iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan...

18
i

Transcript of iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan...

Page 1: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

i

Page 2: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

ii

Page 3: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

iii

TANGGUNG JAWAB YURIDIS KEPALA KANTOR AGRARIA DAN TATA

RUANG ATAU BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) TERHADAP

MUNCULNYA SERTIFIKAT GANDA TERHADAP HAK ATAS TANAH

DINARUL KHALISHAH

D1A 115 070

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menjelaskan tanggung jawab Kepala Kantor Agraria dan Tata

Ruang atau Badan Pertanahan Nasional (BPN) terhadap munculnya Sertifikat Ganda

terhadap Hak Atas Tanah dan peran Kepala Kantor Agraria dan Tata Ruang atau

Badan Pertanahan Nasional (BPN) terhadap munculnya Sertifikat Ganda terhadap

Hak Atas Tanah. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum

Normatif. Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-

undangan, konseptual dan sosiologis. Hasil penelitian ini yaitu setiap penggunaan

wewenang oleh pejabat selalu disertai dengan tanggung jawab. Tanggung jawab

tersebut sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri No. 11 Tahun 2016 tentang

Penyelesaian Kasus Pertanahan. Penyelesaian sengketa tanah ini melalui mediasi oleh

BPN,dilandasi dengan kewenangan-kewenangan yang sah berdasarkan peraturan

Perundang-undangan.

Kata kunci : Tanggung Jawab, Peran BPN, Sertifikat Ganda

THE JURIDICAL RESPONSIBILITY OF HEAD OF OFFICE OF AGRARIAN

AND SPATIAL PLANNING OR NATIONAL LAND AGENCY (BPN) AGAINST

THE EMERGENCE OF DOUBLE CERTIFICATES OF LAND RIGHTS

ABSTRACT

This research purpose to examine the juridical responsibility of head of office of

agrarian and spatial planning or national land agency (BPN) against the emergence

of double certificates of land rights and the role of of head of office of agrarian and

spatial planning or national land agency (BPN) against the emergence of double

certificates of land rights. Method of this research is normative legal research. The

approach used are legislative, conceptual and sociological approach. The results of

this study are that every use of authority by officials is always accompanied by

responsibility. This responsibility as stated in Ministry Regulation No. 11 year 2016

of Land Settlement Cases. The dispute land settlement through mediation by the BPN,

is based on legitimate authorities based on legislation.

Keywords: Double Certificates; Responsibility; Role of BPN;

Page 4: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

i

I. PENDAHULUAN

Tanah merupakan sumber daya alam yang penting untuk kelangsungan hidup

umat manusia, hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat hidup,

tetapi lebih dari itu tanah merupakan tempat dimana manusia hidup dan berkembang,

tanah menjadi sumber bagi segala kepentingan hidup manusia.

Melalui Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan

Pertanahan Nasional dibentuk Badan Pertanahan Nasional, selanjutnya disingkat

BPN sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Seiring dengan perkembangan di bidang pertanahan, peraturan tersebut

mengalami berbagai perubahan yang terakhir adalah Peraturan Presiden Nomor

: 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia,

disingkat BPN RI, selanjutnya disebut Perpres 20 Tahun 2015.

Diadakannya pendaftaran tanah akan membawa akibat hukum yaitu diberikan

surat tanda bukti hak atas tanah yang lazim. Sebagai sertifikat tanah kepada

pemegang hak atas tanah yang bersangkutan yang berlaku sebagai alat pembukti yang

kuat. Sertifikat merupakan surat tanda bukti yang berlaku sebagai alat pembukti yang

kuat mengenai data fisik dan data yuridis.

Penerbitan sertifikat diperlukan suatu proses yang melibatkan pihak

pemohon, para pemilik tanah yang bersebelahan, Pamong Desa maupun pihak

instansi yang terkait untuk memperoleh penjelasan dan surat-surat sebagai alas

hak berhubungan dengan pemohon sertifikat tersebut.

Page 5: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

ii

Penjelasan baik lisan maupun tertulis dari pihak terkait memiliki peluang

untuk terjadinya pemalsuan, daluarsa bahkan adakalanya tidak benar atau fiktif

sehingga timbul sertifikat cacat hukum.1

Sekarang dalam praktik tidak jarang terjadi beredarnya sertifikat palsu,

sertifikat asli tetapi palsu atau sertifikat ganda di masyarakat sehingga pemegang hak

atas tanah perlu mencari infomasi tentang kebenaran data fisik dan data yuridis yang

tertera dalam sertifikat tersebut di Kantor Pertanahan setempat.

