IDENTIFIKASI MINERAL TIPE SEDIMENTARY EXHALATIVE …repository.ub.ac.id/4916/1/Ainul Yaqin Abror...

95
IDENTIFIKASI MINERAL TIPE SEDIMENTARY EXHALATIVE (SEDEX) PADA LAPANGAN X MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DAN POLARISASI TERINDUKSI 2D SKRIPSI Oleh: AINUL YAQIN ABROR HAFI 125090700111018 PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of IDENTIFIKASI MINERAL TIPE SEDIMENTARY EXHALATIVE …repository.ub.ac.id/4916/1/Ainul Yaqin Abror...

  • IDENTIFIKASI MINERAL TIPE SEDIMENTARY EXHALATIVE

    (SEDEX) PADA LAPANGAN X MENGGUNAKAN METODE

    GEOLISTRIK RESISTIVITAS DAN POLARISASI TERINDUKSI 2D

    SKRIPSI

    Oleh:

    AINUL YAQIN ABROR HAFI

    125090700111018

    PROGRAM STUDI GEOFISIKA

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2017

  • LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

    IDENTIFIKASI MINERAL TIPE SEDIMENTARY

    EXHALATIVE (SEDEX) PADA LAPANGAN X

    MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS

    DAN POLARISASI TERINDUKSI 2D

    Oleh:

    AINUL YAQIN ABROR HAFI

    125090700111018

    Setelah dipertahankan di depan Majelis Penguji

    Pada tanggal …………………….

    Dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    Sains dalam bidang Fisika

    Pembimbing I

    Sukir Maryanto, Ph.D

    NIP. 197106211998021001

    Pembimbing II

    Dr. Ir. Agus Kuswanto

    NIP. 196608171991121001

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan Fisika

    Fakultas MIPA Universitas Brawijaya

    Prof.Dr.rer.nat. Muhammad Nurhuda

    NIP. 196409101990021001

  • IDENTITAS TIM PENGUJI

    Pada Sidang ujian akhir kali ini dlakukan pengujian oleh:

    No. Nama Asal Ket.

    1. Chomsin S. Widodo, Ph.D

    NIP. 196910201995121002

    Jurusan Fisika,

    Universitas

    Brawijaya

    Ketua

    2. Sukir Maryanto, Ph.D

    NIP. 197106211998021001

    Jurusan Fisika,

    Universitas

    Brawijaya

    Anggota

    3. A. M. Juwono, Ph.D

    NIP. 196004211988021001

    Jurusan Fisika,

    Universitas

    Brawijaya

    Anggota

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Ainul Yaqin Abror Hafi

    NIM : 125090700111018

    Jurusan : Fisika

    Penulis Skripsi Berjudul :

    IDENTIFIKASI MINERAL TIPE SEDIMENTARY

    EXHALATIVE (SEDEX) PADA LAPANGAN X

    MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS

    DAN POLARISASI TERINDUKSI 2D

    Dengan ini menyatakan bahwa:

    1. Isi dari Skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya sendiri dan tidak menjiplak karya orang lain.

    Tinjauan pustaka yang tercantum dalam skripsi ini

    semata-mata hanya digunakan sebagai rujukan atau

    referensi.

    2. Apabila di kemudian hari ternyata Skripsi yang saya tulis terbukti hasil jiplakan, maka saya akan bersedia

    menanggung segala resiko yang akan saya terima.

    Demikian Pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.

    Malang, Maret 2017

    Yang menyatakan

    Ainul Yaqin Abror Hafi

    125090700111018

  • IDENTIFIKASI MINERAL TIPE SEDIMENTARY

    EXHALATIVE (SEDEX) PADA LAPANGAN X

    MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS

    DAN INDUCED POLARIZATION 2D

    ABSTRAK

    Identifikasi mineral tipe sedimentary exhalative (sedex) pada

    lapangan X telah dilakukan dengan menggunakan metode Geolistrik

    resisitivitas dan polarisasi terinduksi (IP) 2D. Pengukuran dilakukan

    pada 77 lintasan dengan panjang bentangan masing-masing lintasan

    235 meter. Seluruh lintasan tersebut terbentang secara sejajar utara-

    selatan. Spasi elektroda yang digunakan adalah 5 meter untuk

    masing-masing lintasan. Diperoleh hasil akhir berupa pemodelan 2D

    menggunakan Res2dinV dan pemodelan 3D menggunakan

    RockWork. Hasil litologi batuan pada daerah penelitian berupa meta-

    sedimen, slate dan mudstone pada kedalaman yang bervariasi antara

    5 meter hingga 45 meter dari permukaan tanah. Meta-sedimen

    teridentifikasi pada rentang resistivitas 2000 hingga 8500 ohm.m.

    Slate dan mudstone teridentifikasi pada resistivitas 40 msec. Dari hasil pemodelan tersebut, didapatkan

    10 titik yang memiliki potensi deposit mineral logam paling banyak,

    antara lain DH#1, DH#2, DH#3, DH#4, DH#5, DH#6, DH#7, DH#8,

    DH#9, DH#10.

    Kata kunci: Metode geolistrik, resistivitas, polarisasi terinduksi,

    chargeabilitas, sedex, galena.

  • MINERAL IDENTIFICATION OF SEDIMENTARY

    EXHALATIVE (SEDEX) TYPE AT X FIELD USING

    GEOELECTRICAL RESISTIVITY AND INDUCED

    POLARIZATION 2D METHOD

    ABSTRACT

    Determination of sedimentary exhalative (sedex) minerals at X field

    has been done by using Geolistrik resisitivias and induced

    polarization (IP) 2D method. Measurements were taken on 77 lines

    with stretch lengths of 235 meters each. The entire lines lies parallel

    to the north-south. The space of the electrode used is 5 meters for

    each lines. Obtained result is 2D modeling using Res2dinV and 3D

    modeling using RockWork. The result of lithology of rock in the

    research area is meta-sediment, slate and mudstone at depth between

    5 meter to 45 meter from ground level. Meta-sediments were

    identified in the resistivity range 2000 to 8500 ohm.m. Slate and

    mudstone identified at resistivity 40 msec. From the results of the modeling,

    obtained 10 points that have the most potential of metallic mineral

    deposit, ie DH#1, DH#2, DH#3, DH#4, DH#5, DH#6, DH#7, DH#8,

    DH#9, DH#10.

    Keywords: Geoelectric method, resistivity, induced polarization,

    chargeability, sedex, galena.

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillaahirobbil’aalamiin penulis haturkan ke hadirat Allah

    SWT., juga shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan

    Rasulullah Muhammad SAW., berkat keberkahan karunia dan

    hidayah, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul:

    “IDENTIFIKASI MINERAL TIPE SEDIMENTARY

    EXHALATIVE (SEDEX) PADA LAPANGAN X

    MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS

    DAN POLARISASI TERINDUKSI 2D”

    Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana

    tingkat Strata-1 (S1) di Jurusan Fisika Universtas Brawijaya.

    Keberhasilan pelaksanaan dan penulisan tugas akhir ini tidak terlepas

    dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

    perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

    1. Gusti Allah SWT. yang telah memberikan Nikmat sehat jasmani-rohani, Hidayah untuk terus menujukkan jalan

    terbaik bagi penulis, dan kekuatan untuk terus berjuang

    sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

    2. Keluarga penulis, kedua orang tua Bapak Sudahdiri dan Ibu Istifaizatin Nur, Kakak Nuzla Af’idatur Robbaniyyah, Adik

    Muchammad Hilmi Rofiqi, Mas Irwan, dan Keponakan

    Muhammad Falih Azyan yang telah memberikan dukungan

    fisik dan moril, semangat, dan kasih sayangnya, sehingga

    penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan

    tugas akhir ini.

    3. Bapak Sukir Maryanto, Ph.D selaku Pembimbing I Tugas Akhir dan Bapak selama di kampus atas segala bimbingan,

    arahan, dan nasihat, serta waktu yang dikorbankan kepada

    penulis selama menjalani Studi S-1 dan penyusunan tugas

    akhir.

    4. Bapak Drs. Alamsyah Mohammad Juwono, M.Sc., Ph.D selaku Ketua Program Studi Geofisika FMIPA Universitas

    Brawijaya sekaligus Dosen Pembimbing Akademik selama

    penulis menjalani S-1.

  • 5. Bapak Drs. Adi Susilo, M.Sc., Ph.D selaku Dosen Geofisika Universitas Brawijaya yang sangat menginspirasi penulis

    untuk menjadi mahasiswa yang tidak hanya fokus dengan

    kegiatan Akademik saja melainkan juga menyibukkan diri

    dalam kegiatan Kemahasiswaan dan lapangan.

    6. Bapak Dr. Sunaryo, S.Si., M.Si selaku Dosen Geofisika Universitas Brawijaya yang telah membagikan ilmunya

    semasa kuliah kepada penulis.

    7. Bapak Drs. Wasis, M. AB selaku Dosen Geofisika Universitas Brawijaya sekaligus Dosen pembimbing

    lapangan pada saat KKN yang menginspirasi penulis untuk

    selalu menghadapi situasi yang sulit dengan sebuah candaan

    dan senyuman.

    8. Bapak Dr. Ir. Agus Kuswanto selaku Pembimbing II yang selalu memberikan kesempatan kepada penulis untuk

    melakukan hal baru dalam bidang ilmu Geosains dan banyak

    meluangkan waktunya untuk membimbing penulis hingga

    dapat menyelessaikan tugas akhir ini.

    9. Bapak Purnomo selaku Laboran dari Laboratorium Geofisika Universitas Brawijaya yang sangat banyak

    membantu dan memudahkan segala kegiatan penulis yang

    berhubungan dengan Laboratorium, baik dalam maupun luar

    kampus.

    10. Seluruh sahabat Geofisika Universitas Brawijaya 2012 yang sudah mengisi waktu suku duka, menemani dan mengiringi

    langkah penulis selama studi hingga dapat menyelesaikan

    tugas akhir ini.

    11. Sahabat Agree Farm Cholida Zia NA, M. Rahmawan, Antares Wira A, Hazqial H, yang sudah memberikan banyak

    pengalaman berharga kepada penulis dalam segala bidang

    mulai dari lapang hingga prestasi.

    12. M Yuzrival, M Rahmawan, Pak Waong, Kang Aep, Kang Johan CS yang banyak membantu penulis dalam

    menyelesaikan proses akuisisi data di lapangan.

    13. Senior dan kakak tingkat Geofisika Universitas Brawijaya yang segan untuk berbagi berbagai macam ilmu kepada

    penulis.

  • Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini

    masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,

    untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon kiranya

    dapat dimaklumi dan penulis dangat mengharapkan saran dan

    kritik dari pembaca yang sangat membangun.

    Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

    kemajuan dan perkembangan ilmu geofisika di masa yang akan

    datang.

    Malang, 14 Maret 2017

    Ainul Yaqin Abror Hafi

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................... 2

    LEMBAR PERNYATAAN....................................................... 3

    ABSTRAK ................................................................................ 5

    ABSTRACT .............................................................................. 6

    KATA PENGANTAR ............................................................... 7

    DAFTAR ISI ........................................................................... 10

    DAFTAR GAMBAR ............................................................... 12

    DAFTAR TABEL .................... Error! Bookmark not defined.

    DAFTAR LAMPIRAN ............ Error! Bookmark not defined.

    BAB I PENDAHULUAN........ Error! Bookmark not defined.

    1.1 Latar Belakang ........ Error! Bookmark not defined.

    1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

    1.3 Batasan Masalah ..... Error! Bookmark not defined.

    1.4 Tujuan Penelitian .... Error! Bookmark not defined.

    1.5 Manfaat Penelitian .. Error! Bookmark not defined.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKAError! Bookmark not defined.

    2.1 Geologi Regional .... Error! Bookmark not defined.

    2.2 SEDEX (Sedimentary Exhalative)Error! Bookmark not

    defined.

    2.3 Metode Geolistrik ResistivitasError! Bookmark not

    defined.

    2.3.1 Dasar KelistrikanError! Bookmark not defined.

    2.3.2 Faktor GeometriError! Bookmark not defined.

    2.3.3 Konfigurasi Wenner ..... Error! Bookmark not

    defined.

    2.3.4 Konfigurasi Dipole-DipoleError! Bookmark not

    defined.

  • 2.3.5 Metode Induced Polarization (IP)........... Error!

    Bookmark not defined.

    2.4 Sumber-sumber penyebab polarisasiError! Bookmark

    not defined.

    2.4.1 Polarisasi Membran ...... Error! Bookmark not

    defined.

    2.4.2 Polarisasi Elektroda ...... Error! Bookmark not

    defined.

    2.5 Pengukuran Metode Induced Polarization ...... Error!

    Bookmark not defined.

    2.5.1 Time Domain .. Error! Bookmark not defined.

    2.5.2 Frekuensi DomainError! Bookmark not defined.

    BAB III METODE PENELITIANError! Bookmark not defined.

    3.1 Waktu dan Tempat penelitian Error! Bookmark not

    defined.

    3.2 Rancangan PenelitianError! Bookmark not defined.

    3.3 Materi Penelitian ..... Error! Bookmark not defined.

    3.4 Langkah Penelitian .. Error! Bookmark not defined.

    3.4.1 Akuisisi Data .. Error! Bookmark not defined.

    3.4.2 Pengolahan DataError! Bookmark not defined.

    3.4.3 Interpretasi DataError! Bookmark not defined.

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Error! Bookmark not

    defined.

    4.1 Korelasi Geologi Regional dengan Data LapanganError!

    Bookmark not defined.

    4.1.1 morfologi daerah penelitianError! Bookmark not

    defined.

    4.2 Pemodelan 2D ......... Error! Bookmark not defined.

    4.3 Identifikasi Deposit Mineral Logam pada daerah

    Penelitian .............................. Error! Bookmark not defined.

  • 4.4 Daerah Potensi Deposit Mineral Logam ........ Error!

    Bookmark not defined.

    BAB V PENUTUP ................... Error! Bookmark not defined.

    5.1 Kesimpulan ............. Error! Bookmark not defined.

    5.2 Saran ....................... Error! Bookmark not defined.

    DAFTAR PUSTAKA ............... Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN ............................. Error! Bookmark not defined.

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2. 1 Nilai Resistivitas Material Bumi (Daud, 2007) Error!

    Bookmark not defined. Tabel 2. 2 Chargeabilitas Beberapa Material (Telford,1990)Error!

    Bookmark not defined. Tabel 2. 3 Metal Factor Beberapa Material (Telford,1990)Error!

    Bookmark not defined.

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2. 1 Stratigrafi Regional (D.T Aldiss dkk, 1983) Error!

    Bookmark not defined.

    Gambar 2. 2 Stratigrafi Regional (D.T Aldiss dkk, 1983) Error!

    Bookmark not defined.

    Gambar 2. 3 Geologi daerah penelitian (D.T Aldiss dkk, 1983)

    ....................................... Error! Bookmark not defined.

    Gambar 2. 4 potensi deposit mineral tipe sedex di Indonesia (Emsbo

    dkk., 2010) ..................... Error! Bookmark not defined.

    Gambar 2. 5 Grafik ketersediaan mineral tipe sedex di dunia (Emsbo

    dkk., 2010) ..................... Error! Bookmark not defined.

    Gambar 2. 6 Simulasi pembentukan SEDEX (1, 2, 3) ...... Error!

    Bookmark not defined.

    Gambar 2. 7 Simulasi pembentukan SEDEX (4, 5, 6) ...... Error!

    Bookmark not defined.

    Gambar 2. 8 Simulasi pembentukan SEDEX (7, 8, 9, 10) Error!

    Bookmark not defined.

    Gambar 2. 9 Silinder Konduktor (Daud, 2007)Error! Bookmark

    not defined.

    Gambar 2. 10 Susunan elektroda pada konfigurasi wenner

    (Stummer, 2003). ........... Error! Bookmark not defined.

    Gambar 2. 11 Bagan Pemasangan Elektroda Konfigurasi Dipole-

    Dipole (Rahma, 2009) .... Error! Bookmark not defined.

    Gambar 2. 12 Letak datum point (n) ketika elektroda arus dan

    elektroda potensial berpindah (Lowrie, 2007) ....... Error!

    Bookmark not defined.

    Gambar 2. 13 (a) Distribusi ionsecara normal pada batuan

    berpori(b) Polarisasi membran akibat keterdapatan mineral

    lempung (clay) (Telford dkk., 1990)Error! Bookmark not

    defined.

    Gambar 2. 14 (atas) belum terdapatnya partikel logam, (bawah)

    adanya partikel logam (Telford, 1990)Error! Bookmark not

    defined.

    Gambar 2. 15 Efek peluruhan beda tegangan dalam domain waktu.

    (a) Grafik kondisi dari penjalaran arus, (b) Grafik kondisi

    tegangan. Terlihat bahwa ketika arus listrik dimatikan, masih

    file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/REVISI%20KOMPRE/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20REV%20KOMPRE.docx%23_Toc490028461file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/REVISI%20KOMPRE/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20REV%20KOMPRE.docx%23_Toc490028461

  • terdapat nilai tegangan yang tersisa yang meluruh terhadap

    waktu dan membentuk suatu daerah luasan (Dentith dan

    Mudge, 2014) ................. Error! Bookmark not defined.

    Gambar 3. 1 Peta dasar lokasi daerah penelitian.Error! Bookmark

    not defined. Gambar 3. 2 Alat ukur Geolistrik ARES Error! Bookmark not

    defined. Gambar 3. 3 Diagram alir penelitianError! Bookmark not defined.

    Gambar 3. 4 konfigurasi elektroda (Wenner) pada akuisisi data pada

    daerah peneltian (Loke, 2000)Error! Bookmark not

    defined.

    Gambar 4. 1 Peta Geologi Daerah penelitian dan daerah sekitarnya

    ................................ Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 2 Penampang melintang yang menunjukkan stratigrafi

    regional (Aldiss dkk., 1983) .. Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4. 3 Singkapan mineral Galena pada daerah penelitian

    ................................ Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 4 Morfologi pada daerah penelitian.Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4. 5 Penampang Resistivitas 2D U-18Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4. 6 Penampang Chargeabilitas 2D U-18 .......... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4. 7 Penampang Resistivitas 2D T-01Error! Bookmark

    not defined. Gambar 4. 8 Penampang Chargeabilitas 2D T-01 ........... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4. 9 Lintasan U-07, referensi interpretasi hasil pengukuran

    Geolistrik ................ Error! Bookmark not defined.

    Gambar 4. 10 Peta lintasan geolistrik daerah penelitian ... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4. 11 Model 3-D dari nilai Resistivitas dan Chargeabilitas

    ................................ Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 12 Model 3-D dari nilai anomali IPError! Bookmark

    not defined.

    file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264462file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264462file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264465file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264466file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264467file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264468file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264471file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264471file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264472

  • Gambar 4. 13 Peta anomali IP pada daerah penelitian ... Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4. 14 Peta anomali IP dan lintasan Geolistrik pada daerah

    penelitian ................ Error! Bookmark not defined.

    Gambar 4. 15 Peta lokasi potensi deposit mineral logam . Error!

    Bookmark not defined. Gambar 4. 16 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi

    deposit mineral logam DH#1Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4. 17 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi

    deposit mineral logam DH#2Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4. 18 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi

    deposit mineral logam DH#3 Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4. 19 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi

    deposit mineral logam DH#4 Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4. 20 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi

    deposit mineral logam DH#5 Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4. 21 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi

    deposit mineral logam DH#6 Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4. 22 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi

    deposit mineral logam DH#7 Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4. 23 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi

    deposit mineral logam DH#8 Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4. 24 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi

    deposit mineral logam DH#9 Error! Bookmark not

    defined. Gambar 4. 25 Penampang IP dan Resistivitas pada titik potensi

    deposit mineral logam DH#10Error! Bookmark not

    defined.

    file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264473file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264474file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264474file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264476file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264476file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264477file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264477file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264478file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264478file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264479file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264479file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264480file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264480file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264481file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264481file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264482file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264482file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264483file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264483file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264484file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264484file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264485file:///E:/Afi/smt%209/BISMILLAH%20SKRIPSI/REPORT/FOR%20SEMHAS/Ainul%20Yaqin%20Abror%20Hafi%20(BISMILLAH%20SKRIPSI)%20(Autosaved).docx%23_Toc489264485

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya

    alam. Salah satu sumber daya alam yang terdapat di Indonesia

    adalah ketersediaan akan mineral logam yang memiliki nilai

    ekonomis yang tinggi. Salah satunya ialah mineral logam PbS

    yang merupakan golongan dari sedex (Sedimentary Exhalative).

    Seiring peningkatan populasi manusia maka akan semakin

    meningkat pula kebutuhannya baik kebutuhan primer maupun

    kebutuhan sekunder. Banyak dari kebutuhan manusia yang

    membutuhkan benda logam sebagai bahan dasar atau bahan

    pelengkap. Hal ini berimplikasi pada kebutuhan akan bijih logam

    yang semakin meningkat, sehingga permintaan barang yang

    berbahan dasar logam juga semakin tinggi.

    Sedex merupakan salah satu jenis endapan sulfida masif

    magmatic-hidrotermal yang menghasilkan bijih tembaga utama

    dunia (Wulandari, 2012). Sedex terbentuk dari endapan magma

    yang mengintrusi dasar laut hingga keluar dari perut bumi yang

    berasosiasi dengan sedimen laut dan kemudian diendapkan. Zona

    pembentukan sedex berada pada bagian footwall patahan batuan

    induk silty carbonaceous shales (lanau karbonan). Karena

    pembentukan sedex secara sedimen menyebabkan hasil mineral

    yang terbentuk akan berupa perlapisan yang sejajar dengan

    sedimen laut. Akibat aktifitas tektonik, hasil pengedapan tersebut

    dapat terangkat keatas permukaan laut. Oleh sebab itulah

    bentukan yang ditaksirkan adalah lateral.

    Identifikasi sedex dapat dilakukan dengan ilmu geofisika.

    Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi yang

    menerapkan prinsip-prinsip ilmu fisika. Ilmu geofisika dapat

    diaplikasikan dalam memperkirakan gambaran dan kondisi bawah

    permukaan dalam bentuk peta ataupun model. Survei geofisika

    secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yakni survei seismik

    dan non seismik. Salah satu survei yang sering dilakukan untuk

    eksplorasi mineral sedex adalah survei non seismik dengan

    metode geolistrik. Metode geolistrik merupakan metode geofisika

    aktif, yakni dengan mengalirkan arus listrik pada tanah dengan

  • konfigurasi tertentu. Metode ini memanfaatkan sifat kelistrikan

    dari batuan.

    Berdasarkan informasi dari geologist (Aripin, 2016), daerah

    penelitian memiliki potensi endapan sedex dan telah ditemukan

    beberapa singkapan mineral galena, sehingga diduga bahwa di

    daerah penelitian memiliki potensi mineral logam, dan tidak

    menutup kemungkinan juga terdapat jenis endapan sedex yang

    lain. Sedex merupakan endapan yang kaya akan kandungan logam

    seperti Fe, Pb, dan Zn. Telah dilakukan eksplorasi pada daerah

    sebelah timur dari lapangan X oleh PT. Dairi Prima Mineral

    (DPM) pada tahun 1997 (Subandrio, 2009) dan terbukti terdapat

    endapan sedex.

    Metode geolistrik Resistivitas dan Polarisasi Terinduksi

    sangat cocok diterapkan pada daerah penelitian dengan karakter

    geologi mengandung mineral logam dengan sifat kelistrikan yang

    berbeda-beda dengan jumlah lebih dari satu jenis.

    Pada metode resistivitas, arus listrik (I) dinjeksikan ke dalam

    bumi dan akan didapatkan beda potensial (V). Nilai I dan V

    kemudian akan didapat nilai resistivitas (rho). Nilai rho sangat

    dipengaruhi oleh sifat resistif batuan terhadap aliran alur listrik

    yang berada di bawah permukaan. Mineral pada sedex merupakan

    jenis dari endapan logam yang kompak sehingga akan

    menghasilkan respon nilai resistivitas yang tinggi akibat

    karaktersitik bahan yang kompak dan juga konduktivitas yang

    baik dari logam. Sehingga nilai rho dapat digunakan untuk

    menginterpretasi litologi, bentuk dan pada kedalaman tertentu

    pada bawah permukaan.

    Pada metode IP, nilai yang diukur adalah kemampuan setiap

    mineral bawah permukaan untuk menyimpan arus listrik dalam

    domain waktu (msec). Pada saat arus listrik dinjeksikan ke bawah

    permukaan, akan ada beberapa material yang dapat menyimpan

    arus listrik saat arus listrik telah dihentikan. Lama waktu material

    dalam menyimpan arus listrik sangat dipengaruhi oleh sifat fisik

    dari suatu mineral. Akibat sifat konduktif dari mineral sedex yang

    kaya akan logam maka arus listrik yang tersimpan akan lebih lama

    jika dibandingkan dengan material non logam. Sehingga metode

    IP dapat digunakan untuk mengidentifikasi model dan persebaran

    mineral logam pada daerah penelitian.

  • Dengan mengombinasikan metode resistivitas dan IP maka

    akan didapatkan sebuah model 3D dari bentuk dan persebaran

    litologi batuan dan mineral logam, khususnya endapan sedex pada

    daerah penelitian. Oleh sebab itu dilakukan penelitian ini.

  • 1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan

    permasalahan dalam penelitian sebagai berikut:

    1. Bagaimana indikasi jenis batuan dan mineral logam bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas dan IP pada daerah

    penelitian?

    2. Bagaimana bentuk dan persebaran mineral logam berdasarkan data Resistivitas dan IP pada daerah penelitian?

    3. Dimanakah lokasi yang berpotensi tinggi terdapat deposit mineral logam?

    1.3 Batasan Masalah

    Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal berikut:

    1. Metode yang digunakan yakni metode geolistrik resistivitas dan IP dengan konfigurasi wenner alpha menggunakan alat

    Automatic Resistivitas (ARES) Multichannel dengan 48

    elektroda.

    2. Pengolahan data dilakukan dengan software Res2dinV dan Pemodelan 3 Dimensi dilakukan dengan software RockWork.

    1.4 Tujuan Penelitian

    1. Menentukan jenis batuan dan mineral logam bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas dan IP pada daerah

    penelitian.

    2. Menginterpretasikan bentuk dan persebaran mineral logam berdasarkan data Resistivitas dan IP pada daerah penelitian.

    3. Menentukan lokasi yang berpotensi tinggi terdapat deposit mineral logam.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai jenis

    batuan dan potensi mineral logam pada bawah permukaan daerah

    penelitian berdasarkan nilai resistivitas dan IP kepada perusahaan

    tambang yang memiliki IUP (Izin Usaha Tambang) atas lapangan X.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Geologi Regional

    Pulau Sumatra terletak di tepi dari kepulauan Sunda bagian Barat

    Daya. Pulau tersebut miring membentuk sudut (N20ºE) yang

    ditumpuk oleh lempeng Indo-Australia dengan tingkat rata-rata

    pergerakan 6-7 cm per tahun (Hamilton, 1979). Zona konvergen

    miring ini merupakan bagian dari sistem palung Sunda yang

    terbentang sejauh 5.000 km dari Burma ke kawasan timur Indonesia.

    Dampak sistem palung menciptakan sistem Sesar Sumatra barat-

    tenggara yang beberapa di antaranya adalah berusia mesozoikum,

    sehingga banyak patahan aktif kembali sejak terbentuk sebagai hasil

    sistem palung tesebut.

    Sumatra terbentuk dari mosaik mikro benua, Mergui

    (Sumatra, Malaka barat, barat Thailand dan Burma). Metcalfe (2011)

    menggunakan istilah 'Sibumasu' (Siam, Burma, Malaka dan Sumatra)

    untuk menunjukkan bahwa benua mikro yang terpisah dari Godwana

    di barat laut Australia di era Devon, berada di wilayah Kutub.

    Sementara bagian selatan Sumatra dan Malaya timur yang termasuk

    dalam benua mikro Indocina berasal dari fragmen timur Australia,

    bahwa di Era Permo-Karbon terletak di wilayah ekuator.

    Mosaik disatukan oleh jahitan yang terdiri dari ophsolite,

    mèlange, lengkungan vulkanik, dan plutonium. Tiga benua mikro

    pertama bersatu di Era Trias Terakhir, sementara Woyla bersatu di

    Era Mesozoik Terakhir (Pulunggono dan Cameron, 1984). Sumatera

    Utara, terutama milik benua mikro Mergui yang merupakan benua

    pasif di Era Karbon - Awal Perm. Sepanjang periode, bebatuan

    kelompok Tapanuli yang terdiri dari Bohorok, Kluet dan Atlas

    Formation. (Pulunggono & Cameron, 1984).

    Formasi Kluet yang diprediksi memiliki ketebalan kurang

    dari 3.000 meter terdiri dari permukaan kuarsa arenite dan lapisan

    tipis lanau dan tanah liat, dan terkadang, batu pasir konglomerat

    wacke yang ditemukan di batuan halus. Di beberapa tempat di Riau

    dan Aceh, batuan vulkanik kehijauan yang belum teridentifikasi

    belum ditemukan. Di Lokop Aceh Timur dan Sibolga, ditemukan

  • batuan vulkanik yang menetap di daerah laut. Berdasarkan adanya

    kekambuhan batuan yang bergradasi dari pemadaman keras dan

    pemuatan, struktur pengeringan, dan keliling horizon, sedimentasi

    batuan diasumsikan berhubungan dengan aktivitas turbidite. Selain

    itu, batu kapur detritus dan karbonat terkadang ditemukan. Usia

    Formasi Kluet diperkirakan dengan mendasarkan pada keberadaan

    batu kapur di Pangurutan, di tepi barat Danau Toba. Batuan ini terdiri

    dari brachiopode, alga, fosil chrinoide calcareous, dan begitu banyak

    fenestelida bryozoa yang terbentuk oleh laut dangkal yang

    menunjukkan umur Carbon-Permo. Posisi batuan ini dalam Formasi

    Kluet belum diketahui secara pasti (Cameron, 1980; Barber dkk.,

    2005).

    Formasi Bohorok terdiri dari pebbly mudstone berkerikil

    yang terdiri dari batu pasir kasar konglomerat-brexian, batu bata

    lumpur, lanau, kuarsa arenit, dan beberapa batu kapur. Matriks

    mereka berada dalam ukuran lumpur untuk batu kapur halus. Butiran

    ini mencirikan asal benua mereka seperti kapur kuarsa, arghilite,

    arenite, gramite dan mica skis batu kapur, gnessis, ski klorat,

    kalkitilik kehijauan, dan mungkin rhiolite. Batu pasir konglomerat

    silikat, yang mungkin tufaan, ditemukan di lembah Asahan.

    Formasi Bohorok dan Kluet memiliki banyak kesamaan

    dalam hal komposisi; Perbedaannya hanya pada struktur dan tekstur

    yang menunjukkan bahwa Kluet adalah bagian distal Formasi

    Bohorok. Oleh karena itu, Formasi Bohorok diyakini tetap bertahan

    seperti jari dengan Formasi Kluet. pebbly mudstone Bohorok dan

    Formasi Kluet mirip dengan Formasi Phuket di Thailand dan Formasi

    Sinang dan Kubang di Perils dan Pulau Langkawi di barat laut

    Malaysia (Cameron, 1980; Barber dkk., 2005).

    Kesamaan tersebut menciptakan interpretasi bahwa

    Sumatera bagian timur dan tengah, Thailand selatan, dan bagian barat

    laut Malaysia adalah bagian litosfer yang sama. Batu lumpur kerikil

    tidak hanya ditemukan di tempat-tempat itu tetapi juga di Pakistan,

    Himalaya, seri Mergui di Burma, dan New South Wales (Cameron.,

    1980; Barber dkk., 2005).

  • Gambar 2. 1 Stratigrafi Regional (D.T Aldiss dkk, 1983)

    A

    B

  • Gambar 2. 2 Stratigrafi Regional (D.T Aldiss dkk, 1983)

  • Ga

    mb

    ar 2

    . 3 G

    eolo

    gi d

    aera

    h p

    enelitia

    n (D

    .T A

    ldiss d

    kk, 19

    83

    )

  • Gambar 2. 4 potensi deposit mineral tipe sedex di Indonesia

    (Emsbo dkk., 2010)

    Gambar 2. 5 Grafik ketersediaan mineral tipe sedex di

    dunia (Emsbo dkk., 2010)

  • Menurut Emsbo dkk., (2010) di Indonesia hanya terdapat satu

    daerah yang memiliki potensi deposit mineral sedex yakni di daerah

    Dairi, Sumatra Utara. Potensi mineral logam tipe sedex yang terdapat

    pada daerah ini mencapai 4 juta ton dari keseluruhan potensi di dunia.

    2.2 SEDEX (Sedimentary Exhalative)

    Sedex (sedimentary exhalative) adalah sejenis endapan sulfida

    masif dalam bentuk berlapis-lapis pada sekitar daerah pengendapan

    sedimen laut dalam seperti chert, barit, karbonat dan sedimen klastik

    seperti lumpur, batu lumpur dan argilit. Ketebalan sulfida masif

    berkisar dari beberapa milimeter sampai beberapa meter. Sulfida

    besar terdiri dari alterasi besi sulfida (pirit dan / atau pyrrhotite)

    dengan sfalerit dan galena.

    Sulfida masif ini dihasilkan dari pengendapan larutan

    hidrotermal yang ditarik ke dasar laut melalui saluran (vein). Saluran

    ini membentuk zona yang memotong lapisan dasar batuan sedimen

    dan memasuki dasar permukaan laut. Pembentukan sulfida masif

    terjadi bersamaan dengan batuan induk. Tapi bisa juga, mineralisasi

    sulfida terjadi ketika fluida hidrotermal yang kaya logam melewati

    endapan sedimen dan mengganti pirit yang menghasilkan tahap awal

    diagenesa.

    Menurut Eagle Plains Resources (2017) proses

    pembentukan sedex dapat dibagi menjadi 10 tahap yang terjadi di

    dasar laut akibat aktifitas intrusi magma yang berasosiasi dengan

    batuan sedimen laut yang kemudian terangkat ke permukaan

    akibataktifitas tektonik (gambar 2.4 hingga gambar 2.6)

  • Gambar 2. 6 Simulasi pembentukan SEDEX (1, 2, 3)

    Pada gambar (2.4), tahap 1 dan 2 merupakan proses

    terjadinya pengendapan atau sedimentasi yang terjadi di lingkungan

    laut. Sedimentasi berlangsung terus menerus dan mengakibatkan

    terbentuknya batuan sedimen yang semakin memadat. Sifat batuan

    yang semakin padat adalah plastis dan terbentuklah rekahan akibat

    aktivitas tektonik pada tahap 3.

  • Gambar 2. 7 Simulasi pembentukan SEDEX (4, 5, 6)

    Pada tahap 4 mulailah terbentuk sebuah graben, yakni

    bagian permukaan dari dasar laut yang jatuh ke bawah. Seiring

    dengan terbentuknya graben, terjadilah aktivitas vulkanik yang

    menghasilkan gas vulkanik dan meterial lainnya menuju ke atas

    melalui celah yang terbentuk.

  • Gambar 2. 8 Simulasi pembentukan SEDEX (7, 8, 9, 10)

    Elemen Fe pertama diendapkan (Gambar 2.6) pada permukaan

    graben, kemudian diendapkan elemen Pb dan Zn di atasnya (7 dan 8).

    Proses ini kemudian diikuti oleh sedimentasi laut normal. Melalui

    proses ini, SEDEX dideposisi sebagai pengendapan logam tebal

    dengan sedimen laut.

    2.3 Metode Geolistrik Resistivitas

    Metode geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode

    geofisika yang digunakan untuk menginvestigasi informasi

    subsurface atau bawah permukaan, yaitu dengan mempelajari sifat

    penjalaran arus listrik dan mempelajari karakteristik sifat fisis

    pada batuan dibawah permukaan bumi. Penyelidikan ini meliputi

    pendeteksian besarnya medan potensial, dan arus listrik yang

    mengalir di dalam bumi akibat injeksi arus ke dalam bumi (metoda

    aktif) dari permukaan.

    Metode geolistrik berprinsip dasar pada penginjeksian arus

    ke bawah permukaan melalui elektroda arus, dan mengukur kembali

    beda potensial pada arus yang mengalir di suatu batuan dengan

    elektroda potensial yang kemudian diterima kembali di permukaan.

    Hanya saja perlu diketahui bahwa untuk daerah dengan formasi

    yang bersifat isolator metoda geolistrik ini tidak efektif.

  • 2.3.1 Dasar Kelistrikan

    Pada tahun 1827, George Ohm telah mendefinisikan

    hubungan antara arus listrik yang mengalir di sebuah kawat dengan

    beda tegangan. Yaitu:

    V= IR (2.1)

    Ohm telah menemukan bahwa arus I, sebanding dengan beda

    tegangan V, untuk material ohmic. Konstanta hubungan sebanding

    ini disebut resistansi material dengan satuan volt/ampere, atau ohm

    (Daud, 2007).

    R = 𝑉

    𝐼 (2.2)

    Salah satu sifat fisis atau karakteristik batuan tersebut adalah

    resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan

    untuk menghambat arus listrik.

    Jika suatu silinder dengan panjang L (Gambar 2.6), luas

    penampang A, dan resistansi R, maka dapat di rumuskan:

    R = 𝜌𝐿

    𝐴 (2.3)

    atau

    𝜌 =R 𝐴

    𝐿 (2.4)

    Sehingga nilai resistivitasnya (𝜌) ialah

    𝜌 = 𝑉𝐴

    𝐼𝐿 (2.5)

    Besarnya nilai resistivitas dari silinder konduktor ini dapat ditentukan

    menggunakan persamaan (2.3)

    Gambar 2. 9 Silinder Konduktor (Daud, 2007)

  • Maksud dari rumus tersebut secara fisis adalah jika panjang

    silinder konduktor L diperpanjang, maka resistansi akan meningkat,

    dan apabila diameter silinder konduktor diperkecil yang berarti luas

    penampang A berkurang maka resistansi juga meningkat, ρ adalah

    resistivitas (tahanan jenis) dalam Ωm. Namun, banyak orang lebih

    sering menggunakan sifat konduktivitas σ batuan yang merupakan

    kebalikan dari resistivitas ρ dengan satuan mhos/m. sehingga

    didapatkan

    σ = 1

    𝜌 =

    𝐼𝐿

    𝑉𝐴= (

    𝐼

    𝐴) (

    𝐿

    𝑉)=

    𝐽

    𝐸 (2.6)

    pada medium yang kontinyu, maka Hukum Ohm dapat dituliskan

    sebagai J = σE. Dimana J adalah rapat arus (ampere/m2) dan E adalah

    medan listrik (volt/m).

    Medan listrik E adalah medan konservatif, sehingga dapat dinyatakan

    dalam bentuk gradien potensial V sebagai,

    E V (2.7) dan memberikan rapat arus listrik J dapat dinyatakan oleh,

    J V (2.8) arus listrik yang mengalir pada suatu medium akan berperan sebagai

    pembawa muatan yang bergerak dibawah pengaruh medan listrik (E).

    Menurut Telford dkk. (1990), jika ada medan magnet yang mengenai

    pembawa muatan, maka pembawa muatan ini akan bergerak dengan

    kecepatan rata-rata v dan memilki mobilitas μ, yaitu kecepatan per

    satuan medan listrik.

    μ = 𝑣

    𝐸 (2.9)

    Keterangan μ = mobilitas elektron (m2/V.s)

    v = kecepatan rata-rata (m/s)

    E = medan listrik (V/m)

    Arus listrik dapat didefinisikan sebagai muatan listrik yang mengalir

    melalui suatu penampang per satuan waktu, dengan persamaan

    matematis seperti berikut ini.

    I = ∆𝑞

    ∆𝑡 =

    𝑛𝑞𝐴𝑣∆𝑡

    ∆𝑡= nqAv (2.10)

    Keterangan I = arus listrik (ampere)

    q = muatan listrik (coulomb)

    n = banyaknya elektron

  • A = luas penampang (m2)

    v = kecepatan rata-rata (m/s)

    t = waktu (s)

    sehingga dari hubungan antara persamaan di atas dapat diperoleh

    suatu persamaan mengenai sifat fisis resistivitas suatu material.

    ρ = 1

    𝑛𝑞𝜇 (2.11)

    dapat diketahui bahwa material yang memiliki resistivitas rendah

    akan memiliki banyak pembawa muatan yang memiliki mobilitas

    yang tinggi (Telford, 1990).

    Bumi terdapat banyak material yang memiliki karakteristik

    fisika yang bervariasi, dari sifat porositas, permeabilitas,

    kandungan fluida dan ion-ion didalam pori-porinya, sehingga materi

    Bumi memiliki variasi nilai resistivitas. Pada mineral-mineral logam,

    nilainya berkisar pada 10−8 Ωm hingga 107 Ωm. Begitu juga

    pada batuan-batuan lain, dengan komposisi yang bermacam-macam

    akan menghasilkan rentang resistivitas yang bervariasi pula.

    Sehingga range resistivitas maksimum yang mungkin adalah dari

    1,6 x 10−8 (perak asli) hingga 1016 Ωm (belerang murni).

    Konduktor didefinisikan sebagai bahan yang memiliki

    resistivitas kurang dari 10−8 Ωm, sedangkan isolator memiliki

    resistivitas lebih dari 107 Ωm. Diantara keduanya adalah bahan

    semikonduktor. Di dalam konduktor berisi banyak elektron bebas

    dengan mobilitas yang sangat tinggi. Sedangkan pada semikonduktor,

    jumlah elektron bebasnya lebih sedikit. Isolator dicirikan oleh ikatan

    ionik sehingga elektron-elektron valensi tidak bebas bergerak.

    Berdasarkan nilai resistivitas listriknya, batuan dan mineral dapat

    dikelompokkan menjadi tiga(Telford., 1982), yaitu:

    Konduktor baik : 10−8< ρ 107 Ωm

    Faktor-faktor yang menyebabkan resistivitas batuan menurun

    (Daud, 2007):

    1. Pori-pori terisi oleh fluida 2. Peningkatan salinitas fluida 3. Adanya rekahan pada batuan yang dapat memberikan jalan

    untuk aliran arus

    4. Terdapat mineral clay

  • 5. Menjaga agar kandungan fluida tetap, tetapi meningkakan hubungan antar pori-pori.

    Faktor-faktor yang menyebabkan resistivitas batuan meningkat:

    1. Berkurangya pori-pori fluida 2. Salinitas rendah 3. Kompaksi – jalan untuk aliran arus berkurang 4. Litifikasi - pori-pori terblok dengan deposit mineral 5. Menjaga agar kandungan fluida tetap, tetapi menurunkan

    hubungan antara pori-pori

    Jika batuan memiliki mineral clay, maka akan terjadi

    konduksi electrical double layer yang terbentuk pada hubungan

    mineral clay dengan air. Ini secara efektif ion-ion untuk bergerak

    dengan mobilitas tinggi dibanding pada fasa cair. Aliran arus juga

    dapat terjadi karena konduksi secara elektrolitik. Sebagian besar

    batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki resistivitas

    yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan biasanya

    bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama

    air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik,

    di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam

    air.

    Resistivitas yang terukur pada material bumi utamanya

    ditentukan oleh pergerakan ion-ion bermuatan dalam pori-pori terisi

    fluida. Variasi resistivitas material bumi ditunjukkan sebagai

    berikut:

    Tabel 2. 1 Nilai Resistivitas Material Bumi (Daud, 2007)

    Material Resistivitas (Ωm)

    Udara ~

    Pirit 3 X 10-1

    Galena 2 X 10-3

    Kwarsa 4 X 1010 s.d. 2 X 1014

    Kalsit 1 X 1012 s. d. 1 X 1013

    Batuan Garam 30 s. d. 1 X 1013

    Mika 9 X 1012 s. d. 1 X 1014

    Garnit 102 s. d. 1 X 106

    Gabro 1 X 103 s. d. 1 X 106

    Basalt 10 s. d. 1 X 107

    Batuan Gamping 50 s. d. 1 X 107

    Batuan Pasir 1 s. d. 1 X 108

  • Batuan Serpih 20 s. d. 1 X 103

    Dolomit 102 s. d. 104

    Pasir 1 s. d. 103

    Lempung 1 s. d. 102

    Air Tanah 0.5 s. d. 3 X 102

    Air Laut 0.2

    2.3.2 Faktor Geometri

    Faktor Geometri K, merupakan unsur penting dalam

    perdugaan geolistrik suatu benda atau batuan di bawah permukaan

    baik pendugaan vertikal maupun horizontal, karena faktor Geometri

    akan tetap untuk posisi AB dan MN yang tetap.

    Dalam melakukan eksplorasi dengan menggunakan metode

    IP atau polarisasi terimbas diperlukan pengetahuan perbandingan

    posisi titik pengamatan terhadap sumber arus. Perbedaan letak titik

    tersebut akan mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur.

    Besaran koreksi terhadap perbedaan letak titik pengamatan tersebut

    dinamakan faktor geometri. Faktor geometri diturunkan dari beda

    potensial yang terjadi antara elektroda potensial MN yang

    diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda arus AB, yaitu :

    𝛥𝑉=VM–VN=𝐼𝜌

    2𝜋[(

    1

    𝐴𝑀−

    1

    𝐵𝑀) − (

    1

    𝐴𝑁−

    1

    𝐵𝑁)]

    −1 𝛥𝑉

    𝐼 (2.12)

    ρ=2𝜋 [(1

    𝐴𝑀−

    1

    𝐵𝑀) − (

    1

    𝐴𝑁−

    1

    𝐵𝑁)]

    −1 𝛥𝑉

    𝐼 (2.13)

    ρ =𝐾∆𝑉

    𝐼 (2.14)

    Keterangan: ρ = resistivitas (ohm.m)

    K = faktor konfigurasi (m)

    V = potensial listrik (volt)

    I = arus listrik (ampere)

    2.3.3 Konfigurasi Wenner

    Konfigurasi wenner memiliki susunan elektroda C-P-

    P-C yang sama dengan konfigurasi schlumberger. Namun, pada

    konfigurasi ini jarak antar elektroda (C-C, C-P, P-C) cenderung

  • tetap dan digeser keempat-empatnya sesuai target yang

    diinginkan seperti yang terlihat pada gambar 2.8 (Stummer,

    2003).

    Gambar 2. 10 Susunan elektroda pada konfigurasi wenner

    (Stummer, 2003).

    2.3.4 Konfigurasi Dipole-Dipole

    Konfigurasi dipole-dipole sering digunakan dalam

    eksplorasi geolistrik dengan susunan jarak antar elektroda sama

    panjang seperti terlihat pada gambar (2.9). Pada prinsipnya

    konfigurasi dipole-dipole menggunakan 4 buah elektroda, yaitu

    pasangan elektroda arus yang disebut current dipole C1C2 dan

    pasangan elektroda potensial yang disebut potential dipole P1P2.

    Pada konfigurasi dipole-dipole, elektroda arus dan elektroda potensial

    bisa terletak secara tidak segaris dan tidak simetris.

  • Gambar 2. 11 Bagan Pemasangan Elektroda Konfigurasi

    Dipole-Dipole (Rahma, 2009)

    Kedalaman penetrasi dapat dita,nahkam dengan

    memanjangjan jarak current dipole dan potential dipole, sedangkan

    jarak elektroda arus dan elektroda potensial dibuat tetap. Hal ini

    merupakan keunggulan konfigurasi dipole-dipole dibandingkan

    dengan konfigurasi Wenner atau Schlumberger, karena tanpa

    memperpanjang kabel bisa mendeteksi batuan yang lebih dalam.

    Konfigurasi dipole-dipole lebih banyak digunakan dalam eksplorasi

    mineral-mineral sulfida dan bahan-bahan tambang dengan kedalaman

    yang relatif dangkal. Hasil akhir dipole-dipole berupa penampang,

    baik secara horizontal maupun vertikal.

    Gambar 2. 12 Letak datum point (n) ketika elektroda arus

    dan elektroda potensial berpindah (Lowrie, 2007)

    Gambar (2.10) menunjukkan penetrasi kedalaman yang dicapai

    dengan menggunakan konfigurasi dipole-dipole, dengan asumsi tidak

    ada pengaruh topografi dan medium homogen. Nilai n dalam

    konfigurasi dipole-dipole yang berpengaruh terhadap daya penetrasi

    kedalaman. Perkiraan kedalaman yang semakin dalam dapat

  • dilakukan dengan penambahan nilai n. Namun kerugian

    menggunakan konfigurasi ini adalah kuat sinyal yang dihasilkan

    sangat kecil untuk nilai n yang besar. Penetrasi kedalaman h sebagai

    fungsi n (bilangan bulat n = 1, 2, 3, …..) dengan jarak spasi x yang

    dapat dirumuskan sebagai berikut (Loke, 2004):

    h = tan 45º n+1

    2x (2.15)

    dimana h ialah penetrasi kedalaman (m) dan x merupakan spasi

    elektroda (m)

    2.3.5 Metode Induced Polarization (IP)

    Metode IP merupakan metode yang dapat dimanfaatkan

    untuk menyelidiki kondisi bawah permukaan bumi yang mengandung

    deposit mineral. Berprinsip pada arus listrik yang dialirkan kedalam

    bumi kemudian mengamati beda potensial yang terjadi setelah arus

    listrik dihentikan. Ketika arus diputus, idealnya beda potensial

    tersebut langsung menjadi nol/hilang, tetapi pada material-material

    tertentu akan menyimpan energi listrik (sebagai kapasitor) dan akan

    dilepaskan kembali. Meskipun arus sudah diputus, tetapi masih

    terdapat beda tegangan yang akan meluruh terhadap waktu dan

    berangsur-angsur hilang/nol. Efek ini dinamakan Efek Induced

    Polarization. Polarisasi dapat terjadi karena adanya material yang

    mengandung mineral logam. (Viridi dkk., 1995)

    2.4 Sumber-sumber penyebab polarisasi

    Sumber-sumber penyebab polarisasi dapat dibagi menjadi

    dua, yaitu polarisasi membran dan polarisasi elektroda (Daud,

    2007).

    2.4.1 Polarisasi Membran

    Polarisasi membran dapat disebabkan oleh penyempitan

    pori-pori atau adanya keberadaaan clay. Polarisasi membran terjadi

    pada pori-pori batuan yang menyempit, yakni saat arus memasuki

    pori-pori tersebut, terjadi akumulasi ion (+) di dekat ion (-) pada

    dinding membran, sehingga ion (-) lainnya terakumulasi juga

  • diseberang ion-ion (+). Sehingga terjadi pembentukan pole (kutub-

    kutub).

    Selain itu dapat juga terjadi pada batuan yang mengandung

    mineral lempung (mineral bermuatan negatif) yang mengisi batuan

    berpori. Hal ini menunjukan fenomena gejala elektrokinetik yaitu

    variasi mobilitas ion (+) dan ion (–). Yakni ketika diberi beda

    potensial maka distribusi ion (+) dapat melalui awan ion (+), tetapi

    distribusi ion (-) akan terhambat and terakumulasi pada awan ion (+),

    lihat Gambar (2.11). Akibat adanya penumpukan mineral konduktif

    arus yang diinjeksikan akan mengalami hambatan, sehingga

    terbentuk membran-membran yang mengurangi mobilitas ion.

    Pengurangan mobilitas ion akan terlihat jika mengalirkan arus dalam

    frekuensi rendah.

    Gambar 2. 13 (a) Distribusi ionsecara normal pada

    batuan berpori(b) Polarisasi membran akibat keterdapatan

    mineral lempung (clay) (Telford dkk., 1990)

  • 2.4.2 Polarisasi Elektroda

    Polarisasi elektroda terjadi jika terdapat mineral logam

    dalam batuan. Kehadiran mineral logam dapat menghalangi aliran

    arus induksi, sehingga muatan akan terpolarisasi pada bidang batas

    (terjadi hambatan elektrokimia) dan menghasilkan beda potensial,

    Untuk memaksa arus menembus hambatan elektrokimia perlu

    tegangan tambahan (overpotensial).

    Batuan akan menyimpan muatan (sebagai kapasitor),

    sehingga ketika arus dimatikan tegangan sisa tidak langsung hilang,

    tetapi akan berangsur-angsur meluruh terhadap waktu dan muatan

    akan terdifusi kembali ke keadaan semula/setimbang. Polarisasi

    elektroda mendasari adanya pengukuran time domain.

    Gambar 2. 14 (atas) belum terdapatnya partikel logam,

    (bawah) adanya partikel logam (Telford, 1990)

  • 2.5 Pengukuran Metode Induced Polarization

    2.5.1 Time Domain

    Pengukuran dengan domain waktu berprinsip pada

    perbandingan potensial terpolarisasi terhadap potensial awal yang

    diinjeksikan. Paremeter yang akan dihasilkan adalah chargeabilitas,

    yaitu kemampuan batuan untuk menyimpan arus listrik. Selain itu,

    chargeabilitas juga dapat diukur dengan konsep perbedaan respon

    batuan berdasarkan pada peluruhan beda potensial (overpotensial)

    sebagai fungsi waktu akibat efek polarisasi.

    Parameter Chargeabilitas M (Siegel, 1959), diekspresikan

    sebagai :

    M = 𝑉𝑠

    𝑉𝑝 (2.16)

    Dengan M adalah Chargeabilitas, 𝑉𝑝 adalah potensial terukur ketika

    arus diinjeksikan dan 𝑉𝑠 adalah potensial terukur ketika arus dimatikan.

    Secara instrumen, menghitung potensial Vs adalah hal yang

    sulit dilakukan pada saat arus dimatikan dikarenakan efek

    elektromagnetik alat, dan kecilnya nilai tersebut. Maka dari itu,

    dilakukan perhitungan matematis untuk mengetahui besarnya nilai

    potensial hasil polarisasi.

    (a)

  • (b)

    Gambar 2. 15 Efek peluruhan beda tegangan dalam

    domain waktu. (a) Grafik kondisi dari penjalaran arus, (b)

    Grafik kondisi tegangan. Terlihat bahwa ketika arus listrik

    dimatikan, masih terdapat nilai tegangan yang tersisa yang

    meluruh terhadap waktu dan membentuk suatu daerah

    luasan (Dentith dan Mudge, 2014)

    Berdasarkan respon grafik polarisasi didapatkan bahwa nilai

    Vs yaitu nilai tegangan setelah polarisasi adalah hasil peluruhan

    tegangan terhadap waktu, dan menghasilkan suatu daerah luasan

    dibawah kurva peluruhan potensial (gambar (2.13)). Oleh karena itu,

    chargeabilitas juga dapat ditinjau dengan menerapkan konsep integral

    terhadap nilai tegangan setelah arus dimatikan. Akan didapat

    chargeabilitas semu (apparent chargeabilitas) dengan satuan waktu

    (milisekon).

    M = 1

    Vp∫ 𝑉𝑠(𝑡)𝑑𝑡

    𝑡2

    𝑡1 (2.17)

    Dengan 𝑉𝑠 adalah potensial terukur setelah arus dimatikan pada waktu t1 hingga t2 dan 𝑉𝑝 adalah potensial awal yang

    diinjeksikan. Nilai Chargeabilitas akan menunjukkan lama tidaknya

    efek polarisasi untuk menghilang sesaat setelah arus dimatikan.

    Sehingga jika nilai chargeabilitas besar, maka waktu meluruhnya

    lama, dan mengindikasikan keberadaan mineral konduktif.

