III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitiandigilib.unila.ac.id/213/8/BAB III.pdf · 2014-01-08 ·...

21
III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Pendekatan penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga penelitian akan memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitiannya. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa Kelas X.1 semester genap pada SMK Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan menerapkam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), sesuai dengan tujuan penelitian, rancangan penelitian tindakan kelas atau class room action research. Penelitian tindakan kelas ini didesain untuk memecahkan masalah masalah yang diaplikasikan secara langsung didalam ajang kelas atau dunia kerja. Dalam penelitian ini masalah yang dimaksud adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa kelas X.1 semester genap pada SMK Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Alternatif untuk pemecahan masalahnya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai metode pembelajaran pada pelajaran IPS untuk siswa kelas X.1 semester genap pada SMK Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Penggunaan model pembelajaran

Transcript of III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitiandigilib.unila.ac.id/213/8/BAB III.pdf · 2014-01-08 ·...

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Pendekatan penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan dan struktur

penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga penelitian akan

memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitiannya. Secara umum penelitian

ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa

Kelas X.1 semester genap pada SMK Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan

Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan menerapkam model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), sesuai dengan tujuan

penelitian, rancangan penelitian tindakan kelas atau class room action

research.

Penelitian tindakan kelas ini didesain untuk memecahkan masalah masalah

yang diaplikasikan secara langsung didalam ajang kelas atau dunia kerja.

Dalam penelitian ini masalah yang dimaksud adalah rendahnya aktivitas dan

hasil belajar IPS pada siswa kelas X.1 semester genap pada SMK Bakauheni

Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Alternatif untuk

pemecahan masalahnya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT sebagai metode pembelajaran pada pelajaran IPS untuk

siswa kelas X.1 semester genap pada SMK Bakauheni Kabupaten Lampung

Selatan Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Penggunaan model pembelajaran

33

kooperatif tipe NHT ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar IPS pada siswa praktisi dengan mengambil latar alamiah di kelas.

B. Tempat dan Waktu Penetitian

1. Tempat Pengertian

Tempat penelitian adalah siswa kelas X.1 SMK Bakauheni Kabupaten Lampung

Selatan Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap di kelas

X.1 SMK Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

3. Subyek dan Objek Penelitian

a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dilakukan di kelas kelas X.1 SMK Bakauheni Kabupaten

Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan jumlah siswa 38 yang

terdiri dan 10 siswa laki- laki dan 28 siswa perempuan.

b. Objek Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa

dengan rnenggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa

kelas X.1 SMK Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/

2013.

34

4. Rancangan Penetian

Penelitian ini dirancang sebagai suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus

merupakan alur kegiatan yang pelaksanaannya meliputi empat (4) tahap yaitu : (1)

perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; (4) refleksi. Proses kegiatan yang

mencakup 4 tahap tersebut disebut satu siklus. Adapun langkah-langkah yang

dilakukan pada setiap siklus adalah sebagal berikut:

a. Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan ini meliputi identifikasi ialah melalui observasi awal, analisis

penyebab masalah dan menetapkan intervensi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan Pelaksanaan merupakan suatu kegiatan di laksanakannya skenario

pembelajaran yang telah direncanakan,

c. Pengamatan/ Observasi

Tindakan pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya tindakan

untuk memantau sejauh mana tindakan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS.

Pengumpulan data dilakukan pada tahap ini.

d. Refleksi

Refleksi disini meliputi kegiatan : analisis, sintesis, penafsiran, menjelaskan

dan menyimpulkan. Dalam tahap ini hasil observasi dikumpulkan serta

dianalisa. Dengan data observasi guru dapat merefleksi dan apakah dengan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa. Hasil dan refleksi adalah diadakannya revisi terhadap

35

perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan digunakan untuk

memperbaiki pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

Secara ringkas kegiatan penelitian direncanakan dalam tiga siklus. Namun jika

pada siklus II indikator keberhasilan sudah tcrcapai, maka kegiatan penelitian

akan dihentikan pada siklus II. Demikian pula jika pada siklus III indikator

keberhasilan belum tercapai, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya

sampai kreteria penilaian tercapai. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, siklus II

dan siklus III merupakan modifikasi siklus sebelumnya untuk mendapatkan

tujuan pembelajaran yang lebih baik. Alur kegiatan dapat dianalogikan dalam

bagan berikut:

Berdasarkan gambar di atas maka dapat dijabarkan penjelasan untuk setiap

siklusnya, sebagai berikut:

a. Siklus I

1) Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi:

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I

36

b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi

dasar yang ingin dicapai.

c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran

kooperatif Tipe Numbered Head Together yang meliputi rencana

pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head

Together berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan

prosedur siklus.

e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas X.1.

f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat

bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model

pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together.

g. Mempersiapkan perangkat.

