ii · 2020. 9. 2. · Kepulauan Riau merupakan Dinas Kesehatan Tipe A yang menyelenggarakan urusan...

74

Transcript of ii · 2020. 9. 2. · Kepulauan Riau merupakan Dinas Kesehatan Tipe A yang menyelenggarakan urusan...

  • ii

    LKIP 2019

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

    (LKIP) Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019, dapat diselesaikan tepat

    waktu.

    Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan

    Riau Tahun 2019 disusun sebagai media untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan

    atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang

    telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan

    Riau Tahun 2019.

    Penyajian LKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019 disusun

    berdasarkan pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang

    Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan

    Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014

    tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas

    Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

    Sangat disadari bahwa laporan kinerja ini belum sempurna seperti yang

    diharapkan, namun setidaknya masyarakat dan berbagai pihak yang berkepentingan

    (Stakeholders) dapat memperoleh gambaran kinerja yang telah dilakukan oleh Dinas

    Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau sepanjang tahun 2019. Akhirnya, kami berharap

    semoga laporan ini dapat memberi manfaat kepada banyak pihak dan berguna sebagai

    bahan masukan bagi pengelolaan, penataan serta peningkatan kinerja Dinas Kesehatan

    Provinsi Kepulauan Riau.

    Tanjungpinang, 18 Maret 2020

    KEPALA DINAS KESEHATAN

    PROVINSI KEPULAUAN RIAU

    Dr. H. TJETJEP YUDIANA, M.Kes

    Pembina Utama Madya/ IV.d

    NIP. 19600630 198303 1 013

  • iii

    LKIP 2019

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………….. ii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………. iii IKHTISAR EKSEKUTIF ……………………………………………………..……………………. iv BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………..……………………. 1 1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………. 1 1.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ……………………………. 2 BAB 2 RENCANA STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA ................... 4 2.1. Rencana Strategis …………………....................................... 4 2.2. Perjanjian Kinerja………………………………………................... 6 BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA ………………………………………………………. 7 3.1. Akuntabilitas Kinerja Tahun 2019 ……………....................... 7 3.1.1. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) ……….................... 8 3.1.1.1. Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 KH…………………….. 9 3.1.1.2. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 KH………………………. 11 3.1.1.3. Persentase kekurangan gizi (underweight) pada anak

    balita……………………………………………………………………………

    13 3.1.2. Capaian Kinerja Indikator Berdasarkan Sasaran Rencana

    Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau……….......................................................................

    19 3.2. Akuntabilitas Kinerja RSUD Raja Ahmad Tabib Provinsi

    Kepulauan Riau……..……………………………………………………..

    43 3.3. Akuntabilitas Kinerja RSUD Enku Haji Daud Provinsi

    Kepulauan Riau……….……………………………………………………

    46 3.4. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2019 …………………………….. 48 3.5. Analisis SWOT ……………………………………………................. 50 BAB 4 PENUTUP ………………………………………………………………………………….. 51 4.1. Kesimpulan ..........………………………………………………………. 51 4.2. Saran .......................………………………………………………….. 52 LAMPIRAN :

    1. Formulir Perjanjian Kinerja (PK) APBD Murni dan APBD-Perubahan Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019.

    2. Formulir Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019.

    3. Formulir Pengukuran Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019. 4. Laporan Realisasi Keuangan dan Fisik Kegiatan APBD Tahun Anggaran 2019:

    - Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

  •      

     iv    

       

    LKIP 2019 

    IKHTISAR EKSEKUTIF

    Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019 merupakan sebuah media pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, kebijakan, program, dan kegiatan Dinas Kesehatan sebagai pelayanan publik. Kegiatan yang diprioritaskan dijabarkan dalam bentuk 6 Sasaran Strategis, 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU) dan 13 indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019. Pengukuran indikator kinerja berpedoman pada Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021.

    Berdasarkan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021, terdapat 6 sasaran strategis, dengan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), 13 Indikator Kinerja Sasaran dengan capaian “sangat baik”. Walau pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau masuk dalam kategori sangat baik, perlu dipertahankan dan tetap meningkatkan performa kinerja agar target akhir periode RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2021 mampu dicapai.

    Hasil analisis pencapaian kinerja sasaran strategis menunjukkan terdapat beberapa permasalahan yang ditemui dalam peningkatan kinerja tahun 2019 seperti : adanya risiko yang tidak dapat dikontrol pada pelaksanaan kegiatan, kesenjangan capaian indikator kesehatan antara Kabupaten/Kota, tingginya beban kerja puskesmas, masih terdapat target yang harus dipenuhi untuk mencapai total coverage JKN/KIS dan perlunya pemahaman pentingnya aktifitas fisik pada masyarakat.

  •  

    1     

    LKIP 2019 

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Dalam rangka mewujudkan cita-cita bernegara sesuai dengan konstitusi negara Republik Indonesia setiap penyelenggara pemerintahan, baik Pusat maupun Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota), wajib menyelenggarakan kepemerintahan yang baik. Untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik diperlukan suatu sistem yang dapat menunjang pelaksanaannya, sistem tersebut dikenal dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sistem ini mencakup Perencanaan Strategis, Perencanaan Kinerja, Perjanjian Kinerja, Pengukurn Kinerja dan Pelaporan Kinerja.

    Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau sebagai salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Kepulauan Riau, berkedudukan sebagai unsur pelaksana teknis Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau melalui pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan terukur guna senantiasa membangun akuntabilitas sehingga tercipta penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kesehatan yang berlangsung dengan bijaksana, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good governance yang bersih dan bebas korupsi, kolusi serta nepotisme.

    Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan kewenangan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan, merujuk pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dalam Peraturan Menteri Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi dan dalam PermenPAN Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP), maka Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau menyusun laporan kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja yang telah dilakukan pada tahun 2019.

    Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) ini akan memberikan gambaran pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau dalam satu tahun anggaran beserta dengan hasil capaian indikator kinerja dari masing-masing

  •  

    2     

    LKIP 2019 

    indikator kinerja sasaran yang ada di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2019.

    1.2. Maksud dan Tujuan

    Penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau didasarkan pada permenpan No. 53 tahun 2014 sebagai pelaporan kinerja dan bentuk pertanggungjawaban untuk menilai keberhasilan dan kegagalan organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau dalam mencapai sasaran Program yang wajib dipenuhi sebagaimana yang terdapat dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2019. Tujuan : 1. Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja

    yang telah dan seharusnya dicapai 2. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi Dinas Kesehatan Provinsi Kepri

    untuk meningkatkan kinerjanya.

    1.3. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

    Berdasarkan Peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 59 Tahun 2017 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi, serta tata kerja perangkat daerah, Dinas Kesehatan provinsi kepulauan Riau mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas Pembantuan yang di tugaskan kepada Daerah Provinsi dalam hal ini merumuskan kebijakan dibidang sekretariat, bidang kesehatan masyarakat, bidang pencegahandan pengenddalian penyakit, bidang pelayanan kesehatan, bidang sumber daya kesehatan, kelompok jabatan fungsional. Sedangkan fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, adalah : a. Perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan

    pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan sumber daya kesehatan; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan

    pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan sumber daya kesehatan;

  •  

    3     

    LKIP 2019 

    c. Pelaksanaan pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan sumber daya kesehatan;

    d. Pelaksanaan proses penerbitan rekomendasi perizinan dan pelayanan umum di bidang kesehatan;

    e. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; f. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas dalam lingkup tugasnya; dan g. Pelaksanaan fungsi lain yang terkait bidang kesehatan yang diberikan oleh

    Gubernur.

    Berdasarkan jenis dan tipologi perangkat daerah, Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau merupakan Dinas Kesehatan Tipe A yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang kesehatan. Pada Gambar 1.1., Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 4 (empat) Bidang. Sekretariat memiliki 3 Subbag, sedangkan tiap bidang memiliki 3 seksi. Jumlah jabatan eselon II terdiri atas 1 orang, eselon III sebanyak 5 orang dan eselon IV sebanyak 15 orang. Terdapat dua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau yaitu RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang dan RSUD Provinsi Kepulauan

    Riau Tanjung Uban. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar berikut ini :

    Gambar 1.1.

    Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

  •  

    4     

    LKIP 2019 

    BAB 2 RENCANA STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA

    2.1. Rencana Strategis

    Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kepulauan Riau merupakan dokumen yang disusun melalui proses sistematis dan berkelanjutan serta merupakan penjabaran dari pada Visi dan Misi Kepala Daerah yang terpilih dan terintegrasi dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Daerah yang bersangkutan, dalam hal ini Dinas Kesehatan Kepulauan Riau telah menyusun Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kepulauan Riau yang ditetapkan untuk jangka waktu 5 ( lima ) tahun yaitu dari tahun 2016 – 2021 MISI ke- 4 (Empat) : Meningkatkan derajat kesehatan, kesetaraan gender,

    pemberdayaan masyarakat, penanganan kemiskinan dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

    Rumusan pernyataan strategi dan kebijakan Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau dalam lima tahun mendatang, secara rinci dapat dilihat melalui Tabel 2.1. berikut ini :

    Tabel 2.1. Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan

    VISI (Gubernur Kepulauan Riau) : “Terwujudnya Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu yang Sejahtera, Berakhlak Mulia, Ramah

    Lingkungan dan Unggul di Bidang Maritim”

    MISI (Gubernur Kepulauan Riau) ke - 4 : Meningkatkan derajat kesehatan, kesetaraan gender, Pemberdayaan Masyarakat, penanganan

    kemiskinan dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

    Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Tujuan 1 : Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan pelayanan yang terjangkau dan berkualitas

    Meningkatkan derajat kesehatan

    Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut Usia yang Berkualitas.

    1. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

    2. Penerapan Pendekatan Keberlanjutan Pelayanan (Continuum Of Care)

    3. Intervensi Berbasis Risiko Kesehatan.

    Meningkatkan status gizi

    Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat

  •  

    5     

    LKIP 2019 

    Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Meningkatkan

    perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan Provinsi Kepulauan Riau

    Meningkatkan penyehatan lingkungan

    4. Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care)

    5. Meningkatkan Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan

    6. Meningkatkan Jumlah,

    Jenis, Kualitas Dan Pemerataan Tenaga Kesehatan

    7. Meningkatkan akses, mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan

    8. Meningkatkan cakupan

    kepemilikan jaminan kesehatan

    Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

    Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

    Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas Farmasi dan Alat Kesehatan

    Meningkatkan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

    Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang Kesehatan

    Tujuan 2 Meningkatkan upaya pengendalian dan penanggulangan penyakit

    Menurunkan angka kesakitan penyakit menular dan tidak menular

    Meningkatkan pengendalian dan penanggulangan faktor risiko penyakit menular dan tidak menular

    Meningkatkan Pengendalian Penyakit

  •  

    6     

    LKIP 2019 

    2.2. Perjanjian Kinerja Perjanjian kinerja menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

    Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.

