Identifikasi Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Gedung CIBE

10
1 IDENTIFIKASI FAKTOR UTAMA PENYEBAB KETERLAMBATAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG CIBE Srie Heruyani Stevia Lukmanasari 1 1  Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi  Bandung, Email: [email protected] ABSTRAK Industri konstruksi di Indonesia mengalami pertumbuhan tiap tahunnya. Pertumbuhan ini seharusnya seiring dengan peningkatan kepuasan pelanggan atas produk konstruksi yang dapat dicapai salah satunya dengan penerapan dan pengelolaan sistem manajemen kualitas yang baik. Sistem manajemen kualitas bertujuan agar produk yang di- deliver  kepada pelanggan sesuai dengan ekspektasinya. Pada studi kasus Proyek Pembangunan Gedung CIBE, kontraktor pelaksana tidak mampu men-deliver  pekerjaan sesuai dengan ekspektasi pemilik proyek (ITB), yaitu proyek yang dilaksanakan tidak berjalan sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek sehingga dapat diambil ti ndakan korektif yang relevan. Guna mencapai tujuan tersebut, maka digunakan metodologi penelitian berupa metode empiris dan metode induktif. Metode empiris diterapkan dengan cara meninjau langsung ke lapangan, mengumpulkan laporan kemajuan pekerjaan proyek, dan melakukan wawancara dengan  pihak kontraktor serta pemilik proyek. Data primer yang telah terkumpul ini selanjutnya diolah dengan menggunakan metode statistik deskriptif untuk mendapatkan model faktor penyebab keterlambatan proyek pembangunan gedung CIBE. Terakhir, dilakukan penyimpulan terhadap hasil analisa data dengan metode induktif. Dari hasil pengolahan dan analisa data, diperoleh informasi  bahwa faktor penyebab yang paling menentukan adalah identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan tidak tersusun dengan baik serta ketidaktepatan perencanaan tenaga kerja (kuantitas dan waktu). Kata kunci: sistem manajemen kualitas, proyek konstruksi gedung, quality tools, keterlambatan  proyek 1. PENDAHULUAN Industri konstruksi merupakan salah satu industri besar di Indonesia yang laju pertumbuhannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, industri konstruksi merupakan sektor dengan laju  pertumbuhan tertinggi ketiga di Indonesia, yaitu sebesar 6,57 % (  sumber :   Badan Pusat Statistik ). Salah satu indikator yang dapat menunjukkan pertumbuhan sektor industri konstruksi tersebut adalah peningkatan nilai konstruksi yang diselesaikan. Untuk tahun 2008-2012, nilai konstruksi yang diselesaikan di Indonesia adalah sebagai berikut. Tabel 1. Nilai Konstruksi yang diselesaikan Tahun 2008-2012 (dalam juta rupiah) Jenis Pekerjaan 2008 2009 2010 2011 2012  Rata-rata Pertumbuhan Konstruksi Gedung  70,591,453 72,886,927 95,397,270 108,768,763 128,551,604 14,490,038 Pertumbuhan - 3% 31% 14% 18% 17% Konstruksi Bangunan Sipil  86,5 17,919 141,11 2,869 169,975,358 202 ,325,4 48 237,019,2 58 37,625,335 Pertumbuhan - 63% 20% 19% 17% 30% Konstruksi Khusus  52,988,853 47,108,970 54,876,925 65,029,137 75,782,311 5,698,365 Pertumbuhan - -11% 16% 18% 17% 10% Jumlah 210 ,098,225 261,108,766 320,249,5 53 376,1 23, 348 441,353,173 57,813 ,737 Pertumbuhan - 24.28% 22.65% 17.45% 17.34% 20.43%  (sumber : Data Runtun Benchmark oleh Badan Pusat Statistik)

Transcript of Identifikasi Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Gedung CIBE

7/24/2019 Identifikasi Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Gedung CIBE

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-faktor-utama-penyebab-keterlambatan-proyek-pembangunan-gedung 1/9

1

IDENTIFIKASI FAKTOR UTAMA PENYEBAB KETERLAMBATAN

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG CIBE 

Srie Heruyani Stevia Lukmanasari1

1 Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi

 Bandung, Email: [email protected]

ABSTRAK

Industri konstruksi di Indonesia mengalami pertumbuhan tiap tahunnya. Pertumbuhan ini

seharusnya seiring dengan peningkatan kepuasan pelanggan atas produk konstruksi yang dapat

dicapai salah satunya dengan penerapan dan pengelolaan sistem manajemen kualitas yang baik.

