II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian...

26
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Produk yang dihasilkan dapat berupa: bahan pelatihan untuk guru, materi belajar, media, soal, dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran. Empat karateristik penelitian pengembangan menurut Wayan dalam Oktaviandy (2012: 2) antara lain : (1) Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran; (2) Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa; (3) Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademik; (4) Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.

Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian...

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Pengembangan

Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang

digunakan dalam pendidikan. Produk yang dihasilkan dapat berupa: bahan

pelatihan untuk guru, materi belajar, media, soal, dan sistem pengelolaan dalam

pembelajaran.

Empat karateristik penelitian pengembangan menurut Wayan dalam Oktaviandy

(2012: 2) antara lain :

(1) Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitandengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaransebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadappemerolehan kualitas pembelajaran; (2) Pengembangan model,pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjangkeefektifan pencapaian kompetensi siswa; (3) Proses pengembanganproduk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangansecara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkanbermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Prosespengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanyadideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secaraakademik; (4) Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode,dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dandilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yangmencerminkan originalitas.

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

9

Prosedur penelitian merupakan pemaparan prosedur yang ditempuh oleh

pengembang dalam membuat produk. Dalam prosedur, peneliti menyebutkan

sifat-sifat komponen pada setiap tahapan dalam pengembangan, menjelaskan

secara analitis fungsi komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan

menjelaskan hubungan antar komponen dalam sistem.

Adapun prosedur penelitian pengembangan menurut Sugiyono (2013: 408-426)

terdiri dari sepuluh langkah, yaitu: (1) Potensi dan masalah; (2) Pengumpulan

data; (3) Desain produk; (4) Validasi Desain; (5) Revisi desain; (6) Uji coba

produk; (7) Revisi produk; (8) Uji coba pemakain; (9) Revisi Produk;

(10) Produksi massal.

Langkah pertama yang harus dilakukan ialah melihat potensi dan masalah.

Masalah merupakan penyimpangan kenyataan dari kondisi yang diharapkan.

Kenyataan yang menyimpang ini tentunya akan berdampak buruk jika tidak

diselaraskan dengan kondisi harapan. Penyelarasan ini dilakukan dengan

menyelidiki masalah serta potensi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

masalah tersebut. Penyelidikan diawali melalui survei atau kegiatan lain yang

relevan untuk mendapatkan informasi faktual. Melalui informasi tersebut, dapat

dilakukanlah analisis untuk merincikan masalah dan mencari solusi alternatif

berdasarkan potensi yang ada.

Oktaviandy (2012: 3) mengatakan bahwa:

masalah pembelajaran.dalam penelitian pengembangan adalah masalahyang terkait dengan perangkat pembelajaran, seperti silabus, bahan ajar,lembar kerja siswa, media pembelajaran, tes untuk mengukur hasil belajar,dan sebagainya. Perangkat pembelajaran dianggap menjadi masalahkarena belum ada, atau ada tetapi tidak memenuhi kebutuhan

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

10

pembelajaran, atau ada tetapi perlu diperbaiki, dan sebagainya. Tentunyatidak semua masalah perangkat pembelajaran akan diselesaikan sekaligus,satu masalah perangkat pembelajaran saja yang dipilih sebagai prioritasuntuk diselesaikan lebih dulu.

Langkah kedua ialah mengumpulkan data. Pengumpulan data ini dilakukan untuk

mendapatkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan perencanaan produk

penyelesai masalah. Hal ini akan disesuaikan dengan penyebab masalah yang

ingin diselesaikan.

Setelah dilakukan pengumpulan data, barulah dibuat desain produk. Desain

produk yang dimaksud adalah rancangan produk yang bersifat hipotetik.

Efektivitas desain produk ini akan dibuktikan melalui pengujian-pengujian.

Sebelum dilakukan pengujian, desain poduk perlu dinilai rasionalitas serta

efektivitasnya terlebih dahulu. Penilaian ini disebut sebagai validasi desain dan

dilakukan oleh beberapa pakar yang sudah berpengalaman untuk menilai produk

baru yang dirancang. Hasil penilaian akan menunjukkan kelemahan dan kekuatan

desain. Selanjutnya, dilakukan perbaikan desain untuk mengurangi kelemahan.

Setelah dilakukan perbaikan desain, maka desain produk dapat dibuat dalam

bentuk prototipe. Prototipe tesebut perlu diuji coba terlebih dahulu. Uji coba

dilakukan dengan melakukan simulasi pada sebagian subjek penelitian. Menurut

Tim Puslitjaknov (2008: 12), uji coba produk merupakan bagian yang sangat

penting dalam penelitian pengembangan. Uji coba ini bertujuan untuk

mengetahui apakah produk yang dibuat layak digunakan atau tidak. Uji coba

produk juga dilakukan untuk melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat

mencapai sasaran dan tujuan. Tim Puslitjaknov (2008: 12) juga menyatakan

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

11

bahwa produk yang baik memenuhi 2 kriteria, yaitu: kriteria pembelajaran

(instructional kriteria) dan kriteria penampilan (presentation kriteria).

Setelah dilakukan uji coba, dilakukan revisi untuk mendapatkan gradasi

efektivitas produk yang lebih tinggi. Setelah direvisi, produk perlu diujicobakan

ke subjek yang lebih luas. Pengoperasian uji coba ini tetap harus dinilai

kekurangan atau hambatan yang muncul untuk perbaikan lebih lanjut. Perbaikan

lebih lanjut dilakukan untuk memperoleh produk yang lebih baik, lebih efektif,

efisien, lebih menarik, dan lebih mudah dipakai. Ketika semua kriteria kelayakan

produk sudah terpenuhi maka produk pengembangan siap digunakan dalam

pembelajaran yang sebenarnya.

