5. PERANCANGAN PERENCANAAN PRODUKSI · Perancangan akan dilakukan sesuai urutan penyebab-penyebab...
Transcript of 5. PERANCANGAN PERENCANAAN PRODUKSI · Perancangan akan dilakukan sesuai urutan penyebab-penyebab...
Universitas Kristen Petra
5. PERANCANGAN PERENCANAAN PRODUKSI
Perancangan yang akan dilakukan didasarkan dari analisa sistem saat ini
dan penyebab keterlambatan delivery yang telah dijabarkan pada bab 4. Tujuan
dari perancangan yaitu merancang sistem pemenuhan order yang terintegrasi dan
terencana dengan baik dengan menggunakan konsep MRP II . Karena itu
perancangan akan lebih ditekankan pada perencanaan produksi, karena setelah
mengambil dan menganalisa data ternyata menunjukkan bahwa penyebab
keterlambatan delivery barang jadi yaitu disebabkan perencanaan produksi yang
kurang baik. Perencanaan akan lebih ditekankan untuk proses diantara order
masuk hingga penjadwalan pengecoran, karena proses setelah cor akan mengikuti
dengan sendirinya.
Perancangan akan dilakukan dengan mencoba mengaplikasikannya ke
perencanaan produksi untuk bulan Mei, dengan menggunakan data order bulan
April minggu keempat dan bulan Mei minggu pertama.
Perancangan akan dilakukan sesuai urutan penyebab-penyebab
keterlambatan delivery yang telah dijabarkan di bab.4.
5.1. Pemeliharaan Fasilitas Perusahaan
Penyebab keterlambatan delivery barang jadi selama ini disebabkan juga
adanya kerusakan fasilitas yang tidak terduga pada saat proses produksi sehingga
menghambat bahkan menghentikan proses produksi. Walaupun kerusakan fasilitas
tidaklah sering terjadi akan tetapi akibat yang ditimbulkan sangat besar karena
dapat membuat jadwal yang telah direncanakan menjadi mundur.
Sebaiknya fasilitas yang digunakan selama proses produksi dan penting
bagi kelancaran kelangsungan proses produksi mempunyai jadwal atau waktu
rutin untuk melakukan pemeliharaan seperti check up atau penggantian
komponen. Bila memang dirasa perlu untuk menyimpan beberapa komponen
sebagai persediaan atau persiapan bila terjadi kerusakan, maka sebaiknya
dilakukan penyimpanan untuk komponen-komponen yang perlu.
Universitas Kristen Petra
Perusahaan telah memiliki tenaga kerja maintenance sehingga tidak perlu
mencari tenaga baru khusus maintenance, akan lebih baik bila menggunakan
tenaga kerja yang telah tersedia dan telah memahami keadaan fasilitas yang
dimiliki perusahaan untuk melakukan maintenance.
5.2. Perencanaan Sumber Daya dan Kebutuhan Bahan Baku
Seorang PPC sebelum membuat perencanaan produksi maka harus
mengetahui ketersediaan sumber daya yang dimiliki, dalam hal ini sumber daya
yang diperhitungkan untuk proses pengecoran yaitu tenaga kerja model, tenaga
kerja cetak, tenaga kerja bongkar, dan tenaga kerja bongkar. Pada tabel 5.1. dapat
dilihat jumlah kapasitas yang tersedia.
Tabel 5.1. Sumber Daya yang Tersedia
Jumlah kapasitas dalam Resources Unit of measure Sehari Seminggu Sebulan
Tenaga kerja model jam 8 40 160 Tenaga kerja cetak jam 48 240 960
Tenaga kerja bongkar jam 24 120 480 Tenaga kerja finishing jam 40 200 800
Sumber daya yang dianggap penting/critical yang perlu untuk
diperhatikan, jadi tidak semua sumber daya diperhitungkan.
Untuk tenaga kerja, kapasitas dihitung berdasarkan jam kerja perusahaan
yaitu 8 jam sehari.
Contoh perhitungan tenaga kerja cetak:
Proses cetak dan bakar mempunyai 12 tenaga kerja akan tetapi untuk
mencetak 1 unit produk diperlukan 2 tenaga kerja sehingga hanya tersedia
menjadi 6 kelompok dengan jam kerja masing-masing 8 jam sehingga dalam
sehari kapasitas tenaga kerja cetak 48 jam.
Selama ini sumber daya yang tersedia mampu untuk mengerjakan 6-10
heat dalam seminggu. Penggunaan masing-masing sumber daya harus dihitung
dan direncanakan agar:
Universitas Kristen Petra
• Mengetahui apakah jumlah kapasitas sumber daya yang tersedia dapat
memenuhi kebutuhan.
• Mengetahui penggunaan sumber daya yang dipakai.
• Dapat segera dilakukan langkah-langkah yang diperlukan bila ternyata sumber
daya tidak mencukupi.
