IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...
Transcript of IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA ...
IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL
BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) UGT SIDOGIRI
CAPEM BELIMBING DALAM MEMINIMALISIR
RENTENIR DI PASAR
(STUDI KASUS PASAR BLIMBING)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
FARAH ALYA
155020507111002
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
IDENTIFIKASI FUNGSI SOSIAL DAN KOMERSIAL BAITUL MAL WA
TAMWIL (BMT) UGT SIDOGIRI CAPEM BELIMBING DALAM
MEMINIMALISIR RENTENIR DI PASAR
(STUDI KASUS PASAR BLIMBING)
FARAH ALYA, AJENG KARTIKA GALUH
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran baitul maal wa tamwil UGT Sidogiri Capem Blimbing
khususnya fungsi sosial dan komersial dalam meminimalisir rentenir di Pasar Blimbing. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari jumlah
anggota sebesar 2202 orang dan 1918 dari jumlah pedagang pasar Blimbing, dapat diartikan bahwa
masyarakat sudah beralih untuk memilih BMT sebagai lembaga keuangan syariah untuk urusan
transaksi ekonomi sehari-hari, hal ini lah yang menjadikan rentenir berkurang dan kurang diminati
oleh masyarakat pasar Blimbing. Pedagang pasar blimbing sudah paham mengenai dampak jangka
panjang dari rentenir dan menemukan BMT sebagai alternatif lain dalam hal pembiayaan ataupun
tabungan dari hasil usaha mereka sehari hari.
Kata kunci: Fungsi Sosial, Fungsi Komersial, Baitul Maal Wa Tamwil, Pedagang Pasar Blimbing,, dan
Rentenir
ABSTRACT
The purposed research is to determine the role of baitul maal wa tamwil UGT Sidogiri Capem Blimbing
especially social and commercial functions in minimizing moneylenders in Blimbing Market. This study
uses a qualitative phenomenological method. The results of this study indicate that from a total of 2202
members and 1918 from the number of Blimbing market traders, it can be interpreted that the public
has shifted to choose BMT as an Islamic financial institution for daily economic transaction matters,
this is what makes loan sharks less and less desirable by the Blimbing market community. Blimbing
market traders already understand the long-term impact of moneylenders and find BMT as an alternative
in terms of financing or savings from their daily operations.
Keywords: Social Function, Commercial Function, Baitul Maal Wa Tamwil, Blimbing Market Traders,
and Moneylenders
A. PENDAHULUAN
Perkembangan lembaga keuangan mikro (LKM) di dunia maupun di Indonesia sudah sangat pesat
pertumbuhannya. Bahkan LKM di Indonesia dapat dikatakan terbesar baik dari sisi jumlah maupun
variasinya (Salam,2000 dalam Widyaningrum, 2002 : 3). Hal lain yang cukup penting untuk dilihat
adalah bahwa banyak LKM yang didirikan tidak hanya untuk memberikan jasa keuangan bagi
masyarakat menengah kebawah saja, tetapi juga terjun dengan isu pemberdayaan. Pembukaan akses
kepada jasa keuangan atau permodalan mikro merupakan titik masuk (entry point) untuk kegiatan
pemberdayaan yang lain, seperti meningkatkan akses terhadap sumber modal, mengentas kemiskinan,
meberdayakan perempuan sebagai salah satu penunjang kegiatan ekonomi keluarga, dan sebagainya.
Dengan mengemban misi semacam ini dapat menjadi patokan sudah sejauhmana LKM yang membawa
misi pemberdayaan ini hingga mencapai tujuannya. dari sisi Ekonomi Islam sekarang telah berkembang
lembaga keuangan mikro berbasis syariah. Salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang
berkembang cepat yaitu Baitul Mal Wa Tamwil (BMT).
Kebijakan tentang pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Baitul Maal
Wat Tamwil (BMT) mempunyai posisi penting bagi perbaikan taraf hidup dan perekonomian
masyarakat (Rozalinda,2003). Melihat kedudukannya yang cukup strategis ini, BMT diharapkan mampu
menjadi pilar penyangga utama sistem ketahanan ekonomi nasional. BMT sebagai Lembaga Keuangan
Mikro Syariah mempunyai peranan yang cukup besar dalam membantu kalangan usaha kecil dan
menengah. Kehadiran BMT dinilai mampu menanggulangi masalah permodalan yang dialami oleh
pedagang kecil mikro yang tidak dapat mengakses perbankan. Lembaga ini diharapkan berperan dalam
menggairahkan usaha-usaha kecil produktif dan melepaskan masyarakat dari jeratan rentenir.
B. KAJIAN PUSTAKA
BMT sebagai Pilihan bagi Masyarakat Menengah Kebawah
Menurut Huda (2016 ; 35) mendefinisikan BMT sebagai balai usaha mandiri terpadu yang
isinya berintikan bait al mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan antara lain mendorong
kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, BMT juga dapat
menerima zakat, infaq dan shadaqah lalu di salurkan sesuai dengan peraturan dan amanat.