    Perjanjian Kinerja merupakan tekad dan janji kinerja tahunan yang akan dicapai, antara pimpinan instansi pemerintah yang menerima amanah/tanggung jawab (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau) dengan pihak yang memberikan amanah/tanggung jawab kinerja (Gubernur Kepulauan Riau). Perjanjian Kinerja merupakan suatu janji kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah, sekaligus sebagai pimpinan organisasi atau instansi kepada atasan langsungnya.

    Perjanjian Kinerja berisi sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang akan dicapai melalui program yang ada pada lembaga/instansi yang bersangkutan. Adapun Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019 selengkapnya terdapat pada Lampiran 1.

  • 7

    LKIP 2019

    BAB 3

    AKUNTABILITAS KINERJA

    Akuntabilitas Kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi

    pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan

    pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah

    ditetapkan melalui pertanggungjawaban secara periodik. Kinerja instansi pemerintah

    merupakan gambaran mengenai pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi

    pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi instansi yang mengindikasi

    tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksananan kegiatan sesuai dengan program

    dan kebijakan yang ditetapkan.

    Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk menilai kemajuan yang telah dicapai

    dibandingkan dengan tujuan dan Indikator yang ditetapkan. Pengukuran dilakukan

    dengan menggunakan indikator kinerja kegiatan. Pengukuran ini dilakukan dengan

    memanfaatkan data kinerja. Data kinerja diperoleh melalui sistem pengumpulan data

    kinerja dari dua sumber yaitu: (a) data internal, yang berasal dari sistem informasi

    yang ada baik laporan kegiatan reguler yang ada seperti laporan bulanan, triwulanan,

    semesteran dan laporan kegiatan lainnya, (b) data eksternal digunakan sepanjang

    relevan dengan pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Kepri.

    3.1. Akuntabilitas Kinerja Tahun 2019

    Pengukuran tingkat capaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

    Tahun 2019 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi

    masing-masing indikator kinerja sasaran. Nilai realisasi kinerja dilakukan dengan

    membandingkan rencana dan realisasi sebagai berikut :

    1. Indikator dengan progress positif adalah indikator dengan realisasi semakin

    tinggi menunjukkan pencapaian kinerja semakin baik. Digunakan rumus :

    𝑪𝒂𝒑𝒂𝒊𝒂𝒏 𝑲𝒊𝒏𝒆𝒓𝒋𝒂 𝑰𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒐𝒓 = 𝑹𝒆𝒂𝒍𝒊𝒔𝒂𝒔𝒊

    𝑻𝒂𝒓𝒈𝒆𝒕 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

  • 8

    LKIP 2019

    2. Indikator dengan progress negatif adalah indikator dengan realisasi semakin

    rendah menunjukkan pencapaian kinerja semakin baik. Digunakan rumus :

    𝑪𝒂𝒑𝒂𝒊𝒂𝒏 𝑲𝒊𝒏𝒆𝒓𝒋𝒂 𝑰𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒐𝒓 = (𝑻𝒂𝒓𝒈𝒆𝒕 − (𝑹𝒆𝒂𝒍𝒊𝒔𝒂𝒔𝒊 − 𝑻𝒂𝒓𝒈𝒆𝒕)

    𝑻𝒂𝒓𝒈𝒆𝒕 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

    Nilai capaian kinerja dikelompokkan dalam skala pengukuran ordinal sebagai

    berikut :

    INTERVAL NILAI REALISASI KINERJA

    KRITERIA PENILAIAN REALISASI KINERJA

    X > 100% Sangat Baik

    75 < X < 99 Baik

    55 < X < 74 Cukup

    X < 55 Kurang

    3.1.1. Capaian Kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU)

    Penyusuan Indikator Kinerja Utama (IKU) sesuai dengan Peraturan Menteri

    Pendayagunaan dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

    Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja

    Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

    Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2012 Tentang Petunjuk

    Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi. Penetapan indikator kinerja utama

    dilingkungan pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisasi, meliputi

    indikator keluaran (output) dan hasil (outcame).

    Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam balanced scorecard merupakan ukuran

    keberhasilan pencapaian sasaran strategis. IKU berperan dalam merubah sesuatu

    yang bersifat normatif (sasaran strategis) menjadi definitif, terukur dan realistis.

    Capaian kinerja indikator utama Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau dijabarkan

    melalui tabel dibawah ini, dengan membandingkan antara target dengan capaian

    tahun 2019 dan capaian kinerja tahun 2018 serta 2017.

  • 9

    LKIP 2019

    Tabel 3.1.

    Pengukuran Capaian Indikator Kinerja Utama

    Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

    No Indikator Kinerja

    Target 5

    (Lima)

    Tahun (2016-

    2021)

    Tahun 2019 Tahun 2018

    Tahun 2017

    Target Capaian % Status

    Capaian Capaian Capaian

    1

    Angka

    Kematian Ibu (AKI) per

    100.000 KH

    128 130 98 124,35 Sangat

    Baik 120 128

    2

    Angka

    Kematian Bayi (AKB) per

    1.000 KH

    30 32 13 159,97 Sangat

    Baik 33 35

    3

    Persentase

    kekurangan gizi

    (underweight) pada anak balita)

    16,2 16,8 11,45 131,86 sangat

    Baik 17,1 17,4

    Berdasarkan tabel 3.1 di atas diketahui bahwa dari indikator kinerja utama Dinas

    Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, Indikator Persentase kekurangan gizi

    (underweight) pada anak balita tercapai sebesar 11,45% dari target 16,8 % sehingga

    pencapaian indikator ini masuk pada kategori “sangat baik” dengan nilai persentase

    kinerja sebesar 131,86%. Diikuti juga dengan dua indikator lainya yaitu Angka

    Kematian Ibu (AKI) per 100.000 KH, dan Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 KH

    tercapai dengan kategori “sangat baik”. Analisis pencapaian kinerja indikator utama

    dijabarkan sebagai berikut :

    3.1.1.1. Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 KH

    Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan masalah

    kesehatan global yang menjadi indikator penting dalam keberhasilan program

    kesehatan ibu dan anak sekaligus indikator dalam menggambarkan derajat kesehatan

    masyarakat serta berpotensi menyebabkan kemunduran ekonomi dan sosial di level

    rumah tangga, komunitas, dan nasional.

  • 10

    LKIP 2019

    AKI adalah banyaknya kematian ibu di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu

    yang dinyatakan dalam 100.000 kelahiran hidup di wilayah dan kurun waktu yang

    sama. Suatu kasus kematian bisa dikategorikan sebagai kasus kematian ibu jika terjadi

    pada perempuan selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya

    kehamilan akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan

    atau penanganannya tetapi bukan disebabkan kecelakaan, bencana, cedera, atau

    bunuh diri.

    Berdasarkan kematian ibu yang dilaporkan, Angka Kematian Ibu (AKI) Provinsi

    Kepulauan Riau Tahun 2019 yaitu sebesar 98 per 100.000 kelahiran hidup (41

    kematian Ibu/41.689 kelahiran hidup dikali konstanta 100.000). Capaian AKI Tahun

    2019 lebih baik jika dibandingkan dengan AKI pada tahun 2018 yang sebesar 120 per

    100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan jumlah kasus kematian ibu, juga terdapat

    penurunan dari 51 kasus kematian ibu ditahun 2018, turun menjadi 41 kasus ditahun

    2019.

    Gambar 3.1

    Jumlah Kasus Kematian IBU di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018 – 2019

    Penyebab kematian ibu di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2019 masih

    didominasi oleh penyebab langsung yaitu pendarahan dan hipertensi dalam

    kehamilan. Selain itu, persentase penyebab lainnya yang merupakan penyebab tidak

    4 42

    6

    2

    25

    8

    35

    1 2 2

    23

    5

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    Jumlah Kematian Ibu

    2018

    2019

  • 11

    LKIP 2019

    langsung juga cukup besar, contohnya kondisi penyakit malaria, HIV, oedema paru,

    gagal ginjal, batu empedu atau penyakit lain yang diderita ibu. Kabupaten Bintan

    merupakan kabupaten dengan peningkatan jumlah kasus kematian ibu di Tahun 2019.

    Gambar 3.2.

    Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil dilingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau

    3.1.1.2. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 KH

    AKB adalah banyaknya kematian bayi di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu

    yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup di wilayah dan kurun waktu yang sama.

    Suatu kasus kematian bisa dikategorikan sebagai kematian bayi jika terjadi pada bayi

    usia 0 – 11 bulan (termasuk neonatal) tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan,

    bencana, cedera, atau bunuh diri.

    Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan dari pelayanan kesehatan yang

    ada diketahui bahwa AKB di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2019 ialah sebesar 6,4 per

    1.000 kelahiran hidup. Angka ini bisa dikatakan sangat rendah jika dibandingkan

    dengan data AKB hasil survey seperti data AKB Nasional berdasarkan hasil Survei

    Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017 yaitu sebesar 32 per 1.000

    kelahiran hidup dan data AKB Nasional berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar

    Sensus (SUPAS) Tahun 2015 yaitu sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup. Selain

    itu, ada kemungkinan kasus kematian bayi yang belum atau tidak terlapor karena

  • 12

    LKIP 2019

    berbagai macam sebab antara lain faktor budaya etnis tertentu. Oleh karena itu dirasa

    perlu untuk menghitung estimasi AKB sebesar 2 kali lipat dari AKB yang dilaporkan

    oleh pelayanan kesehatan dan ditetapkan AKB estimasi di Provinsi Kepulauan Riau

    yaitu sebesar 13 per 1.000 kelahiran hidup dengan perhitungan (267 kematian

    bayi/41.689 kelahiran hidup dikali konstanta 1.000).

    Gambar 3.3.

    Jumlah Kematian Bayi di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018 – 2019

    Jika dibandingkan dengan target AKB Tahun 2019 pada renstra Dinas Kesehatan

    Provinsi Kepulauan Riau (32 per 1.000 kelahiran hidup), capaian AKB Provinsi

    Kepulauan Riau Tahun 2019 termasuk dalam kategori “sangat baik”. Jumlah kematian

    bayi pada tahun 2019 juga mengalami penurunan berbanding tahun 2018 yaitu dari

    299 kasus menjadi 267 kasus kematian bayi. Penyebab terbesar kematian bayi pada

    tahun 2019 adalah BBLR dan asfiksia pada bayi usia 0 – 28 hari (neonatal) dan

    pneumonia dan diare pada bayi usia 29 hari – 11 bulan (post neonatal).

