II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur...

16
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit Kelapa sawit menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun menjadi tinggi. Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan usia produktif hingga 2530 tahun dan tingginya dapat mencapai 24 meter. Produk utama kelapa sawit adalah CPO dan CPKO, yang selanjutnya menjadi bahan baku industri hilir pangan maupun non pangan. Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol. Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar (Sastrosayono, 2003). 2.1.1 Klasifikasi Kelapa Sawit Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Palmales Famili : Palmaceae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis Guineensis Elaeis odora (tidak ditanam di Indonesia) Elaeis melanococca Varietas : Elaeis guineensis dura Elaeis guineensis tenera Elaeis guineensis pisifera

Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur...

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad

ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan

industri sabun menjadi tinggi. Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan)

yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan usia produktif hingga 25–30

tahun dan tingginya dapat mencapai 24 meter. Produk utama kelapa sawit adalah

CPO dan CPKO, yang selanjutnya menjadi bahan baku industri hilir pangan

maupun non pangan.

Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat

diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan

dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan

tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol.

Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan

dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar (Sastrosayono,

2003).

2.1.1 Klasifikasi Kelapa Sawit

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Palmales

Famili : Palmaceae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis Guineensis

Elaeis odora (tidak ditanam di Indonesia)

Elaeis melanococca

Varietas : Elaeis guineensis dura

Elaeis guineensis tenera

Elaeis guineensis pisifera

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

2.1.2 Morfologi Kelapa Sawit

a. Akar

Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi

akar ini mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Jika aerasi cukup

baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 meter di dalam

tanah, sedangkan yang tumbuh kesamping bisa mencapai radius 16 meter.

Keadaan ini tergantung pada umur tanaman, sistem pemeliharaan, dan aerasi

tanah. Sistem perakaran seperti ini menyebabkan tanaman tidak mudah tumbang.

b. Batang

Pada tahun-tahun pertama, sejak kecambah tumbuh menjadi tanaman

kelapa sawit tidak tampak adanya pertumbuhan memanjang. Awalnya terbentuk

poros batang dan disekitar poros terbentuk daun-daun yang ukurannya semakin

bertambah besar.

Setelah tanaman berumur 4 tahun, batang mulai memperlihatkan

pertumbuhan memanjang. Ketebalan batang tergantung pada kekuatan

pertumbuhan daun-daunnya. Tanaman kelapa sawit secara alami bisa mencapai

umur 100 tahun. Namun, tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan harus

diremajakan sebelum mencapai umur tersebut, karena produksi buahnya sudah

menurun.

c. Daun

Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan biasanya akan tumbuh

dua lembar daun. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun

lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus keatas dan bewarna kuning.

Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar.

Kedudukan daun pada batang dapat dirumuskan dengan rumus daun

(phylotaxis) 3/8, pada setiap putaran terdapat 8 daun. Setiap tahun, tanaman

kelapa sawit bisa mengeluarkan 20-24 lembar daun.

d. Bunga

Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan

(tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit

yang hanya memproduksi bunga jantan.

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

Umumnya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam dua tandan yang

terpisah. Namun, adakalanya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam

tandan yang sama. Masa reseptif (masa putik dapat menerima tepung sari) adalah

3x24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna hitam dan mengering. Jika diawetkan,

tepung sari bisa mencapai umur 10 minggu. Pengawetan tepung sari bisa

dilakukan dengan cara mengeringkannya di dalam oven dengan suhu konstan

60°C selama 24 jam. Tepung sari awetan biasanya digunakan untuk bantuan

penyerbukan (assisted pollination). Pada tanaman kelapa sawit muda (sampai

umur 6 tahun), bunga betina lebih banyak daripada bunga jantan. Karena itu,

kelapa sawit muda membutuhkan bantuan penyerbukan oleh manusia.

e. Buah

Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap tahun

tumbuh sekitar 20-24 helai. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan

daunnya semakin sedikit, sehingga buah yang terbentuk semakin menurun.

Meskipun demikian, tidak berarti hasil produksi minyaknya menurun. Hal ini

disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin

besar. Kadar minyak yang dihasilkannya juga semakin tinggi. Berat tandan buah

kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg .

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah saat berumur 18 bulan

setelah tanam, tetapi kadar minyaknya masih sedikit dan persentase limbah

(lumpur) banyak. Karenanya, di perkebunan kelapa sawit, bunga-bunga yang

tumbuh pada tanaman muda akan dibuang (kastrasi) agar tidak menjadi buah.

Buah muda Elaeis guineensis dura, Elaeis guineensis tenera, dan Elaeis

guineensis pisifera berwarna ungu tua sampai hitam. Warna ini disebabkan

adanya dominasi zat anthocyanin.

2.1.3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu

tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan

faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, disamping faktor-faktor lainnya

seperti genetis, budidaya, dan penerapan teknologi lainnya.

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

a. Faktor Iklim

Curah Hujan

Jumlah dan curah hujan yang baik untuk kelapa sawit adalah 2000-2500

m/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun (Rambey,

2010). Hujan yang merata sepanjang tahun kurang baik karena pertumbuhan

vegetatif akan lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga buah atau

bunga yang terbentuk relatif lebih sedikit (Setyamidjaja, 2006). Sebaliknya, curah

hujan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan timbulnya masalah terutama

sulitnya upaya peningkatan kualitas jalan, pembukaan lahan, pemeliharaan,

pemupukan, dan pencegahan erosi (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).

Suhu dan Elevasi

Temperatur yang optimal adalah 24-28°C dan tertinggi 32°C. Diatas atau

dibawah selang tersebut, produktivitas akan lebih rendah karena rendahnya

proses assimilasi, gagalnya perkembangan bunga dan pematangan buah (Yahya,

1990 dalam Nurmala, 2009). Suhu udara terutama suhu minimum, berhubungan

erat dengan elevasi. Di daerah beriklim tropis, secara umum suhu udara bukan

merupakan faktor pembatas pada elevasi di bawah 400 m dpl.

Sebaliknya, diatas 400 m dpl meskipun faktor iklim lainnya seperti curah

hujan sudah sesuai untuk pertumbuhan kelapa sawit, suhu udara minimum yang

terlalu rendah bisa menjadi faktor pembatas, tetapi masih berpotensi untuk

budidaya kelapa sawit. Elevasi juga berkaitan dengan penyinaran matahari dan

kelembaban udara.

Kelembaban dan Penyinaran Matahari

Kelembaban 80% dan penyinaran matahari 5-7 jam/hari, karena

kelembaban yang tinggi akan meransang perkembangan penyakit. Kecepatan

angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu

kencang akan menyebabkan tanaman baru menjadi miring (Lubis, 1992 dalam

Harahap, 1999).

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

b. Faktor Edafik

Tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik,

latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol, dan aluvial. Sifat-sifat

fisika dan kimia tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan kelapa sawit

secara optimal adalah sebagai berikut:

1. Solum cukup dalam (>80cm) dan tidak berbatu agar perkembangan akar

tidak terganggu.

2. Tekstur ringan dan yang terbaik memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, dan

liat 20-50%.

3. Struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh, dan

permeabilitas sedang.

4. Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam. Tanah yang

berdrainase jelek dengan permukaan air tanah yang dangkal sebaiknya

dihindari. Tanah yang berdrainase jelek sebaiknya diberi saluran drainase.

5. Reaksi tanah (pH) 4,0-6,0 dan pH optimal 5,0-5,5. Tanah yang ber-pH

rendah seperti tanah gambut/organosol sebaiknya dilakukan pengapuran.

6. Tanah yang memiliki kandungan hara cukup tinggi (Setyamidjaja, 2006).

2.1.4 Pemelihara Kelapa Sawit

a. Pengendalian Gulma

Gulma di perkebunan kelapa sawit harus dikendalikan supaya secara

ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi. Adanya gulma

di perkebunan kelapa sawit akan sangat merugikan. Alasannya, gulma

mengganggu dan menghambat jalan para pekerja, gulma menjadi pesaing tanaman

kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma

menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit yang menyerang tanaman kelapa

sawit.

