Identifikasi Simplisia Jamu
-
Upload
ruth-febrina -
Category
Documents
-
view
298 -
download
22
description
Transcript of Identifikasi Simplisia Jamu
PERCOBAAN IV
IDENTIFIKASI KOMPONEN SIMPLISIA PENYUSUN JAMU
I. Tujuan Percobaan :
Mengidentifikasi komponen-komponen simplisia yang ada dalam jamu yang ada di
pasaran, utamanya berupa jamu godok.
II. Dasar teori :
Penggunaan tanaman obat sebagai bahan baku obat dalam dunia kesehatan semakin
berkembang, hal ini didukung oleh perubahan cara pikir masyarakat yang cenderung back to
nature. Dewasa ini berbagai produk obat-obatan untuk berbagai jenis penyakit telah
diciptakan dan dikembangkan dengan menggunakan tumbuhan obat sekitar. Beberapa produk
tumbuhan obat yang beredar dan menjadi primadona dipasaran yaitu tumbuhan obat dalam
bentuk simplisia dan jamu. Simplisia merupakan bentuk kering dari tumbuhan obat, dimana
bentuk, aroma, rasa masih tampak seperti aslinya, karena simplisia merupakan usaha
pengawetan tumbuhan obat dengan cara menurunkan kadar airnya sehingga komponen kimia
yang dikandung tanaman obat tersebut tidak berubah selama waktu penyimpanan sebelum
obat tersebut dikonsumsi. Sedangkan tumbuhan obat dalam bentuk jamu biasanaya sediaan
obat dalam bentuk serbuk, dimana bentuk, aroma, rasa pada tumbuhan obat sulit dikenali
karena selain bentuknya yang seperti serbuk biasanya sediaan obat dalam bentuk jamu terdiri
dari beberapa jenis tumbuhan obat yang diracik dengan tujuan penggunaan untuk beberapa
jenis penyakit (Pramono,2002).
Obat tradisional merupakan obat yang didapat dari bahan alam (mineral, tumbuhan,
atau hewan ) diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam
pengobatan tradisional. Obat tradisional umumnya menggunakan bahan-bahan alam yang
lebih dikenal sebagai simplisia (Syamsuni, 2005).
Bahan alam merupakan zat kimia murni yang sering digunakan dalam bentuk obat
berizin. Senyawa-senyawa ini terkadang di produksi secara sintetis dan di kenal sebagai
“senyawa identik alami” (jika itu kasusnya), tetapi pada awalnya ditemukan dari obat-obat
tanaman. Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya
lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan atau preventif meskipun ada pula upaya
sebagai pengobatan suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya obat tradisional,
ditambah dengan gema kembali ke alam, telah meningkatkan popularitas obat tradisional. Hal
ini terbukti dari semakin banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi
obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Heinrich,M.2009).
Dibanding obat-obat sintetis, obat alami tersebut memiliki kelebihan yaitu, tidak
memiliki efek samping negatif pada tubuh kita .Namun, teknik pengkonsumsian oabat alami
tersebut kurang praktis. Berbagai penelitian tentang tanaman obat kerap dilakukan sebagai
usaha pengembangan dalam menambah nilai tanaman obat baik dari segi sosial maupun
ekonomi. Salah satu hasil penelitian tersebut yaitu pembuatan obat alami dalam bentuk
kapsul yaitu sengan cara mengekstrak senyawa kimia aktif tanaman obat, hal ini
meningkatkan minat masyarakat untuk mengkonsumsi obat alami secara praktis, selain itu hal
ini dapat meningkatkan nilai ekonomi tumbuhan obat, ini terbukti dengan berkembangnya
usaha budidaya tumbuhan obat sebagai bahan baku obat alami (Pramono,2002).
III. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah campuran jamu berupa
rajanagn dan bentuk serbuk, dan larutan kloral hidrat 70 % LP.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kaca pembesar, mikroskop, gelas
obyek, kaca penutup, dan lampu spiritus.
IV. Prosedur Kerja
1. Jamu yang berupa rajangan dipisahkan dan dikelompokkan berdasarkan simplisia
penyusunnya.
2. Dilakukan uji makroskopik dan organoleptis pada setiap simplisia penyusun jamu.
3. Ditentukan nama masing-masing simplisia penyusun jamu tersebut.
4. Jamu yang berupa campuran serbuk, dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik
5. Ditentukan fragmen khas pada serbuk jamu tersebut.
6. Ditentukan simplisia penyusun serbuk jamu tersebut.
1. Uji Makroskopik Simplisia Jamu
- Diamati bentuk simplisia
- Diamati ukuran simplisia
- Diamati keadaan fisik simplisia
- Diamati bau simplisia
- Diamati warna simplisia
- Diamati rasa simplisia
- Ditentukan nama simplisia penyusun jamu
2. Uji Mikroskopik Simplisia Jamu
- Diletakkan diatas kaca objek
- Ditetesi dengan larutan kloralhidrat
70% LP
- Dipanaskan di atas lampu bunsen
- Dijaga jangan sampai kering
- Ditutup dengan gelas penutup
- Ditambah larutan kloralhidrat bila
perlu
- Dilihat dibawah mikroskop dengan
perbesaran lemah (12,5x10) dan perbesaran kuat
(12,5x40)
- Diamati warna dan fragmennya
- Digambar fragmen-fragmennya
Serbuk Simplisia Jamu
Data
Simplisia Jamu
Data
V. Hasil Percobaan
1. Jamu M
Keterangan :
Perbesaran : 10 x 10
2. Jamu 6
Keterangan :
Perbesaran : 10 x 10
VI. Pembahasan
Secara umum analisis obat tradisional jamu dikelompokkan menjadi 2 macam
analisis, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif berfungsi untuk
mengidentifikasi jenis dari suatu zat atau simplisia yang terdapat pada bahan bakunya,
sedangkan analisis kuantitatif yaitu penetapan kadar atau kemurnian dari zat atau simplisia
yang akan dianalisis. Pengujian secara kualitatif obat tradisional jamu biasanya digunakan
untuk mengidentifikasi atau menganalisis jenis bahan baku dari suatu simplisia baik dari jenis
tumbuhan maupun jenis hewan. Didalam pemeriksaan kualitatif ini, meliputi analisis sebagai
berikut :
1. Pengujian organoleptis, yaitu pengujian untuk mengetahui kekhususan bau dan rasa
dari simplisia yang diuji.
2. Pengujian makroskopis, yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan kaca
pembesar atau dengan indera. Fungsinya untuk mencari kekhususan morfologi ukuran
dan warna dari simplisia yang diuji.
3. Pengujian mikroskopis, yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
mikroskop dengan pembesaran tertentu yang disesuaikan dengan keperluan simplisia
yang diuji dapat berupa sayatan melintang, membujur atau berupa serbuk. Fungsinya
untuk mengetahui unsur-unsur anatomi jaringan yang khas dari simplisia.
4. Pengujian histokimia.
5. Identifikasi kimia terhadap senyawa yang tersari.
Pengujian mikroskopis dan makroskopis dilakukan untuk menentukan jenis simplisia.
Pengujian histokimia dan identifikasi kimia dilakukan untuk mengetahui kelompok utama zat
aktifnya. Dari pengujian tersebut diatas dapat diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen
pengenal yang spesifik untuk masing-masing simplisia.
Penetapan secara kuantitatif meliputi :
1. Penentuan kadar kandungan, yaitu untuk mengetahui jumlah kandungan yang terdapat
pada simplisia yang diuji atau pada produk jamu setengah jadi. Misalnya penentuan
kadar tannin, alkaloida, minyak atsiri, glukosida, flavonoida.
2. Penentuan kadar air, yaitu untuk mengetahui besarnya kandungan air yang terdapat
pada simplisia yang diuji.
