Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi...

74
IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KOTA DUMAI PROVINSI RIAU TAHUN 2000-2010 OLEH SISWINY MARITO OCTALYA Br. TAMBUNAN H14114017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Transcript of Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi...

Page 1: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

TAHUN 2000-2010

OLEH

SISWINY MARITO OCTALYA Br. TAMBUNAN H14114017

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Page 2: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

RINGKASAN

SISWINY M.O.Br.TAMBUNAN. Identifikasi Sektor Unggulan di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun 2000-2010 (dibimbing oleh SRI MULATSIH).

Masalah pokok dalam pembangunan ekonomi adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah dengan penggunaan sumberdaya daerah. Agar kebijakan pembangunan ekonomi dapat mencapai hasil yang optimal maka identifikasi sektor unggulan menjadi kebutuhan dalam merangsang kegiatan ekonomi daerah.

Kota Dumai merupakan salah satu kabupaten/kota pemekaran yang ada di Provinsi Riau yang terbentuk pada tahun 1999. Pada tahun 2010 nilai PDRB per kapita Kota Dumai berada di bawah PDRB per kapita Provinsi Riau. Jika dilihat dari nilai PDRB Kota Dumai atas dasar harga konstan, Kota Dumai berada di posisi kedua terendah setelah Kabupaten Kepulauan Meranti yang baru terbentuk tahun 2009. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sektor unggulan di Kota Dumai serta menganalisis daya saing sektor unggulan tersebut. Dengan mengetahui sektor unggulan diharapkan penyusunan perencanaan pembangunan yang lebih terarah sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Location Quation (LQ) yang digunakan untuk mengetahui sektor basis, analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) yang digunakan untuk mengetahui perbandingan pertumbuhan setiap sektor dengan pertumbuhan PDRB-nya dan analisis Indeks Komposit yang digunakan sebagai penentu sektor unggulan. Cakupan wilayah dalam penelitian ini adalah Kota Dumai dengan periode waktu tahun 2000 hingga 2010.

Penelitian ini menggunakan tiga indikator dalam penentuan sektor unggulan yaitu nilai LQ, nilai Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) yang diperoleh melalui analisis MRP serta nilai kontribusi PDRB. Tiga indikator ini diberi indeks dengan interval nilai 1-5. Setelah indeks masing-masing indikator diperoleh, dilakukan analisis indeks komposit dimana sektor unggulan merupakan sektor dengan indeks komposit terbesar.

Indeks LQ tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif (sektor basis) adalah sektor pengangkutan dan komunikasi. Selain itu subsektor yang memiliki keunggulan komparatif adalah subsektor pengangkutan. Hasil analisis MRP dari komponen indeks RPs menghasilkan sektor jasa-jasa sebagai sektor potensial Kota Dumai yang dilihat dari sisi pertumbuhannya dan subsektor bank menjadi subsektor potensial. Indeks kontribusi PDRB menyimpulkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor dengan indeks tertinggi. Subsektor dengan indeks tertinggi adalah subsektor perdagangan besar dan eceran. Dengan menggunakan metode indeks komposit, dari ketiga indikator dapat disimpulkan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi dengan subsektor pengangkutan merupakan subsektor unggulan Kota Dumai.

Page 3: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

Kondisi yang mempengaruhi daya saing subsektor pengangkutan khususnya angkutan laut Kota Dumai dengan menggunakan pendekatan Porter’s Diamond menunjukkan kondisi yang berdaya saing. Faktor yang menjadi keunggulan subsektor pengangkutan khususnya angkutan laut Kota Dumai adalah sumberdaya manusia, infrastruktur fisik, letak wilayah, permintaan domestik dan dari luar daerah, strategi perusahaan, kawasan industri beserta fasilitasnya, peran pemerintah dan peran kesempatan. Kelemahan subsektor pengangkutan Kota Dumai adalah struktur persaingan.

Page 4: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

TAHUN 2000-2010

Oleh

SISWINY MARITO OCTALYA Br. TAMBUNAN

H14114017

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Page 5: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

Judul : IDENTIFIKASI SEKTOR UNNGGULAN DI KOTA

DUMAI PROVINSI RIAU TAHUN 2000-2010

Nama : Siswiny Marito Octalya Br.Tambunan

NIM : H14114017

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr NIP. 19640529 198903 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dedi Budiman Hakim, Ph.D NIP. 19641022 198903 1 003

Tanggal Kelulusan

Page 6: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-

BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, November 2011

Siswiny Marito Octalya Br. Tambunan H14114017

Page 7: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Siswiny Marito Octalya Br.Tambunan lahir pada tanggal

9 Oktober 1982 di Pekanbaru, Provinsi Riau. Penulis merupakan anak kedua dari

tiga bersaudara, dari pasangan B.Tambunan dan A.Sirait. Penulis menamatkan

pendidikan Sekolah Dasar pada SD Santa Maria Pekanbaru pada tahun 1995,

kemudian melanjutkan ke SMP Santa Maria Pekanbaru dan lulus pada tahun

1998. Tiga tahun kemudian yaitu pada tahun 2001 penulis menamatkan

pendidikan menengah di SMU Negeri 8 Pekanbaru.

Pada tahun 2006 penulis menamatkan pendidikan Diploma IV di Sekolah

Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta jurusan Statistik Ekonomi dengan gelar

Sarjana Sains Terapan (SST) dan langsung ditempatkan untuk bekerja pada kantor

Badan Pusat Statistik Kota Dumai Provinsi Riau. Pada saat ini penulis sedang

menjalani Program Pra-S2 (Matrikulasi/ Alih Jenjang S1) sebagai salah satu

syarat melanjutkan studi di Sekolah Pasca Sarjana Mayor Ilmu Ekonomi Institut

Pertanian Bogor.

Page 8: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala anugerah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan judul ”Identifikasi Sektor Unggulan di Kota

Dumai Provinsi Riau Tahun 2000-2010”. Skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen

Ekonomi, Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Sri

Mulatsih yang telah memberikan bimbingan baik teknis maupun non teknis dalam

proses penyusunan skripsi ini dan Dr. Alla Asmara selaku penguji utama.

Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada teman-teman BPS Pusat, BPS

Provinsi Riau, maupun BPS Kota Dumai yang telah banyak membantu dengan

penyediaan data.

Ucapan terimakasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya juga

penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan saudara-saudara penulis yang telah

memberikan motivasi juga kepada kakak, adik dan sahabat, teman-teman yang

sudah penulis anggap sebagai keluarga. Semoga karya ini bermanfaat bagi

semua pihak.

Bogor, November 2011

Siswiny Marito Octalya Br.Tambunan H14114017

Page 9: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 8

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8

1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

1.5. Ruang Lingkup ............................................................................ 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10

2.1. Teori Pembangunan Ekonomi .................................................... 10

2.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 12

2.3. Teori Basis Ekonomi ................................................................... 13

2.4. Definisi Sektor Unggulan ............................................................. 17

2.5. Analisis Porter’s Diamond .......................................................... 18

2.6. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 19

2.7. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 21

III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 22

3.1. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 22

3.2. Metode Analisis ........................................................................... 22

3.2.1 Analisis Deskriptif ........................................................... 23

3.2.2 Analisis Sektor Unggulan ................................................ 23

3.2.3 Analisis Porter’s Diamond .............................................. 27

3.3. Definisi Operasional Variabel .................................................... 27

IV. GAMBARAN UMUM .......................................................................... 30

4.1. Kondisi Geografis ........................................................................ 30

4.2. Kondisi Kependudukan .............................................................. 31

Page 10: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

4.3. Struktur Ekonomi ....................................................................... 34

4.4. Pertumbuhan Ekonomi ................................................................ 36

4.5. Kondisi Ketenagakerjaan ............................................................ 38

4.5.1. Distribusi Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektor .... 38

4.5.2. Indikator Ketenaga Kerjaan ............................................ 39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 41

5.1. Indikator Sektor Unggulan .......................................................... 41

5.1.1. Analisis Location Quetiont (LQ) ...................................... 41

5.1.2. Analisis MRP .................................................................. 44

5.1.3. Indeks Kontribusi PDRB ................................................. 46

5.2. Sektor Unggulan Berdasarkan Indeks Komposit ....................... 48

5.3. Analisis Porter’s Diamond ......................................................... 50

5.3.1. Kondisi Faktor .................................................................. 51

5.3.2. Kondisi Permintaan ......................................................... 52

5.3.3. Strategi Perusahaan dan Pesaing ..................................... 53

5.3.4. Industri Pendukung dan Industri Terkait.......................... 54

5.3.5. Peran Pemerintah Daerah ................................................ 54

5.3.6. Peran Kesempatan ........................................................... 55

VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 57

6.1. Kesimpulan .................................................................................. 57

6.2. Saran ............................................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58

LAMPIRAN .................................................................................................... 60

Page 11: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kabupaten/kota hasil pemekaran menurut asal kabupaten induk di Provinsi Riau......………………………………………………………... 4

2. PDRB atas dasar harga konstan (ADHK), jumlah penduduk dan PDRB per kapita menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2010 ………. 5

3. Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB dengan migas Kota Dumai tahun 2007-2010 (persen)....................................……………………….. 34

4. Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB tanpa migas Kota Dumai tahun 2007-2010 (persen)……………………………………………….. 35

5. Pertumbuhan ekonomi Kota Dumai menurut lapangan usaha tahun 2007-2010 (persen)...............................…………………………………. 37

6. Indikator ketenagakerjaan Kota Dumai tahun 2007-2010 (Persen).....…. 39

7. Hasil penghitungan LQ dan Rata-rata LQ Kota Dumai tahun 2000-2010.....………...............................................................………….. 42

8. Indeks Location Quotient (LQ) Kota Dumai menurut sektor tahun 2010...........................................................................................................

44

9. Hasil penghitungan Rasio Pertumbuhan Provinsi Riau (RPr) dan Rasio Pertumbuhan Kota Dumai (RPs) tahun 2000-2010.....………………….. 45

10. Indeks rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) Kota Dumai tahun 2000-2010.........................................................…………………............. 46

11. Rata-rata kontribusi PDRB Kota Dumai menurut sektor dan subsektor tahun 2000-2010.........................................................................………... 47

12. Indeks kontribusi PDRB Kota Dumai tahun 2000-2010……………….. 48

13 Indeks komposit sebagai penentu sektor unggulan Kota Dumai............... 49

14 Banyaknya barang dan penumpang melalui Pelabuhan Dumai tahun 2008-2010.................................................................................................. 52

Page 12: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Struktur perekonomian Kota Dumai berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2000-2010.......………………………………...…... 7

2. Porter’s diamond model ..............................................................………. 18

3. Kerangka pemikiran....................................………........……………….. 21

4. Alur penentuan sektor unggulan ……………………………….....…….. 23

5. Peta Kota Dumai...............................……………………………....……. 30

6. Jumlah penduduk Kota Dumai tahun 2007-2010.................................…. 32

7. Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....………................................................………….. 33

8. Pertumbuhan ekonomi Kota Dumai tahun 2007-2010.............................. 36

9. Persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di Kota Dumai tahun 2010.....………..................................................………….. 38

10. Analisis Porter’s Diamond................................………………................ 56

Page 13: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 Kota Dumai tahun 2007-2010 (juta rupiah).......................................................... 60

2. PDRB atas dasar harga berlaku Kota Dumai tahun 2007-2010 (juta rupiah) ......................................................... 61

Page 14: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup

berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

infrastrukur dan lainnya untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan. Proses

pembangunan memiliki tiga tujuan inti yaitu: peningkatan ketersediaan serta

perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan hidup yang pokok, peningkatan

standar hidup (pendapatan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas

pendidikan, peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan) dan

perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial (Todaro dan Smith, 2006). Oleh

karena itu strategi pembangunan didasarkan pada pembangunan yang dapat

menciptakan struktur perekonomian yang kuat dan mampu menghadapi tantangan

di masa mendatang.

Salah satu tujuan kebijakan pembangunan ekonomi adalah untuk

pencapaian target pertumbuhan ekonomi dengan pemanfaatan potensi dan

sumberdaya yang ada. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan

produksi barang dan jasa yang dapat diukur melalui Produk Domestik Bruto

(PDB) pada tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

tingkat daerah baik provinsi, kabupaten maupun kota. Arsyad (1999) menyatakan

bahwa pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestic Product

(GDP) atau Gross National Product (GNP) tanpa memandang apakah kenaikan

Page 15: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

2

itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah

perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan

pembangunan ekonomi dan juga diyakini akan merata ke lapisan bawah (trickkle

down effect) dari output yang dihasilkan oleh suatu daerah. Selain pertumbuhan

ekonomi, ukuran keberhasilan lain dari pembangunan dapat dilihat dari struktur

ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar

daerah serta antar sektor.

Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses pengelolaan

potensi sumberdaya manusia maupun sumberdaya fisik yang ada di suatu daerah

dengan menjalin kemitraan antar pelaku-pelaku pembangunan dengan tujuan

untuk menciptakan suatu lapangan kerja, meningkatan kualitas masyarakat,

merangsang pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan pemerataan ekonomi yang

optimal serta meningkatan tarif hidup masyarakat (Arsyad, 1999). Pada akhirnya,

tercapainya pembangunan ekonomi daerah yang merata dapat menunjang

keberhasilan pembangunan nasional secara menyeluruh.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan untuk

meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.

Penyediaan lapangan kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam

menunjang stabilitas ekonomi dan sosial yang sehat dan dinamis. Oleh sebab itu

diperlukan kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada potensi

Page 16: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

3

sumberdaya manusia, kelembagaan serta sumberdaya fisik dalam upaya

penyediaan lapangan kerja baru dan mendorong peningkatan kegiatan ekonomi.

Keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dicapai dengan memiliki

perencanaan pembangunan ekonomi yang baik. Menurut Arsyad (1999)

perencanaan pembangunan ekonomi daerah dapat dianggap sebagai perencanaan

untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya yang tersedia. Perencanaan

pembangunan dapat dilakukan dengan mengetahui peranan sektor-sektor

pembangunan. Oleh karena itu perlu diteliti sektor unggulan yang diharapkan

dapat menggerakkan sektor-sektor lainnya.

Seiring pelaksanaan otonomi daerah yang ditandai dengan

diberlakukannya UU No.22 Tahun 1999 juncto UU No.32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan UU No.25 Tahun 1999 juncto UU No.33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, maka terjadi perubahan

sistem pemerintahan dari sistem pemerintahan yang bersifat terpusat menjadi

desentralisasi. Daerah kabupaten dan kota sebagai daerah otonom diberikan

kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab secara proporsional sesuai

dengan kondisi, potensi dan keanekaragaman wilayahnya, yang diwujudkan

dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumberdaya nasional yang

berkeadilan serta perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan daerah.

Dengan demikian, pemerintah daerah telah mendapat kewenangan lebih besar

untuk mengurus rumah tangganya sendiri.

Kota Dumai merupakan salah satu kabupaten/kota di Provinsi Riau yang

terbentuk karena adanya UU mengenai otonomi daerah. Dari Tabel 1 terdapat

Page 17: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

4

tujuh kabupaten/kota baru hasil pemekaran. Kabupaten Kepulauan Meranti

merupakan kabupaten termuda di Provinsi Riau karena terbentuk pada tahun 2009

berdasarkan UU No.12 Tahun 2009, sedangkan enam kabupaten/kota baru lainnya

terbentuk pada tahun 1999.

Tabel 1. Kabupaten/kota hasil pemekaran menurut asal kabupaten induk di Provinsi Riau

Kabupaten Induk Kabupaten/Kota Pemekaran

1. Kabupaten Indragiri Hulu 1. Kabupaten Indragiri Hulu 2. Kabupaten Kuantan Singingi

2. Kabupaten Kampar 1. Kabupaten Kampar 2. Kabupaten Rokan Hulu 3. Kabupaten Pelalawan

3. Kabupaten Bengkalis 1. Kabupaten Bengkalis 2. Kabupaten Siak 3. Kabupaten Rokan Hilir 4. Kota Dumai 5. Kabupten Kepulauan Meranti

Sumber: BPS Provinsi Riau, 2011

Kota Dumai merupakan daerah yang berada di pesisir timur Provinsi Riau.

Dumai merupakan daerah hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis yang

diresmikan sebagai Kota pada tanggal 20 April 1999 dengan UU No.16 Tahun

1999 dimana status Kota Dumai adalah kota administratif. Pada awal

pembentukan wilayah administrasi, Kota Dumai memiliki 3 wilayah kecamatan,

13 kelurahan dan 9 desa. Kota Dumai memiliki luas wilayah 1.727,385 km2 dan

merupakan kota terluas di Indonesia dengan jumlah penduduk pada awal

terbentuk hanya sebanyak 15.699 jiwa dan tingkat kepadatan 83,85 jiwa/km2.

Page 18: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

5

Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan

sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. PDRB sebagai

ukuran produktivitas mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan

oleh suatu wilayah pada satu tahun. Dengan menganalisa struktur dan

perkembangan PDRB suatu daerah dari tahun ke tahun dapat diketahui sektor

yang menjadi potensi di suatu wilayah.

Tabel 2. PDRB atas dasar harga konstan (ADHK), jumlah penduduk dan PDRB per kapita menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2010

Kabupaten/Kota PDRB

(Juta Rupiah)*

Jumlah Penduduk (Orang)**

PDRB Per Kapita (Rp)

Kabupaten Kuansing 3.110.873,14 292.116 10.649.444,53Kabupaten Indragiri Hulu 4.029.902,37 363.442 11.088.158,15Kabupaten Indragiri Hilir 6.721.930,59 661.779 10.157.364,60Kabupaten Pelalawan 3.115.413,54 301.829 10.321.783,34Kabupaten Siak 3.813.903,94 376.742 10.123.384,01Kabupaten Kampar 4.661.065,93 688.204 6.772.796,91 Kabupaten Rokan Hulu 2.561.909,73 474.843 5.395.277,45 Kabupaten Bengkalis 3.419.687,00 498.336 6.862.211,43 Kabupaten Rokan Hilir 4.115.430,35 553.216 7.439.102,17 Kabupaten Kepulauan Meranti 1.419.067,34 176.290 8.049.619,03 Kota Pekanbaru 9.047.929,45 897.767 10.078.260,23Kota Dumai 2.086.575,92 253.803 8.221.242,14 Provinsi Riau 48.641.825,21 5.538.367 8.782.701,69

Sumber: BPS Provinsi Riau, 2011 (diolah) *) Angka sangat sementara **) Hasil Sensus Penduduk 2010

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada tahun 2010, Kabupaten Kepulauan

Meranti merupakan kabupaten dengan nilai PDRB terendah di Provinsi Riau

berdasarkan PDRB ADHK tanpa migas yaitu sebesar 1,41 triliun rupiah. Hal ini

dikarenakan kondisi Kabupaten Kepulauan Meranti yang baru terbentuk pada

Page 19: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

6

tahun 2009. Kota Dumai berada di posisi kedua terendah dari 12 kabupaten/kota

se-Provinsi Riau dengan nilai PDRB ADHK tanpa migas sebesar 2,08 triliun

rupiah. Dengan klasifikasi daerah sebagai kota, peran Kota Dumai dalam

pembentukan PDRB ADHK Provinsi Riau sangat kecil dibandingkan

kabupaten/kota lain.

PDRB per kapita Kota Dumai terus mengalami peningkatan tiap tahunnya.

PDRB per kapita Kota Dumai tahun 2008 sebesar Rp. 7.441.544, tahun 2009

sebesar Rp. 7.803.697 dan pada tahun 2010 PDRB per kapita Kota Dumai

meningkat sebesar Rp. 8.221.242. PDRB per kapita Kota Dumai 2010 lebih

rendah dibandingkan PDRB per kapita Provinsi Riau (Tabel 2) dimana PDRB per

kapita Provinsi Riau pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 8.782.701.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi Kota Dumai pada

tahun 2010 adalah sebesar 8,60 persen. Pertumbuhan ekonomi Kota Dumai ini

lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau yaitu sebesar 7,16

persen pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan sektor-sektor ekonomi terus

memacu aktivitas perekonomian.

Selama periode 2000-2010, struktur perekonomian Kota Dumai tanpa

migas didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri

pengolahan serta sektor bangunan dengan besaran masing-masing 23,84 persen;

18,77 persen; 16,99 persen (Gambar 1). Jika migas disertakan dalam struktur

ekonomi maka sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran,

sektor bangunan merupakan pemberi kontribusi besar dalam pembentukan PDRB

Kota Dumai tahun 2000-2010. Peran sektor industri pengolahan yang besar ini

Page 20: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

7

terkait dengan keberadaan industri pengilangan minyak bumi yang ada di Kota

Dumai dimana Kota Dumai merupakan daerah utama dalam pengilangan minyak

bumi di Provinsi Riau. Selain itu di Kota Dumai terdapat beberapa kawasan

industri yang berorintasi pada pengolahan kelapa sawit maupun CPO (Crude

Palm Oil).

Sumber: BPS Provinsi Riau, 2001-2011 (diolah) Gambar 1. Struktur perekonomian Kota Dumai berdasarkan PDRB atas

dasar harga berlaku tahun 2000-2010

Sesuai dengan uraian yang telah dijelasakan di atas, maka penelitian

mengenai sektor unggulan di Kota Dumai perlu dilakukan. Struktur perekonomian

Kota Dumai yang didominasi oleh migas, memiliki keterbatasan dalam jangka

panjang mengingat bahwa migas merupakan sumberdaya alam yang tidak

terperbaharui. Oleh karena itu, sektor unggulan tanpa migas diharapkan dapat

diikutsertakan dalam penyusunan strategi dan perencanaan pembangunan wilayah

yang lebih terarah dalam pencapaian jangka panjang.

Page 21: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

8

1.2. Perumusan Masalah

Pembangunan ekonomi dapat dilihat dari sisi kinerja perekonomian, pola

struktur pertumbuhan ekonomi serta indikator ekonomi lainnya. Dalam penetapan

prioritas pembangunan, perlu diidentifikasi dan dianalisis sektor maupun

subsektor unggulan dalam perencanaan pembangunan Kota Dumai. Dengan

mengetahui sektor/subsektor unggulan yang dapat dikembangkan diharapkan

penyusunan perencanaan pembangunan Kota Dumai diharapkan lebih terarah

sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan. Berdasarkan uraian diatas,

maka dapat dirumuskan tentang masalah-masalah yang menjadi objek dari

penelitian ini, yaitu:

1. Sektor/subsektor manakah yang berpotensi di Kota Dumai untuk menjadi

sektor/subsektor unggulan wilayah?

2. Bagaimana daya saing sektor/subsektor unggulan tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian

ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis sektor/subsektor unggulan di Kota

Dumai.

2. Menganalisis potensi dan daya saing subsektor unggulan Kota Dumai.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk lebih

mengembangkan Kota Dumai dan beberapa manfaat lain yaitu:

Page 22: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

9

1. Memberikan masukan bagi pengambil kebijakan dan instansi-instansi

terkait dalam perumusan kebijakan perekonomian di Kota Dumai, bahwa

terdapat sektor ekonomi yang menjadi unggulan dalam peningkatan daya

saing daerah dan perekonomian daerah.

2. Sebagai bahan atau acuan untuk penelitian–penelitian selanjutnya yang

sejenis.

3. Sebagai bahan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan terutama dalam

bidang ekonomi regional bagi penulis dan pembaca.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Pembahasan skripsi ini dibatasi pada identifikasi sektor unggulan

berdasarkan pembentukan PDRB tanpa migas. Penelitian ini dilakukan pada

lingkup Kota Dumai. Rentang waktu dalam penelitian ini adalah dari tahun 2000

hingga 2010. Hal ini sesuai dengan referensi waktu terbentuknya Kota Dumai.

Penelitian ini juga hanya difokuskan pada pendekatan secara sektoral dengan

menggunakan data PDRB Menurut Lapangan Usaha.

Page 23: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut

akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

suatu fenomena ekonomi yang diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi.

Perspektif mengenai tujuan dan makna pembangunan kemudian berkembang

menjadi lebih luas lagi. Pada hakekatnya pembangunan harus mencerminkan

perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara

keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan

individual maupun kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak maju

menuju suatu kehidupan yang serba lebih baik secara material maupun spiritual.

Oleh karena itu, indikator pembangunan ekonomi tidak hanya diukur dari

pertumbuhan PDRB maupun PDRB perkapita tetapi juga indikator lainnya

seperti: ketenagakerjaan, pendidikan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk

miskin. Hal ini sesuai dengan paradigma pembangunan modern yang mulai

mengedepankan pengentasan kemiskinan, penurunan ketimpangan distribusi

pendapatan, serta penurunan tingkat pengangguran (Todaro dan Smith, 2006).

Menurut Rostow pembangunan ekonomi merupakan suatu proses

multidimensional yang menyebabkan perubahan karakteristik penting suatu

masyarakat, misalnya perubahan keadaan sistem politik, struktur sosial, sistem

nilai dalam masyarakat dan struktur ekonominya. Rostow membedakan proses

Page 24: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

11

pembangunan menjadi lima tahap yaitu: masyarakat tradisional, prasyarat untuk

tinggal landas, tinggal landas, menuju kedewasaan dan masa konsumsi tinggi.

(Arsyad, 1999).

Jhinghan (2010) mengajukan beberapa persyaratan pembangunan ekonomi

yaitu:

1. Atas dasar kekuatan sendiri, pembangunan harus bertumpu pada kemampuan

perekonomian dalam negeri/daerah. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan

prakarsa untuk menciptakan kemajuan materil harus muncul dari

masyarakatnya.

