IDENTIFIKASI IBU YANG MELAHIRKAN BAYI …repository.poltekkes-kdi.ac.id/109/1/KTI.pdfiv INTISARI...

72
IDENTIFIKASI IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG TERATAI RUMAHSAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARIPROVINSI SULAWESI TENGGARATAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma Tiga (DIII) Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan OLEH : SUSIYANTI P00324014074 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN 2017

Transcript of IDENTIFIKASI IBU YANG MELAHIRKAN BAYI …repository.poltekkes-kdi.ac.id/109/1/KTI.pdfiv INTISARI...

IDENTIFIKASI IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGANBERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG

TERATAI RUMAHSAKIT UMUM DAERAHKOTA KENDARIPROVINSI SULAWESI

TENGGARATAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu syarat Dalam Menyelesaikan PendidikanDiploma Tiga (DIII) Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Jurusan Kebidanan

OLEH :

SUSIYANTIP00324014074

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEBIDANAN2017

i

ii

iii

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Susiyanti

Nim : P00324014074

Tempat Tanggal Lahir : Awunio, 30 Juli 1996

Suku : Tolaki

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Keluarahan Anggoeya, Kecamatan Poasia

B. Pendidikan

1. SDN Awunio, Kabupaten Konawe Selatan tamat tahun 2008.

2. SMP Negeri 1 Kolono, Kabupaten Konawe Selatan tamat tahun

2011.

3. SMK Tunas Husada Kendari, Kota Kendari tamat tahun 2014.

4. Sejak tahun 2014 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan

Kendari sampai sekarang.

iv

INTISARIIdentifikasi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Berat Bayi LahirRendah (BBLR) Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016

susiyanti¹, aswita², heyrani²

Latar Belakang :Bayi lahir dengan berat bayi lahir rendah (BBLR)merupakan salah satu faktor yang mempunyai kontribusi terhadapkematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu, berat bayi lahirrendah dapat menyebabkan gangguan mental dan fisik pada usia tumbuhkembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yangtinggi.

Tujuan penelitian :Untuk mengidentifikasi ibu yang melahirkan bayidengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum daerahKota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

Metode Penelitian :Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.Populasi penelitian berjumlah 101 orang. Pengambilan sampel dengancara Random samplingdengan jumlah sampel sebanyak 50 orang.Pengolahan data secara manual, sedangkan teknik analisa data secaradeskrptif.

Hasil Penelitian : dari 50 orang sampel, didapatkan umur ibu dengankriteria beresiko untuk kejadian BBLR sebanyak 35 (70%) sedangkanyang tidak beresiko sebanyak 15 (30%), dan paritas ibu dengan kriteriaberesiko untuk kejadian BBLR sebanyak 37 (74%) sedangkan yang tidakberesiko sebanyak 13 (26%), dan pendidikan ibu dengan kriteria beresikountuk kejadian BBLR sebanyak 36 (72%) sedangkan yang tidak beresikosebanyak 14 (28%), dan pekerjaan ibu dengan kriteria beresiko untukkejadian BBLR sebanyak 33 (66%) sedangkan yang tidak beresikosebanyak 17 (34%).

Kata kunci : BBLR,Umur,Paritas,pendidikan dan pekerjaanDaftar pustaka :25 literatur (2004-2015)______________________________________________________1. Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,

karena atas berkat limpahan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul

“Identifikasi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Berat Bayi lahir Rendah di

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2016”.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan usaha maksimal dari penulis dan

mungkin masih banyak keterbatasan dan kekurangan, sebagai suatu

Karya Tulis Ilmiah yang merupakan salah satu syarat guna memperoleh

gelar Ahli Madya Kebidanan pada Politeknis Kemenkes Kendari Jurusan

Kebidanan.

Penulis sepenuhnya menyadari begitu banyak kesulitan dan

hambatan yang ditemukan, namun penulis tetap berusaha semaksimal

mungkin dan semua berkat adanya dukungan dan bimbingan dari

berbagai pihak sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah dapat terlaksana

dan terselesaikan dengan baik. Olehnya itu dengan segala kerendahan

hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Ibu Aswita, S.Si, T, MPH selaku pembimbing I dan Ibu Heyrani, S.Si, T,

M.Kes selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan, arahan, bantuan dan petunjuk yang diberikan

selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

vi

Pada kesempatan ini pula Penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Petrus SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kendari.

2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kendari.

3. Ibu Halijah, SKM, M.Kes selaku penguji I, Ibu Feryani, S.Si, T, MPH

selaku penguji II, Ibu Farming, SST, M.Keb selaku penguji III atas

segala bimbingan, bantuan, dan petunjuk yang diberikan.

4. Ibu dr. Asrida Mukkadim, M.kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara bersama stafnya

yang telah memberikan izin penelitian.

5. Bidan Irmayanti, SKM, S.Si. T, M.kes selaku Kepala Ruangan Teratai

Rumah Sakit Umum Daerah kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara

yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitianku.

6. Bapak dan Ibu Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan

Kebidanan yang telah turut membekali ilmu pengetahuan kepada

penulis selama dibangku kuliah.

7. Terima kasih untuk orang tuaku tercinta Agusalim dan Sarianti S.pd,

yang telah mendidik Penulis sejak kecil sampai sekarang dengan

penuh kasih sayang.

Penulis menyadari bahwa Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun

vii

sangat penulis harapkan.Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat bermanfaat.

Kendari, Juli 2017

Penulis

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... iii

INTISARI.................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................v

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 7

A. Tinjauan Tentang BBLR............................................................. 7

B. Tinjauan Tentang Variabel yang Diteliti ................................... 17

C. Landasan Teori ....................................................................... 23

D. Kerangka Konsep ................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 26

A. Jenis Penelitian....................................................................... 26

B. Waktu Penelitian..................................................................... 26

C. Tempat Penelitian................................................................... 26

D. Populasi dan Sampel .............................................................. 26

E. Variabel Penelitian .................................................................. 28

ix

F. Definisi Operasional................................................................ 28

G. Instrumen Penelitian ................................................................ 30

H. Pengolahan Data ..................................................................... 30

I. Penyajian Data ........................................................................ 31

J. Jenis dan Analisa Data ........................................................... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 33

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 33

B. Hasil Penelitian ....................................................................... 38

C. Pembahasan........................................................................... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 51

A. Kesimpulan ............................................................................. 52

B. Saran ....................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Identifikasi Umur Ibu................................................... 36

Tabel 2. Distribusi Identifikasi Paritas Ibu ................................................ 37

Tabel 3. Distribusi Identifikasi Pendidikan Ibu.......................................... 37

Tabel 4. Distribusi Identifikasi Pekerjaan Ibu ........................................... 38

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Master Tabel Penelitian

Lampiran 2 Surat Pengambilan Data Awal Penelitian

Lampiran 3 Surat Rekomendasi Penelitian

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 Surat Telah Melakukan Penelitia

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan

masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi

di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, yaitu tercatat 40 per 1000

kelahiran hidup pada tahun 2013 dan penyebab kematian bayi

terbanyak adalah gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal

sekitar 29% disebabkan karena Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

BBLR didefiniskan sebagai bayi dengan berat badan lahir

kurang dari 2500 gram dengan tidak memandang masa kehamilan

(WHO, 2011). Laporan World Health Organization (WHO) dikemukakan

bahwa di Asia Tenggara, 20-35% bayi yang dilahirkan Berat Bayi Lahir

Rendah (BBLR) dan 70-80% dari kematian neonates terjadi pada bayi

kurang bulan dan Berat Bayi Lahir Rendah. Angka kejadian di

Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain

antara 9-30%, hasil studi 7 daerah multicenter diperoleh angka Berat

Bayi Lahir Rendah dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara nasional

berdasarkan analisa lanjut Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI), angka BBLR sekitar 3,5%(Puspitasari, 2011). Data SDKI tahun

2012 angka BBLR di Indonesia menjadi sekitar 7,5% (SDKI, 2012).

BBLR memberikan kontribusi sebesar 60-80% dari semua

kematian neonatal. Prevalansi global BBLR adalah 15,5%, yang

2

berjumlah sekitar 20 juta BBLR setiap tahun dan 96,5%, dari mereka

berasal dari Negara berkembang. Ada variasi yang signifikan dari

prevalansi BBLR di Negara berkembang, dengan insiden tertinggi di

Asia Tengah (27,1%) dan terendah di Eropa (6-4%). BBLR dapat

disebabkan karena kelahiran premature (kelahiran sebelum 37 minggu

umur kehamilan).(WHO, 2013).

