Identifikasi Standar Mutu Pelayanan
-
Upload
putri-hapsari -
Category
Documents
-
view
285 -
download
5
description
Transcript of Identifikasi Standar Mutu Pelayanan
MAKALAH
IDENTIFIKASI STANDAR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
PRAKTIK KLINIK PRA PKK II DI RSUD AMBARAWA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mutu Layanan Kebidanan dan
Kebijakan Kesehatan
Disusun Oleh :
Noor Maulida Fatmawati NIM. P17424413024
Nur Indah Ayu Setyarini NIM. P17424413025
Putri Hapsari NIM. P17424413026
Rizka Fitrianingtyas NIM. P17424413027
Riski Novi Anindya Dini NIM. P17424413028
Risky Premai Kurniasih NIM. P17424413029
Sendi Mahareni NIM. P17424413030
PRODI D-IV KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Identifikasi Standar Mutu Layanan Praktik Pra PKK II di RSUD Ambarawa”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan di Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada dosen pengajar yang telah memberikan tugas
dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Semarang, 28 September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Judul..................................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang.............................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan Penulisan.........................................................................
D. Metodologi Penulisan..................................................................
E. Sistematika Penulisan..................................................................
Bab II Tinjauan Teori
A. Pengertian Standar........................................................................
B. Komponen Standar Mutu Pelayanan Kebidanan
C. Ketentuan Standar.........................................................................
D. Tingkatan Standar.........................................................................
E. Manfaat Standar............................................................................
F. Cara Penulisan..............................................................................
Bab III Pembahasan
A. Standar Persayaratan Minimal......................................................
Standar Masukan..........................................................................
Standar Lingkungan......................................................................
Standar Proses...............................................................................
B. Standar Persyaratan Minimal........................................................
Bab IV Penutup
Simpulan............................................................................................
Saran..................................................................................................
Daftar Pustaka ..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan telah menjadi tema utama
di seluruh dunia. Dengan tema ini, organisasi pelayanan kesehatan dan
kelompok profesional kesehatan sebagai pemberi pelayanan harus
menampilkan akuntabilitas sosial mereka dalam memberikan pelayanan
yang mutakhir kepada konsumen yang berdasarkan standar
profesionalisme, sehingga diharapkan dapat memenuhi harapan
masyarakat. Sebagai konsekuensinya peningkatan kinerja memerlukan
persyaratan yang diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan yang
berdasarkan standar tertulis.
Dalam pelayanan kebidanan, standar sangat membantu bidan
untuk mencapai asuhan yang berkualitas, sehingga bidan harus berpikir
realistis tentang pentingnya evaluasi sistematis terhadap semua aspek
asuhan yang berkualitas tinggi. Namun keberhasilan dalam
mengimplementasikan standar sangat tergantung pada individu bidan itu
sendiri, usaha bersama dari semua staf dalam suatu organisasi, disamping
partisipasi dari seluruh anggota profesi.
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa merupakan salah satu
rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang. Dengan
dikeluarkannya Keppres nomor 40 Tahun 2001 tentang pedoman
Kelembagaan dan pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah membawa
angin segar yang sekaligus mempunyai konsekuensi logis terhadap
profesionalisme manajemen Rumah Sakit. Perubahan status rumah sakit
menjadi Lembaga Teknis Daerah menurut pengelola rumah sakit daerah
untuk mempunyai kemampuan yang prima, memiliki visi dan integritas
serta mempunyai kesadaran dan ketrampilan mengelola perubahan.
Pengelola Rumah Sakit Daerah harus melakukan peningkatan
proses kontrol manajemen secara lebih otonomi dan mengacu pada strategi
melakukan perubahan sistem manajemen Rumah sakit seperti peningkatan
akuntabilitas prinsip desentralisasi, peningkatan infrastruktur Rumah Sakit
sehingga standar dengan lembaga usaha tanpa melupakan fungsi sosialnya.
Seluruh karyawan Rumah Sakit harus memiliki komitmen yang tinggi
untuk melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap sistem dan proses
yang digunakan untuk memberikan jasa pelayanan yang dibutuhkan oleh
pasien Rumah Sakit.
RSUD Ambarawa berkedudukan di Ambarawa Kabupaten
Semarang mempunyai tugas dan fungsi yang cukup berat dalam
menanggapi perubahan status Rumah Sakit dan perubahan lingkungan
yang sangat cepat, pesat dan radikal, dramatis, sangat kompetitif dan sulit
diramalkan (unpredictable). Kurangnya kuantitas dan kualitas Sumber
Daya Manusia dalam berbagai bidang pekerjaan, lahan rumah sakit yang
sempit dan sumber dana yang terbatas menjadi salah satu kesulitan utama
dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab masalah mutu pelayanan mahasiswa prodi DIV
Kebidanan semester III pada Praktik Pra PKK II di RSUD Ambarawa?
