IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...

13
IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) UGT SIDOGIRI CAPEM BELIMBING DALAM MEMINIMALISIR RENTENIR DI PASAR (STUDI KASUS PASAR BLIMBING) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : FARAH ALYA 155020507111002 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019

Transcript of IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...

Page 1: IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...

IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL

BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) UGT SIDOGIRI

CAPEM BELIMBING DALAM MEMINIMALISIR

RENTENIR DI PASAR

(STUDI KASUS PASAR BLIMBING)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

FARAH ALYA

155020507111002

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

Page 2: IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...
Page 3: IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...
Page 4: IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...

IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA

TAMWIL (BMT) UGT SIDOGIRI CAPEM BELIMBING DALAM

MEMINIMALISIR RENTENIR DI PASAR

(STUDI KASUS PASAR BLIMBING)

FARAH ALYA, AJENG KARTIKA GALUH

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran baitul maal wa tamwil UGT Sidogiri Capem Blimbing

khususnya fungsi sosial dan komersial dalam meminimalisir rentenir di Pasar Blimbing. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari jumlah

anggota sebesar 2202 orang dan 1918 dari jumlah pedagang pasar Blimbing, dapat diartikan bahwa

masyarakat sudah beralih untuk memilih BMT sebagai lembaga keuangan syariah untuk urusan

transaksi ekonomi sehari-hari, hal ini lah yang menjadikan rentenir berkurang dan kurang diminati

oleh masyarakat pasar Blimbing. Pedagang pasar blimbing sudah paham mengenai dampak jangka

panjang dari rentenir dan menemukan BMT sebagai alternatif lain dalam hal pembiayaan ataupun

tabungan dari hasil usaha mereka sehari hari.

Kata kunci: Fungsi Sosial, Fungsi Komersial, Baitul Maal Wa Tamwil, Pedagang Pasar Blimbing,, dan

Rentenir

ABSTRACT

The purposed research is to determine the role of baitul maal wa tamwil UGT Sidogiri Capem Blimbing

especially social and commercial functions in minimizing moneylenders in Blimbing Market. This study

uses a qualitative phenomenological method. The results of this study indicate that from a total of 2202

members and 1918 from the number of Blimbing market traders, it can be interpreted that the public

has shifted to choose BMT as an Islamic financial institution for daily economic transaction matters,

this is what makes loan sharks less and less desirable by the Blimbing market community. Blimbing

market traders already understand the long-term impact of moneylenders and find BMT as an alternative

in terms of financing or savings from their daily operations.

Keywords: Social Function, Commercial Function, Baitul Maal Wa Tamwil, Blimbing Market Traders,

and Moneylenders

A. PENDAHULUAN

Perkembangan lembaga keuangan mikro (LKM) di dunia maupun di Indonesia sudah sangat pesat

pertumbuhannya. Bahkan LKM di Indonesia dapat dikatakan terbesar baik dari sisi jumlah maupun

variasinya (Salam,2000 dalam Widyaningrum, 2002 : 3). Hal lain yang cukup penting untuk dilihat

adalah bahwa banyak LKM yang didirikan tidak hanya untuk memberikan jasa keuangan bagi

masyarakat menengah kebawah saja, tetapi juga terjun dengan isu pemberdayaan. Pembukaan akses

kepada jasa keuangan atau permodalan mikro merupakan titik masuk (entry point) untuk kegiatan

pemberdayaan yang lain, seperti meningkatkan akses terhadap sumber modal, mengentas kemiskinan,

meberdayakan perempuan sebagai salah satu penunjang kegiatan ekonomi keluarga, dan sebagainya.

Dengan mengemban misi semacam ini dapat menjadi patokan sudah sejauhmana LKM yang membawa

Page 5: IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...

misi pemberdayaan ini hingga mencapai tujuannya. dari sisi Ekonomi Islam sekarang telah berkembang

lembaga keuangan mikro berbasis syariah. Salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang

berkembang cepat yaitu Baitul Mal Wa Tamwil (BMT).

Kebijakan tentang pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Baitul Maal

Wat Tamwil (BMT) mempunyai posisi penting bagi perbaikan taraf hidup dan perekonomian

masyarakat (Rozalinda,2003). Melihat kedudukannya yang cukup strategis ini, BMT diharapkan mampu

menjadi pilar penyangga utama sistem ketahanan ekonomi nasional. BMT sebagai Lembaga Keuangan

Mikro Syariah mempunyai peranan yang cukup besar dalam membantu kalangan usaha kecil dan

menengah. Kehadiran BMT dinilai mampu menanggulangi masalah permodalan yang dialami oleh

pedagang kecil mikro yang tidak dapat mengakses perbankan. Lembaga ini diharapkan berperan dalam

menggairahkan usaha-usaha kecil produktif dan melepaskan masyarakat dari jeratan rentenir.