2) Pelaksanaan (Acting)

Pembelajaran IPS siklus I dikelas X.1 dilakukan sebanyak tiga kali

pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil

siklus pertama.

3) Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan.

4) Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau

yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

37

b. Siklus II

1. Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi:

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I

b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi

dasar yang ingin dicapai.

c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran

kooperatif Tipe Numbered Head Together yang meliputi rencana

pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head

Together berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan

prosedur siklus.

e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas X.1.

f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat

bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model

pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together.

g. Mempersiapkan perangkat.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pembelajaran IPS siklus I dikelas X.1 dilakukan sebanyak tiga kali

pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes

hasil siklus pertama.

3. Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan.

38

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah

lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

c. Siklus III

1. Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi:

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I

b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi

dasar yang ingin dicapai.

c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran

kooperatif Tipe Numbered Head Together yang meliputi rencana

pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head

Together berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan

prosedur siklus.

e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas X.1.

f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat

bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model

pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together.

g. Mempersiapkan perangkat.

39

2. Pelaksanaan (Acting)

Pembelajaran IPS siklus I dikelas X.1 dilakukan sebanyak tiga kali

pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil

siklus pertama.

3. Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau

yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Dan

refleksi pada siklus I terlihat adanya kekurang sempurnaan, maka dilakukan

siklus II untuk menyempurnakan siklus I. Begitu juga siklus III dilakukan

untuk menyempurnakan siklus II. Dengan penjabaran untuk masing-masing

siklus sebagai berikut.

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut.

a. Menyusun jadwal penelitian.

b. Menentukan kompetensi dasar (KD) yang akan diajarkan dengan

penerapan kontekstual model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

c. Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam

pembelajaran IPS sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

40

d. Mendesain bahan ajar dan tugas siswa yang akan digunakan dalam

kegiatan belajar IPS.

e. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan penerapan

kotekstual model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

f. Menyusun lembar kerja observasi aktivitas belajar siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan terdiri dan tiga kegiatan pokok yaitu pendahuluan, kegiatan

inti, dan kegiatan kegiatan penutup. Kegiatan siswa mengakomodir aktivitas tanya

jawab dengan memgadopsi dan memodifikasi model pembelajaran kooperatif tipe

NHT yang disesuaikan dengan keadaan siswa dan kelas.

c. Observasi

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan

lapangan dan perangkat tes. Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati

aktivitas yaitu perilaku yang relevan dengan kegiatan pembelajaran antara lain

sebagai berikut.

Tabel 2. Lembar observasi untuk menganalisis aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran

No Per 45 Menit % Ket

1 2 3 4 5 ……

1

2

3

4

5

41

Kegiatan yang relevan dalam proses pembelajaran (on Task)

1. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru

2. Mencatat penjelasaan guru yang sesuai dengan materi pelajaran

3. Berdiskusi dengan sesama teman yang bernomor sama

4. Berani menyampaikan jawaban dengan tegas sesuai dengan pertanyaan

5. Bertanya kepada guru ketika ada hal yang belum faham

6. Berani memberikan kritik dan saran kepada kelompok yang bernomor lain

Kegiatan yang tidak relevan (Off Task)

1. Tidak memperhatikan penjelasan guru

2. Tidak menulis atau tidak mencatat

3. Mengantuk

4. Tidak mengganggu kelompok lain

5. Mengobrol

6. Bermain-main

d. Refleksi

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang

dilakukan oleh guru maupun siswa.

5. Indikator Keberhasilan Penelitian

Untuk mengetahui efektifitas tindakan, maka ditetapkan indikator keberhasilan

dan penelitian. lndikator tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan dalan

merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.

42

Sekaligus sebagai acuan untuk menentukan jumlah siklus dalam penelitian.

Indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut.

a. Jika sekurang-kurangnya persentase aktivitas belajar siswa 81 %-90%

Maka telah masuk dalam kreteria “tinggi”.

b. Jika sekurang-kurangnya dalam pelaksanaan pembelajaran mencapai 70%

mencapai KKM maka masuk dalam kreteria “Baik.