    Secara teori, hasil pengukuran IP dalam domain waktu dan

    domain frekuensi menghasilkan hal yang sama. Secara praktis

  • konversi dalam domain waktu ke domain frekuensi cukup sulit.

    Gelombang kotak yang digunakan dalam domain waktu mengandung

    semua frekuensi. Dalam buku Telford, (1990) dirumuskan:

    M =𝐹𝐸

    (1+𝐹𝐸) (2.18)

    FE ialah Frequency Effect dimana FE

  • MF = 𝑃𝐹𝐸

    𝜌𝑑𝑐x 2π. 103 (2.22)

    PFE (Percent Frequency Effect)

    𝑃𝐹𝐸 = 𝜌𝑑𝑐−𝜌𝑎𝑐

    𝑎𝑐 x 100 (2.23)

    Berikut ini adalah tabel nilai chargeabilitasdan metal factor untuk

    beberapa mineral dan batuan di Bumi:

    Tabel 2. 2 Chargeabilitas Beberapa Material

    (Telford,1990)

    Material Chargeabilitas

    (ms)

    20% sulfides 2000-3000

    8-20% sulfides 1000-2000

    2-8% sulfides 500-1000

    Volcanic tuffs 300-800

    Sandstone, siltstone 100-500

    Dense volcanic rocks 100-500

    Shale 50-100

    Granite, grandodiorite 10-50

    Limestone, dolomite 10-20

    Tabel 2. 3 Metal Factor Beberapa Material (Telford,1990)

    Material Metal Factor

    (mhos/cm)

    Massive Sulfides 10.000

    Fracture-filling sulfides 1.000-10.000

    Massive magnetite 3-3.000

    Porphyry copper 30-1500

    Dissem. Sulfides 100-1000

    Shale-sulfides 3-300

    Clays 1-300

    Sandstone-1-2%sulfides 2-200

    Finely dissem. sulfides 10-100

    Tuffs 1-100

    Graphitic sandstone and limestone 4-60

    Gravels 0-200

    Alluvium 0-200

  • Precambrium gneisses 10-100

    Granites, monzonites, diorites 0-60

    Various volcanics 0-80

    Schists 10-60

    Basic rock (barren) 1-10

    Granites (barren) 1

    Ground water 0

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Waktu dan Tempat penelitian

    Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2016

    hingga Januari 2017 di PT. Geoscan Eksplorasindo. Daerah

    penelitian terletak di Lapangan X Provinsi Nanggroe Aceh

    Darussalam.

    Gambar 3. 1 Peta dasar lokasi daerah penelitian.

  • Pada gambar 3.01 merupakan peta dasar lokasi daerah

    penelitian. Daerah penelitian seluas 130 ha dengan ditandai

    oleh garis berwarna jingga. Terdapat 9 lintasan utama yang

    terbagi menjadi 77 lintasan kecil dengan panjang masing-

    masing lintasan 235 m.

    3.2 Rancangan Penelitian

    Data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian

    ini adalah data primer. Penelitian ini dilakukan dengan

    metode geolistrik resistivitas dan induced polarization secara

    mapping dalam tiga tahap yakni: akuisisi data, pengolahan

    data, interpretasi data. Luasan daerah penelitian 130 ha. Data

    yang didapatkan berupa nilai hambatan dan time domain

    induced polarizatin yang kemudian diolah dan dimodelkan

    secara 3D.

    3.3 Materi Penelitian

    Materi penelitian dalam penelitian ini mencakup

    data dan perangkat lunak pengolahan yang menunjang

    proses penelitian antara lain:

    A. Data hasil akuisisi data:

    Hambatan dan time domain induced polarization.

    Data profiling GPS. B. Perangkat keras yang digunakan antara lain:

  • Gambar 3. 2 Alat ukur Geolistrik ARES

    ARES (Automatic Resistivitas) multichannel

    Switch Box/ Geoscaner

    Kabel listrik (2 buah)

    Elektroda (48 buah)

    Palu (2 buah)

    Handie Talkie (4 buah)

    GPS

    Kompas Geologi

    Aki 12 V

    Laptop C. Perangkat lunak yang digunakan antara lain:

    Ms. Excel

    Surfer 12

    Notepad

    Res2dinV

    RockWork

    3.4 Langkah Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap antara

    lain: akuisisi data, pengolahan data, dan interpretasi data.

  • Gambar 3. 3 Diagram alir penelitian

  • 3.4.1 Akuisisi Data

    Pra akuisisi data merupakan kegiatan yang

    dilakukan sebelum melakukan akuisisi data, yakni

    dengan membuat jalur rintisan pada lintasan yang telah

    dibuat pada desain survei. Pembuatan jalur rintisan

    dilakukan untuk membuka jalur yang rimbun pada

    daerah penelitian sehingga mempermudah dalam

    pembentangan kabel saat akuisisi data. Akuisisi data

    dilakukan menggunakan ARES dengan konfigurasi

    wenner alpha. Spasi antar elektroda (a) 5 m. Jumlah

    seluruh elektroda adalah 48. Setiap elektroda dilakukan

    marking dan tracking untuk mendapatkan informasi

    koordinat setiap elektroda yang nantinya akan digunakan

    sebagai topografi penampang resistivitas dan IP dari

    ujung meter ke-0 hingga meter ke-235 dengan

    menggunakan GPS. Data koordinat hasil marking dan

    tracking digabungkan untuk dibuat menjadi sebuah

    profil lintasan. Hasil akuisisi data yang didapatkan

    adalah data berupa resistansi, time domain induced

    polarization, dan data GPS hasil marking dan tracking.

    C1 dan C2 merupakan elektroda arus, P1 dan P2

    merupakan elektroda potensial, sedangkan n

    menjelaskan tentang penetrasi kedalaman titik datum

    akibat perubahan jarak a.

    Gambar 3. 4 konfigurasi elektroda (Wenner) pada akuisisi

    data pada daerah peneltian (Loke, 2000)

  • 3.4.2 Pengolahan Data

    Pengolahan data dilakukan dengan memasukkan

    data mentah dari ARES yang telah diunduh dengan

    menggunakan laptop dalam format berbentuk .txt

    (notepad). Data resitansi diubah menjadi resistivitas

    dengan menggunakan persamaan (2.5). Kemudian

    dilakukan inversi 2D dengan menggunakan software

    Res2DinV untuk mendapatkan penampang resistivitas

    dan IP. Dilakukan edit bad datum point agar nilai RMS

    error tidak terlalu tinggi, sehingga penampang yang

    dihasilkan dapat merepresentasikan kondisi bawah

    permukaan daerah penelitian. Dimasukkan juga data

    profil dari GPS untuk mendapatkan informasi bentuk

    topografi morfologi permukaan penampang sehingga

    keberadaan anomali bawah permukaan dapat diketahui

    lokasinya dengan lebih baik. Hasil inversi tersebut

    kemudian dilakukan pengubahan bentuk koordinat

    menjadi X, Y, Z format yang kemudian dijadikan bentuk

    model 3D dengan menggunakan software RockWork.

    Pemodelan ini dilakukan dengan cara menginterpolasi

    keseluruhan dari 77 lintasan yang telah tersusun sesuai

    dengan desain survei. Data yang diinterpolasi adalah data

    resistivitas, IP, dan juga data GPS.

    3.4.3 Interpretasi Data

    Berdasarkan hasil dari pengolahan data

    menghasilkan sebuah peta terintegrasi yang

    menampilkan bentuk morfologi dan topografi, serta

    informasi nilai hambatan jenis batuan. Berdasarkan nilai

    tersebut diinterpretasikan litologi batuan dan

    ketersediaan kandungan mineral logam pada daerah

    penelitian dengan cara mencocokkan antara tabel

    resistivitas dan chargeabilitas dengan kondisi lapangan

    berupa singkapan batuan dan penampang hasil

    pengolahan data. Hasil tersebut nantinya akan

    diinterpretasikan model dan geometri anomali nilai

    resistivitas dan time domain IP.

  • 0

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Korelasi Geologi Regional dengan Data Lapangan

    Berdasarkan peta geologi lembar Sidikalang yang

    diterbitkan oleh Pusat Studi Data Geologi – Bandung (1983), daerah

    penelitian termasuk dalam formasi Kluet. Peta geologi tersebut dapat

    dilihat pada gambar (4.1).

    Gambar 4. 1 Peta Geologi Daerah penelitian dan daerah

    sekitarnya

    Menurut D.T. Aldiss, R. Whandoyo, S.A. Ghazali, dan

    Kusyono (Puslitbang Geologi Bandung, 1983), struktur geologi yang

    terdapat pada sekitar daerah penelitian tersusun dari beberapa jenis

    batuan, antara lain:

  • 1

    Tabel 4. 1 Komposisi litologi dalam formasi batuan.

    Alluvium (Qh) : Gravel, sand, mud, conglomerate fan,

    diatom, pebble

    Formasi Tutut

    (QTt)

    : Conglomerate, sandstone, silt and mud

    Tufa Toba (Qvt) : Rhyodacitic Tuff, welded

    Barus Formation

    (Tmba)

    : Sandstone, carbonat clay, limestone,

    conglomerate.

    Trumon Volcanic

    Formation (Tmvt)

    : Volcanic andesite and sandstone

    Sibolga Formation

    (Tlsb)

    : Sandstone, silt, mudstone and

    conglomerate

    Kluet Formation

    (Puk)

    : Metaquartz Sandstone, metawackeake,

    shale, and phylite.

    Informasi penampang melintang geologi yang digambarkan

    dalam sebuah stratigrafi dan litologi dari daerah penelitian dan

    sekitarnya dapat dilihat pada gambar (4.2)

  • 2

    Gam

    bar 4

    . 2 P

    ena

    mp

    ang

    melin

    tan

    g ya

    ng

    men

    un

    jukka

    n stra

    tigra

    fi regio

    na

    l (Ald

    iss dkk., 1

    98

    3)

  • 3

    Dapat dilihat informasi litologi yang disampaikan oleh

    Aldiss, dkk (1983), bahwa formasi Kluet terdiri atas metaquartz,

    sandstone, metawacke, slate, phyllite. Terdapat juga banyak batu

    alterasi seperti batu hydrothermal silicification, milk quartz stone, dan

    prophylitic yang terlihat sebagai singkapan di sungai.

    Pada lintasan pengukuran Geolistrik, terdapat singkapan

    yang dapat diinterpretasikan sebagai meta sedimen dari formasi

    Kluet, dimana terdapat litologi berupa mineral Galena. Singkapan

    tersebut dapat dilihat pada gambar (4.3).

    Gambar 4. 3 Singkapan mineral Galena pada daerah penelitian

    Keberadaan dari galena hanya terisi dalam sebuah rekahan,

    dalam jumlah yang tidak banyak. Lebar rekahan kurang lebih 10 cm,

    dengan panjang kurang lebih 25 cm.

  • 4

    4.1.1 morfologi daerah penelitian

    Morfologi pada daerah penelitian terdiri atas bukit yang

    curam dan berundak-undak dengan rata-rata ketinggian mulai dari

    584m hingga 1040m. Pada daerah penelitian bagian utara cenderung

    lebih tinggi dibandingkan dengan yang bagian selatan. Kemiringan

    dari lereng bukit mencapai 40 °. Aliran sungai yang terbentuk berpola

    dendrit dan bercabang dari hulu ke hilir, yang pada umumnya

    berbentuk seperti huruf V yang menyempit seperti lembah

    menunjukkan tingkat erosi yang masih muda. Morfologi daerah

    penelitian dapat dilihat seperti pada gambar (4.4).

