Identifikasi Forensik

10
Sumber: Romans Forensik Edisi 20 by: Syaulia, Andirezki, Wongso Identifikasi Forensik Definisi : Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi forensik merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan. Tujuan Identifikasi forensik : 1. Kebutuhan etis & kemanusiaan 2. Pemastian kematian seseorang secara resmi & yuridis 3. Pencatatan identitas untuk keperluan administratif & pemakaman 4. Pengurusan klaim di bidang hukum publik dan perdata 5. Pembuktian klaim asuransi, pensiun dll 6. Upaya awal dalam suatu penyelidikan kriminal (bila ada) Peran Identifikasi : 1. Pada Orang Hidup o semua kasus medikolegal o penjahat atau prajurit militer yang melarikan diri o orang yang didakwa pelaku pembunuhan o orang yang diakwa pelaku pemerkosaan o identitas bayi baru lahir yang tertukar, untuk menentukan siapa orang tuanya o anak hilang o orang dewasa yang karena sesuatu hal kehilangan uangnya

Transcript of Identifikasi Forensik

Page 1: Identifikasi Forensik

Sumber: Romans Forensik Edisi 20 by: Syaulia, Andirezki, Wongso

Identifikasi Forensik 

 Definisi :

Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut.

Identifikasi forensik merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan.

Tujuan Identifikasi forensik :

1. Kebutuhan etis & kemanusiaan 2. Pemastian kematian seseorang secara resmi & yuridis 3. Pencatatan identitas untuk keperluan administratif & pemakaman 4. Pengurusan klaim di bidang hukum publik dan perdata 5. Pembuktian klaim asuransi, pensiun dll 6. Upaya awal dalam suatu penyelidikan kriminal (bila ada)

Peran Identifikasi :

1. Pada Orang Hidupo semua kasus medikolegal o penjahat atau prajurit militer yang melarikan diri o orang yang didakwa pelaku pembunuhan o orang yang diakwa pelaku pemerkosaan o identitas bayi baru lahir yang tertukar, untuk menentukan siapa orang

tuanya o anak hilang o orang dewasa yang karena sesuatu hal kehilangan uangnya o tuntutan hak milik o untuk kepentingan asuransi o tuntutan hak pensiun

2. Pada jenazah, dilakukan pada keadaan;

o kasus peledakan o kasus kebakaran o kecelakaan kereta api atau pesawat terbang o banjir o kasus kematian yang dicurigai melanggar hukum

Page 2: Identifikasi Forensik

Ada dua metode, yaitu ;

a. Identifikasi Komparatif - Dalam komunitas terbatas - Data antemortem & postmoterm tersedia b. Identifikasi Rekonstruktif - Komunitas korban tidak terbatas - Data antemortem tidak tersedia

Cara Identifikasi yang biasa dilakukan :

1. Secara visual keluarga/rekan memperhatikan korban (terutama wajah). Syarat : korban dalam keadaan utuh. Kelemahan : sangat dipengaruhi faktor sugesti dan emosi

2. Pengamatan pakaian catat: model, bahan, ukuran, inisial nama & tulisan pada pakaian. Sebaiknya : simpan pakaian atau potongan pakaian (20x10 cm), foto pakaian

3. Pengamatan perhiasan catat : jenis (anting, kalung, gelang, cincin dll), bahan (emas,perak, kuningan dll), inisial nama. Sebaiknya : simpan perhiasan dengan baik

4. Dokumen : KTP, SIM, kartu golongan darah, dll 5. Medis pemeriksaan fisik : tinggi & berat badan, warna tirai mata, adanya

luka bekas operasi, tato 6. Odontologi bentuk gigi & rahang : khas, sangat penting bila jenazah

dalam keadaan rusak/membusuk, perlu diingat : dental record di Indonesia masih sangat terbatas

7. Sidik jari tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama mudah dan murah

8. Serologi menentukan golongan darah (memeriksa darah dan cairan tubuh korban)Ada 2 tipe orang dalam menentukan golongan darah

- Sekretor: gol.darah dapat ditentukan dari px. darah, air mani, dan cairan tubuh lain

- Non sekretor: gol.darah hanya dapat ditentukan dari px. darah 9. DNA sangat akurat,t tapi mahal 10. Ekslusi biasanya digunakan pada korban kecelakaan masal,

menggunakan data/daftar penumpang

Metode pemeriksaan terbagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Identifikasi primer :

Page 3: Identifikasi Forensik

Merupakan identifikasi yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibantu oleh kriteria identifikasi lain.