Pada umumnya masalah baru muncul dan diketahui terjadi penerbitan

sertifikat ganda yaitu untuk sebidang tanah diterbitkan lebih dari satu sertifikat yang

letak tanahnya saling tumpang tindih, ketika pemegang sertifikat yang bersangkutan

akan melakukan satu perbuatan hukum atas bidang tanah yang dimaksud.

Disinilah peran Kantor Pertanahan lebih optimal dalam mengatasi munculnya

penyelesaian sengketa pendaftaran hak atas tanah, sehingga kepemilikan atas tanah

tetap dipegang oleh pihak yang bersangkutan. Dengan melihat betapa pentingnya

peran Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam mengatasi munculnya sertifikat

ganda.

Berdasarkan uraian diatas maka penyusun tertarik untuk melakukan penelitian

yang ditulis dalam karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul : Tanggung Jawab

Yuridis Kepala Kantor Agraria dan Tata Ruang atau Badan Pertanahan

1 Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan, Cet.3, Penyelesaian

Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan, Cet.4, Pengadaan Tanah Instanti

Pemerintah, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2003, hlm.25.

Page 6: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

iii

Nasional (BPN) Terhadap Munculnya Sertifikat Ganda Terhadap Hak Atas

Tanah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana tanggung jawab Kepala Kantor Agraria

dan Tata Ruang atau Badan Pertanahan Nasional (BPN) bila terbit sertifikat ganda ?

2. Bagaimana peran Kepala Kantor Agraria dan Tata Ruang atau Badan Pertanahan

Nasional (BPN) dalam penyelesaian sengketa munculnya sertifikat ganda ?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggung jawab Kepala Kantor

Agraria dan Tata Ruang atau Badan Pertanahan Nasional (BPN) bila terbit sertifikat

ganda serta peran Kepala Kantor Agraria dan Tata Ruang atau Badan Pertanahan

Nasional (BPN) dalam penyelesaian sengketa munculnya sertifikat ganda.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normative dengan

pendekatan perundang-undangan (statue approach), konseptual (conceptual

approach), kasus (case approach). Jenis dan sumber bahan hukum yaitu bahan

hukum primer, sekunder dan tersier yang diperoleh melalui studi dokumen baik

melalui studi kepustakaan maupun melalui media elektornik (internet). Bahan-bahan

hukum tersebut dianalisis dengan cara menguraikan berbagai fakta hukum

selanjutnya dilakukan interprestasi atau penafsiran.

Page 7: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

iv

II. PEMBAHASAN

Tanggung Jawab Kepala Kantor Agraria dan Tata Ruang atau Badan

Pertanahan Nasional (BPN) Bila Terbit Sertifikat Ganda

Pemberian atau penetapan hak atas tanah hanya dapat dilakukan oleh Negara

melalui pemerintah untuk itu pemberian jaminan kepastian hukum terhadap hak-hak

atas tanah bagi rakyat seluruhnya merupakan salah satu tujuan pokok UUPA yang

sudah tidak bisa ditawar lagi, sehingga undang-undang menginstruksikan kepada

pemerintah untuk mengadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Indonesia yang

bersifat rechtskadaster yang bertujuan menjamin kepastian hukum dan kepastian

haknya. Dengan demikian diberikan kewenangan kepada pemegang hak atas tanah

untuk memanfaatkan tanah tersebut sesuai peruntukannya. Namun pada kenyataan

hingga saat ini pelaksanaan pendaftaran tanah belum dapat diwujudkan sepenuhnya,

bahkan disebutkan jumlah bidang tanah yang sudah didaftarkan bar 31% dari 85%

juta bidang tanah di Indonesia. 2 Di Indonesia Sertifikat hak-hak atas tanah beraku

sebagai alat bukti yang kuat sebagaimana ditegaskan dalam pasal 19 ayat 2 huruf c

UUPA dan pasal 32 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.3

Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan

Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda

sehingga dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional tentunya harus melaksanakan

2 Yamin Lubis dan Abd.Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah Edisi Revisi, Cet.2, CV. Mandar

Maju, Bandung, Hlm.5 3 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pendaftaran Tanah, No. 24 Tahun 1997, LN Tahun 1997,

TLN No. 3696

Page 8: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

v

tugas dan kewenangannya secara cermat dan teliti. Apabila terjadinya munculnya

sertifikat ganda Badan Pertanahan Nasional (BPN) mempunyai tanggung jawab

untuk menyelesaikannya sebagaimana yang tertuang di dalam Peraturan Presiden

Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional dalam Pasal 1 bahwa

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang selanjutnya disebut dengan

