Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat...

15
Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 79 Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah Barat Pasca Berdirinya Industri Semen Oki Oktaviana Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten Jl. Syeh Nawawi Al Bantani, Palima, Serang, Banten Telp. : (0254) 267040 Hp: 0812 19639218 e-mail : [email protected] ABSTRACT The problem of poverty among the fishermen community will be more severe when they are not able to compete with industries that have higher capital. In addition to the direct impact of competition in the utilization of space, another impact is an increase in the price of basic needs due to the entry of labor to the region. This research was carried out in West Bayah Village, Bayah Sub-district, Lebak District, October - November 2016. The method used was descriptive research with qualitative approach based on primary and secondary data obtained through field observation, in-depth interviews with respondents who have experience and related to problem (purposive sampling). The results showed that although the existence of the cement industry has not affected the catch of fishermen in the village of Bayah Barat, but has forced the migration of fishing grounds to more distant places and cause concerns of fishermen due to barge traffic carrying raw materials and cement plant products. Although the results are fluctuating, the income that the fishermen of Bayah Barat villagers obtain from the fishing activities is generally considered sufficient to meet their basic needs. Viewed from the aspect of the fulfillment of the health needs of fishermen generally do not have a Health Insurance card and environmental sanitation is not good. Some fishermen do not get educational assistance in the form of Kartu Indonesia Pintar or Kartu Lebak Pintar. They are hoping for help to meet the financing needs of their sons and daughters. The community of Bayah Barat village fishermen do not have an aspiration channel in the decision making process concerning the fate of fishermen and their communities. This can be happen because in every process of village development planning, representatives of fishing groups are excluded. Keywords: Poverty, Fisherman, Bayah Barat, cement industry ABSTRAK Permasalahan kemiskinan di kalangan masyarakat nelayan akan semakin berat ketika mereka tidak mampu bersaing dengan industri yang memiliki modal lebih tinggi. Selain dampak langsung berupa persaingan pemanfaatan ruang, dampak lainnya adalah adanya peningkatan harga kebutuhan pokok akibat masuknya tenaga kerja ke wilayah tersebut. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di desa Bayah Barat Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak pada bulan Oktober-November 2016. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif bedasarkan data primer dan sekunder yang di peroleh melalui observasi lapangan, wawancara mendalam dengan responden yang

Transcript of Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat...

Page 1: Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 80 memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling).

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....

79

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah Barat

Pasca Berdirinya Industri Semen

Oki Oktaviana

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten

Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten

Jl. Syeh Nawawi Al Bantani, Palima, Serang, Banten

Telp. : (0254) 267040 Hp: 0812 19639218

e-mail : [email protected]

ABSTRACT

The problem of poverty among the fishermen community will be more severe when they are

not able to compete with industries that have higher capital. In addition to the direct impact

of competition in the utilization of space, another impact is an increase in the price of basic needs due to the entry of labor to the region. This research was carried out in West Bayah

Village, Bayah Sub-district, Lebak District, October - November 2016. The method used

was descriptive research with qualitative approach based on primary and secondary data

obtained through field observation, in-depth interviews with respondents who have

experience and related to problem (purposive sampling). The results showed that although

the existence of the cement industry has not affected the catch of fishermen in the village of

Bayah Barat, but has forced the migration of fishing grounds to more distant places and

cause concerns of fishermen due to barge traffic carrying raw materials and cement plant

products. Although the results are fluctuating, the income that the fishermen of Bayah Barat

villagers obtain from the fishing activities is generally considered sufficient to meet their

basic needs. Viewed from the aspect of the fulfillment of the health needs of fishermen

generally do not have a Health Insurance card and environmental sanitation is not good.

Some fishermen do not get educational assistance in the form of Kartu Indonesia Pintar or

Kartu Lebak Pintar. They are hoping for help to meet the financing needs of their sons and

daughters. The community of Bayah Barat village fishermen do not have an aspiration

channel in the decision making process concerning the fate of fishermen and their

communities. This can be happen because in every process of village development

planning, representatives of fishing groups are excluded.

Keywords: Poverty, Fisherman, Bayah Barat, cement industry

ABSTRAK

Permasalahan kemiskinan di kalangan masyarakat nelayan akan semakin berat ketika

mereka tidak mampu bersaing dengan industri yang memiliki modal lebih tinggi. Selain

dampak langsung berupa persaingan pemanfaatan ruang, dampak lainnya adalah adanya

peningkatan harga kebutuhan pokok akibat masuknya tenaga kerja ke wilayah tersebut.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di desa Bayah Barat Kecamatan Bayah Kabupaten

Lebak pada bulan Oktober-November 2016. Metode yang digunakan adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif bedasarkan data primer dan sekunder yang di

peroleh melalui observasi lapangan, wawancara mendalam dengan responden yang

Page 2: Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 80 memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling).

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....

80

memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling). Hasil

penelitian menunjukan bahwa meski keberadaan industri semen belum berpengaruh

terhadap hasil tangkapan nelayan di desa Bayah Barat, namun telah memaksa berpindahnya

area tempat menangkap ikan ke tempat yang lebih jauh serta menimbulkan kekhawatiran

nelayan karena lalu lintas kapal tongkang yang membawa bahan baku maupun hasil

produksi pabrik semen. Meski hasilnya fluktuatif, pendapatan yang diperoleh nelayan desa

Bayah Barat dari kegiatan melaut pada umumnya dianggap cukup untuk memenuhi

kebutuhan pokok mereka. Ditinjau dari aspek pemenuhan kebutuhan kesehatan umumnya

nelayan belum memiliki kartu Jaminan Kesehatan dan sanitasi lingkungan yang kurang

baik. Sebagian nelayan tidak mendapatkan bantuan pendidikan dalam bentuk Kartu

Indonesia Pintar atau pun Kartu Lebak Pintar. Mereka sangat mengharapkan adanya

bantuan untuk pemenuhan kebutuhan pembiayaan pendidikan putera-puteri mereka.

Masyarakat nelayan desa Bayah Barat belum memiliki saluran aspirasi dalam proses

pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas. Hal ini disebabkan

karena dalam setiap kegiatan penyusunan perencanaan pembangunan desa, perwakilan kelompok nelayan tidak diikutsertakan.