2. Apa masalah mutu pelayanan mahasiswa prodi DIV Kebidanan
semester III pada Praktik Pra PKK II di RSUD Ambarawa?
3. Apa penyimpangan yang terjadi pada program menjaga mutu standar
pelayanan pada Praktik Pra PKK II di RSUD Ambarawa?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui penyebab masalah mutu pelayanan mahasiswa
prodi DIV Kebidanan semester III pada Praktik Pra PKK II di RSUD
Ambarawa.
2. Untuk mengetahui masalah mutu pelayanan mahasiswa prodi DIV
Kebidanan semester III pada Praktik Pra PKK II di RSUD Ambarawa.
3. Untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi pada program menjaga
mutu standar pelayanan pada Praktik Pra PKK II di RSUD Ambarawa.
D. Metodologi Penulisan
Metodologi dalam penulisan ini adalah deskriptif yaitu
menggunakan gambaran secara garis besar teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penyusunan makalah ini meliputi metode observasi
untuk mengamati perilaku dan keadaan untuk memperoleh data tentang
kesesuaian standar yang telah ditetapkan dengan kenyataan berdasarkan
pengalaman praktikan saat melaksanakan praktik klinik di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang, menggunakan metode retrospektif untuk
memperoleh data-data.
E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Tinjauan Teori
BAB III : Pembahasan
BAB IV : Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Standar
Banyak diskusi dalam mempelajari dan membahas definisi standar.
Kamus Oxford memberikan beberapa pengertian konsep kunci mengenai
definisi standar. Pertama, standar adalah derajat terbaik. Kedua, standar
memberikan suatu dasar perbandingan. Ketiga, beberapa pengertian lain
seperti tertulis dibawah ini;
1. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan
termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsesus
semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman, perkembangan masa
kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya (PP 102 tahun 2000).
2. Standar adalah suatu catatan minimum dimana terdapat kelayakan isi
dan akhirnya masyarakat mengakui bahwa standar sebagai model
untuk ditiru
3. Standar adalah suatu patokan pencapaian berbasis pada tingkat (dr.
Yodi Mahendrata).
4. Standar adalah suatu pedoman atau model yang disusun dan disepakati
bersama serta dapat diterima pada suatu tingkat praktek untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Reyers, 1983).
5. Standar adalah nilai-nilai (values) yang tertulis meliputi peraturan-
peraturan dalam mengaplikasi proses-proses kunci, proses itu sendiri,
dan hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
6. Standar adalah menaikkan ketepatan kualitatif atau kuantitatif yang
spesifik dari komponen struktural dalam sistem pelayanan kesehatan
yang didasarkan pada proses atau hasil suatu harapan (Donebean).
7. Menurut ISO, standar adalah kesepakatan – kesepakatan yang telah
didokumentasikan yang didalamnya terdiri antara lain mengenai
spesifikasi – spesifikasi teknis atau kriteria – kriteria yang akurat yang
gunakan sebagai peraturan petunjuk atau definisi tertentu untuk
menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai dengan yang
telah dinyatakan.
8. Menurut KBBI standar adalah pembakuan atau ukuran tertentu yang
dipakai sebagai patokan. Standar juga bisa diartikan sebagai pedoman,
patokan atau tolak ukur yang ditetapkan.
Dalam program penjaminan mutu, semua kegiatan harus mengacu
kepada standar yang telah ditetapkan sebelumnya agar mutu tetap terjamin.
Sedangkan untuk memandu para pelaksana program agar tetap
berpedoman pada standar yang telah ditetapkan dalam penjaminan mutu
maka disusunlah protokol. Protokol adalah suatu pernyataan tertulis yang
disusun secara sistimatis dan yang dipakai sebagai pedoman oleh para
pelaksana dalam mengambil keputusan dan atau dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan. Makin dipatuhi protokol tersebut, makin tercapai
standar yang telah ditetapkan.
Standar yang berbasis pada sistem manjemen kinerja menegaskan
spesifikasi suatu kinerja antara lain;
1. Spesifik (specific)
2. Terukur (measurable)
3. Tepat (appropriate)
4. Andal (reliable)
5. Tepat waktu (timely)
Standar yang dikembangkan dengan baik akan memberikan ciri
ukuran kualitatif yang tepat seperti yang tercantum dalam standar
pelaksanaannya. Standar selalu berhubungan dengan mutu karena standar
menentukan mutu. Standar dibuat untuk mengarahkan cara pelayanan
yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai.
