repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran...

99
11 pembelajaran yang digunakan untuk meransang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Sedangkan menurut Arends dalam Putra (2013: 66) berpendapat bahwa model problem based learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga ia bisa menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, serta meningkatkan kepercayaan diri. Berdasarkan pendapat di atas jelas bahwa model problem based learning atau sering disebut dengan model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang sedang dikembangkan dan diterapkan di dalam kurikulum 2013. Model ini bagus sekali untuk diterapkan di sekolah, karena dengan model ini siswa dapat memecahkan setiap permasalahan di dalam dunia nyata yang berkaitan

Transcript of repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran...

Page 1: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

11

pembelajaran yang digunakan untuk meransang berpikir tingkat tinggi siswa

dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di

dalamnya belajar bagaimana belajar. Sedangkan menurut Arends dalam Putra

(2013: 66) berpendapat bahwa model problem based learning adalah model

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik

sehingga ia bisa menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan

keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, serta

meningkatkan kepercayaan diri.

Berdasarkan pendapat di atas jelas bahwa model problem based learning

atau sering disebut dengan model pembelajaran berbasis masalah merupakan

salah satu model pembelajaran yang sedang dikembangkan dan diterapkan di

dalam kurikulum 2013. Model ini bagus sekali untuk diterapkan di sekolah,

karena dengan model ini siswa dapat memecahkan setiap permasalahan di

dalam dunia nyata yang berkaitan dengan lingkungan hidupnya dan dengan

model ini juga kemampuan berpikir kritis siswa lebih berkembang.

Pandangan tentang model problem based learning juga dikemukakan

Trianto (2010: 90), mengatakan bahwa suatu model pembelajaran berbasis

masalah yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan

penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian

nyata dari permasalahan yang nyata.

Menurut Tan dalam Rusman (2011: 229) pembelajaran berbasis masalah

merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan

berpikir siswa betul – betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok

Page 2: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

12

atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah,

menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara

berkesinambungan.

Menurut Boud dan Feletti dalam Rusman (2011: 230) mengemukakan

bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi yang paling signifikan

dalam pendidikan. Sedangkan menurut Ibrahim dan Nur dalam Cahyo (2013:

283) berpendapat bahwa model pembelajaran ini berbeda dengan

pembelajaran penemuan (inkuiri-discovery) yang lebih menekankan pada

masalah akademik.

Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berdasarkan

masalah adalah memberikan siswa masalah yang berfungsi sebagai batu

loncatan untuk proses inkuiri dan penelitian. Di sini, guru mengajukan

masalah, membimbing dan memberikan petunjuk minimal kepada siswa

dalam memecahkan masalah.

Pengaturan pembelajaran berdasarkan masalah berkisar pada masalah

atau pertanyaan yang penting bagi siswa maupun masyarakat. Menurut

Arends dalam Nurhayati Abbas (2000: 13) pertanyaan dan masalah yang

diajukan itu haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.

2) Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.

3) Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

Page 3: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

13

4) Luas dan sesuai dengan Tujuan Pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

5) Bermanfaat. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah siswa. Serta membangkitkan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan definisi - definisi model problem based learning atau yang

disebut model pembelajaran berbasis masalah yang telah dijelaskan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa model problem based learning merupakan

sebuah model pembelajaran yang memberikan suatu permasalahan yang ada di

lingkungan dengan tujuan untuk melatih kemampuan berpikir dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi. Dalam model ini juga siswa

dituntut untuk aktif dalam memecahkan suatu masalah.

b. Karakteristik Model Problem Based Learning

Pada dasarnya setiap model pembelajaran memiliki karakteristik berbeda

– beda antara model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran

yang lainnya. Hal itu dikarenakan, suatu model pembelajaran disusun dan

dirancang sedemikian rupa sesuai karakteristik dan tujuan dari jenis model

pembelajarannya. Sehingga guru ketika akan menerapkan model

pembelajaran di kelas, hal utama yang akan dilakukan pertama kali ialah

memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswannya.

Dengan melihat karakteristik siswa, guru bisa menyesuaikan model

pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.

Page 4: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

14

Model problem based learning ini secara umum pembelajarannya

berorientasi dari masalah yang diberikan guru kepada siswa atau siswa yang

menemukan sendiri bentuk permasalahan yang ditemukannya. Ketika

permasalahan sudah ditemukan, maka siswa dilatih untuk bisa memecahkan

permasalahan yang dihadapi dengan berpikir dalam mencari solusi

pemecahannya. Dari pemaparan di atas, maka karakteristik model problem

based learning akan diuraikan sebagai berikut.

Menurut Rusman (2010: 232) berpendapat bahwa karakteristik

pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :

1) Permasalahan yang menjadi starting point dalam belajar2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia

nyata yang tidak terstruktur.3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).4) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,

sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

5) Belajar pengarahan diri menjadi hal menjadi hal yang utama. 6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, pengunaannya, dan

evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM.

7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.8) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah serta

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

9) Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.

10) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Menurut Savoie dan Hughes dalam Wena (2011: 91) menyatakan bahwa

strategi belajar berbasis masalah memiliki beberapa karakteristik antara lain

sebagai berikut :

Page 5: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

15

1) Belajar dimulai dengan suatu permasalahan.2) Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata

siswa.3) Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan, bukan di

seputar disiplin ilmu.4) Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan

menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.5) Menggunakan kelompok kecil.6) Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah

dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja.

Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan

produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang

menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka

temukan. Pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa bekerja sama satu

sama lain (paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil).

Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam

tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan

dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan

berpikir.

Berdasarkan uraian tersebut, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan

model problem based learning ( pembelajaran berbasis masalah ) dimulai oleh

adanya masalah yang dapat dimunculkan oleh siswa atau guru, kemudian

siswa memperdalam pengetahuannya tentang sesuatu yang telah diketahuinya

untuk memecahkan masalah itu. Siswa juga dapat memilih masalah yang

dianggap menarik untuk dipecahkan, sehingga siswa terdorong untuk berperan

aktif dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam penerapan model ini ialah

membimbing siswa untuk dapat menyelesaikan setiap permasalahan –

permasalahan yang sudah ditemukan.

Page 6: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

16

c. Tujuan Pembelajaran Model Problem Based Learning

Secara umum, tujuan yang ingin dicapai dari model problem based

learning adalah mengembangkan siswa untuk berpikir kritis, analitis,

sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah.

Permasalahan yang dihadapi dan ditemukan siswa harus mampu

menumbuhkan motivasi dan sikap ilmiah siswa dalam belajar. Peran guru

dalam mencapai tujuan pembelajaran model problem based learning ini

adalah membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses penyelesaian suatu

permasalahan yang dihadapi siswa.

Model problem based learning juga tidak dirancang untuk membantu

guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Melainkan

siswa yang belajar mandiri dalam mencari informasi sebanyak – banyaknya

dalam menambah ilmu dan wawasannya. Tujuan pembelajaran lainnya dari

model problem based learning ini antara lain bertujuan untuk membantu siswa

mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah

sesuai yang diungkapkan oleh Ismail (2002: 2).

Pendapat lain diungkapkan oleh Putra (2013: 74) mengungkapkam

bahwa secara umum, tujuan pembelajaran dengan model problem based

learning adalah sebagai berikut :

1) Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan

masalah, serta kemampuan intelektual.

2) Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan siswa dalam

pengalaman nyata atau stimulasi.

Page 7: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

17

Berdasakan pendapat yang telah diuraikan di atas, jelas bahwa model

problem based learning bertujuan untuk membantu siswa dalam melatih

kemampuan berpikir kritis, memecahkan setiap persoalan dalam dunia nyata,

mampu bekerja sama, dan bisa hidup mandiri. Peran guru untuk mencapai

semua tujuan yang telah diharapkan dalam model problem based learning ini,

tentunya dengan cara guru dapat mengkondisikan dan membimbing siswa

dalam memecahkan permasalahan yang akan diselesaikan. Dalam proses

pembelajaran berlangsung siswa dapat dibawa mencari fakta – fakta atau

informasi – informasi yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk

penyelesaian masalah yang sedang dihadapi.

d. Teori Belajar yang Melandasi Model Problem Based Learning

Model problem based learning merupakan model pembelajaran yang

dilandasi beberapa teori belajar yang mendukung diterapkannya model

pembelajaran ini. Beberapa teori belajar yang menjelaskan tentang hubungan

antara teori belajar dengan model problem based learning ini akan diuraikan

sebagai berikut:

Menurut Ausebel dalam Rusman (2010: 244) membedakan antara

belajar bermakna (meaningfull learning) dengan belajar (rote learning).

Belajar bermakna merupakan proses belajar di mana informasi baru

dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang

sedang belajar. Belajar menghafal, diperlukan bila seseorang memperoleh

informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan

Page 8: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

18

dengan yang telah diketahuinya. Kaitannya dengan Problem Based Learning

yaitu dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang

telah dimiliki oleh siswa.