Sistem manajemen kualitas bertujuan agar produk yang di-deliver  kepada pelanggan sesuai dengan

ekspektasinya. Pada studi kasus Proyek Pembangunan Gedung CIBE, kontraktor pelaksana tidak

mampu men-deliver  pekerjaan sesuai dengan ekspektasi pemilik proyek (ITB), yaitu proyek yangdilaksanakan tidak berjalan sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Oleh karena itu, perlu

diidentifikasi faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek sehingga dapat diambil tindakan korektif

yang relevan. Guna mencapai tujuan tersebut, maka digunakan metodologi penelitian berupa metode

empiris dan metode induktif. Metode empiris diterapkan dengan cara meninjau langsung ke

lapangan, mengumpulkan laporan kemajuan pekerjaan proyek, dan melakukan wawancara dengan pihak kontraktor serta pemilik proyek. Data primer yang telah terkumpul ini selanjutnya diolah

dengan menggunakan metode statistik deskriptif untuk mendapatkan model faktor penyebab

keterlambatan proyek pembangunan gedung CIBE. Terakhir, dilakukan penyimpulan terhadap hasil

analisa data dengan metode induktif. Dari hasil pengolahan dan analisa data, diperoleh informasi

 bahwa faktor penyebab yang paling menentukan adalah identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja

yang tidak lengkap dan tidak tersusun dengan baik serta ketidaktepatan perencanaan tenaga kerja(kuantitas dan waktu).

Kata kunci: sistem manajemen kualitas, proyek konstruksi gedung, quality tools, keterlambatan

 proyek

1.  PENDAHULUAN

Industri konstruksi merupakan salah satu industri besar di Indonesia yang laju pertumbuhannya semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, industri konstruksi merupakan sektor dengan laju

 pertumbuhan tertinggi ketiga di Indonesia, yaitu sebesar 6,57 % ( sumber :  Badan Pusat Statistik ). Salah satu

indikator yang dapat menunjukkan pertumbuhan sektor industri konstruksi tersebut adalah peningkatan nilai

konstruksi yang diselesaikan. Untuk tahun 2008-2012, nilai konstruksi yang diselesaikan di Indonesia adalah

sebagai berikut.

Tabel 1. Nilai Konstruksi yang diselesaikan Tahun 2008-2012 (dalam juta rupiah)

Jenis Pekerjaan 2008 2009 2010 2011 2012  Rata-rata

Pertumbuhan

Konstruksi

Gedung  70,591,453 72,886,927 95,397,270 108,768,763 128,551,604 14,490,038

Pertumbuhan - 3% 31% 14% 18% 17%

Konstruksi

Bangunan Sipil  86,517,919 141,112,869 169,975,358 202,325,448 237,019,258 37,625,335

Pertumbuhan - 63% 20% 19% 17% 30%

Konstruksi

Khusus  52,988,853 47,108,970 54,876,925 65,029,137 75,782,311 5,698,365

Pertumbuhan - -11% 16% 18% 17% 10%

Jumlah 210,098,225 261,108,766 320,249,553 376,123,348 441,353,173 57,813,737

Pertumbuhan - 24.28% 22.65% 17.45% 17.34% 20.43%  (sumber : Data Runtun Benchmark oleh Badan Pusat Statistik)

7/24/2019 Identifikasi Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Gedung CIBE

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-faktor-utama-penyebab-keterlambatan-proyek-pembangunan-gedung 2/9

2

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai konstruksi yang diselesaikan memiliki rata-rata tingkat

 pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 20.43%, di mana konstruksi gedung memberi konstribusi yang

cukup besar terhadap pertumbuhan tersebut (17%). Pertumbuhan ini seharusnya selaras dengan peningkatan

kepuasan pelanggan atas produk konstruksi. Sayangnya, data mengenai tingkat kepuasan pelanggan terhadap

 produk konstruksi di Indonesia belum tersedia.Kepuasan pelanggan atas produk konstruksi ini dapat dicapai salah satunya dengan penerapan dan

 pengelolaan sistem manajemen kualitas yang baik. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan olehSusilawati, dkk (2005) menghasilkan suatu kesimpulan bahwa perusahaan kontraktor di Indonesia

mempunyai kesadaran dalam meningkatkan sistem manajemen kualitas perusahaannya.

Sistem manajemen kualitas pada perusahaan kontraktor bertujuan untuk memastikan bahwa produk

konstruksi yang di-deliver  kepada pelanggan sesuai dengan ekspektasi/harapannya, yaitu tepat kualitas, tepat

waktu, dan tepat biaya. Hubungan antara ketiga aspek tersebut sangat erat dan lebih dikenal dengan istilah Project Management Triangle/Triple Constraint/Iron Triangle.

Gambar 1. Project Management Triangle 

Segitiga sama sisi pada Gambar 1 menunjukkan adanya suatu kaitan yang erat antara kualitas, waktu, dan

 biaya, di mana apabila salah satu sisi mengalami perubahan akan mengubah kedua sisi yang lain. Apabila

kualitas suatu produk konstruksi akan dinaikkan, maka waktu pelaksanaan dan biaya yang dibutuhkan punakan bertambah. Atau dengan kata lain, hubungan antara kualitas dengan waktu dan kualitas dengan biaya

adalah berbanding lurus.

 Namun hal yang saat ini sedang terjadi di Proyek Pembangunan Gedung Center for Infrastructure and Build

 Environment (CIBE) adalah kontraktor pelaksana tidak mampu men-deliver   pekerjaan sesuai dengan

ekspektasi waktu yang ditetapkan oleh pihak pemilik proyek (ITB). Menurut rencana, proyek yang dimulai pada bulan Maret 2014 ini harus selesai dikerjakan pada bulan Juli 2015. Tetapi karena sepanjang proses

 pengerjaan hingga saat ini terjadi deviasi negatif yang cukup besar antara kurva S rencana dengan kurva S

aktual, maka diperkirakan proyek ini baru akan selesai pada bulan Agustus 2015.

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan awal bahwa ada hal-hal yang menjadikan sistem

manajemen kualitas perusahaan kontraktor tidak bisa memenuhi ekspektasi pelanggan/pemilik proyek CIBE(ITB), di mana kegagalan ini memberi banyak dampak negatif bagi semua pihak yang terkait dengan proyek

ini.

2.  RANCANGAN PENELITIAN

Satu hal yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah bahwa penerapan sistem manajemen mutu pada

 perusahaan kontraktor sangat erat kaitannya dengan ketercapaian ekspektasi pelanggan. Salah satunya pada

studi kasus proyek CIBE di mana implementasi dari sistem manajemen kualitas harus dapat dapat memberi

kontribusi positif terhadap upaya penyelesaian masalah keterlambatan proyek. Oleh kerena itu, perludiidentifikasi faktor-faktor penyebab keterlambatan agar dapat diambil tindakan korektif yang relevan.

Hal-hal yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah :

1.  Sampel utama pada penelitian ini adalah laporan kemajuan pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung

Center for Infrastructure and Build Environment (CIBE) pada minggu 1-33.

2. 

Lokasi studi berada di Proyek Pembangunan Gedung Center for Infrastructure and Build Environment(CIBE) yang bertempat di Jl. Ganeca no. 11 Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Quality

Time Cost

7/24/2019 Identifikasi Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Gedung CIBE

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-faktor-utama-penyebab-keterlambatan-proyek-pembangunan-gedung 3/9

3

Guna mencapai maksud dan tujuan penelitian seperti yang telah disampaikan sebelumnya, maka dibutuhkan

suatu rancangan metode penelitian yang akan digunakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode empiris dan metode induktif. Metode empiris diterapkan dengan cara meninjau langsung ke

lapangan, mengumpulkan laporan kemajuan pekerjaan proyek, dan melakukan wawancara dengan pihak

kontraktor serta pemilik proyek. Data primer yang telah terkumpul ini selanjutnya diolah denganmenggunakan metode statistik deskriptif untuk mendapatkan model faktor penyebab keterlambatan proyek

 pembangunan gedung CIBE. Terakhir, dilakukan penyimpulan terhadap hasil analisa data dengan metode

induktif dan dipilih tindakan korektif yang relevan.

3.  STUDI LITERATUR

a.  Konstruksi Gedung

UU No. 28 Tahun 2002 mendefinisikan konstruksi atau bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan

konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di

dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian

atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan social, budaya, maupun kegiatan khusus.

 b. 

Konsep Dasar KualitasSeiring perkembangan zaman, terdapat beberapa pendapat mengenai definisi kualitas yang diperbaiki oleh

 para ahli dari waktu ke waktu. Beberapa pendapat tersebut adalah sebagai berikut.

  Juran (1962) : Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya.

  Crosby (1979) : Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery,

reability, maintainability, dan cost effectiveness.

  Deming (1982) : Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan di masa yang

akan datang.

  Feigenbaum (1991) : Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi

marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, di mana produk dan jasa tersebut dalam

 pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.

  Scherkenbach (1991) : Kualitas ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan menginginkan produk dan jasa

yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai

dari produk tersebut.

  Elliot (1993) : Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung padatempat dan waktu, atau dikatakan sesuai dengan tujuan.

  Goetch dan Davis (1995) : Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk,

 pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan.

  Perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari Standar Nasional Indonesia (SNI 19-8402-1991) : Kualitas

adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk dan jasa yang kemampuannya dapat memuaskan

kebutuhan, baik dikatakan secara tegas maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi

yang tercantum dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisikan terlebih dahulu.

Jadi dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas merupakan suatu nilai yang diberikan

oleh pelanggan atas kepuasannya terhadap kapasitas/kemampuan produk, orang proses, dan lingkungan yang

memiliki standar/spesifikasi tertentu dalam memenuhi tujuan yang ingin dicapainya. Tingkat kepuasan

 pelanggan ini bersifat relatif, berbeda antara satu pelanggan dengan pelanggan yang lain.c.  Penjaminan Kualitas

Penjaminan kualitas atau quality assurance didefinisikan sebagai “ All thoses planned and systematic actions

necessary to provide adequate confidence that a product or service will satisfy given requirements for

quality” yang berarti seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang diimplementasikan di dalam system

kualitas, bila perlu didemonstrasikan untuk memberikan suatu keyakinan yang menandai bahwa suatu produk

akan memenuhi persyaratan kualitas (ISO 8402, 1986). Penjaminan kualitas ini umumnya tertuang padaklausul di dalam kontrak yang sudah disepakati bersama. Sejalan dengan prinsip pengendalian kualitas, maka

 jaminan kualitas juga mencakup jaminan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang sudah

dialokasikan, jaminan bahwa penyelesaian pekerjaan akan berada pada kisaran anggaran yang sudah

direncanakan dan jaminan bahwa penyelesaian pekerjaan sesuai dengan mutu yang sudah ditetapkan.

7/24/2019 Identifikasi Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Gedung CIBE

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-faktor-utama-penyebab-keterlambatan-proyek-pembangunan-gedung 4/9

4

d.  Sistem Manajemen Kualitas

Sistem kualitas didefinisikan sebagai “The organizational structure, responbilities, procedures, processes

and resources for implementing quality management ” yang berarti struktur organisasi, prosedur, proses, dan

 penelitian untuk penerapan manajemen kualitas (ISO 8402, 1986). Sistem kualitas atau mutu adalah system

untuk menghasilkan kualitas atau mutu yang dibutuhkan.

