Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

37
MAKALAH IDENTIFIKASI STANDAR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN PRAKTIK KLINIK PRA PKK II DI RSUD AMBARAWA Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan Disusun Oleh : Noor Maulida Fatmawati NIM. P17424413024 Nur Indah Ayu Setyarini NIM. P17424413025 Putri Hapsari NIM. P17424413026 Rizka Fitrianingtyas NIM. P17424413027 Riski Novi Anindya Dini NIM. P17424413028 Risky Premai Kurniasih NIM. P17424413029

description

njnj

Transcript of Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

Page 1: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

MAKALAH

IDENTIFIKASI STANDAR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

PRAKTIK KLINIK PRA PKK II DI RSUD AMBARAWA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mutu Layanan Kebidanan dan

Kebijakan Kesehatan

Disusun Oleh :

Noor Maulida Fatmawati NIM. P17424413024

Nur Indah Ayu Setyarini NIM. P17424413025

Putri Hapsari NIM. P17424413026

Rizka Fitrianingtyas NIM. P17424413027

Riski Novi Anindya Dini NIM. P17424413028

Risky Premai Kurniasih NIM. P17424413029

Sendi Mahareni NIM. P17424413030

PRODI D-IV KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

SEMARANG

2015

Page 2: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul

“Identifikasi Standar Mutu Layanan Praktik Pra PKK II di RSUD Ambarawa”.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata

kuliah Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan di Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik

pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami

miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi

penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan

makalah ini, khususnya kepada dosen pengajar yang telah memberikan tugas

dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Semarang, 28 September 2015

Penulis

Page 3: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

DAFTAR ISI

Judul..................................................................................................................

Kata Pengantar..................................................................................................

Daftar Isi...........................................................................................................

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang.............................................................................

B. Rumusan Masalah.......................................................................

C. Tujuan Penulisan.........................................................................

D. Metodologi Penulisan..................................................................

E. Sistematika Penulisan..................................................................

Bab II Tinjauan Teori

A. Pengertian Standar........................................................................

B. Komponen Standar Mutu Pelayanan Kebidanan

C. Ketentuan Standar.........................................................................

D. Tingkatan Standar.........................................................................

E. Manfaat Standar............................................................................

F. Cara Penulisan..............................................................................

Bab III Pembahasan

A. Standar Persayaratan Minimal......................................................

Standar Masukan..........................................................................

Standar Lingkungan......................................................................

Standar Proses...............................................................................

B. Standar Persyaratan Minimal........................................................

Bab IV Penutup

Simpulan............................................................................................

Saran..................................................................................................

Daftar Pustaka ..................................................................................................

Page 4: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan telah menjadi tema utama

di seluruh dunia. Dengan tema ini, organisasi pelayanan kesehatan dan

kelompok profesional kesehatan sebagai pemberi pelayanan harus

menampilkan akuntabilitas sosial mereka dalam memberikan pelayanan

yang mutakhir kepada konsumen yang berdasarkan standar

profesionalisme, sehingga diharapkan dapat memenuhi harapan

masyarakat. Sebagai konsekuensinya peningkatan kinerja memerlukan

persyaratan yang diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan yang

berdasarkan standar tertulis.

Dalam pelayanan kebidanan, standar sangat membantu bidan

untuk mencapai asuhan yang berkualitas, sehingga bidan harus berpikir

realistis tentang pentingnya evaluasi sistematis terhadap semua aspek

asuhan yang berkualitas tinggi. Namun keberhasilan dalam

mengimplementasikan standar sangat tergantung pada individu bidan itu

sendiri, usaha bersama dari semua staf dalam suatu organisasi, disamping

partisipasi dari seluruh anggota profesi.

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa merupakan salah satu

rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang. Dengan

dikeluarkannya Keppres nomor 40 Tahun 2001 tentang pedoman

Kelembagaan dan pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah membawa

angin segar yang sekaligus mempunyai konsekuensi logis terhadap

profesionalisme manajemen Rumah Sakit. Perubahan status rumah sakit

menjadi Lembaga Teknis Daerah menurut pengelola rumah sakit daerah

untuk mempunyai kemampuan yang prima, memiliki visi dan integritas

serta mempunyai kesadaran dan ketrampilan mengelola perubahan.

Pengelola Rumah Sakit Daerah harus melakukan peningkatan

proses kontrol manajemen secara lebih otonomi dan mengacu pada strategi

Page 5: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

melakukan perubahan sistem manajemen Rumah sakit seperti peningkatan

akuntabilitas prinsip desentralisasi, peningkatan infrastruktur Rumah Sakit

sehingga standar dengan lembaga usaha tanpa melupakan fungsi sosialnya.