Teori ini memberikan gambaran bahwa proses belajar siswa tidak hanya

dengan belajar menghafal saja, akan tetapi belajar lebih baik jika proses

belajarnya dapat memberikan makna bagi siswa. Dengan belajar bermakna

siswa dapat mengaitkan pengetahuan baru yang dimilikinya dengan

lingkungan sekitarnya Belajar bermakna menurut Ausubel (1963) merupakan

proses mengaitkan informasi atau materi baru dengan konsep-konsep yang

telah ada dalam struktur kognitif. Proses belajar yang telah didapat akan

memberikan suatu pengalaman bagi siswa sendiri. Hubungan antara teori

belajar bermakna dengan model problem based learning ini ialah mengaitkan

informasi baru yang telah didapatkan oleh siswa dengan struktur kognitif

yang telah dimiliki oleh siswa.

Landasan lebih lanjut adalah teori belajar Vigotsky. Perkembangan

intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru

dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah

yang dimunculkannya. Menurut Ibrahim dan Nur dalam Rusman (2010: 244)

Vigotsky menyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu

terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

Kaitannya dengan model Problem Based Learning adalah dalam hal

mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh

siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain.

Page 9: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

19

Berdasarkan pandangan teori di atas, maka dapat dijelaskan bahwa siswa

dalam proses belajar penting sekali memiliki hubungan sosial yang baik

dengan guru maupun teman yang lainnya. Hal ini dikarenakan dengan siswa

memiliki dan menjalin hubungan yang baik, maka akan terjadi interaksi

sosial yang baik. Dengan adanya interaksi sosial yang baik, maka setiap ide

atau gagasan baru dari siswa akan mulai terbentuk dalam struktur

kognitifnya. Hubungannya antara teori belajar Vigotsky dengan model

problem based learning ialah informasi baru dengan struktur kognitif yang

telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajarnya, itu didukung dengan

terjalinnya interaksi sosial dengan teman lain.

Teori lainnya yang melandasi model problem based learning adalah teori

belajar Jerome S. Bruner. Metode penemuan merupakan metode di mana

siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar –

benar baru. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara

aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih baik

berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta didukung oleh

pengetahuan yang benar – benar bermakna yang diungkapkan oleh pendapat

Dahar dalam Rusman (2010: 245).

Selanjutnya, Bruner berpendapat bahwa menggunakan konsep

scaffolding dan interaksi sosial di kelas maupun di luar kelas. Scaffolding

adalah suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu

melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau

orang lain yang memiliki kemampuan lebih.

Page 10: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

20

Menurut Putra (2013: 78) berpendapat bahwa semua pendapat dari teori

belajar yang mendukung model problem based learning ini, dikarenakan

karena teori itu menekankan bahwa dalam pembelajaran siswa dituntut

memperoleh pengetahuan sendiri. Pengetahuan ini diperoleh dengan cara

mencari informasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi

pelajaran.

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model problem

based learning ini didukung oleh beberapa teori belajar seperti teori belajar

bermakna dari David Ausubel, teori belajar Vigotsky, dan teori belajar

Jerome S. Bruner. Kaitannya dengan model Problem Based Learning yaitu

dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah

dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan

teman lain dalam menyelesaikan masalah tertentu. Sehingga dalam prosesnya

model ini mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis,

memecahkan masalah, dan berinteraksi dengan orang lain.

e. Langkah - langkah Pembelajaran Model Problem Based Learning

Model problem based learning merupakan salah satu model

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Keterlibatan

siswa secara aktif dalam proses pembelajaran bisa terlihat dari siswa

menemukan masalah, merumuskan masalah, mengumpulkan fakta – fakta

yang ingin diketahuinya, membuat dan menjawab pertanyaan – pertanyaan

sebagai alternatif menyelesaikan masalah.

Page 11: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

21

Hal yang perlu diketahui bahwa masalah yang dibahas ialah masalah

yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti.

Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban.

Dengan demikian, model problem based learning memberikan kesempatan

pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara

lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Hakikat masalah dalam

model problem based learning adalah kesenjangan antara situasi nyata dan

kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan kondisi

yang diharapkan.

Untuk melatih siswa memiliki keterampilan berpikir kritis dan

memecahkan masalah, maka guru perlu menciptakan suasana pembelajaran

yang mendukung terciptanya pembelajaran berorientasi pada suatu

permasalahan. Sehingga untuk menciptakan suasana pembelajaran yang

memunculkan siswa berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah, maka

guru harus memahami betul tahapan – tahapan dalam menerapkan model

problem based learning.

Menurut Putra (2013: 78) berpendapat bahwa dalam pengelolaan

problem based learning (PBL), ada beberapa langkah utama

pembelajarannya diantaranya sebagai berikut:

1) Mengorientasikan siswa pada masalah

2) Mengorganisasikan siswa agar belajar

3) Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja, serta

Page 12: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

22

5) Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

Tahapan pembelajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari lima

tahapan utama yang dimulai dari guru memperkenalkan siswa dengan suatu

situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.

Lebih lanjutnya Ibrahim dan Nur (2000: 13) dan Ismail (2002: 1) dalam

Rusman mengemukakan bahwa langkah – langkah problem based learning

atau disebut dengan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Langkah – langkah Pembelajaran Model Problem Based Learning

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1. Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3. Membimbing pengalaman individual / kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

Sumber : Rusman (2010: 243 )

Page 13: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

23

Dari pendapat di atas mengenai langkah – langkah pembelajaran model

problem based learning, maka lebih lanjutnya kelima tahapan tersebut akan

dijelaskan antara lain sebagai berikut:

Fase 1: Orientasi siswa pada masalah

Pembelajaran dimulai dengan guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan

aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan selama proses pembelajaran. Pada

tahap ini, guru harus mampu memotivasi siswa dan bisa menjelaskan dengan

rinci aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa dalam PBL ini.

Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Selain mengembangkan keterampilan memecahkan masalah,

pembelajaran PBL juga mendorong siswa belajar berkolaborasi. Pemecahan

suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar siswa. Oleh

sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk

kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih

dan memecahkan masalah yang berbeda. Selanjutnya guru juga membantu

siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut.

Fase 3: Membimbing pengalaman individual / kelompok

Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data

dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-

betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa

mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide

mereka sendiri.

Page 14: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

24

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Langkah selajutnya adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru bertugas membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya

yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas

dengan temannya. Memamerkan hasil karya siswa mendorong rasa bangga

pada mereka dengan memperlihatkan hasil karya dan hasil akir dari proses

pembelajaran PBL.

Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Fase terakhir ialah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran

dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.

Selanjutnya guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan dalam proses

pembelajaran.

Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat

menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran

gagasan. Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) juga dapat

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan aktivitas belajar siswa, baik

secara individual maupun secara kelompok. Di sini guru berperan sebagai

pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa, dan penentun arah belajar

siswa yang diungkapkan oleh Nurhayati Abbas (2000: 12).

Berdasarkan tahapan – tahapan dalam model problem based learning

seperti pada pemaparan di atas bahwa guru maupun siswa dalam model

Page 15: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

25

problem based learning ini memiliki peran aktif dalam situasi pembelajaran.

Peran guru pada model problem based learning sebagai penyaji masalah,

penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah dan pemberi

fasilitas penelitian. Selain itu guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang

dapat meningkatkan pertumbuhan inquiri dan intelektual siswa.

f. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning

Model problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) ini

tentu memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan di dalamnya. Di bawah ini

akan diuraikan mengenai kelebihan dan kekurangan dari model problem based

learning.

1) Kelebihan Model problem based learning

Pada dasarnya suatu model pembelajaran memiliki kelebihan –

kelebihan didalamnya. Dengan melihat kelebihan model tersebut, guru dapat

memilih setiap model pembelajaran yang tepat untuk bisa diterapkan sesuai

dengan karakteristik siswanya.

Salah satu kelebihan dari menerapkan model problem based learning ini

ialah melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut

keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kelebihan dari

suatu model pembelajaran dijadikan pertimbangan guru dalam memilih model

pembelajaran yang tepat. Di bawah ini kelebihan - kelebihan dari model

problem based learning akan diuraikan anatara lain sebagai berikut:

Page 16: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

26

Menurut Putra (2013: 82) berpendapat bahwa model pembelajaran PBL

ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya ialah sebagai berikut :

a) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia yang menemukan konsep tersebut.

b) Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.

c) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

d) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah – masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini bisa meningkatkan motivasi dan keterkaitan siswa terhadap bahan yang dipelajarinnya.

e) Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain serta menanamkan sikap sosial yang positif dengan siswa lainnya.

f) Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.

g) Problem based learning diyakini pula dapat menumbuhkembangkan kemampuan kreativitas siswa, baik secara individual maupun kelompok karena hampir di setiap langkah menuntut adanya keaktifan siswa.

Sedangkan menurut Ibrahim dan Nur dalam Cahyo (2013: 285),

berpendapat bahwa model problem based learning memiliki beberapa

kelebihan diantaranya sebagai berikut:

a) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan, sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.

b) Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.

c) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran bermakna.

d) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, sebab masalah – masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajari.

e) Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif di antara siswa.

Page 17: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

27

f) Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya. Sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.