3. Penentuan kadar abu.
4. Penentuan bahan organik asing.
Pada praktikum kali ini hanya dilakukan uji mikroskopik , tujuan dari uji mikroskopik
ini adalah mengidentifikasi suatu simplisia jamu yang tersusun dari beberapa komponen-
komponen. Komponen tersebut dapat terdiri dari dua atau tiga komponen penyusun simplisia
jamu. Kelompok kami mendapatkan dua simplisia jamu yang harus diidentifikasi yaitu Jamu
M dan Jamu 6. Pertama, uji mikroskopik dilakukan pada jamu M dengan cara menyiapan alat
dan bahan yaitu serbuk simplisia dan mikroskop terlebih dahulu lalu meletakkan serbuk
simplisia Jamu M di atas kaca objek . Setelah itu serbuk simplisia ditetsi larutan kloral hidrat
70 % yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan sel seperti protein. Kemudian kaca
objek di fiksasi di atas bunsen karena proses ini dapat mempertahankan elemen-elemen sel
atau jaringan agar tetap berada pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk
maupun ukuran. Preparat dijaga jangan sampai kering lau preparat ditutup dengan gelas
penutup. Stelah itu pengamatan dilakukan dengan mikroskop untuk mengetahui fragmen-
fragmen penyusun dari Jamu M. Dengan perbesaran 10x10 diketahui penyusun dari simplisia
jamu ini adalah Foeniculli fructus dan Cardamomi fructus . Penentuan komponen-komponen
penyusun ini dilakukan dengan mencocokkan fragmen penyusun dari beberapa simplisia
yang telah diujikan pada praktikum sebelumnya dan juga dicocokkan dengan gambar
referensi pada buku. Berikut ini klasifikasi dari komponen-komponen jamu tersebut :
1. Cardamomi fructus
Buah kapulaga adalah buah tumbuhan Amomun cardomomun Auct. non L. (Amomum
compactum Soland. ex Maton), suku Zingiberaceae, bau khas aromatic, rasa agak pedas.
Serbuk berwarna kelabu kekuningan, secara mikroskopik mempunya fragmen-fragmen
pengenal yaitu :
1) Fragmen epidermis kulit biji berdinding tebal bebentuk memanjang.
2) Fragmen lapisan sel yang mengandung minyak atsiri.
3) Fragmen sklerenkim palisade yang terlihat tangansial berbentuk polygonal.
4) Fragmen farisperm yang penuh dengan butir pati kecil.
5) Fragmen serabut sklerenkim dari berkas pembuluh pada mesokarp.
6) Fragmen sel batu pada masokarp.
7) Fragmen selaput biji.
8) Sel endoderm dengan hablur kalsium oksalat berbentuk prisma (Heyney,1997).
2. Foeniculli fructus
Uji Mikroskopik :
Epikarp terdiri dari 1 lapis sel tetrahedral atau polyhedral, kutikula tidak bergaris, stomata
bertipe anomositik (Ranucunlaceae). Mesokarp umumnya parenkimatik, di mesokarp daerah
rusuk terdapat berkas pembuluh fibrovasal dengan serabut sklerenkim bernoktah sempit dan
berlignin. Di sekitar berkas pembuluh terdapat parenkim berwarna kecoklatan dengan diding
sel berpenebalan jala dan berlignin. Saluran minyak atau vitae dengan satu lapis epithelium
berwarna coklat endocarp terdiri dari 1 lapis sel pipih. Pada penampanag tagensial tampak
sebagai sel-sel berbentuk tersusun dalma kelompok-kelompok sel yang berlawana arah. Kulit
terdiri dari ilapis sel terentang tagensial. Endosperm terdiri dari sel-sel parenkim bentuk
polyhedral, dinding tebal tidak berlignin , berisi minyak lemak dan butir-butir aleueron yang
berisi hablur kalsium oksalat berbentuk roset.
