III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin...

45
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KEADAAN UMUM 1. Sejarah Perkembangan Perusahaan PT. “X” didirikan pada tanggal 08 November 1990 dengan akte pendirian No. 30, Notaris Sugiri Kadarisman di Jakarta. Modal dasar perseroan Rp. 500 juta dan modal disetor penuh Rp.100 juta. Pemegang saham adalah Chaidi The dan Merlinda Roshinta Ng. Bidang usaha adalah industri furniture dengan lokasi pabrik di Bekasi. Sesuai dengan maksud, tujuan serta kegiatan usaha seperti tercantum dalam akte pendirian, perusahaan bergerak dibidang usaha industri manufaktur wooden furniture (mebel yang terbuat dari kayu keras). Kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain : Menjalankan usaha dalam bidang perdagangan umum, impor ekspor, lokal dan interinsulair. Menjalankan usaha dalam bidang perkayuan, diantaranya furniture, wood working Menjalankan usaha dalam bidang distribusi dan leveransir Menjalankan usaha dalam bidang keagenan dan komisi Menjadi perwakilan dari badan-badan usaha baik dalam dan luar negeri. Perusahaan bergerak dalam industri manufaktur wooden furniture, yaitu industri perabotan dan perlengkapan rumah tangga yang terbuat dari kayu, bambu dan atau rotan. Perusahaan memulai usahanya sejak tahun

Transcript of III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin...

Page 1: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KEADAAN UMUM

1. Sejarah Perkembangan Perusahaan

PT. “X” didirikan pada tanggal 08 November 1990 dengan akte

pendirian No. 30, Notaris Sugiri Kadarisman di Jakarta. Modal dasar

perseroan Rp. 500 juta dan modal disetor penuh Rp.100 juta. Pemegang

saham adalah Chaidi The dan Merlinda Roshinta Ng. Bidang usaha adalah

industri furniture dengan lokasi pabrik di Bekasi. Sesuai dengan maksud,

tujuan serta kegiatan usaha seperti tercantum dalam akte pendirian,

perusahaan bergerak dibidang usaha industri manufaktur wooden furniture

(mebel yang terbuat dari kayu keras). Kegiatan yang dapat dilaksanakan

antara lain :

• Menjalankan usaha dalam bidang perdagangan umum, impor ekspor,

lokal dan interinsulair.

• Menjalankan usaha dalam bidang perkayuan, diantaranya furniture,

wood working

• Menjalankan usaha dalam bidang distribusi dan leveransir

• Menjalankan usaha dalam bidang keagenan dan komisi

• Menjadi perwakilan dari badan-badan usaha baik dalam dan luar

negeri.

Perusahaan bergerak dalam industri manufaktur wooden furniture,

yaitu industri perabotan dan perlengkapan rumah tangga yang terbuat dari

kayu, bambu dan atau rotan. Perusahaan memulai usahanya sejak tahun

Page 2: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

23

1990 dengan menitikberatkan pada produksi mebel luar ruang (outdoor

furniture) seperti folding chair, wooden bench serta beberapa perabotan

dan perlengkapan rumah tangga lainnya dengan orientasi pasar 100%

ekspor. Pasar utama dari produk yang dihasilkan adalah negara-negara

Eropa, Kanada dan Amerika Serikat.

Dalam rangka meningkatkan pangsa pasar dan mengembangkan

usahanya, maka pada bulan Juli 2004. Perusahaan mengalihkan orientasi

produknya dari outdoor furniture menjadi indoor furniture. Mebel dalam

ruang (indoor furniture) yang dihasilkan secara umum direncanakan akan

dikelompokan menjadi bedroom set, cabinet set dan lain-lain.

2. Lokasi Perusahaan

Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah

lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan Bantar

Gebang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, diatas tanah seluas ± 19.705 m²

milik perusahaan. Letak kantor dan pabrik ini kurang lebih 2 km di sebelah

timur jalan raya Narogong dan terletak di daerah yang diperuntukkan

sebagai daerah industri.

Bangunan-bangunan yang berdiri di daerah ini secara umum terdiri

dari bangunan industri dan perumahan, dan penduduk disekitarnya adalah

masyarakat berpendapatan menengah dan rendah. Pemilihan lokasi

didasarkan atas beberapa pertimbangan diantaranya : (a) Lokasi merupakan

daerah industri dimana banyak juga terdapat pabrik disekitar lokasi usaha,

(b) Penyerapan tenaga kerja di kawasan tersebut dapat diperoleh dengan

Page 3: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

24

mudah dan (c) Lokasi pabrik didukung oleh transportasi yang mudah dan

memadai.

B. ASPEK MANAJEMEN OPERASI

Manajemen PT. “X” didukung oleh Direksi dan Manajer yang rata-rata

mempunyai pengalaman dalam bidangnya masing-masing selama minimal

lebih dari 5 tahun. Dukungan SDM seperti tersebut diatas, ditambah dengan

adanya program pelatihan reguler serta perencanaan yang cukup baik, maka

PT. “X” diperkirakan dapat memenuhi target usahanya. Struktur organisasi

dapat dilihat Pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Organisasi PT. “X”

RUPS

KOMISARIS

GENERAL MANAGER OPERASIONAL

DIREKTUR KEUANGAN & CORPORATE

DIREKTUR PEMASARAN

PEMASARAN

SHIPMENT

QUALITY CONTROL

PRODUKSI I

PRODUKSI II

EDP

KEUANGAN

AKUNTANSI

R & D LOGISTIK

PERSONALIA UMUM

KOMITE AUDIT

DIREKTUR UTAMA

Page 4: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

25

Top manajemen PT. ‘X”, memiliki pengalaman yang cukup baik dan

pengalaman lama dalam mengelola industri wooden furniture pada umumnya

dan khususnya industri outdoor furniture. Dalam mengelola industri ini

tenaga-tenaga muda profesional dilibatkan, sehingga dapat dinilai bahwa

manajemen lainnya cukup mampu dalam bidang manajemen industri wooden

furniture ini.

C. ASPEK TEKNIS DAN PRODUKSI

1. Sarana Produksi

Pengaturan tata letak bangunan disesuaikan dengan pola aliran

proses produksi mesin dengan pola material handling yang tetap, sehingga

diharapkan dapat mencapai beberapa target produksi yang telah

direncanakan antara lain : (a) Produk yang dihasilkan harus dapat

memenuhi standar kualitas ekspor, (b) Jumlah produksi yang dihasilkan

harus sesuai dengan rencana pendistribusiannya serta harus tepat waktu

dan (c) Dapat mencapai tingkat efisiensi kerja yang optimal dengan biaya

yang dapat ditekan serendah mungkin.

Bangunan yang ada terdiri dari kantor dan gudang komponen,

pabrik, gudang bahan baku, gudang perlengkapan, rumah diesel, mess dan

kantin, toilet, pos jaga. Total luas bangunan sebesar 11.187 m² dengan

surat ijin mendirikan bangunan (IMB). Fasilitas lainnya berupa fasilitas

pendukung berupa telepon sebanyak 10 sambungan dan AC sebanyak 7

unit.

Page 5: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

26

2. Peralatan Produksi

Perusahaan memiliki mesin-mesin di bagian produksi, bagian asah

pisau, bagian bengkel dan bagian utilitas. Mesin-mesin yang

digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Peralatan dan mesin PT. “X”

Jenis Mesin Model Kuantitas Merk

Bagian Produksi Jump Saw (Pneumatic Cutt Off Saw)

4CP180 2 Juan Nan

Cross Cut - 2 Buatan Lokal Dowel and Cutting MP 8 DW 1 AKS Jointer - 1 CKM Circular Saw MBS – 300 4 Miki Way

TAS – 150 1 Kuang Young Cross Cut Saw - 10 Buatan Lokal Single Side Planner FJ500 2 Buatan TaiwanDouble Side Planner - 1 King Woma

WP – 216 1 Wood Pecker Single Rip Saw - 1 Buatan TaiwanMultiple Rip saw SCA220T2.50 1 CML Moulding SK – 606 1 Shun Kuang Band Saw YT – 28 2 Yeng Tong

WP 28 SB 1 Wood Pecker Double End Cutter YH – 424 AR 1 Yuan Hsin

SP – 124 A 1 Sheng Pin Double Spindle CMP – 522 3 Chang Iron

TS – 220 3 Tai Chan - 1 -

Single Spindle H414 2 Holywood TS – 142 1 Tai Chan SS - 511M 3 Ru Long

Copy Shaper LH – 40 1 Lih Woei Vertical Ruter GR – 7 1 Holywood Double Mortiser MOD 2 Paolino Bacci

MDO 1 Pade MDA 1 Greda

Auto Round Shape Tenover

TSG2T 2 Paolino BacciTSU 1 Greda TSU 1 Pade

Page 6: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

27

Lanjutan Tabel 2. Peralatan dan mesin PT. “X”

Jenis Mesin Model Kuantitas Merk Dowel FS601 1 Hooy Hsiang

- 1 Fong Yuan Router CH – 101 1 Long Jin Vertical & Horizontal Boring

CDH – 1R 1 Cywwm

Horizontal Boring HS – 502 1 Worthing Bench Drill LT – 16&ZQ –

4116 15 Lunan & West

Lake Knife Turfing Lathe 1100 1 Ching Yang Horizontal Boring HS – 311 2 Worthing

- 1 - Multiple Boring CDV – 10 1 Cywwm Sanding Dowel CF-803 1 Ching Feng Wide Belt Sander - 1 Buatan Taiwan

- 2 Buatan TaiwanKL – 24 RK 2 Chia lung

Sponge Sander - 3 - Oscilating Sander - 1 - Drum Sander - 11 Buatan TaiwanBelt Konveyor - 1 Buatan Lokal 1 Set Mesin Painting - 2 Speecon Bagian Asah Pisau Grinding JF – 230 1 Jeffer Auto Planner Knife Grinding Bench Grinder

- 11 Buatan TaiwanBuatan China

Bengkel ARC Welder WT – 250 1 AECO Utilitas Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

- Alternator HC 434 E 1 Stamford - Mesin Diesel 2006 – TAG2 1 Perkins Tenaga Diesel - Alternator HC 434 F2 1 Stamford - Mesin Diesel 2006 – TAG2 1 Perkins Screw air compressor SA-II 1 Fu Sheng Kompressor Udara TA – 100 3 Fu Sheng - 1 Ingersoll Rand Sistem Pompa Hydrant - 1 - Sistem Dust Collector - 1 Buatan Lokal

Sumber : Laporan Tahunan PT. “X’ (2004).