Selanjutnya pendapat lain mengenai kelebihan model problem based

learning diungkapkan oleh Wina Sanjaya (2006: 218) menyatakan keunggulan

problem based learning adalah:

a) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

b) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

c) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

d) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

e) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping juga dapat mendorong untuk melakukan siendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

f) Melalui pemecahan masalah bisa diperlihatkan bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang dimengerti oleh siswa bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku saja.

g) Pemecahan masalah dipandang lebih mengasikkan dan disukai siswa.

h) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan pengetahuan baru.

i) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka miliki dalam dunia nyata.

j) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Page 18: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

28

Dari uraian pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan

dari model problem based learning (PBL) ini ialah siswa akan lebih aktif

dalam proses pembelajaran, kemampuan berpikir kritis meningkat, melatih

kemampuan memecahkan masalah, melatih sikap bekerja sama, dan siswa

akan menjadi mandiri. Sehingga dapat dipahami bahwa pembelajaran berbasis

masalah membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan

masalah dan keterampilan intelektualnya. Para siswa belajar dengan

keterlibatan langsung dalam pengalaman nyata atau simulasi serta menjadi

pebelajar yang mandiri.

2) Kelemahan Model Problem Based Learning

Selain kelebihan yang telah dikemukakan tersebut model problem based

learning juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu :

Menurut Sanjaya (2011: 221) berpendapat bahwa model problem based

learning atau pembelajaran berbasis masalah memiliki kelemahan

diantaranya:

a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c) Tanpa pemahaman mereka berusaha untuk untuk memecahkan masalah yang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Berdasarkan dari uraian di atas, disimpulkan bahwa kelemahan –

kelemahan dari model pembelajaran berbasis masalah ini terdiri dari beberapa

kelemahan didalamnya. Salah satu kelemahan dari model ini ialah model ini

tidak bisa diterapkan pada semua mata pelajaran. Hal ini perlu diketahui

Page 19: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

29

bahwa tidak semua mata pelajaran dimungkinkan untuk dilaksanakan dengan

model problem based learning (PBL). Mata pelajaran tingkat lanjut cocok

diajarkan dengan model problem based learning (PBL). Sebab dalam problem

based learning, pembelajaran siswa dilakukan dengan cara membangun

penalaran dari semua pengetahuan yang dimilikinya olehnya dan hasil

kegiatan berinteraksi dengan sesama individu sesuai yang diungkapkan oleh

Putra (2013: 71).

Dari kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam model pembelajaran

berbasis masalah ini bukan berarti Problem Based Learning merupakan model

pembelajaran yang kurang efektif untuk diterapkan dalam proses

pembelajaran, akan tetapi kekurangan-kekurangan dalam penerapan model

pembelajaran berbasis masalah yang dikemukakan di atas, menuntut guru

sebagai pendidik harus kreatif dalam meminimalisir serta berusaha mencari

solusi untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut. Guru sebagai

pendidik di sekolah harus mampu mengemas dan menyajikan bahan ajar

kepada siswa semenarik dan seefektif mungkin agar ketercapaian dalam

pembelajaran dapat tercapai dengan yang diinginkan.

2. Berpikir Kritis

a. Pengertian Berpikir Kritis

Keterampilan berpikir kritis perlu dikembangkan kepada setiap siswa.

Pentingnya berpikir kritis bagi setiap siswa untuk dapat memecahkan segala

permasalahan yang ada di dalam dunia nyata. Beberapa keterampilan berpikir

Page 20: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

30

yang dapat meningkatkan kecerdasan memproses adalah keterampilan berpikir

kritis, keterampilan berpikir kreatif, keterampilan mengorganisir otak, dan

keterampilan analisis.

Menurut Robert Ennis dalam Fisher (2008: 2) berpikir kritis adalah

pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan

apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Sedangkan menurut Glaser dalam

Fisher (2008: 3) mendefinisikan berpikr kritis sebagai :

(1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah – masalah dan hal – hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; (2) pengetahuan tentang metode – metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode- metode tersebut.

Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi

dan mengevaluasi kualitas suatu alasan sistematis. Sementara itu Richard

Paul dalam Fisher (2008: 4) mendefinisikan mode berpikir mengenai hal,

substansi atau masalah apa saja dimana si pemikir meningkatkan kualitas

pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur – struktur yang

melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar – standar intelektual

padanya.

Menurut Bandman dan Bandman dalam deswani (2009: 119)

mengemukan bahwa berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap

ide, pengaruh, asumsi, prinsip, argumen, kesimpulan, isu, pernyataan,

keyakinan, dan aktivitas. Berpikir suatu proses yang statis tetapi selalu

berubah secara konstan dan dinamis dalam setiap hari atau setiap waktu.

Page 21: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

31

Menurut R. H. Ennis dalam Hassoubah (2007: 91) terdapat beberapa

bentuk kecenderungan berpikir kritis, antara lain :

1) Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan2) Mencari alasan 3) Berusaha mencari informasi denagan baik4) Memakai sumber yang dimilki memiliki kredibilitas dan

menyebutkannya5) Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan6) Berusaha tetap relevan dengan ide utama7) Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar 8) Mencari alternatif 9) Bersikap dan berpikir terbuka10) Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup kuat untuk melakukan

sesuatu11) Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan12) Bersikap secara sistematis dan teratur denngan bagian – bagian dari

keseluruhan yang masalah.13) Peka tehadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain

Berdasarkan uraian pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir lanjut seseorang dalam

memutuskan persoalan dengan mencari alternatif solusi yang dapat diambil.

b. Karakteristik Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan proses berpikir lanjut seseorang untuk

memecahkan dan pengambilan keputusan dari penyelesaian masalah yang

dihadapi. Kemampuan berpikir kritis dapat membantu seseorang membuat

keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang cermat, sistematis, logis dan

mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Bukan hanya guru mengajarkan

kemampuannya saja, akan tetapi guru juga harus menanamkan sifat, sikap,

nilai dan karakter yang menunjang berpikir kritis. Hal ini berarti bahwa siswa

perlu dididik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

Page 22: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

32

Ciri utama dari berpikir kritis ialah siswa dapat memahami masalah dan

memecahkan suatu permasalahan. Lebih jelasnya menurut Edward Glaser

dalam Fisher (2008: 7) mengemukakan bahwa ciri dari kemampuan berpikir

kritis adalah sebagai berikut :

1) Mengenal masalah2) Menemukan cara – cara yang dapat dipakai untuk menangani

masalah – masalah itu.3) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan 4) Mengenal asumsi – asumsi dan nilai – nilai yang tidak dinyatakan 5) Memahami dan menggunkan bahasa yang tepat, jelas, dan khas.6) Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataaan – pernyataan 7) Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah – masalah 8) Menarik kesimpulan – kesimpulan dan kesamaan – kesamaan dan

kesimpulan – kesimpulan yang seorang ambil9) Menyusun kembali pola – pola keyakinan seseorang berdasarkan

pengalaman yang lebih luas.10) Membuat penilaian yang tepaat tentang hal – hal dan kualitas –

kualitas tertentu dalam kehidupan sehari – hari.

Dari uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis

merupakan suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk berpikir lanjut

dalam memecahkan suatu permasalahan yang sedang dikaji. Berpikir kritis

memiliki karakteristik didalamnya diantaranya ialah siswa mampu mengenali

masalah dengan cepat, siswa mengajukan pertanyaan, siswa dapat

membedakan fakta dengan pendapat, siswa mampu menjelaskan, dan siswa

mampu menarik kesimpulan.

c. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis dapat juga dikatakan sebagai suatu keterampilan berpikir

secara reflektif untuk memutuskan hal-hal yang dilakukan dimana

Page 23: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

33

kemampuan berpikir kritis setiap siswa tidaklah sama. Oleh karena itu

kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran perlu dilatih dan

dikembangkan oleh guru. Salah satu cara yang dapat dikembangkan dalam

melatih kemampuan berpikir kritis seperti siswa dapat mencari dan

menemukan masalah, menganalisis masalah, membuat hipotesis

mengumpulkan data, menguji hipotesis serta menentukan alternatif

penyelesaian.

Cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa bisa dengan cara

melatih siswa untuk berpikir kritis. Dengan memberikan rangsangan berupa

masalah, siswa dilatih untuk dapat berpikir kritis dan kreatif dalam

menangani setiap masalah yang telah diberikan.

Menurut Jacqueline dan Martin Brooks dalam Santrock (2007) sebuah

cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis

siswa dalam pembelajaran adalah dengan menghadapkan siswa pada topik

atau tema-tema yang kontroversial dan dekat dengan dunia mereka. Artinya

dalam pembelajaran harus menggunakan tema-tema yang memberikan

peluang kepada siswa untuk berpikir.

Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Winn dalam Santrock

(2007) bahwa selain tema untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis

dalam pembelajarannya guru harus menggunakan metode diskusi dan

perdebatan serta memberikan peluang dan merangsng sgar siswa bertanya.