Laporan Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) 2013, menunjukkan

bahwa kejadian BBLR di Indonesia memiliki prevelansi sebesar 10,2%,

sedangkan Sulawesi Tenggara sendiri memiliki prevalansi BBLR

sebesar 10,0% angka ini hampir mendekati prevalansi secara nasional.

Jika dibandingkan provinsi lain, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki

proporsi BBLR yang masih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari prevalansi

BBLR di Yogyakarta sebesar 9,9%, dan DKI Jakarta sebesar 9,5%.

Kasus BBLR tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah sebesar 16,9% dan

terendah di Sumatra Utara sebesar 7,2%.

Kejadian BBLR antara lain karena faktor usia, paritas, status gizi

ibu hamil, social ekonomi, dan factor pendukung lain seperti factor

kehamilan dan factor janin (Prawihardjo,2011). Mengingat bahwa

perawatan BBLR sebagaimana yang kita ketahui dilaksanakan

dinegara maju ataupun dibeberapa rumah sakit rujukan di Indonesia

membutuhkan biaya yang sangat besar. Maka upaya pencegahan pada

masa pra hamil menjadi sangat penting (Iskandar,2009).

3

Provinsi Sulawesi Tenggara, dari data Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi Tenggara pada tahun 2012 kejadian BBLR 120 bayi dari

46.049 kelahiran bayi (0,26%), pada tahun 2013 kejadian BBLR 117

bayi dari 46.029 kelahiran bayi (0,25%), pada tahun 2014 kejadian

BBLR berjumlah 953 bayi dari 47.553 kelahiran bayi (2%), pada tahun

2015 kejadian BBLR berjumlah 704 dari 48.617 kelahiran bayi (1,4%).

Berdasakan data yang diperoleh di ruang SIRS/RM Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Kendari tahun 2013 dari 1234 persalinan, terdapat

53 bayi dengan BBLR (4,2%), pada tahun 2014 dari 1251 persalinan,

terdapat 83 bayi dengan BBLR (6,63%), pada tahun 2015 dari 950

persalinan, terdapat 77 bayi dengan kasus BBLR (8,1%), pada tahun

2016 dari 867 persalinan, terdapat 101 ibu yang melahirkan bayi

dengan BBLR (11,6%).

BBLR merupakan salah satu faktor yang mempunyai kontribusi

terhadap menigkatnya angka kematian bayi tiap tahun khususnya pada

masa perinatal. Selain itu BBLR memberikan dampak gangguan

mental, kesulitan dan ketidakmampuan untuk menerima pelajaran,

gangguan penglihatan dan pendengaran, dan akan menghambat

pertumbuhan dan perkembangan (Varney, 2009).

Bertolak dari uraian diatas bahwa penulis menganggap perlu untuk

melakukan penelitian dengan judul “Identifikasi Ibu yang Melahirkan

Bayi dengan Berat Bayi lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Kendari Tahun 2016.

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu apakah Identifikasi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan

Berat Bayi lahir Rendah (BBLR) Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Kendari Tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Identifikasi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Berat Bayi lahir

Rendah (BBLR) Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Kendari Tahun 2016.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi umur Ibu yang melahirkan bayi dengan

BBLR Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Kendari Tahun 2016.

b. Untuk mengidentifikasi paritas Ibu yang melahirkan bayi dengan

BBLR Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Kendari Tahun 2016.

c. Untuk mengidentifikasi pendidikan Ibu yang melahirkan bayi

dengan BBLR Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Kendari Tahun 2016.

d. Untuk mengidentifikasi pekerjaan Ibu yang melahirkan bayi

dengan BBLR Di Ruang Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Kendari Tahun 2016.

5

D. Manfaat Penelitian

1. Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang

Identifikasi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Berat Bayi lahir Rendah

(BBLR) Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

Tahun 2016.

2. Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dalam

mengaplikasikan ilmu dan menambah wawasan mengenai

Identifikasi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Berat Bayi lahir Rendah

(BBLR) Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

Tahun 2016.

3. Dapat bermanfaat bagi institusi dalam pengembangan pendidikan

khususnya dibidang penelitian.

6

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh

peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang dilakukan

adalah :

1. Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian bayi berat lahir rendah

oleh Rita Sari Adam, 2010. Tempat penelitian di RSUD Provinsi

Sulawesi Tenggara dengan hasil terdapat 112 bayi yang lahir dengan

BBLR, kejadian BBLR tertinggi pada kelompok ibu dengan umur <20

tahun, pada kelompok ibu dengan paritas I, pada kelompok ibu dengan

pendidikan SD dan pada kelompok ibu dengan umur kehaimlan <37

minggu.

2. Faktor-faktor penyebab terjadinya bayi berat lahir rendah oleh

Kristina,2007. Tempat penelitian di RSAD DR. R. ismoyo Kendari

dengan hasil terdapat 50 bayi yang lahir dengan BBLR, kejadian BBLR

terbanyak dilahirkan oleh ibu dengan umur 20-24 tahun, ibu dengan

Paritas I, dan yang berpendidikan SD.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, adalah

dengan judul Identifikasi Ibu yang Melahirkan dengan Berat Bayi Lahir

Rendah, dengan menggunakan jenis penelitian desktiftif yaitu untuk

mengidentifikasi apakah hubungan umur ibu, paritas ibu, pendidikan ibu

dan pekerjaan ibu dengan kejadian BBLR

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

1. Pengertian

Berat Bayi Lahir Rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan

kurang dari 2500 gram pada waktu lahir(Amin Huda dan Hardhi

Kusuma, 2013). BBLR kurang bulan atau premature mengalami

penyulit seperti gangguan nafas, icterus, infeksi dan sebagainya, yang

apabila tidak dikelola sesuai dengan standar pelayanan medis akan

berakibat fatal (Manuaba,2010).

Sementara BBLR yang cukup bulan atau lebih bulan pada umumnya

organ tubuh sudah matur sehingga tidak terlalu bermaslah dalam

perawatanya. Kematian perinatal pada bayi normal pada umur

kehamilan yang sama (Rustam, 2010).

Menurut WHO pada tahun 1961 semua bayi yang baru lahir dengan

berat lahir kurang dari 2.500 gram disebu Low Birth Weight Infans

(BBLR). Berat Bayi Lahir Rendah cenderung memperlihatkan gangguan

pertumbuhan setelah lahir (Winkjosastro, 2011).Berdasarkan kurva

pertumbuhan intrauteri dari Lubchenco maka kebanyakan bayi

premature akan dilahirkan dengan berat badan yang rendah.

8

2. Klasifikasi BBLR

Menurut Manuaba (2008), bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi

2 (dua) golongan, yaitu :

a. Prematuritas murni

Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan umur kehamilan

kurang 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan

berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang

Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK).

b. Dismaturitas

Dismaturitas adalah bayi lahir berat badan kurang dari berat

badan seharusnya untuk masa kehamilan.Dismatur dapat terjadi

dalam preterm, aterm, dan post term.atau sering disebut post

maturity.Penyebab dismaturitas ialah setiap keadaan yang

menganggu pertukaran zat antara ibu dan janin.Gejala klinis

dismaturitas dapat terjadi preterm, aterm, post term. Pada preterm

akan terlihat gejala fisik bayi premature murni ditambah dengan

gejala dismaturitas.

Menurut Yushananta (2005), Berat Bayi lahir Rendah

(BBLR) dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :

1. Berat bayi lahir rendah (BBLR) : berat badan <2500 gram.

2. Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) : berat badan 1000-

1500 gram.

9

3. Berat bayi amat sangat rendah (BBLASR) :<1000 gram.

3. Karakteristik BBLR

Menurut manuaba (2010) karakteristik bayi dengan Berat Bayi

lahir Rendah (BBLR) adalah sebagai berikut :

a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari

45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari

30 cm.

b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.

c. Kepala lebih besar daripada badan.

d. Kulit tipis transparan.

e. Lanugo halus banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan

lengan.

f. Lemak sub cutan kurang.

g. Ubun-ubun dan sutura lebar.

h. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia

mayora (pada wanita), pada laki-laki testis belum turun.

i. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat

terlihat.

j. Rambut tipis, halus dan teranyam.

k. Tulang rawan dan daun telinga immature (daun telinga masih

kurang sempurna).

l. Putting susu belum terbentuk dengan baik.

m.Bayi kecil, posisi masih posisi fetal.

10

n. Pergerakkan kurang dan lemah.

o. Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sring

mengalami serangan apnea.

p. Otot masih hiponotik.

q. Refleks tonus leher lemah, reflex menghisap dan menelan serta

reflex batuk belum sempurna.

r. Kulit Nampak mengkilat dan licin.

4. Faktor-faktor yang menyebabkan BBLR

a. Faktor Ibu

1. Mengalami komplikasi kehamilan seperti :

Perdarahan antepartum, anemia berat, hipertensi preeklampsia

berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung

kemih dan ginjal).Menderita penyakit seperti malaria, infeksi

menular seksual, HIV/AIDS.

