan mereka, berhubungan dengan

86Abdul Malik Abdul Karim Abdullah, Tafsir Al-Azhar Jilid II (Singapura:Pustaka Nasional,1999), h.1033-1034.

87Op.Cit. Abi Fada‟ Al-Hafidz Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, h. 126.

Page 18: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

55

hakekat alam semesta yang dititipkan Allah SWT kepadanya., dan

mengerti tujuan keberadaannya, alasan ditumbuhkannya, dan unsur-unsur

yang menegakkan fitrahnya demi ilham yang menghubungkan antara hati

manusia dan undang-undang alam ini.88

Ahmad Mushthafa Al-Maraghi menyimpulkan, bahwa ulu al-albab

adalah orang-orang yang tidak melalaikan Allah SWT dalam sebagian

waktunya. Mereka merasa tenang dengan mengingat Allah SWT dan

tenggelam dalam kesibukan mengoreksi diri secara sadar bahwa Allah

SWT selalu mengawasi mereka. Dan hanya dengan melakukan zikir

kepada Allah SWT, hal itu masih belum cukup untuk menjamin hadirnya

hidayah. Tetapi harus pula dibarengi dengan memikirkan keindahan

ciptaan dan rahasia-rahasia ciptaan-Nya.89

Setelah Allah SWT menuturkan ciri-ciri seorang ulu al-albab yang

mana dia selalu mengingat-Nya dimanapun dan kapanpun dia berada,

maka ciri-ciri berikutnya adalah selalu berfikir.

Ciri-ciri ulu al-albab selanjutnya adalah orang-orang yang selalu

mengedepankan aktivitas berfikir. Allah SWT menyeru umat manusia

untuk memikirkan gejala dan fenomena alam yang terjadi karena dengan

memikirkan hal tersebut, manusia akan sampai pada pengetahuan tentang

hukum-hukum alam yang dapat dikembangkan menjadi teknologi yang

berguna bagi kehidupan manusia dan pada tingkatan yang lebih tinggi

88 Op.Cit. Sayyid Quthb, h.245.89 Ahmad Mushthafa Al- Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid IV, (Semarang:

PT Karya Thoha Putra, 1993), h.290.

Page 19: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

56

akan menghantarkan manusia kepada suatu keyakinan bahwa gejala dan

fenomena tersebut pada hakekatnya telah diatur oleh Yang Maha Kuasa.

Ibnu Katsir memaknai kalimat tersebut bahwa dalil-dalil

keagungan, kekuasaan dan rahmat Allah SWT dipahami melalui gejala-

gejala yang timbul dialam jagad raya.90

Memahami kebenaran terhadap ketetapan alam semesta dan

fenomena-fenomenanya, artinya seseorang telah paham bahwa disana

terdapat ketetapan dan aturan, hikmah dan tujuan, serta kebenaran dan

keadilan dibalik kehidupan manusia di planet ini. Kalau begitu di sana

pasti ada hisab (perhitungan) dan pembalasan sesuai dengan amalan-

amalan yang dilakukan manusia. Disana pasti ada negeri yang berbeda

dengan negeri dunia ini yang mana disana akan terwujud kebenaran dan

keadilan dalam pembalasan.91

Disisi lain, hasil pemikiran ini sangat sesuai dengan permohonan

mereka selanjutnya. Yakni karena semua makhluk tidak diciptakan sia-sia.

Dengan melakukan dzikir dan fikir, maka sampailah manusia pada suatu

kesimpulan bahwa Allah SWT menciptakan alam ini sarat dengan tujuan

dan kemanfaatan bagi manusia. Selanjutnya mereka memohon kepada

Allah SWT supaya mereka dihindarkan dari siksa api neraka.

Inilah sentuhan pertama yang menyentuh hati ”ulu al-albab” yang

memikirkan penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang

dengan terus melaksanakan ibadah, zikir dan berhubungan dengan Allah

90Op.Cit. Abi Fada‟ Al-Hafidz Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, h. 126.91Op.Cit. Sayyid Quthb, h. 247.