    Berdasarkan distribusi kabupaten/kota diketahui bahwa ada 3 kabupaten yang

    mengalami peningkatan jumlah kematian bayi jika dibandingkan dengan tahun

    sebelumnya yaitu Kabupaten Bintan, Lingga dan Natuna. Sedangkan 4 kabupaten/

    kota lainnya mengalami penurunan jumlah kematian bayi.

    5425 17 23 9

    145

    26

    299

    54 29 18 25 8 110 23

    267

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    JUMLAH KEMATIAN BAYI

    2018 2019

  • 13

    LKIP 2019

    Upaya penurunan AKI dan AKB ditunjang dengan pelaksanaan antenatal yang

    berkualitas dan terpadu, kelas ibu hamil, persalinan yang aman serta pemantauan

    kasus kematian ibu dan bayi yang akurat sehingga dapat menggambarkan penyebab

    kematian yang nantinya bisa menjadi bahan pembelajaran.

    Secara garis besar ada beberapa hal yang mendukung terjadinya penurunan AKI

    dan AKB di Provinsi Kepulauan Riau yaitu adanya pembiayaan Jampersal, peningkatan

    pelayanan ANC, ketersediaan SDM yang berkompeten, Rumah Tunggu Kelahiran

    (RTK), pelaksanaan Kelas Ibu Hamil di puskesmas, pelaksanaan Program Perencanaan

    Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang melibatkan lintas sektor,

    membaiknya sistem rujukan di beberapa kabupaten/ kota, dan pelaksanaan Audit

    Maternal Perinatal (AMP) yang rutin setiap tahunnya.

    3.1.1.3. Persentase kekurangan gizi (underweight) pada anak balita

    Status gizi balita merupakan salah satu indikator kesehatan penting yang

    digunakan dalam penilaian status kesehatan masyarakat. Pentingnya indikator status

    gizi bukan hanya di tingkat nasional tetapi juga terdapat dalam berbagai komitmen

    global. Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi

    perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan,

    perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta

    kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu teknologi.

    Gizi yang baik merupakan landasan kesehatan, gizi mempengaruhi kekebalan

    tubuh, kerentanan terhadap penyakit, serta pertumbuhan dan perkembangan fisik dan

    mental. Gizi yang baik akan menurunkan kesakitan, kecacatan dan kematian sehingga

    meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

  • 14

    LKIP 2019

    Gambar 3.4.

    Pelacakan Kasus Gizi Buruk dan Stunting

    Permasalahan gizi di Indonesia antara lain kegagalan pertumbuhan pada awal

    kehidupan seperti : Berat Badan Lahir Rendah, Underweight (Gizi Kurang), Wasting

    (Gizi Buruk) dan Stunting yang akan berdampak pada pertumbuhan selanjutnya. Anak

    yang kekurangan gizi nantinya akan mengalami hambatan kognitif dan kegagalan

    pendidikan sehingga berdampak pada rendahnya produktifitas di masa dewasa.

    Kurang gizi yang dialami pada awal kehidupan juga berdampak pada peningkatan

    risiko gangguan metabolik yang berujung pada kejadian penyakit tidak menular pada

    usia dewasa.

    Gizi kurang (underweight) adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau

    ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan

    semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif bersifat

    ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5

    tahun.

    Berdasarkan model penyebab underweight yang dikembangkan UNICEF,

    underweight disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara langsung,

    dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas dan

    kualitas. Penyebab underweight secara tidak langsung di pengaruhi oleh jangkauan

    dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kurang

    baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat

    rumah tangga.

  • 15

    LKIP 2019

    Gambar 3.5.

    Penghargaan 99 Inovasi Pelayanan Publik “ Cegah Stuting Bersama Dokter Keluarga” dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

    Indikator underweight pada balita diukur dengan rumus perhitungan yaitu

    jumlah anak usia 0-59 Bulan 29 hari dengan status gizi kurus (BB/PB -3 Standar

    Deviasi s.d.

  • 16

    LKIP 2019

    Gambar 3.6.

    Persentase Balita Underweight menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

    Realisasi Persentase kekurangan gizi (underweight) pada anak balita Provinsi

    Kepulauan Riau Tahun 2019 sebesar 11,45% dihitung berdasarkan hasil temuan

    surveilans gizi yaitu 2.736 balita dengan status gizi kurang dan kurang berbanding

    23.899 balita yang diukur dikali 100%. Kabupaten Lingga merupakan Kabupaten

    dengan persentase balita underweight tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau (15%), hal

    ini dikarenakan perbandingan kasus dan sasaran yang signifikan. Berbeda dengan

    persentase underweight yang terjadi di Kabupaten Karimun, walau jumlah kasus

    underweight Kabupaten Karimun tinggi 710 kasus (12,2%) namun sebanding dengan

    jumlah sasaran balitanya. Persentase balita underweight terendah berada di Kota

    Tanjungpinang sebesar 5,6%.

    Setiap tahun terjadi penurunan kasus yang signifikan, terlihat dengan

    pembandingan persentase balita underweight Provinsi Kepulauan Riau dari tahun

    2016 – 2018. Tahun 2017, persentase underweight sebesar 16,4%, lalu menurun di

    tahun 2017 menjadi 13%, dan menurun kembali tahun 2019 menjadi 11,45%. Secara

    tren penurunan tergambar melalui Gambar 3.7 berikut ini:

    5837

    2213

    4235

    2598

    1019

    5769

    2228710246

    569 389115

    583124

    12,211,1

    13,4

    15,0

    11,3

    10,1

    5,6

    0,0

    2,0

    4,0

    6,0

    8,0

    10,0

    12,0

    14,0

    16,0

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    % U

    nderw

    eig

    ht

    Jum

    lah B

    alit

    a y

    ang d

    iukur

    Balita diukur Underweight % Underweight

  • 17

    LKIP 2019

    Gambar 3.7.

    Tren penurunan persentase underweight di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017-2019

    Penurunan kasus underweight di Provinsi Kepulauan Riau merupakan kinerja

    dari berbagai pihak. Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan, Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota, Puskesmas dan RS, bersama lintas sektor terkait telah menjalin

    komitmen untuk menanggulangi kasus permasalahan gizi yang ditemukan di

    masyarakat. Pelaksanaan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga serta

    pelaksanaan pelacakan kasus gizi dengan mekanisme home visit berdampak signifikan

    dalam penemuan kasus gizi di Kepulauan Riau sehingga kasus dapat ditemukan dan

    ditanggulangi dalam waktu cepat. Penatalaksaan yang telah dilakukan dalam menekan

    kasus gizi di Provinsi Kepulauan Riau yaitu sebagai berikut :

    1. Dalam rangka percepatan perbaikan gizi, pemerintah telah mengeluarkan

    Peraturan Presiden nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan

    Perbaikan Gizi yang fokus pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

    2. Distribusi PMT Balita Gizi Kurang untuk Puskesmas se-Provinsi Kepulauan Riau.

    3. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) sebagaimana

    tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 52 Tahun

    2015 bertujuan untuk tercapainya program kesehatan termasuk gizi masyarakat.

    Program gizi ini dapat tercapai jika program gizi yang diselenggarakan di

    Puskesmas menerapkan konsep paradigma sehat dan penguatan pelayanan gizi,

    terintegrasi dengan upaya kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas, baik

    melalui UKP maupun UKM.

    4. Terjalinnya kerjasama lintas sektor terkait bantuan untuk balita gizi kurang seperti

    bantuan CPP (Cadangan Pangan Provinsi) yang terdapat di Dinas Ketahanan

    16,4

    1311,45

    2017 2018 2019

  • 18

    LKIP 2019

    Pangan, Pertanian, Kehutanan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kepulauan Riau

    yang dapat di distribusikan kepada keluarga Balita Gizi Kurang yang tidak mampu.

    Upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau yaitu:

    Gambar 3.8.

    Upaya - upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

    UP

    AY

    A

    UP

    AY

    A

    Pemenuhan Dokter /Bidan Keluarga

    Tenaga dokter dan bidan yang diangkatberkewajiban untuk melaksanakan kunjungan kerumah-rumah penduduk (home visite)

    Pelacakan kasus gizi buruk dan gizi kurang bagibalita yang tidak datang ke Posyandu melaluisweeping

    Perawatan kasus gizi buruk di Puskesmas danRujukan ke Rumah Sakit

    Distribusi dan Pemberian PMT bagi Ibu Hamil danBalita gizi kurang terutama di daerah-daerahhinterland dan terpencil

    Pemantauan kasus gizi buruk pasca perawatan(Follow up)

    Konseling pada keluarga melalui kunjungan rumah

    Program 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan)berupa pemberian tablet Fe (zat besi) pada IbuHamil, IMD, ASI Ekslusif, MP-ASI

    Integrasi program KIA –Gizi melalui Kelas IbuHamil dan Ibu Balita

    Sosialisasi GerakanKADARZI, GiziSeimbang melaluimedia massa danelektronik

    Koordinasi denganlintas sektor (BadanKetahanan Pangan),Badan PenanggulanganBencana Daerah, Dinassosial, Dinas UKM danKoperasi terkait bantuanuntuk keluarga Balitagizi buruk

    Jambore kaderposyandu.

  • 19

    LKIP 2019

    Gambar 3.9.

    Dokumentasi Pelaksanaan Penanggulangan Underweight di Provinsi Kepulauan Riau

    3.1.2 Capaian Kinerja Indikator Berdasarkan Sasaran Rencana Strategis

    Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

    Capaian kinerja untuk masing-masing sasaran dapat diuraikan sebagai berikut:

    Untuk mencapai sasaran 1, diukur melalui pencapaian atas 2 indikator kinerja

    yaitu sebagai berikut :

    01 Meningkatkan Derajat Kesehatan Sasaran 1

    Pemberian CPP Kepada Keluarga Balita Stunting Surveilans Gizi

    PMT pada Bumil KEK PMT pada Balita

  • 20

    LKIP 2019

    Tabel 3.2.

    Pengukuran Kinerja Sasaran 1

    Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

    No Indikator

    Kinerja

    Target 5 (Lima)

    Tahun (2016-

    2021)

    Tahun 2019 Tahun 2018

    Tahun 2017

    Target Capaian % Status

    Capaian Capaian Capaian

    1.