2. Usia Ibu

Angka kejadian BBLR tertinggi ialah pada usia<20 tahun atau

lebih dari 35 tahun, kehamilan ganda (multi gravida).

3. Jarak kelahiran

Angka kejadian BBLR tertinggi ialah pada jarak kelahiran terlalu

dekat atau pendek (<2 tahun).

11

4. Pekerjaan ibu

Wanita hamil sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi.Salah

satunya yaitu harus bekerja, padahal wanita hamil dianjurkan

untuk banyak istrahat.Hal tersebut menyebabkan wanita kurang

menjaga kesehatan selama hamil dan kurang memperhatikan

asupan gizi yang benar. Jika asupan gizi saat hamil buruk,

maka janinpun akan kekurangan nutrisi dalam

perkembanganya dan menyebabkan bayi mengalami berat bali

lahir rendah.

5. Pendidikan ibu

Ibu hamil dengan tingkat pendidikan rendah memiliki resiko

lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu hamil

dengan tingkat pendidikan tinggi. Semakin tinggi tingkat

pendidikan maka wawasan yang dimiliki ibu akan semakin

tinggi dan memiliki pola piker yang terbuka untuk menerima

pengetahuan baru yang dianggap bermanfaat dalam masa

kehamilanya. Tingkat pendidikan yang dimiliki ibu mempunyai

pengaruh kuat pada perilaku reproduksi, kelahiran, kematian

anak dan bayi, kesakitan, dan sikap serta kesadaran atas

kesehatan keluarga. Latar belakang pendidikan ibu

mempengaruhi sikapnya dalam memilih pelayanan kesehatan

dan pola konsumsi makan yang berhubungan juga dengan

peningkatan berat badan ibu semasa hamil yang pada saatnya

12

akan mempengaruhi kejadian BBLR. Ibu yang berpendidikan

rendah sulit untuk menerima inovasi dan sebagian besar

kurang mengetahui pentingnya perawatan pra kelahiran dan

mempunyai keterbatasan mendapatkan pelayanan antenatal

yang adekuat, keterbatasan mengonsumsi makanan yang

bergizi selama hamil.

6. Keadaan sosial ekonomi

Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulya BBLR.Kejadian

tertinggi terdapat pada golongan social ekonomi rendah.Hal ini

disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan

pengawasan antenatal yang kurang.Demikian pula kejadian

prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak

sah ternyta lebih tinggi bila dibandingkan bayi yang lahir

dengan perkawinan yang sah.

7. Sebab lain ialah perokok, ibu peminum alcohol dan pecandu

obat narkotik.

b. Faktor janin

1. Hidramnion

2. Kehamilan ganda dan

3. Kelainan kromosom

c. Faktor lingkungan, meliputi tempat tinggal didataran tinggi, terkena

radiasi dan zat-zat racun.

13

5. Penatalaksanaan

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu

untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri

dengan lingkungan hidup diluar uterus, maka perlu diperhatikan

pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu

oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan

zat besi.

a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR

Bayi dimasukkan dlam inkubator dengan suhunya yang telah

diatur. Bayi berat badan dibwah 2 kg suhu incubator 35° C, bayi

berat badan 2 kg sampai 2,5 kg yaitu 34° C. suhu incubator

diturunkan 1°C setiap minggu sampai berat bayi dapat

ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24-27°C (Winkjosastro,

2008).

b. Makanan bayi premature

Alat pencernaan bayi premature masih belum

smpurna.Lambung kecil, enzim pencernaan belum matang,

sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 11o kal/kg

BB sehingga pertumbuhanya dapat meningkat. Pemberian minum

sekitar 3 jam stelah lahir dan di dahului dengan menghisap cairan

lambung.

Reflex menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum

sebaiknya sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering. ASI

14

merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang

paling dahulu di berikan.Bila kurang, ASI dapat diperas dan

diminumkan perlahan-lahan atau dengan memasang sonde

menuju lambung.Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg

BB/hari dan terus dinaikkan mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari.

c. Menghindari infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, daya tahan tubuh

yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan

pembentukan antibody belum smpurna.Oleh karena itu upaya

preventif sudah dilakukan sejak pengawasan sehingga tidak

terjadi persalinan prematuritas (BBLR).

6. Perawatan bayi BBLR

Perawatan BBLR meliputi 3 tahapan yaitu :

a. Ante/intrapartum

Apabila kehamilan <35 minggu dan tidak dapat dipertahankan,

maka untuk mempercepat pematangan paru-paru janin, ibu

diberikan kortikosteroid dosis tunggal.Jika terdapat gawat janin,

maka dilakukan resusitasi intrauterine.Kehamilan dicoba

dipertahankan dengan pemberian tokolitik dan mencegah infeksi

dengan pemberian antibiotik yang aman untuk bayi.

b. Di kamar bersalin

Sebelum bayi lahir yang harus dilakukan :

15

1. Menyiapkan alat resisutasi, yaitu : KIT resusitasi, meja

resusitasi, lampu penghangat dan penerang, penghisap lender

disposible dan suction pump bayi, incubator, dan O2 dengan

flow masker.

2. Melakukan resusitasi.

3. Pasca resusitasi :

a. Lakukan pemeriksaan fisik secara sistematis dan

lengkap.

b. Tentukan diagnosis kerja

c. Lakukan perawatan tali pusat dengan kain steril.

d. Tetes mata/zalf mata

e. Vitamin K 0,5 mg intra muscular.

f. Tetap menjaga kehangatan bayi agar tidak terjadi

hipotermi.

4. Indikasi perawatan BBLR

a. Perawatan 1/rawat gabung

BBLR sampai 2250 gram, sehat tanpa komplikasi

dilakukan rawat gabung.

b. Perawatan II/ perawatan khusus

BBLR-BBLSR yang memerlukan perawatan khusus untuk

observasi dan penanganan klinik yang baik dan bayi

normal sehat.

c. Perawatan III/perawatan intensif neonates

16

BBLR kurang bulan dengan komplikasi berat.

c. Diruang bayi

Secara umum perawatan BBLR adalah :

1. Mempertahankan suhu tubuh optimal

2. Mempertahankan oksigen

3. Memenuhi kebutuhan nutrisi

4. Mencegah dan mengatasi infeksi

5. Mencegah hiperbilirubinemia

6. Memenuhi kebutuhan psikologis

7. Program imunisasi

7. Pencegahan BBLR

Kasus Berat Bayi Lahir rendah (BBLR) pencegahan yang dapat

dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4

kali selama waktu kehamilan. Ibu hamil yang diduga beresiko,

terutama faktor resiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus

cepat dilaporkan, dipantau, dan dirujuk pada institusi pelayanan

kesehatan yang lebih mampu.

b. Memberikan oenyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu hamil untuk

merawat dan memeriksakan kehamilan dengan baik dan teratur dan

mengkonsumsi makanan yang bergizi sehingga dapat

17

menanggulangi maslah ibu hamil resiko tinggi sedini mungkin untuk

menurunkan resiko lahirnya bayi BBLR.

c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinanya pada kurun

reproduksi sehat (20-35 tahun).

d. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk berperan dalam

meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan

status gizi ibu selama hamil akan lebih mudah dalam menerima

informasi kesehatan khususnya dibidang gizi sehingga dapat

menambah pengetahuan dan mampu menerapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

B. Tinjauan Tentang variabel yang Diteliti

1. Umur Ibu

Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dalam perkembangan

alat-alat reproduksi wanita.Hal ini berkaitan dengan fisiologis dari

organ tubuh dalam menerima kehadiran yang mendukung

perkembangan janin. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa

usia aman untuk kehamilan dan persalinan adlah usia antara 20-35

tahun. Dan resiko kehamilan yang tinggi dijumpai pada wanita hamil

dibawah usia 20 tahun dan diatas 35 tahun.

Pengaruh umur ibu terhadap terjadinya bayi BBLR berkaitan

dengan perkembangan biologis dan psikologis dari ibu tersebut. Pada

usia antara 20-35 tahun seorang wanita secra fisioanatomis dan

18

psikologis telah siap untuk hamil, sehingga upaya untuk pemeliharaan

kehamilan akan lebih baik dan adanya resiko bayi akan dilahirkan

dapat dikurangi. Ibu yang melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun

perkembangan organ reproduksinya belum optimal, jiwanya masih

labil sehingga kehamilanya masih sering timbul komplikasi.