Kata Kunci: Kemiskinan, Nelayan, Bayah Barat, Industri semen

1.1. Latar Belakang

Abidin (2008: 33) menjelaskan hakekat pembangunan adalah pembangunan

manusia, yakni upaya meningkatkan derajat kehidupan secara berkelanjutan untuk mampu

menentukan nasib di tangan sendiri. Selanjutnya beliau menjelaskan pem-bangunan sarana

dan prasarana hanya bersifat penunjang kegiatan manusia dalam pembangunan tersebut.

Karena itu program pembangunan yang berwujud industrialisasi di suatu wilayah

seyogyanya tidak menimbulkan permasalahan baru berupa munculnya kemiskinan dalam

kelompok golongan masyarakat lainnya.

Kebijakan publik yang mengatur sumber daya alam sering gagal untuk mengatasi

konflik kepentingan di antara para penggunanya (Rosyadi dan Ardhi, 2012). Industrialisasi

tidak jarang menimbulkan beban bagi kelompok masyarakat lainnya mengingat munculnya

ekses berupa persaingan ruang maupun sumber daya yang tersedia. Persaingan industri

dengan kelompok masyarakat nelayan jika tidak dikelola dengan baik bukan tidak mungkin

akan memperparah beban hidup nelayan. Industrialisasi yang pada awalnya bertujuan untuk

peningkatan kesejahteraan justru berdampak pada peningkatan kemiskinan pada kelompok

nelayan. Kurniasari dan Reswati (2011) menyebutkan bahwa sekitar 90 persen atau kurang

lebih 14,48 juta nelayan berada di bawah garis kemiskinan. Penelitian lainnya yang

dilakukan oleh Ambariyanto dan Denny N.S. (2012), menyebutkan terdapat salah satu

persoalan yang dihadapi wilayah pesisir di Indonesia secara umum adalah tingginya tingkat

kemiskinan masyarakat pesisir, tercatat pada tahun 2010 kemiskinan di desa-desa pesisir

mencapai angka 7 juta jiwa yang terdapat 10.639 desa pesisir.

Berdasarkan data Kecamatan Bayah Dalam Angka 2015, penduduk desa Bayah

Barat Kecamatan Bayah yang tercatat bermatapencaharian sebagai nelayan berjumlah 447

orang. Jumlah ini merupakan jumlah terbesar dibandingkan dengan jumlah nelayan yang

ada di desa lainnya di Kecamatan Bayah. Jumlah tersebut tentu akan mengalami perubahan

ketika arus industrialisasi berupa pembangunan pabrik semen merah Putih mulai di bangun.

Alih profesi yang dilakukan nelayan merupakan dampak ketidakmapuan mereka bersaing

Page 3: Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 80 memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling).

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....

81

dalam memanfaatkan sumber daya yang ada atau pun adanya peluang melakukan usaha lain

akibat masuknya pendatang ke daerah mereka.

Permasalahan kemiskinan di desa Bayah Barat juga bisa dilihat dari tingginya

prosentase keluarga Pra Sejahtera dan sejahtera I yang ada di sana. Data Badan Pusat

Statistik Kabupaten Lebak menunjukan bahwa jumlah keluarga pra sejahtera di Desa Bayah

Barat mencapai 58 keluarga sedangkan untuk keluarga Sejahtera I mencapai 318 keluarga.

Hal ini menunjukan bahwa persentase jumlah keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga

Sejahtera I di Desa bayah Barat mencapai 20,49 dari total keluarga yang ada di desa

tersebut. Dengan kata lain lebih dari seperlima masyarakat desa Bayah Barat belum dapat

memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti pendidikan, keluarga berencana, interaksi

dalam keluarga, lingkungan, tempat tinggal serta kebutuhan transportasi. Meski tidak semua

keluarga miskin tersebut tergolong dalam masyarakat nelayan namun perlu langkah

antisipatif dari pemerintah daerah agar jumlah tersebut tidak bertambah seiring dengan

masuknya industrialisasi ke wilayah tersebut.

Jumlah Kepala Keluarga Menurut Tahapan Sejahtera

di Kecamatan Bayah Tahun 2014 No Desa Pra KS KS I KS II KS III KS III+ Jumlah

1 Bayah Barat 58 318 686 645 128 1835

2 Darmasari 88 163 249 111 33 744

3 Sawarna 128 275 661 124 19 1207

4 Cidikit 172 296 671 70 18 1226

5 Bayah Timur 149 378 611 364 68 1570

6 Cimancak 116 312 471 87 14 1000

7 Suwakan 131 267 354 177 23 952

8 Pasir Gombong 86 163 313 80 23 665

9 Cisuren 206 275 523 63 11 1078

10 Panumbulan 138 219 320 334 34 1045

11 Sawarna Timur 209 202 125 59 8 603

Kecamatan 1480 2868 5084 2114 379 11925

Sumber: PLKB Kecamatan Bayah dalam Kecamatan Bayah Dalam Angka 2015

Penghitungan angka kemiskinan sebagaimana disajikan dalam tabel di atas

merupakan salah satu metode dari sekian banyak metode penghitungan kemiskinan yang

selama ini dilakukan. Beberapa ahli menetapkan kriteria garis kemiskinan yang berbeda-

beda sehingga akan menghasilkan nilai perhitungan yang berbeda pula. Sayogyo (1977)

dalam Kurnia (2009) menggunakan ukuran pengeluaran per kapita per orang per tahun

ekuivalen beras 320 kilogram dan 480 kilogram per kapita per tahun sebagai garis

kemiskinan untuk masing-masing daerah perdesaan dan daerah kota, Badan Pusat Statistik

mengukur angka kemiskinan berdasarkan kebutuhan gizi minimal (2100 kal), sedangkan

Bank Dunia mengukur tingkat kemiskinan dengan pendekatan pendapatan per kapita

(Bank Dunia).

Selain perbedaan pengukuran tingkat kemiskinan definisi kemiskinan pun cukup

beragam. Menurut Badan Pusat Statistik (2016) kemiskinan secara asal penyebabnya

terbagi menjadi dua macam, pertama kemiskinan kultural merupakan kemiskinan yang

disebabkan oleh adanya faktor-faktor adat atau budaya suatu daerah tertentu yang

Page 4: Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 80 memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling).

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....

82

membelenggu seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu sehingga membuatnya tetap

melekat dengan kemiskinan. kedua, kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi

sebagai akibat ketidakberdayaan seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu terhadap

sistem atau tatanan sosial yang tidak adil, karenanya mereka berada pada posisi tawar yang

sangat lemah dan tidak memiliki akses untuk mengembangkan dan membebaskan diri

mereka sendiri dari perangkap kemiskinan. Secara konseptual, kemiskinan dapat dibedakan

menurut kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut, dimana perbedaannya terletak pada

standar penilaiannya. Standar penilaian kemiskinan relatif merupakan standar kehidupan

yang ditentukan dan ditetapkan secara subyektif oleh masyarakat setempat dan bersifat

lokal serta mereka yang berada dibawah standar penilaian tersebut dikategorikan sebagai

miskin secara relatif. Sedangkan standar penilaian kemiskinan secara absolut merupakan

standar kehidupan minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhaan dasar yang

diperlukan, baik makanan maupun non makanan. Standar kehidupan minimum untuk

memenuhi kebutuhan dasar ini disebut sebagai garis kemiskinan. Dengan gambaran awal

kondisi masyarakat Desa Bayah Barat dan adanya kegiatan industri semen PT. Cemindo Gemilang selaku produsen semen merah putih, menjadi alasan peneliti untuk mencari lebih

jauh melakukan kajian identifikasi tingkat kemiskinan pada masyarakat nelayan desa Bayah

Barat.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya rumusan masalah

dalam penelitian ini yakni:

1. Bagaimanakah kondisi kemiskinan masyarakat nelayan di Desa Bayah Barat pasca

berdirinya industri semen?

2. Bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan pemerintah daerah dalam meningkat-kan

kesejahteraan masyarakat nelayan di Desa Bayah Barat?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui kondisi kemiskinan masyarakat nelayan di Desa Bayah Barat pasca

berdirinya industri semen

2. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat nelayan di Desa Bayah Barat

1.4. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran penelitian didasarkan pada konsep identifikasi kemiskinan

berdasarkan pendekatan jumlah pengeluaran per bulan, keadaan tempat tinggal nelayan,

akses masyarakat terhadap fasilitas pendidikan, kesehatan, maupun partisipasi dalam

proses perencanaan pembangunan. Selain itu dalam penelitian ini coba digali tentang

persepsi masyarakat atas kondisi kemiskinan itu sendiri. Secara serdehana kerangka

pemikiran penelitian ini disajikan pada gambar berikut ini:

Page 5: Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 80 memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling).

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....

83

Gambar Kerangka Pikir Penelitian

METODOLOGI

Metode Penelitian

Kegiatan penelitian akan dilaksanakan di desa Bayah Barat Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak pada bulan Oktober 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif bedasarkan data primer dan

sekunder yang di peroleh berdasarkan observasi lapangan, wawan-cara mendalam (indepth

interview) pada responden yang memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan

(purposive sampling). Penelitian dilakukan pada bulan Oktober - November 2016. Data-

data yang digali lebih jauh kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan, peran pemerintah

daerah serta perkembangan pembangunan daerah pasca berdirinya pabrik semen Merah

Putih (PT.Cemindo Gemilang).

Menurut Mukhtar dan Erna (2000: 15) yang dimaksud penelitian deskriptif yaitu

jenis penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu

variabel atau tema, gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan atau gejala menurut apa

adanya pada saat penelitian dilakukan. Dalam Sugiyono (1999: 6) penelitian deskriptif

adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri yaitu tanpa menghubungkan

atau membandingkan dengan variabel yang lain. Dari pendapat di atas bisa dielaborasi terkait

makna penelitian deskriptif yakni penelitian yang sifatnya mendeskripsikan atau

menggambarkan gejala atau keadaan yang ada berdasarkan data-data di lapangan tanpa

menghubungkan pengaruh gejala yang nampak satu sama lainnya. Jika dihubungkan

dengan tema penelitian ini, penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk melakukan

analisis terhadap kondisi kemis-kinan masyarakat nelayan Desa Bayah Barat Kecamatan

Bayah Kabupaten Lebak pasca berdirinya industri semen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah

Secara administratif desa Bayah Barat dibatasi oleh Desa Cimancak dan desa Bayah

Timur (sebelah utara), sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah

barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Panggarangan dan sebelah Timur berbatasan

dengan Desa Darma Sari. Luas wilayah Desa Bayah Barat adalah sebesar 13.014 Ha. Luas

wilayah yang ada tersebut dibagi dalam beberapa peruntukan, dapat dikelompokan seperti

untuk fasilitas umum, pemukiman, pertanian, kegiatan ekonomi dan lain-lain. Luas lahan

yang diperuntukan fasilitas umum, seperti jalan, pemukiman, TPU, sekolah, sarana

Keikutsertaan proses perencanaan pembangunan transfortasi

Akses Pendidikan Akses Kesehatan

Nelayan Pengeluaran Per Bulan

Fasilitas Tempat Tinggal

Gambaran Kemiskinan Nelayan Desa Bayah

Barat

Page 6: Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 80 memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling).

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....

84

peribadatan dan lain-lain adalah 236 Ha. Sedangkan untuk aktifitas pertanian, terdiri dari

lahan sawah, ladang dan peternakan dan hutan adalah 778 Ha. (Profil desa Bayah Barat

2015).

Sebagai wilayah perdesaan yang berbatasan langsung dengan samudera, sangat

wajar ketika jumlah penduduk desa Bayah Barat tercatat berprofesi sebagai nelayan.

Berdasarkan data Kecamatan Bayah Dalam Angka tercatat 477 penduduk Bayah Barat

berprofesi sebagai nelayan.

Jumlah Penduduk Menurut Mata pencaharian di Desa Bayah Barat Tahun 2014

Mata Pencaharian Jumlah

Petani 284

Buruh tani 43

Nelayan/Perikanan 447

Buruh nelayan 221

Industri 43

Konstruksi 82

Perdagangan 388

Transportasi 146

Pertambangan/galian 96

PNS 293

TNI/POLRI 38

Jasa Lainnya 662

Lain-lain 301

Jumlah 3044 Sumber: Diolah dari Kecamatan Bayah dalam Angka tahun 2015

Berdasarkan data dalam tabel di atas terlihat bahwa jumlah masyarakat yang

menggantungkan hidupnya dari kegiatan menangkap ikan. Jumlah nelayan ditam-bahkan

dengan jumlah buruh nelayan mencapai 21,94 dari total mata pencaharian yang ada di

wilayah desa Barat. Meski demikian, pada saat observasi lapangan, melihat kondisi

dermaga yang dipakai untuk bersandarnya perahu nelayan di Desa Bayah Barat nampaknya

jumlah yang tercantum dalam data Bayah dalam Angka tidak semuanya berstatus sebagai

nelayan aktif. Jumlah perahu yang bersandar di muara sungai cimadur hanya berjumlah

puluhan dan jumlah individu yang terlihat ditempat pelelangan ikan tidaklah terlalu banyak.

Hal ini terkonfirmasi dari hasil wawancara dengan ketua himpunan nelayan Bayah:

“Tidak semua nelayan di desa Bayah Barat semuanya aktif. Rata-rata nelayan

disini menagkap ikan sesuai dengan alat tangkap yang dimilikinya. Misal musim layur,

hanya nelayan dengan yang memiliki jaring 1,1/4 sampai 2 inchi yang melaut, karena alat

tangkap yang dimiliki terbatas. Sangat jarang nelayan memiliki semua jenis alat tangkap”

Kutipan wawancara di atas menunjukan bahwa meskipun secara jumlah nelayan di

Desa Bayah Barat cukup banyak, namun tidak semuanya secara rutin pergi melaut.

Kegiatan menangkap ikan yang dilakukan oleh nelayan di Desa Bayah Barat disesuaikan

dengan alat tangkap yang dimilikinya.

Page 7: Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 80 memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling).

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....

85

Perbedaan data tentang jumlah nelayan di Desa Bayah Barat dijumpai pada saat

melakukan wawancara dengan salah satu staf desa. Berdasarkan data potensi desa yang ada,

jumlah nelayan di desa Bayah Barat hanya 163 orang.

“Jumlah nelayan di desa kami semakin tahun semakin menurun. Adanya industri semen

serta mahalnya peralatan melaut diduga menjadi penyebab menurunnya jumlah

nelayan ini. Berdasarkan data yang ada, kami hitung jumlah nelayan di sini tidak lebih

dari 200 orang”

Perbedaan data jumlah nelayan tersebut dimungkinkan adanya perbedaan persepsi

tentang nelayan. Badan Pusat Statistik menghitung nelayan secara keseluruhan (aktif dan

pasif) sementara pihak desa hanya menghitung jumlah nelayan yang aktif melakukan

kegiatan penangkapan ikan. Jumlah nelayan di Desa Bayah Barat juga diperkuat dengan

data keanggotaan Himpunan Nelayan Bayah (Hinaba) yang penulis dapatkan pada saat

melakukan wawancara dengan kelompok nelayan. Berdasarkan informasi dari ketua

Hinaba, jumlah nelayan Desa Bayah Barat yang tergabung dalam Himpunan Nelayan

Bayah berjumlah dua ratus satu nelayan. Jumlah tersebut tidak termasuk nelayan lainnya yang tergabung dalam organisasi Himpunan Nelayan Cimadur (Himadur) yang menurut

sepengetahuan narasumber kira-kira berjumlah tiga ratusan.

Meski tidak ada data pasti tentang jumlah nelayan aktif di Desa Bayah Barat,

namun bisa dipastikan bahwa aktifitas kegiatan penangkapan ikan di Desa Bayah turut

memegang peranan dalam kegiatan ekonomi. Karena itu tidak heran dalam misi

pembangungan desa Bayah Barat menempatkan nelayan sebagai salah satu saasaran objek

pembangunan desa. Dalam profil desa Bayah barat disebutkan salah satu misi pem-

bangunan desa yakni meningkatkan produktifitas dan pendapatan para petani, nelayan dan

para pengusaha kecil dan menengah, dan meningkatkan pembangunan infrastruktur di

sektor pertumbuhan ekonomi lokal, utamanya di bidang pertanian, dan perikanan dan

kelautan.

Produksi Ikan Nelayan Bayah

Keberadaan industri semen nampaknya belum berpengaruh terhadap hasil

tangkapan nelayan di desa Bayah Barat. Menurut pendapat mereka pengaruh keberadaan

industri semen hanya sebatas berpindahnya area tempat menangkap ikan (fishing area) ke

tempat yang lebih jauh. Pembangunan dermaga di daerah batu masigit sampai pantai karang

teraje membuat nelayan tidak dapat lagi menangkap ikan di daerah ini karena berubahnya

ekologi di daerah tersebut.

“Kalau secara hasil tangkapan memang tidak terlalu berpengaruh, namun tempat batu

masigit sampai karang taraje tidak bisa lagi digunakan untuk menangkap ikan karena

dipakai dermaga, selain itu dilaut kami tidak merasa tenang, karena banyak kapal

tongkang milik industri semen yang lalu lalang”

Kutipan wawancara di atas menunjukan bahwa selain berubahnya ekologi di daerah

batu masigit sampai dengan karang taraje yang berakibat tidak dapat dilaku-kan proses

penangkapan ikan didaerah tersebut, adanya lalu lalang kapal tongkang membuat

masyarakat khawatir dan merasa terganggu. Untuk itu, perlu dilakukan pengaturan zonasi

alur penangkapan ikan dan zonasi kapal tongkang agar tidak terjadi konflik antara nelayan

dengan kapal industri. Diperlukan aksi kolektif antara perusahaan dan kelompok nelayan

serta pemerintah daerah untuk melahirkan kesepakatan ini. Tindakan kolektif dan tawar-

Page 8: Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 80 memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling).

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....

86

menawar antara industri dan nelayan tradisional telah mendorong mereka untuk

mengembangkan solusi atas persoalan nelayan di Cilacap dan pabrik semen Holchim.

(Rosyadi dan Ardhi, 2012).

Data Badan Pusat Statistik kabupaten Lebak tahun 2014 menunjukan bahwa hasil

tangkapan ikan di pantai Bayah belum terpengaruh dengan keberadaan industri semen.

Hasil tangkapan ikan tahun 2013 mencapai angka 74,10 ton atau meningkat 7,3 ton

dibandingkan hasil tangkapan tahun 2012. Hasil tangkapan terbesar (18,4 ton) terjadi di

bulan November sedangkan hasil tangkapan terkecil terjadi di bulan Juli (2,2 ton). Secara

lebih lengkap disajikan dalam gambar di bawah ini.

Data Produksi Ikan di Kecamatan Bayah

2,1

7,3

3,12,4

6,2

4,2

7,3

9,8

7,7

10,3

4,3 4,3 4,3

8,2

9,1

6,2

2,2 2,4

4,5

6,9

18,4

3,3

3,62,8

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

2012

2013

Sumber Statistik Daerah Kecamatan Bayah 2014

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa hasil tangkapan ikan di pantai Bayah tiap

tahunnya cukup fluktuatif. Adanya kegiatan industri semen belum berpengaruh terhadap hasil tangkapan mereka.

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan di Desa Bayah Barat

Identifikasi kemiskinan dalam penelitian ini tidak berdasarkan distribusi pendapatan

dalam kelompok masyarakat melainkan lebih kepada pendekatan ketidakberdayaan

seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu terhadap sistem atau tatanan sosial yang

tidak adil, karenanya mereka berada pada posisi tawar yang sangat lemah dan tidak

memiliki akses untuk mengembangkan dan membebaskan diri mereka sendiri dari

perangkap kemiskinan. Standar kehidupan yang mejadi pokok perhatian dalam penelitian

adalah menyangkut pada akses pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, kesehatan,

Page 9: Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 80 memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling).

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....

87

pendidikan, serta pemenuhan kebutuhan politik dilihat dari aspek pengakuan kelompok

nelayan sebagai salah satu elemen masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan.

1. Kemiskinan Dalam Aspek pemenuhan Kebutuhan Hidup Sehari-hari

Hasil wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat maupun nelayan itu sendiri,

mayoritas mereka memiliki penilaian bahwa pendapatan nelayan dari hasil melaut

umumnya dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan maupun

papan. Meski hasil tangkapan dirasakan cukup fluktuatif namun secara rerata informan

menyampaikan hasil yang mereka peroleh cukup untuk keperluan membeli beras, sayur

mayur, lauk pauk serta kebutuhan dapur lainnya. Selain itu informan menyampaikan bahwa

paling tidak dalam setahun mereka mampu membeli dua potong baju baru untuk

keluarganya.

“Hasil ngalaut mah teu bisa dianggeurkeun, kadang panen, kadang paceklik. Tapi paling

heunteu keur keperluan dapur mah teu kakurangan. Mun lebaran paling heunteu bisa

kabeuli dua potong baju keur anak pamajikan. Mun keur panen sok disimpeun keur

kaperluan engke mun keur paceklik” “Hasil dari menangkap ikan memang tidak pasti, kadang dapat banyak, terkadang tidak.

Tapi paling tidak untuk keperluan dapur tidak kekurangan. Kalau lebaran paling tidak bisa

membeli dua buah baju untuk anak dan istri. Kalau hasil tangkapan berlebih disimpan

untuk keperluan nanti di saat paceklik”

Kutipan pendapat informan di atas menunjukan bahwa hasil tangkapan nelayan dirasakan

cukup untuk membeli kebutuhan sandang pangan mereka. Meski tidak berlebih, tapi paling

tidak kebutuhan dasar untuk keperluan dapur serta pakaian mampu mereka penuhi. Hal ini

diperkuat dengan pendapat tokoh masyarakat dan tokoh pemuda yang mengkonfirmasi

bahwa sebetulnya hasil melaut yang diperoleh dari nelayan pada umumnya cukup untuk

memenuhi kebutuhan pokok mereka, tinggal bagaimana mereka menyesuaikan pola hidup

dengan hasil yang didapatkan-nya.

Hasil penelitian lainnya menujukan bahwa seluruh nelayan yang diwawancara

memiliki kebiasaan merokok. Rata- rata mereka menghabiskan dua bungkus rokok setiap

harinya. Jika Harga rokok rata-rata Rp.15.000 berarti paling sedikit mereka menghabiskan

Rp.30.000 hanya untuk membeli rokok. Selain itu, dengan alasan untuk menghangatkan

badan dan mencegah mabuk laut, beberapa nelayan mengaku selalu selalu meminum

“minuman” sebelum melalut.

“Di laut angin na beda pak. Lamun teu nginum kopi tiis heula (istilah untuk anggur merah)

sok gampang lieur, asup angin. Eta oge tara loba, paling sabotol ku duaan jeung

babaturan. Hargana ngan 35 rebuan”.

“Kondisi di laut anginnya berbeda dengan daratan. Kalau tidak memimum minuman

anggur merah dulu suka gampang pusing, masuk angin. Itu juga tidak banyak, paling

sebotol untuk berdua dengan teman. Harganya Cuma 35.000.”

Kebiasaan lain masyarakat nelayan adalah kegiatan “mengopi” di warung sambil

menunggu ikan hasil tangkapannya laku. Berdasarkan informasi yang diperoleh rata-rata

mereka menghabiskan Rp.10.000-20.000 untuk sekedar membayar kopi dan gorengan pada

saat mereka di warung. Hal ini mereka lakukan untuk sekedar mengisi waktu selama proses

pelelangan hasil tangkapan berlangsung.

Berdasarkan kutipan wawancara dan fakta yang telah disampaikan di atas terlihat

bahwa pola hidup masyarakat nelayan umumnya cukup konsumtif. Selain untuk kebutuhan

Page 10: Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 80 memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling).

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....

88

bahan bakar (bensin) dan perbekalan sekitar seratus ribu rupiah mereka juga mengeluarkan

biaya lainnya untuk sekedar membeli rokok, minuman, serta biaya di warung. Temuan ini

sejalan dengan pendapat (Sukirno, 2004) yang menyebutkan bahwa faktor gaya hidup dalam

pemanfaatan waktu luang mempengaruhi kemiskinan suatu masyarakat. Pendapat lainnya

yang menyebutkan kebiasaan nelayan mempunyai pola hidup yang kurang memper-

hitungkan kebutuhan masa depanya (Hamdani, 2013), atau Natalia dan Alie (2014) yang

menyebutkan bahwa kondisi ekonomi yang dapat dikatakan rendah, banyak masyarakat pesisir

yang bersifat konsumtif merokok. Diperlukan langkah antisipatif dari pemerintah daerah untuk

menekan tingkat konsumsi rokok di kalangan masyarakat pesisir khususnya nelayan.