Seluruh karyawan Rumah Sakit harus memiliki komitmen yang tinggi

untuk melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap sistem dan proses

yang digunakan untuk memberikan jasa pelayanan yang dibutuhkan oleh

pasien Rumah Sakit.

RSUD Ambarawa berkedudukan di Ambarawa Kabupaten

Semarang mempunyai tugas dan fungsi yang cukup berat dalam

menanggapi perubahan status Rumah Sakit dan perubahan lingkungan

yang sangat cepat, pesat dan radikal, dramatis, sangat kompetitif dan sulit

diramalkan (unpredictable). Kurangnya kuantitas dan kualitas Sumber

Daya Manusia dalam berbagai bidang pekerjaan, lahan rumah sakit yang

sempit dan sumber dana yang terbatas menjadi salah satu kesulitan utama

dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa penyebab masalah mutu pelayanan mahasiswa prodi DIV

Kebidanan semester III pada Praktik Pra PKK II di RSUD Ambarawa?

2. Apa masalah mutu pelayanan mahasiswa prodi DIV Kebidanan

semester III pada Praktik Pra PKK II di RSUD Ambarawa?

3. Apa penyimpangan yang terjadi pada program menjaga mutu standar

pelayanan pada Praktik Pra PKK II di RSUD Ambarawa?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui penyebab masalah mutu pelayanan mahasiswa

prodi DIV Kebidanan semester III pada Praktik Pra PKK II di RSUD

Ambarawa.

2. Untuk mengetahui masalah mutu pelayanan mahasiswa prodi DIV

Kebidanan semester III pada Praktik Pra PKK II di RSUD Ambarawa.

Page 6: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

3. Untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi pada program menjaga

mutu standar pelayanan pada Praktik Pra PKK II di RSUD Ambarawa.

D. Metodologi Penulisan

Metodologi dalam penulisan ini adalah deskriptif yaitu

menggunakan gambaran secara garis besar teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penyusunan makalah ini meliputi metode observasi

untuk mengamati perilaku dan keadaan untuk memperoleh data tentang

kesesuaian standar yang telah ditetapkan dengan kenyataan berdasarkan

pengalaman praktikan saat melaksanakan praktik klinik di RSUD

Ambarawa Kabupaten Semarang, menggunakan metode retrospektif untuk

memperoleh data-data.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

BAB II : Tinjauan Teori

BAB III : Pembahasan

BAB IV : Penutup

Page 7: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Standar

Banyak diskusi dalam mempelajari dan membahas definisi standar.

Kamus Oxford memberikan beberapa pengertian konsep kunci mengenai

definisi standar. Pertama, standar adalah derajat terbaik. Kedua, standar

memberikan suatu dasar perbandingan. Ketiga, beberapa pengertian lain

seperti tertulis dibawah ini;

1. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan

termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsesus

semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat

keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman, perkembangan masa

kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang

sebesar-besarnya (PP 102 tahun 2000).

2. Standar adalah suatu catatan minimum dimana terdapat kelayakan isi

dan akhirnya masyarakat mengakui bahwa standar sebagai model

untuk ditiru

3. Standar adalah suatu patokan pencapaian berbasis pada tingkat (dr.

Yodi Mahendrata).

4. Standar adalah suatu pedoman atau model yang disusun dan disepakati

bersama serta dapat diterima pada suatu tingkat praktek untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Reyers, 1983).

5. Standar adalah nilai-nilai (values) yang tertulis meliputi peraturan-

peraturan dalam mengaplikasi proses-proses kunci, proses itu sendiri,

dan hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

6. Standar adalah menaikkan ketepatan kualitatif atau kuantitatif yang

spesifik dari komponen struktural dalam sistem pelayanan kesehatan

yang didasarkan pada proses atau hasil suatu harapan (Donebean).

Page 8: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

7. Menurut ISO, standar adalah kesepakatan – kesepakatan yang telah

didokumentasikan yang didalamnya terdiri antara lain mengenai

spesifikasi – spesifikasi teknis atau kriteria – kriteria yang akurat yang

gunakan sebagai peraturan petunjuk atau definisi tertentu untuk

menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai dengan yang

telah dinyatakan.

8. Menurut KBBI standar adalah pembakuan atau ukuran tertentu yang

dipakai sebagai patokan. Standar juga bisa diartikan sebagai pedoman,

patokan atau tolak ukur yang ditetapkan.

Dalam program penjaminan mutu, semua kegiatan harus mengacu

kepada standar yang telah ditetapkan sebelumnya agar mutu tetap terjamin.

Sedangkan untuk memandu para pelaksana program agar tetap

berpedoman pada standar yang telah ditetapkan dalam penjaminan mutu

maka disusunlah protokol. Protokol adalah suatu pernyataan tertulis yang

disusun secara sistimatis dan yang dipakai sebagai pedoman oleh para

pelaksana dalam mengambil keputusan dan atau dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan. Makin dipatuhi protokol tersebut, makin tercapai

standar yang telah ditetapkan.

