III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitiandigilib.unila.ac.id/213/8/BAB III.pdf · 2014-01-08 ·...
Transcript of III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitiandigilib.unila.ac.id/213/8/BAB III.pdf · 2014-01-08 ·...
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Pendekatan penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan dan struktur
penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga penelitian akan
memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitiannya. Secara umum penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa
Kelas X.1 semester genap pada SMK Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan
Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan menerapkam model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), sesuai dengan tujuan
penelitian, rancangan penelitian tindakan kelas atau class room action
research.
Penelitian tindakan kelas ini didesain untuk memecahkan masalah masalah
yang diaplikasikan secara langsung didalam ajang kelas atau dunia kerja.
Dalam penelitian ini masalah yang dimaksud adalah rendahnya aktivitas dan
hasil belajar IPS pada siswa kelas X.1 semester genap pada SMK Bakauheni
Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Alternatif untuk
pemecahan masalahnya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebagai metode pembelajaran pada pelajaran IPS untuk
siswa kelas X.1 semester genap pada SMK Bakauheni Kabupaten Lampung
Selatan Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Penggunaan model pembelajaran
33
kooperatif tipe NHT ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar IPS pada siswa praktisi dengan mengambil latar alamiah di kelas.
B. Tempat dan Waktu Penetitian
1. Tempat Pengertian
Tempat penelitian adalah siswa kelas X.1 SMK Bakauheni Kabupaten Lampung
Selatan Tahun Pelajaran 2012/ 2013.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap di kelas
X.1 SMK Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/ 2013.
3. Subyek dan Objek Penelitian
a. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dilakukan di kelas kelas X.1 SMK Bakauheni Kabupaten
Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan jumlah siswa 38 yang
terdiri dan 10 siswa laki- laki dan 28 siswa perempuan.
b. Objek Penelitian
Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa
dengan rnenggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa
kelas X.1 SMK Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/
2013.
34
4. Rancangan Penetian
Penelitian ini dirancang sebagai suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus
merupakan alur kegiatan yang pelaksanaannya meliputi empat (4) tahap yaitu : (1)
perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; (4) refleksi. Proses kegiatan yang
mencakup 4 tahap tersebut disebut satu siklus. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan pada setiap siklus adalah sebagal berikut:
a. Perencanaan Tindakan
Dalam kegiatan ini meliputi identifikasi ialah melalui observasi awal, analisis
penyebab masalah dan menetapkan intervensi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan Pelaksanaan merupakan suatu kegiatan di laksanakannya skenario
pembelajaran yang telah direncanakan,
c. Pengamatan/ Observasi
Tindakan pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya tindakan
untuk memantau sejauh mana tindakan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS.
Pengumpulan data dilakukan pada tahap ini.
d. Refleksi
Refleksi disini meliputi kegiatan : analisis, sintesis, penafsiran, menjelaskan
dan menyimpulkan. Dalam tahap ini hasil observasi dikumpulkan serta
dianalisa. Dengan data observasi guru dapat merefleksi dan apakah dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa. Hasil dan refleksi adalah diadakannya revisi terhadap
35
perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan digunakan untuk
memperbaiki pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
Secara ringkas kegiatan penelitian direncanakan dalam tiga siklus. Namun jika
pada siklus II indikator keberhasilan sudah tcrcapai, maka kegiatan penelitian
akan dihentikan pada siklus II. Demikian pula jika pada siklus III indikator
keberhasilan belum tercapai, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya
sampai kreteria penilaian tercapai. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, siklus II
dan siklus III merupakan modifikasi siklus sebelumnya untuk mendapatkan
tujuan pembelajaran yang lebih baik. Alur kegiatan dapat dianalogikan dalam
bagan berikut:
Berdasarkan gambar di atas maka dapat dijabarkan penjelasan untuk setiap
siklusnya, sebagai berikut:
a. Siklus I
1) Perencanaan (Planning)
Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi:
a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I
36
b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi
dasar yang ingin dicapai.
c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran
kooperatif Tipe Numbered Head Together yang meliputi rencana
pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.
d. Menyiapkan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head
Together berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan
prosedur siklus.
e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas X.1.
f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat
bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model
pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together.
g. Mempersiapkan perangkat.
2) Pelaksanaan (Acting)
Pembelajaran IPS siklus I dikelas X.1 dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil
siklus pertama.
3) Observasi (observating)
Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan.
4) Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau
yang dilakukan oleh guru maupun siswa.
37
b. Siklus II
1. Perencanaan (Planning)
Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi:
a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I
b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi
dasar yang ingin dicapai.
c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran
kooperatif Tipe Numbered Head Together yang meliputi rencana
pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.
d. Menyiapkan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head
Together berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan
prosedur siklus.
e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas X.1.
f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat
bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model
pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together.
g. Mempersiapkan perangkat.
2. Pelaksanaan (Acting)
Pembelajaran IPS siklus I dikelas X.1 dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes
hasil siklus pertama.
3. Observasi (observating)
Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan.
38
4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah
lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.
c. Siklus III
1. Perencanaan (Planning)
Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi:
a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I
b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi
dasar yang ingin dicapai.
c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran
kooperatif Tipe Numbered Head Together yang meliputi rencana
pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.
d. Menyiapkan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head
Together berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan
prosedur siklus.
e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas X.1.
f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat
bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model
pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together.
g. Mempersiapkan perangkat.
39
2. Pelaksanaan (Acting)
Pembelajaran IPS siklus I dikelas X.1 dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil
siklus pertama.
3. Observasi (observating)
Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan.
4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau
yang dilakukan oleh guru maupun siswa.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Dan
refleksi pada siklus I terlihat adanya kekurang sempurnaan, maka dilakukan
siklus II untuk menyempurnakan siklus I. Begitu juga siklus III dilakukan
untuk menyempurnakan siklus II. Dengan penjabaran untuk masing-masing
siklus sebagai berikut.
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut.
a. Menyusun jadwal penelitian.
b. Menentukan kompetensi dasar (KD) yang akan diajarkan dengan
penerapan kontekstual model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
c. Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam
pembelajaran IPS sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
40
d. Mendesain bahan ajar dan tugas siswa yang akan digunakan dalam
kegiatan belajar IPS.
e. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan penerapan
kotekstual model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
f. Menyusun lembar kerja observasi aktivitas belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan terdiri dan tiga kegiatan pokok yaitu pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan kegiatan penutup. Kegiatan siswa mengakomodir aktivitas tanya
jawab dengan memgadopsi dan memodifikasi model pembelajaran kooperatif tipe
NHT yang disesuaikan dengan keadaan siswa dan kelas.
c. Observasi
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan
lapangan dan perangkat tes. Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati
aktivitas yaitu perilaku yang relevan dengan kegiatan pembelajaran antara lain
sebagai berikut.
Tabel 2. Lembar observasi untuk menganalisis aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran
No Per 45 Menit % Ket
1 2 3 4 5 ……
1
2
3
4
5
41
Kegiatan yang relevan dalam proses pembelajaran (on Task)
1. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru
2. Mencatat penjelasaan guru yang sesuai dengan materi pelajaran
3. Berdiskusi dengan sesama teman yang bernomor sama
4. Berani menyampaikan jawaban dengan tegas sesuai dengan pertanyaan
5. Bertanya kepada guru ketika ada hal yang belum faham
6. Berani memberikan kritik dan saran kepada kelompok yang bernomor lain
Kegiatan yang tidak relevan (Off Task)
1. Tidak memperhatikan penjelasan guru
2. Tidak menulis atau tidak mencatat
3. Mengantuk
4. Tidak mengganggu kelompok lain
5. Mengobrol
6. Bermain-main
d. Refleksi
Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang
dilakukan oleh guru maupun siswa.
5. Indikator Keberhasilan Penelitian
Untuk mengetahui efektifitas tindakan, maka ditetapkan indikator keberhasilan
dan penelitian. lndikator tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan dalan
merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.
42
Sekaligus sebagai acuan untuk menentukan jumlah siklus dalam penelitian.
Indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut.
a. Jika sekurang-kurangnya persentase aktivitas belajar siswa 81 %-90%
Maka telah masuk dalam kreteria “tinggi”.
b. Jika sekurang-kurangnya dalam pelaksanaan pembelajaran mencapai 70%
mencapai KKM maka masuk dalam kreteria “Baik.
6. Sumber data penelitian
Data dalam penelitian ini terdiri sebagai berikut.
1. Data aktivitas siswa, yaitu data yang diperoleh dan hasil observasi terhadap
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Data basil belajar siswa, yaitu data hasil belajar siswa diperoleh dan tes hasil
belajar siswa yang diberikan pada setiap akhir siklus I, II dan III.