B. Komponen standar mutu pelayanan kebidanan
Secara umum standar mutu pelayanan kebidanan dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu:
1. Standar Persyaratan Minimal
Standar Persyaratan Minimal adalah yang menunjuk pada keadaan
minimal yang harus dipenuhi untuk menjamin terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang bermutu, yang dibedakan dalam :
a. Standar masukan (struktur)
Dalam Standar Masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur
masukan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu terdiri dari:
1) Jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana
2) Jenis, jumlah dan spesifikasi sarana
Jika standar masukan merujuk pada tenaga pelaksana disebut
dengan nama standar ketenagaan (standard of personnel). Sedangkan
jika standar masukan merujuk pada sarana dikenal dengan nama standar
sarana (standard of facilities). Untuk dapat menjamin terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang bermutu, standar masukan tersebut haruslah
dapat ditetapkan.
b. Standar lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur
lingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang bermutu yakni
1) Garis-garis besar kebijakan (policy)
2) Pola organisasi (organization)
3) Sistem manajemen (management) yang harus dipatuhi oleh
setiap pelaksana pelayanan kesehatan.
Standar lingkungan ini populer dengan sebutan standar
organisasi dan manajemen (standard organization and
management). Sama halnya dengan masukan, untuk dapat
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu,
maka standar lingkungan harus ditetapkan.
c. Standar proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses
yang harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu, semua kegiatan tenaga kesehatan ditujukan
pada profesi dan interaksi profesional dengan pasiennya. Proses
merupakan apa dan bagaimana kegiatan profesional itu, dalam
proses mencakup :
1) Penilaian terhadap pasien
2) Penegakan diagnosa
3) Rencana pengobatan
4) Indikasi tindakan
5) Pengobatan, penanganan jika ada komplikasi
Makin patuh tentang profesional kepada standar (of good
practice) maka makin meningkat mutu pelayanan kesehatan.
Standar proses terdiri dari :
1) Tindakan medis
2) Tindakan non medis
Standar proses dikenal dengan nama standar tindakan (standar
of conduct). Karena baik tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan standar proses, maka
haruslah dapat diupayakan tersusunnya standar proses.
2. Standar Penampilan Minimal
Yang dimaksud dengan standar penampilan minimal adalah yang
menunjuk pada penampilan pelayanan kesehatan yang masih dapat
diterima. Standar ini karena menunjuk pada unsur keluaran maka sering
disebut dengan standar keluaran atau standar penampilan (Standard of
Performance). Hasil akhir dari pelayanan kesehatan yang diberikan disebut
dengan standar keluaran. Keluaran (outcome) adalah apa yang diharapkan
akan terjadi sebagai hasil dari layanan kesehatan yang diselenggarakan dan
terhadap apa keberhasilan tersebut akan diukur.
Penampilan ada 2 macam:
a. Penampilan aspek medis pelayanan kesehatan.
Yang menunjuk pada penerapan aspek medis pelayanan kesehatan
adalah sebagai berikut:
1) Terkait pada kode etik profesi
2) Standar pelayanan profesi : dengan meningkatnya mutu maka akan
meningkatkan kepuasan klien. Contoh:
a) Meningkatnya angka kesembuhan penyakit yang di derita
b) Sedikitnya efek samping yang dialami
c) Menurunkan angka Kematian
d) Meningkatkan angka kepuasan
b. Penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan
Yang menunjuk pada penampilan aspek non medis pelayanan
kesehatan yaitu terkait dengan kode etik profesi/standar profesi dalam
hal non medis. Contoh:
1) Pengetahuan klien yaitu makin meningkat pengetahuan akan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan akan meningkatkan
mutu
2) Makin tinngi Kemantapan klien
3) Makin tinggi Kepuasan
Bila kedua standar pelayanan ini tidak sesuai dengan yang
ditetapkan maka pelayanan tidak akan bermutu. Untuk mengetahui
apakah mutu pelayanan yang diselenggarakan masih dalam batas-batas
kewajaran, maka perlu ditetapkan standar keluaran. Untuk dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka keempat standar, yaitu
standar masukan, lingkungan, proses dan keluaran perlu dipantau, dan
dinilai secara obyektif serta berkesinambungan. Bila ditemukan
penyimpangan perlu segera dievaluasi dan diperbaiki. Dalam
pelaksanaannya pemantauan standar-standar tersebut tergantung
kemampuan yang dimiliki, maka perlu disusun prioritas.