B. Instrumen Penilaian

Menurut Purwanto (2006: 34), instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk

mengukur dalam rangka pengumpulan data. Penilaian menurut KBBI diartikan

sebagai proses, cara, perbuatan menilai, atau pemberian nilai. Sudiyono (2001:

4) menyebutkan bahwa menilai memiliki arti mengambil keputusan terhadap

sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk,

sehat atau sakit, pandai atau bodoh, dan sebagainya. Kunandar (2013: 65)

menyatakan bahwa penilaian merupakan kegiatan yang berkaitan dengan

pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta

didik yang mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat-pendapat

tersebut, dapat dikatakan bahwa intrumen penilaian adalah alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data pencapaaian kompetensi peserta didik yang

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

12

akan digunakan pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran yang

berpegang pada acuan tertentu.

Black (1998: 1) menyatakan bahwa penilaian di dunia pendidikan memiliki tiga

fungsi utama, yakni: (1) Merekam prestasi siswa secara individual untuk

memperoleh keterangan; (2) Merekam prestasi kelompok, kelas, atau sekolah

untuk kebijakan lebih luas; (3) Melayani kebutuhan belajar dan mengajar. Fungsi

pertama memberikan rekaman untuk menentukan pembelajaran terbaik untuk

siswa di sekolah. Fungsi kedua, mengidentifikasi mutu sekolah atau sistem

pendidikan di suatu negara secara umum. Fungsi ketiga muncul karena setiap

pembelajaran memerlukan umpan balik, sehingga dibutuhkan informasi mengenai

keadaan setiap individu siswa yang dapat digunakan sebagai acuan untuk

menentukan tindakan yang tepat dalam memenuhi kebutuhan siswa. Penilaian ini

sering disebut sebagai penilaian formatif. Penilaian juga dapat digunakan untuk

melihat kemajuan belajar siswa. Penilaian ini disebut sebagai penilaian sumatif.

Penilaian sumatif dilaksanakan setelah sekumpulan program pembelajaran

berakhir. Sudiyono (2001: 4) menyatakan bahwa tujuan utama dari penilaian

sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta

didik setelah mereka menempuh program pengajaran dalam jangka waktu

tertentu.

Penilaian dalam proses pendidikan merupakan komponen yang tidak dapat

dipisahkan dari komponen lainnya khususnya pembelajaran. Penilaian

merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur

pencapaian hasil. belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar oleh pendidik

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

13

dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar

peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik

memiliki peran antara lain untuk membantu peserta didik mengetahui capaian

pembelajaran (learning outcomes). Berdasarkan penilaian hasil belajar oleh

pendidik, pendidik dan peserta didik dapat memperoleh informasi tentang

kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan belajar.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil

Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, prinsip

penilaian hasil belajar oleh pendidik meliputi prinsip umum dan prinsip khusus.

Prinsip umum dalam penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah sebagai berikut.

(1) Sahih: penilaian didasarkan pada data yang mencerminkankemampuan yang diukur; (2) Objektif: penilaian didasarkan padaprosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;(3) Adil: penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didikkarena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender; (4) Terpadu:penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang takterpisahkan dari kegiatan pembelajaran; (5) Terbuka: prosedur penilaian,kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui olehpihak yang berkepentingan; (6) Holistik dan berkesinambungan:penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan denganmenggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensiyang harus dikuasai peserta didik; (7) Sistematis: penilaian dilakukansecara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku;(8) Akuntabel: penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segiteknik, prosedur, maupun hasilnya; (9) Edukatif: penilaian dilakukanuntuk kepentingan dan kemajuan peserta didik dalam belajar.

Prinsip khusus dalam penilaian hasil belajar oleh pendidik berisikan prinsip-

prinsip penilaian autentik sebagai berikut.

(1) Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum; (2) Bersifat lintasmuatan atau mata pelajaran; (3) Berkaitan dengan kemampuan pesertadidik; (4) Berbasis kinerja peserta didik; (5) Memotivasi belajar pesertadidik; (6) Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar pesertadidik; (7) Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

14

responnya; (8) Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, danketerampilan; (9) Mengembangkan kemampuan berpikir divergen;(10) Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran;(11) Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus;(12) Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata; (13) Terkaitdengan dunia kerja; (14) Menggunakan data yang diperoleh langsung daridunia nyata; (15) Menggunakan berbagai cara dan instrumen.

Pelaksanaan proses penilaian memerlukan suatu instrumen agar aspek-aspek yang

ingin dinilai dapat terukur dengan baik. Aspek-aspek penilaian hasil belajar

tersebut meliputi penilaian kemampuan penguasaan materi, sikap, dan

keterampilan siswa. Hal ini sesuai dengan Kurikulum 2013 yang dirancang untuk

meningkatkan kompetensi siswa pada bidang pengetahuan (knowledge),

keterampilan (skill), dan sikap (attitude) secara utuh. Haryati (2007: 120)

menyatakan bahwa setiap mata pelajaran selalu mengandung ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor. Akan tetapi, masing-masing mata pelajaran memberikan

penekanan yang berbeda pada setiap ranah. Misalnya, mata pelajaran praktik

lebih memberikan tekanan pada ranah kognitif, dan psikomotor. Meskipun tidak

ditekankan, dalam mata pelajaran tersebut masih mengandung aspek sikap.

Berkaitan dengan hal tersebut, sikap merupakan bagian dari ranah afektif.

Berdasarkan pendapat di atas, setiap guru mata pelajaran sebagai pengukur

keadaan siswa harus memiliki instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk

mengukur perubahan siswa pada ketiga aspek tersebut secara menyeluruh.