Jenis-jenis gulma di perkebunan kelapa sawit adalah krisan, Mikania

scandes, eupathorium (babandotan), melastoma (harendong), pakis kawat, pakis

gajah, keladi dan alang-alang. Selain menggunakan herbisida, pengendalian

gulma bisa dilakukan dengan cara manual memakai cangkul dan garpu.

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

b. Pengendalian Hama dan Penyakit

Menurut Pahan (2008), pengendalian hama dan penyakit tanaman pada

hakikatnya merupakan upaya untuk mengendalikan suatu kehidupan. Upaya

mendeteksi hama dan penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak harus

dilaksanakan. Selain akan memudahkan tindakan pencegahan dan pengendalian,

keuntungan deteksi dini juga bertujuan agar tidak terjadi ledakan serangan yang

tak terkendali atau terduga.

Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya

kumbang tanduk, ulat api, ulat kantong, tikus, rayap, Adoretus, dan Apogonia,

serta babi hutan. Penyakit utama kelapa sawit adalah penyakit busuk pangkal

batang kelapa sawit, penyakit antraknosa dan bercak daun. Konsep yang

digunakan dalam pengendalian hama, penyakit, dan gulma di perkebunan kelapa

sawit adalah Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Integrated Pest Management

(IPM) (PPKS, 2006).

Berbagai cara yang dilakukan dalam PHT diantaranya adalah:

1. Hama ulat (Tasea asigna, Stora nitens, dan Darnarima sp.) dikendalikan

dengan menyemprotkan Dipterex atau Bayrusil.

2. Hama kumbang (Apogania sp. dan Oryctes rhinoceros) dikendalikan

dengan menyemprotkan larutan Azodrin yang bersifat sistemik.

3. Hama tikus dikendalikan dengan racun Tomorin, Warfarin, atau Racumin.

Penyakit pada tanaman kelapa sawit hingga saat ini, belum ditemukan cara

pemberantasan yang efektif, sehingga hanya dapat dilakukan pembatasan

penyebaran penyakit. Caranya, menebang tanaman kelapa sawit yang terserang

penyakit ini, pangkal batang dan sisa-sisa akar dibakar di tempat tersebut

(Sastrosayono, 2003).

c. Pemupukan

Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus-menerus

bagi pertumbuan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang

sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara ini

harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Manfaat

pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan

produksi dan kualitas produk yang dihasilkan.

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat adalah meningkatnya

kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif

stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan

pengaruh iklim yang kurang menguntungkan. Pupuk yang umum digunakan

dalam perkebunan kelapa sawit adalah pupuk anorganik (buatan) dan pupuk

organik.

Pemupukan kelapa sawit dilakukan pada 3 tahap perkembangan tanaman,

yaitu pada tahap pembibitan dan TBM yang mengacu pada dosis baku, tahap TM

yang ditentukan berdasarkan perhitungan faktor-faktor dasar, serta konsep neraca

hara (nutrient balance).

Tabel 1. Jenis dan Spesifikasi Pupuk Tunggal yang Direkomendasikan oleh PPKS

Hara Pupuk Spesifikasi

N Urea

Za

46% N

21% N, 23% S

K MOP (KCL) K2O : 60%

Mg Kieserit MgO : 26%, S :21%

MgO : min 18%

CaO : min 30%

Al2O3 + Fe2O3 : maks 3%

SiO2 : maks 5%

Kadar air : maks 5%

Ni : maks 5 ppm

Kehalusan (lolos saringan 100 mesh)

Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 1997

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

2.1.5 Pemanenan pada Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat mulai dipanen pada umur 30 bulan. Dalam keadaan

normal, 90-100% dari seluruh pokok sudah matang panen. Tandan yang cukup

besar dan siap untuk diolah adalah yang padat isinya dan beratnya sekitar 3 kg.

Kriteria panen yang digunakan yaitu dua brondolan artinya sudah ada 2 buah

lepas dari tandannya atau jatuh kepiringan pohon. Untuk tandan yang beratnya

lebih dari 10 kg, dipakai 1 brondolan yang jatuh ketanah. Kapasitas pemanenan

tergantung pada produksi/ha yang dikaitkan dengan umur tanaman, topografi

areal, kerapatan pohon dan intensif.

2.1.6 Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis pada Perkebunan

Kelapa Sawit

Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) penginderaan jauh adalah ilmu dan

seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena

melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung

dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Sedangkan, Sistem Informasi

Geografis (SIG) merupakan suatu perangkat yang memiliki kemampuan penuh

untuk pengumpulan, penyimpanan, pemanggilan, transformasi, dan penampilan

data digital keruangan dari suatu wilayah untuk kegunaan tertentu.

Produk teknologi penginderaan jauh adalah berupa citra satelit dengan

resolusi spasial yang tinggi, memberikan visual permukaan bumi sangat detail.

Citra satelit merupakan suatu gambaran permukaan bumi yang direkam oleh

sensor (kamera) pada satelit pengideraan jauh yang mengorbit bumi, dalam

bentuk image (gambar) secara digital.

Teknologi SIG dan RS telah dimanfaatkan oleh para ahli untuk studi

kelapa sawit (Morrow, 1995 dalam Sitoms, 2004). Kelapa sawit dalam

pertumbuhannya akan mengalami perubahan fisik sehingga dapat dipantau dengan

data inderaja, yaitu dengan mengamati pengaruh umur tanaman terhadap

reflektansi band spektral maupun indeks spektral yang dapat diturunkan dari data

Landsat-TM.

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

Umur tanaman kelapa sawit dapat diteliti dengan menggunakan

penginderaan jauh karena tanaman kelapa sawit memiliki pola penanaman yang

teratur, yaitu pengelompokan penanaman dalam setiap blok secara teratur

berdasarkan tahun tanam yang sama (Sitoms, 2004).

Selain itu, Lukman dan Poeloengan (1996) dalam Laju dan Chen (2011)

sukses memanfaatkan citra satelit Landsat TM (Tematic Mapper) dan SPOT

(Satellite Pour Observation de la Terre) untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah

tumbuh kelapa sawit dan memetakan perbedaan usianya pada masa awal

pertumbuhan.

Haryani et al (2005) menggunakan data penginderaan jauh Landsat 7 ETM

Tahun 2005 dan SIG untuk kajian potensi dan pengembangan perkebunan kelapa

sawit di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Dari hasil penelitian yang

dilakukan berdasarkan hasil analisis Sistem Informasi Geografi (SIG) dengan input

kesesuaian lahan, kerapatan vegetasi, dan penggunaan lahan diperoleh arahan

pengembangan tanaman komoditas kelapa sawit di Kabupaten Rokan Hilir.

Dalam penelitiannya Sinaga (2011), merancang SIG untuk areal

perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara yang disajikan dalam bentuk

tulisan, tabel, dan peta. Tulisan disini berupa informasi umum mengenai

penjelasan Provinsi Sumatera Utara dan informasi tentang kelapa sawit sehingga

bermanfaat dan memberikan kemudahan bagi pihak manajemen perkebunan

dalam mendapatkan informasi dan mempercepat pengambilan keputusan. Tabel

menyajikan data luas lahan dan produksi perkebunan pada tahun 2009 dan 2010,

sedangkan peta memberikan gambaran mengenai letak lokasi perkebunan tiap

kabupaten.

Secara nasional Kementrian Pertanian sudah melakukan pemetaan kelapa

sawit dengan menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 dengan pemetaan di seluruh

wilayah Indonesia. Selain untuk pemetaan kelapa sawit, Kementrian Pertanian

bekerja sama dengan Sucofindo, P4W, dan LPPM IPB juga melakukan pemetaan

untuk komoditas tanaman perkebunan lain selain kelapa sawit yaitu karet dan

kakao dan industrinya di seluruh Indonesia (Barus et al, 2011).

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

Penggunaan Citra ALOS AVNIR-2 dalam pemetaan kelapa sawit karena

citra ALOS AVNIR-2 memiliki biaya yang lebih murah dalam operasional,

ataupun dapat digunakan untuk tujuan analisis lain khususnya jika digabungkan

dengan data lain baik yang ada dalam sistem data base maupun setelah dilakukan

penggabungan dengan data lain dari sumber berbeda. Secara lebih lengkap Satelit

ALOS AVNIR-2 dibahas dalam sub bab selanjutnya.