Baitul Tamwil memiliki konsep pembiayaan yang dilakukan dengan konsep syariah (bagi hasil). Konsep
bagi hasil untuk mayoritas rakyat Indonesia sudah sering dipraktikan dan sudah menjadi bagian dari
proses pertukaran aktivitas ekonomi, terutama di pedesaan. Contohnya, bagi hasil antara pemilik sawah
dan penggarap sawah. Dari konsep ini menyebabkan kedua belah pihak, yaitu pengelola BMT dan
peminjam, saling melakukan kontrol. Disisi lain, pengelola di tuntut untuk menghasilkan untung bagi
penabung dan pemodal. Produk yang di keluarkan oleh BMT meliputi produk pembiayaan, jual beli
barang, serta pembiayaan untuk social. Dikarenakan Baitul Tamwil sama seperti bank, maka lembaga
tersebut dapat menerima dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkannya kepada
masyarakat pula dalam bentuk pembiayaan.
Karena BMT memiliki fokus pada pedagang mikro, pembiayaan yang diberikan juga harus
memiliki syarat syarat namun dengan beberapa kemudahan, karena beberapa pola pikir masyarakat
khususnya pedagang mikro beranggapan bahwa melakukan pembiayaan pada lembaga keuangan
contohnya bank, BMT, koperasi, dan lain-lain memiliki proses pembiyaaan yang sangat rumit. Untuk
itu beberapa BMT yang di tempatkan berdekatan dengan pasar, terjun langsung dalam menyalurkan
pembiayaan tersebut sehingga nasabah tidak perlu lagi datang ke kantor BMT. Keunggulan tersebut
nyatanya sangat di minati masyarakat khusunya pedagang mikro itu sendiri, namun demikian BMT harus
bertanggungjawab terhadap pembinaan khususnya anggota yang melakukan pembiayaan
Fungsi Sosial dan Fungsi Komersial Baitul Maal Wa Tamwil
Pengertian yang dikemukakan oleh Amin Azis (1996) dalam Neni (2011) BMT adalah: ”Balai
usaha Mandiri Terpadu yang dikembangkan dari konsep baitul mal wat tamwil. Dari segi baitul mal,
BMT menerima titipan BAZIS dari dana zakat, infaq dan shadaqah dan memanfaatkannya untuk
kesejahteraan masyarakat kecil, fakir miskin. Pada aspek baitul tamwil, BMT mengembangkan usaha-
usaha produktif untuk meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dan anggota”.
Dari kedua pengertian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa BMT merupakan lembaga
ekonomi yang menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi sosial dan fungsi komersial. Hal ini
dikarenakan BMT memiliki dua istilah diantaranya Baitulmaal (Fungsi Sosial) yang merupakan Istilah
untuk organisasi yang berperan dalam mengumpulkan dan menyalurkan dana non profit, seperti zakat,
Infaq, dan Shadaqah. Fungsi sosial BMT juga harus berorientasi untuk kesejahteraan anggota dan
masyarakat lingkungannya, salah satunya yaitu menghilangkan ekonomi ribawi. Dari sisi Baitultamwil
(Fungsi Komersial) merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya mengumpulkan dan menyalurkan
dana komersial, seperti tabungan, pinjaman, dan transaksi ekonomi yang bersifat produktif untuk
menghasilkan laba. Kedua fungsi ini merupakan suatu sistem dalam wadah BMT yang bekerja secara
sinergi dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Menurut Makhlalul Ilmi (2002 : 67), apabila ada
pengingkaran pada fugsi ini dapat berakibat fatal dan berimplikasi serius secara negative terhadap
keutuhan jatidiri BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah. Siapapun tidak berhak untuk
mengkalim lembaganya sebagai BMT jika kedua fungsi tersebut tidak ada atau hanya menggunakan satu
fungsi saja.
Rentenir sebagai Jebakan Masyarakat Pasar
Rentenir merupakan orang yang yang memberikan layanan pinjaman (kredit) kepada
nasabahnya berupa uang dengan membebankan bunga yang sangat tinggi. Bunga menurut ulama
diartikan sebagai tambahan yang di bebankan dalam transaksi peminjaman uang yang di perhitungkan
dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan hasil dari modal pokok tersebut berdasarkan jangka
waktu tertentu yang diperhitungkan secara pasti di muka berdasarkan persentase dari jumlah yang
dipinjamkan (Rozalinda, 2013).
Dalam ekonomi islam bunga dikenal sebagai riba, dan riba memiliki arti ziyadah yang
dimaksudkan sebagai tambahan dari modal pokok sedikit atau banyak. Berikut ini larangan praktek riba
yang tertulis dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa:29, yang artinya:
“Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (Q.S. An-
Nisa; 29).