Kehamilan sekitar usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

meningkatkan resiko terhadap kesehatan ibu dan anak. Setiap tahun

lebih dari 2200 wanita hamil di Indonesia meninggal karena kesulitan-

kesulitan dalam masa kehamilanya dan melahirkan yang

menyebabkan lebih dari 1 juta anak kehilangan ibunya. Menurut

Hasan (2010) umur adalah lama waktu hidup yang dihitung sejak ia

dilahirkan.

Umur 20-35 tahun biasanya cenderung mempunyai pengetahuan

yang baik, dimana pada umur tersebut mudah sekali untuk

menangkap informasi dan pengetahuan sedangkan umur lebih dari 35

tahun cenderung berpengaruh kurang, ibu hamil pada umur <20

tahun, Rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa.

Bahaya yang mungkin terjadi antara lain, bayi lahir tidak cukup bulan,

perdarahan bias terjadi sebelum bayi lahir, perdarahan dapat terjadi

sesudah bayi lahir.

Resiko pada kehamilan juga dapat dihadapi ibu hamil berumur

>35 tahun, dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada jaringan

alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada

19

kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya

yang terjadi seperti tekanan darah tinggi dan pre-eklampsia, ketuban

pecah dini, persalinan tidak lancar atau macet, perdarahan setelah

bayi lahir.

2. Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan oleh seorang wanita baik yang

berakhir dengan kelahiran hidup, lahir mati maupun dengan

abortus.Paritas 2 – 4 merupakan paritas paling aman ditinjau dari

sudut kematian maternal lebih tinggi.Lebih tinggi paritas, lebih tinggi

kematian maternal. Dalam studinya Sorjonoes dalam Srimalem, di

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ditemukan bahwa prevalansi

kejadian BBLR berfluktuatif dengan bertambahnya paritas yakni

46,79% untuk primipara, 30,43% untuk multipara dan 37,05% untuk

grande multipara.

Paritas pertama atau lebih dari empat kali mempunyai resiko yang

lebih besar pada bayi yang dikandungnya untuk lahir mengalami

BBLR. Ibu yang baru pertama kali hamil, melahirkan merupakan suatu

hal yang baru dalam hidupnya sehingga secara psikologis mentalnya

belum siap dan ini akan memperbesar kemungkinan lahirnya bayi

BBLR pada ibu dengan paritas 1. Sedangkan pada ibu yang sering

melahirkan dapat timbul kerusakan-kerusakan pada pembuluh darah

dinding uterus. Hal ini mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin,

20

sehingga jumlah nutrisi akan berkurang dan akibatnya kelak akan

melahirkan bayi BBLR (Lestari, ERP, 2009).

Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric

yang lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi

atau dicegah dengan program KB. Oleh karena itu, perlunya

kesadaran dari para ibu yang masih dalam masa reproduksi sehat

untuk mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak dengan mengikuti

program KB agar hal-hal yang tidak diinginkan seperti misalnya

kejadian BBLR tidak terjadi.

Dalam istilah kebidanan, ada beberapa klasifikasi ibu berdasarkan

paritas yaitu :

a. Nulipara, yaitu seorang wanita yang belum pernah melahirkan

seorang anak yang mampu hidup

b. Primipara, yaitu ibu yang telah melahirkan seorang anak

c. Multipara, yaitu ibu yang telah melahirkan lebih dari seorang anak

(2-4 kali).

d. Grande multipara, yaitu ibu yang telah melahirkan lima orang anak

atau lebih.

Menurut Cunnigham (2002) bahwa faktor prediposisi BBLR

yang utama berdasarkan paritas adalah seorang ibu primipara dan

grande multipara (Budi,AS, 2009).

3. Pendidikan

21

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan tertentu

sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri (Notoatmodjo,

2005).

Berdasarkan tingkat pendidikan ibu dapat dijelaskan bahwa

terdapat kecenderungan terhadap kematian bayi yang jumlahnya

lebih banyak pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah

(SD) hingga tidak sekolah.

Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan dalam

menghadapi berbagai masalah misalnya membutuhkan vaksinasi

untuk anaknya, memberi oralit waktu mencret, misanya kesediaan

menjadi peserta Keluarga Berencana, termasuk pengaturan

makanan bagi ibu hamil untuk mencegah timbulnya bayi dengan

Berat Bayi lahir Rendah (BBLR) bahwa ibu mempunyai peranan

yang cukup penting dalam kesehatan dan pertumbuhan, anak-

anak. Ibu yang mempunyai latar belakang.pendidikan yang lebih

tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta tumbuh kembang

yang baik.

4. Pekerjaan

Pekerjaan didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang

dilakukan oleh manusia.Dalam arti sempit, istilah pekerjaan

digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah

22

karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang (Depkes

RI, 2009).

Wanita hamil sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi.Salah

satunya yaitu harus bekerja, padahal wanita hamil dianjurkan untuk

banyak istrahat.Hal tersebut menyebabkan wanita kurang menjaga

kesehatan selama hamil dan kurang memperhatikan asupan gizi

yang benar. Jika asupan gizi saat hamil buruk, maka janinpun akan

kekurangan nutrisi dalam perkembanganya dan menyebabkan bayi

mengalami Berat Bayi Lahir Rendah. Sehingga ibu yang bekerja

lebih berpotensi melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan

dengan ibu yang tidak bekerja.

Pekerjaan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh terhadap

akses informasi yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang

tidak bekerja (Depkes, 2004).Dilihat dari segi social ekonomi bagi

sebagian anggota masyarakat yang mengalami krisis ekonomi atau

dengan upah dan pendapatan yang kurang untuk pemeriksaan

kehamilan merupakan beban berat, akibatnya mereka memilih

untuk tidak memeriksakan kehamilanya sehingga ibu hamil tidak

memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

Rahim, asupan gizipun tidak diperhatikan (Budi, AS, 2009).

C. Landasan Teori

Terdapat beberapa faktor rediposisi penyebab terjadinya BBLR

dianytaranya adalah faktor ibu yang meliputi umur ibu, paritas, usia

23

kehamilan, pendidikan, pekerjaan, ibu dengan anemia dan riwayat

BBLR sebelumnya.

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat

badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram tanpa

memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang

ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Untuk keperluan di desa berat lahir

ditimbang dalam 24 jam pertama setelah lahir (Saifuddin, 2008).

Umur adalah lamanya seseorang hidup.Umur bertambah sejalan

dengan berkembangya biologis atau alat-alat tubuh manusia.Umur ibu

sangat mempengaruhi suatu kesuksesan persalinan. Dalam kurun

reproduksi sehat dianjurkan agar umur ibu untuk hamil antara usia 20-

35 tahun. Usia ibu dibawah 20 tahun cenderung mempunyai faktor

resiko yang tinggi untuk terjadinya komplikasi kehamilan. Pada

penelitian Bakketeig dan Hoffman kelompok yang memiliki resiko

terbesar yaitu persalinan preterm dan ibu yang berusia kurang dari 20

tahun.

Cunningham (2005) melaporkan bahwa wanita yang berusia lebih

dari 35 tahun memperlihatkan peningkatan bermakna dalam insidensi

hipertensi, diabetes, solusio plasenta, persalinan premature, bayi lahir

mati dan plasenta previa. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR yang

disebkan oleh perubahan pembuluh darah ibu dan bagi ibu hamil yang

usia lanjut ketika proses faal dan tubuh mengalami kemunduran, maka

hal ini akan mempengaruhi pula keadaan Rahim dan peredaran darah

24

sudah banyak mengalami pengapuran. Keadaan yang nantinya

akanmempengaruhi sirkulasi makanan ke janin yang akan

menyebabkan bayi lahir dengan BBLR.

Paritas adalah jumlah kehamilan oleh seorang wanita baik yang

berakhir dengan kelahiran hidup, lahir mati maupun abortus.Paritas 2 –

4 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal

lebih tinggi.

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan tertentu sehingga

sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri (Notoatmodjo, 2010).

Pekerjaan didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang

dilakukan oleh manusia.Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan

untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai

imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang (Depkes RI, 2009).

25

pendidikan

5. Kerangka konsep

Keterangan :

Variabel independen : umur ibu, paritas , pandidikan dan

pekerjaan

Variabel dependen : kejadian ibu yang melahirkan BBLR

paritas

pekerjaan

Kejadian ibu yang

melahirkan BBLR

umur

26

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriftif yang

dimaksudkan untuk mendeskripsikan fakta mengenai suatu keadaan

secara objektif (Notoatmodjo, 2010).

B. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

C. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 februari-15 maret 2017.

D. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi penelitian adalah semua ibu bersalin yang melahirkan

BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Provinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2016 yang berjumlah 101 orang.

27

b. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2010).Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Besar

Sampel sebagai berikut :

n = .= ( , )= ( , )= ,= ,= 50,24

n = 50

jadi besar sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini

sebanyak 50 orang.

