IDENTIFIKASI KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM … KEJADIAN KEMATIAN... · pertahun. Di dunia...

74
IDENTIFIKASI KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM (KJDR) DI RSU DEWI SARTIKA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Diploma III Di Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan OLEH: SRY AYU PERDANA NIM. P00324014032 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PRODI D III KEBIDANAN TAHUN 2017

Transcript of IDENTIFIKASI KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM … KEJADIAN KEMATIAN... · pertahun. Di dunia...

i

i

IDENTIFIKASI KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM(KJDR) DI RSU DEWI SARTIKA KOTA KENDARI

PROVINSI SULAWESI TENGGARATAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam MenyelesaikanPendidikan pada Diploma III Di Politeknik Kesehatan Kendari

Jurusan Kebidanan

OLEH:

SRY AYU PERDANANIM. P00324014032

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEBIDANANPRODI D III KEBIDANAN

TAHUN 2017

ii

iii

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

limpahan berkat rahmat dan hidayah-Nya lah, sehingga karya tulis ilmiah

ini dapat terselesaikan dengan judul “ Identifikasi Kejadian Kematian janin

dalam rahim (KJDR) Di Rumah Sakit Dewi Sartika kota Kendari Provinsi

Sulawesi Tenggara tahun 2016”. Penulis sadar dan mengakui

sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak terdapat

kekeliruan, kesalahan dan kekurangan walaupun penulis telah berupaya

semaksimal mungkin. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan

saran kritikan yang sifatnya membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini,

tidak akan terlaksana dan berjalan dengan baik tanpa bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih setinggi-tingginya kepada Ibu Aswita, S. Si. T, MPH selaku

pembimbing I dan Ibu Heyrani, S. Si. T, M. Kes selaku pembimbing II yang

telah meluangkan waktu dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan

tanggung jawab guna memberikan bimbingan serta petunjuk kepada

penulis dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini hingga dapat

terselesaikan.

v

Begitu pula dengan berbagai pihak yang telah membantu proses

penyelesaian karya tulis ilmiah ini, baik secara langsung maupun tidak

langsung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Kendari.

2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes selaku selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Kendari.

3. Bapak dr. H. Muh. Rinvil Amiruddin, M. Kes selaku Direktur Rumah

Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari dan staf yang telah

membantu dalam memberikan informasi.

4. Ayahanda Jabarullah, S. Si dan Ibunda Ratna. H yang saya sayangi

dan hormati serta saudaraku-saudaraku ( Dwy Shelvi Perdana dan

Muh. Adam Ibrahim ) dan seluruh keluarga yang memberikan

bantuan materi maupun moril serta dukungan selama penulis

mengikuti pendidikan di Poltekkes Kemenkes Kendari.

5. Seluruh dosen pengajar dan staf Poltekkes Kemenkes Kendari

khususnya Jurusan Kebidanan .

6. Sahabat saya (Mimi, Gadis, Kakak, Mae, Piho, Mami, Eva) dan

rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari angkatan

2014.

Akhir kata, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua

khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian

vi

selanjutnya di Poltekkes Kemenkes Kendari Khususnya Jurusan

Kebidanan serta mendapat ridho dari Allah SWT, Amin.

Kendari, Mei 2017

Penulis

vii

BIODATA PENULIS

A. Identitas

1. Nama : Sry Ayu Perdana

2. Tempat tanggal lahir : Kendari, 08 Oktober 1997

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia

6. Alamat : Desa Atowatu Kec. Soropia Kab.

Konawe

B. Pendidikan

1. SDN 1 Toronipa, Kabupaten Konawe tamat tahun 2008

2. SMPN 1 Bungku Tengah, Kabupaten Morowali tamat tahun

2011.

3. Madrasah Aliyah Bahrul Mubarak Toronipa, Kabupaten Konawe

tamat tahun 2014

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan, masuk tahun

2014 sampai dengan sekarang

viii

INTISARI

IDENTIFIKASI KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM (KJDR) DI RSU DEWISARTIKA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

Sry Ayu Perdana1, Aswita, S.Si.T, MPH2, Heyrani, S.Si.T, M.Kes3

Latar BelakangKematian janin dalam rahim (KJDR) adalah janin yang mati dalam rahim denganberat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim padakehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir darigangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi. Angka kejadian KJDR diIndonesia masih tinggi bila dibandingkan Negara di Asia Tenggara sepertiSingapura (26,3%), Indonesia (25,2%), Thailand (21,1%), dan Malaysia (10,5%).Tujuan PenelitianUntuk mengidentifikasi kejadian KJDR di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika kotaKendari tahun 2016Metode PenelitianPenelitian deskriptif dengan populasi 57 ibu yang mengalami di RSU DewiSartika. Sampel penelitian ini diambil dengan cara total sampling yaitu sebanyak57 ibu. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder.Hasil PenelitianIbu yang mengalami KJDR dengan preeklampsia yaitu 52,63% dan yang tidakmengalami preeklampsia yaitu 47, 36%. Umur kehamilan 2028 minggu yaitu 56,14% dan umur kehamilan >28 minggu 43, 85%. Yang mengalami Pertumbuhanjanin terhambat (PJT) 45, 61% dan yang tidak mengalami PJT 54, 38%.

Kata Kunci : KJDR, Preeklampsia, Umur Kehamilan, PJTDaftar Pustaka : 20 (2005-2016)

1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari jurusan Kebidanan2. Dosen pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan3. Dosen pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................ iii

DAFTAR ISI ...................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ......................................................... 5

E. Keaslian Penelitian......................................................... . 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang IUFD................................................... 7

B. Tinjauan tentang variabel penelitian ............................... 19

C. Landasan Teori .............................................................. 31

D. Kerangka Konsep .......................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian .............................................................. 34

B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................ 34

C. Populasi dan Sampel ..................................................... 34

D. Variabel Penelitian .......................................................... 35

E. Definisi Operasional........................................................ 35

F. Instrumen Penelitian ...................................................... 36

G. Pengumpulan Data ........................................................ 37

x

H. Pengolahan Data ............................................................ 37

I. Analisa Data.................................................................... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.. .............................. 42B. Hasil Penelitian ................................................................ 46C. Pembahasan.................................................................... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................... 54B. Saran ............................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian janin dalam rahim (KJDR) adalah janin yang mati

dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau

kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan

janin, gawat janin, atau infeksi (Winkjosastro. H, 2009).

Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO)

diseluruh dunia, terdapat kematian bayi sebesar 10.000.000 jiwa

pertahun. Di dunia diperkirakan hampir 3,3 juta kematian perinatal,

dan lebih dari 4 juta lainnya mati dalam 28 hari pertama

kehidupannya, jumlah terbesar kematian perinatal terjadi di Asia

Tenggara yaitu 2,7 juta bayi lahir mati. Badan pusat statistik

kesehatan nasional tahun 2003 menunjukkan di Amerika Serikat

frekuensi KJDR sebesar 6,9 per 1000 kelahiran (Novita, 2008).

Janin saat ini dipandang sebagai pasien yang menghadapi

resiko mortalitas dan mordibitas yang cukup serius. Secara faktor

maternal (5,1%). Resiko tingginya angka kematian yang berkaitan

dengan faktor maternal kebanyakan berupa jarak 15 bulan

kehamilan dari persalinan terakhir dan usia ibu hamil diatas 40

tahun.

2

Sedangkan tiga besar penyebab kematian perinatal secara

umum masih belum bergeser dari pola lama yaitu KJDR (31,3%),

asfiksia atau gangguan pernafasan (20,4%) dan prematur (18,7)

(Winkjosastro. H, 2009).

Kematian maternal dan perinatal merupakan masalah besar,

khususnya di negara berkembang sekitar 98%-99%, sedangkan

negara maju hanya 1%-2%. Menurut laporan WHO tahun 2000

kematian perinatal adalah 400/100.000 orang atau sekitar 200.000

orang pertahun sehingga kematian perinatal terjadi 1,2-1,5 menit.

Kematian perinatal di Indonesia adalah yang tertinggi diantara

negara-negara Association South of East Nation (ASEAN)

kejadiannya sekitar 15 kali di Malaysia. Salah satu jenis kematian

perinatal adalah KJDR (Manuaba. IBG, 2007).

KJDR termasuk dalam masalah perinatal yang merupakan

salah satu indikator kesehatan, sehingga hal ini sangat sensitif

karena berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin.