Diskusi dan debat dapat memotivasi siswa untuk meneliti suatu tema tertentu

yang sedang dipelajari secara mendalam dan menguji masalah- masalah dan

Page 24: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

34

guru diharapkan dapat menahan dirinya untuk tidak menyatakan pandangan-

pandangannya sendiri sehingga siswa merasa bebas untuk mengeksplorasi

perspektif-perspektif yang beragam.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cara meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa dengan diberikannya suatu rangsangan

masalah yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran, mendorong siswa

secara aktif dalam bertanya, mengungkapkan pendapat atau gagasan, dan

mendorong siswa untuk belajar mandiri maupun kelompok dalam

memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan dunia nyata.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Dalam implementasinya, belajar adalah kegiatan individu memperoleh

pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar dan

mengikuti kegiatan pembelajaran. Belajar dilakukan seseorang untuk

memperoleh pengetahuan yang seluas – luasnya. Dengan belajar siswa

mengetahui segala hal yang belum diketahui dan mengubah perilaku kearah

yang lebih baik.

Slavin dalam Rifa’i dan Anni (2009: 82) mendefinisikan bahwa “

belajar merupakan perubahan perilaku individu yang disebabkan oleh

pengalaman”. Senada dengan pendapat dari Slavin, Rifa’i dan Anni (2009:

83) lebih lanjut berpendapat bahwa “ pengalaman dalam pengertian belajar

dapat berupa pengalaman fisik, psikis dan sosial ”.

Page 25: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

35

Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 9) mengemukakan belajar

adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih

baik, sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Sedangkan

menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 10) mengemukakan

belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.

Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.

Berdasarkan pengertian belajar yang telah dijelaskan di atas maka

dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang

dilakukan individu untuk mendapatkan suatu pengalaman belajar dan

perubahan tingkah laku individu. Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran

dapat dilihat dari pencapaian dan hasil belajarnya.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu ketercapaian kemampuan seseorang

dalam mengikuti proses belajar. Hasil belajar yang telah dicapai oleh

seseorang terlihat dari tercapainya ranah kognitif, afektif, dan psikomotornya.

Hasil belajar menjadi suatu tolak ukur berhasil atau tidaknya proses

pembelajaran yang telah dilakukan. Peran guru tentunya, melihat

perkembangan proses belajar siswa sampai terlihat ketercapaian ranah afektif,

psikomotor, dan ranah kognitif.

Menurut Snelbeker dalam Rusmono (2012: 8) mengatakan bahwa

perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan

perbuatan belajar adalah hasil belajar, karena belajar pada dasarnya adalah

Page 26: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

36

bagaimana perilaku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman. Hasil

belajar, menurut Bloom merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga

ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Hamalik (2001: 159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada

prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya

derajat perubahan tingkah laku siswa. Sedangkan menurut Nana Sudjana

(2005: 5) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki

proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian

luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut Winkel dalam Purwanto (2013: 45) berpendapat bahwa

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

lakunya. Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa

memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam

kegiatan belajar mengajar untuk mencari tujuan pengajaran.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor. Ketiga ranah tersebut menjadi tolak ukur seseorang atas berhasil

atau tidaknya proses belajar yang telah dilakukannya. Perubahan perilaku

yang diperoleh setelah siswa menyelesaikan program pembelajarannya

melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.

Dilihat dari sistem kurikulum 2013 sekarang ini, ketiga ranah baik kognitif,

afektif, dan psikomtorik ini berubah kedudukannya. Hal ini dimaksudkan

Page 27: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

37

bahwa didalam kurikulum 2013 ranaf kognitif ada diposisi ketiga urutan atau

tingkatannya. Sehingga ranah afektif dan psikomotirik berada di atas ranah

kognitif.

c. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan

pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar itu sendiri. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan

ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat

tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh

perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Salah satu faktor yang

mempenagruhi hasil belajar siswa ialah proses belajar. Jika proses belajar

tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.

Menurut Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:

1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Keberhasilan belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, menurut

Rakhmat et al.(2006: 99) adapun faktor – faktor yang memengaruhi

keberhasilan belajar dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu:

1) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi aspek fisiologis yang bersifat jasmaniah dan aspek psikologis yang bersifat rohaniah. Aspek fisiologis meliputi kondisi jasmani

Page 28: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

38

secara umum. Sedangkan aspek psikologis siswa meliputi intelegensi, sikap, dan bakat siswa.

2) Faktor eksternal, yaitu yang datang dari luar siswa berupa kondisi lingkungan siswa tinggal misalnya keluarga, guru, dan sumber belajar.

3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajarn berkaitan dengan materi – materi pelajaran.

Berdasarkan faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor

yang berasal dari dalam dirinya, faktor yang berasal dari luar dirinya, dan

faktor pendekatan belajar. Ketiga faktor ini berpengaruh pada hasil belajar

yang telah diperolehnya. Tercapai atau belum tercapainya suatu pembelajaran

terlihat dari hasil belajar yang telah dilakukannya. Semakin bagus motivasi

dari dalam siswa ketika mengikuti proses belajar, maka semakin baik juga

ketercapaian hasil belajarnya.

4. Pembelajaran Tematik Terpadu

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menerapkan pembelajaran

tematik terpadu. Pembelajaran tematik terpadu ialah suatu model

pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran menjadi sebuah

tema pembelajaran. Tema pembelajaran diberikan guru pada setiap proses

belajar mengajar di kelas. Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk

memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami dan mendalami konsep

materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar

Page 29: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

39

karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan

bermakna bagi siswa.

Menurut Rusman (2012: 254) Pembelajaran tematik merupakan salah

satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang

merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara

individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta

prinsip – prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik.

Berdasarkan pendapat di atas, model pembelajaran tematik adalah model

pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang

melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran

tematik, siswa akan memahami konsep – konsep yang mereka pelajari

melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain

yang telah dipahaminya.

Dalam pembelajaran tematik ini dimulai dari suatu tema yang dipilih dan

dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memerhatikan

keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau

gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan yang diungkapkan oleh

Poerwadarminta dalam Rusman (2012: 254).

Menurut Sukmadinata (2004: 197) lebih memandang pembelajaran

tematik sebagai suatu model pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran.

Bahan ajaran disusun secara terpadu dan dirumuskan dalam bentuk tema-

tema pembelajaran. Adapun menurut Sukandi dkk (2001:3), pembelajaran

Page 30: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

40

tematik pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran dengan

memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam suatu tema.

Pembelajaran tematik sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu

pendekatan belajar yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk

memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Dari uraian pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran tematik adalah suatu pembelajaran yang memadukan beberapa

mata pelajaran dalam sebuah tema. Sehingga pembelajaran tematik memiliki

ciri berupa pembelajaran yang disajikan kepada siswa berupa tema – tema

yang sesuai dengan kompetensi dasar dan materi ajar yang akan disampaikan

kepada siswa.

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik SD

Salah satu karakteristik pembelajaran tematik adalah pembelajaran

berpusat pada siswa. Dengan menciptakan situasi pembelajaran yang lebih

menekankan siswa berperan aktif, maka siswa akan mengalami proses

pembelajaran bermakna yang diperolehnya sebagai hasil proses

pembelajarannya.

Menurut Rusman (2010: 258) berpendapat pembelajaran tematik

memiliki karakteristik – karakteristik sebagai berikut :

1) Berpusat pada siswaPembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan – kemudahan pada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

Page 31: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

41

2) Memberikan pengalaman langsungPembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal – hal yang lebih abstrak.

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelasDalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema – tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaranPembelajaran tematik menyajikan konsep - konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep – konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah – maslah yang dihadapi dalam kehidupan sehari – hari.

5) Bersifat fleksibelPembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.

6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswaSiswa diberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat di simpulkan bahwa

pembelajaran tematik memiliki ciri dan karakteristik pembelajarannya

berpusat pada siswa (student center). Pembelajaran tematik diberikan di kelas

rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang. Dengan menerapkan

pembelajaran tematik, siswa akan mendapatkan pengalaman langsung dan

terjadinya proses pembelajaran yang menyenangkan dan efektif. Guru

dituntut untuk bisa menguasai tema pembelajaran yang akan disampaikan

kepada siswa dengan penguasaan kelas yang baik.

Page 32: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

42

5. Keberagaman Budaya Bangsaku

Keberagaman budaya bangsaku merupakan salah satu subtema pada

pembelajaran tematik terpadu yang ada di dalam kurikulum 2013. Di dalam

tema indahnya kebersamaan terdapat beberapa subtema. Salah satu subtema

pertama ialah keberagaman budaya bangsaku. Materi pembelajaran ini

diberikan di kelas IV sekolah dasar. Setiap subtema pembelajaran terdapat 6

kegiatan pembelajaran yang berbeda – beda, itu terlihat dari segi pemetaan

indikator pencapaian, memadukan setiap mata pelajaran, tujuan

pembelajaran, materi yang akan disampaikan, dan kegiatan pembelajaran.

Pada pembelajaran 1 terdapat beberapa mata pelajaran diantaranya

PPKn, SBdP, Bahasa Indonesia, dan IPS. Pembelajaran 2 terdapat beberapa

mata pelajaran diantaranya Bahasa Indonesia, Matematika, dan SBdP. Pada

pembelajaran 3 terdapat beberapa mata pelajaran diantaranya PJOK, PPKn,

dan IPS. Selanjutnya pada pembelajaran 4 terdapat 3 mata pelajaran yang

dipadukan diantaranya IPA, PPKn, dan IPS. Pembelajaran 5 terdapat 4 mata

pelajaran yang dipadukan diantaranya IPA, Bahasa Indonesia, SBdP, dan

Matematika. Serta untuk pembelajaran 6 terdapat Matematika, Bahasa

Indonesia, dan evaluasi.