Manajemen kualitas didefinisikan sebagai “That aspect of the overall management function that determines

and implements the quality policy” yang berarti aspek dari keseluruhan fungsi manajemen yang menentukandan melaksanakan kebijakan kualitas (ISO 8402, 1986)

Sehingga Quality Management System  (QMS) atau sistem manajemen kualitas merupakan sekumpulan

 prosedur terdokumentasi dan praktik-praktik standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin

kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan/atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu.

Kebutuhan atau persyaratan itu ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi (Gaspersz,

2001).

Pada proyek konstruksi, sistem manajemen kualitas proyek mencakup semua proses yang diperlukan untuk

memastikan proyek memenuhi kebutuhan atas apa yang dilakukan, termasuk di dalamnya semua aktivitas

dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijakan kualitas, tujuan, tanggung jawab danmenerapkannya dalam suatu perencanaan kualitas, jaminan kualitas, pengendalian kualitas, dan peningkatan

kualita dalam sistem kualitas.

Sistem manajemen kualitas memiliki beberapa tujuan, di antaranya adalah sebagai berikut.

  Fokus pada pelanggan : secara aktif mengkaji kebutuhan pelanggan melalui dialog, membuat pelanggan

sadar akan produk dan jasa baru, memastikan organisasi ini menyadari kebutuhan pelanggan, tindakan

korektif ketika layanan gagal memenuhi harapan.

  Perbaikan terus-menerus : produk, jasa, lingkungan kerja, pengembangan staf, dan proses manajemen

dan produksi.

  Mengurangi limbah : pengurangan produk terbuang, pekerjaan berulang atau korektif dan proses yang

tidak perlu.

Selain itu, sistem manajemen kualitas juga memiliki manfaat sebagai berikut.

 

Meningkatkan kepuasan pelanggan.  Peningkatan kualitas produk dan jasa.

  Kepuasan pekerja dan komitmen yang lebih terhadap organisasi.

  Manajemen yang lebih baik dan organisasi yang lebih efektif.

  Meningkatkan hubungan dengan pemasok.

  Promosi peningkatan citra perusahaan.

Dan manfaat yang diperoleh organisasi secara tidak langsung adalah :

  Meninjau tujuan bisnis dan menilai seberapa baik organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya.

  Mengidentifikasi proses-proses yang tidak perlu atau tidak efisien, dan kemudian menghapus atau

meningkatkan hal-hal tersebut.

  Meninjau struktur organisasi, memperjelas tanggung jawab manajerial.

  Meningkatkan komunikasi internal dan antarmuka bisnis dan proses.

 

Meningkatkan semangat kerja staf dengan mengidentifikasi pentingnya outputnya untuk bisnis.

e.  Alat Bantu dalam Pengendalian Kualitas

Dalam mengimplementasikan pengendalian kualitas, diperlukan beberapa alat bantu (quality tools) untuk

dapat menjamin pencapaian. Beberapa alat bantu tersebut adalah :

   Pareto Chats 

 Pareto Charts merupakan diagram batang khusus yang membagi satu kelompok berdasarkan kategori,dan membandingkannya dari yang terbesar sampai terkecil. Diagram ini digunakan untuk mencari

 bagian terbesar dari masalah, atau kontributor terbesar dari penyebab masalah.  Pareto Charts 

dipromosikan pertama kalinya oleh Dr. Joseph Juran dan dinamai oleh ekonom dan sosiolog Italia

Vilfredo Pareto (1848-1923) yang menyatakan bahwa di dunia nyata, minoritas menyebabkan sebagian

 besar masalah, atau lebih spesifik 80% masalah sering kali disebabkan oleh 20% kontributor. Ini dikenaldengan prinsip Pareto.  Pareto Charts  membantu kita untuk mengetahui hal atau masalah mana yang

7/24/2019 Identifikasi Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Gedung CIBE

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-faktor-utama-penyebab-keterlambatan-proyek-pembangunan-gedung 5/9

5

memiliki pengaruh paling besar, sehingga kita dapat memfokuskan proyek dan solusi kepada hal-hal

yang paling berpengaruh. 