Apabila sumber daya tidak mencukupi untuk menangani semua order
yang masuk maka akan dilakukan beberapa hal yang sesuai dengan kebijakan
perusahaan selama ini, yaitu:
• Mesubmodelkan pekerjaan stasiun kerja model
• Menambah shift kerja atau lembur
• Menambah jumlah tenaga kerja dengan menggunakan sistem kontrak
Selain sumber daya maka bahan baku juga perlu diperhatikan, dalam
menentukan bahan baku yang akan diperlukan untuk proses pengecoran maka
perlu untuk mengetahui beberapa data informasi seperti data bahan baku untuk
masing-masing order (produk). Berikut pada tabel 5.2. beberapa bahan utama
yang dibutuhkan untuk setiap pembuatan produk secara umum, sedangkan pada
lampiran 11 dapat dilihat beberapa data tentang kebutuhan bahan baku dalam
pembuatan setiap produk berdasarkan product familynya, akan tetapi hanya
bahan-bahan utama yang dibutuhkan untuk pengecoran yang dijabarkan .
Perusahaan selama ini tidak mau melakukan stok/penyimpanan bahan
baku. Jumlah pembelian bahan baku sesuai dengan jumlah berat (kg) produk yang
telah dijadwalkan proses lebur dan cornya ditambah dengan berat (kg) toleransi.
Selama ini perusahaan dalam melakukan perhitungan untuk pengecoran akan
menambahkan jumlah tonase toleransi dari jumlah yang dibutuhkan untuk
membuat produk. Hal ini dilakukan karena dalam membuat produk akan
diperlukan saluran atau rongga tempat cairan logam mengalir, dan pertimbangan
lain. Sehingga apabila melakukan proses peleburan 2000 kg, sebenarnya berat
tonase asli untuk membuat produk hanya 1400-1600 kg sedangkan jumlah berat
toleransinya 400-600 kg.
Universitas Kristen Petra
Tabel 5.2. Data Bahan Baku Secara Umum
Bahan baku utama
Plat press Fe Ni Sekrap baja Fe Mo Sekrap besi Fe Si MB
Sekrap Mn steel Al Plat stainless Karbon
Fe Si Mn Hc Fe Mn Mn Lc Fe Cr Slagcut
Perancangan tidak memberikan safety stock karena beberapa alasan
berikut yaitu :
• Bahan baku yang digunakan logam sehingga merupakan bahan-bahan dengan
harga yang cukup mahal.
• Perusahaan bersifat make to order murni sehingga tidak dapat diketahui
jumlah pasti kebutuhan bahan baku, jika diambil rata-rata kebutuhan per
minggu maka akan diketahui kebutuhan bahan baku rata-rata. Akan tetapi jika
ternyata jumlah safety stock kurang maka tetap saja terjadi keterlambatan
selama seminggu lagi untuk menunggu sisa datangnya bahan baku, mengingat
proses lebur dan cor dapat dilaksanakan bila semua bahan baku telah lengkap.
Dan jika ternyata jumlah safety stock berlebihan dari kebutuhan maka akan
terjadi waktu penyimpanan bahan baku yang lama, mengingat order yang
datang tidak selalu sama product familynya. Bila ini terjadi maka uang yang
seharusnya dapat digunakan untuk hal-hal lain tetapi sekarang tidak dapat
digunakan karena telah digunakan menumpuk bahan.
• Walaupun menumpuk bahan baku, mengingat perusahaan murni make to
order maka belum tentu akan terpakai semuanya dalam waktu jangka pendek,
sehingga dapat menimbulkan akibat kehilangan, atau kerugian lain.
Universitas Kristen Petra
5.3. Perencanaan Produksi dan Jadwal Cor
Penyebab-penyebab keterlambatan seperti :
• Adanya order yang dikerjakan tidak menurut rencana produksi karena
mengenal orang lantai produksi
• Perbedaan jumlah produk yang akan dicor dalam perencanaan produksi
dengan aktual
• Proses oven yang tidak segera dilaksanakan karena menunggu tercapainya
kapasitas minimal 3 ton
• Peninjauan order/perencanaan produksi yang dilakukan seminggu sekali
Semua hal diatas menunjukkan bahwa perencanaan produksi yang
dilakukan perusahaan kurang baik.
Dalam perancangan ini untuk melakukan perencanaan produksi
menggunakan langkah-langkah dibawah ini:
1. Peninjauan order masuk akan dilakukan setiap hari
Tidak lagi hanya menghitung menggunakan metode backward untuk
mengetahui kapan due date terakhir proses harus dimulai, agar proses produksi
tepat selesai dan dapat dikirim sesuai waktu yang disepakati, akan tetapi setiap
order yang masuk harus segera ditangani, tidak lagi menunggu due date untuk
mulai proses awal. Dengan perancangan yang baru perhitungan backward hanya
akan memperjelas due date proses suatu order harus segera dimulai.
2. Menghitung atau mengetahui lama pengerjaaan produk pada masing-masing
proses.
