IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH...

109
IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH AGAMA (STUDI KASUS DI PERUMAHAN GRAHA PADMA, SEMARANG BARAT) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer Rochmah NIM : 064411010 FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH...

Page 1: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH AGAMA

(STUDI KASUS DI PERUMAHAN GRAHA PADMA,

SEMARANG BARAT)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Dalam Ilmu Ushuluddin

Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi

Oleh :

Rufita Noer Rochmah

NIM : 064411010

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

ii

IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH AGAMA

(STUDI KASUS DI PERUMAHAN GRAHA PADMA,

SEMARANG BARAT)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Dalam Ilmu Ushuluddin

Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi

Oleh :

Rufita Noer Rochmah

NIM : 064411010

Semarang, 8 Desember 2011

Disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Fatimah Usman, M.Si Fitriyati, S. Psi, M.Psi

NIP. 195608051985032001 NIP.196907252005012002

Page 3: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

iii

Page 4: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

iv

PERSEMBAHAN

Terima kasih, kepada Allah. Karena KAU-lah aku ada. Bersama-Mu, segala

yang tak mungkin menjadi mungkin. Segala yang tak mungkin bagiku, menjadi

segala yang penuh anugerah bagiku. Terima kasih, Allah.

Terima kasih kepada Mas Jumanto, kekasihku di dunia dan akhirat.

Engkaulah yang telah mengajariku menjadi perempuan yang sempurna

dengan segala apa adanya diriku.

Terima kasih Jasmine, Fatma dan Madina. Kalianlah sahabat-sahabat kecilku,

yang telah mengajariku menjadi ibu yang sempurna dengan segala apa adanya

diriku. Tanpa kalian….tiadalah yang memanggilku ‘mama’.

I Love You All.

Semangat hidupku untuk maju adalah semangatmu yang terus menyertaiku,

hanya satu yang dapat menghentikannya, adalah hilangnya semangatmu untuk

menyemangatiku

Terima kasih, semangat. Kaulah ruh yang naik dan turun dalam hidupku.

Page 5: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

v

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan. Segala puji bagi allah SWT Yang

Maha Pengasih dan Maha Penyayang, bahwa atas taufiq, hidayah serta inayah-

Nya, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG

BERPINDAH AGAMA (STUDI KASUS DI PERUMAHAN GRAHA PADMA,

SEMARANG BARAT)”, disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana strata satu (SI) Fakultas Ushuluddin Institut Agama

Islam Negeri (IAIN)Walisongo Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menyampaikan terimakasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dalam menyusun skripsi ini hingga selesai.

Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Nasihun Amin, M.Ag. selaku dekan Fakultas Ushuluddin IAIN

Walisongo Semarang beserta staf atasan yang menjabat di lingkungan

Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.

2. Ibu Dra. Hj. Fatimah Usman, M.Si Selaku pembimbing I dan Ibu Fitriyati,

S.Psi. M.Si. Selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu,

tenaga dan fikirannya untuk untuk memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak/Ibu dosen dan semua civitas akademik Fakultas Ushuluddin IAIN

Walisongo Semarang, yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan,

baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada orang tua penulis yang telah dipanggil Allah Swt, (almarhumah)

Sri Soenarti binti Mohammad Isa‟i dan (almarhum) Muhammad Tohir

Danusunarto bin Muhammad Ilyas.

5. Kepada suami penulis, Dr. Jumanto, Drs., M.Pd. dan anak-anak tercinta:

Jasmine Indira Pasca JR., Fatmabangsa Manca JR., dan Madina Indira

Bangsa JR., yang telah memberi semangat kepada penulis untuk berjuang

sejak pertama menempuh perkuliahan sampai saat penyusunan skripsi ini

Page 6: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

vi

dan kalianlah semangat hidup di dunia ini. Dan adik penulis, Demi

Erawati, S.E. dan keponakan penulis, Fredadeta Yogatama yang telah

bersemangat mendukung moril dan materiil penulis selama masa

perkuliahan.

6. Kepada teman-teman senasib sepenanggungan berjuang belajar di Fakultas

Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi

angkatan 2006: M. Subkhan, Umi Rahmah, M. Muhsinin, Aryo Permadi,

Naryoko, Khoirul Anwar, Rini Sulistiyana, Dianing Prafitri, Zainul

Masruroh, Mustafiroh, Muhammad Nur Arifin, Mu‟amalah (M.U) Jamil

Ilyas, Muflih. Dan teman-teman angkatan 2007: Mutakkiin, Asrorudin,

Roisah, Santi dkk. Teman-teman angkatan 2008: Mahbub, Sakinah, Olif,

Indah, Vita, Mustakul, Sonief, dkk. Teman-teman angkatan 2010 kelas A:

Ahmad, Nurul, Eni, Nasih, dkk. yang telah membantu penulis untuk

berjuang menuntut ilmu. Serta semua teman-teman yang belum bisa

penulis sebutkan. Terima kasih, adik-adikku!

7. Kepada staf kantor Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang,

Bapak Zainuddin, Bapak Miftah, Bapak Ngaseri, Bapak Noor Salim, Ibu

Semi, Ibu Murni, beserta bapak dan ibu lainnya yang telah dengan tulus

ikhlas membantu penulis dalam rangka proses pengurusan skripsi dan

munaqosyah sehingga lancar dan berhasil. Terima kasih.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa, hanya

untaian terimakasih yang tulus dan mendalam dengan iringan do‟a semoga

Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka, dan selalu

melimpahkan rahmat, hidayah serta taufiq kepada semuanya dalam

mengarungi samudra kehidupan ini.

Semarang, 8 Desember 2011

Rufita Noer Rochmah

Page 7: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

vii

ABSTRAKSI

Mengikuti perjalanan spiritual seseorang itu sangat menarik, terkadang ada

sesuatu yang sangat luar biasa dalam pengalaman hidupnya menjadi langkah

perubahan keyakinannya, tetapi juga hal yang sangat biasa pun dapat mengubah

keyakinan dirinya. Perjalanan seperti ini tidak semua orang mengalaminya, hanya

orang-orang yang diberi hidayah oleh Allah SWT yang memperoleh anugerah itu.

Seperti pula pengalaman-pengalaman pelaku konversi agama di

Perumahan Graha Padma Semarang Barat, bisa itu lewat sebuah proses yang

panjang, tetapi juga secepat itu hidayah bisa datang. Ada juga hal-hal yang

mengharukan, betapa sulitnya perjuangan melawan keluarganya. Tetapi, karena

keteguhan untuk menyatakan keyakinan, akhirnya diperoleh juga hidayah. Itu.

Jika menghayati apa yang dituturkan mereka sampai saatnya mengucapkan

kesaksian akan agama yang mereka anut, adalah munculnya suatu kesadaran akan

kebesaran agama-agama yang mereka yakini, itu bisa terjadi karena pengaruh

dari suami, pengaruh kebenaran akan agama, pengaruh dari kekasih dan pengaruh

dari majikan/atasan, serta berbagai macam petunjuk lainnya.

Disinilah menariknya, bagaimana penuturan mereka itu benar-benar

menyentuh perasaan dan pikiran seseorang, kadang seseorang yang mengetahui,

terbawa pada suasana atau peristiwa yang menjadi realitas mereka. Merekalah

yang terkadang jauh lebih bersikap baik dalam menempuh hidup barunya.

Disinilah kebesaran agama mereka tunjukkan.

Penelitan tentang indentifikasi psikologis konversi agama di Perumahan

Graha Padma Semarang Barat. ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field

research) dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Analisis yang digunakan

dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, dengan pendekatan psikologi.

Penulisan skripsi ini menggunakan metode deduktif untuk membahas masalah

yang ada dalam landasan teori, sedangkan metode induktif digunakan untuk

membahas penyusunan skripsi ini.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui ada motivasi dan motif apakah individu berpindah agama di

Perumahan Graha Padma Semarang Barat

2. Mengetahui Bagaimana proses individu yang berpindah agama di Perumahan

Graha Padma Semarang Barat

3. Mengetahui Masalah apa yang individu hadapi setelah berpindah agama di

Perumahan Graha Padma Semarang Barat

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi

dan masukan bagi mahasiswa, dosen, para peneliti dan semua pihak yang

membutuhkan, khususnya di lingkungan fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo

Semarang.

TABEL TRANSLITERASI

Page 8: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

viii

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

Alif Tidak berlambang Tidak dilambangkan ا

Ba B Be ة

Ta T Te ت

Sa S ث.

As (dengan titik di atas)

Jim J Je ج

Ha Ha (dengan titik di bawah) ح

Kha Kh Ka dan ha خ

Dal D De د

Zal Z ذ.

Zet (dengan titik di atas)

Ra R Er ز

Zai Z Zat ش

Sin S Es ض

Syin Sy Es dan ye ش

.Sad S ص Es (dengan titik di bawah)

.Dad D ض De (dengan titik di bawah

Ta .T ط Te (dengan titik di bawah)

.Za Z ظ Zet (dengan titik di bawah)

Ain ……„ Koma terbalik di atas' ع

Gain G Ge غ

Fa F Ef ف

Qaf Q Ki ق

Kaf K Ka ك

Lam L El ل

Mim M Em م

Nun N En ى

Wau W We و

Ha H Ha ه

Hamzah …..' Apostrof ء

ya Y Te ي

Sumber: Buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo

2001.

B. VOKAL.

Page 9: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

ix

Vokal Tunggal Vokal Rangkap

Huruf

Arab Nama

Huruf

Latin Nama

Huruf

Arab Nama

Huruf

Latin Nama

Fathah a a __ ىـ Fathah

dan ya ai

a dan

i

Kasrah i i ---و Fathah

dan wau au

a dan

u

dhammah u u - - - -

Contoh:

haula :هول Kaifa كيف Su'ila : سئل fa'ala : فعل

C. MADDAH.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif atau ya LĀ A dan garis di atas ي — ا—

— Kasrah dan ya LÎ I dan garis di atas ى

— Dummah wau UŬ U dan garis di atas و

Contoh:

yaqũlu : يقول ramã : زهى qîla : قيل qãla : قبل

.

D. TA’ MARBUTOH.

1. Ta' Marbŭtah hidup transliterasinya adalah (t).

2. Ta' Marbŭtah mati transliterasinya adalah (h).

3. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya adalah Ta Marbŭtah dikuti oleh

kata al, serta bacaan keduanya kata itu terpisah maka Ta' Marbŭtah itu

ditransliterasikan dengan (h).

Contoh:

.raudah al-atfăl atau raudatul atfăl : االطفبل زوضة

al-Madīnah al-Munawwarah, atau al-Madīnatul : الونوزة الودينة

Munawwarah.

Page 10: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

x

E. SYADDAH (TASDĨD).

Syadah/tasydid ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf yang

diberi tanda syaddah.

Contoh:

.al-birru : البس nu''ima : نعن . nazzala : نصل rabbană : زبنب

F. KATA SANDANG.

1. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransleterasikan dengan

huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan sambung/hubung.

Contoh:

.as-sayyidatu : السيدة

2. Kata sandang diikuti oleh huruf Qomariyah ditransleterasikan sesuai

dengan bunyinya. Contoh:

.al-badĭu : البديع al-qalamu : القلن

G. HAMZAH.

1. Bila Hamzah terletak di awal kata maka ia tidak disambungkan dan ia

seperti alif. Contoh:

akala : أكل umirtu : أهست

2. Bila ditengah dan di akhir ditransleterasikan dengan apostrof, contoh:

.sya'un : شيئ .ta'khuzŭna : خروى تأ

H. HURUF KAPITAL.

Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, bukan pada kata sangdangnya.

Contoh:

.al-Madĭnatul Munawwarah : الونوزة الودينة al-Qur'ăn : القساى

Page 11: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING .............................................................. ii i

PERSEMBAHAN ....................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

ABSTRAKSI ................................................................................................. vi

TRANSLITERASI ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang ......................................................................... 1

B. Pokok masalah ........................................................................ 9

C. Penegasan istilah ...................................................................... 9

D. Tujuan dan manfaat penelitian .................................................. 10

E. Kajian pustaka ......................................................................... 11

F. Metode penelitian ..................................................................... 12

G. Sistematika pembahasan .......................................................... 15

BAB II : TEORI UMUM PSIKOLOGI INDIVIDU DAN KONVERSI AGAMA

A. Psikologi Individu ................................................................... 17

1. Teori Motivasi dan Motif ........................................................ 17

2. Teori Konflik dan Frustasi ........................................................ 28

3. Teori Psikoanalisis Erikson............................................................31

B. Konversi Agama ..................................................................... 34

1. Pengertian Konversi Agama .................................................... 34

2. Faktor Konversi Agama ........................................................... 40

3. Proses Konversi Agama .......................................................... 48

Page 12: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

xii

BAB III :IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERKONVERSI

AGAMA DI PERUMAHAN GRAHA PADMA, SEMARANG BARAT

A. Gambaran Keadaan Subjek Penelitian ..................................... 52

B. Motif dan Motivasi Konversi Agama ...................................... 57

C. Proses Konversi Agama ......................................................... 64

D. Subjek Setelah Berpindah Agama ........................................... 72

BAB IV : ANALISIS

A. Analisis Motif dan Motivasi Konversi Agama .......................... 82

B. Analisis Proses Konversi Agama ............................................. 88

C. Analisis Setelah Konversi Agama ............................................ 91

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 97

B. Saran-Saran ............................................................................. 101

C. Penutup ................................................................................... 102

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT PENULIS

Page 13: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sudah menjadi fitrahnya manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha

Esa sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-

makhluk lainya yang ada dimuka bumi ini. Seperti yang diterangkan didalam

Al-Qur’an Surat At-Tiin ayat 04:

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam

bentuk yang sebaik-baiknya”.1

Meskipun manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna,

manusia masih memerlukan suatu kepercayaan. Kepercayaan itu akan

melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan budayanya. yang akan

mengatur pola hidup manusia tersebut dalam hal-hal yang menyangkut

persoalan hidup mereka di dunia ini.2

Adalah agama semata yang bisa memulihkan kedamaian dan

ketenteraman manusia. Ia menanamkan kecintaan akan kebaikan dan

keberanian di hati manusia untuk bangkit menghadapi kekuatan-kekuatan

jahat yang keji, sebagai syarat yang diperlukan guna memperoleh nikmat

Allah dan guna melaksanakan kehendak-Nya yang menguasai bumi ini,

sambil menantikan dengan sabar anugerah-Nya di akhirat.3

Agama mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar

dapat memberi kebahagiaan di dunia dan akhirat, baik kepada dirinya maupun

kepada masyarakat di sekitarnya. Selain itu agama juga memberikan ajaran

1 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, CV. J-ART, Bandung, 2004,

hlm.598 2 Akmal Hawi, Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama, IAIN Raden Fatah Press, Palembang,

2005, hlm.49 3 Muhammad Qutb, Salah paham Terhadap Islam, Penerbit Pustaka, Bandung 1982, hlm

13

Page 14: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

2

untuk membuka jalan menuju kepada al-Khaliq, Tuhan Yang Maha Esa ketika

manusia telah mati.4

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini manusia saling berinteraksi

antara yang satu dengan yang lain. Manusia tidak mungkin hidup sendirian, ia

memerlukan kelompok, memerlukann kebersamaan yang membentuk suatu

masyarakat. Masyarakat bisa berjalan dengan baik apabila kehidupan itu diikat

dan disanggah oleh tradisi yang hidup dan dipatuhi. Tradisi itu adalah

keseluruhan kepercayaan.5

Aristoteles (384-322 SM). Seorang filosof yunani kuno menyatakan

dalam ajarannya, bahwa manusia adalah Zoon Politicon. Artinya bahwa

manusia itu sebagai makhluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dan

berkumpul dengan sesama manusia lainya. Jadi mahluk yang suka

bermasyarakat dan oleh karena sifatnya yang suka bergaul satu sama lain,

maka manusia disebut makhluk sosial.6

Dalam hubungan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat

lainya, menyebabkan terjadinya pembauran pada masyarakat tersebut.

Pembauran tersebut bisa terjadi pada bidang bahasa, budaya, atau bahkan

agama sekalipun.

Negara kesatuan republik Indonesia yang mempunyai asas Pancasila

mengakui adanya kemajemukan pada masyarakatnya baik dibidang budaya

maupun bidang agama. Bidang budaya masyarakat Indonesia kaya dengan

keaneka ragaman budayanya baik suku, bahasa, bahkan lainnya, begitu pun

juga dengan agama yang telah diakui keberadaannya di negara ini.

Agama adalah bagian mutlak dan pada kehidupan bangsa Indonesia

ini, seperti termaktub dalam sila pertama :”Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan

pasal 29 UUD 1945 merumuskan ayat (1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan

Yang Maha Esa. Ayat (2) yang menyatakan bahwa : Negara menjamin

4 Th.Thalhas, Pengantar Studi Ilmu Perbandingan Agama, Penerbit Pustaka, Bandung

1982, hlm 69 5 Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa ini, Rajawali Pers, Jakarta, tth, hlm 6 6 Kansil JH, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai pustaka, Jakarta

1989, hlm 29.

Page 15: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

3

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing

dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.7

Menurut pasal 29 ayat (2) UUD tahun 1945 kehidupan beragama di

Negara republik Indonesia ini amatlah jelas telah dijamin oleh Konstitusi.

Kebebasan beragama ini dijamin oleh negara karena keyakinan bahwa

keragaman agama tidak akan menjadi disintegrating factor bagi bangsa

Indonesia, tetapi faktanya ialah bahwa agama dapat menjadi integrating dan

disintegrating factor sekaligus. Ibarat lautan yang mengelilingi ribuan pulau-

pulau di Indonesia, lautan itu dapat berfungsi sebagai pemisah antara pulau

yang satu dan yang lain, tapi dapat pula sebagai jembatan yang

menghubungkan pulau yang satu dengan yang lainya apabila kita mampu

mengelola dan melayari laut-laut itu. Demikian pula keragaman agama dapat

berfungsi sebagai pemisah dan sekaligus pemersatu bangsa.8

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang bersifat ganda seperti

terlukis dalam sesanti bangsa Indonesia ”Bhineka Tunggal Ika yang berarti

sekalipum berbeda-beda, tetapi tetap satu juga”. Di indonesia terdapat

berbagai agama yang pada hakekatnya semua agama itu mengajarkan dan

menuntut umat untuk beribadah, menyembah, dan memuliakan Tuhan Yang

Maha Esa.9

Agama adalah suatu hal yang sungguh sangat luas dan dalam

maknanya. Karena mengenai kehidupan manusia serta asasi. Berdasarkan

penelitian Historis Kultural bangsa Indonesia adalah bangsa yang bersifat

religius, bangsa yang agamis, hal ini terbukti bahwa kehidupan bangsa kita

tidak dapat dilepaskan dari kehadiran dan perkembangan agama-agama besar

di dunia seperti Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha.10

Di dalam Agama Islam, tidak mengenal paksaan untuk menganut

ajaran agama, faktor-faktor ideologinya tidak bertentangan dengan tabiat

7 Departemen RI, Pekan Oreantasi Antar Umat Beragama, Proyek Pembinaan

Kerukunan hidup Beragama, Jakarta, 1980, hlm.59 8 Ridwan Lubis, Meretas Wawasan Praksis Kerukunan Umat Beragama di Indonesia,

DEPAG RI dan Badan Litbang dan Diklat Keagaman, Jakarta, 2005, hlm.5 9 Ibid, hlm.90 10 Ibid, hlm.90-91

Page 16: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

4

manusia. Tidak mengharuskan sesuatu apapun. Akan tetapi Islam hanya

mengajak manusia untuk memegang pada prinsip-prinsipnya, dengan

kebebasan mutlak dan kehendak sendiri untuk beriman atau tidak. Firman

Allah;

Artinya: ”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)” .(Al-

Baqarah : 256)11

Semua agama tidak menghendaki adanya pemaksaan dalam hal agama.

Setiap manusia bebas menentukan sendiri agama yang akan dipeluknya.

Agama yang dipeluk mendasari hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha

Esa dan hubungan manusia dengan sesama manusia dan kemudian agama

memberikan arah kepada umat mengenai sikap dan perilaku dalam hidup

sehari-hari.12

Menurut Zakiyah Daradjat(1979), agama memegang peranan sangat

penting dalam kehidupan manusia baik secara individu, keluarga, maupun

dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu agama adalah suatu hal yang

perlu kita pertahankan dan kita amalkan. Agar dapat mengamalkan agama

dengan baik kita di tuntut agar mendalami agama kita masing-masing, hal

inilah yang akan menjadikan seseorang itu tidak mudah dipengaruhi imannya

sehingga goyah dan berpindah keyakinan. Sebaliknya bagi mereka yang

memiliki iman yang lemah mudah sekali dipengaruhi dan kemudian terjadi

suatu perubahan keyakinan yang berlawanan arah dengan keyakinan semula13

.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu masyarakat di Perumahan

Graha Padma diperoleh informasi bahwa telah terjadi suatu kasus perpindahan

agama pada masyarakat perumahan tersebut, yakni dari Agama Islam

berpindah menjadi Agama Kristen dan sebaliknya dari Kristen ke Islam. Juga

dari agama Islam ke agama Hindu. Dari permasalahan yang terjadi di

11

Depag RI, Op cit, hlm. 45 12 Muhammad Al-Barry, Islam dan Sekularisme Antara Cita dan Kenyataan, Ramadhani,

Solo, 1988, hlm.76 13 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, CV. Bulan Bintang, Jakarta, 1976, hlm.137

Page 17: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

5

Perumahan Graha Padma ini, penulis dapat simpulkan bahwa telah terjadi

pada masyarakat Graha Padma ini suatu kasus perpindahan agama (konversi

agama).