Page 7: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

28

3. Proses Produksi

Produk outdoor yang dihasilkan oleh PT. “X” antara lain adalah

folding chair, wooden bench serta beberapa perabotan dan perlengkapan

rumah tangga lainnya. Sedangkan produk indoor furniture dapat

dikelompokkan menjadi bedroom set, cabinet set dan mebel lainnya.

Sesuai dengan rencana perusahaan yang akan mengalihkan orientasi

poduksinya ke arah indoor furniture, maka produksi outdoor hanya akan

dilakukan pada tahun ke-1 sampai tahun ke-3. Rencana produksi tersebut

juga didasarkan bahan baku yang tersedia pada akhir tahun saat

dimulainya produksi indoor furniture. Proses produksi dalam industri

manufaktur wooden furniture dapat dilihat pada Gambar 2. Proses

produksi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 2. Proses produksi dalam industri wooden furniture

Sawn Timber

Klin dry (KD)

Rough Mill

Processing

Assembling

Finishing

Shipment

Page 8: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

29

a. Sawn Timber

Seluruh bahan baku yang diperoleh harus diperhatikan tingkat

kekeringannya, tingkat persentase Content of Moisture (MC) (kadar

air) kayu yang boleh diproses adalah sekitar 10%-12%, bila ada yang

basah harus di QC Check untuk selanjutnya disusun satu persatu sesuai

dengan ukurannya untuk persiapan pengeringan di Klin Drier (KD).

b. Klin drying (KD)

Proses pengeringan kayu, sesuai dengan kebutuhan kayu yang

akan diproses harus benar-benar kering, yaitu dengan persentase MC

berkisar 10%-12%. Lama proses pengeringan (KD) tergantung

ukuran/jenis kayu, rata-rata 10-20 hari dalam ruang kamar KD sampai

kadar air yang ada dalam kayu stabil.

c. Rough Mill

Proses pemotongan/pembelahan bahan baku kayu untuk ukuran

yang di pakai untuk pembentukan komponen sesuai dengan ukuran

tertentu/sesuai dengan bentuk komponen yang dibutuhkan.

d. Processing

Proses pembentukan, pembuatan lubang, proses tenon/mortizer,

proses penyambungan pada komponen sehingga menjadi suatu produk

(dalam bentuk lipat/folding dan bongkar pasang/knock down). Pada

tahap ini dipastikan bahwa komponen yang diproses sesuai dengan

ukuran yang ada pada gambar teknik yang sudah dievaluasi atau

distandarkan.

Page 9: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

30

e. Assembling

Proses penggabungan komponen satu dengan yang lain sehingga

menjadi satu bentuk produk jadi atau setengah jadi. Dalam proses ini,

diperlukan bahan pendukung seperti lem dan penghalusan terlebih

dahulu sebelum dipasang.

f. Finishing

Proses pelapisan permukaan, proses pengemasan pada produk

dilapisi dengan bahan pelapis (coating), jenis pelapis teak oil

digunakan agar dapat tahan terhadap cuaca dan awet dipakai sesuai

dengan musim dimana saja, setelah dilapisi, produk dapat dikemas

sesuai dengan perjanjian pembeli untuk pemakaian aksesoris seperti

barcode, manual hand tag dan lain-lain. Pada tahap ini dipastikan

barang telah mempunyai lapisan yang mulus dan konstruksi yang

bagus serta layak dipakai konsumen. Setelah dikemas pada akhir

proses produksi akan dicek lagi menggunakan random check system

(acak) sesuai standar dunia memakai AQL-MIL standar 105D.

g. Shipment

Proses pengiriman barang ke konsumen, barang-barang

dimasukkan ke dalam kontainer yang ditunjuk, sesuai dengan kontrak

dari konsumen yang umumnya memakai jalur laut.

4. Pengawasan Produksi Akhir

Perusahaan menerapkan sistem Quality Control (QC) yang ketat

pada setiap tahap produksi yang ada dan secara terus menerus

Page 10: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

31

meningkatkan kemampuan dan teknologi dari peralatan dan prosedur QC

Check produknya. Dalam setiap tahap produksi terdapat kelompok QC

Check yang terlatih dengan baik. Selain itu, perusahaan juga membentuk

suatu departemen penelitian dan pengembangan yang bertanggung jawab

terhadap pengembangan produk yang sudah ada dan diversifikasi produk

baru. Departemen ini juga bertanggung jawab terhadap peningkatan

kualitas produk, peningkatan produktivitas dan efesiensi kerja.

Untuk menunjang keberhasilan produksi perlu dilakukan langkah-

langkah pengembangan usaha dalam peningkatan QC diantaranya adalah :

(a) Pengembangan beberapa tipe dengan berbagai model produk, (b)

Peningkatan volume produksi melalui peningkatan volume penjualan tiap

item model produk, (c) Mengoptimalkan kapasitas produksi yang belum

terpakai, (d) Menekan biaya produksi dari tiap item produk dengan

memanfaatkan kapasitas terpasang secara efisien dan optimal, (e)

Membuat dan mengembangkan produk yang low cost dengan desain yang

menarik dan mutahir dan (f) Mengoptimalkan penggunaan bahan baku

sehingga tidak menimbulkan bertambahnya limbah.

5. Perkembangan Kapasitas dan Realisasi Produksi

Saat ini perusahaan memproduksi perabotan dan perlengkapan

rumah tangga yang terbuat dari kayu, khususnya nyatoh dengan tingkat

kapasitas produksi normal produk jadi hingga tahun 2004 sebesar 3.500 m³

per tahun. Perkembangan kapasitas produksi normal dan realisasi produksi

selama tahun 2002 sampai 2004 dapat dilihat Tabel 3.

Page 11: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

32

Tabel 3 . Perkembangan kapasitas produksi

Tahun Kapasitas normal (m³)

Realisasi produksi (m³)

Tingkat utilitas (%)

2002 3.500 1.951 55,74 2003 3.500 1.224 34,97 2004 3.500 2.122 60,63

Tahun 2003 kinerja produksi mengalami penurunan, namun tahun

2004 kembali mengalami perbaikan dan hingga akhir tahun 2004

produktivitas telah mencapai 60,63% dari kapasitas normal 3.500 m³.

Dengan adanya rencana penambahan mesin dan sesuai dengan rencana

perubahan orientasi produk menjadi indoor furniture, maka diproyeksikan

akan terjadi penambahan kapasitas produksi sebesar 3.000 m³ sehingga

total kapasitas produksi terpasang sebesar 6.500 m³. Saat ini produksi

indoor furniture sudah dimulai dengan memanfaatkan fasilitas indoor

yang ada. Realisasi ekspor saat ini sebanyak 20 kontainer per bulan

dengan nilai ± USD 25.000 per kontainer. Pada akhir tahun 2005

direncanakan ekspor mencapai 40 kontainer perbulan.

Dengan peningkatan kapasitas produksi tersebut, maka tahun 2005

diproyeksikan kapasitas terpakai baru mencapai 50% dan meningkat 5%

setiap tahunnya hingga mencapai 85% pada tahun 2012. Setelah periode

tersebut diproyeksikan pencapaian tingkat produksi relatif konstan.

Produksi dan penjualan hasil produksi outdoor furniture akan

diperhitungkan dalam satuan m³ dan untuk indoor furniture akan

dikonversi kedalam satuan unit.

Page 12: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

33

D. ASPEK PEMASARAN

1. Gambaran Industri Wooden Furniture di Indonesia

Industri mebel merupakan salah satu industri padat karya yang

memiliki nilai tambah yang tinggi dan banyak menyerap tenaga kerja.

Industri mebel juga mempunyai daya saing yang baik dan dapat

memberikan devisa besar bagi negara. Pasar utama ekspor produk mebel

nasional adalah Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Inggris, Prancis, dan

Jerman. Negara pesaing eksport utama Indonesia di pasar Internasional

adalah Cina dan Mexico.