Standar yang berbasis pada sistem manjemen kinerja menegaskan

spesifikasi suatu kinerja antara lain;

1. Spesifik (specific)

2. Terukur (measurable)

3. Tepat (appropriate)

4. Andal (reliable)

5. Tepat waktu (timely)

Standar yang dikembangkan dengan baik akan memberikan ciri

ukuran kualitatif yang tepat seperti yang tercantum dalam standar

pelaksanaannya. Standar selalu berhubungan dengan mutu karena standar

menentukan mutu. Standar dibuat untuk mengarahkan cara pelayanan

yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai.

Page 9: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

B. Komponen standar mutu pelayanan kebidanan

Secara umum standar mutu pelayanan kebidanan dapat dibedakan

menjadi 2, yaitu:

1. Standar Persyaratan Minimal

Standar Persyaratan Minimal adalah yang menunjuk pada keadaan

minimal yang harus dipenuhi untuk menjamin terselenggaranya

pelayanan kesehatan yang bermutu, yang dibedakan dalam :

a. Standar masukan (struktur)

Dalam Standar Masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur

masukan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan

kesehatan yang bermutu terdiri dari:

1) Jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana

2) Jenis, jumlah dan spesifikasi sarana

Jika standar masukan merujuk pada tenaga pelaksana disebut

dengan nama standar ketenagaan (standard of personnel). Sedangkan

jika standar masukan merujuk pada sarana dikenal dengan nama standar

sarana (standard of facilities). Untuk dapat menjamin terselenggaranya

pelayanan kesehatan yang bermutu, standar masukan tersebut haruslah

dapat ditetapkan.

b. Standar lingkungan

Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur

lingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan

pelayanan kesehatan yang bermutu yakni

1) Garis-garis besar kebijakan (policy)

2) Pola organisasi (organization)

3) Sistem manajemen (management) yang harus dipatuhi oleh

setiap pelaksana pelayanan kesehatan.

Standar lingkungan ini populer dengan sebutan standar

organisasi dan manajemen (standard organization and

management). Sama halnya dengan masukan, untuk dapat

Page 10: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu,

maka standar lingkungan harus ditetapkan.

c. Standar proses 

Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses

yang harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan

kesehatan yang bermutu, semua kegiatan tenaga kesehatan ditujukan

pada profesi dan interaksi profesional dengan pasiennya. Proses

merupakan apa dan bagaimana kegiatan profesional itu, dalam

proses mencakup :

1) Penilaian terhadap pasien

2) Penegakan diagnosa

3) Rencana pengobatan

4) Indikasi tindakan

5) Pengobatan, penanganan jika ada komplikasi

Makin patuh tentang profesional kepada standar (of good

practice) maka   makin    meningkat mutu pelayanan kesehatan.

Standar proses terdiri dari :

1) Tindakan medis

2) Tindakan non medis

Standar proses dikenal dengan nama standar tindakan (standar

of conduct). Karena baik tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat

ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan standar proses, maka

haruslah dapat diupayakan tersusunnya standar proses.

2. Standar Penampilan Minimal

Yang dimaksud dengan standar penampilan minimal adalah yang

menunjuk pada penampilan pelayanan kesehatan yang masih dapat

diterima. Standar ini karena menunjuk pada unsur keluaran maka sering

disebut dengan standar keluaran atau standar penampilan (Standard of

Performance). Hasil akhir dari pelayanan kesehatan yang diberikan disebut

dengan standar keluaran. Keluaran (outcome) adalah apa yang diharapkan

Page 11: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

akan terjadi sebagai hasil dari layanan kesehatan yang diselenggarakan dan

terhadap apa keberhasilan tersebut akan diukur.

Penampilan ada 2 macam:

a. Penampilan aspek medis pelayanan kesehatan.

Yang menunjuk pada penerapan aspek medis pelayanan kesehatan

adalah   sebagai berikut:

1) Terkait pada kode etik profesi

2) Standar pelayanan profesi : dengan meningkatnya mutu maka akan

meningkatkan kepuasan  klien. Contoh:

a) Meningkatnya angka kesembuhan penyakit yang di derita

b) Sedikitnya efek samping yang dialami

c) Menurunkan angka Kematian

d) Meningkatkan angka kepuasan

b. Penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan

Yang menunjuk pada penampilan aspek non medis pelayanan

kesehatan yaitu terkait dengan kode etik profesi/standar profesi dalam

hal non medis. Contoh:

1) Pengetahuan klien yaitu makin meningkat pengetahuan akan

pelayanan kesehatan  yang diselenggarakan akan meningkatkan

mutu

2) Makin tinngi Kemantapan klien

3) Makin tinggi Kepuasan

Bila kedua standar pelayanan ini tidak sesuai dengan yang

ditetapkan maka pelayanan tidak akan bermutu. Untuk mengetahui

apakah mutu pelayanan yang diselenggarakan masih dalam batas-batas

kewajaran, maka perlu ditetapkan standar keluaran. Untuk dapat

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka keempat standar, yaitu

standar masukan, lingkungan, proses dan keluaran perlu dipantau, dan

dinilai secara obyektif serta berkesinambungan. Bila ditemukan

penyimpangan perlu segera dievaluasi dan diperbaiki. Dalam

Page 12: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

pelaksanaannya pemantauan standar-standar tersebut tergantung

kemampuan yang dimiliki, maka perlu disusun prioritas.

Dalam pelayanan kesehatan, hasil mungkin tidak selalu seperti apa

yang diharapkan atau diinginkan, namun standar struktur dan proses

yang baik akan menunjukkan sejauh mana kemungkinan pencapaian

outcomse atau hasil yang diharapkan. Outcomes adalah hasil yang

dicapai melalui penentuan dan melengkapi proses. Outcomes ditulis

untuk setiap prosedur, pedoman praktek dan rencana.

C. Ketentuan Standar

1. Harus tertulis dan dapat diterima pada suatu tingkat praktek, mudah

dimengerti oleh para pelaksananya.

2. Mengandung komponen struktur (peraturan-peraturan), proses

(tindakan/actions) dan hasil (outcomes). Standar struktur menjelaskan

peraturan, kebijakan fasilitas dan lainnya. Proses standar menjelaskan

dengan cara bagaimana suatu pelayanan dilakukan dan outcome

standar menjelaskan hasil dari dua komponen lainnya.

3. Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan sistem dalam

organosasi. Pernyataan standar mengandung apa yang diberikan

kepada pelanggan/pasen, bagaimana staf berfungsi atau bertindak dan

bagaimana sistem berjalan. Ketiga komponen tersebut harus

berhubungan dan terintegrasi. Standar tidak akan berfungsi bila

kemampuan atau jumlah staf tidak memadai.

4. Standar harus disetujui atau disahkan oleh yang berwenang. Sekali

standar telah dibuat, berarti sebagian pekerjaan telah dapat diselesaikan

dan sebagian lagi adalah mengembangkannya melalui pemahaman

(desiminasi). Komitmen yang tinggi terhadap kinerja prima melalui

penerapan-penerapannya secara konsisten untuk tercapainya tingkat

mutu yang tinggi.

Page 13: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

D. Tingkatan Standar

Pada dasarnya ada dua tingkatan standar yaitu minimum dan optimum.

Standar minimum adalah sesuatu standar yang harus dipenuhi dan

menyajikan suatu tingkat dasar yang harus diterima, disamping ada standar

lain yang secara terarah dan berkesinambungan dapat dicapai. Ini

merupakan keinginan atau disebut juga standar optimum. Standar

minimum harus dicapai seluruhnya tanpa ada pertanyaan. Standar

optimum mewakili keadaan yang diinginkan atau disebut juga tingkat

terbaik, dimana ditentukan hal-hal yang harus dikerjakan dan mungkin

hanya dapat dicapai oleh mereka yang berdedikasi tinggi.

E. Manfaat Standar

1. Standar menetapkan norma dan memberi kesempatan anggota

masyarakat dan perorangan mengetahui bagaimanakah tingkat

pelayanan yang diharapkan/ diinginkan. Karena standar tertulis

sehingga dapat dipublikasikan/diketahui secara luas.

2. Standar menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku

sebagai tolok ukur untuk memonitor kualitas kinerja.

3. Standar berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan

pada situasi aktual dan sesuai dengan kondisi lokal.

4. Standar meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan

sumber daya dengan lebih baik.

5. Standar meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf.

6. Standar dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada

keadaan dasar maupun post-basic pelatihan dan pendidikan.

F. Cara Penulisan Standar

Berikut ini adalah langkah praktis merancang standar ;

1. Apabila menulis satu standar mulailah dengan pernyataan standar.

2. Identifikasi kriteria outcomes dalam bentuk pertanyaan, siap untuk

dimonitor.

Page 14: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

3. Identifikasi proses yang dibutuhkan untuk mencapai outcomes (apa

yang harus dikerjakan).

4. Identifikasi struktur (apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses

untuk mencapai outcomes)

5. Ringkaskan, identifikasi kriteria kunci sebagai kelompok profesional

yang senantiasa bekerja sama, oleh karena itu kriteria proses tidak

perlu dikembangkan dalam buku prosedur (Standart Operating

Procedure/Prosedur Operasi Baku).