2. Kemiskinan Dalam Aspek pemenuhan Kebutuhan Kesehatan

Kemampuan masyarakat dalam membayar fasilitas kesehatan menjadi salah satu

penilaian pemenuhan indikator non makanan yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Hasil

observasi dan wawancara menunjukan bahwa desa Bayah Barat memiliki fasilitas

kesehatan berupa puskesmas dan bidan desa. Berdasarkan penuturan informan keberadaan

puskesmas cukup membantu mereka mendapatkan pelayanan kesehatan. Biaya pengobatan

yang dibebankan kepada masyarakat dirasakan masih dalam kemampuan mereka. Meski

demikian mereka mengeluhkan tentang jauhnya jarak rumah sakit ketika mereka

memerlukan penanganan kesehatan lanjutan. Rumah sakit terdekat (kurang lebih berjarak

40 KM) berada di Kecamatan Malingping dengan fasilitas yang mereka anggap masih

kurang. Karena itu banyak masyarakat yang memilih membawa keluarganya ke Rumah

Sakit di Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi untuk mendapat pelayanan kesehatan.

Hal lain yang menjadi perhatian dalam aspek kesehatan adalah masih banyaknya

nelayan Bayah Barat yang belum memiliki kartu jaminan kesehatan baik Kartu Lebak Sehat

maupun kartu Indonesia Sehat. Beberapa informan menyebutkan bahwa mereka belum

memiliki kartu dimaksud padahal sudah beberapa kali mengajukan ke pihak desa.

Permasalahan masih adanya warga yang belum memiliki Kartu Jaminan Kesehatan diakui

oleh pihak desa. Dalam profil desa Bayah Barat, pihak desa mengakui bahwa Program

BPJS Kesehatan yang belum merata di masyarakat merupakan salah satu permasalahan

desa di bidang kesehatan.

Hasil wawancara dengan informan juga menunjukan bahwa masyarakat nelayan di

Desa Bayah Barat kurang memahami tentang sanitasi lingkungan. Beberapa responden dari

kalangan nelayan mengaku belum memiliki fasilitas MCK dirumahnya. Selain itu dalam

pengamatan lapangan dijumpai saluran air buangan dari limbah rumah tangga mengalir

secara terbuka diantara pemukiman penduduk. Hal ini diperkuat dengan data profil

kecamatan yang menunjukan bahwa dari 2.256 keluarga rumah tangga yang ada di Desa

Bayah Barat sebanyak 216 keluarga yang tidak memiliki jamban keluarga. Angka ini

menunjukan bahwa 9,5% belum memiliki fasilitas MCK. Kondisi ini merupakan gambaran

umum pemukiman nelayan seperti yang ungkapkan oleh Triyono (2014) bahwa

pengetahuan masyarakat nelayan kampung Garapan Desa Tanjung Pasir Kabupaten

Tangerang tentang buang air besar sembarangan adalah buruk atau pun penelitian lainnya

yang menyebutkan masyarakat nelayan Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan cukup

mengerti perilaku yang seharusnya mereka lakukan terhadap kebersihan lingkungan pantai,

namun belum dapat menerapkan pada perilaku sehari-harinya (Gunarti, 2008).

Berdasarkan deskripsi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam aspek

kesehatan nelayan Desa Bayah Barat masih banyak yang tergolong miskin. Masih banyak

Page 11: Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 80 memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling).

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....

89

masyarakat yang belum sepenuhnya menikmati fasilitas kesehatan dikarenakan terbatasnya

layanan kesehatan yang tersedia. Kondisi ini diperparah dengan kondisi sanitasi lingkungan

yang kurang baik sehingga dapat mempercepat penyebaran penyakit di wilayah ini.

3. Kemiskinan Dalam Aspek Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan

Selain kesehatan, pendidikan merupakan faktor lain yang menjadi penilaian tingkat

kemiskinan dengan menggunakan indikator non makanan. Rata-rata nelayan tradisional

memiliki permasalahan dalam tingkat pendidikan dan jelas kondisi itu akan mempersulit

nelayan tradisional memilih atau memperoleh pekerjaan lain selain menjadi nelayan

(Kusnadi 2002: 30).

Permasalahan yang sama juga dijumpai pada komunitas nelayan di Desa Bayah

Barat. Semua informan dari kalangan masyarakat hanya mengenyam tingkat pendidikan

Sekolah lanjutan Pertama (SMP). Kemampuan menangkap ikan rata-rata diperoleh secara

turun-temurun ataupun karena ikut-ikutan diajak nelayan yang sudah terlebih dahulu

menekuni profesi nelayan. Mereka umumnya mengatakan bahwa tidak ada pelatihan khusus

atau pun diklat-diklat tentang bagaimana penggunaan alat tangkap ikan yang optimal serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan hasil tangkapan mereka.

Meski rata-rata nelayan di Desa Bayah Barat hanya mengenyam pendidikan sampai

dengan SMP, mereka menginginginkan agar anak-anaknya mengenyam pendidikan yang

lebih tinggi dibanding dirinya sebagai bagian dari upaya memperbaiki kualitas sumber daya

manusia keluarganya.

“mun bisa mah anak-anak kami bisa...... bisa sakola luhur ulah siga kami. Sanajan

bapakna ripuh oge keur kaperluan sakola anak mah kudu diusahakeun rek timana oge”.

“Kalau bisa naka-anak kami dapat.... dapat sekolah tinggi jangan seperti saya. Meskipun

dalam segi ekonomi kekurangan, untuk keperluan sekolah anak harus diusahakan dengan

sumber pembiayaannya dari mana saja”

Kutipan wawancara di atas menunjukan bahwa keinginan sebagian besar komunitas

nelayan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan pendidikan orang

tuanya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian nelayan tidak mendapatkan bantuan

pendidikan dalam bentuk Kartu Indonesia Pintar atau pun Kartu Lebak Pintar. Mereka

sangat mengharapkan jaminan pendidikan untuk membantu pembiayaan putera-puteri

mereka. Meski diakui oleh informan untuk menempuh pendidikan sampai tingkat SMP

tidak dikenakan biaya Sumbangan Pendanaan Pendidikan (SPP) namun mereka

memerlukan biaya tambahan untuk keperluan pembelian buku, biaya transportasi dan uang

jajan. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan sekolah sehari-hari rata-rata

mencapai 10.000 per orang. Biaya yang lebih besar dikeluarkan untuk keluarga nelayan

yang mengenyam pendidikan tingkat SMA, hal ini dikarenakan untuk keperluan biaya

angkutan perkotaan atau pun membeli bensin bagi mereka yang menggunakan motor.