Page 33: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

43

Bagan 2.1 Pemetaan Kompetensi Dasar KI 1 dan KI 2

1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya.

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi.

2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas seharihari sebagai wujud implementasi melaksanakan penelaahan fenomena alam secara mandiri maupun berkelompok

IPA

1.1 Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

2.2 Memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan pada matematika yang terbentuk melalui pengalaman belajar.

2.3 Memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika yangterbentuk melalui pengalaman belajar

Matematika 1.1 Menghargai kebhinneka tunggalikaan dan keberagaman agama, suku bangsa, pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, upacara adat, sosial, dan ekonomi di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar.

1.2 Menghargai kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar

2.1 Menunjukkan perilaku, disiplin, tanggung jawab, percaya diri, berani mengakui kesalahan, meminta maaf dan memberi maaf sebagaimana dicontohkan tokoh penting yang berperan dalam perjuangan menentang penjajah hingga kemerdekaan Republik Indonesia sebagai perwujudan nilai dan moral Pancasila.

2.4 Menunjukkan perilaku bersatu sebagai wujud keyakinan bahwa tempat tinggal dan lingkungannya sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

PPKn

SBdP1.1 Mengagumi ciri khas keindahan

karya seni dan karya kreatif masing-masing daerah sebagai anugerah Tuhan.

2.1 Menujukkan sikap berani mengekspresikan diri dalam berkarya seni

1.1 Meresapi makna anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa persatuan yang kokoh dan sarana belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

1.2 Mengakui dan mensyukuri anugerah Tuhan yang Maha Esa atas keberadaan lingkungan dan sumber daya alam, alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi, sosial, serta permasalahan sosial

2.2 Memiliki kedisiplinan dan tanggung jawab terhadap penggunaan alat teknologi modern dan tradisional, proses pembuatannya melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

2.4 Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia

1.1 Menghargai tubuh dengan seluruh perangkat gerak dan kemampuannya sebagai anugerah Tuhan yang tidak ternilai.

1.2 Tumbuhnya kesadaran bahwa tubuh harus dipelihara dan dibina, sebagai wujud syukur kepada sang Pencipta.

2.1 Menunjukkan disiplin, kerja sama, toleransi, belajar menerima kekalahan dan kemenangan, sportif dan tanggung jawab, menghargai perbedaan.

2.7 Menerima kekalahan dan kemenangan dalam permainan

PJOK

1.1 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya.

2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya

IPS

Subtema 1

Keberagaman Budaya Bangsaku

Page 34: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

44

Bagan 2.2 Pemetaan Kompetensi Dasar KI 3 dan KI 4

3.5 Memahami sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dan keterkaitannya dengan indera pendengaran.

4.4 Menyajikan hasil percobaan atau observasi tentang bunyi.

IPA

3.12 Mengenal sudut siku-siku melalui pengamatan dan membandingkannya dengan sudut yang berbeda.

4.13 Merepresentasikan sudut lancip dan sudut tumpul dalam bangun datar

Matematika3.1 Memahami makna dan

keterkaiatan simbol-simbol sila Pancasila dalam memahami Pancasila secara utuh.

3.3. Memahami manfaat keberagaman karakteristik individu di rumah, sekolah dan masyarakat.

3.4. Memahami arti bersatu dalam keberagaman di rumah, sekolah dan masyarakat.

4.1 Mengamati dan menceritakan perilaku di sekitar rumah dan sekolah dari sudut pandang kelima simbol Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh.

4.3 Bekerja sama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.

4.4 Mengelompokkan kesamaan identitas suku bangsa (pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, dan upacara adat), sosial ekonomi (jenis pekerjaan orang tua) di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar.

PPKn

3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.

4.5 Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi

IPS

3.9 Memahami pengaruh aktivitas fisik dan istirahat yang cukup terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

4.3 Mempraktikkan kombinasi pola gerak dasar lokomotor untuk membentuk gerakan dasar atletik jalan cepat dan lari yang dilandasi konsep gerak melalui permainan dan atau olahraga tradisional.

PJOK

3.1 Mengenal karya dua dan tiga dimensi berdasarkan pengamatan.

3.2 Membedakan panjang-pendek bunyi, dan tinggi-rendah nada dengan gerak tangan.

3.3 Mengenal tari-tari daerah dan keunikan geraknya.

4.2 Membuat karya seni kolase dengan berbagai bahan di lingkungan sekitar.

4.5 Menyanyikan lagu dengan gerak tangan dan badan sesuai dengan tinggi rendah nada.

4.10 Memperagakan makna gerak ke dalam bentuk tari bertema dengan mengacu pada gaya tari daerah berdasarkan ruang gerak

SBdP

3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

3.2 Menguraikan teks instruksi tentang pemeliharaan pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern dan tradisional dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

4.2 Menerangkan dan mempraktikkan teks arahan/petunjuk tentang teks arahan/petunjuk tentang pemeliharaan pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern dan tradisional secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

4.4 Menyajikan teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam secara mandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah.

kosakata baku

Bahasa Indonesia

Subtema 1

Keberagaman Budaya Bangsaku

Page 35: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

45

Tabel 2.2 Ruang Lingkup Pembelajaran

Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Kompetensi yang dikembangkan

1 Mengenal keberagaman budaya Indonesia

Memahami keberagaman budaya

Berekspresi dengan lagu

Sikap : Percaya diri dan rasa

ingin tahuPengetahuan : Keberagaman budaya

dan lagu nasionalKeterampilan: Berkomunikasi dan

mencari informasi

2 Bereksplorasi tentang sudut dengan rumah adat

Memahami keberagaman budaya rumah adat

Memahami keberagaman tarian tradisional

Sikap : Toleransi, rasa ingin

tahu, dan telitiPengetahuan : Keberagaman budaya

rumah adat, tarian tradisional, dan sudut

Keterampilan: Mengukur dan mencari

informasi

3 Memainkan permainan tradisional

Mengamalkan sila Pancasila Menulis pengalaman

berinteraksi dengan orang lain.

Membuat poster tentang keberagaman

Sikap : Toleransi, tekun, dan

telitiPengetahuan : Permainan tradisional,

poster, sila pancasila, dan keberagaman

Keterampilan: Membuat poster dan

mencari informasi

4 Mengenal alat musik tradisional

Bereksplorasi tentang sumber bunyi

Berkreasi dengan bunyi

Sikap : Toleransi, percaya diri,

dan rasa ingin tahuPengetahuan : Musik tradisional,

Page 36: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

46

Bercerita tentang pengamalan nilai – nilai pancasila

sumber bunyi, dan nilai – nilai pancasila

Keterampilan: Mencari informasi,

kerja ilmiah, dan menulis

5 Bereksplorasi tentang media perambatan bunyi

Menulis laporan Berkreasi membuat rumah

adat impian

Sikap : Rasa ingin tahu, teliti,

dan kerja samaPengetahuan : Media perambatan

bunyi, teks instruksi, sudut, dan laporan

Keterampilan: Kerja ilmiah, mengukur

besar sudut, menulis, dan membuat rumah adat

6 Bereksplorasi dengan segi banyak

Menganalisis teks cerita

Sikap : Toleransi dan telitiPengetahuan : Segi banyak, teks cerita,

kata baku, dan tidak baku

Keterampilan: Menghitung, mencari

informasi, dan membaca peta

Sumber : Buku Guru (2014: 3)

Keberagaman budaya bangsaku merupakan suatu keberagaman budaya

asli yang ada di bangsa kita Indonesia. Budaya dan kebudayaan adalah semua

hasil pengolahan akal pikiran, perasaan dan kehendak dari manusia. Akal

pikiran, perasaan, dan kehendak disebut dengan istilah cipta, rasa, dan karsa.

Budaya ada yang berbentuk fisik atau jasmani. Contohnya pakaian, rumah

adat dan alat musik. Ada pula budaya yang berbentuk non fisik atau rohani.

Contohnya kepercayaan, bahasa, adat istiadat atau tradisi dan pengetahuan.

Page 37: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

47

Gambar 2.1 rumah adat

Sumber: Buku siswa (2014: 2)

Di tiap daerah atau suku bangsa biasanya memiliki rumah adat yang

khas dan unik. Contoh rumah adat adalah Rumah Joglo di Jawa Tengah,

Rumah Gadang di Sumatera Barat, rumah Tongkonan di Sulawesi Selatan,

dan sebagainya.

Selain tentang rumah adat dan budaya lainnya, subtema keberagaman

budaya bangsaku menjelaskan mengenai jenis – jenis sudut diantaranya sudut

siku – siku, sudut lancip, dan sudut tumpul. Dua sinar garis yang memiliki

titik pangkal yang sama akan membentuk suatu sudut. Contohnya dibagian

atap rumah lontik terlihat bagian kiri maupun kanan atapnya membentuk

sebuah sudut lancip.