2. Menghilangkan ketidaksempurnaan pasar. Ketidaksempurnaan pasar

menyebabkan immobilitas faktor dan menghambat ekspansi sektoral dan

pembangunan.

3. Perubahan struktural, artinya peralihan dari masyarakat pertanian tradisional

menjadi ekonomi industri yang ditandai oleh meluasnya sektor sekunder dan

tersier serta menyempitnya sektor primer.

4. Pembentukan modal, merupakan faktor penting dan stategis dalam

pembangunan ekonomi, bahkan disebut sebagai kunci utama menuju

pembangunan ekonomi.

5. Kriteria investasi yang tepat, memiliki tujuan untuk melakukan investasi yang

paling menguntungkan masyarakat tetapi tetap mempertimbangkan dinamika

perekonomian.

6. Persyaratan sosio-budaya. Wawasan sosio budaya serta organisasinya harus

dimodifikasi sehingga selaras dengan pembangunan.

Page 25: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

12

7. Administrasi. Dibutuhkan alat perlengkapan administratif untuk perencanaan

ekonomi dan pembangunan.

Aryad (1999) mendefinisikan pembangunan ekonomi daerah sebagai suatu

proses yang mencakup pembentukan institusi baru, pembangunan industri

alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk

dan jasa uang lebih baik, identifikasi pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan

pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Setiap upaya pembangunan

ditujukan secara utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk

masyarakat daerah.

Pembangunan ekonomi daerah sebagai bagian integral dari pembangunan

nasional merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah

sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal dan profesional dalam

menjalankan pemerintahan serta memberikan pelayanan prima kepada

masyarakat. Pembangunan daerah lebih ditujukan pada urusan peningkatan

kualitas masyarakat, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi yang

optimal, perluasan tenaga kerja, dan peningkatan taraf hidup masyarakat.

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

` Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator yang penting dalam

menganalisis pembangunan ekonomi yang dilaksanakan. Pertumbuhan harus

berjalan secara berdampingan dan terencana dalam upaya terciptanya pemerataan

kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan. Dengan demikian maka

suatu daerah yang kurang produktif akan menjadi lebih produktif dan berkembang

yang pada akhirnya dapat mempercepat proses pertumbuhan itu sendiri.

Page 26: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

13

Todaro dan Smith (2006) mengatakan bahwa ada tiga faktor atau komonen

utama dalam pertumbuhan ekonomi. Pertama, akumulasi modal yang meliputi

semua bentuk dan jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik

dan sumberdaya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun

selanjutnya dengan sendirinya membawa pertumbuhan angkatan kerja dan ketiga

adalah kemajuan teknologi.

Menurut Tarigan (2005), pertumbuhan ekonomi wilayah adalah

pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu adanya

kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan

pendapatan menggambarkan pertambahan balas jasa bagi faktor-faktor produksi

yang beroperasi di wilayah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi)

dimana pendapatan tersebut diukur dalam nilai riil (dinyatakan dalam harga

konstan). Hal ini juga dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.

Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang

tercipta di wilayah tersebut juga oleh besaran transfer-payment, yaitu bagian

pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar

wilayah.

2.3 Teori Basis Ekonomi

Perekonomian regional terbagi menjadi dua kegiatan besar, yaitu: kegiatan

basis dan kegiatan nonbasis. Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama

pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan

barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan perindustrian yang menggunakan

Page 27: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

14

sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan

menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation).

Strategi pembangunan daerah yang muncul didasarkan pada teori ini merupakan

penekanan terhadap arti pentingnya bantuan kepada dunia usaha yang

mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Implementasinya adalah

kebijakan yang mencakup pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan-

perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah itu

(Arsyad, 1999).

Menurut Glasson (1977), kegiatan basis adalah kegiatan mengekspor barang dan

jasa keluar batas perekonomian masyarakatnya atau memasarkan barang dan jasa

kepada orang-orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat.

Bertambah banyaknya basis di dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan

ke dalam daerah yang bersangkutan. Menambah permintaan barang dan jasa akan

menimbulkan kenaikan volume kegiatan, begitu juga sebaliknya.

Kegiatan lain yang bukan kegiatan basis disebut sektor nonbasis. Sektor

nonbasis ditujukan untuk memenuhi kebutuhan lokal, sehingga permintaan sektor

ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat dan tidak

bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Oleh karena itu, satu-

satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi

pertumbuhan adalah sektor basis (Tarigan, 2005).

Menurut Priyarsono et al. (2007), sektor basis atau nonbasis tidak bersifat

statis tetapi dinamis sehingga dapat mengalami peningkatan atau bahkan

kemunduran dan definisinya dapat bergeser setiap tahun.

Page 28: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

15

Adapun sebab-sebab kemajuan sektor basis adalah:

1. Perkembangan jaringan komunikasi dan transportasi.

2. Perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah.

3. Perkembangan teknologi.

4. Pengembangan prasarana ekonomi dan sosial.

Sedangkan penyebab kemunduran sektor basis adalah:

1. Adanya penurunan permintaan di luar daerah.

2. Kehabisan cadangan sumberdaya.

Untuk mengetahui sektor basis dan nonbasis dapat digunakan metode

pengukuran langsung maupun tidak langsung. Pada metode pengukuran langsung,

penentuan sektor basis dan nonbasis dilakukan melalui survei langsung di daerah

yang bersangkutan. Sedangkan pada metode pengukuran tidak langsung,

penentuan sektor basis dan nonbasis dilakukan dengan menggunakan data

PDB/PDRB dan tenaga kerja per sektor. Berikut penjelasan mengenai kedua

metode tersebut.

1. Metode Pengukuran Langsung

Pada metode pengukuran langsung, survei dilakukan terhadap sembilan

sektor utama yang terdapat di daerah tersebut. Jika sektor yang disurvei

berorientasi ekspor maka sektor tersebut dikelompokkan ke dalam sektor basis

dan sebaliknya jika sektor tersebut hanya memiliki pasar pada skala lokal maka

sektor tersebut dikategorikan ke dalam sektor nonbasis. Metode ini mudah untuk

dilakukan, namun memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

Page 29: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

16

a. Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan survei secara langsung tidak sedikit,

terutama jika daerah yang disurvei cukup luas.

b. Umumnya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan survei

langsung di suatu daerah.

c. Membutuhkan banyak tenaga kerja, selain itu tenaga kerja yang melakukan

survei harus memiliki skill tersendiri dalam mengidentifikasi sektor basis dan

nonbasis.

2. Metode Pengukuran Tidak Langsung

Secara umum terdapat tiga metode yang digunakan untuk menentukan basis

dan sektor nonbasis di suatu daerah berdasarkan pengukuran tidak langsung,

yaitu:

a. Metode Asumsi

Biasanya berdasarkan kondisi di wilayah tersebut (data sekunder), ada

kegiatan tertentu yang diasumsikan kegiatan basis dan non basis.

b. Metode Location Quotient (LQ)

Metode Location Quotient (LQ) adalah salah satu metode untuk

menentukan sektor basis dan non basis. Dengan dasar pemikiran basis ekonomi,

kemampuan suatu sektor dalam suatu daerah dapat dihitung dari rasio antara

pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah terhadap pendapatan

(tenaga kerja) total wilayah dengan pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat

provinsi terhadap pendapatan (tenaga kerja) provinsi.

c. Metode kombinasi antara pendekatan asumsi dengan metode LQ

Page 30: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

17

Metode kombinasi merupakan kombinasi pendekatan asumsi dengan

metode LQ.

d. Metode Pendekatan Kebutuhan Minimum (MPKM)

Metode pendekatan kebutuhan minimum melibatkan penyeleksian

sejumlah wilayah yang “sama” dengan wilayah yang diteliti, dengan

menggunakan distribusi minimum dari tenaga kerja.

2.4 Definisi Sektor Unggulan

Sektor unggulan adalah sektor yang memiliki ketangguhan dan

kemampuan yang tinggi sehingga dijadikan sebagai harapan pembangunan

ekonomi. Sektor unggulan diharapkan dapat menjadi tulang punggung dan

penggerak perekonomian sehingga dapat menjadi refleksi dari struktur

perekonomian suatu wilayah (Deptan, 2005).

Secara umum, syarat utama agar suatu sektor layak dijadikan sebagai

unggulan perekonomian adalah sektor tersebut memiliki kontribusi yang dominan

dalam pencapaian tujuan pembangunan. Jika dikaitkan dengan pengembangan

wilayah, maka penentuan sektor unggulan dapat dilakukan dengan kriteria sebagai

berikut (Mubyarto, 1989):

1. Jumlah tenaga kerja dan sumberdaya lainnya yang dipergunakan atau bisa

dipakai secara langsung maupun tidak langsung.

2. Kontribusi secara langsung ataupun tidak langsung terhadap pendapatan

PDRB.

Page 31: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

18

3. Kesesuaian lahan dimana karakter lahan harus disesuaikan dengan

karakteristik sektor tersebut dan ketersediannya harus mampu menampung

laju pertumbuhan sektor tersebut.

2.5 Analisis Porter’s Diamond Untuk melihat daya saing suatu sektor dapat menggunakan analisis

Porter’s Diamond. Metode ini merupakan metode kualitatif yaitu menganalisis

tiap komponen dalam porter’s diamond theory. Komponen yang dianalisis seperti

ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Porter’s diamond model

Keterangan gambar:

a. Kondisi faktor merupakan keadaan faktor–faktor seperti sumberdaya alam,

sumberdaya manusia, modal, infrastruktur dan IPTEK (ilmu pengetahuan

dan teknologi) yang tersedia di suatu wilayah.

Strategi Perusahaan, Struktur dan Persaingan

Kondisi Faktor Kondisi Permintaan

Industri Pendukung dan Industri Terkait

Peran Pemerintah

Peran Kesempatan

Page 32: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

19

b. Kondisi permintaan menggambarkan keadaan permintaan pada suatu

wilayah.

c. Industri pendukung dan industri terkait yaitu keadaan para penyalur faktor

produksi dan industri lainnya yang saling mendukung dan terkait.

d. Strategi perusahaan, struktur dan persaingan yaitu strategi yang dianut

perusahaan pada umumnya, struktur industri dan keadaan kompetisi dalam

suatu industri domestik dan internasional.

Selain itu ada dua komponen pendukung yang terkait dengan keempat komponen

utama tersebut yaitu peran pemerintah dan peran kesempatan. Keempat komponen

utama dan dua komponen pendukung tersebut saling berinteraksi.

2.6 Penelitian Terdahulu

Sondari (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Sektor

Unggulan dan Kinerja Ekonomi Wilayah Provinsi Jawa Barat” dengan

menggunakan data tahun 2001-2005. Metode penelitian menggunakan analisis

LQ, pengganda pendapatan dan analisis Shift Share dan menyimpulkan bahwa

selama kurun waktu 2001-2005 sektor yang menjadi sektor unggulan adalah

sektor listrik, gas dan air bersih, sektor industri pengolahan dan sektor

perdagangan, hotel dan restoran. Sektor yang memiliki dampak pengganda

terbesar adalah sektor industri pengolahan. Pergeseran bersih sektor

perekonomian di Propinsi Jawa Barat secara keseluruhan tergolong ke dalam

kelompok yang lambat.

Mangun (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Potensi

Ekonomi Kabupaten dan Kota di Propinsi Sulawesi Tengah” dengan

Page 33: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

20

menggunakan data tahun 2000-2005. Model analisis yang digunakan yakni

analisis LQ, Shift Share, Tipologi Klassen serta Model Rasio Pertumbuhan

(MRP). Dari hasil analisis LQ, Shift Share, Tipologi daerah dan pertumbuhan

sektoral, Kabupaten Tojo Una-Una merupakan prioritas utama untuk

pengembangan wilayah semua sektor basis yang dimilikinya.

Maulida (2009) memiliki penelitan yang berjudul “Analisis Sektor Basis

dan Potensi Daya Saing Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya Pasca Otonomi

Daerah” dengan periode penelitian selama 2003-2007. Metode yang digunakan

adalah metode LQ, Shift Share, Porter’s Diamond. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sektor basis terdiri dari sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan

restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa.

Sebagian besar sektor perekonomian memiliki pertumbuhan yang lamban tetapi

memiliki daya saing yang baik.

Sabuna (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Identifikasi Sektor-

sektor Ekonomi Unggulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa

Tenggara Timur (periode 2000-2008)” menggunakan alat analisis Shift Share, LQ,

MRP, Klassen Typology dan overlay. Analisis overlay digunakan untuk melihat

hasil gabungan dari analisis LQ dan MRP. Dari penelitiannya didapatkan bahwa di

Kabupaten Timor Tengah Selatan tidak terdapat sektor unggulan.

Paramitasari (2010) dalam penelitiannya tentang potensi komoditas

unggulan industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia menggunakan

analisis indeks komposit untuk mengetahui komoditas unggulan industri

manufaktur. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat sebelas komoditas

Page 34: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

21

unggulan industri manufaktur di Indonesia. Dari sebelas komoditas unggulan

tersebut hanya terdapat tiga komoditas yang mempunyai kemampuan tinggi baik

dalam hal penciptaan nilai tambah maupun penyerapan tenaga kerja.