Pengukuran lebih efektif dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

Sukardi (2008: 11) membagi instrumen penilaian menjadi dua: tes dan nontes.

Tipe yang pertama direalisasikan dalam bentuk tes tulis, baik tes objektif maupun

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

15

essay. Tes objektif biasanya digunakan untuk mengungkap, menghafal, atau

mengenal kembali materi yang telah diberikan. Item pertanyaan menghafal

berupa jawaban bebas, mengenali, dan identifikasi. Item pertanyaan mengenali

berupa soal benar-salah, pilihan ganda, atau menjodohkan. Penilaian dengan

pertanyaan essay digunakan untuk menerangkan, mengontraskan, menunjukkan

hubungan, memberikan pembuktian, menganalisis perbadaan, menarik

kesimpulan, dan menggeneralisasi pengetahuan peserta didik. Berdasarkan

peranannnya, penilain tes dibedakan menjadi: tes diagnostik, tes formatif, tes

pencapaian (achievement test), dan tes penempatan.

Instrumen nontes digunakan untuk menilai penampilan dan aspek-aspek belajar

afektif dari siswa. Instrumen nontes dapat berupa koesioner, angket, lembar

observasi, laporan tertulis, laporan audio-visual, atau dalam bentuk sosiometri.

Instrumen-instrumen ini dapat digunakan untuk menilai siswa baik ketika berada

di sekolah maupun di rumah. Pertimbangan subjektivitas amat perlu diperhatikan

dalam penggunaan jenis alat ini. Hal ini dilakukan untuk memperkecil

kemungkinan terjadinya ketimpangan di dalam penilaian.

Kemungkinan terjadinya ketimpangan dalam penilaian dapat dikurangi dengan

adanya pedoman penskoran. Kunandar (2013: 238) menjelaskan pedoman atau

rubrik penskoran sebagai panduan atau petujuk yang menjelaskan tentang batasan

atau kata-kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal bentuk uraian

dan kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran

terhadap soal-soal uraian non objektif dan subjektif. Guru dapat menggunakan

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

16

pedoman untuk mengoreksi pekerjaan atau jawaban peserta didik secara lebih

akurat dan terhindar dari subjektivitas.

Kunandar (2013: 82) menjelaskan bahwa instrumen penilaian yang baik

semestinya memenuhi enam karakteristik. Keenam karakteristik tesebut ialah:

(1) Valid: mengukur objek dengan tepat; (2) Reliabel: hasil yang diperoleh relatif

stabil; (3) Relevan: sesuai dengan domain hasil belajar dan indikator;

(4)Representatif: mewakili seluruh materi yang disampaikan; (5) Praktis: mudah

digunakan secara administrative dan teknis; (6) Diskriminatif: dapat

menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil; (7) Spesifik: khusus untuk objek yang

dievaluasi; (8) Proporsional: memiliki tingkat kesulitan yang proporsional.

Suryabrata (2012: 303) menyatakan bahwa karakteristik paling utama yang harus

ada dalam instrumen penilaian ialah adalah valid dan reliabel.

Sukardi (2008: 32) membedakan validitas instrumen penilaian menjadi empat

macam: validitas isi, validitas konstruk, validitas kongkruen, dan validitas

prediksi. Validitas isi merupakan derajat pengukuran cakupan substansi yang

ingin diukur menggunakan suatu instrumen penilaian. Validitas isi mempunyai

peran yang sangat penting untuk instrumen penilaian pencapaian hasil belajar

(achivenment test). Validitas isi umumnya ditentukan melalui pertimbangan para

ahli. Tidak ada formula matematis untuk menghitung dan tidak ada cara untuk

menunjukkan secara pasti. Pertimbangan ahli ini biasanya mencakup

kelengkapan aspek yang akan diukur melalui interpretasi pertanyaan dalam tes.

Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu instrumen

penilaian mengukur konstuk sementara (hypothetical contruct). Konstruk

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

17

merupakan suatu sifat yang tidak dapat diobservasi, tetapi dapat diindera

pengaruhnya. Validasi konstruk dilakukan dengan cara melibatkan hipotesis

testing yang dideduksi dari teori relevan dan teruji keterpercayaannya yang

berhubungan dengan konstuk. Validitas konkruen merupakan derajat

keberhubungan suatu tes dengan tes lain yang telah baku. Validitas prediksi

merupakan derajat kemampuan instrumen penilaian memprediksi prospek

keberhasilan seseorang dalam malakukan pekerjaan yang sudah direncanakan.

Sudaryono (2013: 103) membagi validitas menjadi validitas logis dan empiris.

Validitas logis merupakan analisis kualitatif terhadap sebuah instrumen penilaian

untuk menentukan keberfungsian instrumen berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan, yakni aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Nilai validitas logis

dinyatakan berdasarkan penalaran logis. Instrumen yang memiliki validitas tinggi

dapat menjalankan fungsi ukurnya sehingga memberikan hasil ukur yang sesuai

dengan yang dimaksud. Hal ini berarti, hasil ukur yang diberikan mencerminkan

secara tepat fakta sebenarnya. Validitas empiris merupakan derajat kelayakan

yang didasarkan pada pengalaman empiris di lapangan. Validitas Nilai validitas

empiris suatu butir instrumen yang dihitung secara statistik berdasarkan data yang

diperoleh dari hasil uji coba. Uji coba instrumen dilakukan kepada kelompok

sampel yang diidentifikasi memiliki karakteristik serupa dengan kelompok yang

akan diukur.

Triyono (2013: 182) menjelaskan langkah-langkah menentukan validitas, yaitu:

(1) menyebarkan instrumen yang akan diuji validitasnya ke responden yang

representatif dengan responden sebenarnya; (2) mengumpulkan data;

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

18

(3) memeriksa kelengkapan data; (3) memasukkan data ke dalam tabel;

(4) melakukan perhitungan-perhitungan untuk menentukan koefisien korelasi.