Bagi pelaku riba Allah SWT sudah menggambarkannya didalam Al- Qur’an Surat Al- Baqarah:
275 yang artinya:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan lantaran penyakit gila. Keadaan mereka demikian itu adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Orang – orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan urusannya kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Q.S. Al-Baqarah:275).
Dari arti surat Al-Baqarah ayat 257 tersebut sudah sangat jelas bahwa pelaku riba diharamkan
dalam Islam. Rentenir adalah pekerjaan yang dikecam karena kemaslahatan umat terganggu dan akan
terjadi penipuan dan pertumbuhan ekonomi tidak akan tercapai karena masyarakat tidak bisa keluar dari
jeratan hutang yang semakin hari semakin besar. Ditambah perekonomian Indonesia yang masih
terpuruk. Ternyata dari penjelasan tersebut di pasar tradisional lah dinamika perekonomian bangsa
sesungguhnya terlihat nyata.
Peran Baitul Maal Wa Tamwil dalam Mengatasi Persoalan Rentenir melalui Fungsi Sosial dan
Fungsi Komersial
Baitul Maal Wa Tamwil merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi ganda. Sebagai
baitul maal maka ia berfungsi sebagai pengumpulan dana dan mentasyarufkan untuk kepentingan sosial,
sedangkan sebagai baitul tamwil maka ia merupakan lembaga bisnis yang bermotif keuangan (laba).
Jadi, dalam baitul maal wat tamwil adalah lembaga yang bergerak di bidang sosial, sekaligus juga bisnis
yang mencari keuntungan (Mursid 2018 : 5). Tetapi, perlu dipahami bahwa antara fungsinya sebagai
sebagai pengumpulan dana dan mentasyarufkan untuk kepentingan sosial dengan fungsi BMT sebagai
baitul tamwil yang merupakan lembaga bisnis yang bermotif keuangan tidaklah saling bertolak belakang
dan berjalan sendiri-sendiri. Melainkan kedua fungsi terbut berjalan beriringan dan saling mendukung.
Dari pemaparan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa BMT merupakan lembaga keuangan
yang memiliki dua fungsi sekaligus. Tidak seperti biasanya dimana suatu lembaga hanya mempunyai
atau menitik beratkan pada satu fungsi yang melekat pada dirinya, baik lembaga tersebut hanya berfungsi
sosial ataupun komersial. fungsi-fungsi yang terdapat di BMT tersebut secara tidak langsung memiliki
keterkaitan satu sama lain. Contohnya saja apabila ada seorang anggota BMT yang ingin membuka
usaha lalu orang tersebut mencoba untuk melakukan peminjaman kepada BMT dan BMT mau
membantunya dalam hal peminjaman uang, maka BMT sudah termasuk melakukan dua fungsinya
sekaligus. Dimana fungsi komersialnya BMT selaku lembaga keuangan seharusnya bisa memenuhi
kebutuhan anggota dalam hal transaksi ekonomi, sedangkan fungsi sosialnya BMT secara tidak langsung
dapat membantu anggota tersebut menjalankan usaha yang diinginkannya dan membantu juga dalam
mensejahterakan anggotanya. Hal inilah yang akan di teliti oleh peneliti mengenai bagaimana BMT
menjalankan perannya sehingga dapat mensejahterakan para anggotanya.
C. METODE PENELITIAN
Ditinjau dari jenis datanya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian dimana data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka yang diperhitungkan
secara statistika. Jika data tersebut berupa angka maka hanya digunakan sebagai penguat argument saja,
melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan,
memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah ingin
menggambarkan realita empiris dibalik fenomena secara mendalam, rinci,dan tuntas. Tujuan pendekatan
fenomenologis yaitu untuk memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan individu atau
masyarakat pada situasi-situasi tertentu. Melalui pendekatan ini diasumsikan bahwa penelitian ini tidak
mengetahui arti dari suatu informan yang diteliti, sehingga peneliti dituntut untuk menjelaskan lebih
mendalam tentang pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Menurut Hasbiansyah (2005), pendekatan
fenomenologi berupaya membiarkan realitas mengungkapkan dirinya sendiri secara alami. Melalui
“pertanyaan pancingan” subyek penelitian dibiarkan menceritakan segala macam dimensi pengalaman
berkaitan dengan sebuah fenomena atau peristiwa.