Indonesia, diantara negara ASEAN merupakan negara

dengan angka kematian perinatal tertinggi, yang berarti

kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih

memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih

bermutu. Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap

tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa kematian

bayi terjadi setiap 25-26 menit sekali. Berdasarkan Survei

3

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 angka

kematian bayi mencapai 32/1000 kelahiran hidup. Target Millenium

Development Goals (MDG’s) tahun 2015 kematian bayi menurun

23/ 1000 kelahiran hidup.

Angka kejadian KJDR di Indonesia masih tinggi bila

dibandingkan Negara di Asia Tenggara seperti Singapura (26,3%),

Indonesia (25,2%), Thailand (21,1%), dan Malaysia (10,5%).

Angka kematian bayi di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra)

pada tahun 2015 dilaporkan menjadi 872 kasus. Kota Kendari

sendiri sebanyak 22 kasus. Jumlah kejadian KJDR pada tahun

2011-2012 pada RSU Bahteramas provinsi Sulawesi Tenggara

sebanyak 166 kasus. Jumlah semua ibu bersalin fisiologi dan

Sectio caesarea (SC) tahun 2015 berjumlah 430 dari 31 kasus

KJDR (7,20%) dan pada tahun 2016 berjumlah 1422 dari 26 kasus

KJDR (1,82%) di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi Sulawesi

Tenggara tahun 2016.

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana

mengidentifikasi kejadian KJDR di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika tahun 2016 ?

4

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi kejadian KJDR di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika kota Kendari tahun 2016

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kejadian KJDR dengan pereklampsia di

RSU Dewi Sartika kota Kendari tahun 2016

b. Mengidentifikasi kejadian KJDR dengan umur kehamilan di

RSU Dewi Sartika kota Kendari tahun 2016

c. Mengidentifikasi kejadian KJDR dengan Pertumbuhan janin

terhambat (PJT) di RSU Dewi Sartika kota Kendari tahun

2016

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini sebagai data dasar dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan

penulis mengenai kejadian KJDR.

2. Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat di jadikan latihan

dan referensi kepustakaan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan.

5

3. Bagi Kesehatan

Sebagai masukan terhadap petugas kesehatan agar

dapat memberikan pelayanan dan konseling yang terbaik

khususnya tentang KJDR.

E. Keaslian Penelitian

1. WD Hasriati dengan judul Identifikasi faktor-faktor resiko

terjadinya Kematian janin dalam rahim (KJDR) pada ibu bersalin

di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013.

Variabel bebas umur, paritas, dan pekerjaan serta variabel

terikat yaitu faktor-faktor penyebab terjadinya KJDR.

2. Novita Rantelino dengan judul Gambaran Umum Tentang

Kematian janin dalam rahim (KJDR) di RSUD Lakipadada

Tahun 2008. Variabel bebas umur ibu, paritas dan pendidikan

dan variabel terikat yaitu KJDR.

3. Perbedaan dari kedua penelitian di atas dengan penelitian ini

yaitu variabel penelitian. Proposal ini mengambil variabel

penelitian preeklampsia, umur kehamilan, dan Pertumbuhan

janin terhambat (PJT) sebagai variabel bebas dan variabel

terikat yaitu kejadian KJDR.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR)

1. Pengertian KJDR

Kematian janin dalam rahim (KJDR) adalah janin yang

mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau

kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau

lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan

pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi (Winkjosastro. H,

2009).

KJDR adalah kematian intra uterine sebelum seluruh

produksi konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak diakibatkan

oleh abortus terapeutik atau kematian janin juga disebut

kematian intra uterine dan mengakibatkan kelahiran mati

(Saifuddin, A.B, 2007).

Kematian janin dianggap jika terjadi pada janin yang

telah berumur 20 minggu atau lebih, dan bila terjadi pada umur

di bawah umur 20 minggu disebut abortus. Sedangkan World

Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa yang

dinamakan kematian janin adalah kematian yang terjadi bila

umur janin 20 minggu dan berat janin waktu lahir diatas 500

gram.

6

7

Menurut United States National Center for Health

Statistic Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:

(Winknjosastro. H, 2009).

a. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai

20 minggu penuh (early fetal death).

b. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu

(intermediate fetal death).

c. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan >28

minggu (late fetal death).

d. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada

ketiga golongan di atas.

2. Diagnosis KJDR

Pada anamnesis ibu hamil tidak merasakan ada

pergerakan janin dan hilangnya tanda-tanda dan gejala

kehamilan. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda

pertumbuhan uterus, pada pemeriksaan laboratorium terdapat

penurunan kadar serial β-Hcg, pada pemeriksaan x-ray

ditemukan Spalding sign dan Robert’s sign, dan pada

pemeriksaan Ultrasonografi (USG) ditemukan jelas keadaan

janin mati intra uterin.

a. Kriteria Diagnosa

1) Rahim Ibu hamil tersebut tidak bertambah besar lagi,

bahkan semakin kecil.

8

2) Tidak lagi dirasakan gerakan janin

3) Reaksi kehamilan : reaksi kehamilan baru negative

setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.

4) Rontgen foto abdomen :

a) Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh

darah besar janin.

b) Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang

belakang janin

c) Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang

leher janin

d) Tanda Spalding : overlapping tulang-tulang kepada

(Sutura) janin.

e) Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak

f) Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda

padat.

5) USG : tidak terlihat denyut jantung janin dan

gerakan- gerakan janin.

b. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar

fibrinogen

c. Gambaran klinik KJDR secara klinis sebagai berikut :

1) Pertumbuhan janin berkurang, bahkan janin mengecil

sehingga tinggi fundus uteri menurun.

9

2) Bunyi jantung tidak terdengar dengan menggunakan alat

pendengar misalnya stetoskop dan Doppler

3) Tidak adanya gerakan janin yang dirasakan oleh ibu

4) Berat badan ibu menurun

5) Tulang kepala kolaps

6) USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik

untuk memastikan kematian janin dimana gambarnya

menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan.

7) Bila pemeriksaan radiologi dilakukan 5 hari setelah

kematian janin adalah tampak gambaran sebagai berikut:

a) Tulang kepala janin tumpang tindih satu sama lain

b) Tulang belakang mengalami hiperfleksi

c) Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh

darah.

d) Oedema disekitar tulang kepala

e) Pemeriksaan Human Chorionic Gonadotropin (HCG)

urin menjadi negative, hasil ini terjadi beberapa hari

setelah kematian janin.

3. Etiologi KJDR

Penyebab dari KJDR seringkali dipicu oleh

Ketidakcocokan rhesus darah ibu dan janin, penyakit kelainan

darah gerakan janin yang terlalu aktif, penyakit pada ibu,

kelainan kromosom, trauma saat hamil, infeksi pada ibu,

10

kelainan bawaan janin, perdarahan antepartum seperti plasenta

previa dan solusio plasenta, penyakit saluran kencing, penyakit

endokrin, preeklampsia dan eklampsia, penyakit infeksi dan

menular, malnutrisi, dll. Pada 25-60 % kasus penyebab

kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan

oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.

a. Faktor Maternal

1) Ketidakcocokan rhesus darah Ibu dengan janin

Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif,

sementara bapak rhesus positif. Anak akan mengikuti

yang dominan, menjadi rhesus positif.akibatnya ibu dan

anak mengalami ketidakcocokan rhesus.

2) Berbagai penyakit pada ibu hamil (hipertensi,

preeklampsia, eklampsia, diabetes melitus tidak

terkontrol, lupus eritematosus sistemik)

3) Hemoglobinopati

Gangguan herediter yang ditandai dengan adanya

kelainan struktur Hb akibat mutasi gen

4) Umur kehamilan

Umur kehamilan ibu umumnya berlangsung 40 minggu

atau 280 hari. Umur kehamilan ibu adalah batas waktu

ibu mengandung, yang dihitung mulai dari hari pertama

haid terakhir (HPHT).

11

5) Rupture uteri

Adanya ruptura uteri ini secara otomatis akan

mengakibatkan adanya perdarahan mendadak pada ibu

dan trans- plasenta, sehingga berakibat pada perdarahan

janin yang masif dan kematian janin

6) Infeksi pada ibu hamil

Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagi infeksi, seperti

infeksi berbagai bakteri maupun virus. Demam tinggi

pada ibu hamil bisa menyebabkan janin mati.

7) Antifosfolipid sindrome

Gangguan sistempebekuan darah yang dapat

menyebabkan keguguran bahkan KJDR.