2.7 Kerangka Pemikiran

Kota Dumai merupakan salah satu kabupaten/kota di Provinsi Riau dengan

besaran PDRB kedua terendah dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Riau. Oleh

karena itu akan diteliti sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan berdasarkan

koefisien LQ, koefisien MRP serta kontribusi PDRB. Berdasarkan sektor

unggulan tersebut akan dianalisis daya saingnya (Gambar 3).

Gambar 3. Kerangka pemikiran

Sektor-sektor Ekonomi

Analisis Daya Saing

Sektor/Subsektor Unggulan

PDRB Per Kapita Kota Dumai lebih rendah dari pada Provinsi Riau

Analisis Indeks Komposit

Analisis LQ Analisis MRP Kontribusi Sektor Terhadap PDRB

Page 35: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun 2000-2010) dan PDRB

kabupaten/kota Provinsi Riau (tahun 2000-2010) menurut Lapangan Usaha, baik

berdasarkan atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan

tahun 2000 (ADHK); (2) Jumlah Penduduk kabupaten/kota Propinsi Riau tahun

2005–2010; (3) Keadaan Angkatan Kerja Kota Dumai Tahun 2007–2010 menurut

Lapangan Usaha; (4) Data sekunder mengenai karakteristik wilayah, seperti

kondisi geografis, pertumbuhan ekonomi dan data penunjang lainnya. Seluruh

data sekunder tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Dumai dalam

bentuk publikasi maupun data hasil kompilasi yang dikumpulkan oleh BPS

Provinsi Riau serta dari instansi terkait lainnya.

3.2 Metode Analisis

Secara garis besar, metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis deskriptif dan beberapa alat analisis lain seperti: analisis Location

Quotient (LQ), analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) yang terdiri atas rasio

pertumbuhan wilayah studi (Rps) dan rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr),

Indeks Komposit serta analisis Porter’s Diamond.

Page 36: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

23

3.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang bertujuan

untuk mempermudah pemahaman tentang gambaran perekonomian Kota Dumai

dengan menyajikan pemaparan dalam bentuk tabel, grafik serta diagram. Analisis

deskriptif mengenai gambaran perekonomian yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah struktur ekonomi serta pertumbuhan ekonomi Kota Dumai.

3.2.2 Analisis Sektor Unggulan

Penentuan sektor unggulan dalam perekonomian secara umum dilakukan

berdasarkan indeks komposit. Alur proses penghitungannya dapat dilihat pada

Gambar 4.

Koefisien LQ Berdasarkan PDRB

Gambar 4. Alur penentuan sektor unggulan

Penjelasan mengenai variabel yang digunakan dalam penghitungan indeks

komposit ini adalah sebagai berikut:

Koefisien LQ Berdasarkan

PDRB

Koefisien Kontribusi

PDRB

Koefisien MRP

Transformasi menjadi angka indeks

Penggabungan indeks

Komoditas unggulan

Page 37: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

24

1. Koefisien Location Quotient (LQ) menyajikan perbandingan relatif

antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diamati dengan

kemampuan sektor yang sama di daerah yang lebih luas atau lingkup

nasional. Kemampuan suatu sektor dapat dilihat dari aspek nilai tambah

maupun dari aspek tenaga kerja. Perbandingan relatif ini dinyatakan secara

matematis (Arsyad, 1999) sebagai berikut :

RVX

RVXLQ

i

jijij

atau RVRV

XXLQ

j

iijij

………….……….... (3.1)

Keterangan :

LQij = indeks/koefisien Location Quotient sektor i di kabupaten/kota j

Xij = PDRB adhk sektor i di kabupaten/kota j

Xi = PDRB adhk sektor i di Provinsi

RVj = Total PDRB adhk kabupaten/kota j

RV = Total PDRB adhk Provinsi

Dari hasil analisis Location Quotient (LQ) maka didapat

kesimpulan:

1. Jika nilai LQ > 1, berarti sektor tersebut merupakan sektor potensial,

yang menunjukkan suatu sektor mampu melayani pasar baik di dalam

maupun di luar kabupaten/kota;

2. Jika nilai LQ < 1, berarti sektor tersebut bukan merupakan sektor

potensial, yang menunjukkan suatu sektor belum mampu melayani

pasar di dalam wilayah kabupaten/kota;

Page 38: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

25

3. Jika nilai LQ = 1, berarti suatu sektor hanya mampu melayani pasar di

dalam wilayah kabupaten/kota saja atau belum dapat memasarkan hasil

sektor tersebut ke luar daerah lain.

2. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis MRP juga dapat digunakan untuk menganalisis sektor dan

subsektor ekonomi potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan PDRB.

MRP adalah kegiatan membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik

dalam skala yang lebih kecil maupun dalam skala yang lebih luas. Dalam

analisis MRP terdapat dua macam rasio pertumbuhan, yaitu :

(a) Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) yaitu merupakan

perbandingan antara pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di

wilayah studi dengan pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di

wilayah referensi dengan formulasi yaitu :

Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPS) =

in

in

ij

ij

EE

EE

Δ

Δ

….…........ (3.2)

(b) Rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr) yaitu perbandingan rata-

rata pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di wilayah studi

dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan (PDRB) di wilayah

referensi dengan formulasi yaitu :

Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) =

n

n

in

in

EEΔ

EEΔ

.….… (3.3)

Page 39: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

26

dimana:

............................................................... ... (3.4)

............................................................. ... (3.5)

................................................................ ... (3.6)

Keterangan:

ΔEij : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di wilayah j

Eij : PDRB sektor (subsektor) i di wilayah j pada tahun dasar

Eij.t : PDRB sektor/subsektor i di wilayah j pada tahun akhir analisis

ΔEin : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i secara nasional/provinsi

Ein :PDRB sektor (subsektor) i secara nasional/provinsi pada tahun

akhir dasar

Ein.t :PDRB sektor/subsektor i di provinsi/nasional pada tahun akhir

analisis

ΔEn : Perubahan PDRB nasional/provinsi

En : Total PDRB nasional/provinsi pada tahun dasar

En.t : Total PDRB nasional/provinsi pada tahun akhir analisis

3. Koefisien Kontribusi Terhadap PDRB, nilai tambah yang terbentuk di

masing-masing sektor terhadap nilai tambah total yang tercipta dalam

perekonomian yang ditulis:

d i = PDRB i / PDRB ...................................................................(3.7)

Setelah nilai masing-masing indikator tersebut diperoleh, kemudian

dilakukan penghitungan indeks untuk masing-masing indikator. Untuk lebih

menyederhanakan, nilai koefisien sektor dan subsektor setiap indikator yang

Page 40: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

27

memiliki nilai koefisien terendah diberi indek 1, tertinggi diberi indek 5 dan yang

nilainya berada di antara terendah dan tertinggi dihitung menggunakan rumus:

)8.3....(..................................................)()(

iNr

iNt

IrIti

Nji

NtItIIj

Dimana : IIj = Indek sektor dan subsektor ke-j (yang dicari indeknya)

It = indek tertinggi (yaitu 5)

Ir = indek terendah (yaitu 1)

Nti = nilai koefisien sektor tertinggi indikator i

Nri = nilai koefisien sektor terendah indikator i

Nji = nilai koefisien sektor ke-j (yang dicari indeknya)

Bila indeks masing-masing indikator sudah didapatkan, maka hasil indeks

seluruh indikator untuk tiap sektor ditambahkan, kemudian dirata-ratakan. Sektor

yang memiliki rata-rata indeks terbesar disimpulkan sebagai sektor unggulan.

3.2.3 Analisis Porter’s Diamond

Analisis Porter’s Diamond digunakan untuk menganalisis kondisi daya

saing sektor unggulan Kota Dumai. Analisis ini berupa analisis secara deskriptif

berdasarkan empat elemen utama serta dua kompenen pendukung.

3.3 Definisi Operasional Variabel

Beberapa variabel yang telah digunakan untuk kepentingan penelitian ini

memiliki konsep dan definisi sebagai berikut :

Page 41: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

28

1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) merupakan nilai produksi

barang dan jasa akhir dalam suatu kurun waktu tertentu yang dihasilkan suatu

daerah. Dinamakan bruto karena memasukkan komponen penyusutan.

Disebut domestik karena menyangkut batas wilayah. Disebut Konstan karena

harga yang digunakan mengacu pada tahun tertentu (tahun dasar = 2000) dan

dinamakan berlaku karena menggunakan harga tahun berjalan (tahun sesuai

dengan referensi waktu yang diinginkan). PDRB juga sering disebut dengan

NTB (Nilai Tambah Bruto).

2. Sektor ekonomi menyatakan lapangan usaha pembentuk PDRB sektoral di

suatu wilayah. Sektor atau lapangan usaha pada tulisan ini sama dengan

konsep yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik terdiri dari sembilan sektor

yaitu: sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri

pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor

keuangan, persewaan dan perbankan serta sektor jasa-jasa.

3. Sektor dan subsektor ekonomi potensial merupakan sektor dan subsektor

ekonomi yang memiliki satu atau gabungan kriteria seperti keunggulan

kompetitif, keunggulan komparatif, spesialisasi jika dibandingkan dengan

sektor dan subsektor ekonomi yang sama pada wilayah lainnya.

4. Keunggulan Kompetitif berarti kemampuan daya saing kegiatan ekonomi

yang lebih besar pada suatu daerah terhadap kegiatan ekonomi yang sama di

daerah lainnya. Keunggulan kompetitif juga merupakan cermin dari

Page 42: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

29

keunggulan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah terhadap wilayah lainnya

yang dijadikan benchmark.

5. Keunggulan komparatif mengacu pada kegiatan ekonomi suatu daerah yang

menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi perekonomian daerah

tersebut. Perbandingan tersebut merupakan perbandingan kontribusi nilai

tambah bruto suatu sektor/subsektor ekonomi suatu daerah yang lebih besar

dibandingkan dengan daerah lainnya.

6. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas.

7. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja, sudah mempunyai

pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.

8. Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh atau

membantu memperoleh pendapatan dan lamanya bekerja paling sedikit satu

jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja

keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha atau kegiatan

ekonomi).

9. Penduduk yang menganggur adalah penduduk yang sedang mencari kerja

(belum bekerja), penduduk sedang mempersiapkan usaha, penduduk yang

sudah mendapatkan pekerjaan tetapi belum mulai bekerja, penduduk yang

merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.

Page 43: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI

4.1 Kondisi Geografis

Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi

Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101o23'37” -

101o8'13” Bujur Timur dan 1o23'23” - 1o24'23” Lintang Utara dengan luas

wilayah 1.727,38 km2. Kota Dumai memiliki lima (5) kecamatan dan 33

kelurahan. Batas administratif Kota Dumai adalah sebagai berikut :

Utara : Selat Rupat

Timur : Kabupaten Bengkalis

Selatan : Kabupaten Bengkalis

Barat : Kabupaten Rokan Hilir

Gambar 5. Peta Kota Dumai

Page 44: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

31

 

Kota Dumai sangat dipengaruhi oleh sifat iklim laut. Musim hujan jatuh

pada bulan September hingga bulan Februari dan periode kemarau dimulai pada

bulan Maret hingga bulan Agustus dengan iklim tropis basah yang dipengaruhi

oleh sifat iklim laut dengan curah hujan berkisar antara 1.500 mm sampai dengan

2.600 mm selama 75 sampai dengan 130 hari per tahun.

Kondisi ini didukung pula oleh suhu rata-rata 26OC–32OC dengan

kelembaban antara 82–84 %. Laju percepatan angin berkisar antara 6–7 Knot,

menjadikan Dumai sebagai kawasan yang paling bersahabat dengan iklim dan

cuaca. Dalam lima tahun terakhir, keadaan ini terganggu dengan bencana asap

yang cukup merugikan daerah.

Kota Dumai memiliki 16 sungai besar dan kecil dengan total panjang

keseluruhannya 222 km, yang bermuara ke Selat Rupat dan Selat Malaka sebagai

jalur lalu lintas perdagangan. Jika dilihat dari segi topografi, Kota Dumai

termasuk ke dalam kategori daerah yang datar dengan kemiringan lereng 0–< 3 %,

di mana sebelah utara Kota Dumai umumnya merupakan dataran yang landai dan

ke selatan semakin bergelombang.

4.2 Kondisi Kependudukan

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 yang dilaksanakan secara

nasional oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, jumlah penduduk Kota

Dumai tercatat sebesar 253.803 jiwa atau 4,58 persen dari total penduduk Provinsi

Riau dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar sebesar 147 jiwa tiap km2. Sex

ratio penduduk Dumai adalah sebesar 107 yang menunjukkan bahwa pada setiap

100 laki-laki terdapat 107 wanita.

Page 45: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

32

 

Sumber: BPS Provinsi Riau, 2011 (diolah).

