Inventarisasi Endapan Mineral Logam Tipe SEDEX di Daerah ...
IDENTIFIKASI MINERAL TIPE SEDIMENTARY EXHALATIVE …repository.ub.ac.id/4916/1/Ainul Yaqin Abror...
Transcript of IDENTIFIKASI MINERAL TIPE SEDIMENTARY EXHALATIVE …repository.ub.ac.id/4916/1/Ainul Yaqin Abror...
-
IDENTIFIKASI MINERAL TIPE SEDIMENTARY EXHALATIVE
(SEDEX) PADA LAPANGAN X MENGGUNAKAN METODE
GEOLISTRIK RESISTIVITAS DAN POLARISASI TERINDUKSI 2D
SKRIPSI
Oleh:
AINUL YAQIN ABROR HAFI
125090700111018
PROGRAM STUDI GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
-
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
IDENTIFIKASI MINERAL TIPE SEDIMENTARY
EXHALATIVE (SEDEX) PADA LAPANGAN X
MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS
DAN POLARISASI TERINDUKSI 2D
Oleh:
AINUL YAQIN ABROR HAFI
125090700111018
Setelah dipertahankan di depan Majelis Penguji
Pada tanggal …………………….
Dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Sains dalam bidang Fisika
Pembimbing I
Sukir Maryanto, Ph.D
NIP. 197106211998021001
Pembimbing II
Dr. Ir. Agus Kuswanto
NIP. 196608171991121001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Fisika
Fakultas MIPA Universitas Brawijaya
Prof.Dr.rer.nat. Muhammad Nurhuda
NIP. 196409101990021001
-
IDENTITAS TIM PENGUJI
Pada Sidang ujian akhir kali ini dlakukan pengujian oleh:
No. Nama Asal Ket.
1. Chomsin S. Widodo, Ph.D
NIP. 196910201995121002
Jurusan Fisika,
Universitas
Brawijaya
Ketua
2. Sukir Maryanto, Ph.D
NIP. 197106211998021001
Jurusan Fisika,
Universitas
Brawijaya
Anggota
3. A. M. Juwono, Ph.D
NIP. 196004211988021001
Jurusan Fisika,
Universitas
Brawijaya
Anggota
-
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ainul Yaqin Abror Hafi
NIM : 125090700111018
Jurusan : Fisika
Penulis Skripsi Berjudul :
IDENTIFIKASI MINERAL TIPE SEDIMENTARY
EXHALATIVE (SEDEX) PADA LAPANGAN X
MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS
DAN POLARISASI TERINDUKSI 2D
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Isi dari Skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya sendiri dan tidak menjiplak karya orang lain.
Tinjauan pustaka yang tercantum dalam skripsi ini
semata-mata hanya digunakan sebagai rujukan atau
referensi.
2. Apabila di kemudian hari ternyata Skripsi yang saya tulis terbukti hasil jiplakan, maka saya akan bersedia
menanggung segala resiko yang akan saya terima.
Demikian Pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.
Malang, Maret 2017
Yang menyatakan
Ainul Yaqin Abror Hafi
125090700111018
-
IDENTIFIKASI MINERAL TIPE SEDIMENTARY
EXHALATIVE (SEDEX) PADA LAPANGAN X
MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS
DAN INDUCED POLARIZATION 2D
ABSTRAK
Identifikasi mineral tipe sedimentary exhalative (sedex) pada
lapangan X telah dilakukan dengan menggunakan metode Geolistrik
resisitivitas dan polarisasi terinduksi (IP) 2D. Pengukuran dilakukan
pada 77 lintasan dengan panjang bentangan masing-masing lintasan
235 meter. Seluruh lintasan tersebut terbentang secara sejajar utara-
selatan. Spasi elektroda yang digunakan adalah 5 meter untuk
masing-masing lintasan. Diperoleh hasil akhir berupa pemodelan 2D
menggunakan Res2dinV dan pemodelan 3D menggunakan
RockWork. Hasil litologi batuan pada daerah penelitian berupa meta-
sedimen, slate dan mudstone pada kedalaman yang bervariasi antara
5 meter hingga 45 meter dari permukaan tanah. Meta-sedimen
teridentifikasi pada rentang resistivitas 2000 hingga 8500 ohm.m.
Slate dan mudstone teridentifikasi pada resistivitas 40 msec. Dari hasil pemodelan tersebut, didapatkan
10 titik yang memiliki potensi deposit mineral logam paling banyak,
antara lain DH#1, DH#2, DH#3, DH#4, DH#5, DH#6, DH#7, DH#8,
DH#9, DH#10.
Kata kunci: Metode geolistrik, resistivitas, polarisasi terinduksi,
chargeabilitas, sedex, galena.
-
MINERAL IDENTIFICATION OF SEDIMENTARY
EXHALATIVE (SEDEX) TYPE AT X FIELD USING
GEOELECTRICAL RESISTIVITY AND INDUCED
POLARIZATION 2D METHOD
ABSTRACT
Determination of sedimentary exhalative (sedex) minerals at X field
has been done by using Geolistrik resisitivias and induced
polarization (IP) 2D method. Measurements were taken on 77 lines
with stretch lengths of 235 meters each. The entire lines lies parallel
to the north-south. The space of the electrode used is 5 meters for
each lines. Obtained result is 2D modeling using Res2dinV and 3D
modeling using RockWork. The result of lithology of rock in the
research area is meta-sediment, slate and mudstone at depth between
5 meter to 45 meter from ground level. Meta-sediments were
identified in the resistivity range 2000 to 8500 ohm.m. Slate and
mudstone identified at resistivity 40 msec. From the results of the modeling,
obtained 10 points that have the most potential of metallic mineral
deposit, ie DH#1, DH#2, DH#3, DH#4, DH#5, DH#6, DH#7, DH#8,
DH#9, DH#10.
Keywords: Geoelectric method, resistivity, induced polarization,
chargeability, sedex, galena.
-
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirobbil’aalamiin penulis haturkan ke hadirat Allah
SWT., juga shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan
Rasulullah Muhammad SAW., berkat keberkahan karunia dan
hidayah, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul:
“IDENTIFIKASI MINERAL TIPE SEDIMENTARY
EXHALATIVE (SEDEX) PADA LAPANGAN X
MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS
DAN POLARISASI TERINDUKSI 2D”
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana
tingkat Strata-1 (S1) di Jurusan Fisika Universtas Brawijaya.
Keberhasilan pelaksanaan dan penulisan tugas akhir ini tidak terlepas
dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Gusti Allah SWT. yang telah memberikan Nikmat sehat jasmani-rohani, Hidayah untuk terus menujukkan jalan
terbaik bagi penulis, dan kekuatan untuk terus berjuang
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Keluarga penulis, kedua orang tua Bapak Sudahdiri dan Ibu Istifaizatin Nur, Kakak Nuzla Af’idatur Robbaniyyah, Adik
Muchammad Hilmi Rofiqi, Mas Irwan, dan Keponakan
Muhammad Falih Azyan yang telah memberikan dukungan
fisik dan moril, semangat, dan kasih sayangnya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan
tugas akhir ini.
3. Bapak Sukir Maryanto, Ph.D selaku Pembimbing I Tugas Akhir dan Bapak selama di kampus atas segala bimbingan,
arahan, dan nasihat, serta waktu yang dikorbankan kepada
penulis selama menjalani Studi S-1 dan penyusunan tugas
akhir.
4. Bapak Drs. Alamsyah Mohammad Juwono, M.Sc., Ph.D selaku Ketua Program Studi Geofisika FMIPA Universitas
Brawijaya sekaligus Dosen Pembimbing Akademik selama
penulis menjalani S-1.
-
5. Bapak Drs. Adi Susilo, M.Sc., Ph.D selaku Dosen Geofisika Universitas Brawijaya yang sangat menginspirasi penulis
untuk menjadi mahasiswa yang tidak hanya fokus dengan
kegiatan Akademik saja melainkan juga menyibukkan diri
dalam kegiatan Kemahasiswaan dan lapangan.
6. Bapak Dr. Sunaryo, S.Si., M.Si selaku Dosen Geofisika Universitas Brawijaya yang telah membagikan ilmunya
semasa kuliah kepada penulis.
7. Bapak Drs. Wasis, M. AB selaku Dosen Geofisika Universitas Brawijaya sekaligus Dosen pembimbing
lapangan pada saat KKN yang menginspirasi penulis untuk
selalu menghadapi situasi yang sulit dengan sebuah candaan
dan senyuman.
8. Bapak Dr. Ir. Agus Kuswanto selaku Pembimbing II yang selalu memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan hal baru dalam bidang ilmu Geosains dan banyak
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis hingga
dapat menyelessaikan tugas akhir ini.
9. Bapak Purnomo selaku Laboran dari Laboratorium Geofisika Universitas Brawijaya yang sangat banyak
membantu dan memudahkan segala kegiatan penulis yang
berhubungan dengan Laboratorium, baik dalam maupun luar
kampus.
10. Seluruh sahabat Geofisika Universitas Brawijaya 2012 yang sudah mengisi waktu suku duka, menemani dan mengiringi
langkah penulis selama studi hingga dapat menyelesaikan
tugas akhir ini.
11. Sahabat Agree Farm Cholida Zia NA, M. Rahmawan, Antares Wira A, Hazqial H, yang sudah memberikan banyak
pengalaman berharga kepada penulis dalam segala bidang
mulai dari lapang hingga prestasi.
12. M Yuzrival, M Rahmawan, Pak Waong, Kang Aep, Kang Johan CS yang banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan proses akuisisi data di lapangan.
13. Senior dan kakak tingkat Geofisika Universitas Brawijaya yang segan untuk berbagi berbagai macam ilmu kepada
penulis.
-
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,
untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon kiranya
dapat dimaklumi dan penulis dangat mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca yang sangat membangun.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
kemajuan dan perkembangan ilmu geofisika di masa yang akan
datang.
Malang, 14 Maret 2017
Ainul Yaqin Abror Hafi
-
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................... 2
LEMBAR PERNYATAAN....................................................... 3
ABSTRAK ................................................................................ 5
ABSTRACT .............................................................................. 6
KATA PENGANTAR ............................................................... 7
DAFTAR ISI ........................................................................... 10
DAFTAR GAMBAR ............................................................... 12
DAFTAR TABEL .................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN ............ Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN........ Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ........ Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.3 Batasan Masalah ..... Error! Bookmark not defined.
1.4 Tujuan Penelitian .... Error! Bookmark not defined.
1.5 Manfaat Penelitian .. Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKAError! Bookmark not defined.
2.1 Geologi Regional .... Error! Bookmark not defined.
2.2 SEDEX (Sedimentary Exhalative)Error! Bookmark not
defined.
2.3 Metode Geolistrik ResistivitasError! Bookmark not
defined.
2.3.1 Dasar KelistrikanError! Bookmark not defined.
2.3.2 Faktor GeometriError! Bookmark not defined.
2.3.3 Konfigurasi Wenner ..... Error! Bookmark not
defined.
2.3.4 Konfigurasi Dipole-DipoleError! Bookmark not
defined.
-
2.3.5 Metode Induced Polarization (IP)........... Error!
Bookmark not defined.
2.4 Sumber-sumber penyebab polarisasiError! Bookmark
not defined.
2.4.1 Polarisasi Membran ...... Error! Bookmark not
defined.
2.4.2 Polarisasi Elektroda ...... Error! Bookmark not
defined.
2.5 Pengukuran Metode Induced Polarization ...... Error!
Bookmark not defined.
2.5.1 Time Domain .. Error! Bookmark not defined.
2.5.2 Frekuensi DomainError! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIANError! Bookmark not defined.
3.1 Waktu dan Tempat penelitian Error! Bookmark not
defined.
3.2 Rancangan PenelitianError! Bookmark not defined.
3.3 Materi Penelitian ..... Error! Bookmark not defined.
3.4 Langkah Penelitian .. Error! Bookmark not defined.
3.4.1 Akuisisi Data .. Error! Bookmark not defined.
3.4.2 Pengolahan DataError! Bookmark not defined.
3.4.3 Interpretasi DataError! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Error! Bookmark not
defined.
4.1 Korelasi Geologi Regional dengan Data LapanganError!
Bookmark not defined.
4.1.1 morfologi daerah penelitianError! Bookmark not
defined.
4.2 Pemodelan 2D ......... Error! Bookmark not defined.
4.3 Identifikasi Deposit Mineral Logam pada daerah
Penelitian .............................. Error! Bookmark not defined.
-
4.4 Daerah Potensi Deposit Mineral Logam ........ Error!
Bookmark not defined.
BAB V PENUTUP ................... Error! Bookmark not defined.
5.1 Kesimpulan ............. Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran ....................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ............................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Nilai Resistivitas Material Bumi (Daud, 2007) Error!
Bookmark not defined. Tabel 2. 2 Chargeabilitas Beberapa Material (Telford,1990)Error!
Bookmark not defined. Tabel 2. 3 Metal Factor Beberapa Material (Telford,1990)Error!
Bookmark not defined.
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Stratigrafi Regional (D.T Aldiss dkk, 1983) Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 2 Stratigrafi Regional (D.T Aldiss dkk, 1983) Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 3 Geologi daerah penelitian (D.T Aldiss dkk, 1983)
....................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. 4 potensi deposit mineral tipe sedex di Indonesia (Emsbo
dkk., 2010) ..................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. 5 Grafik ketersediaan mineral tipe sedex di dunia (Emsbo
dkk., 2010) ..................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. 6 Simulasi pembentukan SEDEX (1, 2, 3) ...... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 7 Simulasi pembentukan SEDEX (4, 5, 6) ...... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 8 Simulasi pembentukan SEDEX (7, 8, 9, 10) Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 9 Silinder Konduktor (Daud, 2007)Error! Bookmark
not defined.
Gambar 2. 10 Susunan elektroda pada konfigurasi wenner
(Stummer, 2003). ........... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. 11 Bagan Pemasangan Elektroda Konfigurasi Dipole-
Dipole (Rahma, 2009) .... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. 12 Letak datum point (n) ketika elektroda arus dan
elektroda potensial berpindah (Lowrie, 2007) ....... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 13 (a) Distribusi ionsecara normal pada batuan
berpori(b) Polarisasi membran akibat keterdapatan mineral
lempung (clay) (Telford dkk., 1990)Error! Bookmark not
defined.
Gambar 2. 14 (atas) belum terdapatnya partikel logam, (bawah)
adanya partikel logam (Telford, 1990)Error! Bookmark not
defined.
Gambar 2. 15 Efek peluruhan beda tegangan dalam domain waktu.
(a) Grafik kondisi dari penjalaran arus, (b) Grafik kondisi
tegangan. Terlihat bahwa ketika arus listrik dimatikan, masih
file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/REVISI%20KOMPRE/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20REV%20KOMPRE.docx%23_Toc490028461file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/REVISI%20KOMPRE/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20REV%20KOMPRE.docx%23_Toc490028461
-
terdapat nilai tegangan yang tersisa yang meluruh terhadap
waktu dan membentuk suatu daerah luasan (Dentith dan
Mudge, 2014) ................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. 1 Peta dasar lokasi daerah penelitian.Error! Bookmark
not defined. Gambar 3. 2 Alat ukur Geolistrik ARES Error! Bookmark not
defined. Gambar 3. 3 Diagram alir penelitianError! Bookmark not defined.
Gambar 3. 4 konfigurasi elektroda (Wenner) pada akuisisi data pada
daerah peneltian (Loke, 2000)Error! Bookmark not
defined.
Gambar 4. 1 Peta Geologi Daerah penelitian dan daerah sekitarnya
................................ Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 2 Penampang melintang yang menunjukkan stratigrafi
regional (Aldiss dkk., 1983) .. Error! Bookmark not
defined. Gambar 4. 3 Singkapan mineral Galena pada daerah penelitian
................................ Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 4 Morfologi pada daerah penelitian.Error! Bookmark
not defined. Gambar 4. 5 Penampang Resistivitas 2D U-18Error! Bookmark
not defined. Gambar 4. 6 Penampang Chargeabilitas 2D U-18 .......... Error!
Bookmark not defined. Gambar 4. 7 Penampang Resistivitas 2D T-01Error! Bookmark
not defined. Gambar 4. 8 Penampang Chargeabilitas 2D T-01 ........... Error!
Bookmark not defined. Gambar 4. 9 Lintasan U-07, referensi interpretasi hasil pengukuran
Geolistrik ................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 10 Peta lintasan geolistrik daerah penelitian ... Error!
Bookmark not defined. Gambar 4. 11 Model 3-D dari nilai Resistivitas dan Chargeabilitas
................................ Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 12 Model 3-D dari nilai anomali IPError! Bookmark
not defined.
file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264462file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264462file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264465file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264466file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264467file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264468file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264471file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264471file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264472
-
Gambar 4. 13 Peta anomali IP pada daerah penelitian ... Error!
Bookmark not defined. Gambar 4. 14 Peta anomali IP dan lintasan Geolistrik pada daerah
penelitian ................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 15 Peta lokasi potensi deposit mineral logam . Error!
Bookmark not defined. Gambar 4. 16 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi
deposit mineral logam DH#1Error! Bookmark not
defined. Gambar 4. 17 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi
deposit mineral logam DH#2Error! Bookmark not
defined. Gambar 4. 18 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi
deposit mineral logam DH#3 Error! Bookmark not
defined. Gambar 4. 19 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi
deposit mineral logam DH#4 Error! Bookmark not
defined. Gambar 4. 20 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi
deposit mineral logam DH#5 Error! Bookmark not
defined. Gambar 4. 21 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi
deposit mineral logam DH#6 Error! Bookmark not
defined. Gambar 4. 22 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi
deposit mineral logam DH#7 Error! Bookmark not
defined. Gambar 4. 23 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi
deposit mineral logam DH#8 Error! Bookmark not
defined. Gambar 4. 24 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi
deposit mineral logam DH#9 Error! Bookmark not
defined. Gambar 4. 25 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi
deposit mineral logam DH#10Error! Bookmark not
defined.
file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264473file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264474file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264474file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264476file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264476file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264477file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264477file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264478file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264478file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264479file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264479file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264480file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264480file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264481file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264481file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264482file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264482file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264483file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264483file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264484file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264484file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264485file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264485
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya
alam. Salah satu sumber daya alam yang terdapat di Indonesia
adalah ketersediaan akan mineral logam yang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi. Salah satunya ialah mineral logam PbS
yang merupakan golongan dari sedex (Sedimentary Exhalative).
Seiring peningkatan populasi manusia maka akan semakin
meningkat pula kebutuhannya baik kebutuhan primer maupun
kebutuhan sekunder. Banyak dari kebutuhan manusia yang
membutuhkan benda logam sebagai bahan dasar atau bahan
pelengkap. Hal ini berimplikasi pada kebutuhan akan bijih logam
yang semakin meningkat, sehingga permintaan barang yang
berbahan dasar logam juga semakin tinggi.
Sedex merupakan salah satu jenis endapan sulfida masif
magmatic-hidrotermal yang menghasilkan bijih tembaga utama
dunia (Wulandari, 2012). Sedex terbentuk dari endapan magma
yang mengintrusi dasar laut hingga keluar dari perut bumi yang
berasosiasi dengan sedimen laut dan kemudian diendapkan. Zona
pembentukan sedex berada pada bagian footwall patahan batuan
induk silty carbonaceous shales (lanau karbonan). Karena
pembentukan sedex secara sedimen menyebabkan hasil mineral
yang terbentuk akan berupa perlapisan yang sejajar dengan
sedimen laut. Akibat aktifitas tektonik, hasil pengedapan tersebut
dapat terangkat keatas permukaan laut. Oleh sebab itulah
bentukan yang ditaksirkan adalah lateral.
Identifikasi sedex dapat dilakukan dengan ilmu geofisika.
Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi yang
menerapkan prinsip-prinsip ilmu fisika. Ilmu geofisika dapat
diaplikasikan dalam memperkirakan gambaran dan kondisi bawah
permukaan dalam bentuk peta ataupun model. Survei geofisika
secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yakni survei seismik
dan non seismik. Salah satu survei yang sering dilakukan untuk
eksplorasi mineral sedex adalah survei non seismik dengan
metode geolistrik. Metode geolistrik merupakan metode geofisika
aktif, yakni dengan mengalirkan arus listrik pada tanah dengan
-
konfigurasi tertentu. Metode ini memanfaatkan sifat kelistrikan
dari batuan.
Berdasarkan informasi dari geologist (Aripin, 2016), daerah
penelitian memiliki potensi endapan sedex dan telah ditemukan
beberapa singkapan mineral galena, sehingga diduga bahwa di
daerah penelitian memiliki potensi mineral logam, dan tidak
menutup kemungkinan juga terdapat jenis endapan sedex yang
lain. Sedex merupakan endapan yang kaya akan kandungan logam
seperti Fe, Pb, dan Zn. Telah dilakukan eksplorasi pada daerah
sebelah timur dari lapangan X oleh PT. Dairi Prima Mineral
(DPM) pada tahun 1997 (Subandrio, 2009) dan terbukti terdapat
endapan sedex.
Metode geolistrik Resistivitas dan Polarisasi Terinduksi
sangat cocok diterapkan pada daerah penelitian dengan karakter
geologi mengandung mineral logam dengan sifat kelistrikan yang
berbeda-beda dengan jumlah lebih dari satu jenis.
Pada metode resistivitas, arus listrik (I) dinjeksikan ke dalam
bumi dan akan didapatkan beda potensial (V). Nilai I dan V
kemudian akan didapat nilai resistivitas (rho). Nilai rho sangat
dipengaruhi oleh sifat resistif batuan terhadap aliran alur listrik
yang berada di bawah permukaan. Mineral pada sedex merupakan
jenis dari endapan logam yang kompak sehingga akan
menghasilkan respon nilai resistivitas yang tinggi akibat
karaktersitik bahan yang kompak dan juga konduktivitas yang
baik dari logam. Sehingga nilai rho dapat digunakan untuk
menginterpretasi litologi, bentuk dan pada kedalaman tertentu
pada bawah permukaan.
Pada metode IP, nilai yang diukur adalah kemampuan setiap
mineral bawah permukaan untuk menyimpan arus listrik dalam
domain waktu (msec). Pada saat arus listrik dinjeksikan ke bawah
permukaan, akan ada beberapa material yang dapat menyimpan
arus listrik saat arus listrik telah dihentikan. Lama waktu material
dalam menyimpan arus listrik sangat dipengaruhi oleh sifat fisik
dari suatu mineral. Akibat sifat konduktif dari mineral sedex yang
kaya akan logam maka arus listrik yang tersimpan akan lebih lama
jika dibandingkan dengan material non logam. Sehingga metode
IP dapat digunakan untuk mengidentifikasi model dan persebaran
mineral logam pada daerah penelitian.
-
Dengan mengombinasikan metode resistivitas dan IP maka
akan didapatkan sebuah model 3D dari bentuk dan persebaran
litologi batuan dan mineral logam, khususnya endapan sedex pada
daerah penelitian. Oleh sebab itu dilakukan penelitian ini.
-
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana indikasi jenis batuan dan mineral logam bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas dan IP pada daerah
penelitian?
2. Bagaimana bentuk dan persebaran mineral logam berdasarkan data Resistivitas dan IP pada daerah penelitian?
3. Dimanakah lokasi yang berpotensi tinggi terdapat deposit mineral logam?
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal berikut:
1. Metode yang digunakan yakni metode geolistrik resistivitas dan IP dengan konfigurasi wenner alpha menggunakan alat
Automatic Resistivitas (ARES) Multichannel dengan 48
elektroda.
2. Pengolahan data dilakukan dengan software Res2dinV dan Pemodelan 3 Dimensi dilakukan dengan software RockWork.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Menentukan jenis batuan dan mineral logam bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas dan IP pada daerah
penelitian.
2. Menginterpretasikan bentuk dan persebaran mineral logam berdasarkan data Resistivitas dan IP pada daerah penelitian.
3. Menentukan lokasi yang berpotensi tinggi terdapat deposit mineral logam.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai jenis
batuan dan potensi mineral logam pada bawah permukaan daerah
penelitian berdasarkan nilai resistivitas dan IP kepada perusahaan
tambang yang memiliki IUP (Izin Usaha Tambang) atas lapangan X.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geologi Regional
Pulau Sumatra terletak di tepi dari kepulauan Sunda bagian Barat
Daya. Pulau tersebut miring membentuk sudut (N20ºE) yang
ditumpuk oleh lempeng Indo-Australia dengan tingkat rata-rata
pergerakan 6-7 cm per tahun (Hamilton, 1979). Zona konvergen
miring ini merupakan bagian dari sistem palung Sunda yang
terbentang sejauh 5.000 km dari Burma ke kawasan timur Indonesia.
Dampak sistem palung menciptakan sistem Sesar Sumatra barat-
tenggara yang beberapa di antaranya adalah berusia mesozoikum,
sehingga banyak patahan aktif kembali sejak terbentuk sebagai hasil
sistem palung tesebut.
Sumatra terbentuk dari mosaik mikro benua, Mergui
(Sumatra, Malaka barat, barat Thailand dan Burma). Metcalfe (2011)
menggunakan istilah 'Sibumasu' (Siam, Burma, Malaka dan Sumatra)
untuk menunjukkan bahwa benua mikro yang terpisah dari Godwana
di barat laut Australia di era Devon, berada di wilayah Kutub.
Sementara bagian selatan Sumatra dan Malaya timur yang termasuk
dalam benua mikro Indocina berasal dari fragmen timur Australia,
bahwa di Era Permo-Karbon terletak di wilayah ekuator.
Mosaik disatukan oleh jahitan yang terdiri dari ophsolite,
mèlange, lengkungan vulkanik, dan plutonium. Tiga benua mikro
pertama bersatu di Era Trias Terakhir, sementara Woyla bersatu di
Era Mesozoik Terakhir (Pulunggono dan Cameron, 1984). Sumatera
Utara, terutama milik benua mikro Mergui yang merupakan benua
pasif di Era Karbon - Awal Perm. Sepanjang periode, bebatuan
kelompok Tapanuli yang terdiri dari Bohorok, Kluet dan Atlas
Formation. (Pulunggono & Cameron, 1984).
Formasi Kluet yang diprediksi memiliki ketebalan kurang
dari 3.000 meter terdiri dari permukaan kuarsa arenite dan lapisan
tipis lanau dan tanah liat, dan terkadang, batu pasir konglomerat
wacke yang ditemukan di batuan halus. Di beberapa tempat di Riau
dan Aceh, batuan vulkanik kehijauan yang belum teridentifikasi
belum ditemukan. Di Lokop Aceh Timur dan Sibolga, ditemukan
-
batuan vulkanik yang menetap di daerah laut. Berdasarkan adanya
kekambuhan batuan yang bergradasi dari pemadaman keras dan
pemuatan, struktur pengeringan, dan keliling horizon, sedimentasi
batuan diasumsikan berhubungan dengan aktivitas turbidite. Selain
itu, batu kapur detritus dan karbonat terkadang ditemukan. Usia
Formasi Kluet diperkirakan dengan mendasarkan pada keberadaan
batu kapur di Pangurutan, di tepi barat Danau Toba. Batuan ini terdiri
dari brachiopode, alga, fosil chrinoide calcareous, dan begitu banyak
fenestelida bryozoa yang terbentuk oleh laut dangkal yang
menunjukkan umur Carbon-Permo. Posisi batuan ini dalam Formasi
Kluet belum diketahui secara pasti (Cameron, 1980; Barber dkk.,
2005).
Formasi Bohorok terdiri dari pebbly mudstone berkerikil
yang terdiri dari batu pasir kasar konglomerat-brexian, batu bata
lumpur, lanau, kuarsa arenit, dan beberapa batu kapur. Matriks
mereka berada dalam ukuran lumpur untuk batu kapur halus. Butiran
ini mencirikan asal benua mereka seperti kapur kuarsa, arghilite,
arenite, gramite dan mica skis batu kapur, gnessis, ski klorat,
kalkitilik kehijauan, dan mungkin rhiolite. Batu pasir konglomerat
silikat, yang mungkin tufaan, ditemukan di lembah Asahan.
Formasi Bohorok dan Kluet memiliki banyak kesamaan
dalam hal komposisi; Perbedaannya hanya pada struktur dan tekstur
yang menunjukkan bahwa Kluet adalah bagian distal Formasi
Bohorok. Oleh karena itu, Formasi Bohorok diyakini tetap bertahan
seperti jari dengan Formasi Kluet. pebbly mudstone Bohorok dan
Formasi Kluet mirip dengan Formasi Phuket di Thailand dan Formasi
Sinang dan Kubang di Perils dan Pulau Langkawi di barat laut
Malaysia (Cameron, 1980; Barber dkk., 2005).
Kesamaan tersebut menciptakan interpretasi bahwa
Sumatera bagian timur dan tengah, Thailand selatan, dan bagian barat
laut Malaysia adalah bagian litosfer yang sama. Batu lumpur kerikil
tidak hanya ditemukan di tempat-tempat itu tetapi juga di Pakistan,
Himalaya, seri Mergui di Burma, dan New South Wales (Cameron.,
1980; Barber dkk., 2005).
-
Gambar 2. 1 Stratigrafi Regional (D.T Aldiss dkk, 1983)
A
B
-
Gambar 2. 2 Stratigrafi Regional (D.T Aldiss dkk, 1983)
-
Ga
mb
ar 2
. 3 G
eolo
gi d
aera
h p
enelitia
n (D
.T A
ldiss d
kk, 19
83
)
-
Gambar 2. 4 potensi deposit mineral tipe sedex di Indonesia
(Emsbo dkk., 2010)
Gambar 2. 5 Grafik ketersediaan mineral tipe sedex di
dunia (Emsbo dkk., 2010)
-
Menurut Emsbo dkk., (2010) di Indonesia hanya terdapat satu
daerah yang memiliki potensi deposit mineral sedex yakni di daerah
Dairi, Sumatra Utara. Potensi mineral logam tipe sedex yang terdapat
pada daerah ini mencapai 4 juta ton dari keseluruhan potensi di dunia.
2.2 SEDEX (Sedimentary Exhalative)
Sedex (sedimentary exhalative) adalah sejenis endapan sulfida
masif dalam bentuk berlapis-lapis pada sekitar daerah pengendapan
sedimen laut dalam seperti chert, barit, karbonat dan sedimen klastik
seperti lumpur, batu lumpur dan argilit. Ketebalan sulfida masif
berkisar dari beberapa milimeter sampai beberapa meter. Sulfida
besar terdiri dari alterasi besi sulfida (pirit dan / atau pyrrhotite)
dengan sfalerit dan galena.
Sulfida masif ini dihasilkan dari pengendapan larutan
hidrotermal yang ditarik ke dasar laut melalui saluran (vein). Saluran
ini membentuk zona yang memotong lapisan dasar batuan sedimen
dan memasuki dasar permukaan laut. Pembentukan sulfida masif
terjadi bersamaan dengan batuan induk. Tapi bisa juga, mineralisasi
sulfida terjadi ketika fluida hidrotermal yang kaya logam melewati
endapan sedimen dan mengganti pirit yang menghasilkan tahap awal
diagenesa.