B. KAJIAN PUSTAKA

BMT sebagai Pilihan bagi Masyarakat Menengah Kebawah

Menurut Huda (2016 ; 35) mendefinisikan BMT sebagai balai usaha mandiri terpadu yang

isinya berintikan bait al mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan

investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan antara lain mendorong

kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, BMT juga dapat

menerima zakat, infaq dan shadaqah lalu di salurkan sesuai dengan peraturan dan amanat.

Baitul Tamwil memiliki konsep pembiayaan yang dilakukan dengan konsep syariah (bagi hasil). Konsep

bagi hasil untuk mayoritas rakyat Indonesia sudah sering dipraktikan dan sudah menjadi bagian dari

proses pertukaran aktivitas ekonomi, terutama di pedesaan. Contohnya, bagi hasil antara pemilik sawah

dan penggarap sawah. Dari konsep ini menyebabkan kedua belah pihak, yaitu pengelola BMT dan

peminjam, saling melakukan kontrol. Disisi lain, pengelola di tuntut untuk menghasilkan untung bagi

penabung dan pemodal. Produk yang di keluarkan oleh BMT meliputi produk pembiayaan, jual beli

barang, serta pembiayaan untuk social. Dikarenakan Baitul Tamwil sama seperti bank, maka lembaga

tersebut dapat menerima dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkannya kepada

masyarakat pula dalam bentuk pembiayaan.

Karena BMT memiliki fokus pada pedagang mikro, pembiayaan yang diberikan juga harus

memiliki syarat syarat namun dengan beberapa kemudahan, karena beberapa pola pikir masyarakat

khususnya pedagang mikro beranggapan bahwa melakukan pembiayaan pada lembaga keuangan

contohnya bank, BMT, koperasi, dan lain-lain memiliki proses pembiyaaan yang sangat rumit. Untuk

itu beberapa BMT yang di tempatkan berdekatan dengan pasar, terjun langsung dalam menyalurkan

pembiayaan tersebut sehingga nasabah tidak perlu lagi datang ke kantor BMT. Keunggulan tersebut

nyatanya sangat di minati masyarakat khusunya pedagang mikro itu sendiri, namun demikian BMT harus

bertanggungjawab terhadap pembinaan khususnya anggota yang melakukan pembiayaan

Fungsi Sosial dan Fungsi Komersial Baitul Maal Wa Tamwil

Pengertian yang dikemukakan oleh Amin Azis (1996) dalam Neni (2011) BMT adalah: ”Balai

usaha Mandiri Terpadu yang dikembangkan dari konsep baitul mal wat tamwil. Dari segi baitul mal,

BMT menerima titipan BAZIS dari dana zakat, infaq dan shadaqah dan memanfaatkannya untuk

kesejahteraan masyarakat kecil, fakir miskin. Pada aspek baitul tamwil, BMT mengembangkan usaha-

usaha produktif untuk meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dan anggota”.

Dari kedua pengertian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa BMT merupakan lembaga

ekonomi yang menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi sosial dan fungsi komersial. Hal ini

dikarenakan BMT memiliki dua istilah diantaranya Baitulmaal (Fungsi Sosial) yang merupakan Istilah

untuk organisasi yang berperan dalam mengumpulkan dan menyalurkan dana non profit, seperti zakat,

Infaq, dan Shadaqah. Fungsi sosial BMT juga harus berorientasi untuk kesejahteraan anggota dan

masyarakat lingkungannya, salah satunya yaitu menghilangkan ekonomi ribawi. Dari sisi Baitultamwil

(Fungsi Komersial) merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya mengumpulkan dan menyalurkan

dana komersial, seperti tabungan, pinjaman, dan transaksi ekonomi yang bersifat produktif untuk

Page 6: IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...

menghasilkan laba. Kedua fungsi ini merupakan suatu sistem dalam wadah BMT yang bekerja secara

sinergi dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Menurut Makhlalul Ilmi (2002 : 67), apabila ada

pengingkaran pada fugsi ini dapat berakibat fatal dan berimplikasi serius secara negative terhadap

keutuhan jatidiri BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah. Siapapun tidak berhak untuk

mengkalim lembaganya sebagai BMT jika kedua fungsi tersebut tidak ada atau hanya menggunakan satu

fungsi saja.

Rentenir sebagai Jebakan Masyarakat Pasar

Rentenir merupakan orang yang yang memberikan layanan pinjaman (kredit) kepada

nasabahnya berupa uang dengan membebankan bunga yang sangat tinggi. Bunga menurut ulama

diartikan sebagai tambahan yang di bebankan dalam transaksi peminjaman uang yang di perhitungkan

dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan hasil dari modal pokok tersebut berdasarkan jangka

waktu tertentu yang diperhitungkan secara pasti di muka berdasarkan persentase dari jumlah yang

dipinjamkan (Rozalinda, 2013).

Dalam ekonomi islam bunga dikenal sebagai riba, dan riba memiliki arti ziyadah yang

dimaksudkan sebagai tambahan dari modal pokok sedikit atau banyak. Berikut ini larangan praktek riba

yang tertulis dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa:29, yang artinya:

“Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang

batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan

janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (Q.S. An-

Nisa; 29).

Bagi pelaku riba Allah SWT sudah menggambarkannya didalam Al- Qur’an Surat Al- Baqarah:

275 yang artinya:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang

yang kemasukan setan lantaran penyakit gila. Keadaan mereka demikian itu adalah disebabkan mereka

berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan

jual beli dan mengharamkan riba. Orang – orang yang telah sampai kepadanya larangan dari

Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu

(sebelum datang larangan); dan urusannya kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba),

maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Q.S. Al-Baqarah:275).

Dari arti surat Al-Baqarah ayat 257 tersebut sudah sangat jelas bahwa pelaku riba diharamkan

dalam Islam. Rentenir adalah pekerjaan yang dikecam karena kemaslahatan umat terganggu dan akan

terjadi penipuan dan pertumbuhan ekonomi tidak akan tercapai karena masyarakat tidak bisa keluar dari

jeratan hutang yang semakin hari semakin besar. Ditambah perekonomian Indonesia yang masih

terpuruk. Ternyata dari penjelasan tersebut di pasar tradisional lah dinamika perekonomian bangsa

sesungguhnya terlihat nyata.

Peran Baitul Maal Wa Tamwil dalam Mengatasi Persoalan Rentenir melalui Fungsi Sosial dan

Fungsi Komersial

Baitul Maal Wa Tamwil merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi ganda. Sebagai

baitul maal maka ia berfungsi sebagai pengumpulan dana dan mentasyarufkan untuk kepentingan sosial,

sedangkan sebagai baitul tamwil maka ia merupakan lembaga bisnis yang bermotif keuangan (laba).

Jadi, dalam baitul maal wat tamwil adalah lembaga yang bergerak di bidang sosial, sekaligus juga bisnis

yang mencari keuntungan (Mursid 2018 : 5). Tetapi, perlu dipahami bahwa antara fungsinya sebagai

sebagai pengumpulan dana dan mentasyarufkan untuk kepentingan sosial dengan fungsi BMT sebagai

baitul tamwil yang merupakan lembaga bisnis yang bermotif keuangan tidaklah saling bertolak belakang

dan berjalan sendiri-sendiri. Melainkan kedua fungsi terbut berjalan beriringan dan saling mendukung.

Dari pemaparan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa BMT merupakan lembaga keuangan

yang memiliki dua fungsi sekaligus. Tidak seperti biasanya dimana suatu lembaga hanya mempunyai

atau menitik beratkan pada satu fungsi yang melekat pada dirinya, baik lembaga tersebut hanya berfungsi

sosial ataupun komersial. fungsi-fungsi yang terdapat di BMT tersebut secara tidak langsung memiliki

keterkaitan satu sama lain. Contohnya saja apabila ada seorang anggota BMT yang ingin membuka

Page 7: IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...

usaha lalu orang tersebut mencoba untuk melakukan peminjaman kepada BMT dan BMT mau

membantunya dalam hal peminjaman uang, maka BMT sudah termasuk melakukan dua fungsinya

sekaligus. Dimana fungsi komersialnya BMT selaku lembaga keuangan seharusnya bisa memenuhi

kebutuhan anggota dalam hal transaksi ekonomi, sedangkan fungsi sosialnya BMT secara tidak langsung

dapat membantu anggota tersebut menjalankan usaha yang diinginkannya dan membantu juga dalam

mensejahterakan anggotanya. Hal inilah yang akan di teliti oleh peneliti mengenai bagaimana BMT

menjalankan perannya sehingga dapat mensejahterakan para anggotanya.

C. METODE PENELITIAN

Ditinjau dari jenis datanya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

merupakan penelitian dimana data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka yang diperhitungkan

secara statistika. Jika data tersebut berupa angka maka hanya digunakan sebagai penguat argument saja,

melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan,

memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah ingin

menggambarkan realita empiris dibalik fenomena secara mendalam, rinci,dan tuntas. Tujuan pendekatan

fenomenologis yaitu untuk memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan individu atau

masyarakat pada situasi-situasi tertentu. Melalui pendekatan ini diasumsikan bahwa penelitian ini tidak

mengetahui arti dari suatu informan yang diteliti, sehingga peneliti dituntut untuk menjelaskan lebih

mendalam tentang pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Menurut Hasbiansyah (2005), pendekatan

fenomenologi berupaya membiarkan realitas mengungkapkan dirinya sendiri secara alami. Melalui

“pertanyaan pancingan” subyek penelitian dibiarkan menceritakan segala macam dimensi pengalaman

berkaitan dengan sebuah fenomena atau peristiwa.

D. HASIL & PEMBAHASAN

A. Implementasi Fungsi Sosial BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing

Meningkatkan Pengembangan Usaha Mikro Anggota BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing

Pemberdayaan anggota BMT UGT Sidogiri merupakan salah satu bentuk fungsi sosial yang

harus dijalankan BMT. Pemberdayaan anggota dapat melalui penyaluran dana qordhul hasan, dimana

dana ini merupakan dana kebajikan. Sistem qardhl hasan ini dapat menjadi fungsi sosial karena tidak

adanya tambahan dari pengembalian pinjaman, sehingga diharapkan anggota dapat bisa mengelola

modal dari pinjaman tersebut dengan baik, dan ditambah dengan pola musyarakah yang dimana anggota

wajib mengangsur kembali dana yang dipinjamkan sehingga terjadi proses disiplin kepada anggota. Pola

pemberdayaan anggota ini tidak hanya dengan memberikan dana secara tunai setelah itu dinikmati

sampai habis, dana tersebut bisa dimanfaatkan untuk keperluan usaha sehingga terjadi sirkulasi modal.

Adari sirkulasi modal yang didapat dan sukses berwirausaha maka akan mendapatkan penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan sehari- hari. Namun di BMT UGT Sidogiri sendiri penerapan Qordl Hasan hanya

digunakan di awal berdirinya saja, seperti yang dituturkan oleh Ketua Cabang BMT UGT Sidogiri

Blimbing Bapak Syafi’ bahwa Qordl Hasan tidak lagi dijalankan karena dua faktor yaitu, faktor

kesyariahan dan faktor bisnis yang kurang. Dimana sisi bisnis ini dianggap tidak bisa mendukung

perkembangan dari usaha bisnis anggota yang menggunakan sistem Qordl Hasan, BMT tidak bisa

mengawasi usaha setiap anggota dikarenakan kekurangan sumber daya manusia di kantor. Namun

dibalik itu, menurut pak Syafi’I di hapuskannya sistem Qorl Hasan dapat digantikan dengan pelayanan

pembiayaan yang lain dengan menggunakan sistem ekonomi syariah sehingga nilai barokahnya tetap

terjaga serta membantu konsultasi untuk anggota apabila membutuhkan bantuan informasi perihal

pembiayaan itu sendiri.

Page 8: IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...

BMT UGT SIDOGIRI Capem Blimbing sebagai Media Dakwah Syiar Islam Bagi Para

Anggotanya

Selain meretas praktek-praktek rentenir di kalangan para anggota khususnya pedagang pasar,

BMT UGT Sidogiri juga memberikan pemahaman atau informasi mengenai sistem ekonomi islam

sendiri. Pemberian informasi mengenai sistem ekonomi islam dilakukan bertahap oleh BMT UGT

Sidogiri sendiri, seperti yang dijelaskan oleh pak Syafi’ dimana dalam melakukan transaksi sehari-hari

secara tidak langsung menjadi dakwah khusus bagaimana sistem ekonomi islam memasuki wilayah

pasar Blimbing, yang tujuannya tidak hanya melayani transaksi ekonomi saja namun juga mengajarkan

sistem yang sesuai dengan syariah islam yang nantinya akan menjadi barokah dan membukakan pintu

rezeki yang lebih baik lagi bagi setiap umatnya. Selanjutnya setelah itu BMT memberikan edukasi

mengenai ekonomi islam saat sudah mulai berjalannya transaksi ekonomi di kantor.

Keterbukaan BMT kepada anggotanya apabila mengalami kesulitan menjadikan salah satu cara

berdakwah lainnya agar para anggota bisa memahami lebih dalam mengenai pembiayaan di BMT. Saat

ini masyarakat selain paham mengenai produk-produk syariah di BMT mereka juga paham mengenai

sisi religiusitas melakukan transaksi di BMT itu sendiri.

B. Implementasi Fungsi Komersial BMT UGT Sidogiri

Pengelolaan Produk Dengan Sistem Ekonomi Islam yang Amanah dan Terpercaya

Untuk mencapai tujuannya, BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing juga harus dapat memberika

kenyamanan bagi anggotanya dalam hal pemberian layanan dan memberikan kerja sama yang baik

dalam melakukan transaksi dan memudahan anggotanya dalam membayar dan menginvestasikan

dananya dengan cara jemput bola. Pemberian pelayanan ini tidak hanya semata-mata terfokus pada

pemberian produk saja, namun juga bagaimana karyawan BMT yang menjemput bola setiap hari bisa

membaur kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak lagi merasa canggung atau takut untuk bertanya

apabila mengalami kesulitan. Hal tersebut ternyata sudah dilakukan oleh karyawan

BMT UGT Sidogiri khususnya yang menangani Pasar Blimbing, yaitu Pak Ro’i.