Menurut Robert H. Thoulees yang dikutip oleh Akamal Hawi, bahwa

konversi agama berati suatu tindakan dimana seseorang atau kelompok masuk

atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan

dengan kepercayaan sebelumnya.14

Masalah-masalah yang menyangkut terjadinya konversi agama

tersebut berdasarkan tinjauan psikologi yaitu dikarenakan beberapa faktor

antara lain:

Faktor internal meliputi, pertama, Kepribadian. Secara psikologis tipe

kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehidupan jiwa seseorang. Dalam

penelitiannya, James menemukan bahwa tipe melankolis (orang yang bertipe

melankolis memiliki sifat mudah sedih, mudah putus asa, salah satu

pendukung seseorang melakukan konversi agama adalah jika seseorang itu

dalam keadaan putus asa) yang memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam

dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya. Kedua, faktor

pembawaan. Menurut Sawanson ada semacam kecenderungan urutan

kelahiran mempengaruhi konversi agama. Anak sulung dan anak bungsu

biasanya tidak mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak yang

dilahirkan pada urutan antara keduanya sering mengalami stress jiwa, karena

pada umumnya anak tengah kurang mendapatkan perhatian orangtua. Kondisi

yang dibawa berdasarkan urutan kelahiran itu banyak mempengaruhi

terjadinya konversi agama.15

Faktor eksternal meliputi, pertama, faktor keluarga. keretakan

keluarga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual,

kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat dan lainnya. Kondisi yang

demikian menyebabkan seseorang akan mengalami tekanan batin, sehingga

14 Akmal Hawi, op cit, hlm.49 15

Jalaludin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama; Penerbit Kalam Mulia, Jakarta,1987, hlm. 68

Page 18: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

6

sering terjadi konversi agama dalam usahanya untuk meredakan tekanan batin

yang menimpa dirinya. Kedua, Lingkungan tempat tinggal. Orang yang

merasa terlempar dari lingkungan tempat tinggal atau tersingkir dari

kehidupan di suatu tempat merasa dirinya hidup sebatang kara. Keadaan yang

demikian menyebabkan seseorang mendambakan ketenangan dan mencari

tempat untuk bergantung hingga kegelisahan batinnya hilang. Ketiga,

Perubahan status. Perubahan status terutama yang berlangsung secara

mendadak akan banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama, misalnya:

perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan, perubahan pekerjaan,

menikah dengan orang yang berbeda agama dan sebagainya. Keempat,

Kemiskinan. Kondisi sosial ekonomi yang sulit juga merupakan faktor yang

mendorong dan mempengaruhi terjadinya konversi agama.16

Prof. Dr. Zakiah. Daradjat memberikan pendapatnya yang berdasarkan

proses kejiwaan konversi agama yang terjadi melalui 5 tahap, yaitu:

Masa tenang, disaat ini kondisi seseorang berada dalam keadaan yang

tenang karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Terjadi

semacam sikap apriori (belum mengetahui) terhadap agama. Keadaan yang

demikian dengan sendirinya tidak akan mengganggu keseimbangan batinnya,

hingga ia berada dalam keadaan tenang dan tenteram. Segala sikap dan

tingkah laku dan sifat-sifatnya acuh tak acuh atau menentang agama.17

Masa ketidaktenangan, tahap ini berlangsung jika masalah agama telah

mempengaruhi batinnya. Mungkin di karenakan suatu krisis, musibah ataupun

perasaan berdosa yang di alami. Hal tersebut menimbulkan semacam

kegoncangan dalam kehidupan batin sehingga menyebabkan kegoncangan

yang berkecamuk dalam bentuk rasa gelisah, panik, putus asa, ragu, tegang

dan bimbang. Perasaan tersebut menyebabkan seseorang lebih sensitif dan

hampir putus asa dalam hidupnya dan mudah terkena sugesti. Pada tahap ini

16 Ibid, hlm 78 17 Zakiah Daradjat, op. cit, hlm. 125

Page 19: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

7

terjadi proses pemilihan terhadap ide atau kepercayaan baru untuk mengatasi

konflik batinnya.18

Masa konversi, tahap ketiga ini terjadi setelah konflik batin mengalami

keredaan karena kemantapan batin telah terpenuhi berupa kemampuan

menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun

timbulnya rasa pasrah. Keputusan ini memberikan makna dalam

menyelesaikan pertentangan batin yang terjadi, hidup yang tadinya seperti

dilamun ombak atau di porak porandakan oleh badai topan persoalan, tiba-tiba

angin baru berhembus, sehingga terciptalah ketenangan dalam bentuk

kesediaan menerima kondisi yang dialami sebagai petunjuk ilahi. Karena

disaat ketenangan batin itu terjadi dilandaskan atas suatu perubahan sikap

kepercayaan yang bertentangan dengan sikap kepercayaan sebelumnya, maka

terjadilah proses konversi agama.19

Masa tenang dan tentram, masa tenang dan tentram yang kedua ini

berbeda dengan tahap yang sebelumnya. Jika pada tahap pertama keadaan itu

dialami karena sikap yang acuh tak acuh, maka ketenangan dan ketentraman

pada tahap ketiga ini di timbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan yang

sudah di ambil. Ia timbul karena telah mampu membawa suasana batin

menjadi mantap sebagai pernyataan menerima konsep baru. Setelah krisis

konversi lewat dan masa menyerah di lalui, maka timbulah perasaan atau

kondisi jiwa yang baru, rasa aman dan damai di hati, tiada lagi dosa yang tidak

diampuni Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada kesalahan yang patut di sesali,

semuanya telah lewat, segala persoalan menjadi mudah dan terselesaikan.

Lapang dada, menjadi pemaaf dan dengan mudah untuk memaafkan kesalahan

orang lain. 20

Masa ekspresi konversi, sebagai ungkapan dari sikap menerima,

terhadap konsep baru dari ajaran agama yang diyakininya, maka tindak tanduk

dan sikap hidupnya diselaraskan dengan ajaran dan peraturan agama yang

dipilih tersebut. Pencerminan ajaran dalam bentuk amal perbuatan yang serasi

18 Ibid, hlm 126 19 ibid 20 Ibid, hlm. 127

Page 20: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

8

dan relevan sekaligus merupakan pernyataan konversi agama itu dalam

kehidupan.21

Dari uraian di atas mendasari keinginan penulis untuk meneliti

Identifikasi Psikologis Individu yang Berpindah Agama (Studi Kasus di

Perumahan Graha Padma, Semarang Barat). Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan penelitian studi kasus, karena terjadi kasus perpindahan agama

pada beberapa anggota masyarakat di Perumahan Graha Padma, Semarang,

hal ini dapat dikarenakan bahwa model masyarakat di perumahan Graha

Padma adalah masyarakat modern dengan tingkat ekonomi menengah keatas

yang telah dipengaruhi kebudayaan modern yang bersifat moderat

dibandingkan dengan masyarakat pemukiman biasa yang cenderung bersifat

fundamentalis. Adapun ciri-ciri manusia modern menurut Alex Inkeles adalah

(1) terbuka dan bersedia menerima hal-hal baru dari inovasi dan perubahan;

(2) berorientasi demokratis dan mampu memiliki pendapat yang tidak selalu

sama dari lingkungannya sendiri; (3) berpijak pada kini, mendatang,

menghargai waktu, konsisten dan sistematik dalam setiap urusan (4) selalu

terlibat pada perencanaan dan pengorganisasian; (5) mampu belajar lebih

lanjut untuk menguasai lingkungan; (6) memiliki keyakinan bahwa segalanya

dapat diperhitungkan; (7) menyadari dan menghargai harkat dan pendapat

orang lain; (8) percaya pada kemampuan iptek; (9) menjunjung tinggi keadilan

berdasarkan prestasi kontribusi dan kebutuhan; dan (10) berorientasi kepada

produktivitas, efektivitas, dan efisiensi22

. Penelitian ini melibatkan empat

responden di Perumahan Graha Padma, Semarang yang mewakili ciri-ciri

kehidupan spiritualis masyarakat modern yang bersifat lebih moderat terhadap

perbedaan agama, yang tidak menutup kemungkinan kehidupan spiritualnya

juga lebih mudah berubah sesuai keinginan mereka.

21 Ibid, hlm. 128 22 Jalaluddin, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada, 2002, hal 193

Page 21: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

9

B. POKOK MASALAH

Sebagai konsekuensi dari sebuah kajian, harus selalu ada pokok masalah yang

hendak dikaji. Adapun pokok masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Ada motivasi dan motif apakah individu berpindah agama?

2. Bagaimana proses individu yang berpindah agama?

3. Masalah apa yang individu hadapi setelah berpindah agama?

C. PENEGASAN ISTILAH

Untuk dapat mengambil suatu pengertian yang jelas dan terhindar dari

kesalahpahaman (miss understanding) dalam memahami judul skripsi di atas

yaitu : IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH

AGAMA (STUDI KASUS DI PERUMAHAN GRAHA PADMA,

SEMARANG BARAT), maka penulis perlu menjelaskan maksud dan arti

berbagai istilah yang ada pada judul tersebut :

1. Identifikasi

Identifikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti

pertama, tanda kenal diri; bukti diri; kedua, penentu atau penetapan

identitas seseorang, benda, dan sebagainya; ketiga, proses psikologis yang

terjadi pada diri seseorang karena secara tidak sadar dia membayangkan

dirinya seperti orang lain yang dikaguminya, lalu dia meniru tingkah laku

orang yang dikaguminya itu.23

Sedangkan identifikasi yang dimaksud

dalam judul skripsi ini adalah menetapkan sebuah penelitian sehingga bisa

dipahami secara menyeluruh.

2. Psikologis individu

Psikologi Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa

Yunani Kuno Psychē yang berarti jiwa dan logia yang artinya ilmu,

sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang

23 W. J. S. Poerwadarminta, kamus besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2003,

hlm. 231

Page 22: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

10

mempelajari tentang jiwa.24

sedangkan individu berasal dari kata latin,

“individuum” yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan

yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan

terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai keseluruhan yang

tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai

manusia perseorangan, demikian pendapat Dr. A. Lysen.25

Sedangkan

yang dimaksud dengan psikologis individu adalah keadaan jiwa atau

kejiwaan manusia perorangan.

3. Berpindah Agama (konversi agama)

Konversi berasal dari kata latin “conversio” yang berarti tobat

pindah, berubah (agama). Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam kata

Inggris “conversion” yang mengandung pengertian: berubah dari suatu

keadaan, atau dari suatu agama ke agama lain (change from one state, or

from one religion, to another). Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat di

simpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian: bertobat,

berubah agama, berbalik pendirian (berlawanan arah) terhadap ajaran

agama atau masuk ke dalam agama.26

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Tidak terlepas dari pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah :

a. Untuk mengetahui motif dan motivasi psikologi individu yang

berpindah agama.

b. Untuk mengetahui proses konversi agama pada psikologi individu.

c. Serta untuk mengetahui masalah apa saja yang dihadapi individu

setelah berpindah agama.

2. Manfaat Penelitian

24

Kartono, Kartini, Psikologi Umum, Mandar Maju Bandung, 1996, hlm. 28 25 http://keripiku.blogspot.com/2010/11/pengertian-individu-keluarga-dan.html, Selasa, 3

Mei 2011, 10.36 WIB 26 Jalaludin , op.cit., hlm. 132

Page 23: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

11

Setelah proses penelitian diselesaikan, maka diharapkan hasil tulisan ini

dapat bermanfaat dalam memberikan gambaran yang jelas tentang

identifikasi psikologi individu yang berpindah agama. Dengan demikian

penulisan ini bisa memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis dalam

dunia psikologi, yaitu wacana baru yang bisa dijadikan sebagai bahan

renungan bersama.

E. KAJIAN PUSTAKA

Dalam wacana Konversi Agama, wacana mengenai konversi agama

sangat banyak dibicarakan. Adapun penelitian yang membahas tentang

Identifikasi Psikologis Individu Yang Berpindah Agama (Studi kasus di

Perumahan Graha Padma, Semarang Barat), sejauh pengamatan penulis belum

ditemukan. Akan tetapi, terdapat beberapa penelitian yang sangat

bersinggungan dan berkaitan dengan konversi agama yang dikaitkan dengan

beberapa hal di antaranya adalah:

Penelitian yang dilakuakan oleh Wahidah (4199155), Fak.Ushuludin

IAIN Walisongo Semarang, yang berjudul ”Konversi Agama Dari Kristen Ke

Islam Dalam Masyarakat Tionghoa Di Desa Kayen Kecamatan Kayen

Kabupaten Pati” dalam penelitian ini disimpulkan bahwa Sejumlah orang

Tionghoa telah mengakui kebenaran agama Islam yang dianut oleh mayoritas

pribumi dan umat Islam dengan sikap terbuka telah menerima mereka sebagai

saudaranya. Namun demikian masih terdapat beberapa kesulitan yang menjadi

halangan atau hambatan dalam hal ini. Yaitu masih banyak kesalah fahaman

akan agama Islam di kalangan orang Tionghoa yang sedikit banyak

mempengaruhi dalam pengalaman keberagamaan mereka. Guna memecahkan

hal-hal seperti itu perlu mempelajari dampak psikologis dan dampak sosial

ekonomi Tionghoa dan dalam kehidupan keluarganya sekaligus bagaimana

situasi dan kondisi masyarakat Tionghoa itu sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Dedi Rimawwan (0431003) Fakultas

Ushuluddin IAIN Raden Fatah Palembang yang berjudul ”Pandangan Tokoh

Agama Islam Terhadap Konversi Agama (Studi Kasus Konversi Agama dari

Page 24: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

12

Islam ke Kristen di desa Wanamukti Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten

Banyuasin)” dalam penelitian ini disimpulkan bahwa : bahwa penyebab

perpindahan agama adalah bukan saja disebabkan oleh beberapa faktor yang

memberi pengaruh kuat untuk mengubah pendirian seseorang berpindah

agama atau masuk agama, dengan kata lain, perpindahan agama sebagai fakta

sosial dari suatu komplek jalinan pengaruh yang saling bantu-membantu.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Zainul Hafiz (00520333)

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul ”Perpindahan Agama (Studi

Komparatif Konsep Riddah dalam Islam dan Apostasi dalam Kristen)”.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa Perpindahan agama dalam konteks

Agama Islam dipersepsikan dengan riddah, sedangkan pelakunya dinamakan

murtadd atau orang murtad. Hal itu ekuivalen dengan istilah apostasi

(apostasy), dan apostat (apostate) sebagai pelakunya dalam tradisi

kekristenan. Pengertian riddah dan apostasi tersebut sebenarnya tidaklah

terbatas dalam konteks perpindahan agama saja, namun juga dalam

problematika-problematika lain yang tidak terkait sama sekali dengan

tindakan berpindah agama. Artinya, dalam perkembangannya, riddah dan

apostasi telah mengalami pergeseran makna yang cukup signifikan, sehingga

kriteria-kriteria riddah dan apostasi itu menjadi berbeda-beda sesuai dengan

visi dan pemahaman masing-masing orang atau kelompok.

Penelitian Luthfi Ardya. B (01210040) Universitas Muhammadiyah

Malang yang berjudul ”Faktor Pengaruh Konversi Dan Kehidupan Spiritual

Konvergen (Studi Kasus Konversi Agama dari Non Islam ke Islam di Desa

Lirboyo Kediri )”. Dalam penelelitian ini disimpulkan bahwa pengaruhi

konvergen melakukan konversi agama adalah karena pernikahan dan ragu pa

da keyakinan atau agama yang dianut sebelumnya yang tercermin dari adanya

krisis keyakinan pada agama yang lama, mengalami konflik batin, mencari

perbandingan kebenaran dengan jalan membaca buku-buku pengetahuan

Islam, karena terpengaruh oleh lingkungan tempat tinggal dan lingkungan

tempatnya bekerja yang mayoritas muslim serta media dakwah Islam yang

disiarkan ditelevisi maupun radio. Dan setelah mereka melakukan-melakukan

Page 25: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

13

konversi ke Agama Islam mereka memperoleh ketenangan dan rasa tenteram

yang sesungguhnya yakni ketenangan dan rasa tenteram yang merasuk

kedalam hati sanubarinya.

F. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penilitian lapangan (field-reseach). Untuk

mendapatkan kajian yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka

dalam melacak data, menjelaskan, menyimpulkan obyek pembahasan dalam

skripsi ini penyusun menempuh metode-metode sebagai berikut :

1. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah subyek dimana data

diperoleh, untuk memperjelas sumber data maka perlu dibedakan menjadi

dua macam, yaitu:

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperolah secara langsung dari

subjek penelitian dengan menggunakan alat, pengambilan langsung dari

subjek sebagai informasi yang dicari.27

Data primernya dalam

penelitian ini adalah 4 (empat) orang yang berpindah agama di

Perumahan Graha Padma.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung

untuk memperjelas sumber data primer berupa data kepustakaan yang

berkorelasi dengan pembahasan objek penelitian termasuk dokumentasi.28

2. Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, maka peneliti

menggunakan metode lapangan (field research). Metode ini penulis

27 Saefudin Anwar, Metodologi Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hlm. 91 28 Ibid,

Page 26: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

14

gunakan untuk memperoleh data di lapangan dengan menggunakan

metode-metode sebagai berikut:

a. Observasi

Metode observasi yaitu metode yang digunakan melalui

pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu

obyek dengan menggunakan keseluruhan alat indera.29

Metode ini digunakan untuk mengamati subjek yang

berpindah agama di Perumahan Graha Padma, serta subjek-subjek yang

terkait dalam penelitian ini.

b. Wawancara

Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

penanya atau pewawancara dengan responden atau informan dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (pedoman

wawancara).30

Wawancara dilakukan kepada orang yang berpindah

agama di Perumahan Graha Padma, atau objek penelitian yang terkait.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu penelitian dengan memperhatikan

objek dalam memperoleh sumber dengan tulisan, tempat dan berkas

atau orang.31

Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data-

data yang tidak diperoleh dari data-data wawancara atau observasi.

Metode ini digunakan untuk melengkapi metode pengumpulan data

yang pertama dan kedua. Metode dokumenasi ini dapat berupa foto,

recording, buku- buku dan lain sebagainya.

3. Analisis Data

29 Suharsimi Arikunto, Prosuder Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, PT. Rineka

Cipta, Jakarta, 2006, hlm. 229 30 Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hlm. 234. 31 Haidar Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press,

Yogyakarta, 1998, hlm.133

Page 27: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

15

Teknik analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.32

Dalam menganalisa data, penulis menggunakan tehnik deskriptif

analitik yaitu data yang diperoleh tidak dianalisa menggunakan rumus

statistika namun data tersebut dideskripsikan sehingga dapat memberikan

kejelasan sesuai kenyataan realita. Hasil analisa berupa pemaparan

gambaran mengenahi situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.

Uraian pemaparan harus sistematik dan menyeluruh sebagai satu kesatuan

dalam konteks lingkungannya juga sistematik dalam penggunaannya

sehingga urutan pemaparannya logis dan mudah diikuti maknanya.33

Jadi

analisis ini peneliti gunakan untuk menganalisa tentang identifikasi

psikologis individu yang berpindah agama studi kasus di Perumahan

Graha Padma Semarang Barat.

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah, maka akan dibagi

menjadi lima bab, yang masing-masing bab saling erat kaitannya.

Bab pertama, merupakan pendahuluan yang menjadi landasan ide

dasar lahirnya dari skripsi ini. Dengan membaca bab pertama ini akan dapat

diperoleh gambaran apa sebenarnya yang melatar belakangi perlunya

pembahasan mengenai identifikasi psikologis individu yang berpindah agama.

Dalam bab ini di paparkan mulai dari latar belakang masalah sampai

munculnya pokok permasalahan, penegasan istilah, tujuan dan manfaat

penelitian, telaah pustaka, metode yang digunakan dalam penelitian, serta

sistematika pembahasan.

32

Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, Rake Saras, Yogyakarta, 1996, Ed. III,

hlm.104 33 Nana Sudjana,dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru,

Bandung,1989, hlm.197-198

Page 28: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

16

Selanjutnya bab kedua, membahas tentang gambaran umum

psikologis individu dan konversi agama. Psikologi individu meliputi: teori

motivasi dan motif, teori konflik dan frustasi, juga teori psikoanalisa.

Sedangkan yang konversi agama meliputi: pengertian konversi agama, proses

konversi agama, faktor konversi agama dan masalah-masalah setelah konversi

agama.

Bab ketiga, membahas tentang identifikasi psikologis individu yang

berpindah agama di perumahan Graha Padma, semarang Barat. Hal ini

merupakan hasil dari penelitian, penelitian yang didapat meliputi: gambaran

individu yang berpindah agama, identifikasi motif dan motivasi konversi

agama, identifikasi proses konversi agama dan identifikasi psikologis setelah

individu berpindah agama.

Selanjutnya Bab keempat, berisi tentang analisis. Sedangkan

pembahasan yang di analisis meliputi: analisis motif dan motivasi psikologis

individu dalam berpindah agama, analisis proses psikologis individu saat

berpindah agama dan analisis psikologis individu setelah berpindah agama

Bab terakhir yaitu Bab kelima, sebagai bab penutup yang terdiri dari:

kesimpulan dan saran-saran, kemudian diakhiri dengan daftar pustaka, serta

lampiran-lampiran.

Page 29: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

17

Bab II

TEORI UMUM TENTANG PSIKOLOGI INDIVIDU

DAN KONVERSI AGAMA

A. Psikologi Individu

Secara ilmiah psikologi umumnya dimengerti sebagai “ilmu jiwa” .

Pengertian ini didasarkan pada terjemahan kata Yunani: psyche dan logos.

Psyche berarti ”jiwa” atau “nyawa” atau “alat untuk berpikir” logos berarti

ilmu atau “yang mempelajari tentang”.1 Dengan demikian psikologi

diterjemahkan ilmu yang mempelajari jiwa. Sedangkan konversi agama yang

sudah diterangkan diatas adalah berpindah keyakinan beragama. Jadi kalau

digabungkan menjadi satu kesatuan psikologi konversi agama adalah

keadaan kejiwaan individu dalam melakukan perpindahan keyakinan agama.

Ada teori dalam melakukan konversi agama di antaranya motif, motivasi,

frustasi dan konflik, serta sudut pandang psikoanalisa Erikson.

1. Teori Motivasi dan Motif

Motivasi Secara etimologis berasal dari bahasa Latin movere yang

berarti menggerakkan (to move). Diserap dalam bahasa Inggris menjadi

motivation berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang

menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.2

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk

melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan

sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan

menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah

proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai

1 Irwanto, Psikologi Umum, Prenhallindo, Jakarta, 2002, hlm. 3 2 Ibid, 193

Page 30: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

18

motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh

kesuksesan dalam kehidupan.3

Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi

yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang

membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan

dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain

seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan

hobinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen-elemen

di luar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor

utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun

kompensasi.4

Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang

dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa

sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy

dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini

menjadi 4 kategori yaitu teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan,

teori harapan, teori penetapan sasaran.5

a. Teori Motivasi Herzberg

Menurut Herzberg ada dua jenis faktor yang mendorong

seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri

dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor

ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene

memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk

didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi

lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor

motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan,

3 http://www.wploan.com/2011/04/pengertian-motivasi.html

4 ibid 5 Irwanto, Psikologi Umum, PT. Prenhallindo, Jakarta, 2002, hlm. 197-205

Page 31: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

19

yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan,

kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik). 6

b. Teori Motivasi Vroom

Teori dari Vroom tentang cognitive theory of motivation

menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang

ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan

itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya

motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen,7 yaitu:

1) Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas

2) Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan

terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas

(keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome

tertentu).

3) Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti

perasaan posistif, netral, atau negatif. Motivasi tinggi

jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi

harapan, motivasi rendah jika usahanya menghasilkan

kurang dari yang diharapkan.8

Motif dalam kamus lengkap bahasa indonesia mempunyai arti

sebab yang menjadi dorongan atau yang menimbulkan semangat. 9 Jadi,

motif adalah dorongan atau daya kekuatan dari dalam diri seseorang

yang mendorongnya untuk berbuat atau bertingkah laku dalam rangka

mencapai suatu tujuan tertentu.