Gambar 6. Jumlah penduduk Kota Dumai tahun 2007-2010

Gambar 6 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk Kota Dumai

mengalami pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007

jumlah penduduk Kota Dumai sebesar 230.221 jiwa dan terus mengalami

peningkatan hingga pada tahun 2010 mencapai 253.803 jiwa. Penduduk

merupakan modal dasar pembangunan. Tetapi untuk menunjang keberhasilan

pembangunan, tentunya dibutuhkan penduduk yang berkualitas.

Komposisi penduduk menurut umur dapat menggambarkan distribusi

penduduk sesuai kelompok umur. Komposisi penduduk menurut kelompok umur

seperti yang terlihat pada Gambar 7 di bawah ini yang menunjukkan bahwa Kota

Dumai dikategorikan sebagai penduduk muda. Hal tersebut dikarenakan oleh

presentase penduduk muda terhadap total penduduk masih cukup besar.

Page 46: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

33

 

Sumber: BPS Provinsi Riau, 2011 (diolah).

Gambar 7. Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010

Indikator kualitas penduduk dapat diukur dengan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). Peningkatan kualitas manusia diyakini akan

menciptakan kinerja ekonomi yang lebih baik. Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) mencakup empat (4) indikator yaitu angka harapan hidup waktu lahir,

angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran perkapita

disesuaikan. Kota Dumai merupakan kabupaten/kota dengan nilai IPM

terbesar kedua di Provinsi Riau. IPM Kota Dumai pada tahun 2010 mengalami

peningkatan yaitu menjadi 77,75 dibanding tahun 2009 dengan IPM sebesar

77,30. Angka ini menunjukkan bahwa Kota Dumai masih berada pada kriteria

menengah atas, yang berarti pembangunan terutama di bidang kesehatan,

Page 47: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

34

 

pendidikan dan ekonomi masih harus dipacu agar kualitas masyarakat

semakin meningkat.

4.3 Struktur Ekonomi

Salah satu sisi untuk melihat keberhasilan pembangunan dari aspek

perekonomian suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

PDRB atas dasar harga berlaku dapat memberikan gambaran tentang struktur

ekonomi suatu wilayah yang dilihat melalui kontribusi sektor ekonomi terhadap

pembentukan PDRB.

Tabel 3. Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB dengan migas Kota Dumai tahun 2007-2010 (persen)

Sektor 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 4,10 3,34 3,09 2,86

2. Pertambangan & Penggalian 0,28 0,23 0,22 0,21

3. Industri Pengolahan 56,27 62,14 63,45 64,63

4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,45 0,37 0,35 0,34

5. Bangunan 9,89 9,33 8,02 6,98

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 13,15 11,59 12,28 12,82

7. Pengangkutan & Komunikasi 8,02 6,52 6,24 5,93

8. Keu. Persewaan, & Jasa Perusahaan 1,73 1,45 1,43 1,53

9. Jasa-Jasa 6,11 5,04 4,91 4,69 Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah).

Sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi yang besar dalam

pembentukan PDRB di Kota Dumai dengan migas tahun 2007-2010 secara

berturut-turut antara lain sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel

dan restoran; sektor bangunan; sektor pengangkutan dan komunikasi (Tabel 3).

Sektor yang kontribusinya sangat kecil yaitu sektor pertambangan dan penggalian

serta sektor listrik, gas dan air bersih. Jika dilihat secara keseluruhan pada empat

Page 48: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

35

 

tahun terakhir (2007-2010), posisi masing-masing sektor masih tetap meskipun

terdapat perubahan besarnya kontribusi.

Kontribusi sektor industri pengolahan sangat dominan terhadap

pembentukan PDRB dalam struktur migas Kota Dumai dengan nilai sebesar 64,63

persen pada tahun 2010. Kontribusi sektor industri pengolahan memiliki

kecenderungan yang semakin meningkat tiap tahunnya. Jika dilihat dari

subsektornya, peningkatan nilai tambah pada subsektor industri migas sangat

mempengaruhi adanya peningkatan pada sektor industri pengolahan. Kondisi ini

cukup beralasan karena di Kota Dumai terdapat industri pengilangan minyak

bumi.

Tabel 4. Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB tanpa migas Kota Dumai tahun 2007-2010 (persen)

Sektor 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 7,35 6,84 6,38 5,98

2. Pertambangan & Penggalian 0,50 0,47 0,46 0,44

3. Industri Pengolahan 21,54 22,49 24,40 26,21

4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,81 0,75 0,73 0,71

5. Bangunan 17,75 19,10 16,59 14,56

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 23,59 23,72 25,40 26,74

7. Pengangkutan & Komunikasi 14,40 13,35 12,91 12,37

8. Keu. Persewaan, & Jasa Perusahaan 3,11 2,97 2,97 3,20

9. JASA-JASA 10,96 10,32 10,16 9,79 Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah).

Berdasarkan Tabel 4, jika subsektor migas tidak dimasukkan ke dalam

penghitungan PDRB (PDRB tanpa migas), maka selama tahun 2007-2010 sektor

perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan memberikan

kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Dumai. Sektor dengan

Page 49: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

36

 

kontribusi terkecil adalah sektor pertambangan dan sektor listrik, gas dan air

bersih.

4.4 Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi tiap sektor dapat memberikan gambaran

tentang sektor-sektor apa saja yang berpotensi untuk dikembangkan. Semakin

positif peningkatan laju pertumbuhan suatu sektor dari tahun ke tahun, semakin

berpotensi sektor tersebut untuk mampu menggerakkan perekonomian suatu

daerah.

Sumber : BPS Kota Dumai, 2011 (diolah) Gambar 8. Pertumbuhan ekonomi Kota Dumai tahun 2007-2010

Tren pertumbuhan ekonomi Kota Dumai pada tahun 2007 berada pada

level 8,87 persen. Tahun 2008-2009 pertumbuhan ekonomi sedikit melambat dari

tahun sebelumnya yaitu sebesar 8,66 persen pada tahun 2008 dan 8,43 persen

pada tahun 2009. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi bergerak naik yaitu

sebesar 8,60 persen.

Page 50: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

37

 

Tabel 5. Pertumbuhan ekonomi Kota Dumai menurut lapangan usaha tahun 2007-2010 (persen)

Sektor 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 4,20 4,06 3,97 3,57

2. Pertambangan & Penggalian 9,67 9,78 9,59 8,88

3. Industri Pengolahan 8,95 8,70 8,21 8,37

4. Listrik, Gas & Air Bersih 3,81 4,03 2,13 3,68

5. Bangunan 8,72 8,73 8,62 8,42

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 10,28 10,15 9,53 9,58

7. Pengangkutan & Komunikasi 8,60 8,52 8,35 8,82

8. Keu. Persewaan, & Jasa Perusahaan 9,31 5,66 6,30 8,29

9. Jasa-Jasa 9,54 9,01 9,08 9,35

Sumber: BPS Kota Dumai, 2010 (diolah).

Dari Tabel 5 terlihat bahwa laju pertumbuhan PDRB Kota Dumai seluruh

sektor tahun 2007-2010 menunjukkan pertumbuhan positif namun cenderung

berfluktuatif. Jika dibandingkan pertumbuhan tiap sektor tahun 2007 dengan

pertumbuhan tahun 2010 hampir sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan

yang melamban kecuali sektor pengangkutan dan komunikasi dimana pada tahun

2007 memiliki pertumbuhan sebesar 8,60 persen dan pertumbuhan tahun 2010

menjadi sebesar 8,82 persen. Pada tahun 2010 sektor perdagangan, hotel dan

restoran menunjukkan pertumbuhan paling besar dibandingkan sektor-sektor

ekonomi lainnya dengan pertumbuhan PDRB sebesar 9,58 persen. Sektor terbesar

kedua yaitu sektor jasa-jasa sebesar 9,35 persen.

Sedangkan sektor yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang paling

rendah adalah sektor pertanian dengan pertumbuhan sebesar 4,20 persen pada

tahun 2007 dan terus menurun pada tahun 2008 sebesar 4,06 persen, tahun 2009

sebesar 3,97 persen dan tahun 2010 mencapai 3,57 persen. Selain sektor

Page 51: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

38

 

pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih juga termasuk sektor dengan laju

pertumbuhan yang rendah yaitu sebesar 3,68 persen pada tahun 2010.

4.5 Kondisi Ketenagakerjaan

4.5.1 Distribusi Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektor

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor terpenting dalam proses

produksi, sehingga apabila terjadi peningkatan output maka kesempatan kerja

cenderung meningkat juga. Untuk melihat sejauh mana potensi sektor-sektor

ekonomi menyerap tenaga kerja di Dumai, dapat dilihat pada Gambar 9.

Sumber: BPS Provinsi Riau, 2011 (diolah). Gambar 9. Persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di

Kota Dumai tahun 2010

Pada tahun 2010, jumlah penduduk Kota Dumai yang bekerja sebanyak

90.768 orang. Berdasarkan Gambar 9, sektor perdagangan, hotel dan restoran

merupakan sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja terbanyak sebesar

24,94 persen diikuti oleh sektor jasa-jasa yaitu sebesar 21,67 persen.

Page 52: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

39

 

Bila dikaitkan dengan kontribusi sektor terhadap PDRB, sektor

perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga

kerja dan kontribusinya terhadap PDRB juga cukup besar (lihat Tabel 3).

Sedangkan sektor industri pengolahan yang juga sebagai penyumbang kontribusi

utama dalam perekonomian Kota Dumai, hanya mampu menyerap tenaga kerja

sebesar 10,23 persen pada tahun 2010.

Jumlah penduduk Kota Dumai yang bekerja pada tahun 2010 meningkat

dibandingkan tahun 2007 yaitu sebesar 13,75 persen dengan jumlah penduduk

yang bekerja pada tahun 2007 sebanyak 75.265 orang. Selama tahun 2007-2010

sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor jasa-jasa; sektor pengangkutan dan

komunikasi merupakan sektor ekonomi dominan dalam menyerap tenaga kerja.

4.5.2 Indikator Ketenagakerjaan

Indikator ketenagakerjaan dapat dilihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK), tingkat pengangguran terbuka serta tingkat kesempatan kerja.

Tabel 6 memberikan gambaran mengenai ketiga indikator ketenagakerjaan

tersebut di Kota Dumai selama tahun 2007-2010.

Tabel 6. Indikator ketenagakerjaan Kota Dumai tahun 2007-2010 (Persen)

Tahun Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Pengangguran

Terbuka

Tingkat Kesempatan

Kerja 2007 61,32 18,54 81,46

2008 65,45 14,90 85,10

2009 63,13 13,45 86,55 2010 62,49 14,68 85,32

Sumber: BPS Provinsi Riau, 2011 (diolah)

Page 53: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

40

 

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan rasio antara angkatan

kerja dengan seluruh penduduk usia kerja (15 tahun ke atas). Semakin besar nilai

TPAK menunjukkan semakin meningkatnya penduduk usia kerja di suatu daerah.

TPAK Kota Dumai tahun 2010 sebesar 62,49 persen. Dimulai pada tahun 2008

TPAK semakin menurun dimana TPAK pada tahun 2008 sebesar 65,45 persen

dan pada tahun 2009 sebesar 63,13 persen.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) merupakan perbandingan jumlah

pengangguran dengan jumlah angkatan kerja. TPT Kota Dumai selama tahun

2007-2009 cenderung menurun dengan TPT pada tahun 2007 sebesar 18,54

persen, 14,90 persen pada tahun 2008 dan menjadi 13,45 persen pada tahun 2009.

Pada tahun 2010 TPT meningkat dengan nilai sebesar 14,68 persen.

Tingkat kesempatan kerja menggambarkan banyaknya angkatan kerja yang

tertampung dalam pasar kerja. Pada tahun 2007 tingkat kesempatan kerja di Kota

Dumai sebesar 81,46 persen. Pada tahun 2008 dan 2009 tingkat kesempatan kerja

semakin meningkat yaitu masing-masing sebesar 85,10 persen dan 86,55 persen.

Pada tahun 2010 tingkat kesempatan bekerja menurun menjadi 85,32 persen.

Page 54: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

 

 

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta

Indeks Komposit. Kemudian untuk melihat daya saing sektor unggulan digunakan

analisis Porter’s Diamond.

5.1. Indikator Sektor Unggulan

Pada dasarnya sektor unggulan merupakan sektor yang mampu

memberikan kontribusinya bukan hanya untuk daerah itu sendiri tetapi juga

daerah lain. Pada penelitian ini, penentuan sektor unggulan dilihat berdasarkan

indikator koefisien Location Quetiont (LQ) dari sisi PDRB tahun 2010, Rasio

Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) yang diperoleh dari analisis MRP serta

kontribusi PDRB tiap sektor ekonomi tahun 2000-2010. Hasil yang didapatkan

pada semua indikator adalah berupa angka indeks dengan interval nilai 1 sampai

5. Sektor dengan nilai indeks tertinggi merupakan sektor unggulan tiap indikator.

5.1.1 Analisis Location Quetiont (LQ) Perhitungan LQ digunakan untuk menunjukkan keunggulan komparatif

sektor ekonomi Kota Dumai dibandingkan dengan Provinsi Riau. Pengelompokan

sektor basis menggunakan analisis LQ bersifat dinamis tergantung pada

perkembangan kegiatan produksi dari sektor-sektor bersangkutan. Dari analisis

LQ dapat diidentifikasi sektor dan subsektor unggulan yang dapat dijadikan

sebagai prioritas utama dalam perencanaan pembangunan.