Dengan berkembangnya pelayanan, maka penyaluran produk-produk BMT akan lebih bisa

diterima oleh anggota. Dalam pengembangan produknya, BMT berfokus pada produk-produk yang ada

bagaimana bisa mengembangkan usaha anggotanya dalam jangka panjang dan memberi berkah kepada

setiap anggotanya. Produk-produk yang sudah ada itu adalah produk titipan berupa tabungan, tabungan

menjadi salah satu hal wajib apabila seseorang ingin bergabung dengan BMT UGT Sidogiri. Dari

tabungan tersebut dibagi menjadi beberapa macam yaitu: Tabungan Umum Syariah, Tabungan Haji Al-

Haroman,Tabungan Umrah Al-Hasanah,Tabungan Idul Fitri, Tabungan Qurban, Tabungan Lembaga

Peduli Siswa, Tabungan Mudharabah Berjangka, Tabungan Mudharabah Berjangka Plus,dan yang

terbaru Tabungan SiMantab. Produk titipan tersebut menggunakan akad Wadiah dan Mudharabah sesuai

dengan kebutuhan titipan itu sendiri.

Produk-produk tersebut dibagi beberapa kelompokk sesuai dengan produk simpanannya. Hal ini

dilakukan untuk memudahkan anggota BMT dalam melakukan transaksinya sesuai dengan apa yang

dibutuhkannya.

Selain produk titipan yang berupa tabungan, produk lainnya yang tak kalah diminati oleh

anggota BMT UGT Sidogiri khususnya pedagang pasar Blimbing adalah produk penyaluran dana,

dengan produk ini BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing optimis dapat mampu menghilangkan praktek-

praktek ekonomi ribawi dilingkungan Pasar Blimbing. Produk-produk penyaluran dana tersebut adalah:

GES (Gadai Emas Syariah), MUB (Modal Usaha Barokah), MTA (Multiguna Tanpa Agunan), KBB

(Kendaraan Bermotor Barokah), PBE (Pembelian Barang Elektronik), dan PKH (pemberian Khafalah

Haji).

Penentuan akad pada produk-produk BMT dilakukan secara tidak langsung, dimana anggota

tidak meminta akad tersebut secara langsung kepada BMT melainkan BMT yang tanggap memilah milah

Page 9: IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...

mana akad yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Contohnya saja pada akad jual beli

(Murabahah). Pemberian akad Murabahah sendiri terbagi lagi menjadi dua Murabahah Mutlaq dan

Murabahah bil Wakalah. Murabahah Mutlaq merupakan akad dimana anggota meminta BMT untuk

menyediakan barang yang di inginkan, sedangkan Murabahah bil Wakalah digunakan saat anggota

menginginkan barang tersebut untuk dibeli sendiri.

Alur akad murabahah yang di terapkan BMT, pertama adanya negosiasi persyaratan antara

anggota dengan BMT yang dimana akan membahas mengenai persyaratan yang rinci untuk mengajukan

pengadaan barang. Setelah mengetahui klasifikasi barang yang diinginkan, selanjutnya memberikan

pilihan kepada anggota apakah membutuhkan bantuan BMT untuk mengadakan barang tersebut atau

ingin membeli sendiri barang tersebut. Apabila ingin BMT yang menyediakan barangnya maka akad

yang dipakai adalah akad Murabahah Mutlaq, sebaliknya apabila ingin membeli sendiri maka akan di

pakai akad Murabahah bil Wakalah. Setela penentuan akad, apabila ingin disediakan oleh BMT, maka

BMT akan langsung membeli barang di penjual barang tersebut. Kemudian barang tersebut langsung

dikirim ke alamat anggota yang bersangkutan. Setelah menerima barang barulah anggota membayar

barang tersebut ditambah dengan upah jasa BMT yang di sepakati di awal.

Selain kedua akad tadi, terdapat akad-akad lain, yaitu Khafalah, Hawalah, Musyarakah,

Mudharabah, Rahn. Khafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak kedua

atau yang ditanggug. Jasa ini timbul karena anggota bertransaksi dengan pihak lain dan pihak tersebut

membutuhkan jaminan dari BMT. Hawalah merupakan pengalihan hutang dari orang yang berhutang

kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam BMT, pembiayaan ini muncul karena adaya

peralihan kewajiban tersebut dialihkan kepada BMT. Musyarakah ialah akad kerjasama dua pihak atau

lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan

kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Mudharabah ialah akad kerja sama antara BMT selaku pemilik dana dengan anggota yang bertindak

sebagai pengelola usaha yang produktif dan halal.

Rentenir Sebagai Media Penyalur Riba Bagi Pedagang Pasar Blimbing

Praktek rentenir di Pasar Blimbing bukan lah hal yang asing bagi pedagang pasar. Praktek ini umumnya

sudah lama ada dan masih berjalan hingga saat ini. Kegiatannya yang dilakukan secara diam diam

membuat keberadaan rentenir susah untuk ditahui oleh masyarakat awam, keberadaan rentenir biasanya

diketahui oleh beberapa orang saja yang terbiasa bertransaksi ataupun berkomunikasi dengan rentenir

tersebut. Hal ini dikarenakan prakteknya yang menyimpang dari lembaga keuangan lainnya, dimana

penyedia jasa peminjaman ini mengambil bunga dari pinjaman yang di berikan bisa mencapai 10-30%.