Di pasar Internasional, Indonesia termasuk supplier produk mebel

yang cukup besar, terutama untuk produk-produk mebel yang sifatnya

natural fibre. Sedangkan untuk produk mebel yang sifatnya wooden

furniture, Indonesia termasuk ke dalam lima besar negara pengekspor bagi

pasar Amerika Serikat. Industri mebel di Indonesia khususnya mebel yang

terbuat dari kayu (wooden furniture) sangat terpengaruh oleh pasokan

bahan baku. Sejak pemerintah mengeluarkan larangan eksport log pada

tahun 1985, maka industri pengolahan kayu mengalami pertumbuhan yang

tinggi. Peraturan tersebut dapat memacu pengusaha untuk meningkatkan

ekspor mebel dari kayu.

Tingginya pertumbuhan industri mebel kayu ini tidak dapat terus

berlanjut secara simultan, karena terus menurunnya jumlah bahan baku

yang dapat digunakan sehingga pengusaha mebel kayu yang tidak

memiliki usaha pengolahan kayu yang terintegrasi mengalami kesulitan

Page 13: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

34

yang sangat besar dalam pemenuhan bahan bakunya. Hal ini menyebabkan

pada tahun 1994, industri ini mengalami penurunan tajam.

Krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 juga telah

mempengaruhi kinerja ekspor mebel kayu. Tahun 1998, untuk periode

Januari hingga Juli, ekspor mebel kayu Indonesia hanya mencapai 80.878

ton atau hanya 24,8% dari total ekspor pada tahun 1997 untuk periode

yang sama. Penurunan ini disebabkan tidak hanya oleh krisis yang terjadi

secara global yang juga mempengaruhi negara-negara pengimpor, seperti

Jepang tetapi juga karena kesulitan para pengusaha untuk memperoleh

bahan baku langsung dari PT. Inhutani yang semula menjadi pemasok

langsung, sekarang harus melalui perantara yang menetapkan harga yang

jauh lebih tinggi.

Pada tahun 1998 industri mebel kayu ini menunjukkan tanda yang

kurang baik namun banyak investor asing yang masih tertarik untuk masuk

ke industri ini, karena adanya pendapat bahwa Indonesia memiliki jaminan

akan pasokan bahan baku sehingga dapat mempertahankan biaya produksi

yang lebih rendah, disamping itu Indonesia juga memiliki tenaga-tenaga

kerja yang trampil dalam bidang ini.

Pasar mebel Indonesia kini terus menjadi incaran negara lain,

terutama Cina. Bahkan saat ini Cina merupakan negara pengekspor mebel

nomor satu ke Indonesia dengan harga yang relatif lebih murah dan desain

yang lebih bagus. Produk mebel Cina tersebut harganya lebih murah

sekitar 20% dengan desain serta polesan akhirnya lebih baik dari produk

Indonesia.

Page 14: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

35

Turunnya daya saing produk Indonesia di pasar global maupun pasar

dalam negeri sendiri yang kini mulai dimasuki produk dari negara lain

terutama akibat maraknya penyelundupan kayu dan perdagangan kayu

ilegal di Indonesia. Sebelumnya Indonesia memiliki keunggulan

komparatif (comparative advantage) dibandingkan negara pesaing karena

memiliki bahan baku kayu tropis terbesar di dunia setelah Brasil dan Zaire,

namun saat ini kondisi berubah akibat terjadinya illegal loging dan illegal

trading yang sampai sekarang belum dapat diatasi. Selain itu, biaya

produksi di Indonesia juga mengalami peningkatan yang diakibatkan

adanya kenaikan bahan bakar minyak (BBM), listrik, telepon, dan bunga

bank yang lebih tinggi dibandingkan negara pesaing, serta biaya bongkar

di pelabuhan (THC) yang tinggi dan pemberlakuan penerimaan negara

bukan pajak (PNBP).

Pengurangan tebangan yang mencapai angka sekitar 60% (soft

landing policy) telah menyebabkan pula semakin berkurangnya pasokan

bahan baku kayu ke industri mebel dan naiknya harga bahan baku.

Turunnya daya saing ekspor mebel ke Indonesia tidak lepas dari maraknya

penyelundupan kayu ke negara pesaing Indonesia seperti ke Cina dan

Vietnam, karena sebenarnya struktur biaya mebel sebagian besar atau 50

sampai 60 persen adalah biaya bahan baku kayu.

2. Gambaran Mebel Luar Ruang (Outdoor Furniture) di Indonesia

Mebel dapat dibagi dalam 3 jenis sesuai dengan penempatannya

dapat dikelaskan berikut :

Page 15: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

36

a) Furniture untuk outdoor/alam terbuka (kebun, halaman dan taman).

Furniture ini membutuhkan kayu yang kuat seperti jati bangkirai dan

nyatoh. Selain kayu, outdoor furniture juga dapat menggunakan materi

dari besi dan alumunium.

b) Furniture untuk indoor/dalam ruangan. Kayu yang digunakan antara

lain mahogani, jati, pinus, mindi, rotan dan bambu

c) Furniture untuk veranda/teras. Yang dapat digunakan adalah rotan,

bambu serta berbagai jenis kayu lain.

Mebel luar ruang bukan termasuk barang yang populer untuk

masyarakat Indonesia umumnya. Walaupun pasar untuk mebel luar ruang

didalam negeri memang ada, namun dapat dikatakan volumenya kecil

sekali bila dibandingkan dengan permintaan mebel luar ruang untuk

diekspor.

Berbagai jenis mebel luar ruang yang biasanya diekspor diantaranya

adalah bangku panjang dengan atau tanpa sandaran tangan, kursi dengan

atau sandaran kaki dari kayu untuk dikombinasikan dengan kain kanvas,

meja piknik sampai kursi panjang untuk berjemur di tepi kolam atau

pantai. Produsen mebel luar ruang banyak mengekspor produknya ke

Amerika, Eropa dan Australia. Permintaan mebel luar ruang erat kaitannya

dengan musim yang tengah berlangsung di negara masing-masing . High

season order dari negara-negara Eropa dan Amerika biasanya pada bulan

April sampai Agustus. Di luar bulan-bulan itu, biasanya produsen

memenuhi permintaan dari Australia.

Page 16: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

37

Saat ini kendala yang dihadapi oleh produsen mebel luar ruang ini

adalah terbatasnya pasokan bahan baku yang berupa kayu jati. Selain itu,

juga menghadapi persaingan yang makin ketat dengan produk negara lain

seperti Malaysia, Vietnam, dan China. Ironisnya produsen mebel dari

China justru mendapat pasokan bahan baku kayu selundupan yang sangat

mungkin berasal dari Indonesia.

3. Perkembangan Kapasitas Produksi Mebel di Indonesia

Industri mebel memproduksi berbagai macam variasi produk seperti

lemari makan, kursi, rak, tempat tidur dan meja. Berdasarkan skala

produksinya, umumnya produsen mebel skala menengah dan besar

menggunakan mesin dan biasanya terintegrasi dengan industri kayu

lainnnya seperti moulding, window/frame dan lain-lain. Sedangkan

produsen skala kecil umumnya melakukan proses produksi secara manual

dan dapat memproduksi jenis-jenis produk mebel yang dapat

dikategorikan sebagai kerajinan (handycraft). Perkembangan kapasitas

produksi industri mebel tahun 1999-2003 dapat dilihat pada Tabel 4.

Selama tahun 1999 hingga 2003, kapasitas produksi industri mebel

nasional mengalami peningkatan 2,64% pertahunnya. Pertumbuhan

utilisasinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kapasitas,

yaitu 16.29%, bahkan di tahun 2000 tingkat utilisasi mencapai 100%

sehingga pada tahun 2001 kapasitas produksi meningkat 4,49% lebih

tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan kapasitas.

Page 17: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

38

Tabel 4. Perkembangan kapasitas produksi industri mebel

Tahun Kapasitas Produksi Utilisasi (%) Ribu

m3 Pertumbuhan

(%) Ribu m3 Pertumbuhan

(%) 1999 2.853 N/A 1.645 N/A 57.66 2000 2.897 1.54 2.897 76.11 100.00 2001 3.027 4.49 2.450 - 15.43 80.94 2002 3.283 8.46 2.993 22.16 91.17 2003 3.154 - 3.93 2.463 - 17.70 78.09

Rataan 2.64 16.29 Sumber : Kapasitas Nasional, Deperindag (2002).

4. Perkembangan Ekspor

Pada umumnya produsen-produsen kayu yang baru terjun ke dalam

industri ini merupakan produsen dengan tujuan pasar ekspor khususnya

produsen dengan modal asing. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah

yang mendorong agar industri pengolahan kayu memasarkan hasil

produksinya ke pasar ekspor sehingga memberikan nilai tambah yang

lebih tinggi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Statistik Industri dan

Perdagangan yang diterbitkan oleh Departemen Perindustrian dan

Perdagangan pada bulan Agustus 2003, perkembangan penjualan ekspor

berdasarkan negara tujuan selama tahun 1998 hingga Mei 2003 dapat

dilihat pada Tabel 5.

Perkembangan ekspor diatas dibagi dalam 3 kategori Standard

International Trade Classification (SITC), yaitu :

a. SITC 148 : Kayu dikerjakan sederhana dan bantalan kayu/Wood

Simply Worked and Railway Sleeper od Wood.

b. SITC 635 : Barang-barang kayu TDS/Wood Manufactures N.E.S

c. SITC 821 : Perabotan/Furniture and Parts There of

Page 18: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

39

Tabel 5 . Perkembangan penjualan ekspor berdasarkan negara tujuan

Negara Tujuan

1998 1999 2000 2001 2002 S/d Mei 2003

USA 113.146 321.801 433.057 445.069 490.374 206.465 Jepang 68.631 191.155 236.333 218.153 197.639 81.056 Belanda 20.767 122.602 123.905 96.832 97.640 49.354 Inggris 21.644 62.716 78.041 77.827 82.134 41.638 Perancis 15.044 56.193 71.454 65.032 77.001 38.744 Negara Lain 115.835 485.024 574.936 521.508 567.225 282.959 Jumlah 355.067 1.239.491 1.517.726 1.424.421 1.512.013 700.216 Pertumbuhan (%)

- 249 22 -6 6 -54

Sumber : Statistik Industri dan Perdagangan, Deperindag (Agustus, 2003).

Tahun 2003, nilai ekspor mebel Indonesia mencapai 1,5 miliar dollar

AS dan 30 persen diekspor ke AS, hal ini didasari antusiasme pasar luar

negeri dan rencana pengurangan impor mebel oleh AS dari Cina senilai 1

miliar dollar AS, menyusul tuduhan dumping terhadap Cina. Pengurangan

impor mebel AS dari Cina ini merupakan peluang yang harus direbut

Indonesia.

Selama ini saingan terberat Indonesia dalam industri mebel adalah

Malaysia yang pada 2003 lalu ekspornya mencapai 1,4 miliar dollar AS.

Pesaing lain yang harus diwaspadai sebenarnya adalah pertumbuhan dari

industri mebel Thailand dan Vietnam yang masing-masing lebih dari 50

persen, tahun 2002 ekspor mebel Thailand sebesar 400 juta dollar AS

sedangkan pada 2003 mencapai lebih 800 juta dollar AS.

5. Konsumen/ Pelanggan

Penjualan PT. “X” 100% ditujukan untuk pasar ekspor. Ekspor

dilakukan secara sendiri maupun digabung dengan PT. AB. Ekspor juga

dilakukan secara langsung kepada pembeli diluar negeri maupun melalui

Page 19: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

40

perusahaan perdagangan di dalam negeri. Pembeli dominan antara lain

sebagai berikut :

1. White Tiger ; 1F, No. 30 Kuo Hua ST, Chia-Yicity, Taiwan

2. Test Rite Pte Ltd ; 70 Anson Road # 22-05, Apex Tower Singapore

3. Andrea Bizzoto ; Via Motton N.9, 36061 Bassano Del Grappa, Italy

4. Itratuin Trade ; PO BOX 228, 3440 AE Woerden, The Nederlands

5. CED International ; 31 st Floor, 148 Electrical Road North Point,

Hongkong

6. Conforma Espana ; Parque De Negotios mas Blau, Edificio

Prima Muntadas, Solsones 2, 08820 El Prat De Llobregat, Barcelona

7. AMC ; Wisma Kyoei Prince, Lt.18 Suite 1803, Jl. Jend

Sudirman, Jakarta

8. Hubo/KTH ; Jl. Wijayakusuma 14 Pondok Labu, Jakarta.

6. Pemasok/Supplier

PT. ”X” membutuhkan modal kerja untuk pembelian bahan baku

(terutama kayu) dan bahan–bahan lain (seperti; Medium density fiberboard

(MDF), Plywood, Particel Board, Cat, Amplas, Lem, karton) yang

dipenuhi dari supplier lokal. Beberapa supplier dan diantara yang terbesar

adalah :

1. Ekament (Jakarta), sebagai supplier amplas

2. Mulia Baru (Jakarta), sebagai supplier kanvas

3. Warnatama (Tangerang), sebagai supplier cat

4. Handal Sejati (Jakarta), sebagai supplier percetakan

5. Citra Mandiri (Cikarang), sebagai supplier hardware

Page 20: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

41

6. Mitra Kartonindo (Bekasi), sebagai supplier karton

7. Harapan Indah (Tangerang) , sebagai supplier karton

8. Supplier kayu antara lain : (a) Kaseda (Banten), (b) PT. Pilihan Utama

(Bekasi), (c) Hadinata Brothers (Jatiuwung), (d) Forestadora

(Argentina), dan (e) Aurapel SA.

7. Keberhasilan Usaha

Untuk menunjang keberhasilan usaha dibidang industri wooden

furniture melakukan beberapa strategi yang tepat didasarkan pada kondisi

perusahaan secara kualitatif diantaranya adalah :

a. Pemasaran

1. Menawarkan produk dengan jenis dan harga yang bersaing

2. Mendistribusikan seluruh produk kepada pelanggan/konsumen

langsung.

3. Menjual seluruh produk pada tangkat harga yang saling

menguntungkan antara PT. ’X” dengan konsumennya.

b. Harga

1. Penetapan harga jual yang bersaing dengan produk yang sejenis

2. Menetapkan harga jual yang sama untuk penjualan di seluruh

Indonesia

c. Distribusi

PT. ”X” memasarkan produknya 100% ekspor. Pasar

dominannya adalah negara-negara Eropa, Kanada dan Amerika

Serikat.

Page 21: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

42

d. Promosi

Promosi dilakukan oleh PT.”X”, melalui Print Advertising,

Majalah, Koran, Media Elektronik, Sale Promo, Campaign serta

poster–poster.

e. Pesaing

Dalam menyiasati kompetitor yang lebih dahulu terjun dibidang

usaha ini, PT.”X” perlu melakukan strategi : (1) Meningkatkan jalinan

hubungan yang baik dengan supplier-supplier yang telah berjalan

selama ini, (2) Harga yang kompetitif, (3) Produk yang lebih unggul

dibanding dengan produk lain yang sekelas, (4) Mengembangkan

jaringan dan distribusi pemasaran produk dinegara-negara lain dengan

memberikan produk yang erkualitas dan bersaing dengan produk-

produk hasil negara konsumen dan (5) Terus berinovasi terhadap

produk.

9. Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk menyusun strategi perusahaan. Analisis

dengan matriks ini dapat menggambarkan secara jells bagaimana peluang

dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan

dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya secara kualitatif dapat

dijabarkan sebagai berikut :

• Strength/Kekuatan

- PT.”X” telah bergerak dibidang industri furniture sejak tahun 1990 dan

didukung oleh group usaha yang juga bergerak dibidang yang sama.

Page 22: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

43

- Jaringan distribusi yang dimiliki sudah kuat.

- Memiliki hubungan yang baik dengan pemasok.

- PT.”X” telah memiliki departemen khusus yang menangani riset dan

pengembangan yang dapat bertanggung jawab terhadap pengembangan

produk yang sudah ada dan diversifikasi produk baru. Selain itu

departemen ini juga bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas

produk, peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja.

- Perusahaan selalu menciptakan produk yang inovatif yang mempunyai

ciri khas, selalu mengikuti tren pasar serta memiliki cakupan produk

yang luas (Wide Range Product).

• Weakness/Kelemahan

- Hingga saat ini belum dapat dilakukan pemisahan kinerja antara PT.

AB dengan PT.”X” secara sempurna, hal ini menyebabkan kesulitan

untuk mengukur prestasi Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan

usahanya. Dimasa yang akan datang, pemisahan ini perlu dilakukan

agar setiap unit bisnis yang ada dapat diukur kinerjanya serta

meningkatkan tanggung jawab sumber daya manusia yang terlibat

didalamnya.

- Kekurangan modal untuk pengembangan usaha lebih lanjut karena

kebijakan perusahaan dalam pengadaan persediaan bahan baku untuk

jangka waktu lebih dari 6 bulan. Manajemen perputaran persediaan

yang sangat lama mengakibatkan perusahaan setiap tahunnya selalu

kekurangan modal kerja (terlihat pada proyeksi arus kas).

Page 23: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

44

• Opportunity/Kesempatan

- Walaupun belum dapat diukur secara kuantitatif, namun potensi pasar

mebel dalam ruang (indoor furniture) di negara Amerika dan negara-

negara Eropa seperti Perancis, Jerman dan Italia masih sangat besar.

• Threat / Hambatan

- Ketergantungan PT. PT.”X” kepada pemasok bahan baku kayu untuk

dapat mempertahankan dan meningkatkan produksinya sangat tinggi.

- Jumlah perusahaan sejenis yang menekuni industri wooden furniture

masih sangat banyak terutama perusahaan yang berada di negera-

negara yang kaya akan bahan baku.

- Untuk mempertahankan kualitas produk dan dapat bersaing dipasaran

Amerika Serikat, Perusahaan harus meningkatkan kemampuan

bersaing dengan melakukan perubahan sehingga dapat membedakan

dengan produk-produk dari eksportir lain misalnya dari Negara-negara

Asia Tenggara, Cina, Amerika Selatan seperti Mexico atau Kanada

yang juga mengekspor produknya ke pasaran Amerika Serikat.

E. ANALISIS RISIKO

Berdasarkan kondisi umum eksternal dan internal perusahaan dapat

diidentifikasi risiko-risiko yang diperkirakan akan mempengaruhi manajemen

dan bisnis industri mebel kayu (wooden furniture) secara kualitatif dapat

adalah sebagai berikut :

Page 24: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

45

• Risiko Perekonomian dan Sosial Politik

Ketidakstabilan politik dan ekonomi dapat menimbulkan kerawanan

sosial, sehingga apabila terjadi ketidakstabilan di kawasan lokasi pabrik

yang bersangkutan, maka dapat mengganggu proses produksi. Selain itu,

dapat pula mengganggu jalur distribusi perusahaan bila kerawanan sosial

terjadi di daerah pemasaran perusahaan.

• Risiko Pengadaan Bahan Baku

Kontinuitas pasokan bahan baku sangat mempengaruhi

kesinambungan aktivitas produksi, disisi lain pasokan bahan baku itu

sendiri sangat tergantung pada kondisi alam, kebijakan pemerintah dan

hubungan dengan para pemasok. Untuk menghindari risiko ini, perusahaan

mengantisipasi dengan alternatif pengusahaan hutan tanaman industri di

dalam negeri atau melalui konsesi di luar negeri seperti Brasil.

Saat ini selain pemasok lokal, perusahaan juga memperoleh pasokan

dari luar negeri. Apabila pasokan bahan baku dari negara-negara pemasok

tidak dapat terjamin dengan baik, maka akan mengakibatkan terganggunya

arus persediaan bahan baku utama perusahaan yang akhirnya mengganggu

proses produksi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan telah

menetapkan strategi persediaan bahan bakunya menjadi lebih lama, yaitu

lebih dari 6 bulan yang akhirnya menyebabkan tingginya kebutuhan modal

kerja yang harus disiapkan oleh perusahaan. Kampanye internasional yang

bertema konservasi hutan juga dapat berpengaruh terhadap kebijakan

pengelolaan hutan dan produk kehutanan yang mungkin berpengaruh

negatif terhadap perusahaan.

Page 25: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

46

• Fluktuasi Harga Bahan Baku

Biaya bahan baku rata-rata mencapai lebih dari 70% dari harga

pokok penjualan, oleh karena itu fluktuasi harga bahan baku akan sangat

berpengaruh terhadap laba usaha yang dapat diperoleh perusahaan. Saat ini

harga jual produk sangat ditentukan oleh mekanisme pasar internasional.

Perubahan yang signifikan dalam harga beli kayu di pasar dapat

mempengaruhi pendapatan perusahaan secara signifikan. Maraknya

penyelundupan kayu ke negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Cina

dapat menyebabkan rusaknya harga mebel kayu di pasar internasional

yang berdampak langsung pada persaingan harga. Hal ini terjadi karena

harga kayu yang dibeli pengusaha lokal dari Kalimantan menjadi lebih

mahal dibandingkan dengan harga kayu yang diselundupkan ke Malaysia

atau Cina.

• Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah

PT. “X” merupakan perusahaan yang penjualan produknya

berorientasi ekspor, dengan demikian penerimaa penjualan ditentukan oleh

mata uang asing terutama dolar AS. Penguatan rupiah akan mengurangi

pendapatan perusahaan dalam penjabaran rupiah. Namun demikian karena

sebagian pengeluaran perusahaan seperti pembelian kayu, perekat, mesin-

mesin dan suku cadang didinominasikan dalam dolar AS, maka di satu sisi

penguatan nilai rupiah ini juga, mengurangi beban pengeluaran perusahaan

dalam penjabaran rupiah.

Page 26: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

47

• Risiko Sumber Tenaga Listrik

Dalam memproduksi barang jadi diperlukan energi listrik untuk

dapat menjalankan mesin produksi secara terus menerus tanpa gangguan.

Energi yang digunakan untuk menjalankan sebagian mesin-mesin produksi

perusahaan adalah tenaga listrik yang berasal dari PLN.

Gangguan listrik PLN akan menyebabkan terhambatnya proses

produksi, penurunan hasil produksi perusahaan dan keterlambatan

perusahaan dalam memenuhi pesanan pelanggan. Hal-hal tersebut, dapat

menurunkan pendapatan perusahaan. Dengan memiliki genset/diesel yang

mampu menghidupkan seluruh mesin-mesin dan peralatan yang ada

walaupun terjadi gangguan listrik yang permanen, Perusahaan dapat

mengantisipasi risiko tersebut.

• Persaingan Usaha

Selama ini produk-produk perusahaan relatif menghadapi persaingan

yang ketat karena banyak produsen di Indonesia yang mampu memenuhi

kualifikasi produk seperti yang diminta pasar dimana perusahaan menjual

hasil produksinya. Namun prospek bagi perusahaan diperkirakan masih

relatif baik, karena negara yang dituju merupakan negara yang termasuk

dalam 10 besar negara pengimpor mebel kayu, seperti Amerika Serikat,

Eropa, Australia, Belanda dan negara Asia sekitarnya.

Saat ini pasar terbesar yang digarap oleh perusahaan mayoritas

adalah negara Amerika Serikat, sedangkan potensi pasar di Eropa dan

sekitarnya masih sangat besar. Disamping itu, negara-negara maju dimana

produk-produk PT. “X” dipasarkan memiliki kecenderungan gaya hidup

Page 27: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

48

yang berkembang sangat pesat, sehingga menciptakan kebutuhan akan

produk mebel yang dapat memenuhi tuntutan gaya hidup tersebut.

• Risiko Pemogokan Tenaga Kerja

Usaha manufaktur wooden furniture ini merupakan industri padat

karya sehingga memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup

banyak, sehingga apabila terjadi pemogokan tenaga kerja dapat

mengakibatkan terganggunya aktivitas operasional PT. “X” dan dapat

mempengaruhi pendapatan perusahaan. Untuk meminimalkan risiko ini,

perusahaan telah menetapkan seluruh kebijakan pemerintah terutama yang

menyangkut masalah tenaga kerja.

• Risiko Penjualan

Kegiatan produksi PT. “X” selama ini, dilakukan berdasarkan

pesanan langsung yang diterima dari para pelanggan. Oleh karena itu, PT.

“X” memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap perusahaan-perusahaan

yang selama ini telah menjadi pelanggan sehingga apabila sewaktu-waktu

pelanggan menghentikan pesanan-pesanannya, maka hal ini akan sangat

mempengaruhi kegiatan usaha perusahaan. Untuk mengantisipasi hal ini,

maka perusahaan terus melakukan terobosan baru untuk mencari peluang

pasar yang masih sangat besar sekali seperti di Amerika dan negara-negara

Eropa.

• Risiko Kebijakan Negara Tujuan Ekspor

Perubahan kebijakan negara tujuan ekspor perusahaan, seperti

kebijakan fiskal dan kebijakan ”International Labelling Scheme” dapat

mempengaruhi perolehan pendapatan Perusahaan. Namun hal ini, telah

Page 28: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

49

dapat diantisipasi perusahaan melalui salah satu anak perusahaannya yang

sudah dapat memproduksi produk mebel berlabel FSC (Forest Stewarship

Council).

• Risiko Bencana Kebakaran

Terjadinya bencana kebakaran merupakan risiko besar bagi

perusahaan yang bergerak dalam bidang wooden furniture, mengingat

bahan-bahan produksi bersifat mudah terbakar. Kejadian bencana

kebakaran akan berpengaruh besar terhadap tingkat produksi perusahaan.

• Risiko Nilai Tukar Valas

PT. “X” merupakan perusahaan yang penjualan produknya

berorientasi ekspor, dengan demikian penerimaan penjualan ditentukan

dalam mata uang asing, utamanya Dolar AS. Penguatan nilai rupiah yang

terjadi akhir-akhir ini dapat mengurangi pendapatan perusahaan dalam

penjabaran secara rupiah, sehingga dapat mempengaruhi kinerja keuangan

perusahaan.

• Regulasi Pemerintah / Politis

Perubahan peraturan pemerintah terhadap penjualan produk mebel

dan eksploitasi bahan baku kayu yang tidak mendukung kegiatan usaha

dapat menjadi ancaman bagi PT. “X”. Regulasi yang seringkali berubah

seiring dengan perubahan kekuasaan membuat para pengusaha tidak dapat

membuat perencanaan jangka panjang karena terkendala dengan regulasi

yang sering kali berubah-ubah.

Page 29: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

50

• Risiko Tidak Tercapainya Proyeksi

Jika proyeksi yang disusun tidak tercapai dapat mengakibatkan

jadwal pembayaran hutang dan pembiayaan menjadi terganggu dan dapat

mengakibatkan terjadinya default.

F. ASPEK KEUANGAN

1. Rencana Perusahaan

Dalam rangka pengembangan usaha melalui pengalihan orientasi

produksi dari Outdoor furniture menjadi indoor furniture. Maka pada

tahun 2005 perusahaan akan melakukan penambahan beberapa mesin dan

peralatan, terutama pada bagian finishing serta sarana pendukung lainnya.

Proses produksi indoor furniture relatif sama dengan proses produksi

outdoor furniture, yang membedakan adalah proses finishingnya. Selain

menambah mesin-mesin baru, perusahaan juga berencana untuk

menambah bangunan pabriknya, yaitu bangunan gudang utama dan

bangunan lantai tingkat untuk stock barang.

Dengan rencana pengembangan usaha ini, perusahaan secara

bertahap juga akan meningkatkan jumlah tenaga kerjanya, khususnya

tenaga kerja langsung. Total penambahan investasi yang dibutuhkan

perusahaan untuk dapat memproduksi diperkirakan mencapai

Rp. 9.868.105.870 (Tabel 6).

Page 30: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

51

Tabel 6 : Rencana Investasi perusahaan

Jumlah investasi

(Rp)

Pembiayaan (Rp)

% Modal Sendiri

%

Investasi

Pembangunan lantai bertingkat untuk stock barang (72x6)m

284.545.000 184.954.250 65 99.590.750 35

Pembangunan Gudang Utama (56x36) m

2.507.147.070 1.629.644.296 65 877.500.775 35

Pembelian Mesin-mesin 7.076.415.800 4.599.670.270 65 2.476.745.530 35

Total 9.868.105.870 6.414.268.816 65 3.453.837.055 35

2. Analisa Neraca dan Laba/Rugi

a. Hasil Laporan Keuangan

PT. ”X” didirikan pada tanggal 8 Nopember 1990, laporan

keuangan yang disampaikan adalah Laporan Keuangan Audited per

31-12-2003, 31-12-2004 dan laporan keuangan home statement per

30-06-2005. Hasil opini dari laporan audited PT. ”X” untuk

periode tahun 2003 dan 2004 adalah disajikan secara Wajar dalam

semua hal yang material.

PT. X mulai produksi komersial sejak 1992 dan pada tahun 2002

diakuisisi oleh PT. AB.

b. Pemaparan Laporan Keuangan

Data keuangan PT. ”X” berdasarkan laporan keuangan audited

periode per 31-12-2003; 31-12-2004 dan H/S 30-06-2005 yang

menginformasikan hal-hal sebagai berikut.

Page 31: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

52

Tabel 7. Laba/(Rugi) dan Neraca (Rp.juta)

Uraian Des 2003

Des 2004

Juni 2005

Uraian Des 2003

Des 2004

Juni 2005

LABA / RUGI NERACA Pendapatan 4.160 6.723 7.836 Aktiva Lancar 35.198 46.920 44.942 Pertumbuhan (%)

61.6 133.11 Aktiva Tetap 10.943 10.410 10.133

Laba -1.076

411 496 Hutang lancar 25.106 39.651 36.900

Sales Margin % -2..87 6.12 6.34 Total Harta 46.141 57.329 55.075 Sumber : Laporan Keuangan perusahaan

Hasil pendapatan (penjualan) dari usaha meningkat pada tahun 2004

sebesar 61.6% dan semester I 2005 meningkat 133.11% dari tahun 2004,

hal ini karena perusahaan banyak melakukan diversifikasi usaha dan terus

melakukan konsolidasi dan sudah mulai meningkatnya permintaan pasar

karena kualitas yang dihasilkan sudah cukup teruji.

Kondisi laba atau rugi (L/R) pada tahun 2003 perusahaan rugi

sebesar -25.87% sedangkan pada tahun 2004, laba meningkat menjadi

sebesar 6.12% dan pada semester I 2005 sebesar 6.34% dinilai masih

wajar, mengingat perusahaan masih terus berupaya untuk berkembang dan

berupaya meningkatkan kinerja perusahaan.

Jumlah aktiva lancar menunjukkan tren yang meningkat sejalan

dengan meningkatnya aktivitas usaha, aktiva lancar didominasi oleh

persediaan (per 30-6-2005; Rp. 43.454 juta), yaitu persediaan bahan baku,

bahan setengah jadi dan persediaan barang siap jual. Hal ini disebabkan

kebijakan perusahaan untuk persediaan untuk menunjang kelancaran

proses produksi maka strategi perputaran persediaan lebih lama terutama

bahan baku kayu.

Jumlah aktiva tetap tidak terdapat peningkatan, penurunan nilai

aktiva tetap karena penyusutan. Hutang lancar memiliki kecenderungan

Page 32: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

53

yang meningkat pada tahun 2004, hal ini disebabkan meningkatnya hutang

usaha dan adanya kewajiban yang masih harus dibayar serta hutang bank

jangka pendek (KMK di Bank XYZ).

3. Analisa Rekonsiliasi Modal dan Harta tetap

Tabel 8. Rekonsiliasi Modal dan Harta Tetap Rp. Juta

Uraian Des 2003

Des 2004 Juni 2005

Uraian Des 2003

Des 2004

Juni 2005

REKONSILIASI MODAL REKONSILIASI HARTA TETAP Modal Awal 0 17.267 17.678 Saldo Akhir

Ht. Tetap 10.791 10.257 9.981

Pertambahan Pertambahan - Laba Bersih -1.076 441 496 - Penyusutan 546 547 276 - Setoran Modal 20.200 0 0 Pengurangan - Revaluasi akv. Tetap

301

Pengurangan Saldo awal Ht.Tetap

11.338 10.791 10.257

Deviden/Koreksi 2.159 Pengadaan HtTetap

14 0

Modal Akhir 17.267 17.678 18.174 Sumber : Laporan Keuangan perusahaan • Struktur modal PT. ”X” mulai tahun 2004 terdapat penambahan karena

EAT meningkat namun laba ditahan sampai semester I 2005 masih

negatif ( -2.823,47 juta). Sebelum tahun 2005 pencatatan penjualan

PT. ”X” masih diakui sebagai penjualan PT. AB termasuk HPP-nya,

sedangkan biaya-biaya lain diakui oleh PT. X sehingga mengurangi

laba perusahaan. Hal ini terjadi sebelum dilakukan penataan

perusahaan dimana PT.AB dan PT. ”X” masih digabung dan

memproduksi outdoor furniture (sampai dengan akhir 2004).

• Sejak tahun 2003 sampai semester I 2005 tidak ada penambahan

investasi harta tetap, nilai harta tetap menurun karena adanya

penyusutan.

Page 33: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

54

3. Analisa Ratio Keuangan dan Pengadaan Kas

• PT. ”X” per 30 Juni 2005 memiliki CR = 1,22 kali dan DER = 2.04

kali, dengan demikian telah memenuhi financial covenant yang

ditentukan Bank dimana untuk CR minimal 1,2 kali dan DER

maksimal 2,5 kali untuk sub sektor industri pengolahan kayu dan

kerajinan (Tabel 9).

Tabel 9. Ratio Keuangan

Uraian Desember 2003

Desember 2004

Juni 2005

Ratio Keuangan Current Ratio (CR ) 1.40 kali 1.18 kali 1.22 kali Debt Equity Ratio (DER) 1.45 kali 2.24 kali 2.03 kali

Pernyataan Pengadaan Kas (Rp.juta) Sumber Kas - Dana Operasi Bruto (530) 959 773- Sumber Operasionil 12.306 14.667 (3.328)- Sumber Non Operasionil 37.070 0 577 Sub. Total Sumber Kas. 48.846 15.626 (1.978) Penggunaan Kas - Keperluan Operasional 35.135 11.447 1.770 - Keperluan Non Operasional 13.648 3.905 0 Sub.Total Penggunaan Kas 48.783 15.352 1.770 Kenaikan/penurunan Kas 63 274 -208

Sumber : Laporan Keuangan perusahaan

• Manajemen pembelanjaan perusahaan berdasarkan laporan keuangan

2003 dan 2004 terlihat perusahaan mengalami surplus kas, namun pada

periode Semester I 2005 perusahaan mengalami defisit kas karena

adanya pembelian bahan baku dan bahan pembantu yang cukup besar

(keperluan operasional), perusahaan dapat membayar seluruh

keperluan rutin perusahaan.

• Umur piutang relatif semakin cepat dari tahun ke tahun, pada tahun

2003 = 24 hari menjadi 55 hari pada Des 2004 dan pada Juni 2005 =

Page 34: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

55

24 hari, hal ini menunjukkan manajemen piutang menjadi semakin

baik.

Tabel 10. Komponen Aktivitas

Rp. JutaDeskripsi Des 2003 Des 2004 Jun 2005

(Audited) (Audited) H/S Komponen Aktivitas a. Piutang Usaha 278 1.030 1.048 b. Persediaan 34.743 45.333 43.454 c. Hutang Usaha 6.099 9.881 8.867 Aktivitas (Hari) a. Perputaran piutang 24 55 24 b. Perputaran Persediaan (Inventory/hpp) 31.190 3.458 1.302 c. Perputaran Hutang 528 529 204

• Umur persediaan pada tahun 2003 sangat tinggi karena pencatatan

penjualan masih digabung dengan PT. AB sehingga jumlah penjualan

dan HPP tidak real, pada tahun 2004 umur persediaan 3.458 hari dan

1.302 hari pada Juni 2005, kebijakan perusahaan untuk umur

persediaan terutama bahan baku kayu dibuat lebih dari 6 bulan karena

untuk menjamin ketersediaan bahan baku, namun penumpukan

persediaan akan mengganggu perputaran modal kerja secara

keseluruhan karena menimbulkan dana idle dan tidak produktif. Nilai

persediaan yang sangat tinggi juga dapat mengindikasikan tingkat

penjualan yang tidak sebanding dengan tingkat produksinya.

• Umur hutang di tahun 2003 adalah 528 hari, pada tahun 2004 = 529

hari dan pada Juni 2005 cenderung semakin cepat yaitu 204 hari. Hal

ini menunjukkan pembayaran kepada supplier semakin lancar dan

sesuai dengan kesepakatan dengan supplier.

Page 35: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

56

5. Analisa Proyeksi Keuangan

Asumsi-asumsi proyeksi keuangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Produksi

Sesuai dengan rencana perusahaan yang akan mengalihkan

orientasi produksi ke arah indoor furniture, maka produksi outdoor

furniture hanya akan dilakukan pada tahun 2005 dan 2006. Rencana

produksi juga didasarkan pada bahan baku yang tersedia hingga akhir

Desember 2004. Saldo akhir bahan baku sebesar 6.255 m³ yang

kemudian akan digunakan untuk memproduksi produk outdoor,

sebagian direncanakan akan digunakan untuk kebutuhan produksi

indoor furniture.

Komposisi produksi untuk indoor furniture selama masa

proyeksi adalah 56,68% jenis bedroom set, 22,84% jenis cabinet set,

dan 20,49% jenis produk mebel lainnya. Tingkat produksi disesuaikan

dengan tingkat produksi finishing perusahaan tahun 2004 sebesar

2.122 m³(60,63%) dari kapasitas normal sebesar 3.500m³ (Tabel 11).

Tabel 11. Proyeksi Kapasitas Produksi Terpakai tahun 2005-2010

Tahun Kapasitas terpasang (m3/tahun)

Utilisasi Komposisi Produksi % Terpakai

(m3) Outdoor Indoor

Sem II-2005

3.250 50 1.625 163 1.463

2006 6.500 55 3.575 358 3.218 2007 6.500 60 3.900 3.900 2008 6.500 65 4.225 4.225 2009 6.500 70 4.550 4.550 2010 6.500 75 4.875 4.875

Adanya penambahan mesin dan rencana perubahan orientasi

produk menjadi indoor furniture, maka diasumsikan kapasitas

Page 36: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

57

produksi meningkat menjadi ± 6.500 m3. Proyeksi kapasitas produksi

terpakai pada tahun pertama baru mencapai 50%, yang kemudian

diasumsikan meningkat bertahap sebesar 5% tiap tahunnya.

Produksi dan penjualan hasil produksi outdoor furniture akan

diperhitungkan dalam satuan m3, sedangkan untuk indoor furniture

akan dikonversi kedalam satuan unit. Komposisi produksi untuk

indoor furniture yang direncanakan selama masa proyeksi adalah (a)

Bedroom set (56.6%), (b) Cabinet set (22.9%) dan (c) Jenis Lainnya

(20.5%)

b. Penjualan

Volume penjualan didasarkan pada rencana produksi, penjualan

outdoor hanya diperhitungkan dalam satuan m³, sedangkan proyeksi

penjualan produk indoor furniture dikelompokkan menjadi bedroom

set, cabinet set dan lainnya. Rencana volume penjualan dapat dilihat

pada Tabel 12.

Tabel 12. Proyeksi Penjualan

PROYEKSI PENJUALAN TAHUN 2005-2010

2005 2006 2007 2008 2009 2010 Outdoor Furniture (m³) 1,351 1,615 1,078 893 Indoor Furniture Bedroom Set (m³) 207 996 1,853 2,539 3,004 3,310 Cabinet Set (m³) 84 402 747 1,023 1,211 1,334 Lainnya (m³) 75 360 670 918 1,086 1,197 Total Penjualan (m³) 1,716 3,373 4,347 5,373 5,301 5,840

Harga jual produk :

- Outdoor furniture USD 1214.64 / m3

Page 37: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

58

- Indoor furniture terdiri dari :

• Bedroom Set USD 475 / unit

• Cabinet Set USD 237.5/ unit

• Lainnya USD 190 / unit

Penentuan harga jual disesuaikan dengan harga jual rata-rata

yang diterapkan sesuai harga per Desember 2004 dan diproyeksikan

akan mengalami kenaikan sebesar 5% setiap tahunnya.

Penjualan dilakukan hanya untuk pasar ekspor. Harga jual

diasumsikan mengalami kenaikan 5% pertahun dengan tingkat kenaikan

nilai tukar terhadap rupiah 1%. (kurs US$ 1 dalam tahun I = Rp. 9.750).

Syarat penjualan secara tunai 10% dan 90% kredit dengan jangka

waktu 30 hari. Dengan dasar perhitungan tersebut diatas, dapat

diketahui proyeksi total penjualan setiap tahunnya. Proyeksi total

penjualan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Proyeksi total penjualan

Uraian Th. ke-1 Sem II 2005

Th. Ke-2 2006

Th. ke-3 2007

Th. ke-4 2008

Th. ke-5 2009

Th. Ke-6 2010

Penjualan (m3) - Outdoor furniture 1,351 1,615 1,078 893 - Indoor furniture Bedroom set 207 996 1,853 2,539 3,004 3,310 Cabinet Set 84 402 747 1,023 1,211 1,334 Lainnya 75 360 670 918 1,086 1,197 Total 1,716 3,373 4,347 5,373 5,301 5,840 Nilai penjualan (Rp. ribu)

- Outdoor furniture 15,995,101 18,517,950 12,844,875 11,895,981 - Indoor furniture Bedroom set 2,340,885 10,337,166 20,692,499 30,840,675 39,523,284 46,845,612 Cabinet Set 1,170,551 5,169,060 10,347,204 15,421,761 19,763,466 23,424,967 Lainnya 936,457 4,135,321 8,277,910 12,337,627 15,811,053 18,740,306 Total 20,442,993 38,159,497 52,162,487 70,496,044 75,097,803 89,010,885

Page 38: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

59

Produk outdoor furniture diproyeksikan tidak dapat terjual

seluruhnya sesuai dengan periode produksi yang hanya akan dilakukan

pada tahun 2005 dan 2006, sehingga harga jual tidak mengalami

peningkatan. Hal ini didasarkan pada perkiraan menurunnya nilai barang

sebagai pengaruh perubahan kecenderungan atau tren, kondisi produk

dan rencana perusahaan untuk melakukan pelunasan KMK lama

diperoleh untuk operasional outdoor furniture.

c. Pembelian Bahan Baku

Perhitungan biaya pembelian bahan baku didasarkan pada

jumlah bahan yang digunakan dengan memperhitungkan persediaan

selama 480 hari. Bahan baku utama yang diperlukan kayu Nyatoh dan

bahan pembantu yang dibutuhkan adalah hardware, canvas, carton box,

cat, dan MDF.

Biaya bahan baku kayu ± USD. 288,89 per m3. Harga bahan

baku diperkirakan meningkat ± 5% pertahun. Rendemen dari bahan

baku kayu yang digunakan adalah ± 60%.

Penggunaan bahan baku pembantu dapat mencapai 50% dari

total biaya bahan baku untuk outdoor furniture dan 60% untuk indoor

furniture. Pembelian dilakukan secara tunai ± 15% dan 85% kredit

dengan jangka waktu ± 10 hari.

d. Upah Langsung

Perhitungan upah langsung didasarkan pada jumlah tenaga kerja

langsung dan gaji/bln/orang. Jumlah tenaga kerja langsung pada kondisi

Page 39: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

60

kapasitas penuh berjumlah 350 orang, setelah pengembangan

diperkirakan akan berjumlah 485 orang. Biaya tenaga kerja langsung

diperkirakan ± 8% dari nilai penjualan.

e. Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik diperkirakan ± 10% dari total penjualan,

terdiri dari biaya tenaga kerja tak langsung, biaya pengeringan kayu,

biaya angkut kayu, biaya perawatan, biaya perlengkapan produksi,

biaya listrik dan penerangan, asuransi pabrik, biaya kebersihan,

transportasi, biaya pabrikan lainnya.

f. Biaya bahan pembantu, biaya overhead, biaya tenaga kerja dan

beban usaha diperkirakan meningkat ± 10% pertahun kecuali untuk

beban usaha tahun 2005 diasumsikan meningkat 20% karena adanya

perubahan orientasi produksi. Tahun 2005 terdapat penambahan tenaga

kerja produksi sebesar 40%.

g. Biaya Operasional Kantor

Biaya operasional kantor yang meliputi biaya administrasi umum

dan pemasaran terdiri dari :

- Biaya Pemasaran , diasumsikan ± 3% dari total penjualan, biaya

pemasaran dialokasi untuk (a) Gaji dan tunjangan Bag. Pemasaran,

(b) Komunikasi, (c) Ekspor, (d) Pengangkutan dan (e) Promosi.

- Biaya Administrasi & Umum, diasumsikan ± 3% dari total

penjualan, biaya administrasi dan umum dialokasi untuk (a) Gaji

dan tunjangan Bag, Adm & umum, staff pabrik dan direksi, (b)

Biaya administrasi kantor, (c) Biaya bank (administrasi dan selain

Page 40: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

61

biaya margin/bagi hasil), (d) Jasa profesional. Secara keseluruhan

biaya-biaya (selain gaji) diasumsikan naik 2% pertahun.

h. Biaya Non Operasional

a. Pajak Perseroan

Besarnya pajak perseroan (Badan) diperhitungkan sebesar 30%

dari keuntungan sebelum pajak / Earning Before Tax (EBT)

b. Depresiasi dan Amortisasi dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Penyusutan dan amortisasi

No. Jenis aktiva Rate per tahun 1 Tanah 0% 2 Bangunan & Prasarna 5% 3 Mesin & Perlengkapan 12.5% 4 Inventaris Kantor 25% 5 Kendaraan Operasional 25%

i. Pajak Penghasilan Perusahaan

Pajak penghasilan PT. X dihitung sesuai dengan peraturan perpajakan

yang berlaku yakni :

- Penghasilan Rp 0 s/d Rp 50.000.000 10%

- Penghasilan Rp 50.000.000 s/d Rp.100.000.000 15%

- Penghasilan > Rp 100.000.000 30%

6. Evaluasi Proyeksi Keuangan

Berdasarkan asumsi – asumsi yang digunakan di peroleh hal-hal

sebagai berikut :

Proyeksi Laba (Rugi)/Neraca

Dengan asumsi peningkatan penjualan sebesar rata-rata +/-

13.00% per tahunnya. maka diproyeksikan persero dapat mencapai

Page 41: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

62

laba dan meningkatkan modal perusahaan. Aktiva lancar cenderung

meningkat sesuai aktivitas usaha, sedangkan aktiva tetap menurun

karena penyusutan tiap tahun. Untuk hutang lancar (berupa hutang

usaha dan pembiayaan modal kerja) diproyeksikan berfluktuasi sesuai

aktivitas usaha dan hutang jangka panjang diproyeksikan berkurang

karena Pembiayaan Musyarakah (investasi) dapat diselesaikan pada

tahun 2009.

Tabel 15. Proyeksi Laba (Rugi) /Neraca Perusahaan

Uraian 31-12-05 31-12-06 31-12-07 31-12-08 31-12-09 31-12-10 Laba / (Rugi) 6 bulan

Revenue (Rp.juta) 21,640 45,783 53,354 61,297 70,006 79,544 Pertumbuhan % 176.16 5.78 16.54 14.89 14.21 13.63 Laba (Rp.juta) 1,252 1,271 2,053 2,867 3,808 5,096 Sales Margin % 5.78 2.78 3.85 4.68 5.44 6.41

31-12-05 31-12-06 31-12-07 31-12-08 31-12-09 31-12-10Neraca (Rp.Juta) Aktiva Lancar 46,431 50,908 58,605 66,786 75,759 85,592Aktiva Tetap 19,029 17,098 15,188 13,301 11,414 9,526 Hutang Lancar 36,166 38,388 43,545 48,393 53,094 57,129 Hutang J.P. 6,400 5,452 4,030 2,607 1,185 0 Total Modal 22,894 24,166 26,219 29,086 32,894 37,990 Total Aktiva 65,460 68,006 73,73 80,087 87,173 95,118

• Proyeksi Ratio Keuangan

Ratio Likuiditas (CR) dan Leverage (DER) perusahaan dapat

terpenuhi sebagaimana persyaratan Bank, minimal CR = 1.2 kali dan

maksimal DER = 2.5 kali, hal ini dapat dipenuhi perusahaan, dengan

syarat tahun 2005 kebutuhan modal kerja / pembelian bahan baku dan

bahan pembantu dapat dipenuhi dari penggunaan kasnya ditambah

dengan pembiayaan bank.

Page 42: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

63

Ratio arus kas (EBITDA/debt dan EBITDA/int(marjin))

menunjukkan kecenderungan semakin baik, pada tahun ke 5 atau tahun

2008, EBITDA perusahaan sudah lebih besar dari jumlah hutang hal

ini menunjukkan bahwa sejak tahun 2010 operasional perusahaan

sudah cukup baik (surplus) dan perusahaan telah dapat membukukan

keuntungan, kemampuan membayar marjin dari hasil operasinya

(EBITDA/marjin) dapat tercapai sejak tahun 2005 .

Tabel 16. Proyeksi Ratio Keuangan

Proyeksi Ratio 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Current Ratio X 1,28 1,33 1,35 1,38 1,43 1,50 DER X 1,86 1,81 1,81 1,75 1,65 1,50 EBITDA/ DEBT

% 24,14 36,85 47,86 64,36 88,29 116,66

EBITDA/ INT

% 734,00 614,75 696,58 775,06 788,14 1.670,34

EAT/Sales % 8,26 8,63 9,33 9,51 9,19 9,75 Ratio Profitabilitas (EAT/sales) sejak awal proyeksi (semester

II 2005) sudah positif , namun laba ditahan masih negatif sampai

periode 2006. EAT menunjukkan kecenderungan yang meningkat dan

sejak tahun 2005, diharapkan kemampuan perusahaan mendapatkan

laba semakin lama semakin baik sejalan dengan berkembangnya

perusahaan.

7. Analisa Kelayakan Keuangan

Analisis kelayakan dari aspek keuangan akan memberikan

pemahaman tentang laporan keuangan dan berbagai kriteria penilaian

kelayakan investasi. Data yang digunakan dalam analisa kelayakan adalah

data pendapatan bersih, yang diperoleh dengan cara mengurangkan arus

Page 43: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

64

kas masuk dengan arus kas keluar. Kriteria kelayakan yang digunakan

untuk menilai kelayakan keuangan dalam kajian ini adalah PBP, NPV,

B/C ratio, BEP dan IRR.

Setelah diperoleh pendapatan bersih kemudian dilakukan

pendiskontoan terhadap pendapatan bersih tersebut sebagai pendekatan

adanya nilai uang terhadap waktu. Tingkat diskonto yang digunakan

adalah sebesar 16% yang merupakan rata-rata suku bunga deposito bank

umum pada saat kajian. Hasil perhitungan PBP, NPV, B/C ratio, dan IRR

dapat di lihat pada Tabel 17.

Tabel 17 . Hasil analisis keuangan PT. “X”.

Uraian PBP (tahun)

NPV (Rp juta) BEP (Rp.juta) B/C ratio IRR (%)

Nilai 3,1 11.095 23.622

3,90 45.25

Berdasarkan Tabel 17 tersebut, PT. “X” dalam berproduksi

mempunyai nilai PBP 3,1 tahun, artinya perusahaan tersebut mampu

mengembalikan investasinya dari modal awal selama tiga tahun satu

bulan. Nilai BEP yang diperoleh dalam rupiah karena produk yang

dihasilkan oleh PT.”X” adalah produk yang mempunyai satuan unit dan

nilainya tidak sama, sehingga untuk mempermudah, maka satuan yang

digunakan adalah rupiah. Nilai BEP yang diperoleh adalah Rp. 23.622

juta, artinya jika usaha indoor furniture ini dapat menghasilkan penjualan

rata-rata sebesar Rp. 23.622 juta, maka usaha ini mencapai titik impas.

Nilai NPV yang dihasilkan adalah Rp. 11,095 juta artinya

perusahaan selama menjalankan usahanya mendapatkan keuntungan

Page 44: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

65

Rp. 11,095 juta setelah dikurangi modal awal. Hasil perhitungan B/C ratio

diperoleh nilai 3,90 artinya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan 1

satuan akan menghasilkan tingkat pendapatan sebesar 3,90 satuan. Untuk

penilaian IRR, menghasilkan nilai 45,25%, nilai tersebut lebih tinggi jika

dibandingkan dengan suku bunga deposito bank umum pada saat kajian

(16%), sehingga usaha indoor furniture ini layak untuk dilaksanakan.

8. Analisis Kepakaan (Analisis Sensitivitas).

Untuk menganalisis perkiran arus kas di masa datang, perusahaan

berhadapan dengan ketidakpastian. Hal ini berakibat, hasil perhitungan di

atas kertas dapat menyimpang jauh dari kenyataannya. Ketidakpastian itu

dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek bisnis dalam

beroperasi untuk menghasilkan laba perusahaan. Secara jelas dapat dilihat

pada table 18.

Tabel 18. Analisis Sensitivitas

PBP NPV B/C Ratio IRR

Kenaikan Kurs 5 % 2 th 10 bln Rp.11.037 jt 4,23 55,25%

Kenaikan Bahan

baku 10%

Melebihi masa

project

( -) 1,09 (-)

Pada analisis kelayakan dari usaha PT.”X” ini juga dilakukan analisis

sensitivitas. Kepekaan yang diuji adalah terhadap kemungkinan kenaikan

harga bahan baku dan fluktuasi kurs. Dari hasil perhitungan diketahui

bahwa ternyata perusahaan memang sangat sensitive terhadap kenaikan

Page 45: III. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Lokasi yang dipersiapkan untuk penambahan mesin produksi adalah lokasi yang sudah ada dan sudah berjalan, terletak di Kecamatan

66

harga bahan baku yang juga akan diikuti dengan kenaikan harga jual

produk. Sedangkan terhadap fluktuasi kurs tidak terlalu berpengaruh

karena perusahaan dalam melakukan pembelian bahan baku serta

penjualan produk juga menggunakan kurs dollar.