Dalam pelayanan kesehatan, hasil mungkin tidak selalu seperti apa
yang diharapkan atau diinginkan, namun standar struktur dan proses
yang baik akan menunjukkan sejauh mana kemungkinan pencapaian
outcomse atau hasil yang diharapkan. Outcomes adalah hasil yang
dicapai melalui penentuan dan melengkapi proses. Outcomes ditulis
untuk setiap prosedur, pedoman praktek dan rencana.
C. Ketentuan Standar
1. Harus tertulis dan dapat diterima pada suatu tingkat praktek, mudah
dimengerti oleh para pelaksananya.
2. Mengandung komponen struktur (peraturan-peraturan), proses
(tindakan/actions) dan hasil (outcomes). Standar struktur menjelaskan
peraturan, kebijakan fasilitas dan lainnya. Proses standar menjelaskan
dengan cara bagaimana suatu pelayanan dilakukan dan outcome
standar menjelaskan hasil dari dua komponen lainnya.
3. Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan sistem dalam
organosasi. Pernyataan standar mengandung apa yang diberikan
kepada pelanggan/pasen, bagaimana staf berfungsi atau bertindak dan
bagaimana sistem berjalan. Ketiga komponen tersebut harus
berhubungan dan terintegrasi. Standar tidak akan berfungsi bila
kemampuan atau jumlah staf tidak memadai.
4. Standar harus disetujui atau disahkan oleh yang berwenang. Sekali
standar telah dibuat, berarti sebagian pekerjaan telah dapat diselesaikan
dan sebagian lagi adalah mengembangkannya melalui pemahaman
(desiminasi). Komitmen yang tinggi terhadap kinerja prima melalui
penerapan-penerapannya secara konsisten untuk tercapainya tingkat
mutu yang tinggi.
D. Tingkatan Standar
Pada dasarnya ada dua tingkatan standar yaitu minimum dan optimum.
Standar minimum adalah sesuatu standar yang harus dipenuhi dan
menyajikan suatu tingkat dasar yang harus diterima, disamping ada standar
lain yang secara terarah dan berkesinambungan dapat dicapai. Ini
merupakan keinginan atau disebut juga standar optimum. Standar
minimum harus dicapai seluruhnya tanpa ada pertanyaan. Standar
optimum mewakili keadaan yang diinginkan atau disebut juga tingkat
terbaik, dimana ditentukan hal-hal yang harus dikerjakan dan mungkin
hanya dapat dicapai oleh mereka yang berdedikasi tinggi.
E. Manfaat Standar
1. Standar menetapkan norma dan memberi kesempatan anggota
masyarakat dan perorangan mengetahui bagaimanakah tingkat
pelayanan yang diharapkan/ diinginkan. Karena standar tertulis
sehingga dapat dipublikasikan/diketahui secara luas.
2. Standar menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku
sebagai tolok ukur untuk memonitor kualitas kinerja.
3. Standar berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan
pada situasi aktual dan sesuai dengan kondisi lokal.
4. Standar meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan
sumber daya dengan lebih baik.
5. Standar meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf.
6. Standar dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada
keadaan dasar maupun post-basic pelatihan dan pendidikan.
F. Cara Penulisan Standar
Berikut ini adalah langkah praktis merancang standar ;
1. Apabila menulis satu standar mulailah dengan pernyataan standar.
2. Identifikasi kriteria outcomes dalam bentuk pertanyaan, siap untuk
dimonitor.
3. Identifikasi proses yang dibutuhkan untuk mencapai outcomes (apa
yang harus dikerjakan).
4. Identifikasi struktur (apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses
untuk mencapai outcomes)
5. Ringkaskan, identifikasi kriteria kunci sebagai kelompok profesional
yang senantiasa bekerja sama, oleh karena itu kriteria proses tidak
perlu dikembangkan dalam buku prosedur (Standart Operating
Procedure/Prosedur Operasi Baku).
6. Gunakanlah kata-kata yang dapat diukur, contoh; anda tidak dapat
mengukur ‘kemungkinan’, ‘mengerti’, ‘tepat’. Anda perlu
mengidentifikasi kata yang berarti dalam istilah pengukuran.
7. Memastikan bahwa outcomes mengukur pernyataan standar.
8. Keterlibatan tim multi disiplin dalam menyusun standar, sangat
dperlukan.
9. Monitoring standar harus merupakan bagian dari evaluasi asuhan
pasen.