D. HASIL & PEMBAHASAN
A. Implementasi Fungsi Sosial BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing
Meningkatkan Pengembangan Usaha Mikro Anggota BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing
Pemberdayaan anggota BMT UGT Sidogiri merupakan salah satu bentuk fungsi sosial yang
harus dijalankan BMT. Pemberdayaan anggota dapat melalui penyaluran dana qordhul hasan, dimana
dana ini merupakan dana kebajikan. Sistem qardhl hasan ini dapat menjadi fungsi sosial karena tidak
adanya tambahan dari pengembalian pinjaman, sehingga diharapkan anggota dapat bisa mengelola
modal dari pinjaman tersebut dengan baik, dan ditambah dengan pola musyarakah yang dimana anggota
wajib mengangsur kembali dana yang dipinjamkan sehingga terjadi proses disiplin kepada anggota. Pola
pemberdayaan anggota ini tidak hanya dengan memberikan dana secara tunai setelah itu dinikmati
sampai habis, dana tersebut bisa dimanfaatkan untuk keperluan usaha sehingga terjadi sirkulasi modal.
Adari sirkulasi modal yang didapat dan sukses berwirausaha maka akan mendapatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan sehari- hari. Namun di BMT UGT Sidogiri sendiri penerapan Qordl Hasan hanya
digunakan di awal berdirinya saja, seperti yang dituturkan oleh Ketua Cabang BMT UGT Sidogiri
Blimbing Bapak Syafi’ bahwa Qordl Hasan tidak lagi dijalankan karena dua faktor yaitu, faktor
kesyariahan dan faktor bisnis yang kurang. Dimana sisi bisnis ini dianggap tidak bisa mendukung
perkembangan dari usaha bisnis anggota yang menggunakan sistem Qordl Hasan, BMT tidak bisa
mengawasi usaha setiap anggota dikarenakan kekurangan sumber daya manusia di kantor. Namun
dibalik itu, menurut pak Syafi’I di hapuskannya sistem Qorl Hasan dapat digantikan dengan pelayanan
pembiayaan yang lain dengan menggunakan sistem ekonomi syariah sehingga nilai barokahnya tetap
terjaga serta membantu konsultasi untuk anggota apabila membutuhkan bantuan informasi perihal
pembiayaan itu sendiri.
BMT UGT SIDOGIRI Capem Blimbing sebagai Media Dakwah Syiar Islam Bagi Para
Anggotanya
Selain meretas praktek-praktek rentenir di kalangan para anggota khususnya pedagang pasar,
BMT UGT Sidogiri juga memberikan pemahaman atau informasi mengenai sistem ekonomi islam
sendiri. Pemberian informasi mengenai sistem ekonomi islam dilakukan bertahap oleh BMT UGT
Sidogiri sendiri, seperti yang dijelaskan oleh pak Syafi’ dimana dalam melakukan transaksi sehari-hari
secara tidak langsung menjadi dakwah khusus bagaimana sistem ekonomi islam memasuki wilayah
pasar Blimbing, yang tujuannya tidak hanya melayani transaksi ekonomi saja namun juga mengajarkan
sistem yang sesuai dengan syariah islam yang nantinya akan menjadi barokah dan membukakan pintu
rezeki yang lebih baik lagi bagi setiap umatnya. Selanjutnya setelah itu BMT memberikan edukasi
mengenai ekonomi islam saat sudah mulai berjalannya transaksi ekonomi di kantor.
Keterbukaan BMT kepada anggotanya apabila mengalami kesulitan menjadikan salah satu cara
berdakwah lainnya agar para anggota bisa memahami lebih dalam mengenai pembiayaan di BMT. Saat
ini masyarakat selain paham mengenai produk-produk syariah di BMT mereka juga paham mengenai
sisi religiusitas melakukan transaksi di BMT itu sendiri.
B. Implementasi Fungsi Komersial BMT UGT Sidogiri
Pengelolaan Produk Dengan Sistem Ekonomi Islam yang Amanah dan Terpercaya
Untuk mencapai tujuannya, BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing juga harus dapat memberika
kenyamanan bagi anggotanya dalam hal pemberian layanan dan memberikan kerja sama yang baik
dalam melakukan transaksi dan memudahan anggotanya dalam membayar dan menginvestasikan
dananya dengan cara jemput bola. Pemberian pelayanan ini tidak hanya semata-mata terfokus pada
pemberian produk saja, namun juga bagaimana karyawan BMT yang menjemput bola setiap hari bisa
membaur kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak lagi merasa canggung atau takut untuk bertanya
apabila mengalami kesulitan. Hal tersebut ternyata sudah dilakukan oleh karyawan
BMT UGT Sidogiri khususnya yang menangani Pasar Blimbing, yaitu Pak Ro’i.
Dengan berkembangnya pelayanan, maka penyaluran produk-produk BMT akan lebih bisa
diterima oleh anggota. Dalam pengembangan produknya, BMT berfokus pada produk-produk yang ada
bagaimana bisa mengembangkan usaha anggotanya dalam jangka panjang dan memberi berkah kepada
setiap anggotanya. Produk-produk yang sudah ada itu adalah produk titipan berupa tabungan, tabungan
menjadi salah satu hal wajib apabila seseorang ingin bergabung dengan BMT UGT Sidogiri. Dari
tabungan tersebut dibagi menjadi beberapa macam yaitu: Tabungan Umum Syariah, Tabungan Haji Al-
Haroman,Tabungan Umrah Al-Hasanah,Tabungan Idul Fitri, Tabungan Qurban, Tabungan Lembaga
Peduli Siswa, Tabungan Mudharabah Berjangka, Tabungan Mudharabah Berjangka Plus,dan yang
terbaru Tabungan SiMantab. Produk titipan tersebut menggunakan akad Wadiah dan Mudharabah sesuai
dengan kebutuhan titipan itu sendiri.