6. Sumber data penelitian

Data dalam penelitian ini terdiri sebagai berikut.

1. Data aktivitas siswa, yaitu data yang diperoleh dan hasil observasi terhadap

aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Data basil belajar siswa, yaitu data hasil belajar siswa diperoleh dan tes hasil

belajar siswa yang diberikan pada setiap akhir siklus I, II dan III.

7. Teknik Pengumpulan Data

1. Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini, guru menggunakan metode

penelitian tindakan kelas yaitu suatu jenis penelitian yang memunculkan

adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas.

2. Tes Hasil Belajar

Tes dilakukan dengan tujuan unluk mengetahui tingkat keberhasilan siswa

setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT. Bentuk tes yang digunakan yaitu tes tertulis yang

diberikan pada setiap akhir siklus.

43

8. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa

Analisis data format I rnenggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini

digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar

siswa ditentukan dengan mengisi lembar observasi.

2. Analisis dan Hasil Belajar Siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran

dengan pendekatan koritekstual diambil rata-rata tes formatif yang

diberikan pada setiap akhir siklus dengan rumus:

xN

N

Y

S 100 %

Keterangan:

Y = Nilai rata-rata kelas

Ns = jumlah nilai tes seluruh siswa

N = jumlah siswa

9. Instrumen tes

a. Uji Syarat lnstrumen Tes

1. lnstrumen Tes (Kognitif)

Uji persyaratan instrumen tes ini diperoleh melalui pemberian tes pilihan ganda

pada siswa dengan syarat intrumen tes sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Pengujian validasi tiap butir instrument menggunakan analis item, yaitu

mengkorelasi skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap

skor butir. Dalam memberi interprestasi terhadap koefisien korelasi, item yang

44

mempunyai korelasi positif dengan korelasi yang tinggi menunjukan bahwa

item tersebut tidak tinggi pula. Syarat minimal yang di anggap memenuhi yaitu

syarat dengan r hitung ≥ r tabel dengan ά = 0,05. Uji validitas menurut

Arikunto ( 2006 : 79 ) menggunakan rumus korelasi biserial :

γ pbi = Mp – Mt / Si √p / q

keterangan :

γ pbi = Koefisien korelasi biserial

Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab

benar bagi item yang dicari validitasnya.

Mt = Rerator skor total

Si = Standar deviasi dari skor total

P = Proporsi siswa menjawab benar

Q = Proporsi siswa menjawab salah

Dengan kriteria pengujian jika harga rhit rtabel dengan α=0,05 maka alat ukur

tersebut dinyatakan valid,dan sebaliknya apabila rhitung rtabel maka alat ukur

tersebut dinyatakan tidak valid.

Setelah peneliti melakukan uji tes pada siklus I, siklus II dan III. Maka

diperoleha hasil analisis butir soal sebagai berikut.

Tabel 3. Uji Validitas Butir Soal Siklus I

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0,444 0,602 Valid

No. 2 0,444 0,465 Valid

No. 3 0,444 0,335 Tidak Valid

No. 4 0,444 0,457 Valid

No. 5 0,444 0,497 Valid

No. 6 0,444 0,468 Valid

No. 7 0,444 0,654 Valid

No. 8 0,444 0,491 Valid

No. 9 0,444 -0,238 Tidak Valid

No. 10 0,444 0,304 Tidak Valid

No. 11 0,444 0,112 Tidak Valid

No. 12 0,444 0,447 Valid

45

No. 13 0,444 0,461 Valid

No. 14 0,444 0,476 Valid

No. 15 0,444 0,541 Valid

No. 16 0,444 0,221 Valid

No. 17 0,444 -0,082 Tidak Valid

No. 18 0,444 0,490 Valid

No. 19 0,444 -0,040 Tidak Valid

No. 20 0,444 0,336 Tidak Valid

Setelah melakukan uji Siklus I dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 8

butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 3,8,9,10,16,17,19,20

dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444.