7. Teknik Pengumpulan Data
1. Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini, guru menggunakan metode
penelitian tindakan kelas yaitu suatu jenis penelitian yang memunculkan
adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas.
2. Tes Hasil Belajar
Tes dilakukan dengan tujuan unluk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Bentuk tes yang digunakan yaitu tes tertulis yang
diberikan pada setiap akhir siklus.
43
8. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa
Analisis data format I rnenggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini
digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar
siswa ditentukan dengan mengisi lembar observasi.
2. Analisis dan Hasil Belajar Siswa
Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran
dengan pendekatan koritekstual diambil rata-rata tes formatif yang
diberikan pada setiap akhir siklus dengan rumus:
xN
N
Y
S 100 %
Keterangan:
Y = Nilai rata-rata kelas
Ns = jumlah nilai tes seluruh siswa
N = jumlah siswa
9. Instrumen tes
a. Uji Syarat lnstrumen Tes
1. lnstrumen Tes (Kognitif)
Uji persyaratan instrumen tes ini diperoleh melalui pemberian tes pilihan ganda
pada siswa dengan syarat intrumen tes sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Pengujian validasi tiap butir instrument menggunakan analis item, yaitu
mengkorelasi skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap
skor butir. Dalam memberi interprestasi terhadap koefisien korelasi, item yang
44
mempunyai korelasi positif dengan korelasi yang tinggi menunjukan bahwa
item tersebut tidak tinggi pula. Syarat minimal yang di anggap memenuhi yaitu
syarat dengan r hitung ≥ r tabel dengan ά = 0,05. Uji validitas menurut
Arikunto ( 2006 : 79 ) menggunakan rumus korelasi biserial :
γ pbi = Mp – Mt / Si √p / q
keterangan :
γ pbi = Koefisien korelasi biserial
Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab
benar bagi item yang dicari validitasnya.
Mt = Rerator skor total
Si = Standar deviasi dari skor total
P = Proporsi siswa menjawab benar
Q = Proporsi siswa menjawab salah
Dengan kriteria pengujian jika harga rhit rtabel dengan α=0,05 maka alat ukur
tersebut dinyatakan valid,dan sebaliknya apabila rhitung rtabel maka alat ukur
tersebut dinyatakan tidak valid.
Setelah peneliti melakukan uji tes pada siklus I, siklus II dan III. Maka
diperoleha hasil analisis butir soal sebagai berikut.
Tabel 3. Uji Validitas Butir Soal Siklus I
No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan
No. 1 0,444 0,602 Valid
No. 2 0,444 0,465 Valid
No. 3 0,444 0,335 Tidak Valid
No. 4 0,444 0,457 Valid
No. 5 0,444 0,497 Valid
No. 6 0,444 0,468 Valid
No. 7 0,444 0,654 Valid
No. 8 0,444 0,491 Valid
No. 9 0,444 -0,238 Tidak Valid
No. 10 0,444 0,304 Tidak Valid
No. 11 0,444 0,112 Tidak Valid
No. 12 0,444 0,447 Valid
45
No. 13 0,444 0,461 Valid
No. 14 0,444 0,476 Valid
No. 15 0,444 0,541 Valid
No. 16 0,444 0,221 Valid
No. 17 0,444 -0,082 Tidak Valid
No. 18 0,444 0,490 Valid
No. 19 0,444 -0,040 Tidak Valid
No. 20 0,444 0,336 Tidak Valid
Setelah melakukan uji Siklus I dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 8
butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 3,8,9,10,16,17,19,20
dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444.
Tabel 4. Uji Validitas Butir Soal Siklus II
No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan
No. 1 0,444 0,637 Valid
No. 2 0,444 0,215 Tidak Valid
No. 3 0,444 0,451 Valid
No. 4 0,444 0,476 Valid
No. 5 0,444 0,335 Tidak Valid
No. 6 0,444 0,481 Valid
No. 7 0,444 0,446 Valid
No. 8 0,444 0,472 Valid
No. 9 0,444 0,127 Tidak Valid
No. 10 0,444 0,478 Valid
No. 11 0,444 0,494 Valid
No. 12 0,444 0,453 Valid
No. 13 0,444 0,465 Valid
No. 14 0,444 0,456 Valid
No. 15 0,444 0,335 Valid
No. 16 0,444 0,237 Valid
No. 17 0,444 0,327 Tidak Valid
No. 18 0,444 0,550 Valid
No. 19 0,444 0,539 Valid
No. 20 0,444 0,549 Valid
Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 6
butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 2,5,9,15,16,17 dengan nilai
r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444.
