IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI IPA SEMESTER …digilib.unila.ac.id/25910/20/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI IPA SEMESTER …digilib.unila.ac.id/25910/20/SKRIPSI TANPA BAB...
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI IPA SEMESTER GENAP PADASISWA KELAS VII SMP N 2 BUAY BAHUGA WAY KANAN
(Studi Deskriptif Tentang Identifikasi Miskonsepsi MateriIPA Biologi pada Siswa Kelas VII Semester Genap
SMP 2 Buay Bahuga Way KananTahun Pelajaran 2015/2016)
(SKRIPSI)
Oleh
Siska Septi Turmiati
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI IPA SEMESTER GENAP PADASISWA KELAS VII SMP N 2 BUAY BAHUGA WAY KANAN
(Studi Deskriptif Tentang Identifikasi Miskonsepsi MateriIPA Biologi pada Siswa Kelas VII Semester Genap
SMP 2 Buay Bahuga Way KananTahun Pelajaran 2015/2016)
ABSTRAK
OlehSiska Septi Turmiati
Penelitian ini bertujuan mengetahui miskonsepsi materi IPA Biologi dan materi
IPA yang paling banyak terjadi miskonsepsi pada siswa. Desain penelitian ini
menggunakan kajian deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari tes soal pilihan
jamak dan esay yang di analisis dengan metode Certainty of Response Index
(CRI). Data kualitatif berupa hasil wawancara tentang miskonsepsi dengan guru
pelajaran IPA. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII1 dan VIII2
semester genap yang dipilih dari populasi secara simple random sampling,
sehingga diperoleh total siswa sampel 58.
Hasil perhitungan siswa menunjukkan bahwa kategori miskonsepsi dan tidak tahu
konsep siswa mencapai 55% dari jumlah siswa. Miskonsepsi berdasarkan kriteria
jawaban Certainly of Response Index (CRI) yaitu 13,28. Hasil persentase
iii
perhitungan miskonsepsi siswa yaitu 22,89% dan masuk ke dalam kriteria rendah.
Sub konsep yang paling dominan mengalami miskonsepsi pada materi satuan-
satuan ekosistem. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi yang
terjadi pada materi IPA Biologi kelas VII semester genap adalah ciri dan
klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, kepadatan populasi manusia, dan peranan
manusia dalam pengelolaan lingkungan.
Kata kunci : miskonsepsi, Certainty of Response Index, IPA Biologi
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI IPA SEMESTER GENAP PADA
SISWA KELAS VII SMP N 2 BUAY BAHUGA WAY KANAN
(Studi Deskriptif Tentang Identifikasi Miskonsepsi Materi
IPA Biologi pada Siswa Kelas VII Semester Genap
SMP 2 Buay Bahuga Way Kanan
Tahun Pelajaran 2015/2016)
Oleh
Siska Septi Turmiati
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bumi Agung, Way Kanan pada 02
September 1993, merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara pasangan Bapak Tursino dengan Ibu Sukatmi.
Alamat penulis di Bumi Agung Kecamatan Bumi Agung
Kabupaten Way Kanan. Nomer Handphone: 085769871440
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 2 Bumi Agung (2000-2006),
MTs Darul Ulum Buay Bahuga (2006-2009), SMA Negeri 1 Bumi Agung (2009-
2012). Pada tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Lampung.
Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP 1 PGRI
Pekon Bangun Negara, Pesisir Selatan dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di
Kabupaten Pesisir Barat (Tahun 2015), dan penelitian pendidikan di SMP Negeri
2 Buay Bahuga untuk meraih gelar sarjana pendidikan/ S.Pd. (Tahun 2016).
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, atasrahmat dan nikmat yang tercurahkan.
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah MuhammadSAW, semoga kita senantiasa melaksanakan sunah-sunah beliau.
Skripsi ini kupersembahkan sebagai ungkapan rasa tanda bakti dancintaku kepada:
Ibunda Sukatmi dan Ayahanda Tursino yang telah mendidik danmembesarkanku dengan penuh kasih sayang, kesabaran,
pengorbanan, memberikan segala doa, selalu menguatkanku,mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dan kebahagian.
Adikku Lucky Wijayanto dan Lucy Wijayanti yang selalumendoakanku, serta saudara- saudaraku yang telah memberikan
dukungan, bantuan, kebahagiaan dan selalu memotivasiku.
Guru dan dosen atas ilmu, nasihat, arahan dan bimbingan yangtelah diberikan sehingga membuat hidup ini lebih bermakna.
Almamater tercinta, Kampus Hijau Universitas Lampung.
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkautelah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekeraja keras
(untuk urusan yang lain)”(QS. Asy-Syarh: 6-7)
“Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yangberiman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk
kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”(QS. Al-‘Ashr:2-3)
“Dan (ingatlah) ketika Tuhan-Mu memaklumkan, “Sesungguhnya jikakamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi
jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat pedih”(QS. Ibrahim:7)
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Identifikasi Miskonsepsi Materi IPA Biologi
Semester Genap Pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Buay Bahuga Way Kanan (Studi
Deskriptif Tentang Identifikasi Miskonsepsi Materi IPA Biologi Pada Siswa Kelas
VII Semester Genap SMP 2 Buay Bahuga Way Kanan Tahun Pelajaran
2015/2016)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
dan Pembahas atas saran- saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga
4. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbing I dan PA yang telah
memberikan bimbingan, dan motivasi yang sangat berharga hingga skripsi ini
dapat selesai;
xii
5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan kesabarannya dalam bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini
dapat selesai;
6. Jamil Annas, S.Pd., Selaku kepala SMP N 2 Buay Bahuga Way Kanan yang
telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian;
7. Devy Yunita Nahroni, S.Pd., selaku guru IPA SMP N 2 Buay Bahuga Way
Kanan yang telah memberikan izin dan bantuan serata saran-saran selama
penelitian;
8. Siswa-siswi SMP N 2 Buay Bahuga Way Kanan atas kerja sama dan
perhatiannya selama penelitian berlangsung;
9. Teman seperjuanganku Ita Reziana, Sayuti Sri Lestari, Septiana Puspita Sari,
dan Inka Attahu Ulfa, atas motivasi, bantuan, dan semangat yang telah
diberikan;
10. Keluarga kecilku asrama Gamalama atas doa dan persahabatan yang kalian
berikan;
11. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah selalu meridhoi dan memberikan rahmat-Nya kepada kita semua,
penulis mengucapkan syukur yang sebesarnya karena telah mampu menyelesaikan
skripsi ini semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua, Aamiin.
Bandar Lampung, Februari 2017
Penulis
Siska Septi Turmiati
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
I. PENDHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 6
F. Kerangka Fikir ...................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA ................................................................................ 10
B. Identifikasi Miskonsepsi ...................................................................... 14
C. Metode dan Model yang digunakan untuk mengidentifikasi
miskonsepsi ......................................................................................... 23
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 27
B. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 27
C. Desain Penelitian ............................................................................... 28
D. Prosedur Penelitian ............................................................................ 28
E. Jenis Data dan Tehnik Pengumpulan data ......................................... 29
F. Analisis Data ...................................................................................... 38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan .............................................................................. 40
B. Pembahasan ....................................................................................... 42
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................ 51
B. Saran .................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 53
xiv
LAMPIRAN ................................................................................................. 55
1. Kisi-kisi Soal ....................................................................................... 56
2. Lembar Soal ..................................................................................... 75
3. Cara menghitung persentase miskonsepsi ......................................... 83
4. Tabulasi data Siswa .......................................................................... 88
5. Tabulasi hasil persentase pemahaman konsep siswa ........................ 89
6. Penghitungan data standar devisi ..................................................... 90
7. Perhitungan per-sub konsep ............................................................. 91
8. Foto siswa mengerjakan soal ............................................................ 92
9. Dialog wawancara dengan guru ......................................................... 94
10. Dialog wawancara dengan siswa ....................................................... 96
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabulasi data sampel dan populasi ………………….……………... 28
2. Modifikasi Kategori Tingkatan Pemahaman Siswa ...…………….. 30
3. Rubik penilaian soal 20 pilihan jamak beralasan dan 5 esay .......... 30
4. Tabulasi data siswa …..…..……………………………………....... 37
5. Matriks untuk membedakan antara siswa yang tahu konsep,miskonsepsi dan tidak tahu konsep berdasarkan kombinasikriteria jawaban dengan tinggi-rendahnya nilai CRI ………......... 38
6. Hasil perhitungan presentase ini kemudian dikualifikasikan …........ 39
7. Hasil kriteria jawaban CRI ……………………………….……….... 41
8. Persentase hasil kuantifikasi miskonsepsi siswa ………………....... 41
9. Hasil identifikasi konsep yang miskonsepsi ……………….……..... 42
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan kerangka pikir …………….………………………………. 9
2. Foto siswa mengerjakan soal ……..…………………………….... 92
3. Foto siswa mengerjakan soal …….…………………………….... 92
4. Foto siswa mengerjakan soal .………….……………………….... 93
5. Foto siswa mengerjakan soal .……………….………………….... 93
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berfikir adalah memanipulasi data, fakta, dan informasi untuk membuat
keputusan berprilaku (Dharma dalam Tawil dan Liliasari, 2013: 1). Aktivitas
mental dalam perasaan dan pemahaman bergantung pada perangsangan dari
luar dalam proses yang disebut sensasi dan atensi (Semiawan dalam Tawil dan
Liliasari, 2013: 1). Proses mental yang lebih tinggi yang disebut berfikir terjadi
di dalam otak. Menurut Morris, bahan-bahan dasar itu adalah bayang-bayang
dan konsep-konsep, untuk selanjutnya konsep-konsep tersebut kemudian
diformulasikan ke dalam bentuk kata-kata atau bahasa (Dharma dalam Tawil
dan Liliasari, 2013: 1). Bentuk pemikiran yang paling tinggi berkenaan dengan
arti atau makna dan konsep dari sesuatu, sehingga lebih bersifat abstrak di
bandingkan hal-hal yang nyata. Cara berfikirnya orang Indonesia kebanyakan
masih pasif dan kurang kritis.