Page 55: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

42

 

Tabel 7. Hasil penghitungan LQ dan rata-rata LQ Kota Dumai tahun 2000-2010

Sektor/Subsektor LQ Tahun 2010 Rata-rata LQ

1. Pertanian 0,20 0,22 a. Tanaman Bahan Makanan 0,31 0,35 b. Tanaman Perkebunan 0,04 0,04 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,67 0,71 d. Kehutanan 0,32 0,32 e. Perikanan 0,10 0,11 2. Pertambangan dan Penggalian 0,36 0,52 a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 - b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 - c. Penggalian 0,63 0,70 3. Industri Pengolahan 0,28 0,29 a. Industri Migas 0,00 - 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 - 2. Gas Alam Cair 0,00 - b. Industri Tanpa Migas 0,28 0,29 4. Listrik, Gas & Air bersih 1,61 1,85 a. Listrik 1,72 2,02 b. Gas 0,00 0,00 c. Air Bersih 1,10 1,09 5. Bangunan 2,49 2,67 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,60 1,63 a. Perdagangan Besar & Eceran 1,62 1,65 b. Hotel 1,53 1,76 c. Restoran 0,53 0,63 7. Pengangkutan & Komunikasi 3,49 3,76 a. Pengangkutan 3,89 4,06 1. Angkutan Rel 0,00 - 2. Angkutan Jalan Raya 1,13 1,11 3. Angkutan Laut 15,65 16,27 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan 0,00 - 5. Angkutan Udara 0,33 0,36 6. Jasa Penunjang Angkutan 3,39 3,41 b. Komunikasi 1,41 1,46 1. Pos dan Telekomunikasi 1,41 1,46 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,00 0,00 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa 0,78 0,98 a. Bank 0,34 0,22 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 1,31 1,41 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 - d. Sewa Bangunan 0,98 1,15 e. Jasa Perusahaan 1,21 1,44 9. Jasa-jasa 1,58 1,59 a. Pemerintahan Umum 1,63 1,62 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 1,63 1,62 2. Jasa Pemerintah lainnya 0,00 - b. Swasta 1,39 1,49 1. Sosial Kemasyarakatan 1,00 1,11 2. Hiburan & Rekreasi 1,41 1,48 3. Perorangan & Rumahtangga 1,43 1,52

Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah)

Page 56: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

43

 

Berdasarkan Tabel 7 sektor ekonomi yang memiliki keunggulan

komparatif di Kota Dumai pada tahun 2010 serta selama periode tahun 2000-2010

terdiri dari lima sektor yang sama. Sektor ekonomi yang memiliki keunggulan

komparatif di Kota Dumai dengan nilai LQ lebih dari satu yaitu sektor listrik, gas

dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor pertanian,

sektor pertambangan penggalian dan sektor industri pengolahan bukan sektor

unggulan. Ini mengindikasikan bahwa Kota Dumai telah mampu memenuhi

sendiri kebutuhannya pada kelima sektor unggulan tersebut dan dimungkinkan

untuk melakukan ekspor ke luar daerah. Dari sisi subsektor, subsektor

pengangkutan merupakan subsektor unggulan dengan nilai LQ terbesar.

Dari hasil LQ tersebut dilakukan indeksasi. Hal ini dilakukuan untuk

memberikan penilaian kriteria yang sama pada setiap indikator sektor unggulan

sehingga indikator tersebut dapat dihitung secara bersama-sama dengan

menggunakan metode indeks komposit. Sektor pertanian diberi indeks sebesar 1

karena merupakan sektor dengan nilai LQ terendah sedangkan sektor

pengangkutan dan komunikasi sebagai sektor dengan nilai LQ tertinggi sehingga

diberikan indeks sebesar 5.

Berdasarkan penghitungan indeks LQ tahun 2010, indeks dengan nilai

tertinggi yang merupakan sektor unggulan Kota Dumai adalah sektor

pengangkutan dan komunikasi (Tabel 8). Hal ini sesuai dengan keadaan Kota

Dumai yang memiliki peusahaan industri pengolahan sehingga lalu lintas

kendaraan dari dan menuju Kota Dumai relatif ramai terutama keluar masuknya

Page 57: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

44

 

kapal laut dan truk pengangkut bahan-bahan penunjang industri pengolahan

maupun hasilnya. Sektor yang memiliki indeks terendah adalah sektor pertanian

yang disebabkan oleh kondisi lahan yang sebagian besar berupa rawa dan gambut

sehingga kurang cocok untuk pertanian.

Tabel 8. Indeks Location Quotient (LQ) Kota Dumai menurut sektor tahun 2010

Sektor LQ Tahun 2010 Indeks

1. Pertanian 0,20 1 2. Pertambangan & Penggalian 0,36 1,19 3. Industri Pengolahan 0,28 1,11 4. Listrik, Gas & Air Bersih 1,61 2,71 5. Bangunan 2,49 3,78 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,60 2,70 7. Pengangkutan & Komunikasi 3,49 5 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 0,78 1,71 9. Jasa-Jasa 1,58 2,68

Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah)

5.1.2 Analisis MRP Analisis MRP terdiri atas dua instrumen pengukuran yaitu Rasio

Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) yang menunjukkan rasio pertumbuhan

sektor/subsektor dengan nilai PDRB sektor/subsektor tersebut antara Kota Dumai

dengan Provinsi Riau. Selanjutnya instrumen kedua adalah Rasio Pertumbuhan

Wilayah Referensi (RPr) yaitu rasio pertumbuhan suatu sektor/subsektor ekonomi

Provinsi Riau terhadap pertumbuhan ekonomi agregat di Provinsi Riau.

Dari hasil analisis MRP (Tabel 9) sektor industri pengolahan (tanpa migas)

di Kota Dumai merupakan sektor yang potensial (RPs = 1,04) dan ternyata sektor

ini juga potensial di Provinsi Riau (RPr > 1) berdasarkan kriteria pertumbuhan.

Selain sektor industri pengolahan, sektor jasa-jasa juga termasuk sektor berpotensi

di Dumai (RPs = 1,05) dan juga di Provinsi Riau (Rpr = 1,04).

Page 58: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

45

 

Tabel 9. Hasil penghitungan Rasio Pertumbuhan Provinsi Riau (RPr) dan Rasio Pertumbuhan Kota Dumai (RPs) tahun 2000-2010

Sektor RPr RPs

1. Pertanian 0,67 0,68 a. Tanaman Bahan Makanan 0,30 0,35 b. Tanaman Perkebunan 0,99 0,93 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,65 0,94 d. Kehutanan 0,46 1,07 e. Perikanan 0,93 0,71

2. Pertambangan dan Penggalian 3,43 0,34 a. Minyak dan Gas Bumi - - b. Pertambangan tanpa Migas - - c. Penggalian 1,54 0,77

3. Industri Pengolahan 1,12 1,04 a. Industri Migas - - 1. Pengilangan Minyak Bumi - - 2. Gas Alam Cair - - b. Industri Tanpa Migas 1,12 1,04

4. Listrik, Gas & Air bersih 0,60 0,63 a. Listrik 0,60 0,55 b. Gas - - c. Air Bersih 0,59 1,33 5. Bangunan 1,23 0,80

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,30 0,96 a. Perdagangan Besar & Eceran 1,30 0,97 b. Hotel 1,14 0,59 c. Restoran 1,53 0,75 7. Pengangkutan & Komunikasi 1,35 0,82 a. Pengangkutan 1,17 0,89 1. Angkutan Rel - - 2. Angkutan Jalan Raya 1,09 1,15 3. Angkutan Laut 1,01 0,95 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan 1,13 - 5. Angkutan Udara 2,86 0,80 6. Jasa Penunjang Angkutan 1,33 1,05 b. Komunikasi 3,24 0,93 1. Pos dan Telekomunikasi 3,24 0,93 2. Jasa Penunjang Komunikasi - -

8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 2,08 0,56 a. Bank 11,54 5,25 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,95 0,95 c. Jasa Penunjang Keuangan - - d. Sewa Bangunan 1,18 0,72 e. Jasa Perusahaan 1,20 0,60

9. Jasa-jasa 1,08 1,05 a. Pemerintahan Umum 1,09 1,09 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 1,09 1,09 2. Jasa Pemerintah lainnya - - b. Swasta 1,02 0,94 1. Sosial Kemasyarakatan 1,11 0,84 2. Hiburan & Rekreasi 0,81 0,97 3. Perorangan & Rumahtangga 1,05 0,94

Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah)

Page 59: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

46

 

Sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor

dengan nilai RPr dan RPs yang lebih kecil dari satu. Hal ini menunjukkan sektor

pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih di Kota Dumai dan Provinsi Riau

kurang potensial dari sisi pertumbuhannya.

Untuk penghitungan indeks komposit, hasil penghitungan MRP yang

diindekskan adalah RPs dengan pertimbangan bahwa RPs menggambarkan secara

khusus potensi sektor Kota Dumai. Hasil indeksasi RPs ditampilkan pada Tabel

10 berikut.

Tabel 10. Indeks rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) Kota Dumai tahun 2000-2010

Sektor RPs Indeks

1. Pertanian 0,68 2,87 2. Pertambangan & Penggalian 0,34 1 3. Industri Pengolahan 1,04 4,90 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,63 2,59 5. Bangunan 0,80 3,56 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 0,96 4,47 7. Pengangkutan & Komunikasi 0,82 3,65 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 0,56 2,23 9. Jasa-Jasa 1,05 5

Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah)

Sektor jasa-jasa merupakan indeks RPs tertinggi pada tahun 2000-2010.

Sektor yang memiliki indeks terendah yaitu sektor pertambangan dan penggalian.

Hal ini dikarenakan keberadaan sumberdaya pertambangan dan penggalian yang

jumlahnya sedikit serta bersifat tidak dapat diperbaharui

5.1.3 Indeks Kontribusi PDRB Kontribusi PDRB dilihat dari rasio nilai PDRB tiap sektor terhadap nilai

PDRB total tiap sektor. Kontribusi PDRB pada penelitian ini merupakan

kontribusi rata-rata sektor/subsektor selama tahun 2000-2010 di Kota Dumai.

Page 60: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

47

 

Tabel 11. Rata-rata kontribusi PDRB Kota Dumai menurut sektor dan subsektor tahun 2000-2010

Sektor Kontribusi PDRB (%)

1. Pertanian 7,91 a. Tanaman Bahan Makanan 1,44 b. Tanaman Perkebunan 1,70 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,16 d. Kehutanan 3,11 e. Perikanan 0,50 2. Pertambangan dan Penggalian 0,50 a. Minyak dan Gas Bumi - b. Pertambangan tanpa Migas - c. Penggalian 0,50 3. Industri Pengolahan 18,77 a. Industri Migas - 1. Pengilangan Minyak Bumi - 2. Gas Alam Cair - b. Industri Tanpa Migas 18,77 4. Listrik, Gas & Air bersih 0,85 a. Listrik 0,78 b. Gas - c. Air Bersih 0,07 5. Bangunan 16,99 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 23,84 a. Perdagangan Besar & Eceran 22,68 b. Hotel 0,93 c. Restoran 0,23 7. Pengangkutan & Komunikasi 16,13 a. Pengangkutan 15,34 1. Angkutan Rel - 2. Angkutan Jalan Raya 2,38 3. Angkutan Laut 11,44 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan - 5. Angkutan Udara 0,07 6. Jasa Penunjang Angkutan 1,45 b. Komunikasi 0,79 1. Pos dan Telekomunikasi 0,79 2. Jasa Penunjang Komunikasi - - 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 2,85 a. Bank 0,31 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,38 c. Jasa Penunjang Keuangan - d. Sewa Bangunan 1,94 e. Jasa Perusahaan 0,22 9. Jasa-jasa 12,18 a. Pemerintahan Umum 9,62 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 9,62 2. Jasa Pemerintah lainnya - b. Swasta 2,56 1. Sosial Kemasyarakatan 0,15 2. Hiburan & Rekreasi 0,32 3. Perorangan & Rumahtangga 2,09

Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah)

Page 61: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

48

 

Berdasarkan Tabel 11, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan

sektor yang memiliki rata-rata kontribusi terbesar yaitu sebesar 23,84 persen

selama tahun 2000-2010 dengan subsektor perdagangan besar dan eceran sebagai

pemberi kontribusi terbesar. Perdagangan besar dan eceran menjadi kontribusi

terbesar dalam struktur perekonomian tanpa migas, terutama dari penjualan hasil

olahan industri CPO, pupuk dan komoditi lainnya. Sektor pertambangan dan

penggalian merupakan sektor dengan kontribusi terkecil yaitu sebesar 0,50 persen.