    Angka Kematian Ibu (AKI) per

    100.000 KH

    128 130 98 124,35 Sangat Baik

    131 128

    2. Angka Kematian Bayi (AKB) per

    1.000 KH

    30 32 13 159,97 Sangat Baik

    33 18

    Dari 2 indikator yang menjadi pengukuran keberhasilan pencapaian kinerja

    sasaran 1 (Meningkatkan derajat kesehatan); yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) per

    100.000 KH, dan Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 KH telah dijelaskan pada poin

    3.1.1. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU). Hasil analisis Ke-2 indikator ada dalam

    kategori “sangat baik”.

  • 21

    LKIP 2019

    Untuk mencapai sasaran 2, diukur melalui pencapaian atas 1 indikator kinerja

    yaitu sebagai berikut :

    Tabel 3.3.

    Pengukuran Kinerja Sasaran 2

    Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

    No Indikator

    Kinerja

    Target

    5 (Lima) Tahun

    (2016-2021)

    Tahun 2019 Tahun

    2018

    Tahun

    2017

    Target Capaian % Status

    Capaian Capaian Capaian

    1.

    Persentase kekurangan

    gizi (underweight) pada anak

    balita)

    16,2 16,8 11,45 131,86 Sangat

    Baik 17,1 16,4

    Untuk indikator persentase kekurangan gizi (underweight) pada anak balita

    telah dijelaskan pada poin 3.1.1 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU). Indikator

    persentase kekurangan gizi (underweight) pada anak balita yang menjadi pengukuran

    keberhasilan pencapaian kinerja sasaran 2 memiliki capaian “sangat baik”.

    02 Meningkatkan Status Gizi Sasaran 2

  • 22

    LKIP 2019

    Sasaran 3 diukur melalui pencapaian atas 4 indikator kinerja yaitu sebagai

    berikut :

    Tabel 3.4.

    Pengukuran Kinerja Sasaran 3

    Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

    No Indikator Kinerja

    Target

    5 (Lima) Tahun

    (2016-2021)

    Tahun 2019 Tahun

    2018 Tahun

    2017

    Target Capaian % Status

    Capaian Capaian Capaian

    1.

    Case Notification Rate (CNR) Semua Kasus TB

    per 100.000 penduduk

    175 165 316 191,71 Sangat Baik 160 193

    2.

    API (Annual Paracite Incidence) per 1.000 penduduk

    0.27 0,31 0,14 157,07 Sangat Baik 0.33 0.2

    3. Prevalensi HIV

  • 23

    LKIP 2019

    tubuh seseorang pada saat itu. Pengidap HIV/AIDS atau orang dengan status gizi yang

    buruk lebih mudah untuk terinfeksi dan terjangkit TBC.

    Gambar 3.10.

    Upaya Pengendalian Faktor Risiko Tuberculosis

    Salah satu indikator keberhasilan pencapaian program TB adalah angka

    notifikasi semua kasus TB (case notification rate/CNR). Angka notifikasi kasus/case

    notification rate (CNR) adalah jumlah semua kasus TBC yang diobati dan dilaporkan

    di antara 100.000 penduduk yang ada di suatu wilayah tertentu yang apabila

    dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan (trend) meningkat atau

    menurunnya penemuan kasus dari tahun ke tahun di suatu wilayah.

    Gambar 3.11.

    Intensifikasi Pemeriksaan Kasus TB di Lapas Kelas II A Kota Batam

  • 24

    LKIP 2019

    Total penemuan kasus TBC Paru terkonfirmasi bakteriologis, terdiagnosis

    klinis dan extra paru baru dan kambuh berdasarkan laporan TB berbasis web yaitu

    data SITT (Sistem Informasi Terpadu Tuberkulosis) Tahun 2019 adalah sebesar 7213

    berbanding 2.280.334 total populasi dikali konstanta 100.000 penduduk, sehingga

    didapat CNR sebesar 316 per 100.000 penduduk. P Capaian CNR TBC Tahun 2019

    jauh lebih tinggi berbanding dengan target 2019 (165 per 100.000 penduduk). Hal ini

    merupakan progress yang sangat baik dalam peningkatan penemuan kasus TBC di

    masyarakat.

    Gambar 3.12.

    Capaian Success Rate dan Cure Rate TBC berdasarkan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

    Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus adalah jumlah

    semua kasus TB yang sembuh dan pengobatan lengkap di antara semua kasus TB

    yang diobati dan dilaporkan. Dengan demikian, angka keberhasilan pengobatan TBC

    merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan semua kasus ditambah angka

    pengobatan lengkap semua kasus. Semakin tinggi angka keberhasilan kasus TBC

    maka menggambarkan semakin tinggi kualitas pengobatan TBC. Pada tahun 2019,

    Angka Keberhasilan Pengobatan TBC di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 88 %,

    95 86 92 88 86 80 95 88

    94,5

    48,3 42,972,4 71,5

    62,2

    9471,1

    020406080

    100120140160180200

    Succsess Rate (%) Cure Rate (%)

  • 25

    LKIP 2019

    capaian ini lebih tinggi berbanding target Renstra Provinsi (80 %), dan target Nasional

    minimal 85%. Pencapaian ini menunjukkan peningkatan kualitas pengobatan TBC di

    Provinsi Kepulauan Riau dibandingkan dengan capaian hasil pengobatan yang telah

    dilaporkan di tahun 2018.

    Annual Parasite Incidence (API) adalah jumlah kasus positif malaria per 1.000

    penduduk berisiko dalam satu tahun. API Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

    sebesar 0,14 per 1000 penduduk berisiko dengan jumlah kasus malaria positif

    sebesar 276 kasus berbanding 1.981.728 penduduk berisiko di kali konstanta 1.000.

    Pada tahun 2019, berdasarkan hasil penghitungan API (Annual Paracite Incidence)

    per 1000 penduduk berisiko, dari 7 Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Kepulauan

    Riau, 3 Kabupaten telah masuk dalam tahap eliminasi malaria yaitu Kota Batam,

    Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Karimun. Kabupaten/Kota dengan API

  • 26

    LKIP 2019

    Gambar 3.14.

    Survei Habitat Positif Vektor Malaria di Kabupaten Kepulauan Anambas

    Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan upaya pengendalian vektor malaria

    adalah pengelolaan lingkungan untuk mengendalikan vektor di tempat perindukan

    dengan larvasida atau penaburan ikan pemakan jentik, surveilans malaria untuk

    mencegah pendatang yang masuk membawa parasit malaria (Penguatan Surveilans

    Migrasi), pembentukan pos malaria desa dan lainnya.

    Angka prevalensi HIV (Human Immunodeficiency Virus) Provinsi Kepulauan

    Riau merujuk kepada angka prevalensi pusat tahun 2019 yaitu

  • 27

    LKIP 2019

    secara teratu karena itu pemerintah masih terus mencari penderita HIV untuk

    kemudian diberikan pengobatan secara teratur.

    Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau dalam

    menurunkan prevalensi HIV di Provinsi Kepulauan Riau yaitu :

    • Pengembangan layanan HIV (Testing dan Pengobatan) di 7 Kab/Kota

    • Penerapan kebijakan Test & Treat di semua layanan pengobatan HIV

    • Identifikasi Odha yang belum ART dan Odha yang LFU dan berkoordinasi dengan

    LSM penjangkau & Pendamping dalam penelusuran ODHA

    • Menghitung sasaran tes HIV tiap kab/kota dan dilakukan tes HIV untuk pencapaian

    SPM

    • Tes HIV pada semua pasangan Odha yang ditemukan (Notifikasi Pasangan)

    • melakukan monev pencatatan dan pelaporan termasuk validasi data HIV, TB-HIV

    dan Triple Eliminasi (HIV, IMS & Hep) Tk. Faskes.

    Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan

    darah secara menetap, seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darah

    berada di atas 140/90 mmHg. Beberapa faktor resiko diduga memiliki peran dalam

    terjadinya hipertensi seperti gaya hidup, pola makan dan usia. Hipertensi merupakan

    salah satu faktor resiko penyebab terjadinya penyakit kardiovaskuler. Sampai saat ini,

    hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi

    merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer.

    Gambar 3.15.

    Kegiatan Posbindu PTM di Desa Toapaya Kab. Bintan

  • 28

    LKIP 2019

    Pada tahun 2019, prevalensi hipertensi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar

    28,2% (dengan perhitungan 139.160 kasus hipertensi berbanding 492.980 jumlah

    penduduk yang diukur tekanan darahnya dikali 100%) lebih rendah berbanding

    hipertensi nasional (34,1%). Prevalensi hipertensi di Kepulauan Riau nomor 4 (empat)

    terendah nasional. Walaupun secara prevalensi, hipertensi di Kepulauan Riau cukup

    rendah namun penanggulangan hipertensi harus dimaksimalkan, hal ini terkait dengan

    upaya kontrol keteraturan konsumsi obat hipertensi dan kesadaran mengukur tekanan

    darah secara rutin di masyarakat.

    Gambar 3.16. Persentase Tekanan Darah Tinggi Berdasarkan Hasil Pengukuran Menurut

    Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

    Dari gambar 3.16. diatas dapat dilihat bahwa persentase tekanan darah tinggi

    tertinggi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau berada di Kota Tanjungpinang (40,7%)

    dan Kabupaten Kepulauan Anambas (38,5%). Perlu dioptimalkan upaya guna

    menurunkan angka prevalensi tekanan darah tinggi dan penyakit tidak menular

    lainnya seperti sosialisasi Posbindu PTM di kecamatan, Pembekalan Kader Posbindu

    PTM, Deteksi dini faktor risiko PTM, Pelatihan dan Sosialisasi program Pandu PTM,

    Pengadaan bahan habis pakai (strip test gula darah dan kolesterol), alat pemeriksaan

    gula darah dan alat pemeriksaan kolesterol untuk deteksi dini faktor risiko PTM.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    BATAM T.PINANG BINTAN KARIMUN LINGGA ANAMBAS NATUNA KEPRI

    24,9

    40,7

    25,5

    34,6

    37,4 38,5

    35,6

    28.2

  • 29

    LKIP 2019

    Gambar 3.17. Upaya Preventif Penyakit Tidak Menular

    Berbagai upaya dimulai dari diri sendiri dapat kita lakukan guna mencegah

    terjadinya penyakit tidak menular, dalam hal ini seperti hipertensi, diabetes mellitus,

    stroke, kanker dan lainnya. Konsumsi makanan bergizi dan rajin aktifitas fisik akan

    meningkatkan daya tahan tubuh, ditambah kebiasaan cek Kesehatan secara berkala

    akan mampu mendeteksi penyakit sedari dini.