8) Kematian Ibu

b. Faktor Janin

1) Kelainan genetik

Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya kelainan genetik

berat trisomi. Kematian janin akibat kelainan genetik

biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi,

yaitu autopsi bayi.

2) Kelainan bawaan bayi

Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau

paru-paru, bisa mengakibatkan KJDR.

3) Kehamilan Kembar

12

4) Pertumbuhan janin terhambat (PJT)

Pertumbuhan janin sangat tergantung pada kualitas dan

letak placenta, yang memberikan suplai oksigen dan

nutrisi dari ibu ke janin. Gangguan pada fungsi dan letak

placenta, akan berpengaruh pada KJDR.

5) Infeksi

Infeksi mempunyai efek langsung maupun tidak langsung

terhadap janin. Efek tidak langsung timbul karena

mengurangi oksigen darah ke plasenta, efek langsung

tergantung kepada kemampuan organisme penyebab

menembus plasenta dan menginfeksi janin, sehingga

dapat mengakibatkan kematian janin.

c. Faktor Plasenta

1) Kelainan tali pusat

Pada umumnya tali pusat mempunyai panjang sekitar 55

cm. Tali pusat yang terlalu panjang dapat menimbulkan

lilitan pada leher janin, sehingga mengganggu aliran

darah ke jantung dan menimbulkan asfiksia sampai

kematian janin dalam kandungan. Tali pusat yang

panjang berbahaya karena dapat menyebabkan tali pusat

menumbung, atau tali pusat terkemuka.

13

2) Solusio plasenta

Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta

yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya

sebelum janin lahir. Solusio plasenta dapat terjadi akibat

turunnya darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri

yang menuju ke ruang intervirale maka terjadilah

anoksemia dari jaringan bagian distalnya.

3) Ketuban pecah dini (KPD)

Ketuban pecah dini yaitu pecahnya ketuban sebelum

terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam

sebelum dimulainya tanda persalinan. Makin lama

periode laten makin besar kemungkinan infeksi dalam

rahim, persalinan prematuritas, dan selanjutnya

meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan

bayi atau janin dalam rahim

4) Vasa Previa

Bahaya insersi velamentosa bila terjadi vasa previa, yaitu

pembuluh darahnya melintasi kanalis servikalis, sehingga

saat ketuban pecah pembuluh darah yang berasal dari

janin ikut pecah. Kematian janin akibat pecahnya vasa

previa mencapai 60%-70% terutama bila pembukaan

masih kecil karena kesempatan seksio sesaria terbatas

dengan waktu.

14

d. Faktor Resiko

1) Status sosial ekonomi rendah

2) Tingkat pendidikan ibu yang rendah

3) Paritas pertama dan paritas kelima atau lebih

4) Kehamilan tanpa pengawasan antenatal

5) Kehamilan tanpa riwayat pengawasan kesehatan ibu

yang adekuat

6) Riwayat kehamilan dengan komplikasi medik atau

obstetrik.

4. Epidemiologi KJDR

Janin saat ini dipandang sebagai pasien yang

menghadapi resiko mortalitas dan morbiditas yang cukup serius.

Secara epidemiologi, angka kejadian kematian janin di seluruh

dunia diperkirakan mencapai rentang 2,14 – 3,82 juta jiwa.

Angka ini mengalami penurunan pada tahun 2009, yaitu

sejumlah 14,5%. Kisaran angka tersebut adalah 18,9 lahir mati

per 1000 kelahiran (Mac Dorman, 2009).

Pada tahun 2009, jumlah global diperkirakan saat

dilahirkan adalah 2,64 juta (berkisar ketidakpastian, 2,14-3.82

juta). Tingkat kelahiran mati di seluruh dunia menurun 14,5%

dari 22,1 bayi lahir mati per 1000 kelahiran pada tahun 1995-

18,9 lahir mati per 1000 kelahiran pada tahun 2009 (Mac

Dorman, 2009).

15

Kondisi kesehatan janin memiliki kontribusi tertinggi

dalam mengakibatkan mortalitas perinatal (39%) dibandingkan

dengan faktor maternal (5,1%). Resiko tingginya angka

kematian yang berkaitan dengan faktor maternal kebanyakan

berupa jarak 15 bulan kehamilan dari persalinan terakhir dan

umur ibu hamil di atas 40 tahun.

5. Patogenitas, Patofisiologi dan Tanda Gejala KJDR

Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah

perubahan- perubahan sebagai berikut :

a. Rigor mostis (tegang mati)

Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.

b. Stadium maserasi I

Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih

tapi kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung 48

jam setelah mati.

c. Stadium maserasi II

Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi

merah coklat, stadium ini berlangsung 48 jam setelah anak

mati.

d. Stadium maserasi III

Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin

sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar

dan terdapat oedema dibawah kulit.

16

Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan

pertumbuhan janin, gawat janin atau kelainan bawaan atau

akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga

tidak diobati.

6. Komplikasi KJDR

Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta

menjadi rusak. Plasenta yang rusak akan menghasilkan

tromboplastin. Tromboplastin masuk ke dalam peredaran darah

ibu yang mengakibatkan pembekuan intravaskuler yang dimulai

dari endotel pembuluh darah oleh trombosit sehingga terjadi

pembekuan darah yang meluas Disseminated intravascular

coagulation (DIC). Dampak dari adanya DIC tersebut adalah

terjadinya hipofibrinogenemia. Hipofibrinogenemia (kadar

fibrinogen < 100 mg%), biasa pada 4-5 minggu sesudah KJDR.

Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700

mg%. Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi

perdarahan post partum. Perdarahan post partum biasanya

berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati.

Selain dari komplikasi fisik yang serius pada ibu, dampak

secara kejiwaan pun dapat terjadi. Dampak psikologis dapat

timbul pada ibu setelah lebih dari 2 minggu kematian janin yang

dikandungnya.

17

Hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan jiwa ibu.

Faktor resiko terjadinya depresi pada ibu hingga psikosis dapat

terjadi (Rahayu, 2008).

7. Penatalaksanaan KJDR

a. Terapi

1) Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami

syok dan ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah

meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai

motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam

menerima segala kemungkinan yang ada.

2) Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi

dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan

rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya

melakukan rujukan.

3) Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi

penelitian oleh Radestad, et al (1996) memperlihatkan

bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin

setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan

hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam

sebelum permulaan persalinan dengan gejala

kecemasan. Maka sering dilakukan terminasi kehamilan.

18

a) Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih

dari 12 minggu kehamilan.

Persiapan :

i. Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%,

tekanan darah baik.

ii. Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:

pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu

pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu

protombin.

Tindakan:

i) Kuretase vakum

ii) Kuretase tajam

iii) Dilatasi dan kuretase tajam

b) Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari

12 minggu sampai 20 minggu

Misoprostol 200 mg intravaginal, yang dapat

diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.

Pemasangan batang laminaria 12 jam

sebelumnya.

Kombinasi pematangan batang laminaria

dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10

IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per

menit sampai maksimal 60 tetes per menit.

19

Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat

jaringan.

c) Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 – 28

minggu.

i. Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat

diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.

ii. Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.

iii. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose

5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60

tetes per menit.

iv. Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin

hidup maupun janin mati.

v. Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin

mati.

Catatan: dilakukakan histerektomi bila upaya

melahirkan pervaginam dianggap tidak berhasil

atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan

konsulen.

d) Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 28 minggu

kehamilan

i. Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat

diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.

20

ii. Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum

induksi untuk pematangan serviks (tidak efektif

bila dilakukan pada Ketuban pecah dini (KPD) ).

iii. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose

5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60

tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk

grande multigravida sebanyak 2 labu.

iv. Kombinasi ketiga cara diatas.

Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan

pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan

indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan

persalinan.

4) Periksa ulangan (follow up)

Dilakukan kunjungan rumah pada hari ke 2, 6, 14,

atau 40 hari. Dilakukan pemeriksaan nifas seperti biasa.

Mengkaji ulang tentang keadaan psikologis, keadaan

laktasi (penghentian ASI), dan penggunaan alat

kontrasepsi.

Kematian janin adalah suatu kejadian traumatik

psikologik bagi wanita dan keluarganya. Radestat, et al

mendapatkan bahwa interval yang lebih dari 24 jam sejak

diagnosa kematian janin sampai induksi persalinan berkaitan

dengan ansietas berlebihan. Faktor lain yang berperan adalah

21

apabila wanita yang bersangkutan tidak melihat bayinya selama

yang dia inginkan dan apabila dia tidak memiliki barang

kenangan dapat timbul kecemasan pada ibu sampai gejala

depresi dan gejala somatisasi yang dapat bertahan sampai lebih

dari 6 bulan. Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi

meninggal, telah lama dianggap memiliki resiko yang lebih

besar mengalami gangguan hasil kehamilan pada kehamilan

berikutnya.