Produk-produk tersebut dibagi beberapa kelompokk sesuai dengan produk simpanannya. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan anggota BMT dalam melakukan transaksinya sesuai dengan apa yang
dibutuhkannya.
Selain produk titipan yang berupa tabungan, produk lainnya yang tak kalah diminati oleh
anggota BMT UGT Sidogiri khususnya pedagang pasar Blimbing adalah produk penyaluran dana,
dengan produk ini BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing optimis dapat mampu menghilangkan praktek-
praktek ekonomi ribawi dilingkungan Pasar Blimbing. Produk-produk penyaluran dana tersebut adalah:
GES (Gadai Emas Syariah), MUB (Modal Usaha Barokah), MTA (Multiguna Tanpa Agunan), KBB
(Kendaraan Bermotor Barokah), PBE (Pembelian Barang Elektronik), dan PKH (pemberian Khafalah
Haji).
Penentuan akad pada produk-produk BMT dilakukan secara tidak langsung, dimana anggota
tidak meminta akad tersebut secara langsung kepada BMT melainkan BMT yang tanggap memilah milah
mana akad yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Contohnya saja pada akad jual beli
(Murabahah). Pemberian akad Murabahah sendiri terbagi lagi menjadi dua Murabahah Mutlaq dan
Murabahah bil Wakalah. Murabahah Mutlaq merupakan akad dimana anggota meminta BMT untuk
menyediakan barang yang di inginkan, sedangkan Murabahah bil Wakalah digunakan saat anggota
menginginkan barang tersebut untuk dibeli sendiri.
Alur akad murabahah yang di terapkan BMT, pertama adanya negosiasi persyaratan antara
anggota dengan BMT yang dimana akan membahas mengenai persyaratan yang rinci untuk mengajukan
pengadaan barang. Setelah mengetahui klasifikasi barang yang diinginkan, selanjutnya memberikan
pilihan kepada anggota apakah membutuhkan bantuan BMT untuk mengadakan barang tersebut atau
ingin membeli sendiri barang tersebut. Apabila ingin BMT yang menyediakan barangnya maka akad
yang dipakai adalah akad Murabahah Mutlaq, sebaliknya apabila ingin membeli sendiri maka akan di
pakai akad Murabahah bil Wakalah. Setela penentuan akad, apabila ingin disediakan oleh BMT, maka
BMT akan langsung membeli barang di penjual barang tersebut. Kemudian barang tersebut langsung
dikirim ke alamat anggota yang bersangkutan. Setelah menerima barang barulah anggota membayar
barang tersebut ditambah dengan upah jasa BMT yang di sepakati di awal.
Selain kedua akad tadi, terdapat akad-akad lain, yaitu Khafalah, Hawalah, Musyarakah,
Mudharabah, Rahn. Khafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak kedua
atau yang ditanggug. Jasa ini timbul karena anggota bertransaksi dengan pihak lain dan pihak tersebut
membutuhkan jaminan dari BMT. Hawalah merupakan pengalihan hutang dari orang yang berhutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam BMT, pembiayaan ini muncul karena adaya
peralihan kewajiban tersebut dialihkan kepada BMT. Musyarakah ialah akad kerjasama dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Mudharabah ialah akad kerja sama antara BMT selaku pemilik dana dengan anggota yang bertindak
sebagai pengelola usaha yang produktif dan halal.
Rentenir Sebagai Media Penyalur Riba Bagi Pedagang Pasar Blimbing
Praktek rentenir di Pasar Blimbing bukan lah hal yang asing bagi pedagang pasar. Praktek ini umumnya
sudah lama ada dan masih berjalan hingga saat ini. Kegiatannya yang dilakukan secara diam diam
membuat keberadaan rentenir susah untuk ditahui oleh masyarakat awam, keberadaan rentenir biasanya
diketahui oleh beberapa orang saja yang terbiasa bertransaksi ataupun berkomunikasi dengan rentenir
tersebut. Hal ini dikarenakan prakteknya yang menyimpang dari lembaga keuangan lainnya, dimana
penyedia jasa peminjaman ini mengambil bunga dari pinjaman yang di berikan bisa mencapai 10-30%.
Diketahui bahwa pemberian uang pinjaman tidak diberikan sejumlah uang yang disepakati oleh
nasabahnya, alasan yang diberikan oleh rentenir sesuai dengan perbincangan dengan ibu Siti, bahwa
adanya pengurangan biaya administrasi maka dari itu hanya dapat di berikan sejumlah delapan ratus ribu
saja, artinya ibu Siti harus menambah Rp 400.000 untuk melunasi pinjaman dengan rentenir. Hal inilah
yang memberat ibu Siti dan juga beberapa pedagang pasar Blimbing yang melakukan transaksi dengan
rentenir.
Islam memandang kegiatan ini dengan Riba, Dampak negative dari praktek rentenir ini begitu
banyak dan sangat membahayakan untuk itu islam menghimbau ummatnya untuk senantiasa berwaspada
karena Allah SWT dengan jelas sangat melarangnya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat
275 yang artinya:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tertekan) pernyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba) maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan) maka orang itu adalah penghuni-penguni neraka; mereka kekal
didalamnya” (QS Al-Baqarah (2):275)
Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya:
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam melaknat pemakan riba (rentenir), penyetor riba
(nasabah yang meminjam), penulis transaksi riba (sekretaris) dan dua saksi yang menyaksikan transaksi
riba. Kata Beliau, ‘semuanya sama dalam dosa’ ” (HR Muslim no 1598)
Penjelasan mengenai larangan riba khususnya rentenir sangat jelas, bukan hanya dua orang
yang saling bertransaksi melainkan orang-orang di sekitarnya pun turut terkena dampak buruknya,
apabila hanya menyaksikan kegiatan tersebut tanpa bisa memberikan solusi untuk tidak lagi melakukan
transaksi dengan rentenir. Betapa sengsaranya para oknum-oknum rentenir yang sudah jelas dilarang
dan masih melakukan prakter riba tersebut.
Dari kasus tersebut, menjadi misi utama BMT UGT Sidogiri menghilangkan rentenir di sekitar
BMT. Walaupun sulit untuk menghilangkan kegiatan tersebut, namun BMT UGT Sidogiri Capem
Blimbing optimis dapat merubah pola piker masyarakat yang awalnya memilih rentenir beralih kejalan
yang susai dengan syariat Islam yaitu dengan salah satunya Pembiayaan di BMT UGT Sidogiri.
Perbedaan dengan rentenir, jelas terlihat dari sisi bunga. Dimana BMT tidak menggunakan Bunga di
dalam transaksinya, melainkan bagi hasil. Dimana bagi hasil ini ditetapkan sama rata yaitu sekitar 2.5%
di setiap pembiayaannya khususnya peminjaman uang untuk modal usaha. Contoh, apabila ada
seseorang meminjam Rp 1.000.000 maka akan mendapat bagi hasil sebesar Rp 25.000 di setiap
bulannya. Hal inipun di jelaskan seblum adanya keputusan untuk meninjam dari sang anggota.
C. Peran BMT Dalam Mengurangi Rentenir di Pasar Blimbing
Menurut Badan Pusat Statistik ditahun 2016, jumlah pedagang pasar Blimbing di Malang
sudah mencapai angka 2.250 unit dan 1918 pedagang dan dapat bertambah setiap tahunnya. Sedangkan
dari jumlah anggota BMT UGT Sidogiri yang mencapai 2202 anggota. Diartikan bahwa hampir
keseluruhan masyarakat Pasar Blimbing sudah memilih BMT UGT Sidogiri sebagai layanan jasa
keuangan syariah terpercaya. Dari sini juga dapat dilihat bahwa peran BMT sudah berjalan dengan baik,
dimana masyarakat sudah tidak asing lagi dan tidak sungkan menawarkan kepada sesama pedagang lain
untuk ikut menabung di BMT UGT Sidogiri. Peran BMT ini tidak lain dibangun dari adanya Modal
Sosial yang dimiliki oleh BMT UGT Sidogiri. Modal sosial ini ada karna tiga unsur yaitu adanya
kepercayaan, jaringan, dan norma. Modal sosial menurut Burt (1992) dalam Cahyono dan Adhiatma
memaparkan bahwa modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk melakukan asosiasi satu sama
lain dan selanjutnya menjadi kekuatan yang sangat penting bukan hanya bagi kehidupan ekonomi akan
tetapi juga setiap aspek eksistensi sosial lain.
Kepercayaan
Awal mula kepercayaan masyarakat akan BMT UGT Sidogiri berasal dari nama Pesantren
Sidogiri sendiri, dimana adanya label Pesantren diharapkan mampu menjadi jaminan awal agar bisa
dikenal oleh masyarakat. Dari kepercayaan yang dibangun tersebut dengan optimis karyawan BMT UGT
Sidogiri Capem Blimbing mempertahankan kepercayaan tersebut dengan memberikan pelayanan yang
baik serta menyebarkan sistem ekonomi islam kepada para pedagang di Pasar Blimbing dengan tujuan
menghindari ekonomi ribawi di Pasar Blimbing itu sendiri. Hingga saat ini nama BMT UGT Sidogiri
sudah dikenal luas oleh masyrakat pasar Blimbing dan memiliki 2202 anggota.
