IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KUNCI UNTUK …konteks.id/p/03-018.pdf · sih andayani dan bambang e....

6
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 – 7 Mei 2009 IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KUNCI UNTUK PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KINERJA SISTEM DRAINASE PERKOTAAN Sih Andayani 1 dan Bambang E. Yuwono 2 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, Universitas Trisakti, Kampus A Jl. Kyai Tapa Grogol Jakarta E-mail: [email protected] 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, Universitas Trisakti, Kampus A Jl. Kyai Tapa Grogol Jakarta E-mail: [email protected] ABSTRAK Banjir dan genangan yang hampir setiap tahun melanda sebagian kota di Indonesia menimbulkan kerugian ekonomi dan keuangan yang tidak sedikit serta masalah penyakit yang cukup serius sehingga membutuhkan penyelesaian yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Banjir dan genangan terjadi karena kurang berfungsinya drainase perkotaan sebagaimana mestinya sesuai yang direncanakan. Hal ini diakibatkan antara lain oleh kegagalan pengelolaan drainase perkotaan serta menurunnya tingkat pelayanan jaringan drainase sejalan dengan berjalannya waktu. Dengan demikian jaringan drainase perkotaan yang ada perlu disempurnakan yang tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dalam kondisi seperti saat ini, dimana keuangan pemerintah sangat terbatas, tentu diperlukan adanya skala prioritas penanganan sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dikembangkan suatu model penilaian kinerja sistem drainase perkotaan yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam mengambil kebijakan-kebijakan strategis untuk membuat skala prioritas penanganan sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Dalam upaya untuk mengembangkan sistem penilaian kinerja sistem drainase perkotaan yang ada, sebagai tahap awal perlu dilakukan identifikasi faktor-faktor yang harus dimasukkan sebagai komponen penilaian melalui kajian pustaka. Hasil dari identifikasi faktor-faktor kunci yang didapatkan berguna sebagai masukan dalam pengembangan model penilaian kinerja sistem drainase perkotaan. Kata kunci: drainase, model-penilaian, kinerja, kondisi, identifikasi 1. PENDAHULUAN Banjir dan genangan yang hampir setiap tahun melanda sebagian kota di Indonesia menimbulkan kerugian ekonomi dan keuangan yang tidak sedikit serta masalah penyakit yang cukup serius sehingga membutuhkan penyelesaian yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Sekurang-kurangnya dalam 15 tahun terakhir (1993-2007) ada 4 kejadian banjir besar di Jakarta yang mengakibatkan kerugian besar (Legowo, 2007). Banjir dan genangan terjadi karena kurang berfungsinya drainase perkotaan sebagaimana mestinya sesuai yang direncanakan. Hal ini diakibatkan antara lain oleh kegagalan pengelolaan drainase perkotaan serta menurunnya tingkat pelayanan jaringan drainase sejalan dengan berjalannya waktu (PU and JICA, 1998). Dengan demikian jaringan drainase perkotaan yang ada perlu disempurnakan yang tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dalam kondisi seperti saat ini, dimana keuangan pemerintah sangat terbatas, tentu diperlukan adanya skala prioritas penanganan sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Skala prioritas ini untuk menentukan sistem drainase mana saja yang perlu segera diperbaiki/direhabilitasi dan sistem drainase mana saja yang bisa ditangguhkkan perbaikan/ rehabilitasinya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dikembangkan suatu model penilaian kinerja sistem drainase perkotaan yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah dalam mengambil kebijakan-kebijakan strategis untuk membuat skala prioritas penanganan sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Penelitian akan dibagi menjadi dua tahap. Pada tahap pertama dilakukan identifikasi faktor-faktor kunci yang terkait dengan sistem drainase perkotaan dan cara mengukurnya. Faktor-faktor kunci ini nantinya akan digunakan sebagai masukan dalam pengembangan model. Pada tahap kedua dilakukan pengembangan model yang meliputi pembobotan faktor-faktor kunci, cara penilaian kinerja sampai dengan cara penentuan skala prioritas penanganan sistem drainase perkotaan yang sudah ada (gambar 1). Untuk mengawali pengembangan model ini perlu dilakukan identifikasi faktor-faktor kunci sistem drainase perkotaan, yaitu faktor apa saja yang dapat dengan cepat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu sistem drainase perkotaan. Dengan demikian, permasalahan yang akan dikupas adalah faktor kunci apa saja yang perlu dimasukkan dalam model penilaian keberhasilan kinerja sistem drainase perkotaan. Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I – 57

Transcript of IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KUNCI UNTUK …konteks.id/p/03-018.pdf · sih andayani dan bambang e....