Page 38: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

48

Pada subtema keberagaman budaya bangsaku, selain siswa memahami

dan mengetahui tentang kebudayaan yang ada di Indonesia. Siswa juga

dilibatkan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun di

luar kelas. Sebagai contoh pada pembelajaran 3, siswa melakukan

pembelajaran di luar kelas untuk mempraktikkan permainan tradisional.

Permainan tradisional yang diperkenalkan oleh guru ialah permainan gobak

sodor. Permainan gobak sodor ini terkenal di wilayah Pulau Jawa. Sehingga

dengan siswa secara aktif mengikuti proses pembelajaran ini, diharapkan

siswa terlatih dalam kemampuan motoriknya dan terciptanya proses

pembelajaran yang menyenangkan.

Gambar : 2.2 Permainan tradisional

Sumber: Buku siswa (2014: 18)

Beragamnya kebudayaan yang di Indonesia tidak membuat suatu

perbedaan menjadi sebuah masalah. Karena dengan suatu perbedaan, baik dari

Page 39: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

49

bahasa, adat istiadat, suku, agama, alat musik, dan hasil kebudayaan lainnya

menjadikan bangsa Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa. Dengan hal

seperti itu, siswa diharapkan setelah mengalami proses pembelajaran pada

subtema keberagaman budaya bangsaku dapat memahami betul pentingnya

menghargai dan menghormati setiap perbedaan yang ada di Indonesia.

Keberagaman budaya bangsaku merupakan salah satu subtema yang

akan dipelajari di kelas IV. Untuk menerapkan pembelajaran keberagaman

budaya bangsaku ini, guru perlu mempersiapkan perangkat pembelajaran

terlebih dahulu seperti dibuatnya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat merupakan RPP

tematik yang sesuai dengan ketentuan yang sudah diberlakukan pada panduan

panduan penyusunan RPP kurikulum 2013.

Page 40: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

50

6. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

a. Hakikat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Salah satu perangkat pembelajaran yang perlu dibuat guru sebelum

pembelajaran dimulai adalah dengan menyusun RPP. Rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) disusun sebagai rancangan atau rencana guru dalam

setiap kegiatan pembelajaran di kelas.

Menurut Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan

dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya

mencapai Kompetensi Dasar.

Selanjutnya menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Lampiran

IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran dalam

Kemdikbud (2013: 37) tahapan pertama dalam pembelajaran menurut Standar

Proses adalah perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan

penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP adalah rencana

pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau

tema tertentu yang mengacu pada silabus.

Sementara itu menurut Panduan Teknis Penyusunan RPP di SD

Kemdikbud, 2013: 9) RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka

untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan secara rinci dari suatu

materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus untuk

Page 41: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

51

mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai

Kompetensi Dasar (KD).

Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP

secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis siswa. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang

dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Pengembangan RPP dapat

dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran dengan maksud

agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan

pembelajaran hal ini sesuai dalam Kemdikbud (2014: 112).

Berdasarkan uraian pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan

pembelajaran yang disusun secara rinci dan sistematis dari suatu materi pokok

atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. Pengembangan dan

penyusunan RPP dibuat oleh guru bisa setiap awal semester atau awal tahun

pelajaran.

b. Prinsip-prinsip Pengembangan RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dikembangkan dengan

melihat prinsip – prinsip pengembangan RPP. Salah satu prinsip

pengembangan RPP adalah RPP mendorong partisipasi aktif siswa. Dengan

Page 42: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

52

dibuatnya rencana kegiatan pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk

menciptakan suatu kegiatan pembelajaran ynag interakaktif dan bisa

memunculkan partisipasi siswa dalam belajar.

Menurut Kemdikbud (2014: 112) mengemukakan bahwa berbagai

prinsip dalam menyusun RPP adalah sebagai berikut.

1) RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan

silabus yang telah dikembangkan pada tingkat nasional ke dalam bentuk

rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran.

2) RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yag dinyatakan dalam

silabus dengan kondisi pada satuan pendidikan baik kemampuan awal siswa,

minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan emosi, maupun gaya

belajar.

3) RPP mendorong partisipasi aktif siswa.

4) RPP sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan siswa sebagai

manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam

RPP dirancang dengan berpusat pada siswa untuk mengembangkan motivasi,

minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat

belajar, keterampilan belajar, dan kebiasaan belajar.

5) RPP mengembangkan budaya membaca dan menulis.

6) Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran

membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai

bentuk tulisan.

Page 43: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

53

7) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,

pengayaan, remedi, dan umpan balik.

8) RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI

dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber

belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan

mengakomodasi pembelajaran tematik, keterpaduan lintas matapelajaran

untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya.

9) RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan

komunikasikan secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi

dan kondisi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip

dari pengembangan RPP ada sembilan prinsip. Prinsip – prinsip

pengembangan RPP diantaranya adalah RPP disusun guru sebagai terjemahan

dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus, RPP dikembangkan guru dengan

memperhatikan karakteristik siswa, minat, motivasi, dan gaya belajar siswa,

RPP mendorong partisipasi aktif dari siswa, RPP disusun sesuai dengan tujuan

Kurikulum 2013 yang menginginkan siswa menjadi manusia mandiri dan suka

belajar, RPP mengembangkan budaya membaca dan menulis, proses

pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran

membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai

bentuk tulisan, RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik

positif, penguatan, pengayaan, remedi, dan umpan balik., RPP disusun dengan

memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi

Page 44: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

54

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam

satu keutuhan pengalaman belajar, RPP disusun dengan mempertimbangkan

penerapan teknologi informasi dan komunikasi.

c. Komponen dan Sistematika RPP

Pada dasarnya RPP memiliki komponen dan sistematika dalam

penyusunan RPP. Komponen RPP biasanya memuat identitas sekolah,

identitas tema atau subtema, kelas, semester, dan alokasi waktu. RPP

kurikulum 2013 ini disusun dengan panduan penyusunan RPP yang sudah

ditetapkan oleh Kemdikbud.

Menurut Permendikbud No 81 A Tahun 2013 Lampiran IV tentang

Implementasi Kurikulum Pedoman Pembelajaran (Kemdikbud, 2013: 38) RPP

paling sedikit memuat: (i) tujuan pembelajaran, (ii) materi pembelajaran, (iii)

metode pembelajaran, (iv) sumber belajar, dan (v) penilaian. Komponen-

komponen tersebut secara operasional diwujudkan dalam bentuk format

berikut ini.

Page 45: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

55

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan :

Kelas/Semester :

Tema/Subtema/PB :

Alokasi Waktu :

A. Kompetensi Inti (KI)

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

1. -------------------------- (KD pada KI-1)

2. -------------------------- (KD pada KI-2)

3. -------------------------- (KD pada KI-3)

Indikator:--------------------------------

4. -------------------------- (KD pada KI-4)

Indikator: -------------------------------

C. Tujuan Pembelajaran

D. Materi Pembelajaran (Rincian dari materi pembelajaran)

E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran)

F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

KD-1 dan KD-2 dari KI1 dan KI2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran langsung.

Page 46: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

56

1. Media

2. Alat/ Bahan

3. Sumber Belajar

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan Kesatu:

a. Pendahuluan (….menit)

b. Inti (…menit)

c. Penutup (….. menit)

2. Pertemuan Kedua:

a. Pendahuluan

b. Inti (…menit)

c. Penutup (…..menit)

H. Penilaian

1. Jenis/ Teknik Penilaian

2. Bentuk Instrumen dan Instrumen

3. Pedoman Penskoran

Komponen-komponen RPP diantarnya sebagai berikut :

1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan.

2) Identitas tema/subtema.

3) Kelas/semester.

4) Materi pokok.

Page 47: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

57

5) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluanuntuk pencapaian KD

dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang

tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai. Kompetensi Inti (KI),

merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek

sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari siswa untuk

suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran.

6) Kompetensi Dasar dan Indikator pencapaian kompetensi.

a) Kompetensi Dasar; merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan pelajaran;

b) Indikator pencapaian merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar

yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

c) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa, satuan

pendidikan, dan potensi daerah. Indikator digunakan sebagai dasar untuk

menyusun alat penilaian. Dalam merumuskan indikator perlu

memperhatikan beberapa hal di bawah ini.

(1) Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang

dalam kata kerja yang digunakan dalam KI-KD.

(2) Indikator dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana

ke kompleks, dekat ke jauh, dan dari konkrit ke abstrak (bukan

sebaliknya).

Page 48: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

58

(3) Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat

dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi

dan kebutuhan siswa.

(4) Indikator harus menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.

8) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan dapat

diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan setiap

pertemuan. Tujuan pembelajaran yang dinyatakan dengan baik mulai

dengan menyebut Audience siswa untuk siapa tujuan itu dimaksudkan.

Tujuan itu kemudian mencantumkan Behavior atau kemampuan yang

harus didemonstarsikan dan Condition seperti apa perilaku atau

kemampuan yang akan diamati. Akhirnya, tujuan itu mencantumkan

Degree keterampilan baru itu harus dicapai dan diukur, yaitu dengan

standar seperti apa kemampuan itu dapat dinilai.

9) Materi pembelajaran adalah rincian dari materi pokok yang memuat fakta,

konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-

butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi.