BPN RI adalah lembaga pemerintah non kementrian yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada presiden, sedangkan dalam Pasal 2 disebutkan bahwa

BPN RI mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan dibidang pertanahan

sesui dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dengan memperhatikan ketentuan 2 pasal diatas, maka bisa dikatakan bahwa

kantor pertanahan merupakan Pejabat TUN, hal ini dikarenakan diatur di dalam

Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara pada pasal

1 Nomor 2 yang menyatakan bahwa Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah

Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Sehingga apabila terbit sertifikat ganda maka

Badan Pertanahan Nasional (BPN) menyelesaiakannya melalu Pengadilan Tata Usaha

Negara (PTUN).

Apabila sudah ada keputusan dari PTUN tentang sengketa sertifikat ganda

tersebut maka Badan Pertanahan Nasional (BPN) memutuskan pihak mana yang

mempunyai hak atas sertifikat tersebut dengan melakukan pembatalan sertifikat yang

tidak kuat alat buktinya.

Page 9: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

vi

Selain dari tanggung jawab Kepala Kantor Agraria dan Tata Ruang atau Badan

Pertanahan Nasional (BPN), keberadaan sertifikat hak atas tanah sebagai surat tanda

bukti hak memiliki kekuatan pembuktian sempurna. Hal ini berarti bahwa selama

tidak dapat dibuktikan sebaliknya terhadap data fisik dan data yuridis yang tercantum

didalamnya harus di terima sebagai data yang benar.

Bahwa untuk menjamin hak atas tanah yang telah didaftarkan maka akan

diterbitkan sertifikat yang merupakan tanda bukti hak atas tanah yang dikeluarkan

oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah menurut ketentuan

peraturan dan perundang-undangan.

Menurut pada Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran

Tanah yang mana dalamnya mengurus sertifikat harus melewati 3 (tiga) tahap yang

garis besarnya sebagai berikut : a. Permohonan Hak, permohonan sertifikat hak atas

tanah dibagi menjadi 4 (empat) golongan yaitu : penerimaan hak, para ahli waris, para

pemilik tanah, pemilik sertifikat. b. Pengukuran dan pendaftaran, untuk keperluan

penyelenggaraan Tata Usaha Pendaftaran Tanah dipergunakan 4 (empat) macam

daftar yaitu : daftar tanah, daftar buku tanah, daftar surat ukur, daftar nama. c.

Penerbitan sertifikat, tahap terakhir yang dilakukan adalah membuat salinan dari buku

tanah dari hak-hak atas tanah yang telah di bukukan.

Tanggung jawab Badan Pertanahan Nasional (BPN) ini bersifat pasif yang mana

telah di atur dalam Peraturan Pemerintah 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus

Pertanahan artinya ketika ada sengketa Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak

menyelesaikan sesuai dengan apa yang telah diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah

Page 10: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

vii

11 Tahun 2016, Badan Pertanahan Nasional (BPN) bertanggung jawab dalam hal

administrasi, ketika ada sengketa Badan Pertanahan Nasional (BPN)

menyelesaikannya melalui PTUN seperti membatalkan sertifikat yang tidak kuat alat

buktinya setelah adanya keputusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

Dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak melaksanakan

penyelesaian sengketa secara mediasi antara para pihak sebagaimana telah di

amanatkan oleh Peraturan Pemerintah 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus

Pertanahan.

Adapun yang menyebabkan terjadinya sertifikat ganda yaitu :4 a. faktor intern, 1.

Tidak dilaksanakannya Undang-Undang Pokok Agraria dan peraturan pelaksanaanya

secara konsekuen dan bertanggung jawab disamping masih adanya orang yang

berbuat untuk memperoleh keuntungan pribadi. 2. Kurang berfungsinya aparat

pengawas sehingga memberikan peluang kepada aparat bawahannya untuk bertindak

menyeleweng dalam arti tidak melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai sumpah

jabatannya. 3. Ketidaktelitian pejabat Kantor Pertanahan dalam menerbitkan sertifikat

tanah yaitu dokumen-dokumen yang menjadi dasar bagi penerbitan sertifikat tidak

teliti dengan seksama yang memungkinkan saja dokumen-dokumen tersebut belum

memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan oleh ketentuan perundang-undangan

yang berlaku. b. faktor ektern, 1. Masyarakat masih kurang mengetahui undang-

4 Utoyo Sutopo, Masalah Penyalahgunaan Sertifikat Dalam Masyarakat Dan Upaya

Penyalahgunaannya, Makalah pada Seminar Nasional Kegunaan Sertifikat Dan Permasalahannya,