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 – 7 Mei 2009

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KUNCI UNTUK PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KINERJA SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

Sih Andayani1 dan Bambang E. Yuwono2

1Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, Universitas Trisakti, Kampus A Jl. Kyai Tapa Grogol Jakarta

E-mail: [email protected] 2Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, Universitas Trisakti, Kampus A Jl. Kyai Tapa Grogol Jakarta

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Banjir dan genangan yang hampir setiap tahun melanda sebagian kota di Indonesia menimbulkan kerugian ekonomi dan keuangan yang tidak sedikit serta masalah penyakit yang cukup serius sehingga membutuhkan penyelesaian yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Banjir dan genangan terjadi karena kurang berfungsinya drainase perkotaan sebagaimana mestinya sesuai yang direncanakan. Hal ini diakibatkan antara lain oleh kegagalan pengelolaan drainase perkotaan serta menurunnya tingkat pelayanan jaringan drainase sejalan dengan berjalannya waktu. Dengan demikian jaringan drainase perkotaan yang ada perlu disempurnakan yang tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dalam kondisi seperti saat ini, dimana keuangan pemerintah sangat terbatas, tentu diperlukan adanya skala prioritas penanganan sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dikembangkan suatu model penilaian kinerja sistem drainase perkotaan yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam mengambil kebijakan-kebijakan strategis untuk membuat skala prioritas penanganan sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Dalam upaya untuk mengembangkan sistem penilaian kinerja sistem drainase perkotaan yang ada, sebagai tahap awal perlu dilakukan identifikasi faktor-faktor yang harus dimasukkan sebagai komponen penilaian melalui kajian pustaka. Hasil dari identifikasi faktor-faktor kunci yang didapatkan berguna sebagai masukan dalam pengembangan model penilaian kinerja sistem drainase perkotaan.

Kata kunci: drainase, model-penilaian, kinerja, kondisi, identifikasi

1. PENDAHULUAN Banjir dan genangan yang hampir setiap tahun melanda sebagian kota di Indonesia menimbulkan kerugian ekonomi dan keuangan yang tidak sedikit serta masalah penyakit yang cukup serius sehingga membutuhkan penyelesaian yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Sekurang-kurangnya dalam 15 tahun terakhir (1993-2007) ada 4 kejadian banjir besar di Jakarta yang mengakibatkan kerugian besar (Legowo, 2007). Banjir dan genangan terjadi karena kurang berfungsinya drainase perkotaan sebagaimana mestinya sesuai yang direncanakan. Hal ini diakibatkan antara lain oleh kegagalan pengelolaan drainase perkotaan serta menurunnya tingkat pelayanan jaringan drainase sejalan dengan berjalannya waktu (PU and JICA, 1998). Dengan demikian jaringan drainase perkotaan yang ada perlu disempurnakan yang tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dalam kondisi seperti saat ini, dimana keuangan pemerintah sangat terbatas, tentu diperlukan adanya skala prioritas penanganan sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Skala prioritas ini untuk menentukan sistem drainase mana saja yang perlu segera diperbaiki/direhabilitasi dan sistem drainase mana saja yang bisa ditangguhkkan perbaikan/ rehabilitasinya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dikembangkan suatu model penilaian kinerja sistem drainase perkotaan yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah dalam mengambil kebijakan-kebijakan strategis untuk membuat skala prioritas penanganan sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Penelitian akan dibagi menjadi dua tahap. Pada tahap pertama dilakukan identifikasi faktor-faktor kunci yang terkait dengan sistem drainase perkotaan dan cara mengukurnya. Faktor-faktor kunci ini nantinya akan digunakan sebagai masukan dalam pengembangan model. Pada tahap kedua dilakukan pengembangan model yang meliputi pembobotan faktor-faktor kunci, cara penilaian kinerja sampai dengan cara penentuan skala prioritas penanganan sistem drainase perkotaan yang sudah ada (gambar 1). Untuk mengawali pengembangan model ini perlu dilakukan identifikasi faktor-faktor kunci sistem drainase perkotaan, yaitu faktor apa saja yang dapat dengan cepat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu sistem drainase perkotaan. Dengan demikian, permasalahan yang akan dikupas adalah faktor kunci apa saja yang perlu dimasukkan dalam model penilaian keberhasilan kinerja sistem drainase perkotaan.

Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I – 57

Sih Andayani dan Bambang E. Yuwono

TAHAP I TAHAP II

MULAI

PENETAPAN DEFINISI DRAINASE PERKOTAAN

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KUNCI

CARA MENGUKUR FAKTOR-FAKTOR KUNCI

PEMBOBOTAN FAKTOR-FAKTOR KUNCI

PENILAIAN KINERJA SISTEM DRAINASE

PERKOTAAN

PENENTUAN SKALA PRIORITAS

PENANGANAN

STOP A

A

Gambar 1 Diagram Alir Kegiatan Penelitian

2. METODOLOGI Metodologi yang digunakan dalam memperoleh faktor kunci yang nantinya akan digunakan dalam pengembangan model kinerja sistem drainase perkotaan adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan definisi sistem drainase perkotaan yang dipakai sebagai acuan dalam pengembangan model.

2. Menemukan indikator-indikator kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem drainase perkotaan yang sudah ada.

3. Menjabarkan indikator-indikator kunci menjadi faktor-faktor kunci.

4. Mengidentifikasi cara-cara mengukur faktor-faktor kunci.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap awal ini didasarkan pada berbagai kajian pustaka.

3. IDENTIFIKASI FAKTOR KUNCI KINERJA SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

3.1. Definisi Drainase Perkotaan Sesuai dengan perkembangan kota, maka konsep drainase perkotaan mengalami perubahan. Sejalan dengan pesatnya pertambahan penduduk di daerah perkotaan (urbanisasi tinggi), penggunaan lahan untuk memenuhi berbagai kebutuhan penduduk tersebut semakin tidak terkendali. Daya resap tanah semakin berkurang, sehingga pengisian air tanah jauh berkurang yang mengakibatkan sering terjadi kekeringan pada musim kemarau dan sebaliknya aliran permukaan semakin besar yang mengakibatkan sering terjadi banjir dan genangan pada saat musim hujan. Sehubungan dengan hal tersebut prinsip drainase perkotaan yang lama sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini, karena air permukaan yang semakin besar secepatnya harus dialirkan ke bagian hilir dari daerah yang tergenang dan akhirnya dibuang ke sungai, laut, sehingga pada musim hujan untuk mengurangi masalah banjir dan genangan memerlukan konstruksi yang lebih besar berarti lebih mahal. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan usaha-usaha yang berkaitan dengan konservasi sumberdaya air yaitu agar air hujan lebih banyak yang meresap ke dalam tanah dan tidak banyak yang terbuang sebagai aliran permukaan. Selanjutnya definisi drainase

I - 58 Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Identifikasi Faktor-Faktor Kunci untuk Pengembangan Model Penilaian Kinerja Sistem Drainase Perkotaan

perkotaan yang dipakai sebagai acuan dalam pengembangan model ini adalah definisi menurut SK SNI T-07 (1990), yaitu perencanaan drainase perkotaan dilandaskan pada konsep pembangunan yang terlanjutkan atau juga dikenal dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan dimana air dapat cepat dialirkan dan diresapkan. Definisi drainase menurut konsep ini adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air dan/atau ke bangunan resapan buatan. Sedangkan pengertian drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberi manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Drainase perkotaan juga mencakup drainase hujan daerah perkotaan, drainase air limbah, drainase lahan dan drainase jalan raya.

3.2. Indikator-indikator Kunci Dari definisi-definisi tersebut ditemukan dua indikator kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Indikator kunci didasarkan pada fungsi drainase sebagai prasarana mengalirkan air serta mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberi manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Indikator kunci yang pertama adalah jaringan drainase perkotaan yang terdiri dari prasarana untuk mengalirkan air permukaan ke badan penerimanya berupa badan air dan bangunan resapan buatan. Jaringan drainase yang dimaksud dalam hal ini meliputi saluran drainase beserta bangunan pelengkapnya seperti gorong-gorong, pintu air, stasiun pompa, bak penampung, bak pengontrol, dan bangunan terjun (___, 1990). Indikator kunci yang kedua adalah genangan agar tidak mengganggu kegiatan kehidupan masyarakat. Genangan meliputi luas genangan, tinggi genangan, lama genangan dan frekwensi genangan.