6. Gunakanlah kata-kata yang dapat diukur, contoh; anda tidak dapat

mengukur ‘kemungkinan’, ‘mengerti’, ‘tepat’. Anda perlu

mengidentifikasi kata yang berarti dalam istilah pengukuran.

7. Memastikan bahwa outcomes mengukur pernyataan standar.

8. Keterlibatan tim multi disiplin dalam menyusun standar, sangat

dperlukan.

9. Monitoring standar harus merupakan bagian dari evaluasi asuhan

pasen.

10. Standar harus merefleksi kepada asuhan spesifik yang diperlukan

pasen

11. Standar harus menjadi bagian sistem yang mudah dicapai, kemudian

diperbaiki dalam beberapa bulan untuk mengecek konsistensi

pencapaian.

Standar baru harus dipelihara untuk meningkatkan kinerja standar

sebaiknya diletakkan dalam rak buku di ruangan.

12. Walaupun dalam pelayanan kesehatan, hasil mungkin tidak selalu

seperti apa yang diinginkan atau diharapkan, definisi standar struktur

dan proses yang baik, terlihat sejauh mana ditingkatkan kemungkinan

pencapaian outcomes atau hasil yang diharapkan. Outcomes adalah

hasil yang dicapai melalui penentuan dan melengkapi proses.

Outcomes ditulis untuk setiap prosedur, pedoman praktek dan rencana.

Page 15: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

BAB III

PEMBAHASAN

A. STANDAR PERSYARATAN MINIMAL

1. Standar Masukan

a. Asuhan Kehamilan

Standar Personel

Pada Poli Kandungan dan Kehamilan di RSUD Ambarawa buka

setiap hari senin-sabtu pukul 08.00-12.00 WIB. Setiap hari terdapat 8

orang yang bertugas di Poli Kandungan dan Kehamilan yang terdiri

dari 1 dokter, 1 bidan, 5 dokter muda dan 1 orang praktikan. Di tempat

ini, praktikan hanya diperbolehkan menyambut pasien, anamnesa

pasien, melakukan TTV, membantu dokter muda mengganti balut pada

luka operasi sectio caesaria, mengantarkan pasien keruang kebidanan

dan kandungan, serta membantu bidan melakukan pendokumentasian.

Pemeriksaan di Poli Kehamilan dan Kandungan dilakukan oleh dokter

SpOG dengan menggunakan USG.

Standar Fasilitas

Fasilitas di Poli Kandungan dan Kehamilan di RSUD cukup

lengkap antara lain

Barang BanyakKondisi

Baik Kurang Baik

Meja 2

Kursi 8

Sphygmomanometer 1

USG 2D 1

Partus set 1

Heacting set 1

Lampu sorot 1

Meja gyn 1

Page 16: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

Linec 1

Timbangan BB 1

Komputer 1

Wastafel 1

b. Asuhan Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir

Standar Personal

Pada Ruang Bougenville terdapat 2 ruangan yaitu ruang bersalin dan nifas.

Bidan Perawat Jumlah

Lulusan D3 15 3 18

Lulusan D4 1 2 3

Jumlah 16 5 21

Standar Fasilitas

Baik Kurang baik

Partus set 3 set -

USG 1 -

Curettage set 3 set -

Infant warmer 1 -

Bed 32 -

Autoclave 1 -

Doppler 1 1

TTV 2 1

Obat dan cairan infus Banyak -

Midline 2 -

Resusitasi set 2 -

Wastafel 4 -

Kamar mandi petugas 2 -

Kamar mandi pasien 6 -

Kamar bersalin 2 -

Kamar kuretase 1 -

Page 17: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

Kamar bayi 1 -

Ruang obat 2 -

Kamar petugas 1 -

Kamar nifas 8 -

Ruang periksa USG 1 -

Ruang petugas pelayanan 2 -

Kereta dorong bayi 5 -

Kulkas 1 -

Computer 1 -

Sehingga dapat disimpulakan bahwa standar masukan pada pelayanan di

Ruang Bougenville RSUD Ambarawa cukup baik.

2. Standar Lingkungan

Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu suatu

pemberi pelayanan harus memiliki organisasi dan manajemen yang telah

ditetapkan dalam hal ini RSUD Ambarawa memiliki visi, misi, motto dan

tujuan sebagai berikut :

a. Visi

Menjadi Rumah Sakit yang berkualitas, terpercaya dan kebanggaan

bagi masyarakat.

b. Misi

1) Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkompeten.

2) Menyediakan peralatan, fasilitas, sarana dan prasarana pendukung

yang memadai.