Yogyakarta, 1992, hlm, 5-6

Page 11: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

viii

undang dan peraturan tentang pertanahan khususnya tentang prosedur pembuatan

sertifikat tanah. 2. Persediaan tanah tidak seimbang dengan jumlah peminat yang

memerlukan tanah. 3. Pembangunan mengakibatkan kebutuhan akan tanah semakin

meningkat sedangkan persediaan tanah sangat terbatas sehingga mendorong peralihan

fungsi tanah dari tanah pertanian ke non pertanian, mengakibatkan harga tanah

melonjak.

Penyebab lainnya dari sengketa pertanahan adalah nilai ekonomis tanah yang

sangat tinggi dan tanah merupakan simbol eksistensi dan status sosial ditengah

masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya konflik pertanahan. Makna dan nilai

tanah yang begitu strategis dan istimewa mendorong setiap orang untuk memiliki,

menjaga dan merawat tanahnya dengan baik, bilaperlu mempertanhannya sekuat

tenaga sampai titik darah penghabisan.

Peran Kepala Kantor Agraria dan Tata Ruang atau Badan Pertanahan Nasional

(BPN) Dalam Penyelesaian Sengketa Munculnya Sertifikat Ganda

Sengketa tanah yang selanjutnya disebut Sengketa adalah perselisihan

pertanahan antara orang perseorang, badan hukum, atau lembaga yang tidak

berdampak luas merupakan kelanjutan dari konflik tanah yang selanjutnya disebut

konflik adalah perselisihan antara dua pihak tetapi perselisihan itu hanya di pendam

dan tidak di perlihatkan dan apabila perselisihan iu di beritahukan kepada pihak lain

maka akan menjadi sengketa adapun perkara tanah sendiri adalah perselisihan

pertanahan yang penanganan perkara dan penyelesainnya melalui lembaga peradilan.

Page 12: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

ix

Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 11 Tahun 2016 membedakan

dua jenis yakni pada pasal 4 menyatakan penyelesaian sengketa dan konflik

dilakukan berdasarkan : a. Inisiatif dari Kementerian ; atau b. Pengaduan Masyarakat.

Dimana terdapat dua jenis ini dibedakan masing-masing proses administrasi

dan pencatatan penanganan aduan yang masuk. Terhadap temuan dan aduan tersebut

dilakukan analisa secara mendalam untuk mengukur dan mengetahui apakah kasus

pertanahan itu menjadi Kewenangan Kementrian. Pasal 11 ayat 3 peraturan Menteri

Agraria Nomor 11 Tahun 2016 menyebutkan sengketa atau konflik yang menjadi

Kewenangan Kementrian Agraria dan Tata Ruang.

Sengketa atau konflik itu antara lain, kesalahan prosedur dalam proses

pengukuran, pemetaan, dan/atau perhitungan luas, kesalahan prosedur dalam proses

pendaftaran dan/atau pengakuan hak atas tanah bekas milik adat, kesalahan prosedur

dalam proses penetapan dan/atau pendaftaran hak tanah, kesalahan prosedur dalam

proses penetapan tanah terlantar, tumpang tindih hak atau sertifikat hak atas tanah

yang salah satu alas haknya jelas terdapat kesalahan. Kesalahan prosedur dalam

proses pemeliharaan data pendaftaran tanah, kesalahan prosedur dalam proses

penerbitan sertifikat pengganti, kesalahan dalam memberikan informasi data

pertanahan, kesalahan prosedur dalam proses pemberian izin,

Penyalahgunaan pemanfaatan ruang, serta kesalahan lain dalam penerapan peraturan

perundang-undangan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 11 Tahun 2016 tentang

Penyelesaian Kasus Pertanahan. Kementerian Agraria dan Tata Ruang Tidak

Page 13: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

x

berwenang menangani kasus pertanahan. Namun Kementerian Agraria dan Tata

Ruang dapat mengambil inisiatif untuk memfasilitasi penyelesaian sengketa atau

konflik melalui jalur mediasi. Jalur mediasi dalam aturan ini ditempuh juga untuk

jenis sengketa atau konflik baik yang menjadi kewenangan kementerian atau yang

bukan menjadi kewenangan menteri.