  • 30

    LKIP 2019

    Untuk mencapai sasaran 4, diukur melalui pencapaian atas 4 indikator kinerja

    yaitu sebagai berikut :

    Tabel 3.5.

    Pengukuran Kinerja Sasaran 4 Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

    No Indikator Kinerja

    Target 5

    (Lima) Tahun

    (2016-2021)

    Tahun 2019

    Target Capaian % Status

    Capaian

    1.

    Persentase Kabupaten/Kota yang

    memiliki minimal 1 RS terakreditasi

    71.4 57.14 100 175,01 Sangat

    Baik

    2. Status akreditasi RSUD Provinsi Kepulauan Riau

    Tanjungpinang

    Paripurna Paripurna Paripurna 100 Sangat

    Baik

    3. Status akreditasi RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjung Uban

    Paripurna Paripurna Paripurna 100 Sangat

    Baik

    4. Persentase Puskesmas Terakreditasi

    27,9 38 96,5 253,98 Sangat

    Baik

    Menurut Hendrick L. Blum, seorang ahli kesehatan masyarakat, derajat

    kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yang saling berinteraksi yaitu

    : faktor keturunan (herediter), faktor perilaku (behavior), faktor lingkungan

    (environment) dan faktor pelayanan kesehatan.

    Berdasarkan hasil pengukuran kinerja sasaran ke 4 (Meningkatkan mutu

    pelayanan kesehatan) pada Tabel 3.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 4 indikator

    kinerja yang menjadi tolak ukur, semua indikator tersebut tercapai dengan status

    capaian kategori “sangat baik”.

    04 Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Sasaran 4

  • 31

    LKIP 2019

    Gambar 3.18. Bakti Sosial dalam rangka HUT Kepri ke 17 di RSUD Tarempa Anambas

    Sasaran meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dengan indikator persentase

    Kabupaten/Kota yang memiliki minimal 1 RS terakreditasi, tahun 2019 ditargetkan

    sebesar 57.14 % dan terealisasi sebesar 100%. Dengan demikian seluruh

    Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau telah memiliki minimal 1 RS terakreditasi

    (dengan perhitungan 7 Kab/Kota dengan 1 Minimal RS terakreditasi/7 Kab/kota dikali

    100%. Secara rinci, Jumlah RS yang telah terakreditasi di Provinsi Kepulauan Riau

    dapat dilihat melalui Gambar 3.19 berikut ini :

  • 32

    LKIP 2019

    Gambar 3.19.

    Jumlah Rumah Sakit Terakreditasi se- Provinsi Kepulauan Riau

    Yang Telah Terakreditasi KARS 2019

    Hingga Tahun 2019 terdapat 9 RS di Provinsi Kepulauan Riau telah terakreditasi

    dengan tingkat paripurna yaitu : RSUD Provinsi Kepulauan Riau, RSUD Engku Haji

    Daud, RSUD Raja Ahmad Tabib, RSAL dr. Midiyato S. Tanjungpinang, RS Umum

    Daerah Embung Fatimah Batam, RS Umum Budi Kemuliaan Batam, RS St. Elizabeth

    Batam, RS St. Elisabeth Batam Kota dan RS Awal Bros Batam. Sedangkan tingkat

    Utama sebanyak 2 Rumah Sakit, Tingkat Madya sebanyak 9 Rumah Sakit dan 9 Rumah

    Sakit dengan Status Lulus perdana. Sehingga secara keseluruhan sudah 29 RS baik

    pemerintah dan swasta yang telah terakreditasi.

    32

    Rumah Sakit

    29

    Sudah Terakreditasi

    9

    PARIPURNA

    2

    UTAMA

    9

    MADYA

    3

    Belum Terakreditasi

    9

    LULUS PERDANA

  • 33

    LKIP 2019

    Gambar 3.20.

    Plt. Gubernur Kepri, H. Isdianto menerima Piagam Re - Akreditasi Paripurna

    RSUD Raja Ahmad Tabib dan RSUD Engku Haji Daud

    Sedangkan 3 Rumah Sakit yang belum terakreditasi, yaitu RSUD Tarempa

    Kabupaten Kepulauan Anambas, RS Dr. Yuniati Wisma Karyani Kabupaten Natuna dan

    RSIA (Rumah Sakit Ibu dan Anak) Kasih Sayang Ibu Kota Batam. Berdasarkan status

    kepemilikan dari 32 Rumah Sakit terdiri dari 12 Rumah Sakit Umum Daerah, 3 Rumah

    Sakit TNI/POLRI/BUMN, 1 Rumah Sakit BUMN, dan 16 Rumah Sakit Swasta.

    Beberapa Permasalahan dalam Akreditasi Rumah sakit yaitu :

    1. Terbatasnya anggaran untuk melakukan pendampingan akreditasi bagi RSUD

    Tarempa, Dr. Yuniati Wisma Karyani Kabupaten Natuna dan RSIA Kasih Sayang

    Ibu Kota Batam

    2. Sulitnya pencapaian akreditasi paripurna di Rumah sakit kelas C dan D, karena

    terbatasnya anggaran yang dimiliki rumah sakit khususnya rumah sakit swasta.

    3. RSUD Tarempa baru mendapatkan Surat Izin Operasional pada bulan November

    2018, sehingga belum mencapai 1 tahun rumah sakit tersebut beroperasional.

    4. Keterbatasan SDM, hanya memiliki dokter umum, tidak memiliki dokter Spesialis,

    apoteker dll.

    5. Sarana dan prasarana yang belum memadai untuk melakukan akreditasi.

  • 34

    LKIP 2019

    Gambar 3.21.

    Peninjauan dan pendampingan proses re-akreditasi RS oleh Kepala Dinas Kesehatan

    Provinsi Kepulauan Riau

    Akreditasi dapat terlaksana, jika ada komitmen bersama dari pimpinan rumah

    sakit dan seluruh staf yang ada. Akreditasi juga tidak terlepas dari peran Dinas

    Kesehatan Provinsi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016

    tentang Perangkat Daerah, dimana Rumah Sakit Umum Daerah merupakan Unit

    Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Begitu juga rumah sakit swasta dituntut untuk

    melaksanakan akreditasi rumah sakit.

    Selain Akreditasi Rumah Sakit, untuk meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan

    perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan di puskesmas dengan adanya sistem

    pelayanan yang baik. Untuk dapat melihat itu semua maka diperlukan penilaian

    terhadap puskesmas melalui Akreditasi. Akreditasi puskesmas adalah pengakuan

    terhadap Puskesmas yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara

    akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah dinilai bahwa Puskesmas

    telah memenuhi standar pelayanan Puskesmas yang telah ditetapkan oleh Menteri

    Kesehatan.

    Tujuan diberlakukannya akreditasi puskesmas adalah untuk membina

    puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan primer dalam upaya untuk berkelanjutan

    memperbaiki sistem pelayanan dan kinerja. Sebagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan

    tingkat pertama (FKTP), Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan

    terdepan yang secara langsung memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

  • 35

    LKIP 2019

    baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang bermutu. Hal ini sesuai

    dengan Isu Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Kepri dalam Penguatan pelayanan

    Kesehatan primer.

    Persentase Puskesmas Terakreditasi Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

    dicapai dengan realisasi sebesar 96,5% dengan perhitungan 83 puskesmas

    terakreditasi berbanding 86 puskesmas terigister dikali 100%. Capaian ini jauh tinggi

    berbanding target 2019 yang hanya 38%. Hal ini dapat dicapai karena adanya

    komitmen pemerintah pusat dan daerah untuk memenuhi akreditasi fasilitas

    pelayanan kesehatan.

    Gambar 3.22.

    Proses Penilaian Akreditasi Puskesmas Lanjut Kabupaten Lingga

    Proses akreditasi puskesmas dimulai dari penyusunan rencana kerja,

    pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi kegiatan yang dilakukan melalui

    manajemen puskesmas. Koreksi mendasar atas berbagai kelemahan ataupun kualitas

    manajemen pelayanan kesehatan primer, utamanya perlu dilaksanakan tidak hanya di

    level puskesmas, akan tetapi dalam tatanan koreksi yang terpadu dengan mekanisme

    pembinaan baik di level kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional.

    Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi wajib mendampingi Puskesmas

    dalam melakukan tahapan menyusunan berkas berkas akreditasi. Akreditasi

  • 36

    LKIP 2019

    Puskesmas memiliki tingkatan kriteria mulai dari Tingkat Dasar, Madya, Utama dan

    Paripurna.

    Salah satu syarat utama puskesmas yang akan di akreditasi adalah puskesmas

    tersebut harus sudah terdaftar di kementerian kesehatan dengan diterbitkannya

    nomor registrasi puskesmas. Hingga Tahun 2019 sudah ada 86 puskesmas dari 87

    puskesmas yang sudah terigister. Saat ini Provinsi Kepulauan Riau sudah memiliki 29

    Puskesmas dengan kriteria Utama dan 1 puskesmas yang memiliki kriteria Paripurna

    yaitu Puskesmas Batu 10 dengan 11 puskesmas BLUD.

    Gambar 3.23.

    Status Akreditasi Puskesmas di Provinsi Kepulauan Riau

    Tiga puskesmas yang belum akreditasi (namun sudah terigister) yaitu

    Puskesmas Numbing Kabupaten Bintan, Puskesmas Pulau Tiga Natuna dan Puskesmas

    Tanjung Uncang Kota Batam rencananya akan di akreditasi tahun 2020. Untuk 1

    puskesmas lainnya yaitu Puskesmas Pulau Tiga Barat Kabupaten Natuna sedang

    dalam proses pengajuan register puskesmas dan dijadwalkan akan pendampingan

    akreditasi pada tahun 2020.