Tabel 4. Uji Validitas Butir Soal Siklus II

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0,444 0,637 Valid

No. 2 0,444 0,215 Tidak Valid

No. 3 0,444 0,451 Valid

No. 4 0,444 0,476 Valid

No. 5 0,444 0,335 Tidak Valid

No. 6 0,444 0,481 Valid

No. 7 0,444 0,446 Valid

No. 8 0,444 0,472 Valid

No. 9 0,444 0,127 Tidak Valid

No. 10 0,444 0,478 Valid

No. 11 0,444 0,494 Valid

No. 12 0,444 0,453 Valid

No. 13 0,444 0,465 Valid

No. 14 0,444 0,456 Valid

No. 15 0,444 0,335 Valid

No. 16 0,444 0,237 Valid

No. 17 0,444 0,327 Tidak Valid

No. 18 0,444 0,550 Valid

No. 19 0,444 0,539 Valid

No. 20 0,444 0,549 Valid

Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 6

butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 2,5,9,15,16,17 dengan nilai

r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444.

46

Tabel 5. Uji Validitas Butir Soal Siklus III

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0,444 0,566 Valid

No. 2 0,444 0,486 Valid

No. 3 0,444 0,519 Valid

No. 4 0,444 0,204 Tidak Valid

No. 5 0,444 0,430 Valid

No. 6 0,444 0,241 Tidak Valid

No. 7 0,444 0,491 Valid

No. 8 0,444 0,491 Valid

No. 9 0,444 0,464 Valid

No. 10 0,444 0,314 Tidak Valid

No. 11 0,444 0,486 Valid

No. 12 0,444 0,452 Valid

No. 13 0,444 0,461 Valid

No. 14 0,444 0,481 Valid

No. 15 0,444 0,476 Valid

No. 16 0,444 0,447 Valid

No. 17 0,444 0,457 Valid

No. 18 0,444 0,457 Valid

No. 19 0,444 0,469 Valid

No. 20 0,444 0,487 Valid

Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 3

butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 4,6,10 dengan nilai r hitung <

r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444.

b. Uji Realibilitas

Reabilitas atau tingkat ketetapan ( consistensi atau keajegan ) adalah tingkat

kemampuan intrumen untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok

individu. Instrumen yang memiliki tingkat reabilitas tinggi cenderung

menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel unsur – unsurnya, jika

diulang pada waktu berbeda pada kelompok individu yang sama menurut

Arikunto (2006 : 101).

47

Pengukuran reabilitas instrumen menurut Arikunto ( 2006 : 101 ) dilakukan

dengan menggunakan rumus :

K – R.20. Perhitungan dilkukan secara manual. Berikut ini adalah rumus

K – R.20.

R11 = ( k/k – 1 ) ( S² - ∑pq / S² )

Keterangan :

R11 = Reabilitas secara keseluruhan

P = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar

Q = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah ( q = 1 –p )

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Berdasarkan uji siklus yang sudah dilakukan diperoleh reliabilitas soal pada

siklus I yaitu 0,53, pada siklus II diperoleh 0,59 dan pada siklus III diperolah

0,64.

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Bilangan yang menunjukan mudahnya atau sukarnya suatu soal tersebut

disebut dengan indeks kesukaran.

Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai 1,0 indeks kesukaran ini

menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0

menunjukan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaiknya jika indeks

menunjukan 1,0 maka soal tersebut terlalu mudah, sehingga semakin mudah

48

soal tersebut semakin besar bilangan indeksnya. Dalam istilah evaluasi, indeks

kesukaran ini diberi simbol P, singkatan dari proporsi”.

Tingkat kesukaran dapat dicari dengan rumus :

P= B / JS

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto (2006: 208) ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran

sering diklafikasikan sebagai berikut :

- Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar.

- Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang.

- Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah.

Berdasarkan analisis butir soal untuk uji kesukaran soal dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 6. Tingkat kesukaran soal siklus I, Siklus II dan Siklus III

SIKLUS I

No. Soal Kesukaran

soal

Kategori

6,18,19,20 0,00 – 0,30 Sukar

1,3,4,5,7,8,10,11,12,13,16,

17 0,31 – 0,70 Sedang

2,9,14,15 0,71 – 1,00 Mudah

SIKLUS II

0,00 – 0,30 Sukar

1,3,4,5,8,10,12,13,16,17,

18,19,20

0,31 – 0,70 Sedang

2,6,7,9,11,14,15 0,71 – 1,00 Mudah

SIKLUS III

0,00 – 0,30 Sukar

1,13,15,18 0,31 – 0,70 Sedang

2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,

16,17,19,20

0,71 – 1,00 Mudah

49

d. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa

yang pandai (berkemampuan yang tinggi) dengan siswa yang bodoh

(kemampuan rendah) angka yang menunjukan besarnya daya pembeda

tersebut disebut indeks diskriminasa disingkat D. Daya pembeda berkisar

antara 0,00 sampai 1,00 sama halnya dengan indeks kesukaran namun bedanya

pada indeks diskriminasi ini ada tanda negatif. Tanpa negatif pada indeks

diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas tes yaitu

anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Suatu soal yang

dapat dijawab oleh siswa yang pandai maupun siswa yang bodoh maka soal itu

tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda, demikian juga apa bila soal

