Identifikasi Personal Dengan Pemeriksaan DNA

52
REFERAT PEMERIKSAAN DNA UNTUK IDENTIFIKASI PERSONAL Diajukan untuk memenuhi syarat Kepaniteraan di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Disusun oleh: Rizky Fauzi FK USAKTI Nabila Zaneta FK USAKTI Siti Halida Zoraida Soraya FK USAKTI G .Aiko Sulistyowati R.N FK USAKTI Yola Eva Meissa Candra FK USAKTI La Ode Rinaldi FK UNIMUS Dosen Pembimbing : dr. Gatot Suharto ,SH,SpF,Mkes. Residen Pembimbing : dr.Raden Ulva Utomo .MH (Kes ).. DEPARTEMEN FORENSIK DAN STUDI MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Transcript of Identifikasi Personal Dengan Pemeriksaan DNA

REFERAT

PEMERIKSAAN DNA UNTUK IDENTIFIKASI PERSONAL

Diajukan untuk memenuhi syarat Kepaniteraan di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh:

Rizky Fauzi FK USAKTI

Nabila Zaneta FK USAKTI

Siti Halida Zoraida Soraya FK USAKTI

G .Aiko Sulistyowati R.N FK USAKTI

Yola Eva Meissa Candra FK USAKTI

La Ode Rinaldi FK UNIMUS

Dosen Pembimbing : dr. Gatot Suharto ,SH,SpF,Mkes.

Residen Pembimbing : dr.Raden Ulva Utomo .MH (Kes )..

DEPARTEMEN FORENSIK DAN STUDI MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan referat yang berjudul “ Pemeriksaan DNA Untuk Identifikasi Personal”, tepat pada waktunya.

Referat ini disusun untuk memenhi syarat memenuhi ujian Kepaniteraan di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Pada kesempatan ini, penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini, maka penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari seua pihak. Penyusun sangat berharap agar referat ini bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, 18 NOPEMBER 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ..........................................................................................................i

Kata Pengantar..................................................................................................................ii

Daftar Isi...........................................................................................................................iii

BAB 1 Pendahuluan........................................................................................................

1.1 Latar belakang............................................................................................................1

1.2 Perumusan masalah....................................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................................2

1.4 Manfaat.....................................................................................................................3

BAB 2 Tinjauan Pustaka..................................................................................................

2.1 Identifikasi personal.................................................................................................4

2.2 DNA.........................................................................................................................6

2.2.1 Struktur DNA.......................................................................................................7

2.2.2 Sumber – sumber pemeriksaan.............................................................................10

2.2.3 Teknik forensik yang digunakan untuk identifikasi DNA...................................12

2.2.4 Pemeriksaan DNA untuk identifikasi personal....................................................24

BAB 3 Penutup.............................................................................................................

3.1 Kesimpulan............................................................................................................29

3.2 Saran......................................................................................................................30

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Asam deoksiribonukleat , lebih dikenal dengan DNA ( deoxyribonucleic acid ) adalah

sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap

organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel. Secara garis besar, peran

DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik, yang berarti DNA menyimpan

blueprint bagi segala aktifitas sel. Ini berlaku umum bagi setiap organisme.

Saat ini, pemeriksaan DNA memegang peranan penting dalam identifikasi personal.

Dasar ilmiah dari pemeriksaan ini ialah bahwa setiap individu kecuali kembar identik,

mempunyai DNA yang berbeda dan unik. Teknik identifikasi personal dengan

menggunakan DNA tersebut dikembangkan sejak 1970 sejak ditemukannya enzim

restriksi yang dapat memotong DNA menjadi beberapa fragmen pasang basa pada titik

yang dikehendaki.

Pada tragedi WTC, kasus bom Bali, dan pemboman JW Marriot beberapa tahun lalu,

semua korban yang meninggal harus dilakukan autopsi, untuk menentukan jenis

perlukaan dan kekerasan penyebabnya, pencarian penyebab dan mekanisme kematian,

saat kematian dan yang tak kalah pentingnya adalah identifikasi korban.

Identifikasi DNA sangat diperlukan untuk pelacakan korban meninggal, yang beberapa

diantaranya diperkirakan pelaku bom bunuh diri. Pada kasus – kasus semacam ini hal

penting yang harus dilakukan adalah pemeriksaan terhadap korban meninggal secara

kedokteran forensik. Korban pemboman secara kedokteran forensik dicirikan oleh adanya

perlukaan akibat ledakan, luka bakar, keracunan CO dan luka akibat serpihan yang

mengenai tubuh. Autopsi forensik penting secara legal, karena akan memberikan alat

bukti tindak pidana berupa alat bukti surat (visum et repertum) dan keterangan ahli dan

akan memberikan keyakinan pada hakim. Atas dasar kedua hal tersebut, ditambah bukti-

bukti lain maka hakim akan dapat secara mantap menjatuhkan vonis pada tersangka

pelakunya secara adil, berdasarkan pasal 183 KUHAP.

Mengingat pentinganya pemeriksaan DNA untuk identifikasi personal dalam kasus –

kasus di atas, maka topik ini kami anggap bermanfaat untuk menambah pengetahuan.

1. 2 Perumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan identifikasi personal ?

2. Apa yang dimaksud dengan DNA ?

3. Bagaimana struktur DNA ?

4. Teknik pemeriksaan apa saja yang dapat digunakan untuk identifikasi DNA ?

5. Bagaimana penggunaan DNA untuk identifikasi personal ?

1. 3 Tujuan

1.3. 1 Tujuan Umum

Mengetahui manfaat peneriksaan DNA dalam identifikasi personal.

I. 3. 2Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi dan klasifikasi dari identifikasi personal

2. Mengetahui definisi, struktur, dan teknik pemeriksaan DNA

3. Mengetahui manfaat, cara, serta aplikasi pemeriksaan DNA dalam identifikasi

personal ?

1.4 Manfaat

1. Menambah bahan referensi bagi dokter dalam memahami maupun melakukan

identifikasi personal, terutama pemeriksaan DNA.

2. Sebagai pengetahuan bagi dokter dan penegak hukum dalam menindaklanjuti kasus

yang membutuhkan pemeriksaan DNA untuk identifikasi personal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deoxyribonucleic Acid (DNA)1,2

Asam deoksiribonukleat , lebih dikenal dengan DNA ( deoxyribonucleic acid ) adalah

sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap

organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel. Secara garis besar, peran

DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik, yang berarti DNA menyimpan

blueprint bagi segala aktifitas sel. Ini berlaku umum bagi setiap organisme. Di antar

perkecualian yang menonjol adalah beberapa jenis virus (dan virus tidak termasuk

organisme) seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Pemeriksaan DNA adalah metode untuk mengidentifikasi fragmen-fragmen dari DNA

itu sendiri. Pemeriksaan DNA dilakukan untuk dua tujuan, yaitu:

Tujuan pribadi, seperti penentuan perwalian anak atau penentuan orangtua dari anak.

Tujuan hukum, yang meliputi masalah forensik seperti identifikasi korban yang telah

hancur, sehingga untuk mengenali identitasnya diperlukan kecocokan antara DNA

korban dengan terduga keluarga korban ataupun untuk pembuktian kejahatan

semisal dalam kasus pemerkosaan atau pembunuhan.

2.1.1 Struktur DNA1,2,3

DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu gugus fosfat, gula

deoksiribosa dan basa nitrogen. Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari tiga komponen

tersebut dinamakan nukleotida.

DNA terdiri dari DNA inti, atau yang dikenal dengan nDNA dan DNA mitokondria, atau

yang dikenal dengan mtDNA.

Struktur DNA inti

DNA inti merupakan dasar dari informasi genetik setiap individu. DNA adalah

komponen yang sangat penting, terkandung dalam setiap sel berinti makhluk hidup.

Karakteristik genetik akan diwariskan pada keturunannya.

DNA manusia memiliki 46 kromosom, tiap kromosom mengandung kira-kira 550 gen.

DNA tersebut terletak di inti sel sehingga disebut sebagai nuclear DNA (nDNA).

Selanjutnya nDNA lebih dikenal sebagai DNA saja. Selain genom yang terletak di inti,

manusia memiliki DNA lain yang terdapat dalam mitokondria.

Sejarah perkembangan pengetahuan manusia tentang DNA dimulai pada tahun 1944,

saat Oswald Avery mengemukakan DNA sebagai “the vehicle of generational transference

of heritable traits”. Pada tahun 1953, James Watson dan Francis Crick menggambarkan

struktur molekul DNA sebagai double helix.

Strutur DNA digambarkan sebagai double-helix yaitu dua utas rangkaian polinukleotida

yang saling membelit satu sama lain. Rangkaian tersebut terdiri atas: deoxyribosa, fosfat, dan

pasangan basa. Gugus gula dan fosfat membentuk rangka utas DNA. Setiap gugus gula juga

berkaitan dengan satu dari 4 basa, yaitu adenin, guanin, cytosin, dan timin. Pada DNA utas

ganda, pasangan basa akan mengikat kedua utas. Adenin selalu berpasangan dengan timin,

sedangkan guanin selalu bepasangan dengan cytosin. Pada setiap individu, rangka gugus gula

dan fosfat adalah sama, namun terdapat variasi pada pasangan basa yang menjadi dasar

karakteristik DNA yang berbeda pada masing-masing individu.

Struktur DNA yang double-helix dipertahankan oleh adanya ikatan kovalen antara gugus

gula dan fosfat, ikatan hidrogen pada pasangan basa, serta ikatan kovalen antara gugus gula

dan basa.

Struktur DNA mitokondrial

Selain genom yang terletak di inti, manusia memiliki DNA lain yang terdapat dalam

sitoplasma yaitu terletak di dalam mitokondria. Jumlah DNA mitokondrial (mtDNA)

biasanya kurang dari 0,1 % dari semua DNA sel yang terdapat di dalam organel mitokondria.

mtDNA merupakan molekul yang amat kecil dibandingkan dengan kromosom inti.

Mitokondria memiliki sistem genetik yang berbeda dengan sistem genetik inti dan terdapat

pada bagian matrik mitokondria. Setiap mitokondria memiliki dua sampai enam copy

mtDNA.

DNA mitokondria (mtDNA) merupakan DNA beruntai ganda berbentuk lingkaran

tertutup yang telah diketahui urutan nukelotidanya secara lengkap. mtDNA yang berukuran

16.569 pb ( pasang basa ), padat gen dan hampir tidak punya intron mengandung 37 gen yang

menyandi 13 polipeptida yang menyusun rantai respirasi, 22 tRNA dan 2 tRNA yang

diperlukan untuk proses sintesis protein mitokondria. Di samping itu terdapat pula suatu

daerah kontrol yang tidak menyandi protein ( non coding region ) yang disebut sebagai

displacement loop ( D-loop ) sepanjang 1122 pb. D-loop merupakan daerah kontrol utama

ekspresi mtDNA, selain berfungsi sebagai leading strand replication serta promotor utama

untuk transkripsi.

mtDNA terdiri atas 2 untai molekul yang saling berbentuk heliks yaitu untai H

(heavy), kaya akan nukleotida G dan untai L (Light), kaya akan nukleotida C. Komposisi

nukleotida untai L adalah 24,7 % T, 30,9 % A (55,6% AT ) dan 31,2 % C, 13,1% G ( 44,3 %

GC ).

Pada untai H mengkode gen-gen : 12S rRNA; 16S rRNA; tRNA untuk asam amino

fenilalanin, valin, leusin, (UUR), isoleusin, metionin, triptofan, asam aspartat, lisin, glisin,

histidin, serin (AGY), leusin (CUN), treonin, sitokrom b; dan kompleks 1 (NADH ubiquinon

oksidoreduktase (ND)) subunit 1,2,3,4L dan 5. Pada untai L mengkode gen-gen tRNA untuk

asam amino glutamin, alanin, asparagin, sistein, tirosin, serin (UCN), asam glutamat, prolin,

dan kompleks 1 subunit 6.

mtDNA memiliki laju mutasi yang jauh lebih tinggi (5-10 kali) dibandingkan dengan nDNA

sehingga memiliki kemampuan diskriminasi yang tinggi. Hal ini disebabkan mtDNA memiliki

mekanisme respirasi yang terbatas, tidak mempunyai protein histon sebagai pelindung dan memiliki

kandungan radikal bebas yang tinggi.

Karakteristik DNA inti DNA mitokondria

Ukuran 3 milyar pb 16.569 pb

Kopi/sel 2 Bisa > 1000

Struktur Linier, dikemas dalam kromosom Sirkuler

Penurunan Paternal dan Maternal Maternal

Rekombinasi Ya Tidak

Laju mutasi Rendah 5-10 kali inti

Sekuens Human Genome Project (2002) Anderson et al 1981

2.2 Identifikasi personal3,4,5

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu

penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu

masalah dalam suatu kasus perdata maupun pidana.

Identifikasi personal dapat berarti upaya pembedaan individu satu dengan individu

lainnya atau upaya untuk menentukan kepemilikan bagian tubuh, cairan tubuh atau bagian-

bagian tubuh lain baik yang masih bagus atau yang sudah rusak bahkan yang sudah hancur

sekalipun terhadap si empunya.