3.3. Identifikasi Faktor-faktor Kunci Keberhasilan Sistem Drainase Perkotaan Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa faktor-faktor kunci sistem drainase perkotaan adalah faktor apa saja yang dapat dengan cepat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu sistem drainase perkotaan yang sudah ada. Sedangkan yang dimaksud dengan keberhasilan sistem drainase perkotaan adalah keberhasilan jaringan drainase dalam mengurangi genangan yang dapat mengganggu kegiatan kehidupan masyarakat. Agar jaringan drainase perkotaan berhasil berfungsi sebagaimana tersebut, maka diusahakan air permukaan lebih kecil dari atau sama dengan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa. Dengan demikian diperoleh rumusan seperti berikut :

Keberhasilan sistem drainase perkotaan tercapai bila, I ≤ O ...........................................(1)

dengan : I = air permukaan, O = kapasitas saluran drainase dan/atau pompa

Dari kedua indikator kunci yaitu jaringan drainase dan genangan dapat dijabarkan menjadi lima faktor kunci.

a. Faktor Tingkat Layanan (Serviceability Factor).

Tingkat layanan adalah kemampuan saluran drainase perkotaan dan/atau pompa yang sudah ada dalam menampung dan mengalirkan air permukaan. Tingkat layanan ini sangat terkait dengan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O).

b. Faktor Pemeliharaan (Maintenance Factor).

Kegiatan pemeliharaan jaringan drainase mempengaruhi keadaan fisik saluran dan bangunan drainase yang mana juga mempengaruhi tingkat layanan saluran drainase. Faktor pemeliharaan jaringan drainase terkait dengan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O), semakin buruk kegiatan pemeliharaan jaringan drainase semakin menurunkan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa.

c. Faktor Genangan (Inundation Factor).

Faktor genangan terkait dengan kelebihan air permukaan, yang meliputi luas genangan, tinggi genangan, lama genangan dan frekwensi genangan. Faktor genangan memperlihatkan kegagalan sistem jaringan drainase yang ditunjukkan I > O, yaitu air permukaan melebihi kapasitas saluran drainase dan/atau pompa. Dengan kata lain, sistem jaringan drainase yang mempunyai kinerja baik adalah bila tidak menimbulkan genangan yang dapat mengganggu kegiatan kehidupan masyarakat.

d. Faktor Masyarakat (Community Factor) Faktor masyarakat terkait dengan air permukaan (I) dan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O). Kegiatan manusia yang mengakibatkan koefisen pengaliran semakin tinggi akan menambah air permukaan (I), hal ini diakibatkan antara lain penggundulan hutan, berkurangnya resapan air dan lain-lain. Kegiatan manusia yang mempengaruhi kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O) adalah membuang sampah sembarangan, hal ini mengakibatkan menumpuknya sampah di saluran drainase dan di hulu pompa sehingga menurunkan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa.

Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 59

Sih Andayani dan Bambang E. Yuwono

e. Faktor Pemerintah (Government Factor).

Faktor pemerintah terkait dengan I (air permukaan) dan O (kapasitas saluran drainase). Penegakkan hukum terkait dengan antara lain penggundulan hutan, berubahnya fungsi lahan hijau dan situ-situ akan berpengaruh terhadap I. Sedangkan perhatian pemerintah terhadap operasi dan pemeliharaan jaringan drainase akan berpengaruh terhadap O (kapasitas saluran drainase).

3.4. Identifikasi Pengukuran Faktor Kunci

Faktor Tingkat Layanan Seiring dengan waktu, kapasitas saluran drainase dan/atau pompa yang sudah ada (O) akan mengalami penurunan, berarti debit maksimum yang masih dapat ditampung oleh saluran drainase dan/atau debit maksimum yang masih dapat dipompa berkurang sehingga tidak sesuai lagi dengan debit yang direncanakan (Qd). Besarnya kapasitas saluran drainase dan/atau pompa dibandingkan dengan debit rencana saluran drainase dan/atau pompa menggambarkan besarnya tingkat layanan. Semakin besar kapasitas saluran drainase dan/atau pompa semakin besar tingkat layanannya.