Reliabilitas menunjukkan gambaran praktis yang bekaitan dengan kebermanfaatan

(useability) instrumen penilaian. Reliabilitas suatu tes pada umumnya

diekpresikan secara numerik dalam bentuk koefisien. Azwar (2012: 112)

menyatakan bahwa koefisien reliabilitas berada dalam rentang 0 sampai dengan

1,00. Ketinggian nilai koefisien menunjukkan kerendahan kemungkinana

kesalahan. Semakin tinggi koefisien reliabilitas, berarti pengukuran semakin

reliabel. Meskipun demikian, nilai koefisien reliabilitas 1,00 belum pernah

dijumpai. Tipe-tipe reliabilitas yang sering digunakan dalam penilaian

diantaranya: tes-retes, ekuivalen, dan belah dua yang ditentukan melalui korelasi.

Ketika mengukur tes sikap, baik dalam bentuk pilihan ganda ataupun dalam

bentuk essay digunakan Alfa Cronbach. Pada prinsipnya, teknik ini mengukur

homogenitas yang didalamnya mencakup dua aspek penting: isi dan heterogenitas

dari dari tes tersebut. Semakin homogen suatu tes, maka harga koefisien alfanya

semakin tinggi. Hal ini berarti, tes tersebut semakin konsisten. Langkah-langkah

menentukan reliabilitas suatu instrumen menurut Tiyono (2013: 191) adalah:

(1) melakukan pengujian validitas setiap butir; (2) menghapus butir-butir yang

tidak valid; (3) menyusun kembali skor butir-butir yang valid dalam tabel;

(4) menghitung varians setiap butir dan varians keseluruhan; (5) memasukkan

hasil perhitungan ke dalam rumus untuk mendapatkan koefisien relabilitas.

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

19

C. Pembelajaran Sains

Sains berasal dari bahasa Inggris, yakni science. Berdasarkan Cambridge

Advanced Learner’s Dictionary Third Edition, science berarti ilmu pengetahuan

yang diperoleh dari pembelajaran sistematis tentang struktur dan perilaku di dunia

fisik, terutama dengan melihat, menghitung, dan melakukan eksperimen serta

perkembangan teori untuk mendeskripsikan hasil dari aktivitas-aktivitas tersebut.

Di Indonesia, sains disebut sebagai IPA (Ilmu Pengetahuan Alam).

Kemdikbud (2013: 175) menyatakan bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis. IPA merupakan suatu proses penemuan yang

mencakup kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip. Pendidikan IPA dapat dijadikan sebagai wahana bagi peserta

didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar hingga mampu

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Merujuk pada pengertiannya, hakikat sains diliputi empat unsur, yaitu: (1) Sikap:

berupa rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta

hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan

melalui prosedur yang benar; (2) Proses: prosedur pemecahan masalah melalui

metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan

eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;

(3) Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (4) Aplikasi: penerapan

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

20

metode ilmiah dan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur

sains tersebut merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Melalui

hal ini, siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami

fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru

cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.

Yudianto (2011: 1) menjelaskan bahwa sains memiliki lima nilai instrinsik.

Nilai-nilai tersebut ialah: (1) nilai religi; (2) nilai praktis; (3) nilai intelektual;

(4) nilai sosial-politik; (5) nilai pendidikan. Penanaman dan pengembangan nilai-

nilai instrinsik sains tersebut mencerminkan integrasi aspek-aspek kognitif,

psikomotor, dan aspek afektifnya. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa sains

merupakan integrasi iman, ilmu, dan amal. Sains digunakan sebagai media

berpikir untuk membaca tanda-tanda kebesaran Allah dan pelajaran dari

perumpamaan-perumpamaan yang ditampilkannya.

Perumpamaan-perumpamaan yang dipelajari berupa model-model Biologi, Kimia,

dan model Fisika. Hal serupa telah disebutkan dalam Q.S. Al-Ankabut: 43-44,

yang artinya:

” Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dantiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. Allahmenciptakan langit dan bumi dengan hak, sesungguhnya pada yangdemikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orangmukmin”.

Allah juga berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah: 164, yang artinya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinyamalam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yangberguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupaair, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya danDia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengi-saran angin dan

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

21

awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat)tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.

Terdapat enam pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan

pembelajaran sains, yaitu: (1) Empat pilar pendidikan (belajar untuk mengetahui,

belajar untuk berbuat, belajar untuk hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk

menjadi dirinya sendiri; (2) Inkuiri; (3) Konstruktivisme; (4) Sains, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat; (5) Penyelesaian masalah; dan (6) Pembelajaran

sains yang bermuatan nilai. Zubaedi (2012: 292) berpendapat bahwa tujuan

pembelajaran sains adalah: (1) mengembangkan pemahaman peserta didik

tentang alam; (2) mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk

memperoleh dan mengolah pengetahuan baru; (3) mengembangkan sikap-sikap

positif.

Pembelajaran sains dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti

pengamatan, penyelidikan atau penelitian, diskusi, penggalian informasi mandiri

melalui tugas baca, wawancara narasumber, simulasi/bermain peran, nyanyian,

dan demonstrasi/ peragaan model. Melalui rangkaian kegiatan pembelajaran

tersebut, siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan guru, tema, lingkungan, dan

berbagai sumber belajar lainnya sehingga siswa dapat merasakan pengalaman

belajar yang mengesankan makna.

