II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf ·...

34
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bulutangkis a. Permainan Bulutangkis Bulutangkis merupakan salah olahraga yang terkenal didunia. Olahraga ini menarik berbagai kelompok usia, berbagai tingkat elemen masyarakat, dan berbagai tingkat ketrampilan. Pria dan wanita memainkan olahraga ini di dalam atau diluar ruangan untuk rekreasi juga sebagai ajang kompetisi. Permainan bulutangkis dapat dimainkan secara perorangan (tunggal) satu lawan satu dan ganda yaitu dua lawan dua, bahkan dalam modifikasinya bulutangkis dapat dimainkan tiga lawan tiga. Bulutangkis dimainkan dengan cara memukul shutllecock dengan menggunakan raket sebagai alatnya dan netting sebagai pembatasnya, dengan berusaha mempertahankan cock tetap melaju di udara serta agar tidak jatuh di daerah lapangan sendiri, dan berusaha mematikan permainan lawan dengan aturan permainan yang telah ditentukan. Sutono (2008 : 1) menyatakan “Bulutangkis merupakan olahraga yang dimainkan dengan menggunakan net, raket, dan bola dengan teknik pemukulan yang bervariasi mulai dari yang relatif lambat hingga yang sangat cepat disertai dengan gerakan tipuan”. Permainan bulutangkis dilakukan di area lapangan persegi panjang dan dibagi dua oleh sebuah net sebagai pembatas pemain. Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk tunggal. Wilayah servis ditandai dengan garis yang membagi dua lapangan dan garis yang melintang sejauh 1,98 meter dari net. Untuk ganda , bidang servis dibatasi juga oleh garis di belakang, yang berjarak 0,76 meter dari garis belakang. Garis-garis lapangan mempunyai ketebalan 40 mm dan harus berwarna kontras terhadap warna lapangan. Warna yang disarankan untuk garis lapangan adalah putih atau kuning. Permukaan lapangan disarankan terbuat dari kayu atau bahan sintetis yang lunak, hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya resiko cedera pada pemain. Ketinggian net adalah 1,55 meter di tepi dan 1,524 meter di bagian tengah. Jaring pada net berwarna gelap kecuali bibir jaring yang mempunyai ketebalan 75 mm harus berwarna putih.

Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf ·...

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Bulutangkis

a. Permainan Bulutangkis

Bulutangkis merupakan salah olahraga yang terkenal didunia. Olahraga ini

menarik berbagai kelompok usia, berbagai tingkat elemen masyarakat, dan berbagai

tingkat ketrampilan. Pria dan wanita memainkan olahraga ini di dalam atau diluar

ruangan untuk rekreasi juga sebagai ajang kompetisi. Permainan bulutangkis dapat

dimainkan secara perorangan (tunggal) satu lawan satu dan ganda yaitu dua lawan dua,

bahkan dalam modifikasinya bulutangkis dapat dimainkan tiga lawan tiga. Bulutangkis

dimainkan dengan cara memukul shutllecock dengan menggunakan raket sebagai

alatnya dan netting sebagai pembatasnya, dengan berusaha mempertahankan cock tetap

melaju di udara serta agar tidak jatuh di daerah lapangan sendiri, dan berusaha

mematikan permainan lawan dengan aturan permainan yang telah ditentukan. Sutono

(2008 : 1) menyatakan “Bulutangkis merupakan olahraga yang dimainkan dengan

menggunakan net, raket, dan bola dengan teknik pemukulan yang bervariasi mulai dari

yang relatif lambat hingga yang sangat cepat disertai dengan gerakan tipuan”.

Permainan bulutangkis dilakukan di area lapangan persegi panjang dan dibagi

dua oleh sebuah net sebagai pembatas pemain. Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan

lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk tunggal. Wilayah servis ditandai

dengan garis yang membagi dua lapangan dan garis yang melintang sejauh 1,98 meter

dari net. Untuk ganda , bidang servis dibatasi juga oleh garis di belakang, yang berjarak

0,76 meter dari garis belakang. Garis-garis lapangan mempunyai ketebalan 40 mm dan

harus berwarna kontras terhadap warna lapangan. Warna yang disarankan untuk garis

lapangan adalah putih atau kuning. Permukaan lapangan disarankan terbuat dari kayu

atau bahan sintetis yang lunak, hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya resiko

cedera pada pemain. Ketinggian net adalah 1,55 meter di tepi dan 1,524 meter di bagian

tengah. Jaring pada net berwarna gelap kecuali bibir jaring yang mempunyai ketebalan

75 mm harus berwarna putih.

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

6

b. Teknik Dasar Ketrampilan Bulutangkis

Dalam setiap cabang olahraga hal pertama yang diajarkan kepada peserta didik

adalah teknik dasar. Karena teknik dasar ini adalah awal dari pembentukan ketrampilan

peseta didik. Permainan bulutangkis merupakan salah satu permaian yang

membutuhkan ketrampilan khusus dengan gerakan yang bervariasi dan dengan kesulitan

yang sederhana hingga komplek. Sehingga sangat penting bagi pemain bulutangkis

untuk memahami dan menguasai teknik dasar keterampilan Bulutangkis.

Ketepatan dan keselarasan gerakan harus diperhatikan untuk dapat

menyelesaikan rangkaian tugas gerak dan melakukan keterampilan bulutangkis dengan

baik. Menurut Sapta Kunta (2010 : 13) bahwa, “ Untuk menjadi pemain bulutangkis

yang baik, maka seorang atlet harus menguasai teknik dasar bulutangkis dengan benar.

Teknik dasar yang dimaksud bukan hanya penguasaan teknik memukul, tetapi juga

melibatkan teknik-teknik yang berkaitan dengan permainan bulutangkis”.

Begitu pula dalam pembelajaran bulutangkis, penguasaan teknik dasar

keterampilan bulutangkis menjadi tujuan utama. Pada latihan formal yang dilakukan di

lingkungan pendidikan atau di sekolah-sekolah pada umumnya bertujuan agar peserta

didik mengetahui, memahami dan dapat melakukan gerakan teknik dasar bulutangkis

dengan baik dan benar. Lain halnya dengan latihan non formal yang sudah mengarah ke

pencapaian prestasi yang maksimal. Teknik dasar dalam permainan bulutangkis yang

harus dikuasai oleh seorang pemain bulutangkis meliputi: sikap berdiri (stance), teknik

memegang raket, teknik memukul bola, dan teknik langkah kaki (foot work).

1) Sikap Berdiri (stance)

Sikap berdiri dalam permainan bulutangkis ini sangat bervariasi, karena setiap pemain

memiliki style atau gaya bermain yang berbeda-beda. Adapun sikap berdiri dapat dibagi

dalam tiga bentuk, yaitu : sikap berdiri saat servis, sikap berdiri saat menerima

servis/reservice, dan sikap saat in play, (Purnama, 2010 : 13). Pada dasarnya yang

membedakan ketiga bentuk sikap berdiri tersebut adalah posisi kaki dan titik tumpuan

berat badan. Sikap berdiri sangat penting guna memudahkan melakukan gerakan

maupun pukulan. Sikap berdiri merupakan awalan dari rangkaian sebuah gerakan,

sehingga turut menentukan keberhasilan suatu gerakan.

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

7

2) Teknik Memegang Raket

Ada beberapa teknik memegang raket dalam permainan bulutangkis, namun

tidak mengharuskan cara memegang raket seorang pemain bulutangkis sama persis

dengan referensi yang sudah ada didalam buku. Setiap pemain mempunyai ciri kas

tersendiri dan kenyamanan memegang raket yang berbeda-beda. Teknik memegang

raket ini merupakan dasar dalam melakukan berbagai pukulan. Teknik memegang yang

baik adalah pegangan yang nyaman dan dapat melalukan berbagai pukulan akurat, tidak

terlalu banyak menguras tenaga, efisien dan efektif. Ketepatan dalam pegangan sangat

berpengaruh terhadap pukulan yang dihasilkan. Untuk memudahkan pergelangan tangan

ketika melakukan berbagai pukulan seorang pemain sebaiknya menggunakan jari-jari

tangan, bukan telapak tangan. Karena jari-jari tangan dapat dengan leluasa ketika

menggerakkan raket baik itu ketika melakukan pukulan ataupun menerima pukulan.

Pegangan raket pada saat permainan bulutangkis dapat berubah-ubah sesuai

jenis pukulan dan tujuan yang diinginkan. Letak pegangan dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu pada bagian atas dan bagian bawah. Fungsinya pun berbeda pegangan

bagian atas biasanya digunakan untuk melakukan netting yang bersifat lambat dan

halus. Sedangkan bagian bawah biasanya digunakan untuk pululan yang keras seperti

smash dan lob. Namun adapula jenis pukulan yang keras dengan menggunakan

pegangan bagian atas yaitu pada pukulan drive. Pegangan atas banyak digunakan pada

pemain ganda yang cenderung banyak bermain di dekat net.

Kesalahan dalam pegangan raket dapat mempengaruhi pola dan tipe pukulan

pada permainan, apabila tidak diperbaiki dari awal maka sulit dibenahi untuk

selanjutnya. Oleh karena itu, pengenalan dan pembiasaan cara memegang raket yang

baik dan benar harus mendapat perhatian dan pengarahan khusus sejak awal belajar.

Menurut (James Poole, 2011 : 18) ada tiga cara untuk memegang raket dalam

permainan bulutangkis: pegangan forehand¸backhand, dan frying pan (panci

penggoreng).

a) Forehand grip (pegangan untuk pukulan dengan telapak tangan menghadap ke

depan).

Pegangan forehand dapat digunakan untuk setiap gerakan pukulan. Beberapa

pemain mengatakan bahwa mereka dapat melakukan jenis pukulan hanya dengan

menggunakan cara memegang forehand, tanpa harus mengganti cara pegangan lainya.