2.2. Satelit ALOS AVNIR-2

Satelit ALOS (Advanced Land Observing Satellite) merupakan satelit

generasi lanjutan dari JERS-1 dan ADEOS milik Jepang (Gambar 1). JAXA di

Tanagashima Space Center Jepang yang diluncurkan pada tanggal 24 Januari

2006 dengan menggunakan roket H-IIA. Satelit ini merupakan satelit

penginderaan jauh (inderaja) terbesar yang dibangun oleh Jepang untuk

pengamatan daratan. Satelit ini memiliki periode kunjungan ulang (revisiting

period) 46 hari. Akan tetapi, untuk kepentingan pemantauan bencana alam atau

kondisi darurat satelit ALOS ini mampu melakukan observasi dalam waktu dua

hari. ALOS dapat digunakan untuk kartografi, observasi regional, pemantauan

bencana dan peninjauan sumberdaya.

Gambar 1. Satelit ALOS (JAXA EORC,1997)

Satelit ALOS mempunyai 5 misi utama, yaitu:

1. Untuk memberikan kontribusi terhadap aplikasi kartografi.

2. Untuk memberikan kontribusi terhadap pengamatan regional.

3. Untuk memberikan kontribusi terhadap pemantauan bencana alam.

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

4. Untuk memberikan kontribusi terhadap penelitian sumberdaya alam.

5. Untuk meningkatkan teknologi pengamatan daratan (pengembangan

teknologi).

Tabel 2. Spesifikasi ALOS

No Tipe Karakteristik

1 Bobot 4 ton

2 Jangka Waktu 3-5 Tahun

3 Ketinggian Orbit 691, 65 Km (di khatulistiwa)

4 Periode Orbital 98,7 menit

5

6

7

8

Tipe Orbit

Inklinasi

Siklus kunjungan ulang

Power

Sun-synchronous Subrecurrent

98,16 deg

46 hari

Approx. 7 kW (pada akhir

operasional)

Sumber : http://www.eorc.jaxa.jp/ALOS (diakses 14 Agustus 2011)

Untuk pencapaian misi, satelit ALOS dilengkapi dengan tiga buah sensor

penginderaan jauh dengan kemampuan pandangan sisi (side looking). Tiga buah

sensor tersebut terdiri dari dua buah sensor optik yaitu sensor PRISM

(Panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo Mapping) dan sensor

AVNIR-2 (Advanced Visible and Near Infared Radiometer Type-2), sebuah

sensor gelombang mikro atau radar yaitu PALSAR (Phased Array Type L-Band

Synthetic Aperture Radar) untuk pengamatan lahan sepanjang siang sampai

malam diseluruh kondisi cuaca. Satelit ALOS ditunjukkan pada Gambar 3 untuk

pemanfaatan data sepenuhnya yang diperoleh dari sensor, ALOS dirancang

dengan dua teknologi maju yaitu pertama adalah kecepatan tinggi dan kapasitas

data yang besar dalam menangani teknologi dan kedua adalah presisi posisi

pesawat ruang angkasa dan kemampuan penentuan ketinggian.

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

2.2.1 Sensor ALOS AVNIR-2 (Advanced Visible and Near Infared

Radiometer Type-2)

Tujuan utama dari satelit ALOS AVNIR-2 adalah untuk pemetaan penutup

lahan, pemantauan bencana alam dan untuk pemantauan lingkungan regional.

Sensor ALOS AVNIR-2 adalah suatu pencitraan multispektral dengan 4 kanal

spektral pada daerah tampak dan inframerah dekat untuk pengamatan daratan dan

zona garis pantai. Lebar liputan satuan citra sebesar 70 km dengan resolusi spasial

10 meter. Dengan kemampuan side looking dari sensor, dan kemampuan sensor

untuk melakukan pandangan menyilang jejak satelit (cross track) (+/- 44°),

pengamatan daerah-daerah bencana dalam waktu pengulangan 2 hari dapat

dilakukan, dan lebar liputan dapat mencapai 1500 Km.