46
Tabel 5. Uji Validitas Butir Soal Siklus III
No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan
No. 1 0,444 0,566 Valid
No. 2 0,444 0,486 Valid
No. 3 0,444 0,519 Valid
No. 4 0,444 0,204 Tidak Valid
No. 5 0,444 0,430 Valid
No. 6 0,444 0,241 Tidak Valid
No. 7 0,444 0,491 Valid
No. 8 0,444 0,491 Valid
No. 9 0,444 0,464 Valid
No. 10 0,444 0,314 Tidak Valid
No. 11 0,444 0,486 Valid
No. 12 0,444 0,452 Valid
No. 13 0,444 0,461 Valid
No. 14 0,444 0,481 Valid
No. 15 0,444 0,476 Valid
No. 16 0,444 0,447 Valid
No. 17 0,444 0,457 Valid
No. 18 0,444 0,457 Valid
No. 19 0,444 0,469 Valid
No. 20 0,444 0,487 Valid
Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 3
butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 4,6,10 dengan nilai r hitung <
r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444.
b. Uji Realibilitas
Reabilitas atau tingkat ketetapan ( consistensi atau keajegan ) adalah tingkat
kemampuan intrumen untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok
individu. Instrumen yang memiliki tingkat reabilitas tinggi cenderung
menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel unsur – unsurnya, jika
diulang pada waktu berbeda pada kelompok individu yang sama menurut
Arikunto (2006 : 101).
47
Pengukuran reabilitas instrumen menurut Arikunto ( 2006 : 101 ) dilakukan
dengan menggunakan rumus :
K – R.20. Perhitungan dilkukan secara manual. Berikut ini adalah rumus
K – R.20.
R11 = ( k/k – 1 ) ( S² - ∑pq / S² )
Keterangan :
R11 = Reabilitas secara keseluruhan
P = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar
Q = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah ( q = 1 –p )
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
Berdasarkan uji siklus yang sudah dilakukan diperoleh reliabilitas soal pada
siklus I yaitu 0,53, pada siklus II diperoleh 0,59 dan pada siklus III diperolah
0,64.
c. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Bilangan yang menunjukan mudahnya atau sukarnya suatu soal tersebut
disebut dengan indeks kesukaran.
Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai 1,0 indeks kesukaran ini
menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0
menunjukan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaiknya jika indeks
menunjukan 1,0 maka soal tersebut terlalu mudah, sehingga semakin mudah
48
soal tersebut semakin besar bilangan indeksnya. Dalam istilah evaluasi, indeks
kesukaran ini diberi simbol P, singkatan dari proporsi”.
Tingkat kesukaran dapat dicari dengan rumus :
P= B / JS
Keterangan :
P = Indeks Kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut Arikunto (2006: 208) ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran
sering diklafikasikan sebagai berikut :
- Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar.
- Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang.
- Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah.
Berdasarkan analisis butir soal untuk uji kesukaran soal dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 6. Tingkat kesukaran soal siklus I, Siklus II dan Siklus III
SIKLUS I
No. Soal Kesukaran
soal
Kategori
6,18,19,20 0,00 – 0,30 Sukar
1,3,4,5,7,8,10,11,12,13,16,
17 0,31 – 0,70 Sedang
2,9,14,15 0,71 – 1,00 Mudah
SIKLUS II
0,00 – 0,30 Sukar
1,3,4,5,8,10,12,13,16,17,
18,19,20
0,31 – 0,70 Sedang
2,6,7,9,11,14,15 0,71 – 1,00 Mudah
SIKLUS III
0,00 – 0,30 Sukar
1,13,15,18 0,31 – 0,70 Sedang
2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,
16,17,19,20
0,71 – 1,00 Mudah
49
d. Daya Beda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa
yang pandai (berkemampuan yang tinggi) dengan siswa yang bodoh
(kemampuan rendah) angka yang menunjukan besarnya daya pembeda
tersebut disebut indeks diskriminasa disingkat D. Daya pembeda berkisar
antara 0,00 sampai 1,00 sama halnya dengan indeks kesukaran namun bedanya
pada indeks diskriminasi ini ada tanda negatif. Tanpa negatif pada indeks
diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas tes yaitu
anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Suatu soal yang
dapat dijawab oleh siswa yang pandai maupun siswa yang bodoh maka soal itu
tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda, demikian juga apa bila soal
tersebut tidak dapat dijawab benar oleh seluruh siswa pandai maupun siswa
baik, maka soal tersebut tidak mempunyai daya beda sehingga soal tersebut
tidak baik digunakan untuk tes. Suatu soal yang baik adalah yang dapat
dijawab benar oleh siswa yang pandai saja.