  Cause and Effect Diagrams 

Cause and effect diagrams digunakan pada tahap awal proses pengendalian untuk menemukan akar penyebab suatu masalah. Diagram ini juga dikenal sebagai diagram tulang ikan di Ishikawa karena

 bentuk diagramnya yang menyerupai tulang ikan. Diagram ini diperkenalkan oleh Kaoru Ishikawa

seorang profesor Jepang (1915-1989) yang pertama kali menggunakannya untuk menyelidiki penyebab

masalah kualitas. Metode ini merupakan metode pencarian masalah dengan menyusun penyebab-

 penyebabnya dalam suatu bentuk grafik yang dapat dianalisa. Dalam metode ini dilakukan identifikasisecara sistematis semua sumber yang mungkin berkontribusi terhadap gejala yang tidak diinginkan.

Umumnya identifikasi dilakukan dalam sesi brainstorming antara tim orang-orang yang berpengetahuan

dibidang masalahnya. Cause and effect diagrams tidak hanya membantu dalam penyelidikan penyebab,

tetapi juga berfungsi sebagai sarana rekaman ide-ide yang dihasilkan dalam sesi brainstorming . Untuk

format yang seragam, disarankan (Ishikawa, 1985) bahwa penyebab diselidiki dan dicatat di bawahkategori utama.

f. 

Keterlambatan ProyekErvianto (1998) mendefinisikan keterlambatan sebagai waktu pelaksanaan yang tidak dimanfaatkan sesuai

dengan rencana kegiatan sehingga menyebabkan satu atau beberapa kegiatan mengikuti menjadi tertunda

atau tidak diselesaikan tepat sesuai jadwal yang telah direncanakan.

Sedangkan Levis dan Atherley (1996) berpendapat bahwa jika suatu pekerjaan sudah ditargetkan harusselesai pada waktu yang telah ditetapkan namun karena suatu alasan tertentu tidak dapat dipenuhi maka dapat

dikatakan pekerjaan tersebut mengalami keterlambatan.

Definisi lain diutarakan oleh Callahan (1992) yang mengartikan keterlambatan (delay) adalah apabila suatu

aktifitas atau kegiatan proyek konstruksi mengalami keterlambatan waktu, atau tidak diselenggarakan sesuai

dengan rencana yang diharapkan.

Sehingga dapat ditarik suatu definisi umum bahwa keterlambatan merupakan suatu keadaan di mana proyek

konstruksi tidak dapat memenuhi harapan penyelesaian yang telah disepakati di awal, di mana hal ini terjadikarena adanya satu atau beberapa faktor yang melatarbelakanginya.

Levis dan Atherley dalam Langford (1996) mengelompokkan penyebab-penyebab keterlambatan dalam suatu

 proyek menjadi tiga bagian, yaitu :

   Excusable Non-Compensable Delays, penyebab keterlambatan yang paling sering memepengaruhi waktu pelaksanaan proyek pada tipe ini adalah :

   Act of God, seperti gangguan alam, antara lain gempa bumi, tornado, letusan gunung api, banjir,

kebakaran, dan lain-lain.

   Forse majeure, termasuk di dalamnya adalah semua penyebab  Act of God , kemudian perang, huruhara, demo, pemogokan karyawan, dan lain-lain.

  Cuaca, di mana ketika cuaca menjadi tidak bersahabat dan mlebihi kondisi normal maka hal ini

menjadi sebuah faktor penyebab keterlambatan yang dapat dimaafkan ( Excusing Delay).

 

 Excusable Compensable Delays, merupakan keterlambatan yang disebabkan oleh owner client , di manakontraktor berhak atas perpanjangan waktu dan claim  atas keterlambatan tersebut. Penyebab

keterlambatan yang termasuk dalam tipe ini adalah:

  Terlambatnya penyerahan secara total lokasi ( site) proyek.

  Terlambatnya pembayaran kepada pihak kontraktor.

  Kesalahan pada gambar dan spesifikasi.