Dengan karakteristik teknis ALOS AVNIR-2, maka tujuan utama

dari AVNIR-2 untuk pemetaan penutup lahan dan pemantauan bencana alam akan

dapat dicapai. Citra hasil pengamatan AVNIR-2 akan efektif digunakan untuk

menghasilkan peta-peta penutup lahan dan peta klasifikasi tata guna lahan untuk

pemantauan lingkungan regional.

Gambar 2. Sensor ALOS AVNIR-2 (JAXA EORC-1997)

Gambar 3. Prinsip Geometri ALOS AVNIR-2 (JAXA EORC-1997)

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

Karakteristik umum sensor ALOS AVNIR-2 disajikan pada Tabel 2,

namun demikian sensor ALOS AVNIR-2 tidak dapat mengamati daerah-daerah di

luar 88, 4° Lintang Utara dan 88, 5° Lintang Selatan.

Tabel 3. Karakteristik ALOS AVNIR-2

N Tipe Spesifikasi

1

2

3

4

5

6

7

Jumlah Band

Panjang Gelombang

Resolusi Spasial

Lebar Petak(Swath Width)

Jumlah Detektor

Pointing Angle

Bit Length

4

Band 1 : 0,42-0,50 mikrometer

Band 2 : 0,52-0,60 mikrometer

Band 3 : 0,61-0,69 mikrometer

Band 4 : 0,76-0,89 mikrometer

10 m (at Nadir)

70 km (at Nadir)

7000/Band

-44 +44

8 bit

Sumber : http://www.eorc.jaxa.jp/ALOS (diakses 14 Agustus 2011)

2.3 Karakteristik Lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat

kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan

(performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan

tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land

characteristics). Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara

langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik

lahan.

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

Karakteristik lahan (land characteristics) mencakup faktor-faktor lahan

yang dapat diukur atau ditaksir besarnya seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah,

air tersedia, dan sebagainya. Satu jenis karakteristik lahan dapat berpengaruh

terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, misalnya tekstur tanah dapat

berpengaruh terhadap tersedianya air, mudah tidak tanahnya diolah, kepekaan

erosi, dan lain-lain. Bila karakteristik lahan digunakan secara langsung dalam

evaluasi lahan, maka kesulitan dapat timbul karena adanya interaksi dari beberapa

karakteristik lahan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

2.4 PT. Perkebunan Nusantara VIII

Dalam upaya mengkonsolidasi peran Perusahaan Negara (BUMN) sektor

perkebunan dalam kerangka pembangunan nasional dan pembangunan ekonomi

serta menyiapkan diri menghadapi gerakan ekonomi global, maka pihak

pemerintah bersama Departemen Pertanian melakukan program konsolidasi bagi

semua Perkebunan Negara.

PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII adalah salah satu diantara

perkebunan milik negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13

tahun 1996, seperti yang dinyatakan dalam akta Notaris Harun Kamil, S.H., No.

41 tanggal 11 Maret 1996 dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri

Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan C2-

8336.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996.

Akta pendirian ini selanjutnya mengalami perubahan sesuai dengan akta

Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, S.H., No.05 tanggal 17 September 2002 dan

telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia melalui Surat Keputusan No. C-20857 HT.01.04.TH.2002 tanggal 25

Oktober 2002.

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

Perusahaan ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk

menyelenggarakan usaha di bidang agro bisnis dan agro industri, serta

optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan untuk menghasilkan barang dan

atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan

guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan

Terbatas.

Kegiatan usaha perusahaan meliputi pembudidayaan tanaman,

pengolahan/produksi, dan penjualan komoditi perkebunan teh, karet, kelapa sawit,

kina, dan kakao.

2.4.1. Sejarah PT. Perkebunan Nusantara VIII

Perusahaan perkebunan milik negara di Jawa Barat dan Banten berasal dari

perusahaan perkebunan milik pemerintah Belanda, yang ketika penyerahan

kedaulatan secara otomatis menjadi milik pemerintah Republik Indonesia, yang

kemudian dikenal dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Lama.