Page 20: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

57

SWT Sang Pencipta. Inilah sentuhan yang mencetak perasaan mereka

dengan kebenaran yang mendasar dilubuk alam semesta. Sehingga,

meluncurlah dari lisannya ucapan tasbih untuk mensucikan Allah SWT

dari menciptakan alam dengan tidak sia-sia. Kemudian jiwanya terus

bergerak, menghadapi sentuhan sentuhan alam dan arahannya.92

Ayat ini menunjukkan betapa besarnya siksaan yang teramat keras

yaitu berupa kehinaan yang diberikan, agar kedudukan permintaan (do’a)

ini benar-benar sesuatu yang besar. Sebab seseorang yang meminta kepada

Tuhannya akan sesuatu, kemudian ia menjelaskan besarnya hal yang

diminta dan sangat kuat, maka dorongan untuk melakukan do’a lebih

sempurna, keikhlasan dalam berdoa lebih kuat.93

Orang zalim ialah orang yang menyimpang dari jalan yang lurus.

Dalam ayat ini orang yang masuk neraka digambarkan sebagai orang yang

zalim, untuk kezalimannya. Artinya bahwa orang yang selalu berfikir itu

melihat kehebatan Allah SWT, Tuhan Maha Luhur yang menciptakan

alam semesta yang dipenuhi dengan rahasia-rahasia dan hikmah. Sehingga

mereka mengetahui bahwa tidak mungkin seseorang mengalahkan Allah

swt.

92Op.Cit. Sayyid Quthb, h. 246-247.93Op.Cit. Ahmad Mushthafa Al- Maraghi, h. 292-293.

Page 21: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

58

Pada ayat diatas adalah petikan do'a yang dipanjatkan seorang ulu

al-albab, dalam do'a tersebut terdapat nida' (panggilan).Hal ini

mengisyaratkan sempurnanya penghadapan mereka kepada Tuhan. Mereka

sama sekali tidak pernah melupakannya, yang juga disertai tentang

kesempurnaan merendahkan diri dan mengagungkan terhadap orang yang

membiasakan (mendidik) mereka kepada kebajikan dan keutamaan.94 Pada

ayat berikutnya dijelaskan:

Dari ayat diatas terlihat bahwa mereka bermohon tiga hal pokok.

Pertama, yang artinya ampunilah bagi kami dosa-dosa kami.

Kedua, yang artinya dan tutuplah dari kami kesalahan- kesalahan kami.

Ketiga, yang artinya permohonan untuk dimatikan beserta orang-orang yang berbakti.95

Setelah memohon pengampunan, kini dalam ayat ini mereka

mengharapkan buah pengampunan itu dengan bermohon:”Tuhan kami, dan

anugerahilah kami kemampuan beramal sehingga kami dapat meraih apa yang

telah engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu, yakni melalui

Muhammad Saw.96

Seorang ulu al-albab selalu berdo'a agar mereka di selamatkan dari siksa

api neraka, "Ya Allah, janganlah Engkau membuka rahasia kami kelak pada hari

kiamat dengan memasukkan kami kedalam neraka yang dianggap hina bagi

orang-orang yang memasukinya.97 Ya Allah, janganlah Engkau mengabaikan

94 Ibid, h. 293-294.95Op.Cit. M. Qurais Shihab, h. 313.96Ibid. h.314.97Op.Cit. Ahmad Mushthafa Al- Maraghi, h. 295.

Page 22: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

59

kami dengan memperlihatkan keburukan-keburukankami pada hari kiamat serta

memasukkan kami kedalam neraka".98

Surat Ali-Imran ayat 194 ini adalah penagihan terhadap janji Allah yang

telah disampaikan Allah lewat para rasul, karena mereka percaya kepada janji

Allah yang tidak mungkin diingkari. Semua ini menunjukkan betapa sensitifnya

hati mereka (ulu al-albab), dan betapa cermat, halus, takwa, dan malunya

merakakepada Allah Swt.99

Makna ayat di atas adalah bahwa orang-orang yang beriman yang berakal

memohon apa yang dikemukakan di depan, maka permohonan itu dikabulkan oleh

Rabb mereka. Hal itu disambung dengan menggunakan fa’ ta’qib

( menggabungkan dengan yang sebelumnya).100

Firman Allah SWT diatas yang menyebut amal-amal saleh setelah

menjelaskan pengabulan do’a mereka, menunjukkan bahwa do’a dalam bentuk

ucapan saja tidak cukup, tetapi harus disertai dengan amal dan usaha dari yang

berdo’a itu. Lafadz adalah satu istilah yang digunakan

untuk menunjukkan kebersamaan atau kemitraan. Laki-laki dan perempuan adalah

sama-sama dari satu keturunan, dihimpun oleh satu ayah dan ibu, karena itu

keadaan mereka sama dalam menerima permohonan mereka.101

98 Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur'anul Majid An-Nur,(Semarang; Pustaka Rizki Putra, 2000), h. 763.