10. Standar harus merefleksi kepada asuhan spesifik yang diperlukan
pasen
11. Standar harus menjadi bagian sistem yang mudah dicapai, kemudian
diperbaiki dalam beberapa bulan untuk mengecek konsistensi
pencapaian.
Standar baru harus dipelihara untuk meningkatkan kinerja standar
sebaiknya diletakkan dalam rak buku di ruangan.
12. Walaupun dalam pelayanan kesehatan, hasil mungkin tidak selalu
seperti apa yang diinginkan atau diharapkan, definisi standar struktur
dan proses yang baik, terlihat sejauh mana ditingkatkan kemungkinan
pencapaian outcomes atau hasil yang diharapkan. Outcomes adalah
hasil yang dicapai melalui penentuan dan melengkapi proses.
Outcomes ditulis untuk setiap prosedur, pedoman praktek dan rencana.
BAB III
PEMBAHASAN
A. STANDAR PERSYARATAN MINIMAL
1. Standar Masukan
a. Asuhan Kehamilan
Standar Personel
Pada Poli Kandungan dan Kehamilan di RSUD Ambarawa buka
setiap hari senin-sabtu pukul 08.00-12.00 WIB. Setiap hari terdapat 8
orang yang bertugas di Poli Kandungan dan Kehamilan yang terdiri
dari 1 dokter, 1 bidan, 5 dokter muda dan 1 orang praktikan. Di tempat
ini, praktikan hanya diperbolehkan menyambut pasien, anamnesa
pasien, melakukan TTV, membantu dokter muda mengganti balut pada
luka operasi sectio caesaria, mengantarkan pasien keruang kebidanan
dan kandungan, serta membantu bidan melakukan pendokumentasian.
Pemeriksaan di Poli Kehamilan dan Kandungan dilakukan oleh dokter
SpOG dengan menggunakan USG.
Standar Fasilitas
Fasilitas di Poli Kandungan dan Kehamilan di RSUD cukup
lengkap antara lain
Barang BanyakKondisi
Baik Kurang Baik
Meja 2
Kursi 8
Sphygmomanometer 1
USG 2D 1
Partus set 1
Heacting set 1
Lampu sorot 1
Meja gyn 1
Linec 1
Timbangan BB 1
Komputer 1
Wastafel 1
b. Asuhan Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir
Standar Personal
Pada Ruang Bougenville terdapat 2 ruangan yaitu ruang bersalin dan nifas.
Bidan Perawat Jumlah
Lulusan D3 15 3 18
Lulusan D4 1 2 3
Jumlah 16 5 21
Standar Fasilitas
Baik Kurang baik
Partus set 3 set -
USG 1 -
Curettage set 3 set -
Infant warmer 1 -
Bed 32 -
Autoclave 1 -
Doppler 1 1
TTV 2 1
Obat dan cairan infus Banyak -
Midline 2 -
Resusitasi set 2 -
Wastafel 4 -
Kamar mandi petugas 2 -
Kamar mandi pasien 6 -
Kamar bersalin 2 -
Kamar kuretase 1 -
Kamar bayi 1 -
Ruang obat 2 -
Kamar petugas 1 -
Kamar nifas 8 -
Ruang periksa USG 1 -
Ruang petugas pelayanan 2 -
Kereta dorong bayi 5 -
Kulkas 1 -
Computer 1 -
Sehingga dapat disimpulakan bahwa standar masukan pada pelayanan di
Ruang Bougenville RSUD Ambarawa cukup baik.
2. Standar Lingkungan
Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu suatu
pemberi pelayanan harus memiliki organisasi dan manajemen yang telah
ditetapkan dalam hal ini RSUD Ambarawa memiliki visi, misi, motto dan
tujuan sebagai berikut :
a. Visi
Menjadi Rumah Sakit yang berkualitas, terpercaya dan kebanggaan
bagi masyarakat.
b. Misi
1) Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkompeten.
2) Menyediakan peralatan, fasilitas, sarana dan prasarana pendukung
yang memadai.
3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menyeluruuh,
bermutu, bertanggung jawab dan bermanfaat bagi masyarakat.
c. Motto
Kesembuhan dan kepuasan anda adalah kebahagiaan kami
d. Tujuan
1) Tujuan Umum
Meningkatkan fungsi rumah Sakit melalui peningkatan
pemanfaatan rumah sakit, peningkatan rujukan dan sumber daya
manusia baik kualitas maupun kuantitas yang lebih proporsional
dalam hubungannya dengan fungsi Rumah sakit sebagai
penyelenggara upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan
(curratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang meliputi pemeriksaan,
pengobatan dan asuhan penderita, yang didukung dengan upaya
promotif dan preventif.