Penyelesaian melalui jalur mediasi dapat ditempuh apabila para pihak sepakat

melakukan perundingan dengan prinsip musyawarah untuk mufakat bagi kebaikan

semua pihak. Jika salah satu piha saja menolak, maka penyelesainnya diselesaikan

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Mediasi dilakukan paling lama 30 hari

dimana untuk mediatornya berasal dari Kementerian Kantor Wilayah BPN atau

Kantor Pertanahan.

Dalam hal mediasi ditemukan kesepakatan, maka selanjutnya dibuat

perjanjian perdamaian berdasarkan berita acara mediasi yang mengikat para pihak.

Perjanjian perdamaian itu didaftarkan pada Kepanitraan Pengadilan Negeri setempat

untuk memperoleh kekuatan hukum mengikat. Mediasi dianggap batal apabila setelah

di undang tiga kali secara patut, para pihak di persilahkan menyelesaikan sengketa

atau konflik dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Keputusan penyelesaian sengketa atau konflik dilaksanakan oleh Kepala

Kantor Pertanahan. Keputusan itu wajib dilaksanakan kecuali terdapat alasan yang

sah untuk menunda pelaksanaannya. Pasal 33 ayat 2 Peraturan Menteri Agraria

Nomor 11 Tahun 2016 menyebutkan ada tiga alasan yang sah untuk menunda

pelaksanaan. Sertifikat yang akan disita oleh kepolisian, kejaksaan, pengadilan atau

Page 14: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

xi

lembaga penegak hukum lainnya, tanah yang terjadi objek pembatalan menjadi objek

hak tanggungan serta tanah telah dialihkan kepada pihak lain.

Penanganan perkara yang dilaksanakan dalam perkara di Pengadilan perdata

atau Tata Usaha Negara (TUN) dimana kementerian Agraria dan Tata Ruang menjadi

pihak. Kementerian dapat melakukan upaya hukum meliputi perlawanan (verzet),

banding, kasasi, dan peninjauan kembali.

Pihak yang berpekara dapat meminta keterangan ahli saksi atau saksi ahli dari

Kementerian melalui Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah BPN, atau

Menteri. Sementara dalam hal perkara di pengadilan tidak melibatkan Kementerian

sebagai pihak namun perkaranya menyangkut kepentingan Kementerian maka

Kementerian dapat melakukan intervensi.

Penyelesaian sengketa tanah melalui mediasi oleh BPN perlu dilandas dengan

kewenangan-kewenangan yang sah berdasarkan peraturan Perundang-undangan. Hal

ini penting sebagai landasan BPN untuk mediator di dalam penyelesaian sengketa

pertanahan karena pertanahan dikuasai oleh aspek hukum publik dan hukum privat

maka tidak semua sengketa pertanahan yang dalam kewenangan sepenuhnya dari

pemegang hak saja yang dapat diselesaikan melalui lembaga mediasi. Oleh karena itu

kesepakatan dalam rangka penyelesaian sengketa melalui mediasi dilakukan

pembatasan-pembatasan, hal ini dimaksudkan agar putsan mediasi tersebut tidak

melanggar hukum serta dapat dilaksanakan secara efektif di lapangan.

Untuk meminimalkan sengketa pertanahan dalam hal ini sertifikat ganda maka

peran yang dilakukan oleh BPN sebagai pelayanan masyarakat antara lain yaitu : a.

Page 15: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

xii

Menelaah dan mengelola data untuk menyelesaikan perkara dibidang pertanahan. b.

Menampung gugatan-gugatan, menyiapkan bahan memori jawaban, menyiapkan

memori banding, memori kasasi, memori peninjauan kembali atas perkra yang

diajukan melalui peradilan terhadap perorangan dan badan hukum yang merugikan

Negara. c. Mengumpulkan data masalah dan sengketa pertanahan. d. Menelaah dan

menyiapkan konsep keputusan mengenai penyelesaian sengketa atas tanah. e.

Menelaah dan menyiapkan konsep keputusan pembatalan hak atas tanah yang cacat

administrasi dan berdasarkan kekuatan keputusan pengadilan. f. Mendokumentasi.