Tingkat Layanan (%) = QdO x 100 % ............................................................ (2)

dengan : O = kapasitas saluran drainase dan/atau pompa saat ini,

Qd = debit rencana saluran drainase dan/atau pompa

Besarnya kapasitas saluran drainase dapat diperoleh dari pengukuran debit. Cara yang lazim dipergunakan dalam hidrometri adalah pengukuran debit dengan kecepatan aliran. Pengukuran baku yang dilakukan dengan current meter (Harto, 1993). Pengukuran debit dilakukan beberapa kali untuk memperoleh lengkung debit (rating curve) yaitu grafik hubungan antara tinggi muka air (H) dengan debit (Q). Untuk selanjutnya dengan menggunakan lengkung debit tersebut dapat dicari/dihitung kapasitas saluran drainase berdasarkan tinggi muka air maksimum saluran drainase. Sedangkan debit rencana saluran drainase dapat dicari dari laporan perencanaan.

Besarnya kapasitas pompa saat ini dapat diperoleh langsung dari hasil survei ke lapangan.

Faktor Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan jaringan drainase mempengaruhi keadaan fisik saluran dan bangunan drainase yang mana juga terkait dengan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O). Semakin buruk kegiatan pemeliharaan jaringan drainase semakin turun keadaan fisik saluran dan bangunan drainase dan semakin berkurang kapasitas saluran drainase dan/atau pompa. Seberapa jauh pemeliharaan yang sudah dilakukan tercermin dari baik tidaknya kondisi fisik saluran dan bangunan drainase. Hal-hal yang dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas saluran drainase dan/atau pompa ditinjau berdasarkan hal-hal yang harus dilakukan dalam perawatan rutin, perawatan berkala, perbaikan dan penggantian pada saluran dan bangunan drainase (Suripin, 2004) yaitu diantaranya meliputi dinding saluran longsor, retak dan rusak, kerusakan pada tanggul akibat penurunan, rembesan, dan longsoran, bangunan pelengkap rusak, adanya tumbuhan pengganggu. Data tersebut dapat diperoleh dari hasil survei ke lapangan untuk selanjutnya dilakukan identifikasi kondisi fisik saluran dan bangunan drainase apakah kondisinya baik, sedang, buruk dengan jenis-jenis kerusakannya bila ada. Dalam mengidentifikasi kondisi fisik jaringan drainase dapat dilakukan kajian awal tentang kemungkinan penggunaan pengidentifikasian kondisi fisik jaringan irigasi yang telah ada (PU and JICA, 1998).

Faktor Genangan Genangan terjadi karena adanya kelebihan air permukaan disebabkan air permukaan melampaui kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (I > O). Genangan menyebabkan rusak dan tidak berfungsinya fasilitas pribadi dan umum, terganggu dan lumpuhnya aktivitas masyarakat, pemerintah, perkantoran, dan perindustrian, banyaknya korban jiwa, serta timbulnya permasalahan kesehatan seperti mewabahnya penyakit air. Genangan dapat diukur berdasarkan luas genangan, tinggi genangan, lama genangan, frekwensi genangan, dan kerugian yang mengikutinya yang mengganggu kegiatan kehidupan bermasyarakat baik yang dapat dihitung maupun tidak. Data ini dapat diperoleh dari berbagai instansi yang terkait.

Faktor Masyarakat Faktor masyarakat akan mempengaruhi air permukaan (I) dan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O). Kegiatan manusia dapat mengakibatkan koefisen pengaliran semakin tinggi sehingga akan menambah air permukaan, hal ini diakibatkan adanya alih fungsi lahan untuk pengembangan perkotaan antara lain seperti

I - 60 Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Identifikasi Faktor-Faktor Kunci untuk Pengembangan Model Penilaian Kinerja Sistem Drainase Perkotaan

perumahan, perkantoran, perindustrian, jalan raya yang menyebabkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Rekayasa teknis saja tidak mungkin dapat mengatasi banjir dan genangan (Subandrio, 2007). Partisipasi masyarakat besar pengaruhnya terhadap pemeliharaan jaringan drainase (Darmanto, 2007) yang diperkuat oleh data yang menunjukkan bahwa sebanyak 20% sampah yang dihasilkan dibuang ke kali secara sembarangan menyumbang sekitar 60% - 70% pencemaran sungai (http://ecodrain.wordpress.com, 2008). Kegiatan manusia yang mempengaruhi kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O) adalah membuang sampah sembarangan, hal ini mengakibatkan menumpuknya sampah di saluran drainase dan/atau di hulu pompa sehingga menurunkan kapasitas saluran drainase dan/atau pompa. Dengan demikian Faktor masyarakat dapat diukur melalui persentase RTH dan volume sampah di jaringan drainase.