tersebut tidak dapat dijawab benar oleh seluruh siswa pandai maupun siswa

baik, maka soal tersebut tidak mempunyai daya beda sehingga soal tersebut

tidak baik digunakan untuk tes. Suatu soal yang baik adalah yang dapat

dijawab benar oleh siswa yang pandai saja.

Seluruh kelompok tes akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

Kelompok atas dan kelompok bawah dengan jumlah yang sama, jika seluruh

kelompok atas bisa menjawab soal dengan benar dan kelompok bawah

menjawab dengan salah, maka nilai tersebut memiliki D paling besar yaitu

1,00 sebaliknya jika kelompok semua atas menjawab salah dan kelompok

bawah menjawab benar, maka nilai D = 1,00 tetapi jika kelompok atas

maupun kelompok bawah sama – sama menjawab benar atau salah maka soa;

tersebut mempunyai nilai D = 0,00 karena tidak mempunyai daya beda sama

sekali.

50

Untuk menentukan indeks diskriminasi digunakan rumus sebagai berikut.

D = BA / JA – BB / JB = PA – PB

Dimana :

D = Daya pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah

Klasifikasi daya pembeda

D = 0,00 – 0,20 = Jelek

D = 0,21 – 0,40 = Cukup

D = 0,41 – 0,70 = Baik

D = 0,71 – 1,00 = Baik Sekali

Negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D

negatif sebaiknya dibuang saja (Arikunto, 2006 : 213 ).

Tabel 7. Hasil Analisis Daya Beda

SIKLUS I

No. Soal Daya Pembeda Kategori

2,4,5,6,8,11,17 0,00 – 0,20 Jelek

10,12,16,19 0,21 – 0,40 Cukup

3,7,1314,15,18 0,41 – 0,70 Baik

1 0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS II

0,00 – 0,20 Jelek

3,4,5,12,16,18 0,21 – 0,40 Cukup

2,6,8,9,10,14,17,19 0,41 – 0,70 Baik

1,7,11,13,15 0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS III

6,12,16,20 0,00 – 0,20 Jelek

2,3,4,7,10,11,13,14,15,

17,18,19

0,21 – 0,40 Cukup

1,5,8,9 0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

10. Analisis Data

1. Analisis data aktivitas siswa

Analisis data jumlah aktivitas siswa dilakukan dengan membagi dalam

beberapa kelompok. Setiap siswa diamati aktivitasnya secara klasikal

51

dalam setiap pertemuan dengan member tanda ceklis pada lembar observasi

yang telah diadakan,

Setelah observasi lalu dihitung jumlah aktivitas yang telah dilakukan,

kemudian dipresentasikan. Data pada setiap siklus diolah menjadi

presentase aktivitas siswa. Seorang siswa dikategorikan aktif minimal 61%

dari jenis kegiatan yang telah dilakukan, kemudian dipresentasekan. Hal ini

sesuai dengan criteria Arikunto (1992:17) yaitu:

a. Antara 81%-100% adalah aktivitas siswa sangat baik

b. Antara61%-80% adalah aktivitas siswa yang baik

c. Antara 41%-60% adalah aktivitas siswa cukup

d. Antara 21%-40% adalah aktivitas siswa kurang

e. Antara 0%-20% adalah aktivitas siswa kurang sekali

Jika lebih dari 61%-80% aktivitas yang dilakukan, maka siswa tersebut

sudah termasuk siswa yang aktif. Dapat dilakukan perhitungan persentase

keaktifan siswa dengan rumus:

Keterangan:

%A = persentase jumlah siswa yang aktif

Na = jumlah siswa yang aktif

N = jumlah siswa keseluruhan

52

2. Analisis data hasil belajar siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual diambil rata-rata tes formatif yang

diberikan pada setiapa akhir siklus.

11. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah:

1. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat dari siklus ke

siklus.

2. Siswa yang memperoleh nilai diatas >65 mencapai lebih dari 70%.