Diketahui bahwa pemberian uang pinjaman tidak diberikan sejumlah uang yang disepakati oleh

nasabahnya, alasan yang diberikan oleh rentenir sesuai dengan perbincangan dengan ibu Siti, bahwa

adanya pengurangan biaya administrasi maka dari itu hanya dapat di berikan sejumlah delapan ratus ribu

saja, artinya ibu Siti harus menambah Rp 400.000 untuk melunasi pinjaman dengan rentenir. Hal inilah

yang memberat ibu Siti dan juga beberapa pedagang pasar Blimbing yang melakukan transaksi dengan

rentenir.

Islam memandang kegiatan ini dengan Riba, Dampak negative dari praktek rentenir ini begitu

banyak dan sangat membahayakan untuk itu islam menghimbau ummatnya untuk senantiasa berwaspada

karena Allah SWT dengan jelas sangat melarangnya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat

275 yang artinya:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya

orang yang kemasukan syaitan lantaran (tertekan) pernyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,

adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal

Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya

larangan Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba) maka baginya apa yang telah diambilnya

dahulu (sebelum datang larangan) maka orang itu adalah penghuni-penguni neraka; mereka kekal

didalamnya” (QS Al-Baqarah (2):275)

Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya:

Page 10: IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam melaknat pemakan riba (rentenir), penyetor riba

(nasabah yang meminjam), penulis transaksi riba (sekretaris) dan dua saksi yang menyaksikan transaksi

riba. Kata Beliau, ‘semuanya sama dalam dosa’ ” (HR Muslim no 1598)

Penjelasan mengenai larangan riba khususnya rentenir sangat jelas, bukan hanya dua orang

yang saling bertransaksi melainkan orang-orang di sekitarnya pun turut terkena dampak buruknya,

apabila hanya menyaksikan kegiatan tersebut tanpa bisa memberikan solusi untuk tidak lagi melakukan

transaksi dengan rentenir. Betapa sengsaranya para oknum-oknum rentenir yang sudah jelas dilarang

dan masih melakukan prakter riba tersebut.

Dari kasus tersebut, menjadi misi utama BMT UGT Sidogiri menghilangkan rentenir di sekitar

BMT. Walaupun sulit untuk menghilangkan kegiatan tersebut, namun BMT UGT Sidogiri Capem

Blimbing optimis dapat merubah pola piker masyarakat yang awalnya memilih rentenir beralih kejalan

yang susai dengan syariat Islam yaitu dengan salah satunya Pembiayaan di BMT UGT Sidogiri.

Perbedaan dengan rentenir, jelas terlihat dari sisi bunga. Dimana BMT tidak menggunakan Bunga di

dalam transaksinya, melainkan bagi hasil. Dimana bagi hasil ini ditetapkan sama rata yaitu sekitar 2.5%

di setiap pembiayaannya khususnya peminjaman uang untuk modal usaha. Contoh, apabila ada

seseorang meminjam Rp 1.000.000 maka akan mendapat bagi hasil sebesar Rp 25.000 di setiap

bulannya. Hal inipun di jelaskan seblum adanya keputusan untuk meninjam dari sang anggota.

C. Peran BMT Dalam Mengurangi Rentenir di Pasar Blimbing

Menurut Badan Pusat Statistik ditahun 2016, jumlah pedagang pasar Blimbing di Malang

sudah mencapai angka 2.250 unit dan 1918 pedagang dan dapat bertambah setiap tahunnya. Sedangkan

dari jumlah anggota BMT UGT Sidogiri yang mencapai 2202 anggota. Diartikan bahwa hampir

keseluruhan masyarakat Pasar Blimbing sudah memilih BMT UGT Sidogiri sebagai layanan jasa

keuangan syariah terpercaya. Dari sini juga dapat dilihat bahwa peran BMT sudah berjalan dengan baik,

dimana masyarakat sudah tidak asing lagi dan tidak sungkan menawarkan kepada sesama pedagang lain

untuk ikut menabung di BMT UGT Sidogiri. Peran BMT ini tidak lain dibangun dari adanya Modal

Sosial yang dimiliki oleh BMT UGT Sidogiri. Modal sosial ini ada karna tiga unsur yaitu adanya

kepercayaan, jaringan, dan norma. Modal sosial menurut Burt (1992) dalam Cahyono dan Adhiatma

memaparkan bahwa modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk melakukan asosiasi satu sama

lain dan selanjutnya menjadi kekuatan yang sangat penting bukan hanya bagi kehidupan ekonomi akan

tetapi juga setiap aspek eksistensi sosial lain.

Kepercayaan

Awal mula kepercayaan masyarakat akan BMT UGT Sidogiri berasal dari nama Pesantren

Sidogiri sendiri, dimana adanya label Pesantren diharapkan mampu menjadi jaminan awal agar bisa

dikenal oleh masyarakat. Dari kepercayaan yang dibangun tersebut dengan optimis karyawan BMT UGT

Sidogiri Capem Blimbing mempertahankan kepercayaan tersebut dengan memberikan pelayanan yang

baik serta menyebarkan sistem ekonomi islam kepada para pedagang di Pasar Blimbing dengan tujuan

menghindari ekonomi ribawi di Pasar Blimbing itu sendiri. Hingga saat ini nama BMT UGT Sidogiri

sudah dikenal luas oleh masyrakat pasar Blimbing dan memiliki 2202 anggota.