    TOTAL PUSKESMAS

    87

    JUMLAH PUSKESMAS TERIGISTER

    86

    PUSKESMAS TERAKREDITASI

    83 PUSKESMAS BELUM

    TERAKREDITASI

    3

  • 37

    LKIP 2019

    Distribusi rincian data puskesmas menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada

    tabel berikut:

    Tabel 3.6. Jumlah Puskesmas, Jumlah Puskesmas Teregister

    dan Puskesmas Terakreditasi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018 - 2019

    No. Kabupaten/

    Kota

    Jumlah

    Puskesmas

    Jumlah Puskesmas

    Terigister

    PKM Terakreditasi

    2019 2018 2019 2018 2019 2018

    1. Karimun 13 13 13 13 9 4

    2. Bintan 15 15 15 15 6 8

    3. Natuna 14 14 13 13 6 6

    4. Lingga 11 11 11 10 6 5

    5. Batam 20 20 20 19 7 12

    6. Tanjungpinang 7 7 7 7 7 1

    7. Kep. Anambas 7 7 7 7 2 5

    TOTAL 87 87 86 84 43 40

    Sumber : Seksi Yankes Primer, 2019

    Kementerian Kesehatan RI sangat mendukung pencapaian akreditasi

    puskesmas, hal ini terlihat dengan adanya dukungan Dana Alokasi Khusus Akreditasi

    Puskesmas yang dialokasikan ke Kabupaten Kota. Tugas pemerintah daerah adalah

    menyiapkan puskesmas untuk segera mendapatkan nomor register puskesmas.

  • 38

    LKIP 2019

    Untuk mencapai sasaran 5, diukur melalui pencapaian atas 1 indikator kinerja

    yaitu sebagai berikut :

    Tabel 3.7.

    Persentase Penduduk Dengan Kepemilikan Jaminan Kesehatan Nasional/KIS

    Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

    No Indikator Kinerja

    Target

    5 (Lima)

    Tahun (2016-2021)

    Tahun 2019

    Target Capaian % Status

    Capaian

    1. Persentase penduduk dengan

    kepemilikan Jaminan Kesehatan Nasional/KIS

    85 72 86.1 119,56 Sangat

    Baik

    Dari tabel 3.7 diketahui capaian persentase penduduk dengan kepemilikan

    jaminan kesehatan Nasional/KIS sebesar 86,1%, angka ini melebihi dari target 2019

    (72%). Realisasi indikator tersebut didapat dari perhitungan 1.705.296 penduduk

    dengan kepemilikan JKN/KIS berbanding 1.980.963 jumlah penduduk dikali 100%.

    Pencapaian total coverage atau dengan kata lainnya cakupan Kesehatan semesta

    terus digesa oleh Pemerintan Pusat dan Daerah, dan menjadi salah satu isu strategis

    Kesehatan yang harus segera dicapai.

    Semua penduduk ditargetkan untuk menjadi peserta JKN-KIS yang dikelola

    oleh BPJS Kesehatan termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat 6 (enam)

    bulan di Indonesia dan telah membayar iuran, yang dibagi atas jenis kepesertaan

    sebagai berikut:

    1. Penerima Bantuan Iuran-Jaminan Kesehatan (PBI-JK), merupakan program

    Jaminan Kesehatan fakir miskin dan orang tidak mampu yang dibayar oleh

    Pemerintah Pusat melalui APBN dan Pemerintah Daerah melalui APBD.

    05 Meningkatkan Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Sasaran 5

  • 39

    LKIP 2019

    2. Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non PBI) terdiri dari: Pekerja Penerima Upah

    (PPU), Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP).

    Ket : *Anambas tidak mengirimkan data

    Gambar 3.24.

    Persentase Peserta JKN/KIS berdasarkan Kabupaten/Kota

    Berdasarkan Gambar 3.24 dapat dilihat capaian kepesertaan JKN/KIS Provinsi

    Kepulauan Riau sebesar 86,1%. Dari 7 (tujuh) Kabupaten/Kota capaian tertinggi

    kepesertaan JKN/KIS berada di Kabupaten Natuna (95,4) lalu Kota Batam (93,9%).

    Pada bulan Desember 2019 terdapat 230 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

    (FTKP) dan 35 Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL) di wilayah Provinsi Kepulauan

    Riau yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Jumlah tersebut terdiri dari:

    Gambar 3.25. Jenis FKTP dan FKTL yang telah bekerjasama dengan BPJS Tahun 2019

    BintanTg.

    PinangBatam Karimun Lingga Natuna Provinsi

    % JKN 73,6 66,4 93,9 73,9 78,3 95,4 86,1

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    81

    19

    5

    118

    7

    Puskesmas

    Praktek Dokter

    Praktek Dr. Gigi

    Klinik Pratama/Setara

    RS Pratama

    0 50 100 150

    Jumlah FKTP ; 230 Unit

    81

    19

    5

    Kinik Utama

    RS Umum

    RS Khusus

    0 50 100

    Jumlah FKTL : 35 Unit

  • 40

    LKIP 2019

    Sasaran 6 (Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan Provinsi

    Kepulauan Riau) diukur melalui pencapaian atas 1 indikator kinerja yaitu sebagai

    berikut :

    Tabel 3.8.

    Pengukuran Kinerja Sasaran 6

    Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

    No Indikator

    Kinerja

    Target

    5 (Lima)

    Tahun (2016-2021)

    Tahun 2019 Tahun

    2018

    Tahun

    2017

    Target Capaian % Status

    Capaian Capaian Capaian

    1. Cakupan kabupaten/ kota sehat (%)

    70 57 100 175,44 Sangat Baik 57 43

    Cakupan Kabupaten/Kota sehat (175,44%) Provinsi Kepulauan Riau Tahun

    2019 tercapai 100% yang artinya seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau

    sudah mampu mencapai sertifikasi Kabupaten/Kota Sehat. Realisasi didapat dari

    penghitungan 7 Kabupaten/Kota yang tersertifikasi Kab/Kota Sehat berbanding 7

    Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Riau dikali 100%.

    Pencapaian Kabupaten/Kota sehat tahun 2019 yaitu 7 Kabupaten/Kota sudah

    menyelenggarakan tatanan kawasan sehat dibuktikan dengan ikut dalam penilaian

    tingkat nasional. Hasilnya 1 Kabupaten Kota mendapatkan Penghargaan Swastisaba

    wistara (Kabupaten Bintan), 1 Kota mendapatkan Penghargaan Swastisaba Wiwerda

    (Kota Tanjungpinang) dan 5 kabupaten kota mendapatkan Penghargaan Swastisaba

    Padapa (Kota Batam, Kabupaten Karimun, Lingga, Natuna dan Anambas).

    Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat sendiri merupakan kegiatan

    pemerintah daerah yang ditujukan untuk meningkatkan kondisi lingkungan di

    06 Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan Provinsi Kepulauan Riau Sasaran 6

  • 41

    LKIP 2019

    wilayahnya kearah yang lebih baik sehingga masyarakatnya dapat hidup dengan

    aman, nyaman, bersih dan sehat. Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat adalah

    juga merupakan pelaksanaan berbagai kegiatan dalam mewujudkan Kabupaten/Kota

    Sehat berbasis masyarakat yang berkesinambungan, melalui forum yang difasilitasi

    oleh pemerintah Kabupaten/Kota.

    Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan kawasan sehat adalah

    Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pendekatan Kabupaten/Kota Sehat dengan

    membentuk Tim Pembina dan Forum Kabupaten/Kota Sehat yang menerapkan

    minimal 2 Tatanan dari 9 Tatanan Kawasan Sehat yaitu : Kawasan permukiman,

    sarana, dan prasarana umum, Kawasan sarana lalu lintas tertib dan pelayanan

    transportasi, Kawasan pertambangan sehat, Kawasan hutan sehat, Kawasan industri

    dan perkantoran sehat, Kawasan pariwisata sehat, Ketahanan pangan dan gizi,

    Kehidupan masyarakat yang mandiri serta Kehidupan sosial yang sehat.

    Gambar 3.26. Penghargaan Swasti Saba untuk Kabupaten/Kota Sehat tahun 2019

    oleh Menkes RI Terawan Agus Putranto dan Mendagri Tito Karnavian Kepada Kabupaten Karimun

    Sasaran dari pelaksanaan Kabupaten/Kota Sehat yaitu :

    1. Terlaksananya program kesehatan dan sektor terkait yang sinkron dengan

    kebutuhan masyarakat, melalui pemberdayaan forum yang disepakati masyarakat.

    2. Terbentuknya forum masyarakat yang mampu menjalin kerjasama antar

    masyarakat, pemerintah kabupaten dan pihak swasta, serta dapat menampung

  • 42

    LKIP 2019

    aspirasi masyarakat dan kebijakan pemerintah secara seimbang dan berkelanjutan

    dalam mewujutkan sinergi pembangunan yang baik.

    3. Terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik, sosial dan budaya serta

    perilaku dan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan secara adil, merata dan

    terjangkau dengan memaksimalkan seluruh potensi sumber daya di kabupaten

    tersebut secara mandiri.

    4. Terwujudnya kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk meningkatkan

    produktifitas dan ekonomi wilayah dan masyarakatnya sehingga mampu

    meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat menjadi lebih baik.

    Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Provinsi Kepulauan Riau juga didukungan

    atas pelaksanaan indikator penyehatan lingkungan lainnya seperti Sanitasi Total

    Berbasis Masyarakat, pengawasan kualitas air minum, fasiltas umum, tempat

    pegelolaan makanan. Capaian sebagai berikut :

    Gambar 3.27. Capain indikator penyehatan lingkungan lainnya

    Desa/Kelurahan yang sudah melaksanakan STBM ada 385 Desa/Kelurahan dari

    416 desa/Kelurahan di Provinsi Kepulauan Riau. Begitu juga dengan jumlah

    pengawasan Air Minum, sudah 739 yang diawasi dari 1634 Sarana yang ada.

    Sedangkan untuk tempat fasillitas umum yang memenuhi syarat kesehatan telah

    dilakukan pemantauan pada 877 dari 1512 TTU yang terdiri dari Sarana Pendidikan

    100

    3402

    877

    739

    385

    Kabupaten Kota Sehat (KKS)

    Tempat Pengelolaan Makan (TPM)

    Tempat Fasilitas Umum (TFU)

    Pengawasan Kualitas Ir Minum(PKAM)

    STBM

    Air Minum

  • 43

    LKIP 2019

    (Sekolah SD, SMP/Sederajat) dan Puskesmas. Untuk pengawasan Tempat Pengolahan

    Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan juga terealisasi sebanyak 3.402

    TPM dari 7.336 TPM yang ada.

    3.2. Akuntabilitas Kinerja RSUD Raja Ahmad Tabib Provinsi Kepulauan

    Riau

    Sasaran RSUD Raja Ahmad Tabib dicapai melalui realisasi atas 3 (tiga) indikator

    yaitu sebagai berikut :

    Tabel 3.9.