Seorang guru menurut Sutarmanto (2012: 17), harus dituntut memiliki empat
kompetisi, yaitu kompetisi pedagogi, kompetisi kepribadian, kompetisi sosial,
dan kompetisi profesional. Jika salah satu dari kompetisi tidak dimiliki oleh
guru, maka guru dapat dianggap kurang baik. Misalnya pada kompetisi
profesional, guru di tuntut untuk menguasai materi pelajaran yang akan
diajarkan agar guru menjadi guru yang profesianal dalam menyampaikan
2
materi. Penguasaan materi yang baik maka dapat menyampaikan materi dengan
profesional dan tidak terjadi salah penyampaian atau miskonsepsi pada
materi.jika terjadi miskonsepsi pada siswa akan berdampak buruk pada siswa
untuk jenjang selanjutnya.
Adisendjaja (2007: 4), berdasarkan pemantauan dalam penelitian yang
berkaitan dengan miskonsepsi telah banyak dilakukan dan dilaporkan oleh
Odom, diantaranya terdapat miskonsepsi pada siswa tentang tubuh manusia.
Hal yang paling penting dari temuan miskonsepsi ini adalah bahwa
miskonsepsi yang pernah diperoleh siswa waktu sekolah masih tetap ada atau
menetap pada dirinya (Odom dalam Adisendjaja, 2007: 4). Miskonsepsi yang
ada pada siswa ini kemungkinan disebabkan oleh guru yang kurang memahami
konsep dan lebih besar lagi kemungkinannya disebabkan oleh buku teks yang
bahasanya susah di pahami. Miskonsepsi pada siswa akan dilipatgandakan oleh
miskonsepsi buku teks. Buku teks yang dijadikan satu-satunya sumber
informasi bagi guru maka akan mendorong terjadinya miskonsepsi pada guru.
Penggunaan buku teks oleh lebih dari 90% guru sains dari 95% waktunya
(Yager dan Pennick dalam Adisendjaja, 2007: 4).
Brandwein (dalam Adisendjaja, 2007: 4), melaporkan bahwa usaha paling
utama dalam pendidikan sains adalah berpusat pada penulisan buku teks. Buku
teks yang dijadikan sumber harus lebuh dari satu buku teks. Karena
pemahaman siswa banyak yang terbatas dan kurang paham dengan bahasa
buku yang sulut di pahami.
3
Suparno (dalam Taufik, 2012: 199), konsepsi mahasiswa yang berbeda dengan
konsepsi ilmu pengetahuan disebut miskonsepsi. Berbagai pengertian lain
tentang miskonsepsi yaitu: suatu konsep yang dipercaya orang walaupun secara
obyektif salah. Ide atau pemikiran yang salah; Kesalahan konsepsi, pendapat
yang salah, pemahaman yang keliru (Dykstra dalam Taufik, 2012: 199). Nama
lain dari istilah miskonsepsi yang digunakan oleh para peneliti diantaranya
adalah intuisi (intuitions), konsepsi alternatif (alternative conceptions),
kerangka alternatif (alternative frame), dan teori naif. Istilah-istilah tersebut
digunakan untuk menghindari label salah, karena miskonsepsi mahasiswa
sering merupakan bagian dari teori siswa (children theories) yang tampaknya
cukup logis dan cukup konsisten, meskipun tidak cocok dengan konsepsi
ilmuwan.
Suniati, Sadia, dan Suhandana (2013: 4), sumber penyebab timbulnya
miskonsepsi ada yang berasal dari buku sumber, dari siswa itu sendiri, dan dari
faktor guru. Terlebih IPA di SMP terdiri dari Fisika, Kimia, dan Biologi, yang
diajarkan secara terpadu. Hal ini sangat sulit dilakukan dan membutuhkan
penyesuaian diri, dan kemampuan untuk beradaptasi. Apalagi sebagian besar
guru IPA di SMP memiliki latar belakang keilmuan yang spesifik, misalnya
pendidikan Fisika, Kimia, atau Biologi. Oleh karena itu sering kali guru dalam
menyampaikan materi IPA tidak sesuai dengan latar belakang keilmuannya
sehingga mengalami miskonsepsi. Oleh karena itu dalam pembelajaran
diperlukan suatu media yang bisa membantu guru dalam menyampaikan suatu
konsep. Dalam menyampaikan materi guru diharuskan memahami konsep agar
4
tidak terjadi miskonsepsi saat proses belajar. Karena bahasa guru yang
disampaikan siswa harus mudah dipahami oleh siswa.
Hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA di SMP 2 Buay Bahuga Way
Kanan, pembelajaran yang dilakukan masih banyak menggunakan metode
ceramah dan diskusi, siswa pun cenderung diam dan pasif. Pada materi
tertentu, siswa sering terjadi miskonsepsi karena kurang pahamnya siswa
terhadap materi. Selain itu, dalam pembelajaran biologi, pemberian materi
masih bersifat teoritis sehingga saat siswa diberikan suatu permasalahan, siswa
tidak mampu mengidentifikasi serta memberikan solusi penyelesaian
masalahnya. Sehingga menyebabkan sering terjadinya miskonsepsi pada siswa
karena siswa kurang memahami konsep pada materi. Miskonsepsi yang terjadi
pada siswa sering diakibatkan karena kurang pemahaman konsep siswa
terhadap materi yang dipelajari siswa, sebab siswa harus memahami konsep
yang disampaikan oleh guru agar tidak sering terjadi miskonsepsi terhadap
siswa. Miskonsepsi siswa susah untuk diperbaiki karena miskonsepsi bersifat
sulit untuk di hilangkan atau diperbaiki.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian dengan
judul ”Identifikasi Miskonsepsi Materi IPA Semester Genap Pada Siswa Kelas
VII SMP Negeri 2 Buay Bahuga Way Kanan”.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang adalah:
1. Berapakah besar persentase miskonsepsi materi IPA semester genap pada
siswa kelas VII SMP Negeri 2 Buay Bahuga Way Kanan ?
2. Materi manakah yang paling banyak terjadi miskonsepsi pada siswa kelas
VII SMP Negeri 2 Buay Bahuga Way Kanan ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui presentase miskonsepsi materi IPA semester genap pada siswa
kelas VII SMP Negeri 2 Buay Bahuga Way Kanan
2. Mengetahui materi IPA yang paling banyak terjadi miskonsepsi pada siswa
kelas VII SMP Negeri 2 Buay Bahuga Way Kanan
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Peneliti, yaitu dapat memberikan pengalaman baru, wawasan, dan bahan
masukan bagi peneliti sebagai calon guru untuk memahami konsep
pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa agar
tidak terjadi miskonsepsi.
2. Guru, yaitu untuk mengevaluasi diri dalam pemahaman konsep IPA dan
memperbaiki terjadinya miskonsepsi pada siswa.
3. Siswa, yaitu dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA bagi siswa agar
tidak tejadi miskonsepsi.