Jaringan

Dari adanya sebuah jaringan, orang-orang yang berada didalamnya dapat saling membantu,

menginformasikan sesuatu, dan saling mengingatkan. Jaringan juga memiliki peranan tersendiri bagi

perkembangan BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing. Dimana jaringan yang dimiliki BMT UGT

Sidogiri adalah jaringan kumpulan Anggota BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing, dimana nantinya

akan saling mengingatkan ke sesama anggota lain ataupun ke masyarakat Pasar Blimbing yang belum

menjadi anggota agar tidak lagi bertransaksi dijalan yang dilarang oleh Allah SWT dan kembali kejalan

yang sesuai yaitu bertransaksi ekonomi secara syariah melalu BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing.

Norma

Norma ini bertujuan agar individu tidak melakukan penyimpangan sosial. Hal ini lah yang

harus diterapkan oleh BMT UGT Sidogiri di lingkungan Pasar Blimbing khususnya pegawai yang

menjemput bola setiap harinya yaitu Pak Ro’i. bagaimana Pak Ro’I bersikap saat menarik setoran setiap

harinya di Pasar, Pak Ro’I harus mengikuti aturan yang ada seperti tidak berkata kasar, harus tegur sapa

Page 11: IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...

dan selalu bersikap ramah kepada setiap anggotanya, dan juga harus sabar dan tidak boleh mudah emosi.

Hal tersebut akan berdampak kepada kenyamanan anggota dalam bertransaksi dengan BMT sendiri.

Dari ketiga unsur Modal Sosial tersebut menjadikan peran penting BMT dalam mengembangan

pelayanan serta produk yang ada di BMT. Dimana secara tidak langsung menjadikan BMT sebagai

lembaga keuangan syariah pilihan masyarakat Pasar Blimbing. Serta tidak lagi melakukan transaksi

ribawi yaitu rentenir. Selain kemudahan yang ditingkatkan terus oleh BMT UGT Sidogiri, ternyata

sistem penarikan tagihan pinjaman dilakukan secara baik, yaitu dengan ditarik dari langsung dari

tabungan anggota yang bersangkutan, jadi sistem yang diterapkan secara tidak langsung dengan

menabung, jadi setiap harinya para anggota sebisanya menabung tanpa di pastikan berapa nominalnya,

dan nanti di akhir waktu pembayaran uang hasil tarikan setiap hari tersebut harus mencukupi

pembayaran pinjaman tersebut. Hal ini lah yang menjadikan anggota merasa terbantu dan tidak merasa

terbebani karena meminjam kepada BMT. Setiap harinya anggota bisa menyetor mulai dari Rp 10.000

– Rp 200.000 perhari.

Dilihat dari banyaknya masyarakat yang antusias akan pembiayaan BMT UGT Sidogiri,

mengakibatkan secara tidak langsung mengurangi beredarnya rentenir. Hal ini disebabkan karena

masyarakat sudah paham dan tau akan dampak buruk rentenir dan menemukan alternatif lain dalam

melakukan sebuah pembiayaan yaitu dengan BMT UGT Sidogiri. Walaupun begitu tetap masih ada saja

yang meminjam dengan rentenir dikarenakan faktor pencairan yang cepat dan sudah kenal dekat dengan

oknum rentenir tersebut, namun dengan semangat yang besar BMt UGT Sidogori Capem Blimbing yakin

dengan pelan-pelan tapi pasti dapat merubah minat masyarakat kepada rentenir berkurang.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing merupakan lembaga keungan mikro syariah yang

berpengaruh di lingkungan Pasar Blimbing dengan jumlah pedagang Pasar yang mencapai angka 1918

menurut Badan Pusat Statistik tahun 2016 dan untuk jumlah anggota BMT yang mencapai 2202

menjadikan hampir seluruh pedagang di Pasar Blimbing sudah bergabung dengan BMT UGT Sidogiri

walaupun jumlah anggota tersebut berasal dari luar pasar juga. BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing

melalui dua fungsinya yaitu fungsi sosial dan komersial, dalam proses transaksinya sudah menjadi

pilihan masyarakat dalam hal lembaga keuangan syariah yang terpercaya dan dapat membantu

keberlangsungan usaha milik anggotanya. Dimana fungsi sosial memiliki peran dalam meningkatkan

pengembangan usaha mikro anggota dan juga sebagai media dakwah syiar islam kepada masyarakat

sekitar pasar Blimbing. Sedangkan untuk sisi fungsi komersialnya dimana BMT UGT Sidogiri berperan

dalam pengelolaan produk dengan sistem ekonomi Islam yang amanah. Setelah kedua fungsi tersebut di

jalan kan maka dengan sendirinya akan muncul modal sosial BMT UGT Sidogiri, dimana modal sosial

ini terdapat tiga unsur yang dapat menunjang perkembangan BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing, yaitu

Kepercayaan, Jaringan, dan Norma. Ketiga unsur ini dapat dijadikan sebuah indikator bagi proses

perkembangan BMT . dimana BMT sudah bisa mendapat kepercayaan masyarakat dan kemudian

dipromosikan karna sudah pasti membantu usaha-usaha kecil di Pasar Blimbing dapat berkembang dan

anggotanya sudah merasanyaman untuk bertransaksi di BMT UGT Sidogiri.

Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini maka beberapa saran peneliti dapat

berikan untuk meningkatkan pelayanan serta peretasan rentenir pada BMT UGT Sidogiri Capem

Blimbing di Pasar Blimbing.

1. Didalam pelaksanaanya BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing seharusnya membuat sebuah sosialisasi

mengenai ekonomi ribawi di lingkungan Pasar Blimbing, agar masyarakatnya tidak lagi menggunakan

jasa tersebut.

2. BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing seharusnya memberikan pengajaran atau memberikan wadah

kepada anggotanya untuk bertukar pikiran tentang cara mengatur keuangan usaha sehingga tidak terjadi

defisit secara tiba-tiba serta cara untuk mengetahui tanda-tanda usaha mulai defisit sehingga bisa

mempersiapkan suatu tindakan agar tidak kembali meminjam kepada rentneir.

Page 12: IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...

3. Kepada anggota BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing, agar tetap dapat memberikan informasi

mengenai BMT kepada pedagang lain yang masih belum paham baik secara mulut kemulut atau melalui

media sosial, sehingga dapat terhindar dari ekonomi ribawi.

4. Kepada peneliti berikutnya apabila ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama, sebaiknya

lebih giat lagi mencari strategi untuk dapat melihat langsung pratektek rentenir yang terdapat di tempat

penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Afidati, RT. 2016. Analisis Pembiayaan Modal Usaha Murabahah oleh BMT-UGT Sidogiri

terhadap Peningkatan Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar

Blimbing Kota Malang). Skripsi diterbitkan. Malang: Program Sarjana Strata Satu Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Baskara,K. 2013. Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia, Vol. 18, (No. 2).

Cahyono B, Adhiatma A. 2012. Peran Modal Sosial dalam Peningkatan Kesejahteraan

Mayarakat Petani Tembakau di Kabupaten Wonosobo, Vol. 1, (No. 1).

Hidayati, B.2014. Peran Modal Sosial Pada Kontrak Pinjam Bank Thitil dan Implikasinya

terhadap Keberlangsungan Usaha (Studikasus pada Pasar Blimbing Kota Malang).Skripsi

diterbitkan. Malang: Program Strata Satu Program Studi Keuangan dan Perbankan Universitas

Brawijaya.

Helton.2016. Analisis Perkembangan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Sebagai Lembaga

Keuangan Mikro Syariah di Kecamatan Matur Kabupaten Agam.Tesis diterbitkan. Padang:

Program Pasca Sarjana Program Studi Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas

Andalas.

Huda, Nurul. 2016. Baitul Mal Wa Tamwil (Sebuah Tinjauan Teoritis). Jakarta: Amzah.

Jenita. 2017. Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah Dalam Pemberdayaan Ekonomi

Mayarakat Kecil Menengah. Vol. 2, (No. 2).

Kamil, DI. 2015. Pengaruh Rentenir terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar Tradisional:

Studi Kasus di Pasar Legi Bugisan Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program

Sarjana Strata Satu Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Kalijaga

Yogyakarta.

Nurjaman, J. 2010. Peran Baitul Mal Wattamwil dalam Megatasi Dampak Negatif Praktek

Rentenir (Studi pada BMT Al Fath IKMI Ciputat). Skripsi diterbitkan. Jakarta: Program Sarjana

Strata Satu Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Nurmalita, AF. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Pedagang Muslim Melakukan

Kredit Pada Rentenir (Studi Kasus: Pasar Sentul Yogyakarta). Skripsi tidak diterbitkan.

Yogyakarta: Program Sarjana Strata Satu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga.

Rozalinda. 2013. Peran Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) Taqwa Muhammadiyah dalam

Membebaskan Masyarakat dari Rentenir di Kota Padang. Vol. 7, (No.2)

Page 13: IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Soullivan Benitto, 2016. Efektifitas Pelayanan Kredit Koperasi dalam Mencegah

Perkembangan Rentenir (Studi Kasus di Desa Asrikaton Pakis 2015). Skripsi di terbitkan.

Malang: Program Sarjana Strata Satu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Widyaningrum, N.2002. Model pembiayaan BMT dan Dampaknya bagi Pengusaha Kecil Studi

Kasus BMT Dampingan Yayasan Peranu Bogor. Bandung: Akatiga Pusat Analisis Sosial.