    Pengukuran Kinerja Sasaran

    RSUD Provinsi Raja Ahmad Tabib Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

    NO. INDIKATOR TARGET

    2019 REALISASI CAPAIAN (%)

    I

    Indeks Kepuasan Masyarakat 80% 80.62% 100,78%

    Status Akreditasi RSUD

    Provinsi Kepri Tanjungpinang Paripurna Paripurna 100

    % Tenaga Kesehatan di area khusus (IBS, ICU, IGD & Perinatologi) yang

    tersertifikasi

    67% 85% 126%

    Survei Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan yang dilaksanakan di

    RSUD Raja Ahmad Tabib bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan

    secara berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan

    kualitas pelayanan publik dan bagi masyarakat bermanfaat untuk memberi gambaran

    tentang kinerja pelayanan RS. Dibawah ini adalah tabel hasil survei terhadap unsur

    pelayanan di RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang :

  • 44

    LKIP 2019

    Tabel 3.10. Hasil Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

    RSUD Engku Haji Daud Provinsi Kepulauan Riau 2019

    Kode Unsur-unsur Pelayanan IKM (%) Kategori

    U1 Persyaratan Teknis dan Administrasi

    81.87 Baik

    U2 Sistem, Mekanisme dan

    Prosedur

    82.03 Baik

    U3 Waktu Penyelesaian 75.15 Kurang Baik

    U4 Biaya/Tarif 81.89 Baik

    U5 Perilaku Pelaksana 84.04 Baik

    U6 Penanganan, Pengaduan, Saran dan Masukan

    76.51 Kurang Baik

    U7 Sarana dan Prasarana 81.08 Baik

    U8 Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan

    80.76 Baik

    U9 Kompetensi Pelaksana 80.84 Baik

    Total 80.62 Baik

    Sumber : Hasil Survei IKM, 2019

    Dari 9 unsur yang dinilai 7 unsur tercapai dengan kategori baik dan 2 unsur

    tercapai dengan kategori kurang baik. Dua unsur tersebut yaitu waktu penyelesaian

    dan unsur Penanganan, Pengaduan, Saran dan Masukan. Hal ini memperlihatkan

    bahwa waktu penyelesaian untuk segala proses pelayanan mulai dari administrasi

    hingga selesai alur pelayanan yang ada pada unit pelayanan masih dirasakan terlalu

    lama. Namun secara garis besar nilai Survei Indeks Kepuasan Masyarakat dari

    keseluruhan pelayanan yang diberikan oleh RSUD Raja Ahmad Tabib tercapai sebesar

    80.62% dan termasuk dalam kategori “baik”.

    Pencapaian akreditasi RS di RSUD Raja Ahmad Tabib merupakan salah satu

    indikator kinerja sasaran Gubernur pada setiap tahun termasuk tahun 2019. Bahwa

    berdasarkan Surat dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit Nomor 949/KARS/IX/2017

    tanggal 14 September tentang Pemberitahuan Hasil Akreditasi maka RSUD Raja

    Ahmad Tabib berhasil memenuhi standar Akreditasi tingkat PARIPURNA dengan masa

  • 45

    LKIP 2019

    berlaku sampai dengan 22 Januari Tahun 2020, yang kemudian dikukuhkan dengan

    Sertifikat Akreditasi Nomor: KARS-SERT/822/IX/2017 tanggal 14 September 2017.

    Sebagai bentuk peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit maka diwajibkan untuk

    melaksanakan akreditasi ulang dalam jangka waktu setiap tiga tahun sekali dan

    melaksanakan survei akreditasi verifikasi setiap tahun.

    Gambar 3.28. Sertifikat Akreditasi

    KARS RSUD Raja Ahmad Tabib

    Provinsi Kepulauan Riau

    Indikator persentase tenaga kesehatan di area kritis yang memiliki sertifikat

    dan masih berlaku, pada tahun 2019 dicapai sebesar 85,7% dengan target 65%.

    Area kritis yang dimaksud adalah ICU, Instalasi Bedah Sentral, Perinatologi dan IGD.

    JUmlah pegawai di area kritis sebanyak 98 orang dan yang memiliki sertifikat yang

    masih berlaku sebanyak 84 orang (85.7%).

  • 46

    LKIP 2019

    3.3. Akuntabilitas Kinerja RSUD Engku Haji Daud Provinsi Kepulauan Riau

    Sasaran RSUD Engku Haji Daud dicapai melalui realisasi atas 3 (tiga) indikator

    yaitu sebagai berikut :

    Tabel 3.11.

    Pengukuran Kinerja Sasaran

    RSUD Engku Haji Daud Tahun 2019

    NO. INDIKATOR TARGET

    2019 REALISASI CAPAIAN (%)

    I

    Indeks Kepuasan Masyarakat 77% 86% 112

    Status Akreditasi RSUD Provinsi Kepri Tanjung Uban

    Paripurna Paripurna 100

    Persentase perawat terlatih layanan kesehatan jiwa

    65% 93% 143%

    Berdasarkan tabel 3.11 dapat dilihat bahwa capaian indikator Kinerja RSUD

    Engku Haji Daud sudah melebihi target yaitu Indeks Kepuasan Masyarakat dengan

    capaian kinerja 112% dari total rata-rata IKM seluruh unit kerja dan Akreditasi Rumah

    Sakit dengan penilaian KARS mencapai bintang 5 (Paripurna) serta capaian Persentase

    perawat terlatih layanan kesehatan jiwa kinerja (143%) dalam kategori “sangat baik”

    Gambar 3.29.

    Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Engku Haji Daud Provinsi Kepri di Tanjunguban, meraih predikat Paripurna dari Komisi Akreditasi di Jakarta

    Survei Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan yang dilaksanakan di

    RSUD Engku Haji Daud bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan

  • 47

    LKIP 2019

    secara berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan

    kualitas pelayanan publik selanjutnya bagi masyarakat serta memberi gambaran

    tentang kinerja pelayanan. Dari beberapa pertanyaan survey dalam media

    penyampaian penerimaan pengaduan publik RSUD Engku Haji Daud antara lain

    melalui ruang pengaduan, kotak saran, web/Email, FB, IG, SMS/WA, Telepon humas,

    Meja CS (customer service). Dari hasil Analisa IKM diketahui bahwa waktu tunggu

    pengambilan hasil labor, hasil apotik, nomor antrian, ketidakpuasan pelayanan

    terhadap petugas medis di IGD harus ditingkatkan pelayanan kedepannya. Berikut ini

    hasil survei IKM berdasarkan unit, yaitu sebagai berikut:

    Tabel 3.12

    Hasil Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) RSUD Engku Haji Daud Tahun 2019

    UNIT IKM MUTU PELAYANAN

    Rawat jalan 88,00 Sangat baik

    Rawat inap 83,00 Sangat baik

    TOTAL 86,00 Sangat baik

    Sumber : Hasil Survei IKM, 2019

    Akreditasi merupakan sebuah sarana pengakuan atau standarisasi pelayanan

    dan manajemen di suatu institusi, dalam hal ini adalah rumah sakit. Akreditasi dan

    peningkatan mutu rumah sakit perlu untuk dilakukan agar masyarakat mendapatkan

    pelayanan kesehatan yang baik dan telah terstandar serta memberikan jaminan

    kepuasan kepada masyarakat.

  • 48

    LKIP 2019

    Gambar 3.30. Sertifikat Akreditasi KARS RSUD Engku Haji Daud

    Persentase perawat terlatih layanan kesehatan jiwa dicapai sebesar 93 %

    dengan perhitungan 14 perawat jiwa terlatih / 15 target perawat jiwa yang harus

    dimiliki dikali 100%. Peningkatan mutu SDM pada tenaga kesehatan terlatih

    Kesehatan jiwa dilakukan melalui diklat spesialis, pendidikan keperawatan dan atau

    melalui kursus-kursus singkat, peningkatan kapasitas, on the job training maupun

    seminar-seminar ilmiah.

    3.4. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2019

    Realisasi belanja APBD (Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung) Dinas

    Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019 sebesar Rp. 48,292,802,851.25,-

    (realisasi keuangan 95,21% dan fisik : 98,81%) dari jumlah anggaran sebesar Rp.

    50,722,606,383,03,-. Bila dibandingkan dengan realisasi keuangan tahun 2018

    (87,47%), maka serapan keuangan tahun 2019 mengalami peningkatan signifikan.

  • 49

    LKIP 2019

    Tabel 3.13. LAPORAN KINERJA KEUANGAN DAN FISIK APBD DINAS KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TA. 2019

    PROGRAM ANGGARAN APBD-P 2019 REALISASI KEUANGAN %

    KEUANGAN

    %

    FISIK

    BELANJA LANGSUNG Rp 35,134,276,226.73 Rp 32,956,010,416.25 93,80% 98,71%

    a. Belanja Pegawai Rp 10,594,992,000.00 Rp 9,760,791,535,00 92,13% 95,52%

    b. Belanja Barang dan Jasa

    Rp 23,447,545,226.73 Rp 22,188,633,984.15 94.63% 97,30%

    c. Belanja Modal Rp 1,091,739.000 Rp 1,006,584,933.10 92.00% 95,00%

    BELANJA TIDAK LANGSUNG

    Rp 15,588,330,156.00 Rp 15,336,792,435,00 98.39% 98.39%

    a. Belanja Pegawai Rp 15,588,330,156.00 Rp 15,336,792,435,00 98.39% 98.39%

    Total BL+BTL Rp 50.722.606.383,03 Rp 48,292,802,851.25 95.21% 98.81%

    Beberapa permasalahan yang ditemui dalam peningkatan akuntabilitas

    keuangan Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019, yaitu sebagai berikut

    :

    • Terdapat sisa anggaran dari belanja transportasi peserta dan belanja akomodasi

    penginapan peserta dari beberapa pertemuan yang disebabkan ketidakhadiran

    peserta pada acara kegiatan khusunya peserta dari Kabupaten Anambas

    dikarenakan faktor cuaca/gelombang tinggi dan transportasi udara saat

    pelaksanaan pertemuan tidak tersedia.

    • Pengelolaan Instalasi Farmasi Provinsi Kepulauan Riau, karena lamanya proses

    administrasi dokumen persetujuan pemusnahan barang milik daerah dan belum

    terdaftarnya perusahaan PT. Desa Air Cargo ke dalam aplikasi LPSE sehingga

    menyebabkan kegiatan gagal dilaksanakan.