6
4. Sekolah, yaitu dapat memberi masukan untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran IPA dalam meningkatkan mutu dan kualitas sekoalah agar
tidak terjadinya miskonsepsi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Langkah-langkah untuk mengetahui terjadinya miskonsepsi yaitu
dilakukan tes dengan cara memberikan soal-soal tertulis
2. Subjek penelitian adalah siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Buay Bahuga
Way Kanan Tahun Pelajaran 2015/2016
3. Materi pokok yang diamati adalah materi IPA SMP kelas VII semester
Genap Tahun ajaran 2015/2016 yaitu Ciri dan klasifikasi makhluk
hidup dan klasifikasi makhluk hidup, Ekosistem, Kepadatan populasi
manusia, dan Peranan manusia dalam pengelolaan lingkungan
4. Dokumen soal tes tertulis yang digunakan yaitu dari soal TIMS Tahun
2003-2011, PISSA Tahun 2006, dan Ujian Nasioanal Tahun
2013/2014-2014/2015
5. Bentuk soal yang akan diujikan yaitu esay terbuka
6. Identifikasi miskonsepsi menggunakan metode CRI dengan
mengkategorikan tingkat pemahaman konsep siswa
F. Kerangka Pikir
Miskonsepsi merupakan suatu gagasan atau ide yang salah dan tidak sesuai
dengan suatu pengertian yang diterima atau yang diakui kebenarannya.
Pembentukan konsep awal diperoleh dari lingkungan sekitar dan prakonsepsi
7
siswa. Pembelajaran IPA akan dipengaruhi oleh guru, buku teks, metode,
konteks, dan siswa. Sumber miskonsepsi dapat berawal dari penafsiran yang
salah pada siswa ataupun penyampaian materi pada guru. Faktor miskonsepsi
dapat juga berawal dari siswa yang sudah memiliki konsep sendiri sebelum
mengetahui konsep sebenarnya. Konsep siswa yang sudah di tanamkan pada
diri siswa biasanya berawal dari sebuah perkataan opini yang faktanya belum
di buktikan dengan landasan teori yang benar. kesalahan konsep jika dilakukan
oleh guru berarti karena guru yang kurang memahami konsep yang sebenarnya.
Tetapi jika kesalahan konsep IPA terjadi dari bahasa buku yang susah
dimerngerti, maka guru harus lebih mempelajari konsep IPA tersebut dengan
menggunakan sumber-sumber lain yang terkait dari berbagai buku IPA. Untuk
memperbaiki terjadinya miskonsepsi pada siswa, guru harus memiliki jiwa
profesional dan memahami konsep IPA dengan benar, dan guru harus
menyampaikan konsep IPA dengan bahasa yang mudah dimengerti dan
dipahami oleh siswa agar tidak terjadi miskonsepsi pada materi IPA.
Metode mengajar guru IPA juga harus diperhatikan dan penting dalam
berlangsungnya proses belajar mengajar agar siswa mengerti dengan metode
yang di ajarkan oleh guru dalam menggunakan konsep IPA yang di sampaikan
oleh guru dimengerti oleh siswa. Pada pembelajaran IPA, salah satunya adalah
mata pelajaran biologi, siswa tidak hanya dituntut untuk mengingat dan
memahami materi pembelajaran, namun juga mencari tahu suatu kebenaran
dari konsep sains dengan melakukan berbagai pengamatan. Kemampuan
memahami konsep IPA sangat perlu untuk dilatih dan dikembangkan oleh
8
siswa untuk membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang
lainnya secara akurat sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah maupun
pencarian solusi miskonsepsi yang terjadi dengan sudut pandang yang aktual.
Konsep pembelajaran IPA yang sudah diterima siswa, terkadang siwa ada yang
tidak tahu konsep pelajaran yang sudah diberikan tetapi ada juga siswa yang
mengerti konsep yang sudah diberikan dalam pembelajaran bahkan ada siswa
yang mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran.
Terdapat suatu teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
miskonsepsi siswa yaitu dengan menggunakan Metode Certainty of Response
Index (CRI). Untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi sekaligus dapat
membedakannya dengan tidak tahu konsep, tahu konsep dan miskonsepsi.
Metode (CRI) ini merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat keyakinan pada siswa. Dengan cara analisis CRI maka dapat
membedakan siswa yang tahu konsep, tidak tahu konsep, dan miskonsepsi
dengan didasarkan pada jawaban benar atau salah yang telah diberikan oleh
siswa.
9
Untuk memperjelas kerangka pikir, dapa dilihat bagan di bawah ini:
Gambar 1. Bagan kerangka pikir
Pembentukan konsep awal
Prakonsepsi Siswa Buku
Teks
Konsep-Konsep
Pembelajaran
IPA
Pembelajaran IPA Metode
Konteks
Tidak Tahu Konsep Tahu Konsep
Certainty Of Response Index
(CRI )
Miskonsepsi
Siswa
Guru
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi
kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan di jenjang pendidikan dasar
yaitu SD dan SMP. Pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu membutuhkan
profesionalisme guru yang memadai. Guru harus memiliki cukup ilmu dalam
menyampaikan pengetahuan. IPA secara utuh Selain itu, dalam penyampaian
IPA secara terpadu diperlukan suatu sarana yang berupa model pembelajaran
beserta perangkat pembelajaran yang sesuai. Lesson study yang dapat dijadikan
salah satu metode untuk guru dalam melakukan tukar pikiran dalam
penyusunan dan pengembangan rencana pembelajaran IPA terpadu (Rahayu,
Mulayani, dan Miswadi, 2012: 1).
Menurut Sudrajat (dalam Rahayu, Mulayani, dan Miswadi, 2012: 1-2), lesson
study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh
sekelompok guru. Lesson study perlu dilakukan di Indonesia, karena upaya-
upaya peningkatan kualitas pendidikan yang telah dilakukan pemerintah mela-
lui berbagai program pelatihan guru, umumnya sebatas untuk peningkatan
pemahaman materi pelajaran, sedangkan pengenalan metode pembelajaran
dilakukan terpisah dari materi pelajaran. Hal tersebut mempersulit guru untuk
11
mengintegrasikan. Lesson study yang diterapkan sebagai model bimbingan
mahasiswa calon guru terbukti dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa da-
lam menerapkan strategi pembelajaran (Rustono dalam Rahayu, Mulayani, dan
Miswadi, 2012: 2) (Rahayu, Mulayani, dan Miswadi, 2012: 2).
Melalui tiga tahapan yang ada dalam lesson study, yaitu perencanaan (plan),
pelaksanaan (do) dan refleksi (see), guru yang berkolaborasi dalam penyusunan
rencana pembelajaran dapat saling bertukar pikiran untuk mendapatkan solusi
untuk permasalahan yang dihadapi. Pengembangan pembelajaran IPA terpadu
ini dikolaborasikan dengan model pembelajaran berbasis masalah atau Problem
Base Learning (PBL). Pada model pembelajaran berbasis masalah,
pembelajaran dilaksanakan dengan menyajikan suatu permasalahan kepada
siswa, dan siswa diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut. Penyelesaian
suatu masalah yang berkaitan de-ngan IPA dilakukan melalui suatu metode il-
miah (Rahayu, Mulayani, dan Miswadi, 2012: 2).
Pelaksanaan metode ilmiah ini menuntut siswa untuk melakukan suatu kerja
ilmiah, sehingga pembelajaran dengan berbasis masalah memberikan
kesempatan pada siswa untuk dapat meningkatkan ketrampilan kerja
ilmiahnya. Ilmu pengetahuan alam atau sains merupakan ilmu yang
mempelajari gejala-gejala alam yang meliputi mahluk hidup dan mahluk tak hi-
dup atau sains tentang kehidupan dan sains tentang dunia fisik. Pengetahuan
sains diperoleh dan dikembangkan dengan berlandaskan pada serangkaian
penelitian yang dilakukan oleh sainstis dalam mencari jawaban pertanyaan”
apa?”, ”mengapa?”, dan “bagaimana?” dari gejala-gejala alam serta
12
penerapannya dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari (Rahayu, Mulayani,
dan Miswadi, 2012: 2).
Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan
melakukan sesuatu sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu,
pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran sains adalah
memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains
dalam bentuk pengalaman langsung menurut Depdiknas (dalam Rahayu,
Mulayani, dan Miswadi, 2012: 2).
Kerja ilmiah merupakan langkah-langkah metode ilmiah yang dilakukan oleh
ilmuwan dalam mencari pemecahan dari suatu permasalahan. Berawal dari
suatu permasalahan, ilmuwan akan mencari pemecahan masalah dengan ber-
landaskan pada teori, hipotesis dan sistematika. Dalam mencari pemecahan,
dilakukan dengan melakukan observasi, kemudian menyusun hipotesis dari
hasil observasi tersebut, dan menguji hipotesis dengan melakukan eksperimen
untuk memperoleh data. Data akan diolah dan diperoleh kesimpulan yang
kemudian kesimpulan tersebut diuji lagi dengan eksperimen yang berulang-
ulang dengan menunjukkan hasil yang sama membuktikan bahwa kesimpulan
yang dibuat adalah benar, sehingga dapat diterima kebenarannya dan dapat
dianggap sebagai suatu teori atau hukum (Rahayu, Mulayani, dan Miswadi,
2012: 2).