Pembelajaran sains yang memberikan pengalaman belajar yang bermakna, tidak

hanya dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa. Melalui

pembelajaran tersebut, siswa dapat menghayati dan mengembangkan pengalaman

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

22

yang diperolehnya. Penghayatan dan pengembangan tersebut mengarahkan siswa

untuk memiliki sikap positif terhadap ilmu pengetahuan dan alam sekitar.

D. Kompetensi Sikap dalam Pembelajaran Sains

Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten

sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh

peserta didik. Kemdikbud (2014: 3) mendefinisikan kompetensi sikap sebagai

ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang

dan diwujudkan dalam perilaku. Menurut Kunandar (2013: 99), sikap terdiri dari

tiga komponen: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan

yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap suatu objek. Komponen

kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek.

Sedangkan komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau

berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek.

Sikap berkembang dari interaksi antara individu dengan lingkungan masa lalu dan

masa kini. Melaui proses kognisi dari integrasi dan konsistensi sikap dibentuk

menjadi komponen kognisi, emosi, dan kecendrungan bertindak. Setelah sikap

terbentuk akan mempengaruhi perilaku secara langsung. Perilaku akan

mempengaruhi perubahan lingkungan yang ada, dan perubahan-perubahan yang

terjadi akan menuntun pada perubahan sikap yang dimiliki.

Anwar (2009: 3) mengidentifikasikan sikap dalam lima dimensi sikap yaitu:

(1) Sikap memiliki arah, artinya sikap terbagi pada dua arah, setuju atautidak setuju, mendukung atau tidak mendukung, positif atau negatif.

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

23

(2) Sikap memiliki intensitas, artinya, kedalaman sikap terhadap objektertentu belum tentu sama meskipun arahnya sama. (3) Sikap memilikikeluasan artinya ketidak setujuan terhadap objek sikap dapat spesifik hanyapada aspek tertentu, tetapi sebaliknya dapat pula mencakup banyak aspek.(4) Sikap memiliki konsistensi yaitu kesesuaian antara peryataan sikapyang dikemukakan dengan tanggapan terhadap objek sikap. Sikap yangbertahan lama (stabil) disebut sikap yang konsisten, sebaliknya sikap yangcepat berubah (labil) disebut sikap inkonsisten. (5) Sikap memilikispontanitas, artinya sejauh mana kesiapan seseorang menyatakan sikapnyasecara spontan. Spontanitas akan nampak dari pengamatan indikator sikappada seseorang mengemukakan sikapnya.

Pembelajaran sains sebagai suatu produk dan proses, mencakup aspek-aspek

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Interaksi ketiga aspek tersebut akan

membentuk karakter positif pada peserta didik. Rutherford dan Ahlgren dalam

Zuchdi dkk (2013: 34) menyatakan bahwa:

Sains diyakini berperan penting dalam pengembangan karakter warga ma-syarakat dan negara, karena kemajuan produk sains sangat pesat,keampuhan proses sains yang dapat ditransfer pada berbagai bidang lain,dan kekentalan muatan nilai, sikap, dan moral di dalam sains.

Pengembangan karakter pada peserta didik ini sangat penting dalam suatu proses

pembelajaran, karena hasil utama dalam proses pendidikan adalah perubahan

sikap dan tingkah laku peserta didik. Krech dan Ballancy dalam Yudianto (2011:

8) menyatakan bahwa perubahan sikap seseorang dipengaruhi oleh informasi yang

diperoleh, keinginannya (wants), afiliasi kelompok, dan kepribadiannya, serta

agama yang dianutnya. Hal ini berarti, penghargaan seseorang terhadap sains

bergantung kepada penafsirannya terhadap informasi tentang sains yang

diperolehnya melalui pembelajaran bersama pakar pendidikan sains dan agama.

Fitri dalam Musafah (2012: 50) berpendapat bahwa sikap seseorang akan

bergantung pada sistem nilai yang yang dianggapnya paling benar dan kemudian

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

24

sikap itu yang akan mengendalikan perilaku orang tesebut. Proses penyadaran

nilai-nilai dapat berlangsung secara integral dalam keseluruhan proses pendidikan.

Artinya, nilai-nilai itu dapat masuk ke semua mata pelajaran sehingga menjadi roh

dalam setiap kegiatan pembelajaran. Pembelajaran nilai diperankan sebagai

bagian dari keseluruahan dimensi pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Yudianto (2011: 5) menyatakan bahwa sains dapat mengarahkan peserta didik

memiliki kasadaran akan keterikatannya terhadap Allah sebagai hamba-Nya. Hal

ini memunculkan aspek-aspek spiritual berupa keimanan dan ketaqwaan kepada

Allah beserta dampak pengiringnya. Dampak pengiring tersebut berupa

kepemilikan karakter mulia. Melalui pembelajaran sains pula, siswa dapat

membaca fenomena alam yang ada di sekitarnya. Hal ini dapat menghasilkan

kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif untuk menyelesaikan masalah

dalam kehidupan. Kesadaran peserta didik bahwa mereka merupakan bagian dari

masyarakat dan lingkungan juga akan terbentuk melalui pembelajaran sains.

Perwujudan hal ini memerlukan kepribadian dan karakter guru yang layak

dijadikan contoh. Selain itu, diperlukan juga kemampuan akademik dan

pedagogik guru dalam menyajikan pembelajaran.

Yusuf (2012: 66 ) memberikan alternatif cara pembentukan mengembangkan

sikap sosial siswa dengan pemberian tugas-tugas kelompok yang membutuhkan

tenaga fisik atau pikiran. Tugas-tugas kelompok tersebut memberikan

kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menunjukkan prestasinya dan

menagarahkan pada pencapaian tujuan bersama. Pelaksanaan tugas kelompok ini

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

25

membuat siswa dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan bekerja sama, saling

menghormati, bertenggang rasa, dan bertanggung jawab.