    Gambar 4. 4 Morfologi pada daerah penelitian.

    4.2 Pemodelan 2D

    Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan respon

    anomali resistivitas dan chargeabilitas yang berbeda beda pada setiap

    penampang. Perbedaan respon ini disebabkan kondisi bawah

    permukaan yang memiliki informasi yang berbeda-beda pula pada

    setiap lokasi. Selain itu, kondisi topografi juga mempengaruhi hasil

    pemodelan 2D dan letak anomali mineral logam yang dicari.

  • 5

    Ga

    mb

    ar 4

    . 5 P

    ena

    mpa

    ng R

    esistivitas 2

    D U

    -18

  • 6

    Pada lintasan U-18 diperoleh hasil seperti pada gambar (4.5),

    penampang tersebut memiliki informasi nilai resisitivitas bawah

    permukaan mulai dari 175 ohm.m hingga 19.051 ohm.m yang

    direpresentasikan dengan skala warna dari nilai rendah ke tinggi

    yakni biru tua hingga merah bata.

    Berdasarkan dari hasil penampang tersebut, didapati anomali

    berupa persebaran batuan dengan resisitivitas tinggi pada bagian

    dekat permukaan meter ke-15 menuju ke-220 dan pada bagian meter

    ke-40 menuju ke-160 dengan kedalaman lebih dari 10 m. Rentang

    resistivitas berkisar antara 2000 ohm.m hingga 19.051 ohm.m.

    Diperkirakan batuan tersebut merupakan batuan metasedimen dalam

    formasi Kluet. Sedangkan pada bagian utara (kiri) dari lintasan

    pengukuran didapati nilai resisitivitas yang rendah dengan nilai

    kurang dari 2000 ohm.m.

  • 7

    Ga

    mb

    ar 4

    . 6 P

    ena

    mpa

    ng C

    harg

    eab

    ilitas 2

    D U

    -18

  • 8

    Pada lintasan U-18 diperoleh hasil seperti pada gambar (4.6),

    penampang tersebut memiliki informasi nilai chargeabilitas bawah

    permukaan mulai dari 0,00 msec hingga 40,9 msec yang

    direpresentasikan dengan skala warna dari nilai rendah ke tinggi

    yakni biru tua hingga merah bata.

    Berdasarkan dari hasil penampang tersebut, didapati anomali

    berupa persebaran batuan dengan chargeabilitas tinggi terbagi

    menjadi tiga bagian yakni pada meter ke-10 menuju ke-25 di

    kedalaman 0 m hingga 10 m, pada bagian meter ke-70 menuju ke-105

    di kedalaman 20 m hingga 40 m. Dengan nilai chargeabilitas berkisar

    antara 40,9 msec. Diperkirakan batuan tersebut merupakan batuan

    metasedimen dalam formasi Kluet yang telah terdapat mineral logam

    galena. Sedangkan pada bagian lain dari lintasan pengukuran U-18

    didapati nilai chargeabilitas yang rendah dengan nilai kurang dari

    29,2 msec.

  • 9

    Ga

    mb

    ar 4

    . 7 P

    ena

    mpa

    ng R

    esistivitas 2

    D T

    -01

  • 10

    Pada lintasan T-01 diperoleh hasil seperti pada gambar (4.7),

    penampang tersebut memiliki informasi nilai resisitivitas bawah

    permukaan mulai dari 950 ohm.m hingga 189.641 ohm.m yang

    direpresentasikan dengan skala warna dari nilai rendah ke tinggi

    yakni biru tua hingga merah bata.

    Berdasarkan dari hasil penampang tersebut, didapati anomali

    berupa persebaran batuan dengan resisitivitas tinggi pada bagian

    meter ke-35 menuju ke-160 pada kedalaman antara 15 hingga 20 m.

    Nilai resistivitas yang ditampilkan berkisar antara 20.000 ohm.m

    hingga 189.641 ohm.m. Diperkirakan batuan tersebut merupakan

    batuan metasedimen dalam formasi Kluet. Sedangkan pada bagian

    permukaan hingga kedalaman 15 m dari lintasan pengukuran didapati

    nilai resisitivitas yang lebih rendah dengan nilai kurang dari 20.000

    ohm.m.

  • 11

    Ga

    mb

    ar 4

    . 8 P

    ena

    mpa

    ng C

    harg

    eab

    ilitas 2

    D T

    -01

  • 12

    Pada lintasan T-01 diperoleh hasil seperti pada gambar (4.8),

    penampang tersebut memiliki informasi nilai chargeabilitas bawah

    permukaan mulai dari 0,00 msec hingga 70,0 msec yang

    direpresentasikan dengan skala warna dari nilai rendah ke tinggi

    yakni biru tua hingga merah bata.

    Berdasarkan dari hasil penampang tersebut, didapati anomali

    berupa persebaran batuan dengan chargeabilitas tinggi pada bagian

    meter ke-120 menuju ke-200 dan pada bagian meter ke-45 menuju

    ke-85. Rentang chargeabilitas berkisar antara 40 msec hingga 70

    msec. Diperkirakan batuan tersebut merupakan batuan metasedimen

    dalam formasi Kluet. Sedangkan pada bagian tengah dari lintasan

    pengukuran didapati nilai chargeabilitas yang rendah dengan nilai

    kurang dari 14,2 msec.

    4.3 Identifikasi Deposit Mineral Logam pada daerah Penelitian

    Interpretasi pada metode geolistrik, dibutuhkan sebuah acuan.

    Pada umumnya acuan yang digunakan berupa singkapan batuan

    ataupun data bor. Dikarenakan pada daerah penelitian belum terdapat

    data bor, maka singkapan yang terdapat pada gambar (4.3) dapat

    digunakan sebagai acuan untuk interpretasi.

  • 13

    Gambar 4. 9 Lintasan U-07, referensi interpretasi hasil

    pengukuran Geolistrik

    Dapat dilihat pada gambar (4.9) terdapat dua penampang

    melintang yang diperoleh berdasarkan hasil pengolahan, yakni

    penampang resistivitas pada bagian atas dan penampang IP pada

    bagian bawah.

    Penampang resistivitas menggambarkan kondisi geologi

    bawah permukaan pada daerah penelitian. Batuan keras dan padat

    memiliki nilai resistivitas yang tinggi (pada penampang resistivitas

    ditandai dengan respon warna merah). Sedangkan batuan yang lebih

    lunak memiliki nilai resistivitas yang lebih rendah yang ditandai

    dengan warna kuning, hijau hingga ke biru. Dalam mencocokkan

    kondisi sesungguhnya yang ada di lapangan pada singkapan yang

    dilalui oleh lintasan pengukuran geolistrik pada gambar (4.9),

    menunjukkan bahwa resistivitas yang tinggi adalah meta-sedimen

    dari formasi Kluet. Batuan tersebut memiliki rentang dari permukaan

    ke bawah sekitar 20 m. Pada bagian bawah meta-sedimen terdapat

    litologi yang memiliki nilai resistivitas yang rendah. Diperkirakan

    bahwa litologi tersebut adalah slate atau mudstone.

  • 14

    Penampang melintang IP menjelaskan keterdapatan

    kandungan logam dalam batuan pada daerah penelitian. Suatu area

    jika terdapat mineral logam yang tinggi akan memberikan respon

    dengan nilai IP yang tinggi. Pada gambar penampang melintang IP

    (Gambar 4.9), batas nilai yang digunakan adalah 40 msec menuju ke

    nilai yang lebih tinggi yang ditandai dengan warna coklat hingga

    warna merah. Pada kondisi di lapangan didapati hasil nilai IP yang

    lebih dari 40 msec yang mana terdapat singkapan urat galena yang

    mengisi sebuah rekahan pada batuan meta-sedimen. Pada daerah

    penelitian juga terdapat banyak mineral sulfida lain seperti pirit dan

    kalkopirit.

    Nilai IP yang tertinggi terletak pada lokasi yang memiliki

    nilai resistivitas yang tinggi diinterpretasikan sebagai sebuah

    fenomena yang menunjukkan bahwa mineral galena dan mineral

    logam pada daerah penelitian (nilai IP yang tinggi) merupakan meta

    sedimen yang terdapat dalam formasi Kluet (nilai resistivitas yang

    tinggi).

    Selanjutnya, fenomena pada lintasan U-07 yakni adanya

    sebuah singkapan galena digunakan sebagai referensi untuk

    interpretasi pada lintasan geolistrik yang lain.

    Pada penelitian ini dilakukan akuisisi sebanyak 77 lintasan

    pengukuran geolistrik yang terbentang dari arah utara-selatan pada

    area seluas 130 ha dengan jarak antar lintasan 70 m (gambar (4.10)).

  • 15

    Gambar 4. 10 Peta lintasan geolistrik daerah penelitian

    Dalam melakukan interpretasi terpadu, keseluruhan dari 77

    penampang melintang dihubungkan menggunakan software

    RockWork. Hasilnya merupakan sebuah model dari nilai IP dan

    resistivitas pada daerah penelitian yang divisualisasikan secara 3-D

    dan juga dapat dilihat peta datar sebagai pembanding pada gambar

    (4.4)

  • 16

    Ga

    mb

    ar

    4.

    11

    Mo

    del

    3-D

    da

    ri n

    ila

    i R

    esis

    tivi

    tas

    da

    n C

    ha

    rgea

    bil

    ita

    s

  • 17

    Pada gambar (4.11) merupakan sebuah model tiga dimensi

    (3-D) sebagai penggabungan hasil pengolahan dari nilai resistivitas

    dan IP. Nilai resistivitas yang ditampilkan pada gambar merupakan

    anomali yang memiliki nilai resistivitas lebih dari 2000 ohm.m

    (merah), sedangkan pada nilai IP menunjukkan nilai chargeabilitas

    yang lebih dari 40 msec (kuning).

    Telah disebutkan pada bagian awal bahwa nilai resistivitas

    yang tinggi diinterpretasikan sebagai batuan meta-sedimen dari

    formasi Kluet. Pada gambar (4.11) dapat ditarik sebuah garis

    persebaran batuan pada daerah penelitian. Ditunjukkan pada gambar

    (4.11) bahwa batuan metasedimen tersebar mendatar ke seluruh area.

    Nilai IP yang tinggi (kuning) diperkirakan sebagai daerah

    yang memiliki kandungan mineral logam yang tinggi. Mineral

    tersebut tersebar secara meluas di bagian tengah dari daerah

    penelitian, terletak pada batuan meta-sedimen. Arah persebaran dari

    zona tersebut adalah dari timur-barat dan memiliki arah yang sama

    dengan struktur patahan yang dijumpai pada daerah ini.

    Untuk lebih jelasnya, persebaran dari daerah dengan

    kandungan mineral logam yang tinggi dapat dilihat pada gambar

    (4.12) dan gambar (4.13).

  • 18

    Ga

    mb

    ar

    4.