99Op.Cit. Sayyid Quthb, h.248.100Op.Cit. Abi Fada‟ Al-Hafidz Ibnu Katsir Ad-dimasyqy,h. 216.101Op.Cit. M. Qurais Shihab, h.316.

Page 23: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

60

Sesungguhnya pengabulan do'a bisa jadi tidak sesuai dengan apa yang

telah diminta seseorang dalam do'anya. Mereka telah meminta kepada Allah

ampunan dari segala dosa, pemaafan atas kejelekan-kejelekan, dan diwafatkan

kedalam golongan orang-orang yang berbakti. Tetapi Allah menjawab mereka

bahwa setiap pengamal akan ditunaikan balasan amalnya. Dalam hal ini

terkandung peringatan yang menyatakan bahwa yang terpenting dalam hal ini

ialah selamat dari siksa dan memperoleh pahala yang baik, dan sesungguhnya hal-

hal itu hanya dapat diperoleh berkat amal yang baik dan ikhlas kepada Allah

dalam beramal.102

Setelah Allah mengaitkan antara pembalasan dengan perbuatan,

kemudian Dia menjelaskan bahwa perbuatan yang berhak mereka terima

sebagai penutup bagi kejelekan mereka, seperti kehendak mereka untuk

memperoleh surga (memasuki surga-Nya) ialah hijrah dari tanah air untuk

berkhidmah kepada Rasulullah SAW, dan meninggalkan rumah lantaran

diusir orang-orang kafir untuk keluar dari rumah, disakiti, diperangi,

dibunuh itu semua demi pengorbanan untuk agama Allah SWT, dan Allah

akan membalasnya dengan surga yang dibawahnya mengalir sungai-

sungai.103

102Op.Cit. Ahmad Mushthafa Al- Maraghi,h. 296-297.103 ibid, h. 298.

Page 24: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

61

Menurut Ibnu Katsir menafsiri bahwa ditengah-tengah surga itu

mengalir berbagai macam minuman, berupa susu, madu, khamr, air tawar

dan lain-lainnya yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah

pernah didengar oleh telinga serta tidak pernah terbetik dalam hati

manusia.104

Pahala itu didasarkan dan dinisbatkan kepada-Nya agar menjadi

petunjuk bahwa Allah SWT itu maha Agung, karena Rabb yang Maha

Agung lagi Maha Mulia itu tidaklah memberi kecuali dengan jumlah yang

banyak. Pahala itu dari Allah secara khusus,tidak ada yang mampu

memberikannya selain dari pada-Nya. Ayat ini mengukuhkan kemuliaan

pahala itu, karena Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu, tidak

membutuhkan seorang pun, Allah pasti Maha Pemurah, Maha Dermawan,

dan Maha Pemberi Kebajikan.105

Ayat-ayat 191 sampai dengan ayat 195 merupaka metode yang

sempurna bagi penyucian jiwa, penalaran dan pengamatan yang diajarkan

Islam. Ayat-ayat itu bermula dengan membawa jiwa kearah kesucian, lalu

mengarahkan akal kepada fungsi pertama diantara sekian banyak

fungsinya, yakni mempelajari ayat-ayat Tuhan yang terbentang, hingga

akhirnya berakhir dengan kesungguhan beramal, sampai kepada tingkat

pengorbanan diri karena Allah SWT.106

104 Op.Cit. Abi Fada‟ Al-Hafidz Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, h. 217.105 Op.Cit. Ahmad Mushthafa Al- Maraghi, h. 300.106 Op.Cit. M. Qurais Shihab, h. 317.