Agar seorang PPC dapat dengan akurat menjadwalkan pelaksanaan
proses pengecoran dari masing-masing order/produk serta dapat melakukan
perhitungan dengan metode backward maka harus diketahui lama pengerjaan pada
masing-masing proses produksinya yaitu mulai dari lama proses model hingga
finishing. Pada lampiran 12 dapat dilihat beberapa data informasi lama pengerjaan
pada masing-masing proses untuk tiap-tiap produk
Universitas Kristen Petra
3. Menghitung kapasitas sumber daya yang tersedia untuk digunakan
Sejak order masuk maka secara langsung perhitungan sumber daya yang
akan digunakan akan dihitung dan direncanakan karena dengan merencanakan
jadwal produksi maka otomatis merencanakan juga sumber daya yang digunakan.
Perencanaan produksi juga memperhitungkan kapasitas sumber daya yang
tersedia.
4. Menghitung tonase ketiga product family tiap sore hari.
Dalam perancangan ini PPIC akan menghitung jumlah tonase masing-
masing product family pada saat sore hari, agar menjadi acuan untuk menentukan
order mana sebaiknya dimulai proses modelnya lebih dulu. Apabila suatu order
yang telah tersedia modelnya maka akan langsung dijumlahkan tonasenya
kedalam product familynya, berbeda dengan yang membutuhkan model,
tonasenya tidak dapat langsung ikut dijumlahkan ke dalam product familynya
sebelum selesai pembuatan modelnya.
Jika perhitungan pada sore hari tersebut telah menemukan tiga heat yaitu
syarat agar proses peleburan dan pengecoran dapat berlangsung maka dapat
menentukan jadwal untuk lebur dan cor. Total tonase product familynya untuk
keesokkan harinya akan langsung berkurang sesuai dengan jumlah yang akan
dicor pada masing-masing product family.
5. Jadwal pembelian bahan baku
Pada saat peninjauan sore hari ketika ditemukan 3 heat maka keesokkan
harinya akan dilakukan pembelian bahan baku sesuai jumlah yang dibutuhkan
untuk melakukan proses pengecoran.
6. Penentuan jadwal cetak
Order masuk yang menuju proses cetak juga harus dijadwalkan waktu
pengerjaannya. Serta disesuaikan dengan kapasitas tenaga kerja yang tersedia,
meskipun selama ini tidak terjadi masalah tetapi perlu juga diperhatikan agar
semua order yang dikerjakan dapat terjadwal dengan baik pengerjaannya.
Universitas Kristen Petra
7. Penentuan jadwal lebur dan cor
Jadwal pelaksanaan lebur dan cor yaitu seminggu setelah tanggal
pemesanan bahan baku. Hal ini sesuai dengan lama waktu kedatangan bahan dari
supplier selama ini yaitu 2-7 hari. Jadwal produk/order yang akan mengalami
proses lebur dan cor telah ditetapkan sebelumnya baik dari segi jenis-jenis produk
dan jumlah produknya, sehingga tidak boleh adanya produk lain yang tidak
dijadwalkan ikut pada pelaksanaannya di lantai produksi, karena baik dari segi
jadwal dan jumlah bahan baku telah direncanakan. Apabila ada konsumen yang
meminta produknya dibuat terlebih dahulu tanpa melalui perencanaan kerena telah
mengenal orang di lantai produksi maka harus ditolak. Perusahaan perlu
meningkatkan disiplin dan memberikan tindakan tegas bila diperlukan kepada
orang di lantai lantai produksi.
8. Penentuan jadwal bongkar
Order masuk yang menuju proses bongkar juga harus dijadwalkan waktu
pengerjaannya. Serta disesuaikan dengan kapasitas tenaga kerja yang tersedia,
meskipun selama ini tidak terjadi masalah tetapi perlu juga diperhatikan agar
semua order yang dikerjakan dapat terjadwal dengan baik pengerjaannya
9. Penentuan jadwal proses oven
Masalah proses oven yang membutuhkan waktu untuk menunggu
kapasitas 3 ton dapat diselesaikan dengan menggunakan metode yang telah
dijelaskan diatas, bahwa untuk menentukan order/produk mana yang akan dimulai
proses modelnya terlebih dahulu, menggunakan acuan jumlah tonase pada
masing-masing product family. Dengan kata lain yang diutamakan untuk proses
cor yaitu yang memiliki tonase dalam jumlah besar sehingga nantinya di proses
oven peluang untuk menunggu kapasitas minimal 3 ton berkurang. Proses oven
dilakukan mengikuti proses bongkar.
10. Penentuan jadwal proses finishing
Order masuk yang menuju proses finishing juga harus dijadwalkan waktu
pengerjaannya. Serta disesuaikan dengan kapasitas tenaga kerja yang tersedia,
Universitas Kristen Petra
meskipun selama ini tidak terjadi masalah tetapi perlu juga diperhatikan agar
semua order yang dikerjakan dapat terjadwal dengan baik pengerjaannya
5.4. Perencanaan Pengerjaan Model
Proses produksi awal yaitu pembuatan model. Selama ini divisi model
dalam mengerjakan model hanya berdasarkan order yang lebih dahulu datang dan
kurang berhubungan dengan bagian PPC sehingga terjadi masalah seperti yang
dijelaskan pada bab 4. Setiap order yang masuk tidak seluruhnya memerlukan
pembuatan model akan tetapi ada order yang telah tersedia modelnya, perusahaan
membaginya menjadi lima dasar kerja yaitu berdasarkan gambar, model (replika),
repeat order, standart MWS, dan contoh barang. Bila dasar gambar repeat order
dan standart MWS maka tidak perlu dibuatkan model baru karena telah tersedia.