Identifikasi personal pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu identifikasi

personal dengan metode konvensional dan metode modern, identifikasi personal secara

konvensional dikenal beberapa cara yaitu :

1. Metode visual, yaitu dengan memperhatikan korban secara cermat, terutama wajah,

dapat dilakukan oleh orang yang mengenali korban

2. Pakaian, pencatatan yang teliti atas pakaian, bahan yang dipakai, mode serta adanya

tulisan di pakaian, seperti : merk, penjahit, dan lain sebagainya

3. Perhiasan, dapat berupa anting-anting, kalung, gelang serta cincin yang ada pada

tubuh korban, khususnya bila ada perhiasan-perhiasan tersebut terdapat inisialnya

4. Dokumen, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Ijin Mengemudi (SIM),

paspor, kartu golongan darah, tanda pembayaran dan lain sebagainya

5. Medis, yaitu pemeriksaan fisik secara keseluruhan yang meliputi bentuk tubuh, tinggi

dan berat badan, jenis kelamin, cacat tubuh, atau ciri fisik tertentu, seperti tatoo,

jaringan parut dan sebagainya

6. Gigi, bentuk gigi dan bentuk rahang merupakan ciri khusus dari seseorang,

sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang

identik pada dua orang yang berbeda, bahkan pada kembar identik sekalipun

7. Tulang, yaitu pemeriksaan tulang pada sisa tubuh yang sangat membusuk atau telah

membusuk sempurna sehingga hanya tersisa tulang belulang. Pemeriksaan dapat

menentukan jenis kelamin seseorang, perkiraan ras, usia, tinggi badan, dan berat

badan serta cedera tulang yang dialami orang tersebut.

8. Sidik Jari, dapat dikatakan juga bahwa tidak ada 2 orang yang mempunyai sidik jari

yang sama, walaupun kedua orang tersebut kembar identik, sehingga sidik jari

mempunyai nilai yang sangat tinggi untuk penentuan identitas seseorang

9. Serologis, penentuan golongan darah yang diambil baik dari tubuh korban atau

pelaku, maupun bercak darah yang terdapat di tempat kejadian perkara

10. Eksklusi, metode ini pada umumnya hanya dipakai pada kasus dimana banyak

tedapat korban (kecelakaan massal), seperti ledakan pesawat, tabrakan kereta api dan

lain-lain

Identifikasi personal dengan cara modern ialah dengan menggunakan kode-kode

genetik (DNA) seseorang. Dasar ilmiah dari pemeriksaan ini ialah bahwa setiap individu

kecuali kembar identik, mempunyai DNA yang berbeda dan unik. Teknik identifikasi

personal dengan menggunakan DNA tersebut dikembangkan sejak 1970 sejak ditemukannya

enzim restriksi yang dapat memotong DNA menjadi beberapa fragmen pasang basa pada titik

yang dikehendaki, fragmen tersebut kemudian diperiksa dengan menggunakan teknnik

elektroforesis gel. Gambaran pita DNA sampel kemudia dibandingkan dengan marker (DNA

yang sudah diketahui ukuran pasang basanya) dan probe ( template radioisotop yang telah

diketahui urutan basanya)

Pada tahun 1985, ditemukan teknik identifikasi personal yang dikenal sebagai DNA

fingerprinting. Istilah DNA fingerprinting tersebut digunakan karena DNA setiap individu

adalah unik dan khas, sebagaimana sidik jari untuk identifikasi personal, istilah DNA typing

atau identifikasi DNA sebenarnya merupakan istilah yang lebih tepat dibandingkan DNA

fingerprinting atau DNA profiling, akan tetapi istilah tersebut sama saja dan penggunaan

istilah tersebut bervariasi tergantung pada preferensi seseorang.

Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan

memberikan hasil positif (tidak meragukan).

2.2.1 Sumber sampel pemeriksaan 1,2

Pemeriksaan DNA dapat diambil dari sampel manapun, yang penting sel tersebut

memiliki inti sel. Yang paling banyak digunakan adalah darah, namun bisa juga dari cairan

sperma, tulang, rambut, air liur, urin, usapan mulut pada pipi bagian dalam, kuku, kotoran

manusia. Untuk kasus – kasus forensik, sampel biologis apa saja yang ditemukan di tempat

kejadian perkara ( TKP ) dapat dijadikan sampel tes DNA.

Tentunya pemeriksaan DNA ini harus memiliki sampel pembanding, yakni dari

keluarga korban, terutama dari orangtua korban.

Sumber sampel DNA :

1. Darah

a. Sel darah merah yang matang kehilangan nukleusnya, dan hampir seluruh sel

darah merah yang bersirkulasi tidak memiliki nukleus dan DNA. Sedangkan

sel darah putih memelihara nukleus mereka sepanjang kehidupannya. Sel

darah putih merupakan sumber primer DNA pada cairan dan darah keringnya.

2. Air liur

a. Air liur dapat ditemukan pada puntung rokok, amplop, permen karet dan

objek lainnya dan dapat diperiksa dengan PCR / analisis DNA. Air liur terdiri

dari materi seluler sehingga dapat dicari dengan analisis DNA. Proses PCR

kemudian menjadi pilihan untuk menentukan tipe genetik kaqrena hanya

sedikit sel yang dibutuhkan untuk analisis. Usap dari rongga mulut terutama

dari daerah bukal memberikan lebih dari cukup sel dan DNA untuk ahli

serologi untuk melakukan DNA typing.

3. Rambut

a. Jika di TKP ditemukan satu helai rambut maka bisa dijadikan sampel untuk

pemeriksaan DNA inti asal ada akarnya. Namun untuk DNA mintokondria

tidak harus ada akar, cukup potongan rambut karena pada ujung rambut

terdapat DNA mitokondria sedangkan pada akar rambut terdapat DNA inti

sel. RFLP / DNA merupakan tipe umum dari analisis DNA, dan dapat

dilakukan jika terdapat jaringan yang cukup. Analisis RFLP/ DNA sudah

dapat dilakukan dengan sampel kurang dari 100 ng DNA. Sedangkan sehelai

rambut dapat mengandung 100 – 500 ng DNA. Saat ini beberapa teknik PCR

yang telah digunakan, memberikan hasil yang memuaskan hanya dengan

menggunakan akar rambut dan sedikit jaringan.

4. Tulang dan gigi

a. Tulang dan gigi dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang oleh

antropolog forensik. Dengan menggunakan analisis PCR dan mtDNA, pulpa

gigi dan sumsum tulang dapat memberikan hasil baik untuk identifikasi

genetik kepada penyidik. Materi tulang dan gigi dapat digunakan untuk

identifikasi beberapa tahun setelah terjadi pembusukan jaringan lunak.