Seluruh kelompok tes akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
Kelompok atas dan kelompok bawah dengan jumlah yang sama, jika seluruh
kelompok atas bisa menjawab soal dengan benar dan kelompok bawah
menjawab dengan salah, maka nilai tersebut memiliki D paling besar yaitu
1,00 sebaliknya jika kelompok semua atas menjawab salah dan kelompok
bawah menjawab benar, maka nilai D = 1,00 tetapi jika kelompok atas
maupun kelompok bawah sama – sama menjawab benar atau salah maka soa;
tersebut mempunyai nilai D = 0,00 karena tidak mempunyai daya beda sama
sekali.
50
Untuk menentukan indeks diskriminasi digunakan rumus sebagai berikut.
D = BA / JA – BB / JB = PA – PB
Dimana :
D = Daya pembeda
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah
Klasifikasi daya pembeda
D = 0,00 – 0,20 = Jelek
D = 0,21 – 0,40 = Cukup
D = 0,41 – 0,70 = Baik
D = 0,71 – 1,00 = Baik Sekali
Negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D
negatif sebaiknya dibuang saja (Arikunto, 2006 : 213 ).
Tabel 7. Hasil Analisis Daya Beda
SIKLUS I
No. Soal Daya Pembeda Kategori
2,4,5,6,8,11,17 0,00 – 0,20 Jelek
10,12,16,19 0,21 – 0,40 Cukup
3,7,1314,15,18 0,41 – 0,70 Baik
1 0,71 – 1,00 Baik Sekali
SIKLUS II
0,00 – 0,20 Jelek
3,4,5,12,16,18 0,21 – 0,40 Cukup
2,6,8,9,10,14,17,19 0,41 – 0,70 Baik
1,7,11,13,15 0,71 – 1,00 Baik Sekali
SIKLUS III
6,12,16,20 0,00 – 0,20 Jelek
2,3,4,7,10,11,13,14,15,
17,18,19
0,21 – 0,40 Cukup
1,5,8,9 0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
10. Analisis Data
1. Analisis data aktivitas siswa
Analisis data jumlah aktivitas siswa dilakukan dengan membagi dalam
beberapa kelompok. Setiap siswa diamati aktivitasnya secara klasikal
51
dalam setiap pertemuan dengan member tanda ceklis pada lembar observasi
yang telah diadakan,
Setelah observasi lalu dihitung jumlah aktivitas yang telah dilakukan,
kemudian dipresentasikan. Data pada setiap siklus diolah menjadi
presentase aktivitas siswa. Seorang siswa dikategorikan aktif minimal 61%
dari jenis kegiatan yang telah dilakukan, kemudian dipresentasekan. Hal ini
sesuai dengan criteria Arikunto (1992:17) yaitu:
a. Antara 81%-100% adalah aktivitas siswa sangat baik
b. Antara61%-80% adalah aktivitas siswa yang baik
c. Antara 41%-60% adalah aktivitas siswa cukup
d. Antara 21%-40% adalah aktivitas siswa kurang
e. Antara 0%-20% adalah aktivitas siswa kurang sekali
Jika lebih dari 61%-80% aktivitas yang dilakukan, maka siswa tersebut
sudah termasuk siswa yang aktif. Dapat dilakukan perhitungan persentase
keaktifan siswa dengan rumus:
Keterangan:
%A = persentase jumlah siswa yang aktif
Na = jumlah siswa yang aktif
N = jumlah siswa keseluruhan
52
2. Analisis data hasil belajar siswa
Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual diambil rata-rata tes formatif yang
diberikan pada setiapa akhir siklus.
11. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah:
1. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat dari siklus ke
siklus.
2. Siswa yang memperoleh nilai diatas >65 mencapai lebih dari 70%.