Berdasarkan pengambilan data dan pengelompokan data yang diambil
dari 5 bulan yaitu Januari hingga Mei 2004 maka diketahui data order masuk
sebanyak 214 data order dan yang membutuhkan pembuatan model 105 order dan
yang telah tersedia model 109 order. Karena keterbatasan data maka dalam
perancangan ini hanya akan membagi dasar kerja menjadi dua saja yaitu yang
memerlukan pembuatan model dan model yang telah tersedia.
Dasar kerja ini juga digunakan pada rancangan baru, order yang masuk
akan dipisahkan mana yang memerlukan pembuatan model dengan yang tidak
memerlukan pembuatan model, order yang telah tersedia modelnya maka akan
langsung menuju proses cetak. Sedangkan yang membutuhkan pembuatan model
akan mengikuti flowchart rancangan prosedur penentuan pembuatan model yang
dapat dilihat pada gambar 5.1.
Jika menurut rancangan yang baru maka bagian PPC dan model harus
saling berhubungan dalam menentukan model mana yang harus dibuat terlebih
dahulu dan dilakukan peninjauan tiap hari.
Flowchart rancangan prosedur penentuan pembuatan model dapat
membantu untuk memilih model mana yang lebih baik dibuat terlebih dahulu
apabila dalam satu hari ternyata harus mengerjakan lebih dari satu macam model.
Pertimbangan dalam memilih yaitu tonase product family, lama waktu pengerjaan
model, sisa waktu untuk proses produksi dari due date delivery promised.
Universitas Kristen Petra
Alur dalam menggunakan flowchart dapat dilihat pada penjelasan
dibawah ini:
1. Memisahkan order masuk
Ketika order masuk maka ada yang membutuhkan pembuatan model dan
ada yang tidak. Bila membutuhkan pembuatan model, maka akan dibedakan
apakah dalam satu hari hanya ada satu model yang harus dibuat atau lebih
dari satu model. Bila hanya membuat satu model maka bagian model akan
langsung mengerjakannya. Dan akan dilakukan peninjauan tiap hari atau saat
selesai mengerjakan satu model, apakah ada model lagi yang harus dibuat, dan
apabila tidak ada model lain yang harus dibuat pada saat yang bersamaan, maka
model yang belum selesai dikerjakan akan dilanjutkan untuk diselesaikan.
2. Mengelompokkan order masuk
Akan tetapi apabila dalam satu hari ternyata ada lebih dari satu jumlah
model yang harus dibuat maka langkah awal yang dilakukan yaitu melihat apakah
dalam satu product family ada order-order yang lama proses pembuatan model
kurang dari delapan jam dan bila lama masing-masing proses pembuatan model
dijumlahkan kemudian hasilnya kurang atau sama dengan delapan jam maka
dijadikan sebagai satu tonase dan satu lama proses pembuatan model. Apabila
ternyata banyak pilihan tonase dan lama pembuatan yang dapat dijadikan satu,
maka dicari yang dapat membuat total tonase menjadi yang terbesar dari semua
kemungkinan dan lama proses pembuatan model yang terpendek. Hal ini
dilakukan agar mempersempit pilihan dalam menentukan pembuatan model, serta
dapat lebih mudah mendapatkan tonase terbesar dan lama proses pembuatan
model yang terkecil.
Universitas Kristen Petra
order masuk
total mdl > 1dlm 1 hr?
buat mdl brdsrkanFIFO peninjauan
total mdl>1dlm 1 hr?
mdl FIFOselesai?
teruskan buatmdl FIFO
finish
model
Y
Y
pilih 1 tonase(berat)dari semua pilihan/order ygmsk yg membuat total prod.fam.mcp kap.min/
lbh dari ke2 prod.fam.lainnya
modelopt. 1
Apakah tonase mendekatibila dgn option 1 (max beda
100) & SPT mdl 2 tdkmendekati SPT mdl opt.1
(min. beda 3 hari)?
modelopt.2
apabila dlm 1 prod.fam.ada order-order ygtonase(berat)&SPT mdlnya < 8jam&bila
dijmlhkan total SPT mdl-mdlnya<=8jam mkjdkan 1 tonase(berat) terbesar yg
memungkinkan&1 SPT mdl
lihat SPT mdl dari semuapilihan/order yg msk
pilih tonase(berat) ke 2 darisemua pilihan/order msk ygmembuat total prod.fam.mcpkap.min/lbh & SPT mdl lbhkecil dari pilihan yg dipilih
pertama
pilihan>1?
pilih slack terkecil
pilihan>1?