    12

    Mo

    del

    3-D

    da

    ri n

    ila

    i a

    no

    ma

    li I

    P

  • 19

    Pada gambar (4.12) terdapat titik LNSC-10. Titik ini

    merupakan lokasi singkapan yang telah disebutkan pada gambar

    (4.3). Pada model 3-D ini, titik LNSC-10 tidak menujukkan sebagai

    anomali IP yang besar, karena pada faktanya mineral galena dan

    mineral logam yang lain pada singkapan ini hanya terpusat pada satu

    titik tersebut dan tidak tersebar ke area di sekitarnya.

    Dua titik berwarna biru pada gambar (4.13) merupakan lokasi

    dari camp utara dan camp timur, yang digunakan sebagai tempat

    istirahat dan bermalam selama akuisisi data di lapangan berlangsung.

    Dapat dilihat pada gambar (4.13) terdapat akumulasi dari mineral

    logam yang merata di sekitaran camp timur.

    Mineral logam yang terdapat pada daerah penelitian

    teridentifikasi sebagai anomali dengan nilai IP tinggi yakni: Fe, Cu,

    Pb dan Zn, dalam bentukan pirit, kalkopirit, dan galena. Pada metode

    ini semua mineral logam yang teridentifikasi sebagai anomali yang

    sama yakni dengan nilai IP yang tinggi.

    Hasil penelitian ini didukung dengan adanya peninjauan

    pada daerah penelitian oleh geologist dari negara China (Kuswanto,

    2017). Telah teridentifikasi bahwa daerah yang dinyatakan sebagai

    daerah memiliki potensi deposit mineral logam menurut analisis dari

    penampang 2D, terbukti ada. Daerah potensi deposit mineral logam

    tersebut dilakukan penggalian didapati bentukan yang sesuai dengan

    dugaan bentuk telah diaksirkan dari hasil pengolahan data.

  • 20

    Ga

    mb

    ar

    4.

    13

    Pet

    a a

    no

    ma

    li I

    P p

    ada

    da

    erah

    pen

    elit

    ian

  • 21

    Ga

    mb

    ar 4

    . 14

    Peta

    an

    om

    ali IP

    da

    n lin

    tasa

    n G

    eolistrik p

    ada

    da

    erah p

    enelitia

    n

  • 22

    Pada gambar (4.14) ditampilkan 77 lintasan geolistrik IP dan

    resistivitas pada peta. Setiap line memiliki nama seperti U-01, T-01,

    dan seterusnya.

    4.4 Daerah Potensi Deposit Mineral Logam

    Penentuan daerah potensi deposit mineral logam dilakukan

    pada area yang memiliki nilai chargeabilitas yang tinggi (> 40 msec).

    Area yang memenuhi kriteria dalam daerah potensi deposit mineral

    logam merupakan zona mineralisasi dimana memiliki nilai IP yang

    tinggi yang terakumulasi. Pada zona mineralisasi merupakan zona

    dimana terjadinya proses pembentukan mineral logam. Sehingga

    diperkirakan akan terdapat akumulasi mineral logam yang lebih

    banyak jika dibandingkan dengan zona di sekitarnya yang tidak

    termineralisasi. Zona tersebut ditandai dengan adanya nilai

    chargeabilitas yang tinggi dan berakumulasi pada suatu area dan

    membentuk sebuah anomali seperti pada gambar (4.16) hingga

    gambar (4.25) yang sekaligus terdapat titik vertikal yang diduga

    memiliki kemenerusan persebaran mineral logam dari permukaan

    menuju bawah permukaan.

    Pada gambar (4.16) hingga gambar (4.25), terdapat dua

    penampang melintang yang menampilkan informasi anomali

    resistivitas dan IP. Pada penampang tersebut terdapat informasi

    tentang skala ketinggian pada bagian kanan dan kiri. Sedangkan

    untuk kedalaman juga dapat dilihat pada skala tersebut.

  • 23

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • 24

    Gambar 4. 15 Peta lokasi potensi deposit mineral logam

  • 25

    Ga

    mb

    ar 4

    . 16

    Pen

    am

    pa

    ng

    IP d

    an

    Resistivita

    s pa

    da

    titik po

    tensi d

    epo

    sit min

    eral lo

    ga

    m D

    H#

    1

  • 26

    Ga

    mb

    ar

    4.

    17

    Pen

    am

    pa

    ng

    IP

    da

    n R

    esis

    tivi

    tas

    pa

    da

    tit

    ik p

    ote

    nsi

    dep

    osi

    t m

    iner

    al

    log

    am

    D

    H#

    2

  • 27

    DH#1 merupakan titik yang terletak pada lintasan T-01 dan

    memiliki potensi deposit mineral logam yang besar. Pada penampang

    Polarisasi Terinduksi 2D terdapat nilai anomali chargeabilitas tinggi

    pada meter ke-120 hingga meter ke-200. Sedangkan potensi deposit

    mineral logam tersebut berada pada kedalaman 15 meter dari

    permukaan tanah. Diperkirakan ketebalan potensi deposit tersebut

    mencapai 20 meter.

    Berdasarkan perbandingan dari penampang polarisasi

    terinduksi dan penampang resistivitas pada lintasan T-01, anomali

    chargeabilitas tinggi terletak dekat dan mengiris dengan anomali

    resistivitas tinggi. Sehingga diidentifikasi bahwa deposit mineral

    logam berasosiasi dengan batuan metasedimen dari formasi Kluet.

    DH#2 merupakan titik yang terletak pada lintasan T-02 dan

    memiliki potensi deposit mineral logam yang besar. Pada penampang

    Polarisasi Terinduksi 2D terdapat nilai anomali chargeabilitas tinggi

    pada meter ke-120 hingga meter ke-180. Sedangkan potensi deposit

    mineral logam tersebut berada pada kedalaman 10 meter dari

    permukaan tanah. Diperkirakan ketebalan potensi deposit tersebut

    mencapai 30 meter.

    Berdasarkan perbandingan dari penampang polarisasi

    terinduksi dan penampang resistivitas pada lintasan T-02, anomali

    chargeabilitas tinggi terletak dekat dan mengiris dengan anomali

    resistivitas tinggi. Sehingga diidentifikasi bahwa deposit mineral

    logam berasosiasi dengan batuan metasedimen dari formasi Kluet.

  • 28

    Ga

    mb

    ar

    4.

    18

    Pen

    am

    pa

    ng

    IP

    da

    n R

    esis

    tivi

    tas

    pa

    da

    tit

    ik p

    ote

    nsi

    dep

    osi

    t m

    iner

    al

    log

    am

    DH

    #3

  • 29

    Ga

    mb

    ar 4

    . 19

    Pen

    am

    pa

    ng

    IP d

    an

    Resistivita

    s pa

    da

    titik po

    tensi d

    epo

    sit min

    eral lo

    ga

    m D

    H#

    4

  • 30

    DH#3 merupakan titik yang terletak pada lintasan T-06 dan

    memiliki potensi deposit mineral logam yang besar. Pada penampang

    Polarisasi Terinduksi 2D terdapat nilai anomali chargeabilitas tinggi

    pada meter ke-80 hingga meter ke-180. Sedangkan potensi deposit

    mineral logam tersebut berada pada kedalaman 10 meter dari

    permukaan tanah. Diperkirakan ketebalan potensi deposit tersebut

    mencapai 20 meter.

    Berdasarkan perbandingan dari penampang polarisasi

    terinduksi dan penampang resistivitas pada lintasan T-06, anomali

    chargeabilitas tinggi terletak dekat dan mengiris dengan anomali

    resistivitas tinggi. Sehingga diidentifikasi bahwa deposit mineral

    logam berasosiasi dengan batuan metasedimen dari formasi Kluet.

    DH#4 merupakan titik yang terletak pada lintasan T-07 dan

    memiliki potensi deposit mineral logam yang besar. Pada penampang

    Polarisasi Terinduksi 2D terdapat nilai anomali chargeabilitas tinggi

    pada meter ke-120 hingga meter ke-190. Sedangkan potensi deposit

    mineral logam tersebut berada pada kedalaman 20 meter dari

    permukaan tanah. Diperkirakan ketebalan potensi deposit tersebut

    mencapai 10 meter.

    Berdasarkan perbandingan dari penampang polarisasi

    terinduksi dan penampang resistivitas pada lintasan T-07, anomali

    chargeabilitas tinggi terletak dekat dan mengiris dengan anomali

    resistivitas tinggi. Sehingga diidentifikasi bahwa deposit mineral

    logam berasosiasi dengan batuan metasedimen dari formasi Kluet.

  • 31

    Ga

    mb

    ar 4

    . 20

    Pen

    am

    pa

    ng

    IP d

    an

    Resistivita

    s pa

    da

    titik po

    tensi d

    epo

    sit min

    eral lo

    ga

    m D

    H#

    5

  • 32

    Ga

    mb

    ar

    4.

    21

    Pen

    am

    pa

    ng

    IP

    da

    n R

    esis

    tivi

    tas

    pa

    da

    tit

    ik p

    ote

    nsi

    dep

    osi

    t m

    iner

    al

    log

    am

    DH

    #6

  • 33

  • 34

    DH#5 merupakan titik yang terletak pada lintasan T-10 dan

    memiliki potensi deposit mineral logam yang besar. Pada penampang

    Polarisasi Terinduksi 2D terdapat nilai anomali chargeabilitas tinggi

    pada meter ke-60 hingga meter ke-160. Sedangkan potensi deposit

    mineral logam tersebut berada pada kedalaman 5 meter dari

    permukaan tanah. Diperkirakan ketebalan potensi deposit tersebut

    mencapai 20 meter.

    Berdasarkan perbandingan dari penampang polarisasi

    terinduksi dan penampang resistivitas pada lintasan T-10, anomali

    chargeabilitas tinggi terletak dekat dan mengiris dengan anomali

    resistivitas tinggi. Sehingga diidentifikasi bahwa deposit mineral

    logam berasosiasi dengan batuan metasedimen dari formasi Kluet.

    DH#6 merupakan titik yang terletak pada lintasan T-11 dan

    memiliki potensi deposit mineral logam yang besar. Pada penampang

    Polarisasi Terinduksi 2D terdapat nilai anomali chargeabilitas tinggi

    pada meter ke-120 hingga meter ke-200. Sedangkan potensi deposit

    mineral logam tersebut berada pada kedalaman 10 meter dari

    permukaan lintasan. Diperkirakan ketebalan potensi deposit tersebut

    mencapai 20 meter.

    Berdasarkan perbandingan dari penampang polarisasi

    terinduksi dan penampang resistivitas pada lintasan T-11, anomali

    chargeabilitas tinggi terletak dekat dan mengiris dengan anomali

    resistivitas tinggi. Sehingga diidentifikasi bahwa deposit mineral

    logam berasosiasi dengan batuan metasedimen dari formasi Kluet.

  • 35

    Ga

    mb

    ar

    4.

    22

    Pen

    am

    pa

    ng

    IP

    da

    n R

    esis

    tivi

    tas

    pa

    da

    tit

    ik p

    ote

    nsi

    dep

    osi

    t m

    iner

    al

    log

    am

    DH

    #7

  • 36

    Ga

    mb

    ar 4

    . 23

    Pen

    am

    pa

    ng

    IP d

    an

    Resistivita

    s pa

    da

    titik po

    tensi d

    epo

    sit min

    eral lo

    ga

    m D

    H#

    8