5. Feses

a. Feses telah digunakan untuk pemeriksaan DNA sejak dulu. Meskipun saat itu

dianggap hanya memiliki nilai bukti yang kecil. Namun seiring dengan

perkembangan metode biologis yang semakin sensitif, anggapan tersebut

sudah mengalami perubahan. Baru – baru ini beberapa penyelidik melaporkan

bahwa ternyata sel dan sepihan sel ditemukan dalam jumlah besar pada

sampel ini.

6. Kuku

a. Kuku telah mulai diselidiki sebagai sumber jaringan untuk pemeriksaan

DNA. Hasil awal menunjukkan bahwa dengan PCR, analisis DNA telah

berhasil dilakukan pada jaringan atau kulit yang melekat pada potongan kuku

dan pada serpihan kuku dari TKP. Kuku adalah jaringan sama seperti rambut,

bahkan kenyataannya mereka memiliki banyak sifat dan isi kandungan yang

sama.

7. Sperma

a. Untuk kasus pemerkosaan pengambilan sampel yang diutamakan adalah

kepala spermatozoa yang terdapat DNA inti sel di dalamnya.

2.2.3 Teknik forensik yang digunakan untuk identifikasi DNA: 5,6,7,8,9,10

Penanda Genetik berdasar sekuens berulang

1. VNTR (Variable Number of Tandem Repeat)/ RFLP ( Restriction Fragment Length

Polymorphism)

Merupakan teknik analisa DNA forensik yang pertama. Pada teknik ini DNA

secara kimiawi dipotong menjadi beberapa fragmen, diletakan pada gel yang

mengandung arus listrik sehingga DNA (yang bermuatan negatif) akan bergerak ke

arah muatan positif berdasaaarkan ukuran atau pasang basa DNA. Kemudian DNA

ditransfer pada membran nylon dan ditambahkan probe DNA radioaktif yang akan

terikat pada sequence DNA yang sesuai. Sebuah film X-Ray diletakan pada membran.

Pada saat film diproses maka akan tampak pola band/ pita yang disebut sebagai

autoradiogram atau autorad.

Kelebihan :

1. Jumlah allele per lokus yang besar dan dikombinasikan dengan beberapa lokus

memiliki kemampuan diskriminasi yang tinggi

2. Jumlah allele yang besar efektif dalam menyelesaikan masalah bila terdapat DNA

yang bercampur

3. Database yang luas dari beberapa populasi mempermudah perhitungan

Limitasi :

1. Perbedaan yang sedikit antara allele yang berdekatan memerlukan perhitungan

statistic yang rumit

2. Jumlah lokus yang sudah tervalidasi terbatas

3. Diperlukan DNA berkualitas baik dalam jumlah besar

4. Pita tunggal biasanya menyebabkan keambiguan

5. Process memakan banyak waktu, terutama bila menggunakan probe radioactive

bahkan memerlukan waktu beberapa minggu

2. STR (Variable Number Short of Tandem Repeats)

Metode ini menggunakan marker yang pendek, mengulang pola allele pada

segmen mikrovarian antara 3-7 pasang basa.

Kelebihan :

1. Dapat digunakan sampel yang rusak

2. Dapat dianalisis dengan jumlah DNA yang sedikit karena PCR dapat

dilakukan

3. Potensi dari jumlah lokus sangat besar dan menjadi penting ketika saudara

atau kerabat terlibat

4. Proses yang cepat dapat selesai dalam satu atau 2 hari

5. Sistem ini bekerja secara automatis

6. Kit telah tersedia dan dapat dikerjakan tanpa peralatanyang mahal

Limitasi :

1. Memiliki kekuatan diskriminasi yang lebih lemah dari VNTR

2. Kemungkinan terjadinya kontaminasi DNA lebih besar karena adanya proses

amplifikasi

3. Terkadang peralatan yang digunakan relatif mahal dan dengan yang standar

walaupun baik tetapi terbatas

4. “Stutter bands” dan tinggi puncak yang tidak seimbang mungkin terjadi dan

menyebabkan interpretasi menjadi lebih sulit.

3. Pentanucleotide Repeats

Prinsipnya sama dengan STRs tetapi hanya menggunakan panjang dari 5 basa

Kelebihan :

1. Secara umum kelebihannya sama dengan STRs, sebagai tambahan :

2. Amplifikasi yang lebih bersih dengan artefak yang lebih sedikit dan

interpretasi lebih tepat karena rendahnya persentase stutter band artifacts.

3. Beberapa lokus pentanucleotide menunjukan heterozigositas yang tinggi tanpa

jumlah microvariant yang signifikan

4. DNA berulang yang lebih panjang dan rendahnya microvariant menyediakan

keleluasaan dalam teknik pemisahan

5. Studi pre-eliminasi mengindikasikan beberapa pengulangan pentanucleotide

bisa meningkatkan kemampuan menentukan ras dari pemilik sampel DNA

Limitasi :

1. Secara umum limitasi sama dengan STRs

2. Hal ini jarang pada genome bila dibandingkan dengan pengulangan DNA lain

yang lebih pendek

Genetic Markers Based on Nucleotide Site Polymorphisms 10, 11, 12, 13, 14

1. SNP (Single nucleotide polymorphisms)

Single nucleotide polymorphisms (SNPs) mendeteksi perubahan-perubahan

pada basa tunggal dari DNA, ada berjuta-juta basa tunggal per individu, sehingga

kesempatan untuk perkembangan hampir tidak terhingga, dan sekarang digunakan

secara luas untuk pembelajaran medical genetics dan human evolution. Dalam bidang

forensik sendiri contohnya adalah HLA-DQA1 sering digunakan untuk membuktikan

bahwa seseorang tersangka tidak bersalah bila DNAnya tidak cocok, seseorang

korban salah tuduh memiliki kesempatan sebesar 95 % perse untuk dibuktikan tidak

bersalah dan dengan menggabungkannya dengan 5 lokus lainnya dalam sistem

polimarker kesempatan untuk dinyatakan tidak bersalah bisa sampai 99.9 %

Kelebihan

1. Banyak berada dalam genom mamalia

2. Banyak cara untuk deteksi SNP tersedia

3. Amplifikasi dari allele mudah didapatkan

Limitasi :

1. Kebanyakan SNP bi-allele, walaupun tempat dengan 3 allele secara individut

memiliki nilai diskriminasi terbatas

2. Jumlah allele yang sedikit menyulitkan analisispada sampel yang sudah

tercampur

2. HLA-DQA1

Aplikasis PCR pertama kali di bidang forensik menggunakan SSO (sequence specific

oligonucleotide), teknik untuk menganalisa polimorfisme nukleotida tunggal pada

HLA-DQA1 (awal dikenal dengan DQ-α) lokus terletak pada kromosom 6 (6p21.3)

dan sering digunakan sebagai tes penyaring untuk secara cepat menyingkirkan

tersangka yang tidak bersalah.