28

Keterangan :

N = jumlah populasi

d² = tingkat kepercayaan (0,1)

n = jumlah sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling

dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri atau

bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih

sebagai anggota sampel. dengan mengambil sampel pasien yang

ada selama penelitian berlangsung (Notoatmojo, 2010).

E. Variabel Penelitian

1. Variabel independen/variable bebas : umur ibu, paritas, pendidikan

dan pekerjaan

2. Variabel dependen/variable terikat : kejadian ibu yang melahirkan

BBLR.

F. Definisi Operasional

1. Variabel terikat

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari

2500 gram tanpa memandang umur kehamilan.

2. Variabel bebas

a. Umur ibu

Umur ibu adalah usia ibu yang dihitung berdasarkan ulang

tahun terakhir yang tercantum dalam berkas rekam medic.

29

Usiaaman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia antara

20-35 tahun. Kriteria :

a. Umur ibu <20 tahun

b. Umur ibu 20-35 tahun

c. Umur ibu >35 tahun

b. Paritas

Paritas adalah jumlah keseluruhan anak yangtelah lahir baik

hidup maupun mati.Paritas 2 sampai 4 merupakan paritas

paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal lebih

tinggi.Kriteria :

a. Paritas 1 : ibu yang hamil pertamakali

b. Paritas 2-4 : ibu yang melahirkan 2-4 kali

c. Paritas >4 : ibu yang melahirkan lebih dari 4 kali.

c. Pendidikan

Pendidikan adalah proses belajar yang bertujuan untuk

meningkatkan kematangan intelektual yang diperoleh melalui

pendidikan formal. Kriteria :

a. Pendidikan rendah : SD-SMP

b. Pendidikan menengah : SMA

c. Pendidikan tinggi : Sarjana/Diploma

(UU Nomor 20 tahun 2003).

30

d. Pekerjaan

Pekerjaan didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang

dilakukan oleh manusia.Dalam arti sempit, istilah pekerjaan

digunakan untuk tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah

karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi sesorang

(Depkes RI, 2009).Ibu yang bekerja lebih berpotensi melahirkan

bayi dengan BBLR dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Kriteria

yaitu :

a. ibu yang bekerja : ibu rumah tangga yang bekerja

sebagai PNS dan wiraswasta

b. ibu yang tidak bekerja : ibu rumah tangga yang hanya di

rumah mengurus keluarga.

G. Instrument Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

adalah berupa lembar observasi tentang umur ibu, paritas, pendidikan

dan pekerjaan.

H. Pengolahan Data

Data diolah secara secara manual dengan menggunakan kalkulator

sebelum pengolahan data terlebih dahulu dilakukan.

1. Editing

Editing atau penyuntingan data dilakukan pada saat

penelitian yakni memeriksa semua lembaran observasi yang telah

diisi dan memeriksa keseragaman data.

31

2. Coding

Coding atau pengkodean pada lembaran observasi, pada

tahap ini kegiatan yang dilakukan ialah mengisi daftar kode yang

disediakan pada lembaran observasi, sesuai dengan hasil

pengamatan yang dilakukan.

3. Skoring

Setelah melakukan pengkodean maka dilanjutkan dengan

tahap pemberian skor pada lembaran observasi dalam bentuk

angka-angka.

4. Tabulasi

Setelah selesai pembuatan kode selanjutnya dilakukan

pengolahan data dalam satu table menurut sifat-sifat yang dimiliki

yang mana yang sesuai dengan tujuan penelitian ini.Tabel yang

digunakan yaitu table yang sederhana atau table silang.

I. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan setelah data diolah dan disajikan dalam

bentuk table distribusi frekuensi.

J. Jenis dan Analisa Data

1. Jenis data

Jenis data penelitian adalah data kuantitatif, yaitu data yang

berhubungan dan angka-angka, baik yang diperoleh dari hasil

pengukuran, maupun dari nilai suatu data yang diperoleh dengan

32

jalan mengubah data kualitatif kedalam data kuantitatif

(Notoatmodjo, 2005)

2. Analisa data

Analisis data meliputi analisis deskriftif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan semua variable penelitian dalam bentuk

presentasi atau proporsi dengan :

= x K

(Arikunto, 2006).

Keterangan :

f : frekuensi variable yang diteliti

n : jumlah sampel penelitian

K : konstanta (100%): presentase hasil yang dicapai

33

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara

1. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari

Rumah Sakit Umum Daerah kota Kendari awalnya terletak di

Kota kendari, tepatnya di Kelurahan kandai Kecamatan Kendari

dengan luas lahan 3.527 M² dan luas bangunan 1.800 M².

RSUD Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung

peninggalanpemerintah Hindia belanda yang didirikan pada tahun

1927 dan telah mengalami beberapa perubahan antara lain :

a. Dibangun oleh pemerintah belanda pada tahun 1972.

b. Dilakukan rehabilitasi oleh pemerintah jepang pada tahun 1942-

1945

c. Menjadi Rumah Sakit Tentara pada tahun 1945-1960.

d. Menjadi Rumah Sakit Umum Kabupaten kendari pada tahun 1960

– 1989.

e. Menjadi Puskesmas Gunung jati pada tahun 1989 – 2001.

f. Menjadi RSU Kota Kendari pada tahun 2001 berdsarkan Perda

Kota Kendari No. 17 tahun 2001.

34

g. Diresmikan penggunaanya sebagai RSUD Abunawas Kota

Kendari oleh Bapak walikota Kendari pada tanggal 23 januari

2003.

h. Pada tahun 2008, oleh pemerintah kota kendari telah

membebaskan lahan seluas 13.000 ha untuk relokasi Rumah

Sakit, yang dibangun secara bertahap dengan menggunakan

dana APBD, TP, DAK dan DPPIDP.

i. Pada tanggan 9 desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah

Abunawas Kota Kendari resmi menempati gedung baru yang

terletak di Jl. Brigjen Z.A sugianto No : 39, Kel. Kambu Kota

kendari.

j. Pada tanggal 12 – 14 Desember 2012 telah divisitasi oleh TIM

Komite akreditasi Rumah Sakit (KARS), dan berhasil terakreditasi

penuh sebanyak 5 pelayanan (Administrasi dan Manajemen,

Rekam Medik, pelayanan Keperawatan, Pelayanan Medik dan

IGD).

k. Berdasarkan SK Walikota Kendari no 16 tahun 2015 tanggal 13

Mei 2015 dikembalikan namanya menjadi RSUD Kota kendari

sesuai PERDA Kota Kendari no. 17 tahun 2001.

2. Sarana gedung

RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana gedung sbb:

a. Gedung Anthurium ( Kantor )

b. Gedung Bougenville ( Poliklinik )

35

c. Gedung IGD

d. Gedung Matahari ( radiologi )

e. Gedung crysant (kamar operasi)

f. Gedung asoka ( ICU )

g. Gedung Teratai ( Obgyn – ponek )

h. Gedung lavender ( rawat inap Penyakit dalam )

i. Gedung Mawar ( rawat Inap anak )

j. Gedung Melati ( rawat inap Bedah )

k. Gedung tulip ( Rawat inap saraf dan THT )

l. Gedung anggrek ( rawat inap VIP, Kls 1 dan kelas II )

m. Gedung instalasi gizi

n. Gedung Loundry

o. Gedung laboratorium

p. Gedung kamar jenazah

q. Gedung VIP

r. Gedung PMCC ( Private Medical Care Centre ) dalam proses

pembangunan.

Dalam menunjang pelaksanaan kegiatan, RSUD Kota

Kendari dilengkapi dengan 4 unit mobil ambulance, 1 buah

mobil direktur, 10 buah mobil nasional dokter spessialis dan 10

buah sepeda motor.

36

3. Ketenagaan

Jumlah tenaga kerja yang ada di RSUD kota Kendari pada tahun

2016 sebanyak 451(207 PNS dan 244 Non PNS), yang terdiri dari :

a. Tenaga medis.

b. Tenaga paramedic perawatan

c. Tenaga paramedic non perawatan

d. Tenaga administrasi

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Mulai Tanggal 15 Februari-15

Maret Tahun 2017 hingga dengan mencatat data sekunder dari status ibu

yang tersimpan dibuku register di ruang Teratai. Setelah data dikumpul

dan diolah secara manual dengan menggunakan kalkulator dan penyajian

data dalam bentuk tabel maka diperoleh :

1. Umur Ibu

Tabel 1.Distribusi Identifikasi Umur ibu dengan Kejadian Berat BayiLahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Kota KendariProvinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

Umur Ibu Frekuensi (F) Persentase (%)

<20 tahun 11 22

20-35 tahun 15 30

>35 tahun 24 48

Jumlah 50 100Sumber : Bagian Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

37

Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa Umur Ibu<20

tahun sebanyak 11 orang (22%), Umur Ibu 20 tahun – 35 tahun

sebanyak 15 orang (30%) dan Umur Ibu >35 tahun sebanyak 24 orang

(48%).