Winardi menjelaskan, motif kadang-kadang dinyatakan orang

sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan yang muncul dalam diri

seseorang. Motif diarahkan ke arah tujuan-tujuan yang dapat muncul

6 http://www.wploan.com/2011/04/pengertian-motivasi.html, Op.Cit 7 Ibid 8 Irwanto, Psikologi Umum, OP.Cit, hlm. 208

9 Sulchan yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Amanah, Surabaya, 1997, hlm . 336

Page 32: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

20

dalam kondisi sadar atau dalam kondisi di bawah sadar. Motif-motif

merupakan “mengapa” dari perilaku. Mereka muncul dan

mempertahankan aktivitas, dan mendeterminasi arah umum perilaku

seorang individu.10

Berikut ini dikemukakan uraian mengenai motif yang ada pada

manusia sebagai faktor pendorong dari prilaku manusia.11

1) Motif Kekuasaan

Merupakan kebutuhan manusia untuk memanipulasi manusia

lain melalui keunggulan-keunggulan yang dimilikinya. Clelland

menyimpulkan bahwa motif kekuasaan dapat bersifat negatif atau

positif. Motif kekuasaan yang bersifat negatif berkaitan dengan

kekuasaan seseorang. Sedangkan motif kekuasaan yang bersifat

positif berkaitan dengan kekuasaan sosial (power yang dipergunakan

untuk berpartisipasi dalam mencapai tujuan kelompok).

2) Motif Berprestasi

Merupakan keinginan atau kehendak untuk menyelesaikan

suatu tugas secara sempurna, atau sukses didalam situasi persaingan

(Chelland). Menurut dia, setiap orang mempunyai kadar (needs for

achievement) yang berlainan. Karakteristik seseorang yang

mempunyai kadar needs for achievement yang tinggi (high achiever)

adalah :

a. Risiko moderat (Moderate Risks) adalah memilih suatu resiko

secara moderat

b. Umpan balik segera (Immediate Feedback) adalah cenderung

memilih tugas yang segera dapat memberikan umpan balik

mengenai kemajuan yang telah dicapai dalam mewujudkan

10

Bimo walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta, 2004, hlm. 222 11 http://www.scribd.com/doc/7479473/TEORI-MOTIVASI, Selasa, 14 Juni 2011, 21.10

WIB

Page 33: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

21

tujuan, cenderung memilih tugas-tugas yang mempunyai kriteria

performansi yang spesifik.

c. Kesempurnaan (Accomplishment) adalah senang dalam pekerjaan

yang dapat memberikan kepuasaan pada dirinya.

d. Pemilihan tugas adalah menyelesaikan pekerjaan yang telah di

pilih secara tuntas dengan usaha maksimum sesuai dengan

kemampuannya.

3) Motif Untuk Bergabung

Menurut Schachter motif untuk bergabung dapat diartikan

sebagai kebutuhan untuk berada bersama orang lain. Kesimpulan ini

diperoleh oleh Schachter dari studinya yang mempelajari hubungan

antara rasa takut dengan kebutuhan berafiliasi.

4) Motif Keamanan (Security Motive)

Merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari hambatan

atau gangguan yang akan mengancam keberadaannya. Di dalam

sebuah perusahaan misalnya, salah satu cara untuk menjaga agar

para karyawan merasa aman di hari tuanya kelak, adalah dengan

memberikan jaminan hari tua, pesangon, asuransi, dan sebagainya.

5) Motif Status (Status Motive)

Merupakan kebutuhan manusia untuk mencapai atau

menduduki tingkatan tertentu di dalam sebuah kelompok, organisasi

atau masyarakat. Parsons, seorang ahli sosiologi menyimpulkan

adanya beberapa sumber status seseorang yaitu :

a. Keanggotaan di dalam sebuah keluarga. Misalnya, seorang

anggota keluarga yang memperoleh status yang tinggi oleh karena

keluarga tersebut mempunyai status yang tinggi di lingkungannya.

b. Kualitas perseorangan yang termasuk dalam kualitas

perseorangan antara lain karakteristik fisik, usia, jenis kelamin,

kepribadian.

Page 34: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

22

c. Prestasi yang dicapai oleh seseorang dapat mempengaruhi

statusnya. Misalnya, pekerja yang berpendidikan, berpengalaman,

mempunyai gelar, dsb.

d. Aspek materi dapat mempengaruhi status seseorang di dalam

lingkungannya. Misalnya, jumlah kekayaan yang dimiliki oleh

seseorang.

e. Kekuasaan dan kekuatan (Autoriry and Power). Dalam suatu

organisasi, individu yang memiliki kekuasaan atau kewenangan

yang formal akan memperoleh status yang lebih tinggi

dibandingkan dengan individu-individu yang ada di bawahnya.

Dalam masalah motif terdapat adanya bermacam-macam motif,

namun para ahli pada umumnya sependapat bahwa jenis-jenis motif

terbagi menjadi tiga,12 yaitu:

1. Motif fisiologis

Motif fisiologis pada umumnya berakar pada keadaan jasmani,

misalnya dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan

seksual, dorongan untuk mendapatkan udara segar, dorongan untuk

melangsungkan eksistensinya sebagai mahluk hidup.13

2. Motif sosial

Motif sosial merupakan motif yang kompleks, dan merupakan

sumber dari banyak prilaku atau perbuatan manusia.14 Motif ini

dipelajari dalam kelompok sosial. McClelland berpendapat bahwa

motif sosial itu dapat dibedakan dalam 3 kategori yaitu

a. Motif berprestasi ( Need for Achievement )

Kebutuhan akan prestasi merupakan salah satu motif

sosial, orang yang mempunyai kebutuhan ini akan meningkatkan

performance, sehingga dengan demikian akan terlihat tentang

12

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Op.Cit, hlm. 224 13 Ibid 14 Ibid, hlm. 227

Page 35: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

23

kemampuan berprestasinya. Untuk mengungkapkan kebutuhan

akan prestasi ini dapat diungkapkan dengan teknik proyeksi.15

b. Motif berafiliasi/berteman ( Need for Affiliation )

Afiliasi menunjukkan bahwa seorang mempunyai

kebutuhan berhubungan dengan orang lain. Penggunaan alat

seperti halnya dalam mengungkapkan n-achievement, maka

dalam mengungkapkan kebutuhan afiliasi ini peneliti juga akan

dapat memberi gambaran tentang besar kecilnya, atau kuat

tidaknya seorang dalam kaitannya dengan kebutuhan akan afiliasi

ini. Orang yang kuat akan kebutuhan afiliasi, akan selalu mencari

teman, dan juga mempertahankan akan hubungan yang telah

dibina dengan orang lain tersebut. Sebaliknya kebutuhan akan

afiliasi ini rendah, maka orang akan segan mencari hubungan

dengan orang lain, dan hubungan yang telah terjadi tidak dibina

secara baik agar tetap dapat bertahan.16

c. Motif berkuasa (Need for Power)

Dalam interaksi sosial orang akan mempunyai kebutuhan

untuk berkuasa. Kebutuhan akan kekuasaan ini bervariasi dalam

kekuatannya dan dapat diungkapkan dengan teknik proyeksi

seperti pada motifasi afiliasi. 17

3. Motif eksplorasi dan kompetensi

Pembicaraan mengenai motif belum tuntas apabila belum

mengemukakan tentang ketiga motif ini, khususnya menyangkut

manusia. Ketiga macam motif itu ialah:

a. Motif eksplorasi dari Woodworth dan Marquis

Kalau direnungkan banyak waktu dan tenaga yang

dikeluarkan oleh individu untuk mengadakan eksplorasi terhadap

15

Ibid 16 Ibid, hlm. 228 17 Ibid, hlm. 228-229

Page 36: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

24

lingkungan. Misal mengunjungi tempat-tempat tertentu

merupakan salah satu bentuk dalam individu mengadakan

eksplorasi terhadap lingkungan. Orang membaca koran, melihat

TV, membaca buku merupakan bentuk dari motif eksplorasi ini.

Satu hal yang mendorong hal ini ialah suatu pertanyaan “apa yang

baru” yang ada disekitar kita. 18

Motif eksplorasi ini kemudian dibagi lagi oleh Woodworth

dan Marquis menjadi tiga motif yaitu

a) Motif organis

Motif organis adalah motif yang berkaitan dengan

kebutuhan yang bersifat organis, yaitu kebutuhan yang

berkaitan dengan kelangsungan hidup organisme.

b) Motif darurat

Motif darurat merupakan motif yang bergantung pada

keadaan di sekitar atau di luar organisme. Organisme selalu

dihadapkan pada situasi yang harus mengambil langkah untuk

menghindari bahaya.

c) Motif objektif dan minat

Motif objek dan minat merupakan motif yang juga

bergantung pada lingkungan organisme. Termasuk pada motif

ini adalah (a) motif eksplorasi, (b) motif manipulasi yaitu motif

organisme untuk mengadakan manipulasi atau menguasai

keadaan sekitar. (c) minat yaitu motif yang timbul karena

organisme tertarik pada objek sebagai hasil eksplorasi,

sehingga organisme mempunyai minat terhadap objek yang

bersangkutan.19

b. Motif kompetensi

18 Ibid, hlm.232 19 Ibid, 233-234

Page 37: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

25

Pada kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan pada

bermacam-macam tantangan dan individu termotivasi untuk

menguasainya. Ini berkaitan dengan motif kompetensi atau motif

affectance bahwa manusia sering menghadapi hambatan dan

manusia akan menghadapi hambatan tersebut. Dapat dikatakan

bahwa motif ini adalah motif yang dasar, sedangkan motif

eksplorasi, motif ingin tahu dan kebutuhan akan perubahan

stimulasi sensoris, merupakan ekspresi dari kebutuhan untuk

menguasai lingkungan. Motif kompetensi ini adalah berkaitan

dengan motif intrinsik, yaitu kebutuhan seorang untuk

kompetensi dan menentukan sendiri dalam kaitannya dengan

lingkungannya. Disebut intrinsik karena tujuannya ialah perasaan

internal mengenahi kompetensi dan self-determination.

Sebaliknya motif ekstrinsik, yang ditunjukan pada tujuan yang

terletak diluar individu. Seperti misal uang. 20

3.Teori Konflik dan Frustasi

Menurut Kurt lewin, kadang-kadang individu menghadapi beberapa

macam faktor-faktor yang saling bertentangan dan tarik menarik. Dengan

demikian individu berada dalam keadaan konflik (pertentangan batin), yaitu

suatu pertentangan batin, suatu kebimbangan, yang bila tidak segera

diselesaikan dapat mengakibatkan frustasi dan ketidakseimbangan kejiwaan.

. Konflik dapat dibedakan menjadi empat yaitu:

1. Konflik mendekat-mendekat (approach- approach conflict) yaitu kondisi

psikis yang dialami individu karena menghadapi dua motif positif yang

20 Ibid

Page 38: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

26

sama kuat. Motif positif maksudnya adalah motif yang disenangi atau yang

diinginkan individu.21

Organisme

(approach- approach conflict)

2. Konflik menjauh-menjauh (avoidance- avoidance conflict) yaitu kondisi

psikis yang dialami individu karena menghadapi dua motif negatif yang

sama kuat. Motif negatif itu adalah motif yang tidak disenangi individu.22

Organisme

(avoidance- avoidance conflict)

3. Konflik mendekat-menjauh (approach - avoidance conflict) yaitu kondisi

psikis yang dialami individu karena menghadapi satu situasi mengandung

motif positif dan negatif sama kuat.23

Organisme

4. Konflik ganda (double approach-avoidance conflict), yaitu konflik psikis

yang dialami individu dalam menghadapi dua situasi atau lebih yang

masing-masing mengandung motif positif dan negatif sekaligus dan sama

kuat. 24

Organisme

21 Bimo walgito, Pengantar Psikologi Umum, Op.Cit, hlm 238 22

Ibid 23 Ibid 24 Ibid

+ +

- -

+ _

+ _

+ _

Page 39: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

27

(double approach-avoidance conflict)

Dalam rangka individu mencapai tujuan kadang-kadang atau

justru sering individu menghadapi kendala, sehingga ada kemungkinan

tujuan tersebut tidak dapat tercapai. Apabila individu tidak mencapai

tujuan dan individu tidak dapat mengerti secara baik mengapa tujuan itu

tidak dapat dicapai, maka individu akan mengalami frustasi atau kecewa.

Ini berarti bahwa frustasi timbul karena adanya blocking dari prilaku yang

disebabkan adanya kendala yang menghadapinya. Individu yang

mengalami frustasi dapat mengalami depresi, merasa bersalah, rasa takut

dan sebagainya. Timbulnya frustasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Sikap orang tua

Norma sosial

Prilaku + tujuan

Sikap masyarakat

Sikap pimpinan

Frustasi

Keterangan gambar: titik menggambarkan individu atau

organisme, tanda + menggambarkan tujuan yang ingin dicapai, dalam hal

ini adalah tujuan yang positif, tujuan yang menyenangkan. Blok ditengah

adalah kendala.25

Para psikoanalisis berpendapat bahwa frustasi merupakan suatu

kondisi yang bisa mengancam eksistensi ego seseorang. Oleh karena itu ,

dalam menghadapi frustasi tidak mengherankan kalau seseorang

memperlihatkan pola perilaku untuk mempertahankan egonya. Ada

beberapa bentuk mekanisme ini, yaitu:

25 Ibid, hlm. 236

K E N D A L A

Page 40: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

28

a. Represi, individu berusaha menekan pengalaman-pengalaman

yang tidak menyanangkan ke alam bawah sadar . ia berusaha melupakan

hal-hal yang telah menyebabkan ia frustasi.

b. Regresi, individu bertingkah laku seperti anak kecil, minta

perhatian dengan merajuk atau marah-marah. Karena tingkah lakunya,

diharapkan orang lain akan menghiburnya atau lebih memperhatikannya.

c. Rasionalisasi, individu berusaha menalar situsi frustasinya

selogis mungkin.

d. Proyeksi, individu berusaha melemparkan penyebab

frustasinya kepada orang lain.

e. Reaksi-formasi, bila frustasi menimbulkan rasa benci terhadap

sesuatu, rasa benci ini sulit untuk ditolerir oleh nilai-nilai moral yang

ada, sehingga menimbulkan kecemasan. Oleh karena itu reaksi

diperlihatkan adalah kebalikan rasa benci itu dan biasanya agak berlebih-

lebihan.

f. Sublimasi, suatu motif yang tidak terpenuhi kemudian diarahkan

pada saluran lain.26

3. Teori Psikoanalisis Erikson

Tokoh psikoanalisis yang berpikiran kritis dan salah satu tokoh psikologi

yang sangat terkenal adalah Erik. H. Erikson, yang memberi sumbangan bagi

kemajuan teori psikoanalisis adalah pemahamannya bahwa segala kehidupan

itu dinamis. Dia menerima pandangan Freud bahwa masa kanak-kanak

merupakan masa penting dalam perkembangan pribadi manusia. Menurut

Erikson, Setiap tahap perkembangan memiliki ketegangan psikodinamis, yang

pemecahannya melahirkan ‘keutamaan’nya sendiri yaitu kekuatan watak.

Untuk memberi gambaran terhadap pola penafsiran Erikson, dibicarakan

tahap hidup pertama, tahap oral. Dalam tahun-tahun pertama hidupnya, bayi

memang ada dalam keadaan siap untuk menerima keadaan dirinya., dengan

26 Irwanto, Psikologi Umum, PT Prehallindo Jakarta, 2002, hal 213-214

Page 41: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

29

memasukkan makanan dan menerima kehangatan serta perhatian. Dalam

hubungan dengan lingkungan itu, terutama dalam wujud ibu, ada ketegangan

awal antara kepercayaan dan ketidakpercayaan. Dalam hubungan

lingkungan yang amat terbatas itu, bayi belajar bahwa unsur-unsur

lingkungan dapat dipercaya yaitu ibu menyusui, menggendong, dan

menentramkan. Tetapi ketidakpercayaan juga penting dalam perkembangan

psikososial. Bayi juga harus belajar apa yang dalam lingkungan tidak dapat

dipercaya. Menurut Erikson, “perbandingan tertentu antara percaya dan

tidak percaya merupakan faktor yang menentukan”27.

Dalam hal keagamaan, psikoanalisis telah membangkitkan cara baru

dalam melihat dan membahas bahwa faktor-faktor yang yang ada di luar

bidang kesadaran mempengaruhi pembentukan dan kelanjutan hidup

keagamaan. Psioanalisis mempunyai pengandaian bahwa iman atau agama

menjadi milik manusia berpangkal pada kodratnya, dan bahwa agama lahir

dalam situasi awal dalam kaitannya dengan masa kanak-kanak. Hal itu

menjelaskan salah satu dimensi agama, dimana para penganutnya berhenti,

tidak maju dan puas disitu saja. Tetapi ada penganut agama yang bertumbuh

lebih jauh dari kepercayaan dan praktik agama tersebut. Hasil dari penelitian

psikoanalisis dalam kaitannya dengan agama, terbentuk konsep-konsep,

bahwa:

(a) Manusia memiliki dorongan dan kekuatan yang mendesak mereka

untuk mendapatkan keamanan dan pemenuhan di bidang

keagamaan, dan dalam arti itu manusia adalah bersifat religius dan

tampil sebagai homo religius.

(b) Perilaku keagamaan ada kesamaan dengan perilaku –perilaku

manusia yang lain, mengandung arti yang lebih mendalam. Maka

27 A. M. Hardjana, Dialog Psikologi dan Agama, Penerbit Kanisius, Yogyakarta 1995, hal

86-89

Page 42: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

30

bila hanya secara terpotong-potong diartikanagama hanya secara

fungsional.

(c) Hubungan dengan orangtua ikut memberi bentuk dan emosi

dalam pemahaman awal anak tentang Tuhan.

(d) Tanggapan atau reaksi negatif, terutama seks, agresi, dan

ketakutan yang ditekan, merupakan gejala yang tidak sehat pada

penghayatan agama.

(e) Tuhan dan agama dapat menjadi khayalan dalam arti lahir karena

tuntutan kebutuhan psikologis semata.

(f) Agama autoritarian dapat menghambat perkembangan penuh

kemampuan manusia dan memperkecil kemampuan manusia

untuk berpikir dan bersama rasa28.

B. Konversi Agama

(1). Pengertian Konversi Agama

Pengertian konversi agama menurut etimologi konversi berasal

dari kata latin “conversio” yang berarti tobat, pindah, berubah (agama).

Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam kata Inggris “conversion” yang

mengandung pengertian: berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu

agama ke agama lain (change from one state, or from one religion, to

another). Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat di simpulkan bahwa

konversi agama mengandung pengertian: bertobat, berubah agama,

berbalik pendirian (berlawanan arah) terhadap ajaran agama atau masuk

ke dalam agama. Yang dengan sendirinya konversi agama berarti

terjadinya suatu perubahan keyakinan yang berlawanan arah dengan

keyakinan semula. 29

28 Ibid, hal 96-97 29 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, PT Bulan Bintang Jakarta, 2005, Cet. 17, hlm. 160

Page 43: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

31

Ada beberapa pendapat tentang pengertian konversi agama

antara lain, Menurut Thoules konversi agama adalah istilah yang pada

umumnya diberikan untuk proses yang menjurus kepada penerimaan

suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara berangsur-angsur

atau secara tiba-tiba.30Menurut Heirich (2002) mengatakan bahwa

konversi agama adalah merupakan suatu tindakan dimana seseorang

atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem

kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan

sebelumnya. 31Menurut E. Clark (1979) memberikan definisi konversi

sebagai berikut: konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau

perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup

berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas dan

lebih tegas lagi, konversi agama menunjukan bahwa suatu perubahan

emosi yang tiba-tiba kearah mendapat hidayah Allah SWT secara

mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat mendalam atau

dangkal, dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-

angsur.32

Sedangkan Jenis-jenis konversi agama dapat dibedakan menjadi

dua yaitu konversi internal dan konversi eksternal. 33

1. Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari mazhab dan

perspektif tertentu ke mazhab dan perspektif lain, tetapi masih dalam

lingkungan agama yang sama.

2. Konversi eksternal, terjadi jika seseorang pindah dari satu agama ke

agama yang lain.

30 http://klinis.wordpress.com/2007/12/27/konversi-agama-1/, Selasa, 14 Juni 2011,

10.30. 31 Ibid 32

Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, PT Bulan Bintang Jakarta, 2005, Op. Cet. 17, hlm. 160

33 http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/, Selasa, 14 Juni 2011, 10: 35 WIB

Page 44: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

32

Konversi internal terjadi dalam satu agama, dalam artian pola pikir

dan pandang seseorang berubah, ada yang dihilangkan dan tidak

menutup kemungkinan banyak yang ditambahkan, tetapi konsep

ketuhanan tetap sama. Hal ini bisa dilihat pada biografi kehidupan Martin

Luther34. Luther melihat keburukan-keburukan para klerus hidup

seenaknya saja. Nilai-nilai kekristenan sangat merosot di kota suci Roma.

Dalam kekecewaannya Luther berkata, "Jika seandainya ada neraka,

berarti Roma telah dibangun di dalam neraka". Luther telah mempunyai

kesan bahwa dahulu Roma adalah kota yang tersuci di dunia, namun kini

menjadi yang terburuk. Roma dibandingkannya dengan Yerusalem pada

zaman nabi-nabi. Sekalipun demikian, kepercayaan Luther terhadap

Gereja Katolik Roma tidak tergugat.

Ia menemukan pengertian yang baru tentang perkataan-

perkataan Paulus dalam Roma 1:16-17. Luther mengartikan kebenaran

Allah sebagai rahmat Allah yang menerima orang-orang yang berdosa

serta berputus asa terhadap dirinya, tetapi yang menolak orang-orang

yang menganggap dirinya baik. Kebenaran Allah adalah sikap Allah

terhadap orang-orang berdosa yang membenarkan manusia berdosa

karena kebenaran-Nya. Tuhan Allah mengenakan kebenaran Kristus

kepada manusia berdosa sehingga Tuhan Allah memandang manusia

berdosa sebagai orang-orang benar. Tentang penemuannya itu Luther

menulis, "Aku mulai sadar bahwa kebenaran Allah tidak lain daripada

pemberian yang dianugerahkan Allah kepada manusia untuk memberi

hidup kekal kepadanya; dan pemberian kebenaran itu harus disambut

dengan iman. Injil-lah yang menyatakan kebenaran Allah itu, yakni

34 Martin Luther, yang pembangkangannya terhadap Gereja Katolik Roma dan

melahirkan gerakan reformasi Protestan lahir di tahun 1483 di kota Eisleben, Jerman. Ia beroleh nama Martinus pada 11 November 1483 ketika dibaptiskan. Ayahnya bernama Hans Luther dan ibunya bernama Margaretta. Ia meninggal pada 18 Februari 1546 dalam usia 62 tahun di Eisleben. Lihat F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1999, hlm 168 -175

Page 45: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

33

kebenaran yang diterima oleh manusia, bukan kebenaran yang harus

dikerjakannya sendiri. Dengan demikian, Tuhan yang rahmani itu

membenarkan kita oleh rahmat dan iman saja. Aku seakan-akan

diperanakkan kembali dan pintu firdaus terbuka bagiku. Pandanganku

terhadap seluruh Alkitab berubah sama sekali karena mataku sudah celik

sekarang." Luther menyampaikan penemuannya itu di dalam kuliah-

kuliahnya.