Kematian janin sebelumnya dapat menyebabkan

gangguan hasil pada kehamilan berikutnya. Evaluasi perinatal

penting dilakukan untuk memastikan penyebab. Apabila

penyebab lahir mati terdahulu adalah kelainan karyotipe atau

sebab poligenik, pengambilan sampel villus khorionik atau

amniosintesis dapat mempermudah deteksi dini dan

memungkinkan dipertimbangkannya terminasi kehamilan.

Pada diabetes, cukup banyak kematian perinatal yang

berkaitan dengan kelainan kongenital. Pengendalian glikemik

intensif pada periode perikonsepsi dilaporkan menurunkan

insiden malformasi dan secara umum memperbaiki hasil (Silver,

2007).

8. Pencegahan KJDR

Beberapa pencegahan yang dianjurkan dari beberapa

pustaka yang ada antara lain sebagai berikut (Silver, 2007) :

22

a. Memberikan nasehat pada waktu pemeriksaan kehamilan

mengenai nutrisi dan keseimbangan diet makanan.

b. Hindari merokok, tidak meminum minuman beralkohol, jamu,

obat-obatan dan hati-hati terhadap infeksi yang berbahaya.

c. Mendeteksi secara dini faktor-faktor predisposisi KJDR dan

pemberian pengobatan.

d. Mendeteksi gejala awal KJDR atau tanda fetal distres.

e. Diberlakukannya tindakan terminasi kehamilan.

B. Tinjauan tentang Variabel Penelitiian

1. Preeklampsia

Preeklampsi dalam kehamilan adalah apabila ditemukan

tekanan darah diatas normal setelah kehamilan 20 minggu

(akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih

awal terjadi. Preeklampsia adalah salah satu kasus gangguan

kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu dan janin.

Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan

masa nifas yang berdampak pada ibu dan bayi.

Hipertensi dalam kehamilan terbagi menjadi tiga jenis

yaitu hipertensi gestasional, pre-eklampsia, dan eklampsia.

Ketiga jenis hipertensi kehamilan ini merupakan bagian yang

berurutan, sesuai dengan tingkat keparahan.

Hipertensi gestasional merupakan peningkatan tekanan

darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali

23

selama kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria.

Hipertensi gestasional yang memberat akan menyebabkan

terjadinya pre-eklampsia. Pre-eklampsia adalah sindrom

spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat

vasospasme dan aktivasi endotel disertai dengan adanya

kombinasi antara hipertensi dan proteinuria yang nyata selama

kehamilan. Bila pre-eklampsia tidak segera ditangani dengan

baik, akan menimbulkan stadium pre-eklampsia berat yang

akhirnya mengakibatkan eklampsia.

Hipertensi kehamilan sejatinya mengakibatkan

vasospasme dan iskemia dalam pembuluh darah ibu. Pada

hipertensi gestasional, terjadi peningkatan curah jantung yang

bermakna. Hal ini mengakibatkan adanya peningkatan

afterload jantung. Hal ini akan semakin parah bila mencapai

tahap pre-eklampsia, dimana terjadi peningkatan resistensi

perifer akibat vasospasme yang berlebihan dan berakibat pada

penurunan mencolok curah jantung. Bila keadaan ini terus

dibiarkan, maka akan mengganggu perfusi utero-plasenta dan

mengakibatkan hipoksia janin. Hal ini akan berakibat pada

kematian janin (Utama, 2008).

Gejala dan tanda untuk masing-masing tipe hipertensi

kehamilan hampir mempunyai gambaran yang sama, terutama

pada keluhan nyeri kepala dan epigastrium. Pada hipertensi

24

gestasional, dapat dikenali adanya nyeri kepala, nyeri

epigastrium, dan peningkatan tekanan darah yang nyata. Pre-

eklampsia berat ditegakkan dengan adanya ekskresi protein

urin dalam 24 jam sebesar 2 gram atau lebih, dan proteinuria

2+ atau lebih yang menetap. Sedangkan pre-eklampsia ringan

ditemukan proteinuria 1+ atau tidak ada sama sekali, dan

merupakan kelanjutan dari hipertensi gestasional (Utama,

2008).

Oleh karena itu, pada preeklampsia, pembedaan antara

pre-eklampsia ringan dengan preeklampsia berat adalah

sesuatu yang sangat vital karena berhubungan dengan tekanan

onkotik dan volume cairan tubuh yang terganggu (POGI, 2006).

2. Umur kehamilan

Umur kehamilan ibu umumnya berlangsung 40 minggu

atau 280 hari. Umur kehamilan ibu adalah batas waktu ibu

mengandung, yang dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir

(HPHT).

Penggolongan umur kehamilan ibu :

a. Kehamilan preterm ialah umur kehamilan ibu antara 20-37

minggu dihitung dari HPHT

b. Kehamilan aterm ialah umur kehamilan ibu antar 38-42

minggu

25

c. Kehamilan postterm ialah kehamilan serotinus kehamilan

atau kehamilan ibu >42 minggu atau 294 hari.

Salah satu penyebab dari IUFD dari faktor maternal

adalah kehamilan post term ( ≥ 42 minggu). Karena pada umur

kehamilan post term menimbulkan masalah perinatal yang

berkaitan dengan fungsi plasenta yang mulai menurun setelah

42 minggu sehingga mengakibatkan transportasi oksigen dari

ibu ke janin terganggu dan terjadi peningkatan gawat janin

bahkan kematian janin dalam rahim . Fungsi plasenta mencapai

puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai

menurun terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan

dengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen.

Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler

sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika

demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara

diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal

kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.

Menurut United States National Center for Health Statistic

Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:

(Winknjosastro, 2009).

a. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai

20 minggu penuh (early fetal death).

26

b. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu

(intermediate fetal death).

c. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan >28

minggu (late fetal death).

d. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada

ketiga golongan di atas.

3. PJT

PJT adalah gangguan pertumbuhan janin dibawah

standar normal atau berat janin tidak sesuai dengan umur

kehamilan ibu. PJT ditentukan bila berat janin kurang dari 10%

dari berat yang harus dicapai pada umur kehamilan tertentu.

Biasanya perkembangan yang terhambat diketahui setelah 2

minggu tidak ada pertumbuhan.

PJT diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin

berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada

umur kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan

sebagai kecil untuk masa kehamilan. Umumnya janin dengan

PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya

janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin

dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada

umumnya akan lahir prematur (37 minggu).

PJT adalah ketidaknormalan pertumbuhan dan

perkembangan dari fetus, yang mana terjadi 3-7% dari

27

persalinan, tergantung pada kriteria diagnosa yang

dipergunakan. Pertumbuhan fetus yang terhambat beresiko

tinggi untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Diperkirakan

kematian perinatal 5-10 lebih tinggi pada neonatus yang

mengalami pertumbuhan terhambat dibandingkan dengan yang

memiliki ukuran atau berat badan yang sesuai dengan usia

kehamilan.

Janin yang memiliki berat badan kurang bisa disebabkan

oleh banyak faktor, antara lain gangguan sirkulasi darah, kondisi

plasenta yang menyebabkan transfer nutrisi dari ibu terhambat,

nutrisi ibu kurang, infeksi atau secara genetik terjadi berat badan

yang tidak optimal sejak dalam janin. Faktor infeksi sering

kurang diperhatikan. Padahal infeksi ini juga berkontribusi pada

kelahiran prematur. Infeksi bisa berasal dari gigi atau gusi,

infeksi keputihan, dan sebagainya. Untuk mengetahui ada

tidaknya infeksi, bisa dilakukan pemeriksaan laboratorium C-

reactive protein (CRP). Bila hasilnya tinggi atau lebih dari 6,

berarti ada infeksi dalam 24 jam terakhir. Janin dengan berat

badan rendah juga sangat rentan mengalami persalinan

prematur karena umumnya mereka tidak tahan kontraksi di

trimester ketiga kehamilan. Mereka juga beresiko tinggi

mengalami kematian dalam kandungan. Bila semua intervensi

yang dilakukan tidak berhasil menambah berat badan janin,

28

mungkin memang lebih baik dilahirkan untuk ditingkatkan berat

badannya di luar rahim. Yang penting organ-organ janin sudah

siap untuk hidup di luar kandungan.

a. Klasifikasi

1) PJT tipe I atau dikenal juga sebagai tipe simetris. Terjadi

pada kehamilan 0-20 minggu, terjadi gangguan potensi

tubuh janin untuk memperbanyak sel (hiperplasia),

umumnya disebabkan oleh kelainan kromosom atau

infeksi janin. Prognosisnya buruk.