2) Tujuan Khusus
a) Mewujudkan pelayanan Rumah Sakit yang lengkap,
berkualitas dan bertanggungjawab dengan sarana yang
memadai, memiliki sumber daya aparatur yang profesional
dengan biaya yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
b) Melaksanakan RS Tipe C dengan PPK-BLUD serta
mewujudkan sistem informasi Rumah Sakit yang tepat guna
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.
c) Meningkatkan kinerja sumber daya aparatur dan manajemen
Rumah Sakit, menciptakan budaya kerja yang cepat, tepat dan
cermat serta kesejahteraan aparatur agar menjadi Rumah Sakit
terpercaya bagi masyarakat.
e. Strategi
Strategi RSUD Ambarawa adalah:
1) Pengembangan kapasitas dan penguatan kelembagaan rumah sakit
untuk meningkatkan kinerja secara optimal, tetapi pesaing cukup
banyak dan sistem operasional belum terstandarisasi dengan baik.
2) Pengembangan kerja sama antara rumah sakit dengan dokter/
bidan/ perawat/ rumah bersalin/ Puskesmas di wilayah Kabupaten
Semarang sehingga dapat meningkatkan kunjungan pasien di
rumah sakit. Untuk itu masih diperlukan jumlah dan jenis alat
kesehatan yang canggih sehingga pelayanan kesehatan di RSUD
Ambarawa dapat terlaksana secara komprehensif.
3) Penambahan tenaga dokter, perawat, dan bidan agar kapasitasnya
meningkat dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
harapan, tuntutan dan kebutuhan masyarakat umum.
Program praktek Pra PKK merupakan suatu program yang wajib
dilakukan mahasiswa untuk menunjang skill atau ketrampilan yang telah
diajarkan, maka dari itu mahasiswa dituntut untuk lebih trampil dan
kompeten dalam menunjang asuhan pelayanan kebidanan. Untuk
menunjang pelaksanaan praktek pra PKK II pihak institusi memiliki target
ketrampilan antara lain, asuhan kehamilan, asuhan persalinan, asuhan
nifas, asuhan BBL, asuhan bayi, dan asuhan balita atau pra sekolah yang
harus dipenuhi oleh mahasiswa dalam praktek klinik di RSUD Ambarawa.
Dalam hal ini pihak institusi (penyelenggara) telah memilki kerjasama
(MoU) dengan pihak RSUD Ambarawa.
Dalam pelaksanaan praktek klinik di RSUD Ambarawa mahasiswa
tidak mendapatkan ruangan perinatologi dan ruang anak karena tidak
diberikan kebijakan oleh pihak rumah sakit khusunya Kabid. Keperawatan
yang mengatur pembagian ruang untuk mahasiswa praktik. Tidak
mendapatkannya ruangan perinatologi dan ruang anak tersebut maka
mahasiswa tidak dapat memenuhi target asuhan kebidanan bayi dan balita
pada pra PKK II serta tidak dapat meningkatkan ketrampilan asuhan
kebidanan pada bayi dan balita atau anak pra sekolah.
3. Standar Proses
Pada standar proses, ditetapkan persyaratan minimum unsur proses yang
harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanna kesehatan yang
bermutu. Yang termasuk standar proses adalah standar tindakan.
a. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
Poli Kandungan dan Kebidanan RSUD Ambarawa buka setiap
hari Senin-Sabtu pukul 08.00-12.0 WIB. Dalam pelaksanaan praktek
yang dilakukan di Poli Kandungan dan Kebidanan RSUD Ambarawa,
terdapat penyimpangan yaitu praktikan tidak diperkenankan untuk
melakukan asuhan kehamilan secara menyeluruh. Praktikan hanya
melakukan anamnesa sekilas, timbang berat badan, mengukur tinggi
badan, mengukur tekanan darah dan palpasi secara singkat (sebelum
dokter obsgin datang), mengganti balut pada pasien control pasca
sectio caesarea, dan melakukan pedokumentasian. Praktikan tidak
diperkenan kan melakukan pemeriksaan Hb darah karena sudah di
periksa di laboratorium. Tindakan yang dilakukan untuk pemeriksaan
ibu hamil di Poli kandungan dan kebidanan lebih memfokuskan pada
pemeriksaan menggunakan USG. Sehingga masalah yang timbul
dalam penyimpangan ini adalah praktikan tidak dapat melakukan
asuhan kebidanan secara menyeluruh dan lengkap kepada pasien .
b. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Dalam pelaksanaan praktek yang dilakukan di Ruang
Bougenville RSUD Ambarawa, terdapat penyimpangan yaitu praktikan
tidak di beri kewenangan untuk melakukan asuhan kebidanan pada
persalinan dengan menggunakan APN 58 langkah secara lengkap
karena dianggap belum terampil. Penyebabnya adalah banyak nya
praktikan yang lebih berpengalaman dari kita. Misalnya praktikan
bidan semester 5 dan coas yang lebih di percaya bidan rumah sakit
untuk melakukan asuhan kebidanan pada persalinan. Selain itu,
tindakan yang dilakukan pada ibu bersalin biasanya adalah tindakan
bersifat patologis sehingga bidan rumah sakit masih ragu dengan
praktikan semester 3. Pada asuhan persalinan kami hanya diberikan
kesempatan untuk melakukan :
1) anamnesa pasien,
2) pemeriksaan fisik present
3) pemeriksaan fisik obstetric (Mammae, TFU, Palpasi Leopold,
menghitung DJJ, VT)
4) pemantauan pasien Kala I dengan pengawasan 10 meliputi KU, TD, N,
S, RR, HIS, DJJ, Bandle Ring, PPV, Tanda Gejala Kala II.
5) Melakukan asuhan sayang ibu meliputi memberi dukungan ibu dengan
mengajak bicara agar tidak terlalu memikirkan rasa sakit yang dirasakan,
memberi kenyamanan pada ibu dengan mengajarkan teknik-teknik
pengurangan nyeri, memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi.
6) Saat pertolongan kala II, praktikan diberi kesempatan untuk
mengajarkan ibu teknik pengurangan nyeri dan mengejan yang benar.
7) Saat pertolongan kala III, praktikan diberi kesempatan untuk
menyuntikkan oksitosin, memotong tali pusat, masase uterus.
8) Saat kala IV, praktikan sangat berperan aktif untuk memantau kondisi
ibu secara komprehensif. Pada pemeriksaan persalinan normal dilakukan
selama 2 jam meliputi ( memantau Tekanan Darah, Nadi, Respiratory
Rate, kontraksi uterus, pengeluaran volume urine dan PPV setiap 15
menit saat jam pertama dan setiap 30 menit saat jam kedua, serta
mengukur Suhu setiap 1 jam. Sedangkan pemeriksaan persalinan
section caesarea dilakukan selama 2 jam meliputi mengukur Tekanan
Darah, Nadi, Suhu, Pernafasan, Pengeluaran Volume Urin setiap 15
menit.
Sehingga dalam hal ini timbul masalah yaitu praktikan tidak
dapat melakukan APN secara lengkap untuk meningkatkan
keterampilan dan tidak tercapainya target, tetapi tidak ada
penyimpangan antara teori dan praktik lahan mengenai tindakan
asuhan persalinan.
c. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Dalam pelaksanaan praktek yang dilakukan di ruang
Bougenville RSUD Ambarawa, tidak terdapat penyimpangan dalam
melakukan asuhan kebidanan pada nifas karena kita diberi kewenangan
untuk melakukan tindakan misalnya pemeriksaan TFU, luka perineum
dan pengeluaran pervaginam, pemeriksaan tanda-tanda vital, dan
memberikan ibu konseling yang berhubungan dengan asuhan
kebidanan pada ibu nifas. Sehingga, dalam hal ini tidak terjadi masalah
dalam pemenuhan target asuhan kebidanan pada ibu nifas.
d. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Dalam pelaksanaan praktek yang dilakukan di ruang
Bougenville RSUD Ambarawa, tidak terdapat penyimpangan dalam
melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir karena kita diberi
kewenangan melakukan tindakan misalnya pengikatan tali pusat,
pemberian imunisasi, pemeriksaan fisik, pengukuran antropometri.
Sehingga, tidak terdapat masalah dalam pemenuhan target asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir.
e. Asuhan Kebidanan Pada Bayi dan Anak Pra Sekolah
Dalam pelaksanaan praktek yang dilakukan di RSUD Ambarawa, kami
tidak ditugaskan di ruang Perinatologi karena terjadi
miscommunication antara pihak rumah sakit dengan pembimbing
Praktek dari Institusi, sehingga target Asuhan Kebidanan pada Bayi
dan Balita/Anak Pra Sekolah tidak dapat terpenuhi.
B. PENAMPILAN MINIMAL
Standar penampilan minimal ini menunjuk pada penampilan
pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima. Biasanya standar penampilan
minimal disebut dengan standar keluaran (standar output).