3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menyeluruuh,

bermutu, bertanggung jawab dan bermanfaat bagi masyarakat.

c. Motto

Kesembuhan dan kepuasan anda adalah kebahagiaan kami

d. Tujuan

1) Tujuan Umum

Page 18: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

Meningkatkan fungsi rumah Sakit melalui peningkatan

pemanfaatan rumah sakit, peningkatan rujukan dan sumber daya

manusia baik kualitas maupun kuantitas yang lebih proporsional

dalam hubungannya dengan fungsi Rumah sakit sebagai

penyelenggara upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan

(curratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang meliputi pemeriksaan,

pengobatan dan asuhan penderita, yang didukung dengan upaya

promotif dan preventif.

2) Tujuan Khusus

a) Mewujudkan pelayanan Rumah Sakit yang lengkap,

berkualitas dan bertanggungjawab dengan sarana yang

memadai, memiliki sumber daya aparatur yang profesional

dengan biaya yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

b) Melaksanakan RS Tipe C dengan PPK-BLUD serta

mewujudkan sistem informasi Rumah Sakit yang tepat guna

untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.

c) Meningkatkan kinerja sumber daya aparatur dan manajemen

Rumah Sakit, menciptakan budaya kerja yang cepat, tepat dan

cermat serta kesejahteraan aparatur agar menjadi Rumah Sakit

terpercaya bagi masyarakat.

e. Strategi

Strategi RSUD Ambarawa adalah:

1) Pengembangan kapasitas dan penguatan kelembagaan rumah sakit

untuk meningkatkan kinerja secara optimal, tetapi pesaing cukup

banyak dan sistem operasional belum terstandarisasi dengan baik.

2) Pengembangan kerja sama antara rumah sakit dengan dokter/

bidan/ perawat/ rumah bersalin/ Puskesmas di wilayah Kabupaten

Semarang sehingga dapat meningkatkan kunjungan pasien di

rumah sakit. Untuk itu masih diperlukan jumlah dan jenis alat

kesehatan yang canggih sehingga pelayanan kesehatan di RSUD

Ambarawa dapat terlaksana secara komprehensif.

Page 19: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

3) Penambahan tenaga dokter, perawat, dan bidan agar kapasitasnya

meningkat dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan

harapan, tuntutan dan kebutuhan masyarakat umum.

Program praktek Pra PKK merupakan suatu program yang wajib

dilakukan mahasiswa untuk menunjang skill atau ketrampilan yang telah

diajarkan, maka dari itu mahasiswa dituntut untuk lebih trampil dan

kompeten dalam menunjang asuhan pelayanan kebidanan. Untuk

menunjang pelaksanaan praktek pra PKK II pihak institusi memiliki target

ketrampilan antara lain, asuhan kehamilan, asuhan persalinan, asuhan

nifas, asuhan BBL, asuhan bayi, dan asuhan balita atau pra sekolah yang

harus dipenuhi oleh mahasiswa dalam praktek klinik di RSUD Ambarawa.

Dalam hal ini pihak institusi (penyelenggara) telah memilki kerjasama

(MoU) dengan pihak RSUD Ambarawa.

Dalam pelaksanaan praktek klinik di RSUD Ambarawa mahasiswa

tidak mendapatkan ruangan perinatologi dan ruang anak karena tidak

diberikan kebijakan oleh pihak rumah sakit khusunya Kabid. Keperawatan

yang mengatur pembagian ruang untuk mahasiswa praktik. Tidak

mendapatkannya ruangan perinatologi dan ruang anak tersebut maka

mahasiswa tidak dapat memenuhi target asuhan kebidanan bayi dan balita

pada pra PKK II serta tidak dapat meningkatkan ketrampilan asuhan

kebidanan pada bayi dan balita atau anak pra sekolah.

3. Standar Proses

Pada standar proses, ditetapkan persyaratan minimum unsur proses yang

harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanna kesehatan yang

bermutu. Yang termasuk standar proses adalah standar tindakan.

a. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Poli Kandungan dan Kebidanan RSUD Ambarawa buka setiap

hari Senin-Sabtu pukul 08.00-12.0 WIB. Dalam pelaksanaan praktek

yang dilakukan di Poli Kandungan dan Kebidanan RSUD Ambarawa,

Page 20: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

terdapat penyimpangan yaitu praktikan tidak diperkenankan untuk

melakukan asuhan kehamilan secara menyeluruh. Praktikan hanya

melakukan anamnesa sekilas, timbang berat badan, mengukur tinggi

badan, mengukur tekanan darah dan palpasi secara singkat (sebelum

dokter obsgin datang), mengganti balut pada pasien control pasca

sectio caesarea, dan melakukan pedokumentasian. Praktikan tidak

diperkenan kan melakukan pemeriksaan Hb darah karena sudah di

periksa di laboratorium. Tindakan yang dilakukan untuk pemeriksaan

ibu hamil di Poli kandungan dan kebidanan lebih memfokuskan pada

pemeriksaan menggunakan USG. Sehingga masalah yang timbul

dalam penyimpangan ini adalah praktikan tidak dapat melakukan

asuhan kebidanan secara menyeluruh dan lengkap kepada pasien .

b. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Dalam pelaksanaan praktek yang dilakukan di Ruang

Bougenville RSUD Ambarawa, terdapat penyimpangan yaitu praktikan

tidak di beri kewenangan untuk melakukan asuhan kebidanan pada

persalinan dengan menggunakan APN 58 langkah secara lengkap

karena dianggap belum terampil. Penyebabnya adalah banyak nya

praktikan yang lebih berpengalaman dari kita. Misalnya praktikan

bidan semester 5 dan coas yang lebih di percaya bidan rumah sakit

untuk melakukan asuhan kebidanan pada persalinan. Selain itu,

tindakan yang dilakukan pada ibu bersalin biasanya adalah tindakan

bersifat patologis sehingga bidan rumah sakit masih ragu dengan

praktikan semester 3. Pada asuhan persalinan kami hanya diberikan

kesempatan untuk melakukan :

1) anamnesa pasien,

2) pemeriksaan fisik present

3) pemeriksaan fisik obstetric (Mammae, TFU, Palpasi Leopold,

menghitung DJJ, VT)

4) pemantauan pasien Kala I dengan pengawasan 10 meliputi KU, TD, N,

S, RR, HIS, DJJ, Bandle Ring, PPV, Tanda Gejala Kala II.

Page 21: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

5) Melakukan asuhan sayang ibu meliputi memberi dukungan ibu dengan

mengajak bicara agar tidak terlalu memikirkan rasa sakit yang dirasakan,

memberi kenyamanan pada ibu dengan mengajarkan teknik-teknik

pengurangan nyeri, memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi.

6) Saat pertolongan kala II, praktikan diberi kesempatan untuk

mengajarkan ibu teknik pengurangan nyeri dan mengejan yang benar.

7) Saat pertolongan kala III, praktikan diberi kesempatan untuk

menyuntikkan oksitosin, memotong tali pusat, masase uterus.

8) Saat kala IV, praktikan sangat berperan aktif untuk memantau kondisi

ibu secara komprehensif. Pada pemeriksaan persalinan normal dilakukan

selama 2 jam meliputi ( memantau Tekanan Darah, Nadi, Respiratory

Rate, kontraksi uterus, pengeluaran volume urine dan PPV setiap 15

menit saat jam pertama dan setiap 30 menit saat jam kedua, serta

mengukur Suhu setiap 1 jam. Sedangkan pemeriksaan persalinan

section caesarea dilakukan selama 2 jam meliputi mengukur Tekanan

Darah, Nadi, Suhu, Pernafasan, Pengeluaran Volume Urin setiap 15

menit.

Sehingga dalam hal ini timbul masalah yaitu praktikan tidak

dapat melakukan APN secara lengkap untuk meningkatkan

keterampilan dan tidak tercapainya target, tetapi tidak ada

penyimpangan antara teori dan praktik lahan mengenai tindakan

asuhan persalinan.

c. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Dalam pelaksanaan praktek yang dilakukan di ruang

Bougenville RSUD Ambarawa, tidak terdapat penyimpangan dalam

melakukan asuhan kebidanan pada nifas karena kita diberi kewenangan

untuk melakukan tindakan misalnya pemeriksaan TFU, luka perineum

dan pengeluaran pervaginam, pemeriksaan tanda-tanda vital, dan

memberikan ibu konseling yang berhubungan dengan asuhan

kebidanan pada ibu nifas. Sehingga, dalam hal ini tidak terjadi masalah

dalam pemenuhan target asuhan kebidanan pada ibu nifas.

d. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Page 22: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

Dalam pelaksanaan praktek yang dilakukan di ruang

Bougenville RSUD Ambarawa, tidak terdapat penyimpangan dalam

melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir karena kita diberi

kewenangan melakukan tindakan misalnya pengikatan tali pusat,

pemberian imunisasi, pemeriksaan fisik, pengukuran antropometri.

Sehingga, tidak terdapat masalah dalam pemenuhan target asuhan

kebidanan pada bayi baru lahir.

e. Asuhan Kebidanan Pada Bayi dan Anak Pra Sekolah

Dalam pelaksanaan praktek yang dilakukan di RSUD Ambarawa, kami

tidak ditugaskan di ruang Perinatologi karena terjadi

miscommunication antara pihak rumah sakit dengan pembimbing

Praktek dari Institusi, sehingga target Asuhan Kebidanan pada Bayi

dan Balita/Anak Pra Sekolah tidak dapat terpenuhi.

B. PENAMPILAN MINIMAL

Standar penampilan minimal ini menunjuk pada penampilan

pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima. Biasanya standar penampilan

minimal disebut dengan standar keluaran (standar output).