Titik meletusnya gerakan reformasi Luther adalah masalah

penjualan Surat Indulgensia (penghapusan siksa) pada masa

pemerintahan Paus Leo X untuk pembangunan gedung Gereja Rasul

Petrus di Roma dan pelunasan hutang Uskup Agung Albrecht dari Mainz.

Dengan memiliki Surat Indulgensia, dengan cara membelinya, seseorang

yang telah mengaku dosanya di hadapan imam tidak dituntut lagi untuk

membuktikan penyesalannya dengan sungguh-sungguh. Bahkan para

penjual Surat Indulgensia (penghapusan siksa) melampaui batas-batas

pemahaman teologis yang benar dengan mengatakan bahwa pada saat

mata uang berdering di peti, jiwa akan melompat dari api penyucian ke

surga, bahkan dikatakan juga bahwa surat itu dapat menghapuskan dosa.

Luther tidak dapat menerima praktik seperti itu dengan berdiam

diri saja. Hatinya memberontak. Itulah sebabnya ia mengundang para

intelektual Jerman untuk mengadakan perdebatan teologis mengenai

Surat Indulgensia. Untuk maksud itu Luther merumuskan 95 dalil yang

ditempelnya di pintu gerbang gereja istana Wittenberg, 31 Oktober 1517.

Tanggal ini kemudian diperingati sebagai Hari Reformasi.35

Sedangkan dalam konversi eksternal pindah keyakinan ke konsep

yang benar-benar berbeda dengan konsep keyakinan sebelumnya. Hal ini

bisa dilihat dari kehidupan tokoh sahabat Nabi Muhammad SAW yang

35 F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, BPK Gunung

Mulia, Jakarta 1999, hlm 168 -175

Page 46: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

34

bernama Umar Bin Khattab. Ia adalah seorang bangsawan Arab yang

terkenal berani, keras, kasar pantang kalah dalam perkelahian, pintar

berbicara, pandai main dan selalu memperlihatkan kekuatan dan

kebegisannya. Setiap orang di kota Mekkah takut kepadanya.

Ketika Umar mendengar ayat al-Qur’an yang dibaca adiknya yaitu

surat Thaahaa ayat 1-4 yang bunyinya sebagai berikut:

Artinnya :Thaahaa, Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu

agar kamu menjadi susah;. tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),. Yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (QS. Thaahaa: 1-4)

Setelah dibaca ayat itu, Umar diam sebentar, kemudian

menanyakan, “Dimana Muhammad? Lalu adiknya menunjukkan

berkumpulnya Muhammad dan Sahabat-sahabatnya secara sembunyi-

sembunyi itu.

Umar langsung menuju tempat itu. Sampai disana sahabat-

sahabat telah merasa takut, jangan-jangan Umar datang ingin membunuh

Muhammad. Sebelum membukakan pintu untuk Umar, mereka telah

bermufakat untuk membela Muhammad. Tapi Muhammad menyuruh

salah seorang mereka membuka pintu.

Begitu pintu terbuka, begitu umar langsung menuju Muhammad.

Muhammad memegangnya sambil berkata: “Wahai Umar, belum

datangkah masanya untuk beriman?” Umar menjawab, “Ya, sekarang

saya percaya bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan engkau rasulnya”.

Semua sahabat yang hadir terharu mendengar pengakuan Umar yang

Page 47: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

35

tidak disangka-sangka itu, dan mereka serentak membaca Allahhu

Akbar.36

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

konversi agama adalah merupakan suatu tindakan dimana seseorang

atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem

kepercayaan atau perilaku ke sistem kepercayaan yang lain.37

(2). Faktor-Faktor Penyebab Konversi Agama

1. M. T. L. Penido berpendapat bahwa konversi agama mengandung dua

unsur,38 yaitu :

1) Unsur dari dalam diri (endogenos origin), yaitu proses perubahan

yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang

terjadi dalam batin ini membentuk suatu kesadaran untuk

mengadakan suatu transformasi disebabkan oleh krisis yang

terjadi dan keputusan yang di ambil seseorang berdasarkan

pertimbangan pribadi. Proses ini terjadi menurut gejala psikologis

yang bereaksi dalam bentuk hancurnya struktur psikologis yang

lama dan seiring dengan proses tersebut muncul pula struktur

psikologis baru yang dipilih.

2) Unsur dari luar (exogenous origin), yaitu proses perubahan yang

berasal dari luar diri atau kelompok sehingga mampu menguasai

kesadaran orang atau kelompok yang bersangkutan. Kekuatan

yang berasal dari luar ini kemudian menekan pengaruhnya

terhadap kesadaran mungkin berupa tekanan batin, sehingga

memerlukan penyelesaian oleh yang bersangkutan. Sedangkan

36 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, PT Bulan Bintang Jakarta, 2005, Op. Cet. 17, hlm.

172-177 atau lihat Abdul Karim, sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam, Pustaka Book Publisher, Jogjakarta, 2007, hlm. 84

37 http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/, Op.Cit 38 Jalaludin , Psiklogi Agama, Raja Grafindo persada, Jakarta, 1996 hlm 252

Page 48: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

36

berbagai ahli berbeda pendapat dalam menentukan faktor yang

menjadi pendorong konversi (Motivasi konversi). James dan

Heirich banyak menguraikan faktor yang mendorong terjadinya

konversi agama tersebut menurut pendapat dari para ahli yang

terlibat dalam berbagai disiplin ilmu, masing-masing

mengemukakan pendapat bahwa konversi agama di sebabkan

faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu yang

mereka tekuni.

2. Para Ahli Agama

Para ahli agama menyatakan bahwa yang menjadi faktor

pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi. Pengaruh

supernatural berperan secara dominan dalam proses terjadinya

konversi agama pada diri seseorang atau kelompok.39

3. Para Ahli Sosiologi

Para ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan

terjadinya konversi agama karena pengaruh sosial. Pengaruh sosial

yang mendorong terjadinya konversi itu terdiri dari adanya berbagai

faktor,40 diantaranya adalah:

1) Pengaruh hubungan antara pribadi baik pergaulan yang bersifat

keagamaan maupun non agama (kesenian, ilmu pengetahuan,

ataupun bidang keagamaan yang lain).

2) Pengaruh kebiasaan yang rutin. Pengaruh ini dapat mendorong

seseorang atau kelompok untuk berubah kepercayaan jka

dilakukan secara rutin hingga terbiasa. Misal, menghadiri upacara

keagamaan.

3) Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat,

misalnya: karib, keluarga, famili dan sebagainya.

39

Ibid, hlm. 128 40 http://hbis.wordpress.com/2009/12/12/konversi-agama-psikologi-agama/, selasa, 14

juni 2011, 10.57 WIB

Page 49: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

37

4) Pengaruh pemimpin keagamaan. Hubungan yang baik dengan

pemimpin agama merupakan salah satu pendorong konversi

agama.

5) Pengaruh perkumpulan yang berdasarkan hobi. Perkumpulan

yang dimaksud seseorang berdasarkan hobinya dapat pula

menjadi pendorong terjadinya konversi agama.

6) Pengaruh kekuasaan pemimpin. Yang dimaksud disini adalah

pengaruh kekuasaan pemimpin berdasarkan kekuatan hukum.

Misal, kepala negara, raja. Pengaruh-pengaruh tersebut secara

garis besarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengaruh yang

mendorong secara pesuasif (secara halus) dan pengaruh yang

bersifat koersif (memaksa).

4. Para Ahli Ilmu Jiwa

Para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa yang menjadi

pendorong terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang

ditimbulkan oleh faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor-faktor

tersebut apabila mempengaruhi seseorang atau kelompok hingga

menimbulkan semacam gejala tekanan batin, maka akan terdorong

untuk mencari jalan keluar yaitu ketenangan batin. Dalam kondisi jiwa

yang demikian itu secara psikologis kehidupan seseorang itu menjadi

kosong dan tak berdaya sehingga ia mencari perlindungan kekuatan

lain yang mampu memberinya kehidupan jiwa yang tenang dan

tentram.41

Dalam uraian William James, yang berhasil meneliti

pengalaman berbagai tokoh yang mengalami konversi agama

menyimpulkan sebagai berikut: (1) Konversi terjadi karena adanya

suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang

sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide

41 Ibid

Page 50: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

38

yang bersemi secara mantap. (2) Konversi agama dapat terjadi oleh

karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa suatu proses).

Kemudian James mengembangkan Faktor Penyebab konversi

itu mengembangkan menjadi tipe Volitional (perubahan bertahap),

konversi agama ini terjadi secara berproses sedikit demi sedikit

sehingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan

rohaniah yang baru. Konversi yang demikian itu terjadi sebagai suatu

proses perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena

ingin mendatangkan suatu kebenaran. Kedua, tipe Self-Surrender

(perubahan drastis), konversi agama tipe ini adalah konversi yang

terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami suatu proses

tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang

dianutnya. Pada konversi agama tipe kedua ini, William James

mengakui adanya pengaruh petunjuk dari Yang Maha Kuasa terhadap

seseorang, karena gejala konversi ini terjadi dengan sendirinya pada

diri seseorang sehingga ia menerima kondisi yang baru dengan

penyerahan jiwa sepenuh-penuhnya. Masalah-masalah yang

menyangkut terjadinya konversi agama tersebut berdasarkan tinjauan

psikologi tersebut yaitu dikarenakan beberapa faktor antara lain:

1) Faktor Intern meliputi, pertama, Kepribadian. Secara psikologis

tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehiduan jiwa

seseorang. Dalam penelitiannya, James menemukan bahwa tipe

melankolis (orang yang bertipe melankolis memiliki sifat mudah

sedih, mudah putus asa, salah satu pendukung seseorang

melakukan konversi agama adalah jika seseorang itu dalam

keadaan putus asa) yang memiliki kerentanan perasaan lebih

mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam

dirinya. Kedua, faktor pembawaan. Menurut penelitian Guy E.

Swanson ada semacam kecenderungan urutan kelahiran

Page 51: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

39

mempengaruhi konversi agama. Anak sulung dan anak bungsu

biasanya tidak mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak

yang dilahirkan pada urutan antara keduanya sering mengalami

stress jiwa, karena pada umumnya anak tengah kurang

mendapatkan perhatian orangtua. Kondisi yang dibawa

berdasarkan urutan kelahiran itu banyak mempengaruhi

terjadinya konversi agama.

2) Faktor Ekstern meliputi, pertama faktor keluarga. keretakan

keluarga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan

seksual, kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat dan

alinnya. Kondisi yang demikian menyebabkan seseorang akan

mengalami tekanan batin sehingga sering terjadi konversi agama

dalam usahanya untuk meredakan tekanan batin yang menimpa

dirinya. Kedua, Lingkungan tempat tinggal. Orang yang merasa

terlempar dari lingkungan tempat tinggal atau tersingkir dari

kehidupan di suatu tempat merasa dirinya hidup sebatang kara.

Keadaan yang demikian menyebabkan seseorang mendambakan

ketenangan dan mencari tempat untuk bergantung hingga

kegelisahan batinnya hilang. Ketiga, Perubahan status. Perubahan

status terutama yang berlangsung secara mendadak akan banyak

mempengaruhi terjadinya konversi agama, misalnya: perceraian,

keluar dari sekolah atau perkumpulan, perubahan pekerjaan,

menikah dengan orang yang berbeda agama dan sebagainya.

Keempat, Kemiskinan. Kondisi sosial ekonomi yang sulit juga

merupakan faktor yang mendorong dan mempengaruhi

terjadinya konversi agama.

5. Para Ahli Ilmu Pendidikan

Para ahli ilmu pendidikan berpendapat bahwa konversi agama

dipengaruhi oleh kondisi pendidikan. Penelitian ilmu sosial

Page 52: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

40

menampilkan data dan argumentasi bahwa suasana pendidikan ikut

mempengaruhi konversi agama. Walaupun belum dapat dikumpulkan

data secara pasti tentang pengaruh lembaga pendidikan terhadap

konversi agama namun berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung di

bawah yayasan agama tentunya mempunyai tujuan keagamaan

pula.42

Menurut Prof. DR. Zakiah Daradjat43 Faktor-faktor terjadinya

konversi agama meliputi:

1. Pertentangan batin (konflik jiwa) dan ketegangan perasaan,

orang-orang yang gelisah, di dalam dirinya bertarung berbagai

persoalan, yang kadang-kadang dia merasa tidak berdaya

menghadapi persoalan atau problema, itu mudah mengalami

konversi agama. Di samping itu sering pula terasa ketegangan

batin, yang memukul jiwa , merasa tidak tenteram, gelisah yang

kadang-kadang terasa tidak ada sebabnya dan kadang-kadang

tidak diketahui. Dalam semua konversi agama, boleh dikatakan,

latar belakang yang terpokok adalah konflik jiwa (pertentangan

batin) dan ketegangan perasaan, yang mungkin disebabkan oleh

berbagai keadaan

2. Pengaruh hubungan dengan tradisi agama, diantara faktor-faktor

penting dalam riwayat konversi itu, adalah pengalaman-

pengalaman yang mempengaruhinya sehingga terjadi konversi

tersebut. Diantara pengaruh yang terpenting adalah pendidikan

orang tua di waktu kecil mempunyai pengaruh yang besar

terhadap diri orang-orang, yang kemudian terjadi padanya konflik

konversi agama, adalah keadaan mengalami ketegangan yang

konflik batin itu, sangat tidak bisa, tidak mau, pengalaman di

42 Jalaludin, Psikologi Agama, op.cit, hal 248-251 43 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Op. Cet. 17, hlm. 184-193

Page 53: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

41

waktu kecil, dekat dengan orang tua dalam suasana yang tenang

dan aman damai akan teringat dan membayang-bayang secara

tidak sadar dalam dirinya. Keadaan inilah yang dalam peristiwa-

peristiwa tertentu menyebabkan konversi tiba-tiba terjadi. Faktor

lain yang tidak sedikit pengaruhnya adalah lembaga-lembaga

keagamaan, masjid-masjid atau gereja-gereja. Melalui bimbingan

lembaga-lembaga keagamaan itu, termasuk salah satu faktor

penting yang memudahkan terjadinya konversi agama jika pada

umur dewasanya ia kemudian menjadi acuh tak acuh pada agama

dan mengalami konflik jiwa atau ketegangan batin yang tidak

teratasi.

3. Ajakan/seruan dan sugesti, banyak pula terbukti, bahwa diantara

peristiwa konversi agama terjadi karena pengaruh sugesti dan

bujukan dari luar. Orang-orang yang gelisah, yang sedang

mengalami kegoncangan batin, akan sangat mudah menerima

sugesti atau bujukan-bujukan itu. Karena orang-orang yang

sedang gelisah atau goncangan jiwanya itu, ingin segera terlepas

dari penderitaannya, baik penderitaan itu disebabkan oleh

keadaan ekonomi, sosial, rumah tangga, pribadi atau moral.

4. Faktor-faktor emosi, orang-orang yang emosionil (lebih sensitif

atau banyak dikuasai oleh emosinya), mudah kena sugesti, apabila

ia sedang mengalami kegelisahan. Kendatipun faktor emosi,

secara lahir tampaknya tidak terlalu banyak pengaruhnya, namun

dapat dibuktikan bahwa, emosi adalah salah satu faktor yang ikut

mendorong kepada terjadinya konversi agama, apabila ia sedang

mengalami kekecewaan.

5. Kemauan, kemauan yang dimaksudkan adalah kemauan

seseorang itu sendiri untuk memeluk kepercayaan yang lain.

Page 54: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

42

(3). Proses Konversi Agama

Perubahan yang terjadi tetap melalui tahapan yang sama dalam

bentuk kerangka proses secara umum, kerangka proses itu dikemukakan:

1) H. Carrier, membagi proses tersebut dalam tahapan-tahapan sebagai

berikut:44

a) Terjadi desintegrasi sintesis kognitif (kegoncangan jiwa) dan

motivasi sebagai akibat dari krisis yang dialami.

b) Reintegrasi (penyatuan kembali) kepribadian berdasarkan

konsepsi agama yang .Dengan adanya reintegrasi ini maka

terciptalah kepribadian baru yang berlawanan dengan struktur

yang lama.

c) Tumbuh sikap menerima konsepsi (pendapat) agama yang baru

serta peranan yang di tuntut oleh ajarannya.

d) Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan

panggilan suci petunjuk Tuhan.

2) Prof. Dr. Zakiah Daradjat, ia memberikan pendapatnya berdasarkan

proses kejiwaan yang terjadi melalui 5 tahap,45 yaitu:

a) Masa tenang, disaat ini kondisi seseorang berada dalam keadaan

yang tenang karena masalah agama belum mempengaruhi

sikapnya. Terjadi semacam sikap apriori (belum mengetahui)

terhadap agama. Keadaan yang demikian dengan sendirinya tidak

akan mengganggu keseimbangan batinnya, hingga ia berada

dalam keadaan tenang dan tentram. Segala sikap dan tingkah laku

dan sifat-sifatnya acuh tak acuh atau menentang agama.

b) Masa ketidak tenangan, tahap ini berlangsung jika masalah agama

telah mempengaruhi batinnya. Mungkin di karenakan suatu krisis,

musibah ataupun perasaan berdosa yang di alami. Hal tersebut

44

http://hbis.wordpress.com/2009/12/12/konversi-agama-psikologi-agama/, selasa, Op.Cit

45 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Op. cit. 17, hlm, 69

Page 55: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

43

menimbulkan semacam kegoncangan dalam kehidupan batin

sehingga menyebabkan kegoncangan yang berkecamuk dalam

bentuk rasa gelisah, panik, putus asa, ragu, tegang dan bimbang.

Perasaan tersebut menyebabkan seseorang lebih sensitif dan

hampir-hampir putus asa dalam hidupnya dan mudah terkena

sugesti. Pada tahap ini terjadi proses pemilihan terhadap ide atau

kepercayaan baru untuk mengatasi konflik batinnya.

c) Masa konversi, tahap ketiga ini terjadi setelah konflik batin

mengalami keredaan karena kemantapan batin telah terpenuhi

berupa kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang

dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah. Keputusan ini

memberikan makna dalam menyelesaikan pertentangan batin

yang terjadi, hidup yang tadinya seperti dilamun ombak atau di

porak porandakan oleh badai topan persoalan, tiba-tiba angin

baru berhembus, sehingga terciptalah ketenangan dalam bentuk

kesediaan menerima kondisi yang dialami sebagai petunjuk ilahi.

Karena disaat ketenangan batin itu terjadi dilandaskan atas suatu

perubahan sikap kepercayaan yang bertentangan dengan sikap

kepercayaan sebelumnya, maka terjadilah proses konversi agama.

d) Masa tenang dan tentram, masa tenang dan tentram yang kedua

ini berbeda dengan tahap yang sebelumnya. Jika pada tahap

pertama keadaan itu dialami karena sikap yang acuh tak acuh,

maka ketenangan dan ketentraman pada tahap ketiga ini di

timbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan yang sudah di

ambil. Ia timbul karena telah mampu membawa suasana batin

menjadi mantap sebagai pernyataan menerima konsep baru.

Setelah krisis konversi lewat dan masa menyerah di lalui, maka

timbullah perasaan atau kondisi jiwa yang baru, rasa aman dan

damai di hati, tiada lagi dosa yang tidak diampuni Tuhan Yang

Page 56: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

44

Maha Esa, tidak ada kesalahan yang patut di sesali, semuanya

telah lewat, segala persoalan menjadi mudah dan terselesaikan.

lapang dada, menjadi pemaaf dan dengan mudah untuk

memaafkan kesalahan orang lain.

e) Masa ekspresi konversi, sebagai ungkapan dari sikap menerima,

terhadap konsep baru dari ajaran agama yang diyakininya, maka

tindak tanduk dan sikap hidupnya diselaraskan dengan ajaran dan

peraturan agama yang dipilih tersebut. Pencerminan ajaran dalam

bentuk amal perbuatan yang serasi dan relevan sekaligus

merupakan pernyataan konversi agama itu dalam kehidupan.

3) Wasyim, menurut Wasyim secara garis besar membagi proses

konversi agama menjadi tiga,46 yaitu:

a) Masa Gelisah (unsert), kegelisahan atau ketidaktenangan karena

adanya gap antara seseorang yang beragama dengan Tuhan yang

di sembah. Ditandai dengan adanya konflik dan perjuangan

mental aktif.

b) Adanya rasa pasrah

c) Pertumbuhan secara perkembangan yang logis, yakni tampak

adanya realisasi dan ekspresi konversi yang dialami dalam

hidupnya.

46 Ibid

Page 57: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

52

BAB III

IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERKONVERSI

AGAMA DI PERUMAHAN GRAHA PADMA, SEMARANG BARAT

A. Gambaran Keadaan Subjek Penelitian

1. Keadaan Subjek Penelitian

Subjek yang melakukan konversi agama ke Islam sebanyak 2

orang, ke Kristen sebanyak 1 orang, dan ke Hindu sebanyak 1 orang, hal ini

diperoleh dari rekomendasi kerabat peneliti dan estate manager perumahan

Graha Padma serta disesuaikan dengan karakteristik peneliti.

Keempat subjek bersedia untuk diwawancara sehingga peneliti

memperoleh data yang dapat dianalisis. Subjek pertama beragama Hindu

merupakan seorang perempuan yang berusia 28 tahun, subjek kedua beragama

Kristen merupakan seorang laki-laki berusia 55 tahun, subjek ketiga beragama

Islam merupakan seorang laki-laki yang berusia 34 tahun, sedangkan subjek

yang keempat atau yang terakhir beragama Islam merupakan seorang laki-laki

yang berusia 47 tahun. Penentuan responden merupakan dalam kelompok usia

dewasa, atas pendapat beberapa ahli perkembangan yang menyatakan bahwa

pada usia dewasa seseorang sudah memiliki kematangan fisik, psikologis,

kognitif, dan sosial.

1. Subjek pertama

a. Biodata reponden

Inisial/samaran : TSL

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat tanggal lahir : Malang, 24 September 1983

Usia : 28 tahun

Alamat :Taman Magnolia perumahan Graha

Padma, Semarang.

Status lanjang/menikah : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : Sarjana

Page 58: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

53

b. Gambaran Subjek

TSL merupakan seorang perempuan dewasa yang

memiliki tinggi badan sekitar 160 cm serta memiliki berat badan

sekitar 50 kg. Berkulit putih, berambut lurus dan berkacamata.