  Terlambatnya pendetailan pekerjaan.

  Terlambatnya persetujuan atas gambar-gambar fabrikasi.

   Non-Excusable Delays, merupakan keterlambatan yang sepenuhnya tanggung jawab kontraktor.

Penyebabnya adalah kontraktor memperpanjang waktu pelaksanaan pekerjaan sehingga melewati tanggal

 penyelesaian yang telah disepakati, di mana sebenarnya penyebab keterlambatan dapat diprediksi dan

dihindari oleh kontraktor. Dengan demikian, pihak owner client dapat meminta monetary damages untuk

keterlambatan tersebut. Adapun penyebabnya antara lain :

 

Kesalahan mengkoordinasikan pekerjaan, bahan, serta peralatan.  Kesalahan dalam pengelolaan keuangan proyek.

7/24/2019 Identifikasi Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Gedung CIBE

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-faktor-utama-penyebab-keterlambatan-proyek-pembangunan-gedung 6/9

6

  Keterlambatan dalam penyerahan shop drawing /gambar kerja.

  Kesalahan dalam mempekerjakan personil yang tidak cakap.

Keterlambatan proyek menimbulkan berbagai macam kerugian baik bagi pemilik proyek maupun kontraktor,

seperti yang disampaikan oleh Obrein J.J. (1976) berikut ini.

 

Bagi pemilik, keterlambatan menyebabkan kehilangan penghasilan dari bangunan yang seharusnya sudah

 bisa digunakan atau disewakan.

  Bagi kontraktor, keterlambatan penyelesaian proyek berarti naiknya biaya overhead   karena bertambah

 panjang waktu pelaksanaan sehingga merugikan akibat kemungkinan naiknya harga karena inflasi dan

naiknya upah buruh serta tertahannya modal kontraktor yang kemungkinan besar dapat dipakai untuk proyek lain.

  Bagi konsultan, keterlambatan akan menyebabkan kerugian waktu karena dengan adanya keterlambatan

tersebut konsultan yang berangkutan akan terhambat dalam mengagendakan proyek lain.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterlambatan proyek adalah (Dipohusodo, 1996) :

  Mengerahkan sumber daya tambahan.

  Melepaskan rintangan-rintangan, ataupun upaya-upaya lain untuk menjamin agar pekerjaan meningkat

dan membawa kembali ke garis rencana.

 

Jika tidak mungkin tetap pada garis rencana semula, mungkin diperlukan revisi jadwal yang untukselanjutnya dipakai sebagai dasar penilaian kemajuan pekerjaan pada saat berikutnya.

4.  PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pemilik proyek dan kontraktor pelaksana, diperoleh informasi

 bahwa keterlambatan pengerjaan proyek gedung CIBE disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor ini

kemudian dikempokkan menurut kategori masing-masing, seperti yang tercantum dalam Tabel 1. berikut ini.

Tabel 1. Identifikasi Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek CIBE

 No. KategoriKelompok berdasarkan

Levis dan ArtherleyFaktor Penyebab

Frekuensi

Kejadian

A Manajemen

 Non Excusable Delays1.

 

Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerjayang tidak lengkap dan tidak tersusun dengan

 baik.

26

Compansable Delays2.  Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang

sangat ketat.1

B SDM

 Non Excusable Delays1.  Ketidaktepatan perencanaan tenaga kerja

(kuantitas dan waktu)23

 Non Excusable Delays2.  Kualitas tenaga kerja yang buruk

(keterampilan dan keahlian)4

C Material  Non Excusable DelaysKeterlambatan penyediaan alat dan material

akibat kelalaian kontraktor20

D

Desain dan

Metoda

 Non Excusable Delays1.  Metode konstruksi/teknik pelaksanaan yang

tidak tepat21

 Non Excusable Delays 2. 

Banyak pekerjaan ulang (rework ) karenatidak sesuai dengan spesifikasi teknis

1

E Lingkungan  Excusable Delays Rendahnya dukungan masyarakat sekitar 2

Secara umum, faktor penyebab keterlambatan proyek tersebut di atas dibuat Cause and Effect Diagram-nya

sebagai berikut.