Kodisi ini tentu perlu disikapi pemerintah daerah dengan memberikan bantuan pendidikan

bagi masyarakat nelayan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia keluarga

belayan. Hal ini sangat penting mengingat pendidikan untuk peningkatan kualitas sumber

daya manusia adalah salah satu faktor yang memiliki peran dalam meningkatkan

kesejahteraan nelayan (Natalia dan Alie, 2014; Hamdani, 2014).

Page 12: Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 80 memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling).

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....

90

4. Kemiskinan Ditinjau dari Akses Partisipasi Pembangunan

Adiwibowo (2000) dalam Karunia (2009) menyebutkan salah satu jenis kemiskinan

adalah kemiskinan partisipasi yang dicirikan dengan tidak ada akses dan kontrol atas

proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas. Partisipasi ini

ditunjukan dengan keikutsertaan mereka dalam proses perencanaan pembangunan dalam

lingkup pemerintahan desa. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, hanya satu

informan yang menyebutkan pernah diundang untuk ikut serta dalam kegiatan musrenbang

desa. Meski demikian keikut-sertaan informan dalam proses musrenbang desa tersebut

bukan dalam kapasitas mewakili kelompok nelayan melainkan karana kedudukan beliau

sebagai ketua RT di lingkungan tempat tinggalnya. Karena itu, isu yang diangkat pada

proses musrenbang desa lebih kepada permasalahan pembangunan di lingkungannya bukan

diarahkan pada perbaikan nasib nelayan.

Gambaran permasalahan sebagaimana disampaikan di atas menunjukan bahwa

komunitas nelayan desa Bayah Barat dalam wadah Himpunan Nelayan Bayah masih belum

diakui eksistensinya oleh pemerintah desa. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staf desa diperoleh informasi bahwa meski hampir seluruh anggota Himpunan Nelayan

Bayah secara administrasi kependudukan tercatat sebagai penduduk desa Bayah Barat

namun organisasi ini tidak mengkhususkan keanggotaan berdasarkan batas administrasi

kependudukan. Keanggotan Himpunan Nelayan Bayah lebih ditujukan berdasarkan batasan

teritori tempat sandar perahu dan tempat pelelangan hasil tangkapan. Hal yang sama juga

terkonfirmasi dari pernyataan ketua Himpunan Nelayan Bayah berikut ini:

“Himpunan Nelayan Bayah dibentuk bukan berdasarkan tempat tinggal nelayan, penduduk

mana saja asal dia menempatkan perahunya di pantai Bayah dan melakukan penjualan

ikan di Tempat Pelelangan Ikan Bayah, mereka boleh masuk sebagai anggota”.

Berdasarkan cuplikan wawancara di atas serta keterangan dari staf desa bayah barat dapat

disimpulkan bahwa Himpunan Nelayan Bayah belum diakui sebagai salah satu organisasi

kemasyarakatan yang ada di desa tersebut. Berdasarkan idikator partisipasi, maka

masyarakat nelayan desa Bayah Barat tergolong sebagai masyarakat miskin partisipasi. Hal

ini sangat disayangkan mengingat hampir seluruh anggota Himpunan Nelayan Bayah

merupakan warga yang berdomisili di Desa Bayah Barat.

Upaya Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan

Kehadiran industri semen di Kecamatan Bayah meski belum menunjukan

perubahan terhadap hasil tangkapan nelayan tetapi dirasakan telah membawa perubahan

kondisi sosial ekonomi masyarakat disana. Banyaknya pendatang yang masuk serta

perubahan ekologi karena berdirinya industri semen tentu memerlukan proses adaptasi

melalui perubahan program maupun kegiatan yang selama ini diarahkan kepada kelompok

tersebut. Banyaknya pendatang baru seharusnya dapat dimanfaatkan masyarakat Desa

Bayah Barat khususnya keluarga nelayan untuk melakukan diversifikasi usaha sebagai

bentuk adaptasi terhadap perubahan sosial ekonomi. Perubahan ekologis di kawasan pesisir

Desa Pulau Panjang, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan

Selatan disikapi nelayan setempat melalui penganekaragaman sumber pendapatan,

memanfaatkan hubungan sosial, memobilisasi anggota rumah tangga, melakukan

penganekaragaman alat tangkap, dan melakukan perubahan daerah penangkapan (Helmi

dan Satria,2012).

Page 13: Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 80 memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling).

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....

91

Proses adaptasi sebagaimana yang diungkapkan oleh Helmi dan Satria (2012)

seperti penganekaragaman sumber pendapatan dan mobilisasi anggota keluarga dapat

dilakukan melalui usaha pengolahan hasil perikanan. Pada saat proses Focused Group

Discussion (FGD), umumnya nelayan menginginkan usaha rumahan untuk pengolahan

produk perikanan berupa pembuatan ikan asin, pengolahan abon ikan. Menurut penuturan

mereka, pernah beberapa kali Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Lebak memberikan

sosialisasi tentang bagaimana meningkatkan nilai jual produk perikanan, namun sangat

disayangkan kegiatan ini tidak ditindakjuti dengan bantuan permodalan dan tindak lanjut

agar produk yang dihasilkan secara kontinyu dapat diterima oleh pasar.

Hal lainnya yang harus dilakukan adalah bagaimana memanfaatkan hubungan sosial

yang ada dalam komunitas nelayan yang berdomisili di Desa Bayah untuk turut serta dan

menjadi bagian dalam proses penyusunan rencana pembangunan di desanya. Pemerintah

desa Bayah Barat harus melibatkan Himpunan Nelayan Bayah dalam penyusunan rencana

kerja tahunan atau pun rencana strategis pembangunan desa dalam bentuk kegiatan

musrenbang desa. Hal ini dimaksudkan agar program kerja pemberdayaan masyarakat nelayan desa Bayah Barat menjadi bagian dari kegiatan desa dan lahir dari usulan

masyarakat.

