II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan...

19
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Epidemi Dengue Penyakit Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan wabah (Siregar, 2004). Penyakit tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1801 di Spanyol, tetapi istilah dengue pertama kali menjadi popular sejak terjadinya epidemik di Kuba tahun 1828. Kata dengue yang dalam bahasa Spanyol berarti sopan santun karena sikap membungkuk, mencerminkan cara berjalan penderita akibat rasa nyeri pada tulang dan sendi serta gangguan motorik pada lutut dan mata kaki. Virus dengue termasuk virus RNA, kelompok Arthropod Borne Virus (Arbovirus), genus Flavivirus familia Falviviridae, bentuk batang, berukuran 50 mm, bersifat termolabil, stabil pada suhu penyimpanan – 70 o C. Virus ini diisolasi pada tahun 1944 oleh Sabin dan kawan-kawan dari US Army di India, Papua New Guenea, dan Hawaii (Sabin 1952 dalam Gubler et al, 1979). Kelompok ini juga mengembangkan uji haemaglutination inhibition test (Hi test) untuk uji serologis. Virus yang ditemukan dari Hawaii disebut dengue – 1 (DEN- 1) dan dari Papua New Guenea disebutnya DEN-2 dan hasil dari isolasi dari pasien DBD pada epidemik di Manila tahun 1956 disebut DEN-3 dan DEN-4 (Gubler, 1979). Untuk membedakan jenis virus, Poorwosoedarmo (1988) menggunakan istilah tipe dengue 1, 2, 3, dan 4. Keempat serotipe virus dengue tersebut ditemukan di berbagai daerah, tetapi yang dominan di Indonesia adalah serotipe DEN 3. Pada awalnya virus dengue hanya terdapat didalam hutan Afrika, jauh dari kehidupan manusia. Virus ini ditransmisikan ke manusia oleh Aedes aeagypti dan Aedes albopictus (Gubler et al, 1979) yang telah beradaptasi dengan lingkungan peridomestik dan bertelur di genangan-genangan air di sekitar lingkungan pemukiman akibat pembakaran hutan. Virus dengue tersebar keluar Afrika melalui perdagangan budak pada abad ke 17–19. Wabah DD/DBD mulai masuk ke Asia sesudah Perang Dunia II.

Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan...

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Epidemi Dengue

Penyakit Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya

dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan

wabah (Siregar, 2004). Penyakit tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1801

di Spanyol, tetapi istilah dengue pertama kali menjadi popular sejak terjadinya

epidemik di Kuba tahun 1828. Kata dengue yang dalam bahasa Spanyol berarti

sopan santun karena sikap membungkuk, mencerminkan cara berjalan penderita

akibat rasa nyeri pada tulang dan sendi serta gangguan motorik pada lutut dan

mata kaki.

Virus dengue termasuk virus RNA, kelompok Arthropod Borne Virus

(Arbovirus), genus Flavivirus familia Falviviridae, bentuk batang, berukuran

50 mm, bersifat termolabil, stabil pada suhu penyimpanan – 70o C. Virus ini

diisolasi pada tahun 1944 oleh Sabin dan kawan-kawan dari US Army di India,

Papua New Guenea, dan Hawaii (Sabin 1952 dalam Gubler et al, 1979).

Kelompok ini juga mengembangkan uji haemaglutination inhibition test (Hi test)

untuk uji serologis. Virus yang ditemukan dari Hawaii disebut dengue – 1 (DEN-

1) dan dari Papua New Guenea disebutnya DEN-2 dan hasil dari isolasi dari

pasien DBD pada epidemik di Manila tahun 1956 disebut DEN-3 dan DEN-4

(Gubler, 1979). Untuk membedakan jenis virus, Poorwosoedarmo (1988)

menggunakan istilah tipe dengue 1, 2, 3, dan 4. Keempat serotipe virus dengue

tersebut ditemukan di berbagai daerah, tetapi yang dominan di Indonesia adalah

serotipe DEN 3.

Pada awalnya virus dengue hanya terdapat didalam hutan Afrika, jauh dari

kehidupan manusia. Virus ini ditransmisikan ke manusia oleh Aedes aeagypti dan

Aedes albopictus (Gubler et al, 1979) yang telah beradaptasi dengan lingkungan

peridomestik dan bertelur di genangan-genangan air di sekitar lingkungan

pemukiman akibat pembakaran hutan. Virus dengue tersebar keluar Afrika

melalui perdagangan budak pada abad ke 17–19. Wabah DD/DBD mulai masuk

ke Asia sesudah Perang Dunia II.

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

14

Di Asia Tenggara pertama kali terjadi di Manila Filipina pada tahun

1953 – 1954 dan kemudian tahun 1956 terulang kembali. Wabah demam yang

terjadi di Filipina pada tahun 1953 menyerang anak-anak disertai manifestasi

perdarahan dan renjatan, dengan angka kematian hingga 6 % (Gubler et al, 1979).

Untuk membedakan dengan wabah DBD yang sedang diteliti di Korea saat itu,

maka wabah tersebut diberi nama Philippine Haemorhagic Fever. Epidemi di

Bangkok, tahun 1958 mencapai angka kematian 10 %. Saat itu di Hanoi, Vietnam

Utara juga mengalami kejadian sama. Wabah juga terjadi di Singapura pada tahun

1960, Malaysia antara tahun 1962–1964 dan di Calcutta, India pada tahun 1963.

(Poorwosoedarmo, 1988). Penyakit demam berdarah dengue (DBD) pertama kali

ditemukan di Kota Manila (Philipina) pada tahun 1953 kemudian menyebar ke

berbagai negara. Penyakit ini sering menimbulkan wabah dan menyebabkan

kematian pada banyak orang terutama anak-anak. Berikutnya wabah muncul

berulang setiap tiga hingga lima tahun di banyak negara Asia Tenggara.

Di Indonesia penyakit ini ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya tetapi

konfirmasi virologist baru diperoleh pada tahun 1970 dan DKI Jakarta pertama

kali dilaporkan (Kho, 1969 dalam Poorwosoedarmo, 1988) dan mulai menjadi

wabah pada tahun 1973 kemudian menyebar ke berbagai wilayah. Kini semua

propinsi yang ada di Indonesia sudah terjangkit penyakit DBD di berbagai kota

maupun desa terutama yang padat penduduknya dan arus transportasinya lancar.

Indonesia menempati urutan kedua setelah Thailand, menurut Suroso (2001)

menyebutkan, bahwa sejak ditemukannya kasus DBD di Surabaya tahun 1968

terus terjadi peningkatan dari 0,05 pada tahun 1968 menjadi 35,19 pada tahun

1998 per 100.000 penduduk. Sejak 1994 seluruh propinsi di Indonesia telah

melaporkan kasus DBD (Departemen Kesehatan, 2003), Case Fatality Rate

(CFR) tercatat 2,22 % pada tahun 1997. KLB tahun 2004 yang terjadi pada bulan

Januari sampai April dengan jumlah kasus di seluruh Indonesia 58.861 dan 669

meninggal, di DKI Jakarta tercatat 16.950 kasus dengan 79 meninggal atau

incidence rate (IR) sebesar 150,7 per 100.000 penduduk dan CFR 0,4. CFR untuk

seluruh Indonesia adalah 2,0 tetapi di beberapa daerah seperti Nusa Tenggara

Timur mencapai 4,0, Yogyakarta sebesar 3,8 dan Sulawesi Selatan 3,6.

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

15

2.2. Bioekologi Aedes aegypti

Menurut Harrington et al. (2001) Aedes merupakan nyamuk paling efektif

untuk menularkan penyakit. Siklus hidup yang singkat, kebutuhan makanan yang

sedikit dan kemampuan untuk bertahan dalam kondisi kering dan suhu rendah

pada stadium telur, memungkinkannya bertahan hidup untuk jangka waktu lama

di lingkungan yang tidak menguntungkan. Menurut Carcavallo (1995) siklus satu

generasi Aedes aegypti adalah 15 hari pada suhu 270C dan sembilan hari pada

280C. Lebih lanjut menurut Taboada (1967) dan Oda et al. (1982) kemampuan

bertelur dan penetesan tanpa mengenal musim menyebabkan nyamuk ini ada

setiap tahun di daerah tropis.

Nyamuk Aedes aegypti bersifat antropofilik, mendatangi daerah perumahan

untuk berkembang biak di berbagai genangan sekitar rumah dan memasuki rumah

untuk makan atau istirahat. Aedes aegypti termasuk jenis Artropoda dari kelas

insecta, ordo Diptera, famili culicidae dan genus Aedes. Frekuensi curah hujan

yang moderat dan penyinaran yang relatif panjang akan menambah kesempatan

terciptanya habitat perkembangbiakan bagi nyamuk vektor (Christophers, 1960).

Jarak terbang Aedes aegypti pada lingkungan urban hanya 25 - 100 m dan

tidak melebihi jarak 500 m, tidak jauh dari tempat bertelur dan sumber

makanannya, yaitu keberadaan manusia. Seekor nyamuk betina rata-rata hanya

mengunjungi satu atau dua rumah, dan hanya 0,7% yang mengunjungi lima

rumah. Nyamuk tertarik cahaya terang (siang hari), pakaian berwarna gelap,

adanya manusia serta hewan. Daya tarik yang menyebabkan nyamuk mendekat

ke manusia adalah CO2 yang keluar dari tubuh manusia, asam amino, suhu

lingkungan hangat dan kelembaban (Gubler et al, 1979).

Terjadinya ledakan dengue diakibatkan juga oleh perilaku menggigit

berulang nyamuk betina untuk melengkapi siklus gonotropik: agar setelah dibuahi

oleh nyamuk jantan, telur menjadi matang dan dapat menetas. Nyamuk Aedes.

aegypti jantan menghisap cairan tumbuhan sebagai makanan, sedangkan nyamuk

betina lebih menyukai darah manusia. Nyamuk betina aktif pada siang hari

dengan dua puncak menggigit pada pukul 7.00 - 10.00 pagi dan pukul 15.00 -

17.00 sore. Nyamuk betina lebih banyak menggigit di dalam rumah daripada di

luar rumah (Trips et al.,1973). Setelah menggigit nyamuk beristirahat dan

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

16

kemudian bertelur dalam waktu 20 - 36 jam (Lardeux et al., 2002) atau dua

hingga tiga hari kemudian (Cristophers, 1960). Telur diletakkan satu per satu

dalam kelompok, berbentuk seperti sarang tawon dalam jumlah antara 100 - 300

butir untuk satu kali bertelur (Christophers 1960). Masa hidup nyamuk Aedes rata-

rata sekitar satu bulan dengan kemungkinan 15 kali bertelur sepanjang hidupnya .

Menurut Lok (1985) pemantauan kepadatan populasi Aedes aegypti dapat

dilakukan dengan memeriksa 100 rumah di suatu daerah untuk menghitung indeks

jentik yang meliputi: house index (persentase rumah ditemukannya jentik Aedes

aegypti), container index (persentase wadah positif terdapat jentik Aedes aegypti)

dan breteau index (jumlah wadah positif jentik Aedes aegypti per 100 rumah).

Dalam suatu studi di Taiwan selama terjadi ledakan ditemukan rata-rata hanya

satu nyamuk dewasa betina per rumah. Angka ini dapat menjadi indikator batas

minimal jumlah nyamuk Aedes aegypti untuk kasus ledakan. Faktor penting yang

mempengaruhi transmisi adalah perbandingan antara nyamuk betina infektif dan

tidak infektif. Di Singapura rasio infeksi minimal pada Aedes aegypti 0,51 per

1000 dan pada Aedes albopictus 0,59 per 1000 nyamuk. Rasio ini dapat digunakan

sebagai indeks untuk arboviral disease dalam kontak antara vektor infektif dan

kejadian pada manusia di luar rumah. Selain itu juga digunakan indeks jumlah

nyamuk infektif per rumah. Indeks ini sering digunakan karena hubungan yang

erat antara rumah dan vektor. Jumlah virus yang menginfeksi betina per total

jumlah betina yang ditangkap per jumlah rumah yang dikunjungi di tiga

perkampungan di India selama epidemik adalah 1/15/20, 1/18/25 dan 1/18/32

(Chan, 1971; Chen, 1995 dalam Gubler et al, 1979).

2.3. Penularan Demam Berdarah Dengue

Nyamuk Aedes aegypti menjadi infektif setelah menggigit manusia yang

sakit atau dalam keadaan viremia (masa virus bereplikasi cepat dalam tubuh

manusia, yakni : dua hari sebelum demam sampai lima hari sesudah demam).

Setelah virus masuk ke saluran pencernaan, di haemocoel mengalami multiplikasi

dengan cepat. Nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi

penular sepanjang hidupnya. Ketika menggigit manusia nyamuk mensekresikan

kelenjar saliva melalui probosis terlebih dahulu agar darah yang akan dihisap

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

17

tidak membeku. Bersama sekresi saliva inilah virus dengue dipindahkan dari

nyamuk antar manusia (Gubler et al, 1979).

Infeksi salah satu serotipe virus dengue akan menimbulkan antibodi

terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak terhadap serotipe yang lain.

Banyaknya serotipe dengue dan perbedaan antibodi menjadi salah satu penyebab

kasus penyakit DBD sulit dikendalikan. Infeksi oleh satu serotipe virus dengue,

hanya akan menimbulkan DD tanpa disertai perdarahan (Chungue et al, 1990;

Jennings et al, 1990). Seorang yang digigit nyamuk Aedes infektif akan melewati

masa inkubasi selama empat sampai enam hari, kemudian terjadi viremi selama

lima sampai enam hari.

Virus dengue tipe 3 dipercaya menjadi penyebab terjadinya wabah di banyak

tempat. Sejak tahun 1960 virus dengue tipe 2 dianggap sebagai penyebab utama

kasus berat yang menyebabkan kematian di Thailand, tetapi pada waktu terjadi

epidemi di Filipina dan Thailand tahun 1966–1967 diketahui disebabkan oleh

virus dengue tipe 3 dan 4 (Gubler et al., 1979). Di Indonesia sebagian besar

penderita DBD berat maupun yang meninggal diakibatkan oleh virus dengue tipe

3. Kejadian yang sama adalah wabah di Bantul Jawa Tengah, pada semua

penderita DBD yang meninggal berhasil diisolasi virus dengue tipe 3, sedangkan

pada waktu terjadi wabah di Pontianak, virus dengue tipe 3 tidak hanya

merupakan tipe virus utama, tetapi juga merupakan tipe yang paling virulen

(Poorwosoedarmo, 1988).

Karena banyaknya kasus dan terutama seringnya muncul KLB, Departemen

Kesehatan (2003) menyebutkan faktor-faktor yang terkait dengan penularan DBD

adalah:

1. Kepadatan penduduk, semakin padat akan semakin mudah terjadi penularan

karena jarak terbang nyamuk Aedes berkisar 50 m.

2. Mobilitas penduduk, memudahkan penularan dari satu tempat ke tempat lain.

3. Kualitas perumahan, jarak antara rumah, pencahayaan, bentuk rumah, bahan

bangunan akan mempengaruhi penularan. Jika ada nyamuk penular maka akan

menularkan penyakit pada orang yang tinggal di rumah tersebut, orang yang

berkunjung ke rumah itu ataupun pada rumah-rumah disekitar jarak terbang

nyamuk.

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

18

4. Pendidikan, akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan

dan cara pemberantasan yang dilakukan.

5. Penghasilan, akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat

6. Sikap hidup, jika senang kebersihan maka akan mempengaruhi risiko tertular

DBD.

7. Golongan umur, kurang dari umur 15 tahun berpeluang lebih besar untuk

terkena DBD.

8. Kerentanan tiap individu terhadap penyakit berbeda-beda.

2.4. Manifestasi Klinis Demam Berdarah Dengue

Infeksi virus dengue dapat bergejala (simptomatis) atau tidak bergejala

(asimptomatis) sehingga sering terjadi kesalahan diagnosis karena hanya dianggap

sebagai penyakit flu atau tipus. Penderita DBD sering menunjukkan gejala batuk,

pilek, muntah, mual, bahkan diare. Untuk itu dibutuhkan ketajaman pengamatan

klinis berdasarkan analisis laboratorium. Infeksi virus dengue simptomatis

mungkin sebagai sindrom penyakit DD, DBD atau DSS. Infeksi dari satu serotipe

dengue hanya memberikan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe yang

bersangkutan, tetapi tidak terbukti adanya proteksi silang terhadap serotipe

lainnya. Hemostasis abnormal, kebocoran plasma yang diperlihatkan sebagai

trombositopenia, dan peningkatan hematokrit hanya ada pada DBD bukan DD

(Departemen Kesehatan, 2003).

2.4.1. Demam Dengue (DD)

Setelah masa inkubasi selama 4 – 6 hari berbagai gejala prodromal yang

tidak khas akan timbul, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan malaise. Gejala

klinis khas pada pasien DD dewasa terjadi mendadak, suhu meningkat disertai

menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka kemerahan (flushed face). Dalam

waktu 24 jam akan muncul rasa nyeri di belakang mata atau tekanan pada bola

mata, fotofobia, nyeri punggung, nyeri otot dan persendian. Gejala lainnya tidak

ada nafsu makan, gangguan pada indera perasa, konstipasi, nyeri perut, nyeri pada

daerah lipat paha, radang tenggorokan dan perasaan depresi, berlangsung selama

beberapa hari (Departemen Kesehatan, 2003). Saat demam suhu badan antara

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

19

390C – 400C selama 5 – 7 hari. Petechia yang tampak disertai rasa gatal. Hasil

pemeriksaan laboratorium menunjukkan :

1. Jumlah leukosit normal pada awal demam selanjutnya terjadi leukopenia

selama fase demam.

2. Sering dijumpai trombositopenia saat terjadi KLB

3. Pemeriksaan kimia darah dan enzim normal tetapi enzim hati meningkat

2.4.2. Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS)

Kasus DBD ditandai dengan adanya demam tinggi, fenomena perdarahan

hepatomegali dan sering ditandai dengan kegagalan sirkulasi. Adanya hemostasis

yang abnormal dan kebocoran plasma yang diperlihatkan sebagai trombositopenia

serta meningkatnya hematokrit menjadi penanda yang membedakannya dari DD.

Menurut Hadinegoro dan Satari (2002) gejala DBD diawali dengan

meningkatnya suhu badan secara mendadak, disertai memerahnya kulit muka dan

gejala klinik tidak khas seperti tidak ada nafsu makan, muntah, nyeri otot dan

nyeri tenggorokan. Selain itu juga mengeluhkan rasa tidak enak pada epigastrium

dan nyeri perut yang menyeluruh. Suhu badan tinggi selama 2 – 7 hari, kadang

mencapai 400C dan disertai kejang. Fenomena perdarahan yang biasa terjadi

adalah uji torniquet positif (bila terjadi 10 atau lebih petechia per 2,5 cm2). Uji

tourniquet positif kuat jika dijumpai lebih dari 20 petechia. Pada kasus ringan atau

sedang seluruh gejala mulai berkurang setelah suhu tubuh menurun, anggota

badan terasa dingin yang menandai berkurangnya gangguan sirkulasi darah secara

perlahan akibat bocornya plasma. Penderita akan sembuh sempurna segera setelah

mendapat pengobatan cairan atau terapi elektrolit.

Pada kasus yang lebih berat keadaan penderita bisa menurun mendadak

beberapa hari setelah demam. Saat suhu badan turun, yaitu 3–7 hari demam

terlihat tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit menjadi dingin, bercak-bercak,

denyut nadi lemah dan cepat. Penderita terlihat kelelahan dan selanjutnya masuk

dalam tahap kritis yaitu syok. Syok bisa berlangsung dalam jangka waktu yang

singkat, penderita dapat meninggal dalam jangka waktu 12 - 24 jam kemudian,

atau dapat sembuh dengan cepat setelah mendapatkan terapi penggantian cairan.

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

20

Derajat penyakit DBD dapat dikelompokkan dalam empat derajat

(Departemen Kesehatan, 2003) :

1. Derajat I : Demam yang disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya

gejala perdarahan adalah hasil uji tourniquet posititf.

2. Derajat II : Gejala yang timbul pada DBD derajat I ditambah terjadinya

perdarahan spontan

3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi cepat dan

lemah, menyempitnya tekanan nadi (20 mmHg atau kurang) atau

hipotensi, ditandai kulit dingin dan lembab serta pasien gelisah.

4. Derajat IV : Syok berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak teraba.

Hasil pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis DBD (Gatot,

dalam Hadinegoro dan Satari, 2002; Departemen Kesehatan, 2003) adalah:

1. Jumlah leukosit data normal, namun leokopenia biasa dijumpai pada awal

penyakit dengan dominasi neutropil. Mendekati fase akhir demam terdapat

penurunan jumlah leukosit total. Tampak limfosit atipik ditemukan

menjelang fase akhir demam dan awal terjadinya syok.

2. Penurunan jumlah trombosit di bawah 100.000/mm3 biasanya ditemukan

antara hari sakit 3 – 8 hari. Naiknya hematokrit juga tampak di semua kasus

DBD, terutama pada stadium syok. Peningkatan hematokrit sampai 20%

atau lebih merupakan bukti adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan

bocornya plasma.

3. Kadang dijumpai albuminuria ringan yang bersifat sementara

4. Sering dijumpai adanya darah dalam tinja

5. Uji Koagulasi dan fibrinolitik menunjukkan adanya penurunan kadar

fibrinogen, protrombin, faktor VIII, XII dan antitrombin III.

2.5. Perubahan Iklim Global terhadap Kesehatan

Perubahan iklim yang variatif dalam rentang waktu lebih pendek, lebih tepat

disebut sebagai variabilitas iklim. Perubahan iklim adalah proses yang sangat

kompleks, dipengaruhi banyak faktor dan saling berinteraksi dalam waktu panjang

(Mustafa, 2005). Kecenderungan akibat meningkatnya jumlah penduduk dan

aktifitas ekonomi, termasuk emisi gas adalah meningkatnya suhu bumi sekitar

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

21

1 - 3,50C dalam dekade terakhir yang mempengaruhi pola curah hujan dan variasi

iklim. Secara umum, konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer secara global

meningkat dengan mulainya industrialisasi (sekitar tahun 1750 – 1800), terutama

dari aktifitas manusia seperti pembakaran bahan bakar minyak. Greenhouse

gasses (CO2, CH4, NO, O3) terakumulasi di atmosfer karena perbedaan antara

emisi tahunan dan kapasitas bumi, kecepatan pergerakan di udara dan kecepatan

emisi yang berbeda (Maskell, et al, 1993 dalam McMichael et al, 1996).

Gambar 2. Hubungan perubahan iklim dan komponen yang

mempengaruhinya terhadap kesehatan (Mustafa, AJ., 2005)

Mustafa (2005) mengemukakan pada Gambar 2 bahwa perubahan

perubahan lingkungan secara langsung maupun tidak bertanggungjawab atas

faktor-faktor penyangga utama kesehatan dan kehidupan manusia seperti produksi

bahan makanan, air bersih, kondisi iklim, keamanan fisik, kesejahteraan manusia

dan jaminan keselamatan dan kualitas sosial manusia. Perubahan makro dan

mikro iklim akibat kenaikan konsentrase gas rumah kaca-terutama CO2, CH4,

CF4, NOx, CFC-11 dari bahan bakar minyak dan penggundulan hutan –

berpengaruh terhadap ekosistem suatu spesies dan kesehatan manusia (McMichael

et al, 1996; Winarso, 2001). Suhu, kelembaban dan nutrisi mempengaruhi

distribusi vektor, dinamika populasi, aktifitas makan, periode inkubasi ekstrinsik

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

22

(PIE) atau masa inkubasi virus dalam tubuh nyamuk, jangka hidup nyamuk

dewasa dan siklus gonotrofik nyamuk (Cristhoper, 1960).