Menurut Eagle Plains Resources (2017) proses
pembentukan sedex dapat dibagi menjadi 10 tahap yang terjadi di
dasar laut akibat aktifitas intrusi magma yang berasosiasi dengan
batuan sedimen laut yang kemudian terangkat ke permukaan
akibataktifitas tektonik (gambar 2.4 hingga gambar 2.6)
-
Gambar 2. 6 Simulasi pembentukan SEDEX (1, 2, 3)
Pada gambar (2.4), tahap 1 dan 2 merupakan proses
terjadinya pengendapan atau sedimentasi yang terjadi di lingkungan
laut. Sedimentasi berlangsung terus menerus dan mengakibatkan
terbentuknya batuan sedimen yang semakin memadat. Sifat batuan
yang semakin padat adalah plastis dan terbentuklah rekahan akibat
aktivitas tektonik pada tahap 3.
-
Gambar 2. 7 Simulasi pembentukan SEDEX (4, 5, 6)
Pada tahap 4 mulailah terbentuk sebuah graben, yakni
bagian permukaan dari dasar laut yang jatuh ke bawah. Seiring
dengan terbentuknya graben, terjadilah aktivitas vulkanik yang
menghasilkan gas vulkanik dan meterial lainnya menuju ke atas
melalui celah yang terbentuk.
-
Gambar 2. 8 Simulasi pembentukan SEDEX (7, 8, 9, 10)
Elemen Fe pertama diendapkan (Gambar 2.6) pada permukaan
graben, kemudian diendapkan elemen Pb dan Zn di atasnya (7 dan 8).
Proses ini kemudian diikuti oleh sedimentasi laut normal. Melalui
proses ini, SEDEX dideposisi sebagai pengendapan logam tebal
dengan sedimen laut.
2.3 Metode Geolistrik Resistivitas
Metode geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode
geofisika yang digunakan untuk menginvestigasi informasi
subsurface atau bawah permukaan, yaitu dengan mempelajari sifat
penjalaran arus listrik dan mempelajari karakteristik sifat fisis
pada batuan dibawah permukaan bumi. Penyelidikan ini meliputi
pendeteksian besarnya medan potensial, dan arus listrik yang
mengalir di dalam bumi akibat injeksi arus ke dalam bumi (metoda
aktif) dari permukaan.
Metode geolistrik berprinsip dasar pada penginjeksian arus
ke bawah permukaan melalui elektroda arus, dan mengukur kembali
beda potensial pada arus yang mengalir di suatu batuan dengan
elektroda potensial yang kemudian diterima kembali di permukaan.
Hanya saja perlu diketahui bahwa untuk daerah dengan formasi
yang bersifat isolator metoda geolistrik ini tidak efektif.
-
2.3.1 Dasar Kelistrikan
Pada tahun 1827, George Ohm telah mendefinisikan
hubungan antara arus listrik yang mengalir di sebuah kawat dengan
beda tegangan. Yaitu:
V= IR (2.1)
Ohm telah menemukan bahwa arus I, sebanding dengan beda
tegangan V, untuk material ohmic. Konstanta hubungan sebanding
ini disebut resistansi material dengan satuan volt/ampere, atau ohm
(Daud, 2007).
R = 𝑉
𝐼 (2.2)
Salah satu sifat fisis atau karakteristik batuan tersebut adalah
resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan
untuk menghambat arus listrik.
Jika suatu silinder dengan panjang L (Gambar 2.6), luas
penampang A, dan resistansi R, maka dapat di rumuskan:
R = 𝜌𝐿
𝐴 (2.3)
atau
𝜌 =R 𝐴
𝐿 (2.4)
Sehingga nilai resistivitasnya (𝜌) ialah
𝜌 = 𝑉𝐴
𝐼𝐿 (2.5)
Besarnya nilai resistivitas dari silinder konduktor ini dapat ditentukan
menggunakan persamaan (2.3)
Gambar 2. 9 Silinder Konduktor (Daud, 2007)
-
Maksud dari rumus tersebut secara fisis adalah jika panjang
silinder konduktor L diperpanjang, maka resistansi akan meningkat,
dan apabila diameter silinder konduktor diperkecil yang berarti luas
penampang A berkurang maka resistansi juga meningkat, ρ adalah
resistivitas (tahanan jenis) dalam Ωm. Namun, banyak orang lebih
sering menggunakan sifat konduktivitas σ batuan yang merupakan
kebalikan dari resistivitas ρ dengan satuan mhos/m. sehingga
didapatkan
σ = 1
𝜌 =
𝐼𝐿
𝑉𝐴= (
𝐼
𝐴) (
𝐿
𝑉)=
𝐽
𝐸 (2.6)
pada medium yang kontinyu, maka Hukum Ohm dapat dituliskan
sebagai J = σE. Dimana J adalah rapat arus (ampere/m2) dan E adalah
medan listrik (volt/m).
Medan listrik E adalah medan konservatif, sehingga dapat dinyatakan
dalam bentuk gradien potensial V sebagai,
E V (2.7) dan memberikan rapat arus listrik J dapat dinyatakan oleh,
J V (2.8) arus listrik yang mengalir pada suatu medium akan berperan sebagai
pembawa muatan yang bergerak dibawah pengaruh medan listrik (E).
Menurut Telford dkk. (1990), jika ada medan magnet yang mengenai
pembawa muatan, maka pembawa muatan ini akan bergerak dengan
kecepatan rata-rata v dan memilki mobilitas μ, yaitu kecepatan per
satuan medan listrik.
μ = 𝑣
𝐸 (2.9)
Keterangan μ = mobilitas elektron (m2/V.s)
v = kecepatan rata-rata (m/s)
E = medan listrik (V/m)
Arus listrik dapat didefinisikan sebagai muatan listrik yang mengalir
melalui suatu penampang per satuan waktu, dengan persamaan
matematis seperti berikut ini.
I = ∆𝑞
∆𝑡 =
𝑛𝑞𝐴𝑣∆𝑡
∆𝑡= nqAv (2.10)
Keterangan I = arus listrik (ampere)
q = muatan listrik (coulomb)
n = banyaknya elektron
-
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan rata-rata (m/s)
t = waktu (s)
sehingga dari hubungan antara persamaan di atas dapat diperoleh
suatu persamaan mengenai sifat fisis resistivitas suatu material.
ρ = 1
𝑛𝑞𝜇 (2.11)
dapat diketahui bahwa material yang memiliki resistivitas rendah
akan memiliki banyak pembawa muatan yang memiliki mobilitas
yang tinggi (Telford, 1990).
Bumi terdapat banyak material yang memiliki karakteristik
fisika yang bervariasi, dari sifat porositas, permeabilitas,
kandungan fluida dan ion-ion didalam pori-porinya, sehingga materi
Bumi memiliki variasi nilai resistivitas. Pada mineral-mineral logam,
nilainya berkisar pada 10−8 Ωm hingga 107 Ωm. Begitu juga
pada batuan-batuan lain, dengan komposisi yang bermacam-macam
akan menghasilkan rentang resistivitas yang bervariasi pula.
Sehingga range resistivitas maksimum yang mungkin adalah dari
1,6 x 10−8 (perak asli) hingga 1016 Ωm (belerang murni).
Konduktor didefinisikan sebagai bahan yang memiliki
resistivitas kurang dari 10−8 Ωm, sedangkan isolator memiliki
resistivitas lebih dari 107 Ωm. Diantara keduanya adalah bahan
semikonduktor. Di dalam konduktor berisi banyak elektron bebas
dengan mobilitas yang sangat tinggi. Sedangkan pada semikonduktor,
jumlah elektron bebasnya lebih sedikit. Isolator dicirikan oleh ikatan
ionik sehingga elektron-elektron valensi tidak bebas bergerak.
Berdasarkan nilai resistivitas listriknya, batuan dan mineral dapat
dikelompokkan menjadi tiga(Telford., 1982), yaitu:
Konduktor baik : 10−8< ρ 107 Ωm
Faktor-faktor yang menyebabkan resistivitas batuan menurun
(Daud, 2007):
1. Pori-pori terisi oleh fluida 2. Peningkatan salinitas fluida 3. Adanya rekahan pada batuan yang dapat memberikan jalan
untuk aliran arus
4. Terdapat mineral clay
-
5. Menjaga agar kandungan fluida tetap, tetapi meningkakan hubungan antar pori-pori.
Faktor-faktor yang menyebabkan resistivitas batuan meningkat:
1. Berkurangya pori-pori fluida 2. Salinitas rendah 3. Kompaksi – jalan untuk aliran arus berkurang 4. Litifikasi - pori-pori terblok dengan deposit mineral 5. Menjaga agar kandungan fluida tetap, tetapi menurunkan
hubungan antara pori-pori
Jika batuan memiliki mineral clay, maka akan terjadi
konduksi electrical double layer yang terbentuk pada hubungan
mineral clay dengan air. Ini secara efektif ion-ion untuk bergerak
dengan mobilitas tinggi dibanding pada fasa cair. Aliran arus juga
dapat terjadi karena konduksi secara elektrolitik. Sebagian besar
batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki resistivitas
yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan biasanya
bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama
air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik,
di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam
air.
Resistivitas yang terukur pada material bumi utamanya
ditentukan oleh pergerakan ion-ion bermuatan dalam pori-pori terisi
fluida. Variasi resistivitas material bumi ditunjukkan sebagai
berikut:
Tabel 2. 1 Nilai Resistivitas Material Bumi (Daud, 2007)
Material Resistivitas (Ωm)
Udara ~
Pirit 3 X 10-1
Galena 2 X 10-3
Kwarsa 4 X 1010 s.d. 2 X 1014
Kalsit 1 X 1012 s. d. 1 X 1013
Batuan Garam 30 s. d. 1 X 1013
Mika 9 X 1012 s. d. 1 X 1014
Garnit 102 s. d. 1 X 106
Gabro 1 X 103 s. d. 1 X 106
Basalt 10 s. d. 1 X 107
Batuan Gamping 50 s. d. 1 X 107
Batuan Pasir 1 s. d. 1 X 108
-
Batuan Serpih 20 s. d. 1 X 103
Dolomit 102 s. d. 104
Pasir 1 s. d. 103
Lempung 1 s. d. 102
Air Tanah 0.5 s. d. 3 X 102
Air Laut 0.2
2.3.2 Faktor Geometri
Faktor Geometri K, merupakan unsur penting dalam
perdugaan geolistrik suatu benda atau batuan di bawah permukaan
baik pendugaan vertikal maupun horizontal, karena faktor Geometri
akan tetap untuk posisi AB dan MN yang tetap.
Dalam melakukan eksplorasi dengan menggunakan metode
IP atau polarisasi terimbas diperlukan pengetahuan perbandingan
posisi titik pengamatan terhadap sumber arus. Perbedaan letak titik
tersebut akan mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur.
Besaran koreksi terhadap perbedaan letak titik pengamatan tersebut
dinamakan faktor geometri. Faktor geometri diturunkan dari beda
potensial yang terjadi antara elektroda potensial MN yang
diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda arus AB, yaitu :
𝛥𝑉=VM–VN=𝐼𝜌
2𝜋[(
1
𝐴𝑀−
1
𝐵𝑀) − (
1
𝐴𝑁−
1
𝐵𝑁)]
−1 𝛥𝑉
𝐼 (2.12)
ρ=2𝜋 [(1
𝐴𝑀−
1
𝐵𝑀) − (
1
𝐴𝑁−
1
𝐵𝑁)]
−1 𝛥𝑉
𝐼 (2.13)
ρ =𝐾∆𝑉
𝐼 (2.14)
Keterangan: ρ = resistivitas (ohm.m)
K = faktor konfigurasi (m)
V = potensial listrik (volt)
I = arus listrik (ampere)
2.3.3 Konfigurasi Wenner
Konfigurasi wenner memiliki susunan elektroda C-P-
P-C yang sama dengan konfigurasi schlumberger. Namun, pada
konfigurasi ini jarak antar elektroda (C-C, C-P, P-C) cenderung
-
tetap dan digeser keempat-empatnya sesuai target yang
diinginkan seperti yang terlihat pada gambar 2.8 (Stummer,
2003).
Gambar 2. 10 Susunan elektroda pada konfigurasi wenner
(Stummer, 2003).
2.3.4 Konfigurasi Dipole-Dipole
Konfigurasi dipole-dipole sering digunakan dalam
eksplorasi geolistrik dengan susunan jarak antar elektroda sama
panjang seperti terlihat pada gambar (2.9). Pada prinsipnya
konfigurasi dipole-dipole menggunakan 4 buah elektroda, yaitu
pasangan elektroda arus yang disebut current dipole C1C2 dan
pasangan elektroda potensial yang disebut potential dipole P1P2.
Pada konfigurasi dipole-dipole, elektroda arus dan elektroda potensial
bisa terletak secara tidak segaris dan tidak simetris.
-
Gambar 2. 11 Bagan Pemasangan Elektroda Konfigurasi
Dipole-Dipole (Rahma, 2009)
Kedalaman penetrasi dapat dita,nahkam dengan
memanjangjan jarak current dipole dan potential dipole, sedangkan
jarak elektroda arus dan elektroda potensial dibuat tetap. Hal ini
merupakan keunggulan konfigurasi dipole-dipole dibandingkan
dengan konfigurasi Wenner atau Schlumberger, karena tanpa
memperpanjang kabel bisa mendeteksi batuan yang lebih dalam.
Konfigurasi dipole-dipole lebih banyak digunakan dalam eksplorasi
mineral-mineral sulfida dan bahan-bahan tambang dengan kedalaman
yang relatif dangkal. Hasil akhir dipole-dipole berupa penampang,
baik secara horizontal maupun vertikal.
Gambar 2. 12 Letak datum point (n) ketika elektroda arus
dan elektroda potensial berpindah (Lowrie, 2007)
Gambar (2.10) menunjukkan penetrasi kedalaman yang dicapai
dengan menggunakan konfigurasi dipole-dipole, dengan asumsi tidak
ada pengaruh topografi dan medium homogen. Nilai n dalam
konfigurasi dipole-dipole yang berpengaruh terhadap daya penetrasi
kedalaman. Perkiraan kedalaman yang semakin dalam dapat
-
dilakukan dengan penambahan nilai n. Namun kerugian
menggunakan konfigurasi ini adalah kuat sinyal yang dihasilkan
sangat kecil untuk nilai n yang besar. Penetrasi kedalaman h sebagai
fungsi n (bilangan bulat n = 1, 2, 3, …..) dengan jarak spasi x yang
dapat dirumuskan sebagai berikut (Loke, 2004):
h = tan 45º n+1
2x (2.15)
dimana h ialah penetrasi kedalaman (m) dan x merupakan spasi
elektroda (m)
2.3.5 Metode Induced Polarization (IP)
Metode IP merupakan metode yang dapat dimanfaatkan
untuk menyelidiki kondisi bawah permukaan bumi yang mengandung
deposit mineral. Berprinsip pada arus listrik yang dialirkan kedalam
bumi kemudian mengamati beda potensial yang terjadi setelah arus
listrik dihentikan. Ketika arus diputus, idealnya beda potensial
tersebut langsung menjadi nol/hilang, tetapi pada material-material
tertentu akan menyimpan energi listrik (sebagai kapasitor) dan akan
dilepaskan kembali. Meskipun arus sudah diputus, tetapi masih
terdapat beda tegangan yang akan meluruh terhadap waktu dan
berangsur-angsur hilang/nol. Efek ini dinamakan Efek Induced
Polarization. Polarisasi dapat terjadi karena adanya material yang
mengandung mineral logam. (Viridi dkk., 1995)
2.4 Sumber-sumber penyebab polarisasi
Sumber-sumber penyebab polarisasi dapat dibagi menjadi
dua, yaitu polarisasi membran dan polarisasi elektroda (Daud,
2007).
2.4.1 Polarisasi Membran
Polarisasi membran dapat disebabkan oleh penyempitan
pori-pori atau adanya keberadaaan clay. Polarisasi membran terjadi
pada pori-pori batuan yang menyempit, yakni saat arus memasuki
pori-pori tersebut, terjadi akumulasi ion (+) di dekat ion (-) pada
dinding membran, sehingga ion (-) lainnya terakumulasi juga
-
diseberang ion-ion (+). Sehingga terjadi pembentukan pole (kutub-
kutub).
Selain itu dapat juga terjadi pada batuan yang mengandung
mineral lempung (mineral bermuatan negatif) yang mengisi batuan
berpori. Hal ini menunjukan fenomena gejala elektrokinetik yaitu
variasi mobilitas ion (+) dan ion (–). Yakni ketika diberi beda
potensial maka distribusi ion (+) dapat melalui awan ion (+), tetapi
distribusi ion (-) akan terhambat and terakumulasi pada awan ion (+),
lihat Gambar (2.11). Akibat adanya penumpukan mineral konduktif
arus yang diinjeksikan akan mengalami hambatan, sehingga
terbentuk membran-membran yang mengurangi mobilitas ion.
Pengurangan mobilitas ion akan terlihat jika mengalirkan arus dalam
frekuensi rendah.
Gambar 2. 13 (a) Distribusi ionsecara normal pada
batuan berpori(b) Polarisasi membran akibat keterdapatan
mineral lempung (clay) (Telford dkk., 1990)
-
2.4.2 Polarisasi Elektroda
Polarisasi elektroda terjadi jika terdapat mineral logam
dalam batuan. Kehadiran mineral logam dapat menghalangi aliran
arus induksi, sehingga muatan akan terpolarisasi pada bidang batas
(terjadi hambatan elektrokimia) dan menghasilkan beda potensial,
Untuk memaksa arus menembus hambatan elektrokimia perlu
tegangan tambahan (overpotensial).
Batuan akan menyimpan muatan (sebagai kapasitor),
sehingga ketika arus dimatikan tegangan sisa tidak langsung hilang,
tetapi akan berangsur-angsur meluruh terhadap waktu dan muatan
akan terdifusi kembali ke keadaan semula/setimbang. Polarisasi
elektroda mendasari adanya pengukuran time domain.
Gambar 2. 14 (atas) belum terdapatnya partikel logam,
(bawah) adanya partikel logam (Telford, 1990)
-
2.5 Pengukuran Metode Induced Polarization
2.5.1 Time Domain
Pengukuran dengan domain waktu berprinsip pada
perbandingan potensial terpolarisasi terhadap potensial awal yang
diinjeksikan. Paremeter yang akan dihasilkan adalah chargeabilitas,
yaitu kemampuan batuan untuk menyimpan arus listrik. Selain itu,
chargeabilitas juga dapat diukur dengan konsep perbedaan respon
batuan berdasarkan pada peluruhan beda potensial (overpotensial)
sebagai fungsi waktu akibat efek polarisasi.
Parameter Chargeabilitas M (Siegel, 1959), diekspresikan
sebagai :
M = 𝑉𝑠
𝑉𝑝 (2.16)
Dengan M adalah Chargeabilitas, 𝑉𝑝 adalah potensial terukur ketika
arus diinjeksikan dan 𝑉𝑠 adalah potensial terukur ketika arus dimatikan.
Secara instrumen, menghitung potensial Vs adalah hal yang
sulit dilakukan pada saat arus dimatikan dikarenakan efek
elektromagnetik alat, dan kecilnya nilai tersebut. Maka dari itu,
dilakukan perhitungan matematis untuk mengetahui besarnya nilai
potensial hasil polarisasi.
(a)
-
(b)
Gambar 2. 15 Efek peluruhan beda tegangan dalam
domain waktu. (a) Grafik kondisi dari penjalaran arus, (b)
Grafik kondisi tegangan. Terlihat bahwa ketika arus listrik
dimatikan, masih terdapat nilai tegangan yang tersisa yang
meluruh terhadap waktu dan membentuk suatu daerah
luasan (Dentith dan Mudge, 2014)
Berdasarkan respon grafik polarisasi didapatkan bahwa nilai
Vs yaitu nilai tegangan setelah polarisasi adalah hasil peluruhan
tegangan terhadap waktu, dan menghasilkan suatu daerah luasan
dibawah kurva peluruhan potensial (gambar (2.13)). Oleh karena itu,
chargeabilitas juga dapat ditinjau dengan menerapkan konsep integral
terhadap nilai tegangan setelah arus dimatikan. Akan didapat
chargeabilitas semu (apparent chargeabilitas) dengan satuan waktu
(milisekon).
M = 1
Vp∫ 𝑉𝑠(𝑡)𝑑𝑡
𝑡2
𝑡1 (2.17)
Dengan 𝑉𝑠 adalah potensial terukur setelah arus dimatikan pada waktu t1 hingga t2 dan 𝑉𝑝 adalah potensial awal yang
diinjeksikan. Nilai Chargeabilitas akan menunjukkan lama tidaknya
efek polarisasi untuk menghilang sesaat setelah arus dimatikan.
Sehingga jika nilai chargeabilitas besar, maka waktu meluruhnya
lama, dan mengindikasikan keberadaan mineral konduktif.
Secara teori, hasil pengukuran IP dalam domain waktu dan
domain frekuensi menghasilkan hal yang sama. Secara praktis
-
konversi dalam domain waktu ke domain frekuensi cukup sulit.
Gelombang kotak yang digunakan dalam domain waktu mengandung
semua frekuensi. Dalam buku Telford, (1990) dirumuskan:
M =𝐹𝐸
(1+𝐹𝐸) (2.18)
FE ialah Frequency Effect dimana FE
-
MF = 𝑃𝐹𝐸
𝜌𝑑𝑐x 2π. 103 (2.22)
PFE (Percent Frequency Effect)
𝑃𝐹𝐸 = 𝜌𝑑𝑐−𝜌𝑎𝑐
𝑎𝑐 x 100 (2.23)
Berikut ini adalah tabel nilai chargeabilitasdan metal factor untuk
beberapa mineral dan batuan di Bumi:
Tabel 2. 2 Chargeabilitas Beberapa Material
(Telford,1990)
Material Chargeabilitas
(ms)
20% sulfides 2000-3000
8-20% sulfides 1000-2000
2-8% sulfides 500-1000
Volcanic tuffs 300-800
Sandstone, siltstone 100-500
Dense volcanic rocks 100-500
Shale 50-100
Granite, grandodiorite 10-50
Limestone, dolomite 10-20
Tabel 2. 3 Metal Factor Beberapa Material (Telford,1990)
Material Metal Factor
(mhos/cm)
Massive Sulfides 10.000
Fracture-filling sulfides 1.000-10.000
Massive magnetite 3-3.000
Porphyry copper 30-1500
Dissem. Sulfides 100-1000
Shale-sulfides 3-300
Clays 1-300
Sandstone-1-2%sulfides 2-200
Finely dissem. sulfides 10-100
Tuffs 1-100
Graphitic sandstone and limestone 4-60
Gravels 0-200
Alluvium 0-200
-
Precambrium gneisses 10-100
Granites, monzonites, diorites 0-60
Various volcanics 0-80
Schists 10-60
Basic rock (barren) 1-10
Granites (barren) 1
Ground water 0
-
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2016
hingga Januari 2017 di PT. Geoscan Eksplorasindo. Daerah
penelitian terletak di Lapangan X Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
Gambar 3. 1 Peta dasar lokasi daerah penelitian.
-
Pada gambar 3.01 merupakan peta dasar lokasi daerah
penelitian. Daerah penelitian seluas 130 ha dengan ditandai
oleh garis berwarna jingga. Terdapat 9 lintasan utama yang
terbagi menjadi 77 lintasan kecil dengan panjang masing-
masing lintasan 235 m.
3.2 Rancangan Penelitian
Data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian
ini adalah data primer. Penelitian ini dilakukan dengan
metode geolistrik resistivitas dan induced polarization secara
mapping dalam tiga tahap yakni: akuisisi data, pengolahan
data, interpretasi data. Luasan daerah penelitian 130 ha. Data
yang didapatkan berupa nilai hambatan dan time domain
induced polarizatin yang kemudian diolah dan dimodelkan
secara 3D.
3.3 Materi Penelitian
Materi penelitian dalam penelitian ini mencakup
data dan perangkat lunak pengolahan yang menunjang
proses penelitian antara lain:
A. Data hasil akuisisi data:
Hambatan dan time domain induced polarization.
Data profiling GPS. B. Perangkat keras yang digunakan antara lain:
-
Gambar 3. 2 Alat ukur Geolistrik ARES
ARES (Automatic Resistivitas) multichannel
Switch Box/ Geoscaner
Kabel listrik (2 buah)
Elektroda (48 buah)
Palu (2 buah)
Handie Talkie (4 buah)
GPS
Kompas Geologi
Aki 12 V
Laptop C. Perangkat lunak yang digunakan antara lain:
Ms. Excel
Surfer 12
Notepad
Res2dinV
RockWork
3.4 Langkah Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap antara
lain: akuisisi data, pengolahan data, dan interpretasi data.
-
Gambar 3. 3 Diagram alir penelitian
-
3.4.1 Akuisisi Data
Pra akuisisi data merupakan kegiatan yang
dilakukan sebelum melakukan akuisisi data, yakni
dengan membuat jalur rintisan pada lintasan yang telah
dibuat pada desain survei. Pembuatan jalur rintisan
dilakukan untuk membuka jalur yang rimbun pada
daerah penelitian sehingga mempermudah dalam
pembentangan kabel saat akuisisi data. Akuisisi data
dilakukan menggunakan ARES dengan konfigurasi
wenner alpha. Spasi antar elektroda (a) 5 m. Jumlah
seluruh elektroda adalah 48. Setiap elektroda dilakukan
marking dan tracking untuk mendapatkan informasi
koordinat setiap elektroda yang nantinya akan digunakan
sebagai topografi penampang resistivitas dan IP dari
ujung meter ke-0 hingga meter ke-235 dengan
menggunakan GPS. Data koordinat hasil marking dan
tracking digabungkan untuk dibuat menjadi sebuah
profil lintasan. Hasil akuisisi data yang didapatkan
adalah data berupa resistansi, time domain induced
polarization, dan data GPS hasil marking dan tracking.
C1 dan C2 merupakan elektroda arus, P1 dan P2
merupakan elektroda potensial, sedangkan n
menjelaskan tentang penetrasi kedalaman titik datum
akibat perubahan jarak a.
Gambar 3. 4 konfigurasi elektroda (Wenner) pada akuisisi
data pada daerah peneltian (Loke, 2000)
-
3.4.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan memasukkan
data mentah dari ARES yang telah diunduh dengan
menggunakan laptop dalam format berbentuk .txt
(notepad). Data resitansi diubah menjadi resistivitas
dengan menggunakan persamaan (2.5). Kemudian
dilakukan inversi 2D dengan menggunakan software
Res2DinV untuk mendapatkan penampang resistivitas
dan IP. Dilakukan edit bad datum point agar nilai RMS
error tidak terlalu tinggi, sehingga penampang yang
dihasilkan dapat merepresentasikan kondisi bawah
permukaan daerah penelitian. Dimasukkan juga data
profil dari GPS untuk mendapatkan informasi bentuk
topografi morfologi permukaan penampang sehingga
keberadaan anomali bawah permukaan dapat diketahui
lokasinya dengan lebih baik. Hasil inversi tersebut
kemudian dilakukan pengubahan bentuk koordinat
menjadi X, Y, Z format yang kemudian dijadikan bentuk
model 3D dengan menggunakan software RockWork.
Pemodelan ini dilakukan dengan cara menginterpolasi
keseluruhan dari 77 lintasan yang telah tersusun sesuai
dengan desain survei. Data yang diinterpolasi adalah data
resistivitas, IP, dan juga data GPS.
3.4.3 Interpretasi Data
Berdasarkan hasil dari pengolahan data
menghasilkan sebuah peta terintegrasi yang
menampilkan bentuk morfologi dan topografi, serta
informasi nilai hambatan jenis batuan. Berdasarkan nilai
tersebut diinterpretasikan litologi batuan dan
ketersediaan kandungan mineral logam pada daerah
penelitian dengan cara mencocokkan antara tabel
resistivitas dan chargeabilitas dengan kondisi lapangan
berupa singkapan batuan dan penampang hasil
pengolahan data. Hasil tersebut nantinya akan
diinterpretasikan model dan geometri anomali nilai
resistivitas dan time domain IP.
-
0
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Korelasi Geologi Regional dengan Data Lapangan
Berdasarkan peta geologi lembar Sidikalang yang
diterbitkan oleh Pusat Studi Data Geologi – Bandung (1983), daerah
penelitian termasuk dalam formasi Kluet. Peta geologi tersebut dapat
dilihat pada gambar (4.1).
Gambar 4. 1 Peta Geologi Daerah penelitian dan daerah
sekitarnya
Menurut D.T. Aldiss, R. Whandoyo, S.A. Ghazali, dan
Kusyono (Puslitbang Geologi Bandung, 1983), struktur geologi yang
terdapat pada sekitar daerah penelitian tersusun dari beberapa jenis
batuan, antara lain:
-
1
Tabel 4. 1 Komposisi litologi dalam formasi batuan.
Alluvium (Qh) : Gravel, sand, mud, conglomerate fan,
diatom, pebble
Formasi Tutut
(QTt)
: Conglomerate, sandstone, silt and mud
Tufa Toba (Qvt) : Rhyodacitic Tuff, welded
Barus Formation
(Tmba)
: Sandstone, carbonat clay, limestone,
conglomerate.
Trumon Volcanic
Formation (Tmvt)
: Volcanic andesite and sandstone
Sibolga Formation
(Tlsb)
: Sandstone, silt, mudstone and
conglomerate
Kluet Formation
(Puk)
: Metaquartz Sandstone, metawackeake,
shale, and phylite.
Informasi penampang melintang geologi yang digambarkan
dalam sebuah stratigrafi dan litologi dari daerah penelitian dan
sekitarnya dapat dilihat pada gambar (4.2)
-
2
Gam
bar 4
. 2 P
ena
mp
ang
melin
tan
g ya
ng
men
un
jukka
n stra
tigra
fi regio
na
l (Ald
iss dkk., 1
98
3)
-
3
Dapat dilihat informasi litologi yang disampaikan oleh
Aldiss, dkk (1983), bahwa formasi Kluet terdiri atas metaquartz,
sandstone, metawacke, slate, phyllite. Terdapat juga banyak batu
alterasi seperti batu hydrothermal silicification, milk quartz stone, dan
prophylitic yang terlihat sebagai singkapan di sungai.
Pada lintasan pengukuran Geolistrik, terdapat singkapan
yang dapat diinterpretasikan sebagai meta sedimen dari formasi
Kluet, dimana terdapat litologi berupa mineral Galena. Singkapan
tersebut dapat dilihat pada gambar (4.3).
Gambar 4. 3 Singkapan mineral Galena pada daerah penelitian
Keberadaan dari galena hanya terisi dalam sebuah rekahan,
dalam jumlah yang tidak banyak. Lebar rekahan kurang lebih 10 cm,
dengan panjang kurang lebih 25 cm.
-
4
4.1.1 morfologi daerah penelitian
Morfologi pada daerah penelitian terdiri atas bukit yang
curam dan berundak-undak dengan rata-rata ketinggian mulai dari
584m hingga 1040m. Pada daerah penelitian bagian utara cenderung
lebih tinggi dibandingkan dengan yang bagian selatan. Kemiringan
dari lereng bukit mencapai 40 °. Aliran sungai yang terbentuk berpola
dendrit dan bercabang dari hulu ke hilir, yang pada umumnya
berbentuk seperti huruf V yang menyempit seperti lembah
menunjukkan tingkat erosi yang masih muda. Morfologi daerah
penelitian dapat dilihat seperti pada gambar (4.4).
Gambar 4. 4 Morfologi pada daerah penelitian.
4.2 Pemodelan 2D
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan respon
anomali resistivitas dan chargeabilitas yang berbeda beda pada setiap
penampang. Perbedaan respon ini disebabkan kondisi bawah
permukaan yang memiliki informasi yang berbeda-beda pula pada
setiap lokasi. Selain itu, kondisi topografi juga mempengaruhi hasil
pemodelan 2D dan letak anomali mineral logam yang dicari.
-
5
Ga
mb
ar 4
. 5 P
ena
mpa
ng R
esistivitas 2
D U
-18
-
6
Pada lintasan U-18 diperoleh hasil seperti pada gambar (4.5),
penampang tersebut memiliki informasi nilai resisitivitas bawah
permukaan mulai dari 175 ohm.m hingga 19.051 ohm.m yang
direpresentasikan dengan skala warna dari nilai rendah ke tinggi
yakni biru tua hingga merah bata.
Berdasarkan dari hasil penampang tersebut, didapati anomali
berupa persebaran batuan dengan resisitivitas tinggi pada bagian
dekat permukaan meter ke-15 menuju ke-220 dan pada bagian meter
ke-40 menuju ke-160 dengan kedalaman lebih dari 10 m. Rentang
resistivitas berkisar antara 2000 ohm.m hingga 19.051 ohm.m.
Diperkirakan batuan tersebut merupakan batuan metasedimen dalam
formasi Kluet. Sedangkan pada bagian utara (kiri) dari lintasan
pengukuran didapati nilai resisitivitas yang rendah dengan nilai
kurang dari 2000 ohm.m.
-
7
Ga
mb
ar 4
. 6 P
ena
mpa
ng C
harg
eab
ilitas 2
D U
-18
-
8
Pada lintasan U-18 diperoleh hasil seperti pada gambar (4.6),
penampang tersebut memiliki informasi nilai chargeabilitas bawah
permukaan mulai dari 0,00 msec hingga 40,9 msec yang
direpresentasikan dengan skala warna dari nilai rendah ke tinggi
yakni biru tua hingga merah bata.
Berdasarkan dari hasil penampang tersebut, didapati anomali
berupa persebaran batuan dengan chargeabilitas tinggi terbagi
menjadi tiga bagian yakni pada meter ke-10 menuju ke-25 di
kedalaman 0 m hingga 10 m, pada bagian meter ke-70 menuju ke-105
di kedalaman 20 m hingga 40 m. Dengan nilai chargeabilitas berkisar
antara 40,9 msec. Diperkirakan batuan tersebut merupakan batuan
metasedimen dalam formasi Kluet yang telah terdapat mineral logam
galena. Sedangkan pada bagian lain dari lintasan pengukuran U-18
didapati nilai chargeabilitas yang rendah dengan nilai kurang dari
29,2 msec.
-
9
Ga
mb
ar 4
. 7 P
ena
mpa
ng R
esistivitas 2
D T
-01
-
10
Pada lintasan T-01 diperoleh hasil seperti pada gambar (4.7),
penampang tersebut memiliki informasi nilai resisitivitas bawah
permukaan mulai dari 950 ohm.m hingga 189.641 ohm.m yang
direpresentasikan dengan skala warna dari nilai rendah ke tinggi
yakni biru tua hingga merah bata.
Berdasarkan dari hasil penampang tersebut, didapati anomali
berupa persebaran batuan dengan resisitivitas tinggi pada bagian
meter ke-35 menuju ke-160 pada kedalaman antara 15 hingga 20 m.
Nilai resistivitas yang ditampilkan berkisar antara 20.000 ohm.m
hingga 189.641 ohm.m. Diperkirakan batuan tersebut merupakan
batuan metasedimen dalam formasi Kluet. Sedangkan pada bagian
permukaan hingga kedalaman 15 m dari lintasan pengukuran didapati
nilai resisitivitas yang lebih rendah dengan nilai kurang dari 20.000
ohm.m.
-
11
Ga
mb
ar 4
. 8 P
ena
mpa
ng C
harg
eab
ilitas 2
D T
-01
-
12
Pada lintasan T-01 diperoleh hasil seperti pada gambar (4.8),
penampang tersebut memiliki informasi nilai chargeabilitas bawah
permukaan mulai dari 0,00 msec hingga 70,0 msec yang
direpresentasikan dengan skala warna dari nilai rendah ke tinggi
yakni biru tua hingga merah bata.
Berdasarkan dari hasil penampang tersebut, didapati anomali
berupa persebaran batuan dengan chargeabilitas tinggi pada bagian
meter ke-120 menuju ke-200 dan pada bagian meter ke-45 menuju
ke-85. Rentang chargeabilitas berkisar antara 40 msec hingga 70
msec. Diperkirakan batuan tersebut merupakan batuan metasedimen
dalam formasi Kluet. Sedangkan pada bagian tengah dari lintasan
pengukuran didapati nilai chargeabilitas yang rendah dengan nilai
kurang dari 14,2 msec.
4.3 Identifikasi Deposit Mineral Logam pada daerah Penelitian
Interpretasi pada metode geolistrik, dibutuhkan sebuah acuan.
Pada umumnya acuan yang digunakan berupa singkapan batuan
ataupun data bor. Dikarenakan pada daerah penelitian belum terdapat
data bor, maka singkapan yang terdapat pada gambar (4.3) dapat
digunakan sebagai acuan untuk interpretasi.
-
13
Gambar 4. 9 Lintasan U-07, referensi interpretasi hasil
pengukuran Geolistrik
Dapat dilihat pada gambar (4.9) terdapat dua penampang
melintang yang diperoleh berdasarkan hasil pengolahan, yakni
penampang resistivitas pada bagian atas dan penampang IP pada
bagian bawah.
Penampang resistivitas menggambarkan kondisi geologi
bawah permukaan pada daerah penelitian. Batuan keras dan padat
memiliki nilai resistivitas yang tinggi (pada penampang resistivitas
ditandai dengan respon warna merah). Sedangkan batuan yang lebih
lunak memiliki nilai resistivitas yang lebih rendah yang ditandai
dengan warna kuning, hijau hingga ke biru. Dalam mencocokkan
kondisi sesungguhnya yang ada di lapangan pada singkapan yang
dilalui oleh lintasan pengukuran geolistrik pada gambar (4.9),
menunjukkan bahwa resistivitas yang tinggi adalah meta-sedimen
dari formasi Kluet. Batuan tersebut memiliki rentang dari permukaan
ke bawah sekitar 20 m. Pada bagian bawah meta-sedimen terdapat
litologi yang memiliki nilai resistivitas yang rendah. Diperkirakan
bahwa litologi tersebut adalah slate atau mudstone.
-
14
Penampang melintang IP menjelaskan keterdapatan
kandungan logam dalam batuan pada daerah penelitian. Suatu area
jika terdapat mineral logam yang tinggi akan memberikan respon
dengan nilai IP yang tinggi. Pada gambar penampang melintang IP
(Gambar 4.9), batas nilai yang digunakan adalah 40 msec menuju ke
nilai yang lebih tinggi yang ditandai dengan warna coklat hingga
warna merah. Pada kondisi di lapangan didapati hasil nilai IP yang
lebih dari 40 msec yang mana terdapat singkapan urat galena yang
mengisi sebuah rekahan pada batuan meta-sedimen. Pada daerah
penelitian juga terdapat banyak mineral sulfida lain seperti pirit dan
kalkopirit.
Nilai IP yang tertinggi terletak pada lokasi yang memiliki
nilai resistivitas yang tinggi diinterpretasikan sebagai sebuah
fenomena yang menunjukkan bahwa mineral galena dan mineral
logam pada daerah penelitian (nilai IP yang tinggi) merupakan meta
sedimen yang terdapat dalam formasi Kluet (nilai resistivitas yang
tinggi).
Selanjutnya, fenomena pada lintasan U-07 yakni adanya
sebuah singkapan galena digunakan sebagai referensi untuk
interpretasi pada lintasan geolistrik yang lain.
Pada penelitian ini dilakukan akuisisi sebanyak 77 lintasan
pengukuran geolistrik yang terbentang dari arah utara-selatan pada
area seluas 130 ha dengan jarak antar lintasan 70 m (gambar (4.10)).
-
15
Gambar 4. 10 Peta lintasan geolistrik daerah penelitian
Dalam melakukan interpretasi terpadu, keseluruhan dari 77
penampang melintang dihubungkan menggunakan software
RockWork. Hasilnya merupakan sebuah model dari nilai IP dan
resistivitas pada daerah penelitian yang divisualisasikan secara 3-D
dan juga dapat dilihat peta datar sebagai pembanding pada gambar
(4.4)
-
16
Ga
mb
ar
4.
11
Mo
del
3-D
da
ri n
ila
i R
esis
tivi
tas
da
n C
ha
rgea
bil
ita
s
-
17
Pada gambar (4.11) merupakan sebuah model tiga dimensi
(3-D) sebagai penggabungan hasil pengolahan dari nilai resistivitas
dan IP. Nilai resistivitas yang ditampilkan pada gambar merupakan
anomali yang memiliki nilai resistivitas lebih dari 2000 ohm.m
(merah), sedangkan pada nilai IP menunjukkan nilai chargeabilitas
yang lebih dari 40 msec (kuning).
Telah disebutkan pada bagian awal bahwa nilai resistivitas
yang tinggi diinterpretasikan sebagai batuan meta-sedimen dari
formasi Kluet. Pada gambar (4.11) dapat ditarik sebuah garis
persebaran batuan pada daerah penelitian. Ditunjukkan pada gambar
(4.11) bahwa batuan metasedimen tersebar mendatar ke seluruh area.
Nilai IP yang tinggi (kuning) diperkirakan sebagai daerah
yang memiliki kandungan mineral logam yang tinggi. Mineral
tersebut tersebar secara meluas di bagian tengah dari daerah
penelitian, terletak pada batuan meta-sedimen. Arah persebaran dari
zona tersebut adalah dari timur-barat dan memiliki arah yang sama
dengan struktur patahan yang dijumpai pada daerah ini.
Untuk lebih jelasnya, persebaran dari daerah dengan
kandungan mineral logam yang tinggi dapat dilihat pada gambar
(4.12) dan gambar (4.13).
-
18
Ga
mb
ar
4.
12
Mo
del
3-D
da
ri n
ila
i a
no
ma
li I
P
-
19
Pada gambar (4.12) terdapat titik LNSC-10. Titik ini
merupakan lokasi singkapan yang telah disebutkan pada gambar
(4.3). Pada model 3-D ini, titik LNSC-10 tidak menujukkan sebagai
anomali IP yang besar, karena pada faktanya mineral galena dan
mineral logam yang lain pada singkapan ini hanya terpusat pada satu
titik tersebut dan tidak tersebar ke area di sekitarnya.
Dua titik berwarna biru pada gambar (4.13) merupakan lokasi
dari camp utara dan camp timur, yang digunakan sebagai tempat
istirahat dan bermalam selama akuisisi data di lapangan berlangsung.
Dapat dilihat pada gambar (4.13) terdapat akumulasi dari mineral
logam yang merata di sekitaran camp timur.
Mineral logam yang terdapat pada daerah penelitian
teridentifikasi sebagai anomali dengan nilai IP tinggi yakni: Fe, Cu,
Pb dan Zn, dalam bentukan pirit, kalkopirit, dan galena. Pada metode
ini semua mineral logam yang teridentifikasi sebagai anomali yang
sama yakni dengan nilai IP yang tinggi.
Hasil penelitian ini didukung dengan adanya peninjauan
pada daerah penelitian oleh geologist dari negara China (Kuswanto,
2017). Telah teridentifikasi bahwa daerah yang dinyatakan sebagai
daerah memiliki potensi deposit mineral logam menurut analisis dari
penampang 2D, terbukti ada. Daerah potensi deposit mineral logam
tersebut dilakukan penggalian didapati bentukan yang sesuai dengan
dugaan bentuk telah diaksirkan dari hasil pengolahan data.
-
20
Ga
mb
ar
4.
13
Pet
a a
no
ma
li I
P p
ada
da
erah
pen
elit
ian
-
21
Ga
mb
ar 4
. 14
Peta
an
om
ali IP
da
n lin
tasa
n G
eolistrik p
ada
da
erah p
enelitia
n
-
22
Pada gambar (4.14) ditampilkan 77 lintasan geolistrik IP dan
resistivitas pada peta. Setiap line memiliki nama seperti U-01, T-01,
dan seterusnya.
4.4 Daerah Potensi Deposit Mineral Logam
Penentuan daerah potensi deposit mineral logam dilakukan
pada area yang memiliki nilai chargeabilitas yang tinggi (> 40 msec).
Area yang memenuhi kriteria dalam daerah potensi deposit mineral
logam merupakan zona mineralisasi dimana memiliki nilai IP yang
tinggi yang terakumulasi. Pada zona mineralisasi merupakan zona
dimana terjadinya proses pembentukan mineral logam. Sehingga
diperkirakan akan terdapat akumulasi mineral logam yang lebih
banyak jika dibandingkan dengan zona di sekitarnya yang tidak
termineralisasi. Zona tersebut ditandai dengan adanya nilai
chargeabilitas yang tinggi dan berakumulasi pada suatu area dan
membentuk sebuah anomali seperti pada gambar (4.16) hingga
gambar (4.25) yang sekaligus terdapat titik vertikal yang diduga
memiliki kemenerusan persebaran mineral logam dari permukaan
menuju bawah permukaan.
Pada gambar (4.16) hingga gambar (4.25), terdapat dua
penampang melintang yang menampilkan informasi anomali
resistivitas dan IP. Pada penampang tersebut terdapat informasi
tentang skala ketinggian pada bagian kanan dan kiri. Sedangkan
untuk kedalaman juga dapat dilihat pada skala tersebut.
-
23
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
-
24
Gambar 4. 15 Peta lokasi potensi deposit mineral logam
-
25
Ga
mb
ar 4
. 16
Pen
am
pa
ng
IP d
an
Resistivita
s pa
da
titik po
tensi d
epo
sit min
eral lo
ga
m D
H#
1
-
26
Ga
mb
ar
4.
17
Pen
am
pa
ng
IP
da
n R
esis
tivi
tas
pa
da
tit
ik p
ote
nsi
dep
osi
t m
iner
al
log
am
D
H#
2
-
27
DH#1 merupakan titik yang terletak pada lintasan T-01 dan
memiliki potensi deposit mineral logam yang besar. Pada penampang
Polarisasi Terinduksi 2D terdapat nilai anomali chargeabilitas tinggi
pada meter ke-120 hingga meter ke-200. Sedangkan potensi deposit
mineral logam tersebut berada pada kedalaman 15 meter dari
permukaan tanah. Diperkirakan ketebalan potensi deposit tersebut
mencapai 20 meter.
Berdasarkan perbandingan dari penampang polarisasi
terinduksi dan penampang resistivitas pada lintasan T-01, anomali
chargeabilitas tinggi terletak dekat dan mengiris dengan anomali
resistivitas tinggi. Sehingga diidentifikasi bahwa deposit mineral
logam berasosiasi dengan batuan metasedimen dari formasi Kluet.
DH#2 merupakan titik yang terletak pada lintasan T-02 dan
memiliki potensi deposit mineral logam yang besar. Pada penampang
Polarisasi Terinduksi 2D terdapat nilai anomali chargeabilitas tinggi
pada meter ke-120 hingga meter ke-180. Sedangkan potensi deposit
mineral logam tersebut berada pada kedalaman 10 meter dari
permukaan tanah. Diperkirakan ketebalan potensi deposit tersebut
mencapai 30 meter.
Berdasarkan perbandingan dari penampang polarisasi
terinduksi dan penampang resistivitas pada lintasan T-02, anomali
chargeabilitas tinggi terletak dekat dan mengiris dengan anomali
resistivitas tinggi. Sehingga diidentifikasi bahwa deposit mineral
logam berasosiasi dengan batuan metasedimen dari formasi Kluet.
-
28
Ga
mb
ar
4.
18
Pen
am
pa
ng
IP
da
n R
esis
tivi
tas
pa
da
tit
ik p
ote
nsi
dep
osi
t m
iner
al
log
am
DH
#3
-
29
Ga
mb
ar 4
. 19
Pen
am
pa
ng
IP d
an
Resistivita
s pa
da
titik po
tensi d
epo
sit min
eral lo
ga
m D
H#
4
-
30
DH#3 merupakan titik yang terletak pada lintasan T-06 dan
memiliki potensi deposit mineral logam yang besar. Pada penampang
Polarisasi Terinduksi 2D terdapat nilai anomali chargeabilitas tinggi
pada meter ke-80 hingga meter ke-180. Sedangkan potensi deposit
mineral logam tersebut berada pada kedalaman 10 meter dari
permukaan tanah. Diperkirakan ketebalan potensi deposit tersebut
mencapai 20 meter.
Berdasarkan perbandingan dari penampang polarisasi
terinduksi dan penampang resistivitas pada lintasan T-06, anomali
chargeabilitas tinggi terletak dekat dan mengiris dengan anomali
resistivitas tinggi. Sehingga diidentifikasi bahwa deposit mineral
logam berasosiasi dengan batuan metasedimen dari formasi Kluet.
DH#4 merupakan titik yang terletak pada lintasan T-07 dan
memiliki potensi deposit mineral logam yang besar. Pada penampang
Polarisasi Terinduksi 2D terdapat nilai anomali chargeabilitas tinggi
pada meter ke-120 hingga meter ke-190. Sedangkan potensi deposit
mineral logam tersebut berada pada kedalaman 20 meter dari
permukaan tanah. Diperkirakan ketebalan potensi deposit tersebut
mencapai 10 meter.
Berdasarkan perbandingan dari penampang polarisasi
terinduksi dan penampang resistivitas pada lintasan T-07, anomali
chargeabilitas tinggi terletak dekat dan mengiris dengan anomali
resistivitas tinggi. Sehingga diidentifikasi bahwa deposit mineral
logam berasosiasi dengan batuan metasedimen dari formasi Kluet.
-
31
Ga
mb
ar 4
. 20
Pen
am
pa
ng
IP d
an
Resistivita
s pa
da
titik po
tensi d
epo
sit min
eral lo
ga
m D
H#
5
-
32
Ga
mb
ar
4.
21
Pen
am
pa
ng
IP
da
n R
esis
tivi
tas
pa
da
tit
ik p
ote
nsi
dep
osi
t m
iner
al
log
am
DH
#6
-
33
-
34
DH#5 merupakan titik yang terletak pada lintasan T-10 dan
memiliki potensi deposit mineral logam yang besar. Pada penampang
Polarisasi Terinduksi 2D terdapat nilai anomali chargeabilitas tinggi
pada meter ke-60 hingga meter ke-160. Sedangkan potensi deposit
mineral logam tersebut berada pada kedalaman 5 meter dari
permukaan tanah. Diperkirakan ketebalan potensi deposit tersebut
mencapai 20 meter.
Berdasarkan perbandingan dari penampang polarisasi
terinduksi dan penampang resistivitas pada lintasan T-10, anomali
chargeabilitas tinggi terletak dekat dan mengiris dengan anomali
resistivitas tinggi. Sehingga diidentifikasi bahwa deposit mineral
logam berasosiasi dengan batuan metasedimen dari formasi Kluet.
DH#6 merupakan titik yang terletak pada lintasan T-11 dan
memiliki potensi deposit mineral logam yang besar. Pada penampang
Polarisasi Terinduksi 2D terdapat nilai anomali chargeabilitas tinggi
pada meter ke-120 hingga meter ke-200. Sedangkan potensi deposit
mineral logam tersebut berada pada kedalaman 10 meter dari
permukaan lintasan. Diperkirakan ketebalan potensi deposit tersebut
mencapai 20 meter.
Berdasarkan perbandingan dari penampang polarisasi
terinduksi dan penampang resistivitas pada lintasan T-11, anomali
chargeabilitas tinggi terletak dekat dan mengiris dengan anomali
resistivitas tinggi. Sehingga diidentifikasi bahwa deposit mineral
logam berasosiasi dengan batuan metasedimen dari formasi Kluet.
-
35
Ga
mb
ar
4.
22
Pen
am
pa
ng
IP
da
n R
esis
tivi
tas
pa
da
tit
ik p
ote
nsi
dep
osi
t m
iner
al
log
am
DH
#7
-
36
Ga
mb
ar 4
. 23
Pen
am
pa
ng
IP d
an
Resistivita
s pa
da
titik po
tensi d
epo
sit min
eral lo
ga
m D
H#
8