2) PJT tipe II atau dikenal juga sebagai tipe asimetris.

Terjadi pada kehamilan 28-40 minggu, yaitu gangguan

potensi tubuh janin untuk memperbesar sel (hipertrofi),

misalnya pada hipertensi dalam kehamilan disertai

insufisiensi plasenta. Prognosisnya baik.

3) PJT tipe III adalah kelainan di antara kedua tipe di atas.

Terjadi pada kehamilan 20-28 minggu, yaitu gangguan

potensi tubuh kombinasi antara gangguan hiperplasia

dan hipertrofi sel, misalnya dapat terjadi pada malnutrisi

ibu, kecanduan obat, atau keracunan.

29

b. Faktor Risiko

Kecurigaan akan PJT ditegakkan berdasarkan

pengamatan-pengamatan factor risiko dan ketidaksesuaian

tinggi fundus uteri dan umur kehamilannya.

1) Lingkungan sosio-ekonomi rendah.

2) Riwayat PJT dalam keluarga.

3) Berat badan sebelum hamil dan selama kehamilan yang

rendah.

4) Komplikasi obstetri dalam kehamilan.

5) Komplikasi medik dalam kehamilan.

c. Faktor-faktor risiko PJT sebelum dan selama kehamilan

1) Faktor yang terdeteksi sebelum kehamilan

a) Riwayat PJT sebelumnya.

b) Riwayat penyakit kronis.

c) Riwayat Antiphospolipid syndrome (APS).

d) Indeks Massa tubuh yang rendah.

e) Maternal hypoxia

2) Terdeteksi selama kehamilan

a) Riwayat makan obat-obatan tertentu.

b) Perdarahan pervaginam

c) Kelainan plasenta

d) Partus prematurus.

e) Kehamilan ganda.

30

f) Kurangnya pertambahan BB selama kehamilan.

3) Penyebab

a) Faktor ibu, golongan faktor ibu merupakan penyebab

yang terpenting

i. Penyakit hipertensi (kelainan vaskular ibu)

i. fKelainan uterus.

ii. Kehamilan kembar.

iii. Ketinggian tempat tinggal.

iv. Keadaan gizi.

v. Perokok

b) Faktor Anak

i. Kelainan kongenital.

ii. Kelainan genetik

iii. Infeksi janin, misalnya penyakit Toxoplasmosis,

Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex

(TORCH). Infeksi intrauterin adalah penyebab

lain dari hambatan pertumbuhan intrauterin.

Banyak tipe seperti pada infeksi oleh

Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan

Herpes Simplex (TORCH) yang bisa

menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin

sampai 30% dari kejadian. Infeksi Acquirred

Immunodeficiency Syndrome (AIDS) pada ibu

31

hamil menurut laporan bisa mengurangi berat

badan lahir bayi sampai 500 gram dibandingkan

dengan bayi-bayi yang lahir sebelum terkena

infeksi itu. Diperkirakan infeksi intrauterin

meninggikan kecepatan metabolisme pada janin

tanpa kompensasi peningkatan transportasi

substrat oleh plasenta sehingga pertumbuhan

janin menjadi subnormal atau dismatur.

c) Penyebab faktor plasenta dikenal sebagai insufisiensi

plasenta.

i. Pengertian dasar dari sindroma insufisiensi

plasenta menunjukkan adanya satu kondisi

kegawatan janin yang bias nyata selagi masih

dalam masa kehamilan (insufisiensi kronik) atau

dalam masa persalinan (insufisiensi akut) sebagai

akibat gangguan pada fungsi plasenta.

ii. Dipandang dari sudut kepentingan janin sebuah

plasenta mempunyai fungsi-fungsi respirasi,

nutrisi, ekskresi, sebagai liver sementara

(transient fetal liver), endokrin dan sebagai

gudang penyimpanan dan pengatur fungsi

metabolisme.

32

iii. Dalam klinis fungsi ganda ini tidak dapat dipisah-

pisahkan dengan nyata, yang dapat dikenal

hanyalah tandatanda kegagalan keseluruhannya

yang bisa nyata dalam masa hamil dan

menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin

atau kematian intrauterin, atau menjadi nyata

dalam waktu persalinan dengan timbulnya gawat

janin atau hipoksia janin dengan segala

akibatnya.

33

Tabel 1 : Pertumbuhan dan perkembangan janin sesuai umurkehamilan

Jumlahminggu

kehamilan

Rata-rataberat badan

janin

Rata-rata tinggi(cm) badan janin

Rata rata kgpertambahanberat badan

ibu8-9 minggu 1 gr 4 cm 0,5 kg

9-10 minggu 4 gr 4 cm 0,7 kg10-11 minggu 10 gr 6,5 cm 0,9 kg11-12 minggu 15 gr 6,5 cm 1,1 kg12-13 minggu 20 gr 9 cm 1,4 kg13-14 minggu 50 gr 9 cm 1,7 gk14-15 minggu 85 gr 12,5 cm 2,0 kg15-16 minggu 100 gr 12,5 cm 2,3 kg16-17 minggu 110 gr 16 cm 2,7 kg17-18 minggu 180 gr 16 cm 3,0 kg18-19 minggu 210 gr 20,5 cm 3,4 kg19-20 minggu 300 gr 20,5 cm 3,8 kg20-21 minggu 325 gr 25 cm 4,3 kg21-22 minggu 400 gr 25 cm 4,7 kg22-23 minggu 485 gr 27,5 cm 5,1 kg23-24 minggu 550 gr 27,5 cm 5,5 kg24-25 minggu 685 gr 30 cm 5,9 kg25-26 minggu 750 gr 30 cm 6,4 kg26-27 minggu 890 gr 32,5 cm 6,8 kg27-28 minggu 1000 gr 32.5 cm 7,2 kg28-29 minggu 1150 gr 35 cm 7,4 kg29-30 minggu 1300 gr 35 cm 7,7 kg30-31 minggu 1460 gr 37,5 cm 8,1 kg31-32 minggu 1610 gr 37,5 cm 8,4 kg32-33 minggu 1810 gr 40 cm 8,8 kg33-34 minggu 2000 gr 40 cm 9,1 kg34-35 minggu 2250 gr 42,5 cm 9,5 kg35-36 minggu 2500 gr 42,5 cm 10,0 kg36-37 minggu 2690 gr 45 cm 10,4 kg37-38 minggu 2900 gr 45 cm 10,5 kg38-39 minggu 3050 gr 47,5 cm 11,0 kg39-40 minggu 3200 gr 47,5 cm 11,3 kg40-41 minggu 3300 gr 50 cm41-42 minggu 3400 gr 50 cm42-43 minggu 3450 gr 52,5 cm43-44 minggu 3450 gr 52,5 cm

34

B. Landasan Teori

KJDR adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat

sbadan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada

kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil

akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi.

(Winkjosastro. H, 2009).

Hipertensi kehamilan sejatinya mengakibatkan vasospasme

dan iskemia dalam pembuluh darah ibu. Pada hipertensi

gestasional, terjadi peningkatan curah jantung yang bermakna. Hal

ini mengakibatkan adanya peningkatan afterload jantung. Hal ini

akan semakin parah bila mencapai tahap pre-eklampsia, dimana

terjadi peningkatan resistensi perifer akibat vasospasme yang

berlebihan dan berakibat pada penurunan mencolok curah jantung.

Bila keadaan ini terus dibiarkan, maka akan mengganggu perfusi

utero-plasenta dan mengakibatkan hipoksia janin. Hal ini akan

berakibat pada kematian janin (Utama, 2008).

Menurut United States National Center for Health Statistic

Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: golongan I :

kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh

(early fetal death), golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28

minggu (intermediate fetal death), golongan III : kematian sesudah

masa kehamilan >28 minggu (late fetal death), dan golongan IV :

35

kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di

atas.

Janin yang memiliki berat badan kurang bisa disebabkan

oleh banyak faktor, antara lain gangguan sirkulasi darah, kondisi

plasenta yang menyebabkan transfer nutrisi dari ibu terhambat,

nutrisi ibu kurang, infeksi atau secara genetik terjadi herat badan

yang tidak optimal sejak dalam janin. Faktor infeksi sering kurang

diperhatikan. Padahal infeksi ini juga berkontribusi pada kelahiran

prematur. Infeksi bisa berasal dari gigi atau gusi, infeksi keputihan,

dan sebagainya. Untuk mengetahui ada tidaknya infeksi, bisa

dilakukan pemeriksaan laboratorium C-reactive protein (CRP). Bila

hasilnya tinggi atau lebih dari 6, berarti ada infeksi dalam 24 jam

terakhir. Janin dengan berat badan rendah juga sangat rentan

mengalami persalinan prematur karena umumnya mereka tidak

tahan kontraksi di trimester ketiga kehamilan. Mereka juga

beresiko tinggi mengalami kematian dalam kandungan.

36

C. Kerangka Konsep

Sesuai dasar pemikiran variabel yang diteliti, maka di

buatkan kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel bebas (Independent) : Preeklampsia, Umur

kehamilan, dan PJT

Variabel terikat (Dependent) : Kejadian KJDR

Preeklampsia

Kejadian KematianJanin Dalam Rahim(KJDR)

Umur kehamilan

Pertumbuhan JaninTerhambat (PJT)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelititan deskriktif yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

mengidentifikasi kejadian Kematian janin dalam rahim (KJDR)

tentang suatu keadaan secara objektif.

B. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di RSU Dewi Sartika Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Maret-April 2017.

C. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin

dengan KJDR di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi

Sulawesi Tenggara tahun 2015-2016 sebanyak 57 ibu.

2) Sampel

Semua ibu bersalin yang mengalami KJDR di Rumah

Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara dengan

tehnik total sampling berjumlah 57 ibu.

37

38

3) Tekhnik Pengambilan Sampel

Tekhnik pengambilan sampel yang di gunakan pada

penelitian ini total sampling adalah tekhnik pengambilan sampel

sama dengan populasi yang di gunakan peneliti.

D. Variabel Penelitian

1) Variabel bebas (Independent) : Preeklampsia, Umur kehamilan,

dan Pertumbuhan janin terhambat (PJT)

2) Variabel terikat (Dependent) : Kejadian KJDR

E. Definisi Operasional

1) KJDR adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan

500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada

kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan

hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau

infeksi (Winkjosastro. H, 2009).

2) Preeklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan

yang bisa menjadi penyebab kematian ibu dan janin. Kelainan

ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas

yang berdampak pada ibu dan bayi yang ditandai dengan

tekanan darah meningkat, oedema pada wajah, tangan dan

kaki, serta protein urine (+)

39

Kriteria Obyektif

a. Ya : mengalami preeklampsia

b. Tidak : tidak mengalami preeklampsia

(Maternity, dkk, 2014)

3) Umur kehamilan terhitung dari awal terjadinya kehamilan atau

konsepsi hingga saat kelahiran bayi.

Kriteria Obyektif

a. 20-28 minggu

b. >28 minggu

(Winknjosastro. H, 2009).

4) PJT adalah gangguan pertumbuhan janin dibawah standar

normal atau berat janin tidak sesuai dengan umur kehamilan

ibu, sesuai dengan tabel pertumbuhan dan perkembangan janin.

Kriteria Obyektif

a. Ya : mengalami PJT

b. Tidak : tidak mengalami PJT

(Maternity, dkk, 2014)

F. Instrumen Penelitian

a. Alat tulis

b. Kalkulator

c. Data yang diperoleh dari RSU Dewi Sartika pada buku register

kohort yang ada di ruang Staff Administrasi RSU Dewi Sartika.

40

G. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh yaitu data sekunder. Data sekunder ini

diperoleh dari buku register kohort yang ada di ruang Staff

Administrasi RSU Dewi Sartika.

H. Pengelolahan Data

Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan berikutnya adalah

pengolahan data. Terdiri dari :

1. Editing

Editing adalah suatu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan

isian formulir atau kuesioner.

2. Coding

Coding adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Data entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data ke dalam

program atau “software” computer.

4. Pembersihan data (cleaning)

Pembersih data merupakan kegiatan pengecekan kembali untuk

melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak

lengkapan dan sebagainya kemudian dilakukan pembetulan

atau koreksi.

41

I. Analisis Data

1. Analisis Univariabel

Menggambarkan karekteristik masing-masing variabel

yang diteliti dengan menggunakan distribusi frekuensi dan

persentase masing-masing kelompok, selanjutnya data disajikan

dalam bentuk tabel disertai penjelasan.

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan kemudian melakukan

pengelolahan secara manual dengan menggunakan kalkulator

sebagai alat bantu, setelah itu disajikan dalam bentuk tabel

distribusi dengan penjelasan.

Rumus yang digunakan adalah :

Kxn

fX

Keterangan

X : Persentase hasil yang dicapai

f : Variabel yang diteliti

n : Jumlah sampel penelitian

K : Konstanta (100 %)

2. Penyajian Data

Data yang telah di olah dan dianalisis, disajikan dalam

bentuk table distribusi frekuensi dan dinarasikan secara

deskriptif (memaparkan) variabel yang diteliti.

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis RSU Dewi Sartika Kota Kendari

Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari terletak di

jalan Kapten Piere Tandean No. 118 Kecamatan Baruga Kota

Kendari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas

lahan 1.624 m². Rumah Sakit Umum Dewi Sartika memiliki

batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Perumahan penduduk

b. Sebelah selatan : Jalan raya Kapten Piere Tandean

c. Sebelah timur : Perumahan penduduk

d. Sebelah barat : Perumahan penduduk

2. Visi dan Misi RSU Dewi Sartika Kota Kendari

Dalam menjalankan tugas dan fungsi RSU Dewi Sartika

Kota Kendari mempunyai visi dan misi :

a. Visi

Visi RSU Dewi Sartika Kota Kendari yaitu sebagai

“Terwujudnya rumah sakit yang mandiri dan bersaing global”

b. Misi

1) Memberikan pelayanan kesehatan prima kepada

masyarakat.

42

43

2) Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

3) Memberikan pelayanan yang optimal dan terjangkau

dengan mengutamakan kepuasan pasien.

4) Meningkatkan profesionalisme SDM (Sumber Daya

Manusia).

3. Tugas Pokok dan Fungsi

a. Tugas pokok

Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kota Kendari Adalah

melakukan upaya kesehatan secara efisien dan efektif

dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya

peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya

rujukan.

b. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka

RSU Dewi Sartika Kota Kendari mempunyai fungsi :

1) Menyelenggarakan pelayanan medik

2) Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

3) Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik

4) Menyelenggarakan pelayanan rujukan

5) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

6) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

44

4. Fasilitas Layanan Kesehatan

Fasilitas /sarana pelayanan kesehatan yang ada di

Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari ialah :

a. Pelayanan medis

1) Instalasi gawat darurat

2) Instalasi rawat jalan

a) Poliklinik obsgyn

b) Poliklinik umum

c) Poliklinik penyakit dalam

d) Poliklinik mata

e) Poliklinik bedah

f) Poliklinik anak

g) Poliklinik THT

h) Poliklinik radiologi

i) Poliklinik jantung

j) Poliklinik gigi anak

3) Instalasi rawat inap

a) Dewasa/anak/umum

b) Persalinan

4) Kamar operasi

a) Operasi obsgyn

b) Bedah umum

5) HCU

45

5. Sumber Daya Manusia

Tabel 2 : Data Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Umum DewiSartika Kota Kendari

No Jenis Tenaga StatusKetenagaan

JenisKelamin

Tetap TidakTetap

L P

1 2 3 4 5 6I.

II.

III.

IV.

Tenaga Medis1. Dokter Spesialis

Obgyn2. Dokter Spesialis

Bedah3. Dokter Spesialis

Interna4. Dokter Spesialis

anastesi5. Dokter Spesialis PK6. Dokter Spesialis Anak7. Dokter Spesialis

Radiologi8. Dokter Spesialis THT9. Dokter Spesialis Mata10.Dokter Spesialis

Jantung11.Dokter Gigi12.Dokter Umum

Paramedis1. S1

Keperawatan/Nurse2. D IV Kebidanan3. D III Kebidanan4. D III Keperawatan

Tenaga KesehatanLainnya1. Master Kesehatan2. SKM3. Apoteker4. D III Farmasi5. S1 Gizi6. D III Analis

Kesehatan

1-----------

265434511

-11113

1111

111111111113

-2--

-121--

---

2111--1-11-3

10--

11

-11--1

--2

----11-1--1-

167

4345

-11212

119

46

Non Medis1. D II Keuangan2. Diploma Komputer3. SLTA/SMA/SMU

Jumlah 67 19 24 60Sumber : Data primer

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Kota kendari pada bulan Maret sampai April Tahun 2017. Dengan

menetapkan sampel sebanyak 57 ibu yang mengalami Kejadian

Kematian janin dalam rahim (KJDR). Pengambilan sampelnya

dengan menggunakan metode Total Sampling adalah tekhnik

pengambilan sampel sama dengan populasi yang digunakan

peneliti.

Tabel 3 : Distribusi kejadian KJDR dengan Preeklampsia diRSU Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi SulawesiTenggara Tahun 2016

Preeklampsia Frekuensi(f)

Persentase(%)

Ya 30 52,63%

Tidak 27 47,36%

Jumlah 57 100Sumber : Data Sekunder buku register kohort RSU Dewi Sartikatahun 2015 dan 2016

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil bahwa ibu yang

mengalami kejadian KJDR dengan Preeklampsia yaitu 30 orang

(52,63%) dan ibu yang tidak preeklampsia yaitu 27 orang

(47,36%).

47

Tabel 4 : Distribusi kejadian KJDR dengan Umur kehamilan diRSU Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi SulawesiTenggara Tahun 2016

Umur kehamilan Frekuensi (f) Persentase (%)

20- 28 minggu 32 56, 14%

> 28 minggu 25 43, 85%

Jumlah 57 100Sumber : Data Sekunder buku register kohort RSU Dewi Sartikatahun 2015 dan 2016

Berdasarkan tabel diatas, di peroleh persentase tertinggi

berdasarkan umur kehamilan 20 28 minggu dengan jumlah ibu

sebanyak 32 ibu atau (56, 14%), umur kehamilan >28 minggu

sebanyak 25 ibu atau (43, 85%).

Tabel 5 : Distribusi kejadian KJDR dengan Pertumbuhanjanin terhambat (PJT) di RSU Dewi Sartika KotaKendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016

PJT Frekuensi (f) Persentase (%)

Ya 26 45, 61%

Tidak 31 54, 38%

Jumlah 57 100Sumber : Data Sekunder buku register kohort RSU Dewi Sartikatahun 2015 dan 2016

Berdasarkan tabel diatas, di perolah persentase tertinggi

pada yang tidak mengalami PJT sebanyak 31 janin atau (54,

38%) dan yang mengalami PJT sebanyak 26 janin atau (45,

61%).

48

C. Pembahasan

1. Preeklampsia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang

mengalami kejadian KJDR dengan preeklampsia yaitu 30 ibu

(52,63%) dan ibu yang tidak preeklampsia yaitu 27 ibu atau

(47,36%).

Preeklampsia adalah salah satu kasus gangguan

kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu dan janin.

Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan

smasa nifas yang berdampak pada ibu dan bayi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Utama

(2008) bahwa hipertensi kehamilan sejatinya mengakibatkan

vasospasme dan iskemia dalam pembuluh darah ibu. Pada

hipertensi gestasional, terjadi peningkatan curah jantung yang

bermakna. Hal ini mengakibatkan adanya peningkatan afterload

jantung. Hal ini akan semakin parah bila mencapai tahap pre-

eklampsia, dimana terjadi peningkatan resistensi perifer akibat

vasospasme yang berlebihan dan berakibat pada penurunan

mencolok curah jantung. Bila keadaan ini terus dibiarkan, maka

akan mengganggu perfusi utero-plasenta dan mengakibatkan

hipoksia janin. Hal ini akan berakibat pada kematian janin.

Pada pre-eklampsi terjadi spasme pembuluh darah

disertai dengan retensi garam dan air. Jika semua arteriola

49

dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan

naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer

agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Maka aliran darah

menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan

pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi

gawat janin.

Wanita dengan hipertensikronik dapat mengalami

superimposed preeclampsia yang dapat meningkatkan resiko

terjadinya kematian perinatal, pertumbuhan janin yang

terhambat, dan kelahiran sebelum 32 minggu umur kehamilan.

Hasil penelitian Sulansi (2012) terlihat bahwa dari faktor

komplikasi yang menonjol adalah kejadian preeklamsia/

eklampsia sebanyak 9 kasus (20.9%). Ibu hamil dengan pre

eklamsia/ eklamsia, akan terjadi spasme pembuluh darah

arteriol yang menuju organ penting tubuh sehingga

menimbulkan gangguan metabolisme, gangguan peredaran

darah yang dapat menyebabkan nekrosis jaringan, perdarahan,

dan mengecilnya aliran darah kearah retroplacenta sehingga

terjadi KJDR. Kejadian preeklamsia dan eklamsia, dapat

dideteksi secara dini, dengan antenatal care yang teratur,

sehingga dapat dicegah. Hipertensi, selama kehamilan dapat

dipantau melalui ANC, karena pre dan eklamsia, didahului

50

dengan gejala awal berupa adanya hipertensi, dimana terjadi

kenaikan systole > 30 mmhg dan kenaikan diatole > 15 mmHg.

Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang mengalami

Kejadian KJDR di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi

Sulawesi Tenggara rata-rata mengalami preeklampsia yaitu 30

ibu sedangkan yang tidak mengalami preeklampsia yaitu 27

ibu.

2. Umur Kehamilan

Berdasarkan hasil penelitian di peroleh persentase

tertinggi berdasarkan umur kehamilan 20 28 minggu dengan

jumlah ibu sebanyak 32 ibu atau (56, 14%), umur kehamilan

>28 minggu sebanyak 25 ibu atau (43, 85%).

Hal ini cukup sejalan dengan teori yang ada, dimana usia

kehamilan yang preterm beresiko menimbulkan terjadinya KJDR

karena adanya kekurangmatangan fungsi organ vital dari janin,

dan vaskularisasi plasenta yang menurun sebelum waktu nya

(Korteweg, 2010).

Pada penelitian Ani Triana untuk variabel umur

kehamilan berhubungan secara negatif, dimana dalam sub

hipotesis bahwa ibu yang lama kehamilannya > 40 minggu

berisiko melahirkan KJDR sedangkan ibu yang umur

kehamilannya ≤ 40 minggu yang berisiko 2,5 kali melahirkan

KJDR, kemungkinan ini karena adanya bias informasi yang tidak

51

dapat dihindari. Untuk bias informasi bisa saja pasien lupa akan

Hari pertama haid terakhir (HPHT), menyebabkan petugas

kesehatan memasukkan data lama kehamilan ibu hanya

berdasarkan pemeriksaan yang ada sehingga terjadi kesalahan.

Umur kehamilan ibu umumnya berlangsung 40 minggu

atau 280 hari. Umur kehamilan ibu adalah batas waktu ibu

mengandung, yang dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir

(HPHT).

Kematian janin dianggap jika terjadi pada janin yang

telah berusia 20 minggu atau lebih, dan bila terjadi pada usia di

bawah usia 20 minggu disebut abortus. Sedangkan World

Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa yang

dinamakan kematian janin adalah kematian yang terjadi bila usia

janin 20 minggu dan berat janin waktu lahir diatas 500 gram.

Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan

pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi (Winkjosastro. H,

2009).

Penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan

Winkjosastro. H, (2009). Menurut United States National Center

for Health Statistic Kematian janin dapat dibagi menjadi 4

golongan, yaitu:

a. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai

20 minggu penuh (early fetal death).

52

b. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu

(intermediate fetal death).

c. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan >28

minggu (late fetal death).

d. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada

ketiga golongan di atas.

3. PJT

Dari hasil penelitian yang dilakukan di perolah persentase

tertinggi pada yang tidak mengalami PJT sebanyak 31 janin

atau (54, 38%) dan yang mengalami PJT sebanyak 26 janin

atau (45, 61%).

PJT adalah ketidaknormalan pertumbuhan dan

perkembangan dari fetus, yang mana terjadi 3-7% dari

persalinan tergantung pada kriteria diagnosa yang

dipergunakan. Pertumbuhan fetus yang terhambat beresiko

tinggi untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Diperkirakan

kematian perinatal 5-10 lebih tinggi pada neonatus yang

mengalami pertumbuhan terhambat dibandingkan dengan yang

memiliki ukuran atau berat badan yang sesuai dengan umur

kehamilan.