Serbuk berwarna coklat kekuningan. Fragmen pengenal adalah jaringa endosperm
berdinding tebal, berisi minyak lemak dan butir-butir aleuron yang berisi hablur kalsium
oksalat berbentuk roset kecil; saluran minyak berwarna kuningan atau kecoklatan parenkim
berpenebalan jala berwarna kecoklatan, serabut bernoktah sempit; endocarp dengan
kelompok sel-sel berbentuk hampir tetrahedral tersusun berlainan arah. Tidak terdapat rambut
atau pati
Perlakuan yang sama dilakukan pada jamu 6 dengan perbesaran 10x10 didapatkan
komponen-komponen penyusunnya adalah Guzumae folium,Kaempferiae rhizoma ,dan
Caryophylli flos. Berikut ini adalah komponen-komponen penyusun jamu tersebut ,
1. Caryophylli floss (Bunga Cengkeh)
Bunga cengkeh adalah kuncup bungaSyzygium aromaticum (L.) Merr. 7 Perry.
Sinonim Eugenia caryophyllus (Spreng.) Bullock et Harison, Eugenia caryophyllata Thunb.,
Eugenia aromatica (L.) Labill., suku Myrtaceae.
Mikroskopik:
Pada penampang melintang bunga di bawah bakal buah tampak sel epidermis bentuk empat
persegi panjang terdiri dari 1 lapis sel dengan kutikula tebal; pada pengamatan paradermal
tampak sel epidermis bentuk poligonal atau hamper bundar ; stomata bundar tipe anomositik.
Pada bagaian korteks terdapat beberapa lais sel parenkim bentuk polygonal atau hampir
bundar, kelenjar minyak skizolisigen bentuk bundar atau bundar telur terbalik. Pada bagian
dalam terdapat berkas pembuluh tipe bikolateral, serabut sklerenkim dan sel batu. Kristal
kalsium oksalat bentuk roset terdapat di semua bagian. Parenkim pusat terdiri dari beberapa
lapis sel kecil membentuk cincin dengan ruang antar sel yang besar. Pada daun mahkota dan
daun kelopaktammpak sel epidermis atas dan bawah bentuk empat persegi panjangbila
tampak paradermal berbentuk polygonal, diantaranya terdapat parenkim bentuk polygonal,
kelenjar minyak skizolisigen, Kristal kalsium oksalat bentuk roset dan berkas pembuluh.
2. Kaempferiae rhizome (Rimpang Kencur)
Mikroskopik:
Periderm: terdiri dari 5 sampai 7 lapis sel, sel berbentuk segi panjang berdinding tipis.
Jaringan parenkim korteks : terdapat di bawah periderm, sel parenkim isodiametrik,
berdinding tipis, berisi butir-butir pati, sel idioblas minyak berbentuk hamper bulat dan
bergaris tengah 50 µm sampai 100 µm, dalam idioblas minyak terdapat minyak yang
tidak berwarna sampai berwarna putih semu kekuningan. Butr pati: umumnya tunggal,
besar, bentuk bulat, bulat telur atau bulat telur tidak beraturan dengan salah satu ujungnya
mempinyai putting, lamella, dan hilus tidak jelas; panjang butir pati 10 µm sampai 40
µm, umumnya 25 µm, lebar butir pati 6 µm sampai 25 µm, umumnya 23 µm. Berkas
pembuluh : tersebar dalam korteks dan silinder pusat; pembuluh kayu terdiri dari
pembuluh spiral, pembuluh tangga dan pembulh jala, tidak berlignin. Endodermis:
mempunyai dinding radial yang agak menebal, tidak berisi butir pati. Silinder pusat:
lebar, parenkimatik, berisi butir pati dan idioblas minyak seperti pada koteks, berkas
pembuluh dibawah endodermis tersusun teratur dalam suatu lingkaran dan berdekatan
satu sama lainnya.
3. Guazumae folium (Daun jati blanda)
Daun jati blanda adalahdaun Guazuma ulmifolia Lamk. var . tomanosa. K. Schum.