3. Polymarker (PM)

Tes ini menggunakan 5 lokus yaitu (LDLR, GYPA, HBGG, D7S8,dan GC), yang

ditambahkan pada primer HLA-DQA1, 3 lokus memiliki 2 allele yang dapat

dibedakan oleh 2 probes dan 2 lokus dengan 3 allele, sehingga dalam satu PCR dan

satu hibridisasi dengan 2 probe yang tetap, DQA1 dan PM strip, genotypenya dari

keenam lokus dapat ditentukan

Kelebihan :

1. Metodenya cepat dan mudah dan hasilnya dapat diinterpretasi secara visual,

tidak memerlukan alat setelah dilakukan amplifikasi dengan PCR

2. Familiar dan telah sangat luas digunakan

3. Menggunakan metode PCR, sehingga mampu menganalisis sampel yang

sedikit atau sudah rusak

Limitasi :

1. Karena jumlah allele dan lokus yang dikembangkan sedikit, sistem sekarang

ini kurang memiliki kemampuan diskriminasi seperti VNTR dan STR

2. Jumlah allele yang terbatas dalam satu lokus menyebabkan identifikasi pada

DNA yang bercampur lebih sulit dibandingkan pada metode VNTR dan STR

4. Alu Sequences (Insertion Polymorphisms)

Studi dari genetik pada populasi manusia dan forensik telah memungkinkan

dilakukan analisis sejumlah marker mitokondria dan inti yang berbeda-beda. Insersi

dari elemen-elemen genetik yang mobile ke dalam genome merepresentasikan suatu

sumber alternatif untuk studi keragaman genom manusia yang mana kondisi

pendahulu dari setiap polimorfisme diketahui dan allele individual adalah identik

karena diturunkan. Alu family of short interspersed elements(SINEs), tersebar dalam

genome primata dan kelas elemen mobile paling banyak yang ada dalam genome

manusia. Elemen Alu beramplifikasi sebagai sebuah famili sekuens DNA yang

berulang dalam 65 juta tahun terakhir dari evaluasi primata dan telah dipikirkan untuk

menyebar ke genome melalui RNA-mediated transposition process (retroposition).

Sekuens Alu telah menyebar ke genome manusia dalam suatu proses yang terus

berlangsung selama periode waktu evolusi yang berbeda berakibat terjadi ekspansi

subfamili pengulangan Alu pada tingkar umur-umur genetik yang berbeda. Subfamili

sekuens Alu yang belakangan ini ditemukan dinamakan Y, Ya5, Ya8, dan Yb8.

Banyak dari insersi Alu Muda (Ya5/8 and Yb8) baru diketahui bahwa mereka

polimorfik baik ada ataupun tidak ada dalam populasi manusia.

Kelebihan :

1. Mudah dikerjakan dan cepat dengan menggunakan PCR

2. Mempunyai struktur yang stabil yang jarang mengalami delesi

3. Adanya elemen Alu menunjukan identitas secara keturunan

4. Dapat digunakan untuk melacak hubungan di dalam populasi

5. Beberapa dari lokus ini memiliki allele yang spesifik pada populasi dan

memiliki frekuensi allele yang berbeda pada populasi yang berbeda

Systems With Sex-Specific Transmission 10, 11, 13, 15, 16, 17

Mitochondrial DNA (mtDNA)

Merupakan tipe PCR yang menggunakan primer dari area d-loop mtDNA, terutama

untuk mengidentifikasi korban perang atau sampel yang sangat sedikit, sudah lama dan

mengalami degradasi. Juga dipakai pada kasus untuk mengetahui hubungan kekerabatan

terutama dari garis ibu, karena mtDNA hanya diturunkan dari garis ibu.

Kelebihan:

1. Dapat menggunakan sampel dalam jumlah yang sangat sedikit

2. Molekul mtDNA yang kecil tidak terdegradasi secepat nDNA

3. Berguna untuk melacak garis keturunan keluarga

4. Memiliki kemampuan diskriminasi yang besar

Limitasi :

1. Tidak dapat digunakan untuk diferensiasi jika terhubung dalam garis darah ibu

2. Kemampuan diskriminasi sistem ini terbatas tergantung dari database yang ada

3. Heteroplasmi ( adanya lebih dari satu tipe mitochondria dalam sel tunggal atau

individu) dapat menyulitkan analisis

Y Chromosome Markers

Y chromosome diturunkan dari ayah kepada semua anak laki-lakinya sehingga DNA

pada kromosom Y dapat digunakan untuk mencari keturunan dari garis keturunan pria dan

biasanya digunakan untuk kasus-kasus kejahatan seksual

Kelebihan :

1. Digunakan untuk melacak hubungan keluarga secara garis ayah

2. Dapat digunakan untuk mengukur hubungan antar individu dalam suatu kondisi asal

geografis yang umum

Limitasi :

1. Kemampuan diskriminasi tergantung pada ukuran database yang ada

Separation, Detection, and Amplification of DNA 10, 11, 16, 18, 19

1. Gel Electrophoresis

Gel electrophoresis merupakan metode pemisahan fragmen DNA berdasarkan

panjang DNA. Prinsip dari gel electrophoresis mengadaptasi dari proses

electophoresis yaitu pergerakkan DNA ke kutub positif ketika di letakkan pada medan

listrik. Kecepatan migrasi DNA melalui pores tergantung pada ukuran dari pore dari

medium dan voltage dari electrophoresis. DNA dengan molekul kecil akan bergerak

lebih cepat dibandingkan dengan yang bermolekul lebih besar. Molekul DNA

kemudian dipisahkan berdasarkan panjangnya.

Media umum dari gel electrophoresis adalah strach dan sekarang terdapat

media baru berupa agarosa dan polyacrylamin yang berbentuk cairan dan dapat

disimpan dalam bentuk gelatin padat sebelum digunakan. Electrophoresis gel agarose

secara umum digunakan dengan VNTR dan Southern hybridization analysis

sedangkan polyacrylamide gel umumnya digunakan dengan STRs dan

pentanucleotide repeats.Ini dikarenakan gel agarosa lebih efektif untuk pemisahan

DNA dengan molekul lebih besar (100 sampai 10000 basa) yang dihasilakan dari

analisis restriksi) sedangkan polyacrylamide lebih efektif pada molekul yang lebih

kecil (50 sampai 500 basa) yang dihasilkan dengan amplifikasi.

2. Southern Hybridization

Dinamakan dari penemunya yaitu E.M Southern pada tahun 1975. Pemecahan

genom DNA sampel pada manusia dengan restriksi endonuklease akan menghasilkan

fragmen DNA dalam jumlah yang besar. Beberapa fragmen DNA lebih panjang

dibandingkan yang lainnya. Pencampuran dengan gel electrophoresis akan

menghasilkan gradasi fragmen di dalam gel berdasarkan ukuran, dibedakan

berdasarkan panjangnya. Untuk membedakan ada atau tidaknya fragmen tertentu,

seperti alel spesifik dari lokus VNTR, fragmen DNA yang telah dipisahkan dari

sampel didenaturasi, dipisahkan menjadi kedua pita komponennya, biasanya dengan

memberi alkali dan melewatkan ke membran selulosa atau nilon. Label diberikan

pada posisi dari alel tertentu. Label dari radioaktif atau enzim yang dapat mengubah

substrat menjadi hasil yang lebih terang. Bagaimanapun, energi yang terbentuk dapat

ditangkap pada film untuk menampilkan posisi dari tiap alel. Ukuran dari alel dapat

dibandingkan dengan ukuran standar untuk membantu proses ini.

3. Polymerase Chain Reaction (PCR)

PCR merupakan suatu metode sistesis DNA secara in vitro. Prinsipnya sama

dengan sistesis DNA secara in vivo (kloning), tetapi menggunakan 2 buah primer

yang masing-masing komplementer terhadap kedua untaian DNA yang berlawanan.

Dengan PCR satu molekul DNA dapat diperbanyak atau diamplifikasi sehingga

diperoleh hasil akhir berupa sebuah fragmen DNA dengan ukuran tertentu yang dapat

diamati dengan jelas dalam elektroforesis gel agarosa. PCR merupakan metode yang

cepat untuk memperbanyak saru segmen DNA, sangat selektif, sehingga tidak

diperlukan langkap pemurnian DNA sebelumnya. Hasil amplifikasi 106-108 kali lebih

banyak bila dibandingkan dengan konsentrasi awalnya.

Teknik PCR sangat sensitif dan dapat menganalisis sampel DNA hingga satu

nanogram ( 1 nanogram =1/1.000.000.000 gram), akan tetapi sampel forensik untuk

hasil optimal ialah 2-8 nanogram.

PCR mirip dengan proses biologi replikasi DNA, tetapi terbatas pada sequence

DNA tertentu. Pada proses PCR dilakukan denaturalisasi sampel DNA ke dalam

strand yang terpisah dari individu. Dua DNA primer digunakan untuk menghibridisasi

dua strand DNA yang cocok pada sisi yang berlawanan. Pada akhirnya terbentuk dua

kopi dari potongan DNA yang diinginkan.

Pengulangan denaturasi, hibridisasi, dan ekstensi menghasilkan peningkatan

jumlah kopi DNA yang diinginkan secara eksponensial. Denaturasi umumnya

dilakukan dengan cara pemanasan, menggunakan enzim replikasi yang tahan terhadap

uhu tinggi (Taq DNA polymerase). Proses ini akan menghasilkan jutaan kelipatan

kopi dalam 2 jam atau kurang.

4. Reverse Dot Blot

Reverse dot blot prosedur merupakan metode deteksi yang secara primer

digunakan untuk mengidentifikasi SNPs dalam DNA yang diamplifikasi. DNA probes

ditempelkan pada membran. Selama amplifikasi, label biotin digabungkan ke dalam

allel-allel yang diamplifikasi. DNA yang diamplifikasi didenaturasi dan di hibridisasi

dengan probes yang tidak mobile. Hibridisasi hanya terjadi untuk probes yang cocok

dengan DNA sequence. Satu probe yang tidak mobile diletakan pada sisi tertentu dari

membran dan digunakan untuk mendeteksi masing-masing sequence varian.

Mengikuti hibridisasi dari denatured PCR product, konjugat enzim streptavidin akan

berikatan dengan biotin-labeled PCR product yang dihibridisai ke immobilized

probes. Substrat chromogenic ditambahkan dalam keadaan mengandung hybridized

DNA sequence dan corresponding streptavidin enzyme, subtrat diubah kedalam

presipitat berwarna biru pada membran, kemudian dilakukan identifikasi dari

sequence yang cocok. Strips dari membran munkin mengandung multipel dots yang

masing-masing mempunyai kemampuan untuk menganalisis ada atau tidaknya satu

basa pada sequence.

5. Capillary Electrophoresis (CE)

CE dan slab gel electrophoresis memrupakan teknik standar untuk pemisahan

dan analisisdari fragmen DNA. Pada aplikasi DNA , CE berarti pemisahan dengan

electrophoresis yang dilakukan dalam capillary yang berdiameter kecil ( tabung

panjang yang dibuat dari silica dengan diameter internal tabung sebesar 50 mikron )

yang diisi dengan medium sieving. Medium sieving merupakan medium khusus yang

dibuat untuk memisahkan DNA fragmen dalam ukuran standar. Dibandingkan dengan

slab electrophoresis , CE memiliki kelebihan berupa waktu analisis yang lebih cepat

untuk sampel dalam jumlah kecil dan meningkatkan automation. sistem CE sekarang

yang umumnya untuk analisis dari sistem STRs menggunakan satu cappilary dn

dapat secara otomatis menganalisism satu sampel setiap 30 menit.

6. Miniaturization and Chip Technologies

Pendekatan fotolitografi dan teknik chemical ething mirip dengan cara

pembuatan chip microelektronik. Akan tetapi, microchannel etched untuk chip ini

digunakan untuk memindahkan material sampel seperti darah atau DNA yang

dimurnikan. Selain itu, transpor cairan reagen, seperti yang digunakan untuk

melakukan banyak manipulasi sentral untuk analisis DNA cara lama, membuat proses

ini dapat dilakukan dalam skala lebih kecil.

Dimensi umum untuk microchannel adalah dalamnya 10 mikron dan lebarnya

10-100 mikron. Material pendukung dapat berupa gelas, silikon, atau plastik.

Daripada menggunakan pompa seperti pada instrumen yang lebih besar, pergerakan

cairan dilakukan dengan gaya elektrokinetik dicetuskan dengan memberi aliran listrik

kecil pada regio chip tertentu. Hal ini memberi pengukuran yang lebih akurt dan

pergerakan yang lebih baik dari cairan. Prosedur standar seperti menggunakan pipet,

mencampur, dan memisahkan dapat digantikan dengan proses ini.

Formulasi yang lebih komplex dari teknik ini menghasilkan versi diperkecil

dari prosedur umum seperti persiapan sampel, PCR, capillary electrophoresi, dan

deteksi serta analisis fragmen STR. Hardwiring design chip menentukan sifat natural

dari tahapan analisis yang harus dilakukan, dan piranti lunak atau programya

membuat dapat dilakukan variasi teknik pencampuran dan pemisahan. Keuntungan

dari pendekatan ini adalah waktu yang diperlukan untuk pemanasan, pendinginan dan

transfer sampel serta materi reagen lebih singkat, materi reagen yang diperlukan lebih

sedikit akan memberikan keuntungan berupa biaya yang lebih murah, lebih aman dan

bahan yang dibuang lebih sedikit.

54

7. Mass Spectrometry

Mass spectrometry terdiri dari beberapa langkah yang digunakan untuk mengukur

molekul DNA secara akurat. Langkah-langkah tersebut adalah

1. Sejumlah kecil produk DNA amplifikasi PCR dihasilkan dan diletakkan pada

permukaan substrat, biasanya dengan menggunakan konfigurasi yang sudah

disusun

2. Produk kecil disiapkan untuk analisis oleh co-cristallization dengan matriks

organik.

3. Produknya diukur secara akurat,dan tahap ini dikatakan lengkap apabila molekul

matriks diobsorbsi oleh laser iradiasi sehingga terjadi volatilisasi dan ionisasi

spontan dari matriks dan fragmen DNA. Untuk menentukan berat molekul dapat

dilakukan pengukuran dari time of flight (TOF) yang proporsional dengan massa

dalam mass spectometer. Proses ini disebut sebagai matrix-assited laser desorption

atau ionzation timeof flight mass spectrometry (MALDI-TOF-MS).MALDI-TOF-

MS memudahkan pengguna untuk mendapatkan hasil yan cepat, melakukan STR

typing dalam beberapa detik persampel termasuk analisis computerized. Hasil dari

ukuran mass dari fragmen DNA sangat akurat dan typing dapat dicapai tanpa

membutuhkan allelic ladder. DNA diukur secara dan tidak membutuhkan label

roadioaktif maupun florosensi. Menghilangkan manipulasi tangan dapat

menghasilkan ketidaktepatan, sampel biasanya disiapkan dengan menggunakan

sistem robotic dan pengumpulan data dilakukan secara automatisasi. Sistem ini

mampu memproses seribu sampel perhari. Disamping keuntungan di atas, terdapat

beberapa masalah dengan teknologi ini yaitu sensitivitas dan resolusi dari mass

spectrometry menghilang ketika ukuran dari fragmen DNA atau kandungan garam

sampel yang terlalu tinggi. Untuk mengurangi kandungan garam dari sampel

dilakukan mikrodialisis.

2.2.4 Pemeriksaan DNA untuk identifikasi personal 10, 17, 18, 19, 20, 21

DNA inti untuk identifikasi personal

Meskipun gen terdapat pada kromsosm di inti sel, hanya sejumlah kecil fraksi

DNA yang membentuk gen. Hanya 2,5 – 3,3 % DNA manusia yang mempunyai

fungsi. DNA tersebut adalah DNA coding, yang berfungsi membentuk enzim dan

protein. DNA coding tersebut sangat penting untuk analisa genetik klinik, karena

mutasi pada DNA coding tersebut akan menimbulkan kelainan genetika.

Sebagian besar ( 95 % ) DNA pada kromosom manusia tidak mempunyai

fungsi yang jelas. DNA tersebut adalah DNA non coding atau intron, DNA yang tidak

mengkode atau tidak membentuk protein. Area DNA non coding terdiri dari sequence

( urutan ) basa tandem, yang diturunkan dari kedua orang tua. Urutan tandem tersebut

membentuk sidik jari ( fingerprint ) DNA yang unik pada tiap individu kecuali pada

kembar identik, karena jumlah repeated (ulangan) sequence bervariasi pada tiap

individu. Urutan pasang basa DNA non coding tersebut disebut sebagai variable

number tandem repeats ( VNTR ).

Untuk keperluan di bidang forensik, maka analisa DNA menggunakan

metode RFLP. Teknologi idetifikasi DNA standar yang digunakan semula adalah

RFLP, namun sejak tahun 1997 laboratorium forensik di Kanada dan Eropa telah

menggunakan metode identifikasi forensik short tandem repeat (STR) atau analisis

genom. Teknik STR ditetapkan menjadi pilihan pertama untuk analisis bercak dan

investigasi kriminal di Eropa.

Pemeriksaan yang sering digunakan untuk pemeriksaan nuklear DNA( nDNA) adalah

sampel darah, karena teknik ekstraksi nDNA paling mudah dan memiliki tingkat keberhasilan

paling tinggi, sampel pemeriksaan nDNA yang lain adalah dari akar rambut, kuku, jaringan

tubuh, sperma dan air liur. Sampel yang jarang digunakan adalah urin karena DNA yang

dapat diekstraksikan dari urin sangat sedikit.

Pemeriksaan dari sampel urin jarang dilakukan karena nDNA sulit teridentifikasi pada

sampel yang sedikit atau sampe yang telah mengalami degradasi atau denaturasi protein hal

ini dikarenakan hanya terdapat 2 copy nDNA pada setiap inti sel, sehingga nDNA sulit

teridentifikasi pada sampel yang sangat sedikit.

DNA mitokondrial untuk identifikasi personal 10, 13, 20, 21, 22

Selain nDNA yang seringkali lebih dikenal dengan DNA, pada tahun 1981 ditemukan

mitokondria DNA (mtDNA) yaitu DNA yang terdapat pada sitoplasma mitokondria,

merupakan molekul yang berbentuk melingkar, double helix dan berukuran 16569 pasang

basa. DNA mitokondria mengkode 2 rRNA, 22 tRNA dan 13 protein yang berfungsi dalam

rantai respirasi, setiap sel memiliki 1000-10000 copy sehingga dapat ditemukan pada sampel

yang sangat sedikit.

Salah satu keunikan mtDNA yaitu memilki tingkat polimorfisme yang tinggi, dapat

digunakan untuk mengetahui antar individu atau hubungan maternal. Pada daerah D-loop

terdapat 2 daerah hipervariabel dimana derajat keragaman daerah tersebut antar individu yang

tidak memilki hubungan kekerabatan cukup tinggi. Oleh karenanya, dalam penentuan

identitas seseorang dapat hanya menggunakan D-loop saja. Apabila tidak terdapat mutasi

baru pada mtDNA maka urutan mtDNA individu-individu yang mempunyai hubungan

kekeluargaan secara maternal seperti saudara kandung laki-laki dan perempuan atau ibu dan

anak perempuan akan tepat sama. Hal ini sangat mempermudah dalam penyelidikan kasus-

kasus orang hilang dan keperluan forensik. Pada kedokteran forensik untuk mengetahui

adanya variasi basa atau polimorfisme pada mtDNA biasanya dilakukan terlebih dahulu

penggandaan DNA dengan menggunakan teknik PCR Untuk daerah D-loop, pendekatan yang

dilakukan adalah dengan melipatgandakan satu fragmen DNA.

Penelitian –penelitian untuk mengidentifikasi korban perang, sampel yang sangat

sedikit, sampel lama dan mengalami degradasi cenderung menggunakan analisis mtDNA

daripada nDNA. Hal ini disebabkan di dalam satu sel terdapat ratusan hingga ribuan

mitokondria dan masing – masing mitokondria mempunyai beberapa kopi mtDNA, sehingga

setiap sel dapat memiliki seribu hingga sepuluh ribu kopi mtDNA. Sedangkan dalam satu sel

hanya terdapat sebuah inti sel yang mengandung 21 kromosom, yaitu 1 set paternal dan 1 set

maternal, yang masing – masing terdiri dari 23 kromosom. Walaupun nDNA mempunyai

jumlah basa yang lebih banyak daripada mtDNA, tetapi dalam mtDNA terdapat jumlah kopi

yang jauhlebih banyak dari nDNA. Oleh karenanya karakteristik mtDNA ini berguna bagi

sampel dengan jumlah DNA yang sangat sedikit, seperti sampel – sampel yang diambil dari

kasus kriminalitas, yaitu rambut, tulang, gigi, dan cairan tubuh.

Perbedaan antara pemeriksaan DNA inti dan DNA mitokondria: 10, 17, 18, 23, 24

DNA inti ditemukan dalam nukleus dari sel dan terdiri dari 46 kromosom, yang sering

disebut kode genetik. Setiap manusia mewarisi setengah DNA inti dari ibu dan setengah lagi

dari ayah.

DNA mitokondria ditemukan dalam mitokondria, organel sel yang menghasilkan

energi. Mitokondria mempunyai kode genetik komplit sendiri, tidak sama dengan DNA inti.

DNA mitokondria didapatkan dari ibu.

Tes dengan DNA inti banyak digunakan untuk penelitian genom manusia, untuk

mencari penyakit yang berhubungan dengan kromosom tertetu, untuk membandingkan DNA

dari 2/lebih individu seperti untuk tes paternal, dan untuk membandingkan DNA dari tempat

kejadian perkara dengan tersangka. Tes DNA inti harus dibuat lebih spesifik, karena DNA

inti terdiri dari banyak gen.

DNA mitokondria lebih terbatas, karena mempunyai lebih sedikit gen. Biasa dignakan

untuk mencari penyakit yang berhubungan dengan mitokondria, dan membandingkan

keturunan dari garis ibu.

DNA mitokondria berbeda dari DNA inti dalam hal lokasi, jumlahnya dalam sel, cara

diwariskan, dan potongannya. Dalam sel bisa terdapat ratusan mitokondria yang satunya

mengandung beberapa kopi dari DNA mitokondria. Karena itu DNA mitokondria berguna

dalam situasi dimana jumlah sampel sangat terbatas. Sumber pemeriksaan yang cocok untuk

tes DNA mitokondria biasanya dari rambut tanpa jaringan, tulang, dan gigi.

DNA mitokondria hanya didapat dari ibu, karena itu akan sama persis pada individu

yang terkait secara maternal (diluar adanya mutasi), seperti kakak dan adik atau ibu dan anak.

Akan tetapi, tes DNA mitokondria akan menjadi terbatas apabila membedakan 2/lebih

individu yang berasal dari 1 garis ibu.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Proses identifikasi dapat menggunakan berbagai macam cara, baik secara

konvensional maupun modern. Setiap cara tersebut memiliki keunggulan dan kelebihannya

masing-masing, baik dari segi kemampuan melakukan diskriminasi, biaya yang diperlukan,

kemudahan dalam dilakukan, tersedianya alat dan sumber daya manusia yang mengolahnya

dan bahan atau sumber didapatkannya sampel.

Salah satu teknik identifikasi yang saat ini banyak digunakan di seluruh dunia adalah

identifikasi dengan penggunaan sampel DNA. DNA menjadi pilihan karena memiliki

kemampuan mendiskriminasi atau identifikasi yang besar sehingga terjadinya kesalahan

dalam proses identifikasi dapat diminimalisir sekecil mungkin. Tentu saja perkembangan

DNA ini tidak luput karena kemajuan teknologi di bidang teknik pengisolasian DNA,

ampifikasi DNA dan kemajuan dalam pemahaman tentang DNA yang lebih berkembang,

termasuk di dalamnya penemuan dan kegunaan dari DNA mitokondria dan kromoson Y,

sehingga dengan bahan dasar DNA tetap dapat dilakukan teknik-teknik yang berbeda pula.

Baik teknik identifikasi maupun isolasi dan amplifikasi DNA memiliki kelebihan dan

keterbatasan dalam pelaksanaannya, sehingga tugas seorang dokter atau dokter ahli forensik

adalah memilih teknik yang terbaik dalam penggunaanya di dalam suatu kasus yang

memerlukan identifikasi personal dengan penggunaan DNA.

3.2 SARAN

Teknik identifikasi DNA memiliki kemampuan diskriminasi yang besar dan memiliki

potensi yang besar dalam penggunaannya di bidang forensik serta masih terus berkembang

dan diteliti di seluruh dunia. Teknik identifikasi DNA juga memiliki berbagai macam teknik

dan sampel yang digunakan untuk melakukan identifikasi dengan kelebihan dan kekurangan

baik terhadap pemeriksaan DNA itu sendiri atau identifikasi dengan menggunakan teknik

konvensional. Melihat kedua hal tersebut penulis menyarankan agar dokter tidak tertinggal

dalam perkembangan penelitian DNA dan penerapannya di dalam kasus-kasus medis serta

terus melakukan pembelajaran secara kontinu karena teknik DNA tersebut akan sangat

berpotensi di masa depan. Selain itu akan sangat bijak bila seorang dokter atau dokter ahli

forensik dapat menentukan keuntungan dan kerugian yang akan didapat oleh pasien atau

keluarga atau terdakwa dalam memilih teknik identifikasi yang akan dikerjakan pada suatu

kasus.