10) Metode pembelajaran merupakan rincian dari kegiatan pembelajaran,

digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar siswa mencapai KD yang disesuaikan dengan

karakteristik siswa dan KD yang akan dicapai.

11) Media, Alat dan Sumber Pembelajaran

Page 49: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

59

a) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pelajaran.

b) Alat pembelajaran adalah alat bantu pembelajaran yang memudahkan

memberikan pengertian kepada siswa.

c) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam

sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.

12) Langkah –langkah Kegiatan Pembelajaran, mencakup:

a) Pertemuan pertama, berisi pendahuluan; kegiatan Inti, dan penutup.

b) Pertemuan kedua, berisi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

13) Penilaian :

a) Berisi jenis/teknik penilaian.

b) Bentuk instrumen.

c) Pedoman perskoran.

d. Langkah-Langkah Pengembangan RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan salah satu perangkat

pembelajaran yang harus dipersiapkan dan dibuat sebelum proses

pembelajaran dimulai. RPP ialah rencana kegiatan pembelajaran yang disusun

secara rinci dan sistematis untuk setiap pertemuannya. Hal –hal yang perlu

dilakukan dalam pengembangan RPP ialah mengkaji tema, mengkaji silabus,

dan materi ajar baik dari buku guru maupun buku siswa.

Menurut Panduan Teknis Penyusunan RPP di SD dalam Kemdikbud

(2013: 12) pengembangan RPP disusun dengan mengakomodasikan

Page 50: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

60

pembelajaran tematik atau disebut dengan RPP Tematik. Penyusunan RPP

Tematik idealnya dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Menentukan tema yang akan dikaji bersama siswa; 2) Memetakan KD-KD dan indikator yang akan dicapai dalam

tema-tema yang telah disepakati; 3) Menetapkan jaringan tema; 4) Menyusun silabus tematik; dan 5) Menyusun RPP pembelajaran tematik.

Menurut Kemdikbud (2014: 116) bahwa dalam menerapkan

pembelajaran tematik terpadu di kelas, guru dapat mengembangkan RPP

Tematik dengan memperhatikan silabus tematik, buku guru, dan buku siswa

yang telah tersedia serta mengacu pada format dan sistematika RPP yang

berlaku. RPP tematik adalah rencana pembelajaran tematik terpadu yang

dikembangkan secara rinci dari suatu tema dengan tahapan sebagai berikut.

a) Mengkaji Silabus Tematik

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau

tema tertentu dalam pelaksanaan kurikulum SD. Komponen silabus

mencakup: kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus berfungsi

sebagai rujukan bagi guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) hal ini sesuai dengan kemdikbud (2014: 116).

Pada Kurikulum 2013, silabus tematik telah disiapkan oleh pemerintah,

guru tinggal menggunakan sebagai dasar penyusunan RPP. Guru memilih

kegiatan-kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tema/subtema yang akan

dilaksanakan pada satu pertemuan atau lebih. Kegiatan yang dipilih harus

Page 51: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

61

mencakup kegiatan pembelajaran sesuai dengan standar proses sesuai dengan

Kemdikbud (2013:12-13).

Pengkajian terhadap silabus juga meliputi perumusan indikator KD dan

penilaiannya. Perumusan indikator diihat dari KD yang ingin dicapai,

kemudian dirumuskan dalam bentuk indikator. Di dalam silabus juga jenis

penilaiannya juga dimasukan. Penilaian yang dimaksud harus memuat

penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Berdasarkan uraian pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

komponen silabus diantaranya kompetensi inti, kompetensi dasar, materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber

belajar. Silabus digunakan sebagai acuan pengembangan RPP tematik.

Sehingga pada saat membuat RPP, maka guru melihat dan menelaah silabus

tersebut dan kemudian dikembangkan ke dalam RPP tematik.

b) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran dibuat sesuai dengan kompetensi dasar yang ada

pada kurikulum. Pada kurikulum 2013, materi pembelajaran yang dibuat

dikemas dengan tema – tema yang sudah ditentukan. Salah satu cara

mengidentifikasi materi pembelajaran yang cocok atau tepatnya materi

pembelajaran diberikan kepada siswa adalah dengan melihat karakteristik

siswa. Dengan melihat karakteristik dan perkembangan usia siswa maka bisa

menentukan materi yang cocok diberikan kepada siswa.

Page 52: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

62

Menurut Kemdikbud (2014: 116) menyebutkan bahwa mengidentifikasi

materi pembelajaran yang menunjang pencapaian Kompetensi Dasar dengan

mempertimbangkan sebagai berikut:

(1) Potensi siswa; (2) Relevansi denga karakteristik daerah; (3) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan

spiritual siswa; (4) Kebermanfaatan bagi siswa; (5) Struktur keilmuan; (6) Aktualisasi, kedalaman, dan keluasaan materi pembelajaran; (7) Relevansi dengan kebutuhan siswa dan tuntutan lingkungan; dan(8) Alokasi waktu.

Selanjutnya untuk mengidentifikasi materi pembelajaran ialah dengan

cara mengkaji buku guru dan buku siswa. Buku guru dan buku siswa, dilihat

dan dikaji isi di dalam buku tersebut. Hal ini dilakukan agar dilihat kesesuaian

materi pembelajaran dengan kompetensi dasar dan langkah – langkah kegiatan

yang ada di dalam buku siswa dengan karakteristik siswa.

c) Menentukan Tujuan

Tujuan pembelajaran yang dinyatakan dengan baik mulai dengan

menyebut Audience siswa untuk siapa tujuan itu dimaksudkan. Tujuan itu

kemudian mencantumkan Behavior atau kemampuan yang harus

didemonstarsikan dan Condition seperti apa perilaku atau kemampuan yang

akan diamati. Akhirnya, tujuan itu mencantumkan Degree keterampilan baru

itu harus dicapai dan diukur, yaitu dengan standar seperti apa kemampuan itu

dapat dinilai.

Page 53: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

63

d) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar

yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa, siswa

dengan guru, lingkungan, da sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian

KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan

pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa.

Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai siswa.

Menurut Kemdikbud (2014: 117) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

(1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada pada pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

(2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru, agar siswa dapat melakukan kegiatan seperti dalam silabus.

(3) Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah-langkah guru dalam membuat siswa aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan: pendahuluan, inti, dan penutup.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan kegiatan

pembelajaran dirancang untuk melibatkan siswa secara fisik maupun mental

dalam proses pembelajaran. Hal ini diharapkan agar terjadinya pembelajaran

yang aktif dan interaktif pada setiap pembelajaran. Kegiatan pembelajaran

dibuat dalam silabus pembelajaran, dan kemudian lebih diperjelas dalam RPP.

Page 54: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

64

e) Penjabaran Jenis Penilaian

Menurut Kemdikbud (2014: 118) penilaian pencapaian Kompetensi

Dasar siswa dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan

menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan

kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/

atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada

setiap pembelajaran siswa didorong untuk menghasilkan karya, maka

penyajian portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk

jenjang pendidikan dasar dan menengah. Di bawah ini hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam merancang penilaian.

(1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi pada KD-KD yang berasal dari KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4.

(2) Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.

(3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.

(4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi siswa yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi siswa yang telah memenuhi ketuntasan.

(5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis

penilaian hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan menggunakan tes atau

Page 55: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

65

non tes, portofolio, unjuk kerja, maupun pengukuran sikap siswa. Penilaian

diarahkan untuk mengukur KI 1 sampai dengan KI 4 pada kurikulum 2013.

f) Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah

minggu efektif dan alokasi waktu mataelajaran per minggu dengan

mempertibangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan

tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus

merupakan perkiraan rerata untuk menguasasi KD yang dibutuhkan oleh siswa

yang beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi

dalam RPP.

g) Menentukan Sumber Belajar

Pembelajaran akan berlangsung dengan baik, apabila didukung dengan

sumber belajar yang tepat. Sumber belajar dijadikan sebagai sumber bagi

siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sumber belajar bisa dari buku pegangan

siswa, buku yang relevan dengan materi ajar, lingkungan, orang, dan

sebagainya. Hal ini senada dengan pendapat dari Kemdikbud (2014: 118)

bahwa sumber belajar adalah rujukan, objek dan/ atau bahan yang digunakan

untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara

sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sumber belajar

merupakan rujukan bagi siswa untuk dijadikan sumber pembelajaran baginya

Page 56: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

66

dalam memperoleh ilmu dan wawasan yang ingin dicari dan diketahuinya,

Contoh dari sumber belajar siswa diantaranya adalah buku, lingkungan,

media elektronik, media cetak, dan sebagainya.