Page 25: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

62

Melalui pemahaman para mufasirin terhadap ayat Allah SWT Q.S

Ali-Imran ayat 190-195, akan dijumpai peran dan fungsi akal secara lebih

luas. Obyek-obyek yang dipikirkan akal dalam ayat tersebut adalah al-

khalq yang berarti batasan dan ketentuan yang menunjukkan adanya

keteraturan dan ketelitian, as-samawat yaitu segala sesuatu yang ada diatas

kita dan terlihat dengan mata kepala, al-ardl yaitu tempat dimana

kehidupan berlangsung diatasnya, ikhtilaf al-lail wa an-nahar artinya

pergantian siang dan malam secara beraturan la-ayah artinya dalil-dalil

yang menunjukkan adanya Allah SWT dan kekuasaannya.107

Semua itu menjadi obyek atau sasaran dimana akal akan

memikirkan dan mengingatnya. Dengan adanya potensi yang dimiliki oleh

akal itu sendiri, selain berfungsi sebagai alat untuk pengingat, memahami,

mengerti juga menahan, mengikat dan mengendalikan hawa nafsu. Melalui

proses memahami dan mengerti secara mendalam terdapat segala ciptaan

Allah SWT sebagaimana dikemukakan pada surat ali-Imran ayat 190-195,

manusia selain akan menemukan berbagai temuan dalam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi juga akan membawa dirinya selalu dekat

dengan Allah SWT. Dan melaui proses menahan, mengikat dan

mengendalikan hawa nafsunya membawa manusia berada dijalan yang

benar, jauh dari kesesatan dan kebinasaan.108

Kesimpulannya dari uraian di atas menggambarkan bahwa sebagai

makhluk yang diberi kesempurnaan oleh Allah SWT berupa akal fikiran,

107 Ibid. h. 133.108 Op.Cit. Abudin Nata, h. 136.

Page 26: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

63

seseorang diperintah untuk mempergunakan akal tersebut untuk

memikirkan ciptaan Allah, tidak hanya itu saja,karena sebagai hamba-Nya,

seseorang diwajibkan untuk selalu mengingat dan selalu ibadah dengan

setulus hati, dan uraian diatas juga menegaskan bahwa objek zikir adalah

Allah SWT. Sedang objek fikir adalah makhluk-makhluk Allah SWT

berupa fenomena alam. Ini berarti pengenalan kepada Allah SWT lebih

banyak didasarkan kepada kalbu, sedang pengenalan alam raya oleh

penggunaan akal, yakni berfikir. Akal memiliki kebebasan seluas-luasnya

untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki keterbatasan dalam

memikirkan dzat Allah swt.

C. Pemaknaan Ulu Al-Albab Dalam Penafsiran

Istilah ulu al-albab berasal dari dua kata yakni ulu dan albab. Kata ulu

dalam bahasa arab berarti dzu yaitu memiliki.109 Sedangkan albab berasal dari

kata al-lubb yang artinya otak atau pikiran (intellect) albab disini bukan

mengandung arti otak atau pikiran beberapa orang, melainkan hanya dimiliki

oleh seseorang. Dengan demikian ulu al-albab artinya orang yang memiliki

otak yang berlapis-lapis. Ini sebenarnya membentuk arti kiasan tentang orang

yang memiliki otak yang tajam.110 Lafal akal berasal dari masdar ‘aqola yang

artinya akal, pikiran, hati, ingatan.111 Menurut Abu Hilal al-Iskary

mengatakan bahwa akal adalah ilmu pengetahuan yang pertama mencegah

109 Ahmad Warson al-Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab Indonesia, (Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak, 1984), h.49.

110 M. Dawam Rahardjo,Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci (Jakarta: Paramadina, 2002), h.557.

111 Ahmad Warson al-Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab Indonesia, (Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak, 1984), h.957.

Page 27: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

64

keburukan, dan setiap orang yang pencegahannya lebih kuat maka ia adalah

orang yang sangat cerdas (sangat cemerlang akalnya). Sebagian ulama

mengatakan bahwa akal adalah pemeliharaan.112

Senada dengan yang dikatakan oleh Nuryani, ulu al-albab bisa

diartikan seseorang yang memiliki otak atau pikiran yang berlapis-lapis. Ini

sebenarnya kiasan bagi orang yang memiliki cara berpikir tajam. Dalam

bahasa Indonesia, ulu al-albab yang memiliki otak yang berlapis dan

perasaan atau hati yang peka terhadap lingkungan seringkali diidentikkan

dengan istilah cendekiawan. Dengan demikian term cendekiawan

diperuntukan bagi orang yang memiliki berbagai kualitas113 atau orang yang

memiliki akal.114

Ar-Raghib Al-Ashfahani juga menjelaskan dalam almufradat dengan

mengurai kata lubb yang beliau definisikan sebagai akal (atau hati) yang

murni atau kosong dari cacat, noda, atau kekurangan-kekurangan.