Dalam praktik yang dilakukan di RSUD Ambarawa terdapat unsur
keluaran, yaitu pencapaian target praktik pra PKK I meliputi Asuhan
kebidanan pada kehamilan, asuhan kebidanan pada persalinan, asuhan
kebidanan pada ibu nifas, asuhan kebidanan pada Bayi Baru lahir, asuhan
kebidanan pada bayi, dan asuhan kebidanan pada balita/pra sekolah tidak
dapat terpenuhi secara lengkap. Akibatnya menimbulkan suatu masalah yaitu
mahasiswa kebidanan semester 3 tidak dapat meningkatkan keterampilan
dalam melakukan asuhan kebidanan, Karena pembatasan wewenang
praktikan dan adanya kebijakan dari pihak rumah sakit untuk tidak
menempatkan mahasiswa di ruang perinatal dan ruang anak.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Standar Persyaratan Minimal
Standar masukan yang ada di Ruang Poli Obsgyn dan Ruang
Bougenville RSUD Ambarawa cukup baik karena memiliki petugas
kesehatan cukup banyak dan memiliki sarana pra sarana yang cukup
lengkap sehingga dapat bekerja secara optimal.
Pada standar lingkungan, saat pelaksanaan praktek mahasiswa
tidak mendapatkan tugas di ruangan Perinatologi dan ruang anak karena
tidak diberikan kebijakan oleh pihak rumah sakit khususnya Kabid.
Keperawatan yang mengatur pembagian ruang untuk mahasiswa praktik.
Karena tidak mendapatkannya ruangan tersebut maka mahasiswa tidak
dapat memenuhi target asuhan kebidanan Bayi dan Balita/Anak Pra
Sekolah.
Pada standar proses, saat pelaksanaan praktek mahasiswa diberi
pembatasan kewenangan dalam melakukan asuhan kehamilan, persalinan
dan Bayi Baru Lahir. Saat bertugas di Poli Kandungan dan Kehamilan,
praktikan hanya diberi kesempatan anamnesa, TTV, palpasi jika dokter
belum datang dan melakukan pendokumentasian, sedangkan untuk
pengoperasian USG dilakukan oleh dokter SpOG dan bila ada pasien
untuk melapas jahitan bekas luka sectio caesarea dilakukan oleh dokter
muda, sehingga praktikan hanya dapat melihat saja. Begitu juga saat
persalinan, praktikan hanya diberikan kesempatan pengawasan 10, asuhan
sayang ibu, melakukan VT sesekali, memberikan ibu asupan nutrisi untuk
tenaga mengejan, dan saat bayi lahir membersihkan badan bayi,
memberikan vitamin K, salep mata, dan melakukan pemeriksaan fisik.
2. Standar Penampilan Minimal
Dalam praktik yang dilakukan di RSUD Ambarawa terdapat unsur
keluaran, yaitu pencapaian target praktik pra PKK I meliputi Asuhan
kebidanan pada kehamilan, asuhan kebidanan pada persalinan, asuhan
kebidanan pada ibu nifas, asuhan kebidanan pada Bayi Baru lahir, asuhan
kebidanan pada bayi, dan asuhan kebidanan pada balita/pra sekolah tidak
dapat terpenuhi secara lengkap. Akibatnya menimbulkan suatu masalah
yaitu mahasiswa kebidanan semester 3 tidak dapat meningkatkan
keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan. Karena pembatasan
wewenang praktikan dan adanya kebijakan dari pihak rumah sakit untuk
tidak menempatkan mahasiswa di ruang perinatal dan ruang anak.
B. Saran
1. Dengan kebijakan di ruang Bougenville yang tidak memberikan
kesempatan mahasiswa untuk menolong persalinan dan heacting
perineum, mahasiswa harus memperhatikan saat bidan melakukan
pertolongan tersebut sehingga menambah pengetahuan dan pemahaman.
2. Pada ruang Bougenville dan Poli seharusnya menambahkan lagi peralatan
utama seperti Tensimeter dan Doppler karena hanya memiliki 1 alat dan
alat tersebut dipakai bergantian antara ruang bersalin, ruang nifas dan
ruang operasi.
3. Seharusnya antara pihak institusi dan pihak rumah sakit menyesuaikan
kebijakan dan pelaksanaan praktik sehingga dapat mengurangi
kesenjangan.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Assaf. 2009. Mutu Pelayanan Kesehatan. EGC: Jakarta
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI). 2006. Buku 1 Standar Pelayanan
Kebidanan. Jakarta.
Direktorat UMDK, Dit.Jend. Yan.Med.DEPKES RI “Petunjuk Teknis
Penyusunan
Prosedur Tetap Kegiatan Rumah Sakit Swadana”, Jakarta 1995