B. Penelitian Terdahulu Tentang Model Problem Based Learning

Hasil penelitian yang terdahulu terkait penerapan model problem based

learning (pembelajaran berbasis masalah) terdapat beberapa temuan

penelitian diantaranya yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Tita Ratnasari (2013) dengan judul penelitian

“ Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Masalah-Masalah Sosial di Kelas

IV “. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Gudang II pada siswa kelas IV

yang berjumlah 30 siswa. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa

peningkatan kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan pada siklus

I: 56,76, pada siklus II menjadi 67,72 , dan pada siklus III meningkat

kembali menjadi 84.38. Sedangkan peningkatan hasil belajar pada siklus I

diperoleh rata-rata sebesar 69,33. Kemudian pada siklus II: 75,00 dan pada

siklus III 84,07. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, bahwa

Model Problem based learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir

kritis siswa dan hasil belajar siswa.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Bayu Iskandar (2013) dengan judul

penelitian “ peningkatan kualitas pembelajaran matematika melalui problem

based learning berbantuan video pembelajaran di kelas V SDN Karangayu

Page 57: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

67

02 Semarang “. Subjek penelitiannya kelas V SDN Karangayu 02 Semarang

dengan jumlah 30 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa

Aktivitas siswa mengalami peningkatan yaitu pada akhir siklus 1 jumlah

skor rata-rata yang diperoleh 19,1 dengan kategori tinggi dan pada akhir

siklus 2 skor rata-rata meningkat mencapai 23,4 dengan kategori sangat

tinggi.Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal 40%. Setelah

dilaksanakan tindakan mengalami peningkatan pada akhir siklus 1

ketuntasan belajar 62,7% dan pada akhir siklus 2 ketuntasan belajar 86,2%

dengan KKM ≥ 62. Sehingga terjadi peningkatan terhadap aktivitas dan

hasil belaja siswa pada pembelajaran matematika.

3. Penelitian dari Devis Diyas Sari (2012) dengan judul penelitian “ Penerapan

Model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA kelas VIII SMP Negeri 5

Sleman”. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa keterampilan

berpikir kritis siswa sudah meningkat tiap siklusnya setelah menerapkan

model problem based learning. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

tindakan kelas atau PTK dengan dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa

kelas VIII SMP Negeri 5 Sleman yang berjumlah 33 siswa, terdiri dari 17

siswa laki - laki dan 16 siswa perempuan. Indikator dalam penelitian ini

adalah kemampuan berpikir kritis siswa. Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII

SMP Negeri 5 Sleman mengalami peningkatan setelah diterapkannya model

problem based learning. Hal ini terlihat adanya perbedaan peningkatan

Page 58: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

68

sebelum dan sesudah dilaksanakannya tindakan pada siklus I dan siklus II.

Pada siklus I hasil penelitian yang diperoleh adalah peningkatan hasil pre

test dan post test dari siklus I ke siklus II. Pre test siklus I menunjukkan

persentase sebesar 62% kemudian pada siklus II naik menjadi 64%. Kriteria

penilaian pada pretes masih tetap yaitu cukup. Post test siklus I

menunjukkan persentase sebesar 65% kemudian pada siklus II naik menjadi

81%. Terdapat kenaikan kriteria penilaian yang semula cukup kini menjadi

baik.

Pada indikator definisi dan klarifikasi masalah siklus I siswa mencapai

persentase rata-rata sebesar 63%, jumlah persentase ini dikategorikan cukup.

Kemudian pada siklus II naik menjadi 83% yang dikategorikan dalam

kriteria baik. Selanjutnya pada indikator kemampuan menilai informasi

berhubungan dengan masalah siklus I siswa mencapai 65% yang artinya

dikategorikan dalam kriteria cukup. Kemudian pada silus II naik menjadi

85% yang artinya masuk dalam kriteria baik. Indikator ketiga merancang

solusi berdasarkan masalah siklus I siswa mencapai 66% yang artinya juga

dikategorikan dalam kriteria cukup. Kemudian memasuki siklus II

meningkat menjadi 83% yang masuk dalam kriteria penilaian baik. Sehingga

dapat diartikan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa

dalam menghadapi suatu permasalahan IPA.

Page 59: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

69

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan

terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap

pada diri orang lain sesuai dengan yang diungkapkan oleh Miarso dalam

Rusmono (2012: 6).

Pembelajaran di kelas tidak terlepas dari penggunaan model, metode,

media, maupun sumber belajar. Hal itu dikarenakan penggunaan model,

metode, media, maupun sumber belajar penting dan tidak dapat dipisahkan

dari proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan tercipta baik dan efektif

jika proses penyampaian materi kepada siswa dapat tersampaikan dan siswa

mendapatkan pengalaman atau pembelajaran yang bermakna untuknya.

Menurut Ausubel (1963) berpendapat bahwa belajar bermakna ialah

proses mengaitkan informasi atau materi baru dengan konsep-konsep yang

telah ada dalam struktur kognitif. Struktur kognitif ialah fakta - fakta, konsep

- konsep, dan generalisasi - generalisasi yang telah dipelajari dan dingat

siswa.

Pembelajaran bermakna penting untuk didapatkan oleh semua siswa

dalam mendapatkan pengalaman belajar yang bermanfaat untuk masa

depannya. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang bisa

menciptakan pembelajaran bermakna. Dengan siswa diberikan pembelajaran

tematik, siswa akan memahami konsep – konsep yang mereka pelajari

melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain

yang telah dipahaminya.

Page 60: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

70

Melalui proses pembelajaran, siswa belajar berbagai hal seperti

penguasaan kognitif, sikap, dan keterampilan. Sehingga dengan proses

pembelajaran, siswa mengalami perubahan perilaku sebagai hasil belajarnya.

Peran guru selain mengajar tentunya guru harus mampu mengembangkan

keterampilan – keterampilan yang ada di dalam diri siswa. Salah satu

keterampilan yang penting dikembangkan oleh guru ialah keterampilan

berpikir kritis.

Melalui model problem based learning siswa akan dilatih untuk bisa

memecahkan permasalahan yang dihadapi dan bisa mengembangkan

keterampilan berpikir kritis. Senada dengan pendapat dari Tan dalam Rusman

(2011: 229) pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam

pembelajaran karena dalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan

berpikir siswa betul – betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok

atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah,

menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara

berkesinambungan.

Dari pendapat di atas jelas sekali bahwa salah satu cara yang dapat guru

lakukan untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan

menerapkan model problem based learning. Apabila dilihat dari penelitian

yang telah dilakukan oleh beberapa orang tentang penerapan model problem

based learning ini bisa ditarik kesimpulan bahwa setelah menerapkan model

problem based learning ini, terlihat adanya peningkatan aktivitas belajar

siswa, keterampilan berpikir kritis siswa, dan hasil belajar siswa. Sehingga

Page 61: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

71

dengan menerapkan model problem based learning diharapkan kemampuan

berpikir dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nilem pada pembelajaran

tematik dapat meningkat.

Alur kerangka pemikiran dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini

dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Page 62: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

72

Bagan 2.3 Alur Kerangka Berpikir

Model pembelajaran yang diterapkan masih konvensional, guru belum menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan.

Siswa belum terlihat kemampuan berpikir kritis pada materi keberagaman budaya bangsaku

Guru menggunakan model problem based learning (PBL) dalam pembelajaran tematik. Sehingga siswa dilibatkan secara individu maupun kelompok dalam proses berpikir untuk memecahkan suatu permasalahan yang kontekstual

Kondisi Akhir

Melalui model PBL siswa akan lebih aktif, berpikir kritis, dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dalam subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Nilem dapat meningkat.

Kondisi Akhir

Melalui model PBL siswa akan lebih aktif, berpikir kritis, dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dalam subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Nilem dapat meningkat.

Kondisi Awal

Tindakan

Siklus I

Menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi, membagi siswa secara berkelompok, memberikan konten masalah kepada siswa, membimbing siswa mencari informasi seluas – luasnya, membuat laporan, mempresentasikan laporan dan hasil karya, dan evaluasi pembelajaran.

Kondisi Akhir

Kondisi Akhir

Melalui model PBL siswa akan lebih aktif, berpikir kritis, dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dalam subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Nilem dapat meningkat.

Diduga dengan menggunakan model PBL kemampuan berpikir kritis, dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dalam subtema keberagaman budaya bangsaku di kelas IV SDN Nilem dapat meningkat.

Siklus II

Menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi, membagi siswa secara berkelompok, memberikan konten masalah kepada siswa, membimbing siswa mencari informasi seluas – luasnya, membuat laporan, mempresentasikan laporan dan hasil karya, dan evaluasi pembelajaran.

Siklus III

Menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi, membagi siswa secara berkelompok, memberikan konten masalah kepada siswa, membimbing siswa mencari informasi seluas – luasnya, membuat laporan, mempresentasikan laporan dan hasil karya, dan evaluasi pembelajaran.

Page 63: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5511/11/BAB II HALAMAN 11.doc · Web viewPembelajaran tematik diberikan di kelas rendah dan kelas tinggi untuk kurikulum 2013 sekarang.

73

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jika perencanaan pembelajaran disusun dengan menggunakan model problem

based learning, maka pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nilem pada

subtema keberagaman budaya bangsaku akan tercapai.

2. Jika pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model problem based

learning dilaksanakan dengan baik, maka tujuan untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nilem pada

subtema keberagaman budaya bangsaku akan tercapai.

3. Jika menggunakan model problem based learning, maka kemampuan

berpikir kritis siswa kelas IV SDN Nilem pada subtema keberagaman budaya

bangsaku akan meningkat.

4. Jika menggunakan model problem based learning, maka hasil belajar siswa

kelas IV SDN Nilem pada subtema keberagaman budaya bangsaku akan

meningkat.