Peneliti melakukan wawancara dengan TSL ketika TSL sedang

menunggu anaknya sekolah, wawancara dilakukan di taman

sekolahan. Pada saat wawancara TSL berperilaku tenang dan

santai, selama wawancara TSL dapat menceritakan dan menjawab

pertanyaan dengan baik tapi dalam keadaan yang berhati-hati.

c. Riwayat hidup

TSL dilahirkan di Malang, 24 September 1983 dan

merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Adik TSL berusia

lebih muda dua tahun dari TSL sedangkan kakak TSL berusia 30

tahun. Semenjak SD sampai SMA, TSL bersekolah di sekolah

berbasis islam di kota Cimahi. Ayah TSL merupakan seorang

wiraswasta sedangkan Ibu TSL adalah ibu rumah tangga. TSL

tergolong orang yang taat beragama dan aktif dalam kegiatan

remaja masjid. Saat ini TSL merupakan ibu rumah tangga dan

kegiatan sehari-harinya adalah mengantar dan mendampingi

putranya sekolah. Sekitar tahun 2006, TSL menikah dengan suami

nya yang beragama Hindu dengan alasan kesetiaan, cinta dan

harapan bisa menjadi imam yang baik, TSL pindah agama dari

Islam ke Hindu.

2. Subjek kedua

1. Biodata subjek

Inisial/samaran : JH

Jenis kelamin : Laki-Laki

Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 26 Juni 1956

Usia : 55 tahun

Alamat :Taman Anyelir Perumahan Graha

Page 59: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

54

Padma, Seamarang.

Status lanjang/menikah : Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SLTA

2. Gambaran subjek

JH merupakan seorang laki-laki dewasa yang memiliki

tinggi badan sekitar 150 cm serta memiliki berat badan sekitar 70

kg. Berperawakan gemuk, kulit sawo matang dan berambut ikal.

Peneliti melakukan wawancara dengan JH ketika JH pulang dari

gereja, wawancara dilakukan di rumah JH. Pada saat wawancara

JH berpenampilan rapi. Selama wawancara berlangsung JH dapat

menceritakan dan menjawab dengan mantap tanpa sedikitpun ada

keraguan.

3. Riwayat hidup

JH dilahirkan di Yogyakarta, 26 Juni 1956. Ayah dan ibu

JH merupakan keturunan Jawa Asli. JH merupakan anak pertama

dari tiga bersaudara. Memiliki tiga orang adik, satu laki-laki dan

dua perempuan. Semenjak kelas 6 SD sudah tertarik pada Kristen

dan masuk agama Kristen sejak kelas 1 SMA.

3. Subjek ketiga

1. Biodata Subjek.

Inisial/samaran : JS

Jenis kelamin : Laki-Laki

Tempat tanggal lahir : Bandung, 12 Juli 1977

Usia : 34 tahun

Alamat : Taman Adenia Perumahan Graha

Padma, Semarang.

Status lanjang/menikah : Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : Sarjana

Page 60: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

55

2. Gambaran Subjek

JS merupakan seorang laki-laki dewasa yang memiliki

tinggi badan sekitar 160 cm serta memiliki berat badan sekitar 55

kg. Berperawakan langsing, kulit putih dan bermata sipit. Peneliti

melakukan wawancara dengan JS ketika JS pulang dari kerja,

wawancara dilakukan di masjid perumahan Graha Padma. Pada

saat wawancara JS memakai pakaian rapi. Selama wawancara

berlangsung JS dapat menceritakan dan menjawab pertanyaan yang

diajukan dengan baik dan bijaksana tetapi mengesankan kehati-

hatian atau takut berbuat buruk.

3. Riwayat hidup

JS dilahirkan di Bandung, 12 Juli 1977 dan merupakan

anak pertama dari tiga bersaudara adik JS berusia dua tahun lebih

muda dan adik bungsunya berusia 30 tahun. JS lahir dari keturunan

Tionghoa Jawa. Semenjak SD sampai dengan SMA, JS bersekolah

di sekolah yang berbasis Katholik. Ayah JS merupakan seorang

wiraswasta dan ibunya seorang ibu rumah tangga. JS merupakan

orang yang taat beragama dan aktif dalam kegiatan gereja. Saat ini

JS bekerja dibidang garmen yang memiliki tiga cabang yaitu

Bandung, Jakarta, dan Semarang. Sekitar tahun 2002, JS

berkenalan dengan pacar JS tersebut beragama Islam. Dari sinilah

JS mulai berkenalan dengan Islam, sebelumnya JS memang tidak

berminat untuk pindah agama Islam, namun terus didukung oleh

pacar JS dan akhirnya mereka menikah dengan beragama Islam.

4. Subjek keempat

1. Biodata subjek

Inisial/samaran : KM

Jenis kelamin : Laki-Laki

Tempat tanggal lahir : Semarang, 1964

Usia : 47 tahun

Page 61: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

56

Alamat : Taman Adenia Perumahan Graha

Padma, Semarang.

Status lanjang/menikah : Menikah

Pekerjaan : Sopir

Pendidikan : SLTA

2. Gambaran Subjek

KM merupakan seorang Laki-laki dewasa yang memiliki

tinggi badan sekitar 165 cm serta memiliki berat badan sekitar 60

kg. Berperawakan sedang, kulit sawo matang dan berambut ikal.

Peneliti melakukan wawancara dengan KM, ketika KM pulang dari

mengantar majikannya, wawancara dilakukan di Pos Induk Satpam,

Graha Padma. Pada saat wawancara KM memakai pakaian rapi.

Selama wawancara berlangsung KM dapat menceritakan dan

menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik namun ada

keragu-raguan dalam kata-katanya.

3. Riwayat hidup

KM dilahirkan di Semarang, tanggal tidak saya ketahui

dengan pasti tahun 1964. KM lahir dari keturunan Jawa asli.

Perwatakan KM adalah seorang yang kalem. Semenjak SD sampai

dengan SMA, KM bersekolah di sekolah yang berbasis Kristen.

Ayah KM merupakan seorang buruh pabrik dan ibunya juga

seorang buruh pabrik, ayahnya beragama Islam dan ibunya

beragama Kristen. Sejak kecil agama yang dianut KM adalah

Kristen namun tidak taat. Saat ini KM menjadi seorang sopir

pribadi di Perumahan Graha Padma. Setelah jadi sopir ia mengikuti

agama majikannya.

Page 62: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

57

B. Motif dan motivasi subjek memutuskan konversi agama

Winardi menjelaskan, motif kadang-kadang dinyatakan orang sebagai

kebutuhan, keinginan, dorongan yang muncul dalam diri seseorang. Motif

diarahkan ke arah tujuan-tujuan yang dapat muncul dalam kondisi sadar atau

dalam kondisi di bawah sadar. Motif-motif merupakan “mengapa” dari

perilaku. Mereka muncul dan mempertahankan aktivitas, dan mendeterminasi

arah umum perilaku seorang individu.1

Sedangkan Motivasi sendiri merupakan satu penggerak dari dalam hati

seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa

dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan

menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses

untuk tercapai nya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti

ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam

kehidupan.2

1. Responden yang keluar dari agama Islam.

a. Subjek pertama

Peneliti : Agama apa yang saudara peluk sekarang?

Subjek#1 : ” Agama yang saya anut sekarang Hindu.”

Peneliti : Sebelumnya beragama apa?

Subjek #1 : ”Islam”

Peneliti : Pernahkah saudara pindah agama? Dari agama apa ke

agama apa?

Subjek#1 : ”Pernah, mbak. Dari agama Islam ke Hindu.”

Peneliti : ”Apa pertimbangan anda atau motivasi anda dalam

mengambil keputusan untuk mengubah keyakinan?”

Subjek#1 : ”Eh.... gini mbak. Saya beranggapan bahwa dengan

seagama suami, kehidupan rumah tangga kami akan

bahagia.”

Peneliti : Hal apa yang mendukung?

1 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta, 2004, hlm. 222 2 http://www.wploan.com/2011/04/pengertian-motivasi.html

Page 63: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

58

Subjek#1 : ”Yaa itu, suami saya. Untuk kebahagiaan kehidupan suami

istri dalam berumah tangga.”

Peneliti : Hal apa yang menghambat?

Subjek#1 : ”Saya takut kalau ibu saya tidak lagi mengakui saya

sebagai anak, ya....... yang jelas takut di jauhi keluarga.”

Peneliti : Apa perasaan anda saat mempertimbangkan konversi

agama tersebut?

Subjek#1 : ”Sebenarnya dalam hati saya sedih, berat dan beban

pikiran.”

Peneliti : Apakah anda pernah ragu dalam melakukan konversi

agama? Jika ya, apa yang menjadi keraguan? Jika tidak,

apa yang membuat anda yakin?

Subjek#1 : Iya, saya takut sekali. Takut meninggalkan agama islam

dan takut pada keluarga besar saya.

Peneliti : Apa risiko yang terpikir yang dapat anda alami saat

melakukan konversi agama?

Subjek#1 : ”Saya berpikiran bahwa dia (suami) semakin mencintai

saya”

Peneliti : Adakah keuntungan dengan melakukan konversi agama

bila dibandingkan solusi yang lain?

Subjek#1 : ”Keuntungannya? Ya itu...., suami semakin mencintai

saya! Dengan cinta itu kebahagiaan saya semakin

sempurna.”

Peneliti : Adakah kerugian dengan melakukan konversi agama bila

dibandingkan solusi yang lain?

Subjek#1 : Ya itu mbak! saya mulai dijauhi keluarga dan mereka

semakin hari semakin tidak peduli dengan saya.

Peneliti : Apakah anda merasa mendapat tekanan dalam melakukan

konversi agama tersebut?

Page 64: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

59

Subjek#1 : ”Saat berpindah agama, saya merasa rela, karena suami

sangat mencintai saya.”3

b. Subjek kedua.

Peneliti : Agama apa yang saudara peluk sekarang?

Subjek#2 : ” Kristen Protestan. Hanya agama ini yang saya yakini

kebenarannya. Meskipun semua tuhan itu sama, tapi

sungguh, hanya agama ini yang saya yakini kebenarannya.

Sungguh.”

Peneliti : Sebelumnya beragama apa?

Subjek #2 : ”Islam, ini berlangsung karena ketidak tahuan saya.”

Peneliti# : Pernahkah saudara pindah agama? Dari agama apa ke

agama apa?

Subjek#2 : ”Pernah. Dari agama Islam ke Kristen Protestan.dan

keyakinan saya luar biasa yakin pada Kristen Protestan.”

Peneliti# : ”Apa pertimbangan anda atau motif anda dalam

mengambil keputusan untuk mengubah keyakinan?”

Subjek#2 : ”Saya ragu dengan agama yang saya anut dulu.”

Peneliti : Hal apa yang mendukung?

Subjek#2 : ”Keingintahuan akan kebenaran. Pada saat itu Saya merasa

ragu-ragu dengan ajaran Islam, saya ingin mempelajari

agama Kristen.”

Peneliti : Hal apa yang menghambat?

Subjek#2 : ”Tidak ada yang menghambat, orangtua bersikap biasa-

biasa saja. Oya, orangtua saya beragama Islam.”

Peneliti : Apa perasaan anda saat mempertimbangkan konversi

agama tersebut?

Subjek#2 : ”Saya mantap untuk mempelajari sekaligus memeluk

agama Kristen.”

3 Wawancara dengan responden 1, pada hari Senin tanggal 19 september 2011, jan 10

pagi

Page 65: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

60

Peneliti : Apakah anda pernah ragu dalam melakukan konversi

agama? Jika ya, apa yang menjadi keraguan? Jika tidak, apa

yang membuat anda yakin?

Subjek#2 : ”Saya yakin memeluk agama Kristen, menurut saya, saya

suka mempelajari ajaran Kristen, agama yang mengajarkan

kasih Tuhan. Tidak berbelit-belit. Tidak mengajarkan tradisi

budaya yang ada di masyarakat. Misal: memperingati hari

orang meninggal, tidak ada seperti itu. Dengan demikian

saya merasa lega masuk Agama Kristen dan saya

mempunyai tujuan hidup.”

Peneliti : Apa risiko yang terpikir yang dapat anda alami saat

melakukan konversi agama?

Subjek#2 : ”Saya kira tidak ada resiko, karena orangtua menyetujui,

tetapi ada anggota keluarga yang sampai sekarang

membenci saya. Tapi saya tidak peduli.”

Peneliti : Adakah keuntungan dengan melakukan konversi agama

bila dibandingkan solusi yang lain?

Subjek#2 : ”Bisa lebih dalam dalam mempelajari Agama Kristen. Jika

seandainya saya mempertahankan keyakinan yang dulu

saya mesti menjadi pemeluk agama yang tidak taat atau

malas-malasan.”

Peneliti : Adakah kerugian dengan melakukan konversi agama bila

dibandingkan solusi yang lain?

Subjek#2 : ”Kerugiannya? Saya kira tidak ada”

Peneliti : Apakah anda merasa mendapat tekanan dalam melakukan

konversi agama tersebut

Subjek#2 : ”Saat berpindah agama, saya merasa rela dan mantap.

Tidak ada tekanan dari siapapun, ini adalah keputusan saya

sendiri”4

4 Wawancara dengan responden 2, dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 23 september

2011

Page 66: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

61

2. Responden yang masuk ke agama Islam (mualaf)

a. Subjek ketiga

Peneliti : Agama apa yang saudara peluk sekarang?

Subjek#3 : ”Islam.”

Peneliti : Sebelumnya beragama apa?

Subjek #3 : ”Kristen.”

Peneliti : Pernahkah saudara pindah agama? Dari agama apa ke

agama apa?

Subjek#3 : ”Kristen ke Islam.”

Peneliti : ”Apa pertimbangan anda atau motif anda dalam

mengambil keputusan untuk mengubah keyakinan?”

Subjek#3 : ”Eea... gini. Sebenarnya saya prosesnya itu untuk menjadi

mualaf itu agak lama ya butuh waktu bertahun-tahun.

Nggak Cuma sehari atau dua hari ya. Kebetulan ee... pacar

saya kan muslim. Nah dia, dia yang sebenarnya yang

menginspirasikan saya untuk berpindah. Cuma pada saat itu

ndak langsung mau.... pindah karena ada konflik batin.”

Peneliti : Hal apa yang mendukung?

Subjek#3 : ” Karena saya ada hal rencana ingin menikah, kemudian

pacar jadi itu yang pertama. Yang kedua dari segi sendiri

punya keinginan pindah dan bukan paksaan dari luar.”

Peneliti : Hal apa yang menghambat?

Subjek#3 : Emm.... apa ya??? Kalau dari keluarga emang pada

awalnya kesal, ya semua keputusan tetap pada saya kan? Ya

setelah itu keluarga saya mendukung. Oh iya mungkin ini

yaaa...kebimbangan, ya, kebimbangan. Hingga saya

bingung berkata ya dan tidak.”

Peneliti : Apa perasaan anda saat mempertimbangkan konversi

agama tersebut?

Page 67: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

62

Subjek#3 : Ya itu..... kebimbangan itu. Cuma kebimbangan saya

terjawab ketika saya mencari dan membaca informasi

mengenai agama baru tersebut. Oh iya saya itu baca buku

kalau gak salah ee... apa ya ... karangannya lupa saya,

pokoknya isinya pendeta yang masuk ke dalam muslim.”

Peneliti : Apakah anda pernah ragu dalam melakukan konversi

agama? Jika ya, apa yang menjadi keraguan? Jika tidak, apa

yang membuat anda yakin?

Subjek#3 : ”Emm.... iya ada. Saya itu bimbang gitu.”

Peneliti : Apa risiko yang terpikir yang dapat anda alami saat

melakukan konversi agama?

Subjek#3 : ”Wah kelihatannya ndak ada, Cuma saya bimbang aja... pa

itu benar? Tapi ya, akhirnya saya Islam sekarang”

Peneliti : Adakah keuntungan dengan melakukan konversi agama

bila dibandingkan solusi yang lain?

Subjek#3 : Ya istri saya, istri saya kan Islam, kata ayahnya dia, kalau

saya ndak beragama Islam kan tidak boleh nikah, ya di

samping itu saya masih pencarian juga.”

Peneliti : Adakah kerugian dengan melakukan konversi agama bila

dibandingkan solusi yang lain?

Subjek#3 : ”Ee... ndak ada, toh akhirnya keluarga besar saya

mendukung saya.”

Peneliti : Apakah anda merasa mendapat tekanan dalam melakukan

konversi agama tersebut?

Subjek#3 : ”Ya ndak ada, saya rela atas keputusan saya. ”5

b. Subjek keempat

Peneliti : Agama apa yang saudara peluk sekarang?

Subjek#4 : ” Islam.”

5 Wawancara dengan responden 3, dilakukan pada hari Minggu jam 09.00 WIB, tanggal

25 september 2011

Page 68: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

63

Peneliti : Sebelumnya beragama apa?

Subjek #4 : ”Kristen.”

Peneliti : Pernahkah saudara pindah agama? Dari agama apa ke

agama apa?

Subjek#4 : ”Iya. Dari Agama Kristen ke Islam.”

Peneliti : ”Apa pertimbangan anda atau motif anda dalam

mengambil keputusan untuk mengubah keyakinan?”

Subjek#4 : ”Majikan saya islam.”

Peneliti : Hal apa yang mendukung?

Subjek#4 : ”Majikan saya sering bercerita tentang ajaran Islam, saya

lihat Ibu dan Bapak sering ngaji, dan pernah Ibu menasehati

saya untuk masuk Islam.”

Peneliti : Hal apa yang menghambat?

Subjek#4 : ”Ndak ada”

Peneliti : Apa perasaan anda saat mempertimbangkan konversi

agama tersebut?

Subjek#4 : ”Ndak kenapa-kenapa.”

Peneliti : Apakah anda pernah ragu dalam melakukan konversi

agama? Jika ya, apa yang menjadi keraguan? Jika tidak, apa

yang membuat anda yakin?

Subjek#4 : Ragu.....(subjek tidak melanjutkan).

Peneliti : Apa risiko yang terpikir yang dapat anda alami saat

melakukan konversi agama?

Subjek#4 : ”Ndak ada.”

Peneliti : Adakah keuntungan dengan melakukan konversi agama

bila dibandingkan solusi yang lain?

Subjek#4 : ”Saya manut sama ibu (majikan), karena anak-anak saya

dua-duanya disekolahkan sama ibu (majikan), istri saya

dileskan njahit sama ibu, biar bisa kerja njahit.”

Peneliti : Adakah kerugian dengan melakukan konversi agama bila

dibandingkan solusi yang lain?

Page 69: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

64

Subjek#4 : ”Ndak ada.”

Peneliti : Apakah anda merasa mendapat tekanan dalam melakukan

konversi agama tersebut?

Subjek#4 : ”Ndak ada.. Cuma ndak enak sama majikan saya. Masak

air susu di balas air tuba...gitu ya, mbak, ibarate.”6

C. Proses subjek dalam Konversi Agama

Konversi agama menyangkut perubahan batin seseorang secara

mendasar proses konversi agama ini dapat diumpamakan seperti proses

pemugaran sebuag gedung, bangunan lama di bongkar dan didirikan bangun

yang baru yang berbeda sama sekali dengan bangunan yang lama.

Adapun proses subjek berkonversi agama adalah sebagai berikut:

1. Responden yang keluar dari agama Islam.

a. Subjek pertama.

Peneliti : Setelah anda memilih konversi agama, berapa lama

waktu yang anda perlukan untuk mewujudkannya?

Subjek #1 : ”Selama kira-kira dua tahun mbak, sejak berpacaran

hingga menikah.”

Peneliti : Apakah dalam proses tersebut anda pernah merasakan

keraguan?

Subjek #1 : ”Iya, saya sering merasa ragu.”

Peneliti : Siapa orang pertama yang anda beritahu tentang

keputusan anda tersebut?

Subjek #1 : ”Ibu saya, Mbak.

Peneliti : Kenapa dia?

Subjek #1 : ”Karena beliau yang paling dekat dengan saya, dan

sedangkan ayah saya sudah meninggal.”

Peneliti : Bagaimana cara anda memberitahunya?

Subjek #1 : ”Pelan-pelan dan hati-hati agar beliau tidak kaget”

Peneliti : Bagaimana tanggapannya?

6 Wawancara dengan responden 4, pada hari Jum’at, jam 13.00 WIB, tanggal 1 oktober

2011

Page 70: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

65

Subjek #1 : ”Beliau diam.”

Peneliti : Bagaimana reaksi anda atas reaksi yang dilakukan oleh

orang tersebut?

Subjek #1 : ”Sedih sekali, Mbak, karena tidak ada tanggapan dari

beliau dan keluarga.”

Peneliti : Apa keluarga tahu mengenahi konversi agama yang

anda lakukan?

Subjek #1 : ”Iya sudah tahu, tetapi mereka diam tidak menanggapi

keputusan saya.”

Peneliti : Kenapa anda memberitahu mereka?

Subjek #1 : ”Jika seandainya saya tidak memberitahukan pada

mereka, lama kelamaan mereka akan tahu akan

sendirinya, nanti mereka akan lebih kecewa dengan saya.

Saya tidak mau itu terjadi. Namun kenyataannya, nasi

sudah menjadi bubur mbak? Mau bagaimana lagi nasi

sudah menjadi bubur. Saya benar-benar minta maaf.”

Peneliti : Bagaimana anda memberitahu keputusan konversi

agama tersebut?

Subjek #1 : ”Ibu sudah memberitahu dengan keluarga.”

Peneliti : Bagaimana perasaan anda saat anda memberitahukan?

Subjek #1 : ”Sedih sekali mbak.”

Peneliti : Bagaimana tanggapan mereka?

Subjek #1 : ”Sama dengan ibu, mereka diam, dan tidak

berkomentar.”

Peneliti : Bagaimana reaksi mereka?

Subjek #1 : ”Tidak menanggapi keputusan saya.”

Peneliti : Apakah keputusan konversi agama anda dirahasiakan?

Apa alasannya?

Subjek #1 : ”Dengan keluarga tidak saya rahasiakan, namun

dengan orang lain masih saya rahasiakan.”

Page 71: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

66

Peneliti :Sebelum memberi tahu keputusan anda pada orang lain,

apakah anda merasa bahwa akan ada pihak yang tidak

setuju dengan keputusan anda?

Subjek #1 : ”Iya. Saya tidak bercerita dulu dengan orang lain

selama lebih kurang 6 bulan.”

Peneliti : Bagaimana anda mengatasinya?

Subjek #1 : ”Saya rasa berat, tapi saya harus mengatasinya”7

b. Subjek kedua.

Peneliti : Setelah anda memilih konversi agama, berapa lama

waktu yang anda perlukan untuk mewujudkannya?

Subjek #2 : Oh.. itu prosesnya lama. Sejak SD kelas 6, saya mulai

tertarik mempelajari agama Kristen. Kemudian saya

memeluk agama Kristen SMA kelas 1, jadi selama 4

tahun saya mempertimbangkannya. Lama ya, mbak???”

Peneliti : Apakah dalam proses tersebut anda pernah merasakan

keraguan?

Subjek #2 : ”Tidak ada keraguan sama sekali, saya mantap.”

Peneliti : Siapa orang pertama yang anda beritahu tentang

keputusan anda tersebut?

Subjek #2 : ”Emmm.... orang tua. Karena mereka tidak keberatan

saya pindah agama.”

Peneliti : Kenapa dia?

Subjek #2 : ”Ya saya beritahu saja kepada mereka, kalau saya mau

berpindah agama. Pada mulanya mereka keberatan,

tetapi semua keputusan dikembalikan kepada saya,

karena saya merasa telah dewasa.”

Peneliti : Bagaimana cara anda memberitahunya?

Subjek #2 : ”Alah....biasa aja. Yaaa, cerita apa adanya.

Peneliti : Bagaimana tanggapannya?

7 Wawancara dengan responden 1, Op.Cit

Page 72: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

67

Subjek #2 : ”Lha wong, eh....Awalnya mereka keberatan saya

pindah agama, tetapi akhirnya mereka setuju saja.”

Peneliti : Bagaimana reaksi anda atas reaksi yang dilakukan oleh

orang tersebut?

Subjek #2 : ”Saya senang sekali mendapat restu dari keluarga.”

Peneliti : Apa keluarga tahu mengenahi konversi agama yang

anda lakukan?

Subjek #2 : ”Iya, sudah tahu.”

Peneliti : Kenapa anda memberitahu mereka?

Subjek #2 : ”Ya agar mereka tahu bahwa saya ingin mempelajari

agama Kristen lebih dalam.”

Peneliti : Bagaimana anda memberitahu keputusan konversi

agama tersebut?

Subjek #2 : ”Pelan-pelan.”

Peneliti : Bagaimana perasaan anda saat anda memberitahukan?

Subjek #2 : ”Was-was juga kalau ada yang menghalangi” ”dan

merekapun pasrah akan keputusan saya.”

Peneliti : Bagaimana tanggapan mereka?

Subjek #2 : ”Sebagian besar menyerahkan keputusan kepada saya.

Tapi ada satu yang sampai sekarang masih membenci

saya.”

Peneliti : Bagaimana reaksi mereka?

Subjek #2 : ”Biasa saja.”

Peneliti : Apakah keputusan konversi agama anda dirahasiakan?

Apa alasannya?

Subjek #2 : ”Dengan keluarga, tidak saya rahasiakan. Tapi dengan

orang lain masih saya rahasiakan. Saya belum ingin

orang lain tahu bahwa saya pindah agama.”

Peneliti :Sebelum memberi tahu keputusan anda pada orang lain,

apakah anda merasa bahwa akan ada pihak yang tidak

setuju dengan keputusan anda?

Page 73: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

68

Subjek #2 : ”Iya.”

Peneliti :Bagaimana anda mengatasinya?

Subjek #2 : ”Saya tidak bercerita dulu dengan orang lain kira-kira 1

tahun, saya baru membuka diri sekitar kelas 3 SMA” ya

maklum ketakutan tetap ada.”8

2. Responden yang masuk ke agama Islam (mualaf).

a. Subjek ketiga.

Peneliti : Setelah anda memilih konversi agama, berapa lama

waktu yang anda perlukan untuk mewujudkannya?

Subjek #3 : ”Ya.. kurang lebih sekitar 1 tahunan, ea.. ketika itu saya

masih pacaran sama istri saya. Ya, ketika saya menikah

sudah yakin dengan Islam.

Peneliti : Apakah dalam proses tersebut anda pernah merasakan

keraguan?

Subjek #3 : ”Kalau itu mesti to, mbak. Saya itu sempat ragu dan

bingung. Untung pacar saya selalu menyuport saya terus.

Ya, Alhamdullilah jadinya seperti ini. Saya menjadi

seorang muslim yang taat”

Peneliti : Siapa orang pertama yang anda beritahu tentang

keputusan anda tersebut?

Subjek #3 : ”Pertama orang tua saya, terus pacar saya. Ya, saya kan

cinta sama pacar saya. Ya, berkat dia juga saya seperti

ini”

Peneliti : Kenapa dia?

Subjek #3 : ”Ya, pada dasarnya karena merekalah saya ada. Em...

Peneliti : Bagaimana cara anda memberitahunya?

Subjek #3 : Pelan-pelan, meskipun saya tahu orang tua saya

memperbolehkan, namun saya tetap dalam koridor

menghormatinya.

8 Wawancara dengan responden 2, Op.Cit

Page 74: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

69

Peneliti : Bagaimana tanggapannya?

Subjek #3 : ”Baik-baik aja. Ya walaupun mereka secara implisit

menolak.”

Peneliti : Bagaimana reaksi anda atas reaksi yang dilakukan oleh

orang tersebut?

Subjek #3 : ”Iya, saya hanya Cuma diam, karena bapak dan ibu

saya juga diam walapun bahasa tubuhnya menolak atas

keputusan saya, ya ndak masalah lah....”

Peneliti : Apa keluarga tahu mengenahi konversi agama yang

anda lakukan?

Subjek #3 : ”Kalau sekarang sih sudah tahu semua.”

Peneliti : Kenapa anda memberitahu mereka?

Subjek #3 : ”Bukan memberi tahu, ya mereka tahu sendiri.

Mungkin orang tua saya yang nyeritakan.”

Peneliti : Bagaimana anda memberitahu keputusan konversi

agama tersebut?

Subjek #3 : Ya, pelan-pelan, mbak.

Peneliti : Bagaimana perasaan anda saat anda memberitahukan?

Subjek #3 : Yaaa...deg-degan lah.

Peneliti : Bagaimana tanggapan mereka?

Subjek #3 : Hampir 50 persen kerabat saya menolak atas keputusan

saya. Ya, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa,

bahkan pada saat pernikahan saya mereka merestui

semua.”

Peneliti : Apakah keputusan konversi agama anda dirahasiakan?

Apa alasannya?

Subjek #3 : Oh tidak.

Peneliti :Sebelum memberi tahu keputusan anda pada orang lain,

apakah anda merasa bahwa akan ada pihak yang tidak

setuju dengan keputusan anda?

Page 75: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

70

Subjek #3 : ”Saya tidak pernah memberi tahu pada orang lain, ya

namun mereka pada ngerti sendiri.”

Peneliti : Bagaimana anda mengatasinya?

Subjek #3 : Saya biarin aja, mbak.9

b. Subjek keempat

Peneliti : Setelah anda memilih konversi agama, berapa lama

waktu yang anda perlukan untuk mewujudkannya?

Subjek #4 : ”Sekitar dua tahunan, saya ikut ibu-bapak (majikan)

udah lima tahunan. ”

Peneliti : Apakah dalam proses tersebut anda pernah merasakan

keraguan?

Subjek #4 : Tidak, saya tidak merasakan apa-apa tuh. Biasa aja.

Peneliti :Siapa orang pertama yang anda beritahu tentang

keputusan anda tersebut?

Subjek #4 : ”Istri.”

Peneliti : Kenapa dia?

Subjek #4 : ”Ya, karena itu istri saya”

Peneliti : Bagaimana cara anda memberitahunya?

Subjek #4 : ”Pelan-pelan”

Peneliti : Bagaimana tanggapannya?

Subjek #4 : ”Pertama-tamanya , ya, kecewa sama saya, tapi dia

manut saya. Karena kami sepakat inilah jalan hidup

kami.”

Peneliti : Bagaimana reaksi anda atas reaksi yang dilakukan oleh

orang tersebut?

Subjek #4 : ”Diam saja”

Peneliti : Apa keluarga tahu mengenai konversi agama yang anda

lakukan?

Subjek #4 : ”Ndak, mbak.”

9 Wawancara dengan responden 3, Op.Cit

Page 76: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

71

Peneliti : Kenapa anda memberitahu mereka?

Subjek #4 : (subjek diam saja).

Peneliti :Bagaimana anda memberitahu keputusan konversi

agama tersebut?

Subjek #4 : ”Ndak saya beritau.”

Peneliti : Bagaimana perasaan anda saat anda memberitahukan?

Subjek #4 : Saya ndak ngabari siapa-siapa koq mbak

Peneliti : Bagaimana tanggapan mereka?

Subjek #4 : Ya, saya ndak tau.

Peneliti :Bagaimana reaksi mereka?

Subjek #4 : (subjek diam saja).

Peneliti : Apakah keputusan konversi agama anda dirahasiakan?

Apa alasannya?

Subjek #4 : ”Saya tidak mau mereka tahu.”

Peneliti :Sebelum memberi tahu keputusan anda pada orang lain,

apakah anda merasa bahwa akan ada pihak yang tidak

setuju dengan keputusan anda?

Subjek #4 : ”Pasti ada, banyak.”

Peneliti :Bagaimana anda mengatasinya?

Subjek #4 : Ya ndak saya beritahu.”10

D. Subjek setelah berpindah agama.

Pada wawancara ini subjek sudah positif untuk berpindah agama, adapun

proses psikologisnya adalah sebagai berikut:

1. Responden yang keluar dari agama Islam.

a. Subjek pertama.

Peneliti : Bagaimana anda menjalani agama baru yang dianut?

Subjek#1 : ”Ada rasa berat, Mbak, tapi saya harus menjalaninya.”

Peneliti : Bagaimana anda menjalani aktifitas agama yang baru?

Subjek#1 : ”Kadang –kadang saya ke pura.”

10 Wawancara dengan responden 4, Op.Cit

Page 77: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

72

Peneliti : Bagaimana anda beradaptasi dengan agama yang baru?

Subjek#1 : ” Menurut saya susah mbak, karena anggota jamaah tidak

begitu saja menerima kehadiran saya.”

Peneliti : Kendala apa yang dihadapi?

Subjek#1 : ” Saya susah beradaptasi dengan sesama anggota agama

Hindu.”

Peneliti : Apakah anda siap menjalani keputusan atas apa yang

anda buat?

Subjek#1 : ” Awal mulanya saya ragu mbak, tetapi berkat suami,

saya siap.”

Peneliti : Bagaimana tanggapan lingkungan sekitar anda mengenai

keputusan anda?

Subjek#1 : ” Tetangga tidak ada yang tahu, karena saya pindah

domisili kok mbak.”

Peneliti : Bagaimana perasaan anda menghadapi tanggapan

tersebut?

Subjek#1 : ” Karena di lingkungan rumah yang baru ini,

masyarakatnya bersifat individualis, saya pun bersikap

biasa-biasa saja.

Peneliti : Tanggapan apa saja yang anda alami ketika menjalani

keputusan ini?

Subjek#1 : ” Kalau tanggapan dari keluarga, iya, mempengaruhi

saya. Kalau dari orang lain, saya biasa saja.”

Peneliti :Bagaimana anda menghadapi tanggapan positif yang di

berikan orang lain?

Subjek#1 : ”Tanggapan positif, biasa aja, mbak”

Peneliti : Bagaimana anda menanggapi tanggapan negatif yang

diberikan orang lain?

Subjek#1 : ” Tanggapan negatif saya juga berusaha biasa saja, walau

ada rasa sedih, terutama tanggapan negatif dari keluarga.

Page 78: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

73

Peneliti : Bagaimana perasaan anda menjalani keputusan anda

sekarang?

Subjek#1 : (responden diam, lalu terlihat dia menerawang dan

matanya terlihat berkaca-kaca.) Lambat laun ternyata

berat, karena semakin lama saya menikah, saya mendapati

suami ternyata tidak setia kepada saya. Ternyata dia diam-

diam menjalin hubungan dengan wanita lain, bahkan

sampai menikah. Saya sangat kecewa sekali. Kecewa

dengan suami yang saya harap menjadi pasangan dan

imam yang baik dalam keluarga, dan saya juga kecewa

dengan diri saya sendiri, kenapa saya mau dirayu oleh dia,

sampai saya rela berpindah agama mengikuti dia. Ternyata

orang yang selama ini saya cintai ternyata telah

mengkhianati saya luar dalam.”

Peneliti : Apakah anda puas menjalani keputusan yang anda jalani

ini.

Subjek#1 : ” Saat ini saya sangat tidak puas sekali. Saya minta cerai.

Kasihan anak saya, karena anak saya sudah ikut beragama

Hindu.”

Peneliti : Apakah pernah terpikir untuk kembali pada agama yang

semula?

Subjek#1 : ” Iya, begitu proses perceraian selesai saya akan pindah

rumah lagi dan saya akan kembali kepada Islam. Mungkin

ini sudah menjadi jalan hidup saya. Saya dan anak saya

akan kembali kepada ibu dan kakak-kakak saya. Saya

akan menjalani hidup saya yang baru yang saya harap

akan menenangkan pikiran dan hati saya.” 11

b. Subjek kedua

Peneliti : Bagaimana anda menjalani agama baru yang dianut?

11 Wawancara dengan responden 1, Op.Cit

Page 79: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

74

Subjek#2 : ”Sejak semula, saya sudah ingin mempelajari agma

Kristen, begitu saya pindah agama saya rajin ke

perpustakaan, gereja dan menemui tokoh-tokoh agama

Kristen.”

Peneliti : Bagaimana anda menjalani aktifitas agama yang baru?

Subjek#2 : ” Saya rajin ke gereja serta mengikuti kebaktian dan

kegiatan agama Kristen.”

Peneliti : Bagaimana anda beradaptasi dengan agama yang baru?

Subjek#2 : ” Sangat mudah, anggota gereja sangat senang

menerima saya”

Peneliti : Kendala apa yang anda hadapi?

Subjek#2 : ”Tidak ada kendala sama sekali.”

Peneliti : Apakah anda siap menjalani keputusan atas apa yang

anda buat?

Subjek#2 : ”Saya sangat siap.”

Peneliti : Bagaimana tanggapan lingkungan sekitar anda mengenai

keputusan anda?

Subjek#2 : ”Setelah tetangga tau saya pindah agama, menurut saya

mereka biasa saja, walaupun ada yang tidak suka, tapi

saya tidak peduli.”

Peneliti : Bagaimana perasaan anda menghadapi tanggapan

tersebut?

Subjek#2 : ”Sebagian besar mereka biasa saja.”

Peneliti :Tanggapan apa saja yang anda alami ketika menjalani

keputusan ini?

Subjek#2 : ”Saya sangat senang, lingkungan menerima keputusan

saya.”

Peneliti : Bagaimana anda menghadapi tanggapan positif yang di

berikan orang lain?

Subjek#2 : ”Saya sangat senang.”

Page 80: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

75

Peneliti :Bagaimana anda menanggapi tanggapan negatif yang

diberikan orang lain?

Subjek#2 : ”Saya juga berusaha biasa saja.”

Peneliti : Bagaimana perasaan anda menjalani keputusan anda

sekarang?

Subjek#2 : ”Sama sekali tidak mempengaruhi langkah saya.”

Peneliti : Apakah anda puas menjalani keputusan yang anda jalani

ini?

Subjek#2 : ”Saya sangat senang dan semakin mantap memeluk

agama Kristen. Sampai saya rajin ke gereja dan mengikuti

kegiatan gereja. Malahan saya ditunjuk untuk menjadi

Koordinator Bagian Konseling Gereja.”

Peneliti : Apakah pernah terpikir untuk kembali pada agama yang

semula?

Subjek#2 : “wah nggak dong.”12

2. Responden yang masuk ke agama Islam (mualaf).

a. Subjek ketiga

Peneliti : Bagaimana anda menjalani agama baru yang dianut?

Subjek#3 : ”Sulit, tapi ya.. tetep baik-baik saja dalam menjalani

agama baru saya. ”

Peneliti : Bagaimana anda menjalani aktifitas agama yang baru?

Subjek#3 : Kalau di Kristen kan beribadah hanya pada saat hari

minggu. Sebenarnya tiap hari ada, setiap hari ada waktu

beribadah di gereja, namun wajibnya hanya satu minggu

sekali, nah, di agama Islam itu beribadah itu lima waktu.

Ini yang paling sulit. Karena saya mobilitasnya sulit. Jadi

terkadang sedang dijalan atau apa, maka sulit melakukan

sholat lima waktu.”

Peneliti : Bagaimana anda beradaptasi dengan agama yang baru?

12 Wawancara dengan responden 2, Op.Cit

Page 81: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

76

Subjek#3 : ”Sebenarnya kalau perasaan saya setelah menjadi mualaf

banyak cobaannya, banyak cobaan yang saya hadapi. Tapi

tidak bisa saya sebutkan satu persatu, itu semua

merupakan tantangan. Semua merupakan tantangan yang

harus di hadapi.”

Peneliti : Kendala apa yang dihadapi?

Subjek#3 : ”Ya tadi, diantaranya yang mungkin, saya berharap ya,

saya berharap setelah menjadi mualaf dan menjadi muslim

saya bisa mudah untuk menikah. Saya bisa menikah

semuanya bisa menjadi lancar. Kebalikannya, ternyata

masih ada konflik. Masih ada hal-hal yang kurang

disetujui terhadap istri saya. Mungkin pekerjaan saya yang

wiraswata. Yang orang tua saya menginginkan saya

memiliki jenjang karir, kalau misal karyawan kan masih

ada jenjang karir usaha.

Peneliti : Apakah anda siap menjalani keputusan atas apa yang

anda buat?

Subjek#3 : ”Siap sekali, bagi saya, keputusan ini keputusan yang

benar.”

Peneliti : Bagaimana tanggapan lingkungan sekitar anda mengenai

keputusan anda?

Subjek#3 : ”Kalau dari lingkungan sini ya ndak ada yang tahu,

kalau disini kan sifatnya individu, tapi sama jamaah

masjid ya baik-baik saja, saya punya banyak teman di

masjid.”

Peneliti :Bagaimana perasaan anda menghadapi tanggapan

tersebut?

Subjek#3 : ”Ya.. senang-senang aja.”

Peneliti :Tanggapan apa saja yang anda alami ketika menjalani

keputusan ini?

Page 82: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

77

Subjek#3 : ”Ndak ada, ya oranng tua saya aja ndak apa-apa, apalagi

orang lain.”

Peneliti :Bagaimana anda menghadapi tanggapan positif yang di

berikan orang lain?

Subjek#3 : ”Ya, senang aja.”

Peneliti :Bagaimana anda menanggapi tanggapan negatif yang

diberikan orang lain?

Subjek#3 : ”Ya, saya biarin, itu kan urusan pribadi saya, kenapa

harus ikut campur.”

Peneliti : Bagaimana perasaan anda menjalani keputusan anda

sekarang?

Subjek#3 : ”Emm...., saya nyaman, ini jalan hidup yang benar.”

Peneliti : Apakah anda puas menjalani keputusan yang anda jalani

ini?

Subjek#3 : ”Sangat puas.”

Peneliti : Apakah pernah terpikir untuk kembali pada agama yang

semula.

Subjek#3 : ”Ya.., ndak sama sekali”13

b. Subjek keempat

Peneliti : Bagaimana anda menjalani agama baru yang dianut?

Subjek#4 : ”Ikut majikan, majikan saya yang ngajarin semua.”

Peneliti : Bagaimana anda menjalani aktifitas agama yang baru?

Subjek#4 : ”Seperti biasa, bedanya ini ada aktifitas lebih untuk

melakukan ibadah.”

Peneliti : Bagaimana anda beradaptasi dengan agama yang baru?

Subjek#4 : ”Untuk pertama, gimana gitu, soalnya ibadahnya lebih

banyak.”

Peneliti : Kendala apa yang dihadapi?

13 Wawancara dengan responden 3, Op.Cit

Page 83: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

78

Subjek#4 : ”Malas” he..he..he.. Tapi, ya, Alhamdulillah majikan

selalu memberi semangat.”

Peneliti : Apakah anda siap menjalani keputusan atas apa yang

anda buat?

Subjek#4 : ”Siap.”

Peneliti : Bagaimana tanggapan lingkungan sekitar anda mengenai

keputusan anda?

Subjek#4 : ”Ndak ada yang tahu.”

Peneliti :Bagaimana perasaan anda menghadapi tanggapan

tersebut?

Subjek#4 : Ya ndak tau, mbak.

Peneliti :Tanggapan apa saja yang anda alami ketika menjalani

keputusan ini?

Subjek#4 : ”Pertama itu ya, kekecewaan istri”

Peneliti :Bagaimana anda menghadapi tanggapan positif yang di

berikan orang lain?

Subjek#4 : ”Senang.”

Peneliti :Bagaimana anda menanggapi tanggapan negatif yang

diberikan orang lain?

Subjek#4 : ”Diam aja lah.”

Peneliti : Bagaimana perasaan anda menjalani keputusan anda

sekarang?

Subjek#4 : ”Biasa saja.”

Peneliti : Apakah anda puas menjalani keputusan yang anda jalani

ini.

Subjek#4 : ”Puas ndak puas, ini untuk majikan saya, mereka udah

ngopeni keluarga saya, tapi saya puas kok, mbak. Istri

saya juga manut.”

Peneliti : Apakah pernah terpikir untuk kembali pada agama yang

semula.

Subjek#4 : ”Belum terpikir, Mbak. Saya jalani aja.”

Page 84: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

79

Page 85: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

80

BAB IV

ANALISIS

Dalam kehidupan umat manusia, agama memegang peranan penting,

agama dapat diartikan sebagai cara manusia berfikir, merasa dan berhubungan

dengan Tuhan.

Peristiwa konversi agama dalam hidup dan kehidupan manusia, merupakan suatu

fenomenologi keagamaan, yang sering muncul dalam kehidupan masyarakat

dimana saja di dunia ini. Konversi agama itu lahir, umumnya karena ditimbulkan

oleh kegoncangan jiwa yang dialami oleh seseorang individu dalam menghadapi

realita kehidupan, yang menurut keyakinan agama yang sedang dianutnya,

mustahil akan mampu untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya.

Akhirnya, ditemukan suatu keputusan bahwa ajaran agama atau kepercayaan yang

di luar ajaran agamanya pada waktu itu, memungkinkan dapat menampung

inspirasi dan berbagai kegelisahan dan kesulitan yang dihadapinya.

Melakukan konversi agama dari satu agama ke agama lain,

mengisyaratkan adanya pengalaman unik dari kehidupan manusia. Sebab, proses

keluar masuk suatu agama ke agama lain sangat berbeda dengan proses keluar

masuk dalam aspek lain dari kehidupan manusia. Proses memasuki suatu agama

tertentu ke agama yang lain, seperti halnya menjadi pelaku konversi agama. Pada

dasarnya sama dengan memasuki aspek kehidupan yang sakral1 dan penuh

misteri. Ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan memasuki lembaga

kehidupan manusia yang bersifat profan2, tidak bermuatan hal yang bersifat

sakral. Proses ini terjadi dengan melibatkan lubuk yang terdalam dari jiwa

manusia, penuh dengan pertimbangan kompleks dari berbagai aspek, seperti

psikologis, sosiologis dan antropologis dari diri maupun lingkungan sosial budaya

yang bersangkutan.