Tabel 12. Indeks kontribusi PDRB Kota Dumai tahun 2000-2010

Sektor Kontribusi PDRB Indeks 1. Pertanian 7,91 2,27 2. Pertambangan & Penggalian 0,50 1,00 3. Industri Pengolahan 18,77 4,13 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,85 1,06 5. Bangunan 16,99 3,83 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 23,84 5,00 7. Pengangkutan & Komunikasi 16,13 3,68 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa 2,85 1,40 9. Jasa-Jasa 12,18 3,00

Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah)

Indikator kontribusi PDRB ini kemudian diindeksasi agar diperoleh

kesamaan kriteria penilaian untuk melakukan indeks komposit. Sektor yang

memiliki indeks kontribusi PDRB terbesar merupakan sektor dengan nilai

kontribusi yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran. Oleh karena itu sektor

yang menjadi sektor unggulan pada indikator rata-rata kontribusi PDRB Kota

Dumai pada tahun 2000-2010 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran.

5.2. Sektor Unggulan Berdasarkan Indeks Komposit

Penentuan sektor unggulan dilakukan dengan metode indeks komposit

yang menggunakan tiag indikator yaitu koefisien Location Quetiont (LQ) dari sisi

Page 62: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

49

 

PDRB tahun 2010, Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) yang diperoleh dari

analisis MRP serta rata-rata kontribusi PDRB tiap sektor ekonomi tahun 2000-

2010. Indeks komposit merupakan rata-rata dari total nilai indeks tiga indikator

penentu sektor unggulan tersebut. Indeks komposit dengan nilai tertinggi

disimpulkan sebagai sektor unggulan.

Tabel 13. Indeks komposit sebagai penentu sektor unggulan Kota Dumai

Sektor Indeks

LQ Indeks

RPs Indeks

Kontribusi Indeks

Komposit 1. Pertanian 1,00 2,87 2,27 2,05

2. Pertambangan & Penggalian 1,19 1,00 1,00 1,06

3. Industri Pengolahan 1,11 4,90 4,13 3,38

4. Listrik, Gas & Air Bersih 2,71 2,59 1,06 2,12

5. Bangunan 3,78 3,56 3,83 3,72

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 2,70 4,47 5,00 4,06

7. Pengangkutan & Komunikasi 5,00 3,65 3,68 4,11

8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan

1,71 2,23 1,40 1,78

9. Jasa-Jasa 2,68 5,00 3,00 3,56

Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah)

Berdasarkan hasil penghitungan indeks komposit pada Tabel 13 dapat

disimpulkan bahwa sektor unggulan Kota Dumai dengan indeks komposit terbesar

adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 4,11. Dari tiga

indikator yang ada, sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki keunggulan

dari sisi keunggulan komparatif dengan nilai indeks sebesar 5. Sedangkan dari

indeks RPs dan indeks kontribusi, sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki

indeks masing-masing sebesar 3,65 dan 3,68. Sektor yang memiliki indeks

komposit tertinggi kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan nilai

indeks komposit terkecil yaitu sebesar 1,11.

Page 63: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

50

 

Dari sisi subsektor, subsektor yang menjadi unggulan di Kota Dumai

berdasarkan indeks komposit adalah subsektor pengangkutan. Pengangkutan

sebagai subsektor unggulan terkait dengan keberadaan beberapa perusahaan

industri besar, keberadaan pelabuhan-pelabuhan barang maupun penumpang serta

adanya beberapa lokasi pergudangan di Kota Dumai seperti gudang pupuk dan

gudang beras.

5.3. Analisis Porter’s Diamond

Berdasarkan hasil penghitungan indeks komposit, sektor pengangkutan

dan komunikasi merupakan sektor unggulan Kota Dumai dengan subsektor

pengangkutan sebagai subsektor unggulan. Kondisi geografis Kota Dumai yang

strategis dengan beberapa pelabuhan yang ada berpotensi berkembang menjadi

kota pelabuhan, perdagangan dan wisata.

Penelitian ini menggunakan analisis Porter’s Diamond untuk

menggambarkan daya saing subsektor pengangkutan khususnya angkutan laut.

Oleh karena itu dalam penelitian ini akan melihat daya saing angkutan laut dengan

pertimbangan bahwa angkutan laut merupakan pemberi kontribusi terbesar

terhadap subsektor pengangkutan di Kota Dumai secara rata-rata selama tahun

2000-2010. Analisis daya saing ini digambarkan dengan empat elemen di

dalamnya. Keempat elemen tersebut meliputi kondisi faktor, kondisi permintaan,

strategi perusahaan dan pesaing serta industri pendukung dan industri terkait.

Selain empat elemen tersebut juga akan dilihat peran pemerintah dan peran

kesempatan terhadap angkutan laut ini.

Page 64: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

51

 

5.3.1 Kondisi Faktor

Secara umum kondisi faktor dapat dianalisis secara deskriptif melalui

sumberdaya manusia, sumberdaya modal, kondisi infrastruktur, teknologi serta

faktor alam yang dimiliki suatu wilayah seperti letak strategis wilayah, besarnya

jumlah penduduk dan potensi sumberdaya alam. Semakin baik kondisi tersebut

maka wilayah tersebut semakin berdaya saing.

Pencapaian standar kualitas masyarakat dapat dilihat dari pencapaian

Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Meningkatnya status pembangunan

manusia dipengaruhi oleh meningkatnya indikator yang digunakan dalam

penghitungan IPM. Angka IPM Kota Dumai dapat dinilai cukup berkualitas yaitu

sebesar 77,75 persen pada tahun 2010. IPM Kota Dumai berada pada peringkat

kedua terbesar se–kabupaten/kota Provinsi Riau selama tahun 2008-2010 dengan

persentase yang semakin meningkat.

Dari sisi kepelabuhan, Kota Dumai memiliki enam pelabuhan besar yaitu:

Pelabuhan bongkar muat barang-barang selain CPO dan minyak mentah,

Pelabuhan Chevron, Pelabuhan Pertamina, Pelabuhan Penumpang, Pelabuhan

Santana di Kawasan Industri Dumai dan Pelabuhan PT.Sari Dumai Sejahtera

(SDS) di kawasan industri Lubuk Gaung. Pelabuhan-pelabuhan tersebut memiliki

fungsi masing-masing, misalnya sebagai pelabuhan bagi kapal-kapal pengangkut

minyak mentah, hasil olahan CPO maupun berfungsi sebagai transit bagi kapal

kargo.

Dilihat dari letak wilayahnya, Kota Dumai memiliki wilayah yang

strategis karena terletak di tepi Selat Malaka yang merupakan jalur lalu lintas

Page 65: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

52

 

perdagangan. Posisi ini telah menarik minat investor asing yaitu dengan adanya

industri pengolahan CPO dengan tujuan ekspor.

5.3.2 Kondisi Permintaan Kondisi permintaan merupakan sifat dari permintaan pasar asal untuk

barang dan jasa. Pada subsektor pengangkutan, kondisi permintaan dapat

digambarkan melalui banyaknya bongkar muat barang melalui pelabuhan Dumai

serta jumlah penumpang yang berangkat dan datang melalui pelabuhan Dumai.

Tabel 14. Banyaknya barang dan penumpang melalui Pelabuhan Dumai tahun 2008-2010

Tahun Barang (Ton) Penumpang (Orang)

Bongkar Muat Berangkat Datang 2008 27.299.543 2.811.707 334.597 361.038 2009 17.230.549 2.537.928 280.165 286.677 2010 20.752.026 4.322.453 281.666 278.897

Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah)

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa jumlah barang yang dibongkar melalui

Pelabuhan Dumai sebanyak 27.299.543 ton pada tahun 2008, 17.230.549 ton pada

tahun 2009 dan meningkat menjadi 20.752.026 ton pada tahun 2010. Jenis barang

yang dibongkar muat antara lain berupa bahan pokok, minyak masak sebagai hasil

olahan minyak bumi, inti sawit dan pupuk.

Dari sisi jumlah penumpang, jumlah penumpang yang berangkat

mengalami fluktuasi dari tahun 2008-2010. Pada tahun 2010 jumlah penumpang

yang berangkat sebesar 334.597 orang, menurun pada tahun 2009 dengan jumlah

penumpang yang berangkat sebesar 280.165 orang dan kemudian meningkat

kembali menjadi 281.666 orang pada tahun 2010. Sedangkan dari sisi penumpang

yang datang melalui pelabuhan Dumai menunjukkan tren menurun dari tahun

Page 66: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

53

 

2008 sampai tahun 2010. Jumlah penumpang yang datang melalui pelabuhan

adalah sebesar 278.897 orang pada tahun 2010.

Kondisi permintaan memperlihatkan kondisi yang lebih baik dan memiliki

keunggulan secara umum yang ditunjukkan dengan peningkatan muatan bongkar

muat barang dan penumpang pada tahun 2010 dibandingkan kondisi tahun 2008.

5.3.3 Strategi Perusahaan dan Pesaing Dumai memiliki pelabuhan bertaraf internasional yang salah satunya

dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia I (PT Pelindo I). Fasilitas yang disediakan

oleh PT Pelindo I ini antara lain meliputi:

1. Fasilitas pokok pelabuhan berupa tambatan di setiap dermaga yaitu dermaga

A, dermaga B, dermaga C, dermaga D.

2. Fasilitas pelayanan kapal dengan penyediaan kapal tunda sebanyak enam

unit, kapal pandu sebanyak tujuh unit dan sped boat sebanyak satu unit.

3. Fasilitas penumpukan berupa gudang penumpukan dan lapangan

penumpukan.

4. Fasilitas pelayanan terminal seperti: crane darat, forklift, fire truck, water

truck, excavator, dump truck, outlet pipa dan lainnya.

5. Pengusahaan terminal penumpang domestik maupun internasional, fasilitas

air minum, gedung, tanah serta fasilitas air kapal.

Dari sisi pelabuhan penumpang, selama beberapa tahun terakhir belum ada

penambahan usaha angkutan laut. Usaha angkutan laut khusus penumpang masih

didominasi oleh sedikit perusahaan angkutan laut sehingga persaingan antara

perusahaan terkait tidak terlalu berarti.

Page 67: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

54

 

5.3.4 Industri Pendukung dan Industri Terkait Terkait dengan subsektor angkutan laut, keberadaan usaha industri baik

industri migas maupun non migas memiliki peran penting. Kota Dumai memiliki

empat kawasan industri dalam bidang pengolahan CPO yang terdiri dari kawasan

industri Lubuk Gaung, kawasan industri Dumai, kawasan industri Bukit Kapur,

dan kawasan terpadu Dock yard. Keberadaan kawasan industri ini mendorong

semakin meningkatnya peran subsektor pengangkutan khususnya angkutan laut

terutama di kawasan industri Dumai serta kawasan industri Lubuk Gaung yang

terletak di tepi laut. Kawasan industri Dumai dan kawasan industri Lubuk Gaung

merupakan jenis industri bertaraf internasional dengan tujuan ekspor dimana

kawasan ini memiliki pelabuhan tersendiri.

Keberadaan dua perusahaan migas bertaraf internasional, PT Chevron

Pacifik Indonesia dan Pertamina Refinery Unit II Dumai, juga merupakan industri

pendukung subsektor angkutan laut. Aktifitas loading minyak bumi ke kapal

tanker dilakukan melalui pelabuhan Dumai.

5.3.4 Peran Pemerintah Daerah

Dukungan pemerintah terhadap subsektor pengangkutan tampak dari visi

pembangunan Kota Dumai Tahun 2010-2015 yaitu: “Terwujudnya kota Dumai

sebagai pusat pelayanan kepelabuhan, perdagangan, tourism dan industri

(PENGANTIN) yang berbudaya melayu dan agamis menuju Dumai sejahtera,

harmonis, aman dan tertib di kawasan pantai timur sumatera tahun 2015”. Visi ini

direalisasikan melalui misi pertama pembangunan Kota Dumai yaitu:

“Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi serta memperkuat struktur

Page 68: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

55

 

perekonomian kerakyatan berbasis kepelabuhan, perdagangan, tourism dan

industri. Kebijakan lainnya di bidang peningkatan pembangunan infrastruktur

yang ditetapkan oleh pemerintah daerah pada tahun 2010 meliputi:

1. Tersedianya sarana dan prasarana transportasi untuk mendukung Kota

Dumai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus.

2. Penyusunan dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)

dermaga penyebarangan RO-RO (Roll on-Roll off) Dumai.

3. Pemeliharaan dermaga penyebrangan RO-RO Dumai dan Tanjung Kapal.

4. Pembangunan jalan dan jembatan.

5.3.5 Peran Kesempatan CPO merupakan komoditi ekspor Indonesia yang menjadi primadona pada

saat ini. Hal ini merupakan suatu peluang bagi subsektor angkutan laut dimana

pada saat ini sebagian besar kegiatan ekspor impor menggunakan angkutan laut.