13
Pembelajaran IPA di sekolah dapat menerapkan metode ilmiah dengan
membiasakan siswa melakukan kerja ilmiah. Menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan untuk mencari pemecahannya, dapat memotivasi siswa untuk
melakukan kerja ilmiah dengan menerapkan metode ilmiah. Pembelajaran IPA
terpadu merupakan model pembelajaran IPA yang mengemas IPA secara utuh
meliputi biologi, fisika, kimia. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu tema
dibahas dari sudut pandang atau kajian, baik biologi, fisika maupun kimia,
sehingga siswa dapat mempelajari IPA secara keseluruhan dari suatu tema
(Rahayu, Mulayani, dan Miswadi, 2012: 2-3).
Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang diperoleh melalui kegiatan
investigasi yang bersifat eksperimen dan eksplanasi teoretis suatu fenomena
atau peristiwa yang terjadi di alam sekitar (Krebs dalam Mustaqim, Zulfiani,
dan Herlanti, 2014: 1). Fenomena-fenomena tersebut diterjemahkan menurut
pehamanan para ilmuwan dalam bentuk konsepsi ilmiah. Biologi merupakan
cabang dari ilmu pengetahuan alam yang mengkaji konsepsi-konsepsi ilmiah
mengenai kehidupan makhluk hidup dan interaksi antar makhluk hidup. Salah
satu konsep yang dikaji dalam biologi adalah konsep Fotosintesis dan Respirasi
Tumbuhan. Konsep tersebut merupakan konsep terpenting dalam kajian di
dalam biologi karena pada konsep tersebut dikaji perpindahan energi dan
materi dalam suatu ekosistem. Untuk dapat memahami fungsi organisme dalam
suatu ekosistem atau biosfer tersebut harus dapat pula memahami konsep
Fotosintesis dan Respirasi pada Tumbuhan dengan baik (Mustaqim, Zulfiani,
dan Herlanti, 2014: 1).
14
Studi yang dilakukan oleh Cokadar menyatakan bahwa beberapa siswa sering
mengalami konsepsi yang cenderung salah pada konsep Fotosintesis dan
Respirasi Tumbuhan (Cokadar dalam Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014:
1). Konsepsi yang cenderung salah ataupun konsepsi yang berbeda dengan
persetujuan secara ilmiah dinamakan miskonsepsi. Beberapa penelitian lain
menunjukkan bahwa miskonsepsi yang dialami oleh siswa tidak hanya terjadi
pada konsep Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan. Miskonsepsi pada siswa
ada juga yang terjadi pada konsep Ekologi, Genetika, Klasifikasi Makhluk
Hidup, dan Sistem Sirkulasi (Tekkaya dalam Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti,
2014: 1) (Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 1).
B. Identifikasi Miskonsepsi
Sumber kesalahan konsep dapat berawal dari penafsiran yang salah pada siswa
ataupun penyampaian materi pada guru. Faktor miskonsepsi dapat juga berawal
dari siswa yang sudah memiliki konsep sendiri sebelum mengetahui konsep
sebenarnya. Konsep siswa yang sudah di tanam kan pada diri siswa biasanya
berawal dari sebuah perkataan opini yang faktanya belum di buktikan dengan
landasan teori yang benar. kesalahan konsep jika dilakukan oleh guru berarti
karena guru yang kurang memahami konsep yang sebenarnya (Suniati, Sadia,
dan Suhandana, 2013: 5).
Tetapi jika kesalahan konsep terjadi dari bahasa buku yang susah dimerngerti,
maka guru harus lebih mempelajari konsep tersebut dengan menggunakan
sumber-sumber lain dari berbagai buku. Untuk mengurangi terjadinya
kesalahan konsep pada siswa, guru harus memiliki jiwa profesional dan
15
mengerti konsep dengan benar, dan guru harus menyampaikan konsep dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa. Metode mengajar guru juga harus
diperhatikan dan penting dalam berlangsungnya proses belajar mengajar karena
agar siswa mengerti dengan metode yang di ajarkan oleh guru supaya materi
konsep yang di ajarkan oleh guru dimengerti oleh siswa. Berdasarkan uraian di
atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
sebagai berikut. Pertama, seperti apakah profil miskonsepsi siswa yang
mengikuti pembelajaran kontekstual berbantuan multimedia interaktif dan
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?. Kedua, konsep-konsep
manakah pada materi cahaya dan alat optik yang bersifat resisten dalam
pembelajaran?. Ketiga, apakah terdapat perbedaan proporsi penurunan
miskonsepsi antara siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual berbantuan
multimedia interaktif dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional
(Suniati, Sadia, dan Suhandana, 2013: 5).
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah diungkapkan maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, untuk mendeskripsikan profil
miskonsepsi siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual berbantuan
multimedia interaktif dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Kedua, untuk mendeskripsikan konsep-konsep pada materi cahaya dan optik
yang bersifat resisten dalam pembelajaran. Ketiga, untuk mendeskripsikan
perbedaan proporsi penurunan miskonsepsi secara signifikan antara siswa yang
mengikuti pembelajaran kontekstual berbantuan multi media interaktif dan
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Suniati, Sadia, dan
Suhandana, 2013: 5-6).
16
Konsepsi mahasiswa dikatakan tidak benar bila tidak sesuai dengan konsepsi
para ahli. Hal ini menandakan terjadinya miskonsepsi. Miskonsepsi merupakan
suatu konsepsi yang menyimpang dari konsepsi para ahli dan melekat kuat
pada diri mahasiswa. Miskonsepsi yang dialami mahasiswa bisa terjadi karena
salah menginterpretasi gejala alam atau peristiwa yang dihadapi dalam
hidupnya. Miskonsepsi yang pernah diperoleh mahasiswa waktu sekolah masih
menetap pada dirinya sampai berada di perguruan tinggi. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa miskonsepsi ditemukan pada pembelajaran
sejumlah topik (konsep) biologi (Murni, 2013: 205-206).
Diantaranya pada konsep pada struktur tubuh manusia, genetika, seleksi
alamiah, dan evolusi. Miskonsepsi juga ditemukan pada konsep struktur dan
fungsi sel, struktur tumbuhan, sistem koordinasi, metabolisme sel,
bioteknologi, reproduksi sel, dan biogeografi. Miskonsepsi lainnya adalah pada
konsep reproduksi sel secara mitosis dan meiosis. Beberapa penelitian juga
menunjukkan adanya miskonsepsi dan kesulitan pembelajaran substansi
genetika pada level sekolah menengah dan perguruan tinggi (Murni, 2013:
205-206).
Miskonsepsi biasanya berkembang seiring proses pembelajaran. Miskonsepsi
yang dialami mahasiswa dapat menyesatkan mahasiswa dalam memahami
fenomena ilmiah dan melakukan eksplanasi ilmiah. Jika mahasiswa tidak
menyadari terjadinya miskonsepsi, akan terjadi kebingungan dan inkoherensi
pada diri mahasiswa. Pada akhirnya, bila tidak segera diperbaiki, miskonsepsi
tersebut akan menjadi hambatan bagi mahasiswa pada proses pembelajaran
17
lanjut. Mahasiswa yang menyadari miskonsepsi yang dialaminya, akan lebih
mudah untuk merubah dan memperbaiki miskonsepsinya. Mahasiswa juga
akan mampu membentuk koneksi konsep dengan sendirinya (Murni, 2013:
206).
Selain itu, mahasiswa akan mudah memutuskan mana yang benar dan mana
yang salah tentang suatu konsep. Selanjutnya, mahasiswa juga bisa
mengkonstruksi dan merekonstruksi ulang konsepsinya secara aktif. Sebelum
diperbaiki, miskonsepsi harus terlebih dahulu diidentifikasi. Identifikasi
miskonsepsi diperlukan dalam mengembangkan strategi untuk membentuk
pengetahuan konsep yang benar pada masing-masing mahasiswa. Ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang
terjadi pada diri mahasiswa. Diantaranya yaitu penyajian peta konsep dan
wawancara, tes diagnostik dengan Certainty of Response Index (CRI), dan
kombinasi CRI dengan wawancara klinis. Teknik penyajian peta konsep dan
wawancara telah digunakan pada konsep pembelahan sel. Hasilnya
menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa tidak bisa menentukan hubungan
antara siklus sel dan pembelahan sel ( Murni, 2013: 206).
Teknik CRI merupakan teknik yang sederhana dan efektif untuk mengukur
miskonsepsi yang terjadi. Teknik Certainty of Response Index (CRI) bisa
digunakan untuk membedakan mahasiswa yang tahu konsep, mahasiswa yang
tidak tahu konsep dan yang mengalami miskonsepsi. Teknik ini menggunakan
soal tes pilihan berganda yang disertai dengan indeks keyakinan (CRI). Nilai
CRI yang rendah menunjukkan adanya penebakan sedangkan nilai yang CRI
18
tinggi menunjukkan responden memiliki tingkat kepercayaan diri (confidence)
yang tinggi terhadap jawabannya ( Murni, 2013: 206).
Dalam keadaan ini, jika jawaban responden benar, artinya tingkat keyakinan
yang tinggi akan kebenaran konsepnya telah teruji (justified) dengan baik.
Akan tetapi, jika jawaban responden salah, hal tersebut menjadi suatu indikator
terjadinya miskonsepsi. Tes dagnostik CRI bisa digunakan untuk mengetahui
miskonsepsi mahasiswa secara efisien, namun tidak bisa mengungkap proses
penalaran mahasiswa dan penyebab terjadinya. Alasan inilah yang
menyebabkan beberapa ahli tertarik untuk menggunakan kombinasi tes
diagnostik beralasan dengan wawancara (two-tier diagnostic) untuk
mengidentifikasi miskonsepsi mahasiswa ( Murni, 2013: 206-207).
Pendapat lain tentang miskonsepsi dikemukanan Fowler (Suparno dalam
Liliawati dan Ramalis, 2004: 1), bahwa ‘miskonsepsi memiliki arti sebagai
sesuatu yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah,
klasifikasi contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan
hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar’. Miskonsepsi dapat
berasal dari siswa sendiri, dari guru yang menyampaikan konsep yang keliru,
dan metode mengajar yang kurang tepat. Secara lebih jelas penyebab dari
adanya miskonsepsi (menurut Liliawati dan Ramalis, 2004: 1-4) adalah sebagai
berikut :
a. Kondisi siswa
Miskonsepsi yang berasal dari siswa sendiri dapat terjadi karena asosiasi siswa
terhadap istilah sehari-hari yang meyebabkan miskonsepsi. Misalnya siswa
19
mengasosiasikan gaya dengan gerak. Gaya menyebabkan benda bergerak,
maka jika mereka tidak bergerak maka pada mereka tidak bekerja gaya.
Padahal tidak begitu. Intuisi yang salah dan perasaan siswa dapat juga
menimbulkan miskonsepsi. Contohnya seseorang mengalami kelelahan setelah
bekerja keras, mereka menganggap energi tidak kekal, buktinya mereka merasa
kehilangan energi setelah bekerja keras. Dari contoh ini pula miskonsepsi dapat
terjadi ketika siswa menapsirkan pengalaman-pengalaman siswa itu sendiri.
b. Guru
Dari sekian banyak guru, mungkin saja salah satu dari mereka tidak memahami
konsep dengan baik yang akan berikan pada muridnya. Hal ini dapat saja
membuat siswa mengalami miskonsepsi apabila kesalahan pemahaman guru
yang kurang baik tersebut diteruskan kepada siswa. Ketidak mampuan dan
ketidak berhasilan guru dalam menampilkan aspek-aspek esensi dari konsep
yang bersangkutan, serta ketidak mampuan menunjukan hubungan konsep satu
dengan konsep lainnya pada situasi dan kondisi yang tepat. Contohnya, guru
yang memiliki pengertian yang salah tentang hukum III Newton. Guru
Menjelaskan bahwa gaya aksi reaksi terjadi pada titik yang sama pada benda
yang sama.
c. Metode mengajar
Penggunaan metode belajar yang kurang tepat, pengungkapan aplikasi yang
salah dari konsep yang bersangkutan, serta penggunaan alat peraga yang tidak
mewakili secara tepat konsep yang digambarkan dapat pula menyebabkan
miskonsepsi pada diri anak. Misalnya seorang siswa yang melakukan pratikum
namun tidak selesai. Siswa tersebut merasa yakin bahwa yang benar hanyalah
20
yang telah mereka temukan, padahal yang mereka temukan datanya tidak
lengkap.
d. Buku
Faktor terjadinya miskonsepsi yang berasal dari buku salah satunya yaitu
penggunaan bahasa yang terlalu sulit dan kompleks. Tidak semua anak dapat
mencerna dengan baik apa yang tertulis dalam buku, akibatnya siswa menyalah
artikan maksud dari isi buku tersebut. Penggunaan gambar dan diagram dapat
pula menimbulkan miskonsepsi pada diri anak.
e. Konteks
Dalam hal ini penyebab khusus dari miskonsepsi yaitu penggunaan bahasa
dalam kehidupan sehari-hari, teman, serta keyakinan dan ajaran agama.
Adapun contohnya: Dalam bahasa sehari hari siswa mengenal satuan berat
ialah Kg (Kilogram) padahal satuan berat newton. Diskusi kelompok yang
tidak efektif, misalnya kelompok didominasi oleh beberapa orang dan diantara
mereka ada yang mengalami miskonsepsi, maka dia akan mempengaruhi
teman-temannya yang lain (Liliawati dan Ramalis, 2009: 3-4).
CRI dapat dengan mudah dibedakan siswa yang mengetahui konsep dengan
baik, mengalami miskonsepsi, maupun yang sama sekali tidak tahu konsep.
Dari keseluruhan konsepkonsep materi IPBA, cenderung banyak siswa yang
mengalami miskonsepsi dan tidak tahu konsep mengenai materi IPBA
dibanding dengan yang tahu konsep. Usaha untuk mengidentifikasi
miskonsepsi telah banyak dilakukan, namun hingga saat ini masih terdapat
kesulitan dalam membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi
dengan yang tidak tahu konsep. Kesalahan pengidentifikasian miskonsepsi
21
akan menyebabkan kesalahan dalam penangulangannya, sebab
penanggulangan siswa yang mengalami miskonsepsi akan berbeda
penangulangannya dengan siswa yang tidak tahu konsep (Liliawati dan
Ramalis, 2009: 1-2).
Sebagai salah satu alternatif yang digunakan untuk mengidentifikasi
miskonsepsi adalah teknik Certainly of Response Index (CRI) yang
dikembangkan oleh Saleem Hasan. Certainty Of Response Index (CRI)
merupakan teknik untuk mengukur miskonsepsi seseorang dengan cara
mengukur tingkat keyakinan atau kepastian seseorang dalam menjawab setiap
pertanyaan yang diberikan. Metode CRI dikembangkan oleh Saleem Hasan.
CRI sering digunakan dalam survei-survei terutama yang meminta rensponden
untuk memberikan derajat kepastian yang dia miliki dari kemampuannya untuk
memilih dan membangun pengetahuan, konsepkonsep, atau hukum-hukum
yang terbentuk dengan baik dalam dirinya untuk menentukan jawaban dari
suatu pertanyaan. CRI biasanya berdasarkan pada suatu skala yang tetap,
misalnya skala sebelas ataupun skala enam (Liliawati dan Ramalis, 2009: 1-2).
Miskonsepsi dapat terjadi ketika siswa sedang berusaha membentuk
pengetahuan dengan cara menerjemahkan pengalaman baru dalam bentuk
konsepsi awal (NSTA dalam Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 1-2).
Pembentukan konsepsi awal ini dapat dimulai ketika siswa mendapatkan
pengalaman pembelajaran di sekolah maupun dilingkungannya sendiri. Para
ahli pendidikan di bidang miskonsepsi menemukan hal lain yang menjadi
penyebab miskonsepsi pada siswa diantaranya ialah dari siswa itu sendiri, guru,
22
buku teks, dan metode pembelajaran yang digunakan oleh siswa dalam
pembelajaran (Suparno dalam Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 1-2).
Siswa yang mengalami miskonsepsi juga dapat dikarenakan oleh adanya
kesulitan siswa dalam memahami konsep . Kesulitan tersebut dapat berasal dari
istilah asing dalam biologi yang belum dapat diterima dan dikuasai oleh siswa
serta kerumitan dari suatu konsep dikarenakan kompleksitas informasi atau ciri
yang membentuk konsep tersebut (NTSA dalam Mustaqim, Zulfiani, dan
Herlanti, 2014: 1-2).