Dalam praktik yang dilakukan di RSUD Ambarawa terdapat unsur

keluaran, yaitu pencapaian target praktik pra PKK I meliputi Asuhan

kebidanan pada kehamilan, asuhan kebidanan pada persalinan, asuhan

kebidanan pada ibu nifas, asuhan kebidanan pada Bayi Baru lahir, asuhan

kebidanan pada bayi, dan asuhan kebidanan pada balita/pra sekolah tidak

dapat terpenuhi secara lengkap. Akibatnya menimbulkan suatu masalah yaitu

mahasiswa kebidanan semester 3 tidak dapat meningkatkan keterampilan

dalam melakukan asuhan kebidanan, Karena pembatasan wewenang

praktikan dan adanya kebijakan dari pihak rumah sakit untuk tidak

menempatkan mahasiswa di ruang perinatal dan ruang anak.

Page 23: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Standar Persyaratan Minimal

Standar masukan yang ada di Ruang Poli Obsgyn dan Ruang

Bougenville RSUD Ambarawa cukup baik karena memiliki petugas

kesehatan cukup banyak dan memiliki sarana pra sarana yang cukup

lengkap sehingga dapat bekerja secara optimal.

Pada standar lingkungan, saat pelaksanaan praktek mahasiswa

tidak mendapatkan tugas di ruangan Perinatologi dan ruang anak karena

tidak diberikan kebijakan oleh pihak rumah sakit khususnya Kabid.

Keperawatan yang mengatur pembagian ruang untuk mahasiswa praktik.

Karena tidak mendapatkannya ruangan tersebut maka mahasiswa tidak

dapat memenuhi target asuhan kebidanan Bayi dan Balita/Anak Pra

Sekolah.

Pada standar proses, saat pelaksanaan praktek mahasiswa diberi

pembatasan kewenangan dalam melakukan asuhan kehamilan, persalinan

dan Bayi Baru Lahir. Saat bertugas di Poli Kandungan dan Kehamilan,

praktikan hanya diberi kesempatan anamnesa, TTV, palpasi jika dokter

belum datang dan melakukan pendokumentasian, sedangkan untuk

pengoperasian USG dilakukan oleh dokter SpOG dan bila ada pasien

untuk melapas jahitan bekas luka sectio caesarea dilakukan oleh dokter

muda, sehingga praktikan hanya dapat melihat saja. Begitu juga saat

persalinan, praktikan hanya diberikan kesempatan pengawasan 10, asuhan

sayang ibu, melakukan VT sesekali, memberikan ibu asupan nutrisi untuk

tenaga mengejan, dan saat bayi lahir membersihkan badan bayi,

memberikan vitamin K, salep mata, dan melakukan pemeriksaan fisik.

2. Standar Penampilan Minimal

Dalam praktik yang dilakukan di RSUD Ambarawa terdapat unsur

keluaran, yaitu pencapaian target praktik pra PKK I meliputi Asuhan

Page 24: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

kebidanan pada kehamilan, asuhan kebidanan pada persalinan, asuhan

kebidanan pada ibu nifas, asuhan kebidanan pada Bayi Baru lahir, asuhan

kebidanan pada bayi, dan asuhan kebidanan pada balita/pra sekolah tidak

dapat terpenuhi secara lengkap. Akibatnya menimbulkan suatu masalah

yaitu mahasiswa kebidanan semester 3 tidak dapat meningkatkan

keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan. Karena pembatasan

wewenang praktikan dan adanya kebijakan dari pihak rumah sakit untuk

tidak menempatkan mahasiswa di ruang perinatal dan ruang anak.

B. Saran

1. Dengan kebijakan di ruang Bougenville yang tidak memberikan

kesempatan mahasiswa untuk menolong persalinan dan heacting

perineum, mahasiswa harus memperhatikan saat bidan melakukan

pertolongan tersebut sehingga menambah pengetahuan dan pemahaman.

2. Pada ruang Bougenville dan Poli seharusnya menambahkan lagi peralatan

utama seperti Tensimeter dan Doppler karena hanya memiliki 1 alat dan

alat tersebut dipakai bergantian antara ruang bersalin, ruang nifas dan

ruang operasi.

3. Seharusnya antara pihak institusi dan pihak rumah sakit menyesuaikan

kebijakan dan pelaksanaan praktik sehingga dapat mengurangi

kesenjangan.

Page 25: Identifikasi Standar Mutu Pelayanan

DAFTAR PUSTAKA

Al- Assaf. 2009. Mutu  Pelayanan Kesehatan. EGC: Jakarta

Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI). 2006. Buku 1 Standar Pelayanan

Kebidanan. Jakarta.

Direktorat UMDK, Dit.Jend. Yan.Med.DEPKES RI “Petunjuk Teknis

Penyusunan

Prosedur Tetap Kegiatan Rumah Sakit Swadana”, Jakarta 1995