1 Sakral: Suatu wilayah yang dianggap suci atau wilayah yang dianggap supranatural,

sesuatu yang ekstraordinari, tidak mudah dilupakan dan teramat penting. 2 Profan: bidang kehidupan sehari-hari, yaitu hal-hal yang dilakukan secara teratur, acak

dan sebenarnya tidak terlalu penting. Untuk lebih memahami tentang sakral dan profan, lihat lebih

lanjut dalam Daniel L Pals, The Seven Theories of Religion, Yogyakarta: Ircisod, 1996, hlm. 259

Page 86: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

81

Namun demikian, untuk memperoleh suatu generalisasi ilmu pengetahuan

ada satu proses umum yang dapat penulis kemukakan dari empat kasus pelaku

konversi agama di Perumahan Graha Padma tersebut. Berdasarkan hasil analisis,

kasus tersebut sedikit sulit untuk dinilai karena mempunyai latar belakang yang

berbeda dalam melakukan konversi agama namun tetap bisa dinilai dalam empat

keadaan, yaitu:

1. Dalam melakukan konversi agama keempat responden ada yang

dilatarbelakangi oleh rasa cinta terhadap kekasih, kepatuhan terhadap

Tuhan dan keingintahuan yang besar terhadap Tuhan, serta kepatuhan

terhadap atasan, atau yang lainnya.

2. Motif pengambilan konversi agama adalah keinginan untuk mencapai

sebuah kebahagiaan dan kedamaian yang sejati di dalam hati para

responden.

3. Setelah pengambilan keputusan. Jika konversi agamanya berdasarkan hati

nurani atau keikhlasan total akan Tuhan maka hasilnya akan memuaskan.

4. Kemampuan dalam keyakinan baru. Tingkat terakhir dari proses

melakukan konversi agama adalah tingkat kemapanan dalam beragama..

Keyakinan, sikap, kelakuan dan perbuatan serta jalan hidupnya berubah

menjadi sesuai aturan-aturan yang diperintahkan oleh agama yang baru.

Namun untuk memahami lebih lengkap tentang keseluruhan proses

melakukan konversi agama, dapat penulis kembangkan sebagai berikut: pertama-

tama mereka mengalami konflik kejiwaan (tekanan batin) yang disebabkan oleh

faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor tertentu ini lama kelamaan terus memuncak

dan berimbas terhadap agamanya. Jikalau dalam agama baru itu, ia merasa bahwa

sesuatunya sesuai dengan keinginannya, ia pun kemudian memutuskan hubungan

dengan agama yang lama ia mengubah sikap-sikapnya yang lama dan membentuk

sikap baru yang simpatik sesuai dengan agama Islam. Pada akhirnya ia memeluk

agama Islam, Hindu atau agama Kristen

Page 87: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

82

Sesungguhnya, untuk menentukan faktor-faktor/motif dan motivasi yang

mempengaruhi seseorang di dalam proses melakukan konversi agama seperti yang

dialami oleh empat pelaku konversi agama di Perumahan Graha Padma, memang

tidak mudah. Namun, ada beberapa proses yang melatar belakanginya.

A. Analisis motif dan motivasi konversi agama

Dari keempat responden yang peneliti wawancarai mereka

mempunyai motif dan motivasi yang berbeda-beda dalam melakukan proses

konversi agama, hal ini bisa dilihat dari wawancara peneliti dengan para

responden sebagai berikut:

1. Responden pertama

Responden pertama dalam melakukan pindah agama mempunyai

motif dan motivasi cinta yang tinggi dan tujuan dalam menggapai

ketentraman dalam menjalin hubungan suami istri. Hal ini bisa dilihat dari

wawancara pada halaman 58. Motivasi responden ini bila menurut William

James, adalah suatu krisis dan secara mendadak. Bahwa responden ini

melepas agama Islam karena ingin mengikuti agama suaminya, dan ia

mengalami krisis pertentangan antara kata hati dan cinta terhadap

kekasihnya. Responden mempertahankan konversi agamanya sampai-

sampai mengorbankan perasaan keluarganya.

Faktor pendorong manusia untuk melakukan konversi agama seperti

responden pertama ini juga sesuai dengan teori motif Woodworth dan

Marquis yaitu pada motif darurat. Motif darurat merupakan motif yang

bergantung pada keadaan di sekitar atau di luar organisme. Organisme

selalu dihadapkan pada situasi yang harus mengambil langkah untuk

menghindari bahaya. Sama seperti yang dilakukan subjek#1 atau responden

pertama dalam hal kebahagiaan ketika seagama dengan suaminya. Ia rela

melepaskan agama yang telah dianutnya sejak kecil, demi rasa cinta

terhadap kekasih, yaitu suaminya. Apalagi responden mulai dijauhi oleh

keluarga, setelah keluarga mengetahui bahwa responden telah berpindah

Page 88: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

83

agama. Hal ini merupakan suatu bentuk pengorbanan yang begitu besar

yang telah dilakukan responden demi seorang kekasih, hingga ia rela dijauhi

oleh keluarganya.

2. Responden kedua

Responden kedua dalam melakukan konversi agama mempunyai

motif untuk mencapai ketentraman dengan pengetahuan yang benar

tentang keagamaan . Hal ini bisa dilihat dari wawancara pada halaman 59-

60. Bila menurut penelitian William James, responden ini melakukan

konversi agama karena adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat

kebiasaan responden sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam

bentuk suatu ide yang bersemi secara mantap.

Bila dilihat dari sudut psikoanalisis, dimana responden dua saat

terjadi konversi agama, adalah pada masa remaja, dimana kondisi

psikologis masih labil dan masa itulah masa pencarian identitas diri. Latar

belakang keluarga, terutama ibu, yang bersikap acuh tak acuh terhadap

proses perkembangan responden dapat menjadi motif konversi agamanya.

Responden merasa ‘tidak percaya’ dengan agama yang telah dianutnya

sejak kecil, dan dalam pengembaraannya mencari identitas, responden

menemukan ‘kepercayaan’ di dalam agama yang baru. Menurut

psikoanalisa, responden menemukan titik kedamaian hati yang selama ini

tidak diperolehnya bersama orangtuanya. Hal ini dapat dilihat pada

wawancara pada halaman 60. Dimana menurut keterangan responden,

orangtua, terutama ibunya, bersikap biasa-biasa saja menghadapi konflik-

konflik yang dialami responden di masa pencarian kebenaran agama. Hal

ini dapat menggambarkan model pengasuhan orangtua terhadap

responden, yaitu pola pengasuhan acuh tak acuh terhadap anak. Pada

psikoanalisis, manusia memiliki dorongan dan kekuatan yang mendesak

untuk mendapatkan keamanan dan pemenuhan di bidang keagamaan yang

Page 89: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

84

dipengaruhi oleh model pengasuhan dan hubungan orangtua terhadap

anak. Kurang kasih sayang dari orangtua serta kurangnya pemahaman

keagamaan yang didapat dari orangtua itulah yang menjadi faktor konversi

agama responden dua. Dengan berpindahnya ke agama Kristen, responden

merasa seperti menemukan lingkungan baru yakni gereja, yang

menciptakan kembali kepercayaan pada masa kanak-kanak. Hidup bersama

lingkungan gereja menjadi titk tolak untuk perkembangan identitasnya,

sampai saat ini.

Pada responden kedua ini juga mempunyai motivasi sesuai dengan

teori motivasi Teori Motivasi Herzberg. Menurut Herzberg ada dua jenis

faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan

menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor

higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor

higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk

didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan,

dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi

seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya

adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor

intrinsik). 3

Pencarian akan kebenaran yang mendasari responden kedua dalam

perpindahan agama. Keingintahuan akan arti sejatinya Tuhan juga membuat

responden menjadi ingin meninggalkan agama yang telah dianutnya sejak

kecil. Dan hasilnya adalah rasa kepuasan batin yang mendalam yang telah

diraih oleh responden.

3. Responden ketiga

Pendorong untuk pindah agama yang dilakukan oleh responden

ketiga ini adalah pemahaman yang benar walaupun lewatnya ada perasaan

3 http://www.wploan.com/2011/04/pengertian-motivasi.html,

Page 90: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

85

cinta pada kekasih. Hal ini bisa dilihat dari wawancara dengan responden

ketiga pada halaman 61-62.

Pendorong untuk melakukan pindah agama ini dalam teori psikologi

sesuai dengan teori Motif Schachter dalam hal motif untuk bergabung.

Menurut Schachter motif untuk bergabung dapat diartikan sebagai

kebutuhan untuk berada bersama orang lain. Kesimpulan ini diperoleh oleh

Schachter dari studinya yang mempelajari hubungan antara rasa takut

dengan kebutuhan berafiliasi.

Rasa cinta yang yang tinggi terhadap kekasih serta kepatuhan

terhadap orang tua yang mendasari responden dengan kerelaan hati

meninggalkan agama yang telah dianutnya sejak kecil. Responden berusaha

ingin bergabung dengan kekasih dan membaur dengan keluarga kekasihnya

yang diharapkan akan membawa kedamaian dalam hatinya.

Hasil penelitian terlihat bahwa responden ketiga ini memiliki latar

belakang sikap yang peragu. Hal ini dapat dilihat dalam wawancara pada

halaman 62. responden mengungkapkan bila ia masih pada tahap

‘pencarian’ dan beberapa kali mengatakan ‘bimbang’. Responden adalah

laki-laki yang telah berusia 34 tahun. Seharusnya pada usia tersebut,

manusia telah sampai pada tahap pendewasaan diri, atau berakhirnya masa

pencarian. Tetapi yang terjadi di dalam responden ini adalah rasa bimbang

dan masih dalam tahap pencarian, termasuk di dalamnya adalah pencarian

agama, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa responden juga masih

dalam tahap pencarian jati diri. Di dalam wawancara off the record,

responden bercerita bahwa ia sering mengirikan keberadaan adik-adiknya.

Ia merasa orangtuanya lebih menyayangi adik-adiknya, terutama yang

bungsu, daripada dirinya. Itupun ia merasa ragu-ragu, hal itu benar adanya

atau hanya menurut perasaannya saja. Menurut William James, faktor

ekstern juga mempengaruhi seseorang melakukan konversi agama.

Ketidakserasian dalam keluarga, merasa kesepian dan merasa dibedakan

dalam keluarga yang dirasakan responden, menjadikan responden menjadi

pribadi yang peragu dan kurang percaya diri. Kondisi yang dialami

Page 91: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

86

responden sejak kecil menjadikan responden mengalami tekanan batin dan

ia berusaha meredakan tekanan itu dengan berkonversi agama. Karena

responden berharap selanjutnya ia mendapat perhatian dari kekasih beserta

keluarga kekasihnya.

4. Responden keempat

Faktor utama untuk berpindah agama pada responden keempat kalau

dilihat secara cermat adalah balas budi terhadap majikan, hal ini bisa dilihat

dalam wawancara peneliti dengan responden pada halaman 63-64. menurut

William James, responden ini melakukan konversi agama dikarenakan

faktor kemiskinan. Kondisi sosial ekonomi yang sulit merupakan faktor

yang mendorong dan mempengaruhi terjadinya konversi agama pada

responden.

Pendorong untuk masuk agama pada responden keempat ini juga

adalah balas budi, hal ini sesuai dengan teori dari ahli sosiologi pada

konversi agama bahwa faktor anjuran atau propaganda dari orang-orang

dekat, dalam hal ini adalah majikan yang baik dapat menjadi faktor

berkonversi agama. Hal ini dapat dilihat pada halaman 64. Responden

mengatakan bahwa majikannya sering bercerita tentang agama Islam, dan

mengajak responden untuk masuk ke agama Islam. Bila majikan responden

adalah orang yang biasa-biasa saja, pasti responden tidak akan mau

menuruti anjuran majikannya untuk berpindah agama. Tetapi majikan

responden adalah sosok yang istimewa dimata responden, sehingga

responden dan istrinya luluh dan mau menuruti anjuran majikannya tersebut

untuk mengikuti agama mereka.

Responden merasa begitu bersyukur karena mempunyai majikan

yang begitu baik, sehingga hidupnya dan keluarganya dapat bersandar

dengan tenang, karena semua kebutuhan mereka tercukupi. Apalagi

majikannya telah memberi fasilitas kepada istri responden berupa kursus

menjahit, yang bertujuan agar kelak dapat berdikari membuka jasa menjahit

untuk kehidupan keluarga responden nantinya. Karena itulah responden rela

Page 92: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

87

meninggalkan agama yang telah dianutnya sejak kecil, dan berusaha

menjalani agama barunya dengan sebaik mungkin.

Dari sudut psikoanalisa, faktor terjadinya konversi agama pada

responden empat ini adalah latar belakang keluarganya. Ayah responden

beragama Islam, sedangkan ibu responden beragama Kristen. Dari faktor

agama yang dianut orangtuanya inilah, maka dapat dilihat bahwa pola asuh

keagamaan responden sangat lemah. Responden terbiasa merasakan

perbedaan-perbedaan dari orangtuanya. Sehingga pada masa dewasa pun

responden merasa biasa dengan perbedaan. Terutama dalam hal keagamaan.

Responden mengenal agama Islam, dari ayahnya. Ia pun mengenal agama

Kristen dari ibunya. Hal ini dapat dilihat dalam wawancara pada halaman

63-64. responden beberapa kali mengatakan ‘ndak kenapa-kenapa’ serta

‘ndak ada’. Hal ini menunjukkan bahwa responden tidak terlalu berat

berpikir tentang perpindahan agama, karena sejak kecil telah terbiasa

dengan perbedaan orangtuanya.

B. Analisis Proses konversi Agama

Adapun analisa proses konversi agama yang dilakukan oleh

responden pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Responden pertama

Berdasarkan data hasil wawancara, menurut Prof. DR.Zakiah

Daradjat4, responden pertama melalui tahap ketidaktenangan sebelum

memutuskan untuk melakukan konversi agama, hal ini di temukan ketika

peneliti mewawancarai responden, yang dapat dilihat di halaman 64.

Setelah keragu-raguan itu muncul, responden melalui tahapan

konflik batin, tipe konfliknya yaitu konflik mendekat-menjauh (approach-

avoidance conflict) yaitu kondisi psikis yag dialami responden dalam satu

4 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, bulan bintang, Jakarta , 2005, hlm. 184-193

Page 93: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

88

situasi mengandung motif positifdan negatif yang sama kuat. Pertentangan

batin menghadapi anjuran calon suami untuk masuk ke agama Hindu dan

keluarga yang tidak menyetujuinya, membuat responden menjadi sedih dan

bingung menghadapinya. Namun, karena kemantapan batin berupa

kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi

dan keinginan untuk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan bersama

kekasihnya. Konflik batin dapat responden redakan dengan cara

beranggapan bahwa dalam membina hubungan rumah tangga itu harus satu

kepercayaan. Ini bisa dilihat dari wawancara pada halaman 65.

Waktu yang di perlukan dalam mengambil keputusan untuk

melakukan konversi agama selama kurang lebih dua tahunan, dari mulai

pacaran hingga menikah. Ini bisa dilihat dari wawancara pada halaman 65-

66.

2. Responden kedua

Dalam proses konversi agama responden kedua ini kurang lebih

hampir sama dengan responden pertama namun tingkat ketidak

tenangannya dalam masalah yang berbeda, hal yang di rasakan responden

kedua adalah bahwa responden ingin mencari kebenaran yang sebenar-

benarnya tentang agama dan akhirnya dalam hatinya muncul ketidak

tenangan. Masih mengacu para teorinya Prof. DR. Zakiah Daradjat yang

menyatakan bahwa dalam melakukan konvensi agama diawali dengan

ketidak tenangan. Dalam hal ini bisa dilihat dari wawancara peneliti dengan

responden kedua pada halaman 59.

Selanjutnya responden ini mengalami masa krisis ditandai dengan

adanya pengalaman krisis yang disebabkan oleh permasalahan psikologis

seperti melihat perbedaan agama sehingga menimbulkan konfik psikologis

pada responden, dan keinginan responden untuk mencari agama baru karena

pengalaman pada tradisi agama sebelumnya tidak sesuai dengan harapan

idealnya. Hal ini dilakukan responden dengan cara mempelajari agama

Page 94: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

89

Kristen. Sehingga akhirnya responden mengalami kemantapan untuk

melakukan konversi agama.

Proses perpindahan agama yang dilakukan responden cukup lama

yaitu sekitar empat tahun. Selama empat tahun itu responden merasakan

konflik batin, namun konflik batin ini bukan permasalahan antara agama

lama dan agama barunya, tetapi cara penyampaian terhadap keluarganya.

Hal ini bisa dilihat dari wawancara dengan responden pada halaman 66-68.

Responden ini mengalami konflik mendekat-mendekat (approach-approach

conflict). Tetapi responden sangat yakin dapat menyelesaikannya, karena

responden merasa mantap akan pilihan hatinya saat itu.

3. Responden ketiga

Proses yang dialami responden ketiga cukup lama dan bertahun-

tahun. Responden ketiga terinspirasi untuk masuk Islam karena kekasihnya

adalah seorang muslim. Namun saat berpacaran responden tidak langsung

melakukan konversi agama ke Islam, karena menurutnya responden

mengalami konflik batin. Ini bisa dilihat dari wawancara dengan responden

pada halaman 61.

Selain terinspirasi dengan kekasih, responden juga mengaku

memutuskan untuk menjadi mualaf karena responden membaca buku yang

bertemakan tentang seorang pendeta yang luluh hatinya kemudian pendeta

itu menjadi seorang muslim. Responden menyebutkan bahwa dari membaca

buku itulah kemudian akhirnya responden memutuskan untuk pindah ke

agama Islam. hal ini bisa dilihat pada halaman 62.

Alasan mendasar responden melakukan konversi agama ke Islam

adalah karena responden ada rencana untuk menikah dengan kekasihnya

yang beragama Islam. Kedua karena ada keinginan dari diri sendiri dan rasa

kepatuhan terhadap orang tua kekasihnya. Ini bisa dilihat dari wawancara

pada halaman 62.

Namun hal tersebut diwarnai dengan konflik batin bermotif

mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict), karena dalam

Page 95: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

90

menentukan pilihan responden sering merasakan kebimbangan dan ragu-

ragu meninggalkan agama lamanya, tetapi disisi lain responden sangat ingin

masuk ke agama Islam karena sangat mencintai kekasihnya. Tetapi

kebimbangan tersebut terjawab responden ketika membaca dan mencari

informasi mengenai agama barunya tersebut, dan orang yang paling berjasa

dalam konversi agama responden adalah kekasihnya, karena kekasihnya

selalu mendukung dan membantu langkah-langkah responden dalam

memahami agama Islam.

4. Responden keempat

Kalau peneliti analisis Responden keempat dalam melakukan

konversi agama dilatarbelakangi oleh kepatuhan responden akan nasehat-

nasehat majikan dan kebaikan-kebaikan majikan yang nantinya akan

menimbulkan kedaan yang baik terhadap keluarganya. Responden ingin

membalas budi atas kebaikan majikannya, sehingga responden mau

mengubah keyakinannya. Hal ini bisa dilihat wawancara peneliti dengan

responden pada halaman 63.

Untuk melakukan konversi agama responden juga melalui proses

yang panjang sekitar selama dua tahun, namun hal ini pada awalnya

responden merasakan konflik batin dalam melakukan konversi agama. Isteri

responden pun pada mulanya tidak menyetujui langkah ini. Responden

mengalami konflik motif mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict),

karena sang istri pada awalnya tidak menyetujui pilihannya.Tetapi atas

dasar rasa terima kasih dan kepatuhan, dan latar belakang responden yang

sejak kecil juga telah mengenal agama Islam dari ayahnya, konflik pada

responden dapat mereda karena pada akhirnya istrinya menyetujui dan

responden pun mantap akan pilihannya.

C. Analisis Setelah konversi Agama

Ketika seseorang memutuskan diri untuk melakukan konversi agama,

hal yang harus diperhatikan adalah penyesuaian diri dengan adanya perubahan

Page 96: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

91

dalam menjalankan rutinitas beribadah, adanya penolakan dari orang tua dan

lingkungan, analisa penyesuaian diri responden setelah melakukan konversi

agama sebagai berikut

Di dalam analisa kejiwaan konversi agama setelah menginjak masa

tenang, ada proses satu lagi yaitu masa ekspresi konversi, sebagai ungkapan

dari sikap menerima, terhadap konsep baru dari ajaran agama yang

diyakininya, maka tindak tanduk dan sikap hidupnya diselaraskan dengan

ajaran dan peraturan agama yang dipilih tersebut. Pencerminan ajaran dalam

bentuk amal perbuatan yang serasi dan relevan sekaligus merupakan

pernyataan konversi agama itu dalam kehidupan.

1. Responden pertama

Responden pertama ini dalam menjalani proses konversi agama

sangatlah berat sekali. Hal ini terjadi karena responden merasakan keraguan

dalam hati untuk melakukan konversi, namun tekanan demi tekanan untuk

merasakan kebahagiaan dalam hidup berumahtangga dengan suaminya

dalam satu kepercayaan. Responden beranggapan dengan satu kepercayaan,

kehidupan suami istri akan bahagia. Namun apa yang terjadi kepada

responden untuk menjalani agama yang baru yaitu rasa keterpaksaan atau

rasa berat hati. Hal ini bisa dilihat dalam wawancara peneliti dengan

responden pada halaman 72-74.

Hal diatas juga berdampak pada hubungannya dengan para jamaah

yang lain karena responden merasa susah dalam melakukan adaptasi dengan

sesama jamaah. Tidak hanya susah pada dirinya sendiri, namun juga dengan

para jamaah tidak begitu saja menerima responden. Hal inilah yang menurut

responden menjadi sebuah kendala yang berat bagi responden untuk beradap

tasi. Ini sesuai dengan wawancara peneliti pada halaman 72-74.

Page 97: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

92

Responden pertama pun merasa jauh dalam hubungan

kemasyarakatan, hal ini dapat diketahui dari hubungan responden dengan

tetangga yang acuh tak acuh, karena responden juga berpindah domisili ke

lingkungan masyarakat yang bersifat individualis. Bila menurut analisis

peneliti adalah jika melakukan konversi agama tidak dilandasi keikhlasan

kepada Tuhan, (karena dalam kasus ini adalah berdasarkan rasa cinta

terhadap kekasih), maka didalam hatinya ada keragu-raguan yang membuat

hidupnya berjalan tidak normal.

Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut akhirnya didukung pula

oleh ketidaksetiaan suaminya yang menyebabkan responden mengalami

konflik berlipat yang dapat menyebabkan frustasi. Menurut teori frustasi,

responden mengalami represi, rasiolisasi sekaligus sublimasi. Responden

berusaha menekan peristiwa traumatik yaitu perselingkuhan suaminya.

Menyimpannya di dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Melakukan

rasionalisasi, yaitu tetap berpikir sehat, karena responden sadar bahwa ia

memiliki anak yang menjadi tanggung jawab dirinya. Responden sekaligus

melakukan sublimasi, yaitu menyalurkan motif yang tidak terpenuhi dengan

kegiatan lain. Akhirnya, responden memutuskan untuk bercerai dengan

suaminya dan pulang ke rumah orang tuanya, dan berencana untuk kembali

ke agama Islam. Hal ini dapat dilihat pada wawancara halaman 72-74.

2. Responden kedua

Dapat dianalisis dari responden kedua adalah pengakuan responden

ketika melakukan konversi agama tanpa ada rasa keragu-raguan terhadap

agama yang diyakininya sekarang. Hal ini bisa dilihat dari hasil wawancara

peneliti pada halaman 60.