Berbagai macam cara dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi
pada siswa diantaranya ialah menggunakan peta konsep, tes pilihan ganda
dengan disertai alasan terbuka, tes esai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi
dalam kelas hingga praktikum tanya jawab. Berbagai macam cara tersebut
masing-masing memiliki keunggulan dalam penggunaannya. Peta konsep
memiliki keunggulan yakni guru dapat dengan mudah melihat apakah
hubungan antar konsep pada tersebut benar atau salah . Tes pilihan ganda
disertai dengan alasan terbuka memiliki keunggulan dalam mengidentifikasi
miskonsepsi siswa karena guru dapat menentukan tipe kesalahan siswa, dalam
suatu konsep berdasarkan jawaban siswa serta dapat mengurangi resiko siswa
menebak jawaban (Depdiknas, 2007). Tes esai tertulis memiliki keunggulan
yakni guru dapat langsung mengklasifikasi pemahaman siswa berdasarkan
tingkatan pemahamannya pada suatu konsep Terdapat satu teknik lagi yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa yaitu menggunakan
Metode Certainty of Response Index (CRI). Untuk mengidentifikasi terjadinya
23
miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu konsep dan
paham konsep (Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 1-2).
C. Metode dan Model yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi
Terdapat satu teknik lagi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
miskonsepsi siswa yaitu menggunakan Metode Certainty of Response Index
(CRI). Metode yang ditemukan oleh Saleem Hasan ini digunakan untuk
mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya
dengan tidak tahu konsep dan paham konsep. Metode ini merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur tingkat keyakinan/kepastian responden dalam
menjawab setiap soal/pertanyaan yang diberikan (Hasan dalam Mustaqim,
Zulfiani, dan Herlanti, 2014: 2).
CRI biasanya didasarkan pada suatu skala dan diberikan bersamaan dengan
setiap jawaban suatu soal. Kelemahan yang terdapat pada metode ini terletak
pada pengkategorian tingkatan pemahaman siswa yang memiliki tingkat
kepercayaan diri yang rendah serta besarnya faktor menebak siswa dalam
menjawab soal karena bentuk soal yang digunakan adalah tes. Ditandai dengan
adanya siswa yang sebenarnya mampu menjawab dan memahami konsep-
konsep yang terdapat pada soal, namun karena memiliki tingkat keyakinan
yang rendah menuntunnya memilih skala CRI yang rendah, sehingga
dikelompokkan dalam kategori tidak paham konsep (Mustaqim, Zulfiani, dan
Herlanti, 2014: 2).
24
Certainty Of Response Index (CRI) merupakan teknik untuk mengukur
miskonsepsi seseorang dengan cara mengukur tingkat keyakinan atau kepastian
seseorang dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Metode CRI
dikembangkan oleh Saleem Hasan. CRI sering digunakan dalam survei-survei
terutama yang meminta rensponden untuk memberikan derajat kepastian yang
dia miliki dari kemampuannya untuk memilih dan membangun pengetahuan,
konsepkonsep, atau hukum-hukum yang terbentuk dengan baik dalam dirinya
untuk menentukan jawaban dari suatu pertanyaan. CRI biasanya berdasarkan
pada suatu skala yang tetap, misalnya skala sebelas ataupun skala enam. Pada
dasarnya untuk memberikan nilai sajauhmana tingkat keyakinan atau
kepercayaan yang dimiliki siswa dalam menjawab pertanyaan (Liliawati dan
Ramalis, 2009: 4).
Angka 0 menunjukkan tingkat keyakinan yang dimiliki siswa sangat rendah,
siswa menjawab pertanyaan dengan cara menebak. Hal ini menandakan bahwa
siswa tidak tahu sama sekali tentang konsep-konsep yang ditanyakan.
Sedangkan angka 5 menunjukkan tingkat kepercayaan siswa dalam menjawab
pertanyaan sangat tinggi. Mereka menjawab pertanyaan dengan pengetahuan
atau konsep-konsep yang benar tanpa ada unsur tebakan sama sekali.
Pengidentifikasian miskonsepsi untuk kelompok siswa dalam kelas dapat
dilakukan dengan cara yang sama seperti untuk kasus siswa secara individu.
Nilai CRI yang digunakan diambil dari rata-rata nilai CRI tiap siswa (Liliawati
dan Ramalis, 2009: 4-5).
25
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi
yang terjadi pada diri mahasiswa. Diantaranya yaitu penyajian peta konsep dan
wawancara, tes diagnostik dengan Certainty of Response Index (CRI), dan
kombinasi CRI dengan wawancara klinis. Teknik penyajian peta konsep dan
wawancara telah digunakan pada konsep pembelahan sel. Hasilnya
menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa tidak bisa menentukan hubungan
antara siklus sel dan pembelahan sel. Teknik CRI merupakan teknik yang
sederhana dan efektif untuk mengukur miskonsepsi yang terjadi. Teknik
Certainty of Response Index (CRI) bisa digunakan untuk membedakan
mahasiswa yang tahu konsep, mahasiswa yang tidak tahu konsep dan yang
mengalami miskonsepsi (Murni, 2005: 1).
Teknik ini menggunakan soal tes pilihan berganda yang disertai dengan indeks
keyakinan (CRI). Nilai CRI yang rendah menunjukkan adanya penebakan
sedangkan nilai yang CRI tinggi menunjukkan responden memiliki tingkat
kepercayaan diri (confidence) yang tinggi terhadap jawabannya. Dalam
keadaan ini, jika jawaban responden benar, artinya tingkat keyakinan yang
tinggi akan kebenaran konsepnya telah teruji (justified) dengan baik. Akan
tetapi, jika jawaban responden salah, hal tersebut menjadi suatu indikator
terjadinya miskonsepsi. Tes dagnostik CRI bisa digunakan untuk mengetahui
miskonsepsi secara efesien. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada diri mahasiswa. Diantaranya
yaitu penyajian peta konsep dan wawancara, tes diagnostik dengan Certainty of
Response Index (CRI), dan kombinasi CRI dengan wawancara klinis. Teknik
CRI merupakan teknik yang sederhana dan efektif untuk mengukur
26
miskonsepsi yang terjadi. Teknik Certainty of Response Index (CRI) bisa
digunakan untuk membedakan mahasiswa yang tahu konsep, mahasiswa yang
tidak tahu konsep dan yang mengalami miskonsepsi. Teknik ini menggunakan
soal tes pilihan berganda yang disertai dengan indeks keyakinan (CRI). Nilai
CRI yang rendah menunjukkan adanya penebakan sedangkan nilai yang CRI
tinggi menunjukkan responden memiliki tingkat kepercayaan diri (confidence)
yang tinggi terhadap jawabannya (Murni, 2005: 2).
Dalam keadaan ini, jika jawaban responden benar, artinya tingkat keyakinan
yang tinggi akan kebenaran konsepnya telah teruji (justified) dengan baik.
Akan tetapi, jika jawaban responden salah, hal tersebut menjadi suatu indikator
terjadinya miskonsepsi. Tes dagnostik CRI bisa digunakan untuk mengetahui
miskonsepsi mahasiswa secara Instrumen tes diagnostik terlebih dahulu diuji
coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembedanya. Selanjutnya dilakukan analisis CRI (Certainty of Response Index)
untuk membedakan mahasiswa yang tahu konsep, tidak tahu konsep, dan
mengalami miskonsepsi yang didasarkan pada kombinasi dari jawaban benar
atau salah dan tinggi rendahnya CRI jawaban (Murni, 2005: 2-3).
27
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada semester genap pada bulan April 2016 di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Buay Bahuga Kecamatan Buay Bahuga
Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2015/2016.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Buay Bahuga Kecamatan Buay Bahuga
Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2015/2016. Jumlah populasi yaitu
berjumlah 105 siswa-siswi. Sampel yang digunakan adalah 50% dari siswa
kelas VIII pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Buay Bahuga Kecamatan
Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2015/2016. Jumlah
sampel dari 50% yaitu 56 siswa dan siswi. Pengambilan sampel ini berdasarkan
teknik simple random sampling (Sugiono, 2014: 120). Sampel yang digunakan
kelas VIII.1 dan VIII.2 SMP Negeri 2 Buay Bahuga Kecamatan Buay Bahuga
Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2015/2016.
28
Tabel 1. Tabulasi data sampel dan populasi
No Kelas Jumlah Sampel Populasi
1 VIII.1 30 58 107
2 VIII.2 28
3 VIII.3 25
4 VIII.4 24
C. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif sederhana karena hanya
bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi materi IPA Biologi semester genap
pada siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Buay Bahuga Kecamatan Buay Bahuga
Kabupaten Way Kanan.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu :
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :
a. Membuat surat izin penelitian ke Dekanat FKIP yang ditujukan untuk
sekolah tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi
subjek penelitian.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas yang dijadikan penelitian
d. Membuat instrumen penelitian berupa soal-soal tertulis yang diambil
dari soal TIMS Tahun 2003-2011, PISSA Tahun 2006, dan Ujian Nasioanal
Tahun 2013/2014-2014/2015
29
2. Pelaksanaan
a. Menyiapkan instrumen soal tertulis yang diujikan pada sampel kelas
VIII
b. Membagikan soal tes kepada siswa untuk dikerjakan agar mengetahui
jawaban yang diberikan siswa
c. Mendata hasil tes yang sudah dikerjakan siswa
d. Mengolah data yang diperoleh untuk mengetahui miskonsepsi siswa
pada materi IPA kelas VII semester genap Tahun 2014/2015
E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data yang di gunakan yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan cara melihat
jawaban siswa untuk mengetahui terdapat miskonsepsi atau tidak pada
jawaban soal yang diberikan siswa. Data kualitatif diperoleh dari hasil
wawancara kepada siswa dan guru, yaitu berupa wawancara tentang
pembelajaran IPA dan tentang miskonsepsi. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui metode mengajar yang digunakan oleh guru pada materi Ciri
dan klasifikasi makhluk hidup, Ekosistem, Kepadatan populasi manusia,
dan Peranan manusia dalam pengelolaan lingkungan.