1prod.fam/
tdk?
pilih SPT mdlterkecil
pilihan>1?
SPT mdl daritonase(berat) yg
terpilih td,apakahterkecil?
pilihan>1?pilih slack terkecil
pilihan>1?
1prod.fam/
tdk?
Y
pilih prod.fam.ygordernya akan lbh
cpt dtngpilih FIFO
pilihprod.fam.yg
ordernya akanlbh cpt dtng
pilih FIFO
TT
T
Y
Y
T
Y
T
T Y
peninjauan
model
optionmodelke 2
peninjauan
ada/tdk?
Y T
T
Y
Y
TY
TY
T
T
Y
modelopt.2
T
15
1
2
3
4
4
65
7
8
10
1413
11
12
9
1918
17
16
1
Gambar 5.1.Flowchart Rancangan Prosedur Penjadwalan
Universitas Kristen Petra
3. Pilih satu tonase
Pilih satu tonase yang dapat membuat jumlah total tonase product
familynya menjadi terbesar diantara ketiga product family. Contoh kasus sebagai
berikut:
Tabel 5.3. Contoh Perhitungan Tonase dan Waktu Pembuatan Model
product family A B C total tonase awal 25 0 0 order masuk 300 100 150 100 275 SPT model 6 jam 2 jam 2 jam 2 jam 5 jam
.
product family A B C total tonase awal 25 0 0 order masuk 300 350 275 SPT model 6 jam 6 jam 5 jam
Bila dilihat dari pilihan tonase yang ada maka product family B akan dipilih
karena bila dijumlahkan baik tonase dan lama waktu pembuatan model menjadi
pilihan utama, atau dapat dikatakan membuat jumlah total product familynya
menjadi yang terbesar .
4. Perhatikan lama pengerjaan modelnya
Apabila pilihan tonase hanya ada satu maka langkah selanjutnya sebelum
menetapkan untuk membuat model dari tonase yang kita pilih tadi, yaitu dengan
memperhatikan lama waktu proses pembuatan model dari satu tonase yang dipilih
tadi kemudian akan dibandingkan dengan lama waktu pengerjaan model semua
pilihan yang ada.
5. Pelaksanaan pembuatan model bila lama waktu pengerjaan modelnya terkecil
Bila lama waktu yang dimiliki oleh tonase yang telah kita pilih tadi
adalah lama waktu pembuatan modelnya terkecil, maka akan langsung dilakukan
proses pembuatan model.
Universitas Kristen Petra
6. Mencari pilihan/option kedua
Bila ternyata lama waktu pembuatan model dari tonase yang dipilih tadi
bukan yang terkecil, maka akan dicari option tonase kedua yang dapat membuat
jumlah total tonase product familynya mencapai terbesar kedua setelah option
pertama, dan memiliki lama waktu pembuatan model harus lebih kecil dari lama
waktu pengerjaan model milik option pertama.
7. Lihat option kedua tersedia atau tidak
Pilihan yang mungkin terjadi yaitu ada atau tidak option kedua itu, bila
tidak ada maka tonase option pertama yang akan dibuat model. Bila ternyata ada
maka ke langkah selanjutnya
8. Lihat apakah option kedua yang tersedia hanya satu atau lebih dari satu
Apabila ternyata ada atau terdapat option kedua itu maka dilihat apakah
option kedua ini hanya ada satu pilihan atau lebih.
9. Lihat syarat lain untuk memilih option kedua bila tersedia 1 option saja
Bila hanya satu pilihan maka akan disaring lagi dengan apakah total
jumlah tonase product family dengan option kedua mendekati total jumlah tonase
product family dengan option pertama, dan memiliki lama waktu pembuatan
model yang tidak mendekati waktu pembuatan model option pertama. Hal ini
untuk mencegah terpilihnya option kedua yang ternyata memang lama waktu
pembuatan model lebih kecil tetapi tenyata tidak jauh berbeda dengan lama waktu
pembuatan model option pertama, sehingga malah merugikan. Contoh kasus
sebagai berikut:
Tabel 5.4. Contoh Option Kedua yang Merugikan
product family A(op.1) B(op.2)tonase 1200 700 SPT model 8 hari 7 hari
Universitas Kristen Petra
10. Lihat syarat pemilihan option kedua bila ternyata ada lebih dari satu option.
Bila ternyata option kedua memiliki pilihan lebih dari satu maka akan
dipilih yang memiliki sisa waktu proses produksi yang terkecil dari due date
delivery promised.
11. Pilih option kedua yang memiliki slack dari due date delivery promised yang
terkecil.
Bila pilihan setelah “disaring” dan lolos dengan memiliki sisa waktu
proses produksi yang terkecil dari due date delivery promised, maka akan
dibuatkan model untuk option kedua tersebut.
12. Lihat apakah dalam satu product family
Jika masih terdapat pilihan lebih dari satu dari “saringan” memilih slack
terkecil , maka akan ditanya apakah berasal dari product family yang sama atau
tidak.