Badan Pertanahan Nasional (BPN) juga memiliki mekanisme tertentu dalam

menangani dan menyelesaikan perkara atau sengketa pertanahan dalam hal ini

termasuk sertifikat ganda yaitu : a. Sengketa tanah biasanya diketahui oleh Badan

Pertanahan Nasional melalui pengaduan. b. Pengaduan ditindak lanjuti dengan

mengidentifikasikan masalah, di pastikan unsure masalah merupakan kewenangan

BPN atau tidak. c. Jika memamng kewenangannya, maka BPN meneliti masalah

untuk membuktikan kebenaran pengaduan serta menentukan apakah pengaduan

beralasan untuk di peruses lebih lanjut. d. Jika hasil penelitian perlu ditindak lanjuti

dengan pemeriksaan data fisik administrasi serta yuridis, maka kepala kantor dapat

mengambil langkah berupa pencegahan mutasi. e. Jika permasalahan bersifat

strategis, maka diperlukan pembentukan beberapa unit kerja. Jika bersifat politis,

social dan ekonomis maka tim melibatkan institusi berupa DPR atau DPRD,

departemen dalam negeri, pemerintah daerah terkait. f. Tim akan menyusun laporan

hasil penelitian untuk menjadi bahan rekomendasi penyelesaian masalah.

Page 16: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

xiii

III. PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut: 1. Tanggung jawab kepala kantor Agraria dan Tata Ruang atau

Badan Pertanahan Nasional (BPN) jika terjadi terbitnya sertifikat ganda yakni

tanggung jawab Badan Pertanahan Nasional (BPN) bersifat pasif karena Badan

Pertanahan Nasional merupakan lembaga pemerintah non kementerian yang berada

dibawah presiden dan bertanggung jawab kepada presiden, BPN dalam

menyelesaikan sertifikat ganda ini mengajukan gugatan untuk menyelesaikan melalui

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), seharusnya BPN bisa lebih aktif lagi dalam

menyelesaiakan sengketa dengan melakukan mediasi antara para pihak sebagaimana

di amanatkan Peraturan Pemerintah 11 Tahun 2016 untuk bisa diatasi secara internal

tetapi hak ini tidak dilaksanakan. 2. Peran Kepala Kantor Agraria dan Tata Ruang

atau Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam penyelesaian sengketa munculnya

sertifikat ganda yakni Badan Pertanahan Nasional selalu mengupayakan solusi

penyelesaian sengketa pertanahan dengan berdasarkan peraturan perundangan yang

berlaku dengan meperhatikan rasa keadilan dan menghormati hak dan kewajiban

masing-masing pihak. Selain itu BPN dalam penyelesaian sengketa sertifikat ganda

slalu mengupayakan adanya musyawarah dan BPN juga berwenang melakukan

negoisasi, mediasi dan fasilitasi terhadap pihal-pihak yang bersengketa dan mengagas

suatu kesepakatan diantara para pihak.

Page 17: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

xiv

Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, penyusun menyarankan sebagai

berikut: 1. Bahwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang memiliki tugas dan

wewenang yang telah diatur dalam perundang-undangan dalam hal ini untuk

menerbitkan sertifikat (bukti kepemilikan) terhadap bidang tanah, tentunya harus

menjalankan fungsi dan wewenangnya dengan berdasarkan aturan yang berlaku dan

terus memperbaharui system dan program-program baik untuk internal kantor Badan

Pertanahan Nasional maupun untuk eksternal (subyek hukum pemohon sertifikat)

dalam rangka penerbitan sertifikat sehingga mampu mecegah terjadinya sertifikat

ganda yang dapat merugikan masyarakat pemohon sertifikat dan BPN sendiri. Selain

itu perlu adanya pembentukan peraturan atau regulasi yang lebih jelas agar

permasalahan sengketa pertanahan sertifikat ganda dapat diselesaikan lebih cepat

maksimal. 2. Masyarakat sebaiknya harus lebih hati-hati dan teliti pada saat membeli

tanah. Setelah membeli tanah sebaiknya langsung melakukan balik nama dan

mendaftarkan ke kantor pertanahan setempat, karena akibat kelalaian tersebut akan

memperbesar peluang pengklaiman surat atau sertifikat di kemudian hari oleh orang

lain.

Page 18: iii - Web FH Unram · Dalam proses penerbitan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sertifikat ganda sehingga

xv

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ali Achmad Chomzah. 2003. Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan,

Cet.3, Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri Hukum

Pertanahan, Cet.4, Pengadaan Tanah Instanti Pemerintah, Jakarta.

Utoyo Sutopo. 1992. Masalah Penyalahgunaan Sertifikat Dalam Masyarakat Dan

Upaya Penyalahgunaannya, Yogyakarta.

Yamin Lubis & Abd.Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah Edisi Revisi,

Cet.2, CV. Mandar Maju, Bandung.

Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.