Hal tersebut menunjukkan kemantapan hati responden untuk

melakukan konversi ke agama Kristen. Reaksi orang tua responden setelah

mengetahui bahwa responden telah melakukan konversi agama adalah,

ayahnya tidak mempermasalahkan karena ibunya lebih cenderung tidak

menyetujui akan kemauan responden (walaupun pada akhirnya, menyetujui

Page 98: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

93

pilihan responden), hal tersebut ditandai dengan tidak mempedulikan

responden atau tidak mengajaknya berbicara.

Responden mengaku tidak ada rasa kesulitan yang berarti hal ini

didukung oleh para jamaah gereja yang selalu menerimanya. Setelah

penyesuaian terhadap jamaah teratasi, penyesuaian lain yang harus

responden hadapi adalah dengan lingkungan sekitar. Orang-orang yang ada

dilingkungan responden mengira bahwa responden masih beragama Islam.

Dengan demikian responden masih bisa bernafas lega, namun lambat laun

para tetangganya pun mulai tahu, dan tanggapan yang diberikan responden

dengan membiarkannya. Karena hal yang diyakini responden merupakan hal

yang baik dan benar.

3. Responden ketiga

Setelah menjadi mualaf, responden berpandangan bahwa agama

Islam dengan agama yang dianutnya dulu tidak berbeda, sebelumnya

responden menganggap bahwa agama Islam adalah agama yang keras, tetapi

ternyata tidak. Menurutnya lagi setelah mempelajari agama Islam responden

dapat menilai bahwa agama Islam mengutamakan cinta kasih juga.

Perasaan responden setelah melakukan konversi agama merasakan

banyak cobaannya. Tapi responden menganggap cobaan tersebut

merupakan sebuah tantangan yang harus di hadapi. Hal ini bisa dilihat dari

wawancara peneliti pada halaman 76.

Salah satu yang dianggap cobaan menurut responden adalah,

responden berharap setelah melakukan konversi agama ke Islam, responden

berharap mendapatkan kemudahan untuk menikah dengan pacarnya, tapi

masih ada konflik lain di luar hal itu, yaitu adanya hal-hal yang kurang

disetujui oleh pacarnya, seperti masalah pekerjaan responden yang hanya

seorang wiraswastawan yang dapat dilihat pada halaman 76-77.

Dalam hal tata cara beribadah, responden mengaku mengalami

kesulitan. Salah satu contohnya adalah perbedaan kebiasaan. Pada agama

sebelumnya, responden mengaku beribadah hanya seminggu sekali pada

Page 99: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

94

hari Minggu, sedangkan di agama barunya. Responden harus melakukan

sholat lima kali dalam satu hari. Kesulitan yang responden alami adalah

masalah waktu, karena mobilitas responden yang sangat tinggi. Hal ini bisa

dilihat dari wawancara responden pada halaman 76.

Mengenai kepecayaan diri, untuk menerima kekurangan dan

kelebihan dalam diri, responden berusaha untuk melakukan segala sesuatu

dengan usaha terbaik salah satu responden meningkatkan kepercayaan diri

adalah memperbanyak teman sehingga banyak pengetahuan baru yang

responden peroleh.

Responden mengaku kurang percaya diri ketika mengungkapkan

pada keluarga dan orang tua bahwa dirinya sudah melakukan konversi

agama ke Islam. Hal tersebut dikarenakan responden belum cukup banyak

mempelajari tentang Islam. Reaksi orang tua responden pada awalnya kesal

namun kemudian dapat menerima karena menganggap responden sudah

dewasa dengan keputusannya tersebut. Untuk mengatasi kekesalan dan rasa

kecewa orang tuanya tersebut, responden memberi perhatian yang lebih

pada mereka.

Kepada teman-temannya responden belum bisa mengatakan

langsung bahwa dirinya sudah melakukan konversi agama ke Islam.

Responden merasa takut kalau teman-temannya tidak menerima responden

untuk melakukan konversi agama. Responden merasa khawatir akan dijauhi

teman-temannya. Pengalaman setelah responden melakukan konversi agama

yaitu memiliki teman-teman baru yang seagama yaitu Islam dan lebih dekat

lagi dengan Tuhan.

4. Responden keempat

Kalau peneliti analisis dari responden keempat ini merupakan bentuk

dari balas budi, hal ini terlihat ketika responden diwawancarai yang

berkaitan dengan proses menjalankan agama yang baru dia anut, responden

hanya menjawab dengan jawaban yang mengaitkan dengan majikannya,

yang dapat dilihat pada halaman 78-79.

Page 100: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

95

Dalam hal tata cara beribadah, responden mengaku mengalami

kesulitan. Salah satu contohnya adalah perbedaan kebiasaan, yang dapat

dilihat pada halaman 78-79.

Reponden juga mengalami sedikit masalah terhadap apa yang terjadi

di dalam hatinya serta kesulitan-kesulitan dalam beribadah yang ia alami.

Tetapi responden tetap berfikir rasional, yaitu berusaha menalar situasi

frustasinya selogis mungkin. Karena responden juga sedikit mengenal

agama Islam dari ayahnya, jadi responden yakin dapat mengatasi

permasalahannya.

Pada mulanya, istri responden sangat kecewa dengan keputusan

yang responden ambil, hal ini di lihatkan dengan mendiamkan suami

sampai berminggu-minggu. Tak ada kualitas beragama yang dimiliki

responden jika melakukan konversi agama dilandasi dengan rasa untuk

membalas budi kepada orang lain. Namun hal itu tidak terpikirkan oleh

responden keempat ini. Begitu besarnya rasa terima kasih terhadap Tuhan,

karena pertolongan Tuhan melalui majikannya itulah, hidup keluarganya

dapat tercukupi dan terpelihara dengan baik. Yang ada dalam benak

responden ini adalah bagaimana bentuk balas budi yang baik terhadap

majikan yang sangat baik terhadap dia dan keluarganya. Dan akhirnya,

isterinya pun patuh kepada responden, agar berbalas budi baik terhadap

majikan mereka.

Page 101: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

97

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya skripsi yang berjudul Identifikasi Psikologis Individu

yang Berpindah Agama (Studi Kasus di perumahan Graha Padma, Semarang

Barat) ini dilatarbelakangi akan arti pentingnya perhatian yang perlu diberikan

kepada para pelaku konversi agama. Pelaku konversi agama perlu diberi

pemahaman terhadap agama masing-masing dengan mengkajinya lebih dalam

dan komprehensif agar keyakinannya terhadap kebenaran agamanya semakin

kuat. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap agama

yang mereka anut.

Empat pelaku konversi agama yang penulis teliti di Perumahan Graha

Padma mengisahkan bagaimana lika-liku hidup dan romantika kehidupan

seseorang. Pertanyaannya kemudian adalah, dapatkah kita mengambil hikmah

dari semuanya itu? Kiranya, sudah selayak ini Allah menjadikannya dengan

tidak sia-sia. Paling tidak, kita dapat memahami bahwa yang berlawanan pada

satu sisi, ada seseorang dalam menempuh sesuatu senantiasa memperoleh

kemudahan, sebaliknya pada sisi lain, ada seseorang yang tidak mudah dalam

kemanusiaan, tidak pernah sepi dari berbagai ujian dan cobaan.

Mengubah kepercayaan dan mengubah keyakinan hidup seseorang

bukanlah pekerjaan mudah. Akan tetapi bukanlah pekerjaan yang mustahil

untuk dilakukan. Karena yang mustahil itu tidak musti untuk mencapai hasil

yang diinginkan. Akan tetapi usaha semacam itu membutuhkan tidak sedikit

pengorbanan perasaan dan waktu. Sebab, Allah melarang paksaan dalam hal

tersebut. Namun, Tuhan Yang Maha Esa selalu menganugerahkan karunia dan

petunjuk atas hamba yang dikehendaki-Nya.

Ada beberapa kesimpulan yang dapat penulis kemukakan sebagai hasil

dari penelitian ini, yaitu:

Page 102: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

98

Pertama, motif dan motivasi yang menyebabkan konversi agama yang

dialami oleh empat pelaku konversi agama di Perumahan Graha Padma,

Semarang Barat terdiri atas:

1. Responden pertama, konversi agamanya memiliki motivasi ingin satu

agama yang sama dengan suaminya. Responden ingin memiliki

kehidupan lebih baik dan tenang dalam berumahtangga.

2. Responden kedua, konversi agamanya memiliki motivasi ingin mencari

kedamaian hati yang bersifat subyektif, yaitu kedamaian hati menurut

responden.

3. Responden ketiga, konversi agamanya memiliki motivasi ingin satu

agama yang sama dengan istrinya, dan mendapatkan kedamaian dan

ketenangan hati bersama istrinya.

4. Responden keempat, konversi agamanya memiliki motivasi patuh kepada

majikan, dan bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan kehidupan yang lebih baik pada keluarganya.

Kedua, proses yang berjalannya menjalani konversi agama terhadap

empat pelaku konversi agama di Perumahan Graha Padma, Semarang Barat,

berawal dari keadaan jiwa yang mengalami kegoncangan, hal itu dikarenakan

adanya pengaruh kejiwaan berupa perasaan-perasaan yang bersangkutan.

Sedangkan kondisi dan lama prosesnya adalah:

1. Responden pertama, mengalami konflik batin antara keinginan

hatinya dan kekuatan keluarga besarnya. Responden dapat meredakan konflik

tersebut dengan mempunyai anggapan bahwa dalam membina rumah tangga

itu harus satu agama, dan proses konflik konversi ini berlangsung selama dua

tahun.

2. Responden kedua, mengalami konflik batin dalam pencarian agama

secara subyektif, dengan anggapan bahwa panggilan hati dan jalan yang

ditempuh responden adalah benar adanya. Proses konflik konversi ini

berlangsung selama empat tahun.

Page 103: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

99

3. Responden ketiga, mengalami konflik batin antara keinginanya untuk

menjadi satu agama yang sama dengan istrinya dengan kekuatan keluarga

besarnya. Namun konflik itu mereda, berganti dengan kemantapan hati untuk

mempelajari Islam dan berpindah masuk ke agama Islam. Proses konflik

konversi ini berlangsung selama dua tahun.

4. Responden keempat, mengalami konflik batin antara ingin masuk ke

agama Islam dengan pendapat istrinya. Namun konflik tersebut mereda karena

kemantapan hati serta luluhnya perasaan istrinya untuk mengikuti langkah

responden. Proses konflik konversi ini berlangsung selama dua tahun.

Empat simpulan diatas erat hubungannya dengan pengaruh dan jiwa

keempat pelaku konversi diatas. Dalam hal ini misalnya, pikiran, ingatan,

kemauan dan sebagainya. Seandainya manusia mampu membuat keseimbangan

antara perasaan dan fungsi-fungsi jiwanya, maka akan terhindarlah manusia

tersebut dari konflik kejiwaan. Akan tetapi dalam prakteknya, tidak semua

manusia mampu menciptakan suasana demikian. Ini dikarenakan manusia itu

sendiri dihadapkan dengan dua hal kekuatan, yaitu kebaikan dan kejahatan.

Biasanya kedua hal itu akan dapat diketahui dengan akal sehat dan tuntunan

agama.

Ketiga, pengalaman-pengalaman yang dialami oleh keempat pelaku

konversi agama di Perumahan Graha Padma, Semarang Barat, setelah

melakukan konversi agama antara lain;

1. Pada responden pertama: kekecewaan setelah melakukan konversi agama,

dari Agama Islam ke Hindu, karena penghianatan suami. Harapan akan

kedamaian dalam satu kepercayaan ternyata pupus sudah karena

perselingkuhan suami. Cinta yang agung menjadi faktor utama dalam

berkonversi agama. Kerelaan dan keikhlasan serta rasa cinta yang tinggi

menjadi semangat dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan

dalam proses berkonversi agama. Walau semua itu hancur berantakan

karena pengkhianatan suaminya. Responden menemukan kesadaran

bahwa Allah SWT telah memperingatkannya dalam kesesatan.

Page 104: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

100

Responden mengakui bahwa meninggalkan agama Islam adalah bukan

satu-satunya jalan menuju kebahagiaan, buktinya malah kehancuran yang

dia dapatkan.

2. Pada responden kedua: setelah melakukan konversi dari agama Islam ke

Kristen adalah konversi secara subyektif, karena menurut responden, ia

memperoleh kedamaian hati setelah berkonversi. Responden yang sejak

kecil merasa ragu dengan agama Islam berusaha mencari kebenaran yang

sesuai dengan kata hatinya. Sampai akhirnya responden menemukan

kedamaian setelah berpindah agama. Namun hal itu adalah bersifat

subyektif karena kondisi psikologisnya hanya dilihat dari sudut pandang

responden, bukan secara Islami. Karena menurut agama Islam, justeru

responden malah menuju ke jalan kesesatan yang semakin parah. Karena

responden kurang mendapatkan pengajaran agama yang baik dari

orangtuanya sejak kecil. Apalagi proses konversi responden terjadi di

masa remaja, dimana kondisi psikologisnya sedang labil.

3. Pada responden ketiga: setelah melakukan konversi dari agama Kristen ke

Islam, tujuan hidup menjadi terarah, beban hidup menjadi lebih ringan,

dan ada kepuasan dan perasaan yang tidak dapat diungkapkan dengan

kata-kata. Proses konversi ini juga dilandasi oleh rasa cinta terhadap

kekasih serta kesadaran bahwa ajaran Islam lebih menenangkan batin

daripada agama sebelumnya, hal itu responden dapatkan dari buku-buku

tentang agama Islam, dan keadaan batin yang jauh lebih menyenangkan

yang sekarang dialami responden.

4. Pada responden keempat: proses konversi agama dari Kristen ke Islam

yang dilatarbelakangi balas budi dan kepatuhan yang tinggi kepada

majikan, adalah suatu bentuk perwujudan rasa terima kasih kepada Tuhan.

Karena pertolongan Allah SWT, melalui kebaikan hati majikannya, hidup

responden beserta keluarganya dapat terpelihara dengan baik.

Page 105: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

101

B. Saran-saran

Kesimpulan di atas jangan dijadikan sebagai pedoman final, tetapi

sebagai landasan awal dalam upaya proses rekonstruksi selanjutnya secara

berkesinambungan guna memahami pengalaman keagamaan yang dilakukan

oleh para pelaku konversi agama.

Ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan dalam penelitian ini,

diantaranya adalah:

a. Saran Akademisi

Penulisan skripsi ini hendaknya dapat menjadi titik awal bagi

penelitian selanjutnya terutama bagi yang akan meneliti kondisi psikologis

individu yang berpindah agama. Karena perpindahan agama adalah hal yang

sakral, sehingga pelakunya pun pasti merasakan kejadian-kejadian psikologis

yang istimewa.

Penelitian akademisi lanjutan dari penelitian ini mungkin dapat

berupa penelitian tentang perbedaan dan persamaan kondisi psikologis individu

yang berpindah agama, dari agama lain ke Islam atau dari agama Islam ke

agama lain, sehingga dapat diketahui konversi mana yang lebih dominan

menimbulkan masalah psikologis atau konversi mana yang lebih dominan

memberikan ketenangan psikologis.

b. Saran Praktisi

Dengan dibedahnya kondisi psikologis individu yang berpindah

agama di dalam skripsi ini, hendaknya para pakar praktisi mulai mengetahui

keadaan hati dan perasaan pelaku konversi agama, karena dari dialog yang

penulis deskripsikan, dapat dinilai betapa beratnya proses perpindahan agama

itu. Dialog-dialog dapat menjadi wakil dari kondisi jiwa dari pelaku konversi

agama yang lain.

Dalam memberikan konsultasi psikologis kepada individu yang

berpindah agama, para praktisi hendaknya tidak hanya melihat akibat psikologis

Page 106: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

102

konversi agama, tetapi juga sebab-sebab dan juga proses konversi agama yang

dialami individu tersebut.

C. Penutup

Akhirnya, demikianlah penelitian mengenai Identifikasi Psikologis

Individu yang Berpindah Agama (Studi Kasus di perumahan Graha Padma,

Semarang Barat). Sungguh! Ikhtiar ini masih jauh dari sempurna dan mungkin

pula masih “subyektif”. Masih diperlukan pembenahan di sana-sini. Itulah

kekurangan penulis, hanya berkat karunia Tuhan Yang Maha Esa dan segala

dukungan dari segala pihak, proses kegiatan penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan.

Hanya “ketulusan” niat dan cita-cita “bijaksana” mengakhiri tulisan ini.

Kiranya tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan

seluruh civitas akademika Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang,

serta masyarakat pada umumnya.

Akhirnya, tiada lain, dalam menempuh realitas kehidupan dengan segala

macam romantikanya, kita dituntut untuk senantiasa melaksanakan segala

perintahnya dengan taat dan patuh terhadap aturan dan hukum-hukum-Nya.

Bila hal ini sudah menjadi komitmen dari setiap pribadi muslim, dari ucapan,

sikap, dan perilakunya yang Islami, InsyaAllah, Allah SWT akan melimpahkan

hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua. Amiin.

Page 107: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mukti, Beberapa Persoalan Agama Dewasa ini, Rajawali Pers, Jakarta, tth,

Al-Barry Muhammad, Islam dan Sekularisme Antara Cita dan Kenyataan, Ramadhani, Solo,

1988

A.M Hardjana, Dialog Psikologi Agama, Penerbit kanisius, Yogyakarta, 1995

Anwar Saefudin, Metodologi Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001

Arikunto Suharsimi, Prosuder Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, PT. Rineka Cipta, Jakarta,

2006

Bimo walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta, 2004

Daradjat Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, CV. Bulan Bintang, Jakarta, 1976

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, CV. J-ART, Bandung, 2004

Departemen RI, Pekan Oreantasi Antar Umat Beragama, Proyek Pembinaan Kerukunan hidup

Beragama, Jakarta, 1980

F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, BPK Gunung Mulia,

Jakarta 1999

Hawi Akmal, Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama, IAIN Raden Fatah Press, Palembang, 2005

Irwanto, Psikologi Umum, Prenhallindo, Jakarta, 2002

Jalaludin, Psikologi agama, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996

Karim Abdul, sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam, Pustaka Book Publisher, Jogjakarta,

2007

Kansil JH, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai pustaka, Jakarta 1989

Kartono, Kartini, Psikologi Umum, Mandar Maju Bandung, 1996

L Pals Danel, The Seven Theories of Religion, Yogyakarta: Ircisod, 1996Lubis Ridwan, Meretas

Wawasan Praksis Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, DEPAG RI dan Badan

Litbang dan Diklat Keagaman, Jakarta, 2005

Muhajir Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, Rake Saras, Yogyakarta, 1996

Nazir Moh., Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988

Nawawi Haidar, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta,

1998

Qutb Muhammad, Salah paham Terhadap Islam, Penerbit Pustaka, Bandung 1982

Sudjana Nana,dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru, Bandung,1989

Sujanto Agus, Psikologi Umum; Penerbit Aksara Baru, Cet Ketujuh, Jakarta,1989

Th.Thalhas, Pengantar Studi Ilmu Perbandingan Agama, Penerbit Pustaka, Bandung 1982

Walgito Bimo, Jalaludin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama; Penerbit Kalam Mulia, Jakarta,1987

Yasyin Sulchan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Amanah, Surabaya, 1997

Wawancara dengan responden 1, dilakukan pada hari Senin tanggal 19 September 2011.

Page 108: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

Wawancara dengan responden 2, dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 23 September 2011

Wawancara dengan responden 3, dilakukan pada hari Minggu, tanggal 25 September 2011

Wawancara dengan responden 4, dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 1 Oktober 2011

http://keripiku.blogspot.com/2010/11/pengertian-individu-keluarga-dan.html

http://www.wploan.com/2011/04/pengertian-motivasi.html

http://www.scribd.com/doc/7479473/TEORI-MOTIVASI, Selasa, 14 Juni 2011, 21.10 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow", selasa, 14 juni 2011, 11.30 WIB

Ali, Konflik Dan Frustasi, http://id.shvoong.com/social-sciences/2132798-konflik-dan-

frustasi/#ixzz1PGB24zOn, selasa, 14 juni 2011, 10.59 WIB

http://klinis.wordpress.com/2007/12/27/konversi-agama-1/, Selasa, 14 Juni 2011, 10.30.

http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/, Selasa, 14 Juni 2011, 10: 35 WIB

http://hbis.wordpress.com/2009/12/12/konversi-agama-psikologi-agama/, selasa, 14 juni 2011,

10.57 WIB

Page 109: IDENTIFIKASI PSIKOLOGIS INDIVIDU YANG BERPINDAH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain... · 2013-01-16 · Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : Rufita Noer

DAFTAR RIWAYAT PENULIS

Rufita Noer Rochmah (atau: Rufita) dilahirkan sekitar 37 tahun yang lalu,

tepatnya pada tanggal 20 Agustus 1975, di sebuah kampung kecil bernama Kembangsari,

Semarang, tepatnya di Jalan Kelengan Kecil 627-P Semarang, Jawa Tengah. Dia adalah

anak kelima (bungsu) di antara lima bersaudara, dari Ibu Sri Soenarti Isa’i (almh) dan

Bapak Muhammad Tohir Danusunarto (alm).

Masa kecilnya dia habiskan dengan segala bentuk kenakalan, kebandelan, dan

permainan anak-anak. Berbagai permainan dia kuasai dan berbagai kenakalan dia jalani.

Masa kenakalan dan permainan berakhir, berganti masa keseriusan. Lulusan SD

Muhammadiyah XIII Kembangsari (1987), SMPN 1 Semarang (1990), dan SMA Masehi

I Semarang (1993) kemudian menikah tahun 1995, mengikuti suami studi S2 di Jakarta

dari tahun 1995 sampai dengan 1997, dan kembali ke Semarang hingga tahun 2002.

Rufita Noer Rochmah menjadi Ibu dari 2 anak perempuan, yang pertama lahir tahun 1996

dan yang kedua lahir tahun 1997. Pemegang Sabuk Karate Coklat (INKAI kemudian

SHINDOKA – Shitoryu Indonesia Karate-Do) tersebut kembali ke Jakarta mengikuti

suami studi S3 tahun 2002 sampai dengan awal tahun 2006.

Tahun 2006 Rufita Noer Rochmah memulai studi di IAIN Walisongo Semarang,

sementara mengandung dan kemudian melahirkan anak perempuan yang ketiga di tahun

2007. Selama studi di IAIN Walisongo Semarang, Rufita Noer Rochmah membantu

suami mengelola CV. Wahana Profesional Indonesia – Institut Bahasa Inggris WorldPro

di Semarang, Jawa Tengah.

Rufita Noer Rochmah tinggal bersama dengan suami: Doktor Jumanto, dan anak-

anak: (1) Jasmine Indira Pasca JR (16 tahun), Fatmabangsa Manca JR (14 tahun), dan

Madina Indira Bangsa JR (5 tahun), di Perumahan Graha Padma Internusa, Jalan Taman

Anyelir L-9 No. 1 Semarang 50144, Jawa Tengah.