13. Pilih yang ordernya masuk lebih dahulu
Bila pilihan berasal dari product family yang sama, akan dipilih yang
tanggal order masuk lebih dahulu
14. Pilih product family yang ordernya lebih cepat datang
Sedangkan bila berasal dari product family yang berbeda maka dipilih
product family yang order akan lebih cepat datang, hal ini diketahui dari data
masa lalu. Berdasarkan analisa dan perhitungan yang dilakukan data tahun 2004
untuk mengetahui lama rata-rata masing-masing product family mencapai target
minimum yaitu 700 kg, maka dapat diurutkan product family yang memiliki
waktu untuk mendapatkan order lebih cepat yaitu baja, MSn, dan baja alloy.
(lihat lampiran 13)
Dari hasil langkah 13 dan 14 maka akan ditemukan option kedua, maka
untuk memutuskan membuat model option pertama atau kedua harus disaring
dengan langkah ke 9
Universitas Kristen Petra
15. Lihat syarat pemilihan option pertama bila ternyata ada lebih dari satu option.
Demikian juga bila ternyata ada lebih dari satu pilihan tonase yang dapat
membuat product familynya mencapai tonase terbesar, maka tetap dipilih yang
memiliki lama waktu pembuatan model yang terkecil
16. Pilih option pertama yang memiliki slack dari due date delivery promised
yang terkecil.
Apabila masih terdapat pilihan lebih dari satu lagi maka dipilih sisa
waktu proses produksi yang terkecil dari due date delivery promised.
17. Lihat apakah dalam satu product family
Jika masih terdapat pilihan lebih dari satu pilihan setelah “disaring”
dengan dengan memilih slack terkecil, maka akan ditanya apakah berasal dari
product family yang sama atau tidak.
18. Pilih yang ordernya masuk lebih dahulu
Bila pilihan berasal dari product family yang sama, akan dipilih yang
tanggal order masuk lebih dahulu
19. Pilih product family yang ordernya lebih cepat datang
Sedangkan bila berasal dari product family yang berbeda maka dipilih
product family yang order akan lebih cepat datang
Proses model setiap hari atau setelah menyelesaikan satu model harus
ditinjau lagi untuk menentukan apakah tetap terus melanjutkan membuat model
tesebut atau harus membuat model lain terlebih dahulu.
5.5. Penetapan Due Date Delivery Promised Pengerjaan Order
Selama ini perusahaan memberikan lama waktu pengerjaan untuk setiap
order yang masuk yaitu 3 minggu hingga 1 bulan, dengan pertimbangan :
Universitas Kristen Petra
• Lama waktu pengerjaan proses produsi terbesar yaitu pada product family baja
dan baja alloy yaitu 10 hari.
• Lama rata-rata keterlambatan bahan baku yaitu 7 hari
Perancangan yang baru akan mengubah waktu yang diberikan marketing
kepada konsumen dengan alasan:
1. Lama waktu proses produksi selama ini tidak dihitung dengan adanya idle.
Perhitungan lama waktu proses produksi dimana untuk baja dan baja
alloy yaitu 10 hari dan MSn adalah 7 hari adalah waktu yang tidak dihitung
dengan idle yang ada. Padahal kenyataan di lantai produksi selalu idle untuk
menunggu proses lebur dan cor mencapai 3 heat, menunggu proses oven
mencapai 3 ton.
2. Lama waktu proses selama ini hanya dihitung berdasarkan hari aktif.
Bila dihitung dengan hari tidak aktif perusahaan, maka total waktu (hari)
yang dibutuhkan sama dengan 19 hari, berikut penjelasan:
• Lama waktu proses produksi 10 hari bila dihitung dengan hari tidak aktif
= 5 + 2 + 5
= 12 hari
• Lama waktu keterlambatan bahan baku dari supplier dengan hari tidak aktif
perusahaan
= 7 hari
Sehingga total waktu seluruhnya yang dibutuhkan 19 hari.
3. Lama waktu untuk mencapai 3 heat
Setelah melalui analisa dan perhitungan untuk tiap product family,
ternyata waktu untuk mencapai 3 heat pada product family baja, baja alloy dan
MSn memakan waktu lebih dari seminggu (lihat lampiran 14).
Dengan alasan yang telah dijelaskan diatas maka diketahui waktu yang
seharusnya diberikan kepada konsumen lebih dari 3 minggu hingga 1 bulan ( 21-
28 hari). Waktu total yang dibutuhkan terlama tanpa adanya idle yaitu jumlah
waktu untuk proses produksi (12 hari) ditambah jumlah waktu menunggu
Universitas Kristen Petra
keterlambatan bahan baku (7 hari) ditambah jumlah menunggu 3 heat (18 hari),
sehingga total 37 hari.
Dengan demikian waktu 3 minggu hingga 1 bulan yang diberikan pada
konsumen harus diganti, karena total yang dibutuhkan tanpa idle adalah 37 hari
sedangkan selama ini waktu terlama yang diberikan hanya 30 hari.