Kebanyakan Aedes aegypti lebih menyukai daerah tropik dan subtropik

(McMichael et al, 1996). Aedes aegypti tidak hanya hidup di daratan rendah

melainkan juga pada ketinggian 1500 atau 2000 m di atas permukaan laut di

Kolumbia dan di daerah subtropik Mexico 1700 m (Gubler et al, 1979).

Sedangkan periode inkubasi ekstrinsik (PIE) bergantung pada suhu, kelembaban

dan tingkat viremia pada inang dan galur virus. Alto dan Juliano (2001)

menunjukkan bahwa reproduktifitas dan angka kematian akibat DBD menjadi

lebih tinggi pada suhu di atas 300C dengan simulasi curah hujan 25% dan 90%.

Pada studi epidemiologi yang dilakukan Koopman (1991) dalam McMichael

et al. (1996) menunjukkan bahwa pada suhu terutama suhu median musim hujan

170 – 300C, infeksi dengue dapat mencapai empat kali lipat. PIE untuk dengue tipe

2 pada suhu 300C adalah 12 hari dan pada suhu 320 – 350C hanya tujuh hari.

Periode inkubasi yang lima hari lebih pendek, berpotensi mempercepat reproduksi

hingga tiga kali lipat. Berdasarkan penelitian Koopman (1991) dalam McMichael

et al. (1996), kenaikan suhu lingkungan rata-rata 30 – 40C, dapat menaikkan

reproduksi virus dengue dua kali lipat (McMichael et al., 1996). Lonjakan tiga

kali lipat kasus DBD di Indonesia tahun 2070 dapat diprediksi dengan model

matematika sederhana (McMichael et al., 1996). Untuk melanjutkan transmisi,

jangka hidup nyamuk betina harus lebih panjang dari periode tidak makan setelah

keluar dari pupa dan PIE. Dilaporkan bahwa umumnya PIE antara 10 sampai 14

hari. Peningkatan suhu menyebabkan penurunan PIE, penurunan suhu

menyebabkan penurunan transmisi (Watts, 1987 dalam Gubler et al., 1979).

Di Asia Tenggara ditemukan hubungan yang kuat antara curah hujan dengan

kasus dengue dengan puncak transmisi pada bulan-bulan dengan curah hujan dan

suhu tinggi, karena banyaknya wadah sebagai penampung air bersih sebagai

tempat hidup jentik Aedes aegypti. Di beberapa tempat, penyakit dengue datang

sebelum musim hujan dan meningkat pada saat peralihan cuaca. Dampak curah

hujan pada kepadatan vektor tidak sama pada setiap spesies (Gubler et al, 1979).

Faktor yang berperan adalah meningkatkan suhu dan berkurangnya curah hujan

adalah El Nino. Penelitian Gagnon, et al (2001) menyebutkan, selama El Nino

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

23

tahun 1986 – 1987, kekeringan terjadi di Pulau Jawa dan Kalimantan Selatan.

Pada saat itu terjadi dua kali puncak kenaikan suhu permukaan air laut yang

memicu El Nino : pada bulan Desember 1986 – Januari 1987 dan Juli – Agustus

tahun 1987. Hal ini menyebabkan anomali curah hujan (curah hujan rata-rata

rendah) di beberapa wilayah Indonesia. Pada saat itu terjadi lonjakan kasus DBD

di Jakarta. Data bulanan epidemiologi dan curah hujan periode 1994 – 1998 juga

menunjukkan anomali iklim dan lonjakan kasus DBD di Indonesia.

Dampak kesehatan yang muncul akibat variabilitas iklim yang tinggi dalam

fenomena iklim global secara umum dikelompokkan menjadi dampak kesehatan

langsung dan tidak langsung pada manusia (Gambar 3). Dampak langsung adalah

pada fisik dan psikis manusia, sedangkan dampak tidak langsung melalui

perantara seperti bakteri, virus dan hewan vektor lainnya.

PERUBAHAN IKLIM

Peningkatan temperatur Peningkatan muka air laut

Hidrologi eksterm

Penyakit akibat kerja terutama di

perkotaan

Polusi Udara

Vector Borne Disease

Water Borne Disease

Sumber air dan suplai makanan

Lingkungan pengungsi

Stress Penyakit jantung

Penyakit paru

Asma

Malaria Dengue Hemorrhagic

fever Encehalitis

Hania virus pulmonary syn

Rift Valley Fever

Cholera Cyclosporodiosis Criptosporodiosis

Campylobacateriosis Leptospirosis

Kelaparan

Diare

Penyakit infeksi Perang/konflik

1,5 – 60C th 2100 14 – 80 cm th 2100 (perkiraan IPCC)

Gambar 3. Efek Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

24

2.6. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit DBD

Pencegahan penyakit DBD didasarkan pada prinsip pemutusan rantai

penularan, karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terhadap

virus dengue. Program pemberantasan DBD di Indonesia mengadaptasi hasil

Konggres WHO ke-46 tahun 1993. Strategi yang direkomendasikan adalah

pemantauan vektor terus menerus sehingga dapat memutuskan rantai penularan.

Gubler et al. (1979) melaporkan ada lima kemungkinan cara yang dapat

dilakukan untuk memutuskan mata rantai penularan yaitu : a) Memusnahkan

tempat hidup nyamuk, b) Memberikan obat anti virus, tetapi obat anti virus

dengue belum ditemukan, c) Mengisolasi penderita, d) Memberantas vektor

(pengasapan), e) Mencegah gigitan nyamuk, f) Memberikan imunisasi, tapi vaksin

terhadap virus dengue masih dalam taraf penelitian di Bangkok.

Pemberantasan nyamuk dewasa yang menggunakan bahan kimia

(thermalfooging) masih dianggap sebagai strategi penting untuk memberantas

nyamuk, namun berdampak kecil pada upaya pemberantasan DBD jangka

panjang. fooging dilakukan jika ditemukan sekurangnya tiga penderita panas

tanpa sebab dan kepadatan jentik tinggi. Campuran bahan kimia untuk pengasapan

adalah melathion atau fenitrothion dalam dosis 438 gram per hektar dilarutkan

dalam 4% solar atau minyak tanah, dilakukan di dalam rumah ataupun di luar

rumah. pada saat terjadi wabah penyemprotan dilakukan minimal dua kali dalam

jarak 10 hari di rumah penderita dan pada jarak 100 meter di sekelilingnya

(Suroso, 2001)

Menurut Suroso (2001) program pengasapan (insektisida) banyak yang

mengalami kegagalan dalam memberantas nyamuk. Hal ini dikarenakan teknik

pelaksanaan dan kondisi lapangan yang tidak menunjang, seperti arah angin yang

menghalangi penyebaran asap, struktur media yang menjadi residu asap, struktur

bangunan yang menghalangi aliran asap, mesin aplikator yang tidak prima,

operator yang tidak terampil dan nyamuk serangga penular yang telah menjadi

resisten terhadap insektisida. Kegagalan pengasapan juga disebabkan oleh adanya

tenggang waktu antara seseorang mulai sakit sampai dilakukan pengasapan

sehingga nyamuk pembawa virus dengue telah sempat berpindah ke rumah atau

tempat lain dan menularkan ke orang lain, jauh sebelum dilakukan tindakan

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

25

pengasapan. Hal lain yang mempengaruhi kegagalan program pengasapan adalah

tingginya mobilitas masyarakat perkotaan, sehingga sulit melacak sumber

(tempat) terjadinya penularan.

Pembasmian dengan larvisida dianggap lebih ekonomis dan lebih

berkesinambungan karena memberantas jentik nyamuk. Larvisida yang digunakan

adalah butir–butir abate SG 1% yang ditaburkan pada tempat penyimpanan air

dengan dosis 1 ppm yaitu 10 gram untuk 100 liter air. Pengulangan dilakukan

pada jarak dua atau tiga bulan kemudian (Poorwosoedarmo, 1988) .

Program pemantauan jentik berkala (PJB) dilakukan setiap tiga bulan

dirumah dan tempat–tempat umum. Pemantauan jentik di rumah dilakukan sampai

100 rumah sampel untuk setiap kelurahan. Hasil PJB diinformasikan kepada

kepala daerah setempat sebagai evaluasi dan dasar pengerakan masyarakat dalam

PSN DBD dan diharapkan dengan dilaksanakan PJB angka bebas jentik setiap

kelurahan dapat lebih besar dari 95% (Hadinegoro dan Satari, 2002).

Menurut penelitian Bohra et al. (2001), di wilayah Jalor-India terdapat

delapan variabel yang efektif berkontribusi terhadap kejadian DBD, yaitu

frekuensi membersihkan wadah penampung air, pola pemukiman, penggunaan

pendingin air, frekuensi membersihkan pendingin air, wadah air yang tidak

tertutup, penggunaan pelindung nyamuk baik berupa kawat nyamuk,

penyemprotan insektisida dan penggunaan obat oles penolak nyamuk, frekuensi

pengisian persediaan air dan frekuensi pembuangan sampah.

Membersihkan wadah penampung air mempunyai hubungan positif dengan

kejadian DBD. Bohra et al. (2001) juga menyebutkan jika membersihkan wadah

air lebih dari delapan hari maka positif berkontribusi pada kejadian DBD, dan

mengganti air satu atau dua kali satu minggu mengurangi risiko tersebut.

Demikian pula dengan wadah air yang tidak tertutup berhubungan positif dengan

kejadian DBD. Dalam laporan tersebut juga dikatakan infrastruktur buruk

termasuk salah satu penyebab mudahnya transmisi kejadian DBD. Pola

pemukiman padat dalam rentang jarak terbang nyamuk Aedes dari tempat

perkembang biakkannya menjadi hal yang positif penyebab tingginya kasus DBD

(Kasnodiharjo et al., 1997). Laporan tersebut juga menyatakan bahwa

pembuangan sampah lebih dari 15 hari sekali mempunyai hubungan positif

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

26

dengan kasus kejadian DBD. Rentang waktu pembuangan yang ideal adalah

setiap tiga hari sekali sampah diangkut, tetapi jarak satu minggu satu kali sudah

dianggap maksimum dan lebih dari 15 hari sangat berisiko. Banyaknya buangan

kaleng, ban bekas, aneka bungkus dan wadah plastik bekas atau benda–benda lain

yang potensi menjadi penampung dan terisi air saat hujan akan menjadi tempat

bertelur nyamuk. Sehingga sampah harus segera diangkut dari pemukiman ke

tempat pembuangan akhir.

Hal yang ditemui dalam penelitian Bohra et al. (2001) umumnya sampah

diangkut 15 - 20 hari sekali, sehingga disimpulkan faktor pembuang sampah

inilah yang mendorong tingginya kasus DBD di India, khususnya di Jalor dan

Rajasthan, tempat lokasi penelitian. Dari delapan variabel penelitian Bohra di atas

enam variabel sangat terkait dengan perilaku masyarakat. Hal ini menunjukan

peran perilaku sangat penting dalam mengendalikan risiko terjadinya kasus DBD,

dan diharapkan dapat menjadi prioritas program intervensi yang harus diupayakan

maksimal pelaksanaannya.

2.7. Nilai Manfaat Pengelolaan Lingkungan

Menurut Hadinegoro dan Satari (2002), secara umum pengelolaan

lingkungan serangga penular DBD sangat utama pada lingkungan air sebagai

tempat perkembangbiakkan dari telur, larva sampai menjadi nyamuk yang

mempunyai risiko infektif pada manusia. Hasjimi dan Adisasmito (1997)

menyebutkan faktor lingkungan yang berperan pada pengelolaan lingkungan

serangga penular antara lain : temperatur, kelembaban, keseimbangan asam dan

basa, dan nutrisi berdasarkan kesesuaian setiap stadium. Upaya pencegahan pola

sebar DBD yang efektif jika dapat dilakukan pada tempat perkembangbiakkannya

yaitu di lingkungan tempat yang tergenang air, seperti pada tempat perkembang

biakkan alami di kali atau sungai yang tenang dan pergerakan air rendah, celah-

celah tempat yang terisi air di halaman, pohon atau pada cekukan tanah yang

berisi air. Sedangkan pada tempat perkembang biakkan buatan seperti bak mandi,

drum, vas bunga dan tempat minum burung.

Dalam kaitannya dengan nilai ekonomi, sifat khas pengelolaan lingkungan

air sebagai tempat perkembangbiakkan alami sangat penting untuk penilaian. Sifat

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

27

keterkaitan sumberdaya air mengharuskan penilaian ekonomi memperhatikan

berbagai komponen penyusunan yang dievaluasi. Dengan demikian, nilai ekonomi

masing-masing komponen penyusun dapat dianalisis dekomposisi. Sifat tidak

terpisahkan mengharuskan penilaian ekonomi menetapkan secara tepat batas

analisis bagi yang menyangkut batas administrasi kewenangan (the boundary of

jurisdiction) dan terlebih batas fisik dari sumberdaya air (Sanim, 2003).

Sifat terpulihkan mengharuskan prinsip penilaian ekonomi mengkaji

ekosistem yang bersifat antar generasi baik dari segi manfaat yang diperoleh

maupun biaya yang ditanggung. Oleh karena waktu merupakan komponen krusial

dalam penilaian, maka sumberdaya dibagi dua tipe yaitu sumberdaya terpulihkan

(renewable) dan sumberdaya tak terpulihkan (nonrenewable). Sumberdaya

terpulihkan hanya berbeda pada waktu yang diperlukan untuk diproduksi (rotation

periode). Sifat dampak eksternal mengharuskan penilaian ekonomi sumberdaya

mencakup semua kegiatan yang berpengaruh keluar batas wewenang satuan

pengambilan keputusan. Dampak eksternalitas ini dapat digolongkan atas dampak

negatif dan dampak positif (Sanim, 2003).

2.8. Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam

Nilai ekonomi (economic value) merupakan komponen penting dalam

pengelolaan sumberdaya alam yang mengikuti perdebatan analisis ekonomi dan

lingkungan (economic-cum-environmental, ECE) dengan memperhatikan

dimensi-dimensi ekonomi dan ekologi secara integratif. Nilai ekonomi terdapat

pada suatu tujuan perubahan tertentu, tetapi secara kompleks nilai-nilai tersebut

menyatakan pilihan-pilihan yang berkaitan dengan lingkungan. Perubahan iklim

global yang berpengaruh pada kenaikan temperatur dan peningkatan curah hujan

dapat memberikan peluang peningkatan tampat perkembang biakkan Aedes

aegypti. Hal ini akan memberikan pilihan dan penilaian secara ekonomi tentang

nilai manfaat pengelolaan lingkungan serangga penular (Sanim, 2003).

Pemilihan teknik penilaian ekonomi sumberdaya alam merupakan hal

penting dan membutuhkan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknik itu

sendiri, perilaku dampak yang terjadi, respon dari pihak-pihak yang terkena

dampak dan perilaku pasar sumberdaya tersebut. Sanim (2003) menyatakan

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

28

bahwa teknik penilaian ekonomi sumberdaya alam dapat dipilih dengan

pertimbangan-pertimbangan berikut:

1. Banyaknya tujuan atau perkiraan yang ingin diukur. Jika yang dilakukan

mempunyai tujuan ganda, maka sebaiknya menggunakan perkiraan dampak

(dampak hipotetik) yang disarankan.

2. Konsep dan aspek yang ingin dinilai. Teknik penilaian ekonomi sumberdaya

alam yang berbeda satu sama lain bersifat saling melengkapi dan bukan

berkompetisi karena teknik-teknik tersebut mengukur aspek yang berbeda.

3. kebutuhan dan kepentingan pemakai hasil penilaian. Pemakai hasil penilaian

memiliki preferensi tersendiri terhadap suatu teknik penilaian ekonomi

tergantung biaya, waktu dan tujuan.

4. Kepentingan masyarakat luas. Preferensi masyarakat luas terhadap

sumberdaya alam harus dapat ditangkap maksimal dan setepat mungkin.

Untuk itu perlu ditempuh jejak pendapat yang intensif dan memadai.

5. Perbandingan atau bobot antara biaya dengan nilai ekonomi dari

penggunaan hasil penilaian. Perlu dipikirkan apakah keuntungan

penggunaan hasil penilaian sebanding dengan biaya yang akan dikeluarkan.

Menurut Sanim (2003) dalam kaitan dengan budidaya tanaman anti

nyamuk, penilaian manfaat ekonomi perlu dilakukan karena :

1. Penilaian mengingatkan bahwa pengelolaan lingkungan serangga penular

melalui budidaya tanaman anti nyamuk membutuhkan biaya, tetapi

mempunyai harga yang seringkali tidak ditangkap oleh mekanisme pasar.

2. Penilaian memberikan isyarat bahwa pengelolaan lingkungan melalui

budidaya tanaman anti nyamuk bersifat langka.

3. Penilaian menerjemahkan bahwa dampak pemanfaatan pengelolaan

lingkungan melalui budidaya tanaman anti nyamuk selain untuk pencegahan

aktifasi nyamuk Aedes aegypti, konservasi lahan, kualitas sanitasi

pemukiman, dan efisiensi biaya pemeliharaan kesehatan dibandingkan jika

tidak dilakukan pengelolaan lingkungan melalui pemanfaatan budidaya

tanaman anti nyamuk.

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

29

4. Penilaian memberikan masukan dalam pengambilan keputusan yang lebih

adil karena metode ini mampu menghindari pertimbangan yang bersifat

kualitatif dan tidak obyektif.

5. Penilaian mampu memberikan indikasi motivasi kepada mayarakat untuk

berpartisipasi dalam mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat.

6. Penilaian memberikan arahan untuk kebijakan publik seperti pajak, subsidi,

biaya konservasi, biaya pemulihan dan pencegahan.

2.9. Tanaman Anti Nyamuk

a. Zodia (Evodia suaveolans)

Zodia merupakan tanaman asli Indonesia dari daerah Papua termasuk

kedalam familli Rutaceae, oleh penduduk setempat tanaman ini biasa

digunakan untuk menghalau serangga, khususnya nyamuk jika pergi ke

hutan. Tinggi rata-rata tanaman Zodia 75 cm rentang ketinggian antara 50

cm – 200 cm. Zodia mengeluarkan aroma wangi jika tertiup oleh angin.

Mengandung evodiamine dan rutaecarpine. Hasil analisa yang dilakukan di

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) dengan gas

kromatografi, minyak yang disuling dari daun Zodia mengandung linalool

(46 %) dan A-pinine (13,26%). Linalool sudah lama dikenal sebagai

repellent (pengusir) nyamuk. Kardinan (2003a) menegaskan bahwa dari

hasil penelitian di Balitro daun Zodia mampu menghalau nyamuk selama

enam jam dengan daya proteksi 70%. Lazimnya, tanaman ini ditanam

didalam pot, dan digunakan sebagai tanaman dalam ruangan (indoor plant).

b) Geranium (Pelargonium citrosa)

Kardinan (2003a) menyebutkan bahwa tanaman Geranium sekurang-

kurangnya memiliki tiga varian, yaitu ; Citrosa mosquito fighter, Citrosa

queen of lemon, Citrosa lady diana. Citrosa Mosquito Fighter pada tahun

1980 - 1990 cukup mudah ditemukan di kawasan sekitar Bandung dan

Sukabumi. Tumbuh liar di sekitar sawah, daunnya diambil lalu diselipkan di

antara pakaian atau almari. Khasiatnya mampu mengusir nyamuk dan

ngengat, juga memberikan aroma yang khas. Pada Geranium terdapat zat

Citronella yang mampu mengusir nyamuk.

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

30

c) Lavender (Lavandula angustifolia)

Penampilan bunga Lavender sangat menarik, bunganya berwarna-warni dan

mengeluarkan aroma wangi. Perbanyakan Lavender dengan menggunakan

bijinya. Jika sudah tumbuh dipindahkan ke polybag. Tingginya mencapai

15 – 20 cm dapat dipindahkan di pot atau ditanam di halaman rumah. Dapat

disuling menjadi minyak atsiri dan aroma terapi (Kardinan, 2003a).

d) Serai Wangi (Cymbopogon nardus)

Kardinan, (2003a) mengemukakan bahwa selama ini serai wangi sering

dipakai untuk bumbu masak dan bahan pencampur jamu. Batangnya bisa

digunakan sebagai pengusir nyamuk. Serai wangi mengandung zat-zat

geraniol, metilheptenon, terpen-terpen, terpen alkil, sitronelal. zat sitronelal

ini memiliki sifat racun kontak. Sebagai racun kontak dapat menyebabkan

tubuh kehilangan cair yang dapat menyebabkan kematian. Ekstrak serai

wangi diperoleh batang serai wangi sebanyak 1 kg dicuci dan tiriskan

sampai kering. Masukkan dalam blender, lalu haluskan. Masukkan hasil

blenderan kedalam 250 ml air, lalu rendam selama semalam. Untuk aplikasi,

tuangkan ekstrak serai wangi kedalam alat penyemprot, lalu semprotkan ke

tempat dimana ke tempat aktivitas nyamuk.

2.10. Sistem dan Model

Sistem adalah satu perangkat komponen yang saling berhubungan dan

berkaitan yang diorganisir untuk mencapai suatu tujuan. Muhammadi et al (2001)

menambahkan bahwa sistem merupakan interaksi antar komponen dari suatu

obyek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja mencapai tujuan, sedangkan

model merupakan bangunan atau struktur pemikiran yang bersifat sistematik.

Secara rinci, model merupakan satu perangkat yang menggambarkan komponen

yang saling berkaitan, berhubungan, dan berinteraksi dalam batasan tertentu,

sehingga menghasilkan suatu perilaku dengan dinamika tertentu.

Dalam ekosistem sumberdaya alam termasuk sistem penyebaran penyakit

DBD, model merupakan suatu cara membangun pemikiran dengan beranalisis

matematis tentang hubungan antara komponen-komponen yang ada dalam

ekosistem sumberdaya alam tersebut yang setiap komponen berperan dalam

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan ... menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka ... (DBD) dan

31

proses produksi dan konsumsi (Eriyatno, 2003). Menurut Muhammadi et al

(2001), membangun pemikiran yang demikian dapat dilakukan dengan lima

tahapan, yaitu : (a) identifikasi proses yang menghasilkan kejadian nyata (actual

state) dalam artian melakukan pekerjaan atau proses yang benar-benar ada bila

hasil atau kejadian yang diinginkan nyata, (b) identifikasi kejadian yang

diinginkan, dituju, ditargetkan atau direncanakan (desierd state), (c) identifikasi

masalah yang harus dipecahkan dengan cara memikirkan tingkat kesenjangan

kenyataan dengan seharusnya (keinginan); (d) identifikasi mekanisme atau cara-

cara menutup kesenjangan, dan (e) analisis kebijakan tentang cara-cara yang

dipilih untuk menutup kesenjangan mencapai kejadian yang diinginkan.