Faktor Pemerintah. Faktor pemerintah terkait dengan air permukaan (I) dan kapasitas saluran drainase (O). Faktor pemerintah mempunyai peran yang besar terkait dengan penegakkan hukum, pemeliharaan jaringan drainase dan pembangunan jaringan drainase. Penegakkan hukum terkait dengan antara lain penggundulan hutan, berubahnya fungsi lahan hijau dan situ-situ yang akan berpengaruh terhadap air permukaan (I). Sedangkan perhatian pemerintah terhadap operasi dan pemeliharaan jaringan drainase akan berpengaruh terhadap kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O). Pembangunan jaringan drainase yang telah direncanakan dan pembangunan jaringan drainase yang baru juga akan berpengaruh terhadap kapasitas saluran drainase dan/atau pompa (O). Dengan demikian Faktor pemerintah dapat diukur melalui persentase pemenuhan RTH, persentase ketepatan pembangunan sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR), persentase pelaksanaan pemeliharaan jaringan drainase terhadap standar pemeliharaan yang ditetapkan, persentase pembangunan jaringan drainase terhadap rencana pembangunan jaringan drainase secara keseluruhan.

4. PENUTUP Pengembangan model kinerja sistem drainase perkotaan perlu dikembangkan untuk menentukan skala prioritas penangan drainase perkotaan yang sudah ada terkait dengan keterbatasan dana. Berdasarkan pada konsep drainase perkotaan berwawasan lingkungan serta mengacu pada rumusan I (air permukaan) < O (kapasitas saluran drainase dan/atau pompa) terdapat 5 (lima) faktor kunci yang dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan model kinerja sistem drainase perkotaan, yaitu faktor tingkat layanan, faktor pemeliharaan, faktor genangan, faktor masyarakat, dan faktor pemerintah. Kelima faktor tersebut saling terkait, tetapi setiap faktor mempunyai cara tersendiri untuk mengukurnya yang kesemuanya perlu dirumuskan lebih lanjut dalam pengembangan model penilaian kinerja sistem drainase perkotaan.

DAFTAR PUSTAKA Darmanto. (2007). “Community Development Sebagai Strategi Alternative Mitigasi Bencana”. Seminar Nasional

Penanganan Berkelanjutan Banjir dan Kekeringan di Jakarta secara Multi Disiplin, Jakarta PU and JICA. (1998) . Pedoman Teknis Rehabilitasi dan Upgrading Jaringan Irigasi. Departemen Pekerjaan

Umum, Jakarta Harto,S . (1993). Analisis Hidrologi. Penerbit PT Gramedia Utama Pustaka, Jakarta. Legowo,S. (2007). ”Penanganan Berkelanjutan Banjir dan Kekeringan di Jakarta”. Seminar Nasional Penanganan

Berkelanjutan Banjir dan Kekeringan di Jakarta secara Multi Disiplin, Jakarta Subandrio, P. (2007). ”Penanganan Berkelanjutan Banjir dan Kekeringan di Jakarta Secara Multi Disiplin”. Seminar

Nasional Penanganan Berkelanjutan Banjir dan Kekeringan di Jakarta secara Multi Disiplin, Jakarta _________. (1990). Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan (SK SNI T-07). Departemen PU, Jakarta Suripin. (2004). Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Penerbit Andi, Yogyakarta http://ecodrain.wordpress.com. (2008). ”Draf Pedoman Pengelolaan Drainase Secara Terpadu Berwawasan

Lingkungan (Ecodrain)”.

Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 61

Sih Andayani dan Bambang E. Yuwono

I - 62 Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta

KoNTek

S 3, U

PH –

UAJY

Jakart

a, 6 –

7 M

ei 20

09