Perancangan yang baru akan memberikan penambahan waktu yang
seharusnya diberikan marketing pada konsumen yaitu menambah 2 minggu
sehingga menjadi 5 minggu hingga 6 minggu. Pertimbangan memberikan waktu
5-6 minggu (35-42 hari) yaitu:
• Rata-rata keterlambatan masing-masing product family selama ini yaitu 9 hari
untuk baja, 14 hari untuk baja alloy, dan 22 hari untuk MSn.
• Waktu idle dilantai produksi yang tidak diketahui dengan pasti lamanya.
• Total waktu terlama yang dibutuhkan sebenarnya 37 hari, sehingga harus
diberi waktu lebih dari 37 hari, dan 35-42 hari (5-6 minggu) masih beralasan.
Dengan menggunakan perancangan ini diperkirakan akan dapat
mengurangi keterlambatan delivery selama ini, karena selain dapat
memperpanjang due date delivery promised yang biasanya lebih pendek, juga
setelah dianalisa dapat memberikan waktu yang diperlukan untuk mengatasi rata-
rata keterlambatan pengiriman barang jadi ke konsumen. Dan kalaupun tetap
terjadi keterlambatan tetapi rata-rata lama waktu keterlambatan tidak selama
sebelum menggunakan perancangan.
5.6. Simulasi Secara Manual Terhadap Perancangan
Perancangan akan dicobakan pada order yang masuk yaitu order yang
masuk pada April minggu keempat dan Mei minggu pertama tahun 2005.
Dengan perancangan, maka PPIC harus setiap hari melakukan
peninjauan terhadap order atau SPK yang turun ke produksi
Proses dan hasil pada tiap langkah simulasi dapat dilihat pada lampiran 15-26.
Contoh dalam melakukan pemenuhan order yang terintegrasi dan
terencana dengan baik menggunakan perancangan :
1. Mengumpulkan informasi tentang order masuk (lihat lampiran 15)
Universitas Kristen Petra
Data order yang masuk semuanya diberi nomor urut agar lebih mudah
nantinya. Order yang masuk bila telah memiliki model maka diberi lama waktu
35 hari sedangkan yang belum memiliki model diberi waktu 42 hari.
Data order masuk harus memuat informasi :
• Tanggal order masuk/SPK turun ke produksi
• Tanggal delivery promised
• Nomor SPK
• Dasar kerja
• Nama produk
• Jumlah dan berat pesanan yang dibedakan berdasarkan product family
Pada tanggal 25 April 2005 terdapat 2 order yang masuk, maka diberi nomor urut
order 1 dan 2.
2. Menghitung processing time masing-masing order (lihat lampiran 16)
Semua order yang masuk terlebih dahulu harus dihitung dan diketahui
lama pengerjaan pada masing-masing proses. Untuk melakukan perhitungan
menggunakan acuan lampiran 12.
Contoh perhitungan untuk order nomor 2:
• Untuk cetak
Lama pembuatan 1 unit = 3 jam
Jumlah order 4 unit = 12 jam
• Untuk bakar
Memerlukan waktu 5 jam dan dilakukan sehari sebelum proses cor. Pada saat
siang hari hingga sore hari.
• Untuk cor
Proses lebur memerlukan waktu 1 jam per tonnya, sedangkan proses cor
mengikuti proses lebur dan untuk melakukan proses selanjutnya, harus menunggu
keesokkan harinya. Maka dari itu dapat dikatakan memerlukan waktu 8 jam,
kemudian dilakukan pendinginan semalaman.
• Untuk bongkar
Proses bongkar baru dapat dilakukan setelah pendinginan yang dilakukan
semalaman. Dan proses bongkar menggunakan asumsi bahwa tiap jenis
Universitas Kristen Petra
produk/order dikerjakan 1 tenaga kerja untuk memudahkan perhitungan dan
perencanaan.
Lama pembuatan 1 unit = 1 jam
Jumlah order 4 unit = 4 jam
• Untuk oven
Proses oven dilakukan sesuai dengan jenis material yaitu baja maka memerlukan
waktu 4 hari.
• Untuk finishing
Proses ini menggunakan asumsi, tiap jenis produk/order dikerjakan 1 tenaga kerja
dan hal ini dilakukan agar mudah dalam perhitungan dan perencanaan.
Lama pembuatan 1 unit = 0.5 jam
Jumlah order 4 unit = 4 jam
3. Menentukan pilihan untuk pembuatan model (Lihat lampiran 17)
Perhitungan tonase dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari untuk
menentukan model yang dibuat terlebih dahulu. Asumsi yang digunakan yaitu
order sebelum April minggu keempat telah diselesaikan seluruhnya.
No urut order yang memerlukan pengerjaan model dimasukkan kedalam
kolom untuk pilihan model yang harus kerjakan. Beserta dengan waktu
pengerjaan model, berat (kg), product family maing-masing pilihan.
Order yang tidak memerlukan model, jumlah tonasenya akan
ditambahkan secara langsung pada tonase product family msing-masing, dan
jumlah tonase ini yang menjadi acuan untuk memilih pengerjaan order.