2. Paritas

Tabel 2.Distribusi Paritas ibu dengan Kejadian Berat Bayi LahirRendah di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari ProvinsiSulawesi Tenggara Tahun 2016.

Paritas Ibu Frekuensi (f) Persentase (%)

I 20 40

2-4 13 26

>4 17 34

Jumlah 50 100Sumber : Bagian Medical Record Rumah Sakit Umum daerah Kota Kendari

Berdasarkan Tabel 2 diatas Paritas Ibu I sebanyak 20 orang

(40%), Paritas II-IV sebanyak 13 orang (26%) dan paritas >IV sebanyak

17 orang (34%).

3. Pendidikan

Tabel 3.Distribusi Identifikasi Pendidikan ibu dengan kejadian BeratBayi Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah kotaKendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016.

Pendidikan Ibu Frekuensi (f) Persentase

Pendidikan Rendah 36 72

Pendidikan Menengah 8 16

Pendidikan Tinggi 6 12

Jumlah 50 100Sumber : bagian Medical record rumah Sakit Umum daerah Kota Kendari

38

Berdasarkan Tabel 3 diatas Ibu yang berpendidikan rendah

sebanyak 36 orang (72%), Ibu yang berpendidikan menengah

sebanyak 8 orang, dan ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 6

orang (12%).

4. Pekerjaan

Tabel 4.Distribusi Identifikasi Pekerjaan Ibu dengan kejadian Berat bayilahir Rendah di rumah sakit umum Daerah Kota KendariProvinsi Sulawesi tenggara tahun 2016.

Pekerjaan Ibu Frekuensi (f) Persentase (%)

Bekerja 33 66

Tidak Bekerja 17 34

Jumlah 50 100Sumber : Bagian Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah kota Kendari

Berdasarkan tabel 4 diatas Ibu yang berkerja sebanyak 33

orang (66%) dan ibu yang tidak bekerja berjumlah 17 orang (34%).

C. Pembahasan

Setelah melakukan pengolahan data sesuai dengan penelitian yang

telah dilakukan di Rumah sakit umum daerah kota kendari Provinsi

Sulawesi tenggara Tahun 2016 yang berlangsung pada tanggal 12

februari-12 Maret 2017 maka hasil uji tersebut dianalisa dalam bentuk

pembahasan sebagai berikut :

1. Umur Ibu

Menunjukkan bahwa dari 50 kasus didapatkan untuk kejadian

BBLR Umur ibu <20 tahun sebanyak 11 orang (22%), Umur ibu 20 –

39

35 tahun sebanyak 15 orang (30%) dan Umur Ibu >35 tahun sebanyak

24 orang (48%).

Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dalam

perkembangan alat-alat reproduksi wanita.Hal ini berkaitan dengan

fisiologis dari organ tubuh dalam menerima kehadiran yang

mendukung perkembangan janin. Dalam kurun reproduksi sehat

dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia

antara 20-35 tahun. Dan resiko kehamilan yang tinggi dijumpai pada

wanita hamil dibawah usia 20 tahun dan diatas usia 35 tahun.

Pengaruh ibu terhadap terjadinya Berat bayi Lahir Rendah

(BBLR) berkaitan dengan perkembangan biologis dan psikologis dari

ibu tersebut. Pada usia antara 20-35 tahun seorang wanita secara

fisioanatomis dan psikologis telah siap untuk hamil, sehingga upaya

untuk pemeliharaan kehamilan akan lebih baik dan adanya risiko bayi

akan dilahirkan dapat dikurangi. Ibu yang melahirkan pada usia kurang

dari 20 tahun perkembangan organ reproduksinya belum optimal,

jiwanya masih labil sehingga kehamilanya masih sering timbul

komplikasi.(Rustam,2010).

Resiko pada kehamilan juga dapat dihadapi ibu hamil berumur

35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada

jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu

ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya

yang terjadi, tekanan darah tinggi dan pre-eklampsia, ketuban pecah

40

dini, persalinan tidak lancar atau macet, perdarahan setelah bayi

lahir.(Cunningham, 2005).

Umur 20-35 tahun biasanya cenderung mempunyai

pengetahuan yang baik, dimana pada umur tersebut mudah sekali

untuk menangkap informasi dan pengetahuan sedangkan umur lebih

dari 35 tahun cenderung berpengaruh kurang.Ibu hamil pada umur <20

tahun, Rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa.

Bahaya yang mungkin terjadi antara lain, bayi lahir tidak cukup umur,

pendarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir, dan pendarahan dapat

terjadi sesudah bayi lahir. (Oxom, 2003).

Menurut Fortey dan Whitone (2010), usia ibu yang beresiko

tinggi untuk terjadi komplikasi kehamilan, keguguran dan melahirkan

BBLR adalah usia <20 tahun dan usia lebih dari35 tahun. Depkes RI

(2002) juga menyatakan hal yang sama bahwa usia ideal untuk

seorang wanita mengalami masa kehamilan adalah saat berusia 20-35

tahun karena pada masa tersebut merupakan masa yang relatif aman

untuk hamil.

Ibu hamil umur <20 tahun beresiko melahirkan BBLR karena

organ reproduksi ibu belum matang secara biologis dan belum

berkembang dengan baik.Organ reproduksi yang belum sempurna

dapat mengakibatkanberkurangnya suplai aliran darah ke serviksdan

uterus.Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi terhadap

janin yang sedang tumbuh dan berkembang. Ibu pada saat usia wanita

41

20 tahun, organ reproduksisudah siap dan matang untuk menerima

kehamilan, persalinan dan kesiapan merawat bayinya. Usia tersebut

biasanya wanita sudah merasa siap untuk menjadi ibu(Ehiri, 2009).

Hal yang sama terjadi pada saat usia >35 tahun. Pada usia

tersebut biasanya ibu rentan mengalami komplikasi kehamilan dan

gangguan janin saat hamil. Menurut Takziah (2013), ibu hamil usia>35

tahun mudah terkena penyakit dan organ kandungan sudah menua,

jalan lahir menjadi kaku serta terjadi perubahan pada jaringan organ

reproduksi dalam. Bahaya yang mungkin terjadi antara lain hipertensi,

ketuban pecah dini, persalinan macet, pendarahan dan bayi lahir Berat

Bayi Lahir Rendah.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Simartama (2010) dengan hasil penelitian ada hubungan antara usia

ibu dengan kejadian BBLR. Usia Ibu <20 tahun atau >35 tahun berisiko

1,36 kali melahirkan BBLR dibandingkan usia ibu 20-35 tahun.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Takziah

(2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan

kejadian BBLR dimana usia ibu <20 tahun atau >35 tahun berisiko

2.835 kali melahirkan BBLR disbanding dengan usia ibu 20-35 tahun.

2. Paritas

Menunjukkan bahwa dari 50 kasus didapatkan Paritas ibu 1

sebanyak 20 orang (40%), paritas ibu 2-4 sebanyak 13 orang (26%)

dan paritas ibu lebih dari 4 sebanyak 17 orang (34%).

42

Paritas adalah jumlah kehamilan oleh seorang wanita baik yang

berakhir dengan kelahiran hidup, lahir mati maupun dengan

abortus.Paritas 2-4 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut

kematian maternal lebih tinggi.Lebih tinggi paritas, lebih tinggi

kematian maternal.

Paritas 2 sampai 4adalah paritasyangpaling aman biladitinjau

dari sudut kematian maternal, sedangkan paritas 1 dan lebih dari 4

mempunyai angka kematian maternal yang lebih tinggi. Ibu

dengananak >4 akan meningkatkan risiko kematian pada ibu dan bayi.

Ibu dengan paritas yang tinggi cenderung mengalami komplikasi dalam

kehamilan.Paritas tinggi ditambah dengan jarak kehamilan yang

pendek dapat menyebabkan beberapa akibat kehamilan yang

merugikan serta ibu terlalu payah dalam melahirkan, menyusui dan

merawat anaknya (Prawirohardjo, 2011).

Ibu dengan paritas <2 atau kehamilan pertama biasanya

merasakan kecemasan terhadap kehamilan yang sedang dialaminya.