Dinamakan demikian, karena ia merupakan suatu bagian dari manusia yang

murni, bersih, atau kosong dari berbagai makna-makna sifat manusia itu

sendiri. Dia ibarat inti sari dari sesuatu. Dan dikatakan juga bahwa arti kata

tersebut adalah akal yang suci atau bersih, kemudian terdapat sebuah

ungkapan:

كل لب عقل وليس كل عقل لب Artinya: “Setiap lub adalah akal, tapi tidak setiap akal adalah lub”.

112 Moh. Saifullah Al-Aziz, Cahaya Penerang Hati, (Surabaya: Terbit Terang, 2004), h, 32.

113 Nuryani Rusman, Pandangan Biologi Terhadap Proses Berpikir dan Implikasinya Dalam Pendidikan Sains. (Bandung, UPI, 2002), h. 10.

114 Fakhrur Razi, Tafsir Kabir,Jilid III, (Bairut, Dar at-Turat al-Araby, 2008), h. 147.

Page 28: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

65

Maka dengan demikian Allah SWT mengaitkan hukum-hukum yang

tidak dapat diketahui kecuali oleh orang-orang yang mempunyai akal yang

bersih dengan sebutan ulil albab ( اآللباب 115. (أولي

Menurut pendapat Abuddinata dalam karyanya, Tafsir ayat-ayat

pendidikan, bahwa ulu al-albab adalah orang yang melakukan dua hal yaitu

tazakkur yang artinya mengingat (Allah), dan tafakkur yang artinya

memikirkan ciptaan Allah. Sedangkan menurut Ibnu Katsir yang tertuang

dalam karyanya (Tafsir Ibnu Katsir) bahwa yang disebut ulu al-albab adalah:

العقو ل التام الزكية التى تدرك االشياء بحقا ئقها علىجليا تها وليسواكالصم والبكم الذين ال يعقلون.

Yaitu akal yang sempurna dan bersih yang dengannya dapat

diketemukan berbagai keistimewaan dan keagungan mengenai sesuatu bukan

seperti orang-orang yang buta dan bisu yang tidak dapat berfikir.116

AM Saefudin memberi pengertian bahwa ulu al-albab adalah pemikir

intlektual yang memiliki ketajaman analisis terhadap gejala dan proses

alamiyah dengan metode ilmiah induktif dan deduktif, serta intlektual yang

membangun kepribadian dengan dzikir dalam keadaan dan sarana ilmiah

untuk kemaslahatan dan kebahagiaan seluruh umat manusia.117 Ulu al-albab

115 Ahmad Zaini Dahlan, Kamus Al-Qur’an Penjelas Lengkap Makna Kosakata Asing (Gharib) Dalam Al-Qur’an, (Depok- Jawa Barat: Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017), h. 395.

116 Abi Fada’ Al-Hafidz Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1,(Bairut; Darul

Kutub Ilmiyah,1994), h 403.117 AM. Saefuddin, Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamiah, (Bandung : Mizan,

1987), h.34.

Page 29: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

66

juga diartikan sebagai intelektual muslim yang tangguh yang tidak hanya

memiliki ketajaman analisis obyektif, tetapi juga subyektif.118

Sayyid Qutb memberikan penjelasannya bahwa ulu al-albab adalah

orang yang memiliki pemikiran dan pemahaman yang benar. Mereka

membuka pandangannya untuk menerima ayat-ayat Allah SWT pada alam

semesta, tidak memasang penghalang-penghalang, dan tidak menutup

jendela-jendela antara mereka dan ayat-ayat ini. Mereka menghadap kepada

Allah SWT dengan sepenuh hati sambil berdiri, duduk dan berbaring. Maka

terbukalah mata (pandangan) mereka, menjadi lembutlah pengetahuan

mereka. Berhubungan dengan hakekat alam semesta yang dititipkan Allah

SWT kepadanya dan mengerti tujuan keberadaannya, alasan

ditumbuhkannya, dan unsur-unsur yang menegakkan fitrahnya demi ilham

yang menghubungkan antara hati manusia dan undang-undang alam ini.119

Hamka dalam tafsirnya al-Azhar memberikan definisi ulu al-albab

dengan “orang yang otaknya berisi, lawannya adalah orang yang kepala

kosong, otaknya tidak berisi, dalam pengertian lain ulu al-albab adalah orang

yang mempunyai pikiran halus”.120

Thanthawi Jauhari dalam kitabnya al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an

mengatakan,”Ulu al-albab ialah orang yang mempunyai akal yang

118Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan,kurikulum Hingga redifinisi Islamisasi Ilmu Pengetahuan,( Jakarta: Nuansa, 2003), h. 268.