Musafah (2012: 9) berpendapat bahwa tujuan adanya pendidikan adalah

mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta

didik. Keshalehan spiritual sekaligus keshalehan sosial sangat diharapkan muncul

pada diri peserta didik. Melalui hal ini, wujud kehidupan masyarakat dan bangsa

diwarnai dengan nilai-nilai kasih sayang, ketulusan , tanggung jawab, kejujuran,

pengorbanan, kepatuhan, kedisiplinan, rasa malu, penghormatan, penghargaan,

kemuliaan, rendah hati, cinta lingkungan, dan nasionalisme. Nilai-nilai tesebut

seharusnya menjadi budaya dan karakter bangsa. Hal serupa dengan pernyataan

Whitehead dalam Musafah (2012: 9), “the essence of education is that it be

religious”. perasaan dekat dengan Allah akan membimbing manusia ke arah

perilaku yang semata baik.

Musafah (2012: 10) melanjutkan pendapatnya bahwa tujuan yang baik dan benar

harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar pula. Metode pendidikan

mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Beberapa metode pendidikan yang bisa

digunakan adalah perumpamaan, kisah, targhib-tarhib, dialog, teladan, praktik,

dan nasehat. Penerapan metode ini menuntut guru untuk sabar dan menghindari

hukuman fisik. Hal ini dikarenakan oleh ketaatan yang lahir dari hukuman fisik

bersifat semu. Sebaliknya, kepatuhan harus lahir dari kesadaran diri pribadi

(inner self) melalui pemahaman akan kebaikan dan manfaat dari perbuatannya.

Selanjutnya, guru juga harus berusaha menjadi teladan. Beberapa aspek

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

26

pemikiran dan perilaku moral pada dasarnya dipengaruhi oleh pengamatan dan

teladan.

Zubaedi (2012: 234) membenarkan hal ini dalam pendidikan nilai dan

spiritualitas. Strategi pemodelan atau pemberian teladan sangat membutuhkan

sosok yang menjadi model. Model dapat ditemukan oleh peserta didik di

lingkungan sekitarnya. Semakin dekat model bagi peserta didik akan semakin

mudah dan efektiflah pendidikan karakter tersebut. Contoh nyata dan paling

dekat dengan siswa adalah guru.

Zubaedi (2012: 39) menyatakan bahwa fungsi penanaman sikap sosial pada

peserta didik berfungsi sebagai kerangka acuan dalam berinteraksi dan berperilaku

dengan sesama sehingga keberadaanya dapat diterima di masyarakat. Sikap sosial

dapat dijadikan sebagai pedoman bagi warga masyarakat untuk hidup berkasih

sayang sesama manusia, hidup harmonis, hidup disiplin, hidup demokrasi dan

hidup bertanggung jawab.

Zubaedi (2012: 292) mengungkapkan bahwa sains merupakan salah satu media

dalam membentuk pribadi siswa. Dalam hal ini, siswa dapat diajak menelaah

serta mempelajari nilai-nilai dalam sains yang berguna dalam kehidupan

bermasyarakat. Pembelajaran sains perlu dilakukan secara holistis dengan

mengajarkan dalam sistem nilai-nilai dan moral pada setiap pembahasan materi.

Pembelajaran sains perlu diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa

dalam memahami fenomena alam dari sudut pandang keilmuan, menggali

berbagai sumber informasi dan menganalisinya untuk menyempurnakan

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

27

pemahaman tersebut, mengomunilasikan pemahaman tersebut kepada orang lain,

dan memahami bahwa fenomena tersebut tidak lepas dari peran sang pencipta.

Melalui keteraturan alam yang dipelajari dalam sains, dapat ditanamkan karakter

keagungan dan kekuasaan Allah yang pada akhirnya akan menumbuhkan cinta

kepada Allah dan makhluk-makhluk-Nya.

Zubaedi (2012: 295) melanjutkan bahwa sains merupakan ilmu yang mengajarkan

real life system yang mencakup manusia secara pribadi, satuan kemasyarakatan,

satuan kelamana biologis, kimiawi, dan fisis. Melalui real life system, kita dapat

mempelajari nilai-nilai yang diperlihatkan oleh keteraturan dan keselarasan sistem

kehidupan. Manusia dapat mempelajarinya untuk memperbaiki diri, memperbaiki

amal kepada sesama masyarakat, dan meningkatkan ketaatan kepada Allah. Sains

juga dapat mengajarkan kepada manusia tentang keselarasan hidup. banyak

hikmah yang dapat dipelajari melalui perilaku alam yang dapat dijadikan cermin

dalam kehidupan manusia. Pembelajaran sains yang holistik merupakan urusan

penting untuk menanamkan intelektualitas dan ketauhidan pada diri siswa.

Melalui pengkajian pengetahuan tentang makhluk hidup dalam sains dapat

ditumbuh-kembangkan sikap dan keterampilan berpikir.