Keberadaan kawasan industri yang ada di Kota Dumai yang bergerak dalam

pengolahan CPO dengan skala ekspor dapat lebih meningkatkan peran subsektor

angkutan laut.

Angkutan laut saat ini lebih banyak digunakan dalam kegiatan

perdagangan antar daerah dalam lingkup nasional. Hal ini dikarenakan biaya

pengangkutan yang lebih murah serta kapasitas muatan yang lebih besar. Oleh

karena itu, Pelabuhan Dumai merupakan salah satu pintu masuk dalam penyaluran

barang-barang antar daerah di Provinsi Riau.

Page 69: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

56

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 10. Analisis Porter’s Diamond

 

 

Strategi Perusahaan, Struktur dan Persaingan:

1. Persaingan (-) 2. Strategi perusahaan

(+)

Kondisi Faktor: 1. SDM (+) 2. Infrastruktur

Fisik (+) 3. Letak wilayah

(+)

Kondisi Permintaan: 1. Permintaan dari

dalam daerah (+)

2. Permintaan Luar Daerah (+)

Industri Pendukung dan Industri Terkait

1. Kawasan industri (+)

2. Perusahaan industri besar (+)

Peran Pemerintah (+)

Peran Kesempatan

(+)

Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 http://dumai.inaport1.co.id/dumai/index.php?option=com_content&view=article&id=19&Itemid=27

Page 70: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang diperoleh

adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis indeks komposit, maka dari tiga indikator sektor

unggulan disimpulkan bahwa sektor pengangkutan merupakan sektor

unggulan di Dumai dengan subsektor pengangkutan khususnya angkutan

laut sebagai subsektor unggulan.

2. Hasil analisis Porter’s Diamond menunjukkan bahwa daya saing subsektor

angkutan laut Kota Dumai menunjukkan kondisi yang berdaya saing.

. 6.2 Saran

1. Pengelolaan sektor pengangkutan khususnya subsektor angkutan laut

harus lebih ditingkatkan melalui pemeliharaan kawasan pelabuhan.

2. Perlu dibina kerjasama antara pemerintah daerah bersama pengusaha

angkutan dan pengelola kawasan industri yang ada dalam rangka

peningkatan fungsi kawasan pelabuhan untuk mendorong kegiatan

ekonomi yang lebih berdaya saing.

Page 71: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L. 1999. Ekonomi Pembangunan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. 2009-2011. Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Riau. BPS Provinsi Riau, Pekanbaru

Badan Pusat Statistik Kota Dumai. 2001-2011. Dumai Dalam Angka. BPS Kota

Dumai, Dumai.

Caska. 2008. Potensi dan Kebijakan Kota Dumai Dalam Membangun Kawasan Ekonomi Khusus. Jurnal Ekonomi, XIII: 254-266.

Departemen Pertanian. 2005. Landasan Teoritis dan Fakta Empiris. Deptan,

Jakarta. Glasson, J. 1977. Pengantar Perencanaan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Univrsitas Indonesia, Jakarta. Jhinghan, M.L. 2010. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. D.Guritno

[penerjemah]. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Maulida, E.M. 2009. Analisis Sektor Basis dan Potensi Daya Saing Pariwiata

Kabupaten Tasikmalaya Pasca Otonomi Daerah [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mangun, N. 2007. Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota Provinsi

Sulawesi Tengah [Tesis]. Universitas Diponegoro, Semarang. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. Paramitasari, N. 2010. Potensi Komoditas Unggulan Industri Manufaktur

Terhadap Perekonomian Indonesia (Analisis Tabel I-O 2005). [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Porter, M.E. 1992. Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul. Agus Darma,dkk [penerjemah]. Erlangga, Jakarta.

Priyarsono, D.S., Sahara, dan M.Firdaus. 2007. Ekonomi Regional. Universitas

Terbuka, Jakarta. Purwanti, D. 2009. Analisis Sektor Unggulan dalam Penyerapan Tenaga Kerja

Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 72: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

59  

Purwanti, P.A.P. 2009. Analisis Kesempatan Kerja Sektoral di Kabupaten Bangli dengan Pendekatan Pertumbuhan Berbasis Ekspor, Jurnal Kependudukan dan Pengebangan SDM Vol.V.

Sabuna, D. 2010. Identifikasi Sektor-sektor Unggulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (Periode 2000-2008) [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Baduose Media, Padang. Sondari, D. 2007. Analisis Sektor Unggulan dan Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa

Barat [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional. Bumi Aksara, Jakarta. Todaro, M. P. dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi Jilid 1. Haris

dan Puji [penerjemah]. Erlangga, Jakarta. Tripambudi, A. 2011. Pergeseran Struktur Perekonomian Atas Dasar Penyerapan

Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Tengah [Skripsi]. Universitas Diponegoro, Semarang.

http://dumai.inaport1.co.id/dumai/index.php?option=com_content&view=article&id=19&Itemid=27 [30 November 2011]

Page 73: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

LAMPIRAN

Lampiran 1. PDRB Kota Dumai atas dasar harga berlaku menurut lapangan

usaha tahun 2007-2010 ( juta rupiah )

LAPANGAN USAHA 2007 2008**) 2009***) 2010***) 1. PERTANIAN 249.088,55 295.636,19 336.819,28 390.833,80 a. Tanaman Bahan Makanan 37.418,66 39.880,45 40.877,46 41.702,83 b. Tanaman Perkebunan 74.447,81 96.650,30 111.473,74 133.671,25 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 34.436,02 39.814,20 45.978,81 53.212,64 d. Kehutanan 85.878,10 98.893,57 113.881,64 132.149,48 e. Perikanan 16.907,96 20.397,67 24.607,64 30.097,60 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 16.944,65 20.270,63 24.206,75 28.720,97 a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Penggalian 16.944,65 20.270,63 24.206,75 28.720,97 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3.421.067,68 5.502.276,62 6.927.296,98 8.818.667,19 a. Industri Migas 2.691.045,21 4.529.576,44 5.639.711,69 7.104.364,52 1. Pengilangan Minyak Bumi 2.691.045,21 4.529.576,44 5.639.711,69 7.104.364,52 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas **) 730.022,47 972.700,18 1.287.585,29 1.714.302,67 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 27.465,95 32.492,44 38.437,36 46.199,38 a. Listrik 25.420,17 30.032,95 35.482,77 42.665,38 b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Air Bersih 2.045,78 2.459,49 2.954,59 3.534,00 5. BANGUNAN 601.473,85 825.974,14 875.532,59 952.523,73 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 799.312,54 1.025.881,86 1.340.519,58 1.749.009,62 a. Perdagangan Besar & Eceran 750.508,82 969.599,04 1.276.864,97 1.676.638,24 b. Hotel 40.424,89 46.595,83 51.818,73 57.787,32 c. Restoran 8.378,83 9.686,99 11.835,88 14.584,06 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 487.909,33 577.172,95 681.365,19 808.979,57 a. Pengangkutan 460.086,44 542.790,32 639.930,15 758.541,11 1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya 71.002,46 85.016,12 101.496,33 121.718,98 3. Angkutan Laut 332.390,91 389.160,05 455.455,97 534.054,42 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Angkutan Udara 2.151,05 2.728,06 3.458,29 4.628,12 6. Jasa Penunjang Angkutan 54.542,02 65.886,09 79.519,56 98.139,59 b. Komunikasi 27.822,89 34.382,63 41.435,04 50.438,46 1. Pos dan Telekomunikasi 27.822,89 34.382,63 41.435,04 50.438,46 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,00 0,00 0,00 0,00 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA 105.261,12 128.346,55 156.486,47 209.109,24 a. Bank 13.490,93 19.414,26 27.179,96 49.415,86 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 14.224,64 16.860,73 19985,34 24.528,21 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan 70.410,60 83.728,75 99.566,02 123.426,68 e. Jasa Perusahaan 7.134,95 8.342,81 9.755,15 11.738,49 9. JASA-JASA 371.509,00 446.384,23 536.425,58 640.189,16 a. Pemerintahan Umum 293.836,67 355.153,99 429.266,90 512.070,10 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 293.836,67 355.153,99 429.266,90 512.070,10 2. Jasa Pemerintah lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Swasta 77.672,33 91.230,24 107.158,68 128.119,06 1. Sosial Kemasyarakatan 4.629,38 5.307,18 6.084,21 7.733,22 2. Hiburan & Rekreasi 9.688,70 11.419,84 13.460,30 15.949,26 3. Perorangan & Rumahtangga 63.354,25 74.503,22 87.614,17 104.436,58 PDRB DENGAN MIGAS 6.080.032,66 8.854.435,61 10.917.089,79 13.644.232,66 PDRB TANPA MIGAS 3.388.987,46 4.324.859,17 5.277.378,10 6.539.868,14

Sumber : BPS Kota Dumai, 2011 **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara

Page 74: Identifikasi Sektor Unnggulan Di Kota Dumai Provinsi Riau Tahun … · Persentase komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2010.....……….....…………..

61

Lampiran 2. PDRB Kota Dumai atas dasar harga konstan menurut lapangan

usaha tahun 2007-2010 ( juta rupiah)

LAPANGAN USAHA 2007 2008**) 2009***) 2010***) 1. PERTANIAN 130.644,34 135.952,66 141.352,59 146.403,98 a. Tanaman Bahan Makanan 25.510,41 25.740,95 25.959,75 26.007,59 b. Tanaman Perkebunan 10.001,44 10.879,51 11.847,79 12.923,24 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 21.599,20 22.750,97 23.936,30 25.237,80 d. Kehutanan 67.018,31 69.771,11 72.492,18 74.836,90 e. Perikanan 6.514,98 6.810,12 7.116,58 7.398,45 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9.261,75 10.167,85 11.142,95 12.132,90 a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Penggalian 9.261,75 10.167,85 11.142,95 12.132,90 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1.754.843,65 1.791.804,69 1.745.026,88 1.734.350,86 a. Industri Migas 1.672.480,28 1.702.272,52 1.648.144,12 1.629.355,28 1. Pengilangan Minyak Bumi 1.672.480,28 1.702.272,52 1.648.144,12 1.629.355,28 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas **) 82.363,37 89.532,17 96.882,76 104.995,58 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 12.133,71 12.622,91 12.891,48 13.365,77 a. Listrik 10.740,31 11.130,68 11.294,64 11.664,38 b. Gas 0,00 0,00 0,00 c. Air Bersih 1.393,40 1.492,23 1.596,84 1.701,39 5. BANGUNAN 283.099,67 307.820,14 334.354,24 362.499,67 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 461.473,84 508.306,87 556.766,48 610.088,17 a. Perdagangan Besar & Eceran 450.657,62 497.061,91 544.829,56 597.359,79 b. Hotel 7.774,73 8.142,84 8.593,14 9.093,56 c. Restoran 3.041,49 3.102,12 3.343,78 3.634,82 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 350.046,31 379.885,31 411.601,98 447.914,74 a. Pengangkutan 332.942,30 359.154,15 387.097,75 418.659,39 1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya 60.770,08 66.294,54 72.108,57 78.787,06 3. Angkutan Laut 247.259,47 266.001,40 286.057,91 308.208,75 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Angkutan Udara 2.307,72 2.491,15 2.687,95 3.061,81 6. Jasa Penunjang Angkutan 22.605,03 24.367,06 26.243,32 28.601,77 b. Komunikasi 17.104,01 20.731,16 24.504,23 29.255,35 1. Pos dan Telekomunikasi 17.104,01 20.731,16 24.504,23 29.255,35 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,00 0,00 0,00 0,00 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA 36.138,39 38.183,59 40.588,17 43.953,97 a. Bank 3.055,33 4.117,29 5.375,95 7.115,67 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 4.148,81 4.300,11 4.545,65 4.783,12 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan 25.344,16 26.067,48 26.849,50 28.001,34 e. Jasa Perusahaan 3.590,09 3.698,71 3.817,07 4.053,84 9. JASA-JASA 265.505,75 289.434,77 315.713,05 345.221,14 a. Pemerintahan Umum 210.292,74 230.754,33 253.206,84 279.409,22 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 210.292,74 230.754,33 253.206,84 279.409,22 2. Jasa Pemerintah lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Swasta 55.213,01 58.680,44 62.506,21 65.811,92 1. Sosial Kemasyarakatan 3.253,48 3.341,63 3.523,41 3.694,17 2. Hiburan & Rekreasi 5.983,67 6.300,95 6.679,01 7.110,20 3. Perorangan & Rumahtangga 45.975,86 49.037,86 52.303,79 55.007,55 PDRB DENGAN MIGAS 3.303.147,41 3.474.178,79 3.569.437,83 3.715.931,20 PDRB TANPA MIGAS 1.630.667,13 1.771.906,27 1.921.293,70 2.086.575,92

Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara