IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk...

57
IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L.) DI KUNINGAN DAN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT MANSYUR TRI WIDODO DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk...

Page 1: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

GANDUM (Triticum aestivum L.) DI KUNINGAN

DAN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

MANSYUR TRI WIDODO

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...
Page 3: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Organisme

Penganggu Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Kuningan dan Bogor,

Provinsi Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Mansyur Tri Widodo

NIM A34090037

Page 4: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...
Page 5: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

ABSTRAK

MANSYUR TRI WIDODO. Identifikasi Organisme Penganggu Tanaman

Gandum (Triticum aestivum L.) di Kuningan dan Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Dibimbing oleh DEWI SARTIAMI dan EFI TODING TONDOK.

Pengembangan tanaman gandum di Indonesia terus diupayakan untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat. Salah satu kendala

dalam upaya pengembangannya diantaranya adalah adanya serangan organisme

pengganggu tanaman (OPT) yang dapat menurunkan hasil produksi. Informasi

mengenai OPT yang menyerang gandum galur introduksi (SO9) dan hasil

pemuliaan secara mutasi (Kasifbey) yang dikembangkan oleh Institut Pertanian

Bogor (IPB) belum ada, sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Tujuan dari

penelitian ini untuk mengetahui organisme penganggu utama pada gandum galur

SO9 dan Kasifbey. Pengamatan dilakukan di dua lokasi penanaman yaitu di Desa

Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor (705 m dpl) dan Desa

Cilimus, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan (418 m dpl) Provinsi Jawa

Barat. Pengamatan dilakukan terhadap gejala serangan organisme pengganggu

tanaman yang muncul, kemudian dihitung luas serangan serangga dan kejadian

penyakitnya. Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan

diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. Serangga yang

ditemukan pada tanaman gandum yaitu beberapa spesies ulat dari ordo

Lepidoptera dan beberapa jenis spesies kutu daun (Hemiptera: Aphididae), spesies

Oxya sp. (Orthoptera: Acrididae), Nezara viridula (Hemiptera: Pentatomidae),

Leptocorisa oratorius (Hemiptera: Alydidae), uret (Coleoptera: Scarabaeidae),

dan penggerek batang. Patogen yang ditemukan adalah Fusarium sp.,

Helminthosporium sp., Phoma sp., Curvularia sp., dan Alternaria sp.. Serangga

dominan di masing-masing lokasi pengamatan berbeda. Spesies Oxya sp. sebagai

serangga dominan di lahan gandum Kuningan dan menyerang kedua galur dengan

luas serangan dapat mencapai 100%. Spesies Mythymna unipuncta sebagai

serangga dominan di Cisarua dengan luas serangannya mencapai diatas 50%.

Kejadian penyakit paling tinggi disebabkan oleh Helminthosporium sp., terjadi di

kedua lokasi dan menyerang kedua galur gandum dengan kejadian penyakitnya

dapat mencapai 100%. Gandum hasil pemuliaan tanaman lebih banyak terserang

serangga dan patogen dibandingkan gandum introduksi.

Kata kunci: Gandum, Triticum aestivum, Oxya sp., Mythymna unipuncta,

Helminthosporium sp.

Page 6: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...
Page 7: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

ABSTRACT

MANSYUR TRI WIDODO. Identification of Plant Pest Organisms on Wheat

(Triticum aestivum L.) at Kuningan and Bogor, West Java Province. Supervised

by DEWI SARTIAMI and EFI TODING TONDOK.

The development of wheat crops in Indonesia has been struggling to fulfill

domestic needs which increase over time. Information about plant pest organisms

which attack introduced (SO9) and IPB bred strain (Kasifbey) wheat is one of the

main constraints to maintain production capacity of the wheat crops. Therefore,

this research needs to be performed. The aim of this research is to find out

information about the plant pest organisms on the SO9 and Kasifbey wheat.

Observations on the crops have been conducted at the two places cultivation: in

Leuwimalang village, Cisarua Subdistrict, Bogor District (705 m above sea

surface) and in Cilimus village, Cilimus Subdistrict, Kuningan District (418 m

above sea surface) West Java Province. Symptoms of the plant pest organisms

which appear on the crops were observed. Subsequently, the extent and intensity

of the pest attacks on the crops were quantified. Finally, the samples of the

diseased crops and insects were identified at the laboratory using determination

key identification. The insects which found on the wheat crops are some species

of the Lepidoptera caterpillars and several species of aphids (Hemiptera:

Aphididae), species of Oxya sp. (Orthoptera: Acrididae), Nezara viridula

(Hemiptera: Pentatomidae), Leptocorisa oratorius (Hemiptera: Alydidae), white

grub larvae (Coleoptera: Scarabaeidae), and stem borer. Pathogens which are

found on the wheat crops: Fusarium sp., Helminthosporium sp., Phoma sp.,

Curvularia sp., and Alternaria sp.. The dominant pest in each location are

different. The Oxya sp. is a dominant pest in Kuningan and attacks 100% of the

sample area of the SO9 and Kasifbey wheat crops. On the other hand, Mythymna

unipuncta is a dominant pest in Cisarua with more than 50% attacked area.

Diseases of the wheat crops at both location are mostly caused by the

Helminthosporium sp. with 100% diseases incidence. The Kasifbey is more

frequently attacked by insects and pathogens than the SO9.

Keywords: Wheat, Triticum aestivum, Oxya sp., Mythymna unipuncta,

Helminthosporium sp.

Page 8: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...
Page 9: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 10: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...
Page 11: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

GANDUM (Triticum aestivum L.) DI KUNINGAN

DAN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

MANSYUR TRI WIDODO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 12: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...
Page 13: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

Judul Skripsi : Identifikasi Organisme Pengganggu Tanaman Gandum

(Triticum aestivum L.) di Kuningan dan Bogor, Provinsi

Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Mansyur Tri Widodo

NIM : A34090037

Disetujui oleh,

Dra. Dewi Sartiami, MSi Dr. Efi Toding Tondok, SP. MSc

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Diketahui oleh,

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi

Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal lulus:

Page 14: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

Judul Skripsi : Identiflkasi Organisme Pengganggu Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Kuningan dan Bogor, Provinsi Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Mansyur Tri Widodo NIM A34090037

Disetujui oleh,

Dra. Dewi Sartiami. MSi Dr. Efl Toding Tondok. SP. MSc Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Nawangsih. MSi Ketua Departemen Proteksi Tanaman

I

Tanggallulus: 20 JAN 2014

Page 15: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...
Page 16: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan

penelitian tugas akhir ini yang berjudul “Identifikasi Organisme Pengganggu

Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Kuningan dan Bogor, Provinsi Jawa

Barat”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Dra. Dewi

Sartiami, MSi dan Dr. Efi Toding Tondok SP. MSc selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan saran, arahan, dan motivasi sehingga penelitian ini dapat

penulis selesaikan dengan baik; Ir. Titiek Siti Yuliani SU selaku dosen penguji

tamu yang telah memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan

skripsi; Ir. Djoko Prijono MAgr.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan banyak saran terhadap penulis. Ucapan terimakasih kepada

teman-teman proteksi tanaman angkatan 46 yang telah memberikan banyak kritik,

saran, dan motivasi selama proses penyelesaian penelitian tugas akhir.

Terimakasih juga kepada Abun yang telah banyak membantu selama kegiatan

penelitian, serta kepada Ina Rubiatul Hasanah yang selalu memberikan doa,

semangat, dan dukungan yang baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yaitu Bapak

Mutoib dan Ibu Irianti Ningsih, serta Mas Sigit dan Mbak Beti yang telah

memberikan doa, kasih sayang, motivasi, dan inspirasi yang begitu luas biasa.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, semoga hasil

penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

Mansyur Tri Widodo

Page 17: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...
Page 18: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...
Page 19: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

viii

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

BAHAN DAN METODE 3

Tempat dan Waktu Penelitian 3

Bahan dan Alat 3

Metode Penelitian 3

Penentuan Petak Tanaman Contoh dan Tanaman Contoh 3

Pengamatan 4

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Gambaran Umum Lokasi Pengamatan 5

Serangga OPT pada Tanaman Gandum 6

Belalang 7

Kutudaun 9

Ulat 11

Gejala oleh Penggerek Batang 15

Uret 16

Walang Sangit 17

Kepik Hijau 18

Pembahasan Umum Serangga Pengganggu pada Tanaman Gandum 19

Penyakit yang Ditemukan pada Tanaman Gandum 20

Hawar Helminthosporium 20

Hawar Malai Fusarium 22

Hawar Malai Phoma 24

Hawar Malai Curvularia 26

Hawar malai Alternaria 27

Pembahasan Umum Penyakit pada Gandum 27

KESIMPULAN DAN SARAN 29

Kesimpulan 29

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

LAMPIRAN 32

RIWAYAT HIDUP 34

Page 20: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...
Page 21: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

x

DAFTAR TABEL

1 Kondisi lokasi lahan pertanaman gandum serta budidayanya 5

2 Serangga OPT ditemukan pada tanaman gandum 6

3 Penyakit yang ditemukan pada tanaman gandum 20

DAFTAR GAMBAR

1 Lahan gandum di lokasi penelitian 5

2 Curah hujan pada bulan Februari 2013 sampai April 2013 di dua

lokasi penanaman gandum 6

3 Persentase luas serangan belalang pada gandum introduksi dan hasil

pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K) 7

4 Belalang Oxya sp. pada tanaman gandum 8

5 Persentase luas serangan kutudaun pada gandum introduksi dan hasil

pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K) 10

6 Kutudaun pada gandum 11

7 Ulat pada gandum 13

8 Persentase luas serangan ulat pada gandum introduksi dan hasil

pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K) 14

9 Penggerek batang pada gandum 15

10 Uret pada gandum 17

11 Walang sangit pada gandum 18

12 Kepik hijau pada gandum 19

13 Persentase kejadian penyakit hawar Helminthosporium pada

gandum introduksi dan hasil pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan

Kuningan (K) 21

14 Penyakit hawar Helminthosporium 22

15 Persentase kejadian penyakit hawar malai Fusarium pada gandum

introduksi dan hasil pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K) 23

16 Penyakit hawar malai Fusarium 24

17 Penyakit hawar malai Phoma 25

18 Persentase kejadian penyakit hawar malai Phoma pada gandum

introduksi dan hasil pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K) 25

19 Penyakit hawar malai Curvularia 26

20 Penyakit hawar malai Alternaria 27

Page 22: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...
Page 23: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Persentase rata-rata luas serangan hama atau kejadian penyakit pada

gandum di Cisarua dan Kuningan 33

2 Persentase rata-rata luas serangan hama atau kejadian penyakit terhadap

sumber benih gandum 33

Page 24: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi

tantangan yang kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya.

Berdasarkan data statistik bahwa pada tahun 2013 jumlah penduduk di Indonesia

sekitar 242 juta jiwa dengan laju pertumbuhan per tahun sebesar 1.49%.

Peningkatan jumlah penduduk yang tinggi berdampak pada peningkatan

ketersediaan pemenuhan pangan dalam negeri. Salah satunya adalah peningkatan

komoditas pangan dari bahan dasar gandum.

Ditinjau dari kandungan nutrisi, gandum merupakan tanaman serealia yang

memiliki komposisi nutrisi lebih tinggi dari tanaman serealia lain. Komposisi

protein gandum (13%), jagung, dan oats (10%), padi (8%), barley dan rye (71%).

Gandum memiliki kandungan glutein yang tinggi sampai 80%. Kandungan ini

merupakan karakter kandungan fitokimia yang khas dibandingkan dengan

serealia lain. Glutein merupakan protein yang bersifat kohesif dan liat yang

berperan sebagai zat penentu elastisitas adonan berbasis tepung (Sleper dan

Poehlman 2006).

Tanaman gandum yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi sudah

menjadi sumber bahan pangan alternatif yang merata bagi masyarakat Indonesia.

Beberapa manfaat dari olahan gandum yang sering dikonsumsi masyarakat adalah

sebagai makanan ringan roti, biskuit, es krim, makaroni, dan kue. Beragamnya

produk olahan berupa terigu menyebabkan permintaan gandum meningkat

sebanding dengan tingkat konsumsi masyarakat terkait dengan pendapatan dan

laju pertambahan penduduk yang selalu meningkat (Adnyana et al. 2006).

Indonesia tercatat sebagai negara pengimpor gandum terbesar kedua di

dunia. Berdasarkan laporan United State Department of Agriculture (USDA) Mei

2012, impor gandum Indonesia diprediksi mencapai 7.1 juta ton, dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yang hanya 6.7 juta ton (Detikfinance 2012).

Berdasarkan kondisi tersebut, jika volume impor gandum terus meningkat maka

dapat mengurangi devisa negara. Mengatasi hal tersebut, pemerintah telah

berupaya membudidayakan tanaman gandum di Indonesia dengan cara introduksi

gandum dari negara lain dan pemuliaan tanaman dengan berbagai macam metode.

Pengembangan gandum di Indonesia diharapkan dapat mengurangi atau bahkan

tanpa impor.

Gandum sudah diintroduksi ke Indonesia sejak tahun 1784 dan ditanam

dalam areal yang tidak terlalu luas serta dirotasikan dengan tanaman padi atau

palawija pada daerah dataran tinggi di Pulau Jawa. Namun kegiatan penelitian

baru dirintis sejak tahun 1972 (Van Ginkel dan Villareal 1996). Sampai sekarang

proses pengembangan tanaman gandum di Indonesia masih terus dilakukan untuk

memperoleh varietas gandum yang toleran di dataran rendah maupun dataran

tinggi.

Indonesia mempunyai potensi lahan untuk mengembangkan tanaman

gandum seluas 73 455 ha yang tersebar di 15 provinsi. Lahan pengembangan

gandum terluas di provinsi Bengkulu seluas 30 800 hektar dan terkecil di

Sumatera Barat seluas 125 hektar, sehingga peluang untuk mengembangkan

gandum cukup terbuka (Dirjen Tanaman Pangan 2010).

Page 25: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

2

Sebagai tanaman subtropik yang dibudidayakan di lingkungan tropik,

gandum mengalami kendala terhadap adaptasi lingkungan. Masalah lainnya

adalah adanya organisme pengganggu tanaman. Serangan organisme penganggu

tanaman (OPT) pada budidaya tanaman gandum tidak boleh diabaikan. Jika

serangannya melebihi ambang ekonomi, maka dapat menurunkan tingkat

produktivitas tanaman gandum.

Pengembangan budidaya gandum yang dilakukan oleh Departemen

Agronomi dan Hortikultura IPB, salah satunya mengalami kendala serangan

organisme penganggu tanaman. Informasi mengenai organisme pengganggu yang

menyerang tanaman gandum hasil pemuliaan dan introduksi belum ada, sehingga

penelitian ini perlu dilakukan. Informasi ini dapat digunakan sebagai salah satu

dasar pemilihan galur maupun pengelolaan budidaya tanaman gandum agar

didapatkan galur tahan dan dapat mengurangi kehilangan hasil produksi.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui organisme penganggu

tanaman gandum introduksi dan hasil pemuliaan secara mutasi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai organisme

penggangu tanaman pada tanaman gandum, serta sebagai salah satu dasar

pemilihan galur maupun pengelolaan budidaya tanaman gandum.

Page 26: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Pengamatan dilakukan di dua lokasi yang berbeda yaitu di Desa

Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor dan di Desa Cilimus,

Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Identifikasi

serangga dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen

Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Identifikasi

patogen dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung mulai

bulan Februari 2013 sampai Agustus 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman gandum galur

Kasifbey (tetua benih dari negara Turki) hasil pemuliaan secara mutasi dan galur

SO9 (dari negara Meksiko) sebagai tanaman introduksi. Alat-alat yang digunakan

dalam penelitian adalah kantong plastik berukuran 20 x 30 cm, gunting,

mikroskop compound, mikroskop stereo, cawan petri, kaca preparat, dan kamera

digital.

Metode Penelitian

Penentuan Petak Tanaman Contoh dan Tanaman Contoh

Pengamatan OPT pada tanaman gandum dilakukan di dua lokasi dengan

luas areal masing-masing ± 2000 m². Lokasi lahan di Desa Cisarua dan Cilimus

masing-masing berada pada ketinggian 705 m dan 418 m di atas permukaan laut.

Pemilihan tanaman contoh berdasarkan dua variabel, yaitu penanaman dengan

perlakuan hasil pemuliaan secara mutasi dan uji introduksi. Galur yang

digunakan dalam penanaman gandum bervariasi, karena digunakan untuk uji

pemuliaan secara mutasi dan uji introduksi tanaman gandum.

Pengamatan OPT dilakukan pada dua galur yang berbeda yaitu galur

Kasifbey (hasil pemuliaan tanaman secara mutasi) dan galur SO9 (hasil

introduksi). Penentuan plot tanaman contoh dipilih berdasarkan pertimbangan

bahwa semua petak tanaman terpilih tersebut berada di tengah lahan gandum,

sedangkan galur yang lain petak tanamannya ada yang di tengah dan pinggir.

Galur lain yang ditanam di lahan yang merupakan hasil pemuliaan secara mutasi

adalah tanaman galur Oasis, Basribey, dan Rabe. Galur lain yang merupakan hasil

introduksi yaitu galur Munal, SBR, SBD, Waxming, YMH, H2O, SO3, dan SO8.

Selain itu, ditanam juga gandum dengan varietas Selayar, Nias, dan Dewata yang

merupakan varietas lokal sebagai tanaman pembanding.

Tanaman contoh dengan perlakuan uji mutasi dan introduksi ditanam

dengan cara penanaman benih dalam bentuk alur larikan. Masing-masing tanaman

contoh terdapat tiga petak ulangan. Ukuran luas per petak adalah 4.5 m x 1.5 m.

Masing-masing petakan tanaman contoh terbagi dalam 3 plot pengamatan dengan

ukuran luas 1 m x 0.5 m. Jumlah keseluruhan plot pengamatan pada petakan

tanaman contoh dengan perlakuan uji mutasi dan uji introduksi masing-masing

sebanyak 9 plot.

Page 27: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

4

Pengamatan

Pengamatan OPT dilakukan secara langsung pada tanaman. Pengamatan

tersebut dilakukan secara rutin setiap 2 minggu sekali, selama 3 bulan sejak awal

penanaman (fase vegetatif) sampai dengan tanaman gandum panen (fase

generatif).

Tanaman contoh diamati di semua bagian tanaman terhadap serangan OPT.

Tanaman yang bergejala dicatat dan dilakukan perhitungan terhadap luas serangan

hama dan kejadian penyakit. Selain itu, dicatat gambaran umum lokasi

pengamatan dan gejala serangan didokumentasikan.

Serangga yang belum teridentifikasi diambil dan dimasukkan ke dalam

plastik. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara makroskopis atau mikroskopis

di Laboratorium. Setiap jenis serangga diproses dengan cara yang berbeda

sebelum diidentifikasi, yaitu ada yang melalui awetan kering, awetan basah

(alkohol), dan pembuatan preparat.

Serangan patogen diamati pada semua bagian tanaman yang berada di plot

pengamatan, lalu contoh tanaman sakit dibawa untuk diidentifikasi di

Laboratorium. Identifikasi patogen yang disebabkan oleh cendawan menggunakan

kunci identifikasi Barnett dan Hunter (1999).

Serangan OPT dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang terserang

terhadap jumlah tanaman yang diamati, menggunakan rumus berikut:

L = Serangan OPT

n = jumlah tanaman yang terserang

N = jumlah tanaman yang diamati

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah (Spit plot

Design) dengan dua faktor (lokasi dan sumber benih) dan tiga ulangan. Data luas

serangan hama dan kejadian penyakit yang diperoleh disajikan dalam Microsoft

Exel 2010 dan dianalisis dengan menggunakan program Statistical Analytical

Science for Windows (SAS versi 9.1) dan dengan uji selang berganda Duncan

pada taraf 5%.

Page 28: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Pengamatan

Lahan gandum yang diamati adalah lahan bersama dengan peneliti

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Pengamatan

bersama ini dilakukan terhadap perkembangan dan pertumbuhan beberapa galur

gandum hasil persilangan, introduksi, dan pemuliaan tanaman secara mutasi. Pada

Tabel 1 di bawah ini terdapat kondisi umum di kedua lokasi penelitian dan

budidayanya. Pada Gambar 1 tertera kondisi lokasi penanaman gandum. Selain itu

data curah hujan di kedua lokasi penanaman gandum dari bulan Februari 2013

sampai dengan April 2013 ditampilkan pada Gambar 2. Data curah hujan

diperoleh dari kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG),

Balai Besar Wilayah II, Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor.

Tabel 1 Kondisi lokasi lahan pertanaman gandum serta budidayanya

Informasi lahan Lokasi lahan

Cisarua Kuningan

Luas lahan (m²) 2000 2000

Ketinggian lokasi 705 m dpl 418 m dpl

Sejarah penanaman

sebelum gandum

Padi Padi, ubi jalar, dan

kacang tanah

Komoditas di sekitar

lahan

Padi, singkong, pisang,

pinus

Padi, jagung, ubi jalar

Jenis tanah Liat Liat berpasir

Bentuk lahan Terasiring Datar

Kondisi lahan Terawat Terawat

Sistem tanam benih Larikan dan tugal Larikan dan tugal

Pengendalian gulma Manual (3 kali

penyiangan)

Manual (3 kali

penyiangan)

Penggunaan pupuk KCL, Urea, dan SP-36

(2 kali aplikasi)

KCL, Urea, dan SP-36

( 2 kali aplikasi)

(a) (b)

Gambar 1 Lahan gandum di lokasi penelitian. (a) Lahan gandum di Kuningan, (b)

lahan gandum di Cisarua.

Page 29: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

6

Gambar 2 Curah hujan pada bulan Februari 2013 sampai April 2013 di dua lokasi

penanaman gandum

Serangga OPT pada Tanaman Gandum

Pada lahan tanaman gandum di dua lokasi berbeda, ditemukan beberapa

jenis OPT dan dengan luas serangan yang berbeda. Keanekaragaman organisme

pengganggu tanaman yang menyerang gandum terjadi pada fase vegetatif dan

generatif. Serangga yang ditemukan pada tanaman gandum berdasarkan tipe alat

mulut dikelompokkan menjadi dua yaitu serangga penggigit-pengunyah terdiri

dari ulat, uret, penggerek batang, dan belalang. Serangga penusuk-penghisap yang

menyerang gandum adalah kutu daun dan dua jenis kepik yaitu walang sangit dan

kepik hijau. Berbagai jenis serangga yang ditemukan selama penelitian di dua

lokasi dan fase tanam yang berbeda terdapat di Tabel 2.

Perhitungan luas serangan OPT hanya dilakukan pada serangga belalang,

kutu daun, dan ulat. Serangga lain yang ditemukan selama penelitian yaitu

penggerek batang, uret, dan dua jenis kepik (walang sangit dan kepik hijau)

memiliki populasi dan gejala kerusakan yang rendah sehingga tidak dilakukan

perhitungan luas serangan terhadap serangga-serangga tersebut.

Tabel 2 Serangga OPT yang ditemukan pada tanaman gandum

Serangga Lokasi lahan Fase tanaman

Cisarua Kuningan Vegetatif Generatif

Oxya sp.1 √ √ √ √

Kutudaun2 √ √ √ √

Ulat3 √ √ √ √

Penggerek batang4 √ √ − √

Uret5 √ − − √

Leptocorisa oratorius6 √ √ − √

Nezara viridula7 √ √ − √

Keterangan: (√) dijumpai, (-) tidak dijumpai, 1(Orthoptera: Acrididae),

2(Hemiptera: Aphididae),

3(Lepidoptera),

4(Belum teridentifikasi),

5(Coleoptera: Scarabaeidae),

6(Hemiptera: Alydidae),

7(Hemiptera: Pentatomidae).

Page 30: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

7

Belalang

Belalang pada fase nimfa dan imago ditemukan menyerang tanaman

gandum. Hasil identifikasi serangga belalang ini adalah spesies Oxya sp.

(Orthoptera: Acrididae). Belalang Oxya sp. merupakan salah satu hama yang

cukup penting pada beberapa tanaman pangan. Serangga ini bersifat polifag,

diantaranya memiliki inang padi, kapas, kacang-kacangan, jagung, dan gandum

(Kalshoven 1981). Spesies Oxya sp. juga tercatat sebagai salah satu hama yang

menyerang tanaman padi dan gandum di lingkungan lahan basah serta wilayah

sebarannya terjadi di kawasan Asia (Litsinger dan Barrion 1988). Menurut

Handoko (2007) serangga Oxya sp. menjadi salah satu hama pada tanaman

gandum yang menyerang bagian daun dan ditemukan di wilayah Jawa Barat, yaitu

di Bogor pada ketinggian 300 m dpl dan Jawa Timur di kota Mojosari pada

ketinggian 28 m dpl, di Malang pada ketinggian 450 m dpl, dan Nongkojajar pada

ketinggian 900 m dpl. Pada saat penelitian ini, spesies Oxya sp. ditemukan di dua

lokasi penanaman gandum dan menyerang tanaman gandum introduksi maupun

hasil pemuliaan.

Spesies Oxya sp. ditemukan menyerang tanaman gandum pada bagian daun

dan bulir (Gambar 4). Gejala pada daun terlihat kerusakan bekas gerigitan di

bagian pinggir atau tengah daun. Kerusakan lebih lanjut dapat menyebabkan

berkurangnya nutrisi hasil proses fotosintesis tanaman. Serangan Oxya sp. pada

bulir menyebabkan bulir berlubang, sehingga dapat menurunkan hasil produksi

dari segi kualitas maupun kuantitas. Selama pengamatan di lapangan, selain

belalang jenis Oxya sp. juga terdapat belalang dari spesies lain menyerang

tanaman gandum. Namun, Oxya sp. lebih dominan ditemukan dan menyerang

tanaman gandum. Meskipun spesies Oxya sp. keberadaannya lebih dominan dari

jenis belalang lain, tapi pada saat pengamatan gejala kerusakan tanaman akibat

Oxya sp. tidak dibedakan dari jenis belalang lain dan hasil perhitungan luas

serangannya disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Persentase luas serangan belalang pada gandum introduksi dan hasil

pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K)

Page 31: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

8

Berdasarkan Gambar 3, terdapat perbedaan luas serangan belalang di dua

lokasi penanaman gandum. Luas serangan serangga belalang di lahan gandum

Kuningan mengalami kenaikan yang tinggi, persentase serangan ini berlaku

terhadap kedua galur gandum yang diamati. Pada pengamatan ketiga serangan

belalang di Kuningan sudah mencapai di atas 80% dengan bagian yang diserang

adalah daun dan bulir. Pengamatan keempat dan kelima juga mengalami kenaikan

tingkat serangan serangga belalang. Berbeda kondisi serangan yang terjadi di

lahan gandum Cisarua, serangan belalang mulai terlihat pada pengamatan kelima.

Luas serangannya masih di bawah 50%. Spesies Oxya sp. memiliki daya adaptasi

yang baik di dataran rendah yang biasanya dijumpai pada pertanaman padi, tapi

dapat pula beradaptasi di dataran tinggi (Kalshoven 1981). Banyaknya serangan

belalang di lahan gandum Kuningan disebabkan populasi serangga yang sangat

tinggi. Hal ini diketahui bahwa di pertanaman sekitar tanaman gandum terdapat

tanaman lain, salah satunya padi dan jagung yang juga merupakan inang dari

serangga belalang. Kedua tanaman tersebut juga terdapat serangan belalang yang

cukup banyak, dengan spesies Oxya sp. yang merupakan spesies yang banyak

ditemukan di lapangan.

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik, bahwa serangan belalang di

kedua lokasi penanaman gandum menunjukkan perbedaan yang nyata dengan

nilai P sebesar 0.0057. Rata-rata persentase luas serangan belalang tertinggi

terjadi di lokasi Kuningan mencapai 69.45% dibandingkan penanaman gandum di

lokasi Cisarua yang hanya 6.36%. Berbeda halnya dengan serangan belalang

terhadap dua sumber benih gandum yang ditanam, hasil uji statistik menunjukkan

tidak ada perbedaan yang nyata dengan nilai P sebesar 0.5427. Persentase rata-rata

luas serangannya sebesar 39.49% (galur introduksi) dan 36.33% (galur pemuliaan

tanaman). Perbandingan persentase rata-rata luas serangan belalang terhadap

perbedaan lokasi dan sumber benih dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

_____

(a) (b) (c)

Gambar 4 Belalang Oxya sp. pada tanaman gandum. (a) Gejala kerusakan pada

daun, (b) imago jantan dan betina, (c) gejala kerusakan pada malai.

Page 32: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

9

Kutudaun

Pada saat pengamatan di lapangan, ditemukan fase nimfa dan imago dari

kutudaun yang menyerang tanaman gandum. Serangga ini memiliki tipe alat

mulut menusuk-menghisap. Kutudaun termasuk dalam Ordo Hemiptera dan famili

Aphididae. Berdasarkan hasil identifikasi, ditemukan 5 spesies kutudaun yaitu

Hysteroneura setariae, Sitobion avenae, Sitobion fragareae, Sitobion miscanthi,

dan Oedisiphum compositarum. Spesies S. avenae lebih banyak ditemukan di

lahan pertanaman gandum Cisarua. Lahan pertanaman gandum di Kuningan

hanya ditemukan satu jenis spesies yaitu Oedisiphum compositarum (Suryadi

2013).

Beberapa spesies kutudaun yang ditemukan di lokasi penelitian juga

tercatat menjadi hama yang menyerang tanaman padi dan gandum. Spesies

Hysteroneura setariae, lebih cocok hidup di lahan kering dengan wilayah

sebarannya pernah ditemukan di kawasan Asia. Spesies Sitobion avenae lebih

banyak menyerang tanaman gandum dan padi yang ditanam di lahan basah, hama

ini pernah ditemukan di kawasan Asia (Litsinger dan Barrion 1988). Berbeda hal

nya hasil penelitian dari Handoko (2007), menyebutkan bahwa hama kutudaun

dengan spesies Rhopalosiphum padi pernah ditemukan menyerang tanaman

gandum di wilayah Jawa Barat [Bogor (300 m dpl)] dan Jawa Timur di tiga kota,

yaitu Mojosari pada ketinggian 28 m dpl, Nongkojajar pada ketinggian 900 m dpl,

dan Cangar pada ketinggian 1650 m dpl. Selain itu, hama kutudaun juga

menyerang tanaman gandum di desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Semarang (Murtiyono 2012), namun dalam penelitiannya tidak disebutkan nama

spesies dari kutudaun.

Kutudaun menyerang bagian tanaman gandum yaitu daun, batang, dan bulir

(Gambar 6). Serangannya terjadi pada fase vegetatif dan generatif. Kutu daun

menyerang daun dan batang ketika tanaman masih muda, sedangkan bulir gandum

diserang ketika bulir-bulir gandum masih dalam proses pengisian. Daun yang

terserang menunjukkan gejala berwarna kuning, menggulung, dan cepat kering.

Gejala pada batang terlihat kering akibat pengambilan nutrisi oleh kutudaun,

sedangkan bulir yang terserang terlihat hampa, kering, mengkerut. Serangan ini

dapat menurunkan hasil produksi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pada

Gambar 6 tertera berbagai jenis kutudaun yang menyerang bagian daun, batang,

dan malai gandum.

Gambar 5 Persentase luas serangan kutudaun pada gandum introduksi dan hasil

pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K)

Page 33: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

10

Pada saat pengamatan di lapangan, ditemukan adanya asosiasi antara

kutudaun dengan semut. Menurut Litsinger dan Barrion (1988) semut dapat

berperan sebagai pelindung kutudaun dari serangan musuh alami, semut juga

memperoleh embun madu yang dikeluarkan dari tubuh kutudaun. Salah satu

musuh alami dari kutudaun yang ditemukan di lapangan adalah serangga predator

dari famili Coccinellidae. Fase larva dari famili tersebut ditemukan sedang

menyerang kutudaun.

Serangan kutudaun banyak terjadi di lahan pertanaman gandum Cisarua

(Gambar 5). Serangan kutudaun di lahan gandum Kuningan sangat sedikit dan

hanya ditemukan di petak penanaman galur gandum hasil pemuliaan. Luas

serangan hama kutudaun di lokasi penanaman gandum Cisarua mulai telihat pada

pengamatan kedua yang terjadi pada fase vegetatif. Bagian tanaman yang diserang

adalah daun. Pada fase generatif (pengamatan ketiga sampai kelima) bagian

tanaman yang diserang oleh kutudaun adalah batang dan bulir. Luas serangan

kutudaun terus meningkat di lokasi Cisarua, terjadi pada sumber benih hasil

introduksi. Berbeda luas serangan yang terjadi pada penanaman benih hasil

pemuliaan, luas serangannya mengalami penurunan pada pengamatan keempat

dan kelima. Hal ini terjadi kemungkinan dikarenakan kondisi tanaman pada fase

vegetatif sudah banyak diserang oleh kutudaun, sehingga memasuki fase generatif

menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan serangga kutudaun pindah ke

tanaman gandum yang memiliki kandungan nutrisi lebih banyak. Selain itu, pada

pengamatan keempat dan kelima kondisi daun sudah mulai mengering dan

bercampur dengan gejala akibat serangan penyakit, sehingga sulit untuk

mengetahui gejala kerusakan daun yang disebabkan oleh kutudaun.

Populasi kutudaun di lahan gandum Kuningan tidak banyak, hal ini

kemungkinan dapat disebabkan oleh curah hujan yang tinggi (Gambar 2) dan di

sekitar pertanaman gandum terdapat banyak tanaman padi dan jagung yang

merupakan salah satu inang dari kutudaun.

Pengaruh curah hujan terhadap kehidupan serangga memiliki arti penting.

Hujan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan keaktifan serangga, salah

satunya adalah pengaruh terhadap kutudaun yang menyerang tanaman gandum.

Curah hujan yang tinggi mengakibatkan individu-individu berjatuhan dan mati

sehingga mengurangi populasi dalam jumlah yang cukup berarti. Selain itu

kondisi perbedaan ketinggian lokasi dapat berpengaruh terhadap perkembangan

dari kutudaun. Menurut Nasution (2002) menyatakan bahwa analisis rataan suhu

udara harian menunjukkan semakin rendah suhu sebagai akibat letak yang lebih

tinggi dari permukaan laut mengakibatkan laju perkembangan spesies R. padi

yang lebih lambat dengan padat populasi yang lebih tinggi, sebaliknya semakin

tinggi suhu maka perkembangan R. padi akan semakin cepat dengan kepadatan

populasi yang lebih rendah.

Faktor pertanaman di sekitar lahan gandum mungkin dapat mempengaruhi

tingkat serangan dan populasi serangga ini pada tanaman gandum sebagai sumber

infestasi. Salah satunya adalah tanaman jagung dan padi yang ditanam di sekitar

tanaman gandum, kemungkinan dapat mempengaruhi jumlah kutudaun yang

menyerang ke tanaman gandum. Sesuai kondisi di lapangan, kedua tanaman yang

berbeda ini ditanam dalam waktu yang hampir bersamaan, sehingga faktor

ketersediaan makanan bagi kutudaun sangat melimpah.

Page 34: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

11

a b

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 6 Kutudaun pada gandum. (a) Kutudaun berkoloni pada batang,(b dan c)

kutudaun menyerang malai, (d) gejala pada daun akibat serangan

kutudaun.

Meskipun dari Gambar 5 terlihat perbedaan serangan kutudaun yang

mencolok di kedua lokasi, ternyata setelah dilakukan uji stastistik didapatkan hasil

dari serangan kutudaun tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata

terhadap lokasi yang berbeda maupun sumber benih gandum yang diamati. Nilai P

dari uji ANOVA yang diperoleh secara berturut-turut adalah 0.0599 dan 0.8783.

Nilai perbandingan persentase luas serangan kutudaun terhadap lokasi dan sumber

benih gandum yang berbeda secara berturu-turut adalah 27.14% (Cisarua) dan

0.08% (Kuningan); serta 13.05% (galur introduksi) dan 14.17% (galur pemuliaan

tanaman) (Lampiran 1 dan 2).

Ulat

Ulat termasuk dalam ordo Lepidoptera. Tipe alat mulutnya adalah menggigit

mengunyah. Fase larva atau sering disebut dengan ulat ditemukan memakan di

beberapa bagian tanaman gandum. Ulat yang menyerang tanaman gandum di dua

lokasi pengamatan ditemukan lebih dari satu jenis. Menurut Suryadi (2013)

berdasarkan hasil identifikasinya pada pengamatan gandum di dua lokasi yaitu

Cisarua dan Kuningan ditemukan 8 spesies ulat pada tanaman gandum,

diantaranya adalah Mythimna unipuncta (Famili Noctuidae), Creatonotos

transiens (Famili Arctiidae), Cnaphaclorocis medinalis (Famili Crambidae),

Paralecta sp. (Famili Xylorictidae), Parnara bada (Famili Hesperiidae),

Page 35: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

12

Orthiostola sp. (Famili Yponomeutidae), Spodoptera litura (Famili Noctuidae),

dan Potanthus sp. (Famili Hesperiidae). Serangga jenis ulat pada gandum di

lokasi Kuningan hanya ditemukan ulat dengan spesies Spodoptera litura dan

Mythimna unipuncta. Selain serangga ulat yang telah disebutkan sebelumnya,

masih terdapat beberapa jenis ulat yang ditemukan menyerang tanaman gandum.

Jenis-jenis ulat tersebut hanya dapat diidentifikasi sampai tingkat famili, hal ini

dikarenakan selama pemeliharaan ulat tersebut tidak dapat berkembang sampai

imago. Ulat yang ditemukan berasal dari famili Geometridae, Lymantriidae,

Lasiocampidae, Noctuidae, Crambidae, Arctiidae, dan Nymphalidae. Ulat dari

famili Geometridae tidak dapat berkembang sampai imago dikarenakan terserang

oleh parasitoid yaitu spesies Tricolobus sp. dan Diphyus sp. (Famili

Ichneumonidae: Ordo Hymenoptera). Beberapa jenis ulat yang telah ditemukan,

ada dua spesies yang juga menyerang tanaman padi. Menurut Litsinger dan

Barrion (1988) spesies Mythimna unipuncta (Famili Noctuidae) dan Spodoptera

litura (Famili Noctuidae) ditemukan pernah menyerang tanaman padi dan

gandum. Menurut Murtiyono (2012) ulat dari famili Arctidae, Geometridae, dan

Noctuidae pernah ditemukan menyerang tanaman gandum di daerah Semarang.

Berdasarkan hasil pengamatan di lahan gandum, serangga ini menyebabkan

kerusakan di daun, dan bulir gandum. Kerusakan pada daun oleh serangga ulat

mulai terjadi sejak tanaman masih muda atau fase vegetatif sampai generatif.

Daun yang terserang terlihat menggulung, window panning, dan menyebabkan

daun berlubang bekas gerigitan ulat. Pada fase generatif, ulat juga menyebabkan

kerusakan pada bagian bulir. Gejalanya berupa gerigitan pada bulir. Serangan

lebih banyak terjadi ketika bulir-bulir masih dalam proses pengisian. Kerusakan

lebih lanjut, bulir yang terserang terlihat tidak utuh bahkan menjadi hampa

(Gambar 7). Sama halnya dengan belalang, untuk perhitungan luas serangan ulat

tidak memperhatikan jenis ulat tertentu.

Page 36: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

13

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h)

Gambar 7 Ulat pada gandum. (a) Gejala window panning pada daun, (b) daun

berlubang akibat gerigitan ulat, (c) ulat memakan bulir gandum, (d)

gejala bulir berlubang, (e) Spodoptera litura, (f) Mythimna

unipuncta, (g) Potanthus sp, (h) Parnara bada.

Page 37: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

14

Gambar 8 Persentase luas serangan ulat pada gandum introduksi dan hasil

pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan Kuningan (K)

Pada Gambar 8 terdapat grafik luas serangan ulat secara umum di dua lokasi

penanaman gandum dan sumber benih yang berbeda. Serangan tersebut lebih

banyak terjadi di lahan gandum Cisarua dibandingkan di Kuningan. Luas serangan

di Cisarua mulai terlihat pada pengamatan kedua dan mengalami kenaikan pada

pengamatan ketiga. Pada pengamatan keempat dan kelima terlihat serangan ulat di

gandum hasil introduksi mengalami peningkatan mencapai sekitar 40%. Kondisi

serangan yang berbeda terjadi pada tanaman gandum hasil pemuliaan yang

ditanam di Cisarua, terlihat pada pengamatan keempat mengalami penurunan luas

serangan. Hal ini dikarenakan pada petak ulangan ketiga banyak tanaman yang

daunnya mulai kering sehingga tidak diketahui daun yang bergejala akibat

serangan ulat. Selain itu di petakan tersebut kondisi tanaman belum banyak

muncul malai gandum.

Penanaman lahan gandum di Kuningan tidak banyak terserang oleh ulat.

Luas serangan tertinggi mencapai sekitar 12% pada pengamatan keempat di lahan

petakan gandum hasil introduksi. Pada lahan petakan gandum hasil pemuliaan

tidak menunjukkan adanya serangan ulat. Rendahnya serangan ulat yang terjadi di

lahan gandum Kuningan kemungkinan dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

dan pertanaman di sekitar gandum. Kondisi pertanaman di sekitar lahan gandum

Kuningan lebih banyak terdapat tanaman padi, kemungkinan serangga dari ordo

Lepidoptera lebih menyukai inang dari tanaman padi dibandingkan tanaman

gandum.

Dilihat dari sumber benih yang diamati, terlihat kedua galur yang ditanam di

lokasi lahan gandum Cisarua lebih banyak terserang ulat dibandingkan kedua

galur gandum yang di tanam di lokasi Kuningan.

Berdasarkan hasil uji statistik (Lampiran 1 dan 2), diketahui bahwa serangan

ulat di dua lokasi penanaman gandum menunjukkan perbedaan yang nyata dengan

nilai P sebesar 0.0292, sedangkan nilai rata-rata luas serangan ulat sebesar 26.52%

dan 3.02% untuk lokasi Cisarua dan Kuningan. Pengaruh serangan ulat terhadap

dua sumber benih gandum yang diamati menunjukkan tidak berbeda nyata dengan

nila P 0.5794. Nilai persentase rata-rata luas serangannya sebesar 13.85% (galur

introduksi) dan 15.69% (galur pemuliaan tanaman).

Page 38: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

15

Gejala oleh Penggerek Batang

Serangga penggerek batang pada gandum belum dapat diidentifikasi. Hal ini

dikarenakan pada saat pengamatan belum dapat menemukan serangga penyebab

gejala gerekan pada gandum tersebut. Gejala dari serangan serangga ini berupa

gerigitan pada batang yaitu tepat di atas ruas batang. Kerusakan lebih lanjut

menyebabkan batang dan seluruh malai menjadi kering dan hampa karena nutrisi

dari akar menuju batang terputus. Meskipun batang gandum sudah terserang oleh

serangga ini, tapi tanaman masih tetap berdiri tegak.

Serangan penggerek batang ini terjadi di dua lokasi pengamatan dan

ditemukan pada masing-masing perlakuan penanaman benih gandum. Namun

belum dapat dilakukan perhitungan luas serangannya. Hal ini dikarenakan sulit

membedakan antara gejala akibat serangan hama penggerek batang dengan

tanaman yang sudah menjelang tua, sedangkan gejala berupa batang yang

berlubang mulai terlihat ketika tanaman sudah menjelang panen. Batang yang

berlubang diduga proses tempat keluarnya serangga dari tanaman bergejala untuk

pindah ke tanaman gandum yang lain. Selama pengamatan dilakukan pembedahan

terhadap batang akibat serangan serangga penggerek. Hal ini dilakukan untuk

menemukan adanya pupa penggerek tersebut, namun setelah dilakukan

pembedahan ternyata belum dapat menemukan pupa tersebut. Gejala serangan

oleh serangga penggerek batang dapat dilihat pada Gambar 9.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 9 Penggerek batang pada gandum. (a) Malai kering akibat penggerek

batang, (b) lubang gerekan pada batang, (c dan d) batang gandum

akibat serangan penggerek batang.

Page 39: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

16

Uret

Uret yang menyerang tanaman gandum termasuk dalam Ordo Coleoptera

dan Famili Scarabaeidae. Fase larva dari serangga ini ditemukan menyerang

tanaman gandum. Serangga ini memiliki tipe alat mulut menggigit-mengunyah.

Larva dari famili Scarabaeidae memiliki bentuk tubuh menyerupai huruf C,

berwarna putih dengan kepala berwarna coklat (Gambar 10 (c)).

Uret belum dapat teridentifikasi sampai genus maupun spesies. Hal ini

dikarenakan serangga yang ditemukan di lapangan hanya berupa larva atau uret

sebagai hama, kemudian dalam pemeliharaan sampai imago tidak berhasil.

Identifikasi dapat dilakukan melalui larva dengan cara melakukan pengamatan

secara langsung pada bagian ujung abdomennya atau dengan memotong ujung

abdomen kemudian dibuat preparat slide. Spesimen yang ditemukan di lapangan

hanya 1 larva dengan kondisi yang tidak baik, sehingga belum dapat diidentifikasi

lebih lanjut.

Pada saat pengamatan diduga uret menyerang tanaman gandum pada bagian

akar. Hama tersebut menyerang dengan cara menggigit-mengunyah. Akar yang

diserang mengalami kerusakan bahkan sampai habis, sehingga tanaman akan

mudah dicabut bahkan rebah secara alami. Dampak lain yang lebih berat adalah

proses pengangkutan nutrisi dari akar ke bagian tanaman akan terhambat sehingga

tanaman menjadi kering dan proses pengisian pada malai gandum tidak maksimal

bahkan bulir menjadi hampa. Gejala yang disebabkan oleh uret dapat dilihat pada

Gambar 10.

Menurut Litsinger dan Barrion (1988) bahwa uret tercatat menjadi salah satu

serangga yang menyerang tanaman gandum dan padi. Larva uret lebih menyukai

sistem akar berserat di habitat lahan kering. Larva uret dengan ukuran yang besar

dapat mengkonsumsi sistem akar seluruh tanaman yang masih muda. Gejala

kerusakan oleh uret dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bahkan

tanaman menjadi mati. Selain itu, dilaporkan juga bahwa ditemukan lima spesies

yang berbeda dari hama uret yang menjadi hama tanaman gandum dan padi.

Spesies Phyllophaga sp. ditemukan di Amerika Latin. Spesies Holotrichia

consanguinea menyebabkan kerugian hasil yang tinggi pada tanaman gandum dan

padi di negara India. Empat spesies lain yaitu Holotrichia spp., Anomala sp.,

Adoretus sp., Autoserica sp., dan Leucopholis irrorata pernah menyerang

tanaman gandum dan padi di negara Filipina.

Larva uret hanya ditemukan di lokasi lahan gandum Cisarua, sedangkan di

lahan gandum Kuningan tidak ditemukan adanya larva tersebut. Namun, selama

pengamatan di lahan gandum Kuningan ditemukan adanya gejala seperti dugaan

serangan uret yang terjadi di lahan gandum Cisarua. Larva uret belum dapat

dilakukan perhitungan luas serangan hama. Hal ini dikarenakan uret diduga

merusak tanaman pada bagian akar yang berada di dalam tanah, sehingga sulit

untuk diamati. Selain itu, gejalanya baru mulai telihat ketika tanaman sudah

menjelang masa panen berupa rebah tanaman.

Page 40: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

17

(a) (b) (c)

Gambar 10 Uret pada gandum. (a) Tanaman rebah akibat serangan uret, (b) akar

tanaman termakan oleh uret, (c) uret yang masih hidup ditemukan di

dalam tanah.

Walang Sangit

Walang sangit dengan spesies Leptocorisa oratorius (Ordo: Hemiptera dan

Famili: Alydidae) adalah salah satu serangga yang menyerang tanaman gandum.

Selama pengamatan fase nimfa dan imago dari spesies ini ditemukan menyerang

tanaman gandum. Menurut Litsinger dan Barrion (1988) Spesies Leptocorisa

oratorius tercatat menjadi salah satu hama tanaman yang menyerang gandum dan

padi, tetapi serangga ini jarang ditemukan di tanaman gandum. Hama walang

sangit lebih menyukai habitat di lahan basah dan tercatat pernah menjadi hama

pada tanaman gandum dan padi di kawasan Asia, salah satunya adalah Indonesia.

Handoko (2007) menyebutkan salah satu hama pada tanaman gandum adalah

walang sangit yang menyerang bulir gandum, dilaporkan pernah menyerang

tanaman gandum di daerah Bogor pada ketinggian 300 m dpl.

L. oratorius ditemukan di dua lokasi pengamatan dan menyerang pada fase

generatif. Bagian yang diserang adalah bulir dengan cara menusuk-menghisap.

Gejala yang terjadi menyebabkan bulir hampa. Walang sangit pada saat

pengamatan ditemukan dengan gejala kerusakan rendah, sehingga tidak dilakukan

perhitungan luas serangan hama. Pada Gambar 11 tertera walang sangit fase nimfa

dan imago yang menyerang bulir gandum dan gejala yang diakibatkan oleh

serangga tersebut.

Page 41: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

18

(a) (b) (c)

Gambar 11 Walang sangit pada gandum. (a dan b) Imago dan nimfa walang

sangit pada malai gandum, (c) gejala tusukan oleh walang sangit

pada bulir gandum.

Kepik Hijau

Kepik hijau termasuk dalam (Ordo Hemiptera: Famili Pentatomidae)

dengan nama spesies yaitu Nezara viridula, ditemukan menyerang tanaman

gandum bagian bulir. Serangga ini menyerang dengan cara menusukkan stilet ke

bulir kemudian menghisap cairan. Kerusakan yang terjadi bulir akan mengkerut,

berwarna coklat, dan hampa. Pada saat pengamatan fase nimfa dan imago

ditemukan menyerang tanaman gandum (Gambar 12).

Spesies N. viridula mulai menyerang tanaman ketika fase generatif.

Serangga ini ditemukan di dua lokasi pengamatan gandum dan menyerang di

gandum galur Kasifbey dan SO9. Sama halnya dengan walang sangit, gejala

kerusakan akibat spesies N. viridula sangat rendah, sehingga tidak dilakukan

perhitungan luas serangan hama. Menurut Litsinger dan Barrion (1988) selain

sebagai hama pada tanaman gandum, N. viridula juga tercatat sebagai hama pada

tanaman padi. Serangga ini lebih banyak ditemukan di tanaman padi dan gandum

di lahan kering dan basah. Kepik hijau berperan sebagai hama kosmopolitan.

Page 42: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

19

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 12 Kepik hijau pada gandum. (a dan b) Imago jantan dan betina pada

malai gandum, (c) nimfa pada malai, (d) gejala tusukan kepik hijau

pada bulir gandum.

Pembahasan Umum Serangga Pengganggu pada Tanaman Gandum

Serangga yang ditemukan menyerang tanaman gandum pada saat

pengamatan, ternyata secara dominan serangga-serangga tersebut juga tercatat

ditemukan menyebabkan kerusakan pada tanaman padi. Kedua tanaman ini

termasuk dalam Famili Graminae. Serangga yang dimaksud adalah Spesies Oxya

sp. (Orthoptera: Acrididae), kutudaun (Hemiptera: Aphididae) dan ulat

(Lepidoptera) dengan beberapa jenis spesies, uret (Coleoptera: Scarabaeidae),

walang sangit (Hemiptera: Alydidae), dan kepik hijau (Hemiptera: Pentatomidae).

Menurut Litsinger dan Barrion (1988) menyatakan bahwa tercatat hampir 200

jenis serangga yang bersifat hama ditemukan menyerang tanaman padi dan

gandum yang tersebar di seluruh dunia, sifat serangga ada yang menjadi hama

benih, hama di lapangan, maupun hama pascapanen.

Berdasarkan nilai luas serangan hama yang diperoleh pada saat pengamatan,

terdapat dua jenis hama dominan pada tanaman gandum. Hama tersebut adalah

ulat dari Ordo Lepidoptera dan belalang. Kedua jenis serangga ini menyerang

tanaman gandum mulai fase vegetatif sampai generatif. Meskipun kedua serangga

ini ditemukan menyerang tanaman gandum di lokasi penanaman, tapi tidak

semuanya menjadi dominan di kedua lokasi tersebut. Ulat menjadi dominan di

lokasi lahan gandum Cisarua dengan luas serangan mencapai sekitar 60%,

Page 43: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

20

sedangkan belalang menjadi hama dominan di lokasi lahan gandum Kuningan

dengan luas serangannya mencapat 100%.

Dari segi luas serangan secara keseluruhan, ternyata penanaman gandum di

Cisarua lebih banyak terserang serangga pengganggu tanaman dibandingkan di

Kuningan. Hal ini mungkin dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, lokasi

disekitar pertanaman, dan ekologi dari serangga. Kondisi lingkungan seperti curah

hujan yang tinggi terjadi di daerah Kuningan, sehingga dapat mempengaruhi atau

menghambat ruang gerak beberapa jenis serangga.

Penyakit yang Ditemukan pada Tanaman Gandum

Penyakit yang ditemukan pada kedua lahan pengamatan di Kecamatan

Cisarua dan Kuningan disebabkan oleh kelompok cendawan. Jenis penyakit yang

ditemukan pada tanaman gandum fase generatif lebih banyak dibandingkan fase

vegetatif. Berbagai jenis penyakit yang ditemukan selama penelitian di dua lokasi

dan fase tanam yang berbeda terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3 Penyakit yang ditemukan pada tanaman gandum

Keterangan: (√) dijumpai, (−) tidak dijumpai, a(cendawan Helminthosporium sp.),

b(cendawan

Fusarium sp.), c(cendawan Phoma sp.),

d(cendawan Curvularia sp.),

e(cendawan Alternaria sp.).

Hawar Helminthosporium

Penyakit hawar Helminthosporium disebabkan oleh cendawan

Helminthosporium sp. Menurut Acharya et. al (2011) gejala seperti ini disebut

dengan penyakit bercak spot yang disebabkan oleh Bipolaris sorokiniana (Sacc.)

Shoem., Drechslera sorokiniana (Sacc.) Subram dan Jain, dan (syn.

Helminthosporium, teleomorph Cochliobolus sativus) telah muncul sebagai

masalah serius bagi budidaya gandum di daerah hangat dan lembab. Daerah

penyebarannya dilaporkan salah satunya di Indonesia. Menurut Handoko (2007)

penyakit ini pernah menyerang tanaman gandum di Indonesia, tepatnya di Jawa

Barat, yaitu Bogor pada ketinggian 300 m dpl dan Jawa Timur di kota Mojosari

pada ketinggian 28 m dpl dan di Malang pada ketinggian 450 m dpl. Pada

penelitian ini, patogen ditemukan di dua lokasi pengamatan dan menyerang

tanaman gandum introduksi dan hasil pemuliaan tanaman.

Patogen ini menyerang daun dan malai gandum. Daun yang terserang

menunjukan gejala berwarna coklat yang meluas tidak beraturan dengan bagian

tepi berwarna kekuningan. Serangan lanjut, daun menjadi kering dan rapuh.

Menurut Nagarajan dan Kumar (1998) penyakit hawar daun Helminthosporium

mampu menyebabkan kerusakan dari tahap daun primer, meskipun tanaman

Penyakit Lokasi Fase tanaman

Cisarua Kuningan Vegetatif Generatif

Hawar daun

Helminthosporiuma

Hawar malai

Helminthosporiuma

Hawar malai Fusariumb √ √ − √

Hawar malai Phomac √ √ − √

Malai Curvulariad √ √ − √

Malai Alternariae − √ − √

Page 44: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

21

Gambar 13 Persentase kejadian penyakit hawar Helminthosporium pada gandum

introduksi dan hasil pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan

Kuningan (K)

gandum cenderung lebih rentan ketika sudah berbunga. Gejala diawali dengan

bercak kecil pada daun, gejala lanjut bercak semakin melebar dan daun akan

kering prematur. Akibatnya dapat mengurangi daerah fotosintesis tanaman. Gejala

pada malai gandum yang terserang terlihat seperti gosong berwarna hitam pekat,

karena adanya kondiofor dan konidium cendawan. Akibatnya biji menjadi rusak

dan berkerut. Cendawan ini mempunyai konidiofor 5-7 sel dan membentuk

struktur seperti lutut sebagai tempat melekatnya konidia. Konidia memiliki ukuran

yang panjang dan sedikit bengkok, berdinding tebal dengan 8-10 sekat yang tebal.

Konidia dapat disebarkan oleh angin (Semangun, 1993).

Secara umum perkembangan penyakit hawar Helminthosporium di dua

lokasi sangat tinggi. Namun, perkembangan penyakit di Kuningan lebih tinggi

dibandingkan Cisarua pada gandum introduksi (Gambar 13), sedangkan pada

gandum hasil pemuliaan serangan patogen lebih tinggi di lokasi Kuningan, sampai

pada pengamatan keempat. Pengamatan kelima nilai kejadian penyakit relatif

sama di kedua lokasi.

Nilai kejadian penyakit pada pengamatan pertama sampai ketiga di lokasi

Kuningan mengalami kenaikan yang tinggi dibandingkan lokasi Cisarua. Pada

rentang waktu tersebut, lahan gandum di Kuningan tergenang oleh air yang

meningkatkan kelembaban lingkungan sehingga patogen mudah berkembang.

Patogen ini lebih banyak menyerang gandum hasil pemuliaan di daerah

Cisarua, sedangkan di Kuningan lebih tinggi pada gandum introduksi. Gandum

introduksi yang di tanam di ketinggian 705 m dpl ternyata belum bisa toleran

terhadap penyakit hawar Helminthosporium.

Hasil uji statistik (Lampiran 1 dan 2), menunjukkan bahwa serangan

cendawan Helminthosporium sp. terdapat perbedaan yang nyata terhadap kedua

lokasi penanaman gandum dengan nilai P 0.0389 dan diperoleh persentase nilai

rata-rata kejadian penyakit sebesar 45.68% dan 69.26% untuk lokasi Cisarua dan

Kuningan. Berbeda halnya serangan patogen ini terhadap sumber benih yang

digunakan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata dengan nilai P 0.3659.

Persentase nilai rata-rata kejadian penyakit tersebut sebesar 60.91% (galur

introduksi) dan 54.04% (galur pemuliaan tanaman).

Page 45: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

22

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 14 Penyakit hawar Helminthosporium. (a dan b) Hawar pada daun

berwarna coklat di tengah dengan kekuningan di tepi, (c) gejala

hawar pada malai (kumpulan konidia berwarna hitam) (perbesaran

3x), (d) konidia cendawan di bawah mikroskop, bersekat hingga 10

(perbesaran 40x10).

Hawar Malai Fusarium

Patogen ini disebabkan oleh cendawan Fusarium sp. Serangannya banyak

menimbulkan kerugian di negara-negara penanam gandum dan dikenal sebagai

Fusarium head blight (Hawar bulir Fusarium) (Semangun 1993). Patogen

ditemukan di dua lokasi pengamatan dan menyerang tanaman gandum introduksi

dan hasil pemuliaan tanaman. Menurut Handoko (2007) Penyakit ini pernah

menyerang tanaman gandum di Indonesia, tepatnya di Mojosari, Bogor, Malang,

Nongkojajar, dan Cangar.

Patogen banyak ditemukan di bagian malai gandum, tetapi pada bagian

batang juga ditemukan adanya cendawan Fusarium sp. yang berwarna orange.

Pada malai gandum sakit terdapat miselium yang berwarna putih, namun gejala

paling khas adalah gejala serangan yang berwarna jingga yang terlihat seperti

menyala ketika siang hari (Gambar 16a). Menjelang panen, patogen mengalami

perkembangan stadium sempurna. Patogen membentuk peritesium yang terlihat

seperti bintik-bintik hitam. Gejala lanjut di lapangan akan sulit dibedakan antara

serangan hawar malai Fusarium dengan Helminthosporium. Kedua penyakit

tersebut dapat dibedakan pada pengamatan di bawah mikroskop.

Page 46: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

23

Gambar 15 Persentase kejadian penyakit hawar malai Fusarium pada gandum

introduksi dan hasil pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan

Kuningan (K)

Menurut Wegulo et. al (2008) hawar malai Fusarium disebabkan oleh

cendawan Fusarium graminearum (fase seksual: Gibberella zeae). Cendawan

terdiri atas 2 jenis konidia, yaitu makrokonidia dan mikrokonidia. Makrokonidia

mempunyai sekat 3-5 bentuknya mirip bulan sabit, dan mikrokonidia membentuk

rantai atau berkumpul seperti kepala, biasanya tidak bersekat. Pada stadium

sempurna cendawan membetuk peritesium berwarna gelap. Peritesium berisi

askus bulat panjang, berisi 8 askospora dengan ujung menyempit dan biasanya

mempunyai sekat 1-3 (Semangun 1993).

Penyakit Fusarium sp. mulai terlihat pada pengamatan kelima. Kondisi

tanaman sudah masuk pada fase generatif (Gambar 15). Tingkat serangan patogen

ini cukup tinggi. Didukung oleh kondisi cuaca seperti curah hujan yang tinggi,

dan angin yang kencang dapat mempercepat penyebaran konidia atau askospora

patogen.

Dilihat dari serangan penyakit Fusarium, kejadian penyakitnya lebih banyak

terjadi di Cisarua daripada Kuningan, meskipun perbedaannya tidak besar.

Semakin tinggi lokasi maka suhu semakin rendah. Kondisi ini menguntungkan

bagi pertumbuhan patogen.

Dilihat dari serangannya terhadap galur gandum, ternyata gandum hasil

pemuliaan lebih banyak terserang oleh patogen ini. Hal ini menandakan bahwa

gandum hasil pemuliaan tanaman lebih rentan daripada gandum hasil introduksi

terhadap serangan penyakit hawar malai Fusarium.

Serangan hawar malai Fusarium terhadap perbedaan lokasi penanaman

gandum dan perbedaan sumber benih gandum yang diamati ternyata tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata melalui analisis statistik dengan nilai P secara

berturut-turut sebesar 0.4271 dan 0.1066. Persentase nilai rata-rata kejadian

penyakit tersebut secara berturut-turut adalah 10.23% dan 8.21% untuk lokasi

Cisarua dan Kuningan; serta 6.71% (galur intrduksi) dan 11.74% (galur pemuliaan

tanaman) (Lampiran 1 dan 2).

Page 47: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

24

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 16 Penyakit hawar malai Fusarium. (a) Gejala hawar pada malai,

berwarna jingga pada bulir gandum, (b) bulir gandum terdapat

bintik-bintik hitam (perbesaran 3.5x), (c) peritesium berwarna

hitam, merupakan stadium sempurna dari cendawan (Perbesaran

40x10), (d) bentuk gejala lain dari hawar malai Fusarium, (e)

miselium pada bulir gandum (perbesaran 3.5x), (f) miselium

cendawan Fusarium sp. dengan makrokonidia yang panjang dan

langsing (Perbesaran 40x10).

Hawar Malai Phoma

Bulir gandum yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala hawar pada

bagian tengah berwarna jerami dengan tepian berwarna coklat. Bila diamati lebih

dekat terlihat bintik-bintik hitam yang merupakan piknidia cendawan. Pada gejala

lanjut, bintik-bintik hitam terlihat semakin jelas disertai dengan adanya seta pada

piknidia tersebut. Berdasarkan gejala yang ditemukan di lapangan dan

pengamatan mikroskopis, patogen ini diduga adalah kelompok Phoma sp. Pada

Gambar 17 terdapat gejala dan mikroskopis dari penyakit Hawar malai Phoma.

Bintik-bintik hitam tersebut jika diamati di bawah mikroskop akan terlihat

bagian ostiol yang sangat jelas dan disertai adanya seta pada piknidia. Bila

piknidia dipecah, akan keluar banyak konidia dengan bentuk oval, hialin, dan

tidak bersekat (Gambar 17 (c)).

Page 48: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

25

.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 17 Penyakit hawar malai Phoma. (a) Gejala hawar pada malai, (b)

terlihat titik-titik hitam pada bulir (perbesaran 3x), (c) piknidia

dengan ostiol yang jelas dan bila dipecah akan keluar konidia yang

banyak, hialin, dan bersel satu (perbesaran 40x10), (d) gejala lanjut

hawar malai Phoma (pebesaran 2.5x), (e) pengamatan lebih dekat,

terlihat rambut-rambut (seta) pada titik-titik hitam (perbesaran 4x),

(f) piknidia dengan seta yang banyak (perbesaran 10x10).

Gambar 18 Persentase kejadian penyakit hawar malai Phoma pada gandum

introduksi dan hasil pemuliaan tanaman di Cisarua (C) dan

Kuningan (K)

Serangan penyakit hawar malai Phoma terdapat di dua lokasi penelitian dan

pada kedua galur. Gejala pada tanaman mulai terlihat pada pengamatan kelima

Page 49: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

26

(Gambar 18). Kejadian penyakit yang muncul masih dibawah 50%, sehingga

tingkat serangannya masih tergolong rendah jika dibandingkan serangan penyakit

hawar malai Fusarium dan Helminthosporium.

Galur hasil pemuliaan lebih banyak terserang Phoma sp. dibandingkan

dengan galur introduksi di Cisarua. Kedua galur yang ditanam di Kuningan tidak

memperlihatkan perbedaan kejadian penyakitnya dan lebih rendah dibandingkan

kejadian penyakit di Cisarua. Kondisi ini mungkin karena patogen yang kurang

dapat berkembang dengan baik pada ketinggian 418 m dpl.

Serangan hawar malai Phoma tidak menunjukkan perbedaan yang nyata

terhadap penanaman gandum di dua lokasi dan sumber benih gandum yang

berbeda. Hal tersebut dibuktikan melalui perhitungan secara statistik dengan nilai

P secara berturut-turut adalah 0.1238 dan 0.0829. Persentase nilai rata-rata

kejadian penyakit tersebut secara berturut-turut adalah 6.74% dan 2.33% untuk

lokasi penanaman di Cisarua dan Kuningan; serta 3.08% dan 5.99% untuk galur

introduksi dan hasil pemuliaan tanaman secara mutasi (Lampiran 1 dan 2).

Hawar Malai Curvularia

Penyakit Curvularia sp. ditemukan pada gandum dan menyerang malai.

Penyakit ini juga terdapat di dua lokasi penelitian. Secara kasat mata, penyakit ini

sulit dibedakan dengan gejala hawar malai Helminthosporium dan Fusarium,

sehingga perlu diamati di bawah mikroskop. Serangannya cukup rendah sehingga

serangan patogen ini tidak dihitung kejadian penyakitnya.

Bulir yang terserang akan terdapat lapisan berwarna hitam. Ketika diamati

di bawah mikroskop stereo gejala tersebut terlihat seperti rumput-rumput yang

berwarna hitam, merupakan kumpulan dari konidiofor dan konidium yang masih

utuh. Konidium dari Curvularia sp. mempunyai bentuk yang sangat khas, yaitu

bengkok seperti lutut, terdiri dari 5 sel dengan bagian paling tengah memiliki

ukuran yang besar, mempunyai dinding paling tebal, dan berwarna paling tua.

Gejala dan bentuk mikroskopis dari cendawan Curvularia sp. dapat dilihat pada

Gambar 19.

(a) (b) (c)

Gambar 19 Penyakit hawar malai Curvularia. (a) Gejala hawar pada malai, (b)

kumpulan konidiofor dan konidium yang masih utuh terlihat seperti

rambut-rambut atau rumput hitam (perbesaran 4x), (c) konidium

bengkok seperti lutut, terdiri dari 5 sel (perbesaran 40x10).

Page 50: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

27

Hawar malai Alternaria

Penyakit hawar malai Alternaria disebabkan oleh cendawan Alternaria sp.

Patogen ditemukan di malai gandum bersama dengan patogen lain, serta hanya

ditemukan di lahan gandum Kuningan. Patogen Alternaria sp. tidak banyak

ditemukan di lapangan. Gejala khususnya sulit dibedakan dengan gejala yang

disebabkan oleh patogen lain dan dapat dibedakan hanya melalui pengamatan

mikroskopis. Diduga penyakit ini muncul akibat dari patogen yang terbawa oleh

benih.

konidiofor dengan konidium berbentuk gada terbalik, seperti buah per,

jorong, atau berbentuk kumparan, bersekat 3-7, dengan beberapa sekat membujur,

seperti murbei, coklat tua. Pada Gambar 20 dapat dilihat gejala dan bentuk

mikroskopis dari penyakit hawar malai Alternaria.

(a) (b)

Gambar 20 Penyakit hawar malai Alternaria. (a) Gejala hawar pada malai, (b)

konidium dari Alternaria sp. (perbesaran 40x10).

Pembahasan Umum Penyakit pada Gandum

Secara umum patogen yang ditemukan selama penelitian lebih banyak

terjadi pada fase generatif. Bagian dari tanaman gandum yang banyak terserang

patogen adalah bulir. Malai gandum yang terserang patogen, setelah diidentifikasi

menunjukkan bahwa dalam satu malai terlihat gejala yang hampir sama dan

ditemukan beberapa jenis patogen dari cendawan yang berbeda. Gejala seperti ini

sering disebut dengan black point (titik hitam). Menurut Lorenz (1986) gejala

black point (titik hitam) sudah banyak menyerang tanaman gandum di negara-

negara yang menanamnya. Gejala yang terjadi ditandai dengan perubahan warna

yang gelap pada sisi embrio gandum (Mak et.al 2006). Akibat dari serangan black

point dapat mengurangi nilai kualitas biji gandum (Wang et al. 2003).

Sisterna dan Sarandon (2005) melaporkan bahwa cendawan Alternaria sp.,

Aspergillus sp., Chaetomium sp., Fusarium sp., Helminthosporium sp.,

Myrothecium sp., Nigrospora sp., Penicillium sp., Phoma sp., dan Rhizopus sp.,

dan Stemphylium sp. menyerang bulir gandum dan menunjukkan gejala yang

hampir sama berupa warna yang gelap pada bulir gandum. Kondisi seperti ini juga

ditemukan pada saat penelitian di dua lokasi penanaman gandum. Ditemukan

cendawan Helminthosporium sp., Fusarium sp., Curvularia sp., Phoma sp., dan

Alternaria sp. yang menyerang bulir gandum. Penyakit yang paling dominan menyerang tanaman gandum di Cisarua dan

Kuningan adalah penyakit hawar Helminthosporium. Hal ini dapat dilihat dari

Page 51: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

28

nilai kejadian penyakit yang diperoleh di lapangan. Patogen menyerang tanaman

mulai fase vegetatif sampai generatif. Patogen ini dapat berkembang pada kisaran

suhu yang cukup luas. Menurut Semangun (1993) cendawan Helminthosporium

sp. banyak membentuk konidia pada lingkungan dengan kelembaban udara antara

97-98% dan suhu antara 20-30oC. Berdasarkan Pakki (2005) perkembangan

Helminthosporium maydis terhambat pada suhu 35oC, dan perkembangan terbaik

adalah suhu sekitar 30oC, sebaran hari hujan tinggi selama musim tanam,

kelembapan sekitar 90%, dan radiasi matahari harian rendah sekitar 41.20%.

Dari segi kejadian penyakit, penanaman gandum di Cisarua lebih banyak

terserang patogen dibandingkan Kuningan. Faktor ketinggian tempat berpengaruh

terhadap tingkat serangan patogen. Iklim atau cuaca yang basah (lembab) sangat

membantu berkembangnya penyakit, terutama bagi bakteri dan cendawan

(Rismunandar 1981).

Pada galur gandum yang berbeda, secara umum gandum hasil pemuliaan

tanaman secara mutasi (galur Kasifbey) lebih banyak terserang penyakit

dibandingkan gandum introduksi (galur SO9). Oleh karena itu, bila sifat

agronomis lain galur Kasitbey ini cukup menjanjikan, maka masih perlu

ditingkatkan sifat ketahanannya terhadap penyakit gandum.

Page 52: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

29

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Serangga OPT yang ditemukan pada tanaman gandum yaitu beberapa

spesies ulat dari ordo Lepidoptera dan beberapa jenis spesies kutudaun

(Hemiptera: Aphididae), serta spesies Oxya sp. (Orthoptera: Acrididae), Nezara

viridula (Hemiptera: Pentatomidae), Leptocorisa oratorius (Hemiptera:

Alydidae), uret (Coleoptera: Scarabaeidae), dan penggerek batang. Penyakit yang

ditemukan yaitu Helminthosporium sp., Fusarium sp., Phoma sp., dan Curvularia

sp., Alternaria sp.. Ulat banyak ditemukan di penanaman lahan gandum lokasi

Cisarua dengan spesies dominan adalah Mythymna unipuncta, sedangkan belalang

banyak ditemukan di lokasi lahan gandum Kuningan dengan spesies dominan

adalah Oxya sp.. Penyakit hawar Helminthosporium merupakan penyakit yang

paling banyak menyerang tanaman gandum di dua lokasi penelitian. Gandum hasil

pemuliaan tanaman dengan cara mutasi lebih banyak diserang hama dan penyakit

dibandingkan gandum introduksi. Pada lokasi penanaman gandum di Cisarua

kedua galur tersebut belum bisa beradaptasi terhadap serangan hama dan penyakit.

Saran

Pengujian lebih lanjut dan pada galur yang lebih banyak masih perlu

dilakukan untuk mendapatkan galur gandum dengan tingkat ketahanannya

terhadap hama dan penyakit tinggi. Demikian juga pengujian pada musim dan

ketinggian yang berbeda dengan lokasi yang lebih banyak perlu dilakukan. Selain

itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jenis serangga

penggerek batang pada gandum karena kerusakan akibat serangan serangga

penggerek tersebut dapat menyebabkan tanaman menjadi mati.

Page 53: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

30

DAFTAR PUSTAKA

Acharya K, Dutta AK, Pradhan P. 2011. Bipolaris sorokiniana (Sacc.) Shoem.:

The most destructive wheat fungal pathogen in the warmer areas. Australian

Journal of Crop Science 5(9): 1064-1071.

Adnyana MO, Subiksa M, Argosubekti N, Hakim L, Pabbage MS. 2006. Prospek

dan Arah Pengembangan Agribisnis gandum. Jakarta (ID): Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Barnett H, Hunter BB. 1999. Illustrated Genera Fungi of Imperfect Fungi. Edisi

ke-4. Minnesota (US): APS Press.

Detikfinance. 2012. Republik Indonesia Pengimpor Gandum Terbesar Kedua di

Dunia. http://finance.detik.com/read/2012/06/12/103707/1938780/1036/ri

pengimpor-gandum-terbesar-kedua-di-dunia

Dirjen Tanaman Pangan. 2010. Gandum. Dirjen Tanaman Pangan. Jakarta. Handoko I. 2007. Gandum 2000: Penelitian Pengembangan Gandum di

Indonesia. Bogor (ID): SEAMEO BIOTROP.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der,

penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De

Plagen van de Cultuurgewassen in Indonessie.

Litsinger JA, Barrion AT. 1988. Insect problems of rice-wheat cropping patterns.

Di dalam: Klatt AR, editor. Wheat Production Constraints in tropical

Environmets; 1987 Jan 19-23; Thailand. Mexico (US): CIMMYT. hlm 130-

157.

Lorenz K. 1986. Effects of black point on grain composition and baking quality of

New Zeland wheat. N. Z. J. Agric. Res.: 711-718.

Mak Y, Willoma RD, Roberts TH, Wrigley CV, Sharp PJ, Copeland L. 2006.

Black point is associated with reduced levels of stress, disease and defence

related proteins in wheat grain. Molecular Plant Pathology Journal: 177-

189.

Murtiyono E. 2012. Hama dan penyakit pada stadia pertumbuhan dari 13 galur

dan dua varietas gandum (Triticum aestivum L.) di Desa Wates, Kecamatan

Getasan, Kabupaten Semarang. [skripsi]. Semarang (ID): Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga.

Nagarajan S, Kumar J. 1998. Foliar blights of wheat in India: germplasm

improvement and future challenges for sustainable, hight yielding wheat

production. Di dalam: Duveiller E et al., editor. Helminthosporium Blights

of Wheat: Spot Blotch and Tan Spot. Proceedings of an International

Workshop Held at CIMMYT; 1997 Feb 9-14; Mexico. Mexico (US):

CIMMYT. hlm 52-58.

Nasution I. 2002. Studi pengaruh perbedaan iklim terhadap potensi serangan hama

kutudaun (Rhopalosiphum padi Linn) pada tanaman gandum. [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nirwanto H. 2007. Pengantar Epidemi dan Manajemen Penyakit Tanaman.

Surabaya (ID): UPN “Veteran” Jawa Timur.

Pakki S. 2005. Epidemiologi dan pengendalian penyakit bercak daun

(Helminthosporium sp.) pada tanaman jagung. Balai Penelitian Tanaman

Serealia. 24(3):101-108.

Page 54: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

31

Rismunandar. 1981. Penyakit Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Bandung

(ID): C.V. Sinar Baru.

Semangun H. 1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia.

Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Semangun H. 2006. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Ed ke-3. Yogyakarta

(ID): Gadjah Mada University Press.

Sisterna MN, Sarandon SJ. 2005. Preliminary studies on the natural incidence of

wheat black point under different fertilization levels and tillage systems in

Argentina. Plant Pathology Journal: 26-28.

Sleeper DA, Poehlman JM. 2006. Breeding Field Crops. 5th

ed. USA (US): Iowa

State University Press.

Suryadi. 2013. Identifikasi ulat dan kutudaun pada pertanaman gandum (Triticum

aestium L.) di Bogor dan Kuningan, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Van Ginkel M, Villareal RL. 1996. Triticum L. Di dalam: Grubben GJH,

Partohardjono S, editor. Plant Resource of South-East Asia (PROSEA)

Cereals. Netherland (NL): Bachuys Publishers. hlm 10.

Wang H, Fernandez MR, Mccaig TN, Gan YT, Depauwand RM, Clarke JM.

2003. Kernel discoloration and downgrading in spring wheat varieties in

Western Canada. Canadian Journal of Plant Pathology: 350-361.

Wegulo SN, Jackson TA, Baenzlger PS, Carlson MP, Nopsa JH. 2008. Fusarium

head blight of wheat. [ laporan hasil penelitian]. Lincoln (US): University of

Nebraska.

Page 55: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

32

LAMPIRAN

Page 56: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

33

Tabel 1 Persentase rata-rata luas serangan hama atau kejadian penyakit pada gandum di

Cisarua dan Kuningan

Lokasi

pengamatan

Luas serangan hama atau kejadian penyakit*

Belalang Kutudaun Ulat Helminthosporium sp. Fusarium sp. Phoma sp.

Cisarua 6.36b 27.14a 26.52a 45.68b 10.23a 6.74a

Kuningan 69.45a 0.08a 3.02b 69.26a 8.21a 2.33a

*Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 5%

dengan uji Duncan.

Tabel 2 Persentase rata-rata luas serangan hama atau kejadian penyakit terhadap sumber

benih gandum

Sumber

benih gandum

Luas serangan hama atau kejadian penyakit*

Belalang Kutudaun Ulat Helminthosporium sp. Fusarium sp. Phoma sp.

Introduksi 39.49a 13.05a 13.85a 60.91a 6.71a 3.08a

Mutasi 36.33a 14.17a 15.69a 54.04a 11.74a 5.99a

*Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 5%

dengan uji Duncan.

33

Page 57: IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN … · Gejala yang ditemukan diambil sebagai contoh untuk dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium menggunakan kunci identifikasi. ...

34

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Demak, pada tanggal 20 Juni 1991. Penulis sebagai anak

ketiga dari tiga bersaudara oleh pasangan bapak Mutoib dan Ibu Irianti Ningsih.

Penulis telah menyelesaikan pendidikan di SMA N 1 Demak, lulus pada tahun

2009. Penulis melanjutkan belajar di Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian

Bogor pada tahun 2009 masuk melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa

IPB). Selama di perkuliahan, selain tugas pokoknya belajar akademik, penulis

juga aktif mengikuti beberapa kegiatan diluar akademik untuk memperoleh

pengalaman. Pada tahun pertama, penulis menjadi salah satu pengurus di asrama

TPB (Tingkat Persiapan Bersama) menjabat sebagai RT. Selanjutnya penulis juga

pernah mengikuti kegiatan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Futsal, Taekwondo.

Selain itu, penulis juga mengikuti salah satu kegiatan minat bakat sebagai

Resimen Mahasiswa (Menwa). Pada kegiatan tersebut, selain menjadi anggota

Menwa penulis juga pernah menjabat sebagai Wakil Komandan Menwa pada

periode 2011-2012. Penulis juga pernah menjadi pengurus di Himpunan

Mahasiswa Proteksi Tanaman pada periode 2010-2011 dan 2011-2012.