Antara tahun 1957 – 1960 dalam rangka nasionalisasi atas perusahaan-

perusahaan perkebunan eks milik swasta Belanda/Asing (antara lain : Inggris,

Perancis dan Belgia) dibentuk PPN-Baru cabang Jawa Barat.

Dalam periode 1960 – 1963 terjadi penggabungan perusahaan dalam

lingkup PPN-Lama dan PPN-Baru menjadi : PPN Kesatuan Jawa Barat I, PPN

Kesatuan Jawa Barat II, PPN Kesatuan Jawa Barat III, PPN Kesatuan Jawa Barat

IV dan PPN Kesatuan Jawa Barat V.

Selanjutnya selama periode 1963 – 1968 diadakan reorganisasi dengan

tujuan agar pengelolaan perkebunan lebih tepat guna, dibentuk PPN Aneka

Tanaman VII, PPN Aneka Tanaman VIII, PPN Aneka Tanaman IX dan PPN

Aneka Tanaman X, yang mengelola tanaman teh dan kina, serta PPN Aneka

Tanaman XI dan PPN Aneka Tanaman XII yang mengelola tanaman karet. Dalam

rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan, pada periode 1968 –

1971, PPN yang ada di Jawa Barat diciutkan menjadi tiga Perusahaan Negara

Perkebunan (PNP) meliputi 68 kebun, yaitu :

PNP XI berkedudukan di Jakarta (24 perkebunan), meliputi perkebunan-

perkebunan eks PPN Aneka Tanaman X, dan PPN Aneka Tanaman XI;

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - repository.ipb.ac.id · kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit

PNP XII berkedudukan di Bandung (24 perkebunan), meliputi beberapa

perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XI, PPN Aneka Tanaman XII,

sebagian eks PPN Aneka Tanaman VII, dan PPN Aneka Tanaman VIII;

PNP XIII berkedudukan di Bandung (20 perkebunan), meliputi beberapa

perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XII, eks PPN Aneka Tanaman IX,

dan PPN Aneka Tanaman X.

Sejak tahun 1971, PNP XI, PNP XII dan PNP XIII berubah status menjadi

Perseroan Terbatas Perkebunan (Persero). Dalam rangka restrukturisasi BUMN

Perkebunan mulai 1 April 1994 sampai dengan tanggal 10 Maret 1996,

pengelolaan PT Perkebunan XI, PT Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII

digabungkan di bawah manajemen PTP Group Jabar. Selanjutnya sejak tanggal 11

Maret 1996, PT Perkebunan XI, PT Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII

dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero).

2.4.2. Komoditi PT. Perkebunan Nusantara VIII

PT. Perkebunan Nusantara VIII merupakan BUMN yang bergerak pada

sektor perkebunan dengan kegiatan usaha meliputi pembudidayaan tanaman,

pengolahan, dan penjualan komoditi perkebunan seperti teh, karet, dan sawit

sebagai komoditi utamanya, serta kakao dan kina sebagai komoditi

pendukungnya. PTPN VIII mengusahakan komoditi teh, karet, kina, kakao, sawit

dan gutta percha dengan areal konsesi seluas 118.510,12 hektar.

Budidaya teh diusahakan pada areal seluas 25.981,67 ha, karet 27.245,06

ha, kina 4.305,18 ha, kakao 4.335,64 ha, sawit 5.056,69 ha. Selain penanaman

komoditi pada areal sendiri ditambah inti, PTPN VIII juga mengelola areal

Plasma milik petani seluas 8.479,28 ha untuk tanaman kelapa sawit seluas

6.033,28 ha dan karet 2.446 ha.

Jawa Barat menyumbang 60% dari produksi teh nasional dan 80% nya

berasal dari teh produksi PTPN VIII. Sampai saat ini, PT Perkebunan Nusantara

VIII mengelola 41 kebun dan 1 unit rumah sakit. yang tersebar di 11

kabupaten/kota di Jawa Barat dan 2 kabupaten di Propinsi Banten (PTPN VIII,

2011).