Mikroskopik:
Epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel, berambut penutup dan berambut kelenjar. Sel
epidermis besar, pada penampang tangensial tampak berbentuk poligonal; kutikula agak
tebal, tidak berstomata. Epdermis baawah terdiri dari 1 lapis sel, berstomata, berambut
penutup dan berambut kelenjar. Sel epidermis bawah lebih kecil dari pada epidermis atas,
pada penampang tangensial tampak dinding samping bergelombang. Stomata tipe
anisositik, bentuk jorong, panjang 20 µm sampai 40 µm. Rambut penutup bentuk
menyerupai bintang, terdiri dari beberapa rambut bersel tunggal yang berimpit pada
bagian pangkalnya, dinding tebal tidak berwarna, panjang berbeda-beda, ruang rambut
berwarna coklat. Rambut kelenjar terdiri dari 2 sampai 3 sel tangkai dan 3 sel kepala, 1
sel kepala lebih besar dari 2 sel lainnya. Mesofil terdiri dari jaringan palisade dan jaringan
bunga karang. Dalam mesofil terdapat hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Jaringan
palisade terdiri dari 1 lapis sel. Jaringan bunga karang tersusun rapat terdiri dari 2 sampai
4 sel lapis. Berkas pembuluh tipe kolateral, disertai serabut sklerenkim dan serabut hablur
yang berisi hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Hablur kalsium oksalat terdapat
lebih banyak pada tulang daun daripada di mesofil. Pada parenkim tulang daun terdapat
sel lendir atau saluran lendir.
Berdasarkan undang-undang kesehatan bidang farmasi dan kesehatan, yang dimaksud
dengan Obat Bahan Alam Indonesia adalah Obat bahan Alam yang diproduksi di Indonesia.
Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat,
Obat bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi : Jamu, Obat Herbal Terstandar, dan
Fitofarmaka (Frans,2007).
Obat Herbal Terstandar
Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau
penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Pada
melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga
mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun
ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi tinggi, jenis
herbal ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-
penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan
ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji
toksisitas akut maupun kronis. Contoh OHT (Diapet, Hi-Stimono, Irex-Max, Kiranti
Pegel Linu, Kiranti Sehat Datang Bulan).
Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat
modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti
ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarat ilmiah,
protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika,
tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. Produk Fitofarmaka yang sudah disetujui
BPOM adalah nodiar/tablet , x-gra,tensigard, dan agromed/kapsul. Fitofarmaka dapat
dikatakan sebagai obat herbal tertinggi dari Jamu dan Herbal Terstandar karena proses
pembuatannya sudah mengadopsi CPOB dan sampai uji klinik pada manusia.
Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh
bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran)
serta digunakan secara tradisional. Jamu telah digunakan secara turun-temurun
selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun.
Pada umumnya , jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur.
Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup
dengan bukti empiris turun temurun. Jamu adalah tingkat terendah dari strata obat herbal
lainnya tingkatan selanjutnya adalah Herbal Terstandar.
(Wibowo,2011).
Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,
klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris dan memenuhi persyaratan mutu yang
berlaku. Obat tradisional tidak boleh mengandung bahan kimia obat (BKO) (Frans,2007).