7/24/2019 Identifikasi Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Gedung CIBE

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-faktor-utama-penyebab-keterlambatan-proyek-pembangunan-gedung 7/9

7

Keterlambatan Proyek

Gedung CIBE ITB

SDM

Desain & Metoda

Lingkungan

Sering terjadi

pergantian pekerja

Minimnya jumlah pekerja

Effort kurang

Perbedaan ritme kerja antara

orang Indonesia dengan Jepang

Minimnya pemahaman akan

standar yang digunakakan

Manajemen

Master schedule belum ada

Lamanya approval

master schedule

Upaya perkuatan

manajemen proyek

Material

Lamanya approval

material

Jadwal material tidak

terencana dengan baik

Keterlambatan suplai

Perencanaan site plan

kurang matang

Perubahan layout CRCS

Metode kerja tidak

Terencana dengan baik

Banyak rework

Keterbatasan lahan

Manuever sulit

Gangguan pekerjaan

akibat loading test

Antisipasi jalur kritis

Komplain kebisingan

oleh tetangga

Pembatasan jam kerja

Pengabaian jalur kritis

Gambar 2. Cause and Effect Diagram Penyebab Keterlambatan Proyek CIBE

Selanjutnya, faktor-faktor tersebut di atas diolah menggunakan alat bantu  Pareto Charts. Pada level 1, akan

dianalisa berdasarkan kelompok penyebab keterlambatan menurut Levis dan Artherley.

Tabel 2. Kelompok Penyebab Keterlambatan Proyek CIBE menurut Levis dan Artherley

Kelompok Penyebab Keterlambatan Frekuensi Kejadian Frekuensi Kumulatif

 Non Excusable Delays 95 97%

 Excusable Delays 2 99%

Compansable Delays 1 100%

Gambar 3. Pareto Chart Level 1

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa kelompok  Non Excusable Delays merupakan kelompok yang paling

 besar kontribusinya dalam menyebabkan keterlambatan proyek CIBE. Selanjutnya, ingin diketahui kategori

apa dari kelompok  Non Excusable Delays yang menjadi penyebab utama dalam keterlambatan proyek ini.

Untuk itu, kelompok  Non Excusable Delays  akan diuraikan lagi berdasarkan kategori masing-masing

 penyebab.

Tabel 3. Kategori dalam Non Excusable Delays pada Proyek CIBE

Kategori Frekuensi Kejadian Frekuensi Kumulatif

Manajemen 26 28%

SDM 27 56%

Material 20 78%

Desain dan Metoda 21 100%

Lingkungan 0 100%

7/24/2019 Identifikasi Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Gedung CIBE

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-faktor-utama-penyebab-keterlambatan-proyek-pembangunan-gedung 8/9

8

Gambar 4. Pareto Chart Level 2

Berdasarkan Gambar 3, diperoleh informasi bahwa kategori manajemen dan SDM memiliki porsi yang

hamper sama besarnya dan dominan terhadap keterlambatan proyek CIBE. Jika dilihat dari Tabel 1, maka

 Pareto Charts untuk kedua kategori tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 4. Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek CIBE pada Kategori Manajemen

Faktor Penyebab Frekuensi Kejadian Frekuensi Kumulatif

Identifikasi, durasi, dan rencana

urutan kerja yang tidak lengkap dan

tidak tersusun dengan baik

26 96%

Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang sangat ketat

1 100%

Gambar 5. Pareto Chart Level 2 untuk Kategori Manajemen

Tabel 5. Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek CIBE pada Kategori SDM

Faktor Penyebab Frekuensi Kejadian Frekuensi Kumulatif

Ketidaktepatan perencanaan tenaga

kerja (kuantitas dan waktu)23 85%

Kualitas tenaga kerja yang buruk

(keterampilan dan keahlian) 4 100%

7/24/2019 Identifikasi Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Gedung CIBE

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-faktor-utama-penyebab-keterlambatan-proyek-pembangunan-gedung 9/9