    • Penguatan Kelembagaan Bidang Kesehatan. Kegiatan PMI di Dinas Kesehatan

    batal dilaksanakan karena pemanfaatan kegiatan diakhir tahun dialihkan melalui

    Hibah Bansos BPKAD Provinsi Kepulauan Riau.

    • Adanya tenaga medis dan paramedis yang lulus PNS di pertengahan tahun, dan

    belum adanya pengganti atas tenaga tersebut menyebabkan sisa anggaran

    pengangkatan tenaga non PNS.

  • 50

    LKIP 2019

    3.5. Analisis SWOT

    Analisis SWOT adalah analisis yang menggambarkan strategi organisasi

    pemerintahan untuk memaksimalkan kekuatan (strengths) dan memanfaatkan

    peluang (Opportunities) sehingga sekaligus berperan sebagai alat untuk meminimalisir

    kelemahan(Weakness) dan menekan dampak ancaman atau tantangan (Threats)

    yang ada. Adapun Faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan disajikan

    melalui gambar berikut ini :

    Gambar 3.31. Identifikasi SWOT

    Kekuatan•(Strength)

    •Komitmen pemerintah daerah dalam memenuhi 10 % anggaran untuk Bidang Kesehatan

    •Komitmen Pusat untuk menyediakan anggaran bersumber APBN /DAK

    •Tercpaiannya cakupan masyarakat dengan kepemilikan jaminan kesehatan100%

    •Komitmen Pemerintah fasyankes (klinik, RSUD, dan PKM)yang terakreditasi

    •Komitmen nyata Pemerintah Daerah dalam melaksanakan Program Indonesia Sehat melalui pendekatan keluarga dan GERMAS

    Kelemahan• (Weakness)•Meningkatnya kasus penyakit tidak menular

    •Terbatasnya fasilitas rujukan tindak lanjut

    •Double Burden Diseases

    •Belum meratanya distribusi tenaga kesehatan, 50% masih terkosentrasi di Kota Batam

    •Beberapa Kab/Kota merupakan daerah dengan peminatan rendah dr. spesialis

    •Sulitnya akses transportasi

    •Sanitasi Masyarakat Pesisir

    Peluang• (Opportunity)•Peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) Provinsi Kepulauan Riau

    •Jalur masuk perdagangan internasional

    •Merupakan gerbang pariwisata indonesia

    •Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

    Tantangan• (Threaths)•Kondisi geografis berbentuk kepulauan

    •Termasuk wilayah perbatasan Indonesia dengan negara lain

    •Bonus Demografi

    •Wilayah rentan transaksi Narkoba

  •  

    51      

    LKIP 2019 

    BAB 4 PENUTUP

    Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Kesehatan Provinsi

    Kepulauan Riau merupakan pertanggung jawaban tertulis atas penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) serta penerapan dari tugas pokok dan fungsi, kebijakan, program, dan kegiatan Dinas Kesehatan sebagai pelayanan publik.

    Dengan parameter indikator kinerja dan target yang telah ditentukan di rencana srategis tahun 2019 maka secara umum pencapaian indikator pada program dan kegiatan di Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau tercapai dengan baik, disamping ada beberapa kegiatan yang belum mencapai target indikator. Kegiatan yang diprioritaskan dijabarkan dalam bentuk 6 Sasaran Strategis dan 13 Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019.

    4.1. Kesimpulan

    Hasil analisis yang telah dilakukan pada Bab 3 dan dengan mempertimbangkan capaian realisasi indikator kinerja, didapat kesimpulan sebagai berikut :

    1. Berdasarkan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021, terdapat 6 sasaran strategis, dengan 1 Indikator Kinerja Utama (IKU), dan 13 Indikator Kinerja Sasaran.

    2. Dari 6 Sasaran Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, semua sasaran tecapai dengan kategori “sangat baik”.

    3. Dari 13 Indikator Sasaran Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, semua indikator tercapai dengan kategori “sangat baik”.

    4. Adanya risiko yang tidak dapat dikontrol pada pelaksanaan kegiatan seperti cuaca sehingga mempengaruhi realisasi keuangan.

    5. Adanya kesenjangan capaian indikator kesehatan antara Kabupaten/Kota terutama Kabupaten Lingga dan Kepulauan Anambas.

  •  

    52      

    LKIP 2019 

    6. Tingginya beban kerja puskesmas sebagai lini utama pelayanan kesehatan untuk masyarakat.

    7. Masih terdapat target yang harus dipenuhi untuk mencapai total coverage JKN/KIS

    8. Perlunya pemahaman pentingnya aktifitas fisik pada masyarakat.

    4.2. Saran Saran yang dapat diberikan atas kesimpulan hasil analisis pada Bab 3 adalah

    sebagai berikut : 1. Pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau perlu dipertahankan

    dan tetap meningkatkan performa kinerja agar target akhir periode RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2021 mampu dicapai.

    2. Melakukan pemenuhan sarana prasarana kesehatan dan pemerataan SDM Kesehatan terutama bagi Kabupaten Lingga dan Kepulauan Anambas.

    3. Mengembangkan pelayanan kesehatan menggunakan pendekatan siklus hidup dan intervensi secara kontinum (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif) dengan penekanan pada promotive dan preventif.

    4. Melakukan pemetaan risiko dan menyiapkan opsi pilihan pada kegiatan dengan risiko tinggi.

    5. Peningkatan kewaspadaan, respon cepat penanggulangan wabah dan kegawatdaruratan kesehatan

    6. Penguatan pelayanan kesehatan primer 7. Pencapaian Cakupan Kesehatan Semesta. 8. Penguatan pencegahan faktor risiko, deteksi dini, dan aksi multisektoral

    (pembudayaan GERMAS), guna pencegahan dan pengendalian penyakit tidak

    menular.

    Sangat disadari bahwa laporan kinerja ini belum sempurna seperti yang diharapkan, namun setidaknya masyarakat dan berbagai pihak yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran kinerja yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau sepanjang tahun 2019.

  • PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

    DINAS KESEHATAN

    Komplek Perkantoran Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau Gedung C2 lantai 2 dan 3 Dompak Laut Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau

    Email: [email protected] Website: www.dinkesprovkepri.org

    KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN

    PROVINSI KEPULAUAN RIAU Nomor : 179/SK/Dinkes/I/2018

    TENTANG

    INDIKATOR KINERJA UTAMA

    PADA DINAS KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

    KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU,

    Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 3 dan pasal 4 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

    Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, maka perlu menetapkan Indikator

    Kinerja Utama Pada Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau;

    b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

    dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau;

    Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara

    Tahun 2002 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4237);

    2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

    Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

    3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Republik Indonesia tahun 2014 nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia nomor 5587) sbagaimana telah dirubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang nomor 9 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

    Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2015 nomor 58, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesi nomor 5679);

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

    mailto:[email protected]://www.dinkesprovkepri.org/

  • 5. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

    Nomor 80);

    6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M/PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah;

    7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/20/M/PAN/ 11/2007 tentang Pedoman Penyusunan Indikator Kinerja Utama;

    8. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

    Perangkat Daerah Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau

    Nomor 41);

    9. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 1 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah

    Provinsi Kepulauan Riau Nomor 8 Tahun 2016 Tentang

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

    Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 (Lembaran

    Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018 Nomor 1,

    Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau

    Nomor 49);

    10. Peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 59 Tahun 2017 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Perangkat Daerah

    (Berita Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 Nomor 437).

    MEMUTUSKAN Menetapkan :

    KESATU : Indikator Kinerja Utama pada Dinas Kesehatan Provinsi

    Kepulauan Riau;

    KEDUA : Indikator Kinerja Utama sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU disebutkan dalam Lampiran Keputusan ini.

    KETIGA : Indikator Kinerja Utama sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Keputusan ini, merupakan acuan ukuran

    kinerja yang digunakan di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau untuk menetapkan Rencana Kinerja Tahunan, menyampaikan Rencana Kerja dan

    Anggaran, menyusun dokumen Perjanjian Kinerja, menyusun Laporan Kinerja serta melakukan evaluasi pencapaian kinerja sesuai dengan dokumen perencanaan.

  • KEEMPAT : Keputusan Kepala Dinas ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

    Ditetapkan di : Tanjungpinang Pada Tanggal : 26 Januari 2018

    KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU,

    Dr. H. TJETJEP YUDIANA, M.Kes

    NIP. 19600630 198303 1 013

  • Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

    Nomor : 179/SK-Dinkes/I/2018 Tanggal : 26 Januari 2018

    INDIKATOR KINERJA UTAMA

    PADA DINAS KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

    1. Nama Organisasi : Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

    2. Tugas membantu Gubernur melaksanakan urusan pemerintahan di bidang

    kesehatan yang menjadi kewenangan Provinsi dan Tugas Pembantuan yang

    ditugaskan kepada Provinsi.

    3. Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, adalah :

    a. Perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan

    pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan sumber daya

    kesehatan;

    b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan

    pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan sumber daya

    kesehatan;

    c. Pelaksanaan pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang

    kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit,

    pelayanan kesehatan, dan sumber daya kesehatan;

    d. Pelaksanaan proses penerbitan rekomendasi perizinan dan pelayanan

    umum di bidang kesehatan;

    e. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;

    f. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas dalam lingkup

    tugasnya; dan

    g. Pelaksanaan fungsi lain yang terkait bidang kesehatan yang diberikan

    oleh Gubernur.

    4. Indikator Kinerja Utama :

    No Sasaran Strategis

    Indikator Kinerja

    Satuan Rumus

    Perhitungan Sumber

    Data

    Penanggung

    jawab

    1 Meningkatk

    an derajat kesehatan

    Angka

    Kematian Ibu (AKI) per 100.000

    KH

    per

    100.000 KH

    Jumlah kematian

    ibu berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan

    masa nifas pada tahun tertentu /

    Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama x

    100.000

    Profil

    Keseha-tan

    Ka.

    Bidang Kesehatan

    Masyarkat

  • No Sasaran

    Strategis

    Indikator

    Kinerja Satuan

    Rumus

    Perhitungan

    Sumber

    Data

    Penanggung jawab

    Angka Kematian

    Bayi (AKB) per 1.000

    KH

    per 1.000

    KH

    Jumlah bayi yang meninggal sebelum

    usia 1 tahun / jumlah kelahiran

    hidup pada tahun yang sama x 1.000

    Profil Keseha-

    tan

    Ka. Bidang

    Kesehatan

    Masyarkat

    2 Meningkat-

    kan status gizi

    Persentase

    kekura-ngan gizi

    (underweight) pada anak balita

    % Jumlah anak usia