Contoh pemilihan model:
Order no.1 dan 2, keduanya memerlukan pembuatan model. Untuk
menentukan model yang terlebih dahulu akan dibuat, maka :
Lama pengerjaan model untuk produk/order nomor 1 yaitu 32 jam
Lama pengerjaan model untuk produk/order nomor 2 yaitu 3 jam
Berat tonase nomor 1 yaitu 750 kg
Berat tonase nomor 2 yaitu 468 kg
Universitas Kristen Petra
Keduanya berasal dari product family MSn. Masukkan kedua pilihan tersebut ke
dalam flowchart gambar 5.1. untuk menentukan model yang akan dibuat terlebih
dahulu. Dan hasil dari flowchart memilih mengerjakan no 1.
Contoh perhitungan tonase bila tidak memerlukan pembuatan model:
Tgl.29 April 2005 pagi hari, jumlah tonase product family:
• Baja dan baja alloy = 0 kg.
• MSn = 1694 kg
Saat sore hari, jumlah tonase product family:
• Baja = 0 kg
• Baja Alloy = 750 kg, didapat dari order no.1 yang telah selesai
pembuatan modelnya.
• MSn = 1694 kg, didapat dari order masuk no. urut 9-13
yang langsung kebagian cetak.
4. Jadwal proses produksi dan penggunaan sumber daya(lihat lampiran 18-19)
Pada lampiran ini dapat diketahui kapan masing-masing proses dilakukan
pada setiap order serta diketahui penggunaan sumber daya tiap harinya.
Perencanaan penggunaan sumber daya harus disesuaikan dengan kapasitas yang
tersedia.
Pada lampiran 18 menunjukkan perencanaan proses produksi bila bahan
baku tidak datang terlambat sedangkan lampiran 19 menunjukkan perencanaan
proses produksi bila bahan baku datang terlambat.
Perencanaan ini juga dilakukan peninjau tiap hari.
5. Menghitung tonase produk dan toleransi untuk cor (lihat lampiran 20)
Pada lampiran 20 menampilkan berat (kg) produk dan setelah diberikan
toleransi, seperti telah dijelaskan pemberian toleransi untuk mengisi
rongga/saluran masuknya cairan ke cetakan. Nantinya setelah dibongkar akan
dipotong dan dapat dilebur kembali.
6. Rencana cor harian (lihat lampiran 21)
Universitas Kristen Petra
Setelah ditemukan 3 heat pada perhitungan sore hari tgl.29 April dan
6 Mei, maka akan dijadwalkan untuk proses cor yang dilakukan seminggu setelah
pembelian bahan. Dapat dilihat pada lampiran ini jumlah produk dan toleransinya
serta penentuan produk yang akan dimasak pada masing-masing heat.
Diketahui pada tanggal 10 Mei 2005, hanya terdapat 3 heat sedangkan
untuk tanggal 17 Mei 2005 terdapat 5 heat.
7. Rencana proses oven (lihat lampiran 22)
Proses oven mengikuti proses bongkar, setelah semua hasil cor telah
dibongkar maka dapat dilakukan oven, akan tetapi harus membedakan
berdasarkan jenis prosesnya dan telah mencapai kapasitas minimal 3 ton.
Dengan perancangan maka lama menunggu untuk melakukan proses
oven tidak terlalu lama:
• Tanggal realisasi cor 1 = 10 Mei 2005
Tanggal oven (quenching) = 13 Mei 2005
• Tanggal realisasi cor 2 = 17 Mei 2005
Tanggal oven (annealing) = 23 Mei 2005
Tanggal oven (quenching) = 30 Mei 2005
8. Pemakaian sumber daya (lihat lampiran 23)
Setelah melakukan perencanaan maka dilakukan perhitungan pemakaian
sumber daya yang digunakan untuk mengerjakan 26 order tersebut. Pada lampiran
ini menunjukkan penggunaan sumber daya tiap harinya dan totalnya.
9. Gantt chart (lihat lampiran 24 - 26)
Untuk mempermudah melihat jadwal proses produksi, lama pengerjaan
pada tiap-tiap proses, order mana yang telah selesai pada tiap order masuk dapat
dilihat pada lampiran ini.
5.7. Evaluasi Perancangan
Universitas Kristen Petra
Perancangan yang dibuat memberikan hasil yang lebih baik, hal ini dapat
dilihat dari hasil simulasi manual terhadap perancangan dengan menggunakan
data order masuk April minggu keempat dan Mei minggu pertama tahun 2005
Total order masuk yaitu 26 dan hasilnya menunjukkan:
• 21 order tidak ada yang terlambat atau dengan kata lain semua proses telah
selesai sebelum due date delivery promised.
• Sedangkan 5 order lainnya menunggu proses lebur dan cor dengan alasan
belum mencapai 3 heat.
Demikian pula bila ternyata bahan baku datang terlambat selama
seminggu, maka hasil setelah sinulasi manual juga menunjukkan hasil yang sama
yaitu tidak terjadi keterlambatan pada 21 order dan 5 order menunggu kapasitas 3
heat untuk proses lebur dan cor.