E. Penilaian Sikap Spiritual dan Sosial

Suparlan (2014: 1) mengatakan bahwa penilaian sikap dalam pembelajaran

merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta

didik sebagai hasil dari suatu program pembelajaran. Penilaian sikap juga

merupakan aplikasi suatu standar atau sistem pengambilan keputusan terhadap

Page 21: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

28

sikap. Kegunaan utama penilaian sikap sebagai begian dari pembelajaran adalah

refleksi pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara individual. Objek

sikap yang perlu dinilai adalah: (1) Sikap terhadap materi pelajaran; (2) Sikap

terhadap pengajar; (3) Sikap terhadap proses pembelajaran; (4) Sikap berkaitan

dengan nilai-nilai dan norma-norma tertentu berhubungan dengan suatu materi

pelajaran; (5) Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum

yang relevan dengan mata pelajaran. Kemdikbud (2014: 6) mengradasikan ranah

sikap spiritual dan sosial dalam 5 tingkatan:

(1) Menerima nilai: kesediaan menerima suatu nilai dan memberikanperhatian terhadap nilai tersebut; (2) Menanggapi nilai: kesediaanmenjawab suatu nilai dan ada rasa puas dalam membicarakan nilaitersebut; (3) Menghargai nilai: menganggap nilai tersebut baik; menyukainilai tersebut; dan komitmen terhadap nilai tersebut; (4) Menghayati nilai:memasukkan nilai tersebut sebagai bagian dari sistem nilai dirinya;(5) Mengamalkan nilai: mengembangkan nilai tersebut sebagai ciri dirinyadalam berpikir, berkata, berkomunikasi, dan bertindak (karakter).

Menurut Kunandar (2013: 73), standar perencanaan penilaian hasil belajar

sebagai berikut.

(1) Terpadu dan mengacu pada silabus dan RPP. (2) Mengembangkankriteria pencapaian KD sebagai dasar penilaian. (3) Menentukan teknikdan instrumen penilaian sesuai indikator. (4) Menginformasikan sejakawal kepada murid tentang aspek-aspek yang dinilai beserta kriteriaketercapaiannya. (5) Menuangkan seluruh komponen penialain ke dalamkisi-kisi. (6) Menganalisis kualitas instrumen penilaian dengan mengacupada pesyaratan instrumen serta menggunakan acuan kriteria.(7) Menentukan bobot tiap-tiap teknik peniaian dan menetapkan nilai akhirhasil belajar peserta didik. (8) Menetapkan KKM untuk dijadikan rujukanpengambilan keputusan

Penyusunan instrumen penilaian merupakan hal yang sangat penting dalam

kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik. Instrumen penilaian yang tepat akan

menghasilkan informasi ketercapaian kompetensi peserta didik yang valid dan

akurat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan instrumen adalah:

Page 22: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

29

(1) Memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa.(2) Persyaratan substansi merepresentasikan kompetensi yang dinilai.(3) Persyaratan konstruksi adalah persyatratan teknis sesuai dengan bentukinstrumen yang digunakan. (4) Persyaratan bahasa berhubungan denganpenggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar serta komunikatifsesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. (5) Instrumen dilengkapidengan pedoman penskoran.

Senada dengan hal tersebut, Kemdikbud (2013: 5) menjelaskan persyaratan

Instrumen penilaian ialah: (1) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang

dinilai; (2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk

instrumen yang digunakan; dan (3) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta

komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Purnomo (2013:

7) menyebutkan bahwa langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam

mengembangkan instrumen penilaian sikap terdiri dari sebelas tahap, yaitu:

(1) Menentukan spesifikasi instrumen; (2) Menulis instrumen;(3) Menentukan skala instrumen; (4) Menentukan pedoman penskoran;(5) Menelaah instrumen; (6) Merakit instrumen; (7) Melakukan uji coba;(8) Menganalisis hasil uji coba; (9) Memperbaiki instrumen;(10) Melaksanakan pengukuran; dan (11) Menafsirkan hasil pengukuran.

Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual

dan sosial. Sikap spiritual berkaitan dengan pembentukan peserta didik yang

beriman dan bertaqwa. Sikap spiritual merupakan perwujudan penguatan

interaksi vertikal siswa dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan sikap sosial

berkaitan dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri,

demikratis, dan bertanggung jawab. Sikap sosial merupakan perwujudan

eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan.

Pada jenjang SMP/MTs, kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1:

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. Sedangkan

Page 23: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

30

kompetensi sikap sosial mengacu pada KI-2: Menghargai dan menghayati

perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,

percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam

dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Menurut Kunandar (2013: 115),

pengukuran sikap dapat dilakukan dengan teknik-teknik berikut:

(1) Observasi (Pengamatan Perilaku): Dilakukan secaraberkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsungmaupun dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlahindikator perilaku; (2) Penilaian Diri: Peserta didik diminta untuk menilaidirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat ketercapaiankompetensi yang dipelajari; (3) Penilaian Teman Sejawat: Dilakukan olehpeserta didik lain menggunakan angket atau kuesioner; (4) Jurnal:Dilakukan berdasarkan catatan tentang kekuatan dan kelemahan pesertadidik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku di dalam dan di luar kelas;(5) Wawancara: Dilakukan dengan menanyakan secara langsung kepadapeserta didik mengenai sikap mereka tentang pembelajaran pembelajaranyang dikaitkan dengan sikap spiritual dan sosial mereka.

Masing-masing penggunaan teknik penilaian memiliki kelebihan dan kekurangan.

Menurut hasil analisa yang dilakukan, teknik yang paling cocok untuk

dikembangkan ialah teknik penilaian diri.

Kemdikbud (2013: 207) mengartikan penilaian diri (self assessment) sebagai

suatu teknik penilaian dengan subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai

dirinya sendiri berkaitan tentang status, proses, dan tingkat pencapaian

kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Menurut Kunandar

(2013: 130), penilaian diri dapat memberikan dampak positif terhadap

perkembangan kepribadian seseorang. Beberapa keuntungan yang dapat

diperoleh dari penggunaan penilaian diri di kelas menurut Kemdikbud (2013:

271) ialah: (1) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik; (2) Peserta

didik dapat menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya; (3) Dapat mendorong,

Page 24: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

31

melatih, dan membiasakan peserta didik untuk berperilaku jujur. Prinsip-prinsip

yang harus diperhatikan dalam penilaian diri menurut Kunandar (2013: 132)

antara lain:

(1) Aspek-aspek yang mau dinilai harus jelas; (2) Menentukan danmenetapkan cara dan prosedur yang digunakan dalam penilaian diri,misalnya dengan daftar cek atau dengan skala; (3) Menentukan caramengolah dan menentukan hasil penilaian diri oleh peserta didik;(4) Membuat kesimpulan hasil penilaian diri.