Keikutsertaan perwakilan masyarakat nelayan dalam penyusunan rencana

pembangunan desa juga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan permasalahan kolektif

nelayan. Kurangnya akses masyarakat nelayan akan fasilitas pendidikan dan kesehatan

berupa ketiadaan kartu Indonesia Sehat dan Indonesia Pintar atau pun kartu Lebak Sehat

dan Lebak Pintar harus disampaikan secara kolektif agar memiliki posisi tawar yang lebih

kuat. Adanya saluran aspirasi dan control atas proses pengambilan keputusan yang

menyangkut nasib diri dan komunitas merupakan salah satu upaya meminimalisir

kemiskinan dalam komunitas tertentu (Adiwibowo dalam Karunia, 2009).

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

1. Keberadaan industri semen belum berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan di desa

Bayah Barat. Pengaruh keberadaan industri semen hanya menyebabkan berpindahnya

area tempat menangkap ikan (fishing area) ke tempat yang lebih jauh dan kekhawatiran

nelayan karena lalu lintas kapal tongkang yang membawa bahan baku maupun hasil

produksi pabrik semen.

2. Meski hasilnya fluktuatif, pendapatan yang diperoleh nelayan desa Bayah Barat dari

kegiatan melaut pada umumnya dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok

mereka. Meski demikian ditemukan perilaku hidup yang salah seperti merokok minimal

dua bungkus perhari, kebiasaan menghabiskan waktu diwarung kopi serta meminum

minuman dengan tujuan menghilangkan mabuk laut membuat besarnya baiaya hidup

nelayan.

3. Ditinjau dari aspek pemenuhan kesehatan, umumnya nelayan desa Bayah Barat belum

memiliki kartu Jaminan Kesehatan baik Kartu Lebak Sehat maupun kartu Indonesia

Sehat. Selain itu masyarakat nelayan di Desa Bayah Barat kurang memahami tentang

sanitasi lingkungan.

4. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar nelayan tidak mendapatkan bantuan

pendidikan dalam bentuk Kartu Indonesia Pintar atau pun Kartu Lebak Pintar. Meski

Page 14: Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 80 memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling).

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....

92

diakui oleh informan untuk menempuh pendidikan sampai tingkat SMP tidak dikenakan

biaya Sumbangan Pendanaan Pendidikan (SPP) namun mereka memerlukan biaya

tambahan untuk keperluan pembelian buku, biaya transportasi dan uang jajan.

5. Masyarakat nelayan desa Bayah Barat belum memiliki saluran aspirasi dan control atas

proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas. Hal ini

disebabkan karena dalam setiap kegiatan penyusunan perencanaan pembangunan desa,

perwakilan kelompok nelayan tidak pernah diikutsertakan.

Rekomendasi

1. Perlu dilakukan pendekatan persuasif dari tokoh masyarakat dan agama agar nelayan

mau merubah pola hidup kosumtif dan meminimalisir kegiatan yang banyak

menghabiskan uang selain untuk pemenuhan kebutuhan pokok.

2. Pemerintah desa agar membantu fasilitasi pengusulan bantuan jaminan pendidikan dan

kesehatan bagi kelompok nelayan desa Bayah Barat. Selain itu pemerintah desa perlu

mengikutsertakan perwakilan nelayan dalam kegiatan penyusunan perencanaan pembangunan desa.

3. Pemerintah daerah perlu memfasilitasi kegiatan pelatihan yang ditujukan untuk

peningkatan nilai tambah produk perikanan dan upaya diversifikasi usaha.

DAFTAR PUSTAKA Abidin, Said Z. 2008. Strategi Kebijakan Dalam Pembangunan dan Ekonomi Politik. Penerbit

Suara Bebas.

Agus Triyono. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Buang Air Besar

Masyarakat Nelayan Di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir Kabupaten

Tangerang Propinsi Banten. Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3, September 2014

Fikes – Universitas Esa Unggul, Jakarta.

Alfian Helmi dan Arif Satria. 2012. Strategi Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan

Ekologis. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 16, No. 1, Juli 2012: 68-78.

Alifyani Gunarti. 2008. Perilaku Masyarakat Nelayan Terhadap Kebersihan Lingkungan

Pantai di Daerah Pesisir Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan. Skripsi (Sarjana),

Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang.

Ambariyanto dan N.S, Denny. 2012. Kajian Pembanguanna Desa Pesisir Tangguh di Kota

Semarang, Jurnal Riptek, Vol. 6, No. II.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak. Statistik Daerah Kecamatan Bayah 2014.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak. Kecamatan Bayah Dalam Angka 2015.

Desa Bayah Barat. 2015. Profil Desa 2015.

Kusnadi. (2002). Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora

Utama Press.

Haris Hamdani. 2013. Faktor Penyebab Kemiskinan Nelayan Tradisional. Artikel Ilmiah

Hasil Penelitian Mahasiswa. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Jember (UNEJ).

Mita Natalia dan Muhammad Mukti Alie. 2014. Kajian Kemiskinan Pesisir Di Kota

Semarang (Studi Kasus: Kampung Nelayan Tambak Lorok). Jurnal Teknik PWK

Universitas Dipenogoro. Volume 3 Nomor 1 2014 Online: Http://Ejournal-

S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Pwk.

Page 15: Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan Desa Bayah ... · Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan..... 80 memiliki pengalaman dan terkait dengan permasalahan (purposive sampling).

Identifikasi Kemiskinan Masyarakat Nelayan.....

93

Nendah Kurniasari dan Elly Reswati. 2011. Memaknai Program Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Pesisir. Buletin Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 6 No. 1, 2011, hal.

1-13.

R.Luki Karunia. 2009. Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Kabupaten

Administrasi Kepulauan Seribu. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian

Bogor.

Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Slamet Rosyadi dan Erwin Riyanto Ardhi. 2012. Kolaborasi Dalam Pengelolaan Sumber

Daya Perairan: Kasus Aksi Kolektif Antara Industri Dan Nelayan Tradisional Di

Sungai Donan Cilacap. Prosiding Seminar Nasional ”Pengembangan Sumber Daya

Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II” Purwokerto, 27-28 Nopember 2012.

Sadono Sukirno. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit

Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Administrasi, Bandung; Alfabeta.

Widodo Erna dan Mukhtar. 2000. Konstruksi Ke Arah Penelitian Deskriptif, Yogyakarta: Avirouz.