Ibu memikirkan bagaimana cara menjaga kehamilan dan menghadapi

persalinan yang akan dialami. Kecemasan ini dapat mempengaruhi

proses kehamilan sehingga bayi yang dilahirkan dapat lahir dengan

BBLR. Kurangnya pemahaman pada ibu dengan paritas pertama juga

dapat berdampak pada kurangnya ibu dalam menjaga kesehatan

kehamilan termasuk dalam menjaga status gizi ibu dan janin yang

dikandungnya, sehingga berdampak pada kurangnya berat bayi yang

43

dilahirkan.Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Winkjosastro (2007), bahwa ibu hamil primipara belum mampu

beradaptasi dalam menghadapi kehamilanya sehingga memilki resiko

terhadap terjadinya BBLR.

Ibu dengan paritas >4 telah mengalami penurunan fungsi

reproduksi karena persalinan-persalinan yang dialami

sebelumnya.Penurunan fungsi organ reproduksi ini dapat berakibat

pada terganggunya pertumbuhan dan perkembangan janin yang

dikandung ibu, sehingga pada akhirnya ibu melahirkan bayi dengan

BBLR. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Fortney

(2010) yang menyatakan bahwa paritas lebih dari 4 akan berpengaruh

terhadap kehamilan karena fungsi endometrium tidak memungkinkan

lagi untuk menerima hasil konsepsi (Fortney A, 2010).

Ibu yang termasuk dalam paritas 2-4 telah memiliki pengalaman

hamil dan melahirkan sebelumnya sehingga lebih mampu menjaga

kehamilan dan lebih siap menghadapi persalinan yang akan dialami.

Kesiapan ibu dalam menjaga kehamilan dan persalinan ini

mempengaruhi proses kehamilan dan persalinan. Fungsi organ

reproduksi ibu dengan paritas 2-4 juga belum mengalami kemunduran

sehingga lebih menjamin pertumbuhan dan perkembangan janin yang

lebih baik. Hal ini sesuai dengan teori Depkes RI (2010) bahwa kondisi

uterus yang sangat baik sebagai tempat insersi plasenta, maka fungsi

plasenta yang menghubungkan dan mengalirkan darah ibu ke janin

44

yang mengandung makanan, oksigen, dan zat-zat dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin (Depkes,2010).

Paritas 1 dan paritas lebih dari 4 mempunyai angka kematian

maternal maupun neonatal yang lebih tinggi. Paritas yang tinggi

dengan kehamilan yang terlalu dekat akan menimbulkan komplikasi

pada ibu dan bayi itu sendiri. Pada bayi misalya dapat terjadi BBLR.

Resiko pada paritas I dapat ditangani dengan asuhan obstetric yang

lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau

dicegah dengan program KB. Oleh karena itu, perlunya kesadaran dari

para ibu yang masih dalam masa reproduksi sehat untuk mengatur

jarak kehamilan dan jumlah anak dengan mengikuti program KB agar

hal-hal yang tidak diinginkan seperti misalnya kejadian BBLR tidak

terjadi. (Firdaus,2002).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo

dan Putro (2009) dengan hasil penelitian ibu yang memiliki paritas

yang tidak aman (paritas 1 dan >4) akan berisiko 1,29 kali terjadi BBLR

pada yang dilahirkanya dibandingkan ibu dengan paritas aman (paritas

2-4).

3. Pendidikan

Menunjukkan bahwa dari 50 kasus didapatkan untuk kejadian

BBLR Pendidikan Ibu SD dan SMP sebanyak 36 orang

45

(72%),Pendidikan Ibu SMA sebanyak 8 orang (16%) dan Pendidikan

ibu PT sebanyak 6 orang (12%).

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran

untuk mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan tertentu

sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri (Notoatmodjo,

2010).

Berdasarkan tingkat pendidikan ibu dapat dijelaskan bahwa

terdapat kecenderungan terhadap kematian bayi yang jumlahnya lebih

banyak pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah (SD dan

SMP) hingga tidak sekolah.

Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan dalam

menghadapi berbagai masalah misalnya membutuhkan vaksinasi

untuk anaknya, memberi oralit waktu mencret, misalnya kesediaan

menjadi peserta keluarga berencana, termasuk pengaturan makanan

bagi ibu hamil untuk mencegah lahirnya bayi dengan Berat Bayi Lahir

Rendah (BBLR) bahwa ibu mempunyai peranan yang penting dalam

kesehatan dan pertumbuhan bayi, . Pendidikan yang lebih tinggi akan

mendapat kesempatan hidup serta tumbuh kembang yang baik.

Pendidikan ibu memang telah lama dianggap sebagai salah

satu faktor kunci yang berperan terhadap derajat kesehatan

bayi.Pendidikan yang dimiliki oleh seorang ibu akanmempengaruhi

pengetahuan dalam pengambilan keputusan dan secara tidak

langsungakan berpengaruh pada perilakunya termasuk

46

dalamhalmemenuhi kebutuhan gizi melalui pola makan

sertamemahami untuk melakukan antenatal careatau kunjungan

pemeriksaan selama kehamilan. Secara umum, wanita yang

berpendidikan rendah kurang untuk berperilaku sehat terhadap dirinya

sendiri dan mereka memiliki risiko buruk pada kehamilan. Ibu dengan

tingkat pendidikan yang relatif tinggi (lebih dari SMA) memiliki

probabilitas yang rendah untuk melahirkan BBLR dibanding ibu

dengan tingkat pendidikan rendah (Festy, 2010).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Simartama (2010) dengan hasil penelitian ada hubungan antara

pendidikan ibu dengan kejadian BBLR dimana ibu dengan tingkat

pendidikan yang rendah 2,04 kali melahirkan BBLR dibandingkan

dengan ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Hasil yang sejalan

juga didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2009)

dimana ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah 7,36 kali

melahirkan BBLR dibandingkan ibu dengan tingkat pendidikan yang

tinggi.

4. Pekerjaan

Pekerjaan didefiniskan sebagai sebuah kegiatan aktif yang

dilakukan oleh manusia.Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan

untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai

imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. (Depkes RI, 2009).

47

Seorang wanita saat hamil masih diperbolehkan untuk

melakukan aktivitas sehari-hari atau bahkan bekerja di luar rumah.Hal

yang harus diperhatikan adalah jenis pekerjaan dan beban kerja dalam

pekerjaan itu.Pekerjaan yang dilakukan harus bisa ditoleransi di masa

kehamilannya, tidak terlalu berat (mengurangi aktivitas fisik) dan

tingkat keamanannya baik (Hamilton, 2005).

Wanita hamil sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi.Salah

satunya yaitu harus bekerja, padahal wanita hamil dianjurkan untuk

banyak istrahat.Hal tersebut menyebabkan wanita kurang menjaga

kesehatan saat hamil dan kurang memperhatikan asupan gizi yang

benar. Jika asupan nutrisi saat hamil buruk, maka janinpun akan

kekurangan nutrisi dalam perkembanganya dan menyebabkan bayi

mengalami berat badan lahir rendah. Sehingga ibu yang bekerja lebih

berpotensi melahirkan bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah.

Seorang wanitadengan beban kerja berat dapat menyebabkan

stres dan akan mempengaruhi perilaku wanita tersebut terhadap

kehamilan, misalnya dalam melakukan perawatan kehamilan. Wanita

hamil yang berada dalam keadaan stres dapat mempengaruhi perilaku

dan tindakandalammemenuhikebutuhan nutrisi untuk diri sendiri

sertajanin yang dikandungnya. Keadaan stres berpengaruh terhadap

turunnya nafsu makan dan menyebabkan masukannutrisi berkurang

sehingga akan terjadi gangguan pada sirkulasi darah ibu ke janin

48

melalui plasenta. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi berat badanbayi

yang akan dilahirkan (Yuliva,2009).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widyastuti (2009) dengan hasil penelitian ibu yang bekerja akan

berisiko 3,47 kali melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang

tidak bekerja.

49

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai identifikasi Ibu yang melahirkan

Berat Bayi Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah kota Kendari

Tahun 2016 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Umur ibu bersalin yang melahirkan BBLR terbanyak pada kelompok

umur ibu >35 tahun sebanyak 24 orang dan paling sedikit pada

kelompok umur ibu <20 tahun sebanyak 11 orang.

2. Paritas ibu bersalin yang melahirkan BBLR terbanyak pada kelompok

paritas ibu I sebanyak 20 orang, dan Paritas ibu bersalin yang paling

sedikit pada kelompok paritas ibu II-III sebanyak 13 orang.

3. Pendidikan ibu bersalin yang melahirkan BBLR terbanyak pada

kelompok ibu yang Pendidikan rendah sebanyak 36 orang, dan

pendidikan ibu yang paling sedikit pada kelompok pendidikan Tinggi

sebanyak 6 orang.