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

8

Pegangan ini dilakukan dengan cara memegang leher raket dalam tangan kiri, dengan

bidang raket tegak lurus tubuh kita. Tempatkan tangan kanan pada tali raket (senar) dan

geser ke arah pergelangan raket sehingga tengah-tengah dari bagian bawah telapak

tangan berada pada ujung pegangan raket. Pegangan raket harus terletak menyilang

pada telapak tangan dan jari-jari tangan kanan. Pegangan raket forehand bisa juga

dilakukan dengan cara seperti berjabat tangan. Bentuk ”V” tangan diletakkan pada

bagian gagang raket.

Gambar 1.1. Pengangan Raket Forehand (Forehand Grip)

Aksan (2012 : 55)

b) Backhand grib (pegangan untuk pukulan dengan telapak tangan menghadap

kebelakang)

Perbedaan antara pegangan forehand dan backhand ialah terletak pada ibu jari

yang dipindahkan dari kedudukan melingkari sisi pegangan raket (untuk forehand)

menjadi posisi tegak di sudut kiri atas dari pegangan tersebut (untuk backhand). Dengan

posisi seperti itu, memungkinkan menggunakan sisi dalam dari ibu jari sebagai pengukit

ketika melakukan gerakan memutar lengan dan tangan pada saat melakukan backhand.

Pegangan ini sangat berguna untuk orang-orang yang baru belajar, karena ibu jari

memberikan tenaga ekstra pada pukulannya. Kelemahan pegangan ini adalah ketika

shuttle ada dibelakang tubuh pemain, maka pemain tidak dapat melakukan pukulan

secara efektif hingga ke garis belakang lawan.

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

9

Gambar 1.2. Pegangan Raket Backhand (Backhand Grip)

Aksan (2012 : 56)

c) Frying pan grip (pegangan panci penggoreng)

Cara pegangan ini biasanya digunakan ketika melakukan pukulan reservice

atau megembalikan pukulan servis, serta dalam permainan net pada permainan yang

membutuhkan pukulan-pukulan pendek. Pegangan ini sebenarnya sama dengan

pegangan gebuk kasur/american grib. Gebuk kasur adalah cara memegang raket dengan

bagian tangan sela-sela antara ibu jari dan telunjuk menempel pada bagian pegangan

raket yang lebar/gepeng. Cara memegang dan memukulkan raket seperti ketika

memegang atau memukulkan alat yang disebut gebuk kasur. Cara pegangan ini biasanya

dilakukan oleh pemula yang pertama kali belajar memegang dan memukulkan raket.

Dengan cara pegangan gebuk kasur ini, pukulan yang dihasilkan menjadi lebih

keras, selain itu lebih mudah mengarahkan shutllecock, sehingga arah pukulan sulit

diduga oleh lawan. Namun cara pegangan ini juga memiliki kelemahan, yaitu kurang

efektif untuk pukulan backhand dan pada permainan netting dan pada saat

bertahan/defence. Oleh karena itu, cara pegangan ini kurang diminati dan jarang

digunakan oleh pebulutangkis. Pada umumnya pelatih/pengajar menyarankan untuk

mengubah cara pegangan ini pada peserta didiknya, karena pegangan ini terlalu kaku

dan kurang fleksibel.

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

10

Gambar 1.3. Frying pan grip

Poole (2011 : 19)

3) Teknik Memukul Bola (Strokes)

Dalam permainan bulutangkis banyak sekali variasi-variasi teknik pukulan,

teknik pukulan ini menjadi ciri khas yang mendasar bagi seorang pemain. Teknik

pukulan digunakan dengan tujuan mematikan permainan lawan dengan cara

mengembalikan atau menyeberangkan bola ke daerah lapangan permainan lawan.

Namun dalam teknik pukulan bukan hanya sekedar menyeberangkan shuttlecock, tetapi

juga harus memperhatikan arah pukulan, sehingga shuttlecock jatuh pada daerah

lapangan lawan yang sah, dan menghasilkan poin.

Dapat diketahui bahwa tujuan teknik pukulan yang utama adalah untuk

mematikan permainan lawan, baik itu dengan teknik serangan maupun bertahan. Dalam

permainan bulutangkis terdapat beberapa macam teknik pukulan, antara lain service,

lob, smash, dropshoot, netting, dll. Menurut Purnama ( 2010 : 15 ) macam-macam

teknik dasar pukulan dalam permainan bulutangkis adalah servis panjang, servis

pendek, lob, semes, drop shot, chop, drive, dan netting. Semua teknik pukulan

bulutangkis dapat dilakukan secara forehand maupun backhand. Pendapat lain

dikemukakan oleh Aksan (2012: 65) jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai oleh

pemain bulutangkis antara lain “(1) Pukulan service, (2) Pukulan dari

bawah/Underhand, (3) Overhead Clear/lob, (4) Pukulan smash, (5) Pukulan

potong/dropshot, (6) Netting, (7) Return Smash, (8) Drive”.

Dari berbagai pendapat para ahli dapat diketahui bahwa teknik pukulan dalam

permainan bulutangkis terutama dalam pembelajaran dasar bagi pemula yang harus

dikuasai adalah service, overhead clear, smash, dropshot, drive dan netting.

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

11

a) Pukulan Service

Dalam permainan bulutangkis, servis merupakan modal awal untuk bisa

memenangkan suatu game. Karena servis merupakan pukulan pembuka suatu

game/pertandingan. Pukulan ini boleh dilakukan baik dengan forehand maupun dengan

backhand. Pukulan servis dengan forehand banyak digunakan daam permainan tunggal,

sedangkan pukulan servis dengan backhand umumnya digunakan dalam permainan

ganda. Meskipun demikian, mengingat semakin berkembangnya permainan menyerang

dengan smash-smash tajam yang bahkan dapat dilakukan dengan sempurna dari daerah

belakang oleh beberapa pemain yang memiliki power yang lebih. Dewasa ini sudah

banyak pula pemain tunggal yang melancarkan pukulan servis dengan backhand yang

rendah dan pendek.

Menurut peraturan PBSI, ketika pukulan servis dilakukan, shuttle tidak boleh

melebihi pinggang pemain yang sedang melakukan servis. Selain itu, bidang kepala

raket juga tidak boleh lebih tinggi dari pada tangan yang memegang raket tersebut.

(gambar scan) karena pukulan servis pada permainan bulutangkis harus selalu mengarah

keatas dan lebih bersifat sebagai pukulan menjaga diri dari pada pukulan menyerang.

Hal ini sangan berbeda pukulan pada permainan tenis ataupun permainan bola voli.

b) Pukulan Lob/Overhead

Pukulan lob adalah merupakan salah satu pukulan dari atas kepala yang keras,

panjang, tinggi, dan mengarah ke bagian belakang daerah lawan ketika rally terjadi atau

permainan berlangsung. Pukulan lob merupakan pukulan yang paling sering dilakukan

oleh seorang pemain. Pukulan ini biasanya dilakukan ketika seorang pemain mengalami

tekanan. Menurut Purnama (2010 : 20) Pukulan lob sangat penting dalam

mengendalikan permainan bulutangkis, sangat baik untuk mempersiapkan serangan,

atau untuk membenahi posisi sulit saat mendapat tekanan dari lawan. Menurut

Hendriansyah (2011 : 61) ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melakukan

pukulan lob, antara lain sebagai berikut :

1. Pergunakan pegangan forehand, pegang raket dan posisinya di samping bahu.

2. Posisi badan menyamping (vertikal) dengan arah net. Posisi kaki kanan berada di

belakang kaki kiri dan pada saat memukul bola, harus terjadi perpindahan beban

badan dari kaki kanan ke kaki kiri.

3. Posisi badan harus diupayakan selalu berada dibelakang bola.

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

12

4. Bola dipukul seperti gerakan melempar.

5. Pada saar perkenaan bola, tangan harus lurus. Posisis akhir raket mengikuti arah

bola, lalu lepas, sedangkan raket jatuh di depan badan.

6. Lecutkan pergelangan raket ketika bola impact.

Pukulan lob yang tinggi dan panjang berguna sebagai teknik bertahan. “Pukulan

clear yang bersifat bertahan memiliki lintasan yang tinggi dan panjang” (Grice, 2002:

41). Sedangkan pukulan lob yang berguna atau bersifat serangan yaitu dengan lintasan

panjang, cepat dan mendatar. Pada umumnya dalam pembelajaran bagi pemula pukulan

lob adalah teknik pukulan pertama yang diajarkan. Ini karena pukulan lob relatif lebih

mudah dilakukan daripada pukulan lainnya bagi pemain pemula.

Gambar 1.4. Pukulan Lob

Aksan (2012 : 76)

c. Pukulan Smash

Pukulan smes adalah pukulan dari atas kepala yang dilakukan dengan tenaga

penuh mengarah kebawah atau menukik tajam yang bertujuan untuk mematikan lawan.

Pukulan ini identik sebagai pukulan menyerang, karena tujuan utamanya untuk

mematikan lawan. Perkembangan bulutangkis saat ini sudah mengalami kemajuan yang

begitu pesat sudah banyak pemain-pemain yang memiliki pertahanan/defence yang kuat.

Pukulan-pukulan smash keraspun bisa dikembalikan dengan mudah, bahkan serangan

lawan bisa menjadi boomerang bagi penyerang itu sendiri. Menurut Herdiansyah (2011

: 63) Karakteristik pukulan smes adalah keras dan laju jalannya kok cepat menuju lantai

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

13

lapangan. Untuk itu pukulan smes membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai, bahu,

lengan, dan fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang

harmonis.

Gambar 1.5. Pukulan Smash

Aksan (2012 : 78)

d. Pukulan Drop Shot/Pukulan Potong

Pukulan dropshot sering disebut juga pukulan chop. Pukulan chop dilakukan

dengan overhead, seperti teknik pukulan lob dan smes. Pukulan dropshot adalah

pukulan yang pelan dangan arah kelajuan bola kebawah dan sedekat mungkin dengan

net. “Dropshot adalah pukulan menyerang dengan menempatkan bola tipis dekat jaring

pada lapangan lawan. Dropshot menggandalkan kemampuan felling dalam memukul

bola sehingga arah dan ketajaman bola tipis diatas net serta jatuh di dekat net”

(Purnama, 2010 : 22).

Pukulan dropshot yang baik biasanya dilakukan dengan tipuan, sehingga

memaksa lawan kesulitan menjangkau bola yang terarah di dekat net. Dengan

kombinasi pukulan lob dan dropshot yang baik maka akan sangat menyulitkan lawan

dalam penguasaan lapangan secara penuh. Pukulan drop shot yang baik adalah ketika

kok jatuh dekat sekali dengan jaring di daerah lapangan lawan.

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

14

Gambar 1.7. Pukulan Drop Short

Aksan (2012 : 81)

e. Drive

Drive adalah pukulan yang dilakukan dengan cepat dan mendatar. Pukulan

drive banyak dilakukan dalam permainan ganda. Tujuan dari pukulan ini adalah untuk

menghindari lawan ketika melakukan serangan atau untuk memaksa lawan mengangkat

bola dan berada pada posisi bertahan. Pukulan Drive juga dapat dilakukan dengan arah

tajam, tergantung posisi bola yang akan dipukul. Purnama (2010 : 23) menyatakan

bahwa “ pukulan drive biasanya digunakan untuk menyerang atau mengembalikan bola

dengan cepat secara lurus maupun menyilang ke daerah lawan, baik secara forehand

maupun backhand.

Pukulan drive merupakan ciri permainan dengan tempo yang cepat, ini biasa

terjadi pada permainan ganda yang mengandalkan permainan menyerang yang cepat.

Semakin mendatar dan cepat maka bola lebih sulit untuk dikembalikan oleh lawan.

Menurut Herdiansyah (2011 : 70), Untuk melakukan pukulan drive memerlukan

ketrampilan tingkat lanjut, karena pukulan ini menuntut ketrampilan grip, reflek yang

cepat, dan kekuatan pergelangan tangan.

f. Pukulan Netting

Pukulan netting adalah pukulan yang dilakukan dekat net, diarahkan sedekat

mungkin ke net, dan dipukul dengan sentuhan tenaga halus sekali. Pukulan netting yang

baik apabila bola yang dipukul halus dan melintir tipis dekat sekali dengan net. Pukulan

netting bisa dilakukan dengan meggunakan pegangan forehand maupun pegangan

backhand.

Keberhasilan pukulan netting dipengaruhi oleh keluwesan footwork,

keseimbangan tubuh, posisi raket, dan kok saat terjadi pukulan, serta daya kosentrasi

pemain. sikap dan posisi kaki ketika menumpu harus tetap kokoh menapak di lantai

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

15

dengan lutut agak dibengkokkan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi gerakan

tambahan yang dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh.

4) Footwork /Teknik Langkah Kaki

Agar dapat memukul bola dengan posisi yang baik, seorang pemain bulutangkis

harus dapat melangkahkan kaki dengan tepat, cepat, dan berkelanjutan. Sikap dan

langkah kaki yang benar dalam permainan bulutangkis sangat penting dikuasai secara

benar oleh setiap pemain, karena teknik melangkah sangat mempengaruhi kualitas

ketika seorang pemain melakukan pukulan dan mengembalikan pukulan. Mengenai

teknik langkah kaki dalam bulutangkis, menurut Purnama (2010 : 26) bahwa :

Prinsip dasar footwork dalam permainan bulutangkis adalah kaki yang sesuai dengan

tangan yang digunakan untuk memegang raket saat memukul selalu berakhir sesuai

arah tangan tersebut. Misalnya tangan memukul ke arah depan net, maka langkah

akhir kaki yang sesuai tangannya juga di depan; demikian pula saat memukul bola di

daerah belakang maka langkah akhir kaki yang sesuai tangannya juga di belakang.

Hal ini berarti harus ada keselarasan gerak langkah kaki dengan pukulan yang

akan dilakukan. Langkah kaki sangat berpengaruh terhadap hasil pukulan. Selain itu

tumpuan kaki yang kuat berpengaruh terhadap pengaturan power pukulan yang

dilakukan. Pukulan dapat dilakukan dengan arah dan teknik yang tepat sesuai dengan

tujuan pukulan, jika langkah kaki yang dilakukan juga benar.

5) Pola-Pola Pukulan

Setelah mempelajari dan menguasai teknik pukulan dalam bulutangkis,

selanjutnya menggabungkan teknik pukulan-pukulan tersebut menjadi rangkaian yang

disebut pola pukulan. Penguasaan pola pukulan penting untuk mengembangkan

permainan bulutangkis. Pola pukulan diajarkan dengan rangkaian yang terpadu dan

berkesinambungan sesuai pada saat permainan bulutangkis berlangsung. Sugiarto

(2002: 39) mengemukakan, “Pola latihan teknik pukulan adalah pukulan yang dilakukan

secara berurutan dan berkesinambungan yang dilakukan dengan cara berulang-ulang

sehingga menjadi bentuk/pola teknik pukulan yang dapat dimainkan secara harmonis

dan terpadu”.

Terdapat banyak pola lain yang dapat dikembangkan. Pola yang dikembangkan

disesuaikan dengan tujuan pola permainan yang dominan baik serangan maupun

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

16

bertahan. Pola-pola pukulan yang dikembangkan juga harus dilakukan secara efektif,

baik dari gerakan maupun kombinasi pukulan. Dalam melatih/mengajarkan pola

pukulan dimulai dari pola yang sederhana kemudian semakin sulit/kompleks.

2. Latihan Imagery

a. Pengertian Imagery

Imagery merupakan salah satu metode latihan visualisasi atau pembayangan

untuk meningkatkan ketrampilan teknik seorang atlit. Vealey & Greenleaf (2011)

mendifinisikan imagery sebagai: ”As re-creating or creating, as polysensory

experience, as the absence of eksternal stimuli”. Imagery merupakan sebuah bentuk

simulasi yang aktual, dalam imagery berbagai pengalaman itu nyata melalui pancaindra

(melihat, merasakan, dan mendengarkan), tetapi secara keseluruhan pengalaman itu

terjadi didalam otak. Weinberg & gould (1995 : 280) menjelaskan: “Through imagery

you can recreate previous positive experiences or picture new events to prepare

yourself mentally for performance”. Imagery berarti gambaran - gambaran mental

secara kolektif, yang menyebabkan seseorang dapat membentuk gambaran - gambaran

dalam otaknya (Kartono & Gulo, 2000 : 217). Jadi bisa disimpulkan imagery adalah

merupakan salah satu metode latihan mental yang membentuk gambaran - gambaran

gerakan ketrampilan atlet, yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan seorang

atlet.

Dalam latihan imagery akan terjadi proses visualisai yaitu ketrampilan melihat

diri sendiri dalam benak atau layar mata hatinya, dengan penuh kesadaran memanggil

bayangan (gambaran) yang sudah dibayangkan dalam proses imagery. Hal ini sama

dengan fase dalam belajar gerak yaitu ketika seseorang belajar memasuki fase yang

pertama yaitu fase kognitif. Pada fase kognitif pelatih ataupun guru memberikan

informasi kepada siswa agar siswa paham tentang bagaimana cara untuk melakukan

gerakan yang baik dan benar. Setelah siswa memperoleh informasi tentang materi

latihan yang akan dilakukan, secara tidak langsung di dalam benak siswa telah terbentuk

motor-plan, yaitu ketrampilan intelektual dalam merencanakan cara melakukan

ketrampilan gerak. Orlick (1980) yang dikutip Setyobroto (2010 : 144) menjelaskan,

apabila atlet melakukan latihan imagery secara otomatis atlet melihat dirinya sendiri

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

17

(visualisasi) dalam melakukan sesuatu, seperti melihat dirinya dalam rekaman video.

Hal terpenting yang diperoleh dari latihan imagery adalah atlet melihat dan merasakan

bahwa dirinya melakukan gerakan atau ketrampilan tertentu secara benar. Hal ini akan

berpengaruh secara positif terhadap penguasaan gerak penampilan olahraga yang

sesungguhnya. Ketika dalam latihan imagery terjadi proses visualisasi, maka banyak

rasa (sense) yang memungkinkan terlibat, seperti kinestetik, auditori, taktil, dal olfaktori

sense.

Kinestetik sangat penting untuk atlet sebab adanya sensasi posisi tubuh atau

pergerakan yang timbul dari rangsangan ujung syaraf sensoris dalam otot, sendi, dan

tendon. Dalam permainan bulutangkis ketika seorang atlet melakukan smash pukulan

tersebut menggunakan “sense”. Pertama, untuk melihat shutllecock yang dipukul oleh

seorang pemain (menggunakan visual sense). Kedua, untuk mengetahui dimana posisi

kok saat perkenaan untuk mentransfer kekuatan yang cepat (power) dan tepat. Atlet

yang menggunakan auditory sense berguna untuk mendengarkan suara perkenaan alat

pemukul dengan kok. Taktile sense berguna untuk merasakan bagaimana alat pemukul

dirasakan oleh tangan pada saat memukul.

Disamping keterlibatan perasaan (sense), belajar untuk menyertakan sejumlah

keadaan emosional dan moods untuk menggambarakn pengalaman merupakan bagian

penting dalam latihan imagery. Menciptakan kembali emosi-emosi seperti (kecemasan,

marah, kesenangan, atau perasaan sakit) melalui imagery akan membantu atlet

mengendalikan keadaan tersebut. Misalnya, seorang atlet bulutangkis gagal ketika

melakukan servis, selanjutnya atlet tersebut membayangkan dan menciptakan

gambaran-gambaran dalam pikiranya bagaimana melakukan servis yang baik dan benar.

Latihan imagery akan mudah untuk dilakukan apabila kita paham tentang fase

dalam belajar gerak. Menurut fiits dan Posner yang dikutip Sugiyanto (2012 : 34) ada

tiga fase dalam belajar gerak yaitu: fase kognitif, fase asosiatif, dan fase otonom.

1) Fase kognitif atau fase awal

Fase kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak ketrampilan. Dikatakan

fase kognitif karena pada awal mempelajari gerakan ketrampilan baru, fungsi

kognitifnya yang mula-mula aktif. Siswa menggunakan pikirannya untuk mengetahui

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

18

gerak ketrampilan yang akan dilakukan. Pada fase kognitif pelajar berusaha

memahami ide atau konsep gerakan melalui pendengaran, penjelasan, atau melihat

contoh gerakan. Informasi verbal tentang gerakan yang didengar oleh telinga, dan

informasi visual yang dilihat oleh mata kemudian diproses kedalam mekanisme

perseptual yaitu mekanisme menangkap dan memahami makna informasi.

Berdasarkan pemahaman tentang gerakan yang dimaknakan dari informasi yang

diberikan, pada pikiran pelajar muncul gerakan yang akan dilakukan.

2) Fase asosiatif atau fase menengah

Fase asosiatif merupakan fase setelah fase kognitif. Konsep gerak ketrampilan

yang dipahami pada fase kognitif kemudian dicoba untuk dilaksanakan dalam

praktik. Di sini terjadi pengasoslasian antara aktivitas kognitif denga aktivitas gerak

tubuh. Konsep gerak yang kemudian menjadi rencana gerak, yang ada didalam

pikiran dicoba untuk dipraktikkan dalam wujud gerakan tubuh. Rencana gerak

kemudian dilaksanakan dalam kegiatan mempraktikkan gerakan.

Saat awal mempraktikkan gerakan, aktivitas kognitif masih mendominasi proses

pelaksanaan gerak. Pikiran tentang konsep gerak masih lebih dominan dibanding

memikirkan pelaksanaan geraknya, sehingga respon geraknya masih belum benar

dan belum lancar. Setelah pelajar mempraktikkan gerakan berulang-ulang, konsep

gerak yang ada dalam pikiran sudah semakin mudah dilaksanakan dalam respon

geraknya. Aktivitas kognitif sudah berasosiasi secara baik dengan respon geraknya,

sehingga pelajar semakin mudah dan benar dalam melaksanakan konsep gerakan.

Siswa semakin menguasai ketrampilan gerak yang dipelajari. Dengan mengulang-

ulang praktek gerak, siswa akan mencapai fase otonom.

3) Fase otonom atau fase akhir

Fase otonom dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam mempelajari gerak

ketrampilan yang baru, atau merupakan puncak pencapaian ketrampilan gerak. Siswa

mampu melakukan gerakan ketrampilan secara otonom dan otomatis. Gerakan yang

otonom adalah gerakan dapat dilakukan walaupun pada saat yang bersamaan siswa

melakukan aktivitas kognitif selain gerak yang dilakukan. Misalnya pemain

bulutangkis dapat melakukan smash dengan baik sambil memperhatikan posisi lawan

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

19

dan arah jatuhnya bola. Sedangkan gerakan yang otomatis adalah gerakan yang

dilakukan seolah-olah dengan sendirinya. Misalnya pemain bulutangkis yang

melakukan defence spontan mengembalikan pukulan smash yang mengarah pada

dirinya.

Untuk mencapai gerak yang otonom dan otomatis harus melalui latihan

berulang-ulang secara teratur dan berkelanjutan dalam jangka waktu relatif lama.

Gerakan otonom dan otomatis akan dapat dilakukan apabila siswa mampu melewati

fase kognitif. Tanpa pemahaman yang baik siswa tidak akan pernah dapat melakukan

gerakan secara otonom dan otomatis.

Dengan metode latihan imagery siswa menciptakan kembali pengalamannya

didalam pikiran. Latihan imagery di dalamnya akan terjadi proses visualisasi yaitu

suatu ketrampilan melalui diri sendiri dengan penuh kesadaran memanggil bayangan

(gambaran) yang sudah dibayangkan dalam proses imagery. Hal ini berhubungan

dengan fase kognitif dalam belajar gerak, siswa berusaha untuk memahami ide atau

konsep gerakan melalui pendengaran, penjelasan, atau melihat contoh gerakan.

Namun imagery adalah suatu metode latihan yang menekankan proses visualisasi di

dalam pikiran siswa yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan gerak siswa.

b. Bentuk Latihan Imagery

Latihan imagery diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk latihan. Hall, et al.,

(1998) yang dikutip oleh Komarudin (2013 : 88) mengklasifikasikan latihan imagery

menjadi lima bentuk yaitu :

1) Cognitive Specific (CS) : imagery ini khusus untuk ketrampilan olahraga yang

spesifik, seperti tembakan bebas dalam bola basket.

2) Cognitive General (CG) : imagery ini merupakan strategi yang dilakukan

secara rutin, seperti strategi pertahanan dan penyerangan yang dilakukan oleh

tim sepak bola.

3) Motivational specific (MS) : imagery ini dilakukan untuk menentukan tujuan

secara spesifik, dan membentuk perilaku yang berorientasi pada tujuan, seperti

atlet angkat beban yang ingin mencapai rekor angkatan, memperoleh medali

dalam kejuaraan.

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

20

4) Motivational general aurosal (MGA) : imagery yang berhubungan dengan

emosi dan performa, seperti merasa gembira dan semangat ketika bertanding di

depan penonton banyak.

5) Motivational general mastery (MGM) : imagery yang terkait dengan

penguasaan situasi olahraga, seperti atlet sepak bola tetap fokus ketika berada

pada posisi dicaci maki oleh penonton.

Menurut hasil penelitian menunujukkan bahwa lima bentuk latihan imagery sering

digunakan oleh atlet, tetapi latihan imagery motivasi (motivational imagery) lebih

sering digunakan dari pada latihan imagery kognitif (cognitive imagery). Pada

dasarnya, latihan imagery yang biasa dilakukan atlet telah menunjukkan ke-lima

bentuk latihan imagery tersebut.

Latihan imagery yang dilakukan atlet sangat terkait dengan tujuan

melakukan latihan imagery , seperti pada kognitif imagery bentuk cognitive

specific (CS), digunakan untuk meningkatkan penampilan atlet pada ketrampilan

yang spesifik misalnya hanya untuk meningkatkan motivasi, atau hanya untuk

meningkatkan kepercayaan diri atlet. Cognitive general (CG), Motivation specific

(MS), dan Motivation general arousal (MGA) sangat efektif untuk meningkatkan

kepercayaan diri. Motivation general arousal (MGA) juga bisa digunakan dalam

melakukan psyching up supaya atlet tampil tenang dan memperoleh tingkat

arousal yang optimal. Atlet dapat menampilkan penampilan terbaiknya. Oleh

karena itu, menggunakan kombinasi bentuk imagery sangat terkait dengan tujuan

yang spesifik.

c. Karakteristik Imagery

Karakteristik latihan imagery dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Apruebo

(2005 : 259) menjelaskan sebagai berikut :

1) Vividnes merupakan penggambaran sebuah peristiwa olahraga dengan jelas,

realistik, melibatkan pancaindra, dan dilakukan secara detail.

2) Multisensory, karakteristik ini memungkinkan dapat melibatkan pancaindra,

misalnya melihat gerak, merasakan gerakan sendiri, mendengarkan suara, dan

mencium bau. Selain itu, berusaha untuk menciptakan kembali rasa gerak

yang sebenarnya. Gambaran tersebut lebih dekat dan nyata dalam pikiran,

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

21

emosi, perasaan gerak, dan transfer yang lebih baik kepada peforma yang

sebenarnya.

3) Controllablity merupakan gambaran mengenai apa yang atlet inginkan untuk

ditampilkan. Masalah yang biasa dilakukan terkait dengan bagaimana

mengendalikan gambaran gerak, biasanya dengan cara mengulang-ulang

kesalahan atau kegagalan, dan mengingat gambaran gerak yang sebenarnya.

Dengan demikian, latihan ketrampilan mental membutuhkan latihan supaya

berkembang lebih sempurna.

4) Internal atau eksternal persfektif, karakteristik ini mengacu kepada

memvisualisasikan olahraga atau peristiwa tertentu melalui pandangan mata

pelaku. Sedangakan perspektif eksternal mengacu kepada melihat atau

menontom penampilan atlet pada sebuah video. Imagery internal lebih fokus

pada kompetisi. Imagery eksternal lebih baik untuk mengoreksi kesalahan

yang dilakukan atlet.

5) Mastery rehearsal merupakan karakteristik untuk melihat penampilan pada

diri seorang atlet secara sempurna dengan penuh percaya diri dan penuh

perhatian. Perhatiannya tertuju utuk memperhatikan permainan atau performa

terbaiknya. Atlet mendegarkan suara, merasakan energi, adrenaline,

intensitas, dan merasakan emosi positif yang ada dalam tubuhnya dan

dibayangkan dalam benaknya.

6) Coping rehearsal karakteristik dimana seorang atlet melihat keberhasilan

dalam mengatasi kesalahan dan kemundurannya dengan penuh percaya diri.

Atlet mengidentifikasi situasi yang tepat dalam mengatasi masalah dalam

waktu yang sudah ditetapkan.

d. Efektifitas Latihan Imagery

Atlet yang sudah berpengalaman sering menggunakan latihan imagery sebagai

bagian dalam proses latihan dan pertandingan. Banyak data menunjukkan bahwa atlet

yang menggunakan latihan imagery penampilanya menjadi lebih baik, tidak hanya

dalam proses latihan tetapi dalam pertandingan. Murphy, Jowdy & Durtschi (1990)

menemukan bahwa, 90 % atlet olimpiade menggunakan bentuk latihan imagery, 97 %

atlet merasa terbantu penampilanya, 94 % atlet olimpiade melakukan imagery sebelum

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

22

sesi latihan, 20 % menggunakan imagery setiap sesi latihan. Data diatas diperkuat

dengan data yang dijelaskan Orlick & Partington (1988) bahwa, “Of 235 Canadian

athletes who participated in the 1984 olympic games, 99 % reported using imagery”.

Atlet tersebut melakukan latihan imagery dengan berbagai tujuan, ada yang

berlatih untuk tujuan belajar ketrampilan, mengembangkan strategi, mempersiapkan

pertandingan seperti memperkenalkan veneus, atau untuk mempersiapkan mental dan

mengembangkan ketrampilan mental, mengatasi stess, dan rintangan dalam olahraga

(cedera, latihan berat, dan gangguan-gangguan lainnya).

Beberapa pertimbangan penting terkait dengan penggunaan latihan imagery,

beberapa hasil penelitian yang dijelaskan oleh vealey (2005) menunjukkan bahwa,

”imagery perspective that will best facilitate the effectiveness of imagery on enhancing

performance”(Hardy & Callow, 1999). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

latihan imagery memberikan fasilitas terbaik kepada atlet untuk meningkatkan

performa, kepercayaan diri, motivasi, mengendalikan perhatian, melihat kemampuan

secara visual selama pertandingan.

Selain itu latihan imagery dapat memfasilitasi performa dan persepsi diri atlet.

Ada dua pendekatan dalam latihan imagery, yaitu pendekatan kognitif (cognitive), dan

pendekatan psikologis (psychological state). Pendekatan kognitif terfokus pada proses

informasi dan bagaimana informasi tersebut diperoleh, disimpan, didapatkan kembali,

dan digunakan di dalam otak.

Menurut teori bio-informasi lebih populernya disebut sebagai “mental blueprints

for perfect responses”. Dengan demikian performa atlet akan meningkat lebih baik

melalui latihan imagery yang menekankan pada produktivitas respons telah

menciptakan ruang lingkup respons dalam otak yang diukur dengan aktivitas

electrocephalographic. Pendekatan psikologis (psychological states) terfokus kepada

fungsi motivasi dari latihan imagery, karena latihan imagery dapat membantu

meningkatkan rasa percaya diri pada atlet, memiliki arrousal optimal, dan lebih fokus

pada pertandingan.

Latihan imagery juga memberikan dampak positif terhadap performa atlet untuk

sukses. Hal ini sesuai dengan pendapat Loehr (1982 : 159) bahwa, “visualization is one

of the most powerful mental training strategies available to performing athletes”.

Maksud dari pendapat tersebut adalah, visualisasi memberikan kontribusi kepada

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

23

keberhasilan atlet dalam olahraga, visualisasi dapat meningkatkan reaksi fisik dan

psikologis, mampu membangun kepercayaan diri atlet dalam menampilkan kemampuan

dan ketrampilanya di bawah tekanan dan di dalam berbagai situasi.

Berdasarkan studi meta-analisys terkait dengan kajian visualisasi dan imagery

Richardson (1967) yang dikutip Lane (2001 : 140) menunjukkan bahwa, “25 mental

practice studies and included that this technique was effective in improving motor

performance”. Studi meta-analysis lain yang diungkapkan oleh Hinshaw (1991) juga

menunjukkan bahwa, “an average 0,60 the mental practice is an effective way to

enhance performance, and found that the effects of mental practice were stronger when

cognitive elements were contained within the task”.

Dari beberapa studi meta-analysis tersebut latihan mental khususnya latihan visualisasi

dan imagery memberikan pengaruh terhadap performa atlet.

e. Teori Imagery Yang Memfasilitasi Performa Atlet

Dari gambaran-gambaran yang sudah diciptakan di dalam pikiran, latihan

imagery dapat memfasilitasi performa atlet baik ketika latihan maupun bertanding. Ada

beberapa teori yang mendukung fungsi imagery atau visualisasi, Apruebo (2005)

menjelaskan sebagai berikut:

Psychoneuromuscular theory atau disebut juga dengan muscle memory. Menurut

teori ini latihan imagery terjadi dalam otak dan otot, ketika atlet menggambarkan atau

membayangkan pola gerak tanpa atlet menampilkan menampilkan gerak yang

sebenarnya. Ketika atlet membayangkan sebuah ketrampilan olahraga tertentu ototnya

akan terjadi kontraksi , hal ini kondisinya sama dengan keadaan atlet menampilkan

rangkaian ketrampilan dalam konteks yang sebenarnya.

Symbolic learning theory teori ini dikenal sebagai mental blueprint. Atlet

melakukan latihan imagery akan menampilkan sistem kode di dalam sistem syaraf pusat

yang akan membantu atlet membentuk, dan merencanakan, pola gerak yang akan

dilakukannya. Teori ini akan membantu dan memfasilitasi performa atlet dengan cara

atlet membuat blue-print atau kode gerak ke dalam komponen simbol, yang

menyebabkan atlet dapat melakukan pola gerak lebih mudah, lebih familiar, dan lebih

otomatis

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

24

Bio-informational theory menjelaskan bahwa dalam latihan imagery terjadi

adanya keterlibatan jaringan aktivasi kode stimulus dan respons secara porporsional

yang disimpan dalam waktu lama dalam memori. Ketika atlet melakukan imagery,

cenderung mengaktifkan karakteristik stimulus yang menggambarkan isi (pola gerak)

yang akan dibayangkan, dan mengaktifkan karakteristik respons yang menggambarkan

stimulus apa yang harus mereka respons dalam situasi tertentu. Contoh,

memvisualisasikan pukulan smash dalam permainan bulutangkis pada point-point kritis

akhir pertandingan selesai, yang meliputi karakteristik stimulus atlet merasakan

pegangan raket yang begitu kuat, tenaga yang mengalir begitu besar, bola yang berada

tepat didepan kepala, dan teriakan penonton yang begitu keras. Karakteristik respons

pada waktu membayangkan meliputi ketengangan otot lengan pada saat melekakukan

pukulan smash, keringat meningkat, timbul perasaan cemas, kesenangan dan

kebanggaan pada saat melihat pukulan begitu keras tajam dan mematikan.

Attention-arousal theory menekankan pada efektivitas latihan imagery sebagai

sebuah regulasi diri yang sangat penting dalam mengatasi ketrampilan, kemampuan

untuk menetapkan tujuan, perencanaan, memecahkan masalah, meregulasi tingkat

arousal, kecemasan pada saat pertandingan, emosi sebagai komponen penting untuk

sukses, dan atlet membuat imagery jelas, realistik, dan mendetail. Contoh, ketika atlet

memvisualisasikan persiapannya dalam menghadapi pertandingan, sistem syaraf

pusatnya memprogram keberhasilan sebab aktivitas yang divisualisasikan benar-benar

telah siap ditampilkan.

f. Petunjuk Latihan Imagery

Latihan imagery tidak seperti latihan fisik yang secara nampak terlihat, karena

latihan imagery membutuhkan tingkat kosentrasi yang tinggi. Latihan imagery juga

membutuhkan ketenangan dalam berpikir. Syer & Cannolyy dalam Setyobroto (2011 :

144) berpendapat bahwa latihan imagery sebaiknya diawali dengan relaksasi, jika yang

dipelajari ketrampilan tertentu yang dianggap sulit dan sudah lama ditekuni, maka

latihan relaksasi dalam waktu yang terpat dan dalam tempo yang singkat akan

memberikan peningkatan dan kemajuan yang pesat. Dalam latihan imagery akan terjadi

dialog antara otak dengan tubuh atlet selama berlangsungnya latihan imagery.

Page 21: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

25

Pelaksanaan latihan imagery yaitu: ´duduklah seenak mungkin dan tutuplah

mata anda. Usahakan dalam keadaan relaks terlebih dahulu, bernapaslah dalam-dalam

beberapa kali, usahakan membayangkan atau membuat imaginasi satu persatu

pengalaman yang berhubungan dengan panca indra. Latihan imagery tidak hanya

dilakukan dalam posisi duduk bisa juga berdiri ataupun berbaring terlentang. Atlet

dilatih untuk membuat khayalan-khayalan mental mengenai suatu gerakan atau

ketrampilan tertentu, atau mengenai apa yang harus dilakukannya dalam situasi tertentu

(membuat cognitive images).

Caranya adalah menyuruh atlet untuk melihat, mengamati, memperhatikan, dan

membayangkan dengan seksama pola gerak tertentu, selanjutnya mengingat-ingat

kembali gerakan tersebut dalam otak kita, misalnya dalam permainan bulutangkis,

pemain membayangkan ketika sedang melakukan rangkaian gerakan netting dari posisi

kaki ketika sedang melangkah sampai perkenaan kok yang sangat tipis melintir

melewati jaring netting sehingga tidak dapat dikembalikan oleh lawan. Proses tersebut

harus dilakukan supaya rangkaian gerak itu bisa ditampilkan dengan baik. Menurut

Harsono (1988 : 259), meskipun kita tidak melakukan gerakan, kita tetap akan dapat

memperkembangakan behavior (perilaku) kita, asalkan kita secara intensif dan dengan

konsentrasi penuh memikirkan dan mengamati suatu pola gerakan.

Ketika seorang atlet secara intensif dan konsentrasi penuh memikirkan dan

mengamati ketrampilan yang akan ditingkatkan, maka akan timbul rangsangan-

rangsangan neumuscular yang berhubungan dengan otak dalam tubuh kita. Dengan

demikian mental image (hayalan mental) memudahkan orang yang bersangkutan untuk

mentransformasikan image tersebut kedalam tindakan fisik atau gerakannya.

Eberspacher (1982) yang dikutip oleh Harsono (1988 : 259) menyarankan urutan latihan

imagery sebagai berikut :

1) Mula-mula kepada para atlet diperlihatkan suatu pola gerak, misalnya suatu

gerak bulutangkis yang baru pada masing-masing atlet. Demonstrasi ini juga

dapat diberikan melalui peragaan langsung atau melalui video atau film. Atlet

diminta untuk memperhatikan dan mengamati demonstrasi tersebut dengan

seksama dan konsentrasi penuh. Konsentrasi ini penting sekali karena dengan

konsentrasi biasanya akan diperoleh dimensi kognitif yang kuat.

Page 22: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

26

2) Atlet disuruh untuk mendiskusikan masalah teknik baru yang baru saja

diperlihatkan itu. Mungkin saja dalam diskusi tersebut akan berkembang

tanggapan-tanggapan seperti “teknik itu terlalu rumit”, atau “teknik itu hanya

merupakan modifikasi dari teknik yang kita pelajari dulu”, atau “teknik itu baik

dan perlu kita latih”.

3) Langkah selanjutnya adalah atelt diintruksikan untuk melakukan apa yang

disebut interval mental rehearsal, atau dengan perkataan lain membayangkan

dan mengimajinasi gerakan-gerakan yang didemontrasikan tadi.

4) Kemudian diperlihatkan lagi demonstrasi tersebut agar mereka bisa melengkapi

kekurangan-kekurangan yang mungkin ada dalam imajinasi.

5) Setelah melihat melihat demonstrasi baik itu secara model langsung ataupun

melalui video, atlet diminta untuk mempraktikan gerakan teknik yang sudah

terekam dan tergambarkan dalam pikiran atlet.

3. Intelegensi (IQ)

Pandangan masyarakat secara umum intelegensi itu dikatakan sebagai

kemampuan individu dalam menghadapi suatu permasalahan dan memecahkannya

secara efektif. Banyak masyarakat yang memiliki anggapan anak yang menduduki

rangking pertama dikelasnya, akan cenderung dikatakan sebagai siswa yang cerdas.

Alfred Binet dalam Safaria (2010 : 14) menjelaskan bahwa intelegensi mencakup tiga

hal : pertama, kemampuan untuk mengarahkan tindakan artinya individu mampu

menetapkan tujuan untuk dicapai (goal-setting). Kedua, kemampuan untuk mengubah

arah tindakan bila dituntut demikian, artinya individu mampu melakukan penyesuaian

diri dalam lingkungan tertentu (adaptasi). Ketiga, kemampuan untuk mengkritik diri

sendiri atau melakukan autokritik, artinya individu mampu melakukan perubahan atas

kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat, atau mampu mengevaluasi diri sendiri secara

objektif.

Menurut David Wechsler dalam buku Safaria (2010 : 14), memandang

intelegensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan individu untuk bertindak

dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya secara

efektif. Sedangkan Walters & Gardner dalam buku Safarian (2010 : 15) mendefinisikan

Page 23: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

27

intelegensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan yang

memungkinkan individu untuk memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi

eksistensi suatu budaya tertentu. Jadi intelegensi secara umum bisa diartikan

kemampuan berpikir seseorang dengan cepat dan cermat dalam menghadapi dan

mensikapi berbagai masalah kehidupan.

Ada beberapa teori-teori kecerdasan yang telah disampaikan oleh beberapa

ilmuan, namun teori kecerdasan yang saat ini menjadi acuan dalam mengembangkan

potensi anak adalah teori kecerdasan milik Howard Gardner dalam buku Safarian (2010

: 17), yang merumuskan teori intelegensi ganda, biasa disebut sebagai multiple

intelligence. 8 macam kecerdasan tersebut antara lain akan dijelaskan sebagai berikut :

1) Kecerdasan linguistik, kecerdasan ini akan menunjukkan kemampuan anak

dalam mengolah bahasa, membuat suatu kalimat, mudah memahami kata-kata,

dan mengubah kata-kata (bahasa) lalu menjadikannya sesuatu yang indah.

Anak-anak yang memiliki kecerdasan linguistik bisa kita lihat pada penyair

atau penulis novel dan karya sastra yang terkenal.

2) Kecerdasan logis-matematik, kecerdasan ini menunjukkan kemampuan anak

dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan angka dan pemikiran logis.

Anak yang memiliki intelegensi matematis-logis tinggi akan mampu dan

unggul dalam perhitungan dan pemecahan angka. Anak-anak ini juga

menguasai cara-cara berpikir secara logis, menggunakan penalarannya, mampu

berpikir secara abstrak, dan mampu menangkap ide-ide ilmiah. Anak seperti ini

memiliki minat untuk menjadi ilmuwan, ahli pemrograman komputer, akuntan,

insinyur, atau bahkan menjadi filsuf.

3) Kecerdasan dimensi-ruang (spatial) merupakan kemampuan anak dalam

memahami perspektif ruang dan dimensi. Anak yang memiliki kelebihan dalam

intelegensi dimensi-ruang akan lebih cepat memahami bentuk-bentuk dimensi

ruang, seperti bentuk-bentuk rumah, bangunan, ruangan, dan dekorasi. Mereka

berpikir dalam bentuk visualisasi dan gambar. Anak-anak ini juga mampu

memahami bentuk tiga dimensi, lebih mampu melihat bentuk gambar dari pada

kata-kata, dan memahami bagaimana manipulasi dimensi ruang menjadi karya

Page 24: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

28

yang bernialai. Anak semacam ini umumnya berminat dalam bidang pekerjaan

arsitek, insinyur, seniman lukis, seniman patung atau ahli bangunan.

4) Kecerdasan musikal merupakan kecerdasan yang menunjukkan kemampuan

anak dalam menyusun lagu, menyanyi, serta memainkan alat musik dengan

sangat baik. Mereka juga mampu membaca bunyi-bunyi musikal dan memiliki

kepekaan terhadapnya. Anak-anak yang tinggi intelegensi musiknya akan

menjadi seorang musikus, komposer, dan penggubah lagu yang sukses.

5) Kecerdasan kelincahan tubuh (Kinestetik) merupakan kecerdasan anak dalam

aktivitas olahraga, atletik, menari, dan kegiatan-kegiatan yang membutuhkan

kelincahan tubuh. Anak memiliki kemampuan lebih tinggi, jika dibandingkan

orang lain dalam kegiatan-kegiatan yang menuntut kelincahan tubuh, seperti

aktivitas olahraga, tari, senam, atau akrobatik. Anak-anak seperti ini akan

menjadi olahragawan atau penari.

6) Kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan yang menunjukkan

kemampuan anak dalam berhubungan dengan orang lain. Anak yang memiliki

kecerdasan interpersonal tinggi akan mampu menjalin komunikasi yang efektif

dengan orang lain, mampu berempati secara baik, serta mampu

mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain. Mereka dapat

dengan cepat memahami tempramen, sifat, dan kepribadian orang lain, mampu

memahami suasana hati, motif, dan niat orang lain. Semua kemampuan ini

akan membuat mereka lebih berhasil dalam berinteraksi dengan orang lain.

7) Kecerdasan intrapersonal, kecerdasan ini menunjukkan kemampuan anak

dalam memahami diri sendiri. Mereka memiliki kepekaan yang tinggi untuk

memahami suasana hatinya, emosi-emosi yang muncul di dalam diri, serta

mampu menyadari perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri sendiri,

baik secara fisik maupun psikologis.

8) Kecerdasan naturalis (alam) merupakan kecerdasan yang menunjukkan

kemampuan anak dalam memahami gejala-gejala alam, memperlihatkan

kesadaran ekologis, dan menunjukkan kepekaan terhadap bentuk-bentuk alam,

misalnya anak memahami keterkaitan ekologis binatang-binatang, siklus

hidupnya, memahami kebiasaan-kebiasaan hewan dialam lia, dan merasa

memiliki ikatan batin dengan hewan-hewan tersebut. Biasanya anak yang

Page 25: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

29

memiliki kecerdasan naturalis berminat pada pekerjaan seperti dokter hewan,

penjaga hutang lindung, ahli tanaman, atau pakar ekologi.

Dari beberapa teori intelegensi diatas dapat disimpulkan bahwa konsep

kecerdasan begitu luas, namun dalam hal ini intelegensi yang dimaksud adalah

bagaimana seseorang dapat berpikir dengan cepat dan cermat dalam menerima materi

latihan dan menggaplikasikan ke dalam bentuk gerakkan.

4. Latihan

a. Pengertian Latihan

Latihan merupakan suatu proses yang harus dilaksanakan oleh seorang atlet

untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Berikut ini disajikan pengertian

latihan secara umum yang dikemukakan oleeh beberapa ahli, sebagai berikut :

1) Menurut Suharno HP. (1993: 7), “latihan adalah suatu proses penyempurnaan atau

pendewasaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan

diberi beban-beban fisik dan mental secara teratur dan terarah, meningkat,

bertahap dan berulang-ulang waktunya”.

2) Menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145), “latihan adalah

proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan

kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”.

3) Menurut A. Hamidsyah Noer (1996: 6), “latihan adalah suatu proses yang

sistematis dan kontinyu dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan

berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah jumlah beban

latihan untuk mencapai tujuan”.

Berdasarkan batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa, latihan

(training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan kontinyu serta

berulang-ulang dengan beban latihan dan intensitas latihan yang semakin meningkat.

Peningkatan beban dan intensitas latihan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan

kemampuan atlet yang berlatih. Dalam pelaksanaan latihan ada beberapa aspek yang

sangat penting untuk mencapai prestasi. Menurut Harsono (1988 : 100) ada beberapa

aspek yang perlu dilatih dan dikembangkan untuk mencapai prestasi meliputi, “(1)

latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik, dan (4) latihan mental”.

Page 26: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

30

b. Latihan Teknik

Setiap cabang olahraga selalu berisikan teknik-teknik dari cabang olahraga yang

bersangkutan. Untuk menguasai teknik dengan baik, diperlukan latihan teknik yang

sistematis dan kontinyu. Berikut ini disajikan pengertian-pengertian latihan teknik yang

disajikan oleh beberapa ahli, sebagai berikut :

1) Menurut Sudjarwo (1993: 41), ”latihan teknik bertujuan untuk pengembangan dan

pembentukan sikap dan gerak melalui pengembangan motorik dan system

persyarafan menuju gerakan otomatis”.

2) Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 127), ”latihan teknik adalah latihan

yang khusus dimaksudkan untuk membentuk dan mengembangkan kebiasaan-

kebiasaan motorik dan neuromuskular”.

Berdasarkan pengertian latihan teknik di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

latihan teknik merupakan latihan yang bertujuan untuk mengembangkan dan

menyempurnakan teknik-teknik gerakan pada cabang olahraga. Suatu teknik dalam

cabang olahraga dapat dikuasai dengan baik apabila dilakukan secara sistematis dan

kontinyu dengan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang tepat.

c. Prinsip-prinsip Latihan

Di dalam pelaksanaan latihan, baik atlet maupun pelatih harus memperhatikan

prinsip-prinsip latihan. Dengan memperhatikan prinsip latihan maka diharapkan

kemampuan atlet akan meningkat dan mengurangi akibat yang buruk yang terjadi pada

fisik maupun teknik atlet. Prinsip ini menyediakan suatu landasan konstruksi dari

program pelatihan untuk meningkatkan prestasi atlet. Menurut Purnama (2010 : 61) ada

8 prinsip-prinsip latihan meliputi : “(1) Prinsip Generalisasi, (2) Prinsip Overload

(beban lebih), (3) Prinsip Reversibilitas (kembali asal), (4) Prinsip Specificity

(kekhususan), (5) Prinsip dari Kompetisi, (6) Prinsip Keanekaragaman, (7) Individual,

dan (8) Asas Overkompensasi”. Untuk lebih jelasnya kedelapan prinsip-prinsip latihan

diuraikan sebagai berikut :

1) Prinsip Generalisasi

Semua cabang olahraga memerlukan kualitas efisiensi sistem cardiovaskular dan

pernapasan. Ini dimaksudkan bahwa secara umum latihan untuk mengembangkan daya

tahan cardiorespiratori harus dilaksanakan, dengan kualitas daya tahun umum yang baik

Page 27: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

31

maka akan mendukung pada latihan untuk meningkatkan komponen-komponen yang

lain.

2) Prinsip Overload (Beban lebih)

Beban yang diberikan kepada atlet harus selalu meningkat, harus selalu sedikit

diatas kemampuannya dan setiap kali/periode tertentu harus ditingkatkan, agar tubuh

bisa beradaptasi dengan beban yang lebih berat. Atlet yang sudah terbiasa latihan

dengan beban berlebih akan terhindar dari stres fisik maupun mental. Walaupun latihan

dilakukan secara rutin, berulang-ulang, dan dalam waktu yang cukup lama kalau beban

latihan terlalu ringan, peningkatan prestasi tidak mungkin akan terjadi.

3) Prinsip Reversibilitas (Kembali Asal)

Prinsip reversibilitas merupakan prinsip dimana seorang atlet harus berlatih

secara progresif dan secara terus menerus/kontinyu, karena dengan latihan akan

merangsang perubahan baik secara anatomis maupun fisiologis. Namun sebaliknya,

prinsip reversibilitas juga mengatakan bahwa, ketika seorang atlet berhenti berlatih,

maka tubuh akan kembali ke keadaan semula.

4) Prinsip Specificity (Kekhususan)

Ketika seorang pemain bulutangkis yang mempunyai kondisi fisik yang baik

melakukan renang 100 meter terlihat nafasnya terengah-engah dan seperti kelelahan. Ini

menandakan bahwa latihan yang keras untuk bulutangkis tidak berlaku bagi kegiatan

berenang. Seperti pendapat Rushall dan Pyke dalam buku purnama (2010 : 63), “ there

is no better training than actually performing in the sport”. Contohnya, untuk bisa

menguasai gerakan tinju, orang harus berlatih gerakan gerakan-gerakan tinju, bukan

gerakan karate meskipun antara tinju dan karate sama-sama olahraga beladiri. Jika

seseorang ingin terampil bermain bulutangkis jangan latihanya seperti memukul bola

pada tennis atau tennis meja.

5) Prinsip dari Kompetisi

Bulutangkis merupakan salah satu permainan yang kompetitif dan alhasil kinerja

dari atlet akhirnya dikaji pada satu keadaan yang kompetitif. Kompetisi adalah

persaingan yang sehat yang memotivasi atlet untuk menjadi seorang pemenang. Prinsip

ini bertujuan untuk memelihara dan menjaga stamina atlet, sehingga kondisi dari kinerja

atlet selalu termotivasi untuk meningkatkan performanya yang macet. Atlet harus

memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuannya dan memelihara kondisinya

Page 28: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

32

pada satu taraf tinggi sehingga pelatihannya harus teratur dan berkelanjutan untuk selalu

siap baik ketika akan bertanding maupun ketika masa kompetisi berlangsung.

Prinsip dari kompetisi ini sebaiknya di masukkan kedalam program pelatihan.

Karena ketika pelatih sudah membuat target atau rencana jalannya kompetisi, hasil yang

didapat juga akan lebih maksimal dari pada sama sekali tidak ada rencana sebelumnya.

6) Prinsip Keanekaragaman

Masih banyak sekali pelatih yang melatih berdasarkan pengalaman masa lampau

ketika menjadi seorang atlet. Latihan yang kurang bervariasi membuat atlet cenderung

bosan dan motivasi berlatih menurun. Salah satu cara mencegah masalah ini adalah

membuat variasi, modifikasi-modifikasi latihan yang menyenangkan dan efektif.

Dengan model-model modifikasi latihan yang belum pernah dilakukan sebelumnya

memungkinkan motivasi atlet berlatih lebih keras dan tekun untuk mencapai hasil yang

lebih baik.

7) Individual

Prinsip individual menuntut pelatih untuk memahami kondisi para atlet, karena

setiap individu tidak sama. Meskipun kembar secara fisik, keduanya pasti memiliki

tingkat intelegensi dan emosi yang berbeda. Oleh karena itu masing-masing individu

harus mendapatkan penanganan yang berbeda. Program latihan harus dibuat sesuai

dengan kemampuan individu masing-masing.

8) Asas Overkompensasi

Overkompensasi mengacu kepada dampak latihan dan regenerasi pada

organisme tubuh kita yang merupakan dasar biologis guna persiapan atau arousal

(gugahan) fisik dan psikologis dalam menghadapi suatu pertandingan. Ketika seorang

atlet berlatih, maka sumber makanan dan otot akan berkurang (habis), atlet akan

mengalami kelelahan, baik kelelahan fisik maupun kelelahan mental dalam sistem pusat

syaraf. Selama masa istirahat sumber-sumber energi biokemikal bukan saja diganti

namun akan kompensasinya meningkat sampai melewati keadaan semula.

Hal ini dimungkinkan dengan cara mengerahkan sumber-sumber cadangan

energi yang ada dalam tubuh kita. Tahap ini disebut overkompensasi. Overkompensasi

maksimal hanya bisa dicapai kalau stimulus yang diberikan dalam latihan cukup tinggi,

sedikitnya 60% dari kemampuan maksimal atelt agar terasa effect-nya. Stimulus yang

kurang dari 60% tidak akan mengakibatkan munculnya overkompensasi yang cukup

Page 29: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

33

untuk perkembangan prestasi, bahkan untuk atlet yang sudah profesional stimulus harus

diatas 70% dari kemampuan maksimalnya.

d. Komponen-komponen Latihan

Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan oleh atlet akan mengarah kepada

sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, dan kejiwaan. Menurut

Depdiknas (2000: 105) bahwa,”Dalam proses latihan yang efisien dipengaruhi : (1)

Volume latihan, (2) Intensitas latihan, (3) Densitas latihan,dan (4) Kompleksitas

latihan”. Apabila seorang pelatih merencanakan suatu latihan yang dinamis, maka harus

mempertimbangkan semua aspek yang menjadi komponen latihan tersebut di atas.

Untuk lebih jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat

sebagai berikut :

1) Volume Latihan

Sebagai komponen utama, volume adalah syarat yang sangat penting untuk

mendapatkan teknik yang tinggi dan pencapaian fisik yang lebih baik. Bompa (1999:

77) berpendapat bahwa,”Volume adalah hal penting prasyarat yang kuantitatif untuk

taktis tinggi dan terutama prestasi”. Sedangkan repetisi menurut Suharno HP. (1993:

32) adalah “Ulangan gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran”.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa, volume latihan

mencerminkan kuantitas atau banyaknya latihan yang dilakukan pada saat latihan.

2) Intensitas Latihan

Menurut Bompa (1999: 79) bahwa,“Intensitas adalah fungsi dari kekuatan

rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan, dan kekuatan rangsangan

tergantung dari beban kecepatan geraknya, variasi interval atau istirahat di antara tiap

ulangannya”. Suharno HP (1993: 31) menyatakan bahwa, “Intensitas adalah takaran

yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas

jasmani baik dalam latihan maupun pertandingannya”.

3) Densitas Latihan

Bompa (1999: 91) menyatakan bahwa,”Densitas adalah frekuensi dimana atlet

ditunjukkan ke suatu rangkaian stimuli per bagian waktu”. Dengan demikian densitas

berkaitan dengan suatu hubungan yang dinyatakan dalam waktu antara kerja dan

pemulihan. Densitas yang mencukupi akan menjamin efisiensi latihan dan

Page 30: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

34

menghindarkan atlet dari kelelahan yang berlebihan. Densitas yang seimbang akan

mengarah kepada pencapaian rasio optimal antara rangsangan latihan dan pemulihan.

4) Kompleksitas Latihan

Kompleksitas dikaitkan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan

dalam latihan. Hal ini sesuai pendapat Depdiknas (2000: 108) bahwa,

”Kompleksitas latihan menunjukkan tingkat keragaman unsur yang dilakukan

dalam latihan”. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi,

dapat menjadi penyebab yang penting dalam menambah intensitas latihan.

Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan

permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot,

khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan

lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang

kompleks dan dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi

yang baik dan yang jelek.

Komponen-komponen latihan yang disebutkan di atas, harus dipahami dan

diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal

dalm latihan, maka komponen-komponen di atas harus diterapkan dengan baik dan

benar, sehingga tidak terjadi hal-hal yang buruk di dalam latihan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dibutuhkan dalam mendukung kajian teori yang

dikemukakan, sehingga dapat dipergunakan sebagai kajian hipotesis. Hasil

penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Pradana Lukman Arif (2010) yang berjudul pengaruh mental imagery terhadap

kemampuan siswa dalam teknik dasar dribble bola basket dalam pembelajaran

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hasil kesimpulan yang diperoleh adalah

terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan latihan mental imagery terhadap

kemampuan siswa dalam penguasaan teknik dasar dribble bola basket dalam

pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

Penelitian Khalida Nawa Aprilia (2014) yang berjudul, penerapan model

pembelajaran imagery terhadap hasil belajar bulutangkis pada mahasiswa semester

VI prodi penjaskesrek JPOK FKIP UNS tahun akademik 2013/2014. Hasil

Page 31: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

35

kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat pengaruh yang signifikan penerapan

model pembelajaran imagery terhadap hasil belajar bulutangkis pada mahasiswa

semester VI prodi penjaskesrek JPOK FKIP UNS tahun akademik 2013/2014.

C. Kerangka Pikir

Dari kajian teori tentang pengaruh latihan imagery dan intelegensi terhadap

bermain bulutangkis. Maka dapat disimpulkan kerang pemikiran yaitu :

1. Perbedaan pengaruh latihan imagery & non-imagery terhadap ketrampilan

bermain bulutangkis.

Latihan imagery adalah salah satu metode latihan mental yang membentuk

gambaran-gambaran gerakan ketrampilan atlet, yang bertujuan untuk meningkatkan

ketrampilan bermain atlet. Melalui proses visualisasi latihan imagery ini dilakukan.

Proses latihan imagery dalam permainan bulutangkis ini dilakukan dengan posisi

berdiri dan menggunakan model secara langsung. Kelebihan latihan imagery adalah

efek yang telah diciptakan didalam pikiran seorang atlet. Atlet akan dengan mudah

memutar ulang gambaran yang sudah diciptakan didalam pikiran selain itu melalui

latihan imagery akan dapat menampilkan sistem kode di dalam sistem syaraf pusat

yang akan membantu atlet membentuk dan merencanakan pola gerak yang

dilakukannya. Hal ini akan membantu dan memfasilitasi performa atlet dengan cara

membuat blue-print kode gerak kedalam pikiran, yang menyebabkan atlet dapat

melakukan pola gerak lebih mudah, lebih familiar, dan lebih otomatis.

Kekurangan latihan imagery adalah waktu yang dibutuhkan saat proses latihan

lebih banyak dibandingkan dengan latihan non-imagery. Selain itu latihan imagery

juga membutuhkan tingkat konsentrasi yang lebih tinggi karena ketika latihan

imagery, atlet berusaha untuk menciptakan gambaran-gambaran didalam pikiran

sebelum melakukan drill secara langsung.

Latihan non-imagery adalah salah satu bentuk latihan atau drill secara langsung

tanpa melakukan proses pembayangan. Atlet melakukan latihan setelah diberikan

contoh dan di intruksikan oleh seorang pelatih. Kelebihan latihan non-imagery

adalah waktu latihan tidak termakan banyak untuk melakukan proses berpikir, atlet

langsung melakukan gerakan yang dicontohkan dan diintruksikan oleh pelatih.

Kekurangan latihan ini adalah atlet cenderung mudah lupa melakukan gerakan yang

sudah dicontohkan, karena tidak disediakan waktu untuk menciptakan gambaran-

Page 32: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

36

gambaran didalam pikiran secara detail. Agar terjadi gerakan yang otomatis atlet

harus melewati beberapa fase atau tahapan dalam belajar gerak. Salah satu fase

tersebut adalah fase kognitif atau proses berpikir.

Seseorang dikatakan terampil bermain bulutangkis apabila mampu melakukan

pukulan servis panjang, servis pendek, lob, dan smash. Latihan tehnik tidak terlalu

membutuhkan banyak tenaga seperti ketika latihan daya tahan, akan tetapi atlet perlu

kondisi stamina yang masih penuh agar dapat dengan mudah menerima materi

latihan yang diberikan.

Dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan latihan imagery dan non-

imagery, peneliti memprediksi latihan imagery berpengaruh lebih tinggi

dibandingkan latihan non-imagery terhadap ketrampilan bermain bulutangkis.

2. Perbedaan pengaruh antara intelegensi tinggi dan intelegensi rendah terhadap

ketrampilan bermain bulutangkis.

Intelegensi adalah kemampuan berpikir seseorang secara cepat dan tepat dalam

menerima stimulasi dan menghadapi berbagai tekanan. Dalam fase belajar gerak ada

tiga tahapan yaitu fase kognitif, fase assosiatif, dan fase otonom. Ketiga tahapan

tersebut harus secara runtun di lakukan oleh seorang atlet, artinya seorang atlet tidak

akan bisa melakukan gerakan secara otomatis sebelum masuk didalam fase kognitif.

Atlet perlu melakukan proses berpikir sebelum memerintahkan bagian tubuh untuk

melakukan gerakan. Intelegensi tinggi adalah kemampuan berpikir seseorang diatas

rata-rata yang diukur dengan menggunakan tes baku intelegensi yaitu intelegence

structure test atau IST.

Intelegensi rendah adalah kemampuan berpikir seseorang dibawah rata-rata

yang diukur dengan menggunakan tes baku intelegensi yaitu intelegence structure

test atau IST. Tes intelegensi dalam cabang olahraga bulutangkis ini tidak serumit

seperti tes-tes intelegensi yang sudah dibuat oleh para psikolog. Penekanan

intelegensi dalam permainan bulutangkis adalah mencari hasil penilaian fokus,

kecepatan berpikir, dan konsentrasi. Karena ketiga hal tersebut sangat diperlukan

ketika seorang atlet, baik ketika sedang berlatih ataupun ketika pertandingan. Atlet

yang memiliki intelegensi tinggi mampu berpikir dengan cepat dan tepat ketika

menerima stimulus, maka akan dengan mudah melakukan proses imagery dan

menerima beban latihan yang diberikan oleh seorang pelatih. Sebaliknya atlet yang

Page 33: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

37

memiliki intelegensi rendah akan mengalami kesulitan ketika melakukan proses

imagery, akibatnya beban latihan yang diberikan tidak mampu diselesaikan dengan

maksimal.

3. Adanya Interaksi latihan imagery dan intelegensi terhadap ketrampilan

bermain bulutangkis.

Dalam belajar ketrampilan dasar bermain bulutangkis setiap individu memiliki

kemampuan yang berbeda-beda. Setiap individu juga memiliki tingkat intelegensi

yang tidak sama, ada yang cepat dan ada pula yang lambat ketika menerima beban

latihan. Latihan imagery adalah merupakan salah satu metode latihan mental yang

membentuk gambaran-gambaran gerakan ketrampilan atlet, yang bertujuan untuk

meningkatkan ketrampilan seorang atlet sedangkan Intelegensi adalah kemampuan

berpikir seseorang secara cepat dan tepat dalam menerima stimulasi dan menghadapi

berbagai tekanan. Atlet yang dapat berpikir dengan cepat dan tepat akan lebih mudah

melakukan proses latihan imagery. Selain itu gambaran-gambaran yang sudah

diciptakan didalam pikiran atau memory seorang atlet akan terekam lebih baik

dibandingkan dengan atlet yang memiliki intelegensi rendah.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh latihan imagery dan non-imagery terhadap ketrampilan

bermain bulutangkis pada siswa ekstrakurikuler MTS Muhammadiyah Blimbing

tahun 2015. Dengan latihan imagery siswa akan lebih cepat mengalami

peningkatan ketrampilan bermain bulutangkis, karena melalui latihan imagery

gambaran-gambaran gerakan yang ingin dilakukan sudah termemori didalam

pikiran seseorang.

2. Ada perbedaan pengaruh antara intelegensi tinggi dan intelegensi rendah

terhadap ketrampilan bermain bulutangkis pada siswa ekstrakurikuler MTS

Muhammadiyah Blimbing tahun 2015. Dengan memiliki intelegensi tinggi siswa

akan lebih cepat untuk menerima materi latihan yang diberikan.

Page 34: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121408061_bab2.pdf · Panjang lapangan adalah 13,4 meter dan lebar 6,1 meter untuk ganda dan 5,18 meter untuk

38

3. Ada interaksi latihan imagery dan intelegensi terhadap ketrampilan bulutangkis

pada siswa ektrakurikuler MTS Muhammadiyah Blimbing tahun 2015. Dengan

intelegensi tinggi maka akan semakin besar pula kontribusi dalam proses latihan

imagery.