119 Sayyid Quthb, Tafsir Fidzilalil Qur’an Jilid II, (Jakarta: Gema Insani,2008), h. 245.120 Prof. Dr. Hamka, Tafsir al-Azhar, (Singapura : Pustaka Nasional PTE LTD, 1990) cet

ke-I, h. 3753.

Page 30: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

67

diperolehnya dengan meninggalkan pradugapraduga serta jauh dari mengikuti

hawa nafsu.”121

Imam Muhammad al-Razi Fakhruddin dalam kitabnya, Tafsir al-Razi

mengatakan, “Ulul Albab ialah orang yang mendapatkan hikmah dan

pengetahuan yang diperolehnya dari hatinya kemudian memperhatikan dan

merenungkan serta memikirkan ciptaan Allah.”122

Abu Muhammad Abdullah ibn Muhammad ibn Ahmad al-Thayar’

dalam Pengantar kitab Syarhu Muqaddimat Tafsir, mendefinisikan bahwa:

Ulu al-albab adalah mereka yang ahli al-Qur’an dan ahli perenungan isinya.

Mereka mendalami al-Qur’an secara hafalan, pemahaman dan pengamalan.

Mereka mendapat bimbingan dengan ajaran-ajaran di dalamnya dan mereka

amalkan sesudah merenungkan ayat-ayat. Jika salah satu diantara mereka

mempelajari sepuluh ayat, maka ia tidak akan melewatinya sebelum faham

makna-maknanya dan mengamalkan kandungannya. Maka ia melaksanakan

perintah satu demi satu dan ia hindari larangan. Mereka menang dan mulia

dengan al-Qur’an, setelah hafal dalam hati dan didalam akhlak prilaku

mereka. Sebagaimana firman Allah dalam surat Shad ayat 29.123

Dalam Al-Qur’an ulu al-albab bisa mempunyai berbagai arti tergantung

dari penggunaannya. Dalam A Concordance of the Qur’an yang dikutip oleh

121Thanthawi Jauhari,al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an, (Beirut : Dar al Fikr, tth) jld I, h. 260.

122 Muhammad al-Razi Fakhruddin, Tafsir al-Razi : al-Musytahid bi al-tafsir al-kabir wa mafatih al-Gaib, (Beirut : Dar al Fikr, 1975), Jld IV, h.74.

123 Ibnu Taimiyah, Syarhu Muqaddimat Tafsir , h. 3.

Page 31: repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/4283/4/BAB III.docx · Web viewBAB III PENAFSIRAN TERHADAP AYAT-AYAT U LU A L-AL B A B Ayat-ayat Tentang U lu Al-Alb ab Berdasarkan

68

Dawam Rahardjo, kata ini bisa mempunyai beberapa arti.124 (1) Orang yang

mempunyai pemikiran (mind) yang luas dan mendalam, (2) Orang yang

mempunyai perasaan (heart) yang peka, sensitif atau yang halus perasaan, (3)

Orang yang memiliki daya pikir (intelect) yang tajam atau kuat (4) Orang

yang memiliki pandangan yang dalam (insight) (5) Orang yang memiliki

pengertian (understanding) yang akurat dan tepat (6) Orang yang memiliki

kebijakan (wisdom) yakni mampu mendekati kebenaran dengan

pertimbangan-pertimbangan yang terbuka dan adil.

Dari beberapa pengertian yang telah peneliti paparkan di atas tentang

beberapa pengertian ulu al-albab, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ulu

al-albab adalah seseorang yang memiliki wawasan yang luas dan mendalam,

mempunyai ketajaman dalam menganalisis suatu permasalahan, dan memilki

kejernihan hati yang luarbiasa sehingganya ia mudah menerima kebenaran

dari mana saja datangnya. Dan dengan kecerdasan dan pengetahuan yang luas

itu mereka tidak melalaikan Tuhannya, bahkan mereka menggunakan

kelebihan yang dimiliki untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan

cara mengingat (dzikir) dan memikirkan (fikir) semua keindahan ciptaan dan

rahasia-rahasia ciptaan-Nya, sehingga tumbuh ketaqwaan yang kuat dalam

dirinya dan selalu bermawas diri dari gejolak nafsu yang bisa menjerumuskan

dirinya kedalam lembah kenistaan.

124 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci., (Jakarta: Paramadina, 2002), h. 557.