DNA : memerlukan keahlian dan kondisi khusus. Sidik Jari : sukar dilakukan pada kondisi jenazah yg membusuk. Odontologi : dental record di Indonesia masih terbatas.Pada jenazah yang rusak/busuk untuk menjamin keakuratan dilakukan 2-3 metode pemeriksaan dengan hasil (+).

2. Identifikasi sekunderTidak dapat berdiri sendiri, perlu didukung kriteria identifikasi yang lain.Cara sederhana : melihat langsung ciri seseorang dengan memperhatikan perhiasan, pakaian dan kartu identitas yang ditemukan.

Cara Ilmiah : melalui teknik keilmuan tertentu seperti medis dll.

Pada jenazah yang telah membusuk ditentukan :

Ras Jenis Kelamin Perkiraan umur Tinggi badan

PENENTUAN JENIS KELAMIN

Tabel. Penentuan jenis kelamin

Penentuan secara umum

wajah, potongan tubuh, bentuk rambut, pakaian, ciri-ciri seks, buah dada

Pemeriksaan mikroskopik dari ovarium dan testis

Pemeriksaan histologis/kromosom.

Prinsip: berdasarkan pada kromosom

Bahan pemeriksaan: kulit, leukosit, sel-sel selapu lendir pipi bagian dalam, sel-sel rawan, korteks kelenjar suprarenalis, dan cairan amnion

Metode

- Px. Kromosom dari biopsi kulit dengan fiksasi merkuri-klorida setengah jenuh dlm 15 % formol saline

- Px. Sel PMN leukosit melihat drumstickKemungkinan dijumpai drumstick pada wanita lebih banyak bila dibanding pria

Page 4: Identifikasi Forensik

- Px. Struktur inti darah putih dan dari kulit (ketepatan 100%)Penentuan dengan rangka

Pembeda Laki-laki Perempuan

Ukuran secara umum

Besar Kecil

Arsitektur lebih kasar lebih halus

Tulang panggul

indeks iscium-pubis lebih kecil

indeks iscium-pubis lebih besar15%

Indeks tersebut diukur dari ischium dan pubis dari titik dimana mereka bertemu pada acetabulum

Tengkorak Glabela bony Glabela datar

Margin supraorbita melingkar

Margin supraorbita tajam

Luas perluasan processus mastoideus lebih besar

Luas perluasan processus mastoideus lebih kecil

Platum besar, membentuk Palatum kecil, membentuk

Page 5: Identifikasi Forensik

huruf U parabola

Occipital condylus besar Occipital condylus kecil

Dibedakan atas ciri-ciri: tonjolan di atas orbita (supra orbita ridges), processus mastoideus, palatum, bentuk rongga mata dan rahang bawah. Ciri tersebut tamapk jelas pada usia 14-16 tahun

Tulang Panjang

lebih panjang, lebih berat, lebih kasar, dan impressio-nya lebih banyak

lebih pendek, lebih ringan, lebih halus, dan impressio-nya lebih sedikit

Tulang Dada manubrium sterni wanita separuh panjang corpus sterni

PENENTUAN UMUR

- Bayi baru lahir Penentuan umur kehamilan, viabilitas, berat badan, panjang badan, pusat penulangan (bermakna pada bagian distal os femoris), tinggi badan (jarak antara kepala sampai ke tumit/crown-heel, jarak antara kepala ke tulang ekor/crown-rup)

Px. Penunjang radiologis (sinar X) menilai timbulnya epiphyse dan fusinya dengan diaphyses.

- Anak-anak & dewasa < 30 thnPersambungan spheno-occipital terjadi dalam umur 17-25 thn (pada wanita 17-20 thn), unifikasi tulang selangka mulai umur 18-25 thn & menjadi lengkap usia 31 thn ke atas, corpus vertebrae sblm usia 30 thn menunjukkan alur-alur yang berjalan radier pada bagian permukaan atas & bawah

- Dewasa > 30 thn Perkiraan dengan memeriksa tengkorak, yaitu sutura-suturanya.

Sutura sagittalis, coronaria, dan lamboidea mulai menutup pada usia 20-30 thn, sutura parietomastoidea dan sutura squamosa menutup usia lima tahun kemudian – 60 thn, sutura sphenoparietale menutup usia 70 thn.

Page 6: Identifikasi Forensik

PENENTUAN TINGGI BADAN

Melalui pengukuran tulang panjang :

o femur 27% dari tinggi badano tibia 22% dari tinggi badano humerus 35% dari tinggi badano tulang belakang dari tinggi badan

Formula STEVENSON :

o TB = 61,7207 + (2,4378 x panjang Femur) + 2,1756o TB = 81,5115 + (2,8131 x panjang Humerus) + 2,8903o TB = 59,2256 + (3,0263 x panjang Tibia) + 1,8916o TB = 80,0276 + (3,7384 x panjang Radius) + 2,6791

Formula TROTTER dan GLESER :

o TB = 70,37 + 1,22 (panjang Femur + pjg Tibia) + 3,24Pengukuran dengan osteometric board & tulang harus kering

Melakukan identifikasi jenazah kepada :

Jenazah tidak dikenal Jenazah yang membusuk atau kerangka Kasus penculikan anak Kasus bayi tertukar Keraguan siapa orang tua anak

Identifikasi korban bencana massal :

Organisasi Interpol Secara internasional identifikasi korban massal adalah tanggung jawab polisi Interpol Disaster Victim Identification Standing Comittee yang beranggotakan

114 negara di dunia dan bersidang setahun sekali di Lyon, Prancis.

Yang harus dilakukan :

Fase I :Unit Penanganan di TKP (Tempat Kejadian Peristiwa), Kegiatan:

Membuat sektor-sektor/zona pada TKP dengan ukuran 5 x 5 m.

Page 7: Identifikasi Forensik

Memberi tanda setiap sektor. Memberikan label pandang dan label oranye pada jenazah dan potongan

jenazah diikat pada tubuh/ibu jari kaki korban. Memberikan label putih pada barang-barang pemilik tercecer. Membuat sketsa dan foto tiap sektor Evakuasi dan transportasi jenazah dan barang, dengan :

- Memasukkan jenazah dan potongan jenazah dalam karung plastik dan diberi label sesuai nomor jenazah.

- Memasukkan barang-barang yang terlepas dari tubuh korban dan diberi label sesuai nomor jenazah.

- Diangkut ketempat pemeriksaan dan penyimpanan jenazah dan dibuat berita acara penyerahan kolektif.

Fase II : Unit postmortem :

Menerima jenazah/potongan jenazah dan barang dari unit TKP. Registrasi ulang dan pengelompokan kiriman tersebut berdasarkan jenazah

utuh, tidak utuh potongan jenazah dan barang-barang. Membuat foto jenazah. Mencatat semua ciri-ciri korban sesuai formulir interpol Mengambil sidik jari korban dan golongan darah (Ident/Labfor). Mencatat gigi-gigi korban (Odontogram). Membuat Ro. Foto jika perlu. Melakukan autopsi. Mengambil data-data ke unit pembanding.

Fase III : Unit ante mortem

Mengumpulkan data-data nama korban dari daftar penumpang serta data semasa hidup seperti foto dan lain-lain yang dikumpulkan dari instansi tempat korban bekerja, keluarga/kenalan, dokter-dokter gigi pribadi, polisi (sidik jari).

Memasukkan data-data yang masuk dalam formulir yang tersedia formulir AM Kuning.

Mengelompokkan data-data Ante Mortem.berdasarkan : o Jenis kelamin o Umur o Kewarganegaraan

Mengirimkan data-data yang telah diperoleh ke unit pembanding data

Fase IV

Unit pembanding data (rekonsiliasi)

Cek dan recek hasil unit pembanding data.

Page 8: Identifikasi Forensik

Mengumpulkan hasil identifikasi korban. Membuat surat keterangan kematian untuk korban yang dikenal dan surat-

surat lain yang diperlukan. Menerima keluarga korban. Publikasi yang benar dan terarah oleh komisi identifikasi sangat membantu

masyarakat mendapat informasi yang terbaru dan akurat.

Fase V

Dilakukan Evaluasi Dilakukan evaluasi yang komprehensif terhadap masing-masing fase