2. Teknik pengumpulan data
Tehnik pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan cara
memberikan soal tes tertulis pilihan danda beralasan kepada siswa. Soal
tes tertulis yang diberikan kepada siswa yaitu soal tes tertulis IPA yang
30
kemungkinan sering terjadi miskonsepai pada jawaban yang diberikan
oleh siswa. Soal tes tertulis yang diberikan siswa untuk mengetahui antara
siswa yang tahu konsep, miskonsepsi dan tidak tahu konsep.
Tabel 2. Modifikasi Kategori Tingkatan Pemahaman Siswa
Jawaban Alasan Nilai
CRI
Deskripsi Kode
Benar Benar > 2,5 Memahami Konsep
dengan baik
PK
Benar Benar < 2,5 Memahami konsep
tetapi kurang yakin
PKK
Y
Benar Salah > 2,5 Miskonsepsi M
Benar Salah < 2,5 Tidak Tahu Konsep TTK
Salah Benar > 2,5 Miskonsepsi M
Salah Benar < 2,5 Tidak Tahu Konsep TTK
Salah Salah > 2,5 Miskonsepsi M
Salah Salah < 2,5 Tidak Tahu Konsep TTK
Keterangan:
PK = Pemahaman konsep
PKKY = Pemahaman konsep kurang yakin
M = Miskonsepsi
TTK = Tidak tahu konsep
Sumber: Mustaqim, Zulfiani, dan Herlanti (2014: 4)
Tabel 3. Rubik penilaian soal 20 pilihan jamak beralasan dan 5 esay
No
Soal
Indikator Skor Kriteria/ aspek yang dinilai
1 Mengimplementasikan
ciri-ciri mahluk hidup
yang dimiliki
3
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/sa
lah
Mampu menjelaskan
perubahan ciri-ciri yang
terjadi pada tanaman jagung
dan disertai alasan jawaban
2 Menentukan interaksi 3 Mampu menjelaskan
31
dan saling hubungan
antara komponen
ekosistem
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
tejadinya hubungan interaksi
antara kerbau dengan burung
jalak dan disertai alasan
jawaban
3 Menjelaskan pengaruh
pencemaran air, udara
dan tanah kaitannya
dengan aktifasi
manusia dan upaya
mengatasinya
3
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
Mampu menjawab upaya
mana yang paling tepat
dilakukan untuk mengatasi
limbah dan disertai alasan
jawaban
4 Memperkirakan
hubungan populasi
penduduk dengan
ketersediaan lahan
3
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
Siswa dapat memprediksi
pengaruh kepadatan populasi
penduduk disertai alasan
jawaban
5 Menentukan ciri-ciri
makhluk hidup
berdasarkan ciri yang
dimiliki melalui
gambar
3
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
Siswa dapat
mengidentifikasi ciri-ciri
makhluk hidup dan disertai
alasan jawaban
6 Mengamati gambar 3 Mampu menentukan ciri-ciri
32
dan mengetahui ciri-
ciri makhluk hidup
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
makhluk hidup pada
tumbuhan yang ada
digambar dan disertai alasan
jawaban
7 Menjelaskan pengaruh
pencemaran air, udara
dan tanah kaitannya
dengan aktifasi
manusia dan upaya
mengatasinya
3
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
Mampu mengetahui usaha
yang dapat di lakukan untuk
mengatasi pencemaran air
dan disertai alasan jawaban
8 Mengidentifikasi ciri-
ciri mahluk hidup
3
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
Siswa mampu membedakan
keanekaragaman makhluk
hidup dan disertai alasan
jawaban
9 Menentukan ciri-ciri
makhluk hidup yang
dimiliki
3
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
Siswa dapat membedakan
beberapa ciri-ciri makhluk
hidup dan mampu
mengetahui pernyataan yang
benar dan disertai alasan
jawaban
10 Mengidentifikasi ciri- 3 Siswa mampu membedakan
33
ciri mahluk hidup (3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
ciri-ciri makhluk hidup dan
disertai alasan jawaban
11 Mengidentifikasi ciri-
ciri mahluk hidup
3
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
Siswa mampu menjelaskan
ciri-ciri makhluk pada
gambar percobaan dan
disertai alasan jawaban
12 Mengklasifikasi
beberapa mahluk hidup
di sekitar berdasar ciri
yang diamati
3
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
Siswa dapat membedakan
beberapa ciri
keanekaragaman hewan
sekitar dan disertai alasan
jawaban
13 Mengevaluasi gambar
ekosistem pada jaring-
jaring makanan
3
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
Siswa dapat memahami
hubungan saling
ketergantungan dalam
ekosistem pada jaring-jaring
makanan dan disertai alasan
jawaban
14 Menentukan peran 3 Mampu memprediksi usaha
34
manusia dalam
mengatasi pencemaran
lingkungan
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
yang harus di lakukan untuk
mengatasi pencemaraan
limbah air pada kasus dan
disertai alasan jawaban
15 menentukan hubungan
grafik dengan
pencemaran
lingkungan
3
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
Mampu menjelaskan
hubungan antara kepadatan
penduduk terhadap kualitas
air dalam suatu wilayah
dapat di prediksikan melalui
grafik dan disertai alasan
jawaban
16 Menjelaskan hubungan
antara grafik dengan
pertumbuhan pendudk
dengan kualitas
lingkungan
3
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
Siswa mampu memahami
grafik saling ketergantungan
dalam ekosistem dan disertai
alasan jawaban
17 Menjelaskan faktor
penyebab punahnya
populasi
3
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
Siswa dapat
mengidentifikasi pentingnya
keanekaragaman makhluk
hidup dalam pelestarian
ekosistem dan disertai alasan
jawaban
18 Menentukan ciri-ciri 3 Siswa mampu memahami
35
makhluk hidup yang
dimiliki
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
ciri-ciri makhluk hidup dan
disertai alasan jawaban
19 Menganalis jaring-
jaring makanan pada
gambar jaring-jaring
makanan
3
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
Mampu menetukan hewan di
jaring-jaring makanan ini
yang memiliki tiga sumber
makanan yang dapat
diperoleh secara langsung
dan disertai alasan jawaban
20 Mengimplementasikan
perbedaan jaring-jaring
makanan pada gambar
3
(3=jamak benar
dan alasan
benar
2=jamak
salah,alasan
benar
1=jamak
benar,alasan
salah
0=tidak
menjawab/salah
Mampu prediksi dan
penjelasan paling tepat untuk
efek dari matinya ngengat
pada jaring-jaring makanan
1 Menggambarkan dalam
bentuk diagram rantai
makanan dan jaring-
jaring kehidupan
berdasarkan hasil
pengamatan suatu
ekosistem
10 Mampu mengetahui sebuah
komunitas yang terdiri dari
tikus, ular dan tanaman padi
dan apa yang terjadi pada
komunitas tersebut jika
manusia membunuh ular dan
disertai alasan jawaban
2 Mengamati gambar
dan mengetahui ciri-
ciri makhluk hidup
6 Mampu menentukan benda
hidup dan benda tak hidup
yang ada di kolam dan sertai
alasan jawaban
36
3 Mengetahui dampak
migrasi pada hewan
8 Mampu menentukan dampak
peningkatan emigrasi bagi
kelangsungan hidup burung
4 Mengevaluasi
bagaimana perubahan
ukuran populasi dari
makhluk hidup yang
saling berkaitan
8 Mampu mengetahui
bagaimana perubahan
ukuran populasi dari kelinci
dan serigala yang saling
berkaitan dan disertai alasan
jawaban
5 Menjelaskan dan
menentukan macam-
macam komponen
dalam menjaga
ekosistem
8 Mampu melaskan peran
penting pohon dan matahari
dalam menjaga ekosistem di
hutan hujan dan sertai alasan
jawaban
37
Tabel 4. Tabulasi data siswa
No Soal Tahu konsep Tidak tahu konsep Miskonsepsi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Jumlah
Rata-rata
Untuk menghitung nilai rata-rata menggunakan rumus:
X =
Keterangan:
X = Nilai/skor rata-rata
X = Nilai/skor siswa
n = Jumlah butir soal
(Sudjana, 2005: 67)
38
F. Analisis Data
Analisis data dilakukam dengan tabel matriks CRI untuk membedakan antara
siswa yang tahu konsep, miskonsepsi dan tidak tahu konsep berdasarkan
kombinasi kriteria jawaban dengan tinggi-rendahnya nilai CRI.
Tabel 5. Matriks untuk membedakan antara siswa yang tahu konsep,
miskonsepsi dan tidak tahu konsep berdasarkan kombinasi kriteria
jawaban dengan tinggi-rendahnya nilai CRI
Kriteria jawaban CRI rendah (< 2,5) CRI tinggi (> 2,5)
Jawaban benar Jawaban benar tapi CRI
rendah berarti tidak tahu
konsep
Jawaban benar dan CRI
tinggi berarti menguasai
konsep dengan baik
Jawaban salah Jawaban salah dan CRI
rendah berarti tidak tahu
konsep
Jawaban salah tapi CRI
tinggi berarti terjadi
miskonsepsi
Setelah itu dihitung presentase masing-masing kriterianya dengan rumus yang
digunakan oleh Cahyaningsih (dalam Murni, 2013: 4) yaitu:
Peresentase TK =
x100%
Peresentase TTK =
x100%
Peresentase M =
x100%
Keterangan:
TK = Jumlah siswa yang tahu konsep
TTK = Jumlah siswa yang tidak tahu konsep
M = Jumlah siswa yang miskonsepsi
N = Jumlah total siswa
39
Tabel 6. Hasil kualifikasi miskonsepsi
Kriteria Persentase
Tinggi > 61%
Sedang 41%-61%
Rendah < 41%
Sumber: Siwi (2013: 41)
Analisis pemahaman siswa dilakukan dengan cara menjumlahkan persentase
siswa yang tahu konsep, tidak tahu konsep, dan terjadi miskonsepsi. Untuk
mengetahui lebih jelasnya dilakukan wawancara terhadap siswa yang
mengalami miskonsepsi 50% dari soal tes tertulis yang di berikan oleh siswa.
51
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan temuan dan hasil identifikasi data dapat disimpulan bahwa
identifikasi miskonsepsi materi IPA semester genap pada siswa kelas VII SMP
N 2 Buay Bahuga Way Kanan. Hal ini didasarkan pada identifikasi sebagai
berikut:
1. Pada siswa SMP N 2 Buay Bahuga Way Kanan kategori miskonsepsi dan
tidak tahu konsep siswa mencapai 55% dari jumlah 58 siswa, persentase
miskonsepsi diperoleh 22,89 dan persentase tidak tahu konsep diperoleh
31,79.
2. Pada materi yang paling banyak terjadi miskonsepsi yaitu ekosistem yang
memiliki nilai rata-rata persentase tinggi.
B. Saran
Pada penelitian ini, peneliti menemukan kekurangan-kekurangan, sehingga
peneliti menyarankan sebaiknya:
1. Penelitian, diperlukan adanya beberapa referensi dari berbagai sumber,
sehingga peneliti tidak merasakan kesulitan untuk menemukan fakta-fakta
yang ada di lapangan sudah sesuai atau belum bila dilihat dari berbagai
teori yang sudah ada
52
2. Guru, sebaiknya lebih banyak menggunakan metode pembelajaran untuk
proses belajar, karena menggunakan satu metode tidak cukup untuk proses
belajar dengan baik
53
DAFTAR PUSTAKA
Adisendjaja, Y.H. 2007. Identifikasi Kesalahan Dan Miskonsepsi BukTeks Biologi Umum. Universitas Pendidikan Indonesia. Di akses darihttp://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/195512191980021-YUSUF_HILMI_ADISENDJAJA/KESALAHAN_DAN_MISKONSEPSI.pdf pada 11 Oktober 2015 pukul 20.00 WIB. 13 hlm
Iriyanti, N.P., S. Mulyani dan S.RD. Ariani. 2012. Identifikasi Miskonsepsi PadaMateri Pokok Wujud Zat Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Bawang TahunAjaran 2009/2010. Universitas Sebelas Maret. Volume 1 Nomor 1. Diakses dari https://eprints.uns.ac.id/11416/1/85-282-2-PB.pdf. pada 24 Mei2016 pukul 11.00 WIB. 13 hlm
Liliawati, W dan T.R. Ramalis. 2009. Identifikasi Miskonsepsi Materi Ipba DiSma Dengan Menggunakan Cri (Certainly Of Respons Index) DalamUpaya Perbaikan Urutan Pemberian Materi Ipba Pada Ktsp. UNY.Yogyakarta. Di akses darihttp://eprints.uny.ac.id/12401/1/096_Pend_Fis_Winny.pdf Pada 26Oktober 2015 pukul 19.35 WIB. 17 hlm
Murni, D. 2013. Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Pada Konsep SubstansiGenetika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI). UniversitasLampung. Di akses darihttp://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/semirata/article/view/671/491pada 11 Oktober 2015 pukul 21.50 WIB. 211 hlm
Mustaqim, T.A., Zulfiani dan Y. Herlanti. 2014. Identifikasi Miskonsepsi SiswaDengan Menggunakan Metode Certainty Of Response Index (Cri) PadaKonsep Fotosintesis Dan Respirasi Tumbuhan. UIN Syarif Hidayatullah.Volume VI Nomor 02.205- Di akses darihttp://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains/article/view/1117/994 pada12 Oktober 2015 pukul 21.20 WIB. 152 hlm
Rahayu, P., S. Mulayani, dan S.S. Miswadi. 2012. Pengembangan PembelajaranIpa Terpadu Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem BaseMelalui Lesson Study. Universitas Negeri Semarang. Volume 1. Nomor 1.Di akses dari http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii pada 03 November2015 pukul 22.00 WIB. 70 hlm
54
Siwi, D.A.P. 2013. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas VIII Pada Konsep SistemPencernaan dan Pernapasan. Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah. Jakarta. Di akses darihttp://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwjUkPayzv7KAhWJk5QKHZByDDQQFggfMAA&url=http%3A%2F%2Frepository.uinjkt.ac.id%2Fdspace%2Fbitstream%2F123456789%2F24331%2F1%2FDwi%2520Anti%2520Prapti%2520Siwi.pdf&usg=AFQjCNFua6kZtVKzhrHxWYnYsoh0mIfnUw.pada 11 Oktober 2015pukul 05.30 WIB. 137 hlm
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. 508 hlm.
Sugiono. 2014. Metode Penelitian pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. Alfabeta. Bandung. 456 hlm.
Suniati, N.M.S., W. Sadia dan A. Suhandana. 2013. Pengaruh ImplementasiPembelajaran Kontekstual Berbantuan Multimedia Interaktif TehadapPenurunan Miskonsepsi (Studi Kuasi Eksperimen Dalam PembelajaranCahaya Dan Alat Optik Di Smp Negeri 2 Amlapura). UniversitasPendidikan Ganesha. Volume 4. Di akses darihttp://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CB8QFjAAahUKEwjck7vlqPjIAhUCI6YKHYhzD2E&url=http%3A%2F%2Fpasca.undiksha.ac.id%2Fe-journal%2Findex.php%2Fjurnal_ap%2Farticle%2Fdownload%2F1019%2F768&usg=AFQjCNFbAZSf2YLyf814x33EH9OXkLXJxQ pada 11Oktober 2015 pukul 21.05 WIB. 13 hlm
Sutarmanto. 2012. Kompetesi Profesionalisme Guru Pendidikan Anak Usia Dini.Di akses darihttp://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0ahUKEwj4tKS2rrfLAhVmIKYKHVFEClkQFgguMAI&url=http%3A%2F%2Fjurnal.untan.ac.id%2Findex.php%2Fjvip%2Farticle%2Fdownload%2F42%2F40.%2520%255B21&usg=AFQjCNFGojyzkOxJNk6JsVOFk4W8obJmqQ pada 12 Oktober 2015 pukul 04.00 WIB. 31 hlm
Taufiq, M. 2012. Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika PadaKonsep Gaya Melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle)5E. Universitas Negeri Semarang. Volum 1 Nomor 2. Di akses darihttp://jurnal.unnes.ac.id/index.php/jpii pada 11 Oktober 2015 pukul 11.00WIB. 203 hlm
Tawil, M dan Liliasari. 2013. Berfikir Kompleks dan Implementasinya DalamPembelajaran IPA. Badan Penerbit UNM. Makasar. 180 hlm