Jaringan
Dari adanya sebuah jaringan, orang-orang yang berada didalamnya dapat saling membantu,
menginformasikan sesuatu, dan saling mengingatkan. Jaringan juga memiliki peranan tersendiri bagi
perkembangan BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing. Dimana jaringan yang dimiliki BMT UGT
Sidogiri adalah jaringan kumpulan Anggota BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing, dimana nantinya
akan saling mengingatkan ke sesama anggota lain ataupun ke masyarakat Pasar Blimbing yang belum
menjadi anggota agar tidak lagi bertransaksi dijalan yang dilarang oleh Allah SWT dan kembali kejalan
yang sesuai yaitu bertransaksi ekonomi secara syariah melalu BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing.
Norma
Norma ini bertujuan agar individu tidak melakukan penyimpangan sosial. Hal ini lah yang
harus diterapkan oleh BMT UGT Sidogiri di lingkungan Pasar Blimbing khususnya pegawai yang
menjemput bola setiap harinya yaitu Pak Ro’i. bagaimana Pak Ro’I bersikap saat menarik setoran setiap
harinya di Pasar, Pak Ro’I harus mengikuti aturan yang ada seperti tidak berkata kasar, harus tegur sapa
dan selalu bersikap ramah kepada setiap anggotanya, dan juga harus sabar dan tidak boleh mudah emosi.
Hal tersebut akan berdampak kepada kenyamanan anggota dalam bertransaksi dengan BMT sendiri.
Dari ketiga unsur Modal Sosial tersebut menjadikan peran penting BMT dalam mengembangan
pelayanan serta produk yang ada di BMT. Dimana secara tidak langsung menjadikan BMT sebagai
lembaga keuangan syariah pilihan masyarakat Pasar Blimbing. Serta tidak lagi melakukan transaksi
ribawi yaitu rentenir. Selain kemudahan yang ditingkatkan terus oleh BMT UGT Sidogiri, ternyata
sistem penarikan tagihan pinjaman dilakukan secara baik, yaitu dengan ditarik dari langsung dari
tabungan anggota yang bersangkutan, jadi sistem yang diterapkan secara tidak langsung dengan
menabung, jadi setiap harinya para anggota sebisanya menabung tanpa di pastikan berapa nominalnya,
dan nanti di akhir waktu pembayaran uang hasil tarikan setiap hari tersebut harus mencukupi
pembayaran pinjaman tersebut. Hal ini lah yang menjadikan anggota merasa terbantu dan tidak merasa
terbebani karena meminjam kepada BMT. Setiap harinya anggota bisa menyetor mulai dari Rp 10.000
– Rp 200.000 perhari.
Dilihat dari banyaknya masyarakat yang antusias akan pembiayaan BMT UGT Sidogiri,
mengakibatkan secara tidak langsung mengurangi beredarnya rentenir. Hal ini disebabkan karena
masyarakat sudah paham dan tau akan dampak buruk rentenir dan menemukan alternatif lain dalam
melakukan sebuah pembiayaan yaitu dengan BMT UGT Sidogiri. Walaupun begitu tetap masih ada saja
yang meminjam dengan rentenir dikarenakan faktor pencairan yang cepat dan sudah kenal dekat dengan
oknum rentenir tersebut, namun dengan semangat yang besar BMt UGT Sidogori Capem Blimbing yakin
dengan pelan-pelan tapi pasti dapat merubah minat masyarakat kepada rentenir berkurang.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing merupakan lembaga keungan mikro syariah yang
berpengaruh di lingkungan Pasar Blimbing dengan jumlah pedagang Pasar yang mencapai angka 1918
menurut Badan Pusat Statistik tahun 2016 dan untuk jumlah anggota BMT yang mencapai 2202
menjadikan hampir seluruh pedagang di Pasar Blimbing sudah bergabung dengan BMT UGT Sidogiri
walaupun jumlah anggota tersebut berasal dari luar pasar juga. BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing
melalui dua fungsinya yaitu fungsi sosial dan komersial, dalam proses transaksinya sudah menjadi
pilihan masyarakat dalam hal lembaga keuangan syariah yang terpercaya dan dapat membantu
keberlangsungan usaha milik anggotanya. Dimana fungsi sosial memiliki peran dalam meningkatkan
pengembangan usaha mikro anggota dan juga sebagai media dakwah syiar islam kepada masyarakat
sekitar pasar Blimbing. Sedangkan untuk sisi fungsi komersialnya dimana BMT UGT Sidogiri berperan
dalam pengelolaan produk dengan sistem ekonomi Islam yang amanah. Setelah kedua fungsi tersebut di
jalan kan maka dengan sendirinya akan muncul modal sosial BMT UGT Sidogiri, dimana modal sosial
ini terdapat tiga unsur yang dapat menunjang perkembangan BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing, yaitu
Kepercayaan, Jaringan, dan Norma. Ketiga unsur ini dapat dijadikan sebuah indikator bagi proses
perkembangan BMT . dimana BMT sudah bisa mendapat kepercayaan masyarakat dan kemudian
dipromosikan karna sudah pasti membantu usaha-usaha kecil di Pasar Blimbing dapat berkembang dan
anggotanya sudah merasanyaman untuk bertransaksi di BMT UGT Sidogiri.
Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini maka beberapa saran peneliti dapat
berikan untuk meningkatkan pelayanan serta peretasan rentenir pada BMT UGT Sidogiri Capem
Blimbing di Pasar Blimbing.
1. Didalam pelaksanaanya BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing seharusnya membuat sebuah sosialisasi
mengenai ekonomi ribawi di lingkungan Pasar Blimbing, agar masyarakatnya tidak lagi menggunakan
jasa tersebut.
2. BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing seharusnya memberikan pengajaran atau memberikan wadah
kepada anggotanya untuk bertukar pikiran tentang cara mengatur keuangan usaha sehingga tidak terjadi
defisit secara tiba-tiba serta cara untuk mengetahui tanda-tanda usaha mulai defisit sehingga bisa
mempersiapkan suatu tindakan agar tidak kembali meminjam kepada rentneir.
3. Kepada anggota BMT UGT Sidogiri Capem Blimbing, agar tetap dapat memberikan informasi
mengenai BMT kepada pedagang lain yang masih belum paham baik secara mulut kemulut atau melalui
media sosial, sehingga dapat terhindar dari ekonomi ribawi.
4. Kepada peneliti berikutnya apabila ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama, sebaiknya
lebih giat lagi mencari strategi untuk dapat melihat langsung pratektek rentenir yang terdapat di tempat
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Afidati, RT. 2016. Analisis Pembiayaan Modal Usaha Murabahah oleh BMT-UGT Sidogiri
terhadap Peningkatan Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar
Blimbing Kota Malang). Skripsi diterbitkan. Malang: Program Sarjana Strata Satu Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Baskara,K. 2013. Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia, Vol. 18, (No. 2).
Cahyono B, Adhiatma A. 2012. Peran Modal Sosial dalam Peningkatan Kesejahteraan
Mayarakat Petani Tembakau di Kabupaten Wonosobo, Vol. 1, (No. 1).
Hidayati, B.2014. Peran Modal Sosial Pada Kontrak Pinjam Bank Thitil dan Implikasinya
terhadap Keberlangsungan Usaha (Studikasus pada Pasar Blimbing Kota Malang).Skripsi
diterbitkan. Malang: Program Strata Satu Program Studi Keuangan dan Perbankan Universitas
Brawijaya.
Helton.2016. Analisis Perkembangan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Sebagai Lembaga
Keuangan Mikro Syariah di Kecamatan Matur Kabupaten Agam.Tesis diterbitkan. Padang:
Program Pasca Sarjana Program Studi Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas
Andalas.
Huda, Nurul. 2016. Baitul Mal Wa Tamwil (Sebuah Tinjauan Teoritis). Jakarta: Amzah.
Jenita. 2017. Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Mayarakat Kecil Menengah. Vol. 2, (No. 2).
Kamil, DI. 2015. Pengaruh Rentenir terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar Tradisional:
Studi Kasus di Pasar Legi Bugisan Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program
Sarjana Strata Satu Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Kalijaga
Yogyakarta.
Nurjaman, J. 2010. Peran Baitul Mal Wattamwil dalam Megatasi Dampak Negatif Praktek
Rentenir (Studi pada BMT Al Fath IKMI Ciputat). Skripsi diterbitkan. Jakarta: Program Sarjana
Strata Satu Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Nurmalita, AF. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Pedagang Muslim Melakukan
Kredit Pada Rentenir (Studi Kasus: Pasar Sentul Yogyakarta). Skripsi tidak diterbitkan.
Yogyakarta: Program Sarjana Strata Satu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga.
Rozalinda. 2013. Peran Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) Taqwa Muhammadiyah dalam
Membebaskan Masyarakat dari Rentenir di Kota Padang. Vol. 7, (No.2)
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.
Soullivan Benitto, 2016. Efektifitas Pelayanan Kredit Koperasi dalam Mencegah
Perkembangan Rentenir (Studi Kasus di Desa Asrikaton Pakis 2015). Skripsi di terbitkan.
Malang: Program Sarjana Strata Satu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Widyaningrum, N.2002. Model pembiayaan BMT dan Dampaknya bagi Pengusaha Kecil Studi
Kasus BMT Dampingan Yayasan Peranu Bogor. Bandung: Akatiga Pusat Analisis Sosial.