Kunandar (2013: 137) memberikan contoh format penilaian diri sikap peserta

didik untuk mata pelajaran matematika sebagai berikut.

Gambar 1. Contoh 1 Format Penilaian Diri Sikap Peserta Didik

Kriteria penilaiannya ialah: (1) Bila siswa menjawab ya pada pernyataan positif

maka skornya 1 dan menjawab tidak skornya 0; (2) Bila siswa menjawab ya pada

pernyataan negatif maka skonya 0 dan menjawab tidak skornya 1.

Nilai siswa:Skor Perolehan

Skor Maksimal×100

PENILAIAN Sikap Peserta Didik terhadap Mata Pelajaran Matematika

Nama Peserta didik : ….. Kelas : ………..Mata Pelajaran : ……….. Semester : …….

No. PernyataanTanggapan

Ya Tidak1. Saya senang belajar matematika

2. Pelajaran matematika bermanfaat

3. Saya berusaha hadir tiap pelajaran matematika

4. Saya berusaha memiliki buku mapel matematika

5. Pelajaran matematika membosankan

6. Guru matematika saya menguasai materi yang diajarkan

7. Pembelajaran matematika menggunakan media yang menarik

8. Pembelajaran matematika menggunakan berbagai sumber belajar

9. Saya malas mengerjakan tugas-tugas mata pelajaran matematika

10. Guru matematika mengajar dengan penuh semangat

Page 25: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

32

Keterangan penilaian yang digunakan:

(1) 91-100 berarti amat baik atau SM (Sudah Membudaya); (2) 71-90berarti baik atau MM (Mulai Membudaya); (3) 61-70 berarti cukup atauMT (Mulai Terlihat); (4) Nilai kurang dari 61 berarti kurang atau BT(Belum Terlihat).

Kemdikbud (2013: 86) menyatakan bahwa penilaian diri dapat dilakukan oleh

peserta didik pada setiap mempelajari satu KD atau pada saat telah

menyelesaikan tugas tertentu. Kemdikbud (2013: 87) memberikan contoh

format penilaian diri setelah peserta didik mengerjakan Tugas Proyek IPA

sebagai berikut.

PENILAIAN DIRI

Tugas:............................ Nama:..........................Kelas:..............................

Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda V pada kolom yang sesuaidengan keadaan dirimu yang sebenarnya.

No Pernyataan YA TIDAK

1 Selama melakukan tugas kelompok saya bekerjasamadengan teman satu kelompok

2 Saya mencatat data dengan teliti dan sesuai dengan fakta3 Saya melakukan tugas sesuai dengan jadwal yang telah

dirancang4 Saya membuat tugas terlebih dahulu dengan membaca

literatur yang mendukung tugas5 ……………………………………….

Gambar 2. Contoh 2 Format Penilaian Diri Sikap Peserta

Arikunto (2008: 180) menjelaskankan beberapa skala sikap yang dapat

dipergunakan untuk mengukur domain afektif yaitu:

(1) Skala likert: Menggunakan item l yang secara pasti baik dan secarapasti buruk, disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh limarespon yang menunjukkan tingkatan. Misalnya: SS (sangat setuju), S(setuju), TB (tidak berpendapat/abstain), TS (tidak setuju), STS (sangattidak setuju). (2) Skala pilihan ganda: bentuknya seperti soal bentuk

Page 26: II. TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unila.ac.id/16175/15/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Oktaviandy (2012: 2) mengartikan penelitian pengembangan sebagai suatu proses

33

pilihan jamak, yaitu terdiri dari sejumlah pertanyaan yang diikuti olehsejumlah alternative jawaban. (3) Skala thurstone: Pada umumnya setiapitem mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai dengan 10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden. Perbedaan skala Thurstone danskala Likert ialah pada skala Thurstone interval yang panjangnya samamemiliki intensitas kekuatan yang sama, sedangkan pada skala Likerttidak pernah sama. (4) Skala Guttman: merupakan skala kumulatif danmengukur satu dimensi saja dari satu variable yang multi dimensi,sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat undimensional. (5) SkalaSemantic Deferensial: tersusun dalam satu garis kontinum, jawaban yangsangat positif terletak dibagian kanan garis dan jawaban negatif disebelahkiri garis, atau sebaliknya.

Zuchdi (2008: 100) berpendapat bahwa skala Likert lebih popular dan relatif

mudah disusun. Skala Likert yang sering digunakan berupa pernyataan dengan

skala lima: sangat setuju, setuju, tidak pasti, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Pilihan ini dapat dimodifikasi dalam bentuk lain sesuai dengan kondisi.

Penyusunan skala ini diawali dengan membuat definisi operasional tujuan sikap

yang akan diukur, kemudian menyusun pernyataan positif dan negatif dalam

jumlah yang seimbang. Masing-masing indikator dibuat beberapa butir

pernyataan. Lembar penilaian mestinya dilengkapi dengan petunjuk pengisian

yang disajikan secara singkat dan jelas. Langkah selanjutnya, butir-butir

pernyataan diserahkan kepada pakar untuk diteliti hingga diyakini sudah

menceminkan capaian sikap yang akan diukur. Langkah terakhir ialah

mengadakan uji coba terhadap subjek didik. Hasil uji coba digunakan untuk

melakukan analisis untuk mengetahui kesahihan setiap butir soal dan faktor untuk

mengetahui internal konsistensinya.