Seperti halnya pemeriksaan makroskopik sediaan jamu, pemeriksaan mikroskopik
juga digunakan untuk menjamin kebenaran dari simplisia penyusun sediaan jamu dengan
mengamati bentuk fragmen spepisifik penyusun pada sediaan jamu. Uji mikroskopik
dilakukan dengan mikroskopik yang derajat perbesarannya disesuaikan denga keperluan. Uji
mikroskopik serbuk jamu tidak hanya dapt dilakukan melihat bentuk anatomi jaringan yang
khas, tetapi dapat pula menggunakan uji histokimia dengan penambahan pereaksi tertentu
pada serbuk sediaan jamu uji, dan zat kandungan simplisia uji akan memebrikan warna
spesifik, sehingga mudah di deteksi. ( Anonim,2010)
Berbeda dengan obat-obatan modern, standar mutu untuk jamu didasarkan pada bahan
baku dan produk akhir yang pada umumnya belum memiliki baku standar yang sesuai dengan
persyaratan. Simplisia nabati, hewani dan pelican yang dipergunakan sebagai bahan untuk
memperoleh minyak atsiri, alkaloid, glikosida atau zat berkhasiat lainnya, tidak perlu
memenuhi persyaratan yang tertera pada monografi yang bersangkutan. Identifikasi simplisia
dapat dilakukan berdasarkan uraian mikroskopik serta identifikasi kimia berdasarkan
kandungan senyawa yang terdapat didalamnya (MMI,1995)
Pemeriksaan anatomi serbuk dari suatu simplisia memiliki karakteristik tersendiri, dan
merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia atau penyusun jamu. sebelum melakukan
pemeriksaan mikroskopik harus di pahami bahwa masing-masing jaringan tanaman berbeda
bentuknya.Ciri khas dari masing-masing organ batang, akar dan rimpang umumnya memiliki
jaringan penyusun primer yang hampir sama yaitu epidermis,korteks dan endodermis, jari-jari
empulur dan bentuk berkas pengangkutannya. Tipe berkas pengangkut umumnya mengacu
pada kelas tanaman seperti monokotil memiliki tipe berkas pengankutan terpusat
(konsentris), dan pada dikotil tersebar (kolateral).Sedangkan jaringan sekunder pada organ
batang , akar dan rimpang berupa periderm , dan ritidorm. Rambut penutup dan stomata
merupakan ciri spesifik dari bagian daun serta tipe sel idoblas seringkalai menunjukkan ciri
spesifik suatu bahan nabati.(Egon,1985)
VII. Kesimpulan
Obat tradisional umumnya menggunakan bahan-bahan alam yang lebih dikenal
sebagai simplisia.
Uji mikroskopis dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajad
pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Pada uji mikroskopis dicari unsur-
unsur anatomi yang khas.
Komponen-komponen Jamu M adalah Foeniculli fructus dan Cardamomi fructus.
Komponen-kompone Jamu 6 adalah Guazumae folium, Kaempferiae Rhizoma, dan
Caryophilli flos.
Uji mikroskopik serbuk jamu tidak hanya dapat dilakukan melihat bentuk anatomi
jaringan yang khas, tetapi dapat pula menggunakan uji histokimia dengan
penambahan pereaksi tertentu pada serbuk sediaan jamu uji, dan zat kandungan
simplisia uji akan memebrikan warna spesifik, sehingga mudah di deteksi.
Uji makroskopik yaitu pemeriksaan awal dengan mengamati bentuk organoleptik
simplisia menggunakan panca indra dengan mendiskripsikan bentuk, warna, bau,
dan rasa kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya (spesies).
VIII. Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Penuntun PraktikumFarmakognosi II. Makassar : Fakultas farmasi.
Universitas Muslim indonesia.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan., 2000, Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat, Jakarta : DEPKES RI.
Frans A. Rumate. A.Ilham Makhmud. 2007. Peraturan Perundang-undangan Bidang
Farmasi dan Kesehatan.Makasar : Fakultas Farmasi – Universitas Hasanuddin.
Heyney, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia II, Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Heinrich,Michael,etc. 2009. Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta : EGC.
Lincoln, Yvona S dan Egon G. Guba, 1985. Naturalistic Inquiry, Texas: Sage Publication.
Baverly Hills.
Pramono E. 2002. The Comercial use of traditional knowledge and medicinal plants in
Indonesia. Paper Submitted for Multistakeholder Dialogue on Trade, Intelectual Property
and Biological resources in Asia, BRAC Centre for Development Management,
Ranjendrapur, Bangladesh April 19 – 21, 2002.
Agustin , Sera Nur. 2011. Buah Adas. http://rashekimfar.blogspot.com/2011/08/buah-adas-
foeniculi-vulgaris-fructus.html diakses pada tanggal 11 Desember 2012.
Syamsuni.2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC.
Tim Penyusun Materia Medika Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia Edisi VI. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Wibowo,Aji.2011.HerbalTerstandar. http://farmatika.blogspot.com/p/herbalterstandar.html
diakses pada tanggal 10 Desember 2012