4. Pekerjaan ibu bersalin yang melahirkan terbanyak pada kelompok ibu

yang Bekerja sebanyak 33 orang dan yang paling sedikit pada ibu

yang tidak bekerja sebanyak 17 orang.

50

B. Saran

1. Perlunya pemberian informasi secara aktual kepada ibu dan suami

untuk mengatur paritas kehamilan dalam rangka mencegah

timbulnya berbagai dampak kesehatan pada masa kehamilan dan

persalinan serta pentingnya pelaksanaan pemeriksaan kehamilan

yang dilakukansecara lengkap agar hal-hal yang tidak diinginkan

terjadi seperti misalnya Berat Bayi Lahir Rendah.

2. Adanya pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat pada ibu

khususnya pada masa kehamilan dengan penerapan pola makan

teratur dan seimbang sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi

ibu dan bayi yang dikandungnya.

3. Pada ibu-ibu hamil diharapkan lebih ditingkatkan lagi program KB,

karena dengan jumlah persalinan yang banyak ataupun dengan ibu

yang terlampau muda dapat berdampak pada tingginya angka

kejadian Berat Bayi Lahir Rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S, 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktif (EdisiRevisi ke-5).Jakarta : Rineka Cipta.

Cunningham FG, et all. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC.

Departemen kesehatan Republik Indonesia, 2009. Profil KesehatanIndonesia.Depkes RI, Jakarta.

Departemen kesehatan Republik Indonesia, 2010.Tetanus Neonatorumdan Bayi Berat Badan Lahir Rendah.Depkes RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan republic Indonesia, 2013.Laporan Hasil RisetKesehatan Dasar Indonesia (Rikesdas).Depkes RI, Jakarta.

Dinaskesehatan Sulawesi Tenggara, 2015. Profil Kesehatan Sultra.Dinkes Sultra, Kendari.

Ehiri, 2009.Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas.Jakarta : Trans Info Media.

Festy, 2010.“Analisis Faktor Risiko pada Kejadian Berat Badan LahirRendah di Kabupaten Sumenep”.Skripsi.Surabaya : ProgramStudi Ilmu Keperawatan Universitas Muhamadiyah Surabaya.

Firdaus, 2002.“Hubungan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Berulangdengan Karkteristik Ibu di RSUP dr. hasan SadikinBandung”.Dalam ; Kumpulan Penelitian dan Makalah Ilmiah,Pertemuan Ilmiah Tahunan POGI XIII Malang.

Fortey A, dan Whitone E.W, 2010.Ilmu Kebidanan Patologi dan FisiologiPersalinan.Yogyakarta : Yayasan Essential Medika.

Hamilton, 2005.Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas.Jakarta : EGC.

Hasan, 2010.Buku Kuliah : Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta : PenerbitBagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.

Helen, Varney, 2009. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta : EGC.

Huda, Amin ; Hardhi Kusuma, 2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDANIC-NOC Panduan Penyusunan Asuhan KeperawatanProfesional.Jakarta :Mediaction.

Iskandar, 2009.Metedologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitatifdan kualitatif).Jakarta :GP Press.

Manuaba, 2008.Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.

Manuaba, 2010.Ilmu Kebidanan Penyakit Dalam Kandungan danKeluarga Berencana untuk Bidan.Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. 2005.Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta.

Oxorn, 2003. Ilmu kebidanan :Patologi dan Fisiologi Persalinan.Jakarta :Yayasan Estentia Medica.

Prawihardjo, S. 2011.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,Jakarta : YBS-SP.

Profil Kesehatan Sultra, 2015. Profil Kesehatan Kendari. Kendari : DinkesSultra.

Purnomo, M.S, dan Putro, 2008. “Risiko Terjadinya Berat Bayi LahirRendah Menurut Determinan Sosial, Ekonomi dan DemografiIndonesia”. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan PuslitbangSistem dan Kebijakan Kesehatan Depkes RI, Surabaya, Vol. 12N0,2 : 127-132.

Puspitasari, 2011. Bayi Dengan BBLR (Berat Bayi LahirRendah).Yogyakarta : Niha Medika.

Rustam, 2010.Sinopsis Obstetri Patofisiologi. Edisi 3 Jilid 1.Jakarta :EGC.

Saifuddin, 2009.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina PustakaSarwono

Simartama, OS, 2010. Hubungan Kualitas Pelayanan Antenatal Terhadapkejadian Bayi Berat lahir Rendah di Indonesia (Analisis DataSekunder Surfei demogravi dan Kesehatan Indonesia tahun2007).

Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 2012.Laporan Pendahuluan2012. Kementrian Kesehatan. Jakarta.

Takziah, 2013.“Determinan Epidemiologi Kejadian BBLR pada DaerahEndemis Malaria di Kabupaten Banjar Provinsi KalimantanSelatan”.Tesis.Surabaya : Universitas Airlangga : 21-56.

Widyastuti, P. 2009. “Faktor-Faktor Risiko Ibu Hamil yang Berhubungandengan Kejadian BBLR (Studi Kasus Diwilayah KerjaPuskesmas Ampel 1 Boyolali Tahun 2008)”.Skripsi. UniversitasNegeri Semarang

WHO, 2011.Guedelines On Optimal Feeding Of Law Birth Weight Infantsin Low-And-Middle Income Countries.

WHO, 2013. Care Of The Preterm and/or Low-Birth-Weight Newborn.

Winkjosastro, 2011.Ilmu Kebidanan Dalam Kandungan. Jakarta : EGC.

Yulifa, 2009.“Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Berat Lahir Bayi diRSUP dr. M. Djamil Padang”. Berita Kedokteran Masyarakat : vol25, No. 2.

Yushananta, 2005.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta :GramediaPustaka Utama.

Lampiran 1MASTER TABEL

IDENTIFIKASI IBU YANG MELAHIRKAN BERAT BAYILAHIR RENDAH (BBLR) RSUD KOTA KENDARI

PROVINSI SULAWESI TENGGARATAHUN 2016

NO NAMA Umuribu

KlasifikasiParitas

KlasifikasiPendidikan

Klasifikasi

PekerjaanKlasifikasi

Pendidikan Pendidikan Pendidikan

<2020 -35 >35 I II -

IV >IV Rendah Menengah Tinggi Bekerja Tidakbekerja

1 Ny. E 37 1 SMP SWASTA 2 Ny. I 17 1 SMP SWASTA 3 Ny. N 15 1 SD IRT 4 Ny. P 31 5 SMA SWASTA 5 Ny. A 20 1 SD IRT 6 Ny. S 18 1 SMP IRT 7 Ny. D 33 5 S1 PNS 8 Ny. L 23 2 SMP SWASTA 9 Ny. L 23 3 SMP SWASTA

10 Ny. I 35 5 SD IRT 11 Ny. B 35 5 S1 PNS

12 Ny. S 40 1 SD SWASTA 13 Ny. S 42 6 SMA IRT 14 Ny. A 19 2 SMP SWASTA 15 Ny. D 36 1 SMP SWASTA 16 Ny. H 50 7 SMP IRT 17 Ny. R 37 3 SMP IRT 18 Ny. I 18 1 SD SWASTA 19 Ny. W 38 5 SMA SWASTA 20 Ny. Y 26 5 SMA SWASTA 21 Ny. I 42 7 SMP IRT 22 Ny. L 32 3 S1 PNS 23 Ny. K 40 2 SMP SWASTA 24 Ny. N 48 1 S1 PNS 25 Ny. L 35 1 DIII PNS 26 Ny. R 41 2 SMP SWASTA 27 Ny. U 37 5 SD IRT 28 Ny. A 45 3 SD IRT 29 Ny. N 38 2 SMP SWASTA 30 Ny. J 43 1 SMP SWASTA 31 Ny. N 46 5 SMA SWASTA 32 Ny. A 17 1 SD IRT 33 Ny. A 18 1 SD IRT 34 Ny. L 17 1 SMA SWASTA 35 Ny. M 32 5 SMP SWASTA 36 Ny. P 18 1 SD IRT

37 Ny. K 35 1 SMA SWASTA 38 Ny. I 19 1 SD SWASTA 39 Ny. A 39 2 SMP IRT 40 Ny. C 21 1 SMP SWASTA 41 Ny. M 43 6 SMP SWASTA 42 Ny. A 39 1 SD IRT 43 Ny. K 46 5 SD SWASTA 44 Ny. D 39 6 SD SWASTA 45 Ny. W 18 1 SMP IRT 46 Ny. H 40 5 SMP SWASTA 47 Ny. T 38 3 SMP SWASTA 48 Ny. W 36 2 DIII PNS 49 Ny. S 23 3 SD SWASTA 50 Ny. D 22 1 SMA SWASTA sumber : Bagian medical Record rumah sakit Umum daerah kota kendari