Studi penelitian yang dilakukan oleh Septerina P. W et al

(2015) ditinjau dari faktor fetal didapatkan 25% kejadian KJDR

adalah PJT. Penelitian ini sejalan dengan teori bahwa kematian

53

janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin,

gawat janin, atau infeksi (Winkjosastro. H, 2009).

Faktor penyebab KJDR, faktor janin antara lain anomaly/

cacat pada janin ,biasanya disebabkan faktor kromosom

sehingga janin tidak tumbuh berkembang, akibatnya janin

mengalami PJT yang pada akhirnya mengalami terjadi KJDR.

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara

tahun 2016

1. Kejadian Kematian janin dalam rahim (KJDR) di Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara

tahun 2016 berdasarkan preeklampsia tertinggi adalah yang

mengalami preeklampsia yaitu 30 ibu atau (52,63%) dan yang

terendah ibu yang tidak mengalami preeklampsia sebanyak 27

ibu atau (47,36%)

2. Kejadian Kematian janin dalam rahim (KJDR) di Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara

tahun 2016 berdasarkan umur kehamilan di peroleh persentase

tertinggi berdasarkan umur kehamilan 20 28 minggu dengan

jumlah ibu sebanyak 32 ibu atau (56, 14%), umur kehamilan >28

minggu sebanyak 25 ibu atau (43, 85%).

3. Kejadian Kematian janin dalam rahim (KJDR) di Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara

tahun 2016 di perolah persentase tertinggi pada yang tidak

mengalami PJT sebanyak 31 janin atau (54, 38%) dan yang

mengalami PJT sebanyak 26 janin atau (45, 61%).

54

55

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini sebagai data dasar dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan

penulis mengenai kejadian KJDR.

2. Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat di jadikan latihan

dan referensi kepustakaan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan.

3. Bagi Kesehatan

Sebagai masukan terhadap petugas kesehatan agar

dapat memberikan pelayanan dan konseling yang terbaik

khususnya tentang KJDR.

56

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F.G., etc. 2005. Obstetri Williams vol. 2, edisi 21. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC, hlm. 1200-20.

Hasriati, WD. 2013. Identifikasi faktor-faktor resiko terjadinya Intra UterineFetal Death (IUFD) pada ibu bersalin di RSU Bahteramas ProvinsiSulawesi Tenggara tahun 2013. Kendari.

Http://ibuhamil.com/diskusi-umum/20430-tabel-kenaikan-bb-janin-bumil.html

Korteweg, F.J., etc. 2009. Diverse Placental Pathologies as the MainCauses of Fetal Death.Obstet Gynecol ; 114 (4) : 809-17 (on-line).Diakses pada 22 September 2016.

Mac Dorman, M.F., etc. 2009. Fetal and Perinatal Mortality. National VitalStatistic Reproduction ; 57 (8) ; 1-19 (on-line).http://dokumen.tips/documents/iufd557202aa4979599169a3e971.html. Diakses pada 22 september 2016.

Manuaba, IBG. 2007. Buku Ajar Patologi Obstetri – Untuk MahasiswaKebidanan. Jakarta: EGC.

Maternity, Dainti, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Patologi. BandarLampung: Binarupa Aksara.

Notoatmodjo. S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: RhinekaCipta.

Novita. 2008. Kesehatan Ibu dan Anak, dari http://one.indoskripsi.com.Diakses pada tanggal 22 September 2016.

Rantelino, Novita. 2008. Gambaran Umum Tentang Kematian janin dalamrahim (KJDR) di RSUD Lakipadada Tahun 2008. SulawesiSelatan.

57

POGI, Standar Pelayanan Medis Obstetri dan Ginekologi, Edisi Revisi.2006. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Jakarta(online).http://dokumen.tips/documents/iufd557202aa4979599169a3e971.html. Diakses pada 22 September 2016.

Radestat, et al. 1996. Dalam buku Asuhan Kebidanan Patologis tahun2014. Bandar Lampung: Binarupa Aksara.

Rahayu, E.B. 2008. Respon dan Koping Ibu Hamil yang Memiliki RiwayatKematian Janin di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta per tahun2008. Magister Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia (on-line).http://dokumen.tips/documents/iufd557202aa4979599169a3e971.html. Diakses pada 22 September 2016.

Saifuddin, A.B. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.Jakarta : YBP-SP.

Septerina P. W et al. 2015. Studi Deskriptif Eksploratif Kejadian IUFD.Semarang.

Silver RM. 2007. Fetal death. Obstet Gynecol. Jan 2007;109(1):153-67.Diakses pada 22 September 2016.

Sulansi Dan Hendrikus Mbira. 2012. Faktor Faktor Yang MempengaruhiKejadian Iufd Di Rsud Ende. NTT.

Triana, Ani. 2012. Pengaruh Kadar Hb dan Paritas dengan Kejadian IntraUterine Fetal Death (IUFD) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.Pekanbaru : Program Studi Magister Ilmu Kesehatan MasyarakatSTIKes Hang Tuah Pekanbaru.

Utama, S.Y. 2008. Faktor Resiko yang Berhubungan dengan KejadianPreeklampsia Berat pada Ibu Hamil di RS Raden Mattaher Jambitahun 2007.Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi vol. 8, no.2, Juli 2008 (on-line).http://dokumen.tips/documents/iufd557202aa4979599169a3e971.html. Diakses pada 22 September 2016.

Wiknjosastro, Hanifa. 2009 . Ilmu Kebidanan Edisi Keempat CetakanKedua, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

58

MASTER TABEL PENELITIANIDENTIFIKASI KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM (KJDR)

di RSU DEWI SARTIKA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARATAHUN 2016

NO Nama

Preeklampsia Umur KehamilanPertumbuhan janin

terhambat (PJT)

Ya Tidak20-28

minggu> 28

minggu Ya Tidak1 Ny. Surni √ 24 500 gr2 Ny. Sitti Nur √ 20 500 gr3 Ny. Lisna √ 27 800 gr4 Ny. Ima √ 25 550 gr

5Ny.Risnawati √ 24 600 gr

6 Ny. Wijiatin √ 30 1200 gr

7 Ny. Suriani √ 271200

gr

8Ny. IraHabo √ 32 1400 gr

9Ny. SriRahayu √ 20 500 gr

10 Ny. Meri √ 24 500 gr11 Ny. Ayu √ 20 520 gr12 Ny. Novi √ 24 600 gr13 Ny. Rida √ 30 1300 gr

14 Ny. Ida √ 383000

gr15 Ny. Imas √ 20 510 gr

16 Ny. Haida √ 332100

gr17 Ny. Utia √ 25 500 gr

18 Ny. Yeyen √ 394000

gr19 Ny. Lin √ 25 600 gr

20Ny.Nisrawati √ 24 700 gr

21 Ny. Eca √ 30 1200 gr22 Ny. Sitiria √ 24 500 gr

23Ny. RahayuLarasati √ 32

2000gr

24 Ny. Lela √ 24 700 gr

59

25Ny. RiaIrawan √ 30 1000 gr

26Ny.Suriyanti √ 29

1500gr

27Ny. LutfiArisi √ 28 600 gr

28Ny. RiniSartika √ 30

2400gr

29 Ny. Israwati √ 25 500 gr30 Ny. Masrati √ 26 700 gr

31 Ny. Bunga √ 332000

gr32 Ny. Yeti √ 20 550 gr33 Ny. Novi √ 20 500 gr34 Ny. Sitti √ 27 750 gr

35Ny.Mardiana √ 35

2500gr

36 Ny. Sari √ 20 500 gr

37Ny.Suriawaty √ 37

2900gr

38 Ny. Leni √ 32 1300 gr

39 Ny. Dina √ 301400

gr

40 Ny. Nofa √ 241000

gr41 Ny. Erni √ 30 1200 gr

42 Ny. Janatin √ 281000

gr43 Ny. Suriani √ 30 1000 gr

44Ny.Yusnawati √ 29 1000 gr

45 Ny. Hasrati √ 383200

gr

46

Ny. NiKadekSukerti √ 30 1300 gr

47 Ny. Kasni √ 20 500 gr48 Ny. Hastina √ 32 1500 gr

49Ny. SryWahyuni √ 32

1800gr

50 Ny. Wayan √ 28 800 gr

51Ny.Lismayanti √ 20 550 gr

60

52 Ny. Betrik √ 25 550 gr53 Ny. Nuraeni √ 20 500 gr54 Ny. Kadek √ 24 500 gr55 Ny. Lili √ 20 550 gr56 Ny. Marni √ 29 1000 gr

57 Ny. Suwati √ 291400

gr

61

62

63

64